ANALISIS KONTRIBUSI PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Ali Rama1
Abstract Penelitian ini menguji hubungan dinamis antara perbankan syariah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan mengunakan uji kointegrasi dan Vector Error Model (VECM) untuk melihat apakah sistem keuangan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi onomi atau pertumbuhan ekonomi yang mentransformasi operasional sistem perbankan dalam jangka panjang. Kami menggunakan data time series Gross Domestic Product (GDP), Total Pembiayaan ayaan (TP), Total Deposit (TD), Consumer Price Index (INF), dan rasio total ekspor dan impor terhadap GDP (Openess of Economy:: OE). Penelitian ini menemukan bahwa terdadat hubungan jangka panjang antara sektor perbankan syariah denga pertumbuhan ekonomi Indonesia. I Sementara hasil uji kausalitas Granger menunjukkan finance-led growth pada model pertama, yaitu sektor perbankan syariah mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan riil output. Pada model kedua menunjukkan bidirectional causality, causality yaitu adanya hubungan dua arah atau saling mempengaruhi antara perkembangan perbankan syariah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Keyword: Gross Domestic Product,, total pembiayaan, total deposti, inflasi dan openess of economy. economy
1
Corresponding Author: Post-graduate graduate student of International Islamic University Malaysia (IIUM). Email:
[email protected].. Mobile: +60126832319
1
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Hubungan antara perkembangan sektor keuangan – diartikan sebagai peningkatan
volume produk dan jasa perbankan dan lembaga-lembaga intermidiasi lainnya serta transaksi keuangan di pasar modal – dan pertumbuhan ekonomi telah lama menjadi objek penelitian dalam bidang ilmu ekonomi pembangunan. Sektor keuangan memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan berbagai sektor ekonomi. Ini
dikarenakan lembaga perbankan
mampu memobilisasi surplus modal dari pihak ketiga untuk diinvestasikan ke berbagai sektor ekonomi yang membutuhkan pembiayaan. Ketika sektor keuangan bertumbuh secara baik maka akan semakin banya sumber pembiayaan yang dapat dialokasi ke sektor-sektor produktif dan akan semakin bertambah pembangun fisik modal yang bisa diciptakan yang nantinya akan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan dan kinerja positif sektor keuangan akan berkorelasi positif terhadap kinerja ekonomi suatu negara. Sektor keuangan bisa menjadi sumber utama pertumbuhan sektor ril ekonomi. Semakin banyak alokasi dana pihak ketiga perbankan yang dialokasikan pada sektor-sektor ril maka akan semakin berkurang tingkat pengangguran dan kemiskinan dalam sebuah perekonomian. Perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional. Keberadaan perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional di Indonesia diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian nasional. Perbedaan mendasar antara perbankan syariah dan konvensional terletak pada prinsip-prinsip dalam transaksi keuangan dan operasional. Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekonomian adalah (Setiawan, 2006): 1) kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja yang penuh dan tingkat pertumbuhan yang optimum, 2) keadilan-sosial-ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata, 3) stabilitas mata uang, 4) mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil, dan 5) pelayanan yang efektif. Salah satau ciri utama perbankan syariah yang berdampak positif terhadap pertumbuhan sektor ril dan ekonomi adalah lembaga keuangan syariah lebih menekankan pada peningkatan produktivitas. Lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang 2
menekankan konsep asset & production based system (sistem berbasis aset dan produksi) sebagai ide utamanya. Mudharabah dan musharakah adalah cerminan utama dari ide tersebut. Melalui pola pembiayaan seperti itu maka sektor ril dan sektor keuangan akan bergerak secara seimbang. Akibatnya semakin tumbuh perbankan syariah maka akan semakin besar kontribusinya terhadap kinerja dan pertumbuhan ekonomi. Jumlah kemiskinan dan pengangguran secara langsung akan teratasi melalui kinerja ekonomi yang baik. Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan memiliki perekonomian terbesar di Asia Tenggara, tetapi jika dilihat dari segi pangsa pasar industri keuangan syariah nasional masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain, seperti Malaysia yang pangsa industri keuangannya telah mencapai 20 persen dari total pangsa pasar perbankan nasionalnya. Namun dengan kinerja ekonomi nasional yang semakin membaik, pertumbuhan ekonomi 2010 yang diperkirakan melebihi angka 6 persen, Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai Rp 6,400 triliun, potensi pangsa pasar keuangan syariah yang masih terbuka lebar, akan membangun optimisme masa depan industri syariah di Indonesia. Pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan syariah yang cukup signifikan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di waktu yang bersamaan menarik minat untuk melakukan kajian apakah sektor perbankan syariah yang saat ini telah menjadi salah satu sistem perbankan nasional di Indonesia benar-benar berkontribusi secara empiris dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Untuk melakukan hal ini, kami akan menganalisis hubungan dinamis (dynamic interactions) antara keuangan dan pertumbuhan dengan menggunakan model apakah perbankan syariah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi perbankan syariah. Proxy sektor keuangan perbankan syariah dalam penelitian ini adalah total pembiayaan (TP) dan total deposit (DP). Sementara sektor pertumbuhan ekonomi atau riil output direpresentasikan oleh Gross Domestic Product (GDP). Variabel-variabel lain yang kami tambahkan dalam model adalah Consumer Price Index (CPI) sebagai representasi inflasi (INF) dan rasio total ekspor dan impor terhadap GDP sebagai representasi keterbukaan ekonomi atau openness of economy (OE). Penelitian ini menggunakan data kwartal. Dikarenakan keterbatasan akses data, maka penelitian ini hanya dari periode 2002.Q32010.Q3.
1.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada pendahuluan atau latar belakang pemikiran yang telah disebutkan di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 3
1. Sektor keuangan (perbankan syariah) yang direpresentasikan oleh total pembiayaan dan total deposit berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Begitu juga dengan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang baik akan mendoraong pertumbuhan perkembangan sektor keuangan (perbankan syariah). 2. Tingkat inflasi dan keterbukaan ekonomi terhadap negara-negara lain dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Penggunaan model yang bisa menginvestigasi hubungan jangka panjang antara sektor keuangan perbankan syariah dengan pertumbuhan eknomi/riil sektor Indonesia. 4. Penggunaan model yang bisa melihat sejau mana suatu variabel merespon jika terjadi inovasi pada variabel-variable yang lain dalam model penelitian yang digunakan.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka permasalah yang akan dibahas adalah: 1. Apakah sektor keuangan (perbankan syraiah) berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia (finance-led growth hypothesis)? Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap perkembangan sektor keuangan (perbankan syraiah) di Indonesia (growth-led finance hypothesis)?, Apakah terjadi dua hubungan saling mempengaruhi antara sektor keuangan (perbankan syariah) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia (bidirectional causality hypothesis)? Atau, apakah sektor keuangan (perbankan syariah) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak saling mempengaruhi (indpendent hypothesis)? 2. Apakah terdapat hubungan jangka panjang antara perkembangan sektor keuangan (perbakan syariah) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia? 3. Seberapa besar variasi suatu variabel jika terjadi inovasi pada variabel-variabel yang lain dalam model penelitian yang digunakan? 4. Bagaimana respon suatu variabel jika terjadi shock pada variabel-variabel dalam model penelitian yang digunakan?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kontribusi sektor keuangan (perbankan syariah) terhadap pertumbuhan eknomi Indonesia.
4
2. Menginvestigasi hubungan antara sektor keuangan (perbankan syariah) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Menguji hubungan jangka panjang antara sektor keuangan (perbankan syariah) dan pertumbuhan ekonomi Idonesia. 4. Menganalisis variasi suatu variabel jika terjadi inovasi pada variabel-variabel lain dalam model yang digunakan dan menganalisis respon suatu variabel jika terjadi shock pada variabel yang lain.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Hubungan Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi Hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi objek penelitian dalam berbagai literatur ekonomi pembangaunan dan keuangan. Issu tentang keuangan dan pertumbuhan setidaknya telah dikemukakan sejak abad 19 oleh Joseph A. Schumpeter (1912) yang mengemukakan urgensi sistem perbankan dan pertumbuhan tingkat pendapatan nasional dalam pembangunan ekonomi melalui identifikasi dan pembiayaan pada sektor investasi yang produktif. Pengembangan teori pertumbuhan ekonomi telah secara luas digunakan sebagai literatur dalam studi bidang pembangunan ekonomi, makroekonomi dan bidang studi lain yang ada hubungannya. Beberapa dari teori tersebut diperkenalkan oleh Rostow2, Harrod (1939), Domar (1946), Lewis (1954) dan Solow (1960). Namun hanya beberapa dari teori tersebut yang fokus terhadap peranan sektor keuangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi yang lain, Harrod (1939) dan Domar (1946) berpendapat bahwa untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan maka diperlukan peningkatan investasi baru, sehingga rasio tabungan nasional dan pendapatan nasional menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Solow (1956) dalam pemikiran neoklasik teori pertumbuhannya adalah hasil pengembangan dari teori pertumbuhan Harrord-Domar dengan hanya menambahahkan faktor lain, tenaga kerja (labour) dan memperkenalkan variabel independen ketiga berupa teknologi dalam persamaan teori pertumbuhan. Saat ini telah banyak hasil penelitian yang berusaha mengkaji secara empiris dengan cara mengeksplorasi indikator-indikator yang lebih spesifik untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Setidaknya ada empat kemungkinan pendekatan yang bisa menjelaskan hubungan sebab akibat antara keuangan dan pertumbuhan, yaitu: 1) Keuangan adalah faktor penentu pertumbuhan ekonomi (finance-led growth hypothesis) atau biasa disebut “supply-leading view”, 2) Keuangan mengikuti pertumbuhan ekonomi (growth-led finance hypothesis) atau biasa disebut “demand-following view”, 3) Hubungan saling mempengaruhi antara keuangan dan pertumbuhan atau biasa
2
Lihat “The Stage of Economic Growth” oleh W.W. Rostow (1960) tentang the five stages of growth a summary, p.4
6
disebut “the bidirectional causality view”, dan 4) Keuangan dan pertumbuhan tidak saling berhubungan atau biasa disebut “the independent hypothesis.” Pertama adalah “the finance-led growth hypothesis” atau “supply-leading view”. Teori ini secara umum menganggap bahwa sektor keuanganlah yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Teori ini pada dasarnya mencari hubungan antara keuangan dan pembangunan ekonomi. Para penganut teori ini meyakini bahwa keberadaan sektor keuangan yang berperan sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan modal (surplus unit) dengan pihak yang kekurangan modal (deficit unit) akan menyediakan alokasi sumber-sember pendanaan yang efisien yang nantinya akan menggerakkan sektor-sektor ekonomi dalam proses pertumbuhannya. Hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Xu (2000), Arestis et al (1996) dan Fase dan Abma (2003) menunjukkan bahwa ekspansi sistem keuangan memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Horrison et al. (1999) dan Blackburn dan Hung (1998) mengemukakan bahwa fungsi intermediasi lembaga sektor keuangan akan mendorong pertumbuhan ekonomi karena ini akan mengurangi biaya dalam penilaian proyek. Jika jumlah proyek meningkat dalam perekonomian yang bertumbuh maka bank akan masuk ke dalam pasar sebagai bentuk aktivitas bank dan keuntungan akan bertambah. Pertambahan jumlah bank akan mengurangi rata-rata jarak antara bank dan debitor, mendorong spesialisasi dan mengurangi biaya intermiediasi. King dan Levini (1993) adalah salah satu yang telah membuktikan bahwa pertumbuhan sektor keuangan adalah sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi banyak peneliti yang meragukan tentang hipotesis ini (financial-led growth). Demetriades dan Hussein (1996) dengan menggunakan data tahunan dari 1965 sampai 1992 menemukan diantara negera-negara Asia yang ditelitinya, hanya Sri Lanka yang membuktikan hipotesis financial-led growth. Studi di Turki dalam periode 1986.Q1 sampai 2006.Q4, Acaravei et al. (2007) hanya menemukan hubungan satu arah dari sektor keuangan ke pertumbuhan ekonomi, tetapi secara statistik dalam jangka panjang hubungan antara sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi tidak signifikan. Kedua adalah “the growth-led finance hypothesis” atau “the demand-following view”. Pemikiran ini dikembangkan oleh Robinson (1952), inti pemikirannya adalah perkembangan sektor keuangan mengikuti pertumbuhan ekonomi atau aktivitas wirausaha (enterprise) mendorong pertumbuhan sektor keuangan. Jika sektor ekonomi mengalami ekspansi maka permintaan terhadap produk dan jasa perbankan juga akan mengalami peningkatan, sehingga dengan sendirinya sektor perbankan akan juga meningkat. Penelitian empiris yang mendukung hipotesis ini telah banyak dilakukan. Habibullah (1999) dalam penelitiannya di 7
tujuh negara Asia menemukan Malaysia, Nyamar dan Nepal mendukung hipotesis “growthled finance” dan hanya Filipina yang mendukung hipotesis “finance-led growth”. Ketiga adalah “the bidirectional causality view”. Aliran pemikiran ekonomi ini menggambarkan hubungan dua arah atau saling mempengaruhi antara sektor perkembangan keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Hipotesis ini menyatakan bahwa sebuah negara yang memiliki perkembangan sektor keuangan yang baik akan mendorong tingkat ekspansi ekonomi yang tinggi melalui kemajuan teknologi dan inovasi produk dan jasa (Schumpeter, 1912). Kondisi ini kemudian akan menciptakan tingkat permintaan yang tinggi terhadap produk dan layanan perbankan (Levine, 1997). Jika institusi perbankan merespon secara efektif terhada permintaan tersebut, maka respon tersebut akan menstimulasi kinerja ekonomi yang lebih tinggi. Sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi masing-masing saling berhubungan secara positif dan hubungan ini terjadi secara dua arah (Choong et al. 2003). Penelitian empiris yang mendukung hipotesis ini juga sudah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Odedokun (1992) dan Luintel dan Khan (1999) menemukan hubungan dua arah antara sektor keuangan dan pertumbuhan. Sektor keuangan dan perkembangan ekonomi saling mempengaruhi, pertumbuhan sektor keuangan menyebabkan ekonomi bertumbuh dan pertumbuhan ekonomi mendorong sektor keuangan untuk berkembang secara maju. Demetriades dan Husaen (1996) dalam penelitiannya terhadap negara-negara Asia tidak hanya membuktikan hipotesis “the finance-lead growth” dan hipotesis “the growth-led finance” di antara negara-negara Asia, tapi juga menemukan hubungan saling mempengaruhi, hubungan dua arah antara sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi India, Korea Selatan dan Thailan. Hubungan dua arah ini juga terjadi di Indonesia pada penelitian yang dilakukan oleh Habibullah (1999). Dengan menggunakan data tahunan dari 1970 sampai 2001 di Turki, Unalmis (2002) menemukan bahwa dalam jangka panjang dengan menggunakan pendekatan VECM atas nilai koefisiensi yang terintegrasi menunjukkan bahwa ada hubungan saling mempengaruhi antara keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Keempat adalah “the independent hypothesis” atau tidak ada hubungan saling mempengaruhi antara keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Hipotesis ini diperkenalkan oleh Lucas (1988) yang berpendapat bahwa sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi tidak memiliki hubungan saling mempengaruhi. Guryay et al. (2007) menguji hubungan antara sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi untuk negara Cyprus dari periode 1986 sampai 2004. Hasilnya menunjukkan bahwa sektor ekonomi tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Cyprus. Al-Zubi et al. (2006) menggunakan model yang 8
dikembangkan oleh Levine pada tahun 1997 yang menggunakan panel data terhadap 11 negara arab dari periode 1980 sampai 2001. Hasilnya menunjukkan bahwa semua indikator keuangan tidak signifikan dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Model yang telah dikembangkan menunjukkan hanya indikator kredit dalam negeri saja yang signifikan dan memiliki efek positif tehadap pertumbuhan ekonomi, membuktikan bahwa dominasi sektor publik dalam aktivitas ekonomi dan sektor keuangan masih belum berkembang dan butuh usaha-usaha agar dapat mengembangkan fungsinya secara efektif di negara-negara arab. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Galindo dan Micco (2004) yang menggunakan data cross section negara menunjukkan bahwa bank-bank milik negara tidak mendorong pertumbuhan industri-industri manufaktur yang hanya mengandalkan sumber pembiayaan eksternal untuk operasionalnya. Sementara itu dalam sistem keuangan Islam, penelitian empiris sejauh ini yang telah dilakukan untuk menganalisis tingkat efesiensi, superioritas dan stabilitas bank-bank Islam dibandingkan bank-bank konvensional untuk mencapai target fungsi intermediasi moneter yang difokuskan pada pencapaian kesinambungan pertumbuhan ril ekonomi, penurunan inflasi dan pengangguran. Hasinya menunjukkan bahwa sistem keuangan yang tidak menggunakan bunga (interest-free banking system) adalah lebih unggul dalam mencapai target moneter (Darrat, 1988). Sementara itu Yousefi et al. (1997) dan Yusuf dan Wilson (2005) menemukan bahwa tidak ada bukti secara empiris yang menunjukkan keunggulan dan stabilitias sistem bank non-riba dibandingkan dengan bank yang menggunakan riba (interest based banking system). Hafas (2007) dalam penelitiannya tentang kontribusi perbankan Islam terhadap perekonomian Malaysia menemukan adanya hubungan yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dan dana pihak ketiga yang dikumpulkan oleh bank-bank Islam. Penelitian secara empiris yang membahas secara spesifik hubungan sektor keuangan Islam terhadap pertumbuhan ekonomi masih sangat terbatas sekali. Sementara itu dalam konteks Indonesia, penelitian empiris tentang hubungan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia telah banyak dilakukan. Hidayati (2009) yang menginvestigasi hubungan kausalitas antara sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan menggunakan sektor perbankan dan pasar modal sebagai representasi sektor keuangan, Hayati menggunakan impulse respon function dan variance decomposition dan menemukan bahwa perubahan pada sektor perbankan lebih berperan dalam menjelaskan adanya perubahan pada pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan perubahan pada pasar modal. Sedangkan hasil kausalitas Granger menunjukkan adanya bi-directional causality antara pertumbuhan ekonomi dan perkembangan volume kredit perbankan, serta kausalitas 9
satu arah antara perkembangan kapitalisasi pasar saham dan pertumbuhan ekonmi. Inggrid (2006) dalam penelitiannya yang menggunakan Vector Error Correction Model (VECM) cenderung mendukung hipotesis bahwa sistem keuangan dapat menjadi mesin pertumbuhan di Indonesia (the finance-led growth). Berdasarkan uji kausalitas Granger menunjukkan adanya bidirectional causality antara output riil dan volume kredit serta one-way causality yang berasal dari spread menuju output riil. Namun dalam kontesk analisis kontribusi perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sangat minim sekali bahkan mungkin belum ada, mungkin disebabkan adanya keterbatasan data.
2.2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Perkembangan sistem ekonomi syariah dalam satu dekade terakhir ini di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena bank syariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang operasinya diresmikan pada 1 Mei 1992. Bank Muamalat Indonesia merupakan Bank Syariah pertama di Indonesia. Kemudian Bank Syariah Mandiri (BSM) yang merupakan hasil konversi sistem operasi perbankan dari konvensional ke sistem syariah yang pada 19 November 1999 resmi mengikuti Bank Muamalat dalam menerapkan sistem syariah. Melalui dengan Dual Banking System, artinya suatu badan usaha perbankan memiliki dua sistem operasinal sekaligus yaitu konvensional dan syariah, pertumbuhan lembaga perbankan syariah semakin meningkat. Ada beberapa bank umum syariah saat ini yang awalnya hanya membuka Unit Usaha Syariah lalu kemudian bermetamorposis menjadi Bank Umum Syariah diantaranya misalnya BNI Syariah dan BRI Syariah. Proses pembentukan bank syariah di Indonesia setidaknya melalui tiga cara, yaitu: 1. Mendirikan bank syariah secara langsung dengan full sistem syariah seperti halnya Bank Muamalat Indonesia (BMI), 2. Melakukan konversi dari bank konvensional ke bank syariah. Inipun biasanya menggunakan full sistem syariah. Hal ini terjadi pada Bank Syariah Mandiri (BSM) yang awalnya adalah bank konvensional, dan 3. Membuka divisi syariah, biasanya adalah bank konvensional yang tertarik melakukan transaksi syariah, hal ini dilakukan dengan cara membuka divisi syariah dengan menggunakan dual banking system. Langka strategis pengembangan perbankan syariah yang berupa pemberian
izin
kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah melalui perubahan UndangUndang perbankan No. 10 tahun 1998 yang mengatur tentang landasan hukum dan jenis-jenis 10
usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah berdampak signifikant terhadap pertambahan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
Tabel 1: Perkembangan Bank Syariah Indonesia Kelompok Bank
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Bank Umum Syariah
3
3
3
5
6
10
Unit Usaha Syariah
19
20
26
27
25
23
92
105
114
131
138
146
550
636
782
1,024
1,223
1,640
Bank
Pembiayaan
Rakyat Syariah Total Jumlah Kantor
Sumber: BI, statistik perbankan syariah, september 2010
Berdasarkan data statistik perbankan syariah Bank Indonesia bulan September 2010, secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah cukup membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Semenjak berdirinya Bank Muamalat Indonesia tahun 1992 sampai 2005 hanya ada 3 Bank Umum Syariah, 19 Unit Usaha Syariah, 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dengan total jumlah kantor baru mencapai 550. Dalam rentang lima tahun, dari tahun 2005 sampai 2010, pertumbuhan perbankan syariah lebih dari dua kali lipat. Jumlah Bank Umum Syariah saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 Unit Usaha Syariah. Selain itu jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah mencapai 1,640 unit pada saat yang sama. Tabel 2 menunjukkan perkembangan terakhir indikator-indikator utama perbankan syariah di Indonesia. Perkembangan asset perbankan syariah meningkat secara signifikan dari Rp 20,880 milyar tahun 2005 menjadi Rp 83,454 milyar pada September 2010. Sementara itu Dana Pihak Ketiga dan Jumlah pembiayaan mencapai masing-masing Rp 63,912 milyar dan Rp 60,970 milyar. Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga (DPK) yang dinyatakan dalam Financing to Deposit Ratio (FDR), maka bank syariah memiliki rata-rata FDR hampir mencapai 100 persen. Ini mengindikasikan bahwa dana masyarakat yang dikelola oleh perbankan syariah disalurkan secara langsung ke sektorsektor produktif. Salah satu keunggulan perbankan syariah dari data yang ditunjukkan oleh 11
tabel 2 di atas bahwa meskipun tingkat FDR yang hampir rata-rata mencapai 100 persen, tetapi tingkat kegagalan bayar atau Non Performing Financing (NPF) hanya sekitar rata-rata 4 persen.
Tabel 2: Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar Rupiah) Indikator
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Aset
20,880
28,722
36,537
49,555
66,090
83,454
DPK
15,593
20,672
28,012
36,852
52,271
63,912
Pembiayaan
15,270
20,445
27,944
38,198
46,886
60,970
FDR
97.76% 98.90% 99.76% 103.65% 89.70% 95.40%
NPF
0.03%
4.75%
4.07%
3.95%
4.01%
3.95%
Sumber: BI, statistik perbankan syariah September 2010.
Meskipun pangsa pasar perbankan syariah yang pada tahun 2010 ini belum bisa mencapai target BI sebesar 5 persen, tetapi pelaku perbankan syariah optimis dengan kondisi ekonomi Indonesia yang cukup stabil serta semangat tinggi bank-bank konvensional yang berminat untuk masuk ke Industri perbankan syariah baik dengan cara konversi ataupun membuka unit usaha syariah (UUS). Faktor lain yang akan mendukung geliat pertumbuhan industri perbankan syariah adalah faktor regulasi yaitu Undang-Undang NO. 42 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mengatur tentang pajak transaksi perbankan syariah.
12
BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sumber Data dan Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan data time series selama kurun waktu 2002.Q3-2010.Q2. Data time series tersebut didapatkan melalui website laporan bulanan Bank Indonesia dan International Financial Statistics (IFS). Adapun variabel yang kami gunakan adalah total pembiayan (Total Financing) dan total dana pihak ketiga (Total Deposit) perbankan syariah sebagai representasi sektor keuangan perbankan syariah. Gross Domestic Product (GDP) sebagai represenatsi pertumbuhan ekonomi. Variabel tambahan lainnya adalah Cunsumer Price Index (CPI) sebagai represesntasi tingkat inflasi dan OE (openess of economy) sebagai rasio total impor dan ekspor terhadap nominal GDP sebagai representasi tingkat keterbukaan ekonomi.
3.2. Model dan Metodologi Penelitian Variable yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah total Gross Domestic Product (GDP), total pembiayaan (TF), total dana deposit (TD), Cunsumer Price Index (INF) dan Openess of Economy (OE). Dalam penelitian ini kami menggunakan dua model untuk menilai kontribusi sektor perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu: GDPt = β1 + β2 TFt + β3 INFt + β4 OEt + Ɛt
(1)
GDPt = 1 + 2 TDt + 3 INFt + 4 OEt + µt
(2)
3.2.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Estimasi model ekonometrik time series akan meghasilkan kesimpulan yang tidak berarti ketika data yang digunakan mengandung akar unit (tidak stasioner). Nonstationary seri akan menghasilkan model yang spurious regression, yaitu kondisi dimana hasil regresinya menunjukkan nilai koefisiensi deeterminasi yang tinggi, R2 dan t statistik yang signifikan, tetapi secara teori tidak memiliki hubungan yang berarti. Time series dikatakan stasioner jika rata-rata varians dan kovariansnya konstan sepanjang periode waktu. Untuk melihat stasionaritas variabel time series maka kami menggunakan Augmented Dickey-Fuller test (ADF test) yang diperkenalkan oleh Dickey
13
Fuller (1979) dan Phillips-Perron test (PP test) yang diperkenalkan oleh Phillips Perron (1988). Adapun model ADF tes adalah (Gujarati dan Porter, 2009)3: ∆Yt= β1 + β2t + δβt-1 + + Ɛt
(3)
Adapun β1 dan β2t adalah parameter, t adalah waktu dan tren variabel, δ menunjukkan drift Ɛt adalah murni noise error term. Jika hipotesis nol (H0) adalah δ = 0 maka terdapat unit root, berarti data time series tidak stasioner. Sementara apabila Hipotesis alternative < 0, berarti time series stasioner. Atau jika nilai statistik ADF secara absolut lebih besar daripada nilai krits MacKinnon maka hipotesis H0 ditolak, artinya times series stasioner. Time series yang tidak stasioner dapat dijadikan stasioner melalui proses diferensiasi. Diferensiasi pada derajat pertama dapat dinyatakan sebagai berikut: ∆2Yt= β1 + β2∆Yt-1 + Ɛt
(4)
Jika data time series telah stasioner maka disebut stasioner pada derajat pertama, I (1). Adapun PP tes berbeda dengan ADF tes. PP tes fokus pada serial korelasi dan heteroskedasticity pada error term. Model PP tes adalah: ∆Zt = + θt + λt-1 + µt
(5)
Hipotesis nol (H0) adalah λ = 0, artinya Z tidak stasioner, sedangkan Hipotesis alternatif (Ha) adalah stasioner.
3.2.2. Uji Kointegrasi Johansen (Johansen Cointegration Test) Kombinasi dari dua seri yang tidak stasioner, akan bergerak ke arah yang sama menuju ekuilibrium jangka panjangnya dan diferensiasi diantara kedua time series tersebut akan konstan. Jika demikian halnya, time series tersebut dikatakan saling berkointegrasi, berarti variabel-variabel tersebut bergerak bersama dan memiliki hubungan jangka panjang. Untuk menguji secara empiris hubungan jangka panjang antara sektor perbankan syariah dengan pertumbuhan ekonomi dan hubungan saling mempengaruhi antara keuangan Islam (perbankan syariah) dengan pertumbuhan ekonomi maka kami menggunakan uji kointegrasi Johansen. Tes kointegrasi antara perkembangan sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi berdasarkan pendekatan Vector Autocorrelation Regression (VAR) Johansen. Jika vektor Yt adalah vektor variabel endogen dalam VAR dengan panjang lag p, maka: Yt = Φ1Yt-1 + Φ2Yt-2 + … + ΦƖYt-Ɩ + βXt + ηt,
t = 1,….,T,
Dimana: 3
lihat “Basic Econometrics” oleh Gujarati dan porter (2009), p.757
14
(6)
Wt
= vektor variabel endogen
ΦƖ
= parameter matriks
βXt
= d-vektor dari deterministic variable
ηt
= vektor innovations
spesifikasi VAR ini dapat dinyatakan dalam bentuk first different sebagai Vector Error correction (VECM) sebagai berikut: ∆Yt = Г1∆Yt-1 + Г2∆Yt-2 + … + ГƖ-1∆Yt-Ɩ+1 + ΠYt-Ɩ + βXt + ηt, t=1,…,T
(7)
Dimana: Г
= adalah estimated parameters
∆
= difference operator
Π
= parameter matriks jangka panjang Jika tidak terdapat hubungan keintegrasi, model unrestricted VAR dapat
diaplikasikan. Tetapi bila terdapat hubungan kointegrasi antar variabel, model Vector Error Correction (VECM) yang digunakan. Jumlah vektor kointegrasi diperoleh dengan melihat signifikansi dari Г, melalui dua likelihood test: Maximum eigenvalue: λmax = - T ln(1-λr+1) λ
= nilai estimasi eigenvalue yang diperoleh dari estimasi terhadap Г
T
= jumah observasi Trace statistic: λtrace = - T ∑ ln (1 − r + 1)
(8)
(9)
3.2.3. Uji Kausalitas Granger (Granger Causality) berdasarkan Error Correction Model Tes kausalitas antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi berdasarkan kausalitas Granger. Kausalitas antara dua time series X1t dan X2t pada p order VAR: ∆Y1t = µ1 + γ1l (L) ∆1t-1 + γ12 (L) ∆X2t-1 + 1 (β’ Xt-1) + Ɛ1t
(10)
∆Y2t = µ2 + γ2l (L) ∆1t-1 + γ22 (L) ∆X2t-1 + 2 (β’ Xt-1) + Ɛ2t
(11)
Di mana: µ1 dan µ2= konstanta drift Гij β’
= kombinasi linier stasioner dari Y1t-1 dan Y2t-1
persamaan 10 dan 11 dapat dituliskan dalam bentuk singkat sebagai berikut: ∆Yt = µ + Г1 (L) ∆Yt-1 + ΠYt-1 + Ɛt
(12)
Di mana: Yt
= (Y1t, Y2t) 15
µ
= (µ1, µ2)
Г(L)
= γij
Π
= β’
∆
= first difference operator
Ɛt
= vektor impulse
3.2.4. Variance Decompositions (VDCs) dan Impulse-Response Function (IRFs) Penelitian ini juga menggunakan variance decomposition (VDCs) dan impulseresponse function (IRFs) untuk menggali lebih dalam hubungan dinamis antar variabel. VDCs memungkinkan kita untuk menguji diluar dari kausalitas sampel antar variabel di dalam sistem VAR. Metode ini mengukur persentasi dari variasi-variabel yang bisa dijelaskan oleh variabel yang lain. Dengan kata lain, untuk menunjukkan dampak suatu variabel terhadap variabel yang lain. Di saat yang bersamaan, VDCs menyajikan informasi bagaimana sebuah variabel merespon jika terjadi inovasi atau shock pada variabel yang lain. Akibatnya, dalam konteks penelitian ini, metode ini memungkinkan kita untuk menginvestigasi pentingnya perkembangan
keuangan
dalam
mengukur
variasi
pertumbuhan
ekonomi.
Untuk
menginterpretasikan implikasi ekonomi dari hasil VDCs, maka kami menggunakan prosedur pengukuran inovasi yang dikembangkan oleh Sim (1980). Prosedur ini melibatkan dekomposisi peramalan varians error tiap-tiap variabel terhadap komponen atribut ke dalam inovasinya masing-masing dan ke shock variabel-variabel yang lain di dalam sistem. Di sisi lain, IRFs memungkinkan untuk mengetahui respon sementara variabel terhadap shocknya dan shock variabel-variabel yang lain. Dalam konteks penelitian ini, melalui IRFs, kita bisa mengukur arah, magnitute dan konsistensi respon pertumbuhan ekonomi terhadap inovasi yang terjadi di sektor keuangan, inflasi (INF) dan keterbukaan ekonomi (OE).
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
2.3. Hasil Penelitian Pada bagian ini kami akan menampilkan dan mendiskusikan hasil tes unit root, kointegrasi, Granger Causality, variance decomposition, dan impulse-response.
2.3.1. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) Untuk mengetahui apakah variabel time series memiliki unit root atau tidak maka kami menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan Phillip-Perron (PP) unit root test. Hasil tes ADF dan PP pada tabel 3 menunjukkan bahwa semua data time series yang digunakan pada penelitian ini secara individual tidak stasioner pada level, tetapi baru stasioner setelah didiferensiasi pada order pertama, I (1). Artinya semua variabel terintegrasi pada order yang sama, I(1). Artinya hipotesis nol (H0) tidak bisa ditolak pada level, tetapi H0 ditolak pada diferensiasi pertama. Sehingga kami meyimpulkan bahwa LGDP, LTF, LTD, INF dan OE secara individual berintegrasi pada order I(1). Berdasarkan pada hasil tes ADF dan PP tersebut, kita dapat menduga bahwa semua time series tersebut berkointegrasi dalam jangka panjang.
Tabel 3: Hasil Tes Unit Root Level
VARIABLE
First Difference
ADF
PP
ADF
PP
LGDP
-0.268002
0.753782
-19.431590***
-16.259060***
LTF
-2.598140
-2.396654
-2.923005**
-3.015379**
LTD
-3.205450
-3.369297
-5.634627***
-5.660398***
INF
-0.036107
-0.059836
-4.612065***
-4.571494***
OE
-1.303873
-1.530790
-4.681412***
-4.746868***
Catatan: **,*** menunjukkan nilai kritis pada level 1% dan 5%,
2.3.2. Hasil Estimasi Kointegrasi Johansen (Johansen Cointegration test) Setelah mengetahui order integrasi, kita dapa menginvestigasi hubungan jangka panjang
sektor
keuangan
(perbankan
syariah)
dan
pertumbuhan
ekonomi
yang
direpresentasikan oleh model 1 dan 2 dengan variabel LGDP, LTF, LTD, INF dan OE. 17
Apakah variabel-variabel tersebut berintegrasi pada order yang sama, artinya apakah sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan jangka panjang atau tidak. Tabel 4 dan 5 menyajikan hasil tes Johansen Cointegration dengan menggunakan pendekatan Johansen maximum likelihood.
Tabel 4: Hasil Johansen Cointegration Test (Model Pertama) 0.05
0.05
Null
Trace
Hyphothesis
Statistic
r=0
68.4113*
47.85613
36.07394*
27.58434
r≤1
32.33736*
29.79707
16.86416
21.13162
r≤2
15.47321
15.49471
12.27602
14.2646
r≤3
3.197189
3.841466
3.197189
3.841466
Critical Value
Max-Eigen Statistic
Critical Value
Catatan: * menunjukkan signifikan pada nilai kritis 5%
Tabel 5: Hasil Johansen Cointegration Test (Model Kedua) 0.05
Trace
Hyphothesis
Statistic
r=0
55.19453*
47.85613
23.53342
27.58434
r≤1
31.66111*
29.79707
16.21936
21.13162
r≤2
15.44175
15.49471
12.0427
14.2646
r≤3
3.399048
3.841466
3.399048
3.841466
Critical Value
Max-Eigen
0.05
Null
Statistic
Critical Value
Catatan: * menunjukkan signifikan pada nilai kritis 5%
Berdasarkan nilai trace statistic dan maximum eigenvalue pada nilai kritis 5%, terdapat dua vektor kointegrasi antara variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) dan variable yang menjadi proxy perkembangan sektor keuangan (total pembiayaan) serta variabel-variabel independen lain dalam model pertama. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada model kedua, yaitu terdapat dua vektor kointegrasi pada nilai kritis 5% antara variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) dan variabel yang menjadi proxy sektor keuangan (total deposit) serta variabel-variabel independen lain dalam model kedua. Nilai tes trace statistic dan maximum
18
eigenvalue yang dimbil dari vektor kointegrasi pada tabel 4 dan 5 menunjukkan hipotesis nol (H0) ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh variabel cenderung bergerak menuju equilibriumnya dalam jangka panjang. Dengan kalimat lain, dalam setiap periode jangka pendek, variabel pertumbuhan (GDP), variabel perkembangan keuangan (total pembiayaan dan total deposit perbankan syariah) dan variabel-variabel independen lainnya cenderung saling menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan (ekuilibrium) jangka panjangnya.
2.3.3. Hasil Estimasi Kausalitas Granger (Granger Causality Test) Proses interaksi dinamis dari variabel pertumbuhan ekonomi serta variabel-variabel lainnya yang dikarakteristikkan oleh feedback dari sektor keuangan (perbankan syariah) terhadap pertumbuhan ekonomi atau dari pertumbuhan ekonomi terhadap sektor keuangan atau bahkan keduanya, diperlihatkan melalui uji kausalitas Granger.
Tabel 6: Hasil Kausalitas Granger Financial Indicator
FinanceLed
GrowthProbability
Growth
Led
Probability
Finance
LTF
7.27906
0.01168
0.18689
0.66883
LTD
9.46918
0.00464
4.42543
0.04452
Hasil uji kausalitas Granger dalam tabel 6, membuktikan hipotesis finance-led growth pada model pertama, artinya perkembangan sektor keuangan (perbankan syariah) mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sedangkan hasil kausalitas Granger model kedua membuktikan hipotesis bidirectional causality, artinya sektor keuangan (perbankan syariah) dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia saling mempengaruhi. Jika terjadi pertumbuhan sektor perbankan syariah maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara positif. Begitu pula sebaliknya, jika terjadi pertumbuhan ekonomi, perbankan syariah akan mengalami perkembangan secara positif. Salah satau ciri utama perbankan syariah yang berdampak positif terhadap pertumbuhan sektor ril dan ekonomi adalah lembaga keuangan syariah lebih menekankan pada peningkatan produktivitas. Lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang menekankan konsep asset & production based system (sistem berbasis aset dan produksi) sebagai ide utamanya. Mudharabah dan musharakah adalah cerminan utama dari ide tersebut. 19
Melalui pola pembiayaan seperti itu maka sektor ril dan sektor keuangan akan bergerak secara seimbang. Akibatnya semakin tumbuh perbankan syariah maka akan semakin besar kontribusinya terhadap kinerja dan pertumbuhan ekonomi. Pembiayaan perbankan syariah selama ini yang lebih fokus pada pemberdayaan kalangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berkontribusi positif dalam menggerakkan perekonomian masyarakat Indonesia. Pola pembiayaan ini mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan di tengah-tengah masyarakat. Hipotesis finance-led growth dalam konteks peranan perbankan syariah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia terbukti secara empiris. Hubungan bidirectional causality yang ditunjukkan pada model kedua mungkin dapat dijelaskan oleh alasan berikut. Di Indonesia, kebijakan pemerintah dalam mendorong investasi menyebabkan perkembangan sektor keuangan termasuk perbankan syariah, melalui kenaikan permintaan pembiayaan pada sektor-sektor produktif akan membawa ekspansi pada sektor perbankan dan jasa keuangan syariah, guna memfasilitasi investasi dan akhirnya menghasilkan pertumbuhan ekonomi (riil output). Sebaliknya, pertumbuhan aktivitas ekonomi memerlukan lebih banyak pembiayaan yang disupply oleh institusi keuangan (perbankan syariah) dan memicu munculnya produk-produk keuangan yang beraneka ragam.
2.4. Hasil Estimasi VECM 4.2.1. Variance Decomposition Untuk melihat lebih jauh lagi hubungan dinamis antara sektor keuangan (perbankan syariah) dan pertumbuhan ekonomi, penelitian ini melakukan uji varinace decomposition (VDCs). Hasil VDCs disajikan pada tabel 7 dan 8. Kedua tabel tersebut menyajikan informasi secara detail seberapa kuat masing-masing variabel dalam menjelaskan terhadap perubahan yang terjadi dalam variabel tertentu. Pada bagian ini, hanya akan dibahas variance decomposition yang terkait dengan kejutan (shock) atau inovasi yang berasal dari sektor keuangan (LTF dan LTD) dan pertumbuhan ekonomi (LGDP). Kontribusi variabel total pembiayaan (TF) dan Inflasi (INF) dalam menjelaskan variasi GDP (pertumbuhan ekonomi) sangat tinggi dan cukup signifikan bahkan mengalami peningkatan dalam jangka panjang pada model pertama. Sekitar 28.54 persen inovasi pada pertumbuhan ekonomi (LGDP) dapat dijelaskan oleh sektor keuangan (total pembiayaan perbankan syariah) setelah periode ke 20. Meskipun variasi yang terjadi pada LGDP pada jangka pendek dipengaruhi oleh inovasi yang terjadi pada LGDP itu sendiri, tetapi jumlah persentasenya mengalami penurunan dalam jangka panjang. Misalnya, saat periode pertama, 100 persen variasi yang terjadi pada LGDP 20
dipengaruhi oleh inovasi dirinya sendiri, tetapi setelah periode ke 20, pengaruhnya semakin menurun menjadi 38.24 persen.
Tabel 7: Variance Decomposition (M.1) Period
Tabel 8: Variance Decomposition (M.2)
Explained by variations in LGDP LTF OE INF
1 5 10 15 20
(a) Variance Decomposition of LGDP 100.00 0.00 0.00 0.00 63.76 7.88 4.22 24.13 50.84 15.84 3.98 29.34 42.99 23.63 3.44 29.93 38.24 28.54 3.19 30.03
1 5 10 15 20
(b) Variance Decomposition of LTF 7.55 92.45 0.00 0.00 2.38 87.41 5.19 5.02 1.72 83.47 5.56 9.26 1.74 80.48 4.88 12.90 1.79 78.65 4.44 15.12
1 5 10 15 20
(c) Variance Decomposition of OE 3.05 6.81 90.14 0.00 20.39 23.09 53.12 3.40 19.87 21.32 50.60 8.20 19.65 21.69 49.81 8.85 19.41 22.30 49.15 9.14
1 5 10 15 20
(d) Variance Decomposition of INF 2.45 3.65 2.29 91.61 20.21 4.49 15.08 60.21 15.68 18.32 10.77 55.23 12.93 27.89 8.83 50.35 11.43 33.14 7.80 47.63
Period
Explained by variations in LGDP LTD OE INF
1 5 10 15 20
(a) Variance Decomposition of LGDP 100.00 0.00 0.00 0.00 61.51 15.02 6.00 17.47 49.63 23.33 5.18 21.86 44.08 28.97 4.56 22.39 40.39 32.66 4.14 22.82
1 5 10 15 20
(b) Variance Decomposition of LTD 10.98 89.02 0.00 0.00 13.63 67.56 10.89 7.93 10.42 68.58 11.85 9.15 9.74 66.38 8.79 15.08 9.05 66.33 7.30 17.32
1 5 10 15 20
(c) Variance Decomposition of OE 3.11 1.56 95.33 0.00 25.29 1.57 64.29 8.86 23.48 2.63 50.36 23.53 23.23 3.39 49.85 23.54 23.11 3.83 49.57 23.49
1 5 10 15 20
(d) Variance Decomposition of INF 1.40 27.71 6.15 64.73 18.92 20.98 8.46 51.64 15.95 29.93 6.84 47.28 14.48 35.24 6.09 44.18 13.57 38.50 5.46 42.46
Sementara itu, variasi yang terjadi pada total pembiayaan (LTF) didominasi oleh shock yang terjadi pada total pembiayaan (LTF)itu sendiri. Shock pada LGDP menjelaskan variasi total pembiayaan (LTF) sekitar 7.55persen setelah periode pertama dan persentasi ini
21
mengalami penurunan pada periode-periode selanjutnya sampai akhirnya mengalami kenaikan setelah periode ke 15 dan ke 20. Variasi LGDP (pertumbuhan ekonomi) pada model kedua tabel 8 tidak jauh berbeda dengan hasil variasi LGDP model pertama pada tabel 7. Inovasi (shock) yang terjadi pada total deposit (LTD) dapat menjelaskan secara signifikan terhadap variasi LGDP. Sekitar 28.97 persen dan 32.66 persen variasi LGDP dapat dijelaskan oleh inovasi LTD setelah periode ke 15 dan ke 20 dan persentasi ini mengalami kenaikan pada periode-periode jangka panjang. Semntara itu, shock pada LGDP dapat menjelaskan sekitar 13.63 persen variasi total deposit (LTD) setelah periode ke 5 dan mengalami penurunan dalam jangka panjang.
4.2.2. Impulse Response Function Impulse response function dari model yang diestimasi, disajikan dalam gambar 1. Impulse response function mengkonfirmasi respon dinamis dari seluruh variabel terhadap shock satu standar deviasi pada variabel-variabel dalam sistem. Dalam bagian ini, hanya akan dibahas impulse response yang terkait dengan kejutan (shock) atau inovasi yang berasal dari perubahan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi.
Gambar 1: Hasil Impulse Response Function Response of LGDP to Cholesky One S.D. LTF Innovation
Response of LTF to Cholesky One S.D. LGDP Innovation
.05
.10
.04
.08
.03 .06
.02
.04
.01 .00
.02
-.01
.00
-.02 -.02
-.03
-.04
-.04 2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Response of LGDP to Cholesky One S.D. LTD Innovation
Response of LTD to Cholesky One S.D. LGDP Innovation
.008
.08 .06
.004
.04
.000 .02
-.004 .00
-.008
-.02 -.04
-.012 2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2
22
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Response of LGDP to Cholesky One S.D. INF Innovation
Response of INF to Cholesky One S.D. LGDP Innovation 2.5
.016
2.0
.012
1.5
.008
1.0
.004
0.5
.000
0.0
-.004 -.008
-0.5 2
4
6
8
10
12
14
16
18
2
20
4
Response of OE to Cholesky One S.D. LGDP Innovation
6
8
10
12
14
16
18
20
Response of LGDP to Cholesky One S.D. OE Innovation
.04
.008
.03
.004
.02
.000
.01
-.004
.00
-.008
-.01
-.012 -.016
-.02 2
4
6
8
10
12
14
16
18
2
20
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Gambar 1 baris pertama menunjukkan respon LTF terhadap LGDP dan respon LGDP terhadap LTF adalah masing-masing signifikan. Kenaikan LGDP (pertumbuhan ekonomi) menyebabkan kenaikan LTF, tetapi mengalami penurunan setelah periode ke 3. Sementara itu, respon LGDP terhadap kenaikan LTF mengalami penurunan semenjak periode pertama dan berlanjut pada periode-periode selanjutnya. Sementara itu, respon LTD terhadap LGDP tidak signifikan. Di sisi lain, Kenaikan LTD menyebabkan penurunan LGDP pada periode pertama sampai periode ke delapan, tetapi setelah periode ke 8, respon LGDP terhadap LTD mengalami peningkatan.
23
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.
Kesimpulan dan Rekomendasi Dengan menggunakan beberapa uji statistik, penelitian ini mengeksploarsi secara
empiris hubungan perkembangan sektor keuangan khususnya perbankan syariah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode 2002 sampai 2010. Penelitian ini juga berusaha menginvestigasi hubungan kausalitas dinamis antara perkembangan keuangan perbankan syariah dengan pertumbuhan ekonomi (riil output) dengan menggunakan kausalitas Granger.
Dengan
menggunakan
VAR
(Vector
Autocorrelation
Regression),
kami
menghasilkan variance decomposition dan impulse-response function untuk menilai lebih jauh hubungan interaksi antar variabel khususnya proxy sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan, dalam jangkan panjang, perbankan syariah yang direpresentasikan melalui total pembiayaan dan deposit secara positif dan signifikan berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi dan riil output di Indonesia. Ini menunjukkan secara empiris bahwa kehadiran perbankan syariah tidak hanya secara teoritis dan idiologis dapat mendinaminasi aktivitas perekoomian sebuah negara, tetapi teori ini dapat dibuktikan secara empiris dalam lingkup perbankan syariah dan sektor ekonomi di Indonesia. Melalui hasil penelitian ini juga, perbankan syariah telah secara efektif memainkan perannya sebagai lembaga intermediasi yang memfasilitasi mobilisasi modal dari unit surplus ke unit defisit, sektor ekonomi yang memiliki kelebihan modal ke sektor ekonomi yang membutuhkan pembiayaan. Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa kebijakan Bank Sentral Indonesia untuk mengembangkan sistem keuangan Islam yang komprehensif di Indonesia di nilai efektif selama perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi/sektor riil saling berhubungan secara kuat. Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa peningkatan infrastruktur perbankan syariah di Indonesia akan memberikan manfaat terhadap perkembangan ekonomi dan hal ini penting dalam jangka panjang untuk perkembangan kesejahteraan masyaakat. Pengembangan perbankan syariah dan industri keuangan adalah salah satu pilihan kebijakan yang sanga relevan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sektor riil di Indonesia. Menyediakan kebijakan dan kondisi lingkungan yang kondusif buat perkembangan
24
perbankan syariah secara terus-menerus dalam jangka panjang, akan mendorong perbankan syariah untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil kausalitas Granger menunjukkan pola hubungan finance-led growth pada model pertama dan bidirectional causality pada model kedua. Artinya bahwa pembiayaan dan deposit pada perbankan syariah berperan secara signifikan dalam menjelaskan variasi yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi dan sektor riil. Perbankan syariah telah menjadi perbankan yang efektif menghubungkan dan mentrasfer sumber-sumber keuangan pada sektor-sektor produktif khususnya sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memang selama ini menjadi fokus pembiayaan perbankan syariah dan akhirnya berhasil menggerakkan sektor ekonomi riil di Indonesia. Setelah melihat hasil penelitian ini maka diharapkan ada usaha-usaha yang berkesinambungan dari pihak pemerintah dan para pelaku perbankan syariah untuk mendorong perkembangan perbankan syariah di tanah air sebagai salah satu bagian dari sistem perbankan nasional yang akan berkontribusi pada pengembangan sektor ekonomi riil di Indonesia. Perbankan syariah diharapkan untuk tetap konsisten pada pola pembiayaan sektor riil dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini digelutinya. Pola pembiayaan ini secara ekonomi telah berkontribusi pada pengurangan pengangguran dan kemiskinan seta mendorong pertumbuhan sektor ekonomi riil. Meningkatkan infrastruktur keuangan seperti peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia untuk memenuhi permintaan industri keuangan syariah yang diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat di masa-masa mendatang. Menyediakan perangkat hukum yang memadai sebagai bentuk rugulatory framework bagi pelaku-pelaku industri keuangan syariah. Sistem manajemen risiko juga menjadi hal penting untuk mendukung perkembangan indsutri ini dalam jangka panjang. Terakhir, memastikan stabilitas pasar keuangan syariah untuk menjaga stabilitas makro ekonomi Indonesia.
25
Referensi Arestis, P. dan P. Demetriades. (1996). “Finance and Growth: Institutional Consideration and Causality”, UEL Depertement of Economics Working Paper, No. 5 (1996). Acaravei, Ali., Ilham, O. dan Kakilli, S. (2007). “Finance – Growth Nexus: Evidance frm Turkey”, International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1540-2887, Issue 11 (2007). Al-Zubi, K., Al-Rjoub, S. dan Abu-Mhareb, E. (2006). “Financial Development and Economic Growth: A New Empirical Evidance from the Mena Countries”, 1989-2001, Applied Econometrics and International Development, 6, 3-11. Black burn, K. dan Hung, V.T.Y. (1998). “A Theory of Growth, Financial Development and Trade”, Economica, 65, 107-124. Choong, C. K., Yusop, Z., Law, S. H., dan Sen. V.L.K. (2003). “Financial development and economic growth in Malaysia: the stock market perspective”, Economic Working Paper Archive at WUSTL – Macroeconomics. Darrat, A. F. (1988) “The Islamic Interest-Free Banking System: Some Empirical Evidance”, Applied Economics, 20, (1988), 417-425. Demetriades, P.O. dan Husein, K.A. (1996). “Dos Financial Development Cause Economic Growth? Time Series Evidance from 16 Countries”, Journal of Development Economics, 51, 387-411. Domar, E. (1946). “Capital expansion, rate of growth, and employment”, Econometrica, 14(2): 137-147. Fase, M. M. G. dan Abma, R. C. N. (2003). “Financial Environment and Economic Growth in selected Asian Countries”, Journal of Asain Economics, 14, (2003), 11-21. Gujarati, D dan Porter. (2009). “Basic Econometrics”, New York: McGraw-Hill. Guryay, E., Safakli, O.V. dan Tuzel, B. (2007). “Financial Development and Economic Growth: Evidance from Northern Cyprus”, International Rsearch Journal of Finance and Economics, Issue 8, 57-62. Habibullah, M.Z., dan Eng, Y.K. (2006). “Does financial development cause economic growth? a panel data dynamic analysis for Asian developing countries”, Journal of the Asian Pacific Economy, 11(4): 377-393. Habibullah, M.S. dan Eng, Y. (2006). “Does Financial Development Cause Economic Growth? A Panel Data Dynamic Analysis for the Asian Developing Countries”, Journal of Asia Pacific Economy, 11, 377-393. Hafas, Furqani dan Mulyany, Ratna. (2009). “Islamic Banking and Economic Growth: Empirical Evidance from Malaysia”, Journa of Economic Cooperation and Development, 30, 2 (2009), 59-74. Harrison, P., Sussnan, O. dan Zeira, J. (1999). “Finance and Growth: Theory and New Evidance”, Federal Reserve Board Finance and Economics Discussion Paper No. 1999-35. 26
Harrod, R. (1939). “An essay in dynamic theory”, The Economic Journal, 49(1993): 14-33. Hidayati, Siti. (2009) “Analisis Hubungan Kinerja Sistem Keuangan (Perbankan dan Pasar Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1990-2008”, Thesis s2, Perpustakaan Universitas Indonesia. King, R.G. dan Levine, R. (1993a). “Finance, Entrepreneurship, and Growth”, Journal of Monetary Economics, 32, 513-542. Levine, R. (1997). “Financial development and economic growth: views and agenda”, Journal of Economic Literature, 35(2): 688-726. Lewis, W.A. (1954). “Economic development with unlimited supplies of labour”, The Manchester School, 22: 139-191. Lucas, R.E. (1988). “On the mechanics of economic development”, Journal of Monetary Economics, 22(1): 3-42. Luintel, K. B., dan M. Khan. (1999). “A Quantitative Reassessment of the Finance-Growth Nexus: Evidance from A Multivariate VAR”, Journal of Development Economics, 60, (1999), 381-405. Odedokun, M. O, “Supply-Leading and Demand-Following Relationship between Activity and Development Banking in Developing Countries: An Empirical Analysis”, Singapore Economic Review, 37, (1992), 46-58. Robinson, J. (1952). “The generalization of the general theory”, In The rate of interest and Other Essays. London: MacMillan. Rostow, W.W. (1960). “The Stages of Economic Growth: A Noncommunist Manifesto”, London: Cambridge University Press. Schumpeter, J.A. (1912). “A Theory of Economic Development”, Cambridge, MA: Harvard University Press. Solow, R. (1956). “A contribution to the theory of economic growth”, Quarterly Journal of Economics, 70: 65-94. Unalmis, D. (2002). “The Causality between Financial Development and Economic Growth: The Case of Turkey”, The Central Bank of the Turkish Republic, Research Department Working Paper, No: 3, June. Xu, Z, (2000). “Financial Development, Investment, and Economic Development”, Economic Inquiry, 38, (2000), 331-344. Yousefi, Mahmud., et al. (1997). “Monetary Stability adn Islamic Banking: The case of Iran”, Applied Economics, 29, (1997), 869-876. Yusof, Remali dan Wilson, Rodney. (2005). “An Economic Analysis of Conventional and Islamic Bank Deposits in Malaysia”, Review of Islamic Economics, 9, 1, (2005), 31-52.
27