Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENGEVALUASI KINERJA PT HOTEL SAHID JAYA INTERNATIONAL Tbk Kartika Yuliantari Program Studi Sekretaris ASM BSI Jakarta E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The financial report is a data that could provide an overview and information on the financial condition of a company at a particular time. In addition to analyze financial statements can be known to the company's financial achievement from year to year and can be used to assess the company. This study was conducted to determine how the performance of PT Hotel Sahid Jaya International, Tbk to see the development of the liquidity ratio, solvency/ leverage, profitability, and activity in 2010-2014. The method used in this research is descriptive method. The analysis is used to analyze the financial statements in the development of the liquidity ratio, solvency/ leverage, profitability, and activity in 2010-2014. The results showed that the performance of PT Hotel Sahid Jaya International, Tbk still needed to optimize its performance, and it affected one of them in addition to the economic conditions which is also government policy. Keywords: Analysis, Evaluation, Financial Statement, Performance I. PENDAHULUAN
Indonesia masih menjadi tujuan pariwisata wisatawan domestik dan luar negeri sehingga semakin memajukan area industri pariwisata, di tengah pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang memberikan katalis wisatawan mancanegara untuk berwisata ke Indonesia.Di tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia hingga akhir tahun 2014 sebanyak 9,3 juta wisman, atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,1 persen dibanding tahun 2013 sebanyak 8,6 juta wisman. Tentu saja hal inipun menjadi tantangan bagi industri perhotelan untuk menjadi tempat singgah dan menginap bagi wisatawan asing, ditengah semakin maraknya pembangunan hotel-hotel baru baik dari pengusaha dalam negeri atau luar negeri. Pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, yaitu mulai 1 Desember 2014, pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pembatasan Kegiatan Pertemuan atau Rapat di Luar Kantor. Dampak dari surat edaran tersebut okupansi hotel yang tadinya 70 persen - 80 persen drop menjadi 30 persen - 40 persen. Hal ini sangat berdampak kurang baik bagi industri perhotelan karena kebijakan pemerintah tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan pendapatan pada sebagian besar industri perhotelan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Industri perhotelan harus lebih
124
mandiri dan lebih kreatif dalam menjalankan bisnisnya. Kondisi tersebut yang membuat PT Hotel Sahid Jaya International Tbk senantiasa terus berbenah, dengan menjalankan strategi dan kebijakan di berbagai bidang, seperti di bidang marketing, keuangan, sumber daya manusia, dan corporate social responsibility yang diharapkan dapat berpengaruh pada peningkatan kinerja. Menilai kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkannya dari waktu ke waktu. Kinerja masa lalu dapat menjadi indikator yang baik mengenai kinerja di masa yang akan datang. Salah satu cara untuk menilai kinerja adalah dengan melihat kondisi keuangannya dari tahun ke tahun. Penilaian kondisi keuangan dan perkembangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang berguna bagi perencanaan dan pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka panjang menyangkut masalah efektifitas dan pemanfaatan modal, efisiensi serta rentabilitas dari kegitan perusahaan. PT Hotel Sahid Jaya International, Tbk (SHID) berdiri pada tahun 1969, dan memiliki pengalaman yang kaya dan panjang di industri hotel dan pariwisata. Pada tahun 1970, Perseroan membangun Grand Sahid Hotel, sebuah hotel bintang lima berlokasi di Jalan Jendral Sudirman, salah satu jalan tersibuk di Jakarta sangat cocok untuk menilai kinerjanya dengan menganalisis tingkat likuiditas, aktivitas, solvabilitas, provitabilitas dan aktivitas.
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
1. Rasio Likuiditas, digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Yadiati (2007:4), laporan mengukur kemampuan perusahaan untuk keuangan (financial statements) adalah melunasi hutang-hutang jangka pendek yang “informasi keuangan yang disajikan dan segera jatuh tempo, rasio ini terbagi atas: disiapkan oleh manajemen dari suatu a. Current Ratio, merupakan rasio yang perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, mengukur kemampuan perusahaan untuk yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu membayar kewajiban jangka pendeknya kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat yang segera jatuh tempo (current pertanggungjawaban dan komunikasi liabilities) dengan aktiva lancarnya manajemen kepada pihak-pihak yang (current asset) membutuhkannya”. b. Quick Ratio, merupakan rasio yang Untuk mengetahui posisi keuangan suatu mengukur kemampuan perusahaan ntuk perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai membayar kewajiban jangka pendeknya oleh perusahaan perlu adanya analisis terhadap yang segera jatuh tempo (current laporan keuangan dari perusahaan yang liabilities) dengan aktiva lancarnya bersangkutan. Menurut Hanafi (2005:5), “suatu (current asset) yang benar-benar likuid. analisis laporan keuangan perusahaan pada Persediaan (inventory) dikeluarkan dari dasarnya karena ingin mengetahui tingkat aktiva lancar karena membutuhkan profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko waktu untuk berubah menjadi kas. atau tingkat kesehatan suatu perusahaan”. c. Cash Ratio,mengukur kemampuan Riyanto (2011:25). kinerja keuangan perusahaan membayar utang lancarnya didefinisikan sebagai “prestasi manajemen dengan kas atau setara kas. dalam hal ini manajemen keuangan dalam Perusahaan-perusahaan yang dikategorikan mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan memiliki tingkat likuditas yang tinggi sering keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. disebut dengan likuid, sedangkan perusahaan Kinerja keuangan” diukur dengan data yang likuiditasnya rendah sering disebut fundamental perusahaan yaitu data yang berasal illikuid. Pengukuran terhadap rasio ini dari laporan keuangan dengan menggunakan terdapat pada tabel 1. rasio likuiditas, solvabilitas (leverage), aktivitas dan profitabilitas. Menurut Sawir (2010:8) Analisis yang dipergunakan dalam menganalisa laporan keuangan adalah: Tabel 1. Rasio Likuiditas Jenis Rasio
Rumus Current Asset (Aktiva lancar) Current Liability (Utang lancar
Current Ratio
Quick Ratio
Current Asset(AL)–Inventory (Persediaan) Current Liability (Utang lancar
Cash Ratio
Cash+ Marketable Securities (Setara Kas) Current Liability (Utang lancar)
Sumber: Sawir (2010:8) 2. Rasio Solvabilitas (Leverage) Rasio Solvabilitas/Leverage merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jika pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau
dibubarkan. Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya seberapa besar beban utang yang ditanggung
125
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Rasio ini terbagi atas: 1. Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt to Assets Ratio), rasio ini menunjukkan seberapa besar dari 2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt To Equity Ratio/DER), digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas sehingga rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjaman (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
keseluruhan aktiva perusahaan yang dibelanjai oleh utang atau seberapa besar proporsi antara kewajiban yang dimiliki dengan kekayaan yang dimiliki. Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas yang cukup tinggi sering disebut dengan solvabel dan kebalikannya disebut insolvabel. Pengukuran terhadap rasio ini dirumuskan seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Rasio Solvabilitas (Leverage) Jenis Rasio
Rumus
Debt to Assets Ratio
Total Debt (Total Utang) Total Activa (Total Aktiva)
Debt To Equity Ratio/DER
Total Debt (Total Utang) Total Equity (Total Ekuitas)
Sumber:Sawir(2010:10) 3. Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya. a. Gross Profit Margin, mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiesi. b. Net Profit Margin (Profit Margin on Sales), mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
c. Return on Asset (ROA), menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari aktiva. d. Return on Equity (ROE), sejauh mana perusahaan mengelola modal secara efektif, diperoleh dengan membandingkan laba bersih dengan modal yang dimiliki perusahaan. Pengukuran terhadap rasio ini terlihat pada tabel 3. Rasio ini menggambarkan kemampulabaan perusahaan terhadap kegiatan-kegiatan operasionalnya
Tabel 3. Rasio Profitabilitas Jenis Rasio
Rumus
Gross Profit Margin
Sales Cost of Goods Sold (Laba Kotor) Sales (Penjualan)
Net Profit Margin
Net income Sales (Penjualan)
Return on Asset (ROA)
Net Income Total Assets
Return on Equity (ROE) Sumber: Sawir (2010:13)
126
Net Income Total Equity
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola sumber dayanya. Total Asset Turnover, merupakan efektifitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau
menggambarkan berapa rupiah penjualan yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Pengukuran terhadap rasio ini seperti pada tabel 4
Tabel 4. Total Asset Turover Jenis Rasio
Rumus
Total Asset Turover
Sales (Penjualan) Total Asset (Total Aktiva)
Sumber: Sawir (2010:15)
III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang mengukur seberapa besar tingkat kinerja keuangan yang dihasilkan dari pengukuran rasio keuangan. Sampel dalam penelitian ini adalah data per tahun dari laporan keuangan PT Hotel Sahid Jaya International Tbk selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010-2014. Untuk selanjutnya dilakukan pengukuran rasio keuangan dengan cara membandingkan item atau sub item yang ada di laporan keuangan tersebut sehingga menghasilkan kinerja keuangan sesuai dengan ketentuan perumusannya. Penelirtian ini juga mensyaratkan proses pengumpulan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisanya sehingga dapat memberikan perbandingan yang cukup jelas mengenei objek yang diteliti kemudian dapat diambil kesimpulan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap hasil pengukuran rasio-rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan PT Hotel Sahid Jaya International Tbk selama tahun 2010-2014. Hasil perhitungan terhadap rasio lukuditas tersaji pada tabel 5, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo.
Berdasarkan nilai-nilai curret ratio terlihat bahwa posisi perusahaan berada dalam tingkat likuiditas yang tinggi atau likuid. Ini ditujjukan dari nilai CR > 1, nilai tersebut menggambarkan bahwa seluruh harta lancar yang dimilliki oleh perusahaan dianggap mampu untuk melunasi seluruh hutang yang segera jatuh tempo dalam jangka pendek. Perlu dicermati walaupun nilai CR > 1, namun nilai ini terlihat flultuatif dari tahun ke tahun, bahkan pada tahun 2012-2013 nilai CR mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penambahan hutang jangka pendek secara signifikan yang menyebabkan kinerja likuiditas selama 2012-2013 mengalami penurunan. Pengaruh dari nilai inventory ternyata masih mampu membantu perusahaan sehingga menghasilkan nilai likuiditas yang baik, namu perlu disadari bahwa inventory merupakan jenis aktiva yang kurang likuid. Hal ini dikarenakan untuk merubah nilai inventory menjadi uang tunai (kas) membutuhkan waktu yang lama, terkadang melalui proses penjualan yang dapat menimbulkan piutang. Untuk itu, agar perusahaan memiliki gambaran kinerja keuangan yang sebenarmya dari tingkat likuiditas maka inventory haruslah dikeluarkan dari perhitungan rasio sehingga menghasilkan rasio baru yaitu quick ratio (QR).
127
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
Tabel 5. Pengukuran current ratio dan quick ratio
Tahun
Current Asset
Inventory
Current Liability
CR
QR
2010
139.071.289.774
111.492.413.204
135.630.937.090
1,03
0,20
2011
160.577.680.840
100.434.711.484
134.442.104.741
1,19
0,45
2012
183.007.715.203
100.502.135.999
1,63
0,73
2013
195.921.083.223
100.675.180.048
155.838.245.103
1,26
0,61
2014
181.041.286.547
100.770.097.668
147.863.434.630
1,22
0,54
112.359.561.300
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Jika dilihat dari nilai-nilai QR selama 2010-2014, maka dapat dikatakan bahwa kinerja likuiditas perusahaan dikategorikan buruk karena nilai dari QR < 1. Pengukuran ini memberikan gambaran yang yang sebenarnya tentang kinerja likuiditas perusahaan. Pengukuran kinerja likuiditas lainnya yaitu dengan melihat nilai dari cash ratio yaitu perbandingan antara seluruh uang tunai beserta surat-surat berharga jangka pendek dengan
hutang yang segera jatuh tempo (lihat tabel 6). Hasil pengukuran diperoleh nilai cash ratio secara keseluruhan berada dibawah nilai 1 atau kurang dari 50%. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan uang tunai yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk membayar keseluruhan hutang yang akan jatuh tempo, sehingga dapat disimpulkan kondisi kinerja perusahaan dilihat dari pengukuran cash ratio kurang baik.
Tabel 6. Pengukuran Cash Ratio Tahun
Cash
Marketable Securities
Current Liability
Cash Ratio
2010
6.839.829.497
0
135.630.937.090
0,05
2011
14.929.726.112
0
134.442.104.741
0,11
2012
31.777.006.072
0
2013
31.122.768.100
0
155.838.245.103
0,20
2014
15.175.798.335
0
147.863.434.630
0,10
112.359.561.300
0,28
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Dari keseluruhan kinerja likuiditas Current Ratio, Quick ratio dan Cash Ratio selama 2010 hingga 2014 dapat dikatakan perusahaan masih dikategorikan likuid, namun nilai kinerja mengalami kenaikan dan penurunan. Biasanya kenaikan terjadi jika terdapat unsur dari aktiva lancar yang bertambah sedangkan penurunan disebabkan jumlah penambahan hutang lancar tidak sebanding dengan aktiva lancarnya dan diperparah lagi dengankebijakan dari pemerintah tahun 2014 yang membuat kebijakan Pembatasan Kegiatan Pertemuan
128
atau Rapat di Luar Kantor. Dampak dari surat edaran tersebut okupansi hotel yang tadinya 70% - 80% turun menjadi 30% - 40%. Hal ini tentunya sangat berdampak kurang baik bagi industri perhotelan karena kebijakan pemerintah tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan pendapatan pada sebagian besar industri perhotelan. Pengukuran kinerja keuangan selanjutnya yaitu pada tingkat sovabilitas, yang tercermin dari nilai debt to asset ratio (DAR) seperti terlihat pada tabel 7. Pengukuran tingkat solvabilitas diperoleh dengan
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
membandingkan antara total hutang (total debt) dengan total aktiva (total asset), sehingga
kinerja perusahaan dapat dikatakan solvabel atau tidak berdasarkan hasil pengukurannya.
Tabel 7. Pengukuran Debt to Activa Ratio Thn
Total Debt
Total Activa
DAR
2010
307.243.745.331
619.069.349.010
49,63%
2011
327.167.548.598
1.236.647.083.759
26,46%
2012
382.113.208.390
1.304.365.923.712
29,29%
2013
513.301.098.446
1.442.622.700.965
35,58%
2014
493.859.414.085
1.434.881.838.925
34,42%
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 tersebut, terlihat niali DAR yang fluktuatif dimana selama dua tahun terakhir yaitu ditahun 2011 dan 2012 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya penambahan terhadap total hutang yang dibarengi pula dengam kenaikan aktiva. Kenaikan terjadi kembali ditahun 2013 dan 2014 dari tahun sebelumnya. Secara umum kinerja solvabilitas perusahaan dapat dikatakan baik jika nilai DAR < 50%, sehingga dapat dikatakan keseluruhan nilai DAR selama tahun 2010-2014 dapat dikatakan baik (solvabel), walaupun nilai tiap tahunnya berfluktuatif
(naik-turun). Analisis terhadap nilai DAR mengindikasikan besarnya pembiayaan yang berasal dari hutang. semakin tinggi nilai DAR maka semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap hutang. Pengukuran kinerja keuangan selanjutnya adalah debt to equity ratio (DER), yang menilai seberapa besar modal yang dimiliki oleh perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi rasio DER mengindikasikan bahwa investasi modal perusahaan seluruhnya berasal dari pinjaman, yang mengakibatkan perusahaan memiliki resiko bisnis yang besar pula.
Tabel 8. Debt to Equity Ratio Tahun
Total Debt
Total Equity
DER
2010
307.243.745.331
619.069.349.010
49,63%
2011
327.167.548.598
1.236.647.083.759
26,46%
2012
382.113.208.390
1.304.365.923.712
29,29%
2013
513.301.098.446
929.321.602.519
55,23%
2014
493.859.414.085
941.022.424.840
52,48%
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Berdasarkan nilai perhitungan DER pada tabel 8, terlihat bahwa pada tahun 2013 dan 2014 angka DER menunjukkan nilai > 50%, artinya bahwa pembiayaan terhadap investasi yang dibiayai oleh hutang meningkat. Artinya selama dua tahun tersebut terjadi peningkatan jumlah pinjaman perusahaan kepada pihak lain.
Tahun 2010 ke 2011 PT Hotel Sahid Jaya International Tbk, menunjukkan kinerja yang baik karena Debt Rationya berkurang karena bertambahnya hutang diimbangi dengan kenaikan yang significant kekayaan maupun modal yang dipunyainya. Namun, kinerja sudah baik itu tidak bisa dipertahankan karena terjadi peningkatan solvabilitas dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 karena peningkatan
129
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
aktiva maupun modal tidak bisa mengimbangi peningkatan utang yang ada. Namun, tahun 2013 ke 2014 solvabilitas mengalami penurunan, bukan berarti kinerja semakin baik tetapi karena kebijakan pemerintah tahun 2014
menyebabkan terjadinya penurunan aktiva maupun modal yang dimiliki, meskipun PT Hotel Sahid Jaya International Tbk mampu membayar atau menjamin seluruh hutangnya dengan menggunakan semua kekayaan maupun modal yang dimiliki.
Tabel 9. Gross Profit Margin dan Net Profit Margin
Tahun
Sales Cost of Goods Sold
Net Income
Sales
GPM
NPM
2010
77.687.913.576
17.916.988.306
123.982.150.821
62,66%
14,45%
2011
112.356.210.266
10.000.933.626
163.539.591.306
68,70%
6,12%
2012
127.567.204.722
12.705.730.387
179.785.562.580
70,96%
7,07%
2013
143.748.848.968
14.568.372.522
205.044.070.733
70,11%
7,10%
2014
138.849.087.292
12.276.859.627
190.877.609.261
72,74%
6,43%
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Pengukuran kinerja keuangan yang tidak kalah pentingnya adalah pengukuran kemampulabaan perusahaan, hal ini penting bagi pihak manajemen dalam mengetahui sejauhmana perusahaan mampu dalam menghasilkan laba dari setiap barang atau jasa yang dijualnya. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap nilai-nilai sales, cost of good sold dan net income diperoleh hasil GPM dan NPM PT Hotel Sahid Jaya International Tbk seperti pada tabel 9. Grafik perkembangan dari GPM menunjukkan tren yang meningkat selama lima tahun terakhir, dimana nilai rata-rata GPM berada dikisaran diatas 50%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dalam kemampulabaan perusahaan dikategorikan baik, walaupun pada tahun 2013 nilai GPM menurun 0,85%. Namun hal ini tidak
berpengaruh terhadap kinerja secara keseluruhan. Kinerja yang baik pada GPM ternyata tidak diikuti nilai NPM, yang selama lima tahun terakhir terlihat mengalami nilai yang fluktuatif rata-rata dibawah 20%. Turun naiknya nilai NPM disebabkan tingkat pertumbuhan laba bersih (net income) PT Hotel Sahid Jaya International Tbk mengalami fluktuatif pada kisaran 12-17 milyar rupiah, sementara nilai penjualan (sales) mengalami kenaikan rata-rata 10-30 persen. Analisis kinerja keuangan selanjutnya adalah tentang kemampuan perusahaan dalam memperoleh setiap keuntungan bersih dari investasinya pada seluruh aktiva dan modal yang digunakan. Pengukuran kinerja ini dapat dilihat pada nilai-nilai ROA dan ROE seperti pada tabel 10.
Tabel 10. Return on Asset (ROA) dan Return on Asset (ROE) Tahun
Net Income
Total Activa
2010
17.916.988.306
619.069.349.010
2011
10.000.933.626
2012
Total Equity
ROA
ROE
619.069.349.010
2,89%
2,89%
1.236.647.083.759
1.236.647.083.759
0,81%
0,81%
12.705.730.387
1.304.365.923.712
1.304.365.923.712
0,97%
0,97%
2013
14.568.372.522
1.442.622.700.965
929.321.602.519
1,01%
1,57%
2014
12.276.859.627
1.434.881.838.925
941.022.424.840
0,86%
1,30%
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Berdasarkan nilai ROA selama lima tahun terakhir terlihat bahwa kemampuan
130
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang berasal dari investasi seluruh aktivanya
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
masih terlalu kecil sehingga secara keseluruhan kinerjanya masih kurang bagus, hanya pada tahun 2010 PT Hotel Sahid Jaya International Tbk berhasil mencatatkan ROA sebesar 2,89%. Kisaran ROA yang ideal adalah diatas 1%. Berdasarkan kenyataan tersebut kita dapat memprediksi bahwa telah terjadi inefisiensi dalam penggunaan aktiva perusahaan.
Hal ini juga terjadi pada ROE PT Hotel Sahid Jaya International Tbk yang selama lima tahuan terakhir mengalami fluktuatif ke arah yang kurang bagus kinerjanya, walaupun demikian pada tahun 2010, 2013, dan 2014 perusahaan telah berhasil menaikkan nilai ROE pada kisaran diatas 1%.
Tabel 11. Total Asset Turnover Tahun
Sales
Total Activa
Perputaran
2010
123.982.150.821
619.069.349.010
0,20 x
2011
163.539.591.306
1.236.647.083.759
0,13 x
2012
179.785.562.580
1.304.365.923.712
0,14 x
2013
205.044.070.733
1.442.622.700.965
0,14 x
2014
190.877.609.261
1.434.881.838.925
0,13 x
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan sejumlah modal selama tahun tersebut dilakukan efektif dan mampu memberikan return dan kinerja yang cukup baik. Namun jika direratakan secara keseluruhan kinerja ROA dan ROE PT Hotel Sahid Jaya International Tbkbelumlah dikatakan baik sepenuhnya. Pengukuran kinerja keuangan yang terakhir adalah total asset turnover (TATO) yang mengukur seberapa besar seluruh aktiva PT Hotel Sahid Jaya International Tbk yang digunakan untuk menghasilkan penjualan (sales) dalam satu periode biasanya setahun. Kinerja yang baik diperoleh jika nilai TATO lebih besar dari 1. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 7 terlihat bahwa nilai TATO selama lima tahun terakhir menunjukkan angka dibawah 1. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Hotel Sahid Jaya International Tbk kurang efektif dalam mengelola aktiva guna menghasilkan penjualan perusahaan. V. PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis terhadap kinerja data-data rasio keuangan PT Hotel Sahid Jaya International Tbk dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Kemampuan kinerja PT Hotel Sahid Jaya International Tbk untuk melunasi hutang-
hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo, dilihat dari Current Ratio, Quick ratio dan Cash Ratio tetapi hal ini kurang bisa dipertahankan karena rasio likuiditas mulai mengalami penurunan disebabkan karena bertambahnya aktiva tidak bisa mengimbangi bertambahnya hutang lancar. 2. Kebijakan pemerintah tahun 2014 menyebabkan terjadinya penurunan aktiva maupun modal yang dimiliki, meskipun PT Hotel Sahid Jaya International Tbk mampu membayar atau menjamin seluruh hutangnya dengan menggunakan semua kekayaan maupun modal yang dimiliki. 3. Peningkatan kinerja PT Hotel Sahid Jaya International Tbk dalam menghasilkan laba bersih melalui penjualan, aktiva dan modal dilihat dari Net Profit Margin, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) tidak bisa dipertahankan karena tahun 2014 yang mengalami penurunan disebabkan oleh kebijakan pemerintah tahun 2014 menyebabkan berkurangnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. 4. Kinerja PT Hotel Sahid Jaya International Tbk belum efektif dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.
131
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
DAFTAR PUSTAKA Hanafi M, Muhammad dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE. Riyanto,Bambang. 2011 Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4, Yogyakarta: BPFE-UGM.
132
Sawir,
Agnes. 2010. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yadiati, Winwin. 2007. Teori Akuntansi – Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana.