VI.
PERBANDINGAN KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN BANK NAGARI DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT NON-BINAAN BANK NAGARI
Profil Bank Perkreditan Rakyat Sampel Pada bagian ini akan dijelaskan profil BPR sampel baik BPR binaan Bank Nagari maupun BPR non-binaan Bank Nagari. dijelaskan dalam profil BPR antara lain: (1)
Aspek-aspek yang akan
tahun berdiri BPR dan sejarah
singkat pendirian BPR, (2) wilayah kerja yang dicakup oleh BPR, (3) sumberdaya manusia atau
jumlah pegawai yang dimiliki dan spesifikasi pendidikan yang
dimiliki oleh pegawai BPR, (4)
strategi kredit yang dijalankan baik dalam
mensosialisasikan kredit maupun dalam sistem penagihan serta tingkat bunga yang diterapkan BPR.
Gambaran profil ini bertujuan untuk membandingkan
secara ringkas latar belakang dan gambaran umum masing-masing BPR.
6.1.1. Profil Bank Perkreditan Rakyat Binaan Bank Nagari Yang dimaksud dengan BPR binaan Bank Nagari adalah BPR yang merupakan hasil bentukan Bank Nagari, penyertaan modal Bank Nagari, dan pengakuisisian BPR oleh Bank Nagari. Bank Nagari menanamkan sahamnya pada setiap BPR tersebut dengan besaran yang bervariasi pada masing-masing BPR. Hasil dari deviden saham di BPR dimasukkan dalam laporan keuangan Bank Nagari sebagai penerimaan deviden. Besar saham rata-rata yang dimiliki Bank Nagari pada BPR sampel adalah 2.75 persen. Sebagai pemegang saham pengendali, Bank Nagari berhak menunjuk calon pengurus BPR, namun keputusan akhir Pemegang Saham BPR.
berada pada Rapat Umum
Kegiatan operasional BPR sepenuhnya berada pada
BPR yang bersangkutan dibawah kebijakan direksi dan komisaris. Bank Nagari tidak bisa langsung menangani kegiatan operasional dari BPR, artinya BPR
memiliki otonom penuh dalam menentukan kebijakan dan strategi yang akan dijalankan dalam melaksankan kegiatan operasional BPR. Penentuan tingkat bunga baik bunga tabungan, deposito, dan kredit juga ditetapkan oleh pihak dari dalam manajemen BPR.
a.
Profil PT. Bank Perkreditan Rakyat Harau PT. BPR Harau didirikan tahun 1997 dengan izin usaha operasional
Nomor Kep-536/Km17/1997 10 Oktober 1997. PT. BPR Harau terletak di Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota. PT. BPR Harau merupakan salah satu kelompok BPR yang didirikan oleh Bank Nagari. Pemilik atau pemegang saham mayoritas pada awal berdirinya BPR ini adalah Bank Nagari BPD Sumbar, Koperasi Serba Usaha Karyawan Bersama (KSUKB) Bank Nagari, Dana Pensiun Bank Nagari dan Pemda Limapuluh Kota serta masyarakat Limapuluh Kota. Komposisi permodalan PT. BPR Harau per 31 Desember 2006 adalah Bank Nagari sebesar 2.53 persen, KSUKB Bank Nagari sebesar 10.12 persen, Dana Pensiun Bank Nagari sebesar 10.54 persen, Pemerintah Daerah Kabupaten Limapuluh Kota sebesar 15.81 persen dan masyarakat sebesar 61 persen. Modal dasar yang dimiliki pada akhir tahun 2006 adalah Rp 800 000 000,- sedangkan modal disetor Rp 474 450 000,- BPR memiliki satu kantor pusat dan kantor kas di Piladang Kecamatan Akabiluru. Bidang usaha dari BPR ini adalah untuk membantu dan mendorong ekonomi pedesaan yang langsung menyentuh masyarakat terutama usaha produktif. PT. BPR Harau terletak di Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota dengan wilayah kerja beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota, yaitu Kecamatan Harau, Kecamatan Payakumbuh Barat, dan Kecamatan Akabiluru. Pada bidang teknologi dan sumberdaya manusia, PT. BPR Harau telah berupaya mengembangkan teknologi di bidang teknologi administrasi dan
keuangan berupa sistem aplikasi pembukuan terintegrasi (Integrated System) yang diharapkan pula mampu mempercepat proses administrasi
keuangan,
meningkatkan informasi untuk manajemen dan meningkatkan pelayanan kepada nasabah. Dalam kegiatan operasionalnya,
PT. BPR Harau saat ini telah
memperkerjakan pegawai sebanyak 13 orang dengan spesifikasi pendidikan yang terdiri dari 6 orang setingkat S1, 3 orang program D3, dan 4 orang setingkat SLTA.
Dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya direksi dan
pegawai selama tahun 2006 telah mengikuti berbagai pelatihan dan seminar seperti sertifikasi, sosialisasi keaslian uang rupiah, aplikasi laporan bulanan berbasis web training dan seminar IT for non IT, dan workshop perpajakan. Jenis-jenis pelatihan yang dilakukan oleh PT. BPR Harau antara lain pelatihan tentang kredit, dana, akuntansi pembukuan, pelayanan (service excellent). Namun pelatihan tidak terjadwal secara teratur. Setiap karyawan diwajibkan mengikuti pelatihan sesuai dengan tugas masing-masing. Strategi PT. BPR Harau dalam mensosialisasikan informasi kredit adalah melalui selebaran, iklan atau reklame di radio setempat dan melalui karyawan pemasaran dengan mengunjungi nasabah secara door to door. Strategi yang paling efektif selama ini adalah mengunjungi nasabah secara door to door karena pendekatan secara personal lebih meyakinkan nasabah untuk memutuskan meminjam di BPR tersebut. Pada PT. BPR Harau belum ada bagian khusus yang menangani masalah kredit usaha kecil karena secara keseluruhan kredit di BPR adalah untuk usaha kecil dan menengah, sehingga seluruh permasalahan kredit ditangani oleh bagian kredit. Jumlah pegawai yang khusus menangani masalah kredit adalah 3 orang. Sistem penagihan kredit dilakukan dengan dua cara yaitu debitur datang ke kantor untuk membayar cicilan dan pegawai BPR menjemput langsung ketempat nasabah kredit, pada umumnya penagihan
dilakukan dengan cara kedua.
Besar bunga kredit untuk usaha kecil yang
berlaku pada saat penelitian adalah berkisar antara 20 sampai 23 persen. Pembinaan oleh Bank Nagari terhadap Bank Perkreditan Rakyat Harau Pembinaan PT. BPR Harau oleh Bank Nagari telah dilakukan sejak berdirinya BPR yaitu tahun 1997, dan sampai saat ini masih dibawah binaan Bank Nagari.
Latar belakang Bank Nagari dalam melakukan pembinaan
terhadap BPR adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Sumatera Barat. Salah satu usaha yang dilakukan oleh Bank Nagari adalah dengan mendirikan dan membina BPR-BPR yang umumnya beroperasi di kecamatan-kecamatan di Sumatera Barat.
Hal ini dilakukan agar akses
masyarakat pedesaan menjadi lebih mudah terhadap perbankan, sehingga diharapkan ekonomi masyarakat akan meningkat. Kegiatan-kegiatan
pembinaan
yang
dilakukan
antara
lain:
(1)
memberikan bantuan teknis operasional bank, (2) memberikan pelatihanpelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM BPR, dan (3) memasukkan karyawan Bank Nagari dalam manajemen BPR. Disamping itu dalam struktur organisasi Bank Nagari terdapat bagian khusus yang mengurus tentang BPR binaan, yaitu Divisi Micro Banking.
Sistem pembinaan yang dilakukan Bank
Nagari terhadap BPR binaan adalah: (1) secara langsung, dengan memasukkan karyawan Bank Nagari dalam manajemen BPR yang pada saat ini yang menduduki jabatan komisaris BPR adalah karyawan dari Bank Nagari, dan (2) secara tidak langsung, dengan melihat laporan bulanan yang dikirim oleh BPR ke Bank Nagari.
b.
Profil PT. Bank Perkreditan Rakyat – Lumbung Pitih Nagari Labuh Gunung PT. BPR-LPN Labuh Gunung berdiri sebagai Lumbung Pitih Nagari
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1975.
