IDENTIFIKASI MATERIAL WASTE PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Ruko San Diego Pakuwon City Surabaya) Putu Artama Wiguna, Farida Rahmawati, dan Jermias Haposan Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil ITS Email :
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Material adalah salah satu komponen dari biaya yang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Adanya waste sangat dihindari agar tidak menimbulkan kerugian. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi material berpotensi waste dan waste cost yang dihasilkan oleh material waste. Proyek yang digunakan sebagai objek penelitian adalah proyek Ruko San Diego yang berada di Pakuwon City Surabaya.Untuk menemukan waste cost perlu diketahui terlebih dahulu material trading yang akan diteliti berdasarkan biaya material yang terbesar melalui diagram pareto. Selanjutnya akan dihitung wastage level, waste cost dan waste index untuk material tersebut. Oleh karena itu perlu beberapa data proyek berupa data volume material yang terpakai dan volume material terpasang yang dihitung berdasarkan as built drawing . Dari hasil penelitian dan analisa data, maka hasilnya adalah besi beton ulir D16 memiliki waste cost terbesar, yaitu Rp.53,618,041.938 dan yang terkecil adalah keramik 40x40 dengan waste cost sebesar Rp.5,260,913.70. Dan waste index yang terjadi pada proyek ini sebesar 0,132 yang artinya total waste keseluruhan dibandingkan luas area proyek tidak terlalu besar. Kata kunci : Material Waste, Waste Cost, Waste index, Wastage Level
PENDAHULUAN Timbulnya waste merupakan suatu kerugian terutama bagi pihak kontraktor pelaksana. Untuk itu sebaiknya pada setiap proyek terutama proyek berskala besar wajib memiliki Management Waste Plan. Sehingga dapat menekan angka kerugian yang disebabkan oleh adanya material waste. Salah satu langkah dalam Waste Management Plan adalah dengan mengidentifikasi waste material yang ada di lokasi proyek. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste, mengetahui kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya waste material, dan mengetahui berapa biaya kerugian yang disebabkan oleh terjadinya waste (waste cost). Waste pada proyek konstruksi menunjukkan angka yang cukup besar seperti data dari penelitian di Netherlands mengindikasikan bahwa 9% dari total pembelian material berakhir sebagai waste, dan 1% 10% dari pembelian setiap material tinggal di lokasi proyek sebagai waste (Bossink and Brouwers, 1996). Dari studi di Palestina, 5% - 11% dari pembelian material tidak digunakan dengan baik dan berakhir sebagai waste (Enhassi, 1996). Namun sebelum melakukan manajemen waste dengan baik diperlukan identifikasi tentang waste pada proyek konstruksi, mengetahui penyebab-penyebabnya dan sumbersumbernya supaya dapat menentukan langkah dalam mengatasi waste yang terjadi di masa yang akan datang.
Luas areal proyek Ruko San Diego yang terbatas menyebabkan kontraktor kesulitan dalam penyimpanan material yang akan dipakai, sehingga tempat penyimpanan material kurang memadai. Tempat penyimpanan yang kurang memadai dapat menyebabkan kerusakan pada material. Kerusakan material adalah salah satu penyebab terjadinya waste pada proyek tersebut. Sehingga penelitian ini mengambil proyek tersebut sebagai studi kasus untuk mengidentifikasi material yang berpotensi memberikan kontribusi terbesar terhadap waste cost, dan menghitung jumlah volume waste, waste index, dan biaya waste (waste cost) yang terjadi pada proyek Ruko San Diego. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Waste Waste secara umum didefinisikan sebagai substansi atau suatu obyek dimana pemilik punya keinginan untuk membuang (Waste Management licening regulation, 1994). Waste yang dihasilkan dari proyek konstruksi didefinisikan sebagai material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari proses konstruksi, perbaikan atau perubahan (Environmental Protections Agency, 1998).
A-155 ISBN 978-979-18342-1-6
Tabel 1 Penyebab dan contoh terjadinya Material Waste Penyebab Waste Material Kurangnya kualitas sistem manajemen yang bertujuan meminimalisasi waste Lalai di lokasi proyek
Kurangnya waste management Plan
Penanganan material yang buruk Perlindungan yang kurang terhadap pekerjaan yang sudah selesai Keterbatasan pengamatan di proyek dalam hal kerusakan material
Tangga beton yang telah selesai tidak dilindungi dengan papan kayu Kurangnya penerangan pada gudang
Gudang yang tidak memadai
Pekerja yang kurang handal Pengelolaan waste dengan metode konvensional Pemesanan material yang berlebihan
Metode pengangkutan material Kurangnya perhatian untuk data waktu dan metode penerimaan material
Contoh
Waste material tidak dipisahkan dengan material yang masih terpakai Pecah, rusak, dan hilang
Pallet tidak digunakan untuk melindungi semen dari kontaminasi air tanah Pekerja yang kurang handal menangani bekisting Bekisting kayu
Pemesanan beton yang berlebihan menyebabkan waste Kurang perlindungan terhadap material Kurang data mengenai penerimaan material
Sumber : A Guide For Managing Minimising Waste (Poon, 2001) Identifikasi Material Waste Ada dua jenis utama dari material waste pada proyek konstruksi (Skoyles, 1987) yaitu : 1. Waste dari pekerjaan struktur. Misalnya : reruntuhan beton, sisa besi tulangan, bekisting kayu, dll. 2. Waste dari pekerjaan finishing. Misalnya : material-material yang pecah atau rusak pada keramik, cat, dan material plesteran karena tenaga kerja yang tidak hati-hati. Langkah pertama dalam implementasi program minimalisasi waste adalah memperkirakan banyaknya material waste yang akan dihasilkan pada proyek tersebut. Dalam penelitian ini besarnya waste dapat dicari dengan mengetahui selisih material yang terpakai dan material yang terpasang sehingga persentase wastage level dapat diketahui. Volume Waste Waste Index Pada umumnya sudah disadari bahwa kontrol terhadap material dan menghindari waste merupakan sebagian masalah yang alamiah selama proses konstruksi berlangsung. Sebagian besar dari waste pada proyek konstruksi yang berperan penting adalah desain dan kegiatan operasional. Kuantitas dari waste diestimasi dari inspeksi pengamatan, rekaman pengukuran, dan rekaman muatan truk. Dengan rekaman muatan truk dapat dihitung waste index (Poon, 2003). Rumus : Waste Index = W / GFA ..........................................(1)
A-156 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Keterangan : W = total waste keseluruhan dari proyek (m3) =VxN V = volume truk (m3) N = jumlah total banyak truk GFA = luas area proyek (m2) Penghitungan waste index ini bertujuan untuk membantu manajer proyek pada sebuah proyek konstruksi untuk mengantisipasi kuantitas dari waste yang mungkin dihasilkan dalam usaha meningkatkan kesadaran akan pentingnya manajemen waste, untuk meningkatkan rencana yang baik dalam manajemen sumber daya dan lingkungan dan untuk mengurangi waste yang dihasilkan selama proyek konstruksi berlangsung disemua aspek proyek. Penghitungan waste index ini bisa digunakan untuk mengestimasi kuantitas dari waste yang bisa dinyatakan sebagai hasil dari proyek konstruksi. Untuk menghitungnya melalui mengadakan pengamatan langsung di proyek tersebut. Terpisah dari observasi pada lokasi proyek, wawancara dengan manajer konstruksi dan para ahli sangat diharapkan. Yang diambil dari wawancara, adalah : 1. Sekuens dari proses dan kegiatan pada lokasi proyek 2. Tanggung jawab sub-kontraktor dalam manajemen waste 3. Masalah dalam manajemen waste 4. Metode penanganan waste 5. Perlakuan pengurangan waste 6. Batasan dalam menyortir di lokasi 7. Penanggulangan yang disarankan untuk mencegah dan meminimalkan waste Wastage Level Wastage level ini dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing – masing item material yang diteliti. Wastage level ini dihitung menggunakan metode pendekatan dengan rumus umum : .........(2)
Keterangan : Volume waste = volume material terpakai – volume material terpasang Volume kebutuhan material = vol. kebutuhan material yang ditinjau Waste Cost Pengelolaan limbah lebih lanjut akan menghemat pengeluaran, menaikkan pendapatan dan juga
mengurangi waste. Banyak kontraktor tidak menyadari bahwa biaya sebenarnya dari material waste ( The true cost of material wastes ) (Branz, 2002) adalah: True cost = purchase prise + transportation costs + handling + storage cost + disposal cost + loss of salvage revenue a.
