ANALISIS PENGARUH REDENOMINASI TERHADAP PERMINTAAN KONSUMEN PADA KONDISI PEREKONOMIAN INFLASI RENDAH
MUHAMMAD KUNTO ADI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen pada Kondisi Perekonomian Inflasi Rendahadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Muhammad Kunto Adi NIM H14090097
ABSTRAK Muhammad Kunto Adi. Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen pada Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah. Dibimbing oleh Bambang Juanda. Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang dengan mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut.Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh redenominasi terhadap perubahan harga, jumlah transaksi,serta nilai transaksi pada kondisi perekonomian inflasi rendah dan juga mengkaji alternatif kebijakan untuk mengatasi pengaruh redenominasi.Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil percobaan ekonomi.Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan uji T serta analisis deskriptif. Redenominasi meningkatkan jumlah transaksi pada barang elastis karena adanya kecenderungan penurunan harga,sedangkan barang inelastis akan mengalami penurunan jumlah transaksi karena adanya kecenderungan kenaikan harga.Redenominasi meningkatkan harga pada saat pertumbuhan rendah serta menurunkan harga pada saat pertumbuhan tinggi untuk barang elastis.Redenominasi meningkatkan nilai transaksi untuk barang elastis serta menurunkan nilai transaksi untuk barang inelastis. Kata kunci:Redenominasi, Rancangan Percobaan, Uji T.
ABSTRACT MUHAMMAD KUNTO ADI. Analysisof Redenomination Effect on Consumer Demand in Economic Conditions of Low Inflation. Supervised by Bambang uanda. Redenomination is a simplification of the currency by reducing the digit (number zero) without reducing the value of the currency . The purpose of this study is to see the influence of redenomination to price changes, quantity, and value of transactions in economic condition of low inflation and also to find counter the effects of alternative policies redenomination. Data used are primary data obtained from the results of an economic experiment. Analysis tool used is using T test and descriptive analysis.. Redenominationincrease the number oftransactionsingoodselasticbecause ofthe declining trend ofprices, while theinelasticgoodswill decreasethe number of transactionsbecause ofthe increasing trend ofprices.Redenominasi increase the price at the time of low growth and lower the price at the time of high growth for elastic goods.Redenominationalsoincrease the value oftransactionsforelastic goodsand decrease the value oftransactionsforinelastic goods. Keywords:Redenominasi, Design Experimental, T-test.
ANALISIS PENGARUH REDENOMINASI TERHADAP PERMINTAAN KONSUMEN PADA KONDISI PEREKONOMIAN INFLASI RENDAH
MUHAMMAD KUNTO ADI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Judul Skripsi :Analisis Total Factor Productivity Sektor Industri Beberapa FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN Wilayah di Indonesia Nama : Sonya Puspa Triani INSTITUT PERTANIAN BOGOR NIM : H14090032 BOGOR 2013
Judul Skripsi: Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah Nama : Muhammad Kunto Adi NIM : H14090097
Disetuui Oleh
Prof.Dr. lr.Bambang Juanda, M, Si
Pembimbing
Diketahui oJeh
Tanggal Lulus:
0 1 AU G 2013
Judul Skripsi :Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah Nama : Muhammad Kunto Adi NIM : H14090097
Disetuui Oleh
Prof.Dr. Ir.Bambang Juanda, M, Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah pelaksanaan kebijakan redenominasi, dengan judul Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah. Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Whisnu Eko Putro, S.T dan Ibu Muninggar Tresnosari, S.Akun. Selain itu, penulis juga ucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M. Si selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 2. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 3. Bapak Adit, Bu Luh, Pak Asep,selaku mahasiswa PWD atas saran dan bimbingannya. 4. Teman-teman satu bimbingan, Rheza Prasetya,Ria Rizkiani, dan Mellida Rahmat Gustini, Andika Pambudi, dan Danti Astrini telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi, dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 5. Sahabat penulis Gina Annisa, Jajang Arif, DimasPrasetya, Adrian Wator, Bronson Marpaung, Ardi Subekti, Bram A, Widy Purnama, Fuad, SetyaRheza, Farhana yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis. 6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 45, 46, 47, dan 48 terima kasih atas doa dan dukungannya. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013 Muhammad Kunto Adi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
Error! Bookmark not defined.
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
Tinjauan Pustaka
5
Konsep Elastisitas Harga
5
Perubahan Nilai Rupiah
5
Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi
6
Percobaan Ekonomi
7
Percobaan Ekonomi Dalam Kajian Kebijakan Ekonomi
8
Penelitian Terdahulu
9
Kerangka Pemikiran
10
Hipotesis
11
METODE
11
Jenis dan Sumber Data
11
Rancangan Simulasi Percobaan
11
Prosedur Percobaan
13
Metode Analisis
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga
15
Implikasi Kebijakan Redenominasi terehadap Perubahan Jumlah Transaksi
19
Implikasi Kebijakan Redenominasi terehadap Perubahan Nilai Transaksi
22
Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Redenominasi
25
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
26 26
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
29
RIWAYAT HIDUP
54
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi Hipotesis untuk uji nilai tengah beda dua populasi Hasil uji-tperubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Hasil uji-tperubahan harga pada barang elastis dan inelastis Hasil uji-tperubahan harga untuk barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Hasil uji-tperubahan harga untuk barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Hasil uji-tperubahan jumlah transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Hasil uji-tperubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis Hasil uji-tperubahan jumlah transaksi untuk barang inelastis dan elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Hasil uji-tperubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Hasil uji-tperubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis Hasil uji-tperubahan nilai transaksi untuk barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Hasil uji-tperubahan nilai transaksi untuk barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
1 12 14 15 16 17 17 18 19 21 22 23 24 24
DAFTAR GAMBAR 1 Skema kerangka pemikiran penelitian 2 Perbandingan perubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 3 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis 4 Plot data perubahan harga untuk barang elastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 5 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 6 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 7 Plot data perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis 8 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis 9 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis pada kondisip pertumbuhanekonomi rendah dan tinggi 10 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 11 Plot data perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis 12 Perbandinganperubahan nilai transaksi pada barang elastis dan Inelastis
10 15 16 17 18 19 20 20 21 22 23 24
13 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada barang elastis daninelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomirendah dan tinggi
25
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Data hasil percobaan Hasil uji kesamaanragam Hasil uji beda dua nilai tengah Daftar unit cost danunit value Instruksi percobaan Lembar keputusan Plot data Perkembangan harga tiap ulangan
29 29 33 36 38 46 48 51
PENDAHULUAN Latar Belakang Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang dengan mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Redenominasi ini dinilai tidak akan memberikan dampak terhadap masyarakat karena daya belinya tetap sama.Tujuan dari redenominasi ini antara lain menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan transaksi serta mempersiapkan kesetaraan ekonomi secara regional dengan negara lain. Sejak tahun 1923, setidaknya sudah 50 negara yang telah melakukan redenominasi, diantaranya ada yang dianggap sukses dan gagal. Negara-negara yang dianggap berhasil menerapkan redenominasi adalah Turki, Rumania, Polandia, dan Ukraina. Sementara, negara-negara yang gagal meredenominasi mata uang diantaranya adalah Brazil, Israel, Rusia, Korea Utara, dan Zimbabwe. Ada beberapa negara yang melakukan redenominasi dalam beberapa tahap, seperti Brazil dan Serbia Montenegro sebanyak empat kali serta Israel dan Argentina sebanyak enam kali. Salah satu indikator keberhasilan penerapan redenominasi adalah tingkat inflasi setelah kebijakan tersebut diterapkan. Sebagai contoh, tingkat inflasi di Turki dan Rumania menjadi lebih rendah (satu digit/creeping inflation) dan stabil dibandingkan sebelumnya. Redenominasi akan dianggap gagal jika mengalami hiperinflasi setelah kebijakan diterapkan. Wacana mengenai penyederhanaan dan penyetaraan nilai Rupiah atau disebut redenominasi di Indonesia sendiri dilontarkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution, pada tanggal 3 Agustus 2010. Redenominasi yang direncanakan tersebut akan menghilangkan tiga angka nol pada nilai uang, barang, maupun upah.. Karena yang berubah hanya nilai nominal uang sedangkan nilai riil tetap, maka diharapkan tidak akan ada penurunan daya beli masyarakat (nilai uang terhadap barang) melalui penyederhanaan nilai mata uang. Tabel 1. Inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia Pertumbuhan Tahun Ekonomi(%) Inflasi (%) 2002 5,34 11,87 2003 3,90 6,58 2004 4,25 6,24 2005 5,45 10,45 2006 6,10 13,10 2007 6,56 6,40 2008 6,71 9,77 2009 4,64 4,81 2010 6,93 5,13 2011 6,45 5,35 Sumber : Worldbank 2002-2011
2 Alasan melakukan redenominasi adalah untuk penyederhanaan dalam pencatatan nilai transaksi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin cepat akan meningkatkan perputaran uang dengan nilai yang makin meningkat. Peningkatan ini berdampak pada pencatatan digit yang makin banyak di setiap transaksi yang terjadi sehingga menyulitkan sejumlah pihak dalam pencatatan keuangannya, karena software yang tersedia saat ini hanya mampu mencatat 11 digit angka . Nilai nominal yang terlalu besar seolah-olah mencerminkan bahwa di masa lalu negara pernah mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental perekonomian yang kurang baik (Kesumajaya, 2011). Jika suatu negara mengalami hal yang demikian, maka masyarakat akan kurang percaya untuk memegang mata uang domestik serta rendahnya kredibilitas kebijakan pemerintah baik fiskal maupun moneter. Selain sebagai alat pembayaran, mata uang diyakini juga merupakan salah satu simbol kedaulatan atau sovereignity sebuah bangsa dan negara. Oleh karena itu, mata uang perlu dihormati secara nasional maupun internasional. Saat ini Rupiah memiliki pecahan tertinggi sebesar Rp 100.000, kedua tertinggi setelah mata uang Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Lalu, jika terus mengalami inflasi yang tinggi tiap tahunnya maka diperkirakan akan butuh pecahan Rp 200.000 bahkan Rp 1.000.000. Jika hal itu terjadi maka nilai uang terhadap barang akan semakin rendah (Amir, 2011). Rencana untuk melaksanakan redenominasi di Indonesia sekarang ini dinilai sudah tepat. Ini dikarenakan kondisi-kondisi makroekonomi di Indonesia yang sudah stabil setelah krisis global tahun 2008-2009 dimana variabel makroekonomi seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan . Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 dimana inflasi pada tahun 2009 turun menjadi 4,81% setelah pada tahun 2008 sebesar 9,78%. Hal yang sama terjadi terhadap pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 naik menjadi sebesar 6,93% setelah sebelumnya sebesar 4,65%. Penetapan redenominasi tentu akan mempengaruhi berbagai dimensi, baik sisi ekonomi, politik maupun kemasyarakatan. Efek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena bersifat saling mempengaruhi. Redenominasi dapat memicu inflasi apabila terjadi efek psikologi dalam masyarakat dimana mereka terserang kepanikan sehingga akan ada spekulasi menyimpan barang dan menaikkan harga. Hal ini terjadi apabila tidak dilakukan sosialisi secara menyeluruh. Kepanikan masyarakat tersebut akan mendorong masyarakat untuk tidak memegang Rupiah dan lebih memilih untuk membelanjakan uang mereka menjadi aset. Dengan demikian akan berlaku hukum supply-demand yang mendorong terjadinya kenaikan harga aset-aset tersebut. Selain itu kepanikan tersebut bisa mendorong masyarakat untuk lebih memilih memegang mata uang asing yang lebih terpercaya. Keadaan ini tentu akan membuat nilai rupiah terdepresiasi. Rupiah yang terdepresiasi bermakna bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menjadi lebih rendah dan mengindikasikan daya saing dalam negeri menurun dibandingkan asing. Redenominasi juga dapat menyebabkan inflasi dikarenakan adanya pembulatan ke atas atau ke bawah apabila tidak terdapat pecahan kecil untuk mata uang baru. Pada uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa redenominasi ini dapat menyebabkan inflasi. Hal ini disebabkan oleh adanya pembulatan ke atas untuk harga-harga barang tertentu. Pembulatan ke atas ini umumnya terjadi untuk
3 barang-barang inelastis seperti makanan pokok karena para penjual cenderung untuk menaikkan harganya demi meraih keuntungan yang lebih besar. Penjual dapat melakukan ini karena walaupun mereka meningkatkan harganya, konsumen tetap akan membelinya karena barang-barang tersebut merupakan kebutuhan pokok mereka. Inflasi akibat adanya pembulatan keatas ini dapat mengganggu stabilitas nasional. Hal ini disebabkan makanan pokok seperti beras merupakan komoditi yang menyangkut nasib sebagian besar masyarakat. Walaupun saat ini Bank Indonesia bersama pemerintah sudah dalam tahap penyusunan RUU Redenominasi, masih banyak kalangan yang menganggap RUU Perubahan Harga Rupiah tidak perlu menjadi prioritas. Pro dan kontra terhadap wacana kebijakan redenominasi mencerminkan suatu spekulasi publik terhadap ketidakpastian dampak yang akan terjadi jika dilakukan redenominasi pada mata uang Rupiah, terutama terkait dengan potensi terjadinya inflasi akibat pembulatan ke atas. Perdebatan ini sulit untuk dipecahkan dengan metode survey atau kajian data sekunder, karena data belum ada di lapang. Oleh karena itu, kajian mengenai dampak yang akan ditimbulkannya perlu dikaji secara ilmiah melalui metode percobaan. Metode percobaan adalah cara yang sangat baik untuk membangkitkan data yang kualitasnya lebih baik dari metode survey dan mampu mengendalikan faktor-faktor yang mengganggu hubungan sebab akibat (Juanda, 2010). Dalam metode percobaan, interaksi antara para pelaku ekonomi dalam membuat keputusan dapat memberikan gambaran mengenai dampak kebijakan redenominasi, karena menurut Juanda (2010) data hasil percobaan akan lebih mudah diinterpretasi dalam menyimpulkan hubungan sebab akibat dibandingkan data hasil survey atau data historis (sekunder).
