ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP USAHA DEBITUR MIKRO PT. BANK JABAR BANTEN, CABANG CIANJUR
WAWAN SETIAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul : “Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Usaha Debitur Mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur” merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, April 2009
Wawan Setiawan F052054085
ABSTRACT WAWAN SETIAWAN. The Influence of Credit Extension to Micro Debtors of Bank Jabar, Banten, Cianjur Branch. Supervised by NORA H. PANDJAITAN as Committee Chairperson, and BUDI PURWANTO as member. The micro enterprises have a strategic role in the absorption of labor force and economic recovery. The entrepreneurs of these enterprises have not been given optimum attention by the government because of the many obstacles and government’s limitations, especially in financing. The objectives of this study are (1) to study the influence of credit distribution to micro enterprises, (2) to study the factors that hampered the distribution, and (3) to identify the policies of Bank Jabar Banten, Cianjur Branch, in implementing the distribution of micro credit. The primary data collecting was conducted through direct observation in the field, and disseminating questionnaires to 30 respondents, who are entrepreneurs of micro enterprises who are already debtors of the Bank. The data processing was conducted by using the SPSS-11.0 program to analyze the correlation and to know the influence of credit extension to the micro entrepreneurs. The secondary data collecting was conducted through library studies in relation to the characteristics of micro enterprises, the social and economic aspects, the individual observation and environment of micro enterprises concerning the system of financing or plans of credit distribution, to activate the real sectors of the national economy through empowerment of small and micro enterprises. The result of the study showed that the average of profit margin (PM), return on asset (ROA), return on equity (ROE), assets and sales after credit extension have increased significantly by 5%, compared to the average when they first applied for credit. The result of observation in the field showed that the transactional characteristic was 1 – 6 months. The conclusions of the study are (1) improvement in the performance of micro enterprises, (2) the existence of finance necessary for micro enterprises has not accommodated the micro credit features of Bank Jabar Banten. The factors that hampered distribution of credit to micro enterprises are (1) the number of human resources, (2) collateral cash as credit, (3) completeness of administration, and (4) business completion of banks. The Bank Jabar Banten, Cianjur branch, has handled obstacles by (1) promoting the program through newspapers, electronic media, pamphlets, banners, etc., (2) increasing marketing and educating micro services, and (3) increasing processes of micro credit, and the quality and quantity of human resources. Keywords : extension of credit, micro enterprises, bank
RINGKASAN WAWAN SETIAWAN. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Usaha Debitur Mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur. Dibawah bimbingan NORA H. PANDJAITAN sebagai Ketua dan BUDI PURWANTO sebagai Anggota. Sektor usaha mikro mempunyai peranan yang sangat strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan pemulihan ekonomi, karena disamping sebagai mayoritas mata pencaharian penduduk di Indonesia usaha mikro juga terdapat dalam setiap sektor kegiatan ekonomi. Pemberdayaan kepada pengusaha mikro masíh terus diupayakan oleh pemerintah dengan cara melakukan pelatihanpelatihan, bimbingan dan arahan-arahan dengan harapan agar permasalahanpermasalahan yang menghambat pertumbuhan kinerja pengusaha mikro dapat ditanggulangi. Namun demikian harus diakui oleh pemerintah bahwa perhatian dalam pemberdayaan pengusaha mikro belum terlaksana secara optimal karena banyaknya hambatan serta keterbatasan pemerintah terutama dari sisi pembiayaan, dilain pihak bank sebagai salah satu alternatif pembiayaan saat ini masih rendah keberpihakannya kepada sektor usaha mikro sehingga permasalahan permodalan menjadi suatu permasalahan yang belum terpecahkan. Permasalahan penyaluran kredit perbankan kepada pengusaha mikro pada intinya adalah masalah kepercayaan, apakah sektor usaha mikro merupakan segmen pasar yang menguntungkan bagi kedua belah pihak baik perbankan maupun sektor usaha mikro itu sendiri. Maka sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan analisis pengaruh pemberian kredit terhadap usaha debitur mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji dan mengetahui pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja keuangan debitur mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur, serta pengaruhnya masing-masing berdasarkan (1) sektor ekonomi usaha debitur mikro, (2) lamanya usaha debitur mikro, (3) jangka waktu kredit mikro, (3) tahun pemberian kredit mikro, (4) besarnya plafond kredit yang diterima pengusaha mikro dan (5) total asset perusahaan debitur mikro terhadap kinerja keuangan usaha debitur PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur. Dalam kajian ini dilakukan observasi langsung kelapangan dan penyebaran kuesioner kepada 30 pengusaha mikro yang telah menjadi debitar Bank Jabar Banten Cabang Cianjur sebagai responden. Data responden terpilih diolah dengan bantuan paket program SPSS 11,0 untuk menganalisis korelasi dan untuk mengetahui pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja usaha pengusaha mikro. Jenis data pada kajian ini termasuk data rasio dan diuji secara statistik dengan uji paired t-test atau t-test of diference pada taraf nyata 5%. Dari analisis kajian ini diperoleh hasil rataan profit margin (PM) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit, pada taraf nyata 5% dan rataan Return on asset (ROA) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit, pada taraf nyata 5% selain itu rataan Return on equiti (ROE) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit, pada taraf nyata 5%. Kajian atas penyaluran kredit yang tercermin dalam fitur-fitur kredit mikro Bank Jabar Banten didapatkan hasil bahwa semua fitur produk kredit mikro Bank Jabar Banten disamakan dalam
mekanisme analisa kelayakan usahanya dengan tidak melihat skala usaha pemohon. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kinerja keuangan debitur mikro setelah mendapatkan kredit dari Bank Jabar Banten Cabang Cianjur berdasarkan jangka waktu kredit, sektor ekonomi usaha debitur, lama usaha debitur, tahun pencairan kredit, besarnya plafond kredit dan berdasarkan total asset usaha debitur.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP USAHA DEBITUR MIKRO PT. BANK JABAR BANTEN, CABANG CIANJUR
WAWAN SETIAWAN
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tugas Akhir
:
Nama Mahasiswa Nomor Pokok
: :
Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Usaha Debitur Mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur Wawan Setiawan F052054085
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Ketua
Ir. Budi Purwanto, ME Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal ujian : 17 April 2009
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 27 November 1963, sebagai anak keempat dari 8 (delapan) bersaudara dari Bapak H. Ateng Ahmad Sidik dan Ibu (alm.) Hj. Siti Salamah. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Administrasi Negara, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bagasai Bandung dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2006 penulis diterima pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja pada PT. Bank Jabar Banten sejak 1985 – sekarang. Penulis menikah pada bulan Oktober 1989 dengan Hj. Siti Maemunah dan dikaruniai 4 (empat) orang anak yang masing-masing bernama Rosy Alfi Aulia, Tina Hartina Muliawati, Rosa Tiana Dewi dan Fahmi Aziz.
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada hadirat Allah SWT atas segala karunia dan anugerah yang diberikan-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa laporan ahir ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr.Ir. Nora H. Panjaitan, DEA, sebagai ketua komisi pemimbing atas bimbingan dalam penulisan dan penyelesaian laporan akhir. 2. Ir. Budi Purwanto, ME, sebagai anggota komisi pembimbing atas bimbingan, dan dorongan yang telah diberikan dalam penulisan dan penyelesaian laporan akhir ini. 3. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, sebagai penguji luar komisi atas arahan dalam penulisan dan penyelesaian laporan akhir ini. 4. Seluruh staf pada Program Studi Industri Kecil, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsung. 5. Keluarga penulis, Bapak dan Alm. Ibu yang tidak putus-putusnya memberikan dorongan moril maupun materil serta kakak dan adik yang senantiasa memberikan semangat hingga laporan akhir ini selesai. 6. Istri penulis, Hj Siti Maemunah dan anak-anak tercinta Rosi, Tina, Dewi dan Fahmi, atasn segala pengorbanan yang tiada henti, baik moril dan materil, sehinga penulisan laporan akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. 7. Bapak Bambang Mulyo Atmojo dan Bapak Ateng Anwaradi yang telah banyak membantu selama perkuliahan berlangsung. 8. Rekan-rekan di lingkungan PT. Bank Jabar Banten, Kantor Cabang Cianjur khususnya Kantor Cabang Pembantu Cipanas yang telah banyak membantu dalam penulisan laporan akhir ini.
9. Teman-teman anggkatan VII Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan kepada semua pihak yang telah membantu selesainya Tugas Akhir ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga laporan akhir akan berguna dan dapat memberikan kontribusi bagi semua pihak yang berkepentingan. Tugas Akhir ini tidak luput dari berbagai kekurangan, maka saran dan kritik membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dimasa mendatang.
Bogor,
Penulis
April 2009
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................... DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
xii xiii xiv
I. PENDAHULUAN …………………………………………………. A. Latar Belakang ………………………………………………..... B. Perumusan masalah …………………………………………….. C. Tujuan ...........................................................................................
1 1 4 4
II. LANDASAN TEORI ......................................................................... A. Bank ..............………………………………………………….. B. Kredit ........................................................................................... C. Analisa Kredit Mikro ................................................................... E. Kinerja Keuangan Usaha Mikro ..……………………………. .. F. Tinjauan Proses Kredit Mikro di Bank Jabar Banten……………
6 6 8 13 17 19
III. METODE PELAKSANAAN ...……………………………………. A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ……………………………….... B. Metode Kerja...... ....…………………………………………….. C. Aspek Kajian .................................................................................
26 26 26 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….. A. Keadaan Umum ………………………………………………… B. Kinerja keuangan usaha debitur mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur ………………………………………………….
33 33
C. Hal yang Dikaji …………………………………………………
35
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… A. Kesimpulan ………………………………………………………… B. Saran ………………………………………………………………..
54 54 57
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
58
LAMPIRAN …………………………………………………………….
60
35
DAFTAR TABEL
No.
Teks
Halaman
1.
Posisi Pinjaman Perkembangan Kredit di Wilayah Jawa Barat (dalam jutaan rupiah) ……………………………………………
2
2.
Perkembangan kredit Bank Jabar Banten Cabang Cianjur (dalam jutaan rupiah) ................................................................................
3
3.
Format data input ..........................................................................
28
4.
Hubungan jenis data dan hipotesis ...............................................
29
5.
Jenis variabel yang digunakan pada penelitian …………………
30
6.
Profil debitur mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur (dalam jutaan rupiah) ……………………………………………
36
7.
Karakteristik debitur mikro PT. Bank Jabar Banten ....................
37
8.
Profitabilitas usaha debitur mikro Bank Jabar Banten Cabang Cianjur …………………………………………………………..
38
9.
Kinerja keuangan usaha debitur mikro berdasarkan jangka waktu kredit ……………………………………………………..
39
10. Kinerja keuangan debitur berdasarkan sektor ekonomi ..............
40
11. Kinerja keuangan usaha debitur berdasarkan lama usaha ............
41
12. Kinerja keuangan usaha debitur berdasarkan tahun pencairan kredit …………………………………………………………….
42
13. Kinerja keuangan debitur mikro berdasarkan besarnya kredit (dalam jutaan rupiah) ……………………………………………
43
14. Kinerja keuangan debitur mikro berdasarkan total asset (dalam jutaan rupiah) ……………………………………………………
44
15. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan PM ………………..
45
16. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROA ………………
46
17. Pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan ROE …..
48
18. Uji-t Profit Margin (PM) ………………………………………..
49
19. Uji t-Return On Asset …………………………………………...
51
20. Uji t-Return on equity …………………………………………...
52
xii
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
1. Fungsi perbankan sebagai lembaga penghubung …………………..
xiii
Halaman 6
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks
Halaman
1. Kuesioner …………………………………………………………
61
2. Produk jasa dan layanan PT. Bank Jabar Banten ....………………
65
3. Fitur kredit mikro PT. Bank Jabar Banten .……………………….
66
xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sektor usaha mikro dalam konteks dinamika ekonomi nasional terbukti mampu mewujudkan peran dan kontribusi dalam meningkatkan pembangunan karena posisinya yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja, pemulihan ekonomi masyarakat dan mewujudkan pemerataan kesempatan kerja. Menurut Hubeis (2001), peran strategis dari usaha kecil dalam meningkatkan perekonomian domestik adalah : 1. Jumlahnya besar dan terdapat dalam setiap sektor kegiatan. 2. Potensi bagi penyerapan tenaga kerja, terutama potensi untuk menciptakan kesempatan kerja bagi tenaga kurang terampil cukup tinggi. 3. Efisiensi yang dimiliki dalam menciptakan kesempatan kerja. Tiap unit investasi pada sektor usaha kecil menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan kegiatan investasi yang sama pada usaha besar. 4. Kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga yang terjangkau. Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia telah mendapat pelajaran berharga dengan sektor usaha mikro. Munculnya krisis moneter yang diikuti dengan krisis ekonomi tahun 1997, salah satunya adalah karena dilupakannya peran golongan pengusaha mikro. Walaupun skala aktivitasnya relatif kecil tetapi sebenarnya kegiatan ekonomi yang dilakukan merupakan bagian integral dari perekonomian nasional. Pengusaha mikro juga sangat fleksibel menghadapi goncangan yang selama ini menghancurkan kegiatan ekonomi skala besar. Selama ini usaha mikro dikonotasikan sebagai lemah, berskala kecil, berpenampilan informal, administrasi seadanya, sehingga sulit untuk disentuh oleh perbankan formal (unbankale market). Posisi penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro di Wilayah Jawa Barat terus meningkat seiring dengan penyaluran kredit sektor yang lainnya, seperti pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Posisi Pinjaman Perkembangan Kredit di Wilayah Jawa Barat (dalam jutaan rupiah) No Keterangan 1 2 Kredit Modal Kerja
2003 3
2004 4
2005 5
2006 6
2007 7
Rata-rata 8
%
1
Mikro
2.702.377
3.207.342
3.690.052
4.599.968
5.041.057
3.848.159
4
2
Kecil
3.626.944
4.363.431
5.340.305
6.109.227
7.110.870
5.310.155
6
3
Menengah
4.872.989
6.503.499
8.974.157
10.627.437
13.251.519
8.845.920
10
4
Besar
20.032.299
23.557.673
26.563.467
26.581.485
32.736.409
25.894.267
28
Kredit Investasi 5
Mikro
513.122
592.221
715.545
747.444
810.904
675.847
1
6
Kecil
680.170
802.884
1.015.622
1,107,015
1.247.803
970.699
1
7
Menengah
1.195.258
1.572.613
2.117.269
2,446,315
3.077.117
2.081.714
2
8
Besar
6.819.538
8.697.573
10.049.780
11,899,512
14.197.442
10.332.769
11
Konsumsi
17.981.715
26.200.263
34.728.551
39.247.255
47.781.641
33.187.885
36
JAWA BARAT -Modal Kerja
58.424.412 31.234.609
75.497.499 37.631.945
93.194.748 44.567.981
103.365.658 47.918.117
125.254.762 58.139.855
91.147.416
100
43.898.501
48
-Investasi
9.208.088
11.665.291
13.898.216
16.200.286
19.333.266
14.061.029
15
-Konsumsi
17.981.715
26.200.263
34.728.551
39.247.255
47.781.641
33.187.885
36
Kredit Konsumsi 9
Sumber : Bank Indonsia, 2007.
Namun demikian dari rata-rata penyaluran kredit di Jawa Barat sebesar Rp. 91.147.416 juta, ternyata hanya sebesar Rp. 3.848.159 juta yang tersalur untuk kredit modal kerja mikro dan sebesar Rp. 675.847 juta dalam kredit investasi mikro. Dengan perkataan lain dari rata-rata kredit yang disalurkan hanya sebesar 5% nya saja yang disalurkan kepada para pengusaha mikro. Rendahnya
keberpihakan
perbankan
kepada
pengusaha
mikro
direfleksikan dengan masih kecilnya penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro sebagai akibat dari belum penuhnya kepercayaan perbankan kepada pengusaha mikro untuk dijadikan mitra usaha yang saling menguntungkan. Di lain pihak sektor usaha mikro merupakan sektor usaha yang paling dominan dibandingkan dengan sektor usaha lainnya karena jumlahnya sangat banyak. Masalah permodalan bagi pengusaha mikro masih terus menjadi permasalahan yang tidak terpecahkan, sedangkan kepercayaan dari sektor perbankan untuk menyalurkan kreditnya ke sektor mikro relatif masih rendah dan uluran dari pemerintahpun masih sangat jauh dari harapan.
