ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2006 Yang menyatakan
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG NRP C45102010.1
ABSTRAK SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG. Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan MOCH. PRIHATNA SOBARI.
Perikanan tambak merupakan kegiatan pemanfaatan lahan pesisir yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat pesisir Kabupaten Serang. Zona Tirtayasa yang berada di pesisir utara Kabupaten Serang ditetapkan sebagai sentra pengembangan perikanan tambak budidaya Ikan Bandeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik usaha budidaya Ikan Bandeng, menghitung nilai land rent berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar dan menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap nilai land rent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara tiga kecamatan yang terletak di Zona Tirtayasa, Kecamatan Pontang memiliki tingkat produktivitas dan biaya produksi tertinggi, sementara Kecamatan Tanara terletak pada jarak yang paling jauh dari pasar. Berdasarkan konsep Ricardian land rent, Kecamatan Pontang memiliki nilai land rent yang tertinggi, yaitu Rp 1.571.237,00, sementara di Kecamatan Tirtayasa nilai land rent sebesar Rp 1.327.500,00 dan yang terendah adalah di Kecamatan Tanara yaitu Rp 513.000,00. Melalui analisis regresi berganda, diperoleh persamaan yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor produktifitas dan jarak. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai land rent, sementara jarak memiliki pengaruh negatif terhadap nilai land rent. Hasil analisis optimalisasi kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di masingmasing kecamatan menunjukkan bahwa, kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng yang dilakukan oleh petambak di Zona Tirtayasa sudah mendekati kondisi optimal sementara hasil analisis sensitifitas menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM mengurangi nilai land rent yang besar perubahannya dipengaruhi oleh jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Kata kunci: land rent, lahan tambak, Ikan Bandeng, kesuburan dan jarak
ABSTRACT SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG. Land Rent Analiysis of Pond Usage in Serang Region Coastal Area, Banten province. Under the direction of TRIDOYO KUSUMASTANTO , and MOCH. PRIHATNA SOBARI.
Pond fisheries is an activity whereby coastal land is used as the major of income for Serang Coastal Community. Tirtayasa Zona lies north of Serang Region and is established as the centre for pond fisheries. The major activity there, is the culture of milk fish (Bandeng). This research aim to identify the characteristic of milk fish culture, measure the land rent based on factor of fertility and distance, and to measure the effect of exogenous variabel changes to the land rent. The result shows that Subdistrict Pontang has the highest productivity and either highest production cost, while Subdistrict Tanara has the longest distance from the market. Based on Ricardian land rent concept, Subdistrict Pontang has the highest land rent that is Rp 1.571.237,00 while Subdis trict Tirtayasa assess land rent equal to Rp 1.327.500,00 and Subdistrict Tanara has the lowest land rent, that is Rp 513.000,00. Using multiple regresion analysis, obtained an equation that expressing the correllation between land rent with factor of productivity and distance. The equation shows, that productivity has a positif correllation with land rent, while distance has a negatif corellation with land rent. Result of optimalization analysis from the activity of Milk Fish culture in each subdistrict, shows that activity of Milk Fish culture practiced by farmers in Zona Tirtayasa almost reaching optimal condition. The result of sensitivity analysis , suggests that the increase of oil prices reduces the value of land rent and the magnitude of change in value of land rent is affected by the distance of the pond location from the market.
Key word: land rent, pond, Milk Fish, fertility and distance
ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN
SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul Tesis
: Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten
Nama
: Sandra Dewi Elizabet Kaunang
NRP
: C.45102010.1
Program Studi
: Ekonomi Sumberdaya Kelauatan Tropika
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto. MS Ketua
Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS Anggota
Diketahui, Ketua Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika
Dekan Sekolah Pasca Sarjana
Prof.Dr.Ir. Tridoyo Kusumastanto. MS
Prof. Dr.Ir. Syafrida Manuwoto,MSc
Tanggal Ujian : 3 Februari 2006
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT, pencipta alam semesta yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia -Nya kepada Penulis sehingga karya ilmiah yang berjudul Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten ini berhasil diselesaikan. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Prof.Dr.Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S., dan Ir. Moch. Prihatna. Sobari, M.S., atas bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada Penulis serta waktu yang telah diluangkan untuk membimbing Penulis dalam menyelesaikan studi ; Ir. Gatot Julianto, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan tesis ini; serta Guru-guru Penulis di Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika dan Departemen Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan IPB. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Staf Dinas Kelautan dan Perikanan dan BAPPEKAB Serang atas keterbukaannya selama pengumpulan data; Lembaga Pengembangan Inovasi yang telah memberikan beberapa informasi dan data tambahan selama pengumpulan data dan juga bapakbapak petambak dan pedagang pengumpul Ikan Bandeng di Kawasan Zona Tirtayasa yang telah bersedia menjadi responden. Teriring hormat dan sayang, rasa terima kasih Penulis sampaikan kepada Mama, Papa, Onal, Onya dan sikecil Aura, atas doa yang selalu mengalir serta kasih sayang dan dukungan yang selalu menjadi sumber ins pirasi bagi Penulis; seluruh keluarga besar yang ada di Sukabumi, Menado, Depok, Jakarta, dan Bali terima kasih atas kasih sayang dan doanya; dan teman-teman yang senantiansa memberikan doa, dorongan dan bantuan kepada Penulis baik secara moril dan materil. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Februari 2006
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 14 April 1979. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Yanche Kaunang dan Mia Nurmina Heriwati. Pada tahun 1997 penulis lulus dari SMUN 1 Sukabumi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis memilih Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan baik di jenjang sarjana maupun pascasarjana, penulis diberi kepercayaan untuk menjadi asisten berbagai mata kuliah antara lain Ekologi Perairan, Manajemen Keuangan, Manajemen Agribisnis Perikanan dan Statistika Dasar. Sejak menjadi mahasiswa sampai dengan sekarang, penulis aktif di beberapa organisasi antara lain Organisasi Mahasiswa TPB-IPB periode 1997/1998, Staf Departemen HIMASEPA periode 1998/1999, Anggota Pleno KNPI Kabupaten Sukabumi periode 1997/2000, Anggota HMI Komisariat Perikanan, Sekretaris 2 pengurus pusat Pitaloka AMS periode 2005/2010. Setelah lulus dari Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 2001, penulis memiliki beberapa pengalaman kerja antara lain Asisten Peneliti pada PT. CREPS (Center of Resource Economic and Policy Study) Tahun 2001-2003, Tim Market Survey PT Sepatu Bata Tahun 2004, Tenaga Ahli Sosial Ekonomi Perikanan pada PT Harkat Ekawisa Sarana Konsultan Tahun 2004 -2005 dan Technical Advisor Marginal Fishing Community Development Pilot BAPPENAS-WORLD BANK Tahun 2004 – 2005.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL..............................................................................................ix DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiii I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang ........................................................................................ 1 Perumusan Masalah ................................................................................ 3 Tujuan dan Kegunaan............................................................................. 6 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 8 2.1. Sumberdaya Lahan ................................................................................ 8 2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Lahan............................................................ 11 2.2.1 Efisiensi Pemanfaatan Lahan ........................................................ 12 2.2.2 Alokasi dan Distribusi Pemanfaatan Lahan ................................... 13 2.3 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Lahan ....................................................... 14 2.4 Produktivitas ............................................................................................ 18 2.5 Biaya ........................................................................................................ 19 2.6 Harga ...................................................................................................... 20 2.7 Biaya Trasnportasi................................................................................... 21 2.8 Budidaya Tambak Ikan Bandeng ............................................................ 22 III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI .................................................... 25 IV. METODOLOGI.......................................................................................... 27 4.1 Metode Penelitian.................................................................................... 27 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 27 4.3 Metode Pengambilan Sampel ................................................................. 28 4.4 Metode Analisis Data ............................................................................. 29 4.4.1 Analisis Land Rent ........................................................................ 29 4.4.2 Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent.......................................... 34 4.4.3 Analisis Sensitifitas Nilai Land Rent ............................................ 34 4.6 Batasan Penelitian ................................................................................... 35 V. PROFIL LOKASI PENELITIAN ............................................................ 36 5.1 Kabupaten Serang ................................................................................... 36 5.1.1 Kondisi Geofisik Kabupaten Serang .............................................. 36 5.1.2 Tata Guna Lahan ........................................................................... 38 5.1.3 Kondis i Demografi Kabupaten Serang .......................................... 38
Halaman 5.1.4 Kondisi Sos ial Kabupaten Serang.................................................. 39 5.1.5 Kondisi Perekonomian Wilayah..................................................... 42 5.1.6 Karakteristik Wilayah Pesisir Kabupaten Serang .......................... 43 5.1.6.1 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Alam..................... 43 5.1.6.2 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia ................ 45 5.1.6.3 Permasalahan dan Hambatan Masyarakat Pesisir .............. 46 5.2 Zona Tirtayasa......................................................................................... 47 5.2.1 Kondisi Geografis Kawasan Zona Tirtayasa ................................. 47 5.2.2 Kondisi Demografi Kawasan Zona Tirtayasa ................................ 48 5.2.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Ekonomi Zona Tirtayasa .............. 49 5.2.4 Karakteristik Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa ................................ 50 5.2.4.1 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Alam..................... 50 5.2.4.2 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia ................ 54 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 55 6.1 Sarana Produksi....................................................................................... 55 6.1.1 Lahan Tambak ............................................................................... 55 6.1.2 Peralatan Kegiatan Tambak .......................................................... 57 6.1.3 Benih Ikan Bandeng ....................................................................... 59 6.1.4 Tenaga Kerja .................................................................................. 60 6.1.5 Sarana Produksi Lainnya................................................................ 62 6.1.5 Modal Investasi.............................................................................. 63 6.2 Kegiatan Produksi .................................................................................. 63 6.2.1 Masa Persiapan............................................................................... 64 6.2.2 Masa Pemeliharaan........................................................................ 65 6.2.2 Masa Pemanenan............................................................................ 65 6.3 Hasil Produksi dan Pemasaran ................................................................ 66 6.3.1 Hasil Produksi ................................................................................ 66 6.3.2 Pemasaran Hasil Produksi.............................................................. 66 6.4 Analisis Nilai Land Rent ......................................................................... 68 6.4.1 Produktivitas Lahan........................................................................ 69 6.4.2 Biaya Produksi ............................................................................... 72 6.4.3 Biaya Transportasi.......................................................................... 77 6.4.4 Land Rent Berdasarkan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar ..................................................................................... 80 6.5 Optimalisasi Nilai Land Rent ................................................................... 85 6.6 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent....................................................... 91 6.7 Implikasi Kebijakan................................................................................. 96 VII. KESIMPULAN DAN SAR AN ................................................................. 98 7.1 Kesimpulan.............................................................................................. 98 7.2 Saran........................................................................................................ 99
Halaman DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 100 LAMPIRAN ....................................................................................................... 103
DAFTAR TABEL Halaman 1. Panjang Garis Pantai Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten..................... 2 2. Jenis Data dan Sumber Data ......................................................................... 28 3. Nama dan Lokasi Pulau-Pulau Kec il yang Terdapat di Kabupaten Serang.. 36 4. Luasan Lahan Menurut Ketinggiannya di Kabupaten Serang ...................... 37 5. Luas Lahan Menurut Penggunaanya di Kabupaten Serang Tahun 2001 – 2002 (Ha) ........................................................................................... 38 6. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru untuk Berbagai Jenjang Pendidikan di Kabupaten Serang ..................................................................................... 40 7. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kabupaten Serang ... 41 8. Banyaknya Bayi yang Diimunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Serang............................................................................................................ 41 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Serang yang Bermata Pencaharian di Bidang Perikanan....................................................................................................... 45 10. Jumlah Keluarga Miskin di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang .................. 46 11. Luas Wilayah dan Panjang Pantai Masing-Masing Kecamatan yang Berada dalam Zona Tirtayasa Kabupaten Serang...................................................... 48 12. Batas Wilayah Masing-Masing Kecamatan yang Berada Dalam Zona Tirtayasa ........................................................................................................ 48 13. Jumlah Penduduk dan KK di Kawasan Zona Tirtayasa................................ 49 14. Sarana Ekonomi di Kawasan Zona Tirtayasa ............................................... 49 15. Permasalahan Lingkungan yang Terjadi di Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa 53 16. Jumlah Penduduk Kawasan Zona Tirtayasa yang Bermata Pencaharian di Bidang Perikanan.......................................................................................... 54 17. Jumlah Penduduk Miskin di Kawasan Zona Tirtayasa ................................. 54 18. Rata-Rata Luasan Lahan Tambak Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ....................................................................... 57 19. Harga Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis ............................... 57 20. Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis.................................................................................................. 58 21. Padat Tebar Benih per Ha dan Harga Benih Ikan Bandeng di MasingMasing Unit Analisis..................................................................................... 60
Halaman 22. Jumlah Tenaga Kerja Pada Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ....................................................................... 60 23. Sistem Kerja Tenaga Kerja dalam Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ................................................... 61 24. Dosis Penggunaan Pupuk di Masing-Masing Unit Analisis ........................ 62 25. Rata-Rata Jumlah Modal Usaha Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ................................................................... 63 26. Siklus Budidaya di Masing-Masing Unit Analisis ........................................ 64 27. Jumlah Produksi Ikan Bandeng per Ha di Masing-Masing Unit Analisis .... 66 28. Harga Ikan Bandeng per Kg di Masing-Masing Unit Analisis ..................... 67 29. Jarak Masing-Masing Unit Analisis ke Pasar Rau........................................ 67 30. Jenis Angkutan, Kapasitas Angkut dan Biaya Transportasi untuk Pemasaran Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis.......................... 68 31. Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis .......................................................................................................... 69 32. Informasi Kondisi Lahan dan Sumber Air di Lokasi Penelitian ................... 71 33. Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di MasingMasing Unit Analisis .................................................................................... 72 34. Total Biaya Tenaga Kerja per Ha per Siklus Produksi Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis .................................................... 74 35. Biaya Sarana Produksi Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis ....................................................................... 75 36. Total Biaya Sarana Produksi per Ha per siklus Budidaya Ikan Bandeng di Lokasi Masing-MASing Unit Analisis .......................................................... 76 37. Total Biaya Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis.................................................................................................. 77 38. Biaya Transportasi dari Masing-Masing Titik Unit Analsis ke Pasar Rau... 79 39. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan Lahan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar................................................................................ 80 40. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Pontang ............................................................... 86 41. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tirtayasa............................................................... 87 42. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tanara .................................................................. 88 43. Biaya Produksi Optimal Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di MasingMasing Unit Analisis..................................................................................... 89
Halaman 44. Nilai Land Rent Optimal Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di MasingMasing Unit Analisis..................................................................................... 90 45. Perbandingan Nilai Land Rent Aktual dengan Land Rent Optimal............. 90 46. Perubahan Biaya Transportasi Karena Adanya Kenaikan Harga BBM ........ 92 47. Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya Kenaikan Harga BBM ............ 93
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Zona Tirtayasa dalam RTRW Kabupaten Serang......................................... 4 2. Klasifikasi Sumberdaya Alam ...................................................................... 9 3. Penggunaan dari nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep Land Rent yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi......................................................................................................... 15 4. Ilustrasi Perbedaan Kesuburan Tanah pada besarnya Land Rent.................. 16 5. Perbedaan Land Rent dari Tiga Luas Tanah yang Berbeda Kualitas Lokasi dan Jarak Dari Pasar. ....................................................................... 16 6. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar Terhadap Land Rent...................................................................................... 18 7. Ikan Bandeng Ukuran Konsumsi .................................................................. 23 8. Kerangka Pendekatan Studi .......................................................................... 26 9. Diagram Kerangka Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Nilai Land Rent ...................................................................................................... 30 10. Ilustrasi Bid Rent Schedulle untuk Kegiatan Perikanan Tambak.................. 33 11. Citra Satelit Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa ................................................ 51 12. Pemetaan Hutan Bakau, Terumbu Karang dan Padang Lamun .................... 52 13. Areal Pertambakan di Zona Tirtayasa.......................................................... 55 14. Sungai-Sungai yang Menjadi Sumber Air Tawar bagi Kegiatan Budidaya Tambak di Kawasan Zona Tirtayasa ............................................................. 56 15. Produktivitas Lahan Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis..... 69 16. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja per Ha Produksi Budidaya Ikan Bandeng di Lokasi Penelitian........................................................................................... 74 17. Total Biaya Sarana Produksi per Ha per Siklus Produksi Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis .................................................... 76 18. Jaringan Jalan di Zona Tirtayasa Kabupaten Serang .................................... 78 19. Nilai Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak untuk Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng................................................................................................. 81 20. Hubungan Antara Nilai Land Rent Dengan Produktivitas Lahan................. 83 21. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Ikan Bandeng ........................................ 84 22. Plot Nilai Land Rent Berdasarkan Jarak Rata -Rata Masing-Masing Titik Analisis ke Pasar Rau Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM ..................... 93
Halaman 23. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM ................................................................................... 94 24. Bid Rent Schedulle Produksi Budidaya Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa Setelah Kenaikan Harga BBM ...................................................................... 95
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar..................................................................... 104 2. Output MAPLE untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar ................................... 105 3. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Pontang ................................................................... 107 4. Output MAPLE untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Kecamatan Pontang.......................................................................................................... 108 5. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tirtayasa.................................................................. 109 6. Output MAPLE untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Kecamatan Tirtayasa........................................................................................................ 101 7. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tirtayasa.................................................................. 111 8. Output MAPLE untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Kecamatan Tirtayasa..................................................................................... 112 9. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Setelah Kenaikan Harga BBM ................... 113 10. Output MAPLE untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar Setelah Kenaikan Harga BBM ................................................................................................... 114
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting kegunaannya bagi kelangsungan hidup manusia. Selain sebagai tempat dimana manusia berpijak dan hidup, sumberdaya lahan juga merupakan faktor input dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti untuk kegiatan pertanian, perikanan, sektor kehutanan, tempat tinggal, explorasi mineral, industri dan kegiatan komersial lainnya. Penggunaan lahan dari waktu ke waktu semakin bertambah baik jenis maupun luasan penggunaannya, sementara kuantitas lahan relatih tetap. Hal ini mencerminkan bahwa pemanfaatan sumberdaya lahan pada saat ini dihadapkan pada dimensi pilihan yang nyata, sehingga
manusia perlu
mempertimbangkan berbagai aspek agar pemanfaatan lahan tersebut dapat memaksimalkan pemenuhan kebutuhan manusia pada saat ini maupun di waktu yang akan datang. Dilihat dari letak geografisnya, lahan pesisir merupakan sumberdaya yang memiliki arti ekonomi strategis dan memiliki daya tarik utama. Lahan pesisir merupakan lokasi yang berdekatan dengan sumberdaya perikanan sebagai bahan makanan utama, khususnya protein hewani dan merupakan tempat yang digunakan untuk transportasi, budidaya perikanan, rekreasi dan pariwisata serta wilayah pemukiman dan tempat pembuangan li mbah. Hal di atas menggambarkan bahwa peranan sumberdaya tersebut sangat besar dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional. Melalui pengelolaan yang efektif dan efisien diharapkan pemanfaatan sumberdaya lahan pesisir dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan memberikan nilai pemanfaatan yang maksimal terlebih lagi mengingat 65% penduduk Indonesia menetap di wilayah pesisir. Kabupaten Serang merupakan salah satu dari 6 kabupaten / kota di Provinsi Banten yang memiliki wilayah pesisir. Panjang garis pantainya mencapai 120 km dan merupakan yang terpanjang kedua setelah Kabupaten Pandeglang, seperti terlihat dalam Tabel 1, yang menyajikan data panjang garis pantai untuk 6 wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Banten.
2
Tabel 1. Panjang Garis Pantai Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten No
Kabupaten / Kota
1
Kabupaten Lebak
2
Kabupaten Pandeglang
3
Panjang Garis Pantai yang Menghadap (Km) Samudera Selat Laut Jawa Jumlah Indonesia Sumda 75,0 Tidak Ada Tidak Ada 75 47,2
Tidak Ada
182,8
230
Kabupaten Serang
Tidak Ada
75
45
120
4
Kabupaten Tangerang
Tidak Ada
51
Tidak Ada
51
5
Kota Cilegon
Tidak Ada
Tidak Ada
25
25
6
Kota Tanggerang
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
-
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelauatan Provinsi Banten , 2003
Kawasan pesisir merupakan salah satu dari 5 kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan khusus dalam rencana pengelolaan wilayah Kabupaten Serang. Pengelolaan kawasan khusus dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan perhatian khusus pada suatu kawasan tertentu karena karakteristik kawasannya atau potensi kawasannya dinilai membutuhkan perlakuan khusus untuk dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan wilayah Kabupaten Serang secara keseluruhan (BAPPEKAB Serang 2004). Saat ini kawasan pesisir Kabupaten Serang telah berkembang sebagai pengembangan kegiatan perikanan tambak untuk kawasan pesisir di Pantai Utara dan pengembangan kegiatan pariw isata untuk kawasan pesisir di Pantai Barat. Kedua kegiatan tersebut cenderung mengakibatkan munculnya dampak negatif baik untuk masalah tata ruang maupun untuk masalah lingkungan. Untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah yang ada dikawasan pesisir tersebut, maka pengelolaan kawasan pesisir dirasakan perlu dilakukan secara khusus dengan membentuknya sebagai salah satu kawasan khus us dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Serang. Untuk itu telah dilakukan analisis secara khusus mengenai penataan kawasan Pesisir Kabupaten Serang yang dibagi menjadi empat zona, yaitu
Zona Bojonegara yang arahan fungsi utamanya
sebagai kawasan/zona industri dan pelabuhan laut; Zona Teluk Banten yang arahan fungsi utamanya sebagai kawasan tempat pariwisata dan perikanan laut;
3
Zona Pantai Barat yang arahan fungsi utamanya sebagai kawasan pariwisata; serta Zona Tirtayasa yang arahan fungsi utamanya sebagai kawasan perikanan tambak. Kegiatan perikanan tambak merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang banyak dilakukan oleh masyarakat pesisir Kabupaten Serang, bahkan diakui sebagai kegiatan usaha turun temurun dalam komunitas tersebut. Awalnya kegiatan ini merupakan kegiatan sambilan para nelayan pada saat tidak melaut, namun karena hasilnya cukup menjanjikan dan juga semakin berkurangnya hasil tangkapan di laut, saat ini perikanan tambak menjadi salah satu mata pencaharian utama bagi masyarakat pe sisir Kabupaten Serang. Luas lahan potensial untuk kegiatan perikanan tambak di Kabupaten Serang mencapai 8.412,3 Ha dan jumlah RTP untuk kegiatan perikanan tambak mencapai 1.421 RTP. Pada tahun 2002 produksi perikanan tambak Kabupaten Serang mencapai 1.739,7 Ton atau senilai Rp. 5,99 milyar. Dalam pengembangannya sebagai salah satu bentuk pemanfaatan lahan pesisir, diharapkan kegiatan perikanan tambak dapat dikelola secara efektif dan efisien, agar memberikan nilai pemanfaatan yang optimal dalam pengguna an sumberdaya lahan sehingga kesejahteraan masyarakat pesisir Kabupaten Serang juga dapat meningkat dengan pengembangan kegiatan tersebut. Oleh karena itu penelitian mengenai analisis land rent pemanfaatan lahan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Serang ini dilakukan, karena land rent merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam memahami efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan.
1.2 Perumusan Masalah Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dalam RTRW Kabupaten Serang, telah ditetapkan suatu zona khusus untuk pengembangan kegiatan perikanan tambak, yaitu Zona Tirtayasa. Zona Tirtayasa mencakup 3 kawasan pesisir, yaitu Kecamatan Tanara, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Pontang, seperti tampak dalam Gambar 1. Karakter khusus lahan yang ada di kawasan tersebut, mengakibatkan peruntukan kawasan ini sangat terbatas. Peruntukan yang paling memungkinkan adalah pengembangan tambak ikan/udang dan industri yang dikhususkan untuk pengolahan hasil ikan.
4
Arah Utara Laut Jawa
Perairan Zona Tirtayasa Zona Tirtayasa
Cilegon
Pontang Tirtayasa
Tanara
Serang
Gambar 1. Zona Tirtayasa dalam RTRW Kabupaten Serang Jenis kegiatan usaha perikanan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Serang
berkembang sesuai trend yang sangat dipengaruhi oleh banyaknya
permintaan pasar atas komoditas perikanan yang dibudidayakan dan tingkat keuntungan yang diperoleh dari mengusahakan kegiatan tersebut. Komoditas unggulan dalam kegiatan perikanan tambak di Kabupaten Serang adalah Ikan Bandeng yang memiliki nama latin Channos channos. Komoditas ini menjadi dominan diusahakan di pertambakan Kabupaten Serang, karena secara teknis pemeliharaan Bandeng relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan Udang. Ikan Bandeng juga lebih tahan terhadap berbagai jenis penyakit hewan air, terutama dalam menghadapi permasalahan pencemaran perairan yang akhir -akhir ini menjadi issu dalam pengelolaan tambak di Kabupaten Serang. Selain kemudahan teknis, aspek pemasaran Ikan Bandeng juga turut mendukung berkembangnya usaha tambak Ikan Bandeng, meski permintaannya tidak setinggi produk sumber protein lain seperti Ayam, namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari petambak Bandeng bahwa belum pernah terjadi petambak harus menjual Bandeng dengan harga yang amat rendah, sehingga menyebabkan kebangkrutan. Artinya selama ini belum pernah ada petambak Bandeng yang sampai bangkrut baik karena aspek pemasaran yang lemah atau karena gangguan penyakit.
5
Pada saat ini, kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Serang pada umumnya masih dilakukan secara tradisional. Dengan padat tebar berkisar antara 3.000-4.000 ekor per Ha dan hanya menganda lkan pakan alami dengan konstruksi tambak seadanya, produksi rata-rata yang dicapai hanya sekitar 280 sampai dengan 400 Kg per Ha. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa produktivitas kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Kabupaten Serang masih sangat rendah. Rendahnya nilai produktivitas kegiatan budidaya Ikan Bandeng tentunya juga, akan berimplikasi terhadap nilai pemanfaatan lahan tambak di
Kabupaten Serang, khususnya Zona Tirtayasa yang arah fungsi
utamanya ditetapkan sebagai pusat pengembangan kegiatan perikanan tambak. Sementara itu, pemilik lahan dan komunitas sosial di wilayah tersebut tentunya mengharapkan nilai surplus yang maksimal dari setiap jenis kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan. Begitupun dengan apa yang dilakukan pada saat ini, pemilik lahan berharap mendapatkan surplus yang maksimal dari kepemilikan lahan dengan menjadikannya sarana dalam kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng. Berdasarkan pemaparan di atas, timbul suatu pertanyaan yang kemudian menjadi permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini, dengan karakteristik usaha kegiatan Budidaya Ikan Bandeng yang dilakukan masyarakat pesisir Kawasan Zona Tirtayasa pada saat ini, berapakah nilai surplus pemanfaatan lahan tambak Ikan Bandeng yang dapat diterima oleh pemilik lahan atau komunitas sosial di kawasan tersebut, dan selain produktivitas, faktor apa lagi yang akan berpengaruh terhadap nilai pemanfaatan lahan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa? Dengan menggunakan konsep land rent, penelitian ini bermaks ud untuk menganalisis nilai pemanfaatan lahan tambak melalui identifikasi karakteristik kegiatan usaha budidaya Ikan Bandeng yang dilakukan di
Zona
Tirtayasa
Kabupaten
Serang.
Dengan
demikian
diharapkan
pengembangan kegiatan budidaya perikanan tambak di Zona Tirtayasa dapat diarahkan juga pada pencapaian nilai pemanfaatan sumberdaya lahan tambak yang maksimal, sehingga kebijakan penetapan Zona Tirtayasa sebagai sentra perikanan tambak merupakan langkah pemanfaatan sumberdaya yang effisien,
6
tidak hanya dari segi karakteristik dan sifat biologis serta kesesuaian lahan, namun juga dari segi economic rent yang diperoleh. Land Rent sendiri merupakan suatu konsep dalam teori ekonomi sumberdaya lahan yang didefinisikan sebagai surplus atau nilai lebih dari manfaat yang didapat, atas biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan. Surplus ekonomi dari sumberdaya lahan dapat sangat ditentukan dari bagaimana lahan itu digunakan atau dimanfaatkan, adapun nilai tersebut dilihat dari 2 faktor, yaitu surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan surplus ekonomi karena lokasi ekonomi (Suparmoko 1997).
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeterminasi nilai lahan atas pemanfaatannya sebagai sarana produksi dalam pengembangan kegiatan perikanan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa Kabupaten Serang. Untuk itu hal yang dilakukan adalah: 1) Mengidentifikasi karakteristik produksi budidaya Ikan Bandeng di Lokasi Penelitian. 2) Menghitung dan menganalisis nilai land rent kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar. 3) Menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Dengan tujuan tersebut, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi pengembangan kegiatan perikanan tambak di Zona Tirtayasa, sehingga kegiatan pemanfaatan lahan tambak di zona tersebut dapat memberikan nilai pemanfaatan yang optimal untuk mencapai kesejahteraan sosial yang maksimal.