Perumusan Masalah Ketika suatu negara berencana menerapkan redenominasi, ada tiga faktor penting yang menjadi pertimbangan yaitu: nilai tukar, tingkat inflasi, dan bentuk pemerintahan. Dari ketiga faktor tersebut, tingkat inflasi yang tinggi merupakan faktor utama (most dominant driving factor) yang mendorong suatu negara memutuskan untuk melakukan redenominasi mata uang (Suhendra dan Handayani, 2012). Jika negara mengalami hiperinflasi, pemerintah akan sulit dalam mendapatkan kepercayaan dari pasar domestik dan internasional. Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan semakin rendahnya nilai mata uang, sehingga akan dibutuhkan denominasi (nilai) mata uang yang besar dalam setiap transaksi perekonomian. Dengan kata lain, inflasi yang tinggi menjadi indikasi ketidakmampuan pemerintah dalam menyeimbangkan anggaran dan bank sentral dalam melakukan kebijakan moneter. Kondisi ekonomi Indonesia sekarang ini sedang dalam kondisi yang sangat bagus. Setelah krisis yang melanda dunia pada tahun 2008-2009, perekonomian Indonesia terus membaik dimana inflasi Indonesia padatahun 2009 turun menjadi 5% setelah pada tahun 2008 sebesar kisaran 9%. Hal inilah yang menjadikan wacana untuk melakukan redenominasi sekarang ini dinilai tepat. Tetapi walaupun dari segi perekonomian sudah baik,kebijakan redenominasi ini masih saja menjadi pro-kontra dimana ada yang mendukung kebijakan redenominasi ini dan ada juga yang menentangnya.
4 Berdasarkan pemaparan tersebut,maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga ratarata, perubahan jumlah transaksi, perubahan nilai transaksi pada kondisi ekonomi inflasi rendah? 2. Alternatif kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi mata uang Rupiah? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga ratarata, perubahan jumlah transaksi, perubahan nilai transaksi pada kondisi ekonomi inflasi rendah. 2. Mengkaji kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi mata uang Rupiah.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagi penulis, penggunaan metode percobaan ekonomi ini dapat memberikan pembelajaran terkait dampak dari redenominasi terhadap perekonomian. Mengingat data lapang terkait redenominasi ini belum tersedia, dampak redenominasi ini sulit dipecahkan dengan metode survey atau kajian terhadap data sekunder 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan terkait dampak kebijakan redenominasi serta dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terkai redenominasi. 3. Bagi pemerintah , diharapkan pemerintah dapat membuat keputusan yang tepat terkait pelaksanaan redenominasi
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi oleh sejumlah asumsi tertentu. Penjelasan mengenai asumsi-asumsi tersebut akan dijelaskan dalam metode penelitian. Adapun runag lingkup dalam penelitian ini, antara lain : 1. Data yang digunakan akan diperoleh dari data primer hasil metode percobaan (eksperimen) dan peserta percobaan berasal dari kalangan mahasiswa 2. Percobaan ini mengkaji faktor pertumbuhan ekonomi serta elastisitas. Penelitian ini dibatasi oleh dua faktor saja karena adanya keterbatasan dana maupun waktu 3. Perubahan permintaan konsumen dilihat dari perubahan harga rata-rata, perubahan jumlah transaksi, serta perubahan nilai transaksi.
5 4. Redenominasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan penghapusan tiga angka nol
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Elastisitas Harga Kepekaan perubahan jumlah barang yang diminta yang terjadi apabila faktor yang mempengaruhinya berubah dapat diketahui dengan menggunakan suatu ukuran yang disebut elastisitas. Elastisitas harga adalah pengukuran tentang derajat kepekaan relatif dari jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari adanya perubahan tingkat harga. Secara umum, nilai elastisitas harga dari permintaan dapat dibagi menjadi: a) Inelastis (Ep < 1) : perubahan permintaan lebih kecil daripada perubahan harga. b) Elastis (Ep > 1) : perubahan permintaan lebih besar daripada perubahan harga. c) Elastis uniter (Ep = 1) : kenaikan harga menyebabkan penurunan permintaan barang tersebut dengan proporsi jumlah yang sama. d) Inelastis uniter (Ep=0) : penetapan harga berapapun, orang akan membeli dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. e) Elastis tak terhingga: perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang besarnya. Faktor –faktor yang mempengaruhi elastisitas anatara lain : a) Tingkat substitusi dimana semakin sulit mencari substitusi suatu barang maka barang tersebut semakin inelastis. Contohnya beras bagi masyarakat Indonesia sulit dicari substitusinya sehingga beras adalah barang inelastis, b) Jumlah pemakai dimana semakin banyak orang yang mengkonsumsi suatu barang maka barang tersebut akan makin inelastis. c) Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen dimana bila proporsi tersebut besar maka permintaannya akan cenderung elastis d) Jangka waktu dimana jangka waktu atas permintaan suatu barang memiliki pengaruh terhadap elastisitas
Perubahan Nilai Rupiah a)
Redenominasi Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter yang sama perlahan-lahan memilikidaya beli yang semakin melemah. Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus dituliskan dengan jumlah yang lebih besar. Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat memengaruhi transaksi harian karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran uang yang harus dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani perhitungan angka dalam jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat memperkecil masalah ini dengan redenominasi: satuan yang baru menggantikan satuan yang lama dengan sejumlah angka tertentu dari satuan yang lama dikonversi menjadi 1 satuan yang baru. Jika alasan redenominasi adalah inflasi, maka rasio konversi dapat lebih besar dari 1, biasanya merupakan bilangan
6 positifkelipatan 10, seperti 10, 100, 1.000, dan seterusnya. Prosedur ini dapat disebut sebagai "penghilangan nol" Sebelum berlangsung secara keseluruhan, redenominasi rupiah akan dilakukan dalam 3 tahapan kegiatan, yaitu tahap persiapan, tahap transisi/ paralelisasi dan tahap phasing out. Ketiga tahapan ini akan memerlukan waktu sekitar 6 tahun. Tahap pertama adalah tahap persiapan di mana kegiatan utama adalah penyusunan RUU Redenominasi hingga disahkan menjadi UU dan rencana pencetakan uang dan distribusinya, penyesuaian infrastruktur dan teknologi informasi sistem pembayaran, akuntansi serta komunikasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Tahap selanjutnya yaitu transisi dilakukan dengan penukaran secara bertahap Rupiah “lama” dan Rupiah “baru”. “Ada dua mata uang yaitu Rupiah “lama” dan Rupiah “baru” yang diberlakukan. Terakhir, tahap phasing out di mana seluruh transaksi menggunakan Rupiah “baru”. “Saat dilakukan pengembalian mata uang Rupiah dengan kata “baru” menjadi Rupiah b)
Sanering Sanering adalah pemotongan nilai uang terhadap harga barang sehingga daya beli masyarakat menurun. Dalam perjalanan sejarah, Pemerintah Indonesia tercatat pernah melakukan kebijakan sanering pada tanggal 19 Maret 1950 (dikenal dengan istilah “Gunting Syafrudin”), 25 Agustus 1959 dan 13 Desember 1965. Kondisi perekonomian nasional pada saat itu sangat buruk, tercermin dari Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) yang sangat rendah, inflasi sangat tinggi dan investasi merosot tajam. Salah satu mekanisme kebijakan sanering yang berlaku mulai tanggal 25 Agustus 1959 adalah: 1. Penurunan nilai uang kertas Rp 500 dan Rp 1.000 menjadi Rp 50 dan Rp 100. 2. Pembekuan sebagian simpanan pada Bank (giro dan deposito) sebesar 90% dari jumlah simpanan di atas Rp 25.000, dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah (Perpu No.3 Tahun 1959 tanggal 24 Agustus 1959). Kebijakan sanering tersebut memberikan beberapa dampak di bidang moneter, seperti menurunkan jumlah uang beredar, meningkatkan keuntungan pemerintah yang kemudian digunakan untuk mengurangi kerugian kas negara, dan mengurangi likuiditas bank-bank. Namun, likuiditas bank yang berkurang membuat pemberian kredit bank terhadap perusahan produksi, distribusi dan ekspor-impor menjadi berkurang, sehingga berimplikasi pada kenaikan harga barang dan biaya hidup. Dengan demikian kebijakan sanering pada tahun 1959 tersebut dianggap gagal karena justru memperburuk keadaan ekonomi, yakni terjadinya hyper-inflasi.
Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi Dampak yang paling sering muncul terjadi dalam penerapan redenominasi adalah munculnya bias psikologis yang disebut money illusion (Wibowo, 2013). Ilusi ini dapat muncul karena perubahan nominal harga barang akibat redenominasi. Sebagian besar masyarakat akan mempersepsikan bahwa harga barang menjadi lebih murah karena dihilangkannya nilai nol dari mata uang terdahulu.
7 Redenominasi juga akan membuat konsumen menyusun kembali manajemen strategi uang mereka untuk beradaptasi dengan mata uang baru terutama ketika diperkenalkan mata uang yang baru khususnya ketika mata uang yang baru dan mata uang yang lama dipergunakan secara bersama-sama, atau lebih tepatnya pada masa transisi. Sementara itu Money/Euro Illution memperlihatkan persepsi harga dalam denominasi baru yang lebih kecil dan mata uang yang lebih rendah daripada ketika dinyatakan dalam bentuk mata uang yang lama jika memiliki nilai nominal yang lebih tinggi. (Gamble, Garling, Charlton & Ranyard, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa individu menyesuaikan diri dengan mata uang baru dengan nilai nominal yang lebih kecil, setidaknya, mereka mengalami kesulitan dalam memahami nilai sebenarnya dari barang dan jasa. Efek money Illusion pun dapat terjadi pada barang-barang yang harganya murah atau kenaikan harganya hanya beberapa koin sen saja. Apabila ketersediaan koin sen tidak dicukupi oleh pemerintah, konsumen akan cenderung membiarkan kenaikan harga tersebut tanpa menuntut adanya uang kembalian dari penjual, hal tersebut disebut trivialization. Kasus trivalization dapat dilihat pada Ghana dimana tingkat inflasinya meningkat sebesar lima persen satu tahun setelah redenominasi. Salah satu faktor penyebab kegagalan redenominasi di Ghana adalah 70 persen uang beredar yang di Ghana berada di luar sistem perbankan.Transaksi tunai di Ghana lebih dominan dibandingkan dengan transaksi melalui perbankan. Kondisi ini diperparah oleh pemerintah yang belum juga dapat mengganti mata uang yang baru dengan mata uang yang lama setelah dua tahun redenominasi. Mehdi dan Reza (2012) juga mengungkapkan bahwa pengurangan nilai nominal mata uang akan mempunyai pengaruh secara psikologi dan sosial. Ketika mata uang memiliki nilai nominal yang rendah, maka masyarakat akan merasa mata uang tersebut bernilai kuat.
Percobaan Ekonomi Ekonomi adalah ilmu sosial yang terus berkembang. Sejak Adam Smith meletakkan landasan teori ekonomi modern, ada beberapa konsep atau pendekatan pemikiran dan analisis yang telah dikembangkan oleh pakar ekonomi untuk menganalisis fenomena ekonomi. Salah satu diantaranya, dalam tiga dekade terakhir yang menurut penulis akan membawa revolusi dalam ilmu ekonomi adalah berkembangnya inovasi teknik-teknik dalam ekonomi eksperimental (eksperimental economics) Dalam perkembangan metode percobaan ekonomi, muncul suatu teori yang disebut induced-value theory yang dikembangkan oleh Ekonom V.L. Smith pada tahun 1976 (Juanda, 2009). Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan media imbalan yang tepat memungkinkan experimenter atau peneliti untuk memunculkan karakteristik pelaku ekonomi tertentu dan karakteristik bawaannya menjadi tidak berpengaruh lagi (irrelevant). Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi (experimental unit) sama atau homogen maka peneliti dapat melakukan percobaan karena prinsip dasar ”pengendalian lingkungan” sudah dilakukan. Tiga syarat cukup untuk memunculkan karakteristik diatas adalah sebagai berikut :
8 1. Monotonicity adalah pelaku percobaan harus selalu menyukai imbalan yang lebih besar. 2. Salience adalah imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan mereka dalam percobaan sesuai aturan yang mereka fahami. 3. Dominance : adanya dominansi kepentingan pelaku di dalam percobaan,yaitu mereka lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain. Friedman dan Sunder (1994) mengemukakan bahwa percobaan ekonomi dilakukan di dalam lingkungan yang terkontrol.Lingkungan ekonomi terdiri dari pelaku ekonomi bersama aturan yang berlaku atau institusi sebagai tempat berinteraksi antar pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi mungkin sebagai pembeli dan penjual, dan institusi mungkin merupakan tipe pasar tertentu. Dalam percobaan ekonomi diberikan instruksi percobaan yang terdiri dari deskripsi tentang ketentuan percobaan, pilihan-pilihan, dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan subjek penelitian (pelaku percobaan), serta aturan penentuan pemberian imbalan kepada subjek, yang tergantung pada tindakan mereka (Friedman dan Sunder,1994). Lembar instruksi percobaan diberikan kepada subjek penelitian pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subjek penelitian jelas memahami prosedur percobaan dan aturan yang berlaku. Dalam instruksi percobaan ini juga dapat dilengkapi dengan contoh ilustrasi yang sederhana yang akan lebih memperjelas permasalahan bagi subjek percobaan. Dalam penelitian dibidang ekonomi dengan metode percobaan, kelompok masyarakat yang sering kali menjadi subjek penelitian berasal dari kelompok mahasiswa (Friedman dan Sunder, 1994). Alasan penggunaan mahasiswa sebagai sumber penelitian yaitu : 1. Kelompok ini dinilai paling siap untuk masuk ke dalam kelompok eksperimen. 2. Latar belakang kelompok ini berasal dari kampus, dimana dari kampus inilah sebagian besar peneliti muncul 3. Biaya imbangan (opportunity cost) yang rendah 4. Merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengaruh eksternal yang dapat menjadi variabel pengganggu dalam penelitian. Ilmu ekonomi sendiri baru benar-benar mulai dianggap sebagai experimental science dalam waktu yang relatif lama. Hal ini terjadi terutama setelah penghargaan hadiah Nobel tahun 1994 bidang ekonomi diberikan kepada ekonom yang karyanya berkaitan dengan experimental economics, yaitu John Nash dan Reinhard Selten. Mereka dinilai dapat memberikan inspirasi bahwa metode eksperimen juga dapat dilakukan di bidang ekonomi. Setelah itu perkembangan experimental economics tumbuh semakin pesat. Bahkan dalam cakupan lebih luas (makro) beberapa ekonom pernah mencobanya. Berbagai kebijakan ekonomi makro atau moneter dapat pula dicobakan dulu dalam percobaan.
Percobaan Ekonomi dalam Kajian Kebijakan Ekonomi Selain untuk pengujian teori-teori ekonomi, percobaan ekonomi juga dapat digunakan untuk pengkajian suatu kebijakan ekonomi. Salah satu ilustrasinya adalah studi yang dilakukan oleh Juanda et al (2011) dalam mengkaji dan membandingkan dampak sistemik yang ditimbulkan dari kebijakan penyelamatan
9 Bank Century dan kebijakan menutup Bank Century oleh pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan dampak sistemik yang relatif sangat rendah. Pengaruh sistemik yang cukup besar akan ditimbulkan jika penutupan bank bermasalah pada saat krisis tersebut dilakukan pada bank bermasalah yang berukuran besar. Dalam kondisi normal (tidak adannya gejolak krisis), penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Tekanan dan potensi kegagalan bank sangat rendah karena stabilitas ekonomi dalam kondisi normal masih terjaga sehingga kepercayaan nasabah terhadap perbankan tidak mengalami penurunan. Penelitian lainnya dalam mengkaji suatu kebijakan dengan metode percobaan adalah kajian tingkat kepatuhan pajak dalam sistem pemungutan pajak selfassessment yang diberlakukan di Indonesia (Juanda, 2010). Penelitian ini mengkaji bagaimana pengaruh peluang pemeriksaan, denda dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT), dengan mengendalikan faktor-faktor lainnya diusahakan sama (ceteris paribus). Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak sulit dilakukan jika menggunakan rancangan survei karena adanya pengaruh lingkungan atau objek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan Makin tinggi peluang pemeriksaan pajak dan makin besar denda akan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Selain itu, Juanda (2010) juga menyatakan tingkat kepatuhan membayar pajak untuk “pelaku eksperimen” mahasiswa Strata 1 lebih tinggi dibandingkan tingkat kepatuhan mahasiswa Pascasarjana yang memiliki pengetahuan relatif tinggi. Selanjutnya, makin tinggi penghasilan Wajib Pajak, maka tingkat kepatuhannya makin rendah.
Penelitian Terdahulu Dzokoto et al (2010) dengan metode kualitatif menemukan kehadiran money illusion di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Ghana setelah dilaksanakannya kebijakan redenominasi mata uang. Penelitian ini menunjukkan bahwa redenominasi memberikan impilkasi terhadap perubahan dalam memberikan nilai kepada diri sendiri (misalnya dalam hal gaji), kecenderungan untuk meremehkan kenaikan harga, perubahan dalam kebiasaan dalam pengeluaran, kecenderungan untuk lebih murah hati dalam memberikan sumbangan. Ini semua diakrenakan kecenderungan untuk melihat dari nilai nominalnya bukan dari nilai riilnya. Mosley (2005) dimana penelitian ini menyelidiki kondisi yang menyertai suatu negara ketika melaksanakan redenominasi. Penelitian ini dilaterbelakangi ketika peneliti melihat mengapa ada negara yang memilih redenomenasi dan ada yang tidak ketika negara tersebut mengalami depresiasi uang. Penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan untuk melakukan redenominasi merupakan komibaasi dari faktor politik serta ekonomi, yang meliputi tingkat inflasi, perhatian pemerintah terkait dengan tingkat kepercayaan, serta efek dari mata uang itu sendiri terhadap identitas nasional.
10 Lianto dan Suryaputra (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui dampak dari implementasi redenominasi di Indonesia berdasarkan perspektif masyarakat Indonesia. Dari data yang diperoleh dengan metode survey sebanyak 100 orang yang paham akan redenominasi dan dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling, terlihat bahwa dampak terbesar dari redenominasi adalah dapat meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata negara lain. Temuan lainnya adalah masyarakat Indonesia menganggap redenominasi akan dapat menguntungkan mereka. Jika redenominasi sukses diimplementasikan, mata uang Rupiah akan menjadi semakin kuat dan menambah kepercayaan diri masyarakat terhadap mata uangnya
Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian sebelumnya, secara sederhana penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak kebijakan redenominasi Rupiah terhadap permintaan konsumen pada kondisi perekonomian inflasi rendah yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap kinerja perekonomian di Indonesia. Hal ini karena perilaku permintaan konsummen pada dasarnya merupakan salah satu penentu pergerakan perekonomian di suatu negara. Perubahan permintaan konsumen diamati dengan menggunakan metode percobaan ekonomi (experimental economics). Respon-respon yang dihasilkan dari percobaan ekonomi inilah yang menggambarkan perubahan permintaan konsumen. Redenomina Perubahan Permintaan
Per ubahan Harga Rata-rata
Per ubahan Jumlah Transaksi
Ranc angan Percobaan Ana lisis Covarianc
Per ubahan Nilai Transaksi
Analisis Deskripitif
Uji Beda Nilai Tengah Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian
11 Hipotesis Berdasarkan teori-teori, studi-studi terdahulu, serta skema kerangka pemikiran di atas, dapat diajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Untuk harga rata-rata, pada pertumbuhan rendah mengalami kenaikan sebaliknya pada pertumbuhan tinggi. Pada barang elastis mengalami penurunan, sebaliknya pada barang inelastis 2. Untuk jumlah transaksi, pada pertumbuhan rendah mengalami penurunan sebaliknya pada pertumbuhan tinggi. Pada barang elastis mengalami kenaikan, sebaliknya pada barang inelastis 3. Untuk nilai transaksi, pada pertumbuhan rendah mengalami penurunan sebaliknya pada pertumbuhan tinggi. Pada barang elastis mengalami kenaikan, sebaliknya pada barang inelastis
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui simulasi percobaan (eksperimen) ekonomi.Dimana data primer yang dikumpulkan merupakan gambaran respons dari para subjek penelitian (pelaku simulasi) sebagai pelaku ekonomi dalam percobaan yang dapat dilihat dari keputusankeputusan yang dibuat oleh para pelaku percobaan.
Rancangan Simulasi Percobaan Percobaan ini dilakukan pada kondisi perekonomian inflasi rendah dimana dalam hal ini dicerminkan dari nilai unit cost yang lebih rendah dari pada kondisi perekonomian saat inflasi tinggi. Percobaan untuk kondisi perekonomian pada saat inflasi tinggi sendiri dilakukan oleh Arimurthi (2013). Pecobaan ini merupakan simulasi kegiatan perekonomian untuk melihat pengaruh atau respons dari redenominasi mata uang terhadap perubahan perilaku produsen dan konsumen. Adapun respons perubahan perilaku produsen dan konsumen dapat dilihat dari perubahan harga rata-rata, perubahan jumlah transaksi, perubahan nilai transaksi Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan 48 pelaku percobaan (experimental subject) yang dibagi ke dalam 4 kombinasi perlakuan. Faktor-faktor yang akan dilihat pengaruhnya terhadap respons yang diamati, adalah: 1. Tingkat pertumbuhan, terdiri dari dua taraf yaitu: 1) pertumbuhanrendah; dan 2) pertumbuhantinggi 2. Elastisitas, terdiri dari dua taraf yaitu :1) elastis; dan 2) inelastis. Dalam percobaan ini, faktor pertumbuhan rendah digambarkan dengan jumlah pelaku ekonomi yang lebih sedikit dibandingkan dengan pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi. Barang elastis digambarkan dengan sebagai barang
12 yang permintaannya akan meningkat secara signifikan apabila ada perubahan harga sedikit saja, sebaliknya barang inelastis permintaan barang tidak akan berubah secara signifikan walaupun ada perubahan harga yang besar. Rincian dari jumlah pelaku percobaan adalah sebagai berikut : 1. Pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah sebanyak 10 orang 2. Pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi sebanyak 14 orang 3. Pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah sebanyak 10 orang 4. Pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi sebanyak 14 orang Kombinasi-kombinasi perlakuan yang dilakukan adalah : 1. Barang elastis pada saat pertumbuhan ekonomi rendah 2. Barang elastis pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi 3. Barang inelastis pada saat pertumbuhan ekonomi rendah 4. Barang inelastis pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi Tabel 2 Penjabarankondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi Elastisitas Elastis Pada simulasi jenis barang yang digunakan adalah barang elasts dimana dalam hal ini adalah mobil ( %∆ Kuantitas ) > % ∆Harga) Inelastis Pada simulasi jenis barang yang digunakan adalah barang elasts dimana dalam hal ini adalah beras ( %∆ Kuantitas ) < % ∆Harga) Pertumbuhan Rendah umlah pelaku ekonomi Ekonomi berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 penjual dan 5 pembeli Tinggi
Jumlah pelaku ekonomi berjumlah 14 orang yang terdiri dari 7 penjual dan 7 pembeli
Berdasarkan respons yang akan diamati, instruksi percobaan dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian Juanda (2000)1 yaitu berbentuk transaksi jual beli barang dengan sistem pasar Posted Offer. Transaksi dengan sistem Post Offer ini tidak terdapat sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli, contohnya seperti yang ada di pasar-pasar swalayan. Simulasi percobaan ekonomi ini berdasarkan kepada induced value theory, dimana dengan penggunaan insentif/imbalan yang tepat dan nyata akan memungkinkan pelaku percobaan dapat memunculkan (induced) karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan
13 percobaan. Oleh karena itu data yang diperoleh dari hasil percobaan berasal dari kondisi yang sudah terkontrol/terkendali atau sudah tidak terpengaruh oleh faktorfaktor lain, sehingga data tersebut akan menjadi lebih baik dalam mengkaji dampak suatu kebijakan terhadap perilaku pelaku ekonomi dibandingkan data dari survey (Juanda, 2012).
