IV. EKONOXI KARET DUNIA
Struktur Industri Barang Jadi Karet
4.1.
Peningkatan akibat
dari
bermotor Jepang,
semakin
yang
terjadi
karet
dunia
meningkatnya
di
di negara-negara
Amerika Utara.
peningkatan membantu
industri mendorong
keseluruhan,
Demikian
barang
jadi
pertumbuhan
sehingga
terutama
sebagai
penggunaan
bersamaan dengan berkembangnya
bermotor
tahun
produksi
kendaraan
Eropa
Barat
produksi juga
kendaraan
halnya
karet
karet
selama periode 1950-an
rata-rata
6,3% setiap
tahun
yang secara
sampai
1970-an konsumsi karet (alam dan sintetik)
peningkatan
dengan
lainnya,
industri
dan
awal
mengalami
(Grilli,et
al.,
1980). Berbagai bumi
dengan
peningkatan
mengakibatkan kesulitan, minyak
krisis perekonomian, termasuk
produsen-produsen
karena
bumi.
harganya
karet
bahan baku utama
Kesulitan
yang
pada
krisis
minyak
tahun
1973-1974,
sintetik
mengalami
karet
dihadapi
sintetik adalah industri
karet
sintetik ini juga secara tidak langsung disebabkan oleh laju inflasi dunia, perubahan dalam ekspektasi
tingkat
konsumen
dan meningkatnya ketidakpastian dalam permintaan karet dunia t.:
dari sektor otomotif yang llenergi-intensive". Hal ini dapat dilihat dari penurunan produksi, impor, dan konsumsi terutama karet
karet,
pada tahun 1975, dan terjadinya peningkatan
secara tajam pada tahun yang sama.
Setelah
harga
beberapa
tahun
kemudian keadaan ekonomi perkaretan kembali
terlihat
normal dengan fluktuasi yang tidak mencolok. Perubahan-perubahan karet
sintetik
semakin
dan karet
nampak
walaupun
terus
terjadi dalam
alam
peran
meningkatnya
penggunaannya,
yang
menunjukkan karet
akibat
dari
kecenderungan
sintetik
konsumsi karet
meningkat
peranan
alam
dalam
itu
semakin
sendiri
berkembangnya
pembuatan ban otomotif yang relatif lebih
teknologi membutuhkan
karet
merupakan
alam.
penyebab
agak
Faktor ini tertahannya
juga
yang
laju
banyak
nampaknya
peranan
karet
sintetik, terutama dalam industri ban otomotif, seperti yang terlihat pada tahun 1979, di mana pangsa karet sintetik yang dikonsumsi
di
dunia
telah
mencapai
70.2%
dari
seluruh
konsumsi karet, ternyata tahun 1989 menurun menjadi 66,2%. Alasan pengganti
semula dari penggunaan karet
karet
alam
adalah
tidak
melainkan
lebih karena
kemungkinan
menjadi
langkanya karet
Perang Dunia kedua.
lanjut
ternyata
mendominasi bahan
semata-mata
usaha
teknologi,
dalam
untuk
alam
sebagai masalah
mengatasi
akibat
blokade
Tetapi dalam perkembangan
masalah teknologi
industri
alasan dipergunakannya karet
baku,
sintetik
di samping alasan ekonomis
lebih
lebih
sintetik yang
banyak sebagai
rnasih
tetap
merupakan salah satu pertimbangan penting. Seringkali
*:
terjadi
dalam suatu industri
karet, karet sintetik lebih dominan di dalam sedangkan
dalam
industri barang jadi karet
banyak menggunakan karet alam.
barang
jadi
penggunaannya, lainnya
lebih
Memang dalam industri barang
jadi karet pada mulanya banyak digunakan karet alam
sebagai
bahan
bakunya,
ternyata
ada
tetapi
dengan
perkembangan
beberapa persyaratan bahan
baku
yang
hanya
Oleh karena itu
peran
dapat
dipenuhi oleh karet sintetik.
karet
sintetik., yang ditunjukkan oleh tingkat
terus
berkembang
terakhir
ini
dari tahun ke
peran
dari karet
teknologi,
tahun.
Pada
sintetik
konsumsinya, tahun-tahun
rata-rata
telah
mencapai di atas 60% dari total konsumsi elastomer dunia. Seperti dikemukakan terdahulu bahwa konsumen utama dari karet,
baik
karet
alam
industri ban otomotif.
maupun
karet
sintetik,
Jika dilihat konsumsi karet alam
setiap
negara, ternyata bahwa industri ban
sektor
yang
walaupun di
dominan
di
dalam
juga
mengkonsumsi
negara
itu
berlainan,
seperti
di
merupakan
karet
pangsa karet alam yang dikonsumsi sektor
setiap
adalah
alam,
tersebut
yang
dapat
dilihat dalam Tabel 4.1. Amerika Serikat yang merupakan konsumen karet di dunia, pada
tahun 1969 konsumsi karet alam untuk
bannya mencapai 71,67% dari seluruh konsumsi karet Berarti mencapai
karet
terbesar
alam
28,33%.
yang Pada
dikonsumsi tahun
yang
sektor sama
sektor alamnya.
lain
hanya
negara-negara
konsumen karet utama di Eropa Barat (Inggris, Jerman
Barat,
Perancis, dan Itali) sektor bannya mengkonsumsi 5 5 , 2 9 %
dari
total konsumsi karet alamnya, sedangkan sektor ban di Jepang
-it.
T&,
Serilret
Empa B a r e )
............................ I(msusi
Karet Aka
OaLa Sdrta
Pspu sekta
I[onari
Oala
ram
Sekta
P sekta
Bar
la*L)
Al-
Em
Ben(Z>
...................................
Catatm : 'ITerdiri deri I m r i s , -J Barat, Permis, dm I t a l i C..,.) =P t e r h a d a p d i tsret a l a d m i a n-a. = ti* ado data
S&er
I-:
Statistical Bulletin. berbsgai mru Cdiolh)
: IRSG.
mengkonsumsi tersebut
karet
menunjukkan
negara-negara
lain,
alam
sebanyak
bahwa pada
jika
52,05%.
dibandingkan
mulanya sektor
ban
Angka-angka dengan di
di
Amerika
Serikat
paling
banyak
menyerap karet
alam,
baik
secara
absolut maupun pangsanya. Dalam
tahun-tahun berikutnya konsumsi karet alam
masing-masing
dan sekaligus mengubah pangsa
berbeda masing.
Konsumsi
peningkatan 1988,
negara tersebut mengalami
perkembangan
konsumsinya
karet alam Amerika
dari
Serikat
yang
masing-
menunjukkan
rata-rata 1,11% per tahun selama periode
dan demikian juga karet alam yang
1970-
dikonsumsi
ban meningkat rata-rata 1,42% per tahun.
sektor
Dengan pertumbuhan
konsumsi karet alam dalam sektor ban yang lebih tinggi
dari
konsumsi karet alam secara keseluruhan, maka pangsa konsumsi karet
alam
dalam
peningkatan, 1988
sektor
ban
konsumsi
untuk
seperti dapat dilihat dari pangsa
yang menjadi 76,58%.
mengalami
cenderung
pada
tahun
Walaupun pangsa pada tahun
penurunan menjadi 74,63%, tetapi karet
mengalami
secara
alam dalam sektor ban di negara
1989
absolut
ini
tetap
mengalami peningkatan. Demikian negara
juga
konsumen
halnya dengan yang terjadi
lainnya seperti Eropa
Barat
di
negara-
dan
Jepang.
Dalam periode 1970-1988 konsumsi sektor bannya masing-masing mengalami
peningkatan
sebesar
0,26%
dan
6,85%.
Dengan
demikian konsumsi sektor ban di Jepang mempunyai pertumbuhan yang
-
paling
lainnya.
tinggi dibandingkan
Oleh
karena
itu
juga
dengan
di
pangsa
karet
negara-negara
dikonsumsi sektor ban di negara ini menunjukkan yang
alam
peningkatan
cukup besar setiap tahunnya, sehingga pada tahun
pangsanya menjadi 83,24%. sektor
ban
yang
1988
Artinya barang jadi karet di luar
Jepang hanya mengkonsumsi karet
alam
sebanyak
16,76% dari total konumsi karet alamnya.
Besarnya pangsa konsumsi sektor ban di Jepang ini memperkuat konsumsi dengan
perkiraan karet
alam
akan
lebih
Jepang di
lambatnya
masa
datang
juga
pertumbuhan dibandingkan
tahun 70-an, karena adanya beberapa industri
bannya
yang pindah atau mengadakan perluasan ke negara-negara lain, seperti
ke
Amerika Utara, Korea Selatan, Taiwan
dan
Cina
ke negara-negara produsen karet alam itu sendiri.
atau
pihak
lain,
tersebut
konsumsi
dengan
karet
alam
di
negara-negara
sendirinya
akan
meningkat
Di lain
karena
ada
peningkatan aktifitas dan kapasitas industri bannya. Perubahan teknologi di dalam industri barang jadi karet sfcross-
berkembang lebih cepat dengan adanya perubahan dari
ply tirew menjadi "bias belted tireqf. Namun perubahan sangat karet
besar pengaruhnya terhadap konsumsi dan alam
dunia terutama terjadi
proses radialisasi Barat
dimana jarak
radial mempunyai
keunggulan
terhadap lebih
secara
penggantian (1)
cengkeram
(3) menghemat bahan bakar, dan (4) lebih
tusukan.
