e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
ANALISIS PERBEDAAN UKURAN KOPERASI DAN JENIS KOPERASI TERHADAP KUALITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN (Studi Kasus Pada Koperasi Di Kabupaten Buleleng)
1
Siti Komala, 1Gede Adi Yuniarta, 2I Made Pradana Adiputra Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected] ,
[email protected].}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah terdapat perbedaan pada ukuran koperasi dan jenis koperasi terhadap kualitas sistem pengendalian intern pada koperasi di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini mengambil lokasi di koperasi yang berada di Kabupaten Buleleng. Populasi penelitian yaitu responden koperasi yang terdaftar di Dinas Perkoperasian, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng dan masih aktif yang berjumlah 339 koperasi. Sampel yang digunakan sebanyak 77 responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode penyebaran kuisioner dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji validitas, uji reabilitas, uji normalitas, uji kruskal-wallis (non-parametrik) yang dibantu dengan alat analisis SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan, (1) Terdapat perbedaan ukuran koperasi terhadap kualitas sistem pengendalian intern. Dengan kata lain, kualitas sistem pengendalian intern umum, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan praktik rekonsiliasi dilihat dari ukuran koperasi besar, menengah, dan kecil tidak sama. (2) Tidak terdapat perbedaan jenis koperasi terhadap kualitas sistem pengendalian intern. Dengan kata lain, kualitas sistem pengendalian intern umum, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan praktik rekonsiliasi dilihat dari jenis usaha koperasi simpan pinjam, konsumen, pemasaran, dan jasa sama. Kata kunci: ukuran koperasi, jenis koperasi, dan kualitas sistem pengendalian intern. Abstract This present study was intended to identify whether the cooperative size and type contributed to the quality of the system of internal control at the cooperatives in Buleleng Regency. The study was conducted at the cooperatives in Buleleng Regency. The population of the study included 339 active cooperatives registered in the Department of Cooperative, Trading and Industrial Affairs of Buleleng Regency. The sample of the study included 77 respondents. The data were obtained through questionnaire and documentation. The data were analyzed using test of validity, test of reliability, test of normality, and kruskal-wallis (non-parametric) test supported by SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17 program. The result of the study showed that (1) the cooperative size contributed to the quality of the system of internal control. In other words, the quality of the system of general internal control, the cash receipt, the cash payment, and the practice of reconciliation was not the same among the big, medium and small cooperatives. (2) The type cooperative type did not contribute to the quality of internal control. In other words,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) the quality of the system of general internal control, the cash receipt, the cash payment, and the practice of reconciliation were the same, meaning that there was no difference resulting from the cooperative types whether they are credit unions, consumer cooperatives, marketing cooperatives and cooperative which sell services. Keywords: cooperative size, cooperative type, and quality of system of internal control
PENDAHULUAN Dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, pemerintah menetapkan bahwa koperasi berperan penting sebagai salah satu pelaku jalannya perekonomian di Indonesia. Kebijakan pemerintah ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kakeluargaan. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut dijelaskan bahwa pembangun usaha yang sesuai adalah koperasi (Palupi, 2011). Dalam Undang-undang No. 17 pasal 1 ayat 1 tahun 2012, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Koperasi adalah suatu bentuk perusahaan yang didirikan oleh orang-orang tertentu, untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, berdasarkan ketentuan dan tujuan teretentu pula (Revrisond, 2000: 1). Sesuai dengan Undang-undang No. 25 Tahun 1992, koperasi terdiri dari lima koperasi,: Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, koperasi pemasaran, dan Koperasi Jasa. Jenis Koperasi tersebut dibagi berdasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Berdasarkan Undang-undang No 20 pasal 6 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, telah diatur mengenai criteria pengukuran besar kecilnya suatu usaha. (1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut; Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut; Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut; Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Berdasarkan data Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Buleleng terdapat 381 koperasi di Kabupaten buleleng. Namun hanya 339 koperasi yang aktif. Salah satu sumber permasalahan yang menyababkan banyak koperasi di Kabupaten Buleleng yang tidak aktif adalah manajemen koperasi dan sumber daya manusia (SDM) pengurus yang kurang baik. Pertumbuhan kuantitas koperasi yang tidak diimbangi dengan kualitas yang baik menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak koperasi tidak aktif. Permasalahan ini bisa dihindari salah satunya dengan adanya suatu pengendalian intern yang memadai untuk dapat bertahan dengan persaingan yang semakin ketat. Dengan kata lain diperlukan suatu pengendalian intern yang dapat menunjang efektifitas dalam koperasi.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Pengendalian intern merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan perusahaan dan pengendalian intern membantu mendeteksi dan mencegah berbagai pengaruh lingkungan terhadap sistem. Demikian pula dunia usaha memiliki perhatian yang makin meningkat terhadap pengendalian intern. Setiap perusahaan pasti memiliki sistem pengendalian dalam menjalankan usahanya, dimana sistem tersebut disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masing-masing perusahaan karena jenis dan bentuk perusahaan yang berbeda-beda (Palupi, 2011:2). Pengendalian intern merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan perusahaan dan pengendalian intern membantu mendeteksi dan mencegah berbagai pengaruh lingkungan terhadap sistem. Setiap perusahaan pasti memiliki sistem pengendalian dalam menjalankan usahanya, dimana sistem tersebut disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masing-masing perusahaan karena jenis dan bentuk perusahaan yang berbeda-beda (Palupi, 2011) Menurut Sawyers pengendalian intern merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan yang wajar tentang pencapaian tujuan (Sulaeman, 2012). COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission) mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu sistem, struktur atau proses yang di implementasikan oleh dewan direktur perusahaan, manajemen dan personel lainnya, yang didesain untuk menghasilkan penilaian rasional sebagai upaya mencapai sasaran pengendalian (Husein, 2004:121). Berdasarkan definisi diatas Pengendalian intern adalah suatu aktivitas yang dipengaruhi oleh organisasi perusahaan dimana struktur organisasi, metode dan ketentuan yang terkoordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi, memeriksa ketelitian, dan kehandalan data akuntansi, untuk meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya peraturan perusahaan. Kebijakan tentang pengendalian intern koperasi telah diataur
dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah nomor 21 tahun 2008 dimana sistem pengendalian internal untuk koperasi, usaha kecil dan menengah merupakan kebijakan dan prosedur yang dijalankan oleh pengawas, pengurus, dan manajemen koperasi untuk mengamankan kekayaan koperasi dan memberikan keyakinan yang memadai tentang keandalan informasi laporan pertanggungjawaban keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam menunjang efektifitas dan efisiensi operasi. Menurut Anthony dan Govindarajan dalam Ma’ruf (2006), teori agensi adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Berdasarkan teori keagenan tersebut maka sistem pengendalian intern dirasa sangat penting bagi sebuah organisasi untuk menghindari konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent. Sistem pengendalian intern ini berfungsi untuk mengawasi tugas dan fungsi dari masingmasing bagian koperasi. Sehingga setiap bagian koperasi memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Palupi (2011), yang berjudul Pengaruh Ukuran Koperasi Dan Jenis Koperasi Terhadap Kualitas System Pengendalian Intern Pada Koperasi di Purwerejo dan penelitian Hasmawati (2012), yang berjudul Pengaruh Ukuran Koperasi Dan Jenis Koperasi Terhadap Kualitas System Pengendalian Intern Pada Koperasi di Semarang. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah tempat dan sampel penelitian yang berbeda. Penelitian ini
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) dilakukan di Kabupaten Buleleng, sedangkan sampel diambil dari koperasi yang berada di Kabupaten Buleleng. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah terdapat perbedaan ukuran koperasi terhadap kualitas sistem pengendalian intern? (2) Apakah terdapat perbedaan jenis koperasi terhadap kualitas sistem pengendalian intern?. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan ukuran koperasi terhadap kualitas sistem pengendalian intern pada koperasi di Kabupaten Buleleng. (2) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jenis koperasi terhadap kualitas sistem pengendalian intern pada koperasi di Kabupaten Buleleng. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2008 ukuran koperasi diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu koperasi besar, menengah, dan kecil. Ukuran ini dilihat berdasarkan Asset yang dimiliki satu koperasi per tahunnya. Semakin besar koperasi, maka semakin sulit dalam mengawasi kegiatan usahanya. Dengan semakin besarnya ukuran koperasi maka, kualitas sistem pengendalian intern umum, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan praktik rekonsiliasi yang digunakan juga akan semakin baik dan terkontrol (Palupi, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Hasmawati (2012) menunjukkan bahwa terdapat perbadaan ukuran koperasi terhadap sistem pengendalian intern, dimana perbedaan aspek-aspek pengendalian yang digunakan oleh koperasi kecil, menengah, dan besar umumnya didukung oleh adanya penerapan SPI umum, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan praktik rekonsiliasi yang berbeda pada koperasi besar, koperasi menengah, dan koperasi kecil. Namun, hasil penelitian Hasmawati berbeda dengan penelitian Palupi (2011), Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran koperasi tidak berpengaruh terhadap kualitas sistem pengendalian intern. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
H1 : Ukuran koperasi (X1) tidak berbeda secara signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern (Y). H1a : Ukuran koperasi (X1) tidak berbeda secara signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern umum (Ya). H1b : Ukuran koperasi (X1) tidak berbeda secara signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern penerimaan kas (Yb). H1c : Ukuran koperasi (X1) tidak berbeda secara signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern pengeluaran kas (Yc). H1d : Ukuran koperasi (X1) tidak berbeda secara signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi (Yd). Sesuai dengan Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, jenis koperasi terdiri dari lima jenis yaitu Koperasi simpan pinjam, Koperasi konsumen, Koperasi produsen, Koperasi pemasaran, Koperasi jasa. Dasar untuk menentukan keempat jenis koperasi tersebut adalah kesamaan aktivitas, kepentingan, dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2011) diketahui bahwa jenis koperasi tidak berpengaruh terhadap kualitas sistem pengendalian internnya. Sistem pengendalian yang digunakan oleh setiap koperasi sama dan tidak ada perbedaan ini dikarenakan dalam Peraturan Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 21 tahun 2008, tiap pendirian koperasi memang telah diberikan ketentuan untuk memiliki sistem koperasi sehingga manajemen koperasi juga berupaya untuk memenuhinya. Penelitian Hasmawati (2012) konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2011) diketahui bahwa tidak ada perbedaan jenis koperasai terhadap sistem pengendalian intern. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. H2 : Jenis koperasi (X 2) tidak berbeda secara signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern (Y). H2a : Jenis koperasi (X2) tidak berbeda secara signifikan kualitas sistem pengendalian intern umum (Ya). H2b : Jenis koperasi (X2) tidak berbeda secara signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern penerimaan kas (Yb).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) H2c : Jenis koperasi (X2) tidak berbeda secara signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern pengeluaran kas (Yc). H2d : Jenis koperasi (X2) tidak berbeda secara signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi (Yd). METODE Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Buleleng. Populasi dalam penelitian ini, yaitu 339 koperasi yang terdaftar dan masih aktif di Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Buleleng, sedangkan sampelnya berjumlah 77 koperasi. Metode pemilihan sampel menggunakan rumus Slovin.
N N .d 2 1 339 n 339 .( 0 . 1 ) 2 1
n
Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = standar error (10%) Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner yang disebarkan secara langsung ke obyek penelitian dan studi dokumentasi sebagai pendukung penelitian, yaitu untuk menunjukkan besar kecilnya ukuran koperasi yang dilihat dari asset yang dimilki satu koperasi dalam Laporan Keuangan setelah RAT. Pada penelitian ini, tahap pertama adalah data diuji dengan menggunakan uji kualitas data terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Tahap kedua, dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas. Pada tahap ketiga adalah pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis Kruskal-wallis. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 77 kuesioner. Waktu yang digunakan untuk menyebarkan kuesioner sampai terkumpul adalah kurang lebih 3 bulan. Total
kuesioner yang kembali dan layak digunakan adalah 77 kuisioner. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dilakukan pengujian yang dibantu dengan menggunakan SPSS 17. Berdasarkan hasil kuesioner yang kembali dan dapat diolah, diketahui bahwa sebagian koperasi yang menjadi obyek penelitian kebanyakan beroperasi selama kurang dari 10 tahun, yaitu sebanyak 42 koperasi atau 54,5%, sedangkan yang telah beroperasi selama lebih dari 10 tahun yaitu 35 koperasi atau 45.5%. Dilihat dari segi ukuran koperasi obyek penelitian kebanyakan berukuran besar, yaitu sebanyak 39 koperasi atau 50,6%, sementara ukuran menengah 16 koperasi atau 20,8%, dan ukuran kecil 22 koperasi atau 28,6%. Obyek penelitian kebanyakan berjenis simpan pinjam, yaitu 66 koperasi atau 85,7%, sementara konsumen 4 koperasi atau 5,2%, produsen 0 koperasi atau 0%, pemasaran 2 koperasi atau 2,6, dan jasa 5 koperasi atau 6,5%. Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat ukur dapat mengungkapkan konsep gejala/ kejadian yang diukur (Ghozali, 2006). Untuk melihat validitas dari masing-masing item kuesioner, digunakan Corrected Item-Total Correlation. Jumlah responden kuesioner sebanyak 77 responden sehingga diperoleh rtabel sebesar 0,227 dan koefisien korelasi product moment tiap butir instrumen lebih besar dari rtabel. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 38 butir pertanyaan tidak semua item untuk masing-masing variable dinyatakan valid karena rhitung lebih kecil dari rtabel. Maka dari itu instrument yang tidak valid dihilangkan. Jadi, butir kuesioner pada setiap instrumen yang valid adalah sebanyak 22 butir, yaitu butir 3, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 33, 34, 35, 37. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji sejauh mana keandalan suatu alat pengukur untuk dapat digunakan lagi untuk penelitian yang sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Alpha. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Indikator untuk uji reliabilitas adalah Cronbach Alpha, apabila nilai Cronbach Alpha > 0.6 menunjukkan instrumen yang digunakan reliable (Ghozali, 2006). Hasi l uji reliabilitas menunjukan bahwa instrumen sistem pengendalian intern umum 0,751 > 0,60, sistem pengendalian intern penerimaan kas 0,672 > 0,60, sistem pengendalian intern pengeluaran kas 0,756 > 0,60, dan sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi 0,694 > 0,60. Semua variabel Alpha Cronbach menunjukkan nilai lebih besar dari 0,60. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua variabel adalah reliabel. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh terhadap data bersangkutan. Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan pengujian Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas sebaran data dilakukan pada data sistem pengendalian intern umum, sistem pengendalian intern penerimaan kas, sistem pengendalian intern pengeluaran kas, dan sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern umum nilai Sig 0,000, sistem pengendalian intern penerimaan kas nilai Sig 0,000, sistem pengendalian intern pengeluaran kas nilai Sig 0,000, dan sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi nilai Sig 0,000 lebih kecil dari 0,05 untuk statistik Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data terdistribusi normal jika angka signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada semua unit analisis tidak berdistribusi normal. Dengan demikian, pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik non-parametrik, yaitu uji Kruskal-Wallis. Uji kruskal Wallis digunakan ketika asumsi Anova tidak terpenuhi. Uji data kruskal-wallis dapat digunakan pada data yang tidak berdistribusi normal. Masing-masing data
tidak saling bergantung dan berbeda signifikan satu sama lain. Analisis Kruskal-Wallis dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen (ukuran koperasi dan jenis koperasi) terhadap variabel dependen (kualitas sistem pengendalian intern baik intern umum, penerimaan kas, pengeluaran kas maupun praktik rekonsiliasi). Adapun rumus Kruskal-wallis dinyatakan sebagai berikut.
12 K n ( n 1)
k
i 1
Ri 2 3 ( N 1) ni
Keterangan: K = nilai Kruskal-Wallis dari hasil perhitungan Ri = jumlah rank dari kategori atau perlakuan ke i ni = Banyaknya ulangan pada kategori atau perlakuan ke-i k = banyaknya kategori atau perlakuan (i=1,2,3,…..,k) n = Jumlah seluruh data (N=n1+n2+n3+………..+nk) Dasar pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesis Kruskal-Wallis yaitu,
(1) Jika Statistik Hitung < Statistik Tabel, maka H0 diterima atau tidak ada perbedaan yang nyata (signifikan) diantara variable-variabel yang di uji. (2) Jika Statistik Hitung > Statistik Tabel, maka H0 ditolak atau ada perbedaan yang nyata (signifikan) diantara variable-variabel yang di uji. Ukuran Koperasi Berbeda Secara Signifikan Terhadap Sistem Pengendalian Intern Koperasi Sistem pengendalian intern koperasi diukur dengan menggunakan 22 item pertanyaan yang terbagi dalam 4 kontrol, yaitu: umum, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan praktik rekonsiliasi. Sedangkan, ukuran koperasi dalam penelitian ini terbagi atas koperasi berukuran besar, menengah, dan kecil. Obyek penelitian kebanyakan berukuran besar, yaitu sebanyak 39 koperasi atau 50,6%, sementara ukuran menengah 16 koperasi atau 20,8%, dan ukuran kecil 22 koperasi atau 28,6%. Hasil pengujian perbandingan sistem
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) pengendalian intern koperasi berdasarkan
ukuran koperasi dilihat pada table 1 berikut.
Tabel 1. Hasil Analisis Kruskal-Wallis (Ukuran Koperasi) Ukuran Koperasi Kecil Menengah Besar Total
Chi-Square Df Asymp. Sig. (Sumber: Data diolah, 2014)
N 22 16 39 77 Sistem Pengendalian Intern 8,277 2 0,016
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis yang tersaji pada Tabel 1 diperoleh hasil bahwa signifikasi sebesar 0,016 (lebih kecil dari 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan ukuran koperasi terhadap sistem pengendalian internnya, yang berarti bahwa semakin besarnya ukuran koperasi maka kualitas sistem pengendalian intern yang digunakan juga akan semakin baik dan terkontrol. Sehingga hipotesis 1 dalam penelitian ini di tolak. Hasil deskriptif yang menjadi objek penelitian kebanyakan berukuran besar, yaitu sebanyak 50,6% dengan tingkat perangkingan 46,10, sementara koperasi berukuran menengah 20,8% dengan tingkat perangkingan 30,31, dan kecil 28,6% dengan tingkat perangkingan 32,73. Hasil pengujian ini dapat menunjukkan adanya perbedaan signifikan kualitas sistem pengendalian intern dari ukuran koperasi. Koperasi yang berukuran besar memiliki sistem pengendalian intern yang lebih baik dan terkontrol dalam menerapkan fungsi pengawas, pengurus, dan masing-masing bagian koperasi dalam menjalankan wewenang dan tugasnya dari pada koperasi yang berukuran menengah atau kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh koperasi yang berukuran kecil, menengah, maupun besar berbeda. Dengan kata lain, ditunjukkan bahwa kualiatas sistem pengendalian intern koperasi berbeda terhadap setiap ukuran koperasi (besar, menengah, atau kecil).
Mean Rank 32,73 30,31 46,10
Tidak signifikan
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novrina (2012), yang menyatakan bahwa ukuran besar kecilnya koperasi berpengaruh signifikan terhadap sistem pengendalian intern koperasi. Adanya perbedaan yang signifikan umumnya didukung oleh adanya penerapan SPI umum, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan praktik rekonsiliasi yang berbeda pada koperasi besar, koperasi menengah, dan koperasi kecil. Secara teoritis, untuk memecahkan masalah yang timbul akibat kompleksnya transaksi yang ada sangat dibutuhkan sistem pengendalian intern. Dengan semakin besarnya ukuran koperasi maka kualitas sistem pengendalian intern yang digunakan juga akan semakin baik dan terkontrol. Sebaliknya hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2011), yang menyatakan bahwa ukuran besar kecilnya koperasi tidak mempengaruhi sistem pengendalian intern koperasi. Hasil penelitian ini juga tidak menunjukkan adanya perbedaan kualitas pengendalian intern baik umum, penerimaan kas, pengeluaran kas maupun praktik rekonsiliasi dilihat dari jenis usaha koperasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pengendalian intern yang diterapkan oleh koperasi konsumen, simpan pinjam, maupun koperasi produsen cenderung sama. Dengan kata lain bahwa jenis usaha koperasi tidak mampu mempengaruhi kualitas sistem pengendalian intern koperasi.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Ukuran Koperasi Berbeda Secara Signifikan Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern Umum Koperasi Sistem pengendalian intern umum koperasi diukur dengan menggunakan 5 item pertanyaan. Sedangkan, ukuran koperasi dalam penelitian ini terbagi atas koperasi berukuran besar, menengah, dan kecil. Hasil pengujian Kruskal-Wallis, perbandingan sistem pengendalian intern koperasi aspek umum berdasarkan ukuran koperasi diperoleh nilai Asymp. Sig. sebesar 0,417 atau probabilitas di atas nilai 0,05 (0,417 > 0,05), maka H1a di terima atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas sistem pengendalian intern umum yang dilihat dari ukuran koperasi (besar, menengah, dan kecil). Ukuran Koperasi Berbeda Secara Signifikan Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas Koperasi Sistem pengendalian intern penerimaan kas koperasi menggunakan 6 item pertanyaan. Sedangkan, ukuran koperasi dalam penelitian ini terbagi atas koperasi berukuran besar, menegah, dan kecil. Hasil pengujian Kruskal-Wallis, perbandingan sistem pengendalian intern koperasi aspek penerimaan kas berdasarkan ukuran koperasi diperoleh nilai Asymp. Sig. sebesar 0,038 atau nilai probabilitas di bawah 0,05 (0,038 < 0,05), maka H1b di tolak atau dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kualitas sistem pengendalian intern penerimaan kas yang dilihat dari ukuran koperasi (besar, menengah, dan kecil). Ukuran Koperasi Berbeda Secara Signifikan Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern Pengeluaran Kas Koperasi Sistem pengendalian intern pengeluaran kas koperasi diukur dengan menggunakan 8 item pertanyaan. Sedangkan, koperasi dalam penelitian ini terbagi atas koperasi berukuran besar, menengah, dan kecil. Hasil pengujian Kruskal-Wallis perbandingan sistem pengendalian intern koperasi aspek pengeluaran kas berdasarkan ukuran
koperasi diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0,016 atau probabilitas di bawah 0,05 (0,016 < 0,05), maka H1c di tolak atau dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pengeluaran kas yang dilihat dari ukuran koperasi (besar, menengah, dan kecil). Ukuran Koperasi Berbeda Secara Signifikan Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern Praktik Rekonsiliasi Koperasi Sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi diukur dengan menggunakan 4 item pertanyaan. Sedangkan, ukuran koperasi dalam penelitian ini terbagi atas koperasi berukuran besar, menengah, dan kecil. Hasil pengujian Kruskal-Wallis perbandingan sistem pengendalian intern aspek praktik rekonsiliasi berdasarkan ukuran koperasi diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0,087 atau probabilitas di atas 0,05 (0,087 > 0,05), maka H1d di terima atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi yang dilihat dari ukuran koperasi (besar, menengah, dan kecil). Jenis Koperasi Berbeda Secara Signifikan Terhadap Sistem Pengendalian Intern Koperasi Sistem pengendalian intern koperasi diukur dengan menggunakan 22 item pertanyaan yang terbagi dalam 4 kontrol, yaitu: umum, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan praktik rekonsiliasi. Sedangkan, jenis koperasi dalam penelitian ini terbagi atas empat koperasi, yaitu koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Obyek penelitian kebanyakan berjenis simpan pinjam, yaitu 66 koperasi atau 85,7%, sementara konsumen 4 koperasi atau 5,2%, produsen 0 koperasi atau 0%, pemasaran 2 koperasi atau 2,6, dan jasa 5 koperasi atau 6,5%. Hasil pengujian perbandingan sistem pengendalian intern terhadap jenis koperasi dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Tabel 2. Hasil Analisis Kruskal-Wallis (Jenis Koperasi) Jenis Koperasi Simpan Pinjam Konsumen Pemasaran Jasa Total
N 66 4 2 5 77
Mean Rank 38,60 55,13 27,25 36,10
Sistem Pengendalian Intern Chi-Square Df Asymp. Sig. (Sumber: Data diolah, 2014) Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis yang tersaji pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa signifikasi sebesar 0,423 (lebih besar dari 0,05), sehingga dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan jenis koperasi terhadap sistem pengendalian internnya, dengan kata lain kualitas sistem pengendalian. Hasil deskriptif yang menjadi objek penelitian kebanyakan jenis koperasi simpan pinjam yaitu sebanyak 85,7% dengan tingkat perangkingan 38,60, sementara koperasi konsumen 5,2% dengan tingkat perangkingan 55,13, koperasi pemasaran 2,6% dengan tingkat perangkingan 27,25, dan koperasi jasa 6,5% dengan tingkat perangkingan 36,10. Dasar justifikasi tidak terdapat perbedaan sistem pengendalian intern berdasarkan jenis koperasi adalah bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 21 Tahun 2008, tiap pendirian koperasi memang telah diberikan adanya ketentuan untuk memiliki sistem pengendalian intern dan telah diberikan pedoman untuk melakukan pengawasan koperasi, sehingga manajemen koperasi juga berupaya untuk memenuhinya (Novrina, 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, fungsi pengawas, pengurus, dan masing-masing bagian koperasi berdasarkan jenis Koperasi memiliki kualitas sistem pengendalian intern yang sama dalam menjalankan wewenang dan tugasnya. Dengan kata lain kualitas sistem pengendalian Jenis Koperasi (koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan
2,804 3 0,423
Signifikan
koperasi jasa) dikatakan sama atau tidak berbeda. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Palupi (2011) dan Novrina (2012), yang menyatakan bahwa jenis koperasi tidak berpengaruh terhadap sistem pengendalian intern koperasi. Berdasarkan hasil pengujian juga tidak menunjukkan adanya perbedaan kualitas pengendalian intern baik umum, penerimaan kas, pengeluaran kas maupun rekonsiliasi dilihat dari jenis usaha koperasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pengendalian intern yang diterapkan oleh koperasi karyawan, simpan pinjam, maupun koperasi serba usaha cenderung sama. Dengan kata lain bahwa jenis usaha koperasi tidak mampu mempengaruhi kualitas sistem pengendalian intern koperasi. Jenis Koperasi Berbeda Secara Signifikan terhadap Sistem Pengendalian Intern Umum Koperasi Sistem pengendalian intern umum koperasi diukur dengan menggunakan 5 item pertanyaan. Sedangkan, jenis koperasi dalam penelitian ini terbagi atas empat koperasi, yaitu koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Hasil pengujian KruskalWallis perbandingan sistem pengendalian intern umum terhadap jenis koperasi diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0,445 atau probabilitas di atas 0,05 (0,445 > 0,05), maka H2a di terima atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas sistem pengendalian
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) intern umum yang dilihat dari jenis koperasi (koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa). Jenis Koperasi Berbeda Secara Signifikan terhadap Sistem Pengendalian Intern Koperasi Penerimaan Kas Koperasi Sistem pengendalian intern penerimaan kas koperasi menggunakan 6 item pertanyaan. Sedangkan, jenis koperasi dalam penelitian ini terbagi atas empat koperasi, yaitu koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Hasil pengujian KruskalWallis perbandingan sistem pengendalian intern penerimaan kas terhadap jenis koperasi diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0,910 atau probabilitas di atas 0,05 (0,910 > 0,05), maka H2b di terima atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas sistem pengendalian intern penerimaan kas yang dilihat dari jenis koperasi (koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa). Jenis Koperasi Berbeda Secara Signifikan terhadap Sistem Pengendalian Intern Koperasi Pengeluaran Kas Koperasi Sistem pengendalian intern pengeluaran kas koperasi diukur dengan menggunakan 8 item pertanyaan. Sedangkan, jenis koperasi dalam penelitian ini terbagi atas empat koperasi, yaitu koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Hasil pengujian KruskalWallis perbandingan sistem pengendalian intern pengeluaran kas terhadap jenis koperasi diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0,608 atau probabilitas di atas 0,05 (0,608 > 0,05), maka H2c di tetima atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas sistem pengendalian intern pengeluaran kas yang dilihat dari jenis koperasi (koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa). Jenis Koperasi Berbeda Signifikan terhadap
Secara Sistem
Pengendalian Intern Koperasi Praktik Rekonsiliasi Koperasi Sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi diukur dengan menggunakan 4 item pertanyaan. Sedangkan, jenis koperasi dalam penelitian ini terbagi atas empat koperasi, yaitu koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Hasil pengujian KruskalWallis perbandingan sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi terhadap jenis koperasi diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0,093 atau probabilitas di atas 0,05 (0,093 > 0,05), maka H2d di terima atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas sistem pengendalian intern praktik rekonsiliasi yang dilihat dari jenis koperasi (koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, sehingga dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Pertama, Hipotesis 1 yang diajukan di tolak, artinya berdasarkan ukuran koperasi terdapat perbedaan secara signifikan terhadap kualitas pengendalian intern baik umum, penerimaan kas, pengeluaran kas, penerimaan kas dan praktik rekonsiliasi dilihat dari ukuran koperasi (besar, menengah, kecil). Semakin besar ukuran koperasi, maka semakin baik kualitas sistem pengendalian intern yang dilakukan. Kedua, Hipotesis 2 yang diajukan di terima, artinya berdasarkan jenis koperasi tidak terdapat perbedaan secara signifikan terhadap kualitas intern baik umum, penerimaan kas, pengeluaran kas, penerimaan kas dan praktik rekonsiliasi dilihat dari ukuran koperasi (besar, menengah, kecil). Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat ditarik suatu saran sebagai berikut. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dapat mengembangkan model dengan menambahkan variabel prestasi koperasi yang dapat dianalisi untuk mengetahui perbedaan kualitas sistem pengendalian intern, serta dapat memperluas wilayah penelitian. Diharapkan dapat menggunakan alat analisis lain untuk mengetahui
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) besarmya pengaruh masing-masing variabel terhadap kualitas sistem pengendalian intern.
DAFTAR PUSTAKA Ghozali, Imam., 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hasmawati Novrina. 2012. Pengaruh Ukuran Koperasi Dan Jenis Koperasi Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus Pada Koperasi Di Semarang). Ejournal Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012 Universitas Diponogoro Semarang. Ma’ruf, H. 2006. Pemasaran Ritel. Cetakan ke-2. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Palupi. Astri Ken. 2011. Pengaruh Ukuran Koperasi dan Jenis Koperasi Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus pada Koperasi di Purworejo). Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Revrisond Baswir, 2000, Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE. Sulaeman. 2012. Analisis Prosedur Pengendalian Intern Piutang Usaha Pada Astra Credit Companies Cabang Makassar. Skripsi Universitas Hasanuddin Makasar. Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.
Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoprasian. Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoprasian. Undang-undang No. 17 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoprasian.