PRESIDENTIAL LECTURE PRESIDENTIAL LECTURE
1
Positioning Indonesia dalam Konstelasi Dunia
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Susilo Bambang Yudhoyono
BI INSTITUTE Kampus Utama, Gedung D Jl MH Thamrin No 2, Jakarta 10350 Telp. (+62) 21 500-131 Fax. (+62) 21 3864884 Email:
[email protected]
www.bi.go.id
Agustus 2016
1
Positioning Indonesia dalam Konstelasi Dunia BERBAGAI ISU INDONESIA 10 TAHUN KE DEPAN
Susilo Bambang Yudhoyono
Presidential Lecture Bank Indonesia Institute
Positioning Indonesia dalam Konstelasi Dunia: Berbagai Isu Indonesia 10 Tahun ke Depan © Bank Indonesia Institute Pengarah Solikin M. Juhro A. Farid Aulia Penyelia Fretdy Purba Felicia V.I. Barus Pelaksana Editorial Pauline Leander Penerbit Bank Indonesia Institute
DAFTAR ISI PENGANTAR EDITORIAL
6
SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA
8
PENDAHULUAN
16
BAB 1.
26
Indonesia Tahun 2030 : Peluang dan Tantangan BAB 2.
30
Dunia Kita di Abad Ke-21 BAB 3.
36
Perkembangan Global, Regional, dan Nasional BAB 4.
44
Indonesia Menuju 2030 4.1. Pemahaman Atas Transformasi 4.2. Seperti Apakah Indonesia 2030? 4.3. Impian dan Tujuan Indonesia 2045 BAB 5.
52
Cara Mencapai 3 (Tiga) Tujuan Indonesia Tahun 2045 BAB 6. Kembali Kepada Perencanaan Indonesia Tahun 2030 6.1. Dua Asumsi Dasar dan Satu Prasyarat 6.2. Potret Indonesia 2030 (Mc Kenzie)
58
BAB 7.
62
Peluang Di Indonesia 2030 7.1. Peluang (opportunity) Untuk Mencapai Indonesia 2030 7.2. Tantangan (challenges) Bagi Pemerintah 7.3. Tantangan (challenges) Bagi Pelaku Bisnis BAB 8. Sektor Bisnis Yang Menjanjikan di Tahun 2030 8.1. Empat Sektor Bisnis Yang Menjanjikan 8.2. Pertanyaan Penguji 8.3. Prediksi : Mengapa Ekonomi Asia Akan Terus Berkembang?
70
BAB 9. Langkah Imperatif : Menuju Negara Maju Abad 21 9.1. Langkah Imperatif 9.2. Pemikiran Akhir Menuju Indonesia Yang Lebih Baik
76
BAB 10. Kepemimpinan (Leadership) Yang Sesuai Bagi Indonesia
82
BAB 11. Kesimpulan
86
BAB 12. Diskusi dan Tanya Jawab
100
LAMPIRAN
110
TENTANG DR. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
142
GALERI FOTO
144
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Susilo Bambang Yudhoyono
5
PENGANTAR EDITORIAL
Para pembaca yang terhormat, Forum Presidential Lecture merupakan sebuah perhelatan prestisius yang digagas oleh Bank Indonesia Institute, yang akan menghadirkan pemikiran dan wacana dari para tokoh bangsa Indonesia dan juga berbagai negara. Forum ini direncanakan akan menghadirkan bukan hanya Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang pernah dan tengah bertugas, namun melibatkan juga sejumlah Pejabat Kepala Negara sahabat yang memiliki hubungan strategis dengan Indonesia. Diharapkan Presidential Lecture akan menjadi event pembelajaran bagi calon pemimpin bangsa generasi selanjutnya, dan khususnya bagi lingkungan Bank Indonesia. Pada forum pertama ini, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), memberikan sharing pengetahuan dan pengalaman beliau sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2004-2014, dengan tema “Memahami posisi Indonesia dalam konstelasi dunia sampai 10 tahun ke depan”. Materi dalam event ini adalah sebuah pemikiran strategis yang sangat berharga, dan buku ini hadir sebagai dokumentasi atas teselenggaranya acara dimaksud, yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menjadi sebuah laporan yang bisa dipakai sebagai catatan bagi mereka yang ikut dalam acara tersebut, dan sebagai bahan belajar yang setara bagi mereka yang tidak hadir di sana.
6
Presidential Lecture Series
“Manusia yang unik adalah orang yang memiliki kemauan untuk belajar dari pengalaman orang lain, dan menerapkan pelajaran tersebut dalam hidupnya.” Douglas Adams
Tim Penulis
Susilo Bambang Yudhoyono
7
SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Yang kami hormati Presiden Ke-6 Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dan yang kami hormati bapak ibu serta hadirin sekalian yang berbahagia. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, karena atas perkenannya kita semua bisa berkumpul untuk menghadiri kegiatan Bank Indonesia Institute, pada sebuah forum Presidential Lecture, yang merupakan forum bagi kita untuk belajar dari para pemimpin bangsa. Pada forum kali ini kita semua sangat bersyukur dan berterimakasih karena Presiden Ke-6 Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono berkenan hadir untuk berbagi pengalaman dan insight, yang tentu akan sangat berguna bagi kita semua dalam tugas kita masing-masing. Sebagaimana kita ketahui bersama, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, selama 10 tahun masa tugas, telah berhasil menakhodai kapal besar Republik Indonesia, mengarungi samudera luas, yang kadang teduh, tapi juga sering bergelombang pasang. Dalam pada itulah pembelajaran dari Bapak Susilo Bambang Yudhoyono kita harapkan bisa memberikan perangkat yang lebih lengkap bagi kita, yang sebagian besar berkarier sejak awal di Bank Indonesia, dalam menggerakkan dan memacu perubahan agar negara yang kita cintai menjadi semakin baik di masa mendatang. Sebagaimana Bapak Ibu sekalian ketahui, perekonomian dunia saat ini sedang dalam tantangan berat. Belum lama berselang para Menteri Keuangan
8
Presidential Lecture Series
dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 berkumpul di Lima, Peru, Amerika Selatan. Acara ini dilangsungkan dalam waktu yang berdekatan dengan sidang tahunan IMF dan Bank Dunia. Para pemimpin dunia dalam kedua acara besar tersebut sepakat bahwa krisis ekonomi dunia, yang dimulai sejak tahun 2008 itu, masih perlu untuk diwaspadai. Krisis yang dimulai dari krisis Subprime Mortgage di Amerika kemudian bergerak ke Eropa, dan kemudian juga mempengaruhi kelompok negara-negara berkembang (emerging market). Bahkan ada kekhawatiran bahwa Emerging Market, yang sejak tahun 2002 senantiasa memiliki peran dan kontribusi bagi ekonomi dunia, akan menjadi sumber kerapuhan dan ketidakpastian baru bagi dunia saat ini dan di masa mendatang. Oleh karena itu Indonesia, sebagai bagian dari negara berkembang, perlu ikut mewaspadai keadaan ini. Para pemimpin dunia menduga bahwa kerentanan yang terjadi di negara-negara berkembang pada gilirannya akan memiliki dampak global yang perlu diperhitungkan. Dengan memasukkan faktor risiko tersebut, para pemimpin dunia berpendapat bahwa pemulihan ekonomi dunia ternyata tidak bisa secepat yang diperkirakan sebelumnya. Awalnya diperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,3% pada 2015, tetapi pada Juli tahun yang sama prediksi itu dikoreksi menjadi 3,1%. Perekonomian negara-negara berkembang yang semula diperkirakan mencapai 4,2% pada 2015, kemudian dikoreksi pada Juli tahun yang sama menjadi 4%. Tetapi para pemimpin dunia itu masih optimistis bahwa perekonomian negara berkembang akan tumbuh 4,5% pada 2016.
Susilo Bambang Yudhoyono
9
Karena itu kita tahu bahwa saat ini adalah saat dimana negara-negara berkembang sedang berjuang di tengah kondisi global yang kian tidak menentu ini. Salah satu yang tengah diperhatikan oleh para pemimpin ekonomi dunia termasuk negara-negara berkembang adalah kebijakan moneter seperti apa yang akan diambil oleh Amerika Serikat. Sebagaimana kita tahu, dalam tujuh tahun terakhir The Fed menerapkan kebijakan suku bunga rendah, bahkan hingga mendekati 0%. Di satu sisi Amerika sudah menjanjikan perubahan arah kebijakan, tetapi di sisi lain kebijakan baru itu belum kunjung diambil, sehingga menimbulkan penantian panjang dan menambah ketidakpastian baru bagi perekonomian dunia. Ketika dunia dilanda krisis sejak 2008, dunia banyak berpaling dan mengandalkan Tiongkok. Selama beberapa tahun negara itu memang banyak membantu, karena pembangunan infrastrukturnya berhasil mendongkrak sejumlah harga komoditas dunia. Tetapi pada 2015 Tiongkok mengubah orientasi kebijakan ekonominya, dari pertumbuhan ke pemerataan. Akibatnya pertumbuhan ekonomi negara itu turun menjadi 7% saja, sementara banyak pihak luar mengatakan angka riilnya ada di bawah itu, yakni sekitar 6,7%. Salah satu dampak langsungnya adalah harga komoditas mengalami penurunan secara signifikan. Kondisi ini semakin menekan dan menambah ketidakpastian, terutama bagi negara-negara berkembang yang mengandalkan pertumbuhannya dari ekspor komoditas, dan semakin terasa memberatkan lagi bagi negara-negara yang tumbuh dari komoditas tunggal seperti Kazakhstan, Arab Saudi dan lain-lain. Indonesia, salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah komoditas, masih jauh lebih beruntung karena tingginya investasi dan permintaan dalam negeri.
10
Presidential Lecture Series
Karena itu, jika kita melihat berbagai perkembangan seperti normalisasi kebijakan Amerika, ekonomi dunia yang cenderung melemah, Tiongkok yang semakin sulit menjadi tumpuan, perekonomian negara berkembang yang tertekan oleh harga komoditas, maka ada hal lain yang perlu kita diskusikan bersama, yakni external adjustment, ketidakpastian pasar keuangan, dan kerapuhan negara-negara berkembang sebagai akibat dari kecenderungan keluarnya arus modal yang berdampak pada tekanan pada nilai tukar dan cadangan devisa negara-negara tersebut. Gambaran tersebut menunjukkan betapa ekonomi dunia masih penuh dengan ketidakpastian, dan Indonesia termasuk salah satu negara yang perlu untuk waspada. Negara kita perlu merespon secara benar dalam bentuk kebijakan yang terkoordinasi dan konsisten, sehingga stabilitas sistem keuangan dan sistem ekonomi makro bisa terjaga. Sebagaimana kita sadari bersama, Indonesia juga memiliki tantangan yang besar, namun sejauh ini sudah menunjukkan begitu banyak perbaikan. Salah satu indikator penting dalam perekonomian, yakni inflasi, sekarang sudah jauh lebih terjaga. Pada akhir tahun 2015 inflasi diperkirakan akan bisa ditekan di bawah 4,5%, tepatnya pada 4,3%. Sedangkan pada 2016 inflasi diperkirakan akan berada pada angka 4% plus minus 1%. Indikator lain yang selalu menjadi perhatian adalah kinerja transaksi berjalan. Ketika Amerika mengumumkan kebijakan tapering sebagai respon atas krisis keuangan dalam negeri, banyak negara mengalami kekagetan, terutama karena perilaku risk-on risk-off kalangan investor portofolio, yang berpotensi berpengaruh ada transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan Indonesia pada tahun 2015 diharapkan akan berkisar antara 2,1%-2,2%
Susilo Bambang Yudhoyono
11
terhadap PDB atau kurang. Jika ini berhasil dicapai, maka ini adalah sebuah perbaikan dibanding defisit transaksi berjalan tahun 2014 sebesar 3,1% terhadap PDB. Menimbang seluruh perkembangan yang ada, kita melihat bahwa Indonesia masih perlu terus melakukan reformasi struktural agar dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat, seimbang, sustainable dan inklusif. Kita melihat bahwa pengelolaan energi, pangan, dan lingkungan masih memerlukan perhatian lebih lanjut. Kita juga perlu meningkatkan daya saing industri Indonesia dalam pasar global, antara lain dengan memperbaiki modal dasar utama Indonesia, yaitu perbaikan infrastruktur, perbaikan teknologi, perbaikan kelembagaan, dan juga kegiatan-kegiatan yang terkait dengan soft infrastructure, khususnya komitmen terhadap anti korupsi. Yang juga tidak kalah penting adalah, bahwa kita perlu mencari berbagai upaya agar tersedia sumber-sumber dana pembiayaan jangka panjang, guna membiayai pembangunan di masa depan. Kami sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, para mantan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, dan setiap hadirin yang telah mengikuti Presidential Lecture yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia ke-6 dalam kesempatan terbaik ini.
12
Presidential Lecture Series
Demikian sambutan dan pengantar kami. Sekali lagi atas nama Bank Indonesia, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Susilo Bambang Yuduyono baik atas kesediaan Bapak untuk berbagi maupun untuk materi yang akan Bapak berikan pada kami semua. Selanjutnya, dengan penuh rasa hormat, mari kita sambut kehadiran Bapak Susilo Bambang Yudhoyono untuk dapat memberikan paparannya.
Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono
13
14
Presidential Lecture Series
Positioning Indonesia dalam Konstelasi Dunia
Susilo Bambang Yudhoyono
15
PENDAHULUAN
Presiden Republik Indonesia periode 2004-2014, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan penghargaan tertinggi atas kerjasama yang telah diberikan sejumlah pihak selama masa jabatannya memimpin Indonesia. Apresiasi ini ditujukan kepada Bapak Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia beserta jajaran Deputi Gubernur dan Pejabat Teras Bank Indonesia, dan sejumlah teman yang bekerja bersama di Kabinet Indonesia Bersatu (yang berperan sebagai Menteri, maupun Staff Khusus Presiden). Mereka semua adalah jajaran yang bekerja keras bagi Indonesia di segala keadaan. Kesetiaan mereka dianalogikan SBY sebagai, “Selama Indonesia diwarnai langit cerah dan lautan terang, maupun ketika awan gelap datang, disertai badai dan taufan yang menerjang, mereka hadir dan siap melaksanakan tugas.” Dalam kesempatan kuliah umum yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, SBY mengharapkan agar seluruh hadirin, para pemimpin, dan calon pemimpin dari jajaran Bank Indonesia membulatkan tekad untuk memajukan kehidupan bangsa. Utamanya adalah untuk memajukan ekonomi nasional Indonesia. Dengan demikian, diharapkan pada saatnya nanti ekonomi Indonesia menjadi kuat, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dalam masa penugasan memimpin Indonesia selama 10 tahun, tanpa banyak diketahui oleh publik dan diangkat ke media, Presiden RI ke-6 ini selalu bekerjasama secara konstruktif dengan Bank Indonesia. Kerjasama ini dilakukan terutama dalam masa ekonomi menghadapi tekanan. Misalnya, dalam peristiwa lonjakan kenaikan harga minyak di tahun 2005 dan krisis ekonomi yang melanda dunia di tahun 2008-2009, dimana terdapat sejumlah isu yang harus segera direspon dan dikelola oleh pemerintah. Dalam berbagai
16
Presidential Lecture Series
keadaan ini, SBY sebagai Presiden selalu melibatkan Bank Indonesia untuk mencari solusi. Dasar pemikiran beliau adalah keyakinan bahwa sebentuk Kebijakan Ekonomi yang efektif hanya dapat ditetapkan jika terdapat perpaduan yang baik antara Kebijakan Fiskal and Moneter. Selain itu, prinsip kerja yang dianut di masa pemerintahannya adalah mencapai setiap tujuan dengan menyelesaikan permasalahan tanpa terlalu banyak melibatkan publik. Jika memang masih ada hal yang belum dapat terselesaikan, maka paling tidak, diupayakan agar jangan sampai memburuk. Bank Indonesia di dalam kuliah umum Presidential Lecture yang pertama ini dinilai tepat dalam memberikan tema, yaitu tidak membahas mengenai isu terkini (current issue) di Indonesia. Karena lebih sesuai jika penjelasan atas berbagai isu yang mengemuka hari ini dijelaskan oleh Presiden yang memerintah, yaitu Pak Jokowi. Karena sebagai Pemimpin Negara Indonesia tertinggi, beliaulah yang berwenang menangani permasalahan nasional. Waktu dan kesempatan harus diberikan kepada beliau dan jajaran pemerintahannya untuk mengemban tugas sekaligus mengatasi persoalan negeri ini. Sedangkan topik yang dipaparkan oleh SBY selaku Presiden Republik Indonesia ke-6 dalam buku ini lebih relevan terhadap pengalaman dalam memimpin Indonesia di periode sebelumnya. Tajuk yang diangkat adalah bagaimana memprediksikan “Positioning Indonesia dalam Konstelasi Dunia.” Tulisan ini akan membahas sejumlah isu yang ditengarai akan dihadapi Indonesia dalam 10 tahun mendatang, dikaitkan dengan pengalaman kenegaraan SBY, dan juga keterlibatannya saat ini sebagai perwakilan
Susilo Bambang Yudhoyono
17
Indonesia di sejumlah forum internasional. Sekalipun SBY menyadari bahwa dalam 10, 15, dan bahkan 20 tahun yang akan datang negara ini pasti akan mengalami peristiwa khusus tertentu, namun SBY tetap bermaksud mengajak hadirin untuk mengintip keadaan Indonesia di satu dua dasawarsa ke muka. Sebagai pengantar, SBY mengangkat dua pertanyaan kritis (critical question) yang terus dihadapinya selama hampir satu tahun tidak lagi menjabat Kepala Negara Indonesia. Selama periode tersebut, ia menjumpai dan mengamati berbagai peristiwa untuk kemudian dijadikannya bahan analisa dan pemikiran mendalam. SBY secara aktif tetap melakukan berbagai perjalanan dinas di dalam negeri sambil menyapa rakyat Indonesia di sejumlah daerah, dan juga menghadiri sejumlah pertemuan skala internasional dalam rangka memenuhi undangan para sahabat Pemimpin dan Mantan Pemimpin Dunia. Kehadiran beliau sebagai negarawan, masih diharapkan oleh mereka semua, khususnya untuk berbagi pandangan dan pengalaman di sejumlah forum tingkat dunia. Terdapat dua pertanyaan kritis yang menjadi kepedulian saudarasaudara di tanah air, yang sekaligus menjadi keingintahuan dari sejumlah Pemimpin Negara asing. Sejumlah pertanyaan ini tak jarang sekaligus memuat nada kekhawatiran di sisi mereka. Pertanyaan apakah itu?
18
Presidential Lecture Series
PERTANYAAN Dari Dalam Negeri “Ekonomi Indonesia ini akan segera membaik atau justru bisa lebih memburuk?” “Apakah Indonesia akan mengalami lagi krisis ekonomi skala regional seperti yang terjadi di tahun 1998? Atau bahkan yang bersifat lebih global seperti terjadi di tahun 2008 dengan dampak yang dirasakan oleh seluruh rakyat di negara ini?” dan “Apakah krisis itu dapat dicegah?”
JAWABAN Atas Pertanyaan Dalam Negeri Jawaban lugas SBY kepada para penanya adalah sebagai berikut : 1). “Jika dikelola serius dengan kebijakan yang tepat dan efektif, maka pada saatnya ekonomi kita akan membaik, Insya Allah.” Secara prinsip, arah pertumbuhan perekonomian Indonesia sesungguhnya menunjukkan kecenderungan positif. Jika tekanan ekonomi dapat dikelola dengan benar dan ditemukan jalan keluarnya, maka dipastikan Indonesia akan memasuki kondisi yang berikutnya, yaitu perekonomian yang bertumbuh dan berkembang. 2). “Krisis ekonomi bisa dicegah apabila diatasi dengan solusi tepat dan terpadu oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah harus melakukannya dengan tekun, sabar, bertanggung jawab, agar bisa efektif dalam mengatasi permasalahan
Susilo Bambang Yudhoyono
19
ini, sehingga perekonomian negara ini dapat kembali normal dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan oleh rakyat Indonesia.”
KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI YANG EFEKTIF Di bulan Juni 2015, dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin dunia usaha (business top leaders) di Jakarta, SBY mengemukakan sebuah usulan yang cukup sederhana. Ia menyatakan kepada mereka semua, “Sebenarnya keadaan hari ini belumlah krisis, karena pemerintah masih memiliki ruang dengan sejumlah peluang dan kesempatan untuk mengelolanya. Pandangan saya sekali lagi yang terpenting adalah all policies and actions must be directly connected to as above point,” ujarnya. Dimana secara prinsip kebijakan pemerintah beserta implementasinya harus terkait langsung kepada sejumlah poin penting, seperti : 1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi harus dijaga jangan sampai keadaan ekonomi negara terus mengalami penurunan. Bagaimana caranya menjaga daya beli rakyat. Ketika menyangkut ekspor dan impor, maka yang menjadi perhatian adalah pencegahan terjadinya defisit neraca perdagangan yang terlalu besar. Hal ini penting, mengingat terdapatnya tekanan harga dan permintaan terhadap komoditas Indonesia saat ini. Sebagai catatan, situasi ini juga dialami oleh seluruh negara emerging market. Terkait investasi, memang terdapat hambatan di sejumlah aspek, namun ada satu hal
20
Presidential Lecture Series
yang perlu mendapat perhatian, yaitu pengeluaran negara (government expenditure) yang harus dihitung secara cermat agar dapat menstimulasi pertumbuhan.
2. Stabilitas Harga (Price Stability). Sejumlah harga barang-barang domestik menunjukkan pergerakan meningkat, menyusul ditetapkannya Kebijakan Kenaikan Harga BBM. Memang ada biaya (cost) yang timbul sebagai dampak ditetapkannya kebijakan tersebut, namun tetap harus mampu dikelola dengan bijaksana. Harga bahan pokok yang terlalu tinggi (misalnya daging sapi, beras, dll) perlu dinormalkan kembali, sementara untuk komoditas yang lain perlu dicegah gejolak harga (volatilitas) yang berlebihan.
3. Pencegahan PHK (Lay Off Prevention)
Pemutusan hubungan kerja adalah sebuah ketetapan yang harus dicegah supaya tidak sampai membesar dan menjalar di dunia usaha. Adalah hal yang lazim diterapkan di dunia usaha, dimana ketika pengusaha sulit mengatasi masalah, maka solusi PHK biasanya menjadi pilihan utama. Salah satu cara yang direkomendasikan adalah menetapkan kebijakan terkait sektor swasta (private sectors). Di masa pemerintahannya, SBY pernah mengimplementasikan sebentuk insentif untuk dunia usaha (first good incentive). Ini merupakan upaya pemerintah dalam membantu sejumlah bidang usaha yang tengah “megap-megap”. Saat itu, pemerintah mengucurkan formula insentif yang diberlakukan dengan perjanjian
Susilo Bambang Yudhoyono
21
bahwa mereka tidak akan menerapkan PHK karyawan. Saat itu, pengusaha bersedia berkomitmen atas hal ini. Kebijakan terbukti dapat berjalan baik dan mencapai tujuannya untuk tidak semakin menambah beban dunia usaha, di tengah kesulitan yang sedang mereka hadapi.
4. Pengendalian Nilai Tukar (Foreign Exchange Management)
Secara prinsip SBY menyampaikan kepada Bank Indonesia, bahwa Bank Sentral di negara manapun tidak mungkin mengatur dan menetapkan bahwa, “Kurs nilai tukar harus sekian! - Tidak Bisa!” Bahkan sekalipun jika pengaturan tersebut dilakukan dengan menerbitkan surat resmi dari Gubernur BI. Keadaan nilai tukar adalah sepenuhnya ditentukan pasar valas (FX market) yang selalu berfluktuasi. Karena itu, penekanan utamanya adalah pada kata management alias pengaturan. Apapun gejolak yang tengah terjadi, Bank Indonesia pasti terus bekerja untuk memperoleh hasil yang optimal dalam mengendalikan nilai tukar.
5. Managemen Fiskal dan Anggaran (Fiscal and Budget Management)
Managemen fiskal dan anggaran adalah salah satu alat utama yang harus diimplementasikan secara optimal. Pemerintah memiliki dana sejumlah Rp. 2000 Trilyun di tangan, yang wajib dikelola secara benar untuk memampukan bangsa ini keluar dari permasalahan ekonomi yang ada.
22
Presidential Lecture Series
6. Membangun Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan adalah salah satu pilar terpenting. Karena semakin kuat kepercayaan dari pelaku pasar, investor, pelaku bisnis, dan rakyat Indonesia sendiri, maka lebih mudah bagi Pemerintah untuk mengelola tekanan di bidang ekonomi yang bersumber dari gejolak eksternal.
Jadi jika disimpulkan sesuai penjabaran tersebut di atas, maka apapun paket kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah atas permasalahan di bangsa ini, haruslah berkaitan secara langsung terhadap penyelesaian isu dan persoalan yang ada.
PERTANYAAN Dari Negara-Negara di Luar Pada September 2015, SBY berada di Tokyo Jepang dan duduk bersama sejumlah sahabat pemimpin negara dan mantan pemimpin negara, antara lain mantan Perdana Menteri Fukuoda, Perdana Menteri Abbe, dll. Secara mayoritas, mereka mengajukan pertanyaan yang kurang lebih bernada sama. “Bagaimana ekonomi Indonesia?” “Bagaimana perpolitikan di Indonesia?” “Mengapa kami melihat Indonesia saat ini menjadi sangat nasionalistik?” “Benarkah Indonesia mengurangi keterikatannya di kawasan ASEAN dan Asia?”
Susilo Bambang Yudhoyono
23
JAWABAN Atas Pertanyaan Negara-Negara di Luar Mendengar sejumlah pertanyaan yang diajukan, maka Presiden Republik Indonesia periode 2004-2014 tersebut tetap memberikan jawaban yang berpegang teguh kepada Bendera Merah Putih. Beliau menegaskan bahwa tidak mungkin memberikan jawaban bernada negatif perihal negara, pemerintahan, maupun Presiden Indonesia yang saat ini tengah memimpin. Namun adalah kenyataan, jika pada tahap tertentu sejumlah negara di luar mulai bertanya-tanya mengenai apa yang tengah terjadi di Indonesia. Bagaimanapun juga, pendapat ini perlu didengar, dan sudah menjadi tugas Indonesia untuk mengelola permasalahan domestik secara baik, sambil tetap menjaga hubungan bilateral dengan negara-negara sahabat tersebut. Prinsip utama yang dipegang oleh SBY adalah, “Kita lebih baik bersahabat dengan berbagai negara daripada bermusuhan.” Diibaratkan beliau, jika peserta kuliah umum Presidential Lecture tengah menetap di sebuah RT atau Desa. Kemudian rumah di depan, belakang, kiri, dan kanan saling bermusuhan. Apakah semua dapat hidup dengan tenang? Tidak mungkin! Karena akan ada banyak kekhawatiran yang timbul. Contohnya, jika bermaksud pergi meninggalkan rumah, pasti akan merasa was-was dengan keamanannya. Belum lagi membayangkan terjadinya hal buruk seperti kebakaran, pasti terlintas di pikiran jika para tetangga tidak akan menolong di saat sulit tersebut. Perasaan ini masih diwarnai sejumlah ragam ketakutan lainnya.
24
Presidential Lecture Series
Mengambil contoh sederhana tersebut, maka akan jauh lebih baik jika Indonesia membangun hubungan persahabatan antar negara. Pengecualian hanya dimungkinkan jika ada negara yang mengancam keutuhan teritori Indonesia. Di dalam keadaan demikian, maka harga mati yang berlaku untuk mempertahankan kedaulatan bangsa! Jadi, SBY menyimpulkan jika Indonesia tidak perlu saling bermusuhan dengan negara lainnya. Supaya jika hal yang buruk terjadi, negara ini akan tetap memiliki teman-teman yang akan saling mendukung dan meringankan masalah. Sejumlah pemikiran tersebut di atas, disampaikan berdasarkan hasil perbincangan langsung dengan rakyat dalam kunjungan SBY ke sejumlah wilayah di Indonesia. Pemikiran yang sama timbul dalam perjumpaan dengan sejumlah teman kepala pemerintahan dan mantan pemimpin pemerintahan berbagai negara dalam kunjungan kenegaraan yang dilakukan pasca masa pemerintahannya. Pemikiran inipun termasuk yang berasal dari rangkuman sejumlah pertanyaan di sosial media. Dalam hal ini SBY menyatakan secara tegas, bahwa beliau mendengarkan pendapat dan pemikiran mereka semua.
Susilo Bambang Yudhoyono
25
Bab 1
26
Presidential Lecture Series
Indonesia Tahun 2030 : Peluang dan Tantangan
Susilo Bambang Yudhoyono
27
“You cannot predict the future, nor you can’t prevent it from happening.” [Thomas Larock]
I
ndonesia sebagai negara besar harus mengerti bahwa di satu sisi akan selalu menghadapi tantangan, dan di sisi yang lain yakinlah akan terdapatnya peluang. Dalam masa pemerintahannya, SBY tak jarang mengritik lembaga-
lembaga terkait, termasuk Lemhanas. Beliau menggarisbawahi bagaimana isu yang diangkat seolah selalu serba ancaman atas negara ini - AGHT (Ancaman Gangguan Hambatan Tantangan). Hal yang sepenuhnya salah dalam konteks berjaga-jaga, namun akan kurang tepat jika Indonesia merasa bahwa semua yang ada seolah hanya merupakan ancaman. Karena sebagai sebuah bangsa, harus disadari terdapatnya banyak peluang yang dapat ditemukan dan diciptakan untuk kepentingan bersama. Berdasarkan keyakinan tersebut, maka memandang Indonesia di masa 10 hingga 15 tahun dari hari ini, yaitu Indonesia di tahun 2030 akan selalu diperhadapkan kepada dua hal, peluang dan tantangan. Secara umum terdapat dua teori yang berlaku. Pertama, teori yang menyatakan bahwa dunia akan mengalir dan bergulir, serta berjalan dengan sendirinya. Tidak ada apapun yang dapat mempengaruhinya. Teori ini disampaikan oleh Matt Ridley dalam The Evolution of Everything. Penulis tersebut tidak percaya mazhab The Great Man Theory yang menyatakan perihal kehadiran seorang besar yang akan mengubah sejarah, seperti Napoleon, Mao Tze Tung, atau siapapun itu. Teori ini lebih condong kepada kepercayaan bahwa segala sesuatu akan berlangsung dengan sendirinya. Kedua, pandangan berbeda yang menentang teori ini, yaitu pemahaman yang melihat bahwa manusia (negara) sesungguhnya dapat mencegah terjadinya sesuatu, berupaya mengurangi dampak akibat sesuatu, atau paling tidak menghambat terjadinya sesuatu. Itu sebabnya Peter Drucker menyatakan bahwa, “The best way to predict the future is to create it.”
28
Presidential Lecture Series
Dengan kata lain, adalah lebih tepat untuk melakukan sesuatu daripada tidak melakukan apapun (do something instead of doing nothing!). Prinsip ini relevan untuk dianut oleh para calon pemimpin baik di Bank Indonesia, maupun para pemimpin bangsa ini. Oleh karena itu, benar sekali jika manusia mempercayai adanya takdir Allah SWT. Namun hanya dengan ikhtiar dan ijin Tuhanlah, setiap manusia dapat melakukan sesuatu yang baik untuk mendatangkan hal yang lebih baik lagi. Pemaparan dalam bab Indonesia tahun 2030 yang berbicara mengenai 15 tahun ke depan dalam Presidential Lecture bukan bermaksud menyatakan atas sesuatu yang pasti akan terjadi - tidak demikian tujuannya. Karena secara prinsip, tak ada seorangpun yang dapat memperkirakan dan meramalkan seperti apakah dan bagaimana masa depan, atau bahkan esok hari. Penjelasan dalam bagian ini murni merupakan hasil analisa dan prediksi SBY yang dipadukan dengan pengetahuan, pemahaman, serta mengacu kepada tatanan nasional dan hubungan regional. Bagian ini akan mengulas mengenai apa yang mungkin terjadi, bukan apa yang pasti akan terjadi (what might be happened, not what will happen) atas Indonesia.
Lima Hal Penting Terkait Masa Depan Indonesia 1. Dunia kita di Abad 21 2. Perkembangan Global, Regional, dan Nasional. 3. Bagaimana kita menuju Indonesia 2030 4. Bagaimana melihat peluang dan tantangan atas bangsa ini. 5. Langkah Imperatif - what must we do as a nation, agar Indonesia 2030 adalah Indonesia yang cantik dan baik. Penjelasan rinci mengenai keadaan dunia dikaitkan dengan keberadaan Indonesia di masa depan akan dijelaskan ke dalam beberapa bagian selanjutnya dalam tulisan ini.
Susilo Bambang Yudhoyono
29
Bab 2
30
Presidential Lecture Series
Dunia Kita di Abad Ke-21
Susilo Bambang Yudhoyono
31
A
dalah sebuah kepastian jika dunia dan tatanan kehidupannya akan terus berevolusi. Bila memandang dunia dalam bentangan Milenium 1, Milenium 2, Milenium 3, Abad ke-1 sampai dengan Abad ke-21,
secara keseluruhan merupakan sebuah proses perubahan yang evolusioner. Jika kemudian berlangsung sejumlah revolusi, mulai dari revolusi industri, revolusi Amerika 1776, revolusi Perancis 1789, revolusi Rusia 1917, revolusi teknologi, dan lain-lain, dan kemudian dalam bentangan satu milenium, maka dapat disimpulkan jika keseluruhan peristiwa tersebut merupakan bagian dari suatu proses evolusi. Dunia memang terus bertransformasi dan berevolusi. Perkembangan dunia akan selalu berujung pada dua hal, yaitu memberikan dampak positif atau negatif. Mengingat akan terjadinya kedua hal ini, maka sudah menjadi tanggung jawab manusia, bangsa dan negara di seluruh dunia untuk memperkuat dan mendorong perubahan ke arah yang memberikan dampak positif, sambil berupaya mencegah perubahan yang berakibat negatif. Sebagai contoh nyata : Bank Indonesia memahami, bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang mencapai Rp. 15.000,- akan menimbulkan sejumlah implikasi di bidang ekonomi, sosial, politik dan keamanan. SBY yakin, Bank Indonesia selalu mengupayakan langkah terbaik untuk menghindari terjadinya hal yang berakibat buruk bagi negeri ini. Jadi sesungguhnya, adalah selalu memungkinkan untuk mencegah terjadinya sebuah keadaan negatif, karena jika dibiarkan akan membawa kepada kondisi nergara yang tidak diharapkan. Bagaimana kemudian keadaan dunia di abad ke-21? Dunia hari ini sedang menghadapi sejumlah isu besar. Sejumlah perubahan tersebut dapat dibaca dan disimpulkan dari berbagai buku yang bertemakan globalisasi. Jika gunjingan besar tersebut dikelompokkan, maka akan mengerucut kepada tidak lebih dari 10 isu global yang besar dan fundamental. SBY dalam perkuliahannya mengangkat 5 (lima), diantaranya :
32
Presidential Lecture Series
1. Geopolitik, Perdamaian dan Keamananan Internasional. Terjadi perkembangan dalam bidang geopolitik, perdamaian, dan keamanan internasional. Misalnya di Eropa, dimana konstelasi politik yang berlangsung adalah tengah terjadi perang dingin baru antara Rusia dengan negara dunia barat. Hal lain berlangsung di Laut Tiongkok Selatan, dimana sedang berlangsung perubahan geopolitik antara regional Asia Timur melawan Asia Tenggara. Demikian pula yang terjadi dengan isu keamanan di Timur Tengah, dan banyak lagi wilayah lainnya di dunia.
2. Ledakan Penduduk dan Kebutuhan Dasar Kehidupan Manusia.
Setiap negara perlu menyadari bahwa pada tahun 2040-2045, jumlah penduduk dunia akan mencapai 9 miliar jiwa (dari posisi saat ini sebesar 7 miliar jiwa). Dari jumlah ini, terdapat sedikitnya 1 miliar orang yang tidak dapat tidur pada malam hari karena perutnya lapar. Bayangkan apa yang akan terjadi ketika penghuni dunia ini mencapai 9 miliar jiwa? Mereka masing-masing pasti memiliki kebutuhan mendasar hidup yang harus dipenuhi, sebut saja mulai dari air, energi, dan pangan (food, energy, and water) akan mengalami peningkatan permintaan (demand) yang luar biasa. Diperkirakan demand akan meningkat mencapai 60%-70%. Untuk itulah, penting bagi setiap negara untuk berjaga-jaga, karena terdapatnya potensi benturan kepentingan yang mungkin saja terjadi.
3. Ekonomi Dunia Yang Mendatangkan Kemakmuran Bersama.
Cita-cita bahwa ekonomi dunia di masa mendatang dapat mendatangkan kemakmuran bersama, dinilai saat ini belumlah benar-benar terwujud.
Penilaian tersebut di atas timbul karena sejak lama SBY sudah terlibat aktif membangun G20, seiring dengan peran penting Indonesia di dalam organisasi tersebut. Jika Indonesia tidak menjalankan peran pentingnya,
Susilo Bambang Yudhoyono
33
maka sebagai negara pasti akan ditinggalkan oleh dunia. Padahal, ekonomi Indonesia memenuhi syarat dan berada pada posisi nomor 16 di dunia dengan GDP Purchasing Power Priority berada pada posisi ke-10 (bahkan sekarang ini berada di posisi ke-7). Jadi, keadaan ekonomi yang baik saja tidaklah cukup, karena harus disertai dengan kemampuan berdiplomasi yang baik juga. Jika Indonesia tidak memperhatikan pentingnya hal ini, maka sangat mungkin jika negara ini akan ditinggalkan oleh negara lainnya di dunia.
SBY yang selalu menyempatkan diri menghadiri pertemuan tahunan internasional G20 Summit menilai bahwa Indonesia sesungguhnya memiliki semangat yang baik. Negara ini bertekad menjadi negara yang kuat, seimbang, dan mengalami pertumbuhan berkelanjutan (strong, balance, and sustainable growth). Inilah kerangka kerja G20, yang sekalipun pada kenyataannya belum mendekati harapan tersebut.
Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, satu hal yang penting untuk diingat adalah pertumbuhan yang terjadi haruslah menyeluruh (growth must be inclusive). Pertumbuhan dalam hal ini, tidak hanya terbatas pada upaya perolehan kekuatan, pencapaian keseimbangan, dan keberlanjutan, namun lebih kepada pertumbuhan yang menyeluruh sebagai target keberhasilan. Itulah sebabnya layak bagi setiap negara beserta warga dan para pemimpinnya berjuang agar ekonomi dunia membawa keadilan bagi setiap negara yang ada. Sekali lagi, saat ini hal tersebut belum terjadi sesuai harapan.
4. Kemiskinan, Ketertinggalan, dan Ketidakadilan Yang Bersifat Global.
Kemiskinan, ketertinggalan, dan ketidakadilan yang bersifat global akan mendorong terjadinya ketidakamanan dunia. Keadaan yang kurang menguntungkan ini, sedang terjadi di sejumlah belahan dunia. Bahkan
34
Presidential Lecture Series
diperkirakan masih harus dihadapi umat manusia sepanjang 10, 20, bahkan sampai 30 tahun mendatang.
5. Kelestarian Lingkungan Bagi Keberlanjutan Kehidupan Masa Depan.
Upaya menjaga kelestarian lingkungan bagi keberlanjutan kehidupan di masa depan masih menjadi tantangan besar. Pada Desember 2015 diadakan Paris Climate Conference, yang diselenggarakan dengan harapan akan mendorong terjadinya perubahan sejarah dunia. Seluruh pemimpin negara yang hadir diuji, apakah setuju dengan new protocol pengganti geo protocol. Sebuah upaya pencegahan agar temperatur bumi tidak mengalami kenaikan lebih dari 2 derajat Celcius pada abad ini. Jika ternyata kenaikan suhu bumi melebihi 2 derajat Celsius, maka bumi terancam mengalami kerusakan, dimana akan terjadi tenggelamnya sejumlah pulau, serangan topan badai, kekeringan yang melanda, dan bencana alam lainnya. SBY menghadiri pertemuan internasional ini dalam kapasitasnya
sebagai President of Global Great Growth Institute dan sebagai pemimpin negara Indonesia periode sebelumnya yang dihormati karena turut terlibat dalam menyusun pengganti MDGs yang belum lama diresmikan, yaitu Sustainable Development Agenda. Selain itu, SBY juga diminta untuk hadir atas undangan langsung dari sahabatnya, Ban Kin Moon. (Ketika kuliah umum disampaikan, SBY berharap akan memperoleh berita yang baik dari Paris, sekalipun terbersit kekhawatiran jika Indonesia tidak berhasil membangun konsensus). Demikian isu besar global yang dikupas oleh SBY secara ekstensif di bagian pertama.
Susilo Bambang Yudhoyono
35
Bab 3
36
Presidential Lecture Series
Perkembangan Global, Regional, dan Nasional
Susilo Bambang Yudhoyono
37
P
ada bagian kedua ini, SBY mengupas bagaimana perspektifnya mengenai apa yang dikenal sebagai pandangan global (global landscape) atas sejumlah wilayah dunia :
1. Timur Tengah dan Afrika.
SBY memandang Timur Tengah dan Afrika yang merupakan wilayah dalam ketidakstabilan, kekacauan, dan ancaman perang (a region of disorder, turmoil, and war).
2. Eropa. SBY menilai Eropa sebagai wilayah yang sedang berjuang dalam memperbaiki kondisi perekonomiannya (a region of struggle economic recovery). Sementara itu, harus diakui jika tanda-tanda perbaikan tidak terlalu banyak terjadi, dengan hasil yang jauh dari memuaskan bagi perubahan ekonomi wilayah tersebut. Kondisi yang berbeda terjadi dengan Amerika yang menunjukkan sinyal perbaikan ekonomi yang lebih baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa negara-negara Eropa sedang berada dalam perjuangan yang keras untuk dapat kembali ke posisi ekonomi seperti sebelum krisis 2008 dan 2009 terjadi. 3. Asia Pasifik.
SBY Meninjau Asia Pasifik sebagai wilayah yang ekonominya tengah berkembang (a region with economic progress). Sekalipun saat ini sedang terjadi berbagai tekanan, termasuk tekanan yang berasal dari Tiongkok, sebagai negara dengan kekuatan ekonomi ke-2 terbesar dunia.
Jadi, jika sebentuk bola dunia (globe) dipandang secara menyeluruh, coba bayangkan jika sejumlah negara di wilayah tengah peta sedang mengalami hal yang disebutkan di atas. Sementara, sejumlah negara lain yang mengitari seluruh sisi wilayah tengah di bola dunia tersebut, masingmasing memiliki masalah, keunikan, dan kelebihannya tersendiri.
38
Presidential Lecture Series
4. Asia.
Wilayah Asia diyakini oleh SBY memiliki kondisi perekonomian yang cukup kuat (economically remain strong). Keadaan ekonomi mungkin sedikit menurun akibat koreksi pertumbuhan ekonomi di Tiongkok yang sebelumnya rata-rata 9%-10%, namun saat ini hanya sebesar 6%-7%. Hal ini berdampak dan menjadi masalah bagi Tiongkok dengan penduduknya yang 1.4 miliar jiwa itu. Selain itu, terjadi pula implikasi sosial dan ekonomi di kawasan Cina. Harus diakui jika hubungan Indonesia dan Tiongkok yang cukup kuat di sektor perdagangan turut mengalami pukulan akibat keadaan ini.
5. Kawasan Lain.
Wilayah kawasan lain di luar yang sudah disebut di atas cenderung berada dalam kondisi yang secara politik kurang kondusif (politically less peaceful). Pembaca perlu menyimak bagaimana situasi yang terjadi di Semenanjung Korea, demikian pula ketegangan antara Jepang dan Amerika terhadap Tiongkok. Dalam pemaparannya, SBY baru saja kembali dari perjalanan ke Tokyo dan akan mengunjungi Beijing. Kunjungan kenegaraan yang dilakukannya membuat ia memahami bahwa ketegangan di kedua negara tersebut masih terus berlanjut. Memang keadaan sudah lebih membaik, namun dengan intensitas kegentingan yang belum benar-benar hilang di antara kedua bangsa tersebut.
6. Wilayah Cina Selatan, adalah juga area yang sedang berada dalam kondisi politik memanas. 7. Sebagai pelaku dan pengamat politik saat ini, SBY memandang Asia sebagai wilayah yang kuat dari sisi ekonomi, tetapi berada dalam keadaan yang kurang kondusif dan kurang damai secara geopolitik (economically remain strong but geopolitically less peaceful). Atau dengan kata lain, Asia secara keseluruhan adalah wilayah dengan “kedamaian yang menghangat” (warm peace).
Susilo Bambang Yudhoyono
39
Atas dasar hal tersebut, SBY mengamati dan menganalisa secara serius terdapatnya sejumlah isu regional di berbagai wilayah dunia :
a. Kebangkitan Tiongkok Akhir-akhir ini ada banyak orang dan negara berbicara mengenai kebangkitan Cina (The Rise of China). Yang menjadi pertanyaan besar adalah, apakah karena kehadiran Cina di berbagai belahan dunia dapat menunjukkan bahwa negara ini merupakan negara yang bangkit dalam kedamaian atau justru sebaliknya? (rising peacefully or troublesome?)
Sebagai tokoh negara, SBY sangat berharap jika negara ini dapat bertumbuh dalam kedamaian (rise peacefully). Cina pasti bisa menjadi negara yang damai dan penuh cinta (China can be a peace and loving nation). Mengapa harapan ini merupakan hal yang sangat penting? Karena Cina dimaksudkan mampu bergabung bersama semua negara dan bangsa lainnya di dunia untuk bahu membahu mempertahankan stabilitas di wilayah Asia. Pernyataan ini disampaikan secara terbuka oleh SBY dalam konferensi internasional di Beijing, di hadapan para pejabat Cina. Jika negara besar ini mampu menjalankan perannya secara benar, maka kebangkitannya akan mampu membawa dampak positif dan manfaat besar bagi dunia, termasuk Indonesia (the rise of China will bring benefit to world).
b. Kompleksitas Geopolitik Tiongkok, Jepang, Korsel, dan Korut
Belum sirna kecurigaan dunia saat ini mengenai perkembangan Tiongkok (yang mengusung sejumlah pertanyaan apakah akan membawa maslahat atau malah membawa masalah bagi kawasan),ternyata di Tiongkok saat ini tengah terjadi hal politis lainnya. Terdapat kompleksitas geopolitik yang
40
Presidential Lecture Series
berlangsung antara negara Tiongkok, Jepang, Korsel, dan Korut, dimana masalah politik ini berdampak luas dan saling mempengaruhi hubungan negara-negara tersebut. Keadaan ini masih berlangsung sampai hari ini dan belum ada tanda-tanda terjadinya rekonsiliasi yang sehat.
c. Sengketa Laut Tiongkok Selatan
Sengketa Laut Tiongkok Selatan terjadi antara Tiongkok dan Vietnam. Seringkali terjadi ketegangan militer antara kedua negara ini. Hal yang sama berlangsung antara Tiongkok dan Filipina, juga Tiongkok dan Amerika Serikat (menyangkut pembahasan Cina Selatan).
SBY dalam perannya di kancah perundingan internasional seringkali diharapkan menjadi mediator alias penengah mewakili negara Indonesia ketika tersulut ketegangan antar negara. Contoh yang nyata adalah ketika timbul ketegangan antara Vietnam dengan Tiongkok. Saat itu, Hanoi tidak bisa berkomunikasi baik dengan Beijing. Akibatnya, Perdana Menteri Nuan Than Zu menghubungi SBY karena mengharapkan dukungan Indonesia. Hal ini kemudian ditindaklanjuti SBY dengan mengutus Menteri Luar Negeri saat itu, Marty Natalegawa untuk berkomunikasi dengan Beijing sebagai perantara. Peran sebagai mediator yang mengupayakan perdamaian sangat sering dipercayakan kepada Indonesia. Secara prinsip, negara ini memang ingin menjadi bagian dari solusi dan bukan berperan negatif sebagai agitator maupun provokator.
d. Ancaman di Asia Pasifik, Asia Timur, dan Asia Selatan
Kerawanan yang cukup berbahaya adalah jika mengamati peta Asia Pasifik, Asia Timur, dan Asia Selatan. Di area tersebut akan terlihat titik-titik api yang memanas, mulai dari Semenanjung Korea, teritori pulau kecil yang
Susilo Bambang Yudhoyono
41
menjadi bahan sengketa Jepang dan Tiongkok, dan Laut Tiongkok Selatan, yang setiap saat berpotensi terjadinya perang terbuka.
e. Salah Persepsi menjadi Ancaman Berbahaya Dari keseluruhan isu regional di berbagai wilayah dunia ini, SBY menyimpulkan bahwa jika terjadi kesalahan persepsi antara negara satu terhadap negara lainnya akan membawa kepada potensi keadaan yang berbahaya.
Bayangkan jika terjadi salah persepsi antara Vietnam dan Filipina, terhadap Tiongkok dan sebaliknya. Bayangkan jika salah persepsi ini diikuti oleh kesalahan perhitungan, sehingga timbul keputusan “Ayo diserang saja!”. Bayangkan juga jika terjadi keputusan-keputusan sepihak yang membawa dampak yang fatal bagi perdamaian dunia karena tindakan sepihak (unilateralisme). Isu global yang mengancam inilah yang mendorong SBY untuk terus melibatkan diri di dunia internasional melalui berbagai forum di Asia, Asia Pasifik, dan bahkan Amerika (dalam kapasitasnya hari ini bukan sebagai Presiden aktif ). Seruan ini disampaikannya juga dalam sejumlah kuliah umum di luar negeri, misalnya di Indiana Roundtable Discussion, “Jangan mispersepsi, jangan miskalkulasi, dan mengambil sikap unilateralisme, karena cost nya akan terlalu tinggi. Yang menanggung nanti bukan hanya mereka yang berperang tetapi keseluruhan Asia atau bahkan Asia Pasifik” demikian tegasnya.
Salah satu upaya perdamaian dunia yang terus menerus digemakan oleh SBY di berbagai forum internasional dikenal sebagai Geopolitics of Cooperation.
Geopolitics of Cooperation Konsep ini didiskusikan SBY di depan publik yang besar di Singapura, Beijing, Korea, dan Amerika Serikat. Geopolitics itu pada umumnya dimaknai
42
Presidential Lecture Series
berbagai negara sebagai bertempur dan berperang. Namun dalam hal ini SBY menyampaikan pentingnya apa yang disebut sebagai Geopolitics of Cooperation, dalam konsep sebagai berikut : Jika sejumlah negara hanya mengedepankan ketegangan yang berlangsung di antara mereka (baik yang berlangsung di Laut Tiongkok Selatan, Laut Tiongkok Timur, dan Semenanjung Korea), maka pasti akan berujung pada terjadinya perang dan adu perbedaan pendapat. Hal yang sebaliknya dan positif, bisa terlaksana hanya jika setiap negara sadar bahwa mereka harusya bekerjasama, membangun ekonomi yang terintegrasi, melakukan investasi, menggiatkan perdagangan dan penjualan, meningkatkan kerjasama di bidang pariwisata dan pelayanan udara, serta menggarap banyak bidang lainnya. Dengan cara ini, pastilah titik kesepakatan akan dicapai (we need cooperation, we need economic integration, investment, trade, tourism air services and others). Sebagai contoh jika saja Amerika Serikat dan Tiongkok berkenan bekerjasama di bidang investasi dan perdagangan, maka hubungan mereka akan semakin terintegrasi dan terkoneksi secara positif. Selain itu, akan terbentuk salingketergantungan ekonomi antar kedua negara. Kerjasama semacam ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya bentrokan dan apalagi perang terbuka. Kerjasama yang positif akan membuat banyak negara berpikir ulang atas sebuah keputusan perang. Karena mereka semua pasti tidak ingin jika bentrokan terbuka berlangsung, yang justru akan menghancurkan dunia usaha dan aset yang ditanamkan di sejumlah bangsa dan negara dunia. Jadi, dalam kerangka inilah konsep Geopolitics of Cooperation diusulkan untuk diterapkan. Setelah disampaikan gambaran dan fakta dunia di Abad ke-21, serta bagaimana perkembangan global, regional, dan nasional yang terjadi di berbagai belahan dunia, saatnya memandang ke dalam negeri sendiri, yaitu INDONESIA MENUJU 2030.
Susilo Bambang Yudhoyono
43
Bab 4
44
Presidential Lecture Series
Indonesia Menuju 2030
Susilo Bambang Yudhoyono
45
I
ndonesia adalah negara yang tiada henti melakukan transformasi dengan berpegang kepada tonggak-tonggak sejarah yang terus diukir sampai kepada hari ini. Bahkan tahun 1998, Indonesia tidak hanya menyaksikan,
tetapi juga aktif berperan dalam melakukan transformasi yang besar dan mendasar bagi seluruh bangsa.
4.1. Pemahaman Atas Transformasi 1. Transformasi merupakan sebuah peristiwa besar yang mengubah sistem politik Indonesia dari authoritarian menjadi demokrasi. 2. Sebelumnya Indonesia menganut sistem sentralistik. Dengan proses transformasi yang mengubahnya menjadi sistem desentralistik (from centralized system to more decentralized system). 3. Dahulu Indonesia sangat mengandalkan sumber daya alam sebagai orientasi ekonominya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan resiko karena tidak cukup kuat dalam membangun fundamental ekonomi berkelanjutan untuk dapat bertahan dalam jangka panjang. Contoh nyata yang terjadi hari ini, adalah ketika batubara, minyak, sawit, karet, cocoa, terpapar krisis, sehingga ekspor Indonesia pun mengalami penurunan tajam. Terkait keadaan ini, pemerintah harus melakukan penyesuaian struktural atas perekonomian Indonesia. Negara ini harus mulai bergerak menuju industri, pelayanan (service), teknologi, dan ekonomi yang berlandaskan sumber daya manusia (human capital based economy). SBY menilai untuk meraih titik ini, Indonesia masih memerlukan waktu 10 hingga 30 tahun mendatang. Namun sangat relevan untuk berjuang mencapainya, karena jika tidak, maka nasib bangsa ini hanya bersandar pada ketersediaan sumber daya alam, komoditas pertanian, dan tambang saja. 4. Indonesia harus mampu mentransformasi cara pandang yang terbatas ke dalam (inward looking) dan terlalu nasionalis menjadi cara pandang
46
Presidential Lecture Series
yang terbuka ke luar, global, dan berdaya jangkau luas (outward looking with global looking and global outreach). Keterlibatan aktif ke luar ini perlu dilakukan untuk kepentingan Indonesia sendiri dan seluruh rakyatnya. Jangan pernah terbersit pemikiran bahwa tindakan aktif yang akan dilakukan adalah untuk kepentingan pihak dan bangsa lain. Pemikiran yang sangat salah dan tidak berdasar.
Siapapun yang selama ini berjuang dan berdiplomasi mengatasnamakan bangsa Indonesia, semata-mata ditujukan untuk kepentingan rakyat. Di pihak lain, jika Indonesia berpikiran sempit dan menutup diri dengan cara memusuhi semua negara (atas nama nasionalisme), maka negeri ini akan gagal dalam memperoleh peluang-peluang terbaik. Yang terjadi hanyalah timbul ancaman yang membahayakan bangsa.
5. Salah satu poin transformasi Indonesia yang sejak dulu bersifat strategis adalah keamanan. Di masa sebelumnya, Trilogi Pembangunan menjadi prioritas utama, yaitu stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan. Itulah sebabnya arah dan penetapan keamanan (security determination) sangat diperlukan. Hari ini, pendekatan keamanan (security approach) tetap penting untuk dilakukan. Tak ada keraguan atas hal ini. Namun dalam pelaksanaannya perlu disesuaikan kembali. Jika dulu pendekatan dilakukan dengan cara-cara represif, maka hari ini hal tersebut perlu disesuaikan dalam bentuk mekanisme penegakan hukum (law enforcement). Tujuannya tetap sama, supaya Indonesia mempunyai kestabilan dan tatanan politik yang baik (political stability and public order). Karena dengan kedua hal inilah kita bisa membangun perekonomian dan memiliki kehidupan yang tentram. Demikianlah makna transformasi sebenarnya. Proses ini belum selesai, karena terus berlangsung, namun paling tidak negara ini sedang bergerak menuju arah yang benar. Menjadi tugas penting yang harus diemban setiap generasi
Susilo Bambang Yudhoyono
47
Indonesia, Presiden Republik Indonesia, beserta jajaran pemerintahan yang dipimpin olehnya untuk turut berpartisipasi. Proses tranformasi ini masih akan terus berlanjut 30 sampai 40 tahun mendatang. Namun, seraya melanjutkan proses tersebut, Indonesia harus bersiap menghadapi terjadinya perubahan-perubahan yang baru atas bangsa ini. Semoga tidak terjadi perasaan kaget, ketidakberlanjutan, dan krisis. Sayangnya, siapa yang mampu memprediksi dan menjamin hal-hal tersebut tidak akan terjadi dalam dunia yang terus bergerak aktif saat ini? Karena itu mari terus menjalankan proses transformasi sambil bersiap menghadapi peristiwa dan perubahan apapun yang mungkin terjadi.
4.2. Seperti Apakah Indonesia 2030? Pada tahun 2030, Indonesia diharapkan dapat menjadi sebuah negara Emerging Economy. Sebuah terminologi yang memiliki definisi sebagai berikut, Emerging Market Economy is defined as an economy with low to middle per capita income. Such countries constitute approximately 80% of the global population, and represent about 20% of the world’s economies. The term was coined in 1981 by Antoine W. Van Agtmael of the International Finance Corporation of the World Bank. (Emerging market economy didefinisikan sebagai sebuah negara yang kekuatan ekonominya memiliki komposisi 80% terdiri atas masyarakat dengan pertumbuhan pendapatan perkapita pada golongan kelas bawah hingga menengah. Kelompok ini bahkan ditengarai akan menguasai 20% dari total pergerakan ekonomi dunia. Terminologi ini dicetuskan pada tahun 1981 oleh Antoine W. Van Agtmael dari The International Finance Corporation of the World Bank). Berbagai tulisan pengamat ekonomi dan politik dunia menyatakan bahwa Indonesia telah berada dalam kategori negara Emerging Market. Sebuah
48
Presidential Lecture Series
pengakuan yang membanggakan atas potensi pasar Indonesia. Sekalipun demikian SBY merasa bahwa negara ini belum cukup kuat untuk berada dalam posisi tersebut hari ini. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya bangsa ini ingin meraih prestasi yang lebih lengkap lagi, dengan berpegang pada kata kunci utama, yaitu Indonesia ingin menjadi“Strong Emerging Economy and Strong Emerging Market.” Indonesia ingin diakui sebagai negara yang tidak hanya memiliki pertumbuhan baik secara ekonomi, tetapi juga menjadi pasar yang potensial bagi masyarakat dunia. Sebuah pencapaian yang diharapkan dapat diraih pada tahun 2030. Jika telah mencapai posisi tersebut di atas, maka dalam 15 tahun selanjutnya, yaitu tahun 2045, Indonesia harus bertekad untuk menjadi negara yang kuat (strong nation). Hal ini dapat menjadi sebentuk hadiah kemerdekaan dan wujud terima kasih kepada para pendiri Republik Indonesia. Jika disimpulkan yang menjadi harapan Indonesia adalah “From Emerging Economy by 2030 to Strong Nation in 2045.” (Dari negara yang diakui memiliki pertumbuhan ekonomi signifikan di tahun 2030 menjadi negara yang kuat di tahun 2045). Bahkan impian ini masih ditambahkan lagi, yaitu menjadi sebentuk negara maju di akhir abad ke-21 (Developed Country and Gambar 1 Tahapan menjadi negara maju Abad ke-21 2030
EMERGING ECONOMY
2045
STRONG NATION
21st Century
DEVELOPED COUNTRY
Sumber : Materi Presidential Lecture SBY
Susilo Bambang Yudhoyono
49
Developed Nation by the end of 21 century). Memang masih tersedia 85 tahun lagi untuk mencapai impian besar ini, dan jika Indonesia berkemauan kuat, sangat memungkinkan untuk meraihnya.
4.3. Impian dan Tujuan Indonesia 2045 Memandang dan mempersiapkan Indonesia lebih jauh, SBY menyatakan bahwa Indonesia di tahun 2045 perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Indonesia mengharapkan terciptanya demokrasi yang kuat, stabil, dan matang (strong, stable, and more mature democracy). Hari ini, demokrasi kita belum matang, dengan proses konsolidasi demokrasi yang belum rampung. Dalam pengalamannya selama 10 tahun memimpin Indonesia dalam era politik yang gaduh dengan keterbukaan yang meluap-luap, sebagai Presiden, SBY harus bisa bertahan, tidak boleh jatuh, dan tetap melanjutkan pekerjaannya. Suatu hari nanti, penting untuk meraih pencapaian negara Indonesia dengan demokrasi yang matang, berkualitas, kuat, dan stabil. 2. Menjadi negara yang kuat secara menyeluruh dan berkelanjutan lebih daripada sekedar kekuatan ekonomi (strong, sustainable and more just economy). 3. Sebuah bangsa akan mampu membangun kekuatannya sendiri (self generating) sekalipun menghadapi tekanan dari dunia internasional, jika memiliki peradaban yang kuat. Syarat penting untuk membangun peradaban yang kuat adalah terjadinya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Diharapkan pada tahun 2045 nanti, Indonesia telah memiliki peradaban yang maju sebagai jalan bagi pertumbuhan menuju negara maju (developed country) di akhir abad 21.
50
Presidential Lecture Series
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Susilo Bambang Yudhoyono
51
Bab 5
52
Presidential Lecture Series
Cara Mencapai 3 (tiga) Tujuan Indonesia Tahun 2045
Susilo Bambang Yudhoyono
53
S
eperti yang telah dipaparkan dalam bab 4, terdapat 3 (tiga) tujuan bagi tercapainya Indonesia tahun 2045. Dalam bab ini, SBY menguraikan satu persatu pemikirannya disertai langkah untuk mencapainya.
1. Mencapai demokrasi yang kuat, stabil, dan matang (to achieve strong, stable, and more mature democracy) a. Terapkan edukasi dan pembelajaran bagi rakyat jika demokrasi bukan melulu berbicara mengenai pemilihan dan kebebasan semata. b. Perkenalkan kepada rakyat jika demokrasi adalah juga berbicara mengenai : -
Konstitusionalisme (constitutionalism)
-
Etika dan Peraturan (ethics and rule of the game)
-
Aturan Hukum yang berlaku (rule of law)
-
Pemeriksaan dan Keseimbangan (checks and balance)
- Pengimplementasian Kekuasaan (the excercise of power). Dengan menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana kekuasaan diterapkan. Bagaimana cara pemegang kekuasaan menggunakan otoritasnya? Apakah sewenang-wenang? Lalim? Atau sesuai yang seharusnya? Siapa saja pemegang kekuasaan? - Secara prinsip, pemegang kekuasaan di Indonesia saat ini (setelah memasuki era demokrasi multi partai dengan empat kali perubahan konstitusi) bukan hanya Presiden saja. Pemegang kekuasaan dalam hal ini termasuk parlemen, penegak hukum (Mahkamah Konstitusi, Komite Pemberantasan Korupsi), pers, gubernur, bupati, walikota, dan juga otonomi daerah. Mereka semua adalah pemegang kekuasaan yang harus menggunakan otoritasnya secara benar. Karena jika tidak digunakan secara benar, maka demokrasi Indonesialah yang dipertaruhkan. 54
Presidential Lecture Series
-
Suara murni rakyat (true voice of people). Pemimpin harus menyadari jika mendengarkan suara rakyat tidak selalu sama dengan membaca suara yang tertulis di koran, dan sebaliknya. Karena suara yang dimuat di media dan pers belum tentu merupakan suara rakyat.
- Membangun pemerintah yang dapat diandalkan dan anti korupsi (acountability and anti corruption). -
Kerangka peraturan dan stabilitas politik (order & political stability). Sekalipun Indonesia adalah negara demokratis, jangan pernah mengabaikan jika negara ini memerlukan stabilitas disertai kemanan, dan ketertiban publik.
2. Menuju negara kuat menyeluruh dan berkelanjutan, lebih daripada sekedar kekuatan ekonomi (to achieve strong, sustainable and more just economy)
Bagian ini menjadi domain bagi area perbankan, dimana langkah yang harus dipersiapkan adalah : a. Membangun dasar negara yang kuat (make the fundamental strong). b. Meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia sebagai modal utama (promote human capital). c. Mengimplementasikan pengetahuan yang disertai pengembangan sumber daya alam. (implement knowledge and natural resources based development). Kedua hal ini penting untuk digabungkan. Tidak cukup hanya bersandar kepada pembangunan sumber daya alam hayati saja, karena terdapat ancaman atas ketidakberlanjutannya. Keadaan saat ini menjadi contoh yang nyata, dimana Indonesia seolah “terhukum” karena jatuhnya harga komoditas pertanian dan juga pertambangan. d. Menjamin terjadinya pertumbuhan yang berkelanjutan (assure continues growth). Pertumbuhan yang terus menerus adalah sangat
Susilo Bambang Yudhoyono
55
penting, karena hanya dengan terpenuhinya syarat ini, Indonesia dapat mengurangi kemiskinan, membangun infrastruktur, meningkatkan pendidikan dan kesehatan, serta menciptakan lapangan pekerjaan. e. Menjamin terwujudnya, pertumbuhan yang tidak hanya berkelanjutan, namun juga yang berkeadilan (assure sustainable growth with equity). f. Negara harus lebih memikirkan sisi penawaran dan fungsi ekonomi produksi (think of supply side and production function economy). g. Negara menerapkan prinsip keadilan sosial (promote social justice). Sebuah prinsip yang sangat penting untuk diterapkan agar negara selamat, ekonomi bertumbuh, dan lingkungan tidak rusak. h. Selain itu, penting bagi negara di era saat ini untuk memastikan bahwa model ekonomi yang diterapkan dan agenda pembangunan yang dirancang adalah mencakup model pertumbuhan yang peduli kepada pelestarian lingkungan (green grwoth model) guna mencapai kesejahteraan rakyat.
3. Menciptakan masyarakat dengan peradaban maju (to achieve more advance civilization)
Negara yang maju adalah negara yang memikirkan aspek pembentukan dan penciptaan sumber daya manusianya secara menyeluruh dan mempersiapkannya untuk mampu berkompetisi di peradaban modern. a. Pendidikan, pendidikan, pendidikan adalah kunci utama. b. Pembentukan karakter yang baik dan kuat (character building). c. Pembangunan bangsa yang berpikiran rasional dengan kualitas masyarakat yang baik. SBY menyatakan jika karakter bangsa ini masih bercirikan angel (bahasa Jawa) alias keras kepala dan sulit untuk diajak berbicara yang masuk akal, maka harapan untuk bisa maju masih sangat jauh.
56
Presidential Lecture Series
d. Pengembangan bidang ilmu dan pengetahuan teknologi. e. Penciptaan masyarakat yang memiliki sikap taat aturan, hukum, dan norma sosial. Meninjau kebebasan berbicara dan berpendapat yang saat ini mengemuka, semuanya akan berdampak pada anarkisme dan perusakan jika tidak disertai dengan sikap tunduk pada peraturan yang berlaku. f. Penguatan sikap toleransi dan keinginan untuk menciptakan harmoni antar warga negara. Saat ini diakui atau tidak, perihal toleransi dan kerukunan beragama di Indonesia masih terus berproses dan belum tuntas mencapai tujuan. g. Membangun masyarakat yang cinta perdamaian. Memperkenalkan h.
dan
memperluas
sikap
pembentukan
kewarganegaraan yang baik. i. Membangun manusia yang mau memperkuat rasa tanggung jawab dalam segala hal. j. Membangun masyarakat yang saling peduli dan mau berbagi.
Jika ditilik satu persatu langkah untuk membangun masyarakat yang siap memasuki peradaban maju di atas, seolah merupakan isu yang ringan saja. Namun sesungguhnya pembentukan manusia mengemban makna yang sangat penting, karena inilah yang membuat sebuah negara tidak akan pernah jatuh sekalipun diterpa badai dari luar dan dalam negeri. Mengapa bisa kuat? Karena dengan cara-cara ini negara membentuk kumpulan masyarakat yang mampu membangun dirinya sendiri sehingga mampu membangun bangsanya (self generating society and self developing nation). Ini adalah impian kita bersama.
Susilo Bambang Yudhoyono
57
Bab 6
58
Presidential Lecture Series
Kembali Kepada Perencanaan Indonesia Tahun 2030
Susilo Bambang Yudhoyono
59
S
BY dalam analisanya mengajukan sejumlah prasyarat dan asumsi dasar agar Indonesia dapat bergerak menuju Emerging Economy di tahun 2030. Sebuah keadaan yang akan dihadapi dalam waktu cukup singkat,
yaitu dalam 15 tahun mendatang.
6.1. Dua Asumsi Dasar dan Satu Prasyarat
Asumsi Dasar :
1. Jika tidak ada krisis besar yang menghadang Indonesia. 2. Tidak terjadi perubahan yang dramatik dan mendasar dalam fundamental politik. SBY menekankan untuk tidak mengubah dasar politik Indonesia dan tidak bergerak mundur. Sikap terlalu nasionalis yang sempat disinggung di awal tulisan ini diharapkan jangan sampai terjadi, karena akan membuat Indonesia tidak memperoleh manfaat berharga apapun dalam hubungannya dengan berbagai negara.
Prasyarat :
3. Pemimpin Indonesia di semua bagian dan level (bukan hanya Presiden, MPR, DPR, tetapi juga Gubernur BI, pemimpin daerah, termasuk pemerintahan) harus bekerja lebih keras. Dengan pemenuhan atas ketiga hal ini, dan atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa, Indonesia akan mampu mencapai kejayaannya sebagai Emerging Economy di tahun 2030.
6.2. Potret Indonesia 2030 (Mc Kenzie) 1. Indonesia akan menjadi ekonomi besar dunia (pada posisi No. 10). 2. Terdapat potensi 135 juta kelas konsumsi (consuming class) yang terus bertumbuh. Bayangkan, 3 tahun yang lalu komposisi kelas masyarakat
60
Presidential Lecture Series
ini hanya berjumlah 55 juta, hari ini berjumlah 65juta, dan di tahun 2030 diramalkan akan mengalami perkembangan pesat hingga menyentuh angka 135 juta orang. Mereka menjadi kelompok dengan permintaan yang tinggi atas makanan, energi, dan air (food, energy, and water). 3. Pasar domestik Indonesia semakin menguat. 4. Tersedianya peluang pasar yang besar (big market opportunities). Diperkirakan terdapat kebutuhan sejumlah US$ 1.8 Trilyun untuk pemenuhan sejumlah sektor, yaitu energi, infrastruktur, dan pelayanan. 5. Pengembangan infrastruktur membutuhkan pendanaan yang mencapai lebih dari US$600 Milyar. Di dalam rencana pembangunannya, Indonesia memerlukan lebih banyak lagi dukungan sarana dan prasarana. Kebutuhan atas hal ini telah dihitung bersama antara Pemerintah, Bank Indonesia, BUMN, Gubernur, dan Sektor Swasta. Diperoleh angka bahwa sampai tahun 2025 anggaran yang diperlukan mencapai minimal US$500 Milyar yang bukan hanya dipergunakan untuk pembiayaan infrastruktur, tetapi juga konektivitas. Ini adalah potret Indonesia. Jika kedua asumsi tidak terjadi dan prasyarat terpenuhi, maka inilah yang disebut sebagai VISI INDONESIA. Akan menjadi negara macam apakah Indonesia? What we want to be? Indonesia akan menjadi seperti apa di tahun 2030 menjadi visi yang besar. Negara dengan 250 juta penduduk, member of The G21, the biggest economy in ASEAN. Penduduk Indonesia harus menetapkan visi dan membayangkan tahun 2030 adalah potret ideal negara ini. Perlu dilakukan sesuatu untuk menuju ke sana.
Susilo Bambang Yudhoyono
61
Bab 7
62
Presidential Lecture Series
Peluang di Indonesia 2030
Susilo Bambang Yudhoyono
63
J
ika Indonesia 2030 adalah apa yang kita tuju, maka pasti ada tantangan dan sekaligus peluang. Berbicara mengenai peluang Indonesia tahun 2030, mari membayangkan betapa menjanjikannya harapan tersebut
dengan jumlah penduduk mencapai 305 juta jiwa (berdasarkan perkiraan sensus penduduk).
7.1. Peluang (opportunity) Untuk Mencapai Indonesia 2030 1. Profil pertumbuhan permintaan atas makanan, energi, dan air (growth in demand for food, energy, and water) akan meningkat signifikan seiring dengan prediksi pertambahan jumlah penduduk Indonesia. 2. Peningkatan konsumsi atas barang dan jasa (increase consumption in goods and service). Dasar asumsinya bukan hanya karena jumlah penduduk yang akan mencapai 305 juta jiwa dan layak diperhitungkan, tapi terlebih karena terdapat 135 juta konsumen kelas menengah yang bersedia berbelanja lebih banyak dan membayar lebih besar. Oleh karena itu, negara harus mempersiapkan produksinya dan menyediakan layanan jasa yang terbaik. Penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan penawaran (supply) untuk menjawab permintaan (demand) tersebut. 3. Peningkatan dan pemutakhiran infrastruktur secara besar-besaran (massive infrastructure upgrade). 4. Bidang telekomunikasi, teknologi informasi, dan transportasi yang terbuka luas dan terus berkembang. 5. Asuransi, pendidikan, dan layanan keuangan (termasuk perbankan) yang terus bertumbuh . Keseluruhan daftar tersebut adalah daftar peluang yang sangat potensial dan terbuka bagi negara, pemerintah, propinsi, kabupaten dan kota, BUMN, sektor swasta, dan mitra Indonesia yang berasal dari berbagai negara. Kesempatan ini akan bermanfaat jika mereka memang memahami dan mau
64
Presidential Lecture Series
memanfaatkan peluang yang baik ini. Jika tidak, maka peluang ini akan hilang dengan sendirinya,. Jika terlambat memanfaatkannya, maka menjadi tugas bersama untuk mengupayakan pencapaian peluang tersebut. Untuk diingat bahwa kesempatan ini berlaku terbatas hanya dalam kurun 15 tahun mendatang. Apabila tersedia peluang, maka tantangan selalu menjadi mata uang yang berkebalikan dengannya. Terdapat banyak sekali tantangan, namun SBY mempersingkat dan mengelompokkannya menjadi : 1. Tantangan bagi Pemerintah 2. Tantangan bagi Komunitas Bisnis Khusus untuk Bank Indonesia, kedua kakinya harus berada di dua wilayah / domain yang berbeda, dengan tetap memiliki interkoneksi. Di satu sisi Bank Indonesia menjadi lembaga yang bekerjasama dengan pemerintah, dan di sisi lain Bank Indonesia harus berhubungan dengan dunia usaha.
7.2. Tantangan (challenges) Bagi Pemerintah Untuk mencapai Indonesia 2030, pemerintah diharapkan mampu memenuhi dan menjawab sejumlah tantangan berikut ini. 1. Memperbaiki iklim usaha. 2. Menetapkan kebijakan dan aturan yang tepat. 3. Memperkuat kerangka dan kepastian hukum. Jika hukum tetap carut marut tanpa kepastian dan tidak ada tempat bagi kerangka hukum, maka dapat dipastikan jika investor asing akan merasa ragu-ragu dengan sistem hukum di Indonesia, yang pada akhirnya membuat mereka tidak tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. 4. Menyusun kebijakan perpajakan yang tepat. Pertimbangannya cukup jelas, menjadi tidak adil jika masyarakat dan dunia usaha tidak dikenakan
Susilo Bambang Yudhoyono
65
pajak usaha. Namun, jika mereka dibebankan pajak yang berlebihan, maka usaha akan mati. Pajak harus ditetapkan tepat dan sesuai. Ketetapan pajak harus memberikan manfaat bagi negara, bagi bisnis, dan bagi pembayar pajak itu sendiri (good for the country, good for business, and good for tax payer itself). 5. Membuka investasi untuk infrastruktur. Pemerintah harus dapat memfasilitasi dan memberikan ruang untuk kesempatan ini. 6. Memelihara ketertiban sosial dan keamanan publik. SBY menilai bahwa nampaknya 10 tahun terakhir stabilitas sosial berlangsung baik dan keteraturan publik terjaga. Gangguan yang terjadi diperkirakan hanya bersifat sporadik. Secara umum, pada level nasional ketertiban dan keamanan cukup stabil. Hal ini yang menjadi tantangan bagi pemerintahan yang baru di bawah Presiden Jokowi. 7. Menjaga stabilitas politik. Secara umum, iklim politik saat ini dapat dirasakan teduh dan damai dibandingkan periode kepresidenan sebelumnya. Tidak terjadi upaya untuk menghalangi Presiden Indonesia dalam bertindak melakukan sesuatu dan mengambil keputusan. Semua dlam kondisi baik dan kondusif. 8. Mengupayakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), birokrasi yang efisien, dan pemberantasan korupsi yang efektif. Rakyat dapat mengikuti berbagai tahapan dan isu nasional yang ada saat ini, misalnya proses revisi UU KPK, dan lain-lain. Yang terpenting adalah sistem yang dipilih Indonesia harus tepat. KPK memiliki otoritas untuk menjalankan tugasnya dengan baik, dan ketika diberikan otoritas, maka jalankan juga amanah tersebut dengan sebenar-benarnya. Undang-Undang dibuat dan disusun oleh negara sendiri, sehingga perlu ditekankan bahwa motivasi awal dari setiap pelaksanaan tugas adalah kejujuran, disertai dengan tujuan yang baik, bagi rakyat dan bukan hanya bagi orang perseorangan.
66
Presidential Lecture Series
Menjaga agar peraturan daerah tidak tumpang tindih. Terdapat ratusan peraturan daerah yang bertabrakan dengan Undang-Undang, yang pada akhirnya seringkali keadaan ini menjadi tidak kondusif bagi iklim investasi.
7.3. Tantangan (challenges) Bagi Pelaku Bisnis Para pelaku bisnis beserta komunitas bisnis adalah pihak yang akan turut berperan membawa Indonesia menuju cita-cita Emerging Economy di tahun 2030. Terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi secara bijaksana, diantaranya yaitu : 1. Kemampuan untuk melihat peluang (opportunity) yang ada. 2. Keberanian untuk mengambil resiko. Jangan pernah menunggu hingga segala sesuatu kelihatan sempurna terlebih dahulu di Indonesia. Sebagai negarawan, SBY selalu berkesempatan berbicara di berbagai forum internasional. Sejumlah investor di luar negeri sering mempertanyakan dan menuntut Indonesia agar serba rapi dan teratur. SBY kurang menyetujui hal ini, karena di berbagai negara lain seperti India, Tiongkok, dan banyak lagi masih terdapat ketidakteraturan. Mengapa Indonesia dituntut serba rapi dan serba cepat? Saran terbaik adalah, mari semua bersama-sama tanpa perlu menunggu sampai segala sesuatu sempurna, karena terbukti tanpa kondisi yang tidak sempurnapun tetap saja ada banyak dunia usaha yang sukses dan maju di Indonesia. 3. Mari belajar dari banyak perusahaan yang berhasil di negara ini, termasuk juga dari mereka yang mengalami kegagalan. 4. Mengimplementasikan green growth Sebuah konsep yang menganut bahwa keuntungan bisnis jangka panjang dengan memperhatikan pelestarian lingkungan akan jauh lebih bernilai daripada keuntungan yang bersifat jangka pendek yang diperoleh lewat perusakan lingkungan.
Susilo Bambang Yudhoyono
67
Dunia usaha perlu memiliki cara pandang jangka panjang yang lebih bernilai tinggi (long term value), lebih tahan lama dan terus bertumbuh sebab tidak menjadi sasaran audit dunia. Bandingkan dengan keuntungan jangka pendek yang berdampak pada perusakan lingkungan.
Dunia dalam 10-20 tahun yang akan datang akan berkembang ke arah yang berbeda. Sangat mungkin terjadi audit keras atas barang dan jasa yang ditengarai mengabaikan lingkungan, merusak keadaan iklim, dan memperburuk pemanasan global.
5. Jangan pernah membudayakan tindakan suap untuk memperoleh jalan pintas (don’t tolerate unethical short-cuts).
68
Presidential Lecture Series
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Susilo Bambang Yudhoyono
69
Bab 8
70
Presidential Lecture Series
Sektor Bisnis yang Menjanjikan di Tahun 2030
Susilo Bambang Yudhoyono
71
T
ulisan ini sudah membahas empat dari lima hal penting terkait masa depan Indonesia di 2030, mencakup ; 1) Gambaran dunia abad ke-21, 2) Perkembangan global, regional, dan nasional, 3) Menuju Indonesia
2030, 4) Peluang dan tantangan yang dihadapi oleh negara, pemerintah, dan dunia usaha. Sebelum memasuki poin terakhir dari lima hal penting tersebut, pemerintah dan para pelaku bisnis perlu memahami sektor bisnis apa saja yang potensial dan menjanjikan di tahun 2030 yang akan datang.
8.1. Empat Sektor Bisnis Yang Menjanjikan 1. Infrastruktur 2. Bisnis energi terkait 3. Bisnis pangan terkait 4. Sektor perbankan
8.2. Pertanyaan Penguji Atas setiap asumsi yang dinyatakan sebelumnya, terbersit sejumlah pertanyaan penguji yang perlu diajukan untuk semakin menguatkan keyakinan pemerintah dan rakyat atas masa depan Indonesia. 1. Mengapa kita bisa sedemikian yakin bahwa ekonomi Indonesia akan makin kuat di tahun 2030 - dengan catatan jika tidak ada krisis besar dan perubahan dramatik di dalam negeri (no new crisis & shocks). Kemudian kita pun bertambah yakin jika di tahun 2045 akan menjadi negara yang kuat (strong nation) - dengan catatan jika semua berlangsung baik? 2. Apakah benar lingkungan regional di Asia, memiliki lingkungan (environment) yang berpengaruh positif?
72
Presidential Lecture Series
Pertanyaan tersebut sering sekali muncul dan perlu diuji. Mengapa Indonesia dapat begitu yakin menjawab kedua pertanyaan tersebut di atas? -
Prediksi atas ekonomi Asia dinyatakan positif dan akan terus berkembang. Memang dalam dua tahun terakhir ini ada banyak pihak, termasuk Bank Indonesia sudah mengikuti pandangan IMF dan World Bank, yang menilai bahwa tahun ini merupakan tahun kelabu, terutama bagi Emerging Market dan Emerging Economy. Hal ini diperkirakan karena adanya tekanan harga komoditas, penguatan nilai Dollar, ketidakstabilan finansial, yang disertai sejumlah isu lainnya. Secara umum analisa mereka menyatakan bahwa negara maju kurang lebih dinyatakan baik, karena terdapat faktor pertumbuhan Cina (China factors). Berita gembiranya adalah diprediksikan bahwa di tahun 2016-2017 keadaan akan kembali membaik.
- Meskipun di tiga tahun terakhir ini ada biaya yang harus dibayar oleh pemerintah Indonesia atas keadaan ini, namun jika saatnya tiba dan semua kembali ke keadaan normal, maka prediksi inilah yang akan berlaku, yaitu ekonomi Asia akan terus berkembang.
8.3. Prediksi : Mengapa Ekonomi Asia Akan Terus Berkembang? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan menimbulkan keyakinan yang semakin positif, yaitu : 1. Surplus demografi kaum usia muda (surplus of youthful demographics). 2. Ketersediaan sumber daya alam yang kaya (rich natural resources). 3. Bangkitnya kelas menengah (rising middle class). 4. Sumber teknologi dan inovasi (hotbed of technological innovations). 5. Kepedulian atas lingkungan hidup (environmental awareness). 6. Ambisi masyarakat untuk meningkatkan standar hidup (people’s ambitions to raise living standard).
Susilo Bambang Yudhoyono
73
Berdasarkan sejumlah prediksi yang positif tersebut SBY menyajikan sejumlah bukti yang terjadi di negara ini : Pendapatan perkapita Indonesia di tahun 2013 sebelum meningkatnya nilai tukar Dollar berada di kisaran USD 4000. Dalam jangka 10 tahun, Indonesia mampu menaikkan sebesar USD 1100 dari posisi awal. Namun demikian, karena pendapatan perkapita tersebut masih berada di bawah USD 5000, Indonesia menetapkan niat untuk dapat meningkatkannya hingga mencapai USD 10.000, dan bahkan USD 15.000. Ada sebentuk tekad yang sama dari sejumlah negara di Asia untuk berjuang meningkatkan pendapatan perkapitanya. Di dalam teori pembangunan, hal ini dinilai sebagai salah satu faktor lingkungan yang sangat baik dan berpengaruh dalam menentukan keberhasilan. Tekad untuk mengejar ketertinggalan dari negara Eropa dan negara Amerika ini juga dimiliki oleh sejumlah negara Asia lainnya. Pada akhirnya, sampailah tulisan ini pada bagian ke-lima dari lima hal penting terkait masa depan Indonesia di tahun 2030, yaitu langkah imperatif.
74
Presidential Lecture Series
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Susilo Bambang Yudhoyono
75
Bab 9
76
Presidential Lecture Series
Langkah Imperatif: Menuju Negara Maju Abad 21
Susilo Bambang Yudhoyono
77
L
angkah Imperatif memiliki makna ; Apa yang seharusnya kita lakukan? Apa yang kita harapkan dapat terus berjalan di negeri ini?
9.1. Langkah Imperatif 1. Transformasi harus berhasil. Proses transformasi ini masih akan terus berlangsung hingga 30-40 tahun ke depan. Pemerintah maupun warga negaranya harus meyakinkan terwujudnya keberhasilan proses ini.
2. Persatuan dan kerja keras adalah prasyarat. Jangan pernah mengijinkan bangsa ini tercerai berai. Dalam keadaan apapun, persatuan (united) harus dikedepankan, bukan semakin terpecah belah (devided). Di atas semua itu, kerja keras (hard work) adalah prasyarat. 3. Kepemimpinan yang visioner, cakap, dan kuat. 4. Bangun kemajuan yang seimbang antara stabilitas politik dan demokrasi pada satu sisi, ekonomi dan kesejahteraan rakyat pada sisi yang lain, hukum dan keadilan pada sisi lainnya, pertahanan dan keamanan nasional, serta kerjasama internasional yang menguntungkan di sisi yang lain pula. Keseluruhan hal tersebut harus seimbang bagi negeri ini, sehingga visi menuju ke Emerging Economy 2030, Strong Nation 2045, dan Developed Country in 21st Century dapat terealisasi. 5. Selesaikan pekerjaan rumah pasca kemerdekaan. Sesungguhnya, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah setelah kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Daftarnya masih panjang dan memerlukan pertemuan tersendiri untuk membahasnya.
Jika dalam pengantar Kuliah Umum ini masih terbersit sejumlah pertanyaan : “Apa yang akan dihadapi oleh bangsa ini?” “Isu-isu besar apa?”
78
Presidential Lecture Series
“Tantangan apa saja yang ada di depan?” “Pekerjaan rumah apa yang masih harus diselesaikan?”
Satu hal yang menjadi harapan SBY adalah agar sejumlah pemikiran yang disajikan dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin bangsa. Agar setiap mereka dapat terlibat mengambil bagian dalam mencapai dan mewujudkan visi dan misi bangsa ini.
9.2. Pemikiran Akhir Menuju Indonesia Yang Lebih Baik 1. Persatuan dan kesatuan dalam harmoni sosial (Unity & Social Harmony). Dalam poin ini, kerukunan sosial di Indonesia masih perlu terus ditingkatkan. 2. Stabilitas politik (political stability). 3. Demokrasi dan keterbukaan (democracy & openess). Pada bagian ini SBY menyimpan catatan mengenai kebebasan untuk mengemukakan pendapat melalui sosial media, dimana sesungguhnya setiap orang berhak melakukannya termasuk beliau sebagai mantan Presiden. 4. Keamanan, hukum, dan peraturan (security, law & order). 5. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi (economic growth & development). 6. Kesetaraan, keadilan sosial, dan pengurangan kemiskinan (equality, social justice & poverty reduction). 7. Tata laksana pemerintahan yang baik dan pengentasan korupsi (good governance & corruption eradication). Jika Indonesia bertekad untuk kuat untuk melakukan pemberantasan korupsi, maka yang harus diupayakan adalah pencegahannya. Sedangkan penuntasan masalah korupsi harus
Susilo Bambang Yudhoyono
79
dilakukan secara adil dan tidak tebang pilih. Dengan cara ini, akan terlihat hasil nyata bagi bangsa ini. 8. Perlindungan atas lingkungan hidup (environmental protection). 9. Pemberdayaan dan pembangunan daerah (empowerment & regional development). 10. Kemitraan global dan kerjasama (global partnership & cooperation).
Jika ke-10 hal ini dapat dikelola dengan baik, maka akan menjadi faktor yang memperkuat bangsa Indonesia dalam mencapai impiannya pada 15 tahun sampai dengan 30 tahun ke depan.
80
Presidential Lecture Series
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Susilo Bambang Yudhoyono
81
Bab 10
82
Presidential Lecture Series
Kepemimpinan (Leadership) Yang Sesuai Bagi Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono
83
S
alah satu pertanyaan yang penting untuk diajukan adalah “Seperti apakah kepemimpinan yang cocok di era saat ini?”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, SBY kemudian memberikan pandangan pribadinya :
1. Pemimpin itu harus memiliki Be, Know, Do
Be : Pemimpin harus memiliki karakter, nilai, kemampuan, dan pengetahuan yang memadai. Dia harus tepat dan layak disebut sebagai pemimpin (to be a Leader).
Know : Pemimpin harus memiliki pemahaman, dimulai dari tugas pokok yang ada di level bawah sampai ke level strategis. Mengambil contoh di Bank Indonesia, para pemimpinnya perlu memiliki pemahaman mengenai kebijakan ekonomi, situasi regional, dan peluang / ancaman. Pemimpin pada tingkat nasional harus memiliki pemahaman atas UUD, UU, perkembangan regional dan global, mengerti sistem, memahami managemen, menjalankan kepemimpinan (leadership), menguasai ekonomi, politik, sosial, keamanan, penegakan hukum, hubungan internasional, dan lain sebagainya. Pemimpin harus punya pemahaman dan pengetahuan yang sesuai dengan peringkat tugas tanggung jawabnya.
Do : Setelah pemimpin memiliki karakter dan pengetahuan.
Kemudian dia Do it : membuat keputusan, bertindak, bertanggungjawab, dan tidak menyalahkan orang lain.
Secara prinsip, teori Be, Know, Do ini valid untuk kepemimpinan di bidang apapun.
84
Presidential Lecture Series
2. Pemimpin itu harus berkemampuan dan antisipatif Kondisi dunia dan negara kita saat ini sangat kompleks, dipenuhi ketidakpastian dan berbagai hal yang tidak dapat diduga pada tingkat yang luar biasa. Pemimpin yang memiliki pemahaman atas dunia, negara, dan masyarakat yang sedemikian rumit ini, harus juga menjadi pemimpin yang punya kemampuan dan antisipatif terhadap segala keadaan.
Pemimpin bukanlah sosok yang akan menunggu hingga negara-negara lain bertumbangan akibat krisis ekonomi, baru kemudian mengambil ancang-ancang mengenai kebijakan ekonomi apa yang harus ditetapkan sebagai respon. Tentunya, hal tersebut sangat terlambat.
Pemimpin seharusnya adaptif dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan. Pemimpin tidak seharusnya berharap bahwa keadaan akan sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, pemimpin juga seharusnya merupakan sosok yang inovatif, yang mampu hadir dengan solusi yang baru.
Sikap kepemimpinan Bank Indonesia yang paling tepat tentunya perlu didefinisikan sendiri oleh para pemimpin Bank Indonesia. Secara prinsip
hanya
perlu
menyesuaikan
dengan
pemikiran-pemikiran
yang telah dipaparkan sebelumnya, mampu mengaplikasikan, dan mengimplementasikannya sesuai dengan kebutuhan internal Bank
Susilo Bambang Yudhoyono
85
Bab 11
86
Presidential Lecture Series
Kesimpulan
Susilo Bambang Yudhoyono
87
SBY secara singkat menyimpulkan kuliah umumnya sebagai berikut :
“Pada tahun 2030, Insya Allah Indonesia akan menjadi Emerging Economy”
S
ebagai Presiden Indonesia untuk dua periode, mulai tahun 20042014, beliau optimis akan tercapainya harapan ini, namun dengan menekankan 2 (dua) catatan penting :
1. Negeri ini akan mencapai cita-citanya, selama tidak salah urus (mismanagement) sampai dengan 15 tahun mendatang. Karena jika terjadi kesalahan urus di titik manapun, mulai dari pusat hingga daerah, maka dikhawatirkan apa yang menjadi harapan bersama tidak akan tercapai, yaitu “Emerging Economy tahun 2030.” 2. Siapapun yang memimpin Indonesia pada 15 tahun mendatang, harapan yang utama adalah : Pemimpin Indonesia di masa depan haruslah merupakan pribadi yang punya sikap tegas, visioner, memiliki pandangan jauh ke depan, menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi (bukan diktator atau autoritarian). Pemimpin tersebut juga harus memiliki kapabilitas yang adaptif, inovatif, dan mampu melakukan sesuatu di tengah situasi dunia saat ini yang penuh dengan ketidakpastian, ketidakamanan, dan kompleksitas.
88
Presidential Lecture Series
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Susilo Bambang Yudhoyono
89
Bab 12
90
Presidential Lecture Series
Diskusi dan Tanya Jawab
Susilo Bambang Yudhoyono
91
F
orum diskusi dan tanya jawab dengan SBY ini dilakukan setelah materi kuliah umum selesai disajikan. Setiap pertanyaan dikutip secara langsung dari para penanya disertai jawaban yang juga disampaikan
secara langsung oleh SBY sebagai nara sumber.
PERTANYAAN 1 : Selama periode pemerintahan Bapak sebagai Presiden pada periode 20042009 dan 2009-2014, suasana dan iklim politik dapat dikendalikan dengan cukup arif, beretika, dan penuh kesantunan. Sehingga hal itu sangat kondusif dalam menjaga proses pembangunan di Indonesia. Meskipun tadi disampaikan bahwa terkadang publik mempersepsikan cukup hati-hati dan terkesan ada keraguan, namun saya sangat yakin itulah cara Bapak dalam bertindak untuk membuktikan bahwa memimpin itu adalah berkorban untuk tujuan yang mulia. Berkaitan dengan hal tersebut, mohon pandangan Bapak untuk Bank Indonesia, sebagai lembaga negara yang independen di luar sistem pemerintah, terkadang cukup bersinggungan secara kurang pantas dengan hal-hal politis. Bagaimana pandangan Bapak mengenai hal itu supaya Bank Indonesia cukup bisa bersinergi dalam rangka mencapai target Indonesia 2030?
JAWABAN 1 : Jawaban yang diberikan berdasarkan 1) Pemahaman SBY terkait management kepemimpinan, decision making process, dan bagaimana mengelola kehidupan bernegara, serta menjalankan pemerintahan. Jawaban yang diberikan diharapkan dapat berlaku universal dan ditarik berdasarkan pengalaman. 2) Peran Indonesia di satu sisi dalam mencegah perubahan iklim dan pemanasan global, namun tanpa mengabaikan kepentingan nasionalnya di sisi lain.
92
Presidential Lecture Series
Hubungan antara Bank Indonesia dan Pemerintah. Di negara manapun juga perbedaan cara pandang (policy responses) bisa saja terjadi dan tidak dapat dihindari. Namun tetap dengan tujuan memperoleh Economic Policy Mixed antara Fiskal dan Monetary Policy. Perbedaan akan selalu ada. Jadi jika pandangan Bank Indonesia kadang tidak sama dengan pandangan Pemerintah dalam hal ini diperankan oleh Menteri Keuangan maupun OJK, maka tidak perlu berkecil hati. Yang terpenting adalah ketika terjadi perbedaan pandangan, setiap pihak selalu bersedia untuk mendengar guna memperoleh jalan keluar dan solusi yang terbaik dari permasalahan yang ada (best possible solution). Jadi pada masa pemerintahan SBY sebagai kepala negara, beliau harus bermitra dengan para pimpinan Bank Indonesia, mulai dari Pak Burhanudin Abdullah, Pak Budiono, Pak Agus Martowardojo, dan Pak Darmin Nasution. Dalam setiap diskusi Sidang Paripurna, beliau selalu menghadirkan Gubernur BI. Dalam kesempatan inilah Presiden mengharapkan terjadinya sinkronisasi sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter. Hampir selalu Presiden menunjuk Bank Indonesia mempresentasikan apa yang terjadi dalam ekonomi dunia, demikian pula hal yang sama ditujukan kepada Menteri Keuangan. Jadi, jika kembali ke poin pertanyaan, dalam situasi apapun, setiap pihak diharapkan dapat saling mendengarkan masukan, mengaitkannya dengan situasi yang dihadapi, dan mempertimbangkan semuanya bagi kepentingan Indonesia. Selain itu, penting untuk memperhitungkan dampak jangka pendek, jangka panjang, dan lain-lain. Dengan cara ini pasti akan diperoleh kompromi dan konsensus bersama yang dapat dituangkan dalam bentuk kebijakan.
Susilo Bambang Yudhoyono
93
PERTANYAAN 2 : Alhamdulilah pada 29 September 2015 SBY dikukuhkan sebagai Presiden Global Goes Green Institute yang bermarkas di Seoul. Tentunya Bapak terlibat di sana juga mewakili Indonesia dalam konstelasi antar negara maju dengan negara lainnya. Bagaimana Bapak memposisikan diri karena Indonesia sebagai paru-paru dunia, juga masih membutuhkan sumber daya bagi pembangunan domestik. Di sisi lain Indonesia perlu memiliki daya tawar dengan negara maju, bahwa meskipun kita diminta untuk menjaga hutan namun juga ada daya tawar di sana yang akan memberikan manfaat bagi Indonesia.
JAWABAN 2 : Indonesia dikaitkan dengan dunia dalam rangka keterlibatannya dalam perubahan iklim dan pemanasan global (climate change dan global warming). Dalam 10 tahun masa pemerintahan SBY, beliau memiliki 2 (dua) perjuangan yang disebut juga sebagai dua tutup kepala. Di satu sisi memperjuangkan kepentingan Indonesia - dalam konteks bahwa Indonesia harus menjaga kelestarian lingkungan dan peduli terhadap pemanasan global. Tetapi di sisi lain, Indonesia juga punya tugas besar untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan melindungi saudara-saudara yang masih bersentuhan dengan hutang, dan juga sensitif terhadap perubahan iklim. Dalam hal ini, mengingat kepentingan nasional di atas segalanya, maka sebagai seorang Presiden, beliau bersama para menteri berusaha memperjuangkan kepentingan global terkait global warming, tanpa mengabaikan kepentingan nasional Indonesia dalam hal pembangunan, mengentaskan kemiskinan, dan mencari solusi bagi saudara kita yang sejak nenek moyangnya memang bersandar pada cocok tanam memanfaatkan
94
Presidential Lecture Series
hutan (yang dianggap oleh dunia sebagai merusak hutan sebagai paru-paru dunia). SBY yakin bahwa selalu ada solusi terbaik. Solusi tersebut adalah: Indonesia mengeluarkan anggaran sendiri namun dengan dukungan kepedulian sejumlah negara dunia lewat pembagian beban secara keuangan (financial sharing). Hal ini dianggap oleh dunia sebagai perjuangan bersama karena mereka memiliki kepentingan atas Indonesia yang turut berperan menjaga paru-paru dunia. Hutan di berbagai belahan dunia telah habis ditebangi dan yang tersisa hanyalah hutan Kalimantan, hutan Amazon, dan Kongo. Berbagai negara mengharapkan dunia dengan paru-paru yang bersih, pengurangan emisi menuju ke 41%, dll, sehingga mereka bersedia berkontribusi dalam menjaga kelestarian hutan Indonesia. Langkah ini masih valid hingga hari ini. Diharapkan pemerintah saat ini dapat memperjuangkan langkah tersebut ketika bertemu mitra di dunia. Indonesia pada satu sisi tetap mempertahankan langkah-langkah untuk menjaga hutan dan di sisi lain sekaligus juga mengatasi kesulitan saudara sebangsa dengan meningkatkan kesejahteraan mereka. Jadi, dapat dilakukan take and give yang harus diperjuangkan hingga saat ini.
PERTANYAAN 3 : Terkait pengambilan keputusan. Saat ini kemampuan pengambilan keputusan yang tepat akan sangat bermanfaat untuk menjadikan Indonesia negara berkembang yang kuat. Permasalahannya, di dalam pengambilan kebijakan saat ini, paling tidak terlihat adanya “Trilema”, dimana dalam konteks ekonomi yang semakin kompleks dengan informasi yang terbatas yang dimiliki oleh Pembuat Keputusan, maka mereka akan diperhadapkan kepada 3 (tiga) keadaan : 1). Harus mengambil keputusan yang tepat. 2). Resiko yang ada harus terukur. 3). Harus menjaga stabilitas. Ketiga faktor ini sangat penting
Susilo Bambang Yudhoyono
95
untuk dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan ekonomi. Bagaimana mencari titik yang paling optimal dari ketiga pilihan tersebut?
JAWABAN 3 : Selama ini banyak yang salah mengerti mengenai apa yang dihadapi oleh SBY dalam proses pengambilan keputusan. Sebagian yang hadir dalam forum Bank Indonesia telah bersama SBY selama 5-10 tahun. Sering terdengar informasi bahwa menjelang pemilihan presiden, SBY lambat dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini, beliau mencoba menahan diri. Secara prinsip, tidak pernah ada satu isu pun yang tidak dilakukan pengambilan keputusan atasnya. Tidak ada sesuatu yang memang sengaja ditunda. Jika keputusannya bisa real time dan diperlukan dalam satu hari, bahkan melalui telepon pun, beliau selalu berusaha melakukannya. SBY sering harus membuat keputusan sesuai waktu dan ditetapkan sesuai dengan kompleksitas isu yang ada. Sekali lagi tidak pernah ada satu tindakan pun yang terlewat untuk diputuskan. Bagi seorang pemimpin, yang terpenting adalah hasilnya, seperti persoalan ekonomi, dan lain-lain. Bukan show off bekerja tanpa hasil yang diperlihatkan. Proses adalah penting, tetapi hasil (result) lebih penting lagi. Jadi, bukan gaya kepemimpinannya yang terpenting, tetapi hasil akhir dari keputusan yang dapat dicapai oleh seorang pemimpin lebih penting lagi. Terminologi cepat dapat dipahami sebagai sebuah keputusan yang harus ditetapkan sekarang juga. Hal yang penting karena dalam satu jam sekalipun bisa terjadi perubahan besar. Misalnya, dalam krisis keuangan dengan terdapatnya tiga bank yang diprediksikan akan gagal, maka jika tidak segera diambil keputusan akan mengarah kepada krisis sistemik perbankan (systemic banking crisis). Karena itulah sejumlah pengambil keputusan perlu segera duduk bersama mulai dari : Gubernur BI, Menteri Keuangan, Pimpinan OJK, dimana semua harus menentukan keputusan pada saat itu juga. Kecepatan
96
Presidential Lecture Series
diperlukan, karena kalau ditunda, maka ceritanya akan berubah. Namun sekalipun prosesnya cepat, kebenaran atas solusi perlu tetap diperhitungkan. Perhitungan resiko harus selalu ada dengan tujuan untuk mengatasi masalah. Jadi dengan demikian, semua dapat disatukan antara : kecepatan, ketepatan, dan aturan yang berlaku. Dalam keadaan normal, segala sesuatu akan jauh lebih mudah dan terlihat baik, tapi dalam keadaan krisis, ada banyak orang yang cenderung lepas tangan tidak mau mengambil keputusan. Namun, ketika keputusan diambil, orang-orang tersebut ikut “nggebuki”, ikut menyalahkan. Menurut pandangan SBY, apa yang terjadi pada tahun 2008 atas masalah yang terjadi dan tindakan yang diambil cepat oleh BI, otoritas keuangan di jajaran pemerintah, dan LPS adalah solusi. Karena dengan demikian kita bisa mencegah krisis perbankan yang terstruktur dan bahkan mencegah new economic crisis. Itu semua jika dipandang secara jernih. Namun karena memasuki arena politik, maka jadi berbeda, dan hal ini dapat terjadi lagi. Bayangkan jika hal ini terjadi lagi dan tak seorangpun berani mengambil keputusan karena trauma atas peristiwa Century. Bagaimana jadinya nanti? Idealnya, adalah bangsa ini perlu dididik dan diajak berbicara. Ada waktu yang sangat sensitif untuk segera mengambil keputusan dan kebijakan. Jika sebuah kebijakan kemudian dipidanakan, maka tidak ada lagi orang yang mau menjadi pejabat publik. Yang dipidanakan seharusnya adalah kejahatan dan korupsi, bukan judgement, policy, dan decision. Politik Indonesia memang masih harus dicerdaskan, agar segala sesuatunya dapat dipandang secara jernih.
Susilo Bambang Yudhoyono
97
PERTANYAAN 4 : Sejak lama Amerika dan Jepang adalah sahabat Indonesia. Namun dalam dua dekade terakhir terjadi kemunculan Cina (the rise of China) sebagai penantang ordo ekonomi dunia. Hal ini diikuti dengan berbagai ketegangan (warm peace). Cina nampaknya ingin meningkatkan economic cloud mereka dengan melakukan internalisasi dari mata uang Yuan. Sahabat lama sudah lebih dikenal oleh Indonesia. Tetapi teman baru dari Utara ini belum terlalu terbukti akan mampu menjadi mitra yang bertanggungjawab di komunitas internasional. Sebagaimana yang terlihat, teman lama Indonesia juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran sahabat baru ini. Pertanyaannya adalah, asumsi yang benar untuk Indonesia terhadap Cina seperti apa? Negara tersebut lebih tertutup secara politik, kurang menghormati HAM, dan bukan open society. Sementara itu Indonesia adalah negara dengan open society, menghargai HAM, dan terbuka. Bagaimana sebaiknya diplomasi ekonomi Indonesia di Asia Timur?
PERTANYAAN 5 : Dalam pemaparan mengenai bagaimana tantangan dan peluang menuju Indonesia 2030 mengingatkan Penanya pada apa yang disampaikan oleh SBY di hadapan pemimpin partai politik dalam acara buka bersama di awal pemerintahan beliau dalam Konsesus Jakarta yang terdiri dari 6 pilar (3 pilar di bidang politik dan 3 pilar di bidang ekonomi). Ketika dipaparkan wawasan mengenai kondisi perekonomian dan politik domestik, maka bagaimanakah pandangan SBY, apakah ke-6 pilar tersebut saat ini masih relevan? Bagaimana penerimaan dari para pimpinan politik di Indonesia setelah melewati masa transisi demokrasi?
98
Presidential Lecture Series
PERTANYAAN 6 : Terkait dengan pertanyaan 1 mengenai menguatnya peran China. Dalam pemaparan disampaikan bahwa di masa pemerintahan SBY, Indonesia seringkali berperan menjadi penengah pada saat terjadinya konflik politik. Bagaimana peran Indonesia di bidang ekonomi? Bagaimana negara ini dapat memanfaatkan terutama dari sisi sumber pembiayaan (katakanlah dari China dan Amerika)? Apakah strategi yang sama dapat diterapkan sehingga kita dapat tetap memperoleh sumber pembiayaan tanpa harus mengorbankan strategi berinteraksi dengan negara lain?
JAWABAN 4, 5, 6 : Founding Father Indonesia - Bung Karno dan Bung Hatta menjalankan politik luar negeri bebas dan aktif. Pada saat perang dingin, Indonesia tidak masuk blok manapun (barat maupun timur) sehingga Indonesia adalah Non-Blok. Dalam masa pemerintahan SBY (2004-2005), beliau mencetuskan all direction foreign policy, yaitu sebentuk kebijakan luar negeri yang kalau bisa menempatkan Indonesia jangan punya musuh, tetapi memiliki kawan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan nasional. Itu adalah garis dan politik luar negeri yang ditempuh selama 10 tahun masa kepemimpinan SBY. Penjabarannya antara lain sebagai berikut, selama 10 tahun telah dikembangkan 18 kemitraan stategis dan komprehensif. Selama 10 tahun tersebut, semua negara yang patut menjadi mitra strategis dan komprehensif sudah menjadi mitra dekat Indonesia disertai dengan kerjasama yang nyata. Di Asia ada negara Jepang, Tiongkok, Korea Selatan. Yang berdiri sendiri adalah Australia. Di benua Bricks ada Brazil, India, Rusia, Afrika Selatan. Di Eropa ada Inggris, Perancis, Jerman, dll. Total semuanya ada 18 negara strategis and komprehensif.
Susilo Bambang Yudhoyono
99
Mestinya, politik luar negeri kita yang ke segala arah dan bebas aktif ini mampu memelihara hubungan baik yang kuat dengan para mitra strategis maupun dengan semua negara. Kebijakan luar negeri Indonesia yang dipandang hanya dekat dengan satu dua negara saja dan terlalu jauh dengan negara-negara lain harus dicegah. Apalagi jika mereka sebetulnya adalah adalah mitra strategis Indonesia. Terlebih lagi jika ada pandangan bahwa kawan baru ditemukan dan kawan lama dibuang. Oleh karena itu, SBY berharap (bukan hanya pada pemerintahan Pak Jokowi saat ini namun juga pada pemerintahan presiden selanjutnya), tekunlah dan teruslah menjaga hubungan baik dengan semua negara. Dengan demikian Indonesia tidak akan masuk perangkap dominasi atau hegemoni negara-negara tertentu saja. Karena kemampuan membangun kemitraan strategis sejak dulu, Indonesia tidak merasa berada di bawah hegemoni dan dominasi negara manapun. Tidak Amerika Serikat, tidak Rusia, tidak Tiongkok, tidak Jepang, dan sebagainya. Menurut SBY, hal ini disebabkan prinsip politik bebas dan aktif, Baik dalam kerangka hubungan politik, maupun diplomasi, dalam rangka hubungan ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, ketika SBY mendengar, seolah Indonesia berubah haluan, beliau meyakini tidak terjadi demikian. Kemampuan Indonesia untuk memelihara kemitraan strategis dengan semua pasti akan ada manfaatnya. Perlu lebih berhati-hati dan tidak melakukan tebang pilih hanya dengan satudua-tiga negara saja. Bagaimana dengan Tiongkok? Apa benar bahwa the rise of China itu tidak berlangsung dalam damai? SBY sering berbicara di forum Beijing dan Amerika Serikat. Pernyataan SBY akan tetap sama kepada siapapun mereka (ada tokoh negara yang ketika berbicara di Beijing menjelekkan Amerika, dan sebaliknya. Hal ini tidak mencerminkan sikap kepemimpinan), sekalipun
100
Presidential Lecture Series
semua tahu bahwa hubungan Beijing dengan Amerika Serikat kurang baik karena adanya rivalitas kecurigaan, dan hubungan Jepang dan Tiongkok yang hanya dekat dengan negara tertentu saja. SBY menyampaikan di forum Beijing, bahwa Tiongkok tidak boleh bersikap seolah Amerika Serikat tidak memiliki peran di Asia Pasifik. Karena sejak dulu secara de facto, Amerika adalah kekuatan Pasifik (Pacific Power). Disampaikan pula di Amerika bahwa negara ini harus menyambut the rise of China karena ini adalah kenyataan. Saat ini Cina menjadi ekonomi nomor dua terbesar di dunia dengan catatan, bertumbuh dalam kedamaian (rising peacefully). Seperti inilah harusnya sikap negara Indonesia dan sikap negara Asia lainnya. Diplomasi Indonesia harus bisa menjangkau mitra-mitra terdekatnya. Membangun hubungan baik dengan Tiongkok adalah penting, karena para pemimpin negara ini adalah sahabat SBY dan memiliki hubungan dekat. Namun, Jepang juga merupakan sahabat SBY dengan sejumlah Perdana Menteri yang dikenalnya. Beliau memang memelihara hubungan baik dengan semuanya. Demikian pula halnya Korea dan Amerika Serikat. Jadi jika diplomasi Indonesia dekat dengan semua, maka kerjasama ekonomi, politik, dan bisnis pasti akan berjalan baik. Indonesia harus lebih berhati-hati agar tidak bersahabat dengan satudua negara saja dan kemudian memusuhi yang lain. Karena jika terjadi apaapa, negara ini tidak mempunyai teman. Lebih baik bersahabat dengan negara tetangga. Pengecualian jika negara tetangga ternyata memperlihatkan sikap kurang ajar terlebih dahulu. Namun kalau tidak demikian, buat apa memusuhi semua. Di masa sebelumnya sempat ada Washington Concensus (dekat dengan neoliberalism), yang berisi agar negara-negara tidak saling mengatur, menyerahkan kepada free market, nanti ada multi national corporation, jangan
Susilo Bambang Yudhoyono
101
terlalu banyak subsidi, government jangan banyak ikut campur, dan lain-lain. Ada pula BC Concensus (state capitalism), yang menyatakan bahwa yang mengatur BUMN adalah negara. Demikian halnya pasar, aturan, dan sosial media, sehingga ekonomi berbentuk kapitalism yang menyelenggarakan adalah negara. Indonesia tidak memilih keduanya. Itulah yang pada akhir 2009 disampaikan oleh SBY, bahwa pemerintah yang terlalu campur tangan urusan pasar (market) adalah salah. Namun jika dilepas kepada invisible hand, pasar seringkali tidak sensitif terhadap ketidakadilan dan kemiskinan. Kebijakan pemerintah yang tepat dibutuhkan. Namun, bukan dalam bentuk pengaturan atas segalanya, seperti ekonomi komando (komunisme atau sosialism). Yang diperlukan adalah keadilan sosial. Pasar penting karena akan menuju kepada efisiensi. Yang tidak dapat dilakukan oleh pasar itulah yang harus dilakukan oleh pemerintah (visible hand) dalam bentuk yang sewajarnya dan tidak berlebihan. Karena jika berlebihan akan merusak. Pemerintah tidak bisa mengatur banyak hal seperti harga, dan lain-lain melalui Keppres. Ini akan menyebabkan kontraproduktif, berupa kemunduran ekonomi. AIIB (Asian Infrastructure Investment Bank) setiap bertemu PM Tiongkok selalu menawarkan pinjaman kepada Indonesia, mulai dari 5, 8 sampai 10 USD billion. SBY tidak pernah menerima karena menilai Indonesia belum membutuhkannya. Padahal besarannya dapat mencapai trilyunan rupiah. Bagaimana mengembalikannya? Sedangkan Debt Ratio Indonesia tahun 2004 adalah 56% dan tahun 2014 di bawah 25%. Jika pinjaman tersebut diterima tentunya akan menambah beban keuangan pemerintah. Belum lagi jika yang menjamin adalah negara X, maka biasanya semua harus berasal dari negara X mulai dari asuransi, pilihan, teknologi, dan lain sebagainya. Itulah sebabnya SBY tidak menerima tawaran yang diberikan. Namun, AIIB dapat tetap memberikan manfaat baik karena didedikasikan untuk pembangunan infrastruktur. Penolakan Indonesia bukan berarti terjadi
102
Presidential Lecture Series
langsung talak tiga kepada Bank Dunia maupun IMF sekalipun. Indonesia memiliki banyak pilihan. Kalau AIIB lebih cantik dan baik terhadap Indonesia, maka mengapa tidak. Di sisi lain, bukan salah Indonesia juga jika Bank Dunia atau IMF lebih pelit dan menetapkan persyaratan berlebihan sehingga tidak terpilih. Namun demikian sebagai negara, jangan langsung menarik garis seolah say no terhadap yang bukan AIIB dan menjadikannya musuh. Bagi SBY semua adalah mitra dan harus digunakan dengan baik, asalkan tidak menjerat Indonesia di jangka panjang.
PERTANYAAN 7 : Terkait arus pemikiran dalam hal ekonomi, nampaknya saat ini dunia menganut satu arus pemikiran, yaitu pendekatan pasar - yang dipergunakan sebagai jawaban terhadap sejumah permasalahan besar. Jika melihat tantangan terbesar saat ini adalah ketimpangan, baik di Indonesia dan Amerika Serikat, demikian pula ketidakstabilan (volatilitas) di pasar keuangan yang cukup besar. Bagaimana dengan koreksi terhadap pendekatan pasar ini? Jika mengacu kepada Churchill yang menyatakan bahwa, “Society should provide leathers for those all to climb up, whatever their background and at the same they should provide the safety nets for all those people.” (Intinya harus ada tangga = pendidikan maupun pendekatan pasar. Dimana pasar dibiarkan untuk berkompetisi sehingga yang terbaiklah yang akan maju ke depan). Kemudian untuk safety net = kesehatan dalam bentuk BPJS seperti yang telah dilakukan. Namun apakah semua koreksi yang dilakukan tersebut sudah cukup mengingat pendekatan pasar ini banyak sekali kelemahannya? Atau tidak ada alternatif lain? Apakah hanya tersedia satu pendekatan saja untuk saat ini?
Susilo Bambang Yudhoyono
103
JAWABAN 7 : Adalah benar bahwa Indonesia harus memilih, mengelola, dan menjalankan apa yang harus dijalankan. Benar bahwa terdapat benturan antara school of thought antara mazhab ekonomi praktis di banyak negara dan bangsa yang tidak akan pernah usai. Ada penganut pasar bebas yang sangat fundamental di satu sisi, sementara di sisi lain ada mereka yang menghendaki ekonomi komando (dimana negara berperan mutlak). Ada juga varian di tengahnya yang merupakan suatu spektrum. Sebagai pribadi, SBY menyatakan bahwa ia harus di antara dua mazhab tersebut. Tidak mungkin mengabaikan kaidah pasar yang menjanjikan efisiensi. Jika membaca UUD 45, pasal 33 tidak membawa kata pasar di dalam muatannya, sekalipun tidak ada yang salah dengan istilah tersebut. Karena pasal 33 sebenarnya berbicara mengenai efisiensi berkeadilan yang sama dengan pasar yang berkeadilan. Jangan menganggap pasar sebagai hal tabu. Indonesia sesungguhnya sudah memilih untuk tidak masuk ke ujung-ujung yang ekstrim. “On the one hand we accept market mechanisme that bring efficiency, an on the other hand we need to have appropriate government roles yang dapat menjanjikan keadilan dan kebaikan bagi rakyatnya,” ujar SBY.
PERTANYAAN 8 : Saat ini, kita menyaksikan adanya Trans Pacific partnership, dimana terdapat trade diversion bukan trade creation. Nampaknya Indonesia perlu berhatihati, karena ke depan negara ini harus outward looking, namun pada saat yang bersamaan terjadi perubahan mendasar bahwa dunia ini mungkin saja menjadi semakin tidak terintegrasi. Karena Amerika memilih Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, atau Cina, atau bahkan bukan salah satunya. Jadi, ke depan kita harus seperti apa? Mengingat bahwa perdagangan dunia mungkin saja akan turun?
104
Presidential Lecture Series
PERTANYAAN 9 : Target jangka panjang Indonesia tahun 2030. SBY menyatakan jika semua berjalan baik, maka dari sisi ekonomi Indonesia akan menjadi Emerging Economy dan merupakan negara 10 besar dunia. Dilihat dari perjalanan ekonomi Indonesia dan optimisme negara ini untuk terus bertumbuh, katakanlah jika pertumbuhan terjadi 5% saja per tahun, maka menjadi 10 besar dunia di tahun 2030 bisa saja terjadi. Bahkan statusnya bisa jadi bukan hanya emerging economic tetapi malah sebagai advance economic. Namun, jika dilihat dari sumber-sumber pertumbuhan Indonesia, dari kisaran 5%-6%, sebanyak 2% nya sendiri sudah diperoleh dari human capital (manusia) belum lagi dengan bonus demografi yang dapat dimaksimalkan. Jika berbicara sisanya, yaitu 3%, sebenarnya nilai ini tidak sulit dicapai asal Indonesia terus konsisten meraihnya. Masalah Indonesia di sisi capital berbicara mengenai resiko makro dan mikro. Ditinjau dari resiko makro, semua lembaga rating di periode SBY menilai bahwa resiko makro Indonesia bagus dan menjadi andalan. Yang menjadi masalah adalah resiko mikro dalam hal inefisiensi, seperti pengembalian capital, dialogistik, atau peraturan daerah yang tumpang tindih. Penanya mengharapkan koreksi SBY bahwa target Indonesia bukan hanya emerging economic tetapi advance economic.
JAWABAN 8 DAN 9 : Joseph E. Stiglitz adalah pengarang sejumlah buku mengenai globalisasi (Price of Globalization, Globalization Dead, dan Make The Globalization Work). Hasil diskusi saya dengan sejumlah sahabat menyimpulkan bahwa tulisan tersebut adalah koreksi terhadap pasar bebas yang sebetulnya kebablasan. Dalam banyak hal memang relevan dengan apa yang dihadapi. Kita tidak dapat mengikuti langkah Thatcher maupun Reagan yang sangat ekstrim dalam pasar ekonomi, namun kita juga tidak dapat mengikuti langkah Tiongkok dengan
Susilo Bambang Yudhoyono
105
partai komunis yang kuat dengan state capitalism yang berjalan baik di sana (tetap mengalami koreksi, yang tadinya 10% tinggal 6%-7% dan berpotensi mengganggu banyak hal di sana). Itulah sebabnya Xi Jinping sedang bekerja untuk memikirkan kebali ideologi, sistem, dan kebijakan ekonomi Tiongkok di masa depan. SBY yakin semua akan berjalan dengan sendirinya. Mengenai perdagangan. Jika perdagangan kita hanya mengandalkan komoditas yang bersifat klasik dan diandalkan selama berpuluh tahun, maka profil ekspor Indonesia akan rusak. Karena volume ekspor bisa saja meningkat, tetapi secara harga sangat tidak mampu bersaing. Sebagai contoh, mulai dari harga minyak, kelapa sawit, batubara, karet, dan coklat, semuanya mengalami penurunan. Indonesia benar-benar harus bergerak dari ekonomi berbasiskan sumber daya alam menjadi yang telah disebutkan. Dalam perdagangan akan terjadi diversifikasi. Jika dalam APEC sekarang kita berperang, Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, soal environmental goods, dimana negara maju seringkali egois dan menguasai segalanya. Sebagai contoh dalam persaingan kelapa sawit dimana Indonesia dan Malaysia unggul, maka dalam perdagangan kemudian dihambat dengan tidak diloloskan dengan alasan isu lingkungan sehingga menghambat ekspor Indonesia. Ada banyak lagi contoh lainnya. Tetapi memang arahnya sedang menuju ke sana, dimana kecenderungannya adalah green growth dan dunia akan mengaudit secara keras produk yang tidak ramah lingkungan. Merespon isu tersebut, Selain harga komoditas yang berpotensi jatuh setiap saat, perlu diingat bahwa dunia sedang tidak bersahabat dengan isu ini. Karena itulah, penting untuk mencari corak ekonomi yang berbeda (structural adjustment) yang perlu dimulai sejak sekarang karena akan memakan waktu hingga 20-30 tahun dalam implementasinya. Jadi, diperlukan terjadinya revolusi dalam wawasan perdagangan antara Indonesia dengan negara sahabat, baik ASEAN maupun negara lainnya.
106
Presidential Lecture Series
Tahun 2030 Indonesia akan masuk 10 besar dunia merupakan analisaMcKenzie, yang sebelumnya juga menyatakan angka 7%. Namun secara konservatif, SBY optimis di angka 5%. Selama 10 tahun masa pemerintahannya, beliau bekerja sama dengan banyak pihak termasuk BI, sehingga pertumbuhan yang terjadi rata-rata adalah di angka 6%. Saat itu sekalipun situasi ekonomi dunia berubah-ubah, namun pemerintah Indonesia mampu mengatasinya dengan kebijakan ekonomi yang benar. Saat ini pertumbuhan tahun 2015 adalah di bawah 5%. Di tahun 2016 diharapkan mulai mampu mencapai lebih dari 3% dan seterusnya kembali meningkat. Jadi, sebenarnya angka 5% adalah baik jika Indonesia mampu bertahan kembali ke 6% pada saatnya nanti. Jika Indonesia memiliki ambisi untuk meningkatkan dari 5% menuju ke 6% atau 7%, maka yang harus dilakukan adalah bekerja keras. Bekerja keras memiliki beberapa dampak. Di satu sisi, jika lebih dari 7% dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Namun, jika optimis di angka 6%-7% masih cukup memungkinkan. Kemudian jika bermaksud meningkatkan sampai dengan 2% di atas target, maka pencapaiannya tidak bisa dicapai dengan hanya mengandalkan ekonomi APBN, tetapi harus ekonomi GDP. Tidak bisa hanya mengandalkan demand side economy, tetapi harus juga production side dan supply side economy, human capital, technology, innovation, peraturan yang baik, dan infrastuktur yang baik. Jadi, intinya adalah harus fokus pada peningkatan supply yang akan mendorong lebih banyak opportunity (peluang), sementara produksi akan mendorong lebih banyak lagi demand. Jadi, jangan hanya pasif di pemenuhan demand. Jika sepakat ingin mencapai lebih dari 5% pertumbuhan, maka perlu didukung oleh setiap pihak termasuk dunia usaha, pemerintah pusat dan daerah, untuk bekerjasama meningkatkan kekuatan ekonomi nasional dengan meningkatkan supply side economy di berbagai bidang. Hanya dengan cara ini ekonomi Indonesia dapat dibangun secara kokoh.
