ANALISIS PENGURANGAN JUMLAH PRODUK CACAT PADA INDUSTRI KERTAS DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA
SKRIPSI
FIKA ARAS ARDITA F34080016
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ANALYSIS OF PAPER DEFECT REDUCTION IN PAPER INDUSTRY WITH LEAN SIX SIGMA APPROACH Fika Aras Ardita*and Sukardi Departement of Agroindutrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University Dramaga Campus, Bogor, PO BOX 220, West Java Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRACT The high number of the defective product that occur in each company can affect quality. PT. X is a company engaged in the pulp and paper product. Lean approach does not allow for waste, in this case, defective product. Product defects that often arise in this industry are paper holes, dirty paper, folded, size variations and foreign contamination. The purpose of this study is to identify the causal factors in the production line of a product defect based on six sigma stages. The solution that can reduce the number of defects. The stages of six sigma are define, measure, analyze, improvement and control. The results of calculation of the value sigma of paper holes for two months was 4.66 and 4.58. Dirty paper has a sigma value of 4.99 and 5.06. The sigma level indicates that the performance of the production is above average Indonesian company. The costumer complaint coming into the company for folded paper, size variations and foreign contamination has decreased from 2010 to 2011. But it has not reached the six sigma target. Therefore, the company needs to be improved using the Lean tool, that is Kaizen Blitz.
Keywords : defective product , paper , six sigma, lean, kaizen blitz
Fika Aras Ardita. F34080016. Analisis Pengurangan Jumlah Produk Cacat pada Industri Kertas dengan Pendekatan Lean Six Sigma. Di bawah bimbingan Sukardi. 2012.
RINGKASAN PT. X merupakan salah satu perusahaan penghasil kertas dengan bahan baku berupa pulp. Selama iniindustri kertas mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut menyebabkan persaingan pasar yang ketat dan memerlukan upaya untuk memenangkan persaingan pasar tersebut. Salah satu kunci untuk memenangkan persaingan tersebut yaitu dengan melakukan perbaikan kualitas.Lean merupakan suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah produk agar memberikan nilai kepada pelanggan (Gasperz 2006). Pemborosan dalam hal ini adalah timbulnya produk cacat. Six sigma merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperbaiki kualitas produksi dengan konsep dasar DMAIC (Define, Measurement, Analyze, Improvement dan Control). Perbaikan dengan menggunakan six sigma diharapkan dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas produk sehingga dapat bertahan dalam persaingan. Perusahaan penghasil kertas merupakan perusahaan yang juga harus mengendalikan kualitas produk, terutama di bagian produksi.Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya cacat produk pada departemen produksi berdasarkan tahapan six sigma yaitu define, measure, dan analyze. (2) menetapkan solusi yang dapat diambil untuk mengurangi jumlah produk cacat pada departemen produksi berdasarkan tahapan six sigma yaitu improvement. Penelitian ini mengambil studi kasus di PT. X yang berlokasi di Tangerang, Banten pada bulan Maret sampai April 2012. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang dimulai dari tahap studi pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian sampai didapatkannya kesimpulan penelitian. Penelitian ini terbagi atas tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap pra-penelitian yang diawali dengan studi pustaka untuk mendukung dan menambah wawasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Tahapan kedua adalah pengumpulan data, input data, pengolahan data, dan analisis data perusahaan. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung nilai sigma dari kinerja produksi di PT. X.Tahap ketiga adalah tahap akhir yaitu pembuatan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan dari keseluruhan proses penelitian ini. Hasil dari penelitian ini diawali dengan fase define. Pada fase define ditemukan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi oleh departemen produksi adalah adanya produk cacat di setiap proses produksi. Jenis-jenis produk cacat tersebut adalah holes paper, dirty paper, foreign contamination, folded dan size variation. Fase measurement dilakukan untuk mengetahui kualitas produksi. Hasil yang diperoleh untuk jenis defect holes paper pada bulan Januari hingga Maret adalah 4,66;4,58 dan 4,66 sigma. Sedangkan untuk dirty paper pada bulan Januari dan Februari memiliki nilai sigma sebesar 4,99; 5,06 dan 5,07 sigma. Foreign contamination dan folded merupakan jenis defect yang paling sering dikomplain oleh pelanggan. Size variationtelah memiliki standar panjang dan lebar untuk seluruh produk kertas. Standar panjang dan lebar tersebut tidak boleh kurang dari ukuran yang telah ditetapkan dan maksimal 2 mm lebih dari ukuran kertas yang seharusnya. Jika tidak memenuhi standar tersebut, maka kertas tidak memenuhi standar. Pada fase analyze bahwa produk gagal yang dihasilkan oleh bagian produksi disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab produk cacat tersebut adalah faktor manusia, metode, mesin, bahan baku dan lingkungan. Pada fase improvement ditetapkan beberapa solusi perbaikan, berdasarkan penyebab-penyebab defect tersebut. Agar dapat mencapai tingkatan enam sigma, bagian produksi harus dapat menekan produk cacatnya hingga nilai defect per unitnya sebesar 0,0000034. Pada fase control, digunakan c-chart sebagai alat control. Terlihat bahwa kertas yang dihasilkan masih berada di dalam batas kendali. Apabila sampel berada dalam batas kendali maka berarti proses produksi terkendali dan solusi perbaikan yang telah ditetapkan dapat terus dilanjutkan. Namun, bila
sampel berasa di luar batas kendali maka pihak manajemen harus memeriksa kembali solusi perbaikan yang ditetapkan. penyimpangan terjadi karena solusi yang ditetapkan belum sesuai, baik pada fakor manusia, metode, mesin, bahan baku maupun lingkungan. Usulan perbaikan dilakukan dengan menggunakan kaizen blitz. Kaizen blitzmerupakan proses perbaikan yang intens dan cepat di mana tim atau departemen mencurahkan semua sumberdayanya ke dalam suatu proyek perbaikan dalam periode jangka pendek, dan bukannya mengikuti aplikasi kaizen tradisional, yang biasanya dilakukan separuh waktu. Biasanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu.
ANALISIS PENGURANGAN PRODUK CACAT PADA INDUSTRI KERTAS DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh FIKA ARAS ARDITA F34080016
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Pengurangan Produk Cacat pada Industri Kertasdengan Pendekatan Lean Six Sigma : Fika Aras Ardita : F34080016
Menyetujui, Pembimbing,
Dr. Ir. Sukardi, MM NIP. 19620328 198609 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen,
Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti NIP. 19621009 198903 2 001
Tanggal lulus: 9 Agustus 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Pengurangan Produk Cacat pada Industri Kertasdengan Pendekatan Lean Six Sigmaadalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Skripsi. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan
Fika Aras Ardita F34080016
©Hak cipta milik Fika Aras Ardita, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 4 April 1990, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Subardja dan Eni Suliastuti. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK ABA Al-Anab Yogyakarta (1994 1996), SDN Sonosewu Yogyakarta (1996-1997), SD Kartika I-2 Medan (1997-1998), SDN Panaragan 2 Bogor (1998-2002), SMP Negeri 4 Bogor (2002-2003), SMP Negeri 7 Medan (2003-2005), SMA Kartika I-2 Medan (2005-2008) dan kemudian penulis diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2008. Selama menjalani pendidikan di departemen Teknologi Industri Pertanian penulis bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai bendahara Lembaga Struktural Red’s Co (Red’s Corporation) pada tahun 2010 dan sebagai bendahara di departemen PSDMS (Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa Strategis) pada tahun berikutnya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas tentang Analisis Pengurangan Produk Cacat pada Industri Kertasdengan Pendekatan Lean Six Sigma. Pengendalian kualitas merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan sebuah perusahaan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Sukardi, MM. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Purwoko, M.Si. dan Muhammad Arif Darmawan, S.TP. MT selaku dosen penguji atas saran-sarannya untuk perbaikan skripsi ini. 3. Ibu Imelda selaku Kepala Department Compliance and Development yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Department Compliance and Development. 4. Bapak Sonny M. Salim selaku pembimbing lapangan yang telah memberi arahan selama penelitian di PT. X. 5. Seluruh karyawan PT. X yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian. 6. Mama, Papa dan adikku yang selalu memberi semangat dan do’a untuk penulis. 7. Rif’atul Aliyah, Wisma Fitrianurrohmah Wahda, Lintang Zulqaida Fitrihani, Hardiyanti, Rachel Jessica, Pramita, Renny, Aldian Farabi, Hazirur dan teman-teman TIN 45 yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis. 8. Yuliyanti, Winda, Hani, Yuke, Fiki yang telah banyak memberikan semangat kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................................iii DAFTAR TABEL...................................................................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................................v I.
II.
III.
IV.
V.
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1 1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................1 1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................1 1.3 TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................................2 1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN...................................................................................2 1.5 MANFAAT PENELITIAN................................................................................................2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................3 2.1 KERTAS.............................................................................................................................3 2.2 KUALITAS.........................................................................................................................3 2.3 DEFECT.............................................................................................................................4 2.4 LEAN...................................................................................................................................4 2.5 SIX SIGMA..........................................................................................................................6 2.6 LEAN SIX SIGMA...............................................................................................................7 2.7 KAIZEN...............................................................................................................................7 2.8 PROSES PRODUKSI.........................................................................................................8 2.9 BAHAN PENUNJANG PROSES....................................................................................10 METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................................13 3.1 LANDASAN BERFIKIR.................................................................................................13 3.2 TAHAPAN PENELITIAN...............................................................................................13 3.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN.........................................................................15 3.4 JENIS DATA....................................................................................................................15 3.5 ANALISIS DATA............................................................................................................15 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................16 4.1 PENERAPAN SIX SIGMA...............................................................................................16 4.2 DEFINE............................................................................................................................16 4.3 MEASURE.........................................................................................................................17 4.4 ANALYZE..........................................................................................................................22 4.5 IMPROVEMENT...............................................................................................................29 4.6 CONTROL.........................................................................................................................32 4.7 KAIZEN BLITZ.................................................................................................................33 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................35 5.1 KESIMPULAN.................................................................................................................35 5.2 SARAN.............................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................36 LAMPIRAN...........................................................................................................................................37
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Landasan berfikir penelitian.................................................................................................13 Gambar 2. Tahapan penelitian...............................................................................................................14 Gambar 3. Diagram pareto jenis komplain tahun 2010.........................................................................21 Gambar 4. Diagram pareto jenis komplain tahun 2011.........................................................................21 Gambar 5. Diagram tulang ikan holes paper.........................................................................................23 Gambar 6. Diagram tulang ikan dirty paper..........................................................................................24 Gambar 7. Diagram tulang ikan folded..................................................................................................26 Gambar 8. Diagram tulang ikan foreign contamination........................................................................27 Gambar 9. Diagram tulang ikan size variation......................................................................................28 Gambar 10. C-Chart holes paper...........................................................................................................32 Gambar 11. C-Chart dirty paper............................................................................................................32
iii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Pencapaian beberapa tingkat sigma.........................................................................................20 Tabel 2. Selisih lebar sampel ukuran 1091 x 788 mm...........................................................................22
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Proses produksi (stock preparation)..................................................................................38 Lampiran 2. Proses produksi (paper machine)......................................................................................39 Lampiran 3. Area terjadinya paper defect di SP dan PM.......................................................................40 Lampiran 4. Macam-macam defect........................................................................................................42 Lampiran 5. Tabel konversi nilai sigma ke ppm defect rate..................................................................43 Lampiran 6. Data holes paper selama produksi.....................................................................................44 Lampiran 7. Data dirty paper selama produksi......................................................................................47 Lampiran 8. Tabel distribusi normal......................................................................................................50
v
I. 1.1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pulp dan kertas. Industri pulp dan kertas mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut menyebabkan persaingan pasar yang ketat dan memerlukan upaya untuk memenangkan persaingan tersebut. Salah satu kunci untuk memenangkan persaingan tersebut adalah perbaikan kualitas. Semakin ketatnya persaingan di dunia industri manufacturing, menuntut perusahaanperusahaan yang benar-benar ingin bertahan untuk terus melakukan evaluasi dan perbaikan dengan perusahaannya tersebut. Salah satu aspek yang sangat menunjang keberhasilan suatu perusahaan manufacturing adalah manajemen kualitas.Manajemen kualitas adalah fungsi organisasional yang bertanggung jawab atas keseluruhan aktivitas yang bersifat preventif terhadap terjadinya kesalahan. Tujuan diterapkannya manajemen kualitas ini adalah untuk memproduksi suatu produk yang kualitasnya tetap terjaga dengan biaya yang serendah-rendahnya, namun tetap memenuhi kepuasan pelanggan. Untuk melakukan perbaikan terus-menerus terhadap kualitas produk, maka elemen produksi merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan. Pengukuran kinerja produksi yang tepat merupakan faktor utama kesuksesan proses produksi. Menurut Oakland (1993),faktor yang sangat penting dan menentukan sukses atau tidaknya suatu usaha adalah kualitas (quality), keandalan (reliability), harga (cost), dan pengiriman (delivery). Dari keempat faktor tersebut, kualitas adalah yang paling penting. Ketika suatu perusahaan fokus terhadap kualitas, maka akan terjadi peningkatan kinerja dalam hal reliability, delivery, dan cost seiring dengan menigkatnya kualitas. Kualitas menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan dalam bidang kerja apapun. Kualitas juga memiliki peranan yang besar dalam menentukan reputasi suatu perusahaan. Ketika suatu perusahaan dikenal dengan reputasi kualitas produk atau jasa yang buruk, maka akan sulit untuk menghilangkan reputasi tersebut. Berbagai jenis metode dikembangkan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dengan mutu yang lebih baik. Six Sigma merupakan istilah yang diciptakan oleh Motorola yang menekankan perbaikan proses untuk tujuan mengurangi variabilitas dan membuat perbaikan umum. Lean merupakan suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah produk agar memberikan nilai kepada pelanggan. Tujuan lean adalah meningkatkan secara terus menerus customer value melalui peningkatan secara terus-menerus rasio antara nilai tambah terhadap pemborosan (waste).Sehingga dengan perpaduan antara Lean dan Six Sigma dapat mendatangkan keuntungan dari keduanya.