3
PT. Bank Jabar Banten sebagai salah satu lembaga perbankan milik Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, salah satu tujuan didirikannya adalah untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi di daerah, termasuk dalam hal ini di wilayah Kabupaten Cianjur. Maka diharapkan keberadaannya dapat memberikan respon positif terhadap program-program pemerintah dalam memperhatikan usaha mikro. Data perkembangan penyaluran kredit pada Bank Jabar Banten Cabang Cianjur dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan kredit Bank Jabar Banten Cabang Cianjur (dalam jutaan rupiah) POSISI SALDO KREDIT
KETERANGAN 31-12-2004
31-12-2005
31-12-2006
31-12-2007
Ratarata
%
Kredit Modal Kerja -
Umum
3.017
3.563
5.362
6.038
4.495
1,46
-
Kontruksi
3.893
1.034
7.424
1.398
3.088
1,00
-
Mikro
180
1.499
1.923
5.504
901
0,29
725
799
1.401
2.322
731
0,24
- Mikro 1.121 Kredit Berpenghasilan Tetap
1.838
2.018
930
1.244
0,40
Kredit Investasi -
Umum
-
Graha Bhakti
289.115
306.049
168.634
8.0541
190.950
61,90
-
Purna Bhakti
32.202
39.192
34.912
28.247
26.577
8,62
2.891
2.746
3.011
2.465
2.162
0,70
11.759
67.375
232.655
356.137
77.947
25,27
521
409
440
143
378
0,12
345.424 424.504 Jumlah Sumber : PT. Bank Jabar Banten, 2007.
457.780
483.725
308.472
100
-
Adhi Bhakti Multiguna - Bhakti Lainnya - Cash Collateral
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kredit modal kerja untuk usaha mikro pada tahun 2004 sangat kecil bila dibandingkan dengan jenis kredit lainnya, yaitu sebesar Rp. 180 juta (0,05%). Pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 1.499 juta (0,35%), tahun 2006 menjadi sebesar Rp. 1.923 (0,42%) dan pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 5.504 juta (1,14%).
4
Penyaluran Kredit modal kerja kepada pengusaha mikro dari tahun 2004 sampai 2007 terus mengalami peningkatan, namun rataan kredit
yang
diterima pengusaha mikro per tahunnya masih relatif kecil yaitu sebesar Rp. 901 juta (0,29%) bila dibandingkan dengan jenis usaha lainnya, seperti kredit umum dan kredit kepada debitur berpenghasilan tetap. Berbeda dengan kredit modal kerja mikro, kredit investasi mikro yang disalurkan pada tahun 2004 mencapai Rp. 1.121 juta (0,32%), tahun 2005 naik menjadi sebesar Rp. 1.838 juta (0,43%), dan tahun 2006 naik lagi menjadi sebesar Rp. 2.018 juta (0,44%), tetapi pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp. 930 juta (0,19%), sehingga rataan kredit investasi mikro tahun 2004-2007 adalah sebesar Rp. 1.244 juta (0,40%) dari rataan total kredit yang diberikan PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur sebesar Rp. 308.472 juta. Dilihat dari total kredit yang diterima pengusaha mikro baik untuk modal kerja maupun investasi, pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan setiap tahunnya namun rataan posisi kredit mikro tahun 2004-2007 masih sangat kecil yaitu sebesar Rp. 2.145 juta (0,70%) bila dibandingkan dengan rataan total kredit yang disalurkan yaitu sebesar Rp. 308.472 juta. Berdasarkan data tersebut, menarik untuk dikaji bagaimana pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan debitur mikro di PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur.
B. Perumusan Masalah Agar pembahasan penelitian ini dapat lebih jelas dan terarah maka permasalahan yang perlu dikaji adalah bagaimana pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan debitur Mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur?
C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji dan mengetahui pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja keuangan debitur
5
mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur, serta pengaruhnya masing-masing berdasarkan : 1.
Sektor ekonomi usaha debitur mikro
2.
Lamanya usaha debitur mikro
3.
Jangka waktu kredit mikro
4.
Tahun pemberian kredit mikro
5.
Besarnya plafond kredit yang diterima pengusaha mikro
6.
Total asset perusahaan debitur mikro
Terhadap kinerja keuangan usaha debitur PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur.
6
II. LANDASAN TEORI A. Bank Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberdayakan usaha mikro terutama pemberdayaan dalam bidang pembiayaan. Bank berfungsi sebagai penghubung antara masyarakat yang kelebihan uang dengan masyarakat yang membutuhkannya. Hal ini sesuai dengan UU perbankan No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU Perbankan No. 7 Tahun 1992 : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Menurut Abdulkadir (1999), peranan bank adalah sebagai lembaga keuangan yang : 1. Menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan effisien 2. Menjadi penitipan serta penyimpanan dana dan kekayaan bergerak lainnya 3. Memperdagangkan valuta asing dan surat-surat berharga 4. Menjadi penghubung yang melakukan pembayaran dalam transaksi perdagangan antar penjual/eksportir dan pembeli/importir. Tanpa lembaga penghubung seperti lembaga perbankan akan sangat sulit terjadi alokasi dana dari masyarakat yang kelebihan uang kepada yang membutuhkannya. Fungsi bank sebagai lembaga penghubung dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.
Unit Surplus - Rumah Tangga - Bisnis - Pemerintah
Lembaga Keuangan sebagai lembaga penghubung - Perbankan - Koperasi
Unit Defisit - Rumah Tangga - Bisnis - Pemerintah
Sumber : Tim Proyek Pengelolaan Microbanking PT. Bank Jabar Banten, 2006.
Gambar 1. Fungsi perbankan sebagai lembaga penghubung
7
Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pengertian tersebut memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 31.1), Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990, Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan (Febryani dan Zulfadin, 2003). Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Beberapa penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan pernah dilakukan sebelumnya. Antara lain adalah penelitian mengenai perbandingan tingkat efisiensi pada industri perbankan yang dilakukan dengan melakukan pengujian empiris terhadap tingkat efisiensi antara bank pemerintah, bank swasta nasional dan swasta asing serta bank publik.
Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari
Return on Assets, Profit Margin dan Return on Equity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank publik mempunyai tingkat efisiensi di atas rata-rata seluruh bank, sedangkan tingkat efisiensi bank pemerintah dan bank swasta nasional secara keseluruhan berada di bawah rata-rata seluruh bank (Ventje, 1993 dalam Febryani dan Zulfadin, 2003).
8
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut transaksinya bank dapat dibedakan menjadi Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor dan impor, serta jual beli valuta asing. Bank Non Devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi internasional atau dengan kata lain hanya dapat melakukan transaksi dalam negeri saja (Irmayanto, 2001).
B. Kredit Menurut Kasmir (1998), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah : 1. Kepercayaan Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu atau di masa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya telah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah, baik secara internal maupun dari eksternal. Penelitian dan penyidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit. 2. Kesepakatan Kesepakatan antara pemberi dan penerima kredit, dituangkan dalam suatu perjanjian, dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
9
4. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagih/macetnya pemberian kredit tersebut. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin besar risikonya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah/debitur yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya bencana alam atau bangkrutnya usaha tanpa disengaja. 5. Balas jasa Balas jasa merupakan keuntungan atas suatu pemberian kredit atau jasa tersebut yang lebih dikenal dengan bunga kredit. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bagi bank. Kredit yang disalurkan kepada sektor usaha mikro dalam menunjang permodalan untuk digunakan sebagai modal kerja dan modal investasi. 1. Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk dipergunakan sebagai tambahan modal kerja. Modal kerja berupa modal usaha dalam bentuk uang kas, piutang dagang, persediaan barang dagangan. Menurut Asikin (1995) dalam Lubis (2004), kredit modal kerja adalah kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan. Oleh sebab itu, karakter yang melekat pada kredit jenis ini adalah (1) Umumnya berjangka pendek atau musiman; (2) Kredit pada umumnya disediakan dalam bentuk rekening koran; (3) Kebutuhan modal dihitung atas dasar perputaran usaha (siklus produksi); (4) Agunan lebih ditekankan pada barang yang lebih mudah dicairkan dalam waktu singkat; (5) Persyaratan kredit dan penentuan jatuh tempo dinegosiasikan sedemikian rupa dengan memperhatikan perkembangan usaha. Menurut Kasmir (1998), kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
10
2. Kredit Investasi Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi seperti pembelian tanah dan pembangunan gedung tempat usaha, serta pembelian barang-barang modal. Kredit ini bersifat produktif, karena pembelian barang modal dan pembangunan gedung tempat usaha tersebut bertujuan meningkatkan produktivitas. Menurut Kasmir (1998), kredit investasi digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Menurut Asikin (1995) dalam Lubis (2004), kredit investasi adalah kredit jangka menengah dan jangka panjang dalam rangka membiayai pengadaan aktiva tetap suatu perusahaan, dengan ciri-ciri : (1) Umumnya berjangka waktu menengah atau panjang; (2) Kebutuhan kredit investasi dihitung dari barang modal yang diperlukan, rehabilitasi dan modernisasi; (3) Kebutuhan kredit juga diperhitungkan kemampuan debitur menyediakan biaya sendiri; (4) Penetapan jangka waktu umumnya disesuaikan dengan jadwal mulai menghasilkan dengan diberikan tenggang waktu untuk mulai mengangsur pokok atau bunga. Menurut Riyanto (1982) dalam Febryani dan Zulfadin (2003), pemberian kredit oleh bank didasarkan hasil penilaian bank tersebut terhadap perusahaan pemohon kredit mengenai berbagai aspek, yaitu segi pribadi, keahlian dan kemampuan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya, rencana penggunaan kredit yang diminta beserta rencana pembayaran kembali kredit tersebut, posisi dan perkembangan keuangan dari perusahaan pemohon kredit di waktu-waktu yang lalu, prospek dari perusahaan yang bersangkutan beserta prospek industri dimana perusahaan tersebut tergolong di dalamnya pada waktu yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kredit mikro menurut Tim proyek mikro banking Bank Jabar Banten (2003) adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada pengusaha mikro baik perorangan, kelompok dan pegawai untuk membiayai kebutuhan yang bersifat produktif dan non produktif, yang pemberiannya dilakukan secara langsung oleh Bank maupun oleh Lembaga Chanelling.
11
Pengusaha mikro pada dasarnya adalah termasuk dalam kelompok usaha kecil yang menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah (1) usaha perseorangan, berbadan hukum maupun tidak, termasuk koperasi, (2) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah dan besar, (3) milik WNI, (4) mzet maksimal Rp. 1 milyar setahun dan (5) memiliki kekayaan bersih maksimal senilai Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan. Dalam inpres No. 10 tahun 1999, usaha menengah sebagai perusahaan dengan kekayaan bersih antara Rp. 200 juta – 10 milyar di luar tanah dan bangunan. Kriteria yang diatur untuk menetapkan definisi UKM meliputi nilai investasi atau aset, omzet, tenaga kerja, kepemilikan, lagalitas dan independensi (Susilowati, 2005). Walaupun Menegkop dan UKM sesuai fungsi utamanya, yakni sebagai satu-satunya lembaga pemerintah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perumusan kebijaksanaan UKM dan koordinasi dari programprogram pembinaan UKM yang dilakukan oleh semua departemen dan lembaga pemerintah, juga memiliki data mengenai jumlah unit usaha dan tenaga kerja UKM di semua sektor ekonomi; tetapi data UKM di jenis usaha manufaktor (sebut IKM) yang cukup lengkap dan terperinci menurut subsektor berasal dari Depperindag dan BPS. Tetapi kedua instansi pemerintah tersebut menerapkan definisi IKM yang berbeda. Depperindag mengukur IKM berdasarkan nilai investasi awal (aset), sedangkan BPS berdasarkan jumlah pekerja. Berdasarkan data tahun 2003 Kantor Kementrian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dalam Hubeis (2004), jumlah UK menduduki peringkat terbanyak, yaitu 41,3 juta unit atau sekitar 99,12% dari seluruh skala usaha yang ada di Indonesia.
Usaha Menengah dan Besar
(UMB) masing-masing sebanyak 361.052 unit (0,87%) dan 2.158 unit (0,01%). Namun demikian, kontribusinya terhadap ekonomi nasional masih di bawah Usaha Besar (UB), yaitu hanya 43,42% sedangkan UB 44,9%. Akan tetapi UMK ini memiliki angka kesempatan kerja paling besar (88,92%),
12
berarti skala usaha ini dapat menyerap 88,92% dari seluruh angkatan kerja nasional yang telah bekerja pada 9 sektor kegiatan ekonomi. Menurut Hubeis (2004) dalam Yusuf, dkk (2006), UKM mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari UKM adalah : 1. Organisasi internal sederhana. 2. Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya, berorientasi ekspor dan substitusi impor. 3. Aman bagi perbankan dalam memberi kredit. 4. Bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. 5. Mampu memperpendek rantai distribusi. 6. Fleksibilitas dalam pengembangan usaha. Dilain pihak kekurangan dari UKM adalah : 1. Lemah dalam kewirausahaan dan manajerial. 2. Keterbatasan keuangan. 3. Ketidakmampuan aspek pasar. 4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi. 5. Ketidakmampuan informasi. 6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai. 7. Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama. 8. Sering tidak memenuhi standar. Bila dilihat dari tantangannya secara umum UMK mempunyai tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal UMK melekat pada dirinya, yaitu kelemahan manajerial dan skala ekonomi yang terbatas. Tantangan eksternal yang ada sebagian berasal dari kemitraan yang dibangun dengan UMB. Karakter UMB adalah standarisasi kegiatan. Dengan demikian bila UMK ingin berkembang dan menjadi mitra UMB, maka harus meningkatkan kemampuannya dalam menjamin mutu barang atau jasa. Untuk itu dikeluarkan kebijaksanaan pemerintah melalui SKI Meneg BUMN Nomor 236/MBU/ 2003, tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan UMK dan
Program
Bina
Lingkungan.
Program
ini
dilaksanakan
melalui
pemanfaatan dana dari Bagian Laba BUMN, dimana tiap BUMN diwajibkan
13
menyisihkan 1 – 3% dari laba bersihnya untuk program kemitraan, yaitu meningkatkan kemampuan UMK menjadi tangguh dan mandiri (Kementerian BUMN, 2003). Tiap kredit yang disalurkan memiliki potensi resiko tidak terbayar oleh para nasabah.
Untuk itu, sebelum perusahaan memutuskan
untuk menyetujui pemberian atau penambahan kredit oleh nasabah, terlebih dahulu dilakukan evaluasi resiko atas para nasabah. Dalam menilai resiko kredit paling tidak terdapat lima faktor penilaian atas usulan kredit, yaitu character, capacity, capital, condition of economic dan collateral, atau disingkat dengan sebutan 5C atau 5K (Afiff, 1994 dalam Yusuf dkk, 2006). Keberhasilan usaha kecil dan menengah dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang ekonomi dan sudut pandang sosial. Dari segi ekonomi, keberhasilan perusahaan ditinjau dari adanya peningkatan kekayaan perusahaan diluar pinjaman, misalnya kenaikan laba, tambahan modal dan rasio-rasio yang lain. Sedangkan segi sosial, keberhasilan perusahaan ditinjau dari adanya kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dengan kaitannya keberadaan karyawan perusahaan.
C. Analisa Kredit Mikro Proses rekruitmen calon debitur mikro tidak dapat dipisahkan dari halhal yang sifatnya tangible dan intangible. Saat dilakukan observasi (intangible)
memegang
peranan
sangat
penting.
Dengan
melakukan
pengamatan ini para pejabat bank harus dapat mengambil keputusan bahwa calon debitur yang dihadapi benar-benar mempunyai 2 C (carakter dan capacity). Karakternya bisa diandalkan dan kemampuan berusaha tidak diragukan. Resiko kredit, idealnya sudah bisa dikurangi pada tahap ini. Secara umum dan objektif, calon nasabah yang ideal memiliki karakteristik sebagai berikut (PT. Bank Jabar Banten, 2006) : 1. Excellent Credit Historis (riwayat kredit yang baik), artinya calon debitur yang
akan
direkrut
telah
menunjukkan
kemampuannya
untuk
menyelesaikan kredit di masa lalu. Bila calon debitur belum pernah mendapat kredit dari suatu lembaga keuangan formal, tetapi mungkin
14
pernah mendapatkan dari koperasi, rentenir, saudara, pemasok dan lainlain. 2. Story of success (cerita keberhasilan), artinya calon debitur telah mengalami sukses di bidang tertentu, termasuk usaha, pendidikan, menjadi tokoh masyarakat dan lain-lain, yang mencirikan sebagai pekerja keras dan mempunyai karakter atau perilaku yang baik. 3. Mampu bertahan di atas 3 tahun, artinya usaha yang ditekuni sudah mampu mengatasi perubahan musim (business cycle) yang kadang kala akan mempengaruhi kondisi perekonomian secara keseluruhan. 4. Enterpreneurship (kewirausahaan), artinya calon debitur mempunyai jiwa wirausaha murni (bukan karena fasilitas atau warisan dari orang tua), yang tercermin dari keberaniannya menghadapi risiko dan mencari terobosanterobosan. Pengusaha golongan ini mempunyai daya inovasi dan kreativitas tinggi. 5. Well educated (terdidik), artinya meski berpendidikan formal rendah, namun dengan pengalaman yang dimiliki, mampu mengembangkan daya intelektualnya, sehingga mampu berpikir dengan logika umum yang setaraf dengan orang yang berpendidikan formal, sehingga mudah dibina dan mempunyai karakter baik. Menurut Santoso (1996), analisis kredit dimaksudkan sebagai review atas pengajuan plafond kredit dari nasabah, terutama dibidang keuangan, yaitu bank maupun Finance Company. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses analisa kredit oleh bank pemberi kredit adalah sebagai berikut : 1.