LPN Labuh Gunung
berubah nama menjadi BPR-LPN Labuh Gunung pada tahun 1990, karena sesuai dengan perkembangan dan sejalan dengan kebihakan dimana Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP) di Indonesia termasuk LPN dapat ditingkatkan statusnya menjadi BPR. Berdasarkan Akta Notaris dengan Badan Hukum Nomor C-1024 HT 01 01 Tahun 1999, BPR-LPN Labuh Gunung berubah menjadi PT.BPR-LPN Labuh Gunung pada tahun 1999. BPR ini berlokasi di Desa Simpang Empat Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Limapuluh Kota.
Visi dari BPR ini adalah menciptakan bank yang sehat untuk
meningkatkan ekonomi rakyat yang terjabar dalam misi BPR yaitu (1) tumbuh dan berkembang secara wajar sebagai bank yang handal untuk menggerakkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, (2) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, (3) menciptakan lapangan kerja dalam upaya menanggulangi pengangguran, dan (4) menjalin hubungan yang harmonis, sesama lembaga, masyarakat, dan pemerintah. BPR ini memiliki satu kantor pusat dan 3 kantor kas yang tersebar di Kabupaten Limapuluh Kota. Saham PT.BPR-LPN Labuh Gunung berasal dari masyarakat sebesar 85.56 persen, Bank Nagari Sumbar sebesar 3.33 persen dan Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota sebesar 11.10 persen. Jaringan kantor PT. BPR-LPN Labuh Gunung telah melakukan pelayanan Kantor Kas pada 3 (tiga) kenagarian di dalam wilayah Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kecamatan Luak dan Kecamatan Harau. Jangkauan wilayah kerja BPR ini juga mencakup Kabupaten Tanah Datar, karena lokasi BPR ini terletak dekat dengan perbatasan Kabupaten Tanah Datar. Jumlah karyawan yang dimiliki oleh PT. BPR-LPN Labuh Gunung pada saat tahun 2006 adalah 21 orang dengan spesifikasi pendidikan teridiri dari 1 orang setingkat SMP, 11 orang setingkat SLTA, 4 orang setingkat Diploma dan 5
orang setingkat strata satu. Untuk meningkatkan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat, keakuratan dan kecepatan administrasi, bank telah mengoptimalkan pemakaian perangkat komputer dengan aplikasi pembukuan yang lengkap dan terpadu dan telah dikembangkan dengan menggunakan jaringan LAN (Lokal Area Network). Dalam bidang sumberdaya manusia BPR telah melakukan peningkatan pengetahuan para karyawan melalui: (1) pengiriman karyawan yang ada secara efektif untuk mengikuti kursus/seminar atau studi banding secara terkoordinasi, (2) melakukan pertemuan atau diskusi intern menyangkut perbankan dan perkembangan BPR sendiri guna menambah dan memperluas pengetahuan dalam bidang perbankan, (3) menyediakan bukubuku atau majalah yang berhubungan dengan perbankan, (4) melakukan perbaikan disiplin dan kesejahteraan karyawan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan kemampuan bank, dan (5) memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti kuliah pada Perguruan Tinggi dan Pendidikan Belajar Jarak Jauh (PBJJ) yang diselenggarakan oleh IBI Jakarta. Dua orang direksi PT. BPR-LPN Labuh Gunung telah lulus sertifikasi yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Strategi BPR PT. BPR-LPN Labuh Gunung dalam mensosialisasikan informasi kredit adalah melalui selebaran, iklan dan reklame serta kunjungan langsung ke tempat usaha nasabah.
PT. BPR-LPN Labuh Gunung belum
memiliki bagian khusus yang menangani masalah kredit usaha kecil, bagian kredit melayani semua jenis kredit yang disediakan BPR. Jumlah karyawan yang ditempatkan pada bagian kredit adalah sebanyak 5 orang.
Rata-rata tingkat
bunga kredit yang berlaku pada saat penelitian pada PT. BPR-LPN Labuh Gunung adalah 1.8 persen per bulan atau
rata-rata 21.6 persen per tahun.
Sistem penagihan kredit yang dilakukan juga terdiri dua cara yaitu debitur datang
langsung ke kantor BPR, dan pegawai BPR langsung menjemput ke tempat nasabah. Pembinaan yang Telah Dilakukan Bank Nagari kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat – Lumbung Pitih Nagari Labuh Gunung Pembinaan yang dilakukan oleh Bank Nagari kepada PT. BPR-LPN Labuh Gunung antara lain dalam bentuk kerjasama penyediaan modal kerja atau linkage program dimana Bank Nagari dan BPR bekerjasama dalam pembiayaan debitur terutama kredit usaha kecil yang disalurkan kepada BPR. Bank Nagari dan BPR juga melakukan kerja sama sistem joint financing, misalnya Bank Nagari menyediakan 60 persen, BPR 40 persen dana, sedangkan resiko ditanggung berdua. Bentuk pengawasan dan monitoring yang dilakukan kepada BPR adalah pada masing-masing BPR, Bank Nagari menempatkan pegawainya sebagai dewan komisaris dari BPR, dan BPR harus melaporkan kinerja keuangannya setiap bulan kepada Bank Nagari. Pembinaan yang perlu ditingkatkan adalah mengoptimalkan apex bank, dan peningkatan dalam kerjasama linkage program atau penyediaan modal kerja dari Bank Nagari ke BPR. Dampak pembinaan Bank Nagari terhadap BPR selama ini berpengaruh positif terhadap pembinaan manajemen BPR dan kinerja keuangan BPR dan juga meningkatkan informasi dan teknologi yang dimiliki oleh BPR serta sistem pembukuan BPR. Kendala yang dihadapi selama ini tidak begitu berarti, namun hubungan antara BPR dengan Bank Nagari belum secara online, sehingga informasi yang diterima dari Bank Nagari belum begitu lancar dan BPR harus meluangkan waktu ke Bank Nagari untuk segala urusan.
c.
Profil PT. Bank Perkreditan Rakyat Suliki Gunung Mas PT. BPR Suliki Gunung Mas Suliki
mulai beroperasi sejak tanggal 3
November 1997 setelah mendapat izin operasional dari Menteri Keuangan
Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Nomor 535/KMK.17/1997 tertanggal 10 Oktober 1997. PT. BPR Suliki Gunung Mas merupakan salah satu diantara 10 kelompok BPR yang dibentuk oleh Bank Nagari (Pilot Project Bank Nagari). Modal dasar yang dimiliki BPR Suliki Gunung mas sejak tahun 2004 telah mencapai satu milyar yang disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C-21987 HT. 01. 04. Tahun 2005. Pendiri atau pemilik dari BPR Suliki Gunung Mas terdiri dari Bank NagariBPD Sumatera Barat, KSUKB BPD Sumatera Barat, Dana Pensiun BPD Sumatera Barat, dan Dana masyarakat. Komposisi saham pada akhir Desember 2006 adalah Bank Nagari sebesar 2.39 peren, KSUKB BPD Sumbar sebesar 10.57 persen, Dana Pensiun BPD Sumbar sebesar 4.99 persen, Pemda Kabupaten Limapuluh Kota sebesar 19.95 persen, dan saham masyarakat sebesar 62.10 persen. Pendirian PT. BPR Suliki Gunung Mas dimaksudkan sebagai
intermediasi
antara
masyarakat
yang
kelebihan
uang
dengan
masyarakat yang membutuhkan uang dengan pengutamaan masyarakat skala ekonomi mikro.
Tujuan pendirian PT. BPR Suliki Gunung Mas adalah
memasarkan produk-produk perbankan yang akan memobilisasi masyarakat
dana
(tabungan dan deposito) dan pembiayaan (kredit) serta jasa
perbankan lainnya, yang dapat langsung menyentuh masyarakt kecil di daerah pedesaan terutama untuk usaha produktif. Wilayah kerja PT. BPR Suliki Gunung Mas meliputi wilayah Kecamatan Suliki, Kecamatan Gunung Omeh, Kecamatan Bukik Barisan, Kecamatan Guguak, Kecamatan Mungka
serta Kecamatan Akabiluru yang terdiri atas
beberapa kenagarian. Jarak masing-masing nagari tersebut dengan PT. BPR Suliki Gunung Mas berkisar 0 sampai dengan 36 km. Geografis daerah Suliki adalah berbukit-bukit dan terletak pada ketinggian antara 500 sampai dengan 700 meter dari permukaan laut.
