perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI KUNYIT DAN PRODUK OLAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi
NISA RUKMA TOGA I 0308110
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI KUNYIT DAN PRODUK OLAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Oleh : Nisa Rukma Toga I 0308110 Telah disidangkan di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Teknik. Pada hari : Selasa Tanggal : 11 September 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu selama penyusunan laporan skripsi ini yaitu : 1. Mama, Papa dan Mas Sopi yang selalu memberikan doa, perhatian, dukungan, dan motivasi kepada penulis. 2. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UNS. 3. Ibu Fakhrina Fahma STP, MT, selaku pembimbing akademis, pembimbing kerja praktek, pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasehat. 4. Bapak Murman Budijanto, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya. 5. Bapak Roni Zakaria, ST, MT selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penelitian ini. 6. Bapak Ilham Priadythama, ST, MT selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penelitian ini. 7. Bapak Parman, selaku ketua Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar 8. Bapak Sarwoko selaku Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki 1, terima kasih atas informasi dan data yang telah diberikan. 9. Teman-teman Gapoktan, pungky, acil, cent, rio, sony, yunan, nia, jingga, caca, terima kasih atas kebersamaan mencari data..:D 10. Ani, rina, Ellen, diandra, terimakasih atas semangaattnyaa. 11. Teman-teman TI’08 terimakasih atas persahabatan dan kekompakannya. 12. Teman-teman Kos Fanella, nana, reny, nor, laras, fatim, nestry, vika, meta, anoe dan ika, terimakasih banyak untuk kebersamaan selama ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan pertolongan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Surakarta,
September 2012
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Nisa Rukma Toga, NIM : I 0308110. PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI KUNYIT DAN PRODUK OLAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Agustus 2012. Salah satu masalah yang dihadapi petani terhadap klaster biofarmaka Karanganyar adalah masih rendahnya harga beli dari klaster. Hal ini disebabkan klaster belum menghitung secara detail biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya kunyit dan proses produksi.Oleh sebab itu perlu dilakukan pengakajian tentang penentuan harga pokok produksi untuk rimpang kunyit, simplisia kunyit dan serbuk kunyit. Sehingga klaster dapat memberikan harga yang sesuai pada produk yang dihasilkan. Penentuan harga pokok produksi ini perlu dilakukan bagi klaster agar klaster mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan selama budidaya dan proses produksi. Penelitian ini akan memberikan cara perhitungan harga pokok produksi dengan mengimplementasikan metode full costing. Dari setiap proses akan diidentifikasi biaya-biaya apa yang dikeluarkan. Selanjutnya biaya-biaya tersebut diklasifikasikan pada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Harga pokok produksi diperoleh dari penjumlahan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan bunga majemuk. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke klaster biofarmaka dan wawancara kepada Kelompok Petani Sumber Rejeki I, Ketua dan Pengurus Klaster Biofarmaka Karanganyar. Hasil perhitungan dengan metode full costing harga pokok produksi untuk rimpang kunyit sebesar Rp. 3.417,54, simplisia kunyit sebesar Rp. 37.642,40 dan serbuk kunyit sebesar Rp. 78.647,45. Dilakukan juga perhitungan harga pokok produksi dengan tidak memperhitungkan biaya sewa, biaya depresiasi, bunga majemuk. Sehingga klaster dapat memilih perhitungan mana yang sesuai dengan kondisi klaster dan kondisi pasar saat ini. Kata Kunci : harga pokok produksi, full costing, kunyit xv+80 halaman; 34 tabel; 21 gambar; daftar pustaka ; 14 (1994-2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Nisa Rukma Toga, NIM: I 0308110. DETERMINATION OF THE PRODUCTION GOODS COST OF TURMERIC AND REFINED PRODUCTS AS THE BASIS FOR THE DETERMINATION OF THE EXACT SELLING PRICE IN THE BIOFARMAKA CLUSTER KARANGANYAR REGENCY. Thesis. Surakarta: Departement of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, September 2012. One of problems faced by farmers against the biofarmaka cluster is still having low purchase price from the cluster. This is caused by cluster didn’t count the cost in detail that incurred during the cultivation of turmeric period and production process. Therefore cluster needs to determine the cost of goods production for turmeric Rhizome, turmeric powder and simplicia. So cluster can give appropriate price on products. Determination of production goods cost is needed to be done for cluster in order to know costs incurred during cultivation and production processes. This research will provide a method of calculating the production goods cost by implementing full costing method. Each processes will be identified what costs are incurred. Next incurred costs are classified as the cost of raw materials, cost of labor, and factory overhead costs. Production goods cost is obtained from the summation of raw material cost, labor cost and factory overhead costs, compound interest. Data are obatained from direct observation in biofarmaka cluster and make interview with Farmer Group Sumber Rejeki 1 , Chief and members of cluster. Results of calculation by the method of full costing cost of goods production for turmeric Rhizome is Rp. 3.417 0.66, simplisia turmeric is Rp. 37.642 .40 and turmeric powder is Rp. 78.647 .45. Calculation of production goods cost without rent cost, depreciation cost and compound interest is counted too. So, cluster can choose the calculation suits with cluster condition and market condition. Keywords : production goods cost, full costing, turmeric xv+80 pages, 34 tables, 21 images, 14 references (1994-2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH………..
iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.....................
v
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
vi
ABSTRAK...................................................................................................
viii
ABSTRACT................................................................................................
ix
DAFTAR ISI................................................................................................
x
DAFTAR TABEL........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……………..................................
I - 1
1.2 Perumusan Masalah……….................................................
I - 3
1.3 Tujuan Penelitian…..………..............................................
I - 3
1.4 Manfaat Penelitian……………..........................................
I - 4
1.5 Batasan Masalah………......................................................
I - 4
1.6 Asumsi…………………………………………………….
I - 4
1.7 Sistematika Penulisan.........................................................
I - 5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar 2.1.1 Profil Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar..
II - 1
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Kunyit……………………………………………..
II - 4
2.2.2 Karakteristik Kunyit………………………………
II - 4
2.2.3 Pembudidayaan Kunyit………………...................
II - 5
2.2.4 Panen……………………………………………...
II - 8
2.2.5 Pascapanen………………………………………..
II - 8
2.2.6 Biaya……………………………………………... commit to user
II - 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.7 Pengertian Harga Pokok Produksi………………..
II - 12
2.2.8 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi……
II - 13
2.2.9 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi……….
II - 14
2.2.10 Perbedaan Metode Full Costing dengan Metode
BAB III
Variable Costing…………………………………
II - 16
2.2.11 Depresiasi…………………………………………
II - 18
2.2.12 Perhitungan Bunga………………………………..
II - 23
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian………………………………….
III- 1
3.2 Penjelasan Tahapan Metodologi Penelitian
BAB IV
3.2.1
Tahap Awal.............................................................
III- 2
3.2.2
Pengumpulan dan Pengolahan Data………………
III- 3
3.2.3
Analisis dan Kesimpulan……….…………………
III- 8
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Proses Budidaya Kunyit..........................................
IV- 1
4.1.2 Proses Pembuatan Simplisia Kunyit........................
IV- 3
4.1.3 Proses Pembuatan Serbuk Kunyit…………………
IV- 5
4.2 Pengolahan data 4.2.1 Identifikasi Biaya………………………………….
IV- 6
4.2.2 Biaya Bahan Baku untuk Rimpang Kunyit………..
IV- 6
4.2.3 Biaya Tenaga Kerja untuk Rimpang Kunyit………
IV- 6
4.2.4 Biaya Overhead Pabrik untuk Rimpang Kunyit……
IV- 7
4.2.5 Harga Pokok Produksi Untuk Rimpang Kunyit……
IV- 10
4.2.6 Biaya Bahan Baku untuk Simplisia Kunyit………..
IV- 12
4.2.7 Biaya Tenaga Kerja untuk Simplisia Kunyit……….
IV- 12
4.2.8 Biaya Overhead Pabrik untuk Simplisia Kunyit…...
IV- 13
4.2.9 Harga Pokok Produksi Untuk Simplisia Kunyit……
IV- 20
4.2.10 Biaya Bahan Baku untuk Serbuk Kunyit………….
IV- 22
4.2.11 Biaya Tenaga Kerja untuk Serbuk Kunyit…………
IV- 22
4.2.12 Biaya Overhead Pabrik untuk Serbuk Kunyit……..
IV- 23
4.2.13 Harga Pokok Produksi Untuk Serbuk Kunyit……... commit to user
IV- 26
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 5.1 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Kunyit dan
BAB VI
Produk Olahan......................................................................
V- 1
5.2 Analisis Proporsi Biaya…………………………………….
V- 3
5.3 Analisis Sensitivitas………………………………………..
V–5
5.4 Analisis Biaya Sewa Lahan Dan Biaya Sewa Gudang…….
V–7
5.5 Analisis Biaya Depresiasi………………………………….
V–8
5.6 Analisis Bunga Majemuk…………………………………..
V–9
5.7 Analisis Harga Klaster……………………………………..
V - 11
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...........................................................................
VI- 1
6.2 Saran.....................................................................................
VI- 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Komoditas Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.........
Tabel 2.2
Perbandingan Metode Full Costing dan Variable Costing terhadap
II - 2
Laba…………………………….…………………...................
II - 17
Tabel 3.1
Biaya Bahan Baku …………………………...……..................
III - 3
Tabel 3.2
Biaya Tenaga Kerja …………………………………………….
III- 4
Tabel 3.3
Biaya Overhead Pabrik…………..……………………………..
III - 5
Tabel 3.4
Perhitungan
Harga
Pokok
Produksi
untuk
Rimpang
Kunyit........................................................................................ Tabel 3.5
Perhitungan
Harga
Pokok
Produksi
untuk
Simplisia
Kunyit.......................................................................................... Tabel 3.6
Perhitungan
Harga
Pokok
Produksi
untuk
III - 7
III - 8
Serbuk
Kunyit........................................................................................
III - 8
Tabel 4.1
Total Biaya Bahan Baku untuk Kunyit.…………...…………...
IV - 6
Tabel 4.2
Biaya Tenaga Kerja untuk Kunyit…….…………...…………..
IV- 7
Tabel 4.3
Biaya Overhead Lahan untuk Budidaya Kunyit…….…………
IV- 10
Tabel 4.4
Harga Pokok Produksi untuk Rimpang Kunyit………………..
IV - 11
Tabel 4.5
Prosentase Biaya pada Proses Budidaya Kunyit……………….
IV - 11
Tabel 4.6
Perubahan Biaya pada Budidaya Rimpang…………………….
IV - 12
Tabel 4.7
Total Biaya Bahan Baku untuk Simplisia Kunyit.…………….
IV - 12
Tabel 4.8
Biaya Tenaga Kerja untuk Simplisia Kunyit…….……………
IV - 13
Tabel 4.9
Biaya Overhead Pabrik untuk Simplisia Kunyit…….………..
IV - 20
Tabel 4.10 Harga Pokok Produksi untuk Simplisia Kunyit……………….
IV - 21
Tabel 4.11 Prosentase
Biaya
pada
Proses
Produksi
Simplisia
Kunyit…………… …………………………………………… Tabel 4.12 Perubahan
Biaya
pada
Proses
Produksi
IV - 21
Simplisia
Kunyit………………………………………………………….
IV - 22
Tabel 4.13 Total Biaya Bahan Baku untuk Serbuk Kunyit.………………
IV- 22
Tabel 4.14 Biaya Tenaga Kerja untuk Serbuk Kunyit…….………………
IV - 23
Tabel 4.15 Biaya Overhead Pabrik untuk Serbuk Kunyit…….………….
IV - 25
commit to Serbuk user Kunyit………………… Tabel 4.16 Harga Pokok Produksi untuk
IV - 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.17 Prosentase Biaya pada Proses Produksi Serbuk Kunyit…………. Tabel 4.18 Perubahan
Biaya
pada
Proses
Produksi
IV - 26
Serbuk
Kunyit……………………………………………………………… IV - 27 Tabel 5.1
Perbandingan Harga Jual Klaster terhadap Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan metode Full Costing……………………...
Tabel 5.2
V - 1
Perbandingan Harga Jual Klaster terhadap Harga Jual dengan metode Full Costing……………………..........................................
V - 2
Tabel 5.3
Harga Pokok Produksi tanpa Biaya Sewa Lahan…………………..
V - 7
Tabel 5.4
Harga Pokok Produksi tanpa Biaya Sewa Gudang….……………..
V - 8
Tabel 5.5
Perbandingan
Harga
Pokok
Produksi
terhadap
Bunga
Majemuk………………………………………..………………….. V - 10 Tabel 5.6
Harga Pokok Produksi tanpa Bunga Majemuk, Biaya Sewa Lahan dan Biaya Sewa Gudang……………………….…………………..
V - 10
Tabel 5.7
Perubahan Harga Bahan Baku terhadap Harga Pokok Produksi…..
V - 11
Tabel 5.8
Perubahan Harga Pokok Produksi tanpa Bunga Majemuk………...
V - 11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Struktur Organisasi Klaster Biofarmaka………............……...
II - 3
Gambar 2.2
Rimpang kunyit…………....………………………..........
II - 4
Gambar 2.3
Rimpang Kunyit…………….. …………….....................
II - 6
Gambar 3.1
Metodologi Penelitian……………………………………. III - 1
Gambar 4.1
Proses Budidaya Kunyit………………………………….
IV - 1
Gambar 4.2
Proses Pembuatan Simplisia Kunyit …………….……....
IV - 4
Gambar 4.3
Proses Pembuatan Serbuk Kunyit………………………..
IV - 5
Gambar 4.4
Keranjang…………………………………………………
IV - 8
Gambar 4.5
Karung……………………………………………………
IV - 9
Gambar 4.6
Ember…………………………………………………….
IV - 14
Gambar 4.7
Mesin Perajang…………………………………………..
IV - 15
Gambar 4.8
Perajang Manual………………………………………….
IV - 16
Gambar 4.9
Widik……………………………………………………..
IV - 17
Gambar4.10
Sealer……………………………………………………..
IV - 18
Gambar4.11
Mesin Penggiling…………………………………………
IV - 23
Gambar 5.1
Proporsi Biaya untuk Budidaya Rimpang Kunyit……….
V - 3
Gambar 5.2
Proporsi Biaya untuk Produksi Simplisia Kunyit……….
V - 4
Gambar 5.3
Proporsi Biaya untuk Produksi Serbuk Kunyit………….
V - 4
Gambar 5.4
Grafik Perubahan Biaya terhadap Harga Pokok Produksi Rimpang Kunyit…………………………………………
Gambar 5.5
Grafik Perubahan Biaya terhadap Harga Pokok Produksi Simplisia Kunyit…………………………………………
Gambar 5.6
V - 5
V - 6
Grafik Perubahan Biaya terhadap Harga Pokok Produksi Serbuk Kunyit…………………………………………
commit to user
V - 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Salah satu sektor usaha pertanian yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan
di
Kabupaten
Karanganyar
adalah
tanaman
obat-obatan
(biofarmaka). Ada banyak jenis tanaman obat di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan berpotensi untuk meningkatkan nilai perdagangan tanaman biofarmaka. Potensi yang tinggi ini tidak sekedar sebagai jamu, tetapi juga menjadi bahan makanan dan kosmetika. Pengembangan produk biofarmaka ini dapat meningkatkan nilai tambah melalui diversifikasi produk primer (rimpang) menjadi produk sekunder (simplisia, ekstrak). Pengolahan rimpang menjadi simplisia mempunyai nilai tambah sebesar 7–15 kali (Departemen Pertanian, 2007). Namun cara meningkatkan nilai tambah ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh petani. Hal ini disebabkan lemahnya sumber daya manusia, ketidakpastian pasar bagi produk tanaman obat yang dihasilkan, lemahnya modal dan daya tawar petani (bargain power) untuk menjual hasil panennya dengan harga yang tinggi. Berdasar pada lemahnya modal dan daya tawar petani, pemerintah melalui dinas terkait dapat memberikan program terpadu dari hulu hingga hilir untuk pengembangan tanaman obat dan adanya koordinasi antara petani, pemerintah, litbang dan swasta, sehingga produk biofarmaka ini bernilai tinggi seiring dengan meningkatnya permintaan produk biofarmaka. Untuk membantu pengembangan produk biofarmaka, pemerintah Kabupaten Karanganyar membentuk Klaster biofarmaka yang terletak di desa Sambirejo Kecamatan Jumantono. Klaster ini bertujuan untuk menghimpun kelompokkelompok tani tanaman obat agar bersatu, guyub dan akhirnya mempunyai nilai tawar dan nilai tambah dalam usahanya. Dengan adanya klaster sebagai lembaga usaha yang mewakili para petani untuk memotong rantai birokrasi penyaluran distribusi yang sebelumnya harus melalui beberapa tahapan pedagang perantara (tengkulak) yang dinilai tidak efektif dan berpotensi mengurangi pendapatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
petani. Melalui klaster petani dapat langsung berbisinis dengan industri jamu, dimana klaster telah bekerja sama dengan PT. Sido Muncul. Dengan adanya kerja sama antara klaster dengan industri jamu, klaster mempunyai potensi yang lebih untuk menjual hasil panen para petani ke industri jamu. Namun untuk saat ini para petani dan kelompok tani belum sepenuhnya menjual hasil panen kepada klaster karena klaster memberikan harga yang lebih murah dari pada harga tengkulak. Saat ini untuk rimpang kunyit harga beli dari tengkulak berkisar antara Rp. 2500,-/Kg - Rp. 3000,-/Kg. Sedangkan harga dari klaster hanya sebesar Rp. 2000/Kg. Rendahnya harga yang diberikan oleh klaster ini dapat mengurangi pendapatan panen para petani. Dengan kondisi seperti ini baik petani maupun klaster dapat menghitung dengan detail biaya-biaya yang dikeluarkan saat proses budidaya dan proses produksi. Selain itu, petani dan klaster mempunyai dasar perhitungan bagi harga produksinya. Petani dan klaster mengetahui tahapan ataupun komponen biaya produksi yang secara signifikan mempengaruhi harga pokok produksi. Sehingga klaster dan petani dapat mewujudkan tujuan dari klaster agar bersatu, guyub dan akhirnya mempunyai nilai tawar dan nilai tambah dalam usahanya, dan petani mengetahui produk apa yang potensial dalam pasar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengakajian tentang penentuan harga pokok produksi untuk rimpang kunyit, simplisia kunyit dan serbuk kunyit. Penentuan harga pokok produksi ini perlu dilakukan bagi klaster agar klaster mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan selama budidaya dan proses produksi. Sehingga klaster dapat memberikan harga yang sesuai kepada petani. Harga pokok produksi merupakan keseluruhan biaya produksi yang terserap ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan perusahaan. Secara umum biaya produksi dibagi menjadi tiga elemen yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya produksi lainnya (biaya overhead pabrik). Untuk itu pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi yang dihasilkan perusahaan (Wahyuningsih, 2009). Metode-metode yang dapat digunakan untuk penetapan harga pokok produksi yaitu Variable costing, Full costing dan Activity Based Costing. Pada penelitian
ini
penetapan
harga commitpokok to user produksi
ditentukan
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengimplementasikan metode Full Costing. Full cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai diproses sampai produk jadi siap untuk dijual. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode ini memiliki keuntungan pada pengalokasian biaya-biaya yang dikeluarkan yang dapat dijelaskan dengan lebih detail ke setiap produk yang dihasilkan. Pada metode ini titik berat fase penentuan harga pokok hanya pada fase produksi saja (Nafarin, 2007).
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah bagaimana menentukan harga pokok produksi untuk rimpang kunyit, simplisia kunyit dan serbuk kunyit pada Klaster Biofarmaka dengan menggunakan metode Full Costing.
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan
harga pokok produksi untuk rimpang kunyit, simplisia kunyit dan serbuk kunyit pada Klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan metode Full Costing.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil
dari
penelitian
ini
diharapkan
bermanfaat
untuk
dapat
diimplementasikan dan atau dapat dijadikan pertimbangan bagi klaster dalam menentukan standar harga. Selain itu, penelitian ini juga memberikan pedoman pada klaster biofarmaka dalam menentukan harga pokok produksi untuk rimpang kunyit, simplisia kunyit dan serbuk kunyit.
1.5
Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1.
Penetapan harga pokok produksi pada rimpang kunyit, simplisia kunyit dan serbuk kunyit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Perhitungan harga pokok produksi rimpang kunyit dihitung pada luas tanah 1000 m2.
3.
Perhitungan harga pokok produksi simplisia kunyit dihitung berdasarkan penggunaan bahan baku rimpang kunyit sebanyak 100 Kg.
4.
Perhitungan harga pokok produksi serbuk kunyit dengan menggunakan simplisia 50 Kg.
5.
Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari - April 2012.
1.6
Asumsi Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah harga pasar yang berlaku
saat ini diperoleh berdasarkan wawancara.
1.7
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang mengenai permasalahan yang akan dibahas, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dan batasan masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Berisikan landasan teori yang merupakan penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang digunakan, sebagai landasan pemecahan masalah, serta memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan oleh Penulis sebagai kerangka pemecahan masalah. Tinjauan pustaka ini diambil dari berbagai sumber.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flowchart dan tiap tahapnya diberi penjelasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah dan cara pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil pengolahan data sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saransaran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1
Gambaran Umum Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar Profil Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar Klaster biofarmaka merupakan merupakan salah satu sentra tanaman
biofarmaka di Jawa Tengah yang menyediakan bahan baku jamu tradisional yang jumlahnya melimpah. Tanaman biofarmaka ini dapat tumbuh baik secara alami maupun dibudidayakan oleh para petani baik perorangan maupun kelompok. Menurut data dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan, Kabupaten Karanganyar memiliki luas lahan tanaman obat-obatan sekitar 200 Ha. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan potensi biofarmaka yang cukup besar Pemerintah Kabupaten Karanganyar membentuk klaster biofarmaka yang didirikan pada bulan Maret 2011. Klaster ini beranggotakan dari gabungan beberapa kelompok tani tanaman obat di Kabupaten Karanganyar antara lain: 1. Kelompok Tani Sumber Rejeki I dari Kecamatan Jumantono. 2. Kelompok Tani Madu Asri II dari Kecamatan Ngargoyoso. 3. Kelompok Tani Kridotani dari Kecamatan Kerjo. 4. Kelompok Tani Aneka Karya Lestari dari Kecamatan Mojogedang. 5. Kelompok Tani Trisno Asih dari Kecamatan Jumapolo. 6. Kelompok Tani Sedyo Tekad dari Kecamatan Jatipuro. 7. Kelompok Tani Ngudi Mulyo dari Kecamatan Kerjo. 8. Kelompok Tani Tani Waras dari Kecamatan Jatipuro 9. Kelompok Tani Ngudi Makmur I dari Kecamatan Jumantono. 10. Kelompok Tani Kismo Mulyo dari Kecamatan Jumapolo. Jumlah anggota Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar 400 petani dengan luas area ± 270 Ha. Komoditas yang dihasilkan adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1. Komoditas Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar No
JENIS KOMODITAS
LUAS (Ha)
JUMLAH PRODUKSI (Kg)
1.
Jahe
77,65
544.000
2.
Kunyit
94
940.000
3.
Kencur
16,60
93.000
4.
Temulawak
39,25
365.700
5.
Lengkuas
31,30
287.000
6.
Kunyit rasamangga
5
45.000
7.
Kunir putih
3
38.000
8.
Bengkle
5
30.000
9.
Temukunci
5
30.000
10. Temuireng
3
18.000
Sumber : Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar, 2012.
Visi dari klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah mewujudkan Kabupaten Karanganyar sebagai sentra biofarmaka di Indonesia. Misi dari klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan luas lahan, ketrampilan budi daya toga, dan kualitas produksi. 2. Kerjasama dengan pemerintah dan pelaku pasar serta pengembangan usaha berbasis teknologi dan pemberdayaan masyarakat. Struktur organisasi klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada gambar 2.1. Adapun tugas, wewenang, serta tanggung jawab pada setiap struktur organisasi klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut: 1. Ketua a. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang ada di klaster. b. Mengkoordinir semua kelompok tani yang menjadi anggota klaster. c. Menyelesaikan dan mencari solusi atas semua permasalahan yang terjadi dari hulu ke hilir yang meliputi budidaya, panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran, permodalan, serta sarana dan prasarana yang dapat menunjang produktivitas klaster. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketua
Wakil Ketua I
Sekretaris
Wakil Ketua II
Wakil Sekretaris
Produksi Usaha
Usaha
Bendahara
Pengolahan dan Pemasaran
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Klaster Biofarmaka Sumber: Klaster Biofarmaka, 2012
2. Wakil Ketua I dan II Membantu kerja ketua untuk mengkoordinir semua kegiatan yang ada di klaster. 3. Sekretaris Mencatat dan melaporkan semua kegiatan dari hulu ke hilir berdasarkan laporan dari tupoksi (tugas pokok dan fungsi) terkait kegiatan. 4. Wakil Sekretaris Membantu kerja sekretaris dalam hal kearsipan laporan semua kegiatan yang dilaksanakan di klaster. 5. Bendahara Mencatat semua pengeluaran yang berkaitan dengan keuangan termasuk permodalan. 6. Produksi Usaha Menkoordinir semua kegiatan yang terkait dengan budidaya dan pengolahan. 7. Pengolahan dan Pemasaran Mengkoordinir dan memfasilitasi semua kegiatan yang terkait dengan pemasaran. 8. Usaha Membantu kelancaran kegiatan setiap unit usaha yang terdapat di klaster. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Kunyit Kunyit merupakan
tanaman obat
berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.
Gambar 2.2 Rimpang Kunyit Sumber: buyadana.wordpress.com, 2012
2.2.2 Karakteristik Kunyit Tanaman kunyit merupakan tanaman berbentuk rumpun yang tumbuh secara berkelompok. Memiliki batang semu yang tegak berbentuk bulat dan menyimpan banyak air di dalamnya. Batang semu ini berwarna hijau kekuningan dan terdiri dari beberapa pelepah daun. Tinggi batang tanaman kunyit berkisar antara 75-100 cm. Daun tanaman kunyit berbentuk lanset (bulat telur) dengan panjang 10-40 cm dan lebar 8-13 cm. Tulang daun menyirip, berwarna hijau pucat dengan bagian ujung dan pangkal daun meruncing dan tepi daun rata. Satu tanaman kunyit biasanya terdiri dari 6-10 lembar daun yang tersusun secara berselangseling.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rimpang kunyit terdiri dari rimpang utama (ibu kunyit) dan rimpang cabang (tunas). Tunas tumbuh pada rimpang utama ke arah samping, mendatar atau melengkung. Tunas berbuku-buku pendek dan biasanya berjumlah banyak. Tunas berkembang terus menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang semu sehingga menjadi rumpun tanaman kunyit. Panjang rimpang bisa mencapai 20 cm dengan ketebalan 1,5 - 4 cm. Kulit rimpang berwarna coklat hitam, daging rimpang berwarna kuning sampai jingga kemerahan. Rimpang kunyit mengandung banyak senyawa yang berkhasiat sebagai obat. Senyawa-senyawa yang terdapat pada kunyit antara lain adalah kurkumin yang memiliki
sifat
antioksidan
dan
antitumor;
desmetoksikumin
10%
dan
bisdesmetoksikurkumin 1-5% yang memberi warna kuning yang khas pada kunyit; dan minyak atsiri yang terdiri dari: keton sequiterpen, turmeron, tumeon 60%, zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol, dan sineil. Minyak atsiri memberikan aroma pedas yang lembut yang khas pada kunyit. Kandungan nutrisi pada kunyit melingkupi lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45 – 55%, dan mineral seperti zat besi, fosfor dan kalsium. 2.2.3 Pembudidayaan Kunyit 1.
Pembibitan dan Pemilihan Bibit Untuk mendapatkan tanaman kunyit yang baik dibutuhkan bibit yang baik,
berasal dari pemecahan rimpang agar lebih mudah tumbuh. Bibit kunyit yang baik memiliki persyaratan sebagai berikut : berasal dari tanaman kunyit yang sehat, tumbuh subur, berdaun banyak dan hijau; cukup umur (berasal dari rimpang dengan usia lebih dari 7 - 12 bulan); bentuk, ukuran dan warna yang seragam; kadar airnya cukup; telah mengalami masa istirahat (domansi) yang cukup; terhindar dari bahan asing, seperti kerikil dan biji tanaman lain. Bibit dapat berasal dari rimpang utama dan rimpang cabang. Jika bibit yang akan digunakan berasal dari rimpang cabang, maka yang digunakan adalah yang mempunyai berat 20 – 30 gr, maksimum memiliki 13 mata tunas, dan panjang 3 7cm. Rimpang yang digunakan untuk bibit adalah yang telah dipanen minimal 11 - 12 bulan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 Rimpang Kunyit Sumber: http://tanamanherbal.info, 2012
2.
Penyemaian Penyemaian bertujuan untuk menumbuhkan tunas pada bibit agar
pemanenan dapat dilakukan secara serentak. Cara menyemaikan bibit kunyit adalah dengan menebarkan rimpang pada jerami atau alang-alang tipis dan mengangin-anginkannya di tempat yang teduh selama 1 - 1,5 bulan dan menyiramnya setiap hari. Bibit akan bertunas dengan baik jika disimpan dalam suhu 25 – 28oC. Apabila tunas sudah tumbuh dengan tinggi sekitar 2 – 3 cm, berarti benih sudah siap ditanam. Sebelum ditanam, benih direndam dalam larutan bakterisida selama 10 jam untuk mencegah infeksi bakteri dan dikeringkan dulu. 3.
Penyiapan media tanam dan lahan Lokasi penanaman dapat berupa lahan perkebunan, tegalan, maupun
pekarangan. Persiapan lahan hendaknya dilakukan 30 hari sebelum penanaman, yaitu dengan menggaru atau mencangkul lahan sedalam 30 cm agar gembur, membersihkannya dari ranting-ranting dan gulma serta sisa-sisa tanaman lain. Setelah itu, untuk mengeluarkan gas-gas beracun dari dalam tanah dan mematikan hama dan penyakit, lahan didiamkan selama 1 - 2 minggu. Untuk mempertahankan kesuburan tanah dan meningkatkan unsur hara dalam tanah, dilakukan pemberian pupuk kandang sebanyak 2,5 – 3 Kg per lubang tanam. Lahan kemudian dibiarkan selama 1 minggu sebelum ditanam. 4.
Penanaman Bibit kunyit ditanam dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke
atas. Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatic sebanyak 1 ml/L pada media dengan mulsa membantu pertumbuhan dan vegetatif kunyit, penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (Indobutryc Acid) sebanyak 200 commitpembentukan to user mg/L pada media yang sama membantu rimpang kunyit.
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Pemeliharaan Selama pertumbuhan tanaman kunyit diperlukan pemeliharaan yang
mencakup penyulaman (mengganti bibit yang sakit/mati dengan bibit yang sehat), penyiangan (menghilangkan gulma yang mengganggu, pertama kali dilakukan saat tanaman berumur 15 hari dan dilakukan 3 - 5 kali bersama penggemburan tanah), dan pembubunan (menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah, dilakukan setelah penyiangan, rutin 3 - 4 kali seminggu). Tanaman kunyit termasuk tanaman yang tidak tahan air, kecuali saat masih berumur muda. Maka untuk menghindari kerusakan yang diakibatkan oleh air yang terlalu banyak, drainase yang baik untuk melancarkan dan mengatur aliran air perlu diperhatikan.
2.2.4 Panen 1.
Masa siap panen Saat panen yang optimal adalah pada saat tanaman kunyit berumur 11 - 12
bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Ciri-ciri dari kunyit siap panen adalah pada saat berhentinya pertumbuhan vegetatif seperti tanaman tampak layu, terutama pada daun dan batangnya. 2.
Cara memanen Sebelum memanen, batang dan daun tanaman kunyit dibuang terlebih
dahulu. Kemudian rimpang dibongkar dari dalam tanah dengan menggunakan cangkul atau garpu dan dibersihkan dari tanah yang melekat. Hasil panen dimasukkan ke dalam karung agar tidak rusak. 2.2.5 Pascapanen 1.
Penyortiran dan Pencucian Rimpang kunyit yang telah dipanen dicuci dengan air bersih untuk
memisahkan dari kotoran, jika perlu pencucian dilakukan dengan air bertekanan tinggi. Namun pencucian tidak boleh terlalu lama karena akan menghilangkan senyawa aktif yang ada pada kunyit. Waktu pencucian yang paling efektif adalah antara 5 sampai 10 menit. Setelah dicuci, kunyit kemudian ditiriskan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Perajangan Perajangan dilakukan bila diperlukan. Perajangan rimpang kunyit dilakukan
dengan ketebalan sekitar 3 - 4 mm. Kunyit yang telah dirajang kemudian ditimbang dengan teliti. 3.
Pengeringan Pada pengeringan dengan cara penjemuran, rimpang kunyit disimpan di alas
yang bersih dan tidak saling menumpuk. Penjemuran dilakukan selama 3 - 5 hari, setiap 4 jam dibolak-balik agar pengeringan merata. Rimpang harus dijemur dalam lingkungan yang bersih. Pada pengeringan dengan oven, rimpang ditaruh di atas loyang dengan rapi tak menumpuk dan dipanaskan pada suhu 50 - 600C. Kadar air maksimal setelah pengeringan adalah 8% dan setelah dikeringkan rimpang kunyit ditimbang kembali. 4.
Penyortiran kering Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan rimpang kunyit dengan kotoran-
kotoran. Penyortiran ini juga dilakukan berdasarkan besar rimpang. 5.
Pengemasan Rimpang kunyit yang telah dikeringkan dikemas dalam kemasan plastik
yang baru, bersih dan kedap udara. Pada setiap plastik hendaknya disertai data nama bahan, bagian dari tanaman bahan, kode produksi, nama dan alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanan. 6.
Penyimpanan Suhu yang tepat untuk menyimpan rimpang kunyit pascapanen adalah 300C.
Gudang penyimpanannya adalah harus memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang baik, namun tidak terlalu lembab, bersih dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung. 2.2.6 Biaya A.
Pengertian Menurut Mardiasmo (1994), biaya dalam arti luas adalah penggunaan
sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk obyek atau tujuan tertentu. Biaya dapat diklasifikasikan sesuai dengan tujuan pengguna informasi biaya. Sehingga informasi biaya harus disesuaikancommit dengantotujuan user penggunaan informasi biaya oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemakainya, yang dikenal dengan konsep “different classification of costs for different purpose”. Biaya adalah mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan umtuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk, biaya menunjukkan ukuran moneter sumber daya yang digunakan, seperti bahan, tenaga kerja dan overhead (Rayburn, 1999). B.
Penggolongan biaya Penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas
keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting. Pada perusahaan penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan atau aktivitas perusahaan. Fungsi pokok dari kegiatan perusahaanperusahaan dapat digolongkan ke dalam : 1. Fungsi produksi, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk dijual. 2. Fungsi pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penjualan produk selesai yang siap dijual dengan cara yang memuaskan pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai yang diinginkan perusahaan sampai dengan pengumpulan kas dari hasil penjualan. 3. Fungsi administrasi dan umum, adalah fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijaksanaan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien). 4. Fungsi keuangan (financial), yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau penyediaan dana yang diperlukan perusahaan. Atas dasar fungsi tersebut, biaya dapat dikelompokkan menjadi : a. Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam : 1) Biaya bahan baku Bahan baku dapat digolongkan ke dalam bahan baku (direct material) dan bahan penolong atau bahan commitpembantu to user (indirect material). Bahan baku
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai dan pemakaiannya dapat diidentifikasikan. Bahan penolong adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai tetapi pemakainnya tidak dapat diikuti jejak atau manfaatnya pada produk selesai tertentu, atau nilainya relatif kecil sehingga meskipun dapat diikuti jejak pemakaiannya menjadi tidak praktis atau tidak bermanfaat. Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk. Biaya bahan penolong adalah harga perolehan bahan penolong yang dipakai di dalam pengolahan produk. Dalam menghitung harga pokok produk, biaya bahan penolong diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik. 2) Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja digolongkan pada biaya tenaga kerja langsung (direct labour) dan biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labour). Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang diberikan kepada kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasi
pada produk
tertentu yang dihasilkan perusahaan. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang diberikan kepada kepada karyawan pabrik, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasi
pada produk tertentu yang
dihasilkan perusahaan. Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan. Sesuai dengan fungsi dimana karyawan bekerja, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum. 3) Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang elemennya dapat digolongkan ke dalam biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan, biaya reparasi, biaya listrik, biaya air, biaya asuransi, dan biaya overhead lain-lain. b. Biaya pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk selesai sampai dengan pengumpulan pihutang commit to user menjadi kas. Biaya ini meliputi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
biaya untuk melaksanakan fungsi penjualan, fungsi pergudangan produk selesai, fungsi pengepakan dan pengiriman, fungsi adpertensi, fungsi pemberian kredit dan pengumpulan pihutang, fungsi pembuatan faktur atau administrasi penjualan. c. Biaya administrasi dan umum, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan
kebijaksanaan,
pengarahan
dan
pengawasan
kegiatan
perusahaan secara keseluruhan. 2.2.7 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi (cost of good manufactured) adalah semua biaya yang digunakan untuk membuat satu unit barang jadi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. Manfaat mengetahui harga pokok produksi adalah: 1. Untuk menghitung nilai persediaan barang jadi. 2. Untuk menghitung harga pokok penjualan. 3. Untuk dasar menentukan harga jual. 4. Untuk menentukan penawaran harga jual suatu kontrak penjualan. 5. Untuk memenangkan persaingan di pasar. Menurut Mulyadi (2000) harga pokok merupakan pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, selain itu harga pokok juga digunakan untuk menunjukkan pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Namun karena pembuatan produk tersebut bertujuan mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi aktiva lain (persediaan produk jadi), maka pengorbanan bahan baku tersebut, yang berupa biaya bahan baku, akan membentuk harga pokok produksi. Setiap perusahaan yang dilakukan penghitungan harga pokok produk mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Adapun tujuan dari penghitungan harga pokok produk adalah: 1. Untuk memberikan bantuan guna mendekati harga yang dapat dicapai. 2. Untuk menilai harga-harga yang dapat dicapai atau ditawarkan dari pendirian ekonomi perusahaan itu sendiri. 3. Untuk menilai penghematan dari prosestoproduksi. commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Untuk menilai barang yang masih dikerjakan. 5. Untuk penetapan yang terus-menerus dan anlisis dari hasil perusahaan. 2.2.8 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Metode pengumpulan harga pokok dapat dikelompokkan menjadi dua metode yaitu metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses. Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai yang mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang digunakan. a.
Metode harga pokok pesanan (job order cost method) Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan. Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari langganan/pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order), yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. Atas dasar pesanan penjualan akan dibuat perintah produksi untuk melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli. Dapat disimpulkan bahwa tujuan produksi untuk melayani pesanan dan sifat produksinya akan terputus-putus, selesai diolah pesanan yang satu dilanjutkan pengolahan pesanan yang lain. b.
Metode harga pokok proses Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu. Pada metode harga pokok proses perusahaan menghasilkan produk yang homogen, bentuk produk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli. Kegiatan produksi perusahaan ditentukan oleh budget produksi atau jadwal produksi untuk satuan waktu tertentu yang sekaligus dipakai dasar oleh bagian produksi untuk melaksanakan produksi. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan dijual kepada pembeli, oleh karena itu sifat produk homogeny dan bentuknya standar maka kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara kontinyu. Jumlah total biaya pada harga pokok proses dihitung setiap akhir periode dengan menjumlah semua elemen biaya yang dipakai produk dalam satuan waktu tertentu. commit to userUntuk menghitung biaya, jumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
total biaya produksi pada satuan waktu tertentu dibagi jumlah produk yang dihasilkan pada satuan waktu yang sama. 2.2.9 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi dengan tujuan untuk melakukan penilaian persediaan dan penentuan harga pokok penjualan. Dua pendekatan itu yaitu absorption costing atau disebut juga full costing dan variable costing atau juga sering disebut direct costing atau marginal costing (Garrison, 2000). Dua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Absorption Costing (Full Costing) Absorption costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga
pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode absorption costing terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik tetap dan variabel. Karena absorption costing meliputi seluruh biaya produksi sebagai harga pokok, metode ini juga disebut metode full costing. Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Metode ini menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persedian) sebelum persediaan tersebut dijual. Absorption costing (full costing) Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx +
Total biaya produksi variabel Biaya overhead tetap Harga produk per unit
xxx xxx + xxx
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Variable Costing Dengan menggunakan
variable costing, hanya biaya produksi yang
berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga pokok. Pada umumnya terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variabel. Variable costing juga sering disebut direct costing atau marginal costing. Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai elemen harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Variable costing Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx +
Harga produk per unit
xxx
2.2.10 Perbedaan metode Full costing dengan metode Variable costing 1.
Ditinjau dari Sudut Penyajian Laporan Laba Rugi Perbedaan pokok antara metode full costing dengan variable costing adalah
terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian elemen-elemen biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Sedangkan metode variable costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 2.
Perbandingan dampak metode full costing dan variable costing terhadap laba
( Garrison, 2000 ), dapat dilihat pada tabel 2.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.2. Perbandingan metode full costing dan variable costing terhadap laba Hubungan antara produksi Dampak terhadap Hubungan antara laba dengan dan penjualan
persediaan
metode
full
costing
dan
variable costing Produksi = Penjualan
Tidak
ada Laba bersih full costing = laba
perubahan
bersih variable costing
persediaan Produksi > Penjualan
Produksi < Penjualan
Persediaan
Laba bersih full costing > laba
meningkat
bersih variable costing
Persediaan
Laba bersih full costing < laba
menurun
bersih variable costing
Dari tabel perbandingan dampak metode full costing dan variable costing terhadap laba dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Pada saat produksi dan penjualan sama, laba bersih yang dihasilkan sama
tanpa dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Dengan menggunakan
full
costing, seluruh biaya overhead pabrik tetap dibebankan ke unit produk sebagai bagian dari harga pokok penjualan. Oleh karenanya dengan metode manapun, jika produksi sama dengan penjualan (tidak ada perubahan dalam persediaan), seluruh biaya overhead pabrik tetap yang terjadi pada tahun tersebut akan dimasukkan dalam laporan laba rugi sebagai beban, sehingga laba bersih dengan kedua metode tersebut hasilnya sama. b.
Pada saat produksi melebihi penjualan, laba bersih yang dilaporkan dengan
menggunakan full costing biasanya lebih tinggi daripada laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan variable costing. Hal ini terjadi karena dengan menggunakan full costing, sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode tersebut ditangguhkan dalam persediaan. Dengan menggunakan variable costing, seluruh biaya overhead pabrik tetap akan dibebankan langsung sebagai pengurang pendapatan pada periode tersebut. c.
Pada saat produksi lebih rendah daripada penjualan, laba bersih yang
dilaporkan dengan metode full costing lebih rendah daripada laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan metode variable costing. Hal ini terjadi karena user ada persediaan yang diterima daricommit tahun to sebelumnya dan biaya overhead pabrik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tetap yang sebelumnya ditangguhkan dalam persediaan berdasarkan metode full costing dikeluarkan dan ditandingkan dengan pendapatan. d.
Setelah beberapa periode, laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan
metode full costing dan variable costing akan cenderung sama. Alasannya adalah bahwa dalam jangka panjang, penjualan tidak mungkin melebihi produksi ataupun produksi melebihi penjualan. Dalam jangka pendek, laba rugi akan cenderung berbeda. 2.2.11 Depresiasi Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu properti atau aset karena waktu dan pemakaian. Depresiasi pada suatu properti atau aset biasanya disebabkan karena satu atau lebih faktor-faktor berikut : 1.
Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut.
2.
Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar.
3.
Penurunan kebutuhan produksi atau jasa.
4.
Properti atau aset tersebut menjadi usang karena adanya perkembangan teknologi.
5.
Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik dengan ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih memadai.
Besarnya depresiasi tahunan yang dikenakan pada suatu properti akan tergantung pada beberapa hal yaitu ongkos investasi dari properti tersebut, tanggal pemakaian awalnya, estimasi masa pakainya, nilai sisa yang ditetapkan, dan metode depresiasi yang digunakan. Banyak metode yang bisa dipakai untuk menentukan beban depresiasi tahunan dari suatu aset. Diantara metode-metode tersebut, yang sering dipakai adalah : 1.
Metode Garis Lurus (Straight Line atau SL) Metode garis lurus didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu
aset secara linier (proporsional) terhadap waktu atau umur dari aset tersebut. Besarnya depresiasi tiap tahun dengan metode SL dihitung berdasarkan : Dt 愨
dimana :
……………………………………………………………..2.1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dt = besarnya depresiasi pada tahun ke-t P
= ongkos awal dari aset yang bersangkutan
S
= nilai sisa dari aset tersebut
N
= masa pakai (umur) dari aset tersebut dinyatakan dalam tahun.
Karena aset didepresiasi dengan jumlah yang sama tiap tahun maka aset tersebut dikurangi dengan besarnya depresiasi tahunan dikalikan t, atau : BVt = P – t.Dt t …………………………………………………….2.2
=P-
Tingkat depresiasi (rate of depreciation), d, adalah bagian dari P – S yang didepresiasi tiap tahun. Untuk metode SL, tingkat depresiasi adalah :
2.
Ƽ愨
……………………………………………………………….2.3
Metode Jumlah Digit Tahun (SOYD) Metode jumlah digit tahun (SOYD) adalah salah satu metode yang
dirancang untuk membebankan depresiasi lebih besar pada tahun-tahun awal dan semakin kecil untuk tahun-tahun berikutnya. Ini berarti metode SOYD membebankan depresiasi yang lebih cepat dari metode SL. Cara perhitungan depresiasi dengan metode SOYD dimulai dengan jumlah digit tahun dari 1 sampai N. Angka yang diperoleh dinamakan jumlah digit tahun (SOYD). Besarnya depresiasi tiap tahun diperoleh dengan mengalikan ongkos awal dikurangi nilai sisa (P – S) dari aset tersebut dengan rasio antara jumlah tahun sisa umur aset terhadap nilai SOYD. Secara sistematis besarnya depresiasi tiap tahun dapat ditulis : Dt 愨
P P)
愨
dimana : D
)P d
d
9
彠4Bl彠t 嶈
嶈h 4bh嶈b tbt嶈
, e 愨 1,2, … … ,
…………………………………2.4
= beban depresiasi pada tahun ke-t
SOYD = jumlah digit tahun dari 1 sampai N Besarnya SOYD dari suatu aset yang umurnya N tahun adalah : SOYD = 1+2+3+……..+(N-1)+N =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tingkat depresiasi akan menurun tiap tahun. Tingkat depresiasi yang terjadi pada tahun ke-t, dt, dihitung dari rumus : dt =
d
……………………………………………………………….2.5
dimana nilai ini sebenarnya adalah faktor pengali dari (P-S) untuk mendapatkan besarnya depresiasi pada suatu saat. Semakin besar t maka dt akan semakin kecil sehingga beban depresiasi juga semakin menurun dengan bertambahnya umur saat. 3.
Metode keseimbangan menurun (DB) Metode keseimbangan menurun juga menyusutkan nilai suatu aset lebih
cepat pada tahun-tahun awal dan secara progresif menurun pada tahun-tahun selanjutnya. Metode ini bisa dipakai bila umur aset lebih dari 3 tahun. Besarnya depresiasi pada tahun tertentu dihitung dengan mengalikan suatu presentase tetap dari nilai buku aset tersebut pada akhir tahun sebelumnya. Dengan demikian maka besarnya beban depresiasi pada tahun ke-t adalah : Dt = dBVt-1………………………………………………………………...2.6 dimana : d
= tingkat depresiasi yang ditetapkan
dBVt-1= nilai buku aset pada akhir athun sebelumnya (t-1) nilai buku pada akhir tahun ke-t akan menjadi : BVt = BVt-1 - Dt …………………………………………………………..2.7 4.
Metode depresiasi sinking fund (SF) Asumsi dasar yang digunakan pada metode depresiasi sinking fund adalah
bahwa penurunan nilai suatu aset semakin cepat dari suatu saat ke saat berikutnya. Peningkatan ini diakibatkan karena disertakannya konsep nilai waktu dari uang sehingga besarnya depresiasi akan meningkat seirama dengan tingkat bunga yang berlaku. Dengan kata lain, besarnya depresiasi akan lebih kecil pada tahun-tahun awal depresiasi. Dengan sifat yang demikian maka pemakaian metode depresiasi sinking fund tidak akan menguntungkan bila ditinjau dari sudut pajak yang harus ditanggung perusahaan. Alasan inilah yang menyebabkan metode depresiasi ini jarang dipakai. Besarnya depresiasi dinyatakan dengan selisih nilai buku pada tahun (t) commit to(t-1). userDengan pernyataan lain : dengan nilai buku pada tahun sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dt = BVt-1 - BVt ……………………………………………………….2.8 dimana nilai buku pada periode t adalah nilai awal aset tersebut setelah dikurangi akumulasi nilai patokan depresiasi maupun bunga yang terjadi sampai saat itu. Atau dapat juga dirumuskan : BVt = P – (P – S)(A/F, i%, N) (F/A, i%, t)………………………………2.9 5.
Metode depresiasi unit produksi Apabila
penyusutan
suatu
aset
lebih
ditentukan
oleh
intensitas
pemakaiannya dibandingkan dengan lamanya alat tersebut dimiliki maka depresiasinya bisa didasarkan atas unit produksi atau unit output dari aset atau properti tersebut. Pada prinsipnya, unit produksi bisa dinyatakan dari salah satu ukuran berikut: a.
Output produksi, misalnya volume atau berat dari material yang dipindahkan oleh suatu alat pengangkutan material pada tahun tertentu dibandingkan dengan berat atau volume material yang diperkirakan bisa dipindahkan selama masa pakai dari alat tersebut.
b.
Hari operasi, menunjukkan jumlah hari operasi suatu aset selama tahun tertentu dibandingkan dengan ekspektasi total hari operasi dari aset tersebut selama masa pakainya.
c.
Proyeksi pendapatan, menunjukkan estimasi pendapatan pada tahun tertentu dari suatu aset yang disewakan dibandingkan dengan estimasi pendapatan dari penyewaan alat tersebut selama masa pakainya. Pada
metode
depresiasi
unit
produksi
ini,
besarnya
depresiasi
diperhitungkan sama untuk tiap satuan output produksi dari aset tersebut, tanpa memperhitungkan berapa lama output tersebut dicapai. Unit output atau unit produksi ini bisa dinyatakan dengan salah satu dari 3 ukuran yang telah diuraikan. Misalkan Ut adalah jumlah unit produksi suatu aset selama tahun t dan U adalah total unit produksi dari aset tersebut selama masa pakainya, maka besarnya depresiasi pada tahun t adalah jumlah yang boleh didepresiasi (P-S) dikalikan dengan rasio Ut/U. dengan kata lain : Dt =
……………………………………………………………………2.10 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian maka nilai pada akhir tahun ke-t diberikan oleh : BVt = 9
2.2.12 Perhitungan Bunga
…
………………………………….2.11
Menurut Pujawan (2008) definisi tingkat bunga adalah rasio dari bunga yang dibayarkan terhadap induk dalam suatu periode waktu dan biasanya dinyatakan dalam persentase dari induk. Secara matematis hal ini dapat dirumuskan : 쭘b4Bl嶈e 㽘২4B嶈 愨
ú /)ú )
ú/) 모)ú ) ú
모
ú )ﲸ모
100% .....................2.12
Ada 2 jenis bunga yang bisa digunakan untuk melakukan perhitungan nilai
uang dari waktu yaitu bunga sederhana dan bunga majemuk. Kedua jenis bunga ini akan menghasilkan nilai nominal uang yang berbeda bila perhitungan dilakukan lebih dari satu peiode. Berikut ini penjelasan tentang bunga sederhana dan bunga majemuk. 1.
Bunga sederhana Bunga sederhana dihitung dari induk tanpa memperhitungkan bunga yang
telah diakumulasikan pada periode sebelumnya. Secara matematika hal ini bisa diekspresikan sebagai berikut : I = P x i x N …………………………………………………………..2.13 dimana : I
= Bunga yang terjadi (rupiah)
P
= Induk yang dipinjam atau diinvestasikan
i
= tingkat bunga per periode
N
= jumlah periode yang dilibatkan
2.
Bunga majemuk Bunga majemuk dihitung berdasarkan besarnya induk ditambah dengan
besarnya bunga yang telah terakumulasi pada periode sebelumnya. Pemajemukan (Compounding) adalah suatu proses matematis penambahan bunga pada induk sehingga terjadi penambahan jumlah induk secara nominal pada periode mendatang. Dengan demikian proses pemajemukan adalah suatu alat untuk mendapatkan nilai yang ekuivalen pada suatu periode mendatang dari sejumlah uang pada saat ini bila tingkat bunga yang berlaku diketahui. Nilai ekuivalen di commit to user suatu saat mendatang ini disebut dengan istilah Future Worth (FW) dari nilai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekarang. Nilai sekarang dari suatu jumlah uang periode mendatang dinamakan Present Worth (PW). Notasi-notasi yang digunakan yaitu : r = tingkat bunga nominal per periode i = tingkat bunga efektif per periode N = jumlah periode per majemukan P = nilai sekarang (Present Worth) atau nilai ekuivalen dari satu atau lebih aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu saat ini A = aliran khas pada akhir periode yang besarnya sama untuk beberapa periode yang berurutan G = suatu aliran kas dimana dari satu periode ke periode berikutnya terjadi penambahan atau pengurangan kas sejumlah tertentu yang besarnya sama. Rumus –rumus bunga majemuk diskret : a.
Penurunan rumus pembayaran tunggal Jika uang sejumlah P diinvestasikan saat ini (t=0) dengan tingkat bunga
efektif sebesar i% per periode dan dimajemukkan tiap periode maka jumlah uang tersebut pada waktu akhir periode akan menjadi : F1 = P + bunga dari P = P + Pi = P(1+i) Pada akhir periode 2 akan menjadi : F2 = F1 + bunga dari F1 = P(1+i) + P(1+i) = P(1+i) (1+i) = P(1+i)2 Dengan analogi diatas maka pada akhir periode ke N, jumlah uang tersebut akan menjadi : F = P(1+i)N ……………………………………………………………2.14 b.
Faktor nilai sekarang dari pembayaran tunggal Dari persamaan 2.14, kita juga bisa menulis persamaan P sebagai berikut: P =F
…………………………………………………………….2.15 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Faktor yang berada dalam kurung dinamakan faktor nilai sekarang pembayaran tunggal ( Single Payment Present Worth Factor), atau sering hanya disebut faktor nilai sekarang. Faktor ini memungkinkan kita menghitung nilai sekarang dari suatu nilai F dan N periode mendatang bila tingkat bunga yang berlaku adalah i%. Secara fungsional faktor SPPWF dapat dinyatakan dengan (P/F, i%, N), artinya kita ingin mendapatkan P dengan mengetahui nilai F, i% dan N. oleh karenanya persamaan f dapat diekspresikan dalam bentuk fungsional sebagai berikut: P = F(P/F, i%, N)……………………………………………………2.16 c.
Faktor pemajemukan deret seragam Diagram alir kas yang menunjukkan deret seragam sebesar A selama N
periode dengan bunga i%. deret seragam yang sperti ini sering disebut dengan annuity. Bila kita meminjam sejumlah yang sama (A) setiap tahun selama N tahun dengan bunga i% maka besarnya pinjaman pada tahun ke N tersebut adalah : F = A (F/A, i%, N)………………………………………………2.17 d.
Faktor singking fund deret seragam Faktor ini adalah kebalikan dari faktor pemajemukkan deret seragam, dengan
persamaan ini kita akan bisa mencari A bila nilai F, i dan N diketahui sebagai berikut : A = F(A/F, i%, N)…………………………………………………2.18 e.
Faktor nilai sekarang deret seragam Faktor ini digunakan untuk menghitung nilai ekuivalen pada saat ini bila
aliran kas seragam sebesar A terjadi pada tiap akhir periode selama N periode dengan tingkat bunga i%. Faktor ini dinamakan nilai sekarang dari deret seragam, yang mana dapat juga ditulis : P = A (P/A, i%, N)………………………………………………2.19 f.
Faktor pemulihan modal deret seragam Faktor ini adalah kebalikan dari faktor nilai sekarang deret seragam, yaitu
untuk mengkonversikan suatu nilai sekarang pada nilai seragam pada suatu periode tertentu (N) bila tingkat bunga diketahui sebesar i%.
Faktor ini
dinamakan faktor pemulihan modal deret seragam atau faktor amortisasi dan bisa juga dinyatakan dengan : A = P (A/P, i%, N) ……………………………………………….2.20 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Diagram Alir Penelitian Tahapan yang dilakukan selama pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat
pada gambar 3.1. Mulai Observasi awal Identifikasi Masalah Tahap Awal
Pemilihan Produk Perumusan Masalah Identifikasi proses pembudidayaan kunyit dan proses produksi produk olahan kunyit Identifikasi Biaya
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Menghitung Biaya Bahan
Menghitung Biaya Tenaga Kerja
Menghitung Biaya Overhead Pabrik Menghitung Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing Tahap Analisis dan Kesimpulan
Analisis dan Interpretasi hasil Kesimpulan Selesai
Gambar 3.1. Metodologi Penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.2
digilib.uns.ac.id
Penjelasan Tahapan Metodologi Penelitian Metodologi penelitian pada Gambar 3.1 diuraikan dalam beberapa tahap.
Uraian tiap tahapnya akan dijelaskan sebagai berikut : 3.2.1
Tahap Awal Tahap awal pada penelitian ini meliputi observasi awal, identifikasi
masalah, pemilihan produk, perumusan masalah yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1.
Observasi awal Observasi awal merupakan tahap awal dalam penelitian ini. Observasi
dilakukan di Klaster biofarmaka Karanganyar. Observasi ini bertujuan untuk melihat secara langsung kondisi yang ada di klaster sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi masalah yang ada. 2.
Identifikasi Masalah Tahap ini digunakan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi,
kemudian dapat dicari materi serta literatur yang digunakan, agar dapat menentukan
metode
yang
tepat
untuk
digunakan
dalam
memecahkan
permasalahan yang ada. 3.
Pemilihan Produk Klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar menghasilkan beberapa produk
biofarmaka, sehingga pemilihan produk perlu dilakukan agar penelitian lebih terfokus pada produk tertentu. Produk yang dipilih pada penelitian ini yaitu rimpang kunyit, simplisia kunyit dan serbuk kunyit. Rimpang kunyit merupakan jenis tanaman obat yang telah dipanen dan dalam keadaan bersih. Simplisia kunyit yaitu kunyit yang yang telah diiris tipis dengan ketebalan ± 4 mm dan telah dikeringkan. Serbuk kunyit yaitu simplisia kunyit yang telah dihaluskan dengan cara digiling. 4.
Perumusan masalah Perumusan masalah dilakukan untuk merangkum permasalahan yang terjadi
dan bagaimana memecahkan masalah yang ada. Pada penelitian ini dirumuskan masalah tentang penentuan harga pokok produksi untuk rimpang kunyit, simplisia kunyit dan serbuk kunyit pada Klaster biofarmaka Karanganyar dengan menggunakan metode Full Costing. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.2.2
digilib.uns.ac.id
Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap pengumpulan dan pengolahan data pada penelitian ini dijelaskan
sebagai berikut : 1.
Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan secara langsung dengan melakukan
pengamatan atau observasi dan wawancara. Pengamatan yang dilakukan terkait dengan proses pembudidayaan kunyit, proses produksi simplisia kunyit dan serbuk kunyit. Selain itu, berdsarkan proses-proses yang telah urut maka dapat diketahui aktivitas-aktivitas yang mempengaruhi biaya. Wawancara dilakukan secara langsung kepada ketua dan pengurus klaster biofarmaka. 2.
Identifikasi Biaya Bahan baku Identifikasi biaya bahan baku meliputi penentuan bahan apa saja yang
digunakan dalam budidaya kunyit dan proses produksi kunyit yang mengeluarkan biaya. Tabel 3.1. Biaya Bahan Baku Produk
Biaya Bahan Baku Bibit Kunyit Rimpang kunyit Pupuk Organik Simplisia Kunyit Rimpang Kunyit Serbuk Kunyit Simplisia Kunyit
3.
Menghitung Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai
pada pengolahan produk. Perhitungan biaya bahan baku yaitu sebagai berikut : a. Biaya bahan baku untuk rimpang yaitu pembelian bibit dan pupuk organik. Biaya bibit kunyit = harga bibit kunyit x bibit yang dibutuhkan Biaya pupuk organik = harga pupuk organik x pupuk yang dibutuhkan b. Biaya bahan baku simplisia kunyit Biaya bahan baku simplisia = harga kunyit x jumlah kunyit yang diproduksi c. Biaya bahan baku serbuk kunyit Biaya bahan baku serbuk = harga simplisia x jumlah simplisia yang akan diproduksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Identifikasi Biaya Tenaga Kerja Identifikasi biaya tenaga kerja meliputi penentuan tenaga kerja apa yang
dibutuhkan dalam budidaya kunyit dan proses produksi kunyit yang mengeluarkan biaya. Tabel 3.2. Biaya Tenaga Kerja Produk
Biaya Tenaga Kerja (BTK) BTK Persiapan lahan BTK Penanaman BTK Pemupukan Rimpang kunyit BTK Pemeliharaan BTK Panen BTK Penyortiran BTK Pencucian BTK Pengirisan Simplisia Kunyit BTK Pengeringan BTK Pengemasan BTK Penggilingan Serbuk Kunyit BTK Pengemasan
5.
Menghitung Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
kepada semua karyawan. Sesuai dengan fungsi dimana karyawan bekerja, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dll. BTK Persiapan lahan = jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari) BTK Penanaman
= jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari)
BTK Pemupukan
= jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari)
BTK Pemeliharaan
= jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari)
BTK Panen
= jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari)
BTK Penyortiran
= jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari)
BTK Pencucian
= jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari)
BTK Pengirisan
= hasil pengirisan (Kg) x tarif per Kg
BTK Persiapan lahan = jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari) BTK Penggilingan
= jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari)
BTK Pengemasan
= jumlah hari x (jumlah pekerja x tarif per hari)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Identifikasi Biaya Overhead Pabrik Identifikasi biaya overhead pabrik meliputi penentuan biaya apa saja yang
dibutuhkan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dalam budidaya dan proses produksi. Identifikasi biaya overhead pabrik dapat dilihat pada tabel 3.3. 7.
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, yang elemennya dapat digolongkan ke dalam biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan, biaya reparasi, biaya listrik, biaya air, biaya asuransi, dan biaya overhead lain-lain. Tabel 3.3. Biaya Overhead Pabrik Produk
Biaya Overhead Pabrik (BOP) BOP sewa lahan BOP depresiasi keranjang Rimpang kunyit BOP depresiasi karung BOP sewa gudang penyimpanan BOP air BOP depresiasi ember BOP depresiasi keranjang BOP depresiasi mesin perajang BOP widik Simplisia Kunyit BOP plastik kemasan BOP depresiasi sealer BOP depresiasi pompa air BOP listrik BOP sewa gudang penyimpanan BOP listrik BOP depresiasi mesin penggiling BOP depresiasi ember Serbuk Kunyit BOP plastik kemasan BOP sewa gudang penyimpanan BOP depresiasi sealer
a.
Biaya depresiasi peralatan Berikut ini perhitungan yang digunakan untuk menghitung biaya depresiasi keranjang, biaya depresiasi karung, biaya depresiasi ember, biaya depresiasi widik. Dengan menggunakan metode depresiasi unit produksi, Ut adalah jumlah unit produksi suatu aset selama tahun t dan U adalah total unit produksi dari aset tersebut selama masa pakainya, maka besarnya depresiasi pada tahun t adalah jumlah yang boleh didepresiasi (P-S) dikalikan dengan rasio Ut/U, maka biaya depresiasi : Dt = BVt = 9
… commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Biaya overhead sewa gudang Biaya sewa untuk rimpang kunyit dan serbuk kunyit : Luas yang digunakan 쭘彠e嶈h h২嶈t B২Ƽ嶈4B 愨 X 쭘彠e嶈h 㽘b嶈ᦰ嶈 t 嶈
Perhitungan biaya sewa ini masih dalam satu tahun, sedangkan waktu maksimal untuk penyimpanan rimpang hanya satu bulan. Maka biaya sewa gudang untuk rimpang : b嶈ᦰ嶈t
嶈 B২Ƽ嶈4B 㽘২h嶈4 愨
Biaya sewa untuk simplisia :
c.
b嶈ᦰ嶈t
Luas yang digunakan 쭘彠e嶈h h২嶈t B২Ƽ嶈4B 愨 X 쭘彠e嶈h 㽘b嶈ᦰ嶈 t 嶈
嶈 B২Ƽ嶈4B e嶈 ২4 12
Biaya overhead listrik
Biaya listrik dihitung dengan menggunakan rumus : Konsumsi energy 愨
)/) )ﲸ
)ﲸ모
䓈)
Biaya listrik = konsumsi energi x biaya per Kwh d.
Biaya depresiasi mesin Berikut ini perhitungan yang digunakan untuk menghitung biaya depresiasi mesin perajang, biaya depresiasi mesin penggiling, biaya depresiasi sealer. Dengan menggunakan metode garis lurus (SL), metode garis ini didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu aset secara linier (proporsional) terhadap waktu atau umur dari aset tersebut. Besarnya depresiasi tiap tahun dengan metode SL dihitung berdasarkan :
8.
Dt 愨
9
Penentuan Harga Pokok per Kg Penentuan harga pokok pada penelitian ini berdasarkan pada metode Full
Costing. Metode full costing ini memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode ini terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik tetap dan variabel. Pada perhitungan harga pokok produksi ini total biaya ditambah dengan bunga majemuk. Bunga commit to usernilai yang ekuivalen pada suatu majemuk ini digunakan untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
periode mendatang dari sejumlah uang pada saat ini dengan tingkat bunga yang telah ditentukan. Tabel 3.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi untuk Rimpang Kunyit Proses
Biaya yang dikeluarkan Biaya tenaga kerja Biaya Overhead Lahan xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx Total biaya Bunga Majemuk Total biaya+Bunga majemuk ( a ) Harga Pokok Produksi per Kg (a/jumlah hasil panen)
Biaya bahan baku
Persiapan lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Panen Penyortiran Penyimpanan
xxx xxx xxx
Jumlah xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Tabel 3.5. Perhitungan Harga Pokok Produksi untuk Simplisia Kunyit Biaya yang dikeluarkan Biaya bahan Biaya tenaga Biaya Overhead baku kerja Pabrik Persiapan bahan baku xxx Pencucian xxx xxx Pengirisan xxx xxx Pengeringan xxx xxx Pengemasan xxx xxx Penyimpanan xxx Total biaya Bunga Majemuk Total biaya+Bunga majemuk ( a ) Harga Pokok Produksi per Kg (a/jumlah yang dihasilkan) Proses
Jumlah xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Tabel 3.6. Perhitungan Harga Pokok Produksi untuk Serbuk Kunyit Biaya yang dikeluarkan Proses
Biaya bahan baku
Persiapan bahan baku
xxx
Penggilingan Pengemasan Penyimpanan
Biaya tenaga kerja
Biaya Overhead Pabrik
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
Total biaya Harga Pokok Produksi per Kg (a/jumlah hasil produksi)
3.2.3 1.
Jumlah
xxx xxx xxx xxx xxx
Analisis dan Kesimpulan
Analisis Tahap ini dilakukan untuk menganalisis perhitungan harga pokok produksi untuk rimpang kunyit, simplisia kunyit commit to dan userserbuk kunyit dengan metode Full
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Costing dan dibandingkan dengan harga pokok produksi petani dengan perhitungan tradisional. 2.
Kesimpulan dan saran Tahap akhir adalah menarik kesimpulan berdasar hasil analisis data, serta memberikan saran-saran yang dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4. 1Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data, data yang dikumpulkan terdiri dari semua informasi yang digunakan dalam pengolahan data. Pengumpulan data ini dilakukan secara langsung dengan melakukan pengamatan atau observasi dan wawancara. Pengamatan yang dilakukan terkait dengan aktivitas-aktivitas yang mempengaruhi biaya. Wawancara dilakukan secara langsung kepada ketua dan pengurus klaster biofarmaka. Data-data yang dikumpulkan dijelaskan sebagai berikut.
4.1.1 Proses Budidaya Kunyit Secara keseluruhan proses budidaya kunyit pada klaster biofarmaka dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Proses Budidaya Kunyit Sumber : Wawancara dengan ketua Klaster, 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dijelaskan proses budidaya kunyit sebagai berikut : a. Persiapan Lahan Persiapan lahan yaitu dengan menggaru atau mencangkul lahan sedalam 30 cm agar gembur, membersihkannya dari ranting-ranting dan gulma serta sisa-sisa tanaman lain. Setelah itu, untuk mengeluarkan gas-gas beracun dari dalam tanah serta mematikan hama dan penyakit, lahan didiamkan selama 1 2 minggu. Pada tahap pembersihan lahan dibutuhkan 3 pekerja pria selama 2 hari dengan upah kerja Rp. 30.000,-/hari. Untuk penggemburan tanah dibutuhkan 4 pekerja pria selama 1 hari dengan upah kerja Rp. 30.000,-/hari. Dibutuhkan juga biaya sewa lahan, untuk desa Sambirejo harga sewa per 1000 m2 yaitu Rp. 1.500.000,-/tahun. b. Penanaman Pada proses penanaman bibit kunyit diperoleh dari pasar. Saat ini harga bibit kunyit Rp. 5000,-/Kg. Untuk lahan seluas 1000 m2 dibutuhkan bibit sebanyak 100 Kg. Untuk pemupukan menggunakan pupuk organik dengan harga Rp. 500,-/Kg, karena jarak tanam yaitu 30 cm x 70 cm maka ada 1100 lubang dan per lubang dibutuhkan 1 Kg pupuk sehingga dibutuhkan 1100 Kg pupuk. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses penanaman ini 3 orang dengan upah Rp. 40.000,-/hari, sedangkan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pemupukan yaitu 2 orang wanita dengan upah Rp. 25.000,-/hari dan 1 pria dengan upah Rp. 30.000,-/hari. c. Pemeliharaan Setelah tanaman kunyit tumbuh diperlukan pemeliharaan yang mencakup pemupukan,
penyiangan
(menghilangkan
gulma
yang
mengganggu),
penggemburan tanah dan pemberian pupuk. Pemupukan pada tahap ini hanya 0.5 Kg per lubang, dengan harga pupuk organik Rp. 500,-/Kg. Pemeliharaan ini dilakukan 2 kali dalam masa tanam. Setiap proses pemeliharaan ini dibutuhkan waktu 1 hari dengan tenaga kerja 2 orang wanita dengan upah Rp. 25.000,-/hari dan 1 pria dengan upah Rp. 30.000,-/hari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Panen Panen dilakukan saat tanaman berumur 11 - 12 bulan ditandai dengan tanaman yang mulai layu atau mengering. Sebelum memanen, batang dan daun tanaman kunyit dibuang terlebih dahulu. Kemudian rimpang dibongkar dari dalam tanah dengan menggunakan cangkul atau garpu dan dibersihkan dari tanah yang melekat. Hasil panen dimasukkan ke dalam karung agar tidak rusak. Pada proses ini dibutuhkan 2 orang wanita dengan upah Rp. 25.000,/hari dan 4 pria dengan upah Rp. 30.000,-/hari. e. Penyortiran Rimpang kunyit yang telah dipanen dibersihkan kembali dari tanah dan akar, kemudian disortir mana yang layak untuk dijual. Pada proses ini menggunakan keranjang dan dibutuhkan 2 orang wanita dengan upah Rp. 25.000,-/hari dan 4 pria dengan upah Rp. 30.000,-/hari. f. Penyimpanan Rimpang yang telah disortir kemudian dimasukkan dalam karung. Penyimpanan rimpang kunyit ini tidak boleh dicuci tapi harus bersih dari tanah, akar dan varietas lain. Tempat penyimpanannya adalah harus memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang baik, namun tidak terlalu lembab, bersih dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung. 4.1.2 Proses Pembuatan Simplisia Kunyit Secara keseluruhan proses pembuatan simplisia kunyit dapat dilihat pada gambar 4.2. Berdasarkan gambar 4.2 dapat dijelaskan proses pembuatan simplisia kunyit sebagai berikut : a.
Persiapan bahan baku Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan simplisia yaitu kunyit
segar. Kunyit ini diperoleh dari hasil panen yang diperoleh petani. Untuk menghasikan 1 Kg simplisia dibutuhkan 5 Kg rimpang kunyit segar. b.
Pencucian Kunyit yang telah dibersihkan dari tanah dan akar kemudian dicuci
sampai bersih dan ditriskan. Untuk pencucian rimpang ini dibutuhkan 1 tenaga kerja dengan upah Rp. 25.000,-/hari. Pada proses pencucian ini menggunakan keranjang dan ember.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Pengirisan Kunyit yang telah ditiriskan kemudian dirajang dengan menggunakan
mesin perajang. Kunyit yang dirajang ini rata-rata ketebalannya 4 mm. Pada proses perajangan manual ini upah tenaga kerja yaitu Rp. 100,-/Kg, sedangkan dengan menggunakan mesin perajang upah tenaga kerja Rp. 25.000,-/hari. d.
Pengeringan Kunyit yang telah dirajang ini kemudian diletakkan di widik / nampan
dengan ditutupi kain hitam. Pengeringan ini harus diletakkan minimal 50 cm diatas tanah. Tujuannya agar rajangan kunyit cepat kering dan terhindar dari debu. Pada saat pengeringan ini irisan kuyit tidak boleh tertumpuk dengan irisan lain dan tidak boleh dibalik. Irisan kunyit yang telah kering tersebut dinamakan simplisia. e.
Pengemasan dan Penyimpanan Simplisia yang sudah jadi dimasukkan pada plastik yang kedap udara.
Kemudian simplisia disimpan dalam gudang. Penyimpanannya harus memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang baik, namun tidak terlalu lembab, bersih dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung.
Gambar 4.2. Proses Pembuatan Simplisia Kunyit Sumber : Wawancara dengan ketua Klaster, 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.3 Proses Pembuatan Serbuk Kunyit Secara keseluruhan proses pembuatan serbuk kunyit dapat dilihat pada gambar 4.3.
. Gambar 4.3. Proses Pembuatan Serbuk Kunyit Sumber : Wawancara dengan ketua klaster, 2012
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dijelaskan proses pembuatan serbuk kunyit sebagai berikut : a.
Persiapan bahan baku Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan serbuk kunyit yaitu
simplisia. Setiap 1 Kg simplisia kunyit menghasilkan 0.5 Kg serbuk kunyit. b.
Penggilingan Bahan baku (simplisia) yang telah disiapkan kemudian dihaluskan
dengan menggunakan mesin penggiling. Dalam 1 hari mesin penggiling menghasilkan 6 Kg serbuk untuk setiap pekerja dan upah tenaga kerja Rp. 15.000,-/hari. c.
Pengemasan dan Penyimpanan Serbuk yang sudah jadi kemudian dimasukkan pada plastik yang kedap
udara. Dibutuhkan 1 tenaga kerja wanita untuk pengemasan, dengan upah Rp. 15.000,-/hari. Kemudian serbuk disimpan dalam gudang. Penyimpanannya harus memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang baik, namun tidak terlalu lembab, bersih dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. 2Pengolahan Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : 4.2.1 Identifikasi Biaya Identifikasi biaya yaitu proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting. Pada proses budidaya kunyit dan proses produksi yang telah dijelaskan, maka identifikasi biaya bahan baku dapat dilihat pada tabel 3.1, biaya tenaga kerja pada tabel 3.2 dan biaya overhead pabrik pada tabel 3.3. 4.2.2 Biaya Bahan Baku untuk Rimpang Kunyit Perhitungan biaya bahan baku ini meliputi biaya-biaya yang digunakan pada proses budidaya kuyit. Biaya bahan baku untuk rimpang kunyit yaitu bibit kunyit dan pupuk organik. Dengan lahan yang digunakan dalam perhitungan seluas 1000 m2, dan dengan jarak tanam 30 cm x 70 cm maka bibit yang dibutuhkan sebesar 100 Kg, dengan harga bibit Rp. 5000,-/Kg. Selain itu dibutuhkan pupuk organik dengan harga Rp. 500,-/Kg dan dibutuhkan 1100 Kg. Dapat dilihat pada tabel 4.1 biaya bahan baku yang diperlukan untuk budidaya kunyit. Tabel 4.1. Total Biaya Bahan Baku untuk Kunyit No 1
2
3 4 5 6
Proses
Bahan Baku Biaya per satuan
Persiapan lahan a. Pembersihan Lahan b. Penggemburan Tanah Penanaman Tanam Bibit kunyit Rp. 5000,-/Kg Pemupukan Pupuk organik Rp. 500,-/Kg Pemeliharaan Pupuk organik Rp. 500,-/Kg Panen Penyortiran Penyimpanan Total Biaya bahan baku untuk budidaya kunyit
Jumlah yang diperlukan
100 Kg 1100 Kg 1100 Kg
Total
Rp Rp Rp
500,000 550,000 550,000
Rp 1,600,000
4.2.3 Biaya Tenaga Kerja untuk Rimpang Kunyit Perhitungan biaya tenaga kerja ini meliputi upah-upah yang harus dibayar pada proses budidaya kunyit. Tenaga kerja pada budidaya kunyit ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ada 2 jenis pekerja yaitu pekerja wanita dan pekerja pria, dengan upah yang berbeda. Tabel 4.2. Biaya tenaga kerja untuk budidaya kunyit No 1
2
Proses Persiapan lahan a. Pembersihan Lahan b. Penggemburan Tanah Penanaman Tanam
Tenaga Kerja
Waktu yang dibutuhkan (hari)
Biaya per hari
Total
3 orang 4 orang
2 hari 1 hari
Rp. 30.000,Rp. 30.000,-
Rp Rp
180,000 120,000
Rp. 40.000,Wanita Rp. 25.000,Pria Rp. 30.000,Wanita Rp. 25.000,Pria Rp. 30.000,Wanita Rp. 25.000,Pria Rp. 30.000,Wanita Rp. 25.000,Pria Rp. 30.000,-
Rp
240,000
Rp
80,000
Rp
160,000
Rp
170,000
Rp
170,000
3 orang
2 hari
Pemupukan
2 wanita dan 1 pria
1 hari
3
Pemeliharaan
2 wanita dan 1 pria
2 hari
4
Panen
2 wanita dan 4 pria
1 hari
5
Penyortiran
2 wanita dan 4 pria
1 hari
6
Penyimpanan Total Biaya tenaga kerja untuk budidaya kunyit
Rp 1,120,000
4.2.4 Biaya Overhead Pabrik untuk Rimpang Kunyit Perhitungan biaya overhead ini meliputi biaya-biaya yang harus dibayar pada proses budidaya kunyit. Biaya overhead pada proses budidaya kunyit ini meliputi biaya sewa lahan dan biaya depresiasi peralatan. 1.
Biaya sewa lahan Biaya sewa lahan sebesar Rp. 1.500.000,-/ tahun, harga ini mengikuti harga sewa di desa Sambirejo.
2.
Biaya depresiasi keranjang Untuk tanah seluas 1000 m2, menghasilkan kunyit 1500 Kg (1,5 Ton), dan setiap 1 keranjang bisa digunakan untuk 25 Kg, sehingga setiap 1000 m2 dibutuhkan 18 keranjang dengan harga tiap keranjang Rp. 12.500,-. Keranjang yang digunakan pada proses ini dapat dilihat pada gambar 4.4. Dengan jumlah panen per 1000m2 1500 Kg (1,5 Ton), Total panen selama 3 tahun 4500Kg (4.5 Ton). Maka nilai yang akan terdepresiasi : P-S = Rp. 225.000 – 0 = Rp. 225.000 Maka nilai Dt dan BVt selama 3 tahun adalah sebagai berikut : D1 = (1500/4500)*(commit Rp. 225.000)= to user Rp. 75.000,-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BV1= Rp. 225.000 - Rp. 75.000 = Rp. 150.000,D2 = (1500/4500)*( Rp. 225.000)= Rp. 75.000,BV2= Rp. 150.000 - Rp. 75.000 = Rp. 75.000,D3 = (1500/4500)*( Rp. 225.000)= Rp. 75.000,BV3= Rp. 75.000 - Rp. 75.000 = 0 Karena biaya depresiasi dibebankan tiap tahun maka biaya depresiasi keranjang untuk proses penyortiran yang menggunakan keranjang dalam 1 hari : Biaya depresiasi keranjang = (1/365)*Rp.75.000,= Rp. 205,-
Gambar 4.4. Keranjang Sumber : Klaster Biofarmaka Karanganyar, 2012 3.
Biaya depresiasi karung Setelah dilakukan penyortiran, maka rimpang kunyit disimpan dalam karung, dengan hasil panen sebesar 1500 Kg, maka dibutuhkan 30 Karung. Karung yang digunakan oleh klaster dapat dilihat pada gambar 4.5. Dengan karung baru harga Rp. 1600,-. Jumlah panen per 1000 m2 adalah 1500 Kg (1,5 Ton), total panen selama 3 tahun 4500 Kg (4.5 Ton). Maka nilai yang akan terdepresiasi : P-S = Rp. 48.000 – 0 = Rp. 48.000 Dengan demikian maka nilai Dt dan BVt selama 3 tahun adalah sebagai berikut : D1 = (1500/4500)*( Rp. 48.000)= Rp. 16.000,commit to user BV1= Rp. 48.000 - Rp. 16.000 = Rp. 32.000,-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Biaya Overhead Lahan untuk budidaya kunyit No 1
2 3 4 5 6
Proses Persiapan lahan Sewa Lahan Penanaman Tanam Pemupukan Pemeliharaan Panen Penyortiran
Overhead Pabrik Biaya sewa lahan
Biaya yang dikeluarkan Rp. 1.500.000,-
Biaya sewa kendaraan Rp 195.000,depresiasi keranjang Rp 205,depresiasi karung Rp. 16.000 Penyimpanan biaya sewa gudang Rp 38,889 Total Biaya overhead lahan untuk budidaya kunyit
4.2.5
Total Rp 1,500,000
Rp Rp
195,000 205
Rp
54,889
Rp 1,750,094
Harga Pokok Produksi untuk Rimpang Kunyit Perhitungan harga pokok produksi ini diperoleh dari perhitungan biaya
tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya overhead pabrik dan penambahan bunga majemuk. Bunga majemuk diperoleh dari : Biaya saat ini (P) = Total biaya Biaya per tahun
= 10% (bunga pinjaman untuk bank BRI)
Bunga majemuk = Total biaya (A/P, 12, 10%) = Total biaya x 0,1468 Untuk rimpang kunyit ini bunga majemuk sebesar : Biaya saat ini (P) = Rp. 4,470,094,Biaya per tahun
= 10% (bunga pinjaman untuk bank BRI)
Bunga majemuk = Rp. 4,470,094 x (A/P, 12, 10%) = Rp. 4,470,094 x 0,1468 = Rp. 656,209.87 Setelah dihitung total biaya dan bunga majemuk, maka harga pokok produksi rimpang kunyit dapat dihitung sebagai berikut :
Harga pokok produksi untuk rimpang kunyit dapat dilihat pada tabel 4.4. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4. Harga Pokok Produksi untuk Rimpang Kunyit Biaya yang dikeluarkan Proses Persiapan lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Panen Penyortiran Penyimpanan
Biaya bahan baku
300,000 Rp 1,500,000 240,000 80,000 160,000 170,000 Rp 195,000 170,000 Rp 205 Rp 54,889 Total biaya Bunga Majemuk Total biaya+Bunga majemuk ( a ) Harga Pokok Produksi per Kg (a/jumlah hasil panen)
Rp Rp Rp
Jumlah
Biaya tenaga Biaya Overhead kerja Lahan
Rp 500,000 Rp 550,000 Rp 550,000 Rp Rp Rp
Rp 1,800,000 Rp 740,000 Rp 630,000 Rp 710,000 Rp 365,000 Rp 170,205 Rp 54,889 Rp 4,470,094 Rp 656,209.87 Rp 5,126,304.35 Rp 3,417.54
Berdasarkan pada tabel 4.4 diperoleh harga pokok produksi untuk rimpang kunyit sebesar Rp. 3,417.54. Harga pokok produksi ini diperoleh dari penjumlahan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan bunga majemuk. Setiap komponen biaya-biaya ini mempunyai prosentase yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Prosentase Biaya Pada Proses Budidaya Kunyit Biaya yang dikeluarkan Proses Persiapan lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Panen Penyortiran Penyimpanan
Biaya bahan baku 10% 11% 11%
Biaya tenaga Biaya Overhead kerja Lahan 6% 5% 2% 3% 3% 3%
29%
4% 0.0040% 1%
Total biaya Bunga Majemuk Total biaya+Bunga majemuk ( a ) Harga Pokok Produksi per Kg (a/jumlah hasil panen)
Jumlah 35% 14% 12% 14% 7% 3% 1% 87% 13% 100% xxx
Pada tabel 4.5 diketahui kontribusi komponen biaya-biaya terhadap harga pokok produksi rimpang kunyit. Harga pokok produksi itu diperoleh dari komponen biaya-biaya yang harganya selalu ada kemungkinan untuk berubah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perhitungan perubahan biaya yang nantinya akan berpengaruh pada harga pokok produksi. Perubahan biaya-biaya dapat dilihat pada tabel 4.6. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6. Perubahan biaya pada budidaya rimpang Perubahan Biaya -50% -30% -10% 0% 10% 30% 50%
Biaya Bahan Baku Total Biaya HPP Rp 3,670,094.48 Rp 2,805.91 Rp 3,990,094.48 Rp 3,050.56 Rp 4,310,094.48 Rp 3,295.21 Rp 4,470,094.48 Rp 3,417.54 Rp 4,630,094.48 Rp 3,539.86 Rp 4,950,094.48 Rp 3,784.51 Rp 5,270,094.48 Rp 4,029.16
Kriteria Perubahan Biaya Tenaga Kerja Total Biaya HPP Rp 3,910,094.48 Rp 2,989.40 Rp 4,134,094.48 Rp 3,160.65 Rp 4,358,094.48 Rp 3,331.91 Rp 4,470,094.48 Rp 3,417.54 Rp 4,582,094.48 Rp 3,503.16 Rp 4,806,094.48 Rp 3,674.42 Rp 5,030,094.48 Rp 3,845.67
Biaya Overhead Pabrik Total Biaya HPP Rp 3,595,047.24 Rp 2,748.53 Rp 3,945,066.14 Rp 3,016.13 Rp 4,295,085.03 Rp 3,283.74 Rp 4,470,094.48 Rp 3,417.54 Rp 4,645,103.93 Rp 3,551.34 Rp 4,995,122.82 Rp 3,818.94 Rp 5,345,141.72 Rp 4,086.54
4.2.6 Biaya Bahan Baku untuk Simplisia Kunyit Biaya bahan baku untuk simplisia kunyit yaitu rimpang kunyit. Untuk menghasilkan 1 Kg simplisia kunyit dibutuhkan 6 Kg – 7 Kg rimpang kunyit. Hasil panen setiap 1000 m2 sebesar 1500 Kg - 2000 Kg, tidak semua hasil panen diolah menjadi simplisia atau serbuk. Pada perhitungan harga pokok produksi untuk simplisia ini menggunakan 100 Kg rimpang kunyit. Tabel 4.7. Total Biaya Bahan Baku untuk Simplisia Kunyit No
Proses
Bahan baku
1 2 3 4 5 6
Persiapan bahan baku Kunyit Pencucian Pengirisan Pengeringan Pengemasan Penyimpanan Total Biaya bahan naku untuk simplisia kunyit
Harga bahan Jumlah yang baku digunakan Rp 3,418 100 Kg
Total Rp
341,754
Rp
341,754
4.2.7 Biaya Tenaga Kerja untuk Simplisia Kunyit Biaya tenaga kerja untuk membuat simplisia kunyit dibutuhkan untuk proses pencucian, pengirisan dan pengeringan. Pada proses pencucian dibutuhkan 1 orang pekerja dengan upah Rp. 25.000,-. Pada proses pengirisan upah tenaga kerja Rp. 100,-/Kg. Untuk pengeringan dibutuhkan 5 - 6 hari dengan upah Rp. 10.000,-/hari. BTK Pengirisan = Rp. 100,-/Kg x 100 Kg = Rp. 10.000,-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8. Biaya tenaga kerja untuk simplisia kunyit No
Proses
Waktu yang dibutuhkan
Tenaga Kerja
1 2 3 4 5 6
Persiapan bahan baku Pencucian 1 orang Pengirisan 1 orang Pengeringan 1 orang Pengemasan 1 orang Penyimpanan Total Biaya tenaga kerja untuk simplisia kunyit
1 hari 1 hari 6 hari 1 hari
Total Rp Rp Rp Rp
25,000 10,000 60,000 10,000
Rp
105,000
4.2.8 Biaya Overhead Pabrik untuk Simplisia Kunyit Biaya overhead pada proses produksi simplisia kunyit meliputi biaya listrik, biaya depresiasi peralatan dan biaya depresiasi mesin. Berikut ini perhitungan untuk biaya-biaya overhead yang digunakan : a. Depresiasi keranjang Menggunakan 1 keranjang dengan harga Rp. 12.500,-. Maka nilai yang akan terdepresiasi : P-S = Rp. 12.500 – 0 = Rp. 12.500,Dengan demikian maka nilai Dt dan BVt selama 3 tahun adalah sebagai berikut : D1 = (100/300)*( Rp. 12.500)= Rp. 4.166,66 BV1= Rp. 12.500 - Rp. 4.166,66 = Rp. 8.333,34,D2 = (100/300)*( Rp. 12.500)= Rp. 4.166,66 BV2= Rp. 8.333,34- Rp. 4.166,66= Rp. 4.166.68,D3 = (100/300)*( Rp. 12.500)= Rp. 4.166,66 BV3= Rp. 4.166.68- Rp. 4.166,66= 0 Karena biaya depresiasi dibebankan tiap tahun maka biaya depresiasi keranjang
yang
dibebankan
untuk
proses
menggunakan keranjang dalam 1 hari : Biaya depresiasi keranjang = (1/365)*Rp 4.166,66 = Rp 11,42 commit to user
pencucian
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Depresiasi ember Menggunakan 2 ember dengan tiap ember harga Rp. 9000,-. Maka nilai yang akan terdepresiasi : P-S = Rp. 18.000 – 0 = Rp. 18.000 Dengan demikian maka nilai Dt dan BVt selama 3 tahun adalah sebagai berikut : D1 = (100/300)*( Rp. 18.000)= Rp. 6.000,BV1= Rp. 18.000- Rp. 6.000= Rp. 12.000,D2 = (100/300)*( Rp. 18.000)= Rp. 6.000,BV2= Rp. 12.000 - Rp. 6.000 = Rp. 6.000,D3 = (100/300)*( Rp. 18.000)= Rp. 6.000,BV3= Rp. 6.000 - Rp. 6.000 = 0 Karena biaya depresiasi dibebankan tiap tahun maka biaya depresiasi ember yang dibebankan pada perhitungan harga pokok produksi untuk proses pencucian yang menggunakan ember dalam 1 hari yaitu : Biaya depresiasi ember = (1/365)*Rp 6000,= Rp 16,44
Gambar 4.6. Ember Sumber : Klaster Biofarmaka Karanganyar, 2012 c. Depresiasi pompa air Dengan daya 150 Watt dan harga beli Rp. 475.000,- dan masa pakai 3 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 50.000,-. Maka besarnya depresiasi tiap tahun : Dt = (P-S)/N = (Rp. 475.000 - Rp. 50.000)/3 = Rp. 141.666,67 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karena biaya depresiasi dibebankan tiap tahun maka biaya depresiasi pompa air untuk proses pencucian yang digunakan dalam 1 hari, maka biaya yang dibebankan : Biaya depresiasi pompa air = (1/365)*Rp 141.666,67 = Rp 388,13 d. Depresiasi mesin perajang Menggunakan mesin pemotong kunyit dengan daya 7500 Watt, harga Rp. 7.000.000,- dan setiap 1 jam dapat menghasilkan 80-100 Kg irisan kunyit.
Gambar 4.7. Mesin Perajang Sumber : Klaster Biofarmaka Karanganyar, 2012 Maka besarnya depresiasi tiap tahun : Dt = (P-S)/N = (Rp. 7.000.000 - Rp. 500.000)/10 = Rp. 650.000,Karena biaya depresiasi dibebankan tiap tahun maka biaya depresiasi mesin pemotong untuk proses pengirisan yang menggunakan mesin dalam 1 hari. Maka biaya depresiasinya sebesar : Biaya depresiasi mesin pemotong = (1/365)*Rp 650.000,= Rp 1.780,83
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.8. Perajang Manual Sumber : Klaster Biofarmaka Karanganyar, 2012 Jika menggunakan mesin pemotong manual dengan harga Rp.15.000,-. Maka besarnya depresiasi tiap tahun : Dt = (P-S)/N = (Rp. 15.000 - Rp. 0)/5 = Rp. 3.000,Biaya depresiasi ini juga dibebankan tiap tahun, maka biaya depresiasi untuk mesin pemotong manual pada proses pengirisan yaitu sebesar : Biaya depresiasi mesin pemotong manual = (1/365)*Rp 3000,= Rp 8,22 e. Biaya depresiasi widik Pada proses pengeringan menggunakan widik sebagai tempat untuk menjemur kunyit yang telah dirajang, widik ini berukuran
0.6 m x
2 m, setiap widik hanya bisa digunakan untuk 3 Kg, sehingga untuk kunyit 100 Kg dibutuhkan 35 widik,
dengan harga tiap widik
Rp. 7000,-.
Gambar 4.9. Widik Sumber : Klaster Biofarmaka commit to user Karanganyar, 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Maka nilai yang akan terdepresiasi : P-S = Rp. 245.000 – 0 = Rp. 245.000 Dengan demikian maka nilai Dt dan BVt selama 5 tahun adalah sebagai berikut : D1 = (100/500)*( Rp. 245.000)= Rp. 49.000,BV1= Rp. 245.000- Rp. 49.000= Rp. 196.000,D2 = (100/500)*( Rp. 245.000)= Rp. 49.000,BV2= Rp. 196.000- Rp. 49.000= Rp. 147.000,D3 = (100/500)*( Rp. 245.000)= Rp. 49.000,BV3= Rp. 147.000- Rp. 49.000= Rp. 98.000,D4 = (100/500)*( Rp. 245.000)= Rp. 49.000,BV4= Rp. 98.000- Rp. 49.000= Rp. 49.000,D5 = (100/500)*( Rp. 245.000)= Rp. 49.000,BV5= Rp. 49.000- Rp. 49.000= Rp. 0,Karena biaya depresiasi dibebankan tiap tahun maka biaya depresiasi widik untuk proses pengeringan yang digunakan dalam 6 hari, maka biaya depresiasinya : Biaya depresiasi widik = (6/365)*Rp 49.000,= Rp 805.47 f. Biaya depresiasi sealer Pada proses pengemasan menggunakan sealer dengan daya 300 watt dan harga Rp. 250.000,-.
Gambar 4.10. Sealer Sumber : Klaster Biofarmaka Karanganyar, 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Maka biaya depresiasi untuk sealer: Dt = (P-S)/N = (Rp. 250.000 - Rp. 50.000)/5 = Rp. 40.000,Biaya depresiasi ini dibebankan tiap tahun, sedangkan sealer digunakan dalam 1 hari, maka biaya depresiasi yang dibebankan pada perhitungan harga pokok yaitu sebesar : Biaya depresiasi sealer = (1/365)*Rp 40.000,= Rp 109.58 g. Biaya listrik pompa air Biaya listrik untuk pompa air dengan daya 150 watt dan penggunaan selama 1 jam, maka besarnya biaya listrik : Konsumsi energy = Pompa air = = 0,15 Biaya per Kwh Rp. 728,Jadi biaya listrik untuk pompa air = 0,15 x Rp. 728,- = Rp. 109,2 h. Biaya listrik mesin perajang Biaya listrik untuk mesin perajang dengan daya 7500watt, dan setiap 1 Kw dibutuhkan waktu 15 menit untuk merajang kunyit. Konsumsi energy = Mesin perajang
= = 1.875
Biaya per Kwh Rp. 728,Jadi biaya listrik untuk mesin perajang = 1.875 x Rp. 728,= Rp. 1365,i. Biaya listrik sealer Biaya listrik untuk mesin sealer dengan daya 300 watt Konsumsi energy = Sealer = = 0,15 Biaya per Kwh Rp. 728,commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi biaya listrik untuk sealer = 0,15 x Rp. 728,- = Rp. 109,2 j. Biaya sewa gudang Ukuran gudang yang ada di klaster 6 m x 4,5 m, biaya sewa untuk tanah dan bangunan sebesar Rp. 700.000/tahun. Untuk menyimpan produk simplisia, terdapat 16 kemasan dan diperlukan tempat dengan ukuran 0.5 m x 0.5 m. Luas awal = 21 m2 Luas yang digunakan = 2 m2
X = 66,667 / tahun Tabel 4.9. Biaya Overhead Pabrik untuk Simplisia kunyit No 1
Proses
Biaya yang dikeluarkan
Overhead Pabrik
Total
Persiapan bahan baku
biaya air depresiasi keranjang 2 Pencucian depresiasi ember depresiasi pompa air biaya listrik pompa air biaya listrik mesin perajang 3 Pengirisan depresiasi mesin pemotong 4 Pengeringan depresiasi widik Plastik depresiasi sealer 5 Pengemasan biaya listrik sealer Silica gel 6 Penyimpanan biaya sewa gudang Total Biaya overhead pabrik untuk simplisia kunyit
Rp Rp Rp Rp
11 16 388 109
Rp
1,365
Rp
1,781
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
805 2,800 110 109 4,267 66,667
Rp
525
Rp
3,146
Rp
805
Rp
7,285
Rp Rp
66,667 78,429
4.2.9 Harga Pokok Produksi untuk Simplisia Kunyit Perhitungan harga pokok produksi ini diperoleh dari penjumlahan dari biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya overhead pabrik dan penambahan bunga majemuk. Bunga majemuk diperoleh dari : Biaya saat ini (P) = Total biaya Biaya per tahun
= 10% (bunga pinjaman untuk bank BRI) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bunga majemuk = Total biaya (A/P, 12, 10%) = Total biaya x 0,1468 Untuk rimpang kunyit ini bunga majemuk sebesar : Biaya saat ini (P) = Rp. 515,183 Biaya per tahun
= 10% (bunga pinjaman untuk bank BRI)
Bunga majemuk = Rp. 515.183 x (A/P, 12, 10%) = Rp. 515.183 x 0,1468 = Rp. 75,628.53
Setelah dihitung Total biaya dan bunga majemuk, maka harga pokok produksi simplisia dapat dihitung sebagai berikut :
Tabel 4.10. Harga Pokok Produksi untuk Simplisia Kunyit Biaya yang dikeluarkan Biaya bahan Biaya tenaga Biaya Overhead baku kerja Pabrik Persiapan bahan baku Rp 341,754 Pencucian Rp 25,000 Rp 525 Pengirisan Rp 10,000 Rp 3,146 Pengeringan Rp 60,000 Rp 805 Pengemasan Rp 10,000 Rp 7,285 Penyimpanan Rp 66,667 Rp 341,754 Rp 105,000 Rp 78,429 Total biaya Bunga Majemuk Total biaya+Bunga majemuk ( a ) Harga Pokok Produksi per Kg (a/jumlah yang dihasilkan) Proses
Jumlah Rp Rp Rp Rp Rp Rp
341,754 25,525 13,146 60,805 17,285 66,667
Rp 525,183 Rp 77,096.83 Rp 602,279.56 Rp 37,642.47
Berdasarkan pada tabel 4.10 diperoleh harga pokok produksi untuk simplisia kunyit sebesar Rp. 37,642.47. Harga pokok produksi ini diperoleh dari penjumlahan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan bunga majemuk. Setiap komponen biaya-biaya ini mempunyai prosentase yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada tabel 4.11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11. Prosentase Biaya Pada Proses Produksi Simplisia Kunyit Biaya yang dikeluarkan Biaya bahan Biaya tenaga Biaya Overhead baku kerja Pabrik Persiapan bahan baku 56.7% Pencucian 4.2% 0.1% Pengirisan 1.7% 0.5% Pengeringan 10.0% 0.1% Pengemasan 1.7% 1.2% Penyimpanan 11.1% Total biaya Bunga Majemuk Total biaya+Bunga majemuk ( a ) Harga Pokok Produksi per Kg (a/jumlah yang dihasilkan) Proses
Jumlah 56.7% 4.2% 2.2% 10.1% 2.9% 11.1% 87.2% 12.8% 100.0% xxx
Pada tabel 4.11 diketahui kontribusi komponen biaya-biaya terhadap harga pokok produksi simplisia kunyit. Harga pokok produksi itu diperoleh dari komponen biaya-biaya yang harganya selalu ada kemungkinan untuk berubah. Oleh sebab itu perlu dilakukan perhitungan perubahan biaya yang nantinya akan berpengaruh pada harga pokok produksi. Perubahan biaya-biaya dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Perubahan Biaya Pada Proses Produksi Simplisia Kunyit Perubahan Biaya -50% -30% -10% 0% 10% 30% 50%
Biaya Bahan Baku Total Biaya HPP Rp 354,305.93 Rp 25,394.88 Rp 422,656.66 Rp 30,293.92 Rp 491,007.39 Rp 35,192.95 Rp 525,182.76 Rp 37,642.47 Rp 559,358.12 Rp 40,091.99 Rp 627,708.85 Rp 44,991.03 Rp 696,059.58 Rp 49,890.07
Kriteria Perubahan Biaya Tenaga Kerja Total Biaya HPP Rp 472,682.76 Rp 33,879.54 Rp 493,682.76 Rp 35,384.71 Rp 514,682.76 Rp 36,889.89 Rp 525,182.76 Rp 37,642.47 Rp 535,682.76 Rp 38,395.06 Rp 556,682.76 Rp 39,900.24 Rp 577,682.76 Rp 41,405.41
Biaya Overhead Pabrik Total Biaya HPP Rp 485,968.20 Rp 34,831.77 Rp 501,654.02 Rp 35,956.05 Rp 517,339.85 Rp 37,080.33 Rp 525,182.76 Rp 37,642.47 Rp 533,025.67 Rp 38,204.61 Rp 548,711.49 Rp 39,328.90 Rp 564,397.31 Rp 40,453.18
4.2.10 Biaya Bahan Baku untuk Serbuk Kunyit Bahan baku untuk serbuk kunyit yaitu simplisia kunyit yang kemudian dihaluskan dengan cara digiling. Untuk menghasilkan 1 Kg serbuk kunyit dibutuhkan 2 Kg simplisia kunyit. Pada penelitian ini perhitungan harga pokok produksi menggunakan simplisia 100 Kg.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.13. Total Biaya Bahan Baku untuk Serbuk Kunyit No 1 2 3 4
Proses
Bahan baku
Jumlah yang digunakan 37,642.47 100 Kg
Harga bahan baku
Persiapan bahan baku Simplisia Rp Penggilingan Pengemasan Penyimpanan Total Biaya bahan baku untuk serbuk kunyit
Total Rp
3,764,247
Rp
3,764,247
4.2.11 Menghitung Biaya Tenaga Kerja untuk Serbuk Kunyit Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembuatan serbuk kunyit ini ada pada proses penggilingan dan pengemasan. Pada proses penggilingan upah tenaga kerja Rp. 15.000,-/hari dan tiap hari pekerja bisa menghasilkan 6 Kg serbuk kunyit. Pada proses pengemasan dibutuhkan 1 pekerja dengan upah Rp. 15.000,-. BTK Penggilingan = Rp. 15.000,- x 9 hari = Rp. 135.000,Tabel 4.14. Biaya tenaga kerja untuk serbuk kunyit No 1 2 3 4
Proses
Tenaga Kerja
Waktu yang dibutuhkan (hari)
Persiapan bahan baku 9 hari Penggilingan 1 orang 1 hari Pengemasan 1 orang Penyimpanan Total Biaya tenaga kerja untuk serbuk kunyit
Biaya
Total
Rp 15,000 Rp 15,000
Rp 135,000 Rp 15,000 Rp 150,000
4.2.12 Biaya Overhead Pabrik untuk Serbuk Kunyit Biaya overhead pada proses produksi serbuk kunyit ini meliputi biaya listrik, biaya depresiasi peralatan, biaya depresiasi mesin dan biaya sewa gudang. Dengan perhitungan sebagai berikut : a. Depresiasi mesin penggiling Harga mesin penggiling ini sebesar Rp. 3.000.000,- dan nilai sisa dari mesin Rp. 1.000.000,- maka biaya depresiasi untuk mesin penggiling : Dt = (P-S)/N = (Rp. 3.000.000 - Rp. .1000.000)/5 = Rp. 400.000,- commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.11. Mesin Penggiling Sumber : Klaster Biofarmaka Karanganyar, 2012
Biaya depresiasi ini dibebankan tiap tahun, sedangkan mesin penggiling digunakan dalam 9 hari, maka biaya depresiasi yang dibebankan pada perhitungan harga pokok yaitu sebesar : Biaya depresiasi mesin penggiling = (9/365)*Rp 400.000,= Rp 9.863,1 b. Depresiasi sealer Dengan harga mesin pengirisan sebesar Rp. 250.000,- dan nilai sisa Rp. 50.000,- maka biaya depresiasi mesin sealer : Dt = (P-S)/N = (Rp. 250.000 - Rp. 50.000)/5 = Rp. 40.000,Biaya depresiasi ini dibebankan tiap tahun, sedangkan sealer hanya digunakan dalam 1 hari, maka biaya depresiasi yang dibebankan pada perhitungan harga pokok yaitu sebesar : Biaya depresiasi sealer = (1/365)*Rp 40.000,= Rp 109.58 c. Biaya listrik mesin penggiling Biaya listrik untuk mesin penggiling dengan daya 250 watt Konsumsi energy 愨
)/) )ﲸ
)ﲸ모
Mesin penggiling = = 18
commit to user Biaya per Kwh Rp. 728,-
䓈)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi biaya listrik untuk mesin penggiling = 18 x Rp. 728,= Rp 13.104,d. Biaya listrik untuk sealer Biaya listrik untuk mesin sealer dengan daya 300watt Konsumsi energy 愨
)/) )ﲸ
)ﲸ모
䓈)
Sealer 愨
= 0,225
Biaya per Kwh Rp. 728,Jadi biaya listrik untuk sealer = 0,225 x Rp. 728,= Rp. 134.68 e. Biaya sewa gudang Ukuran gudang yang ada di klaster 6 m x 4,5 m, biaya sewa untuk tanah dan bangunan sebesar Rp. 700.000/tahun. Untuk menyimpan produk serbuk kunyit, terdapat 50 kemasan dan diperlukan tempat dengan ukuran 0,5 m x 2 m. Maka biaya penyimpanan untuk serbuk kunyit sebesar : Luas awal = 21 m2 Luas yang digunakan = 5 m2
X= Rp. 166,667,-/tahun Karena penyimpanan serbuk kunyit hanya 1 bulan, maka biaya sewa gudang sebesar Rp. 13,889,-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15. Biaya Overhead Pabrik untuk Serbuk kunyit No
Proses
1
Persiapan bahan baku
2
Penggilingan
3
Pengemasan
Biaya yang dikeluarkan
Overhead Pabrik
depresiasi mesin penggiling biaya listrik Plastik kemasan
Rp Rp Rp
depresiasi sealer
4
Penyimpanan
986.31 Rp 13.10 3,000.00
999
Rp
3,244
Rp Rp
biaya listrik
Total
109.58 134.68
biaya sewa gudang
Rp 13,889 Rp 13,889 Total Biaya overhead pabrik untuk serbuk kunyit Rp 18,133
4.2.13 Harga Pokok Produksi untuk Serbuk Kunyit Perhitungan harga pokok produksi ini diperoleh dari penjumlahan dari biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya overhead pabrik. 99t
㽘২l l২4ᦰbe 愨
Total biaya 㽘২l l২4ᦰbe ᦰ嶈4B Ƽb 嶈tbhl嶈4 lB
২ h嶈t
Tabel 4.16. Harga Pokok Produksi untuk Serbuk Kunyit Biaya yang dikeluarkan
Proses
Biaya bahan baku
Persiapan bahan baku Penggilingan Pengemasan Penyimpanan
Rp
Biaya tenaga kerja
Biaya Overhead Pabrik
3,764,247
Jumlah
Rp
3,764,247
Rp Rp Rp Total biaya Rp Harga Pokok Produksi per Kg (a/jumlah hasil produksi) Rp
135,999 18,244 13,889 3,932,380 78,647.60
Rp Rp
135,000 Rp 999 15,000 Rp 3,244 Rp 13,889
Berdasarkan pada tabel 4.16 diperoleh harga pokok produksi untuk serbuk kunyit sebesar Rp. 78,647,60. Harga pokok produksi ini diperoleh dari penjumlahan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik. Setiap komponen-komponen biaya ini mempunyai prosentase yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada tabel 4.17.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.17. Prosentase Biaya Pada Proses Produksi Serbuk Kunyit Biaya yang dikeluarkan Proses
Persiapan bahan baku
Biaya bahan Biaya tenaga Biaya Overhead baku kerja Pabrik 96%
Jumlah
96%
Penggilingan Pengemasan Penyimpanan
3.43% 0.38%
0.03% 0.08% 0.35%
Total biaya Harga Pokok Produksi per Kg (a/jumlah hasil produksi)
3.46% 0.46% 0.35% 100% xxx
Pada tabel 4.17 diketahui kontribusi komponen biaya-biaya terhadap harga pokok produksi serbuk kunyit. Harga pokok produksi itu diperoleh dari komponen biaya-biaya yang harganya selalu ada kemungkinan untuk berubah. Oleh sebab itu perlu dilakukan perhitungan perubahan biaya yang nantinya akan berpengaruh pada harga pokok produksi. Perubahan biaya-biaya dapat dilihat pada tabel 4.18. Tabel 4.18. Perubahan Biaya Pada Proses Produksi Serbuk Kunyit Perubahan Biaya -50% -30% -10% 0% 10% 30% 50%
Biaya Bahan Baku Total Biaya HPP Rp 2,050,256.38 Rp 41,005.13 Rp 2,803,105.86 Rp 56,062.12 Rp 3,555,955.34 Rp 71,119.11 Rp 3,932,380.09 Rp 78,647.60 Rp 4,308,804.83 Rp 86,176.10 Rp 5,061,654.31 Rp 101,233.09 Rp 5,814,503.79 Rp 116,290.08
Kriteria Perubahan Biaya Tenaga Kerja Total Biaya HPP Rp 3,857,380.09 Rp 77,147.60 Rp 3,887,380.09 Rp 77,747.60 Rp 3,917,380.09 Rp 78,347.60 Rp 3,932,380.09 Rp 78,647.60 Rp 3,947,380.09 Rp 78,947.60 Rp 3,977,380.09 Rp 79,547.60 Rp 4,007,380.09 Rp 80,147.60
commit to user
Biaya Overhead Pabrik Total Biaya HPP Rp 3,923,313.75 Rp 78,466.27 Rp 3,926,940.28 Rp 78,538.81 Rp 3,930,566.82 Rp 78,611.34 Rp 3,932,380.09 Rp 78,647.60 Rp 3,934,193.35 Rp 78,683.87 Rp 3,937,819.89 Rp 78,756.40 Rp 3,941,446.42 Rp 78,828.93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 5.1. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Kunyit dan Produk Olahan Metode full costing menentukan harga pokok produksi dengan biaya dibebankan atau dikeluarkan sejak bahan baku mulai diproses sampai produk jadi. Hasil perhitungan dengan metode full costing, harga pokok produksi untuk rimpang kunyit sebesar Rp. 3.417,54, simplisia kunyit sebesar Rp. 37.642,47, dan serbuk kunyit sebesar Rp. 78.647,60. Hasil tersebut apabila dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh klaster saat ini, maka perhitungan dengan metode full costing memberikan hasil yang lebih besar. Hasil yang lebih besar pada perhitungan disebabkan karena perhitungan dilakukan pada semua biaya yang terlibat pada proses produksi mulai dari bahan baku yang digunakan, tenaga kerja yang digunakan dan biaya overhead pabrik yang dihitung secara detail. Sedangkan harga pada klaster lebih kecil dari perhitungan dengan metode full costing ini disebabkan karena klaster tidak menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses budidaya dan proses produksinya secara detail. Perbandingan harga jual klaster terhadap perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Perbandingan Harga Jual Klaster terhadap Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing No. Produk 1 2
3
Rimpang Kunyit Simplisia Kunyit Serbuk Kunyit
Harga Jual Klaster
HPP Metode Full costing
Rp. 2.000,-
Rp. 3.417,54
Rp. 14.000 - Rp. 18.000,Rp. 60.000,-
Rp. 37.642,47 Rp. 78.647,60
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui harga jual dari klaster terhadap perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing. Harga pokok produksi dengan metode full costing ini belum memperhitungkan laba. Jika pada metode full costing ditambah dengan laba 10%, maka harga jual untuk rimpang kunyit, commit to user simplisia kunyit dan serbuk kunyit dapat dilihat pada tabel 5.2.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.2. Perbandingan Harga Jual Klaster terhadap Harga Jual dengan Metode Full Costing Perbandingan Harga Jual No
1
Produk
Rimpang Kunyit
2
3
Klaster
Rp. 2.000,-
Simplisia
Rp. 14.000 -
Kunyit
Rp. 18.000,-
Serbuk Kunyit
Rp. 60.000,-
Prosentase
Metode Full
Perbedaan
costing
Harga Jual
Rp. 3.759,29
87 %
Rp. 41.406,71
130 %
Rp. 86.512,36
44 %
Pada tabel 5.2 diketahui harga jual oleh klaster dengan harga jual yang berdasarkan pada perhitungan HPP metode full costing dengan diperhitungkan laba sebesar 10 %. Prosentase peningkatan harga dari harga yang ada di klaster terhadap harga yang diperoleh dengan metode full costing, yaitu pada rimpang kunyit peningkatan harga sebesar 87 %, simplisia kunyit sebesar 130 %, serbuk kunyit peningkatan harga sebesar 44 %. Prosentase peningkatan harga jual ini sangat tinggi, dikarenakan pada awal budidaya dan proses produksi klaster belum memperhitungkan seluruh biaya yang digunakan. Sedangkan harga jual dengan menghitung harga pokok produksi pada seluruh biaya yang digunakan didapatkan harga jual yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hasil perhitungan dengan menggunakan metode full costing ini dapat digunakan oleh klaster sebagai acuan atau cara perhitungan pada penentuan harga pokok produksi dan selanjutnya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan harga jual dari produk yang dihasilkan. 5.2. Analisis Proporsi Biaya Penentuan harga pokok produksi ini diperlukan data yang lengkap pada biaya-biaya yang digunakan untuk budidaya kunyit, proses produksi simplisia dan serbuk kunyit. Dalam metode full costing seluruh biaya itu meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya- biaya yang commit to user dikeluarkan pada proses budidaya kunyit dan proses produksi dapat dilihat pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tabel 3.1, 3.2, 3.3 dan kontribusi dari setiap biaya dapat dilihat pada tabel 4.5, 4.11, dan 4.17. Dari tabel 4.5 diketahui masing-masing komponen biaya pada harga pokok produksi rimpang kunyit. Dari hasil perhitungan, kontribusi biaya bahan baku sebesar 31%, biaya tenaga kerja sebesar 22% dan biaya overhead lahan sebesar 34%. Perbandingan komponen biaya tersebut dapat dilihat pada gambar 5.1. Pada komponen biaya-biaya tersebut, biaya yang paling berpengaruh yaitu biaya overhead lahan yakni sebesar 34% dari total biaya. Dari biaya overhead lahan, biaya yang paling besar yakni biaya sewa lahan sebesar 29% dari total biaya atau sebesar Rp. 1.500.000,-. Besarnya biaya sewa lahan ini yang paling mempengaruhi pada perhitungan harga pokok produksi kunyit.
Gambar 5.1. Proporsi Biaya untuk Budidaya Rimpang Kunyit Perhitungan harga pokok produksi untuk proses produksi simplisia kunyit dapat dilihat pada tabel 4.10 dan prosentase biaya-biaya pada proses produksi simplisia kunyit dapat dilihat pada tabel 4.11. Dari hasil perhitungan, kontribusi biaya bahan baku sebesar 56,7%, biaya tenaga kerja sebesar 17,5% dan biaya overhead lahan sebesar 13%. Perbandingan komponen biaya-biaya itu dapat dilihat pada gambar 5.2. Dari komponen biaya-biaya tersebut, biaya yang paling berpengaruh yaitu biaya bahan baku yakni sebesar 56,7% dari total biaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 5.2. Proporsi Biaya untuk Produksi Simplisia Kunyit Perhitungan harga pokok produksi untuk proses produksi serbuk kunyit dapat dilihat pada tabel 4.16 dan prosentase biaya-biaya pada proses produksi serbuk kunyit dapat dilihat pada tabel 4.17. Dari hasil perhitungan, kontribusi biaya bahan baku sebesar 96 %, biaya tenaga kerja sebesar 3,81 % dan biaya overhead lahan sebesar 0,46 %. Komponen-komponen biaya ini dapat dilihat pada gambar 5.3. Dari komponen biaya-biaya, biaya yang paling berpengaruh yaitu biaya bahan baku yakni sebesar 96 % dari total biaya.
Gambar 5.3. Proporsi Biaya untuk Produksi Serbuk Kunyit 5.3. Analisis Sensitivitas Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing ini diperoleh dari menghitung biaya bahan baku (BB), biaya tenaga kerja (BTK) dan biaya commit to user overhead pabrik (BOP). Biaya-biaya yang digunakan dalam perhitungan harga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pokok produksi ini diperoleh dari wawancara dan berdasarkan harga pasar. Namun harga yang ada di pasar tidak selalu konstan dan selalu ada kemungkinan berubah. Oleh karena itu digunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui seberapa jauh perubahan harga pokok produksi terhadap peningkatan atau penurunan pada biaya-biaya yang digunakan pada penentuan harga pokok produksi. Pada analisis sensitivitas ini, perubahan harga yang dilakukan yaitu peningkatan harga bahan baku sebesar 50%, 30%, dan 10% serta penurunan harga bahan baku sebesar 10%, 30% dan 50%. Begitu juga dengan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Hasil dari analisis sensitivitas dapat dilihat pada gambar 5.4, 5.5, dan 5.6. Dari gambar 5.4 dapat dilihat bahwa peningkatan biaya overhead pabrik lebih berpengaruh signifikan dari pada peningkatan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead pabrik ini lebih berpengaruh signifikan karena pada prosentase harga pokok, biaya overhead pabrik memberikan kontribusi sebesar 34 % dari total biaya. Sehingga jika terjadi kenaikan atau penurunan biaya overhead pabrik sangat mempengaruhi harga pokok produksi dari rimpang kunyit. Perubahan Biaya terhadap Harga Pokok Produksi Rimpang Kunyit Harga Pokok Produksi
4500 4000 3500
BB BTK
3000
BOP 2500 -50%
-30%
-10%
0%
10%
30%
50%
Perubahan Biaya
Gambar 5.4. Grafik Perubahan Biaya terhadap Harga Pokok Produksi Rimpang Kunyit Dari gambar 5.5 dapat dilihat bahwa komponen biaya yang paling sensitif yakni biaya bahan baku. Peningkatan dan penurunan harga bahan baku sangat berpengaruh pada harga pokok produksi simplisia kunyit. Peningkatan dan penurunan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik berpengaruh kecil pada harga pokok produksi. Ini dapat dilihat pada peningkatan bahan baku sebesar 50% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maka harga pokok produksi menjadi Rp. 49.890,-. Sedangkan peningkatan biaya tenaga kerja 50% harga pokok produksi menjadi Rp. 41.405,- dan peningkatan biaya overhead pabrik 50% harga pokok produksi menjadi Rp. 40.453,-. Perubahan Biaya terhadap Harga Pokok Produksi Simplisia Kunyit 60000 Harga Pokok Produksi
55000 50000 45000 40000
BB
35000
BTK
30000
BOP
25000 20000 -50%
-30%
-10%
0%
10%
30%
50%
Perubahan Biaya
Gambar 5.5. Grafik Perubahan Biaya terhadap Harga Pokok Produksi Simplisia Kunyit Perubahan Biaya terhadap Harga Pokok Produksi Serbuk Kunyit 120000
Harga Pokok Produksi
110000 100000 90000 80000
BB
70000
BTK
60000
BOP
50000 40000 -50%
-30%
-10%
0%
10%
30%
50%
Perubahan Biaya
Gambar 5.6. Grafik Perubahan Biaya terhadap Harga Pokok Produksi Serbuk Kunyit Komponen biaya yang sensitif dari gambar 5.6 yaitu biaya bahan baku. Biaya bahan baku ini sangat berpengaruh pada peningkatan dan penurunan harga pokok produksi serbukkunyit. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan bahan baku sebesar 50% maka harga pokok produksi menjadi Rp. 116.290,08. Sedangkan peningkatan biaya tenaga kerja 50% harga pokok produksi menjadi Rp. 80.147,60 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan peningkatan biaya overhead pabrik 50% harga pokok produksi menjadi Rp. 78.828,93. 5.4. Analisis Biaya Sewa Lahan dan Biaya Sewa Gudang Pada analisis proporsi biaya dan analisis sensitivitas, untuk rimpang kunyit biaya yang berpengaruh signifikan yaitu biaya overhead lahan dimana biaya sewa lahan sangat mempengaruhi harga pokok produksi. Untuk simplisia kunyit biaya yang paling berpengaruh yaitu biaya bahan baku, dan untuk serbuk kunyit biaya yang paling berpengaruh yaitu biaya bahan baku. Jika biaya sewa lahan tidak diperhitungkan pada harga pokok produksi, maka harga pokok produksi untuk rimpang kunyit, simplisia kunyit dan serbuk kunyit akan berubah. Perubahan harga pokok produksi tanpa perhitungan biaya sewa lahan dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3. Harga Pokok Produksi tanpa Biaya Sewa Lahan
No 1 2 3
Harga Pokok Produksi Produk Rimpang Kunyit Rp 2,270.74 Simplisia Kunyit Rp 29,422.71 Serbuk Kunyit Rp 62,186.15
Selisih harga pokok produksi awal dengan harga pokok produksi tanpa memperhitungkan biaya sewa lahan untuk rimpang kunyit sebesar Rp. 1.146,8, simplisia kunyit sebesar Rp. 8,219.76 dan untuk serbuk kunyit sebesar Rp. 16,461.45. selisih untuk rimpang kunyit tidak terlalu besar, namun untuk simplisia kunyit dan serbuk kunyit sangat berpengaruh. Untuk saat ini para petani kemungkinan belum memperhitungkan biaya sewa karena para petani merasa lahan itu milik mereka sendiri dan tidak perlu mengeluarkan biaya. Padahal biaya sewa lahan merupakan komponen biaya yang harus diperhitungkan pada penentuan harga pokok produksi. Selain biaya sewa lahan, pada biaya overhead terdapat biaya sewa gudang. Untuk perhitungan harga pokok produksi ini, biaya sewa gudang dihitung berdasarkan tempat yang digunakan oleh produk tersebut dan lama penggunaan tempat tersebut berdasarkan pada lama maksimal produk itu dapat digunakan. Dengan perhitungan tersebut biaya sewa gudang ini berpengaruh 1 % untuk commit to user rimpang kunyit, 11.1 % untuk simplisia kunyit dan 0.35 % untuk serbuk. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak memperhitungkan biaya sewa pada tiap produk, maka harga pokok produksi juga akan berubah. Perubahan harga ini dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4. Harga Pokok Produksi tanpa Biaya Sewa Gudang
No 1 2 3
Harga Pokok Produksi Produk Rimpang Kunyit Rp 3,387.80 Simplisia Kunyit Rp 32,864.04 Serbuk Kunyit Rp 78,347.75
Cara lain untuk menghitung biaya sewa gudang yaitu dengan berdasarkan pada jumlah produksi, untuk kunyit jumlah produksi sebesar 39 % dari total produksi yang dihasilkan klaster. Dengan biaya sewa gudang sebesar Rp. 700.000,-/tahun maka biaya sewa gudang untuk kunyit dan produk olahannya sebesar Rp. 273.000,-/tahun. Biaya sewa ini lebih besar dibandingkan dengan biaya sewa yang digunakan pada perhitungan harga pokok produksi yaitu sebesar Rp. 119.445,-. 5.5. Analisis Biaya Depresiasi Setelah diketahui proporsi setiap komponen biaya dan komponen biaya apa saja yang berpengaruh, maka analisis biaya depresiasi yang masuk dalam biaya overhead dapat diketahui. Pada perhitungan harga pokok produksi untuk budidaya rimpang kunyit biaya depresiasi ada pada proses penyortiran dan penyimpanan, biaya itu berpengaruh sangat kecil pada total biaya overhead yakni sebesar 1%. Dengan
menghilangkan
biaya
depresiasi
pada
proses
penyortiran
dan
penyimpanan maka harga pokok produksi menjadi Rp. 3.405,15. Selisih antara harga produksi awal dan harga pokok produksi dengan menghilangkan biaya depresiasi yakni sebesar Rp. 12,39. Selisih ini nilainya sangat kecil, sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan pada perhitungan harga pokok produksi rimpang kunyit. Pada perhitungan harga pokok produksi untuk simplisia kunyit, biaya depresiasi dapat dilihat pada tabel 3.3, total biaya depresiasi yang berpengaruh pada biaya overhead sebesar 2%. Dengan menghilangkan biaya depresiasi maka harga pokok produksi menjadi Rp. 37.547,07 dan selisih Rp. 95,33 dari harga pokok produksi awal yakni sebesar Rp. 37.642,40. Selisih harga pokok produksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini sangat kecil, sehingga tidak terlalu berpengaruh pada perhitungan harga pokok produksi. Dari perhitungan harga pokok produksi untuk serbuk kunyit, biaya depresiasi dapat dilihat pada tabel 3.3, total biaya depresiasi yang berpengaruh pada biaya overhead sebesar 6%. Biaya depresiasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan biaya depresiasi pada proses budidaya kunyit dan proses produksi simplisia kunyit. Namun besarnya biaya depresiasi ini tidak terlalu berpengaruh pada perubahan harga pokok produksi.Dengan menghilangkan biaya depresiasi maka harga pokok produksi menjadi Rp. 78.625,53 dan selisih Rp. 21,92 dari harga pokok produksi awal yakni sebesar Rp. 78.647,45. 5.6. Analisis Bunga Majemuk Perhitungan harga pokok produksi ini diperoleh dari penjumlahan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Pada perhitungan ini menggunakan bunga majemuk karena digunakan untuk mendapatkan nilai yang ekuivalen pada suatu periode mendatang dari sejumlah uang pada saat ini dengan tingkat bunga yang telah ditentukan. Perhitungan harga pokok produksi untuk rimpang kunyit proporsi biaya untuk bunga majemuk sebesar 13 %, untuk simplisia kunyit sebesar 12,8 %. Proporsi bunga majemuk ini sangat mempengaruhi besarnya harga pokok produksi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5. Dengan tidak memperhitungakan bunga majemuk maka harga pokok produksi juga turun. Pada rimpang kunyit harga pokok produksi tanpa bunga majemuk sebesar Rp. 2,980.06, selisih antara harga pokok awal yakni sebesar Rp. 436.94. Untuk simplisia kunyit harga pokok produksi tanpa bunga majemuk sebesar Rp. 30,089.65, selisih dengan harga pokok awal sebesar Rp. 7,552.75. Meskipun serbuk kunyit tidak menggunakan bunga majemuk, namun perubahan harga yang ada di rimpang kunyit dan simplisia kunyit juga mempengaruhi perubahan harga pada serbuk kunyit. Harga serbuk kunyit dengan tidak memperhitungkan bunga majemuk sebesar Rp. 63,520.03 dengan selisih Rp. 15,105.5 terhadap harga awal. Tabel 5.5. Perbandingan Harga Pokok Produksi terhadap Bunga Majemuk Perbandingan HPP commit to user Dengan bunga majemuk Tanpa bunga majemuk 1 Rimpang Kunyit Rp 3,417.54 Rp 2,980.06 2 Simplisia Kunyit Rp 37,642.40 Rp 30,089.65 3 Serbuk Kunyit Rp 78,625.53 Rp 63,520.03
No
Produk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan tidak memperhitungkan bunga majemuk, harga pokok produksi mengalami penurunan harga. Namun harga yang diperoleh tanpa bunga majemuk masih tinggi dibandingkan dengan harga yang ada di klaster. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan dengan tidak memperhitungkan bunga majemuk, biaya sewa lahan dan biaya sewa gudang. Maka harga pokok produksi dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6. Harga Pokok Produksi tanpa Bunga Majemuk, Biaya Sewa Lahan dan Biaya Sewa Gudang
No 1 2 3
Harga Pokok Produksi Produk Rimpang Kunyit Rp 1,954.14 Simplisia Kunyit Rp 23,677.61 Serbuk Kunyit Rp 50,695.96
Berdasarkan tabel 5.6 harga pokok produksi mengalami penurunan. Untuk rimpang kunyit diperoleh harga pokok produksi sebesar Rp. 1,954.14, selisih dengan harga pokok awal sebesar Rp. 1,463.4. Harga rimpang kunyit pada perhitungan ini sudah berada di bawah harga yang ada di klaster. Untuk simplisia kunyit diperoleh harga pokok produksi sebesar Rp. 23,677.61 dengan selisih terhadap harga awal sebesar Rp. 13,964.86. Untuk harga simplisia kunyit ini lebih tinggi dibanding harga yang ada di klaster. Harga pokok produksi serbuk kunyit pada perhitungan ini sebesar Rp. 50,695.96, selisih dengan harga pokok awal sebesar Rp. 27,951.64. Harga pokok produksi untuk serbuk kunyit ini lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ada di klaster. 5.7. Analisis Harga Klaster Saat ini harga yang diberikan oleh klaster kepada petani untuk rimpang kunyit sebesar Rp. 2,000.-, simplisia kunyit sebesar Rp. 14,000.- sampai dengan Rp. 18,000.- dan untuk serbuk kunyit sebesar Rp. 60,000.-. Untuk mengetahui apakah harga yang ada di klaster sudah sesuai maka dilakukan perhitungan dengan metode full costing dengan menggunakan harga bahan baku Rp. 2,000.-. Pada harga bahan baku Rp. 2,000.- diperoleh perhitungan untuk simplisia kunyit sebesar Rp. 27,482.21 dan untuk serbuk kunyit sebesar Rp. 58,305.15. Untuk simplisia kunyit harga yang diperoleh dari perhitungan masih diatas dari klaster commit to user dengan selisih Rp. 9,482.21 - Rp. 13,484.21. Harga dari klaster untuk simplisia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kunyit belum sesuai. Sedangkan untuk serbuk kunyit diperoleh harga sebesar Rp. 58,305.15 dan harga dari klaster sebesar Rp. 60,000.-. Harga dari klaster untuk serbuk kunyit ini sudah sesuai, karena harga dari klaster lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada metode full costing, dengan selisih harga Rp. 1,694.85. Tabel 5.7. Perubahan Harga Bahan Baku terhadap Harga Pokok Produksi
No 1 2 3
Harga Pokok Produksi Produk Rimpang Kunyit Rp 2,000.00 Simplisia Kunyit Rp 27,482.21 Serbuk Kunyit Rp 58,305.15
Perhitungan pada tabel 5.7 dengan menggunakan metode full costing masih memperhitungkan bunga majemuk. Jika bunga majemuk dihilangkan maka harga pokok produksi dengan harga bahan baku sebesar Rp. 2,000.- dapat dilihat pada tabel 5.8. Tabel 5.8. Perubahan Harga Pokok Produksi tanpa Bunga Majemuk
Harga Pokok Produksi No Produk 1 Rimpang Kunyit Rp 2,000.00 2 Simplisia Kunyit Rp 23,964.24 3 Serbuk Kunyit Rp 51,269.24 Berdasarkan pada tabel 5.8, harga pokok produksi tanpa bunga majemuk dengan harga bahan baku dari klaster Rp. 2,000.- maka harga pokok produksi juga mengalami penurunan harga dengan harga untuk simplisia kunyit Rp. 23,964.24 dan harga untuk serbuk kunyit Rp. 51,269.24. Harga untuk simplisia kunyit masih diatas harga jual klaster saat ini. Sedangkan harga untuk serbuk kunyit sudah sesuai. Selisih antara harga simplisia kunyit dengan memperhitungkan bunga majemuk dan tidak memperhitungkan bunga majemuk sebesar Rp. 3,517,97. Harga simplisia kunyit ini lebih tinggi dari harga yang ada di klaster. Hal ini disebabkan oleh harga bahan baku. Jika harga bahan baku Rp. 1000,- maka harga simplisia kunyit ini bisa turun dan sama dengan harga yang ada di klaster. Setelah dilakukan analisis perhitungan perubahan-perubahan harga, klaster dapat memilih strategi mana yang lebih sesuai untuk klaster dalam menentukan harga pokok produksi. Jika klaster tetap menjual dengan harga Rp. 2.000,- maka klaster dapat mengurangi atau menghilangkan beberapa komponen biaya seperti biaya sewa gudang, biaya sewa lahan dantobunga commit user majemuk. Sehingga harga pokok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produksi lebih murah dan klaster mendapatkan keuntungan yang lebih. Agar klaster mendapatkan keuntungan yang lebih maka klaster harus menjual produknya dengan harga yang lebih besar dari harga pokok. Selain itu, klaster dapat mengurangi biaya-biaya pada proses budidaya dan proses produksi dengan cara bekerja sama dengan litbang, pemerintah dan industri-industri jamu dalam hal modal dan fasilitas-fasilitas produksi. Sehingga dalam jangka panjang klaster mampu membangun gudang dan mengakomodasi biaya sewa lahan. Sehingga pendapatan klaster meningkat, dan mampu selaras dengan harga yang ada dalam perhitungan full costing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing untuk rimpang kunyit sebesar Rp. 3417,54, untuk simplisia kunyit sebesar Rp. 37.642,40 dan untuk serbuk kunyit sebesar Rp. 78.647,45. 2. Harga rimpang kunyit di klaster sebesar Rp. 2,000,-, dengan dihitung menggunakan metode full costing, harga pokok produksi untuk simplisia sebesar Rp. 27,482.21 dan untuk serbuk kunyit sebesar Rp. 58,305.15. 3. Strategi penetapan harga jual oleh klaster dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dengan tidak memperhitungkan biaya sewa, biaya sewa gudang dan bunga majemuk maka harga pokok produksi juga berubah. Selain itu, klaster dapat mengurangi biaya-biaya pada proses budidaya dan proses produksi dengan cara bekerja sama dengan litbang, pemerintah dan industri-industri jamu dalam hal modal dan fasilitas-fasilitas produksi. Sehingga dalam jangka panjang klaster mampu membangun gudang dan mengakomodasi biaya sewa lahan. Sehingga pendapatan klaster meningkat, dan mampu selaras dengan harga yang ada dalam perhitungan full costing. Namun klaster dapat memilih perhitungan mana yang sesuai dengan klaster dan sesuai pada kondisi pasar saat ini. 6.2 Saran Saran-saran yang diberikan sebagai berikut: 1. Pengurus klaster biofarmaka melakukan negosiasi kepada industri-industri jamu untuk mendapatkan pinjaman modal dan fasilitas-fasilitas yang terkait dengan proses budidaya dan proses produksi kunyit. 2. Pengurus klaster biofarmaka sebaiknya mencatat semua biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi dan budidaya, sehingga dapat dengan mudah menghitung harga pokok produksi dan dapat melakukan evaluasi pada commit to user perubahan-perubahan harga.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pengurus klaster biofarmaka sebaiknya meningkatkan harga jual sehingga suatu saat dapat mencukupi biaya dengan perhitungan metode full costing. 4. Penelitian berikutnya
ditujukan pada penentuan harga jual dengan
mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk produk biofarmaka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Ariefenie, Nur Fitri. Kunyit [Online]. Tersedia di : http://tanamanherbal.info. Diakses pada tanggal 8 Mei 2012. Bank
Indonesia,
2012.
Suku
Bunga
Kredit
[Online].
Tersedia
di
:
http://www.bi.go.id. Diakses pada tanggal 16 Maret 2012. Buyadana,
2012.
Budidaya
Kunyit
[Online].
Tersedia
di
:
http://buyadana.wordpress.com. Diakses pada tanggal 8 Mei 2012.
Departemen Pertanian, 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat Edisi Kedua. Garrison, Ray H and Eric W. Noreen. 2000. Akuntansi Manajerial. Terjemahan A. Totok Budisantoso, SE., Akt. Jakarta: Salemba Empat.
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta : Kanisius Mardiasmo. 1994. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Andi Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya, Edisi 10. Yogyakarta: Aditya Media.
Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat Paramitasari, Dyah R. 2011. Budidaya Rimpang. Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka Pujawan, I Nyoman. 2008. Ekonomi Teknik. Surabaya : Guna Widya Tempo,
2012.
Tarif
Dasar
Listrik
[Online].
Tersedia
di
:
http://www.tempo.co.id/read/news/2012/03/12/090389660/. Diakses pada tanggal 16 Maret 2012. Rayburn, Letricia Gayle. 1999. Akuntansi commit toBiaya. user Jakarta : Erlangga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wahyuningsih, Wiwin. 2009. Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Pembuatan Tahu Fajar Di Jumantono. Skripsi S1. Program Sarjana. Universitas Sebelas Maret.
commit to user