Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
PENILAIAN PERSEDIAAN MENURUT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) DAN UNDANGUNDANG PAJAK SIANA MURTI WIDJAJA ABSTRACT Indonesian Accounting Standard requires that an asset be reported in the financial statements at the lower of its historical cost or its net realizable value. Inventories are normally accounted for at historical cost, as the cost principle requires. But if the net realizable value of inventory falls below its historical cost, then the accountants must write down the value of its goods. The accountants report ending inventory at its Lower of cost or net realizable value. The lower of cost or net realizable value rule shows accounting conservatism in action. Conservatism appears in accounting guidelines like "anticipate no gains, but provide for all probable losses" and "if doubt, record an asset at the lowest reasonable amount and a liability at the highest reasonable amount". Conservatism also directs accountants to decrease the accounting value of an asset if it appears unrealistically high, even if no transaction occurs. Inventory cost is the price the business pays to acquire the inventory, not the selling price of the goods. Inventory cost includes its invoice price, less any purchase discount, plus tariffs, transportation charges, insurance while in transit, and all other costs incurred to make the goods ready for sale. Determining the unit cost of inventory is easy when the unit cost remains constant during the period. However, the unit cost often changes. For example, during times of inflation, prices rise. To compute the cost of goods sold and ending inventory amounts, the accountant must have some means of assigning the business's cost to each item sold. The four costing methods that Indonesian Accounting Standard allows are: 1. 2. 3. 4.
Specific unit cost. Weighted avarage cost. First-in, first out (FIFO) cost. Last-in, first-out (LIFO) cost.
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
63
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).. Key words: Indonesian Accounting Standard; Lower of its historical cost or net realizable value; Accountants; Asset; Inventory; Conservatism; Specific unit cost; Weighted avarage cost; First-in, first-out; Last-in, first-out; Costing methods.
Pendahuluan Penilaian persediaan barang menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia harus dilakukan berdasarkan mana yang lebih rendah antara biaya dan nilai realisasi bersih atau disebut 'Lower of cost or net realizable value*. Selain itu Standar Akuntansi Keuangan Indonesia menetapkan juga bahwa persediaan barang yang homogen, yang dapat menggantikan satu sama lainnya (ordinarily interchangeable) harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya: 1. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP atau First-in, First-out); 2. Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost Method); 3. Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP atau Last-in, First-out). Lalu yang menjadi pertanyaan adalah mana yang harus digunakan Lower of cost or net 64
realizable value ataukah MPKP/ FIRST-IN, FIRST-OUT atau MTKP/LAST-IN, FIRST-OUT Apakah kalau sudah mempergunakan Lower of cost or net realizable value lalu tidak perlu lagi mempergunakan metode yang lainnya? Peraturan hukum pajak juga menetapkan bahwa persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (First-in, First-Out). Bagaimana pula dengan perbedaan Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dengan peraturan hukum pajak? Apakah Lower of cost or net realizable value tidak boleh dipakai karena hukum pajak tidak memperbolehkannya? Bagaimana perbedaan antara Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan dengan hukum pajak harus diterapkan dalam praktek inilah yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan Menurut PSAK (Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan) 14 (1994), Persediaan adalah Aktiva: a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; b. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Penilaian Persediaan Persediaan harus dinilai berdasarkan : biaya; atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value). The lower of cost and net realizable value (LCR) atau 'mana yang lebih rendah, biaya atau nilai realisasi bersih' diterapkan dalam akuntansi karena akuntan bersikap konservatif. Arti konservatif dalam akuntansi adalah menampilkan angka yang paling buruk (suram) dalam Laporan Keuangan. Sikap konservatif dari akuntan adalah merupakan reaksi
