ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN REDENOMINASI TERHADAP PERMINTAAN KONSUMEN DALAM KONDISI EKONOMI DENGAN TINGKAT INFLASI TINGGI
RHEZA PRASETYA ARIMURTI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013
Rheza Prasetya Arimurti NIM H14090053
ABSTRAK RHEZA PRASETYA ARIMURTI. Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA. Redenominasi adalah penyederhanaan mata uang menjadi pecahan yang lebih sedikit dengan cara mengurangi digit angka (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Oleh karena itu, diharapkan daya beli masyarakat tidak berubah. Penelitan ini dilakukan untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya kebijakan redenominasi dalam kondisi inflasi tinggi. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari percobaan ekonomi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t dan analisis deskriptif. Kebijakan redenominasi cenderung menurunkan nilai transaksi untuk barang elastis pada saat pertumbuhan rendah. Hal tersebut disebabkan oleh harga yang cenderung mengalami penurunan. Sedangkan pada saat pertumbuhan tinggi, kebijakan redenominasi cenderung meningkatkan nilai transaksi. Hal tersebut disebabkan oleh harga yang cenderung mengalami peningkatan. Kata kunci: Percobaan Ekonomi, Redenominasi, Uji-t
ABSTRACT RHEZA PRASETYA ARIMURTI. Analysis of Redenomination Effect on Consumer Demand in Economic Conditions with High Inflation. Supervised by BAMBANG JUANDA. Redenomination is a simplification of currency into smaller fragments by reducing digit number (zero) without reducing the value of the currency. Therefore, the expected purchasing power has not changed. This research was conducted to see the effect that the result of the redenomination policy. The data used are primary data obtained from experimental economics. Analysis tools used in this study is the t-test and descriptive analysis. Redenomination policy tends to lower the value of transactions for goods elastic at low growth. This was caused by the price tends to decrease. While at the time of high growth, redenomination policy tends to increase the value of the transaction. This was caused by the price tends to increase. Key words : Experimental Economics, Redenomination, T-test
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN REDENOMINASI TERHADAP PERMINTAAN KONSUMEN DALAM KONDISI EKONOMI DENGAN TINGKAT INFLASI TINGGI
RHEZA PRASETYA ARIMURTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perekonomian pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judu] Skripsi: Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Pennintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat lnflasi Tinggi : Rheza Prasetya Arimurti Nama : H14090053 NIM
Disetujui oleh
Prof. Dr.Ir. Bambang Juanda, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
2 0 AUG 2013
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi Nama : Rheza Prasetya Arimurti NIM : H14090053
Disetujui oleh
Prof. Dr.Ir. Bambang Juanda, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah redenominasi, dengan judul Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi selama proses penelitian. Selain itu ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan penulis, temanteman terbaik penulis yang selalu memberikan dukungan, teman satu bimbingan, teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 46, serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013 Rheza Prasetya Arimurti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Konsep Elastisitas Permintaan
5
Perubahan Nilai Mata Uang
7
Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi
7
Percobaan Ekonomi
9
Percobaan Ekonomi dalam Kajian Kebijakan Ekonomi
10
Hipotesis
10
Kerangka Penelitian
11
METODE PENELITIAN
12
Jenis dan Sumber Data
12
Metode Pengambilan Sampel
12
Rancangan Simulasi Percobaan
12
Prosedur Simulasi Percobaan
14
Metode Analisis Data
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Perilaku Ekonomi dalam Beberapa Kondisi pada saat Inflasi Tinggi
17
Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Akibat Redenominasi Mata Uang Rupiah
28
SIMPULAN DAN SARAN
28
Simpulan
28
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
63
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sepuluh mata uang dengan nilai pecahan tertinggi di ASEAN Tingkat pertumbuhan dan tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2008-2012 Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi Hipotesis untuk uji beda nilai tengah Hasil nilai dari uji kergaman dan uji t-test untuk respon tertentu dalam beberapa kondisi. Hasil t-test perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi Hasil t-test perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi Hasil t-test perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi Hasil t-test perbandingan perubahan harga relatif untuk barang elastis dan barang inelastis Hasil t-test perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi untuk barang elastis dan barang inelastis Hasil t-test perbandingan persentase perubahan nilai tranksaksi untuk barang elastis dan barang inelastis Hasil t-test perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda Hasil t-test perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda Hasil t-test perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda
2 3 13 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 2 Perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi 3 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi 4 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi 5 Perbandingan perubahan harga relatif untuk barang elastis dan barang inelastis 6 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan barang inelastis 7 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan barang inelastis 8 Perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda
11 18 19 20 21 22 23 24
9 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda 10 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda 11 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda per kondisi
25 26 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Data hasil percobaan Hasil uji keragaman dan uji beda nilai tengah untuk setiap kombinasi Grafik plot data untuk setiap kombinasi perlakuan Instruksi percobaan Daftar unit value dan unit cost masing-masing pelaku percobaan Lembar keputusan penjual dan pembeli Grafik perkembangan perubahan harga dalam setiap ulangan
31 32 42 47 55 57 61
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan perekonomian nasional dalam menghadapi tantangan ke depan yang berupa integrasi perekonomian global, saat ini Bank Indonesia sedang melakukan suatu kajian mengenai penyederhanaan dan penyetaraan nilai Rupiah. Wacana mengenai redenominasi tersebut telah dikeluarkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Darwin Nasution, pada tanggal 3 agustus 20101. Redenominasi adalah penyederhanaan mata uang menjadi pecahan yang lebih sedikit dengan cara mengurangi digit angka (angka nol) tanpa mengurangi nilai dari mata uang tersebut. Dalam redenominasi yang direncanakan akan menghilangkan tiga angka nol pada nilai uang, barang, maupun upah. Dengan demikian, redenominasi akan menyederhanakan penulisan nilai barang dan jasa yang diikuti pula penyederhanaan penulisan alat pembayaran (uang). Misalkan Rp20 000 akan berubah menjadi Rp20, hal ini berlaku pada mata uang maupun harga barang. Karena perubahan hanya pada nilai nominal uang, sedangkan pada nilai riil tetap maka diharapkan tidak mempengaruhi daya beli masyarakat. Kebijakan redenominasi atau eliminasi tiga angka nol pada Rupiah rencananya akan tercantum di dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Perubahan Harga Rupiah, dimana RUU ini merupakan salah satu dari 70 RUU yang telah masuk ke dalam daftar Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2013 2 . Namun sampai saat ini RUU tersebut baru dalam tahap disiapkan oleh Kementerian Keuangan, dan belum diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk dibahas. Kebijakan ini baru disosialisasikan secara resmi oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia pada 23 Januari 2013 yang lalu. Dasar pemikiran yang melandasi dalam melakukan kebijakan redenominasi adalah perlunya penyederhanaan terhadap nilai Rupiah. Karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini yang relatif tinggi akan meningkatkan perputaran uang dengan nilai yang semakin meningkat. Peningkatan ini berdampak pada pencatatan digit yang semakin banyak di setiap transaksi yang terjadi sehingga menyulitkan sejumlah pihak dalam pencatatan keuangannya, karena software yang tersedia saat ini hanya mampu mencatat 11 digit angka. Selain itu, nilai setiap mata anggaran di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga ditulis dalam triliun Rupiah atau tidak menyertakan 12 digit angka terakhir3. Alasan lainnya dalam melakukan kebijakan redenominasi karena terdapat kemungkinan terjadinya inflasi yang tinggi dalam waktu yang singkat sehingga akan menyebabkan nilai mata uang yang semakin rendah. Semakin rendahnya nilai mata uang, maka akan menyebabkan semakin banyaknya jumlah uang yang diperlukan untuk membeli barang atau jasa (Amir, 2011). Apabila terjadi inflasi yang tinggi dan terus bertambah setiap tahunnya, maka tidak menutup kemungkinan akan munculnya pecahan mata uang baru yang lebih besar. Saat ini Indonesia memiliki pecahan tertinggi sebesar Rp100 000, kedua tertinggi setelah 1
Siaran Pers Bank Indonesia No. 12/38/PSHM/Humas Lihat, http://www.dpr.go.id/id/baleg/prolegnas/313/Daftar-Prolegnas-RUU-Prioritas-Tahun-2013 3 Nota Keuangan dan Rancangan APBN Tahun Anggaran 2013 2
2 mata uang Vietnam yang mencetak 500 000 Dong. Maka diperkirakan dampak dari kenaikan inflasi yang terus bertambah akan muncul pecahan baru sebesar Rp200 000 atau Rp500 000 bahkan mungkin mencapai Rp1 000 000. Nilai nominal yang terlalu besar seolah-olah mencerminkan di masa lalu negara pernah mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental perekonomian yang kurang baik (Kesumajaya, 2011). Dapat dilihat pada Tabel 1, diantara mata uang lainya Rupiah menempati peringkat kedua dalam Negara yang memiliki mata uang pecahan tertinggi sebesar Rp100 000. Tabel 1 Sepuluh mata uang dengan nilai pecahan tertinggi di ASEAN No Mata Uang (Negara) Nilai pecahan tertinggi 1 Dong (Vietnam) 500.000 2 Rupiah (Indonesia) 100.000 3 Riel (Kamboja) 100.000 4 Kip (Laos) 50.000 5 Brunei Dollar (Brunei) 10.000 6 Singapore Dollar (Singapura) 10.000 7 Kyat (Myanmar) 5.000 8 Peso (Philiphina) 1.000 9 Baht (Thailand) 1.000 10 Ringgit Malaysia (Malaysia) 100 Sumber: http://infobanknews.com diakses pada 20 Juli 2013
Sejak tahun 1923, setidaknya terdapat 50 negara yang telah menerapkan kebijakan redenominasi, ada yang dianggap gagal dan ada juga yang dianggap berhasil. Negara-negara yang dapat dikatakan berhasil dalam menerapkan redenominasi adalah Turki, Polandia, Rumania, dan Ukraina. Sementara, negaranegara yang tidak berhasil dalam melakukan kebijakan redenominasi adalah Brazil, Israel, Rusia, Korea Utara, dan Zimbabwe. Ada beberapa negara yang melakukan redenominasi dalam beberapa tahap, seperti Brazil dan Serbia Montenegro sebanyak empat kali serta Israel dan Argentina sebanyak enam kali. Salah satu indikator keberhasilan penerapan redenominasi adalah tingkat inflasi setelah kebijakan tersebut diterapkan. Sebagai contoh, Negara turki setelah melakukan kebijakan redenominasi dengan menghilangkan enam angka nol keadaan perekonomian tetap terjaga, tingkat inflasinya turun dan lebih stabil. Rencana untuk menerapkan kebijakan redenominasi di Indonesia saat ini dinilai sudah tepat. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ioana (2005) yang menyebutkan bahwa redenominasi mata uang hanya akan sukses dilakukan hanya jika memenuhi dua kondisi berikut: 1) tingkat inflasi yang rendah dengan kecenderungan yang menurun; dan 2) berhasilnya program reformasi dan restrukturisasi ekonomi, seperti pertumbuhan PDB riil yang tinggi. Saat ini, variabel-variabel makroekonomi seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi cenderung sudah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa pada tahun 2010 tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 6.2% sudah mengalami peningkatan yang pada sebelunya pada tahun 2009 sebesar 4.6%. Sama halnya dengan tingkat inflasi yang sudah mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 4,8% setelah sebelumnya sebesar
3 Tabel 2 Tingkat pertumbuhan dan tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2008-2012 Tahun
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Inflasi (%)
2008
6,0
9,8
2009
4,6
4,8
2010
6,2
5,1
2011
6,5
5,4
2012
6,2
4,3
Sumber: World Development Indicators 2012
9,8 % pada tahun 2008. Dari kedua variabel tersebut dapat disimpulkan dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung sudah mulai stabil dari tahun ke tahun. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan nantinya bahwa saat pelaksanaan kebijakan redenominasi terjadi pada saat kondisi inflasi tinggi. Karena seperti yang kita ketahui saat ini, terjadi kenaikan pada harga bahan bakar minyak maupun pada tarif dasar listrik. Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution, menyebutkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) bisa membuat angka inflasi naik hingga 7,1% 4 . Naiknya angka inflasi berasal dari dampak langsung kenaikan harga BBM dan dampak lanjutannya ke harga barang lain. Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan semakin rendahnya nilai mata uang, sehingga akan dibutuhkan denominasi (nilai) mata uang yang besar dalam setiap transaksi perekonomian.
Perumusan Masalah Kebijakan redenominasi tidak hanya berlandasakan pada satu bidang saja, tetapi pada bidang lainya seperti bidang sosial, politik, dan masyarakat tentunya. Efek tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan satu dengan yang lainya. Kebijakan redenominasi juga terkait dengan faktor-faktor politik seperti rentang waktu pemerintahan, idiologi partai pemerintahan, fraksinalisasi dalam pemerintahan dan parlemen serta derajat keberagaman sosial (Mosley, 2005). Dari pengalaman Negara yang telah melakukan redenominasi, kebijakan redenominasi dapat memicu terjadinya money illution yang menyebabkan meningkatnya tingkat inflasi dikarenakan adanya bias persepsi dimana masyarakat bertindak over consumptive karena menganggap uang terlihat lebih tinggi nilainya dan barang yang semakin terlihat lebih murah (Wibowo, 2013). Hal ini akan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap harga barang, sehingga kondisi tersebut dimanfaatkan oleh para penjual untuk meningkatkan harga barang yang pada ujungnya akan berdampak pada inflasi. 4
Lihat, http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/08/19551533
4 Apabila redenominasi tidak disosialisasikan dengan baik dampaknya akan berlanjut pada berkurangnya kepercaaan masyarakat terhadap mata uang Rupiah. Keadaan ini tentu akan membuat nilai rupiah terdepresiasi. Rupiah yang terdepresiasi bermakna bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menjadi lebih rendah dan mengindikasikan daya saing dalam negeri menurun dibandingkan asing. Selain itu, redenominasi juga dapat menyebabkan inflasi dikarenakan adanya pembulatan keatas atau kebawah apabila tidak terdapat pecahan kecil untuk mata uang baru. Oleh karena itu, dari penjelasan diatas kajian mengenai dampak yang akan ditimbulkannya perlu dikaji secara ilmiah melalui metode percobaan. Metode percobaan adalah cara yang sangat baik untuk membangkitkan data yang kualitasnya lebih baik dari metode survei dan mampu mengendalikan faktorfaktor yang mengganggu hubungan sebab akibat (Juanda, 2010). Dalam metode percobaan, interaksi antara para pelaku ekonomi dalam membuat keputusan dapat memberikan gambaran mengenai dampak kebijakan redenominasi pada kondisi inflasi tinggi, karena menurut Juanda (2010) data hasil percobaan akan lebih mudah diinterpretasi dalam menyimpulkan hubungan sebab akibat dibandingkan data hasil survei. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga relatif, persentase perubahan jumlah transaksi, dan persentase perubahan nilai transaksi pada kondisi ekonomi dengan tingkat inflasi tinggi ? 2. Alternatif kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi mata uang Rupiah?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dijelaskan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga relatif, persentase perubahan jumlah transaksi, dan persentase perubahan nilai transaksi pada kondisi ekonomi dengan tingkat inflasi tinggi. 2. Mengkaji kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral untuk mengantisipasi berbagai dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi mata uang Rupiah.
