Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam Menetapkan Harga Jual Air Minum Dalam Kemasan Pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara
Ira Marsalina (
[email protected]) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Nurita Affan Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Raden Priyo Utomo Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara penentuan harga pokok produksi dan penetapan harga jual air minum dalam kemasan sudah sesuai dengan perhitungan akuntansi biaya. Selain itu untuk mengetahui pengaruhnya penentuan harga pokok produksi terhadap menetapkan harga jual. Pokok Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penentuan harga pokok produksi dan penetapan harga jual air minum dalam kemasan pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara telah sesuai dengan perhitungan akuntansi biaya. Hasil penelitian dan analisis dapat diketahui bahwa harga pokok produksi menurut AMDK Tuah Bumi untuk kemasan gelas sebesar Rp12.391 /Dos, kemasan botol 330 ml sebesar Rp26.832 /Dos, dan untuk air isi ulang galon sebesar Rp3.217 /Galon. Sedangkan menurut perhitungan akuntansi biaya untuk kemasan gelas sebesar Rp20.462 /Dos, kemasan botoll 330 ml sebesar Rp39.632 /Dos, dan untuk air isi ulang galon sebesar Rp7.674 /Galon. Penetapan harga jual menurut AMDK Tuah Bumi untuk kemasan gelas sebesar Rp16.000 /Dos, kemasan botol 330 ml sebesar Rp31.000 /Dos, dan untuk air isi ulang galon sebesar Rp6.000 /Galon. Sedangkan menurut perhitungan akuntansi biaya untuk kemasan gelas sebesar Rp21.500 /Dos, kemasan botol 330 ml sebesar Rp41.600 /Dos, dan untuk air isi ulang galon Rp8.000 /Galon. Terdapat produk rusak yaitu harga pokok produk rusak gelas sebesar Rp304.712,28 sedangkan harga pokok produk rusak botol 330ml sebesar Rp32.788,10 dan harga pokok produk rusak galon sebesar Rp571.396,50. Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penentuan harga pokok produksi dan penetapan harga jual air minum dalam kemasan pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara masih belum sesuai dengan perhitungan akuntansi biaya.. Kata kunci: Harga pokok produksi dan harga jual. Abstract This study aims to determine the method of determining the cost of production and selling price determination bottled water if it is in accordance with the calculation of cost accounting. In addition to knowing the effect of determining the cost of production to the sale price. Principal issue in this study is whether the determination of the cost of production and sale pricing of bottled drinking water in PDAM Tirta Mahakam aquatic mammal has been in accordance with the calculation of cost accounting. Results of research and analysis can be seen that the cost of production by AMDK Tuah Bumi for glass packaging for Rp12.391 /Pack, 330 ml bottles of Rp26.832 /Pack, and to refill water gallons for Rp3.217 /gallon. While according to the calculations of cost accounting for glass packaging for Rp20.462 /Pack, 330 ml bottles of Rp39.632 /Pack, and for water refills for Rp7.674 /Gallon. Determining the selling price by AMDK Tuah Bumi for glass packaging for Rp16.000 /Pack, 330 ml bottles of Rp31.000 /Pack, and for water refills for Rp6.000 /Gallon. While according to the calculations of cost accounting for glass packaging for Rp21.500 /Pack, 330 ml bottles of Rp41.600 /Pack, and for water refills for Rp8.000 /Gallon. There is a defective product that is the cost of broken glass products for Rp304.712, 28 while the cost of defective products 330ml bottle of Rp32.788, 10 and the cost of a gallon of defective products Rp571.396, 50. The results of this study it can be concluded that the determination of the cost of production and sale pricing of bottled drinking water in PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara still not in accordance with the calculation of cost accounting. Key Words: Cost of Production and Selling Prices
I.
Pendahuluan 1
A.
Latar Belakang Sekarang ini industri air mineral di Indonesia masih sangat berprospek seiring dengan beralihnya kebiasaan masyarakat Indonesia yang semula mengolah air sendiri menjadi beralih dengan mengkonsumsi air minum dalam kemasan yang dipandang lebih praktis dan sehat. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan air minum termasuk kebutuhan primer menjadikan industri pengolahan air mineral sangat prospektif di Indonesia. Sebagai perusahaan industri tentunya perhitungan harga pokok produksi menjadi sangat penting. Perhitungan harga pokok produksi selain digunakan sebagai dasar penentuan tingkat laba, penilaian efisiensi usaha, juga pengalokasian harga pokok produksi yang tepat akan membantu perusahaan dalam menetapkan harga pokok penjualan yang tepat pula. Di Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya di Kota Tenggarong, pada saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat dengan lahirnya beberapa perusahaan kecil maupun perusahaan besar yang telah memberikan warna tersendiri bagi perkembangan perekonomian yang sangat kompleksional. Hal itu dipengaruhi oleh kebutuhan penduduk yang semakin meningkat. Para kompetitor sudah bukan merupakan halangan atau hambatan dalam usaha dimana usaha yang dijalankan memiliki wadah tersendiri dengan segmentasi pasar yang sesuai. Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang optimal. Hal ini tidaklah mengherankan karena dengan laba suatu perusahaan dapat mempertahankan hidupnya dan memperluas usahanya. Selain itu keberhasilan suatu perusahaan sering kali dinilai dari tingkat laba yang dihasilkan. Untuk menghasilkan laba, suatu perusahaan dapat melakukan dua cara. Cara pertama dengan menaikan harga jual. Tindakan ini memang dapat meningkatkan laba, namun dalam kondisi persaingan yang semakin ketat ini,perusahaan tidak mudah untuk menaikan harga jual karena dapat menyebabkan konsumen lari ke produk pesaing yang memiliki harga yang lebih murah dengan kualitas produk yang sama. Cara kedua adalah dengan menekan biaya produksi secara efisien dan mengendalikan komponen biaya-biayanya sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat ditekan seminimal mungkin. Biaya produksi yang tidak terkendali akan menyebabkan harga pokok terlalu tinggi, yang selanjutnya akan menurunkan daya saing produk dan akhirnya dapat menurunkan laba. Untuk itu biaya produksi harus dicatat dengan baik dan dihitung dengan benar sehingga dapat menghasilkan harga pokok produk yang tepat. Dengan demikian perusahaan dapat menetapkan harga jual yang kompetitif, yang dapat mengoptimalkan laba sekaligus memenuhi tuntutan konsumen. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mahakam Kutai Kartanegara adalah salah satu Perusahaan Daerah Milik Pemerintah Kutai Kartanegara yang bergerak dalam bidang pelayanan umum, yaitu menyediakan air bersih yang memenuhi standar kesehatan bagi masyarakat Kutai Kartanegara. Selain menyediakan air bersih kesetiap masyarakat Kutai Kartanegara PDAM Tirta Mahakam juga mempunyai unit usaha memproduksi air minum dalam kemasan dengan merk Tuah Bumi. Air minum dalam kemasan Tuah Bumi ini diolah berasal dari sumber mata air alami pedalaman Teluk Dalam daerah Pal 2 Kutai Kartanegara yang bebas dari pencemaran dan diproses dengan tekhnologi modern tanpa bahan kimia dengan system filtarasi, ultraviolet (UV) dan ozonisasi (O3) dengan beberapa tahap pengujian sesuai standar yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan air minum yang higenis dan segar. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Tuah Bumi merupakan anak perusahaan PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara, awalnya pada tahun 2003 memproduksi air minum dalam kemasan hanya untuk seluruh karyawan lingkungan perusahaan saja, setelah pada tanggal 30 juni 2004, berdasarkan Ijin Departemen Kesehatan Kalimantan Timur dengan Nomor : 249109001338 dan SNI dengan Nomor 01-355-1996 PDAM Tirta Mahakam Kutai 2
Kartanegara dapat memproduksi dan menjual air minum dalam kemasan untuk masyarakat Kutai Kartanegara. Dalam penelitian ini kemasan yang akan peneliti bahas dan ditentukan harga pokok produksi dan penetapan harga jualnya adalah kemasan dalam gelas plastik 220 ml, botol 330 ml dan galon 19 liter. Karena data yang diperoleh dari perusahaan untuk bulan desember 2011 kemasan dalam botol 600 ml tidak diproduksi. Dalam satu hari PDAM Tirta Mahakam dapat memproduksi air minum dalam kemasan galon Tuah Bumi sebanyak 300-400 galon yang melayani beberapa masyarakat, kantor dan perusahaan-perusahaan yang memang sudah berlangganan. Untuk yang sudah berlangganan hanya mengisi ulang galon pelanggan bila sudah habis. Sedangkan dalam kemasan gelas tidak menentu setiap hari dapat memproduksi karena dalam kemasan gelas akan memproduksi bila persediaan yang ada hampir habis. Begitupun dalam kemasan botol tidak menentu tiap hari dapat memproduksi air minum dalam kemasan. PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara memproduksi air minum dalam kemasan dengan berbagai ukuran seperti dalam gelas plastik 220 ml air, dalam botol ada 330 ml air dan 600 ml air, dan dalam galon 19 Liter air. Dengan harga jual untuk kemasan gelas plastik 220 ml harganya Rp16.000/Dos dengan isi 48 gelas, kemasan botol untuk 330 ml dengan harga Rp31.000/Dos dengan isi 24 botol dan kemasan botol untuk 600 ml harga Rp40.000/Dos dengan isi 24 botol, sedangkan dalam kemasan galon 19 liter air dijual dengan harga Rp50.000/Galon, tetapi bagi pelanggan yang sudah berlangganan hanya mengisi ulang air dengan harga Rp6.000/Galon. Sedangkan harga jual air minum dalam kemasan merk lain sebagai contohnya air kemasan dalam gelas yang diproduksi didaerah yang sama menetapkan harga jual dipasar sekarang ini sebesar Rp20.000/Dos, sedangkan air kemasan dalam gelas yang diproduksi diluar daerah dan menjualnya untuk dikonsumsi didalam daerah sebesar Rp32.000/Dos. Maka dari itu sejak awal berdirinya, perusahaan ini dituntut untuk selalu mampu menghasilkan keluaran berupa air minum dalam kemasan dan mampu menghasilkan laba secara maksimal atau meningkat dari tiap-tiap periode akuntansinya. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pimpinan usaha air minum dalam kemasan Tuah Bumi dalam rangka menghadapi kompetitor dan untuk meningkatkan penjualannya adalah dengan menetapkan harga jual air minum dalam kemasan yang sesuai dengan kualitas produknya. Tetapi dengan harga jual yang jauh berbeda dengan para pesaing tersebut perusahaan harus menghitung dan meninjau kembali harga jual yang ditetapkan. Perusahaan AMDK Tuah Bumi dalam menentukan harga pokok produksi dan penetapan harga jual masih belum menghitung secara teliti. Dalam menetapkan harga jual AMDK Tuah Bumi juga masih belum sesuai, perusahaan menetapkan harga jual berdasarkan dengan keputusan manajemen. Dalam prosesnya produksinya perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya dari mulai pembuatan sampai menghasilkan barang jadi yang siap dijual. Biaya-biaya tersebut dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses pengambilan air hingga pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan seperti kegiatan pemasaran dan administrasi umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi dan digunakan sebagai dasar dalam penentuan harga jual produk. Oleh karena itu perhitungan harga pokok produksi sangat penting karena mempengaruhi dalam menentukan harga jual produk yang dihasilkan. Perhitungan harga pokok produksi yang tidak tepat akan menghasilkan harga jual yang tidak tepat pula. Penentuan harga jual yang tidak tepat akan berakibat fatal bagi perusahaan karena akan mengakibatkan harga jual terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
3
Dengan sangat pentingnya perhitungan harga pokok produksi dan penetapan harga jual yang tepat, maka skripsi akan membahas permasalahan tersebut dengan judul “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam Menetapkan Harga Jual Air Minum Dalam Kemasan Pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara”. B. Rumusan Masalah Dari uraian fenomena pada latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini masalah yang dirumuskan sebagai berikut: 1) Apakah penentuan harga pokok produksi dan penetapan harga jual air minum dalam kemasan pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara telah sesuai dengan perhitungan akuntansi biaya? C. Tujuan Dari uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi air minum dalam kemasan sudah sesuai dengan perhitungan akuntansi biaya. 2) Untuk mengetahui apakah dalam menetapkan harga jual air minum dalam kemasan sudah sesuai dengan perhitungan akuntansi biaya. 3) Untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi dan pengaruhnya dalam menetapkan harga jual. II. A.
Tinjauan Teoritis Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebagai bahan referensi dan rujukan terhadap analisis hasil penelitian ini, maka diperlukan beberapa peneliti terdahulu diantaranya oleh Risma Catharina Rahmawaty Sirait (2007), dengan menganalisis perhitungan harga pokok produksi dan penentuan harga jual produk pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan dan memperoleh hasil bahwa perhitungan harga pokok produksi dan penentuan harga jual produk Coca Cola telah efektif dan efisien. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marini Sofia Ratag (2011), dengan memperhitungkan harga pokok produksi roti menurut teori akuntansi secara benar dan akurat pada D’Rek Mini Bakery berdasarkan metode harga pokok proses, serta penentuan harga jual yang sesuai berdasarkan cost plus approach dengan metode konsep biaya total dan memperoleh hasil bahwa harga pokok produk roti isi coklat pisang ternyata berada diatas harga jual roti tersebut. Berdasarkan masalah-masalah dari penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis harga pokok produksi dalam menetapkan harga jual karena dengan memperhitungkan harga pokok produksi yang tepat akan menghasilkan harga jual yang tepat pula. Penentuan harga jual yang tidak tepat akan berakibat fatal bagi perusahaan karena akan mengakibatkan harga jual terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. B. Dasar Teoritis 1. Akuntansi Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi yang digunakan untuk para pengambil keputusan-keputusan ekonomi perusahaan. Akuntansi adalah proses kegiatan yang bersistem mengenai transaksi keuangan suatu organisasi dalam melakukan pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, pemerikasaan, penafsiran, dan penganggaran, sehingga berguna bagi pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan untuk menentukan langkah pada waktu yang akan datang (Nafarin, 2004:7) 4
2. Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen sangat berperan dalam menyajikan informasi yang penting dan relevan, yang diteliti dan andal, yang berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang lazim digunakan untuk pengambilan keputusan dalam mencapai tujuannya. Akuntansi manajemen adalah suatu kegiatan yang menghasilkan informasi keuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam melaksanakan fungsinya (Munawir, 2002:288) 3. Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan suatu alat bagi manajemen dalam menjalankan aktivitas perusahaan yaitu sebagai alat perencanaan, pengawasan dan pembuatan keputusan. Akuntansi Biaya yaitu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya (Mulyadi, 2005:7) 4. Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan mata uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang ataun jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan (Firdaus, 2009:22) 5. Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk selama periode tertentu ditambah dengan jumlah persediaan awal barang dalam proses dan dikurangi dengan jumlah persediaan akhir barang dalam proses. harga pokok produksi adalah semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang diperoleh (Nafarin, 2004:53) 6. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Pengumpulan harga produksi sangat ditentukan oleh cara produksi perusahaan. Perusahaan dapat memproduksi produk dengan dua cara yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. Metode pengumpulan harga pokok produksi ada 2 macam yaitu : Job Order Cost Method (Metode Harga Pokok Pesanan) dan Process Cost Method (Metode Harga Pokok Proses) (Mulyadi, 2005:16) 7. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. terdapat dua pendekatan dalam penentuan harga pokok produksi yaitu : Metode full costing dan metode variable costing (Mulyadi, 2005:17) 8. Biaya Produk Bersama Biaya produk bersama adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2005:334) 9. Harga Jual Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan. Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. (Swastha, 2007:241) 5
C. Kerangka Pikir Berikut ini merupakan gambar dari kerangka pikir dalam penelitian ini: Kajian Empirik
Kajian Teori
PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara
Akuntansi Biaya Metode Full Costing
Harga Pokok Produksi : - Biaya Langsung Biaya sumber air Biaya Pengolahan Air Biaya Distribusi & Pemasaran - Biaya Tidak Langsung Biaya Umum & Administrasi
Harga Pokok Produksi : - Biaya Produksi : Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik - Biaya Non Produksi : Biaya Administrasi & Umum Biaya Pemasaran
Harga Jual
Rumusan Masalah : Apakah penentuan harga pokok produksi dan penetapan harga jual air minum dalam kemasan pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara telah sesuai dengan perhitungan akuntansi biaya? Alat Analisis : - Menghitung Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing - Menghitung Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Nilai Jual Relatif - Menghitung Produk Rusak dengan laporan harga pokok produksi metode perlakuan harga pokok produk rusak bersifat normal yang tidak laku dijual - Menghitung Harga Jual dengan Konsep Biaya Total Hasil Penelitian Gambar 2.1 Kerangka Pikir
6
III.
Metode Penelitian Alat analisis yang dipakai untuk penelitian skripsi ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu untuk menghitung penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing, kemudian untuk menghitung biaya bersamanya menggunakan perhitungan alokasi biaya bersama dengan metode harga jual relatif, lalu untuk menghitung perlakuan terhadap harga pokok produk rusak menggunakan laporan harga pokok produksi dengan metode perlakuan harga pokok produk rusak bersifat normal yang tidak laku dijual dan untuk menetapkan harga jualnya dengan konsep biaya total. Menurut Mulyadi (2005:17) memberikan penjelasan dan rumus mengenai metode full costing adalah sebagai berikut : Metode full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variable maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini : Biaya Produksi : Biaya bahan baku Rpxx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead pabrik xx Total Biaya Produksi Rpxx Biaya Non Produksi : Biaya Administrasi & Umum Rpxx Biaya Pemasaran xx Total Biaya Non Produksi Rpxx Total Harga Pokok Produksi Rpxx Metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk bersama adalah dengan metode nilai jual relatif menurut Mulyadi. Metode ini dapat mengalokasikan biaya bersama berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk bersama yang dihasilkan. Berikut adalah perhitungan alokasi biaya bersama dengan metode nilai jual relatif yang telah dimodifikasi : Tabel 3.1 Perhitungan Alokasi Biaya Bersama Dengan Metode Nilai Jual Relatif Jumlah Harga Alokasi Produk Produk Harga Nilai Jual Pokok Nilai Jual Biaya Bersama yang Jual/unit Relatif Produk Bersama Dihasilkan Bersama (6)=(5) x (4)=(2)x(3 (1) (2) (3) (5)=(4) : 100% Biaya (7)=(6) : (2) ) Produksi Gelas …….../Dos Rp ……. Rp ……… ….. % Rp …….. Rp …….. Botol 330 ml …….../Dos Rp ……. Rp ……… ….. % Rp …….. Rp …….. Botol 660 ml …….../Dos Rp ……. Rp ……… ….. % Rp …….. Rp …….. Galon ……/Galon Rp ……. Rp ……… ….. % Rp …….. Rp …….. Jumlah Rp ……. Rp ……… ….. % Rp …….. Rp …….. Untuk menghitung perlakuan terhadap harga pokok produk rusak menggunakan laporan harga pokok produksi dengan metode perlakuan harga pokok produk rusak bersifat normal yang tidak laku dijual dalam pengolahan produk menurut Supriyono (187:2011) dalam buku Akuntansi Biaya. Berikut adalah cara perhitungan metode perlakuan harga pokok produk rusak bersifat normal yang tidak laku dijual yang telah dimodifikasi : 7
Tabel 3.2. Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan XXX Laporan Harga Pokok Produksi Bulan 31 Desember 19xx Laporan Produksi Produk masuk proses Produk selesai xxx Produk dalam proses akhir, % xxx Produk rusak bersifat normal xxx
Jumlah Unit xxx
xxx Biaya Dibebankan : Elemen Biaya Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Overhead Pabrik Jumlah
Jumlah Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx
Produksi Ekuivalen (1) (1) (1)
Perhitungan Harga Pokok : Harga Pokok Produk Selesai =
(2) (3)
Jumlah Harga Pokok Produk Selesai Harga Pokok Produk dalam Proses Biaya Bahan Baku = (4) Biaya Tenaga Kerja = (4) Biaya Overhead = (4)
Harga Pokok Per Unit Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx = Rp xxx = Rp xxx = Rp xxx
= Rp xxx = Rp xxx = Rp xxx Rp xxx = Rp xxx
Jumlah harga pokok diperhitungkan Keterangan : (1) Produk selesai + Produk Rusak + Produk dalam proses akhir (Tingkat penyelesaian) (2) Produk Selesai x Jumlah Harga Pokok Per Unit (3) Produk Rusak x Jumlah Harga pokok Per Unit (4) Produk dalam proses akhir x % (Tingkat Penyelesaian) x Harga Pokok Per Unit Laporan harga pokok produksi diatas digunakan karena produk yang diolah ada terdapat produk rusak yang tidak laku dijual dan sifatnya normal, perlakuannya adalah harga pokok produk selesai jumlahnya menjadi bertambah sedangkan jumlah pemikul harga pokok tetap sejumlah produk selesai maka harga pokok satuan menjadi bertambah. Untuk menetapkan harga jual air minum dalam kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan konsep biaya total menurut Halim dan Supono dalam buku Akuntansi Manajemen. Metode harga mark-up merupakan jumlah rupiah yang ditambah pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual setiap kemasan. Rumus penetapan harga jual dengan konsep biaya total yang telah dimodifikasi sebagai berikut : Perhitungan Harga Jual : Harga Pokok Produk Bersama Per unit Markup Per Unit = Persentase Markup x HPP Bersama Per Unit = Target Harga Jual Per Unit 8
Rp xx Rp xx Rp xx
IV. Analisis dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Data Produksi Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui data produksi dan data penjualan air minum dalam kemasan yang dihasilkan AMDK Tuah Bumi selama Bulan Desember 2011 dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.1. Data Produksi AMDK Tuah Bumi Bulan Desember 2011 No Jenis Produksi Produksi Distribusi Produk Rusak 1 Gelas 657 Dos 639 Dos 18 2 Botol 330 ml 59 Dos 58 1 3 Galon 2.211 Galon 2.121 90 Sumber : AMDK Tuah Bumi PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara Berdasarkan data produksi diatas dapat diketahui bahwa pada bulan desember 2011 AMDK Tuah Bumi dalam memproduksi air minum dalam kemasan, proses produksinya juga sering mendapatkan produk rusak. Produk rusak tersebut ditimbulkan karena kondisi produk yang tidak memenuhi mutu yang sudah ditentukan dan tidak dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik. 2.
Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan Secara garis besar rincian biaya-biaya usaha yang terdapat pada AMDK Tuah Bumi dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu : biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya distribusi & pemasaran, biaya umum & administrasi dan biaya diluar usaha. Dalam uraian berikut akan disajikan tabel dari kelima biaya produksi tersebut, sebagai berikut : Tabel 4.2. Rincian Biaya-Biaya Bulan Desember 2011 No. Keterangan Jumlah Biaya Sumber Air : 1 Biaya Air Baku Rp 1.240.000,00 2 Biaya Solar Rp 5.800.000,00 3 Biaya Oli Rp 745.000,00 4 Biaya Pemeliharaan Mobil Tangki Rp 2.655.000,00 Jumlah Biaya Sumber Air Rp 10.440.000,00 Biaya Pengolahan Air : 1 Biaya Gaji & Upah Pegawai Pengolahan Air Rp 3.160.000,00 2 Biaya Pemeliharaan Instalasi Pompa Rp 247.000,00 3 Biaya Pemeliharaan Alat-alat Pengolahan Air Rp 510.000,00 4 Biaya Pemakaian Bahan Pembantu Rp 12.736.804,00 Jumlah Biaya Pengolahan Air Rp 16.653.804,00 Biaya Distribusi & Pemasaran : 1 Biaya Gaji & Upah Pegawai Pemasaran Rp 2.213.325,00 Jumlah Biaya Distribusi & Pemasaran Rp 2.213.324,00 Biaya Umum & Administrasi : 1 Biaya Pegawai Rp 3.160.700,00 2 Biaya Kantor Rp 259.000,00 Jumlah Biaya Umum & Administrasi Rp 3.419.700,00 Biaya Diluar Usaha : 1 Biaya Lain-lain Rp 22.433,96 Jumlah Biaya Diluar Usaha Rp 22.433,96 TOTAL RINCIAN BIAYA Rp 32.749.262,96 Sumber : AMDK Tuah Bumi PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara 9
3. Penetapan Harga Jual Menurut Perusahaan Dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan AMDK Tuah Bumi menghitung secara detail tetapi untuk harga jual perusahaan menetapkan sesuai permintaan pasar dan kebijakan dari manajemen perusahaan. Harga jual untuk kemasan gelas sebesar Rp16.000 /Dos, kemasan botol 330 ml sebesar Rp31.000 /Dos, dan untuk isi ulang air galon sebesar Rp 6.000 /Galon. Untuk rincian dari penentuan harga jual tersebut sebagai berikut: 1. Air Kemasan Gelas a. UD CUP Harga Rp 933.152 /Roll Transportasi Rp 40.000 /Roll Jumlah Rp 973.152 Perhitungan : Rp 973.152 : 20.000 = Rp 48,7 /Lembar Reject 2 % = 0,98 + 48,7 = Rp 49,7 /Lembar b. GELAS Harga Rp 97 /Pcs Transportasi Rp 20 /Pcs Jumlah Rp 117 /Pcs Perhitungan : Reject 2 % = 2,34 + 117 = Rp 119,4 /Pcs c. KARTON Harga Rp 1.900 /Lembar Transportasi Rp 600 /Lembar Jumlah Rp 2.500 /Lembar Perhitungan : 2.500 : 48 = Rp 52 /Gelas d. SEDOTAN Harga Rp 300 /Bungkus Perhitungan : 300 : 48 = Rp 6,25 /Biji e. AIR Harga Rp 8.000 / Transportasi Rp 18.000 / Perawatan Kendaraan Rp 8.500 / Jumlah Rp 34.500 / Air yang digunakan untuk operasi yang meliputi pencucian filter & galon sebanyak 20 % atau 200 liter dalam 1 . Air yang siap diproduksi = 800 Liter Jadi biaya air = Rp 31.500 / 800 Liter = Rp 43,125 /Liter Isi Gelas = 220 ml = 43,125 : 5 = 10,79 /Gelas f. LAIN-LAIN Biaya Tenaga Kerja Pem. Alat Bantu Rp 20 /Gelas g. REKAPITULASI UD Cup Rp 49,7 /Lembar Gelas Rp 119,4 /Pcs Karton Rp 52 /Gelas Sedotan Rp 6,25 /Biji Air Rp 10,79 /Gelas Dll Rp 20 /Gelas Jumlah Rp 258,14 /Gelas Perhitungan : 258,14 x 48 = Rp 12.391 /Dos Harga Jual yang ditetapkan Rp16.000 /Dos
10
2. Air Kemasan Botol 330 ml a. BOTOL Harga Rp 600 /Pcs Transportasi Rp 300 /Pcs Jumlah Rp 900 /Pcs b. LEBEL BOTOL Harga Rp 40 /Lembar Transportasi Rp 20 /Lembar Jumlah Rp 60 /Lembar Perhitungan : Reject 2 % = Rp 60 + 2 = Rp 62 /Lembar c. KARTON Harga Rp 1.900 /Lembar Transportasi Rp 600 /Lembar Jumlah Rp 2.500 /Lembar Perhitungan : Rp 2.500 : 48 = Rp 52 /Botol d. SEGEL Harga Rp 40 /Lembar e. AIR Harga Rp 8.000 / Transportasi Rp 18.000 / Perawatan Kendaraan Rp 8.500 / Jumlah Rp 34.500 / Air yang digunakan untuk operasi yang meliputi pencucian filter & galon sebanyak 20 % atau 200 Liter dalam 1 . Air yang siap memproduksi 800 Liter. Jadi biaya air = Rp 34.500 : 800 Liter = Rp 43,125 /Liter Isi botol = 330 ml = 43,125 = Rp 14,231 /Botol f. LAIN-LAIN Biaya Tenaga Kerja Pem. Alat Bantu Rp 50 /Botol g. REKAPITULASI Botol Rp 900 /Pcs Lebel botol Rp 62 /Lembar Karton Rp 52 /Botol Segel Botol Rp 40 /Lembar Air Rp 14,231 /Botol Dll Rp 50 /Botol Jumlah Rp 1.118 /Botol Perhitungan : Rp 1.118 x 24 = Rp26.832 /Dos Harga Jual yang Ditetapkan Rp31.000 /Dos
11
3. Air Kemasan Galon Tabel 4.3. Air Minum Dalam Kemasan Galon No
Uraian
Volume
1 2 3 4 5 6
Tutup Galon Tisu Segel Air Lain-lain Tenaga Kerja
1 Buah 1 Buah 1 Buah 20 Liter -
Harga
Recek
Harga
Total
Rp 300 5% Rp 10,5 Rp 310,5 Rp 180 Rp 180 Rp 185 5% Rp 8,5 Rp 193,5 Rp 863 Rp 863 Rp 500 Rp 1.033 Rp 1.000 Rp 1.000 Jumlah Rp 3.217 Harga Jual yang Ditetapkan Rp 6.000 Sumber : AMDK Tuah Bumi PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara Keterangan : a. Biaya Air Air Baku Rp 8.000 / Biaya Transportasi Rp 10.000 / Perawatan Kendaraan Rp 8.500 / Jumlah Rp 34.500 / Air yang digunakan untuk operasi yang meliputi pencucian filter & Galon sebanyak 20 % atau 200 Liter dalam 1 . Air yang siap diproduksi = 800 Liter. Jadi biaya air = Rp 34.500 : 800 Liter = Rp 43,125 /Liter Isi Galon = 20 Liter = Rp 43,125 x 10 = Rp 863 /Galon Biaya lain-lain meliputi : Deterjen pembersih galon dan ATK. B. Analisis Berdasarkan pada data yang diperoleh selama penelitian dilakukan telah disajikan bagaimana perusahaan AMDK Tuah Bumi menentukan harga pokok produksi dan penetapan harga jualnya. Selanjutnya akan dilakukan analisis sesuai perhitungan dalam akuntansi. 1. Rincian Biaya-Biaya Untuk penentuan harga pokok produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik tetap dan variabel. Sedangkan biaya non produksi terdiri dari biaya distribusi & pemasaran, biaya umum & administrasi dan biaya diluar usaha. Perhitungan penentuan harga pokok produksi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
12
Tabel 4.4. Biaya Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2011 Biaya Produksi Biaya Bahan Baku: - Biaya Air Baku Rp 1.240.000,00 Biaya Tenaga Kerja: - Biaya Gaji & Upah Pegawai Pengolahan Air Rp 3.160.000,00 Biaya Overhead Pabrik Tetap & Variabel: Rp 5.800.000,00 - Biaya Solar - Biaya Oli Rp 745.000,00 Rp 2.655.000,00 - Biaya Pemeliharaan Mobil Tangki Rp 247.000,00 - Biaya Pemeliharaan Instalasi Pompa Rp 510.000,00 - Biaya Pemeliharaan Alat-Alat Pengolahan Air Rp 12.736.804,00 - Biaya Pemakaian Bahan Pembantu Jumlah Biaya Overhead Pabrik Tetap & Variabel Rp 22.693.804,00 Total Biaya Produksi Rp 27.093.804,00 Biaya Non Produksi Biaya Distribusi & Pemasaran : - Biaya Gaji & Upah Pegawai Pemasaran Biaya Umum & Administrasi : - Biaya Pegawai - Biaya Kantor Jumlah Biaya Umum & Administrasi Biaya Diluar Usaha : - Biaya Lain-lain
Rp 2.213.325,00 Rp 3.160.700,00 Rp 259.000,00 Rp 3.419.700,00 Rp
22.433,96
Total Biaya Non Produksi Rp 5.655.458,96 Total Harga Pokok Produksi Rp 32.749.262,96 Sumber : Data Diolah Jadi berdasarkan pada perhitungan tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa total harga pokok produksi sebesar Rp32.749.262,96. 2. Perhitungan Biaya Bersama Perhitungan biaya bersama dilakukan untuk mengetahui biaya-biaya yang digunakan pada setiap kemasannya, untuk mengalokasikan biaya bersama tersebut digunakan metode nilai jual relatif. Metode ini dapat mengalokasikan biaya bersama berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk bersama yang dihasilkan, perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut : 1. Biaya bersama untuk Biaya Bahan Baku Diketahui bahwa biaya bahan baku selama bulan Desember 2011 sebelum dialokasikan adalah Rp 1.240.000,00.
13
Tabel 4.5. Perhitungan Alokasi Biaya Bahan Baku Dengan Metode Nilai Jual Relatif Bulan Desember 2011 Jumlah Harga Harga Alokasi Produk Produk Nilai Jual Pokok Jual/ Nilai Jual Biaya Bersama yang Relatif Bersama Kemasan Bersama Dihasilkan Per Produk (5)=(4) : (6)=(5) x (1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (7)=(6) : (2) Rp25.607.000 Rp1.240.000 Gelas 657 Dos Rp16.000 Rp10.512.000 41,05 % Rp 509.020 Rp 774,76 Botol 330 ml 59 Dos Rp31.000 Rp 1.829.000 7,14 % Rp 88.536 Rp1.500,61 Galon 2.211 Galon Rp 6.000 Rp13.266.000 51,81 % Rp 642.444 Rp 290,57 Jumlah Rp25.607.000 100 % Rp1.240.000 Rp2.565,94 Sumber : Data Diolah 2. Biaya Bersama untuk Biaya Tenaga Kerja Diketahui bahwa biaya tenaga kerja selama bulan Desember 2011 sebelum dialokasikan adalah Rp 3.160.000,00. Tabel 4.6. Perhitungan Alokasi Biaya Tenaga Kerja Dengan Metode Nilai Jual Relatif Bulan Desember 2011 Jumlah Harga Pokok Produk Harga Alokasi Bersama Per Produk Nilai Jual yang Jual/ Nilai Jual Biaya Produk Bersama Relatif Dihasilka Kemasan Bersama n (5)=(4) : (6)=(5) x (1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (7)=(6) : (2) Rp25.607.000 Rp3.160.000 Gelas 657 Dos Rp16.000 Rp10.512.000 41,05 % Rp1.297.180 Rp1.974,40 Botol 330 ml 59 Dos Rp31.000 Rp 1.829.000 7,14 % Rp 225.624 Rp3.824,14 Galon 2.211 Galon Rp 6.000 Rp13.266.000 51,81 % Rp1.637.196 Rp 740,48 Jumlah Rp25.607.000 100 % Rp3.160.000 Rp6.539,02 Sumber : Data Diolah 3. Biaya Bersama untuk Biaya Overhead Pabrik Tetap & Variabel Diketahui bahwa biaya Overhead Pabrik Tetap & Variabel selama bulan Desember 2011 sebelum dialokasikan adalah Rp 22.693.804,00. Tabel 4.7. Perhitungan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Tetap & Variabel Dengan Metode Nilai Jual Relatif Bulan Desember 2011 Jumlah Harga Pokok Produk Harga Bersama Per Produk Nilai Jual Alokasi Biaya yang Jual/ Nilai Jual Produk Bersama Relatif Bersama Dihasilka Kemasan n (5)=(4) : (6)=(5) x (1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (7)=(6) : (2) Rp25.607.000 Rp22.693.804 Gelas 657 Dos Rp16.000 Rp10.512.000 41,05 % Rp 9.315.806,54 Rp14.179,31 Botol 330 ml 59 Dos Rp31.000 Rp 1.829.000 7,14 % Rp 1.620.337,61 Rp27.463,35 Galon 2.211 Galon Rp 6.000 Rp13.266.000 51,81 % Rp11.757.659,85 Rp 5.317,80 Jumlah Rp25.607.000 100 % Rp22.693.804,00 Rp46,960,46 Sumber : Data Diolah 14
4. Biaya bersama untuk Biaya Non Produksi Diketahui bahwa biaya non produksi selama bulan Desember 2011 sebelum dialokasikan adalah Rp 5.655.458,96. Tabel 4.8. Perhitungan Alokasi Biaya Non Produksi Dengan Metode Nilai Jual Relatif Bulan Desember 2011 Jumlah Harga Pokok Harga Alokasi Produk Produk Nilai Jual Bersama Per Jual/ Nilai Jual Biaya Bersama yang Relatif Produk Kemasan Bersama Dihasilkan (5)=(4) : (6)=(5) x (1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (7)=(6) : (2) Rp25.607.000 Rp5.655.458,96 Gelas 657 Dos Rp16.000 Rp10.512.000 41,05 % Rp2.321.565,90 Rp 3.533,59 Botol 330 ml 59 Dos Rp31.000 Rp 1.829.000 7,14 % Rp 403.799,77 Rp 6.844,06 Galon 2.211 Galon Rp 6.000 Rp13.266.000 51,81 % Rp2.930.093,29 Rp 1.325,23 Jumlah Rp25.607.000 100 % Rp5.655.458,96 Rp11.702,88 Sumber : Data Diolah 3.
Laporan Harga Pokok Produksi Perlakuan harga pokok produk rusak terhadap AMDK Tuah Bumi adalah produk rusak yang tidak laku dijual dan sifatnya normal. Jadi perlakuannya sama dengan produk hilang akhir proses, harga pokok produk selesai jumlahnya menjadi bertambah sedangkan jumlah pemikul harga pokok tetap sejumlah produk selesai maka harga pokok satuan menjadi bertambah. Berikut dibawah ini adalah laporan harga pokok produksi. Tabel 4.9. Laporan Harga Pokok Produksi Bulan Desember 2011 Perusahaan AMDK Tuah Bumi Laporan Harga Pokok Produksi Bulan 31 Desember 2011 Laporan Produksi Jumlah Kemasan Distribusi Gelas 639 Dos Produk Rusak Gelas 18 Dos Produksi Gelas 657 Dos Distribusi Botol 330 ml 58 Dos Produk Rusak Botol 330 ml 1 Dos Produksi Gelas 59 Dos Distribusi Galon 2.121 Galon Produk Rusak Galon 90 Galon Produksi Galon 2.211 Galon Biaya Dibebankan : Elemen Biaya Gelas : Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik Jumlah Botol 330 ml : Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja
Jumlah Rp 509.020,00 Rp 1.297.180,00 Rp 9.315.806,54 Rp 11.122.006,54 Rp Rp
88.536,00 225.624,00 15
Produksi Ekuivalen
Harga Pokok Per Kemasan
639+18=657 639+18=657 639+18=657
Rp 774,76 Rp 1.974,39 Rp 14.179,31 Rp 16.928,46
58+1=59 58+1=59
Rp 1.500,61 Rp 3.824,14
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.620.337,61 58+1=59 Rp 27.463,35 Jumlah Rp 1.934.497,61 Rp 32.788,10 Galon : Biaya Bahan Baku Rp 642.444,00 2.121+90=2.211 Rp 290,57 Biaya Tenga Kerja Rp 1.637.196,00 2.121+90=2.211 Rp 740,48 Biaya Overhead Pabrik Rp 11.757.659,85 2.121+90=2.211 Rp 5.317,80 Jumlah Rp 14.037.299,85 Rp 6.348,85 Jumlah Dibebankan Rp 27.093.804,00 Perhitungan Harga Pokok : - Gelas Harga Pokok Produk Selesai = 639 x Rp 16.928,46 = Rp 10.817.285,94 Harga Pokok Produk Rusak = 18 x Rp 16.928,46 = Rp 304.712,28 Jumlah harga pokok produk selesai = Rp 11.121.998,22 - Botol 330 ml Harga Pokok Produk Selesai = 58 x Rp 32.788,10 = Rp 1.901.709,80 Harga Pokok Produk Rusak = 1 x Rp 32.788,10 = Rp 32.788,10 Jumlah harga pokok produk selesai = Rp 1.934.497,90 - Galon Harga Pokok Produk Selesai = 2.121 x Rp 6.348,85 = Rp 13.465.910,85 Harga Pokok Produk Rusak = 90 x Rp 6.348,85 = Rp 571.396,50 Jumlah harga pokok produk selesai = Rp 14.037.307,35 Jumlah harga pokok diperhitungkan Rp 27.093.804,00 Sumber : Data Diolah Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produk rusak kemasan gelas sebesar Rp304.712,28 dari 18 dos yang rusak, harga pokok produk rusak kemasan botol 330ml sebesar Rp32.788,10 dari 1 dos yang rusak, dan harga pokok produk rusak galon sebesar Rp571.396,50 dari 90 galon yang rusak. 4. Penetapan Harga Jual Dalam menetapkan harga jual menurut perhitungan akuntansi biaya terlebih dahulu ditentukan pengalokasian biaya bersama per kemasan dengan menggunakan perhitungan alokasi biaya bersama. Telah diketahui perhitungan alokasi biaya bersama diatas. Berikut ini adalah harga pokok produksi masing-masing dalam kemasan : 1. Gelas - Biaya Bahan Baku Rp 774,76 - Biaya Tenaga Kerja Rp 1.974,40 - Biaya Overhead Pabrik Tetap & Variabel Rp 14.179,31 - Biaya Non Produksi Rp 3.533,59 Jumlah Rp 20.462,06 Pembulatan Rp 20.462,00 2. Botol 330 ml - Biaya Bahan Baku Rp 1.500,61 - Biaya Tenaga Kerja Rp 3.824,14 - Biaya Overhead Pabrik Tetap & Variabel Rp 27.463,35 - Biaya Non Produksi Rp 6.844,06 Jumlah Rp 39.632,16 Pembulatan Rp 39.632,00 3. Galon - Biaya Bahan Baku Rp 290,57 - Biaya Tenaga Kerja Rp 740,48 16
-
Biaya Overhead Pabrik Tetap & Variabel Rp 5.317,80 Biaya Non Produksi Rp 1.325,23 Jumlah Rp 7.674,08 Pembulatan Rp 7.674,00 Telah diketahui harga pokok produksi per kemasan diatas, maka dapat dihitung penetapan harga jual per kemasan. Dengan diketahuinya laba atau kontribusi laba yang dikehendaki kebijakan dari manajemen adalah sebesar 5%, yang digunakan juga untuk persentase markup. Maka dapat kita hitung penetapan harga jual dengan rumus konsep biaya total sebagai berikut : Perhitungan Harga Jual : Harga Pokok Produk Per Kemasan Rp xx Markup Per Kemasan = Persentase Markup x HPP Per Kemasan = Rp xx Target Harga Jual Per Kemasan Rp xx 1. Gelas Harga Pokok Produk Per Kemasan = Rp 20.462 Markup Per Kemasan = 5% x Rp 20.462 = Rp 1.023 Target Harga Jual Per Kemasan = Rp 21.485 2. Botol 330 ml Harga Pokok Produk Per Kemasan = Rp 39.632 Markup Per Kemasan = 5% x Rp 39.632 = Rp 1.982 Target Harga Jual Per Kemasan = Rp 41.614 3. Galon Harga Pokok Produk Per Kemasan = Rp 7.674 Markup Per Kemasan = 5% x Rp 7.674 = Rp 384 Target Harga Jual Per Kemasan = Rp 8.058 Jadi berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa target harga jual yang ditetapkan masing-masing kemasan adalah harga jual untuk kemasan gelas Rp21.485 dibulatkan menjadi Rp21.500/Dos, kemasan botol 330 ml dengan harga jual Rp41.614 dibulatkan menjadi Rp41.600,00/Dos, dan kemasan galon Rp8.058 dibulatkan menjadi Rp8.000,00/Galon. C. Pembahasan Berdasarkan pada hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan pembahasan untuk menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan alat analisis yang telah diajukan dan juga atas data yang telah didapat dari AMDK Tuah Bumi. Perbedaan hasil perhitungan dari perusahaan AMDK Tuah Bumi dan Perhitungan akuntansi biaya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.10. Perbandingan Harga Pokok Produksi Menurut Perhitungan AMDK Tuah Bumi dan Perhitungan Akuntansi Biaya AMDK Tuah Selisih Keterangan Akuntansi Biaya Bumi Gelas Rp 12.391 /Dos Rp 20.462 /Dos Rp 8.071 Botol 330 ml Rp 26.832 /Dos Rp 39.632 /Dos Rp 12.800 Galon Rp 3.217 /Galon Rp 7.674 /Galon Rp 4.457 Jumlah Rp 25.328 Sumber : Data Diolah Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat perbedaan harga pokok produksi yang dihasilkan antara perhitungan menurut AMDK Tuah Bumi dan menurut perhitungan akuntansi biaya yang telah dilakukan diatas bahwa selisih yang terjadi sangat jauh berbeda yaitu pada kemasan gelas selisihnya sebesar Rp8.071, kemasan botol 330 ml selisihnya 17
sebesar Rp12.800, dan untuk isi ulang galon selisihnya sebesar Rp4.457. Jadi jumlah keseluruhan dari selisih semua kemasan sebesar Rp25.328. Perbedaan harga pokok produksi yang berbeda jauh disebabkan karena perhitungan menurut AMDK Tuah Bumi menghitung rincian harga pokok produksi setiap kemasannya, sedangkan perhitungan menurut akuntansi biaya dilakukan dengan cara memisahkan harga pokok produksi bersama dengan cara perhitungan alokasi biaya bersama metode nilai jual relatif. Berdasarkan hasil perhitungan dan perbandingan diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi menurut perhitungan AMDK Tuah Bumi lebih rendah daripada perhitungan menurut perhitungan akuntansi biaya. Tabel 4.11. Perbandingan Harga Jual Menurut Perhitungan AMDK Tuah Bumi dan Perhitungan Akuntansi Biaya AMDK Tuah Selisih Keterangan Akuntansi Biaya Bumi Gelas Rp 16.000 /Dos Rp 21.500 /Dos Rp 5.500 Botol 330 ml Rp 31.000 /Dos Rp 41.600 /Dos Rp 10.600 Galon Rp 6.000 /Galon Rp 8.000 /Galon Rp 2.000 Jumlah Rp 18.100 Sumber : Data Diolah Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa harga jual menurut perhitungan akuntansi biaya dan penetapan harga jual menurut perhitungan AMDK Tuah Bumi memiliki selisih yang sangat berbeda, bisa dilihat bahwa harga jual kemasan gelas selisihnya sebesar Rp 5.500, kemasan botol 330 ml selisihnya sebesar Rp 10.600, dan untuk isi ulang galon selisihnya sebesar Rp2.000. Sedangkan selisih jumlah dari keseluruhan dari semua kemasan sebesar Rp18.100. Perbedaan harga jual antara perhitungan menurut AMDK Tuah Bumi dan perhitungan menurut akuntansi biaya sangat jauh disebabkan karena AMDK Tuah Bumi tidak menetapkan harga jual secara detail, hanya menyesuaikan keinginan dari permintaan pasar dan disesuaikan dengan manajemen perusahaan itu sendiri, sedangkan menurut dari perhitungan akuntansi biaya menentukan markup sebesar 5% yang akan dipakai untuk menentukan harga jual. Jadi dapat diketahui bahwa penetapan harga jual menurut perhitungan AMDK Tuah Bumi lebih rendah daripada penetapan harga jual menurut perhitungan akuntansi biaya. Hasil dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penentuan harga pokok produksi dan penetapan harga jual berdasarkan perhitungan menurut AMDK Tuah Bumi lebih rendah daripada perhitungan menurut akuntansi biaya. Dengan harga jual yang telah dihitung menurut akuntansi biaya dapat diketahui pendapatan yang akan diterima AMDK Tuah Bumi serta laporan rugi labanya sebagai berikut: Tabel 4.12. Pendapatan Penjualan Menurut Perhitungan Akuntansi Biaya Keterangan Unit Harga Jual Jumlah Gelas 657 Dos Rp 21.500 Rp 14.125.500 Botol 330 ml 59 Dos Rp 41.600 Rp 2.454.400 Galon 2.211 Galon Rp 8.000 Rp 17.688.000 Jumlah Rp 34.267.900 Sumber : Data Diolah
18
Tabel 4.13. Laporan Rugi Laba Menurut Perhitungan Akuntansi Biaya Pendapatan Penjualan ………………………………………. Rp 34.267.900,00 Biaya Produksi : Biaya Bahan Baku …………………… Rp 1.240.000,00 Biaya Tenaga Kerja Langsung ……… Rp 3.160.000,00 Biaya Overhead Pabrik Tetap & Variabel ……………………… Rp22.693.804,00 Jumlah Biaya Produksi ………………………………………. Rp 27.093.804,00 Laba Kotor Produksi ………………………………... Rp 7.174.096,00 Biaya Non Produksi : Biaya Distribusi & Pemasaran ………. Rp 2.213.325,00 Biaya Administrasi & Umum ………… Rp 3.419.700,00 Biaya Diluar Usaha …………………... Rp 22.433.96 Jumlah Biaya Non Produksi …………………………………. Rp 5.655.458,96 Laba Kotor Operasi …………………………………. Rp 1.518.637,04 Sumber : Data Diolah Dari hasil perhitungan pendapatan penjualan dan laporan rugi laba menurut perhitungan akuntansi biaya dapat diketahui bahwa perusahaan akan mengalami laba. Dalam menentukan harga pokok produksi dan penetapan harga jualnya AMDK Tuah bumi masih dipengaruhi oleh PDAM Tirta Mahakam sebagai induk perusahaannya, biaya-biaya dalam memproduksi air minum dalam kemasan masih disubsidi oleh PDAM Tirta Mahakam yaitu biaya listrik dan biaya tenaga kerja bagian administrasi, sehingga AMDK Tuah Bumi tidak khawatir dalam memproduksi air minum dalam kemasan mengalami kerugian. Oleh sebab itu walaupun AMDK Tuah Bumi menjual air minum dalam kemasannya dengan harga yang sesuai dengan pasaran tetapi sering mengalami kerugian tetapi AMDK Tuah Bumi dapat bersaing dengan perusahaan lain yang juga memproduksi air minum dalam kemasan yang sejenis. Dalam menetapkan harga jual suatu produk perusahaan terlebih dahulu menentukan harga pokok produksi, karena tanpa mengetahui penentuan harga pokok produksi terlebih dahulu dalam menghitung biaya-biaya yang akan dikeluarkan, maka akan sulit menetapkan harga jual yang sesuai dengan permintaan pasar. Selain itu dengan penentuan harga pokok produksi yang tepat perusahaan dapat menetapkan harga jual dengan tepat pula sehingga dapat mengoptimalkan laba. Jadi, pengaruh dari penentuan harga pokok produksi terhadap menetapkan harga jual sangat besar. Maka dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penentuan harga pokok produksi dan penetapan harga jual air minum dalam kemasan pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara masih belum sesuai dengan perhitungan akuntansi biaya. V. A.
Penutup Simpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Harga pokok produksi yang telah ditentukan AMDK Tuah Bumi dalam kemasan gelas sebesar Rp12.391 /Dos sedangkan harga pokok produksi menurut perhitungan akuntansi biaya sebesar Rp20.462 /Dos. 2. Harga jual yang ditetapkan AMDK Tuah Bumi dalam kemasan gelas sebesar Rp16.000 /Dos sedangkan harga jual menurut perhitungan akuntansi biaya sebesar Rp21.500 /Dos. 3. Berdasarkan hasil penelitian terdapat selisih harga pokok produksi antara AMDK Tuah Bumi dan perhitungan akuntansi biaya dalam kemasan gelas sebesar Rp8.071. 19
4. Berdasarkan hasil penelitian terdapat selisih harga jual antara AMDK Tuah Bumi dan perhitungan akuntansi biaya dalam kemasan gelas sebesar Rp5.500. 5. Diketahui bahwa harga pokok produk rusak kemasan gelas sebesar Rp304.712,28 dari 18 dos yang rusak. 6. Harga pokok produksi yang telah ditentukan AMDK Tuah Bumi dalam kemasan botol 330 ml sebesar Rp26.832 /Dos sedangkan harga pokok produksi menurut perhitungan akuntansi biaya sebesar Rp39.632 /Dos. 7. Harga jual yang ditetapkan AMDK Tuah Bumi dalam kemasan botol 330 ml sebesar Rp31.000 /Dos sedangkan harga jual menurut perhitungan akuntansi biaya sebesar Rp41.600 /Dos 8. Berdasarkan hasil penelitian terdapat selisih harga pokok produksi antara AMDK Tuah Bumi dan perhitungan akuntansi biaya dalam kemasan botol 330 ml sebesar Rp12.800. 9. Berdasarkan hasil penelitian terdapat selisih harga jual antara AMDK Tuah Bumi dan perhitungan akuntansi biaya dalam kemasan botol 330 ml sebesar Rp10.600. 10. Diketahui bahwa harga pokok produk kemasan botol 330ml sebesar Rp32.788,10 dari 1 dos yang rusak. 11. Harga pokok produksi yang telah ditentukan AMDK Tuah Bumi dalam kemasan isi ulang galon sebesar Rp3.217 /Galon sedangkan harga pokok produksi menurut perhitungan akuntansi biaya sebesar Rp7.674 /Galon. 12. Harga jual yang ditetapkan AMDK Tuah Bumi dalam kemasan isi ulang galon sebesar Rp6.000 /Dos sedangkan harga jual menurut perhitungan akuntansi biaya sebesar Rp8.000 /Dos. 13. Berdasarkan hasil penelitian terdapat selisih harga pokok produksi antara AMDK Tuah Bumi dan perhitungan akuntansi biaya dalam kemasan isi ulang galon sebesar Rp4.457. 14. Berdasarkan hasil penelitian terdapat selisih harga jual antara AMDK Tuah Bumi dan perhitungan akuntansi biaya dalam kemasan isi ulang galon sebesar Rp2.000. 15. Diketahui bahwa harga pokok produk rusak galon sebesar Rp571.396,50 dari 90 galon yang rusak. 16. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi menurut AMDK Tuah Bumi lebih rendah daripada harga pokok produksi yang telah ditentukan oleh perhitungan akuntansi biaya. 17. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa harga jual menurut AMDK Tuah Bumi lebih rendah daripada harga jual yang telah ditetapkan oleh perhitungan akuntansi biaya. 18. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bila harga jual menurut akuntansi biaya yang dipergunakan maka perusahaan akan mengalami keuntungan/laba. 19. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penentuan harga pokok produksi dan penetapan harga jual air minum dalam kemasan pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara masih belum sesuai dengan perhitungan akuntansi biaya. B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka berikut ini penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Hendaknya dalam menentukan harga jual perusahaan didasarkan pada jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi mulai dari biaya produksi dan biaya non produksinya sehingga laba yang diharapkan dapat dicapai. 2. Dengan diketahuinya harga pokok produksi dan harga jual, maka perusahaan bisa mengetahui atau menganalisis ulang berapa seharusnya harga jual yang sesuai dengan keadaan perekonomian masyarakat umum, dan juga perusahaan tetap dapat meminimalisir
20
kerugian atau dapat memperoleh laba, demi kelangsungan usaha AMDK Tuah Bumi di masa yang akan datang. 3. Hendaknya pemimpin melakukan analisis ulang terhadap perhitungan harga pokok produksinya, terutama penggunaan bahan pendukung yang masih melakukan pemesanan ke Surabaya, kalau memungkinkan produk yang dipakai produk lokal agar dapat menekan biaya pemesanan. 4. Untuk pihak manajemen AMDK Tuah Bumi agar memikirkan atau menganalisis ulang biaya-biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi air minum dalam kemasan secara efisien dan efektif serta terus meningkatkan kualitas dalam memproduksi air minum dalam kemasan lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Kedua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima. Cetakan Ketujuh. UPP AMP Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Nafarin. 2004. Akuntansi: Pendekatan Siklus dan Pajak untuk Perusahaan Industri dan Dagang. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta. S. Munawir. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi Pertama. BPTE. Yogyakarta. Swastha, Basu. 2007. Azas-azas Marketing. Edisi Revisi. Akademi Keuangan dan Bisnis (AKB). Yogyakarta.
21