eJournal Administrasi Bisnis, 2016, 4 (1) : 128-141 ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG TERIGU CITARASA BAKERY PADA PT KALTIM MULTI BOGA UTAMA (KMBU) DI BONTANG Hayati Hidayah1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku tepung terigu Citarasa Bakery pada PT KMBU dan untuk mengetahui selisih antara biaya persediaan menurut PT KMBU dan biaya persediaan bahan baku menurut perhitungan analisis pengendaliaan bahan baku. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan penilitian lapangan, sedangkan alat analisis data yang digunakan penentuan besarnya Safety Stock, Perhitungan Quantity Pesanan menggunakan Economic Order Quantity (EOQ), Dari hasil analisis dan pembahasan, maka total biaya persediaan untuk bahan baku tepung terigu yang dikeluarkan perusahaan pada adalah sebesar Rp 817.430.000,- lebih besar dibandingkan dengan menggunakan perhitungan EOQ yang hanya sebesar Rp 634.519.475,- dengan demikian dapat menghemat biaya persediaan apabila perusahaan menggunakan metode EOQ. Kata Kunci : Persediaan, EOQ (Economic Order Quantity), SS (Safety Stock), ROP (ReOrder Point), LT (Lead Time) Pendahuluan Persediaan merupakan aspek yang sangat penting dalam perusahaan. Untuk itu, pengelolaan persediaan perlu diperhatikan dengan cara menerapkan sistem pengendalian persediaan yang tepat sehingga usaha dapat berjalan dengan efektif. Ristono (2009:29) menyatakan bahwa masalah persediaan merupakan masalah yang sangat penting bagi suatu perusahaan karena biasanya lebih kurang 40% dari total asset perusahaan diinvestasikan untuk masalah tersebut. Apabila masalah persediaan tidak dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan karena biaya yang tertanam dalam persediaan cukup besar. Masalah utama yang dikaitkan dengan pengendalian persediaan adalah jumlah bahan yang harus dipesan atau ditambahkan pada persediaan dan waktu yang dipakai untuk penambahan 1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Binis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu (Hayati Hidayah)
persediaan itu dilakukan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat memberikan keuntungan yang optimal, disamping itu harus ditetapkan jumlah persediaan pengaman (safety stock) yang cukup memadai untuk dapat meredam fluktuasi kebutuhan bahan baku yang ditimbulkan karena adanya fluktuasi permintaan produk oleh konsumen. PT Kaltim Multi Boga Utama (KMBU) merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Kaltim yang yang beralamat di Jl. James Simandjuntak Bontang yang memiliki skala usaha cukup kompleks dengan wilayah operasional yang cukup luas. Sebagai anak perusahaan Pupuk Kaltim, dahulu KMBU hanya mensuplai kebutuhan konsumsi karyawan Pupuk Kaltim. Namun sebagai perusahaan berkembang yang ingin bersaing di Kota Bontang, KMBU tidak hanya bergerak dibidang penyediaan makan untuk karyawan Pupuk Kaltim saja, tetapi juga membuka pelayanan catering untuk masyarakat umum, pemerintah dan instansi lain yang memerlukan pelayanan catering sesuai permintaan. Selain itu KMBU juga mulai mengembangkan unit usaha dibidang restaurant Indonesian food Bontang Kuring, Citarasa Minang, Rumah Boga dan Citarasa Bakery. Citarasa Bakery merupakan brand produk roti andalan KMBU yang mempunyai pangsa pasar yang cukup luas dengan produksi terpusat di kota Bontang. Citarasa menyediakan berbagai jenis bakery berkualitas dan harga terjangkau. Salah satu kegiatan Citarasa Bakery yang utama adalah memproduksi roti manis dengan menggunakan tepung terigu yang digunakan sebagai bahan dasar, dimana sejumlah persediaan dan penyimpanan ditempatkan pada KMBU. Jumlah kebutuhan yang dimiliki KMBU pada Citarasa Bakery Bontang dalam setahun rata-rata membutuhkan 287 sak tepung terigu selama sebulan, dengan satuan 1sak memuat 25kg tepung terigu,karena asumsi dari perusahaan membutuhkan bahan baku tepung terigu sebanyak 8 sampai 10 sak dalam 1 hari. Produksi roti manis ini dilakukan secara kontinyu karena dilihat dari outputnya, roti manis sangat digemari di kota Bontang dan sekitarnya. Hal ini membuktikan bahwa banyaknya pesanan mengakibatkan perusahaan harus terus mengadakan persediaan agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Jumlah pemakaian bahan baku tepung terigu pada Citarasa Bakery tahun 2013 selama satu tahun terjadi beberapa kali transaksi dengan jenis kuantitas yang berbeda-beda. Dari hasil pemakaian tepung terigu selama satu periode pada tahun 2013 totalnya adalah sebesar 3.850 sak tepung terigu. Dan pada tahun 2014 terdapat pemakaian tepung terigu selama satu periode dengan total 3.035 sak tepung terigu. Dengan persediaan bahan baku yang dimiliki Citarasa Bakery rata-rata sebesar 3.442 sak kurang dari yang dibutuhkan maka proses kelancaran produksi tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan konsumen dan kesempatan memperoleh laba. Disamping itu juga dapat mengakibatkan kerugian yang harus dibayarkan kepada karyawan yang
