ANALISIS PENDEKATAN POLITIK EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WISATA KOTA TUA (Studi Kasus Komunitas Historia Indonesia) Shinta Doriza, S.Sos., M.Pd., M.E)* Aeng Muhidin, M.Pd)†
ABSTRAK: SHINTA DORIZA, S.Sos., M.Pd., M.E. AENG MUHIDIN, M.Pd., Analisis Pendekatan Politik Ekonomi Dalam Pengembangan Wisata Kota Tua (Studi Kasus Komunitas Historia Indonesia). 2016. Penelitian ini dalam jangka panjang ingin mengeksplorasi berbagai faktor yang mendorong dan mendukung pengembangan pariwisata di DKI Jakarta. Perspektif teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah politik ekonomi, yang melihat pengembangan wisata terbagi menjadi empat blok jenis pengembangan wisata, yaitu pendekatan rancangan, pendekatan kesengajaan, pendekatan responsif dan pendekatan integratif-evolutif. Dalam jangka pendek, penelitian ini ingin menganalisis dan mengeskplorasi lebih mendalam empat pendekatan pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Komunitas Historia Indonesia sebagai pengembang wisata sejarah di Kawasan Kota Tua Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan pada sejak tahun 2003 sampai dengan 2013, pendekatan pengembangan Wisata Sejarah Kota Tua (WSKT) yang dilakukan Komunitas Historia Indonesia (KHI) berganti dari pendekatan responsif ke pendekatan terencana. Pendekatan responsif adalah pendekatan yang digerakkan oleh faktor penawaran yang dilatarbelakangi oleh motivasi untuk menyelesaikan masalah. Kekuatan utama pendorong pengembangan wisata sejarah kota tua adalah dari segi keunikan destinasi, strategi pemasaran pembedaan yang memfokuskan pada kemasan produk dan harga produk paket wisata. Faktor pemintaan bertindak sebagai faktor feri-feri, walaupun berperan penting dalam mensukseskan pengembangan WSKT. Bercermin pada pengalaman, pada tahun 2005, K”HI memfokuskan pada gerakan kultural dengan visi “Membangun Nasionalisme dan Berwirausaha” melalui tiga pilar gerakan “edukatif, rekreatif dan menghibur”, dan menetapkan tiga tahapan strategis, yaitu tahapan Menengal, tahapan Mencintai, dan tahapan Kesadaran. Keberhasilan pengembangan WSKT terletak pada pemasaran yang bertubi-tubi tetapi tidak kasar, dengan strategi yang halus, partisipatif dan akomodatif terhadap kebutuhan dan perbedaan segmen pasar. Kata kunci: pengembangan destinasi wisata, wisata kota tua, pendekatan ekonomi-politik, wisata budaya. Dosen Program Studi S1 Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta. † Dosen Program Studi S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pamulang. *
112
kelestarian bangunan sejarah itu”5,
MASALAH PENELITIAN Bagi
masyarakat
kawasan
Belanda
sebagai
warisan
oleh
jalu
pembangunan fisik dan pembiaran
Jenderal
oleh pemerintah. KHI juga melihat
tidak-ubahnya
“generasi muda tidak begitu peduli
Gubernur
Hindia
terancam
kedudukan
bekas
pemerintahan
bahkan
umum,
sejarah,
akan
tidak
pentingnya
bangunan
memiliki makna apapun. Berbeda
bersejarah”,
dengan
bagi
cenderung antipati terhadap sejarah,
sekelompok mahasiswa yang berlatar
karena “pelajaran sejarah sebagai
belakang pendidikan sejarah yang
pelajaran
tergabung
bahkan
pandangan
dalam
umum,
KPSBI-Historia
KHI 3),
bahkan
yang tidak
mereka
membosankan, menyenangkan.” 6
memandang
Menyajikan pelajaran sejarah yang
kawasan itu memiliki nilai sejarah,
menarik dan menyenangkan adalah
sekaligus memiliki nilai pendidikan
tantangan sekaligus sebagai solusi
(sejarah).
yang
(kemudian,
Bagi
KSPBI-Historia
ditawarkan
oleh
KHI
(kemudian, KHI) pemeliharaan dan
menghadapi generasi muda yang
pelestarian
sulit mempelajari sejarah.
bangunan-bangunan untuk
Permasalahan itu memotivasi
membangkitkan nasionalisme yang
dan melatarbelakangi se-kelompok
berperan penting bagi pembangunan
mahasiswa yang tergabung dalam
jiwa. 4
Sayangnya,
Komunitas Historia Indonesia (KHI),
umum
tidak
sejarah
merupakan
media
“masyarakat
peduli
untuk menjadikan Kawasan Kota
terhadap
Tua sebagai basis penyadaran sejarah dan pembangkitan nasionalisme yang dikemas melalui kegiatan wisata.
3
KHI (Komunitas Historia Indonesia) adalah metamorfosis dari Komunitas Peduli Sejarah dan Budaya Indonesia (KPSBIHistoria), paguyuban mahasiswa-mahasiswa mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Indonesia (UI) yang peduli pada pelestarian warisan sejarah dan pendidikan. http://www.komunitashistoria.org/ dan http://thehistoryofhistoria.blogspot.com/ 4 http://www.komunitashistoria.org/ dan http://thehistoryofhistoria.blogspot.com/
Sebuah perjalanan perjuangan yang panjang bagi KHI untuk mengajak, merubah persepsi dan menyadarkan 5
http://www.komunitashistoria.org/ dan http://thehistoryofhistoria.blogspot.com/ 6 http://www.komunitashistoria.org/ dan http://thehistoryofhistoria.blogspot.com/
113
masyarakat umum, terutama generasi
“membedakan”
muda untuk peduli pada sejarah dan
sejarah-kota tua dan KHI.
budaya bangsa Indonesia. KHI pada
Kegiatan-kegiatan
awalnya
menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
wisata
antara
wisata
wisata
yang dilakukan oleh KHI dengan
kecil-
kemasan atraksi wisata sejarah dan
kecilan dengan membawa kelompok
budaya
wisatawan (siswa dan masyarakat
pariwisata di DKI Jakarta, peneliti
umum) ke kawasan kota tua dan
anggap sebagai gejala unik dan
museum-museum yang tersebar di
menarik untuk diteliti. Sungguh sulit
DKI
dibayangkan,
Jakarta.
Seiring
dengan
mampu
membangkitkan
sekelompok
berjalannya waktu, hubungan baik
mahasiswa
yang dibina KHI dengan berbagai
kompetensi yang memadai, “nekad”
pihak dan perluasan jaringan yang
untuk mengembangkan pariwisata.
dibentuk terutama dengan lembaga-
Gejala
lembaga
bertanya,
sejarah
pendidikan, dan
pariwisata,
museum,
yang
itu
memiliki
membuat faktor
menyebabkan
akhirnya
tidak
peneliti
apa
mereka
yang “nekad”
membawa KHI menjadi mitra utama
memilih pariwisata? Mengapa wisata
berbagai pengelola bangunan tua di
sejarah dan budaya yang mereka
Jakarta, seperti Museum Sejarah
pilih? Apa yang telah KHI lakukan
Jakarta, Museum Bank Mandiri,
sampai
Museum Bank Indonesia, Kantor Pos
memperluas
Jakarta, Taman Fatahillah, Musuem
meningkatkan
Juang 45, Café Batavia, Xpose Cafe,
pariwisata di DKI Jakarta? Untuk
Cafe
dapat
Galangan,
Batavia
Museum
Bahari,
Kebangkitan
Nasional
Hotel, Museum
dan
akhirnya
mereka jaringan
dapat dan
pertumbuhan
menjawab
pertanyaan
itu,
literatur pariwisata mengajukan suatu
lain
perspektif. Ada dua perspektif yang
sebagainya. 7 Kini KHI dikenal luas,
berkembang untuk melihat gejala
masyarakat kini sudah tidak dapat
pertumbuhan
pariwisata,
yaitu
perspektif ekonomi dan perspektif politik ekonomi. 7
http://www.komunitashistoria.org/ dan http://thehistoryofhistoria.blogspot.com/
114
Apakah
ekonomi
satu-
memilih pariwisata? Ataukah ada
satunya yang menjadi alasan KHI
motif lain selain ekonomi yang
dalam pengembangan wisata di
mendorong
kawasan
Masih
terjun ke bisnis pariwisata? Dalam
ekonomi
Website KHI mengatakan bahwa
kota
diragukan. melihat
tua?
Perspektif bahwa
pariwisata
itu
tujuan
pertumbuhan sebagai
KHI
untuk
KHI
memperkenalkan
gejala
“nekad”
adalah
untuk
sejarah
dengan
ekonomi, hampir semua terjadi di
cara-cara yang menyenangkan dan
semua wilayah. Tidak ada yang
pariwisata menjadi medium untuk
membedakan antara satu daerah
menanamkan kesadaran sejarah dan
dengan daerah lain, an sich sebagai
nasionalisme.
gejala ekonomi. Menurut perspektif
sengaja
ini,
menerjunkan
pertumbuhan
pariwisata
di
KHI
“nekad”
nampaknya
bertindak
diri
ke
dan
kegiatan
berbagai daerah harus dilihat sebagai
pariwisata untuk memperjuangkan
campur tangan “invisible hand” yang
nilai
mengatur mekanisme permintaan dan
pegang.
pemasaran di pasar. Apakah hanya
dilakukan KHI tidak beranjak dari
sebatas
permintaan pasar pariwisata terhadap
peluang
ekonomi
yang
dan
prinsip
yang
mereka
Kesengajaaan
yang
menyebabkan KHI memilih untuk
atraksi
mengembangkan
kawasan
beranjak dari motif non-ekonomi.
kota tua? Perspektif ekonomi tidak
Lalu, mengapa pariwisata menurut
mampu
pandangan KHI dianggap cocok
wisata
menjelaskan
komunitas
KHI
mengapa
yang
sebagai
berlatar
pendidikan
mereka
kompetensi
yang
dikuasai
oleh
mampu
kualifikasi jauh
pertanyaan
dari
perspektif
seharusnya
mereka
seringkali
Apakah
mendorong
terpaksa
tetapi
penanaman
ekonomi
menjawab itu.
tidak
pertanyaan-
Ketidakmampuan
ekonomi
dalam
menjelaskan gejala pariwisata yang
yang
berkecimpung di dunia pariwisata. mereka
medium
Perspektif
pariwisata sebagai jantung kehidupan sementara
tertentu,
kesadaran sejarah?
belakang pendidikan sejarah memilih
mereka,
wisata
untuk 115
unik
dan
sejumlah
berbeda, ahli
lain
menawarkan
perspektif
alternatif
KERANGKA TEORETIK
non-ekonomi,
yakni
perspektif
Perspektif
teoretis
yang
politik ekonomi. Menurut perspektif
digunakan
ini,
menjawab
mendorong
di
mengajukan sejumlah konsep teoretis
untuk
mampu
pertanyaan-pertanyaan
atas,
dalam
penelitian
peneliti
ini
untuk
pariwisata harus dipandang tidak
yang
hanya dari „kacamata‟ ekonomi,
peneliti menyelidiki lebih dalam
tetapi
gejala yang diamati, yakni kesadaran
harus
perubahan
dikaitkan
sosial,
dengan
ekonomi
dan
dianggap
sejarah,
dapat
membantu
pengembangan
destinasi
politik, atau dari kacamata yang lebih
wisata, identitas lokasi dan budaya,
besar dan komprehensif. Menurut
dan
perspektif ini, ada keterkaitan antara
Penelitian ini bertujuan untuk:
ekonomi dan politik, bahwa tindakan
memetakan
ekonomi
dari
sejarah-kota tua ke dalam empat
pekerjaan “invisible hand”, tetapi
macam pendekatan pengembangan
sebagai produk politik, hubungan
wisata,
kekuasaan dan perjuangan sosial.
faktor pendorong dan penarik bagi
Dalam
terciptanya
bukan
dihasilkan
konteks
proyek
industri
di
budaya
kreatif.
pertumbuhan
samping
(1)
wisata
menyelidiki
pertumbuhan
dan
pengembangan wisata kawasan kota
perkembangan pariwisata di DKI
tua oleh KHI, perspektif politik
Jakarta;
ekonomi melihat ada rasionalisasi
keterkaitan dan hubungan antara
politik yang melatarbelakangi KHI
faktor
untuk mengembangkan wisata kota
perkembangan wisata sejarah-kota
tua.
tua dengan identitas lokasi dan
(2)
mengeksplorasi
pendorong
dan
penarik
budaya dan industri budaya kreatif; (3) mengeksplorasi keterkaitan dan hubungan antara kemajuan teknologi komunikasi
dan
informasi,
kemampuan manajerial, pemasaran dan pengemasan produk dengan perkembangan pariwisata. 116
untuk
1. Empat Kuadran Pendekatan
Krippendorf
(1987)
bahwa
tiga
dan
sejak
terbuka; dan (5) untuk bereksperimen
era
dan mengambil resiko.
industri, masyarakat pariwisata telah mengalami
pikiran
meningkatkan kreativitas dan berfikir
Pengembangan Wisata
berpendapat
membuka
macam
Perubahan motivasi berwisata
tahap
ikut mempengaruhi strategi yang
perubahan. Tahap pertama, di era
digunakan oleh berbagai pihak dalam
industri,
mengembangkan
wisawatan
digambarkan
destinasi
sebagai penduduk yang “hidupnya
wisata.Menurut George, Mair dan
untuk bekerja”, kemudian mulai
Reid, ada empat macam pendekatan
beralih ke tahap kedua, wisatawan
dalam
pengembangan
parwisata,
digambarkan sebagai penduduk yang
yaitu
pendekatan
dirancang,
“bekerja untuk hidup”. Perubahan
pendekatan disengaja, pendekatan
nilai itu juga ikut merubah motivasi
reaktif dan pendekatan integratif-
berwisata
evolutif. 8
dari
motivasi
“untuk
Keempat
memperbaiki diri, untuk beristirahat,
pendekatan
untuk
mutlak dalam melihat gejala tumbuh
menghilangkan
masalah”
ini
macam
walaupun
tidak
menjadi “untuk mengalami sesuatu
dan
yang berbeda, untuk bergembira,
tetapi
untuk menjadi orang yang aktif”.
kerangka
Saat ini berada dalam tahap ketiga
gejala tumbuh dan berkembangnya
yang diistilahkan sebagai era baru
pariwisata
pariwisata. Di era saat ini, jurang
Berdasarkan hasil penelitian di lokasi
besar
desa wisata di kawasan Kanada,
yang
membedakan
antara
berkembangnya dapat
digunakan
analisis
di
untuk
berbagai
melihat
daerah.
ketiga
Motivasi
seringkali
kerangka teoretis empat kuadran
didorong untuk: (1) memperluas
kerangka analisis berdasarkan pada
cakrawala
pengetahuan;
berintropeksi
membangun
(2)
mempelajari sesuatu yang baru; (3) untuk
ini
sebagai
bekerja dan berlibur semakin kecil. berwisata
peneliti
pariwisata,
8
George, Ewanda., Heather Mair, and Donald G. Reid, Rural Tourism Development: Localisme and Rural Cultural Changes, (Toronto: Channel View Pulications, 2009). p. 17-19.
dan
berkomunikasi dengan orang lain; (4) 117
faktor pendorong yang memotivasi
ditujukan
dan
memahami gejala pariwisata.9
faktor
memperkuat
pendorong keinginan
komunitas
di
yang berbagai
Kanada
Perspektif
untuk
teoretis
empat
ada persilangan antara dua garis,
Menurut ketiga peneliti ini, pendorong
mempermudah
kuadran pendekatan menunjukkan
mengembangkan pariwisata.
faktor
untuk
yaitu garis horizontal dan garis
terciptanya
vertikal. Garis horizontal mewakili
pariwisata adalah faktor-faktor yang
faktor motivasi, yaitu apa yang
menyebabkan
memotivasi kelompok tertentu untuk
pariwisata
pilihan
terbaik
bagi
Faktor
ini terlahir
menjadi
komunitas.
memilih
dari kondisi
pariwisata.
Apakah
pemilihan pariwisata karena adanya
ekonomi masyarakat dan adanya
masalah
peluang baru yang tumbuh di tengah
kelompok tertentu atau ditentukan
perubahan
masyarakat.
oleh adanya peluang yang potensial
Sedangkan faktor yang memperkuat
yang dilihat oleh kelompok tertentu?
adalah faktor yang menyebabkan
Sedangkan garis
terjadinya
faktor
ekonomi
perkembangan
wisata,
yang
yang
dihadapi
vertikal
oleh
adalah
menggerakkan
yang dapat dibagi menjadi dua jenis,
pertumbuhan
yaitu faktor permintaan dan faktor
pertumbuhan pariwisata digerakkan
penawaran. Kedua kelompok faktor
oleh
itu disusun dalam suatu kerangka
digerakkan oleh faktor permintaan.
analisis
yang
Dalam perspektif ekonomi disebut
analisis
juga faktor pendorong dan faktor
empat
melahirkan
kerangka
pendekatan pariwisata
kuadran
pengembangan (Lihat
Sebagaimana
Gambar
2.1).
dikemukakan
oleh
faktor
pariwisata.
penawaran
Apakah
atau
penarik (Lihat Gambar 1.1).
ketiga peneliti ini, bahwa klasifikasi pendekatan tidak ditujukan untuk menentukan baik atau buruk, tetapi
9
George, Ewanda., Heather Mair, and Donald G. Reid, Rural Tourism Development: Localisme and Rural Cultural Changes, (Toronto: Channel View Pulications, 2009). p. 17.
118
memiliki
sumberdaya
yang
dibutuhkan atau daya tarik pariwisata yang Disengaja
Diciptakan
Integratif Evolutif
Reaktif
Berbasis-Peluang
FAKTOR MOTIVASI DI BALIK PERTUMBUHAN PARIWISATA Berbasis Masalah
Penawaran Yang Menggerakkan
dibutuhkan,
kemampuan
tetapi
intelektual,
dengan jaringan,
dan pengalaman, daya tarik itu bisa diciptakan
atau
dibentuk.
Sang
inisiator menciptakan daya tarik sebagai
kekuatan
pariwisata,
penggerak
misalnya
melalui
pengemasan paket yang unik dan
Permintaan Yang Menggerakkan
menarik
KEKUATAN PENGGERAK PENGEMBANGAN PARIWISATA
atau
pengalaman-
pengalaman wisata yang luar biasa. Menciptakan pengemesan paket atau mendesain pengalaman-pengalaman
Gambar 1.1 Kerangka Analisis Pendekatan Pertumbuhan dan Perkembangan Wisata
wisata
menuntut
intelektual yang cerdas dan inovatif. Faktor-faktor
Masalah ekonomi seringkali muncul
dari
masalah
kemampuan
itu
yang
diilustrasikan oleh garis vertikal dan
internal,
horizontal berkaitan dengan cara
misalnya keluarga, tepatnya latar
perencanaan
belakang ekonomi keluarga atau dari
pengimplementasian
masalah eksternal. Faktor ekonomi
pertumbuhan pariwisata. Walaupun
eksternal seringkali dikaitkan dengan
nampak adanya perbedaan dalam
globalisasi
pendekatan rancangan, tetapi dalam
ekonomi.
Di
banyak
dan rencana
kasus, pariwisata dianggap sebagai
kenyataannya terlalu sulit
“penyelamat ekonomi” yang hadir
menempatkan setiap kasus yang ada
tanpa membutuhkan persiapan yang
pada salah satu kuadran dari keempat
matang, bisa mendorong seseorang
kuadran pendekatan pengembangan
terjun
wisata.10 Berdasarkan pada Gambar
langsung
melakukan
tanpa
persiapan
perlu
untuk
apapun. 10
George, Ewanda., Heather Mair, and Donald G. Reid, Rural Tourism
Beberapa kelompok mungkin tidak 119
2.1 dapat ditentukan berada dalam
(Pendekatan Disengaja) dan Kuadran
kuadran mana pertumbuhan dan
4 (Pendekatan Integratif-Evolutif),
perkembangan
pariwisata
dipandang
peluang
untuk
kuadran
pariwisata.
Dua
berurutan
yaitu
secara
sebagai melalukan
Kuadran 2 (Pendekatan Rancangan)
diversifikasi ekonomi dan untuk
dan
(Pendekatan
meningkatkan ekonomi kelompok.
Responsif), berada di sebelah kiri
Penggunaan pendekatan ini dalam
garis horizontal, menunjukkan dua
pariwisata
pendekatan yang berbeda satu sama
parah
lain, tetapi sama-sama didorong oleh
kelompok.
faktor masalah ekonomi sebagai
disengaja harus direncanakan secara
faktor motivasi, misalnya kelesuhan
hati-hati, perlahan-lahan dan halus,
ekonomi. Sebagai contoh misalnya,
seringkali
jika
pariwisata
Sedangkan pendekatan integratif dan
(pemilihan pariwista) ditunjukkan
evolutif seringkali pertumbuhan dan
untuk mengatasi masalah ekonomi,
perkembangan pariwisata cenderung
biasanya prencanaan digerakkan oleh
lamban, karena kelompok tertentu
faktor penawaran, maka pendekatan
kurang mampu menangkap peluang,
yang diambil adalah pendekatan
kurang bisa memenuhi permintaan
disengaja
atau
pasar terhadap jenis atraksi yang
yang
diinginkan.
Kuadran
3
pertumbuhan
(Kuadran
perencanaan disengaja
I)
pariwisata untuk
dan
seringkali
berdampak
menganggu Pendekatan
bersifat
Jikalau
bagi yang
evolutif.
pendekatan
menciptakan
disengaja berusaha menekankan pada
penawaran. Pariwisata terjadi karena
penawaran dengan terus melakukan
ada
pemasaran secara gencar-gencaran,
penawaran
terlebih
dahulu,
sebelum dikonsumsi.
sedangkan pada pendekatan evolutif
Di sisi lain, sebagaimana
penciptaan
daya
tarik
ditunjukkan pada Gambar 1.1 ada di
menunggu
terjadinya
sebelah kanan garis horizontal, dua
permintaan.
kuadran berikutnya, yaitu Kuadran 1
terjadi setelah adanya perubahan
Penciptaan
wisata
perubahan atraksi
permintaan, karena itu cenderung
Development: Localisme and Rural Cultural Changes, (Toronto: Channel View Pulications, 2009). p. 17.
menunggu dan lamban. 120
Berdasarkan
keempat
dan
pendekatan itu muncul pertanyaan
baru,
dan
pada
akhirnya
pengembalian identitas kelompok.
dalam benak peneliti, pendekatan manakah yang paling berhasil dalam
Hubungan Antara Pariwisata dan
pengembangan pariwisata, membawa
Budaya
peneliti pada pertanyaan bagaimana ukuran
keberhasilan
Banyak literatur pariwisata
pariwisata.
budaya, pada umumnya mengacu
Keberhasilan pariwisata tidak hanya
pada apa yang disebut dengan istilah
diukur
pariwisata warisan budaya
dari
perspektif
ekonomi
yaitu
semata, tetapi juga harus dilihat dari
pariwisata yang berdasarkan pada
keuntungan sosial dan budaya yang
dimensi masa lalu, seperti museum,
diberikan. Keuntungan sosial dan
tradisi kebudayaan lokal dan cara
budaya itu antara lain kerekatan
hidup
sosial
kuat,
bersejarah dan restorasi, warisan dan
motivasi
lanskap budaya, dan sebagainya.
yang
semakin
keberlanjutan
sosial,
berpartisipasi, peningkatan kapasitas
Jenis
kelompok,
yang
unik,
pariwisata
bangunan
ini
banyak
memperbaiki
dan
disebutkan memiliki banyak dampak
kebanggaan
sosial,
positif – peluang kerja, pelestarian
optimisme
sosial
warisan
meningkatkan membangkitkan
budaya
dan
simbol
dan membangun keterampilan dan
kebudayaan
yang
ketahanan sosial. Adanya manfaat
perlindungan
bangunan
sosial dan budaya yang diberikan
membangkitkan aspek budaya yang
oleh
hilang atau terancam seperti bahasa,
pariwisata,
mendorong
penting, tua,
munculnya pertanyaan, apa kegunaan
kerajinan,
sejarah dan museum, dalam konteks
pembangunan, tata ruang kota, dan
Wisata Sejarah dan Wisata Kota Tua,
sebagainya. Hal itu menunjukkan,
bukan
dalam
perlunya dilakukan penelitian yang
pengembangan produk wisata, tetapi
memfokuskan secara khusus pada
juga
untuk
bentuk-bentuk lain yang berbeda dari
memperluas hubungan sosial lama
wisata budaya, salah satu yang harus
hanya
sebagai
kegunaan
mekanisme
penggusuran,
dipertimbangkan dan mangacu pada 121
wisata budaya dan wisata sejarah,
dan
misalnya wisata kota tua, sebagai
Memahami
aset
antara sistem pariwisata dan budaya
yang
berharga
dalam
pengembangan wisata.
bangunan
warisan
beragam
budaya.
keterkaitan
destinasi diperlukan sebagai upaya
Bagi Burns, budaya adalah
untuk mencegah atau mengurangi
“seperangkat aturan dan standar yang
dampak negatif terhadap budaya
dimiliki bersama oleh masyarakat
masyarakat destinasi yang menerima
yang
wisatawan.
digunakan
untuk
menilai
perilaku anggota kelompok diterima
Ray (1998) mengistilahkan
atau ditolak oleh kelompok sosial.”
komodifikasi seluruh aspek budaya
Burns
sebagai
juga
budaya
berpendapat
berhubungan
bahwa
penciptaan
„ekonomi
budaya’ yang mencakup strategi
dengan
pariwisata ketika wisatawan datang
merubah
dan menjadi bagian dari proses
sumberdaya
pemahaman makna dan pengambilan
untuk
makna. Burns melihat hanya melalui
pengetahuan
pariwisata,
menjadi
Pengetahuan itu dalam bentuk yang
komoditas komersil, terutama ketika
sederhana seperti cara melakukan
budaya itu dianggap unik atau tidak
sesuatu dan cara memahami dunia
biasa dalam pandangan aktor (baik
yang teridentifikasi melalui berbagai
itu perencana wisata atau calon
tanda
wisatawan).11
budaya
tradisional, musik, kerajinan, cerita
menjadi dasar yang menyebabkan
rakyat (folklore), pemandangan alam
wisatawan tertarik, sekaligus menjadi
dan arsitektur, serta sejarah. Ketika
sumber
budaya
Keunikan
terjadinya
komodifikasi
bentuk
(transformasi)
pengetahuan
dieksploitasi
budaya,
yang
seperti
budaya melalui dimiliki.
makanan
Istilah commodification (komodifikasi) adalah kata kerja yang menjelaskan proses modifikasi sesuatu agar memiliki nilai komersil, atau dapat ditawarkan dan dibeli oleh konsumen. Dalam istilah komodifikasi budaya berarti budaya dirubah dan disesuaikan untuk memenuhi tuntutan selera wisatawan. Dalam perspektif ekonomi pariwisata penyesuaian budaya dapat dilihat sebagai konsep penawaran (supply) dan tuntuan selera pasar dapat dilihat sebagai konsep permintaan (demand).
budaya, 12 termasuk bentang budaya
11
Burns, P., Tourism and Anthropology, (London: Routledge, 2009), p. 57. 12 Istilah commodification, dalam bahasa Indonesia secara tekstual menjadi komodifikasi. Istilah commodification yaitu interteks dari kata commercial yang berarti jual-beli dan moddification (modifikasi).
122
pengetahuan budaya
berserta
menjadi
METODE PENELITIAN
tanda-tanda objek
dan
Penelitian ini menggunakan
terkomodifikasi di bawah topeng
metode studi kasus yaitu penelitian
yang bernama pariwisata budaya.
pada dikhususkan pada objek yang
George,
et.al
(2009)
unik, spesifik dan khusus, yaitu
mengemukakan bahwa ada hubungan
pengembangan wisata di Kawasan
antara
budaya.
Kota Tua DKI Jakarta oleh KHI.
memungkinkan
Menurut Yin, penelitian studi kasus
pariwisata
dan
Pariwisata
dapat
timbulnya
dampak
positif
adalah
atau
“penelitian
empiris
yang
negatif pada budaya. Tabel 1.1
dilakukan untuk menyelidiki gejala
menguraikan kemungkinan dampak
yang terjadi saat ini dalam konteks
dari
yang
kehidupan nyata, ketika terdapat
bersifat dikotomis antara pariwisata
ketidakjelasan batas antara gejala dan
dinamika
hubungan
dengan budaya lokal.
13
Tabel 1.1 Dampak dari Hubungan Pariwisata dan Budaya KESINAMBUNG KERUSAKA AN N Perdamaian Konflik budaya Pemahaman dan Akulturasi apresiasi budaya atau kehilangan perbedaan Revitalisasi budaya Penyesuaian budaya Menampilkan dan Beranjak dari mempromosikan keaslian identitas budaya Revitalisasi dan Kehilangan keberlanjutan kontrol lokal
konteks,
dengan
menggunakan
beberapa
sumber
bukti
yang
digunakan penelitian studi kasus dilakukan
untuk
memperjelas
batasan itu.”14 Menurut Creswell, studi
kasus
paradigma
berlandaskan interpretatif,
pada
“sebuah
penyelidikan yang ditujukan untuk memahami masalah yang dihadapi oleh manusia (kelompok manusia) dengan cara membangun gambaran yang yang kompleks dan menyeluruh tentang
apa-apa
yang
dialami
manusia melalui pemaparan katakata dari informan dan pengamatan tindakan
13
George, Ewanda., Heather Mair, and Donald G. Reid, Rural Tourism Development: Localisme and Rural Cultural Changes, (Toronto: Channel View Pulications, 2009). p. 129.
14
yang
dilakukan
oleh
Yin, R.K. Case Study Research: Design and Methods. (California: Sage, 1989), p.23.
123
manusia.”15
Studi
kasus
dapat
kasus tertentu agar tersaji sebuah
digunakan pada situasi ketika ada
perspektif teoretis tentang suatu isu
kesempatan
yang
untuk
melakukan
dipilih
atau
usaha
unutk
penyelidikan, untuk mengamati dan
memperbaiki teori yang ada. Kasus
menganalisis
yang
fenomena
yang
dipilih
hanya
sebagai
sebelumnya tidak dapat dilakukan.16
pendukung
Kasus yang bisa diselidiki adalah
pemahaman peneliti tentang sesuatu
kasus
berlangsung
yang lain. Walaupun kedua jenis
sehingga memungkinkan terjadinya
studi kasus ini tidak dapat dibedakan
observasi terhadap keberlangsungan
dengan tegas, tetapi ada atau tidak
fenomena. 17
teori dan penggunaan teori pada
yang
sedang
Menurut Stake, berdasarkan
untuk
memudahkan
kedua jenis penelitian studi kasus,
pada minat peneliti pada jenis kasus,
penelitian
penelitian studi kasus dibedakan
diarahkan para jenis studi kasus
menjadi dua jenis, yaitu studi kasus
instrumental.
intrinsik
dan
studi
kasus
yang
akan
dilakukan
Penelitian studi kasus, baik
instrumental.18 Studi kasus intrinsik
intrinsik
adalah pengkajian kasus
khusus
biasanya ingin mencari sesuatu yang
tetapi tidak untuk membangun teori,
umum dan khusus dari kasus yang
hanya mendalami keunikan kasus
diselidiki, tetapi juga menampilkan
tertentu. Sebaliknya, studi kasus
sesuatu yang unik dan menarik.19
instrumental untuk meneliti suatu
Penelitian ini merupakan studi kasus
maupun
instrumental,
instrumental,
mengingat:
(1)
15
Creswell, J., Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches, (California: Sage, 1994), p. 1-2. 16 Yin, R.K. Case Study Research: Design and Methods. (California: Sage, 1989), p.48. 17 Robert E. Stake, Studi Kasus, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research, Terjemahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.308. 18 Robert E. Stake, Studi Kasus, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research, Terjemahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 301.
pengembangan Wisata Kota Tua oleh KHI sebagai objek penelitian bersifat khusus dan unik, tidak terjadi di daerah lain di Jakarta, bahkan di
19
Robert E. Stake, Studi Kasus, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research, Terjemahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 303.
124
daerah lain; (2) peristiwa yang
mendeskripsikan
sedang diteliti sedang berlangsung;
interpretasi. Umumnya yang terjadi
(3) penelitian ini ditujukan untuk
dalam penelitian studi kasus, ada dua
mendapatkan pemahaman yang lebih
jenis
mendalam mengenai faktor motivasi
objektif dan deskripsi interpretatif
dan faktor penggerak pengembangan
personal. 21 Deskripsi objektif, salam
Wisata Kota Tua oleh KHI.
studi kasus pada umumnya terjadi
Data
yang
deskripsi,
kasus
yaitu
dan
deskripsi
dalam penelitian kualitatif “kasus
dikumpulkan
dengan macam teknik wawancara,
menceritakan
survei
data
tetapi bagaimana cara bercerita atau
dilakukan
menyajikan cerita itu adalah otoritas
interpretasi dan untuk mengurangi
peneliti sendiri, minimal versi cerita
kesalahan
sebaiknya
mana yang akan dilaporkan dan
peneliti melakukan uji validitas data.
kriteria penyajian akhir sepenuhnya
Uji keabsahan data dilakukan untuk
berada di tangan peneliti. 22 Menurut
menghindari kekeliruan data yang
John Van Maanen, ada tujuh versi
dikumpulkan. Pengujian keabsahan
cerita dalam studi kasus,
data dalam penelitian ini adalah data
realistik, impresionistik, konfesional,
kualitatif yang dilakukan melalui
kritis, formal, literer, dan kombinatif.
empat teknik, yaitu:20 uji kredibilitas,
Dalam proses penyajian akhir dalam
uji transferbilitas, uji uniformitas,
berbagai
dengan membandingkan antar-data
biasanya terdapat dua macam jenis
wawancara dengan Asep Kambali,
paparan,
beberapa sukarelawan, dosen UNJ
proporsional, peneliti memaparkan
yang
cerita dari sudut
dan
sekunder.
penelusuran Sebelum
interpretasi,
mengajar
kemudian
Asep
Kambali,
dibandignkan
dengan
21
validitas,
dilakukan
kemudian
laporan
yaitu
sendiri”,
studi
yaitu
kasus,
pengetahuan
pandang
nara
Robert E. Stake, Studi Kasus, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research, Terjemahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 309. 22 Robert E. Stake, Studi Kasus, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research, Terjemahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 305.
survei dan data sekunder. Setelah
kisahnya
uji peneliti
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2009), h. 327.
125
sumber
(fakta
tetapi
disengaja, bersifat responsif atas
dengan
peluang yang ada. Dapat dikatakan
pengalaman tidak langsung (ingatan,
bahwa ketujuh mahasiswa tersebut
ide-ide) yang digunakan peneliti
tidak
sebagai pelengkap atau pembanding
akademik dalam mengelola kegiatan
dari kasus yang diteliti atau deskripsi
wisata. Dalam tujuan Program Studi
interpretatif-personal. 23
Pendidikan
kemudian
penelitian),
ditambahkan
Pemaparan
memiliki
pada kasus dilakukan dengan dua
Negeri
jenis cara mendeskripsikan, yaitu
diharapkan
deskripsi jenis atribut tertentu dan
sejarah
deskripsi
lembaga
padat
yang
mengulas
seluruh aspek yang terkait.
pengalaman
Sejarah
Jakarta,
Universitas
para
dapat
alumni
menjadi
profesional
di
pendidikan
guru
lembagadi
tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan atau sederajat. Begitu pula
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MODEL PENGEMBANGAN WISATA KOTA TUA: DARI PENDEKATAN RESPONSIF KE PENDEKATAN TERENCANA 1. Kepiwaian Peluang
halnya dengan lulusan Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia, menjadi pemandu atau pengelola wisata bukan tujuan utama. Tujuan Program Studi Ilmu Sejarah adalah
Menangkap dan
menciptakan
Pendekatan
dalam
Responsif
penelitian
Setelah
(KHI), dibentuk oleh tujuh orang
Jakarta
Universitas
(UNJ)
dan
profesional
sumber-sumber
sejarah.
Komunitas Historia Indonesia
mahasiswa
tenaga
sebagai
Negeri
Ketua
selesai
menjabat
Badan
Eksekutif
Mahasiswa Jurusan Sejarah (BEMJ-
mahasiswa
Sejarah), Asep Kambali, mahasiswa
Universitas Indonesia (UI), pada
dari
tanggal 22 Maret 2003. Mereka
Universitas
Negeri
Jakarta,
berinisiatif membentuk Komunitas
terjun ke bidang pariwisata tanpa
Peduli
Sejarah
dan
Budaya
Indonesia, yang kemudian dikenal
23
John Van Maanen, Tales of The Field: On Writing Ethnography, (Chicago: University of Chicago, 1988) p. 39-40.
dengan 126
KPSBI-Historia.
Pembentukan diprakarsai
KPSBI-Historia oleh
Asep
itu
melakukan petualangan ke berbagai
Kambali.
situs
sejarah
sudah
Jakarta.
idealisme personal Asep Kambali
misalnya Sahabat Museum, mampu
yang melatarbelakangi pembentukan
menarik minat siswa, mahasiswa,
KPSBI-Historia. Dari pengalaman
dan masyarakat umum untuk ikut
menjalankan program Lomba Lintas
serta dalam kegiatan wisata sejarah.
Sejarah
Kambali
Bisnis wisata sejarah dan wisata
mendapatkan
budaya juga menjadi populer di
melihat
Asep
peluang
tambahan
finansial
yang
di
Dapat dikatakan bahwa motivasi dan
(LLS),
Komunitas
populer
serupa
dengan
kalangan mahasiswa. Pada tahun
menyelenggarakan kegiatan wisata
2004, di tingkat Fakultas Ilmu Sosia,
sejarah dan KPSBI-Historia dapat
telah
menjadi wadah untuk mengajukan
Magistra, yang kemudian berganti
proposal
menjadi
kegiatan
ke
berbagai
berdiri
Kelompok
Koperasi
Vitae
Pariwisata
lembaga pemerintah atau lembaga
Mahasiswa Vitae Magistra yang
pendidikan seperti sekolah.
menyelenggarakan bisnis perjalanan
Dengan jaringan
ke
bermodalkan berbagai
wisata sejarah dan budaya.
lembaga
Faktor
lain
yang
pemerintah di bawah Kementerian
menjadi
Pariwisata dan Kebudayaan, KPSBI-
menjalankan bisnis perjalanan wisata
Historia
berbagai
tidak terlepas pada latar belakang
bantuan dari Museum Bank Mandiri
Asep Kambali. Sebagai mahasiswa
dan Museum Jakarta
jurusan
mendapatkan
Fatahilah.
Kerjasama
KPSBI-Historia
museum
adalah
mutualisme Historia
melaksanakan
KPSBI-Historia
pendidikan
mengharapkan
sejarah,
bekerja
ia
dalam
kerjasama
lingkungan kerja yang ideal, yakni
KPSBI-
mengajar sejarah dengan konsepsi
simbolik,
menjadi
dan
katalis
yang
partner
dalam
yang
program-program
berbeda,
yakni
pelajaran
sejarah yang tidak bersifat hafalan,
museum milik pemerintah. Pada
tetapi
tahun 2003-2004, kegiatan wisata di
menyenangkan.
kota
pengalaman selama masa Praktek
Jakarta
dalam
bentuk 127
penuh
makna
dan
Berdasarkan
Perkuliahan
Lapangan
lingkungan
sekolah
(PPL),
Gagasan kegiatan wisata di
tidak
museum
bersamaan
dengan
memberikan suasana yang kondusif
kerjasama dengan Museum Bank
terhadap program-program mengajar
Mandiri, dan Museum Fatahilah,
yang
kebiasaan.
dengan segmen siswa SMP/Sederajat
Sementara itu, bidang pekerjaan
dan SMA/SMK/Sederajat. Kegiatan
selain mengajar di sekolah, lembaga
wisata sejarah kerjasama antara KHI
pendidikan
dan beberapa musem di Jakarta dapat
keluar
dari
Bimbingan
(bimbel)
untuk
mata
Belajar pelajaran
dilihat pada Tabel 1.2.
sejarah tidak diminati siswa sekolah. Kondisi mendorong
itulah
yang
Asep
menempuh
jalur
Tabel 1.2 Jumlah Peserta Wisata Sejarah Kunjungan Museum Kerjasama KHI dan Museum Periode 2003-2004
Kambali lain
dalam Tahun
mengajarkan sejarah dan KPSBIHistoria dapat mengajarkan sejarah dengan cara yang berbeda melalui wisata
sejarah.
Berdasarkan 2003
pemahaman akan metode pengajaran sejarah
dan
pengalaman
selama
menjabat Ketua BEMJ-Sejarah, Asep Kambali mengajak mahasiswa lain untuk membentuk KPSBI-Historia dengan
visi
semangar
“...
membangun
nasionalisme
berwirausaha,”
dan
melalui
2004
wisata
sejarah. Bercermin dari pengalaman selama
menjabat
sebagai
Ketua
BEMJ-Sejarah, hanya dengan modal menjual
gagasan
kegiatan-kegiatan
dan wisata
Museum Bulan Januari MF MBM Februari Maret April Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Peserta Februari Maret April Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Peserta
Jumlah Peserta 40 30 25 50 30 60 40 25 30 40 370 50 100 40 50 100 100 60 60 40 40 1380
Sumber: Publikasi KHI, data diolah.
program, sejarah
mendapatkan pangsa pasar. 128
Pada periode 2003-2004, KHI sebagai
pengelola
jumlah
di
wisatawan yang menjadi peserta
museum dengan berbagai bentuk,
kegiatan wisata sejarah yang dikelola
antara
KHI nampak terjadi pada tahun
lain
kegiatan
Peningkatan
promosi
museum,
pemanduan, dan pemutaran film
2004.
dokumenter serta seminar. Peserta
berkaitan dengan perubahan sistem
kegiatan adalah siswa SMP dan
pembelajaran di sekolah. Pada tahun
SMA. Dengan terbukanya jaringan
2004,
ke
Nasional
sekolah,
KHI
kemudian
Peningkatan
jumlah
itu
Departemen
Pendidikan
(sekarang,
Kementerian
dan
Kebudayaan),
2melaksanakan kegiatan perjalanan
Pendidikan
ke Pulau On Rust, Kepulauan Seribu.
melakukan
KHI menawarkan kegiatan wisata
dari kurikulum Cara Belajar Siswa
sejarah ke
sekolah di
Aktif (CBSA) ke Kurikulum Bebasis
Jabodetabek. Jumlah kegiatan wisata
Kompetensi (KBK). Dalam KBK-
sejarah ke Pulau On Rust, pada
2004, tujuan pelajaran sejarah lebih
periode 2003-2004 dapat dilihat pada
diarahkan
Tabel 1.3.
kompetensi, termasuk kompetensi
berbagai
perubahan
untuk
memberikan
Tabel 1.3 Kegiatan Wisata Sejarah
membedakan
Pulau On Rust Yang Dikelola KHI
sejarah dan menginterpretasi sumber
Pada Periode 2003-2004
sejarah. Salah satu jenis sumber
Tahun
2003
Bulan
Kategori Wisatawan Siswa Umum
Juni Juli November Desember Total
2004
Juni Juli November Desember Total
fakta
kurikulum,
dan
sumber
belajar yang digunakan adalah situs-
Jumlah Peserta
situs
100 280 100 120 600 80 200 200 180 1860
sejarah
pengajaran
dengan out-class
metode melalui
kunjungan lapangan. Program kunjungan lapangan dapat ditentukan oleh guru sejarah sejak awal semester dan diajukan ke pihak Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Apabila Wakil Kepala
Sumber: Publikasi KHI, data diolah.
Sekolah menyetujui, 129
Bidang maka
Kurikulum kegiatan
kunjungan lapangan dapat diadakan.
2. Pendekatan
Peluang itu dimanfaatkan oleh para
Terancang
dan
Program Yang Inovatif
mahasiswa baik komunitas maupun
Pada akhir tahun 2004 dan
organisasi untuk menjalin kerjasama
awal tahun 2005, kerjasama KPSBI-
dengan
Historia
pihak
sekolah
mengelola
kegiatan
lapangan.
Penghasilan
pemandu
wisata
dalam
kunjungan
sejarah
dan
kedua
museum
berakhir. Bertepatan dengan itu,
sebagai
Asep
untuk
Kambali
pekerjaan
sebagai
mendapatkan Site
Manager
kegiatan kajian lapangan, sebagai
Museum Bank Mandiri,. Setelah satu
mahasiswa,
tahun bekerja di Museum Bank
uang
yang
diterima
cukup besar. Ade mengatakan “...
Mandiri,
sebagai mahasiswa, bayaran yang
menjadi General Manager Roemahku
diterima sudah bisa untuk biaya
Heritage Hotel, selama enam bulan.
makan selama 2 minggu.” Hal serupa
Kegiatan KSPBI-Historia di Jakarta
diakui oleh Bimbim, “pendapatan
digantikan oleh enam pengurus yang
yang
untuk
lain. Setelah bekerja sebagai Kepala
jajan.” Melihat
Museum Kota Solo, selama enam
diterima
menambah uang peluang
bisnis
lumayan
yang
kemudian Asep Kambali
bisa
bulan, akhirnya memutuskan keluar
mendapatkan keuntungan, KPSBI-
bekerja untuk berkonsentrasi dengan
Historia
berbagai
pendidikan masternya dari PT Indika
program wisata sejarah, selain serupa
Energy Tbk di Bidang Komunikasi
dengan Lomba Lintas Sejarah (LLS),
Perusahaan
pada
juga penjelajahan ke Pulau On Rust,
Paramadina
Jakarta.
Kepulauan Seribu, juga ke tempat-
bekerja di Solo, selama itu, Asep
tempat sejarah lain, misalnya Mesjid
Kambali bekerja pulang dan pergi
Agung Banten, Benteng Kanoman
dari Jakarta ke Solo. Kemudian
Banten, dan lain sebagainya.
terjadi perselihan pendapat antara
menjalankan
Universitas Pada
saat
Asep Kambali dan pengurus KPSBIHistoria. Asep Kambali bergerak sendiri dengan nama Komunitas Historia Indonesia (KHI). 130
Berbekal
pengalaman
manajemen destinasi yang terarah
bekerja, Asep Kambali meneruskan
dan
usaha
manajemen destinasi diuraikan pada
gerakan
kultural
melalui
wisata sejarah dengan wadah baru KHI. Dengan nama baru, kemudian
menjalankan
strategis.
Sembilan
unsur
penjelasan berikut.
KHI
program-
Struktur Organisasi KHI
program yang terarah dan terencana.
KHI adalah organisasi tanpa
Sejak tahun 2005 sampai tahun 2013,
bentuk,
KHI memfokuskan wisata sejarah
hanya
Kota Tua, khususnya Kota Tua di
Kambali, dan pengurus yang bersifat
Jakarta. Pendekatan yang dirancang
sukarela. Pengurus KHI terdiri dari
oleh Asep Kambali sebagai Ketua
enam
KHI
menetapkan
alias
organisasi
terdiri
dari
komite
sukera,
Ketua,
Asep
eksekutif,
dengan
visi
koordinator
Nasionalisme
dan
koordinator negara. Komite eksekutif
Berwirausaha.” Di bawah Visi itu,
terdiri dari enam komite, yaitu:
tiga tahapan pengembangan wisata
Eksekutif Program, 2) Eksekutif
dilakukan,
Tahapan
Research
and
Pengenalan, (tahap bahwa gerakan
Eksekutif
Public
kultural untuk mengajak masyarakat
Eksekutif Business, 5) Eksekutif
umum mengenal sejarah), dimulai
Event, dan 6) Eksekutif Kerjasama.
“Membangun
yaitu
1)
wilayah
satu
dan
satu
Development, Relations,
3) 4)
tahun dimulai tahun 2006-2008; 2)
Tugas dari Eksekutif Program
Tahapan Cinta, yaitu tahapan untuk
adalah membuat program-program
membangun
kegiatan inovatif yang difokuskan
bangsa
rasa
cinta
Indonesia
terhadap
(nasionalisme),
pada
tiga
pilar
gerakan,
dimulai tahun 2009-2011, dan; 3)
edukatif,
Tahapan Kesadaran (tahapan untuk
Sementara Eksekutif Research and
senang
Development
mempelajari sejarah dan
membela
kepentingan Indonesia),
melakukan
dimulai tahun 2012-sekarang. Pada nampak
ketiga
bahwa
tahapan
KHI
rekreatif
dan
yaitu
adalah kajian
hiburan.
untuk pustaka,
penggalian informasi, dan pelatihan. itu,
Eksekutif Public Relations bertugas
melakukan
untuk mengkampanyekan kegiatan 131
dan
menyebarkan
termasuk
informasi
pengembangan
komunikasi.
Eksekutif
masing-masing
media
orang,
dan
dibantu oleh beberapa relawan.
Business
bertugas untuk mengatur pemasaran
Pemasaran Paket Wisata
dan keuangan pada saat kegiatan, pengaturan
satu
konsumsi,
Pada
dan
KHI
Tahap
Pengenalan,
memprioritaskan
honorarium. Eksekutif event bertugas
kampanye
untuk
macam
Kota Tua yang termediasi melalui
perlengkapan dan kebutuhan logistik
jejaring Facebook dan blog. Melalui
selama
Eksekutif
jejaring itu, dengan gaya provokatif,
untuk
KHI memberikan informasi sedikit
menyusun proposal kegiatan dan
dalam waktu yang relatif konsisten,
pencarian dana ke berbgai lembaga
“setidaknya dalam satu hari saya
donatur.
harus menyebarkan satu informasi
mengatur
segala
kegiatan.
Cooperations
Pada
bertugas
awal-awal
mengenalkan
pada Sejarah
Tahap
sejarah mengenai Kota Tua. Dengan
Pengenalan, Asep Kambali bertindak
cara seperti itu “setiap orang yang
sebagai one man show, orang yang
tergabung akan terus menerus merasa
bertugas menjalankan peran keenam
diberikan pelayanan, informasi yang
eksekutif
itu
sedikit, membuat masyarakat umum
dilakukannya dengan alasan bahwa
ingin terus memantau informasi yang
“... kebanyakan orang tidak mau
akan diberikan selanjutnya.” Sambil
bekerja
mendapatkan
menjalankan terus mendistribusikan
kepastian gaji, maka dari itu saya
informasi sejarah, satu bulan sekali,
Kemudian,
menarwakan program wisata sejarah.
tersebut.
tanpa
berusaha
Hal
sendiri.”
beberapa relawan dan teman-teman satu
bergabung,
Tahap
Mencintai,
lalu
sambil terus melakukan penyebaran
menjabat kedudukan masing-masing.
informasi, kampanye KHI disertai
Pada tahap berikutnya, Tahapan
dengan
Mencintai dan Tahapan Kesadaran,
mengajak mereka untuk berdiskusi,
walaupun
personil,
melalui
sudah dipegang
diskusi
posisi
almamater
Pada
berganti-ganti
eksekutif
132
pernyataan
Facebook. mengenai
argumentatif,
Dialog
dan
sejarah,
mendorong masyarakat umum untuk
sejarah, seputar budaya, dan seputar
bertanya
dan
pembelajaran, seputar kebijakan, dan
pendapat.
Untuk
mengutarakan mendorong
seputar
kebijakan
politik
yang
masyarakat umum untuk bertanya
berkaitan dengan pariwisata, sejarah,
dan mengutarakan pendapat, maka
dan kebudayaan, termasuk fasilitas
KHI
umum
selalu
mengawali
status
dan
situs-situs
sejarah.
informasi dengan kata-kata seperti:
Dengan menghadirkan isu, menurut
“Ternyata....,” “Tahukah bahwa...”,
Asep Kambali dapat menggerakan
“Siapakah....”,
“Mengapa....”.
hati dan pikiran seseorang untuk
Menurut Asep Kambali, dengan awal
bertindak dan bereaksi. Status yang
kalimat seperti itu, maka pembaca
diperbaharui
berupa
dapat berfikir sejenak, kemudian
provokatif
diarahkan
bertanya atau menanggapi.
menggalang kekuatan menolak atau
Di Tahapan Mencintai ini,
mendukung
kampanye untuk
sesuai
dengan
KHI melakukan strategi “PDKT Dua
kebutuhan.
Sejoli”,
disuguhkan
“Jikalau ada hari Bapak, Hari Ibu,
pertanyaan yang membuat target
mengapa tidak punya Hari Sejarah?
terbuka
pendapat,
Bagaimana kalau kita jadikan tanggal
supaya timbul perasaan dihargai.
1 Maret sebagai Hari Sejarah...”.
Apapun jawaban yang diberikan
Seiring
adalah bentuk bahwa mereka mulai
informasi, KHI menawarkan paket
intens
mengikuti
wisata
Seiring
dengan
target
mengemukan
memperbaharui menanggapi
perkembanga. terus
menerus
informasi komentar,
menawarkan
Seperti
dengan
sejarah
misalnya,
penyebaran
yang
mengajak
masyarakat umum untuk merayakan
dan
hari-hari tertentu dalam sejarah dan
KHI
mengenang peristiwa sejarah.
program-program
Program-program
wisata sejarah.
paket
wisata yang ditawarkan oleh KHI
Di Tahap terakhir, Tahap
mengalami diferensiasi dari tahap
Kesadaran, KHI melakukan strategi
pertama
problem
Selengkapnya dapat dilihat pada
solving,
target
pasar
disuguhkan dengan isu-isu seputar
Tabel 1.3. 133
ke
tahap
ketiga.
Tabel 1.3 Diferensiasi Paket Wisata
kebosanan.
KHI dari Tahun 2005-2013
merupakan
No.
Tahap dan Periode I II III 2006- 200920122008 2011 berjalan
Paket Wisata Yang Ditawarkan
Selain kegiatan
ditujukan pada satu titik situs dengan waktu yang reguler, yaitu di Kota Tua dan dilakukan pada pagi sampai petang. Pada tahap kedua, kegiatan masih
berbentuk
pengalaman
bertualang, penelusuran jalan kaki, tetapi
lebih
menantang,
karena
dilakukan di malam hari. Selain itu, paket wisata sejarah juga dilakukan tidak hanya di satu titik situs, tetapi sudah ke beberapa titik dan berada
melalui
sms
menjauh ke luar situs di tahap
dengan
pertama. Di tahap ketiga, jenis
dan
kegiatan masih bersifat petualangan, tetapi
pembayaran di tempat. Berdasarkan
City Tours.
diferensiasi dari ketida periode itu.
tidak
berjalan
kaki,
lainnya, atau lebih dikenal dengan
mengalami
ditujukan
lagi
berkeliling dari satu situs ke situs
bahwa, program paket wisata yang KHI
tidak
menggunakan kendaraan, dan sudah
informasi pada Tabel 4.5 nampak
masyarakat
mengalami
ketiga. Pada tahap pertama, aktivitas
Twiter,
itu
juga
pengemasan
dari tahap pertama sampai tahap
pembayaran melalui rekening atau
Diferensiasi
itu,
perkembangan yang selalu berbeda
oleh KHI melalui situs jejaring sosial
ditawarkan
agar
bervariasi dan berbeda.
Paket wisata yang dipasarkan
pemesanan
utama
selalu mendapatkan kepuasan yang
Wisata Kota Tua (P-S) 2. Wisata Kota Tua (Sr-p) 3. Wisata Kota Tua (m) 4. Penelusuran Legenda si Pitung 5. Wisata Bahari (P. On Rust) 5. Wisata Kampung Tua 6. Tour de Busway 7. Jakarta City Tour 8. Walking Tours Soempah Pemoeda Keterangan: P-S : Pagi sampai Siang Sr-p : Sore sampai Petang m: malam.
dan
kunci
program
konsumen tidak merasa bosan dan
1.
Facebook
Inovasi
agar
mengalami 134
sore hari sampai petang hari adalah
Kualitas layanan yang diberikan Dalam pelayanan
melayani
yang
wisatan,
diberikan
kegiatan yang tidak ada duanya. KHI
KHI
sebagai pencetus kegiatan wisata
mengacu pada tiga pilar gerakan,
yang dilakukan di sore sampai
yaitu
petang.
edukatif,
rekreatif
dan
wisata
yang
kegiatan wisata di malam hari.
dikemas harus memberikan muatan
Pelayanan yang eksotik dilakukan
edukatif,
memberikan
oleh KHI dengan menampilkan citra
baru
lama,
menghibur.
Paket
yaitu
pengetahuan
yang
dan
Begitu
citra
halnya
dengan
kekunoan,
misalnya
mencerahkan. Mencari informasi dan
dengan memakai pakaian pramuka,
menggali fakta sejarah yang tidak
mengenakan
diketahui umum adalah kunci utama
perkebunan zaman kolonial, atau
dalam
pakaian merah-putih.
menyampaikan
informasi
kepada wisatawan. Wisatawan ingin
pakaian
pengawas
Di samping mengacu pada
mencari sesuatu yang baru, keunikan
tiga
suatu tempat, kejadian, peristiwa,
pengalaman
yang
tidak
mengenang. KHI selalu menawarkan
melahirkan
merchandise kepada peserta, berupa
baru,
fenomenal,
walaupun dapat
kepuasan.
itu,
hal
yang
lain
adalah
berkesan
dan
barang-baran kuno atau antik, seperti
Pelayanan yang berkualitas dari pilar
pilar
topi laken dari kulit jerami, kaos
rekreasi adalah jenis
desain bangunan zaman dahulu. Hal
kegiatan yang unik, inovatif dan
yang berbeda, adalah KHI selalu
eksotik. Kegiatan Wisata Kota Tua,
memberikan dokumentasi kegiatan
dikemas dalam bentuk yang unik,
dalam
misalnya:
peserta diminta untuk
mencantumkan label nama (tag) pada
mengenakan jenis pakaian tertentu,
setiap foto. Hal itu dilakukan agar
atau menggunakan sepeda ontel.
wisatawan
Kegiatan yang inovatif adalah jenis
partisipasinya dalam kegiatan. Jika
kegiatan yang baru, kegiatan yang
peserta berasal dari organisasi atau
tidak pernah dilakukan sama sekali.
kelompok komunitas tertentu, maka
Kegiatan wisata yang dilakukan pada
anggota komunitas itu justru merasa 135
Facebook,
merasa
dengan
dihargai
atas
mendapatkan publikasi. Pelayanan
pengembangan
yang
seperti itu seringkali mendapatkan
Pengembangan
kemampuan
apresiasi, tentu saja memastikan
keahlian
kesetiaan dan promosi mulut ke
informal, melakukan diskusi rutin
mulut.
dan pelatihan.
Informasi dan penelitian
Modal Keuangan dan Kerjasama
Bekerja
sebagai
dilakukan
dilakukan.
dengan
dan cara
pemandu
Hampir tidak membutuhkan
membutuhkan wawasan yang begitu
modal yang begitu besar dalam
luas. Para volunteer, pemandu lepas,
mempromosikan paket wisata dan
diberikan pembekalan latihan yang
menjual
dilakukan sukarela. Peserta pelatihan
diperoleh dari sisa produksi untuk
akan mendapatkan upah
pembayaran
apabila
mereka direkrut sebagai pemandu pada
saat
kegiatan
produk.
pulsa,
Keuntungan
guide
dan
marchandise.
berlangsung.
Sebagai pemandu, Asep Kambali
FAKTOR
selalu
PENGEMBANGAN WISATA
membeli
sumber-sumber
referensi, diakuinya bahkan sampai harus
membeli
ke
luar
KOTA TUA
negeri.
1. Faktor Penarik Wisata Sejarah
Menurut Asep Kambali, pengetahuan yang
luas
Kota Tua
memudahkan
Daya tarik merupakan unsur
menyampaikan
utama dalam industri pariwisata,
informasi dan bercerita. Kekuatan
tanpa ada daya tarik tidak mungkin
pemandu terletak pada penguasaan
ada pariwisata. Daya tarik terdiri dari
materi.
beragam
pemandu
akan
KEBERHASILAN
dalam
Pengembangan
Sumberdaya
dikategorikan ke
dalam tiga kelompok, yaitu daya
Manusia Pencarian
jenis,
tarik alam, dari tarik ciptaan manusia dan
dan daya tarik yang diciptakan untuk
pemandu lepas, dilakukan secara
tujuan tertentu. Produk wisata yang
terbuka, upah tidak per bulan, hanya
dikembangkan oleh KHI termasuk
per
pada kategori daya tarik ciptaan
kegiatan.
pengurus
Tidak
ada
biaya 136
manusia. Daya tarik ciptaan manusia
dan bermanfaat secara akademis.
ardikelompokkan
tiga
Pelajaran sejarah di sekolah dan
bentuk, yaitu 1) bangunan, terdiri
perguruan tingggi menggunakan kota
dari
dan
tua sebagai sumber belajar untuk
modern, bangunan agama (katedral,
menggali sejarah kolonial, sejarah
gereja dan mesjid), biara, monumen,
pergerakan
istana, situs arkeologi, taman hutan,
kemerdekaan
hiburan indor, kebun dan taman; 2)
kontemporer. Mempelajari sejarah
budaya, terdiri dari musium, teater
membutuhkan
dan olahraga, kesenian dan kerajinan,
memperkuat
agama,
rakyat,
bukti sejarah tidak ada artinya. Kota
karnaval, dan festival, dan; 3) sosial,
Tua menjadi sumber belajar dalam
terdiri dari cara hidup penduduk,
subjek
suku bangsa, dan bahasa. DKI
Melihat
peluang
bahwa
Jakarta adalah kota sejarah, banyak
sejarah
banyak
diminati
peninggalan
dalam
masyarakat umum, KHI kemudian
bentuk bangunan, budaya maupun
menggarap program wisata sejarah
sosial. Jakarta pada masa kolonial
kota tua. Program wisata sejarah
adalah kota pelabuhan, bandar udara,
yang dijalankan KHI adalah destinasi
sejak
sampai
satu titik (stopover destinations),
Pemerintahan Republik Indonesia.
lokasi yang memiliki daya tarik
Kota Tua adalah areal bekas pusat
untuk dikunjungi oleh wisatawan
pemerintahan
hanya dengan satu kali saja.
menjadi
bangunan
bersejarah
sejarah,
cerita
sejarah
masa
baik
VOC
Kolonial
Hindia
Belanda termasuk dalam kawasan di bawah
perlindungan
nasional,
sejarah
dan
sejarah
bukti
untuk
argumentasi,
materi
sejarah
tanpa
kolonial. wisata oleh
Pemilihan Kota Tua sebagai
Pemerintah
destinasi wisata, mengingat Kota Tua
Daerah DKI Jakarta.
sebagai bagian dari materi pelajaran
Bagi masyarakat umum, Kota
sekolah. Wisata sejarah Kota Tua
Tua seringkali dianggap sebagai
sudah memiliki segmen pasar yang
peninggalan. Bagi KHI, Kota Tua
jelas,
tidak hanya sekedar peninggalan
SMA/SMK. Infrastruktur di DKI
kolonial, tetapi adalah sumber belajar
Jakarta 137
yakni
yang
siswa
SMP
dan
mendukung wisata
sejarah kota tua juga lengkap. Untuk
paket
mencapai lokasi Kota Tua, ada
Jakarta
berbagai sarana transportasi yang
mengenakan busana zaman dahulu
dapat digunakan, yaitu jalan raya,
(busana jadul). Kesan eksentrik, unik
jalur
dan
kereta,
terminal
bus,
dan
wisata.
Pemandu program
Heritage
menarik
Trails
dari
(JHT)
pemandu,
jaringan transportasi lokal, fasilitas
merupakan ciri khas dari pemandu
parkir dan taksi. Semua fasilitas
KHI, sehingga wisatawan merasa
umum yang wajib disediakan dalam
bahwa pemandu sebagai seorang
industri pariwsata sudah ada di
profesional. Strategi lainnya adalah
destinasi Kota Tua.
fokus pada harga. Tidak semua
Di samping infrastuktur dan
kegiatan wisata menawarkan harga
fasilitas yang sudah tersedia dan
kepada konsumen,
lengkap, KHI menawarkan kemasan
dipungut Harga Tiket Masuk (HTM).
paket wisata yang berbeda. Dengan
Untuk menutup biaya operasional,
mengusung pilar “rekreatif, edukatif
KHI menawarkan proposal promosi
dan menghibur”, KHI menawarkan
produk
konsep wisata sejarah yang berbeda.
menjadi sponsor biaya operasional.
Strategi pembedaan yang dilakukan
bahkan tidak
perusahaan.
Perusahaan
Dengan strategi pembedaan,
KHI melalui pengelolaan kegiatan
memberikan
wisata yang bernilai edukatif yang,
perlindungan dari serangan para
menghibur dan menyenangkan. Paket
pesaing dikarenakan konsumen setia
wisata
juga
kepada destinasi dan memberikan
Jakarta
sedikit sensitivitas pada harga yang
yang
bervariasi. Heritage
ditawarkan
Paket Trails
wisata dan
Night
at
kepastian
kepastian
diberikan. (McVey dan King, 2003:
Museums, misalnya adalah paket
46).
kegiatan wisata dengan mengunjungi
membuat
paket
wisata
yang
satu titik destinasi Kota Tua yang
ditawarkan
KHI
memusat
pada
dilaksanakan di petang dan malam
segmen
hari.
mendapatkan
strategi pembedaan, KHI seperti
sambutan pasar yang besar. Strategi
mendapat ikan besar di dalam kolam
juga ditawarkan dalam pelayanan
kecil. Strategi pembedaan dan fokus
Program
ini
138
Strategi
pasar
pembedaan
tetentu.
juga
Dengan
pada harga bukannya tanpa bahaya,
2. Faktor
sebaliknya berbahaya sekali, dapat
Pendorong
Wisata
Sejarah Kota Tua
mengakibatkan permintaan produk
Faktor pendorong permintaan
bisa mengalami penurunan, strategi
wisata diartikan sebagai faktor yang
dapat ditiru oleh para pesaing, dan
mendorong
kegiatan bisnis berhenti beroperasi.
melakukan liburan. Perubahan gaya
Upaya menangkal bahaya itu, KHI
melakukan
di
kalangan
untuk
masyarakat
politik
perkotaan, terutama di kalangan
pemasaran. Pertama, setiap kegiatan
remaja di kota besar seperti DKI
pemasaran dibatasi jumlah peserta.
Jakarta, ikut mendorong permintaan
Tidak semua calon wisatawan dapat
terhadap wisata sejarah Kota Tua.
mengikuti kegiatan JHT. Para calon
Perubahan gaya hidup terjadi akibat
wisatawan akan berebut menjadi
dari
peserta kegiatan wisata sejarah. Bagi
pendidikan dan revolusi teknologi
mereka yang tidak mendaftar kuota
komunikasi. Dunia berubah menjadi
pertama,
menjadi
kosmopolit, semua orang di dunia
peserta kegiatan dan harus menunggu
bisa saling terhubung satu sama lain.
pada periode berikutnya. Kedua, ,
Peningkatan tingkat pendidikan dan
Kegiatan paket wisata juga diatur
revolusi
waktu
berdampak
tidak
dua
hidup
wisatawan
diterima
pelaksanannya.
Strategi
meningkatnya
tingkat
teknologi dan
komunikasi
berakibat
pada
pariwisata.24
pemasaran menolak “aji mumpung”, produk paket wisata tidak ditawarkan
Krippendorf
berpendapat
pada jarak waktu yang dekat, tetapi
bahwa sejak era industri muncul,
per periode. Strategi itu dikenal
masyarakat
dengan strategi menunda kepuasan.
melalui
tiga
pariwisata tahapan.
berubah 25
Tahap
Dengan mengatur jarak dan jumlah peserta,
konsumen
akan
24
selalu
Müller, H. (2001).Tourism and hospitality into the 21st century. In A. Lockwood and S. Medlik (eds), Tourism and Hospitality in the 21st Century. Oxford: ButterworthHeinemann. 25 Krippendorf, J. (1987). The Holidaymakers: Understanding the Impact of Leisure and Travel. London: ButterworthHeinemann.
menunggu produk dan akan selalu merasa puas pada saat pertama kali.
139
pertama,
wisawatan
digambarkan
yang menjadi peserta program dari
sebagai penduduk yang “hidup untuk
KHI, rata-rata masih berusia muda,
bekerja”, berwisata dimotivasi oleh
antara 14-40 tahun. Dalam usia
kegiatan “untuk memperbaiki diri,
seperti itu adalah usia sekolah dan
untuk
untuk
pekerja. Secara psikologis adalah
menghilangkan masalah”. Di tahap
usia yang gemar berpetualang, suka
kedua,
digambarkan
tantangan, dan berani mengambil
sebagai penduduk yang “bekerja
resiko. Program paket wisata JHT
untuk hidup”, motivasi berwisata pun
dan
berubah menjadi kegiatan untuk
dilaksanakan di malam hari adalah
“mengalami sesuatu yang berbeda,
paket wisata yang populer dan paling
untuk bergembira, untuk menjadi
digemari. Anak-anak sekolah tingkat
orang yang aktif”. Pada tahap kegita,
SMP
pada saat ini, “kesatuan baru hidup
wisatawan yang paling dominan
sehari-hari”, jurang besar antara
mengikuti kegiatan KHI. Anak-anak
bekerja
sekolah,
beristirahat,
dan
wisatawan
dan
berlibur
semakin
Night
at
dan
Museums
SMA/SMK
selain
yang
adalah
mencintai
berkurang. Pada tahap ketiga itu,
petualangan, secara psikologis juga
motivasi berwisata didorong oleh
berani mengambil resiko. Program
keginan
paket JHT dan Night at Museums,
untuk:
cakrawala
1)
memperluas
pengetahuan;
2)
adalah
kegiatan
berwisata
yang
mempelajari sesuatu yang baru; 3)
mengajak peserta untuk menelusuri
berintropeksi
bangunan tua di sekitar situs Kota
dan
berkomunikasi
dengan orang lain; 4) membuka
Tua.
pikiran dan meningkatkan kreativitas dan
berfikir
bereksperimen
terbuka, dan
dan
Pada era industri dan masa
5)
revolusi teknologi, muncul konsep
mengambil
pariwisata
resiko.
baru.
Menurut
Poon
pariwisata baru dicirikan oleh enam Paket wisata yang ditawarkan
kondisi berikut.
oleh KHI menampung segala macam
Pertama,
liburan
bersifat
motivasi sebagaimana identifikasi
fleksibel dan dapat dibayar pada
Krippendorf.
harga kompetitif dengan jenis liburan
Melihat
wisatawan 140
yang
diproduksi
secara
masal.
dengan
jam
17.00.
Kegiatan
Kegiatan yang ditawarkan oleh KHI
berwisata di sore hari memungkinkan
dapat
tidak
bagi siswa sekolah. Kegiatan juga
membutuhkan biaya penginapan dan
dapat dilakukan di malam hari,
makanan. Kedua, produk pariwisata
memungkinkan bagi para pekerja
dan perjalanan itu bersifat layanan
untuk melakukan kegiatan berwisata
tidak ditentukan oleh skala ekonomi;
di malam hari, setelah pulang kerja.
layanan akan terus diproduksi sejauh
Keempat, liburan dikonsumsi dalam
itu menguntungkan secara ekonomi
skala besar oleh wisatawan yang
dengan
ingin mendapatkan pengalaman lebih
dikatakan
murah,
menerapkan
manajemen
berorientasi keuntungan. Paket JHT
berwisata,
yang dilakukan pada malam hari
berorientasi destinasi, lebih bebas,
hanya
lebih fleksibel, dan lebih sadar
memungut
100.000,00,
biaya
peserta
Rp.
mendapatkan
lebih mendidik,
lingkungan.
KHI
lebih
meningkatkan
kaos, sticker dan video perjalanan.
jumlah kuota peserta ketika kegiatan
Harga
kemudian
berwisata dilakukan di malam hari.
guide,
Paket wisata Nights at Museums,
yang
dilakukan di hari sabtu-mingu yang
HTM
itu
didistribusikan keamanan,
untuk
dan
fasilitas
dikembalikan ke peseta. Ketiga,
diawali dengan kegiatan petualangan ditujukan
seperti paket JHT. Jumlah peserta
pada individu dengan perbedaan
pada program Nights at Museums,
kebutuhan, pendapatan, hambatan
ditambah
waktu
menerapkan pembatasan kuota.
dan
liburan
tujuan
berwisata;
pemasaran masal tidak lagi menjadi paradigma
utama.
kuota,
tetap
Berdasarkan sudut
masih
padang
Wisatawan
perubahan nilai dan gaya hidup baru,
membutuhkan waktu yang fleksibel
tipe baru liburan dan reakreasi
dengan aktivitas sehari-hatri. Paket
muncul
yang
KHI
mengalami sesuatu yang lain dan
memenuhi unsur fleksibilitas waktu.
berbeda selama berlibur”. Paket
Kegiatan juga dapat dilaksanakan di
wisata yang ditawarkan oleh KHI
sore hari, dari jam 16.00 sampai
memberikan kebabasan kepada calon
ditawarkan
oleh
141
dari
slogan
“untuk
wisatawan untuk menikmati masa
3. Sinergi
liburan sepenuhnya. Paket wisata
Penawaran
kota tua yang dilaksanakan di malam
Permintaan
Antara
Faktor
dan
Faktor
hari, diarahkan untuk segmen para
Keberhasilan pengembangan
pekerja yang sibuk bekerja di pagi
Wisata Kota Tua oleh Komunitas
sampai sore hari. Paket wisata kota
Historia
tua yang dilaksanakan di sore hari,
sinergi antara faktor pendorong dan
ditujukan kepada calon wisatawan
penarik,
yang beraktivitas di pagi sampai
pariwisata dan jenis segmen pasar
siang
ingin
yang dituju. Paket wisata yang
dan
ditawarkan oleh KHI adalah wisata
yang
yang unik, keunikan itu terletak pada
ditawarkan oleh KHI dengan segmen
tiga hal, yaitu tempat, kegiatan, dan
usia 14-40 tahun adalah paket wisata
objek. Dari sisi tempat, situs Kota
berbasis petualangan yang diarahkan
Tua berada di tengah-tengah kota
pada satu atau dua tema dari tema-
Jakarta yang mudah diakses oleh
tema
berbagai moda transportasi yang
hari,
mengambil
tetapi
tidak
waktu
istrirahat.
belajar
Paket
hiburan
kebahagiaan
wisata
(entertainment),
(KHI)
penawaran
adalah
produk
dan
tersedia. Jaringan transportasi umum
Paket
yang mudah diakses memudahkan
petualangan
calon wisatawan untuk menjangkau
didasarkan pada konsep berwisata
lokasi, tentu dengan biaya yang
dengan
“kegiatan
relatif murah. Dari sisi kegiatan,
mengalami sesuatu”. Pengalaman itu
kegiatan yang ditawarkan bervariasi
dapat
perpindahan,
dengan strategi pembedaan yang
kehidupan sosial, aktivitas kreatif,
fokus pada waktu kegiatan dan harga
pendidikan,
produk. Dari sisi objek, objek yang
pendidikan wisata
(excitement),
Indonsia
(education). berbasis kemasan
berbentuk
petualangan
dalam
kesunyian.
dikunjungi menawarkan pengalaman dan petulangan yang mengesankan, berjalan bermalam
142
kaki, di
e
sepeda
museum,
ontel, melihat
pemandangan kota Jakarta di malam
pengalaman
wisata
hari adalah unik.
menantang,
dapat
Keunikan
itu
dipasarkan
bertahap,
memperkenalkan, menyadarkan.
mengajak Pemasaran
baru,
menambah
pengetahuan, dan menghibur.
melalui tahapan strategi pemasaran yang
yang
Secara sosial-budaya, bisnis
dari
pariwisata
dan
mampu membangun kerekatan sosial
yang
di
berbasis
antara
komunitas
para
partisipan,
dilakukan secara bertubi-tubi melalui
keberlanjutan
jejaring
menjaga
berpartisipasi, peningkatan kapasitas
konsentrasi
kelompok dan menimbulkan rasa
sosial,
efektif
keterlibatan
dan
masyarakat
umum
motivasi
terus
kebanggaan sosial dan kelompok.
mengikuti perkembangan. Kampanye
Kampanye bahwa sejarah itu penting
pemasaran
dan
yang
untuk
sosial,
provokatif
dan
mempelajari
sejarah
menguggah rasa penasaran, efektif
menyenangkan
sebagai jembatan untuk memasarkan
dengan pengalaman wisata yang
produk
edukatif, rekreatif dan menghibur,
paket
wisata
yang
ditawarkan. Strategi pemasaran tiga
ternyata
tahapan
optimisme
itu
berhasil
menangkap
yang
itu
dibuktikan
berhasil
membangkitkan
sosial
dan ketahanan
calon wisatawan menjadi pembeli.
sosial. Terbukti dari kampanye status
Penyebaran
melalui
internet
informasi dan
mendorong konsumen
jejaring
kepuasan merasa
dipentingkan.
melalui
konsumen,
di antara para remaja, mahasiswa dan
dan
kalangan
pemasaran
internet,
Indonesia.
sosial,
mempemudah
umum,
untuk
menjadi
orang yang peduli pada peninggalan sejarah
efektif,
Twitter
berhasil membangun kerekatan sosial
yang dilakukan melalui jaringan jejaring
dan
sosial
dihargai
Strategi
Facebook
sangat jalur
dan
budaya
Komentar
bangsa penolakan
perusakan situs sejarah, bangunan
informasi, mendekatkan target pasar.
lama,
Paket
pemerintah yang tidak pro terhadap
wisata
bersesuaian
yang
dengan
ditawarkan karakteristik
segmen pasar yang membutuhkan 143
serta
terhadap
pelestarian
sejarah,
bahwa
tingkat
kebijakan
membuktikan kepedulian
masyarakat
sudah
terbangun.
untuk menjalin kerjasama dengan
Kerekatan sosial dan optimisme
berbagai pihak yang terlibat dalam
sosial juga terbentuk dari semaki
pengembangan
banyaknya
Kemampuan
permintaan
untuk
pariwisata. membaca
peluang
meminta KHI menjadi pembicara
adalah kemampuan menilai berbagai
pada
dan
potensi yang dapat memberikan nilai
sekolah-sekolah,
tambah terhadap sumberdaya alokatif
kegiatan
pembelajaran
akademis
di
dengan topik “mempelajari sejarah
dan
itu menyenangkan”, adalah bukti
Kepemilikan
bahwa
sumberdaya alokatif dimanfaatkan
optimisme
tumbuh
dan
masyarakat wisata
sosial
mulai
berkembang
umum.
sejarah
KHI telah
di
untuk terhadap
mampu
sumberdaya
dimiliki.
jaringan
sebagai
pihak
kepercayaan
lain,
sementara
otoritatif
adalah
penggunaan sumberdaya yang ada
Kepuasan
nasionalisme”.
yang
membangun
dengan
mebangun “dialog pasca-kolonial tentang
otoritatif
untuk
menjalankan
program.
konsumen dan cerita dari mulut ke
Terbentuknya
mulut melahirkan reputasi destinasi
menjadi unsur utama sumberdaya
di pasar lokal dan nasional.
alokatif
dan
digunakan KESIMPULAN
KSPBI-Historia
otoritatif
untuk
yang
meyakinkan
berbagai pihak tentang gagasan yang
Dari hasil penelitian dapat
ingin
dilaksanakan.
disimpulkan bahwa pengembangan
untuk
mengemukakan
wisata sejarah kota tua berada di
keberanian mengambil resiko juga
Kuadran
penting untuk meyakinkan pihak lain
I
dan
II,
Pendekatan
Responsif dan Pendekatan Teracang,
tentang
keduany
diperoleh.
penawaran
didorong dan
oleh
digerakkan
faktor
keberhasilan
Perselihan
oleh
Keberanian gagasan,
yang
paham
akan
antara
masalah. Pendekatan responsif, perlu
anggota menjadi sumber penghancur.
didukung
kepiwaian
Berangkat
dan
membaca
pendekatan responsif ditinggalkan,
Komunikasi
dibutuhkan
kemudian beralih kepada pendekatan
oleh
berkomunikasi peluang.
144
dari
kehancuran,
terencana.
Pendekatan
terencana
DAFTAR PUSTAKA
memberikan alur perencanaan dan
Burns,
pengelolaan wisata dan manajemen
P. 2009. Tourism and Anthropology. London: Routledge.
destinasi. Pendekatan yang dilakukan Chambers, E. (ed.). 1997. Tourism and Culture: An Applied Perspective. New York: State University Press of New York.
oleh KHI dilakukan secara bertahap dan
bersifat
Perkenalan, informasi
gradual, yaitu
dan
Tahap
memberikan
memperkenalkan Creswell, J. 1994. Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches. California: Sage Pulications.
gagasan, lalu menawarkan program. Tahap
Mencintai,
adalah
memberikan indormasi, membuka gagasan, lalu menawarkan program. Tahap
ketiga,
Kesadaran,
adalah
adalah
George, E. Wanda., Heather Mair, and Donald G. Reid. 2009. Rural Tourism Development: Localisme and Rural Cultural Changes. Toronto: Channel View Pulications.
Tahap
memberikan
informasi, memprovokasi sikap dan tindakan, lalu menawarkan gagasan.
John Van Maanen. 1988. Tales of The Field: On Writing Ethnography. Chicago: University of Chicago.
Secara sosial, pengembagan wisata sejarah oleh KHI dapat menghimpun kerekatan sosial, optimisme sosial, dan kesadaran, dan pada akhirnya
King, V. and Wilder, W. 2003. The Modern Anthropology of South East Asia: An Introduction. London: Routledge-Curzon.
keuntungan finansial diperoleh.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Huberman, Michael dan Mattew B. Miles, Manajemen Data dan Analisis Data, dalam Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln (Eds). 2009. Handbook of Qualitative Research. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 145
Proshansky, H.M., Fabian, A.K. and Kaminoff, R. 1983. PlaceIdentity: Physical World Socialization Of The Self. Journal of Environmental Psychology. Vol.3, 57-83., p. 62. Renshaw, P. 2002. Globalization, Music and Identity. London: Global. Ritchie, J.R. and Crouch, G.I. 2003. The Competitive Destination: A Sustainable Tourism Perspective. Wallingford: CABI Publishing. Stake, Robert E., Studi Kasus, dalam Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln (Eds). 2009. Handbook of Qualitative Research. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Shilling, D. 2006. Civic Tourism. On WWW at http://www.civictourism.org. Yin, R.K. 1989. Case Study Research: Design and Methods. California: Sage.
146