Jumlah karyawan yang dimiliki oleh PT. BPR Suliki Gunung Mas pada Tahun 2006 adalah 21 orang.
Spesifikasi pendidikan pegawai terdiri dari
9
orang setingkat SLTA, 3 orang setingkat Diploma, dan 9 orang setingkat Strata satu. PT. BPR Suliki Gunung Mas telah mengikutsertakan beberapa pegawai serta direksi dalam berbagai pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh Bank Indonesia, Bank Nagari dan Perbarindo serta pihak lain selama tahun 2006 dalam rangka peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta keterampilan pegawai.
Pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti antara lain pelatihan
sertifikasi profesional direksi, sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah, pelatihan kredit mikro dan penanganan kredit bermasalah, pelatihan akuntansi perbankan, workshop perpajakan, pelatihan analisis kredit mikro, training operator Western Union, dan sosialisasi ketenturan BPR atau peraturan BI baru. Strategi PT. BPR Suliki Gunung Mas untuk mensosialisasikan informasi kredit
adalah
melalui orang per orangan. PT. BPR Suliki Gunung Mas
menerapkan sistem jemput bola, yaitu pegawai turun ke lapangan untuk menjemput atau mengambil tabungan dan sekaligus menginformasikan kredit yang ada. PT. Suliki Gunung Mas belum memiliki bagian khusus dalam menangani masalah kredit usaha kredit, karena semua masalah kredit tergabung pada bagian kredit secara umum. Jumlah pegawai bagian kredit berjumlah 4 orang, namun tugas bagian kredit tersebut tidak hanya dijalankan oleh pegawai yang ada pada bagian kredit tetapi juga berintegrasi dengan pegawai bagian dana. Sehingga tugas pegawai bagian dana dengan bagian kredit tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi dalam menarik dan melayani nasabah BPR. Jumlah pegawai kredit yang ada sekarang dirasakan masing kurang oleh BPR karena operasional kredit banyak dilakukan dilapangan dan jangkauan dana dan kredit lebih luas. Sistem penagihan kredit dilakukan dengan dua cara yaitu debitur atau nasabah kredit datang ke BPR untuk membayar cicilan atau
pegawai kredit datang ke debitur, namun pada umumnya pegawai kredit langsung menjemput ke tempat nasabah disamping mengambil tabungan. Ketentuan bunga kredit yang berlaku pada PT. BPR Suliki Gunung Mas adalah apabila besar kredit kecil dari Rp. 10 juta maka bunga yang berlaku sebesar 24 persen per tahun, sebaliknya apabila jumlah kredit besar dari Rp. 10 juta maka bunga yang berlaku sebesar 21 persen per tahun. Pembinaan PT. Bank Perkreditan Rakyat Suliki Gunung Mas oleh Bank Nagari. PT. BPR Suliki Gunung Mas merupakan salah satu BPR bentukan awal dari Bank
Nagari.
Pada tahap awal berdirinya, direktur utama dari BPR
dipegang oleh manajemen Bank Nagari, namun secara bertahap jabatan tersebut diserahkan kepada pihak dari dalam BPR sendiri. Pada saat sekarang direktur utama BPR sudah dipegang oleh karyawan dari dalam BPR, namun dewan komisaris masih dipegang oleh pihak Bank Nagari. Kegiatan pembinaan yang telah dilakukan oleh Bank Nagari kepada PT. BPR Suliki Gunung Mas antara lain: kegiatan training atau pelatihan, pembinaan secara berkala dengan adanya divisi khusus yang membawahi BPR, pengawasan secara tidak langsung dengan mengharuskan BPR binaan melaporkan kegiatan operasional atau keuangannya kepada Bank Nagari secara teratur. Dalam melakukan pembinaan Bank Nagari juga melakukan kerjasama dengan Perbarindo untuk melakukan kegiatan pelatihan dan sosialisasi peraturan. Jenis pelatihan yang telah dilaksanakan antara lain tentang masalah kredit,
pemantapan
operasional
prosedur,
penanganan
tentang
kredit
bermasalah dan pengembangan pribadi (AMT). Seluruh karyawan tetap BPR Suliki Gunung Mas telah mengikuti pelatihan. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Bank Nagari adalah dewan komisaris masih dipegang oleh Bank Nagari,
BPR harus memberikan laporan berkala setiap bulan kepada Bank
Nagari, dan apabila diperlukan pihak Bank Nagari datang ke BPR.
Dengan
adanya pembinaan oleh Bank Nagari perkembangan dan kinerja dari BPR menjadi lebih baik. Beberapa hal yang harus diperbaiki dalam kegiatan pembinaan adalah masalah komisaris yang berkedudukan tidak di wilayah kerja BPR, tapi memiliki jarak yang cukup jauh dari BPR, sehingga pengawasan yang dilakukan oleh komisaris hanya dapat dilakukan sekali dalam dua bulan.
Untuk mengatasi
masalah tersebut biasanya direksi BPR harus pergi ke Padang, sehingga beberapa pekerjaan menjadi tertunda.
6.1.2. Profil Bank Perkreditan Rakyat Non-binaan Bank Nagari BPR non-binaan Bank Nagari dalam penelitian ini adalah BPR kelompok Gebu Minang. Berbeda dengan BPR binaan Bank Nagari, pada BPR kelompok Gebu Minang, komisaris BPR tidak harus berasal dari yayasan Gebu Minang. Kegiatan pengawasan dan pelatihan terhadap karyawan pada saat sekarang hampir tidak dilakukan oleh yayasan Gebu Minang.
BPR tidak memiliki
keterikatan apapun dengan yayasan Gebu Minang, dan terlihat BPR relatif lebih otonom dalam mengambil keputusan operasional tanpa terikat dengan yayasan Gebu Minang.
a.
Profil PT. Bank Perkreditan Rakyat Guguk Mas Makmur PT. BPR Guguk Mas Makmur dahulunya adalah BPR-LPN Kambang di
Kenagarian Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan, dan atas prakasa beberapa orang perantau Kecamatan Guguak dan Kabupaten Limapuluh Kota serta yang berada di kampung halaman yang ingin merelokasikan kantor BPR-LPN Kambang ke Dangung-dangung serta merubah nama menjadi PT. BPR Guguk Mas Makmur. Atas izin Bank Indonesia Padang pada tanggal 14 Oktober 2002
relokasi tersebut disetujui dan tanggal 22 November 2002 diresmikan pembukaan kantor di Kabupaten Limapuluh Kota, dan masih tercatat pada Bank Indonesia Padang atas nama BPR-LPN Kambang dengan izin usaha dari Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor KEP.497/KM.13/1990. Dalam proses peningkatan status badan hukum menjadi Perseroan Terbatas (PT), keluarlah peraturan Bank Indonesia yang salah satu ketentuannya mempersyaratkan bahwa modal disetor haruslah mencapai Rp. 500 juta. Sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa di Jakarta tanggal 14 Agustus 2005, bahwa seluruh pemegang saham sepakat untuk menambah modal disetor menjadi Rp 500 juta tanpa menambah jumlah pemegang saham, dan telah terpenuhi pada bulan Oktober 2005. BPR-LPN berubah status badan hukum menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT Bank Perkreditan Rakyat Guguk Mas Makmur. Maksud dan tujuan pendirian BPR Guguk Mas Makmur adalah (1) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito dan sejenisnya, (2) menyalurkan kepada masyarakat kecil dan menengah atau usaha mikro, dan (3) membentuk lembaga keuangan yang kokoh di Kecamatan Guguak sebagai lembaga yang membantu masyarakat kecil serta meningkatkan potensi ekonomi anak nagari. Wilayah kerja dari PT. BPR Guguk Mas Makmur meliputi beberapa
kecamatan
seperti
Kecamatan
Guguk,
Kecamatan
Mungka,
Kecamatan Payakumbuh Barat, dan Kecamatan Limbanang. PT. BPR Guguk Mas Makmur telah memiliki satu kantor pusat dan satu kantor kas sampai dengan akhir Desember 2006. Jumlah pegawai atau karyawan yang dimiliki oleh PT. BPR Guguk Mas Makmur adalah sebanyak 17 orang dengan spesifikasi pendidikan terdiri dari 9 orang setara SLTA, 2 orang setara Diploma, dan 5 orang setara Strata satu. Untuk meningkatkan sumberdaya manusia PT. BPR Guguk Mas Makmur telah
mengikuti beberapa pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti pada tahun 2006 antara lain: (1) pelatihan sertifikasi yang diikuti oleh direksi, sehingga saat ini BPR telah memiliki 2 orang direksi yang telah lulus certif, (2) pelatihan teknik analisa kredit, Internal Control, teknik negosiasi penanggulangan kredit bermasalah, aspek hukum dan pengikatan jaminan yang diselenggarakan bekerjasama dengan PT. Permodalan Nasional Madani (PNM), (3) pelatihan aplikasi laporan bulanan berbasis Web oleh BI, pelatihan dari instansi lain seperti perpajakan. Strategi PT. BPR Guguk Mas Makmur untuk mensosialisasikan informasi kredit adalah melalui selebaran, iklan atau reklame di radio daerah setempat dan melalui door to door.
PT. BPR Guguk Mas Makmur belum memiliki bagian
khusus yang menangani masalah kredit usaha kecil karena BPR sudah dikhususkan untuk melayani usaha kecil dan menengah.
Jumlah pegawai
bagian kredit adalah sebanyak 5 orang. Jumlah tersebut dirasa cukup oleh BPR dalam melayani dan menangani masalah kredit yang ada. Pembayaran kredit oleh nasabah pada umumnya adalah nasabah kredit datang
sendiri
mengantarkan cicilan ke kantor BPR, pegawai kredit biasanya datang ke tempat nasabah apabila nasabah telah melewati dua kali tunggakan. Ketentuan bunga kredit yang berlaku pada PT. BPR Guguk Mas Makmur selama tahun 2006 adalah apabila kredit memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun maka tingkat bunga yang berlaku sebesar 20 persen, namun apabila jangka waktu kredit lebih dari satu tahun tingkat bunga yang berlaku sebesar 22 persen.
b.
Profil PT. Bank Perkreditan Rakyat Bunsu Sinamar Makmur PT. BPR Bunsu Sinamar Makmur didirikan dengan Akta Nomor 79 pada
tanggal 18 Juni 1993.
Pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor C2-11744.HT.01.01.Tahun 1993 tanggal 3 November 1993. Izin usaha
operasional merupakan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep.079/KM.17/1995 tangggal 21 Maret 1995. Kegiatan BPR bermaksud untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat khususnya di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh.
BPR Bunsu Sinamar
Makmur terletak di Pokan Komih Limbanang Kecamatan Suliki Kabupaten Limapuluh Kota. Modal dasar yang dimiliki oleh BPR Bunsu Sinamar Makmur pada Desember 2006 berjumlah RP. 1 000 000 000,- sedangkan modal disetor berjumlah Rp. 442 430 000,-. Pemegang saham BPR ini pada umumnya adalah orang per orangan, sementara saham Yayasan Gebu Minang sebesar 3.96 persen. Wilayah kerja PT. BPR Bunsu Sinamar Makmur meliputi 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Suliki, Kecamatan Mungka, Kecamatan Baruah Gunung, Kecamatan Gunung Omeh Kabupaten Limapuluh Kota. PT. BPR Bunsu Sinamar Makmur memiliki satu kantor pusat dan tiga kantor kas sampai Desember 2006. Jumlah karyawan yang dimiliki PT. BPR Bunsu Sinamar Makmur sampai tahun 2006 adalah sebanyak 17 orang. Spesifikasi pendidikan yang dimiliki oleh karyawan BPR terdiri dari 11 orang setara SLTA, 1 orang setara Diploma dan 5 orang setara strata satu. PT. BPR Bunsu Sinamar Makmur telah memanfaatkan sistem komputerisasi sebagai alat administrasi dan
pembukuan dalam
menjalankan kegiatan operasional perseroan, namun sistem informasi dan teknologi (IT) yang digunakan masih IT yang sederhana. Untuk meningkatkan sumberdaya manusia, PT. BPR Bunsu Sinamar Makmur telah mengikutsertakan karyawannya dalam berbagai pelatihan, seperti: (1) pelatihan sertifikasi bagi direktur BPR, sehingga direktur BPR telah lulus sertifikasi, (2) pelatihan komputerisasi yang diikuti oleh seluruh jajaran direksi dan karyawan, dan (3) pelatihan-pelatihan lainnya yang diadakan oleh PT. PNM, Perbarindo Sumbar, dan Bank Indonesia Padang.
Strategi PT. BPR Bunsu Sinamar Makmur dalam mensosialisasikan informasi kredit adalah melalui selebaran, iklan atau reklame pada radio setempat, dan rekomendasi dari debitur atau nasabah lama kepada calon nasabah baru. BPR belum memiliki bagian khusus yang menangani masalah kredit usaha kecil, karena seluruh kredit yang disalurkan merupakan kredit untuk usaha kecil dan menengah. Jumlah pegawai bagian kredit yang ada sebanyak 9 orang. Jumlah tersebut dirasakan cukup bagi pihak BPR selama ini. Sistem penagihan kredit yang dilakukan oleh BPR adalah debitur datang langsung ke kantor BPR dan pegawai kredit datang ke tempat debitur, namun 75 persen penagihan dilakukan dengan cara pegawai menjemput sendiri tagihan ketempat nasabah.
Besar bunga kredit yang berlaku pada PT. BPR Bunsu Sinamar
Makmur pada tahun 2006 awalnya adalah 20 sampai 21 persen, namun sejak beberapa bulan terakhir dari tahun 2006 BPR ini menerapkan strategi untuk menurunkan tingkat bunga kredit menjadi 18 persen per tahun. Tingkat bunga ini relatif kecil dibandingkan dengan BPR sampel lainnya. Penurunan tingkat bunga ini dilakukan untuk menarik nasabah kredit dan karena cost of fund dari BPR serta tingkat bunga Lembaga Penjaminan (LPS) mengalami penurunan.
c.
Profil Bank Perkreditan Rakyat – Lumbung Pitih Nagari Sulit Air BPR - LPN Sulit Air
awalnya didirikan di Sulit Air Kabupaten Tanah
Datar, namun kegiatan BPR tidak aktif dan vakum sehingga dibekukan oleh Bank Indonesia.
Agar BPR ini kembali berjalan dengan aktif, maka diserahkan
pengelolaannya kepada yayasan Gebu Minang.
Yayasan Gebu Minang
menawarkan kepada Yayasan Gonjong Limo yang berada di Kabupaten Limapuluh Kota. Yayasan Gonjong Limo kemudian mencari pihak-pihak yang mau menanamkan sahamnya di BPR Sulit Air, sehingga para pemegang saham BPR Sulit Air pada umumnya merupakan anggota Yayasan Gonjong Limo sendiri
yang berada di Kabupaten Limapuluh Kota.
Aktivitas BPR Sulit Air akhirnya
dipindahkan ke Kabupaten Limapuluh Kota. Pada saat ini BPR-LPN Sulit Air sedang dalam proses merubah nama menjadi BPR Gonjong Limo, namun masih terhalang dengan jumlah modal yang dimiliki BPR. Wilayah kerja BPR-LPN Sulit Air meliputi Kecamatan Harau, Kecamatan Payakumbuh Barat. BPR ini terdiri dari satu kantor pusat dan belum memiliki kantor kas.
BPR ini kurang
berkembang karena pada awal berdirinya manajemen BPR ini kurang baik. Pembenahan manajemen baru dapat dilakukan mulai tahun 2005. Jumlah karyawan yang dimiliki BPR-LPN Sulit Air adalah 12 orang. Spesifikasi pendidikan dari karyawan BPR terdiri dari 2 orang setara SLTA, 4 orang setara Diploma, dan 6 orang setara Strata satu. Pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan kemampuan teknologi dan sumberdaya manusia masih kurang. Disamping kurangnya sumberdaya manusia, teknologi dan administrasi pembukuan yang dimiliki oleh BPR ini kurang memadai. Jumlah komputer yang dimiliki BPR hanya 4 unit, namun jaringan internet suda ada sehingga pengiriman laporan bulanan ke BI telah melalui program berbasis web. Strategi BPR-LPN Sulit Air dalam
mensosialisasikan informasi kredit
adalah melalui iklan atau reklame dan adanya sistem pemasaran langsung (door to door).
Strategi yang paling efektif selama ini adalah sistem pemasaran
langsung, karena biasanya pegawai BPR sendiri yang menarik nasabah terutama dimulai dari kerabat dekat dan kenalan pegawai BPR. BPR-LPN Sulit Air juga belum memiliki bagian khusus yang menangani masalah kredit karena pada BPR ini masih kekurangan personil.
Jumlah pegawai bagian kredit
berjumlah 2 orang. Sistem penagihan yang dilakukan BPR pada umumnya adalah pegawai kredit datang ke tempat debitur disamping debitur sendiri yang datang ke BPR untuk mengantarkan cicilannya. Besar bunga yang berlaku pada tahun 2006 adalah 24 persen, namun pada akhir tahun 2006 suku bunga
mengalami penurunan menjadi 21 persen per tahun sampai pada saat penelitian dilakukan. Suku bunga yang berlaku merupakan suku bunga tetap. Berdasarkan
gambaran
profil
BPR
sampel
diatas,
Ringkasan
perkembangan jumlah karyawan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perkembangan Jumlah Karyawan Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2003-2006 (Orang) S1 Jlh Nama BPR SD SLTP SLTA D3 BPR Binaan Bank Nagari 6 13 BPR Harau 4 3 5 21 BPR Labuh Gunung 1 11 4 9 21 BPR Suliki gunung Emas 9 3 BPR Non-Binaan Bank Nagari 5 17 BPR Bunsu Sinamar Makmur 9 3 5 17 BPR Guguk Mas Makmur 11 1 6 12 BPR Sulit Air 2 4 Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan karyawan BPR telah
cukup tinggi, dengan jumlah pegawai yang memiliki pendidikan setara S1 lebih banyak dari pegawai yang memiliki pendidikan D3. Rata-rata jumlah karyawan BPR binaan Bank Nagari lebih banyak daripada BPR non-binaan Bank Nagari. Jumlah karyawan yang cukup dapat menyelesaikan berbagai tugas lebih efektif dan tepat waktu.
Analisis Perbandingan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat Binaan Bank Nagari dan Bank Perkreditan Rakyat Non- binaan Bank Nagari Perkembangan Aspek Permodalan (Capital Adequacy Ratio) Angka Capital Adequacy Ratio (CAR) akan semakin tinggi bila tingkat pertambahan modal disetor lebih tinggi dari tingkat pertambahan aktiva. Bila angka CAR semakin tinggi menunjukkan bank semakin likuid. Modal disetor selain mencerminkan komitmen pemegang saham, juga berguna sebagai
sumber dana operasional perbankan. CAR minimum yang harus dicapai BPR adalah ≥ 8 persen. Tabel 8. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perkembangan Capital Adequacy Ratio Bank Perkreditan Rakyat Sampel dari Tahun 2003 – 2006 (Persen) Nama BPR 2003 2004 2005 2006 BPR Binaan Bank Nagari BPR Harau 10.81 10.60 9.22 9.75 BPR Labuh Gunung 13.00 14.14 14.19 12.94 BPR Suliki gunung Emas 9.82 9.88 13.22 13.05 Nilai Rata-Rata 11.21 11.54 12.21 11.91 BPR Non-Binaan Bank Nagari BPR Bunsu Sinamar Makmur 15.65 13.33 11.37 9.36 BPR Guguk Mas Makmur 10.21 9.43 17.32 12.38 BPR Sulit Air 12.52 5.91 7.05 10.17 Nilai Rata-rata 12.80 9.56 11.91 10.63 Pada tabel 8 terlihat bahwa semua BPR sampel memiliki nilai CAR diatas
8 persen.
Ini menunjukkan bahwa BPR telah memiliki pertambahan modal
disetor yang lebih tinggi dari tingkat pertambahan aktiva. Artinya semakin besar modal yang disetor akan meningkatkan kemampuan bank untuk menutupi danadana yang dibutuhkan, khususnya dana untuk menutup penarikan tunai dari nasabah. Rata-rata CAR BPR binaan dari tahun 2003 sampai tahun 2005 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2006 mengalami sedikit penurunan. Rata-rata CAR BPR non binaan dari tahun 2003 sampai tahun 2006 mengalami fluktuasi dan secara keseluruhan nilai rata-rata CAR BPR non-binaan sedikit lebih rendah dari BPR binaan. Namun berdasarkan uji-t nilai rata-rata CAR BPR binaan dan non-binaan tahun 2006 terlihat nilai rata-rata BPR binaan dengan non-binaan tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. BPR binaan Bank Nagari dan BPR non-binaan Bank Nagari memiliki kemampuan yang setara dalam hal pertambahan modal disetor.
Kualitas Asset Kualitas asset dihitung dengan cara membandingkan aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan total aktiva produktif. Nilai Kualitas Aktiva Produktif (KAP) pada Tabel 9 diperoleh langsung dari data keuangan masing-masing BPR dan tidak melalui perhitungan rumus diatas. Ini dilakukan karena keterbatasan data dalam mengelompokkan komponen aktiva produktif yang diklasifikasikan dan total aktiva produktif. Menurut ketentuan BI, BPR dikatakan sehat apabila nilai KAP kecil dari 10.35 persen. Tabel 9. Perkembangan Tingkat Kualitas Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2003-2006 No. 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Nama BPR BPR Binaan Bank Nagari BPR Harau BPR Labuh Gunung BPR Suliki Gunung Emas Nilai Rata-rata BPR Non-binaan Bank Nagari BPR Bunsu Sinamar Makmur BPR Gugus Mas Makmur BPR Sulit Air Nilai Rata-rata
2003
2004
2005
(Persen) 2006
1.35 1.03 1.85 1.41
1.06 0.63 1.29 0.99
0.88 0.85 1.77 1.17
0.61 0.7 2.79 1.37
6.21 2.85 32.35 13.80
4.04 2.72 30.5 12.42
3.52 2.38 28.71 11.54
1.56 2.3 11 4.95
Tabel 9 memperlihatkan bahwa nilai rata-rata KAP BPR binaan Bank Nagari lebih kecil dibandingkan dengan BPR non-binaan Bank Nagari. Nilai KAP yang paling besar terdapat pada PT. BPR Sulit Air. Ini menunjukkan total aktiva produktif yang dimiliki relatif kecil dibandingkan dengan aktiva produktif yang diklasifikasikan. Berdasarkan uji t terhadap nilai rata-rata KAP BPR binaan dan non-binaan Bank Nagari tahun 2006 terlihat bahwa nilai t statistik adalah -1.152 dan tidak signifikan pada taraf nyata 25 persen. 6.2.3. Kualitas Manajemen Kualitas manajemen menunjukkan bagaimana pihak manajemen bank melakukan pengelolaan terhadap kegiatan operasional perbankan. Faktor
manajemen yang dilihat berhubungan dengan kebijakan strategi, struktur organisasi sistem yang dijalankan, kepemimpinan, manajemen resiko dan produktivitas pegawai BPR. Aspek manajemen diperoleh dengan mengajukan 25 pertanyaan yang didasarkan pada peraturan Bank Indonesia, maka diperoleh angka-angka pada masing-masing BPR dengan nilai maksimal 100. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan manajemen BPR semakin baik, namun angka ini tidak menjadi satu-satunya patokan dalam menilai kualitas manajemen BPR karena adanya unsur bias dalam penilaian ini. Unsur bias terjadi karena pihak manajemen menjawab pertanyaan yang disediakan berdasarkan penilaian yang subjektif. Kualitas manajemen juga diukur dengan menghitung nilai produktifitas pegawai.
Nilai produktifitas pegawai yaitu perbandingan antara
jumlah nasabah dengan jumlah pegawai BPR. Semakin tinggi nilai produktifitas pegawai menunjukkan kinerja kerja dan manajemen BPR lebih baik. Tabel 10. Hasil Penilaian Aspek Manajemen pada Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2006 No 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Nama BPR BPR Binaan Bank Nagari BPR Harau BPR Labuh Gunung BPR Suliki Gunung Emas Nilai Rata-rata BPR Non-binaan Bank Nagari BPR Bunsu Sinamar Makmur BPR Gugus Mas Makmur BPR Sulit Air Nilai Rata-rata
Skor Manajemen 94.00 95.00 91.00 93.33 92.00 89.00 94.00 91.67
Berdasarkan Tabel 10 terlihat rata-rata skor manajemen BPR binaan Bank Nagari lebih tinggi dari skor manajemen BPR non-binaan Bank Nagari. Angka ini menunjukkan bahwa pihak manajemen BPR binaan Bank Nagari memiliki kinerja manajemen yang lebih baik dari BPR non-binaan Bank Nagari. Ini juga didukung dari observasi peneliti di lokasi lapangan, terlihat BPR binaan
bank nagari memiliki suasana kerja dan sistem organisasi yang lebih teratur daripada BPR non-binaan Bank Nagari.
Aktivitas kerja
dalam memberikan
pelayanan kepada nasabah di BPR binaan Bank Nagari relatif lebih sibuk dibandingkan dengan BPR non-binaan, demikian juga dengan organisasi dan sistem kearsipan di BPR binaan Bank Nagari juga terlihat lebih rapi dari BPR non binaan Bank Nagari.
Kondisi ini tentu saja mempengaruhi produktifitas dari
manajemen dan pegawai BPR dalam melayani nasabah. Produktifitas pegawai masing-masing BPR sampel dari tahun 2003 sampai tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perkembangan Produktifitas Pegawai Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2003 - 2006 (Nasabah/Pegawai) Nama BPR 2003 2004 2005 2006 BPR Binaan Bank Nagari BPR Harau 72.92 512.50 460.54 488.15 BPR Labuh Gunung 346.06 371.65 393.05 370.52 BPR Suliki gunung Emas 606.40 649.60 569.71 465.24 Nilai Rata-rata 508.46 511.25 474.43 441.31 BPR Non-Binaan Bank Nagari BPR Bunsu S Makmur 305.45 358.86 279.95 359.94 BPR Guguk Mas Makmur 292.60 332.50 305.67 348.88 BPR Sulit Air 208.80 217.50 223.71 290.86 Nilai Rata-rata 268.95 302.95 269.78 333.23 Tabel
11 memperlihatkan bahwa rata-rata produktifitas pegawai BPR
Binaan Bank Nagari dari tahun 2003 sampai 2006 lebih tinggi dari BPR nonbinaan Bank Nagari. Berdasar uji-t terhadap nilai rata-rata produktifitas pegawai tahun 2006 terlihat bahwa nilai t statistik yang dihasilkan adalah 2.580 dan signifikan pada taraf nyata 10 persen. Dapat dikatakan bahwa dengan jumlah pegawai yang ada, BPR binaan Bank Nagari dapat mencakup jumlah nasabah yang lebih banyak. Namun terlihat kecendrungan nilai produktifitas pegawai BPR Binaan Bank Nagari menurun setiap tahun, sedangkan nilai produktifitas pegawai BPR
non-binaan
Bank
Nagari
cendrung
meningkat.
Untuk
melihat
perkembangan nasabah yang dimiliki masing-masing BPR sampel dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perkembangan Jumlah Nasabah pada Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2003-2006 (Orang) No Nama BPR 2003 2004 2005 2006 BPR Binaan Bank Nagari 1. BPR Harau 6875 7175 5987 6346 2. BPR Labuh Gunung 6229 7433 7861 7781 3. BPR Suliki gunung Emas 9096 9744 9685 9770 Nilai Rata-rata 7400 8117 7844 7966 BPR Non-Binaan Bank Nagari 4. BPR Bunsu Sinamar Makmur 3360 5024 5599 6119 5. BPR Guguk Mas Makmur 2926 3990 4585 5931 6. BPR Sulit Air 2088 2610 3132 4072 Nilai Rata-rata 2791 3875 4439 5374 Pada Tabel 12 terlihat rata-rata jumlah nasabah yang dimiliki BPR binaan Bank Nagari lebih tinggi dari rata-rata jumlah nasabah BPR non-binaan Bank Nagari.
Perbedaan jumlah nasabah setiap tahunnya cukup signifikan.
Berdasarkan uji-t terhadap rata-rata jumlah nasabah BPR binaan Bank Nagari dan BPR non-binaan Bank Nagari tahun 2006 terlihat nilai t statistik adalah 2.181 dan signifikan pada taraf nyata 10 persen.
6.2.4. Rentabilitas Aspek rentabilitas menunjukkan kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai. Dalam analisis ini, 2 (dua) indikator rentabilitas yang digunakan adalah ROA dan BOPO. ROA dapat mencerminkan tingkat efisiensi pengelolaan bank. Semakin tinggi angka ROA menunjukkan bahwa bank tersebut semakin efisien, karena tingkat pertambahan laba lebih tinggi dari tingkat pertambahan aset. Standar ROA yang harus dicapai sebuah BPR menurut ketentuan BI adalah 1.215 persen.
Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata nilai ROA yang dimiliki oleh BPR binaan Bank Nagari lebih tinggi dari BPR non-binaan Bank Nagari. Nilai ROA terendah dari BPR sampel adalah PT. BPR Sulit Air dengan angka ROA masih kurang dari 2.00. Ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi dari BPR ini masih kurang baik. Hal ini disebabkan masih kurangnya produktifitas pegawai dalam menarik nasabah, baik nasabah tabungan maupun kredit, sehingga pendapatan dan laba yang diperoleh oleh BPR masih relatif rendah dibandingkan dengan pertambahan asset BPR. Tabel 13. Perkembangan Nilai Return On Assets Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2003-2006 (Persen) No Nama BPR 2003 2004 2005 2006 BPR Binaan Bank Nagari 1. BPR Harau 6.14 5.36 4.22 4.03 2. BPR Labuh Gunung 4.31 5.52 5.86 3.76 3. BPR Suliki gunung Emas 4.85 5.36 5.59 5.41 Nilai Rata-rata 5.10 5.42 5.22 4.40 BPR Non-Binaan Bank Nagari 4. BPR Bunsu Sinamar Makmur 2.55 3.94 2.89 3.15 5. BPR Guguk Mas Makmur -0.53 4.16 4.60 3.94 6. BPR Sulit Air -2.79 1.07 1.98 1.37 Nilai Rata-rata -0.26 3.06 3.16 2.82 Aspek rentabilitas lain yang digunakan untuk menilai BPR selain ROA adalah BOPO. BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. kurang dari 93.52 persen.
BPR dikatakan sehat apabila nilai BOPO
Semakin rendah nilai BOPO menunjukkan
pendapatan operasional dapat menutupi biaya operasional dengan baik, dan akan
menghasilkan
laba
operasional
yang
lebih
tinggi.
Perbandingan
perkembangan nilai BOPO BPR Bank Nagari dengan BPR non-binaan Bank Nagari dapat dilihat pada Tabel 14. Pada tabel 14 terlihat, perbandingan BOPO antara BPR binaan Bank Nagari dengan BPR non-binaan hampir seimbang. Rata-rata nilai BOPO BPR
binaan Bank Nagari lebih rendah daripada BPR non-binaan Bank Nagari. Berdasarkan uji-t terhadap rata-rata nilai BOPO BPR binaan Bank Nagari dan BPR non-binaan Bank Nagari tahun 2006 terlihat bahwa nilai t statistik yang dihasilkan adalah -0.102 dan tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. menunjukkan bahwa BPR binaan Bank Nagari
Ini
memiliki perbandingan
pendapatan operasional yang lebih besar dari biaya operasional dibandingkan dengan BPR non-binaan Bank Nagari.
Apabila dilihat dari biaya operasional
yang dikeluarkan oleh BPR binaan dan BPR non-binaan Bank Nagari terlihat biaya operasional BPR non-binaan lebih kecil dari biaya operasional BPR binaan. Walaupun biaya operasional BPR non-binaan lebih kecil daripada BPR binaan Bank Nagari, tetapi pendapatan operasional yang dihasilkan juga lebih kecil, sehingga perbandingan BOPO BPR non-binaan Bank Nagari juga lebih kecil. Tabel 14. Perkembangan Nilai Biaya Operasional Pendapatan Operasional Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2003-2006 (Persen) No Nama BPR 2003 2004 2005 2006 BPR Binaan Bank Nagari 1. BPR Harau 45.76 44.47 50.26 49.69 2. BPR Labuh Gunung 80.56 75.69 75.76 83.01 3. BPR Suliki gunung Emas 52.71 48.04 46.22 46.62 Nilai Rata-rata 59.67 56.07 57.41 59.77 BPR Non-Binaan Bank Nagari 4. BPR Bunsu Sinamar Makmur 45.99 48.36 52.19 46.75 5. BPR Guguk Mas Makmur 59.67 40.98 48.61 44.83 6. BPR Sulit Air 132.24 93.41 91.68 93.80 Nilai Rata-rata 79.30 60.92 64.16 61.79
6.2.5. Likuiditas Ukuran likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan rasio antara total kredit yang diberikan dengan total dana yang diterima. Menurut ketentuan BI, BPR dikatakan sehat apabila nilai LDR ≤ 94.75 persen Perkembangan Nilai LDR BPR sampel dari tahun 2003 sampai tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 15. Pada Tabel 15 terlihat bahwa rata-rata nilai
LDR BPR binaan Bank Nagari lebih kecil daripada BPR non-binaan Bank Nagari, artinya BPR binaan Bank Nagari lebih likuid daripada BPR non-binaan Bank Nagari. Total dana yang diterima oleh BPR binaan baik dari tabungan, deposito, pinjaman dan modal inti lebih besar dibandingkan dengan kredit yang disalurkan kepada debitur. Berdasarkan uji-t terhadap rata-rata LDR BPR binaan dan BPR non-binaan Bank Nagari terlihat bahwa nilai t statistik yang dihasilkan adalah -0.420 dan tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata LDR BPR binaan dan BPR non-binaan tidak terlalu berbeda. Tabel 15. No 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Perkembangan Nilai Loan to Deposit Ratio Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2003-2006 (Persen) Nama BPR 2003 2004 2005 2006 BPR Binaan Bank Nagari BPR Harau 57.46 64.14 70.13 57.17 BPR Labuh Gunung 78.57 70.20 94.19 80.68 BPR Suliki gunung Emas 56.51 72.24 85.00 79.52 Nilai Rata-rata 64.18 68.86 83.11 72.46 BPR Non-Binaan Bank Nagari BPR Bunsu Sinamar Makmur 73.77 81.46 87.59 78.89 BPR Guguk Mas Makmur 86.46 86.46 95.33 82.34 BPR Sulit Air 66.60 53.00 67.27 67.35 Nilai Rata-rata 75.61 73.64 83.40 76.19
6.2.6. Resiko Kredit Resiko kredit (credit risk) disebut juga resiko gagal tagih (default risk), yaitu resiko yang dihadapi karena ketidakmampuan nasabah membayar bunga dan mencicil pokok pinjaman. Resiko ini akan semakin besar bila BPR tidak mampu meningkatkan atau memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan. Gambaran kredit yang ada pada masing-masing BPR dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 menunjukkan bahwa BPR sampel pada umumnya lebih banyak menyalurkan kredit kepada sektor perdagangan dibandingkan sektor lainnya.
Lebih dari 50 persen kredit pada umumnya disalurkan ke sektor perdagangan, karena
sektor perdagangan dianggap sektor yang memiliki perputaran uang
yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan sektor lainnya. Sehingga tingkat pengembalian kredit di sektor perdagangan dianggap lebih cepat dibandingkan sektor lainnya. Penyaluran kredit ke sektor pertanian berkisar antara 6 sampai 22 persen. Penyaluran kredit ke sektor pertanian pada umumnya di sub sektor peternakan, yaitu peternakan unggas.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi
perekonomian daerah setempat yang terkenal dengan sentra peternakan unggas. Komposisi kredit berdasarkan sektor ekonomi pada BPR-LPN Sulit Air tidak bisa diperoleh karena keterbatasan penelitian, dan di dalam laporan keuangan BPR tersebut belum dirinci kredit berdasarkan sektor. Tabel 16. Jumlah Kredit yang Disalurkan Bank Perkreditan Rakyat Sampel Berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun 2006 (Persen) Kredit Per PT. BPR PT.LPNPT. BPR PT. BPR PT. BPR Sektor Harau BPR LG SGM GMM BSM Pertanian Industri kecil Perdagangan Jasa-jasa Lain-lain Jumlah
6.34 5.19 49.86 15.46 23.15 100.00
9.67 6.74 69.28 0.00 14.31 100.00
13.49 0.83 38.49 9.07 38.12 100.00
22.07 7.70 57.02 4.76 8.45 100.00
9.73 3.37 62.83 16.41 7.66 100.00
Ukuran resiko kredit yang digunakan adalah dengan menggunakan Non Performing Loans ratio (NPL). NPL merupakan rasio antara kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Kredit bermasalah yang dimaksudkan disini adalah jumlah kredit selain daripada kredit lancar. Makin kecil rasio NPL, BPR akan dikatakan semakin sehat. Tabel 17 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai NPL BPR binaan Bank Nagari lebih rendah dari BPR non-binaan Bank Nagari. Berdasarkan uji-t terhadap rata-rata NPL BPR binaan dengan non-binaan Bank Nagari pada tahun
2006 terlihat nilai t statistik yang dihasilkan adalah -1.330 dan tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen, namun signifikan pada taraf nyata 30 persen. Ini menunjukkan bahwa kredit bermasalah dari kredit yang diberikan
oleh BPR
binaan Bank Nagari relatif lebih kecil dibandingkan dengan BPR non-binaan Bank Nagari. Tabel 17. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perkembangan Nilai Non Performing Loans ratio Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2003-2006
Nama BPR BPR Binaan Bank Nagari BPR Harau BPR Labuh Gunung BPR Suliki gunung Emas Nilai Rata-rata BPR Non-Binaan Bank Nagari BPR Bunsu Sinamar Makmur BPR Guguk Mas Makmur BPR Sulit Air Nilai Rata-rata
2003
2004
2005
(Persen) 2006
1.79 4.87 3.41 3.35
1.74 1.13 1.55 1.47
1.58 1.63 2.23 1.82
0.96 1.25 3.15 1.79
11.11 1.91 0.95 4.66
5.65 5.12 3.40 4.72
5.20 3.79 6.91 5.30
3.04 4.08 19.02 8.71
Angka paling tinggi terjadi pada BPR Sulit Air yang memiliki NPL 19.02 persen. Tingginya NPL yang dihasilkan oleh BPR-LPN Sulit Air karena kredit macet yang dimiliki relatif lebih besar, sedangkan total kredit yang dimiliki relatif kecil. Kondisi kredit yang disalurkan berdasarkan kredit lancar dan bermasalah dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Kondisi Kredit Yang Disalurkan Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2006 (Persen) BPR BPR BPR BPR BPR BPR Kondisi Kredit Harau LG SGM GMM BSM SA Lancar 99.04 98.75 96.85 95.92 96.96 80.98 Kurang lancar 0.71 0.96 0.66 2.14 2.16 11.17 Diragukan 0.01 0.30 0.12 0.66 0.16 4.87 Macet 0.24 0.00 2.37 1.28 0.73 2.98 Jumlah 100.00 100.00 100 100.00 100.00 100.00 Tabel 18 menunjukkan bahwa persentase kredit lancar pada BPR binaan Bank Nagari lebih besar daripada BPR non-binaan Bank Nagari. Perbedaan
yang cukup nyata terjadi pada BPR-LPN Sulit Air, dimana kondisi kredit lancar hanya sebesar 80.98 persen, sedangkan BPR sampel yang lain memiliki kredit lancar diatas 90 persen. Hal ini menyebabkan nilai NPL dari BPR-LPN Sulit Air menjadi lebih besar.
6.3.
Perbandingan Tingkat Kesehatan BankPerkreditan Rakyat Binaan Bank Nagari dengan Bank Perkreditan Rakyat Non-Binaan Bank Nagari Dari beberapa kriteria kinerja kesehatan
BPR yang ada, penulis
mencoba membuat suatu formula untuk mencari tingkat kesehatan bank. Kriteria tingkat kesehatan berpedoman pada SK DIR BI Nomor 30/12/KEP/DIR SE BI Nomor 30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 dan referensi kinerja BPR lainnya. Namun prosedur penilaian tidak sepenuhnya menggunakan prosedur penilaian yang
digunakan
oleh
BI.
Indikator-indikator
yang
dimasukkan
dalam
menganalisis tingkat kesehatan BPR adalah (1) aspek permodalan (CAR), (2) Kualitas Asset (KAP), (3) Kualitas Manajemen yang terdiri dari skor manajemen dan produktivitas pegawai, (4) Rentabilitas yang terdiri dari ROA dan BOPO, (5) Likuiditas (LDR), dan (6) Resiko Kredit (NPL). Masing-masing indikator di atas diberi bobot dan standar yang berpedoman kepada BI, namun standar produktifitas pegawai dan standar nilai NPL tidak berdasarkan ketentuan BI, karena BI tidak membuat kriteria tersebut. Standar minimum aspek produktifitas pegawai diperoleh dari nilai rata-rata dari nilai produktifitas pegawai yang banyak muncul pada BPR sampel.
Untuk mendapatkan nilai bobot, maka nilai indikator
dikalikan dengan bobot masing-masing indikator. Nilai tingkat kesehatan BPR diperoleh dari penjumlahan masing-masing nilai bobot tersebut. Total dari nilai bobot ini dibandingkan dengan total nilai bobot minimum untuk BPR yang dikatakan sehat.
Nilai bobot minimum tersebut didasarkan pada kriteria dan
besar bobot yang ditentukan oleh BI sehingga diperoleh hasil tingkat kesehatan
BPR. Batas minimum berdasarkan kriteria standar BI untuk BPR dalam kriteria sehat terlihat pada Tabel 19. BPR akan dikatakan sehat apabila total nilai bobot ≥ 58.49, sedangkan apabila total nilai bobot < 58.49 BPR dikatakan kurang sehat. Tabel 19.
Batas Minimum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
Indikator Kinerja Aspek Permodalan(CAR) Kualitas Asset Kualitas Manajemen Rentabilitas Likuiditas Resiko Kredit Batas minimum
CAR KAP Skor manajemen Produktivitas pegawai ROA BOPO LDR NPL
Bobot 0.3 0.3 0.1
standar 8.00 10.35 81.00
0.1 0.05 0.05 0.05 0.05
353.87 1.22 93.52 94.75 0.50
Nilai Bobot 2.40 3.11 8.10 35.39 0.06 4.68 4.74 0.03 58.49
Ringkasan hasil penilaian tingkat kesehatan BPR dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa secara umum kinerja BPR binaan Bank Nagari lebih baik dari kinerja BPR non-binaan Bank Nagari. Ini terlihat dari nilai indikator tingkat kesehatan masing-masing BPR dan hasil pembobotan dari keseluruhan indikator kesehatan yang ada. Tabel 20.
Ringkasan Hasil PenilaianTingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Sampel Tahun 2003-2006 Nama BPR 2003
BPR Binaan Bank Nagari BPR Harau BPR Labuh Gunung BPR Suliki Gunung Emas BPR Non-binaan Bank Nagari BPR Bunsu Sinamar Makmur BPR Gugus Mas Makmur BPR Sulit Air
Total Nilai Bobot 2004 2005
2006
75.76 56.73 79.12
70.69 58.72 83.77
65.70 62.19 77.52
61.40 59.08 67.11
52.98 49.45 53.59
57.27 52.63 49.62
49.06 52.99 50.89
55.06 54.95 53.91
Total nilai bobot BPR binaan secara umum lebih sehat dari BPR nonbinaan, dan ketiga BPR sampel binaan Bank Nagari menunjukkan kinerja
sebagai BPR dalam kategori sehat dari tahun 2003 sampai tahun 2006. Sedangkan BPR sampel non-binaan Bank Nagari masih termasuk dalam dalam kategori kurang sehat. Nilai total bobot tertinggi yang dimiliki oleh BPR nonbinaan Bank Nagari hanya 55.06 yang terjadi pada PT. BPR Bunsu Sinamar Makmur.
Angka tersebut masih dibawah standar minimum yang ditetapkan
sehingga masih termasuk dalam kategori kurang sehat.
Faktor utama yang
menyebabkan kurang sehatnya BPR non-binaan Bank Nagari adalah masih kurangnya produktifitas pegawai yang dimiliki.
Produktifitas pegawai yang
dimiliki oleh BPR non-binaan Bank Nagari masih dibawah nilai median dari nilai produktifitas yang banyak muncul pada masing-masing BPR sampel. Faktorfaktor lain yang menyebabkan kurang sehatnya beberapa BPR tersebut adalah (1) PT. BPR Guguk Mas Makmur dan BPR-LPN Sulit Air baru didirikan pada tahun 2002. Apabila dibandingkan dengan BPR sampel yang lain, kedua BPR tersebut merupakan BPR dengan pengalaman usaha yang relatif kecil, sehingga kemampuan BPR untuk mengembangkan usaha dan kinerja masih terbatas, (2) tindakan pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris terhadap direksi dan kinerja BPR masih kurang, karena dewan direksi pada umumnya tinggal di luar propinsi Sumatera Barat seperti komisaris BPR-LPN Sulit Air.
6.3.
Hasil Analisis Korelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Untuk
mengetahui
faktor-faktor
apa
yang
mempengaruhi
tingkat
kesehatan BPR, dilakukan analisis korelasi. Analisis multinomial logit tidak dapat digunakan karena sampel BPR yang ada relatif kecil, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan analisis multinomial logit.
Untuk tidak
mengurangi arti penelitian, maka faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan BPR dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi pearson.
Korelasi pearson artinya melihat hubungan antara dua variabel atau lebih dengan melihat koefisien korelasi yang dihasilkan. Nilai koefisien korelasi bervariasi, dari -1 sampai +1. Jika nilai koefisien korelasi (r) bernilai +1 menunjukkan hubungan X dan Y sempurna dan bergerak secara bersama-sama atau searah, jika nilai r 1 menunjukkan hubungan X dan Y sempurna dan bergerak pada arah yang berlawanan. Analisis korelasi yang dilakukan adalah melihat hubungan variabel tingkat kesehatan BPR (sehat atau kurang sehat) dengan variabel-variabel lainnya. Hasil analisis korelasi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Analisis Koefisien Korelasi Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Sampel Peubah
Koefisien Korelasi
Jumlah Modal Jumlah Kredit Nilai Deposito Nilai Tabungan Jumlah Nasabah Laba Volume Neraca Tingkat Bunga Jumlah Pegawai BPR
0.17216 0.46818 0.35748 0.71149 0.81421 0.77701 0.54492 -0.25887 0.40847
P prob 0.4211 0.0210 0.0863 <.0001 <.0001 <.0001 0.0059 0.2219 0.0475
Pada Tabel 21 terlihat bahwa hubungan tingkat kesehatan BPR dengan dengan jumlah modal yang dimiliki tidak begitu erat namun berhubungan positif, karena nilai koefisien korelasi yang dihasilkan hanya 0.17216 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Artinya derajat hubungan antara tingkat kesehatan BPR dengan jumlah modal hanya 17.22 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan jumlah kredit yang disalurkan BPR adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.46818 dan
tidak signifikan pada taraf nyata 99
persen. Artinya derajat hubungan antara tingkat kesehatan BPR dengan jumlah kredit yang disalurkan sebesar 46.82 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan nilai deposito positif dengan besar koefisien korelasi 0.35748 dan tidak
signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan nilai tabungan adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.71149 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan jumlah nasabah adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.81421 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan tingkat laba adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.77701 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan tingkat kesehatan BPR dengan volume neraca adalah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.54492 dan signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Hubungan antara tingkat kesehatan BPR dengan tingkat bunga kredit adalah negatif dengan koefisien korelasi sebesar -0.25887 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen. Jumlah pegawai BPR memiliki hubungan yang positif dengan tingkat kesehatan BPR dengan koefisien korelasi 0.40847 dan tidak signifikan pada taraf nyata 99 persen.