129
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 1, 2016: 128-141
menganggur dan mesin-mesin yang tidak beroperasi. Hal ini dikarenakan kebijakan dari perusahaan agar menghindari penumpukan bahan baku yang berlebihan yang dapat berakibat manambah besarnya modal yang tertanam didalamnya dan bahan baku yang menumpuk terlalu lama akan menyebabkan turunnya kualitas dari bahan baku yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas produk roti yang dihasilkan. Citarasa Bakery memiliki sejumlah persediaan bahan baku yang digunakan dalam memproduksi roti manis yang ditempatkan di gudang logistic yang berada di Jl. Oxygen Komplek PKT Bontang. Adapun selama ini perusahaan melakukan pengadaan persediaan hanya berdasarkan pengalaman jumlah pemakaian bahan baku tepung terigu pada periode sebelumnya. Apabila ada bahan baku yang dianggap kurang maka bagian lapangan akan membuat nota stock bahan baku roti manis yang dikirimkan kepada bagian logistic yang kemudian oleh bagian logistic akan diperiksa nota stock untuk menentukan bahan baku yang akan dibeli. Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu Citarasa Bakery Pada PT Kaltim Multi Boga Utama (KMBU) Di Bontang” Kerangka Dasar Teori Manajemen Menurut Hamalik (2008:16) manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Menurut Hasibuan (2007:2) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen Persediaan Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar, persediaan bahan mentah dan barang dalam proses diperlukan untuk menjamin kelancaran proses produksi, sedangkan barang jadi harus selalu tersedia sebagai “buffer stock” agar memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang timbul. Kepentingan-kepentingan dari sudut finansial sering kali bertolak belakang dengan kepentingan perusahaan untuk menyediakan persediaan dalam jumlah yang cukup besar guna mengurangi risiko kehabisan barang dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan produksi. Oleh karena itu perusahaan harus menetapkan suatu jumlah optimal dari persediaan agar dapat mengurangi pertentangan kedua kepentingan tersebut.
130
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu (Hayati Hidayah)
Menurut Keown, Scott, Martin dan Petty (2000:748) manajemen persediaan adalah pengontrolan asset digunakan dalam proses produksi atau diproduksi dijual dengan jalan normal dalam operasi perusahaan. Menurut Manullang (2005:50) manajemen persediaan merupakan kegiatan menentukan tingkat dan komposisi persediaan. Kegiatan tersebut akan membantu perusahaan dalam melindungi kelancaran produksi penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Menurut Yamit (2003:10) tujuan manajemen persediaan adalah meminimumkan biaya, oleh karena iu perusahaan perlu mengadakan analisis untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan biaya atau paling ekonomis. Berdasarkan uraian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa manajemen persediaan adalah suatu kegiatan atau proses yang bertujuan untuk mengelola persediaan bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi. Persediaan Setiap perusahaan biasa maupun industri selalu memerlukan persediaan. Sebab tanpa adanya persediaan para pengusaha akan menghadapi beberapa resiko bahwa sewaktu-waktu perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi keinginan para konsumennya. Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Persediaan adalah bagian yang sangat penting dalam suatu kegiatan bisnis alsannya adalah bahwa persediaan cenderung menyembunyikan persoalan. Dengan memecahkan masalah persediaan maka akan membuat persoalan menjadi sederhana, namun demikian persoalan uang sering muncul adalah persediaan yang mahal dikelola akibatnya kebijakan operasi yang bijaksana sangat diperlukan untuk mengelolah persediaan, sehingga tingkat persediaan dapat ditekan seminimal mungkin. Menurut Assauri (2008:238) alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan pabrik adalah karena : a. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan. b. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat skedul operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya. Secara umum, alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut : a. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan
131
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 1, 2016: 128-141
b.
Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tangga pengiriman. c. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat : 1) Kerusakan mesin 2) Kerusakan komponen 3) Tidak tersedianya komponen 4) Pengiriman komponen yang terlambat d. Untuk mencegah proses produksi yang tidak dapat diandalkan e. Untuk memanfaatkan diskon f. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang. Kegunaan Persediaan Menurut Rangkuti (2007:7) dalam bukunya Manajemen Persediaan kegunaan dari persediaan adalah sebagai berikut : Pada dasarnya persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, selanjutnya menyampaikan kepada langganan atau konsumen. Persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi, antara lain berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang b. Menghilangkan resiko barang yang rusak c. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan d. Mencapai penggunaan mesin yang optimal e. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen Menurut Assauri (2008:238) persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, antara lain berguna untuk dapat : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahanbahan yang dibutuhkan perusahaan. b. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. c. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. d. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. e. Mencapai penggunaan mesin yang optimal f.Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaikbaiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. g. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualan.
132
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu (Hayati Hidayah)
Jenis-jenis Persediaan Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Persediaan dapat dibedakan menjadi 5 yaitu : a. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perushaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. d. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. e. Persediaan barang jadi (finished good), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau dioleh dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan. Menurut Heizer dan Render (2010:82-83), untuk mengakomodasi fungsifungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan yaitu : a. Persediaan bahan mentah Persediaan bahan mentah (raw material inventory) telah dibeli, tetapi belum proses. Persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan decouple (memisahkan) pemasok dari proses produksi. Bagaimanapun juga, pendekatan yang lebih dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualitas, kuantitas, atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan. b. Persediaan barang setengah jadi Persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory) adalah komponen-komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus). Mengurangi siklus akan mengurangi persediaan. c. Persediaan pasokan pemeliharaan atau perbaikan atau operasi MRO adalah persediaan-persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi (maintenance, repair, operating-MRO) yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. MRO ada karena serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak diketahui. Walaupun permintaan akan MRO merupakan fungsi dari jadwal pemeliharaan, permintaan-permintaan MRO lainnya yang tidak terjadwal harus dapat diantisipasi.
133
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 1, 2016: 128-141
d.
Persediaan barang jadi Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukan kepersediaan karena permintaan pelanggan dimasa mendatang tidak diketahui. Biaya-biaya Persediaan Menurut Haming dan Nurnajamuddin mengemukakan bahwa, “biaya persediaan terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. a. Biaya variabel persediaan meliputi : 1) Ordering cost (biaya pemesanan), meliputi biaya menunggu permintaan pembeliaan, penyampaian pemesanan pembelian, dan yang berhubungan dengan biaya akuntansi, serta biaya penerimaan dan pemeriksaan pesanan. 2) Storange or holding (biaya penyimpanan), atau carrying cost adalah biaya atas persediaan yang terjadi sehubungan dengan penyimpanan sejumlah persediaan tertentu dalam perusahaan. b. Selanjutnya, yang dipandang sebagai biaya tetap persediaan adalah harga dari persediaan itu sendiri. Dalam hal ini, harga dipandang sebagai biaya tetap karena pendekatan yang dipakai dalam biaya persediaan adalah harga persediaan yang diketahui tetap dan tidak berubah. Menurut Pardede (2005:7-8) biaya-biaya persediaan (inventory cost), adalah segala biaya yang timbul sebagai akibat dari diadakannya persediaan. Biaya persediaan dapat dikelompokkan atas : a. Biaya pembelian atau pembuatan adalah biaya yang harus dikeluarkan supaya bahan-bahan yang bersangkutan tersedia untuk digunakan. b. Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan agar bahan-bahan yang dibutuhkan siap untuk dibeli atau dibuat. c. Biaya penahanan adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengelola persediaan bahan-bahan sejak bahan-bahan itu diterima hingga diserahkan kebagian pengolahan. d. Biaya darurat adalah biaya tambahan yang timbul apabila persediaan sudah habis tetapi masih ada permintaan yang belum dipenuhi. e. Biaya modal atau biaya peluang adalah peluang yang hilang karena tidak menggunakan modal untuk penanaman (investment) yang lebih baik berikutnya (next best alternative of investment opportunity) melainkan menggunakannya untuk penggunaannya untuk pengadaan persediaan. f. Biaya kegagalan pendayagunaan sumberdaya adalah biaya yang timbul dalam bentuk peluang yang hilang karena perusahaan tidak dapat mendayagunakan sumber daya secara penuh karena kekurangan bahanbahan. Economic Order Quantity (EOQ) Dalam menentukan kebijaksanaan penyediaan bahan dasar yang tepat dalam arti agar tidak mengganggu proses produksi, ada beberapa metode untuk
134
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu (Hayati Hidayah)
melakukan manajemen persediaan, salah satunya adalah dengan cara titik pesanan ekonomis yang disebut metode Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Rangkuti (2007:11) Economic Order Quantity (EOQ) adalah sejumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah. Menurut Riyanto (2011:78) Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Sedangkan menurut Assauri (2008:256) Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang dimiliki jumlah “ordering cost” dan “carrying cost” per tahun yang paling minimal. Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah pembelian persediaan yang dilakukan dengan efisien agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin. Safety Stock Menurut Rangkuti (2007:10) pengertian persediaan pengaman (Safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock out). Menurut Assauri (2008:186) yaitu persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock out). Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2007:16), safety stock adalah unit persediaan yang harus ada dalam perusahaan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan. Menurut Pardede (2005:416) Persediaan pengamanan (buffer stock) adalah persediaan untuk mengatasi ketidakpastian permintaan, masa tunggu, dan penawaran. Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa Safety stock adalah persediaan yang diadakan untuk menjaga agar tidak terjadi kehabisan persediaan atau stock out. ReOrder Point (ROP) Selain memperhitungkan konsep EOQ, perusahaan juga perlu memperhitungkan kapan harus dilakukan pemesanan kembali (ReOrder Point). Pengertian ReOrder Point (ROP) menurut Rangkuti (2004:83) adalah strategi operasi persediaan merupakan titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan sehubungan dengan adanya Lead Time dan Safety Stock. Sedangkan menurut Riyanto (2010:83) ReOrder Point adalah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu dimana persediaan diatas Safety Stock sama dengan nol.
135
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 1, 2016: 128-141
Menurut Assauri (2008:196) ReOrder Point (ROP) adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali. Definisi Konsepsional Definisi konsepional adalah kumpulan definisi atau pengertian yang terkandung dalam topik atau judul penelitian yang penulisannya disesuaikan dengan maksud peneliti itu sendiri terhadap variabel-variabel yang diteliti, sehingga jelas batasannya walaupun dalam bentuk yang masih abstrak dan belum bisa diukur. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan manajerial dan ekonomi dimana pendekatan ini terdiri dari perumusan masalah, penyusunan model, mendapatkan data , mencari solusi, menganalisa, dan mengimplementasikan hasil (Kuncoro, 2011:3) Sebagai tahap awal pendekatan terhadap tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penulis perlu memberikan penjelasan indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini dalam usaha memecahkan masalah yang telah dikemukakan pada bab terdahulu. Definisi operasional variabel menurut Sugiyono (2013:58) merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan memberi arti atau mengspesifikasikan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk variabel tersebut. PT. KMBU adalah produsen berbagai jenis bakery berkualitas dengan harga terjangkau. KMBU berlokasi di Jl. James Simandjuntak Bontang dengan wilayah operasional yang cukup luas terbukti dengan memiliki dua outlet penjualan di Kota Bontang, satu di Kota Sangatta, dan satu di Kota Samarinda. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengisian kuesioner oleh responden. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidang langsung, baik berupa keterangan maupun literatur yang ada hubungannya dengan penelitian. Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan penulis untuk memperoleh data masukan yang ada dalam penelitian, digunakan beberapa cara atau metode yang dimaksudkan agar dapat lebih meyakinkan terhadap
136
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu (Hayati Hidayah)