Prosedur Percobaan Prosedur percobaan secara umum adalah sebagai berikut : 1) Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk menjadi 5 orang pembeli dan 5 orang penjual (kondisi pertumbuhan ekonomi rendah ) atau 7 orang pembeli dan 7 orang penjual (kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi ) 2) Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan 3) Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing-masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap ulangan. 4) Pembeli dan penjual mendapatkan unit value dan unit cost masing-masing dimana masing-masing pembelidan penjual mendapat 2 unit value dan 2 unit cost untuk setiap transaksi. 5) Pada ulangan pertama pembeli akan dipisahkan dengan penjual dimana pembeli akan meninggalkan ruangan. Penjual harus menentukan harga jualnya diatas unit costnya untuk kondisi sebelum redenominasi, setelah itu penjual langsung menentukan harga jual untuk kondisi setelah redenominasi dimana harga jualnya boleh tetap, lebih, atau kurang dari harga sebelum redenominasi. 6) Pembeli diundi urutan pembeliannya untuk kemudian mereka masuk satu per satu ke ruangan penjual untuk membeli barang. Pembeli harus membeli barang dengan harga di bawah unit value. 7) Masing-masing pembeli dan penjual harus mencatat hasil transaksinya diatas lembar keputusan. 8) Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan. 9) Pada akhir percobaan (ulangan), peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti 10) Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan. Metode Analisis a)
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini dilakukan dengan cara melihat grafik histogram dengan melihat rata-rata setiap respons pada faktor-faktor tertentu. Melalui analisis ini dapat dilihat perbedaan pengaruh tiap faktor terhadap suatu respons.
14 Perbedaan pengaruh itu akan dianalisis oleh peneliti mengenai apa penyebab dari perbedaan tersebut. Contohnya peneliti menjelaskan penyebab perbedaan pengaruh redenominasi terhadap perubahan harga rata-rata dikondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan pertumbuhan ekonomi tinggi. b)
Uji Kesamaan Ragam
Uji ini digunakan untuk melihat apakah suatu contoh (sample) memiliki ragam yang sama atau tidak.Hipotesisi yang digunakan adalah : H0 : S12(x2-x1)=S22(x2-x1) H1 : S12(x2-x1)≠S22(x2-x1) c)
Uji Nilai Tengah Beda Dua Populasi
Data yang tetap melanggarasumsi walaupun telah ditransformasi saat pengujian F dapat dilakukan d engan ujit. Uji t untuk menduga nilai tengah beda dua populasi ini dihitung secara manual.Menurut Saefuddin, et al. (2009), membandingkan dua populasi adalahmembandingkan atribut tertentu antara kedua populasi tersebut. Bila terbukti ragam sama maka statistik ujinya adalah : T=
X
X
– µ
µ
.........................................................3.1
Sedangkan bila ragamnya tidak sama maka statistik ujinya adalah : T=
X
X
– µ
µ
........................................................ 3.2
15 Tabel 3 Hipotesis untuk uji nilai tengah beda dua populasi Respons Faktor Perubahan Harga Pertumbuhan Elastisitas Pertumbuhan pada barang elastis Pertumbuhan pada barang inelastis Perubahan Jumlah Pertumbuhan Elastisitas Pertumbuhan pada barang elastis Pertumbuhan pada barang inelastis Perubahan Nilai Pertumbuhan Elastisitas Pertumbuhan pada barang elastis Pertumbuhan pada barang inelastis
H0 µr = µt µe =µin µr = µt
H1 µr > µt µe <µin µr > µt
µr = µt
µr > µt
µr = µt µr <µt µe =µin µe >µin µr = µt µr <µt µr = µt
µr<µt
µr = µt µr <µt µe =µin µe >µin µr = µt µr <µt µr = µt
µr <µt
Ket:
µr µt µe µin
: rata-rata pertumbuhan rendah tinggi rata-ratabarang elastis : : rata-ratabarang inelastis : rata-ratapertumbuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN ImplikasiKebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga a) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga pada pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 4 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga rata-rata pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,266, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha 0,10. Tabel 4Hasil uji-t perubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama 0,65 0,266 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
16 Gambar 2 menunjukkan bahwa pada saat pertumbuhan ekonomi rendah harga rata-rata mengalami penurunan dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi juga mengalami penurunan. Penurunan harga pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi lebih tinggi daripada pada saat pertumbuhan ekonomi rendah. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), pada saat pertumbuhan tinggi harga mengalami kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa redenominasi lebih baik dilakukan pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi karena dapat menurunkan harga secara signifikan. 0 Pertumbuhan Rendah ‐0.01971
‐0.2 Perubahan ‐0.4 Harga (%) ‐0.6
µ2
Pertumbuhan Tinggi
H0 : µ1 = ‐0.63808
‐0.8
Gambar 2 Perbandingan perubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
b) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga pada Barang Elastis dan Inelastis Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga pada barang elastis dan inelastis terlihat di Tabel 5 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga rata-rata pada barang elastis dan inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,601, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 5Hasil Uji-t perubahanh pada barang elastis dan inelastis Ragam T-Hitung P-value Sama 0,26 0,601 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada barang elastis harga rata-rata mengalami penurunan dan pada barang inelastis harga rata-rata juga mengalami penurunan. Untuk barang elastis ini sesuai dengan hipotesis awal dan juga teori dimana pada barang elastis harga akan cenderung mengalami penurunan dimana penjual ingin meningkatkan keuntungannya. Pada barang inelastis harga mengalam penurunan dikarenakan penjual/responden cenderung menurunkan harga dikarenakan penjual/responden takut kehilangan pembeli bila menaikkan harga.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), harga mengalami kenaikan baik pada barang elastis maupun inelastis.
17 0 ‐0.05
Elastis
Inelastis
‐0.1 ‐0.15 ‐0.2 Perubahan ‐0.25 Harga (%) ‐0.3 ‐0.35 µ2
‐0.20187
H0 : µ1 =
‐0.4 ‐0.45
‐0.45592
‐0.5
Gambar 3 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis c) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga pada Barang Elastis dan Inelastis dalam Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga pada barang elastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 6 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga rata-rata pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai pvalue sebesar 0,080, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga rata-rata pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai pvalue sebesar 0,522, dimana nilai tersebut lebih vesar dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 6Hasil uji-t perubahan harga untuk barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama 1,72 0,080 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
Tabel 7Hasil uji-t perubahan harga untuk barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama -0,06 0,522 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
18 Signifikansi untuk barang elastis ini terlihat dari gambar 4 dimana pada saat pertumbuhan rendah harga cenderung meningkat. Pada saat pertumbuhan tinggi sebaliknya harga cenderung menurun. In d iv id u a l V a lu e P lo t o f P e r tu m b u h a n R e n d a h ; P e r tu m b u h a n T in g g i
Perubahan Harga (%)
P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
1 ,0
1 ,0
0 ,5
0 ,5
0 ,0
0 ,0
- 0 ,5
- 0 ,5
- 1 ,0
- 1 ,0
- 1 ,5
- 1 ,5
- 2 ,0
- 2 ,0 P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
Gambar 4Plot dataperubahan harga untuk barang elastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Gambar 5 menunjukkan bahwa pada barang elastis harga rata-rata mengalami kenaikan pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi harga rata-rata juga mengalami penurunan dimana hal ini sudah sesuai hipotesis awal.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), barang elastis mengalami penurunan harga pada saat pertumbuhan rendah dan kenaikan harga pada saat pertumbuhan tinggi. Gambar 5 juga menunjukkan bahwa barang inelastis mengalami penurunan harga pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi harga juga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena untuk barang inelastis penjual takut dalam menaikkan harga dikarenakan ketakutan akan kehilangan pembeli. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), barang inelastis mengalami kenaikan harga baik pada saat pertumbuhan tinggi maupun pertumbuhan rendah.
19 0.6 0.4
Elastis H0 : µ1 =
0.47322
µ2
0.2 0 Perubahan ‐0.2 Harga ( %)
Elastis
‐0.3992 ‐0.51264
‐0.4 ‐0.6 ‐0.8
Inelastis
Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi
µ2
Inelastis H0 : µ1 =
‐0.87696
‐1
Gambar 5 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi ImplikasiKebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transaksi a) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transaksi pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan jumlah transaksi pada pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 8 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidahs ignifikan terhadap perubahan jumlah transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,435, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10.
Tabel 8Hasil T-test Perubahan Jumlah Transaksi pada Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama -0,17 0,435 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
Gambar 6 menunjukkan bahwa pada saat pertumbuhan ekonomi rendah jumlah transaksi mengalami pernurunan dan pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi jumlah transaksi juga mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dan juga teori sehingga hal inilah yang membuat menjadi tidak signifikan.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), jumlah transaksi mengalami kenaikan pada saat pertumbuhan rendah tetapi tetap mengalami penurunan pada saat pertumbuhan tinggi.
20 0 ‐0.5
Pertumbuhan Rendah
Pertumbuhan Tinggi
‐1 ‐1.5 ‐2 Perubahan Jumlah (%) ‐2.5
‐2.3601
‐3 ‐3.5 ‐4
µ2
H0 : µ1 = ‐4.2328
‐4.5
Gambar 6 Perbandingan Perubahan Jumlah Transaksi pada Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi b) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transaksi pada Barang Elastis dan Inelastis Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis terlihatdi Tabel 9 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai pvalue sebesar 0,089, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 9Hasil uji-t perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis Ragam T-Hitung P-value Beda 1,57 0,089 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
Signifikansi untuk barang elastis ini terlihat dari gambar 7 dimana pada barang elastis jumlah transaksi cenderung meningkat. Pada saat pertumbuhan tinggi sebaliknya jumlah transaksi cenderung menurun.
21 Individual Value Plot of Elastis; Inelastis
Perubahan Jumlah Transaksi (%)
Elastis
Inelastis
0
0
-2
-2
-4
-4
-6
-6
-8
-8
-10
-10
-12
-12
-14
-14
-16
-16 Elastis
Inelastis
Gambar 7Plot dataperubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis Gambar 8 menunjukkan bahwa pada barang elastis jumlah transaksi mengalami kenaikan sedangkan pada barang inelastis jumlah transaksi mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan juga teori dimana pada barang elastis jumlah transaksi mengalami kenaikan dikarenakan harga yang mengalami penurunan,selain karena hukum permintaan juga disebabkan oleh fenomena money illusion sehingga pembeli merasa barang menjadi jauh lebih murah Sebaliknya pada barang inelastis jumlah transaksi mengalami penurunan yang dikarenakan adanya kenaikan harga. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), jumlah transaksi tidak mengalami perubahan pada barang elastis dan mengalami penurunan pada barang inelastis. 1
0.0208
0 ‐1
Elastis
Inelastis
Perubahan ‐2 Jumlah (%) ‐3 ‐4 ‐5
µ2
H0 : µ1 =
‐4.2328
Gambar 8 Perbandingan Perubahan Jumlah Transaksi pada Barang Elastis dan Inelastis c) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transksi pada Barang Elastis dan Inelastis dalam Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi
22
Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan jumlah transaksi pada barang elastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 10 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan jumlah transaksi pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,435, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 10Hasil uji-t perubahan jumlah transaksi untuk barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama -0,18 0,435 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
Gambar 9 menunjukkan bahwa pada barang elastis jumlah transaksi mengalami kenaikan pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi jumlah transaksi tidak mengalami perubahan.Pada barang inelastis jumlah transaksi mengalami penurunan pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi juga mengalami penurunan jumlah transaksi. 1 0.0417
0
0 Elastis
µ2
Inelastis
Elastis H0 : µ1 =
‐1
Perubahan Jumlah (%)
‐2
Pertumbuhan Rendah
‐3
Pertumbuhan Tinggi ‐3.7037
‐4 ‐4.7619 ‐5
µ2
Inelastis H0 : µ1 =
‐6
Gambar 9 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
ImplikasiKebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Nilai Transaksi a) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan NIlai pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi
23 Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan nilai transaksi pada pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 11 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,678, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10 Tabel 11Hasil uji-t perubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama 0,48 0,678 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
Gambar 10 menunjukkan bahwa baik pada saat pertumbuhan ekonomi rendah maupun pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi nilai transaksi transaksi mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dan juga teori sehingga hal inilah yang membuat menjadi tidak signifikan.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), pada saat pertumbuhan rendah nilai transaksi mengalami kenaikan tetapi pada pertumbuhan tinggi tetap mengalami penurunan. 0 ‐0.5
Pertumbuhan Rendah ‐0.2277
Pertumbuhan Tinggi
‐1 Perubahan ‐1.5 Nilai Transaksi
µ2
H0 : µ1 =
‐2 ‐2.4278 ‐2.5 ‐3
Gambar 10 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
b) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Nilai Transaksi pada Barang Elastis dan Inelastis Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis terlihatdi Tabel 12 yang menunjukkan bahwa
24 redenominasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai pvalue sebesar 0,077, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 12Hasil uji-t perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis Ragam T-Hitung P-value Sama 1,54 0,077 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
Signifikansi untuk barang elastis ini terlihat dari gambar 11 dimana pada barang elastis nilai transaksi cenderung meningkat. Pada saat pertumbuhan tinggi sebaliknya nilai transaksi cenderung menurun. Individual Value Plot of Elastis; Inelastis
Perubahan Nilai Transaksi (%)
Elastis
Inelastis
15
15
10
10
5
5
0
0
-5
-5
-10
-10
-15
-15
-20
-20 Elastis
Inelastis
Gambar 11Plot dataperubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis Gambar 12 menunjukkan bahwa pada barang elastis nilai transaksi mengalami kenaikan sedangkan pada barang inelastis nilai transaksi mengalami penurunan. Pada barang elastis sesuai dengan hipotesis awal dan juga teori dimana pada barang elastis nilai transaksi mengalami kenaikan Sebaliknya pada barang inelastis nilai transaksi mengalami penurunan yang dikarenakan adanya harga pada barang inelastis turun dan jumlah transaksi turun sehingga nilai transaksi mengalami penurunan.
