Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN MEUBEL MENGGUNAKAN METODE MATERIAL REQUIRMENT PLANNING PADA UD JAYA UTAMA SERIRIT.
Ketut Jayana
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perencanaan kebutuhan bahan baku pada UD Jaya Utama Seririt, (2) masalah yang dihadapi dalam perencanaan kebutuhan bahan baku meubel pada UD Jaya Utama Seririt, dan (3) pemecahan masalahnya dalam perencanaan meubel pada UD Jaya Utama Seririt. Penelitian ini dilaksanakan di UD Jaya Utama Seririt. Data yang dikumpulkan dengan metode dokumentasi, dianalisis dengan analisis deskritif dan jenis penelitian ini merupakan deskritif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) UD. Jaya Utama merencanaan kebutuhan bahan baku dengan sesuai dan tepat, sehingga proses produksinya dapat berjalan dengan lancar. (2) Masalah yang dihadapi dalam perencanaan kebutuhan bahan baku adalah perbedaaan tenggang waktu dan perubahan kebutuhan. (3) Cara mengatasi masalah yang terjadi pada UD Jaya Utama Seririt yaitu dengan menghitung secara teliti lead time dalam pengiriman bahan baku dan UD. Jaya Utama harus sering melakukan pengawasan apabila terjadi perubahan kebutuhan. Sehingga UD. Jaya utama seririt bisa meningkatkan profit perusahaan dan kelancaran proses produksi tidak terganggu. Kata kunci: perencanaan bahan baku ABSTRACT This study aims to determine (1) the raw material requirements planning at UD Jaya Utama Seririt, (2) the problems encountered in raw material requirements planning furniture at UD Jaya Utama Seririt, and (3) solving the problem in the planning of furniture at UD Jaya Utama Seririt. This research was conducted at UD Jaya Utama Seririt. Data collected by the method of documentation, were analyzed with descriptive analysis and descriptive type of research is a quantitative approach. The results showed that (1) UD. Jaya Utama merencanaan raw material needs with appropriate and precise, so that the production process can run smoothly. (2) The problems encountered in raw material requirements planning is the difference grace period and changing needs. (3) How to troubleshoot problems that occur at UD Jaya Utama Seririt is by carefully calculating the lead time in the delivery of raw materials and UD. Jaya Utama must often perform surveillance in case of changing needs. So UD. The main Jaya Seririt can increase company profit and smooth production process is not disrupted. Keywords: raw material planning
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
PENDAHULUAN Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan perorangan atau secara bersama-sama dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan secara umum adalah untuk memproleh laba yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan. Keterkaitan bagian produksi bukan hanya dalam hal memproduksi produk saja, melainkan juga berusaha untuk mencapai proses produksi yang optimal dengan cara melakukan perencanaan dan pengendalian terhadap persediaan bahan baku. “Perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena mayoritas perusahaan melibatkan investasi besar pada aspek ini” (Handoko, 1999: 333). Secara umum perencanaan dalam kebutuhan persediaan bahan baku mencakup seluruh kegiatan mulai dari penentuan jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan, pencarian sumber atau tempat memprolehnya, cara pembeliannya, dan pengangkutannya ke tempat produksi (Pardede, 2005). Perencanaan bahan baku merupakan salah satu faktor yang menjamin kelancaran proses produksi. Hal tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dalam proses produksi pada waktu yang akan datang. Kegiatan perencanaan persediaan bahan baku yang diperlukan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan perusahaan. Schroeder (2004:25) menyatakan pengertian “persediaan adalah stok bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan pelanggan secara khusus”. Persediaan tersebut meliputi bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Menurut Handoko (1999:333) “persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan”. Menurut Sumayang (2003:197) “Inventory atau persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam
proses dan barang jadi”. Dari sudut pandang sebuah perusahaan maka persediaan adalah investasi modal yang dibutuhkan untuk menyimpan material pada kondisi tertentu Penentuan besarnya persediaan bahan baku merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena sering kali terjadi kesalahan dalam menentukan besarnya investasi (modal yang tertanam) dalam persediaan maka akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan perusahaan akan menambah biaya pemeliharaan dan penyimpanan. Selain itu kelebihan bahan baku akan menyebabkan penyusutan dan kualitas bahan yang tidak dapat dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan. Demikian pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang terlalu kecil dalam perusahaan akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian yang dikarenakan tidak dapat melayani permintaan pelanggan. Oleh karena itu perusahaan seharusnya melakukan pengawasan terhadap persediaan. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan suatu tingkat efisiensi penggunaan uang dalam persediaan, walaupun pengawasan terhadap persediaan ini tidak berarti akan dapat melenyapkan sama sekali resiko yang timbul akibat adanya persediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil, melainkan hanya berusaha mengurangi risiko tersebut. Jadi dalam pengawasan persediaan hanya dapat membantu mengurangi terjadinya risiko tersebut menjadi sekecil mungkin (Rangkuti, 2000). Menurut Terry dan Leslie (2008:43) perencanaan adalah “proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai”. Perencanaan yang efektif harus didasarkan atas fakta-fakta dan informasi yang mendukung, bukan atas dasar emosi maupun keinginan semata. Perencanaan juga harus dapat menampung kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Hal
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
tersebut dilakukan agar pihak yang berkepentingan dapat mempersiapkan dengan hal-hal yang tidak terduga yang dapat terjadi dikemudian hari. Menurut Rangkuti (2000) ada tiga jenis persediaan berdasarkan fungsinya, yaitu (1) batch stock/ lot size inventory, (2) fluctuation stock, dan (3) anticipation stock. (1) Batch Stock/ Lot Size Inventory Batch Stock/ Lot Size Inventory adalah persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan–bahan atau barang–barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannya adalah potongan harga pada saat pembelian, efisiensi produksi dan penghematan biaya angkut. (2) Fluctuation Stock Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dengan memperhitungkan fluctuation stock maka persediaan barang atau bahan dapat diantisipasi. (3) Anticipation Stock Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan bahan ataupun permintaan yang meningkat. Dengan demikian barang atau bahan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan, dan tidak terjadi kekurangan atau kelebihan stock material. Tujuan utama dari persediaan bahan baku adalah menghubungkan pemasok dengan pabrik. Persediaan menurut Barry Render dan Jay Haizer (2001) memiliki beberapa tujuan yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan, yaitu sebagai berikut. 1. Untuk memberikan suatu stok barang agar dapat memenuhi permintaan dari konsumen, 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi, 3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara, substansial menurunkan biaya produk,
4.
Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga, 5. Untuk menghindari dari kekurangan stok, yang dapat terjadi dikarena oleh cuaca, kekurangan pasokan, masalah mute atau pengiriman yang tidak tepat, 6. Untuk menjaga kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik. Menurut Pardede (2005) biayabiaya persediaan (inventory costs) adalah segala biaya yang timbul sebagai akibat dari diadakannya persediaan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa didalam perencanaan dan pengendalian persediaan, tidak semua biaya harus dipertimbangkan melainkan hanya biayabiaya yang jumlahnya berubah dengan perubahan waktu atau titik pemesanan serta jumlah pesanan. Apabila terdapat biaya yang harus dibayar untuk pengadaan persediaan, tetapi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh aturan kerja (waktu pemesanan dan jumlah pesanan) maka biaya tersebut harus diabaikan dalam perhitungan. Penelitian lainnya yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini adalah Penelitian yang dilakukan oleh Norma Asrining Sukma pada tahun 2001 yang berjudul ”Penerapan Metode Economic Order Quantity Guna Efisiensi Persediaan Bahan Baku (studi kasus pada CV. Yudistira Kediri)" ini menganalisa bagaimana cara efisiensi persediaan bahan baku dengan menerapakan metode EOQ. Dalam hasilnya ditemukan selisih antara rencana dan realisasi yang melebihi batas penyimpangan yang disebabkan oleh kebijaksanaan pembelian yang kurang tepat. Moh Syahnur Arobi (2002) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengawasan Persedian Bahan Baku Untuk Menunjang Kelancaran Proses Produksi Pada Pabrik Kompor Kupu Mas” yaitu bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi melalui metode pengawasan. Dalam penelitian tersebut digunakan metode EOQ (economic order quantity) serta ROP (Reorder Point) untuk mengontrol kelancaran proses produksi dan dihasilkan bahwa pabrik kompor tersebut masih menggunakan metode yang sederhana dan disarankan untuk memakai metode EOQ.
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
Vinny Oktaviany Raharjo (2003) dalam penelitiannya yang berjudul ”analisa metode economic order quantity sebagai alternative untuk perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Easterntex Pandaan”. Mengemukakan bahwa pelaksanaan perencanaan dan pengendalian persediaan masih kurang efisien, hal ini disebabkan perusahaan tidak merencanakan pembelian bahan baku. Maka peneliti menerapkan metode EOQ terlihat bahwa perusahaan lebih dapat menghemat biaya. Perberdaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini menggunakan metode Material Requirement Planning. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanakan bahan baku dan untuk mengetahui masalah yang dihadapi dan bagaimana pemecahan masalahnya dalam perencanaan bahan baku. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari subjek penelitian dan lokasi penelitian. Berdasarkan rangkuman di atas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan bahan baku memegang peranan penting dalam proses produksi suatu perusahaan. Agar tercipta proses produksi yang lancar maka seorang Manajer Operasional harus menerapkan perencanaan bahan baku secara tepat. Penelitian ini dilakukan pada UD. Jaya Utama Seririt. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu metode yang bertujuan mencatat, mengolah, menyajikan, mengintepretasikan dan menganalisis data untuk memberikan gambaran mengenai perencanaan bahan baku yang diterapkan dan membandingkannya dengan perencanaan kebutuhan bahan baku yang diterapkan perusahaan sebelumnya. METODE Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode dokumentasi yang pengumpulan datanya mempergunakan catatan dan dokumen perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen yang terkait dengan masalah
yang akan diteliti berupa data persediaan dan data pembelian bahan baku. Subjek dari penelitian ini adalah perusahaan UD. Jaya Utama Seririt sedangkan objek dan penelitian ini adalah aspek perencanaan kebutuhan bahan setiap unit produksi yang dilakukan oleh perusahaan selama bulan Januari sampai bulan desember Tahun 2014. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan mencatat, mengolah, menyajikan, mengintepretasikan dan menganalisis data untuk memberikan gambaran mengenai perencanaan kebutuhan bahan baku yang diterapkan. Dalam hal ini dilakukan penelitian mengenai perencanaan kebutuhan bahan baku yang ditetapkan oleh UD. Jaya Utama, lalu menciptakan kelancaran proses produksi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Melihat kenyataan kekurangan bahan baku memiliki dampak yang sangat besar maka UD. Jaya Utama berupaya untuk membuat sistem perencanaan kebutuhan bahan baku yang sesuai dengan proses produksinya. UD. Jaya Utama juga mengharapkan biaya yang dikeluarkan dapat ditekan sedemikian rupa guna meningkatkan profit perusahaan dan kelancaran proses produksi tidak terganggu. Dengan demikian UD. Jaya Utama harus menghitung secara tepat kebutuhan bersih setiap komponen yang diperlukan dalam proses produksi Dalam pembuatan meubel ini bahan bakunya adalah kayu dengan berbagai jenis yaitu, 1) kayu jati, 2) kayu jempinis, 3) kayu nangka, 4) kayu kamelina. UD. Jaya Utama, selama bulan Januari sampai Mei Tahun 2014 telah menerima 13 unit pesanan daun pintu kupu dengan memakai jenis kayu jati. Pesanan tersebut berupa : a)
Pesanan yang pertama 6 unit daun pintu kupu dengan ukuran 150 cm x 2,2
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
cm yang harus disiapkan di minggu pertama bulan Maret. b) Pesanan yang kedua 7 unit daun pintu ukuran 120 cm x 2 m yang harus Sebelum melakukan proses produksi daun pintu kupu, bagian produksi membuat sketsanya. Langkah-langkah yang dikerjakan dalam pembuatan sketsa yaitu sebagai berikut. 1) Pembuatan Sketsa Sebelum pembuatan daun pintu kupu, langkah yang pertama dilakukan yaitu membuat sketsanya terlebih dahulu. Sehingga nantinya dapat mengetahui bentuk dan jenis daun pintu tersebut. 2) Penyusunan Bahan Baku Setelah pembuatan sketsa dibuat, maka dapat diketahui jenis bahan baku apa saja yang dipergunakan dalam penyusunan bahan baku. 3) Pemesanan Bahan Baku Pemesanan bahan baku ini harus sesuai dengan proses keperluan dalam pembuatan daun pintu. Sehinggaa nantinya tidak mengalami kelebihan dan kekurangan bahan baku yang akan mengakibatkan proses produksi menjadi terganggu. a) Tahapan pertama adalah membuat jadwal order atau dikenal dengan master production schedule. Jadwal order ini berisi mengenai kapan barang yang dipesan dikirim kepada pemesan.
disiapkan di minggu keempat bulan Maret.
4) Pemotongan Bahan Baku Setelah bahan baku diproleh maka pemotongan bahan baku bisa dikerjakan sesuai dengan keperluan dalam pembuatan daun pintu. 5) Proses Pembuatan daun pintu yang dibagi menjadi: a) pembuatan atap, b) pembuatan bagian bawah, c) pembuatan badan/ bagian tengah 6) Proses perakitan daun pintu kupu Langkah terakhir dalam proses pembuatan daun pintu kupu yaitu proses perakitan. Proses perakitan daun pintu ini harus terjadwalkan sehingga nantinya daun pintu kupu bisa terselesaikan tepat waktu. Setelah diperoleh kebutuhan bersih bahan baku pembuatan daun pintu kupu, UD. Jaya Utama kemudian menerapkan perencanaan kebutuhan bahan baku. Adapun tahapantahapan dalam perencanaan kebutuhan bahan baku adalah sebagai berikut
b) Tahapan kedua, membuat diagram Gantt Chart waktu pemasangannya. Diagram Gantt Chart menggambarkan proses produksi dari daun pintu kupu. Diagram Gantt Chart seperti nampak pada, tabel 4.4.
Tabel 4.4: Diagram Gantt Chart Pada pesanan I Bulan Januari
1 2
3 Pembuatan bagian atap dan bagian bawah
4
Minggu 5
Pembuatan bagian tengah atau badan Pebruari
Perakitan ketiga bagian
6
7
8
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
Perakitan atap dan pintu Pemasangan dinding Produk daun pintu kupu sudah siap Keterangan Pada Tabel 4.4 UD. Jaya Utama membagi waktu pemasangan daun pintu tersebut menjadi 6 minggu dengan membagi pembuatan daun pintu menjadi 3 bagian yaitu: (1) pembuatan bagian atap, (2) pembuatan bagian bawah/ lantai dan (3) pembuatan bagian badan. Dari tabel di atas dapat dijelaskan pembuatan daun pintu kupu dimulai pada minggu ketiga Januari dengan membuat bagian atap dan bagian bawah. Pada minggu keempat Januari membuat bagian badan atau bagian tengah
daun pintu. Pembuatan bagian tengah daun pintu memerlukan waktu yang paling lama. Mengingat bagian ini adalah bagian yang paling utama dari pembuatan daun pintu. Minggu selanjutnya yaitu minggu pertama bulan Pebruari dilakukan perakitan ketiga bagian tersebut yaitu bagian bawah, bagian tengah dan bagian atap. Minggu kedua bulan Pebruari dilakukan pemasangan atap dan pintu. Untuk minggu ketiga dilakukan pemasangan dinding dari daun pintu. Minggu keempat bulan Pebruari daun pintu harus sudah siap.
Tabel 4.5: Diagram Gantt Chart Pada Pesanan II Bulan Pebruari
Minggu 1
2 Pembuatan bagian atap dan bagian bawah
3
4
5
6
Pembuatan bagian tengah atau badan Maret
Perakitan ketiga bagian Perakitan atap dan pintu
Pemasangan dinding
7
8
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
Produk daun pintu kupu sudah siap Keterangan Pada Tabel 4.5 UD. Jaya Utama membagi waktu pemasangan daun pintu tersebut menjadi 6 minggu dengan membagi pembuatan daun pintu menjadi 3 bagian yaitu: (1) pembuatan bagian atap, (2) pembuatan bagian bawah dan (3) pembuatan bagian badan. Dari tabel diatas dapat dijelaskan pembuatan daun pintu dimulai pada minggu kedua Pebruari dengan membuat bagian atap dan bagian bawah. Pada minggu ketiga Pebruari difokuskan untuk membuat bagian badan atau tengah daun pintu mengingat bagian ini adalah bagian yang paling utama dari pembuatan daun pintu. Pembuatan bagian badan atau tengah daun pintu memerlukan waktu yang paling lama. Minggu selanjutnya yaitu minggu keempat bulan Pebruari dilakukan perakitan bagian bawah, bagian badan dan bagian atap. Minggu pertama bulan Maret dilakukan pemasangan atap dan pintu dan minggu kedua bulan maret dilakukan pemasangan dinding dari daun pintu. Minggu ketiga daun pintu kupu harus sudah siap. c) Tahapan ketiga dengan menggunakan Jadwal yang telah dibuat, maka penyelesaian masalah lot for lot ordering dapat diselesaikan. Dalam penelitian ini dibahas mengenai masalah yang dialami UD. Jaya Utama. Adapun masalah yang dihadapi tersebut adalah sebagai berikut. 1)
Perbedaan tenggang waktu pengiriman bahan baku akan menambah kerumitan dalam proses produksi. Seperti yang terjadi tidak semua komponen yang diperlukan UD. Jaya Utama memiliki tenggang waktu pengiriman yang sama. Suatu perakitan belum dapat dilakukan apabila komponen-komponen pembentuknya belum tersedia, oleh
karena, itu UD. Jaya Utama dihadapkan pada masalah penentuan saat paling awal dan saat paling lama suatu komponen harus selesai. Kompleksnya masalah akan dirasakan pada tahap penentuan kapan harus melakukan pemesanan, menentukan lot pemesanan. Dimana, apabila salah satu komponen bahan baku dalam produksi meubel daun pintu tidak tersedia maka proses produksi tidak dapat dilanjutkan dan harus menunggu pengiriman komponen bahan baku tersebut. Selain itu juga hal ini sangat tergantung dari perusahaan yang menjual bahan baku dan ketersediaan bahan baku di penjual tersebut. 2) Perencanaan kebutuhan bahan baku menjadi suatu sistem yang peka terhadap perubahan baik perubahan dari luar maupun perubahan dan dalam. Perubahan ini bukanlah tidak menimbulkan masalah, perubahan kebutuhan ini selain mempengaruhi rancangan pemesanan juga mempengaruhi jumlah kebutuhan yang diinginkan. Jika dihubungkan dengan lead time dan ukuran lot maka proses perhitungan harus diulang kembali sehingga akan mengurangi efisiensi perhitungan, oleh karena itu UD. Jaya Utama harus selalu memperhatikan perubahan tersebut. Jika tidak rencana yang telah disepakati harus dihitung ulang dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga waktu untuk penyelesaian produk tidak bisa tepat sesuai dengan yang telah direncanakan diawal. Dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapi, UD Jaya Utama menempuh langkah-langkah sebagai berikut. 1) Tenggang waktu, Dalam rangka mengatasi perbedaan tenggang waktu pengiriman bahan baku yang tidak sama, UD. Jaya
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
Utama dapat mengatasi dengan menghitung dan merencanakan lebih teliti lead time dalam pengiriman bahan baku. Serta memastikan penjual bahan baku mengirimkan bahan baku tepat waktu dengan membuat perjanjian terlebih dahulu. Sehingga nantinya komponen bahan baku dalam pembuatan meubel daun pintu bisa berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. 2)
Perubahan kebutuhan, Perubahan kebutuhan ini selain mempengaruhi rancangan pemesanan juga mempengaruhi jumlah kebutuhan yang diinginkan. Dalam rangka mengatasi perubahan kebutuhan ini UD. Jaya Utama harus sering melakukan pengawasan apabila terjadi perubahan kebutuhan dapat lebih cepat diatasi atau ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang besar.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dalam perencanaan kebutuhan bahan baku daun pintu kupu UD. Jaya Utama membuat sketsa daun pintu kupu terlebih dahulu untuk mendapatkan kebutuhan bersih bahan baku. Selanjutnya UD. Jaya Utama membuat langkah tahapan proses/fase dalam pembuatan daun pintu kupu. Langkah pertama dalam membuat perencanaan kebutuhan bahan baku yaitu membuat jadwal order dari penyelesaian daun pintu kupu. Jadwal order ini berisi tentang waktu penyelesaian daun pintu kupu. Langkah kedua adalah membuat diagram Gantt Chart waktu pemasangan pembuatan daun pintu kupu. Dengan diagram Gantt Chart ini akan memudahkan penyelesaian pembuatan daun pintu kupu karena pekerjaan karyawan terjadwal sehingga karyawan bekerja secara teratur. Langkah terakhir adalah membuat penyelesaian masalah lot for lot ordering tiap-tiap komponen dari daun pintu. Masalah lot for lot ordering ini berisi mengenai kapan dibutuhkannya bahan baku tersebut yang terdiri dari: (1) jumlah bahan baku yang diperlukan, (2) kebutuhan
per pesanan, (3) penerimaan yang dijadwalkan, (4) stok yang tersedia, (5) kebutuhan bersih, (6) penerimaan yang diharapkan dan (7) pesanan yang direncanakan. Suatu perusahaan selama beroperasi tidak selalu berjalan lancar, begitu juga UD. Jaya Utama selama beroperasi memproduksi produk daun pintu kupu masih juga mengalami masalah, walaupun sudah merencanakan kebutuhan bahan bakunya. Perencanaan bahan baku ini masih menimbulkan masalah yang sangat berpengaruh terhadap perusahaan. Masalah-masalah yang terjadi pada UD. Jaya Utama yaitu, 1) perbedaan tenggang waktu pengiriman bahan baku dan, 2) perubahan kebutuhan. Dalam hal ini cara pemecahan masalah yang dilakukan oleh UD. Jaya Utama yaitu, 1) tenggang waktu yang dapat di atasi dengan cara menghitung dan merencanakan lebih teliti lead time dalam pengiriman bahan baku. Serta memastikan penjual bahan baku mengirimkan bahan baku tepat waktu dengan membuat perjanjian terlebih dahulu. 2) Perubahan kebutuhan, pemilik perusahaan harus sering melakukan pengawasan apabila terjadi perubahan kebutuhan dapat lebih cepat diatasi atau ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan permasalah yang besar. Hasil penelitian yang dipreroleh pada penelitian ini sejalan dengan teori Menurut Terry dan Leslie (2008:43) perencanaan adalah “proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai”. Pada UD. Jaya Utama dalam merencanakan kebutuhan bahan bakunya sangat teliti dilakukan agar tujuan-tujuan UD. Jaya Utama bias tercapai.Menurut Soernita. Adi Koesoemah (1990), perencanaan bahan baku terdiri dari empat budget bahan baku yaitu, 1) budget bahan baku, 2) budget pembelian, 3) udget persediaan bahan baku, 4) Budget biaya pemakaian bahan baku. Melihat kenyataannya pada UD. Jaya Utama dengan menerapan perencanaan kebutuhan bahan baku dapat memperkirakan dengan tepat budget bahan baku, budget pembelian, budget persediaan dan budget pemakaian bahan baku. Sehingga nantinya proses produksi dapat
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
berjalan dengan lancar dan pesanan dapat terselesaikan tepat waktu. SIMPULAN Simpulan 1) Bahwa pada UD. Jaya Utama dengan merencanaan kebutuhan bahan baku yang sesuai dan tepat, proses produksinya dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian UD. Jaya Utama dapat menghitung secara tepat kebutuhan bersih setiap komponen yang diperlukan dalam proses produksi. 2) Masalah yang dihadapi dalam melakukan prencanaan kebutuhan bahan baku pada UD. Jaya Utama adalah dalam hal perbedaaan tenggang waktu dan perubahan yang terjadi sehingga mempengaruhi perhitungan lead time. Cara mengatasi masalah yang terjadi pada UD. Jaya Utama yaitu dengan dengan menghitung secara teliti lead time dari pengiriman bahan baku tersebut dan UD. Jaya Utama harus sering melakukan pengawasan apabila terjadi perubahan kebutuhan. Sehingga UD. Jaya utama bisa meningkatkan profit perusahaan dan kelancaran proses produksi tidak terganggu. Saran Dari hasil pembahasan dan kesimpulan di atas perencanaan kebutuhan bahan baku pada UD. Jaya Utama bahwa dengan merencanaan kebutuhan bahan baku yang sesuai dan tepat, proses produksinya dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu disarankan kepada pihak UD. Jaya Utama sebaiknya tetap bisa merencanakan kebutuhan bahan baku dengan baik dan dengan melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan kebutuhan perusahaan seperti menyatukan data persediaan, data pembelian dan lead time menjadi jadwal penyelesaian masalah lot for lot ordering tiap-tiap komponen. DAFTAR PUSTAKA Ahyari, Agus. 2003. Efisiensi persediaan bahan. Yogyakarta: BPFE. Adam, Ebert. 1992. Operation Manajement. Sixth Edition. Prantice Hall.
Arthur J. Keown, David F. Scott, dan J. Willian Petty. 2000. Manajemen Persediaan. http://pengertianmenurutahli.blogspot. com/2013/06/manajemen persediaan. html. (diakses tanggal 08-08-2014). Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Handoko, T. Hani. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Cetakan Ke-12. Yogyakarta: BPFE. Hansen, Don. R dan Mowen Maryanne. 1995. Management Acoounting. Ohio: South-Western Publishing Co. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 1997. Standar Akuntansi Keuangan. Jakartra: Salemba Empat. Koesoemah, Soemita Adi. 1990. Budget Perusahaan. Bandung; Sinar Baru. Martin dan Pretty. 1996. Manajemen Persediaan. http://www.scribd.com/doc/95197691/ Pengertian-Persediaan.(diakses tgl 08-08-2014). Pardade. Pontas M. 2005. Manajemen Operasi dan Produksi: Teori, Model dan Kebijakan. Yogyakarta: Andi. Prawironegoro. 2006. Manajemen Keuangan. Cetakan Ke-1. Jakarta. Diadit Media Rangkuti, Freddy. 2000. Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. Cetakan Ke-4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Render, Barry dan Jay Heizer. 2001. Prinsip- Prinsip Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat. Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Cetakan Ke-7. Yogyakarta: BPFE. Robbins dan Coulter (2004). Pengertian Perencanaan. http:// zuhairistain.blogspot.com/2013/03/ pengertian-perencanaan.html.(diakses tanggal 15-01-2015). Schroeder, Roger. 2004. Pengambilan Keputusan dalam Suatu Fungsi Operasi. Jakarta: Erlangga. Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi & Operasi. Jakarta: Salemba Empat. Subagyo, Pangestu, 2000. Manajemen Operasi: Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
Terry, George R dan Leslie W. Rue. 2008. Dasar-Dasar Manajemen. Terjemahan G.A. Ticoalu. Principles of Management. Jakarta: PT Bumi Aksara. Universitas Pendidikan Ganesha.2009. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja.
Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntasi Biaya. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yamit, Zulian. 2003. Manajemen Kuantitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.