Melaksanakan Wawancara Melaksanakan wawancara langsung dengan calon debitur sehingga diperoleh informasi langsung dari calon debitur. Melaksanakan wawancara ini adalah merupakan salah satu cara cara dalam pengumpulan data mengenai calon debitur. Menurut Reed dan Gill (1995), dalam wawancara dengan pemohon kredit, bank mempelajari alasan permintaan pinjaman dan apakah
15
permohonan pinjaman memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan menurut kebijakan pinjaman bank. 2.
Kunjungan Lapangan Dalam melaksanakan kunjungan lapangan diharapkan semua kegiatan yang meliputi langkah-langkah pengumpulan data dan informasi calon debitur serta kegiatan usahanya dapat diteliti/diperiksa kenenarannya. Menurut Santoso ( 1997), langkah-langkah dalam penyidikan data adalah meliputi : (a) memeriksa kelengkapan dan kebenaran data yang disampaikan pemohon; (b) Setelah data lengkap, maka pemohon diwawancarai, setelah itu baru diadakan analisa kredit.
3.
Pembahasan Kredit Dari hasil wawancara dan kunjungan lapangan diperoleh informasi yang berkaitan dengan watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha calon debitur. Menurut Usman (2001), prinsip-prinsip pemberian kredit adalah watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha calon debitur yang dikenal dengan the five C of Credit analysis atau prinsip C’s, yaitu : a.
Penilaian Watak (character) Penilaian watak atau keperibadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik dari calon debitur untuk mengembalikan pinjamannya sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari.
b.
Penilaian Kemampuan (capacity) Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debitur dalam waktu tertentu mampu mengembalikan pinjamannya.
c.
Penilaian terhadap modal (capital) Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan usahanya.
16
d.
Penilaian terhadap agunan (collateral) Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan dengan maksud apabila calon debitur tidak dapat melunasi utangnya maka agunan tersebut dapat dicairkan.
e.
Penilaian terhadap prospek usaha (condotion of economy) Bank harus menganalisis keadan pasar baik masa lalu maupun masa yang akan datang dari sektor usaha yang diajukan permohonan kreditnya oleh calon debitur.
Menurut Kasmir (1998), biasanya kriteria penilaian yang dilakukan bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan, dengan analisis 7 P kredit, yaitu : a. Personality Menilai nasabah dari segi keperibadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya, sehingga dapat diketahui bagaimana keperibadian yang sebenarnya. b. Party Mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Bank memberikan fasilitas berdasarkan klasifikasi tersebut. c. Purpose Mengetahui tujuan penggunaan kredit dari permohonan yang diajukan calon debitur. d. Prospect Menilai usaha calon nasabah dimasa yang akan datang, apakah menguntungan atau sebaliknya. e. Payment Mengukur bagaimana calon nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana dana untuk pengembalian kredit. f. Profitability Menganalisis
bagai
memperoleh laba.
kemampuan
usaha
calon
debitur
dalam
17
g. Protection Menjaga agar bagaimana supaya kredit yang diberikan kepada debitur mendapat perlindungan.
D. Kinerja Keuangan Usaha Mikro Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1999), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penelitian yang pernah dilakukan mengenai perbandingan kinerja industri perbankan pada bank devisa dan non devisa didasarkan pada (1) Return on Equity (ROE), yaitu indikator kemampuan perbankan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih, dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas (Net Income dibagi Total Equity). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik produktifitas modal sendiri dalam memperoleh laba; (2) Return on Assets (ROA), yaitu indikator kemampuan perbankan untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh bank, dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Net Income dibagi Total Assets). Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktifitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih; dan (3) Loan to Deposit Ratio
18
(LDR), yaitu indikator kemampuan perbankan dalam membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. LDR dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara total loan dengan total deposit (Total Loan dibagi Total Deposit). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi likuiditas penyaluran kredit dari bank, dengan resiko kredit macet yang juga semakin besar. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dan non devisa sebelum krisis ekonomi. Dengan kata lain, bank devisa memiliki kinerja yang lebih baik daripada bank non devisa (Wijaya, 1998), dengan pendekatan pengukuran kinerja yang digunakan adalah ROA, ROE dan LDR. Skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang dipekerjaan dan berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi (Holmes dan Nicholls, 1988). Jumlah pendapatan atau penjualan yang dihasilkan perusahaan dapat menunjukkan perputaran asset atau modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga semakin besar pendapatan atau penjualan yang diperoleh perusahaan semakin besar pula tingkat kompleksitas perusahaan dalam menggunakan informasi akuntansi. Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan. Skala usaha berpengaruh positif terhadap tingkat penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi (Holmes dan Nicholls, 1988). Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa tingkat informasi akuntansi yang disediakan tergantung pada skala usaha, yang diukur dengan jumlah pendapatan atau hasil penjualan dan jumlah karyawan. Apabila skala usaha meningkat, maka proporsi perusahaan dalam penyediaan dan penggunaan informasi akuntansi statutori, anggaran dan informasi tambahan juga meningkat. Salah satu kelemahan dari
sektor usaha mikro adalah permodalan,
karenanya bank sebagai salah satu lembaga intermediasi diharapkan dapat
19
dijadikan sebagai mitra bisnis dalam mengembangkan sektor usaha mikro yang saling menguntungkan. Menurut Rahardjo (1997), tujuan diadakannya penilaian kredit adalah agar kredit yang diberikan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal berikut : (1) Keamanan kredit (safety), artinya pemberian kredit harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali; (2) Terarahnya tujuan penggunaan (suitability), yaitu kredit yang diberikan akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan masyarakat atau sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku; (3) Menguntungkan (profitable), baik bagi bank yang memberikan kredit untuk memperoleh keuntungan berupa penghasilan dari bunga, maupun bagi nasabah/debitur yang menerima kredit, yakni berupa keuntungan dan makin besarnya usaha. Modal merupakan salah satu faktor produksi bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya sedangkan kredit bank adalah merupakan salah satu
alternatif
permodalan
bagi
pengusaha.
Berkembangnya
sebuah
perusahaan merupakan indikator dari semakin membaiknya kinerja usaha, yang salah satunya direfleksikan dari meningkatnya keuntungan perusahaan. Pencairan kredit mikro yang disetujui didisposisi sekaligus karena untuk sektor mikro tidak dianjurkan untuk bertransaksi melalui cek sehingga praktis semua transaksi akan dilewatkan melalui rekening tabungan. Pembayaran angsuran dari debitur didesain melalui penagihan dengan tidak harus menunggu setelah angsuran kredit jatuh tempo melainkan sebelumnya dan sementara ditampung dalam rekening tabungan yang bersifat sementara sebelum angsuran kredit jatuh tempo, dengan demikian disamping bank mendapatkan keuntungan berupa bunga kredit mikro, bank juga mempunyai keuntungan dari penghimpunan dana nasabah.
E. Tinjauan Proses Pemberian Kredit Mikro Di Bank Jabar Banten Cabang Cianjur Dilihat dari sektor perkreditan bank, secara umum profil pengusaha dan kredit mikro mempunyai ciri-ciri : (1) Nilai kredit sangat kecil; (2) Biayanya akan menjadi mahal; (3) Pengusaha mikro rata-rata tidak mempunyai
20
administrasi atau catatan usaha yang baik; (4) Pengusaha mikro tidak memisahkan harta usaha dengan rumah tangganya; (5) Pengusaha mikro ratarata tidak memiliki formalitas perijinan usaha; (6) Pengusaha mikro rata-rata tidak mempunyai agunan yang memenuhi syarat untuk pengikatan secara legal dan kalaupun ada menjadi tidak ekonomis. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka prosedur serta syarat dan ketentuan untuk kredit mikro di Bank Jabar Banten diperlakukan berbeda dengan sektor usaha lainnya : a. Ketentuan 1. Plafond Kredit Sebesar Rp. 5.000.000,- sampai dengan sebesar Rp. 100.000.000,2. Jangka Waktu Kredit modal kerja selama satu tahun sampai dengan dua tahun, sedang untuk kredit investasi satu tahun sampai dengan lima tahun. 3. Biaya Propisi Sebesar 0,50% dari plafond kredit yang disepakati. 4. Agunan Kredit Jenis barang yang dapat diterima sebagai agunan dalam kredit mikro adalah sebagai berikut : - Sertifikat hak milik (SHM), SHGB dan Leter C. - Tempat usaha, kios/los dengan bukti kepemilikan dari dinas intansi terkait. - Bukti hak pakai atas barang tidak bergerak lainnya - Mesin atau barang lainnya yang dibiayai dengan kredit - Kendaraan yang dibuktikan dengan BPKB b. Persyaratan 1. Permohonan kredit yang telah diisi secara lengkap dalam formulir aplikasi yang disediakan bank. 2. Menyerahkan pas photo pemohon beserta istri/suami bagi telah menikah, masing-masing dua lembar ukuran 3 x 4. 3. Menyerahkan photo copy identitas diri pemohon beserta istri/suami bagi yang telah menikah masing-masing dua lembar.
21
4. Menyerahkan photo copy kartu keluarga sebanyak dua lembar. 5. Menyerahkan photo copy surat nikah bagi pemohon yang telah menikah. 6. Menyerahkan legalitas usaha serendah-rendahnya dari Desa setempat dimana lokasi usaha berada atau dari dinas intansi terkait dengan usaha pemohon. 7. Menyerahkan bukti pembayaran terakhir, rekening listrik dan atau PDAM dan atau rekening telpon. c. Pembahasan kredit Atas dasar permohonan kredit mikro yang diterima, maka bank memproses permohonan tersebut sebagai berikut : 1. Melakukan pengumpulan data dan verifikasi Pengumpulan dan verifikasi adalah semua kegiatan dan informasi mengenai calon debitur, serta meneliti kebenaran dari data dan informasi tersebut dari sumbernya, untuk pengajuan kredit meliputi : a. Wawancara dengan pemohon kredit untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai jenis dan kegiatan usaha dari calon debitur. b. Mengumpulkan semua data/informasi secara lengkap, benar dan up to date yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan, baik data internal maupun data eksternal. c. Meneliti dan melakukan verifikasi untuk memastikan kebenaran dara data dan informasi yang disampaikan oleh calon debitur. d. Memo laporan berdasarkan hasil verifikasi yang dilaksanakan kepada pemimpin cabang untuk bahan pertimbangan dalam mengambil langkah selanjutnya. 2. Analisa Kredit Berdasarkan memo ijin proses dari pemimpin cabang, petugas analis melakukan analisis kredit terhadap calon debitur dan usahanya yang meliputi pembahasan : a) Aspek Umum Mengkaji data pokok, seperti :
22
-
Nama dan alamat pemohon
-
Bidang usaha
-
Hubungan dengan Bank Jabar Banten, apakah sebelumnya sudah menjadi nasabah atau belum.
-
Hubungan dengan Bank Lain, apakah merupakan nasabah bank lain atau bukan, hal ini dilakukan dengan cara meminta informasi melalui system informasi debitur (SID) yang disediakan oleh Bank Indonesia.
-
Status kepemilikan tempat tinggal, apakah milik sendiri, kontrak, dan sebagainya.
b) Aspek Manajemen Mengkaji apakah calon debitur mikro dinilai akan mampu mengelola dalam mengembangkan usahanya. Hal ini menyangkut dua hal pokok antara lain : -
Riwayat hidup dari calon debitur, apakah calon debitur telah mengalami sukses dibidang tertentu, termasuk mengelola usaha, pendidikan, ketokohan dan sebagainya.
-
Riwayat mengalami
perusahaan fluktuasi
pemohon, usaha,
apakah
relatit
riwayat
tidak
usaha
berkembang,
berkembang atau sebaliknya. c) Aspek Pemasaran Penilaian dalam aspek pemasaran dilakukan untuk meyakinkan bahwa produk yang dijual oleh calon debitur merupakan produk yang laku dijual di pasar, karena kemampuan memproduksi suatu barang atau jasa tidak akan ada artinya jika tidak ada kemampuan menjual. Faktor-faktor yang dinilai dalam aspek pemasaran meliputi hal-hal berikut : -
Siklus hidup produk
-
Produk pengganti
-
Harga, cara penjualan, dan pengelolaan pelanggan
-
Persaingan usaha dan perusahaan pesaing
23
-
Daya beli masyarakat
-
Kegiatan promosi oleh calon debitur
-
Daerah pemasaran produk
-
Faktor musim
-
Manajemen pemasaran
-
Cara penjualan
c) Aspek Tekhnis Beberapa hal yang dinilai dalam aspek tekhnis antara lain : -
Lokasi Usaha
-
Fasilitas bangunan tempat usaha
-
Sarana lain sebagai penunjang usaha
d) Aspek Keuangan Kajian aspek keuangan untuk kredit mikro dibuat sederhana dengan menekankan pada daya tabung atau tingkat surplus dari usaha debitur : -
Menghitung jumlah laba usaha pada tahun berjalan
-
Menghitung jumlah pendapatan keluarga diluar usaha pada tahun berjalan
-
Menghitung jumlah seluruh biaya hidup selama satu tahun berjalan
-
Menghitung kemampuan menabung dari surplus pendapatan
-
Maksimum kredit yang diberikan bank adalah 70% dari kemampuan menabung kali jangka waktu kredit.
e) Aspek Jaminan Sasaran yang ingin dicapai dari aspek jamina ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomis serta nilai yuridis dari jaminan yang diberikan. i. Syarat ekonomis -
Memiliki nilai ekonomis yang konstan
-
Mudah untuk diperjual belikan
-
Memiliki usia ekonomis yang lebih panjang dari masa kredit
24
ii. Syarat yuridis -
Jaminan milik syah dari calon nasabah atau yang dikuasainya
-
Tidak sedang dalam kasus persengketaan
-
Memenuhi persyaratan untuk dilakukan pengikatan
-
Barang tersebut tidak dalam masa penjaminan dengan kreditur lain
3. Pencairan kredit Atas persetujuan kredit yang dikeluarkan oleh bank serta disepakati oleh calon debitur mikro maka dibuatkan perjanjian kredit beserta lampiran-lampirannya untuk : a. Melakukan penandatangan akad kredit dan pengikatan agunan b. Melakukan pencairan kredit c. Administrasi dan pelaporan
4. Pembinaan nasabah dan penyelamatan kredit a) Pembinaan nasabah -
Melayani nasabah dengan pendekatan yang hangat
-
Menciptakan dan memlihara hubungan pribadi dan persahatan
-
Melakukan kunjungan secara berkala
-
Melakukan asuransi kredit debitur mikro
b) Penyelamatan kredit bermasalah Untuk
melakukan
penyelamatan
kredit
bermasalah
maka
ditentukan strategi penyelamatan kredit dengan pemilihan sasaran strategi sebagai berikut : i. Toleransi sementara Strategi yang diterapkan terhadap nasabah menunggak dengan kriteria sebagai berikut : -
Debitur menungak sementara atau hanya sebagian saja
-
Prospek usaha masih baik
-
Kemampuan membayar kembali masih ada
-
Loyalitas pemilik perusahaan terhadap masih tinggi
25
-
Kelangsungsungan
hubungan
dengan
nasabah
masih
diperlukan ii. Penyelesaian Internal Strategi ini diterapkan terhadap debitur dengan kriteria sebagai berikut : -
Debitur menunggak lebih dari 3 bulan
-
Prospek usaha sudah tidak baik
-
Kemampuan membayar sudah tidak ada lagi
-
Loyalitas pemilik perusahaan terhadap bank rendah
-
Kelangsungan hubungan dengan nasabah masih diperlukan
iii. Penyelesaian eksternal Strategi yang diterapkan terhadap debitur dengan criteria sebagai berikut : -
Debitur menunggak lebih dari 3 bulan
-
Prospek usaha sudah tidak baik
-
Kemampuan membayar sudah tidak ada
-
Loyalitas pemilik perusahaan terhadap bank rendah
-
Kelangsungan hubungan dengan nasabah sudah tidak diperlukan
Strategi penyerahan penyelamatan kepada pihak ketiga dilakukan dalam bentuk : -
Kerjasama dengan pihak ke tiga
-
Penjualan agunan dibawah tangan atau dengan bantuan pihak ketiga
-
Penyerahan penyelesaian kepada Pengadilan Negeri
Bila strategi yang dilakukan masih tidak membuahkan hasil walaupun upaya penagihan sudah optimal maka dilakukan usulan penghapusan piutang dari catatan piutang bank dan dicatat hanya dalam buku extra comtable
26
III. METODE PELAKSANAAN A. Lokasi dan Waktu 1. Lokasi Lokasi pengambilan data adalah Wilayah Kabupaten Cianjur, dan responden merupakan pengusaha mikro yang telah menjadi debitur PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur. 2. Waktu Pengambilan dan analisis data dilaksanakan selama kurang lebih 5 (lima) bulan dari bulan Agustus sampai Desember 2008.
B. Metode Kerja Penyaluran kredit kepada pengusaha mikro ditujukan untuk membantu pengembangan (menggerakkan) sektor riil perekonomian nasional. Dalam kegiatan ini, pengamatan terhadap penyaluran kredit dilaksanakan dengan observasi langsung yang didukung oleh pengumpulan data yang diperlukan. Observasi tersebut selanjutnya diolah menjadi laporan keuangan debitur, lalu dianalisis dengan cara mengadakan perbandingan antara sebelum dan sesudah menerima kredit mikro pada rentang waktu tertentu.
Analisa laporan
keuangan yang digunakan adalah analisa rasio yaitu suatu tehnik analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi dari laporan keuangan usaha debitur. Kinerja pengusaha mikro terdiri atas kinerja keuangan dan non keuangan sedangkan yang dikaji adalah kinerja keuangannya yang mencakup : 1. Profit Margin (PM) = laba bersih/penjualan 2. Return On Asset (ROA) = laba bersih/aset 3. Return On Equity (ROE) = laba bersih/modal sendiri 1. Pengumpulan data a. Studi Kepustakaan Pengumpulan data bahan acuan terbatas pada studi kepustakaan dalam hubungannya dengan karakterisktik pengusaha mikro serta aspek sosiologi dan ekonomi. Selain itu juga tinjauan individu pengusaha
27
mikro serta lingkungan usaha mikro dalam kaitannya dengan sistem pembiayaan atau rencana penyaluran kredit untuk menggerakan sektor riil perekonomian nasional, melalui pemberdayaan usaha kecil dan mikro. b. PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur Selain itu di PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur dilakukan pula pengumpulan data primer dengan tahapan sebagai berikut : 1) Wawancara Dilakukan langsung kepada debitur mikro PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur serta Kantor PT.
Bank Jabar Banten Cabang,
Cianjur. 2) Penyebaran kuesioner Selain melalui wawancara, dibagikan juga kuesioner kepada para responden. Kuesioner ini didasarkan pada parameter-parameter analisis yang dibutuhkan sesuai dengan maksud dan tujuan kajian. 2. Pengolahan dan Analisis Data Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah : a. Metode
Deskriptif,
yaitu
menganalisis
data
dengan
cara
mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data untuk memberikan suatu gambaran mengenai keadaan yang dikaji. b. Metode Deduktif, yaitu mengambil suatu keputusan khusus dengan menarik beberapa kesimpulan dari hasil analisis kajian. Dalam pengolahan dan analisis data dilakukan tahapan berikut : a. Pengumpulan hasil wawancara dan kuesioner dari 30 responden (debitur mikro) yang ada di PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur. b. Verifikasi data hasil pengamatan seperti : 1)
Kelengkapan dalam pengisian data.
2)
Mengevaluasi kesesuaian pengisian dibandingkan dengan hasil pengamatan.
3)
Penyeragaman satuan data.
28
c.
Pengelompokan data berdasarkan jangka waktu kredit, sektor ekonomi, lama usaha, tahun pencairan kredit, besarnya kredit serta total asset dan perhitungan atas besaran setiap variabel, yang selanjutnya dituangkan ke dalam tabel. Data selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan bantuan
paket program statistical product and service solution (SPSS) versi 11.0. Analisis ini dilakukan untuk melihat adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah pemberian kredit.
Format input data
dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Format data input Responden
Sebelum Pemberian Kredit PM ROA ROE
Sesudah Pemberian Kredit PM ROA ROE
1 2 3 … … N n : Jumlah responden Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya korelasi adalah metode korelasi berganda, yaitu metode statistik yang dapat menggambarkan dan menemukan hubungan antara beberapa variabel nilai koefisien korelasi r (Pearson Correlation Coefficient) (Siegel dalam Supriadi, 2003). Pengujian hipotesis tentang korelasi adalah : •
r = 0, tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut
•
r > 0, ada hubungan positif
•
r < 0, ada hubungan negatif Sebelum dilakukan desain hipotesa awal, akan dibahas terlebih dahulu
hubungan antara jenis data, bentuk hipotesa, dengan statistik yang akan digunakan untuk menguji hipotesa dimaksud.
Menurut Sugiyono (2002),
pemilihan statistik penguji terkait erat dengan jenis data dan bentuk hipotesa yang digunakan seperti pada Tabel 4.
29
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori data rasio, yaitu data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol yang absolut. Selain itu contoh yang digunakan adalah berhubungan, karena baik sebelum maupun sesudah pemberian kredit digunakan contoh yang sama. Tabel 4. Hubungan antara jenis data dan bentuk hipotesa Jenis Data
Bentuk Hipotesa Komparatif (dua contoh) Assosiatif (hubungan)
Deskriptif (Satu Variabel)
Related
Independent
Nominal
Binomial X2 one sample
MC Nemar
Fisher Exact Probability X2 two sample
Ordinal
Run test
Sign test Wilcox on Matched Pairs
Interval atau rasio
t-test
t-test of difference
Related x2 for k sample Cochran Q
Independent
Assosiatif (hubungan)
x2 for k sample
Contigency coefficient C
Median test Friedman Mann Whitney U two-way Test.Kolmogorov anova smirnov Wald Wolfowitz
Median Extention kruskalWalls One Way Anova
Spearman Rank Correation Kendall Tau
t-test
one way anova
Person Product Momnet Partial Correlation Multiple Correaltion
Two way anova
Sumber : Sugiono, 2002.
Dalam hal ini digunakan uji t berpasangan untuk menguji hipotesa penelitian, yaitu : hipotesis nol (Ho) atau hipotesis alternatifnya (Ha), yaitu : 1. Ho : βib = βia 2. Ha : βib ≠ βia Dimana : i
= 1, 2,3
βib = nilai tengah variabel kinerja keuangan sebelum pemberian kredit βia
= nilai tengah variabel kinerja keuangan sesudah pemberian kredit atau dengan kata lain : Ho : ada
perbedaan
kinerja
keuangan
perusahaan
sebelum
mendapat kredit dan setelah mendapat kredit. Ha : tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum mendapat kredit dan setelah mendapat kredit.
30
Dengan demikian, jika hipotesis nol diterima, berarti pada ratar nyata 5% tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah pemberian kredit. Sebaliknya jika hipotesis nol ditolak maka ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah pemberian kredit atau dengan kata lain pemberian kredit akan mempengaruhi kinerja keuangan debitur pada taraf nyata yang sama. Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : •
Ho ditolak, jika to hitung > ta((n1+n2)-2) tabel
•
Ho diterima, jika to hitung ≤ ta(n-k-1) tabel
t-hitung yang dimaksud menggunakan formula berikut : t=
x1 − x 2 2
s1 s2 ( s1) ( s 2) 2 + − 2r + n1 n2 n1 n2
dimana : xi : nilai tengah contoh i si : standar deviasi contoh i r
: korelasi antar contoh
ni : jumlah contoh i Agar dapat memudahkan pengolahan dan interpretasi hasil penelitian, maka digunakan definisi operasional seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis variabel yang digunakan pada penelitian Jenis Variabel Profit Margin Return On Asset (ROA)
Return On Equity (ROE)
Keterangan Rasio antara laba bersih atau (EAT) dibandingkan dengan penjualan perusahaan, yang dinyatakan dalam prosentase. Rasio antara laba bersih atau (EAT) dibandingkan dengan total harta perusahaan, yang dinyatakan dalam prosentase. Rasio antara laba bersih (EAT) dibandingkan dengan total modal perusahaan, yang dinyatakan dalam prosentase.
Adapun rumus yang digunakan (Grill, 2002) dalam menghitung variabel-variabel yang terdapat pada Tabel 7 adalah sebagai berikut :
31
- Profit margin
=
laba bersih x100% penjualan kotor
- Return on asset
=
laba bersih x100% total aset
- Return on equity =
laba bersih x100% total modal
C. Aspek Kajian Aspek yang akan dikaji dalam tugas akhir ini meliputi : -
Pengaruh pemberian kredit kepada pengusaha mikro Kajian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep yang berlaku maupun fenomena yang terjadi, dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan usaha debitur dalam kaitannya dengan pembiayaan kredit dari Bank Jabar Banten.
-
Analisis efektivitas penyaluran kredit Penilaian efektivitas penyaluran kredit oleh Bank Jabar Banten kepada pengusaha mikro menggunakan pendekatan kinerja keuangan, yaitu membandingkan kinerja keuangan sebelum dan sesudah diberikan kredit, serta tahap berikutnya melakukan analisa ragam untuk menentukan atau menarik kesimpulan, apakah terjadi perbedaan yang nyata bagi pengusaha kecil sebelum dan sesudah mendapatkan kredit. Tolok ukur yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan usaha debitur yaitu kriteria Profit Margin, rasio antara laba bersih dibandingkan dengan penjualan perusahaan; ROA, merupakan rasio antara laba bersih dibandingkan dengan total asset
perusahaan; ROE, merupakan rasio
antara laba bersih dibandingkan dengan total modal perusahaan; Asset, yaitu ukuran kekayaan perusahaan secara keseluruhan yang nilai bukunya ekuivalen dengan nilai aktiva perusahaan yang dinyatakan dalam rupiah; serta penjualan, merupakan nilai penjualan produk atau jasa perusahaan dalam satu tahun yang dinyatakan dalam rupiah. Untuk memudahkan dalam penilaian kinerja keuangan usaha debitur, maka dilakukan pengelompokkan-pengelompokkan, diantaranya berdasarkan atas : (1) jangka waktu kredit yang diberikan, yaitu 1 dan 2 tahun; (2) sektor ekonomi, yaitu sektor industri, jasa dan peternakan serta sektor usaha perdagangan; (3) lama usaha debitur, yaitu > 8 tahun dan < 8 tahun;
32
(4) berdasarkan tahun pencairan kredit, yaitu > tahun 2006 dan < tahun 2006; (5) besarnya plafond kredit, yaitu < 10 juta dan > 10 juta; (6) total asset debitur, yaitu < Rp. 35 juta dan > Rp. 35 juta. Pengelompokkan data dilakukan agar dalam membandingkan kinerja sebelum dan sesudah diberikan kredit, perubahannya dapat diketahui lebih jelas dan hasil analisanya akan lebih nyata, baik terhadap PM, ROA, maupun ROE.
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum 1. Sejarah PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur Bank Jabar Banten dalam sejarah berdirinya mengalami beberapa proses pembaharuan, baik dalam sasaran operasi maupun nama dari Bank tersebut, Bank Jabar Banten yang sekarang dikenal bermula dari NV.DENIS (De Eerste Nederlandsch Indishe Shareholding) sebagai perusahaan milik Belanda. Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 30/1960 mengenai nasionalisasi perubahan-perubahan milik Belanda dan Pengumuman Provinsi, NV.DENIS diambil alih menjadi milik Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat. Selanjutnya berdasarkan SK Gubernur Nomor : 3/GKHD/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, seluruh hak dan kewajiban, perlengkapan dan kekayaan serta usaha NV.DENIS berikut anak perusahaanya dialihkan kepada Pemerintah Daerah dengan nama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat. Pada tanggal 20 Mei 1961 melalui SK Gubernur Nomor : 7/gkh/bpd/ 61, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dikukuhkan menjadi bank milik Daerah, yang diresmikan oleh Pejabat Presiden RI saat itu yaitu Ir. H. Juanda Kartawidjaya. Pada tanggal 2 November 1992 dengan SK Direksi Bank Indonesia No 25/64/Kep/Dir, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditunjuk sebagai Bank Devisa. Yang saat ini telah memiliki jaringan kantor sebanyak 132 yang beroperasi di Wilayah Indonesia dengan Call Name “Bank Jabar Banten“. Setelah diuraikan mengenai pendiriannya, maka penulis kemukakan sejarah singkat berdirinya Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur atau sekarang dikenal dengan nama “Bank Jabar Banten Cabang Cianjur”. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur, didirikan pada tanggal 01 Februari 1968, dengan jumlah karyawan pada waktu itu hanya 7 orang kemudian berdasarkan pengesahan Peraturan
34
Daerah Provinsi Jawa Barat tanggal 27 Juni 1978 Nomor : 1/DP.040/PD/ 78. Bank Pembangunan Daerah atau disingkat dengan BPD. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 1/DP/040/PD/78 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur mempunyai misi mendukung dan mendorong kegiatan pembangunan di daerahnya dalam rangka pembangunan nasional dengan jalan melakukan atau menjalankan
usaha-usahanya
sebagai
lembaga
keuangan.
Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur sesuai dengan misi di atas juga mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Sebagai Bank Pembangunan b. Sebagai Bank umum c. Sebagai Pemegang kas Daerah 2. Produk Perusahaan Produk yang ditawarkan oleh PT. Bank Jabar Banten saat ini terdiri dari produk jasa dan layanan yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. 3. Kondisi Lingkungan Sesuai dengan laporan Rapat Umum Pemegang Saham tahun 2007, bahwa dalam rangka mendukung program pemerintah maka kebijakan perkreditan Bank Jabar Banten ke depan akan di arahkan untuk meningkatkan kredit retail dan pemberian kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memberikan dampak multiplier kepada seluruh sektor usaha dan penyaluran kredit program kepada debitur-debitur binaan yang prospektif seperti kredit pertanian dan kredit pola syariah. Dalam operasionalnya kebijakan perkreditan tersebut akan didistribusikan kepada setiap kantor cabang Bank Jabar, termasuk dalam hal ini Bank Jabar Banten Cabang Cianjur, sebagai perwakilan dari kantor pusat yang ada di Wilayah Kabupaten Cianjur. Bank Jabar Banten yang didukung dengan 132 jaringan kantor yang ada saat ini, serta dukungan penuh pemerintah daerah sebagai pemilik, termasuk dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Cianjur maka bukan hal
35
yang
sangat
sulit
untuk
mengembangkan
bisnisnya
khususnya
mikrobanking, mengingat sumber daya manusia yang berpengalaman. Lembaga keuangan lain baik formal maupun non formal yang menggeluti bisnis mikro merupakan tantangan yang harus dihadapi. Lembaga keuangan dimaksud adalah : a. Koperasi Simpan Pinjam b. Bank Rakyat Indonesia khususnya BRI Unit Desa c. Bukopin d. Bank Danamon Simpan Pinjam e. Bank Perkreditan Rakyat f. Lembaga Perkreditan Kecamatan g. Lembaga Keuangan Non Bank. h. Rentenir Namun demikian, karena jangkauan operasional serta target pasar yang berbeda-beda hal ini menjadi sebuah tantangan yang masih dapat teratasi
bagi
PT.
Bank
Jabar
Banten,
Cabang
Cianjur
dalam
mengembangkan bisnisnya di sektor mikrobanking.
B. Kinerja keuangan usaha debitur mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur Keputusan Bank Jabar Banten untuk lebih dalam mengembangkan usaha mikro membawa keharusan menyesuaikan dengan paradigma baru menurut dimensi-dimensi mikro, dengan menggunakan pola pikir, logika dan cara berbeda dengan yang dipraktekkan kepada skala usaha lainnya. Penyaluran kredit mikro diperkirakan dapat mentransformasikan praktekpraktek yang dilakukan rentenir, koperasi simpan pinjam ataupun Lembaga keuangan mikro lainnya yang sifatnya informal menjadi formal. Produk kredit mikro yang ada, dikelompokan menjadi beberapa fitur dan masing-masing fitur (Lampiran 2) telah disesuaikan dengan target pasar pengusaha mikro (Tim Proyek Mikro Banking Bank Jabar, 2006). Dalam kajian ini dilakukan pengamatan terhadap 30 responden pengusaha mikro yang telah menjadi debitur PT. Bank Jabar Banten Cabang, Cianjur, seperti pada Tabel 6.
36
Tabel 6. Profil debitur mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur (dalam jutaan rupiah). No.