1.2 RUMUSAN MASALAH Kualitas merupakan indikator efisiensi dari sistem ekonomi yang produktif, dimana pada sistem yang efisien memungkinkan diproduksi barang dan jasa yang dapat diterima dengan harga yang ekonomis. Output yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi umum, sementara biaya diperoleh melalui optimisasi alokasi sumber daya. Tingginya jumlah produk cacat yang terjadi di setiap perusahaan sangat berpengaruh terhadap kualitas. Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, tingginya jumlah cacat akan secara otomatis mempengaruhi citra perusahaan. Bagian terpenting di sebuah perusahaan yang berpengaruh langsung terhadap mutu adalah bagian produksi.
1
Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Faktor apa saja yang memicu timbulnya cacat produk? 2. Bagaimana cara mengurangi jumlah cacat dalam rangka meningkatkan kualitas? 3. Bagaimana usulan pengawasan mutu berdasarkan pendekatan Lean Six Sigma?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1. 2.
Tujuan dari penelitian ini antara lain: Mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya cacat produk pada departemen produksi berdasarkan tahapan six sigma yaitu define, measure, dan analyze. Menetapkan solusi yang dapat diambil untuk mengurangi jumlah produk cacat pada departemen produksi berdasarkan tahapan six sigma yaitu improvement dan control.
1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini membahas tentang identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya cacat produk di PT.X dengan pendekatan Lean Six Sigma untuk meningkatkan kualitas.
1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. 2. 3. 4.
Manfaat penelitian ini antara lain: Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengurangi defect. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap teori yang telah berkembang dan aplikasinya di dunia nyata. Bagi kalangan akademis, penelitian ini dapat digunakan sebagai data dalam melakukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan tentang proses produksi dan kualitas kertas.
2
II. 2.1
TINJAUAN PUSTAKA
KERTAS
Kertas secara tradisional didefinisikan sebagai lembaran yang dikempa pada screen dari larutan fiber . Produk kertas saat ini umumnya sama dengan definisi tersebut, tetapi produk kertas kebanyakan juga mengandung bahan aditif non serat. Kertas atau yang dalam bahasa Inggris disebut paper diturunkan dari nama sebuah tanaman, papyrus. Orang Mesir kuno memproduksi material pertama yang digunakan untuk menulis dengan cara mengepres lapisan batang secara bersamaan (Smook 1994). Bahan utama pembuat kertas adalah pulp. Serat pulp biasanya berasal dari tumbuhan, tetapi binatang, mineral atau serat sintetik dapat digunakan untuk aplikasi tertentu (Smook 1994). Menurut Departemen Perindustrian (1982), kertas adalah lembaran yang terdiri dari seratserat selulosa yang saling tempel-menempel dan jalin-menjalin. Pada beberapa jenis kertas tertentu ditambahkan beberapa bahan penolong berupa zat organik atau anorganik pada umumnya kertas yang diproduksi dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan penggunaannya, yaitu: a. Kertas Budaya Terdiri atas kertas koran, kertas cetak, kertas tulis dan kertas untuk keperluan bisnis. b. Kertas Industri Terdiri atas kertas pengemas, kertas kraft, kertas rokok, karton dan kertas pembungkus. c. Kertas lain Kertas lain yaitu kertas yang tidak termasuk ke dalam golongan tersebut, misalnya kertas tissue.
2.2
KUALITAS
Definisi kualitas menurut the American National Standards Institut (ANSI) dan the American Society for Quality (ASQ) adalah keseluruhan ciri dan karakteristik suatu produk atau jasa yang menunjukkan kepuasan terhadap produk yang telah diberikan.Kualitas dapat didefinisikan dengan berbagai cara, tergantung siapa yang mendefinisikannya ( Russell & Taylor 2006). Russell & Taylor (2006) melihat kualitas dari dua sisi, yakni dari sisi konsumen dan sisi produsen. Konsumen umunya melihat kualitas suatu produk berdasarkan seberapa baik produk tersebut dapat digunakan. Dimensi kualitas khususnya untuk produk berupa barang umumnya dilihat dari aspek kinerja, fitur, keandalan, ketepatan, daya tahan, kemudahan pelayanan reparasi, estetika, keamanan , serta persepsi seperti merek dan iklan. Sedangkan dilihat dari segi produsen, kualitas dinilai sebagai ketepatan produk dalam memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Kata kualitas memiliki definisi yang berbeda dan bervariasi mulai dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi yang konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti : kinerja (performance), keandalan (realibility), mudah dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Sedangkan definisi strategik menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan (Gasperz 2003). Menurut Juran dalam Nasution (2004), kualitas adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Penggunaan kecocokan ini didasarkan atas lima karakteristik utama berikut: 1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan. 2. Psikologis, yaitu cita rasa atau status. 3. Waktu, yaitu keandalan. 4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan. 5. Etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur.
3
Goetsch dan Davis (2000), menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan (Deming dalam Nasution 2004). Nasution (2004), menjelaskan konsep kualitas dari dua sudut, yaitu dari sudut manajemen operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen operasional, kualitas produk merupakan suatu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan mutu produk pesaing. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran, kualitas produk merupakan salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran (marketing mix) yakni produk, harga, promosi dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar perusahaan. Kualitas merupakan indikator efisiensi dari sistem ekonomi yang produktif, dimana pada sistem yang efisien memungkinkan diproduksi barang dan jasa yang dapat diterima dengan harga yang ekonomis. Output yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi umum, sementara biaya diperoleh melalui optimisasi alokasi sumber daya. Disisi lain, kualitas juga menghasilkan efisiensi proses dan mampu mengindikasi performa yang baik.
2.3
DEFECT
Menurut Breyfogle (2003), defect merupakan ketidaksesuaian karakteristik kualitas dari level yang dimaksudkan. Defective adalah produk yang tidak sesuai yang setidaknya mengandung satu cacat atau memiliki kombinasi beberapa ketidaksempurnaan yang menyebabkan unit tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan. Produk tanpa cacat (zero defects) adalah kondisi ideal yang selalu didambakan, baik oleh pembuat barang (produk atau jasa) maupun pelanggan atau konsumen yang menggunakannya. Bagi perusahaan manufaktur, zero defects dapat menekan waste (pemborosan).
2.4
LEAN
Lean merupakan suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah produk agar memberikan nilai kepada pelanggan. Tujuan lean adalah meningkatkan secara terus menerus customer value melalui peningkatan secara terus-menerus rasio antara nilai tambah terhadap pemborosan (waste). Fokus pendekatan konsep lean yaitu pada pereduksian biaya (cost reduction) dengan mereduksi aktivitas-aktivitas yang tak bernilai tambah (non-value added activities). Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk dan informasi menggunakan sistem tarik dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan. Menurut Gasperz dan Fontana (2011), kelemahan terbesar dari manajemen perusahaanperusahaan industri di Indonesia adalah kurangnya pemahaman terhadap pemetaan proses produk sepanjang value stream untuk menghilangkan pemborosan. Pendekatan Lean berfokus pada peningkatan terus-menerus customer value melalui identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang merupakan pemborosan (waste).
4
Terdapat lima prinsip dasar lean (Gasperz 2006), yaitu: Mengindentifikasi nilai produk berdasarkan perspektif pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk bermutu superior dengan harga yang kompetitif dan penyerahan yang tepat waktu. 2. Mengidentifikasi pemetaan proses pada value stream untuk setiap produk. Sebagian besar perusahaan industri di Indonesia hanya melakukan pemetaan proses kerja, bukan melakukan pemetaan proses produk. 3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas sepanjang proses value stream ini. 4. Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk itu mengalir secara lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik (pull system). 5. Terus-menerus mencari berbagai teknik dan alat peningkatan untuk mencapai keunggulan dan peningkatan terus-menerus. Lean berfokus pada identifikasi dan mereduksi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang merupakan pemborosan dalam desain, produksi (untuk bidang manufaktur) atau operasi (untuk bidang jasa) dan manajemen suplai yang berkaitan langsung dengan pelanggan. Waste dapat didefinisikan sebagai segala aktivitas kerja yang tidak menghasilkan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream. Waste harus dihilangkan guna meningkatkan nilai produk dan selanjutnya meningkatkan costumer value (Ahlstrom 1998). Pada dasarnya dikenal dua kategori utama pemborosan, yaitu type one waste dan type ywo waste. Type one waste merupakan aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream, namun aktivitas itu pada saat sekarang tidak dapat dihindarkan karena berbagai alasan. Type two waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan dapat dihilangkan dengan segera. Biasanya disebut dengan waste saja karena benar-benar merupakan pemborosan yang harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan segera. Pada dasarnya dikenal dua kategori utama pemborosan, yaitu Type One Wastedan Type Two Waste. Type One Waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai tambah dalam proses transfromasi input menjadi output sepanjang value stream, namun aktivitas itu pada saat sekarang tidak dapat dihindarkan karena berbagai alasan. Misalnya, aktivitas inspeksi dan penyortiran dari perspektif Lean merupakan aktivitas tidak bernilai tambah sehingga merupakan waste, namun pada saat sekarang kita masih membutuhkan inspeksi dan penyortiran karena mesin dan peralatan yang digunakan sudah tua sehingga tingkat keandalannya berkurang. Demikian pula, pengawasan terhadap orang, misalnya, merupakan aktivitas tidak bernilai tabah berdasarkan perspektif lean, namun pada saat sekarang kita masih harus melakukannya, karena orang tersebut baru saja direkrut oleh perusahaan sehingga belum berpengalaman. Dalam konteks ini, aktivitas inspeksi, penyortiran dan pengawasandikategorikan sebagai type one waste. Dalam jangka panjang Type One Waste harus dapat dihilangkan atau dikurangi. Type One Waste ini sering disebut Incidental Activity atau incidental work yang termasuk ke dalam aktivitas tidak bernilai tambah (non-value-adding work or activity). Type Two waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan dapat dihilangkan dengan segera. Misalnya, menghasilkan produk cacat (defect) atau melakukan kesalahan (error) yang harus dapat dihilangkan dengan segera. Type Two Waste ini sering disebut sebagai waste saja, karena benar-benar merupakan pemborosan yang harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan dengan segera. Metode yang digunakan untuk identifikasi pemborosan adalah menggunakan lembar kerja EDOWNTIME dalam rangka mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai 1.
5
tambah di tempat kerja. E-DOWNTIME merupakan akronim untuk memudahkan praktisi bisnis dan industri mengidentifikasi 9 jenis pemborosan yang selalu ada dalam bisnis dan industri, yaitu: E = Environtmental, Health and Safety(EHS) merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena kelainan dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS. D = Defect merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang atau jasa). O = Overproduction, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena produksi melebihi kuantitas yang dipesan oleh pelanggan. W = Waiting, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu. N = Not utilizing employees knowledge, skills and abilities, merupakan jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan secara optimum. T = Transportation, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream. I = Inventories, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang berlebihan. M = Motion, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang lebih banyak daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream. E = Excess processing, merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang lebih panjang daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream.
2.5
SIX SIGMA
Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai yang mereka harapkan. Apabila produk (barang atau jasa) diproses pada tingkat kinerja kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Dengan demikian, Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok dan pelanggan. Semakin tinggi target sigma yang dicapai, semakin baik kinerja proses industri. Setelah kita mengetahui posisi kinerja bisnis dan industri pada saat ini, kita harus melakukan berbagai upaya peningkatan menuju target 6 sigma yang hanya akan menghasilkan 3,4 DPMO. Berbagai upaya peningkatan menuju target Six Sigma dapat dilakukan dengan dua metodologi, yaitu six sigma- DMAIC dan design for six sigma (DFSS) – DMADV (define, measure, analyze, design and verify) (Linderman et al 2004). DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada sedangkan DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas kesalahan (Zero defect/errors). DMAIC, terdiri atas lima tahap utama (Kwak dan Anbari 2006): - Define, mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan - Measure, mengukur kinerja proses pada saat sekarang agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan. lakukan pemetaan proses dan mengumpulkan data yang ebrkaitan dengan indikator kinerja kunci. - Analyze, menganalisis hubungan sebab akibat berbagai faktor yang dipelajari utnuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.
6
-
2.6
Improve, mengoptimalkan proses menggunakan analisis-analisis seperti Design Of Experiment(DOE) untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum. Control, melakukan pengendalian terhadap proses secara terus menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six Sigma.
LEAN SIX SIGMA
Menurut Aboelmaged (2010), fokus utama lean adalah mengeliminasi pemborosan dan mengurangi siklus waktu pada proses, tetapi tidak dapat mengurangi adanya variasi. Six Sigma dapat mengurangi variasi dan meningkatkan proses dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yaitu alat statistik, tetapi Six Sigma tidak dapat mengurangi pemborosan atau siklus waktu proses. Sehingga lean dan Six Sigma saling melengkapi satu sama lainnya. Lean Six Sigma dipahami sebagai perpaduan antara Six Sigma dan alat Lean untuk mendapatkan keuntungan dari keduanya (Gershon 2011). Lean dan Six Sigma terbukti untuk meningkatkan produktivitas proses suatu perusahaan. Lean setara dengan kecepatan dan efisiensi. Sedangkan Six Sigma setara dengan presisi dan akurasi (Bogart 2007).