Bahkan dalam
perkembangan
radial
tahan
radialisasi
lanjut ternyata bahwa ban radial generasi baru
performance
ban,
mempertinggi
yang dapat ditempuh, (2) mempertinggi daya
(traction),
*:
dilaksanakannya
Perubahan teknologi ini
memberikan dampak terhadap laju
ban
perdagangan
dari ban otomotif, yang dimulai di Eropa
sejak tahun 1950-an.
langsung
dengan
yang
tire) cenderung untuk semakin
(high
awet
di
dalam pemakaiannya dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Kecenderungan ini
terlihat
perubahan struktur industri barang
dari pangsa produksi ban
radial
yang
jadi terus
meningkat, seperti dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2.
Persentase produksi ban radial di Amerika Serikat, Inggeris, dan Jepang, tahun 1976-1989
-----------
-----------=i========================
Amerika Serikat Inggeris Jepang --------------------------------------------Car Total Car Total Car Total ...........................................................
Tahun
...........................................................
Catatan : Car = ban untuk kendaraan penumpang Total = ban untuk seluruh jenis kendaraan Nampak bahwa perkembangan radialisasi di Inggeris telah jauh
dilaksanakan,
mencapai untuk yang
81,18%
sehingga pada tahun
untuk ban kendaraan penumpang
ban seluruh jenis kendaraan. sama
1976
Sedangkan
di Amerika Serikat masing-masing
saja
telah
dan
79,70%
dalam
waktu
baru
mencapai
)I:
39,32% dan 34,76% serta di Jepang 56,06% dan 38,68%. seperti 1989
itu
terus bertahan, sehingga sampai
dengan
proses radialisasi di Inggeris boleh dikatakan
Posisi tahun tuntas
karena
hampir mendekati 100%, artinya hampir seluruh
jenis
ban yang diproduksi dan digunakan di negara tersebut terdiri dari ban radial. Dampak terlihat karet
dari perkembangan proses radialisasi
dari perkembangan permintaan terhadap
alam,
berbagai
karena untuk memproduksi
keunggulannya
diperlukan
teknologi
dibandingkan
dan
bahan baku
tinggi.
Oleh
karena
kualitas
yang
lebih tinggi
terutama
pemakaian
grade
ban
itu
pemakaian
akan
jenis
mutu
radial,
ban yang
relatif alam
semakin
karet jenis mutu RSS,
dengan
non-radial,
karet
cenderung
ini
di
lebih dengan
meningkat,
samping
TSR
dan kualitas tertentu, seperti misalnya TSR grade
20
yang menggunakan bahan olah karet kualitas baik.
4.2.
Perubahan Struktur Pasar Karet A l a m Dunia
Pada
umumnya
jika
ada
perubahan
teknologi
yang
digunakan dalam suatu industri pengolahan, paling tidak akan membawa dampak langsung terhadap perubahan penggunaan bakunya,
baik secara kuantitas atau secara kualitas.
tahapan lebih lanjut, sebagai akibat perubahan yang dalam
penggunaan
bahan
baku
tersebut,
pengaruh terhadap permintaannya. I-:
di
dalam
bahan
terjadi
memberikan
Jika penggunaan bahan baku
setiap unit atau seluruh
permintaan
akan
Pada
produk
bertambah
terhadap bahan bakunya sudah dapat
maka
diduga
akan
alam
yang
meningkat, vice versa. Secara
umum
komposisi
jenis
mutu
karet
diperjual belikan di pasar, atau dikatakan sebagai
struktur
pasar karet alam dunia didominasi oleh dua jenis mutu, yaitu jenis
mutu
karet
spesifikasi
teknis
memproduksi
dan
tersebut tahun
dalam
konvensional
dan
jenis
(TSR). Masing-masing
mengekspor
jenis-jenis
mutu
negara mutu
komposisi yang berlainan.
karet produsen
karet
alam
Malaysia
dalam
1989 mengekspor lebih kurang 66,578 karet jenis
mutu
TSR, sedangkan sisanya adalah karet jenis mutu konvensional. Jumlah
TSR
83,25%,
mencapai dari
Indonesia yang diekspor dalam tahun
total
dan ekspor TSR Thailand
ekspor karet alamnya.
keseluruhan,
Dengan
yang
sama
sebanyak
11,88%
demikian
secara
pada tahun 1989 ekspor karet alam
jenis
TSR mencapai 50,62% dari total ekspor karet alam pada
mutu waktu
itu. ekspor
Dilihat dari harga rata-rata yang diterima dari karet
kedua jenis mutu tersebut, maka
rata-rata
karet
konvensional,
harganya lebih tinggi dibandingkan
dengan
jenis
mutu karet TSR (Lampiran 9). Dampak pengolahan antar
dari
perubahan
teknologi
di
dalam
industri
barang jadi karet tidak saja terhadap
komposisi
karet sintetik dengan karet alam yang dikonsumsi
dan
diperdagangkan,
seperti yang dikemukakan oleh Grilli &
(1980),
terlihat juga dampaknya dalam
tetapi
pangsa
dari
masing-masing jenis mutu karet alam. )I:
Jika pemakaian
teknologi karet
baru menginginkan
kualitas relatif tinggi,
terhadap karet tersebut akan meningkat. karet
adanya
mau mengantisipasi peningkatan
maka
peningkatan permintaan
Dalam ha1 permintaan
produsen tersebut,
maka
peningkatan
diperlukan
kualitas
karet
konvensional
lagi, karena jenis-jenis mutu
tidak
(grade) tertentu
sudah bisa memenuhi segala yang dipersyaratkan oleh industri pemakainya.
Hanya saja masalah yang mungkin timbul
adalah
dalam ha1 kapasitas produksinya yang tidak secara cepat bisa menyesuaikan dengan peningkatan permintaannya. Namun
bagi
peningkatan tersebut,
permintaan diperlukan
untuk
terhadap
menyesuaikan
karet
usaha
beberapa
tambahan,
laju
peningkatan
menyesuaikan dalam
jangka
lambat
dari
tinggi
khususnya
hambatan
rendahnya kualitas bahan baku untuk pembuatan
seperti halnya Indonesia.
dengan
kualitas
produsen TSR yang mempunyai beberapa
untuk ha1
produsen TSR,
TSR-nya,
Oleh karena itu jika pada mulanya
penawaran
karet
konvensional
dapat
diri dengan peningkatan permintaannya,
tetapi
panjang peningkatan penawarannya kenaikan permintaanya,
sehingga
akan
lebih
harga
karet
jenis mutu konvensional yang pada mulanya cenderung akan
dalam
meningkat kembali.
menurun
Di lain pihak TSR kualitas
tinggi
yang memenuhi persyaratan industri karet, khususnya industri ban
performancett ,
"high
sehingga
harga
rendah.
Di
relatif
samping
terbatas
permintaannya
*:
rata-rata itu
relatif TSR
secara
walaupun
tetapi
jumlahnya ,
terbatas
keseluruhan
penambahan
karena
laju
lebih kecil, maka harganya akan
adalah
suplainya pertumbuhan
tetap
lebih
rendah jika dibandingkan dengan harga karet konvensional. Jika
laju
permintaan
terhadap
RSS
lebih
cepat
dibandingkan dengan TSR, sedangkan pasoknya meningkat dengan laju
yang
relatif sama, maka harga RSS akan
semakin
jauh
jaraknya
dari
harga TSR.
Tetapi
dari
banyak
penelitian
terbukti bahwa karet RSS dan TSR merupakan barang yang
cukup
dekat,
maka peningkatan harga
merangsang peningkatan harga TSR
subsitusi
RSS
akan
juga
selama produsen TSR
dapat
memenuhi berbagai persyaratan kualitas yang diperlukan
oleh
industri pengolahan yang merupakan pemakainya.
,
Perubahan dari jenis mutu tersebut pada awalnya dipengaruhi dengan
oleh
karet
usaha
menyamakan
sintetik dalam rangka
banyak
penyajian
karet
persaingan
di
alam
antara
keduanya. Karena kemasan dari karet sintetik dan karet dari jenis ternyata
mutu TSR, yang dikemas memudahkan
pelabuhan-pelabuhan
di
dalam
seperti
karet
penanganannya,
muat dan tujuan, maupun
alam
sintetik baik
ketika
jenis karet itu diproses oleh industri pengolahan,
di
jenisterutama
dalam industri ban yang paling banyak mengkonsumsinya. Jika dilihat dari jenis mutu bahan baku karet alam yang digunakan
dalam
industri ban otomotif, secara
umum
dapat
dilihat adanya dua kelompoK teknologi.
.
