ANALISIS PENGARUH KONTRIBUSI TIGA SEKTOR UTAMA EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BADUNG Desak Ayu Sriary Bhegawati (Universitas Mahasaraswati Denpasar) Abstrak Perkembangan perekonomian suatu negara tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pembangunan ekonomi didalamnya. Pembangunan adalah suatu perubahan dari keterbelakangan menjadi kondisi yang lebih maju dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Ekonomi dalam kerangka pengembangan wilayah memberikan perhatian kepada keterkaitan antar ruang desa dan kota dengan ruang yang lebih luas yakni ditingkat regional, nasional, dan internasional berlandaskan prinsip keterkaitan dan ketergantungan. Pembangunan daerah merupakan penjabaran dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkelanjutan dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan. Perkembangan ekonomi daerah Bali sesungguhnya digerakkan oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa. Sektor pertanian sudah digeser oleh sektor sekunder seperti perdagangan, hotel, dan restoran. Peranan ketiga sektor utama itu dalam perekonomian Bali akan menjadi acuan terhadap perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali dan nantinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.Pengaruh kontribusi ketiga sektor tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung. Secara parsial kontribusi sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor jasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah sektor yang paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung, sehingga menjadi sektor unggulan Kabupaten Badung sebagai daerah pariwisata. Kata Kunci : Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran,Sektor Jasa, Pertumbuhan Ekonomi Abstract The development of a country's economy can not be separated from economic development activities therein. Development is a change of retardation becomes more advanced conditions in order to improve the welfare of society. Economic Development within the framework of the development of the area to give attention to the relationship between space villages and towns with a wider space that is at regional, national, and international linkages and dependencies based on principles. Regional development is the elaboration of national development are implemented on an ongoing basis in order to achieve development targets. Bali does regional economic development driven by three main sectors, namely agriculture, trade, hotels and restaurants, and the service sector. The agricultural sector has been shifted by the secondary sectors such as trade, hotels and restaurants. The roles of the three main sectors in the economy of Bali will be a reference to the development of Gross Regional Domestic Product of Bali Province and will affect the economic growth. Influence of the contribution of the three sectors simultaneously significant effect on economic growth Badung regency. Partially contributed by agriculture, trade, hotels and restaurants, as well as the service sector and significant positive effect on economic growth Badung regency. The trade, hotels and restaurants are the most dominant
54
ANALISIS PENGARUH KONTRIBUSI TIGA SEKTOR UTAMA EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BADUNG
sector to economic growth Badung, thus becoming the leading sectors Badung regency as a tourist area. Keywords : Agriculture Sector, Trade, Hotels and Restaurants Sector, Service Sector, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian suatu negara tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pembangunan ekonomi didalamnya. Tujuan akhir dari pembangunan nasional adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Peranan pemerintah dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional adalah dengan menentukan arah kebijakan pembangunan. Guna mencapai sasaran pembangunan tersebut, diperlukan adanya perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk membangunan perekonomian secara keseluruhan, dimana mencakup penerapan sistem pemikiran yang rasional terhadap sejumlah bidang perekonomian. Menurut Jhingan (2000:694), perencanaan pembangunan mempertimbangkan semua potensi ekonomi yang paling penting seperti tabungan total, investasi, output, pengeluaran pemerintah dan transaksi luar negeri (ekspor impor). Pembangunan adalah suatu perubahan dari keterbelakangan menjadi kondisi yang lebih maju dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Todaro (2000:92) yang menyatakan bahwa pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan yang mendasar atas struktur sosial, sikap perilaku masyarakat serta institusi-institusi nasional disamping tetap mengejar pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pada umumnya rencana pembangunan memuat tujuan dan prinsip-prinsip kebijakan pembangunan antara lain : meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan dan kesempatan kerja, mengusahakan pembagian pendapatan yang lebih merata, menyeimbangkan Vol.7 No.1,Februari 2017
pembangunan dan kesejahteraan antara sub bagian wilayah, merubah struktur perekonomian agar tidak lebih berat sebelah. Pembangunan Ekonomi adalah sebuah upaya yang terencana dan teratur dalam mengelola segenap sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber daya relatif terbatas jumlahnya bahkan sebagian diantaranya tidak dapat diperbarui atau bertambah dengan cepat, sedangkan kebutuhan manusia terus meningkat jumlahnya dan sangat beragam jenisnya. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh daerah yang bersangkutan karena adanya keterbatasan sumber daya. Secara alamiah telah terbangun hubungan ekonomi antar daerah yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan, bahkan dalam skala internasional. Oleh sebab itu Pembangunan Ekonomi dalam kerangka pengembangan wilayah memberikan perhatian kepada keterkaitan antar ruang desa dan kota dengan ruang yang lebih luas yakni ditingkat regional, nasional, dan internasional berlandaskan prinsip keterkaitan dan ketergantungan. Pembangunan daerah dalam hal ini Provinsi Bali merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan daerah merupakan penjabaran dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkelanjutan dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan. Sedangkan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Bagian integral yang merupakan penjabaran dari pembangunan nasional adalah pembangunan daerah yang dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinamJurnal Riset Akuntansi
JUARA
55
bungan dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan semua lapisan masyarakat yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi dan permasalahan pembangunan di daerah. Perencanaan pembangunan Ekonomi didaerah menjadi sebuah keperluan yang mutlak karena berkait dengan alokasi distribusi faktor-faktor produksi diantara kawasan-kawasan dan sektor-sektor perekonomian. Faktor-faktor produksi akan bergerak antar kawasan berdasarkan mekanisme pasar dan mendorong sektor-sektor ekonomi tumbuh lebih cepat. Sasaran pembangunan hanya terwujud apabila pemerintah daerah mengetahui potensi daerah dan kawasan andalan serta mampu merumuskan strategi kebijakan pengembangan produksi atau komoditi unggulan dalam persaingan global. Perkembangan dan kemajuan suatu daerah akan tercapai bila adanya program pembangunan, baik pembangunan fisik maupun mental. Pelaksanaan pembangunan akan selalu berkesinambungan setiap periode dengan mengikuti tahap demi tahap yang telah direncanakan. Pada akhirnya perkembangan dan kemajuan pembangunan daerah itu diperlukan kontrol dan evaluasi untuk meninjau kembali program dan hasil yang telah dicapai. Perkembangan ekonomi Bali sesungguhnya digerakkan oleh tiga sektor utama. Ketiga sektor utama tersebut adalah : Pertama : Sektor Pertanian Kedua : Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Ketiga : Sektor Jasa Dari tahun 1996 Sektor pertanian / Primer sudah digeser oleh Sektor sekunder seperti Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Laju pertumbuhan tiga sektor ekonomi utama Bali, dapat digunakan untuk memprediksi peranannya. Peranan ketiga sektor utama itu dalam perekonomian Bali akan menjadi acuan
56
terhadap perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali dan nantinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Program Pembangunan Daerah dan berbagai kebijakan bidang ekonomi di Kabupaten Badung dampaknya dapat dilihat melalui Produk Domestik Regional Bruto yang menggambarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Badung. Struktur perekonomian Kabupaten Badung tidak jauh berbeda dengan struktur perekonomian Bali atau Kabupaten/ Kota lainnya di Provinsi Bali yang mempunyai karakteristik yang unik dimana pilar-pilar ekonomi dibangun lewat keunggulan komparatif pada sektor industri pariwisata sebagai Leading sector. Hal ini menyebabkan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dengan industri pariwisata yaitu kelompok sektor tersier sangat dominan dalam memberikan warna pada struktur perekonomian Kabupaten Badung. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut : a) Bagaimanakah pengaruh kontribusi tiga sektor ekonomi utama secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Badung ? b) Bagaimanakah pengaruh kontribusi tiga sektor ekonomi utama secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Badung ? c) Sektor manakah yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Badung ? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui pengaruh kon-
ANALISIS PENGARUH KONTRIBUSI TIGA SEKTOR UTAMA EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BADUNG
tribusi tiga sektor ekonomi utama secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Badung. b) Untuk mengetahui pengaruh tiga sektor ekonomi utama secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Badung. c) Untuk mengetahui Sektor yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Badung. KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan, misalnya untuk ukuran nasional, Gross National Product (GNP), tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya. Teori Pertumbuhan Ekonomi ini dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan membuat suatu kebijakan. Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan tentang konsep pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut sebagai berikut:
a.
II.
2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut: 1. Werner Sombart (1863-1947). Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa Vol.7 No.1,Februari 2017
b.
c.
dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu : Masa perekonomian tertutup Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen sehingga tidak terjadi pertukaran barang atau jasa. Masa pererokoniam ini memiliki ciri-ciri : Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri, Setiap individu sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen, dan Belum ada pertukaran barang dan jasa. Masa kerajinan dan pertukangan. Pada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif akibat perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian masing-masing. Pembagian kerja ini menimbulkan pertukaran barang dan jasa. Pertukaran barang dan jasa pada masa ini belum didasari oleh tujuan untuk mencari keuntungan, namun semata-mata untuk saling memenuhi kebutuhan. Masa kerajinan dan pertukangan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut: Meningkatnya kebutuhan manusia, Adanya pembagian tugas sesuai dengan keahlian, Timbulnya pertukaran barang dan jasa, dan Pertukaran belum didasari profit motif. Masa kapitalis. Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Dalam menjalankan usahanya kaum kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh). Produksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan mencari laba. Werner Sombart Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
57
membagi masa kapitalis menjadi empat masa sebagai berikut : c.1 Tingkat prakapitalis. Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu : Kehidupan masyarakat masih statis, Bersifat kekeluargaan, Bertumpu pada sektor pertanian, Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan Hidup secara berkelompok. c.2 Tingkat kapitalis. Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu: Kehidupan masyarakat sudah dinamis, Bersifat individual, Adanya pembagian pekerjaan, dan Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan. c.3 Tingkat kapitalisme raya. Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu: Usahanya semata-mata mencari keuntungan, Munculnya kaum kapitalis yang memiliki alat produksi, Produksi dilakukan secara masal dengan alat modern, Perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli, dan Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh. c.4 Tingkat kapitalisme akhir. Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu : Munculnya aliran sosialisme, Adanya campur tangan pemerintah dalam ekonomi, dan Mengutamakan kepentingan bersama. 2. Friedrich List (1789-1846). Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu Masa berburu dan pengembaraan, Masa beternak dan bertani, Masa bertani dan kerajinan, Masa kerajinan, industri, perdagangan. 1. Karl Butcher (1847-1930). Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat tingkatan yaitu Masa rumah tangga tertutup, Rumah tangga kota, Rumah tangga bangsa, dan Rumah tangga dunia. 2. Walt Whiteman Rostow (19161979). W.W.Rostow mengungkap-
58
kan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut: Masyarakat Tradisional (The Traditional Society), Masyarakat pra kondisi untuk periode lepas landas (the preconditions for take off), Periode Lepas Landas (The take off), Gerak Menuju Kedewasaan (Maturity), Tingkat Konsumsi Tinggi (high mass consumption). 2.3 Teori Klasik Teori Klasik dikemukan oleh Adam Smith, dan David Ricardo. Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Menurut David Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation. 2.4 Teori Neoklasik Teori Neoklasik dikemukakan oleh Robert Solow dan Harrord Domar. Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan
ANALISIS PENGARUH KONTRIBUSI TIGA SEKTOR UTAMA EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BADUNG
dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif. Menurut Harrord Domar beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini juga membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja 2.5 Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut : a) Faktor Sumber Daya Manusia Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah. b) Faktor Sumber Daya Alam Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut. c) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat Vol.7 No.1,Februari 2017
d)
e)
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian. Faktor Budaya Faktor budaya memberikan dam-pak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya. Sumber Daya Modal Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
2.6 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pembangunan Ekonomi suatu daerah pada hakekatnya adalah serangkaian kebijaksanaan usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam rangka mengurangi ketimpangan diantara berbagai lapisan masyarakat. Salah satu indikator yang biasanya digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Pendapatan Regional. Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
59
Produk Domestik Regional Bruto menurut BPS (1995:3) merupakan jumlah nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor/lapangan Usaha yang melakukan kegiatan usahanya di daerah atau wilayah tertentu tanpa memperhatikan kepemilikan faktor-faktor produksi. Produk Domestik Regional Bruto dapat dibedakan menjadi : a) PDRB atas dasar harga berlaku, b) PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan dihitung menurut harga tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan dihitung menurut harga tahun dasar. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto tersebut diatas dapat dipersempit menjadi PDRB menurut lapangan usaha dan PDRB menurut Penggunaan. PDRB menurut Lapangan Usaha adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu dan pada periode tertentu. Sedangkan PDRB menurut penggunaan adalah jumlah nilai barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Komponen-komponen penggunaan PDRB meliputi pengeluaran konsumsi Rumah Tangga, pengeluaran lembaga swasta yang tidak mencari untung , pengeluaran konsumsi pemerintah , Pembentukan Modal tetap PDRB, perubahan stok dan ekspor netto. Dengan demikian PDRB merupakan data yang sangat dibutuhkan dalam rangka perencanaan pembangunan daerah dan dapat digunakan sebagai alat evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan di bidang ekonomi. 2.7 Metode Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto Beberapa metode yang dipakai dalam menghitung Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Badung adalah sebagai berikut. a) Metode Langsung Menurut BPS, Bali (2000:5) Untuk
60
menghitung PDRB, ada tiga metode perhitungan yang biasa digunakan dalam pendekatan ini yaitu : a) Dari Segi Produksi. PDRB merupakan jumlah nilai akhir produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) unit-unit produksi tersebut secara garis besar dikelompokkan menjadi sembilan kelompok yaitu: (a) Pertanian, Perkebunan, Peternakan, kehutanan, dan perikanan. (b) Pertambangan dan penggalian. (c) Industri Pengolahan. (d) Listrik, Gas, dan Air bersih. (e) Bangunan.(f) Perdagangan, Hotel dan Restoran.(g) Pengangkutan dan Komunikasi. (h) Keuangan , Persewaan , dan Jasa Perusahaan. (i) Jasa-jasa. b) Dari segi pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal ,dan keuntungan. Selain variabel-variabel tersebut, penyusutan, pajak tidak langsung, dan subsidi merupakan bagian yang harus diperhitungkan dalam penyusunan PDRB melalui pendekatan ini. c) Dari segi pengeluaran, PDRB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk Konsumsi Rumah Tangga, Lembaga sosial Swasta yang tidak mencari untung, Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal tetap Domestik Bruto, perubahan stok ekspor netto yang merupakan ekspor dikurangi impor . Penyajian PDRB melalui pendekatan ini dapat melihat gambaran komposisi pengguna barang dan jasa, baik yang diproduksi di Wilayah Bali maupun yang berasal dari daerah lain (barang-barang impor).
ANALISIS PENGARUH KONTRIBUSI TIGA SEKTOR UTAMA EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BADUNG
Secara konsep ketiga metode perhitungan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan faktor-faktor produksinya.
2.8 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah, landasan teori maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut : a) Kontribusi tiga sektor utama ekonomi (Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan Hotel Restoran, dan Sektor Jasa) secara simultan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung. b) Kontribusi Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan Hotel Restoran, dan Sektor Jasa secara parsial berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung. c) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran adalah sektor yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung dibandingkan sektor Pertanian, dan Sektor Jasa. III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah wilayah Kabupaten Badung yang meliputi Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan Hotel Restoran, dan Setor Jasa sebagai sektor pendukung yang menggerakan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Badung. Pemilihan lokasi di Kabupaten Badung, karena Kabupaten Badung merupakan daerah potensial pariwisata di Bali dan merupakan daerah yang memiliki pendapatan daerah yang paling banyak dibandingkan Kabupaten lainnya. 3.2 Penentuan Sumber Data a) Jenis Data Menurut Sifatnya Jenis data yang digunakan dalam peVol.7 No.1,Februari 2017
nelitian ini adalah sebagai berikut: Data Kuantitatif Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka dan dapat dihitung dengan satu satuan hitung (Sugiono,2002). Data yang digunakan antara lain adalah data Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung yang dihitung dari persentasi pertumbuhan PDRB Kabupaten Badung yang diperoleh dari laporan publikasi Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2) Data Kualitatif Data Kualitatif adalah data yang tidak berupa angka-angka yang dalam penelitian ini berupa keterangan-keterangan mengenai PDRB Kabupaten Badung. Serta untuk memberi argumen dari data yang diperoleh dari berbagai macam literatur. b) Jenis Data Menurut Sumbernya Menurut sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari luar sumber-sumber, baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan. Data Sekunder yang digunakan adalah data sekunder tahunan dalam bentuk deret waktu (Time Series) dari tahun 1998-2015 yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Badung dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 3.3 Metode Seleksi dan Pengumpulan Data Metode seleksi data yang akan dianalisis adalah menggunakan data time series yang meliputi kontribusi Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan Hotel Restoran, Sektor Jasa dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung tahun 1998-2015. Metode pengumpulan data pada penulisan jurnal ini adalah menggunakan teknik dokumentasi dan studi kepustakaan yakni melalui literatur ataupun jurnal yang diperoleh dari instansi terkait yaitu, Bappeda Kabupaten Badung dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. 1)
Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
61
3.4 Definisi Operasional Variabel a) Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung (Y) yaitu tercermin dari nilai persentase pertumbuhan PDRB Kabupaten Badung tahun 1998-2015. b) Kontribusi Sektor Pertanian (X1) tahun 1998-2015 c) Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (X2) tahun 1998-2015 d) Kontribusi Sektor Jasa-Jasa (X3) tahun 1998-2015 3.5 Teknik Analisis Data Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah model regresi linier berganda yang bebentuk double log yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda. Sebelum model regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. 3.6 Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah pada dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Nilai Kolmogorov-Smirnov semua variable berdistribusi normal apabila tingkat signifikannya menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05. b) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasbi antar variabel bebas (Ghozali, 2006:124). Model re-
62
gresi yang baik adalah yang tidak terjadi multikolinearitas. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan cara melihat nilai VIF dan nilai tolerance masing-masing variabel independen, apabila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > t 0,10, maka dapat disimpulkan model regresi bebas dari gejala multikolinearitas. c) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakab dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1, untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka digunakan metode Durbin Watson (Dw Test). Dw Test membandingkan nilai tabel dengan tingkatI keyakinan sebesar 95 persen. apabila 1 du
0,05) terhadap variabel terikat (absolut residual) maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.7 Menilai Goodness of Fit Suatu Model Ketepatan fungsi regresi sampel (Menafsir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Pada penelitian ini diukur dari koefisien determinasi, uji statistic F dan uji statistik t. a) Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien Determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan dengan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidakny» model regresi yang terestimasi. Jika nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
ANALISIS PENGARUH KONTRIBUSI TIGA SEKTOR UTAMA EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BADUNG
variabel dependen amat terbatas, namun jika Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006:83). Pada penelitian ini koefisien determinasi diukur dengan adjusted R2 b) Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hasil uji statistik F diketahui dari tabel analisis varians (ANOVA). Nilai F hitung dibandingkan dengan tingkat signifikansi 5 persen, jika tingkat signifikan < 0,05, hal tersebut menunjukan bahwa semua variabel independen secara serempak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2006:83). c) Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen bila signifikansi lebih kecil dari 0,05. Untuk mengetahui pengaruh variabel dominan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Badung dapat dilihat dari standardized coefficients beta. Variabel bebas dengan nilai absolut dari standardized coefficients beta tertinggi merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap variabel terikat. Nilai dari standardized coefficients beta dapat dirumuskan sebagai berikut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Pada Lampiran 4 menunjukkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Test. Nilai Sig masing-masing mean dari variabel bebas lebih besar dari level of Vol.7 No.1,Februari 2017
significant (0,05) sehingga dapat disimpulkan dalam model regresi berdistribusi normal. b) Uji Multikolinieritas Berdasarkan Lampiran 3 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10 yaitu 0,848 (X1), 0,810 (X2), dan 0,723 (X3), dan memiliki nilai VIF masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 yaitu dari 0,10 yaitu 1,179 (X1), 1,234 (X2), dan 1,383 (X3) sehingga disimpulkan model regresi berganda bebas dari gejala multikolinieritas c) Uji Autokorelasi Berdasarkan Lampiran 3 diperoleh bahwa nilai Durbin-Watson untuk persamaan regresi adalah 2,536. Nilai Durbin Watson tabel dL(0,93) dan dU(1,69) dengan taraf signifikansi 5 persen untuk n=18 dan k=3. Oleh karena 4-dU < d < 4-dL atau 2,31 < 2,536 < 3,07 berada pada daerah tidak ada keputusan, maka pengujian dilakukan dengan metode statistik non parametrik yaitu uji run test (Gujarati 1998 hal 690-691). Hasil pengujian Run Test diperoleh nilai signifikansi pada lampiran 5 lebih besar dari 0,05 dengan demikian dalam persamaan regresi tidak terjadi autokorelasi dalam model. d) Uji Heteroskedastisitas Hasil pengujian heteroskedastisitas pada Lampiran 6 menunjukkan nilai probabilitas signifikansi masing-masing variabel bebas lebih dari 0,05 sehingga dalam model persamaan regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. 4.2 Hasil Analisis Pengaruh Kontribusi Tiga Sektor Ekonomi terhadap Per tumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung Untuk mengetahui pengaruh kontribusi tiga sektor utama ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung maka dapat dianalisis dari pengaruh kontribusi ketiga sektor ekonomi utama yaitu : Pertanian; Perdagangan, Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
63
Hotel, dan Restoran serta Jasa-jasa Dianalisis dengan analisis regresi Berganda. Berdasarkan data dan hasil analisis pada lampiran 3 dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut :
Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan untuk kontribusi Sektor Pertanian koefisien regresinya sebesar 0,234 ini berarti apabila kontribusi Sektor Pertanian naik sebesar 1 persen maka Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung meningkat sebesar 0,234 persen. Untuk kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran koefisien regresinya sebesar 0,751 ini berarti apabila kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran naik sebesar 1 persen maka Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung akan meningkat sebesar 0,751 persen, sedangkan kontribusi Sektor Jasa koefisien regresinya sebesar 0,257 ini berarti bahwa apabila terjadi peningkatan kontribusi Sektor Jasa sebesar 1 persen maka akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung sebesar 0,257 persen. Koefisien Determinasinya (R2) sebesar 0,784 mempunyai arti bahwa 78,40 persen variasi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung dipengaruhi oleh Kontribusi Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta Sektor Jasa, sedangkan sisanya 21,6 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model tersebut. Analisis Standarized Coefficient adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh dominan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Badung. Untuk menentukan variabel mana yang berpengaruh dominan, dapat dilihat dari nilai koefisien yang telah distandarisasi pada hasil olahan SPSS yang memiliki nilai terbesar.
64
4.3 Pembahasan Pengujian secara simultan kontribusi Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran maupun kontribusi Sektor Jasa terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung adalah dengan pengujian Ftest. Nilai Ftest (16,977) lebih besar dari Ftabel(3,34) ini berarti bahwa kontribusi Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran maupun kontribusi Sektor Jasa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung, sehingga kontribusi ketiga sektor ekonomi tersebut memberikan peranan yang sangat dominan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung. Pengujian secara parsial dari kontribusi tiga sektor utama ekonomi, dapat dilihat dari koefisien regresi dari masing-masing kontribusi ketiga sektor utama ekonomi tersebut. Untuk membuktikan apakah masing-masing kontribusi dari ketiga sektor ekonomi tersebut, berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung dapat dilakukan uji statistik yaitu uji t. Dari hasil analisis pada lampiran 3 (tiga) dapat dilihat signifikansi dari masing masing koefisien regresi pada kontribusi ketiga sektor ekonomi utama sebagai berikut : 4.3.1 Kontribusi Sektor Pertanian secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung dengan nilai thitung (2,852) lebih besar dari ttabel (2,145). Kontribusi Sektor Pertanian berperan penting terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung dimana sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan perekonomian Indonesia, hal ini dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian berpusat pada sektor pertanian. Sektor Pertanian mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk yang bertujuan sebagai
ANALISIS PENGARUH KONTRIBUSI TIGA SEKTOR UTAMA EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BADUNG
sumber pendapatan, dan sebagai sarana untuk usaha. Sektor Pertanian juga dapat meningkatkan penerimaan pendapatan daerah khususnya di Kabupaten Badung, dan memenuhi kebutuhan pangan khususnya masyarakat Kabupaten Badung. 4.3.2 Kontribusi Sektor Perdagangan Hotel, dan Restoran secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung dengan nilai thitung (6,885) lebih besar dari ttabel (2,145). Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebagai tonggak utama dalam rangka meningkatkan pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung dimana prioritasnya adalah untuk investasi dibidang pariwisata mengingat Kabupaten Badung adalah salah satu daerah pariwisata, yang menjadi daerah primadona bagi wisatawan asing sehingga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, penggangguran dapat dikurangi, pendapatan masyarakat bertambah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususmya Kabupaten Badung. 4.3.3 Kontribusi Sektor Jasa secarta parsial tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung dengan nilai nilai thitung (2,341) lebih besar dari ttabel (2,145). Kontribusi Sektor Jasa secara parsial berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung, hal ini didukung oleh tingkat penyerapan anggaran khususnya di instansi pemerintah daerah sehingga akan meningkatkan nilai tambah dari subsektor administrasi pemerintahan, Jasa Pemerintahan lainnya, dan Jasa sosial kemasyarakatan. Vol.7 No.1,Februari 2017
Dari hasil perhitungan dengan Program SPSS, diantara ketiga kontribusi sektor utama ekonomi tersebut yang paling dominan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung adalah kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yaitu sebesar 0,949 atau 94,9 persen dibandingkan dengan kontribusi Sektor Pertanian sebesar 0,384 atau 38,4 persen dan kontribusi Sektor Jasa sebesar 0,342 atau 34,2 persen berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoram menjadi sektor yang dominan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa kontribusi Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Serta Sektor Jasa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung. Sektor Pertanian secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung, sedangkan kontribusi Sektor Jasa tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung. Kontribusi sektor yang paling dominanj pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung adalah kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yakni dilihat dari nilai koefisien yang distandarisasikan yakni sebesar 94,9 persen. 5.2 Saran Pemerintah Kabupaten Badung diharapkan memprioritaskan pengolahan sumber daya alam dan sumJurnal Riset Akuntansi
JUARA
65
ber daya manusia yang ada di daerah dengan melihat sektor-sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Badung yaitu dengan mempertahankan eksistensinya. Sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Badung agar dikelola, dikembangkan, dan ditangani lebih serius sehingga mampu menghasilkan output serta nilai tambah yang maksimal dan nantinya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walaupun perekonomian Kabupaten Badung dibangun lewat keunggulan komparatif pada sektor industri pariwisata sebagai leading sector, namun pembangunan ekonomi harus dilakukan berimbang baik sektor pertanian, Industri maupun jasa. Karena sektor pariwisata tidaklah terlalu aman untuk diandalkan sebagai motor utama penggerak pembangunan ekonomi. Dimana sektor pertanian perlu ditingkatkan kemampuannya melalui pengembangan produksi modern melalui bioteknologi maupun melalui teknologi yang tepat dan yang lebih penting dirancang agar mampu mendukung sektor pariwisata dan sektor jasa. Kontribusi Sektor Pertanian tetap menjadi perhatian pemerintah khususnya Kabupaten Badung, adanya alih fungsi lahan pertanian saat ini menyebabkan sempitnya lahan pertanian untuk mengembangkan sektor pertanian arti luas dan pengembangan lahan pertanian dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana utama untuk meningkatkan produktivitas maupun efektivitas lahan yang sangat sempit. Pola pikir tersebut tetap dikembangkan agar mampu menciptakan nilai tambah. Sehingga peranan sektor pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung akan meningkat. Kontribusi sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang paling dominan terhadap peningkatan pertum-
66
buhan ekonomi Kabupaten Badung, oleh karena itu peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran harus ditingkatkan kualitasnya untuk daya dukung daerah pariwisata khususnya di Kabupaten Badung. Adapun strategi peningkatan tersebut yaitu dengan menciptakan bibit-bibit unggul dalam inovasi-inovasi terbaru di bidang hotel dan restoran maupun perdagangan seperti pelatihan-pelatihan sumber daya manusia khususnya tenaga kerja dibidang pariwisata, dan Meningkatkan kerjasama terhadap warga asing untuk penambahan pelatihan kemampuan di bidang tersebut. Kontribusi sektor jasa sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung selain sektor pertanian dan perdagangan, hotel, dan restoran, sehingga sektor jasa juga harus ditingkatkan dengan kewirausahaan subsektor perorangan maupun rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Provinsi Bali 2000, PDRB Provinsi Bali 1998-2000, Denpasar ______________________________ 2007, PDRB Provinsi Bali 2002-2006, Denpasar ______________________________ 2012. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan I 2012. ______________________________ 2013, PDRB Provinsi Bali 2010-2012, Denpasar ______________________________ 2016, PDRB Provinsi Bali 2013-2015, Denpasar ______________________________ 2000, Badung Dalam Angka 2000, Denpasar. ______________________________ 2003, Badung Dalam Angka 2003, Denpasar. ______________________________ 2006, Badung Dalam Angka 2006, Denpasar.
ANALISIS PENGARUH KONTRIBUSI TIGA SEKTOR UTAMA EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BADUNG
_______________________________ 2008,
Badung Dalam Angka 2008, Denpasar. _______________________________ 2010, Badung Dalam Angka 2010, Denpasar. _______________________________ 2013, Badung Dalam Angka 2013, Denpasar. _______________________________ 2015, Badung Dalam Angka 2015, Denpasar. Gujarati, Damodar. (Sumarno Zain;penterjemah).1997. Ekonometrika Dasar Cetakan Pertama, Jakarta : Erlangga. Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan. Edisi Kedelapan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Lincolin Arsyad.2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Panitia pengkajian Strategi Pembangunan Ekonomi Bali, Strategi Pembangunan Ekonomi Bali, Menjawab Tantangan Global,2003. Nata Wirawan.2013. Statistik I (Statistik Deskriptif). Edisi Ketiga. Denpasar.keraras Emas. Nata Wirawan. 2013. Statistik II (Statistik Inferensia). Edisi Ketiga. Denpasar : Keraras Emas. R. Gunawan Sudarmanto.2005. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sugiono.2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Sukirno, Sadono. 2001. Pengantar Teori Makroekonomi. edisi kedua. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Todaro, Michael P. 1999. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Vol.7 No.1,Februari 2017
Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
67