Jenis Usaha
Sektor Ekonomi
Tahun berdiri usaha
Tahun pemberian kredit
Besar Kredit
Total Asset
Jangka Waktu (Bulan)
1
Bengkel Las
Jasa
2002
2006
8
45
24
2
Sembako Perdagangan Beras
Perdagangan
2003
2006
6
35
24
Perdagangan
1989
2006
12
43
24
4
Bubur Ayam
Perdagangan
1985
2006
5
9
24
5
Bengkel Mobil
Jasa
2004
2006
23
55
24
6
Kios Rokok
Perdagangan
1985
2006
15
22
24
7
Pakaian Jadi
Perdagangan
2004
2006
10
35
24
8
Service Komputer Onderdil Motor Ayam Potong
Jasa Perdagangan Perdagangan
2001 1984 2000
2006 2006 2006
10 9 15
38 32 28
24 24 24
3
9 10 11
Kue Kering
Perdagangan
2002
2006
15
31
24
12
Toko ATK
Perdagangan
1983
2007
30
31
24
13
Industri Kerajinan
Industri
2003
2007
40
88
12
14
Sembako
Perdagangan
2004
2007
20
69
12
15
Counter HP
Perdagangan
2003
2007
8
27
24
16
Jasa Wartel
Jasa
2003
2007
5
35
24
17
Sembako
Perdagangan
1986
2007
10
39
24
18
Pakaian Jadi
Perdagangan
1985
2007
15
64
24
19
Bakso
Perdagangan
1988
2007
8
14
24
20
Bakso
Perdagangan
2000
2007
8
12
24
21
Pakaian Jadi
Perdagangan
2003
2007
10
64
24
22
Sembako
Perdagangan
1989
2007
10
41
12
23
Ternak Kelinci
Peternakan
2000
2007
10
71
24
24
Kelontong
Perdagangan
2002
2007
10
24
12
25
Telur Ayam
Perdagangan
2001
2007
15
30
12
26
Jasa Kendaraan Jasa Kendaraan
Jasa Jasa
2001 1980
2007 2007
15 6
49 18
12 12
Kue Kering
Perdagangan
2000
2004
7
48
24
29
Martabak
Perdagangan
2003
2005
6
17
12
30
Kelontong
Perdagangan
2002
2006
25
87
24
Jumlah
386
1201
Rataan
13
40
27 28
Secara lebih lengkap karakteristik debitur mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur dapat dilihat pada Tabel 7.
37
Tabel 7. Karakteristik debitur mikro PT. Bank Jabar Banten No. Karakteristik 1. Jenis usaha a. Sembako b. Makanan c. Perbengkelan dan suku cadang d. Rental e. Elektronik f. Pakaian g. Kelontongan h. Lain-lain 2. Sektor ekonomi a. Jasa, inudstri & peternakan b. Perdagangan 3. Lama usaha a. > 8 tahun b. < 8 tahun 4. Periode kredit a. ≤ Tahun 2006 b. Tahun 2007 5. Jangka waktu kredit a. 12 bulan b. 24 bulan 6. Besar kredit a. < 10 juta b. > 10 juta 7. Total Asset a. < 35 juta b. > 35 juta
Jumlah
Persen (%)
5 6 3
16,7 20,0 10,0
3 2 3 3 5
10,0 6,6 10,0 10,0 16,7
8 22
26,6 73,4
14 16
46,7 53,3
14 16
46,7 53,3
8 22
26,7 73,3
19 11
63,3 36,7
14 16
46,7 53,3
1. Profitabilitas Dengan menghitung profitabilitas dapat diketahui sejauhmana suatu perusahaan telah mengoptimalkan pengelolaan aset dan kewajibannya dalam memaksimumkan laba, oleh karenanya analisis rasio profitabilitas akan sangat bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan khususnya dalam pencapaian laba. Seperti telah disampaikan dimuka bahwa analisis profitabilitas yang digunakan dalam kajian ini adalah profit margin (PM), return on asset (ROA) dan return on equity (ROE).
38
Rasio profitabilitas yang dicapai oleh debitur usaha mikro di Bank Jabar Banten Cabang Cianjur, sebelum dan setelah pemberian kredit seperti terlihat dalam Tabel 8. Tabel 8. Profitabilitas usaha debitur mikro Bank Jabar Banten Cabang Cianjur No.
PM (%)
Jenis Usaha
1
2
Sebelum 3
ROA (%)
Sesudah 4
Sebelum 5
ROE (%)
Sesudah 6
Sebelum 7
Sesudah 8
1
Industri Kerajinan
10.79
12.38
11.01
14.78
39.63
2
Sembako
2.22
3.45
3.85
4.74
7.27
53.04 9.19
3
Sembako
4.17
5.81
3.38
6.58
6.74
13.71
4
Kelontong
5.68
10.75
5.32
8.61
14.73
48.30
5
Telur Ayam
4.49
4.99
6.66
7.99
33.22
44.30
6
Jasa Kendaraan
4.13
10.24
1.91
5.22
2.49
8.22
7
Jasa Kendaraan
13.24
15.79
5.53
11.09
16.41
23.49
8
Martabak
6.41
5.00
5.24
4.00
14.14
12.25
9
Bengkel Las
11.67
20.00
1.54
3.63
1.89
4.86
10 11
Sembako Perdagangan Beras
2.09 2.50
3.76 4.09
1.35 1.72
2.72 3.54
1.64 2.27
3.92 5.58
12
Bubur Ayam
7.92
11.07
5.33
7.95
14.75
30.94
13
Bengkel Mobil
10.83
19.50
2.95
5.08
5.33
14.39
14
Kios Rokok
4.60
5.30
4.71
6.17
14.80
22.70
15
Pakaian Jadi
16
Service Komputer
17
3.49
6.17
2.20
4.12
3.05
7.18
10.00
20.83
1.97
7.35
2.59
10.78
Onderdil Motor
4.72
7.84
2.70
5.12
4.19
9.85
18
Ayam Potong
3.28
6.10
4.92
7.25
11.98
23.87
19
Kue Kering
3.16
4.71
4.35
5.22
9.10
16.45
20
Toko ATK
2.54
7.86
2.50
6.31
9.11
49.22
21
Counter HP
4.17
8.06
1.85
5.01
2.38
6.90
22
Jasa Wartel
13.18
3.49
1.40
1.30
1.68
1.48
23
Sembako
2.22
4.14
2.05
4.04
2.76
7.51
24
Pakaian Jadi
4.50
8.00
2.11
3.76
2.92
6.48
25 26
Bakso Bakso
8.02 8.02
15.90 13.57
5.06 6.17
8.63 9.39
13.00 24.05
42.99 81.43
27
Pakaian Jadi
4.72
8.00
1.33
3.69
1.61
4.55
28 29
Ternak Kelinci Kue Kering
5.93 3.33
9.22 2.67
1.13 1.04
2.69 0.93
1.33 1.19
3.91 0.95
30
Kelontong
2.42
4.09
2.95
5.94
5.00
12.06
Dari Tabel 8 tersebut diatas jika dikelompokan berdasarkan jangka waktu kredit, sektor ekonomi, lamanya usaha, tahun pemberian kredit, besarnya plafond kredit serta besarnya total aset usaha debitur dapat disajikan sebagai berikut :
39
a. Berdasarkan jangka waktu kredit Jangka waktu kredit terbagi dalam dua kelompok yaitu kredit dengan jangka waktu selama 12 bulan dan kredit dengan jangka waktu selama 24 bulan seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Kinerja keuangan usaha debitur mikro berdasarkan jangka waktu kredit. PM (%) JW (Bln) Sebelum Sesudah 1 2 3 4 5 I. Jangka Waktu 12 Bulan 1 Industri Kerajin 12 10.79 12.38
No.
Jenis Usaha
ROA (%)
ROE (%)
Sebelum 6
Sesudah 7
Sebelum 8
Sesudah 9
11.01
14.78
39.63
53.04
2
Sembako
12
2.22
3.45
3.85
4.74
7.27
9.19
3 4 5
Sembako Kelontong Telur Ayam Jasa Kendaraan Jasa Kendaraan Martabak
12 12 12 12
4.17 5.68 4.49 4.13
5.81 10.75 4.99 10.24
3.38 5.32 6.66 1.91
6.58 8.61 7.99 5.22
6.74 14.73 33.22 2.49
13.71 48.30 44.30 8.22
12
13.24
15.79
5.53
11.09
16.41
23.49
6 7 8
12
Sub Total Sub Rataan II. Jangka Waktu 24 Bulan 1 Bengkel Las 24
6.41
5.00
5.24
4.00
14.14
12.25
51.12
68.41
42.91
63.01
134.62
212.50
6.39
8.55
5.36
7.88
16.83
26.56
11.67
20.00
1.54
3.63
1.89
4.86 3.92
2
Sembako
24
2.09
3.76
1.35
2.72
1.64
3
Perdg. Beras
24
2.50
4.09
1.72
3.54
2.27
5.58
4 5 6
Bubur Ayam Bengkel Mobil Kios Rokok
24 24 24
7.92 10.83 4.60
11.07 19.50 5.30
5.33 2.95 4.71
7.95 5.08 6.17
14.75 5.33 14.80
30.94 14.39 22.70
7 8
Pakaian Jadi Service Komptr
24 24
3.49 10.00
6.17 20.83
2.20 1.97
4.12 7.35
3.05 2.59
7.18 10.78
9
Onderdil Motor
24
4.72
7.84
2.70
5.12
4.19
9.85
10
Ayam Potong
24
3.28
6.10
4.92
7.25
11.98
23.87
11 12
Kue Kering Toko ATK
24 24
3.16 2.54
4.71 7.86
4.35 2.50
5.22 6.31
9.10 9.11
16.45 49.22
13
Counter HP
24
4.17
8.06
1.85
5.01
2.38
6.90
14
Jasa Wartel
24
13.18
3.49
1.40
1.30
1.68
1.48
15
Sembako
24
2.22
4.14
2.05
4.04
2.76
7.51
16
Pakaian Jadi
24
4.50
8.00
2.11
3.76
2.92
6.48
17 18
Bakso Bakso
24 24
8.02 8.02
15.90 13.57
5.06 6.17
8.63 9.39
13.00 24.05
42.99 81.43
19
Pakaian Jadi
24
4.72
8.00
1.33
3.69
1.61
4.55
20 21 22
Ternak Kelinci Kue Kering Kelontong Sub Total Sub Rataan Total Rataan
24 24 24
5.93 3.33 2.42 123.32 5.61 174.43 5.81
9.22 2.67 4.09 194.37 8.84 262.78 8.76
1.13 1.04 2.95 61.33 2.79 104.24 3.47
2.69 0.93 5.94 109.84 4.99 172.85 5.76
1.33 1.19 5.00 136.61 6.21 271.23 9.04
3.91 0.95 12.06 368.00 16.73 580.50 19.35
40
b. Sektor ekonomi Sektor ekonomi usaha debitur terdiri dari dua kelompok yaitu sektor usaha perdagangan dan kelompok sektor usaha industri, jasa dan peternakan seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Kinerja keuangan debitur berdasarkan sektor ekonomi No.
Sektor Ekonomi
PM (%)
Sebelum Sesudah 1 3 4 5 I. Sektor Industri, Jasa dan Peternakan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Industri 10.79 Industri 6.41 Jasa 11.67 Jasa 10.83 Jasa 10.00 Jasa 13.18 Jasa 4.13 Jasa 13.24 Peternakan 5.93 Sub Total 86.17 Rata-rata 9.57 II. Sektor Perdagangan 1 Perdagangan 2.09 2 Perdagangan 2.50 3 Perdagangan 7.92 4 Perdagangan 4.60 5 Perdagangan 3.49 6 Perdagangan 4.72 7 Perdagangan 3.28 8 Perdagangan 3.16 9 Perdagangan 2.54 10 Perdagangan 2.22 11 Perdagangan 4.17 12 Perdagangan 2.22 13 Perdagangan 4.50 14 Perdagangan 8.02 15 Perdagangan 8.02 16 Perdagangan 4.72 17 Perdagangan 4.17 18 Perdagangan 5.68 19 Perdagangan 4.49 20 Perdagangan 3.33 21 Perdagangan 2.42 Sub Total 88.26 Rata-rata 4.20 Total 174.43 Rata-rata 5.81
c.
ROA (%)
ROE (%)
Sebelum 6
Sesudah 7
Sebelum 8
Sesudah 9
12.38 5.00 20.00 19.50 20.83 3.49 10.24 15.79 9.22 116.45 12.94
11.01 5.24 1.54 2.95 1.97 1.40 1.91 5.53 1.13 32.69 3.63
14.78 4.00 3.63 5.08 7.35 1.30 5.22 11.09 2.69 55.14 6.13
39.63 14.14 1.89 5.33 2.59 1.68 2.49 16.41 1.33 85.48 9.50
53.04 12.25 4.86 14.39 10.78 1.48 8.22 23.49 3.91 132.42 14.71
3.76 4.09 11.07 5.30 6.17 7.84 6.10 4.71 7.86 3.45 8.06 4.14 8.00 15.90 13.57 8.00 5.81 10.75 4.99 2.67 4.09 146.33 6.97 262.78 8.76
1.35 1.72 5.33 4.71 2.20 2.70 4.92 4.35 2.50 3.85 1.85 2.05 2.11 5.06 6.17 1.33 3.38 5.32 6.66 1.04 2.95 71.55 3.41 104.24 3.47
2.72 3.54 7.95 6.17 4.12 5.12 7.25 5.22 6.31 4.74 5.01 4.04 3.76 8.63 9.39 3.69 6.58 8.61 7.99 0.93 5.94 117.71 5.61 172.85 5.76
1.64 2.27 14.75 14.80 3.05 4.19 11.98 9.10 9.11 7.27 2.38 2.76 2.92 13.00 24.05 1.61 6.74 14.73 33.22 1.19 5.00 185.75 8.85 271.23 9.04
3.92 5.58 30.94 22.70 7.18 9.85 23.87 16.45 49.22 9.19 6.90 7.51 6.48 42.99 81.43 4.55 13.71 48.30 44.30 0.95 12.06 448.08 21.34 580.50 19.35
Berdasarkan lama usaha Lama usaha terdiri dari dua kelompok yaitu usaha yang berdiri > 8 tahun dan kelompok usaha yang berdiri < 8 tahun, seperti pada Tabel 11.
41
Tabel 11. Kinerja keuangan usaha debitur berdasarkan lama usaha No. 1 I. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
II. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Th PM (%) Mulai Sebelum Sesudah Usaha 2 3 4 5 Berdiri Usaha Sampai dengan tahun 2000 Jasa 1980 13.24 15.79 Kendaraan 1983 Toko ATK 2.54 7.86 Onderdil Motor 1984 4.72 7.84 1985 Bubur Ayam 7.92 11.07 1985 Kios Rokok 4.60 5.30 1985 Pakaian Jadi 4.50 8.00 1986 Sembako 2.22 4.14 1988 Bakso 8.02 15.90 Perdagangan 1989 2.50 4.09 Beras 1989 Sembako 4.17 5.81 2000 Ayam Potong 3.28 6.10 2000 Bakso 8.02 13.57 2000 Ternak Kelinci 5.93 9.22 2000 Kue Kering 3.33 2.67 Sub Total 74.99 117.36
ROA (%)
Jenis Usaha
Sub Rataan 5.36 Berdiri Usaha setelah tahun 2000 Service Komputer Telur Ayam Jasa Kendaraan Bengkel Las Kue Kering Kelontong Kelontong Sembako Industri Kerajinan Counter HP Jasa Wartel Pakaian Jadi Martabak Bengkel Mobil Pakaian Jadi Sembako Sub Total
Sesudah
Sebelum
Sesudah
6
7
8
9
5.53
11.09
16.41
23.49
2.50 2.70 5.33 4.71 2.11 2.05 5.06 1.72
6.31 5.12 7.95 6.17 3.76 4.04 8.63 3.54
9.11 4.19 14.75 14.80 2.92 2.76 13.00 2.27
49.22 9.85 30.94 22.70 6.48 7.51 42.99 5.58
3.38 4.92 6.17 1.13 1.04 48.34
6.58 7.25 9.39 2.69 0.93 83.45
6.74 11.98 24.05 1.33 1.19 125.50
13.71 23.87 81.43 3.91 0.95 322.63
8.38
3.45
5.96
8.96
23.05
2001
10.00
20.83
1.97
7.35
2.59
10.78
2001
4.49 4.13
4.99 10.24
6.66 1.91
7.99 5.22
33.22 2.49
44.30 8.22
11.67 3.16 5.68 2.42 2.09 10.79
20.00 4.71 10.75 4.09 3.76 12.38
1.54 4.35 5.32 2.95 1.35 11.01
3.63 5.22 8.61 5.94 2.72 14.78
1.89 9.10 14.73 5.00 1.64 39.63
4.86 16.45 48.30 12.06 3.92 53.04
4.17 13.18 4.72 6.41 10.83 3.49 2.22 99.44
8.06 3.49 8.00 5.00 19.50 6.17 3.45 145.42
1.85 1.40 1.33 5.24 2.95 2.20 3.85 55.90
5.01 1.30 3.69 4.00 5.08 4.12 4.74 89.40
2.38 1.68 1.61 14.14 5.33 3.05 7.27 145.73
6.90 1.48 4.55 12.25 14.39 7.18 9.19 257.87
2001 2002 2002 2002 2002 2003 2003 2003 2003 2003 2003 2004 2004 2004
Sub Rataan Total
ROE (%)
Sebelum
6.22
9.09
3.49
5.59
9.11
16.12
174.43
262.78
104.24
172.85
271.23
580.50
5.81
8.76
3.47
5.76
9.04
19.35
Rataan
d. Berdasarkan tahun pencairan kredit Tahun pencairan kredit terdiri dari dua kelompok yaitu pencairan kredit ≤ tahun 2006 dan pencairan kredit pada tahun 2007, seperti pada Tabel 12.
42
Tabel 12. Kinerja keuangan usaha debitur berdasarkan tahun pencairan kredit No. 1 I. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tahun PM (%) ROA (%) ROE (%) Pencai Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah ran 2 3 4 5 6 7 8 9 Pencairan kredit sampai dengan tahun 2006 Jenis Usaha
Kue Kering Martabak Bengkel Las Sembako Perdagangan Beras Bubur Ayam Bengkel Mobil Kios Rokok Pakaian Jadi Service Komputer Onderdil Motor Ayam Potong Kue Kering Kelontong Sub Total Sub Rataan
II. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
2004 2005 2006 2006
3.33 6.41 11.67 2.09
2.67 5.00 20.00 3.76
1.04 5.24 1.54 1.35
0.93 4.00 3.63 2.72
1.19 14.14 1.89 1.64
0.95 12.25 4.86 3.92
2006 2006 2006 2006 2006 2006
2.50 7.92 10.83 4.60 3.49 10.00
4.09 11.07 19.50 5.30 6.17 20.83
1.72 5.33 2.95 4.71 2.20 1.97
3.54 7.95 5.08 6.17 4.12 7.35
2.27 14.75 5.33 14.80 3.05 2.59
5.58 30.94 14.39 22.70 7.18 10.78
2006
4.72
7.84
2.70
5.12
4.19
9.85
2006 2006 2006
3.28 3.16 2.42 76.43
6.10 4.71 4.09 121.13
4.92 4.35 2.95 42.98
7.25 5.22 5.94 69.02
11.98 9.10 5.00 91.91
23.87 16.45 12.06 175.78
5.46
8.65
3.07
4.93
6.57
12.56
2.50 11.01
6.31 14.78
9.11 39.63
49.22 53.04
3.85 1.85 1.40 2.05 2.11 5.06 6.17 1.33 3.38 1.13 5.32 6.66 1.91
4.74 5.01 1.30 4.04 3.76 8.63 9.39 3.69 6.58 2.69 8.61 7.99 5.22
7.27 2.38 1.68 2.76 2.92 13.00 24.05 1.61 6.74 1.33 14.73 33.22 2.49
9.19 6.90 1.48 7.51 6.48 42.99 81.43 4.55 13.71 3.91 48.30 44.30 8.22
5.53
11.09
16.41
23.49 404.72
Pencairan kredit setelahtahun 2007 Toko ATK 2007 2.54 7.86 Industri 2007 10.79 12.38 Kerajinan Sembako 2007 2.22 3.45 Counter HP 2007 4.17 8.06 Jasa Wartel 2007 13.18 3.49 Sembako 2007 2.22 4.14 Pakaian Jadi 2007 4.50 8.00 Bakso 2007 8.02 15.90 Bakso 2007 8.02 13.57 Pakaian Jadi 2007 4.72 8.00 Sembako 2007 4.17 5.81 Ternak Kelinci 2007 5.93 9.22 Kelontong 2007 5.68 10.75 Telur Ayam 2007 4.49 4.99 Jasa 2007 4.13 10.24 Kendaraan Jasa 2007 13.24 15.79 Kendaraan Sub Total 98.00 141.65 Sub Rataan Total Rataan
61.27
103.83
179.32
6.13
8.85
3.83
6.49
11.21
25.30
174.43
262.78
104.24
172.85
271.23
580.50
5.81
8.76
3.47
5.76
9.04
19.35
e. Berdasarkan besarnya kredit Besarnya kredit terdiri dari dua kelompok yaitu kredit ≤ Rp. 10.000.000,- dan kredit > Rp. 10.000.000,- seperti pada Tabel 13.
43
Tabel 13. Kinerja keuangan debitur mikro berdasarkan besarnya kredit (dalam jutaan rupiah) No.
Jenis Usaha
Kredit
PM (%)
ROA (%)
Sebelum Sesudah Sebelum 1 2 3 4 5 6 I. Plafond Kredit Sampai dengan Rp. 10.000.000,- Rupiah 1 Bubur Ayam 5 7.92 11.07 5.33 2 Jasa Wartel 5 13.18 3.49 1.40 3 Sembako 6 2.09 3.76 1.35 4 Jasa 6 13.24 15.79 5.53 Kendaraan 5 Martabak 6 6.41 5.00 5.24 6 Kue Kering 7 3.33 2.67 1.04 7 Bengkel Las 8 11.67 20.00 1.54 8 Counter HP 8 4.17 8.06 1.85 9 Bakso 8 8.02 15.90 5.06 10 Bakso 8 8.02 13.57 6.17 11 Onderdil 9 4.72 7.84 2.70 Motor 12 Pakaian Jadi 10 3.49 6.17 2.20 13 Service 10 10.00 20.83 1.97 Komputer 14 Sembako 10 2.22 4.14 2.05 15 Pakaian Jadi 10 4.72 8.00 1.33 16 Sembako 10 4.17 5.81 3.38 17 Ternak 10 5.93 9.22 1.13 Kelinci 18 Kelontong 10 5.68 10.75 5.32 Sub Total 144 118.98 172.07 54.59 Sub Rataan 8 6.61 II. Plafond Kredit diatas Rp. 10 Juta Rupiah 1 Perdagangan 12 2.50 Beras 2 Kios Rokok 15 4.60 3 Ayam Potong 15 3.28 4 Kue Kering 15 3.16 5 Pakaian Jadi 15 4.50 6 Telur Ayam 15 4.49 7 Jasa 15 4.13 Kendaraan 8 Sembako 20 2.22 9 Bengkel 23 10.83 Mobil 10 Kelontong 25 2.42 11 Toko ATK 30 2.54 12 Industri 40 10.79 Kerajinan Sub total 240 55.46 Sub Rataan Total Rataan
ROE (%)
Sesudah 7
Sebelum 8
Sesudah 9
7.95 1.30 2.72 11.09
14.75 1.68 1.64 16.41
30.94 1.48 3.92 23.49
4.00 0.93 3.63 5.01 8.63 9.39 5.12
14.14 1.19 1.89 2.38 13.00 24.05 4.19
12.25 0.95 4.86 6.90 42.99 81.43 9.85
4.12 7.35
3.05 2.59
7.18 10.78
4.04 3.69 6.58 2.69
2.76 1.61 6.74 1.33
7.51 4.55 13.71 3.91
8.61 96.85
14.73 128.13
48.30 315.00
9.56
3.03
5.38
7.12
17.50
4.09
1.72
3.54
2.27
5.58
5.30 6.10 4.71 8.00 4.99 10.24
4.71 4.92 4.35 2.11 6.66 1.91
6.17 7.25 5.22 3.76 7.99 5.22
14.80 11.98 9.10 2.92 33.22 2.49
22.70 23.87 16.45 6.48 44.30 8.22
3.45 19.50
3.85 2.95
4.74 5.08
7.27 5.33
9.19 14.39
4.09 7.86 12.38
2.95 2.50 11.01
5.94 6.31 14.78
5.00 9.11 39.63
12.06 49.22 53.04
90.71
49.66
76.00
143.10
265.50
20
4.62
7.56
4.14
6.33
11.93
22.13
384
174.43
262.78
104.24
172.85
271.23
580.50
13
5.81
8.76
3.47
5.76
9.04
19.35
44
f. Berdasarkan total asset usaha debitur Total asset debitur terdiri dari dua kelompok yaitu total asset > Rp. 35.000.000,- dan total asset < Rp. 35.000.000,- seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Kinerja keuangan debitur mikro berdasarkan total asset (dalam jutaan rupiah) No.
Jenis Usaha
Total Asset
PM (%) Sebelum
ROA (%)
Sesudah
1 2 3 4 5 I. Total Asset Dibawah Rp. 35.000.000,- Rupiah 1 Bubur Ayam 9 7.92 11.07 2 Bakso 12 8.02 13.57 3 Bakso 14 8.02 15.90 4 Martabak 17 6.4 5.00 5 Transportasi 18 13.24 15.79 6 Kios Rokok 22 4.60 5.30 7 Kelontong 24 5.68 10.75 8 Counter HP 27 4.17 8.06 9 Ayam Potong 28 3.28 6.10 10 Telur Ayam 30 4.49 4.99 11 Kue Kering 31 3.16 4.71 12 Toko ATK 31 2.54 7.86 13 Onderdil Motor 32 4.72 7.84 14 Sembako 35 2.09 3.76
ROE (%)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
6
7
8
9
5.33 6.17 5.06 5.24 5.53 4.71 5.32 1.85 4.92
7.95 9.39 8.63 4.00 11.09 6.17 8.61 5.01 7.25
14.75 24.05 13.00 14.14 16.41 14.80 14.73 2.38 11.98
30.94 81.43 42.99 12.25 23.49 22.70 48.30 6.90 23.87
6.66 4.35 2.50 2.70
7.99 5.22 6.31 5.12
33.22 9.10 9.11 4.19
44.30 16.45 49.22 9.85
1.35
2.72
1.64
3.92
120.70
61.69
95.46
183.49
416.61
Sub Rataan 23 5.60 8.62 II. Total Asset Diatas Rp. 35.000.000,- Rupiah 1 Pakaian Jadi 35 3.49 6.17 2 Jasa Wartel 35 13.18 3.49 3 Service 38 10.00 20.83 Komputer 4 Sembako 39 2.22 4.14 5 Sembako 41 4.17 5.81 6 Perdagangan 44 2.50 4.09 Beras 7 Bengkel Las 45 11.67 20.00 8 Kue Kering 48 3.33 2.67 9 Jasa 49 4.13 10.24 Kendaraan 10 Bengkel Mobil 55 10.83 19.50 11 Pakaian Jadi 64 4.50 8.00 12 Pakaian Jadi 64 4.72 8.00 13 Sembako 69 2.22 3.45 14 Ternak Kelinci 71 5.93 9.22 15 Kelontong 87 2.42 4.09 16 Industri 88 10.79 12.38 Kerajinan Sub total 872 96.09 142.08
4.41
6.82
13.11
29.76
2.20 1.40 1.97
4.12 1.30 7.35
3.05 1.68 2.59
7.18 1.48 10.78
2.05 3.38 1.72
4.04 6.58 3.54
2.76 6.74 2.27
7.51 13.71 5.58
1.54 1.04 1.91
3.63 0.93 5.22
1.89 1.19 2.49
4.86 0.95 8.22
2.95
5.08
5.33
14.39
2.11 1.33 3.85 1.13 2.95 11.01
3.76 3.69 4.74 2.69 5.94 14.78
2.92 1.61 7.27 1.33 5.00 39.63
6.48 4.55 9.19 3.91 12.06 53.04 163.89
Sub total
Sub Rataan Total Rataan
328
78.34
42.56
77.39
87.74
55
6.01
8.88
2.66
4.84
5.48
10.24
1,200
174.43
262.78
104.24
172.85
271.23
580.50
40
5.81%
8.76%
3.47%
5.76%
9.04%
19.35%
45
Berdasarkan Tabel 9 – 14 tersebut diatas dapat disampaikan pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan debitur pada Tabel 15 - 17. Tabel 15. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan PM No.
Keterangan
I. Berdasarkan jangka waktu 1 12 bulan 2 24 bulan 3 Perbedaan 4 Rataan II. Berdasarkan sektor ekonomi 1 Industri, jasa dan peternakan 2 Perdagangan 3 Perbedaan 4 Rataan III. Berdasarkan lama usaha debitur 1 Lebih dari 8 tahun 2 Kurang dari 8 tahun 3 Perbedaan 4 Rataan VI. Berdasarkan tahun pencairan kredit 1 Sampai dengan tahun 2006 2 Pada tahun 2007 3 Perbedaan 4 Rataan V. Berdasarkan besarnya kredit 1 Sampai dengan Rp. 10 juta 2 Diatas Rp. 10 juta 3 Perbedaan 4 Rataan VI. Berdasarkan total asset 1 Dibawah Rp. 35 juta 2 Diatas Rp. 35 juta 3 Perbedaan 4 Rataan
Rataan PM (%) Sebelum Sesudah
Pengaruh/ kenaikan (%)
6.39 5.61 0.78 6.00
8.55 8.84 -0.29 8.70
2.16 3.23 -1.07 2.70
9.57 4.20 5.37 6.89
12.94 6.97 5.97 9.96
3.37 2.77 0.60 3.07
5.36 6.22 -0.86 5.79
8.38 9.09 -0.71 8.74
3.02 2.87 0.15 2.95
5.46 6.13 -0.67 5.80
8.65 8.85 -0.20 8.75
3.19 2.72 0.47 2.96
6.61 4.62 1.99 5.62
9.56 7.56 2.00 8.56
2.95 2.94 0.01 2.95
5.60 6.01 -0.41 5.81
8.62 8.88 -0.26 8.75
3.02 2.87 0.15 2.95
Berdadasarkan pada Tabel 15, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja PM usaha debitur adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan sektor ekonomi mempunyai pengaruh sebesar 3,07% terhadap kenaikanrataan PM usaha debitur dan sektor ekonomi industri, jasa dan peternakan mempunyai rataan PM lebih tinggi sebesar 0,60% dibandingkan dengan sektor perdagangan. b. Pemberian kredit berdasarkan tahun pencairan mempunyai pengaruh sebesar 2,96%, dan pencairan kredit ≤ tahun 2006 mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 0,47% dibandingkan pencairan tahun 2007.
46
c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 2,95%, dan usaha debitur > 8 tahun mempunyai rataan PM lebih tinggi sebesar 0,15% dibandingkan usaha debitur < 8 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan total asset mempunyai pengaruh sebesar 2,95% dan total asset debitur < Rp. 35 juta mempunyai rataan PM lebih tinggi 0,15% dibandingkan total asset debitur > Rp. 35 juta. e. Pemberian kredit berdasarkan plafond kredit mempunyai pengaruh sebesar 2,95% dan plafond kredit ≤ Rp. 10 juta mempunai rataan PM lebih tinggi sebesar 0,01% dibandingkan dengan plafond > Rp. 10 juta. f. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,70% dan jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1,07% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan. Tabel 16. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROA No.
Keterangan
Rataan ROA (%) Sebelum Sesudah
Pengaruh/ kenaikan (%)
I. Berdasarkan jangka waktu
1 2 3 4
12 bulan 24 bulan Perbedaan Rataan
5.36 2.79 2.57 4.08
7.88 4.99 2.89 6.44
2.52 2.20 0.32 2.36
3.63 3.41 0.22 3.52
6.13 5.61 0.52 5.87
2.50 2.20 0.30 2.35
3.45 3.49 -0.04 3.47
5.96 5.59 0.37 5.78
2.51 2.10 0.41 2.31
3.07 3.83 -0.76 3.45
4.93 6.49 -1.56 5.71
1.86 2.66 -0.80 2.26
3.03 4.14 -1.11 3.59
5.36 6.33 -0.97 5.85
2.33 2.19 0.14 2.26
4.41 2.66 1.75 3.54
6.82 4.84 1.98 5.83
2.41 2.18 0.23 2.30
II. Berdasarkan sektor ekonomi
1 2 3 4
Industri, jasa dan peternakan Perdagangan Perbedaan Rataan
III. Berdasarkan lama usaha debitur
1 2 3 4
Lebih dari 8 tahun Kurang dari 8 tahun Perbedaan Rataan
VI. Berdasarkan tahun pencairan kredit
1 2 3 4
Sampai dengan tahun 2006 Pada tahun 2007 Perbedaan Rataan
V. Berdasarkan besarnya kredit
1 2 3 4
Sampai dengan Rp. 10 juta Diatas Rp. 10 juta Perbedaan Rataan
VI. Berdasarkan total asset
1 2 3 4
Dibawah Rp. 35 juta Diatas Rp. 35 juta Perbedaan Rataan
47
Berdadasarkan pada Tabel 16, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja ROA usaha debitur adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,36% dan jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,32% dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan. b. Pemberian kredit berdasarkan sektor ekonomi mempunyai pengaruh sebesar 2,35% dan sektor ekonomi industri, jasa dan peternakan mempunyai
kenaikan
rataan
ROA
lebih
tinggi
sebesar
0,30%
dibandingkan dengan sektor perdagangan. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 2,31% dan usaha debitur > 8 tahun mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,41% dibandingkan dengan usaha debitur < 8 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan total asset mempunyai pengaruh sebesar 2,30% dan total asset debitur > Rp. 35 juta mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,23% dibandingkan debitur yang mempunyai total asset > Rp. 35 juta. e. Pemberian kredit berdasarkan besarnya kredit mempunyai pengaruh sebesar 2,26% dan kredit dengan plafond ≤ Rp. 10 juta mempunai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,14% dibandingkan dengan kredit dengan plafond > Rp. 10 juta. f. Pemberian kredit berdasarkan tahun pencairan mempunyai pengaruh sebesar 2,26% dan pencairan kredit pada tahun 2007 mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,80% dibandingkan dengan pencairan ≤ tahun 2006.