25 3 2 1.9059 1 0 Elastis
Perubahan ‐1 Nilai Transaksi
Inelastis
‐2 ‐3
µ2
‐4
H0 : µ1 = ‐4.5614
‐5
Gambar 12 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis c) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Nilai Transaksi pada Barang Elastis dan Inelastis dalam Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga pada barang elastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 13 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan nilai transaksi pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,824, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 14 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan nilai transaksi pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai pvalue sebesar 0,443, dimana nilai tersebut lebih vesar dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 13Hasil uji-t perubahan nilai transaksi untuk barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Ragam T-Hitung P-value Beda 1,20 0,824 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
Tabel 14Hasil uji-t perubahan nilai transaksi untuk barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama -0,15 0,443 Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3
26 Gambar 13 menunjukkan bahwa pada barang elastis nilai transaksi mengalami kenaikan pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi nilai transaksi mengalami penurunan dimana hal ini tidak sesuai hipotesis awal.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), barang elastis mengalami penurunan nilai transaksi pada saat pertumbuhan rendah dan kenaikan pada saat pertumbuhan tinggi. Gambarr 13 juga menunjukkan bahwa barang inelastis mengalami penurunan nilai transaksi pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), barang inelastismengalami kenaikan nilai transaksi pada saat pertumbuhan rendah. 6 4
µ2
Elastis H0 : µ1 =
2 Perubahan 0 Nilai Transaksi
Pertumbuhan Rendah Elastis
Pertumbuhan Tinggi
Inelastis
‐2 ‐4
µ2
Inelastis H0 : µ1 =
‐6
Gambar 13 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Redenominasi Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah agar kebijakan redenominasi ini dapat berhasil serta tidak memberikan dampak negatif. Salah satunya yang perlu dilakukan pemerintah adalah sosialisasi kepada publik dan edukasi secara intensif. Kegiatan sosialisasi dan edukasi kepadamasyarakat dilakukan secara intensif, bertahap, dan terencana oleh bank sentral danpemerintah untuk memberikan informasi yang cukup kepada publik terkait denganredenominasi. Kegiatan sosialisasi ini penting agar masyarakat tidak menyamakan redenominasi dengan sanering. Selain itu pemerintah perlu menjaga stabilitas perekonomian baik secara makro maupun mikro. Inflasi, pertumbuhan, serta aliran modal harus terjaga dengan baik. Ini dikarenakan karena hal-hal inilah yang menjadi faktor keberhasilan redenominasi. Program redenominasi juga perlu didahului prakondisiprogram stabilisasi perekonomian yang cukup berhasil dan tata kelola yang baik.. Pada saat yangbersamaan otoritas fiskal terus berusaha
27 mempertahankan kebijakan yang disiplin dan ketatseperti memperkecil budget defisit (cenderung tidak ekspansif). Pemerintah harus dapat menciptakan trust dimasyarakat terhadap pemerintah. Karena bila tidak maka akan terjadi ketakutan dikalangan masyarakat seperti ketakutan akan adanya kelebihan jumlah uang yang beredear akibat pencetakan uang sehingga sebelum redenominasi dilakukan sudah akan ada kenaikan harga terlebih dahulu. Dalam hal ini mekanisme pencetakan uang baru yang dilakukan oleh Bank Indonesia harus jelas serta transparan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kebijakan redenominasi meningkatkan harga pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan sebaliknya pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi redenominasi menurunkan harga untuk barang elastis. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), barang elastis mengalami penurunan harga pada saat pertumbuhan rendah dan kenaikan harga pada saat pertumbuhan tinggi. Kebijakan redenominasi meningkatkan jumlah transaksi untuk barang elastis dan menurunkan jumlah transaksi untuk barang inelastis.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), jumlah transaksi tidak mengalami perubahan pada barang elastis dan mengalami penurunan pada barang inelastis. Kebijakan redenominasi juga meningkatkan nilai transaksi pada barang elastis dan menurunkan nilai transaksi pada barang inelastis. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), nilai transaksi juga mengalami peningkatan pada barang elastis dan juga menurunkan nilai transaksi pada barang inelastis Kebijakan redenominasi harus didukung oleh sosialisasi kepada publik, pembangunan stabilitas perekonomian, serta penciptaan trust di masyarakat terhadap pemerintah terkait dengan mekanisme penciptaan uang. Hal ini harus dilakukan agar kebijakan redenominasi dapat berhasill . Saran 1. Kebijakan redenominasi ini sebaiknya dilakukan dalam kondisi perekonomian yang bagus, yaitu pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi 2. Kebijakan redenominasi ini harus lepas dari kepentingan-kepentingan politik tertentu agar kebijakan ini dapat berjalan optimal. 3. Peneliti berharap sebaiknya ada penelitian selanjutnya yang memiliki desain program simulasi yang mampu melibatkan banyak responden tapi juga harus didukung oleh fasilitas intranet yang memadai. 4. Penelitian selanjutnya juga diharapkan memiliki cakupan respons dan faktor yang lebih luas. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih nyata terhadap dunia perekonomian yang sebenarnya.
28
DAFTAR PUSTAKA Amir
A. 2011. Redenominasi Rupiah dan Sistim Keuangan.JurnalParadigmaEkonomika. Vol.1, No.4 Oktober 2011. Arimurti RP. 2013. Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor. Juanda B. 2000. Percobaan Ekonomi untuk Mengkaji Pengaruh Informasi Serta Jumlah Penjual dan Pembeli dalam Transaksi Pasar. November 2000. Jurnal Ekonomi Vol 7, III, Universitas Borobudur. _______________. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis.IPB Press.Bogor _______________. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan.IPB Press.Bogor _______________. 2011. Ekonomi Eksperimental untuk Pengembangan Teori Ekonomi dan Pengkajian Suatu Kebijakan.Di dalam: Orasi Guru BesarIPB, 25 September 2010 _______________. 2012. Experimental Economics in Indonesia: Lesson Learned and Best Practices. Di dalam: Workshop on Experimental Economics, Bogor 6 September 2012 Juanda B, Fitri N,Fardillah F, dan Manik MPD. 2010. Analisis Perbandingan Dampak KebijakanMenyelamatkan Bank Century dengan kebijakan MenutupBank Century dengan Metode Eksperimen. DepartemenIlmuEkonomi, FEM-IPB, Bogor Iona D. 2005.The National Currency Re-denomination Experience in Several Countries: A Comparative Analysis. International Multidisciplinary Symposium UniversitariaSimpro, 2005 Kesumajaya I.W.W. 2011.Redenominasi Mata Uang Rupiah Merupakan Bagian dari Tugas Bank Indonesia untuk Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistim Pembayaran di Indonesia.GaneCSwaraVol 5 No.1, Pebruari 2011 Lianto J ,Suryaputra R. 2012. The Impact of Redenomination in Indonesia from Indonesian Citizens’ Perspective. Procedia - Social and Behavioral Sciences 40 (2012): 1 – 6 Mankiw N.G. 2010. Makroekonomi: Edisi 6. Erlangga, Jakarta MehdiS , Reza M. 2012. An investigating Zeros Elimination of the National Currency and Its Effect on National Economy (Case study in Iran). European Journal of Experimental Biology, 2012, 2 (4):1137-1143 Mosley L. 2005. Dropping Zeros, Gaining Credibility? Currency Redenomination in Developing Nations. 2005 Annual Meeting of The American Political Science Association, WashingtonDC Suhendra E, Handayani SW. 2012. Impacts of Redenomiantion on Economics Indicators.International Conference on Eurasian Economies 2012 Dzokoto V, Mensah E, Asante M, Hennaku A. 2010. Deceiving Our Minds : A Qualitative Exploration of The Money Illusion in Post –redenomination Ghana. J Consum Policy (2010) 33:339–353. The World Bank. 2012. “World Development Indicators 2012”
29 Wibowo B. 2013. Ilusi Nilai Uang Redenominasi. Harian Bisnis Kontan, Kamis 21 Februari 2013 Walpole R.1993.Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT. Gramedia PustakaUtama, Jakarta
30 Lampiran 1 Data Hasil Percobaan P E U ertumbu lastisi lang Perubahan Perubahan an Harga Rata-rata Jumlah Transaksi han tas R E 1 0,960 0 R E 2 -0,716 0 R E 3 1,175 0,125 T E 1 -0,695 0 T E 2 -1,829 0 T E 3 -0,106 0 I 1 0,823 0 R n I R n 2 -2,738 -14,286 I R n 3 0,377 0 I 1 -3,355 -11,11 T n I T n 2 0,306 0 I 3 1,852 0 T n Keterangan R : Pertumbuhan Rendah T : Pertumbuhan Tinggi E : Elastis In : Inelastis Lampiran 2 Uji Kesamaan Ragam 1. Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Harga 90% Confidence Intervals -
Perubahan Nilai Transaksi 0,960 -0,716 13,822 -0,695 -1,829 -0,106
CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0,369; 1,864) (0,136; 3,474) Continuous (0,080; 2,367) (0,006; 5,601) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 0,690,691 Levene's Test (any continuous) 1 10 0,220,646 2.
Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Jumlah Transaksi
0,823 -16,633 0,377 -14,094 0,306 1,852
31
CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0,573; 2,895) (0,328; 8,378) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 1,660,592 Levene's Test (any continuous) 1 10 0,03 0,859 3.
Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Nilai Transaksi 90% Confidence Intervals CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0,738; 3,728) (0,545; 13,901) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 2,75 0,291 Levene's Test (any continuous) 1 10 0,370,556
4.
Faktor Elastisitas untuk Perubahan Harga 90% Confidence Intervals CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0,241; 1,217) (0,058; 1,482) Continuous (0,228; 3,064) (0,052; 9,388) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 0,290,205 Levene's Test (any continuous) 1 10 0,720,415
32
5.
Faktor Elastisitas untuk Perubahan Jumlah Transaksi 90% Confidence Intervals CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0,003; 0,017) (0,000; 0,000) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 0,000,000 Levene's Test (any continuous) 1 10 2,420,151
6.
Faktor Elastisitas untuk Perubahan Nilai Transaksi 90% Confidence Intervals CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0,312; 1,576) (0,097; 2,484) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 0,490,455 Levene's Test (any continuous) 1 10 0,430,525
7.
Faktor Pertumbuhan pada Barang Elastis untuk Perubahan Harga 90% Confidence Intervals CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio
33 Normal (0,271; 5,151) (0,074; 26,536) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 2 2 1,400,835 Levene's Test (any continuous) 1 4 0,010,933 8. Faktor Pertumbuhan pada Barang Elastis untuk Perubahan Nilai Transaksi 90% Confidence Intervals Distribution CI for StDev CI for Variance of Data Ratio Ratio Normal (2,083; 39,580) (4,340; 1566,569) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 2 2 82,450,024 Levene's Test (any continuous) 1 4 1,110,351 9.
Faktor Pertumbuhan pada Barang Inelastis untuk Perubahan Harga 90% Confidence Intervals CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0,166; 3,163) (0,028; 10,002) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 2 2 0,530,690 Levene's Test (any continuous) 1 4 0,150,723
34 10. Faktor Pertumbuhan pada Barang Inelastis untuk Perubahan Jumlah Transaksi CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0,295; 5,604) (0,087; 31,408) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 2 2 1,650,754 Levene's Test (any continuous) 1 4 0,030,869 11. Faktor Pertumbuhan pada Barang Inelastis untuk Perubahan Nilai Transaksi 90% Confidence Intervals CI for Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio Normal (0,260; 4,933) (0,067; 24,334) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests Test Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 2 2 1,280,877 Levene's Test (any continuous) 1 4 0,000,948 Lampiran 3 Uji Beda Dua Nilai Tengah 1.
Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Harga Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi
N 6 6
Mean -0,02 -0,64
StDev 1,49 1,80
SE Mean 0,61 0,73
Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: 0,618 90% lower bound for difference: -0,691
35 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 0,65
P-Value = 0,266
DF
= 10 Both use Pooled StDev = 1,6526
2.
Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Jumlah Transaksi Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi
N 6 6
Mean -2,36 -1,85
StDev 5,84 4,54
SE Mean 2,4 1,9
Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: -0,51 90% upper bound for difference: 3,64 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -0,17 P-Value = 0,435 DF = 10 Both use Pooled StDev = 5,2303
3.
Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Nilai Transaksi Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi
N 6 6
Mean -0,23 -2,43
StDev 9,69 5,84
SE Mean 4,0 2,4
Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: 2,20 90% upper bound for difference: 8,54 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 0,48 P-Value = 0,678
DF
= 10 Both use Pooled StDev = 8,0017
4.
Faktor Elastisitas untuk Perubahan Harga Two-sample T for Elastis vs Inelastis
Elastis Inelastis
N 6 6
Mean -0,20 -0,46
StDev 1,13 2,09
SE Mean 0,46 0,85
Difference = mu (Elastis) - mu (Inelastis) Estimate for difference: 0,254 90% upper bound for difference: 1,586 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 0,26
P-Value = 0,601
= 10 Both use Pooled StDev = 1,6812
5.
Faktor Elastisitas untuk Perubahan Jumlah Transaksi Two-sample T for Elastis vs Inelastis
Elastis Inelastis
N 6 6
Mean 0,0208 -4,23
StDev 0,0510 6,63
SE Mean 0,021 2,7
DF
36 Difference = mu (Elastis) - mu (Inelastis) Estimate for difference: 4,25 90% lower bound for difference: 0,26 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 1,57
P-Value = 0,089
DF
= 5 9
6.
Faktor Elastisitas untuk Perubahan Nilai Transaksi Two-sample T for Elastis vs Inelastis
Elastis Inelastis
N 6 6
Mean 1,91 -4,56
StDev 5,91 8,42
SE Mean 2,4 3,4
Difference = mu (Elastis) - mu (Inelastis) Estimate for difference: 6,47 90% lower bound for difference: 0,70 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 1,54
P-Value = 0,077
DF
= 10 Both use Pooled StDev = 7,2754
7.
Faktor Pertumbuhan pada Barang Elastis untuk Perubahan Harga Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi
N 3 3
Mean 0,47 -0,877
StDev 1,04 0,876
SE Mean 0,60 0,51
Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: 1,350 90% lower bound for difference: 0,150 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 1,72 P-Value = 0,080
DF
= 4 Both use Pooled StDev = 0,9589
8. Faktor Pertumbuhan pada Barang Elastis untuk Perubahan Nilai Transaksi Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi
N 3 3
Mean 4,69 -0,877
StDev 7,95 0,876
SE Mean 4,6 0,51
Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: 5,57 90% upper bound for difference: 14,28 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 1,20 P-Value = 0,824
DF
= 2
9.
Faktor Pertumbuhan pada Barang Inelastis untuk Perubahan Harga Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan Rendah
N 3
Mean -0,51
StDev 1,94
SE Mean 1,1
37 Pertumbuhan Tinggi
3
-0,40
2,67
1,5
Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: -0,11 90% lower bound for difference: -3,04 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,06 P-Value = 0,522 DF = 4 Both use Pooled StDev = 2,3363
10. Faktor Pertumbuhan pada Barang Inelastis untuk Perubahan Jumlah Transaksi Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi
N 3 3
Mean -4,76 -3,70
StDev 8,25 6,42
SE Mean 4,8 3,7
Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: -1,06 90% upper bound for difference: 8,19 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -0,18 P-Value = 0,435 DF = 4 Both use Pooled StDev = 7,3885
11. Faktor Pertumbuhan pada Barang Inelastis untuk Perubahan Nilai Transaksi Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi
N 3 3
Mean -5,14 -3,98
StDev 9,95 8,79
SE Mean 5,7 5,1
Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: -1,17 90% upper bound for difference: 10,59 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -0,15 P-Value = 0,443 DF = 4 Both use Pooled StDev = 9,3908
Lampiran 4 Daftar Unit Cost dan Unit Value 1. Barang Elastis (Mobil), kondisi tingkat inflasi yang rendah (3%) dan pertumbuhan ekonomi rendah (10 pelaku ekonomi) N
Unit Cost
Unit Value
Rp 132.000.000 Rp 137.500.000 Rp 143.000.000
Rp 160.000.000 Rp 165.500.000 Rp 171.000.000
o.
38 4
Rp 148.500.000 Rp 154.000.000 Rp 160.000.000 Rp 165.500.000 Rp 171.000.000 Rp 177.000.000 Rp 182.500.000
Rp 176.500.000 Rp 182.000.000 Rp 188.000.000 Rp 193.500.000 Rp 199.000.000 Rp 205.000.000 Rp 210.500.000
0 2. Barang Elastis (Mobil), kondisi tingkat inflasi yang rendah (3%) dan pertumbuhan ekonomi tinggi (14 pelaku ekonomi)
N
Unit Cost
Unit Value
Rp 132.000.000 Rp 137.500.000 Rp 143.000.000 Rp 148.500.000 Rp 154.000.000 Rp 160.000.000 Rp 165.500.000 Rp 171.000.000 Rp 177.000.000 Rp 182.500.000
Rp 160.000.000 Rp 165.500.000 Rp 171.000.000 Rp 176.500.000 Rp 182.000.000 Rp 188.000.000 Rp 193.500.000 Rp 199.000.000 Rp 205.000.000 Rp 210.500.000
Rp 188.000.000
Rp 216.000.000
Rp 193.500.000
Rp 221.500.000
Rp 199.000.000
Rp 227.000.000
Rp 204.500.000
Rp 232.500.000
o. 2 4
0 1 2 3 4 3. Barang Inelastis (1 literBeras), kondisi tingkat inflasi yang rendah (3%) dan pertumbuhan ekonomi rendah (10 pelaku ekonomi) Unit Cost
Unit Value
Rp 3700 Rp 4400 Rp 5100 Rp 5800 Rp 6500 Rp 7500
Rp 5500 Rp 6200 Rp 6900 Rp 7600 Rp 8300 Rp 9300
o
39 Rp 8200 Rp 8900 Rp 9900 Rp 10600 0
Rp 10000 Rp 10700 Rp 11700 Rp 12400
4. Barang Inelastis (1 literBeras), kondisi tingkat inflasi yang rendah (3%) dan pertumbuhan ekonomi tinggi (14 pelaku ekonomi) Unit Cost
Unit Value
Rp 2300 Rp 3000 Rp 3700 Rp 4400 Rp 5100 Rp 5800 Rp 6500 Rp 7500 Rp 8200 Rp 8900
Rp 4100 Rp 4800 Rp 5500 Rp 6200 Rp 6900 Rp 7600 Rp 8300 Rp 9300 Rp 10000
o
0
Rp 10700 Rp 9900
1
Rp 11700 Rp 10600
2 Rp 11300
Rp 12400 Rp 13100
Rp 12000
Rp 13800
3 4 Lampiran 5 Instruksi Percobaan Instruksi Simulasi Percobaan Ekonomi untuk Kelompok Percobaan Komoditas Mobil Instruksi untuk Penjual Percobaan ini adalah percobaan ekonomi untuk pembuatan keputusan dalam menyepakati harga mobil yang ditransaksikan. Anda telah mendapatkan Rp 3.000,- karena telah datang dan ikut dalam percobaan ini. Jika Anda mengikuti instruksi dengan teliti dan membuat keputusan dengan hati-hati dalam transaksi, Anda dapat mendapat profit tambahan. Pemberian uang (reward) kepada Anda disesuaikan dengan besarnya profit yang diperoleh dalam proses transaksi, semakin besar profit yang diperoleh berarti semakin besar pula uang yang akan didapatkan. Sebelum memulai transaksi, pastikan status Anda apakah sebagai
40 penjual atau pembeli. Setiap penjual memiliki kode identitas yang berbeda yaitu J1, J2, J3, J4, J5, J6, atau J7. Percobaan ini akan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari dua tahap yaitu 1) sebelum redenominasi rupiah, dan 2) setelah redenominasi rupiah. Apakah ada pertanyaan? Ketentuan untuk penjual Anda adalah seorang penjual mobil yang akan menjual dua buah mobil. Anda akan mendapatkan dua buah mobil dengan nilai unit cost tertentu yang berbeda untuk masing-masing mobil. Anda tidak boleh memberitahukan unit cost yang didapat kepada peserta lain. Unit cost adalah kesediaan harga minimum yang ditetapkan penjual atas sebuah mobil yang dijualnya. Sedangkan harga jual adalah harga tunggal yang dipilih oleh seorang penjual untuk satu unit penjualan yang ditawarkan. Pada setiap awal percobaan Anda dipersilahkan untuk menetapkan harga jual bagi mobil yang akan diperjualbelikan. Informasi ini dimasukkan pada baris dan kolom yang sesuai dalam lembar keputusan. Agar mendapatkan profit/untung/uang, Anda harus menetapkan harga jual untuk sebuah mobil yang ditawarkan diatas nilai unit cost mobil yang bersangkutan. Anda tidak boleh menetapkan harga jual mobil dibawah nilai unit costnya. Profit Penjual = HargaJual – Unit Cost
Tahap-tahap Percobaan bagi Penjual Pengundian Pada setiap awal percobaan, melalui undian Anda akan diacak menjadi J1, J2, J3, J4, J5, J6, atau J7. Masing-masing penjual harus menuliskan kode identitasnya, nama, dan NRP pada lembar keputusan yang telah diberikan. Pembagian Unit Cost Setelah mendapatkan identitas, Anda akan dibagikan lembar keputusan dimana pada lembar keputusan tersebut telah tercantum unit cost sesuai identitas yang didapat dari hasil pengacakan Penetapan Harga Jual Selanjutnya Anda menetapkan harga jual untuk satu unit mobil yang akan Anda tawarkan dalam dua harga jual yang berbeda. Harga jual yang pertama yaitu harga dalam satuan Rupiah, sedangkan harga jual yang kedua adalah harga dalam satuan Rupiah Baru, dimana Rp (Baru) 1 = Rp 1000. Harga jual yang kedua ini menggambarkan adanya kebijakan redenominasi mata uang yaitu penghapusan tiga digit angka terakhir pada Rupiah. Contohnya: jika harga jual yang pertama Anda sebesar Rp 150.000.000 maka adanya kebijakan redenominasi, harga jual yang kedua Anda sekitar Rp (Baru) ±150.000. Contoh :
41
NISSAN GRAND LIVINA
Harga dengan Rupiah Lama Rp 165.500.000,Redenominasi Rupiah Æ Rp (baru) 165.500,‐ Harga dengan Rupiah Baru ? - Dinaikkan - Tetap - Diturunkan
Dalam menetapkan harga jual yang kedua dengan Rp Baru atau harga pada kondisi setelah redenominasi, penjual dipersilahkan untuk menetapkan dibawah atau diatas dari harga yang pertama (harga yang ditetapkan pada waktu sebelum ada redenominasi). Karena sifat permintaan mobil adalah elastis terhadap harga, jika penjual menetapkan harga jual dibawah harga sebelum ada redenominasi, maka permintaan pembeli terhadap mobil cenderung meningkat dengan jumlah yang sangat besar. Dengan pengertian lain, meskipun penjual menetapkan harga jualnya dibawah harga sebelumnya, maka penerimaan (revenue) yang akan diterima penjual cenderung meningkat. Setelah menuliskan harganya, kemudian peneliti akan memeriksa lembar keputusan Anda. Jika sudah benar Anda dipersilahkan menuliskan kedua harga jual tersebut pada karton yang telah tersedia di meja.
