COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK AND CONVENTIONAL RURAL BANKS SHARIA RURAL BANK Renny Tania Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: BPR, Financial Risk, Financial Ratios, Discriminate Analysis. ABSTRACT The role and supervision by Bank Indonesia is extremely important to maintain the smooth performance of Indonesian banks. The performance of bank activities in general can run smoothly if the basic operation of the bank were met with good. Basic operation is the trust of the community banks, bank health, bank and financial risk. The purpose of this study is to determine the comparative analysis of the level of financial risk in BPR Conventional and Islamic rural banks. Samples from this study are two conventional and two RB sharia. Model analysis was used financial ratios and discriminated analysis (Z-Score). Result from this research shows that from two samples BPR conventional exist incoming within categories gray area namely BPRs Prisma Berlian Danarta. While the two sample BPRS, it all makes sense in the category with a value of Z-Score above 2.6. The overall rate of BPRS lower risk compared with conventional BPR.
Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Konvensinal dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Renny Tania Jurusan Akuntansi ,Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010 Abstrak Peranan dan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia sangatlah penting dilakukan untuk menjaga kelancaran kinerja perbankan Indonesia. Kinerja kegiatan bank secara umum dapat berjalan lancar apabila dasar beroperasinya bank telah dapat terpenuhi dengan baik. Dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan dari masyarakat, kesehatan bank, dan resiko keuangan bank. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis komparatif tingkat resiko keuangan pada BPR Konvensional dan BPR syariah. Sampel dari penelitian ini adalah dua BPR Konvensional dan dua BPR syariah. Model analisis yang digunakan adalah rasio keuangan dan analisis diskriminan ( Z-Score). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari dua sampel BPR konvensional ada yang masuk dalam katagori gray area yaitu BPR Prisma Berlian Danarta. Sedangkan dari dua sempel BPR Syariah, semuanya masuk dalam katagori sehat dengan nilai Z-Score diatas 2,6. Secara keseluruhan tingkat resiko BPR Syariah lebih rendah dibandingkan dengan BPR Konvensional. Kata Kunci : BPR, Resiko Keuangan, Rasio Keuangan, Analisis Diskriminan. Abstract Supervisory and role of Bank Indonesia is extremely important to maintain the smooth performance of the Indonesian banking. The performance of bank activities in general can run smoothly if the basic operation of the bank were met very well. Basic operation is the belief of community banks, bank health, bank and financial risk. The purpose of this study is to determine the comparative analysis of the level of financial risk in Conventional BPR and Syariah BPR. Samples from this study are two Conventional BPR and two Syariah BPR. The analysis model is the financial ratio and discriminant analysis (Z-Score method). The study result show that samples from two conventional BPR there who fall into categories of gray areas is BPR Prisma Berlian Danarta. While the two sempel of Syariah BPR, both into the healthy category with Z-Score values above 2.6. So it can be concluded that the financial risk of Syariah BPR relatively lower than of Conventional BPR. Key words : BPR, Financial Risk, Financial Ratio, Discriminant Analysis. 2 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983, ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada saat pertengahan tahun 1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. Selama periode krisis ekonomi dan moneter tersebut Bank Umum Syariah masih dapat menunjukkan kinerja relatif lebih baik dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. Hingga akhir September 1998 tercatat ada sebanyak 55 bank bermasalah dan semuanya merupakan bank konvensional. Sebagai alternatif sistem bunga terdapat dalam ekonomi konvensional, sedangkan dalam
ekonomi syariah menawarkan system bagi hasil. Hal ini merupakan perbedaan antara sistem keuangan konvensional dengan sistem keuangan Syariah pada masa kotemporer saat ini. Peranan dan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia sangatlah penting dilakukan untuk menjaga kelancaran kinerja perbankan Indonesia. Kinerja kegiatan bank secara umum dapat berjalan lancar apabila dasar beroperasinya bank telah dapat terpenuhi dengan baik. Dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan dari masyarakat, dengan adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap perbankan dan sebaliknya, maka kegiatan perbankan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, bank harus memiliki kredibilitas dan image yang baik di masyarakat, diantaranya yaitu masalah kesehatan bank, pelayanan jasa yang baik kepada masyarakat dan jasa-jasa perbankan yang diberikan bank harus sesuai dengan kepentingan masyarakat. BPR adalah suatu lembaga keuangan yang menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dalam pengoperasiannya BPR berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Dengan berdasarkan prinsip tersebut maka sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan. pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon). 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka peneliti merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana analisis rasio keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional ? 2. Bagaimana analisis rasio keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)? 3. Bagaimana tingkat resiko keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah ( BPRS)? 3 4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana rasio keuangan pada Bank Perkreditan rakyat (BPR) konvensional. 2. Mengetahiu bagaimana rasio keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). 3. Mengetahui bagaimana tingkat resiko keuangan Bank Prekreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan Bank Perkreditan rakyat Syariah (BPRS). 5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Masyarakat pembaca mengetahui perbandingan tingkat resiko keuangan pada BPR Konvensional dan BPR Syariah. 2. Sebagai masukan bagi manajemen BPR dalam menyusun kebijakan perusahaannya. 3. Masyarakat akan semakin mengenal tentang perbankan syariah, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih layanan perbankan yang ada di Indonesia dan dapat berkembang dan bersaing dengan bank konvensional. TINJAUAN PUSTAKA 1. Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 1 menyebutkan batasan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Undang-Undang tersebut dan dipertegas lagi dengan Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998, ada dua jenis bank yaitu : Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut Dendrawijaya (2005:5) Bank Perkraditan Rakyat adalah bank yang melaksankan kegiatan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dana dan kegiatan penyaluran dana saja, bahkan dalam penghimpunan dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Modal awalnya relative lebih kecil dibandingkan dengan dari bank umum. Dalam pengoperasinya BPR tidak diperkanankan ikut dalam kliring serta transaksi valuta asing. 2. Kegiatan dalam Bank Perkraditan Rakyat Tugas pokok BPR adalah mengembangkan persekonomian rakyat di daerah, terutama pedesaan, bagi golongan ekonomi lemah, dengan membantu pembiayaan, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Dalam melaksanakan fungsinya, BPR melakukan kegiatan-kegiatan: 1. Menghimpun dana jangka pendek, menengah, dalam bentuk Tabungan dan Deposito. 2. Pembinaan dan pembiayaan dunia usaha, khususnya membantu pengembangan usaha golongan ekonomi lemah. 4 3. Memobilisasikan dana masyarakat sebagai sumber pembangunan di daerah. 4. Memberikan pembiayaan jangka pendek, menengah dan panjang kepada perusahaanperusahaan perorangan untuk keperluan pembangunan, produksi, rehabilitasi, dan modernisasi. 5. Penyertaan dalam modal yang tidak bersifat tetap, dengan persetujuan dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 6. Melakukan kerja sama sesama bank dan Lembaga Keuangan. 7. Menjalankan usaha-usaha perbankan lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan dan Undang-Undang yang berlaku. Untuk BPR Syariah ditambah Syariah Islam. 3. Larangan Bagi Bank Perkraditan Rakyat Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah : 1. Menerima simpanan berupa giro. 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. 3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah. 4. Melakukan usaha perasuransian. 5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha BPR. 4. Tujuan Bank Perkraditan Rakyat Adapun tujuan dari BPR adalah Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dalam pengoperasiannya BPR berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Dengan berdasarkan prinsip tersebut maka sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan. pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon). 5. Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah di Indonesia. Aturan hukum mengenai BPR Syariah mengacu kepada UndangUndang Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Dalam sistem perbankan nasional, BPR Syariah adalah bank yang didirikan untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum / Bank Umum Syariah. Dalam sistem perbankan syariah, BPR Syariah merupakan salah satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah. 5 a. Pelayanan BPR Syariah BPR Syariah terfokus untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menginginkan proses mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan. BPR Syariah memiliki petugas yang berfungsi sebagai armada antar jemput setoran dan penarikan tabungan/deposito termasuk setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat UMK yang cenderung tidak bisa meninggalkan usaha kesehariannya di pasar/toko/rumah. b. Produk BPR Syariah Prinsip syariah dalam BPR Syariah diberlakukan untuk transaksi pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan (pinjaman). BPR Syariah mengelola dana masyarakat dengan sistem bagi hasil. Dengan sistem bagi hasil, masyarakat penyimpan dana akan mendapatkan bagi hasil secara fluktuasi karena sangat bergantung kepada pendapatan yang diperoleh BPR Syariah. Untuk itu, perlu disepakati nisbah (porsi) di awal transaksi. Setiap tabungan maupun deposito yang disimpan di BPR Syariah mendapat jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sepanjang sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga masyarakat akan tetap merasa aman untuk menyimpan dananya di BPR Syariah. Dalam transaksi pembiayaan (pinjaman), BPR Syariah memberikan pembiayaan kepada UMK dengan sistem jual beli, bagi hasil ataupun sewa. Pilihan atas sistem syariah tersebut sangat tergantung kepada jenis pembiayaan yang diajukan oleh masyarakat kepada BPR Syariah. Selain itu, BPR Syariah juga bisa melakukan praktik pegadaian yang dikelola dengan sistem syariah. c. Usaha BPR Syariah 1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk : a. Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah. b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah. 2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan a. Prinsip jual beli (murabahah, istishna’,salam) b. Prinsip sewa menyewa (ijarah)
c. Prinsip bagi hasil (mudharabah, musyarakah) d. Prinsip kebajikan (qardh) 3. Menempatkan dana dalam bentuk giro, tabungan, deposito pada bank syariah lain. 4. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan UU Perbankan dan prinsip syariah. Disebarkan sebagai bagian dari Program Edukasi Masyarakat dalam rangka Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia. 6. Resiko Pada Bank Perkraditan Rakyat Pengertian resiko menurut Silalahi , dikutip dari Husien Umar (2001, hal 5) adalah: a. Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian b. Resiko adalah probabilitas timbulnya kerugian 6 c. Resiko adalah ketidak pastian d .Resiko adalah penyimpangan aktual dari yang diharapkan d. Resiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan Sedangkan manajemen resiko adalah suatu cara yang proaktif, terkoordinasi, bernilai efektif, dan memahami pemrioritasan dalam menanggulangi ancaman terhadap perusahaan. Menurut Hempel, et.al (1994:88) resiko perbankan dipengaruhi oleh lingkungan, sumberdaya manusia, layanan keuangan, dan neraca. Berdasarkan karakteristik perbankan tersebut, maka resiko terdapat diklasifikasikan atas: environmental risks (resiko lingkungan), management risks (resiko manajemen), delivery risks (resiko operasi), dan financial risks (resiko keuangan). Resiko keuangan dapat ditelusuri melalui analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan keuangan. Menurut Hempel (1994: 89), cara mengukur dan mengelola resiko keuangan (financial risks) perbankan, sebagai berikut: 1. Resiko kredit dapat diatasi dengan cara: a. Melakukan analisis kredit secara baik dan benar b. Dokumentasi kredit c. Pengendalian dan pengawasan kredit d. Penilaian terhadap resiko khusus 2. Resiko Likuiditas dapat diatasi dengan cara: a. Membuat perencanaan likuiditas b. Membuat rencana kontingensi c. Analisis biaya dan penentuan bunga kredit d. Pengembangan sumber pendanaan 3. Resiko Suku bunga dapat diatasi dengan cara: a. Membuat analisis kepekaan bunga terhadap aktiva b. Membuat analisis durasi, penilaian bunga antar waktu 4. Resiko leverage dapat diatasi dengan cara: a. Membuat perencanaan modal b. Analisis pertumbuhan usaha berkelanjutan c. Memantapkan kebijakan dividen d. Melakukan penyesuaian resiko terhadap kecukupan modal 7. Rasio- Rasio Keuangan Bank Menurut Dendrawijaya (2005) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perbankan, rasio merupakan alat analisis yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah analisis rasio berdasarkan Likuiditas, Profitabilitas dan