1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesa yang dibangun dalam penelitia n ini antara lain adalah:
7
1) Nilai land rent dari kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng sangat dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya lahan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar. 2) Besarnya perubahan nilai land rent yang diakibatkan oleh perubahan biaya transportasi, dipengaruhi oleh faktor jarak lokasi tambak ke pusat pasar.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Lahan Lahan (land) diartikan sebagai komponen keseluruhan dari suatu bentang alam
yang mencakup
tutupan
vegetasi,
tanah,
kemiringan,
permukaan
geomorfologis, sistem hidrologis dan kehidupan binatang didalamnya. Tanah (soil) adalah bagian dari lahan yang merupakan kerak atau lapisan teratas bumi yang mampu menunjang kehidupan tanaman secara permanen dan mengatur tata air pada lapisan tersebut. Sumberdaya Lahan/tanah, merupakan sumberdaya yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia, tidak saja untuk memenuhi kebutuhan manusia, namun juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Bagi kelangsungan hidup manusia khususnya, sumberdaya lahan merupakan masukkan yang diperlukan untuk setiap bentuk aktivitas manusia seperti untuk pertanian, daerah Industri, daerah pemukiman, jalan-jalan untuk transportasi, daerah-daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk maksud ilmiah (Suparmoko 1997). Prabowo dan Reksohadiprojo (1985) mengartikan lahan / tanah sebagai ruangan atau tempat hidup ini berlangsung; atau sebagai alam atau lingkungan hidup; atau sebagai faktor produksi untuk menghasilkan pangan dan bahan mentah dan asalnya sumber energi; atau sebagai barang konsumsi seperti tempat untuk membangun, taman atau tempat rekreasi; sebagai hak milik yang mempunyai konotasi hukum, atau sebagai keadaan yang dalam dunia modern mempunyai pengertian lokasi atau jarak. Dalam klasifikasi sumberdaya alam menurut skala waktu pertumbuhan, menurut Fauzi (2004), seperti yang terlihat dalam Gambar 2, lahan atau tanah termasuk ke dalam jenis sumberdaya yang dapat diperbaharui, namun memiliki titik kritis, yang berarti jika titik kritis kapasitas maksimum regenerasinya telah terlampaui, sumberdaya ini dapat berubah menjadi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Jika menurut kegunaan akhirnya, sumberdaya lahan diklasifikasikan kedalam jenis sumberdaya material non-metalik.
9
Sumberdaya Alam
Skala Waktu Pertumbuhan
Renewabl e
Habis Dikonsumsi
Kegunaan Akhir
NonRenewable
Dapat Didaur Ulang
Memiliki Titik Karitis
SD Material
Tidak Memiliki Titik Kritis
Material Metalik
SD Energi
Material Non -Metalik
Ekstraksi > Titik Kritis
Sumber: Fauzi (2004)
Gambar 2. Klasifikasi Sumberdaya Alam Suparmoko (1997), menggolongkan sumberdaya lahan atau tanah kedalam jenis sumber daya yang memiliki sifat gabungan, yaitu antara sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, dan sumberdaya biologis, sebagai contoh adalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah dapat terjadi karena perbuatan akar-akar tanaman, dan adanya organismeorganisme yang mengeluarkan bermacam-macam nutrisi tanah untuk diserap oleh tanaman. Keadaan ini merupakan sifat dari sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, walaupun manusia dapat menggunakan kesuburan tanah tersebut sampai ratusan tahun. Sumberdaya lahan juga dapat mempunyai sifat seperti sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, yaitu bila petani menggunakan pupuk, tanaman-tanaman penolong, dan tanaman-tanaman untuk pupuk hijau lainnya. Sifat lahan yang menyerupai sumberdaya biologis adalah bila sumberdaya lahan tersebut ditingkatkan atau dipertahankan atau dipakai, sehingga bertambah atau berkurang kesuburannya sebagai akibat dari tingkah laku manusia. Untuk mengejar pemenuhan alat-alat pemuas kebutuhan manusia yang terus berkembang dan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemanfaatan sumberdaya lahan sering kali dilakukan secara kurang bijaksana dan untuk
jangka
pendek,
sehingga
kurang
mempertimbangkan
kelestarian
sumberdaya lahan tersebut. Pemanfaatan yang kurang bijaksana ini, dapat mengakibatkan menurunnya persediaan sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi
Energi
10
dan manusia semakin tergantung pada sumberdaya lahan yang kualitasnya rendah. Odum (1996) mengatakan bahwa jika populasi manusia di suatu daerah memanfaatkan lahan dengan tidak bijaksana, maka dampaknya akan berpengaruh kepada populasi manusia tersebut, tetapi pada saat populasi meningkat secara cepat, maka yang akan menderita akibat pemanfaatan lahan yang tidak rasional adalah orang-orang yang terkena dampak pada lokasi lahan tersebut dimanfaatkan dan pada akhirnya setiap orang harus membayar untuk perbaikannya atau setiap orang sama sekali kehilangan manfaat dari nilai ekonomi lahannya. Agar nilai lahan tetap bisa dipertahankan, maka diperlukan perenca naan pemanfaatan lahan yang baik dan disesuaikan dengan nilai fungsional lahan. Menurut Bromley (1991) bahwa untuk mengelola sumberdaya khususnya lahan diperlukan sistem kewenangan tingkat lokal, namun sistem tersebut telah dirusak oleh kolonialisme dan pada era kemerdekaan. Bromley (1991) menyarankan perlu adanya revitalisasi sistem kewenangan di tingkat lokal. Menurut Schmid (1996) retribusi lahan akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila mempunyai hak-hak kepemilikan (property right). Hak kepemilikan dapat diartikan sebagai himpunan dari kehendak atau keinginan diantara orang-orang yang mendefinisikan kesempatan, keterbukaan terhadap aktivitas tertentu, hak-hak dan tanggung jawab. Hak kepemilikan juga dapat berarti hak yang berhubungan dengan pe nggunaan sumberdaya (Kula 1995). Ada beberapa jenis kepemilikan (property right) dari sumberdaya, yaitu: 1). Private property right;
2). Common property right; 3). State property right.
Menurut Kula (1995) struktur dari property right yang dapat mengha silkan alokasi sumberdaya secara efisien dalam ekonomi pasar harus memiliki 4 karakteristik, yaitu : (1). Universalitiy, yang berarti dapat berlaku secara universal (2). Exclusivity, yang berarti semua benefit dan cost dari kepemilikan dan penggunaan kepemilikan tersebut harus jatuh hanya kepada pemilik baik langsung maupun tidak langsung. (3). Transferability, yang artinya harus dapat ditransfer pada orang lain melalui pertukaran yang disetujui bersama.
11
(4). Enforceability, yang artinya kepemilikan harus aman dari perampasan maupun penjarahan oleh pihak lain. Anwar (1995) menyatakan bahwa sejarah pemanfaatan lahan di Indonesia menunjukkan pemanfaatan lahan yang dimulai dari sebelum Republik Indonesia lahir. Penduduk asli di daerah-daerah secara lokal dengan cara turun temurun mewarisi hak-hak (property right) untuk memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar lokasi tempat tinggalnya yang dijamin oleh hak-hak ulayat. Hak-hak tersebut, meskipun tidak tertulis namun diakui dan dihormati oleh masyarakatnya termasuk sumberdaya lahan. Adanya faktor dari luar yang begitu kuat (contohnya harga) dan lemahnya nilai kebersamaan diantara masyarakat tersebut, membuat pengaturan dengan sistem adat tersebut menjadi tidak berlaku lagi, sehingga hak kepemilikan menjadi tidak jelas. Hal inilah yang kemudian memunculkan hak kepemilikan yang bersifat open acces dalam pengelolaan sumberdaya yang pada dasarnya dapat mengakibatkan dan mengarah pada terjadinya kerusakan sumberdaya. Kepemilikan lahan untuk kegiatan perikanan tambak di Indonesia umumnya dan di Kabupaten Serang khususnya, lebih bersifat private property right dan dapat dikatakan bahwa jenis kepemilikan ini merupakan hal yang paling aman dalam pemanfaatan sumberdaya lahan, karena dapat mencapai aspek sosial optimal. Hal ini dapat menjadi acuan bahwa penggunaan lahan untuk budidaya tambak relatif aman bagi sumberdaya lahan itu sendiri, karena masing – masing pemilik berusaha agar lahan tersebut tidak rusak agar dapat memberikan nilai rente yang optimal. 2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Lahan Penggunaan lahan/ tanah pada umumnya tergantung pada kemampuan tanah dan pada lokasi tanah. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan tanah tergantung pada kelas kemampuan tanah yang dicirikan oleh adanya perbedaan atas sifat-sifat yang merupakan penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, kemampuan menahan air, lereng permukaan tanah, tingkat erosi yang telah terjadi. Penggunaan-penggunaan tanah juga tergantung pada lokasi khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, untuk lokasi-lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Suparmoko 1997).
12
Secara umum dapat diketahui bahwa para pemilik sumberdaya tanah cenderung menggunakan miliknya itu untuk tujuan-tujuan yang memberikan harapan diperolehnya penghasilan yang tinggi, sehingga para pemilik lahan tersebut akan menggunakan tanahnya sesuai dengan konsep penggunaan yang tertinggi dan terbaik (Barlowe 1972). Penggunaan yang terbaik sesungguhnya tergantung pada penilaian si pemilik, apakah itu dinilai dengan uang atau dengan nilai yang tak dapat diraba ataupun nilai-nilai sosial. Selanjutnya penggunaan yang terbaik dan tertinggi ini tergantung pula pada kapasitas penggunaan dari tanah itu serta tinggi rendahnya permintaan terhadapnya. Kenaikan harga tanah selain menimbulkan nilai lebih yang dinikmati oleh para pemilik tanah-tanah tersebut, juga akan menimbulkan dorongan bagi adanya spekulasi tanah dari pemilik tanah secara berlebihan, terutama pada tanah - tanah yang diharapkan akan menjadi daerah pemekaran kota atau perluasan dan jaringan fasilitas perkotaan, dan seterusnya memungkinkan adanya penggunaan tanah secara tidak efisien (Prabowo dan Reksohadiprojo 1985). Dalam sejarah dunia tentang pemanfaatan lahan, menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan secara tidak rasional disebabkan karena kebutuhan (demand) lahan makin meningkat, sedangkan penyediaan terhadap lahan tetap. Antara kebutuhan dan ketersediaan lahan saling berkaitan, sehingga akan berpengaruh terhadap luasan lahan yang tidak pernah berubah. Perkembangan yang menunjukkan kecenderungan makin meningkat tersebut akan berpengaruh kepada terjadinya konflik pemanfaatan lahan (Prabowo dan Reksohadiprojo 1985).
2.2.1 Efisiensi Pemanfaatan Lahan Efisiensi adalah kriteria utama untuk mengevaluasi perubahan. Efisiensi menunjukkan kemampuan menggunakan sumberdaya untuk menghasilkan suatu nilai. Sumberdaya yang menghasilkan lebih banyak barang dan pelayanan dengan menggunakan tingkat input yang sama, berarti karakteristik ekonomi dari sumberdaya tersebut lebih efisien. Efisiensi pemanfaatan lahan tergantung pada sampai seberapa besar ongkos produksi yang dikeluarkan oleh pengguna lahan dalam meningkatkan
13
produksinya. Makin sedikit biaya produksi yang dikeluarkan dan makin besar produktivitas yang dihasilkan maka akan terjadi efisiensi pemanfaatan lahan. Efisiensi dapat ditela ah dari berbagai aspek, salah satunya seperti yang disampaikan oleh Ricardo (1817) bahwa salah satu aspek yang perlu dianalisis adalah land rent. Ricardo yakin bahwa manfaat lahan dihitung dari rente yang dihasilkan dari hasil produksi lahan dikurangi dengan pengeluaran kemudian beberapa komponen pengeluaran untuk pemulihan dan pemeliharaan produktivitas lahan. Hal ini mengingat aspek produktivitas, tenaga kerja dan buruh merupakan supply yang elastis, dimana variabel-variabel tersebut harus dibayar dengan harga yang kompetitif. Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan penduduk meyebabkan harga pertanian meningkat dan hal ini menyebabkan penambahan lahan sehingga produksi dan nilai rente pada lahan tersebut ikut meningkat, hal inilah yang berpengaruh pada efisiensi. 2.2.2 Alokasi dan Distribusi Pemanfaatan Lahan Bromley (1991) menyebutkan bahwa peran alokasi merupakan suatu issu yang berhubugan dengan berbagai jenis hak-hak kepemilikan lahan. Hak kepemilikan swasta merupakan kepentingan nyata agar setiap individu dapat memanfaatakan lahan seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal inilah yang menjadi konflik kepentingan antara pemilik lahan yang sudah jelas batas kepemilikannya dengan pengguna lahan yang tidak jelas batas-batas kepemilikannya. Hal ini menjadi makin jelas dengan penjelasan dari Chistaller diacu dalam Northam (1975) bahwa proses aglomerasi akan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan, tingkat lokasi atau penyebaran sumberdaya yang menjadi pusat kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pemanfaatan lahan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada bentuk perbedaan terjadinya sumberdaya lahan sebagai hasil dari distribusi lahan yang berbeda atau konsentrasi keruangan dari lahan yang kemudian dapat menyebabkan distorsi dari pola pemukiman kota yang disebabkan karena lokalisasi sumberdaya. Distribusi
menyangkut
pada
penyebaran
lahan
yang
dalam
implementasinya tidak sesuai dengan peruntukannya. Hal ini berakibat kepada terjadinya kerusakan tanah. Menurut Budianto (1998) bahwa tanah keritis ditandai dengan kerusakan tanah yang terjadi akibat penggunaan tanah (lahan) yang tidak
14
sesuai dengan peruntukannya. Menurut Soemarwoto (1975) diacu dalam Budianto (1999) bahwa masalah kritis, erosi dan banjir merupakan masalah demografi yang luas. Dilihat dari sudut ekologi, pertambahan penduduk telah melampaui daya dukung lingkungan. 2.3 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan bertujuan untuk menghasilkan barang-barang pemuas kebutuhan manusia, dan dalam penggunaannya pada umumnya tergantung pada kemampuan dan lokasi lahan tersebut. Oleh karena itu lahan memiliki nilai ekonomi da n nilai pasar yang berbeda -beda (Suparmoko 1997). Nilai ekonomi pemanfaatan lahan digambarkan oleh suatu konsep dalam teori ekonomi sumbe rdaya lahan yang disebut sebagai sewa lahan atau land rent. Menurut Ricardo diacu dalam Barlowe (1972), rente lahan dapat dibedakan menjadi: a) Sewa lahan sebagai pembayaran dari penyewaan kepada pemilik, dimana pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu. Menurut Ricardo nilai sewa lahan ini merupakan surplus yang selalu tetap (rent as an unearned increment). Surplus yang selalu tetap dimaksudkan sebagai imbalan bagi pemilik tanah dimana tanahnya dibiarkan tidak berproduksi, artinya rente adalah surplus yang selalu tetap atau mendapat hasil tanpa berusaha yang semata-mata diperoleh, karena monopoli pemlikan lahan. Konsep sewa ini sering juga disebut dengan contract rent. b) Sewa lahan yang merupakan surplus sebagai hasil dari investasi (rent as return on investment). Surplus didefinisikan sebagai keuntungan usaha yakni kelebihan pendapatan di atas biaya produksi. Dalam pengertian ini, lahan dipandang sebagai faktor produksi. Konsep sewa ini sering disebut sebagai land rent. Kebanyakan investor, pemilik dan penggarap, menggunakan konsep land rent ini, sebagai nilai ekonomi pemanfaatan lahan (Barlowe 1972). Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Rustiadi (2003) juga menyampaikan bahwa rente lahan (land rent) secara sederhana didefinisikan sebagai surplus ekonomi, yaitu pendapatan bersih atau benefit yang diterima suatu bidang lahan tiap meter persegi, tiap tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan pada bidang
15
lahan tersebut. Pendapatan bersih atau benefit ini berasal dari total pendapatan dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Peninjauan biaya tergantung kepada yang melihatnya dan karena itu terbagi menjadi: 1) Analisis Finansial, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari segi pengelola usaha. 2) Analisis Ekonomi, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan (sosial). Suparmoko (1997), menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi, seperti yang tampak pada Gambar 3. MC
Land Rent Harga
L
P
M
AC MR =AR
R
S
N
Output
Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 3. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep “Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi Berdasarkan Gambar 3, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh segi empat LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditujukkan oleh segi empat MNSR dan menghasilkan land rent atau economic rent seluas LMRP. Surplus sebagai investasi memandang tanah sebagai faktor produksi. Surplus ekonomi sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan lokasi ekonomi, yang selanjutnya da pat diilustrasikan pada Gambar 4 dan 5.
16
Land Rent
RP
RP
RP MC
MC AC
MC P1
AC
P1
AC
C2
P1=C3
C1
Biaya Produksi
Biaya Produksi
X1 Jumlah Output
Biaya Produksi
X2
Jumlah Output
(A)
X3 Jumlah Output
(B)
(C)
Sumber: Suparmok o (1997)
Gambar 4. Ilustrasi Perbedaan Kesuburan Tanah pada Besarnya Land Rent Land Rent RP
RP
RP MC
P1
AC P2
C1
AC
C2
Biaya Produksi
X1
AC
P3 C3
Biaya Produksi
Output
(A)
MC
MC
X2
Biaya Produksi
Output
(B)
X3 Output
(C)
Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 5. Perbedaan Land Rent dari Tiga Luas Tanah yang Berbeda Kualitas Lokasi dan Jarak dari Pasar. Gambar 4, menunjukkan rata -rata biaya produksi pada tanah A paling rendah kemudian meningkat pada tanah B dan tanah C. Peningkatan rata -rata biaya produksi per unit output ini disebabkan semakin menurunnya kelas kesuburan tanah, sehingga dengan biaya produksi total yang sama akan menghasilkan output yang berbeda dimana output paling banyak pada tanah A, kemudian B dan C. Adanya perbedaan dalam besarnya rata-rata biaya produksi
17
per unit. Tanah A menghasilkan land rent yang besar. Tanah B lebih kecil dan tanah C tidak menghasilkan land rent. Gambar 5, menjelaskan adanya perbedaan kualitas lokasi menyebabkan adanya perbedaan dalam land rent. Hal ini disebabkan dengan rata -rata biaya produksi per unit yang sama, harga output yang diterima produsen di pasar proporsional dengan harga jual output, sedangkan pada lokasi 250 km dari pasar harga yang diterima produsen lebih rendah dan untuk lokasi 500 km, harga tanah lebih rendah la gi disebabkan adanya biaya transportasi. Adanya perbedaan harga yang diterima produsen tersebut, land rent tertinggi adalah lokasi dekat pasar dan semakin menurun bila semakin jauh dari pasar. Northam (1975) mengatakan bahwa penggunaan lahan yang paling tinggi adalah pada lokasi terdekat yang mempunyai aksesibilitas maksimum dan pengguna lahan berkemampuan untuk membayar rente yang paling besar. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang harus dibayar dengan harga tinggi. Pengaruh biaya transportasi kaitannya dengan perpindahan produk dari berbagai lokasi ke pasar terhadap sewa lahan digambarkan pada Gambar 6. Dalam gambar tersebut, dilukiskan bahwa semakin jauh jarak lokasi lahan dari pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Misalnya pada jarak 0 Km (tepat di pusat pasar), biaya transportasi nol dan biaya total sebesar OC pada Gambar 6(a), dan pada jarak OK Km biaya total menjadi KT, karena biaya transportasi meningkat menjadi UT. Kemudian jika harga barang yang diangkut setinggi OP, maka pada jarak OK tidak lagi terdapat land rent, sedangkan pada jarak 0, besarnya land rent adalah CP. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak lokasi lahan dengan pasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 6 (b). Beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai land rent juga di sampaikan oleh beberapa orang dari hasil penelitiannya, diantaranya adalah Krause dan Brorsen (1995). Dalam penelitiannya mengenai dampak dari resiko nilai sewa lahan pada lahan pertanian mereka menyatakan bahwa sewa tanah adalah fungsi dari penerimaan, biaya dan resiko. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingginya resiko penggunaan lahan akan mengakibatkan menurunnya nilai sewa lahan dan sebaliknya. Selanjutnya Renkow (1993) dalam penelitiannya tentang
18
harga lahan, sewa lahan dan per ubahan teknologi menyatakan bahwa adopsi teknologi di bidang pertanian mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai sewa lahan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa harapan perolehan keuntungan secara nyata akan dipengaruhi peningkatan harga lahan. Rp
Rp T P Land Rent
Biaya Transport
Land Rent
C U
K
O
Jarak Ke Pasar (a)
L
M
Jarak Ke Pasar (b) Sumber: Suparmoko (1997)
Gambar 6. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent
2.4 Produktivitas Suatu kegiatan yang mengolah atau mengubah suatu bentuk barang menjadi bentuk yang lainnya, dikatakan sebagai kegiatan produksi. Barang-barang yang digunakan untuk memperoduksi bentuk barang yang lain, disebut sebagai input produksi sementara barang-barang yang dihasilkan dari proses produksi disebut output produksi, sehingga dalam kata lain produksi merupakan kegiatan mengubah input produksi menjadi output produksi. Hubungan antara input dan output dalam proses produksi menurut Soekartawi, 1990 disebut sebagai faktor relationship yang dapat dituliskan dalam notasi sederhana seperti dibawah ini: Y = f ( X 1, X 2, X 3,..., Xn ) dimana Y dapat dikatakan sebagai output produksi yang nilainya dipengaruhi oleh X, sementara X merupakan input produksi yang nilainya mempengaruhi nilai output yang dihasilkan dalam proses produksi. Kegiatan produksi bertujuan untuk
19
meningkatkan atau mengubah nilai barang sebagai pemenuhan kebutuhan manusia. Yotopoulus dan Lawrence (1974) mengatakan bahwa produksi dapat digambarkan sebagai upaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan kendala ketersediaan teknologi, sumberdaya yang dimiliki dan harga dari input variabel. Dalam penelitian dan literatur, produktivitas sering diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas dari suatu komoditas yang diusahakan petani. Siregar (1993) dalam penelitiannya tentang model ekonomi respon penawaran kelapa menyatakan bahwa nilai produktivitas merupakan fungsi dari harga kopra, tingkat upah, tenaga kerja, tingkat suku bunga, dan trend teknologi. Sementara Benu (1996) dalam penelitiannya mengenai struktur produksi dan konsumsi pedagang beras, merumuskan produktivitas sebagai fungsi dari harga gabah, harga pupuk, produktivitas tahun lalu, luas panen intensifikasi, luas areal irigasi, curah hujan dan trend teknologi.
2.5 Biaya Tohir (1982) menyatakan, bahwa biaya produksi perorangan adalah semua pengeluaran dalam hal jasa-jasa, dan barang-barang yang dibutuhkan guna melaksanakan usaha. Biaya dalam faktor produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang berkenaan dengan penggunaan aset tetap, biaya tetap bersifat tida k dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya variabel adalah biaya yang berkenaan dengan penggunaan input produksi yang besarnya dipengaruhi oleh volume produksi. Dalam membuat keputusan-keputusan
produksi,
yang
digunakan
untuk
memaksimumkan
keuntungan adalah jumlah input variabel, sehingga disebutkan juga bahwa biaya variabel adalah biaya karena adanya pertambahan input-input variabel. Biaya tersebut akan dibebankan hanya apabila produksi itu berlangsung, dan jumlah dari biaya -biaya ini akan tergantung macam input yang digunakan. Biaya tetap ditambah dengan biaya variabel adalah biaya total. Biaya total penting dalam memperhitungkan keuntungan, karena keuntungan sama dengan penerimaan total dikurangi dengan biaya total. Menurut Bishop dan Toussaint (1979), dalam jangka panjang jika peneriman total tidak lebih besar dari biaya total, produsen tidak akan berproduksi.
20
Dalam ilmu ekonomi, pembedaan antara biaya tetap dengan biaya variabel berhubungan dengan periode perencanaan seperti periode jangka pendek dan periode jangka panjang. Jangka pendek berarti suatu periode waktu yang cukup lama untuk memungkinkan perubahan-perubahan output yang diinginkan tanpa mengubah luasnya pabrik atau lahan usaha. Jangka panjang pada umumnya dipandang sebagai periode yang cukup lama bagi output untuk diubah dengan mengubah luasan pabrik atau lahan usaha ataupun dengan menggunakan lahan yang sudah ada secara lebih intensif. Dalam jangka pendek, beberapa biaya adalah tetap dan biaya lain dapat diubah-ubah. Dalam periode jangka panjang, semua biaya menjadi biaya variabel, dimana biaya yang tadinya merupakan biaya tetap dapat mempengaruhi keputusan-keputusan untuk menghentikan produksi atau untuk mengubah tingkat output (Bishop dan Toussaint 1979).
2.6 Harga Masalah sewa lahan (land rent) pada dasarnya adalah masalah perihal harga. Harga didefinisikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan uang. Menurut Bishop dan Toussaint (1979), harga memberikan rangsangan kepada para produsen untuk menghasilkan barang-barang yang permintaannya sangat besar dan menggunakan sumber-sumber yang paling banyak jumlahnya. Apabila harga beberapa barang meningkat para produsen didorong
untuk
mengalokasikan
menghasilkan
barang
sumber-sumber
pada
tersebut. penggunaan
Sistem yang
penetuan paling
harga banyak
permintaannya. Tujuan akhir dari seorang pengusaha adalah memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, produsen atau pengusaha tersebut harus mampu menjual barang yang dihasilkan dengan harga yang lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan. Fungsi harga yang paling utama adalah untuk menghasilkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Apabila kenaikan harga tidak berhasil meningkatkan output atau mengurangi permintaan, maka kenaikan harga dianggap berbahaya.
Kebijaksanaan
harga
hendaknya
ditujuka n
pada
fleksibilitas
mengendalikan permintaan, mengalokasikan kembali sumber-sumber produksi dan mengarahkan kembali output ke arah yang dikehendaki. Kebijaksanaan harga
21
barang hasil pertanian memegang peranan kunci dalam suatu perekonomian, karena harga barang pertanian sangat rawan terhadap keadaan permintaan dan penawaran. Output pertanian, pada negara -negara berkembang umumnya menguasai sebagian besar produk nasional, maka tingkat harga umumnya ditentukan oleh perilaku harga produk pertanian. Dengan demikian kebijaksanaan harga produk pertanian harus bertujuan untuk mengurangi fluktuasi harga, sehingga mengurangi kerugian produsen akibat jatuhnya harga secara tajam, karena hasil panen yang berlimpah, dan meminimumkan kerugian konsumen akibat naiknya harga secara tajam, karena kegagalan panen atau kelangkaan persediaan ( Jhingan 1996).
2.7 Biaya Transportasi Menurut Djojodipuro (1992) harga input angkutan didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha untuk memindahkan satu satuan berat barang sejauh satu satuan jarak. Harga yang ditentukan oleh produsen didasarkan atas biaya produksi dan kondisi permintaan yang dihadapi pada berbagai tempat. Kondisi permintaan mencakup elastisitas permintaan dan biaya angkutan untuk menyerahkan barang yang akan dijual. Perbedaan biaya angkutan (transportasi) dapat mengakibatkan perbedaan harga yang cukup besar antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Struktur biaya transportasi sangat berhubungan erat dengan jarak, dengan kata lain setiap penambahan satu satuan unit jarak akan mengakibatkan tambahan biaya transportasi. Dalam kenyataannya, biaya transportasi sangat jarang berhubungan dengan jarak. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan adalah karena umumnya alat transportasi, seperti kereta api, truk, pesawat terbang atau kapal laut menetapkan biaya yang tidak berhubungan dengan panjang perjalanan. Bahkan seringkali terdapat pengurangan biaya per unit barang seiring dengan bertambahnya jarak (Dicken dan Lloyd 1990). Segi lain yang perlu mendapat perha tian adalah bahwa angkutan sebagai input diadakan dan habis pada waktu dipergunakan. Angkutan tidak dapat disimpan, yang dapat disimpan adalah jasa yang dapat dipergunakan sebagai angkutan. Seorang pekerja yang membantu orang lain untuk mengangkut barang
22
pada dasarnya merupakan himpunan jasa angkutan. Demikian halnya suatu truk, juga merupakan himpunan jasa, yang apabila dikombinasikan dengan tenaga dan alam (jalan dan bensin) dapat menghasilkan angkutan. Berdasarkan hal tersebut, maka jasa angkutan dapat dikategorikan sebagai input tidak langsung. Suatu proses produksi memerlukan tenaga di tempat tertentu, barang modal di tempat tertentu, manajemen di tempat tertentu dan juga input angkutan untuk membawa segalanya tersebut ke tempat tadi dan hasilnya
akhir nya ke pasar. Angkutan
dalam hal ini mempunyai fungsi sama dengan input lainnya. Dengan memberi perhatian kepada input ini secara wajar, akan makin disadari segi spasial proses produksi. Angkutan tidak perlu dipandang sebagai faktor produksi, akan tetapi mempunyai peranan penting dalam produksi maupun konsumsi (Djojodipuro 1992).