Proses Transaksi Seorang pembeli akan mendatangi Anda untuk membeli satu mobil. Karena dalam percobaan kali ini terdapat dua mobil yang akan dijual, Anda bisa bertransaksi menawarkan mobil kedua bersamaan dengan mobil pertama. Ketika mobil yang Anda ingin tawarkan sudah habis, maka dianggap telah menyelesaikan transaksi pada tahap pertama dan ulangan pertama. Akhir Percobaan Percobaan ini telah berakhir, jumlah pembayaran Anda adalah total profit dari transaksi mobil yang laku terjual (jika penjual) untuk semua ulangan yang telah dilakukan ketika sebelum redenominasi (Rp) maupun setelah redenominasi (RpBaru). Perhitungan profit akan dilakukan oleh peneliti. Percobaan ini akan diulang untuk ulangan berikutnya sampai ulangan ke-3. Terima kasih atas perhatian Anda. Instruksi Simulasi Percobaan Ekonomi untuk Kelompok Percobaan Komoditas Mobil
42 Instruksi untuk Pembeli Percobaan ini adalah percobaan ekonomi untuk pembuatan keputusan dalam menyepakati harga mobil yang ditransaksikan. Anda telah mendapatkan Rp 3.000,- karena telah datang dan ikut dalam percobaan ini. Jika Anda mengikuti instruksi dengan teliti dan membuat keputusan dengan hati-hati dalam transaksi, Anda dapat mendapat profit tambahan. Pemberian uang (reward) kepada Anda disesuaikan dengan besarnya profit yang diperoleh dalam proses transaksi, semakin besar profit yang diperoleh berarti semakin besar pula uang yang akan didapatkan. Sebelum memulai transaksi, pastikan status Anda apakah sebagai penjual atau pembeli. Setiap pembeli memiliki kode identitas yang berbeda yaitu B1, B2, B3, B4, B5, B6, atau B7. Percobaan ini akan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari dua tahap yaitu 1) sebelum redenominasi rupiah, dan 2) setelah redenominasi rupiah. Apakah ada pertanyaan? Ketentuan untuk pembeli Sebagai pembeli, Anda akan mendapatkan dua unit value untuk masingmasing mobil yang akan dibeli. Unit value yang didapatkan tersebut telah tercantum dalam lembar keputusan yang Anda dapatkan. Anda tidak boleh saling memberitahukan nilai unit value yang didapat kepada peserta lain. Unit value adalah kesediaan harga maksimum yang ditetapkan pembeli atas sebuah mobil yang akan dibelinya. Sedangkan harga jual adalah sebuah harga tunggal yang dipilih oleh seorang penjual untuk satu unit mobil yang ditawarkan. Agar mendapatkan profit/untung/uang, Anda harus memilih harga jual untuk mobil yang ingin Anda beli dibawah unit value yang dimiliki. Anda tidak boleh memilih mobil dengan harga jual di atas unit value. Profit Pembeli = Unit Value – HargaJual Tahap-tahap Percobaan Bagi Pembeli Pada setiap awal percobaan Anda akan dipersilahkan meninggalkan ruangan untuk diacak untuk menjadi B1, B2, B3, B4, B5, B6, atau B7 sebagai kode identitas. Setelah itu Anda akan dibagikan lembar keputusan dimana telah tercantum unit value sesuai identitas yang didapat dari hasil pengacakan. Selanjutnya pada setiap awal ulangan setiap pembeli akan diacak urutan masuk ke dalam ruangan penjual. Pembeli dipersilahkan memasuki ruangan penjual sesuai urutan yang didapat. Anda dipersilahkan masuk ke dalam dan melihat harga yang telah dicantumkan oleh masing-masing penjual, lalu menentukan pilihan salah satu harga dari sepuluh harga yang telah dicantumkan oleh masing-masing penjual. Selanjutnya pembeli langsung mendatangi penjual yang telah dipilih untuk melakukan transaksi jual-beli. Karena dalam percobaan kali ini terdapat dua mobil yang dapat dibeli, Anda bisa bertransaksi membeli mobil kedua bersamaan dengan mobil pertama. Apabila semua penjual menetapkan harga jual di atas unit value, Anda diperbolehkan tidak membeli satu unit mobil pada ulangan tersebut dan langsung meninggalkan ruangan penjual. Bagi peserta yang belum dipanggil dipersilahkan menunggu giliran untuk melakukan pembelian. Satu ulangan berakhir apabila semua pembeli telah mendapatkan kesempatan pembelian untuk dua unit value yang dimilikinya.
43
Ad da Kebijak kan Redenoominasi (Trransaksi deengan Rp B Baru) Paada awal tahap ketiika terjadin nya redenoominasi, sseluruh pem mbeli dipersilahkkan keluar ruangan terrlebih dahu ulu. Jika Annda pembelli, instruksi yang harus dilaakukan dann unit valuee yang diteerima adalaah sama deengan perco obaan ketika tiddak adanya redenominnasi. Namun n dengan adanya a reddenominasi, nilai nominal unit u value berubah b meenjadi dalaam satuan Rupiah R (Baaru), diman na Rp (Baru) 1 = Rp 10000. Contohnyya: jika seb belumnya unnit value A Anda sebesaar Rp 150.000.000 maka dengan d adaanya kebijakan redennominasi uunit value Anda menjadi Rp R (Baru) 150.000. Pada P kondiisi ini, sem mua perhituungan profitt dari membeli mobil m dihituung dalam satuan s Rupiaah (Baru).
Ruppiah
R Rupiah
Ak khir Percob baan Percobaan inii telah berakkhir, jumlah h pembayarran Anda addalah total profit p dari transaaksi mobil yang y berhassil dibeli (jik ka pembeli)) untuk sem mua ulangan yang telah dilakkukan ketikka sebelum redenominaasi (Rp) maaupun setelah redenom minasi (RpBaru). Perhitungaan profit akkan dilakuk kan oleh peeneliti. Perrcobaan ini akan diulang untuk u ulanggan berikuttnya sampai ulangann ke-3. Terrima kasih h atas perhatian Anda. A In nstruksi Sim mulasi Perccobaan Eko onomi untu uk Kelompok Percoba aan K Komoditas s Beras I Instruksi un ntuk Penjuaal Perrcobaan ini adalah percobaan p ekonomi e unntuk pembuuatan kepu utusan dalam mennyepakati harga h beras yang ditran nsaksikan. Anda A telah m mendapatkaan Rp 3.000,- kaarena telah datang dann ikut dalam m percobaann ini. Jika Anda meng gikuti instruksi dengan d telitti dan mem mbuat keputu usan dengaan hati-hati dalam transaksi, Anda dappat mendapaat profit tam mbahan. Peemberian uaang (rewarrd) kepada Anda disesuaikaan dengan besarnya profit yang g diperolehh dalam pproses transaksi, semakin besar b profit yang diperroleh berartti semakin besar pula uang yang akan didapatkann. Sebelum m memulai transaksi, pastikan sttatus Anda apakah seebagai penjual ataau pembeli..Setiap penjjual memilik ki kode idenntitas yang berbeda yaitu J1, J2, J3, J4, J5, J6, atauu J7. Percobbaan ini akaan dilakukann sebanyak tiga kali ulaangan, p yaitu 1) seebelum redeenominasi ru upiah, dimana seetiap ulangaan terdiri darri dua tahap dan 2) seteelah redenoominasi rupiiah. Apakah h ada pertannyaan? Keteentuan unttuk penjuall Annda adalah seorang peenjual beraas yang akaan menjuall dua liter beras kepada seoorang pembbeli. Anda akan a mendaapatkan dua liter beras ddengan nilaai unit
44 cost tertentu yang berbeda tiap liternya. Anda tidak boleh memberitahukan unit cost yang didapat kepada peserta lain. Unit cost adalah kesediaan harga minimum yang ditetapkan penjual atas satu liter beras yang dijualnya. Sedangkan harga jual adalah harga tunggal yang dipilih oleh seorang penjual untuk satu unit penjualan yang ditawarkan. Pada setiap awal ulangan Anda dipersilahkan untuk membuat harga jual yang akan diperjualbelikan. Informasi ini dimasukkan pada baris dan kolom yang sesuai dalam lembar keputusan.Agar mendapatkan profit/untung/uang, Anda harus menetapkan harga jual untuk satu liter beras yang ditawarkan diatas nilai unit cost beras yang bersangkutan.Anda tidak boleh menetapkan harga jual beras dibawah nilai unit costnya. Profit Penjual = Harga Jual – Unit Cost Tahap-tahap Percobaan bagi Penjual Pengundian Pada setiap awal percobaan, melalui undian Anda akan diacak menjadi J1, J2, J3, J4, J5, J6, atau J7. Masing-masing penjual harus menuliskan kode identitasnya, nama, dan NRP pada lembar keputusan yang telah diberikan. Pembagian Unit Cost Setelah mendapatkan identitas, Anda akan dibagikan lembar keputusan dimana pada lembar keputusan tersebut telah tercantum unit cost sesuai identitas yang didapat dari hasil pengacakan Penetapan Harga Jual Selanjutnya Anda menetapkan harga jual untuk satu liter beras yang akan Anda tawarkan dalam dua harga jual yang berbeda. Harga jual yang pertama yaitu harga dalam satuan Rupiah, sedangkan harga jual yang kedua adalah harga dalam satuan Rupiah Baru, dimana Rp (Baru) 1 = Rp 1000. Harga jual yang kedua ini menggambarkan adanya kebijakan redenominasi mata uang yaitu penghapusan tiga digit angka terakhir pada Rupiah.Contohnya: jika harga jual yang pertamaAnda sebesar Rp 13.000 maka adanya kebijakan redenominasi, harga jual yang keduaAnda sekitar Rp (Baru) ± 13. Contoh :
45
BERAS Harga dengan Rupiah Lama Rp 13.000,Redenominasi Rupiah Æ Rp (baru) 13,‐ Harga dengan Rupiah Baru ? - Dinaikkan - Tetap - Diturunkan
Dalam menetapkan harga jual yang kedua dengan Rp Baru atau harga pada kondisi setelah redenominasi, penjual dipersilahkan untuk menetapkan tetap, dibawah atau diatas dari harga yang pertama (harga yang ditetapkan pada waktu sebelum ada redenominasi).Karena sifat permintaan beras adalah inelastis terhadap harga, jika penjual menetapkan harga jual diatas harga sebelum ada redenominasi, maka permintaan pembeli terhadap beras cenderung tidak turun dengan jumlah yang besar. Dengan pengertian lain meskipun penjual menaikkan harga jualnya, tetapi penerimaan (revenue) yang akan diterima penjual cenderung meningkat. Setelah menuliskan harganya, kemudian peneliti akan memeriksa lembar keputusan Anda. Jika sudah benar Anda dipersilahkan menuliskan kedua harga jual tersebut pada karton yang telah tersedia di meja. Proses Transaksi Seorang pembeli akan mendatangi Anda untuk membeli satu liter beras. Karena dalam percobaan kali ini terdapat dua liter beras yang akan dijual, Anda bisa bertransaksi menawarkan beras liter kedua bersamaan dengan beras liter pertama yang ditawarkan. Instruksi untuk menawarkan beras kedua sama dengan ketika menawarkan beras pertama. Ketika beras yang Anda ingin tawarkan sudah habis, maka dianggap telah menyelesaikan transaksi pada tahap pertama dan ulangan pertama. Akhir Percobaan Percobaan ini telah berakhir, jumlah pembayaran Anda adalah total profit dari transaksi beras yang laku terjual (jika penjual) untuk semua ulangan yang telah dilakukan ketika sebelum redenominasi (Rp) maupun setelah redenominasi (Rp Baru). Perhitungan profit akan dilakukan oleh peneliti. Percobaan ini akan diulang untuk ulangan berikutnya sampai ulangan ke-3. Terima kasih atas perhatian Anda.
46 Instruksi Simulasi Percobaan Ekonomi untuk Kelompok Percobaan Komoditas Beras Instruksi untuk Pembeli Percobaan ini adalah percobaan ekonomi untuk pembuatan keputusan dalam menyepakati harga beras yang ditransaksikan. Anda telah mendapatkan Rp 3.000,- karena telah datang dan ikut dalam percobaan ini. Jika Anda mengikuti instruksi dengan teliti dan membuat keputusan dengan hati-hati dalam transaksi, Anda dapat mendapat profit tambahan. Pemberian uang (reward) kepada Anda disesuaikan dengan besarnya profit yang diperoleh dalam proses transaksi, semakin besar profit yang diperoleh berarti semakin besar pula uang yang akan didapatkan. Sebelum memulai transaksi, pastikan status Anda apakah sebagai penjual atau pembeli.Setiap pembeli memiliki kode identitas yang berbeda yaitu B1, B2, B3, B4, B5, B6, atau B7. Percobaan ini akan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari dua tahap yaitu 1) sebelum redenominasi rupiah, dan 2) setelah redenominasi rupiah. Apakah ada pertanyaan? Ketentuan untuk pembeli Sebagai pembeli, Anda akan mendapatkan satu nilai unit value untuk satu liter beras yang akan dibeli. Karena dalam percobaan kali ini ada dua liter beras yang diperjualbelikan, maka Anda juga akan mendapatkan dua unit value untuk masing-masing liter beras yang akan dibeli. Anda tidak boleh saling memberitahukan nilai unit value yang didapat kepada peserta lain. Unit value adalah kesediaan harga maksimum yang ditetapkan pembeli atas satu liter beras yang akan dibelinya. Sedangkan harga jual adalah sebuah harga tunggal yang dipilih oleh seorang penjual untuk satu liter beras yang ditawarkan.Agar mendapatkan profit/untung/uang, Anda harus memilih harga jual untuk beras yang ingin Anda beli dibawah unit value yang dimiliki.Anda tidak boleh memilih beras dengan harga jual di atas unit value.Anda tidak dapat membeli unit kedua sebelum Anda membeli unit yang pertama. Profit Pembeli = Unit Value – Harga Jual Tahap-tahap Percobaan Bagi Pembeli Pada setiap awal percobaan Anda akan dipersilahkan meninggalkan ruangan untuk diacak untuk menjadi B1, B2, B3, B4, B5, B6, atau B7 sebagai kode identitas. Setelah itu Anda akan dibagikan lembar keputusan dimana telah tercantum unit value sesuai identitas yang didapat dari hasil pengacakan. Masingmasing pembeli harus menuliskan kode identitasnya, nama, dan NRP pada lembar keputusan yang telah diberikan. Selanjutnya pada setiap awal ulangan setiap pembeli akan diacak urutan masuk ke dalam ruangan penjual. Pembeli dipersilahkan memasuki ruangan penjual sesuai urutan yang didapat.Anda dipersilahkan masuk ke dalam dan melihat harga yang telah dicantumkan oleh masing-masing penjual, lalu menentukan pilihan salah satu harga dari sepuluh harga yang telah dicantumkan oleh masing-masing penjual.Selanjutnya pembeli langsung mendatangi penjual yang telah dipilih untuk melakukan transaksi jual-beli Karena dalam percobaan kali ini terdapat dua
47 liter beras yang dappat dibeli, Anda bisaa bertransaaksi membeeli beras kedua k ual di bersamaann dengan beeras pertamaa.Apabila seemua penjuual menetapkkan harga ju atas unit value, v Andaa diperbolehhkan tidak membeli saatu liter berras pada peeriode pertama dan langsungg meninggaalkan ruangaan penjual. Baagi peserta yang y belum m dipanggil dipersilahkkan menungggu giliran untuk u melakukann pembeliaan.Satu ulaangan beraakhir apabbila semua pembeli telah mendapatkkan kesemppatan pembeelian untuk dua unit value yang dim milikinya. n Redenom minasi (Transaksi dengan Rp Baru) Adaa Kebijakan Paada awal tahap ketiika terjadin nya redenoominasi, sseluruh pem mbeli dipersilahkkan keluar ruangan teerlebih dahu ulu.Jika Annda pembelii, instruksi yang harus dilaakukan dann unit valuee yang diteerima adalaah sama deengan perco obaan ketika tiddak adanya redenominnasi. Namun n dengan adanya a reddenominasi, nilai nominal unit u value berubah b meenjadi dalam m satuan Rupiah R (Barru), dimana Rp (Baru) 1 = Rp 10000. Contohnyya: jika seb belumnya unit u value A Anda sebesaar Rp 7.500 makka dengan adanya a kebijakan redenominasi unit u value A Anda menjad di Rp (Baru) 7,55. Pada kondisi k ini, semua peerhitungan profit p dari membeli mobil m dihitung dalam d satuann Rupiah (B Baru).