Solvabilitas yang merujuk pada buku tersebut. a. Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Bebebrapa rasio likuiditas yang sering dipergunkan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain sebagai berikut : 7 1. Cash Ratio 2. Loan to Assets Ratio 3. Loan to Deposit Ratio 4. Non Performing Loan b. Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Disamping itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang digunakan dalam rasio ini adalah sebagai berikut : a. Capital Adequacy Ratio b. Capital to Debt Ratio c. Rasio Rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu rasio-rasio dalam katagori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Analisis rasio rentabilitas suatu bank pada bab ini antara lain : a. Gross Profit Margin b. Net Profit Margin c. Return On Equity d. Return On Assets 8. Multiple Diskriminant Analysis Altman ( Z- Score ) Multiple Diskriminant Analysis Altman atau yang biasa yang disebut Z-score Model Altman. Analisis Z-score dikembangkan oleh Prof. Edward Alman dengan tujuan untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial distress) dan memungkinkan untuk memperkirakan kebangkrutan sampai dua tahun sebelum tiba saatnya. Untuk mengetahui prediksi resiko keuangan suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan perhitungan rasionya menggunakan metode Altman Z-Score, dengan metode ini diharapkan dapat mengetahui kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan perbankan. Untuk menghitung Z-Score ini terlebih dahulu harus menghitung lima jenis rasio keuangan, yaitu; a. Working Capital to Total Assets Ratio (X1) b. Retained Earning to Total Asset Ratio (X2) c. Earning Before Interest & Taxes to Total Asset (X3) d. Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4)
8 Maka rumus Z-Score adalah : Untuk menganalisis hasil perhitungan model Z-score, digunakan angka interpretasi yang dikembangkan oleh. Edward Altman (1968), sebagai berikut: Score Prediction Z > 2.6 Firm Will not fail within 1 year : Perusahaan diprediksikan tidak akan bangkrut / pailit dalam kurun waktu 1 tahun, berarti dalam keadaan sehat. 1.1 ≤ Z ≤ 2.6 Gray area within which it is difficult to discriminate effectively : Perusahaan berada dalam Gray Area yaitu dimana sulit untuk ditentukan apakah sehat atau bangkrut. Z< 1.1 Firm will fail in 1 year : Perusahaan diprediksikan akan bangkrut / pailit dalam kurun waktu 1 tahun. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek adalah laporan keuangan dari Bank Perkreditan Rakya (BPR) Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdiri dari dua Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional dan dua Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdiri dari tahun 2006-2009 yang berada di Bekasi yaitu : 1. PT. BPR Prima Nusatama Beralamat di Jl. Sultan Hasanudin No.76A Tambun Bekasi Timur 2. PT. BPR Prisma Berlian Danarta Beralamat di RE. Martadinata No. 83 84 Cikarang Bekasi 3. PT. BPRS Amanah Insani Beralamat di Jl. Raya Jatiwaringin No.109 Pondok Gede Bekasi 4. PT. BPRS Harta Insan Karimah Beralamat di Ruko Grand Mall Blok A 19-20 Bekasi 2. Data/ Variabel Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder dan bersifat kuantitatif yaitu laporan keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi. Variabel-variabel utama penelitian adalah pos-pos dalam Neraca terdiri dari: Kas, giro, kredit yang diberikan, aktiva tetap dan aktiva lain, kewajiban segera, tabungan, deposito, pinjaman, dan ekuitas. Pos-pos dalam Daftar Rugi/Laba : pendapatan bunga, beban Z-Score = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 9 bunga,pendapatan operasi lainnya, pendapatan non operasi, beban non operasi, pajak dan laba bersih. 3. Alat Analisis Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio-rasio keuangan dan analisis diskriminan Z- Score. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. PT. BPR Prima Nusatama
a. Gambaran Umum Perusahaan PT. BPR PRIMA NUSATAMA berdiri pada tanggal 14 September 1990 berdasarkan Akta Pendirian yang dibuat oleh notaris Imas Tarwiyah Soedrajat, SH, berkedudukan di Kabupaten Bekasi, dengan modal dasar pada saat itu berjumlah Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah). Melihat potensi yang dimiliki, maka pada Tahun 1999 PT. BPR Prima Nusatama mengajukan permohonan pindah alamat ke Kotamadya Bekasi. Berdasarkan izin dari Bank Indonesia No.1/318/CPBPR/IDBPR/Bd Tanggal 16 Desember 1999, maka pada Tanggal 30 Desember PT. BPR Prima Nusatama resmi pindah alamat ke kotamadya Bekasi, tepatnya di Jl. Sultan Hasanudin No 76 Tambun Bekasi Timur, yang saat ini beroperasi sebagai kantor pusat. Didukung komitmen bersama segenap pemegang saham dan pengurus serta staff menjadikan PT. BPR Prima Nusatama sebagai suatu perusahaan yang berkembang pesat dan mampu bersaing di dunia perbankan. Tahun 2001 PT. BPR Prima Nusatama mulai membenahi infrastruktur dengan menerapkan S.O.P (Standard Operating Procedure) dan standarisasi pelayanan di semua cabang-cabang PT. BPR Prima Nusatama. Tahun 2003 PT. BPR Prima Nusatama memperoleh sertifikasi ISO versi 9001-2000 untuk Core Banking dari Badan Sertifikasi SAI Global (ANZ) dengan nomor registrasi QEC 20588. b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPR Prima Nusatama Dari laporan keuangan PT. BPR Prima Nusatama dapat dihitung beberapa rasio keuangan yang berdasarkan laporan keuangan BPR. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka dapat dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut Tabel 1. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPR Prima Nusatama Tahun 2006-2009 Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009 1. Rasio Likuiditas a. Loan to Assets Ratio 63,74% 59,82% 80,70% 79,21% b. Cash Ratio 57,78% 61,77% 22,59% 38,16% c. Loan to Deposit Ratio 114,73% 106,66% 133,55% 142,42% 10 Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009 d. Non Performing Loan 3,06% 3,91% 3,73% 4,75% 2. Rasio Solvabilitas a. Capital to Debt Ratio 43,92% 58,64% 55,82% 48,54% b. Capital adequacy Ratio 30,52% 36,97% 35,82% 32,68% 3. Rasio Rentabilitas a. Gross Profit Margin 11,28% 7,25% 24,60% 16,75% b. Net Profit Margin 8,70% 5,36% 17,42% 12,08% c. Return On Equity 6,90% 2,77% 9,64% 7,26% d. Return On Assets 2,11% 1,02% 3,45% 2,37% Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prima Nusatama Berdasarkan tabel diatas, rasio-rasio likuiditas PT. BPR Prima Nusatama menunjukkan kenaikan dalam tiap tahunnya yang artinya juga menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun, meskipun ada penurunan tetapi tidak signifikan. Seperti penurunan yang terjadi pada Loan to Assets Ratio ditahun 2007 sebesar 3,92%, penurunan ini terjadi karena kenaikan jumlah kredit yang diberikan yang diimbangi dengan naiknya total asset yang
