Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
ANALISIS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN Diny Dian Aryani
[email protected] Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of Corporate Social Responsibility disclosure to the financial performance by carrying out an analysis to the mining companies which have done the Corporate Social Responsibility disclosure which are listed in the Indonesia Stock Exchange. The financial performance is measured by using Return on Equity (ROE). Variable which is used in this research is the Corporate Social Responsibility disclosure as the independent variable and financial performance as the dependent variable. The data which is used in this research is secondary data in the form of mining companies’ annual report during the period of 2010 – 2012. As many as 12 mining companies are taken as the research samples by using purposive sampling method with the determined criteria. Based on the result of t test it is found that the significant value is 0.047. The result of research analysis shows that the implementation of Corporate Social Responsibility (CSR) has significant positive influence to the Return on Equity (ROE). This condition reflects that the better the activity of corporate social responsibility is done it will result in a better financial performance of the company. Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Financial Performance, Return on Equity (ROE). ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan dengan cara melakukan analisis pada perusahaan pertambangan yang telah melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kinerja Keuangan diukur dengan menggunakan Return on Equity (ROE). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai variabel independen dan Kinerja Keuangan sebagai variabel dependen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa annual report perusahaan pertambangan periode 2010-2012. Sampel penelitian diambil dengan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan sebanyak 12 sampel dari perusahaan pertambangan. Berdasarkan hasil uji t diketahui nilai signifikansi sebesar 0.047. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Equity (ROE). Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin baik aktivitas Corporate Social Responsibility dilakukan akan mengakibatkan semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kata kunci: Corporate Social Responsibility (CSR), Kinerja Keuangan, Return on Equity (ROE). PENDAHULUAN Pada dasarnya tujuan suatu perusahaan berdiri adalah untuk memperoleh laba (profit) yang sebesar-besarnya. Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan meningkatnya tingkat penjualan produk sedangkan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
2
perusahaan (Sembiring, 2005). Karena mengacu pada tujuan dasar tersebut banyak perusahaan yang lupa atau lalai untuk memperhatikan dampak yang timbul dari aktivitas operasional perusahaan. Dimana dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh pihak internal perusahaan, melainkan juga dirasakan oleh pihak eksternal perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen harus mempunyai suatu konsep atau program dimana perusahaan tetap bisa mempertahankan eksistensi dan keberlangsungan perusahaan dengan tidak merugikan pihak eksternal seperti masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dunia bisnis saat ini sangat pesat, dengan ditandai banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang menyerap begitu banyak pekerja atau karyawan. Semakin meningkatnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat akan membawa dampak positif bagi perkembangan dunia bisnis di Indonesia. Namun sayangnya banyak perusahaan-perusahaan tersebut hanya berfokus terhadap kegiatan ekonomi dan keuntungan finansial semata, sehingga banyak perusahaan yang melupakan keadaan masyarakat disekitar perusahaan beroperasi dan melupakan aspek-aspek mengenai kelestarian lingkungan. Padahal, dalam UUD 1945 Pasal 28H ayat 1 berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang berhak hidup sejahtera, lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat semakin sadar akan perlindungan atas hak-hak mereka. Masyarakat menuntut perusahaan untuk lebih peduli pada masalahmasalah yang terjadi dalam komunitas mereka (Widjaja dan Pratama, 2008:17). Sebuah perusahaan berdiri tidak boleh jika hanya mementingkan keuntungan finansial semata, melainkan perusahaan juga harus mementingkan kepentingan publik khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar tempat perusahaan beroperasi. Karena tanpa masyarakat perusahaan bukan saja tidak akan berarti melainkan juga tidak akan berfungsi. Tanpa dukungan masyarakat perusahaan tidak akan mungkin memiliki pelanggan, pegawai, dan sumber-sumber produksi lainnya yang berfungsi untuk sebuah perusahaan serta tidak memungkinkan untuk dapat terciptanya sebuah keberlanjutan bagi perusahaan di masa yang akan datang. Tanggung Jawab Sosial atau yang lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu topik yang belakangan ini sedang banyak dibicarakan dan mulai diterapkan oleh beberapa perusahaan, terutama perusahaan yang telah go public. Tanggung jawab sosial sendiri merupakan suatu konsep atau program yang dimiliki suatu perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan tersebut berdiri. Tanggung jawab sosial yang berarti bahwa dalam setiap pengambilan keputusan, manajemen perusahaan harus mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi yang akan terjadi (Handoko, 2003). Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sendiri merupakan konsep yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders, serta dapat mencapai profit maksimum sehingga mampu meningkatkan harga saham (Kiroyan, 2006). Semakin banyak bentuk tanggung jawab yang diterapkan perusahaan, maka akan makin baik pula citra perusahaan di mata para stakeholder. Citra positif yang diperoleh perusahaan akan menarik minat para investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Eipstein dan Freedman (dalam Anggraini, 2006) mengemukakan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan perusahaan dalam laporan tahunannya. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan istilah laporan keuangan berkelanjutan atau sustainability reporting.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
3
Sustainability reporting sendiri merupakan praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada stakeholder internal maupun eksternal. Sustainability reporting/laporan berkelanjutan merupakan sinonim atau istilah lain yang menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial (GRI Reports, 2006). Menurut Husnan (2007), perusahaan tidak lagi dihadapkan dengan tanggung jawab yang terpaku pada konsep single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, tetapi juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Tanggung jawab perusahaan harus terpaku pada konsep triple bottom line, dimana konsep tersebut diwujudkan dalam triple bottom line reporting yang merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ekonomi, sosial, dan lingkungan dari sebuah entitas. Apabila prinsip triple bottom line reporting dapat diimplementasikan dengan baik, maka akan menunjukkan bahwa akuntabilitas perusahan tidak hanya untuk pelaksanaan kegiatan ekonomi saja, tetapi juga untuk pelaksanaan kegiatan sosial dan lingkungan (Deegan, 2004). Dalam PSAK No 1 tahun 2009 (Revisi 1998) bagian tanggung jawab atas laporan keuangan dinyatakan bahwa : ”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan keuangan”. Menurut Mulyadi (2001), laporan keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan inilah yang mendapat perhatian besar dari pihak-pihak yang berkepentingan melalui hasil analisis perkembangan kinerja, maka pihak-pihak yang terkait dapat mengambil kebijakan masingmasing. Bagi perusahaan terutama perusahaan yang telah go public, meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu kewajiban agar saham tetap menarik dimata para investor. Kinerja keuangan perusahaan sendiri merupakan gambaran hasil ekonomi yang mampu diraih perusahaan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif yang dapat diukur perkembangannya dengan melakukan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin pada laporan keuangan. Bukan hanya laba (profit) dan keputusan saja yang terpenting bagi perusahaan melainkan juga perlu adanya keberlanjutan atau sustainability (Sembiring, 2005). Kunci utama pencapaian keberlanjutan adalah adanya penerimaan publik akan kehadiran perusahaan. Bentuk tanggung jawab yang diinginkan publik tidak hanya berupa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial, melainkan dalam bentuk suatu pengintegrasian kegiatan bisnis dan operasional dengan aspek sosial (Yuniasih, 2005) Nugroho (2007) mengungkapkan konsep CSR dinilai merupakan konsep yang sesuai untuk terciptanya suatu keberlanjutan (sustainability) dari sebuah perusahaan. Keberlanjutan sendiri memiliki arti yaitu memenuhi kebutuhan saat ini dengan cara-cara yang tidak membahayakan kemampuan generasi penerus untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman CSR dengan 3P (Profit, People, Planet) yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterahkan orang (people) dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini. Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 pasal 74 Tahun 2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
4
Kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor yang sangat penting untuk menilai keseluruhan kinerja perusahaan itu sendiri dengan beberapa tolok ukurnya. Salah satu tolok ukur kinerja keuangan adalah Return on Equity (ROE) yang merupakan salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham. Secara umum semakin tinggi ROE semakin baik juga kedudukan pemilik perusahaan, sehingga menyebabkan baiknya penilaian investor terhadap perusahaan yang dapat meningkatkan harga saham dan nilai perusahaan (Agustina, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan dan diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pengaruh pengungkapan CSR perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan peertimbangan pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Definisi Corporate Social Responsibility Belakangan ini CSR ramai diperbincangkan oleh beberapa perusahaan, khususnya perusahaan go public. Namun belum terdapat kesamaan pendapat dari berbagai kalangan akan pengertian CSR, karena sampai dengan saat ini CSR belum memiliki definisi tunggal. Berikut ini beberapa definisi mengenai pengertian CSR menurut beberapa ahli, diantaranya: Versi WBCSD (World Business Council on Sustainable Development) dalam Indrawan, 2011 : “The Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of work life of workforce and their families as well as of the local community and social large”, yang berarti bahwa definisi CSR adalah komitmen bisnis yang berkelanjutan untuk beperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan dan kerja mereka dan komunitas lokal dan masyarakat luas. Versi Bank Dunia (World Bank) dalam Wijayanti et al. (2011) menyatakan bahwa : “CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development”, yang berarti CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, untuk bekerja bersama karyawan, keluarga mereka, masyarakat lokal dan masyarakat keseluruhan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka menjadi lebih baik, sedemikian rupa sehingga baik untuk bisnis dan baik untuk pembangunan. Wermasubun (2008) juga mengungkapkan bahwa: “Istilah corporate social responsibility mengacu pada tanggung jawab sektor bisnis dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi dan terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis. Meski tujuan utamanya adalah menghasilkan keuntungan, sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan dari masyarakat”. Darwin (dalam Anggraini, 2006) mengungkapkan bahwa : “CSR is a concept whereby companies integrate social and environment concern in their business operation and their intraction with their stakeholders on voluntary basis”, yang berarti pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
5
Resturiyani (2012) mengungkapkan bahwa : “Corporate Social Responsibility (CSR) adalah kewajiban organisasi bisnis untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang bertujuan melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan”. Kurnianto (2011) juga mengungkapkan bahwa : “Corporate Social Responsibility (CSR) adalah operasi bisnis perusahaan yang tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan juga untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan yang menyeluruh, melembaga dan berkelanjutan”. Dari berbagai macam definisi mengenai istilah CSR diatas maka dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar atas kegiatan operasi yang dilakukan perusahaan dalam bentuk kegiatan–kegiatan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Pengungkapan tanggung jawab sosial sendiri terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu : lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Kategori ini didapat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hackson dan Milne (1996). Ketujuh kategori tersebut terbagi kedalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan peraturan BAPEPAM No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia, maka penyesuaian pun dilakukan. Dua belas item dihapuskan karena kurang sesuai untuk diterapkan di Indonesia, oleh sebab itu hanya tersisa 78 item pengungkapan yang disesuaikan lagi dengan sektor industri, sehingga item yang digunakan untuk masing-masing sektor berbeda (Sembiring, 2005). Manfaat Corporate Social Responsibility Dengan mengungkapkan CSR banyak perusahaan besar yang mengalami peningkatan pada nilai saham mereka, sehingga perusahaan mendapatkan profit dan keuntungan finansial yang lebih baik. Selain itu dengan adanya program CSR yang diterapkan perusahaan ini membuat hubungan perusahan dengan para stakeholder menjadi lebih baik. Karena tidak dapat dipungkiri, peran para stakeholder bagi perusahaan sangatlah penting untuk dapat terciptanya keberlanjutan bagi perusahaan. Dengan program CSR yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan akan menciptakan brand image di mata para stakeholder. Hal tersebut akan menjadi keunggulan yang kompetitif untuk masing-masing perusahaan. Brand image yang baik akan membuat produk yang dihasilkan perusahaan banyak diminati, sehingga laba yang diperoleh perusahaan akan mengalami peningkatan. Ambadar (2008) mengungkapkan dengan menyatakan tanggung jawab sosialnya, manfaat yang diperoleh perusahaan adalah (1) perusahaan akan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan, yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa mempedulikan akibat dari perilaku buruknya. (2) Kerangka kerja etis yang kokoh dapat memandu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja dari lingkungan sekitarnya. (3) Perusahaan etis mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang sangat membutuhkan perusahaan ini eksis, terutama pelanggan dan karyawannya. (4) Banyak perusahaan yang sadar bahwa perilaku etis membuat perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar, sehingga dapat beroperasi dengan lancar. Utamanya tentu juga untuk menjamin keberlanjutan usaha. Jadi pelaksanaan tanggung jawab sosial bukan hanya sekedar menjaga atau menjalin hubungan harmonis antara perusahaan dan masyarakat sekitarnya, tetapi bermakna jauh lebih besar lagi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
6
Program CSR ini sangatlah penting untuk diterapkan ke dalam perusahaan, karena perusahaan harus ingat bahwa selain bertujuan untuk mencari laba yang besar, perusahaan diharapkan dapat turut serta mensejahterahkan masyarakat sekitar perusahaan berdiri dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitar untuk terciptanya suatu keberlanjutan untuk masa yang akan datang. Aktivitas CSR yang baik akan memberikan keuntungan bagi perusahaan berupa citra positif yang mengakibatkan nilai tambah bagi perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan, masyarakat sekitar pun akan mendukung keberadaan perusahaan jika mereka memperoleh keuntungan juga dari perusahaan. Komponen Dasar Corporate Social Responsibility Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) perusahaan tidak lagi harus dihadapkan pada tanggung jawab yang hanya terpaku pada konsep single bottom line, dimana nilai perusahaan (corporate value) hanya dilihat dari kondisi keuangan (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan telah terpaku pada konsep triple bottom line. Wibisono (2007) mengungkapkan aspek–aspek yang terdapat pada Triple bottom line, diantaranya adalah : Profit. Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari sebuah kegiatan usaha. Tidak aneh jika tujuan utama dari keseluruhan perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Profit sendiri merupakan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat dilakukan untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif dengan perusahaan lain dan dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. People. Merupakan suatu hal yang nyata bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan mereka sangat diperlukan bagi segala macam bentuk aktivitas perusahaan mulai dari keberadaan, kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Maka dari itu, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa aktivitas operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Intinya, apabila perusahaan tetap ingin eksis perusahaan harus menyertakan pula laporan tanggung jawab yang bersifat sosial. Planet. Selain masyarakat sekitar, jika perusahaan ingin tetap eksis maka harus disertakan pula laporan tanggung jawab terhadap lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan manusia. Namun sayangnya, sebagian besar dari kita masih kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung yang timbul didalamnya. Keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan suatu hal yang wajar. Maka, kita banyak melihat pelaku industri yang hanya mementingkan bagaimana menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya untuk melestarikan lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, mereka justru akan memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, disamping ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya. Uraian diatas menunjukkan bahwa keuntungan ekonomis tidak pernah lepas dari pelaksanaan CSR, oleh karena tujuan pelaksanaan CSR itu sendiri adalah sustainability bagi perusahaan. Melaksanakan CSR bukan berarti mengurangi kesejahteraan seluruh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
7
kesejahteraan stakeholder, oleh karena itu maka aspek ekonomis juga harus menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang melaksanakan CSR (Kamaludin, 2010). Tujuan Perusahaan Melaksanakan Corporate Social Responsibility Tanudjaja (2006) mengemukakan konsep piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol memberi justifikasi teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat disekitarnya yaitu untuk memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan kebijakan. 1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif utama perusahaan adalah menghasilkan laba yang berfungsi sebagai pondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat perusahaan agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang. 2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah diterapkan oleh pemerintah. 3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil dan jujur. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan. Kata kuncinya: be ethical. 4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Kata kuncinya: be a good citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yaitu kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility. Keempat paradigma diatas menegaskan bahwa pengungkapan CSR memiliki keterkaitan antar tanggung jawab yang harus di penuhi oleh perusahaan. Dalam kaitan itulah penerapan CSR dipandang sebagai sebuah keharusan, CSR bukan hanya sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR merupakan bagian dari kebijakan bisnis, bisnis bukan hanya bertujuan untuk mencari laba semaksimal mungkin, bisnis juga mengandung kesadaran sosial terhadap lingkungan sekitar Kinerja Keuangan Pengertian kinerja menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003:215) menyatakan bahwa : “Kinerja atau performance adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya”. Ermayanti (2009) mendefinisikan kinerja keuangan sebagai penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Kinerja keuangan juga dapat didefinisikan sebagai gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih perusahaan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif yang dapat diukur perkembangannya dengan melakukan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin pada laporan keuangan. Lindrawati et al., (2008) mendefinisikan pengukuran kinerja adalah proses menentukan seberapa baik aktivitas bisnis dilakukan untuk mencapai tujuan, strategi, mengeliminasi pemborosan-pemborosan dan menyajikan informasi tepat waktu untuk melakukan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
8
penyempurnaan secara berkesinambungan. Kinerja perusahaan yang baik mempengaruhi kemudahan perusahaan untuk memperoleh pinjaman, mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan modalnya dan bagi masa depan perusahaan. Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka diperusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang sangat baik (Munawir, 1995:85). Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement” (pengukuran kinerja) adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keaktifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanafi et al., 2003:69) Analisis Kinerja Keuangan Analisis kinerja keuangan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang digunakan sebagai perbandingan kinerja perusahaan dan perusahaan lain yang dievaluasi posisinya sepanjang waktu. Bringham dan Houston (dalam Januarti dan Apriyanti, 2005) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi laporan keuangan, yang berisi data tentang posisi perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan pada masa lalu. Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memperkirakan pendapatan dan dividen pada masa yang akan datang. Prihadi (dalam Kurnianto, 2011) menjelaskan Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham. Dalam perhitungannya, secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama setahun terakhir. Walau cara menghitungnya sangat mudah akan tetapi dengan memahami secara mendalam ROE bisa memberikan gambaran tiga hal pokok, yaitu : (a) Kemampuan Perusahaan menghasilkan laba (profitability), (b) Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management), dan (c) Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage). Dikaji lebih dalam ROE dibagi kedalam 3 komponen utama yaitu profitabilitas, asset manajemen dan financial leverage. ROE dapat diformulakan sebagai berikut : Profit Margin x Aset Turnover x Leverage. Profit Margin didapat dari laba dibagi dengan nilai penjualan selama 1 tahun terakhir. Profit margin merupakan nilai sisa dari jumlah dana yang telah dibayarkan untuk biaya operasional perusahaan. Jadi, semakin tinggi profit margin berarti semakin tinggi juga ROE yang dihasilkan. Profit margin juga merupakan suatu gambaran kompetisi yang terjadi di perusahaan. Dalam industri yang memiliki tingkat persaingan tinggi memiliki nilai profit margin yang rendah berbeda sekali dengan perusahaan-perusahaan yang bersifat monopolistik. Hal ini terjadi karena apabila semakin banyak perusahaan dalam satu industry, maka pangsa pasar yang dimiliki akan semakin kecil dan berimbas pada nilai profit margin yang kecil, sebaliknya apabila sedikit perusahaan dalam satu industri maka akan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
9
semakin besar pangsa pasarnya sehingga profit margin yang diperoleh juga besar. Semakin tinggi nilai profit margin perusahaan maka akan menunjukkan posisi perusahaan yang lebih kuat di mata konsumen serta efisiensi pengelolaan biaya yang baik. Unsur yang kedua dari ROE adalah Aset Manajemen. Aset manajemen didapat dari jumlah penjualan dibagi total aset perusahaan. Besarnya aset manajemen menunjukkan besarnya penjualan yang dihasilkan dari setiap rupiah aset yang dimiliki perusahaan. Perhitungan aset manajemen digunakan sebagai angka pembanding relatif. Besar kecilnya angka aset manajemen tidak langsung menunjukkan baik atau buruknya sebuah perusahaan. Untuk menilai baik dan buruknya kinerja keuangan suatu perusahaan aset manajemen harus digunakan dalam konteks ROE karena dengan memperhatikan angka efisiensi dari aset manajemen, profit margin dan financial leverage barulah dapat diketahui apakah perusahaan menjalankan bisnisnya dengan baik atau tidak. Unsur ketiga yang merupakan unsur terakhir ROE adalah financial leverage. Financial leverage atau sering disebut dengan leverage diartikan sebagai besarnya ratio total aset dalam setiap ekuitasnya. Besarnya angka rasio leverage digunakan untuk melihat besarnya utang dalam total aset perusahaan. Seperti rasio-rasio lain rasio leverage juga tidak memiliki angka yang dijadikan patokan. Penjelasannya didapat dengan membandingkan rasio yang sama dengan perusahaan lain pada industri yang sejenis. Mempunyai leverage yang tinggi tidak selalu jelek. Pada tingkat tertentu leverage dapat meningkatkan ROE namun leverage yang terlalu besar akan mengurangi profit margin dan perputaran aset. Rangkuti (2006) mendefinisikan Return on Equity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari investasi pemilik modal dan dihitung berdasarkan pembagian antara laba bersih (keuntungan neto sesudah pajak dengan modal sendiri). Sundjaja dan Barlian (2003) menyatakan ROE adalah ukuran hasil yang diperoleh pemilik (baik pemegang saham preferen atau saham biasa) atas investasi di perusahaan. Semakin tinggi semakin baik. Menurut Brigham dan Houston (2001) Return on Equity (ROE) merupakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi para pemegang saham. Dari definisi ROE diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian yang dapat diperoleh pemilik perusahaan (pemegang saham) atas modal yang disetorkannya untuk perusahaan tersebut. Secara umum semakin tinggi ROE semakin baik juga kedudukan pemilik perusahaan, sehingga menyebabkan baiknya penilaian investor terhadap perusahaan yang dapat meningkatkan harga saham dan nilai perusahaan (Agustina, 2012). Hubungan Antara Corporate Social Responsibility dengan Kinerja Keuangan Motivasi utama sebuah perusahaan berdiri adalah memperoleh profitabilitas tanpa memikirkan keterkaitan antara perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan berdiri. Namun sudah seharusnya perusahaan peduli terhadap keadaan masyarakat di lingkungan sekitar mereka dan bukan hanya berfokus terhadap profit semata, karena pada dasarnya perusahaan dan masyarakat memiliki sifat saling ketergantungan. Corporate Social Responsibility merupakan suatu program yang dapat menghubungkan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Memang akan ada biaya lebih yang dikeluarkan perusahaan apabila CSR menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan, yang akan berdampak pada penurunan laba dan pembagian deviden pemegang saham akan berkurang. Tidak dapat dipungkiri bahwa para pelaku dunia bisnis masih terbelenggu dengan paradigma bisnis konservatif (shareholder-based approach). Paradigma ini mengedepankan pencapaian laba yang maksimal dengan meminimalkan biaya sebagai tolok ukur prestasi. Namun perlu dipertimbangkan pengungkapan CSR akan memberikan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
10
manfaat ekonomi atau keuntungan yang berkepanjangan (sustainable profit) bagi perusahaan, pemegang saham dan semua stakeholder. Menurut Sawir (2004:56) sejumlah pakar strategic management menyebutkan ada lima keuntungan utama bila perusahaan menerapkan Corporate Social Responsibility, diantaranya : (1) Profitabilitas akan semakin kokoh. (2) Meningkatnya akuntabilitas dan apresiasi positif dari komunitas investor, kreditor, pemasok dan konsumen. (3) Meningkatnya komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan. (4) Menurunnya kerentanan gejolak sosial dan resistensi komunitas sekitarnya karena mereka diperhatikan dan dihargai perusahaan. (5) Meningkatnya reputasi dan nilai perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu bisa dipastikan bahwa jika Corporate Social Responsibility diterapkan secara etis dan berkelanjutan serta terintegrasi dalam nilai-nilai kultur perusahaan, lima keuntungan tersebut bisa didapatkan perusahaan secara terus menerus. Itu tentu akan berdampak positif pada nilai perusahaan, nilai pemegang saham, nilai pajak, dan nilai stakeholder secara berkelanjutan (Sawir, 2004). Pengembangan Hipotesis CSR sangatlah penting untuk diterapkan pada perusahaan pertambangan, semakin baik pengungkapan CSR dilakukan oleh perusahaan, maka akan baik pula respon positif yang diterima oleh perusahaan dari para stakeholder berupa kepercayaan para stakeholder untuk menggunakan produk atau jasa dari perusahaan tersebut sehingga dapat menambah laba dan menciptakan nilai bagi perusahaan. Dan respon positif yang diterima oleh para shareholder adalah meningkatnya keuntungan pada saham yang telah mereka investasikan pada perusahaan tersebut karena adanya nilai tambah bagi perusahaan. Dalam penelitian ini akan diungkapkan pengaruh pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) suatu perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan Return on Equity (ROE) yang menjadi tolok ukurnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Pengungkapan CSR berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROE. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Perusahaan tersebut memiliki kewajiban untuk melaporkan laporan tahunan (annual report) perusahaan kepada pihak luar perusahaan, sehingga memungkinkan data mengenai laporan tahunan perusahaan tersebut diperoleh dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan sampel terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012, (2) Perusahaan menerbitkan laporan tahunan (annual report) tahun 2010-2012, (3) Perusahaan yang melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan (annual report) tahun 2010-2012. Dari kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
11
Tabel 1 Kriteria Sampel Kriteria Sampel Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2012 Perusahaan pertambangan yang tidak mengungkapkan aktivitas CSR dalam annual report secara berturut-turut selama periode 2010-2012 Perusahaan pertambangan yang mengungkapkan aktivitas CSR dalam annual report periode 2010-2012 Sampel Penelitian
Jumlah 35 23 12 12
Sumber : diolah dari : www.idx.co.id
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Variabel Independen, yaitu variabel yang mempengaruhi atau penyebab timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Perhitungan CSRI dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Σ Xij CSRj = x 100% Nj Keterangan : CSRj adalah Corporate Social Responsibility Disclousure Index Perusahaan j. Xij adalah dummy variabel : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan. nj adalah jumlah semua item CSR menurut Sembiring. Dengan demikian 0
= Return on Equity (Kinerja Keuangan) = Konstanta (Nilai Y apabila X=0) = Koefisien Regresi Variabel Independen = Error Terms
Persamaan regresi ini akan digunakan untuk menguji apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan yang menggunakan Return on Equity (ROE) sebagai tolok ukur.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
12
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu Corporate Social Responsibility (CSR) dan Kinerja Keuangan (ROE). Tabel 2 Statistik Deskriptif N
Min.
Max.
Mean
Std. Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic Std. Error
Statistic
ROE CSR
12 12
-.4270 .1496
Valid N (listwise)
12
.4210 .5128
.060958 .352335
.0634830 .0300116
.2199116 .1039632
Tabel 2 menunjukkan bahwa selama periode pengamatan 2010-2012, variabel indeks pengungkapan CSR yang terkecil (minimum) adalah 0.1496 dan indeks pengungkapan CSR terbesar (maximum) adalah 0.5128. Rata-rata pengungkapan CSR adalah 0.3523 dengan standar deviasi sebesar 0.1039. Selama periode pengamatan 2010-2012, variabel ROE menunjukkan bahwa nilai ROE yang terkecil (minimum) adalah -0.4270 dan nilai ROE terbesar (maximum) adalah 0.4210. Rata-rata nilai ROE adalah 0.0609 dengan standar deviasi 0.2199. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas. Uji ini dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov Test, dimana taraf signifikansi diatas 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Selain menggunakan Kolmogorov Smirnov Test, penelitian ini juga menggunakan analisis grafik normalitas atau normality plot yang hasilnya menunjukkan bahwa penyebaran data (titik-titik) mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis 1 Dalam penelitian ini Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menjawab hipotesis dari penelitian ini Tabel 3 Analisis Regresi Linier Sederhana ROE =α+ βCSRI+ e Unstandardized Standardized Collinearity T Sig. Coefficients Coefficients Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) .496 .199 2.491 .032 CSR -1.233 .543 -.583 -2.270 .047 1.000 1.000 Dependent Variable: ROE Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa diperoleh koefisien regresi untuk variabel CSR -1.233 dan nilai thitung sebesar -2.270 dengan Tsign sebesar 0.047 dimana nilai α lebih besar dari Tsign (0.05 > 0.047). Dengan demikian pengujian menunjukkan H 1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
13
diterima dan H0 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROE). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tingkat signifikansi sebesar 0.047 dimana tingkat signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi (α)=5% atau 0.05. Dengan adanya hasil ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari adanya pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Kinerja Keuangan yang diukur dengan ROE. Hal ini menunjukkan semakin baik aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para stakeholder terutama masyarakat dan lingkungan sekitar akan menimbulkan citra yang positif bagi perusahaan, citra positif tersebut nantinya yang akan membuat perusahaan untuk tetap eksis dan berdiri, citra positif tersebut pula yang nantinya akan dilaporkan pada sustainability reporting (laporan keuangan berkelanjutan). Sustainability Reporting menandakan perusahaan memiliki prospek yang baik di masa depan, hal ini menimbulkan ketertarikan bagi para investor untuk dapat menanamkan modalnya kepada perusahaan, harga saham pun akan naik, sehingga keuntungan yang diperoleh atas investasi para pemegang saham pun akan tinggi. Dengan kata lain aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan memberikan dampak positif bagi perusahaan, berupa keuntungan dan keberlanjutan bagi perusahaan untuk terus berdiri dan berkembang dalam jangka panjang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan regresi linier sederhana, dapat ditarik simpulan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan dengan tolok ukur Return on Equity pada perusahaan pertambangan periode 2010-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Dengan kata lain, hubungan yang bersifat positif signifikan berarti aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan pertambangan menimbulkan dampak positif bagi perusahaan berupa keuntungan dan terciptanya keberlanjutan bagi perusahaan untuk terus berdiri dan berkembang dalam jangka panjang. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah hanya menggunakan 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat dan juga penelitian ini hanya menggunakan 12 perusahaan pertambangan dengan periode 3 tahun (2010-2012). Diharapkan penelitian selanjutnya yang mengacu pada penelitian ini untuk dapat menambahkan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan dengan tolok ukur yang lebih luas dan variatif, dengan periode pengamatan yang lebih panjang serta menganalisis pengungkapan CSR lebih mendalam. DAFTAR PUSTAKA Agustina, S. 2012. Pengaruh Profitabilitas dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan.Jurnal.Fakultas Ekonomi Negeri Padang. Padang. https://www.google.com/#q=jurnal+agustina%2C+s+2012+pengaruh+ profitabilitas+terhadap+nilai+perusahaan. Diakses tanggal 2 Mei 2013 (22:35). Anggraini, F. R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di BEJ).Simposium Akuntansi Nasional 9 Padang.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
14
Ambadar, J. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Praktik di Indonesia. Edisi 1. Gramedia. Jakarta. Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw Hill – Book Company, Sidney. Ermayanti, D. 2009. Kinerja Keuangan Perusahaan. www.wordpress.com. Diakses tanggal 9 Juli 2013 (23:05). Handoko, T. H. 2003. Manajemen Personalia dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta. https://www.globalreporting.org/languages/bahasaindonesia/Pages/default.aspx. diakses 10 November 2013 (21.30). Husnan, S dan E. Pudjiastuti. 2007. Dasar Dasar Manajemen Keuangan. YKPN.Yogyakarta. Indrawan, D. C. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/26759/1/FULL_TEXT_SKRIPSI.pdf. Diakses tanggal 18 Mei 2013 (21:35) Januarti, I. dan D. Apriyanti.2005. Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan.Jurnal MAKSI 5(2): 227-243. Kamaludin, 2010. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas dan Reputasi Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1513/1/KAMALUDINFEB.PDF. Diakses tanggal 16 April 2013 (22:10). Kiroyan, N. 2006. Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR), Adakah Kaitan diantara Keduanya? Economics Business Accounting Review. Edisi III. Prentica Hall. Jakarta. Kurnianto, E. A. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008). Skripsi. Program Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/27629/1/full_text_skripsi(r).pdf.Diakses 15 Maret 2013 (23:45). Lindrawati, N. F dan J. Th Budianto T. 2008.Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar sebagai 100 Best Corporate Citizens oleh KLD Research & Analytics. Fakultas Ekonomi Unika Widya Mandala. Surabaya. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta. Munawir. 1995. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Empat. Liberty. Yogyakarta. Nugroho, Y. 2007. Dilema Tanggung Jawab Korporasi. www.unisosdem.org. Diakses 10 April 2013 (21:00). Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan. Resturiyani, N. 2012.Pengaruh Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011).Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Bandung. http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/48/jbptunpaspp-gdl-novirestur-2391-1-skripsiif.pdf. Diakses tanggal 10 September 2013 (21:00). Sawir, A. 2004. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
15
Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta).Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. Sundjaja, R. S. dan I. Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 2, Edisi Keempat. Literata Lintas Media. Jakarta. Tanudjaja, B. B. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia. Jurnal Nirmana 8(2), Juli: 92-98. Wermasubun, S. 2008. Peran Bank Dunia dalam Komersialisasi dan Privatisasi Layanan. Widya Sari Press. Salatiga. Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing. Gresik. Widjaja, G dan Y. A. Pratama.2008. Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR. Percetakan Penebar Swadaya. Jakarta. Wijayanti, F. T. Sutaryo dan M. A. Prabowo. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 21-22 Juli: 4. Yuniasih, N. W. dan M. G. Wirakusuma. 2005. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan CSR dan GCG Sebagai Variabel Permoderasi. Jurnal. ●●●