Kelomwok
~ e r t a m a adalah industri ban
menggunakan jenis mutu TSR, Amerika dari
I-;
yang
yaitu industri-industri ban
Serikat dan sebagian di Eropa Barat.
kualitas
dan
kelompok
ini
Amerika
Serikat,
Firestone,
asal
mayoritas
bahan
pun ada perbedaan.
bakunya,
Jika
dilihat
ternyata
Kebanyakan
di
dalam
industri
ban
oleh
Goodyear
dan
menggunakan bahan baku TSR dari
Indonesia
yang
yang
dipelopori
kualitasnya dinilai relatif lebih rendah dibandingkan dengan TSR dari Malaysia. Barat
Sedangkan industri-industri ban di Eropa
yang menggunakan TSR, seperti Michelin
dan
Pirelli,
kebanyakan membelinya dari Malaysia atau Thailand. Relatif rendahnya jenis mutu TSR yang digunakan industri ban
Amerika Serikat tidak merupakan masalah bagi
industri
tersebut,
diatasinya.
karena
ternyata
secara
industri-
teknis
dapat
Hal ini terbukti dari tetap dihasilkannya
ban-
ban otomotif dengan kualitas yang relatif baik. 4
X e l o m ~ o k kedua
adalah
industri-industri
ban
yang
mayoritas menggunakan bahan baku karet alam dari jenis
RSS.
Xelompok
industri ini dipelopori oleh teknologi Jepang
sebagian
dari industri ban di Eropa Barat.
Memang
dan
pabrik-
pabrik ban di Jepang dirancang untuk menangani bentuk-bentuk bahan baku jenis mutu RSS, yang sebagian besar bahan bakunya didatangkan dari Thailand. Dalam perkembangan terakhir, dengan usaha yang mengarah ke
otomatisasi
dari pabrik-pabrik ban,
ada
kecenderungan
untuk
lebih banyak lagi pabrik yang memerlukan
karet
alam jenis TSR, atau paling tidak, bahan baku
kemasan
seperti
TSR.
Hal ini antara
lain
bahan
baku dengan
terlihat
dari
semakin meningkatnya karet alam jenis mutu TSR yang memasuki pasaran
Jepang, terutama jenis mutu SIR 20 dari
Indonesia,
khususnya yang berasal dari Pontianak dan Medan.
Di samping
itu
terlihat
karet
bertahannya
pangsa
dari
jenis mutu TSR yang diproduksi dan diperdagangkan
dunia,
*
dari relatif tetap
walaupun
telah
terjadi
ekspansi
dan
di
pemindahan
beberapa industri ban yang dimiliki Jepang. Dari
pengamatan
yang dilakukan
biasanya dijadikan bahan setiap
ternyata
bahwa
yang
pertimbangan oleh industri ban
negara dalam memilih bahan baku karet
alam,
di
selain
masalah
kualitas,
Walaupun
dari berbagai penelitian terbukti
RSS
relatif
TSR
adalah
tingkat
TSR lebih rendah
harganya.
bahwa
lebih baik dari kualitas TSR,
seringkali harga mutu
terutama
dari RSS
kualitas
tetapi karena dengan
jenis
yang setara, maka beberapa industri ban lebih memilih sebagai bahan baku utamanya, meskipun
beberapa
pabrik
masih mencampur TSR tersebut dengan RSS atau dengan Crepe. Dalam kasus ini industri ban di Jepang terlihat mulai mencampur RSS yang biasa digunakanya dengan TSR, baik bentuk
SIR, SMR maupun TTR.
masalah
harga
TSR
Hal ini berkaitan erat
yang biasanya
lebih bersaing,
alasan-alasan teknis dalam ha1 penanganannya, yang kemasan
TSR
lebih
pabrik-pabriknya. rencana
sesuai dengan usaha Namun
otomatisasi ini
eksportir
dengan selain
ternyata
otomatisasi
demikian dampak juga
dalam
usaha
dari
telah menjangkau
dari dan
beberapa
produsen karet alam jenis mutu RSS, yaitu
dengan
berusaha menyajikan RSS dalam bentuk kemasan seperti halnya dengan TSR, dengan apa yang disebut RSS-OTP (One Ton Pallet) yang bisa ditangani secara mekanis. Dengan kenyataan bahwa selain kualitasnya, ternyata kemasan dan harga bahan baku sangat menentukan atau
tidaknya
barang
suatu jenis mutu karet alam
dalam
jadi, terutama produksi ban otomotif.
itu produsen karet alam harus selalu mengadakan
*
antara
pola
produksinya
dengan
digunakan produksi
Oleh
karena
penyesuaian
permintaan pasar
yang
kelihatan sangat dipengaruhi perkembangan teknologi produksi barang
jadinya.
Penyesuaian dimaksud
terutama menyangkut
masalah kualitas, kemasan dan harga yang bersaing.
Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia
4.3.
Selama dari
tiga
Indonesia, 81,2% t
periode
1969-1989 pangsa produksi
negara produsen dan eksportir
karet
utama
alam
(Malaysia,
dan Thailand) terlihat mengalami penurunan
menjadi
periode
tersebut
tingkat produksinya selalu mengalami peningkatan.
Penurunan
75,3%,
tersebut
pangsa produksi
karet
walaupun
selama
dari
antara lain disebabkan alam dari negara-negara
oleh
meningkatnya
produsen
lainnya,
seperti
Cina, India dan negara-negara di Afrika Barat.
samping
itu laju perkembangan produksi dari
produsen
ketiga
Di
negara
utama tersebut memang tidak terlalu cepat
seperti
pada periode-periode sebelumnya, antara lain disebabkan oleh beberapa hambatan yang dihadapi. Seperti Malaysia 1986,
misalnya
dari
penurunan pangsa
pasar
karet
22% pada tahun 1966 menjadi 11%
dan penurunan pangsa perkebunan rakyat
alam
pada
di
tahun
Indonesia
dari 22% pada tahun 1966 menjadi 17% pada tahun 1986, antara lain
disebabkan oleh adanya konversi dari pertanaman
karet
yang dijadikan areal tanaman tahunan lainnya, seperti halnya dan kelapa sawit.
pertanaman
cokelat
memberikan
imbangan
pada
meningkatnya
Penurunan pangsa
tersebut
perkebunan
karet rakyat Malaysia dari 16% pada tahun 1966, menjadi pada I-
i
tahun
perkebunan
1986. karet
Demikian
juga
halnya
dengan
di Thailand yang meningkat dari
24%
pangsa 9%
pada
tahun 1966, menjadi 17% pada tahun 1986 (World Bank, 1988). Jika dilihat dari laju pertumbuhan tingkat masing-masing,
di
mana dalam
periode
produksinya
1969-1989
produksi
karet
Malaysia
kecil,
yaitu
Thailand
sebesar
yang
pertumbuhan
yang
Indonesia
2,15%.
0,76% dan
pertumbuhan produksinya
yaitu
sebesar 6,58% per tahun.
karet
alam
di
digambarkan I
hanya mengalami
cukup
Hanya
mengesankan,
Maka perkembangan
masa yang akan datang
relatif
mungkin
produksi
dapat
oleh pertumbuhan produksi dari ketiga
juga
produsen
utama tereebut di masa yang lalu. Jika
prospek
konsumsi karet alam di
masa
yang
datang seringkali dikatakan sebagai sulit ditentukan
akan karena
adanya ketidakpastian dalam perkembangan ekonomi dan politik yang
sangat
karet
alam.
besar pengaruhnya
terhadap
industri
pemakai
Maka hasil perkiraan untuk jangka pendek
dari
prospek suplainya sendiri relatif lebih bisa diyakini orang, karena
prospek
ditentukan
oleh
Sedangkan prospek produksi karet
alam
suplai
prospek produksinya.
ini
akan
sangat
di masa datang akan lebih bisa diperkirakan, mengingat bahwa pertanaman karet merupakan tanaman tahunan yang
produksinya
relatif inelastis. ,
John
Rubber dan
D. Carr, Sekretaris Jenderal IRSG
Study Group) menyampaikan proyeksi tentang konsumsi
"International
karet Seminar
alam,
r :
ton
yang
di
Kuala
Secara keseluruhan
alam diproyeksikan akan meningkat sampai pada
produksi
disampaikan
on CommoditiesM
Malaysia pada bulan Juli 1986. karet
(International
tahun 1995 dan 6.367 ribu ton
pada
dalam Lumpur, produksi
5.636 tahun
seperti dapat dilihat dalam Tabel 4.3 (Budiman, 1988).
ribu 2000,
Tabel 4.3.
Proyeksi produksi karet alam, menurut negara Satuan : ,000 Ton ....................... ......................
-
-E-------------E-----------------
Realisasi1985 1989*)
Negara
Proveksi 1995
1990
2000
ASIA : Malaysia Indonesia Thailand India Srilanka Philippina Myanmar PNG China Kambo ja Vietnam AFRIKA
209
275
232
265
295
63
125
85
110
125
AMERIKA LATIN
.......................................................... Total Dunia
4.340 5.125 4.922 5.636 ..........................................................
