ANALISIS PENANGANAN MATERIAL WASTE PADA PROYEK PERUMAHAN DI SURABAYA I Putu Artama Wiguna1, Henni iriana2 Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya Email :
[email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya Email :
[email protected] 1
ABSTRAK Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, material sebagai salah satu komponen dari biaya turut memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Pengadaan material menyerap biaya yang cukup besar dari biaya total proyek. Oleh karena itu penggunaan material diusahakan seminimum mungkin agar tidak banyak menimbulkan material sisa yang akan terbuang. Namun terkadang penggunaan material di lapangan tidak luput dari kesalahan dan kecerobohan. Kesalahan dan kecerobohan dalam masalah material tersebut biasa dikenal dengan istilah material waste, yang sering timbul dan sulit untuk dihindari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui material – material yang berpotensi besar menjadi waste beserta penyebab, upaya minimasi waste yang akan terjadi, dan penanganan waste yang telah terjadi pada tiap – tiap material. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Ada dua bentuk kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner pendahuluan dan kuesioner utama. Kuesioner pendahuluan digunakan untuk mengetahui atribut – atribut yang berpengaruh terhadap waste pada pelaksanaan konstruksi, yang kemudian akan diteliti lebih lanjut pada kuesioner utama untuk merangking material waste berdasarkan volume waste, angka atau nilai tingkat pengaruh kondisi proyek terhadap timbulnya waste, dan angka atau nilai tingkat kesesuaian penanganan waste terhadap kondisi aktual proyek dengan menggunakan analisis frekuensi dan analisis mean. Hasil analisis menunjukkan bahwa material yang berpotensi besar menjadi waste adalah pada material keramik, genteng, kayu, cat, dan besi beton. Penyebab utama material waste untuk material kayu, genteng, kayu, dan besi beton adalah karena kesalahan pekerja. Sedangkan pada material cat adalah karena perubahan speksifikasi mendadak. Untuk mengurangi jumlah waste yang akan terjadi pada material keramik, genteng, dan besi beton, maka dilakukan dengan cara bekerja dengan lebih teliti, dan untuk material kayu adalah dengan rencana kerja yang baik, sedangkan pada material cat adalah dengan menggunakan metode pelaksanaan yang tepat. Untuk penanganan material waste yang telah terjadi pada material keramik, genteng, dan cat adalah dengan cara menggunakan kembali, sedangkan untuk material kayu dan besi beton dilakukan dengan cara disimpan untuk proyek selanjutnya. Kata kunci : Material, Material waste, Proyek Perumahan
PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan penduduk di kota Surabaya dibuktikan dengan meningkatnya pembangunan disegala bidang, tidak terkecuali dibidang perumahan. Permintaan akan perumahan semakin terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Oleh karena itu perlu adanya pembangunan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam pelaksanaan pembangunan, material sebagai salah satu komponen dari biaya turut memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Pengadaan material menyerap biaya yang cukup besar dari biaya total proyek. Oleh karena itu penggunaan material diusahakan seminimum mungkin agar tidak banyak menimbulkan material sisa yang akan terbuang. Bahkan diusahakan material yang sudah pernah dipakai dapat digunakan kembali. Pada pelaksanaan proyek konstruksi, terkadang penggunaan material di lapangan tidak luput dari kesalahan dan kecerobohan. Kesalahan dan kecerobohan dalam masalah material tersebut biasa dikenal dengan istilah material waste, yang sering timbul dan sulit untuk dihindari. Waste ini tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja karena dapat mengganggu proses pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan akan memakan banyak tempat di dalam area proyek yang terbatas, sehingga perlu dilakukan penanganan yang serius, yang sudah tentu hal ini akan semakin menambah biaya
proyek secara keseluruhan karena biaya angkut waste tersebut sampai pada daerah pembuangan umumnya cukup besar mengingat jarak yang cukup jauh. Dari penanganan terhadap waste tersebut nantinya akan terlihat mana waste yang dapat digunakan kembali (reuse), di daur ulang (recycle), di jual (salvage), atau dibuang (disposal). Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai analisis penanganan material waste pada proyek konstruksi. Sebagai studi kasus diambil proyek perumahan kelas menengah di Surabaya. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste, mengetahui penyebab timbulnya material waste pada tiap material, menentukan upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi jumlah waste yang akan terjadi pada tiap material, dan menentukan tindakan yang dilakukan untuk menangani material waste yang telah terjadi pada tiap material. TINJAUAN PUSTAKA Umum Secara umum, waste adalah sesuatu yang tidak di inginkan atau sesuatu yang merupakan hasil sampingan dari produksi yang dianggap sudah tidak berguna lagi atau dengan kata lain adalah barang sisa (sampah). Waste juga didefinisikan sebagai substansi atau suatu obyek dimana pemilik punya keinginan untuk membuang [8].
