ANALISIS LIFE CYCLE COST PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGY PADA DESIGN KONSEPTUAL PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN VALUE ENGINEERING Farid1,* dan Mohammed Ali Berawi1 1
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitaas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Jawa Barat E-mail:
[email protected]
Abstrak Nama Program Studi Judul
: Farid : Teknik Sipil : Analisis Life Cycle Cost Pembangunan Infrastruktur Energy Pada Design Konseptual Pembangunan Jembatan Selat Sunda dengan Pendekatan Value Engineering
Penerapan value engineering pada design konseptual jembatan selat sunda telah menghasilkan beberapa inovasi. Inovasi-inovasi ini dibuat untuk menarik pihak investor untuk menananamkan modalnya di projek jembatan selat sunda. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur energy yang meliputi tidal energy, wind energy, serta pipa minyak & gas. Pembangunan infrastruktur energy ini adalah untuk memanfaatkan berbagai macam potensi sumber daya yang berada di sekitar daerah jembatan selat sunda. Semua jenis projek tersebut kemudian di analisis menggunakan skema Life Cycle Cost dengan menggunakan parameter kelayakan nilai Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value ( NPV ) serta B/C ratio. Hasil analisis menunjukan bahwa projek-projek yang akan dibangun memenuhi semua parameter kelayakan tersebut, kecuali untuk wind energy pada scenario 1 dengan harga listrik Rp.410 / kwh. Kata kunci
Name Major Title
: Life Cycle Cost, Jembatan, Jembatan Selat Sunda, Value Engineering, Infrastruktur Energy Abstract : Farid : Civil Engineering : Life Cycle Cost Analysis Development of Infrastructure Energy in the Sunda Strait Bridge Conceptual Design Using Value Engineering Approach
Application of Value Engineering to the sunda strait bridge (SSB) conceptual design have generated some innovations in term of function. These are created to attract the private sector to invest their money on this project. Including the development of tidal energy, wind energy, and oil & gas pipeline along the bridge which is aim to utilize the potential resources around it. Furthermore, its project will be analyzed using Life Cycle Cost scheme with the following parameters; Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), and B/C ratio. Analysises show that all project comply with the parameters that have been defined, except to wind energy in scheme 1 with cost of electricity is Rp.410 / kwh. Keyword : Life Cycle Cost, Sunda Strait Bridge, Value Engineering, Infrastructure Energy
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Pendahuluan
Pulau Jawa dan Sumatera berperan penting sebagai penggerak utama roda perekonomian nasional. Kedua pulau ini merupakan tempat bermukimnya 78% penduduk Indonesia. Pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan dan industri nasional serta Pulau Sumatera sebagai sentra produksi,pengolahan hasil bumi dan lumbung energy nasional memberikan kontribusi kepada PDRB nasional sebesar 80%. Aglomerasi permukiman dan sebaran penduduk di Indonesia menciptakan fenomena anthropocentris dari ribuan suku dan ras di seluruh kepualaun Nusantara. Komposisi dan ratio antara jumlah penduduk dan luas wilayah pulau (besar) dan Gugus Kepulauan laut menjadi tidak seimbang dalam konteks daya dukung pulau dan ‘tresholdnya’. Dalam konteks ekonomi dunia, posisi pulau Sumatera dan Jawa berperan sangat penting dalam konteks regional. Berdasarkan laporan Bank Dunia 2007, rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1.9% di atas pertumbuhan Asia Timur & Pasifik yang hanya 1.2% dengan proporsi penduduk di bawah garis kemiskina 17% ( Poernomo Sidhi, 2010). Kedua pulau tersebut dibatasi oleh selat sunda. Sebagai sarana transportasi, Pelabuhan Bakauheni di Lampung dan Pelabuhan Merak di Banten menjadi satu-satunya cara untuk mencapai kedua pulau melalui jalur laut. Setiap harinya, kedua pelabuhan tersebut dihubungkan oleh 33 kapal feri roll on roll off . Jumlah total penumpang feri adalah ± 3,68 juta/tahun, mobil ± 2,35 juta/tahun dan sepeda motor 359.450/tahun atau setara dengan 11.500 kendaraan/hari (2007). Waktu tempuh (termasuk waktu bongkar muat dan transfer) adalah 2-6 jam. Dalam waktu-waktu liburan, waktu tunggu bisa mencapai 24 jam. Dalam jangka panjang akan selalu terjadi peningkatan volume lalu lintas,dimana jumlahnya dapat mencapai 20.000 – 27.000 kendaraan/hari. Kondisi tersebut diperparah apabila fery menunda keberangkatanya dikarenakan cuaca yang tidak memungkinkan. (Sekretariat Timnas Persiapan Pembangunan Jembatan Selat Sunda, 2011) Melihat kondisi seperti itu, diperlukan sebuah solusi alternative penghubung dua kawasan tersebut. Berbagai kajianpun telah dilakukan sejak dahulu untuk memecahkannya. Mulai dari konsep pembangunan terowongan bawah laut maupun prasrana jembatan telah sering dipublikasikan, dan dipelajari. Namun, akhir-akhir ini solusi membangun jembatanlah yang paling sering diangkat ke permukaan. Untuk meyebrangi Selat Sunda, dibutuhkan jembatan dengan bentang yang panjang. Namun demikian, teknologi yang telah diterapkan pada beberapa Negara dewasa ini telah menggugah kembali untuk melihat kemungkinan tersebut sebagai tantangan. Jembatan dengan
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
bentang panjang melalui selat-selat yang ada telah mampu diwujudkan di beberapa Negara seperti Jepang, Denmark, Inggris, Amerika Serikat dan lain-lain. Selain tantangan teknologi, yang menjadi sorotan utama lainnya adalah masalah kelayakan secara financial. Jembatan Selat Sunda memerlukan dana Rp.250 trilyun dalam proses pembangunannya. Biaya tersebut direncanakan akan didapat dengan mode pembiayaan Public Private Partnership (PPP). Dengan biaya sebesar itu tingkat pengembalian modal akan sangat lama dan tidak layak jika dilihat dari sudut investasi. Untuk mempercepat tingkat pengembalian modal tersebut,diperlukan penambahan fungsi jembatan. Dengan pendekatan rekayasa nilai (value engineering) dipilih beberapa alternative penambahan fungsi jembatan yang memungkinkan untuk diterapkan. Diantaranya adalah pembangunan infrastruktur energy berupa tidal energy, wind energy, serta instalasi pipa migas di sepanjang jembatan.
Diharapkan, dengan penambahan fungsi ini akan
memberikan ekstra revenue bagi investor sehingga akan meningkatkan tingkat kelayakan investasi. Modifikasi fungsi jembatan tersebut,merupakan sesuatu yang tidak mustahil untuk diwujudkan. Selama ini konsep mengenai jembatan telah dirubah dengan penambahan fungsi pada bentuk fisik jembatan secara umum. Dalam hal ini, penambahan nilai (added value) jembatan bisa menggunakan pendekatan rekayasa nilai (Value Engineering). Dengan menekankan pada penambahan fungsi (function) berupa pengintegrasian infrastruktur energy ke dalam fisik jembnatan, diharapkan pengintegrasian ini dapat meningkatkan nilai (value) dari jembatan tersebut. Inovasi pada Jembatan dapat dilakukan dengan mencari berbagai macam potensi yang ada di sekitar jembatan selat sunda. Ada beberapa Sumber Daya Alam seperti angin yang besar, gelombang, serta potensi pariwisata yang dapat diintegrasikan pada pulau Sangiang dan Prajurit di sekitar Sekitar selat sunda, distribusi minyak dan gas yang efisien serta pengembangan jaringan internet antara Jawa dan Sumatera untuk meningkatkan fungsi Jembatan Selat Sunda. ( Berawi at al., 2012)
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Fungsi JSS
Tujuan JSS
Menghubungkan
Mempercepat Pertumbuhan
Area
Ekonomi Membuat fungsi baru dengan Idea Generation
Fungsi Baru
Tujuan Baru
Memproduksi Energy
Menghasilkan listrik, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil
Distribusi Minyak dan
Mengurangi biaya, membuat
Gas
konektivitas, dan infrastruktur
Transmit Data Membangun Pariwisata
Menarik turis local dan mancanegara
Tabel 1 Potensi Inovasi di projek jembatan selat sunda Sumber : Berawi, at al,2012
Selain untuk meningkatkan tingkat pengembalian investasi, pembangunan infrastruktur energy
ini juga merupakan bagian untuk mendukung Pengembangan dan Pembangunan
energy yang berkelanjutan di Indonesia telah diatur dalam Keputusan Presiden No.5 Tahun 2006 mengenai kebijakan energy nasional. Didalamnya disebutkan bahwa kontribusi energy yang berkelanjutantahun 2005 diharapkan dapat mencapai 17% dari kebutuhan primer energy nasional. Pengembangan ke arah ini memang sangat potensial untuk diwujudkan. Beberapa konsep design jembatan telah dibuat dan direncanakan dengan menerapkan konsep value engineering kedalamnya. Indonesia sebagai Negara kepulauan menyimpan energy yang sangat besar untuk dikembangkan lebih jauh. Dalam hal tidal energy kepulauan Indonesia yang terdiri dari banyak selat memiliki criteria yang cukup baik untuk menerapkan skema penggunaan tidal energy. Jiangxia power station adalah pembangkit listrik tenaga arus (tidal energy) paling besar di china dan ketiga terbesar di dunia. Pelaksanaan pembangunannya dimulai sejak tahun 1974. Generator pertama dibuat dengan kapasitas 500 kW, generator kedua dibuat dengan
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
kapasitas 600 kW dan tiga generator dengan kapasitas 700 kW dengan kapasitas total 3.2 MW. Pada tahun 1996, dari generator tersebut dihasilkan listrik sekitar 5.02 106 kWh. Dalam hal potensi energy angin (wind energy), kecepatan angin di Indonesia berkisar antara 2 m/s sampai 6 m/s. Kecepatan tersebut sudah cukup untuk menghasilkan pembangkit listrik dengan skala 10 kW sampai 100 kW (Pengkajian Energi Universitas Indonesia, 2006). Untuk menghitung pembangunannya, digunakan skema Life Cycle Cost Analisis (LCCA). Dimana dengan metode ini sebuah proyek akan dievaluasi berdasarkan semua biaya yang muncul dari kepemilikan, biaya, operasi, pemeliharaan, dan disposal. Metode LCCA ini menyediakan penilaian yang secara signifikan lebih baik dalam efektivitas pembiayaan jangka panjang dari sebuah projek. Tentu saja ini jauh lebih baik daripada metode penilaian ekonomi konvensional yang hanya berfokus pada initial cost dalam jangka waktu operasi yang pendek. Tinjauan Teoritis Berawi, M.A, et al (2012) dalam Jurnalnya yang berjudul Conceptual Design of Sunda Strait Bridge Using Value Engineering Method menyebutkan bahwa akan ada kesenjangan yang tidak kompatibel antara manfaat dan biaya jika konsep jembatan selat sunda ini hanya didasarkan untuk sarana transportasi saja, sehingga iterasi berdasarkan metodologi Value Engineering diharapkan akan dapat memberikan solusi yang mengarah pada penciptaan proyek yang lebih kompetitif dalam kualitas, baiay dan waktu, sehingga dilakukanlah penambahan-penambahan fungsi dalam desain konseptual dari jembatan selat sunda ini sebagai berikut: Tabel 2 Penambahan fungsi pada Jembatan Selat Sunda Fungsi yang ditambahkan
Keuntungan yang diharapkan Menghasilkan listrik Langkah
Tidal Power Plants
baru
dalam
mengimplementasikan
energi
terbarukan Efisiensi sumber daya alam Bebas polusi Menghasilkan listrik
Wind Power Plants
Mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi tradisional
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Fungsi yang ditambahkan
Keuntungan yang diharapkan Bebas polusi Memperlancar distribusi minyak dan
Oil
Pipelines
and
Gas gas
Distribution Integration
Efisiensi biaya Mempermudah akses Memperlancar sistem komunikasi dan
Fiber Optic Integration
informasi Efisiensi biaya Mempermudah akses Menarik turis domestik dan turis
Tourism Development
pendatang Membuat lapangan pekerjaan baru Menambah nilai ekonomi regional Pengembangan industri perikanan
Development Along Sunda Stait
Pembangkit listrik Industri manufaktur
Sumber: Conceptual Design of Sunda Strait Bridge Using Value Engineering Method, Berawi, M.A, Miraj, P, Gunawan & Husin, A.E, 2012 Secara teknis, bentuk dari Jembatan Selat Sunda (JSS) ini akan memakai jembatan gantung generasi ketiga untuk tipe jembatan gantungnya. Selain itu, secara konstruksi terhadap fungsi-fungsinya, hampir serupa dengan jembatan messina di Italia. Jembatan Selat Sunda (JSS) berbasis VE ini memiliki fungsi 6 jalur jalan tol, 2 jalur rel kereta api, 2 jalur servis dan emergency, serta 2 jalur untuk pejalan kaki diatasnya, sedangkan terdapat 2 jalur hanging train dibagian bawahnya. Untuk bagian pylon dari Jembatan Selat Sunda (JSS) ini akan terdapat tidal turbine yang berfungsi sebagai penghasil energi. Disamping jalur hanging train akan terdapat lintasan perpipaan yang akan membawa hasil minyak serta fiber optic menyebrangi selat sunda. Selain itu, dibagian atas jembatan juga terdapat wind turbine(Gunawan, 2013). Berikut merupakan potongan penampang melintang JSS berbasis value engineering.
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Gambar 1 Penampang melintang JSS pengembangan fungsi Sumber: Gunawan, 2013
1. Wind Energy Penggunaan angin sebagai salah satu sumber energy telah dilakukan selama ratusan tahun. Pada tahun 1970an penggunaan energy angin ini mulai mendunia. Kenaikan harga minyak dan anggaran penelitian yang besar pada penelitian untuk penggunaan energy alternatif di jerman, Denmark dan amerika ikut mempengaruhi juga. Tetapi pada tahun 1980an insentif untuk penelitian di Negara Amerika tidak sebesar sebelumnya. Sehingga pada masa itu, eropa jauh lebih maju dalam hal teknologi di bidang wind energy. Pemanfaatan Jembatan selat sunda yang terletak di daerah laut sebagai tempat penyimpanan wind turbin akan sangat menguntungkan. Karena selain akan menghemat biaya pondasi, kecepatan angin di daerah laut juga relative tinggi. Sehingga energy yang dihasilkan akan lebih besar. Dengan panjang jembatan sekitar 29 Km, turbin akan dibuat sepanjang jembatan dengan jarak antar turbin adalah 50 meter. Sehingga akan dibutuhkan sekitar 1160 Unit wind turbine. Tiap unit memiliki daya 400 watt. Pemilihan unit disesuaikan dengan ukuran dan design yang sesuai dengan standar safety untuk jalan raya. Sedangkan turbin yang digunakan berjenis vertikal. Dari hasil perhitungan secara teoritis potensi wind energy dengan sekema tersebut akan menghasilkan daya sekitar 846.800 KwH 2. Tidal Energy Tidal energy dihasilkan dari gaya tarik gravitasi matahari dan bulan. Arah aliran pasang surut bergerak dua arah dan saling berbalik empat kali dalam sehari. Alat konversi energi pasang surut ini merupakan sesuatu yang sangat umum di dua benua ( Eropa dan
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Amerika ). Turbin tidal ini mirip seperti halnya turbin pada pembangkit listrik tenaga angin. Hanya saja air memiliki tingkat kerapatan energy yang lebih tinggi. (Ocean Energy Technology Overview, 2009) Pemasangan alat tidal energy ini dengan cara ditenggelamkan. Karena kerapatan air mencapai 800 kali lipat kerapatan udara, maka energy yang dihasilkan akan jauh lebih besar dari pada tenaga angin. Dalam skala global, gelombang adalah tonjolan yang berirama di dalam level lautan yang bergerak melintasi bola dunia setiap 24 jam dan 50 menit. Tonjolan yang dekat dengan daratan ini , berubah sesuai dengan amplitudonya dengan penurunan kedalaman dan anomali-anomali dasar laut. Dalam kondisi ekstrim, ukuran tidal berukuran 6 inch dan bahkan 60 feet. Daya yang tersedia (per unit area) di suatu lokasi yang spesifik adalah fungsi kuadrat dari tidal, sehingga ukuran gelombang yang besar, adalah daerah yang paling baik untuk menghasilkan daya yang besar pula ( Tidal Power Energy, Department of Technology and Built Environment, University of Galve 2008 ) Pemasangan turbin menggunakan jenis davis. Pengembangnya adalah Blue Energy dari Kanada.
Type ini merupakan pengembangan dari vertical turbine yang telah
dikembangkan selama bertahun-tahun oleh perusahaan tersebut. Berdasarkan konsep yang ditawarkan oleh blue energy, diameter turbin yang digunakan adalah 10 meter dengan tinggi 10 meter. Turbin tersebut akan disusun tiga tingkat. Tiap tingkat akan dilengkapi dengan generator untuk merubah energi kinetik dari turbin menjadi energy listrik. Untuk pemisah antar turbin digunakan beton dengan ketebalan 2,5 meter. Beton tersebut selain berfungsi untuk pemisah, juga berfungsi untuk mempersempit arah aliran air. Cara seperti itu akan meningkatkan kecepatan aliran air. Dari hasil perhitungan secara teoritis potensi tidal energy dengan sekema tersebut akan menghasilkan daya sekitar 1.206.777.600
KwH. Untuk
perhitungan Revenue dilakukan melalui penjualan energy listrik dari Tidal Energy dan Wind Energy. Berdasarkan Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2012 disebutkan bahwa Harga Pembelian tenaga listrik untuk energy terbarukan adalah sekitar Rp. 1004 / kWh x F. dimana nilai F ini bervariasi tergantung daerah yang bersangkutan. Nilai F tersebut adalah : a. Wilayah Jawa dan Bali, F = 1 b. Wilayah Sumatera dan Sulawesi, F = 1,2 c. Wilayah Maluku dan Papua, F = 1,5 3. Pipa Minyak dan Gas
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Pipa minyak yang dibangun akan menghubungkan dua buah depot minyak dan gas antara pulau Jawa dan Sumatera. Kedua pipa tersebut akan menjadi alternatif untuk proses distribusi minyak di kedua pulau. Nantinya, pipa minyak tersebut berada tepat pada fisik jembatan.
Metode Penelitian Berdasarkan teori metode penelitian yang diperlihatkan pada tabel di atas, maka strategi penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah strategi metode survey. Metode survey adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur, dan sebagainya (Sugiyono, 2009). Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka akan digunakan suatu penelitian yang menerapkan strategi penelitian survey dan study kasus lalu melakukan simulasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan benchmarking serta penerapan rekayasa nilai dalam design konseptual Jembatan Selat Sunda dan pengumpulan data sekunder baik melalui interview pakar maupun data dari badan/lembaga tertentu
Untuk data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari deep interview dengan berbagai pakar. Berikut penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 3 Jenis Data Dalam Penelitian
No.
Data Primer
Data Sekunder
1.
Efesiensi Tidal Energy dan Wind Energy
Spesifikasi dan bentuk fisik jembatan
2. 3. 4. 5.
Kecepatan Angin di Selat Sunda Kecepatan Arus di Selat Sunda Design spesifikasi Wind Energy Design Spesifikais Tidal Energy Sumber : Olahan Sendiri
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Deep Interview atau wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan informan terlibat
dalam
kehidupan
sosial
yang
relatif
lama.
Keunggulannya
ialah
memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancari sangat diperlukan (digilib.unila.ac.id). Wawancara dengan type pertanyaan dilakukan untuk mendapatkan beberapa data primer dan sekunder serta sebagai second opinion hasil benchmarking yang didapat. Berikut adalah narasumber yang dijadikan sebagai pakar Tabel 4 Narasumber pakar No. 1.
Nama Pakar
Keterangan
Prof.Dr. Ir. Nandy Poetra, Dosen Departemen Teknik Mesin M.Eng
Universitas
Indonesia,
Manajer
Fasilitas
Fakultas
Teknik,
Universitas Indonesia. Merupakan salah satu Profesor yang ahli di bidang konversi energy. 2.
Prof.Dr.Ir.Widodo Purwanto,DEA
Wahyu Guru Besar Departemen Teknik Kimia, Kepala Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Sumber : Olahan Sendiri Setelah perhitungan selesai,
dilakukan klarifikasi dan validasi hasil
perhitungan dengan para pakar/responden. asumsi perhitungan (Disconte rate, Inflasi) dan hasil analisis LCC (IRR dan NPV). FGD ini dilaksanrimer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan seumber yang tidak langsung memberikan data kerpada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen ( Sugiyono, 2009).
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Untuk data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari deep interview dengan berbagai pakar. Berikut penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini : Tabel 5 Jenis Data Dalam Penelitian
No.
Data Primer
Data Sekunder
1.
Efesiensi Tidal Energy dan Wind Energy
Spesifikasi dan bentuk fisik jembatan
2. 3. 4. 5.
Kecepatan Angin di Selat Sunda Kecepatan Arus di Selat Sunda Design spesifikasi Wind Energy Design Spesifikais Tidal Energy Sumber : Olahan Sendiri Tahapan penelitian merupakan langkah terstruktur yang dilakukan oleh penulis
dalam rangka mendapatkan data untuk prooses penelitian.Adapun kerangka penelitian yang digunakan adalah : 1. Design konseptual Jembatan Selat Sunda (JSS) didapat dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gunnawan, 2012. Pada penelitian tersebut, dilakukan
identifikasi
mengenai
penerapan
rekayasa
nilai
(Value
Engineering) pada jembatan selat sunda 2. Dari hasil penerapan rekayasa nilai kedalam design konseptual Jembatan Selat Sunda tersebut, didapat beberapa alternatif penambahan fungsi yang akan ditambahkan ke dalam fisik jembatan. Alternatif tersebut antara lain penambahan infrastruktur energy, serta hanging train yang akan terintegrasi dengan fungsi yang lain berupa kawasan pariwisata di pulau sangiang. 3. Penulis memilih penambahan fungsi berupa pembangunan infrastruktur energi yang akan digunakan sebagai topik skripsi. Dari topic tersebut, penulis mulai melakukan identifikasi infrastruktur energy apa saja yang dapat diintegrasikan kedalam fisik jembatan secara langsung. Penambahan tersebut diambil dengan pertimbangan serta persyaratan tertentu. 4. Langkah selanjutnya adalah menentukan komponen-komponen infrastruktur energy yang nantinya akan diintegrasikan kedalam fisik jembatan. Penambahan komponen tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
seperti benchmarking pada projek sejenis serta beberapa penelitian mengenai feasibility study penambahan infrastruktur energy yang bersangkutan. 5. Setelah komponen infrastruktur energy ditentukan, selanjutnya dilakukan identifikasi material serta teknologi yang digunakan. Komponen-komponen tersebut didapat dari study literature serta benchmarking dari berbagai macam proyek baik yang sudah ada maupun yang berupa konseptual design. 6. Dari survey material yang dilakukan, akan didapat besarnya pembiayaan yang diperlukan untuk membangun infrastruktur energy tersebut. Besarnya pembiayaan tersebut akan menjadi nilai initial investment yang diperlukan untuk proses perhitungan Life Cycle Cost 7. Untuk mendapatkan second opinion penulis melakukan interview kepada para pakar untuk mengetahui serta mencari tahu tentang kemungkinan penerapan serta besarnya potensi dari penerapan infrastruktur energy. Dari interview kepada pakar tersebut, didapat identifikasi uji kelayakan berupa besarnya energy
yang dihasilkan dari setiap infrastruktur energy yang dihasilkan,
efisiensi, serta hal-hal teknis mengenai integrasi wind dan tidal energy kedalam jembatan. 8. Dari besarnya energy yang dihasilkan tersebut, akan dihitung keuntungan secara ekonomi. Nilai keuntungan tersebut yang akan menjadi dasar perhitungan annual revenue. 9. Setelah
nilai initial investment serta annual revenue didapat, dilakukan
perhitungan tingkat pengembalian dengan menggunakan berbagai parameter (Rate of Return,Net Present Value dan Benefit/Cost Ratio ) dari pembangunan infrastruktur energy di sepanjang jembatan selat sunda dengan kaidah Life Cycle Cost. 10. Setelah nilai LCC didapat, dilakukan identifikasi untuk mengetahui projek tersebut layak secara financial atau tidak. Jika layak, maka projek teesebut dapat dieksekusi, sementara apabila tidak layak, maka projek tersebut tidak bisa dieksekusi. Dari kesimpulan tersebut, dibuat saran tentang pembangunan infrastruktur energi tersebut. 11. Sedangkan untuk asumsi perhitungan (Disconte rate, Inflasi) dan hasil analisis LCC (IRR,B/C dan NPV) dilakukan klarifikasi dengan para pakar dari bidang ilmu ekonomi untuk memvalidasi dan mengoreksi perhitungan tersebut ditinjau dari sudut pandang ekonomi, diantaranya :
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
a. Rusan Nasrudin, S.E., MIDEC Dosen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia b. Nurul Husnah, S.E., M.S.Ak Dosen Manajemen Akuntansi dan Biaya Fakultas Ekonomi Universtitas Indonesia Hasil Penelitian Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : 1. Jenis infrastruktur energy yang dapat diintegrasikan kedalam design konseptual jembatan selat sunda yaitu wind energy pada scenario kedua (tarif listrik Rp.1000,4) dan scenario ketiga (tarif listrik Rp.4000), tidal energy pada scenario pertama (tarif listrik Rp.415), scenario kedua (tarif listrik Rp.1000,4) dan scenario ketiga (tarif listrik Rp.4000) serta pipa minyak & gas pada scenario pertama (tarif listrik Rp.415), scenario kedua (tarif listrik Rp.1000,4) dan scenario ketiga (tarif listrik Rp.4000). 2. Nilai parameter NPV,IRR dan B/C untuk infrastruktur energy adalah : a) Untuk Tidal Energy adalah sebagai berikut : i.
Skenario pertama (Harga Listrik Rp.410 / kWh), nilai NPVnya Rp2.379.812.200, Internal Rate of Return 8,77%, dan B/C Analysis 35,93
ii.
Skenario kedua (Harga Listrik Rp.1000,4/kWh), nilai NPVnya Rp14.527.170.756, Internal Rate of Return 15,63%, dan B/C Analysis 38,09
iii.
Skenario ketiga (Harga Listrik Rp.4000/kWh), nilai NPVnya Rp76.243.323.747, Internal Rate of Return 34,02%, dan B/C Analysis 49,03%
2) Untuk Wind Energy adalah sebagai berikut : i.
Skenario pertama (Harga Listrik Rp.410 / kWh), nilai NPVnya (-Rp4.756.535.256,20), Internal Rate of Return 0,60%, dan B/C Analysis 0,52
ii.
Skenario kedua (Harga Listrik Rp.1000,4/kWh), nilai NPVnya, Internal Rp5.955.174.894,05 Rate of Return 12,61%, dan B/C Analysis 1,6
iii.
Skenario
ketiga
(Harga
Listrik
Rp.4000/kWh),
nilai
NPV
Rp62.025.505.328,53, Internal Rate of Return 34,02%, dan B/C Analysis 7,41 3) Untuk pipa minyak adalah sebagai berikut : i.
Skenario pertama (pasokan minyak sesuai dengan dengan design),
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
nilai NPVnya Rp1.918.218.678,69, Internal Rate of Return 23,39, dan B/C Analysis 2,08 ii.
Skenario kedua (pasokan minyak menurun 25% dari design), nilai NPVnya Rp1.918.218.678,69, Internal Rate of Return 13,39% dan B/C Analysis 2,08
4) Untuk Nilai parameter NPV,IRR dan B/C untuk pipa gas adalah sebagai berikut: i.
Skenario pertama (pasokan gas sesuai dengan dengan design), nilai NPVnya Rp. Rp5.847.004.158,84, Internal Rate of Return 23,66% dan B/C Analysis 4,55
ii.
Skenario kedua (pasokan gas menurun 25% dari design), nilai
NPVnya
Rp4.047.394.438,518, Internal Rate of Return 18,10% dan B/C Analysis 3,41
Daftar Pustaka Berawi, M.A.,et al. 2012. Conceptual Design of Sunda Strait Bridge Using Value Engineering Method. A proceeding at International Conference on Value Engineering and Management (ICVEM) Devine Tarbell & Associates, INC. 2008. Review of Marine Technolgies and Canada’s R & D capacity. Toronto. Self Published. digilib.unila.ac.id/357/4/04_Bab_3_METODE_PENELITIAN.pdf diakses pada 20 Juni 2013 Federal Energy Management Program. 2009. Ocean Energy Technology Overview. U.S Department of Energy. Fuller, Sieglinde and R.Petersen, Stephen. 1996. Life Cycle Costing Manual. Washington : National Institute of Standard and Technology Handbook Gunawan. 2013. Peningkatan Nilai Tambah Proyek Infrastruktur Melalui Pendekatan Value Engineering (Studi Kasus Jembatan Selat Sunda). http://business.financialpost.com diakses pada Januari 2013. Jain, Pramod. 2011. Wind Energy Engineering. Washington : Mc Graw Hill. Kyozuka, Yusaku dan Gunji, Tomohiro. 2005. Tidal Current Power Generation by Making Use of A Bridge Pier. The 2nd Joint Japan/Korea Workshop on Marine Engineering 2005.
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Laberge, Norman. Half-Moon Cove Tidal Power Facility Eatsport and Ferry, Maine. 2011. Tidewalker Associates. Parsons Brinckerhoff Ltd. 2008. Analysis Of Options For Tidal Power Development In The Severn Estuary. London. self published. Pendekatan Value Engineering (Studi Kasus Jembatan Selat Sunda). Depok. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PLN (Persero) Dari Energi Terbarukan Skala Kecil dan Menengah Atau Kelebihan Tenaga Listrik. Jakarta : Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Polagye, Brian2006. System Level Design, Performance, Cost and Economic Assessment Knik Arm Alaska Tidal In Stream Power Plant. EPRI R.A. McAdam1, G.T. Houlsby, M.L.G. Oldfield and M.D. McCulloch. 2009. Experimental Testing of the Transverse Horizontal Axis Water Turbine. Proceedings of the 8th European Wave and Tidal Energy Conference, Uppsala, Sweden, 2009. Ray, Richard at al. A Brief Overview of Tides In The Indonesian Sea Oceanography Vol.18, No.4, December 2005.ASCE : USA Satyadharma, Aziz. 2009. Tidal Energy Resources Assessment In Indonesia : A Case Study In Alas Strait. Southampron : University of Southampton Sekretariat Timnas Persiapan Pembangunan Jembatan Selat Sunda. 2011. Rencan Pembangunan Jembatan Selat Sunda. Kementrian Pekerjaan Umum Sidhi, Poernomo. 2010. Segera Bangun Jembatan Selat Sunda. Statens Vegvesen. 2012. Technology Survey for Renewable Energy Integrated to Bridge Construction : Wind Solar Wave and Tidal. Norwegian Public Roads Administration. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Susantono, B (2009), Pengelolaan Resiko Fiskal Dukungan Pemerintah Pada Proyek Infrastruktur, Seminar Infrastructure Development Options For Indonesia, Outlook And Strategy For 2009 U.S. Department of Energy. 2009. Ocean Energy Technology . Wahyu P., Widodo dan Rasyid, Aly. 2005. Optimisasi Jaringan Transmisi Gas Bumi Untuk Kebutuhan di Pulau Jawa. Dalam Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardjo 2005. Wahyu P., Widodo. 2006. Indonesia Energy : Outlook & Statistic 2006. Depok : Pengkajian Energi Universitas Indonesia. Yin, P.D. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta ; Rajawali Press.
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013
Zayed M, Tarek at al..2002. Life Cycle Cost Based Maintenance Plan for Steel Bridge Protection Systems. Journal of Performance of Construction Facilities vol.57. .ASCE : USA Zhang Yingchun, Novick, David A. Life Cycle Cost Analisis of Bridges and Tunnels. Vol.18, No.5, December 2009.ASCE : USA
Analisis Life..., Farid, FT UI, 2013