2.7
KAIZEN
Konsep Kaizen erat kaitannya dengan manajemen kualitas. Manajemen kualitas merupakan suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continious performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumberdaya manusia dan modal yang tersedia (Gasperz 1997). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manajemen kualitas tidak hanya terfokus kepada produk saja namun juga kepada seluruh aspek yang ada di perusahaan yang dapat dimanfaatkan. Kaizen merupakan salah satu alat lean. Kaizen blitz merupakan proses perbaikan yang intens dan cepat di mana tim atau departemen mencurahkan semua sumberdayanya ke dalam suatu proyek perbaikan dalam periode jangka pendek, dan bukannya mengikuti aplikasi kaizen tradisional, yang biasanya dilakukan separuh waktu (Evans & Lindsay 2007). Menurut Imai (1998), perbaikan dalam Kaizen bersifat kecil dan berangsur-angsur, namun proses Kaizen mampu membawa hasil yang dramatis mengikuti waktu. Konsep Kaizen menjelaskan mengapa perusahaan tak dapat tetap statis untuk waktu lama di Jepang. Manajemen Barat sangat memuja inovasi, perubahan secara besar-besaran melalui terobosan teknologi, konsep manajemen atau teknik produksi mutakhir. Inovasi memang dramatis, punya daya tarik istimewa yang besar. Kaizen sebaliknya, seringkali tidak dramatis bahkan biasa-biasa saja. Namun inovasi merupakan upaya sekali tembak dan hasilnya seringkali membawa dampak sampingan masalah. Lain halnya dengan Kaizen yang diterapkan berdasarkan akal sehat dan berbiaya rendah, menjamin kemajuan berangsur-angsur yang memberikan hasil dalam jangka panjang. Tiga keuntungan menjalankan kaizen dibandingkan metode lainnya adalah sebagai berikut (Manos 2007): 1. Waktu: waktu yang dialokasikan untuk melakukan kaizen telah terjadwal. Dengan penjadwalan ini, pelaksana kaizen akan semakin proaktif dan tepat waktu untuk membuat suatu peningkatan. 2. Kerja tim: pada akhir kaizen, pelaksana akan merasakan seberapa nyamannya bekerja sebagai tim. Dan ini akan merubah kebiasaan orang untuk bekerja sendiri. 3. Bukti: dengan melihat hasil kaizen, orang akan mengerti bahwa mereka harus lebih mengontrol area kerjanya lebih daripada yang dipikirkannya.
7
2.8
PROSES PRODUKSI
Proses produksi merupakan usaha untuk mengubah sesuatu barang menjadi barang lainnya atau usaha untuk mewujudkan suatu usaha. Untuk melakukan perubahan dan transformasi tersebut diperlukan faktor-faktor produksi. Di samping itu diperlukan pula bahan mentah atau barang setengah jadi yang akan di transformasikan menjadi barang lain (Sukirnoet al. 2006). Kegiatan memproduksi dikelola oleh bagian atau departemen produksi dan operasi. Dengan demikian hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan memproduksi digolongkan sebagai manajemen produksi dan operasi (production and operation management). Hal-hal yang berhubungan dengan usaha mentranfsormasikan sesuatu barang menjadi barang lain merupakan tanggung jawab dari manajemen produksi. Tanggung jawab tersebut meliputi merancang dan melaksanakan proses transformasi atau konversi yang paling efisien. Keefektifan manajemen produksi dan operasi biasanya diukur dari kemampuannya untuk menciptakan barang atau jasa yang bermutu, meminimumkan biaya produksi dan dalam jangka panjang mampu mengembangkan barang atau jasa sesuai dengan perkembangan selera konsumen (Sukirnoet al. 2006). Proses pembuatan kertas berdasarkan proses produksi di PT. X dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1. Tahap persiapan bahan baku (Stock Preparation) 2. Tahap pembentukan lembaran kertas (Paper Machine Process) 3. Tahap penyelesaian (Finishing dan converting) 2.8.1
PROSES DI STOCK PREPARATION Stock preparation merupakan tahap awal dari proses pembuatan kertas. Serat sebagai komponen utama dalam pembentukan lembaran kertas belum dapat dibuat menjadi lembaran kertas tanpa ppengolahan terlebih dahulu. 1. Proses Pembuburan (Pulping) Proses pembuburan merupakan proses penghancuran lembaran pulp menjadi buburan pulp. Proses pembuburan ini berlangsung di dalam mesin pulper dengan menggunakan campuran air proses. Lembaran-lembaran pulp dimasukkan secara manual oleh operator ke dalam mesin pulper. Di dalam mesin pulper terdapat agitator yang berguna untuk mengaduk buburan pulp agar tercampur rata. Selain itu juga terdapat buffle di dinding pulper yang berguna untuk memecah aliran agar turbulen sehingga buburan pulp dapat tercampur. 2. Pembersihan (Cleaning) Setelah pulp dibuburkan, buburan pulp tersebut ditampung di dalam pulper chest untuk kemudian dialirkan ke High Consistency Cleaner untuk dibersihkan. Prinsip kerja HC Cleaner ini dengan menggunakan prinsip kerja sentrifugasi. Di dalam HC Cleaner ini, buburan pulp dibersihkan dari bahan-bahan pengotor yang terbawa bersama pulp, seperti pasir, kawat, dan kotoran lainnya) yang memiliki berat jenis lebih besar dari pada pulp. Fase berat akan turun ke bawah sedangkan fase ringan (buburan pulp) akan terangkat ke atas memasuki DDR (Double Disc Refiner). 3. Proses Penggilingan (Refining) Proses penggilingan yaitu proses penghancuran serat dengan cara menggiling agar mendapatkan karakteristik serat seperti yang diinginkan. Tujuan dari proses ini adalah memperluas permukaan serat sehingga ikatan antar serat menjadi lebih kuat. Serat yang telah mengalami proses pulping dan cleaning selanjutnya digiling di DDR (Double Disc Refiner). Perubahan fisik dalam serat akibat proses penggilingan adalah pemotongan fiber, berkurangnya tebal dinding serat selulosa , perubahan daya ikat terhadap air dan bentuk serat lebih seragam. Biasanya penggilingan ini
8
4.
dilakukan sampai mendapat derajat giling (freeness) yang diinginkan. Nilai freeness ditentukan bukan dari lamanya waktu penggilingan tapi dari besarnya daya (power) yang dipakai dalam Kilo Watt per Hours (KWh). Proses Pencampuran (Mixing) Proses mixing merupakan proses mencampur pulp serat pendek, pulp serat panjang dan broke dengan tujuan agar didapat tensile strength yang tinggi. Setelah dicampur di dalam pipa mixing, selanjutnya buburan kertas dialirkan di medium chest dan machine chest untuk ditampung sementara.
2.8.2
PROSES DI PAPER MACHINE Pada tahap ini, buburan pulp yang disiapkan oleh bagian stock preparation diolah menjadi bahan jadi yaitu lembaran-lembaran kertas dalam bentuk jumbo roll. Tahap-tahap pada bagian ini adalah stuff box, cleaner, screener, head box, wire part, pressing, pre dryer, surface sizing, after dryer, calendering dan reeling. 1. Stuff box Stuff box merupakan penghubung antara bagian stock preparation dan paper machine. Buburan pulp disini memperoleh internal sizingdengan penambahan cationic starch, dyestuff, dan AKD. Buburan pulp dari stuff box tersebut akan dipompa menuju cleaner part. 2. Cleaner Buburan pulp dibersihkan lagi dengan Centri Cleanerdengan menggunakan prinsip sentrifugasi yang terdiri dari 4 tahapan pembersihan. Tahap pertama dibersihkan di cleaner 1 dan merupakan cleaner yang paling teliti. Buburan pulp yang bersih akan keluar dari bagian atas menuju horizontal screen, sedangkan yang kotor akan keluar melalui bagian bawah cleaner 1 menuju cleaner2. Begitu seterusnya hingga cleaner4.Campuran yang bersih akan dimasukkan kembali ke cleaner 3 dan campuran yang kotor akan dibuang ke waste water pit. 3. Screener Buburan pulp disaring kembali berdasarkan ukurannya. Pulp yang lolos adalah serat yang halus dan bersih, sedangkan serat yang tidak lolos merupakan serat yang kasar dan kotor sehingga akan ditolak dan dialirkan kembali ke pack pulper. Bahan yang lolos akan dialirkan menuju Head Box. Pada saat masuk ke horizontalscreen buburan pulp ditambah retention aiduntuk mengikat serat-serat pulp dari bahan-bahan kimia penunjang. 4. Head Box Pada bagian ini pulp untuk pertama kalinya dibentuk lembaran-lembaran kertas di atas wire part. 5. Wire Part Buburan pulp dibentuk lembaran-lembaran di atas plastic wire dengan hydro foil. yang telah berbentuk lembaran-lembaran mengalami proses dewatering. Di dalam proses ini ada dua macam pengeringan, yaitu pengeringan dengan memanfaatkan gaya gravitasi dan dengan menggunakan suction. 6. Press Part Lembaran kertas dari wire selanjutnya akan melewati press part melalui felt. Fungsi press part adalah untuk menghilangkan air yang tersisa pada lembaran kertas. 7. Dryer I Setelah melewati press part, lembaran kertas akan mengalami pengeringan pertama. 8. Surface Sizing Setelah keluar dari pengeringan pertama, lembaran kertas diberi sizing berupa tapioka. 9. Dryer II
9
Selanjutnya lembaran kertas mengalami pengeringan kedua. 10. Calendering Calendering berfungsi untuk melicinkan permukaan kertas. 11. Reeling Prosess reeling merupakan proses penggulungan kertas sehingga menjadi jumbo roll. Selanjutnya jumbo roll ini akan di proses di cutter dan finishing. 2.8.3
CUTTER REWINDER Tidak semua kertas yang telah di-reelingkemudiandipotong dicutter rewinder. Gulungangulungan besar tersebut (jumbo roll) ada yang sebagian langsung di proses di converting. Gulungan kertas yang diproses di cutter rewinder akan menghasilkan big sheet. Big sheet merupakan kertas yang berukuran besar. Big sheet akan di proses di finishing. 2.8.4
FINISHING Big sheet yang telah dihasilkan dari cutter rewinder akan disortir terlebih dahulu untuk menghindari defect yang lolos saat akan packing. Setelah disortir, big sheet di bungkus dan siap dikirim. Ada sebagian big sheet yang dibawa ke converting untuk dipotong menjadi kertas yang berukuran lebih kecil. 2.8.5
CONVERTING Proses converting merupakan proses mengubah kertas menjadi produk-produk seperti amplop, devider, sticky notes, kertas warna, buku dan lain-lain. Kertas dalam bentuk roll akan diproses di mesin will. Dengan mesin will, maka roll kertas akan langsung di potong di mesin will dan langsung di pack sesuai dengan ukuran. Kemudian big sheet yang berasal dari finishing akan dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil di mesin pollar. Setelah dipotong sesuai dengan ukuran, kertas-kertas tersebut akan di-pack. Untuk proses pengepakan itu sendiri dilakukan dengan mesin dan juga manual. Pengepakan dengan mesin dilakukan oleh mesin autopack. Sedangkan pengepakan secara manual dilakukan oleh operator.
2.9
BAHAN PENUNJANG PROSES
2.9.1
FILLER Filler merupakan bahan yang mengisi ruang antara serat yang terdapat dalam pulp. Filler berupa CaCO3 atau non CaCO3. Keuntungan dalam menggunakan filler adalah sebagai berikut: 1. Mengurangi penggunaan pulp 2. Memperbaiki sifat printability (menaikkan smoothness, menguragi porositas, dan meningkatkan daya serap tinta). 3. Menaikkan brightness 4. Meningkatkan opasitas 5. Menurunkan biaya produksi Kerugian adalam menggunakan filler adalah kekuatan kertas akan turun.
2.9.2 1. 2.
SIZING AGENT Sizing agent berfugsi untuk: Supaya serat-serat pulp tidak terlalu cepat menyerap tinta sehingga hasil goresan tinta tidak tembus sampai baliknya. Mengurangi laju penetrasi ke dalam kertas
10
3.
Menstabilkan moistur kertas
2.9.3
OBA (OPTICAL BRIGHTENING AGENT) OBA berfungsi untuk meningkatkan tingkat
2.9.4
2.9.5 1. 2. 3. 4. 5. 6.
kecerahan
(brigthness)
kertas.
DYES/PIGMEN Dyes/Pigmen merupakan pewarna yang dapat berasal dari bahan organik ataupun nonorganik. Penggunaan dye/pigmen dengan CaCl2 akan meningkatkan kekuatan pulp dalam menyerap dye/pigmen. STARCH Starch berfungsi untuk: Merekatkan serat-serat kertas sehingga kertas menjadi lebih halus dan kuat Memperbaiki kualitas cetak Memperbaiki surface sizing supaya bahan-bahan penunjang lain lebih kuat terikat Memperbaiki coating Mempertinggi kekuatan kertas Sebagai bahan perekat
2.9.6
RETENTION AID Retention aid berguna untuk menstabilkan kedudukan filler dalam kertas. Biasanya senyawa yang digunakan sebagai retention aid merupakan polimer dengan berat molekul tinggi dan bersifat kationik.
2.9.7
ALUM Rumus kimia yang dipakai adalah Al2(SO4)3.18H2O berupa padatan putih serta larut dalam air. Alum berfungsi sebagai bahan koagulan untuk mengikat sizing agent dengan serat kertas. Ikatan ini menghasilkan koloid dalam kertas sehingga penambahan sizing agent lebih efektif dan mengatur pH kertas.
2.9.8
MIKROBIOSIDA Mikrobiosida digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan mematikan mikroorganisme dalam buburan pulp.
2.9.9
DEFOAMER Defoamer merupakan bahan untuk mencegah busa. Defoamer mempunyai pH 10,5±1.
2.9.10
NaOH Kausatik soda berfugsi sebagai pencuci dan penetralisir pada white water.
2.9.11
CaCl2 Bersama degan dye pigmen, kalsium klorida berfungsi meningkatkan kekuatan pulp dalam menyerap dye/pigmen.
11
2.9.12
PAC PAC (Poly Aluminium Chloride) yang berfungsi untuk menstabilkan pH dan mengikat serat. Larutan PAC setara dengan 1,3 kg bahan yang belum diencerkan. Konsistensi pada saat dipakai adalah 10% PAC ditambahkan di bagian Silo Pit dan white water pit.
2.9.13
AKD AKD (Alkyl Ketene Dimer) berfungsi meningkatkan water resistance (daya tahan kertas terhadap penyerapan tinta). AKD merupakan internal sizing agent yang sangat reaktif dalam pembuatan kertas alkaline (basa). Apabila water resistance dinaikkan dari standar, maka pemakaian AKD boleh ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan.
2.9.14
WAX SIZING Wax sizing merupakan bahan pelicin kertas agar terlihat lebih glossy. Wax ini berbahan baku parafin dan berbentuk emulsi (Aqueous emultion). Saat ini yang digunakan adalah santowax dan taiwax.
2.9.15
PVA (Polyvinyl alcohol) PVA berfungsi sebagai bahan water resistance kertas.
12
III.
METODE PENELITIAN
3.1 LANDASAN BERFIKIR Semakin ketatnya persaingan di dunia industri manufacturing, menuntut perusahaanperusahaan yang benar-benar ingin bertahan untuk terus melakukan evaluasi dan perbaikan dengan perusahaannya tersebut. Salah satu aspek yang sangat menunjang keberhasilan suatu perusahaan menufacturing adalah manajemen kualitas.Manajemen kualitas adalah fungsi organisasional yang bertanggung jawab atas keseluruhan aktivitas yang bersifat preventif terhadap terjadinya kesalahan. Tujuan diterapkannya manajemen kualitas ini adalah untuk memproduksi suatu produk yang kualitasnya tetap terjaga dengan biaya yang serendah-rendahnya, namun tetap memenuhi kepuasan pelanggan. PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pulp dan kertas. Industri pulp dan kertas mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut menyebabkan persaingan pasar yang ketat dan memerlukan upaya untuk memenangkan persaingan tersebut. Salah satu kunci untuk memenangkan persaingan tersebut adalah perbaikan kualitas.Lean Six Sigma merupakan salah satu cara untuk mengurangi jumlah cacat produk yang dapat dengan otomatis meningkatkan kualitas produk.
Persaingan
Peningkatan kualitas
Pendekatan Lean Six Sigma
Pengurangan defect
Keunggulan bersaing
Kepuasan konsumen
Gambar 1. Landasan berfikir penelitian
3.2 TAHAPAN PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang dimulai dari tahap studi pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian sampai didapatkannya kesimpulan penelitian. Penelitian ini terbagi atas tiga tahap, yaitu: 1. Tahap pertama Tahap pertama adalah tahap pra penelitian yang diawali dengan studi pustaka untuk mendukung dan menambah pengetahuan tentang aspek kajian yang akan diteliti. Selanjutnya, dilakukan penyusunan proposal penelitian yang mencakup pemilihan judul
13
penelitian, perumusan masalah dan tujuan penelitian, membuat rancangan pengumpulan data berupa identifikasi data yang dibutuhkan, metode pengumpulan data, dan pemilihan teknik analisis data. 2. Tahap kedua Tahapan kedua adalah pengumpulan data, input data, pengolahan data, dan analisis data. Pengumpulan data diperoleh dari data primer yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Data sekunder didapat dari studi pustaka, internet, jurnal, dan dokumendokumen. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan tahapan six sigma. Hasil pengolahan data akan menjadi bahan untuk pencarian solusi yang didasarkan pada Lean. 3. Tahap ketiga Tahap ketiga adalah tahap akhir yaitu pembuatan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan dari keseluruhan proses penelitian ini. Pemilihan Topik Penelitian Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Rancangan Pengumpulan Data: Idetnifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan teknik analisis. Pengumpulan Data: Observasi dan Wawancara dengan bagian produksi dan quality assurance Pengolahan data Analisis Data: Analisis data kuantitatif dan kualitatif berdasarkan 5 tahapan Six Sigma, yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, dan control. Rekomendasi solusi dengan Kaizen Blitz Kesimpulan dan Saran Gambar 2. Tahapan penelitian
14
3.3
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan sejak Maret hingga April 2012. Penelitian ini dilakukan di PT. X Tangerang.
3.4
JENIS DATA
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan bagian produksi dan bagian quality assurance dan observasi di seluruh area produksi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara adalah proses produksi dan penyebab-penyebab defect. Sedangkan data sekunder merupakan data produksi PT. X selama tiga bulan terakhir.
3.5
ANALISIS DATA
Data primer dianalisis menggunakan fishbone diagram atau diagram tulang ikan untuk mencari akar permasalahan. Sedangkan data sekunder produksi dianalisis untuk mendapatkan nilai level sigma dari kinerja perusahaan. Keseluruhan penelitian ini dilakukan dengan tahapan six sigma. Fase pengukuran dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja pada departemen produksi PT. X. Pengukuran kinerja dilakukan melalui penghitungan jumlah produk yang cacat dan dihitung dengan menggunakan rumus Six Sigma menggunakan distribusi poisson sebagai berikut: Y pada rumus tersebut adalah yield. Yang dimaksud dengan yield adalah area yang berada di bawah kurva diantara garis toleransi. Dari distribusi poisson, didapat nilai yang sama dengan zero failure. Nilai defect per unit (DPU) didapat dari perbandingan antara defect yang terjadi dengan jumlah unit produksi. Distribusi poisson dapat digunakan untuk menentukan variabel Z. Cara menyelesaikannya dengan menentukan nilai Z untuk defect per unit (DPU) melalui tabel distribusi normal. Nilai Z didefiniskan sebagai variabel Z equivalent (Zequiv) dan terkadang diselesaikan dengan hubungan Z long-term (ZLT) dan Z short-term (ZST). 1,5
ZST dapat dikonversi menjadi part per milliondefect rate (ppm) dengan menggunakan tabel konversi variabel Z ke ppm (Lampiran 5).
15
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PENERAPAN SIX SIGMA Kualitas merupakan indikator efisiensi dari sistem ekonomi yang produktif, dimana pada sistem yang efisien memungkinkan diproduksi barang dan jasa yang dapat diterima dengan harga yang ekonomis. Output yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi umum, sementara biaya diperoleh melalui optimisasi alokasi sumber daya. Disisi lain, kualitas juga menghasilkan efisiensi proses dan mampu mengindikasi performa yang baik. Hal utama yang harus diperhatikan dalam penelitian ini adalah cara mengatasi masalah pada produk yang menyebabkan kerugian pada perusahaan. Six Sigma dilaksanakan dalam tahapan DMAIC (Define – Measure – Analyze – Improve – Control). Untuk dapat diangkat dan diperbaiki melalui mekanisme sebuah proyek, suatu masalah harus didefinisikan terlebih dahulu dan diukur sebagai dasar perbaikan. Pengukuran dilakukan menggunakan alat bantu statistik untuk menentukan sebaik apa proses terjadi dan berapa banyak defect yang dihasilkan. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui mengapa terjadi defect dan menentukan faktor utama penyebab defect. Perbaikan dilakukan dengan menghilangkan defect semaksimal mungkin. Menurut Breyfogle (2003), defect merupakan ketidaksesuaian karakteristik kualitas dari level yang dimaksudkan. Defective adalah produk yang tidak sesuai yang setidaknya menganduk satu cacat atau memiliki kombinasi beberapa ketidaksempurnaan yang menyebabkan unit tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan. Produk tanpa cacat (zero defects) adalah kondisi ideal yang selalu didambakan, baik oleh pembuat barang (produk atau jasa) maupun pelanggan atau konsumen yang menggunakannya. Hasil produksi yang ditolak/ cacat mengganggu produksi dan membutuhkan pengerjaan ulang yang mahal. Seringkali produk tolakan harus dimusnahkan, suatu pemborosan sumber daya maupun upaya yang telah ditanamkan.Bagi perusahaan manufaktur, zero defects dapat menekan waste (pemborosan).
4.2 DEFINE Menurut Brett dan Queen (2005), phase define merupakan fase yang paling penting untuk kesuksesan proyek lean Six Sigma. Fase ini merupakan situasi, masalah dan hasil yang ingin diharapkan di masa kini.Untuk produk kertas di PT. X sendiri, timbulnya defect masih sulit untuk dihindari. Penyebab defect yang paling dominan terjadi di area produksi. Hampir seluruh proses produksi dilakukan oleh mesin. Mulai dari stock preparation, paper machine, cutter rewinder, hingga converting. Pada proses sortir,penyortitran dilakukan secara manual oleh operator. Lampiran 3 menunjukkan area-area di stock preparation dan paper machine yang berpeluang menimbulkan defect. Defect yang sering terjadi di dalam proses produksi kertas adalah holes (lubang), dirty (kotor), size variation (variasi ukuran), foreign contamination dan folded (terlipat). Holes paper dan dirty paper paling sering terjadi di bagian stock preparation dan paper machine. Sedangkan jenis defect yang sering terjadi di mesin cutter adalah size variation. Terkadang folded dan foreign contamination juga mungkin terjadi di cutter. Folded dan foreign contamination lebih dominan terjadi di bagian sortir. Untuk data lengkap macam-macam defect yang terjadi di PT. X terlampir pada Lampiran 4.
16
Defect berupa holes paper merupakan defect berupa lubang yang timbul pada lembaran kertas. Holes paper yang terjadi dapat berupa lubang kecil atau bahkan lubang yang besar setelah keluar dari paper machine. Sebagian besar defect ini terjadi pada proses di paper machine. Sama halnya dengan holes paper , dirty paper juga terjadi di hampir seluruh proses produksi. Mulai dari bahan baku, proses di stock preparation, paper machine, cutter, finishing hingga converting. Bahan baku menentukan hasil jadi suatu produk. Bahan baku yang baik tentu akan menghasilkan produk yang baik juga. Foldedmerupakan defect berupa lipatan pada kertas yang terjadi selama proses produksi. Baik terjadi di mesin ataupun akibat kesalahan manusia.Foreign contamination merupakan kontaminan yang terikut bersama tumpukan kertas yang telah dipotong menjadi ukuran tertentu. Kontaminan ini bisa berupa sobekan kertas, plastik, serangga dan bahan non produk lainnya. Namun yang paling umum terjadi adalah kontaminan berupa sobekan kertas yang terikut di dalam tumpukan kertas. Jika lolos sortir, maka kontaminan akan sampai ke tangan pelanggan dan tidak menutup kemungkinan untuk dikomplain. Size variation biasanya terjadi di mesin cutter saat proses pemotongan kertas. Jika pisau pemotongan kertas tidak stabil, maka akan mengakibatkan ukuran kertas yang tidak seragam. Ukuran kertas yang tidak seragam dapat dilihat secara kasat mata saat kertas-kertas tersebut ada dalam tumpukan. Saat berada dalam tumpukan, kertas yang ukurannya bervariasi ini akan mudah rusak jika bersinggungan dengan benda lainnya.