dimiliki sehingga kenaikan tersebut mengakibatkan semakin kecinya jumlah rasio yang terjadi pada tahun 2007. Penurunan rasio ini membawa dampak yang baik bagi BPR karena semakin kecil nilai Loan To Assets Ratio maka tingkat likuiditasnya semakin tinggi karena junlah asset yang diperlukan untuk membiayai kredinya semakin kecil. Penurunan juga terjadi pada Cash Ratio yaitu penurunan sebesar 39,18% yang terjadi pada tahun 2008. Penurunan ini terjadi karena menurunnya kas (alat likuid) yang dimiliki oleh BPR dengan naiknya jumlah kewajiban yang signifikan. Hal ini mengakibatkan kecilnya jumlah rasio ini. Penurunan tersebut berarti bahwa BPR memiliki tingkat likuiditas yang kecil pada tahun 2008. Karena pada Cash Ratio semakin tinggi nilai rasio semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi BPR mampu melakukan perbaikan di tahun 2009 yang ditandai naiknya Cash Ratio pada tahun 2009 sebesar 15,57%. Loan to Deposit Ratio terlihat bahwa dari 4 tahun tersebut bernilai lebih dari 110%. Menurut ketentuan Bank Indonesia rasio ideal untuk Loan to Deposit Ratio antara 85% sampai dengan 110%. Berarti hasil dari perhitungan pada PT. BPR Prima Nusatama melebihi batas ideal yang ditentukan oleh Bank Indonesia, meskipun hanya pada tahun 2007 yang rasionya dibawah 110% yaitu sebesar 106,66%. Hal ini berarti hanya pada tahun 2007 BPR dikatakan sehat dibandingkan dengan tahun 2006, 2008 dan 2009. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pimpinan BPR agar lebih mengurangi pemberian kredit. Non Performing Loan pada tahun 2006-2009 berturutturut bernilai 3,06%, 3,91%, 3,73% dan 4,75% yang semuanya berada dibawah batas maksimum yang ditetapkan oleh BI sebesar 5%. Meskipun pada tahun 2009 hampir mendekati angka maksimum yaitu sebesar 4,75%. Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Capital Adequacy Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993 dan Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa Capital Adequacy Ratio pada tahun 2006 sebesar 30,52%, tahun 2007 sebesar 36,97%, tahun 2008 sebesar 35,82% dan tahun 2009 sebesar 32,68% yang semuanya berada di atas 8%. Begitu pula dengan dengan rasio perbandingan modal dengan hutang masih diatas 8%. 11 Rasio-rasio rentabilitas secara keseluruhan terjadi fluktuasi dari tahun 2006-2009. Penurunan terjadi di tahun 2007 dan tahun 2009 dengan tingkat penurunan yang cukup signifikan. Gross Profit Margin tahun 2006 sebesar 11,28% yang mengalami penurunan di tahun 2007 sebesar 4,03% menjadi 7,25%. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2007 terjadi penurunan laba operasi pada BPR. Begitu pula penurunan yang terjadi pada tahun 2009, namun penurunan tersebut bukan karena menurunnya laba operasi tetapi adanya kenaikan pendapatan operasi besar yang tidak diimbangi dengan naiknya laba operasi, sehingga mengakibatkan kecilnya rasio. Hal yang sama terjadi pada rasio Net Profit Margin yang mengalami penurunan dari tahun 2006-2007 sebesar 3,34% dan di tahun 2008-2009 sebesar 5,34%. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan jumlah laba bersih pada tahun 2007 dan kenaikan jumlah pendapatan yang besar yang tidak diimbangi dengan naiknya laba bersih. Return On Equity dan Return On Assets juga mengalami penurunan di tahun 2007 dan 2009. Tetapi penurunan jumlah rasio Return On Equity dan Return On Assets tidak sebesar rasio Gross Profit Margin dan Net Profit Margin. Hal ini sebabkan karena jumlah laba bersih yang dihasilkan lebih kecil dari pembaginya yaitu terhadap Modal (equity) pada Return On Equity dan jumlah aktiva pada Return On Assets yang sangat besar
jumlahnya. Berdasarkan hasil tersebut secara umum PT. BPR Prima Nusatama mampu bangkit dari penurunan yang terjadi dari tahun ke tahun. 2. PT. BPR Prisma Berlian Danarta a. Gambaran Umum Perusahaan PT. BPR PRISMA BERLIAN DANARTA didirikan secara resmi tahun 1997 di Cikarang, Bekasi. Selama13 tahun menjadi bagian dari dinamika perekonomian di Cikarang Bekasi, telah menjadikan BPR PBD sebagai salah satu BPR terbesar di Cikaranga. BPR PBD juga dikenal sebagai salah satu BPR pelopor dan perintis dalam program pemberdayaan pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah. Melalui beragam produk layanan perbankan yang inovatif dan kompetitif, didukung tata kelola layanan berbasis teknologi informasi, BPR PBD kini kian tumbuh dan berkembang progresif melayani kebutuhan jasa perbankan nasabahnya. Tahun 2010 ini, cita-cita mewujudkan BPR yang profesional, tangguh, dan terpercaya semakin mendapatkan momentumnya seiring dengan komitmen seluruh manajemen baru dalam perusahaan ini untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip “Good Corporate Governance”. b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta Dari laporan keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta dapat dihitung beberapa rasio keuangan. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka dapat dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut : 12 Tabel 2. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta Tahun 2006-2009 Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009 1. Rasio Likuiditas b. Loan to Assets Ratio 69,36% 64,04% 71,92% 69,19% c. Cash Ratio 53,96% 45,67% 32,61% 36,94% d. Loan to Deposit Ratio 95,16% 93,49% 99,63% 94,42% e. Non Performing Loan 1,23% 2,72% 2,53% 2,12% 2. Rasio Solvabilitas b. Capital to Debt Ratio 35,39% 43,16% 36,32% 32,50% c. Capital adequacy Ratio 26,14% 30,15% 26,64% 24,53% 3. Rasio Rentabilitas a. Gross Profit Margin 23,31% 8,00% 6,72% 14,59% b. Net Profit Margin 19,23% 5,79% 5,06% 9,54% c. Return On Equity 15,81% 4,88% 4,19 8,92% d. Return On Assets 4,13% 1,47% 1,11% 2,19% Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta Berdasarkan tebel diatas, rasio likuiditas PT. BPR Prisma Berlian Danarta mengalami fluktuasi dari tahun 2006-2009. Pada Loan to Assets Ratio penurunan terjadi di tahun 2007 dan 2007, yang terlihat bahwa penurunan di tahun 2007 sebesar 5,32% dan 2,73% di tahun 2009. Penurunan tersebut disebabkan pada tahun tersebut kenaikan total asset yang tidak sebanding dengan kenaikan kredit yang diberikan oleh BPR, sehingga rasio yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Tetapi penurunan tersebut membawa dampak yang baik bagi BPR, karena pada rasio ini semakin kecil rasio maka tingkat likuiditasnya semakin besar artinya jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin kecil. Hal yang serupa terjadi pada Cash Ratio yaitu
penurunan terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2008 meskipun nilai rasio tidak sebesar yang terjadi pada Loan to Assets Ratio. Pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 8,29% dan 13,06%. Penurunan yang sangat besar terjadi pada tahun 2008 menjadi 32,61%, hal ini terjadi karena pada tahun 2008 jumlah kenaikan kewajiban segera yang begitu besar dibandingkan dengan kenaikan pada kas (alat likuid). Artinya pada tahun 2008 kewajiban BPR meningkat pada nasabah terutama pada DPK. Namun pada tahun 2009 BPR mampu menunjukkan perbaikan di tahun 2009 yang ditandai dengan naiknya Cash Ratio pada tahun 2009 yaitu menjadi 36,94%. Loan to Deposit Ratio dari tahun 2006-2009 terlihat berada dalam batas maksimum yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang nilainya kurang dari 110%. Menurut ketentuan Bank Indonesia untuk Rasio LDR di bawah 110% diberi nilai kredit 100, yang artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Hal tersebut mampu ditunjukkan oleh BPR dengan nilai rasio dari 2006-2009 adalah 95,16%, 93,49%, 99,63% dan 94,42%. Rasio Non Performing Loan yang terjadi pada tahun 2006-2009 berturut-turut adalah sebesar 1,23%, 2,72%, 2,53% dan 2,12%. Nilai dari rasio-rasio tersebut menunjukkan bahwa masih berada dalam batas aman ketentuan Bank Indonesia mengenai Non Performing Loan yaitu batas maksimum sebesar 5%. 13 Untuk rasio solvabilitas secara keselurun mengalami penurunan dari tahun 2006-2009 dan kenaikan hanya terjadi pada tahun 2007. Dari tabel terlihat bahwa untuk Capital to Debt Ratio pada tahun 2006 sebesar 35,39% dan terjadi kenaikan sebesar 7,77% menjadi 43,16% ditahun 2007. Namun pada tahun 2008 terjadi penurunan sebesar 6,84% dan 3,82% di tahun 2009. Penurunan ini terjadi karena kenaikan jumlah kewajiban yang sangat signifikan dibandingkan dengan modal yang dimiliki oleh BPR. Capital Adequacy Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993 dan Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa CAR pada tahu 2006 sebesar 26,14%, tahun 2007 sebesar 30,15%, tahun 2008 sebesar 26,64% dan tahun 2009 sebesar 24,53% yang semuanya berada di atas 8%. Rasio-rasio rentabilitas yang dinyatakan dengan rasio-rasio Net Profit Margin, Gross Profit Margin, Return On Equity dan Retern On Assets menunjukkan nilai yang fluktuatif. Secara keseluruhan penurunan terjadi pada tahun 2007 dan 2008. Penurunan yang sangat besar terjadi pada Gross Profit Margin dari tahun 2006-2007 yaitu sebesar 15,31% dibandingkan dengan penurunandari ketiga rasio tersebut diatas. Hal tersebut ditandai dengan turunnya laba bersih pada tahun tersebut. Tetapi penurunan yang terjadi pada tahun 2007-2008 dapat menunjukkan perbaikan di tahun 2009. Hal itu terlihat di tahun 2009 nilai rasio-rasio rentabilitas mengalami kenaikan. Yang terlihat pada Gross Profit Margin pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 7,87%, Net Profit Margin sebesar 4,48%, Return On Equity sebesar 4,73% dan 1.08% untuk Return On Assets. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa BPR mampu mengatasi penurunan yang terjadi selama tahu 2007-2008, sehingga pada tahun 2009 posisi BPR menunjukkan kemampuan yang baik dalam memperoleh keuntungan. 3. BPRS Harta Insan Karimah a. Gambaran Umum Perusahaan PT BPRS Harta Insan Karimah Bekasi yang lebih dikenal dengan nama BPRS HIK
BEKASI, didirikan pada tanggal 15 Mei 2005, melalui akuisisi dan perubahan nama dari PT BPRS Baituniaga Insani di Bekasi. Pendiriannya diprakarsai oleh Keluarga Alumni HMI FE-UGM Yogyakarta di Jakarta. Kebersamaan selama menimba ilmu di Yogyakarta, sebagai aktivis HMI telah mendorong para alumni ini untuk berbuat secara kongkrit untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ummat pada umumnya, para pengusaha kecil dan mikro pada khususnya dengan membentuk lembaga perbankan syariah yang berbasis “ community banking “ di berbagai daerah, dan salah satunya didirikan BPRS HIK BEKASI di Kota Bekasi. Pendirian BPRS HIK BEKASI juga dimaksudkan untuk turut serta dalam memberikan pelayanan perbankan syariah pada garis terdepan dan berhubungan langsung dengan pedagang, pengusaha kecil dan mikro di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi dan sekitarnya. Dengan motto “ Maju Bersama Sesuai Syariah “, BPRS HIK Bekasi dikelola oleh tenaga profesional, independent, cerdas, amanah dan bertanggung jawab, dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip perbankan syariah yang sehat, prudent, dan complien Syariah. 14 b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah Dari laporan keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah dapat dihitung beberapa rasio keuangan. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka dapat dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah Tahun 2006-2009 Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009 1. Rasio Likuiditas a. Loan to Assets Ratio 68,57% 64,14% 60,21% 66,42% b. Cash Ratio 45,66% 35,03% 41,74% 34,12% c. Loan to Deposit Ratio 117,74% 129,07% 108,59% 158,59% d. Non Performing Loan 1,15% 1,33% 2,15% 1,75% 2. Rasio Solvabilitas a. Capital to Debt Ratio 23,29% 20,97% 17,64% 21,98% b. Capital Adequacy Ratio 18,89% 17,34% 15,00% 18,02% 3. Rasio Rentabilitas a. Gross Profit Margin 28,41% 23,54% 18,65% 24,42% b. Net Profit Margin 20,45% 18,20% 13,58% 17,48% c. Return On Equity 22,04% 20,85% 17,02% 17,00% d. Return On Assets 4,16% 3,62% 2,55% 3,06% Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah Secara keseluruhan rasio likuiditas sangat fluktuatif dari tahun 2006-2009 seperti yang terlihat pada tabel diatas. Loan to Assets Ratio terlihat bahwa terjadi penurunan di tahun 2007 dari tahun 2006 sebesar 4,43% dan pada 2008 turun sebesar 3,93% dari tahun 2007 dan ditahun 2009 naik sebesar 6,21% menjadi 66,42%. Penurunan tersebut berarti bahwa BPRS HIK memiliki likuiditas yang baik, karena pada Loan to Assets Ratio semakin rendah nilai rasio maka tingkat likuidatasnya menjadi semakin lebih tinggi karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin kecil. Pada Cash Ratio di tahun 2006 sebesar 45,66% turun menjadi 35,03% di tahun 2008, namun pada tahun 2008 kembali mengalami kenaikan menjadi
