ANALISIS OPTIMASI STRUKTUR MODAL PADA PT. PUSRI (PERSERO)
Oleh WIRDA MARDYANINGSIH H24080028
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ANALISIS OPTIMASI STRUKTUR MODAL PADA PT PUSRI (PERSERO)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh : WIRDA MARDYANINGSIH H24080028
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi : Analisis Optimasi Struktur Modal pada PT Pusri (Persero) Nama
: Wirda Mardyaningsih
NRP
: H24080028
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc.) NIP : 19491210 197803 1002
Mengetahui, Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP : 19610123 198601 1002
Tanggal Lulus :
iii
RINGKASAN WIRDA MARDYANINGSIH, H24080028. Analisis Optimasi Struktur Modal PT Pusri (Persero). Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO. PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjalankan usaha di bidang produksi dan pemasaran pupuk. PT Pusri diberi tugas oleh pemerintah melaksanakan distribusi dan pemasaran pupuk bersubsidi kepada petani sebagai bentuk pelaksanaan Public Service Obligation (PSO). Mengingat pentingnya peranan struktur modal dalam peningkatan nilai perusahaan, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis struktur modal yang optimal untuk dijalankan oleh PT Pusri. Dengan demikian analisis optimasi struktur modal pada PT Pusri diharapkan akan memberikan jawaban struktur modal yang optimal bagi PT Pusri sehingga dapat meningkatkan profitabilitas yang berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisis kondisi keuangan PT Pusri , 2) Melihat perkembangan tren dari debt, modal, dan laba bersih serta melihat forecasting kedepannya, 3) Melihat pengaruh debt terhadap peningkatan profitabilitas, dan 4) Menganalisis Strategi Pendanaan terbaik bagi PT Pusri. Data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data informasi dari PT Pusri (Persero) seperti gambaran umum perusahaan, laporan keuangan perusahaan, serta rencana jangka panjang perusahaan. Pengolahan data menggunakan software Microsoft Excell, dan MINITAB 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis rasio keuangan yang terlihat dari empat rasio yaitu pada rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan pada rasio profitabilita, kinerja PT Pusri dapat tergolong baik. Pada analisis tren dilakukan pada modal, kewajiban jangka panjang, dan laba bersih, terlihat ketiga akun menunjukkan tren yang meningkat. Untuk melihat pengaruh antara hutang jangka panjang dengan profitabilitas maka menggunakan analisis korelasi dan regresi linear sederhana. Pada anaisis korelasi menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel sempurna dan positif. Sedangkan pada analisis regresi menunjukkan adanya pengaruh anatar kedua variabel yang dilihat dari nilai p-value < taraf nyata yaitu 0,043<0,05 maka hutang jangka panjang berpengaruh terhadap laba bersih dengan tingkat keeratan yang dilihat dari nilai R-sq sebesar 72,35%. Analisis valuasi untuk melihat nilai perusahaan, menggunakan dua metode yaitu FCFF (Free Cash Flow of Firm) dan APV (Adjusted Present Value). Nilai perusahaan terlihat dari FCFF dan APV 2006-2010 cukup berfluktuasi, rata-rata nilai perusahaan tahun 2006-2010 yaitu FCFF sebesar Rp 732.421.399.000,00 dan APV sebesar Rp 933.827.133.000,00. Hasil pada skenario pengembangan tahun 2013 peningkatan pada nilai perusahaan menjadi Rp 3.481.118.000.000,00. Analisis optimasi struktur modal dilakukan setelah diperoleh hasil valuasi. Optimasi terjadi ketika tingkat hutang berbanding dengan ekuitas sebesar 20%:80%. Pada tahun 2010 perusahaan menggunakan tingkat hutang sebesar 36%, dengan demikian perusahaan mengalami penurunan nilai perusahaan hampir mencapai 2,29%. Analisis optimasi yang dilakukan pada skenario tahun 2013 menggunakan tingkat hutang optimal 20% dan ekuitas 80%, rencana yang akan dilakukan PT Pusri dengan menggunakan tingkat hutang 62,76%, akan
iv
mengakibatkan penurunan nilai perusahaan sebesar 20,07%, namun dengan menggunakan tingkat hutang 20% akan memberikan peningkatan nilai perusahaan sebesar 25,11%. Hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan kinerjanya yaitu dengan meningkatkan penjualan yang berdampak pada peningkatan profitabilitas. Penurunan leverage hendaknya dilakukan secara bertahap bersamaan dengan pelaksanaan investasi, adapun kekurangan dana kebutuhan investasi sebesar 42,76% dapat dilakukan dengan divestasi, joint venture, go public, dan lain-lain.
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 7 Maret 1991 dari pasangan suami istri, ayahanda Abdul Syukur dan ibunda Tukini. Penulis yang bernama lengkap Wirda Mardyaningsih merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis merupakan adik kandung dari Deddy Kurniawan. Penulis memulai pendidikan di taman kanak-kanak YSPP Pusri Palembang pada tahun 1994 hingga tahun 1996. Kemudian penulis melanjutkan pendidiknnya di Sekolah Dasar Xaverius 3 Palembang dan lulus pada tahun 2002. Penulis menamatkan pendidikan menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Palembang pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan menegah atas di Sekolah Menegah Atas Negeri 5 Palembang dan lulus pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi diantaranya yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) CENTURY yaitu Centre of Entrepreneur Development for Youth. Pada periode 2009-2011 penulis mendapat amanah sebagai Anggota Divisi Human Resource Development (HRD). Selanjutnya penulis memulai belajar berorganisasi setelah masuk departemen manajemen dengan memulai mengikuti BEM Muda BEM FEM yaitu program magang yang diselenggarakan BEM FEM pada tahun 2009. Penulis mulai tertarik berkontribusi untuk FEM, oleh karena itu pada akhirnya penulis selama dua tahun berturut-turut bergabung dengan BEM FEM. Pada periode tahun 2009-2010 penulis diamanahkan menjadi bendahara teknis BEM FEM. Periode selanjutnya yaitu pada tahun 2010-2011 penulis kembali diamanahkan untuk menjadi Direktur Audit Internal BEM FEM.
vi
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa apa yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini dengan judul “Analisis Optimasi Struktur Modal Pada PT. Pusri (Persero)” yang mana penulisan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan penelitian ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih kurang sempurna. Namun demikian, besar harapan penulis semoga penulisan ini berguna sebagai tonggak dalam menekuni ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran-saran, kritik, dan petunjuk yang membangun untuk kesempurnaan penulisan. Akhir kata, semoga Allah yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepda semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun usulan penelitian ini.
Bogor, April 2012
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW dan keluarganya. Skripsi ini disusun dengan judul “Analisis Optimasi Struktur Modal Pada PT Pusri (Persero)”. Rasa syukur dan terima kasih tak terhingga serta penghargaan setinggi-tingginya tak lupa penulis sampaikan kepada : 1. Keluarga tercinta : Mama, Papa, Kak Deddy, Bude atas kasih sayang, motivasi, perhatian serta dukungan materil maupun non materil yang telah diberikan. Semoga Allah senantiasa memberikan kesempatan untuk dapat membahagiakan mereka. 2. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam menyusun penulisan tugas akhir ini. 3. Ibu Yusrina Permana Sari, Sos, ME dan Bapak Alim Setiawan Slamet, S.Tp. M.Si. selaku dosen penguji yang telah bersedia untuk menjadi penguji pada sidang skripsi dan memberikan masukan serta saran untuk skripsi ini. 4. Manajer Keuangan PT Pusri (Pak Rizal), Staf diklat PT Pusri (Pak Basir), pak deswan, pak mariyanto, serta seluruh staff dan karyawan di departemen keuangan, dinas pengelolaan dana, dinas hutang piuutang, dan sub bagian pengelolaan dana atas bantuan dalam perolehan data penelitian. 5. Ramdhani yang telah meluangkan waktu, tenaganya dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 6. Kak anto yang telah meluangkan waktu, pikiran dan saran yang diberikan dalam penyelesaiaan penelitian ini. 7. Sahabat tersayangku Merry, Mia, Dwi, Wina, Sapri, Dino dan Reza yang selalu memberikan motivasi bagi penulis. 8. Sahabat seperjuangan Kikay, Rima, I.k, Dwi dan Rara. Terima kasih atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan, dan menjaga penulis selama menempuh pendidikan di IPB.
viii
9. Sahabat terbaikku Mitha, Melly, dan Antin yang selalu bersama dalam suka duka selama di perkuliahan. 10. Teman satu bimbingan skripsi : Rida, Amel, Sheila, Mumun, Nisaul, Wita, dan Ratu yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk berjuang bersama selama penelitian. 11. Ibu Yeyet, Teh Asih, Pak Hadi, Mas Entis beserta staf TU yang telah memberikan kemudahan birokrasi dalam penyelesaian administrasi skripsi ini. 12. Teman-teman Manajemen 45 dalam kebersamaan dan kekeluargaannya selama perkuliahan. Semoga tali silaturrahim akan selalu terjalin diantara kita. 13. Fennyka, Meylisa, Satchie dan teman-teman “Pondok Putri YN” yang selalu dalam kebersamaan dan jalinan persaudaraan. 14. Teman-teman BEM FEM dan CENTURY yang selalu memberikan warna berupa pelajaran berharga serta pengalaman tak terlupakan selama kuliah di IPB dan kekeluargaan yang tidak akan terlupakan. 15. Seluruh pihak yang telah ikut serta membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini dan juga pihak yang telah berpartisipasi selama kuliah di IPB yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
ix
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ......................... ................................... ....................... vi KATA PENGANTAR ..................... ................................... ....................... vii UCAPAN TERIMA KASIH .......... ................................... ....................... viii DAFTAR TABEL .......................... ................................... ....................... xii DAFTAR GAMBAR ....................... ................................... ....................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................. ................................... ....................... xiv I
PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7 2.1. Struktur Modal ....................................................................... 2.1.1. Perkembangan Teori Struktur Modal.......................... 2.1.2. Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal ....................... 2.2. Teori Struktur Modal Modigliani-Miller (MM) ..................... 2.2.1. Modiliani-Miller Model 1 (without corporate taxes) . 2.2.2. Modiliani-Miller Model 2 (with corporate taxes) ...... 2.3. Financial Distress dan Agency Theory................................... 2.3.1. Financial Distress ....................................................... 2.3.2. Agency Theory ............................................................ 2.4. Pecking Order Theory ............................................................ 2.5. Analisis Laporan Keuangan ................................................... 2.5.1. Rasio Keuangan .......................................................... 2.5.2. Analisis Tren ............................................................... 2.6. Regresi dan Korelasi Linear Langsung .................................. 2.7. Biaya Modal ........................................................................... 2.7.1. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang ........................... 2.7.2. Cost of Equity .............................................................. 2.8. Hutang .................................................................................... 2.9. Struktur Modal Optimal ......................................................... 2.10. Valuasi .................................................................................... 2.11. Penelitian Terdahulu ...............................................................
III
1 4 5 5 5 7 8 9 11 11 13 15 15 16 16 17 18 19 19 20 20 21 22 23 26 29
METODE PENELITIAN ............................................................. 30 3.1. Kerangka Pemikiran ............................................................... 30 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 33 x
3.3. Metode Penelitian ................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................... 3.5. Metode Analisis Data ............................................................. 3.5.1. Analisis Laporan Keuangan ........................................ 3.5.2. Analisis Korelasi dan Regresi Linear Sederhana ........ 3.5.2. Perhitungan Biaya Modal ........................................... 3.5.4. Analisis Valuasi .......................................................... 3.5.5. Optimasi Struktur Modal ............................................ 3.6. Hasil yang Diharapkan ........................................................... IV.
33 33 34 34 37 38 39 42 42
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 43 4.1. Sejarah PT Pusri Palembang .................................................. 4.1.1. PT Pupuk Sriwidjaja Menjadi Perusahaan Induk ....... 4.1.2. Pemisahan Perseroan Kepada PT Pusri Palembang .... 4.2. Analisis Perusahaan PT Pusri ................................................ 4.2.1. Analisis Rasio Keuangan ............................................ 4.2.2. Analisis Perkembangan & Peramalan ......................... 4.3. Analisis Pengaruh dan Hubungan Debt dan Profitabilitas ..... 4.4. Analisis Valuasi ..................................................................... 4.4.1. Beta ............................................................................. 4.4.2. Risk Free Rate ............................................................. 4.4.3. Risk Premium .............................................................. 4.4.4. Cost of Equity .............................................................. 4.4.5. Cost of Debt ................................................................ 4.5. Skenario ................................................................................. 4.6. Optimasi Struktur Modal ....................................................... 4.7. Implikasi Manajerial ..............................................................
43 44 44 45 45 52 57 59 59 60 60 61 62 62 64 68
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 72 1. 2.
Kesimpulan ............................................................................ 72 Saran ...................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75 LAMPIRAN ................................................................................................. 78
xi
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Halaman Komposisi Struktur Modal PT Pusri ................................................. 3 Perbandingan Struktur Modal di Beberapa Negara .......................... 25 Struktur Modal Beberapa Industri Di Amerika Serikat .................... 26 Indikator Kinerja Keuangan .............................................................. 45 Pertumbuhan Pendapatan dan Neraca Tahun 2006-2010 ................. 52 Hasil Uji Coba Tren Dari Tiga Model .............................................. 53 Peramalan Laporan Laba/Rugi & Neraca 2012-2014 ....................... 56 Analisis Regresi Laba Bersih Dengan Hutang Jangka Panjang ........ 58 Rata-rata Beta Berbobot Perusahaan Kimia di Indonesia ................. 59 Beta Levered untuk Rasio Hutang Terhadap Ekuitas ....................... 61 Estimasi Spread (Rating Standar Poor’s & Moody’s) ...................... 62 Komposisi Nilai Perusahaan dengan Metode APV 2006-2010 ........ 63 Komposisi Nilai Perusahaan dengan Metode APV Skenario ........... 64 Optimasi Struktur Modal PT Pusri (Persero) Tahun 2010 ................ 66 Optimasi Struktur Modal PT Pusri (Persero) Tahun 2013 ................ 67 Perbandingan Sebelum Optimasi dan Sesudah Optimasi ................. 68 Rekapitulasi Hasil Studi .................................................................... 70
xii
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Gambaran Penggunaan Hutang dan Ekuitas 2004-2010 .............. Hubungan Cost of Capital dengan Debt Equity Ratio .................. Biaya Modal dan Nilai Perusahaan Model MM-2 ........................ Biaya Modal dan Nilai Perusahaan (dalam Kenyataan)................ Metode Valuasi ............................................................................. Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................... Alur Pikir ....................................................................................... Grafik Rasio Likuiditas 2006-2010 ............................................... Grafik Rasio Aktivitas 2006-2010 ................................................ Grafik Rasio Solvabilitas 2006-2010 ............................................ Grafik Rasio Profitabilitas 2006-2010 .......................................... Grafik Tren Kewajiban Jangka Panjang 2006-2010 ..................... Grafik Tren Modal 2006-2010 ...................................................... Grafik Tren Laba Bersih 2006-2010 ............................................. Hasil Plot Data Regresi Linear Sederhana ....................................
xiii
Halaman 3 13 15 24 27 31 32 46 48 49 50 54 55 55 58
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Daftar Istilah (Glossary) ............................................................... Neraca Konsolidasi PT Pusri 2006-2010 ...................................... Laporan Laba/Rugi Konsolidasi PT Pusri 2006-2010 .................. Laporan Arus Kas Konsolidasi PT Pusri 2006-2010 .................... Proyeksi Laba/Rugi Konsolidasi PT Pusri 2013-2015.................. Proyeksi Neraca Konsolidasi PT Pusri 2013-2015 ....................... Proyeksi Penggunaan Dana Untuk Investasi Pengembangan ....... Hasil Perhitungan Rasio Keuangan PT Pusri 2006-2010 ............. Hasil Perhitungan FCFF & APV PT Pusri 2006-2010 ................. Hasil Perhitungan FCFF & APV PT Pusri 2013-2015 ................. Daftar Risk Premium Beberapa Negara ........................................ Daftar Rating Standar Poor’s & Moody’s ..................................... Perhitungan Beta Unlevered ......................................................... Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal PT Pusri 2010 ......... Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal PT Pusri 2011 ......... Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal PT Pusri 2012 ......... Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal PT Pusri 2013 ......... Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal PT Pusri 2014 ......... Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal PT Pusri 2015 ......... Hasil Perhitungan Interpolasi WACC dan Nilai Perusahaan yang Diterapkan PT Pusri Tahun 2010-2015 ........................................
xiv
Halaman 78 80 82 83 86 87 89 91 94 95 96 99 100 101 103 104 105 106 107 108
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki suatu modal yang dijadikan sebagai sumber dana perusahaan dalam menjalankan usahanya. Bentuk yang mendasar tentang pendanaan bagi perusahaan adalah modal sendiri (Equity) dan hutang (Debt). Kombinasi optimal equity dan debt dalam struktur permodalan perusahaan telah lama menjadi salah satu topik utama dalam teori corporate financial. Tidak dapat disangkal bahwa pendanaan melalui hutang akan memungkinkan perusahaan untuk merealisasi kesempatan investasi yang menguntungkan ditengah kondisi keterbatasan ekuitas. Disamping itu sifat tax deductability, dari interest payment juga seringkali dipandang sebagai daya tarik pendanaan. Namun penggunaan hutang, sampai suatu titik tertentu (berlebihan), justru dapat menimbulkan beban bagi perusahaan, seperti terganggunya arus kas karena beban pembayaran dan bunga yang berlebihan. Kesalahan mengelola keuangan perusahaan dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Misalnya menggunakan pinjaman jangka pendek untuk investasi jangka panjang, tidak menggunakan lindung nilai (hedging) atas pinjaman dalam mata uang asing dan sebagainya. PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjalankan usaha di bidang produksi dan pemasaran pupuk. PT Pusri merupakan produsen pupuk urea pertama di Indonesia. PT Pusri diberi tugas oleh pemerintah melaksanakan distribusi dan pemasaran pupuk bersubsidi kepada petani sebagai bentuk pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) untuk mendukung program pangan nasional dengan memprioritaskan produksi dan pendistribusian pupuk bagi petani di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2010, dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan Perseroan PT Pusri (Persero) kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, serta telah terjadinya pengalihan hak dan kewajiban PT Pusri (Persero)
2
kepada PT Pusri Palembang, sebagaimana tertuang didalam RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010 yang berlaku efektif 1 Januari 2011, yang tertuang dalam Perubahan Anggaran Dasar PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Pemisahan ini mengakibatkan perubahan pada struktur modal yang diterapkan oleh PT Pusri, dikarenakan pada komposisi ekuitas mengalami peningkatan yang bersumber dari penambahan penyertaan pemerintah terhadap PT Pusri. Pemisahan ini diharapkan agar terjadinya peningkatan kinerja PT Pusri dan anak perusahaan dalam industri pupuk di Indonesia serta dapat meningkatkan pelayanan kepada konsumen. Peningkatan kinerja hendaknya berdampak pada efisiensi dan efektifitas keuangan PT Pusri, sehingga diharapkan dapat mengurangi subsidi yang diberikan pemerintah kepada PT Pusri, dan berdampak pada pengurangan anggaran negara dalam subsidi yang diberikan pemerintah. Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang penting bagi perusahaan karena berhubungan dengan keputusan keuangan lainnya seperti pada keputusan pendanaan dan penganggaran. Keputusan struktur modal dipengaruhi oleh biaya modal dimana biaya tersebut terdiri dari biaya hutang dan biaya ekuitas. Setiap perusahaan pasti berusaha meminimumkan biaya modal karena biaya ini merupakan suatu beban yang ditanggung oleh perusahaan. Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang dilakukan. Ketika menggunakan hutang maka timbul biaya sebesar biaya bunga, sedangkan apabila menggunakan dana internal akan timbul biaya ekuitas. Menurut Prabansari Y dan Kusuma H (2005) menyatakan bahwa keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan perimbangan antara komposisi hutang dan ekuitas yang akan mengakibatkan biaya modal minimum sehingga dapat mengakibatkan pada peningkatan profitabilitas dan nilai perusahaan. Bila biaya modal dapat dipengaruhi oleh struktur modal, maka
3
manajemen struktur modal merupakan bagian penting dari manajemen keuangan bisnis. Pengelolaan struktur modal yang diterapkan pada PT Pusri pada tahun 2004-2010. dapat terlihat dari Gambar 1 dan Tabel 1 yang menunjukkan perbandingan penggunaan komposisi hutang dan ekuitas.
Gambar 1.Gambaran Penggunaan Hutang dan ekuitas 2004-2010 Tabel 1. Komposisi Struktur Modal PT Pusri Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Ekuitas
49,62%
52,22%
55,48%
60,16%
59,28%
59,20%
61,91%
Hutang 50,38% 47,78% Sumber : Annual Report PT Pusri
44,52%
39,84%
40,72%
40,80%
38,09%
Berdasarkan gambar 1 dan tabel 1, dapat dilihat kebijakan struktur modal yang diterapkan PT Pusri tahun 2004-2010. Terlihat penggunaan komposisi ekuitas yang semakin meningkat hampir setiap tahunnya, hal ini berbeda dengan penggunaan komposisi hutang yang mengalami penurunan, padahal menurut moeljadi (2006) menyatakan bahwa hutang merupakan suatu tax deductible atau sebagai pengurang pajak sehingga pemerintah yang memberikan subsidi bagi perusahaan yang menarik dana dari pinjaman, namun hutang tidak selalu memberikan manfaat kepada nilai perusahaan. Apabila komposisi ekuitas dan hutang dapat diterapkan pada suatu kondisi yang mengakibatkan biaya modal minimum maka akan mengakibatkan perusahaan dapat meminimumkan biaya yang dikeluarkan akibat ekuitas dan hutang. Oleh karena itulah maka dilakukan penelitian
4
untuk menganalisis struktur modal yang optimal pada PT Pusri untuk menghasilkan perimbangan anatara penggunaan hutang dan ekuitas yang mengakibatkan biaya modal minimum sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan yang berdampak pada peningkatan keuntungan secara maksimal, Dengan keuntungan yang meningkat diharapkan dapat mengurangi subsidi pupuk yang diberikan pemerintah serta mendukung rencana pengembangan usahanya dan prospek yang lebih baik kedepannya bagi PT Pusri. 1.2
Rumusan Masalah Pemikiran mengenai apa yang akan dilakukan PT Pusri sebagai sumber pembiayaan perusahaan merupakan suatu bagian perencanaan strategik yang akan mempengaruhi keputusan perusahaan dan akan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun), Dilandasi pemikiran bahwa pentingnya keputusan struktur modal bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dapat memperoleh dana dan menggunakan dana tersebut untuk melakukan pengembangan usaha melalui pengeluaran obligasi atau alat-alat lainnya yang telah diatur oleh peraturan pemerintah. Pembahasan dalam skripsi ini hendaknya dapat membantu perusahaan dalam memutuskan sumber pendanaan yang tepat, sehingga didapatkan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 1.
Apakah kondisi keuangan PT Pusri mendukung usahanya dalam meningkatkan keuntungan dan merealisasikan rencana investasi?
2.
Bagaimana perkembangan tren dari hutang jangka panjang, modal, dan laba bersih dari tahun 2006-2010 dan forecasting kedepannya?
3.
Bagaimana pengaruh hutang jangka panjang terhadap peningkatan laba bersih PT Pusri?
4.
Strategi pendanaan apa yang terbaik bagi PT Pusri dalam meningkatkan keuntungan dan merealisasikan rencana investasi?
5
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis kondisi keuangan PT Pusri dalam mendukung usahanya
untuk
dapat
meningkatkan
keuntungan
dan
merealisasikan rencana investasinya, 2.
Melihat perkembangan tren dari hutang jangka panjang, modal, dan laba bersih dari tahun 2006-2010 dan melihat forecasting kedepannya,
3.
Melihat pengaruh hutang jangka panjang terhadap peningkatan laba bersih PT Pusri,
4.
Menganalisis strategi pendanaan terbaik bagi PT Pusri dalam meningkatkan keuntungan dan merealisasikan rencana investasi,
1.4
Manfaat Penelitian 1.
Bagi perusahaan, penelitian ini berguna sebagai input mengenai strategi penggalangan dana dan optimasi struktur modal terbaik yang mungkin diterapkan oleh PT Pusri dalam mendukung usahanya
untuk
dapat
meningkatkan
keuntungan
dan
merealisasikan rencana investasinya, 2.
Bagi pemerintah, hasil penelitian ini berguna untuk memberikan prediksi kondisi PT Pusri, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan kebijakan,
3.
Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan,
4.
Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan apabila topik yang akan diangkat serupa,
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada PT Pusri. Analisis terfokus pada struktur modal optimal yang mungkin dapat diterapkan oleh PT Pusri untuk pengembangan usaha yang akan dijalankan PT Pusri. Terlihat dari sisi keuangan dan operasional PT Pusri dalam usahanya untuk
6
memperoleh dana segar dalam meningkatkan keuntungan
dengan
menggunakan analisis perusahaan, analisis Valuation, analisis regresi, dan analisis optimasi. Dalam analisis optimasi terdapat unsur-unsur resiko yang mempengaruhi seperti resiko keuangan dan operasional, namun dalam penelitian ini dikarenakan menggunakan model CAPM sehingga menganggap bahwa biaya ekuitas sama dengan tingkat pengembalian bebas resiko ditambah premi resiko yang mencerminkan risiko yang ada setelah diversifikasi. Dimana risiko pasar dianggap konstan sehingga biaya modal akan berpengaruh langsung pada nilai beta. Beta menunjukkan rata-rata resiko dari ekuitas. Untuk mempermudah dalam analisis sehingga resiko yang dimasukkan dalam perhitungan analisis hanya resiko yang tercermin dari nilai beta. Selain itu, penulis akan melakukan analisis kuantitaif menyangkut upaya PT Pusri kedepannya dan memberikan alternatif optimasi struktur modal terbaik yang mungkin untuk diterapkan PT Pusri.