A-147 ISBN 978-979-18342-1-6
Definisi Material Waste Material waste yang dihasilkan dari proyek konstruksi didefinisikan sebagai material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari proses konstruksi, perbaikan atau perubahan [11]. Atau barang apapun yang diproduksi dari proses ataupun suatu ketidaksengajaan yang tidak dapat langsung dipergunakan pada tempat tersebut tanpa adanya suatu perlakuan lagi. Material waste adalah material yang berlebihan atau material yang sudah selesai digunakan, termasuk yang dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang, dapat dikembalikan ke supplier, dan dapat dibuang ke tempat yang dapat digunakan oleh orang lain. Waste plan adalah rencana proyek yang bertujuan untuk mengurangi jumlah material waste yang akan menumpuk ditanah. Beberapa penyebab terjadinya material waste pada suatu proyek konstruksi [19] adalah Konsumsi berlebihan dari sumbar daya, penggabungan dan pendalaman desain dari beberapa gedung, kerusakan material akibat kesalahan penanganan atau pengiriman, kerusakan material akibat cuaca dan penyimpanan yang tidak tepat, kurangnya pendataan material yang dikirim dan digunakan, sampah dari kantor proyek, dan material berlebih dari pekerjaan persiapan dan finishing. Jenis – Jenis Material Waste Material waste pada konstruksi dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi, baik itu proyek pembangunan maupun proyek pembongkaran [10]. Material waste yang berasal dari hasil pembangunan atau renovasi bangunan milik pribadi atau komersil [1] terbagi menjadi 4 bagian yaitu : limbah alami, limbah langsung, limbah tak langsung, dan limbah konsekuensi. Limbah alami adalah limbah yang pembentukannya tidak dapat dihindari. Misalnya pemotongan kayu untuk membuat suatu sambungan atau cat yang menempel pada kalengnyapada saat proses pengecatan dilakukan. Jadi limbah alami adalah limbah yang secara alami terjadi namun dalam batas – batas toleransi (bisa diabaikan). Namun ada kalanya limbah alami ini menimbulkan limbah langsung yang cukup besar jika tidak dilakukan pengontrolan yang baik, misalnya pada wastu pembuatan spesi, penuangan semen yang terkadang tercecer ke tanah jika tidak dilakukan pengontrolan maka ceceran semen lama akan menjadi banyak. Limbah langsung adalah limbah yang terjadi pada setiap tahap dari proses pembangunan. Biasanya limbah ini terbentuk pada saat penyimpanan, pada saat material dipindahkan ke tempat kerja, atau pada saat proses pengerjaan tahapan pengembangan itu sendiri. Apabila tidak dilakukan kontrol yang baik maka kerugian biayapun tidak dapat dihindari. Misalnya : Limbah yang diakibatkan oleh penyimpanan yang tidak memperhatikan jenis dan sifat dari material, sehingga terjadi kerusakan, Limbah akibat proses perubahan bentuk material dari bentuk aslinya ke bentuk lain. Seperti pemotongan kayu dari bentuk asli ke bentuk yang diinginkan, sehingga terjadi pembuangan sisa potongan kayu tersebut yang tidak terpakai, dan lain – lain. Limbah tidak langsung terjadi akibat pembelian material tidak sesuai dengan harga pasar. Misalnya pembelian material yang lebih mahal dibanding harga pasar. Limbah konsekuensi adalah limbah yang disebabkan akibat kesalahan pekerja, sebagai konsekuensinya adalah terjadinya pemborosan material dalam penggantian atau penambahan kapasitas material untuk menggantikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi kerja.
Faktor – Faktor Penyebab Material Waste Material waste dapat terjadi pada beberapa proyek konstruksi, tidak hanya disebabkan oleh aktifitas atau kegiatan konstruksi saja tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti kerusakan atau kesalahan. Faktor eksternal ini umumnya berpengaruh kepada jumlah waste. Namun masih belum jelas apakah waste yang dihasilkan berasal dari faktor eksternal saja. Sumber – sumber yang dapat menyebabkan terjadinya material waste pada pelaksanaan konstruksi terbagi menjadi enam kategori [7] yaitu : desain, pengadaan material, penanganan material, pelaksanaan, residual (sisa), dan lain – lain. Hasil penelitian di Belanda menyimpulkan sumber dan penyebab terjadinya material waste berdasarkan kategori di atas [9], tercantum pada tabel berikut :
Tabel 1 : Sumber dan Penyebab Material Waste Sumber Desain
Pengadaan Penanganan Material
Pelaksanaan
Sisa
Lain-lain
Penyebab Kesalahan pada dokumen kontrak. Dokumen kontrak tidak lengkap pada saat mengawali kegiatan konstruksi. Perubahan desain. Kesalahan pemesanan, pemesanan yang berlebihan, pemesanan yang kurang, dan lain-lain. Kerusakan selama pengangkutan menuju lokasi pemasangan atau lokasi proyek. Penyimpanan yang kurang sesuai dapat menyebabkan kerusakan atau menyebabkan cacat produk. Kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Menggunakan peralatan yang salah. Terkena cuaca yang tidak baik. Kecelakaan. Kerusakan akibat pekerja yang menangani material sebelumnya. Penggunaan material yang tidak benar pada saat di tempatkan kembali. Waste yang dikonversi dari pemotongan yang tidak ekonomis. Sisa hasil dari pemotongan material yang sudah tidak bisa terpakai lagi. Pencampuran yang berlebihan pada material basah yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang syarat-syarat yang benar. Limbah dari proses aplikasi. Kriminal waste penyebab kerusakan atau pencurian. Kurangnya kontrol pada material di lokasi proyek dan manajemen plan.