Rupiah
R Rupiah
hir Percobaaan Akh Percobaan inii telah berakkhir, jumlah h pembayarran Anda addalah total profit p dari transaaksi beras yang y berhasiil dibeli (jik ka pembeli)) untuk sem mua ulangan yang telah dilakkukan ketikka sebelum redenominaasi (Rp) maaupun setelah redenom minasi (Rp Baru)). Perhitunggan profit akan a dilaku ukan oleh peneliti. p Perrcobaan ini akan diulang untuk u ulanggan berikuttnya sampai ulangann ke-3. Terrima kasih h atas perhatian Anda A Lampiran 6 Lembar Keputusan K 1.
Leembar Keputusan Pen njual Baran ng Elastis Kodde Identitas : J1 J2 J3 Kom mbinasi Perllakuan Ke (B) LEM MBAR KEPUTUSAN N PENJUAL L
Tidaak Adanyya Kebijak kan Redenom minasi M Mobil Mobbil Ke – Hargga 1 Jual (R (a) Rupiah Lam ma) Unit Cost C (b) Proffit
Periode T Transaksi 1
2
132.000.0 00
137.500.0 000
3
143. 000.000
48 (a-b) Transaksi Mobil Ke – 2 (Rupiah Lama)
Harga Jual (a) Unit Cost (b) Profit (a-b) Transaksi
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/ Tidak
204.500.0 00
199.000.0 00
193. 500.000
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/ti dak
Profit kumulatif
2.
Lembar Keputusan Pembeli Barang Elastis Kode Identitas : B1 B2 B3 Kombinasi Perlakuan Ke B LEMBAR KEPUTUSAN PEMBELI
Tidak Adanya Kebijakan Redenominasi Mobil Mobil Unit Ke – 1 Value (Rupia (a) h Lama) Harga Beli (b) Profit (a-b) Transak si Mobil Unit Ke – 2 Value (Rupia (a) h Lama) Harga Beli (b) Profit (a-b) Transak si Profit Kumulatif
Periode Transaksi 1 232.5 00.000
2 227.0 00.000
160.000.000
3 221.500.000
165.500. 000
171.0 00.000
49
3.
Lembar Keputusan Penjual Barang Inelastis Kode Identitas : J1 J2 J3
Kombinasi Ke ( F ) LEMBAR KEPUTUSAN PENJUAL Tidak Adanya Kebijakan Redenominasi Beras Beras Ke – Harga Jual 1 (a) (Rupiah Unit Cost Lama) (b) Profit (a-b) Transaksi Beras Ke – Harga Jual 2 (a) (Rupiah Unit Cost Lama) (b) Profit (a-b) Transaksi Profit Kumulatif
4.
Perlakuan
Periode Transaksi 1
2
2
3.00
.300
3.700
0 Ya / Tidak
1 2.000
11.3 00
10.600
Ya / Tidak
Lembar Keputusan Pembeli Barang Inelastis Kode Identitas : B1 B2 B3
Kombinasi
Perlakuan
Ke
(F) LEMBAR KEPUTUSAN PEMBELI Tidak Adanya Redenominasi Beras Beras Ke – 1 (Rupiah Lama)
Beras Ke – 2 (Rupiah Lama)
Periode Transaksi
Kebijakan Unit Value (a) Harga Beli (b) Profit (a-b) Transaksi Unit Value (a) Harga Beli (b)
1 1 3.800
4 .100
2 13.10 0
3 12.400
Ya / Tidak 4.800 5.500
50 Profit (a-b) Transaksi Profit Kumulatif
Ya / Tidak
Lampiran 7 Plot Data 1.
Plot Data Perubahan Harga Pada Barang Elastis dan Inelastis In d iv id u a l V a lu e P lo t o f E la s tis ; In e la s tis
Data
E la s tis
In e la s tis
2
2
1
1
0
0
-1
-1
-2
-2
-3
-3
-4
-4 E la s tis
2.
In e la s tis
Plot Data Perubahan Harga Pada Pertumbuhan Rendah dan Tinggi In d iv id u a l V a lu e P lo t o f P e r tu m b u h a n R e n d a h ; P e r tu m b u h a n T in g g i
Data
P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
2
2
1
1
0
0
-1
-1
-2
-2
-3
-3
-4
-4 P e r tu m b u h a n R e n d a h
3.
P e r tu m b u h a n T in g g i
Plot Data Perubahan Harga Pada Barang Inelastis saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi
51 In d iv id u a l V a lu e P lo t o f P e r tu m b u h a n R e n d a h ; P e r tu m b u h a n T in g g i
Data
P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
2
2
1
1
0
0
-1
-1
-2
-2
-3
-3
-4
-4 P e r tu m b u h a n R e n d a h
4.
P e r tu m b u h a n T in g g i
Plot Data Perubahan Jumlah Transaksi saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi pada Barang Elastis
I n d iv id u a l V a lu e
P lo t o f P e r tu m b u h a n
P e r tu m b u h a n
R e n d a h
R e n d a h ; P e r tu m b u h a n P e r tu m b u h a n
T in g g i
T in g g i
Data
0
0
- 2
- 2
- 4
- 4
- 6
- 6
- 8
- 8
- 1 0
- 1 0
- 1 2
- 1 2
- 1 4
- 1 4
- 1 6
- 1 6 P e r tu m b u h a n
5.
R e n d a h
P e r tu m b u h a n
T in g g i
Plot Data Perubahan Jumlah Transaksi saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi pada Barang Inelastis In d iv id u a l V a lu e P lo t o f P e r tu m b u h a n R e n d a h ; P e r tu m b u h a n T in g g i
Data
P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
0
0
-2
-2
-4
-4
-6
-6
-8
-8
-10
-10
-12
-12
-14
-14 -16
-16 P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
52
6.
Plot Data Perubahan Jumlah Transaksi saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi pada Barang Elastis In d iv id u a l V a lu e P lo t o f P e r tu m b u h a n R e n d a h ; P e r tu m b u h a n T in g g i
Data
P e r tu m b u h a n R e n d a h
0 ,1 4
0 ,1 2
0 ,1 2
0 ,1 0
0 ,1 0
0 ,0 8
0 ,0 8
0 ,0 6
0 ,0 6
0 ,0 4
0 ,0 4
0 ,0 2
0 ,0 2
0 ,0 0
7.
P e r tu m b u h a n T in g g i
0 ,1 4
P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
0 ,0 0
Plot Data Perubahan NilaiTransaksi saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi
Data
I n d i v i d u a l
V a l u e
P l o t
P e r tu m
b u h a n
o f
P e r t u m
R e n d a h
b u h a n
R e n d a h ;
P e r t u m
P e r tu m
b u h a n
b u h a n
T i n g g i
T in g g i
1 5
1 5
1 0
1 0
5
5
0
0 - 5
- 5 - 1 0
- 1 0
- 1 5
- 1 5 - 2 0
- 2 0 P e r tu m
8.
b u h a n
R e n d a h
P e r tu m
b u h a n
T in g g i
Plot Data Perubahan Nilai Transaksi saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi pada Barang Elastis In d iv id u a l V a lu e P lo t o f P e r tu m b u h a n R e n d a h ; P e r tu m b u h a n T in g g i
Data
P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
16
16
12
12
8
8
4
4
0
0
P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
53 9.
Plot Data Perubahan Nilai Transaksi saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi pada Barang Inelastis In d iv id u a l V a lu e P lo t o f P e r tu m b u h a n R e n d a h ; P e r tu m b u h a n T in g g i P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
Data
0
0
-4
-4
-8
-8
-12
-12
-16
-16 P e r tu m b u h a n R e n d a h
P e r tu m b u h a n T in g g i
Lampiran 8 Perkembangan Harga tiap Ulangan 1.
Perkembangan Harga tiap Ulangan pada Barang Elastis 17000000 16800000 16600000 Harga Rata‐rata 16400000 16200000 16000000 15800000
Tanpa Redenominasi Dengan Redenominasi
1
2.
2
3
Perkembangan Harga tiap Ulangan pada Barang Inelastis 7800 7600 7400 Harga Rata‐rata
Tanpa Redenominasi
7200
Dengan Redenominasi
7000 6800 1
3.
2
3
Perkembangan Harga tiap Ulangan pada Pertumbuhan Rendah
54 82000000 81000000 80000000 Harga Rata‐rata 79000000 78000000 77000000
Tanpa Redenominasi Dengan Redenominasi 1
4.
2
3
Perkembangan Harga tiap Ulangan pada Pertumbuhan Tinggi 90000000 88000000 86000000
HargaRata‐rata
Tanpa Redenominasi
84000000
Dengan Redenominasi
82000000 80000000 1
5.
2
3
Perkembangan Perubahan Harga pada saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi 1.5 1 0.5 0 Perubahan ‐0.5 Harga(%) ‐1
1
2
Pertumbuhan Rendah
3
Pertumbuhan Tinggi
‐1.5 ‐2 ‐2.5
6.
Perkembangan Perubahan Harga pada Barang Elastis dan Inelastis 1.5 1 0.5 Perubahan Harga (%)
Elastis
0 ‐0.5 ‐1 ‐1.5
1
2
3
Inelastis
55 7.
Perkembangan Perubahan Harga pada Barang Elastis saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi 1.5 1 0.5 0 Perubahan Harga (%) ‐0.5
Pertumbuhan Rendah 1
2
3
Pertumbuhan Tinggi
‐1 ‐1.5 ‐2
8.
Perkembangan Perubahan Harga pada Barang Inelastis saat Pertumbuhan Rendah dan Tinggi 3 2 1 Perubahan Harga (%)
0 ‐1
Pertumbuhan Rendah 1
2
3
Pertumbuhan Tinggi
‐2 ‐3 ‐4
RIWAYAT HIDUP Muhammad Kunto Adi lahir di Jakarta tanggal 11 Mei 1991 dari ayah Whisnu Eko Putro, S.Tek dan ibu Muninggar Tresnosari, S.Akun. Tahun 2003 penulis lulus dari SD Melania II Kuningan dan pada tahun 2006 penulis lulus dari SMP Regina Pacis Bogors. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Regina Pacis Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur UTM IPB dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota AIESEC pada tahun ajaran 2010. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota UKM Basket pada tahun ajaran 2009. Penulis juga aktif mengikuti lomba olahraga dan seni tingkat mahasiswa. Prestasi yang diraih oleh penulis adalah Juara I Cabang Futsal Tingkat Fakultas tahun 2011, Juara III Sepak Bola Tingkat IPB Tahun 2011,dan Juara II Cabang
56 Futsal Tingkat Fakultas tahun 2012. Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa.