Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
ANALISA RESIKO TERHADAP WAKTU PENYELESAIAN PROYEK PADA PEMBANGUNAN PERUMAHAN PERUMAHAN DI SURABAYA Julius Arie H. dan I Putu Artama W. Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program Studi Magister Manajemen Teknologi, ITS
[email protected]
ABSTRAK Perkembangan pesat di bidang property, khususnya perumahan single-family, terus berlangsung, karena permintaan pasar akan rumah tinggal meningkat cukup pesat, seiring semakin padatnya populasi masyarakat kota tersebut, sehingga proyek pembangunan perumahan juga semakin banyak bermunculan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Namun, akhir-akhir ini, laju pertumbuhan industri bahan bangunan sebagai penunjang utama proyek konstruksi cenderung menurun, sehingga memicu terjadinya penyelesaian proyek konstruksi, khususnya proyek perumahan, tidak tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai indeks resiko secara kualitatif terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek pembangunan perumahan. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu identifikasi awal, preliminary survey, survei utama. Tahap identifikasi awal dilakukan dengan melakukan studi literatur yang berasal dari penelitian sebelumnya. Tahap preliminary survey dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 5 perusahaan pengembang dari total 45 perusahaan pengembang anggota REI di Surabaya, dengan tujuan untuk mendapatkan faktor-faktor resiko yang relevan menyebabkan keterlambatan pada proyek perumahan. Tahap ini dianalisa dengan metode nilai bobot total, dengan tujuan untuk melakukan reduksi terhadap faktor-faktor resiko, agar lebih fokus pada faktor-faktor yang relevan saja. Tahap survey utama dilakukan melalui survei konsensus terhadap semua populasi perusahaan pengembang berdasarkan frekuensi kejadian dan dampak resiko terhadap waktu, yaitu dengan menyebarkan kuisioner kepada 45 perusahaan pengembang anggota REI di Surabaya untuk, dimana hasil penilaian ini akan dianalisa dengan metode Probability-Impact Matrix. Faktor yang beresiko paling besar menyebabkan keterlambatan waktu penyelesaian proyek perumahan, yaitu “Adanya Pekerjaan Tambah”. Faktor-faktor resiko yang menjadi tanggung jawab pengembang adalah hal-hal yang berkaitan dengan intern pengembang, sedangkan faktor-faktor resiko yang jika terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor adalah hal-hal yang berkaitan dengan kinerja konstruksi, baik dalam kegiatan penyediaan sumber daya, maupun dalam kegiatan pelaksanaan konstruksi. Faktor-faktor resiko yang ditanggung 50-50 oleh pengembang dan kontraktor adalah hal-hal yang berkaitan dengan ketidakpastian kondisi alam, serta kebijakan pemerintah yang berubah-ubah dalam hal sosial, politik, dan ekonomi secara makro. Kata kunci : Analisa Resiko, Waktu Proyek, Konstruksi Perumahan
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
PENDAHULUAN Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, telah berkembang cukup pesat dalam bidang properti, khususnya kawasan real estate. Berdasarkan statistik ekonomi keuangan Indonesia yang dirilis Bank Indonesia, kredit properti per Juni 2007 mencapai Rp. 130,93 Triliun, yang berarti meningkat ± 27% dari per Juni 2006 yang mencapai Rp. 103,13 Triliun (Bisnis Indonesia, Januari 2008). Di daerah Surabaya Barat dan Timur, khususnya, pembangunan kawasan perumahan single-family terus berlangsung secara besar-besaran dengan grup-grup pengembang yang telah lama ada. Perkembangan pesat tersebut terjadi karena permintaan pasar akan rumah single-family meningkat cukup pesat, seiring semakin padatnya populasi masyarakat kota Surabaya. Namun, proyek konstruksi di Surabaya, khususnya proyek perumahan, sangat berpotensi terlambat, karena perkembangan yang pesat tersebut tidak diikuti dengan laju pertumbuhan industri untuk material bahan bangunan, khususnya besi dan baja yang berpusat di Jawa Barat, dimana material ini merupakan material utama pada proyek konstruksi perumahan. Indikasi lambatnya laju pertumbuhan industri ini disebabkan terutama oleh adanya kebijakan industri tersebut untuk menurunkan jumlah produksinya terkait dengan adanya kenaikan harga minyak dan energi dunia (Jawa Pos, Februari 2008). Penurunan jumlah produksi ini dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan persediaan material pada supplier-supplier di Surabaya, padahal tingkat permintaan proyek konstruksi secara umum di Surabaya sangat besar, sehingga pada saat dibutuhkan dan persediaan supplier tidak mencukupi, maka harus memesan material tersebut dari luar kota, yaitu pusat industri besi dan baja di Jawa Barat untuk dikirim ke lokasi proyek, dimana pengiriman ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Kombinasi antara masalah pengiriman material tersebut dengan masalah-masalah lain yang ada berpotensi untuk menghambat pelaksanaan proyek konstruksi perumahan di kota ini selesai tepat waktu, sehingga di Surabaya perlu dilakukan analisa resiko terhadap terjadinya keterlambatan waktu penyelesaian proyek. Berdasarkan survei yang dilakukan kepada sekretariat REI Dewan Perwakilan Daerah Jawa Timur, keterlambatan proyek perumahan cukup sering terjadi di daerah Surabaya yang menyebabkan keterlambatan penyerahan kepada kosumen, dimana dampak keterlambatan yang terjadi adalah cukup besar, yaitu mulai 1 minggu hingga lebih dari 1 bulan. Penyebab utama keterlambatan tersebut adalah kenaikan harga akibat inflasi dan kenaikan harga BBM, dan keterlambatan PLN dalam menyuplai alat pengukur listrik (meteran). Sehubungan dengan daya pikir konsumen/pembeli rumah yang semakin selektif, keterlambatan tersebut memberikan dampak/pengaruh terhadap kinerja bisnis pengembang, baik image pasar terhadap brand perumahan yang menjadi buruk sebagai dampak jangka panjang, maupun terhambatnya pencairan dana retensi KPR dari bank sebesar 15 – 20% sebagai dampak jangka pendek, sehingga perlu ditinjau pengaruh keterlambatan tersebut menurut sudut pandang pengembang / developer. Dalam menilai resiko keterlambatan, perlu diketahui pula bahwa suatu resiko tertentu perlu dialokasikan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan proyek perumahan, yaitu pengembang, kontraktor, atau ditanggung bersama, dimana alokasi tersebut dituangkan melalui kontrak kerja. Namun seringkali dalam prakteknya, antara pihak yang satu dengan pihak yang lain saling melepas tanggung jawab terhadap terjadinya suatu faktor resiko tertentu yang menyebabkan terjadinya keterlambatan, sehingga hal tersebut berpotensi menimbulkan konflik antar pihak.
ISBN : 978-979-99735-6-6 B-1-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang beresiko menyebabkan terjadinya keterlambatan proyek perumahan, dan juga untuk melakukan penilaian indeks resiko terhadap waktu tersebut secara keseluruhan berdasarkan frekuensi kejadian dan dampak resiko tersebut, serta mengetahui sikap pengembang dalam menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap masingmasing faktor tersebut terhadap pihak-pihak yang berkaitan dalam proyek perumahan tersebut. METODE PENELITIAN Untuk melakukan pengumpulan data, dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu identifikasi awal, survei preliminary / pendahuluan, dan survei utama. Identifikasi awal dilakukan dengan melakukan pencarian faktor-faktor resiko terhadap waktu proyek konstruksi pada umumnya dan proyek konstruksi perumahan pada khususnya melalui penelitian-penelitian sebelumnya, baik nasional, maupun internasional. Setelah dilakukan identifikasi awal dari penelitian sebelumnya, disusun kuisioner untuk survei preliminary / pendahuluan, dimana survei ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor resiko yang relevan dan signifikan menyebabkan terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi perumahan. Survei preliminary ini dilakukan terhadap 5 perusahaan dari 45 perusahaan pengembang / developer perumahan anggota DPD REI Jawa Timur di Surabaya, dimana pertanyaan disusun close-ended dengan pilihan jawaban ”Ya” atau ”Tidak”. Jawaban”Ya” jika faktor resiko dianggap relevan, sedangkan ”Tidak” jika faktor resiko dianggap tidak relevan. Agar dapat dianalisa, ditentukan suatu bobot untuk pilihan jawaban, yaitu nilai 2 untuk jawaban ”Ya” dan nilai 1 untuk jawaban ”Tidak”. Hasil survei ini dianalisa dengan menggunakan nilai bobot total, dimana nilai bobot minimum faktor resiko dikatakan relevan adalah 22.4. Setelah faktor-faktor resiko yang relevan dan signifikan menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek perumahan diketahui, disusun kuisioner untuk survei utama, dimana survei ini bertujuan untuk melakukan penilaian indeks resiko terhadap waktu berdasarkan frekuensi kejadian dan dampaknya terhadap waktu, dan juga mengetahui penyebab terjadinya faktor resiko, serta alokasi penanganan faktor resiko tersebut kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan proyek konstruksi perumahan. Untuk frekuensi kejadian, penilaian didasarkan pada skala likert, yaitu skala nilai 1 (Tidak Pernah Terjadi) s/d nilai 5 (Sangat Sering Terjadi). Sedangkan, untuk dampak resiko terhadap waktu, penilaian juga didasarkan pada skala likert, yaitu skala nilai 1 (Sangat Kecil) s/d nilai 5 (Sangat Besar), dimana skala penilaian ini diadopsi dari beberapa penelitian tentang resiko terhadap waktu yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk pertanyaan tentang alokasi resiko, pihak-pihak yang menjadi pilihan jawaban adalah Pemilik / Pengembang, Kontraktor, Shared / Ditanggung Bersama, atau Konsultan. Survei utama ini dilakukan secara konsensus terhadap 45 perusahaan pengembang / developer perumahan anggota DPD REI Jawa Timur di Surabaya. Untuk menganalisa hasil survei utama ini, digunakan suatu alat penilaian yang diusulkan oleh PMBOK (2004) yaitu Probability-Impact Matrix, dimana Indeks Resiko (IR) adalah Frekuensi (P) dikalikan dengan Dampak (I). Penentuan indeks resiko secara keseluruhan didasarkan pada justifikasi bahwa 1 ≤ IR ≤ 6 merupakan kategori “Kecil”, 6 < IR ≤ 12 merupakan kategori ”Menengah”, serta 12 < IR ≤ 25 merupakan kategori ”Besar”. Penentuan alokasi resiko didasarkan dari justifikasi penilaian berdasarkan proporsi tingkat responsi survei utama ini, dimana proporsi minimum untuk menentukan alokasi tersebut adalah 60%, dimana jika 60% responden menyatakan suatu faktor resiko
ISBN : 978-979-99735-6-6 B-1-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
dialokasikan pada salah satu pihak, maka faktor resiko tersebut dialokasikan kepada pihak tersebut. HASIL DAN DISKUSI Identifikasi Awal Identifikasi awal dilakukan dengan melakukan studi literatur terhadap beberapa penelitian terkait dengan kegiatan seleksi faktor-faktornya, baik dari dalam, maupun luar negeri, dimana lebih diutamakan pada penelitian-penelitian yang membahas resiko terhadap waktu. Faktor-faktor hasil identifikasi awal ini akan digunakan sebagai dasar penyusunan faktor-faktor yang akan digunakan untuk penelitian ini, dimana penelitianpenelitian yang digunakan sebagai acuan ada 2 (dua), yaitu Penelitian dari Proboyo (1999), dan Kartam and Kartam (2001). Hasil identifikasi awal ini adalah terdapat 34 (tiga puluh empat) faktor resiko terhadap waktu yang merupakan hasil kombinasi faktor-faktor resiko dari kedua penelitian yang telah disebutkan di atas. Survei Preliminary / Pendahuluan Survei pendahuluan dilakukan terhadap 5 perusahaan pengembang / developer perumahan yang dipilih secara acak dari 45 perusahaan yang merupakan anggota DPD REI Jawa Timur di Surabaya. Dari survei ini diketahui bahwa terdapat 8 (delapan) faktor resiko dari 34 faktor resiko hasil identifikasi awal, yaitu uji / test material, pembayaran termin sesuai kontrak terlambat, kecelakaan kerja / safety, perubahan volume pekerjaan, perubahan volume pekerjaan, inspeksi dan kontrol pekerjaan terlalu birokratis, akses ke lokasi proyek sulit, ketidakjelasan definisi lingkup pekerjaan, perijinan dan peraturan terlalu birokratis. Faktor-faktor ini dinyatakan tidak relevan, karena tingkat responsi untuk jawaban ”Tidak” mencapai 60% dengan nilai bobot total lebih kecil dari 22,4. Dari kuisioner yang disebarkan tersebut juga didapatkan rekomendasi faktor resiko terhadap waktu sebanyak 3 faktor, yaitu komitmen penyelesaian proyek tepat waktu kurang baik, kontrol jadwal / progress proyek kurang baik, dan perubahan spesifikasi teknis pekerjaan proyek. Jadi, faktor-faktor resiko yang digunakan untuk survei utama adalah sebanyak 29 faktor. Survei Utama Survei utama ini dilakukan secara konsensus terhadap 45 perusahaan pengembang / developer perumahan anggota DPD REI Jawa Timur di Surabaya, dimana dari semua objek penelitian tersebut hanya terdapat 16 perusahaan pengembang yang memberikan responsi atau memiliki tingkat responsi sekitar 36%. Tingkat responsi ini dianggap sudah cukup baik oleh karena metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuisioner yang dikirim melalui surat pos kepada objek-objek penelitian tersebut. Perusahaan pengembang di Surabaya didominasi oleh perusahaan yang mengembangkan tipe rumah dengan luas bangunan 45 – 180 m² (50%) dengan harga jual Rp.65 juta s/d 1,2 M rupiah (67%). Berdasarkan frekuensi kejadian faktor resiko, dinyatakan bahwa faktor-faktor yang paling banyak terjadi adalah adanya pekerjaan tambah (3,23), adanya perubahan pekerjaan (3,10), dan perubahan spesifikasi teknis pekerjaan (2,58). Sedangkan berdasarkan dampak resiko, faktor-faktor yang paling besar dampaknya adalah adanya pekerjaan tambah (2,83), adanya perubahan pekerjaan (2,71), dan keterlambatan pihak ketiga / supplier (2,52). Secara keseluruhan, indeks resiko terhadap waktu pada proyek konstruksi perumahan berada dalam kategori ”Kecil” dengan indeks resiko rata-rata 5,12, namun terdapat 5 (lima) faktor resiko yang
ISBN : 978-979-99735-6-6 B-1-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
berada dalam kategori ”Menengah” beserta indeks resikonya adalah sebagai berikut : 1. Adanya pekerjaan tambah (9,15) 2. Adanya perubahan pekerjaan (8,41) 3. Keterlambatan pihak ketiga / supplier (6,20) 4. Ketersediaan material (6,04) 5. Kompetensi kontraktor kurang baik (6,04) Adanya pekerjaan tambah beresiko paling besar menyebabkan terjadinya keterlambatan penyelesaiaan proyek perumahan, dimana hal ini disebabkan terutama oleh adanya permintaan dari calon penghuni / customer di tengah proses pembangunan oleh karena ketidakpuasan mereka terhadap desain oganisasi unit fasilitas rumah yang ada. Jika dibandingkan dengan penelitian tentang resiko terhadap waktu pada proyek konstruksi di Surabaya berdasarkan persepsi kontraktor, maka dapat dilihat dengan jelas mengenai perbedaan karakteristik antara pengembang / developer dan kontraktor, dimana pengembang menganggap kualitas bangunan berkaitan dengan materialnya dan tingkat kepuasan calon penghuni rumah sangat penting, sehingga menurut persepsi mereka, keterlambatan yang terjadi berkaitan erat dengan kedua hal tersebut. Sedangkan, kontraktor memandang kinerja bisnis mereka, baik kinerja keuangan, teknis, manajerial, maupun safety lebih penting dari sekedar mencapai tingkat kepuasan klien yang lebih baik, dimana menurut mereka, faktor yang beresiko paling besar menyebabkan keterlambatan adalah keterlambatan pembayaran termin oleh pemilik kepada kontraktor. Bila faktor ini terjadi, maka kontraktor akan mengurangi atau bahkan meniadakan sama sekali kegiatan pelaksanaan proyek, sehingga tentu saja akan menghambat proyek perumahan selesai tepat waktu. Jika penelitian ini juga dibandingkan dengan penelitian tentang resiko terhadap waktu pada proyek konstruksi perumahan di Kuwait berdasarkan persepsi pengembang / developer perumahan, faktor yang paling beresiko menyebabkan terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek perumahan adalah perubahan pekerjaan, dimana hal ini sama dengan apa yang ditemukan dalam penelitian ini. Namun, terdapat satu hal yang penting dalam penelitian di Kuwait tersebut, yaitu adanya faktor kendala keuangan dari pengembang, dimana setelah terjadinya invasi perang Irak pada tahun 1990-an, terjadi laju perkembangan ekonomi yang lambat, sehingga pengembang mengalami kesulitan dana untuk menyelesaikan proyek perumahan tepat waktu. Analisa hasil survei tentang alokasi resiko dilakukan untuk menunjukkan secara deskriptif tentang sikap pengembang / developer selaku pemilik terhadap resiko keterlambatan pada proyek pembangunan kawasan perumahan dalam hal penentuan pihak-pihak dalam proyek tersebut yang bertanggung jawab terhadap masing-masing faktor resiko yang telah teridentifikasi. Faktor resiko terkait dengan kurang baiknya koordinasi intern manajemen dan administrasi pengembang akan secara penuh menjadi tanggung jawab dari pengembang untuk menangani masalah ini. Pengembang di Surabaya pada umumnya menggunakan sistem kontrak ”borong kerja”, sehingga jika terjadi keterlambatan akibat kinerja yang buruk dalam kegiatan penyediaan sumber daya dan pelaksanaan konstruksi, maka kontraktor yang bertanggung jawab secara penuh. Untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian kondisi alam, sosial, politik, dan ekonomi secara makro, serta ketidakpastian dalam kebijakan pemerintah yang disusun, pengembang di Surabaya bersikap bahwa masalah-masalah tersebut perlu ditanggung bersama antara pengembang itu sendiri dengan kontraktor, artinya bahwa dampak keterlambatan akibat masalah-masalah ini ditanggung 50-50 oleh kedua belah pihak. Sikap pengembang ini didasari oleh pandangan mereka yang
ISBN : 978-979-99735-6-6 B-1-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
menyatakan bahwa baik pengembang itu sendiri, maupun kontraktor tidak akan mampu menanggung resiko akibat masalah tersebut secara individu, karena masalah-masalah tersebut tidak dapat dikendalikan oleh kedua belah pihak. Faktor-faktor resiko yang masuk dalam kategori “Tidak Diputuskan” merupakan faktor-faktor yang masih menjadi perdebatan di kalangan pengembang di Surabaya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perbedaan persepsi antar pengembang terkait dengan sikap mereka terhadap resiko keterlambatan yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, sehingga tidak ada pihak yang secara dominan bertanggung jawab jika faktor-faktor tersebut terjadi dan menyebabkan terjadinya keterlambatan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kebijakan yang disusun oleh pengembang dalam menghadapi faktorfaktor tersebut, dimana hal ini berhubungan dengan kontrak kerja awal yang disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proyek konstruksi perumahan. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas, maka diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek pada pembangunan perumahan di Surabaya adalah “Adanya Pekerjaan Tambah”, “Adanya Perubahan Pekerjaan”, “Keterlambatan Pihak Ketiga / Supplier”, “Ketersediaan Material”, dan “Kompetensi Kontraktor Kurang Baik”, dimana faktor yang paling besar indeks resikonya terhadap waktu penyelesaian proyek pada pembangunan perumahan di Surabaya adalah “Adanya Pekerjaan Tambah” dengan indeks resiko sebesar 9,15. 2. Faktor-faktor resiko yang menjadi tanggung jawab pengembang adalah hal-hal yang berkaitan dengan sistem koordinasi dalam intern pengembang, sedangkan faktor-faktor yang dialokasikan kepada kontraktor adalah hal-hal yang berkaitan dengan kinerja konstruksi, baik dalam kegiatan penyediaan sumber daya, maupun dalam kegiatan pelaksanaan konstruksi. Faktor-faktor resiko yang menjadi tanggung jawab bersama antara pengembang dan kontraktor (shared) merupakan hal-hal tidak pasti yang terkait dengan kondisi alam dan kebijakan pemerintah yang berubah-ubah dalam hal sosial, politik, dan ekonomi secara makro, dimana hal ini tidak mampu dikendalikan oleh kedua belah pihak. Appendix Berikut ini akan disajikan faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini, khususnya dalam survei utama, yaitu sebagai berikut : F1 : Komitmen Penyelesaian Proyek Tepat Waktu Kurang Baik F2 : Kontrol Jadwal / Progress Proyek Kurang Baik F3 : Adanya Perubahan Pekerjaan F4 : Perubahan Spesifikasi Teknis Pekerjaan F5 : Ketersediaan Tenaga Kerja F6 : Ketersediaan Material F7 : Ketersediaan Peralatan Kerja F8 : Produktifitas Tenaga Kerja F9 : Produktifitas Peralatan Kerja F10 : Desain yang Salah / Tidak Lengkap / Cacat F11 : Kondisi Site Proyek Tidak Sesuai Perkiraan F12 : Cuaca Buruk (Badai, Hujan Deras) F13 : Hal-hal Tak Terduga / Force Majeure
ISBN : 978-979-99735-6-6 B-1-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008 F14 : Material Cacat F15 : Kebijakan Pemerintah Berubah-ubah F16 : Akurasi Perencanaan Proyek Tidak Tepat / Tidak Sesuai F17 : Pemogokan Buruh / Tenaga Kerja F18 : Kenaikan Tingkat Inflasi F19 : Kompetensi Kontraktor Kurang Baik F20 : Masalah Gambar Kerja F21 : Adanya Pekerjaan Tambah F22 : Metode Konstruksi Tidak Tepat F23 : Penyerahan Lahan oleh Pengembang Terlambat F24 : Masalah Koordinasi Pengembang F25 : Komunikasi dan Koordinasi dalam Organisasi Kontraktor Kurang Baik F26 : Kualitas Pekerjaan Kurang Baik F27 : Masalah Sub-Kontraktor F28 : Kegagalan Keuangan pada Kontraktor F29 : Keterlambatan Pihak Ketiga / Supplier
DAFTAR PUSTAKA Ghosh, S. and Jintanapakanont, J. (2004), “Identifying and Assessing The Critical Risk Factors in An Underground Rail Project in Thailand : A Factor Analysis Approach”, International Journal of Project Management, Vol. 22, hal. 633 – 643. Heldman, K. (2005), Project Manager’s Spotlight on Risk Management, Harbor Light Press, Alameda. Kartam, A S. and Kartam, A N. (2001), “Risk and its Management in The Kuwait Construction Industry : A Contractors’ Perspective”, International Journal of Project Management, Vol. 19, hal. 325 – 335. Kerzner, H. (2006), Project Management A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling, 9th Edition, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey. Koushki., et al. (2005), “Delays and Cost Increases in The Construction of Private Residential Projects in Kuwait”, Construction Management and Economics, No. 23, hal. 285 – 294. Makulsawatudom, A. and Emsley, M. (2001), “Factors Affecting the Productivity of the Construction Industry in Thailand : the Craftsmen’s Perception”, COBRA Conference Papers. PMI Committee (2004), A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide), 3rd Edition, American National Standard, Pennsylvania USA. Proboyo, B. (1999), “Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek : Klasifikasi dan Peringkat dari Penyebab-Penyebabnya”, Dimensi Teknik Sipil, Vol. 1, No. 1, Edisi Maret, hal. 49 – 58. Santoso., et al. (2003), ”Assessment of Risks in High Rise Bulding Construction in Jakarta”, Engineering, Construction, and Architecural Management, Vol. 10, No. 1, hal. 43 – 55.
ISBN : 978-979-99735-6-6 B-1-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
Santoso, R. (2004), Tingkat Kepentingan dan Alokasi Resiko Pada Proyek Konstruksi, Tesis Magister Teknik Program Pascasarjana Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Shen., et al. (2001), “Risk Assessment For Construction Joint Ventures In China”, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 127, No. 1, January/February. Shen, L Y. (1997), “Project Risk Management in Hong Kong”, International Journal of Project Management, Vol. 15, No. 2, hal 101 – 105.
ISBN : 978-979-99735-6-6 B-1-8