ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PADA PT ABC FINANCE DENGAN METODE VALUE AT RISK (VaR)
Oleh RR RETNO RIZKI DINI YULIANA H24097110
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN RR RETNO RIZKI DINI YULIANA. H24097110. AnalisisManajemen Risiko Kredit pada PT ABC Finance dengan Metode Value at Risk (VaR). Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO. Perkembangan industri non perbankan yang terus menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Hal ini terjadi pula pada PT ABC Finance (nama perusahaan disamarkan) yang usahanya terus berkembang hingga saat ini telah memiliki 43 cabang dan berencana untuk menambah 14 cabang di tahun 2011. Meningkatnya penjualan mengindikasikan adanya potensi risiko kredit macet perusahaan akan semakin besar apabila tidak dikelola dengan baik. Terlihat pada meningkatnya jumlah Non Performing Loan (NPL) dari 1,15 persen pada tahun 2008 menjadi 7,40 persen pada tahun 2010. Pengelolaan risiko harus dilakukan sebaik-baiknya agar tidak menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis perkembangan jumlah kredit dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance, (2) menganalisis perkembangan NPL dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance, (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit di PT ABC Finance, (4) menganalisis risiko kredit yang terjadi di PT ABC Finance. Penelitian dilaksanakan di Kantor Pusat PT ABC Finance yang berlokasi di Jl. Prof. Dr. Satrio, Jakarta.Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengumpulan data dan wawancara langsung dengan pihak manajemen PT ABC Finance. Data sekunder diperoleh melalui data historis PT ABC Finance, studi pustaka, dan publikasi elektronik. Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan metode Value at Risk (VaR) dengan credit metrics. Penyaluran kredit PT ABC Finance trennya menunjukkan meningkat pada tahun 2008-2011. Pada Oktober 2011 diramalkan kredit yang disalurkan sebesar Rp 216.287.870.245,00, realisasi nilai kredit pada bulan September 2011 yaitu sebesar Rp 215.758.547.000,00. Tren untuk persentase NPL juga terlihat meningkat dari tahun 2008-2011. Pada Oktober 2011 diramalkan nilai NPL sebesar 7,58 persen, dan pada September 2011 persentase NPL sebesar 7,63 persen. Kebijakan kredit ditetapkan PT ABC Finance untuk mengurangi risiko kredit yang mungkin terjadi. Kebijakan kredit tersebut antara lain kredit diberikan untuk pembiayaan mobil baru dan bekas, jumlah kredit yang diberikan yaitu Rp 10 Juta sampai dengan Rp 200 Juta, jangka waktu pemberian kredit yaitu 12-48 bulan, bunga kredit bervariasi bergantung kepada jenis kendaraan dan tahun kendaraan, persentase down payment bervariasi berdasarkan jenis kendaraan dan tahun kendaraan, agunan berupa Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Keputusan (SK) Ijin Trayek untuk angkutan umum, serta persyaratan kredit yang perlu dilengkapi oleh calon nasabah. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT ABC Finance antara lain terjadinya manipulasi data dan informasi, kualitas dan kuantitas SDM, penyalahgunaan agunan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, pengalihan agunan secar tidak resmi, angsuran yang dititipkan pada pihak yang tidak bertanggung jawab, serta faktor internal nasabah.
Dari hasil perhitungan VaR diketahui bahwa kemungkinan kerugian terbesar yang dihadapi PT ABC Finance pada tahun 2010 dengan tingkat keyakinan 95persen adalah sebesar Rp 396.741.611.556,47 atau 16,24 persen dari total baki debet kredit. Kemungkinan kerugian yang terjadi dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 396.741.611.556,47 atau 22,93 persen dari total baki debet kredit. Pengelolaan risiko kredit dilakukan sejak awal sebelum kredit diberikan kepada nasabah yaitu dimulai dari penilaian kelayakan calon nasabah, pengecekan kebsahan agunan dan kelengkapan berkas persyaratan. Upaya penanganan kredit yang dilakukan oleh PT ABC Finance diantaranya panggilan via telepon, pemberian Surat Peringatan (SP), penagihan, penghapusan denda, serta penarikan unit.
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PADA PT ABC FINANCE DENGAN METODE VALUE AT RISK (VaR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RR RETNO RIZKI DINI YULIANA H24097110
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul : Analisis Manajemen Risiko Kredit pada PT ABC Finance dengan Metode Value at Risk (VaR) Nama : Rr. Retno Rizki Dini Yuliana NRP
: H24097110
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Abdul Kohar I, M.Sc. NIP. 194912101978031002
Mengetahui, Ketua Departemen,
Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP 196101231986011002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Juli 1988. Penulis merupakan anak ke-empat dari empat bersaudara pasangan R. Gatoet Tjahjono dan Ratna Indah Sri Wardhaningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Nugraha 2 Bogor pada tahun 1994, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Kotabatu 4 Bogor. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bogor pada tahun 2003 dan mengambil jurusan IPA. Pada tahun 2006, penulis berhasil diterima di Program Diploma III Program Keahlian Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes mandiri. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes mandiri.Pada bulan Juli 2010 hingga saat ini, penulis bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai BPKB Custodian Staff-Admin Sentra Trans Nusa Kirana.
v
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “AnalisisManajemen Risiko Kredit pada PT ABC Finance dengan Metode Value at Risk (VaR)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penyaluran kredit mengandung risiko karena dapat berpotensi menjadi kredit bermasalah yang menyebabkan perusahaan menderita suatu kerugian. Oleh karena itu, pengukuran nilai risiko perlu dilakukan untuk mengetahui besar risiko yang mungkin akan terjadi. Dengan demikian perusahaan perlu melakukan manajemen risiko yang baik sehingga risiko kredit yang terjadi dapat diminimalkan dan penyaluran kredit menjadi lebih efektif dan efisien. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak telah yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan penelitian ini.
Bogor, Desember 2011
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, akhirnya penulisan Skripsi Analisis Manajemen Risiko Kredit pada PT ABC Finance dengan Metode Value at Risk (VaR) dapat diselesaikan pada waktu yang telah direncanakan. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran, perlindungan, kesehatan, rezeki, dan waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. 2. Dr. Ir. Abdul Kohar I, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, serta pengarahan terhadap penulis. 3. Farida Ratna Dewi, SE, MM. dan Nurhadi Wijaya, STP, MM. selaku dosen penguji. 4. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. 5. Ibu Ir. Mimin Aminah, MM, selaku Ketua Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, IPB. 6. Pihak manajemen dan karyawan PT ABC Finance yang telah mengizinkan dan memberikan data serta informasi untuk skripsi ini. 7. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan moril dan materiil, motivasi, inspirasi, serta do’a yang tulus (smile and your spirit is the spirit and my happiness, hope I can always see it). 8. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, FEM IPB. 9. Hardiyan Permana atas semangat, dan do’a yang diberikan(smile and your spirit is the spirit and my happiness, hope I can see it again). 10. Sahabat-sahabat penulis Nanda, Resti, Putri, dan Nina yang telah memberikan semangat, motivasi, kebersamaan dan dukungannya. 11. Rekan-rekan Program Sarjana Alih Jenis Manajemen angkatan 7 dan Alumni D3 Manajemen Agribisnis Angkatan 43. vii
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
Bogor, Desember 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ...........................................................................................
i
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................
vii
DAFTAR ISI .............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xiii
I. PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 1.4. Ruang Lingkup .................................................................................
1 3 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
5
2.1. Pengertian Lembaga Keuangan ....................................................... 2.2. Kredit ............................................................................................... 2.2.1. Definisi Kredit .......................................................................... 2.2.2. Jenis-Jenis Kredit ...................................................................... 2.2.3. Unsur-Unsur Kredit .................................................................. 2.2.4. Analisis Kelayakan Kredit ........................................................ 2.3. Konsep Risiko .................................................................................. 2.3.1. Definisi Risiko .......................................................................... 2.3.2. Klasifikasi Risiko...................................................................... 2.3.3. Definisi Manajemen Risiko ...................................................... 2.4. Manajemen Risiko Kredit ................................................................ 2.4.1. Definisi Risiko Kredit ............................................................... 2.4.2. Dimensi Risiko Kredit .............................................................. 2.5.Analisis Tren ..................................................................................... 2.6. Peramalan (Forecasting) .................................................................. 2.7.Value at Risk (VaR) .......................................................................... 2.8. Hasil Penelitian Terdahulu ...............................................................
5 6 6 6 7 8 9 9 10 11 12 12 13 14 14 15 15
III. METODE PENELITIAN .................................................................
17
3.1. Kerangka Tahapan Pemikiran .......................................................... 3.2. Alur Pemikiran ................................................................................. 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 3.4. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 3.5. Metode Pengumpulan Data ..............................................................
17 18 19 19 19
ix
3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 3.6.1. Analisis Deskriptif .................................................................... 3.6.2. Analisa Tren .............................................................................. 3.6.3. Peramalan (Forecasting)........................................................... 3.6.4 Value at Risk (VaR)...................................................................
19 20 20 20 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
24
4.1. Gambaran Umum Perusahaan .......................................................... 4.2. Perkembangan dan Tren Jumlah Kredit di PT ABC Finance .......... 4.4. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Risiko Kredit PT ABC Finance ............................................................................................ 4.5. Risiko Kredit PT ABC Finance ....................................................... 4.5.1. Kolektibilitas Nasabah .............................................................. 4.5.2. Analisis Value at Risk (VaR) .................................................... 4.6. Pengelolaan Risiko Kredit di PT ABC Finance ...............................
24 26
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
42
1. Kesimpulan ......................................................................................... 2. Saran ...................................................................................................
42 43
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
44
LAMPIRAN ..............................................................................................
45
x
31 32 33 35 39
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Perbandingan bank dan lembaga keuangan bukan bank ....................... 2. Rincian nilai kredit disalurkan PT ABC Finance tahun 2008-2010 ..... 3. Rincian persentase NPL PT ABC Finance tahun 2008-2010 ............... 4. Rincian bunga kredit, down payment, dan persyaratan kredit di PT ABC Finance.................................................................................................. 5. Baki debet tiap kolektibilitas selama bulan Desember 2010 ................ 6. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas lancar .............................. 7. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibiltas dalam perhatian khusus ... 8. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas kurang lancar.................. 9. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas diragukan ....................... 10. Nilai volatilitas dan VaR kolektibilitas macet .................................... 11. VaR Total dengan α=5% dan α=1% ...................................................
xi
5 26 28 31 36 36 37 37 38 38 39
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Persentase aset industri keuangan non bank terhadap aset tahun 2009 2. Jumlah perusahaan pembiayaan tahun 2004-2009 ................................ 3. Siklus Manajemen Risiko ..................................................................... 4. Dimensi Risiko ...................................................................................... 5. Kerangka tahapan pemikiran................................................................. 6. Struktur organisasi PT ABC Finance .................................................... 7. Analisa tren jumlah kredit tahun 2008-2011 ........................................ 8. Peramalan nilai kredit tahun 2011......................................................... 9. Analisa tren NPL tahun 2008-2011....................................................... 10. Peramalan NPL tahun 2011 ................................................................ 11. Kolektilitas kredit tahun 2010 .............................................................
xii
1 2 11 13 18 25 26 27 28 29 34
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Daftar istilah .......................................................................................... 2. Bagan alur pikir ..................................................................................... 6. Matriks transisi tiap bulan tahun 2010 .................................................. 7. Nilai baki debet dengan bunga (Loan value plus interest).................... 8. Perhitungan VaR untuk tiap kolektibilitas ............................................
xiii
46 48 49 52 53
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah Negara tidak dapat terlepas dari peran lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi, termasuk Indonesia. Dari tahun ke tahun, industri keuangan non
bank
menunjukkan tren positif
perusahaanpembiayaan.
Pada
industri
terutama keuangan
perasuransian
non
bank,
dan
perusahaan
pembiayaan berkembang pesat dengan aset mencapai Rp 174 triliun atau 3,1 persen dari PDB tahun 2009 (Laporan Tahunan BAPEPAM-LK, 2009).