Susilo Bambang Yudhoyono
107
KESIMPULAN 1. Paparan yang diberikan menjadi bekal bagi Bank Indonesia untuk dapat bergerak semakin maju dan menjadi bank sentral terbaik di kawasan. 2. Cara untuk menuju ke arah sana, dari sisi Leadership : seorang pemimpin harus antisipatif, adaptif, inovatif, tegas, visioner, mampu memandang jauh ke depan. Sikap ini perlu menjadi pegangan bersama. 3. Ke depan dengan kerja keras dan landasan yang tepat, Indonesia yakin akan menjadi negara emerging market dan advance economy.
108
Presidential Lecture Series
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Susilo Bambang Yudhoyono
109
LAMPIRAN
110
Presidential Lecture Series
Susilo Bambang Yudhoyono
111
Bank Indonesia TEPAT TIDAK MEMINTA SAYA UNTUK KHUSUS BICARA TTG DI INDONESIA
Mengapa ? LEBIH TEPAT JIKA DISAMPAIKAN OLEH PRESIDEN JOKOWI YANG TENGAH MENANGANI BERBAG AI PERMASALAHAN NASIONAL
124 112
Presidential Series Presidential Lecture Series
TOPIK
YG DIMINTAKAN BI ”POSITIONING INDONESIA DLM KONSTELASI DUNIA, BERBAGAI ISU INDONESIA 10 TH KE DEPAN”
PROLOG :
2 CRITICAL QUESTIONS 1. PERTANYAAN TEMAN-TEMAN DI DALAM NEGERI 2. PERTANYAAN PIHAK-PIHAK DILUAR NEGERI
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
125 113
PERTANYAAN DI DALAM NEGERI EKONOMI KITA SEGERA ATAU JUSTRU ? APAKAH INDONESIA AKAN MENGALAMI ATAU KRISIS ITU
LAGI,
Jawaban Saya JIKA DIKELOLA DENGAN SERIUS, DNG KEBIJAKAN YANG TEPAT & TINDAKAN YANG EFEKTIF, PADA SAATNYA AKAN KRISIS EKONOMI , ASALKAN SOLUSINYA TEPAT & SECARA TERPADU PEMERINTAH TERUS MENGATASINYA
126 114
Presidential Series Presidential Lecture Series
USULAN SEDERHANA SAYA (4 Bulan yg lalu)
ALL POLICIES & ACTIONS MUST BE DIRECTLY CONNECTED TO 1. GROWTH 2. PRICE STABILITY 3. LAY OFF PREVENTION 4. CURRENCY “MANAGEMENT” 5. FISCAL & BUDGET MANAGEMENT 6. TRUST
PERTANYAAN
DI LUAR NEGERI
BAGAIMANA EKONOMI INDONESIA ? BAGAIMANA SITUASI POLITIK DI INDONESIA ? APAKAH KINI INDONESIA LEBIH NASIONALISTIK ? BENARKAH INDONESIA MENGURANGI “ENGAGEMENT-NYA” DI KAWASAN DI LUAR NEGERI, SAYA BAWA BENDERA MERAH PUTIH
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
127 115
INDONESIA 2030
PELUANG & TANTANGAN
BANK INDONESIA JAKARTA, 16 OKTOBER 2015
YOU
PREDICT
THE FUTURE,
YOU PREVENT IT
FROM HAPPENING
THOMAS LAROCK
128 116
Presidential Series Presidential Lecture Series
THE BEST WAY TO PREDICT IS TO
PETER DRUCKER
“INDONESIA 2030” (15 TH KE DEPAN),
INI,
BUKAN MENGGAMBARKAN TERJADI, APA YG TETAPI MEMPREDIKSIKAN APA YG
TERJADI
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
129 117
AGENDA PRESENTASI 1. DUNIA ABAD 21 2. PERKEMBANGAN GLOBAL, REGIONAL & NASIONAL 3. MENUJU INDONESIA 2030 4. PELUANG & TANTANGAN 5. IMPERATIF
DUNIA ABAD 21
130 118
Presidential Series Presidential Lecture Series
DUNIA
BERIKUT TATANAN KEHIDUPANNYA
AKAN TERUS
BER-EVOLUSI
PERUBAHAN & PERKEMBANGAN
DUNIA AKAN MEMBERIKAN DAMPAK
& DAMPAK
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
131 119
TANGGUNG JAWAB & MISI
MANUSIA, BANGSA & NEGARA-NEGARA SEDUNIA
MEMPERKUAT & MENDORONG PERUBAHAN YG BERDAMPAK dan MENCEGAH & MENGHAMBAT PERUBAHAN YG BERDAMPAK
5 ISU BESAR GLOBAL 1. GEOPOLITIK, PERDAMAIAN & KEAMANAN INTERNASIONAL 2. LEDAKAN PENDUDUK & KEBUTUHAN DASAR KEHIDUPAN MANUSIA 3. EKONOMI DUNIA YG MENDATANGKAN KEMAKMURAN BERSAMA 4. KEMISKINAN, KETERTINGGALAN & KETIDAKADILAN YG BERSIFAT GLOBAL 5. KELESTARIAN LINGKUNGAN BAGI KEBERLANJUTAN KEHIDUPAN MASA DEPAN
132 120
Presidential Series Presidential Lecture Series
PERKEMBANGAN GLOBAL, REGIONAL & NASIONAL
3 PERSPECTIVES OF GLOBAL LANDSCAPE MIDDLE EAST AFRICA - REGION OF
“DISORDER, TURMOIL & WAR” EUROPE - REGION OF “STRUGGLE FOR ECONOMIC RECOVERY” ASIA PACIFIC - REGION OF “ECONOMIC PROGRESS”
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
133 121
PANDANGAN SAYA TTG ASIA ECONOMICALLY REMAIN , GEOPOLITICALLY
PEACEFUL
REGION OF
ISU-ISU REGIONAL DEWASA INI
134 122
Presidential Series Presidential Lecture Series
PEACEFUL OR TROUBLESOME ?
KITA HARUS MENERIMA
SHOULD BRINGS
TO THE WORLD
COMPLEX GEOPOLITICS DI ASIA TIMUR INTERPLAY
ANTARA
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
135 123
SENGKETA LAUT TIONGKOK SELATAN
TIONGKOK - VIETNAM TIONGKOK - FILIPINA TIONGKOK - AMERIKA SERIKAT
YANG PALING BERBAHAYA
MISPERSEPSI MISKALKULASI UNILATERALISME
136 124
Presidential Series Presidential Lecture Series
“GEOPOLITICS OF COOPERATION” DISKUSI DI SINGAPURA, BEIJING, JEJU KOREA, AMERIKA SERIKAT
INDONESIA MENUJU 2030
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
137 125
INDONESIA’S JOURNEY SINCE 1998
TRANSFORMASI
TRANSFORMASI INDONESIA AUTHORITARIAN TO DEMOCRACY CENTRALIZED SYSTEM TO DECENTRALIZATION NATURAL RESOURCES BASED ECONOMY TO INDUSTRY, SERVICES, TECHNOLOGY & HUMAN CAPITAL INWARD LOOKING & NATIONALISTIC OUTLOOK TO OUTWARD LOOKING & GLOBAL OUTREACH SECURITY APPROACH TO LAW ENFORCEMENT POLITICAL STABILITY & PUBLIC ORDER
138 126
Presidential Series Presidential Lecture Series
TRANSFORMASI INI
AKAN TERUS BERLANJUT 30 - 40 TAHUN KE DEPAN ... PERUBAHAN - PERUBAHAN BARU MASIH TERJADI
SEPERTI APA
INDONESIA 2030 ? EMERGING ECONOMY LEADING TO STRONG NATION “INDONESIA 2045”
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
139 127
TAHAPAN MENJADI
NEGARA MAJU ABAD 21
EMERGING ECONOMY 2030
STRONG NATION 2045
DEVELOPED COUNTRY 21ST CENTURY
G OA L & M A E R D R OU
INDONESIA 2045
STRONG, STABLE & MORE MATURED STRONG, SUSTAINABLE & MORE JUST MORE ADVANCED TOWARD DEVELOPED COUNTRY IN THE END OF 21ST CENTURY
140 128
Presidential Series Presidential Lecture Series
HOW TO ACHIEVE THOSE 3
GOALS ?
TO ACHIEVE STRONG, STABLE & MORE MATURED
DEMOCRACY
EDUCATE THE PEOPLE THAT DEMOCRACY IS ABOUT ELECTION & FREEDOM IT IS
ONLY
ABOUT : CONSTITUTIONALISM ETHICS & RULES THE GAME RULE OF LAW CHECKS & BALANCES THE EXERCISE OF POWER TRUE VOICE OF THE PEOPLE ACCOUNTABILITY & ANTI CORRUPTION ORDER & POLITICAL SATBILITY
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
141 129
TO ACHIEVE STRONG, STABLE & MORE JUST
ECONOMY
MAKE THE FUNDAMENTAL STRONG PROMOTE HUMAN CAPITAL IMPLEMENT KNOWLEDGE & NATURAL RESOURCES BASED DEVELOPMENT ASSURE CONTINUES GROWTH ASSURE SUSTAINABLE GROWTH WITH EQUITY THINK OF SUPPLY SIDE & PRODUCTION FUNCTION ECONOMY PROMOTE SOCIAL JUSTICE PRESERVE THE ENVIRONMENT -
TO ACHIEVE MORE ADVANCE
CIVILIZATION
EDUCATION, EDUCATION, EDUCATION CHARACTER BUILDING BUILD RATIONAL, GOOD SOCIETY DEVELOP SCIENCE & TECHNOLOGY STRONG OBEDIENCE TO RULE OF LAW & SOCIAL NORMS STRENGTHEN TOLERANCE & HARMONY BUILD PEACE LOVING SOCIETY PROMOTE GOOD CITIZENSHIP STRENGTHEN SENSE OF RESPONSIBILITY BUILD CARING & SHARING SOCIETY
142 130
Presidential Series Presidential Lecture Series
PRASYARAT & ASUMSI DASAR MENUJU
EMERGING ECONOMY DI TAHUN 2030 1. NO BIG CRISES IN INDONESIA 2. NO DRAMATIC CHANGES IN FUNDAMENTAL POLICIES 3. OUR LEADERS & GOVERNMENTS MUST WORK HARDER
POTRET
INDONESIA 2030 EKONOMI BESAR DUNIA CONSUMING CLASS STRONGER BIG MARKET US $ 1.8 TRILLION (4 SEKTOR) - MORE THAN $ 500 BILLION
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
143 131
LANTAS APA
PELUANG & TANTANGAN MENUJU INDONESIA 2030 ?
INGAT PENDUDUK KITA AKAN MENCAPAI 305 JUTA
OPPORTUNI
TIES
INDONESIA 2030 1. GROWTH IN DEMAND FOR 2. INCREASE CONSUMPTION IN 3. MASSIVE UPGRADE 4. , IT & TRANSPORTATION 5. INSURANCE, EDUCATION &
144 132
Presidential Series Presidential Lecture Series
CHALLENGES INDONESIA 2030
FOR FOR
CHALLENGES FOR GOVERNMENT PERBAIKI IKLIM USAHA KEBIJAKAN & ATURAN YANG TEPAT PERKUAT FRAMEWORK & KEPASTIAN HUKUM KEBIJAKAN PAJAK YG TEPAT INVESTASI PADA INFRASTRUKTUR
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
145 133
PELIHARA KETERTIBAN SOSIAL DAN KEAMANAN PUBLIK JAGA STABILITAS POLITIK GOOD GOVERNANCE, BIROKRASI & PEMBERANTASAN KORUPSI JAGA AGAR PERATURAN DAERAH TIDAK TUMPANG TINDIH
CHALLENGES FOR BUSINESS COMMUNITIES KEMAMPUAN UTK MELIHAT PELUANG KEBERANIAN UTK MENGAMBIL RESIKO - DON’T WAIT UNTIL EVERYTHING IS PERFECT IN INDONESIA BELAJAR DARI PERUSAHAAN YANG BERHASIL & GAGAL LONG TERM BUSINESS VALUE THAN SHORT TERM PROFIT DON’T TOLERATE UNETHICAL SHORT-CUTS
146 134
Presidential Series Presidential Lecture Series
THE PROMISING
BUSINESS SECTORS IN 2030 INFRASTRUCTURE ENERGY - RELATED BUSINESS FOOD - RELATED BUSINESS BANKING SECTOR
PERTANYAAN PENGUJI MENGAPA KITA YAKIN EKONOMI INDONESIA AKAN MAKIN KUAT DI TAHUN 2030 - JIKA TIDAK ADA REGIONAL ENVIRONMENT SEPERTI APA YG BERPENGARUH ?
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
147 135
ASIA’S ECONOMY AKAN TERUS BERKEMBANG
WHY ?
SURPLUS OF YOUTHFUL DEMOGRAPHICS RICH NATURAL RESOURCES RISING MIDDLE CLASS HOTBED OF TECH INNOVATIONS ENVIRONMENTAL AWARENESS PEOPLE’S AMBITIONS TO RAISE LIVING STANDARD
IMPERATIF
MENUJU NEGARA MAJU ABAD 21 TRANSFORMASI HARUS BERHASIL PERSATUAN & KERJA KERAS SEBAGAI PRASYARAT KEPEMIMPINAN YG VISIONER, CAKAP & KUAT BANGUN KEMAJUAN YG SEIMBANG ANTARA STABILITAS POLITIK & DEMOKRASI, EKONOMI & KESEJAHTERAAN RAKYAT, HUKUM & KEADILAN, PERTAHAN & KEAMANAN NASIONAL, DAN KERJA SAMA INTERNASIONA YG MENGUNTUNGKAN SELESAIKAN PEKERJAAN RUMAH PASCA KEMERDEKAAN
148 136
Presidential Series Presidential Lecture Series
A FINAL THOUGHT TOWARD A BETTER
INDONESIA
1. UNITY & SOCIAL HARMONY 2. POLITICAL STABILITY 3. DEMOCRACY & OPENNESS 4. SECURITY, LAW & ORDER 5. ECONOMIC GROWTH & DEVELOPMENT 6. EQUALITY, SOCIAL JUSTICE & POVERTY REDUCTION 7. GOOD GOVERNANCE & CORUPTION ERADICATION 8. ENVIRONMENTAL PROTECTION 9. EMPOWERMENT & REGIONAL DEVELOPMENT 10. GLOBAL PARTNERSHIP & COOPERATION
JADI, KESIMPULANNYA ...
INSYA ALLAH, TH 2030 INDONESIA AKAN MENJADI EMERGING ECONOMY
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
149 137
SAYA OPTIMIST
IK
ASALKAN ...
ASALKAN ... JANGAN SALAH URUS UTK 15 TAHUN MENDATANG
150 138
Presidential Series Presidential Lecture Series
SIAPAPUN YG INGIN MEMIMPIN INDONESIA UTK 15 TH MENDATANG
HARAPAN KITA ADALAH...
HARAPAN UTK PARA
PEMIMPIN INDONESIA
MASA DEPAN
“ RESOLUTE, VISIONARY, FORWARD LOOKING, UPHOLD DEMOCRATIC VALUES ”
Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
151 139
TERIMA KASIH
JAKARTA, 16 OKTOBER 2015
152 140
Presidential Series Presidential Lecture Series
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Susilo Bambang Yudhoyono
141
TENTANG DR. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Susilo Bambang Yudhoyono atau sering disebut SBY merupakan Presiden ke-6 Republik Indonesia, berbeda dengan Presiden sebelumnya SBY merupakan Presiden Republik Indonesia pertama yang secara langsung dipilih oleh rakyat. SBY memimpin Indonesia selama dua periode, periode pertama pada tahun 2004-2009, dilanjutkan pada periode kedua tahun 2009-2014. SBY lahir di Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 9 September 1949. Perjalanan kariernya berawal dari bidang militer, sejak kecil SBY bercita-cita menjadi seorang tentara dan akhirnya cita-cita tersebut terwujud dengan bergabungnya SBY pada Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1970. Tahun 1973 SBY lulus dari AKABRI dengan penghargaan Adhi Makayasa sebagai murid terbaik dan Tri Sakti Wiratama yang merupakan prestasi tertinggi gabungan mental, fisik, dan kecerdasan intelektual. Pendidikan kemiliteran berlanjut di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1988-89) dan US Command and General Staff College (Fort Leavenwort), Kansas, Amerika Serikat (1991). Sedang pendidikan non-militer diraih dengan gelar Master of Art (M.A.) dari Management Webster University Missouri, dan gelar Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2004.
142
Presidential Lecture Series
Karir militer SBY cukup cemerlang, dengan menjadi Pangdam II/ Sriwijaya sekaligus Ketua Bakorstanasda. Pada tahun 1997, kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Teritorial (Kaster) TNI dengan pangkat Letnan Jenderal. SBY pensiun dari kemiliteran pada 1 April 2001 karena pengangkatannya sebagai menteri Di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, SBY diangkat menjadi Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999. Tidak lama kemudian pada tahun yang sama beralih untuk menduduki posisi Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan sampai tahun 2004 di era Presiden Megawati. SBY juga aktif di dunia politik, ia merupakan salah satu pendiri partai Demokrat yang dideklarasikan pada tahun 2002. Pada tahun 2004, bersama dengan Jusuf Kalla, SBY mencalonkan diri dalam pemilihan umum (pemilu) sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Keduanya berhasil memenangkan pemilu tahun 2004 dan dilantik pada tanggal 20 Oktober 2004. Setelah periode kepemimpinannya berakhir SBY maju lagi pada Pemilu 2009 berpasangan dengan Boediono, keduanya berhasil memenangkan pemilu 2009 dan SBY menjabat lagi sebagai Presiden untuk periode kedua. SBY pernah masuk ke daftar 100 tokoh berpengaruh dunia pada tahun 2009 versi majalah TIME.
Susilo Bambang Yudhoyono
143
GALERI FOTO
144
Presidential Lecture Series
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Susilo Bambang Yudhoyono
145
PRESIDENTIAL LECTURE PRESIDENTIAL LECTURE
1
Positioning Indonesia dalam Konstelasi Dunia
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Susilo Bambang Yudhoyono
BI INSTITUTE Kampus Utama, Gedung D Jl MH Thamrin No 2, Jakarta 10350 Telp. (+62) 21 500-131 Fax. (+62) 21 3864884 Email:
[email protected]
www.bi.go.id
Agustus 2016
1