4.3 MEASURE Holes paper yang terjadi selama produksi bulan Januari hingga Maret terlampir di dalam Lampiran 4. Jumlah holes paper yang terjadi pada bulan Januari adalah sebanyak 8,677 ton dengan jumlah produksi kertas sebanyak 10792,82 ton. Dengan begitu didapat nilai defect per unit sebesar 0,0008. Dari tabel distribusi normal(Lampiran 7) , didapat nilai ZLT sebesar 3,16. Nilai ZST adalah sebagai berikut: 3,16
1,5
4,66 Proses produksi pada bulan Januari dengan jenis kegagalan holes paper dapat dikatakan sebagai 4,66level kualitas sigma. Dengan cara yang sama, pada bulan Februari, didapat sebanyak 6,3 ton holes paper dengan jumlah produksi pada bulan itu sebanyak 5723,06 ton. Sehingga didapat nilai defect per unit sebesar 0,0011. Dari tabel distribusi normal, didapat nilai ZLT sebesar 3,08. Nilai ZST adalah sebagai berikut: 3,08
1,5
4,58 Sehingga pada bulan Februari, nilai sigma untuk holes paper adalah sebesar 4,58. Pada bulan Maret, sebanyak 6,9 ton holes paper dengan produksi kertas sebanyak 8619,712 ton. Nilai DPU pada bulan Maret adalah 0,0008. Dari tabel distribusi normal, didapat nilai ZLT sebesar 3,16. Nilai ZST adalah sebagai berikut: 3,16
1,5
4,66
17
Sehingga pada bulan Maret, nilai sigma untuk holes paper adalah sebesar 4,66 sigma. Dengan begitu dapat dibandingkan bahwa nilai sigma untuk holes paper ini mengalami peningkatan selama bulan Januari hingga Maret. Nilai sigma ini menunjukkan bahwa kinerja produksi berada di atas rata-rata perusahaan indonesia. Rata-rata perusahaan di Indonesia berada di level 2 sigma seperti yang terlihat pada Tabel 1. Untuk mengetahui ppm, nilai sigma tersebut di konversikan ke tabel S untuk mendapatkan nilai part per million defect (ppm)pada Lampiran 5. Pada tabel S di Lampiran 5, nilai sigma 4,66 ada diantara nilai sigma 4,6 dan 4,7. Untuk mengetahui nilai ppm dari sigma 4,66 dilakukan interpolasi antara nilai sigma 4,6 dan 4,7 berikut ini: 4,7 4,6 4,66 4,6 687,2 967,67 967,67 0,1 0,06 280,47 967,67 0,1 x – 96,767 = - 16,8282 0,1 x = 79,9388 x = 799,388 Dengan begitu nilai ppm defect untuk level sigma 4,66 (pada bulan Januari dan Maret) adalah 799,388. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 4,66 memiliki tingkat defect sebesar 799,388 ppm.Untuk level sigma 4,58 adalah sebagai berikut: 4,6 4,5 4,58 4,5 967,67 1349,97 1349,97 0,08 0,1 1349,97 382,3 0,1 x – 134,997 = - 30,584 0,1 x = 104,413 x = 1044,13 Untuk nilai sigma 4,58 didapat 1044,13 ppm. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 4,58 memiliki tingkat defect sebesar 1044,13 ppm.Untuk menekan jumlah holes paper yang dihasilkan agar mencapai nilai 6 sigma, maka perusahaan harus menekan ppm hingga mencapai 3,4. Pada level 6 sigma, defect per unit yang terjadi adalah sebagi berikut: 1,5
6 = ZLT + 1,5shift ZLT = 4,5 Nilai defect per unit dilihat melalui tabel A pada Lampiran 7. Nilai 4,5 memiliki nilai DPU sebanyak 0,0000034. Pada level sigma 4,66 memiliki nilai DPU sebesar 0,0008 dan memiliki nilai DPU sebesar 0,0011 pada level sigma 4,58. Sehingga nilai tersebut harus ditekan hingga mencapai 0,0000034 DPU. Untuk jenis defect berikutnya adalah dirty paper. Dirty paper yang terjadi selama bulan Januari hingga Maret terlampir dalam Lampiran 6. Jumlah holes paper pada bulan Januari adalah sebanyak 2,55 ton dengan jumlah produksi total pada bulan tersebut sebanyak 10792,82 ton. Dengan
18
jumlah itu maka didapat nilai defect per unit sebesar 0,00024. Dengan menggunakan nilai DPU dari tabel distribusi normal, didapat nilai ZLT sebesar 3,49. Nilai ZST adalah sebagai berikut:
3,49
1,5
4,99 Untuk itu dapat dikatakan bahwa pada bulan Januari untuk jenis defect dirty paper memiliki nilai sigma sebesar 4,99. Pada bulan berikutnya jumlah dirty paper adalah 1,1 ton dengan jumlah total produksi sebesar 5723,055 ton. Sehingga didapat nilai defect per unit sebesar 0,00019. Dari tabel distribusi normal, didapat nilai ZLT sebesar 3,56. Nilai ZST adalah sebagai berikut: 3,56
1,5
5,06 Jadi nilai sigma untuk dirty paper pada bulan Februari adalah level 5,06. Pada bulan Maret, jumlah defect pada bulan tersebut adalah 1,5 ton dengan total jumlah produksi sebanyak 8619,712 ton. Nilai DPU-nya adalah 0,00017, sehingga pada tabel distribusi normal didapat nilai ZLT sebesar 3,57. Nilai ZST adalah sebagai berikut: 3,57 1,5 5,07 Dengan begitu dapat dibandingkan bahwa nilai sigma untuk dirty paper ini mengalami peningkatan selama bulan Januari dan Ferbuari. Nilai sigma ini menunjukkan bahwa kinerja produksi berada di atas rata-rata perusahaan indonesia. Rata-rata perusahaan di Indonesia berada di level 2 sigma seperti yang terlihat pada Tabel 1. Bahkan mencapai level 5 sigma yang berarti sejajar dengan perusahaan di Jepang. Untuk mengetahui ppm, nilai sigma tersebut di konversikan ke tabel S untuk mendapatkan nilai ppm pada Lampiran 5. Pada tabel S di Lampiran 5, nilai sigma 4,99 berada di antara nilai sigma 4,9 dan 5. Untuk mendapat nilai ppm pada level sigma 4,99 adalah sebagai berikut: 5 4,9 4,99 4,9 232,67 336,98 336,98 0,1 0,09 104,31 336,98 0,1 – 33,698 = - 9,3879 0,1 = 24,3101 = 243,101 Nilai ppm untuk level sigma 4,99 adalah 243,101.Hal ini berarti bahwa pada level sigma 4,99 memiliki tingkat defect sebesar 243,101 ppm. Untuk nilai sigma 5,06, nilai ppm berada di antara nilai 5 dan 5,1. Maka nilai ppm nya adalah sebagai berikut: 5,1 5 159,15 232,67
5,06 5 232,67
19
0,1 0,06 73,52 232,67 0,1 – 23,267 = - 4,4112 0,1 =18,8558 = 188,558 Nilai ppm untuk level sigma 5,06 adalah 188,558. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 5,06 memiliki tingkat defect sebesar 188,558 ppm. Untuk bulan Maret, pada level sigma 5,07 memiliki nilai ppm di antara level sigma 5 dan 5,1, dengan begitu untuk menghitung nilai ppm-nya adalah sebagai berikut: 5,1 5 5,07 5 159,15 232,67 232,67 0,07 0,1 232,67 73,52 0,1 – 23,267 = - 5,1464 0,1 = 18,1206 = 181,206 Nilai ppm untuk level sigma 5,07 adalah 181,206. Hal ini berarti bahwa pada level sigma 5,07 memiliki tingkat defect sebesar 181,206 ppm.Untuk menekan jumlahdirty paper yang dihasilkan agar mencapai nilai 6 sigma, maka perusahaan harus menekan ppm hingga mencapai 3,4. Pada level 6 sigma, defect per unit yang terjadi adalah sebagi berikut: 1,5
6 = ZLT + 1,5shift ZLT = 4,5 Nilai defect per unit dilihat melalui Tabel A pada Lampiran 7. Nilai 4,5 memiliki nilai DPU sebanyak 0,0000034. Dengan begitu, untuk mencapai level 6 sigma, perusahaan harus menekan nilai DPU hingga 0,0000034. Tabel 1. Pencapaian beberapa tingkat sigma COPQ (Cost of Poor Quality) Tingkat Pencapaian sigma
DMPO (Defects per million opportunities)
COPQ sebagai persentase dari nilai penjualan
1-Sigma
691.462 (sangat tidak kompetitif)
Tidak dapat dihitung
2-Sigma
308.538 (rata-rata industri di Indonesia)
Tidak dapat dihitung
3-Sigma
66.807
25-40% dari penjualan
4-Sigma
6.210 (rata-Rata IndustriUSA)
15-25% dari penjualan
5-Sigma
233 (rata-rata industri Jepang)
5-15% dari penjualan
6-Sigma
3.4 (industri kelas dunia)
<1% dari penjualan
Peningkatan 1 sigma meningkatkan keuntungan sebesar 10% dari penjualan Sumber : Gasperz, 2003
20
Value
Untuk jenis defect holes paper dan dirty paper yang telah dibahas sebelumnya merupakan defect yang terjadi di jumbo roll.Jumbo roll merupakan gulungan kertas setelah keluar dari paper machine. Untuk jenis defect folded, size variation dan foreign contamination terekam melalui customer complain. Walaupun begitu, defect holes dan dirty juga dapat masuk ke customer complain. Gambar 3 berikut ini merupakan diagram pareto yang menggambarkan jenis-jenis komplain yang diterima dari konsumen selama tahun 2010. Untuk komplain yang paling tinggi adalah foreign contamination dan size variation sebanyak 26 kasus untuk masing-masing defect. Kemudian kasus folded sebanyak 15 kali, dirty paper 13 kali dan holes paper 5 kali. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
80
85
67 52 26 Value Accumulation
Jenis Cacat
Gambar 3. Diagram Pareto Jenis Komplain Tahun 2010 Gambar 4 berikut ini merupakan diagram pareto yang menggambarkan jenis-jenis komplain yang diterima dari konsumen selama tahun 2011. Untuk komplain yang paling tinggi adalah foreign contamination dengan 15 kasus, size variation 13 kasus, dirty 11 kasus, folded 8 kasus dan holes paper 6 kasus.
21
60 53
50
47
Value
40
39
30
28
20 15
10
Value
0
Accumulation
Jenis Cacat Gambar 4. Diagram Pareto Jenis Komplain tahun 2011 Jika dibandingkan antara komplain yang terjadi pada tahun 2010 dan 2011, setiap kasus pada umumnya mengalami penurunan. Kasus foreign contamination ini paling sering terjadi akibat kontaminan lolos dari sortir sehingga sampai ke pelanggan. Bahan kontaminan yang berbentuk kertas sobekan terikut ke dalam tumpukan kertas dan baru diketahui saat proses printing. Sama halnya dengan foreign contamination, folded juga lolos dari sortir sehingga sampai ke tangan pelanggan. Folded ini juga dapat terdeteksi saat proses printing yang mengakibatkan cetakan tinta tercetak pada kertas yang terlipat tersebut. Untuk size variation, PT. X telah memiliki standar. Untuk standar panjang dan lebar tidak boleh melebihi 2 mm dan tidak boleh kurang dari ukuran yang telah ditetapkan. Pada bulan April diambil sebanyak 60 sample kertas ukuran 1091 x 788 mm. Terdapat variasi terhadap panjang dan lebar dari masing-masing sample yang disajikan pada Tabel 2. Dari tabel tersebut maka dapat terlihat bahwa masih ada beberapa sample yang melebihi batas maksimal ukuran panjang dan lebar. Size variation dapat dilihat kasat mata saat kertas-kertas tersebut masih di dalam tumpukan. Tumpukan kertas tersebut akan terlihat tidak rata jika dilihat dari pinggir. Tidak ratanya pinggiran kertas itu dapat menyebabkan pinggiran kertas rusak saat bersinggungan dengan tumpukan kertas lainnya ataupun benda lainnya. Tabel 2. Selisih lebar sample ukuran 1091x788 mm No
Selisih Lebar
Selisih Panjang
No
Selisih Lebar
Selisih Panjang
No
Selisih Lebar
Selisih Panjang
No
Selisih Lebar
Selisih Panjang
1 2 3
1,5 2 2
3,5 2 3
16 17 18
3 2 2,5
1,5 2 1,5
31 32 33
2 2,5 3
2 1 2
46 47 48
0,5 1 0,5
2 0 2,5
4 5 6 7 8
2 2 1,5 1
3 3,5 3 0
0,5 2,5 2,5 3
2 1 2 1,5
0 0,5 0,5 0
2 2 2,5 3
0,5
2
1,5
0
49 50 51 52 53
1 0,5 1 1
3
34 35 36 37 38
1 2,5 1,5 2,5
2
19 20 21 22 23
2
1,5
22
9 10 11 12 13 14 15
2,5 2,5
1,5 2
1 2,5 3 2,5 1
1,5 2 2 1,5 1,5
24 25 26 27 28 29 30
2,5 2,5
1 1,5
2,5 1 2,5 2,5 2,5
1 1 0 1 1
39 40 41 42 43 44 45
1,5 2,5
0,5 0,5
0,5 1 0,5 1 0
2 2 2,5 2 2,5
54 55 56 57 58 59 60
0,5 1
2 2,5
1 2 2,5 2,5 0,5
2 1 1 0,5 0
4.4 ANALYZE Pada departemen produksi terdapat beberapa jenis defect, yaitu holes paper, dirty paper, foreign contamination, folded dan size variation. Dari kelima jenis defect tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor sehingga defect tersebut muncul dan menyebabkan penurunan kualitas kertas. Faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut dapat dijelaskan dalam diagram sebab akibat. Gambar 5 merupakan diagram sebab akibat untuk holes paper.
Gambar 5. Diagram Tulang Ikan Holes Paper Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 5, terjadinya holes paper dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: 1. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Pulp menempel di wire; pulp dari headbox dibentuk lembaran di atas wire. Ketika shower yang berfungsi untuk membersihkan wire dari sisa-sisa pulp tidak bekerja dengan optimal, maka lama-kelamaan akan menimbulkan slime. Slime yang menempel pada wire tersebut akan mengganggu kinerja wire sehingga saat pembentukan lembaran kertas yang seharusnya membentuk lembaran, justru akan menempel di wire dan tidak masuk ke press part akibat adanya slime. Hal tersebut mengakibatkan pembentukan kertas tidak sempurna, yaitu berlubang.
23
b.
2.
3.
4.
5.
Benang felt pada press part tidak sempurna; benang felt pada press part yang tidak sempurna, misalnya ada satu bagian benang yang menonjol dapat menyebabkan holes paper. Hal ini terjadi saat ada benang yang cacat atau bahkan ada benang yang terputus sehingga menempel pada lembaran pulp masuk ke dalam press part. Saat pengepressan, felt yang tidak sempurna ini akan menyebabkan lubang pada lembaran kertas. c. Canvas dryer cacat; sama halnya dengan felt pada press part, canvas dryer yang cacat juga dapat menyebabkan holes paper saat lembarann kertas melalui permukaan dryer. d. Terkena jatuhan kertas; sisa-sisa kertas yang masih menempel di press part mungkin terjatuh ke dalam lembaran kertas. Hal ini dapat oleh disebabkan doctor yang berfungsi untuk membersihkan press part dari sisa-sisa kertas tidak terpasang dengan sempurna. Faktor bahan baku Pada faktor bahan baku, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Tapioka terciprat ke lembaran kertas; hal ini dapat terjadi akibat tapioka disemprotkan secara langsung ke lembaran kertas sehingga memungkinkan untuk terciprat ke daerah lain pada lembaran kertas. b. Tapioka terciprat ke lembaran kertas; hal ini juga dapat terjadi akibat diameter press yang terlalu kecil sehingga tapioka terciprat ke bagian lain pada lembaran kertas. Faktor manusia Pada faktor manusia, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Adanya karyawan yang tidak mengikuti standar kerja b. Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja Faktor metode Pada faktor metode, penyebab terjadinya holes paper adalah pada metode pemanasan steam. Lembaran kertas harus dipanaskan dengan panas steam secara bertahap. Faktor lingkungan Pada faktor lingkungan, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Lingkungan yang berdebu; lingkungan yang berdebu dapat menyebabkan segala macam kotoran masuk ke dalam sistem. b. Size press kotor; size press yang kotor ini disebabkan oleh tapioka yang mengering.