41,74% tetapi pada tahun 2009 terjadi lagi penurunan sehingga menjadi 34,12%. Penurunan yang terjadikan tingkat likuiditas pada BPRS HIK menjadi semakin kecil. Karena pada Cash Rasio ini semakin tinggi rasio maka semakin besar pula tingkat likuiditas. Loan to Deposit Ratio pada tahun 2006-2009 berada di atas 100%, tetapi menurut ketentuan Bank Indonesia batas maksimum adalah sebesar 110%. Hanya pada tahun 2008 yaitu sebesar 108,59% yang telah memenuhi ketentuan tersebut. Begitu pula dengan rasio Non Performing Loan yang dari tahun 2006-2009 berada dalam batas yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5% untuk rasio Non Performing Loan. Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Capital Adequacy Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993 dan Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank 15 adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa Capital Adequacy Ratio pada tahun 2006 sebesar 18,89%, tahun 2007 sebesar 17,34%. Tetapi pada tahun 2008 sebesar 15,00% dan tahun 2009 sebesar 18,02% yang artinya masih berada dibawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%. Begitu pula dengan dengan rasio perbandingan modal dengan hutang masih diatas 8% meskipun pada tahun 2009 belum mencapai ketentuan yang ditetapkan oleh BI. Rasio-rasio rentabilitas secara keseluruhan terjadi fluktuasi dari tahun 20062009. Penurunan terjadi di tahun 2007 dan tahun 2008 dengan tingkat penurunan yang cukup banyak. Rasio Gross Profit Margin tahun 2006 sebesar 28,41% yang mengalami penurunan di tahun 2007 sebesar 4,87% menjadi 23,54%. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2007 terjadi penurunan laba operasi pada BPR. Begitu pula penurunan yang terjadi pada tahun 2008, namun penurunan tersebut bukan karena menurunnya laba operasi tetapi adanya kenaikan pendapatan operasi besar yang tidak diimbangi dengan naiknya laba operasi, sehingga mengakibatkan kecilnya rasio. Hal yang sama terjadi pada rasio Net Profi Margin yang mengalami penurunan dari tahun 2006-2007 sebesar 2,25% dan di tahun 2008 4,62%. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan jumlah laba bersih pada tahun 2007 dan kenaikan jumlah pendapatan yang besar yang tidak diimbangi dengan naiknya laba bersih. Rasio Return On Equity dan Return On Assets juga terjadi penurunan di tahun 2007- 2009. Hal ini sebabkan karena jumlah laba bersih yang dihasilkan lebih kecil dari pembaginya yaitu terhadap Modal (equity) pada Return On Equity dan jumlah aktiva pada Return On Assets yang sangat besar jumlahnya. Berdsarkan hasil tersebut secara umum PT. BPRS HIK mampu bangkit dari penurunan yang terjadi, meskipun terjadi beruntun. 4. BPRS Amanah Insani a. Gambaran Umum perusahaan PT BPRS Amanah Insani didirikan pada tanggal 9 Oktober 1997. Pendiriannya diprakarsai oleh para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba ilmu di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah
dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dengan nama BPRS Amanah Insani. Pendirian BPRS juga dimaksudkan untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman. b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPRS Amanah Insani Dari laporan keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah dapat dihitung beberapa rasio keuangan. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka dapat dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut : 16 Tabel 4. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPRS Amanah Insani Tahun 2006-2009 Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009 1. Rasio Likuiditas a. Loan to Assets Ratio 72,18% 79,16% 79,03% 77,29% b. Cash Ratio 55,12% 58,25% 47,47% 57,53% c. Loan to Deposit Ratio 132,83% 131,39% 131,65% 120,45% d. Non Performing Loan 3,56% 2,36% 2,12% 2,00% 2. Rasio Solvabilitas a. Capital to Debt Ratio 11,05% 8,96% 8,20% 6,95% b. Capital Adequacy Ratio 9,95% 8,22% 7,58% 6,50% 3. Rasio Rentabilitas a. Gross Profit Margin 13,46% 14,43% 9,78% 7,38% b. Net Profit Margin 9,05% 9,73% 6,67% 5,18% c. Return On Equity 18,12% 20,49% 15,72% 11,59% d. Return On Assets 1,80% 1,68% 1,19% 0,75% Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPRS Amanah Insani Secara umum rasio likuiditas BPRS Amanah Insani mengalami fluktuasi. Loan to Assets Ratio menunjukkan kenaikan di tahun 2007 sebesar 6,98% dari tahun 2006. Kenaikan ini berarti BPRS menjadi semakin kecil tingkat likuiditasnya. Karena pada Loan to Assets Ratio semakin tinggi rasionya maka semakin kecil tingkat likuiditasnya karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Namun hal tersebut dapat diperbaiki pada tahun 2008-2009, yang ditandai dengan turunnya nilai Loan to Assets Ratio. Cash Ratio mengalami kenaikan pada tahun 2007 dan tahun 2009. Pada tahun 2007 naik sebesar 3,13% dari 2006 dan di tahun 2009 naik sebesar 10,06% dari tahun 2008. Kenaikan tersebut berarti tingkat likuiditasnya menjadi semakin tinggi. Loan to Deposit Ratio dari tabel diatas menunjukkan nilai lebih dari 110% artinya melampaui batas maksimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Rasio Non Performing Loan menunjukkan nilai kurang dari 5% adri tahun 2006-2009,yang artinya rasio tersebut berada dalam batas aman yang ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu batas maksimun untuk Non Performing Loan sebesar 5%. Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Capital Adequacy Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993 dan Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa Capital Adequacy Ratio pada tahun
2006 sebesar 9,95%, tahun 2007 sebesar 8,22%. Tetapi pada tahun 2008 sebesar 7,58% dan tahun 2009 sebesar 6,50% yang artinya masih berada dibawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%. Begitu pula dengan dengan rasio perbandingan modal dengan hutang masih diatas 8% meskipun pada tahun 2009 belum mencapai ketentuan yang ditetapkan oleh BI. Secara keseluruhan rasio profitabilitas mengalami fluktusi dari tahun 2006-2007. Dari empat rasio yang digunakan semuanya mengalami kenaikan di tahun 2007. 17 Kenaikan tersebut berarti dari tingkat keuntungan yang paling baik dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain. 4. Analisis Diskriminan (Z-Score) a. Analisis Diskriminan PT. BPR Prima Nusatama Tabel 5. Hasil Perhitungan Z-Score PT BPR Prima Nusatama Tahun 20062009 Uraian 2006 2007 2008 2009 X1 = Working Capital to Total Asset Ratio Modal Kerja : Total Aktiva 0,38 0,35 0,30 0,40 X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,05 0,02 0,03 0,06 X3 = EBIT to Total Assets Laba sebelum bunga dan pajak : Total Aktiva 0,02 0,01 0,04 0,03 X4 = Market Value of Equity to Book Value of Debt Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,44 0,58 0,45 0,48 Z-SCORE 6,56( X1 ) 2,49 2,30 1,97 2,62 3,26 (X2 ) 0,16 0,07 0,10 0,20 6,72 ( X3 ) 0,34 0,07 0,27 0,20 1,05 ( X4 ) 0,46 0,61 0,47 0,50 TOTAL 3,45 3,04 2,81 3,53 Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prima Nusatama Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada diatas angka 2,6. Yang artinya kondisi PT. BPR Prima Nusatama dalam keadaan sehat. Dengan keadaan tersebut dapat diprediksikan bahwa BPR Prima Nusatama dapat bertahan lama,dan diprediksikan tidak akan pailit dalam waktu satu atau dua tahun kedepan. 18 b. Analisis Diskrimunan PT. BPR Prisma Berlian Danarta Hasil perhitungan Z-Score dapat dilihat dalam table berikut : Tabel 6. Hasil Perhitungan Z-Score PT BPR Prisma Berlian Danarta Tahun 2006-2009 Uraian 2006 2007 2008 2009 X1 = Working Capital to Total Asset Ratio
Modal Kerja : Total Aktiva 0,24 0,25 0,21 0,21 X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,08 0,03 0,01 0,02 X3 = EBIT to Total Assets Laba sebelum bunga dan pajak : Total Aktiva 0,04 0,02 0,01 0,03 X4 = Market Value of Equity to Book Value of Debt Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,35 0,43 0,36 0,32 Z-SCORE 6,56 ( X1 ) 1,57 1,64 1,38 1,38 3,26 (X2 ) 0,26 0,10 0,03 0,07 6,72 ( X3 ) 0,27 0,13 0,07 0,20 1,05 ( X4 ) 0,37 0,45 0,38 0,34 TOTAL 2,47 2,32 1,86 1,98 Keterangan Gray Area Gray Area Gray Area Gray Area Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada dalam keadaan gray area, yang artinya posisi BPR Prisma Berlian Danarta sulit ditentukan apakah dalam keadaan sehat atau pailit. Hal tersebut disebabkan karena nilai X2 dean X3 yang relatif lebih kecil dibandingkan rasio yang lain. Kecilnya rasio tersebut karena kecilnya jumlah laba dan laba ditahan yang diperoleh oleh BPR. c. Analisis Diskriminan PT. BPRS Harta Insan Karimah Hasil perhitungan Z-Score dapat dilihat dalam tabel berikut : 19 Tabel 7. Hasil Perhitungan Z-Score BPRS Harta Insan Karimah Tahun 2006-2009 Uraian 2006 2007 2008 2009 X1 = Working Capital to Total Asset Ratio Modal Kerja : Total Aktiva 0,68 0,57 0,58 0,59 X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,00 0,00 0,00 0,00 X3 = EBIT to Total Assets Laba sebelum bunga dan pajak : Total Aktiva 0,06 0,05 0,04 0,04 X4 = Market Value of Equity to Book Value
of Debt Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,23 0,21 0,18 0,22 Z-SCORE 6,56 ( X1 ) 4,46 3,74 3,80 3,87 3,26 (X2 ) 0,00 0,00 0,00 0,00 6,72 ( X3 ) 0,40 0,34 0,27 0,27 1,05 ( X4 ) 0,24 0,22 0,19 0,23 TOTAL 5,11 4,30 4,26 4,37 Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPRS Harta Insan Karimah Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada diatas nilai 2,6. Artinya bahwa BPRS HIK berada dalam keadaan sehat. Sehingga diprediksikan BPRS HIK dapat bertahan untuk satu atau dua tahun kedepan. d. Analisis Diskriminan PT. BPRS Amanah Insani Hasil perhitungan Z-Score dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 8. Hasil Perhitungan Z-Score PT BPRS Amanah Insani Tahun 20062009 Uraian 2006 2007 2008 2009 X1 = Working Capital to Total Asset Ratio Modal Kerja : Total Aktiva 0,49 0,58 0,57 0,60 X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,01 0,01 0,01 0,01 X3 = EBIT to Total Assets 20 Uraian 2006 2007 2008 2009 Laba sebelum bunga dan pajak : Total Aktiva 0,03 0,02 0,02 0,01 X4 = Market Value of Equity to Book Value of Debt Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,11 0,09 0,08 0,07 Z-SCORE 6,56 ( X1 ) 3,21 3,80 3,74 3,94 3,26 (X2 ) 0,03 0,03 0,03 0,03 6,72 ( X3 ) 0,20 0,13 0,13 0,07 1,05 ( X4 ) 0,12 0,09 0,08 0,07 TOTAL 3,56 4,07 3,99 4,11 Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPRS Amanah Insani Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada diatas nilai 2,6. Artinya bahwa BPRS Amanah Insani berada dalam keadaan sehat. Sehingga diprediksikan BPRS Amanah Insani dapat bertahan untuk satu atau dua tahun kedepan. 5. Analisis Komparatif BPR Konvensional dan BPR Syariah Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan rata-rata rasio keuangan dari Bank
Konvensional dan Bank Syariah. Tabel 9. Hasil Perhitungan Rata-rata Rasio Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah Rasio-Rasio BPR Konvensional BPR Syariah 1. Rasio Likuiditas a. Loan to Assets Ratio 69,75% 70,87% b. Cash Ratio 43,69% 46,86% c. Loan to Deposit Ratio 110,00% 128,79% d. Non Performing Loan 3,00% 2,05% 2. Rasio Solvabilitas a. Capital to Debt Ratio 44,29% 14,88% b. Capital adequacy Ratio 30,43% 12,69% 3. Rasio Rentabilitas a. Gross Profit Margin 14,06% 17,51% b. Net Profit Margin 10,40% 12,54% c. Return On Equity 59,40% 17,85% d. Return On Assets 2,23% 2,35% 21 Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari perhitungan rasio keuangan pada BPR konvensional dan BPR Syariah maka dapat dianalisis komparatif berikut ini : a. Likuiditas Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah relative lebih baik di bandingkan dengan BPR konvensional. Pada Loan to Assets Ratio terlihat bahwa pada BPRS relatif lebih rendah nilainya dibandingkan dengan BPR konvensional. Meskipun dalam tiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan. Rasio kas terhadap kewajiban segera pada tahun 2006-2009 menunjukkan tingkat fluktuasi yang baik. Namun untuk Loan to Deposit Ratio, BPR Konvensional relative lebih baik karena lebih mendekati pada batas maksimum yang telah ditentukan oleh Bank Indonesi yaitu 110%. Begitu pula dengan rasio Non Performing Loan pada BPR Syariah lebih rendah dibandingkan dengan BPR Konvensional. b. Solvabilitas Rasio-rasio solvabilitas keempat BPR menunjukkan kondisi sehat. Rasio kecukupan modal ( Capital Adequacy Ratio) keempat BPR berada diatas ketentuan minimum BI yaitu sebesar 8%. CAR pada tahun 2009 pada BPR Konvensional rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan BPR syariah. Yang artinya untuk rasio solvabilitas BPR Konvensional lebih baik di bandingkan dengan BPR Syariah. c. Rentabilitas Semua rasio rentabilitas keempat BPR adalah positif. Rasio NPM pada tahun 2009 pada BPR konvensional rata-rata sebesar 10,81% dan pada BPR Syariah rata-rata sebesar 11,33%. Keadaan ini menunjukkan bahwa keempat BPR mampu memperoleh laba yang wajar, walaupun Net Profit Margin BPR Konvensional relati lebih rendah dibanding dengan BPR Syariah. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa BPR Syariah lebih efisian dalam pengelolaaan dananya.