Pengelolaan Limbah Padat Terpadu (Integrated Solid Waste Management) Hierarki dari pengolahan limbah padat dari urutan pengolahan teratas sampai terbawah [13], adalah : pencegahan terhadap limbah, daur ulang,orientasi pada sumber perbaikan limbah, dan penggunaan kembali. Urutan hierarki ini didasarkan atas pilihan pengolahan yang utama kemudian alternatif pilihan pengolahan terbaik sesudahnya. Selain hierarki pengelolaan limbah padat tersebut ada juga hierarki dalam pengurangan atau minimasi material waste yang terjadi yang dapat digambarkan dalam piramid, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
A-148 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Reduce Reuse Recycle Disposal
dalam populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian ini, yang disebut dengan populasi sasarannya adalah perumahan kelas menengah di kota Surabaya. Sedangkan populasi sampelnya adalah kontraktor yang terkait dalam pelaksanaan proyek perumahan tersebut. Respondennya yang pilih adalah responden yang representatif dengan tujuan penelitian, seperti project manager, atau site manager.
Gambar 1 : Hierarki Minimasi Waste Keterangan : Reduce adalah menghasilkan atau membeli material sedikit yang akan menjadi waste. Reuse adalah menggunakan material lebih dari sekali sebelum direcycle atau dibuang. Recycle adalah membentuk kembali material yang sudah terpakai menjadi material baru atau sumber daya baru. Disposal adalah membiarkan atau membuang material yang menyebabkan polusi di darat, laut, dan udara. Minimasi Material Waste Minimasi merupakan proses untuk memperkecil tingkat produksi dari suatu objek tertentu. Penghindaran terhadap adanya material waste pada proyek konstruksi, dilakukan secara proaktif dan maksimal pada level penghematan. Penghematan relatif pada penanganan material yang meliputi biaya suplay material, tambahan biaya untuk tenaga kerja agar ditempat kerja tetap fit, demikian juga tambahan biaya untuk pemindahan. Untuk menghindari material waste, yang paling baik adalah dengan cara melihat desain, yaitu mengkoordinasi komponen yang terkait dengan pendetailan desain. Atau mengkoordinasikan ukuran untuk pembelian material ketika pemesanan material [12]. Dalam meminimasi material waste yang ada, terdapat 6 alasan utama yang mendasarinya yaitu : menghemat biaya, mengurangi penggunaan material yang berlebihan, meningkatkan kemampuan kompetisi, meningkatkan kebiasaan kerja, serta meningkatkan kualitas lingkungan dan mengurangi beban landfill. Target utama yang ingin dicapai dari strategi minimasi material waste adalah mencakup 2 hal yaitu : limbah yang dihasilkan sedikit (efisien), dan biaya operasional yang efektif.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Berdasarkan teknik yang digunakan, penelitian ini merupakan penelitian survey, dimana dalam penelitian ini tidak melakukan perubahan – perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel – variabel yang diteliti. Lokasi Penelitian Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah perumahan kelas menengah di Surabaya, yang terbagi menjadi 5 kawasan yaitu : Surabaya Pusat, Surabaya Timur, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, dan Surabaya Barat. Populasi Penelitian Populasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu populasi sampel dan populasi sasaran [18]. Populasi sasaran adalah keseluruhan individu dalam areal/wilayah/lokasi/kurun waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan populasi sampel adalah keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis
Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diantaranya data primer berupa penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada pihak kontraktor yang menangani perumahan kelas menengah di Surabaya disertai wawancara secara langsung dengan responden, dan data sekunder yaitu data yang didapat dari REI (RealEstat Indonesia) yakni data perumahan kelas menengah di Surabaya yang dibangun pada tahun 1998 – 2008, beserta nama pengembang dan alamatnya., dan Data yang didapat dari pihak pengembang dan atau kontraktor yakni data kontraktor beserta alamatnya yang menangani perumahan tersebut. Ada 2 bentuk kuesioner yang digunakan, yaitu : kuesioner pendahuluan dan kuesioner utama. Kuisioner pendahuluan berfungsi untuk mengetahui