Analisis Pembiayaan Qardhul Hasan Sebagai Aplikasi Corporate Social Responsibility Entitas Lembaga Keuangan Syari’ah. Ach. Baihaki Evi Malia FE Universitas Islam Madura
[email protected]
Abstract Corporate social responsibility (CSR) is an organizational concept to respect their stake holders concern. The application of CSR in Islamic banking should be interesting topic in discussion. It caused, islamic banking operational system based on Islamic law (Sharia) also has precious motive to realize social justice. CSR in Islamic banking will be easier to be realized by supporting of mandatory in Islamic law to have responsibility to the other things, like man, nature and environment. This research to find out application of social responsibility in Islamic banking in Indonesia. This present research is qualitative reseasch with interpretative approach. This research discuss and analysis CSR applicated by Islamic banking that published financial report. Islamic financial institutions have practiced CSR by using zakat and qardhul hasan fund based on their religion ideology. The result of this study recommend that CSR of Islamic Bankings have to distribute their CSR by loan without margin as qardhul hasan to their costumer especially micro industry to represent their commitment in sustainability economic development. The apropriate program beside loan without margin to realize this CSR such as entrepreneurship workshop, educational program, religious activity and awareness of sustainibility economic development. Keyword : Qordhul Hasan, CSR, Lembaga Keuangan Syari’ah I.
Pendahuluan Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi yang salah satunya perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Corporate Social Responbility (CSR) adalah komitmen perseroan untukberperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan gunameningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baikbagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat padaumumnya (Pasal 1 butir 3 UU No.40/2007 tentang PT). Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai wujud kontribusi nyata perusahaan dalammewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh
pemangku kepentingannya.CSR juga seharusnya menjadi sarana untuk membina kemitraan berkelanjutan dengan segenap pemangku kepentingan dalam mewujudkan tujuan perusahaan serta menguatkan hubungan antar keduanya. Karena hubungan kemitraan yang terus terbina akan melahirkan sebuah komitmen positif menuju kontonyuitas pembangunan dan pengembangan yang berkesinambungan. Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal?.Karena seiring waktu, masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial. Dengan pemahaman tersebut, maka pada dasarnya CSR memiliki fungsi atau peran strategis bagi perusahaan, yaitu sebagai bagian dari manajemen risiko khususnya dalam membentuk pengaman sosial (social security). Selain itu melalui CSR perusahaan juga dapat membangun reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang sahamnya, posisi merek perusahaan, maupun bidang usaha perusahaan.Bahkan dalam sebuah sistem informasi korporasi terpadu, CSR menjadi salah satu komponen utamanya yang dapat menjadi media komunikasi perusahaan dengan pelanggannya (Rochaety, dkk, 2013:32). Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan charity atau sumbangan sosial. CSR harus dijalankan di atas suatu program dengan memperhatikan kebutuhan dan keberlanjutan program dalam jangka panjang. Sementara sumbangan sosial lebih bersifat sesaat dan berdampak sementara. Semangat CSR diharapkan dapat mampu membantu menciptakan keseimbangan antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Pada dasarnya tanggung jawab sosial perusahaan ini diharapkan dapat kembali menjadi budaya bagi bangsa Indonesia khususnya, dan masyarakat dunia dalam kebersamaan mengatasi masalah sosial dan lingkungan. Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR secara berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Karena tidak hanya bersifat sesaat dan terprogram, sehingga dengan semangat CSR tersebut kontrol dan pengembangan program untuk selanjutnya akan lebih mudah dilakukan. Dalam UU no 40 tahun 2007 dijelaskan, bahwa kegiatan CSR bukan semata-mata kewajiban karena tuntutan regulasi, tetapi sebuah kesadaran yang melahirkan komitmen berkelanjutan. Setiap perseroan terbatas yang melaksanakan kegiatan bisnis di Indonesia
sudah sepatutnya untuk melakukan kegiatan CSR. Bukan sebatas kegiatan artifisial guna memenuhi kelayakan operasional perusahaan, namun diusung sebagai bagian kesertaan dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Perbankan Syariah yang berbadan hukum perseroan terbatas di Indonesia sudah seharusnya menjadi bagian dalam mengimplementasikan kegiatan CSR. Penerapan CSR di perbankan syariah seharusnya menjadi sesuatu yang menarik untuk dilakukan pembahasan, karena perbankan syariah yang operasionalnya berlandaskan ketentuanagama juga memiliki tujuan yang mulia yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. CSR dalam perbankan syari’ah akan lebih mudah diwujudkan dengan adanya kewajiban akidah yang mendasari sistem operasionalnya, dimana ada beberapa instrument operasional perbankan syari’ah yang menuntut adanya peran serta aktif setiap manusia apalagi perusahaan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, terutama masyarakat di sekitar tempat beroperasinya entitas tersebut. Dengan adanya program CSR diharapkan dampak akhirnya akan meningkatkan keberhasilan bisnis perbankan syariah secara menyeluruh.Jika kegiatan tanggung jawab sosial perbankan syariah terbukti mampu mendatangkan manfaat ekonomi yang jelas dan signfikan bagi perbankan syariah sendiri, maka mestinya kegiatan CSR tidak dilakukan setengah-setengah. Apalagi dengan perkembangan lembaga keuangan syari’ah yang semakin tinggi, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas layanannya.Sehingga kegiatan CSR perbankan syariah sudah seharusnya dikuatkan dalam orientasi pelaksanaannyadan dilakukan dengan sungguh-sungguh serta berkesinambungan. Adapun perkembangan jumlah perbankan syari’ah dari sisi jumlah adalah sebagai berikut: Tabel 1: Jumlah kantor dan SDM Bank Syari’ah Jenis Bank BUS UUS BPRS
2010 2012 2013 2014 Absolut Pertumbuhan Absolut Pertumbuhan Absolut Pertumbuhan Absolut Pertumbuhan 1215 262 286
100% 100% 100%
1745 517 401
BUS 15224 100% UUS 1868 100% BPRS 3172 100% Sumber: Statistik OJK RI
24111 3108 4559
Jumlah Kantor 144% 1998 197% 590 140% 402 jumlah Karyawan 158% 26717 166% 11511 144% 4826
164% 225% 141%
2151 320 439
177% 122% 153%
175% 616% 152%
41393 4425 4704
272% 237% 148%
Dengan banyaknya jumlah kantor lembaga keuangan syari’ah tersebut, utamanya yang telah berbadan hukum perseroan terbatas. Maka menjadi sebuah indikasi awal bahwa corporate social responsibility yang harus dilakukan oleh perbankan syari’ah di Indonesia merupakan suatu keniscayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai pemangku kepentingannya. Selain itu lembaga keuangan syari’ah tersebut yang memiliki suatu kelebihan dalam pertanggungjawaban sosialnya yang telah diwajibkan
agama islam sebagai landasan operasionalnya yang berupa zakat (bersifat wajib) dan yang bersifat sukarela, seperti infaq dan shadaqah. Sehingga penelitian tentang Pembiayaan qardhul hasan sebagai aplikasi corporate social responsibility entitas lembaga keuangan syari’ah menjadi penting untuk dilakukan. Adapun rumusan masalah yang menjadi fokus dari penelitian kali ini adalah “Bagaimanakah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Bank Syari’ah di Indonesia?” dengan tujuan untuk mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada industry perbankan syari’ah di Indonesia. II.
Kajian Teori 2.1. Penelitian Terdahulu Ada banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terkait dengan qardhul hasan dan penerapan CSR secara terpisah.Penelitian yang banyak dilakukan adalah seputar CSR.Akan tetapi penelitian-penelitian terdahulu yang mengkaitkan antara penerapan CSR dengan menggunakan menggunakan qardhul hasan masih merupakan sesuatu yang baru dan belum banyak dilakukan penelitian. Menne, dkk (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh pelaksanaan CSR pada kinerja keuangan lembaga-lembaga keuangan islam di Indonesia yang menggunakan industri perbankan sebagai objek analisisnya. Penelitian tersebut melakukan pengamatan dan analisis atas kausalitas perusahaan yang melaksanakan CSR dengan instrumen zakat dan qardh dengan menggunakan analisa regresi.Adapun hasil penelitiannya adalah terdapat peningkatan kinerja keuangan bagi perusahaan yang melaksanakan CSR. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian kali ini adalah fokus penelitian yang tidak mencari hubungan kausalitas dan analisa kuantitatif. Akan tetapi penelitian sekarang akan melakukan analisa kritis atas pelaksanaan CSR yang telah dilakukan oleh lembaga keuangan syari’ah di Indonesia. Disamping itu ada alternatif yang akan ditawarkan dalam tata laksana CSR yang bisa memanfaatkan instumen akad pada lembaga keuangan syari’ah yang berupa qardhul hasan. 2.2. Corporate Social Responsibility (CSR) Tanggung jawab social perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibility) menurut Wales adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Sedangkan, Menurut Hackston dan Milne, tangggung jawab sosial perusahaan sering disebut juga sebagai corporate social responsibility atau social disclosure, corporate socialreporting, social reporting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosialdan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khususyang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring,2005). Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi berkaitan dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. Jenis pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory)
dan sukarela (voluntary). Setelah diberlakukannya undang-undang No.40 Pasal 74 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, di Indonesia perusahaan yang menjalankan usahanya berkaitan atau di bidang sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Oleh karena itu perusahaan tersebut juga wajib melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial lingkungan. Masnila (2010) mengatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu dari tingkat pengungkapan, tema yang diungkapkan, tipe pengungkapan , maupun lokasi atau tempat pengungkapan tersebut dilakukan dalam laporan tahunan.Alasan yang mendorong praktik pengungkapan sosial dan lingkungan menurut Deegan (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) antara lain : 1. Mematuhi persyaratan yang ada dalam undang-undang. 2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi. 3. Mematuhi pelaporan dalam proses akuntabilitas. 4. Mematuhi persyaratan peminjaman. 5. Mematuhi harapan masyarakat. 6. Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan. 7. Mengelola kelompok stakeholder tertentu. 8. Menarik dana investasi. 9. Mematuhi persyaratan industri. 10. Memenangkan penghargaan pelaporan. 2.3. Qardul Hasan Qardul hasan adalah salah satu instrument pembiayaan syari’ah yang tidak begitu populer dibandingkan dengan jenis-jenis pembiayaan yang lain, seperti murabahah, rahn dan ijarah. Bahkan dalam pengembangan pembiayaan berlandaskan qardul hasan hanya diberikan oleh bank umum syari’ah hanya sebesar 3% dan oleh bank pembiayaan rakyat syari’ah sebesar 2% sebagaimana pada tabel 1 dan tabel 2.Padahal qardul hasan sendiri memiliki karakteristik yang bisa dikembangkan menjadi sebuah akad terpilih bukan hanya alternatif. Qardh adalah memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama dan dapat ditagih atau diminta kembali kapan saja penghutang menghendaki. Akad qardh diperbolehkan dengan tujuan meringankan (menolong) beban orang lain (Nor, 2007:100). Sehingga dengan ini maka sebenarnya semangat untuk melahirkan sebuah kontrak ekonomi yang berbasis kerja sama akan lebih mudah terwujud dan pengembangan ekonomi islam dengan tidak meninggalkan cita-cita luhurnya akan lebih mudah dicapai. Tabel 1: Pembiayaan BUS dan UUS Per: April 2015 (dalam miliar rupiah) Jenis Jumlah Persentase Pembiayaan Akad Mudharabah 14388 7%
Tabel 2: Pembiayaan BPRS Per: April 2015 (dalam Jutaan rupiah) Jenis Jumlah Persentase Pembiayaan Akad Mudharabah 133805 3%
Akad Musyarakah 52672 Akad Murabahah 117210 Akad Salam 0 Akad Istishna' 664 Akad Ijarah 11454 Akad Qardh 5138 Akad Lainnya Total 201526 Sumber: Statistik OJK RI
26% 58% 0% 0.0033% 6% 3% 0% 100%
Akad Musyarakah
582366
11%
Akad Murabahah 4212147 Akad Salam 16 Akad Istishna' 12059 Akad Ijarah 6614 Akad Qardh 108523 Akad Lainnya 270571 Total 5326101
79% 0.0003% 0.2264% 0.1242% 2% 5% 100%
Dalam hal pencatatan akuntansinya penyaluran dana qardhul hasan telah menjadi amanat yang harus disajikan oleh lembaga keuangan syari’ah dalam bentuk laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan sebagaimana tercantum dalam PSAK Syari’ah 101. Dengan adanya laporan keuangan tersebut mengindikasikan bahwa qardhul hasan seharusnya menjadi suatu bagian penting dalam sebuah proses operasional lembaga keuangan syari’ah. Karena qardhul hasan memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan penyaluran dana zakat yang sebenarnya juga merupakan anjuran dalam ajaran agama islam. Qardhul hasan menurut PSAK Syari’ah juga bersumber dari beberapa hal sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Infak Shadaqah Denda Hasil pengelolaan wakaf Pendapatan tidak halal
Maka dengan sifat fleksibilitas penyaluran dana qardhul hasan tersebut dan variabilitas jenis sumber dana qardhul hasan seharusnya menjadikan lembaga keuangan syari’ah bisa memperkuat eksistensinya di kehidupan masyarakat dengan akad tersebut. Karena akad tersebut pula sebenarnya bisa menunjukkan kepedulian lembaga keuangan syari’ah terhadap kehidupan sosial dan keberlangsungan pembangunan ekonomi masyarakat di sekitarnya dimana lembaga keuangan syari’ah tersebut beroperasi. Qardhul hasan juga menjadi menarik dengan adanya perlakuan yang secara tersirat bahwa dana tersebut sudah diikhlaskan sebagai dana sosial yang sebenarnya bisa disalurkan dalam bentuk dana produktif. Disamping itu pembiayaan qardhul hasan juga menjadi penciri yang akan membedakan sistem perekonomian islam dengan sistem perekonomian lainnya. Karena dengan skema tersebut lembaga keuangan syari’ah tidak diperbolehkan untuk mengenakan margin sebagaimana akad murabahan, bagi hasil sebagaimana mudharabah dan musyarakah, atau fee (imbalan) sebagaimana akad-akad ijarah dan semacamnya.Dalam akad qardhul hasan tersebut hanya boleh membebankan biaya yang dinyatakan dalam satuan rupiah tertentu, bukan dalam bentuk persentase.
Lembaga keuangan syari’ah yang memiliki induk perusahaan yang tidak beroperasi secara syari’ah juga memiliki kesempatan yang besar dalam ikut menyalurkan dana dari pendapatan tidak halal tersebut kepada masyarakat. Sehingga dengan adanya kemitmen yang baik untuk mewujudkan kesejahteraan bersama sesuai dengan tujuan ideologis pengembangan ekonomi syari’ah dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana amanat konstitusi, maka lembaga keuangan syari’ah telah memiliki skema yang cukup baik. 2.4. Lembaga Keuangan Syari’ah Perkembangan sistem ekonomi syariah saat ini dimotori oleh kemunculan lembaga keuangan, maka keberadaan lembaga keuangan haruslah terus dijaga.Lembaga keuangan syari’ah yang berkembang dengan baik adalah lembaga intermediasi keuangan, baik yang berbadan hukum koperasi ataupun yang berbadan hukum perseroan terbatas.Lembagalembaga keuangan tersebut dalam operasinya memiliki tanggung jawab sosial untuk turut serta dalam pembangunan yang berkesinambungan sebagai imbas atas operasi untuk menghasilkan labanya. Sehingga sebelum mengetahui lebih lanjut tentang kewajiban pertanggungjawaban sosial yang dimilikinya, perlu diketahui jenis-jenis lembaga keuangan yang berkembang yaitu: 1. Lembaga keuangan syari’ah berbasis intermediasi keuangan lembaga keuangan syari’ah yang beroperasi dalam skema iniadalah koperasi, BMT, Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah, Bank Umum Syari’ah, dan unit usaha syari’ah. Kegiatan utama dari lembaga keuangan ini adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Muhammad (2009:69), menyatakan lembaga intermediasi keuangan syari’ah dibuat untuk membantu pemilik potensi yang kekurangan modal kerja. 2. Lembaga keuangan syari’ah berbasis finance Lembaga keuangan syari’ah yang berbasis pembiayaan (finance) ini tidak menghimpun dana dari masyarakat dalam kegiatan operasionalnya. Akan tetapi dalam kegiatan usahanya akan tetap dilakukan dalam bentuk menyalurkan dana langsung kepada masyarakat, baik dalam bentuk pembiayaan konsumtif ataupun produktif. Selain itu lembaga yang juga banyak bermunculan adalah lembaga leasing yang berbasis syari’ah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan dengan pembayaran angsuran (Salman, 2012:7). 3. Lembaga keuangan syari’ah berbasis asuransi Asuransi muncul sebagai bentuk tanggung jawab sosial untuk saling tolong menolong dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat ada semangat bersama untuk saling menjamin antar masyarakat. Adapun perbedaan asuransi konvensional dengan asuransi takaful adalah terletak pada proses pengelolaan premi yang dibayarkan oleh anggota asuransi.
4.
Lembaga keuangan syari’ah berbasis pasar modal syari’ah Pasar modal syari’ah juga telah menghiasi perkembangan dan dinamika perekonomian syari’ah, dimana pasar modal sebagai salah satu wahana investasi harus juga mengikuti perkembangan dinamika keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya dengan tidak meninggalkan nilai-nilai luhur ajaran agamanya.
5.
Lembaga keuangan berbasis entitas nirlaba Lembaga keuangan berbasis entitas nirlaba ini adalah lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dananya dengan prinsip syari’ah dan tidak dibentuk untuk menghasilkan laba. Dalam hal ini lembaga keuangan yang menggunkan prinsip tata kelola syari’ah diantaranya adalah Badan Amil Zakat, Masjid, Pesantren (tempat pendidikan islam) dan lembaga-lembaga lain yang melakukan kegiatan nirlaba yang berbasiskan ajaran islam.
III.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Interpretif. Menurut Neuman (1997: 62) terdapat tiga pendekatan dalam penelitian kulitatif, yaitu positivisme, interpretif, dan kritikal. Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretif merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. (Neuman, 1997: 68). Penelitian ini membahas dan mengkaji tentang CSR yang dilakukan oleh Bank Syari’ah yang laporan keuangannya dipublikasikan.Data yang diperoleh akan dianalisis dan dikaji sesuai dengan fokus penelitian yang ditetapkan.Sumber data yang dibutuhkan meliputi data sekunder, yaitu dengan Metode library (documentary) research atau documentaryanalysis. Oleh karenanya, penelitian ini mengharuskan peneliti melakukan penelusuran balik dan pemahaman terhadap proses terbitnya sebuah dokumen (artifact), dalam hal ini adalah annualreportsdari lembaga keuangan syari’ah yang mempublikasikan laporannya di ojk.go.id. Data yang digunakan adalah annual report beberapa Bank umum syari’ah yang laporan keuangannya dipublikasikan di website otoritas jasa keuangan yang sampai tahun 2014.Terdapat 12 Bank umum syari’ah yang terdaftar di website resmi dari otoritas jasa keuangan,bank-bank tersebut adalah BCA Syari’ah, Bank BNI Syari’ah, Bank BRI Syari’ah, Bank Jabar Banten Syari’ah, Bank Maybank Syari’ah Indonesia, Bank Muamalat Indonesia, Bank Panin Syari’ah tbk., Bank Bukopin Syari’ah, Bank Syari’ah Mandiri, Bank Syari’ah Mega Indonesia, Bank Victoria Syari’ah, dan Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syari’ah. Akan tetapi penulis hanya mengambil 5 bank untuk mewakili, yaitu : Bank Bukopin Syari’ah, Bank BTPN Syari’ah, Bank BRI Syari’ah, Bank Mega Syari’ah dan Bank Panin Syari’ah tbk.
Untuk melakukan analisis data, dilakukan rangkaian proses sebagaimana Miles dan Huberman (Emzir, 2010) menyatakan bahwa terdapat tiga macam kegiatan analisis data kualitatif, yaitu: 1. Reduksi Data Proses reduksi yang dilakukan adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2. Model Data (Data Display) Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk : uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Miles dan Huberman (1984) menyatakan : “the most frequent form of display data for qualitative research data in the pas has been narative tex” artinya : yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja). 3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. IV.
Pembahasan Perbankan syariah yang beroperasi sebagai lembaga intermediasi keuangan yang menghimpun dananya dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Sehingga dengan dengan hal tersebut sudah seharusnya, lembaga keuangan syari’ah memiliki tanggung jawab sosial yang lebih tinggi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang terlibat dalam sistem operasionalnya. Lembaga keuangan syariah yang berbadan hukum perseroan terbatas juga seharusnya tunduk kepada aturan perundanganundangan yang mengatur adanya penerapan CSR yaitu UU No. 40 tahun 2007 tentang PT. CSR memang merupakan sebuah konsep baru yang berkembang sejak pertengahan kedua abad 20 yang pada awal kemunculan isu ini masih ditolak untuk membahas dan menganalisis hubungan antara bisnis-masyarakat (Gariga dan mele dalam menne, dkk: 2016). Akan tetapi dalam hal tanggung jawab sosial, ajaran islam telah mewajibkan kepada seluruh penganut ajarannya untuk membayar zakat yang bersifat mengikat dan wajib serta melakukan kegiatan sukarela dalam pengentasan kesenjangan kesejahteraan
masyarakat yang bisa berupa infaq, shadaqah. Konsep tanggung jawab sosial merupakan kewajiban yang harus dilakukan sebagai tanggung jawab manusia dengan segala bentuk aktivitasnya di muka bumi sebagai khalifah (QS. Al Baqarah:30). Baihaki (2015) menyatakan bahwa akuntansi syari’ah telah memiliki instrument akad yang baik yang berupa kewajiban untuk laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana Qardul Hasan yang sebenarnya telah terlebih dahulu menjadi cirri khas ekonomi islam yang jika dibandingkan dengan konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yang baru-baru ini muncul. Bahkan dengan menggunakan dana zakat yang harus dikeluarkan dari harta yang dimiliki oleh sebuah entitas menjadikannya lebih efektif untuk mendekatkan perusahaan kepada masyarakat. Jika hal tersebut terwujud, maka kesetiaan masyarakat terhadap produk tersebut menjadi lebih baik. Sebagai ilustrasi awal jumlah dana zakat yang disalurkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah sebagaimana tersaji pada tabel 3: Tabel 3: Badan Amil Zakat Nasional Laporan Penerimaan dan Penyaluran Dana Zakat 2012 Penerimaan sampai akhir tahun Penyaluran dana sampai akhir tahun Sumber, BAZNAS
2013
50,220,719,886.92 59,019,259,845.87 38,513,551,378.00 44,363,070,093.00
Berdasarkan data tersebut jumlah dana yang terhimpun dari masyarakat masihlah kecil, jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat Indonesia. Karena memang kebudayaan masyarakt Indonesia yang biasa mengelola pembagian zakatnya sendiri. Sehingga dengan adanya budaya tersebut, maka sangat memungkinkan untuk menjadikan pembiayaan qardhul hasan sebagai bagian dari program CSR perusahaan dan mengubah pola penyaluran infaq, shadaqah dan dana sosial lain dari yang berbasis hibah menuju berbasis produktif dan pemberdayaan. Dalam pelaksanaan CSRnya, perbankan syari’ah dapat menggunakan dana yang berasal dari keuntungan perusahaan, zakat para karyawan dan sumbangan sosial (dari karyawan). Ketiga sumber dana ini dapat dikombinasikan sedemikian rupa dalam menciptakan kegiatan CSR yang lebih efektif. Beberapa perusahaan ada yang menambahinya dengan dana promosi perusahaan.Untuk dapat mendukung program peningkatan kesejahteraan masyarakat, selayaknya CSR perbankan syariah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat yang memiliki orientasi perwujudan kemandirian ekonomi. Pilihan ini diambil untuk menyelaraskan kegiatan CSR dengan fungsi utama perbankan syariah sebagai salah satu instrumen ekonomi di tengah masyarakat.
Beberapa program CSR yang bisa dilakukan oleh perbankan syariah adalah : pengembangan kewirausahaan, pemberian bantuan modal usaha bagi pengusaha mikro, bimbingan atau pendampingan usaha, pengembangan dan fasilitasi program dana bergulir, pembentukan jaringan kelompok usaha (sentra usaha), pembentukan wahana pemasaran bersama serta pengembangan dan penguatan lembaga keuangan mikro syariah.Manfaat yang dirasakan dengan adanya program CSR perbankan syariah adalah meningkatnya citra bank syariah di tengah masyarakat sebagai alternatif instrumen mengurangi kesenjangan kesejahteraandan memperkuat promosi serta meningkatkan loyalitas nasabahnya. Sebagai gambaran awal untuk memahami komitmen perbankan syari’ah di Indonesia dalam mengelola dana kebajikannya bisa diperhatikan tabel 4 yang membahas tentang sumber dan penyaluran dana qardhul hasan di Indonesia. Pada tabel tersebut terdapat penghimpunan dana yang dilakukan oleh beberapa bank umum syari’ah di Indonesia yang secara total dalam satu periode mencapai nilai Rp 74.671.769.402,- dan yang disalurkan hanya sebesar Rp 6.898.498.845. apalabila dana yang terkumpul tersebut disalurkan untuk memberdayakan masyarakat yang minus modal kerja dan surplus potensi dengan tanpa membebani pihak-pihak tersebut dengan balas jasa atas penggunaan modal kerja bank tersebut. Maka akan semakin banyak bermunculan potensi masyarakat, karena dana qardhul hasan tersebut telah dialokasikan khusus untuk kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 4: Daftar Sumber dan penyaluran dana qardhul hasan Bank Umum Syari’ah di Indonesia Jumlah Dana Jumlah Penyaluran Nama Bank Qardhul Hasan Dana Qardhul Hasan Bank Victoria Syari'ah 296,927,238 98,550,000 Bank Syari'ah Bukopin 844,498,353 494,715,374 Maybank Syari'ah Indonesia 376,000,000 BTPN Syari'ah 210,000,000 48,000,000 BRI Syari'ah 3,019,000,000 2,714,000,000 Bank Panin Syari'ah 439,871,000 35,450,000 Bank Mega Syari'ah 763,053,000 138,400,000 BCA Syari'ah 1,455,800,706 210,228,425 Bank Syari'ah Mandiri 66,364,619,105 2,260,155,047 BNI Syari'ah 902,000,000 899,000,000 74,671,769,402 6,898,498,846
4.1. Deskripsi Penyaluran Dana CSR Perbankan Syari’ah di Indonesia a. Bank Bukopin
Bank Bukopin melaksanakan komitmen tanggung jawab sosialnya dengan membaginya menjadi dua program yaitu: a. Program berkelanjutan yang memiliki tujuan jangka panjang dan merupakan program berkelanjutan. Adapun program bank tersebut difokuskan pada dua bidang yaitu pendidikan dan pemberdayaan ekonomi mikro. b. Basic program yang disesuaikan dengan kebutuhan, seperti bantuan korban bencana alam, kesehatan, pendidikan, religi/ sosial, dan ekonomi. Adapun dana bank bukopin syari’ah tersebut memang bersumber dari dana qardhul hasan. Adapun kegiatan yang berkesinambungan dalam hal pendidikan adalah pengenalan dunia perbankan syari’ah kepada peserta didik.Sementara kegiatan bantuan yang bersifat hibah lebih banyak diwujudkan dalam kegiatan ramadhan.Pengungkapan dari program-program CSR telah dilakukan dengan baik. b. Bank BTPN Syari’ah Bank BTPN syari’ah juga telah melaksanakan program CSRnya dengan memanfaatkan dana zakat dan qardhul hasan yang dimilikinya dengan beberapa kegiatan yang difokuskan pada kesehatan, pengembangan usaha dan komunitas yang diwujudkan dalam tiga pilar daya. Tiga pilar daya tersebut adalah daya sehat sejahtera, daya tumbuh usaha dan daya tumbuh komunitas.Adapun penerima manfaat pilar daya tersebut sampai tahun 2014 adalah sebanyak 1.099.114 yang programnya dilaporkan dengan baik dalam laporan tahunan bank tersebut. Program CSR bank BTPN syari’ah tersebut lebih banyak berbentuk program, sebagaimana dilaporkan adalah pelatihan tenaga kesehatan dan kesadaran akan kesehatan, pemberdayaan masyarakat lewat pengembangan usaha. Pola pembinaan berkesinambungan berbasis pelatihan, membuktikan bahwa CSR bank BTPN telah diformulasikan dengan baik dan tidak hanya berbasis hibah. c. BRI Syari’ah BRI Syari’ah sebagai anak perusahaan dari BRI telah melakukan CSR yang terprogram dengan baik yang meliputi beberapa bidang pendidikan, kesehatan, sarana publik dan lingkungan hidup, santunan untuk musibah dan bencana, dakwah dengan bantuan sarana ibadah dan pemberdayaan ekonomi. Bahkan BRI Syari’ah telah bekerja sama dengan BAZNAS dalam penyaluran dana zakat produktif karyawannya. BRI Syari’ah juga mengungkapkan persentase besaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan CSR selama tahun 2014 yang menjadi kewajibannya. Dibidang pendidikan menyerap 9%, kesehatan 8%, sarana publik dan lingkungan hidup sebesar 5%, santunan untuk musibah dan bencana 47%, dakwah dengan bantuan sarana ibadah 19%, dan pemberdayaan ekonomi sebesar 11%. Wujud publikasi ini mengindikasikan adanya pertanggungjawaban yang baik atas penggunaan dana kebajikan yang dikelolanya. d. Bank Panin Syari’ah
Bank panin syari’ah sebagai bank syari’ah yang telah go public telah melakukan dan melaporkan kegiatan tanggung jawab sosialnya yang tahun 2014 merupakan kegiatan perdana CSRnya. Dalam kegiatan perdana tersebut yang menjadi prioritas programnya adalah kenyamanan belajar dan beribadah di sekolah.Atas tema tersebut program yang diangkat adalah paging system untuk mendukung kenyamanan beribadah di sekolah. Sedangkan untuk kenyamanan kegiatan belajar diputuskan untuk memberikan bantuan gordyn.Bahkan untuk program-program selanjutnya direncanakan untuk pelatihan pemberdayaan kepada kaum dhuafa, kepedulian terhadap lingkungan dan sosialisasi di bidang syari’ah bagi peserta didik. Dalam hal sumber dana dialokasikan dari zakat perseroan yang dimilikinya. e. Bank Mega Syari’ah Bank Mega Syari’ah telah melakukan program tanggung jawab sosial dengan bekerja sama dengan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan.Bank mega syari’ah telah melakukan kegiatan yang terprogram dan juga bantuan-bantuan yang bersifat sosial dengan melibatkan mitra dalam kegiatannya.Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan untuk pendidikan dan pengembangan masyarakat. Dana yang digunakan untuk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial tersebut menggunakan dana-dana zakat korporasi dan dana kebajikan yang didapatkan oleh perusahaan. 4.2 Analisis SWOT Qardhul Hasan sebagai aplikasi CSR Maka untuk analisa lebih lanjut atas pembiayaan qardhul hasan yang bisa menjadi alternatif CSR bagi perbankan syari’ah perlu dilakukan analisa SWOT sebagai berikut: 1. Kekuatan CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pemangku kepentingannya dan sebagai kepedulian atas pembangunan yang berkesinambungan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kewajiban lembaga keuangan syari’ah yang beroperasi berdasarkan prinsip nilai-nilai islam. CSR telah didukung oleh aturan islam sebelum adanya tuntutan kesadaran akan tanggung jawab sosial suatu perusahaan dan kewajiban sesuai dengan aturan perundang-undangan perseroan terbatas. Sumber dana untuk kegiatan tanggung jawab sosial dalam ketentuan syari’ah telah ada sebelumnya dalam ketentuan syari’ah dalam bentuk zakat yang mengikat perusahaan dan infaq serta shadaqah yang akan menunjukkan bukti kesungguhan perusahaan dalam keberlangsungan pembangunan. Instrumen akad syari’ah juga mendukung adanya penyaluran dana kebajikan yang terkumpul tersebut ke dalam program yang berkesinambungan. Karena dalam konsep operasional perbankan syari’ah dan lembaga keuangan syari’ah lainnya terdapat pembiayaan qardhul hasan yang tidak berbentuk hibah, akan tetapi tidak menuntuk adanya bagi hasil, margin dan fee (imbalan). Sehingga dengan adanya pembiayaan tersebut akan menjadikan lembaga keuangan syari’ah lebih lebih berkarakter dan membedakannya dengan lembaga keuangan konvensional.
Dalam hal besaran jumlah dana yang bisa digunakan untuk kegiatan CSR di lembaga keuangan syari’ah lebih besar dibandingkan dengan lewajiban lembaga keuangan konvensional. Dalam kewajiban dana CSR menurut peraturan peundang-undangan, hanya dipersyaratkan 1% dari total laba. Sedangkan dalam korporasi syari’ah harus menyisihkan 2,5% untuk zakat, baik korporasi maupun karyawan. Selain dana zakat juga ada dana yang bersifat suka rela yang berupa infaq, shadaqah dan hibah. Sehingga variabilitas sumber dana menjadi lebih banyak dibandingkan lembaga keuangan konvensional. Masyarakat Indonesia juga pada dasarnya adalah masyarakat dengan kebudayaan yang saling tolong menolong dalam kehidupan sosialnya.Qardhul hasan juga merupakan pembiayaan yang prinsip dasarnya adalah memberikan pinjaman dengan maksud untuk membantu pihak-pihak yang membutuhkan tanpa adanya tujuan utama untuk mendapatkan balas jasa. Sehingga adanya pembiayaan qardhul hasan juga akan menjaga eksistensi nilai kebudayaan dalam kehidupan berbangsa bagi masyarakat Indonesia. 2. Kelemahan Lebih banyak lembaga keuangan syari’ah menyalurkan dana CSRnya masih berupa bantuan dari pada pemberdayaan. Meskipun bantuan tersebut bersifat kesinambungan untuk tujuan jangka panjang, akan tetapi lembaga keuangan syari’ah yang bersifat lembaga intermediasi keuangan seharusnya menyalurkan dana CSRnya tersebut dalam bentuk pinjaman yang bersifat memberdayakan. Pinjaman tersebut telah ada dalam instumen lembaga keuangan syari’ah yang berupa pembiayaan qardhul hasan. CSR lembaga keuangan syari’ah juga masih susah untuk diwujudkan untuk pembiayaan yang bersifat pemberdayaan, karena sumber dana untuk CSR tersebut masih berasal dari dua sumber dana yang berbeda yaitu dari dana zakat dan dana qardhul hasan. Dana zakat penyalurannya bersifat mengikat kepada pihak-pihak yang telah ditentukan dalam aturan syari’ah. Sehingga sudah seharusnya dana tersebut disalurkan dalam bentuk bantuan. Akan tetapi dari pengumpulan danaqardhul hasan sendiri seharusnya bisa disalurkan dalam bentuk dana pemberdayaan yang bersifat produktif. 3. Peluang Pembiayaan qardhul hasan seharusnya menjadi alternatif penyaluran dana CSR bagi lembaga keuangan syari’ah. Karena dengan akad tersebut, selain bisa meningkatkan karakteristik lembaga keuangan syari’ah. Qardhul hasan juga akan meningkatkan kepercayaan nasabah dan calon nasabah untuk lebih percaya bahwa lembaga keuangan syari’ah berbeda dengan lembaga keuangan konvensional dan akan menghapuskan kesan bahwa lembaga keuangan syari’ah adalah lembaga keuangan konvensional yang diislamkan. Qardhul hasan juga akan memberikan efek pemberdayaan lebih baik dibandingkan hibah. Karena kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih kurang memperhatikan program pemberdayaan yang bersifat hibah. Sehingga ketika pertanggungjawaban atas
hibah tersebut selesai, maka programnya akan selesai. Akan sangat berbeda dengan pemberdayaan yang bersifat dana bergulir, tanggung jawab akan pengelolaan dananya akan menjadi lebih baik. 4. Tantangan Tantangan terbesar dalam penyaluran dana CSR lembaga keuangan syari’ah dalam bentuk pembiayaan qardhul hasan adalah kesungguhan lembaga keuangan syari’ah untuk menyalurkan dananya dalam skema tersebut. Karena sumber pendapatan lembaga keuangan syari’ah yang berasal dari penyaluran dananya yang dihimpun dari masyarakat.Sehingga dengan adanya komitmen untuk menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan qardhul hasanakan menciptakan kecenderungan lembaga keuangan syari’ah tidak bisa menghasilkan laba. Padahal dalam penyaluran dana tersebut akan menjadi bukti kesungguhan untuk mewujudkan tujuan dibentuknya lembaga keuangan syari’ah yaitu mewujudkan keadilan sosial. Kesungguhan untuk membagi skema pembiayaan menjadi berbasis balas jasa dan yang bersifat sosial. Sehingga dalam perlakuan akuntansinya diperlukan standar yang lebih terperinci untuk memudahkan tata kelola dana qardhul hasan tersebut. Karena setelah perubahan standar akuntansi dari PSAK 59 ke PSAK khusus syari’ah belum ada standar yang khusus untuk mengatur pembiayaan qardhul hasan sebagaimana akad pembiayaan yang lain. Padahal akad qardhul hasan merupakan akad yang bisa mewakili semangat pemberdayaan ummat. Berdasarkan informasi dan analisa yang telah dilakukan, maka ada beberapa hal yang perlu dijadikan referensi atas penggunaan pembiayaan qardhul hasan sebagai aplikasi corporate social responsibility bagi lembaga keuangan syari’ah, yaitu sebagai berikut:
V.
1. Lembagakeuangan syari’ah telah melakukan program CSR dengan memanfaatkan dana zakat (baik korporasi atau karyawannya) dan dana qardhul hasan yang dihimpunnya. 2. Penyaluran dana CSR yang dilakukan oleh perbankan syari’ah masih lebih banyak yang bersifat bantuan, meskipun bantuan tersebut sebenarnya berdimensi jangka panjang, misalnya terhadap kesadaran masyarakat yang menerima bantuan tersebut untuk melakukan transaksi keuangan dengan menggunakan lembaga keuangan syari’ah. 3. Penyaluran dana CSR dalam bentuk pembinaan masih sangat kecil proporsinya. Sehingga kadang kala belum bisa menunjukkan kepada masyarakat tentang eksistensi perbedaan antara lembaga keuangan syari’ah dengan konvensional. 4. Perlunya komitmen yang kuat dari lembaga keuangan syari’ah untuk bersedia menyalurkan dana CSRnya dalam bentuk pembiayaan qardhul hasan, karena akan mengurangi permintaan pembiayaan dalam bentuk akad yang lain yang berbasis margin, fee dan bagi hasil. Kesimpulan 1. CSR adalah suatu komitmen bersama dari seluruh Stakeholder Bank Syariah (pemegang saham, manajemen, karyawan, nasabah bahkan pemerintah) untuk
bersama-sama bertanggungjawab terhadap masalah-masalah sosial. CSR dan tanggungjawab Bank Syariah dibuktikan dengan adanya keterlibatan langsung dan kontinuitas Bank Syariah dalam setiap kegiatan CSR yang dilakukannya. Jika Bank Syariah ingin tetap mempertahankan eksistensinya dalam dunia perbankan nasional, selain mengejar keuntungan (profit) Bank Syariah juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah (miskin) khususnya dilingkungan disekitarnya. Strategi pelaksanaan CSR yang paling baik bagi Bank Syariah adalah fokus pada kegiatan fungsi bisnisnya tanpa mengabaikan fungsi sosialnya. Namun yang terpentingdalam pelaksaan kegiatan CSR Bank Syariah adalah tidak terjebak kepada hanya kegiatan amal (philanthropy) saja. Rekomendasi CSR yang harusnya dilaksanakan oleh perbankan syari’ah melalui penelitian ini yaitu dengan menyalurkan pinjaman tanpa margin (Qardhul Hasan) kepada para pedagang atau pengusaha kecil dan juga melakukan pembinaan secara kontinuitas dengan memberikan pelatihan kewirausahaan terhadap pedagang (pengusaha) kecil tersebut. 2. Lembaga keuangan syari’ah telah melakukan kegiatan CSR dengan memanfaatkan dana zakat dan qardhulhasan, walaupun belum ada standar akuntansi secara khusus tentang qardhul hasan yang bisa menjadi landasan pelaksanaan operasionalnya. 3. Diperlukan komitmen yang kuat untuk menggunakan danaqardhul hasan tersebut untuk CSR yang berbasis pembiayaan. Akan tetapi hal tersebut akan mengurangi sebagian skema sumber pendapatan perbankan syari’ah.
DAFTAR PUSTAKA Baihaki, Ach. 2015. Analisis penerapan akuntansi syari’ah pada entitas non lembaga keuangan syari’ah. Equilibrium Vol. 4 (1 Juli 2015). 15-32. Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisis Data. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang. UNDIP. Rochaety, Eti, Faizal Ridwan Z, Tupi Setyowati. 2013. Sistem Informasi Manajemen.Edisi 2.Jakarta: Mitra Wacana Media. Menne, Firman, Lanita Winata, Mohammad Hossain. 2016. The influence of CSR Practices On Financial Performance: Evidence From Islamic Financial Institutions in Indonesia. Journal of Modern Accounting and Auditing, Vol. 12, No. 2, February, 2016, hal: 7790. Miles, B.B., dan A.M. Huberman. 1984. Analisa data Kulaitatif. Jakarta. UI Press Neuman, W.L. 1997. Social Research Method Qualitatif and Quantitatif Approaches. 3rd edition. Boston Pearson education. Nor, HM Dumairi, H.Sufandi, Moh. Ma’mun Aly, Shofiyul Muhibbin, Tajul Arifin Billah, Abdul Wahid Rahbini, Ach. Cholil, Saiful Anwar. 2007. Ekonomi Syariah Versi Salaf. Pasuruan: Pustaka Sidogiri. Salman, Kautsar Riza. 2012. Akuntansi Perbankan Syari’ah Berbasis PSAK Syari’ah. Jakarta: Akademia Permata. Sembiring, Eddy. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII. Solo. Undang-undang no. 40 Pasal 74 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas QS. Al Baqarah:30 http://pusat.baznas.go.id/wp-content/uploads/downloads/2015/06/laporan-desember-2014.pdf (diakses tanggal 3 November 2015) http://www.ojk.go.id/data-statistik-perbankan-syariah (diakses tanggal 5 Oktober 2015) http://www.ojk.go.id/id/Apps.aspx?code=14 diakses 22 februari 2016.