Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
ANALISIS PERBANDINGAN PASAR DANA ANTARA BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DENGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROPINSI ACEH Muhammad Nasir Dosen Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRACT
The principle of sharing in financial institutions has been widely known in both the Islamic and non-Muslims. So the Islamic Bank is not related to the activities of Islamic religious rituals, but also the concept of revenue sharing venture between the owners of capital with the manager of capital. During its development, the national banking system can be classified into, (1) the conventional banking system, namely the banking system that uses a system of interest (interest) in return for equity (both deposits and loans) and (2) Islamic banking system (sharia), where in this system, the remuneration of capital is done by sharing system. How much influence the outcome of supply and demand of funds in maunpun Sharia Rural Banks in Rural Bank in Aceh conducted in this study. Linear regression is used to describe the relationship between the dependent variables (supply and demand of funds) with a number of explanatory variables/independent. Estimated linear regression model showed that significant variables for the provit sharing, interest rates, income, and supply and demand of funds of prior periods affecting the demand for supply and demand of funds. Needed expansion of SRB and RB institutions accessible to the wider community, especially in rural areas. Keywords : demand for supply, demand of funds, rate, linear Regression.
provit sharing, interest
PENDAHULUAN Kelahiran Bank Syariah di Indonesia didorong oleh keinginan masyarakat Indonesia (terutama masyarakat Islam) yang berpandangan bunga merupakan hal yang haram. Walaupun demikian, sebenarnya prinsip bagi hasil dalam lembaga keuangan telah dikenal luas baik di negara Islam maupun non-Islam. Jadi Bank Syariah tidak berkaitan dengan kegiatan ritual keagamaan Islam saja, tetapi juga merupakan konsep pembagian hasil usaha antara pemilik modal dengan pihak pengelola modal. Dengan demikian pengelolaan bank dengan prinsip syariah dapat diakses dan dikelola oleh seluruh masyarakat. Masyarakat yang berminat tidak terbatas pada masyarakat Islam, tetapi juga pada masyarakat non-Islam, walaupun sampai saat ini Bank Syariah di Indonesia baru berkembang pada
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
kalangan masyarakat Islam. Peluang pengembangan Bank Syariah di Indonesia cukup besar, karena Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk muslim paling besar. Bank Syariah dengan prinsip bagi hasil ini sudah banyak didirikan di beberapa negara Islam, seperti Nasser Social Bank di Kairo (Mesir pada tahun 1972), Al Amanah Islamic Investment Bank di Manila (Filipina tahun 1973) dan Dubai Islamic Bank (Dubai tahun 1975). Namun perkembangan bank Islam mulai tampak setelah berdirinya Islamic Development Bank (IDB) di Jeddah pada tahun 1975. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan sosial bagi negara anggota dan masyarakat muslim pada umumnya (Sumitro, 1997 : 49). Bank–bank Islam itu telah menjadi penampung dana dan penyalur dana umat Islam, baik untuk kepentingan yang berhubungan dengan ibadah seperti dana dari zakat, infak dan sedekah maupun muamalah seperti simpanan Al Wadiah dan Mudharabah. Dari data yang berhasil dikumpulkan ternyata bahwa 26 dari 32 bank merupakan bank yang sehat dan untung, 18 diantaranya secara tetap telah membagikan keuntungan kepada para penyimpan dana dan hasil atas investasi bagi depositor berkisar antara 3 persen sampai dengan 24 persen sedangkan hasil atas investasi bagi pemegang saham sampai dengan 98 persen (Antonio, 1999a: 47). Fungsi bank syariah adalah penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat lain yang memerlukan. Karakteristik produk dan jasa perbankan syariah adalah: a. Peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan b. Menghindari kegiatan spekulasi yang tidak produktif c. Pembiayaan (pinjaman) hanya ditunjukan kepada usaha-usaha yang halal, sehingga diperoleh pendapatan halal d. Sistem pembiyaan (pinjaman) dengan bagi hasil yang dikembangkan bank syariah akan menumbuhkan rasa tanggung jawab masing-masing baik bank maupun nasabah. Landasan operasional bank syariah adalah Al Qur’an dan Hadist, maka konsep dasar yang diterapkan adalah: a. Menghindari aktivitas riba dalam seluruh aspeknya b. Memperoleh pendapatan dengan cara perniagaan (tijaroh) Berdasarkan konsep Al-Wadiah Yad Adh Dhamanah tersebut, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan dan pihak bank dalam hal ini mendapatkan insetif (bonus) kepada penitip. Aplikasi dalam perbankan syariah secara umum diterapkan dengan AlMudhrabah,yaitu pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Mengacu pada pengertian tangan penanggung (yad adh dhamanah) dapat dilihat pada (Gambar I.1) sebagai berikut :
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
1. Titipan dana Nasabah Penitipan (Muwaddi’)
4. Beri Bonus
Bank Penyimpan (Mustawda’)
3. Bagi Hasil
2. Pemanfaatan Dana
Yang Membutuhkan Dana Dunia Usaha Gambar I.1 : Al- Wadi’ah Yad Adh Dhamanah
Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan utama seorang dalam memutuskan untuk menabung. Tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk di manfaatkan di masa yang akan datang. Tingginya minat masyarakat untuk menabung di pengaruhi oleh tingkat bunga. Hal ini berarti bahwa pada saat tingkat bunga tinggi , masyarakat lebih tertarik mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah tabunganya. Konsep ini berbeda dengan sistem perbankan Syariah yang mengunakan sistem bagi hasil atas pengguna dana pihak peminjam ( baik oleh pihak nasabah maupun bank ). Pinjaman produktif yang disalurkan nantinya akan memberikan bagian bagi pemberi pinjaman, sebesar nasabah bagi hasil yang di sepakati di awal transaksi. Sedangkan besarnya nominal yang diterima tentunya menyesuaikan dengan besarnya keuntungan yang didapat oleh peminjam itu sendiri. Konsekuensi dari konsep ini adalah, jika hasil usaha peminjam menujukan keuntungan yang besar, maka bagi hasilnnya pun akan besar dan sebaliknya jika keuntunganya kecil atau bahkan merugi maka pihak peminjam harus ikut pula menangung kerugian tersebut. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat di ketahui bahwa salah satu perbedaan antara Perbankan konvesional dan Perbankan Syariah adalah adanya suku bunga di perbankan konvensional dan nasabah bagi hasil pada perbankan Syariah. Bisa dikatakan bagi hasil dalam perbannkan Syariah merupakan pengganti suku bunga dalam perbankan konvensional.
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut yaitu : a. Berapa besar pengaruh bagi hasil terhadap permintaan dan penawaran dana pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Aceh ? b. Berapa besar pengaruh tingkat bunga terhadap permintaan dan penawaran dana pada Bank Perkreditan Rakyat di Aceh Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah : a. Untuk mengetahui pengaruh bagi hasil terhadap permintaan dan penawaran dana pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Aceh. b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga terhadap permintaandan penawaran dana pada Bank Perkreditan Rakyat di Aceh.
STUDI PUSTAKA Bagi Hasil dan Tingkat Bunga Faktor penentu dalam mempengaruhi profit dalam perbankan syariah adalah ra’sul mal atau dalam bahasa ekonominya dikenal dengan modal. Secara teoritis, sistem berlipat ganda pengembalian atau riba tidak merupakan variabel independen bagi profit sistem dalam perbankan syariah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 279. Berpijak kepada ayat di atas bahwa metode perhitungan keuntungan dalam sistem perbankan Syariah didasarkan kepada sistem bagi hasil antara pihak perbankan dengan pihak nasabah. Nasabah dalam perbankan Syariah sebagaimana perbankan konvensional, juga terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu saving (penabung) maupun investor (peminjam dana). Menurut Antonio (199b:76) ada tujuh perbedaaan penting antara tingkat bunga dan bagi hasil : 1. Penentuan bunga ditentukan sejak awal tanpa berpedoman pada untung rugi, sehingga besarnya bunga yang harus dibayar sudah diketahui sejak awal. Sedangkan sistem bagi hasil penentuan jumlah besarnya tidak dapat ditetapkan sejak awal, karena pengembalian bagi hasil didasarkan kepada untung rugi dengan pola nisbah (rasio) bagi hasil. Maka jumlah bagi hasil baru diketahui setelah usaha dijalankan atau ada keuntungan yang diperoleh. 2. Pada sistem perbankan konvesional, besarnya persentase bunga dan besarnya nilai rupiah ditentukan sebelumnya berdasarkan jumlah uang yang dipinjamkan Sedangkan pada sistim perbankan syariah, besarnya bagi hasil tidak didasarkan pada jumlah pembiyaan (pinjaman) akan tetapi berdasarkan perolehan keuntungan yang paralel.
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
3. Dalam sistem bunga jika terjadi kerugian, maka yang menanggung kerugian tersebut hanya debitur saja berdasarkan tingkat tingkat bunga yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Sedangkan sistem bagi hasil jika terjadi kerugian maka hal itu akan ditanggung bersama oleh pemilik modal dan debitur. Pihak bank menanggung kerugian materi, sedangkan debitur menanggung kerugian tenaga waktu dan pikiran. 4. Pada sistem bunga jumlah pembayaran bunga kepada deposan (nasabah penabung) tidak meningkat, sekalipun keuntungan bank meningkat karena persentase bunga ditetapkan secara pasti tanpa didasarkan pada untung dan rugi. Sedangkan dalam sistem bagi hasil jumlah pembagian laba yang diterima oleh deposan akan meningkat, apabila pendapatan bank meningkat. 5. Pada sistem bunga besarnya bunga yang harus dibayar oleh debetur pasti diterima oleh bank, sedangkan dalam sistem bagi hasil besarnya tidak pasti tergantung pada keuntungan perusahaan yang dikelola oleh peminjam dana (debitur), sebab keberhasilan usahalah yang menjadi perhatian bersama pemilk modal dan debitur. 6. Sistem bunga dilarang oleh semua agama samawi. Sedangkan bagi hasil tidak ada agama yang mengecamnya. Bunga dilarang dengan tegas oleh agama Yahudi, Nasrani dan Islam. 7. Pihak bank dalam sistem bunga dalam sejak awal telah memastikan tingkat bunga tanpa melihat penghasilan dari pihak peminjam dana (debitur) dimasa yang akan datang, apakah memperoleh keuntungan atau kerugian. Sedangkan dalam sistem bagi hasil tidak ada pemastian tersebut, karena yang bisa memastikan penghasilan dimasa depan hanya Allah SWT. Oleh karena itu bunga bertentangan dengan surah Luqman ayat 34, ”Tak seorang pun yang bisa mengetahui apa (berapa) yang dihasilkannya besok”. Sedangkan bunga sudah ditetapkan jumlahnya sejak awal. Kesimpulan dari poin ini adalah kalau bunga bertentangan dengan surah Luqman ayat 34, sedangkan bagi hasil merupakan penerapan dari surah ini.