b. c. d. e. f.
Purchase price merupakan biaya waste yang dihasilkan dari selisih biaya pembelian material rencana dengan aktual. Transportation cost merupakan biaya pengangkutan waste dan pengangkutnya. Handling merupakan biaya penanganan waste. Storage cost merupakan biaya untuk menyediakan tempat penimbunan material waste. Disposal cost merupakan biaya pembuangan waste. Loss of salvage revenue merupakan biaya kehilangan nilai material akibat tidak terpakai.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data 1. Data primer berupa wawancara terstruktur dengan Site Manager, Kepala Logistik, Pelaksana struktur, dan penanggung jawab alat. 2. Data sekunder adalah data-data proyek yang dapat menunjang perhitungan seperti : a. Laporan bulanan dari logistik dimana tercantum jumlah material yang masuk, jumlah material yang terpakai, dan harga material pada bulan tersebut untuk menghitung volume material terpakai selama masa penelitian pada proyek Ruko San Diego. b. Frekuensi truk pembuangan sampah dan volume dari truk tersebut. Data ini didapat dari survey di lapangan, dan digunakan untuk menentukan waste index dari proyek ini. c. Data spesifikasi proyek, berupa luas area dapat diperoleh dari data spesifikasi proyek, sedangkan untuk total nilai kontrak bisa diketahui dari RAB pada proyek ruko San Diego. Total nilai kontrak diperlukan untuk mengetahui waste cost yang disebabkan dari kerugian pada harga pembelian yang terjadi di proyek Ruko San Diego. Sedangkan luas area proyek harus diketahui untuk menentukan waste index pada proyek ini. d. Satuan Harga Standar Dasar material diperlukan untuk melakukan analisa Pareto. e. Bill Of Quantity diperoleh dari dokumen bill of quantity proyek tersebut untuk mengidentifikasi material-material trading. f. As Built Drawing diperoleh dari drafter yang ada pada proyek Ruko San Diego, diperlukan untuk menghitung volume material terpasang pada proyek ini. A-157
ISBN 978-979-18342-1-6
Langkah-langkah penelitian 1. Identifikasi material trading yang berbiaya tinggi dengan menggunakan analisa Pareto. Material trading yang berbiaya tinggi tersebut yang akan diteliti mengenai potensinya menimbulkan waste. 2. Menghitung volume waste pada material yang diteliti. 3. Menghitung waste index pada material yang diteliti. 4. Menghitung wastage level pada material yang diteliti. 5. Meranking material berpotensi waste berdasarkan wastage level. Tahap ini dilakukan agar dapat mengetahui material yang paling berpotensi menjadi waste proyek studi kasus. 6. Menghitung waste cost pada material yang diteliti. 7. Meranking material berpotensi waste berdasarkan waste cost.
ANALISA DATA Identifikasi Material yang Memiliki Kontribusi Besar Terhadap Waste Cost Identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui material potensial waste dan untuk menentukan material yang akan diteliti pada penelitian ini. Untuk material potensial waste dipilih material trading, yaitu merupakan material yang dibeli kemudian dapat secara langsung dipakai tanpa harus mencampur dengan material lain. Setelah material trading sudah terpilih, maka volume material tersebut dikalikan
dengan harga satuan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui total harga dari setiap material trading tersebut.Kemudian dilakukan analisa Pareto untuk mengetahui material yang berbiaya tinggi, sehingga penelitian hanya menganalisa material yang signifikan saja (volume dan harga satuannya yang besar), karena memiliki potensi kontribusi besar terhadap waste cost. Untuk volume material terpakai dapat diketahui melalui laporan bulanan logistik. Sedangkan volume material terpasang dihitung pada gambar As Built Drawing. Sebagai contoh besi beton ulir D16 dimana volume terpakainya yaitu volume yang berasal dari laporan logistik adalah sebesar 486,834.84 kg dan volume terpasangnya yaitu volume yang didapat dari perhitungan dengan gambar as built sebesar 475,663.70 kg. Berdasarkan tabel 2 dibawah, maka dapat diketahui 80% dari total biaya terdapat pada material: 1. Besi beton Ulir (D16) 2. Besi beton polos (Ø10) 3. Keramik lantai 40 x 40 4. Batu bata lokal 4 x 11 x 22 Perhitungan Wastage Level Wastage level ini dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing-masing material yang sudah ditentukan melalui analisa Pareto. Wastage level ini dihitung menggunakan metode pendekatan dengan rumus :
Tabel 2. Identifikasi Material Trading
A-158 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
…(3)
Keterangan : Vol. Waste = Vol. material terpakai – Vol. material terpasang Dari kedua volume ini dapat dicari volume waste untuk material besi beton ulir D16. Volume terpakai yang dikurangi dengan volume terpasang akan menghasilkan volume waste sehingga untuk besi beton D16 volume waste yang didapat sebesar 11,171.44 kg. Setelah volume waste diketahui, maka akan mudah untuk mengetahui wastage level dari besi beton ulir D16, yaitu dengan membandingkan volume waste sebesar 11,171.44 kg dengan volume terpakainya yaitu sebesar 486,834.84 kg. Dan kemudian hasil dari perbandingan tersebut dikalikan dengan 100 % untuk mengetahui persentase wastage level dari material besi beton ulir D16. Hasil perhitungan wastage level dan rankingnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
WasteIndex
0 ,132
Hal itu berarti jumlah waste yang dihasilkan masih kecil perbandingannya dibandingkan luas area proyek. Keterangan: W = Total waste keseluruhan dari proyek (m3) V = Volume truk (m3) N = Jumlah total banyak truk GFA = Luas area proyek (m2) Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ranking berdasarkan wastage level adalah besi Ø10, batu bata, besi Ø16, dan keramik 40x40
Tabel 3. Perhitungan Wastage Level Tabel 2. Perhitungan Wastage Level No
Material yang diteliti
Satuan
Vol. Terpakai Vol. Terpasang
Vol. Waste
Wastage Level (%)
1
Besi D16
kg
486,834.84
475,663.70
11,171.44
2.29
2
Besi Ø10
kg
104,966.51
96,826.80
8,139.71
7.75
3
Keramik 40x40 Batu bata
2
8,070
7,961.80
108.2
1.34
661,000
619,930
41,070
6,21
4
M
bh
4.1
Waste Index Untuk menghitung waste index dilakukan pengamatan dan wawancara sebagai data untuk penelitian ini. Dengan asumsi waste yang diangkut oleh truk pembuangan adalah waste disposal. Dan perhitungan waste index hanya dilakukan sampai waktu yang ditentukan tidak sampai pada waktu akhir penyelesaian proyek. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa di proyek ini untuk membuang waste yang dihasilkan di lokasi proyek menggunakan truk yang berukuran 4.5m3 yang pembuangannya dilakukan secara rutin 5 rate dalam seminggu. Sehingga dari informasi diatas dilakukan perhitungan pendekatan: WasteIndex WasteIndex
WasteIndex
Wproyek GFA 4 ,5 m 3 ( 5
4
5450 m 2 720 m 3
5450 m 2
8)
Waste index pada proyek-proyek di Surabaya antara lain pada gedung kuliah UBAYA 0,25, proyek KKCC 0,08 dan proyek Royal Plaza 0,12 (Nuri, 2006). Perhitungan waste index yang dilakukan di Hong Kong menghasilkan waste index pada proyek A sebesar 0,21 dan pada proyek B sebesar 0,142 (Poon,2004). 4.2
Waste Cost Untuk perhitungan biaya waste tidak dilakukan sampai menghasilkan true cost waste, tetapi hanya untuk mengetahui kerugian dari biaya pembelian saja. Karena untuk mendapatkan true cost waste sangat sulit mengingat penerapan Management Waste Plan belum terlaksana dengan sempurna. Sehingga untuk mendapatkan data yang akurat dan tepat sangat sulit. Perhitungan ini dilakukan karena ingin mengetahui apakah volume waste yang besar juga menghasilkan waste cost yang besar pula. Perhitungan dilakukan dengan rumus pendekatan sebagai berikut : Waste cost = wastage level x bobot pekerjaan x total nilai kontrak
A-159 ISBN 978-979-18342-1-6
Keterangan : Wastage level = volume waste pada perhitungan (%) Bobotpekerjaan = jumlah harga material dibandingkan total nilai kontrak Total nilai kontrak = Rp.14.593.795.000 Contoh perhitungan waste cost untuk besi beton Ø10: Wastage level = 7,75% Bobot pekerjaan = 451,355,993.00 / 14,593,795,000 = 0,031
Dari tabel 4 dapat terlihat bahwa material yang memiliki waste cost terbesar adalah besi beton ulir D16 dengan total waste cost sebesar Rp. 53,618,041.938. Sedangakan pada tabel 3 yang menunjukkan ranking dari persentase wastage level yang terbesar adalah material besi beton polos Ø 10 sebesar 7.75%. Dengan demikian membuktikan bahwa material dengan persentase wastage level yang besar tidak harus memiliki waste cost yang besar juga.
waste cost = 0,0775 x 0,031 x 14.593.795.000 = Rp. 34,980,089.458 Rekapitulasi waste cost dapat dilihat pada tabel 4: Tabel 4. Perhitungan Waste Cost
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Material yang berpotensi memberikan kontribusi besar terhadap waste cost adalah material a. Besi beton ulir D16 dengan waste cost sebesar Rp. 53,618,041.938. b. Besi beton polos Ø10 dengan waste cost sebesar Rp. 34,980,089.458 c. Batu bata lokal 4x11x22 dengan waste cost sebesar Rp.12,314,430.00 d. Keramik 40x40 ex Platinum dengan waste cost sebesar Rp.5,260,913.70. 2. Waste Index pada proyek ruko San Diego sebesar 0,132. Waste Index yang didapat bukan sebagai waste index keseluruhan dari proyek Ruko San Diego karena waktu penelitian tidak dilakukan sampai pekerjaan selesai. Sehingga waste index ini tidak dapat di komparasi dengan waste index dari proyek lain yang ada di surabaya. Untuk wastage level dari setiap material yang diteliti adalah sebagai berikut : a. Besi Ø 10 : 7.75% b. Batubata : 6.21% c. Besi D16 : 2.29% d. Keramik 40x40 : 1.34%
DAFTAR PUSTAKA Alwi, S, Hampson, K, Mohammed, S.2004.Waste in The Indonesian Construction Projects Bossink, B. A. G, dan H. J. H. Brouwers, 1996. Construction Waste : Quantification And Source Evaluation. Branz. 2002. Easy Guide to Reducing Construstion Waste. New Zealand. Formoso, C, T, Suoibelmen, L, C.T, De Cesare, dan Issato E.L. 2002. Material Waste in Building Industry : Main Causes and Prevention. Journal of construction Engineering And Management. NAHB, NAHB Model Green Home Buildings Guidelines Nuri, B. Identifikasi Material Waste Pada Proyek Gedung 6 lantai FE UBAYA. 2006. Tugas Akhir Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Poon, C. S., Yu, A. T. W, Wong, S. W., Cheung , Esther. 2004. Management of Construction Waste in Public Housing Projects in Hongkong.
A-160 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009