48
Tabel 17. Pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan ROE No.
Keterangan
Rataan ROA (%) Sebelum Sesudah
Pengaruh/ kenaikan (%)
I. Berdasarkan jangka waktu 1 12 bulan 2 24 bulan 3 Perbedaan 4 Rataan II. Berdasarkan sektor ekonomi
16.83 6.21 10.62 11.52
26.56 16.73 9.83 21.65
9.73 10.52 -0.79 10.13
9.50 8.85 0.65 9.18
14.71 21.34 -6.63 18.03
5.21 12.49 -7.28 8.85
1 Lebih dari 8 tahun 2 Kurang dari 8 tahun 3 Perbedaan 4 Rataan VI. Berdasarkan tahun pencairan kredit
8.96 9.11 -0.15 9.04
23.05 16.12 6.93 19.59
14.09 7.01 7.08 10.55
1 Sampai dengan tahun 2006 2 Pada tahun 2007 3 Perbedaan 4 Rataan V. Berdasarkan besarnya kredit
6.57 12.21 -5.64 9.39
12.56 25.30 -12.74 18.93
5.99 13.09 -7.10 9.54
1 Sampai dengan Rp. 10 juta 2 Diatas Rp. 10 juta 3 Perbedaan 4 Rataan VI. Berdasarkan total asset
7.12 11.93 -4.81 9.53
17.50 22.13 -4.63 19.82
10.38 10.20 0.18 10.29
13.11 5.48 7.63 9.30
29.76 10.24 19.52 20.00
16.65 4.76 11.89 10.71
1 Industri, jasa dan peternakan 2 Perdagangan 3 Perbedaan 4 Rataan III. Berdasarkan lama usaha debitur
1 2 3 4
Dibawah Rp. 35 juta Diatas Rp. 35 juta Perbedaan Rataan
Berdadasarkan pada Tabel 17, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja ROE usaha debitur adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan total asset mempunyai pengaruh sebesar 10,71% dan total asset debitur > Rp. 35 juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 11,89% dibandingkan debitur yang mempunyai total asset > Rp. 35 juta.
49
b. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 10,55% dan usaha debitur > 8 tahun mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 7,08% dibandingkan dengan usaha debitur < 8 tahun. c. Pemberian kredit berdasarkan besarnya kredit mempunyai pengaruh sebesar 10,29% dan kredit ≤ Rp. 10 juta mempunai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 0,18% dibandingkan dengan kredit dengan plafond > Rp. 10 juta. d. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 10,13% dan jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 0,79% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan. e. Pemberian kredit berdasarkan tahun pencairan mempunyai pengaruh sebesar 9,54% dan pencairan kredit pada tahun 2007 mempunyai kenaikan rataan kenaikan ROE lebih tinggi sebesar 7,10% dibandingkan dengan pencairan ≤ tahun 2006. f. Pemberian kredit persektor ekonomi mempunyai pengaruh sebesar 8,85% dan sektor ekonomi perdagangan mempunyai rataan ROE lebih besar 7,28% dibandingkan dengan sektor industri, jasa dan peternakan.
2.
Analisis Uji-t berpasangan Berdasarkan contoh debitur mikro yang diambil, khususnya uji-t berpasangan dapat disampaikan pengujian sebagai berikut : a. Profit Margin (PM) Tabel 18. Uji-t Profit Margin (PM) Uji statistik contoh berpasangan
Pasangan 1
Sebelum
Sesudah Korelasi antar contoh berpasangan
Pasangan 1
sebelum dan sesudah
rata-rata
N
Standar deviasi
Kesalahan standar dari rata-rata
.0913
30
.05260
.00960
.0581
30
.03418
.00624
N
Korelasi
Sig.
30
.871
0
50
Lanjutan Tabel 18. Uji contoh berpasangan Perbedaan Pasangan 1
Ratarata
Standar deviasi
Rata-rata standar kesalahan
Selang kepercayaan 95% Bawah
SebelumSesudah
-.03313
.02834
.00517
-04372
T
Df
Sig. (2tailed)
-6.403
29
.000
Atas -.02255
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, khususnya uji –t berpasangan terlihat bahwa antara PM sebelum pemberian kredit dengan PM setelah pemberian kredit
dapat disampaikan, bahwa rataan PM
sebelum pemberian kredit adalah 5,81% dengan standar deviasi sebesar 3,42%. Rataan PM sesudah pemberian kredit adalah 9,132%, dengan standar deviasi sebesar 5,26%. Korelasi antar contoh dalam hal kinerja PM sebelum pemberian kredit dengan sesudah pemberian kredit adalah sebesar 0.871 dengan nilai p (sig.) sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa korelasi antar contoh dalam hal PM tersebut cukup nyata, karena 0,000 < 0,05. Ho ditolak, karena terlihat adanya perbedaan nyata kinerja PM contoh sebelum dan sesudah pemberian kredit (rataan perbedaan PM antara sebelum dengan sesudah pemberian kredit adalah 3,32% (9,13 – 5,81%). Pada tingkat keyakinan 95%, interval perbedaan antara -4.37% sampai -2.26%. Nilai p(sig). (2-tailed ) sebesar 0.000 dengan t hitung sebesar -6,403 adalah sangat kecil (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa perbedaan sebesar 3,32% adalah nyata. Dari hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya pemberian kredit kepada pengusaha mikro dapat meningkatkan kinerja PM pengusaha mikro secara nyata, pada taraf 5% bila dibandingkan dengan kinerja PM sebelum pemberian kredit. b.
Return on asset (ROA) Dari hasil analisa yang dilakukan berdasarkan data diatas diperoleh hasil seperti pada Tabel 19.
51
Tabel 19. Uji t-Return On Asset Uji statistik contoh berpasangan
Pasangan 1
Sebelum Sesudah
rata-rata
N
.0586 0348
30 30
Standar deviasi .02940 .02940
N
Korelasi
Sig.
30
.854
0.000
Kesalahan standar dari rata-rata .00537 .00404
Korelasi antar contoh berpasangan sebelum dan sesudah
Pasangan 1
Uji contoh berpasangan Perbedaan Pasangan 1 SebelumSesudah
Ratarata .02375
Rata-rata Standar standar deviasi kesalahan .01556
.00284
Selang kepercayaan 95% Bawah Atas -02956 .01794
T
8.358
df
Sig. (2tailed)
29
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, khususnya uji–t berpasangan antara ROA sebelum pemberian kredit dengan ROA setelah pemberian kredit dapat disampaikan, bahwa rataan ROA sebelum pemberian kredit adalah 3.48% dengan standar deviasi sebesar 2.21%. Rataan ROA sesudah pemberian kredit adalah 5.86%, dengan standar deviasi sebesar 2.94%. Korelasi antar contoh dalam hal kinerja ROA sebelum dan sesudah pemberian kredit adalah sebesar 0.854 dengan nilai p (sig.) sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa korelasi antar contoh dalam hal ROA tersebut cukup nyata, karena 0,000 < 0,05. Ho ditolak, karena terlihat adanya perbedaan nyata kinerja ROA contoh sebelum dan sesudah pemberian kredit (rataan perbedaan ROA antara sebelum dengan sesudah pemberian kredit adalah 2,38% (5,86 – 3,48%). Pada tingkat keyakinan 95%, interval perbedaan antara -2,96 sampai -1,79%. Nilai p(sig). (2-tailed )) sebesar 0.000 dengan t hitung sebesar -8,358 adalah sangat kecil (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa perbedaan sebesar 2.38% adalah nyata. Dari hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya pemberian kredit kepada pengusaha mikro dapat meningkatkan kinerja
.000
52
ROA pengusaha mikro secara nyata, pada taraf 5% bila dibandingkan dengan kinerja ROA sebelum pemberian kredit. c.
Return on Equity (ROE) Dari hasil analisa yang dilakukan berdasarkan data diatas diperoleh hasil seperti pada Tabel 20.
Tabel 20. Uji t-Return on equity Uji statistik contoh berpasangan
Pasangan 1
rata-rata
N
Standar deviasi
Kesalahan standar dari rata-rata
Sebelum
.1936
30
.19475
.03556
Sesudah
0952
30
.19475
.13556
Korelasi antar contoh berpasangan sebelum dan sesudah
Pasangan 1
N
Korelasi
Sig.
30
.760
0.000
Uji contoh berpasangan Perbedaan Pasangan 1
sebelumsesudah
Ratarata
Standar deviasi
-.09833 .13720
Rata-rata standar kesalahan .02505
Selang kepercayaan 95% Bawah -14956
T
df
Sig. (2tailed)
29
.000
Atas -04710
-3.925
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, khususnya uji – t berpasangan antara ROE sebelum pemberian kredit dengan ROE setelah pemberian kredit dapat disampaikan bahwa rataan ROE sebelum pemberian kredit adalah 9,52%, dengan standar deviasi 9,51%. Rataan ROE sesudah pemberian kredit adalah 19,36%, dengan standar deviasi 19,48%. Korelasi antara contoh dalam hal kinerja ROE adalah 0,760, dengan nilai p (sig.) sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa korelasi antara contoh tersebut cukup nyata, karena 0,000< 0,05.
53
Ho ditolak, karena terlihat adanya perbedaan nyata kinerja ROE contoh antara sebelum dan sesudah pemberian kredit (rataan perbedaan ROE antara sebelum dengan sesudah pemberian kredit adalah 9.84% (19,36-9,52%). Pada tingkat keyakinan 95% interval perbedaan antara 0,14956 – 0,04710. Nilai p(sig.(2-tailled)) sebesar 0,000 dengan t hitung sebesar -3,925 adalah sangat kecil, karena 0,000 < 0.05. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan sebesar 9,84% adalah cukup nyata. Dari hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya pemberian kredit kepada pengusaha mikro dapat meningkatkan kinerja ROE debitur mikro secara nyata pada taraf 5% bila dibandingkan dengan kinerja ROE debitur mikro sebelum pemberian kredit.
54
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan atau korelasi yang nyata antara pemberian kredit oleh PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur kepada debitur mikro pada kinerja keuangan usaha debitur mikro, yaitu terjadi peningkatan kinerja keuangan debitur mikro yang terdiri dari rasio profit margin, Return on asset dan return on equity. 2. Pengaruh pemberian kredit terhadap profitabilitas usaha debitur mikro berdasarkan jangka waktu kredit, sektor ekonomi usaha debitur, lama usaha debitur, tahun pencairan kredit, besarnya plafond kredit serta berdasarkan total asset usaha debitur, adalah sebagai berikut : a. Profit margin (PM) 1) Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh paling besar terhadap kenaikan rataan PM dan sektor usaha industri, jasa serta peternakan mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan. 2) Pemberian kredit berdasarkan tahun pencairan kredit mempunyai pengaruh urutan yang kedua terhadap kenaikan rataan PM dan pencairan kredit ≤ tahun 2006 mempunyai pengaruh kenaikan PM lebih tinggi dibandingkan dengan pencairan kredit tahun 2007. 3) Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh ketiga terhadap kenaikan rataan PM dan debitur debitur yang telah berusaha > 8 tahun mempunyai rataan PM lebih tinggi dibanding dengan debitur yang lama usahanya < 8 tahun. 4) Pemberian kredit berdasarkan total asset mempunyai pengaruh keempat terhadap kenaikan rataan PM dan debitur yang mempunyai total asset < Rp. 35 juta mempunyai rataan PM lebih tinggi dibandingkan dengan debitur yang mempunyai total asset > Rp. 35 juta. 5) Pemberian kredit berdasarkan plafond kredit mempunyai pengaruh kelima terhadap kenaikan rataan PM dan debitur yang diberikan
55
kredit ≤ Rp. 10 juta mempunyai rataan PM lebih tinggi dibandingkan dengan debitur yang mendapatkan kredit > Rp. 10 juta. 6) Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh paling kecil terhadap kenaikan rataan PM dan kredit dengan jangka waktu 24 bulan mempunyai kenaikan rataan PM yang lebih besar dibandingkan dengan jangka waktu kredit 12 bulan. b. Returan on asset (ROA) 1) Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh paling besar terhadap kenaikan rataan ROA dan kredit dengan jangka waktu 12 bulan mempunyai kenaikan rataan ROA yang lebih besar dibandingkan dengan jangka waktu kredit 24 bulan. 2) Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh kedua terhadap kenaikan rataan ROA dan sektor usaha industri, jasa serta peternakan mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan. 3) Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh ketiga terhadap kenaikan rataan ROA dan debitur debitur yang telah berusaha > 8 tahun mempunyai rataan ROA lebih tinggi dibanding dengan debitur yang lama usahanya < 8 tahun. 4) Pemberian kredit berdasarkan total asset mempunyai pengaruh keempat terhadap kenaikan rataan ROA dan debitur yang mempunyai total asset > Rp. 35 juta mempunyai rataan ROA lebih tinggi dibandingkan dengan debitur yang mempunyai total asset< Rp. 35 juta. 5) Pemberian kredit berdasarkan plafond kredit mempunyai pengaruh kelima terhadap kenaikan rataan ROA dan debitur yang diberikan kredit ≤ Rp. 10 juta mempunyai rataan ROA lebih tinggi dibandingkan dengan debitur yang mendapatkan kredit > Rp. 10 juta. 6) Pemberian kredit berdasarkan tahun pencairan kredit mempunyai pengaruh urutan yang paling kecil terhadap kenaikan rataan PM
56
dan pencairan kredit
pada tahun 2007 mempunyai pengaruh
kenaikan ROA lebih tinggi dibandingkan dengan pencairan kredit ≤ tahun 2006. c. Returan on equity (ROE) 1) Pemberian kredit berdasarkan total asset mempunyai pengaruh paling besar terhadap kenaikan rataan ROE dan debitur yang mempunyai total asset < Rp. 35 juta mempunyai rataan ROE lebih tinggi dibandingkan dengan debitur yang mempunyai total asset> Rp. 35 juta. 2) Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh kedua terhadap kenaikan rataan ROE dan debitur debitur yang telah berusaha > 8 tahun mempunyai rataan ROE lebih tinggi dibanding dengan debitur yang lama usahanya < 8 tahun. 3) Pemberian kredit berdasarkan plafond kredit mempunyai pengaruh ketiga terhadap kenaikan rataan ROE dan debitur yang diberikan kredit ≤ Rp. 10 juta mempunyai rataan ROE lebih tinggi dibandingkan dengan debitur yang mendapatkan kredit > Rp. 10 juta. 4) Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh keempat terhadap kenaikan rataan ROE dan kredit dengan jangka waktu 24 bulan mempunyai kenaikan rataan ROE yang lebih besar dibandingkan dengan jangka waktu kredit 12 bulan. 5) Pemberian kredit berdasarkan tahun pencairan kredit mempunyai pengaruh kelima terhadap kenaikan rataan ROE dan pencairan kredit pada tahun 2007 mempunyai pengaruh kenaikan ROE lebih tinggi dibandingkan dengan pencairan kredit ≤ tahun 2006. 6) Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh paling kecil terhadap kenaikan rataan ROE dan sektor usaha industri, jasa serta peternakan mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan.
57
B. Saran 1. Perlu disosialisasikan faktor-faktor kemudahan dan kesederhanaan prosedur serta syarat dalam pengajuan kredit kepada Bank Jabar Banten Cabang Banjar, agar pengusaha mikro mampu mendapatkan kredit dari bank atau lembaga pembiayaan formal lainnya. 2. Untuk lebih meningkatkan aktivitas usahanya, Bank Jabar Banten perlu terus mengevaluasi dan mengembangkan fitur-fitur kredit mikro yang disesuaikan dengan kriteria debitur mikro, membuka layanan pada lokasilokasi strategis dan memiliki potensi pasar yang bagus tetapi dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, antara lain memperhatikan hal-hal : a. Meyakini bahwa ekspansi dalam pemberian kredit dapat ditangani dengan oleh petugas bank dan perlu diperhatikan kemampuan seseorang dalam menangani debitur sehingga dapat dipastikan bahwa kredit dapat dipantau dan dikendalikan oleh bank sehingga kredit dapat menguntungkan kepada kedua belah pihak. b. Selektif dalam melakukan ekspansi dengan harapan tingkat kesehatan kredit dapat terpelihara dengan baik. c. Merealisir pemberian kredit kepada lembaga lainnya yang telah berpengalaman dalam bidang pemberian kredit seperti Bank Perkreditan Rakyat atau Koperasi Simpan Pinjam untuk diterus pinjamkan kepada pengusaha mikro namun dengan proses analisa yang mendalam bila dibandingkan dengan pemberian kredit kepada debitur mikro secara langsung, karena jumlah yang diberikannya relatif besar untuk setiap lembaga yang dibiayai. d. Pembinaan kepada debitur, khsususnya debitur mikro agar lebih ditingkatkan sehingga dapat lebih memudahkan akses bagi pengusaha mikro terhadap lembaga perbankan.
58
DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir, M. 1999. Hukum Perusahaan Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Febryani, A. dan R. Zulfadin. 2003. Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa Di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 [40], Desember 2003, Jakarta. Grill, J.O. 2002. Dasar – Dasar Analisis Keuangan Informasi Keuangan Untuk Semua Manajer (Terjemahan). Lembaga Manajemen PPM, Jakarta. Harmaizar, Z. 2006. Menggali Potensi Wirausaha. CV. Dian Anugerah Prakasa, Bekasi. Holmes dan Nicholls. 1988. www.damandiri.or.id/file/hadiyahfitriyahunairbab2. pdf [Senin, 22 September 2008]. Hubeis, M. 2001. Pengantar Industri Kecil Menengah. Modul Kuliah PS MPI SPs IPB, Bogor. ________. 2004. Peranan Inkubator Bisnis Dalam Membentuk Pedagang Pasar yang Tangguh dan Siap Berkompetisi (Makalah). Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta. Irmayanto. 2001. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Media Ekonomi Publishing-Universitas Trisakti, Jakarta. Kasmir. 1998. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kementerian BUMN. 2003. Surat Edaran No. Kep-236/MBU/2003, Tanggal 17 Juni 2003. Kementerian BUMN, Jakarta. Lembaga Pendidikan Perbankan Indonesia. 2005. Analisa Kredit Mikro. Lembaga Pendidikan Perbankan Indonesia, Jakarta. Lubis, J.H., M. Hubeis dan H. Hardjomidjojo. 2004. Analisis Proses Pemberian Kredit oleh Bank XYZ (Kasus CV. ABC di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara). Jurnal MPI Vol 3 No. 2 [32], Bogor. PT. Bank Jabar. 2005. Petunjuk Tehnis Kredit Peduli Jabar. PT. Bank Jabar, Bandung. ____________. 2006. Tim Proyek Pengelolaan Bisnis Microbanking, 2006. Pelatihan Pengelolaan Bisnis Microbanking. PT. Bank Jabar, Bandung. ____________. 2007. Laporan Rapat Umum Pemegang Saham Tahun 2006. PT. Bank Jabar, Bandung. Rahardja P. 1997. Uang dan Perbankan. Rineka Cipta, Jakarta.
59
Santoso, R.T. 1996. Kredit Usaha Perbankan. Penerbit Andi, Yogyakarta. Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV ALFABETA, Bandung. Supriadi, H. 2003. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Kinerja Debitur Mikro: Kasus pada ULM ABC, PT. Bank XYZ di Jakarta. Laporan Akhir Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Susilowati, G. 2005. Manajemen Mutu UKM Agribisnis Jeruk Keprok Garut. Laporan Akhir Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Usman, R. 2001. Aspek-aspek Hukum Perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wijaya, P. H. 1998. Kinerja Bank Umum Swasta Indonesia Sebelum Krisis Perbankan. Jurnal Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara. Tahun III No. 02. Jakarta. Yusuf, Y., M. Hubeis dan H. Hardjomidjojo. 2006. Model Penyaluran Kredit Kepada Usaha Mikro dan Kecil Berdasarkan Karakter dan Kapasitas (Kasus Unit Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Sucofindo). Jurnal MPI Vol. 1 No. 2, September 2006 (1), Bogor.
60
LAMPIRAN
61
Lampiran 1. Kuesioner
ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP USAHA DEBITUR MIKRO BANK JABAR BANTEN CABANG CIANJUR
WAWAN SETIAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
62
PENGANTAR i.
Maksud Dalam rangka melakukan penelitian untuk keperluan tugas ahir yang berjudul “ Analisis pengaruh penyaluran kredit terhadap usaha debitur mikro Bank Jabar Cabang Cianjur”. Kami bermaksud melakukan penelitian peninjauan lapangan yang salah satu bentuknya adalah pengisian kuesioner.
ii.
Tujuan Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh data statistik mengenai kinerja pengusaha kecil dalam kaitannya dengan pengaruh adanya pembiayaan atau penyaluran kredit oleh Bank Jabar Cabang Cianjur.
iii.
Kegunaan Kuesioner Data yang diperoleh akan dianalisa secara statistik, dengan harapan hasilnya dapat menggambarkan pengaruh atau korelasi adanya pembiayaan atau penyaluran kredit terhadap kinerja pengusaha kecil. Dengan demikian diharapkan hasil dari analisa tersebut dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi asosiasi pengusaha kecil untuk memberikan penyuluhan kepada anggotanya, sedangkan bagi Bank Jabar Cabang Cianjur untuk mengevaluasi kebijakan dan prosedur dalam system pembiayaan kepada pengusaha mikro dalam rangka sebagai upaya untuk menggerakan sector riil perekonomian nasional.
Hormat kami, Mahasiswa PS MPI Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
63
Lanjutan Lampiran 1.
I. DATA UMUM PROFIL USAHA Petunjuk Pengisian : Isilah data-data yang sesuai pada tempat yang bertanda titik-titik atau jika tidak terdapat data agar diberi tanda --1. Jenis Usaha
: ……………………………………………
2. Nama Usaha/Toko
: ……………………………………………
3. Lokasi Usaha
: ……………………………………………
4. Tahun berdiri Usaha
: ……………………………………………
5. Modal Usaha
: ……………………………………………
6. Tanggal mendapatkan kredit dari Bank Jabar Cabang Cianjur 7. Besarnya Kredit
: …………………………………………… : ……………………………………………
II. KINERJA USAHA A. Kinerja usaha sebelum mendapat kredit dari Bank Jabar Banten Cabang Cianjur. Penjualan rata-rata perbulan
Rp…………………………..
Harga Pokok penjualan perbulan
Rp…………………………..
Biaya operasional rata-rata perbulan Rp………………………….. Biaya lain-lain rata-rata perbulan
Rp…………………………..
Biaya pajak penghasilan perbulan
Rp…………………………..
Harta (Hanya yang terkait dengan kegiatan usaha) Kas dan bank Rp………………………….. Piutang lancer
Rp…………………………..
Persediaan
Rp…………………………..
Tanah
Rp…………………………..
Bangunan
Rp…………………………..
Kendaraan
Rp…………………………..
Inventaris
Rp…………………………..
Aktiva lain-lain
Rp…………………………..
64
Lanjutan lampiran 1. B. Kinerja usaha pada saat mendapat kredit dari Bank Jabar Banten Cabang Cianjur . Penjualan rata-rata perbulan
Rp…………………………..
Harga Pokok penjualan perbulan
Rp…………………………..
Biaya operasional rata-rata perbulan Rp………………………….. Biaya lain-lain rata-rata perbulan
Rp…………………………..
Biaya pajak penghasilan perbulan
Rp…………………………..
Asset (Hanya yang terkait dengan kegiatan usaha) Kas dan bank Rp………………………….. Piutang lancar
Rp…………………………..
Persediaan
Rp…………………………..
Tanah
Rp…………………………..
Bangunan
Rp…………………………..
Kendaraan
Rp…………………………..
Inventaris
Rp…………………………..
Aktiva lain-lain
Rp…………………………..
C. Kinerja usaha setelah mendapat kredit dari Bank Jabar Banten Cabang Cianjur. Penjualan rata-rata perbulan
Rp…………………………..
Harga Pokok penjualan perbulan
Rp…………………………..
Biaya operasional rata-rata perbulan Rp………………………….. Biaya lain-lain rata-rata perbulan
Rp…………………………..
Biaya pajak penghasilan perbulan
Rp…………………………..
Asset (Hanya yang terkait dengan kegiatan usaha) Kas dan bank Rp………………………….. Piutang lancar
Rp…………………………..
Persediaan
Rp…………………………..
Tanah
Rp…………………………..
Bangunan
Rp…………………………..
Kendaraan
Rp…………………………..
Inventaris
Rp…………………………..
Aktiva lain-lain
Rp………………………….
65
Lampiran 2. Produk Jasa dan Layanan PT. Bank Jabar Banten No 1
Produk Dana
a.
b. c.
2
Kredit
a.
b.
3
Jasa Layanan
a. b.
c.
4
Layanan Syari'ah
a. b. c. d. e. f. g. h.
Jenis produk Deposito : - Deposito Berjangka Rupiah dan Valuta Asing - Deposito Berjangka Diskonto - Sertifikat Deposito Giro Tabungan : - Tandamata Anda Masa Datang (TANDAMATA) - Simpanan Pembangunan Daerah (SIMPEDA) - Tabungan Jabar Okey - Amal Ibadah (TABAH) - Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Kredit Umum : - Kredit Modal Kerja Umum (KMKU) - Kredit Investasi Umum (KIU) - Kredit Pegawai (Kredit Guna Bhakti) - Kredit Pensiun - Kredit Mikro Peduli Jabar Banten - Kredit Mikro Utama Jabar Banten Kredit Program : - Kredit Kepada Koperasi Untuk Anggota (KKPA) - Kredit Kepada Koperasi (Kkop) - Kredit Pemilikan Rumah - Kredit Ketahanan Pangan (KKP) - Kfw Jasa-jasa Devisa (Bidang Ekspor/Impor) : - Pembukaan Letter of credit (L/C), Negosiasi L/C - Pembiayaan Kredit Ekspor/Impor Jasa-Jasa Luar Negeri Lainnya : - Giro Valas - Deposito Valas - Transfer dan Inkaso dalam Valuta Asing dan Traveller Cheque Jasa-jasa lainnya : - Kiriman Uang - Pembayaran Telepon, PDAM, Pajak, Gaji, Pensiun dan uang kuliah. Giro Jabar Banten Syari'ah Deposito Jabar Banten Syari'ah Tabungan Wadiah Tabungan Mudharabah Tabungan Amal Ibadah (TABAH) Gadai Emas Syariah Pembiayaan Modal Kerja dan Investasi Pembelian Barang dengan angsuran
66
Lampiran 3. Fitur produk kredit mikro PT. Bank Jabar Banten NO 1
KETERANGAN Jenis Kredit Mikro
FITUR I Tanpa Jaminan
FITUR II Dengan jaminan yang tidak dapat dikuasai secara sempurna oleh bank.
FITUR III Dengan jaminan yang kuasai secara sempurna oleh bank
FITUR IV Pegawai
2
Jenis Usaha dan Komoditi
Barang yang diperdagangkan merupakan barang kebutuhan dasar misalnya Makanan dan minuman.
Barang yang diperdagangkan merupakan barang kebutuhan primer dan sekunder misalnya Sandang dan pangan.
Barang yang diperdagangkan merupakan barang kebutuhan primer, sekunder dan tersier (Sandang Pangan Papan).
3
Syarat Pemohon
-
Usaha minimal 3 tahun dilokasi dengan bidang usaha yang sama.
-
Usaha minimal 2 tahun dilokasi dengan bidang usaha yang sama
-
Usaha minimal 2 tahun dilokasi dengan bidang usaha yang sama
-
Usia 21-60 tahun atau sudah menikah
-
Usia 21-60 tahun atau sudah menikah
-
Usia 21-60 tahun atau sudah menikah
-
Telah menjadi penduduk setempat minimal 5 tahun
-
Telah menjadi penduduk setempat minimal 3 tahun
-
-
Melampirkan copy bukti diri berupa KTP, KK, Surat nikah
-
Melampirkan copy bukti diri berupa KTP, KK, Surat nikah
-
Telah menjadi penduduk setempat minimal 3 tahun Melampirkan copy bukti diri berupa KTP, KK, Surat nikah
Pegawai baik negeri maupun swasta terutama pegawai BUMN, PMA, atau pensiunan pegawai tersebut. - Seluruh pegawai negeri, Swasta, BUMN, BUMD, PMA, dan pensiunan yang ada di Indonesia. - Telah bekerja minimal 2 tahun - Usia antara 20 - 40 tahun. -
Merupakan penduduk setempat
67
Lanjutan Lampiran 3. NO
KETERANGAN -
FITUR I Harus ada SK usaha dari Desa/Kelurahan atau Dinas Pasar/Otoritas setempat dimana yang bersangkutan berusaha
-
FITUR II Harus ada SK usaha dari Desa/Kelurahan atau Dinas Pasar/Otoritas setempat dimana yang bersangkutan berusaha
-
FITUR III Harus ada SK usaha dari Desa/Kelurahan atau Dinas Pasar/Otoritas setempat dimana yang bersangkutan berusaha
FITUR IV Apabila pindah - kerja kredit harus - dilunasi - Melampirk an copy bukti diri berupa KTP, KK, Surat nikah FC SK awal dan akhir FC Jamsostek /Taspen Bebas untuk konsumtif -
4
Peruntukan
Bebas untuk usaha dan konsumtif
Bebas untuk usaha dan konsumtif
Bebas untuk usaha dan konsumtif
5
Jangka Waktu
Maksimum 3 tahun
Maksimum 3 tahun
Maksimum 3 tahun
6
Bentuk/Sifat
Aflopend
Aflopend
Aflopend
7
Propisi dan biaya Administrasi
Tidak dikenakan
Tidak dikenakan
Tidak dikenakan
Tidak dikenakan
8
Jaminan
Barang yang dibiayai dengan kredit ini.
-
Barang yang dibiayai dengan kredit.
-
Barang yang dibiayai dengan kredit
-
-
Girik, Pethok, AJB yang dilampirkan dengan bukti kepemilikan yang mendukung seperti batas tanah, riwayat tanah, keterangan tidak sengketa
-
SHM/SHGB
-
Maksimum 3 tahun Aflopend
Surat kuasa dari calon debitur kepada bendahara untuk memotong gaji sebagai angsuran Surat pernyataan dari bendahara wan gaji yang diketahui oleh pemimpin intansi/Per usahaan untuk memotong gaji karyawan sebagai sumber angsuran setiap bulannya hingga kredit lunas.
68
Lanjutan Lampiran 3. NO
KETERANGAN
FITUR I -
FITUR II Hak sewa los/kios
-
-
KB Kendaraan
-
FITUR III BPKB Kendaraan
Tabungan/Dep osito
FITUR IV Pensiunan menyerahk an asli kartu taspen - Jaminan barang bergerak/ tidak bergerak sesuai fitur II dan fitur III. tidak diwajibkan namun harus dimintakan surat pernyataan dari debitur Diwajibkan -
9
Asuransi Jaminan
tidak diwajibkan namun harus dimintakan surat pernyataan dari debitur
tidak diwajibkan namun harus dimintakan surat pernyataan dari debitur
tidak diwajibkan namun harus dimintakan surat pernyataan dari debitur
10
Asuransi Jiwa
Diwajibkan
Diwajibkan
Diwajibkan
11
Target Pasar
Pedagang pasar, warteg, warung sembako dll.
Pedagang pasar, warteg, warung sembako dll.
Seluruh pegawai Negeri, Swasta, BUMN, PMA dan pensiunan
12
Ciri-ciri Pasar
Pedagang kaki lima, kios koran/majalah, kios/warung rumahan, pedagang kecil di pasar dalam bentuk perusahaan persseorangan - Pada umumnya usaha yang dibiayai sulit berkembang karena hanya - cukup untuk biaya hidup - harian. Usaha yang sifatnya unstable market. Termasuk dalam kategori sektor usaha informal - Tidak memiliki pegawai, kalaupun ada sifatnya hanya membantu/pega wai tidak tetap.
-
Usaha yang dibiayai sudah berkembang
-
Usaha yang dibiayai sudah berkembang
Cukup jelas
-
Bersifat Stable market
-
Bersifat stable market
-
Kategori sektor formal
-
Kategori sektor formal
-
Telah memiliki pegawai
-
Telah memiliki pegawai
13
Maksimum kredit
Rp. 10 Juta
Rp. 25 Juta
Rp. 50 Juta
Rp. 50 Juta
14
Kemampuan membayar kembali
Maksimal 65% dari laba bersih
Maksimal 65% dari laba bersih
Maksimal 65% dari laba bersih
Maksimal 35% dari laba bersih