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini yaitu: 1. Sebagai bahan pertimbangan Bank Indonesia dan pemerintah khususnya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan dalam penyusunan RUU Perubahan Harga Rupiah sehingga dapat bermanfaat bagi perekonomian nasional saat ini dan masa yang akan datang. 2. Sebagai informasi dan sumber pengetahuan untuk peneliti-peneliti lain agar dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut terkait dengan redenominasi.
5 3. Sebagai bagian dari proses pembelajaran dan sarana untuk mendalami pengetahuan khususnya pada metode percobaan ekonomi bagi penulis.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis dampak dari kebijakan redenominasi terhadap permintaan konsumen yang dilihat dari respon perubahan harga relatif, persentase perubahan jumlah transaksi, dan persentase perubahan nilai transaksi dengan menggunakan metode percobaan ekonomi. Data yang digunakan akan diperoleh dari data primer hasil metode percobaan atau eksperimen. Responden yang digunakan dalam penelitian ini bersifat homogen yang berasal dari kalangan mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Perubahan perilaku konsumen ditandai dengan penetapan harga atau contract price oleh produsen, jumlah transaksi yang terjadi antara produsen dan konsumen, serta nilai transaksi yang dihasilkan oleh percobaan tersebut. Tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi dilihat dari perubahan jumlah transaksi dan penetapan harga yang terjadi pada simulasi percobaan. Kebijakan redenominasi pada penelitian ini, dilakukan pada saat kondisi inflasi tinggi dan kebijakan redeominasi yang dimaksud adalah dengan menghilangkan tiga anga nol. Adapun keterbatasan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis karena menyangkut fasilitas, tempat, waktu dan biaya. Oleh karena itu dari segi pemilihan responden, penulis hanya memilih responden mahasiswa S1 jurusan ekonomi dengan asumsi responden mengetahui ilmu ekonomi sehingga dapat memberikan gambaran yang tepat dalam mengambil keputusan-keputusan pada simulasi percobaan sebagai pelaku ekonomi yang sebenarnya. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi responden dalam mengambil keputusan tidak dijadikan pertimbangan oleh peniliti karena adanya keterbatasan dalam penelitian tersebut. Selanjutnya untuk faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan redenominasi, peneliti hanya meneliti beberapa variabel yang mempengaruhi yaitu pertumbuhan dan elastisitas. Faktor-faktor lain yang dianggap dapat mempengaruhi dapat dijadikan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya. Selain itu, karena adanya keterbatasan dalam penelitian, dalam penelitian ini peneliti mengasumsikan bahwa komoditas beras dan mobil dapat mengintepretasikan komoditas barang elastis dan inelastis secara keseluruhan.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan adalah ukuran besarnya respons jumlah permintaan suatu barang terhadap perubahan variabel yang mempengaruhi, dihitung sebagai perubahan persentase jumlah permintaan dibagi dengan perubahan persentase variabel yang mempengaruhi atau dengan kata lain perbandingan (rasio) antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga. Dengan demikian elastisitas permintaan mengukur derajat kepekaan
6 perubahan jumlah yang diminta terhadap perubahan harga. Adapun faktor-faktor yang menentukan elastisitas harga dari permintaan barang adalah : a) Tersedianya barang substitusi yang terdekat. Barang-barang dengan substitusi terdekat cenderung memiliki permintaan yang lebih elastis karena mempermudah para konsumen untuk mengganti barang tersebut dengan yang lain. Misalnya, mentega dan margarin merupakan barang yang mudah diganti dengan yang lain. Kenaikan harga mentega sedikit saja, jika harga margarin tetap, akan mengakibatkan jumlah mentega yang terjual turun dratis. Sebaliknya, karena telur merupakan makanan tanpa substitusi dekat, maka permintaan akan telur tidak seelastis permintaan akan mentega. b) Fungsi kebutuhan dan kemewahan. Kebutuhan cenderung memiliki permintaan yang inelastis, sebaliknya kemewahan memiliki permintaan yang elastis. Ketika biaya berobat ke dokter meningkat, orang tidak akan secara dramatis mengubah frekuensi mereka ke dokter, meskipun mungkin tidak sesering sebelumnya. Sebaliknya ketika kapal pesiar meningkat, maka jumlah permintaan kapal pesiar akan turun banyak. Alasannya karena kebanyakan orang melihat berobat ke dokter sebagai suatu kebutuhan, sedangkan kapal pesiar sebagai suatu kemewahan. Suatu barang merupakan suatu kebutuhan atau suatu kemewahan tidak tergantung pada sifat hakiki barang itu, tetapi pada pilihan pembeli. c) Definisi Pasar. Elastisitas permintaan dalam segala jenis pasar bergantung pada bagaimana kita menggambarkan batas-batas pasar. Pasar yang terdefinisi sempit cenderung memiliki permintaan yang lebih elastis dibandingkan yang terdefinisi luas, karena lebih mudah menemukan substitusi untuk barang-barang yang terdefinisi secara sempit. Misalnya, makanan, sebuah kategori yang luas, memiliki permintaan yang inelastis karena tidak ada barang substitusi untuk makanan. Es krim, sebuah kategori yang lebih sempit, memiliki permintaan yang lebih elastis karena mudah untuk menggantinya dengan pencuci mulut lain. Es krim vanilla, sebuah kategori yang sangat sempit, memiliki permintaan yang sangat elastis karena rasa lain es krim merupakan barang substitusi yang hampir sempurna untuk vanilla. d) Rentang Waktu. Barang-barang cenderung memiliki permintaan yang lebih elastis selama kurun waktu yang lebih panjang. Ketika harga bensin naik, jumlah permintaan bensin hanya sedikit mengalami penurunan pada beberapa bulan pertama. Namun setelah itu, orang-orang akan membeli mobil yang lebih irit bahan bakar, menggunakan transportasi umum, dan pindah ke tempat kerja yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka. Dalam beberapa tahun, jumlah permintaan bensin akan menurun dratis. Terdapat pula jenis – jenis elastisitas permintaan yaitu : a) Permintaan tidak elastis sempurna (Inelastis Unitary) : Ep=0. Perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah. b) Permintaan tidak elastis (Inelastis) : Ep<1. Persentase perubahan kuantitas permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan pokok.
7 c) Permintaan elastis (Elastis) : Ep>1. Persentase perubahan kuantitas permintaan lebih besar dari persentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya. d) Elastis Unitary : (Ep=1). Kenaikan harga dapat menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang dengan proporsi jumlah yang sama. e) Permintaan elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Dimana pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar.
Perubahan Nilai Mata Uang Perbedaan redenominasi dan sanering mata uang adalah sebagai berikut : a) Dilihat dari pengertiannya, redenominasi rupiah adalah penyederhanaan pecahan mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misalnya, Rp20 000 menjadi Rp20. Redenominasi juga dilakukan pada barang-barang yang dijual di pasaran sehingga daya beli masyarakat tidak berubah. Sedangkan senering rupiah adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga barang-barang sehingga daya beli masyarakat menurun. b) Dilihat dari dampaknya bagi masyarakat, maka redenominasi tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama. Sedangkan, sanering akan menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis. c) Dilihat dari tujuannya, redenominasi rupiah adalah menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman melakukan transaksi. Selain itu, untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dalam menghadapi integrasi global. Sedangkan tujuan sanering adalah untuk mengurangi jumlah uang yang beredar akibat kenaikan harga-harga. Sanering dilakukan karena terjadi inflasi yang sangat tinggi. d) Nilai uang terhadap barang ketika adanya redenominasi adalah tidak berubah karena cara penyebutan dan penulisan pecahan uangnya saja yang berbeda. Tetapi, pada sanering nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil karena yang dipotong adalah nilainya. Misalnya, bila terjadi redenominasi 3 digit, maka uang Rp10 bisa Anda belikan satu bungkus rokok. Tapi, jika terjadi sanering satu bungkus rokok dengan harga Rp10 tidak bisa lagi Anda dapatkan. e) Masa transisi sosialisasi redenominasi dilakukan secara matang dan terukur serta sampai masyarakat siap agar tidak menimbulkan gejolak di kalangan masyarakat. Sedangkan sanering dilakukan secara tiba-tiba.
Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi Dampak yang paling sering muncul terjadi dalam penerapan redenominasi adalah munculnya bias psikologis yang disebut money illusion (Wibowo 2013). Ilusi ini dapat muncul karena perubahan nominal harga barang akibat redenominasi. Sebagian besar masyarakat akan mempersepsikan bahwa harga barang menjadi lebih murah karena dihilangkannya nilai nol dari mata uang
8 terdahulu. Hobijn, et al (2006) juga menunjukkan bahwa telah terjadi money illusion yang di negara Eropa yang telah melakukan perubahan mata uang menjadi Euro. Euro yang nominalnya lebih sedikit dibandingkan mata uang sebelumnya dirasakan lebih murah oleh masyarakat. Hobijn, et al (2006) berpendapat peningkatan harga setelah redenominasi dapat dijelaskan dangan model umum dari biaya harga menu, dengan memasukkan keputusan perusahaan ketika mereka mengadopsi mata uang yang baru. Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi kembali manajemen strategi uang mereka untuk beradaptasi dengan mata uang baru terutama ketika diperkenalkan mata uang yang baru khususnya ketika mata uang yang baru dan mata uang yang lama dipergunakan secara bersama-sama, menunggu waktu untuk menghilangkan mata uang yang lama. Marques dan Dehaene (2004) mengemukakan bahwa terdapat dua proses utama yang dapat terjadi ketika sebuah negara mengadaptasi mata uang yang baru : rescaling (mengubah semua harga pada mata uang lama ke nilai pada mata uang yang baru pada waktu yang sama) atau relearning (mengingat harga yang baru dari barang konsumen secara satu persatu). Proses pertama diprediksikan akan mengalami penyesuaian yang mudah pada mata uang yang baru, sementara proses kedua akan mengalami penyesuaian yang lebih lama dan rumit. Sementara itu Money/Euro Illution memperlihatkan persepsi harga dalam denominasi baru yang lebih kecil dan mata uang yang lebih rendah daripada ketika dinyatakan dalam bentuk mata uang yang lama jika memiliki nilai nominal yang lebih tinggi (Gamble, Garling, Charlton & Ranyard 2002). Hal ini menunjukkan bahwa individu menyesuaikan diri dengan mata uang baru dengan nilai nominal yang lebih kecil, setidaknya, mereka mengalami kesulitan dalam memahami nilai sebenarnya dari barang dan jasa. Efek money Illusion pun dapat terjadi pada barang-barang yang harganya murah atau kenaikan harganya hanya beberapa koin sen saja. Apabila ketersediaan koin sen tidak dicukupi oleh pemerintah, konsumen akan cenderung membiarkan kenaikan harga tersebut tanpa menuntut adanya uang kembalian dari penjual, hal tersebut disebut trivialization. Kasus trivalization dapat dilihat pada Ghana dimana tingkat inflasinya meningkat sebesar lima persen satu tahun setelah redenominasi. Salah satu faktor penyebab kegagalan redenominasi di Ghana adalah 70% uang beredar yang di Ghana berada di luar sistem perbankan.Transaksi tunai di Ghana lebih dominan dibandingkan dengan transaksi melalui perbankan. Kondisi ini diperparah oleh pemerintah yang belum juga dapat mengganti mata uang yang baru dengan mata uang yang lama setelah dua tahun redenominasi. Mehdi dan Reza (2012) juga mengungkapkan bahwa pengurangan nilai nominal mata uang akan mempunyai pengaruh secara psikologi dan sosial. Ketika mata uang memiliki nilai nominal yang rendah, maka masyarakat akan merasa mata uang tersebut bernilai kuat. Lianto (2012) melakukan dalam penelitian untuk mengetahui dampak dari implementasi redenominasi di Indonesia berdasarkan perspektif masyarakat Indonesia. Dari data yang diperoleh dengan metode survei sebanyak 100 orang yang paham akan redenominasi dan dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling, terlihat bahwa dampak terbesar dari redenominasi adalah dapat meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata negara lain. Temuan lainnya adalah masyarakat Indonesia menganggap redenominasi akan dapat menguntungkan mereka. Jika redenominasi sukses diimplementasikan, mata uang Rupiah akan
9 menjadi semakin kuat dan menambah kepercayaan diri masyarakat terhadap mata uangnya.
Percobaan Ekonomi Ekonomi adalah ilmu sosial yang terus berkembang. Sejak Adam Smith meletakkan landasan teori ekonomi modern, ada beberapa konsep atau pendekatan pemikiran dan analisis yang telah dikembangkan oleh pakar ekonomi untuk menganalisis fenomena ekonomi. Salah satu diantaranya, dalam tiga dekade terakhir yang menurut penulis akan membawa revolusi dalam ilmu ekonomi adalah berkembangnya inovasi teknik-teknik dalam ekonomi eksperimental (eksperimental economics). Dalam perkembangan metode percobaan ekonomi, muncul suatu teori yang disebut induced-value theory yang dikembangkan oleh Ekonom V.L. Smith pada tahun 1976 (Juanda, 2009). Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan media imbalan yang tepat memungkinkan experimenter atau peneliti untuk memunculkan karakteristik pelaku ekonomi tertentu dan karakteristik bawaannya menjadi tidak berpengaruh lagi (irrelevant). Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi (experimental unit) sama atau homogen maka peneliti dapat melakukan percobaan karena prinsip dasar ”pengendalian lingkungan” sudah dilakukan. Tiga syarat cukup untuk memunculkan karakteristik diatas adalah sebagai berikut : 1) Monotonicity adalah pelaku percobaan harus selalu menyukai imbalan yang lebih besar. 2) Salience adalah imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan mereka dalam percobaan sesuai aturan yang mereka fahami. 3) Dominance : adanya dominansi kepentingan pelaku di dalam percobaan,yaitu mereka lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain. Friedman dan Sunder (1994) mengemukakan dalam penelitianya bahwa percobaan ekonomi dilakukan di dalam lingkungan yang terkontrol. Lingkungan ekonomi terdiri dari pelaku ekonomi bersama aturan yang berlaku atau institusi sebagai tempat berinteraksi antar pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi mungkin sebagai pembeli dan penjual, dan institusi mungkin merupakan tipe pasar tertentu. Dalam percobaan ekonomi diberikan instruksi percobaan yang terdiri dari deskripsi tentang ketentuan percobaan, pilihan-pilihan, dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan subjek penelitian (pelaku percobaan), serta aturan penentuan pemberian imbalan kepada subjek, yang tergantung pada tindakan mereka (Friedman dan Sunder, 1994). Lembar instruksi percobaan diberikan kepada subjek penelitian pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subjek penelitian jelas memahami prosedur percobaan dan aturan yang berlaku. Dalam instruksi percobaan ini juga dapat dilengkapi dengan contoh ilustrasi yang sederhana yang akan lebih memperjelas permasalahan bagi subjek percobaan. Dalam penelitian dibidang ekonomi dengan metode percobaan, kelompok masyarakat yang sering kali menjadi subjek penelitian berasal dari kelompok mahasiswa (Friedman dan Sunder, 1994). Alasan penggunaan mahasiswa sebagai sumber penelitian yaitu :
10 1) Kelompok ini dinilai paling siap untuk masuk ke dalam kelompok eksperimen. 2) Latar belakang kelompok ini berasal dari kampus, dimana dari kampus inilah sebagian besar peneliti muncul. 3) Biaya imbangan (opportunity cost) yang rendah. 4) Merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengaruh eksternal yang dapat menjadi variabel pengganggu dalam penelitian. Ilmu ekonomi sendiri baru benar-benar mulai dianggap sebagai experimental science dalam waktu yang relatif lama. Setelah itu perkembangan experimental economics tumbuh semakin pesat. Bahkan dalam cakupan lebih luas (makro) beberapa ekonom pernah mencobanya. Berbagai kebijakan ekonomi makro atau moneter dapat pula dicobakan dulu dalam percobaan.
Percobaan Ekonomi dalam Kajian Kebijakan Ekonomi Selain untuk pengujian teori-teori ekonomi, percobaan ekonomi juga dapat digunakan untuk pengkajian suatu kebijakan ekonomi. Salah satu ilustrasinya adalah studi yang dilakukan oleh Juanda, et al (2011) dalam mengkaji dan membandingkan dampak sistemik yang ditimbulkan dari kebijakan penyelamatan Bank Century dan kebijakan menutup Bank Century oleh pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan dampak sistemik yang relatif sangat rendah. Pengaruh sistemik yang cukup besar akan ditimbulkan jika penutupan bank bermasalah pada saat krisis tersebut dilakukan pada bank bermasalah yang berukuran besar. Dalam kondisi normal (tidak adannya gejolak krisis), penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Tekanan dan potensi kegagalan bank sangat rendah karena stabilitas ekonomi dalam kondisi normal masih terjaga sehingga kepercayaan nasabah terhadap perbankan tidak mengalami penurunan.
Hipotesis Berdasarkan teori-teori, studi-studi terdahulu, serta skema kerangka, dapat diajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Pada respon perubahan harga, saat pertumbuhan rendah memiliki perubahan harga relatif lebih besar dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Kemudian untuk elastisitas, komoditas barang elastis memiliki perubahan harga lebih kecil dibandingkan pada barang inelastis. 2. Pada respon perubahan jumlah transaksi, saat pertumbuhan rendah memiliki perubahan jumlah transaksi lebih kecil dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Kemudian untuk elastisitas, komoditas barang elastis memiliki perubahan jumlah transaksi lebih besar dibandingkan pada komoditas barang inelastis. 3. Pada respon perubahan nilai transaksi, saat pertumbuhan rendah memiliki perubahan nilai transaksi lebih kecil dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Kemudian untuk elastisitas, komoditas barang elastis memiliki perubahan nilai transaksi lebih besar dibandingkan pada barang inelastis.
11 Kerangka Penelitian Berdasarkan uraian sebelumnya, secara sederhana penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak kebijakan redenominasi Rupiah terhadap permintaan konsumen pada kondisi perekonomian inflasi tinggi yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap kinerja perekonomian di Indonesia. Hal ini karena perilaku permintaan konsumen pada dasarnya merupakan salah satu penentu pergerakan perekonomian di suatu negara. Perubahan permintaan konsumen diamati dengan menggunakan metode percobaan ekonomi (experimental economics). Responrespon yang dihasilkan dari percobaan ekonomi inilah yang menggambarkan perubahan permintaan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan redenominasi pada penlitian ini adalah pertumbuhan dan elastisitas. Redenominasi Mata Uang Rupiah
Penghilangan tiga angka nol di Rupiah (Nilai Riil Rupiah Tetap) Pertumbuhan Rendah (Jumlah pelaku ekonomi sebanyak 10 orang)
Pertumbuhan Tinggi (Jumlah pelaku ekonomi sebanyak 14 orang) Perubahan Perilaku Ekonomi (Produsen dan Konsumen)
Komoditas Elastis
Komoditas Inelastis
Dampak terhadap Kinerja Perekonomian 1. Perubahan Harga Relatif (Inflasi) 2. Persentase Perubahan Jumlah Transaksi 3. Persentase Perubahan Nilai Transaksi (Pertumbuhan Ekonomi)
Rancangan Percobaan Analisis Keragaman Analisis Deskriptif
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Money Illution
Uji Beda Nilai Tengah
12
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui simulasi percobaan ekonomi (experimental economics). Data primer yang dikumpulkan merupakan gambaran respons dari para subjek penelitian (pelaku simulasi) sebagai pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang dilakukan dapat diintepretasikan sebagai perubahan perilaku konsumen dan produsen dalam menghadapi kebijakan redenominasi. Sehingga dapat terlihat dampak yang ditimbulkan akibat adanya kebijakan redenominasi.
Metode Pengambilan Sampel Penelitian dengan percobaan ekonomi ini menggunakan responden sebanyak 48 orang mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB sebagai subjek perlakuan. Teknik penarikan contoh dalam penelitian ini menggunakan multi stage dimana tahap pertama menggunakan metode convenience sampling untuk memilih responden dalam empat kombinasi perlakuan yaitu, sebanyak 10 orang untuk pertumbuhan ekonomi rendah pada komoditas barang elastis, dan 10 orang berikutnya untuk barang inelastis. Selanjutnya sebanyak 14 orang untuk pertumbuhan ekonomi tinggi pada komoditas barang elastis, dan 14 orang berikutnya untuk barang inelastis. Teknik convenience sampling (disebut juga haphazard atau accidental sampling) adalah prosedur memilih contoh yang paling mudah tersedia, sembarang atau kebetulan ditemui (Juanda, 2009). Kemudian tahap kedua adalah teknik penarikan contoh acak yang digunakan dalam memilih penjual dan pembeli dimana untuk pertumbuhan rendah pembeli sebanyak 5 orang dan penjual sebanyak 5 orang. Sedangkan untuk pertumbuhan rendah, 7 orang sebagai pembeli dan 7 orang sebagai penjual.
Rancangan Simulasi Percobaan Pecobaan ini merupakan simulasi kegiatan perekonomian untuk melihat pengaruh atau respon dari redenominasi mata uang terhadap perubahan perilaku produsen dan konsumen. Adapun respons perubahan perilaku produsen dapat dilihat perubahan harga relatif sebagai proksi dari tingkat inflasi sedangkan respons perubahan perilaku konsumen dapat tercermin dari jumlah transaksi yang terjadi. Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan 48 pelaku percobaan (experimental subject) yang dibagi ke dalam empat kombinasi perlakuan yaitu, sebanyak 10 orang untuk pertumbuhan ekonomi rendah pada komoditas barang elastis, dan 10 orang berikutnya untuk barang inelastis. Pada pertumbuhan rendah terbagi sebanyak 5 orang sebagai penjual dan 5 orang sebagai pembeli. Selanjutnya sebanyak 14 orang untuk pertumbuhan ekonomi tinggi pada komoditas barang elastis, dan 14 orang berikutnya untuk barang inelastis. Pada
13 pertumbuhan tinggi terbagi sebanyak 7 orang sebagai penjual dan 7 orang sebagai pembeli. Perbedaan antara pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi adalah ditandai dengan pertambahan jumlah pembeli dan penjual sebanyak 2 orang. Hal tersebut menggambarkan penyederhanaan karena dalam dunia nyata bahwa pada saat pertumbuhan tinggi jumlah pelaku ekonomi baik produsen maupun konsumen lebih banyak dibandingkan saat pertumbuhan rendah. Pada penelitian ini, diasumsikan terjadi pada saat inflasi tinggi. Kondisi tersebut digambarkan dengan unit cost yang telah mengalami peningkatan sebesar 15%. Perbedaannya dengan inflasi rendah adalah unit cost yang mengalami peningkatan sebesar 3%. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian Adi (2013). Sehingga, perbedaan antara inflasi rendah dan inflasi tinggi terletak pada besarnya unit cost yang tersedia untuk penjual. Penetapan harga yang dilakukan adalah melihat harga barang rata-rata yang terjual di pasar. Setelah itu, mencari harga barang termurah dan harga barang termahal yang dijual di pasar dalam satu komoditas dan jenis barang yang sama. Setiap penjual akan mendapatkan unit cost Tabel 3 Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi Menandakan bahwa Tanpa ada perubahan percobaan tanpa nilai nominal rupiah dilakukan redenominasi Kebijakan Redenominasi Penghapusan tiga Menandakan bahwa angka nol pada nilai percobaan dilakukan nominal rupiah kebijakan redenominasi Pada simulasi percobaan ditentukan bahwa jenis barang Elastis yang digunakan adalah barang elastis yaitu berupa mobil Elastisitas Pada simulasi percobaan ditentukan bahwa jenis barang Inelastis yang digunakan adalah barang inelastis yaitu berupa beras Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan jumlah pelaku ekonomi Rendah berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 penjual dan 5 pembeli Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan jumlah pelaku ekonomi Tinggi berjumlah 14 orang yang terdiri dari 7 penjual dan 7 pembeli
14 yang berbeda-beda harganya, akan tetapi tetap pada satu komoditas yang sama untuk semua penjual. Setiap penjual menggambarkan dua produsen, sehingga menawarkan sebanyak dua buah barang. Setiap pembeli juga menggambarkan dua produsen, sehingga memiliki dua unit value yang berbeda. Unit value pertama dan kedua tidak dapat diakumulasi karena diasumsikan sebagai pembeli yang berbeda. Berdasarkan respons yang akan diamati, instruksi percobaan dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian Juanda (2000) yaitu berbentuk transaksi jual beli dengan sistem pasar Posted Offer. Sistem pasar Posted Offer adalah sistem pasar yang tidak ada tawar-menawar harga dalam transaksi jual beli. Kondisi tersebut pada dunia sebenarnya terjadi pada pasar persaingan sempurna. Simulasi percobaan pada penelitian ini menggambarkan seorang pembeli yang yang mempunyai pilihan dan kriteria tersendiri dalam memilih supermarket untuk membeli barang yang dibutuhkan. Simulasi percobaan ekonomi ini berdasarkan kepada induced value theory, dimana dengan penggunaan insentif/imbalan yang tepat dan nyata akan memungkinkan pelaku percobaan dapat memunculkan (induced) karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan percobaan. Oleh karena itu data yang diperoleh dari hasil percobaan berasal dari kondisi yang sudah terkontrol/terkendali atau sudah tidak terpengaruh oleh faktorfaktor lain, sehingga data tersebut akan menjadi lebih baik dalam mengkaji dampak suatu kebijakan terhadap perilaku pelaku ekonomi dibandingkan data dari survei (Juanda, 2012). Dalam mengkaji dampak redenominasi mata uang, setiap kombinasi perlakuan dalam percobaan ini terdiri dari dua tahap yaitu kondisi normal (tahap 1) serta kondisi setelah ada kebijakan redenominasi dan perubahanperubahan dalam perekonomian (tahap 2), yang secara rinci akan dijelaskan pada prosedur dan instruksi percobaan. Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi percobaan terdapat pada Tabel 3.
Prosedur Simulasi Percobaan Prosedur simulasi percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Responden sebagai subjek pelaku percobaan terlebih dahulu diacak dengan pengundian untuk menjadi penjual dan pembeli. Pada kondisi pertumbuhan rendah total responden sebanyak 10 orang, kemudian akan terpilih menjadi 5 orang pembeli dan 5 orang penjual. Pada pertumbuhan tinggi total responden sebanyak 14 orang, kemudian akan terpilih menjadi 7 orang pembeli dan 7 orang penjual. 2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti akan menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan dalam melakukan percobaan. 3. Peserta akan diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masingmasing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap ulangan. 4. Pembeli dan penjual mendapatkan unit value dan unit cost yang berbeda. Setiap pembeli dan penjual menggambarkan dua pelaku percobaan sehingga dapat melakukan dua kali transaksi dalam setiap percobaan. Setiap barang
15
5.
6.
7.
8.
9.
yang dijual mempunyai unit cost yang berbeda, akan tetapi tetap dalam satu jenis dan komoditas barang yang sama. Setelah pembeli dan penjual mendapatkan unit cost dan unit value masingmasing kemudian dipisahkan sesuai dengan kelompoknya. Untuk penjual, berada didalam ruangan. Sedangkan pembeli berada diluar ruangan. Transaksi yang dilakukan adalah ketika pembeli masuk kedalam ruangan dan memilih barang sesuai dengan pilihan dan kriteria tertentu. Sebelum melakukan transaksi, penjual harus menentukan harga jualnya diatas unit cost untuk kondisi sebelum redenominasi, setelah itu penjual langsung menentukan harga jual untuk kondisi setelah redenominasi dimana harga jualnya boleh tetap, lebih, atau kurang dari harga sebelum redenominasi. Harga yang telah ditetapkan penjuan tidak dapat diganti ketika pembeli pertama sudah memasuki ruangan. Sistem pasar yang digunakan dalam adalah posted offer dimana tidak ada tawar-menawar yang dilakukan pembeli dalam transaksi. Pembeli diundi terlebih dahulu untuk menentukan urutan dalam melakukan transaksi. Kemudian mereka masuk satu per satu ke ruangan penjual untuk membeli barang. Hal tersebut berlanjut hingga urutan terakhir. Transaksi yang pertama dilakukan adalah sebelum kebijakan redenominasi. Setelah selesai semua pembeli melakukan transaksi sebelum adanya redenominasi, urutan pertama masuk kembali untuk melakukan transaksi dengan kondisi harga setelah adanya kebijaka redenominasi. Pembeli harus membeli barang dengan harga di bawah unit value. Setelah pembeli terakhir masuk dan melakukan transaksi untuk barang dengan harga setelah adanya kebijakan redenominasi, maka ulangan selanjutnya akan diundi kembali untuk menentukan pembeli yang melakukan tansaksi pertama. Ulangan dalam penelitian ini akan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Pada akhir percobaan (ulangan), peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti untuk melihat hasil dari keuntungan yang diperoleh. Setiap pelaku percobaan akan mendapatkan keuntungan yang berbeda-beda. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan.
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif ini dilakukan dengan cara melihat grafik histogram dengan melihat rata-rata semua respons pada faktor-faktor tertentu. Melalui analisis ini dapat dilihat perbedaan pengaruh tiap faktor terhadap suatu respons. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang terkait dalam penelitian. Dalam penelitian ini menjelaskan penyebab perbedaan pengaruh redenominasi terhadap perubahan harga, perubahan jumlah transaksi, dan perubahan nilai transaksi dikondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan pertumbuhan ekonomi tinggi.
16 Uji Keragaman (Uji F) Uji ini digunakan untuk melihat apakah suatu contoh (sample) memiliki ragam yang sama atau tidak. Hipotesisi yang digunakan adalah : : ( ) ( ) :
(
)
(
)
Uji Nilai Tengah Beda Dua Populasi (Uji T) Data yang tetap melanggar asumsi walaupun telah ditransformasi saat pengujian F dapat dilakukan dengan uji t. Uji-t untuk menduga nilai tengah beda dua populasi ini dihitung secara manual. Uji-t (t-test) merupakan prosedur pengujian parametik untuk melihat perbedaan (membandingkan) data dua kelompok sampel, atau membandingkan data antara sebelum adanya kebijakan redenominasi dengan setelah adanya kebijakan redenominasi. Hipotesis yang disimpulkan dalam penelitian ini untuk uji beda nilai tengah adalah sebagai berikut : Tabel 4 Hipotesis untuk uji beda nilai tengah Respon
Perubahan harga relatif
Persentase perubahan jumlah transaksi
Persentase perubahan nilai transaksi
Faktor
H0
H1
Keterangan
Pertumbuhan
µ1 = µ2
µ1 > µ2
Elastisitas
µ1 = µ2
µ1 < µ2
µ1 : Low growth µ2 : High growth µ1 : Elastic µ2 : Inelastic
µ1 = µ2
µ1 > µ2
µ1 : Low growth µ2 : High growth
µ1 = µ2
µ1 > µ2
µ1 : Low growth µ2 : High growth
Pertumbuhan
µ1 = µ2
µ1 < µ2
Elastisitas
µ1 = µ2
µ1 > µ2
µ1 : Low growth µ2 : High growth µ1 : Elastic µ2 : Inelastic
µ1 = µ2
µ1 < µ2
µ1 : Low growth µ2 : High growth
µ1 = µ2
µ1< µ2
µ1 : Low growth µ2 : High growth
Pertumbuhan
µ1 = µ2
µ1 < µ2
Elastisitas
µ1 = µ2
µ1 > µ2
µ1 : Low growth µ2 : High growth µ1 : Elastic µ2 : Inelastic
µ1 = µ2
µ1 < µ2
µ1 : Low growth µ2 : High growth
µ1 = µ2
µ1 < µ2
µ1 : Low growth µ2 : High growth
Pertumbuhan pada barang elastis Pertumbuhan pada barang inelastis
Pertumbuhan pada barang elastis Pertumbuhan pada barang inelastis
Pertumbuhan pada barang elastis Pertumbuhan pada barang inelastis
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Perilaku Ekonomi dalam Beberapa Kondisi pada saat Inflasi Tinggi Pada Tabel 5 menunjukan bahwa respon perubahan harga relatif dan persentase perubahan jumlah transaksi tidak ada yang signifikan karena memiliki p-value yang lebih dari taraf nyata 10%. Sedangkan pada respon persentase perubahan nilai transaksi dalam kondisi petumbuhan untuk barang elastis memiliki hasil yang signifikan (p-value=0,079). Pada respon jumlah transaksi kondisi elastitas dan pertumbuhan pada barang elastis tidak dapat dilakukan uji-t karena adanya redenominasi tidak terjadi perubahan jumlah transaksi sama sekali. Tabel 5 Hasil nilai dari uji kergaman dan uji t-test untuk respon tertentu dalam beberapa kondisi. Respon
Perubahan harga relatif
Faktor
Persentase perubahan nilai transaksi
T-hitung
P-Value
Pertumbuhan
Sama
-1,62
0,932
Elastisitas
Sama
-0,71
0,247
Sama
-1,73
0,921
Sama
-0,39
0,641
Sama
0,84
0,789
-
-
-
-
-
-
Pertumbuhan pada barang elastis Pertumbuhan pada barang inelastis Pertumbuhan
Persentase perubahan jumlah transaksi
Ragam
Elastisitas Pertumbuhan pada barang elastis Pertumbuhan pada barang inelastis
Sama
0,79
0,764
Pertumbuhan
Sama
0,36
0,635
Elastisitas
Beda
0,32
0,380
Sama
-1,73
0,079*
Sama
0,66
0,727
Pertumbuhan pada barang elastis Pertumbuhan pada barang inelastis
Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 10 % - tidak dapat diketahui karena tidak terdapat perubahan Diolah menggunakan minitab Sumber: Lampiran 2
18 Pengaruh kebijakan redenominasi pada kondisi pertumbuhan secara umum terhadap respons perubahan harga relatif Tabel 6 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,932 yang lebih dari taraf nyata 10%. Kemudian pada hasil uji keragaman menghasilkan ragam yang sama. Tabel 6
Hasil t-test perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama -1,62 0,932
Gambar 2 menunjukan bahwa dengan adanya kebijakan redenominasi saat pertumbuhan rendah cenderung memiliki perubahan harga relatif lebih kecil dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Menurut hipotesis, seharusnya saat pertumbuhan rendah lebih tinggi karena penawaran yang rendah terhadap barang akan dimanfaatkan oleh para penjual dengan menetapkan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan. Kemudian, saat pertumbuhan tinggi harga akan turun karena tingginya tingkat penawaran. Berdasarkan data yang diperoleh, para penjual dalam menetapkan harga tidak melihat dari segi penawaran melainkan dari segi permintaan. Sehingga saat pertumbuhan rendah, para penjual cenderung akan menurunkan harga barang setelah melihat rendahnya permintaan. Hal tersebut karena para penjual khawatir barangnya tidak laku terjual. Sebaliknya, saat pertumbuhan tinggi karena permintaan akan barang lebih tinggi yang ditandai dengan banyaknya pembeli maka para penjual cenderung meningkatkan harga barang. Sedangkan saat inflasi rendah dalam penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) menunjukan bahwa pada pertumbuhan tinggi, respons perubahan harga relatif cenderung mengalami penurunan.
2,5 2
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 > µ2
1,89
1,5 Perubahan 1 Harga Relatif 0,5 (%) 0 Pertumbuhan Rendah
Pertumbuhan Tinggi
-0,5 -1
-0,55
Gambar 2 Perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi
19 Pengaruh kebijakan redenominasi pada kondisi pertumbuhan secara umum terhadap respons persentase perubahan jumlah transaksi Tabel 7 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,789 yang lebih dari taraf nyata 10%. Kemudian pada hasil uji keragaman menghasilkan ragam yang sama. Tabel 7 Hasil t-test perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama 0,84 0,789 Gambar 3 menunjukan bahwa dengan adanya kebijakan redenominasi saat pertumbuhan rendah cenderung memiliki persentase perubahan jumlah transaksi yang lebih besar dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Menurut hipotesis, seharusnya pada saat pertumbuhan rendah lebih rendah karena dari sisi penjual dan pembeli lebih sedikit daripada saat pertumbuhan tinggi. Hal tersebut dinilai akan memiliki jumlah transaksi yang lebih sedikit. Sebaliknya, pada saat pertumbuhan tinggi akan memiliki jumlah transaksi yang lebih besar. Berdasarkan data yang diperoleh, saat pertumbuhan rendah para penjual cenderung menurunkan harga barang. Sehingga akan menyebabkan jumlah transaksi yang lebih besar karena jumlah pembeli yang mampu membeli barang lebih banyak. Selanjutnya pada saat pertumbuhan tinggi karena para penjual cenderung meningkatkan harga barang maka jumlah pembeli yang mampu membeli barang semakin sedikit. Selain itu, bertambahnya jumlah pembeli dan penjual tidak terlalu berpengaruh dibandingkan penetapan harga yang dilakukan penjual. Kondisi tersebut menyebabkan jumlah transaksi yang lebih rendah karena adanya kebijakan redenominasi. Sedangkan saat inflasi rendah dalam penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) menunjukan bahwa saat pertumbuhan rendah, respons jumlah transaksi cenderung mengalami penurunan.
1 0,5 0 -0,5 Persentase -1 Perubahan -1,5 Jumlah -2 Transaksi -2,5 (%) -3 -3,5 -4 -4,5
0,6
Pertumbuhan Rendah
Pertumbuhan Tinggi
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 < µ2
-3,94
Gambar 3 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi
20 Pengaruh kebijakan redenominasi pada kondisi pertumbuhan secara umum terhadap respons persentase perubahan nilai transaksi Tabel 8 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,635 yang lebih dari taraf nyata 10%. Kemudian pada hasil uji keragaman menghasilkan ragam yang sama. Tabel 8
Hasil t-test perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi Ragam T-Hitung P-value Sama 0,36 0,635
Gambar 4 menunjukan bahwa dengan adanya kebijakan redenominasi saat pertumbuhan rendah cenderung memiliki persentase perubahan nilai transaksi lebih tinggi dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Menurut hipotesis, seharusnya saat pertumbuhan rendah karena memiliki jumlah transaksi yang lebih sedikit, maka kondisi tersebut berdampak pada rendahnya nilai transaksi yang terjadi setelah adanya kebiajakan redenominasi. Berdasarkan data yang diperoleh pada saat pertumbuhan rendah, jumlah transaksi yang meningkat akibat dari penurunan harga yang dilakukan oleh penjual memiliki pengaruh yang cukup besar. Kondisi tersebut menyebabkan nilai transaksi yang lebih besar saat pertumbuhan rendah. Kemudian saat pertumbuhan tinggi, penurunan jumlah transaksi memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan kenaikan harga yang dilakukan oleh penjual. Hal tersebut dinilai dapat menurunkan nilai transaksi. Respon perubahan nilai transaksi sangat dipengaruhi oleh perubahan harga dan perubahan jumlah transaksi. Sedangkan saat inflasi rendah dalam penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) menunjukan bahwa saat pertumbuhan rendah, respons persentase perubahan nilai transaksi cenderung mengalami penurunan.
0,5
0,2
0 Pertumbuhan Rendah Persentase -0,5 Perubahan -1 Nilai Transaksi (%) -1,5
Pertumbuhan Tinggi
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 < µ2
-2 -2,09
-2,5 Gambar 4 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi
21 Pengaruh kebijakan redenominasi untuk elastisitas secara umum terhadap respons perubahan harga relatif Tabel 9 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap persentase perubahan harga relatif untuk barang elastis dan barang inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,247 yang lebih dari taraf nyata 10%. Kemudian pada hasil uji keragaman menghasilkan ragam yang sama. Tabel 9 Hasil t-test perbandingan perubahan harga relatif untuk barang elastis dan barang inelastis Ragam T-Hitung P-value Sama -0,71 0,247 Gambar 5 menunjukkan bahwa adanya kebijakan redenominasi untuk barang elastis cenderung memiliki perubahan harga relatif lebih besar dibandingkan barang inelastis. Hal tersebut telah sesuai dengan hipotesis awal yang telah dibuat. Berdasarkan data yang diperoleh, seharusnya penjual untuk barang elastis menurunkan harga untuk meningkatkan keuntungan. Akan tetapi, para penjual berasumsi bahwa setelah adanya kebijakan redenominasi para konsumen akan terkena dampak dari money illution yang menyebabkan para konsumen bertindak over consumptive. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh penjual untuk meningkatkan harga barang. Oleh karena itu, untuk komoditas barang elastis cenderung mangalami peningkatan harga setelah adanya kebijakan redenominasi. Selanjutnya, pada komoditas barang inelastis dilihat dari segi barang itu sendiri setelah adanya redenominasi cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana perubahan harga lebih besar dari perubahan permintaan sehingga penjual akan meningkatkan harga. Sedangkan saat inflasi rendah dalam penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) menunjukan bahwa baik untuk barang elastis maupun barang inelastis pada respons perubahan harga relatif cenderung mengalami penurunan.
1,4
1,26
1,2 1
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 < µ2
Perubahan 0,8 Harga Relatif 0,6 (%) 0,4 0,2
0,09
0 Elastis
Inelastis
Gambar 5 Perbandingan perubahan harga relatif untuk barang elastis dan barang inelastis
22 Pengaruh kebijakan redenominasi untuk elastisitas secara umum terhadap respons persentase perubahan jumlah transaksi Tabel 10 menunjukkan bahwa pengaruh kebijakan redenominasi untuk elastisitas terhadap respons persentase perubahan jumlah transaksi tidak dapat diketahui dengan menggunakan uji-t. Hal tersebut dikarenakan tidak terdapat perubahan sama sekali pada jumlah transaksi setelah adanya kebijakan redenominasi. Oleh karena itu, pengaruh kebijakan redenominasi hanya dapat dianalisis dari perubahan harga relatif yang ditunjukan pada grafik histogram pada Gambar 7. Tabel 10 Hasil t-test perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi untuk barang elastis dan barang inelastis Ragam T-Hitung P-value Gambar 6 menunjukan bahwa dengan adanya kebijakan redenominasi pada barang elastis tidak mempengaruhi jumlah transaksi. Menurut hipotesis, seharusnya kebijakan redenominasi pada barang elastis akan meningkatkan jumlah transaksi karena harga yang diturunkan oleh penjual. Selanjutnya pada barang inelastis terjadi penurunan jumlah transaksi sudah sesuai hipotesis karena peningkatan harga yang dilakukan oleh penjual. Berdasarkan data yang diperoleh pada barang elastis, para penjual dalam meningkatkan harga masih tergolong kecil dan penetapan harga yang dilakukan oleh penjual masih dalam batas kemampuan pembeli. Hal tersebut menyebabkan jumlah transaksi yang tidak berubah sama sekali setelah adanya kebijakan redenominasi. Selanjutnya pada barang inelastis cenderung mengalami penurunan jumlah transaksi karena penetapan harga yang dilakukan penjual sudah melewati batas kemampuan maksimum pembeli dalam membeli barang. 0 -0,5
0 Elastis
Inelastis
-1 Persentase -1,5 Perubahan -2 Jumlah Transaksi -2,5 (%) -3 -3,5
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 > µ2
-3,38
-4 Gambar 6
Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan barang inelastis
23 Pengaruh kebijakan redenominasi untuk elastisitas secara umum terhadap respons persentase perubahan nilai transaksi Tabel 11 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap persentase perubahan nilai transaksi untuk barang elastis dan barang inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,380 yang lebih dari taraf nyata 10%. Kemudian pada hasil uji keragaman menghasilkan ragam yang beda. Tabel 11 Hasil t-test perbandingan persentase perubahan nilai tranksaksi untuk barang elastis dan barang inelastis Ragam T-Hitung P-value Beda 0,32 0,380 Gambar 7 menunjukan bahwa adanya kebijakan redenominasi pada barang elastis cenderung memiliki perubahan nilai transaksi lebih tinggi dibandingkan pada barang inelastis. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal. Berdasarkan data yang diperoleh, pada komoditas barang elastis cenderung akan meningkatkan nilai transaksi karena peningkatan harga yang dilakukan oleh penjual tidak mempengaruhi jumlah transaksi. Sehingga hal tersebut akan meningkatkan nilai transaksi setelah adanya kebijakan redenominasi. Selanjutnya pada barang inelastis, peningkatan harga yang dilakukan oleh penjual cukup besar mempengaruhi jumlah transaksi. Hal tersebut menyebabkan nilai transaksi yang menurun setelah adanya redenominasi. Pada respons persentase perubahan nilai transaksi sangat dipengaruhi oleh perubahan harga relatif dan persentase perubahan jumlah transaksi. Pada kondisi ini memiliki resiko kesalahan sebesar 0,380. 0,5 0,09 0 Elastis Persentase -0,5 Perubahan -1 Nilai Transaksi (%) -1,5
Inelastis
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 > µ2
-2 -2 -2,5 Gambar 7 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan barang inelastis
24 Pengaruh kebijakan redenominasi dalam kondisi pertumbuhan pada komoditas barang yang berbeda terhadap respon perubahan harga relatif Tabel 12 Hasil t-test perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda Elastis Inelastis Ragam T-Hitung P-value Ragam T-Hitung P-value Sama -1,73 0,921 Sama -0,39 0,641 Tabel 12 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga relatif untuk barang elastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,921 yang lebih dari taraf nyata 10%. Selanjutnya redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan juga terhadap perubahan harga relatif untuk barang inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,641 yang lebih dari taraf nyata 10%. Kemudian pada hasil uji keragaman, kedua komoditas menghasilkan ragam yang sama. 3
2,17 1,61
2 0,9
1 Perubahan Harga Relatif 0 (%) -1
Elastis
-2 -2
Inelastis H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 > µ2
-3 Pertumbuhan Rendah
Pertumbuhan Tinggi
Gambar 8 Perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda Gambar 8 menunjukan bahwa pada barang elastis, saat pertumbuhan rendah cenderung memiliki perubahan harga relatif yang lebih kecil dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Menurut hipotesis, seharusnya saat pertumbuhan rendah lebih besar karena dari sisi penawaran terhadap barang lebih rendah. Sehingga penjual seharusnya lebih tinggi dalam meningkatkan harga barang. Selanjutnya sama halnya pada barang inelastis, saat pertumbuhan rendah cenderung memiliki perubahan harga relatif lebih kecil dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Menurut hipotesis, seharusnya saat pertumbuhan rendah memiliki perubahan harga relatif yang lebih besar. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat pada kedua komoditas tersebut bahwa penjual dalam menetapkan harga tidak melihat dari segi permintaan melainkan dari segi penawaran. Sehingga pada saat pertumbuhan rendah cenderung memiliki perubahan harga yang lebih rendah dibanding saat
25 pertumbuhan tinggi. Secara umum, setelah adanya kebijakan redenominasi para penjual cenderung meningkatkan harga barang barang elastis maupun barang inelastis guna memperoleh keuntungan. Sedangkan saat inflasi rendah dalam penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) menunjukan bahwa untuk barang elastis, saat pertumbuhan rendah cenderung akan meningkatkan perubahan harga relatif dan saat pertumbuhan tinggi cenderung akan menurunkan perubahan harga relatif. Kemudian untuk barang inelastis, baik saat pertumbuhan tinggi maupun pertumbuhan rendah adanya kebijakan redenominasi akan menurunkan perubahan harga relatif. Pengaruh kebijakan redenominasi dalam kondisi pertumbuhan pada komoditas barang yang berbeda terhadap respon persentase perubahan jumlah transaksi Tabel 13 Hasil t-test perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda Elastis Inelastis Ragam T-Hitung P-value Ragam T-Hitung P-value Sama 0,79 0,764 Tabel 13 menunjukkan bahwa pengaruh redenominasi terhadap persentase perubahan jumlah transaksi tidak dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hal tersebut dikarenakan tidak ada perubahan jumlah transaksi sama sekali setelah adanya kebijakan redenominasi. Selanjutnya redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap persentase perubahan jumlah transaksi untuk barang inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,764 yang lebih dari taraf nyata 10%. Kemudian pada hasil uji keragaman, komoditas inelastis menghasilkan ragam yang sama. 2
0
0
1,1
0 Persentase -2 perubahan Jumlah -4 Transaksi (%) -6
Elastis
Inelastis
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 < µ2
-8 Pertumbuhan Rendah
-7,87 Pertumbuhan Tinggi
Gambar 9 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda Gambar 9 menunjukan bahwa pada barang elastis, baik saat pertumbuhan rendah maupun saat pertumbuhan tinggi tidak terjadi perubahan jumlah transaksi.
26 Menurut hipotesis, seharusnya saat pertumbuhan rendah memiliki jumlah transaksi yang lebih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, penetapan harga yang dilakukan oleh penjual pada barang elastis tidak terlalu besar. sehingga hal tersebut tidak mempengaruhi jumlah transaksi. Selanjutnya pada barang inelastis, saat pertumbuhan rendah cenderung memiliki jumlah transaksi lebih tinggi dibandingkan saat pertumbuhan tinggi karena penetapan harga oleh penjual saat pertumbuhan rendah setelah adanya kebijakan redenominasi mengalami penurunan. Sehingga hal tersebut menyebabkan semakin banyaknya pembeli yang dapat membeli barang. Menurut hipotesis, seharusnya saat pertumbuhan rendah lebih rendah karena penjual lebih tinggi dalam menetapkan harga barang. Sehingga jumlah transaksi lebih sedikit. Pengaruh kebijakan redenominasi dalam kondisi pertumbuhan pada komoditas barang yang berbeda terhadap respon persentase perubahan nilai transaksi Tabel 14
Hasil t-test perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda Elastis Inelastis Ragam T-Hitung P-value Ragam T-Hitung P-value Sama -1,73 0,079 Sama 0,66 0,727
Tabel 14 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga relatif untuk barang elastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,079 yang kurang dari taraf nyata 10%. Selanjutnya redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga relatif untuk barang inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,727 yang lebih dari taraf nyata 10%. Kemudian pada hasil uji keragaman, kedua komoditas menghasilkan ragam yang sama. 4
2,4
2,17 2 Persentase 0 perubahan -2 Nilai Transaksi -4 (%)
Elastis -2
Inelastis H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 < µ2
-6 -6,34
-8 Pertumbuhan Rendah
Pertumbuhan Tinggi
Gambar 10 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda
27 Gambar 10 menunjukkan bahwa pada barang elastis, saat pertumbuhan rendah memiliki persentase perubahan nilai transaksi lebih rendah dibandingkan saat pertumbuha tinggi. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal sehingga pada kondisi ini memiliki p-value yang signifikan. Berdasarkan data yang diperoleh, saat pertumbuhan rendah lebih rendah karena penurunan harga yang dilakukan penjual tidak dapat meningkatkan jumlah transaksi. Hal ini dinilai karena penetapan harga tersebut tidak terlalu jauh. Sehingga pada akhirnya akan menurunkan nilai transaksi. Sama halnya saat pertumbuhan tinggi, peningkatan harga yang dilakukan tidak terlau jauh sehingga jumlah transaksi tidak berubah. Hal tersebut dinilai akan meningkatkan nilai transaksi. Selanjutnya pada barang inelastis, saat pertumbuhan rendah cendrung memiliki persentase perubahan nilai transaksi lebih tinggi dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Menurut hipotesis, seharusnya saat pertumbuhan rendah memiliki nilai transaksi lebih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, kondisi tersebut disebabkan penurunan harga yang dilakukan oleh penjual saat pertumbuhan rendah menyebabkan menurunya nilai transaksi setelah adanya kebijakan redenominasi. Sedangkan saat inflasi rendah dalam penelitan yang dilakukan oleh Adi (2013) menunjukkan bahwa untuk barang elastis, saat pertumbuhan rendah cenderung akan meningkatakan nilai transaksi dan saat pertumbuhan tinggi cenderung akan menurunkan nilai transaksi. Kemudian untuk barang inelastis, kebijakan redenominasi saat pertumbuhan rendah cenderung akan menurunkan nilai transaksi. Persentase perubahan nilai transaksi dari setiap faktor kombinasi yang ada yang digambarkan dalam bentuk grafik dotplot dapat ditunjukan pada Gambar 11. Individual Value Plot of Perubahan Nilai Transaksi (%) Elastisitas Pertumbuhan 30
Elastis Rendah Tinggi
Inelastis Rendah Tinggi 30
20
20
10
10
0
2,16969
2,37288
0
-1,99848 -6,34392
-10 -20 Pertumbuhan Elastisitas
-10 -20 Rendah Tinggi Elastis
Rendah Tinggi Inelastis
Gambar 11 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda per kondisi Keterangan: Bar chart menunjukkan data rata-rata Dotplot menunjukan data dari setiap kombinasi
28 Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Akibat Redenominasi Mata Uang Rupiah Pemerintah harus mampu menjaga kondisi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro dalam keadaan yang stabil. Karena apabila kebijakan redenominasi dilakukan pada saat pertumbuhan ekonomi kurang baik akan mempengaruhi keberhasilan kebijakan tersebut. Oleh karena itu, faktor-faktor seperti tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi harus menjadi perioritas dalam melaksanakan kebijakan. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu melakukan sosialisasi yang konsisten dan jelas kepada publik agar masyarakat dan pelaku ekonomi memahami pelaksanaan serta dampak dari kebijakan redenominasi Karena ditakutkan adanya efek money illution yang membuat masyarakat bertindak lebih konsumtif. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh sejumlah pihak untuk meraih keuntungan khususnya penjual dalam menaikan harga.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kebijakan redenominasi untuk komoditas barang elastis cenderung menurunkan nilai transaksi pada saat pertumbuhan rendah. Hal tersebut disebabkan oleh harga yang mengalami penurunan. Sedangkan pada saat pertumbuhan tinggi, cenderung meningkatkan nilai transaksi. Hal ini disebabkan oleh harga yang mengalami peningkatan. Jumlah transaksi pada komoditas barang elastis tidak memiliki pengaruh karena tidak terdapat perubahan setelah adanya kebijakan redenominasi.
Saran Kebijakan redenominasi sebaiknya dilakukan saat pertumbuhan ekonomi yang sedang baik, yaitu pada saat pertumbuhan tinggi. Karena dari penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa kebijakan redenominasi yang dilakukan pada saat pertumbuhan tinggi akan meningkatkan nilai transaksi khususnya untuk barang elastis. Selain itu, kebijakan redenominasi ini harus lepas dari kepentingankepentingan politik atau pribadi agar agar tercapai pada target yang diharapkan. Peneliti berharap pada penelitian selanjutnya dalam memilih responden hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi responden dalam mengambil keputusan. Misalnya tingkat pendapatan dan behavior konsumen itu sendiri. Dari kedua faktor tersebut dapat dijadikan pertimbangan sebagai variabel yang dapat mempengaruhi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Selain itu juga, pada penelitian selanjutnya sebaiknya memiliki desain perlakuan percobaan dengan respons yang lebih detail dan luas. Misalnya tingkat inflasi, bentuk pemerintahan, dan tingkat kepercayaan masyarakat dapat dijadikan respons yang dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan redenominasi. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang
29 lebih nyata terhadap dunia ekonomi yang sebenarnya. Sehingga ketepatan dalam meramalkan dampak suatu kebijakan tertentu semakin tepat.
DAFTAR PUSTAKA Amir A. 2011. Redenominasi Rupiah dan Sistim Keuangan. Jurnal Paradigma Ekonomika. Vol.1, No.4 Oktober 2011 (ID). Adi M.K. 2013. Analisis Pengaruh Kenijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian dengan Tingkat Inflasi Rendah. Departemen Ilmu Ekonomi. FEM-IPB. Bogor. Anonim. 2010. Rupiah di Posisi Kedua Mata Uang Negara ASEAN dengan Pecahan Terbesar. http://infobanknews.com. _______. 2013. Harga BBM dan TDL Naik akan Meningkatkan Tingkat Inflasi. http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/08/19551533. _______. 2013. Daftar Prolegnas pada RUU Perubahan Mata Uang Rupiah. http://www.dpr.go.id/id/baleg/prolegnas/313/Daftar-Prolegnas-RUUPrioritas-Tahun-2013. Friedman D dan Sunder.1994. Experimental Mthods : A Premier for Economist. Cambridge University Press, Melbourne. Gamble A, Garling T, Charlton J, & Ranyard R. 2002. Euro Illusion. European Psychologist 7, 4: 302-311. Hobijn, Bart, F. Ravena, dan A. Tambalotti. 2006. Menu Costs at Work: Restaurant Prices and the Introduction of the Euro. The Quarterly Journal of Economics (2006) 121 (3): 1103-1131. Juanda B. 2000. Percobaan Ekonomi untuk Mengkaji Pengaruh Informasi Serta Jumlah Penjual dan Pembeli dalam Transaksi Pasar. November 2000. Jurnal Ekonomi Vol 7, III, Universitas Borobudur. (ID). _______________. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Pr. Bogor (ID). _______________. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. IPB Pr. Bogor (ID). _______________. 2011. Ekonomi Eksperimental untuk Pengembangan Teori Ekonomi dan Pengkajian Suatu Kebijakan. Di dalam: Orasi Guru Besar IPB, 25 September 2010 (ID). _______________. 2012. Experimental Economics in Indonesia: Lesson Learned and Best Practices. Di dalam: Workshop on Experimental Economics, Bogor 6 September 2012 (ID). Juanda B, N. Fitri, F. Fardilah, dan M.P.D. Manik. 2010. Analisis Perbandingan Dampak Kebijakan Menyelamatkan Bank Century dengan Kebijakan Menutup Bank Century dengan Metode Eksperimen. Departemen Ilmu Ekonomi, FEM-IPB, Bogor. Ioana D. 2005. The National Currency Re-denomination Experience in Several Countries: A Comparative Analysis. International Multidisciplinary Symposium Universitaria Simpro, 2005.
30 Kesumajaya I.W.W. 2011. Redenominasi Mata Uang Rupiah Merupakan Bagian dari Tugas Bank Indonesia untuk Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistim Pembayaran di Indonesia. GaneC Swara Vol 5 No.1, Pebruari 2011 (ID). Lianto J dan Ronald Suryaputra. 2012. The Impact of Redenomination in Indonesia from Indonesian Citizens’ Perspective. Procedia - Social and Behavioral Sciences 40 (2012): 1 – 6 (ID). Marques J.F dan Dehaene, S. 2004. Developing Intuition for Price in Euros. Journal of Experimental Psychology 10, 3: 148-155. Mankiw, N.G. 2010. Makroekonomi: Edisi 6. Erlangga, Jakarta. Mehdi S dan Motiee Reza. 2012. An investigating Zeros Elimination of the National Currency and Its Effect on National Economy (Case study in Iran). European Journal of Experimental Biology, 2012, 2 (4):1137-1143. Mosley L. 2005. Dropping Zeros, Gaining Credibility? Currency Redenomination in Developing Nations. 2005 Annual Meeting of The American Political Science Association, Washington DC. Setneg. 2012. Redenominasi Rupiah dan Stabilitas Perekonomian. Siaran Pers Bank Indonesia No. 12/38/PSHM/Humas. Suhendra E dan S.W. Handayani. 2012. Impacts of Redenomiantion on Economics Indicators. International Conference on Eurasian Economies 2012 (ID). The World Bank. 2012. “World Development Indicators 2012”. Wibowo B. 2013. Ilusi Nilai Uang Redenominasi. Harian Bisnis Kontan, Kamis 21 Februari 2013.