atas kecenderungan sikap manajemen yang selalu optimis. Akuntan menganggap biaya pembelian persediaan sebagai biaya yang maksimum sehingga bila terjadi kenaikan atau peningkatan nilai persediaan, akuntan tidak menaikkan nilai persediaan tersebut di dalam Laporan Keuangan. Tetapi bila terjadi penurunan nilai persediaan yang cukup berarti maka akuntan akan mencatat penurunan tersebut pada Laporan Keuangan. Dasar utama untuk pengukuran Persediaan adalah 'Biaya' , tetapi dalam keadaan tertentu Persediaan harus diukur bukan berdasarkan biaya, tetapi mana yang lebih rendah antara biaya dan nilai realisasi bersih. Keadaan tertentu itu adalah keadaan dimana biaya persediaan itu tidak akan diperoleh kembali (recoverable) misalnya adalah: 1. Barang rusak; 2. Barang telah usang; 3. Persediaan itu tidak dapat lagi dijual pada harga jual yang normal (hargajual menurun). Nilai realisasi bersih .adalah perkiraan harga jual (market) dalam kegiatan usaha normal
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
65
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
dikurangi perkiraan biaya penyelesaian dan perkiraan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan (biaya langsung penjualan), seperti komisi penjualan. Pengertian Nilai Realisasi Bersih (NRB) atau Net Realizable Value (NRV) di Australia adalah samadengan 'Market'. Market, as the term is used in Australia, means the net rea liable value of the inventory. AAS (Australian Accounting Standards) 2 defines 'net realizable value as : the estimated proceeds of sales. less, where applicable, all further costs to the stage of completion and less, all costs to be incurred in marketing, selling and distribution to customers. In the United States, the lower of cost and market rule interprets 'market' as replacement cost. (Hoggett, 471 & 472)
BARANG
JUMLAH B1AYA/UN1T AKHIR (LUsi;
Contoh: Penghitungan pengukuran persediaan berdasarkan metode mana yang lebih rendah, biaya atau nilai realisasi bersih (Lower of Cost and Net Realizable Value = LCR) menurut AAS sebagai berikut: Persediaan barang 'A biayanya Rp. 1.000.000.- dan pada akhir tahun harga pasar barang 'A' itu turun menjadi Rp. 750.000.-. Dieperkirakan beban penjualan adalah Rp. 250.000.-. Penilaian harga pokok barang tersebut berdasarkan nilai realisasi bersih adalah: Rp. 750.000.- Rp. 250.000.- = Rp. 500.000.Metode mana yang lebih rendah, biaya atau nilai realisasi bersih dipergunakan hanya pada akhir periode atau hanya diterapkan pada persediaan akhir, yang dapat diterapkan pada setiap macam barang (individual item basis) atau secara keseluruhan (agregate basis), seperti berikut: NRB (NRV)
TOTAL
/UNIT
/UfSl 1
BIAYA
Rp. 500 Rp. 2.500 Rp. 4.000 Rp. 4.400
40.000 24.000 30.000 100.000 194.000 194.000
NRB
LOWER OFC& NRV
(dulam ribttan) 40 A 12 B 6 C . 25 D INDIVIDUAL ITEM AGREGATI5 BASIS 66
Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 5.000 Rp. 4.000 BASIS : :
20.000 20.000 30.000, -24.000 24.000 24.000 110.000 100.000 168.000 184.000
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
1. Individual item basis. Dari contoh di atas berdasarkan mana yang lebih rendah, biaya atau nilai realipsi bersih (LCR) secara 'individual item basis' terdapat perbedaan sebesar Rp. 26.000.000.- terjadi karena perbedaan total biaya (cost) Rp. 194.000.000.- dengan total secara individual item basis dari mana yang lebih rendah (LCR) Rp. 168.000.000.-. Penurunan biaya sebesar Rp. 26.000.000.yang disebabkan karena pemakaian metode mana yang lebih rendah, biaya atau nilai realisasi bersih, dapat dilaporkan secara terpisah dalam Laporan Rugi Laba atau dimasukkan kedalam Harga Pokok Penjualan. Penurunan biaya ini merupakan
biaya yang belum dilaporkan, sehingga perlu dilaporkan dalam Laporan Rugi Laba atau dimasukkan dalam Harga Pokok Penjualan agar Laba Bersih juga menurun (tidak berlebihan). Jurnal untuk menurunkan nilai persediaan berdasarkan individual item basis adalah sebagai berikut: a. Digunakan akun tersendiri untuk mencatat kerugian penurunan nil;ai persediaan, yang dilaporkan dalam Laporan Rugi Laba. (D) Kerugian klarena penurunan nilai persediaan Rp. 26.000.000.(K) Persediaan Rp.26.000.000.Berdasarkan metode ini semua kartu persediaan barang juga harus dikoreksi diturunkan menjadi nilai bersih yang dapat direalisasi.
Contoh: Laporan Rugi Laba dengan menggunakan akun tersendiri untuk mencatat kerugian (a). Pendapatan Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal: Pembelian Barang yang tersedia Persediaan Akhir Biaya Harga Pol Laba Kot Kerugian F Persediaan LABA
Rp. 4.000.000.000
Rp, i.OOO.OOO.OOfl
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
67
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
b. Dimasukkan langsung dalam HPP nilai persediaan yang biayanya seharusnya Rp. 194.000.000.-diturunkan menjadi menjadi Rp. 168.000.000.- , karena itu pada saat dilakukan jurnal penyesuaian akun persediaan itu harus dikredit sebesar Rp. 26.000.000.- dan didebit ke Harga Pokok Penjualan bila sistem yang dipakai adalah sistem Perpetual seperti berikut:
Bila sistem yang dipakai adalah sistem Periodic atau Physical maka jurnal penyesuaiannya adalah seperti berikut: (D) Ikhtisar Rugi Laba Rp. 150.000.000.(K) Persediaan Rp. 150.000.000.Jurnal penyesuaian persediaan awal. (D) Persediaan Rp. 168.000.000.(K) Ikhtisar Rugi Laba Rp. 168.000.000.Jurnal penyesuaian persediaan akhir.
(D) Harga Pokok Penjualan • Rp. 26.000.000.(K)Persediaan Rp. 26.000.000.-
Contoh Laporan Rugi Laba dimana kerugian langsung dimasukkan kedalam HPP (b) f5
Pendapatan Harga Pokok Penjualan *. Persediaan Awal: Pembeiian Barang yang tersedia Persediaan Akhir: LCR Harga Pokok Penjualan LabaKotor
2. Agregate basis. Selain itu kerugian persediaan sebesar Rp. 10.000.000.- (Rp. 194.000.000.Rp. 184.000.000.-) karena penerapan 68
Rp, 4.000.000.000 Rp.
150.000.000 3.018 000 000 Rp. 3. 168.000.000
RD
(Rp. 168.000.000) (Rp„3,pQQ,Qqn,nQQ) Rp. 1,000.000.000
metode mana yang lebih rendah berdasarkan agregate basis dapat dijurnal sbb: (D) Kerugian persediaan karena penurunan nilai Persediaan Rp. 10.000.000.-
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
(K)Penyisihan (allowance) penurunan nilai persediaan Rp. 10.000.000.Akun penyisihan (allowance) ini dalam Neraca merupakan pengurang bagi persediaan. Bila penurunan nilai persediaan pada tahun berikutnya hanya Rp. 7.000.000 maka penjurnalan sebagai berikut: (D) Penyisihan (allowance) penurunan nilai Persediaan Rp. 3.000.000.(K) Pemulihan dari penurunan nilai persediaan Rp. 3.000.000.Jurnal penyesuaian pada tahun berkutnya (Rp. 10.000.000Rp. 7.000.000). Akun Pemulihan dari penurunan nilai persediaan ini dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi sebagai Pendapatan Iain-lain. Biaya persediaan hams meliputi: semua biaya pembelian; biaya konversi; dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition)..
Biaya pembelian. Biaya pembelian persediaan meliputi: 1. Harga pembelian; 2. Bea masuk; dan 3. Pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada Kan tor Pajak); 4. Biaya pengangkutan; 5. Penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Biaya Konversi. Biaya Konversi persediaan meliputi: a. biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, dan b. biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan mehjadi barang jadi. Biaya overhead produksi tetap adalah: biaya produksi tak langsung yang relatif konstan, tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
69
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
dan biaya manajemen administrasi pabrik.
dan
Biaya overhead produksi variabel adalah: Biaya yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung mengukuti perubahan volume produksi, seperti bahan tak langsung dan upah tak langsung. Biaya Iain-lain. Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Misalnya: biaya perancangan produk untuk pelanggan khusus. Biaya yang tidak termasuk biaya persediaan: Biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya, adalah: 1. Jumlah pemborosan bahan, upah atau biaya produksi lainnya yang tidak normal; 2. Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya; 70
3. Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan sumbangan untuk membuat persediaan berada dalam lokasi dan kondisi sekarang; 4. Biaya penjualan Persediaan meliputi: barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali; barang jadi yang telah diproduksi; barang dalam penyelesaian (proses) yang sedang diproduksi perusahaan, dan bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi; Penghitungan Biaya Persediaan Persediaan barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain {not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan: Identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. Contoh: Persediaan gaun panjang yang ada pada suatu toko baju
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
1 unit
Rp. l.UUU.OUO.UOU,-
Totai ""Tip. zmmffMo,-: Pada tanggal 26 April 2002 terjual satu gaun panjang seharga Rp. 1.500.000.-. Karena gaun ini merupakan persediaan yang dapat dibedakan per unitnya maka digunakan penghitungan biaya persediaan berdasarkan Identifikasi Khusus yaitu gaun yang terjual itu model apa, misalkan yang terjual adalah gaun model ABG maka bebannya adalah sebesar Rp. 1.000.000.tetapi bila yang terjual adalah gaun model TT maka bebannya adalah sebesar Rp. 750.000.-. Persediaan barang homogen yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily interchangeable) harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya (PSAK 14): a. Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out/ FIFO); b. Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost Method); c. Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out/ LIFO)
Undang-undang Pajak Pasal 10 ayat 6 UU No. 7/Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan UU No. 10/Tahun 1994 menyatakan bahwa persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata (average) atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (First-in first-out). Ketentuan hukum pajak ini mengatur bahwa penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga perolehan. Penilaian harga perolehan, menurut hukum pajak hanya dilakukan berdasarkan metode rata-rata (average) atau metode First-in, first-out, dan tidak boleh dengan metode Last-in, firstout. Mas ada perbedaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan dengan yang ditentukan oleh hukum pajak. Average Cost Method (Sistem Persediaan Perpetual) Metode rata-rata dalam sistem persediaan perpetual disebut
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
71
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
sebagai 'moving average' dan dilakukan dengan menghitung har-ga ratarata persediaan pada setiap kali ada pembelian barang. Contoh: pril, 2
11
23 29 30
Persediaan Awal
@ Rp. 400.000 = Rp. 8.000.000 @Rp. 400.000 Penjualan 14 unit = (Rp 5.600.000) Saldo 6 unit @ Rp. 400.000 Rp. 2.400.000 Pembelian @Rp. 413.75 1,6, unil = B&- 6.62.0,000 Saldo 22 unit | ?= Rp. 9.020.000 Harga Rata- rata Rp. 9.020.000,-: 22 = Rp. 410.000,@ Rp. 410.000 Saldo 22 unit Rp- 9.020.000 Penjualan 8 unit @Rp. 410,000 i&SL 3.280.000) Saldo Penjualan Saldo Pembelian Saldo Harga Rata-rata Saldo
20 unit
= Rp. 5.740.000 @Rp. 410.000 @ Rp. 410.000 :{R]L 1,64Q.QQ0) @Rp. 410.000 = Rp. 4.100.000 : R& 8.800.000 2Q,m\X @Rp. 440.000 30 unit ?-= Rp. 12.900.000 Rp. 12.900.000: 30 = Rp. 430.000,14 unit
4 unit 10 unit
30 unit
Sistem persediaan Physical atau Periodical. Metode rata-rata pada sistem persediaan Physical atau laiiii.M i I'us. liaun awal Maret Pembelian September Pembelian November Pembelian
200 unit 300 unit 400 unit 100 unit 100 unit
Pada akhir tahun persediaan barang ada sisa 300 unit. Terjual 700 unit. Harga Pokok berdasarkan weighted average method: 72
@ Rp. 430.000
- Rp. 12.900.000
Periodical disebut sebagai 'weighted average method'. Cara perhitungannya adalah seperti berikut: C«> Rp. 180.000 &> Rp. 300.000 <•
= Rp. 60.000.000,- Rp. 8K.000.0(K).-
C' Rp. 240.1KH)
Rp. 208.000.000.-: 1.000 = Rp. 208.000.-/unit Harga pokok penjualan 700 x Rp. 208.000.- = Rp. 145.600.000.-
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
FIRST-IN, FIRST-OUT
penjualan hams dipastikan harga pokok penjualannya adalah harga pokok yang paling awal masuk bila mempergunakan metode Masuk Pertama Keluar Pertama atau First-in, First-out.
Sistem Persediaan Perpetual Pada sistem perpetual, jumlah persediaan diikuti dari satu transaksi ke transaksi yang lain karena itu pada setiap transaksi
Contoh: Pada bulan April 2002 tercatat transaksi sebagai berikut: April, 2 5
Persediaan Awal
:(' 14 unii 16 unit
msmm !
*W:Wy,m
; 29 —30:
Penjualan Pembehan Penjualan
• •,•••:•••••••:' •-:-
_
20un
<s> Up 400.000
- Rp. X.UOO.000,- i
©Rp. 413.000
- Rp. 6.620.000,-
(s Rp. 440.000
= Rp. 8 H0O 000,-
't
Dari transaksi tersebut di atas maka pencatatan persediaan
dengan metode First-in, First-out adalah sebagai berikut:
Dalam Ribuan Tunggal Ketcrangan April, 2 lAwat ": 5 Jual 14 unit 11 Beli 16 @ 413.75
IVinlu'liaii (Penjualan) 14
f
sald<» Persediaan 20 8.000 too 2 400 6 100 is'"' 16 41 U 5 6.620
413 75
,5.600 >
6 2
413.75
827.50 •?.
14
413.75
5.792.50
29 Beli 20 @ 440
20
440
8.800
^ . 113.75 20 ;::440
T792.50 .8.800
30 Jual 20 unit
14 6
413.75 440
5.792,50 2.640
23 Jual 8 unit
4ili
•!
WmET] 14.
i
AJ.H
6.160
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
73
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
Sistem Persediaan Periodical/ Physical Pada sistem persediaan periodical jumlah persediaan tidak diikuti dari transaksi ke transaksi, tetapi cukup diketahui persediaan awal dan persediaan akhir saja. Persediaan awal diketahui dari persediaan akhir tahun
sebelumnya sedangkan persediaan akhir diketahui dari menghitung persediaan yang masih ada pada akhir periode. Data persediaan selama bulan April misalkan sebagai berikut: Persediaan awal: April 1,20 unit @ Rp. 400.000,= Rp. 8.000.000,-
Pembelian: April. 11
I6uni)
= Rp.
6.620.000,-
April, 29
20 unit
<§> Rp. 400.000 = Rp
8.800.000,-
~Rp. 15.420.000,- J
unit
_
Pada akhir periode persediaan dihitung jumlahnya dan ternyata ada 14 unit. Hal ini berarti bahwa penjualan selama bulan April C°> Rp 400.000
MM 42 unit
Rp. 413,750 @ Rp. 440 000
= Rp. 8 000.000 = Rp. 6.620.000 « Rp. 17.260.000
Persediaan akhir: 14 unit @ Rp. 440.000.- = Rp. 6.160.000.Terlihat bahwa pada sistem persediaan perpetual maupun periodical hasil akhirnya sama. 74
adalah 56 unit -14 unit = 42 unit. Harga Pokok Penjualan dari 42 unit ini berdasarkan First-in, Firstout adalah:
Last-In, First-Out Sistem Persediaan Perpetual Pada sistem perpetual, jumlah persediaan diikuti dari satu ke transaksi yang lain karena itu
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
perhitungan Harga Pokok Penjualan dengan metode Last-in. First-out adalah sebagai berikut: Dalam ribuan [Vmlu.lianfPenjuak,,,
'iaiigt, April, 2
mMA : ii
i
Jual 14 unit:
1 23 Jual8unit
14 16
8
HI 20
413.75
5 600 6 620
(:» 6 16
413.75
3.310
6
400 r
400 413.75
Moo t~T46o 2 400 6.620 A ACif)
0
Beli 20 @ 440
20
440
8.800
6 8 20
400 413.75 440
2.400 3.310 8.800
20 ^ 440
8.800
6 . 8.
400 413.75
2.400 3.310
Sistem Persediaan Periodical/ Physical Misalkan data persediaan selama bulan April 2002 sebagai berikut:
April 1 Persediaan awal 20 unit @ Rp. 400.000.= Rp. 8.000.000.-
Pembelian: April, 11 16 unit April, 29 20 unit Total 36 unit
«*R|>. 413.750 m Rp 440.000
@ Rp. 400.( @Rp. 413. («= Rp, 440.1
1'! . ,
Pada akhir periode persediaan dihitung jumlahnya dan ternyata ada 14 unit. Hal ini berarti bahwa penjualan selama bulan April adalah: 6 una 16 unit 20 unit 42 unit
«Rp .6r>2O000
Rp
i .,
\
•,
56 unit - 14 unit = 42 unit. Harga Pokok Penjualan dari 42 unit ini berdasarkan Last-in, Firstout adalah:
6.620.000
8.8W.Q0Q = Rp. 17.820.000
Persediaan akhir: 14 unit @ Rp. 400.000.- = Rp. 5.600.000. Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
7
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
Perlakuan Akuntansi atas Perbedaan PSAK dan Hukum Pajak.
Misalkan beban - beban operasional berjumlah Rp. 600.000.000 dan tidak ada beban ataupun pendapatan lainnya lagi serta satu-satunya perbedaan menurut PSAK dengan menurut Hukum Pajak adalah metode penilaian persediaan akhir, dimana PSAK menggunakan Lower of cost or net realizable value, sedang peraturan Hukum Pajak harus menggunakan harga pokok/ biaya (Average atau FIFO).
Menggunakan contoh soal LCR dengan Laporan Rugi Laba no. b, maka akan timbul perbedaan laba bersih sebelum pajak menurut PSAK, dengan laba kena pajak menurut hukum pajak sehingga akan menimbulkan pula perbedaan perhitungan pajak penghasilan menurut PSAK dengan menurut Hukum Pajak.
Maka Laporan Rugi Laba menurut PSAK : - " , . " ' « : ;..---• v.-:;:
Pendapatan " 1IPP: Pei vwal
Kp
4.000.000.000
•
: \khir (LCR)
Rp. 150.000.000 Rp, 3, Qj $,000.000. Rp. 3.168.000.000 f 168.000.000) Rp. (3.000.000.000) Rp. 1,000.000.000 Rp. 600.000.000 Rp. 400.000.000
HPP Laba Kotoi Beban Operasional Labajkci
PPH badan (tarif menurut UU PPh no. 17 tahun 2000): 000 X 10% = Rp. 5.000.000 Rp. 50.000.000 X 1 5 % - R p . 7.500.000 Rp 300,000.000 X> 30% ~ Rp. 90.000.1
76
l:,
lo:.M)U.OO0
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Peiita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
Laporan Rugi Laba menurut Hukum Pajak: Pendapatun
Rp 4.000.000.000
\irf
Persediaan Aw at Perabelian ...:.,.. .: Rp, Pei angtersedia Rp. 'ya) L_ HI'!Laba Kotoi Bi »nal aba Kena ajak
Hpvf % Rp. (2.974.000.00 Rp. 1.026.000.C Rp. Rp *26.000.(
PPh badan (tarif menurut UU PPh no. 17 tahun 2000): 0% 00.000 Rp. 326.000.000
Terdapat selisih pajak penghasilan sebesar Rp. 7.800.000 (Rp. 110.300.000- Rp. 102.500.000). Perlakuan (D) Pajak k u , , , . . , . „ „ . . , , , . i d llutang PPh Badan
akuntansi untuk mencatat PPh badan terhutang serta selisih pajak tersebut adalah sebagai berikut: RP.""[10..U)l).(itH) Rp. UO.300,000
[D) AktivaPa (C) Ma»faat Pajak Penghasilan (Ineoine Tax Uenetit)
Pajak yang terhutang dan dibayarkan ke kas negara adalah sebesar Rp. 110.300.000, tetapi perusahaan mengakui suatu aktiva pajak tangguhan sebesar Rp. 7.800.000 yang akan terpulihkan dalam bentuk manfaat ekonomi yang akan diterima oleh
perusahaan pada periode mendatang, karena perbedaan metode penilaian persediaan menurut PSAK dengan metode penilaian menurut Hukum Pajak yang mengakibatkan perbedaan pajak penghasilan tersebut merupakan perbedaan temporer.
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002
7
Widjaja: Penilaian Persediaan menurut Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)..
Dengan demikian penyajian Laporan Rugi laba akuntansi (PSAK) adalah sebagai berikut: |||II uuPajak Pajak kmi (current tax expense)
Rp> 400.000.000 Rp 110.300.000
•ferred benefit) C_ Laba bersihsetelah pajak |
78
7.?00.000)
Rp. 102.500.000 Rp, 297.500.000
Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002