Teori Permintaan Dana Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan Syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu : kontrak kerja sama (musyarakah), bagi hasil (mudharabah), bagi hasil untuk sektor pertanian (musagah). Prinsip yang paling banyak digunakan adaah kontrak kerja sama (musyarakah) dan bagi hasil (mudharabah), sementara muzarah dan musaqah dipergunakan khusus untuk pembiayaan sektor pertanian oleh beberapa Bank Islam. Antonio (1999b:143) menjelaskan, musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberi kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
Dalam sebuah model alternatif, yang disebutkan sebagai teori likuiditi preference, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Pilihan antara dua teori dapat ditentukan oleh kegunaan kedua teori tersebut. Kerangka kerja dari dana loanable sangat populer di kalangan para praktisi pasar finansial dan sepertinya lebih mudah diramal (Thomas 1997:96,97), seperti terlihat pada gambar 2.2.
r
Slf
re Dlf
0
Qe
Qlf
Gambar 2.2 : Tingkat bunga pada keseimbangan penawaran dan permintaan dana loanable (yang dapat dipinjam) Beberapa faktor yang mempengaruhi pergeseran kurva permintaan dan penawaran akan merubah titik keseimbangn tingkat bunga. Kenaikan dalam permintaan dana loanable (kurva permintaan akan bergeser ke kanan) atau penurunan penawaran (kurva penawaran bergeser ke kiri) akan menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga, seperti gambar 2.3 Slf
r
r1 r0 Dlf Dlfo 0
Qlf
Gambar 2.3 :Pergeseran kurva permintaan
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
Teori Penawaran Dana Thomas (1997:98), kenaikan penawaran dana loanable (kurva penawaran akan bergeser ke kanan) atau terjadi penurunan permintaan (kurva permintaan bergeser ke kiri) akan mengakibatkan turunnya tingkat bunga. Slf0 r
Slf1
r0 r1
Dlf0
0
Qlf
Gambar 2.4 : Pergeseran kurva penawaran Berbeda dengan hal tersebut diatas, Bank Syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpun dana bagi nasabahnya. Misalnya pada tabungan, beberapa bank melakukannya seperti giro, sementara ada pula yang melakukannya seperti deposito, bahkan ada yang tidak menyediakan produk tabungan sama sekali ( Antonio, 2000b : 209 ). Seperti terlihat pada Gambar 2.2:
1.Sektor Modal Investor Shahibul Sahm (pemegang saham)
Bank Musyarik (partner) 4.Bagi Deviden 3. Bagi Hasil
2. Pemanfaatan Dana
Dunia Usaha
Gambar 2.5 Sumber Dana dari Modal (Pemegang saham)
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
Hipotesis Berdasarkan pada kerangka teori dan permasalahan di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : c. Bagi hasil mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan dan penawaran dana pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Aceh. d. Tingkat bunga mempunyai pengaruh negatif dengan permintaan dana dan mempunyai pengaruh positif dengan penawaran dana pada Bank Perkreditan Rakyat di Aceh. METODE PENELITIAN Sumber dan Jenis Data Data penelitian menggunakan data sekunder dari tiga Bank Perkreditan Rakyat Syariah yaitu PT. BPRS Hareukat lambaro, PT.BPRS Baiturahman, PT. BPRS Rahmah Hijrah Agung dan data dari tiga Bank Perkreditan Rakyat yaitu PT. BPR Darul Imarah Jaya, PT. BPR Ingin jaya dan PT. BPR Sabee Meusampee data yang digunakan adalah data triwulanan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2010. Metode pengambilan sampel menggunakan “Purposive Random Sampling” terhadap sejumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat di Propinsi Aceh. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari masing-masing bank yang diteliti, data pendapatan perkapita dan jumlah penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh dan diinterpolasi menjadi data triwulan melalui formula yang dikembangkan oleh Insukindro (1997 : 142) sebagai berikut: 4. 5 Y t1 = 1 { Yt [Yt – Yt -1] } 4 12
4
{ Yt-
1. 5 [Yt – Yt- 1 ] } 12
4
{ Yt +
1. 5 [ Yt – Yt- 1 ] } 12
{ Yt +
4. 5 [ Yt – Yt -1 ] } 12
Y t2 = 1
Yt3 = 1
Yt4 = 1
4
Dimana : Yt Yt-1
= Pendapatan perkapita pada tahun t = Pendapatan perkapita pada tahun t-1
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
Yt1..4
241
= Pendapatan triwulan 1......4 pada tahun t
Model Permintaan Penaksiran fungsi permintaan dana Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) digunakan metode regresi linier, dengan variabel permintaan yang dipengaruhi oleh beberapa variabel lain merupakan variabel penjelas. Model terdahulu menyimpunkan bahwa variabel bunga tidak merupakan variabel yang signifikan mempengaruhi permintaan uang dan investasi di negara mayoritas penduduknya muslim (Metwally, 1995). Fungsi permintaan total dana pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ditentukan oleh beberapa variabel eksogen, yaitu variabel bagi hasil (BHS) yang berlaku pada saat itu,dan pendapatan per kapita. Maka fungsi permintaan dana dapat dinotasikan sebagai berikut: QDt = f(BHS,Y)……….................……………….......…………………….(3.1) Dimana: QDt = Permintaan pada tahun t BHS = Bagi hasil (profil sharing) Y = Pendapat perkapita
Fungsi permintaan dana di tetapkan sebagai permintaan yang di inginkan QDt, yaitu merupakan fungsi dari bagi hasil (BHS), dan pendapatan perkapita (Y). Dengan demikian model analisis fungsi permintaan yang akan diestimasi dapat dirumuskan sebagai berikut: QDt = γ1 + γ2 BHS + γ1 Y + ε3..........................................................................(3.2) Dimana: γ1 γ1, γ2 BHS Y
= = = =
intersep koefisien regresi Bagi Hasil Pendapatan Perkapita
ε3
=
Disturbance