6.367
Sumber : Carr,J. Juli 1986 dalam Budiman, AFS. 1988. ibid. ha1 14. *)IRSG. Rubber Statistical Bulletin. July i990. Menurut
perkiraan tersebut dalam tahun
terbesar
masih
produksi
sebesar
produksi
dunia, disusul Indonesia dengan
1.550
diduduki 1.634
.
ribu ton (27,5%)
mengambil
alih
posisi
perkiraan
produksi
oleh
Malaysia
ribu ton atau
1995
produsen
dengan
tingkat
28,99%
produksi
Tetapi pada tahun sebagai
produsen
sebesar 1.800 ribu
dari
2000
Indonesia dengan
(28,27%),
Malaysia digeser menjadi produsen nomor dua dengan I-:
sebesar
terbesar
ton
total
dan
produksi
sebesar 1.735 ribu ton (27,25%). Dalam proyeksi ini
pangsa
karet
ketiga
Thailand diperkirakan tetap menduduki
sampai tahun 2000.
posisi
Padahal dalam kenyataannya, sampai tahun
1989
laju
pertumbuhan produksi karet
alam
Thailand
jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kedua negara produsen utama lainnya. dengan
Indonesia, yaitu Thailand sebanyak 22,9% dari
produksi pihak
banyak
Sedangkan total produksinya tidak berbeda
dunia,
Indonesia 24,6% dan
Malaysia
27,7%.
lain Indonesia diperkirakan dapat melampaui
Malaysia
total Di
produksi
dalam tahun 2000, padahal pangsa Indonesia
dengan
Malaysia pada tahun 1989 tersebut berbeda cukup banyak. Dari
perkembangan
produksi karet sampai
dengan
terlihat bahwa kebanyakan perkiraan tentang produksi negara tersebut meleset. Thailand,
India,
dan
produksi
untuk
tahun
Thailand
tahun
2000
realisasi
produksi
1989 setiap
Pada tahun tersebut produksi karet Kamboja 1990.
lebih
sudah
melampaui
perkiraan
Bahkan
perkiraan
produksi
rendah
tahun 1989.
dibandingkan
Dengan
demikian
dengan produksi
negara ini jauh di luar perkiraan tersebut. Proyeksi produksi karet alam dunia yang dilakukan World Bank pada tahun 1988 menunjukkan bahwa produksi alam dan
dunia pada tahun 1995 akan berjumlah 5.396 pada
Berarti
karet
ribu
ton,
ribu
ton.
rata-rata
2,6%
Perkiraan ini didasarkan
atas
tradisional antara permintaan terhadap karet
alam
tahun
2000 meningkat
menjadi
6.460
selama periode 1987-2000 meningkat
per tahun (lihat Tabel 4.4). hubungan
oleh
dengan produksi barang jadi karet di negara-negara industri,
* t di
samping
negara
semakin meningkatnya
sedang
berkembang
dan
permintaan
permintaan
dari baru
produk-produk yang menggunakan lateks sebagai bahan (World Bank, 1988).
negaraterhadap bakunya
Berdasarkan perkiraan pada Tabel
tersebut
4.4
laju
pertumbuhan produksi karet alam yang besar akan terjadi pada periode
1995-2000,
di mana peremajaan dan
penanaman
baru
(replanting and newplanting) yang dilaksanakan sesudah tahun akan mulai meningkatkan produksi setelah tahun
1987
1995,
sehingga pertumbuhan produksi akan menjadi 3,9% per tahun.
Tabel 4.4. Realisasi dan proyeksi produksi karet alam, menurut negara dan wilayah ekonomi ('000 Ton)
............................................................ Negara/ Wilayah
Realisasi 1986
Proyeksi
Growth ( % )
1987
1990
1995
2000
............................................................ 1987-2000 1.577 1.096 830 138 220 202
1.585 1.155 870 145 265 240
1.620 1.310 913 154 300 311
1.804 1.645 1.200 196 350 383
55 49
59 57
70 99
80 130
85 132
2,s 6,7
AMERIKA LATIN : Brazi1 33
23
34
43
52
685
ASIA : Malaysia Indonesia Thailand Srilanka India China
1.539 1.034 782 138 219 211
AFRIKA : Liberia Nigeria Ivory Coast
1,o 3 ~ 2
2,9 2,7 3,6 580
............................................................ DUNIA
4.435 4.648 4.970 5.396 6.460 ............................................................
2.6
Sumber : World Bank. 1988. && ha1.310 Di Ivory
antara negara-negara produsen karet
Coast dan Brazil diperkirakan mempunyai
produksi 8.:
6,5% (5%) ,
alam
ternyata
pertumbuhan
yang paling tinggi, yaitu masing-masing
6,7%
per tahun dalam periode 1987-2000, disusul oleh India
Thailand
(3,6%) ,
dan Malaysia
dan
Indonesia
diperkirakan
(3,2%)
akan
.
dan
China
Sedangkan
mempunyai
laju
pertumbuhan produksi sebesar 2,9% dan 1,0%. Dengan laju pertybuhan yang demikian maka sampai tahun 2000
pun Malaysia diperkirakan akan'tetap
menduduki
posisi
sebagai produsen terbesar karet alam di dunia, yaitu
dengan
tingkat
produksi
produksi
dunia.
(25,46%),
c
1.804
ribu ton atau
Disusul
Thailand
1.200
27,92%
oleh Indonesia ribu
ton
dari
1.645
total
ribu
(18,58%).
Sedangkan
negara-negara lainnya mempunyai tingkat produksi yang rata
Adanya
dorongan
lateks
harga
dan
diperkirakan
peningkatan
akan
mutu
perkebunan pada
produknya besarnya
tahun
2000.
peningkatan akan
dan
meningkatkan
diversifikasi
Di
sektor
perkebunan
sektor
menjadi
dari 28% pada tahun 1988
rakyat
tenaga
ker ja
akan
sehingga
1995.
tetap
33%
adanya
harga alcan mendorong usaha peremajaan
keseluruhan ,
kendala
perkebunan-
pangsa
meningkatkan produksinya setelah tahun
secara
permintaan
mendorong
perkebunan besar di Malaysia untuk mengadakan jenis
rata-
di bawah 400 ribu ton.
masih
terhadap
ton
Tetapi
merupakan
dalam rangka merealisasikan potensi produksi
karet
alam di Malaysia tersebut. Sama
halnya dengan di Malaysia, maka adanya
(peremajaan
dan penanaman baru) karet di Indonesia
tahun
merupakan respons terhadap keadaan
1987
tahun 1987-1988.
*;
penanaman
besar
di
dibandingkan produksi
dengan
karet
pasar
Tetapi karena perluasan areal dalam
Indonesia relatif lebih mungkin
alam
di
Malaysia,
Indonesia
maka
dalam
untuk laju
pada skala
dilakukan
pertumbuhan
periode
diperkirakan lebih besar, yaitu 3,2% per tahun
sesudah
1987-2000
dibandingkan
dengan
di
demikian
Malaysia
proporsi
yang hanya
per
1%
tahun.
antara perkebunan besar
Walaupun
dan
perkebunan
rakyat di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan akan
tetap
stabil dalam perbandingan 29% dan 71%. Dengan asumsi bahwa peremajaan dan penanaman baru dilaksanakan saat
di Thailand berjalan dengan normal
ini), maka diperkirakan laju
yang
(perkiraan
pertumbuhan
produksinya
sebesar 2,9% per tahun sehingga pada tahun 2000
produksinya
menjadi
1.200
strategi
ribu
ton.
pengembangan
akhir
ini
tidak
mungkin
Tetapi
berkembang
kombinasi
dengan perluasan areal
sedang giat dilaksanakan di
jika
masa
datang
yang
berhasil,
tingkat
antara akhir-
maka
bukan
produksinya
akan
lebih cepat lagi dan akan menjadi saingan
berat
bagi karet alam dari Indonesia. Jika
pola
pengembangan industri
ban
tetap
berjalan
seperti di waktu-waktu yang lalu, maka segmentasi pasok diperkirakan berbeda.
akan
Dimana
tetap
terjadi,
pada saat ini Malaysia,
kar.et yang relatif lebih baik, industri
ban
di
walaupun
Eropa
Barat,
polanya
dengan
pun agak
kualitas
kebanyakan memasok industriIndonesia
yang
mayoritas
memproduksi TSR memasok industri ban di Amerika Serikat, dan Thailand memasok
sebagian industri
diperkirakan
*:
besar ban
karet
produksinya
Jepang.
(dalam bentuk
Tetapi
di
masa
mendatang
alam mutu rendah hanya
akan
digunakan
oleh industri ban konvensional (cross-ply tires) di negara
sedang
RSS)
berkembang.
Dengan lain
perkataan,
laju
perkembangan teknologi industri ban
maju
yang lebih banyak memerlukan karet dengan
di
negarakarena
negara-negara mutu
baik,
maka
negara-negara
industri akan
lebih banyak
mengimpor
karet mutu baik ini. Dari
berbagai
argumentasi yang menjadi
dasar
bagi
proyeksi yang dilakukan oleh John D. Carr maupun oleh
World
Bank, maka nampaknya Carr terlampau pesimistik dalam membuat perkiraan produksi karet alam Malaysia, sehingga pada
tahun
2000 produksi karet alam Malaysia menurut perkiraanya
lebih
rendah
dibandingkan perkiraan World Bank.
Bahkan Malaysia
diperkirakan rnempunyai produksi karet alam yang lebih rendah dari Indonesia. Di pihak lain dalam memproyeksikan produksi karet
Indonesia terlihat sangat optimistik
alam
dibandingkan
dengan
hasil perkiraan
World
sehingga
Bank
maka
perkiraan Carr untuk tahun 2000 jauh lebih tinggi dan
dapat
melampaui produksi karet alam Malaysia. Melihat
berbagai
argumentasi World
dikemukakan terdahulu dan produksi
dari
berbagai
serta kondisi areal pertanaman
Bank
seperti
fakta
tentang
karet di
setiap
negara, maka hasil perkiraan dari World Bank nampaknya lebih dapat
dipakai
untuk dijadikan pedoman di
datang, walaupun
yang
perkiraan produksi karet Thailand
masih
lebih rendah jika dilihat realisasi produksinya
tahun
1989.
revisi
dan
Dengan demikian perlu
selalu diingat
penyesuaian-penyesuaian yang
terus menerus F?
masa
akan
sangat membantu
di
akan tetap pada bahwa
dilakukan secara dalam
menentukan
tingkat akurasi hasil-hasil proyeksi tersebut. Namun demikian melihat perkembangan produksi karet alam Indonesia
di
pertumbuhannya
masa
lalu yang
sejak
tahun
1976
jauh lebih tinggi dari perkiraan World
laju Bank
dalam periode 1987-2000, maka bukan tidak mungkin bahwa laju pertumbuhan produksi karet alam Indonesia di masa akan
lebih
besar dari perkiraan
program-program mendatang
tersebut.
mendatang
Apalagi
konservasi lahan di kawasan hutan
menggunakan
pertanaman
karet
jika
di
masa
seperti
yang
direncanakan di beberapa lokasi, maka laju pertumbuhan karet alam
Indonesia akan tetap menjaga posisinya
sebagai
salah
satu penghasil karet alam terbesar di dunia. Berbagai pihak atau lembaga telah melakukan
tentang konsumsi atau permintaan dari karet
perkiraan di
dunia ini.
dilakukan,
Namun dengan semakin lamanya
seringkali
penyesuaian-penyesuaian terlalu
faktor dan
.
penuh
perkiraan
untuk
itu
perlu
agar
perkiraan
tersebut
tidak
Penyesuaian
tersebut
perlu
karena memang semakin lama waktu
semakin
alam
makin
jauh.
melenceng
dilakukan akan
perkiraan-
ketidak
pastian,
mengadakan
perkiraan
mengingat
maka
berbagai
yang mempengaruhinya pun (terutama politik,
sosial
ekonomi) selalu berkembang di dalam ketidak pastian. Oleh
merupakan keperluan.
karena
itu perkiraan yang
paling
akhir
perkiraan yang seringkali dipakai untuk Salah
satu di antaranya adalah
Carr
tersebut.
Xebutuhan karet dunia sampai
2000
diperkirakan
ribu
ton di antaranya adalah karet alam.
adalah
berbagai
perkiraan
dari
dengan
tahun
mencapai 20.630 ribu ton, di mana
6.220
Dengan
demikian
* i dalam periode 1990-2000 kebutuhan karet alam akan meningkat rata-rata 3,9% per tahun.
Tabel 4.5. Proyeksi produksi dan konsumsi karet alam dunia sampai tahun 2000, menurut Carr. ('000 Ton)
........................................ ............................................................
Tahun ............................................... 1985*) 1990 1995 2000 ............................................................
- Produksi 4.340 4.922 5.636 6.367 - Xonsumsi 4.355 5.100 5.650 6.220 ............................................................ Imbangan
-15
-178
-------------
-14
+I47
.............................
I -
*) realisasi
Sumber : Carr, J.D. Juli 1986. dalam Budiman, AFS. 1989. hal. 13. Data konsumsi tinggi tahun
pada
Tabel 4.5
karet
tersebut
menunjukkan
alam sampai tahun 1995
yang
daripada- perkiraan produksinya.
u.
perkiraan
selalu
Sesudah
lebih
mencapai
2000 diperkirakan baru akan terjadi kelebihan
suplai
di pasaran karet alam dunia. Perkiraan Dunia
yang
dengan mencapai
yang
lebih baru lagi
dilakukan
dikemukakan pada bulan November
tahun 6.460
2000 konsumsi karet alam ribu
ton, atau
dunia
selama
oleh
1988.
Bank
Sampai
diperkirakan
periode
1987-2000
meningkat rata-rata 2,6% per tahun. Berdasarkan Perkiraan Bank Dunia kekurangan pasok karet *?
alam
di pasar dunia akan terjadi pada tahun 1990 dan
1995.
Memang produksinya pada tahun 2000 diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan Carr karena adanya laju pertumbuhan yang
relatif
besar
di beberapa
negara
produsen
produksi sebagai
akibat
dari meningkatnya penanaman sesudah tahun 1987.
Tabel 4.6. Proyeksi produksi dan konsumsi karet alam dunia sampai tahun 2000, menurut Bank Dunia. ('000 Ton)
............................................................
Tahun ............................................... 1987*) 1990 1995 ............................................................
-
2000
Produksi
4.648
4.970
5.396
6.460
Konsumsi
4.648
4.990
5.715
6.460
Imbangan
0
-
-
20
319
0
............................................................ ............................................................ * ) realisasi Sumber : World Bank. 1988.
Di
w. hal.
310-311.
samping itu tingkat konsumsinya
lebih
tinggi
besar
di
juga
diperkirakan
karena adanya kenaikan konsumsi yang
negara-negara
sedang berkembang,
cukup
negara-negara
industri baru (NICrs)dan Amerika Serikat. Negara-negara
sedang berkembang di Asia, seperti
Cina
dan India, konsumsi karet alamnya terlihat semakin meningkat dengan
laju pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu masing-
masing
4,7% dan
karena
diperkirakan akan
perbaikan -?
5,4% per tahun.
dan
Negara-negara
Peningkatan
semakin
berkembangnya
perluasan sarana transportasi lainnya
di Asia
ini terjadi
yang
jalan
akan
usaha raya.
mengalami
peningkatan konsumsi cukup besar adalah Korea
Selatan
Taiwan, yang sampai tahun 2000
diperkirakan
masing-masing
akan mengkonsumsi sebanyak 280 dan 220 ribu ton.
dan
Tabel 4.7. Realisasi dan Proyeksi Konsumsi Karet Alam, menurut Negara dan Wilayah Ekonomi ('000 Ton)
............................................................ ............................................................ Negara/ Wilayah
Realisasi 1986
Proyeksi
1987
1990
Growth (%)
............................................................1987-2000
MEE
820
l.36
763
-Jerman Barat -Perancis
199 159
195 173
215 170
JEPANG
540
535
576 -
NON-MARKET
3 5 0 3 6 3 -400
95
AFRIKA
AMERIKA LATIN 250 -Brazil 106
1995
2000
790 -
840
ld2
666 &x!
640
J&&
43.2
u
195 290
225 170
138
150
320
335
170 440
115
126
250
255 176
2,1 011
595
49 7t4
........................................................... DUNIA
4.406
4.648
4.990
5.715
6.460
216
........................................................... ........................................................... *)tidak temasuk Taiwan Sumber : World Bank. 1988. Laju
pertumbuhan
dipbrkirakan tidak
u.hal.
311
konsumsi karet alam
terlalu besar, yaitu
tahun, antara lain karena adanya
di
hanya
pemindahan
Jepang
1,4%
per
(transplants)
beberapa pabrik kendaraan bermotornya ke Amerika Serikat dan Eropa,
serta pemindahan pabrik-pabrik ban-nya
Utara, Korea penguasaan *:
Selatan, Taiwan dan
Jepang di
dalam
Cina.
industri ban
ke Amerika
Tetapi karena dan
kendaraan
bermotor di berbagai negara tersebut itu jugalah yang merupakan Jepang
faktor yang menjadikan semakin besarnya
di dalam menentukan pola permintaan
akan
peranan
terhadap karet
alam di masa yang akan datang. Seperti radial
belum
permintaan
tentu
terhadap
adanya
menjadi karet
pengembangan penyebab
alam.
produksi
dari
Peningkatan
penggunaan
alam dalam setiap unit ban radial dihilangkan
usia
pakainya
yang
lebih
lama
sehingga
dengan
memperlambat
ban pengganti (replacement tires).
Oleh
karena
itu peningkatan konsumsi karet alam di Amerika Serikat diperkirakan
cukup
radialisasi,
tetapi karena adanya berbagai
dalam
tinggi lebih
banyak
bukan
aisebabkan
industri ban, terutama yang dilakukan Jepang,
adanya
pengalihan di
Firestone
(Jepang), dan
Serikat
yang
Jerman
ban,
dibeli
terutama karena adanya
baru
Di samping itu
pemilikan beberapa pabrik
Amerika
yang
investasi
Barat dan negara-negara Eropa Barat Lainnya.
ban
peningkatan
karet
penggunaan
t
diketahui
seperti
Bridgestone
pemindahan
industri
kendaraan bermotor Jepang ke Amerika Serikat, sedikit banyak membantu meningkatkan konsumsi karet alam Amerika Serikat. Dengan industri
perkiraan akan meningkatnya kapasitas
produksi
karet sintetik dari 12,5 juta ton pada tahun
1987
menjadi 17,l juta ton pada tahun 2000, akan memperkuat
daya
saingnya
terhadap
industri
karet
karet alam.