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur Modal Modal menurut Munawir dalam Prabanasari dan Kusuma (2005) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya. Menurut Sugihen (2003) teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan (financing mix) perusahaan dalam menentukan bauran (mix) antara hutang dan ekuitas bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan (value of the firm). Sumber dari modal adalah apa yang dapat dilihat berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal menggambarkan hak pemilik atas perusahaan, yang timbul sebagai akibat penanaman (investasi) yang dilakukan oleh pemilik atau para pemilik. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa. Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga dalam hal ini akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai proyek investasi tersebut. Sumber dana tersebut pada dasarnya terdiri dari penerbitan saham (equity financing), penerbit obligasi (debt financing) dan laba ditahan (retained earning). Penerbitan saham dan obligasi sering disebut dengan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan atau external financing sedang laba untuk laba ditahan sering disebut dengan retained earning atau sumber dana sebagai pembelanjaan yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri atau internal financing. Keputusan struktur modal perusahaan yang jelek dapat menimbulkan biaya modal yang tinggi, sehingga menurunkan net present benefit proyek yang akhirnya hanya dapat menerima sedikit proyek. Keputusan keuangan yang efektif dapat membuat biaya modal menjadi rendah, dan menghasilkan net present benefit yang lebih tinggi, dapat menerima lebih banyak proyek, yang akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan.
8
Christianti (2006) berpendapat bahwa seorang manajer keuangan dalam mengambil keputusan pendanaan harus mempertimbangkan secara teliti mengenai sifat dan biaya dari sumber dana yang akan dipilih. Static Tradeoff Theory yang dikemukakan oleh Stiglitz (1969) menjelaskan bahwa suatu perusahaan mempunyai tingkat hutang yang optimal dan berusaha untuk menyesuaikan tingkat hutang ke arah titik optimal tersebut ketika perusahaan tersebut berada pada tingkat hutang yang terlalu tinggi (overlevered) atau terlalu rendah (underlevered). Pada kondisi yang stabil, perusahaan akan menyesuaikan tingkat hutangnya kepada tingkat rata-rata hutangnya dalam jangka panjang. Titik optimal ini terjadi karena adanya pajak,
yaitu sebagai
faktor
yang mendorong perusahaan
untuk
meningkatkan hutangnya. Sedangkan biaya kebangkrutan merupakan faktor yang mendorong perusahaan untuk membatasi tingkat hutangnya. Struktur modal menjelaskan pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai ekspektasi nilai investasi pemegang saham atau ekspektasi nilai total perusahaan. Pemilihan sumber dana eksternal (hutang dan ekuitas) harus berhati-hati, karena masing-masing sumber dana tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. 2.1.1
Perkembangan Teori Struktur Modal Penelitian secara teoritis dan empiris menemukan bahwa ada sebaran struktur
modal yang optimal bagi suatu perusahaan.
Kecenderungan perusahaan yang makin banyak menggunakan hutang, tanpa disadari secara berangsur-angsur, akan menimbulkan kewajiban yang makin berat bagi perusahaan saat harus melunasi (membayar kembali) hutang tersebut. Tidak jarang perusahaanperusahaan yang akhirnya tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dan bahkan dinyatakan pailit. Hingga kini belum ada rumus matematik yang tepat untuk menentukan jumlah optimal dari hutang dan ekuitas dalam struktur modal (Seitz, 1984). Teori struktur modal dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu: 1.
Teori Struktur Modal Tradisional yang terdiri dari:
9
a. Pendekatan laba bersih (Net Income Approach) b. Pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income Approach = NOI Approach), c. Pendekatan tradisional (Traditional Approach). Ketiga pendekatan struktur modal tradisional pada mulanya dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952. 2.
Teori Struktur Modal Modern yang terdiri dari : a. Model Modigliani-Miller (MM) Tanpa Pajak, b. Model Modigliani-Miller (MM) Dengan Pajak, c. Model Miller, d. Financial Distress dan Agency Costs, e. Model Trade Off
(Model gabungan antara Model
Modigliani-Miller, Model Miller, dan Financial Distress dan Agency Costs), f. Teori Informasi Tidak Simetris (Asymetric Information Theory). (Sjahrial D, 2010) 2.1.2
Faktor-faktor Penentu Struktur Modal
Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana. Di dalam melakukan tugas tersebut manajer keuangan dihadapkan adanya suatu variasi dalam pembelanjaan, dalam artian terkadang perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari hutang (debt), dan terkadang perusahaan lebih baik kalau menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri (Equity). Oleh karena itu manajer keuangan didalam operasinya perlu berusaha untuk memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan antara besarnya hutang jumlah modal sendiri yang tercermin dalam struktur modal perusahaan, perlu diperhitungkan berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, yang dapat diuraikan antara lain: 1.
Struktur Aktiva : Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva
10
tetap (fixed assets),
akan mengutamakan
pemenuhan
modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang. Jadi dapat dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. 2.
Tingkat Pertumbuhan Penjualan : Brigham dan Houston mengatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
3.
Tingkat Pertumbuhan Aktiva : Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Floating cost pada emisi saham biasa adalah lebih tinggi dibanding pada emisi obligasi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
cenderung
(obligasi)
lebih
dibanding
banyak
menggunakan
perusahaan
yang
hutang lambat
pertumbuhannya. 4.
Profitabilitas : Brigham dan Hauston (2001) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. (Prabansari dan Kusuma, 2005)
11
2.2
Teori Struktur Modal Modigliani-Miller (MM)
Franco Modigliani dan Merton Miller adalah bapak dari teori struktur modal. Pada tahun 1958, dalam American Economic Review 48 (1958, June) yang berjudul The Cost of Capital, Corporate Finance, and the Theory of Investment, mereka mengemukakan teori struktur modal dengan berbagai asumsi yang tidak mungkin terjadi, akan tetapi sangat membantu dalam memahami bagaimana perusahaan menentukan bauran pendanaan yang berasal dari hutang dan ekuitas secara benar (Siaw, 1999). Asumsi-asumsi yang mendasari adalah (Megginson, 1997): a.
Semua aktiva berwujud dimiliki oleh perusahaan.
b.
Pasar modal sempurna (tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi, dan tidak ada biaya kebangkrutan).
c.
Perusahaan hanya dapat menerbitkan dua macam sekuritas, yakni ekuitas yang berisiko dan hutang bebas (tanpa) risiko.
d.
Individu maupun perusahaan dapat meminjam atau meminjamkan uang dengan tingkat suku bunga bebas risiko.
e.
Para investor mempunyai ekspektasi yang sama (homogen) terhadap keuntungan perusahaan di masa mendatang.
f.
Semua perusahaan tidak mengalami pertumbuhan (arus kas diasumsikan konstan dan perpetual, dan semua laba dibagikan dalam bentuk dividen).
g.
Semua perusahaan dapat dikelompokkan dalam satu kelompok kembalian, dan kembalian saham dari semua perusahaan dalam kelompok tersebut adalah proporsional.
2.2.1
Modigliani-Miller Model 1 (MM Model without corporate taxes)
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang (unlevered firm) sama persis dengan perusahaan yang menggunakan hutang (levered firm). Apabila nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang diberi notasi VU dan nilai perusahaan yang menggunakan hutang diberi notasi VL, maka VU = VL.
12
Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen dan laba diperkirakan konstan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Jadi, saham biasa dianggap sama seperti saham preferen.
Model
tersebut dikenal sebagai model MM Proposisi 1 tanpa pajak. Proposisi tersebut mengakui bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh strategi pendanaan. Dengan kata lain, nilai perusahaan bergantung pada bagaimana bisnis itu dijalankan dan tidak pada bagaimana uang itu diperoleh. Ketika nilai unlevered firm sama persis dengan levered firm, menurut model MM (tanpa pajak), biaya modal rata-rata tertimbang (WACC = weighted average cost of capital) kedua perusahaan juga identik. Sesuai dengan Proposisi 1, perubahan keputusan pendanaan (struktur modal) tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan kata lain, pemegang saham dihadapkan pada peningkatan risiko keuangan tanpa kompensasi dari meningkatnya nilai perusahaan. Jadi, pemegang saham akan menuntut kembalian (return) yang lebih tinggi sebagai kompensasi dari meningkatnya risiko, dan hal ini disebut biaya penggunaan saham biasa yang lebih tinggi bagi levered firm. Pada umumnya biaya hutang lebih murah daripada biaya saham biasa, sehingga perusahaan memperoleh “penghematan” ketika perusahaan mengalihkan pendanaan ekuitas ke pendanaan hutang. Mengacu pada proposisi 1 bahwa WACC unlevered firm dan levered firm adalah identik, maka “penghematan” dari penggunaan hutang tercermin pada peningkatan biaya saham biasa tersaji pada Gambar 2.
13
Gambar 2. Hubungan Cost Of Capital dengan Debt Equity Ratio (Sumber: Brigham dan Ehrhardt, 2005) Dari model MM-1 (model MM tanpa pajak) yang dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller, dapat dipetik dua hal utama yaitu: 1.
Dalam situasi tanpa pajak, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Jadi, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh jumlah hutang, sehingga WACC juga tidak dipengaruhi oleh struktur modal.
2.
Kecenderungan
perusahaan
yang
makin
banyak
menggunakan hutang akan lebih berisiko, sebab harus membayar biaya bunga yang lebih banyak pula. Perusahaan tidak dapat mengabaikan pembayaran biaya bunga, sehingga pemegang saham “menuntut” kembalian yang lebih tinggi yang tercermin pada biaya ekuitas yang lebih tinggi. Dalam kondisi demikian, perusahaan memperoleh “penghematan” yang makin banyak dengan menggunakan hutang yang lebih banyak karena lebih murah daripada ekuitas. Meskipun demikian, biaya ekuitas akan meningkat selaras dengan penambahan hutang. “Penghematan” yang dihasilkan dari penggunaan hutang otomatis akan meningkatkan biaya ekuitas, sehingga WACC tidak berubah. 2.2.2 Modiliani-Miller Model 2 (MM Model with corporate taxes) Pada tahun 1963, Modigliani dan Miller mempublikasikan sebuah artikel dalam American Economic Review 53 (1963, June) yang berjudul Corporate Income Taxes an the Cost of Capital: A Correction, untuk memperbaiki model awal mereka dengan
14
memperhitungkan adanya pajak perseroan (akan tetapi tetap mengabaikan pajak perorangan). Untuk selanjutnya model tersebut dikenal dengan sebutan model MM-2 atau model MM dengan pajak perseroan (Brigham dan Ehrhardt, 2005). Dari model MM-2, dapat dipetik dua hal utama yang berbeda dengan model MM-1 sebelumnya adalah: 1.
Dalam Proposisi 1, struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam kenyataan, struktur modal mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan: bertambahnya penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kata lain, pajak memberi manfaat dalam pendanaan yang berasal dari hutang. Manfaat pajak dari penggunaan hutang
diperoleh
dari
beban
hutang
yang
dapat
diperhitungkan sebagai elemen biaya yang mengurangi besaran laba kena pajak, sedangkan pembayaran dividen tidak dapat diperhitungkan sebagai elemen biaya. Jadi, perusahaan seperti menerima subsidi dari pemerintah atas penggunaan hutang untuk menambah modal. 2.
Dengan adanya pajak perseroan, maka perhitungan cost of equity (rs) dari perusahaan yang menggunakan debt levered
akan lebih tinggi dibandingkan dari perusahaan yang unlevered. Perhitungan cost of capital (r wacc) akan menurun seiring dengan penambahan debt pada struktur modal karena penambahan debt juga meningkatkan keuntungan dari tax shield.
15
Gambar 3. Biaya Modal dan Nilai Perusahaan Model MM-2 (Sumber : Brigham dan Ehrhardt, 2005) 2.3
Financial Distress dan Agency Theory Setelah model MM dan Miller, muncul model lainnya yang memperhitungkan biaya diantaranya yaitu model biaya beban keuangan (financial distress) dan biaya keagenan (Agency Theory), kedua biaya tersebut ditanggung perusahaan ketika perusahaan mengambil keputusan untuk menggunakan hutang. 2.3.1 Financial Distress Perusahaan dapat memilih menghemat pajak dari perolehan bertambahnya hutang,
namun
perusahaan
dihadapi
dengan
peningkatan kemungkinan terjadinya kebangkrutan dikarenakan bertambahnya beban bunga yang harus dibayarkan akibat penggunaan hutang. Perusahaan dapat menangguhkan pembayaran dividen, akan tetapi perusahaan tidak dapat menangguhkan pembayaran bunga. Perusahaan tidak dapat menanggung beban bunga diakibatkan kas yang dimiliki tidak cukup, sehingga perusahaan harus menanggung beban keuangan. Beban keuangan yang paling berat yaitu kebangkrutan. Biaya beban terbagi menjadi dua jenis yaitu: 1.
Biaya beban keuangan langsung Biaya yang ditanggung perusahaan yaitu biaya pengesahan secara hukum dan biaya administrasi yang berkaitan dengan kebangkrutan.
16
2.
Biaya beban keuangan tidak langsung Biaya ini bersifat implisit. Biaya yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya dalam situasi yang sangat berat (tetapi tidak bangkrut).
2.3.2 Biaya keagenan (Agency Theory) Selain biaya kebangkrutan yang berpengaruh terhadap struktur modal dan nilai perusahaan adalah biaya keagenan. Dimana perusahaan bertindak sebagai agen, dimana para pemegang saham mengharapkan agen melakukan kepentingan pemegang saham. Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976, manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen
bertindak
manajemen untuk konsisten
sesuai
meyakinkan bahwa dengan
perjanjian
kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagai disinsentif dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah yang besar. 2.4
Pecking Order Theory Menurut Myers (1984) menyatakan bahwa ada semacam tata urutan (pecking order) bagi perusahaan dalam menggunakan modal. Apabila
perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal, pertama kali akan menerbitkan hutang sebelum menerbitkan saham baru. Penerbitan saham baru menduduki urutan terakhir sebab penerbitan saham baru merupakan tanda atau sinyal bagi pemegang saham dan calon investor tentang kondisi perusahaan saat sekarang dan prospek mendatang yang tidak baik. Kontra
17
terhadap Trade off theory, maka yang paling menarik dari the pecking order theory menurut Myers (1984) adalah: 1.
Perusahaan akan lebih mengutamakan internal financing, karena pecking order theory membedakan ekuitas yang diperoleh dari laba ditahan dan penerbitan saham baru karena urutan pilihan atau prioritas sumber pendanaan menempatkan laba ditahan pada posisi yang paling atas, sedangkan penerbitan saham baru berada pada urutan terbawah.
2.
Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen terhadap peluang investasi. Hal ini membawa implikasi bahwa kebijakan dividen lebih relevan dengan keputusan investasi daripada dengan keputusan pendanaan.
3.
Kebijakan deviden bersifat sticky, sehingga dampak fluktuasi profitabilitas dan peluang pada aliran kas internal bisa lebih besar atau lebih kecil dari pengeluaran investasi.
4.
Bila dana eksternal dibutuhkan, maka barulah perusahaan memilih sumber dana dari utang karena dipandang lebih aman dari ekuitas. Ekuitas merupakan pilihan terakhir dari Pecking order theory sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan investasi.
2.5
Analisis Laporan Keuangan Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti maka dilakukan analisis keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen perusahaan analisis keuangan dilakukan agar mengetahui posisi keuangan perusahaan. Dalam praktiknya terdapat dua macam metode dalam menganalisis laporan keuangan, yaitu: 1. Analisis Vertikal (statis) merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos pada satu periode saja. Informasi yang diperoleh juga hanya untuk satu periode. 2. Analisis Horizontal (Dinamis) merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode.
18
Selain kedua metode di atas, ada pula teknik analisis keuangan yang dapat digunakan perusahaan. Terdapat sembilan teknik analisis yang dapat dilakukan yaitu analisis perbandingan antar laporan keuangan, analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis sumber dan penggunaan dana, analisis sumber dan penggunaan kas, analisis rasio, analisis kredit, analisis laba kotor, serta analisis titik pulang pokok. 2.5.1
Rasio Keuangan Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Home dalam Kasmir (2010) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Adapun jenis dari rasio keuangan adalah sebagai berikut: 1.
Rasio Likuiditas : menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Selain itu juga menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun didalam perusahaan.
2.
Rasio Aktivitas : rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan atau rasio
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan
dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. 3.
Rasio Solvabilitas : rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.
4.
Rasio Profitabilitas : rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
19
efektivitas menajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. 2.5.2
Analisis Tren Analisis tren merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam presentase tertentu. Dalam analisis tren perbandingan analisis dapat dapat dilakukan dengan menggunakan analisis horisontal atau dinamis. Selain menggunakan analisis rasio penelitian ini juga menggunakan analisis tren bertujuan untuk melihat tren dari struktur modal. Dalam analisis trend harus ditentukan terlebih dahulu tahun dasar sebagai pembanding, baru dicarikan angka indeksnya (Kasmir, 2010). Dalam analisis tren dalam presentase, penganalisis tidak dapat membandingkan atau tidak dapat memperoleh gambaran tentang perubahan dalam masing-masing unsur dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva, total utang, dan modal sendiri, dan jumlah atau nilai penjualan neto. (Jumingan, 2008)
2.6
Regresi dan Korelasi Linear Sederhana Salah satu tujuan analisis data ialah untuk memperkirakan / memperhitungkan besarnya efek kuantitatif dari perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Regresi sederhana adalah suatu alat ukur yang juga digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel. Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi, karena pada analisis itu kesulitan dalam menunjukkan slop. Jadi dengan analisis regresi, peramalan atau perkiraan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula. Regresi linear adalah regresi yang variabel bebasnya berpangkat paling tinggi satu. Dalam regresi sederhana akan dibahas hanya dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang nilai-nilainya tidak bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
20
nilai-nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y. Analisis korelasi merupakan cara untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antar variabel misalnya hubungan dua variabel. Korelasi yang terjadi pada dua variabel dapat berupa korelasi positif, korelasi negatif, tidak ada korelasi, ataupun korelasi sempurna. Korelasi positif adalah korelasi dari dua variabel, yaitu apabila variabel satu meningkat atau menurun maka variabel lainnya cenderung untuk meningkat atau menurun pula. Korelasi negatif yaitu apabila variabel yang satu meningkat atau menurun maka variabel lainnya cenderung menurun atau meningkat. Tidak ada korelasi yaitu kedua variabel tidak menunjukkan adanya hubungan. Sedangkan korelasi sempurna yaitu apabila kenaikan atau penurunan variabel yang satu berbanding dengan kenaikan atau penurunan variabel lainnya. (Hasan I, 2008) 2.7
Biaya Modal Biaya modal
merupakan tingkat pengembalian yang harus
dihasilkan oeh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya. Biaya modal juga dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian yang diharapkan oleh penggalang dana atas investasi yang ditanamkan. (Ridwan. S, dkk, 2003) 2.7.1
Biaya Modal Rata-rata Tertimbang Perusahaan dalam membiayai proyek investasinya dapat dilakukan dengan modal sendiri, sehingga cost of capital sebesar cost of rate sebesar biaya modal sendiri. Terkadang perusahaan seringkali tidak hanya menggunakan satu sumber dana melainkan dari berbagai sumber dana. Apabila perusahaan menggunakan kombinasi beberapa jenis sumber dana, maka cost of capital yang diperlukan diperhitungkan adalah keseluruhan biaya modal atau disebut sebagai weighted average cost of capital atau biaya modal rata-rata tertimbang. Biaya modal rata-rata tertimbang sering digunakan dalam perhitungan cost of capital, dengan formula sebagai berikut:
21
RWACC = (B/(B+S)) x rB x (1-Tc) + (s/(B+S)) x rS ............... (2.1)
rs
= cost of equity
rB
= cost of debt
rWACC
= weighted average cost of capital
B
= The value of Debt
S
= The value of equity
Tc
= Pajak Perusahaan
Nilai estimasi untuk cost of debt dapat ditentukan melalui perhitungan tingkat rata-rata suku bunga pinjaman yang digunakan perusahaan. Apabila pinjaman perusahaan tidak dapat dinilai market value nya, maka dapat dinilai dari book value. 2.7.2 Cost of Equity Biaya ekuitas merupakan biaya yang mengacu pada hak investor atas investasi yang ditanamkannya. Dalam subyek cost of capital secara keseluruhan, maka cost of equity ini adalah yang paling sulit, karena tidak ada cara untuk mengamati atau mengetahui secara langsung tingkat return yang diharapkan oleh investor. Biaya ekuitas dipengaruhi oleh tingkat disclosure, risiko (BETA) dan nilai pasar ekuitas. Profesi keuangan mengalami kesulitan
dalam
mengembangkan
suatu
pendekatan
dalam
menghitung tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor. Namun ada satu metode yang sering digunkan untuk mengitung tingkat pengembalian investor yaitu model CAPM (capital asset pricing model). Model ini merupakan suatu persamaan yang menyamakan tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat premi ditambah dengan premi asuransi untuk resiko sistematis. Model ini tergantung pada tiga hal: (Keown, 2008) 1.
Tingkat bebas resiko, krf,
2.
Resiko sistematis dari pengembalian saham biasa relatif teradap pasar secara kesulurahan.
22
3.
Premi resiko pasar, yang sama dengan perbedaan tingkat pengembalian
yang
diharapkan
untuk
pasar
secara
keseluruhan.( km – krf) Dengan CAPM, tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dapat ditulis sebagai berikut: kc = krf + β(km – krf) ............................................................... (2.2) kc = Cost of equity krf = risk free interest rate km = expected market return β = Beta coeficient Persamaan diatas menggambarkan pengembalian risiko yang ada di pasar, dimana resiko ditetapkan dengan istilah beta. Tingkat bebas resiko merupakan instrumen keuangan yang tidak memiliki resiko, biasanya adalah tingkat suku bunga obligasi pemerintah. Robert S Hamada memperkenalkan suatu formulasi yang mengkombinasikan antara teori MM (setelah pajak) dengan CAPM untuk mencari perkiraan nilai cost of equity pada perusahaan leverage (Brigham & Gapensky, 1997). Dalam trade off theory faktor
financial risk termasuk
kedalam financial distress cost yang akan mengurangi nilai perusahaan. Untuk mengetahui hubungan beta unleverage dengan beta leverage dapat dilihat sebagai berikut: βL = βu[1+(1-Tc) x (D/E)] ...................................................... (2.3) 2.8
Hutang Hutang merupakan sumber dana eksternal yang sangat diperlukan apabila perusahaan mengalami pertumbuhan. Keputusan penggunaan dana ekternal diambil setelah sumber dana internal tidak mampu membiayai keseluruhan dana yang diperlukan perusahaan. Sumber dana dari hutang menimbulkan kewajiban membayar bunga dan pokok pinjaman. Pembayaran bunga dan pokok pinjaman memiliki prioritas sebelum sisa keuntungan tersedia untuk para pemegang saham. Perusahaan dikatakan mempunyai financial leverage apabila perusahaan tersebut menggunakan
23
sumber dana dengan beban tetap (salah satu diantaranya adalah hutang). Tujuan financial leverage adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan (value of the firm) yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan strategi penentuan struktur modal. (Sugihen SG, 2003) Pajak penghasilan badan usaha merupakan biaya bisnis yang utama bagi hampir kebanyakan perusahaan. Akibatnya perusahaan menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk meminimalkan beban pajaknya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memilih pendanaan melalui hutang karena sifat bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman yang bersifat deductible atas laba usaha sehingga mengurangi beban pajak perusahaan. Brigham dan Houston (2001) mengemukakan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan dengan tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan makin besar penggunaan hutang (Siahaan, Lubis dan Bahri, 2009). Manfaat dari hutang dapat terlihat pada perolehan laba seperti berikut ini. EBT = EBIT - Beban bunga.............................................................. (2.4) EAT = EBT – Beban Pajak ............................................................... (2.5) Perhitungan beban pajak dihitung berdasarkan nilai dari earning before tax (EBT) sehingga apabila beban bunga semakin tinggi maka akan mengurangi nilai EBT yang akan mengakibatkan beban pajak semakin kecil. Dengan kata lain penggunaan hutang akan mengurangi beban pajak perusahaan. Namun pada suatu titik tertentu beban bunga (hutang) yang terlalu tinggi akan berdampak pada ketidakstabilan kondisi perusahaan dan mengakibatkan resiko terjadi kebangkrutan. Beban bunga yang terjadi karena adanya hutang merupakan prioritas pertama dalam segi pembayaran dibandingkan dengan beban pajak, selain itu juga perusahaan tidak bisa menangguhkan beban bunga. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi penggunaan hutang yang tepat. 2.9
Struktur Modal Optimal Dalam memahami struktur modal optimal dapat dilihat dari hubungan dasar keuangan. Dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan dapat
24
optimal ketika biaya modal minimal. Dengan menggunakan nilai sederhana pertumbuhan nol maka nilai perusahaan dapat dihitung sebagai berikut: ............................................................................. (2.6) N
= Nilai Perusahaan
EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak Tax
= Tarif Pajak
rWACC = Biaya modal rata-rata tertimbang Jika EBIT dianggap konstan maka nilai perusahaan dapat maksimal dengan cara meminimalkan biaya modal rata-rata tertimbang. Umumnya semakin rendah biaya modal rata-rata tertimbang, semakin besar perbedaan antara biaya dari hasil proyek, dan menyebabkan semakin besar penghasilan pemilik. Dengan meminimalkan biaya modal rata-rata tertimbang memungkinkan manajemen untuk dapat mengambil lebih banyak proyek yang menguntungkan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dalam kenyataannya, WACC perusahaan akan meningkat dan nilai perusahaan akan menurun setelah mencapai titik tertentu, seperti terlihat pada Gambar 4 sebagai berikut ini:
Gambar 4. Biaya Modal dan Nilai Perusahaan (dalam kenyataan) (Sumber : Siaw, 1999) Dari gambar tersebut, terlihat ada kombinasi hutang dan ekuitas tertentu yang menghasilkan biaya modal minimum dan nilai perusahaan maksimum. Salah satu perhatian utama dari manajer keuangan adalah menetukan struktur modal optimal yang akan meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan.
25
Pada kenyataannnya sulit untuk mendapatkan struktur modal yang optimal, hal ini dikarenakan tidak mungkin untuk mengetahui posisi pasti dimana struktur modal yang optimal. Pada umumnya perusahaan hanya berada
pada
struktur
modal
yang
diyakini
mendekati
optimal.
Kenyataannya laba ditahan dan segala sumber serta jumlah pembiayaan baru akan mengakibatkan perubahan pada struktur modal, hal inilah yang mengakibatkan struktur modal selalu berubah dan tidak akan pernah berada pada suatu kondisi struktur modal yang optimum, melainkan berada pada sebaran struktur modal. Dalam pemilihan pendanaan dengan hutang dan ekuitas, tidak ada teori yang berlaku umum, karena masing-masing perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada beberapa teori keuangan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan pendanaan. Menurut balanced theory, perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dibentuk dengan
menyeimbangkan
manfaat
dari
penghematan
pajak
atas
penggunaan hutang terhadap biaya Stephen A. Ross menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan manufacturing umumnya memiliki komposisi hutang jangka panjang antara 0%-50% dari total kapitalisasi, sedangkan perusahaan utilities sekitar 30%-60%. Sementara banyak studi mengenai struktur modal yang menyimpulkan aturan umum bahwa cost of capital akan minimum dalam komposisi hutang berbanding ekkuitas 1:2 berbeda data struktur modal untuk perusahaan di beberapa Negara dan Amerika Serikat diberikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Perbandingan Struktur Modal di Beberapa Negara Negara
Persentase debt terhadap Nilai pasar
Amerika
48%
Jepang
72%
Jerman
49%
Kanada
45%
Perancis
58%
Italia
59%
Sumber : Ross SA (1997)
26
Tabel 3. Struktur modal beberapa industri di Amerika Serikat Perusahaan
Presentase Debt terhadap nilai pasar
Leverage tinggi Konstruksi bangunan
60,2%
Industri perhotelan
55,4%
Transportasi udara
38,8%
Logam Dasar
29,1%
Kertas
28,2
Leverage Rendah Industri kimia dan obat
4,80%
Elektronika
9,10%
Jasa manajemen
12,30%
Komputer
9,60%
Pelayanan Kesehatan
15,20%
Sumber : Ross SA(1997)
2.10
Valuasi Tujuan dilakukannya penilaian bisnis (valuasi bisnis) adalah disamping untuk melakukan aktivitas merger dan akuisisi, tetapi juga untuk 1) divestasi ataupun penambahan ekuitas dari mitra baru dalam perusahaan, 2) penjualan sebagian saham kepada publik. Dengan business valuation, pelaku bisnis dapat mengetahui nilai wajar ekuitas suatu perusahaan untuk perolehan pendanaan dan investor perlu mengukur berapa capital gain dari saham untuk menilai perkembangan kekayaannya (Nurhayati E, 2009). Melakukan valuasi perusahaan berarti mengukur tidak hanya kekayaan (aset) tetapi juga keterkaitannya dengan utang dan ekuitas. Secara umum dikenal tiga pendekatan dalam melakukan valuasi yaitu metode discounted cash flow, metode penilaian relatif (relative valuation) dan metode contingent claim valuation. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing dari ketiga model tersebut (Prasetyo AH, 2011): 1. Metode Discounted Cash Flow: metode ini menekankan penerapan time value of money pada setiap variabel yang digunakan. Di satu
27
sisi, metode ini dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan beberapa periode kedepan. Di sisi lain, metode ini dipandang sebagai salah satu metode yang termasuk dalam kategori cukup realistis. 2. Metode Penilaian Relatif : Metode ini mendasarkan perhitungan pada keterkaitan antara aset yang divaluasi dengan aset yang menjadi benchmark. Metode ini juga mendasarkan nilai aset pada nilai pasarnya. 3. Contingent Claim Valuation : Metode ini umumnya digunakan untuk menilai sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan. Sekuritas tersebut dapat berupa saham biasa, warrant, maupun obligasi. Dari metode yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap metode memiliki jenis metodenya masing-masing yang dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai beikut:
Gambar 5. Metode Valuasi (Sumber : Damodaran Aswath, 2002) Untuk menilai perusahaan maka digunakan metode discounted cash flow, dalam metode DCF nilai dari suatu aset merupakan present value dari expected cash flow asset tersebut yang kemudian didiskontokan pada suatu nilai discount rate yang menggambarkan tingkat risiko dari expected cash flow tersebut (Damodaran, 2001). Metode DCF dalam
28
aplikasinya tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan. Hal inilah yang membuat terjadinya perkembangan valuasi dalam dunia keuangan. Menurut Mun dalam Baroto (2008) terdapat kelebihan dari metode DCF yaitu: 1.
Jelas serta konsisten dalam decision criteria untuk seluruh proyek.
2.
Terdapat faktor time value of money yang menunjukkan nilai sesungguhnya sekarang. Serta struktur risiko yang sudah terkandung didalam time value of money.
3.
Mudah dalam menjelaskan kepada pihak manajemen. Namun diantara kelebihan tersebut, metode DCF juga memiliki
banyak kekurangan seperti: 1.
Ketidakpastian dimasa yang akan datang membuat hasil dari metode DCF yang statis menjadi kurang dinamis.
2.
Proyek-proyek yang dinilai berdasarkan metode DCF bersifat lebih pasif.
3.
Seluruh tingkat risiko diasumsikan sudah diwakilkan oleh factor discount rate, padahal dalam kenyataan tingkat risiko tersebut dapat berubah tiap waktu.
4.
Metode DCF mengasumsikan cash flow dimasa depan dapat diramalkan dengan tepat. Metode DCF memiliki kelemahan dalam kasus terjadi perubahan
struktur modal perusahaan, yang berdampak juga pada nilai perusahaan. Hal ini diantisipasi oleh metode Adjusted Present Value (APV), metode ini memisahkan free cash flow atas arus kas dari operasi dan arus kas dari sumber lain-lain yang umumnya didominasi oleh perlindungan pajak (tax shield). Pendekatan APV, dimulai dengan nilai perusahaan tanpa hutang. Dengan menambah hutang perusahaan, Damodaran mempertimbangkan efek pada nilai bersih dengan mempertimbangkan baik manfaat dan biaya pinjaman. Untuk melakukan ini, Damodaran mengasumsikan bahwa manfaat dari pinjaman adalah risiko tambahan kebangkrutan. (Damodaran A, 2002)
29
2.11
Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk kepada penelitian terdahulu mengenai analisis optimasi struktur modal. Skripsi yang disusun oleh Mohamat Emir Ferdian (2008) yang berjudul Analisa Optimasi Struktur Modal dan Manajemen Kas PT Indonesia Power Dalam Usahanya Untuk Memenuhi Ekspansi Usaha yang Dimiliki menggunakan model MM dengan perhitungan WACC dan asumsi optimasi struktur modal didapat ketika WACC minimum. Hasil valuasi pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki prospek yang sangat baik untuk berkembang. Dari aspek optimasi struktur modal, struktur modal yang paling optimal dengan rasio hutang sebesar 30% . Selain penelitian oleh Ferdian (2008) terdapat rujukan berupa tesis yang disusun oleh Dini S. Mardiani (2001) dengan judul penelitian yaitu Analisis Struktur Modal yang Optimal LASMO PLC. Pada penelitian tersebut menggunakan anlisis sensitivitas dengan melihat pengaruh perubahan struktur modal LASMO terhadap biaya modal dan nilai perusahaan. Adapun hasil penelitian tersebut memberikan dua alternatif struktur modal optimal yaitu pada saat rasio hutang 60% dan 40%.
III.
3.1
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Tahapan awal yang dilakukan untuk menganalisis optimasi struktur modal pada PT Pusri adalah
dengan menganalisis laporan keuangan.
Selain itu melihat rencana jangka panjang tahun 2012-2014 untuk membiayai investasi-investasi yang akan dilakukan. Sumber dana sendiri terbagi menjadi dua yaitu sumber dana hutang yang akan dilihat pada hutang jangka panjang, dan sumber dana modal sendiri. Analisis lainnya yang akan dilakukan yaitu analisis perusahaan, analisis regresi linear sederhana dan analisis valuasi. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis perusahaan yaitu analisis rasio serta analisis tren. Sedangkan pada analisis valuasi menggunakan metode penilaian langsung. Alat analisis yang digunakan dalam penilaian langsung yaitu discounted cash flow yang dikembangkan, untuk dapat mengantisipasi kelemahan DCF maka dibantu dengan metode Free Cash Flow of Firm (FCFF) dan Adjusted Present Value (APV). Hasil dari analisis ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman dalam menetapkan keputusan manajerial dimasa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.
31
PT Pupuk Sriwidjaya
Struktur modal dan strategi pendanaan
Kebutuhan modal yang dibutuhkan untuk membiayai investasi-investasi yang akan dilakukan
Periode 2006-2010 Sebelum pelaksanaan Spin Off
Laporan Keuangan
Analisis Perusahaan
Rencana Jangka Panjang
Kebutuhan Investasi
Analisis Valuasi
Analisis Regresi
FCFF, APV
Analisis Rasio, Tren
Analisis Optimasi Struktur Modal
- Regresi linear sederhana - Korelasi Pearson
Optimasi Struktur Modal Pada PT Pusri
Rekomendasi Solusi
Keterangan: : Alat Analisis Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini didasarkan pada suatu proses alur pikir peneliti. Alur pemikiran menggambarkan suatu proses pelaksanaan penelitian hingga mencapai suatu hasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
23
FBYDD: Biaya Modal, harga, maupun profit.
Existing Problem: Struktur modal penting untuk diperhatikan perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan
Lingkungan Eksternal: Kebijakan Politik, Globalisasi
Data Sekunder Data & Informasi : Profil Perusahaan, Laporan Keuangan (2006-2010), Rencana Jangka Panjang Internet, Buku, Annual Report.
FBYTDD: Kondisi Perekonomian, Waktu, Penilaian, Resiko.
Proses: Analisis perusahaan (anilisis rasio, analisis trend), Analisis valuasi (analisis FCFF, APV), analisis regresi dan korelasi linear sederhana.
Output : Kondisi keuangan perusahaan, debt berpengaruh terhadap laba berih, Nilai WACC minimum.
Parameter Kontrol : 1. komposisi hutang jangka panjang antara 0%-50% dari total kapitalisasi. 2. cost of capital akan minimum dalam komposisi hutang berbanding ekkuitas 1:2
Feed Back
Gambar 7. Alur Pikir
Outcome: Kombinasi Rasio hutang & ekuitas agar struktur modal optimal, Rumusan strategi, Implikasi manajerial
Impact : Struktur modal optimal, Peningkatan nilai perusahaan
33
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah PT Pusri, Jalan Mayor Zen, kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan pada bulan Januari sampai Februari 2012. Penelitian ini didesain hanya untuk laporan keuangan, laporan rencana jangka panjang, dan laporan keuangan lainnya selama 5 tahun yaitu tahun 2006-2010 sebelum penetapan spin off, sehingga dapat diketahui struktur modal optimal dan dapat memprediksi strategi pendanaan kedepannya bagi PT Pupuk Sriwidjaja.
3.3
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu set pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta. Sedangkan metode kuantitatif adalah penelitian yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya, tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan dan menggunakan model-model matematis. (Nazir M, 2005).
3.4
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005). Data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka. Data ini diperoleh dari Laporan Keuangan PT Pusri pada tahun 2006-2010, rencana jangka panjang PT Pusri, artikel tentang PT Pusri, skripsi yang terkait, jurnal, dan internet.
34
3.5
Metode Analisis Data Metode
yang
digunakan
dalam
pengolahan
data
adalah
menggunakan beberapa alat analisis keuangan dan alat analisis statistik, yaitu: 3.5.1
Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan
dirancang untuk membantu direktur,
manajer, kreditor, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk mengambil keputusan-keputusan bisnis. Analisis laporan keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini teknik analisis rasio, dan analisa tren, hal ini dikarenakan pada analisis rasio menggambarkan kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh yang tergambar dari rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas. Sedangkan analisis tren dipilih karena penelitian ini ingin melihat kecenderungan perkembangan dari struktur modal yang terlihat dari kewajiban jangka panjang, modal dan laba bersih. Analisa rasio diantaranya yaitu: 1. Analisis Rasio Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran tentang baikburuknya posisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas. a. Analisis Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Rasio likuiditas yang digunakan yaitu rasio lancar dan cepat karena kedua rasio tersebut cukup untuk menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan. a)
Rasio Lancar : .............................................. (3.1)
b)
Rasio Cepat : .................................... (3.2)
b. Analisis Rasio Aktivitas akan diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga manajemen
35
dapat mengukur kinerja mereka selama ini. Berikut ini ada beberapa jenis-jenis rasio aktivitas diantaranya yaitu: a)
Perputaran Persediaan : ........................ (3.3)
b)
Perputaran Aktiva Tetap : ................................ (3.4)
c)
Perputaran Total Aktiva : ................................. (3.5)
c. Rasio Solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan, diantaranya yaitu: a)
Rasio Utang : .................................................... (3.6)
b)
Debt to Equity Ratio (DER) : ………………………………….……. (3.7)
d. Rasio Profitabilitas dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan antar berbagai komponen yang ada dalam laporan keuangan. Ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan dalam analisis kinerja keuangan , yaitu: a)
Profit Margin : ....................................... (3.8)
b)
Return on Investment (ROI) : ................................................................. (3.9)
c)
Return on Equity (ROE) : ................................................................... (3.10)
(Kasmir, 2010)
36
2. Analisis Tren Analisis tren digunakan untuk menunjukkan kecenderungan dari suatu laporan keuangan. Dimana dalam penelitian ini menguji dengan menggunakan tiga model yaitu model tren linear, quadratic, dan exponential growth. model yang dipilih yaitu model yang menghasilkan tingkat MAPE, MAD, MSD terkecil karena MAPE, MAD, MSD menunjukkan tingkat kesalahan sehingga dipilih model yang memiliki tingkat kesalahan terkecil. Adapun perhitungan untuk ketiga model dijelaskan sebagai berikut (Suharyadi dan Purwanto, 2009): a. Model Tren Linear: ………………………………………………… (3.11) …………………………………………………… (3.12) ………………………………………………….. (3.13) b. Model Tren Quadratic ……………………………………………. (3.14) ……………………...………….. (3.15) ………………………………………………….. (3.16) ………………………………………. (3.17) c. Model Tren Exponential Growth ……………………………………………….(3.18) ………………………………………….. (3.19) ……………………………………... (3.20) Setelah dilakukan analisis tren maka akan dilakukan forecasting untuk tiga tahun kedepan dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari tren. Adapun asumsi yang digunakan dalam peramalan yaitu fungsi masa depan adalah fungsi masa lalu, dimana kondisi dianggap cateris paribus, dan
37
menganggap kondisi perekonomian tetap sesuai dengan kondisi data
historical.
Sehingga
dalam
peramalan
mengabaikan
ketidakpastian yang mungkin terjadi. 3.5.2
Analisis Korelasi dan Regresi Linear Sederhana Penelitian ini akan menguji pengaruh terlebih dahulu sebelum
dilakukan optimasi. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan teori yang menyatakan bahwa hutang merupakan suatu tax dedictable atau sebagai pengurang pajak yang akan mengakibatkan biaya pajak menurun, dan beban ini akan berpengaruh terhadap peningkatan laba bersih. Fungsi linear memiliki bentuk persamaan sebagai berikut: Y = A + BX……………………………………………………. (3.21) Dimana: Y = variabel terikat (Profit) A = intersep B = Koefisien regresi/slop. X = Variabel bebas (Debt) …………………………………………………. (3.22) …………………………………...…………………... (3.23) Pada penelitian ini menggunakan koefisien korelasi yang didasarkan atas asumsi bahwa variabel X dan Y mempunyai distribusi gabungan. Jenis dari koefisien korelasi sederhana akan menggunakan koefisien korelasi pearson yang merupakan angka yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya berupa data interval atau rasio yang disimbolkan dengan “r”. metode korelasi pearson ini ditentukan dengan dua metode yaitu: d. Metode least square ………………………………. (3.24) e. Metode product moment …...…………………………………………. (3.25)
38
Dimana: r
= Koefisien korelasi
x
= Deviasi rata-rata variabel X =
y
= Deviasi rata-rata variabel Y =
3.5.3
Perhitungan Biaya Modal Dalam perhitungan biaya modal yang kita utamakan adalah
biaya pendanaan yang akan datang, dan bukan biaya di masa lalu, oleh karena itu untuk mempertimbangkan suatu bentuk sumber dana di masa yang akan datang dapat dilihat dari dua metode, yaitu: 1.
Metode Penilaian. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa harga pasar suatu sarana investasi mencerminkan tingkat pemulihan yang diminta oleh para investor.
2.
Metode Pemulihan dan Risiko. Metode ini menggunakan pendekatan garis pasar efek dalam metode penilaian aktiva modal. Perhitungan biaya modal dalam skripsi ini tidak akan membahas
metode yang kedua yaitu metode pemulihan dan resiko. 1. Biaya Ekuitas Dalam perhitungan biaya ekuitas akan menggunakan model CAPM (Capital Asset Pricing Model), hal ini dikarenakan model CAPM menggambarkan tingkat pengembalian yang diharapkan dan merupakan biaya yang timbul akibat adanya ekuitas. Dalam model
CAPM
ini
menggambarkan
tingkat
resiko
yang
mempengaruhi ekuitas yaitu resiko pasar atas saham disimbolkan dengan beta (β), selain itu juga CAPM menggambarkan tingkat bebas resiko serta premi resiko. Persamaan dibawah ini menguraikan nilai cost of unlevered equity yang mengacu pada capital asset pricing model (CAPM). ………………………….…. (3.26)
39
………………………….……….………… (3.27) Dimana: βunlevered = Beta kondisi tanpa hutang βcurrent = Beta sesungguhnya Runlevered = Biaya ekuitas kondisi tanpa hutang t
= pajak perseroan
Rf
= risk free rate
(rm-rf) = risk premium D/E
= current debt/equity ratio Dalam penelitian ini, beta yang diperhitungkan adalah nilai
beta saat kondisi unlevered dan kondisi levered dengan menggunakan berbagai tingkat hutang ekuitas. Beta unlevered adalah nilai resiko yang digambarkan dengan beta saat kondisi perusahaan
tanpa
hutang
dimana
beta
unlevered
dapat
diperhitungkan dari rata-rata beta unlevered industri sejenis. Sedangkan beta levered yaitu beta saat kondisi perusahaan berhutang, beta levered ini dapat dihitung dengan menggunakan metode CAPM. (Sundjaja RS, 2003) 2. Biaya Hutang Komponen kedua dalam perhitungan biaya modal adalah biaya hutang, biaya hutang timbul akibat adanya hutang. Secara umum biaya hutang disusun atas tiga komponen utama: a. Tingkat pengembalian dari investasi bebas resiko. b. Resiko default dari proyek. c. Keuntungan pajak atas penggunaan utang. Dengan demikian biaya hutang dihitung dengan rumus: Biaya hutang setelah pajak = biaya hutang sebelum pajak (1pajak)………………………………………………………. (3.28) 3.5.4
Analisis Valuasi Valuasi merupakan metode yang digunakan untuk menilai
perusahaan. Penelitian ini akan menggunakan metode DCF, hal ini dikarenakan metode DCF merupakan metode yang paling popular, dan
40
dasar perhitungan DCF yaitu menekankan pada present value yang dimana value dari berbagai asset merupakan suatu present value dari future cash flow. Karena dengan penerapan time value of money mempertimbangkan bahwa nilai sekarang lebih berharga daripada nilai yang akan datang, hal ini tergambar pada adanya ketidakpastian dimasa yang akan datang, karena faktor inflasi mengalami kecenderungan peningkatan setiap tahunnya yang berakibat pada penurunan nilai mata uang. Namun dengan konsep time value of money, resiko ketidakpastian diidentifikasi dengan menggunakan discount factor. Ada beberapa kategori dari model DCF yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu FCF dan APV, kedua metode ini dipilih karena menggunakan arus kas sebagai dasar perhitungan, berdasarkan aksioma manajemen keuangan yang ketiga menyatakan bahwa arus kas merupakan gambaran perusahaan yang sesungguhnya bukan laba. Free cash flow dipandang sebagai arus kas masuk yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber pendanaan bagi perusahaan. FCF sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu FCFF dan FCFE. Yang akan dibahas kali ini yaitu FCFF (free cash flow to firm), karena akan dilakukan valuasi perusahaan sedangkan FCFE hanya menilai dari segi ekuitas. Valuasi perusahaan dengan metode free cash flow to firm didasarkan pada rumusan berikut : FCFF= Net income + depresisi – biaya investasi awal – perubahan modal kerja................................................................................... (3.29) FCFF= EBIT(1-t)(1-reinvestment rate)………………………… (3.30) ……………………… (3.31) Berdasarkan rumusan diatas dapat dipahami bahwa arus kas perusahaan merupakan hasil bersih dari kas (tunai) setelah digunakan untuk mendanai investasi awal dan modal kerja. Selain menggunakan metode FCFF, DCF juga dibantu dengan metode APV. DCF memiliki kelemahan saat terjadi perubahan struktur modal. Hal ini diantisipasi dengan metode APV yang
41
dikembangkan oleh Stewart Myers. Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah estimasi nilai perusahaan tanpa leverage. Hal ini dapat dicapai dengan menilai perusahaan jika tidak memiliki utang, yaitu, dengan mendiskontokan FCF untuk perusahaan leverage pada biaya ekuitas. Dalam kasus khusus di mana arus kas tumbuh pada tingkat konstan, nilai perusahaan dapat dihitung. ………….………………… (3.32) FCF memakai cost of unlevered equity (dengan asumsi 100% dibiayai oleh modal sendiri, seringkali disebut sebagai cost of asset). Sedangkan metode APV memisahkan free cash flow atas arus kas dari operasi dan arus kas dari sumber lain yang didominasi oleh perlindungan pajak (tax shield). Pada persamaan diuraikan APV dan perlindungan pajak atas bunga (ITS/interst tax shield) yang dikembangkan oleh Myers. APV = Nilai sekarang FCFF + Nilai sekarang ITS……………. (3.33) ITS = Biaya Bunga x T……………………………………….. (3.34)
....................................................................................... (3.35) Dimana : Kd
: Biaya Utang
T
: Pajak
D
: Total Utang Perusahaan selama periode tertentu
E
: Total ekuitas perusahaan selama periode tertentu
PS
: Total Saham preferen yang dimiliki perusahaan selama periode tertentu.
Ke
: Biaya Ekuitas
Kps
: Biaya Saham Preferen ………………….…………..….. (3.36)
42
3.5.5
Optimasi Struktur Modal Untuk memahami struktur modal yang optimal dapat dilihat dari
hubungan dasar keuangan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan akan maksimal jika biaya modal dapat minimal. Nilai perusahaan dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut: ............................................................................... (3.37) Keterangan : N
: Nilai Perusahaan
EBIT
: Laba sebelum bunga dan pajak
Pjk
: Tarif Pajak
WACC
: Biaya modal rata-rata tertimbang
Teori Struktur Modal Modigliani-Miller (MM) dapat digunakan untuk menilai optimasi struktur modal. Model MM terdapat dua jenis yaitu Modigliani-Miller Model 1 (MM Model without corporate taxes), dan Modiliani-Miller Model 2 (MM Model with corporate taxes). Dalam penelitian ini menggunakan teori MM yang kedua yaitu dengan memperhitungkan pajak. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan
bahwa
penggunaan
utang
(leverage)
akan
meningkatkan nilai perusahaan karena biaya utang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Bunga merupakan sebagai pengurang pajak yang sering dikenal dengan istilah Tax Dedictable. 3.6
Hasil yang Diharapkan Suatu penelitian tentunya mengharapkan suatu hasil yang menjawab tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini mengakaji mengenai optimasi struktur modal pada PT Pusri, oleh karena itu penelitian ini diharapkan memberikan jawaban struktur modal yang optimal bagi PT Pusri, memberikan gambaran yang dapat diterapkan PT Pusri mengenai struktur modalnya, selain itu juga memberikan strategi-strategi yang dapat dijalankan oleh PT Pusri yang berguna dalam menjalankan usaha kedepannya.
IV.
4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah PT Pusri Palembang Pada pelita I sektor pertanian mendapat perhatian sangat besar dengan target yang besar pula yaitu berswasembada pangan. Maka pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian mendorong usaha intensifikasi pertanian dengan menggunakan pupuk. Kebutuhan akan pupuk terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pangan dan pertambahan penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri, maka dibangunlah pabrik pupuk kimia. Perencanaan pembangunan ini diserahkan kepada Biro Perancang Negara (BPN) untuk membuat rancangan proyek pupuk urea I yang kemudian dimasukkan dalam REPELITA I (1956-1960). PT Pupuk Sriwidjaja yang didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 merupakan perusahaan yang bertujuan untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi, dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang industri pupuk dan industri kimia lainnya, melalui usaha produksi, perdagangan, pemberian jasa, dan usaha lainnya. PT Pupuk Sriwidjaja yang berbentuk Badan Hukum Milik Negara (BUMN) dengan pemegang saham tunggal yaitu Pemerintah RI melalui Departemen Keuangan RI dan Departemen Perindustrian selaku kuasa pemegang saham. Pabrik pertama yang didirikan yaitu PUSRI I yang diresmikan pada tanggal 4 November 1960 dengan kapasitas terpasang 180 ton ammonia/hari. Pabrik Pusri II telah direncanakan sejak rancangan pembangunan pabrik Pusri I sebagai perluasan pabrik yang bekerjasama
antara
Departemen Perindustrian dengan Toyo Monko Jepang. Namun rencana ini gagal dikarenakan pemberontakan G/30/S PKI. Pemerintah kemudian menindaklanjuti usaha ini pada tahun 1968 dengan mengadakan studi kelayakan bersama John Van Der Volk dan Associate (Amerika), akhirnya mendapatkan rekomendasi untuk melakukan perluasan pabrik Pusri II. Pabrik Pusri III dan Pusri IV dibangun untuk mengatasi kebutuhan pupuk
44
dalam negeri yang semakin meningkat. Pabrik Pusri III dibangun pada tanggal 21 Mei 1975, sedangkan Pusri IV dibangun lima bulan kemudian. Tahun 1990 mulai dibangun pabrik Pusri IB dengan kapasitas 570.000 ton urea/tahun dengan 135 ton amonia/hari sebagai pengganti pabrik Pusri I yang telah dihentikan operasi pupuk ureanya pada tahun 1985 karena usia teknis dan tidak efisien lagi. 4.1.1
PT Pupuk Sriwidjaja menjadi Perusahaan Induk PT Pupuk Sriwidjaja ditunjuk oleh pemerintah menjadi perusahaan
induk (holding company). PT Pupuk Sriwidjaja (Persero), berdasarkan PP No.28/1997. Sejak Pemerintah Indonesia mengalihkan seluruh sahamnya yang ditempatkan di Industri Pupuk Dalam Negeri dan di PT Mega Eltra kepada Pusri, melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 28 tahun 1997 dan PP nomor 34 tahun 1998, maka Pusri, yang berkedudukan di Palembang, Sumatera Selatan, menjadi Induk Perusahaan (Operating Holding) dengan membawahi 6 (enam) anak perusahaan termasuk anak perusahaan penyertaan langsung yaitu PT Rekayasa Industri. 4.1.2
Pemisahan Perseroan kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang Pada tahun 2010, dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Pupuk Sriwidjaja disingkat PT Pusri (Persero) kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang serta telah terjadinya pengalihan hak dan kewajiban PT Pusri (Persero) kepada PT Pusri Palembang sebagaimana tertuang didalan RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010 yang berlaku efektif 1 Januari 2011 sebagaimana dituangkan dalam Perubahan Anggaran Dasar PT Pupuk Sriwidjaja Palembang melalui Akte Notaris Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November 2010 yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 13 Desember 2010 nomor AHU-57993.AH.01.01 tahun 2010. Perubahan bentuk Operating Holding menjadi Non Operating Holding, diharapkan PT PUSRI akan lebih fokus dalam pengelolaan sinergi korporasi diantara sesama perusahaan PT PUSRI.
45
4.2
Analisis Perusahaan PT Pusri Analisis optimasi struktur modal diawali dengan analisis perusahaan yang menggunakan analisis laporan keuangan PT Pusri. Langkah pertama menggunakan analisis rasio keuangan yang bersumber dari data laporan keuangn PT Pusri pada tahun 2006-2010. Laporan keuangan yang digunakan berfokus pada laporan laba/rugi 2006-2010 dan neraca 2006-2010. 4.2.1
Analisis Rasio Keuangan PT Pusri Hasil perhitungan dari beberapa indikator kinerja keuangan PT
Pusri pada tahun 2006-2010 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Indikator Kinerja Keuangan 2006
2007
2008
2009
2010
Likuiditas Rasio Lancar
1,54
1,85
1,67
1,98
2,29
Rasio Cepat
0,99
1,44
1,13
1,46
1,59
Aktivitas Perputaran Persediaan
4,13
7,13
4,53
4,96
4,19
Perputaran Aktiva Tetap
1,31
1,93
3,10
2,81
2,57
Perputaran Total Aktiva
0,75
0,97
1,16
0,99
0,97
137,99%
119,10%
157,83%
141,45%
113,99%
57,73%
54,13%
60,99%
58,35%
53,03%
8,65
12,62
8,33
7,58
10,68
4,20%
6,95%
6,81%
7,43%
6,27%
Rasio laba bersih (%) 10,05% 15,30% 17,61% Sumber : Diolah dari Annual Report PT Pusri (Persero)
18,02%
13,48%
Solvabilitas Rasio hutang terhadap modal sendiri (DER) Rasio Utang Profitabilitas Pendapatan dari investasi (ROI) (%) Pendapatan dari modal (ROE) (%)
Rasio
likuiditas menggambarkan
seberapa
likuidnya suatu
perusahaan. PT Pusri memiliki kondisi likuiditas yang semakin membaik walaupun perusahaan meningkatkan hutang lancarnya. Kondisi likuiditas yang membaik ini merupakan suatu keuntungan perusahaan untuk dapat meningkatkan kepercayaan kepada investor maupun kreditur. Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik. Rasio lancar PT Pusri mengalami peningkatan dari 1,54 pada tahun 2006,
46
menjadi 1,85 tahun 2007, artinya bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar yang awalnya 1,54 membaik menjadi 1,85. Namun mengalami sedikit penurunan yang tidak terlalu signifikan pada tahun 2008 menjadi 1,67, berarti efektifitas dari aktiva dalam menjamin hutang lancarnya menurun menjadi 1,67, dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009 menjadi 1,98 dan 2,29 pada tahun 2010, pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan aktiva perusahaan dalam menjamin hutangnya menjadi 1,98 dan 2,29. Rasio
cepat
menunjukkan
kemampuan
aktiva
tanpa
memperhitungkan persediaan dalam menjamin hutang lancarnya, dalam tingkat 100% kondisi ini sudah dikatakan baik. Keadaan rasio cepat tahun 2007 lebih baik dibandingkan tahun 2006 sebesar 0,99 kali meningkat mnejadi 1,44 kali. Tahun 2008 keadaan perusahaan sedikit menurun menjadi 1,13 kali namun kembali membaik menjadi 1,46 kali pada tahun 2009. Keadaan perusahaan menjadi lebih baik kembali tahun 2010 sebesar 1,59 kali. Terlihat pada setiap tahun bahwa kemampuan aktiva tanpa memperhitungkan persediaan mampu menjamin hutangnya, hal ini berarti PT Pusri tidak perlu menjual persediaan apabila ingin melunasi hutang lancarnya, tetapi dapat dilakukan dengan penjualan surat berharga atau penagihan piutang. Perkembangan rasio likuiditas tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut.
Gambar 8. Grafik Rasio Likuiditas 2006-2010
47
Kemampuan manajemen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi asset dapat terlihat pada rasio aktivitas. Manajemen dapat meningkatkan efisiensi dari tahun 2006-2008, namun setelah tahun 2008 efisiensi asset menurun hingga tahun 2010. Pada rasio aktivitas ini yang dilihat yaitu perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva. Dimana perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan diganti dalam satu tahun, kondisi yang meningkat menunjukkan adanya peningkatan dari efektivitas perusahaan. Perputaran persediaan pada tahun 2006 sebesar 4 kali ketersediaan barang diganti dalam satu tahun. Kondisi membaik pada tahun 2007 menjadi 7 kali persediaan diganti dalam satu tahun. Namun tahun 2008 kembali menurun menjadi 4 kali persediaan diganti dalam satu tahun, sedikit meningkat menjadi 5 kali persediaan diganti pada tahun 2009, dan kembali menurun pada tahun 2010 menjadi 4 kali persediaan yang diganti. Dalam melihat penggunaan aktiva tetap maka dibutuhkan rasio perputaran aktiva tetap. Pada tahun 2007 lebih baik dibandingkan tahun 2006 yang awalnya sebesar 1,31 menjadi 1,93 kali, hal ini menunjukkan bahwa Rp 1 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 1,31 penjualan dan kemampuan aktiva tetap meningkat hingga dapat menghasilkan Rp 1,93 penjualan. Kembali meningkat tahun 2008 menjadi Rp 3,10 penjualan. Namun pada tahun 2009-2010 terjadi penurunan yaitu 2,81 kali dan kembali menurun menjadi 2,57 kali, efektivitas dari penggunaan aktiva tetap mengalami penurunan sehingga hanya dapat menghasilkan Rp 2,81 penjualan dan Rp 2,57 penjualan. Perputaran total aktiva menggambarkan perputaran seluruh aktiva yang digunakan oleh perusahaan. Sama halnya dengan rasio sebelumnya pada tahun 2006 terjadi peningkatan sampai dengan tahun 2008 yaitu awalnya 0,75 kali menjadi 0,97 kali dan kembali meningkat menjadi 1,16 kali, hal ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan efektivitas dari penggunaan aktiva dalam menghasikan penjualan, yang awalnya hanya dapat menghasilkan Rp 0,75 penjualan dan meningkat menjadi Rp 0,97 penjualan hingga mencapai Rp 1,16 penjualan. Kondisi perusahaan sangat tidak menggembirakan karena
48
terjadi penurunan rasio perputaran total aktiva pada tahun 2008-2010 menjadi 0,99 kali dan menurun kembali menjadi 0,97 kali, terlihat terjadinya
penurunan
efektivitas
dari
penggunaan
aktiva
dalam
menghasilkan penjulan. Perkembangan rasio aktivitas tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai berikut.
Gambar 9. Grafik Rasio Aktivitas 2006-2010 Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek dapat terlihat pada rasio solvabilitas. Rasio hutang menunjukkan seberapa besar hutang mempengaruhi aktiva. Terjadi penurunan rasio hutang pada tahun 2006-2007 yaitu dari 57,73% menjadi 54,13%, hal ini menunjukkan terjadi penurunan pada pendanaan dengan menggunakan hutang. Penggunaan hutang mengalami peningkatan tahun 2008 menjadi 60,99%, kembali mengalami penurunan pada tahun 2009 sampai dengan 2010 pada awalnya sebesar 58,35% menurun menjadi 53,03%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat hutang yang cukup tinggi, baik hutang lancar dan tidak lancar. Kondisi DER juga menunjukkan tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan, pada tahun 2006 bernilai 137,99% mengalami penurunan menjadi 119,10% pada tahun 2007, hal ini menunjukkan penggunaan hutang yang disediakan oleh ekuitas menurun yang awalnya 137,99% menjadi 119,10%. Kemudian penggunaan hutang yang disediakan modal sendiri kembali meningkat pada tahun 2008 menjadi 157,83% dan kembali mengalami penurunan
49
menjadi 141,45% tahun 2009. Pada tahun 2010 kembali mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 113,99%. Berdasarkan kedua rasio tersebut menunjukkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan pada penggunaan hutang, sedangkan tahun lainnya mengalami penurunan penggunaan hutang Dengan meningkatnya financial leverage maka interest coverage akan mengalami penurunan. Perkembangan rasio solvabilitas tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 10 sebagai berikut.
Gambar 10. Grafik Rasio Solvabilitas 2006-2010 Tingkat profitabilitas perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2010 mengalami penurunan. Analisis profitabilitas berlandaskan pada beberapa rasio yaitu ROI, ROE, dan rasio laba bersih. Pada ROI (Return on Investment) menunjukkan efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya, ROI mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan, pada tahun 2006 efektivitas manajemen atas investasinya sebesar 4,20% meningkat menjadi 6,95% di tahun 2007, dan mengalami penurunan efektivitas pengelolaan investasi yang tidak terlalu signifikan dari tahun 2007 ke tahun 2008 menjadi 6,81%. Selanjutnya mengalami sedikit peningkatan efektivitas pengelolaan manajemen ke tahun 2009 menjadi 7,43%, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan efektivitas pengelolaan investasi menjadi 6,27%.
Tidak jauh berbeda
dengan ROI, ROE (Return on Equity) yang menunjukkan efisiensi
50
penggunaan modal sendiri yang mengalami peningkatan dari tahun 2006 sebesar 10,05% menjadi 15,30% pada tahun 2007, dan efisiensi pengelolaan modal sendiri kembali mengalami peningkatan pada 2008 menjadi 17,61%, selanjutnya meningkat menjadi 18,02% tahun 2009, sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan efisiensi pengelolaan modal sendiri menjadi 13,48%. Penurunan tersebut diakibatkan terjadinya peningkatan pada total ekuitas di tahun 2010 yang tidak diikuti dengan peningkatan laba bersih, peningkatan ekuitas dikarenakan adanya penambahan penyertaan dari pemerintah. Rasio laba bersih cukup fluktuatif, rasio ini mengukur margin laba atas penjualan, terlihat dari peningkatan laba bersih dari 2006-2007 yaitu dari 28,12% menjadi 29,42%, namun margin laba atas penjualan kembali menurun pada tahun 2008 menjadi 26,88%. Margin laba bersih kembali mengalami penurunan tahun 2009 menjadi 22,80%. Pada tahun 2010 perusahaan dapat kembali meningkatkan
laba
bersih
atas
penjualannya
menjadi
26,63%.
Perkembangan rasio profitabilitas tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 11 sebagai berikut.
Gambar 11. Grafik Rasio Profitabilitas 2006-2010 Tingkat profitabilitas PT Pusri mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006-2009 profit perusahaan terus meningkat namun pada tahun 2010 mengalami penurunan profit. Profit tahun 2006 sebesar Rp 862.573.000.000,00 meningkat cukup signifikan menjadi Rp
51
1.584.616.000.000,00 pada tahun 2007. Pada tahun 2008 profit kembali meningkat signifikan menjadi Rp 2.112.640.000.000,00. Tahun 2009 kembali mengalami peningkatan menjadi Rp 2.558.077.000.000,00. Namun
terjadi
penurunan
pada
tahhun
2010
menjadi
Rp
2.108.155.000.000,00, hal ini dikarenakan pada akhir tahun 2010 dilakukan spin off pada PT Pusri. Persentase peningkatan profit dari tahun 2006-2009 antara 17,41% hingga 45,57%, namun terjadi penurunan tahun 2010 sebesar -21,34% yang mengakibatkan rata-rata peningkatan profit menjadi 16,66% . Di tahun 2007 peningkatan laba operasional mencapai hingga 169,75% dibandingkan dengan tahun sebelumnya dari hanya sebesar Rp 1.020.263.000.000,00 meningkat menjadi Rp 2.752.138.000.000,00. Pada tahun 2008 peningkatan tidak seperti tahun sebelumnya namun tetap signifikan yaitu sebesar 73,67% menjadi Rp 4.779.527.000.000,00. Laba operasional rata-rata mengalami peningkatan sebesar 55,36%. Peningkatan terjadi sangat signifikan sebesar 23,76%-169,75% setiap tahunnya namun hanya
pada
tahun
2009
mengalami
penurunan
menjadi
Rp
2.593.116.000.000,00, penurunan ini sangat signifikan yaitu menurun sebesar 45,75%. Hal ini juga diikuti peningkatan net income yang paling signifikan yaitu tahun 2007 sebesar 45,57%. Dan pada tahun 2009 pada laba operasional mengalami penurunan namun pada net income mengalami peningkatan sebesar 17,41%. Penurunan laba operasional pada tahun 2009 diakibatkan peningkatan pada beban pokok pupuk dan non pupuk namun tidak diikuti dengan peningkatan penjualan. Peningkatan laba operasional diakibatkan oleh aktivitas operasional, peningkatan biaya aktivitas operasi diikuti dengan peningkatan penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa PT Pusri dapat tumbuh untuk menghasilkan laba operasional yang berkesinambungan. Rincian mengenai pertumbuhan pendapatan dan neraca dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
52
Tabel 5. Pertumbuhan Pendapatan dan Neraca Tahun 2006-2010 (Dalam Juta Rupiah) 2006
2007
2008
2009
2010
15,470,891 1,020,263
22,218,785 2,752,138
36,036,743 4,779,527
34,209,998 2,593,116
32,676,371 209,231
1,322,092
2,413,886
3,120,555
3,704,675
3,097,362
862,573
1,584,616
2,112,640
2,558,077
2,108,155
7,608,475
10,100,237
17,891,030
20,405,414
18,801,712
276,610
307,184
329,120
380,446
430,319
Aset Tetap
11,807,968
11,517,110
11,554,338
12,038,224
12,534,157
Total Asset Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban jangka Panjang
20,561,274
22,789,017
31,035,479
34,416,630
33,621,848
4,934,770
5,476,447
10,692,369
10,296,356
8,206,545
6,845,155
6,858,235
8,237,551
9,786,542
9,623,734
3,989,024
4,289,006
4,289,006
4,289,006
10,610,006
Saldo Laba 4,792,325 6,165,329 Total Kewajiban dan Ekuitas 20,561,274 22,789,017 Sumber : Annual Report PT Pusri
7,704,773
10,044,725
5,032,583
31,035,479
34,416,630
33,621,858
Revenue EBIT EBT Net income Neraca Aset lancar Investasi Jangka Panjang
Modal
Total asset PT Pusri mengalami peningkatan hampir setiap tahunnya kecuali pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2,31%. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan 10,83% dan peningkatan yang paling signifikan yaitu pada tahun 2008 menjadi 36,19%. Rata-rata peningkatan total asset PT Pusri mencapai 13,90%. Dilihat dari segi asset PT Pusri mampu meningkatkan kemampuan usahanya menjadi lebih produktif. 4.2.2
Analisis Perkembangan dan Peramalan Laporan Keuangan Perkembangan laporan keuangan dari tahun ke tahun dapat
dianalisis dengan menganalisis arah trenya. Metode analisis tren atau yang lebih sering dikenal sebagai analisis horizontal yang digunakan untuk melihat pergerakan masing-masing komponen dalam laporan keuangan dari tahun ke tahun. Hasil dari analisis ini menunjukkan suatu arah tren yang meningkat ataukah menurun. Analisis tren ini berguna sebagai analisis pendukung dari analisis rasio untuk melihat bagaimana kondisi
53
suatu perusahaan. Analisis tren ini hanya berfokus pada akun yang berhubungan dengan struktur modal yaitu kewajiban jangka panjang, dan modal yang terdapat pada neraca. Serta tingkat laba bersih yang menggambarkan kondisi perusahaan dari segi laba yang terdapat pada laporan laba atau rugi. Dalam penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar yaitu tahun 2006 yang merupakan tahun awal dalam penelitian. Analisis tren terhadap neraca dilakukan terhadap dua komponen yaitu kewajiban jangka panjang dan modal, hal ini dikarenakan kedua komponen tersebut merupakan komponen dari struktur modal yang dapat membantu peneliti dalam menganalisis optimasi struktur modal. Dalam analisis tren, peneliti menggunakan uji coba tren dengan tiga tipe model yaitu linear, quadratic dan exponential growth. Dari hasil ketiga tipe model terhadap akun yang diuji menunjukkan pada kewajiban jangka panjang dan laba bersih menggunakan model linear, sedangkan modal menggunakan model quadratic. Hal ini berlandaskan pada nilai MAPE, MAD, dan MSD terkecil dari ketiga tipe model. Untuk hasil uji coba ketiga tren model dapat dilihat pada tabel 6 seperti berikut: Tabel 6. Hasil Uji Coba Tren Dari Tiga Model Akun Kewajiban Jangka Panjang Modal
Linear Quadratic MAPE 4.59599E+00 MAPE 4.69244E+00 MAD 3.75903E+05 MAD 3.81106E+05 MSD 1.91300E+11 MSD 1.90826E+11 MAPE 2.83547E+01 MAPE 1.90548E+01 MAD 1.49304E+06 MAD 8.97735E+05 MSD 3.05191E+12 MSD 9.80327E+11 Laba Bersih MAPE 1.72768E+01 MAPE 5.47397E+00 MAD 2.87879E+05 MAD 1.00004E+05 MSD 9.63921E+10 MSD 1.22780E+10 Sumber : Hasil pengolahan tren pada Minitab
Exsponensial Growth MAPE 4.61195E+00 MAD 3.86437E+05 MSD 2.02374E+11 MAPE 2.16288E+01 MAD 1.29056E+06 MSD 2.83161E+12 MAPE 2.05670E+01 MAD 3.65092E+05 MSD 1.54486E+11
Hasil analisis tren terhadap kewajiban jangka panjang dalam neraca menunjukkan bahwa perkembangan dengan kecenderungan yang cukup besar mengalami peningkatan. Pada gambar 12 menunjukkan tren pada kewajiban jangka panjang. Pada gambar 12 menunjukkan bahwa komponen kewajiban jangka panjang mengalami perkembangan dengan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2007-2009 mengalami peningkatan
54
kewajiban jangka panjangnya, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan sebesar 1,66%. Trend Analysis Plot for Kewajiban_Jangka_Panjang Linear Trend Model Yt = 5724604 + 848547*t
Kewajiban_Jangka_Panjang
13000000
Variable Actual Fits Forecasts
12000000 11000000
Accuracy Measures MAPE 4.59599E+00 MAD 3.75903E+05 MSD 1.91300E+11
10000000 9000000 8000000 7000000 6000000 2006
2007
2008
2009 2010 Year
2011
2012
2013
Gambar 12. Grafik Tren Kewajiban Jangka Panjang 2006-2010 Berbeda dengan kewajiban jangka panjang, dalam akun modal tren yang terjadi hampir mendekati stabil pada tahun 2006-2009, hanya terjadi sedikit peningkatan dari tahun 2006-2007 dan stabil untuk tahun selanjutnya sampai tahun 2009, akan tetapi terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 2009-2010. Jumlah modal meningkat ke tahun 2010 yang pada awalnya hanya sebesar Rp 4.289.006.000.000,00 meningkat menjadi Rp 10.610.006.000.000. Peningkatan ini mencapai 147,38% hal ini dikarenakan terjadi peingkatan pada kapitalisasi pooling of fund pada tahun 2010 sebesar Rp 250.000.000.000,00 dan peningkatan pada kapitalisasi laba ditahan perusahaan pada tahun 2010 sebesar Rp 6.071.000.000.000,00
yang
tidak
ditemukan
pada
tahun-tahun
sebelumnya. Kapitalisasi pooling of fund merupakan penambahan penyertaan dividen pemerintah yang diberikan kepada PT Pusri, kapitalisasi ini bertujuan untuk menambahkan penyertaan pemerintah kepada PT Pusri dikarenakan PT Pusri membutuhkan dana tambahan untuk dilakukannya spin off. Pada grafik 13 digambarkan perkembangan tren yang terjadi pada pos modal tahun 2006-2010 yang dapat dilihat sebagai berikut.
55
Trend Analysis Plot for Modal
Quadratic Trend Model Yt = 7541638 - 3836676*t + 860145*t**2 Variable Actual Fits Forecasts
40000000
Accuracy Measures MAPE 1.90548E+01 MAD 8.97735E+05 MSD 9.80327E+11
Modal
30000000
20000000
10000000
0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Year
Gambar 13. Grafik Tren Modal 2006-2010 Hasil analisis tren pada pos laba bersih yang terdapat pada laporan laba rugi menunjukkan terjadinya peningkatan tren yang hampir terjadi setiap tahunnya. Gambar 14 menunjukkan peningkatan tren yang terjadi pada pos laba bersih. Trend Analysis Plot for Net_Income Linear Trend Model Yt = 805825 + 346463*t
Variable Actual Fits Forecasts
3500000
Net_Income
3000000
Accuracy Measures MAPE 1.72768E+01 MAD 2.87879E+05 MSD 9.63921E+10
2500000 2000000 1500000 1000000 2006
2007
2008
2009 2010 Year
2011
2012
2013
Gambar 14. Grafik Tren Laba Bersih Laba bersih yang dihasilkan mengalami peningkatan dari tahun 2006-2009, dimana peningkatan paling signifikan terjadi pada tahun 2007.
56
Kecenderungan peningkatan ini tidak terhindar dari terjadinya penurunan laba bersih yang terjadi pada tahun 2010, penurunan ini cukup signifikan yang mencapai 21,34%. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan dari pendapatan
lain-lain
yang
pada
tahun
2009
sebesar
Rp
2.533.139.141.000,00 menjadi Rp 1.241.690.058.000,00 diikuti dengan penurunan beban lain-lain namun penurunan ini tidak signifikan sehingga menyebabkan jumlah pendapatan (beban) lain-lain bernilai negatif yang mengurangi laba bersih. Penurunan laba ini diakibatkan pada akhir tahun 2010 dilakukannya spin off PT Pusri yang mengakibatkan peningkatan pada beban pajak yang digunakan untuk pembayaran beban pajak BBHTB dan PPHTB yang mencapai hingga Rp 1 triliyun. Setelah dilakukan analisis tren pada laporan laba/rugi, maka akan dianalisis peramalan dari laporan laba/rugi dengan menggunakan software MINITAB 14. Hasil dari pengolahan dengan MINITAB 14 dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut. Tabel 7. Peramalan Laporan Laba/Rugi & Neraca 2012-2014 (dalam Ribuan) Tahun
2012*
2013*
2014*
Kewajiban Jangka Panjang
11.664.429
12.512.976
13.361.522
Modal
22.832.031 3.231.062
31.897.536 3.577.525
42.683.333 3.923987
Laba Bersih
*Prediksi Sumber : Diolah dari laporan keuangan PT Pusri (Persero) tahun 2006-2010
Berdasarkan pengolahan dari MINITAB 14 maka diperoleh hasil peramalan laporan laba/rugi dan neraca tahun 2012-2014. Terlihat terjadi peningkatan pada laba bersih setiap tahunnya. Pada pos kewajiban jangka panjang mengalami peningkatan berkisar antara 6,78%-7,85%. Sedangkan pada pos modal mengalami peningkatan yang cukup signifikan berkisar anatara 33,81%-47,43%. Pada pos laba bersih dalam 3 periode sama halnya dengan pos kewajiban jangka panjang, laba bersih juga mengalami peningkatan yang tidak terlalu berbeda hanya terjadi peningkatan anatara 9,68%-10,72%.
57
4.3
Analisis Pengaruh dan Hubungan debt dan Profitabilitas Berdasarkan metodologi penelitian yang telah disusun sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan menggunakan laba bersih sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independen yang akan digunakan yaitu debt yang lebih spesifik yaitu hutang jangka panjang. Sebelum dilakukan analisis pengaruh antar kedua variabel maka terlebih dahulu akan dianalisis hubungan atau keterkaitan anatar dua variabel tersebut. Keterkaitan anatar masing-masing variabel tersebut dikaji menggunakan analisis korelasi dengan menggunakan software MINITAB 14.
Hasil
perhitungan korelasi kedua variabel tersebut menghasilkan nilai r sebesar 0,890, dimana nilai r apabila mendekati 1, hal ini menunjukkan hubungan x dan y sempurna dan positif. Selain nilai r didapat juga nilai p-value yaitu sebesar 0,043. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p-value lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang kuat. Setelah dilakukan analisis korelasi maka akan dilakukan analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan software yang sama yaitu MINITAB 14. Dalam pengelolaan data dengan MINITAB, didapatkan persamaan regresi linear atau hubungan linear anatar laba bersih dengan hutang jangka panjang dalam bentuk persamaan regresi linear sederhana. Hasil pengolahan mendapatkan nilai R-sq adalah 79,2%. Dari pengolahan data tersebut juga diperoleh tabel analisis of variance atau ANOVA, nilai p-value dari hutang jangka panjang dan laba bersih adalah 0,043. Apabila dibandingkan dengan taraf nyata (α) yang besarnya 0,05, hal ini berarti nilai p-value lebih kecil dari pada nilai α
atau p-value< α
yang
menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan berpengaruh terhadap variabel terikat. Persamaan regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa hutang jangka panjang memiliki keeratan dengan laba bersih dengan nilai 72,35%. Jadi laba bersih dipengaruhi oleh besarnya hutang jangka panjang. Persamaan regresi linear sederhana adalah “Net_income = 1480632 + 0.435 Hutang_Jangka_Panjang”, nilai koefisien regresi hutang jangka panjang dengan analisis regresi linear sederhana adalah positif,
58
menunjukkan
bahwa
peningkatan
hutang
jangka
panjang
akan
mengakibatkan peningkatan laba bersih. Hasil analisis regresi sederhana dapat dilihat pada Tabel 8 dan hasil plot data ditunjukkan pada Gambar 15 seperti berikut. Tabel 8. Analisis Regresi antara Laba Bersih Dengan Hutang Jangka Panjang. Regression Analysis: Net_income versus Hutang_Jangka_Panjang The regression equation is Net_income = - 1480632 + 0.435 Hutang_Jangka_Panjang Predictor Constant
Coef
SE Coef
T
P
-1480632
994765
-1.49
0.233
0.4345
0.1284
3.38
0.043
Hutang_Jangka_Panjang S = 341240
R-Sq = 79.2%
R-Sq(adj) = 72.3%
Analysis of Variance Source
DF
SS
MS
F
P
Regression
1
1.33299E+12
1.33299E+12
11.45
0.043
Residual Error
3
3.49334E+11
1.16445E+11
Total
4
1.68232E+12
Durbin-Watson statistic = 1.68712
Residual Plots for Net_income Normal Probability Plot of the Residuals
Percent
90 50 10 1
Residuals Versus the Fitted Values Standardized Residual
99
-2
-1 0 1 Standardized Residual
2
1 0 -1 1200000
Histogram of the Residuals 1.5 1.0 0.5 0.0
-1.5
-1.0 -0.5 0.0 0.5 Standardized Residual
1.0
1800000 2100000 Fitted Value
2400000
Residuals Versus the Order of the Data Standardized Residual
Frequency
2.0
1500000
1 0 -1 1
2
3 4 Observation Order
Gambar 15. Hasil Plot Data Regresi Linear Sederhana
5
59
4.4
Analisis Valuasi Pada dasarnya valuasi bertujuan untuk melihat nilai perusahaan sebenarnya. Valuasi perusahaan memegang peranan penting dalam berbagai keputusan manajerial. Setelah melakukan valuasi tersebut selanjutnya diperhitungkan struktur modal yang optimal bagi perusahaan. Secara umum performa keuangan perusahaan dapat dikatakan baik. Performa keuangan menunjukkan adanya potensi peningkatan kinerja. Pada tahun 2010 merupakan titik balik bagi perusahaan dalam menciptakan nilai pasar yang lebih baik. Pada akhir tahun 2010 dilakukan restrukturisasi PT Pusri yang bertujuan agar lebih fokus dalam pengelolaan sinergi korporasi. Dari hasil analisis tren, perusahaan diperkirakan masih dapat meningkatkan laba bersihnya. Dalam melakukan valuasi dipergunakan beberapa data, asumsi dan perhitungan yang diuraikan sebagai berikut. 4.4.1
Beta Seperti halnya pada penelitian terdahulu mengenai optimasi
struktur modal, dalam penelitian kali ini juga membutuhkan nilai beta dalam melakukan valuasi,
data yang digunakan menggunakan beta
perusahaan publik dalam sektor industri kimia. Peneliti menggunakan data beta industri kimia Indonesia, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9. Rata-rata Beta Berbobot Perusahaan Kimia di Indonesia No Quote Symbol 1 Barito Pasific, tbk 2 Budi Acid Jaya, tbk 3 Duta Pertiwi Nusantara, tbk 4 Ekhadarma Internasional, tbk 5 Eterindo Wahanatama, tbk 6 IntanwijayaInternasional, tbk 7 Sorini Agro Asia Corporindo, tbk 8 Indo Acidatama, tbk 9 Unggul Indah Jaya, tbk Rata-rata Beta Levered Sumber: Report Thomson
Beta Levered 1,90243 1,12831 0,60906 0,70888 1,69705 1,2046 0,72343 1,1198 -0,19957 0,98822
Untuk mnedapatkan rata-rata beta berbobot dari industri kimia maka dibuat rata-rata dari 9 industri tersebut. Didapatlah rata-rata beta
60
levered berbobot sebesar 0,98822. Nilai beta ini masih merupakan beta kondisi berhutang sehingga perlu dicari untuk nilai beta dalam kondisi tanpa hutang. Dimana diperoleh nilai beta dalam kondisi tanpa hutang sebesar 0,8733 yang dapat dilihat pada lampiran 13. Beta 0,8733 inilah yang akan digunakan sebagai beta PT Pusri (Persero). Untuk menghitung nilai beta pada kondisi tanpa hutang (unlevered beta) adalah sebagai berikut: ………..…………………………………… (4.1) Dimana: βeu = Unlevered Equity Beta β = Estimasi beta industri kimia, dalam hal ini 0,98822 Setelah memperhitungkan nilai beta dalam kondisi tanpa hutang maka akan diperhitungkan nilai beta dalam kondisi berhutang (levered beta) pada PT Pusri, dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: …………………………………………….. (4.2) Dalam setiap perubahan strktur modal maka hutang dan ekuitas akan berubah, perubahan itulah yang akan mempengaruhi nilai beta saat kondisi berhutang. 4.4.2
Risk Free Rate Suku bunga bebas resiko biasanya diperhitungkan dari sertifikat
yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini menggunakan data SBI. Risk free rate diperhitungkan dari SBI 3 bulan, didapatlah rata-rata risk free rate sebesar 6,56% per tahun. Dengan nilai ini digunakan untuk menetukan biaya bunga atas hutang perusahaan dan nilai tingkat resiko (spread). 4.4.3
Risk Premium Dalam menentukan resiko premium di Indonesia maka akan
digunakan beberapa data pendukung sebagai berikut: 1.
Country risk diperoleh dari website damodaran. Indonesia mendapatkan rating B3.
61
2.
Country bond spread diambil dari website damodaran. Dengan rating B3, Indonesia memiliki default spread sebesar 6,00%.
3.
Risk premium berdasarkan dari data yang diperoleh oleh Aswath Damodaran maka diperoleh country risk premium Indonesia sebesar 9,13%.
Dari data yang telah diperoleh maka Indonesia memiliki tingkat resiko premium sebesar 9,13%. 4.4.4
Cost of Equity Biaya ekuitas perusahaan diperhitungkan dengan menggunakan
model CAPM dengan dipengaruhi oleh fakor beta, risk free rate, dan risk premium. Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut kedalam persamaan 21 yang terdapat dalam metodologi, maka akan diperoleh nilai cost of equity sebagai berikut: re = 6,56% + 0,87248 (9,13% ) = 6,64% Dengan
adanya penambahan leverage maka akan terjadi
perubahan pada nilai beta sesuai dengan persamaan 2 pada bab pembahasan. Terjadinya perubahan struktur modal mengakibatkan perubahan pada cost of equity. Saat ini perusahaan memiliki perbandingan hutang dan ekuitas sebesar 36% dan 64%, dengan besar hutang Rp 8.763.021.000.000,00 dan besar ekuitas sebesar Rp 15.642.589.000.000,00 atau rasio DER adalah sebesar 1,14. Pada tabel 10 diperoleh hasil perhitungan nilai beta dari setiap perbandingan debt/equity, dengan menggunakan tingkat pajak sebesar 25% dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 10. Beta Levered untuk Rasio Hutang terhadap Ekuitas Debt/Equity Beta 0/100 0,87 10/90 0,95 20/80 1,04 30/70 1,15 40/60 1,31
Debt/Equity 50/50 60/40 70/30 80/20 90/10
Beta 1,53 1,85 2,40 3,49 6,76
62
4.4.5
Cost of Debt Komponen kedua setelah menghitung biaya modal adalah biaya
utang atau cost of debt. Perhitungan biaya hutang dapat menggunakan rumusan sebagai berikut: Biaya utang setelah pajak = biaya utang sebelum pajak (1Pajak)……………………………………………………….………. (4.3) Rating yang diperoleh oleh PT Pusri tergolong AA berdasarkan penilaian oleh sebuah badan pemeringkat efek Indonesia. Dari hasil rating tersebut, spread dapat diestimasi pada berbagai tingkat rating yang digunakan oleh standar Poor‟s dan Moody‟s seperti sebagai berikut: Tabel 11. Estimasi Spread (Rating Standar Poor’s & Moody’s) Rating
Spread
Rating
Spread
AAA
0,75%
B+
4,75%
AA
1%
B-
8,00%
A+
1,5%
CCC
10,00%
A
1,8%
CC
11,50%
A-
2%
C
12,70%
BBB
2,25%
D
14,00%
BB
3,50%
Sumber : Website Moody‟s
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai default spread untuk rating AA bernilai 1%. Sebelum menghitung biaya utang setelah pajak maka terlebih dahulu menghitung biaya utang sebelum pajak seperti berikut: Biaya utang sebelum pajak = 6,56% + 1 % = 7,56% Dengan menggunakan tingkat pajak sebesar 25%, maka didapat nilai biaya utang setelah pajak menggunakan persamaan 3 pada pembahasan maka akan diperoleh nilai sebagai berikut: Biaya utang setelah pajak = 7,56% (1-0,25) = 0,0567 = 5,67% 4.5
Skenario Skenario yang digunakan dalam penelitian ini dibutuhkan untuk analisis valuasi yaitu investasi pengembangan PT Pusri (Persero) beserta pengembangan anak perusahaan pada tahun 2013. Total investasi
63
pengembangan
holding
yang
dibutuhkan
sebesar
Rp
9.155.371.000.000,00. Dana yang dimiliki PT Pusri (persero) untuk melakukan pengembangan sebesar Rp 13.652.256.000.000,00 yang terdiri dari hasil usaha setelah pajak, penyusutan dan sisanya ditutupi dengan menggunakan pinjaman, tingkat pinjaman yang digunakan sebesar 62,76% setara dengan Rp 8.568.000.000.000,00. Angsuran pokok pinjaman per tahunnya sebesar Rp 2.820.375.000.000,00 dengan angsuran beban bunga pinjaman sebesar Rp 1.001.329.000.000,00 atau setara dengan 11,69%. Skenario tersebut akan dilakukan valuasi untuk dapat melihat bagaimana nilai perusahaan kedepannya. Metode valuasi yang akan digunakan yaitu FCFF dan APV. Hasil perhitungan valuasi lengkap dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10.
Perhitungan valuasi menggunakan
program spread sheet yang terdapat pada software Microsoft Excel 2010. Dalam hal ini alasan digunakan metode APV karena metode ini lebih cocok untuk kondisi struktur modal perusahaan yang berubah-ubah. Sebelum melakukan valuasi pada skenario yang akan dijalankan pada tahun 2013 maka akan dilakukan valuasi untuk mengevaluasi nilai perusahaan 2006-2010. Rata-rata nilai perusahaan dari tahun 2006-2010 dengan menggunakan metode FCFF sebesar Rp 732.421.399.000,00, sedangkan dengan metode APV diperoleh nilai perusahaan sebesar Rp 933.827.133.000,00. Nilai pada APV lebih besar dibandingkan dengan FCFF karena pada metode APV diperhitungkan nilai ITS setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12. Komposisi Nilai Perusahaan dengan metode APV 2006-2010 (dalam Ribuan) 2006 FCFF ITS APV
(497.504.246)
2007
2008
1.884.358.639
477.059.266
2009 637.304.185
2010 1.160.889.152
125.681.748
129.484.175
290.864.495
257.377.224
203.621.027
(371.822.499)
2.013.842.814
767.923.761
894.681.409
1.364.510.179
Setelah mengevaluasi nilai perusahaan pada tahun 2006-2010 maka akan dilakukan valuasi untuk skenario pengembangan tahun 2013. Metode APV menghasilkan nilai perusahaan (firm value) sebesar Rp
64
3.481.118.000.000,00. Nilai ini diperoleh dari FCFF dan ITS (interest tax shield), dimana FCFF diperoleh sebesar Rp 4.325.388.000.000,00 namun nilai ini belum menggambarkan sepenuhnya nilai sekarang sehingga nilai FCFF harus di present value terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai real sekarang. Hasil presnt value dari FCFF sebesar Rp 3.231.718.000.000,00. Selain FCFF, dalam mencari APV dibutuhkan ITS yang didapat dari perkalian antar beban bunga dengan tingkat pajak yang menghasilkan nilai ITS sebesar Rp 249.400.000.000,00. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut: Tabel 13. Komposisi Nilai Perusahaan dengan metode APV Skenario (dalam Jutaan) Present Value of Free Cash Flow 3.231.718 PV Interest Tax Shield (ITS) 249.400 Adjused Present Value (APV)) 3.481.118 Berdasarkan hasil perhitungan APV, dapat dilihat dengan adanya penambahan hutang jangka panjang pada struktur modal mengakibatkan adanya penambahan nilai perusahaan yang diperoleh dari ITS. Beban bunga atas hutang perusahaan dalam ITS merupakan suatu pengurang pajak yang sering dikenal dengan istilah tax deductible, pengurang pajak ini merupakan sisi positif dari adanya hutang. 4.6
Optimasi Struktur Modal Optimasi struktur modal pada industri ini mengacu pembahasan pada metodologi penelitian. Menurut Stephen A. Ross menyatakan bahwa perusahaan manufaktur memiliki komposisi hutang jangka panjang antara 0%-50%. Banyak studi yang menyatakan bahwa cost of capital akan minimum dalam kondisi 1:2. Namun dalam studi literatur menyatakan bahwa struktur modal yang optimal ketika nilai WACC yang minimum. Nilai WACC ini bergantung pada biaya hutang dan biaya ekuitas. Oleh karena itu, analisis optimasi struktur modal dilakukan dengan memilih nilai WACC. Mekanisme biaya hutang dan ekuitas dalam menentukan WACC dapat diihat sebagai berikut: 1.
Nilai hutang jangka panjang bernilai D/(D+E) yaitu 0,56.
65
2.
Nilai beta dengan kondisi berhutang yaitu sebesar βel = 0,87248(1+(1-0,25)(0,56)) = 1,2389
3.
Biaya ekuitas diperhitungkan dengan metode CAPM sebesar re = 6,56% + 1,2389(9,13%) = 17,87%.
4.
Dengan rating AA maka biaya hutang sebesar 5,67%.
5.
Biaya ekuitas saat kondisi tanpa hutang yaitu sebesar 6,58%%. Seperti halnya perhitungan diatas, akan diulang untuk tingkat
D/D+E yang bervariasi dari 10%-90%. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada nilai beta dan berdampak pada perubahan nilai biaya ekuitas. Begitu pula yang terjadi apabila hutang mengalami perubahan maka akan mengakibatkan perubahan pada interest coverage ratio, yang mempengaruhi perubahan rating perusahaan. Oleh karena itu, perubahan biaya ekuitas dan biaya hutang akan mengakibatkan perubahan pada nilai WACC. Data yang akan digunakan dalam analisis optimasi struktur modal bersumber dari performa laporan keuangan dan hasil analisis valuasi perusahaan. Dasar tahun yang digunakan dalam analisis optimasi struktur modal yaitu tahun 2010 dan untuk melihat optimasi pada skenario digunakan rencana jangka panjang tahun 2013. EBITDA yang diperoleh dari hasil perhitungan untuk tahun 2010 sebesar Rp 3.097.363.856.000,00. Pokok-pokok hasil optimasi struktur modal tahun 2010 diperlihatkan pada tabel 14 dan pada lampiran 14. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh WACC dari berbagai tingkat persentase hutang. Dapat disimpulkan WACC minimum terjadi disaat kondisi hutang sebesar 20% yang menghasilkan WACC minimum sebesar 5,04%. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel dapat terlihat ketika rasio hutang sebesar 0% atau kondisi tanpa hutang maka menghasilkan firm value sebesar Rp 23.860.201.838.000,00. Dengan menggunakan tingkat
hutang
10%
30.919.261.795.000,00.
nilai
perusahaan
Sedangkan
dengan
meningkat
mejadi
menggunakan
Rp
analisis
optimasi struktur modal mendapatkan nilai WACC minimum pada tingkat hutang sebesar 20% dengan nilai WACC sebesar 5.06% yang
66
menghasilkan nilai perusahaan paling optimal diantara tingkat hutang lainnya yaitu sebesar Rp 31.288.968.478.000,00. Hal ini menggambarkan bahwa nilai WACC yang minimum akan meningkatkan nilai perusahaan. Tabel 14. Optimasi Struktur Modal PT Pusri (Persero) Tahun 2010 Debt Cost of Bond Cost Of Firm Ratio Beta Equity Rating Debt WACC Value(Ribuan) 0% 1,38% 6,64% AAA 5,48% 6,64% 23.860.201.838 10% 0,95% 6,65% AAA 5,48% 5,12% 30.919.261.795 A+ 20% 1,04% 6,65% 6,05% 5,06% 31.288.968.478 30% 1,15% 6,67% A6,42% 5,15% 30.753.776.833 40% 1,31% 6,68% BBB 6,61% 5,20% 30.452.620.541 50% 1,53% 6,70% BB 7,55% 5,78% 27.400.817.026 60% 1,85% 6,73% B+ 8,48% 6,40% 24.757.841.064 70% 2,40% 6,78% B 9,80% 7,30% 21.713.247.808 80% 3,49% 6,88% B10,92% 8,09% 19.591.911.408 90% 6,76% 7,18% B10,92% 8,12% 19.521.814.298 Sumber : Hasil perhitungan optimasi struktur modal PT Pusri.
Tingkat
hutang
10%
yang
ditingkatkan
menjadi
20%
mengakibatkan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 1.20% atau setara dengan peningkatan sebesar Rp 369.706.683.000,00. Namun kondisi persentase hutang dibanding ekuitas saat ini yang dijalankan oleh PT Pusri sebesar 36%, tingkat hutang ini lebih tinggi dari tingkat hutang pada analisis struktur modal. Dapat terlihat dengan menggunakan tingkat hutang 36% mendapatkan nilai Rp 30.573.083.058.000,00, nilai ini diperoleh dengan menggunakan interpolasi. Dibandingkan dengan tingkat hutang 20%, tingkat hutang 36% menyebabkan terjadinya penurunan nilai perusahaan sebesar 2,29% atau setara dengan penurunan nilai perusahaan sebesar Rp 715.885.420.000,00 dan terus menurun apabila tingkat hutang ditingkatkan menjadi 40%. Apabila PT Pusri menurunkan tingkat hutangnya menjadi 20% maka akan menyebabkan peningkatan nilai perusahaan sebesar 2,34%. Pada skenario yang telah dipaparkan sebelumnya akan dianalisis struktur modal yang optimal bagi proyek yang akan dilaksanakan yaitu proyek pengembangan tahun 2013. Hasil perhitungan optimasi struktur
67
modal secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 15 atau pada Tabel 15 sebagai berikut: Tabel 15. Optimasi Struktur Modal PT Pusri (Persero) Tahun 2013 Debt Cost of Bond Cost Of Ratio Beta Equity Rating Debt WACC 0% 0,87% 6,58% AAA 5,48% 6,64% 10% 0,95% 6,58% AAA 5,48% 5,46% 20% 1,04% 6,65% A+ 6,05% 5,30% 30% 1,15% 6,67% A6,42% 5,32% 40% 1,31% 6,68% BBB 6,61% 5,34% 50% 1,53% 6,70% BB 7,55% 5,85% 60% 1,85% 6,73% B+ 8,48% 6,42% 70% 2,40% 6,78% B 9,80% 7,27% 80% 3,49% 6,88% B- 10,92% 8,02% 90% 6,76% 7,18% B- 10,92% 8,07%
Firm Value(Ribuan) 78.065.270.073 94.939.830.491 97.752.501.791 97.354.689.253 97.096.141.777 88.563.408.139 80.724.220.894 71.338.608.231 64.612.933.899 64.240.242.390
Sumber : Hasil perhitungan optimasi struktur modal PT Pusri.
Dari hasil perhitungan optimasi struktur modal sebelumnya diperoleh kompposisi tingkat hutang 20% dan ekuitas 80%. Dengan tingkat hutang 20% akan menghasilkan WACC minimum sebesar 5,30% dan
menghasilkan
nilai
perusahaan
maksimal
sebesar
Rp
97.752.501.791.000,00. Pada skenario yang akan dijalankan PT Pusri, rencana hutang yang akan digunakan sebesar 62,76% atau melebihi tingkat hutang sebesar 60%. Terlihat pada hasil
perhitungan tingkat
hutang 62,76%
memberikan nilai perusahaan sebesar Rp 78.133.791.799.000,00. Apabila dibandingkan dengan tingkat hutang 20%, nilai perusahaan akan meningkat sebesar 25,11%. Peningkatan yang telihat dari persentase cukup besar, melebihi dari 20% dan apabila dilihat dari nilai perusahaan terjadi peningkatan sebesar Rp 19.618.709.992.000,00. Peningkatan pada nilai perusahaan sangat signifikan mencapai 20 triliyun rupiah, hal ini dapat meningkatkan performa perusahaan kedepan agar lebih efisien dan efektif, serta diharapkan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan kedepannya. Hasil perbandingan sebelum dilakukan optimasi struktur modal dan dengan dilakukannya optimasi struktur modal dapat dilihat pada tabel 16.
68
Tabel 16. Perbandingan Sebelum Optimasi dan Sesudah Optimasi Struktur Modal Tahun
Sebelum Optimasi Debt Ratio
WACC
Firm Value(Ribuan)
Debt Ratio
Dengan Optimasi Firm WACC Value(Ribuan)
Gap Nilai Perusahaan
2010‟
36%
5,18%
30.573.083.058
20%
5,06%
31.288.968.478
715.885.420
2011”
8,69%
6,31%
58.219.233.867
40%
5,96%
61.610.044.498
3.390.810.631
2012*
66,22%
6,94%
56.080.641.914
20%
5,34%
72.605.904.424
16.525.262.511
2013*
62,76%
6,65%
78.133.791.799
20%
5,30%
97.752.501.791
19.618.709.992
2014*
40%
5,36%
116.965.948.325
20%
5,34%
117.440.327.508
474.379.183
2015*
41,99%
5,36%
98.338.394.440
20%
5,16%
102.131.086.418
3.792.691.978
Keterangan: „ : Tahun dasar “ : Laporan Anaudited * : Rencana Perusahaan Berdasarkan pada hasil perhitungan diperoleh perbandingan WACC dan nilai perusahaan yang diterapkan oleh PT Pusri (sebelum optimasi) dan apabila diterapkan optimasi. Terlihat rata-rata tingkat hutang yang sebaiknya digunakan oleh PT Pusri adalah pada tingkat hutang sebesar 20%. karena menghasilkan biaya modal yang minimum sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Selain itu. rencana pengembangan yang dilakukan PT Pusri tahun 2012-2015 menggunakan tingkat hutang yang cukup tinggi. hal ini dapat membahayakan kondisi atau kesehatan likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Analisis optimasi struktur modal dalam penelitian ini dapat sangat berarti bagi perusahaan dalam aktivitas operasi maupun keputusan investasi kedepannya. 4.7
Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka. rekapitulasi hasil dapat dilihat pada tabel 17. Dari hasil analisis rasio. sebaiknya perusahaan lebih gencar lagi dalam meningkatkan penjualan sehingga dapat meningkatkan laba
perusahaan.
Selain
itu
juga
peningkatan
penjualan
dapat
meningkatkan perputaran aktiva. Dalam pencapaian peningkatan laba perusahaan maka perusahaan dapat melakukan perbaikan pada kinerjanya melalui pengurangan biaya yang dikeluarkan dan juga harus mampu memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan dengan efektif dan efisien.
69
Dari hasil analisis optimasi struktur modal maka yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah harus berhati-hati dalam menetapkan tingkat hutang yang melebihi batasan hutang jangka panjang untuk industri manufaktur yang berkisar antara 0%-50%. Karena dapat mengakibatkan ketidakstabilan kondisi keuangan yang diakibatkan oleh tingginya beban bunga. Penurunan leverage kearah rasio hutang dan total asset pada tahun 2013 sebesar 20% sebaiknya dilakukan secara bertahap bersamaan dengan pelaksanaan investasi. Hal ini diperlukan untuk mengamankan resiko apabila kondisi sesuai dengan yang diasumsikan dalam perhitungan optimasi struktur modal. Penerapan optimasi struktur modal bersamaan dengan pelaksanaan proyek akan membuat perusahaan mendapatkan keuntungan ganda yaitu benefit proyek dan value perusahaan dari hasil optimasi struktur modal. Optimasi struktur modal PT Pusri menunjukkan bahwa perusahaan masih berpeluang untuk menghimpun sumber dana baik karena kemampuan pembayaran hutang yang cukup tinggi dimasa mendatang. maupun untuk peningkatan value perusahaan dari optimasi struktur modal. Kekurangan dana kebutuhan investasi sebesar 42.76% sebaiknya menggunakan ekuitas atau modal sendiri. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan modal sendiri diantaranya melakukan kapitalisasi laba ditahan. divestasi. joint venture. go public. dan lain-lain. Kekurangan dana tidak ditutupi dengan menggunakan hutang. hal ini dikarenakan agar tercapainya optimasi nilai perusahaan. Optimasi terjadi ketika tingkat hutang berbanding dengan tingkat ekuitas sebesar 20%:80%. Dalam penetapan penggunaan hutang. perusahaan harus memperhatikan
kesehatan
likuiditas
perusahaan
atau
kemampuan
perusahaan dalam mengembalikan hutang tersebut. karena dengan tingkat likuiditas yang baik akan memberikan kepercayaan kepada kreditur atau investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan.
70
Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Studi No
Alat Analisis
Pembahasan
1
Analisis
Rasio
Rasio lancar dan rasio cepat mengalami
Rasio
Likuiditas
perbaikan hampir setiap tahunnya terlihat dari peningkatan walaupun
yang pada
terjadi
tahun
setiap
2008
tahun
mengalami
penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
mampu
meningkatkan
kemampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio
Perputaran persediaan mengalami fluktuasi
Aktivitas
pada
tahun
2006-2010.
hal
ini
menggambarkan ketidakstabilan perusahaan dalam
mengelola
persediaannya.
Pada
Perputaran aktiva tetap dan perputaran total persediaan. perusahaan mengalami penurunan kinerja pada tahun 2009 dan 2010. Kondisi rasio aktivitas tergolong kurang baik. Rasio
Dilihat dari nilai DER. ekuitas perusahaan
Solvabilitas
yang dijadikan sebagai hutang semakin menurun. hal ini menggambarkan kondisi yang membaik. Sedangkan dari rasio hutang dapat tergolong baik karena mengalami penurunan.
Rasio
Perusahaan kembali
Profitabilitas
margin labanya pada tahun 2010. Sedangkan efektivitas
perusahaan
investasi
dan
dapat
meningkatkan
dalam
ekuitasnya
mengelola mengalami
penurunan yang tidak terlalu signifikan. namun masih berada dalam batas normal. Sehingga rasio profitabilitas tergolong baik.
71
Lanjutan Tabel 17. 2 Analisis Tren
Hasil analisis tren pada modal. kewajiban jangka panjang. dan laba bersih memiliki kecenderungan yang meningkat. Walaupun pada kewajiban jangka panajang cukup berfluktuasi.
3
Analisis
Korelasi
Regresi
& Pada analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan anatar variabel kewajiban jangka panjang dengan profitabilitas terlihat pada nilai r sebesar 0.890. nilai r-square mendekati satu maka kedua variabel memiliki hubungan yang positif. Sedangkan pada analisis regresi mneunjukkan adanya pengaruh antara variabel kewajiban jangka panjang dengan profitabilitas terlihat dari nilai p-value 0.043 yang lebih kecil dari taraf nyata. dan juga memiliki tingkat keeratan sebesar 72.35%.
4
Analisis Valuasi
Rata-rata nilai perusahaan dari tahun 20062010 dengan menggunakan metode FCFF sebesar Rp 732.421.399.000.00. sedangkan dengan
metode
APV
diperoleh
nilai
perusahaan sebesar Rp 933.827.133.000.00. Nilai
perusahaan
pada
skenario
pengembangan usaha holding dan anak perusahaan tahun 2013 didapatlah nilai perusahaan dengan metode APV sebesar Rp 3.481.118.000.000.00. perusahaan
dengan
Sedangakan
nilai
menggunakan
FCFF
sebesar Rp 3.231.718.000.000.00.
72
Lanjutan Tabel 17. 5 Analisis Struktur Modal
Optimasi Pada tahun 2010 perusahaan menggunakan tingkat hutang sebesar 36%. tingkat hutang ini lebih tinggi dari tingkat hutang hasil analisis struktur modal yaitu 20% yang menghasilkan nilai
perusahaan
sebesar
31.288.968.478.000.00. perusahaan
Rp
Dengan
mengalami
demikian
penurunan
nilai
perusahaan mencapai 2.29%. Analisis
optimasi
yang
dilakukan
pada
skenario tahun 2013 menggunakan tingkat hutang optimal sebesar 20% dan ekuitas sebesar
80%.
perusahaan
akan optimal
97.752.501.791.000.00 yang
akan
menghasilkan sebesar sedangkan
dilakukan
oleh
nilai Rp
rencana
PT
Pusri
menggunakan tingkat hutang 62.76%. akan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan sebesar 20.07%. Rata-rata tingkat hutang yang sebaiknya digunakan oleh PT Pusri adalah pada tingkat hutang sebesar 20%. karena menghasilkan biaya modal yang minimum sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
Selain
itu.
rencana
pengembangan yang dilakukan PT Pusri tahun 2012-2015 menggunakan tingkat hutang yang cukup tinggi. hal ini dapat membahayakan kondisi
atau
kesehatan
solvabilitas perusahaan.
likuiditas
dan
KESIMPULAN DAN SARAN
1
Kesimpulan Analisis optimasi struktur modal diawali dengan analisis perusahaan, analisis regresi, analisis valuasi, dan analisis optimasi struktur modal. a.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan mengenai analisis perusahaan selama lima tahun terakhir (2006-2010), yaitu: 1. Hasil analisis rasio memperlihatkan (a) tingkat likuiditas menunjukkan
bahwa
kemampuannya
perusahaan
dalam
mampu
memenuhi
meningkatkan
kewajiban
jangka
pendeknya. (b) tingkat aktivitas mengalami penurunan kinerja pada tahun 2009-2010. Sehingga kondisi rasio aktivitas dapat digolongkan kurang baik. (c) tingkat solvabilitas perusahaan memperlihatkan kondisi yang semakin baik karena mengalami penurunan. (d) tingkat profitabilitas perusahaan baik karena dapat menghasilkan margin laba yang meningkat, walaupun dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan kinerja. 2. Analisis Trend menunjukkan bahwa kewajiban jangka panjang, modal, dan laba bersih menunjukkan tren yang meningkat. Dikarenakan persamaan tren menunjukkan kecenderungan peningkatan maka hasil forecasting untuk beberapa tahun kedepan menunjukkan kecenderungan peningkatan. Dilihat dari hasil keempat rasio dan analisis tren menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tergolong baik. b.
Hasil analisis korelasi dan regresi linear sederhana dengan MINITAB
diperoleh
hasil
bahwa
untuk
analisis
korelasi
menunjukkan variabel hutang jangka panjang dengan variabel laba bersih memiliki hubungan positif yang ditunjukkan dari nilai r yang mendekati satu yaitu sebesar 0,890. Hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa
variabel
hutang
jangka
panjang
73
mempengaruhi variabel
laba bersih dengan tingkat keeratan
72,35%. c.
Dengan analisis optimasi struktur modal pada tahun 2010 juga telah dibuktikan bahwa pada kondisi tingkat hutang sebesar 20% membuat WACC perusahaan berada pada kondisi minimum yaitu sebesar 5,06% akan memberikan nilai perusahaan yang maksimal sebesar Rp 31.288.968.478.000,00. Sedangkan hasil analisis optimasi struktur modal pada skenario pengembangan usaha perusahaan
dan
anak
perusahaan
tahun
2013
seharusnya
menggunakan tingkat hutang optimal 20% yang akan memberikan WACC yang minimum dan memberikan nilai perusahaan yang optimal sebesar Rp. 97.752.501.791.000,00. Hal ini jauh berbeda dengan rencana perusahaan dengan menggunakan tingkat hutang sebesar 62,76%. Namun dengan menggunakan tingkat hutang 20% akan memberikan peningkatan nilai perusahaan sebesar 25,11% atau setara dengan Rp. 19.618.709.992.000,00. d.
Rata-rata tingkat hutang yang sebaiknya digunakan oleh PT Pusri adalah pada tingkat hutang sebesar 20%, karena menghasilkan biaya modal yang minimum sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Selain itu, rencana pengembangan yang dilakukan PT Pusri tahun 2012-2015 menggunakan tingkat hutang yang cukup tinggi, hal ini dapat membahayakan kondisi atau kesehatan likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
2
Saran a.
Disarankan bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan penjualan agar dapat meningkatkan laba dan meningkatkan aktivitas perusahaan umumnya dan peningkatan aktiva lancar pada khususnya. Agar kinerja perusahaan menjadi lebih baik lagi.
b.
Perusahaan hendaknya menerapkan tingkat hutang/ekuitas optimal yaitu sebesar 20%/80% sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan
kedepannya
hingga
mencapai
25,11%.
Dalam
penerapan tingkat hutang, perusahaan hendaknya berhati-hati agar
74
tidak mengalami ketidakstabilan kinerja perusahaan akibat penerapan hutang yang terlalu tinggi, selain itu juga perusahaan harus membandingkan dengan rata-rata tingkat hutang industri sejenis untuk dapat mempertahankan kinerjanya dalam jangka panjang. c.
Bagi penelitian selanjutnya, dalam melakukan penelitian mengenai optimasi struktur modal diharapkan dapat menambahkan pengaruh dari financial distress dan agency cost dan mencoba membuat program linear dari perumusan matematis analisis optimasi struktur modal sehingga mempermudah dalam analisis optimasi struktur modal agar dapat menghasilkan perimbangan hutang dan ekuitas optimal yang dapat diterapkan pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Baroto A. 2008. Valuasi Bisnis Unit Perusahaan Menggunakan Real Option Analysis: Option to Abandon (Studi Kasus PT.CI) [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia. Bank Indonesia. 2012. SBI Rates. www.bi.go.id. [10 Februari 2012] Brigham EF, Ehrhardt MC. 2005. Financial Management: Theory and Practice. Australia: Thomson Learning. Brigham EF, Houston JF. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga Brigham EF, Luis C Gapenski. 1997. Financial Management Theory and Practice (eight edition). Florida: The Dryden Press. Christianti A. 2006. Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta : Hipotesis Static Trade-off atau Pecking Oreder Theory [Jurnal]. Seminar Nasional Akuntansi. Damodaran A.2012. Levered and Unlevered www.damodaran.com. [10 Februari 2012]
Betas
by
Industry.
Damodaran A. 2002. Investment Valuation : Tools and Techniques for Determening the value of Any Ass. New York : John Wiley & Sons, Inc. Ferdian ME. 2008. Analisa Optimasi Struktur Modal dan Manajemen Kas PT. Indonesia Power dalam Usahanya Untuk Memenuhi Ekspansi Usaha yang Dimiliki [skripsi]. Depok : Departemen Manajemen, Universitas Indonesia. Hasan I. 2008. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 Statistik Deskriptif (Edisi2). Jakarta: Bumi Aksara. Jemsem MC, Meckling WH. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure [Jurnal]. Journal of Financial Economics. Jumingan. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Jakarta Raya Grafindo. Keown AJ, Martin JD, Petty JW, JR Scott DF. 2008. Manajemen Keuangan (Prinsip dan Penerapan). Jakarta : PT. Indeks. Mardiani DS. 2001. Analisis Struktur Modal yang Optimal LASMO PLC [tesis]. Depok : Sekolah Pascasarjana, Universitas Indonesia.
76
Meginson WL. 1997. Corporate Finance Theory. United States : Addison-Wesley Educational Publishers, Inc. Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan (Pendekatan Kunatitatif dan Kualitatif) Jilid 1. Malang : Bayumedia. Moody’s Company.2011.Rating Standar Poor’s & Mody’s. www.moodys.com. [10 Februari 2012] Mulianti FM. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan [Tesis]. Semarang : Universitas Diponegoro. Myers SC. 1984. The Capital Structure Puzzle [Jurnal]. The Journal of Finance. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurhayati E. 2009. Metode Penilaian Bisnis (Business Valuation) Dalam Merger dan Akuisis Suatu Perusahaan [Jurnal]. Bandung : Universitas Padjajaran. Prabansari Y, Kusuma H. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta [Jurnal]. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Prasetyo AH. 2011. Valuasi Perusahaan (Pedoman untuk Praktisi dan Mahasiswa). Jakarta : PPM. PT. Pefindo.2011. Rating PT. Pusri. www.pefindo.com. [10 Februari 2012] PT Pupuk Sriwidjaja. 2011. Annual Report 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010. www.pusri.co.id.[27 Januari 2012] Ross SA. 1997. The Determination of Financial Structure : The IncentiveSignaling Approach [Jurnal]. The Bell Journal of Economics. Seitz Neil. 1984. Financial Analysis : A Programmed Approach, Third Edition. New Jersey : A Reston Book Prentice-Hall, Inc. Sugihen SG. 2003. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva dan Kinerja Keuangan Serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur Terbuka di Indonesia [Disertasi]. Surabaya : Universitas Airlangga. Siahaan SP, Lubis AF, Bahri S. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tax Benefit dari Penggunaan Hutang Pada Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta [Jurnal]. MEPA Ekonomi. Siaw PW. 1999. Corporate Finance : Capital Structure Decision [Jurnal]. University of Illionis at Urbana-Champaign. Sjahrial D. 2010. Manajemen Keuangan (Edisi 4). Jakarta : Mitra Wacana Media.
77
Stiglitz JE. 1969. A-Re Examination of The Modigliani-Miller Theorem [Jurnal]. Review Economics and Statistics. Suharyadi dan Purwanto S. 2008. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern (Edisi 2). Jakarta: Salemba Empat. Sundjaja SR. 2003. Manajemen Keuangan (Jilid 2). Jakarta : Literata Lintas Media. Supranto J. 1988. Statistik Teori dan Aplikasi (Edisi 5). Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Istilah (Glossary)
1.
Tax deductability : Biaya yang mengakibatkan pengurang jumlah bruto pajak bagi wajib pajak.
2.
Hedging : tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko yang terkait dengan langkah tertentu yang diambil seseorang.
3.
Valuasi : tata cara / metode / prosedur untuk mendapatkan nilai dari suatu perusahaan.
4.
Discounted Cash Flow (DCF) : metode analisis penilaiaan proyek, perusahaan atau asset menggunakan konsep nilai waktu dari uang.
5.
Free Cash Flow to Firm (FCFF) : Ukuran kinerja keuangan yang mengekspresikan jumlah bersih dari kas yang dihasilkan untuk perusahaan, yang terdiri dari pengeluaran, pajak, perubahan modal kerja bersih dan investasi.
6.
Adjusted Present Value (APV) : nilai bersih sekarang dari proyek jika dibiayai sendiri oleh kepemilikan ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari seluruh manfaat dari pembiayaan.
7.
Interest Tax Shield (ITS) : manfaat dari pajak yang diperoleh dari penataan dari pengaturan pembiayaan
8.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) : suatu model yang dikembangkan untuk menjelaskan suatu keadaan keseimbangan hubungan antara resiko setiap asset apabila pasar modal berada dalam keseimbangan.
9.
Financial laverage: sejauh mana seorang investor atau bisnis dapat memanfaatkan uang pinjaman, hal ini tidak selalu buruk namun dapat meningkatkan laba pemegang saham atas investasi yang ditanamkan dan seringkali terdapat keuntungan pajak yang terkait dengan pinjaman.
10.
Interest coverage: ukuran dari berapa kali perusahaan dapat melakukan pembayaran bunga pada utang dengan pendapatan sebelum bunga dan pajak atau EBIT.
11.
Spin off : perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu) Perseroan atau lebih.
79
Lanjutan Lampiran 1. 12.
Pooling of fund: Proses pengumpulan semua sumber kekayaan menjadi satu dan diperlakukan sebagai dana tunggal tanpa membedakan sumber dananya.
13.
Beta : resiko yang sistematis dari asset yang terkait dengan rata-rata yang digunakan untuk menghitung biaya modal ekuitas yang selanjutnya digunakan dalam penilaian perusahaan.
14.
Risk free rate : tingkat teoritis pengembalian investasi tanpa resiko kerugian finansial.
15.
Risk premium : Jumlah minimal uang dimana hasil yang diharapkan dari asset yang berisiko harus melebihi kembalian pada asset bebas resiko, untuk mendorong individu untuk lebih menggunakan asset beresiko daripada bebas resiko.
16.
Default Spread : Resiko gagal bayar yang merupakan resiko terbesar pada obligasi. Default terjadi karena akibat dari ketidakmampuan penerbit obligasi dalam membayar seluruh nilai pokok pada saat jatuh tempo.
17.
Divestasi : Pengurangan beberapa jenis asset baik dalam bentuk finansial atau barang, dapat pula disebut sebagai penjualan dari bisnis yang dimiliki perusahaan.
18.
Joint Venture : Kerjasama dua pihak atau lebih dalam bidang bisnis untuk membentuk sebuah perusahaan baru.
19.
Go public : menjual saham perusahaan ke para investor dan membiarkan saham tersebut diperdagangkan di pasar saham.
80
Lampiran 2. Neraca Konsolidasi PT. Pusri 2006-2010 PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan Anak Perusahaan Neraca Konsolidasi 2006-2010 (dalam Ribuan) 2006
2007
2008
2009
2010
1.948.470.540
3.832.829.179
4.309.888.445
4.947.192.630
6.108.081.782
29.776.363
97.519.331
63.438.759
36.454.622
43,192,445
Pihak Ketiga
1.157.571.786
1.588.776.050
1.603.635.741
2.230.841.361
1,862,539,022
Piutang Lain-lain
1.306.683.559
1.814.260.056
4.877.105.173
6.559.659.633
3.780.439.567
260.328.748
267.427.949
455.534.460
809.579.109
668.463.982
2.689.962.454
2.200.720.939
5.810.914.634
5.322.178.892
5.722.462.692
Aktiva Aktiva Lancar Kas dan Setara Kas Investasi Jangka Pendek Deposito Surat Berharga Piutang usaha
Uang Muka Persediaan Pajak Dibayar Dimuka
56.846.190
71.364.702
450.607.287
195.659.327
342.836.817
Biaya Dibayar Dimuka Pendapatan yang masih harus diterima
138.808.287
206.851.631
291.307.042
269.292.315
247.174.133
20.026.811
29.486.856
42.188.135
34.555.728
26.521.484
Jumlah Aktiva Lancar
7.608.474.738
10.109.236.693
17.904.619.676
20.405.413.617
18.801.711.924
228.878.964
307.183.638
329.120.290
380.446.272
430.319.454
11.807.967.980
11.517.110.000
11.621.882.636
12.192.900.992
12.695.414.423
Pooling of fund
152.046.222
308.826.081
463.123.239
588.314.569
271.998.535
Biaya Ditangguhkan Aktiva tidak lancar lainnya Jumlah Aktiva Tidak Lancar
422.339.244
269.757.014
424.590.932
477.552.550
890.932.671
293.835.800
276.903.379
292.141.945
372.002.126
531.471.150
12.905.068.210
12.679.780.112
13.130.859.042
14.011.216.509
14.820.136.233
JUMLAH AKTIVA
20.513.542.948
22.789.016.805
31.035.478.718
34.416.630.126
33.621.848.157
396.912.946
345.208.170
1.436.493.697
3.833.614.248
2.502.317.956
1.686.339.731
2.170.489.097
5.977.377.543
2.119.030.831
1,819,482,666
472.521.510
604.032.127
328.437.766
766.330.065
482.905.094
1.123.321.152
586.551.555
723.555.455
719.153.492
681.227.438
328.838.554
550.325.979
322.751.183
1.037.202.943
1.063.687.695
887.817.470
1.051.927.206
1.716.229.849
1.709.590.807
1.527.734.210
Aktiva Tidak Lancar Investasi Aktiva Tetap
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Pinjaman Jangka Pendek Hutang Usaha -pihak Ketiga Hutang Pajak Bagian Hutang Jangka Panjang yang jatuh tempo dalam 1 tahun Hutang Bank dan lainlain Hutang lain-lain Biaya yang masih harus dibayar
81
Lanjutan Lampiran 2. Pendapatan diterima dimuka jumlah kewajiban lancar Kewajiban tidak lancar Kewajiban pajak tangguhan Hutang kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa Hutang jangka Panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam 1 tahun Hutang Bank dan lain-lain Kewajiban Pooling of Fund Kewajiban manfaat karyawan yang diestimasi Pendapatan yang ditangguhkan kewajiban tidak lancar lainnya Jumlah kewajiban tidak lancer Total Keajiban hak minoritas
Ekuitas Modal Saham Tambahan Modal yang Belum ditetapkan statusnya saldo Laba Telah ditentukan penggunaannya belum ditentukan penggunaannya Jumlah Ekuitas JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
60.483.735
167.913.051
187.522.778
111.434.720
129.189.765
4.956.235.098
5.476.447.185
10.692.368.271
10.296.357.106
8.206.544.824
4.956.235
5.476.447
10.692.368
10.296.357
8,206,545
195.120.998
192.368.814
148.067.429
293.439.860
390.799.453
16.324.498
9.164.444
18.293.867
30.969.533
6.354.500.720
7.721.279.051
9.153.004.687
8,763,021,526
247.578.267
279.575.078
334.055.677
296.182.854
429.645.755
11.133.955
14.860.841
24.983.051
25.620.357
9.244.994
627.086
604.546
1.850
702
52.892
6.885.692.439
6.858.234.497
8.237.551.502
9.786.542.327
9.623.734.153
11.841.927.537
12.334.681.682
18.929.919.773
20.082.899.433
17.830.278.977
89.922.752
97.425.347
111.820.210
136.289.083
148.980.439
3.863.966.000
3.963.949.000
4.289.006.000
4.289.006.000
10.610.006.000
90.000.000
325.057.565
-
-
-
3.956.527.290
4.483.287.126
5.592.094.700
7.350.358.892
2,924,427,991
671.199.369
1.584.616.085
2.112.638.035
2.558.076.717
2,108,154,750
8.581.692.659
10.356.909.776
11.993.738.735
14.197.441.609
15.642.588.741
20.513.542.948
22.789.016.805
31.035.478.718
34.416.630.125
33.621.848.157
6.279.185.911 152.046.222
82
Lampiran 3. Laporan Laba/Rugi Konsolidasi PT. Pusri 2006-2010 PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan Anak Perusahaan Laporan Laba/rugi Konsolidasi 2005-2010 (dalam Ribuan) 2006
2007
2008
2009
2010
Penjualan Bersih
15.470.891.283
22.218.785.175
36.036.743.483
34.209.998.489
32.676.371.032
Beban Pokok Penjualan
11.120.473.333
15.682.053.015
26.348.753.699
26.411.242.604
23.975.037.599
4.350.417.950
6.536.732.160
9.687.989.784
7.798.755.885
8.701.333.433
4.350.418
6.536.732
9.687.990
7.798.756
8.701.333
1.177.566.654
1.217.679.771
1.567.373.759
1.950.551.354
1.920.045.706
1.649.861.471
2.048.976.963
2.177.630.744
2.225.579.223
2.757.572.933
Laba Kotor
Beban Usaha Beban Penjualan Beban Administrasi dan Umum Beban Bunga
502.726.990
517.936.699
1.163.457.981
1.029.508.896
814.484.107
Jumlah Beban Usaha
3.330.155.115
3.784.593.433
4.908.462.484
5.205.639.473
5.492.102.746
Laba Usaha
1.020.262.835
2.752.138.727
4.779.527.300
2.593.116.412
3.209.230.687
388.391.560
(338.252.481)
(1.658.971.818)
1.111.558.364
(111.866.831)
1.408.654.395
2.413.886.246
3.120.555.482
3.704.674.776
3.097.363.856
Penghasilan dan (beban) lain-lain Laba sebelum pajak penghasilan Beban pabrik tidak beroperasi Kredit (beban) pajak penghasilan Laba seblum hak minoritas Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan Laba Bersih
86.562.095
0
0
0
0
1.322.092.300
2.413.886.246
3.120.555.482
3.704.674.776
3.097.363.856
(450.553.873)
(816.725.411)
(990.034.513)
(1.130.975.111)
(972.750.824)
871.538.427
1.597.160.835
2.130.520.969
2.573.699.665
2.124.613.032
(8.966.743)
(12.544.750)
(17.882.934)
(15.622.948)
(16.458.282)
862.571.684
1.584.616.085
2.112.638.035
2.558.076.717
2.108.154.750
83
Lampiran 4. Laporan Arus Kas Konsolidasi PT. Pusri 2006-2010 PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan Anak Perusahaan Laporan Arus Kas Konsolidasi 2006-2010 (dalam Ribuan)
Arus Kas Dari Aktivitas Operasi EBT
2006
2007
2008
2009
2010
1.322.092.300
2.413.886.246
3.120.555.482
3.704.674.776
3.097.363.856
622.777.055
660.865.150
792.013.405
988.947.159 10.816.503
985,049,639 61,971,857
Penyesuaian unsur yang tidak mempengaruhi arus kas: Penyusutan & amortisasi Penyisihan Piutang Koreksi Cadangan
(191.373.315)
(141.309.544)
(9.659.122)
23.005.633
(4,989,523)
1.753.496.040
2.933.441.852
3.902.909.765
4.727.444.071
4.139.395.829
120.794
0
0
0
0
Penurunan (kenaikan piutang & uang muka
(877.378.641)
(945.879.962)
(3.265.811.319)
(2.674.621.232)
3.226.665.675
Kenaikan Persediaan
(581.295.790)
489.241.515
(3.610.193.695)
475.145.863
(400.283.801)
(32.405.816)
(14.518.512)
(379.242.585)
144.271.054
(147.177.490)
Kenaikan beban dibayar dimuka
22.549.240
(68.043.344)
(84.455.411)
22.014.727
22.118.182
Kenaikan pendapatan yang masih harus diterima
(4.645.960)
(9.460.045)
(12.701.279)
7.632.407
8.034.244
Arus Kas Dari Aktivitas Operasi Sebelum Perubahan Modal Kerja Penurunan (kenaikan) Surat Berharga
Penurunan (kenaikan) pajak dibayar dimuka
Kenaikan (penurunan) beban tangguhan Kenaikan (penurunan) pooling of fund
(52.961.618)
(413.380.120)
(125.191.330)
66.316.034
Penurunan (kenaikan) aktiva lain-lain
(191.050.198)
12.734.792
(324.369.642)
30.816.724
(159.469.026)
Kenaikan (penurunan) hutang
(165.989.757)
484.149.366
3.806.888.446
(3.858.346.712)
(299.548.166)
84
Lanjutan Lampiran 4. Kenaikan (penurunan) hutang pajak dan hutang lain-lain Kenaikan (penurunan) beban masih harus dibayar Kenaikan (penurunan) pendapatan diterima di muka Kenaikan (penurunan) kewajiban lain-lain kewajiban pajak tangguhan Kenaikan (penurunan) hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Kenaikan (penurunan) kewajiban manfaat karyawan diestimasi Kenaikan (penurunan) hutang jangka panjang yang jatuh tempo 1 tahun Kenaikan(penurunan) hak minoritas
0
(442.262.329)
(1.493.203.670)
(10.538.136)
(1.229.691.046)
(99.794.512)
164.109.736
664.302.643
(6.639.042)
(181.856.596)
15.561.180
107.429.316
19.609.727
(76.088.058)
17.755.046
296.829.619
27.808.431
12.538.674
636.158
(16.323.173)
0
0
0
145.372.431
97,359,593
0
0
0
9.129.423
12.675.666
0
0
0
(37.872.823)
133.462.901
382.409.693
(536.769.597)
137.003.900
(4.401.963)
(37.926.054)
(5.860.059)
(4.611.018)
(3.488.071)
8.214.359
(3.766.924)
512.545.833
2.197.370.201
(630.212.517)
(1.275.983.697)
4.834.360.774
(801.100)
(67.742.968)
34.080.572
26.984.137
(6.737.823)
Penurunan (kenaikan) investasi/penyertaan
(18.343.650)
(30.573.382)
(21.936.652)
(51.325.982)
(49.873.181)
Kenaikan aktiva tetap
(77.416.710)
(370.007.170)
(896.786.041)
(1.546.375.635)
(1.487.563.070)
Kas Bersih digunakan untuk aktivitas investasi
(96.561.460)
(468.323.520)
(884.642.121)
(1.570.717.480)
(1.544.174.074)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penambahan Modal dari pemerintah
0
300.000.000
0
0
0
331.447.966
(51.704.776)
1.091.285.527
2.397.120.553
(1.331.296.294)
(933.959.879)
75.314.809
1.366.778.331
1.431.725.636
(139.983.161)
Kas Bersih diperoleh dari Aktivitas Operasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Penurunan (kenaikan) deposito berjangka
Penarikan (pembayaran) pinjaman Penarikan (pembayran) hutang jangka panjang
85
Lanjutan Lampiran 4. Pembayaran dividen
(281.515.726)
(138.519.350)
(377.078.668)
(316.912.409)
(629.683.023)
Pembayaran tantiem &gratifikasi
(12.487.000)
(13.115.000)
(22.505.008)
(3.151.431)
0
Pembayaran dana pembinaan
(16.973.980)
(31.443.584)
(78.863.436)
(55.026.441)
(61.382.000)
0
14.779.859
12.297.158
30.249.454
33.046.930
Kas bersih dari (untuk) aktivitas pendanaan
(913.488.619)
155.311.958
1.991.913.904
3.484.005.362
(2.129.297.548)
KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN
(497.504.246) 2.445.974.786
1.884.358.639 1.948.470.540
477.059.266 3.832.829.179
637.304.185 4.309.888.445
1.160.889.152 4.947.192.630
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN
1.948.470.540
3.832.829.179
4.309.888.445
4.947.192.630
6.108.081.782
Penambahan penyertaan pemerintah kepada PT PIM
86
Lampiran 5. Proyeksi Laba/Rugi Konsolidasi PT. Pusri 2013-2015 PT PUSRI (HOLDING) PROYEKSI LABA / RUGI (KONSOLIDASI) (dalam Jutaan) Keterangan
RENCANA JANGKA PANJANG (RJP) TAHUN 2013
2014
2015
Hasil Penjualan
38.189.845
43.368.740
51.298.122
Pendapatan Subsidi
17.882.464
19.356.269
20.669.415
56.072.310
62.725.009
71.967.536
Harga Pokok Penjualan
43.667.060
48.140.407
54.538.595
Laba Kotor
12.405.250
14.584.602
17.428.941
- Biaya Adm & Umum
3.842.224
4.090.695
4.315.049
- Biaya Penjualan
1.652.003
1.863.416
2.137.085
Jumlah Biaya Usaha
5.494.228
5.954.111
6.452.134
Laba Usaha
6.911.022
8.630.491
10.976.807
Biaya Bunga
1.335.206
1.889.912
2.241.738
Laba Usaha Setelah Bunga
5.575.816
6.740.578
8.735.068
1.020.998
1.437.726
1.505.522
Biaya Lain-Lain
426.168
787.682
840.712
Pendapatan Dan Biaya Lain-Lain
594.830
650.044
664.810
-
-
-
Laba Sebelum Pajak
6.170.646
7.390.623
9.399.878
Pajak Laba Seb Hak Minoritas Hak Minoritas
1.654.674 4.515.971 19.573
1.879.554 5.511.069 24.253
2.350.129 7.049.749 28.927
Laba Bersih
4.496.398
5.486.816
7.020.822
Biaya Usaha
Pendapatan Dan Biaya Lain-Lain Pendapatan Lain-Lain
Pos Luar Biasa
87
Lampiran 6. Proyeksi Neraca Konsolidasi PT. Pusri 2013-2015 PT. Pusri (Holding) Proyeksi Neraca (Konsolidasi) (dalam Jutaan) Keterangan Aktiva 1. Aktiva Lancar : - Kas Dan Bank - Deposito & Surat Berharga - Piutang - Persediaan - Pajak Yang Dibayar Dimuka - Biaya Yang Dibayar Dimuka - Aktiva Lancar Lainnya Jumlah Aktiva Lancar
2013
2014
2015
4.325.388 81.827 7.286.462 6.502.396 327.282 1.774.586 434.579 20.732.520
4.443.656 1.265.569 7.745.350 7.249.677 338.995 2.859.075 5.645.605 29.547.927
5.447.844 1.579.284 8.442.685 7.513.457 415.289 3.392.361 6.393.326 33.184.246
723.298
1.303.350
1.133.100
3. Aktiva Tetap 4. Akumulasi Penyusutan
26.411.128 1.344.510
24.785.465 1.564.152
37.367.186 1.820.715
5. Aktiva Dalam Pelaksanaan 6. Aktiva Lain – Lain Jumlah Aktiva
25.066.618 10.780.638 1.822.038 59.125.112
23.221.313 11.272.856 1.837.612 67.183.058
35.546.471 2.867.637 1.919.474 74.650.928
3.690.142 8.586.021 1.351.216 396.089 1.288.385 15.311.853
3.306.051 11.490.865 1.326.797 356.059 1.613.736 18.093.508
3.164.949 12.333.367 1.305.569 520.538 333.254 17.657.677
2. Kewajiban Jangka Panjang 3. Kewajiban Lain-Lain 4. Hak Minoritas 5. M O D A L - Modal Dasar - Modal Dalam Portefel - Modal Saham Yang Ditempatkan
18.748.731 833.270 183.593
19.852.309 1.130.683 196.977
21.136.282 1.253.934 195.434
40.000.000 29.389.994
40.000.000 29.389.994
40.000.000 29.389.994
Dan Disetor
10.610.006
10.610.006
10.610.006
-
-
-
826.143
826.143
826.143
2. Investasi Penyertaan
Kewajiban Dan Modal 1. Kewajiban Jangka Pendek - Pinjaman - Hutang - Biaya Yang Masih Harus Dibayar - Pendapatan Diterima Dimuka - Hutang Jk Panjang Yang Akan Jt Tempo
6. Tambahan Penyertaan (Non Status) 7. Dana Pooling Of Fund
88
Lanjutan Lampiran 6. 8. Laba Yang Ditahan - Laba / (Rugi) Tahun Yang Lalu - Laba/ (Rugi) Tahun Berjalan Saldo Laba Yang Ditahan Jumlah Kewajiban Dan Modal
8.115.118 4.496.398
10.986.617 5.486.816
14.401.249 7.020.822
12.611.516 59.125.112
16.473.433 67.183.059
21.422.071 73.101.547
89
Lampiran 7. Proyeksi Penggunaan Dana Untuk Investasi Pengembangan PT PUSRI (HOLDING) PROYEKSI SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA UNTUK INVESTASI PENGEMBANGAN (dalam Jutaan) KETERANGAN Penggunaan Dana Untuk Investasi Pengembangan PT PUSRI PERSERO - Proyek Amoniak Urea di Tangguh - KP Batubara - AAF - Pembangunan fasilitas Produksi benih - Penyertaan pada Proyek Geothermal - PT Agrintara & PT Plant Maintenance Service - Pembelian Kebun - Penyertaan di PT Logistik Sriwidjaja - Sriwidjaja Pte. Ltd Sub Total Anper Baru - PT Pupuk Bintuni Papua - PT Energi Pupuk Indonesia - PT Sriwidjaja Geothermal - PT Sriwidjaja Agro - PT Logistik Sriwidjaja - Sriwidjaja Pte. Ltd Sub Total PT PUSRI PALEMBANG - Replacement Kapal Amoniak - Proyek Revitalisasi/Replacement Pusri II B - Proyek Replacement Pembangkit Steam & Listrik - Proyek pengadaan Kapal Barge - Proyek Pabrik NPK (Chemical Proses) - Proyek Pabrik NPK Fusion - KP Batubara - Tambahan modal PT Perkapalan - Pabrik Asam Fosfat Sub Total PT PETROKIMIA GRESIK - Revamp PA *) - Asam Sulfat II *) - NPK Phonska I V - Tanki Amoniak - K2SO4 - II / ZK II - Phonska V - Amoniak Urea II - ZA IV - IPA Gunung Sari - Perluasan Dermaga - Penyertaan PA di Gresik Sub Total
2013
2014
2015
240.000 139.500 41.850 50.000 33.600 25.000 3.348 533,298
480.000 69.750 33.600 583.350
1.200.000 139.500 33.600 1.373.100
560.000 325.500 97.650 78.400 1,061,550
1.120.000
2.800.000
162.750 78.400 1.361.150
325.500 78.400 3.203.900
173.238 1.067.668 864.280 224.967 37.841 300.000 100.000 2,767,994
3.135.681 155.694 34.243 3.325.618
2.093.811 108.604 125.882 102.729 2.431.026
163.680 180.420 1.076.789 164.378
122.760 135.315 42.269 191.301 1.076.789 267.840 164.378
8.694 1.593.960
2.000.651
2.691.973 267.840 2.959.813
90
Lanjutan Lampiran 7. PT PUPUK KUJANG - NPK Granular II - NPK Granular III - NPK Granular IV - Pabrik Kujang IC - Pabrik Gas Argon & Gas Industri - Power Plant Batu bara - Pabrik Pupuk Hayati - Industri Agribisnis & Bioethanol - Bangunan Pilot Plant CBOF - PT Padi Energi Nusantara (PT PEN) - PT BUMN Hijau Lestari - PT Peroksida Indonesia Pratama (PT PIP) - PT Kharisma (Pabrik Bioethanol - Cikumpai) Sub Total PT PUPUK KALTIM - Pembangunan Pabrik K5 - Penyertaan NPK Fused Blend di PT PAN - Penyertaan pada BUMP - Boiler Batubara - Tie In ke PT KNI - Penyertaan Ke KAN Sangatta - Reklamasi Lahan Utara Kaltim-4 (eks NPK 3&4) - Jetty / Dermaga 9 Tanjung Harapan - Phosphoric Acid & Sulphuric Acid - NPK Chemical - Pukati Pani Sub Total PT PUPUK ISKANDAR MUDA - Optimasi Tahap II untuk meningkatkan realibility - Optimalisasi Pabrik Urea Optimasi dan Meningkatkan Realibility Handling - Facility Supply Power Listrik dari Existing PIM ke Water - Intake - Pembangunan Utilitas Berbasis Batubara Penggabungan pabrik ex PT AAF (menjadi - Pabrik-3) Sub Total PT REKAYASA INDUSTRI - WKP - Energy Infrastucture (IIP) - LPG Medan - Electrical & Instrument Construction Company - Civil Construction Company - Mechanical Construction Company - Electrical Equipment Company Sub Total Total Investasi Pengembangan Holding
28.000 42.000 83.364 566.936 19.811 12.900 753.011
28.000 42.000 7.000 77.000
28.000 984.979 1.012.979
1.390.610 90.000 167.400 78.420 97.230 1.823.660
186.000 167.400 464.550 817.950
17.260 279.000 300.060 596.320
-
-
-
80.000
105.000
-
-
-
883.500
362.700 442.700
120.900 225.900
883.500
56.498 25.000 97.700 179.198
60.629 25.000 22.800 108.429
76.603 3.820 1.110 81.533
9,155,371
8.500.048
12.542.171
91
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Rasio Keuangan PT. Pusri 2006-2010 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan RASIO LANCAR AKTIVA LANCAR TAHUN (A)
HUTANG LANCAR (B)
A:B
2006
7.608.474.738
4.956.235.098
1,54
2007
10.109.236.693
5.476.447.185
1,85
2008
17.904.619.676
10.692.368.271
1,67
2009
20.405.413.617
10.296.357.106
1,98
2010
18.801.711.924
8.206.544.824
2,29
RASIO CEPAT AKTIVA TAHUN LANCAR (A)
PERSEDIAAN (B)
A-B (C)
HUTANG LANCAR (D)
C:D
2006
7.608.474.738
2.689.962.454
4.918.512.284
4.956.235.098
0,99
2007
10.109.236.693
2.200.720.939
7.908.515.754
5.476.447.185
1,44
2008
17.904.619.676
5.810.914.634
12.093.705.042
10.692.368.271
1,13
2009
20.405.413.617
5.322.178.892
15.083.234.725
10.296.357.106
1,46
2010
18.801.711.924
5.722.462.692
13.079.249.232
8.206.544.824
1,59
PERPUTARAN PERSEDIAAN TAHUN
HPP (A)
PERSEDIAAN (B)
A:B
2006
11.120.473.333
2.689.962.454
4,13
2007
15.682.053.015
2.200.720.939
7,13
2008
26.348.753.699
5.810.914.634
4,53
2009
26.411.242.604
5.322.178.892
4,96
2010
23.975.037.599
5.722.462.692
4,19
PERPUTARAN AKTIVA TETAP TAHUN
PENJUALAN (A)
AKTIVA TETAP (B)
A:B
2006
15.470.891.283
11.807.967.980
1,31
2007
22.218.785.175
11.517.110.000
1,93
2008
36.036.743.483
11.621.882.636
3,10
2009
34.209.998.489
12.192.900.992
2,81
2010
32.676.371.032
12.695.414.423
2,57
92
Lanjutan Lampiran 8. PERPUTARAN TOTAL AKTIVA TAHUN
PENJUALAN (A)
TOTAL AKTIVA (B)
A:B
2006
15.470.891.283
20.513.542.948
0,75
2007
22.218.785.175
22.789.016.805
0,97
2008
36.036.743.483
31.035.478.718
1,16
2009
34.209.998.489
34.416.630.126
0,99
2010
32.676.371.032
33.621.848.157
0,97
DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TOTAL EQUITAS (B)
TAHUN
TOTAL UTANG (A)
A:B
2006
11.841.927.537
8.581.692.659
137,99%
2007
12.334.681.682
10.356.909.776
119,10%
2008
18.929.919.773
11.993.738.735
157,83%
2009
20.082.899.433
14.197.441.609
141,45%
2010
17.830.278.977
15.642.588.741
113,99%
TAHUN
TOTAL UTANG (A)
TOTAL AKTIVA (B)
2006
11.841.927.537
20.513.542.948
57,73%
2007
12.334.681.682
22.789.016.805
54,13%
2008
18.929.919.773
31.035.478.718
60,99%
2009
20.082.899.433
34.416.630.126
58,35%
2010
17.830.278.977
33.621.848.157
53,03%
RASIO UTANG A:B
ROI TAHUN
LABA BERSIH (A)
TOTAL AKTIVA (B)
A:B
2006
862.571.684
20.513.542.948
4,20%
2007
1.584.616.085
22.789.016.805
6,95%
2008
2.112.638.035
31.035.478.718
6,81%
2009
2.558.076.717
34.416.630.126
7,43%
2010
2.108.154.750
33.621.848.157
6,27%
93
Lanjutan Lampiran 8. ROE TAHUN
LABA BERSIH (A)
TOTAL EQUITAS (B)
A:B
2006
862.571.684
8.581.692.659
10,05%
2007
1.584.616.085
10.356.909.776
15,30%
2008
2.112.638.035
11.993.738.735
17,61%
2009
2.558.076.717
14.197.441.609
18,02%
2010
2.108.154.750
15.642.588.741
13,48%
RASIO LABA BERSIH TAHUN
LABA KOTOR (A)
PENJUALAN (B)
A:B
2006
4.350.417.950
15.470.891.283
28,12%
2007
6.536.732.160
22.218.785.175
29,42%
2008
9.687.989.784
36.036.743.483
26,88%
2009
7.798.755.885
34.209.998.489
22,80%
2010
8.701.333.433
32.676.371.032
26,63%
Interest Coverage Ratio TAHUN
LABA KOTOR (A)
2006
4.350.417.950
2007 2008
BEBAN BUNGA (B)
A:B
502.726.990
8,65
6.536.732.160
517.936.699
12,62
9.687.989.784
1.163.457.981
8,33
2009
7.798.755.885
1.029.508.896
7,58
2010
8.701.333.433
814.484.107
10,68
94
Lampiran 9. Hasil Perhitungan FCFF & APV PT. Pusri 2006-2010 Hasil Perhitungan FCFF & APV Tahun 2006-2010 (dalam Ribuan) Pendapatan Usaha Hasil Penjualan Jumlah Pendapatan Usaha EBIT
2006
2007
2008
2009
2010
15.470.891.283
22.218.785.175
36.036.743.483
34.209.998.489
32.676.371.032
15.470.891.283
22.218.785.175
36.036.743.483
34.209.998.489
32.676.371.032
4.350.417.950
6.536.732.160
9.687.989.784
7.798.755.885
8.701.333.433
Beban Pajak Net Operating Profit After Tax
450.553.873
816.725.411
990.034.513
1.130.975.111
1.112.924.910
3.899.864.077
5.720.006.749
8.697.955.271
6.667.780.774
7.588.408.523
FCFF
(497.504.246)
1.884.358.639
477.059.266
637.304.185
1.160.889.152
Biaya Bunga
502.726.990
517.936.699
1.163.457.981
1.029.508.896
814.484.107
Pajak
450.553.873
816.725.411
990.034.513
1.130.975.111
1.112.924.910
ITS
125.681.748
129.484.175
290.864.495
257.377.224
203.621.027
(371.822.499)
2.013.842.814
767.923.761
894.681.409
1.364.510.179
APV
95
Lampiran 10. Hasil Perhitungan APV Skenario 2013-2015 Hasil Perhitungan APV Skenario (Jutaan) 2013
2014
2015
Hasil Penjualan
38.189.845
43.368.740
51.298.122
Pendapatan Subsidi
17.882.464
19.356.269
20.669.415
56.072.310
62.725.009
71.967.536
EBIT
6.911.022
8.630.491
10.976.807
Beban Pajak
1.654.674
1.879.554
2.350.129
Net Operating Profit After Tax
5.256.348
6.750.937
8.626.677
FCFF
4.325.388
4.443.656
5.447.844
PV FCFF
3.231.718
2.480.602
3.041.175
Akumulasi Pv Fcff
5.510.867
7.991.469
11.032.644
Biaya Bunga
1.335.206
1.889.912
2.241.738
Pajak
1.654.674
1.879.554
2.350.129
333.802
472478.03
560434.62
Pendapatan Usaha
Jumlah Pendapatan Usaha
ITS PV ITS APV
249.400
472.478
5600.435
3.481.117.88
3.342.286.70
3.601.609.58
96
Lampiran 11. Daftar Risk Premium Beberapa Negara Local Currency Rating
Adj. Default Spread
Total Risk Premium
Country Risk Premium
Country
Region
Albania
Eastern Europe & Russia
B1
400
12.00%
6.00%
Angola
Africa
Ba3
325
10.88%
4.88%
Argentina
Central and South America
B3
600
15.00%
9.00%
Armenia
Eastern Europe & Russia
Ba2
275
10.13%
4.13%
Australia
Australia & New Zealand
Aaa
0
6.00%
0.00%
Austria [1]
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
Azerbaijan
Eastern Europe & Russia
Ba1
240
9.60%
3.60%
Bahamas
Caribbean
A3
115
7.73%
1.73%
Bahrain
Middle East
Baa1
150
8.25%
2.25%
Bangladesh
Asia
Ba3
325
10.88%
4.88%
Barbados
Caribbean
Baa3
200
9.00%
3.00%
Belarus
Eastern Europe & Russia
B3
600
15.00%
9.00%
Belgium [1]
Western Europe
Aa3
70
7.05%
1.05%
Belize
Central and South America
B3
600
15.00%
9.00%
Bermuda
Caribbean
Aa2
50
6.75%
0.75%
Bolivia Bosnia and Herzegovina
Central and South America
B1
400
12.00%
6.00%
Eastern Europe & Russia
B2
500
13.50%
7.50%
Botswana
Africa
A2
100
7.50%
1.50%
Brazil
Central and South America
Baa2
175
8.63%
2.63%
Bulgaria
Eastern Europe & Russia
Baa2
175
8.63%
2.63%
Cambodia
Asia
B2
500
13.50%
7.50%
Canada
North America
Aaa
0
6.00%
0.00%
Cayman Islands
Caribbean
Aa3
70
7.05%
1.05%
Chile
Central and South America
Aa3
70
7.05%
1.05%
China
Asia
Aa3
70
7.05%
1.05%
Colombia
Central and South America
Baa3
200
9.00%
3.00%
Costa Rica
Central and South America
Baa3
200
9.00%
3.00%
Croatia
Eastern Europe & Russia
Baa3
200
9.00%
3.00%
Cuba
Caribbean
Caa1
700
16.50%
10.50%
Cyprus [1]
Western Europe
Baa3
200
9.00%
3.00%
Czech Republic
Eastern Europe & Russia
A1
85
7.28%
1.28%
Denmark Dominican Republic
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
Caribbean
B1
400
12.00%
6.00%
Ecuador
Central and South America
Caa2
850
18.75%
12.75%
Egypt
Africa
B2
500
13.50%
7.50%
El Salvador
Central and South America
Ba2
275
10.13%
4.13%
Estonia
Eastern Europe & Russia
A1
85
7.28%
1.28%
97
Lanjutan Lampiran 11. Fiji Islands
Asia
B1
400
12.00%
6.00%
Finland [1]
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
France [1]
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
Georgia
Eastern Europe & Russia
Ba3
325
10.88%
4.88%
Germany [1]
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
Greece [1]
Western Europe
Caa1
700
16.50%
10.50%
Guatemala
Central and South America
Ba1
240
9.60%
3.60%
Honduras
Central and South America
B2
500
13.50%
7.50%
Hong Kong
Asia
Aa1
25
6.38%
0.38%
Hungary
Eastern Europe & Russia
Ba1
240
9.60%
3.60%
Iceland
Western Europe
Baa3
200
9.00%
3.00%
India
Asia
Baa3
200
9.00%
3.00%
Indonesia
Asia
Ba1
240
9.60%
3.60%
Ireland [1]
Western Europe
Ba1
240
9.60%
3.60%
Isle of Man
Financial Center
Aaa
0
6.00%
0.00%
Israel
Middle East
A1
85
7.28%
1.28%
Italy [1]
Western Europe
A2
100
7.50%
1.50%
Jamaica
Caribbean
B3
600
15.00%
9.00%
Japan
Asia
Aa3
70
7.05%
1.05%
Jordan
Middle East
Ba2
275
10.13%
4.13%
Kazakhstan
Eastern Europe & Russia
Baa2
175
8.63%
2.63%
Korea
Asia
A1
85
7.28%
1.28%
Kuwait
Middle East
Aa2
50
6.75%
0.75%
Latvia
Eastern Europe & Russia
Baa3
200
9.00%
3.00%
Lebanon
Middle East
B1
400
12.00%
6.00%
Lithuania
Eastern Europe & Russia
Baa1
150
8.25%
2.25%
Luxembourg [1]
Financial Center
Aaa
0
6.00%
0.00%
Macao
Asia
Aa3
70
7.05%
1.05%
Malaysia
Asia
A3
115
7.73%
1.73%
Malta [1]
Western Europe
A2
100
7.50%
1.50%
Mauritius
Africa
Baa2
175
8.63%
2.63%
Mexico
Central and South America
Baa1
150
8.25%
2.25%
Moldova
Eastern Europe & Russia
B3
600
15.00%
9.00%
Mongolia
Asia
B1
400
12.00%
6.00%
Montenegro
Eastern Europe & Russia
Ba3
325
10.88%
4.88%
Morocco
Africa
Ba1
240
9.60%
3.60%
Namibia
Africa
Baa3
200
9.00%
3.00%
Netherlands [1]
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
New Zealand
Australia & New Zealand
Aaa
0
6.00%
0.00%
98
Lanjutan Lampiran 11. Nicaragua
Central and South America
B3
600
15.00%
9.00%
Norway
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
Oman
Middle East
A1
85
7.28%
1.28%
Pakistan
Asia
B3
600
15.00%
9.00%
Panama
Central and South America
Baa3
200
9.00%
3.00%
Papua New Guinea
Asia
B1
400
12.00%
6.00%
Paraguay
Central and South America
B1
400
12.00%
6.00%
Peru
Central and South America
Baa3
200
9.00%
3.00%
Philippines
Asia
Ba2
275
10.13%
4.13%
Poland
Eastern Europe & Russia
A2
100
7.50%
1.50%
Portugal [1]
Western Europe
Ba2
275
10.13%
4.13%
Qatar
Middle East
Aa2
50
6.75%
0.75%
Romania
Eastern Europe & Russia
Baa3
200
9.00%
3.00%
Russia
Eastern Europe & Russia
Baa1
150
8.25%
2.25%
Saudi Arabia
Middle East
Aa3
70
7.05%
1.05%
Senegal
Middle East
B1
400
12.00%
6.00%
Singapore
Asia
Aaa
0
6.00%
0.00%
Slovakia
Eastern Europe & Russia
A1
85
7.28%
1.28%
Slovenia [1]
Eastern Europe & Russia
A1
85
7.28%
1.28%
South Africa
Africa
A3
115
7.73%
1.73%
Spain [1]
Western Europe
A1
85
7.28%
1.28%
Sri Lanka St. Vincent & the Grenadines
Asia
B1
400
12.00%
6.00%
Caribbean
B1
400
12.00%
6.00%
Suriname
Caribbean
Ba3
325
10.88%
4.88%
Sweden
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
Switzerland
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
Taiwan
Asia
Aa3
70
7.05%
1.05%
Thailand Trinidad and Tobago
Asia
Baa1
150
8.25%
2.25%
Caribbean
Baa1
150
8.25%
2.25%
Tunisia
Africa
Baa3
200
9.00%
3.00%
Turkey
Asia
Ba2
275
10.13%
4.13%
Ukraine United Arab Emirates
Eastern Europe & Russia
B2
500
13.50%
7.50%
Middle East
Aa2
50
6.75%
0.75%
United Kingdom United States of America
Western Europe
Aaa
0
6.00%
0.00%
North America
Aaa
0
6.00%
0.00%
Uruguay
Central and South America
Ba1
240
9.60%
3.60%
Venezuela
Central and South America
B1
400
12.00%
6.00%
Vietnam
Asia
B1
400
12.00%
6.00%
99
Lampiran 12. Daftar Rating Standar Poor’s & Moody’s Interest Cov. Atas -100000 0,5 0,8 1,25 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,5 6,0 7,5 9,5 12,50
Interest Cov. Bawah 0,5 0,8 1,25 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,5 6,0 7,5 9,5 12,50 100000
Rating D C CC CCC BB B+ BB BBB AA A+ AA AAA
Default Spread 14,00% 12,70% 11,50% 10,00% 8,00% 6,50% 4,75% 3,50% 2,25% 2% 1,8% 1,5% 1% 0,75%
100
Lampiran 13. Perhitungan Beta Unlevered Perusahaan Barito Pasific, tbk Budi Acid Jaya, tbk Duta Pertiwi Nusantara, tbk Ekhadarma Internasional, tbk Eterindo Wahanatama, tbk IntanwijayaInternasional, tbk Sorini Agro Asia Corporindo, tbk Indo Acidatama, tbk Unggul Indah Jaya, tbk Rata-Rata 1+(1-Tax) (C) C x B (D) Beta Unlevered (A:D)
Beta Levered (A) 1,90243 1,12831 0,60906 0,70888 1,69705 1,20460
Price to Book Value 1,26271 1,09335 1,32062 2,05035 0,84313 0,29759
Debt/Equity Value (B) 60,83% 23,40% 0,00% 12,47% 0,05% 0,38%
0,72343 1,11980 -0,19957 0,98822 1,75 0,307 0,8733
4,50704 1,65367 0,59675 1,51391
18,80% 15,74% 26,30% 17,55%
101
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal PT. Pusri 2010 Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal Tahun 2010 (dalam Ribuan) Curent beta
1,38
current debt
8.763.021.526
tax rate
35.91%
25%
current equity current EBITDA
15.642.588.741
Current depreciation
3.097.363.856
Current Interest Rate
current Rating
AA
Investasi awal
430.319.454
985.049.639 9,29%
Current Firm Value no debt
6.311.702.809
Perubahan Modal Kerja
1.160.889.152
D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
Nilai Hutang
0
1.564.258.874
3.128.517.748
4.692.776.622
6.257.035.496
7.821.294.371
9.385.553.245
10.949.812.119
12.514.070.993
14.078.329.867
Beta
0,87%
0,95%
1,04%
1,15%
1,31%
1,53%
1,85%
2,40%
3,49%
6,76%
Biaya Ekuitas
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
3.097.363.856
3.097.363.856
3.097.363.856
3.097.363.856
3.097.363.856
3.097.363.856
3.097.363.856
3.097.363.856
3.097.363.856
3.097.363.856
EBITDA Depresiasi EBIT interest taxable income tax Net Income (+) Depresiasi Funds From Operating
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
2.112.314.217
2.112.314.217
2.112.314.217
2.112.314.217
2.112.314.217
2.112.314.217
2.112.314.217
2.112.314.217
2.112.314.217
2.112.314.217
0
145.319.649
290.639.299
435.958.948
581.278.598
726.598.247
871.917.896
1.017.237.546
1.162.557.195
1.307.876.845
2.112.314.217
1.966.994.568
1.821.674.918
1.676.355.269
1.531.035.619
1.385.715.970
1.240.396.321
1.095.076.671
949.757.022
804.437.372
528.078.554
491.748.642
455.418.730
419.088.817
382.758.905
346.428.992
310.099.080
273.769.168
237.439.255
201.109.343
1.584.235.663
1.475.245.926
1.366.256.189
1.257.266.452
1.148.276.715
1.039.286.977
930.297.240
821.307.503
712.317.766
603.328.029
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
985.049.639
2.569.285.302
2.460.295.565
2.351.305.828
2.242.316.091
2.133.326.354
2.024.336.616
1.915.346.879
1.806.357.142
1.697.367.405
1.588.377.668
15,12
7,56
5,04
3,78
3,02
2,52
2,16
1,89
1,68
1,57282
0,75157
0,47782
0,34095
0,25882
0,20407
0,16497
0,13564
0,11282
AAA
AAA
A+
A-
BBB
BB
B+
B
B-
B-
0,75%
0,75%
1,50%
2,00%
2,25%
3,50%
4,75%
6,50%
8,00%
8,00%
Pre Tax Int, Cov Funds/Debt Rating Default Spread
102
Lanjutan Lampiran 14. PERHITUNGAN COST OF CAPITAL D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
256.928.530
513.857.060
770.785.591
1.027.714.121
1.284.642.651
1.541.571.181
1.798.499.711
2.055.428.241
2.312.356.772
Biaya Ekuitas
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
Biaya Hutang
5,48%
5,48%
6,05%
6,42%
6,61%
7,55%
8,48%
9,80%
10,92%
10,92%
Biaya Modal
6,64%
5,12%
5,06%
5,15%
5,20%
5,78%
6,40%
7,30%
8,09%
8,12%
978.076.696
869.086.959
760.097.222
651.107.485
542.117.748
433.128.010
324.138.273
215.148.536
106.158.799
(2.830.938)
Nilai Hutang
Free Cash Flow ITS APV Value of Firm
0
36.329.912
72.659.825
108.989.737
145.319.649
181.649.562
217.979.474
254.309.386
290.639.299
326.969.211
978.076.696
905.416.871
832.757.046
760.097.222
687.437.397
614.777.572
542.117.748
469.457.923
396.798.098
324.138.273
23.860.201.838
30.919.261.795
31.288.968.478
30.753.776.833
30.452.620.541
27.400.817.026
24.757.841.064
21.713.247.808
19.591.911.408
19.521.814.298
103
Lampiran 15. Hasil Perhitungan Optimasi Strutur Modal PT Pusri 2011 Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal Tahun 2011 (dalam Ribuan) Curent beta
1,38
current debt
8.763.021.526
current equity current EBITDA
Current depreciation
985.049.639
3.097.363.856
Investasi awal
723.298
AA
Project Value
1.872.691.000
tax rate
25%
D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
187.269.100
374.538.200
561.807.300
749.076.400
936.345.500
1.123.614.600
1.310.883.700
1.498.152.800
1.685.421.900
0,87%
0,95%
1,04%
1,15%
1,31%
1,53%
1,85%
2,40%
3,49%
6,76%
Nilai Hutang Beta Biaya Ekuitas
current Rating
15.642.588.741
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
4.895.669.000
4.895.669.000
4.895.669.000
4.895.669.000
4.895.669.000
4.895.669.000
4.895.669.000
4.895.669.000
4.895.669.000
4.895.669.000
AAA
AAA
A+
A-
BBB
BB
B+
B
B-
B-
0,75%
0,75%
1,50%
2,00%
2,25%
3,50%
4,75%
6,50%
8,00%
8,00%
D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
187.269.100
374.538.200
561.807.300
749.076.400
936.345.500
1.123.614.600
1.310.883.700
1.498.152.800
1.685.421.900
Biaya Ekuitas
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
Biaya Hutang
5,48%
5,48%
6,05%
6,42%
6,61%
7,55%
8,48%
9,80%
10,92%
10,92%
Biaya Modal
6,64%
6,26%
6,09%
6,02%
5,96%
6,21%
6,54%
7,09%
7,64%
7,79%
1.872.691.000
1.685.421.900
1.498.152.800
1.310.883.700
1.123.614.600
936.345.500
749.076.400
561.807.300
374.538.200
187.269.100
EBIT Rating Default Spread
PERHITUNGAN COST OF CAPITAL
Nilai Hutang
Amount of Equity Amount of Debt
0
187.269.100
374.538.200
561.807.300
749.076.400
936.345.500
1.123.614.600
1.310.883.700
1.498.152.800
1.685.421.900
Total Project
1.872.691.000
1.872.691.000
1.872.691.000
1.872.691.000
1.872.691.000
1.872.691.000
1.872.691.000
1.872.691.000
1.872.691.000
1.872.691.000
Value of firm
55.300.319.211
58.659.254.373
60.257.667.637
61.019.185.699
61.610.044.498
59.142.220.316
56.146.582.964
51.768.710.136
48.047.966.070
47.163.647.466
104
Lampiran 16. Hasil Perhitungan Optimasi Strutur Modal PT Pusri 2012 Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal RJP 2012 (dalam Ribuan) Curent beta
1,38 8.763.021.526
current equity current EBITDA
current debt tax rate
25%
current Rating
D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
840.239.600
1.680.479.200
2.520.718.800
3.360.958.400
4.201.198.000
5.041.437.600
5.881.677.200
6.721.916.800
7.562.156.400
Beta
0,87%
0,95%
1,04%
1,15%
1,31%
1,53%
1,85%
2,40%
3,49%
6,76%
Biaya Ekuitas
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
Nilai Hutang
EBIT Rating Default Spread
5.174.357.000
5.174.357.000
5.174.357.000
15.642.588.741
Current depreciation
3.097.363.856
Current Interest Rate
AA
5.174.357.000
Current Firm Value no debt
5.174.357.000
5.174.357.000
985.049.639
Investasi awal
723.298
9,29%
Project Value
8.402.396.000
6.311.702.809
5.174.357.000
5.174.357.000
5.174.357.000
5.174.357.000
AAA
AAA
A+
A-
BBB
BB
B+
B
B-
B-
0,75%
0,75%
1,50%
2,00%
2,25%
3,50%
4,75%
6,50%
8,00%
8,00%
50%
60%
70%
80%
90%
PERHITUNGAN COST OF CAPITAL D/(D+E)
0%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
840.239.600
1.680.479.200
2.520.718.800
3.360.958.400
4.201.198.000
5.041.437.600
5.881.677.200
6.721.916.800
7.562.156.400
Biaya Ekuitas
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
Biaya Hutang
5,48%
5,48%
6,05%
6,42%
6,61%
7,55%
8,48%
9,80%
10,92%
10,92%
Biaya Modal Amount of Equity
6,64%
5,51%
5,34%
5,36%
5,36%
5,87%
6,43%
7,26%
8,01%
8,06%
8.402.396.000
7.562.156.400
6.721.916.800
5.881.677.200
5.041.437.600
4.201.198.000
3.360.958.400
2.520.718.800
1.680.479.200
840.239.600
0
840.239.600
1.680.479.200
2.520.718.800
3.360.958.400
4.201.198.000
5.041.437.600
5.881.677.200
6.721.916.800
7.562.156.400
Total Project
8.402.396.000
8.402.396.000
8.402.396.000
8.402.396.000
8.402.396.000
8.402.396.000
8.402.396.000
8.402.396.000
8.402.396.000
8.402.396.000
Value of firm
58.448.312.950
70.386.557.517
72.605.904.424
72.451.320.082
72.342.431.680
66.151.228.108
60.397.898.667
53.456.971.411
48.454.779.767
48.153.915.219
Nilai Hutang
Amount of Debt
10%
20%
30%
40%
105
Lampiran 17. Hasil Perhitungan Optimasi Strutur Modal PT Pusri 2013 Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal RJP 2013 (dalam Ribuan) Curent beta
1,38 8.763.021.526
current equity current EBITDA
current debt tax rate
25%
current Rating
D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
915.537.100
1.831.074.200
2.746.611.300
3.662.148.400
4.577.685.500
5.493.222.600
6.408.759.700
7.324.296.800
8.239.833.900
Beta
0,87%
0,95%
1,04%
1,15%
1,31%
1,53%
1,85%
2,40%
3,49%
6,76%
Biaya Ekuitas
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
6.911.022.000
6.911.022.000
6.911.022.000
6.911.022.000
6.911.022.000
6.911.022.000
6.911.022.000
6.911.022.000
6.911.022.000
AAA
AAA
A+
A-
BBB
BB
B+
B
B-
B-
0,75%
0,75%
1,50%
2,00%
2,25%
3,50%
4,75%
6,50%
8,00%
8,00%
Nilai Hutang
EBIT Rating Default Spread
6.911.022.000
15.642.588.741
Current depreciation
3.097.363.856
Current Interest Rate
AA
Current Firm Value no debt
985.049.639
Investasi awal
723.298
9,29%
Project Value
9.155.371.000
6.311.702.809
PERHITUNGAN COST OF CAPITAL D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
Nilai Hutang
0
915.537.100
1.831.074.200
2.746.611.300
3.662.148.400
4.577.685.500
5.493.222.600
6.408.759.700
7.324.296.800
8.239.833.900
Biaya Ekuitas
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
Biaya Hutang
5,48%
5,48%
6,05%
6,42%
6,61%
7,55%
8,48%
9,80%
10,92%
10,92%
Biaya Modal Amount of Equity
6,64%
5,46%
5,30%
5,32%
5,34%
5,85%
6,42%
7,27%
8,02%
8,07%
9.155.371.000
8.239.833.900
7.324.296.800
6.408.759.700
5.493.222.600
4.577.685.500
3.662.148.400
2.746.611.300
1.831.074.200
915.537.100
0
915.537.100
1.831.074.200
2.746.611.300
3.662.148.400
4.577.685.500
5.493.222.600
6.408.759.700
7.324.296.800
8.239.833.900
Total Project
9.155.371.000
9.155.371.000
9.155.371.000
9.155.371.000
9.155.371.000
9.155.371.000
9.155.371.000
9.155.371.000
9.155.371.000
9.155.371.000
Value of firm
78.065.270.073
94.939.830.491
97.752.501.791
97.354.689.253
97.096.141.777
88.563.408.139
80.724.220.894
71.338.608.231
64.612.933.899
64.240.242.390
Amount of Debt
106
Lampiran 18. Hasil Perhitungan Optimasi Strutur Modal PT Pusri 2014 Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal RJP 2014 (dalam Ribuan) Curent beta
1,38
current debt
8.763.021.526
current equity current EBITDA
Current depreciation
985.049.639
Investasi awal
723.298
3.097.363.856
Current Interest Rate
9,29%
Project Value
8.500.048.000
tax rate
25%
D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
850.004.800
1.700.009.600
2.550.014.400
3.400.019.200
4.250.024.000
5.100.028.800
5.950.033.600
6.800.038.400
7.650.043.200
0,87%
0,95%
1,04%
1,15%
1,31%
1,53%
1,85%
2,40%
3,49%
6,76%
Nilai Hutang Beta Biaya Ekuitas
current Rating
15.642.588.741
AA
Current Firm Value no debt
6.311.702.809
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
8.360.491.000
8.360.491.000
8.360.491.000
8.360.491.000
8.360.491.000
8.360.491.000
8.360.491.000
8.360.491.000
8.360.491.000
8.360.491.000
AAA
AAA
A+
A-
BBB
BB
B+
B
B-
B-
0,75%
0,75%
1,50%
2,00%
2,25%
3,50%
4,75%
6,50%
8,00%
8,00%
D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
850.004.800
1.700.009.600
2.550.014.400
3.400.019.200
4.250.024.000
5.100.028.800
5.950.033.600
6.800.038.400
7.650.043.200
Biaya Ekuitas
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
Biaya Hutang
5,48%
5,48%
6,05%
6,42%
6,61%
7,55%
8,48%
9,80%
10,92%
10,92%
Biaya Modal
6,64%
5,51%
5,34%
5,35%
5,36%
5,86%
6,42%
7,26%
8,01%
8,06%
8.500.048.000
7.650.043.200
6.800.038.400
5.950.033.600
5.100.028.800
4.250.024.000
3.400.019.200
2.550.014.400
1.700.009.600
850.004.800
EBIT Rating Default Spread
PERHITUNGAN COST OF CAPITAL
Nilai Hutang
Amount of Equity Amount of Debt
0
850.004.800
1.700.009.600
2.550.014.400
3.400.019.200
4.250.024.000
5.100.028.800
5.950.033.600
6.800.038.400
7.650.043.200
Total Project
8.500.048.000
8.500.048.000
8.500.048.000
8.500.048.000
8.500.048.000
8.500.048.000
8.500.048.000
8.500.048.000
8.500.048.000
8.500.048.000
Value of firm
94.438.129.102
113.877.005.337
117.440.327.508
117.160.112.512
116.965.948.325
106.919.045.521
97.597.360.593
86.363.296.162
78.273.491.115
77.792.249.623
107
Lampiran 19. Hasil Perhitungan Optimasi Strutur Modal PT Pusri 2015 Hasil Perhitungan Optimasi Struktur Modal RJP 2015 (dalam Ribuan) Curent beta
1,38
current debt
8.763.021.526
current equity current EBITDA
Current depreciation
985.049.639
Investasi awal
723.298
3.097.363.856
Current Interest Rate
9,29%
Project Value
12.542.171.000
tax rate
25%
D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
1.254.217.100
2.508.434.200
3.762.651.300
5.016.868.400
6.271.085.500
7.525.302.600
8.779.519.700
10.033.736.800
11.287.953.900
0,87%
0,95%
1,04%
1,15%
1,31%
1,53%
1,85%
2,40%
3,49%
6,76%
Nilai Hutang Beta Biaya Ekuitas
current Rating
15.642.588.741
AA
Current Firm Value no debt
6.311.702.809
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
7.020.822.000
7.020.822.000
7.020.822.000
7.020.822.000
7.020.822.000
7.020.822.000
7.020.822.000
7.020.822.000
7.020.822.000
7.020.822.000
AAA
AAA
A+
A-
BBB
BB
B+
B
B-
B-
0,75%
0,75%
1,50%
2,00%
2,25%
3,50%
4,75%
6,50%
8,00%
8,00%
D/(D+E)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
D/E
0%
11,11%
25,00%
42,86%
66,67%
100,00%
150,00%
233,33%
400,00%
900,00%
0
1.254.217.100
2.508.434.200
3.762.651.300
5.016.868.400
6.271.085.500
7.525.302.600
8.779.519.700
10.033.736.800
11.287.953.900
Biaya Ekuitas
6,64%
6,65%
6,65%
6,67%
6,68%
6,70%
6,73%
6,78%
6,88%
7,18%
Biaya Hutang
5,48%
5,48%
6,05%
6,42%
6,61%
7,55%
8,48%
9,80%
10,92%
10,92%
Biaya Modal
6,64%
5,26%
5,16%
5,22%
5,25%
5,81%
6,41%
7,29%
8,06%
8,10%
12.542.171.000
11.287.953.900
10.033.736.800
8.779.519.700
7.525.302.600
6.271.085.500
5.016.868.400
3.762.651.300
2.508.434.200
1.254.217.100
EBIT Rating Default Spread
PERHITUNGAN COST OF CAPITAL
Nilai Hutang
Amount of Equity Amount of Debt
0
1.254.217.100
2.508.434.200
3.762.651.300
5.016.868.400
6.271.085.500
7.525.302.600
8.779.519.700
10.033.736.800
11.287.953.900
Total Project
12.542.171.000
12.542.171.000
12.542.171.000
12.542.171.000
12.542.171.000
12.542.171.000
12.542.171.000
12.542.171.000
12.542.171.000
12.542.171.000
Value of firm
79.305.544.906
100.096.259.482
102.131.086.418
100.942.355.612
100.244.694.610
90.665.296.769
82.185.883.962
72.279.009.299
65.305.989.801
65.020.527.512
108
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Interpolasi WACC dan Nilai Perusahaan yang Diterapkan PT Pusri Tahun 2010-2015
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
109
Lanjutan Lampiran 20.
Tahun 2013
Tahun 2014 Dapat dilihat pada perhitungan optimasi struktur modal tahun 2014 dengan tingkat hutang 40%.
Tahun 2015