ANALISIS PENGARUH NILAI VALUTA ASING , TINGKAT PRODUKSI KAYU LAPIS DAN HARGA PASAR TERHADAP TINGKAT EKSPOR KAYU LAPIS INDONESIA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Ketika sebuah negara memiliki sumber alam yang melimpah, itu yang
menjadi pendorong sebuah negara melakukan kegiataan ekpor yang mejadi bagian perdagangan global.Sumber daya alam sendiri memiliki arti yaitu semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (Abdullah, 2007) terutama dimana tempat negara itu berada. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan pendapatan nasional,tentu dengan
peningkatan
pendapatan
nasional
negara
akan
mentingkatakan
kesejahterahan rakyat .Perdagangan internasional pada dasarnya manusia tidak dpat hidup sendiri , baik dalam memenuhi kualitas hidup . Hal itu disebabkan sumber daya yang dimiliki manusia terbatas. Pemenuhan kebutuhan tersebut menimbulkan hubungan perdagangan antara konsumen (yang membutuhkan makanan) dengan produsen (yang menghasilkan makanan). Apabila perdagangan itu di laukan antara dua atau lebih barulah itu disebut perdagangan internasional .Perdagangan internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang lingkup dan jumlah yang terbatas. Pemenuhan kebutuhan setempat yang tidak dapat diproduksi sendiri, dilakukan dengan cara barter, yaitu pertukaran barang dengan barang yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak. Lama kelamaan, atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran dalam skala luas yang sering disebut perdagangan internasional (Haroen, 2008). Perdagangan berasal dari kata dagang yang menurut kamus lengkap bahasa Indonesia berarti kegiatan menjual dan 1
2
membeli. Sehingga, perdagangan internasional bisa diartikan sebagai kegiatan menjual dan membeli produk yang terjadi antar negara yang dilakukan individu dengan individu, individu dengan pemerintah, atau pemerintah dengan pemerintah. Pada umumnya, negara-negara di dunia melakukan perdagangan internasional untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, ekspor dan impor merupakan bentuk kegiatan perdagangan internasional. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan sumber daya alam nya. Terletak pada geografis berikilim tropis banyak hutan dan di kelilingi oleh lautan membuat keunikan difersifikasi satwa dan tumbuhan.Sebagai negara yang mandiri Indonesia dalam perekonomian sangat bergantung pada sumberdaya tersebut dan bersaing di kanca Internasional dengan mengekspor bahan bahan mentah hasil kehutanan dan laut. Dengan itu Indonesia dapat bersaing dan bahkan menjadi yang terbaik di antara negara lain nya. Salah satunya adalah komoditi kehutanan, Indonesia tercatat menurut World Bank Data Statistc dan FAO (Food and Argiculture Organitaton) di tahun 2012 Indonesia adalah negara penghasil 7 terbesar di dunia di susul Brazil , China , U.S , Canada.
Tabel 1.1. 10 Negara produsen kayu bulat terbesar di dunia Production Share Accumulated Planter forrest in Roundwood (%) share(%) 2012 (1000 ha) in 2012 (m3) 1.USA 320.729.000 19.06 19.06 25.363 2.Canada 151.151.106 8.98 28.04 8.963 3.Brazil 146.804.000 8.72 36.76 7.418 4.China 144.035.300 8.56 36.76 77.157 5.Russia 136.375.000 8.10 45,32 16.991 6.Sweeden 63.000.000 3.74 53,42 3.613 7.Indonesia 62.605.000 3.72 60,89 3.549 8.India 43.957.000 2.73 63,62 10.211 9Finland 44.614.134 2.65 66,27 5.904 10.Germany 42.862.602 2.55 68,81 5.283 Sumber : FAOSTATISTIC artikel FRA(Forest Resourc Assesment) ,2012 Countries
USA memimpin dengan 320,729,000 (m3) perolehan share sebesar 19,06% lebih unggul dari Indonesia karna jumlah kawasan tanam untuk kayu hutan industrial
3
86% jauh lebih besar dari Indonesia.Namun itu tidak menjamin kapasitas produksi juga meningkat.Dapat di lihat China dengan luas kawasan tanam 77,157(ha) masih di bawah Brazil dan Canada dengan hanya 10-11% luas lahan penanaman kayu China miliki. Dari tabel tersebut kita bisa analisa bahwa memaksimalkan kemampuan kapasitas produksi menjadi kunci kemampuan produksi kayu. Produksi kayu bulat pada tiap tahunnya secara global yang di butuhkan dan terus meningkat, di ikuti dengan peningkatan konsumsi.
Gambar 1.1. 2008-2010 world timber/wood production Sumber : FAO dengan EU ministry, 2010
Dilihat dari Gambar 1.1, peningkatan konsumsi sebanyak 38% dari tahun 2008-2010 sedangkan produksi kayu dunia tahun 2008-2010 meningkat sebanyak 31% . Dari perbandingan persentase dapat di ketahui pertumbuhan konsumsi melacu lebih cepat tiap tahunnya ketimbang produksinya, namun itu dapat menciptakan peluang bisnis perkayuan dunia . Kapasitas ketersediaan bahan produksi dunia tahun 2009-2010 juga terlihat naik secara signifikan dengan persentasi pertumbuhan sebanyak 18% dan selisih 5,127,840 ton , ini diharapkan kemampuan produksi dapat mengimbangi permintaan pasar dunia. Menurut FAO dari besarnya permintaan akan komoditas kayu Indonesia memperoleh peluang bertumbuh dan berkembang menjadi wolrd wood top produsers jika Indonesia memampukan diri meninkatkan kapasitas hutan dan produksi. (FAO ,2010)
4
Tabel 1.2 World Regional Production
Amount (million m3) 1965 1990 Production Africa 31 55 Asia and Pasific 155 282 Europe 505 640 Latin America 34 114 North America 394 591 Western and Central Asia 10 9 World 1128 1690 Consumption Africa 25 51 Asia and Pasific 162 315 Europe 519 650 Latin America 22 111 North America 389 570 Western and Central Asia 10 10 World 1138 1707 Region
2005 72 273 513 168 625 17 1668 68 316 494 166 620 19 1682
Sumber: FAO ,2008
Pada Tabel 1.2 FAO (Food and agriculture Organitation) memprediksi secara regional produksi kayu dunia dan dapat dilihat pada tahun 2020 dengan total keseluruhan 2,166 juta/m3 , Asia memiliki pangsa sebesar 20,74% dari total produksi dunia di mana penyuplai utama di pimpin oleh China di susul produsen besar, Indonesia ,India , dan negara penghasil kayu jumlah sedang , Malaysia , Papua nugini, dan lain lain. Menyadari akan peluang dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia,pada nasa orde baru ,pamerintah menggalakan ekpor non migas dalam hal penerimaan negara. Pemerintah terusberupaya mendukung inustri pengelolahan kayu agar dapat berkembang dan menghasilkan komoditi ekpor. Keinginan dan keseriusan pemerintah dalam meningkatkan kontribusi sekptr kehutanan terbukti dari dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1967 yang menjadikan industri pengelolahan kayu sebagai penopang perekonomian negara.
5
Indonesia telah menggambil bagian menjadi negara pengekpor kayu, tetapi atas peraturan UU No 5 Tahun 1967 Indonesia haruslah mengekpor kayu dalam bentuproduk olahan.Untuk jenis kayu olahan terdiridari : Kayu Lapis / Plywood Kayu Gergajian/Sawntimber Kayu Serpih/Chip Kayu Bentukan/Moulding Veneer Blockboard Furniture Kertas Pulp Komponen bangunan / kayu bangunan Papan Partikel/Particle Board Papan Serat Papan Semen.Perkembangan variasi olahan kayu di awali oleh teknologi yang mulai canggih. (Dephut ,2002) Pada tahun 2002 Indonesia mulai mengadaptasi produksi kayu olahannya mencari lebih moderen dimana mesin mesin dan teknologi mulai masuk seiring kondisi politik Indonesia yang mulai memikirkan kanca internasional pada saat itu. Perkembangan teknologi yang semakin canggih memberikan peluang untuk memproduksi produk yang berbahan dasar kayu yang lebih variatif. Dulu produk papan partikel biasanya dibuat dengan ketebalan antara 8-12 mm. sekarang dengan teknologi semakin canggih, produk papan partikel bisa dibuat dengan ketebalan 2-3 mm. Pada tahun 2002, volume dan pemasukan devisa dari produk kayu olahan yang berhasil diekspor ke berbagai negara berdasarkan jenis nya disajikan pada Tabel-1 sebagai berikut :
Produk Plywood
Tabel 1.3. Jenis produk ekpor Indonesia Volume(m3) Nilai Juta (US$) Negara Tujuan Utama 4.983.025
440,9
Japan (26%)
Shreded Wood
392.588
1.91
Taiwan (73%)
Wood working
6.676.796
222.83
Singapore (40%)
Blockboard
464.218
31.61
Hongkong (57&)
Pulp
232.710
54.05
China (98%)
Kertas
282.470
166.91
Asia (89%)
Veneer
132
0.06
Singapore (100%)
59.138
5.19
Japan (48%)
Chip Wood
Source: Departemen kehutanan 2002
6
Berdasarkan tabel 1.3 produk ekspor kayu olahan dari Indonesia diekspor ke berbagai negara terutama negara Asia seperti Jepang, Singapura, Taiwan, Hongkong, China dan Korea. Sebagian lagi ke negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Pada tahun 2002, kayu gergajian terbesar diekspor ke negara Taiwan dengan volume mencapai 286.279 m3, atau 73% dari total volume ekspor kayu gergajian.Produk kayu lapis (plywood), terbesar diekspor ke negara Jepang sebesar 1,29 juta m3, setara dengan 26% dari total volume ekspor kayu lapis. Semenjak di dikeluarkanya UU No. 5 Tahun 1967 Indonesia menempati peran bisnis perkayuan terutama komoditi kayulapis hinga sekarang.Perkembangan ekspor produk kayu dan produk kayu berkembang, terutama dalam kasus ini peneliti memiliki batasan penelitian pada produk plywood. kayu lapis atau plywood sendiri di Indonesia (termasuk HS 44 )sepanjang periode 2008-2012 menunjukan pangsa yang cenderung positif, meskipun hanya sekitar 1 persen .
Negara Tujuan
Tabel 1.4. Nilai Ekpor Plywood 2008 2009 2010 2011
2012
Nilai FOB (Juta US$) Jepang
539,1
441.2
594.0
819.1
738.5
Korea Selatan
82,8
71.0
69.4
84.4
80.1
Tiongkok
80.3
48.3
97.7
208.0
313.8
Arab Saudi
86.5
64.0
161.5
153.9
162.4
Kuawit
20.0
14.1
12.8
12.99
12.6
Yordania
36.1
37.2
37.2
36.6
40.4
UEA
96.7
45.7
70.4
41.7
36.3
Australia
28.0
16.8
30.1
32.6
33.6
Amerika
86.0
78.1
117.5
106.8
129.3
Jerman
72.4
48.4
60.8
56.6
62.7
Belgia
43.9
27.9
31.6
30.4
23.1
Lainnya
224.5
188.0
221.6
233.6
238.1
Total
1527.3
1189.5
1635.4
1953.3
2011.4
Serikat
Source: Badan Pusat Statistik 2013, di olah oleh KEMENDAG
7
Dilihat dari tabel 1.4
tersebut pekembangan trend 1% di ikuti dengan
perkembangan nilai ekpor yang signifikan dari 2008-2012 terutama dapat di lihat di pasar Jepang dan pasar Amerika Serikat. Kemudian di susul dengan meningkatnya nilai ekspor kayu lapis periode Januai -November 2012 adalah sebesar 2,011,4 Juta dollar AS, meningkat 2,9% dari tahun 2011 dengan 1,953.3 Juta dollar AS yang berbanding dengan nilai total tingkat ekpor produk kayu lainnya.Dari data tabel 1.2 juga dapat dilihat terdapat gejala penurunan pada periode 2008-2009 ,dan perkiraan anjlok sekitar 40% dari tahun sebelumnya. Anjloknya ekspor ini bukan hanya disebabkan lesunya permintaan di pasar ekspor tradisional seperti AS, Eropa dan Jepang akibat krisis global, namun dipicu oleh ketidakmampuan bersaingnya produk Indonesia menghadapi pemain-pemain baru seperti Brasil, China dan Malaysia. Namun itu tidak membuat Indonesia gentar masih ada permintaan dari negara timur tengah dan permintaan akan mulai membaik menyusul pulihnya krisis global yang diperkirakan berakhir di 2010-2012.(Apkindo ,2009)
Tabel 1.5. Perkembangan Ekspor Non-Migas (komoditi kayu HS 44) Produk
2010
2011
2012
2013
2014
Trend (%) 2010-2014
Nilai Juta (US$) Kayu,dan
2.935,00
3.374,00
3.448,00
3.634,00
4.071,00
7
barang dari kayu
Source: Kemendag, Ekspor non migas 2014 (komoditi)
Dan dari Tabel 1.5 di atas dapat dilihat pertumbuhan kayu playwood di iringi produk kayu lainnya, dimana dari tahun 2010-2012 terus meningkat dengan growth rate sebesar 17% di urutan ke 10 komoditi ekpor terbesar Indonesia.Tidak berhenti di situ saja perkembangan ekpor kayu indonesia terus melonjank hingga tahun 2014 berakhit dengan growth rate 36% meningkat 19% dalam kurun waktu 2 tahun saja. Potensi kreativitas dalam menciptakan produk kayu olahan yang cukup tinggi dan keragaman corak desain yang berciri khas lokal juga merupakan faktor penentu
8
daya saing produk Indonesia.Semuanya memerlukan pengembangan dalam teknik pengolahan produk untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar tujuan ekspor. Sejak tahun 1960 pada era “Manufacture” di dunia barat konsumsi akan kayu meningkat dari 5% sampai 40% hanya pada beberapa dekade.Lalu di susul dengan populasi manusia yang meningkat dari 1960sebesar 2,5 miliar manusia ke 2010 dengan sebanyak 7 miliar manusia dengan growth rate yang luarbiasa sebesar 180% . Kayu memang SDA yang dapat di perbaharui namun product cycle nya sangat lambat atau lama. Butuh 10- 100 tahun untuk mendapatkan pohon yang ideal untuk di produksi. Namun tidak bisa di bantahkan bahwa manusia akan tetap membutuhkan produk produk kayu, dan ini memicu pertumbuhan harga pasaran kayu lapis dan produk kayu lainnya. Tantangan demi tantangan harus di hadapi oleh negara negara penghasil kayu untuk kelangungan expor mereka dan pmenuhan kebutuhan. Belum lagi nilai atau harga pasar yang berubah ubah sesaui dengan ketersediaan Bahan baku dan nilai valuta asing terhadap nilai ekspor kayu tersebut. Tantangan produksi menjadi faktor yang mempengaruhi kesuksesan sebuah negara pengahasil kayu. Ada upaya upaya negara negara tesebut untuk menjaga tingkat stabilitas produksi kayu mereka seperti pembudiayaan pohon, menciptakan wilayah larangan tebang, tebang pilih dll. Namun memang semua itu masih menjadi kontrofersi sperti yang di katakan oleh WWF pada forum internasional bahwa sudah pada dasarnya keingginan manusia selalu menginginkan lebih dengan itu semua tergantung pada setiap pemain komoditas tersebut yang memberi dapak pada keseimbangan alam. Dewasa ini industri kayu lapis Indonesia menghadapi berbagai kendala yang menghambat perkembangannya, diantaranya tingkat produksi bahan baku yang bisa disebabkan oleh maraknya ilegal logging yang terjadi di indonesia.Dimana kayu dalam negeri di gunakan oleh negara competitor untuk memproduksi kayu lapis dengan harga yang lebih murah , sehingga menyebabkan produksi kayulapis Indonesia terus menurun. Kemudian sejak Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998 nilai dollar naik. Mendorong indonesia untuk bertahan dan menghadapi nilai valuta yang menguat. Ini juga memaksakan Indonesia untuk menikatkan cadangan devisa mereka agar nilai matauang rupiah menguat. Kemudian sejak tahun 2001 kemajuan teknologi
9
mulai masuk ke Indonesia dan mempermudah pemain ekspor kayu Indonesia untuk mencari permintaan ke negara tetangga bahkan ke seluruh dunia. Berikut perkembangan nilai tukar indonesia tahun ke tahun , dengan perbanding nilai tuker ekpor menggunakan dollar Amerika sebagai nilai tukar secara internasional ,
Tabel 1.6. Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Tahun USD 2009 10.142,50 2010 9.027,00 2011 8.766,00 2012 9.482,50 2013 10.103,50 2014 11.843,00 Sumber : World Bank ,2015
Analisa tabel 1.6 menunjukat fluktuasi rupiah terhadap dolar tersebut berlangsung selama 5 tahun terakhir dengan rate 0,3 . Namun dari kerugian nilai tukar ini mendorong pebisnis bergairah untuk melakukan ekpor terutama di sektor non migas dengan hs 44 (kayu dan barang dari kayu) lebih lagi . Selain Produksi kayu ,nilai kurs terdapat Nilai harga pasaran kayu lapis yang juga menjadi indikator pengaruh pebisnis kayu lapis Indonesia
bergairah. Berikut
data Informasi terakhir price list dunia yang di olah oleh world bank,
Produk
Tabel 1.7. Plywood Anual Price - US cents per sheets 2009 2010 2011 2012 2013
2014
USD/Sheet Plywood
564,62
569,08
607,54
610,34
560,23
Ssumber: Data olahan GEM World Bank, 2015
517,32
10
Pasaran playwoood dibagi menjadi beberapa regional berdasarkan jumlah import terbesarnya.Terdapat Pasar Jepang, Pasar Amerika, Pasar Afrika,Asia dan Ocenia ,Pasar Erpoa dan Middle East dan Pasar Domestik dan pada dasarnya setiap kondisi pasar regional memiliki ketentuan harganya.
Tabel 1.8. Harga Plywood Pasar Regional 2014 Region USD/m3 Japan
880-900
Amerika
480-500
Asia & Ocenia
570-580
Euro & Middle East
550-650
Domestic
490-520
Sumber : Data olahan APKINDO ,2014
Situasi pasar jepang menyesuaikan harga berkisar USD 20-30 /m3 agar dapat bertahan pada harga stabil. Kemudian hagra pasr amerika masih belum baik di banding pasar lainya yang di akibatkan banyaknya pengangguran kerja yang terjadi dab menyebapkan perkembagann ekonomi Amerika melamban, meski harga rumah naik 10%-12% .Pasar Asia &Ocenia masih stabil dan terbilang baik ketimbang pasar lainnya harga range kisaran pasti dan tidak jauh hanya berbeda USD 10 /m3.Pasar Middle East terutama Qatar terbilang lancar karana investasi infrastruktur oleh pemerintah mereka hingg 2020 membangun negara-negara timur tengah melaju pesat dengan harga yang bagus dan stabil.Lalu pasar domestik menunjukan tidak ada perkembangan dan masih maintain.Hal ini di sebabkan posisi strok distributor hinga mencapai 80% serta harga bahan baku meningkat. (Apkindo , 2014)
1.2
Ruang linkup Penelitian Penellitian memfokuskan kaian pada tiga variabel utama yaitu tingkat
volume Produksi Kayu Lapis Indonesia , Nilai Valuta Asing rupiah terhadap dolar , dan Nilai harga pasar kayu lapis Internasional yang akan di teliti dan di angap apakah
11
variabel-variabel di atas cukup mempengaruhi tingkat ekpor kayu di Indonesia dengan komoditi kayu plywood sebagain bahasan. Kemudian tahun demi tahun Indonesia tercatatat sebagai penghasil kayu 10 terbesar di dunia . Prestasi ini tentu di harus dukung oleh kemampuan pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan ekspor produk kehutanan kala menjaga tingkat produksi kayu Indonesia .Lalu bagai mana pemerintah menjaga kekuataan mata uang nasional terhadap valuta asing dan memantau harga pasar kayu lapis secara internasional . Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertatik untuk melakukan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH NILAI VALUTA ASING , TINGKAT PRODUKSI KAYU LAPIS DAN HARGA PASAR
TERHADAP TINGKAT EKSPOR KAYU LAPIS
INDONESIA “.
1.3
Formulasi Masalah Dari latar belakang yang telah di uraikan di atas , maka di peroleh
permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Valuta Asing memiliki pengaruh terhadap ekpor kayu Indonesia. 2. Bagaimana Tingkat Produksi Kayu Lapis memiliki pengaruh terhadap ekpor kayu Indonesia 3. Bagaimana Harga Pasar memiliki pengaruh terhadap ekpor kayu indonesia. 4. Bagamana Nilai Valuta Asing dan Tingkat Produksi mempengaruhi Ekpor kayu Indonesia 5. Bagaimana Harga Pasar dan Tingkat Produksi mempengaruhi tingkat ekpor kayu Indonesia 6. Bagaimana Valuta Asing dan Harga Pasar mempengaruhi tingkat ekpor kayu Indonesia 7. Bagaimana Valuta Asing , Tingkat Produksi Kayu Lapis dan Harga Pasar mempengaruhi Tingkat ekpor kayu Indonesia 1.4. Tujuan Penelitian • Mengetahui pengaruh valuta asing terhadap tingkat ekpor kayu lapis Indonesia. • Mengetahui pengaruh dampak tingkat produksi kayu lapis terhadap tingkat ekpor kayu lapos Indonesia • Mengetahui pengaruh harga pasaran kayu laps terhadap tingkat ekpor kayulapis Indonesia. • Mengetahui pengaruh Nilai Valuta Asing dan Tingkat Produksi mempengaruhi Ekpor kayu Indonesia
12
• • •
1.5.
Mengetahui pengaruh Harga Pasar dan Tingkat Produksi mempengaruhi tingkat ekpor kayu Indonesia Mengetahui pengaruh Valuta Asing dan Harga Pasar mempengaruhi tingkat ekpor kayu Indonesia Mengetahui pengaruh Valuta Asing , Tingkat Produksi Kayu Lapis dan Harga Pasar mempengaruhi Tingkat ekpor kayu Indonesia.
Manfaat Penelitian Dengan hasil yang akan di peroleh dari penelitian ini , di harapka dapat
memberikan manfaat signifikan baik secara akaddemis maupun umum sebgai berikut: •
Bagi Akademik , Memberikan informasi bagaimana basar nya peranan komoditas ekpsor ,terutama kayu di negara Indonesia dan memberikan pemahaman akan pengaruh tingkat produksi , harga jual kayu dan valuta asing terhadap ekpor kayu Indonesia.
•
Bagi pemerintah Indonesia , sebagai bahan pertimbanganbagi pembuatan keputusan dalam menentukan kebijakan ekpor kayu dan pengelolahan produk kehutanan .Sehimgga menciptakan efektivitas ekpor dalam cost dan efisien ,serta tidak merugikan dan membahayakan kelangsungan product cycle.
•
Bagi pemain (Bisnis) ekpor kayu Indonesia , sebagai dasar pertimbangan strategi bisnis yang tepat dalam menghadapi kompetitor manca negara , dengan memperhatikan hubungan faktor-faktor tersebut.
13
1.6. No
State of Art Judul
Pengarang
Tahu
Lokasi
Metode
Kesimpulan
n 1
2
3
Faktor-Faktor Yang Mempengaru hi Ekspor Crude Palm Oil Indonesia Dalam Perdagangan Internasional TimeSeries Behavior of the Volume of Wood Products Export in Ghana
Pengaruh Harga Gula Internasional Dan Produksi Gula Domestik Terhadap Volume Ekspor Gula Di Indonesia (Studi Pada Volume Ekspor Gula Di Indonesia Periode Tahun 20102012)
Fakhur Radifan
Stella B. Acquah, Richard K. Avuglah & Emmanuel Harris2
2014
Semara Kuantit ng, atif Indones ia
2014 Kumasi ,Ghana
Kuantit atif
2014
Malang
Kuantit
Siburian
,Indone
atif
*Kadarisman
sia
Dermonto
Kurs ,tingkat produksi CPO dan faktro faktro yang di teliti memilki hunbungan signifikan dalam Ekpor CPO
The model will guide TIDD in their annual timber export planning and also help avoid financial losses that could result from poor decision making and ultimately improve efficiency of their operations. Harga Gula Internasional memicu Volume
*Hidayat
Ekpor Indonesia
Sunarti
untuk lebih giat memproduksi gula.
14
Lanjutan No
Judul
Pengarang
Tahun
Lokasi
Metode
Kesimpulan
4
Pengaruh I Gusti Jumlah Bagus Produksi, Kumbayana Harga ∗Wayan Ekspor, Yogi Swara Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun 19922012.
2015
Indonesia
Kualitatif
Komoditas EkporBatu bara Indonesia tidak di pengaruhi olek nilai tukar dan Harga ,yang di sebabkan ketergantungan negara Importir.
5
Exchange Rate Volatility and its Effect on Pakistan’s Export Volume
2012
Pakistan
Kualittatif
Theresult shows thatREER isinversely impact on ExportVolume f Pakistan.
Dr. Najia Saqib and Irfan Sana
14
L1