24
Gambar 6. Diagram Tulang Ikan Dirty Paper Pada Gambar 6 disajikan diagram tulang ikan untuk dirty paper. Dirty merupakan salah satu jenisdefect pada kertas. Dirty sendiri banyak penyebabnya. Faktor penyebab dirty pada kertas dapat berasal dari machine (mesin), material (bahan), man (manusia), method (metode)dan environment (lingkungan). Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 6, terjadinya holes paper dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: 1. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab terjadinya dirty paper adalah: a. Pulp menempel di wire; pulp dari headbox dibentuk lembaran di atas wire. Ketika shower yang berfungsi untuk membersihkan wire dari sisa-sisa pulp tidak bekerja dengan optimal, maka semakin lama akan menimbulkan slime. Slime yang menempel pada wire tersebut akan mengganggu kinerja wire sehingga saat pembentukan lembaran kertas ada slime yang terikut di lembaran kertas dan ter-press saat pressing dan akan menimbulkan kotoran. b. Benang felt pada press part tidak sempurna; benang felt pada press part yang tidak sempurna, misalnya ada satu bagian benang yang menonjol dapat menyebabkan dirty paper. Hal ini terjadi saat ada benang yang cacat atau bahkan ada benang yang terputus sehingga menempel pada lembaran pulp masuk ke dalam press part. Saat pengepressan, felt yang tidak sempurna ini akan menyebabkan kotoran pada lembaran kertas. c. Dryer kotor; dryer kotor dapat disebabkan oleh doctor yang berfungsi membersihkan sisasisa kertas pada dryer tidak bekerja dengan maksimal. 2. Faktor bahan baku Pada faktor bahan baku, penyebab terjadinya dirty paper adalah: a. Retention aid yang terakumulasi di dalam pipa akan menyebabkan dirty. b. Benda asing masuk ke pulper melalui broke. 3. Faktor manusia
25
Pada faktor manusia, penyebab terjadinya dirty paper adalah: a. Adanya karyawan yang tidak mengikuti standar kerja b. Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja 4. Faktor metode Pada faktor metode, penyebab terjadinya dirty paper adalah: a. Cara memasukkan bahan ke dalam pulper; saat memasukkan pulp ke dalam pulper, ada kemungkinan bahan lain yang terikut ke dalamnya. Seperti serpihan palet ataupun kawat pengikat pulp. Selain itu juga dapat disebabkan oleh broke yang tidak dibersihkan sebelumnya. b. Tangan operator yang tidak bersih saat proses ballingdan packing. c. Tidak ada jadwal pembersihan wire. d. Waktu operasi yang panjang. 5. Faktor lingkungan Pada faktor lingkungan, penyebab terjadinya holes paper adalah: a. Oli mesin yang tertetes ke lembaran kertas. b. Broke yang tidak segera dibersihkan di callender pit. c. Size press kotor; size press yang kotor ini disebabkan oleh tapioka yang mengering. d. Mesin yang terbuka sehingga jika ada kotoran akan langsung kontak ke dalam sistem. Selain itu bentuk atap pabrik yang terbuka sehingga kotoran dari luar dapat bebas masuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya defect berupa folded disajikan dalam diagram tulang ikan pada Gambar 7.
26
Gambar 7. Diagram Tulang Ikan Folded Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa penyebab folded antara lain adalah: 1. Faktor manusia Pada faktor manusia, penyebab folded adalah: a. Adanya operator yang tidak mengikuti standar kerja b. Kurang terampil dalam bekerja 2. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab folded adalah: a. Kertas tidak jatuh sempurnadari mesin cutter; setelah kertas dipotong di mesin cutter, kertas akan langsung tersusun secara rapi dari mesin. Tetapi ada kemungkinan kertas tersebut terlipat saat baru keluar dari mesin cutter hingga sampai di tumpukan kertas. b. Kertas terselip di antara konveyor atas dan bawah pada mesin cutter; hal ini dapat terjadi akibat perbedaan tension dari kedua konveyor, sehingga menyebabkan kertas terselip dan terlipat. c. Kertas terselip pada doctor; sama halnya dengan konveyor, kertas juga mungkin akan terselip di doctor yang berguna untuk menjaga kertas tetap stabil saat dipotong. d. Pinggiran kertas berada di antara ruang kosong konveyor. 3. Faktor lingkungan Pada faktor lingkungan, penyebab folded adalah: a. Terkena benturan; tumpukan kertas berpeluang terkena benturan sehingga menyebabkan kertas yang terlipat. b. Terkena tirai saat transportasi dengan forklift. 4. Faktor metode Pada faktor metode, penyebab folded adalah kertas terlipat saat penyortiran. Operator tidak menyadari ada kertas yang terlipat sehingga lolos sortir. Mungkin juga terjadi saat operator sedang menyortir, kertas terlipat tanpa sepengetahuan penyortir. Hal tersebut juga mungkin terjadi saat pengepakan.
27
Gambar 8. Diagram Tulang Ikan Foreign Contamination Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya defect berupa foreign contamination disajikan dalam diagram tulang ikan pada Gambar 8.Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa penyebab foreign containation antara lain: 1. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab foreign contamination adalah trim masuk ke potongan cutter; trim adalah sisa potongan kertas untuk menyeragamkan ukuran pada mesin cutter. Ketika blower pada mesin cutter tidak maksimal, ada kemungkinan trim terikut dipotong di cutter sehingga akan ikut tertumpuk di dalam tumpukan kertas. 2. Faktor manusia Pada faktor manusia, penyebab foreign contamination adalah: a. Operator kurang memperhatikan kebersihan di area produksi. b. Operator lupa mencabut inserter. Inserter berupa lembaran kertas kecil. Inserter berfungsi sebagai alat bantu penanda untuk menghitung jumlah tumpukan kertas. c. Saat penyortiran operator tidak melihat adanya foreign contamination. Hal ini mungkin terjadi ketika letak foreign contamination berada di tengah-tengah permukaan kertas. 3. Faktor lingkungan Pada faktor lingkungan, penyebab foreign contamination adalah: a. Banyak broke di area produksi yang mungkin ikut terbawa ke tumpukan kertas. b. Banyak serpihan kertas di cutter. c. Adanya serangga.
4.
Faktor metode Pada faktor metode, penyebab foreign contamination adalah:
28
a. b. c. d. e.
Metode sortir yang hanya dilakukan satu kali. Mengganjal mesin dengan kertas; ganjalan tersebut dapat ikut terbawa sehingga menjadi foreign contamination. Penyortir tidak memeriksa hingga ke bagian tengah permukaan kertas, sehingga jika ada kontaminan yang berada di tengah-tengah permukaan kertas lolos sortir. Sheet break ikut terpotong di cutter. Sambungan di rewinder ikut terpotong.
Gambar 9. Diagram Tulang Ikan Size Variation Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya defect berupa size variation disajikan dalam diagram tulang ikan pada Gambar 9. Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa penyebab produk cacat antara lain adalah: 1. Faktor manusia Pada faktor manusia, penyebab size variation adalah: a. Adanya operator yang tidak mengikuti standar kerja b. Operator yang kurang teliti c. Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja 2. Faktor mesin Pada faktor mesin, penyebab size variation adalah: a. Tension roll tinggi, sehingga menyebabkan perbedaan tegangan yang mengakibatkan size variation. b. Perbedaan laju feeder pada mesin cutter. c. Mesin cutter tidak stabil; mesin cutter yang tidak stabil dapat disebabkan oleh letak slitter yang tidak pas saat memotong. Selain itu juga dapat disebabkan oleh adanya gap antara konveyor atas dan bawah sehingga kertas tidak stabil saat dipotong. d. Cutter memotong terlalu pendek; setiap kali mesin berhenti tiba-tiba, kertas yang terpotong akan lebih pendek dari ukuran yang seharusnya. 3.
Faktor bahan baku Pada faktor bahan baku penyebab size variation adalah:
29
a. Permukaan kertas yang licin sehingga membuat kertas tidak stabil saat dipotong. b. Permukaan kertas yang bergelombang. 4. Faktor metode Pada faktor metode, penyebab terjadinya size variation adalah tidak adanya jadwal peremajaan alat.
4.5 IMPROVEMENT Tujuan six sigma adalah untuk mempercepat proses perbaikan dan mencapai tingkat kinerja yang belum pernah terbayangkan sebelumnya dengan cara berfokus pada karakteristik yang terpenting bagi pelanggan, serta mengidentifikasi dan mengeliminasi penyebab kesalahan atau kecacatan dalam proses. Improvement dilakukan untuk menetapkan tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah yang ada, yaitu cacat produk. Langkah-langkah perbaikan dilakukan di setiap bagian produksi berdasarkan karakteristik masing-masing defect. 4.5.1 DEFECT DIRTY Di area stock preparation a. Operator harus memastikan bahwa tidak ada bahan selain pulp/broke yang terikut masuk ke dalam pulper. b. Penumpukan palet broke tidak boleh miring saat akan dimasukkan ke dalam pulper supaya palet tidak terjatuh dan masuk ke dalam pulper. c. Memasukkan broke secara bertahap agar tidak ada bahan lain yang ikut masuk ke dalam pulper. d. Pembersihan mesin-mesin secara teratur. e. Mengontrol kualitas buburan di stock preparation untuk memastikan buburan terbebas dari kotoran yang dapat menghambat proses pembentukan lembaran kertas di paper machine. f. Menjaga kebersihan di area stock preparation. Di area paper machine a. Membersihkan pipa saluran Retention Aid secara teratur. b. Membersihkan wire part secara teratur. c. Mengatur tekanan roll saat pengepresan agar tidak terlalu kuat supaya tidak terjadi sheet break. d. Memberi penutup pada silinder press agar cipratan tapioka tidak sampai keluar. e. Menyeting ulang doctor blade setiap kali doctor tidak bekerja secara efektif. f. Saat terjadi sheet break, operator yang akan memasukkan broke ke dalam coach pit harus memperhatikan agar tidak ada bahan lain yang ikut masuk ke dalamnya. g. Menjaga kebersihan di area paper machine. Di area cutter rewinder, finishing, dan converting a. Saat proses balling, tidak ada bahan-bahan lain yang ikut masuk ke dalam broke. b. Menggunakan pallet yang bersih. c. Penyortiran dilakukan setidaknya dua kali oleh dua orang yang berbeda untuk memperkecil kemungkinan adanya dirty paper yang lolos. d. Menjaga kebersihan di area cutter rewinder, finishing, dan converting.
30
4.5.2 DEFECT HOLES Di area stock preparation a. Operator harus memastikan bahwa tidak ada bahan selain pulp/broke yang terikut masuk ke dalam pulper. b. Penumpukan palet broke tidak boleh miring saat akan dimasukkan ke dalam pulper supaya palet tidak terjatuh dan masuk ke dalam pulper. c. Memasukkan broke secara bertahap agar tidak ada bahan lain yang ikut masuk ke dalam pulper. d. Pembersihan mesin-mesin secara teratur. e. Mengontrol kualitas buburan di stock preparation untuk memastikan buburan terbebas dari kotoran yang dapat menghambat proses pembentukan lembaran kertas di paper machine. f. Menjaga kebersihan di area stock preparation.
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Di area paper machine Inspeksi harian terhadap shower pembersih pada wire part. Memperhatikan kinerja felt dan menggantinya jika felt sudah cacat. Membersihkan pipa saluran Retention Aid secara teratur. Membersihkan wire part secara teratur. Mengatur tekanan roll saat pengepresan agar tidak terlalu kuat supaya tidak terjadi sheet break. Memberi penutup pada silinder press agar cipratan tapioka tidak sampai keluar. Menyeting ulang doctor blade. Saat terjadi sheet break, operator yang akan memasukkan broke ke dalam coach pit harus memperhatikan agar tidak ada bahan lain yang ikut masuk ke dalamnya. Menjaga kebersihan di area paper machine.
Di area cutter rewinder, finishing, dan converting Penyortiran dilakukan setidaknya dua kali oleh dua orang yang berbeda untuk memperkecil kemungkinan adanya dirty paper yang lolos. b. Menjaga kebersihan di area cutter rewinder, finishing, dan converting. a.
4.5.3 DEFECT FOREIGN CONTAMINATION Di area cutter rewinder a. Memeriksa jumbo roll yang terdapat sheet break saat memotong di cutter. b. Membersihkan secara rutin trim blower. c. Menjaga kebersihan di area cutter rewinder. d. Standarisasi ganjalan pada cutter, yaitu menggunakan ganjalan dengan bahan yang sama dengan kertas.
Di area Sortir, finishing dan converting
31
a. b. c.
Penyortiran dilakukan setidaknya dua kali oleh dua orang yang berbeda untuk memperkecil kemungkinan adanya dirty paper yang lolos. Operator menyortir tumpukan kertas secara menyeluruh (mulai dari sisi kertas hingga ke bagian sisi kertas yang lainnya. Menjaga kebersihan di area cutter rewinder, finishing dan converting.
4.5.4 DEFECT SIZE VARIATION Di area cutter rewinder a. Standarisasi setting tension roll pada mesin cutter. b. Inspeksi harian untuk konveyor. c. Standarisasi titik potong pada slitter. 4.5.5 DEFECT FOLDED Di area cutter rewinder a. Menyeting vibrator pada cutter dengan benar sesuai ukuran kertas yang akan dipotong di cutter. b. Menyeting ulang mesin setiap kali ada penyimpangan. c. Inspeksi harian untuk konveyor, konveyor separator/doctor. d. Menjalankan jadwal perbaikan alat secara teratur.
a. b. c.
Di area Sortir, finishing, dan converting Mengecek kertas secara hati-hati untuk menghindari kemungkinan kertas yang terlipat saat pengecekan berlangsung. Penyortiran dilakukan setidaknya dua kali oleh dua orang yang berbeda untuk memperkecil kemungkinan adanya dirty paper yang lolos. Membuat jalan masuk ke area finishing tersendiri untuk forklift.
4.6 CONTROL 32
Fase control bertujuan untuk melakukan pengendalian terhadap proses secara terus menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six Sigma. Pada fase ini alat yang digunakan adalah c-chart. Menurut Breyfogle (2003), c-chart dapat digunakan untuk memonitor proses. Parameter c-chart dapat adalah sebagai berikut: CL = c-bar
UCL = c-bar + 3 √c-bar
LCL = c-bar - 3 √c-bar
0,1 0,09 0,08
Value
0,07 0,06
UCL
0,05 0,04
LCL
0,03
c‐bar
0,02
DPU
0,01 0 1
2
3
Sample Gambar 10. C-Chart Holes Paper Berdasarkan grafik pada Gambar 10, terlihat bahwa kertas yang dihasilkan masih berada di dalam batas kendali, yaitu dengan nilai defect per unit sebesar 0,0008 ton, 0,0011 ton, dan 0,0008 ton dengan batas atas (UCL) sebesar 0,09 dan batas bawah (LCL) sebesar 0. C-Chart memiliki garis pusat sebesar 0,0009 ton. 0,045 0,04 0,035 Value
0,03 0,025
UCL
0,02
LCL
0,015
c ‐ bar
0,01
DPU
0,005 0 1
2
3
Sample Gambar 11. C-Chart Dirty Paper
33
Berdasarkan grafik pada Gambar 11, terlihat bahwa kertas yang dihasilkan masih berada di dalam batas kendali, yaitu dengan nilai defect per unit sebesar 0,000236 ton, 0,000192 ton dan 0,000174 ton dengan batas atas (UCL) sebesar 0,043 dan batas bawah (LCL) sebesar 0. C-Chart memiliki garis pusat sebesar 0,000201 ton. Apabila sampel berada dalam batas kendali maka berarti proses produksi terkendali dan solusi perbaikan yang telah ditetapkan dapat terus dilanjutkan. Namun, bila sampel berada di luar batas kendali maka pihak manajemen harus memeriksa kembali solusi perbaikan yang ditetapkan. penyimpangan terjadi karena solusi yang ditetapkan belum sesuai, baik pada faktor manusia, metode, mesin, bahan baku maupun lingkungan.
4.7 KAIZEN BLITZ Menurut Imai (1998), kegiatan meningkatkan kualitas pada dasarnya memprakarsai pengurangan biaya. Kualitas dalam hal ini merujuk pada kualitas proses dari para manajer dan karyawan dalam bekerja. Meningkatkan kualitas proses akan berdampak pada tingkat kesalahan yang makin berkurang, lebih sedikit kegagalan, lebih sedikit pengerjaan ulang, waktu tempuh proses yang lebih singkat dan penurunan jumlah sumber daya yang digunakan. Semua itu membawa penghematan operasional secara menyeluruh. Peningkatan kualitas juga merupakan padanan kata dari tingkat hasil (yield) yang lebih baik. Salah satu alternatif yang disarankan bagi perusahaan adalah melakukan Kaizen Blitz.Kaizen Blitz merupakan proses perbaikan yang cepat di mana tim atau departemen mencurahkan semua sumberdayanya ke dalam suatu proyek perbaikan dalam periode jangka pendek, dan bukannya mengikuti aplikasi kaizen tradisional, yang biasanya dilakukan separuh waktu (Evans & Lindsay 2007). Nilai level sigma PT X masih dapat ditingkatkan lagi untuk mencapai target 6 sigma dengan melakukan Kaizen blitz. Rencana untuk Kaizen Blitz sebagai upaya peningkatan jangka pendek perusahaan dapat mengikuti tahap-tahap berikut: Persiapan: Ketua tim mendefinisikan proyek yang akan dilakukan untuk Kaizen Blitz pada proses produksi dan disarankan ada satu orang yang telah mengikuti pelatihan Lean Six Sigma dan bergelar Black Belt. Kemudian dipilih seorang ketua tim dan anggota-anggota yang terlibat dalam tim. Kemudian tim menyiapkan bahan-bahan untuk pelatihan singkat, logistik atau sumber daya yang dibutuhkan. Tahap 1: Black Belt dan ketua tim Kaizen memberikan penjelasan singkat kepada tim tentang keputusan melaksanakan proyek Kaizen Blitz dan memberikan pelatihan singkat mengenai implementasi Lean Six Sigma. Setelah itu dilakukan pengukuran atau pengambilan sampel, identifikasi penyebab defect dan dilakukan perbandingan hasil survei yang dilakukan oleh pelanggan. Data selama beberapa bulan terakhir juga dapat dijadikan dasar pengukuran. Tahap 2: Analisis data-data yang sudah terkumpul baik data hasil pengamatan maupun data beberapa bulan terakhir dan juga data-data akar penyebab masalah dan kemungkinan untuk dilakukan perbaikan. Tahap 3: Dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan temuan dan hasil analisis. Kemudian dilakukan peningkatan proses yang ada dengan menentukan target yang akan dicapai berikutnya melalui alternatif solusi untuk memperbaiki dan mencegah permasalahan itu muncul kembali. Tahap 4: Pemantauan bahwa kondisi proses sudah berjalan sesuai dengan rencana dan stabil kemudian mencegah proses kembali pada kondisi awal. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan, pendokumentasian dan implementasi secara penuh pada proses yang berjalan setelah perbaikan.
34
Tahap 5: Tim mempresentasikan hasil yang telah dicapai kepada top management disertai dengan diskusi dan tanya jawab dengan pihak top management termasuk mendapatkan kesepakatan untuk melakukan Kaizen Blitz yang selanjutnya. Tindak lanjut: Tim bersama top management bekerja sama untuk mewujudkan Lean Six Sigma pada seluruh tahapan proses dan sistem serta memonitor hasil-hasil yang telah dicapai. Peningkatan secara terus-menerus harus menjadi suatu keputusan bersama yang harus dicapai.
35
V. 5.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingginya jumlah produk cacat yang terjadi di setiap perusahaan sangat berpengaruh terhadap kualitas.PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pulp dan kertas. Pendekatan lean tidak memperbolehkan adanya pemborosan, dalam hal ini cacat produk. Produk cacat yang sering timbul dalam industri tersebut adalah kertas bolong, kotor, terlipat, variasi ukuran dan kontaminasi asing.Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya cacat produk pada departemen produksi berdasarkan tahapan Six Sigma dan menetapkan solusi yang dapat diambil untuk mengurangi jumlah produk cacat pada departemen produksi berdasarkan tahapan Six Sigmayaitu define, measure, analyze, improvement dan control. Hasil dari perhitungan nilai sigma terhadap kertas berlubang selama dua bulan adalah 4,66; 4,58 dan 4,66. Sedangkan untuk kertas kotor memiliki nilai sigma sebesar 4,99; 5,06 dan 5,07. Nilai sigma ini menunjukkan bahwa kinerja produksi berada di atas rata-rata perusahaan indonesia. Sedangkan untuk costumer complaint yang masuk ke perusahaan untuk jenis cacat kertas terlipat, variasi ukuran dan kontaminasi asing mengalami penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Namun belum mencapai target 6 sigma. Sehingga masih perlu ditingkatkan dengan kaizen blitz. Keuntungan yang didapat dari Kaizen Blitz ini adalah tidak membutuhkan biaya yang tinggi dan juga hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu, namum hasil yang diperoleh dapat berdampak jangka panjang. Pada fase control, kertas yang dihasilkan masih berada di antara batas kendali.Apabila sampel berada dalam batas kendali maka berarti proses produksi terkendali dan solusi perbaikan yang telah ditetapkan dapat terus dilanjutkan. Namun, bila sampel berada di luar batas kendali maka pihak manajemen harus memeriksa kembali solusi perbaikan yang ditetapkan. penyimpangan terjadi karena solusi yang ditetapkan belum sesuai, baik pada fakor manusia, metode, mesin, bahan baku maupun lingkungan.
5.2
Saran
Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan terhadap seluruh jenis defect yang terjadi di area produksi untuk memperkecil kemungkinan adanya produk yang cacat. Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan dengan melihat dampak yang terjadi terhadap pengaruh penerapan KaizenBlitz di PT. X.
36
DAFTAR PUSTAKA [Departemen Perindustrian]. 1982. Perkembangan Industri Kertas dan Pulp di Indonesia dan Dunia. Biro Data dan Analisis. Aboelmaged MG. 2010. Six Sigma Quality: A Structured Review and Implications For Future Research. The International Journal of Quality & Reliability Management. Vol 27. 3: 269318. Ahlstrom P. 1998. Sequence in The Implementation of Lean Production. European Management Journal. Vol. 16 No. 3 : 327-334. Bogart S. 2007. Learning How to Leverage lean Six Sigma’s Power. Plant Engineering. Vol 61. 7: 23. Brett C dan Patrick Q. 2005. Streamlining Enterprise Records Management with Lean Six Sigma. Information Management Journal. Vol 39. 6: 58. Breyfogle FW. 2003. Implementing Six Sigma : Smarter Solution Using Statistical Method. John Wiley & Son, Inc, New Jersey. Evans JR dan Lindsay WM. 2007. Pengantar Six Sigma. Salemba Empat, Jakarta. Gasperz V. 1997. Manajemen Kualitas. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gasperz V. 2003. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi bisnis dan Pemerintah.PT GramediaPustaka Utama, Jakarta. Gasperz V. 2006. Lean Six Sigma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gasperz V dan Avanti F. 2011.Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Vinchristo Publication, Bogor. Gershon M dan Rajashekharaiah J. 2011. Double Lean Six Sigma: A Structure For Applying Lean Six Sigma. The Journal of Applied Business and Economics. Vol 12. 6: 26-31. GoetschDL and BS Davis. 2000.Quality Management Third Edition. Prentice Hall. USA. Imai M. 1998. Gemba Kaizen. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Kwak YH dan Anbari FT. 2006. Benefits, Obtacles and Future of Six Sigma Approach. Technovation 26 : 708-715. Linderman K, Schroeder RG, Choo AS. 2005. Six Sigma : The Role of Goals in Improvement Teams. Journal of Operations Management 24 : 779-790. Manos A. 2007. The Benefits of Kaizen and Kaizen Events. Quality Progress. Vol 40. 2: 47. Nasution MN. 2004. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Ghalia Indonesia. Jakarta. Oakland JS. 1993. Total Quality Management. Clays St. Ives, Great Britain. Russell RS dan Taylor BW. 2006. Operation Management. Wiley, United State. Smook GA. 1994. Handbook For Pulp and Paper Technology. Angus Wilde Publications, Vancouver. Sukirno S, Wan SH, Danny I, Charles S, Kurniawan S. 2006. Pengantar Bisnis. Kencana, Jakarta.
37
LAMPIRAN
38
Lampiran 1. Proses Produksi (Stock Preparation)
39
Lampiran 2. Proses Produksi (Paper Machine)
40
Lampiran 3a. Area terjadinya paper defect distock preparation dan paper machine defect mode
Blackening Bubbles BW above standard BW below standard calender marks canvas mark cookie concave creasing
Description
cronic/spor adic
importa nce
where defect originates based on history
where defect originates based on history pulpi ng
cleani ng
refini ng
mixi ng
Head Box
Wet End Wire Press Pit part
Pre Dry
Size Press
Dry End After Calen dry der
Pope Reel
flock pada formasi kertas, dipermukaan terlihat spot mengkilat
sporadis
*
0
0
1
1
3
0
0
0
0
0
0
0
cacat berbentuk gelembung udara
kronis
*
0
0
0
0
3
3
0
0
0
0
0
0
BW Above Standard
sporadis
**
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
BW Below Standard kotoran jatuh di calender PM, dipermukaan terlihat area mengkilat defect akibat canvas PM, dipermukaan terlihat motif canvas PM formasi kertas yang tidak rata sehingga kondisi pengeringan tidak rata
sporadis
**
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
sporadis
***
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
sporadis
**
0
0
0
0
0
0
0
3
0
3
0
0
kronis
***
0
0
3
0
3
3
0
3
0
3
0
0
kronis
**
0
0
0
0
3
3
0
0
3
3
3
0
permukaan kertas legok lipatan pada kertas/keriput mati berasal dari proses PM
kronis
**
0
0
0
0
0
0
3
0
3
3
0
0
kertas melengkung seperti busur arah MD atau CD
sporadis
***
0
0
0
0
3
0
0
3
0
3
0
0
curling dandy roll marks
defect dari dandy roll PM
sporadis
**
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
dirty PM
noda / kotoran pada kertas
kronis
***
3
3
0
0
3
3
3
3
3
3
3
3
dirty dyes
noda / kotoran bekas dyestuff
sporadis
*
3
0
0
3
3
0
0
0
0
0
0
0
dryer marks
defect dari dryer PM
sporadis
*
0
0
0
0
0
0
0
3
0
3
0
0
dryline marks
defect pada formasi kertas berbentuk garis air
sporadis
*
0
0
1
1
3
3
0
0
0
0
0
0
dusting
kertas berdebu
sporadis
*
0
0
0
0
0
0
0
3
0
3
0
0
flocks
menggumpal pada formasi kertas
sporadis
*
0
0
3
0
3
3
0
0
0
0
0
0
holes
kertas berlubang
kronis
***
3
1
0
0
0
0
3
3
3
3
3
0
mottling
kertas burik
sporadis
**
0
0
3
0
3
3
0
0
0
0
0
0
41
Lampiran 3b. Area terjadinya paper defect distock preparation dan paper machine
defect mode
Description
Cronic/spor adic
Impo rt ance
where defect originates based on history
where defect originates based on history
Wet End
pulpi ng
Cleani ng
refini ng
mixi ng
Head Box
Wire Pit
Dry End Press part
Pre Dry
Size Press
After dry
Calend er
Pope Reel
peel off
Terkelupas
Sporadis
*
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
pin holes
lubang kecil transparan cacat berbentuk pipa kecil melingkari roll
Sporadis
*
0
1
0
0
3
3
0
0
0
3
0
0
Sporadis
***
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
shade variation
warna bervariasi
Kronis
***
3
0
0
3
3
3
0
0
3
0
0
0
size press marks
defect dari size press PM
Sporadis
**
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
streaking
garisan pada permukaan kertas
Sporadis
**
0
0
0
0
0
3
3
0
3
0
0
0
starch splashing
cipratan larutan tapioka
Sporadis
**
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
thickness out of standard
ketebalan diluar standar
Sporadis
***
0
0
3
3
3
0
3
0
3
0
3
0
torn
kertas sobek
Sporadis
*
0
0
0
0
0
3
3
3
3
3
0
0
piping
two sideness
dua sisi kertas berlainan
Sporadis
***
3
0
0
3
3
3
0
0
0
0
0
0
uneven formation
formasi tidak rata defect akibat tetesan air pada kertas
Sporadis
**
0
0
1
0
3
3
0
0
0
0
0
0
Sporadis
*
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
water resistance dibawah standar
Sporadis
*
0
0
0
3
0
3
0
3
3
0
0
0
water drop water resistance below standard water reverse
water resistance reverse
Sporadis
wavy
Gelombang
Kronis
wet paper
kertas lembab garis berurat pada permukaan bagian wire
wire mark/ water line
Keterangan:
Sporadis = sebab telah diketahui 0= Tidak terjadi
*
0
0
0
3
0
0
0
3
3
0
0
0
***
0
0
0
0
3
3
3
3
3
3
3
0
Sporadis
*
0
0
0
0
0
0
3
3
0
3
0
0
Sporadis
*
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
Kronis = sebab belum diketahui 1= Mungkin terjadi di area tersebut
3 = Pasti terjadi di area tersebut
42
Lampiran 4. Macam-macam defect
defect mode Blackening
description flock pada formasi kertas, dipermukaan terlihat spot mengkilat
Bubbles
cacat berbentuk gelembung udara
calender marks
kotoran jatuh di calender PM, dipermukaan terlihat area mengkilat
canvas mark
defect akibat canvas PM, dipermukaan terlihat motif canvas PM
Cookie
formasi kertas yang tidak rata sehingga kondisi pengeringan tidak rata
Concave
permukaan kertas legok
Creasing
lipatan pada kertas/keriput mati berasal dari proses PM
Curling
kertas melengkung seperti busur arah MD atau CD
dandy roll marks
defect dari dandy roll PM
dirty PM
noda / kotoran pada kertas
dirty dyes
noda / kotoran bekas dyestuff
dryer marks
defect dari dryer PM
dryline marks
defect pada formasi kertas berbentuk garis air
Dusting
kertas berdebu
Flocks
menggumpal pada formasi kertas
Holes
kertas berlubang
internal bonding below standard
internal bonding dibawah standar
Mottling
kertas burik
oil drops
noda / kotoran dari tetesan oli
peel off
Terkelupas
pin holes
lubang kecil transparan
Piping
cacat berbentuk pipa kecil melingkari roll
Pitch
noda /kotoran dari geth pulp
shade variation
warna bervariasi
size press marks
defect dari size press PM
Streaking
garisan pada permukaan kertas
Stain
noda / bintik kecil kotoran pada kertas
starch splashing
cipratan larutan tapioka
thickness out of standard
ketebalan diluar standar
Torn
kertas sobek
two sideness
dua sisi kertas berlainan
uneven formation
formasi tidak rata
water drop
defect akibat tetesan air pada kertas
water resistance below standard
water resistance dibawah standar
water reverse
water resistance reverse
Wavy
Gelombang
wet paper
kertas lembab
white spots
bintik putih
wire mark/ water line
garis berurat pada permukaan bagian wire
43
Lampiran 5. Tabel konversi nilai sigma ke ppm defect rate
Sigma Level 1
Defective ppm : 1.5 sigma shifted distribution 697672.15
2
308770.21
3
66810.63
3.1
54801.40
3.2
44566.73
3.3
35931.06
3.4
28716.97
3.5
22750.35
3.6
17864.53
3.7
13903.50
3.8
10724.14
3.9
8197.56
4
6209.70
4.1
4661.23
4.2
3467.03
4.3
2555.19
4.4
1865.88
4.5
1349.97
4.6
967.67
5
5.42
6
3.40
44
Lampiran 6 a. Data holes paper selama produksi (Januari – Maret) Bulan Januari Hari ke 1
Defect (Kg) PM 1
PM 2
PM 3
0
0
500
Total (ton)
Total Produksi (ton)
% defect
0,5
368,582
0,136
2
0
0
300
0,3
354,856
0,085
3
0
200
0
0,2
416,205
0,048
4
0
0
0
0
358,604
0,000
5
0
0
127
0,127
321,843
0,039
6
100
100
400
0,6
308,630
0,194
7
0
0
100
0,1
0,029
8
0
200
300
0,5
345,309 375,570
0,133
9
0
0
0
0
339,371
0,000
10
0
0
0
0
285,434
0,000
11
0
0
100
0,1
372,932
0,027
12
0
0
500
0,5
353,895
0,141
13
200
0
0
0,2
334,540
0,060
14
0
0
300
0,3
318,863
0,094
15
0
0
0
0
357,216
0,000
16
0
250
300
0,55
304,809
0,180
17
0
0
0
0
336,072
0,000
18
0
0
0
0
366,357
0,000
19
0
0
0
0
385,575
0,000
20
0
0
600
0,6
360,632
0,166
21
0
0
500
0,5
321,936
0,155
22
0
200
0
0,2
390,385
0,051
23
0
0
300
0,3
386,749
0,078
24
0
0
100
0,1
362,124
0,028
25
0
300
0
0,3
342,769
0,088
26
0
200
0
0,2
266,540
0,075
27
0
0
200
0,2
361,987
0,055
28
0
100
800
0,9
356,547
0,25242099
29
0
100
100
0,2
372,348
0,05371314
30
0
100
100
0,2
354,444
0,05642645
31
0
400
600
1
311,701
0,32082076
45
Lampiran 6 b. Data holes paper selama produksi (Januari – Maret) Bulan Februari Hari ke 1
Defect (Kg)
Total (ton)
Total Produksi (ton)
% defect
100
0,1
243,73325
0,041028
0
stop
0
42,55
0
PM 1
PM 2
PM 3
0
0
2 3 4 STOP
5 6 7 8 9
stop
10
stop
0
stop
0
94,736623
0
11
stop
300
600
0,9
152,68503
0,589449
12
stop
0
0
0
179,85684
0
13
stop
0
400
0,4
234,62204
0,170487
14
stop
0
0
0
236,85749
0
15
stop
0
200
0,2
198,71107
0,100649
16
stop
0
200
0,2
241,85401
0,082695
17
stop
0
500
0,5
244,57918
0,204433
18
0
0
0
0
284,18661
0
19
900
0
100
1
319,45303
0,313035
20
100
0
0
0,1
305,92059
0,032688
21
300
0
0
0,3
319,03572
0,094033
22
0
0
100
0,1
386,40686
0,025879
23
0
0
0
0
242,2115
0
24
0
0
0
0
321,41548
0
25
400
400
0
0,8
309,24738
0,258693
26
100
300
0
0,4
344,71059
0,116039
27
400
0
400
0,4
347,24826
0,115191
28
200
0
300
0,5
326,25497
0,153254
29
200
200
0
0,4
346,77884
0,115347
46
Lampiran 6 c. Data holes paper selama produksi (Januari – Maret) Bulan Maret Hari ke
Defect (Kg)
Total (ton)
Total Produksi (ton)
% defect
0
336,093
0,000
PM 1
PM 2
PM 3
1
0
0
0
2
100
200
0
0,3
352,062
0,085
3
0
100
100
0,2
325,585
0,061
4
100
100
0
0,2
339,333
0,059
5
200
0
0
0,2
355,760
0,056
6
0
0
0
0
353,029
0,000
7
0
0
0
0
0,000
8
0
0
100
0,1
303,558 401,311
9
0
0
300
0,3
364,130
0,082
10
300
200
0
0,5
323,426
0,155
11
0
200
0
0,5
314,904
0,159
12
0
0
100
0,1
371,808
0,027
0,025
13
0
0
0
0
416,736
0,000
14
100
0
0
0,1
330,964
0,030
15
0
0
0
0
289,848
0,000
16
800
0
100
0,9
313,436
0,287
17
300
0
0
0,3
333,567
0,090
18
300
100
0
0,4
324,734
0,123
19
0
0
300
0,3
361,784
0,083
20
0
0
1300
1,3
301,904
0,431
21
Stop
stop
stop
22
Stop
stop
stop
23
300
0
0
0,3
365,206
0,082
24
0
0
0
0
357,022
0,000
25
0
0
100
0,1
368,275
0,027
26
0
500
100
0,6
312,962
0,192
27
200
0
0
0,2
402,274
0,050
47
Lampiran 7 a. Data dirty paper selama produksi (Januari – Maret) Bulan Januari Hari ke
Defect (Kg)
Total (ton)
Total Produksi (ton)
% defect
0
0
368,582
0
0
0
0
354,856
0
0
0
0
416,205
0
0
0
0
358,604
0
300
0
0
0,3
321,843
0,093213
0
0
0
0
308,630
0
7
0
400
500
0,9
345,309
0,260636
8
0
0
0
0
375,570
0
9
0
0
0
0
339,371
0
10
0
200
0
0,2
285,434
0,070069
11
0
0
0
0
372,932
0
12
0
0
0
0
353,895
0
13
0
0
0
0
334,540
0
14
0
0
0
0
318,863
0
15
0
0
0
0
357,216
0
16
0
250
0
0,25
304,809
0,082019
17
0
0
0
0
336,072
0
18
0
0
100
0,1
366,357
0,027296
PM 1
PM 2
PM 3
1
0
0
2
0
3
0
4
0
5 6
19
0
0
0
0
385,575
0
20
0
100
0
0,1
360,632
0,027729
21
200
0
0
0,2
321,93566
0,062124
22
200
100
0
0,3
390,38502
0,076847
23
0
0
0
0
386,74922
0
24
0
0
0
0
362,12391
0
25
100
0
0
0,1
342,76949
0,029174
26
0
0
0
0
266,5401
0
27
0
0
0
0
361,98706
0
28
0
0
0
0
356,54721
0
29
0
0
0
0
372,34835
0
30
0
100
0
0,1
354,4437
0,028213
31
0
0
0
0
311,70053
0
48
Lampiran 7 b. Data dirty paper selama produksi (Januari – Maret) Bulan Februari Defect (Kg)
Hari ke
PM 1 1
PM 2
Total (ton)
PM 3
0
0
0
Total Produksi (ton)
% defect
0
243,73325
0
0
42,55
0
2 3 4 STOP
5 6 7 8 9
stop
0
stop
10
stop
0
stop
0
94,736623
0
11
stop
0
0
0
152,68503
0
12
stop
100
0
0,1
179,85684
0,0556
13
stop
0
0
0
234,62204
0
14
stop
0
0
0
236,85749
0
15
stop
0
0
0
198,71107
0
16
stop
0
0
0
241,85401
0
17
stop
0
0
0
244,57918
0
0
200
0,2
284,18661
0,070376
18
0
19
0
0
0
0
319,45303
0
20
0
100
0
0,1
305,92059
0,032688
21
0
0
0
0
319,03572
0
22
0
0
0
0
386,40686
0
23
0
0
0
0
242,2115
0
24
300
0
0
0,3
321,41548
0,093337
25
0
0
0
0
309,24738
0
26
0
0
0
0
344,71059
0
27
0
0
400
0,4
347,24826
0,115191
28
0
0
0
0
326,25497
0
29
0
0
0
0
346,77884
0
49
Lampiran 7 c. Data dirty paper selama produksi (Januari – Maret) Bulan Maret Defect (Kg)
Hari ke
PM 1
PM 2
Total (ton)
PM 3
Total Produksi (ton)
% defect
1
0
500
0
0,5
336,093
0,149
2
0
0
0
0
352,062
0,000
3
0
0
0
0
325,585
0,000
4
0
0
0
0
339,333
0,000
5
100
0
0
0,1
355,760
0,028
6
0
100
0
0,1
353,029
0,028
7
0
0
0
0
0,000
8
0
0
0
0
303,558 401,311
9
0
0
0
0
364,130
0,000
10
0
0
0
0
323,426
0,000
11
0
0
0
0
314,904
0,000
12
0
0
0
0
371,808
0,000
13
0
0
0
0
416,736
0,000
14
0
0
0
0
330,964
0,000
15
0
0
0
0
289,848
0,000
16
0
0
0
0
313,436
0,000
17
0
200
0
0,2
333,567
0,060
18
0
100
0
0,1
324,734
0,031
19
0
100
0
0,1
361,784
0,028
20
0
100
0
0,1
301,904
0,033
21
Stop
22
Stop
stop
0,000
stop
stop
stop
23
0
0
0
0
365,206
0,000
24
0
0
0
0
357,022
0,000
25
0
0
0
0
368,275
0,000
26
0
0
0
0
312,962
0,000
27
0
0
300
0,3
402,274
0,075
50
Lampiran 8. Tabel distribusi normal Zα
.00
.01
.02
.03
.04
.05
.06
.07
.08
.09
1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3 4 5 6
.0668 .0548 .0446 .0359 .0287 .0228 .0179 .0139 .0107 .00820 .00621 .00466 .00347 .00256 .00187 .00135 .04317 .06287 .09987
.0655 .0537 .0436 .0351 .0281 .0222 .0174 .0136 .0104 .00798 .00604 .00453 .00336 .00248 .00181 .03988 .04207 .06170 .09530
.0643 .0526 .0427 .0344 .0274 .0217 .0170 .0132 .0102 .00776 .00587 .00440 .00326 .00240 .00175 .03687 .04133 .07996 .09282
.0630 .0516 .0418 .0336 .0268 .0212 .0166 .0129 .00990 .00755 .00570 .00427 .00317 .00233 .00169 .03483 .05854 .07579 .09149
.0618 .0505 .0409 .0329 .0262 .0207 .0162 .0125 .00964 .00734 .00554 .00415 .00307 .00226 .00164 .03337 .05541 .07333 .010777
.0606 .0495 .0401 .0322 .0256 .0202 .0158 .0122 .00939 .00714 .00539 .00402 .00298 .00219 .00159 .03233 .05340 .07190 .010402
0594 .0485 .0392 .0314 .0250 .0197 .0154 .0119 .00914 .00695 .00523 .00391 .00289 .00212 .00154 .03159 .05211 .07107 .010206
.0582 .0475 .0384 .0307 .0244 .0192 .0150 .0116 .00889 .00676 .00508 .00379 .00280 .00205 .00149 .03108 .05130 .08599 .010104
.0571 .0465 .0375 .0301 .0239 .0188 .0146 .0113 .00866 .00657 .00494 .00368 .00272 .00199 .00144 .04723 .06793 .08332 .011523
.0559 .0455 .0367 .0294 .0233 .0183 .0143 .0110 .00842 .00639 .00480 .00357 .00264 .00193 .00139 .04481 .06479 .08182 .011260
51
52