Lampiran 1 Data hasil percobaan
31
Perubahan harga relatif (%)
Persentase perubahan jumlah transaksi (%)
Persentase Perubahan nilai transaksi (%)
Periode Pertumbuhan
Elastisitas
1
Rendah
Elastis
-4,260
0,000
-4,260
2
Rendah
Elastis
-0,946
0,000
-0,946
3
Rendah
Elastis
-0,789
0,000
-0,789
1
Rendah
Inelastis
-1,306
-16,667
-17,755
2
Rendah
Inelastis
-0,251
0,000
-0,251
3
Rendah
Inelastis
4,270
20,000
25,124
1
Tinggi
Elastis
6,398
0,000
6,398
2
Tinggi
Elastis
0,476
0,000
0,476
3
Tinggi
Elastis
-0,364
0,000
-0,364
1
Tinggi
Inelastis
1,906
-11,111
-9,417
2
Tinggi
Inelastis
0,397
-12,500
-12,153
3
Tinggi
Inelastis
2,538
0,000
2,538
Lampiran 2 Hasil uji keragaman dan uji beda nilai tengah untuk setiap kombinasi
32 1. Pengaruh pertumbuhan secara umum terhadap perubahan harga relatif Hasil Uji Keragaman (Uji F) Test and CI for Two Variances: Perubahan Harga Relatif vs Pertumbuhan Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) = 1 Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 6 6
StDev 2,752 2,452
Variance 7,575 6,010
Ratio of standard deviations = 1,123 Ratio of variances = 1,260 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for StDev Ratio (0,500; 2,523) (0,028; 4,270)
CI for Variance Ratio (0,250; 6,365) (0,001; 18,233)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 5 1
DF2 5 10
Test Statistic 1,26 0,01
P-Value 0,806 0,932
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Harga Relatif; Pertumbuhan Two-sample T for Perubahan Harga Relatif Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 6 6
Mean -0,55 1,89
StDev 2,75 2,45
SE Mean 1,1 1,0
Difference = mu (Rendah) - mu (Tinggi) Estimate for difference: -2,44 90% lower bound for difference: -4,50 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,62 10 Both use Pooled StDev = 2,6063
P-Value = 0,932
DF =
2. Pengaruh elastisitas secara umum terhadap perubahan harga relatif
33 Hasil Uji Keragaman (Uji F) Test and CI for Two Variances: Perubahan Harga Relatif vs Elastisitas Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Elastis) / Sigma(Inelastis) = 1 Sigma(Elastis) / Sigma(Inelastis) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Elastisitas Elastis Inelastis
N 6 6
StDev 3,490 2,036
Variance 12,183 4,145
Ratio of standard deviations = 1,714 Ratio of variances = 2,939 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for Variance Ratio (0,582; 14,844) (0,001; 9,411)
CI for StDev Ratio (0,763; 3,853) (0,035; 3,068)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 5 1
DF2 5 10
Test Statistic 2,94 0,14
P-Value 0,262 0,719
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Harga Relatif; Elastisitas Two-sample T for Perubahan Harga Relatif Elastisitas Elastis Inelastis
N 6 6
Mean 0,09 1,26
StDev 3,49 2,04
SE Mean 1,4 0,83
Difference = mu (Elastis) - mu (Inelastis) Estimate for difference: -1,17 90% upper bound for difference: 1,09 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -0,71 10 Both use Pooled StDev = 2,8572
P-Value = 0,247
DF =
3. Pengaruh pertumbuhan pada komoditas barang elastis terhadap perubahan harga relatif
34 Hasil Uji Keragaman (Uji F) Test and CI for Two Variances: Perubahan Harga Relatif vs Pertumbuhan Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) = 1 Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
StDev 1,960 3,686
Variance 3,842 13,584
Ratio of standard deviations = 0,532 Ratio of variances = 0,283 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for StDev Ratio (0,122; 2,318) ( *; *)
CI for Variance Ratio (0,015; 5,374) ( *; *)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 2 1
DF2 2 4
Test Statistic 0,28 0,26
P-Value 0,441 0,635
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Harga Relatif; Pertumbuhan Two-sample T for Perubahan Harga Relatif Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
Mean -2,00 2,17
StDev 1,96 3,69
SE Mean 1,1 2,1
Difference = mu (Rendah) - mu (Tinggi) Estimate for difference: -4,17 90% lower bound for difference: -7,86 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -1,73 Both use Pooled StDev = 2,9518
P-Value = 0,921
DF = 4
4. Pengaruh pertumbuhan pada komoditas barang inelastis terhadap perubahan harga relatif
35 Hasil Uji Keragaman (Uji F) Test and CI for Two Variances: Perubahan Harga Relatif vs Pertumbuhan Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) = 1 Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
StDev 2,962 1,100
Variance 8,775 1,210
Ratio of standard deviations = 2,693 Ratio of variances = 7,250 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for StDev Ratio (0,618; 11,737) ( *; *)
CI for Variance Ratio (0,382; 137,755) ( *; *)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 2 1
DF2 2 4
Test Statistic 7,25 0,64
P-Value 0,242 0,469
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Harga Relatif; Pertumbuhan Two-sample T for Perubahan Harga Relatif Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
Mean 0,90 1,61
StDev 2,96 1,10
SE Mean 1,7 0,64
Difference = mu (Rendah) - mu (Tinggi) Estimate for difference: -0,71 90% lower bound for difference: -3,51 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = -0,39 Both use Pooled StDev = 2,2344
P-Value = 0,641
DF = 4
5. Pengaruh pertumbuhan secara umum terhadap persentase perubahan jumlah transaksi Hasil Uji Keragaman (Uji F)
36 Test and CI for Two Variances: Perubahan Jumlah Transaksi Rela vs Pertumbuhan Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) = 1 Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 6 6
StDev 11,627 6,112
Variance 135,185 37,359
Ratio of standard deviations = 1,902 Ratio of variances = 3,619 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for StDev Ratio (0,846; 4,275) ( *; *)
CI for Variance Ratio (0,717; 18,275) ( *; *)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 5 1
DF2 5 10
Test Statistic 3,62 0,22
P-Value 0,184 0,648
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Jumlah Transaksi Rela; Pertumbuhan Two-sample T for Perubahan Jumlah Transaksi Rela Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 6 6
Mean 0,6 -3,94
StDev 11,6 6,11
SE Mean 4,7 2,5
Difference = mu (Rendah) - mu (Tinggi) Estimate for difference: 4,49 90% upper bound for difference: 11,85 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 0,84 Both use Pooled StDev = 9,2883
P-Value = 0,789
DF = 10
6. Pengaruh pertumbuhan pada komoditas barang inelastis terhadap persentase perubahan jumlah transaksi Hasil Uji Keragaman (Uji F)
37 Test and CI for Two Variances: Perubahan Jumlah Transaksi Rela vs Pertumbuhan Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) = 1 Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
StDev 18,359 6,851
Variance 337,037 46,939
Ratio of standard deviations = 2,680 Ratio of variances = 7,180 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for StDev Ratio (0,615; 11,680) ( *; *)
CI for Variance Ratio (0,378; 136,425) ( *; *)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 2 1
DF2 2 4
Test Statistic 7,18 1,29
P-Value 0,244 0,320
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Jumlah Transaksi Rela; Pertumbuhan Two-sample T for Perubahan Jumlah Transaksi Rela Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
Mean 1,1 -7,87
StDev 18,4 6,85
SE Mean 11 4,0
Difference = mu (Rendah) - mu (Tinggi) Estimate for difference: 9,0 90% upper bound for difference: 26,3 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 0,79 Both use Pooled StDev = 13,8560
P-Value = 0,764
DF = 4
7. Pengaruh pertumbuhan secara umum terhadap persentase perubahan nilai transaksi Hasil Uji Keragaman (Uji F)
38 Test and CI for Two Variances: Perubahan Nilai Transaksi Relat vs Pertumbuhan Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) = 1 Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 6 6
StDev 13,900 7,183
Variance 193,199 51,593
Ratio of standard deviations = 1,935 Ratio of variances = 3,745 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for StDev Ratio (0,861; 4,349) ( *; 5,924)
CI for Variance Ratio (0,741; 18,912) ( *; 35,099)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 5 1
DF2 5 10
Test Statistic 3,74 0,28
P-Value 0,174 0,606
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Nilai Transaksi Relatif; Pertumbuhan Two-sample T for Perubahan Nilai Transaksi Relat Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 6 6
Mean 0,2 -2,09
StDev 13,9 7,18
SE Mean 5,7 2,9
Difference = mu (Rendah) - mu (Tinggi) Estimate for difference: 2,27 90% upper bound for difference: 11,04 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 0,36 Both use Pooled StDev = 11,0633
P-Value = 0,635
DF = 10
8. Pengaruh elastisitas secara umum terhadap persentase perubahan nilai transaksi Hasil Uji Keragaman (Uji F)
39 Test and CI for Two Variances: Perubahan Nilai Transaksi Relat vs Elastisitas Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Elastis) / Sigma(Inelastis) = 1 Sigma(Elastis) / Sigma(Inelastis) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Elastisitas Elastis Inelastis
N 6 6
StDev 3,490 15,269
Variance 12,183 233,140
Ratio of standard deviations = 0,229 Ratio of variances = 0,052 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for Variance Ratio (0,010; 0,264) (0,000; 0,408)
CI for StDev Ratio (0,102; 0,514) (0,005; 0,639)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 5 1
DF2 5 10
Test Statistic 0,05 4,81
P-Value 0,006 0,053
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Nilai Transaksi Relat; Elastisitas Two-sample T for Perubahan Nilai Transaksi Relat Elastisitas Elastis Inelastis
N 6 6
Mean 0,09 -2,0
StDev 3,49 15,3
SE Mean 1,4 6,2
Difference = mu (Elastis) - mu (Inelastis) Estimate for difference: 2,07 90% lower bound for difference: -7,37 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 0,32
P-Value = 0,380
DF = 5
9. Pengaruh pertumbuhan pada komoditas barang elastis terhadap persentase perubahan nilai transaksi Hasil Uji Keragaman (Uji F)
40 Test and CI for Two Variances: Perubahan Nilai Transaksi Relat vs Pertumbuhan Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) = 1 Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
StDev 1,960 3,686
Variance 3,842 13,584
Ratio of standard deviations = 0,532 Ratio of variances = 0,283 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for StDev Ratio (0,122; 2,318) ( *; *)
CI for Variance Ratio (0,015; 5,374) ( *; *)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 2 1
DF2 2 4
Test Statistic 0,28 0,26
P-Value 0,441 0,635
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Nilai Transaksi Relat; Pertumbuhan Two-sample T for Perubahan Nilai Transaksi Relat Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
Mean -2,00 2,17
StDev 1,96 3,69
SE Mean 1,1 2,1
Difference = mu (Rendah) - mu (Tinggi) Estimate for difference: -4,17 90% upper bound for difference: -0,47 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -1,73 Both use Pooled StDev = 2,9518
P-Value = 0,079
DF = 4
10. Pengaruh pertumbuhan pada komoditas barang inelastis terhadap persentase perubahan nilai transaksi Hasil Uji Keragaman (Uji F)
41 Test and CI for Two Variances: Perubahan Nilai Transaksi Relat vs Pertumbuhan Method Null hypothesis Alternative hypothesis Significance level
Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) = 1 Sigma(Rendah) / Sigma(Tinggi) not = 1 Alpha = 0,1
Statistics Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
StDev 21,560 7,813
Variance 464,825 61,038
Ratio of standard deviations = 2,760 Ratio of variances = 7,615 90% Confidence Intervals Distribution of Data Normal Continuous
CI for StDev Ratio (0,633; 12,029) ( *; *)
CI for Variance Ratio (0,401; 144,690) ( *; *)
Tests Method F Test (normal) Levene's Test (any continuous)
DF1 2 1
DF2 2 4
Test Statistic 7,62 1,27
P-Value 0,232 0,322
Hasil Uji Beda Nilai Tengah (Uji T) Two-Sample T-Test and CI: Perubahan Nilai Transaksi Relat; Pertumbuhan Two-sample T for Perubahan Nilai Transaksi Relat Pertumbuhan Rendah Tinggi
N 3 3
Mean 2,4 -6,34
StDev 21,6 7,81
SE Mean 12 4,5
Difference = mu (Rendah) - mu (Tinggi) Estimate for difference: 8,7 90% upper bound for difference: 29,0 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 0,66 Both use Pooled StDev = 16,2152
P-Value = 0,727
Lampiran 3 Grafik plot data untuk setiap kombinasi perlakuan
DF = 4
42 Individual Value Plot of Perubahan Harga Relatif 7,5
Rendah
Tinggi
5,0
7,5
5,0
2,5
2,5 1,89163
0,0
0,0
-0,546977
-2,5
-2,5
-5,0
-5,0
Panel variable: Pertumbuhan
Gambar 1 Perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi per kondisi
Individual Value Plot of Perubahan Jumlah Transaksi (%) Rendah
Tinggi
20
20
10
10
0
0,555556
0 -3,93519
-10
-10
-20
-20
Panel variable: Pertumbuhan
Gambar 2 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi per kondisi
43 Individual Value Plot of Perubahan Nilai Transaksi (%) 30
Rendah
Tinggi
30
20
20
10
10
0
0,187203
-2,08711
0
-10
-10
-20
-20
Panel variable: Pertumbuhan
Gambar 3 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi per kondisi
Individual Value Plot of Perubahan Harga Relatif 7,5
Elastis
Inelastis
7,5
5,0
5,0
2,5
2,5 1,25905
0,0
0,0856054
0,0
-2,5
-2,5
-5,0
-5,0
Panel variable: Elastisitas
Gambar 4 Perbandingan perubahan harga relatif untuk barang elastis dan barang inelastis per kondisi
44 Individual Value Plot of Perubahan Jumlah Transaksi (%) Elastis
Inelastis
20
20
10
10
0
0
0 -3,37963
-10
-10
-20
-20
Panel variable: Elastisitas
Gambar 5
Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan barang inelastis perkondisi
Individual Value Plot of Perubahan Nilai Transaksi (%) 30
Elastis
Inelastis
30
20
20
10
10
0
0,0856054
-1,98552
0
-10
-10
-20
-20
Panel variable: Elastisitas
Gambar 6 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan barang inelastis per kondisi
45 Individual Value Plot of Perubahan Harga Relatif Elastisitas Pertumbuhan 7,5
Elastis Rendah Tinggi
Inelastis Rendah Tinggi 7,5
5,0
5,0
2,5
2,5
2,16969
1,61358 0,904522
0,0 -2,5 -5,0 Pertumbuhan Elastisitas
0,0 -1,99848
-2,5 -5,0
Rendah Tinggi Elastis
Rendah Tinggi Inelastis
Gambar 7 Perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda per kondisi
Individual Value Plot of Perubahan Jumlah Transaksi (%) Elastisitas Pertumbuhan
Elastis Rendah Tinggi
Inelastis Rendah Tinggi
20
20
10
10
0
0
0
0 -7,87037
-10
-20 Pertumbuhan Elastisitas
1,11111
-10
-20 Rendah Tinggi Elastis
Rendah Tinggi Inelastis
Gambar 8 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda per kondisi
46 Individual Value Plot of Perubahan Nilai Transaksi (%) Elastisitas Pertumbuhan 30
Elastis Rendah Tinggi
Inelastis Rendah Tinggi 30
20
20
10
10
0
2,16969
2,37288
0
-1,99848 -6,34392
-10 -20 Pertumbuhan Elastisitas
-10 -20 Rendah Tinggi Elastis
Rendah Tinggi Inelastis
Gambar 9 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda per kondisi
47 Lampiran 4 Instruksi percobaan Instruksi Simulasi Percobaan Ekonomi untuk Kelompok Percobaan Komoditas Mobil Instruksi untuk Penjual Percobaan ini adalah percobaan ekonomi untuk pembuatan keputusan dalam menyepakati harga mobil yang ditransaksikan. Anda telah mendapatkan Rp 3.000 karena telah datang dan ikut dalam percobaan ini. Jika Anda mengikuti instruksi dengan teliti dan membuat keputusan dengan hati-hati dalam transaksi, Anda dapat mendapat profit tambahan. Pemberian uang (reward) kepada Anda disesuaikan dengan besarnya profit yang diperoleh dalam proses transaksi, semakin besar profit yang diperoleh berarti semakin besar pula uang yang akan didapatkan. Sebelum memulai transaksi, pastikan status Anda apakah sebagai penjual atau pembeli. Setiap penjual memiliki kode identitas yang berbeda yaitu J1, J2, J3, J4, J5, J6, atau J7. Percobaan ini akan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari dua tahap yaitu 1) sebelum redenominasi rupiah, dan 2) setelah redenominasi rupiah. Apakah ada pertanyaan? Ketentuan untuk penjual Anda adalah seorang penjual mobil yang akan menjual dua buah mobil. Anda akan mendapatkan dua buah mobil dengan nilai unit cost tertentu yang berbeda untuk masing-masing mobil. Anda tidak boleh memberitahukan unit cost yang didapat kepada peserta lain. Unit cost adalah kesediaan harga minimum yang ditetapkan penjual atas sebuah mobil yang dijualnya. Sedangkan harga jual adalah harga tunggal yang dipilih oleh seorang penjual untuk satu unit penjualan yang ditawarkan. Pada setiap awal percobaan Anda dipersilahkan untuk menetapkan harga jual bagi mobil yang akan diperjualbelikan. Informasi ini dimasukkan pada baris dan kolom yang sesuai dalam lembar keputusan. Agar mendapatkan profit, Anda harus menetapkan harga jual untuk sebuah mobil yang ditawarkan diatas nilai unit cost mobil yang bersangkutan. Anda tidak boleh menetapkan harga jual mobil dibawah nilai unit costnya. Profit Penjual = Harga Jual – Unit Cost Tahap-tahap Percobaan bagi Penjual Pengundian Pada setiap awal percobaan, melalui undian Anda akan diacak menjadi J1, J2, J3, J4, J5, J6, atau J7. Masing-masing penjual harus menuliskan kode identitasnya, nama, dan NRP pada lembar keputusan yang telah diberikan. Pembagian Unit Cost Setelah mendapatkan identitas, Anda akan dibagikan lembar keputusan dimana pada lembar keputusan tersebut telah tercantum unit cost sesuai identitas yang didapat dari hasil pengacakan
48 Penetapan Harga Jual Selanjutnya Anda menetapkan harga jual untuk satu unit mobil yang akan Anda tawarkan dalam dua harga jual yang berbeda. Harga jual yang pertama yaitu harga dalam satuan Rupiah, sedangkan harga jual yang kedua adalah harga dalam satuan Rupiah Baru, dimana Rp (Baru) 1 = Rp 1.000 . Harga jual yang kedua ini menggambarkan adanya kebijakan redenominasi mata uang yaitu penghapusan tiga digit angka terakhir pada Rupiah. Contohnya: jika harga jual yang pertama Anda sebesar Rp 150.000.000 maka adanya kebijakan redenominasi, harga jual yang kedua Anda sekitar Rp (Baru) ±150.000. Contoh :
NISSAN GRAND LIVINA Harga dengan Rupiah lama Rp 165.000.000 Redenominasi Rupiah
→ Rp (Baru) 165.500 Harga dengan Rupiah Baru ? -
Dinaikan Tetap Diturunkan
Dalam menetapkan harga jual yang kedua dengan Rp Baru atau harga pada kondisi setelah redenominasi, penjual dipersilahkan untuk menetapkan dibawah atau diatas dari harga yang pertama (harga yang ditetapkan pada waktu sebelum ada redenominasi). Karena sifat permintaan mobil adalah elastis terhadap harga, jika penjual menetapkan harga jual dibawah harga sebelum ada redenominasi, maka permintaan pembeli terhadap mobil cenderung meningkat dengan jumlah yang sangat besar. Dengan pengertian lain, meskipun penjual menetapkan harga jualnya dibawah harga sebelumnya, maka penerimaan (revenue) yang akan diterima penjual cenderung meningkat. Setelah menuliskan harganya, kemudian peneliti akan memeriksa lembar keputusan Anda. Jika sudah benar Anda dipersilahkan menuliskan kedua harga jual tersebut pada karton yang telah tersedia di meja. Proses Transaksi Seorang pembeli akan mendatangi Anda untuk membeli satu mobil. Karena dalam percobaan kali ini terdapat dua mobil yang akan dijual, Anda bisa bertransaksi menawarkan mobil kedua bersamaan dengan mobil pertama. Ketika mobil yang Anda ingin tawarkan sudah habis, maka dianggap telah menyelesaikan transaksi pada tahap pertama dan ulangan pertama.
49 Akhir Percobaan Percobaan ini telah berakhir, jumlah pembayaran Anda adalah total profit dari transaksi mobil yang laku terjual (jika penjual) untuk semua ulangan yang telah dilakukan ketika sebelum redenominasi (Rp) maupun setelah redenominasi (Rp Baru). Perhitungan profit akan dilakukan oleh peneliti. Percobaan ini akan diulang untuk ulangan berikutnya sampai ulangan ke-3. Terima kasih atas perhatian Anda.
Instruksi Simulasi Percobaan Ekonomi untuk Kelompok Percobaan Komoditas Mobil Instruksi untuk Pembeli Percobaan ini adalah percobaan ekonomi untuk pembuatan keputusan dalam menyepakati harga mobil yang ditransaksikan. Anda telah mendapatkan Rp 3.000 karena telah datang dan ikut dalam percobaan ini. Jika Anda mengikuti instruksi dengan teliti dan membuat keputusan dengan hati-hati dalam transaksi, Anda dapat mendapat profit tambahan. Pemberian uang (reward) kepada Anda disesuaikan dengan besarnya profit yang diperoleh dalam proses transaksi, semakin besar profit yang diperoleh berarti semakin besar pula uang yang akan didapatkan. Sebelum memulai transaksi, pastikan status Anda apakah sebagai penjual atau pembeli. Setiap pembeli memiliki kode identitas yang berbeda yaitu B1, B2, B3, B4, B5, B6, atau B7. Percobaan ini akan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari dua tahap yaitu 1) sebelum redenominasi rupiah, dan 2) setelah redenominasi rupiah. Apakah ada pertanyaan? Ketentuan untuk pembeli Sebagai pembeli, Anda akan mendapatkan dua unit value untuk masingmasing mobil yang akan dibeli. Unit value yang didapatkan tersebut telah tercantum dalam lembar keputusan yang Anda dapatkan. Anda tidak boleh saling memberitahukan nilai unit value yang didapat kepada peserta lain. Unit value adalah kesediaan harga maksimum yang ditetapkan pembeli atas sebuah mobil yang akan dibelinya. Sedangkan harga jual adalah sebuah harga tunggal yang dipilih oleh seorang penjual untuk satu unit mobil yang ditawarkan. Agar mendapatkan profit, Anda harus memilih harga jual untuk mobil yang ingin Anda beli dibawah unit value yang dimiliki. Anda tidak boleh memilih mobil dengan harga jual di atas unit value. Profit Pembeli = Unit Value – Harga Jual Tahap-tahap Percobaan Bagi Pembeli Pada setiap awal percobaan Anda akan dipersilahkan meninggalkan ruangan untuk diacak untuk menjadi B1, B2, B3, B4, B5, B6, atau B7 sebagai kode identitas. Setelah itu Anda akan dibagikan lembar keputusan dimana telah tercantum unit value sesuai identitas yang didapat dari hasil pengacakan.
50 Selanjutnya pada setiap awal ulangan setiap pembeli akan diacak urutan masuk ke dalam ruangan penjual. Pembeli dipersilahkan memasuki ruangan penjual sesuai urutan yang didapat. Anda dipersilahkan masuk ke dalam dan melihat harga yang telah dicantumkan oleh masing-masing penjual, lalu menentukan pilihan salah satu harga dari sepuluh harga yang telah dicantumkan oleh masing-masing penjual. Selanjutnya pembeli langsung mendatangi penjual yang telah dipilih untuk melakukan transaksi jual-beli. Karena dalam percobaan kali ini terdapat dua mobil yang dapat dibeli, Anda bisa bertransaksi membeli mobil kedua bersamaan dengan mobil pertama. Apabila semua penjual menetapkan harga jual di atas unit value, Anda diperbolehkan tidak membeli satu unit mobil pada ulangan tersebut dan langsung meninggalkan ruangan penjual. Bagi peserta yang belum dipanggil dipersilahkan menunggu giliran untuk melakukan pembelian. Satu ulangan berakhir apabila semua pembeli telah mendapatkan kesempatan pembelian untuk dua unit value yang dimilikinya. Ada Kebijakan Redenominasi (Transaksi dengan Rp Baru) Pada awal tahap ketika terjadinya redenominasi, seluruh pembeli dipersilahkan keluar ruangan terlebih dahulu. Jika Anda pembeli, instruksi yang harus dilakukan dan unit value yang diterima adalah sama dengan percobaan ketika tidak adanya redenominasi. Namun dengan adanya redenominasi, nilai nominal unit value berubah menjadi dalam satuan Rupiah (Baru), dimana Rp (Baru) 1 = Rp 1.000. Contohnya: jika sebelumnya unit value Anda sebesar Rp 150.000.000 maka dengan adanya kebijakan redenominasi unit value Anda menjadi Rp (Baru) 150.000. Pada kondisi ini, semua perhitungan profit dari membeli mobil dihitung dalam satuan Rupiah (Baru).
Rupiah Lama
Rupiah Baru
Akhir Percobaan Percobaan ini telah berakhir, jumlah pembayaran Anda adalah total profit dari transaksi mobil yang berhasil dibeli (jika pembeli) untuk semua ulangan yang telah dilakukan ketika sebelum redenominasi (Rp) maupun setelah redenominasi (Rp Baru). Perhitungan profit akan dilakukan oleh peneliti. Percobaan ini akan diulang untuk ulangan berikutnya sampai ulangan ke-3. Terima kasih atas perhatian Anda.
51 Instruksi Simulasi Percobaan Ekonomi untuk Kelompok Percobaan Komoditas Beras Instruksi untuk Penjual Percobaan ini adalah percobaan ekonomi untuk pembuatan keputusan dalam menyepakati harga beras yang ditransaksikan. Anda telah mendapatkan Rp 3.000 karena telah datang dan ikut dalam percobaan ini. Jika Anda mengikuti instruksi dengan teliti dan membuat keputusan dengan hati-hati dalam transaksi, Anda dapat mendapat profit tambahan. Pemberian uang (reward) kepada Anda disesuaikan dengan besarnya profit yang diperoleh dalam proses transaksi, semakin besar profit yang diperoleh berarti semakin besar pula uang yang akan didapatkan. Sebelum memulai transaksi, pastikan status Anda apakah sebagai penjual atau pembeli. Setiap penjual memiliki kode identitas yang berbeda yaitu J1, J2, J3, J4, J5, J6, atau J7. Percobaan ini akan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari dua tahap yaitu 1) sebelum redenominasi rupiah, dan 2) setelah redenominasi rupiah. Apakah ada pertanyaan? Ketentuan untuk penjual Anda adalah seorang penjual beras yang akan menjual dua liter beras kepada seorang pembeli. Anda akan mendapatkan dua liter beras dengan nilai unit cost tertentu yang berbeda tiap liternya. Anda tidak boleh memberitahukan unit cost yang didapat kepada peserta lain. Unit cost adalah kesediaan harga minimum yang ditetapkan penjual atas satu liter beras yang dijualnya. Sedangkan harga jual adalah harga tunggal yang dipilih oleh seorang penjual untuk satu unit penjualan yang ditawarkan. Pada setiap awal ulangan Anda dipersilahkan untuk membuat harga jual yang akan diperjualbelikan. Informasi ini dimasukkan pada baris dan kolom yang sesuai dalam lembar keputusan. Agar mendapatkan profit, Anda harus menetapkan harga jual untuk satu liter beras yang ditawarkan diatas nilai unit cost beras yang bersangkutan. Anda tidak boleh menetapkan harga jual beras dibawah nilai unit costnya. Profit Penjual = Harga Jual – Unit Cost Tahap-tahap Percobaan bagi Penjual Pengundian Pada setiap awal percobaan, melalui undian Anda akan diacak menjadi J1, J2, J3, J4, J5, J6, atau J7. Masing-masing penjual harus menuliskan kode identitasnya, nama, dan NRP pada lembar keputusan yang telah diberikan. Pembagian Unit Cost Setelah mendapatkan identitas, Anda akan dibagikan lembar keputusan dimana pada lembar keputusan tersebut telah tercantum unit cost sesuai identitas yang didapat dari hasil pengacakan.
52 Penetapan Harga Jual Selanjutnya Anda menetapkan harga jual untuk satu liter beras yang akan Anda tawarkan dalam dua harga jual yang berbeda. Harga jual yang pertama yaitu harga dalam satuan Rupiah, sedangkan harga jual yang kedua adalah harga dalam satuan Rupiah Baru, dimana Rp (Baru) 1 = Rp 1000. Harga jual yang kedua ini menggambarkan adanya kebijakan redenominasi mata uang yaitu penghapusan tiga digit angka terakhir pada Rupiah. Contohnya: jika harga jual yang pertama Anda sebesar Rp 13.000 maka adanya kebijakan redenominasi, harga jual yang kedua Anda sekitar Rp (Baru) ± 13. Contoh :
BERAS Harga dengan Rupiah lama Rp 13.000 Redenominasi Rupiah
→ Rp (Baru) 13 Harga dengan Rupiah Baru ? -
Dinaikan Tetap Diturunkan
Dalam menetapkan harga jual yang kedua dengan Rp Baru atau harga pada kondisi setelah redenominasi, penjual dipersilahkan untuk menetapkan tetap, dibawah atau diatas dari harga yang pertama (harga yang ditetapkan pada waktu sebelum ada redenominasi). Karena sifat permintaan beras adalah inelastis terhadap harga, jika penjual menetapkan harga jual diatas harga sebelum ada redenominasi, maka permintaan pembeli terhadap beras cenderung tidak turun dengan jumlah yang besar. Dengan pengertian lain meskipun penjual menaikkan harga jualnya, tetapi penerimaan (revenue) yang akan diterima penjual cenderung meningkat. Setelah menuliskan harganya, kemudian peneliti akan memeriksa lembar keputusan Anda. Jika sudah benar Anda dipersilahkan menuliskan kedua harga jual tersebut pada karton yang telah tersedia di meja. Proses Transaksi Seorang pembeli akan mendatangi Anda untuk membeli satu liter beras. Karena dalam percobaan kali ini terdapat dua liter beras yang akan dijual, Anda bisa bertransaksi menawarkan beras liter kedua bersamaan dengan beras liter pertama yang ditawarkan. Instruksi untuk menawarkan beras kedua sama dengan ketika menawarkan beras pertama. Ketika beras yang Anda ingin tawarkan sudah habis, maka dianggap telah menyelesaikan transaksi pada tahap pertama dan ulangan pertama.
53 Akhir Percobaan Percobaan ini telah berakhir, jumlah pembayaran Anda adalah total profit dari transaksi beras yang laku terjual (jika penjual) untuk semua ulangan yang telah dilakukan ketika sebelum redenominasi (Rp) maupun setelah redenominasi (Rp Baru). Perhitungan profit akan dilakukan oleh peneliti. Percobaan ini akan diulang untuk ulangan berikutnya sampai ulangan ke-3. Terima kasih atas perhatian Anda. Instruksi Simulasi Percobaan Ekonomi untuk Kelompok Percobaan Komoditas Beras Instruksi untuk Pembeli Percobaan ini adalah percobaan ekonomi untuk pembuatan keputusan dalam menyepakati harga beras yang ditransaksikan. Anda telah mendapatkan Rp 3.000,- karena telah datang dan ikut dalam percobaan ini. Jika Anda mengikuti instruksi dengan teliti dan membuat keputusan dengan hati-hati dalam transaksi, Anda dapat mendapat profit tambahan. Pemberian uang (reward) kepada Anda disesuaikan dengan besarnya profit yang diperoleh dalam proses transaksi, semakin besar profit yang diperoleh berarti semakin besar pula uang yang akan didapatkan. Sebelum memulai transaksi, pastikan status Anda apakah sebagai penjual atau pembeli. Setiap pembeli memiliki kode identitas yang berbeda yaitu B1, B2, B3, B4, B5, B6, atau B7. Percobaan ini akan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari dua tahap yaitu 1) sebelum redenominasi rupiah, dan 2) setelah redenominasi rupiah. Apakah ada pertanyaan? Ketentuan untuk pembeli Sebagai pembeli, Anda akan mendapatkan satu nilai unit value untuk satu liter beras yang akan dibeli. Karena dalam percobaan kali ini ada dua liter beras yang diperjualbelikan, maka Anda juga akan mendapatkan dua unit value untuk masing-masing liter beras yang akan dibeli. Anda tidak boleh saling memberitahukan nilai unit value yang didapat kepada peserta lain. Unit value adalah kesediaan harga maksimum yang ditetapkan pembeli atas satu liter beras yang akan dibelinya. Sedangkan harga jual adalah sebuah harga tunggal yang dipilih oleh seorang penjual untuk satu liter beras yang ditawarkan. Agar mendapatkan profit/untung/uang, Anda harus memilih harga jual untuk beras yang ingin Anda beli dibawah unit value yang dimiliki. Anda tidak boleh memilih beras dengan harga jual di atas unit value. Anda tidak dapat membeli unit kedua sebelum Anda membeli unit yang pertama. Profit Pembeli = Unit Value – Harga Jual Tahap-tahap Percobaan Bagi Pembeli Pada setiap awal percobaan Anda akan dipersilahkan meninggalkan ruangan untuk diacak untuk menjadi B1, B2, B3, B4, B5, B6, atau B7 sebagai kode identitas. Setelah itu Anda akan dibagikan lembar keputusan dimana telah
54 tercantum unit value sesuai identitas yang didapat dari hasil pengacakan. Masingmasing pembeli harus menuliskan kode identitasnya, nama, dan NRP pada lembar keputusan yang telah diberikan. Selanjutnya pada setiap awal ulangan setiap pembeli akan diacak urutan masuk ke dalam ruangan penjual. Pembeli dipersilahkan memasuki ruangan penjual sesuai urutan yang didapat. Anda dipersilahkan masuk ke dalam dan melihat harga yang telah dicantumkan oleh masing-masing penjual, lalu menentukan pilihan salah satu harga dari sepuluh harga yang telah dicantumkan oleh masing-masing penjual. Selanjutnya pembeli langsung mendatangi penjual yang telah dipilih untuk melakukan transaksi jual-beli Karena dalam percobaan kali ini terdapat dua liter beras yang dapat dibeli, Anda bisa bertransaksi membeli beras kedua bersamaan dengan beras pertama. Apabila semua penjual menetapkan harga jual di atas unit value, Anda diperbolehkan tidak membeli satu liter beras pada periode pertama dan langsung meninggalkan ruangan penjual. Bagi peserta yang belum dipanggil dipersilahkan menunggu giliran untuk melakukan pembelian. Satu ulangan berakhir apabila semua pembeli telah mendapatkan kesempatan pembelian untuk dua unit value yang dimilikinya. Ada Kebijakan Redenominasi (Transaksi dengan Rp Baru) Pada awal tahap ketika terjadinya redenominasi, seluruh pembeli dipersilahkan keluar ruangan terlebih dahulu. Jika Anda pembeli, instruksi yang harus dilakukan dan unit value yang diterima adalah sama dengan percobaan ketika tidak adanya redenominasi. Namun dengan adanya redenominasi, nilai nominal unit value berubah menjadi dalam satuan Rupiah (Baru), dimana Rp (Baru) 1 = Rp 1000. Contohnya: jika sebelumnya unit value Anda sebesar Rp 7.500 maka dengan adanya kebijakan redenominasi unit value Anda menjadi Rp (Baru) 7,5. Pada kondisi ini, semua perhitungan profit dari membeli mobil dihitung dalam satuan Rupiah (Baru).
Rupiah Lama
Rupiah Baru
Akhir Percobaan Percobaan ini telah berakhir, jumlah pembayaran Anda adalah total profit dari transaksi beras yang berhasil dibeli (jika pembeli) untuk semua ulangan yang telah dilakukan ketika sebelum redenominasi (Rp) maupun setelah redenominasi (Rp Baru). Perhitungan profit akan dilakukan oleh peneliti. Percobaan ini akan diulang untuk ulangan berikutnya sampai ulangan ke-3. Terima kasih atas perhatian Anda.
55 Lampiran 5 Daftar unit value dan unit cost masing-masing pelaku percobaan 1. Barang Elastis (Mobil), pertumbuhan ekonomi rendah (10 pelaku ekonomi). No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Cost (Rp) 147.000.000 153.500.000 159.500.000 165.500.000 172.000.000 178.500.000 184.500.000 191.000.000 197.500.000 203.500.000
Unit Value (Rp) 160.000.000 165.500.000 171.000.000 176.500.000 182.000.000 188.000.000 193.500.000 199.000.000 205.000.000 210.500.000
2. Barang Elastis (Mobil), pertumbuhan ekonomi tinggi (14 pelaku ekonomi) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Unit Cost (Rp) 147.000.000 153.500.000 159.500.000 165.500.000 172.000.000 178.500.000 184.500.000 191.000.000 197.500.000 203.500.000 209.500.000 216.000.000 222.000.000 228.000.000
Unit Value (Rp) 160.000.000 165.500.000 171.000.000 176.500.000 182.000.000 188.000.000 193.500.000 199.000.000 205.000.000 210.500.000 216.000.000 221.500.000 227.000.000 232.500.000
56 3. Barang Inelastis (Beras), pertumbuhan ekonomi rendah (10 pelaku ekonomi). No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Cost (Rp)
Unit Value (Rp)
4.100 4.900 5.700 6.500 7.300 8.400 9.200 10.000 11.000 11.800
5.500 6.200 6.900 7.600 8.300 9.300 10.000 10.700 11.700 12.400
4. Barang Inelastis (Beras), pertumbuhan ekonomi tinggi (14 pelaku ekonomi) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Unit Cost (Rp) 2.500 3.300 4.100 4.900 5.700 6.500 7.300 8.400 9.200 10.000 11.000 11.800 12.600 13.400
Unit Value (Rp) 4.100 4.800 5.500 6.200 6.900 7.600 8.300 9.300 10.000 10.700 11.700 12.400 13.100 13.800
57 Lampiran 6 Lembar keputusan penjual dan pembeli Lembar Keputusan Penjual Kode Identitas : J1 J2 J3 Kombinasi Perlakuan Ke (1) LEMBAR KEPUTUSAN PENJUAL Tidak Adanya Kebijakan Periode Transaksi Redenominasi Mobil 1 2 3 Harga Jual (a) Unit Cost 147.000.000 153.500.000 159.500.000 Mobil Ke – 1 (b) (Rupiah Lama) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Harga Jual (a) Unit Cost 203.500.000 197.500.000 191.000.000 Mobil Ke – 2 (b) (Rupiah Lama) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Profit Kumulatif
Kode Identitas : J1 J2 J3 Kombinasi Perlakuan Ke (1) LEMBAR KEPUTUSAN PENJUAL Adanya Kebijakan Periode Transaksi Redenominasi Mobil 1 2 3 Harga Jual (a) Unit Cost Mobil Ke – 1 147.000 153.500 159.500 (b) (Rupiah Baru) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Harga Jual (a) Unit Cost 203.500 197.500 191.000 Mobil Ke – 2 (b) (Rupiah Baru) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Profit Kumulatif
58 Lembar Keputusan Pembeli Kode Identitas : B1 B2 B3 Kombinasi Perlakuan Ke (1) LEMBAR KEPUTUSAN PEMBELI Tidak Adanya Kebijakan Periode Transaksi Redenominasi Mobil 1 2 3 Unit Value 210.500.000 205.000.000 199.000.000 (a) Mobil Ke – 1 Harga Beli (Rupiah Lama) (b) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Unit Value 160.000.000 165.500.000 171.000.000 (a) Mobil Ke – 2 Harga Beli (b) (Rupiah Lama) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Profit Kumulatif
Kode Identitas : B1 B2 B3 Kombinasi Perlakuan Ke (1) LEMBAR KEPUTUSAN PENJUAL Adanya Kebijakan Periode Transaksi Redenominasi Mobil 1 2 3 Unit Value 210.500 205.000 199.000 (a) Harga Beli Mobil Ke – 1 (b) (Rupiah Baru) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Unit Value 160.000 165.500 171.000 (a) Harga Beli Mobil Ke – 2 (b) (Rupiah Baru) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Profit Kumulatif
59 Lembar Keputusan Penjual Kode Identitas : J1 J2 J3 Kombinasi Perlakuan Ke (3) LEMBAR KEPUTUSAN PENJUAL Tidak Adanya Kebijakan Periode Transaksi Redenominasi Mobil 1 2 3 Harga Jual (a) Unit Cost 4.100 4.900 5.700 Mobil Ke – 1 (b) (Rupiah Lama) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Harga Jual (a) Unit Cost 11.800 11.000 10.000 Mobil Ke – 2 (b) (Rupiah Lama) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Profit Kumulatif
Kode Identitas : J1 J2 J3 Kombinasi Perlakuan Ke (3) LEMBAR KEPUTUSAN PENJUAL Adanya Kebijakan Periode Transaksi Redenominasi Mobil 1 2 3 Harga Jual (a) Unit Cost Mobil Ke – 1 4,1 4,9 5,7 (b) (Rupiah Baru) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Harga Jual (a) Unit Cost 11,8 11 10 Mobil Ke – 2 (b) (Rupiah Baru) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Profit Kumulatif
60 Lembar Keputusan Pembeli
Kode Identitas : B1 B2 B3 Kombinasi Perlakuan Ke (3) LEMBAR KEPUTUSAN PEMBELI Tidak Adanya Kebijakan Periode Transaksi Redenominasi Mobil 1 2 3 Unit Value 12.400 11.700 10.700 (a) Mobil Ke – 1 Harga Beli (b) (Rupiah Lama) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Unit Value 5.500 6.200 6.900 (a) Mobil Ke – 2 Harga Beli (b) (Rupiah Lama) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Profit Kumulatif Kode Identitas : B1 B2 B3 Kombinasi Perlakuan Ke (3) LEMBAR KEPUTUSAN PEMBELI Adanya Kebijakan Periode Transaksi Redenominasi Mobil 1 2 3 Unit Value 12,4 11,7 10,7 (a) Harga Beli Mobil Ke – 1 (b) (Rupiah Baru) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Unit Value 5,5 6,2 6,9 (a) Harga Beli Mobil Ke – 2 (b) (Rupiah Baru) Profit (a-b) Transaksi Ya/Tidak Ya/Tidak Ya/Tidak Profit Kumulatif
61 Lampiran 7 Grafik perkembangan perubahan harga dalam konisi 1. Pengaruh redenominasi pada barang elastis terhadap perubahan harga 180337500
181000000 180000000 Harga Transaksi
179000000 178000000
179600000 177735714
179315179 Tanpa Redenominasi Dengan Redenominasi
176518750
177000000 176000000
176156150
175000000 174000000 Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
2. Pengaruh redenominasi pada barang inelastis terhadap perubahan harga 8100
7979
Harga Transaksi
8000 7900
7818
7800 7700
7800
7594
7600
7714
7590
7500
Tanpa Redenominasi Dengan Redenominasi
7400 7300 Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
3. Pengaruh redenominasi saat pertumbuhan rendah terhadap perubahan harga 90000000
89204083
89000000 Harga Transaksi
88000000 87000000
86004020
86000000 85000000 84000000
84553990 85404030
83000000
85325620 83753880
82000000 81000000 Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Tanpa Redenominasi Dengan Redenominasi
62
Harga Transaksi
4. Pengaruh redenominasi saat pertumbuhan tinggi terhadap perubahan harga 95000000 94000000 93000000 92000000 91000000 90000000 89000000 88000000 87000000 86000000 85000000
94203788
93997538 92409864
94341194 Tanpa Redenominasi Dengan Redenominasi
91972350
88539431
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
63
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 27 Mei 1991 dengan nama lengkap Rheza Prasetya Arimurti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Eka Megananda Arimurti dan Herliana Dewi. Pendidikan formal yang telah dilalui penulis adalah pada tahun 2003 penulis lulus dari SDN 08 Pagi Jakarta dan pada tahun 2006 lulus dari SMP Plus Islamic Village Tanggerang. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negri 103 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur PMDK dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi yaitu sebagai anggota di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), anggota divisi Coorporation and External Relationship (CER) HIPOTESA IPB pada tahun ajaran 2010/2011, dan Wakil Eksternal HIPTESA IPB tahun ajaran 2011/2012. Selain itu, penulis juga berperan aktif di berbagai kepanitian seperti the HIPOTEX-R 8th , SPORTAKULER, dan Economy Trip HIPOTESA IPB. Tugas akhir dalam perguruan tinggi negeri diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi”.