atribut-atribut apa saja yang dapat berpengaruh terhadap waste pada pelaksanaan konstruksi. Atribut-atribut inilah yang kemudian akan diteliti lebih lanjut pada kuesioner utama. Bentuk kuesioner pendahuluan adalah kuesioner semi tertutup, dimana pilihan jawaban sudah tersedia, sehingga responden cukup memilih atribut-atribut apa yang mempengaruhi penilaian mereka terhadap waste yang terjadi pada proyek perumahan dan responden juga diminta untuk memberikan atribut lain setiap pertanyaan yang tersedia. Penyebaran kuisioner pendahuluan dilakukan terhadap 10 responden yang dipilih secara acak. Adapun atribut yang dianggap merupakan atribut yang penting bagi responden adalah atribut yang dipilih oleh >5 responden. Sedangkan kuesioner utama diperlukan untuk mengetahui rangking material waste berdasarkan volume waste, tingkat pengaruh kondisi proyek terhadap timbulnya waste, dan tingkat kesesuaian penanganan waste terhadap kondisi aktual proyek. Penyebaran kuesioner utama dilakukan terhadap 76 responden. Metode pemilihan sampel menggunakan metode snowball. Untuk pengisian tingkat pengaruh kondisi proyek terhadap timbulnya waste (penyebab dan minimasi waste), maka responden diminta untuk memilih skala dengan nilai sebagai berikut : 1 = tidak berpengaruh 2 = sedikit berpengaruh 3 = cukup berpengaruh 4 = berpengaruh 5 = sangat berpengaruh Sedangkan untuk pengisian tingkat kesesuaian penanganan waste terhadap kondisi aktual proyek, maka responden diminta diminta untuk memilih skala dengan nilai sebagai berikut : 1 = tidak sesuai 2 = sedikit sesuai 3 = cukup sesuai 4 = sesuai 5 = sangat sesuai
A-149 ISBN 978-979-18342-1-6
Teknik Pengambilan Data Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling. Snowball sampling adalah metode pengambilan sampel dengan secara berantai (multi level). Snowball sampling secara khusus digunakan untuk memperoleh suatu populasi yang sulit diakses atau didapatkan. Kelebihan snowball sampling adalah mudah digunakan, sedangkan kelemahannya yaitu membutuhkan waktu yang lama [18]. Dalam pelaksanaanya, pada penelitian ini mula – mula sampel awal ditetapkan dalam jumlah yang kecil. Kemudian sampel ini diminta untuk menyebutkan (menunjuk) calon responden yang berikutnya yang memiliki spesifikasi atau spesialisasi yang sama untuk dijadikan sampel lagi. Begitu seterusnya sehingga jumlah sampel menjadi banyak.
Gambar 3 : Jenis Kelamin Responden Sedangkan dari segi usia diketahui bahwa responden usia 21 – 30 tahun sebanyak 12 orang (16%), usia 30 – 31 tahun sebanyak 43 orang (56%), usia 41 – 50 tahun sebanyak 18 orang (24%), dan sebanyak 3 orang (4%) berusia >50 tahun, seperti terlihat pada Gambar 4.
REI
P2
P1
K1
K1
K2
K2
K3
K3
K4
K5
K4
K6
K8
Gambar 2 : Teknik Pengambilan Sampel dengan menggunakan Metode Snowball Keterangan : REI = RealEstat Indonesia P = Pengembang K = Kontraktor Analisis Data Setelah mendapatkan data, yaitu berupa jawaban responden dari kuesioner yang telah dibagikan, maka akan dilakukan analisa berupa Analisis Frekuensi, dan Analisis Mean. Analisis frekuensi bertujuan untuk menunjukkan jumlah jawaban responden untuk masing-masing pilihan dalam kuesioner, sedangkan analisis mean bertujuan untuk mengetahui rata-rata jawaban responden atas suatu pertanyaan, sehingga diketahui kecenderungan jawaban dari masing – masing pertanyaan dalam kuesioner. Adapun analisis frekuensi dilakukan untuk mendapatkan data berupa rangking material berdasarkan tingkat besaran waste (dilihat dari volume waste), rangking penyebab waste dari tiap – tiap material, rangking upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi waste dari tiap – tiap material, dan rangking tindakan yang dilakukan dalam penanganan/pengelolaan waste dari tiap – tiap material. Sedangkan analisi mean dilakukan untuk mendapatkan data berupa rangking penyebab waste dari tiap – tiap material, rangking upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi waste dari tiap – tiap material, dan rangking tindakan yang dilakukan dalam penanganan/pengelolaan waste dari tiap – tiap material.
K7
Gambar 4 : Usia Responden Berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh, maka diketahui bahwa 4 responden pendidikan terakhirnya adalah SMA, dan 72 responden pendidikan terakhirnya adalah Sarjana, seperti yang terlihat pada gambar 5.
Gambar 5 Pendidikan Terakhir Responden Sedangkan dari segi jabatan dalam struktur organisasi pada kontraktor diketahui bahwa responden dengan jabatannya sebagai direktur sebanyak 4 orang, responden dengan jabatan sebagai project manager sebanyak 11 orang, responden dengan jabatan sebagai site manager sebanyak 43, dan responden dengan jabatan sebagai purchasing staff sebanyak 18 orang, seperti yang terlihat pada gambar 6 dibawah ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN Profile Responden Dari identifikasi responden diketahui bahwa dari 76 responden, laki-laki sebanyak 72 orang (95%), sedangkan wanita sebanyak 4 orang (5%), seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 6 : Jabatan Responden A-150 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Analisis Material Waste Berdasarkan hasil rekap data kuesioner pendahuluan, maka didapatkan material-material yang berpotensi besar menjadi waste. Material-material yang dipilih adalah : keramik, genteng, kayu, cat, dan besi beton. Dari ke 5 material ini, akan digunakan sebagai material yang berpotensi besar menjadi waste pada kuesioner utama. Dimana nantinya responden diminta untuk mengurutkan tingkat besaran waste dari yang paling besar (rangking 1) sampai yang paling kecil (rangking 5) wastenya dilihat dari volume waste. Dari hasil rekap data kuesioner utama, maka dapat dirangking ke 5 material tersebut seperti yang tercantum pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 : Frekuensi Material Waste Urutan ke Material 1 2 3 4
5
A
Keramik
14
34
17
3
9
B
Genteng
9
10
20
22
17
C
Kayu
43
12
12
7
2
D
Cat
3
16
20
34
E
Besi Beton
10
17
11
24
14
Jumlah Responden
76
76
76
76
76
Kode
Dari tabel di atas dapat diketahui rangking ke 5 material tersebut, yaitu sebagai berikut : Urutan ke 1 : Kayu Sebagian besar responden menjawab bahwa kayu adalah material waste terbanyak pada proyek, sebab kayu merupakan material utama untuk bekisting. Dimana kayu hanya dapat digunakan ±1-2kali saja, kemudian tidak dapat digunakan lagi. Urutan ke 2 : Keramik Dari hasil perhitungan tampak bahwa keramik berada di ranking kedua material yang berpotensi menjadi waste. Dari hasil interview diketahui bahwa waste dari keramik sekitar 2 – 5%, kecuali pada kamar mandi wastenya sekitar 5 – 10%. Waste dari keramik kamar mandi sangat besar disebabkan oleh volume pekerjaan yang kecil dan ragam yang dipakai begitu banyak, sehingga sisa potongan tidak bisa dipakai lagi dan langsung menjadi waste. Berbeda dengan keramik yang lain yang memiliki volume besar dan keseragaman jenis keramik menyebabkan waste yang lebih kecil dibandingkan keramik kamar mandi. Sifat keramik yang mudah pecah dan banyak yang rusak karena salah penanganan menyebabkan tingkat waste yang cukup tinggi. Urutan ke 3 : Genteng Dari hasil perhitungan tampak bahwa genteng berada di ranking ketiga material yang berpotensi menjadi waste. Dari hasil interview dengan beberapa pihak pelaksana diketahui bahwa material genteng memiliki tingkat waste yang tinggi karena apabila pecah akan langsung menjadi waste. Hal ini disebabkan beberapa hal, misal : pecah pada saat mengangkut ke lokasi, pecah pada saat pemasangan, serta sisa-sisa potongan yang tidak bisa dipakai lagi. Karena itu dalam penanganan material genteng harus berhati – hati sehingga tingkat waste dapat dikurangi.
Urutan ke 4 : Besi Beton Dari hasil perhitungan tampak bahwa besi beton berada di ranking keempat material yang berpotensi menjadi waste. Besi beton berada di peringkat 4 sebab pihak kontraktor selalu berusaha meminimalkan waste besi beton, dikarenakan harganya yang relatif mahal dibandingkan material lainnya. Sehingga pengadaan material besi beton benar-benar diperhitungkan sesuai kebutuhan untuk menghindari pemborosan. Urutan ke 5 : Cat Sebagian besar responden menjawab bahwa cat adalah material waste terkecil pada proyek. Hal tersebut di karenakan pemakaian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Walaupun ada sisa bisa digunakan kembali di tempat lain.
Analisis Penyebab Material Waste Dari analisis frekuensi penyebab material waste, maka diketahui nilai mean untuk masing – masing penyebab. Berikut adalah cross tabulasi penyebab material waste berdasarkan nilai skor pada material keramik, genteng, kayu, cat dan besi beton. Tabel 3 : Cross Tabulasi Penyebab Material Waste pada tiap – tiap Material Material
Penyebab Waste Kesalahan Ukur Sisa / Potongan yang tidak dapat dihindari Kesalahan Menghitung Kebutuhan Material Perubahan Desain Pesan Material Berlebih Kesalahan Pekerja Salah Metode Pelaksanaan Perubahan Speksifikasi Mendadak Penyimpanan Material yang Kurang Baik
Keramik
Genteng
Kayu
Cat
Besi Beton
3.99
3.61
3.99
3.55
3.87
3.80
3.46
3.43
2.97
3.54
3.64
3.38
3.64
3.34
3.53
3.42
2.76
3.16
3.32
3.16
3.36
3.08
3.28
3.36
3.18
4.11
3.67
4.13
3.57
4.03
3.39
2.88
3.39
3.30
3.21
3.68
2.89
3.32
3.68
3.28
3.04
2.87
2.86
3.04
3.00
Dari ke 5 material di atas (jika dilihat secara horizontal) diketahui bahwa : untuk penyebab waste karena kesalahan ukur, material kayu dan keramik, memiliki mean tertinggi dibandingkan dengan material – material yang lain. Hal ini dikarenakan ke 2 material tersebut memiliki variasi ukuran yang beragam sehingga memicu tingginya tingkat kesalahan dalam membaca gambar kerja dan informasi gambar yang kurang; untuk sisa atau potongan yang tidak dapat dihindari, material keramik memiliki mean tertinggi dibandingkan dengan material – material lain. Karena pemotongan material selalu menyesuaikan dengan desain dalam kontrak dengan luas ruangan yang berbeda beda dan keseragaman jenis keramik yang digunakan, sehingga sisa potongan tersebut tidak bisa terpakai lagi dan menyebabkan tingkat waste yang cukup tinggi; penyebab waste yang dikarenakan kesalahan menghitung kebutuhan material, material kayu memiliki mean tertinggi dibanding material – material yang lain. Karena ketidaktelitian atau kurangnya informasi pada saat
A-151 ISBN 978-979-18342-1-6
menghitung kebutuhan material; penyebab waste yang dikarenakan perubahan desain, material keramik memiliki mean tertinggi dibanding material – material yang lain. Hal ini dikarenakan perubahan desain yang lebih banyak mengarah pada ukuran dan fungsi ruangan, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi jenis dan ukuran keramik yang dibutuhkan; penyebab waste yang dikarenakan pesan material berlebih, material cat memiliki skor tertinggi dibanding material – material yang lain. Karena kebutuhan cat yang tidak bisa dihitung secara pasti sehingga pada saat pemesanannya, sengaja dilebihkan; penyebab waste yang dikarenakan kesalahan pekerja, material keramik memiliki mean tertinggi dibandingkan dengan material – material yang lain. Hal ini dikarenakan ukuran material yang bervariasi yang menyesuaikan dengan ruangan, sehingga akan banyak terjadi pemotongan keramik yang sudah tentu akan terjadi kesalahan pekerja pada saat pemotongan. Selain itu juga sifat material yang mudah pecah, dapat menimbulkan waste akibat kecerobohan pekerja pada saat dibawa ke tempat penyimpanan, dan ke lokasi pekerjaan; sedangkan Penyebab waste yang dikarenakan kesalahan dalam menggunakan metode pelaksanaan yang tepat, material kayu memiliki mean tertinggi dibandingkan dengan material – material yang lain. Karena kayu sebagai material utama bekisting, memiliki tingkat waste yang tinggi dibanding material yang lain. Sehingga untuk menguranginya, pemakaian material kayu ini dapat digantikan dengan material lain yakni besi yang dapat digunakan berkali – kali dibandingkan material kayu walaupun dengan harga yang mahal; untuk penyebab waste yang dikarenakan perubahan speksifikasi mendadak, material cat memiliki mean tertinggi dibanding material – material yang lain. Selain material keramik, material cat juga memiliki variasi warna yang beragam. Sehingga sering sekali adanya perubahan spek dari pihak owner dikarenakan tidak sesuainya warna cat pada gambar dengan dilapangan. Sehingga akan ada perubahan spek untuk material tersebut, dan penyebab waste yang dikarenakan penyimpanan material yang kurang baik, material cat memiliki mean tertinggi dibanding material – material yang lain. Karena pada material ini mudah untuk rusak apabila terlalu lama disimpan. Apalagi bila kemasan material tersebut telah dibuka dan terdapat sisa dari hasil pelaksanaan, maka tentunya tidak dapat disimpan terlalu lama (batas penyimpanan ±1 bulan). karena akan semakin rentan untuk rusak Sehingga pengadaan material disesuaikan dengan kebutuhan dan pada saat material akan digunakan. Untuk penyebab waste pada tiap – tiap material (jika dilihat secara vertikal), maka dapat diketahui bahwa pada material keramik, genteng, kayu, dan besi beton, penyebab waste karena kesalahan pekerja mendapat mean yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyebab yang lain. Kesalahan pekerja baik itu karena kesalahan potong, kesalahan pada saat pemasangan, pecah karena kecerobohan pekerja pada saat dibawa ke tempat penyimpanan, dan pecah karena kecerobohan pekerja pada saat dibawa ke lokasi pekerjaan, masih mendominasi sebagai penyebab waste pada material kayu; sedangkan pada material cat, penyebab waste karena perubahan speksifikasi mendadak mendapat mean yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyebab yang lain. Analisis Minimasi Material Waste Dari analisis frekuensi minimasi material waste, maka diketahui nilai mean untuk masing – masing upaya yang
dilakukan untuk mengurangi bertambahnya material waste. Berikut adalah cross tabulasi minimasi material waste berdasarkan nilai skor pada material keramik, genteng, kayu, cat dan besi beton. Tabel 4 : Cross Tabulasi Minimasi Material Waste pada tiap – tiap Material Material
Minimasi Waste Keramik
Genteng
Kayu
Cat
Besi Beton
Rencana kerja yang baik
4.12
3.93
4.34
4.22
4.29
Kerja dengan teliti
4.21
4.14
4.14
4.14
4.33
3.55
4.11
4.12
4.26
4.29
2.80
3.74
3.68
3.78
3.71
3.11
3.29
3.30
3.41
3.53
Menggunakan metode pelaksanaan yang tepat Penyimpanan material yang baik Meminimalkan perubahan desain
Dari ke 5 material di atas jika dilihat secara horizontal dapat diketahui bahwa minimasi waste dengan cara rencana kerja yang baik, material kayu memiliki mean tertinggi dibandingkan dengan material – material yang lain. Karena pada material ini memiliki tingkat waste yang cukup tinggi, dikarenakan kayu merupakan material utama untuk bekisting dimana hanya dapat digunakan ±1 – 2 kali saja, kemudian tidak dapat digunakan kembali. Sehingga perlu adanya rencana kerja yang baik untuk mengurangi tingkat waste tersebut; minimasi waste dengan cara bekerja lebih teliti, penyimpanan material yang baik, dan meminimalkan perubahan desain, material besi beton memiliki mean tertinggi dibanding material – material yang lain. Karena harga material ini relatif lebih mahal dibanding material yang lain, sehingga pihak kontraktor selalu berusaha meminimalkan waste dari material besi beton. Oleh karena itu, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan proyek, diusahakan untuk tidak terjadi kesalahan, sehingga perlu adanya kerja dengan teliti untuk menghindari pemborosan; minimasi waste dengan cara menggunakan metode pelaksanaan yang tepat, material cat memiliki mean tertinggi dibandingkan dengan material – material yang lain. Untuk minimasi waste pada tiap – tiap material (jika dilihat secara vertikal), diketahui bahwa untuk material keramik, genteng, dan besi beton, minimasi material waste dengan cara bekerja lebih teliti mendapat mean tertinggi dibandingkan dengan upaya minimasi material waste yang lain. Untuk material keramik dan genteng, ke 2 material ini memiliki sifat yang sama yakni mudah pecah, maka perlu adanya penanganan khusus dari mulai pengiriman, pemakaian, sampai pada penyimpanannya untuk menghindari bertambahnya waste. Sedangkan pada material besi beton, timbulnya waste harus diminimalisasi sedikit mungkin karena jika tidak, akan mangakibatkan kerugian yang disebabkan harganya yang relatif mahal. Sehingga kesalahan pekerja sangat berpengaruh terhadap timbulnya waste di lapangan; pada material kayu, mean tertinggi untuk meminimalisasi material waste adalah dengan cara rencana kerja yang baik; sedangkan pada material cat, mean tertinggi untuk meminimalisasi waste adalah dengan cara meminimalkan perubahan desain. Karena perubahan desain ini dapat dipengaruhi oleh fungsi ruangan. Sehingga dengan adanya perubahan fungsi tersebut maka juga dapat mempengaruhi spek material cat
A-152 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
yang akan digunakan, yang menyesuaikan dengan selera konsumen. Apabila terjadi perubahan spek, maka akan mengakibatnya timbulnya waste. Analisis Penanganan Material Waste Dari analisis frekuensi penanganan material waste, maka diketahui nilai mean untuk masing – masing tindakan yang dilakukan apabila material waste terjadi. Berikut adalah cross tabulasi minimasi material waste berdasarkan nilai skor pada material keramik, genteng, kayu, cat dan besi beton. Tabel 5 : Cross Tabulasi Penanganan Material Waste pada tiap – tiap Material Material Penanganan Besi Waste Keramik Genteng Kayu Cat
Beton
Buang
2.53
2.70
2.36
2.01
2.08
Jual Gunakan kembali Simpan
2.61
2.39
2.71
2.38
2.67
3.93
3.84
3.54
3.71
3.80
3.43
3.74
3.92
2.83
4.05
Dari ke 5 material di atas (jika dilihat secara horizontal) diketahui bahwa penanganan material waste dengan cara dibuang, pada material genteng mendapat mean tertinggi dibandingkan dengan material – material yang lain. Hal tersebut dikarenakan sifat material yang mudah pecah dibandingkan dengan material lain, sehingga tidak dapat digunakan kembali maupun dijual; penanganan material waste dengan cara dijual, material kayu mendapat mean tertinggi dibanding material yang lain. Karena walaupun terdapat sisa – sisa potongan yang tidak dapat digunakan kembali, akan tetapi masih dapat dijual; penanganan material waste dengan cara digunakan kembali, material keramik mendapat mean tertinggi dibanding material lain. Hal ini diakibatkan pemesanan material yang berlebihan dikarenakan tingginya tingkat kesalahan pekerja, dan sifat material yang mudah pecah. Selain itu juga karena adanya perubahan spek, yang nantinya dapat digunakan kembali pada proyek yang lain; sedangkan penanganan material waste dengan cara disimpan, material besi beton mendapatkan mean tertinggi material yang dapat digunakan beberapa kali sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Untuk penanganan waste pada tiap – tiap material (jika dilihat secara vertikal), diketahui bahwa pada material keramik dan genteng, penanganan material waste dengan cara menggunakan kembali material tersebut mendapatkan mean tertinggi dibandingkan penanganan waste yang lain. Hal ini dikarenakan ke 2 material yang mudah pecah sehingga pada waktu pemesanan, sengaja dilebihkan; pada material kayu, penanganan material waste dengan cara disimpan mendapatkan nilai mean tertingi dibandingkan penanganan waste yang lain. Hal ini diakibatkan pemesanan material yang sengaja dilebihkan atau sisa akibat pelaksanaan yang memungkinkan untuk masih dapat digunakan; untuk material cat, penanganan yang dilakukan dengan cara menggunakan kembali, mendapatkan nilai mean tertinggi dibandingkan dengan penanganan yang lain. Karena walaupun terdapat sisa, akan tetapi masih dapat digunakan pada tempat – tempat yang lain; sedangkan pada material besi beton, penanganannya juga dominan dilakukan dengan cara menggunakan kembali. Hal ini dikarenakan pemakaian material yang dapat digunakan beberapa kali. Selain itu juga karena harganya yang mahal.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis penanganan material waste pada proyek perumahan di Surabaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa material yang berpotensi besar menjadi waste adalah kayu dan Besi Beton (pekerjaan Struktur), dan Keramik, Genteng, dan Cat (Pekerjaan Finishing). Dari ke 5 material tersebut, material kayu merupakan material waste terbesar, sedangkan material cat merupakan material waste terkecil. Untuk penyebab utama pada tiap – tiap material diketahui bahwa material keramik, genteng, kayu, dan besi beton penyebab dominan adalah karena kesalahan pekerja. Sedangkan pada material cat penyebab utamanya adalah karena perubahan speksifikasi mendadak. Dalam mencegah bertambahnya material waste yang akan terjadi pada tiap – tiap material diketahui bahwa pada material keramik, genteng, dan besi beton, dominan meminimalisasinya dengan cara kerja dengan teliti. Untuk material kayu, meminimalisasinya dengan cara rencana kerja yang baik. Sedangkan pada material cat, meminimalisasinya dengan cara menggunakan metode pelaksanaan yang tepat. Dan untuk penanganan material waste yang telah terjadi pada tiap – tiap material, maka material keramik, genteng, dan cat, dominan dilakukan dengan cara menggunakan kembali. Sedangkan untuk material kayu dan besi beton, dilakukan dengan cara disimpan. DAFTAR PUSTAKA [1] Skoyles, R. 1976. Waste management on site. Great Britain : Butler and Tanner Ltd. [2] Pinto, T. P, 1989. Perda de materiais em processos construtivos tradicionais (Material waste in traditional construction processes). [3] Donovan. 1991. Construction and Demolition processing : new solution to al problemo, Resource recycling. [4] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992. Perumahan dan Permukiman. Jakarta. [5] Hong Kong Polytechnic dan Hong Kong Association, 1993. [6] Picchi, F. A, 1993. Sistemas da qualidade : uso em empresas de construcao (Quality systems : use in construction companies). Doctorate thesis, Univ. of Sao Paulo, sao Paulo. [7] Gavilan, R. M and Bernold L. M, 1994. Source evaluation of solid waste in building construction. [8] Waste Management licening regulation. 1994. By european directive 75/442/eec. [9] Bossink, B. A. G and H. J. H. Brouwers, 1996. Construction Waste : Quantification And Source Evaluation. [10] Thobanoglous, G, Thoison, H, and Eliasson, R. 1997. Solit Waste : Engineering Principles and Management Issues Mc Graw-Hill book Co. New York, N. Y. [11] Franklin Assosiates, Praire Village, 1998. Characterization of Building related Construction an Demolition Debris in USA. Enviromental Protections Agency (EPA). [12] Perry Forsythe and Marton Marrosszeki, 1999. Modeling construction waste performance-an arising procurement issue. [13] Riemer, J and Kristoffersen M. 1999. Information on waste management practices. A proposed electronic framework. European Enviromental Agency, Copenhagen, Denmark.
A-153 ISBN 978-979-18342-1-6
[14] S Seo : Y. Hwang. “an istimation of contraction and Demolition Debris in Soul Korea, Journal of the Air & Waste Management Assosiation”. Vol 49. 1999. [15] CIB/CSIR, 2001. Construction Waste Minimization Strategy, Australia. [16] ECORECYCLE, 2001. Construction Waste Minimization Strategy, Australia. [17] Branz. 2002. Easy Guide to Reducing Construstion Waste, New Zealand. [18] Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. [19] Grennwood Rubina, 2004. Construction Waste Minimization Good Practice Guide, Welsh School Arch. [20] Poon, C. S., Yu, A. T. W, Wong, S. W., Cheung , and Esther. 2004. Management of Construction Waste in Public Housing Projects in Hongkong. [21] RECON, 2005. Waste Minimization & Recycle Program (Fletcher Construction Australia).
A-154 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009