Gambar 1. Persentase aset industri keuangan non bank terhadap aset tahun 2009 (Laporan Tahunan BAPEPAM LK, 2009) Dengan total nilai aset tersebut menjadikan peran industri jasa pembiayaan sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Terdapat beberapa faktor lain yang dapat mendorong berkembangnya industri pembiayaan ke depansalah satunya adalah perkembangan industri otomotif yang mendukung kegiatan pembiayaan konsumen. Dalam rangka meningkatkan peran dan kapasitas industri, Biro Pembiayaan dan
Penjaminan
pembina
dan pengawas industri pembiayaan mewajibkan
minimum modal disetor (paid up capital requirement) Rp100 Miliaruntuk perseroan dan Rp50 Miliar untuk koperasi. Selain itu, perusahaan pembiayaan juga diwajibkan memiliki rasio pinjaman terhadap modal sendiri (gearing ratio) maksimal
sebesar
10
kali
dan
rasio
piutang
pembiayaan
terhadap
2
total aset (investment asset ratio) minimal sebesar 40 persen. Hal tersebut menjadi acuan Bapepam-LK dalam penerbitan izin usaha baru dan pencabutan izin usaha perusahaan pembiayaan yang tidak memenuhi ketentuan. Pada akhir tahun 2009 jumlah total perusahaan pembiayaan di Indonesia adalah sebanyak 198 perusahaan, menurun dari total 212 perusahaan di akhir tahun 2008.
Gambar 2. Jumlah perusahaan pembiayaan tahun 2004-2009 (Laporan Tahunan BAPEPAM-LK, 2009) Namun demikian, pencabutan izin sejumlahperusahaan pembiayaan yang tidak
memenuhi
ketentuan
Bapepam-LK
tidak
hanya
mengurangi
pertumbuhanaset industri jasa pembiayaan, tetapi juga untuk menciptakan industri jasa pembiayaan yang ada semakin kuat dan sehat dengan manajemen risiko yang lebih baik. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Majalah Infobank, diketahui peringkat perusahaan pembiayaan pada tahun 2009 berdasarkan kinerja keuangannya. PT ABC Finance (nama perusahaan disamarkan) termasuk ke dalam 15 peringkat teratas diantara 69 perusahaan yang memperoleh predikat sangat bagus yang memiliki aset di atas Rp 1 triliun.Prestasi tersebut tentunya diiringi dengan perkembangan perusahaan. Pada tahun 2009, PT ABC Finance memiliki 32 kantor cabang dan tahun 2010 telah memiliki 43 kantor cabang yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Pada tahun 2011 ini, perusahaan merencanakan untuk menambah cabang sebanyak 14 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
3
1.2. Rumusan Masalah Pertambahan jumlah nasabah dapat dilihat dari total penjualan pada tahun 2008hingga 2010. Pada tahun 2008 PT ABC Finance berhasil merelisasikan penjualan sebesar Rp 990.865.000.000, Rp 1.169.022.355.000 pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 1.880.816.143.000. Meningkatnya penjualan tersebut mengindikasikan adanya potensi risiko kredit macet perusahaan akan semakin besar apabila tidak dikelola dengan baik. Terlihat pada meningkatnya jumlah Non Performing Loan (NPL) dari 1,15 persen pada tahun 2008 menjadi 7,40 persen pada tahun 2010. Oleh karena itu, perusahaan perlu menentukan kebijakan dan menangani kredit bermasalah. Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui risiko kredit yang terjadi di PT ABC Finance dan bagaimana tindakan manajemen dalam menangani kredit bermasalah tersebut. Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan jumlah kredit dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance? 2. Bagaimana perkembangan NPL dan trennya yang terjadi di PT ABC finance? 3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap timbulnya risiko kredit di PT ABC Finance? 4. Bagaimana risiko kredit yang terjadi di PT ABC Finance? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis perkembangan jumlah kredit dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance. 2. Menganalisis perkembangan NPL dan trennya yang terjadi di PT ABC Finance. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit di PT ABC Finance. 4. Menganalisis risiko kredit yang terjadi di PT ABC Finance.
4
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ini membahas mengenai risiko kredit yang terjadi pada PT ABC Finance. Kredit yang disalurkan oleh PT ABC Finance dan dikaji dalam penelitian ini adalah kredit pembiayaan kendaraan bermotor roda empat atau lebih. Data yang digunakan adalah laporan posisi kredit tahun 2008-2011, outstanding atau baki debet kredit 2008-2011. Data tersebut digunakan untuk mengidentifikasi munculnya kredit bermasalah pada PT ABC Finance. Kredit bermasalah yang dibahas antara lain kredit yang memiliki kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Penelitian dilakukan di Kantor Pusat PT ABC Finance.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lembaga Keuangan Menurut Triandaru dan Budisantoso (2007), berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990 tentang lembaga keuangan, lembaga keuangan diberi batasan sebagai semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan. Diantaranya melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat, terutama guna membiayai investasi perusahaan. Dalam kenyataannya, kegiatan pembiyaaan lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, serta kegiatan distribusi barang dan jasa. Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu bank dan bukan bank. Perbedaan bank dan bukan bukan bank dapat dilihat melalui kegiatan utamanya yang pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan bank dan lembaga keuangan bukan bank Lembaga Keuangan Kegiatan Bank Bukan Bank Secara langsung berupa Hanya secara tidak simpanan dana langsung dari masyarakat masyarakat (tabungan, terutama melalui kertas giro, deposito) berharga, penyertaan, Penghimpunan dana Secara tidak langsung dari pinjaman kredit dari lembaga lain. masyarakat (kertas berharga, penyertaan, pinjaman kredit dari lembaga lain) Untuk tujuan modal kerja, investasi, konsumsi Kepada individu dan Penyaluran dana badan usaha Untuk jangka pendek, menengah, dan panjang Sumber: Triandaru dan Budisantoso, 2007.
Terutama untuk tujuan investasi Terutama kepada badan usaha Terutama untuk jangka menengah dan panjang
Lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, dan Bank bagi hasil. Lembaga keuangan bukan bank terdiri dari lembaga pembiayaan, asuransi, dana pensiun, pegadaian, pasar modal, dan pasar uang. Perusahaan pembiayaan adalah lembaga keuangan bukan bank yang
6
menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan kepada debitur untuk tujuan konsumsi barang dan jasa. 2.2. Kredit 2.2.1. Definisi Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu chedere yang berarti kepercayaan dan dalam bahasa latin yaitu creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Jadi bisa diartikan bahwa suatu pemberian kredit terjadi apabila ada unsur kepercayaan di dalamnya (Jumingan, 2008). Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pijak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. 2.2.2. Jenis-Jenis Kredit Menurut Jumingan (2008), jenis-jenis kredit dilihat dari berbagai segi, yaitu: 1. Segi kegunaan a. Kredit investasi, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan digunakan untuk kegiatan utama perusahaan. b. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja memiliki jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan kredit investasi. 2. Segi tujuan a. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, produksi atau investasi. b. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi.
7
c. Kredit perorangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3. Segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara satu sampai dengan tiga tahun. c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas tiga tahun atau lima tahun. 4. Segi jaminan a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud. b. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan atau orang tertentu. 5. Segi sektor usaha, terdiri dari kredit pertanian, peternakan, sektor pertambangan, pendidikan, profesi, perumahan, dan sektor-sektor lainnya. 2.2.3. Unsur-Unsur Kredit Jumingan (2008), mengemukakan unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan Kepercayaan yaitu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit (bank) yang diberikan baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Kesepakatan Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan debitur.
8
3. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dalam pelunasannya. 4. Risiko Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan oleh dua hal yaitu risiko kerugian yang diakibatkan debitur tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan risiko yang disebabkan karena nasabah tidak sengaja misalnya karena terjadi musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktunya suatu kredit semakin besar risikonya tidak tertagih demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggung jawab bank. Baik risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja. 5. Balas jasa Pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama. 2.2.4. Analisis Kelayakan Kredit Menurut Djohanputro (2008), analisis kredit berdasarkan prinsip 5C yang meliputi: a. Character Character (karakter) berkaitan dengan perilaku debitur atau pembeli secara kredit mengenai keinginan untuk membayar dan memenuhi kewajiban. Perusahaan menggunakan data masa lalu mengenai track record calon debitur. Karakter dapat dikaitkan dengan pelanggaran moral (moral hazard) yaitu kecenderungan seseorang dengan sengaja menyimpangkanwewenang dan kemampuan untuk kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang lain dan menggunakan kemampuan atau kekayaan orang lain.
9
b. Capacity Capacity (kapasitas) menunjukkan kemampuan calon debitur atau pembeli secara kredit untuk membayar kewajiban pinjam meminjam. Potensi pembayaran kewajiban debitur dapat dilihat dari laporan keuangan historis dan kinerja berupa performa arus kas, neraca, laba rugi, rasio lancar dan rasio kas dapat menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban. c. Capital Capital (modal) digunakan untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. Modal dapat ditunjukkan oleh perbandingan antara pinjaman dan modal sendiri (ekuitas). d. Collateral Collateral (jaminan) merupakan piranti pengaman pinjaman yang terakhir. Jaminan akan dieksekusi apabila debitur atau pembeli secara kredit menyatqakan tidak dapat membayar dan pinjaman tidak mungkin direstrukturisasi. Perusahaan kreditur perlu memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan kredit karena faktor status hukum jaminan. Nilai jaminan terhadap kewajiban, kemudahan likuidasi jaminan. e. Condition Condition (kondisi) mengacu kepada kondisi eksternal perusahaan yang mempengaruhi kelangsungan perusahaan. Kondisi perusahaan berupa kondisi makro (ekonomi, politik, selera konsumen, dan lingkungan) dan intervensi pihak berkepentingan (stakeholders). 2.3. Konsep Risiko 2.3.1. Definisi Risiko Menurut Djohanputro (2008), ada dua istilah yang sering dicampuradukkan, yaitu ketidakpastian dan risiko. Ketidakpastian (uncertainty) adalah keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda tetapi tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu tidak diketahui secara kuantitatif. Sedangkan risiko adalah ketidakpastian yang bisa dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian atau
10
kehilangan. Risiko dan ketidakpastian dibedakan dengan adanya informasi yang digunakan untuk menghitung tingkat ketidakpastian. 2.3.2. Klasifikasi Risiko Djohanputro (2008), risiko diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Klasifikasi risiko secara umum a. Risiko murni, yaitu risiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tapi tidak ada kemungkinan menguntungkan. b. Risiko
spekulatif,
yaitu
risiko
yang
dapat
mengakibatkan
dua
kemungkinan, merugikan atau menguntungkan perusahaan. c. Risiko spesifik, yaitu risiko yang dapat didiversifikasi atau dapat dihilangkan melalui proses penggabungan. 2. Klasifikasi risiko perusahaan a. Risiko keuangan, yaitu fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Risiko keuangan terdiri dari empat jenis risiko, yaitu risiko likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan, dan risiko pasar. b. Risiko operasional, yaitu potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi atau faktor lain. Risiko operasional terdiri dari risiko SDM, risiko produktivitas, risiko teknlogi, risiko inovasi, risiko sistem, dan risiko proses. c. Risiko strategis, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Risiko strategis terdiri dari risiko bisnis, risiko leverage operasi, dan risiko transaksi strategis. d. Risiko eksternalitas, yaitu potensi penyimpangan hasil pada potensi eksposur korporat dan strategis, dan dapat memberikan dampak pada potensi penutupan usaha. Risiko eksternalitas terdiri dari risiko lingkungan, risiko reputasi, dan risiko hukum.
11
2.3.3. Definisi Manajemen Risiko Manajemen risiko korporat terintegrasi merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan dalam memonitor dan mengendalikan implementasi penanganan risiko (Djohanputro, 2008). Siklus manajemen risiko korporat terdiri dari lima tahap seperti pada Gambar 3. Evaluasi Pihak Berkepentingan
Identifikasi risiko
Pengawasan & Pengendalian Risiko
Model Pengelolaan Risiko
Pengukuran Risiko
Pemetaan Risiko
Gambar 3. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2008) Tahap 1: Identifikasi Risiko Pada tahap ini, dilakukan identifikasi risiko-risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dan utama adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan (stakeholders). Langkah kedua, analisis dapat menggunakan 7S dari McKenzie yang mencakup shared value, structure, staff, skills, system, dan style. Sistem termasuk proses dan prosedur, merupakan sumber informasi yang sangat penting untuk dapat mengidentifikasi berbagai risiko yang dapat muncul. Termasuk dalam proses adalah asset perusahaan. Tahap 2: Pengukuran Risiko Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Data historis merupakan salah satu sumber identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya risiko.
12
Tahap 3: Pemetaan Risiko Tujuan pemetaan risiko adalah untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang ada untuk menghadapi semua risiko. Tahap 4: Model Pengukuran Risiko Beberapa model pengelolaan risiko yang dapat digunakan diantaranya pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan. Tahap 5: Monitor dan Pengendalian Monitor dan pengendalian penting dilakukan karena beberapa alasan. Pertama, manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana.
Kedua, manajemen juga perlu memastikan
bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif.
Ketiga, risiko itu sendiri
berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko. 2.4. Manajemen Risiko Kredit 2.4.1. Definisi Risiko Kredit Menurut Djohanputro (2008), risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan. Pengukuran risiko kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal risiko dan kualitas dari risiko yang keduanya menentukan kebijakan perusahaan dalam memberi kredit. Besarnya risiko kredit terdiri dari dua faktor yaitu besarnya eksposur kredit dan kualitas eskposur kredit. Besarnya eksposur kredit sama dengan besarnya pinjaman itu sendiri. Semakin besar pinjaman, semakin besar pula tingkat eksposur kredit. Kualitas ekspor dicerminkan oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur atau pembeli secara kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur atau pemberi kredit. Semakin rendah kualitas jaminan, semakin rendah kualitas kredit, semakin tinggi risiko kredit.
13
2.4.2. Dimensi Risiko Kredit Ukuran nilai suatu risiko kredit terdiri dari faktor kuantitas exposure kredit dan kualitas exposure kredit. Kuantitas exposure kredit tercermin dalambesarnya pinjaman. Semaikn besar pinjaman maka semakin besar juga tingkat exposure kredit. Kualitas exposure kredit tercermin oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur atau pembeli secara kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur atau pembeli kredit. Semakin rendah kualitas jaminan maka semakin rendah kualitas kredit dan semakin tinggi risiko kredit yang dihadapi (Djohanputro, 2008). Ukuran nilai suatu risiko kredit tercermin dalam dimensi risikoyang dapat dilihat pada Gambar 4. Esposure Kredit Probabilitas gagal bayar
Kuantitas jaminan
Kuantitas risiko kredit
Dimensi risiko
Kualitas risiko kredit
Probabilitas likuidasi jaminan Gambar 4.Dimensi Risiko (Djohanputro, 2008) Terdapat tiga jenis risiko yang membantu risiko kredit, yaitu: 1. Risiko gagal bayar, adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu. Untuk mengukur probalibilitas gagal bayar perusahaan dapat melakukan peningkatan (rating). Setiap perusahaan memiliki model pemeringkatan sendiri-sendri. Namun secara umum, ada lima faktor yang sering digunakan dan dikenal dengan 5C yaitu character, capital, capacity, collateral, dan condition. 2. Risiko eksposur, merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. 3. Risiko recovery, merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar.
Tingkat recovery adalah sejauh mana
perusahan dapat tetap mengupayakan supaya nilai kredit yang gagal bayar
14
tersebut dapat diupayakan berapa pun nilai nominal yang bisa diperoleh. Semakin kecil nilai perolehan dari kredit macet, semakin besar risiko recovery. Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan recovery dari kredit macet. 2.5.Analisis Tren Tren adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata atau mulus (Suharyadi dan Purwanto, 2008). Tren data berkala bisa berbentuk tren yang meningkat dan menurun secara mulus. Untuk melakukan peramalan dengan analisis tren terdapat beberapa cara yaitu: a. Metode semi rata-rata (semi average method) Metode semi rata-rata membuat tren dengan cara mencari rata-rata kelompok data. b. Metode kuadrat terkecil (least square method) Tren dengan metode kuadrat terkecil diperoleh dengan menentukan garis tren yang mempunyai jumlah terkecil darikuadrat selisih data asli dengan data pada garis tren. c. Metode tren quadratis (quadratic trend method) Untuk tren yang sifatnya jangka pendek dan menengah, kemungkinan tren akan mengikuti pola linear. Namun, dalam jangka panjang pola bisa berubah tidak linear. Salah satu metode yang tidak linear adalah metode kuadratis. d. Metode tren eksponensial (exponential trend method) Tren eksponensial adalah suatu tren yang mempunyai pangkat atau eksponen dari waktunya. 2.6. Peramalan (Forecasting) Peramalan (forecasting) adalah ilmu dan seni dalam memprediksi kejadian di masa depan dengan menggunakan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Menurut Reksohadiprodjo (1999), peramalan berdasar analisa time series dapat dikelompokkan menjadi beberapa yaitu:
15
a. Forecast dengan ekstrapolasi sederhana untuk jangka pendek b. Forecast dengan memanfaatkan indikator-indikator ekonomi untuk jangka pendek c. Forecast dengan ekstrapolasi trend untuk jangka panjang d. Forecast berdasar exponential smoothing untuk jangka pendek dan metodemetode yang kompleks untuk jangka menengah. 2.7.Value at Risk (VaR) Value at risk (VaR) memberikan keleluasaan bagi bank untuk menggunakan formulasinya sendiri dan mengembangkan model sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam mengukur risiko kredit. Value at Risk adalah pengukuran suatu risiko yang dilakukan secara kuantitatif dengan memperkirakan potensi maksimum kerugian yang mungkin terjadi dengan suatu tingkat keyakinan tertentu. Inti dari VaR itu sendiri adalah volatilitas. Volatilitas adalah keragaman perubahan faktor risiko. Secara statistika, volatilitas ini sama dengan simpangan baku (Jorion dalam Setianingsih, 2008). 2.8. Hasil Penelitian Terdahulu Setianingsih (2008), meneliti tentang analisis risiko kredit dan penanganan kredit bermasalah pada Bank Jabar (Studi Kasus Bank Jabar Cabang Kuningan). Hasil penelitian yaitu jumlah kredit bermasalah Bank Jabar Kuningan cenderung naik seiring dengan meningkatnya jumlah kredit yang diberikan. Namun kondisi kredit bermasalah tersebut masih di bawah batas maksimum kredit bermasalah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kebijakan kredit Bank Jabar Kuningan ditetapkan untuk mengurangi risiko kredit yang mungkin terjadi. Sriwahyuni (2009), meneliti tentang analisis risiko kredit pegawai bermasalah pada PD. BPR Sukabumi cabang Kalapanunggal. Hasil penelitiannya yaitu jumlah kredit yangdisalurkan dari tahun 2004-2007 terus meningkat dan perkembangan kredit pegawai bermasalah mengalami peningkatan sebesar 13,33 persen pada bulan Desember 2008 dan 17,94 persen pada bulan Maret 2009. Peningkatan kredit bermasalah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya tenaga kerja untuk pembinaan dan pengawasan terhadap debitur, faktor eksternal debitur, dan faktor eksternal lingkungan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
16
metode VaR dapat diketahui bahwa kemungkinan kerugian maksimum kredit pegawai pada bulan April 2009 dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 848.498.756 atau 22,97 persen dari total baki debet. Sedangkan dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 1.198.183.092 atau 32,43 persen dari total baki debet. Yoga (2009), meneliti tentang analisis kredit di PD BPR BKK Pati Kota kantor Kas Margoyoso. Hasil penelitiannya yaitu kredit yang disalurkan PD BPR BKK Pati Kota Kantor Kas Margoyoso mengalami kredit bermasalah dengan nilai NPL 26,53 persen. Faktor penyebabnya adalah seksi pemasaran kredit yang kurang teliti, debitur dan monitoring kredit kurang insentif, serta keadaan ekonomi makro terutama fluktuasi. Kerugian maksimum yang dihadapi per Desember 2008 dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 329.271.901,56 atau 21,05 persen dari total baki debet, dan dengan tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 464.971.836,74 atau 29,72 persen dari total baki debet.
III.METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Tahapan Pemikiran Perkembangan industri non perbankan terus menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Hal ini terjadi pula pada PT ABC Finance yang usahanya terus berkembang hingga saat ini telah memiliki 43 cabang yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Pada tahun 2011 ini perusahaan berencana untuk menambah cabang sebanyak 14 cabang. Semakin luasnya jaringan usaha PT ABC Finance diiringi pula dengan bertambahnya jumlah nasabah PT ABC Finance. Penyaluran kredit kepada nasabah mengandung risiko yang dapat mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan. Risiko merupakan hal penting yang harus dihindari agar tidak berpengaruh besar terhadap keadaan perusahaan. Risiko yang tinggi dapat menyebabkan kerugian yang tinggi pula. Risiko yang terjadi dari penyaluran kredit adalah risiko gagal bayar yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Perusahaan perlu menyelesaikan dan menangani risiko yang timbul agar keadaan keuangan perusahaan semakin baik. Terlebih dahulu perusahaan perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit pada PT ABC Finance. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap risiko. Pengukuran risiko merupakan salah satu cara dalam teknik pengelolaan risiko sehingga dapat menentukan prosedur penanganan risiko yang bisa diterapkan. Pengukuran risiko dilakukan dengan perhitungan Value at Risk (VaR) sehingga perusahaan dapat mengetahui potensi maksimum kerugian yang mungkin terjadi. Perhitungan VaR menggunakan metode credit metrics. Sedangkan untuk menentukan prosedur penanganan kredit bermasalah dilakukan dengan analisis deskriptif.
18
Perkembangan PT ABC Finance
Nilai Kredit (Analisa Tren dan Forecasting)
Risiko Kredit
Faktor-faktor Risiko Kredit
Pengukuran Risiko Kredit
Penanganan Kredit Bermasalah
Perhitungan Value at Risk (VaR) dengan Metode Credit Metrics
Analisis Deskriptif
Model Pengelolaan Risiko Kredit Gambar 5. Kerangka tahapan pemikiran
3.2. Alur Pemikiran Perusahaan
menghadapi
permasalahan
seperti
persaingan
usaha,
bertambahnya jumlah cabang dan nasabah yang diiringi dengan risiko kredit bermasalah yang meningkat pula. Permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Selanjutnya dengan sejumlah data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara dan studi pustaka maka dilakukan proses pengolahan data dengan mempertimbangkan faktor lingkungan, dan berdasarkan parameter kontrol. Parameter control merupakan standar yang digunakan sebagai kendali. Hingga diperoleh output dari proses yang dilakukan dan outcome dari output yang dihasilkan. Jika output yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan maka perlu
19
dilakukan peninjauan ulang data yang dianalisa (feedback). Bagan alur pikir dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kantor Pusat PT ABC Finance yang berlokasi di Jl. Prof. Dr. Satrio, Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu dari tanggal 15 Mei sampai dengan 15 Agustus 2011. 3.4. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya yaitu melalui pengumpulan data dan wawancara langsung dengan pihak manajemen PT ABC Finance yang terkait. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui data historis PT ABC Finance, studi pustaka, dan publikasi elektronik. Jenis data sekunder yang digunakan berupa laporan posisi kredit tahun 2008-2011, dan outstanding atau baki debet kredit 2008-2011. 3.5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data mengenai manajemen risiko kredit pada PT ABC Finance diperoleh melalui: a. Wawancara, yaitu suatu metode pengumpulan data primer dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Boards of Director, Kepala Cabang, Bagian Marketing, dan Bagian Kredit. b. Studi kepustakaan, yaitu mencari literatur, penelusuran data kepustakaan, buku, media cetak, dan internet. 3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Pengolahan data secara kualitatif akan dilakukan dengan analisis
deskriptif.
Analisa tren dan forecasting dilakukan untuk mengetahui tren
perkembangan jumlah kredit yang disalurkan dan NPL selama tahun 2008-2010 dan meramalkan tahun 2011. Sedangkan pengolahan data secara kuantitatif akan dilakukan dengan metode Value at Risk (VaR) dengan credit metrics.
20
3.6.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif memacu pada transformasi dari data-data mentah ke dalam suatu bentuk yang lebih mudah dimengerti. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui prosedur pengelolaan kredit bermasalah dan perkembangan kolektibilitas kredit agar lebih mudah untuk diinterpretasikan. 3.6.2.Analisa Tren Analisa tren dilakukan dengan metode tren quadratis (quadratic trend method). Metode ini dipilih karena memiliki nilai selisih antara data dengan peramalan yang paling kecil sehingga dirasakan paling tepat atau memiliki tingkat kesalahan yang kecil. 3.6.3. Peramalan (Forecasting) Peramalan dilakukan dengan metode single eksponential smoothing. Metode ini menggunakan konstanta pemulusan (α) 0,75. Menurut Reksohadiprodjo (1999), rumusekstrapolasi sederhana adalah: ................................................. (1) Keterangan: Ft
: Peramalan yang baru
Ft-1 : Peramalan periode sebelumnya
At-1 : Nilai Aktual periode sebelumnya α
: Konstanta pemulusan 0 < α < 1
3.6.4 Value at Risk (VaR) Value at Risk adalah pengukuran suatu risiko yang dilakukan secara kuantitatif dengan memperkirakan potensi maksimum kerugian yang mungkin terjadi dengan suatu tingkat keyakinan tertentu. Inti dari VaR itu sendiri adalah volatilitas. Volatilitas adalah keragaman perubahan faktor risiko. Secara statistika, volatilitas ini sama dengan simpangan baku (Jorion dalam Setianingsih, 2008). Penilaian risiko ini menggunakan data masa lalu (historical data) dengan cara melakukan pengukuran terhadap volatilitas dari fluktuasi nilai di masa lalu. Dalam perhitungan terhadap nilai risiko di masa yang akan datang tidak bisa memastikan dengan pasti potensi kerugian yang akan terjadi, oleh sebab itu nilai peluang selalu mengikuti hasilnya. Transparansi VaR akan semakin baik karena VaR secara konsisten mengukur pengaruh dari hedging terhadap risiko total. VaR
21
memberikan penekanan pada keseluruhan risiko dibandingkan dengan pengukuran tradisional yang lebih menekankan pada risiko per transaksi individual (Joriondalam Setianingsih, 2008). a. Perhitungan VaR dengan metode credit metrics Credit metrics adalah suatu kerangka Value at Risk yang diaplikasikan untuk penilaian risiko suatu asset yang tidak diperdagangkan seperti pinjaman. Metode ini didasarkan pada konsep rata-rata dan simpangan baku terboboti. Dalam prosesnya memerlukan credit rating (peringkat kredit) dan matriks migrasi. b. Peringkat kredit Dalam perhitungan VaR kredit dengan metode credit metrics perlu dilakukan pemeringkatan kredit terlebih dahulu. Dalam penelitian ini tidak menggunakan eksternal rating, sehingga sebagai pengganti peringkat diperlukan kolektibilitas debitur berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. c. Matriks migrasi Pengertian matriks migrasi sama dengan matriks transisi. Peluang migrasi atau perpindahan dari suatu kelas peringkat (kolektibilitas) tertentu ke kelas peringkat yang lain dinamakan matriks transisi. Matriks transisi ini dapat diartikan juga sebagai proporsi perpindahan kolektibilitas dari satu bulan ke bulan lainnya. Matriks migrasi diasumsikan stasioner (stabil). Penentuan matriks migrasi dalam penelitian ini menggunakan kolektibilitas debitur. Bentuk matriks transisi adalah sebagai berikut: L
DPK
KL D M
L DPK KL D M Keterangan: P11 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 (Kolektibilitas lancar) tetap berada pada peringkat 1 (Kolektibiltas lancar).
22
P12 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 menjadi berada pada peringkat 2 (Kolektibilitas dalam perhatian khusus), dan seterusnya. L, DPK, KL, D, M adalah kolektibilats lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. d. Tahapan menghitung VaR Tahap dalam menghitung VaR dengan credit metrics adalah sebagai berikut: 1. Menentukan matriks transisi bulanan Matriks transisi bulanan atau rating migration merupakan perubahan rating debitur baik meningkat, menurun, ataupun tetap (perubahan dari migrasi kualitas kredit pada suatu periode waktu tertentu). Matriks transisi ini berukuran 5 x 5 karena jumlah kelas (grade) dalam credit rating system ada lima yaitu L, DPK, KL, D, M. data historis pergeseran kolekbilitas per debitur per bulan selama periode pengamatan merupakan dasar untuk penyusunan peluang transisi dari setiap kolektibilitas. 2. Menentukan matriks migrasi unconditional Matriks migrasi unconditional adalah proporsi perpindahan kolektibilitas dari satu bulan ke bulan lainnya. Matriks ini merupakan rata-rata dari matriks transisi bulanan. Bentuk matriks ini sama dengan matriks transisi. L
DPK
KL D M
L DPK KL D M Baris ke satu pada matriks di atas merupakan peluang untuk menghitung VaR pada kolektibilitas lancar, baris ke dua merupakan peluang untuk menghitung VaR pada kolektibilitas dalam perhatian khusus, dan seterusnya. Elemen-elemen yang ada pada matriks migrasi unconditional ini merupakan peluang migrasi ke peringkat tertentu, yang akan digunakan untuk menghitung rata-rata nilai baki debet dalam perhitungan VaR. 3. Menghitung rata-rata nilai baki debet Merupakan jumlah dari hasil perkalian antara peluang migrasi ke peringkat tertentu dengan hasil kali antara nilai baki debet total peringkat tertentu pada akhir
23
periode pengamatan dengan peluang peringkat tertentu. Peringkat yang dimaksud adalah kolektibilitas. Secara sistematis adalah sebagai berikut: .............................................................. (2) Keterangan: µ
: rata-rata nilai baki debet
pi
: peluang suatu kondisi (peluang migrasi ke peringkat tertentu)
µi
: nilai baki debet yang merupakan hasil kali antara baki debet total peringkat tertentu pada akhir periode pengamatan dengan peluang peringkat tertentu.
s
: banyaknya peringkat
4. Menghitung selisih nilai baki debet dengan nilai rata-rata baki debet 5. Menghitung ragam Digunakan untuk mengetahui tingkat keragaman dalam data. Semakin tinggi nilai ragam berarti semakin bervariasi dan beragam suatu data. Secara sistematis rumus ragam adalah sebagai berikut: .............................................................. (3) 6. Menghitung simpangan baku Merupakan akar dari ragam. Simpangan baku ini disebut volatilitas (s). Nilai volatilitas ini digunakan untuk menghitung VaR kredit. Formula yang digunakan untuk menghitung VaR kredit dengan asumsi nilai pinjaman terdistribusi normal untuk tingkat keyakinan tertentu adalah sebagai berikut: ......................................................... (4) Keterangan: Za
: titik kritis pada tabel Z (Za pada tingkat keyakinan tertentu)
s
: penduga volatilitas Semakin besar tingkat kepercayaan yang digunakan maka nilai VaR akan
semakin besar, begitu juga dengan volatilitas, semakin besar volatilitas yang dihasilkan maka nilai VaR akan semakin besar pula. Besarnya risiko kredit dalam penelitian ini adalah penjumlahan dari VaR kredit setiap peringkat (kolektibilitas).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT ABC Finance (nama perusahaan disamarkan) didirikan pada tanggal 29 Maret 1993, dan baru beroperasi pada tanggal 3 Mei 1994, setelah mendapatkan izin dari Departemen Keuangan pada tanggal 14 April 1994. Izin yang diberikan khususnya bergerak dalam bidang usaha lembaga pembiayaan konsumen selain dari izin lainnya untuk usaha sewa guna usaha dan credit card. Sejak awal berdiri, PT ABC Finance langsung berkembang menjadi perusahaan yang baik dan terpercaya. Dalam waktu 3 tahun telah mempunyai 13 cabang yang tersebar luas di Pulau Jawa. Namun krisis moneter pada tahun 1998 ikut mempengaruhi perkembangan usaha, sehingga pada tahun 2000 PT ABC Finance baru dapat lagi memulai kembali mengembangkan usahanya dengan merekstruktur pemegang saham dan manajemen baru. Struktur organisasi PT ABC Finance dapat dilihat pada Gambar 6. PT ABCFinance tumbuh pesat tahun demi tahun dan pada akhir tahun 2008 aset PT ABC Finance telah mencapai 1,2 Triliun Rupiah. Tahun 2010, PT ABC Finance telah mempunyai 43 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Lombok yang diantaranya 3 cabang adalah cabang PT ABC divisi pembiayaan syariah. Pada tahun 2011 ini, PT ABC Finance akan menambah cabang sebanyak 14 kantor cabang PT ABC Finance konvensional maupun syariah yang tersebar hingga ke Pulau Kalimantan.
Board of Commisioner s
`
Board of Directors
Regional Manager
Area Manager Area Manager
Marketing Dept. Head
Marketing Research & Analyst Product Development Marketing Support
HR Division Head
Finance & Accounting Div. Head
Corporate Secretary
IT Divison Head
HRD
Accounting
Technical Support
General Affair
Finance
Data Warehouse & Development
Compensation & Benefits
Operation Division Head
Comptroller
Branch Operation Support
Internal Audit & User Reff.
Assets
Compliance & Controll
Liabilities
Support Company Business
Credit Cycle Division Head Credit Policy Collection Policy Asset Disposal
Corporate Marketing
Gambar 6. Struktur organisasi PT ABC Finance
25
26
4.2. Perkembangan dan Tren Jumlah Kredit di PT ABC Finance Perkembangan kredit pada tahun 2008-2011 secara grafik dapat dilihat pada Gambar 7. Analisis tren dilakukan dengan analisis quadratic trend model dengan software Minitab 14. Berdasarkan Gambar 7 Terlihat bahwa kredit yang disalurkan pada Desember 2008 hingga September 2011 trennya terus mengalami peningkatan. Secara rinci nilainya dapat dilihat pada Tabel 2. Analisa tren dilakukan dengan menggunakan quadratic trend model diperoleh persamaan: Yt = 57.246.088.434 + 5.785.694.582*t – 44.258.805*t**2 ........................ .
(5)
Trend Analysis Plot for Jumlah Kredit
Quadratic Trend Model Yt = 57246088434 + 5785694582*t - 44258805*t**2 2.2500E+11
Variable A ctual Fits
Jumlah Kredit
2.0000E+11
A ccuracy Measures MA PE 1.17671E+01 MA D 1.47214E+10 MSD 2.92165E+20
1.7500E+11 1.5000E+11 1.2500E+11 1.0000E+11 7.5000E+10 5.0000E+10 Month Year
r c De Ma 08 09 20 20
n p Ju S e
r c De Ma 10 20
r c n p Ju S e De Ma 11 20
n p Ju Se
Gambar 7. Analisa tren jumlah kredit tahun 2008-2011 Tabel 2. Rincian nilai kredit disalurkan PT ABC Finance tahun 2008-2010 Bulan Desember 2008 Januari 2009 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2010 Februari Maret April
Nilai Kredit (Rp) 45,656,534,000 49,798,544,000 71,565,315,000 88,578,758,000 96,177,037,000 102,655,228,000 111,758,997,000 117,854,575,000 107,836,022,000 87,532,683,000 114,562,114,000 110,801,454,000 109,901,628,000 129,036,306,000 125,950,603,000 151,577,053,000 160,791,691,000
Sumber: PT ABC Finance, 2011 (diolah)
Bulan Mei 2010 Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2011 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
Nilai Kredit (Rp) 159,534,062,000 182,821,949,000 184,337,773,000 173,333,131,000 139,198,697,000 168,971,489,000 161,037,636,000 144,225,754,000 148,643,982,000 156,436,428,000 163,421,542,000 178,125,954,000 185,047,216,000 200,345,245,000 220,956,125,000 218,943,464,000 215,758,547,000
27
Peramalan dilakukan menggunakan single exponential smoothing dengan konstanta pemulusan 0,75 dengan software Minitab 14. Hasil peramalan nilai kredit untuk bulan Oktober 2011 diketahui sebesar Rp 216.287.870.245,00, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 8. Realisasi nilai kredit pada bulan September 2011 yaitu sebesar Rp 215.758.547.000,00. Single Exponential Smoothing Plot for Jumlah Kredit Variable A ctual Fits Forecasts 95.0% PI
2.5000E+11
Jumlah Kredit
2.0000E+11
Smoothing C onstant A lpha 0.75
1.5000E+11
A ccuracy Measures MA PE 1.14757E+01 MA D 1.32712E+10 MSD 2.63584E+20
1.0000E+11
5.0000E+10 Month Year
c ar De M 08 09 20 20
r c n p Ju S e De Ma 10 20
r c n p Ju Se De Ma 11 20
n p Ju S e
Gambar 8. Peramalan nilai kredit tahun 2011 4.3 Perkembangan dan Tren Non Performing Loan (NPL) di PT ABC Finance Perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2008-2011 secara grafik dapat dilihat pada Gambar 9. Analisis tren dilakukan dengan analisis quadratic trend model dengan software Minitab 14. Berdasarkan Gambar 9 Terlihat bahwa NPL yang terjadi di PT ABC Finance pada Desember 2008 hingga September 2011 trennya terus mengalami peningkatan. Secara rinci nilainya dapat dilihat pada Tabel 3. Analisa tren dilakukan dengan menggunakan quadratic trend model diperoleh persamaan: Yt = Yt = 0,581761 + 0,0749168*t + 0,00438909*t**2 ..............................
(6)
28
Trend Analysis Plot for NPL
Quadratic Trend Model Yt = 0.581761 + 0.0749168*t + 0.00438909*t**2 9
Variable A ctual Fits
8 7
A ccuracy Measures MA PE 17.6989 MA D 0.5244 MSD 0.4836
NPL
6 5 4 3 2 1 0 Month Year
Dec Mar 2008 2009
Jun
Sep
Dec
Mar 2010
Jun
Sep
Dec
Mar 2011
Jun
Sep
Gambar 9. Analisa tren NPL tahun 2008-2011 Tabel 3. Rincian persentase NPL PT ABC Finance tahun 2008-2010 Bulan Desember 2008 Januari 2009 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
NPL (%) 1,15 0,95 1,05 1,14 1,25 1,28 1,35 1,46 1,34 1,39 1,80 2,01
Bulan Desember 2009 Januari 2010 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
NPL (%) 1,13 2,10 2,73 2,45 2,25 2,65 2,90 3,18 4,42 5,29 6,04 5,53
Bulan Desember 2010 Januari 2011 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
NPL (%) 7,40 6,56 6,73 5,98 6,13 6,05 6,38 7,14 7,58 7,63
Sumber: PT ABC Finance, 2011 (diolah) Peramalan dilakukan menggunakan single exponential smoothing dengan konstanta pemulusan 0,75 dengan software Minitab 14. Hasil peramalan persentase NPL untuk Oktober 2011 diketahui sebesar 7,58 persen, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 10. Realisasi persentase NPL pada September 2011 yaitu sebesar 7,63 persen.
29
Single Exponential Smoothing Plot for NPL 9
Variable A ctual Fits Forecasts 95.0% PI
8 7
Smoothing C onstant A lpha 0.75
NPL
6
A ccuracy Measures MA PE 13.2083 MA D 0.4212 MSD 0.3625
5 4 3 2 1 0 Month Year
Dec 2008
Mar 2009
Jun
Sep
Dec
Mar 2010
Jun
Sep
Dec
Mar 2011
Jun
Sep
Gambar 10. Peramalan NPL tahun 2011 Penyaluran kredit yang akan mempengaruhi perkembangan kredit harus dilakukan sesuai dengan kebijakan kredit. Kebijakan kredit diperlukan untuk memberikan pelayanan kredit kepada nasabah. Dalam menetapkan kebijakan kredit, perusahaan harus menyeimbangkan antara pelonggaran pelayanan dan pengetatan manajemen risiko. Tujuannya, agar laju penyaluran keuangan yang disediakan kepada nasabah kredit cepat namun tetap aman. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam kebijakan kredit diantaranya: a. Kredit yang diberikan perusahaan mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaanya perusahaan harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. b. Kebijakan perkreditan harus jelas. c. Kebijakan perkreditan merupakan panduan dalam pelaksanaan semua kegiatan perkreditan perusahaan. d. Kebijakan perlu berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan BI. e. Kebijakan kredit harus menjadi acuan dan harus tercermin dalam pedoman pelaksanaan kredit. f. Perusahaan wajib melaksanakan kebijakan tersebut secara konsisten. g. BI memantau, mengawasi dan menilai pelaksanaan kebijakan kredit perusahaan.
30
h. Pengertian kredit dalam kebijakan kredit meliputi semua jenis fasilitas keuangan yang disediakan kepada nasabah. Kebijakan-kebijakan perkreditan ditetapkan untuk mengurangi risiko kredit bermasalah yang terjadi di PT ABC Finance. PT ABC Finance memiliki kebijakan perkreditan sebagai berikut: 1. Jenis kredit yang diberikan adalah kredit pembiayaan kendaraan roda empat atau lebih. Kredit diberikan untuk pembiayaan mobil baru dan bekas. 2. Jumlah kredit yang diberikan yaitu mulai dari Rp 10 Juta sampai dengan Rp 200 Juta. Pemberian kredit melebihi dua ratus juta rupiah terlebih dahulu harus mengajukan memo usulan kredit. 3. Batas jangka waktu pemberian kredit yaitu 12-48 bulan. 4. Bunga kredit yang ditetapkan bervariasi bergantung kepada jenis kendaraan dan tahun kendaraan. Bunga kredit dihitung secara flat atau tetap selama jangka waktu kredit. Rincian bunga kredit dapat dilihat pada Tabel 4. 5. Persentase Down Payment bervariasi ditetapkan berdasarkan jenis kendaraan dan tahun kendaraan. 6. Agunan
yang digunakan
yaitu
surat-surat
kendaraan
seperti
Bukti
Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Keputusan (SK) Ijin Trayek untuk angkutan umum. 7. Persyaratan kredit yang perlu dilengkapi oleh calon nasabah diantaranya yaitu persyaratan utama dan persyaratan tambahan. Rincian persyaratan dapat dilihat pada Tabel 4.
31
Tabel 4. Rincian bunga kredit, down payment, dan persyaratan kredit di PT ABC Finance No
1
2
3
4
Jenis Kendaraan
Tahun Bunga Down Persyaratan Kendaraan (%) Payment Tambahan (%) Angkutan 11,65 a. KTP suami-istri Kota Trayek (bagi yang telah Kabupaten menikah) yang masih berlaku, KTP asli Angkutan 12,66 difoto oleh marketing. Kota Trayek 40 b. Fotocopy Kartu Kota Keluarga (bagi yang sudah menikah), akte cerai (bagi yang telah bercerai), atau surat kematian (bagi yang pasangannya telah Mobil 200411,65 20 meninggal dunia). Penumpang sekarang c. Fotocopy rekening 2000- 2003 12,26 25 listrik dan Pajak Bumi 1998-1999 13,18 25 dan Bangunan tempat Pick Up 2005 – 12,26 20 tinggal calon nasabah. sekarang d. STNK yang masih 2002 – 2004 12,87 25 berlaku, dan STNK 2000 – 2001 13,80 25 asli difoto oleh Truck 2004 – 12,56 20 marketing. sekarang BPKB beserta faktur 2000 – 2003 13,18 25 asli. 1998-1999 13,16 25
Persyaratan Utama
a. Surat Keputusan (SK) Ijin Trayek asli. b. Fotocopy Kartu Pengawas (KP) Ijin Trayek. c. Fotocopy Surat Ijin Pengawasan Angkutan (SIPA). d. Fotocopy buku KIR yang masih berlaku. Slip gaji atau Surat Keterangan Usaha (SKU). a. Slip gaji atau Surat Keterangan Usaha (SKU) b. Fotocopy buku KIR yang masih berlaku.
Sumber: PT ABC Finance, 2011 (Diolah) 4.4.Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Risiko Kredit PT ABC Finance PT ABC Finance sebagai perusahaan pembiayaan tidak terlepas dari keberadaan risiko kredit. Risiko kredit terjadi ketika perusahaan pembiayaan menghadapi kemungkinan ketidakmampuan nasabahnya untuk membayar kredit secara penuh dan tepat waktu. Pemberian kredit bagi PT ABC Finance berkaitan dengan persetujuan suatu kredit atas mobil dengan perjanjian kontrak tertentu dan pengenaan kewajiban bagi nasabahnya untuk membayar secara berkala dalam periode tertentu dengan syarat-syarat yang telah disepakati. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT ABC Finance antara lain sebagai berikut. a. Terjadinya manipulasi data dan informasi Kelengkapan data dan informasi nasabah seringkali dimanipulasi baik oleh nasabah sendiri, dealer, maupun Credit Marketing Officer (CMO). Misalnya, STNK atau KTP nasabah yang sudah habis masa berlakunya atau terdapat perbedaan dengan data di berkas lain sehingga dilakukanlah manipulasi. Hal ini dilakukan agar proses kredit lebih cepat.
32
b. Kualitas dan kuantitas SDM Jumlah tim collector (penagih) yang tidak sesuai dengan jumlah nasabah. Berdasarkan hasil wawancara, seorang collector bertugas untuk menangani 30 persen nasabah. Selain itu, kualitas SDM yang kurang sesuai menyebabkan kinerjanya buruk. Misalnya, collector yang tidak dapat memenuhi target penagihan, maupun CMO yang memanipulasi data dan informasi nasabah agar targetnya tercapai. c. Pengalihan agunan secara tidak resmi Kendaraan telah dijual kepada pihak lain dan tidak dilakukan secara resmi di PT ABC Finance. Pada saat penagihan angsuran perusahaan mengalami kendala karena perusahaan tidak memiliki data pemilik kendaraan yang baru. d. Penyalahgunaan agunan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab Penyalahgunaan agunan ini dilakukan oleh pihak yang sebenarnya bukan pemilik kendaraan tetapi menggunakan data pemilik kendaraan untuk mengajukan kredit. Hal ini menyebabkan tagihan tidak terbayar karena merasa tidak memiliki kewajiban pembayaran kredit. e. Angsuran yang dititipkan pada pihak yang tidak bertanggung jawab Angsuran tidak langsung dibayarkan dan digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Sehingga pembayaran melebihi tanggal jatuh tempo. f. Faktor internal nasabah Misalnya, unit mengalami musibah seperti kecelakaan atau rusak sehingga tidak dapat beroperasi dan menghambat pembayaran. Transaksi bisnis nasabah kurang lancar sehingga menghambat pembayaran. 4.5.Risiko Kredit PT ABC Finance Pengukuran risiko kredit merupakan masalah klasik dalam keuangan, dimana risiko kredit disebabkan karena munculnya kredit bermasalah yaitu kredit yang muncul sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban nasabah untuk membayar angsuran maupun bunga kredit. Bank Indonesia menentukan angka maksimal kredit bermasalah atau NPL sebesar 5 persen dari total kredit yang disalurkan. Fasilitas kredit yang ditawarkan PT ABC Finance adalah kredit pembiayaan kendaraan bermotor khususnya mobil. Kredit pembiayaan kendaraan bermotor
33
khususnya mobil merupakan kredit yang diberikan untuk membantu individu, UMKM, maupun perusahaan dalam hal pembiayaan pengadaan kendaraan roda empat atau lebih. Maksimum jangka waktu kredit yang diberikan yaitu 4 tahun dengan tingkat suku bunga 13,80 persen flat per tahun. Penyaluran kredit kepada nasabah oleh kantor cabang dengan jaminan pokok berupa BPKB, dan jaminan tambahan khusus untuk angkutan kota yaitu SK ijin trayek. 4.5.1.Kolektibilitas Nasabah Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis kredit per nasabah yaitu outstanding dan kolektibilitas dari bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2010. Jumlah nasabah yang diambil menggunakan teknik slovin dengan tingkat kesalahan yang dapat ditolerir 10 persen.
Keterangan: N
= Jumlah total nasabah (42.695 nasabah)
e
= Standar error Berdasarkan data yang diperoleh jumlah nasabah pada tahun 2010 sebanyak
42.695 nasabah. Dari jumlah populasi tersebut dapat ditentukan jumlah sampel untuk nasabah adalah:
Sehingga jumlah sampel nasabah yang diambil sebanyak 100 nasabah. Pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan cluster sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari data nomor pinjaman nasabah. Setiap cabang diambil sampel sebanyak 2-3 account nasabah. Sampel yang dipilih merupakan account memenuhi beberapa persyaratan yaitu riwayat pembayarannya berfluktuasi selama tahun 2010 dan belum lunas pada tahun 2010. Tingkat kolektibilitas digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian kewajiban pembayaran angsuran pokok dan bunga atas kredit yang telah diberikan. Penggolongan kolektibilitas kredit terbagi ke dalam lima golongan yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.
34
Pembayaran tepat waktu tergolong ke dalam kolektibilitas lancar. Hari tertunggak sampai dengan 89 hari tergolong ke dalam kolektibilitas dalam perhatian khusus. Hari tertunggak 90-119 hari tergolong kolektibilitas kurang lancar. Hari tertunggak 120-179 hari tergolong kolektibilitas diragukan. Diatas 180 hari tertunggak tergolong kolektibilitas macet. Pada Gambar 11 dapat diketahui jumlah nasabah berkolektibilitas Lancar (L) merupakan kolektibilitas yang mempunyai persentase terbesar setiap bulannya. Presentase terbesar kedua adalah kolektibiltas Dalam Perhatian Khusus (DPK). Terbesar ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah kolektibiltas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M).
Persentase (%)
Kolektibilitas Kredit Tahun 2010 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Jan
Feb
Mar
Apr
M
0
D
0.03
KL
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
0.01
0
0.04
0.07
0.01
0
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.06
0.08
0.08
0.06
0.1
0.1
0.09
0.11
0.06
0.12
0.13
0.13
0.14
0.19
0.18
0.21
0.21
0.22
0.3
0.22
0.27
DPK 24.86
24.97
24.14
22.64
25.21
22.66
23.67
24.02
25.92
27.25
25.82
25.65
L
74.85
75.66
77.15
74.52
77.07
76.05
75.66
73.75
72.35
73.84
74.01
74.99
Gambar 11. Kolektilitas kredit tahun 2010 (PT. ABC Finance, 2010) Setiap bulannya nasabah mengalami perubahan kualitas kredit (menjadi lebih baik, lebih buruk ataupun memiliki kualitas yang sama). Pergerakan kolektibilitas per nasabah tersebut sebagai dasar penentuan peluang transisi setiap peringkat kredit. Jika banyak nasabah yang mengalami perubahan kualitas kredit menjadi lebih buruk maka perusahaan akan mengalami kerugian yang lebih besar. Dengan mengetahui pergerakan kolektibilitas per nasabah tiap bulan, maka PT ABC Finance dapat menentukan kerugian maksimum yang dihadapi.
35
4.5.2. Analisis Value at Risk (VaR) Matriks transisi bulanan yang diperoleh sebanyak 11 matriks yang berukuran 5x5. Matriks transisi bulanan ini dapat dilihat pada Lampiran. Matriks transisi tersebut digunakan untuk menyusun matriks migrasi unconditional. Matriks migrasi unconditional yang dihasilkan adalah: L
DPK
KL D M
L DPK M = KL D M Matriks M menunjukkan bahwa peluang kolektibiltas Lancar untuk tetap bertahan pada kolektibilitas L adalah sebesar 0,0613 atau 6,13 persen. Nilai peluang tersebut menunjukkan bahwa risiko kerugian yang dihadapi cukup besar karena nilai peluang kolektibilitas Lancar untuk menjadi Dalam Perhatian khusus dan Macet adalah sebesar 8,06 persen dan 0,09 persen. Hal ini menyebabkan dana yang harus disediakan oleh perusahaan untuk menutupi kerugian tersebut besar pula. Peluang kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus untuk pindah pada kolektibilitas Lancar sebesar 62,27 persen, sedangkan peluang kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus untuk tetap bertahan pada kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus adalah sebesar 75,98 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Kurang Lancar sebesar 0,39 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Diragukan sebesar 0,1 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Kurang Lancar sebesar 0,58 persen. Peluang kolektibilitas Kurang Lancar untuk menjadi kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus adalah sebesar 0,29 persen. Kolektibilitas Kurang Lancar menjadi kolektibilitas Diragukan peluangnya sebesar 0,09 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Macet sebesar 0,1 persen. Kredit yang disalurkan PT ABC Finance mempunyai peluang untuk keluar dari kondisi Diragukan menjadi kondisi kurang Lancar adalah sebesar 0,19
36
persen. Peluang kolektibilitas Macet tetap bertahan pada kondisi Macet yaitu sebesar 1,76 persen. Baki debet kredit (outstanding) adalah saldo rekening yang menunjukkan posisi hutang nasabah pada saat tertentu. Nilai baki debet untuk kolektibilitas Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Baki debet tiap kolektibilitas selama bulan Desember 2010 Kolektibilitas Baki Debet (Rp) Presentase (%) L 1.803.721.926.526 73,82 DPK 629.569.134.245 25,77 KL 8.333.541.146 0,34 D 1.663.365.648 0,07 M 152.714.648 0,01 Total 2.443.440.681.923 100,00 Sumber: PT ABC Finance, 2011 (Diolah). Nilai baki debet untuk kolektibilitas L, DPK, KL, D, dan M pada tabel sebesar Rp 1.803.721.926.526, Rp 629.569.134.245, Rp 8.333.541.146, Rp 1.663.365.648, dan Rp 152.714.648. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95 persen dan 99 persen. Alasanya adalah karena J.P. Morgan “Risk Metrics” biasa menggunakan tingkat keyakinan 95 persen, sedangkan Basle Comitte menggunakan tingkat keyakinan 99 persen. a. VaR untuk kolektibilitas Lancar (L) VaR kolektibilitas Lancar yang ditampilkan pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa besarnya kemungkinan maksimum kredit yang akan dihadapi PT ABC Finance dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 78.753.371.470,92. Nilai tersebut adalah 4,37 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas Lancar. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 111.209.306.380,15 atau sebesar 6,17 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas Lancar. Tabel 6. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas lancar Rp 47,729,316,042.98 Volatilitas Rp 78,753,371,470.92 VaR (α=5%) Rp 111,209,306,380.15 VaR (α=1%)
37
b. VaR untuk kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (DPK) VaR kolektibilitas DPK yang ditampilkan pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa besarnya kemungkinan maksimum kredit yang akan dihadapi PT ABC Finance dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 71.612.830.563,51. Nilai tersebut adalah 11,37 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas DPK. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 101.125.997.098,77 atau sebesar 16,06 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas DPK. Tabel 7. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibiltas dalam perhatian khusus Rp 43.401.715.493,03 Volatilitas Rp 71.612.830.563,51 VaR (α=5%) Rp 101.125.997.098,77 VaR (α=1%) c. VaR untuk kolektibilitas Kurang Lancar (KL) Nilai VaR pada Tabel 8 menunjukkan bahwa VaR kolektibilitas KL pada α=5% adalah sebesar Rp 82.098.376.479,72. Kemungkinan kerugian maksimum kolektibilitas KL pada α=1% sebesar Rp 115.932.858.907,73. Kedua kondisi tersebut tidak mungkin terjadi karena nilai VaR atau kerugian maksimum pada kolektibilitas KL melebihi nilai baki debet atau posisi kreditnya sehingga nilai VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen tidak digunakan. Tabel 8. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas kurang lancar Rp 49.756.591.805,89 Volatilitas Rp 82.098.376.479,72 VaR (α=5%) Rp 115.932.858.907,73 VaR (α=1%) d. VaR untuk kolektibilitas Diragukan (D) VaR
kolektibilitas
Diragukan
yang
ditampilkan
pada
Tabel
9
memperlihatkan bahwa besarnya kemungkinan maksimum kredit yang akan dihadapi PT ABC Finance dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 82.138.365.933,23. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum
dengan
tingkat
keyakinan
99
persen
adalah
sebesar
Rp
115.989.328.863,29. Kedua kondisi tersebut tidak mungkin terjadi karena nilai VaR atau kerugian maksimum pada kolektibilitas D melebihi nilai baki debet atau
38
posisi kreditnya sehingga nilai VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen tidak digunakan. Tabel 9. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas diragukan Rp 49.780.827.838,32 Volatilitas Rp 82.138.365.933,23 VaR (α=5%) Rp 115.989.328.863,29 VaR (α=1%) e. VaR untuk kolektibilitas Macet (M) VaR kolektibilitas Macet pada Tabel 10 yaitu dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 82.138.667.109,08. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 115.989.754.160,10. Kedua kondisi tersebut tidak mungkin terjadi karena nilai VaR atau kerugian maksimum pada kolektibilitas M melebihi nilai baki debet atau posisi kreditnya sehingga nilai VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen tidak digunakan. Tabel 10. Nilai volatilitas dan VaR kolektibilitas macet Rp 49.781.010.369,14 Volatilitas Rp 82.138.667.109,08 VaR (α=5%) Rp 115.989.754.160,10 VaR (α=1%) f. VaR Total Nilai VaR adalah nilai kerugian maksimum yang akan ditanggung oleh perusahaan untuk periode satu tahun pada tingkat keyakinan yang telah ditetapkan. Sehingga hasil perhitungan VaR kredit pembiayaan pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa kemungkinan kerugian terbesar yang dihadapi PT ABC Finance pada tahun 2010 dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 396.741.611.556,47. Nilai kerugian tersebut adalah sebesar 16,24 persen dari total baki debet kredit. Hal ini menunjukkan bahwa kredit yang dianggap berisiko adalah 16,24 persen dari total baki debet kredit. VaR ini juga dapat diartikan bahwa kemungkinan kerugian maksimum kredit pada tahun 2010 tidak akan melebihi Rp 396.741.611.556,47 adalah 95 persen atau dengan kata lain hanya 5 persen kemungkinan kerugian dapat melebihi Rp 396.741.611.556,47. Kerugian terbesar kredit yang dihadapi PT ABC Finance pada tahun 2010 dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 560.247.245.410,04. Dengan kata lain hanya 1 persen kemungkinan kerugian yang terjadi pada tahun
39
2010 dapat melebihi Rp 396.741.611.556,47. Nilai kerugian tersebut adalah sebesar 22,93 persen dari total baki debet kredit yang berarti aktiva kredit yang berisiko adalah 22,93 persen dari total baki debet kredit.Pihak perusahaan perlu lebih intensif dalam mengelola risiko kreditnya untuk meminimalikan risiko yang akan dihadapi. Dampaknya, angka hasil pengukuran risiko juga akan turun. Tabel 11. VaR Total dengan α=5% dan α=1% (Dalam Rupiah) Kolektibilitas Volatilitas (σ) VaR (α=5%) VaR (α=1%) Lancar 47.729.316.042,98 78.753.371.470,92 111.209.306.380,15 Dalam Perhatian Khusus 43.401.715.493,03 71.612.830.563,51 101.125.997.098,77 Kurang Lancar 49.756.591.805,89 82.098.376.479,72 115.932.858.907,73 Diragukan 49.780.827.838,32 82.138.365.933,23 115.989.328.863,29 Macet 49.781.010.369,14 82.138.667.109,08 115.989.754.160,10 Total 396.741.611.556,47 560.247.245.410,04 4.6. Pengelolaan Risiko Kredit di PT ABC Finance Pengelolaan risiko kredit dilakukan sejak awal sebelum kredit diberikan kepada nasabah. Terlebih dahulu perusahaan menganalisis nasabah yang dilakukan oleh surveyor. Surveyor bertugas melakukan survey ke rumah dan atau tempat usaha calon nasabah, melihat kondisi kendaraan, serta melakukan wawancara dengan calon nasabah untuk mengumpulkan informasi dan menilai kelayakan nasabah. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah nasabah layak diberikan kredit sesuai dengan persyaratan yang ada. Selanjutnya, dilakukan pengecekan keabsahan BPKB pada pihak kepolisian. Setelah berkas persyaratan lengkap maka dilakukan booking, bagian administrasi di kantor cabang dan kantor pusat melakukan pengecekan ulang kelayakan dan kelengkapan berkas calon nasabah. Saat ini perusahaan memberlakukan peraturan baru yaitu surveyor harus memfoto KTP dan STNK asli calon nasabah yang masih berlaku. Pada saat penandatanganan kontrak, nasabah juga harus difoto. Foto tersebut dilampirkan pada aplikasi kredit. Nasabah yang telah selesai di booking akan memperoleh surat welcoming letter dan kartu angsuran sebagai pemberitahuan jumlah angsuran dan tanggal jatuh tempo. Penetapan kriteria penggolongan kredit dilakukan untuk dapat menentukan daftar nasabah yang masuk dalam kelompok kredit bermasalah pada PT ABC Finance dengan tingkatan kolektibilitas 1 sampai dengan 5. Kolektibilitas 1 untuk
40
keterlambatan 3-7 hari. Kolektibilitas 2 untuk keterlambatan 8-29 hari. Kolektibilitas 3 untuk keterlambatan 30-59 hari. Kolektibilitas 4 untuk keterlambatan 60-89 hari. Kolektibilitas 5 untuk keterlambatan 90-119 hari. Upaya penanganan kredit yang dilakukan oleh PT ABC Finance adalah sebagai berikut: 1. Panggilan via telepon Setelah diketahui adanya nasabah yang belum melakukan pembayaran setelah keterlambatan 3 hari maka bagian desk coll akan menelpon nasabah untuk mengingatkan segera melakukan pembayaran angsurannya. 2. Pemberian Surat Peringatan (SP) Surat peringatan diberikan kepada nasabah berdasarkan jumlah hari keterlambatan. Surat peringatan terdiri dari SP 1, SP 2, dan SP 3. Surat peringatan pertama diberikan jika telah terlambat 7 hari. Surat peringatan kedua diberikan jika telah terlambat 14 hari. Surat peringatan ketiga diberikan jika telah terlambat 21 hari. Pemberian SP akan terus dilakukan setiap bulannya sampai dengan nasabah melakukan pembayaran. 3. Penagihan Penagihan dilakukan oleh collector dengan mendatangi rumah nasabah. Hal ini dilakukan untuk mengatasi alasan keterlambatan pembayaran karena jauhnya rumah nasabah dengan kantor cabang, kantor pos, ataupun bank. Penagihan oleh collector tidak hanya pada nasabah yang pembayarannya bermasalah tetapi juga ada nasabah yang meminta untuk diambil angsurannya. 4. Penghapusan denda Penghapusan denda jarang dilakukan karena head collector yang berperan untuk memutuskan akan dilakukan penghapusan denda atau tidak. Head collector pada setiap kantor cabang diberikan jumlah maksimal tertentu denda yang dapat dihapuskan. Penghapusan denda dilakukan hanya pada nasabah yang jumlah hari keterlambatannya masih sedikit berkisar 3-5 hari dan dengan alasan tertentu. Misalnya, tanggal jatuh tempo bertepatan dengan hari libur nasional dan nasabah tidak mau membayar denda. Selain itu, dilakukan apabila jumlah yang dibayarkan nasabah dengan cara transfer melalui bank masih kurang dan tidak dilakukan kekurangannya tidak segera dibayarkan.
41
5. Penarikan unit Penarikan unit dilakukan jika keterlambatan pembayaran telah memasuki bulan kedua dan tidak ada itikad baik dari nasabah untuk melakukan pembayaran. Terlebih dahulu dikeluarkan surat penarikan unit dan nasabah dihubungi oleh bagian collection. Apabila nasabah tidak dapat dihubungi maka unit akan ditarik jika ditemukan di jalan. Apabila pada saat penarikan unit, nasabah memberikan janji pembayaran sampai batas waktu tertentu. Jika sampai dengan batas waktu yang dijanjikan, nasabah belum juga melakukan pembayaran maka unit akan dijual oleh pihak perusahaan. Setelah itu account nasabah akan ditutup dan nasabah tidak dapat mengajukan kredit kembali di PT ABC Finance. Hal ini disebut Agunan Yang Diambil Alih (AYDA). Keterlambatan pembayaran yang telah memasuki 140 hari dan nasabah tidak dapat dihubungi, serta unit tidak berhasil ditarik maka akan dilakukan Write Off (WO). Setelah dilakukan WO maka account nasabah akan ditutup. Nasabah maupun unit tidak dapat mengajukan kredit kembali di PT ABC Finance.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan hasil penelitian ini diantaranya: a. Penyaluran kredit PT ABC Finance trennya meningkat pada tahun 2008-2011. Nilai kredit Oktober 2011 diramalkan akan senilai Rp 216.287.870.245,00, dan realisasi bulan September 2011 yaitu sebesar Rp 215.758.547.000,00. b. Peningkatan nilai kredit yang disalurkan tersebut ternyata diikuti pula dengan meningkatnya persentase jumlah kredit bermasalah. Tren NPL tahun 20082011 juga meningkat. Pada tahun 2008 nilai NPL sebesar 1,15 persen meningkat menjadi 7,40 persen pada tahun 2010. Pada Oktober 2011 diramalkan persentase NPL akan senilai 7,58 persen ternyata pada September 2011 nilai NPL sebesar 7,63 persen. c. Kebijakan kredit ditetapkan PT ABC Finance untuk mengurangi risiko kredit yang mungkin terjadi. Kebijakan kredit tersebut antara lain jumlah kredit yang diberikan, jangka waktu kredit, bunga kredit dan persentase down payment yang bervariasi berdasarkan jenis kendaraan dan tahun kendaraan, serta persyaratan kredit yang perlu dilengkapi oleh calon nasabah. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT ABC Finance antara lain berasal dari internal perusahaan, dealer, maupun nasabah. Diantaranya manipulasi data dan informasi, kualitas dan kuantitas SDM, penyalahgunaan agunan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, pengalihan agunan secar tidak resmi, angsuran yang dititipkan pada pihak yang tidak bertanggung jawab, serta faktor internal nasabah. e. Dari hasil perhitungan VaR diketahui bahwa kemungkinan kerugian terbesar yang dihadapi PT ABC Finance pada tahun 2010 dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 396.741.611.556,47 atau 16,24 persendari total baki debet kredit. Dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 396.741.611.556,47 atau 22,93 persen dari total baki debet kredit. Pihak perusahaan perlu lebih intensif dalam mengelola risiko kreditnya untuk meminimalikan risiko yang akan dihadapi.
43
f. Pengelolaan risiko kredit dilakukan sejak awal sebelum kredit diberikan kepada nasabah yaitu dimulai dari penilaian kelayakan calon nasabah, pengecekan kebsahan agunan dan kelengkapan berkas persyaratan. Upaya penanganan kredit yang dilakukan oleh PT ABC Finance diantaranya panggilan via telepon, pemberian Surat Peringatan (SP), penagihan, penghapusan denda, serta penarikan unit. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka saran bagi PT ABC Finance adalah: a. PT ABC Finance menyesuaikan jumlah tim collector dengan jumlah nasabah. Hal ini dimaksudkan agar tim collector mampu melayani nasabah dengan baik. Standar perusahaan untuk jumlah collector sebaiknya dinyatakan lebih spesifik. Seorang collector sebaiknya mampu menangani 5 nasabah setiap harinya atau sekitar 100 nasabah per bulan. Dengan demikian jumlah nasabah yang terlambat membayar angsurannya dapat dikurangi. b. Mengadakan pelatihan manajemen risiko tidak hanya untuk manajemen puncak dan lini pertama, tetapi juga untuk para CMO dan karyawan lain agar dapat membudayakan manajemen risiko dalam setiap kegiatan perusahaan. Dengan demikian setiap karyawan mampu mengetahui risiko-risiko yang akan muncul dari setiap kegiatan dilakukan. Para karyawan juga dapat mengetahui tindakan penanganan yang harus dilakukan untuk menghindari dan mengatasi risiko tersebut. c. Melakukan survey melalui telepon kepada nasabah yang dilakukan sebelum booking dilakukan oleh bagian kredit untuk memastikan bahwa nomor telepon dan informasi lainnya adalah benar. d. PT ABC Finance menyediakan tim khusus untuk mendampingi nasabah dalam mengelola usahanya agar kredit yang diberikan sesuai dengan tujuannya. Tim ini bertugas untuk mengawasi usaha nasabah sejak kredit diberikan sampai dengan pengembalian kredit dibayarkan dalam bentuk angsuran setiap bulannya.
DAFTAR PUSTAKA BAPEPAM-LK. 2009. Laporan Tahunan Perusahaan Pembiayaan 2009. http://www.bapepam.go.id/p3/others_p3/Finance_Company_Annual_Report _2009.pdf. [07 Juli 2011]. Djohanputro. 2008. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Penerbit PPM, Jakarta. Ghozali, I. 2007. Manajemen Risiko Perbankan Pendekatan Kuantitatif Value at Risk (VaR). Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Haniviva. 2009. Peringkat Perusahaan Pembiayaan (Leasing) 2009 (Info Bank). http://www.beflasher.co.cc/peringkat-perusahaan-pembiayaan-leasing-2009info-bank/. [07 Juli 2011]. Jumingan. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT Bumi Aksara, Jakarta. PT ABC Finance. 2009. Laporan Tahunan PT ABC Finance Tahun 2009. PT ABC Finance, Jakarta. PT ABC Finance. 2010. Laporan Tahunan PT ABC Finance 2010. PT ABC Finance, Jakarta. PT ABC Finance. 2011. Laporan Bulanan PT ABC Finance Tahun 2011. PT ABC Finance, Jakarta. Reksohadiprodlo, S. 1999. Busines forecasting Bagian I Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta. Setianingsih. 2008. Analisis Risiko Kredit dan Penanganan Kredit Bermasalah pada Bank Jabar. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sriwahyuni, S. 2009. Analisis Risiko Kredit Pegawai Bermasalah pada PD. BPR Sukabumi Cabang Klapanunggal. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suharyadi dan Purwanto. 2008. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Edisi 2. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Triandaru, S, dan T. Budisantoso. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Yoga R, D. 2009. Analisis Risiko Kredit di BPR BKK Pati Kota Kantor Kas Margoyoso. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
46
Lampiran 1. Daftar istilah 1. Non performing loan (NPL) : kredit macet yang pembayaran bunga dan pokok pinjaman tertunda 90 hari atau lebih, atau setidaknya 90 hari pembayaran bunga telah dikapitalisasi, dibiayai kembali atau tertunda dengan perjanjian, atau pembayaran kurang dari 90 hari terlambat, tetapi ada lain baik alasan untuk meragukan bahwa pembayaran akan dilakukan secara penuh. 2. Laporan posisi kredit : laporan keadaan kredit debitur atau nasabah suatu lembaga keuangan per jangka waktu tertentu. 3. Outstandingatau baki debet kredit: laporan jumlah pokok kredit dan bunga yang disalurkan kepada nasabah secara keseluruhan per periode tertentu. 4. Kolektibiltas lancar : kredit digolongkan lancar, yaitu jika memenuhi kriteria pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; memiliki mutasi rekening yang aktif; bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai. 5. Kolektibilitas dalam perhatian khusus : kredit digolongkan dalam perhatian khusus, yaitu jika memenuhi kriteria terdapat tunggakan angsuran pembayaran pokok dan/atau bunga yangbelum melampaui 90 hari; atau terkadang terjadi cerukan; atau mutasi rekening relatif rendah; atau jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; ataudidukung oleh pinjaman baru. 6. Kolektibilitas kurang lancar : kredit digolongkan kurang lancar, yaitu jika memenuhi kriteria terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau sering terjadi cerukan; atau frekuensi mutasi relatif rendah; atau terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; ataudokumentasi pinjaman yang lemah. 7. Kolektibilitas diragukan : kredit yang digolongkan diragukan, yaitu jika memenuhi kriteria terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui180 hari; atau sering terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau terjadi kapitalisasi bunga; ataudokumentasi
hukum
maupunpengikatan jaminan.
yang lemah
baik
untuk
perjanjian
kredit
47
Lanjutan Lampiran 1 8. Kolektibilitas macet : kredit yang digolongkan macet, yaitu jika memenuhi kriteria terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; ataudari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkanpada nilai wajar. 9. Exposure kredit : jumlah total kredit kepada peminjam dengan pemberi pinjaman. Besarnya eksposur kredit menunjukkan sejauh mana pemberi pinjaman terkena risiko kerugian dalam hal terjadi default peminjam. Eksposur kredit dapat diminimalkan melalui pembelian kredit default swap atau jenis lain dari instrumen keuangan.
Lampiran 2. Bagan alur pikir Faktor Berpengaruh Yang Dapat Dikendalikan: 1. Kualitas dan kuantitas SDM 2. Teknologi dan Informasi (TI) 3. Kebijakan perusahaan 4. Keuangan
Permasalahan Perusahaan: 1. Persaingan usaha 2. Bertambahnya cabang dan nasabah. 3. Risiko kredit bermasalah meningkat.
Faktor lingkungan: 1. Kebijakan pemerintah terhadap perusahaan pembiayaan 2. Persaingan dalam industri pembiayaan dan mobil 3. Kondisi ekonomi, politik, dan keamanan Negara.
Input: 1. Laporan posisi kredit Tahun 2008-2011. 2. Laporan outstanding atau baki debet kredit Tahun 2008-2011. 3. Prosedur penanganan kredit bermasalah.
Pengumpulan data: 1. Wawancara 2. Studi keputakaan
Faktor Berpengaruh Yang Tidak Dapat Dikendalikan: 1. Kondisi ekonomi nasabah. 2. Kemanan 3. Kondisi perekonomian Negara.
Proses: 1. Analisis tren dan peramalan jumlah kredit dan NPL tahun 2008-2011. 2. Analisis faktor-faktor risiko kredit. 3. Pengukuran risiko kredit dengan Value at Risk. 4. Analisis deskriptif penanganan kredit bermasalah.
Parameter kontrol: 1. NPL ≤ 5 2. Tingkat keyakinan 95% dan 99% 3. SOP perusahaan
Output: 1. Nilai risiko kredit pada tingkat keyakinan tertentu. 2. Model pengelolaan risiko kredit.
Outcome: Jumlah kredit bermasalah menurun.
Impact: Laba perusahaan meningkat
Feedback: 1. Penentuan target perusahaan 2. Perbaikan prosedur kredit
48
49
Lampiran 3. Matriks transisi tiap bulan tahun 2010 Matriks Transisi Januari-Februari 2011 L DPK L 0,1310 0,0952 DPK 0,0595 0,7024 KL 0 0 D 0 0 M 0 0
KL 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0
M 0 0 0 0 0,0119
Matriks Transisi Februari-Maret 2011 L DPK L 0,0714 0,1190 DPK 0,0595 0,7381 KL 0 0 D 0 0 M 0 0
KL 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0
M 0 0 0 0 0,0119
Matriks Transisi Maret-April 2011 L DPK L 0,0787 0,0787 DPK 0,0562 0,7753 KL 0 0 D 0 0 M 0 0
KL 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0
M 0 0 0 0 0,0112
D 0 0,0109 0 0 0
M 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0
M 0 0,0105 0 0 0
Matriks Transisi April-Mei 2011 L DPK L 0,0761 0,0870 DPK 0,0978 0,7283 KL 0 0 D 0 0 M 0 0
KL 0 0 0 0 0
Matriks Transisi Mei-Juni 2011 L DPK KL L 0,0737 0,1158 0 DPK 0,0526 0,7368 0 KL 0 0 0 D 0 0 0,0105 M 0 0 0
50
Lanjutan Lampiran 6 Matriks Transisi Juni-Juli 2011 L DPK L 0,0632 0,0632 DPK 0,0947 0,7579 KL 0 0,0105 D 0 0 M 0 0
KL 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0
M 0 0 0 0 0,0105
Matriks Transisi Juli-Agustus 2011 L DPK L 0,0316 0,1263 DPK 0,0421 0,7789 KL 0 0 D 0 0 M 0 0
KL 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0
M 0 0,0105 0 0 0,0105
Matriks Transisi Agustus-September 2011 L DPK KL L 0,0105 0,0526 0 DPK 0,0737 0,8105 0,0105 KL 0 0 0 D 0 0 0 M 0 0 0
D 0 0 0 0 0
M 0,0105 0,0105 0 0 0,0211
Matriks Transisi September-Oktober 2011 L DPK L 0,0316 0,0526 DPK 0,0526 0,8105 KL 0 0 D 0 0 M 0 0
KL 0 0 0 0 0
D M 0 0 0 0 0,0105 0 0 0 0 0,0421
Matriks Transisi Oktober-November 2011 L DPK KL L 0,0319 0,0532 0 DPK 0,0638 0,7660 0,0213 KL 0 0 0 D 0 0 0,0106 M 0 0 0
D 0 0 0 0 0
M 0 0,0106 0 0 0,0426
51
Lanjutan Lampiran 6 Matriks Transisi November-Desember 2011 L DPK KL L 0,0753 0,0430 0 DPK 0,0323 0,7527 0,0108 KL 0 0,0215 0 D 0 0 0 M 0 0 0
D 0 0 0 0 0
M 0 0,0215 0,0108 0 0,0323
Lampiran 4. Nilai baki debet dengan bunga (Loan value plus interest) Forward zero atau forward rate untuk 1 tahun ke depan 13,80% Annual interest 13,80% KOLEKTIBILITAS
TAHUN 1
L DPK KL D M
0,138 0,138 0,138 0,138 0,138
BAKI DEBET (Rp) 1.803.721.926.526,00 629.569.134.245,00 8.333.541.146,00 1.663.365.358,00 152.714.648,00
NILAI SEKARANG (Rp) 248.913.625.860,59 86.880.540.525,81 1.150.028.678,15 229.544.419,40 21.074.621,42
FORWARD VALUE (Rp) 218.729.020.967,13 76.344.938.950,62 1.010.570.015,95 201.708.628,65 18.518.999,49
TOTAL VALUE (BAKI DEBET) (Rp) 467.642.646.827,71 163.225.479.476,43 2.160.598.694,10 431.253.048,05 39.593.620,92
Perhitungan manual: Nilai sekarang = Annual Interest x Baki Debet Nilai sekarang kolektibilitas L = 0,138 x Rp 1.803.721.926.526,00 = Rp 248.913.625.860,59 Nilai sekarang kolektibilitas DPK = 0,138 x Rp 629.569.134.245,00 = Rp 86.880.540.525,81
Total Value = Nilai sekarang + Forward value Total Value kolektibilitas L = Rp 248.913.625.860,59 + Rp 218.729.020.967,13 = Rp 467.642.646.827,71 Total Value kolektibilitas DPK = Rp 86.880.540.525,81 + Rp 76.344.938.950,62 = Rp 163.225.479.476,43
52
Lampiran 5. Perhitungan VaR untuk tiap kolektibilitas Kolektibilitas Lancar (Dalam Rupiah) RATING
PELUANG
0,06135 L 0,08060 DPK 0 KL 0 D 0,00096 M RATA-RATA BAKI DEBET VOLATILITAS
TOTAL VALUE OUTSTANDING 467.642.646.827,71 163.225.479.476,43 2.160.598.694,10 431.253.048,05 39.593.620,92
BOBOT NILAI PER RATING 28.689.010.007,14 13.156.307.208,31 0,00 0,00 37.888,63 8.369.071.020,82
SELISIH NILAI BAKI DEBET 459.273.575.806,90 154.856.408.455,62 (6.208.472.326,72) (7.937.817.972,76) (8.329.477.399,90)
RAGAM 2.053.685.580.165.450.000.000,00 216.752.929.583.204.000.000,00 2.146.512.828.781.270.000,00 2.686.006.349.988.930.000,00 2.816.581.003.626.000.000,00 2.278.087.609.931.050.000.000,00 47.729.316.042,98
VAR 5% (1.65)
78.753.371.470,92
VAR 1% (2.33)
111.209.306.380,15
Perhitungan manual: Bobot nilai per rating = Peluang x Total Value Outstanding Bobot nilai rating L = 0,06135 x Rp 467.642.646.827,71 = Rp 28.689.010.007,14 Bobot nilai rating DPK = 0,08060 x Rp 163.225.479.476,43 = Rp 13.156.307.208,31 Rata-rata baki debet:
= Rp 8.369.071.020,82 Selisih nilai baki debet = Total Value Outstanding – μ Selisih nilai baki debet Rating L = Rp 467.642.646.827,71 – Rp 8.369.071.020,82 = Rp 459.273.575.806,90 Selisih nilai baki debet rating DPK = Rp 163.225.479.476,43 – Rp 8.369.071.020,82 = Rp 154.856.408.455,62
53
Lanjutan Lampiran 8 Ragam:
Volatilitas = s
VaR α=5% (Za = 1,65) VaR = Za x s VaR = 1,65 x Rp 47.729.316.042,98 = Rp 78.753.371.470,92 VaR α=10% (Za = 2,33) VaR = Za x s VaR = 2,33 x Rp 47.729.316.042,98 = Rp 111.209.306.380,15
54
Lanjutan Lampiran 8 Kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (Dalam Rupiah) RATING
PELUANG
0,06227 L 0,75976 DPK 0,00387 KL 0,00099 D 0,00579 M RATA-RATA BAKI DEBET VOLATILITAS
TOTAL VALUE OUTSTANDING 467.642.646.827,71 163.225.479.476,43 2.160.598.694,10 431.253.048,05 39.593.620,92
BOBOT NILAI PER RATING 29.118.441.395,28 124.012.790.064,60 8.358.688,47 426.139,38 229.364,48 30.628.049.130,44
SELISIH NILAI BAKI DEBET 437.014.597.697,27 132.597.430.345,99 (28.467.450.436,35) (30.196.796.082,39) (30.588.455.509,52)
RAGAM 1.668.182.089.455.150.000.000,00 105.027.825.307.901.000.000,00 35.275.536.050.992.700.000,00 37.370.321.163.279.200.000,00 37.853.135.760.959.000.000,00 1.883.708.907.738.280.000.000,00 43.401.715.493,03
VAR 5% (1.65)
VAR 1% (2.33)
71.612.830.563,51
101.125.997.098,77
RAGAM
VAR 5% (1.65)
VAR 1% (2.33)
2.207.188.818.529.050.000.000,00 268.489.581.001.042.000.000,00 39.212.748.542.885.700,00 586.429.866.417.457,00 229.429.774.469.909,00 2.475.718.428.138.280.000.000,00 49.756.591.805,89
82.098.376.479,72
115.932.858.907,73
RAGAM
VAR 5% (1.65)
VAR 1% (2.33)
2.208.970.605.054.030.000.000,00 269.111.255.714.568.000.000,00 47.080.848.491.353.200,00 1.864.118.611.991.030,00 14.532.765.293.999,20 2.478.130.820.268.470.000.000,00 49.780.827.838,32
82.138.365.933,23
115.989.328.863,29
Kolektibilitas Kurang Lancar (Dalam Rupiah) RATING
PELUANG
0 L 0,00291 DPK 0 KL 0,00096 D 0,00098 M RATA-RATA BAKI DEBET VOLATILITAS
TOTAL VALUE OUTSTANDING 467.642.646.827,71 163.225.479.476,43 2.160.598.694,10 431.253.048,05 39.593.620,92
BOBOT NILAI PER RATING 0,00 475.308.027,90 0,00 412.682,34 38.703,44 95.151.882,74
SELISIH NILAI BAKI DEBET 467.547.494.944,98 163.130.327.593,70 2.065.446.811,36 336,101.165,32 (55.558.261,82)
Kolektibilitas Diragukan (Dalam Rupiah) RATING
PELUANG
0 L 0 DPK 0,00192 KL 0 D 0 M RATA-RATA BAKI DEBET VOLATILITAS
TOTAL VALUE OUTSTANDING 467.642.646.827,71 163.225.479.476,43 2.160.598.694,10 431.253.048,05 39.593.620,92
BOBOT NILAI PER RATING 0,00 0,00 4.157.112,42 0,00 0,00 831.422,48
SELISIH NILAI BAKI DEBET 467.641.815.405,23 163.224.648.053,95 2.159.767.271,61 430.421.625,57 38.762.198,43
55
Lanjutan Lampiran 8 Kolektibilitas Macet (Dalam Rupiah) RATING
PELUANG
0 L 0 DPK 0 KL 0 D 0,01764 M RATA-RATA BAKI DEBET VOLATILITAS
TOTAL VALUE OUTSTANDING 467.642.646.827,71 163.225.479.476,43 2.160.598.694,10 431.253.048,05 39.593.620,92
BOBOT NILAI PER RATING 0,00 0,00 0,00 0,00 698.529,60 139.705,92
SELISIH NILAI BAKI DEBET 467.642.507.121,79 163.225.339.770,51 2.160.458.988,18 431.113.342,13 39.453.915,00
RAGAM 2.208.983.674.770.940.000.000,00 269.116.278.214.140.000.000,00 47.147.303.430.197.300,00 1.877.360.745.117.310,00 15.723.347.562.602,50 2.478.148.993.372.600.000.000,00 49.781.010.369,14
VAR 5% (1.65)
VAR 1% (2.33)
82.138.667.109,08
115.989.754.160,10
56