2.8 Budidaya Tambak Ikan Bandeng Bandeng adalah jenis ikan konsumsi yang tidak asin g bagi masyarakat. Bandeng merupakan hasil tambak, dimana budidaya ikan ini mula-mula merupakan pekerjaan sampingan bagi nelayan yang tidak dapat pergi melaut. Itulah sebabnya secara tradisional tambak terletak di tepi pantai. Bandeng merupakan jenis ikan yang relatif tidak rentan dengan kondisi alam, artinya Bandeng dapat hidup di air tawar, air asin maupun air payau. Selain itu Bandeng relatif tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya menyerang hewan air. Sampai saat ini sebagian besar budidaya Bandeng masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas yang relatif rendah. Jika dikelola dengan sistim yang lebih intensif produktivitas Bandeng dapat ditingkatkan hingga 3 kali lipatnya Dari aspek konsumsi, Ikan Bandeng adalah sumber protein yang sehat sebab Bandeng adalah sumber protein yang tidak mengandung kolesterol. Bandeng
presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk Bandeng
olahan yang dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Selama sepuluh tahun terakhir permintaan bandeng meningkat rata-rata sebesar 6,33% per tahun, tetapi produks i Ikan Bandeng hanya meningkat sebesar 3,82%. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan budidaya Ikan Bandeng masih sangat berprospek untuk
23
dikembangkan. Budidaya Bandeng tidak menimbulkan pencemaran lingkungan baik air kotor maupun bau amis. Pemeliharaan Bandeng yang sehat mensyaratkan air dan tambak yang bersih serta tidak tercemar.
Gambar 7. Ikan Bandeng Ukuran Konsumsi Dewasa ini Bandeng dibudidayakan secara tradisional dengan padat tebar berkisar antara 3.000-5.000 ekor per ha. Dengan hanya mengandalkan pupuk sebagai input untuk pertumbuhan kelekap sebagai pakan alami dan konstruksi tambak seadanya, produksi rata-rata yang dicapai hanya sekitar 300-1.000 kg per ha per musim (Ismail et al 1994). Diduga teknik budidaya Bandeng berjalan lambat diantaranya disebabkan oleh pasokan nener yang sangat tergantung dari hasil tangkapan. Keberhasilan produksi benih di hatchery memungkinkan pasokan nener yang sinambung sepanjang tahun, sehingga pembesaran di tambak dapat dilakukan lebih intensif. Berdasarkan pengujian lapang (Brebes, Jawa Tengah dan Maros Sulawesi Selatan) produksi Bandeng di tambak dapat ditingkatkan lebih dari 500% bila teknik budidayanya diperbaiki dan dikembangkan secara intensif. Pengujian tersebut bahkan membuktikan bahwa Bandeng dapat tumbuh pesat bila dipelihara dalam tambak bekas budidaya Udang intensif (Ahmad et al 1998). Dampak yang diperkirakan dari adanya peningkatan pola produksi Bandeng ini adalah produksi dan mutu Bandeng hasil budidaya meningkat dan bermuara peningkatan pendapatan petambak. Lebih jauh, kegiatan budidaya Bandeng berkembang dan dilakukan dalam suatu alur proses produksi yang tidak dipengaruhi musim sehingga dapat mengarah pada usaha skala agribisnis terpadu. Selain itu, tambak Udang yang dewasa ini diterlantarkan dapat diproduktifkan kembali menjadi tambak Bandeng, sehingga kegiatan pembangunan perikanan di daerah pantai terus berjalan.
24
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi budidaya tambak Ikan Bandeng, antara lain dari faktor teknis, biologis, sosial dan ekonomi. Lokasi merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha budidaya Bandeng. Secara teknis, lokasi sangat mempengaruhi konstruksi dan daya tahan serta biaya pemeliharaan tambak. Secara biologis, lokasi sangat menentukan tingkat produktivitas usaha dan bahkan keberhasilan panen. Secara sosial dan ekonomi, keuntungan maksimal dapat diperoleh bila lokasi yang dipilih mampu menurunkan biaya panen dan transportasi serta meningkatkan akses ke pemasaran. Dalam penentuan rancang bangun dan konstruksi tambak, jumlah oksigen terlarut dan fluktuasi suhu air menjadi pertimbangan utama. Pada suhu tinggi kejenuhan oksigen terlarut lebih rendah padahal metabolisme ikan cenderung lebih cepat, hingga diperlukan lebih banyak pakan dan oksigen. Kemudahan pergantian air, kedalama n air optimal, maksimasi difusi oksigen dari udara dan penempatan aerator yang tepat dapat memantapkan suhu air dan konsentrasi oksigen terlarut. Selain kadar oksigen terlarut dan suhu perairan faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah salinitas atau kadar garam. Ikan Bandeng sebenarnya termasuk kedalam jenis ikan yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap rentang salinitas yang lebar, dalam arti Ikan Bandeng dapat hidup di air tawar yang kadar salinitasnya berkisar antara <0-5 ppt, maupun air asin yang kadar salinitasnya berkisar antara 30-50 ppt, namun demikian Ikan Bandeng memiliki rentang salinitas optimal, yaitu antara 12-20 ppt. Pada rentang salinitas optimal tersebut, energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dan air tambak cukup rendah, sehingga sebagian besar energi asal pakan dapat digunakan untuk tumbuh (Ahmad dan Yakob 1998).
III. KERANGKA PENELITIAN Lahan merupakan sumberdaya alam yang menjadi perhatian penting di awal dekade ekonomi moderen yang bermula pada akhir abad ke 18. Studi mengenai ekonomi sumberdaya lahan merupakan awal dari berkembangannya ekonomi sumberdaya alam. Fokus dalam bidang ini adalah prinsip ekonomi yang mengutamakan efisiensi penggunaan lahan sebagai sumberdaya alam, determinasi dari nilai lahan dan bagaimana tipe kepemilikan lahan berpengaruh pada penggunaan dan nilai lahan (Hartwick & Olewiler 1986). Penelitian mengenai Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Kawasan Pesisir Kabupaten Serang, Provinsi Banten ini menggunakan kerangka analisis ekonomi sumberdaya lahan, dalam rangka mengidentifikasi nilai economic rent penggunaan atau pemanfaatan lahan untuk kegiatan perikanan tambak, dengan menggunakan konsep land rent. Hal ini bermula dengan adanya suatu luasan lahan yang ditetapkan menjadi lahan tambak sebagai bentuk pemanfaatannya, yaitu Zona Tirtayasa. Komoditas unggulan perikanan tambak Kabupaten Serang adalah Ikan Bandeng. Kondisi alam yang tercemar akibat aktivitas industri di hulu kawasan ini menyebabkan tidak semua jenis komoditas dapat hidup dan berkembang dengan baik. Bandeng dikenal sebagai ikan yang relatif tidak rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan kondisi alam yang kurang baik. Selain itu komoditas ini sudah banyak dikenal pasar dan menjadi produk subtitusi masyarakat untuk pemenuhan gizi dan protein. Menurut pengakuan para petambak usaha budidaya tambak Ikan Bandeng yang dilakukan jarang mengalami kerugian. Analisis nilai land rent dimulai dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi nilai land rent, yaitu jumlah produksi, harga, biaya produksi, dan biaya transportasi di masing-masing unit analisis. Analisis dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, variabel- variabel diatas digolongkan menjadi variabel endogen, yaitu variabel yang secara langsung mempengaruhi nilai land rent. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemanfaatan lahan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa, maka dalam penelitian ini juga dilakukan analisis optimalisasi variabel endogen dengan membangun fungsi
26
tujuan memaksimumkan nilai rente. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan kondisi aktual untuk mengetahui tingkat efisiensi pemanfaatan lahan tambak di masing-masing unit analisis. Sebagai rangkaian analisis nilai pemanfaatan lahan tambak, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat adanya pengaruh faktor eksogen terhadap besarnya perubahan nilai pemanfaatan lahan (land rent) tambak di lokasi penelitian. Faktor eksogen yang dijadik an asumsi dalam analisis sensitivitas ini adalah kenaikan harga BBM, yang mengakibatkan kenaikan biaya transportasi. Kerangka penelitian ini digambarkan dalam diagram pada Gambar 8.
Lahan Pesisir Pemanfaatan Perikanan Tambak
Budidaya Bandeng • • • •
Analisis Faktor Endogen Produktivitas Harga Biaya Produksi Biaya Transportasi
Economic Rent
Analisis Faktor Eksogen • Kenaikan Harga BBM
Land Rent Optimalisasi
Efisiensi Pemanfaatan Lahan Tambak
Keterangan:
lingkup penelitian
Gambar 8. Kerangka Penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
“Analisis Land
Rent
Pemanfaatan Lahan Tambak di Kawasan Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten” ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield 1930) diacu dalam (Nazir 1988). Menurut Sevilla et al (1993) metode studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang sesuatu unit analisis selama kurun waktu tertentu. Studi kasus menyelidiki secara lebih mendalam dan menyeluruh terhadap tingkah laku suatu unit analisis termasuk di dalamnya reaksi terhadap lingkungan dari waktu lampau dan keadaan sekarang dari lingkungan subyek. Unit analisis dalam penelitian ini adalah tiga Kecamatan yang secara geografis termasuk dalam wilayah Zona Tirtayasa, dengan pengembangan kegiatan
perikanan tambak Ikan Bandeng sebagai bentuk
pemanfaatan lahan pesisir, sebagai satuan kasusnya. Adapun tujuan dari studi kasus adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Nazir 1988).
4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data cross section, yaitu data yang terjadi dalam satu tahun berjalan. Menurut sumber mendapatkannya, data -data tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lapang, wawancara dan diskusi kelompok terarah dengan responden yang terdiri atas para pelaku usaha perikanan tambak atau pemilik lahan, aparat pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya. Wawancara yang dilakukan berkaitan dengan penggalian informasi mengenai kegiatan perikanan tambak yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait berupa data instansional dan kepustakaan ilmiah lainnya,
28
diantaranya kondisi biofisik, demografi, skala usaha dan ekonomi wilayah. Tabel 2 menyajikan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini beserta sumber mendapatkannya.
Tabel 2. Jenis Data dan Sumber Mendapatkannya No
Jenis Data
1.
Sarana / Input produksi a. Kuantitas b. Harga Out Put Produksi a. Jumlah b. Harga BiayaProduksi a. Jumlah b. Harga Sistem / Teknologi produksi Biaya Transportasi a. Jarak b. Ongkos Angkut Kondisi Umum Kawasan Kondisi Umum Perikanan RTRW Kawasan
2.
3.
4. 5.
6. 7. 8
Sumber Mendapatkannya Primer Sekunder Petambak Petambak / Cek Harga Petambak Petamba k / Cek Harga Petambak Petambak / Cek Harga Petambak Petambak/ Pembeli Survei Peta Digital Petambak / Bakul Pemda Dinas Perikanan Bappeda
4.3 Metode Pengambilan Sampel Wilayah atau lokasi penelitian dipilih secara purposive, dengan pertimbangan bahwa Zona Tirtayasa merupakan kawasan yang dipilih untuk pengembangan kegiatan perikanan tambak di pesisir Kabupaten Serang. Tiga kecamatan yang termasuk ke dalam Zona Tirtayasa, yaitu Kecamatan Pontang, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Tanara, menjadi unit analisis dimana setiap analisis yang dilakukan dalam pe nelitian ini, dilakukan terhadap tiga titik unit analisis tersebut. Pemilihan responden dalam penelitian ini juga dilakukan secara sengaja berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Responden dipilih berdasarkan pertimbangan keterlibatannya secara langsung maupun tidak langsung pada mekanisme sistem dan pengetahuaanya
29
dalam kegiatan perikanan tambak di Kabupaten Serang. Responden tersebut antara lain terdiri atas : (1). Petambak, 22 orang, yaitu 10 orang di Kecamatan Pontang, 6 orang di Kecamatan Tirtayasa dan 6 orang di Kecamatan Tanara. (2). Pedagang pengumpul atau bakul hasil perikanan tambak, 6 orang, yaitu masing-masing 2 orang di setian unit analisis. (3). Pemerintah daerah atau dinas terkait seperti Dinas Perikanan dan Kelautan dan Bappekab Serang dan tokoh masyarakat serta stakeholder lain yang dapat memberikan pandangan mengenai kegiatan perikanan tambak di pesisir Kabupaten Serang berjumlah 5 orang. Hasil dari pengambilan sampel ini digunakan untuk mendeskripsikan profil dan karakteristik produksi budidaya Ikan Bandeng di daerah pesisir Kabupaten Serang.
4.4 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara mengolah data yang didapat untuk mencapai tujuan dan menjawab hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini. Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mencari nilai land rent pemanfaatan lahan tambak sebagai sarana produksi dalam budidaya Ikan Bandeng, dan untuk itu dilakukan beberapa analisis, yaitu: 4.4.1 Analisis Land Rent Tujuan pertama dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari nilai pemanfaatan sumberdaya lahan tambak di pesisir Kabupaten Serang yang dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam kegiatan produksi budidaya Ikan Bandeng. Analisis yang dibangun untuk tujuan ini mengacu pada nilai land rent yang secara sederhana didefinisikan sebagai pengembalian ekonomi dari lahan yang dapat bertambah atau akan bertambah akibat penggunaannya dalam proses produksi, Barlow (1978). Nilai land rent tersebut menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahan dipandang sebagai faktor produksi dalam kegiatan perikanan tambak. Konsep yang digunakan adalah Ricardian Land Rent dimana nilai land rent dilihat dari faktor
30
kesuburan dan faktor jarak lokasi tambak dengan pusat pasar. Konsep tersebut menggambarkan bahwa pada dasarnya nilai land rent ditentukan oleh nilai produktivitas, harga, biaya produksi dan biaya transportasi sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 9.
PRODUKTIVITAS
HARGA
LAND RENT
BIAYA TRANSPORTASI
TOTAL BIAYA Gambar 9. Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Land Rent Berdasarkan Gambar 9 dapat di ketahui bahwa nilai land rent merupakan fungsi dari nilai produksi, harga komoditas, biaya produksi dan biaya trasnportasi yang dipengaruhi oleh jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Secara matematis hal tersebut digambarkan sebagaimana persamaan di bawah ini: C π i = yi pi − t i x − i ………………………………………………………... (4.1) y dimana: Ði yi pi Ci ti x i
= = = =
Land Rent dari komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke -i (Rp per Ha) Produktivitas Ikan Bandeng di wilayah ke -i (Kg per Ha) Harga komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-i (Rp per Kg) Total Biaya produksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke -i (Rp per Kg) = Biaya Transportasi untuk komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-i (Rp per Kg per Km) = Jarak wilayah ke-i ke pusat pasar (Km) = 3 titik unit analisis (Kecamatan Pontang, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Tanara
31
a) Produktifitas diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas komoditas perikanan tambak yang diusahakan oleh petani tambak. Secara matematis, persamaan produktivitas dapat dituliskan sebagai berikut: yi =
Qi .................................................................................................... (4.2) Li
dimana: yi Qi Li i
= Produktivitas Ikan Bandeng di wilayah ke-i (Kg per Ha) = Total produksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-i (Kg) = Luasan Lahan yang digunakan untuk memproduksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke -i (Ha) = 3 titik unit analisis (Kecamatan Pontang, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Tanara
b) Biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja dan biaya Sarana produksi kegiatan perikanan tambak. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: C = z + c1 + c2 + c3 + ... + cn ............................................................... (4.3) dimana: C Z c1 s/d c n
= Biaya produksi dari komoditas Ikan Bandeng wilayah ke -n (Rp per Ha) = Biaya tenaga kerja (Rp per Ha) = Biaya Sarana produksi ke -1 s/d ke-n (Rp per Ha)
Biaya tenaga kerja adalah perkalian dari jumlah tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Dalam kegiatan perikanan tambak biaya tenaga kerja biasanya di bedakan pada saat masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa panen. Sehingga biaya tenaga kerja juga merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam masa produksi. Secara matematis, biaya tenaga kerja dapat dituliskan sebagai berikut: z = w1l1 + w2l2 + w3l3 .............................................................................. (4.4) Z w1 l1 w2 l2 w3 l3
= = = = = = =
Biaya tenaga kerja (Rp per Ha) Upah tenaga kerja pada masa persiapan (Rp per HOK) Jumlah Tenaga kerja pada masa persiapan (HOK) Upah Tenga Kerja pa da masa pemeliharaan (Rp per HOK) Jumlah Tenaga Kerja pada masa pemeliharaan (HOK) Upah Tenaga Kerja pada masa pemanenan (Rp per HOK) Jumlah Tenaga Kerja pada masa pemanenan (HOK)
32
Biaya sarana produksi merupakan perkalian antara jumla h sarana produksi yang digunakan dengan harga sarana produksi tersebut, sehingga secara matematis total biaya sarana produksi dituliskan sebagai berikut: c = q1 p1 + q 2 p2 + q 3 p3 + q 4 p4 + q 5 p 5 + Q6 + Q7 ................................................ (4.5) C q1 p1 q2 p2 q3 P3 q4 P4 q5 P5 q6 q7
= = = = = = = = = = = = =
Biaya Sarana Produksi Budidaya Ikan Bandeng (Rp per Ha) Jumlah Benih (Ekor per Ha) Harga Benih (Rp per Ekor) Jumlah Vitamin (Kg per Ha) Harga Vitamin (Rp per Kg) Jumlah Urea (Kg per Ha) Harga Urea (Rp per Kg) Jumlah TSP (Kg per Ha) Harga TSP (Rp per Kg) Jumlah Obat Pembasmi Hama (Kg per Ha) Harga Obat Pembasmi Hama (Rp per Kg) Operasional Petromaks (Rp per siklus) Operasional Pompa (Rp per siklus)
c) Komponen biaya transportasi yang digunakan dalam persamaan nilai land rent adalah biaya transportasi per Kg per Km hasil perikanan tambak yang didapat melalui persamaan ti =
Ti ......................................................................................................(4.6) Qi xi
dimana: ti Ti Qi i
= Biaya transportasi untuk komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke -i (Rp per Kg) = Total biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut Ikan Bandeng di wilayah ke -i ke pusat pasar (Rp) = Total Produksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-i (Kg) = 3 titik unit analisis (Kecamatan Pontang, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Tanara
d) Harga yang digunakan dalam persamaan nilai land rent merupakan harga yang ditetapkan oleh mekanisme pasar, dan diasumsikan bahwa petani tidak bisa menentukan harga. Dalam identifikasi nilai land rent dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent. Analisis kualitatif dilakukan melalui studi literatur dan pengamatan lapang untuk mendeskripsikan karakter dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent di
33
masing-masing unit analisis. Analisis kuantitatif dilakukan melalui teknik statistik sederhana. Sebagaimana teori Ricardian land rent yang melihat nilai land rent dari faktor kesuburan dan jarak, maka melalui analisis regresi berganda didapat satu persamaan regresi yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, sehingga diharapkan dengan dilakukannya analisis-analisis tersebut, akan diperoleh atau diketahui karakter dari objek studi yang berkaitan dengan penetuan nilai land rent. Hasil dari analisis tersebut juga diharapkan dapat memberikan suatu masukan bagi kegiatan pemanfaatan lahan tambak untuk kegiatan budidaya Ikan Bandeng yang lebih efisien. Tahap analisis selanjutnya adalah dengan melakukan pemetaan nilai-nilai land rent dengan jarak dari lokasi tambak ke pusat pasar dalam suatu bentuk diagram atau kurva yang dinamakan bid rent schedule , sebagaimana contoh yang ditampilkan dalam Gambar 10. Bid rent schedule ini mengilustrasikan hubungan antara jarak lokasi tambak ke pusat pasar dengan nilai land rent atas pemanfaatan lahan tersebut. Sumbu y dari grafik tersebut menggambarkan nilai rent, sementara sumbu x menggambarkan satuan jarak. Kurva yang menghubungkan antara rent dengan jarak menyatakan besarnya perubahan nilai land rent atas perubahan satu satuan jarak. Berdasarkan rumus matematis persamaan Ricardian land rent diketahui bahwa slope dari kurva tersebut besarnya sama dengan biaya transportasi per Kg per Km. Tanda negatif menyatakan bahwa antara nilai land rent dengan jarak memiliki hubungan terbalik. Rent/Ha
Slope ∂ rent = − yt ∂x
Jarak
Gambar. 10 Ilustrasi Bid Rent Schedule untuk Kegiatan Perikanan Tambak
34
4.4.2 Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent Analisis optimalisasi nilai land rent dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis nilai pemanfaatan lahan tambak yang digunakan untuk budidaya Ikan Bandeng pada kondisi optimal. Analisis ini dilakukan dengan membangun fungsi tujuan yaitu memaksimumkan nilai pemanfaatan dan fungsi kendala dalam melakukan kegiatan budidaya Ikan Bandeng di lokasi penelitian. Secara matematis fungsi tersebut dituliskan sebagaimana formula berikut ini: Maxπ = yp − p n qn − w l q , x ,l
s.t: f (y, q,l)=0 dimana Ð y P pn qn w l
= = = = = = =
Nilai manfaat penggunaan lahan tambak Ikan Bandeng (Rp per Ha) Jumlah Produksi Ikan Bandeng (Kg per Ha) Harga Ikan Bandeng (Rp per Kg) Harga Input ke-n (Rp per Unit) Variabel input ke-n (Unit) Upah tenaga kerja (Rp per HOK) Jumlah tenaga kerja (HOK)
Nilai optimal tercapai apabila first order condition dari fungsi tersebut sama dengan 0. Dalam penelitian ini perhitungan nilai optimal dari output, input dan tenaga kerja dipecahkan secara numerik dengan perangkat lunak MAPLE 9.5.
4.4.3 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Analisis sensitivitas nilai land rent
adalah analisis lanjutan dalam
penelitian ini yang ditujukan untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Asumsi yang dibangun didasarkan pada situasi saat ini, yaitu terjadi kenaikan harga BBM, yang berpengaruh terhadap biaya transportasi yang menjadi variabel endogen dalam penentuan nilai land rent.
Hipotesa yang dibangun adalah bahwa jarak lokasi tambak akan
mempengaruhi besarnya tingkat perubahan nilai land rent yang diakibatkan adanya perubahan dalam nilai biaya trasnportasi. Dengan analisis ini akan dilihat seberapa besar pengaruh jarak te rhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan biaya transportasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga BBM.
35
4.5 Batasan Penelitian 1) Land Rent dalam satuan Rp per Ha, adalah nilai surplus lahan tambak yang didapat dari pemanfaatannya sebagai sarana produksi budidaya Ikan Bandeng. 2) Penelitian ini menggunakan konsep Ricardian land rent yaitu dalam penentuannya dipengaruhi oleh faktor kesuburan lahan tambak dan jarak lokasi tambak dari pusat pasar. 3) Studi dilakukan di 3 Kecamatan (unit analisis) di Zona Tirtayasa, tanpa adanya klasifikasi jenis tambak, karena pada umumnya jenis tambak Ikan Bandeng di lokasi penelitian relatif sama. 4) Kesuburan ditentukan dari nilai produktivitas lahan dalam satuan Kg per Ha di masing-masing unit analisis, dengan anggapan bahwa semakin tinggi nilai produktivitas, semakin tinggi pula tingkat kesuburannya. 5) Jarak dengan satuan Km, adalah jarak lokasi budidaya ke pusat pasar. 6) Biaya tenaga kerja dalam satuan Rp per Ha, adalah jumlah tenaga kerja dalam satuan HOK dikalikan dengan total upah yang harus diterima. 7) Biaya sarana produksi dalam satuan Rp per Ha, adalah jumlah seluruh sarana produksi yang dibutuhkan dikalikan dengan harganya. 8) Biaya transportasi dalam satuan Rp per Kg per Km, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membawa hasil produksi Ikan Bandeng dari tempat produksi ke pusat pasar. 9) Harga Ikan Bandeng adalah harga riil Ikan Bandeng di tingkat petambak pada saat penelitian berlangsung.
V. PROFIL LOKASI PENELITIAN 5.1 Kabupaten Serang
5.1.1 Kondisi Geofisik Kabupaten Serang Kabupaten Serang merupakan salah satu dari enam kabupaten/kota di Provinsi Banten yang terletak di ujung Barat bagian Utara Pulau Jawa dan merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Jarak Kabupaten Serang dengan Ibukota Jakarta sekitar 70 Km. Secara Geografis wilayah Kabupaten Serang berada antara 50 50’ – 602’ Lintang Selatan dan 10507’ – 106022’ Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari Utara ke Selatan adalah 60 Km, dan jarak terpanjang dari arah Barat ke Timur sekitar 90 Km. Kabupaten Serang berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Timur
: Kabupaten Tanggerang
Sebelah Selatan
: Kabupaten Lebak dan Pandeglang
Sebelah Barat
: Kota Cilegon dan Selat Sunda
Luas wilayah Kabupaten Serang adalah 170.341,25 Ha yang terbagi menjadi 32 kecamatan , 349 desa dan 20 kelurahan. Dari wilayah yang ada, tercatat pula pulau-pulau kecil sebanyak 18 buah. Nama dan lokasi pulau-pulau kecil di Kabupaten Serang seperti yang disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Nama dan Lokasi Pulau-Pulau Kecil yang Terdapat di Kabupaten Serang Lokasi No Kecamatan 1 P. Panjang Kesemen 10 2 P. Pamojan Besar Kesemen 11 3 P. Pamojan Kecil Kesemen 12 4 P. Lima Kesemen 13 5 P. Dua Kesemen 14 6 P. Kubur Kesemen 15 7 P. Gedang Kesemen 16 8 P. Semut Kesemen 17 9 P. Tempurung Kesemen 18 Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Serang, 2003 No
Nama Pulau
Nama Pulau P. Kambing P.Tarahan P. Tamposo P. Cikantung P. Kemanisan P. Tunda P. Sanghyang P. Kali P. Salira
Lokasi Kecamatan Kasemen Bojonegara Bojonegara Bojonegara Bojonegara Tirtayasa Anyer Puloampel Puloampel
37
Secara topografi, Kabupaten Serang berada dalam kisaran ketinggian antara 0 – 1.778 meter di atas permukaan laut dan pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan dataran dan bergelombang. Pada ketinggian 0 meter diatas permukaan laut terdapat Kecamatan Taktakan, Tirtayasa, Cinangka di Pantai Barat Selat Sunda dan ketinggian 1.778 meter di atas permukaan laut terdapat di puncak Gunung Krang yang terletak di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Pada umumnya wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian kurang 500 meter diatas permukaan laut dan tersebar pada seluruh wilayah kecuali Kecamatan Ciomas. Secara lebih rinci, data luasan lahan pada sebaran ketinggian wilayah, tampak dalam Tabel 4. Tabel 4. Luasan Lahan menurut Ketinggiannya di Kabupaten Serang No
Ketinggian (M)
1 0– 2 2 2 – 25 3 25 – 100 4 100 – 500 5 500 – 1000 6 > 1000 Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Serang, 2003
Luasan (Ha) 17.794,00 66.308,50 63.801,00 37.832,50 3.390,00 990,00
Dari arah Utara ke Selatan Kabupaten Serang terdiri atas wilayah rawa pasang surut, rawa musiman, dataran, perbukitan dan pegunungan. Bagian Utara merupakan wilayah yang datar dan tersebar luas sampai ke Pantai, kecuali sekitar Gunung Sawi, Gunung Terbang dan Gunung Batusipat. Di bagian Selatan sampai ke Barat, Kabupaten Serang berbukit dan bergunung antara lain sekitar Gunung Kencana, Gunung Karang dan Gunung Gede. Daerah yang bergelombang tersebar di antara kedua bentuk wilayah tersebut. Hampir seluruh daratan Kabupaten Serang merupakan daerah subur karena tanahnya sebagian besar tertutup oleh tanah endapan alluvial dan batu vulkanis kuarter. Potensi tersebut ditambah dengan banyak terdapat sungai-sungai besar dan penting, yaitu Sungai Ciujung, Cidurian, Cibanten, Cipaseuran, Cipasang dan Anyar yang mendukung kesuburan daerah-daerah pertanian di Kabupaten Serang. Iklim di wilayah Kabupaten Serang termasuk tropis dengan musim hujan antara November – April dan musim kemarau antara Bulan Mei – Oktober. Curah
38
Hujan rata -rata 3,92 mm per hari. Temperatur udara rata -rata berkisar antara 25,80 C – 270 C. Tekanan udara dan kelembaban nisbi rata -rata 81,00 mb per bulan. Kecepatan arah angin rata-rata 2,80 knot, dengan arah terbanyak adalah arah Barat
5.1.2 Tata Guna Lahan Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Serang terdiri atas persawahan, yaitu seluas 54.145,40 Ha yang terdiri atas sawah tadah hujan seluas 31.079 Ha dan sawah irigasi seluas 23.066,40 Ha. Jenis pemanfaatan lain adala h tegalan seluas 39.912,35 Ha, kebun campuran seluas 39159,10 Ha, Perkampungan seluas 20.121,97, perumahan seluas 8.680 Ha dan jasa seluas 3.305,26 Ha. Tabel 5 menyajikan informasi luas la han menurut penggunaan di Kabupaten Serang dan perubahan penggunaannya pada tahun 2001 dan tahun 2002.
Tabel 5. No 1 2 3 4 5
Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kabupaten Serang Tahun 2001 - 2002 (Ha)
Penggunaan Pertanian Peruma han dan Pemukiman Perkantoran Industri Lain-lain Jumlah
2001 137.450,25 22.434,60 3.883,70 7.095,00 1.540,20 172.403,75
2002 135.162,65 22.670,50 4.058,25 7.971,55 2.540,80 172.403,75
Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka 2002
5.1.3 Kondisi Demografi Kabupaten Serang Pada tahun 2002, jumlah penduduk Kabupaten Serang mencapai 1.735.560 jiwa, yang terdiri atas 873.627 laki-laki dan 861.933 perempuan dengan sex ratio sebesar 101 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 5,01 % dari jumlah penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 kepadatan penduduk Kabupaten Serang mencapai 1.001 orang per Km2. Kepadatan penduduk ini bervariasi pada masing-masing kecamatan. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Serang, yaitu mencapai 6.841 orang per Km2, dan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pabuaran, yaitu 417
39
orang per Km2. Secara umum penduduk lebih terpusat pada daerah kota dan industri seperti Kecamatan Serang, Kragilan, Cikande, Ciruas dan Cipogok Jaya. Persebaran penduduk merupakan gambaran komposisi penduduk berdasarkan kondisi Geografis. Seiring dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk, maka komposisi penduduk yang digambarkan dalam bentuk persentasi penduduk per wilayah juga mengalami perubahan dengan pola yang sama.
5.1.4 Kondisi Sosial Kabupaten Serang a) Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat serta diakui sebagai kebutuhan pokok manusia secara keseluruhan. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, maka semakin baik kualitas sumberdayanya. Indikator yang digunakan untuk melihat kualitas pendidikan di masyarakat adalah angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Pada tahun 2001, RLS penduduk Kabupaten Serang hanya mencapai 5,9 tahun dengan angka indeks RLS 39,33, yang berarti mutu pendidikan sumberdaya manusia di Kabupaten Serang masih relatif rendah, karena pada umumnya hanya tamat sekolah dasar dan melakukan pendidikan formal 39,33 % dari seluruh pendidikan yang seharusnya ditempuh (16 tahun). Pada tahun 2002 jumlah penduduk Kabupaten Serang yang tidak lulus SD sebanyak 33,96, lulus SD/ sederajat 37,69%, lulus SLTP 14,92%, lulus SLTA 11,59%, lulus diploma dan sarjana 1,84%, sedangkan penduduk yang buta huruf sebanyak 6,79%. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Kabupaten Serang, telah terdapat berbagai sarana pendidikan. Tabel 6 menampilkan data banyaknya sekolah, murid, dan guru untuk berbagai jenjang pendidikan dimulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan SLTA. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan ditunjang oleh sarana yang lengkap, diharapkan kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Serang akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan.
40
Tabel 6. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Untuk Berbagai Jenjang Pendidikan di Kabupaten Serang No Keterangan 1. Jumlah Sekolah: TK SD SMP sederajat SMA sederajat SMK 2. Jumlah Murid: TK SD SMP sederajat SMA sederajat SMK 3. Jumlah Guru: TK SD SMP sederajat SMA sederajat SMK
Jumlah 90 974 97 38 22
buah buah buah buah buah
5.209 258.881 51.513 13.589 11.906
orang orang orang orang orang
386 6.042 2.454 544 479
orang orang orang orang orang
Sumber: Kabupaten Serang Dalam Angka 2002
b) Kesehatan Slogan ”dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat” mengisyaratkan betapa pentingnya kesehatan dalam kehidupan manusia. Dalam menunjang aspek kesehatan masyarakat, di Kabupaten Serang telah terdapat berbagai jenis sarana pelayanan kesehatan. Tabel 7 menampilkan data jenis dan jumlah sarana kesehatan ya ng terdapat di Kabupaten Serang. Sarana kesehatan tersebut tersebar di 32 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Serang. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan juga merupakan faktor penting dalam menciptakan kehidupan yang sehat. Kesadaran masyarakat Serang akan kesehatan sudah tinggi. Salah satu contohnya adalah kesadaran akan pentingnya imunisasi bagi anak balita. Tabel 8 menampilkan banyaknya bayi yang diimunisasi menurut jenis imunisasi di Kabupaten Serang.
41
Tabel 7. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kabupaten Serang No Jenis 1 Puskesmas a. Umum b. Pembantu c. Keliling 2. Apotik 3. Balai Pengobatan 4. Dokter (umum, gigi dan spesialis) 5. Paramedis 6. Posyandu 7. Pos Obat 8. Pondok bersalin 9. Poliklinik Desa
Jumlah 36 67 11 21 58 11 277 36 67 11 12
buah buah buah buah buah orang orang buah buah buah buah
Sumber: Serang Dalam Angka 2003
Tabel 8. Banyaknya Bayi yang Diimunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Serang Jumlah Bayi yang No Jenis Imunisasi Diimunisasi 1. BCG 38.854 Orang 2. Diphteria/Parathypus/Tetanus a. I 35.914 Orang b. II 32.976 Orang c. III 33.483 Orang 3. Campak 37.129 Orang 4. Polio a. I 38.526 Orang b. II 35.613 Orang c. III 34.208 Orang d. IV 35.013 Orang Sumber: Serang Dal am Angka 2003
c) Agama Sebagian besar atau hampir mencapai 99% masyarakat Kabupaten Serang memeluk agama Islam. Pada tahun 2002 tercatat 1.684.136 orang penduduk Kabupaten Serang memeluk agama Islam, 2.440 memeluk agama Khatolik, 3.907 orang memeluk agama Protestan, 498 orang memeluk agama Hindu dan 3.009 orang memeluk agama Budha. Sebagaimana jumlah pemeluk agama, sarana peribadatan yang paling banyak berdiri di Kabupaten Serang adalah sarana peribadatan umat Islam yang terdiri atas Masjid sebanyak 1.955, langgar sebanyak
42
3.433 unit, mushola sebanyak 262 unit sehingga jumlah totalnya mencapai 5.650 unit. Selain tempat peribadatan agama Islam, terdapat juga tempat peribadatan agama lainnya, yaitu gereja Khatolik sebanyak 1 unit, gereja Protestan sebanyak 6 unit, Pura sebanyak 1 unit dan Vihara sebanyak 2 unit.
5.1.5 Kondisi Perekonomian Wilayah Menurut REPETADA Kabupaten Serang tahun 2001, PDRB per kapita Kabupaten Serang adalah sebesar Rp 6.157.332,00, sedangkan PDRB per kapita Provinsi Ba nten pada tahun 2002 sebesar Rp 6,947.282,00. Indeks daya beli masyarakat sebesar 38,6%, hal ini berarti bahwa hanya 38,6 persen kemampuan daya beli penduduk dari pendapatan ideal. Sektor lapangan kerja utama masih didominasi bidang pertanian sebesar 33,16%, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,27%, bidang jasa 15,16%, dan industri sebesar 13,22%. Jumlah keluarga miskin sampai akhir tahun 2001 sebanyak 95.770 KK (361.661 jiwa) tersebar di 32 kecamatan, dan meningkat pada tahun 2002 menjadi 378.561 jiwa (20,48%). Jumlah penduduk miskin terbesar terdapat di Kecamatan Carenang sebanyak 6.825 KK (7,13% dari seluruh keluarga miskin - gakin), dan terendah di Kecamatan Cipocok Jaya yaitu 894 KK (0,93% dari jumlah seluruh gakin). Jumlah desa tertinggal di Kabupaten Serang sebanyak 142 desa/kelurahan. Desa tertinggal yang terbanyak di Kecamatan Pamarayan sebanyak 14 desa, kemudian Kecamatan Tirtayasa sebanyak 14 desa, Kecamatan Cikande sebanyak 10 desa dan Kecamatan Carenang sebanyak 10 Desa. Pada umumnya desa miskin terdapat di daerah pedalaman yang jauh dari akses jalan. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Serang berusaha agar dapat membuka akses jalan hampir ke semua desa yang ada di Kabupaten Serang. Sarana jaringan jalan yang saat ini telah terbangun di Kabupaten Serang terdiri atas jalan negara sepanjang 42,35 km, jalan propinsi sepanjang 128,03 km dan jalan kabupaten sepanjang 986,60 km. Jalan tol yang berada di dalam wilayah Kabupaten Serang panjangnya adalah 26,92 km. Jalan tol tersebut merupakan akses yang cepat untuk mempermudah kegiatan pemasaran hasil usaha menuju ibukota Jakarta.
43
Sarana penunjang kegiatan ekonomi lainnya yang ada di Kabupaten Serang antara lain adalah sarana pasar yang terdiri atas 9 buah pasar swalayan, 17 buah pasar pemda, 54 buah pasar desa. Selain itu ada juga saran pendukung finansial antara lain sarana perbankan, lembaga kredit mikro dan koperasi.
5.1.6 Karakteristik Wilayah Pesisir Kabupaten Serang
5.1.6.1 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Alam Kawasan pesisir Kabupaten Serang mencakup dua wilayah dengan dua karakteristik alam yaitu: 1) Kawasan pesisir Selat Sunda yang terdiri atas dua kecamatan yaitu Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Anyer. Kawasan ini memiliki potensi sebagai kawasan wisata, hal ini didukung dengan keindahan pantainya, secara geografis letaknya juga berdekatan dengan lokasi pariwisata Ujung Kulon dan Gunung Krakatau. Karakteristik wilayah tersebut telah mendukung tumbuh dan berkembangnya berbagai sarana yang mendukung sektor pariwisata di kawasan pesisir Selat Sunda. 2) Kawasan pesisir Pantai Utara yang terdiri atas lima kecamatan, yaitu Kecamatan
Kasemen,
Kecamatan
Bojonegara,
Kecamatan
Pontang,
Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Tanara. Kawasan ini memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar meliputi perikanan
tangkap dan
perikanan budidaya tambak. Selain itu kawasan Pantai Utara Kabupaten Serang tepatnya di Kecamatan Bojonegara terdapat Teluk Banten dengan karakteristik perairan yang dalam, sehingga dapat dikembangkan sebagai pelabuhan Internasional Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Banten pada tahun 2004 dapat digambarkan beberapa potensi sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Serang, yaitu sebagai berikut: 1) Sumberdaya Perairan Laut Luas wilayah perairan Kabupaten Serang mencapai 1.980,21 Ha, seme ntara Panjang Garis Pantainya mencapai 233 Km. Selain sebagai sumber dari sumberdaya perikanan tangkap, perairan laut di Kabupaten Serang juga memiliki
44
potensi untuk dijadikan lokasi budidaya laut, misalnya budidaya rumput laut. Potensi perairan untuk kegiatan ini mencapai 50 Ha dengan kapasitas produksi 10.000 ton per tahun, yang berlokasi di perairan Teluk Banten. 2) Sumberdaya Lahan Tambak Wilayah Pesisir Utara Kabupaten Serang sangat potensial dikembangkan untuk kegiatan budidaya perikanan tambak. Luasan lahan yang berpotensi menjadi pertambakan di kawasan tersebut mencapai 6.891,7 Ha, namun pada saat ini baru dimanfaatkan sekitar 4.260, 2 Ha atau sekitar 68,82%. Komoditas unggulan perikanan tambak di Kabupaten Serang adalah Ikan Bandeng dan sebagian kecil Udang. Kapasitas produksi Ikan Bandeng Kabupaten Serang mencapai 6.000 ton per tahun. Lokasi pertambakan tersebut terdapat di Kecamatan Pontang, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Tanara. Kondisi pengelolaan tambak yang dilakukan oleh masyarakat pesis ir Kabupaten Serang pada saat ini masih secara tradisional. 3) Gugusan Terumbu Karang Luas Terumbu Karang Hidup yang terdapat di Kabupaten Serang adalah 38,88 Ha sementara luasan terumbu karang yang mati mencapai 78,39 Ha. Lokasi gugusan karang tersebut, yaitu di Pulau Sangiang, Pulau Kali, Pulau Tarahan, Pulau Tanjung Batu, Pulau Cikantung, Pulau Kamanisa, Pulau Kubur, Pulau Kambing, Pulau Lima, Pulau Pamujan Besar dan Pulau Pamujan Kecil. Sumberdaya ini sangat penting keberadaanya, selain sebagai habitat ikan-ikan karang juga berfungsi sebagai penahan abrasi pantai dan gelombang. 4) Padang Lamun dan Pasir Putih Luas padang lamun yang terdapat di Kabupaten Serang adalah 120,69 Ha, sedangkan Pasir Putih luasnya mencapai 245,52 Ha. Lokasi lamun dan pasir putih tersebut, yaitu di sebelah Utara dan Sebelah Barat Pulau Sangiang, Pulau Kali, Pulau Tarahan, Pulau Tanjung Batu, Pulau Cikantung, Pulau Kamanisa, Pulau Kubur, Pulau Kambing, Pulau Lima, Pulau Pamujan Besar dan Pulau Pamujan Kecil. Sebagian besar kondisi sumberdaya tersebut pada saat ini baik, dan sangat
45
potensial sebagai peluang usaha dalam sektor pariwisata, yaitu sebagai obyek wisata bahari. 5) Mangrove Lokasi Mangrove di pesisir Kabupaten Serang, yaitu sepanjang pesisir sebelah selatan hingga timur Pulau Panjang, Pesisir Selatan, Timur hingga Utara Pulau Merak Besar dan Pulau Merak Kecil. Kondisi sumberdaya mangrove pada saat ini baik.
5.1.6.2 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia di wilayah pesisir Kabupaten Serang cukup besar, Tabel 9 menampilkan jumlah penduduk Kabupaten Serang yang bermata pencaharian di bidang perikanan. Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Serang yang Bermata Pencaharian di Bidang Perikanan No 1 2 3 4 5 6
Macam Kegiatan Pekerjaan Nelayan Tangka p Petani Ikan Petambak Pengolah Ikan RTP Perairan Umum Buruh Perikanan Total
Jumlah RTP 783 341 1.145 35 380 460 3.144
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang 2003
Karakteristik masyarakat pesisir Kabupaten Serang pada umumnya adalah masyarakat religius beragama Islam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan berbasiskan Islam seperti pondok pesantren dan madrasah. Dalam karakteristik religius masyarakat seperti ini keberadaan tokoh agama memiliki pengaruh yang sangat besar, sehingga dalam setiap penentuan kebijakan masyarakat selalu merujuk kepada tokoh agama. Masyarakat pesisir Kabupaten Serang mayoritas beragama Islam, namun demikian tidak sedikit masyarakat yang beragama lain hidup membaur di tengah masyarakat, hal ini menggambarkan adanya rasa toleransi yang tinggi yang berkembang di masyarakat Pesisir Kabupaten Serang. Selain karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya,
46
masyarakat pesisir Kabupaten Serang ju ga dicirikan sebagai masyarakat yang berjiwa patriotik, yaitu dengan keberadaan pendekar Banten. Keberadaan pendekar Banten dalam masyarakat merupakan wujud dari jiwa masyarakat yang tidak mau tunduk pada nilai – nilai yang ditanamkan penjajah. Pendekar Banten sering diidentikan dengan sifat kekerasan, namun demikian jika dilihat lebih mendalam akan terlihat nilai-nilai luhur budaya Banten.
5.1.6.3 Permasalahan dan Hambatan Masyarakat Pesisir Pada umumnya masyarakat yang terlibat dengan kegiatan perikanan hidup dibawah garis kemiskinan. Hal itulah yang menjadi issu utama pada komunitas masyarakat pesisir pada umumnya dan masyarakat pesisir Kabupaten Serang pada khususnya. Tabel 10 menampilkan informasi mengenai jumlah keluarga miskin di wilayah pesisir Kabupaten Serang. Tabel 10. Jumlah Keluarga Miskin di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang No
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Cinangka Anyer Kasemen Bojonegara Pontang Tirtayasa Tanara Kabupaten Serang
Jumlah KK (Orang) 11.852 10.110 15.034 7.548 10.935 8.201 7.623 352.236
Keluarga Miskin (Orang) 4.835 2.962 5.312 2.417 6.809 3.401 3.107 105.279
Prosentase Kel. Miskin (%) 40,79 29,30 35,33 32,02 62,27 41,47 40,76 29,80
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang 2003
Masyarakat miskin pesisir dan perikanan mempunyai ciri khas kehidupan yang unik dan keras. Watak dan karakter ini dipengaruhi oleh kebiasaan hidup yang senantiasa berjuang menghadapi kerasnya alam lautan. Jika dilihat dari hasil perikanan pesisir baik itu hasil tangkap, budidaya dan hasil pengolahan menunjukkan bahwa nilai jual hasil laut
jauh lebih tinggi dari pada hasil
pertanian, namun demikian masyarakat pesisir dan nelayan yang menggantungkan hidupnya dengan mengelola sumberdaya perikanan tersebut sebagian besar hidup di bawah garis kemiskinan.
47
Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat pesisir dan perikanan khususnya di Kabupaten Serang lebih banyak dikarenakan faktor kultural masyarakat itu sendiri yang merupakan respon dari lingkungan tempat mencari nafkah yaitu lautan luas. Berkembang anggapan atau pandangan pada masyarakat tersebut, bahwa dalam hidupnya tidak dapat memandang hari depan. Masyarakat tersebut berfikir bahwa melaut itu adalah bertaruh nyawa di laut lepas yang tidak ada istilah batas akhir. Pola pandangan seperti ini telah mendarah daging dan melahirkan kultur masyarakat persisir dan perikanan yang tidak mengenal perencanaan hari esok, dan bahwa hari ini adalah untuk sekarang. Kultur semacam ini menggiring masyarakat pada sifat yang konsumtif atau boros pada saat memperoleh penghasilan yang besar, namun pada saat musim paceklik datang, masyarakat akan kebingungan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga lambat laun terjerat hutang dengan rentenir. Selain pola pandang diatas, dalam pola hidup masyaraka t pesisir Kabupaten Serang juga memiliki kecenderungan untuk belajar hidup dari pengalaman secara turun temurun, yang dianggap sudah bagus. Tanpa disadari hal ini menyebabkan kurangnya kesadaran dari masyarakat tersebut tentang adanya perkembangan ilmu dan teknologi di tempat lain serta perubahan dinamika iklim. Akibatnya kesadaran untuk belajar melihat perkembangan jaman juga menjadi kurang, dan lambat laun menjadi tersisih dengan kelompok masyarakat lain.
5.2 Zona Tirtayasa
5.2.1 Kondisi Geografis Kawas an Zona Tirtayasa Zona Tirtayasa yang secara administratif terdiri atas tiga kecamatan ya itu Kecamatan Pontang, Tirtayasa dan Tanara berada di kawasan pesisir pantai utara Pulau Jawa, tepatnya terletak pada 106 O11’ BT – 106O26’ BT dan 5O53’ LS – 6 O06’ LS. Secara fisik batas dari Zona Tirtayasa ini adalah Laut Jawa di sebelah Utara; Teluk Banten disebelah Barat Laut; Cagar Alam P. Dua di sebelah Barat; Sungai Cikamayungan berada di sebelah Barat dan Areal persawahan di sebelah Selatan, sedangkan secara a dministrasi batasan zona tersebut, adalah Laut Jawa di sebelah Utara; Kecamatan Kasemen berada di sebelah Barat; Kecamatan Ciruas
48
dan Carenang di sebelah Selatan dan Kecamatan Kronjo (Kabupaten Tangerang) di sebelah Timur. Luas wilayah Zona Tirtayasa mencapai 17.861 Ha atau 10,3 % dari luas Kabupaten Serang. Data luas maisng-masing Kecamatan yang termasuk dalam Zona Tirtayasa tersebut disajikan dalam Tabel 11, sedangakan batas wilayah masing-masing kecamatan dalam Zona Tirtayasa tersebut disajikan dalam Tabel 12. Secara administratif, Kecamatan Pontang terdiri atas 15 desa, Kecamatan Tirtayasa terdiri atas 14 desa dan Kecamatan Tanara terdiri atas 9 desa. Tabel 11. Luas Wilayah dan Panjang Pantai Masing-Masing Kecamatan yang Berada dalam Zona Tirtayasa Kabupaten Serang Nama Kecamatan Pontang Tirtayasa Tanara Total Zona Tirtayasa
Luas (Ha) 6.485 6.446 4.930 17.861
Panjang Pantai (km) 7,5 12 6 25,5
Sumber : Diolah dari Serang dalam Angka / data BPS tahun 2003
Tabel 12. Batas Wilayah Masing -Masing Kecamatan yang Berada dalam Zona Tirtayasa No 1 2 3
Kecamatan Pontang Tirtayasa Tanara
Nama Kecamatan yang Menjadi Batas Wilayah Barat Timur Utara Selatan Kasemen Tirtayasa Laut Ciruas Pontang Tanara Laut Carenang Tirtayasa Kronjo Laut Kresek Kab.Tng. Kab. Tng.
Sumber: Bappekab Serang 2004
5.2.2 Kondisi Demografi Kawasan Zona Tirtayasa Jumlah penduduk di Kawasan Zona Tirtayasa pada tahun 2003 tercatat sebanyak 128.224 jiwa atau 7,2% dari total penduduk Kabupaten Serang. Jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 26.202 KK. Kecamatan Pontang merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu mencapai 52.977 jiwa sementara Kecamatan Tirtayasa jumlah penduduknya mencapai 39.782 jiwa dan Kecamatan Tanara mencapai 35.465 jiwa. Tabel 13, menampilkan informasi jumlah penduduk di masing-masing kecamatan dalam Zona Tirtayasa.
49
Tabel 13. Jumlah Penduduk dan KK di Kawasan Zona Tirtayasa NO 1 2 3
Kecamatan Pontang Tirtayasa Tanara Zona Tirtayasa
Jumlah Penduduk (Orang) Laki-Laki Perempuan Jumlah 27.612 25.365 52.977 19.938 19.844 39.782 17.908 17.557 35.465 65.458 62.766 128.224
Jumlah KK 10.650 8.358 7.194 26.202
Sumber: Kabupaten Serang Dalam Angka, 2003
Kepadatan penduduk per Km2 tertinggi adalah di Kecamatan Pontang, yaitu mencapai 816,92. Di Kecamatan Tirtayasa kepadatan penduduk mencapai 617,16 per Km2 , sementara di Kecamatan Tanara kepadatan penduduk mencapai 719,37 per Km2. 5.2.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Ekonomi Kawasan Zona Tirtayasa Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan perekonomian di Kawasan Zona Tirtayasa antara lain adalah sarana perdagangan, sarana keuangan dan sarana perekonomian lainnya sebagai mana akan dipaparkan ini di bawah ini, sementara Tabel 14 memberikan Informasi mengenai jumlah Sarana Ekonomi yang ada di Kawasan Zona Tirtayasa. Tabel 14. Sarana Ekonomi Kawasan Zona Tirtayasa Keterangan Pasar Kantor Bank : • Bank Rakyat Indonesia (BRI) • Bank Perkreditan Rakyat (BPR) • Bank Baitul Maal Tanwil /Syariah Tempat Pelelangan ikan Docking (bengkel perahu) Kantor Pos Pelanggan Listrik Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka 2002
Kecamatan (Buah) Pontang Tirtayasa Tanara 2 1 1 1 1 0 1 0 1 11.849
1 1 1 2 5 1 6.227
0 1 0 2 0 0 6.227
50
5.2.4 Karakteristik Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa
5.2.4.1 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Alam Potensi Sumberdaya di Kawasan Pesisi Zona Tirtayasa meliputi sumberdaya perikanan tambak, sumberdaya perikanan tangkap dan sumberdaya pesisi lainnya seperti bakau, padang lamun dan terumbu karang. 1) Sumberdaya Perikanan Tangkap Sumberdaya perikanan di wilayah perairan Zona Tirtayasa mempunyai potensi perikanan yang baik. Hasil perikanan tangkap yang paling banyak ditangkap oleh nelayan di Kawasan tersebut pada saat ini umumnya adalah rajungan. Selain memang populasinya masih banyak, komoditas ini menjadi komoditas perikanan tangkap unggulan, karena merupakan salah satu komoditas ekspor, yang dapat menghasilkan pendapatan yang cukup besar bagi para nelayan. Selain itu komoditas perikanan tangkap lainnya antara lain adalah ikan tongkol, ikan kuro, ikan kembung. Daerah Perairan di Kabupaten Serang, dikenal dengan daerah perairan yang memiliki dua musim angin yaitu musim angin timur dan barat. Kemudian di antara dua musim tersebut dikenal pula dengan musim peralihan. Musim yang baik untuk menangkap ikan terjadi pada musim angin timur yang terjadi sekitar bulan Agustus sampai dengan September. Musim yang paling tidak baik untuk kegiatan menangkap ikan pada musim angin peralihan, dimana dalam musim ini tidak ada angin , dan arus laut lemah, musim ini terjadi pada bulan April-Mei. 2) Sumberdaya Perikanan Tambak Kondisi sumberdaya alam wilayah pesisir Zona Tirtayasa pada umumnya adalah daerah pertambakan, dengan kondisi pantai yang berlumpur, kecuali di daerah Desa Lontar yang berupa pantai yang berpasir . Gambar 11 merupakan gambar citra satelit wilayah Pesisir Zona Tirtayasa. Dari gambar tersebut terlihat bahwa wiliyah pesisir lokasi kegiatan didominasi oleh pertambakan warna citra gelap kecuali di Desa Lontar (warna citra kuning kemerahan) yang berupa kawasan pantai berpasir. Wilayah pertambakan mengikuti arus muara sungai, dimana di wilayah Kecamatan Tanara terdapat dua muara sungai, terlihat wilayah
51
pertambakan yang masuk ke laut. Dari citra satelit terlihat ada semenanjung dengan warna biru tua menunjukkan adanya proses sedimentasi yang besar pada muara Sungai Ciujung Baru di perbatasan Kecamatan Tirtayasa dan Tanara. Kemudian dibelakang wilayah pertambakan terdapat area persawahan ditandai dengan citra satelit berwarna hijau muda.
Sumber : Dokumentasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang,2004
Gambar 11. Citra Satelit Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa Komoditas tambak yang utama yang dihasilkan di kawasan ini adalah Ikan Bandeng, dan saat ini mulai dike mbangkan budidaya Kepiting, sedangkan budidaya Udang, pada saat ini sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat karena kondisi lingkungan yang menurun, sehingga tidak sangat tidak menunjang dilakukannya budidaya Udang. 3) Sumberdaya Bakau / Mangrove Hutan bakau atau mangrove di kawasan lokasi penelitian pada umumnya telah hilang terutama oleh pembukaan tambak. Hutan mangrove masih tersisa di sebagian kecil terutama di sekitar muara sungai. Hutan bakau yang masih lestari terdapat di kawasan pantai Desa Peda leman di perbatasan dengan Kabupaten Tangerang, hutan bakau ini memanjang mulai dari muara Sungai Cidurian sampai
52
ke perairan P. Cangkir di Kabupaten Tangerang. Hutan bakau ini mempunyai potensi sebagai obyek wisata. 4) Sumberdaya Terumbu Karang Kondisi terumbu karang di kawasan perairan lokasi penelitian berada di sekitar P. Panjang, P. Pamujan Kecil, P. Pamujan Besar dan 10 mil lepas pantai Desa Lontar. Terumbu karang pada umumnya dalam kondisi baik . 5) Padang Lamun Padang lamun adalah daerah pe rairan yang dangkal yang berisi beraneka ragam tanaman air, tempat reproduksi ikan. Padang lamun berada di sekitar terumbu karang dan berada di sebelah Timur Pulau Panjang Besar. Peta lokasi hutan bakau, terumbu karang dan padang lamun dapat dilihat Gambar 12.
Sumber : Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) Kabupaten Serang, 2005 Keterangan: Hutan Bakau
Terumbu Karang
Padang Lamun
Gambar 12 Pemetaan Hutan Bakau, Terumbu Karang dan Padang Lamun
53
Kualitas lingkungan pesisir Pantai Utara di kawasan Zona Tirtayasa mulai menurun, hal ini antara lain diakibatkan oleh : a) Peningkatan Jumlah penduduk dan industri di sepanjang hulu sungai yang bermuara di pesisir utara Kabupaten Serang seperti Sungai Ciujung berakibat pada turunya kualitas air sungai yang berdampak pada pencemaran pantai. b) Adanya penambangan pasir laut yang tidak terkendali
berakibat pada
kerusakan pantai dan abrasi. c) Penebangan hutan bakau untuk daerah pertambakan mengakibatkan kerusakan ekosistem kawasan pesisir. Tabel 15 mendeskripsikan permasalahan lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir Zona Tirtayasa. Tabel 15. Permasalahan Lingkungan yang Terjadi di Wilayah Pesisir Zona Tirtayasa Permasalahan Keterangan Kondisi Fisik Pantai : • Abrasi pantai • Pelumpuran kotoran limbah Semakin berkurangnya (kelangkaan) ikan
Penebangan Mangrove
Adanya penambangan pasir laut yang tidak terkendali, Penggundulan hutan wilayah hulu sungai, berakibat pantai tidak layak untuk wisata Adanya over fishing yang diakibatkan terlalu banyaknya nelayan dari daerah lain dan cara penangkapan ikan yang salah/merusak lingkungan. Adanya penebangan hutan untuk membuka areal tambak secara tidak terkendali.
Pencemaran lingkungan pesisir dan laut
Dikawasan hulu sunga i banyak berdiri industri besar yang membuang limbah ke sungai, meski sudah terpasang water treatment namun karena terakumulasi dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Kerusakan Terumbu Karang
Banyaknya nelayan yang menggunakan bom untuk menangkap ikan, adanya pengambilan terumbu karang untuk dijual di Jakarta sebagai bahan pengisi aquarium hias.
Jenis-jenis industri besar yang ada di kawasan pesisir .
Industri besar yang berada di tepi Sungai Ciujung yang bermuara di kawasan pesisir Tanara dan Tir tayasa
Sumber: Bappekab Serang, 2004
54
5.2.4.2 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia
Potensi sumberdaya manusia di wilayah pesisir Kabupaten Serang cukup besar, namun sayangnya, sebagian besar justru hidup dibawah garis kemiskinan. Sebagaimana karakteristik masyarakat pesisir Kabupaten Serang lainnya, masyarakat pesisir Kawasan Zona Tirtayasa juga memiliki pola hidup yang sama, sehingga terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Tabel 16 menampilkan jumlah penduduk Kawasan Zona Tirtayasa yang bermata pencaharian di bidang perikanan, sementara Tabel 17, menginformasikan jumlah penduduk miskin di Kawasan Zona Tirtayasa. Dari data Tabel 17, terlihat bahwa wilayah yang paling banyak kategori keluarga miskinnya adalah Kecamatan Pontang, mencapai 62,27% dari total KK yang ada di wilayah tersebut. Tabel 16. Jumlah Penduduk Kawasan Zona Tirtayasa yang Bermata Pencaharian di Bidang Perikanan No 1 2 3
Macam Kegiatan Pekerjaan Rumah Tangga Nelayan Rumah Tangga Budidaya Rumah Tangga Pengolah Total
Pontang (Orang) 339 30 369
Tirtayasa (Orang) 133 310 37 480
Tanara Jumlah (Orang) (Orang) 56 189 303 952 28 95 387 1.236
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Serang 2003
Tabel 17. Jumlah Penduduk Miskin di Kawasan Zona Tirtayasa No 1 2 3 4
Kecamatan Pontang Tirtayasa Tanara Jumlah
Jumlah KK (Orang) 10.935 8.201 7.623 26.759
Keluarga Miskin (KK) 6.809 3.401 3.107 13.317
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelauatan Kabupaten Serang, 2003
Prosentase Keluarga Miskin (%) 51,13 25,54 23,33 100,00
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Sarana Produksi Pada umumnya kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di lokasi penelitian memiliki karakteristik usaha yang hampir sama antara satu unit analisis dengan unit analisis yang lainnya. Berikut ini adalah deskripsi mengenai sarana yang digunaka n dalam kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di lokasi penelitian.
6.1.1 Lahan Tambak Tambak
merupakan
sarana
yang
digunakan
sebagai
tempat
berlangsungnya kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Serang. Gambar 13 menunjukkan gambaran areal pertambakan di Zona Tirtayasa. Dalam gambar tersebut terlihat, bahwa alur tambak mengelompok dalam arah alur muara sungai. Pada daerah muara sungai luas areal tambak yang berwarna kuning tampak lebih besar dibanding daerah yang jauh dari alur sungai.
Sumber: Dokumentasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang,2004
Gambar 13. Areal pertambakan di Zona Tirtayasa.
56
Usaha budidaya tambak yang dikembangkan oleh masyarakat pesisir Kabupaten Serang, tepatnya masyarakat pesisir di Kawasan Zona Tirtayasa merupakan usaha turun temurun, sehingga kepemilikan lahan tambak di kawasan tersebut rata-rata juga merupakan warisan turun temurun. Areal pertambakan yang secara administrasi terletak dalam wilayah Kecamatan Pontang, mendapatkan supply air tawar dari Sungai Ciujung Lama dan anak-anak Sungai Ciujung Lama, diantaranya adalah Sungai Cikemanyungan, Kali Teluk, dan Sungai Cianyar. Lokasi tambak yang secara administrasi terletak dalam wilayah Kecamatan Tirtayasa juga mendapatkan supply air tawar dari Sungai Ciujung lama, sementara lokasi tambak yang secara administrasi termasuk dalam wilayah Keca matan Tanara mendapatkan supply air tawar dari sungai dan anak-anak Sungai Ciujung dan Cidurian.
Gambar 14 adalah gambar beberapa
sungai yang menjadi sumber air tawar bagi kegiatan budidaya tambak Bandeng di Kawasan Zona Tirtayasa.
(a)
(b)
(c)
Gambar 14. Sungai – Sungai yang Menjadi Sumber Air Tawar Bagi Kegiatan Budidaya Tambak di Kawasan Zona Tirtayasa Pada saat ini rata-rata luasan lahan yang diusahakan oleh masyarakat di masing-masing unit analisis hampir sama yaitu 2 Ha – 3 Ha di Kecamatan Pontang, 2 Ha di Kecamatan Tirtayasa dan Tanara. Data mengenai luasan lahan yang diusahakan oleh petambak di masing-masing unit analisis disajikan dalam Tabel 18.
57
Tabel 18. Rata-Rata Luasan Lahan Tambak Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di Masing -Masing Unit Analisis Kecamatan 1. Pontang 2. Tirtayasa 3. Tanara
Luas Lahan (Ha) 2–3 2 2
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, rata -rata jenis kepemilikan lahan tambak di masing-masing unit analisis adalah milik sendiri yang dimiliki secara turun temurun, namun demikian ada juga beberapa petambak yang menyewa lahan
tambak untuk kegiatan budidaya perikanan tambak. Harga sewa lahan
tambak berkisar antara Rp 2.000.000,00 sampai dengan Rp 3.000.000,00 per Ha per tahun. Harga lahan tambak di masing-masing unit analisis sendiri bekisar antara Rp 4.000,00 sampai dengan Rp 5.000,00 per M2. Data mengenai harga lahan di masing-masing unit analisis disajikan dalam Tabel 19.
Tabel 19. Harga Lahan Tambak di Maisng -Masing Unit Analisis Kecamatan / Desa 1. Pontang 2. Tirtayasa 3. Tanara
Harga Lahan (Rp) 4.000,00 – 5.000,00 5.000,00 5.000,00 – 7000,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
6.1.2 Peralatan Kegiatan Budidaya Sarana lainnya yang digunakan adalah peralatan pendukung budidaya Bandeng. Ada beberapa jenis alat yang digunakan dalam kegiatan budidaya tambak Bandeng, antara lain jaring untuk memanen hasil tambak; pompa untuk memompa air sungai agar supplay air tawar kontinyu; keranjang ikan; petromaks untuk penerangan selama masa pemeliharaan dan bangunan yang terletak di areal pertambakan sebagai tempat untuk penjaga tambak selama kegiatan pemeliharaan berlangsung. Tidak semua jenis peralatan tersebut digunakan di masing-masing unit analisis, untuk lebih jelasnya penggunaan peralatan budidaya tambak bandeng di masing-masing unit analisis, dapat dilihat dalam Tabel 20.
58
Tabel 20. Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Bandeng di MasingMasing Unit Analisis Kecamatan 1. Pontang
Jenis
Jlm
Satuan
Jaring 2 Unit Pompa 1 Unit Keranjang 10 Buah Petromaks 2 Unit Bangunan 12 M2 2. Tirtayasa Jaring 1 Unit Keranjang 12 Buah Petromaks 1 Unit Bangunan 12 M2 3. Tanara Pompa 1 Unit Keranjang 15 Buah Petromaks 1 Unit Bangunan 12 M2 Jaring 1 Unit Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Harga (Rp)
Umur Teknis (Tahun)
150.000,00 2.500.000,00 20.000,00 130.000,00 500.000,00 150.000,00 20.000,00 125.000,00 650.000,00 3.000.000,00 50.000,00 150.000,00 1.000.000,00 150.000,00
3 10 1 3 3 3 2 3 3 11 3 4 5 3
B. Operasional / B. Pemeliharaan (Rp per Siklus / RpperTahun) 200.000 / 100.000 50.000 / 20.000 85.000 40.000 15.000 50.000/10.000 70.000 200.000 / 75.000 10.000 50.000 / 15.000 50.000 10.000
Data Tabel 20 memberikan informasi bahwa para petambak disemua unit analisis membangun sebuah bangunan di areal tambaknya sebagai tempat tinggal penjaga tambak yang rata-rata lusnya adalah 12 M2. Luas bangunan yang sama tidak berarti biaya yang dikeluarkan untuk membengunnya sama di masingmasing unit analisis. Di Pontang rata -rata biaya yang dikeluarkan untuk membangunan bangunan di areal tambak adalah sebesar Rp 500.000,00 dengan biaya pemeliharaan Rp 85.000,00 per tahunnya, sementara di Tirtayasa, rata -rata biaya yang dikeluarkan Rp 650. 000,00 dengan biaya pemeliharaan Rp 70.000,00 per tahun dan di Tanara rata-rata biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.000.000,00 dengan biaya pemeliharaan pertahun Rp 50.000,00. Umur Teknis bangunan di areal tambak berkisar antara 3 sampai dengan 5 tahun. Tidak ada jaringan listrik yang masuk di areal petambakan di Kabupaten Serang, oleh sebab it u untuk sarana penerangan terutama di malam hari petambak menggunakan alat petromaks. Biaya operasional petromaks dalam 1 siklus produksi rata-rata adalah sebesar Rp 50.000,00 dan biaya pemeliharaanya per tahun berkisar antara Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 20.000,00.
59
Tidak semua petambak menggunakan pompa untuk menarik air dari sungai. Rata -rata petambak yang menggunakan pompa adalah petambak yang lokasi tambaknya sedikit jauh dari sumber air. Beberapa petambak yang menggunakan pompa antara lain beberapa petambak di Kecamatan Pontang dan Tanara. Biaya operasional Pompa yang dikeluarkan dalam 1 siklus produksi budidaya Ikan Bandeng rata-rata adalah Rp 200.000,00, sementara biaya pemeliharaan pompa untuk 1 tahunnya berkisar antara Rp 75.000,00 sampai dengan Rp 100.000,00. Perlengkapan lainnya dalam usaha budidaya Bandeng di lokasi penelitian adalah keranjang ikan dan jaring yang digunakan pada saat kegiatan pemanenan ikan.
6.1.3 Benih Ikan Bandeng Benih Ikan Bandeng dikenal dengan nama nener. Diakui oleh pa ra petambak Bandeng di kawasan Zona Tirtayasa bahwa dahulu nener diperoleh dari hasil tangkapan dari alam, yang kemudian dibesarkan dalam media tambak. Pada saat ini nener alam tersebut sudah sangat terbatas jumlahnya dan untuk memenuhi kebutuhan nener bagi kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng, saat ini para petambak memperolehnya dari panti-panti benih baik yang berada di dalam Kabupaten Serang ataupun di luar Kabupaten Serang seperti misalnya dari panti benih di daerah Lampung dan Sulawesi Selatan. Kegiatan pembesaran bandeng yang dilakukan oleh petambak di masing-masing unit analisis menggunkan benih yang berumumr 60 hari yang disebut dengan ”sodok” atau ”gelondongan”. Harga benih ukuran ”sodok” ini cukup beragam, ya itu berkisar antara Rp 125,00 sampai dengan Rp 140,00. Padat tebar nener untuk 1 Ha di masing-masing unit analisis cukup beragam. Pada dasarnya padat tebar benih juga sangat ditentukan oleh modal yang dimiliki oleh petambak untuk diinvestasikan dalam kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng itu. Selain itu pertimbangan lainnya adalah daya dukung dan kapasitas perairan, karena kegiatan budidaya tambak Bandeng di Pesisir Kabupaten Serang pada umumnya sangat mengandalkan pakan alami yang disediakan oleh perairan tersebut. Tabel 21 menginformasikan mengenai padat
60
tebar nener dalam 1 Ha lahan tambak dan harga beli nener di masing-masing unit analisis.
Tabel 21. Padat Tebar Per Ha dan Harga Benih Ikan Bandeng di MasingMasing Unit Analisis Kecamatan 1. Pontang 2. Tirtayasa 3. Tanara
Padat Tebar (ekor / Ha) 4.000 4.000 4.000
Harga (Rp/ ekor) 125,00 – 130,00 125,00 – 140,00 125,00 – 130,00
Sumber: Diolah dari data primer,2005
6.1.4 Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng, dibagi ke dalam 3 bagian sesuai dengan 3 tahap pada kegiatan tersebut. Pada masa persiapan di Pontang rata-rata dibutuhkan antara 3 sampai dengan 5 orang dengan masa kerja berkisar antara 6 sampai dengan 5 hari. Di Tirtayasa dan Tanara rata -rata dibutuhkan antara 3 sampai dengan 4 orang dengan masa kerja berkisar antara 6 sampai dengan 7 hari. Pada masa pemeliharaan di Pontang rata-rata dibutuhkan 1 sampai dengan 2 orang untuk menjaga dan mengawasi kegiatan budidaya sementara di Tirtayasa dan Tanara rata-rata hanya dibutuhkan 1 orang. Pada
masa panen di Pontang dan Tirtayasa rata-rata
dibutuhkan 7 sampai dengan 10 orang, sementara di Tanara tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pemanenan berkisar antara 6 sampai dengan 7 orang. Tabel 22 menampilkan data kebutuhan tenaga kerja dalam kegiatan budidaya Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis. Tabel 22. Jumlah Tenaga Kerja Pada Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-masing unit analisis. Kecamatan 1. Pontang 2. Tirtayasa 3. Tanara
Luas Lahan (Ha) 2–3 2 2
Sumber: Diolah dari data primer,2005
Masa Persiapan (Orang) 3– 5 3– 4 3– 4
Masa Pemeliharaan (Orang) 1-2 1 1
Masa Panen (Orang) 7 -10 7-10 6-7
61
Sistem kerja tenaga kerja tersebut juga bervariasi di setiap unit analisis, ada yang dibayar secara borongan, ada yang dibayar harian/bulanan dan juga ada yang dibayar dengan sistem bagi hasil. Di Pontang pada masa persiapan tenaga kerja biasanya dibayar dengan sistem harian sebesar Rp 25.000,00 per hari per orang, atau dengan sistem borongan sebesar Rp 500.000,00 sampai dengan Rp 750.000,00, sementara pada masa pemeliharaan tenaga kerja dibayar dengan sistem bulanan yang berkisar antara Rp 250.000,00 sampai dengan Rp 300.000,00 atau dengan sistem harian sebesar Rp 10.000,00 per hari per orang dan pada masa pemane nan tenaga kerja dibayar dengan sistem borongan yang nilainya mencapai Rp 500.000,00 – Rp 700.000,00 atau sesuai dengan hasil panen. Di Tirtayasa tenaga kerja pada masa persiapan rata-rata dibayar dengan sistem harian sebesar Rp 25.000,00 per hari per orang, sementara pada masa pemeliharaan tenaga kerja juga dibayar harian sebesar Rp 10.000,00 per hari per orang dan pada masa panen tenaga kerja dibayar dengan sistem borongan sebesar Rp 500.000,00 atau sesuai dengan besarnya hasil panen. Di Tanara tenaga ke rja pada masa pemeliharaan dibayar dengan sistem borongan
rata-rata sebesar Rp 500.000,00, sementara
untuk masa pemeliharaan tenaga kerja dibayar dengan sistem bulanan sebesar Rp 300.000,00 per bulan dan pada masa panen tenaga kerja dibayar dengan sistem borongan rata -rata sebesar Rp 300.000,00 atau sesuai dengan hasil panen. Selain jenis sistem kerja diatas ada juga sistem kerja dengan bagi hasil dari jumlah hasil panen yang besarannya ditetapkan dan disepakati sebelumnya dengan perbandingan hasil pemilik tambak dan pekerja rata -rata 70:30 atau 80:20. Tabel 23
menampilkan data mengenai sistem kerja tenaga kerja dalam kegiatan
budidaya Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis. Tabel 23. Sistem Kerja Tenaga Kerja dalam Kegiatan Budidaya Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis. Kecamatan 1. Pontang
2. Tirtayasa 3. Tanara
Masa Persiapan Harian / Rp 25.000,00 Borongan/ Rp 750.000,00 Harian / Rp 25.000,00
Borongan/ Rp 500.000,00 Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Masa Pemeliharaan Bulanan/ Rp 250.000,00 Rp 300.000,00 Harian / Rp 10.000,00 Harian / Rp 10.000,00 Bulanan/ Rp 300.000,00
Masa
Panen
Borongan / Rp 500.000,00 – Rp 700.000,00 Borongan/ Rp 500.000,00 Borongan/ Rp 300.000,00
62
6.1.5 Sarana Produksi Lainnya Sarana pendukung lainnya dalam kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng lainnya antara lain adalah pupuk, bahan kimia pembasmi hama, pakan atau vitamin untuk bandeng. Pupuk dibutuhkan dalam masa persiapan lahan tambak, yang dimaksudkan untuk menyuburkan lahan tambak dan memicu pertumbuhan pakan alami di perairan. Di lokasi penelitian pada umumnya jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik, yaitu Urea dan TSP dengan perbandingan 1:1. Dosis yang diberikan untuk 1 ha luasan tambak berkisar antara 75 sampai dengan 100 Kg. Salah satu permasalahan yang umumnya dihadapi oleh hampir semua petambak di lokasi penelitian adalah adanya hama sumpil. Untuk memberantas hama tersebut pada saat ini petambak menggunakan obat pembasmi hama yang bermerek dagang Bristan atau Bentan. Untuk 1 Ha luasan lahan tambak dibutuhkan kurang lebih 0,5 Kg obat pembasmi hama tersebut. Untuk menunjang pertumbuhan Ikan Bandeng, petambak memberikan sejenis vitamin yang bernama Raja Bandeng. Dosis yang diberikan untuk 1 Ha lahan tambak adalah 15 Kg, namun tidak semua petambak menggunakan bahan tambahan ini, rata-rata hanya sebahagian petambak di Pontang dan Tanara yang menggunakannya. Tabel 24 menampilkan data penggunaan pupuk dan bahan kimia pembasmi hama di masing-masing unit analisis. Penggunaan Pupuk di Pontang dengan luasan lahan berkisar antara 2-3 Ha adalah berkisar antara 150 – 200 Kg, sementara di Tirtayasa dengan luasan lahan 2 Ha pupuk yang digunakan rata -rata 150 Kg dan Tanara denga n luas lahan 2 Ha penggunaan pupuk rata-rata 150 – 200 Kg.
Tabel 24. Dosis Penggunaan Pupuk di Masing-Masing Unit Analisis Kecamatan 1. Pontang 2. Tirtayasa 3. Tanara
Luas Lahan (Ha)
Urea (Kg)
TSP (Kg)
2– 3 2 2
150 - 200 150 150 - 200
150 – 200 150 150 – 200
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Bristan/ Bentan (Kg) 1 1 1
63
6.1.6 Modal Investasi Modal usaha dapat menjadi ukuran skala kegiatan usaha yang dilakukan. Pada umumnya yang termasuk biaya modal usaha dalam kegiatan budidaya Ikan Bandeng di lokasi penelitian adalah pembelian atau penyewaan lahan tambak, peralatan budidaya, dan juga biaya operasional kegiatan budidaya tambak Bandeng. Sumber permodalan dalam usaha budidaya tambak Bandeng di lokasi penelitian, pada umumnya berasal dari dana pribadi yang sengaja diinvestasikan untuk kegiatan ini. Modal usaha tersebut juga merupakan warisan turun temurun dalam masyarakat komunitas masyarakat pesisir di lokasi penelitian. Tabel 25, menampilkan data mengenai rata-rata jumlah modal yang dikeluarkan oleh petambak untuk memulai usaha budidaya Ikan Bandeng.
Tabel 25. Rata-Rata Jumlah Modal Usaha Kegiatan B udidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis Kecamatan Pontang Tirtayasa Tanara
Jumlah Modal (Juta Rp) 80 – 90 100 80 –100
Sumber Modal Sendiri Sendiri Sendiri
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Saat ini para petambak mengakui masih membutuhkan modal untuk pengembangan usaha budidaya tambak Ikan Bandeng, namun dirasakan sulit untuk dapat memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan formal setempat. Jika pun ada petambak yang meminjam uang untuk modal usaha ini adalah bersumber dari lembaga keuangan informal yaitu juragan. Diakui oleh petambak, hal ini sangat memberatkan, karena kelak hasil produksi harus dijual kepada juragan tersebut dan dalam hal ini para petambak memiliki posisi tawar yang sangat lemah dalam menentukan harga jual Ikan Bandeng .
6.2 Kegiatan Produksi Satu siklus kegiatan pembesaran Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis rata -rata akan berlangsung selama 4 bulan, yang terdiri atas masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa pemanenan, sehingga dalam satu tahun
64
petambak dapat melakukan kegiatan usaha ini sebanyak 3 siklus. Selain itu ada juga beberapa petambak di Pontang yang melakukan pemeliharaan sampai dengan 6 bulan. Tabel 26 berisi tentang informasi siklus budidaya di masing-masing unit analisis. Tabel 26. Siklus Budidaya di Masing-Masing Unit Analisis Kecamatan Pontang Tirtayasa Tanara
1 Siklus (Bulan) 4-6 4 4
1 Tahun (Siklus) 2-3 3 3
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
6.2.1 Masa Persiapan Kegiatan yang dilakukan dalam masa persiapan adalah mempersiapkan lahan tambak agar siap dan layak untuk digunakan sebagai media budidaya ikan Bandeng. Masa persiapan ini akan memaka n waktu kurang lebih 7 sampai dengan 10 hari. Adapun kegiatan yang dilakukan selama masa persiapan antara lain adalah sebagai berikut: 1) Membalikkan lahan tambak, menyingkirkan lumpur-lumpur hitam dan mengeringkan lahan selama beberapa hari. Kegiatan dimaksudkan untuk menjaga kualitas tanah agar tidak bermasalah pada saat kegiatan pemeliharaan dan juga untuk mematikan hama atau mikro organisme yang tidak menguntungkan bagi kegiatan budidaya Ikan Bandeng. Salah satu contoh hama yang sering mengganggu kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Serang adalah hama Sumpil. Sumpil merupakan jenis kerang-kerangan kecil yang menjadi saingan Ikan Bandeng dalam memperoleh pakan alami yang ada di perairan. Jadi jika Sumpil ini banyak ditemukan di perairan tambak, sudah dapat dipastikan pertumbuhan Ikan Bandeng akan terganggu. Salah satu jalan yang ditempuh oleh para petambak untuk membasmi hama ini adalah dengan mengeringkan lahan dan juga memberikan obat pembasmi hama yaitu Bristan. Dosis yang digunakan adalah 0,5 kg bristan untuk 1 Ha lahan Tambak. 2) Setelah lahan tambak diolah, kemudian diberi pupuk yang bertujuan untuk menyuburkan lahan agar dapat menunjang pertumbuhan pakan alami, yaitu kelekap. Jenis pupuk yang digunakan adalah paduan antara Urea dan TSP.
65
Dosis yang diberikan adalah 100 Kg Urea dan 100 Kg TSP untuk 1 Ha lahan tambak. 3) Setelah lahan siap digunakan, kemudian setiap petakan tambak di isi air setinggi 30-40 Cm, dan benih siap untuk ditebar.
6.2.2 Masa Pemeliharaan Masa pemeliharaan dimulai sejak nener ditebar dalam petakan tambak, dan ini akan berlangsung selama kurang lebih 4 sampai 6 bulan. Masyarakat pesisir Kabupaten Serang pada umumnya masih menggunakan teknologi tadisional dalam melakukan kegiatan usaha budidaya tambak Ikan Bandeng. Hal ini dicirikan dengan padat tebar benih yang hanya berkisar antara 3.000 ekor sampai dengan 4.000 ekor per Ha. Selain itu, dalam menunjang pertumbuhan Ikan Bandeng, pada umumnya petambak hanya mengandalkan pakan alami berupa kelekap yang ada di perairan, jikapun ada petambak yang memberikan pellet sebagai pakan tambahan, namun jumlahnya sangat sedikit. Untuk menunjang pertumbuhan Ikan Bandeng, petambak hanya memberi nutrisi berupa vitamin yang dikenal dengan nama Raja Bandeng. Dosis yang diberikan adalah 15 Kg untuk 1 Ha lahan.
6.2.3 Masa Pemanenan Masa pemanenan adalah akhir dari 1 siklus kegiatan budidaya Bandeng. Selama pemeliharaan di petak tambak selama kurang lebih 4 bulan ikan sudah siap dipanen, dengan berat berkisar antara 200 gram sampai dengan 250 gram per ekor. Petambak memanen Bandeng dengan menggunakan jaring. Dari hasil pengamatan selama masa pemeliharaan, jika diperkirakan ukuran Ikan Bandeng relatif seragam, maka petambak akan melakukan pemanen total, namun jika dari hasil pengamatan pertumbuhan ikan tidak merata, maka dila kukan
panen
selektif.
Pemanena n
selektif
dilakukan
dengan
cara
menggunakan jaring, sementara pemanenan secara total dilakkan dengan cara mengeringkan petakan tambak. Air dikeringkan, sampai yang tersisa hanya di bagian caren saja, selanjutnya penangkapan dilakukan dengan tanggok dan jaring.
66
Petambak di lokasi penelitian, biasanya melakukan kegiatan pemanenan ikan pada pagi hari sebelum matahari terbit, dengan persiapan pada malam harinya.
6.3 Hasil Produksi dan Pemasaran
6.3.1 Hasil Produksi Hasil produksi kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng pada umumnya tidak selalu sama dari satu siklus dengan siklus berikutnya atau sebelumnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain yaitu kondisi lahan dan air, kualitas benih dan juga ketersediaan pakan alami di perairan tambak. Dari pengalaman bertahun-tahun melakukan kegiatan ini para petambak di lokasi penelitian menyampaikan bahwa jumlah produksi per Ha berkisar antara 150 sampai dengan 700 Kg. Di Pontang, tingkat produksi 1 Ha lahan pada saat ini berkisar antara 350 sampai dengan 450 Kg, namun pada waktu sebelumnya tingkat produksi tersebut pernah mencapai 700 kg per ha tertinggi dan 200 Kg per ha terendah. Di Tirtayasa tingkat produksi saat ini rata -rata mencapai 375 Kg per Ha, namun sebelumnya pernah mencapai 600 Kg tertinggi dan 250 Kg per Ha terendah. Di Tanara, pada saat ini nilai produksi berkisar antara 275 – 300 Kg per Ha, namun pada waktu sebelumnya pernah mencapai 650 Kg per Ha tertinggi dan 250 Kg per Ha terendah. Tabel 27 menya jikan data-data tersebut. Tabel 27. Jumlah Produksi Ikan Bandeng Per Ha di Masing-Masing Unit Analisis Luas Lahan Hasil Panen (Kg / Ha) Kecamatan (Ha) Saat Ini Tertinggi Terendah 1. Pontang
2 -3
350 - 450
700
200
2. Tirtayasa
2
400
600
250
3. Tanara
2
275 – 300
650
250
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
6.3.2 Pemasaran Hasil Produksi Simpul pertama penjualan atau pemasaran usaha budidaya tambak Ikan Bandeng di lokasi penelitian adalah di tepi tambak, karena pada umumnya petambak menjual hasil produksi mereka kepada tengkulak yang datang langsung
67
ke tambak, namun demikian ada juga petambak yang langsung menjual hasil produksi mereka ke pasar. Harga Ikan Bandeng di tingkat petambak berfluktuasi berdasarkan penawaran dan permintaan Ikan Bandeng di pasaran. Harga Ikan Bandeng saat ini adalah Rp 10.000,00 per Kg. Tabel 28 menampilkan data harga Ikan Bandeng di tingkat petambak di masing-masing unit analisis.
Tabel 28. Harga Ikan Bandeng per Kg di Masing -Masing Unit Analisis Kecamatan 1. Pontang 2. Tirtayasa 3. Tanara
Luas Lahan (Ha) 2 -3 2 2
Saat Ini 10.000,00 10.000,00 10.000,00
Hasil Panen (Kg / Ha) Tertinggi Terendah 12.000,00 4500,00 – 5000,00 12.000,00 5000,00 12.000,00 5000,00 – 7000,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Berdasarkan informasi yang didapat dari petambak dan tengkulak atau pedagang pengumpul, ikan hasil produksi di lokasi penelitian, pada umumnya untuk konsumsi dalam Kabupaten Serang. Jarak Kabupaten Serang dengan Ibukota Jakarta relatif dekat, namun demikian Ikan Bandeng yang diproduksi di Kabupaten Serang masih kalah bersaing di pasar Jakarta dengan Ikan Bandeng yang dihasilkan dari daerah lainnya seperti Pati, Gersik dan Lampung. Ikan Bandeng yang diproduksi dari daerah tersebut memiliki ukuran yang lebih besar dan tekstur daging yang padat. Pada umumnya petambak atau tengkulak membawa dan memasarkan hasil produksi ikan Bandeng di Pasar Rau, yang secara Administratif terletak di Kota Serang. Tabel 29 menampilkan informasi rata-rata jarak lokasi pasar dengan masing-masing unit analisis.
Tabel 29. Jarak Masing -Masing Unit Analisis Ke Pasar Rau No. Kecamatan 1. Pontang
Jarak Rata-RataKe Pasar Rau (Km) 21
2.
Tirtayasa
30
3.
Tanara
39
Sumber: Survei Peta Digital Kabupaten Serang,2005
68
Ikan Bandeng di bawa ke pasar dengan menggunakan transportasi mobil Pick-Up yang dimiliki atau di sewa oleh tengkulak atau petambak, atau juga di bawa dengan menggunakan transportasi angkutan ikan yang ada di sekitar lokasi tambak. Alat transportasi tersebut rata-rata memiliki kapasitas 1.000 – 1.500 Kg. Biaya transportasi yang dikeluarkan dalam kegiatan pemasaran hasil produksi ikan Bandeng di Pontang yang jarak rata-ratanya ke pasar mencapai 21 Km adalah Rp 250.000,00, sementara di Tirtayasa yang jarak rata-ratanya ke pasar mencapai 30 Km adalah Rp 300.000,00 dan di Tanara yang jarak rata -ratanya dari pasar mencapai 39 Km adalah Rp 350.000,00. Tabel 30, menampilkan data jenis angkutan, kapasitas angkut dan biaya transportasi untuk pemasaran Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis. Tabel 30. Jenis Angkutan, Kapasitas Angkut dan Biaya Transportasi Untuk Pemasaran Ikan Bandeng di Masing -Masing Unit Analisis. Desa 1. Pontang 2. Tirtayasa 3. Tanara
Jenis Angkutan/ Kapasitas Pick Up / 1.000 – 1.500 Kg Pick Up / 1.000 – 1.500 Kg Pick Up / 1.000 – 1.500 Kg
Biaya Transportasi Rp 250.000,00 Rp 300.000,00 Rp 350.000,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
6.4 Analisis Nilai Land Rent Nilai land rent yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai surplus suatu bidang lahan yang didapat dari penggunaan lahan tersebut untuk suatu kegiatan ekonomi tertentu yang dalam hal ini adalah kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng. Konsep yang digunakan adalah Ricardian land rent, dikatakan demikian karena konsep ini dikembangkan oleh seor ang ahli ekonomi yang bernama David Ricardo. Dalam konsepnya Ricardo menyatakan bahwa rente ekonomi dari sebidang lahan adalah nilai perbedaan produktivitas antara sebidang lahan dengan sebidang lahan yang lebih buruk kualitasnya atau yang lebih jauh jaraknya yang mengakibatkan biaya produksi lebih besar (Tietenberg 2001). Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai land rent dari sebidang lahan ditentukan oleh kesuburan dan jarak lahan tersebut dari pusat pasar. Analisis nilai
land
rent
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
pembahasan
69
mengenai faktor kesuburan dan faktor jarak lahan tambak di masing-masing unit analisis.
6.4.1. Produktivitas Lahan Produktivitas diartikan sebagai jumlah produksi per satuan luas. Produktivitas digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan lahan, dimana jika tingkat produkivitas suatu lahan lebih tinggi dibandingkan lahan yang lainnya, maka dapat dikatakan bahwa lahan tersebut memiliki tingkat kesuburan yang lebih tinggi, sehingga surplus produksi antara lahan tersebut dengan lahan yang lainnya itulah yang dinamakan sebagai land rent. Hasil penelitian memberikan informasi mengenai jumlah total produksi Ikan Bandeng yang dihasilkan di masing-masing unit analisis, seperti tampak dalam Tabel 31 dan diilustrasikan pada Gambar 15. Tabel 31. Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis Luas Lahan Total Produksi Produktivitas No Kecamatan (Ha) (Kg) (Kg/Ha) 1 Pontang 24 9.600 400,0 2 Tirtayasa 12 4.500 375,0 3 Tanara 12 3.450 287.5 Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Tanara
Tirtayasa
Pontang
0
100
200
300
400
Produktivitas
Gambar 15. Produktivitas Lahan Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis
70
Dengan padat tebar benih yang sama sebesar 4.000 ekor per Ha, tingkat produktivitas budidaya Ikan Bandeng yang tertinggi adalah
di Kecamatan
Pontang. Data responden menunjukkan dari luasan 24 Ha lahan tambak diperoleh produksi sebesar 9.600 Kg, dan berarti tingkat produktivitas rata -rata mencapai 400 Kg per Ha per siklus produksi. Produksi per responden berkisar antara 700 Kg sampai dengan 1.350 Kg per siklus produksi untuk luasan lahan seluas 2 sampai dengan 3 Ha. Di Kecamatan Tirtayasa dari 12 Ha luasan lahan tambak, dihasilkan produksi Ikan Bandeng sebanyak 4.500 Kg, yang berarti produktivitas lahan tambak mencapai 375 Kg per Ha per siklus produksi. Produksi per responden berkisar antara 700 – 800 Kg per 2 Ha luasan lahan per siklus produksi. Kecamatan Tanara memiliki tingkat produksi terendah dari 12 Ha luasan lahan tambak hanya dihasilkan 3.450 Kg Ikan Bandeng, dengan produktivitas per Ha yaitu 287.5 Kg per Ha per siklus produksi. Jumlah produksi per responden berkisar antara 550 – 600 Kg per 2 Ha luasan lahan tambak per siklus produksi. Banyak hal yang menjadi faktor penentu tingkat produktivitas kegiatan budidaya Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis, antara lain adalah kualitas lahan, kualitas air, benih dan juga pakan. Kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Serang pada umumnya hanya mengandalkan pakan alami saja, sehingga faktor keberhasilan panen benar-benar bergantung kepada kualitas lahan dan air serta benih yang digunakan sebagai sarana dalam kegiatan budidaya Ikan Bandeng. Tabel 32 menyajikan informasi mengenai kondisi lahan dan sumber air untuk kegiatan produksi tambak Bandeng di masing-masing unit analisis. Data pada Tabel 32 memberikan gambaran bahwa wilayah pertambakan di Kecamatan Pontang pada umumnya mendapat supply air tawar yang kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan wilayah lainnya, namun demikian tidak semua lokasi tambak bedekata n dengan sumber air, sehingga sebagian petambak memerlukan pompa sebagai alat bantu untuk menjaga kontinuitas volume air dalam tambak. Berbeda dengan kondisi di Pontang, kondisi sumber air di Kecamatan Tanara diidentifikasikan memiliki kualitas yang lebih rendah, hal ini diakibatkan, karena di hulu sungai yang menjadi sumber air kegiatan tambak banyak berdiri kegiatan industri yang membuang limbahnya kedalam sungai. Meskipun setiap industri yang berdiri telah dilengkapi dengan alat pengolah
71
limbah, namun telah terjadi akumulasi limbah di perairan sungai yang mengakibatkan tingkat pencemaran cukup tinggi. Berdasarkan informasi dari penduduk dan pengamatan lapang memang terlihat banyak lahan –lahan tambak yang saat ini tidak produktif di wilayah Keamatan Tana ra . Pada umunya lahan tambak di Kecamatan Tanara, sebelumnya berkembang sebagai tambak Udang Windu, namun ketika mulai banyaknya berdiri industri di hulu sungai yang mengakibatkan adanya akumulasi limbah pabrik mengakibatkan kualitas air turun dan petamba k mengalami kegagalan panen, karena komoditas udang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena itu banyak petambak yang mengalami kebangkrutan dan akhirnya tidak melakukan usaha budidaya udang lagi, namun ada sebagian petambak yang masih mengembangkan usaha tambak Ikan Bandeng, karena Ikan Bandeng dinilai memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap perubahan lingkungan.
Tabel 32. Informasi Kondisi Sumber Air di Lokasi Penelitian No 1.
2.
3.
Kecamatan Kondisi Lahan Pontang Lahan pesisir Kabupaten Pontang teksturnya berberlumpur. Petambak melakukan pengeringan lahan Tirtayasa Sebagian besar lahan pesisir di Kecamatan Tirtayasa teksturnya berpasir Tanara
Lahan pesisir Kecamatan Tanara tekstrnya berlumpur. Sebelumnya banyak ditumbuhi pohon bakau namun banyak yang dikonversi menjadi lahan tambak.
Kondisi Sumber Air Sumber air pertambakan berasal dari Sungai Cikamanyungan dan anakanak Sungai Ciujung lama. Tingkat pencemaran di hulu sungai relative rendah, hanya dari limbah rumah tangga. Sumber air berasal dari Sungai Cijung lama. Bagian hulu sungai yang melintas di Kecamatan Tirtayasa dipadati penduduk, sehingga adanya akumulasi limbah rumah tangga Sumber air dari Sungai Cidurian dan Ciujung. Tingkat pencemaran di hulu sungai relative tinggi, karena banyakya industri yang membuang limbah ke perairan sungai sehingga limbah terakumulasi dan mengakibatkan penurunan kualitas perairan
Sumber: Data Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang 2004 dan Pengamatan Lapang.
72
6.4.2 Biaya Produksi Biaya produksi dalam kegiatan perikanan tambak, terdiri atas biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. 1) Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupakan perkalian dari jumlah tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Dalam kegiatan perikanan tambak biaya tenaga kerja biasanya dibedakan pada saat masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa panen. Total biaya kenaga kerja merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam masa produksi. Data hasil penelitian mengenai biaya tenaga kerja untuk kegiatan budidaya Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 33.
Tabel 33. Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis No
Kegiatan
1 Persiapan 2 Pemeliharaan 3 Pemanenan Total Biaya 1 Persiapan 2 Pemeliharaan 3 Pemanenan Total Biaya 1 Persiapan 2 Pemeliharaan 3 Pemanenan Total Biaya
Biaya Satuan Satuan (Rp/Ha) Kecamatan Pontang HOK 10,60 25.000,00 HOK 63,30 10.000,00 HOK 4,79 50.000,00 Besaran
HOK HOK HOK
Kecamatan Tirtayasa 11,50 25.000,00 60,00 10.000,00 4,50 50.000,00
Kecamatan Tanara HOK 10,83 25.000,00 HOK 60,00 10.000,00 HOK 2,58 50.000,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Total Biaya (Rp/Ha) 265.000,00 633.000,00 239.500,00 1.137.500,00 287.500,00 600.000,00 225.000,00 1.112.500,00 270.833,33 600.000,00 129.166,67 1.000.000,00
73
Data Tabel 33 merupakan biaya tenaga kerja per 1 Ha luasan lahan tambak. Dari data tersebut diketahui bahwa biaya tenaga kerja di Kecamatan Pontang, yaitu Rp 1.137.500,00 per Ha per siklus produksi, sementara di Kecamatan Tirtayasa biaya tenaga kerja mencapai Rp 1.112.500,00 per Ha per siklus produksi dan di Kecamatan Tanara biaya tenaga kerja adalah yang terendah dibandingkan dengan 2 unit analisis yang lainnya, yaitu sebesar Rp 1.000.000,00. Dibandingkan dengan Kecamatan Tirtayasa dan Tanara, total biaya tenaga kerja Kecamatan Pontang nilainya lebih besar. Dari data Tabel 33 dapat dilihat bahwa perbedaan terutama untuk biaya tenaga kerja pada masa pemeliharaan dan pemanenan. Hal ini dikarenakan luas lahan yang dikelola di Kecamatan Pontang antara 2 samapi 3 Ha. Petambak yang mengolah lahan tambak Ikan Bandeng seluas 3 Ha rata-rata membutuhkan 2 orang pekerja pada masa pemeliharaan. Jumlah produksi di Kecamatan Pontang juga lebih besar dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya, hal ini berpengar uh terhadap besarnya biaya pemanenan yang harus dikeluarkan oleh petambak, karena sistem yang diterapkan adalah bagi hasil berdasarkan jumlah produksi yang didapat pada saat panen. Dari keterangan dan data -data di atas ada satu hal yang menarik untuk dibahas lebih mendalam dalam struktur biaya tenaga kerja produksi budidaya ikan bandeng di lokasi penelitian, yaitu kaitan antara luas lahan dan jumlah tenaga kerja serta biaya yang dikeluarkan. Dari kasus di Kecamata Pontang diketahui bahwa dalam masa pemeliharaan untuk petambak yang mengusahakan 2 Ha lahan diperlukan 1 orang tenaga kerja sementara untuk petambak yang mengusahakan 3 Ha lahan, pada masa pemeliharaan membutuhkan tenaga kerja 2 orang. Data tersebut menggambarkan bahwa untuk masa pemeliharaan 1 orang pekerja memiliki kapasitas maksimal bekerja pada luasan 2 Ha lahan, sehingga dapat dikatakan pengusahaan 2 ha lahan tambak dan kelipatannya merupakan luasan optimal dalam struktur biaya tenaga kerja pada masa pemeliharaan. Tabel 34 menampilkan Total biaya tenaga kerja per Ha per siklus produksi kegiatan budidaya Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis, yang juga diilustrasikan pada Gambar 16.
74
Tabel 34. Total Biaya Tenaga Kerja Per Ha Per Siklus Produksi Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di Masing – Masing Unit Analisis No Kecamatan 1 Pontang 2 Tirtayasa 3 Tanara
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha) 1.137.500,00 1.112.500,00 1.000.000,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
1,150,000
1,137,500 1,112,500
1,100,000 Biaya Tenaga 1,050,000 Kerja (Rp/Ha) 1,000,000
1,000,000
950,000 900,000 Pontang
Tirtayasa
Tanara
Gambar 16. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja / Ha Produksi Budidaya Ikan Bandeng di Lokasi Penelitian
2) Biaya Sarana Produksi Biaya sarana produksi kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng antara lain terdiri atas biaya pembelian bibit (nener), pupuk, bahan kimia pembasmi hama, bahan tambahan (vitamin), biaya operasional petromaks dan biaya operasional pompa.
Hasil penelitian memberikan informasi bahwa struktur biaya sarana
produksi budidaya Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis sedikit berbeda. Tabel 35 menginformasikan jenis dan besarnya biaya sarana produksi di lokasi penelitian. Data Tabel 35 merupakan biaya sarana produksi per 1 Ha luasan lahan tambak dalam 1 siklus produksi. Dari data tersebut diketahui bahwa biaya sarana produksi di Kecamatan Pontang, yaitu Rp 1.188.750,00 per Ha per siklus produksi, sementara di Kecamatan Tirtayasa biaya sarana produksi mencapai Rp
75
1.160.000,00 per Ha per siklus produksi dan di Kecamatan Tanara biaya sarana produksi adalah sebesar Rp 1.187.000,00.
Tabel 35. Biaya Sarana Produksi Kegiat an Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis (Rp / Ha) No
Biaya sarana produksi
1 2 3 4 5 6 7
Nener Raja Bandeng Urea TSP Bristan Ops. Petromaks Ops. Pompa
1 2 3 4 5
Nener Urea TSP Bristan Ops. Petromaks
1 2 3 4 5 6 7
Nener Raja Bandeng Urea TSP Bentan Ops.Petromaks Ops Pompa
Satuan
Besaran
Biaya Satuan (Rp)
Kecamatan Pontang Ekor 4000,00 125,00 Kg 8,33 5.600,00 Kg 81,25 1.400,00 Kg 75,00 1.400,00 Kg 0,42 800.000,00 Liter 35,71 1.400,00 Liter 20,00 2.000,00 Total Kecamatan Tirtayasa Ekor 4000,00 125,00 Kg 75,00 1.400,00 Kg 75,00 1.400,00 Kg 0,50 800.000,00 Liter 35,71 1.400,00 Total Kecamatan Tanara Ekor 4000,00 125,00 Kg 7,50 5.600,00 Kg 87,50 1.400,00 Kg 87,50 1.400,00 Kg 0,50 600.000,00 Liter 35,71 1.400,00 Liter 25,00 2.000,00 Total
Total Biaya (Rp) 500.000,00 46.666,67 113.750,00 105.000,00 333.333,33 50.000,00 40. 000,00 1.188.750,00 500.000,00 105.000,00 105.000,00 400.000,00 50.000,00 1.160.000,00 500.000,00 42.000,00 122.500,00 122.500,00 300.000,00 50.000,00 50.000,00 1.187.000,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Dibandingkan dengan Kecamatan Pontang dan Tanara, total biaya tenaga kerja
Kecamatan Tirtayasa nilainya lebih kecil.
Hal ini dikarenakan dalam
kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Kecamatan Tirtayasa tidak menggunakan sarana pompa dan vitamin raja bandeng, sehingga dalam struktur biayanya tidak terdapat biaya operasional pompa dan biaya vitamin. Pada dasarnya struktur biaya
76
sarana produksi di Kecamatan Pontang dan Tanara adalah sama, namun ada perbe daan penggunaan jenis obat kimia pembasmi hama, sehingga nilainya sedikit berbeda. Di Kecamatan Pontang, petambak menggunakan jenis bristan yang harganya mencapai Rp 800.000,00 per Kg sementara di Kecamatan Tanara petambak menggunakan jenis Bentan yang harganya lebih murah, yaitu Rp 600.000,00 per Kg. Tabel 36 menampilkan data Total Biaya Sarana Produksi per Ha per siklus produksi dan diilustrasikan pada Gambar 17
Tabel 36.
Total Biaya Sarana Produksi Per Ha Per Siklus Produksi Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis Kecamatan
Biaya Sarana Produksi (RP/ Ha) 1.188.750,00 1.160.000,00 1.187.000,00
Pontang Tirtayasa Tanara
Biaya Sarana Produksi (Rp/Ha)
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
1,190,000 1,185,000 1,180,000 1,175,000 1,170,000 1,165,000 1,160,000 1,155,000 1,150,000 1,145,000
1,188,750
1,187,000
1,160,000
Pontang
Tirtayasa
Tanara
Gambar 17. Total Biaya Sarana Produksi Per Ha Per Siklus Produksi Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis Berdasarkan hasil analisis struktur biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi diatas, maka dapat diketahui besarnya biaya produksi kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis, sebagimana tampak dalam Tabel 37.
77
Tabel 37. Total Biaya Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing Masing Unit Analisis No Kecamatan
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha)
1 Pontang 2 Tirtayasa 3 Tanara
Biaya Sarana Produksi (Rp/Ha)
1.137.500,00 1.112.500,00 1.000.000,00
1.188.750,00 1.160.000,00 1.187.000,00
Total Biaya Produksi (Rp/Ha) 2.326.250,00 2.272.500,00 2.187.000,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Biaya Produksi per Ha per siklus kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di kawasan Zona Tirtayasa pada umumnya di atas Rp 2.000.000,00. Total biaya tertinggi adalah di Kecamatan Pontang, sebesar Rp 2.326.250,00 per Ha per siklus, kemudian Kecamatan Tirtayasa, sebesar Rp 2.272.000,00 per Ha per siklus dan yang terendah adalah Kecamatan Tanara, sebesar Rp 2.187.000,00 per Ha per siklus.
6.4.3 Biaya Transportasi Dalam analisis nilai land rent, faktor jarak atau aksesibilitas lokasi lahan tambak dinilai akan mempengaruhi besarnya biaya transportasi yang harus dikeluarka n, sehingga akan berpengaruh terhadap besarnya nilai land rent dari pemanfaatan lahan tersebut. Hasil penelitian mendapatkan bahwa Ikan Bandeng yang diproduksi di lokasi penelitian, pada umumnya dipasarkan di Pasar Rau yang secara geografis terletak di Kota
Serang. Sebagaimana telah disampaikan
sebelumnya, jarak rata -rata dari Kecamatan Pontang ke pusat pasar adalah 21 Km, dari Kecamatan Tirtayasa ke pusat Pasar adalah 30 Km dan dari Kecamatan Tanara ke pusat pasar adalah 39 Km. Data tersebut menginformasikan bahwa rata rata jarak unit analisis yang terjauh dari pasar adalah Kecamatan Tanara, sedangkan yang terdekat adalah Kecamatan Pontang. Ilustrasi mengenai letak dan lokasi masing-masing unit analisis dan Pasar Rau, dapat dilihat dalam Gambar 18. Gambar 18 memperlihatkan bahwa ada dua akses jalan dari lokasi penelitian menuju pasar, yaitu melewati jalan tembusan Ciruas dan juga menggunakan jalan tembusan Banten Lama. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapang, rata -rata petambak di Kecamatan Tirtayasa dan Tanara menggunakan akses jalan tembusan Ciruas untuk sampai ke Pasar Rau, sedangkan
78
rata-rata petambak di Kecamatan Pontang menggunakan akses jalan tembusan Banten Lama.
Tirtayasa Pontang
2
Tanara
1
Kota Serang
Sumber : RPP Kabupaten Serang, 2005 Keterangan :
1 2
Jalan Tol Jalan Klas III dan Klas II Jalan Kl as I Jalur Tembusan Ciruas Jalur Tembusan Banten Lama
Gambar 18. Jaringan Jalan di Zona Tirtayasa Kabupaten Serang Untuk mengangkut hasil produksi dari tambak ke pasar, digunakan angkutan mobil bak terbuka dengan kapasitas maksimal adalah 1.500 Kg atau 1,5 Ton. Biaya yang dikeluarkan untuk 1 kali pengangkutan adalah Rp 250.000,00 untuk pengangkutan dari Kecamatan Pontang yang menggunakan akses jalan tembusan Banten lama, Rp 300.000,00 untuk biaya pengangkutan dari Tirtayasa dan Rp 350.000,00 untuk biaya pengangkutan dari Tanara, dengan menggunakan akses jalan tembusan Ciruas. Jarak berbanding lurus dengan biaya transportasi dalam arti semakin jauh jarak lokasi dari pusat pasar, maka semakin besar pula biaya transportasi yang dikeluarkan. Data hasil penelitian mengemukakan bahwa di lokasi penelitian ada range jarak dimana besar biaya transportasi masih sama, misalnya di Kecamatan Pontang titik – titik lokasi tambak terletak dalam kisaran jarak 17 – 24 Km dan
79
biaya trans portasi yang dikeluarkan adalah Rp 250.000,00 begitu pula dengan di Kecamatan Tirtayasa dan Tanara. Dari data rata-rata tersebut diatas, dapat dibuktikan bahwa faktor jarak berpengaruh secara berbanding lurus terhadap besarnya biaya transportasi. Kecamatan Pontang yang jaraknya relatif lebih dekat daripada unit analisis lainnya, yaitu Kecamatan Tirtayasa dan Tanara, juga memiliki biaya transportasi yang lebih rendah dari pada dua kecamatan lainnya. Data mengenai besarnya biaya transportasi untuk mengangkut Ikan Bandeng ke Pasar Rau dari masing-maisng unit analisis disajikan dalam Tabel 38.
Tabel 38. Biaya Transportasi dari Masing-Masing Titik Unit Analisis ke Pasar Rau Produksi Biaya Jarak Ongkos Angkut No Titik Rata-Rata Transport (Km) (Rp) (Kg) Rp/Kg/Km 1 Pontang 21 250.000,00 960 12,40 2 Tirtayasa 30 300.000,00 750 13,33 3 Tanara 39 350.000,00 575 15,61 Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Selain jarak yang berpengaruh terhadap biaya transportasi, dalam penelitian ini dinyatakan bahwa nilai produksi juga berpengaruh terhadap efisiensi biaya transportasi. Hal ini berkaitan dengan kapasitas maksimal alat angkut yang digunakan. Di lokasi penelitian, alat angkut yang digunakan rata-rata memiliki kapasitas angkut maksimal 1.500 Kg, ketika jumlah produksi Ikan bandeng di suatu unit analisis kurang dari jumlah kapasitas maksimal tersebut, maka bia ya transportasi per Kg, nilainya akan lebih tinggi, semakin kecil jumlah produksi dari kapasitas maksimal, maka biaya transportasi per Kg akan semakin mahal. Begitu pula jika produksi berada diatas 1.500 Kg sampai mencapai nilai kelipatannya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa di lokasi penelitian jumlah produksi optimal untuk biaya tra nsportasi yang paling ef isien adalah 1.500 Kg dan kelipatannya atau sesuai denga n kapasitas alat angkut yang digunakan.
80
6.4.4 Land Rent Berdasarkan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Konsep Ricardian Land Rent dibangun berdasarkan faktor kesuburan lahan dan jarak lokasi produksi terhadap pasar. Dalam sub-bab sebelumnya, telah diidentifikasi dan dianalisis mengenai variabel-variabel yang mewakili faktor kesuburan dan komponen jarak. Berdasarkan pembahasan tersebut, pada sub-bab ini akan dianalisis nilai land rent lahan tambak yang digunakan untuk kegiatan budidaya Ikan Bandeng dengan menggunakan konsep Ricardian Land Rent. Data variabel-variabel dalam perhitungan land rent dan nilai land rent yang dihasilkan di masing-masing unit analisis disajikan dalam Tabel 39.
Tabel 39. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak Produktivitas (Kg/Ha)
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha)
Biaya Sarana Produksi (Rp/Ha)
Harga (Rp/Kg)
Biaya Transportasi (Rp/Kg/Km)
Jarak Ke Pasar (Km)
Rente (Rp/Ha)
No
Kecamatan
1
Pontang
400.0
1.137.500,00
1.188.750,00
10.000,00
12,40
21
1.571.237,00
2
Tirtayasa
375.0
1.112.500,00
1.160.000,00
10.000,00
13,30
30
1.327.500,00
3
Tanara
287.5
1.000.000,00
1.187.000,00
10.000,00
15,60
39
513.000,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Analisis land rent dilakukan terhadap tiga titik analisis yaitu Pontang, Tirtayasa dan Tanara. Berdasarkan nilai produktivitas (y), biaya produksi (C) yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi, harga komoditas Bandeng (p), biaya transportasi per Km per Kg ( t), dan jarak lokasi ke pusat pasar C (x), nilai land rent ditentukan berdasarkan persamaan π = y( p − tx − ( )) . y Berdasarkan Tabel 39, nilai land rent pemanfaatan lahan tambak untuk kegiatan budidaya Ikan Bandeng di titik Pontang adalah Rp 1.571.237,00, sementara di Tirtayasa adalah Rp 1.327.500,00 dan di Tanara adalah Rp 513.000,00. Gambar 19 merupakan ilustrasi nilai land rent di tiga titik analisis tersebut. Dari hasil analisis tersebut, diketahui bahwa berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar , wilayah titik Pontang dinilai memiliki surplus pemanfaatan sumbe rdaya lahan yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya dalam zona Tirtayasa. Dari aspek kesuburan lahan, titik
81
Pontang memiliki nilai produktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan titik Tirtayasa dan Tanara dan dari aspek jarak lokasi tambak ke pusat pasar, titik pontang merupakan yang terdekat dengan pusat pasar dengan jarak rata-rata, yaitu 21 Km. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan pemanfaatan lahan tambak untuk ke giatan budidaya Ikan Bandeng di Titik Pontang lebih efisien dibandingkan dengan di titik Titayasa dan Tanara.
1,571,237 1,600,000
1,327,500
1,400,000 Rent (Rp/Ha)
1,200,000 1,000,000 800,000 513,000
600,000 400,000 200,000 Pontang
Tirtayasa
Tanara
Gambar 19. Nilai Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak untuk Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng Untuk melihat seberapa besar nilai land rent dipengaruhi oleh faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar di Zona Tirtayasa, maka dilakukan analisis regresi berganda (Lampiran 1). Analisis tersebut dilakukan terhadap data land rent, produktivitas dan jarak di ketiga unit analisis, dengan tingkat kepercayaan 99%. Sebagaimana terlihat dalam data Lampiran 1, output analisis regresi menghasilkan nilai R2 sebesar 1 yang artinya bahwa 100% nilai land rent dipengaruhi oleh tingkat produktivitas dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, namun hasil output analisis regresi dengan menggunakan perangkat lunak exel tersebut tidak dapa t menampilkan data F hitung dan signifikan F dan P-value. Hal ini diidentifikasikan karena jumlah
82
sampel yang kecil (n=3), sehingga karena keterbatasan perangkat yang digunakan data tersebut tidak dapat ditampilkan. Koefisien regresi yang dihasilkan membentuk persamaan regresi antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar yang secara matematis ditulis sebagai berikut: π = − 2051436 ,96 + 9140 ,905433 x1 − 1630 ,08607 x2 . dimana: ð adalah land rent; x1 variabel produktivitas dan x2 variabel jarak Persamaan
tersebut
menggambarkan
bahwa
nilai
produktivitas
berhubungan secara positif dengan nilai land rent yang artinya semakin besar nilai produktivitas, maka akan semakin tinggi pula nilai pemanfaatan lahan tambak Ikan Bandeng tersebut, adapun besar perubahan nilai land rent yang diakibatkan oleh adanya perubahan satu satuan produktivitas adalah sebesar Rp 9.140,91 per Kg. Persamaan tersebut juga menggambarkan bahwa jarak lokasi tambak ke pusat pasar berhubungan secara negatif dengan besarnya nilai land rent. Adapun besar perubahan nilai land rent yang diakibatkan perubahan satu satuan jarak adalah sebesar Rp 1.630,09 per Km. Untuk mengilustrasikan hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan nilai land rent dengan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, digunakan perangkat lunak Maple 9.5 seperti tampak dalam Lampiran 2 yang memplot variabel-variabel tersebut, sehingga dihasilkan grafik seperti yang tampak pada Gambar 20 dan Gambar 21 yang menampilkan hubungan antara nilai land rent dengan jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Gambar 20 menampilkan hubungan antara nilai land rent dengan produktivitas. Dalam menggambarkan hubungan tersebut, variabel jarak nilainya dianggap tetap dan menjadi parameter, sehingga Gambar 20 dibangun berdasarkan persamaan: rent = -2.100.339,542 + 9.140,905433x1 (Lampiran 2), yang mengartikan jika produktivitas Ikan Bandeng sama dengan 0 Kg, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar Rp -2.100.339,54, dan setiap terjadi perubahan satu Kg produktivitas Ikan Bandeng, akan merubah nilai land rent sebesar Rp 9.140,91. Melalui analisis gambar tersebut dapat diketahui bahwa nilai pemanfaatan lahan atau land rent di Zona Tirtayasa akan bernilai positif atau lebih besar dari nol jika nilai produktivitas Ikan Bandeng mencapai lebih dari 230 Kg per Ha. Sementara ini diketahui bahwa produktivitas di masing-masing unit
83
analisis nilainya masih lebih besar dari 230 Kg, sehingga dapat dikatakan berdasarkan faktor kesuburan, pemanfaatan lahan tambak di Zona Tirtayasa masih
Rent (Rp/Ha)
memberikan nilai pemanfaatan yang positif atau surplus.
Produktivitas (Kg/Ha)
Gambar 20. Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas Lahan
Grafik yang menghubungkan antara besarnya nilai land rent dengan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, dalam ilmu ekonomi sumberda ya lahan dikenal dengan nama bid rent schedulle. Gambar 21 adalah bid rent schedulle kegiatan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa Kabupaten Serang Provinsi Banten. Dalam menggambarkan hubungan antara nilai rent dengan jarak, variabel produktivitas dianggap tetap dan menjadi parameter, sehingga Gambar 21 dibangun berdasarkan persamaan rent = 1.185.967,048 – 1630,08607x2 , yang mengartikan jika lokasi tambak berjarak 0 Km dari pusat pasar, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 1.185.967,05, dan setiap terjadi perubahan satu satuan jarak akan merubah nilai land rent sebesar Rp 1.630, 09. Tanda negatif pada koefisien jarak mengartikan adanya hubungan negatif antara nilai rent dengan variabel jarak, yang artinya semakin jauh jarak lokasi tambak dari
84
pusat pasar, maka akan semakin kecil nilai rent yang diperoleh. Melalui analisis gambar tersebut, diketahui bahwa sampai dengan jarak 725 Km dari pusat pasar, kegiatan usaha tambak Ikan Bandeng ini masih memberikan nilai pemanfaatan
Rent (Rp/Ha)
lahan yang positif.
Jarak (Km) Gambar 21. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Ikan Bandeng Sebagaimana diketahui sebelumnya, Zona Tirtayasa terdiri atas tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pontang di sebelah Barat, kemudian Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Tanara di sebelah Timur. Desa Sukajaya yang berjarak 17 Km dari pusat pasar merupakan batas Zona Tirtayasa di sebelah Barat, sedangkan Desa Pedaleman yang berjarak 40 Km dari pusat pasar mer upakan batas Zona Tirtayasa di sebelah Timur. Atas dasar informasi tersebut dan berdasarkan data bid rent schedull, serta kondisi di lokasi penelitian, dapat dikatakan bahwa di sepanjang Zona Tirtayasa kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng berdasarkan faktor jarak lokasi tambak ke pusat pasar masih menghasilkan
nilai surplus positif, yang berart i masih sangat layak untuk
dilakukan dan dikembangkan.
85
6.5 Optimalisasi Nilai Land Rent Nilai land rent yang didapat dari analisis diatas merupakan nilai land rent pada kondisi aktual kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa. Untuk lebih me ngefisienkan kegiatan pemanfaatan lahan di Zona Tirtayasa, maka sebaiknya kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng dilakukan dalam kondisi optimal, dan untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan analisis optimalisasi nilai land rent. Analisis dilakukan untuk kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di ketiga unit analisis, dengan membangun fungsi tujuan, yaitu memaksimalkan nilai rente yang merupakan fungsi dari produktivitas, pupuk, nener, obat pembasmi hama, vitamin dan tenaga kerja. Biaya operasional pompa, operasional petromaks dan biaya trasnportasi tidak dimasukkan dalam fungsi yang di optimalkan, alasannya adalah biaya operasional pompa dan petromaks merupakan fixed cost yang nilainya relatif tetap dan tidak berpengaruh terhadap nilai produksi, sementara biaya transportasi tidak dimasukkan dalam analisis optimalisasi, karena salah satu komponen yang membentuk biaya tersebut, yaitu jarak nilainya tidak bisa dioptimalkan. Berikut ini adalah hasil analisis optimalisasi di masing-masing unit analisis yang di run dengan menggunakan perangkat lunak MAPLE 9.5. 1). Kecamatan Pontang Data dasar dalam analisis optimalisasi di Kecamatan Pontang, terdapat dalam Lampiran 3 dan hasil output MAPLE terdapat dalam Lampiran 4. Berdasarkan data dalam Lampiran 4 tersebut, secara matematis fungsi tujuan dituliskan sebagai berikut: max π = 10000 y − 125 q1 − 5600 q 2 − 1400 q3 − 1400 q 4 − 800000 q5 − 25000 l1 − 10000 l 2 − 50000 l3 Dengan kendala: •
y
400; q 1 4000; q2
8.33; q3
81.25; q 4
81.25; q 5
0.42; l 1
10.58;
l2 63.33; l3 4.79 •
10y – q 1 = 0; 0.0208y – q2 = 0; 0.2031y – q 3 = 0; 0,1875y – q4 = 0; 0.001y – q5 = 0; 0.0265y – l1 = 0; 0.1583y - l2 = 0; 0.0120y - l3=0
•
125q 1 + 5.600q2 + 1.400q 3 + 1.400q 4 + 800.000q 5 + 25.000 l1 + 10.000 l2 + 50.000 l3 53.670.000
86
Dimana : y q1 q2 q3 q4 q5 l1 l2 l3
: : : : : : : : :
Produksi Ikan Bandeng Nener Raja Bandeng (vitamin) Urea TSP Bristan Tenaga kerja pada masa persiapan Tenaga kerja pada masa pemeliharaan Tenaga kerja pada masa pemanenan
Adapun nilai output dan input serta nilai rente optimal yang didapat dari hasil analisis tersebut adalah sebagaimana terdapat dalam Tabel 40. Sebagai catatan nilai rente yang didapat dalam analisis tersebut adalah nilai rente optimal tanpa memasukkan biaya transportasi.
Tabel 40. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Pontang Jenis Output dan Input Produksi Ikan Bandeng (Kg per Ha) Nener (Ekor per Ha) Raja bandeng (Kg per Ha) Urea (Kg per Ha) TSP (Kg per Ha) Bristan (Kg per Ha) Te naga kerja pada masa persiapan (HOK) Tenaga kerja pada masa pemeliharaan (HOK) Tenaga kerja pada masa pemanenan (HOK) Rente (Rp per Ha)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Optimal 399,17 3.991,67 8,30 81,07 81,07 0,40 10,58 63,19 4,79 1.772.771,02
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
2. Kecamatan Tirtayasa Data dasar dalam analisis optimalisasi di Kecamatan Tirtayasa, terdapat dalam Lampiran 5 dan hasil output MAPLE terdapat dalam Lampiran 6. Berdasarkan data dalam Lampiran 6 tersebut, secara matematis fungsi tujuan dituliskan sebagai berikut: max π = 10000 y − 125 q1 − 1400 q3 − 1400 q 4 − 800000 q 5 − 25000 l1 − 10000 l2 − 50000 l3 Dengan kendala: •
y
400; q 1 4000; q3
75; q4
75; q 5
0.5; l1
11.5; l2
60; l3 4.5
87
•
10.6667y – q1 = 0; 0.2y – q3 = 0; 0,2y – q 4 = 0; 0.0013y – q5 = 0; 0.0307y – l1 = 0; 0.16y - l2 = 0; 0.012y - l3 =0
•
125q 1 + 1.400q 3 + 1.400q 4 + 800.000q5 + 25.000 l1 + 10.000 l2 + 50.000 l3 26.670.000
Dimana : y q1 q3 q4 q5 l1 l2 l3
: : : : : : : :
Produksi Ikan Bandeng Nener Urea TSP Bristan Tenaga kerja pada masa persiapan Tenaga kerja pada masa pemeliharaan Tenaga kerja pada masa pemanenan
Adapun nilai output dan input serta rente optimal yang didapat dari hasil analisis tersebut adalah sebagaimana terdapat dalam Tabel 41. Sama halnya dengan analisis di Kecamatan Pontang, nilai rente yang didapat dalam analisis optimalisasi di Kecamatan Tirtayasa juga merupakan nilai rente optimal tanpa memasukkan biaya transportasi.
Tabel 41. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tirtayasa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Output dan Input Produksi Ikan Bandeng (Kg per Ha) Nener (Ekor per Ha) Urea (Kg per Ha) TSP (Kg per Ha) Bristan (Kg per Ha) Tenaga kerja pada masa persiapan (HOK) Tenaga kerja pada masa pemeliharaan (HOK) Tenaga kerja pada masa pemanenan (HOK) Rente (Rp per Kg)
Nilai Optimal 374,60 3995,67 74,92 74,92 0,49 11,50 59,93 4,50 1.535.516,90
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
3. Kecamatan Tanara Data dasar dalam analisis optimalisasi di Kecamatan Tanara, terdapat dalam Lampiran 3 dan hasil output MAPLE terdapat dalam Lampiran 8. Berdasarkan data dalam Lampiran 8 tersebut, secara matematis fungsi tujuan dituliskan sebagai berikut:
88
max π = 10000 y − 125 q1 − 5600 q 2 − 1400 q3 − 1400 q 4 − 800000 q5 − 25000 l1 − 10000 l 2 − 50000 l3 Dengan kendala: •
y
287.5; q 1 4000; q 2
7.5; q3
87.5; q 4
87.5; q 5
0.5; l 1
10.83; l 2
60;
l3 2.583 •
13.913y – q1 = 0; 0.0261y – q2 = 0; 0.3043y – q3 = 0; 0,3043y – q4 = 0; 0.0017y – q 5 = 0; 0.0377y – l1 = 0; 0. 2087y - l 2 = 0; 0.009y - l3=0
•
125q 1 + 5.600q2 + 1.400q 3 + 1.400q 4 + 600.000q 5 + 25.000 l1 + 10.000 l2 + 50.000 l3 25044000
Dimana : y q1 q2 q3 q4 q5 l1 l2 l3
: : : : : : : : :
Produksi Ikan Bandeng Nener Raja Bandeng (vitamin) Urea TSP Bristan Tenaga kerja pada masa persiapan Tenaga kerja pada masa pemeliharaan Tenaga kerja pada masa pemanenan
Adapun nilai output, input dan rente optimal yang didapat dari hasil analisis tersebut adalah sebagaimana terdapat dalam Tabel 42. Nilai rente optimal pada Tabel 42 juga merupakan nilai rente optimal tanpa memasukkan biaya transportasi.
Tabel 42. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tanara No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Output dan Input Produksi Ikan Bandeng (Kg per Ha) Nener (Ekor per Ha) Raja bandeng (Kg per Ha) Urea (Kg per Ha) TSP (Kg per Ha) Bristan (Kg per Ha) Tenaga kerja pada masa persiapan (HOK) Tenaga kerja pada masa pemeliharaan (HOK) Tenaga kerja pada masa pemanenan (HOK) Rente (Rp per Ha)
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Nilai Optimal 287,00 3993,03 7,49 87,33 87,33 0,49 10,82 59,90 2,58 793.031,23
89
Nilai optimal dari masing-masing komponen input kegiatan budidaya Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis membentuk biaya produksi optimal di ketiga unit analisis tersebut, seperti tampak pada Tabel 43.
Tabel 43. Biaya Produksi Optimal Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis No
Biaya sarana produksi
Satuan
Besaran
Biaya Satuan (Rp)
Kecamatan Pontang HOK 10,58 25.000,00 HOK 63,19 10.000,00 HOK 4,79 50.000,00 Ekor 3.991,67 125,00 Kg 8,30 5.600,00 Kg 81,07 1.400,00 Kg 74,84 1.400,00 Kg 0,40 800.000,00 Liter 35,71 1.400,00 Liter 20,00 2.000,00 Total Kecamatan Tirtayasa 1 Tenaga Kerja HOK 11,500 25.000,00 2 Tenaga Kerja HOK 59,935 10.000,00 3 Tenaga Kerja HOK 4,495 15.000,00 4 Nener Ekor 3.995,670 125,00 5 Urea Kg 74,920 1.400,00 6 TSP Kg 74,920 1.400,00 7 Bristan Kg 0,490 800.000,00 8 Ops. Petromaks Liter 35,710 1.400,00 Total Kecamatan Tanara 1 Tenaga Kerja HOK 10,82 25,000 2 Tenaga Kerja HOK 59,90 10,000 3 Tenaga Kerja HOK 2,58 50,00 4 Nener Ekor 3.993,03 125,00 5 Raja Bandeng Kg 7,49 5.600,00 6 Urea Kg 87,33 1.400,00 7 TSP Kg 87,33 1.400,00 8 Bentan Kg 0,49 600.000,00 9 Ops. Petromaks Liter 35,71 1.400,00 10 Ops. Pompa Liter 25,00 2.000,00 Total Sumber: Diolah dari data primer, 2005 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tenaga Kerja Tenaga Kerja Tenaga Kerja Nener Raja Bandeng Urea TSP Bristan Ops. Petromaks Ops. Pompa
Total Biaya (Rp)
264.500,00 631.900,00 239.500,00 498.959,00 46.480,00 113.498,00 104.776,00 320.000,00 50.000,00 40.000,00 2,309,613,00 287.500,00 599.350,00 224.750,00 499.459,00 104.888,00 104.888,00 389.600,00 50.000,00 2,260,435,00 270.500,00 599.000,00 129.150,00 499.129,00 41.944,00 122.268,00 122.268,00 294.000,00 50.000,00 50.000,00 2,178,258,00
90
Data Tabel 43 menampilkan total biaya produksi optimal di Kecamatan Pontang yaitu sebesar Rp 2.309.613,00,
di Kecamatan Tirtayasa sebesar Rp
2.260.435,00 dan di Kecamatan Tanara sebesar Rp 2.178.258,00. Data biaya produksi optimal dan jumlah produksi optimal yang dihasilkan dari analisis optimalisasi tersebut membentuk nilai land rent optimal di masing-masing unit analisis sebagaimana tampak dalam Tabel 44.
Tabel 44. Nilai Land Rent Optimal Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis
Kecamatan
Produktivitas (Kg/Ha)
Biaya Produksi (Rp/Ha)
Harga (Rp/Kg)
Biaya Transportasi (Rp/Kg/Km)
Jarak Ke Pasar (Km)
Rente (Rp/Ha)
Pontang
399,2 2.309.613 ,00
10.000
12,4
21
1.579. 786 ,00
Tirtayasa
374,6 2.103.110,00
10.000
13,3
30
1.492.983,00
Tanara
287,0 2.178.285 ,00
10.000
15,6
39
517.019,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Data Tabel 44 menampilkan nilai land rent optimal di Kecamatan Pontang yaitu Rp 1.579.786,00, di Kecamatan Tirtayasa Rp 1. 492.983,00 dan di Kecamatan Tanara Rp 517.019,00. Jika dibandingkan dengan nilai land rent dalam kondisi aktual, perbedaannya tidak terlalu jauh berbeda, seperti tampak dalam Tabel 45. Tabel 45. Perbandingan nilai Land Rent Aktual dengan Land Rent Optimal. Kecamatan Pontang Tirtayasa Tanara
Land Rent Aktual 1.571.237,00
Land Rent Optimal 1.579.786,00
1.327.500,00
1.335.658,00
8.158,00
513.000,00
517.019,00
4.019,00
Selisih 8.549,00
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Data Tabel 45 menginformasikan bahwa Kecamatan Tanara memiliki selisih nilai land rent terkecil yaitu Rp 4.019,00, sementara Kecamatan Tanara selisih nilai land rent sebesar Rp 8.158,00 dan Kecamatan Pontang sebesar Rp
91
8.549,00. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan aktual budidaya Ikan Bandeng di Kecamatan Tanara paling mendekati kondisi optimalnya, namun demikian pada umumnya kondisi aktual kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa sudah mendekati kondisi optimal dengan karakteristik usaha di masing-masing unit analisis. Selain dilihat dari selisih nilai land rent hal ini juga dapat dilihat dari perbandingan nilai-nilai input produksi pada Tabel 43 yang merupakan nilai optimal dengan nilai-nilai input produksi pada Tabel 33 dan Tebel 35 yang merupakan nilai aktual, dimana besaran nilainilai tersebut tidak jauh berbeda, rata-rata hanya dua angka di belakang koma. Diketahui sebelumnya bahwa kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa masih menggunakan teknologi tradisional. Dengan pola tersebut kondisi aktual kegiatan budidaya Ikan Bandeng hampir mendekati kondisi optimalnya, namun demikian bukan berarti bahwa nilai pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa sudah effisien dan mencapai nilai maksimal. Berdasarkan karakteristik usaha budidaya Ikan Bandeng di masingmasing unit analisis, diindikasikan bahwa kegiatan tersebut masih dapat ditingkatkan untuk menghasilkan nilai pemanfaatan lahan yang lebih maksimal, antara lain dengan mengadopsi teknologi tradisional plus, semi intensif atau bahkan intensif, misalnya dengan menambah padat tebar dan penggunaan pakan tambahan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Renkow (1993) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa adopsi teknologi di bidang pertanian mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai land rent, namun demikian tentunya hal ini harus diteliti lebih lanjut, karena setiap teknologi yang diadopsi tentunya harus didukung oleh kondisi sumberdaya alam yang ada di Zona Tirtayasa tersebut.
6.6 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar jarak mempengaruhi perubahan nilai land rent yang diakibatkan adanya perubahan nilai biaya transportasi. Asumsi yang dibangun dalam analisis sensitivitas ini dilatar belakangi kondisi pada saat penelitian berlangsung. Issu pada saat ini adalah terjadinya kenaikan harga BBM. Berdasarkan kenaikan harga
92
BBM tersebut, mengakibatkan adanya kenaikan biaya transportasi sekitar 40 % sampai dengan 45 %. Harga BBM dianggap sebagai variabel eksogen yang mempengaruhi nilai biaya transportasi sebagai faktor endogen dalam perhitungan nilai land rent, dalam analisis ini variabel endogen lainnya seperti tingkat produktivitas, biaya produksi dan harga dianggap tetap. Ditetapkan bahwa terjadi kenaikan biaya transportasi pengangkutan Ikan Bandeng dari lokasi tambak ke pasar sebesar 40 %, sehingga data mengenai biaya transportasi berubah, sebagaimana data dalam Tabel 46. Dengan adanya kenaikan biaya transportasi sebesar 40 %, total biaya angkut dari titik Pontang menjadi Rp 350.000,00 atau Rp 17,36 per Kg per Km, sementara dari titik Tirtayasa biaya transportasi naik menjadi Rp 420.000,00 atau Rp 18,67 per Kg per Km dan biaya transportasi dari titik Tanara naik menjadi Rp 490.000,00 atau Rp 21,85 per Kg per Km.
Tabel 46. Perubahan Biaya Transportasi Karena adanya Kenaikan Harga BBM No Kecamatan 1 Pontang 2 Tirtayasa 3 Tanara
Ongkos (Rp) 350.000,00 420.000,00 490.000,00
Produksi (Kg) 960 750 575
Jarak (Km) 21 30 39
Biaya Transportasi (Rp/Kg/Km) 17,36 18,67 21,85
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
Dengan adanya kenaikan biaya transportasi tersebut, maka hal ini berpengaruh terhadap besarnya nilai land rent sebagaimana data yang disajikan dalam Tabel 47. Plot nilai land rent di tiga titik unit analisis berdasarkan jarak rata-rata titik tersebut ke Pasar Rau setelah adanya perubahan harga BBM diilustrasikan dalam Gambar 22. Data Tabel 47 menginformasikan bahwa terjadi penurunan nilai land rent akibat adanya kenaikan harga BBM. Di titik Pontang terjadi penurunan nilai land rent sebesar Rp 40.005,00 per Ha atau sebesar 2,61%. Di titik Tirtayasa, nilai land rent turun sebesar Rp 60.000,00 per Ha atau 4,52%, sementara di Titik Tanara nilai land rent turun sebesar Rp 70.000,00 per Ha atau sebesar 13,65 %. Persentasi perubahan terbesar yaitu di titik Tanara yang jaraknya paling jauh dari pusat pasar, sementara perubahan terkecil adalah di titik Pontang
93
yang jaraknya paling dekat dengan pasar. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM sebagai faktor eksogen yang berpengaruh terhadap kenaikan biaya transportasi yang menjadi faktor endogen dalam analisis land rent berakibat pada penurunan nilai land rent terutama untuk lokasi budidaya yang jaraknya lebih jauh dari pasar. Tabel 47. Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya Kenaikan Harga BBM Kecamatan No 1 2 3
Jarak Dari Pasar (Km)
Pontang Tirtayasa Tanara
21 30 39
Rent Sebelum BBM Naik (Rp/Ha)
Rent Setelah BBM Naik (Rp/Ha)
1.571.236,77 1.327.500,00 513.000,00
1.530.231,00 1.267.500,00 443.000,00
Penurunan Nilai Land Rent
Persentase Penurunan (%)
41.005,00 60.000,00 70.000,00
2,61 4,52 13,65
Rent (Rp/Ha)
Sumber: Diolah dari data primer, 2005
1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 0
10
20
30
40
50
Jarak (km)
Gambar 22.
Plot Nilai Land Rent Berdasarkan Jarak Rata-Rata MasingMasing Titik Unit Analisis ke Pasar Rau Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM
Dengan adanya perubahan nilai land rent yang disebabkan oleh adanya perubahan biaya transportasi, hubungan dan besarnya pengaruh faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar juga mengalami perubahan. Dengan menggunakan teknik dan perangkat lunak yang sama seperti yang dilakukan pada analisis regresi berganda nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi
94
tambak ke pusat pasar sebelum adanya kenaikan harga BBM, dihasilkan output regresi berganda seperti yang tersaji dalam Lampiran 9. Berdasarkan hasil analisis tersebut ,fungsi hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak dengan adanya kenaikan harga BBM berubah menjadi : Y = −1 .976 .364 ,198 + 8 .988 ,296296 x1 − 4 .224 ,89712 x2 Fungsi tersebut menjelaskan bahwa dengan terjadinya kenaikan harga BBM, nilai parameter berubah menjadi Rp -1.976.364,20, sedangkan koefisien produktivitas berubah menjadi Rp. 8.988,30 dan koefisien jarak berubah menjadi Rp 4.224,90. Gambar 23 dan 24 masing-masing merupakan ilustrasi hubungan antara nilai land rent dengan variabel produktivitas dan jarak, setelah adanya kenaikan harga
Rent (Rp/Ha)
BBM.
Produktivitas (Kg/Ha)
Gambar 23. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM Gambar 23 menampilkan hubungan antara nilai land rent dengan produktivitas setelah adanya kenaikan harga BBM. Dalam menggambarkan hubungan tersebut, variabel jarak dianggap tetap dan menjadi parameter, sehingga
95
Gambar 23 dibangun berdasarkan persamaan: rent = -2.103.111,114 + 8.988,296296x1 (Lampiran 10), yang mengartikan jika produktivitas Ikan Bandeng sama dengan 0 Kg, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar Rp -2.103.111,11, dan setiap terjadi perubahan satu Kg produktivitas Ikan Bandeng, akan merubah nilai land rent sebesar Rp 8.988,30. Melalui analisis gambar tersebut dapat diketahui bahwa nilai pemanfaatan lahan atau land rent di Zona Tirtayasa akan bernilai positif atau lebih besar dari nol jika nilai
Rent (Rp/Ha)
produktivitas Ikan Bandeng mencapai lebih dari 234 Kg per Ha.
Jarak (Km) Gambar 24.
Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Ikan Bande ng di Zona Tirtayasa Setelah Kenaikan Harga BBM
Gambar 24 adalah bid rent schedulle kegiatan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa setelah adanya kenaikan harga BBM. Dalam menggambarkan hubungan antara nilai rent dengan jarak, variabel produktivitas dianggap tetap dan menjadi parameter, sehingga Gambar 24 dibangun berdasarkan persamaan rent = 1.206.990,738 – 4.224,89712x 2 (Lampiran 10), yang artinya jika lokasi tambak berjarak 0 Km dari pusat pasar, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 1.206.990,74, dan setiap terjadi perubahan satu satuan jarak akan
96
merubah nilai land rent sebesar Rp 4.224,90. Melalui analisis gambar tersebut, diketahui bahwa sampai dengan jarak 285 Km dari pusat pasar, kegiatan usaha tambak Ikan Bandeng ini masih memberikan nilai pemanfaatan lahan yang positif. Kenaikan harga BBM sangat berpengaruh terhadap hubungan antara nilai land rent dengan jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Sebelumnya, kegiatan budidaya Ikan Bandeng, masih memberikan nilai positif untuk pemanfaatan lahan tambak sampai dengan jarak 720 Km dari pusat pasar, namun dengan adanya kenaikan harga BBM kegiatan budidaya Ikan Bandeng akan memberikan nilai pemanfaatan yang positif, hanya sampai dengan jarak 285 Km dari pusat pasar, hal ini dapat dilihat pada grafik bid rent schedull Gambar 24. Sementara itu, berdasarkan data dan Gambar 23, kenaikan harga harga BBM tidak terlalu mempengaruhi hubungan antara nilai land rent dengan produktivitas. Sebelumnya kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa akan memberikan nilai pemanfaatan yang positif jika nilai produktivitas lebih dari 230 Kg, namun dengan adanya kenaikan harga BBM kegiatan budidaya Ikan Bandeng akan memberikan nilai positif jika produktivitas lebih dari 234 Kg. Dari hasil analisis sensitivitas ini, dapat disimpulkan bahwa dengan kenaikan harga BBM, terjadi penurunan nilai land rent yang persentasi penurunannya berbanding lurus dengan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, namun demikian berdasarkan faktor kesuburan dan jarak, kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa masih memberikan nilai pemanfaatan lahan yang positif, yang berarti kegiatan tesebut masih layak untuk dilakukan. Dengan adanya kenaikan harga BBM ini, dapat pula disimpulkan bahwa telah terjadi penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir di Zona Tirtayasa khususnya para petambak, yang diindikasikan dengan adanya penurunan nilai land rent tersebut.
6.7 Implikasi Kebijakan Implikasi kebijakan berdasarkan hasil analisis land rent pemanfaatan lahan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Serang ini antara lain adalah, bahwa berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa layak untuk dilakukan dan dikembangkan, karena masih memberikan nilai pemanfaatan lahan (land rent)
97
yang positif. Berdasarkan karakteristik usahanya, kegiatan budidaya Ikan Bandeng yang saat ini dilakukan oleh petambak di Kawasan Zona Tirtayasa sudah mendekati kondisi optimal, sehingga untuk menghasilkan nilai pemanfaatan lahan yang lebih maksimal diperlukan adanya adopsi teknologi untuk kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Zona tersebut, seperti sistem tradisional plus, semi intensif atau intensif. Hal ini memerlukan suatu analisis dan penelitian lebih lanjut, mengenai teknologi yang sesuai dengan kondisi fisik, biologi, kimia, dan sosial ekonomi wilayah. Kemudian dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui nilai pemanfaatan optimal dengan adanya adopsi teknologi tersebut, sehingga arah kebijakan pemanfaatan lahan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa dapat ditetapkan secara efektif dan efisien. Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara besarnya nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak atau aksesibilitas lokasi tambak ke pusat pasar. Kedua faktor tersebut dapat digunakan oleh pemerintah sebagai instrumen kebijakan unuk meningkatkan nilai land rent, sehingga meningkatkan kesejahteraan petani tambkan di Zona Tirtayasa. Kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah untuk mencapai nilai land rent maksimal antara lain: 1. Meningkatkan produktivitas lahan, hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas sumberdaya lahan dan air dari kemungkinan adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas hulu. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah melakukan pembinaan terhadap petani tambak, khususnya menyangkut masalah teknis produksi budidaya Ikan Bandeng, seperti konstruksi tambak, pemilihan benih, dan pemberian pakan tambahan. 2. Meningkatkan aksesibilitas kawasan tambak, hal ini terutama berkaitan dengan masalah infrastruktur jalan menuju lokasi tambak. Peningkatan aksesibilitas kawasan tambak akan dapat menurunkan biaya transportasi, distribusi hasil produksi kegiatan budidaya Ikan Bandeng, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petambak di Zona Tirtayasa.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1) Tingkat produktivitas rata-rata lahan tambak Ikan Bandeng yang tertinggi di Zona Tirtayasa, adalah di Kecamatan Pontang yaitu sebesar 400 Kg per Ha per siklus produksi dan yang terendah adalah di Kecamatan Tanara yaitu sebesar 287,5. 2) Total biaya tenaga kerja untuk mengolah 1 Ha luasan lahan tambak di Zona Tirtayasa yang tertinggi adalah di Kecamatan Pontang, yaitu sebesar Rp 1.137.500,00 dan yang terendah adalah di Kecamatan Tanara, yaitu sebesar Rp 1.000.000,00. 3) Kapasitas maksimal seorang tenaga kerja mengelola dan mengontrol kegiatan budidaya pada masa pemeliharaan produksi Ikan Bandeng di lokasi penelitian adalah 2 Ha. 4) Total biaya sarana produksi per Ha kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa yang tertinggi adalah di Kecamatan Pontang, yaitu sebesar Rp 1.188.750,00 dan yang terendah adalah di Kecamatan Tirtayasa, yaitu sebesar Rp 1.160.000,00, sementara di Kecamatan Tanara biaya sarana produksi mencapai Rp 1.187.000,00. 5) Biaya transportasi untuk membawa hasil produksi Ikan Bandeng ke Pasar yang tertinggi adalah di Kecamatan Tanara yaitu Rp. 15,61 per Kg per Km, sementara di Kecamatan Tirtayasa adalah Rp 13,33 per Kg per Km dan Kecamatan Pontang yang terendah yaitu Rp 12,73 per Kg per Km. 6) Nilai land rent lahan tambak yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi budidaya Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar yang tertinggi adalah di Kecamatan Pontang yakni sebesar Rp 1.571.237,00, dan yang terendah adalah di Kecamatan Tanara, yaitu sebesar Rp 513.000,00, sementara nilai land rent di Keca matan Tirtayasa adalah Rp 1.327.500,00. 7) Berdasarkan tingkat kesuburan dan jarak lokasi tambak, kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa pada umumnya masih memberikan nilai pemanfaatan lahan positif.
99
8) Analisis optimalisasi nilai land rent memberikan gambaran bahwa dengan karakteristik usaha di masing-masing unit analisis, kegiatan aktual budidaya Ikan Bandeng mendekati kondisi optimal. 9) Besarnya perubahan nilai land rent yang disebabkan oleh perubahan biaya transportasi akibat kenaikan harga BBM dimasing-masing unit analisis (titik lokasi penelitian) dipengaruhi oleh jarak lokasi tersebut ke pusat pasar.
7.2 Saran 1) Perlu meningkatkan peran para stakeholder dalam mengembangkan usaha budidaya perikanan tambak, terutama Pemerintah Kabupaten Serang sebagai pembuat kebijakan, untuk memperhatikan dan menjaga kualitas perairan sungai yang menjadi input penting dalam kegiatan perikanan tambak Ikan Bandeng. 2) Perlu dilakukan analisis lebih lanjut, mengenai kemungkinan adanya peningkatan teknologi (tradisional plus, semi intensif atau intensif) pada kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Kawasan Zona Tirtayasa, dalam rangka meningkatkan nilai pemanfaatan lahan tambak di kawasan tersebut, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. 3) Kenaikan harga BBM harus dikompensasikan dengan adanya alokasi untuk perbaikan dan pengembangan akses jalan di lokasi tambak, sehingga biaya transportasi bisa lebih ditekan, dengan demikian pendapatan petambak dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad T; MJR Yakob dan E Ratnawati. 1998. Budidaya Bandeng Intensif. Cetakan I, Jakarta (in Press). Penebar Swadaya. Ahmad T dan MJR Yakob. 1998. Budidaya Bandeng Intensif. Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai: Bali, 6-7 Agustus 1998. Bali. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol Bali. Anwar. 1995. Membangun Kerangka Dasar Sistem Pertanian yang Berkelanjutan dalam Rangka Meningkatkan Kemandirian Bangsa. Mimbar Sosek , Nomor 4, Juni 1992. Bogor. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor. [BAPPEKAB] Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Serang. 2004. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang Provinsi Banten. Serang: BAPPEKAB Serang. ________. 2004. Peta Digital Kabupaten Serang 2004. Serang: BAPPEKAB Serang. Barlowe R. 1972. Land Resource Economics. New Jersey. Prentice Hall, Inc. Benu FL .1996. Analisis Struktur Produksi, Konsumsi, dan Perdagangan Beras di Provinsi Nusa Tenggara Timur. [Tesis]. Bogor. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bishop CE dan WD Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Tim Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Ma da Wisnuadji; Harsojono dan Suparmoko: Penterjemah. Jakarta. Mutiara. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang. 2003. Serang Dalam Angka 2003. Serang: BPS Kabupaten Serang. Budianto HT .1998. Tanah Kritis di Provinsi Jambi. Kumpulan Aplikasi Geografi Fisik Indonesia. Jakarta. Universitas Indonesia. Program Pasca Sarjana Ilmu Geografi. Dicken P and PE Lloyd. 1990. Location in Space Theoritical Perspectives in Economic Geography. Third Edition. New York. Harper Collin Publishers. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Banten. 2003. Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Banten. Banten: DKP Provinsi Banten.
101
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang. 2004. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang. Serang: DKP Kabupaten Serang. Djojodipuro M. 1991. Teori Lokasi. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Hartwick JM and ND Olewiler. 1986. The Economic of Natural Resource Use.New York. Harper & Row Publishers. Ismail A; A Poernomo; P Sunyoto; Wedjatmiko; Dharmadi dan RAI Budiman. 1994. Pedoman Teknis Usaha Pembesaran Ikan Bandeng di Indonesia. Seri Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan No. 26/1993. Jakarta. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Jhingan ML. 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta. Rajawali Press. Krause JH and WB Brorsen. 1995. The Effect of Risk on The Rental Value of Agricultural Land. Review of Agricultural Economics 17 (1995); 71-76. North Central Administrative Committee. Kula E. 1995. Economic of Natural Resources: The Environment and Policies. London. Chapman & Hall. Northam RM. 1975. Urban Geography. USA. John Wiley & Son, Inc. Odum EP. 1959. Fundamentals of Ecology. Philadelphia. W.B Sounders. Prabowo D dan S Reksohadiprodjo. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Alam. Yogyakarta. BPFE. [LPI] Lembaga Pengembangan Inovasi dan Pemerintah Kabupa ten Serang. 2005. Rencana Pengelolaan Perikanan Kabupaten Serang. Program Marginal Fishing Community Development Pilot. Serang: LPI Renkow M. 1993. Land Prices, Land Rents and Technological Change: Evidence From Pakistan. World Development Vol.21. Pergamon Press Ltd. Great Britain Rustiadi et al. 2003. Perencanaan Pengembangan Wilayah (Konsep Dasar dan Teori). Bogor. Program Pasca Sarjana IPB.
102
Schmid A. 1996. The Environmental and Property Right Issue: The Handbook of Environmental Economic (Daniel Bromley ed). Massachussetts USA, Blackwell Publisher Ltd. Siregar H. 1993. Model Ekonometrika Respon Penawaran Kelapa dan Ekspor Kopra Indonesia: Suatu Analisis Simulasi Kebijakan. [Tesis]. Bogor. Program Pasca Sarjana IPB. Soekartawi. 1990. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta. UI Press. Suparmoko. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis). Yogyakarta. BPFE. 568 halaman. Tietenberg T. 2001. Environmental Economies Policy (third edition). New York. Addison Wesley Longman,Inc. Tohir KA. 1982. Ekonomi Sela yang Pandang. Bandung. Bandung. Yotopoulus PA and JL Lawrence. 1974. On Modeling The Agriculture Sector in Developing Economies an Integreated Approach of Micro and Macro Economics. USA. Stanford University, Stanford, California.
Lampiran 1. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 1 R Square 1 Adjusted R Square 65535 Standard Error 0 Observations 3 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1 X Variable 2
2 0 2
Coefficients -2051436.96 9140.90543 -1630.08607
SS 6.14228E+11 0 6.14228E+11 Standard Error 0 0 0
MS 3.07E+11 65535
F #NUM!
t Stat 65535 65535 65535
P-value #NUM! #NUM! #NUM!
Significance F #NUM!
Lower 95% -2051436.955 9140.905433 -1630.086072
Upper 95% -2051436.96 9140.905433 -1630.08607
Lower 99.0% -2051436.955 9140.905433 -1630.086072
Upper 99.0% -2051436.955 9140.905433 -1630.086072
Lampiran 2. Output MAPEL Untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar > restart; > a:=-2051436.96;b1:=9140.9054 33;b2:= -1630.08607; a := -2.05143696 106 b1 := 9140.905433 b2 := -1630.08607
> rent:=a+(b1*x1)+(b2*x2); rent := -2.05143696 106 + 9140.905433 x1 - 1630.08607 x2
> rent1:=a+(400+287.5+375)/3*b1+b2*x2; rent1 := 1.185967048 10 6 - 1630.08607 x2
> plot(rent1,x2=0..750);
> y2:=a+(21+30+39)/3*b2+b1*x1; 6
y2 := -2.100339542 10 + 9140.905433 x1
> plot(y2,x1=0..500);
101
Lampiran 3. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Pontang KECAMATAN PONTANG Responden
Luas Lahan (Ha)
Produktivitas (q) Jumlah
Masa Persiapan (l1)
Harga
Total
HOK
Upah
Biaya TK
Masa Pemeliharaan (l2) HOK
Upah
Biaya TK
Masa Pemanenan (l3)
Nener (x1)
HOK
Upah
Biaya TK
Jumlah
Harga
Vitamin (x2) Total
Jlm
Urea (x3)
Harga
Total
Jlm
Harga
TSP (x4) Total
Jlm
Har ga
Obat (x5) Total
Jlm
Harga
Total
2
800
10,000
8,000,000
24
25,000
600,000
120
10,000
1,200,000
10
50,000
500,000
8,000
125
1,000,000
-
-
-
150
1,400
210,000
150
1,400
210,000
1
800,000
800,000
2
700
10,000
7,000,000
22
25,000
550,000
120
10,000
1,200,000
8
50,000
400,000
8,000
125
1,000,000
-
-
-
200
1,400
280,000
200
1,400
280,000
1
800,000
800,000
2
800
10,000
8,000,000
24
25,000
600,000
120
10,000
1,200,000
10
50,000
500,000
8,000
125
1,000,000
-
-
-
200
1,400
280,000
200
1,400
280,000
1
800,000
800,000
3
1,350
10,000
13,500,000
28
25,000
700,000
200
10,000
2,000,000
14
50,000
700,000
12,000
125
1,500,000
50
5,600
280,000
200
1,400
280,000
200
1,400
280,000
1
800,000
800,000
3
1,100
10,000
11,000,000
28
25,000
700,000
200
10,000
2,000,000
14
50,000
700,000
12,000
125
1,500,000
50
5,600
280,000
200
1,400
280,000
200
1,400
280,000
1
800,000
800,000
3
1,200
10,000
12,000,000
28
25,000
700,000
200
10,000
2,000,000
14
50,000
700,000
12,000
125
1,500,000
50
5,600
280,000
200
1,400
280,000
200
1,400
280,000
1
800,000
800,000
3
1,200
10,000
12,000,000
28
25,000
700,000
200
10,000
2,000,000
14
50,000
700,000
12,000
125
1,500,000
50
5,600
280,000
200
1,400
280,000
200
1,400
280,000
1
800,000
800,000
2
800
10,000
8,000,000
24
25,000
600,000
120
10,000
1,200,000
10
50,000
500,000
8,000
125
1,000,000
-
-
-
200
1,400
280,000
150
1,400
210,000
1
800,000
800,000
2
900
10,000
9,000,000
24
25,000
600,000
120
10,000
1,200,000
12
50,000
600,000
8,000
125
1,000,000
-
-
-
200
1,400
280,000
150
1,400
210,000
1
800,000
800,000
2
750
10,000
7,500,000
24
25,000
600,000
120
10,000
1,200,000
9
50,000
450,000
8,000
125
1,000,000
-
-
-
200
1,400
280,000
150
1,400
210,000
1
800,000
800,000
24
9,600
6,350,000
1,520
15,200,000
115
5,750,000
96,000
96,000,000
254
12,000,000
200
1,120,000
1,950
2,730,000
1,800
2,520,000
10
8,000,000
rata input per ha
400
10.58
63.33
4.79
4,000
8.33
81.25
75.00
0.42
rata output/Input Pemakaian tuk 1 kg output
10,000
25,000
0.0265
10,000
0.1583
50,000
0.0120
125
10
5,600
0.0208
1,400
0.2031
1,400
0.1875
800,000
0.0010
Lampiran 4. Ouput Mapel Untuk Analisis Optimalisasi Nilai La nd Rent di Kecamatan Pontang > restart; > with (Optimization);with(plots); [ImportMPS, Interactive, LPSolve, LSSolve, Maximize, Minimize, NLPSolve, QPSolve]
Warning, the name changecoords has been redefined [animate, animate3d, animatecurve, arrow, changecoords , complexplot , complexplot3d , conformal, conformal3d, contourplot, contourplot3d , coordplot, coordplot3d, cylinderplot , densityplot , display, display3d, fieldplot, fieldplot3d, gradplot, gradplot3d, graphplot3d, implicitplot , implicitplot3d , inequal, interactive, interactiveparams , listcontplot , listcontplot3d , listdensityplot , listplot, listplot3d, loglogplot , logplot, matrixplot, multiple, odeplot, pareto, plotcompare, pointplot, pointplot3d , polarplot, polygonplot , polygonplot3d , polyhedra_supported , polyhedraplot , replot, rootlocus, semilogplot, setoptions, setoptions3d, spacecurve, sparsematrixplot, sphereplot, surfdata, textplot, textplot3d , tubeplot]
> obj:=10000*y -125*q1-5600*q2-1400*q3 -1400*q4 800000*q5 -25000*l1-10000*l2-50000*l3; obj := 10000 y - 125 q1 - 5600 q2 - 1400 q3 - 1400 q4 - 800000 q5 - 25000 l1 - 10000 l2 - 50000 l3
> cons:=[y<=400,q1<=4000,q2<=8.33, q3<=81.25,q4<=75,q5<=0. 42,l1<=10.58,l2<=63.33,l3<=4.79,10*y-q1=0,0.0208*yq2=0,0.2031*y-q3=0,0.1875*y-q4=0,0.001*y -q5=0,0.0265*yl1=0,0.1583*y-l2=0,0.0120*yl3=0,125*q1+5600*q2+1400*q3+1400*q4+800000*q5+25000*l1+ 10000*l2+50000*l3<=53670000]; cons := [y £ 400, q1 £ 4000 , q2 £ 8.33, q3 £ 81.25 , q4 £ 75, q5 £ 0.42 , l1 £ 10.58 , l2 £ 63.33 , l3 £ 4.79 ,
10 y - q1 = 0, 0.0208 y - q2 = 0, 0.2031 y - q3 = 0, 0.1875 y - q4 = 0, 0.001 y - q5 = 0, 0.0265 y - l1 = 0, 0.1583 y - l2 = 0, 0.0120 y - l3 = 0, 125 q1 + 5600 q2 + 1400 q3 + 1400 q4 + 800000 q5 + 25000 l1 + 10000 l2 + 50000 l3 £ 53670000 ]
> LPSolve (obj,cons,assume=nonnegative,maximize); [1.7727710166667 10 6, [y = 399.166666666666572 , l2 = 63.1880833333333314 , q1 = 3991.66666666666470 , q2 = 8.30266666666666353 , q3 = 81.0707499999999612 , q4 = 74.8437499999999716 , q5 = 0.399166666666666004 , l1 = 10.5779166666662424 , l3 = 4.79000000000000004 ]]
Lampiran 5. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tirtayasa KECAMATAN TIRTAYASA Produktivitas (y)
Masa Persiapan (l1)
Masa Pemeliharaan (l2)
Masa Pemanenan (l3)
Nener (q1)
No. Responden
Luas Lahan (Ha)
1
2
800
10,000
8,000,000
24
25,000
600,000
120
10,000
1,200,000
10
50,000
500,000
8,000
2
2
750
10,000
7,500,000
21
25,000
525,000
120
10,000
1,200,000
10
50,000
500,000
8,000
3
2
700
10,000
7,000,000
21
25,000
525,000
120
10,000
1,200,000
7
50,000
350,000
4
2
750
10,000
7,500,000
24
25,000
600,000
120
10,000
1,200,000
10
50,000
5
2
800
10,000
8,000,000
24
25,000
600,000
120
10,000
1,200,000
9
6 Jumlah
2 12
700 4500
10,000
7,000,000 45000000
24
25,000
600,000 3450000
120 720
10,000
1,200,000 7200000
8
Rata -rata output / input per ha Rata -rata harga/ Input Pemakaian Input untuk 1 kg output
Jumlah
Harga
Total
375
HOK
138
Upah
Biaya TK
11.50
10,000
HOK
Biaya TK
60.00
25,000
0.0307
Upah
HOK
54
Biaya TK
Jumlah
Harga
Jumlah
Harga
TSP (q4) Total
Jumlah
Obat (q5) Harga
Total
1
800,000
800,000
1
800,000
800,000
210,000
1
800,000
800,000
1,400
210,000
1
800,000
800,000
150
1,400
210,000
1
800,000
800,000
150 900
1,400
210,000 1260000
1
800,000
800,000 4800000
Harga
Total
125
150
1,400
210,000
150
1,400
210,000
125
1,000,000
150
1,400
210,000
150
1,400
210,000
8,000
125
1,000,000
150
1,400
210,000
150
1,400
500,000
8,000
125
1,000,000
150
1,400
210,000
150
50,000
450,000
8,000
125
1,000,000
150
1,400
210,000
50,000
400,000 2700000
8,000 48000
125
1,000,000 6000000
150 900
1,400
210,000 1260000
4,000
50,000
0.0120
Urea (q3) Total 1,000,000
4.50
10,000
0.1600
Upah
75.00
125
10.6667
75.00
1,400
0.2000
Jumlah
6
0.50
1,400
0.2000
800,000
0.0013
Lampiran 6. Ouput Mapel Untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Kecamatan Tirtayasa > restart; > with (Optimization);with(plots); [ImportMPS, Interactive, LPSolve, LSSolve, Maximize, Minimize, NLPSolve, QPSolve]
Warning, the name changecoords has been redefined [animate, animate3d, animatecurve, arrow, changecoords , complexplot , complexplot3d , conformal, conformal3d, contourplot, contourplot3d , coordplot, coordplot3d, cylinderplot , densityplot , display, display3d, fieldplot, fieldplot3d, gradplot, gradplot3d, graphplot3d, implicitplot , implicitplot3d , inequal, interactive, interactiveparams , listcontplot , listcontplot3d , listdensityplot , listplot, listplot3d, loglogplot , logplot, matrixplot, multiple, odeplot, pareto, plotcompare, pointplot, pointplot3d , polarplot, polygonplot , polygonplot3d , polyhedra_supported , polyhedraplot , replot, rootlocus, semilogplot, setoptions, setoptions3d, spacecurve, sparsematrixplot, sphereplot, surfdata, textplot, textplot3d , tubeplot]
> obj:=10000*y -125*q1-1400*q3-1400*q4 -800000*q5 25000*l1-10000*l2-50000*l3; obj := 10000 y - 125 q1 - 1400 q3 - 1400 q4 - 800000 q5 - 25000 l1 - 10000 l2 - 50000 l3
> cons:=[y<=375,q1<=4000,q3<=75,q4<=75,q5<=0.5,l1<=11.5,l 2<=60,l3<=4.5,10.6667*y-q1=0,0.2*y-q3=0,0.2*yq4=0,0.0013*y-q5=0,0.0307*y-l1=0,0.16*y-l2=0,0.012*yl3=0,125*q1+1400*q3+1400*q4+800000*q5+25000*l1+10000*l2 +50000*l3<=26670000]; cons := [y £ 375, q1 £ 4000 , q3 £ 75, q4 £ 75, q5 £ 0.5, l1 £ 11.5, l2 £ 60, l3 £ 4.5, 10.6667 y - q1 = 0,
0.2 y - q3 = 0, 0.2 y - q4 = 0, 0.0013 y - q5 = 0, 0.0307 y - l1 = 0, 0.16 y - l2 = 0, 0.012 y - l3 = 0, 125 q1 + 1400 q3 + 1400 q4 + 800000 q5 + 25000 l1 + 10000 l2 + 50000 l3 £ 26670000 ]
> LPSolve(obj,cons,assume=nonnegative,maximize); [1.5355168973941 10 6, [y = 374.592833876206100 , l2 = 59.9348534201929724 , q1 = 3995.66938110732780 , q3 = 74.9185667752412030 , q4 = 74.9185667752412030 , q5 = 0.486970684039079172 , l1 = 11.5000000000000000 , l3 = 4.49511400651447346 ]]
>
Lampiran 7. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Kecamatan Tanara KECAMATAN TANARA Responde
Luas Lahan (Ha)
Produktivitas (y) Jumlah
Harga
Masa Persiapan (l1) Total
HOK
Upah
Biaya TK
Masa Pemeliharaan (l2) HOK
Upah
Biaya TK
Masa Pemanenan (l3) HOK
Upah
Biaya TK
Nener (q1) Jumlah
Harga
Vitamin (q2) Total
Jumlah
Harga
Urea (q3) Total
Jumlah
Harga
TSP (q4) Total
Jumlah
Harga
Obat (q5) Total
Jumlah
Harga
Total
2
600
10,000
6,000,000
21
25,000
525,000
120
10,000
1,200,000
6
50,000
300,000
8,000
125
1,000,000
15
5,600
84,000
150
1,400
210,000
150
1,400
210,000
1
600,000
600,000
2
650
10,000
6,500,000
23
25,000
575,000
120
10,000
1,200,000
7
50,000
350,000
8,000
125
1,000,000
16
5,600
89,600
150
1,400
210,000
150
1,400
210,000
1
600,000
600,000
2
500
10,000
5,000,000
23
25,000
575,000
120
10,000
1,200,000
4
50,000
200,000
8,000
125
1,000,000
12
5,600
67,200
150
1,400
210,000
150
1,400
210,000
1
600,000
600,000
2
550
10,000
5,500,000
21
25,000
525,000
120
10,000
1,200,000
4
50,000
200,000
8,000
125
1,000,000
16
5,600
89,600
200
1,400
280,000
200
1,400
280,000
1
600,000
600,000
2
600
10,000
6,000,000
21
25,000
525,000
120
10,000
1,200,000
6
50,000
300,000
8,000
125
1,000,000
16
5,600
89,600
200
1,400
280,000
200
1,400
280,000
1
600,000
600,000
2 12
550 3450
10,000
5,500,000 34500000
21 130
25,000
525,000 3250000
120 720
10,000
1,200,000 7200000
4
50,000
200,000 1550000
8,000 48000
125
1,000,000 6000000
15
5,600
84,000 504000
200 1050
1,400
280,000 1470000
200 1050
1,400
280,000 1470000
1
600,000
600,000 3600000
31
90
6
rata
287.5
10.83
60.00
2.583
4,000
7.5
87.5
87.5
0.5
rata 10,000 Pemakaian Input untuk 1 kg output
25,000
0.0377
10,000
0.2087
50,000
0.0090
125 13.913 0
5,600
0.0261
1,400
0.3043
1,400
0.3043
600,000
0.0017
Lampiran 8. Ouput Mapel Untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Kecamatan Tanara > restart; > with (Optimization);with(plots); [ImportMPS, Interactive, LPSolve, LSSolve, Maximize, Minimize, NLPSolve, QPSolve]
Warning, the name changecoords has been redefined [animate, animate3d, animatecurve, arrow, changecoords , complexplot , complexplot3d , conformal, conformal3d, contourplot, contourplot3d , coordplot, coordplot3d, cylinderplot , densityplot , display, display3d, fieldplot, fieldplot3d, gradplot, gradplot3d, graphplot3d, implicitplot , implicitplot3d , inequal, interactive, interactiveparams , listcontplot , listcontplot3d , listdensityplot , listplot, listplot3d, loglogplot , logplot, matrixplot, multiple, odeplot, pareto, plotcompare, pointplot, pointplot3d , polarplot, polygonplot , polygonplot3d , polyhedra_supported , polyhedraplot , replot, rootlocus, semilogplot, setoptions, setoptions3d, spacecurve, sparsematrixplot, sphereplot, surfdata, textplot, textplot3d , tubeplot]
> obj:=10000*y -125*q1-5600*q2-1400*q3 -1400*q4 600000*q5 -25000*l1-10000*l2-50000*l3; obj := 10000 y - 125 q1 - 5600 q2 - 1400 q3 - 1400 q4 - 600000 q5 - 25000 l1 - 10000 l2 - 50000 l3
> cons:=[y<=287.5,q1<=4000,q2<=7.5,q3<=87.5,q4<=87.5,q5<= 0.5,l1<=10.83,l2<=60,l3<=2.583,13.913*y-q1=0,0.0261*yq2=0,0.3043*y-q3=0,0.3043*y-q4=0,0.0017*yq5=0,0.0377*y-l1=0,0.2087*y-l2=0,0.009*y l3=0,125*q1+5600*q2+1400*q3+1400*q4+600000*q5+25000*l1+ 10000*l2+50000*l3<=25044000]; cons := [y £ 287.5 , q1 £ 4000, q2 £ 7.5, q3 £ 87.5, q4 £ 87.5 , q5 £ 0.5, l1 £ 10.83 , l2 £ 60, l3 £ 2.583 ,
13.913 y - q1 = 0, 0.0261 y - q2 = 0, 0.3043 y - q3 = 0, 0.3043 y - q4 = 0, 0.0017 y - q5 = 0, 0.0377 y - l1 = 0, 0.2087 y - l2 = 0, 0.009 y - l3 = 0, 125 q1 + 5600 q2 + 1400 q3 + 1400 q4 + 600000 q5 + 25000 l1 + 10000 l2 + 50000 l3 £ 25044000 ]
> LPSolve(obj,cons,assume=nonnegative,maximize); [7.9303122500000 10 5, [y = 287.000000000000114 , l2 = 59.8969000000000166 , q1 = 3993.03100000000176 , q2 = 7.49070000000000568 , q3 = 87.3341000000000634 , q4 = 87.3341000000000634 , q5 = 0.487900000000001444 , l1 = 10.8198999999998140 , l3 = 2.58300000000000018 ]]
Lampiran 9. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Setelah Kenaikan Harga BBM SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 1 R Square 1 Adjusted R Square 65535 Standard Error 0 Observations 3 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1 X Variable 2
2 0 2
Coefficients -1976364.2 8988.296296 -4224.89712
SS 6.43633E+11 0 6.43633E+11 Standard Error 0 0 0
MS 3.22E+11 65535
t Stat 65535 65535 65535
F #NUM!
Pvalue #NUM! #NUM! #NUM!
Significa nce F #NUM!
Lower 95% -1976364.198 8988.296296 -4224.897119
Upper 95% -1976364.198 8988.296296 -4224.897119
Lower 99.0% -1976364.198 8988.296296 -4224.897119
Upper 99.0% -1976364.198 8988.296296 -4224.897119
Lampiran 10. Output MAPEL Untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar > restart; > a:=-1976364.2;b1:=8988.296296;b2:=-4224.89712; a := -1.9763642 10 6 b1 := 8988.296296 b2 := -4224.89712
> rent:=a+(b1*x1)+(b2*x2); rent := -1.9763642 10 6 + 8988.296296 x1 - 4224.89712 x2
> rent1:=a+(400+287.5+375)/3*b1+b2*x2; rent1 := 1.206990738 10 6 - 4224.89712 x2
> plot(rent1,x2=0..285);
> rent2:=a+(21+30+39)/3*b2+b1*x1; rent2 := -2.103111114 10 6 + 8988.296296 x1
101
> plot(rent2,x1=0..500);
>