Fungsi permintaan dana pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada tahun t ditentukan oleh tingkat bunga (r) pada tahun tersebut dan pendapatan perkapita (Y). Maka fungsi permintaan dana dapat dinotasikan sebagai berikut : QDt
= f(r,Y).................................................................................................(3.3)
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
Dimana : QDt = Permintaan pada tahun t r = Tingkat bunga Y = Pendapatan perkapita Fungsi permintaan dana tersebut dapat diestimasi dengan rumus sebagai berikut: QDt = δ1 + δ2 r + δ3 Y + ε4................................................................................(3.4) Dimana : QDt
=
Permintaan yang diekspektasi pada tahun t
δ1
=
Intersep
δ2, δ3
=
Koefisien Regresi
Y
= Pendapatan Perkapita
r
= Tingakat Bunga
ε4
=
Disturbance
Model Penawaran Penaksiran fungsi penawaran dan (QSt), yaitu terdiri dari tabungan (Qs) dan deposito (D) pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dilakukan dengan metode regresi linier ditentukan oleh beberapa variabel eksogen, yaitu variabel bagi hasil (BHS), variabel pendapatan (Y), maka fungsi penawaran dana di Aceh secara umum dinotasikan sebagai berikut: QSt = f ( BHS, Y)...............................................................................................(3.5) Dimana : QSt = Penawaran yang diinginkan pada tahun t (tabungan + deposito) BHS = Bagi hasil (profit sharing) Y = Pendapatan perkapita Dengan demikian model analisis yang digunakan untuk mengestimasi fungsi penawaran dana (Ramanathan 1995 : 665) secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut : QSt = α1 + α2BHS + α3Y + ε1...........................................................................(3.6) Dimana :
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
α1 α2, α3 BHS Y ε1
= = = = =
241
Intersep Koefisien Regresi Bagi Hasil Pendapatan Perkapita Disturbance
Maka penawaran dana (tabungan dan deposito) pada Bank Perkreditan Rakyat dapat dinotasikan sebagai berikut : QSt = f (r, Y )..................................................................................................(3.7) Dimana : r Y
= Tingkat bunga = Pendapatan perkapita Dengan demikian model analisis yang digunakan sebagai berikut :
QSt = β1 + β2 r + β3 Y + ε2.................................................................................(3.8) Dimana : QSt = Penawaran yang diekspektasi pada tahun t β1 = Intersep β 2, β 3 = Koefisien Regresi r = Tingkat Bunga Y = Pendapatan Perkapiata ε2 = Disturbance
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Hipotesis yang telah diajukan pada penelitian ini yaitu membandingkan pengaruh bagi hasil (profit sharing) terhadap permintaan dan penawaran dana pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan pengaruh tingkat bunga (Interst Rate) terhadap permintaan dan penawaran dana pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Aceh. Kehadiran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) lebih awal yaitu sejak jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, Bank Desa, Bank tani dan Bank Dagang desa atau bank Pasar. Bank Perkreditan rakyat (BPR) menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan sistem konvensional yaitu dengan menerapkan sistem bunga (interest banking) kepada nasabahnya
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
sedangkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah atau muamalah Islam. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berlokasi yang pada umumnya dekat dengan masyarakat yang membutuhkannya. Akan tetapi menurut ketentuan Bank Indonesia sebagai badan pengawas Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Bank Perkreditan Rakyat ( BPR) , apabila modal yang disetor oleh masing-masing BPRS dan BPR telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka BPRS dan BPR dapat beroperasi lebih luas. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Dana pada BankPerkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Selama periode triwulanan dalam kurun waktu 2002-2010, perkembangan jumlah permintaan dan penawaran dana di Bank Perkreditan Rakyat Syariah cenderung mengalami peningkatan. Meskipun demikian, pada beberapa waktu sempat terjadi penurunan. Pada tahun 2002, perkembangan permintaan dana di BPRS cukup menjanjikan. Namun pada dua tahun berikutnya terjadi penurunan yang cukup berarti. Permintaan dana yang mencapai Rp 1,7 M pada triwulan keempat 2002, kembali turun menjadi Rp 1,4 M pada triwulan keempat 2004. Kemudian berangsur-angsur kembali meningkat pada tahun 2005, sehingga permintaan dana pada triwulan keempat mencapai Rp 1,9 M. Pasca 2004 permintaan dana di BPRS terus meningkat, hingga triwulan terakhir 2010 permintaan dana oleh masyarakat telah mencapai Rp 4,589 M. Ratarata permintaan dana di BPRS per triwulan mencapai Rp 2,391 M pada kurun waktu tersebut. Berarti selama setahun dana yang dibutuhkan masyarakat sekitar Rp 9,565 M dari BPRS. Biasanya permintaan dana terbanyak terjadi pada triwulan IV, yakni rata-rata Rp 2,514 M. Sementara itu, penawaran dana oleh BPRS pada perode yang sama terus mengalami peningkatan kecuali pada periode triwulan akhir 2006 ke tahun 2007. Namun pada tahun 2008 penawaran dana kembali naik hingga triwulan IV tahun 2010, yakni mencapai Rp 5,9 M. Secara umum jumlah penawaran dana lebih besar daripada jumlah dana yang diminta. Kenyataan tersebut terlihat baik pada periode triwulanan maupun per tahun. Di sisi lain, posisi BPR ternyata masih sedikit lebih baik daripada BPRS jika dilihat dari permintaan dan penawaran dana. Hal ini patut dipahami karena BPR lebih dahulu beroperasi dan dikenal masyarakat. Namun dalam perkembangannya, BPRS berpacu lebih cepat. Akan tetapi, penyerapan dana yang ditawarkan BPR lebih tinggi daripada BPRS. Rata-rata jumlah penawaran dana di BPRS per triwulan sekitar Rp 3,184 M. Penawaran dana tertinggi biasanya terjadi pada triwulan IV, yaitu rata-rata Rp