d. Tingkat Resiko Keuangan Berikut adalah tabel komparatif rasio Z-Score pada BPR Konvensional dan BPR Syariah. Tabel 10. Komparatif Hasil Perhitungan Rasio Z- Score pada BPR Konvensional dan BPR Syariah Tahun BPR Konvensional BPR Syariah Prima Nusatama Prisma Berlian Danarta Harta Insan Karimah Amanah Insani 2006 3,45 2,47 5,11 3,56 2007 3,04 2,32 4,30 4,07 2008 2,81 1,86 4,26 3,99 22 2009 3,53 1,98 4.37 4,11 Prediksi Sehat Gray Area Sehat Sehat Rata-rata 2,68 4,22 Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis diskriminan model Altman Z-Score dengan sampel dua BPR konvensional dan dua BPR syariah, diketahui satu BPR konvensional dan dua BPR syariah berada dalam keadaan sehat. Sedangkan satu BPR konvensional yaitu BPR Prisma Berlian Danarta berada dalam keadaan gray area, yang artinya posisi BPR tesebut sulit untuk ditentukan apakah dalam keadaan sehat atau dalam keadaan tidak sehat. Sehingga dapat di ketahui bahwa resiko keuangan pada BPR syariah relatif lebih kecil dibandingkan dengan BPR konvensional. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Rasio likuiditas dari kedua BPR konvensional yaitu BPR Prima Nusatama dan BPR Prisma Berlian Danarta relatif cukup baik. Namun bila dibandingkan keduanya maka BPR Prisma Berlian Danarta lebih baik dibandingkan dengan BPR Prima Nusatama. Hal tersebut terlihat pada Loan Deposit Ratio BPR Prisma Berlian Danarta yang berada di bawah ketetapan BI yaitu maksimal sebesar 110%. Rasio Non Performinng Loan pada tahun 2009 BPR Prima Nusatama sebesar 4,75% dan 2,12% untuk BPR Prisma Berlian Danarta. Artinya BPR Prisma Berlian Danarta lebih baik dari pada BPR Prima Nusatama. Rasio solvabilitas secara umum kedua BPR baik. Karena untuk Capital Adequacy Ratio berada diatas batas minimum yang ditetapkan oleh BI yaitu sebesar 8%. Tetapi BPR Prima Nusatama lebih baik di bandingkan dengan BPR Prisma Berlian Danarta. Begitu pula dengan rasio rentabilitas BPR Prima Nusatam
lebih baik dibandingkan dengan BPR Prisma Berlian Danarta karena lebih baik dalam memperoleh laba. Yang dibuktikan dengan Net Profit Margin BPR Prima Nusatama sebesar 12,08% di tahun 2009 lebih besar dari BPR Prima Nusatama yang hanya sebesar 9,54%. b. Rasio likuiditas dari BPRS Harta Insan Karimah dan BPRS Amanah Insani menujukkan posisi yang likuid atau sehat. Meskipun rasio likuiditas pada BPRS HIK relatif lebih baik dibandingkan dengan BPRS Amanah Insani. Hal tersebut terlihat pada Loan to Assets Ratio yang terjadi pada tahun 2009, pada BPRS HIK sebesar 66,42% dan 77,29% untuk Amanah Insani. Artinya tingkat likuiditas dilihat dari Loan to Assets Ratio lebih baik BPRS HIK karena rasionya lebih kecil, jadi resiko yang di dapat semakin kecil. Rasio solvabilitas dari kedua BPRS menunjukkan bahwa berada dalam batas aman yang ditetapkan oleh BI untuk Capital Adequacy Ratio sebesar 8%. Dengan nilai rasio dari kedua BPRS diatas 8%. Namun BPRS HIK relatif lebih baik dibandingkan dengan BPRS Amanah Insani. Begitu pula untuk rasio rentabilitas, BPRS HIK relatif lebih baik dibandingkan BPRS Amanah Insani. Pada rasio Net Profit Margin di tahun 2009 untuk BPRS HIK sebesar 17,48% dan 5,18% 23 untuk BPRS Amanah Insani. Hal ini berarti rasio pada BPRS HIK lebih besar sehingga BPRS HIK lebih baik dalam segi perolehan laba. c. Perbandingan tingkat resiko keuangan berdasarkan hasil analisis diskriminan (ZScore) menunjukkan bahwa terdapat tiga BPR berada pada posisi diatas nilai cut off yaitu 2,6, yang artinya bahwa BPR tersebut berada dalam keadaan aman. Namun ada satu BPR yaitu BPR Prisma Berlian Danarta yang berada dalam Gray Area, yang artinya posisi BPR tersebut berada dalam posisi yang sulit ditentukan apakah akan sehat atau pailit. Secara keseluruhan resiko keuangan pada BPR Konvensional relative lebih tinggi dibandingkan dengan resiko pada BPR Syariah. Artinya BPR Syariah lebih baik dibandingkan BPR Konvensional. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberi saran sebagai berikut : a. Pada manajemen keempat BPR disarankan untuk lebih mengurangi pemberian kredit yang berlebihan. Hal tersebut dimaksudkan agar nilai rasio LDR berada dalam batas yang telah ditetapkan oleh BI. Sehingga pada rasio likuiditas menjadi lebih baik lagi. b. Dalam mengurangi resiko keuangan sebaiknya pada manajemen BPR memambah jumlah laba yang ditahan agar kegiatan operasional bias berjalan lancar sehingga nantinya laba yang dihasilkan akan semakin bertambah. Jika labanya bertambah dalam tiap tahunnya maka akan banyak investor yang menanamkan modalnya sehingga kelangsungan perusahaan terjamin selama jangka panjang. c. Bagi penelitian yang akan datang agar menambah jumlah perusahaan yang dijadikan sampel karena dengan semakin banyaknya perusahaan maka akan dapat dilakukan uji keakuratan Z-Score model Altman, sehingga penelitian akan semakin akurat. d. Bagi BPR Syariah disarankan agar lebih mengenalkan tentang ekonomi Syariahnya kepada masyarakat dengan melakukan promosi yang lebih banyak. Sehingga masyarakat tidak terdominasi dengan ekonomi konvensional, karena ekonomi syariah terbukti relatif lebih baik dibandingkan dengan ekonomi konvensional. Apabila masyarakat telah mengetahui tentang ekonomi syariah, maka diharapkan perekonomian nasional khususnya pada bidang perbankan tidak mudah terpengaruh
dengan tingkat suku bunga yang tidak stabil. Karena pada sistem syariah tidak ada sistem bunga tersebut yang digantikan dengan sistem bagi hasil. e. Pengenalan tentang ekonomi syariah diharapkan untuk semua kalangan. Sehinga ekonomi syariah tidak hanya untuk masyarakat muslim saja yang bisa bergabung. Jadi masyarakat non-muslim juga bisa bergabung dalam ekonomi syariah tersebut. Pada akhirnya perekonomian nasional akan menjadi merata di semua kalangan khususnya di Indonesia. 24 DAFTAR PUSTAKA Altman, “Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy,” Journal of Finance, September 1968 Ascarya, 2007. “Optimum Monetary policy under Dual Financial/Banking System”. Paper. Dipresentasikan pada USIM Islamic Economic Conference (IECONS 2007). Kuala Lumpur, Malaysia: Universiti Sains Islam Malaysia, 17-19 Juli. Dendrawijaya, 2005, Manajemen Perbankan , Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor. Emery, Douglas R. & Finnerty,1998. Corporate Financial Management. Prentice Hall Inc. USA. Hamdan, Umar, Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah, Tesis, Program Studi MM Unsri, 2005. Hempel, G.H; Simonson, D.; and Colemen A.B, 1994. Bank Management Text and Cases. Fourth Edition, USA :JohnWiley & sons, Inc. Holloh, Analisis Tingkat Penyaluran Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat, 2001. PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 31.1) Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Dalam Kompak No. 7. Januari-April. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPND/Jakarta Umar, Husein, 2000, “ Research Methods in Finance and Banking”. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 Wijaya, Andi, Analisis laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan ( Studi kasus BPR Konvensional dan BPR Syariah), Tesis, Program Studi MM Unsri, 2005. http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Statistik/New_LaporanBPR.aspx?NRMODE=Publish ed&NRORIGINALURL=%2fweb%2fid%2fPublikasi%2fLaporan%2bKeuangan%2bPublik asi%2bBank%2fBank%2fBPR%2bKonvensional%2f&NRNODEGUID={BD9E4C0B7A8B-46F8-B520-6B5CE926457D}&NRCACHEHINT=Guest http://www.hikbekasi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=78&Itemid=2 42 25 http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Statistik/New_LaporanBPR.aspx?NRMODE=Publish ed&NRNODEGUID={BD9E4C0B-7A8B-46F8-B5206B5CE926457D}&NRORIGINALURL=%2fweb%2fid%2fPublikasi%2fLaporan%2bKeuan gan%2bPublikasi%2bBank%2fBank%2fBPR%2bKonvensional%2f&NRCACHEHINT=Gu est