Dengan
sintetik yang baru
kapasitas
pada
tahun
produksi 1989/1990,
pangsa suplai karet alam akan menurun dari 32,5% pada 1987
*;
menjadi
peningkatan
29% pada tahun 1995. yang
Tetapi
pesat dalam produksi karet
dengan
adanya
alam
sesudah
1995 akan menurunkan harga relatifnya sehingga pangsa alam
ini
akan
meningkat kembali menjadi
2000 (World Bank, 1988).
tahun
32%
pada
karet tahun
Adanya
perkembangan
industri barang
jadi karet di
negara-negara sedang berkembang membawa perubahan dalam pola perdagangan dari karet alam ini. dan
TSR
(khususnya dari Malaysia
diekspor ke radial
Jenis mutu tinggi dari RSS
negara-negara industri yang
dengan kualitas tinggi
performance
dan
dan
Indonesia)
akan
memproduksi
terintegrasi
radial and integrated tires).
ban
(high-
Demikian
juga
halnya dengan produk-produk latek pekat kualitas tinggi akan banyak
diekspor
ke negara-negara
industri untuk
produk
bernilai tinggi, dan produk-produk yang
produk-
hanya
bisa
diproduksi dengan bahan baku lateks karet alam. Sebaliknya jenis-jenis mutu rendah dari RSS (terutama dari Indonesia dan Thailand) ke
negara-negara
industri baru
dan
TSR
akan banyak diekspor
(NIC's)
seperti
Selatan, Taiwan, Cina dan Brazil serta beberapa
Korea
negara
di
berarti
di
Timur Tengah dan Eropa Timur. Dengan perkiraan seperti tersebut di atas
masa yang akan datang masing-masing negara produsen akan dan harp dengan
berusaha
untuk selalu mengadakan penyesuaian
pola
yang
permintaan pasar
strukturnya
dipengaruhi oleh negara konsumen maupun jenis-jenis yang diproduksinya.
diri
sangat barang
Pola Produksi dan Pemasaran Karet Alam Indonesia
4.4.
sub sistim ~roduksidan vemasaran bahan olah karet
4.4.1.
Tanaman
karet (Hevea braziliensis), pertama kali masuk
ke Indonesia pada tahun 1876 dibawa ditanam di Kebun Raya Bogor.
oleh orang Belanda
dan
Selanjutnya disebarluaskan dan
dikembangbiakkan di berbagai daerah, serta diusahakan
seba-
gai perkebunan mulai tahun 1902 di Sumatera Utara. Sampai dengan tahun 1989 tanaman karet ini sudah mencapai lebih
kurang 3 juta hektar yang tersebar di tiga
propinsi,
dengan
2,5 juta hektar
(82,742) di
belas
antaranya
adalah
perkebunan rakyat (PR), 286 ribu (9,32%) perkebunan
negara
(PTP), dan 244 ribu (7,94%) perkebunan besar
(PBS). maka
Dengan areal perkebunan rakyat yang lebih dari
produk
produk
karet
yang
terlihat rakyat
swasta
yang
berasal
dari
dihasilkan
dari
perkebunan
produksi karet tahun
sebanyak
kebanyakan
merupakan
rakyat.
1988,
835 ribu ton (71,48%), PTP
80%
Hal
ini
dari perkebunan 200
ribu
ton
(17,14%), dan PBS 133 ribu ton (11,38%). sebagian oleh
karena itulah produktifitasnya jauh lebih
bandingkan
-
besar karet rakyat terdiri dari tanaman
dengan
perkebunan besar, baik PTP
rendah maupun
tua, diPBS.
Hal ini dapat dilihat dari pangsa produksi karet rakyat yang 7
lebih kecil dibandingkan dengan pangsa luas arealnya. dilihat bahwa
dari produktifitas di setiap propinsi pun hampir di semua daerah produksi utama
produktifitas rata-ratanya relatif rendah.
karet
Jika
ternyata rakyat,
Beberapa
program
pemerintah
produktifitas
meningkatkan
yang
perkebunan
ditujukan
rakyat
untuk
ini
telah
dijalankan, walaupun terkait dengan tujuan lainnya yang jauh lebih luas.
Program pemerintah dimaksud dapat dikelompokkan
menjadi dual yaitu yang termasuk pola Perusahaan Inti Rakyat berbantuan, PIR khusus, PIR lokal) dan Unit
(PIR Proyek
Q
(UPP)
yang
antara
lain
terdiri
Pelaksana
dari
Proyek
Rehabilitasi
dan Peremajaan Tanaman Ekspor (PRPTE),
Proyek
Pengembangan
Karet
Rubber
Rakyat (PPKR) atau
Smallholder
Development Project (SRDP), dan proyek-proyek lainnya. Namun
usaha
demikian
yang
telah
dilakukan
sejak
beberapa tahun yang lalu tersebut baru menjangkau luas areal yang relatif terbatas, yaitu baru mencapai lebih kurang dari
luas
karena karet
areal perkebunan karet rakyat
itu
10%
yang
ada.
Oleh
sampai saat ini secara keseluruhan
luas
areal
rakyat masih tergolong ke dalam areal yang
mempunyai
produktifitas rendah. Banyaknya karet
hasil
Indonesia
perkebunan
rakyat
sudah barang tentu
yang
mendominasi
mempunyai
konsekuensi
bahwa produk-produk yang dihasilkannya merupakan produk yang kualitasnya mengolah slab,
L-:
relatif rendah, karena hanya
lateksnya dan
atau
dilakukan
secara sederhana menjadi skrep
(scrap).
dengan
ojol
Jenis-jenis
(lump), tersebut
dikelompokkan
ke dalam apa yang disebut sebagai bahan
olah
karet
(bokar), yang
bagi
rakyat
industri-industri Sangat
merupakan
pengolahan
sederhananya
cara
bahan
karet remah
pengolahan
dan
baku
(crumb rubber). didesak
oleh
kebutuhan ekonominya, maka para petani karet rakyat biasanya
menghasilkan di
bahan olah yang mutunya sangat rendah.
Bahkan
beberapa daerah produksi, kadar karet kering (kkk)
bahan
Namun
olah yang dihasilkannya hanya mencapai 40-45%.
demikian
ada
menghasilkan angin
juga
petani
di
beberapa
dari
daerah
yang
bokar dengan kualitas relatif baik, yaitu
(air dried sheet) dan sit asap (ribbed smoked
sit
sheet)
yang masih tergolong kualitas rendah, seperti RSS-4 dan RSS5, walaupun jumlahnya relatif sedikit.
Jika bentuk
hasil
bokar
akhir petani karet rakyat
yang
pengolahan
lebih
perkebunan
negara
umumnya
merupakan lanjut, maupun
bahan
maka
biasanya
baku
dari
perkebunan
perkebunan
memproduksi lateks yang oleh
dalam
industri
besar,
baik
swasta,
pada
besar
masing-masing
pabrik
miliknya sendiri diproses lebih lanjut menjadi bahan mentah, baik
dalam
teknis, olah
bentuk karet
maupun
konvensional,
lateks pekat.
karet
Namun sebagian
karet yang dihasilkan perkebunan besar
bahan
baku
untuk pembuatan sheet, terutama
sheet grade tinggi seperti RSS-1 dan RSS-2.
spesifikasi besar
bahan
ini
dijadikan
yang
meliputi
Dengan demikian
kualitas bahan mentah yang dihasilkan dari bahan olah perkebunan
besar akan lebih baik jika
karet
dibandingkan
dengan
bahan mentah yang dihasilkan dari bahan olah karet rakyat. Bahan seluruhnya
*:
olah
karet yang dihasilkan oleh
dijual
kepada
para
pedagang
tingkat desa, kecamatan, maupun kabupaten. yang milik
rakyat
hampir
perantara,
baik
Ada di antaranya
dijual langsung ke pabrik, khususnya bahan olah
karet
rakyat yang lokasi perkebunannya dekat dengan
pabrik
pengolahan.
Di samping itu ada juga yang cara
penjualannya
dilakukan dengan melalui pasar lelang. terakhir
Namun
kedua
cara
ini hanya meliputi sebagian kecil saja dari
rakyat yang
dihasilkan, dan hanya
terletak
lokasi yang pada umum'nya mendapat pembinaan petugas-patugas
pemerintah.
di
karet
beberapa
langsung
dari
Seperti misalnya yang
terjadi
di daerah Prabumulih, Sumatera Selatan, para petani
peserta
proyek PPKR menjual hasil produksinya dalam bentuk sit angin
t
dengan melalui lelang yang diikuti para pedagang
perantara,
yang biasanya terdiri dari agen-agen dari pabrik pengolahan. Tetapi bahan olah karet yang dilelang atau dijual tanpa
melalui
pedagang perantara, jumlahnya masih
terbatas dibandingkan dengan seluruh hasil rakyat di daerah tersebut. yang
kualitasnya
kualitas agen
langsung,
bahan
jauh
produksi
lebih baik
dibandingkan
olah karet rakyat pada umumnya,
pengolahan yang
karet
Bahan olah karet rakyat tersebut
akan memprosesnya
dengan
oleh
tersebut dikirim atau dijual kembali kepada
pabrik
sangat
pabrik-
lebih
lanjut
menjadi TSR dengan grade yang relatif tinggi, seperti atau
SIR-10.
maka
adanya usaha perbaikan sistim produksi
bahan
Tetapi karena jumlahnya yang
tidak dan
olah karet tersebut belum membawa dampak
para
SIR-5
banyak,
pemasaran luas
bagi
perbaikan yang menyeluruh. Sedangkan para masing-masing *7
pengusaha
perkebunan
mempunyai luas areal yang jauh
besar,
lebih besar,
maka hampir seluruhnya mempunyai unit-unit pengolahan lanjut, sehingga barang akhir yang dihasilkan dan oleh
karena
lebih dijual
perkebunan besar tidak dalam bentuk bahan olah karet,
melainkan
sudah merupakan
bahan
mentah,
untuk
dijual
langsung ke luar negeri.
Sub sistim vroduksi dan Demasaran bahan mentah
4.4.2.
Bahan mentah karet adalah merupakan lebih t
hasil
lanjut dari bahan olah karet yang
perkebunan
pengolahan
dihasilkan
rakyat maupun perkebunan besar,
dan
oleh
merupakan
bahan baku dari industri-industri barang jadi karet. Secara umum menjadi
tiga
bahan mentah
jenis, yaitu
ini dapat
(1) karet
dikelompokkan
konvensional
"visually grade", (2) karet spesifikasi teknis
atau
(technically
specified rubber), dan (3) lateks pekat. Perkebunan karet negara (PTP) dan (PBS)
perkebunan
sebagian besar hasil produksi akhirnya
swasta
berupa
karet
konvensional, yang terdiri dari jenis-jenis RSS, mulai RSS-1,
2, 3, dan
dikelompokkan penetapan
4
serta Crepe
sebagai karet
yang
semuanya
tlvisually graden,
itu
karena
mutunya hanya ditentukan secara visual.
Selain
it^ beberapa perke-bunan besar ini juga memproduksi
lateks
pekat.
Dengan demikian karet konvensional dan lateks pekat
hampir
semuanya dihasilkan langsung
oleh
olahnya, atau pemilik-pemilik perkebunan beberapa
perkebunan
besar
yang
remah CV,
produsen karetnya.
juga menghasilkan
spesifikasi teknis atau yang lebih dikenal L.:
dari
bahan Ada karet
sebagai karet
(crumb rubber) dari mutu yang tinggi, seperti SIR
5
SIR 5 LV, SIR 5 L, SIR 5% SIR 10, dan SIR 20, walaupun
sebagian besar pengolahan
karet remah ini
sihasilkan
swasta yang pada umumnya tidak
oleh
industri
memiliki
kebun
.
karet
Oleh
pengolahan bokarnya yang
karena
karet
itu
remah
ini
biasanya
industri-industri
memperoleh
sebagian
dari perkebunan-perkebun-an rakyat.
umwnnya
dihasilkan
oleh
industri
besar
Karet
remah
pengolahan
ini
sebagian besar terdiri dari jenis mutu SIR 20 dan SIR 50, di mana
dalam
perkembangan
terakhir
jenis
mutu
SIR
50
dimasukkan ke dalam jenis yang tidak boleh diekspor. Karet
remah yang dihasilkan oleh
industri
pengolahan
dengan menggunakan bahan baku berasal dari bokar, kebanyakan merupakan
karet
seringkali
remah
dengan
tingkat
dipemasalahkan oleh para
konsistensi
pemakainya,
yang
terutama
dari kalangan industri ban otomotif. Keberatan-keberatan remah
Indonesia
masalah
keragaman
kontaminan dimengerti yang
di
yang
luar negeri
mutu
pada
teknisnya
umumnya
serta
seringkali ditemukan.
untuk
karet
pembuatan
adanya Hal
karet
berbagai ini
bisa
bahan
baku
remah
remah Indonesia berasal dari
tersebut, bokar
mutu teknisnya beragam, dengan kandungan kontaminan tanah, jepit
pasir,
serpihan kayu,
seratltali
karet
menyangkut
jika dilihat dari sangat beragamnya
digunakan
Kebanyakan
yang diajukan oleh konsumen
seperti
plastik,
karet, bahkan pernah ditemukan kunci pas
yang
sandal
yang
tentu
semuanya akan menghambat proses produksi lebih lanjut. Pada r ;
dari
jenis-jenis
dihasilkan dengan
mulanya karet yang dihasilkan
oleh
mutu karet visual, negara-negara
diperkenalkannya
karet
seperti
produsen alam
Indonesia
halnya
lainnya.
dengan
terdiri yang
Tetapi
kemasan
yang
relatif lebih baik (menyerupai karet sintetik) dan penentuan
mutunya
dapat
meningkatnya
dilakukan
permintaan
secara
teknis,
serta jenis
terhadap karet
semakin
mutu
TSR
tersebut, maka para produsen karet di Indonesia sejak 1968
mulai
mempro-duksinya.
industriawan "Goodyear
Hal ini
yang
oleh
kalangan
barang jadi karet di Jepang dikatakan
revolution"
mengkonsumsi
TSR
karena
dari
memang
Indonesia
yang
adalah
tahun
sebagai
paling
banyak
perusahaan
ban
Goodyear, atau paling tidak perusahaan ban Amerika Serikat. Sejak
tahun 1969 Indonesia melakukan ekspor TSR,
lama
kelamaan
semakin meningkat volumenya.
1989
komposisi
produksi dan ekspor
karet
Sampai alam
lebih kurang dapat digambarkan oleh perkembangan Pada
tahun 1969 ekspor jenis mutu TSR dari
mencapai maka
menjadi dari
tahun
Indonesia ekspornya.
Indonesia
baru
ribu ton, atau 1,0% dari total ekspor karetnya,
8,4
pada
yang
tahun
958,89
seluruh
1989 ekspor TSR
meningkat
ribu ton atau 85,83%-nya.
TSR
yang
diekspor
dengan
Namun
Indonesia
pesat
demikian
pada
setiap
tahunnya ternyata rata-rata pangsa TSR dari jenis mutu relatif 1989
rendah
cukup besar, seperti misalnya
untuk
ekspor TSR dari jenis mutu terendah (SIR-20)
yang tahun
mencapai
69,47% dari total ekspor karet (lihat Lampiran 5). Adanya
produksi TSR yang terus meningkat
sampai
ini kelihatannya tidak merupakan masalah, terutama di pemasarannya, -:
diproduksi demikian
dan di
ternyata
dijualnya
dalam
mengakibatkan Indonesia
karena
setiap
tetap laku
kenyataannya
kurang
tersebut,
optimalnya terutama
ada
kilogram di
pasaran.
beberapa
pemasaran yang
TSR
saat dalam yang Namun
ha1
yang
karet
dari
berkaitan
dengan
perkembangan
permintaan
karet akibat
adanya
perkembangan
teknologi industri ban otomotif di berbagai negara konsumen. Keadaan ini dapat dilihat dari perkembangan harga karet alam yang terjadi di pasaran (lihat Lampiran 9). Jika dilihat dari perkembangan harga antar jenis alam,
maka untuk grade yang relatif sama
karet
(misalnya
antara
RSSl dengan TSR 10, dan RSS 3 dengan TSR 20) jenis mutu selalu
lebih tinggi daripada jenis mutu TSR.
Oleh
RSS
karena
itu dalam perkembangan persaingan antar industri ban, selain masalah kualitas dari ban dan bahan bakunya, juga persaingan dalam
ha1
harga ban.
Hal ini diartikan
oleh
bebeberapa
industri ban (terutama di Jepang) dengan menggantikan
bahan
karet alam jenis mutu RSS dengan jenis mutu TSR,
baku paling
tidak
mengadakan pencampuran
di
antara
atau
keduanya,
dalam rangka menurunkan biaya bahan bakunya. Bagi karet
negara produsen sendiri
alam
sangat
perbedaan
jenis mutu RSS dengan TSR
yang
antara
harga
setara
adalah
berarti, terutama negara produsen utama yang
pangsa
ekspor karet alamnya cukup besar dalam total ekspornya. Negara
jenis
mutu
RSS (seperti Thailand) seringkali memperoleh nilai per
unit
karet
alam yang diekspor lebih tinggi
produsen
*:
produsen yang mayoritas mengekspor
yang mayoritas mengekspor jenis mutu TSR,
Indonesia
(lihat Tabel 4.8).
Indonesia
dan
nilai tinggi
dibandingkan
Dari data ekspor
karet
alam bahwa
Indonesia
lebih
dari Thailand hanya pada tahun-tahun 1984 dan
1986,
unit karet alam yang
1981-1987
seperti
terlihat
per
Thailand periode
dengan
diekspor
di mana perbedaannyapun sangat kecil sekali.
Tabel 4.8.
Volume dan Uilai Ekapor 1981-1987.
lI[ara+
Alam Indonesia dan Thailand
Indonesia
Thailand -
Tahun (Ton)
( ' 0 0 0 us$) (us$/lbg)
(-I
(.OOO us$)
sumbet : 1) BPS 2) Thailand Rubber Statistics, Vo1.17(1988)Uo.l-2
Sedangkan mengekspor rendah
lainnya
Indonesia
karet alamnya dengan nilai per unit
dari
dimengerti
tahun-tahun
(diolah)
ekspor
karet alam Thailand.
selalu
yang
lebih
ini
dapat
Hal
mengingat bahwa harga karet jenis mutu RSS
lebih tinggi dari TSR (lihat Lanpiran 9),
selalu
yang
sedangkan
ekspor karet alam Indonesia kebanyakan dari jenis mutu
TSR,
dan sebaliknya yang terjadi dengan ekspor dari Thailand. samping
itu untuk jenis mutu yang samapun
pembeli
menghargai
dengan
harga
yang
seringkali
berbeda,
Di para
terutama
karena perbedaan dalam sifat fisik dan konsistensinya. Seperti
*:
misalnya
untuk
karet
alam
Indonesia
yang
diekspor ke Amerika Serikat ternyata selalu memperoleh harga yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga karet dari
Thailand dan Malaysia (lihat Lampiran 4).