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
3,371 M. Sedangkan penawaran dana oleh BPRS per tahun rata-rata mencapai Rp 12,737 M. Jumlah penawaran dana di BPR (sampel penelitian) masih lebih tinggi daripada di BPRS. Setiap triwulan rata-rata dana yang ditawarkan BPR mencapai Rp 3,377 M dan per tahun sebesar Rp 13,509 M. Sementara jumlah penawaran terbanyak terjadi pada triwulan keempat. Rata-rata permintaan dana di BPR mencapai Rp 3,045 M per triwulan pada periode 2002-2010. Sedangkan setiap tahun rata-rata mencapai Rp 12,180 M pada periode yang sama. Biasanya permintaan dana di BPR tertinggi terjadi pada triwulan IV, tidak berbeda dengan di BPRS. Untuk lebih jelas dapat dilihat Tabel berikut : Tabel 1 Perkembangan Permintaan, Penawaran, dan Bagi Hasil Permintaan dan Penawaran Dana pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Aceh Tahun
Triwulan
QDt
QSt
BHSD (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1566320 1623554 1589221 1700122 1448345 1401155 1353965 1306776 1396720 1404383 1412047 1419711 1636681 1728067 1819453 1910839 2068918 2186982 2305045 2423108 2486231 2582319 2678406 2774493 2645285 2651255 2657224
1331166 1299823 1412225 1562544 1818312 2013171 2208030 2402888 2278483 2345636 2412789 2479942 2827929 3007416 3186903 3366390 3279042 3351795 3424547 3497300 3306590 3273957 3241325 3208692 3496778 3592432 3688087
0,55 0,55 0,55 0,55 0,60 0,60 0,60 0,60 0,55 0,55 0,55 0,55 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55
0,50 0,50 0,50 0,50 0,55 0,55 0,55 0,55 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
BHSS (%)
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009
2010
2663193 3192733 3408131 3623529 3838927 4003687 4198830 4393973 4589116
3783742 3865433 3955502 4045571 4135641 4864234 5209712 5555191 5900670
0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,55
0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,45 0,45
Sumber: BPRS (sampel) di Aceh Tabel 2
Perkembangan Permintaan, Penawaran, dan Suku Bunga Permintaan dan Penawaran Dana pada Bank Perkreditan Rakyat di Aceh
Tahun
Triwulan
QDt
QSt
rD (%)
rS (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1499247 1499247 1499247 1499247 1451129 1431882 1412634 1393387 1729988 1853080 1976172 2099264 2255271 2391529 2527786 2664044 2896454 3071173 3245892 3420610 3574583 3741003 3907424 4073844 4333280 4536907
1132111 1132111 1132111 1132111 1779528 2038495 2297462 2556429 2050906 2004078 1957249 1910420 2311912 2444412 2576911 2709411 2915243 3077076 3238909 3400741 3759611 4000259 4240906 4481554 4607742 4802606
0,22 0,22 0,22 0,22 0,24 0,24 0,24 0,24 0,23 0,23 0,23 0,23 0,20 0,20 0,20 0,20 0,22 0,22 0,22 0,22 0,21 0,21 0,21 0,21 0,20 0,20
0,10 0,10 0,10 0,10 0,11 0,11 0,11 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,09 0,09 0,09 0,09 0,08 0,08
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009
2010
4740533 4944160 4571649 4544820 4517992 4491163 5608519 6039364 6470209 6901054
4997470 5192334 6200241 6720323 7240404 7760486 7062869 7095871 7128873 7161875
0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
0,09 0,09 0,10 0,10 0,10 0,10 0,11 0,11 0,11 0,11
Sumber: BPR (sampel) di Aceh Jumlah penawaran dana di BPR (sampel penelitian) masih lebih tinggi daripada di BPRS. Setiap triwulan rata-rata dana yang ditawarkan BPR mencapai Rp 3,377 M dan per tahun sebesar Rp 13,509 M. Sementara jumlah penawaran terbanyak terjadi pada triwulan keempat. Lebih jauh jika dilihat lebih mendalam, penyerapan dana di BPRS lebih rendah daripada di BPR. Di BPRS sekitar 75 persen dana yang ditawarkan dapat diserap peminjam. Sementara di BPR permintaan dana yang dipenuhi mencapai 90 persen dari total dana yang ditawarkan. Analisis Hasil Estimasi Pada penelitian ini variabel pendapatan ditransformasikan menjadi selisih pendapatan triwulan t terhadap pendapatan triwulan sebelumnya. Fungsi Permintaan Dana BPRS Terlihat bahwa permintaan dana di BPRS dipengaruhi oleh pendapatan, bagi hasil, dan permintaan dana triwulan sebelumnya. F hitung sebesar 329,732 > Ftabel(34%)= 2,92 sehingga tolak h0. Artinya secara simultan pendapatan, bagi hasil, dan permintaan dana triwulan sebelumnya berpengaruh terhadap permintaan dana di BPRS dengan sangat signifikan. Tabel 3
Hasil Perhitungan Regresi Permintaan Dana di BPRS ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression Residual
Df
Mean Square
F 329,732
38817831063886,600
3
12939277021295,500
1216496729177,440
31
39241829973,466
Sig. 0,000
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
Total
40034327793064,000
34
a. Predictors: (Constant), BHSD, Y, QDt-1 b. Dependent Variable: QDt
Koefisien determinasi sebesar 0,9696 menunjukkan bahwa sekitar 96,96 persen model regresi permintaan dana BPRS dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan, bagi hasil, dan permintaan dana triwulan sebelumnya. Sedangkan 3,04 persen lainnya dipengaruhi variabel lain yang tidak masuk dalam model. Tabel 4 Hasil Estimasi Model Permintaan Dana di BPRS Variabel
Koefisien estimasi
(Constant) BHSD Y QDt-1
t-ratio
P-Value/Sig.
-0,691
0,495
0,048
0,781
0,441
#
-0,038
-1,087
0,285
#
1,033
18,027
0,000
***
R2 = 0,9696 Durbin-Watson = 1,99
Akan tetapi, jika dilihat secara parsial atau sendiri-sendiri variabel bagi hasil dan pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan dana di BPRS. Dengan nilai t-ratio (t hitung) sebesar 0,781 < ttabel(34%) = 2,03, sehingga terima h0. Kita tidak dapat menolak bahwa besaran bagi hasil pada BPRS dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan dana. Demikian halnya dengan pendapatan, t hitung -1,087 < t tabel (34%) = 2,03, maka terima h0. Sehingga kita tak dapat menolak bahwa pendapatan penduduk tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan dana di BPRS. Berbeda dengan kedua variabel sebelumnya, variabel permintaan dana triwulan sebelumnya ternyata sangat berpengaruh pada permintaan dana periode berjalan. Nilai t hitung 18,027 > t tabel (34%) = 2,03, maka tolak h0. Artinya kita tidak dapat menolak bahwa permintaan dana triwulan sebelumnya berpengaruh pada permintaan dana triwulan berjalan dengan sangat signifikan, bahkan dengan tingkat keyakinan 99 persen.
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
Fungsi Penawaran Dana BPRS Fungsi penawaran dana di BPRS secara bersama-sama dipengaruhi oleh nilai besaran bagi hasil, pendapatan, dan penawaran dana periode sebelumnya. Nilai F hitung sebesar 471,532 > Ftabel(34%) = 2,92 sehingga tolak h0. Sehingga kita tak dapat menolak model fungsi penawaran dana di BPRS sangat dipengaruhi oleh nilai besaran bagi hasil, pendapatan, dan permintaan dana periode sebelumnya dengan taraf nyata 99%. Tabel 5 Hasil Perhitungan Regresi Penawaran Dana di BPRS ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
80071869613804,800
3
26690623204601,600
1754725120696,610
31
56604036151,503
81826594734501,400
34
F
Sig.
471,532
0,000
a. Predictors: (Constant), BHSS, Y, QSt-1 b. Dependent Variable: QSt
Variabel bagi hasil mempengaruhi penawaran dana di BPRS pada tingkat keyakinan 90%, akan tetapi pada tingkat keyakinan 95% bagi hasil tidak berpengaruh nyata pada penawaran dana. Nilai thitung sebesar -1,724 < t tabel (34%) = 2,03 sehingga terima H0. Artinya secara parsial bagi hasil tidak mempengaruhi penawaran dana pada tingkat keyakinan 95%. . Tabel 6
Hasil Estimasi Model Penawaran Dana di BPRS
Variabel
Koefisien estimasi
(Constant)
t-ratio
P-Value/Sig. 2,433
0,021
BHSS
-0,046
-1,724
0,095
#
Y
-0,059
-2,201
0,035
**
1,002
37,218
0,000
***
QSt-1 R2 = 0,9786 Durbin-Watson = 1,97
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
Nilai t-ratio sebesar -2,201 > t tabel (34%) = 2,03 maka tolak h0. Artinya kita tidak menolak bahwa pendapatan berpengaruh nyata pada penawaran dana di BPRS. Demikian pula halnya dengan variabel jumlah penawaran dana periode sebelumnya, nilai thitung sebesar 37,218 > t tabel (34%) = 2,03 maka tolak H0. Sehingga kita tak dapat menolak kenyataan bahwa penawaran dana triwulan sebelumnya mempengaruhi penawaran dana periode berjalan secara signifikan. Fungsi Permintaan Dana BPR Nilai koefisien determinasi sebesar 0,9898 menunjukkan bahwa permintaan dana di BPR sekitar 98,98 persen dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut. Tabel 7 Hasil Perhitungan Regresi Permintaan Dana di BPR ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
F 1007,535
31625633568971,100
3
10541877856323,700
324354121044,684
31
10463036162,732
31949987690015,800
34
Sig. 0,000
a. Predictors: (Constant), rS, Y, QDt-1 b. Dependent Variable: QDt-1
Nilai F hitung sebesar 1007,535 > Ftabel(34%) = 2,92 maka tolak h0. Artinya kita tak dapat menolak kenyataan bahwa permintaan dana di BPR dipengaruhi oleh besaran bunga pinjaman, pendapatan, dan permintaan dana periode sebelumnya. Secara parsial masing-masing variabel bebas berpengaruh nyata terhadap permintaan dana di BPR. Bunga pinjaman misalnya, dengan nilai tratio sebesar -2,852 > t tabel (34%) = 2,03 atau nilai P-Value/Sig. sebesar 0,008 < α (0,05) maka tolak h0. Sehingga kita tidak dapat menolak kenyataan bahwa bunga pinjaman mempengaruhi permintaan dana di BPR. Koefisien estimasi sebesar -0,052 menunjukkan bahwa jika bunga pinjaman dinaikkan 1 persen, hal itu akan menurunkan permintaan dana sebesar 52 juta rupiah per triwulan dengan asumsi variabel lainnya tetap. Sementara pendapatan penduduk juga secara nyata mempengaruhi permintaan dana di BPR. Nilai t-ratio sebesar 2,142 > t tabel (34%) = 2,03 maka tolak H0, artinya kita tidak dapat menolak kenyataan bahwa pendapatan secara signifikan mempengaruhi permintaan dana di BPR. Perubahan pendapatan
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
sebesar 1000 rupiah akan meningkatkan permintaan dana di BPR sebesar 39 rupiah. Besarnya permintaan dana periode sebelumnya juga sangat mempengaruhi jumlah permintaan dana pada triwulan berjalan. Nilai t-ratio sebesar 54,791 > t tabel (34%) = 2,03 maka tolak H0, artinya kita tak dapat menolak bahwa permintaan dana triwulan sebelumnya secara signifikan mempengaruhi permintaan dana di BPR pada periode berjalan. Koefisien estimasi sebesar 0,999 berarti jika pada periode sebelumnya jumlah permintaan dana di BPR sebesar 1000 rupiah, maka pada periode berjalan jumlah permintaan dana minimal 999 rupiah. Tabel 8 Hasil Estimasi Model Permintaan Dana di BPR Variabel
Koefisien estimasi
(Constant)
t-ratio
P-Value/Sig. 2,346
0,026
rD
-0,052
-2,852
0,008
***
Y
0,039
2,142
0,040
**
QDt-1
0,999
54,791
0,000
***
R2 = 0,9898 Durbin-Watson = 1,96
Fungsi Penawaran Dana BPR Penawaran dana oleh BPR kepada masyarakat dipengaruhi tingkat bunga, pendapatan, dan jumlah penawaran dana periode sebelumnya. Koefisien determinasi 0,9914 menggambarkan bahwa model tersebut menunjukkan 99,14 persen penawaran dana di BPR dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut. Nilai F hitung sebesar 1197,321 > Ftabel(34%) = 2,92 maka tolak h0. Artinya kita tak dapat menolak bahwa penawaran dana di BPR dipengaruhi oleh tingkat bunga, pendapatan, dan penawaran dana periode sebelumnya. Secara parsial ketiga variabel tersebut mempengaruhi penawaran dana di BPR, namun tingkat bunga hanya signifikan pada taraf 90%. Atau dengan α = 0,05 maka P-Value/Sig. (0,070) > 0,05 sehingga terima H0. Artinya dengan tingkat keyakinan 95% kita tidak dapat menolak bahwa tingkat bunga berpengaruh nyata pada penawaran dana di BPR. Tabel 9 Hasil Perhitungan Regresi Penawaran Dana di BPR
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
F 1197,32 1
76200652769451,800
3
25400217589817,300
657640297743,538
31
21214203153,017
76858293067195,400
34
Sig. 0,000
a. Predictors: (Constant), rS, Y, QSt-1 b. Dependent Variable: QSt
Variabel pendapatan berpengaruh nyata pada penawaran dana di BPR. Nilai P-Value/Sig. (0,027) < 0,05 maka tolak H0, artinya kita tak dapat menolak kenyataan bahwa pendapatan masyarakat berpengaruh pada jumlah penawaran dana di BPR. Koefisien estimasi sebesar 0,040 menggambarkan bahwa kenaikan pendapatan sebesar 1000 rupiah akan meningkatkan jumlah penawaran dana di BPR sebesar 40 rupiah. Tabel 10 Hasil Estimasi Model Penawaran Dana di BPR Variabel
Koefisien estimasi
(Constant)
t-ratio
P-Value/Sig. 1,877
0,070
rS
-0,051
-1,875
0,070
#
Y
0,040
2,317
0,027
**
QSt-1
0,952
34,883
0,000
***
R2 = 0,9914 Durbin-Watson = 2,01
Sementara jumlah penawaran dana pada periode sebelumnya juga sangat berpengaruh pada penawaran dana triwulan berjalan di BPR. Nilai PValue/Sig. (0,000) < 0,05 sehingga tolak H0, maka kita tidak dapat menolak bahwa penawaran dana periode berjalan dipengaruhi oleh jumlah penawaran dana periode sebelumnya. Nilai koefisien estimasi sebesar 0,952 menggambarkan bahwa setiap 1000 rupiah penawaran dana periode sebelumnya, akan mempengaruhi sedikitnya 952 rupiah pada triwulan berjalan. Perbandingan BPRS dengan BPR Jika diperbandingkan model fungsi pemintaan antara BPRS dan BPR, maka terlihat beberapa perbedaan yang berarti. Pertama, mengenai besaran nilai koefisien estimasi, dimana ketiga variabel masing-masing model jauh berbeda. Kedua, tanda koefisien, variabel bagi hasil pada BPRS bernilai
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
positif dan sebaliknya koefisien bunga pada BPR bertanda negatif. Demikian pula untuk variabel pendapatan, pada fungsi permintaan dana di BPRS pendapatan bernilai negatif, sementara pada fungsi permintaan dana di BPR pendapatan bernilai positif. Ketiga, berhubungan dengan signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada fungsi permintaan dana di BPRS hanya variabel permintaan dana periode sebelumnya yang secara parsial berpengaruh nyata pada permintaan dana. Sementara pada fungsi permintaan dana di BPR, ketiga variabel yaitu tingkat bunga, pendapatan, dan permintaan dana pada periode sebelumnya secara parsial berpengaruh nyata terhadap permintaan dana di BPR. Tabel 11. Perbandingan Estimasi Model Permintaan Dana di BPRS dan BPR
Permintaan Dana di BPRS
Variabel
Koefisien estimasi
(Constant) BHSD Y QDt-1
Permintaan Dana di BPR
P-Value/Sig.
Variabel
Koefisien estimasi
P-Value/Sig.
0,495
(Constant)
0,048
0,441
rD
-0,052
0,095
-0,038
0,285
Y
0,039
0,035
1,033
0,000
QDt-1
0,999
0,000
R2 = 0,9696
R2 = 0,9898
Durbin-Watson = 1,99
Durbin-Watson = 1,96
0,021
Keempat, berkaitan dengan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien determinasi pada model fungsi permintaan dana di BPR lebih besar daripada koefisien determinasi fungsi di BPRS. Model permintaan dana di BPR mampu menjelaskan 98,98 persen permintaan dana dipengaruhi oleh tingkat bunga, pendapatan, dan permintaan dana periode sebelumnya. Untuk fungsi penawaran dana, pada BPRS dan BPR masing-masing mempunyai model yang berbeda. Pertama seperti fungsi permintaan dana, yaitu besaran koefisien estimasi masing-masing variabel yang tidak sama. Kedua, mengenai tanda positif/negatif koefisien estimasi itu sendiri. Koefisien estimasi tingkat bagi hasil dan tingkat bunga sama-sama bertanda negatif, artinya kenaikan kedua variabel tersebut akan berdampak pada penurunan penawaran dana. Kemudian variabel jumlah penawaran dana pada periode sebelumnya juga bertanda positif. Sementara untuk variabel pendapatan, koefisien estimasi pendapatan pada model penawaran dana di BPRS bertanda
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
negatif, sebaliknya koefisien estimasi pendapatan pada model penawaran dana di BPR bertanda positif. Tabel 12. Perbandingan Estimasi Model Penawaran Dana di BPRS dan BPR
Penawaran Dana di BPRS
Variabel
Koefisien estimasi
(Constant)
Penawaran Dana di BPR
P-Value/Sig.