kebenaran yang akan penulis kemukakan, sedangkan langkah-langkah yang penulis pergunakan adalah: a. Field Work Research (penelitian lapangan), yaitu merupakan penelitian yang dilakukan langsung kepada objek yang diteliti penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut : 1) Observasi Dengan teknik ini penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan secara langsung ke lapangan guna untuk mendapatkan data yang lebih akurat. 2) Wawancara Dengan teknik ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak yang bersangkutan guna mengumpulkan data-data serta informasi untuk kelengkapan data yang ada. b. Library research (studi kepustakaan), yaitu merupakan cara pengumpulan data dengan membaca buku-buku yang ada di perpustakaan khususnya yang berkaitan dengan manajemen persediaan yang secara teoritis dapat menjadi landasan bagi penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini. Dalam penulisan ini alat analisis yang digunakan untuk menentukan persediaan bahan baku meliputi analisis EOQ (Economic Order Quantity), Penentuan ROP (ReOrder Point), serta besarnya biaya persediaan. Hasil Penelitian Pemakaian bahan baku tepung terigu selama ini adalah sebanyak 3.442 sak. Apabila jumlah frekuensi menurut perusahaan sebanyak 47 kali maka ratarata quantity setiap kali pesannya adalah sebanyak 73 sak, dengan nilai persediaan quantity pemesanan 73 sak x Rp 182.000,- = Rp 13.286.000,- di setiap kali pemesanan. Biaya pembelian tepung terigu selama ini adalah sebesar 3.442 x Rp 182.000,- = Rp 626.444.000,- biaya pesan Rp 208.200,untuk satu purchase order dan biaya penyimpanan selama 1 tahun adalah Rp 15.100.050,Menurut perhitungan dengan menggunakan metode EOQ, pesanan ekonomis setiap kali pesan selama ini adalah sebanyak 177 sak sehingga untuk frekuensi pemesanan selama setahun adalah 19 kali pesan. maka rata-rata nilai persediaan setiap kali pesan adalah 177 sak x Rp 182.000,- = Rp 32.214.000,biaya pembelian tepung terigu selama ini dan biaya pesan setiap kali pesan adalah sama dengan perhitungan perusahaan, dan untuk biaya simpan pertahun jika menggunakan metode ini adalah sebesar Rp 4.026.750,Sesuai dengan rumus yang ada total biaya persediaan tepung terigu per tahun menurut perusahaan sebesar Rp 817.430.000,- sedangkan total biaya persediaan minimum per tahun dengan menggunakan EOQ adalah sebesar Rp 634.519.475,- sehingga selisih yang terjadi diantaranya adalah sebesar Rp
137
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 1, 2016: 128-141
182.910.525,-. Hasil ini menunjukkan angka yang sangat signifikan yang dapat menjadikan acuan dalam upaya efisiensi biaya dalam perusahaan. Pengelolaan persediaan bahan baku tepung terigu yang dilakukan oleh citarasa bakery pada KMBU di Bontang selama ini belum optimal. Hal ini terjadi karena adanya persediaan yang minim di dalam gudang dan pemasok bahan baku yang terbatas sehingga kebutuhan bahan baku selama ini belum terpenuhi dengan baik. Pengendalian persediaan bahan baku tepung terigu citarasa bakery juga belum efisien dari segi biaya persediaan bahan baku. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Pengelolaan persediaan oleh citarasa bakery berusaha mencapai keseimbangan antara kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku dalam suatu periode perencanaan yang mengandung resiko atau ketidakpastian. Kekurangan bahan baku dapat menghambat produksi atau merubah jadwal produksi, sedangkan kelebihan persediaan bahan baku menyebabkan peningkatan biaya dan penurunan laba. Selama ini perusahaan melakukan pengadaan persediaan berdasarkan ramalan pemasaran dari tepung terigu itu sendiri dan juga pengalaman jumlah persediaan periode sebelumnya, tanpa menggunakan metode khusus Economic Order Quantity (EOQ) dalam manajemen persediaannya. Apabila perusahaa tidak menggunakan metode EOQ dalam mengendalikan persediaan bahan bakunya, maka akan berdampak negatif pada perolehan laba yang seharusnya dapat dicapai perusahaan secara optimal disetiap tahunnya. Pengelolaan persediaan bahan baku tepung terigu yang dilakukan oleh citarasa bakery pada KMBU di Bontang selama ini belum optimal. Hal ini terjadi karena adanya persediaan yang minim di dalam gudang dan pemasok bahan baku yang terbatas sehingga kebutuhan bahan baku selama ini belum terpenuhi dengan baik. Pengendalian persediaan bahan baku tepung terigu citarasa bakery juga belum efisien dari segi biaya persediaan bahan baku. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Pengelolaan persediaan oleh citarasa bakery berusaha mencapai keseimbangan antara kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku dalam suatu periode perencanaan yang mengandung resiko atau ketidakpastian. Kekurangan bahan baku dapat menghambat produksi atau merubah jadwal produksi, sedangkan kelebihan persediaan bahan baku menyebabkan peningkatan biaya dan penurunan laba. Selama ini perusahaan melakukan pengadaan persediaan berdasarkan ramalan pemasaran dari tepung terigu itu sendiri dan juga pengalaman jumlah persediaan periode sebelumnya, tanpa menggunakan metode khusus Economic Order Quantity (EOQ) dalam manajemen persediaannya.
138
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu (Hayati Hidayah)
Apabila perusahaa tidak menggunakan metode EOQ dalam mengendalikan persediaan bahan bakunya, maka akan berdampak negatif pada perolehan laba yang seharusnya dapat dicapai perusahaan secara optimal disetiap tahunnya. Tujuan persediaan secara terperinci menurut Assauri (2004:177) dapat dinyatakan sebagai berikut yaitu untuk menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya produksi, menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar, dan menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pesanan menjadi besar. Dengan perencanaan dan pengendaliaan yang baik akan berpengaruh terhadap kualitas bahan baku tersebut, sehingga diharapkan tidak ada lagi bahan baku yang disimpan terlalu lama digudang, hal ini juga menjadi pembelanjaan yang tidak efektif, karena investasi yang tertanam pada persediaan terlalu besar. Kekurangan persediaan seperti mahalnya harga karena membeli dalam partai kecil, terganggunya proses produksi dan tidak tersedianya produk untuk pelanggan, akibat dari ini semua akan berpengaruh terhadap pemasaran produk tersebut. Apabila perusahaan tidak memiliki persediaan produk yang memadai, akibat dari kekurangan bahan baku akan berdampak negatif yaitu konsumen membeli dari pesaing, hal ini akan menimbulkan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan selama persediaan tidak ada. Kemudian loyalitas pelanggan hilang, dan ini yang paling bermasalah. Jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah menjadi pelanggan tetap pesaing, artinya perusahaan kehilangan konsumen dalam jangka waktu yang lama. Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengoptimalkan pembelian bahan baku yang dapat menekan biaya-biaya persediaan sehingga efesiensi persediaan bahan baku dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Penggunaan metode EOQ dapat membantu perusahaan dalam menentukan jumlah unit yang dipesan agar tercapai biaya pemesanan dan biaya penyimpanan seminimal mungkin. Dengan menggunakan metode EOQ dalam proses persediaan bahan baku, perusahaan dapat meminimalisir resiko yang ditimbulkan oleh persediaan. Hal tersebut juga dapat membuat perusahaan mendapatkan atau meraih tujuan yang diinginkan, yaitu memperoleh laba secara optimal. Penggunaan metode EOQ pada perusahan adalah untuk mengetahui berapa besar kuantitas yang harus dipesan dan berapa kali harus melakukan pemesanan supaya biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan seminimal mungkin. Namun terdapat kendala dalam penyimpanan bahan baku yang dialami oleh perusahaan yaitu kondisi gudang yang belum maksimal sehingga perusahaan harus berbenah gudang agar dapat menampung bahan baku tepung terigu dan umur teknis penyimpanan tepung terigu yang masih layak untuk
139
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 1, 2016: 128-141
diproduksi adalah berkisar 5-8 bulan apabila penyimpanan dialasi papan atau penyangga, gudang mempunyai ventilasi yang baik agar memungkinkan pertukaran udara segar dan terhindar dari sinar matahari langsung, udara tidak boleh terlalu kering dan tidak mudah lembab, suhu yang baik adalah berkisar antara 19C-24C dan terhindar dari hama seperti kecoak, tikus dan lain-lain sehingga tepung terigu dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Apabila kendala tersebut dapat ditangani, hal ini dapat memperbaiki manajemen perusahaan dalam pengelolaan persediaan tepung terigu. Berdasarkan perhitungan dalam analisis sebelumnya dapat diketahui bahwa jumlah pemesanan yang paling ekonomis (sesuai dengan economic order quantity) dari bahan baku tepung terigu selama ini adalah 177 sak. Artinya dalam setiap kali melakukan pembelian perusahaan harus memesan tepung terigu sebanyak 177 sak. Sehingga apabila disesuaikan dengan kebutuhan akan bahan baku tepung terigu maka pemesanan dilakukan sebanyak 19 kali. Frekuensinya lebih sedikit dari pemesanan yang dilakukan oleh pihak perusahaan dimana pemesanan terjadi setiap bulannya, sehingga frekuensi pemesanan mencapai 47 kali apabila tidak menggunakan metode economic order quantity. Sedangkan pemesanan kembali bahan baku tepung terigu (ReOrder Point) dilakukan apabila jumlah persediaan mencapai 98 sak. Penghematan biaya juga terjadi pada hasil akhir yaitu total biaya persediaan per tahun. Selisih yang terjadi diantara keduanya adalah Rp 182.910.525,-.. Artinya biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dari biaya persediaan menurut perhitungan EOQ. Dari analisis dan pembahasan, maka dapat dikatakan bahwa terdapat selisih biaya persediaan yang terjadi pada perusahaan dengan menggunakan metode economic order quantity (EOQ )dan dapat dijadikan acuan dalam upaya efisiensi biaya dalam perusahaan. Penutup Pengelolaan persediaan bahan baku tepung terigu yang dilakukan oleh citarasa bakery pada KMBU di Bontang selama ini belum optimal. Dengan menggunakan metode EOQ, Citarasa Bakery dapat mengendalikan persediaan dengan menentukan biaya yang paling optimal dalam persediaan bahan baku tepung terigu. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, dengan cara membandingkan biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan dengan biaya persediaan yang dihitung melalui metode economic order quantity (EOQ), maka dapat diketahui bahwa biaya persediaan yang ditanggung oleh perusahaan terdapat selisih biaya persediaan sebesar Rp 182.910.525,- dengan demikian dapat menghemat biaya persediaan apabila perusahaan menggunakan metode EOQ. Apabila perusahaan ingin persediaan bahan baku tepung terigu berjalan optimal, sebaiknya perusahaan memperhatikan kondisi gudang sehingga
140
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu (Hayati Hidayah)
pengelolaan persediaan dapat dimaksimalkan, selain itu perusahaan disarankan untuk melakukan pembenahan gudang untuk penyimpanan bahan baku tepung terigu sehingga dapat memperbaiki manajemen dalam pengelolaan persediaan perusahaan dengan melakukan analisis perhitungan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ). Apabila perusahaan menggunakan metode EOQ (economic order quantity) maka perusahaan bisa melakukan penghematan biaya persediaan sehingga perusahaan akan mencapai laba yang lebih optimum karena dapat menghemat biaya setiap tahunnya. Daftar Pustaka Assauri, Sofjan. 2008. “Manajemen Produksi dan Operasi”. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hamalik, Oemar. 2008. “Manajemen Pengembangan Kurikulum”. Bandung: Rosda. Haming, Murdifin & Nurnajamuddin, Mahfud. 2007. “Manajemen produksi modern”. Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan, Malayu S.P. Haji. 2007. “Manajemen”. Jakarta: Bumi Aksara. Heizer, Jay & Render, Barry. 2010. “Manajemen Operasi”. Jakarta: Salemba Empat. Kuncoro, Mudrajad. 2011. “Metode Kuantitatif”. Edisi Keempat, Yogyakarta UPP-STIM YKPN. Manullang, M. 2005. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Yogyakarta: Andi. Nasution, Arman Hakim & Prasetyawan, Yudha. 2008. “Perencanaan dan pengendalian produksi”. Yogyakarta. Pardede, Pontas. M. 2005. “Manajemen Operasi dan Produksi”. Yogyakarta: Andi Prawirosentono, Suyadi. 2001. “Manajemen Operasi Analisis dan Studi Kasus”. Jakarta: Bumi Aksara. Rangkuti, Freddy. 2007. “Manajemen Persediaan”. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Reksohadiprodjo, Sukanto, 2003. “Manajemen Produksi dan Operasi Edisi 2”. BPFE-Yogyakarta. Rianto, Bambang. 2010. “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”. BPFEYogyakarta. Ruslan, Rosady, 2006. “Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi”. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Siswanto, H.B. 2005. “Pengantar Manajemen”. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiono. 2013. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Alfhabeta. Yamit, Zulian. 2003. “Manajemen Persediaan”. Jakarta: ekonisia.
141