1988
TSR 20 yang diekspor Indonesia harganya
Pada
alam tahun
mencapai
US$
0.50/lb,
suatu
tingkat
harga
yang
lebih
rendah
jika
dibandingkan dengan harga TSR 20 Malaysia dan Thailand mencapai US$ 0.53/1b dan US$
masing-masing
dengan ekspor jenis mutu RSS-1 dari
halnya
,
1988
harga
ekspor
dari
hafga
karena yang
RSS-1 Malaysia (US$ 0.57/lb).
relatif
maka
Lain
Indonesia
pada
tinggi
Thailand (US$ 0.53/lb), tetapi
volume
maupun
0.56/lb.
yang harganya (US 0.56/lb) lebih
tahun
ekspor karet jenis mutu RSS kecil
dibandingkan dengan
yang
lebih
dari rendah
Namun
demikian
dari
Indonesia
jenis
mutu
TSR,
dibandingkan jenis mutu yang sama dari negara
lain,
secara total pendapatan devisa ekspor Indonesia
masih
relatif rendah. Dengan
kenyataan
seperti tersebut di atas,
maka jika
menghendaki kanaikan nilai devisa yang diperoleh dari ekspor karet mutu
alam, maka selain harus diadakan perbaikan karet
alam yang diproduksi dan diekspor,
di
dalam
juga
harus
melakukan perbaikan komposisinya. Di
samping
ternyata
karet
komplemen
dari
dipengaruhi
J-:
ditentukan alam
oleh
sebagai
karet
jenis
substitut
sintetik
dan
kualitasnya,
dan
sekaligus
seringkali
harganya
oleh harga karet sintetik ini. Dalam
perkiraan
dari
Bank Dunia disebutkan bahwa perkembangan
alam
di masa
dari
kapasitas industri karet sintetik yang meningkat
mendatang
akan terpengaruh
harga
dengan
karet
ekspansi dari
12,5 juta ton menjadi 17 juta ton dalam periode tahun
1988-
2000.
karet
Berarti dengan bertambahnya kapasitas produksi
sintetik
akan berpengaruh terhadap meningkatnya
suplai
di
pasaran dunia, yang sekaligus akan mempengaruhi perkembangan
harga
karet alam.
Harga karet jenis mutu RSS 1 di
pasaran
spot New York diperkirakan meningkat dari US$. 1,444 per ton pada
tahun 1988 menjadi kira-kira US$. 2,391 per
tahun
2000.
tersebut 1,055
Dalam
harga
meningkat
per
meningkat sintetik saja
I(
ton.
konstan
kapasitas
demikian
produksi dan
yang merupakan komplemen
ton
karet
jadi
karet
akan
sesuai
harga
menjadi
US$.
sintetik
suplainya
yang
adalah
karet
dari karet alam.
dengan catatan bahwa tingkat konsumsi sektor
barang
pada
(1985) dollars
dari US$. 1,026 per Dengan
ton
dengan
apa
Tentu industri
yang
telah
diperkirakan. Dengan
perkiraan
akan meningkatnya harga
dari
karet
jenis mutu RSS, maka prospek dari karet alam jenis mutu di
masa mendatang akan tetap cerah, dan ha1 ini
mendorong
perkaretan
Indonesia
untuk
juga
membenahi
ini yang
sektor
produksi dan pemasarannya.
4.4.3.
Sub sistim mroduksi dan memasaran baranu iadi karet
Cukup sebagai sepatu,
-?
banyak
bahan
produk-produk
bakunya,
belt,
pipa,
yang
mulai dari tabung,
menggunakan
sarung
sampai
tangan
dengan
ban
karet karet, untuk
keperluan kendaraan, sepeda motor, sepeda, pesawat
terbang,
peralatan pertanian, serta konstruksi.
berbagai
Namun dari
produk karet tersebut, ban otomotif merupakan konsumen utama dari
karet,
khususnya karet
alam,
sehingga
perkembangan
industri ban otomotif ini sangat besar pengaruhnya perkembangan konsumsi karet alam.
terhadap
Tabel 4.9. Perkembangan Produksi Kendaraan Bermotor dan Ban di Indonesia, 1979/1980 1987/1988
-
............................................................ ............................................................ Kendaraan Bermotor ('000 buah)
Ban Roda-4 ('000 buah) .................................... Original Pengganti Jumlah ............................................................ Tahun
Trend
(%):
---------0,99
1979-1988
0,99
7,56
6,17
............................................................ ............................................................ Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN 1989/1990 (diolah) Industri berkembang ban
jadi karet di
Bogor, Jawa
Barat.
meningkatnya
pendapatan masyarakat
meningkatkan
juga permintaan terhadap
Dengan
maka
ini merupakan salah
dari konsumsi karet alam.
diperlukan
berbagai
industri semakin akan
kendaraan bermotor.
permintaan terhadap karet
kendaraan bermotor
telah
biasanya
lebih lanjut dari peningkatan tersebut
semakin menaikkan
nyata
Indonesia
sejak lama, yaitu dengan didirikannya
Goodyear di
Dampak *:
barang
satu
adalah
akan
alam, karena peubah
Dalam kendaraan
yang
bermotor
perlengkapan yang menggunakan
karet
alam, antara lain ban, yang dari tahun ke tahun
industrinya
di dalam negeri terus berkembang. Dari Tabel 4.9 terlihat bahwa produksi kendaraan motor selama
periode
1979-1988 mengalami
peningkatan
sebanyak
0,99% per tahun, sama dengan peningkatan yang dialami produksi Tetapi
ban
untuk kendaraan baru
peningkatan
produksi ban
oleh
(original equipment).
secara keseluruhan
lebih besar lagi, yaitu mencapai rata-rata 6,17% per
jauh
tahun.
Peningkatan yang jauh lebih tinggi tersebut selain karena diperlukannya ban pengganti (replacement tyre), juga
karena
ekspor ban yang semakin meningkat. Bahan otomotif
baku
yang banyak digunakan oleh
industri
ban
di dalam negeri terdiri dari jenis mutu TSR, baik
TSR 20 maupun TSR 50, serta karet konvensional dari grade (RSS-3),
RSS-4, dan Crepe, tergantung dari jenis
ban
3
yang.
mau diproduksinya serta perusahaan ban-nya masing-masing. Industri barang jadi karet lainnya yang terlihat cukup menonjol
perkembangannya adalah industri sepatu
sarung tangan karet. perkembangan menunjukkan
karet
Di mana dalam beberapa tahun
produksi
dan ekspor
sepatu karet
peningkatan yang cukup
besar,
dan
terakhir ~ndonesia
seperti dapat
dilihat dalam Tabel 4.10. Lain
halnya dengan industri ban, maka industri
karet, khususnya sepatu olahraga, hampir seluruh bahan
sepatu baku
yang digunakannya terdiri dari karet konvensional, sedangkan seluruh
industri sarung tangan karet hanya
lateks pekat sebagai bahan bakunya.
menggunakan
Tabel 4.10. Perkembangan Produksi dan Ekspor Sepatu Karet Indonesia, 1983-1988 ( '000 pasang)
....................................................... .......................................................
Tahun produksil) ~ks~or~) .......................................................
Trend ( % ) :
----------
1983-1988
....................................................... Sumber : 1)Departemen Perindustrian (diolah) 2)Biro Pusat Statistik (diolah) Walaupun
industri barang
semakin berkembang,
jadi karet di
tetapi pangsa konsumsi
Indonesia karet
'
alamnya
masih sangat kecil dibandingkan dengan produksi karet secara nasional. dalam
Sampai dengan tahun 1989 konsumsi karet alam
negeri
hanya mencapai 108 ribu ton atau
di
8,57% dari
total produksi karet alamnya. Pada mulanya sebagian besar dari hasil industri jadi
karet, terutama industri ban
untuk
memenuhi
kebutuhan di dalam
dan
sepatu, ditujukan
negeri.
Tetapi
perkembangan lebih lanjut ternyata pemasaran ke luar
*
banyak
menarik
perhatian kalangan pengusahanya,
ekspor ban dan sepatu karet semakin meningkat. beberapa
tahun terkahir ini terjadi
barang
dalam negeri
sehingga
Bahkan sejak
peningkatan
produksi
sepatu karet yang khusus ditujukan untuk dipasarkan ke
luar
negeri.
Demikian juga halnya dengan industri sarung
karet, ketika
terjadi peningkatan permintaan
yang
tangan sangat
tajam terhadap sarung tangan karet akibat kecemasan tentang penyakit
Aids, banyak pengusaha yang mengajukan
permohonan
untuk mendirikan pabrik sarung tangan, sehingga dalam
tahun
saja telah ada lebih kurang 100 perusahaan yang
telah
1989
mengajukan permohonan untuk mendapatkan ijin. kecemasan tersebut berkurang dan permintaan
Namun setelah menurun,
maka
banyak di antara-calon investor dalam industri sarung tangan tersebut rencana bahwa
yang
mengundurkan diri dan
produksinya.
produksi
berkembang.
tidak
Namun demikian tetap
merealisasikan saja
dan ekspor barang jadi karet
terlihat
ini semakin