Variabel
0,021
(Constant)
Koefisien estimasi
P-Value/Sig. 0,070
BHSS
-0,046
0,095
rS
-0,051
0,070
Y
-0,059
0,035
Y
0,040
0,027
1,002
0,000
QSt-1
0,952
0,000
QSt-1 R2 = 0,9786
R2 = 0,9914
Durbin-Watson = 1,97
Durbin-Watson = 2,01
Ketiga, signifikansi masing-masing variabel secara parsial hampir tidak berbeda. Tingkat bagi hasil pada BPRS dan tingkat bunga pada BPR tidak signifikan pada 95%, namun keduanya signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Sementara variabel pendapatan dan variabel jumlah penawaran dana periode sebelumnya masing-masing berpengaruh nyata pada penawaran dana pada tingkat signifikansi 5%. Keempat, koefisien regresi pada model penawaran dana di BPR lebih tinggi daripada model penawaran dana di BPRS. Sekitar 99,14 persen penawaran dana di BPR dapat dijelaskan oleh tingkat bunga, pendapatan, dan jumlah penawaran dana periode sebelumnya pada model. Sedangkan model penawaran dana BPRS sekitar 97,86 persen dapat dijelaskan oleh tingkat bagi hasil, pendapatan, dan jumlah penawaran dana periode sebelumnya. Tabel 13.
No.
Rekapitulasi Perbandingan Variabel pada Permintaan dan Penawaran Dana di BPRS dan BPR
Variabel
Permintaan Dana
Penawaran Dana
241
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
BPRS 1.
Bagi hasil
2.
Suku bunga
3.
Pendapatan
4.
Permintaan dana/penawaran dana periode sebelumnya
BPR
BPRS
BPR
-*
x -*
-*
x
+**
-**
+**
+***
+***
+***
+***
Keterangan: x
: Tidak berpengaruh
+ : Berpengaruh positif -
: Berpengaruh negatif
*
: Signifikan pada 90%
** : Signifikan pada 95% ***
: Signifikan pada 99%
Model pada BPRS tidak terpola dengan jelas. Artinya pada BPRS tidak terdapat konsistensi yang nyata, seperti tidak berpengaruhnya tingkat bagi hasil serta pendapatan yang berpengaruh negatif pada penawaran dana. Sementara pada BPR terlihat lebih konsisten, terutama pada variabel pendapatan dan variabel jumlah permintaan/penawaran dana periode sebelumnya. Dengan demikian BPR masih lebih dikenal dan digunakan jasanya oleh masyarakat daripada BPRS. Kesimpulan 1.
2.
3.
Permintaan dan penawaran dana pada BPRS dan BPR secara signifikan dipengaruhi oleh bagi hasil/bunga, pendapatan, dan permintaan/penawaran dana periode sebelumnya. Pada BPRS secara parsial, hanya variabel permintaan dana triwulan sebelumnya yang secara signifikan berpengaruh terhadap permintaan dana di BPRS. Sementara pada model penawaran dana, disamping jumlah penawaran dana triwulan sebelumnya, pendapatan juga berpengaruh nyata pada penawaran dana di BPRS. Untuk BPR, baik model permintaan dana maupun penawaran dana, pendapatan dan permintaan/penawaran dana periode sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap permintaan/penawaran dana triwulan
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
berjalan. Sedangkan tingkat bunga secara parsial signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen. 4. Bagi hasil pada penelitian ini tidak menunjukkan mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan dan penawaran dana pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah. 5. Pada penelitian ini, tingkat bunga menunjukkan pengaruh negatif pada permintaan dana. Tingkat bunga juga mempunyai pengaruh negatif pada penawaran dana Bank Perkreditan Rakyat. Saran 1.
2. 3.
Lembaga BPRS agar lebih disosialisasikan kepada masyarakat, karena sistemnya sesuai dengan syariat Islam masyarakat Aceh. Terlihat dari perkembangan dana yang dihimpun, pertumbuhan BPRS lebih cepat daripada BPR. Dibutuhkan perluasan lembaga BPRS dan BPR hingga dapat diakses masyarakat luas terutama di wilayah perdesaan. Studi lebih mendalam mengenai kedua institusi sebaiknya dilakukan agar keduanya dapat menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Jurnal Of Economic Management & Business – volume 13, Nomor 2, April 2012
241
REFERENSI Antonio, Muhammad Syafi’i,(1999a). Bank Syariah Wacana Ulama & Indonesia dan Tazkia Institute, Jakarta.
Cendikiawan,Bank
Antonio, Muhammad Syafi’i, (1999b). Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan, Bank Indonesia dan Institute, Jakarta. Antonio, Muhammad Syafi’I, (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani dan Tazkia Institute, Jakarta. Insukindro, (1997). Ekonomi Uang dan Bank Teori dan Pengalaman di Indonesia, edisi 1, BPFE, Yokyakarta. Lubis, Yusri. (2000). Eksistensi Bank Syariah dalam sistem Perbankan nasional. Jurnal Ekobis. Metwally, MM. (1995). Teori dan Model Ekonomi Islam. Diterjemahkan dari asli. Islamic Economics, Theory and Model. PT. Bankit Daya Insani. Yogyakarta. Muhammad, (2011). Perbankan Syariah, Edisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta. Ramanathan, Ramu, (1995), Introductory Econometrics With Aplications, Third Edition, The Dryden Press, san Diego. Soemitro, Warkum. (1997). Azas-azas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait BAMUI dan Takaful di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Thomas, B. Lloyd. (1997), Money Banking and Financial markets, a Division of Tfe McGraw. Hill Companies united State.