ANALISIS LAJU PRODUKSI KANDUNGAN KARBON (C) SERASAH DAUN MANGROVE DI KAMPUNG GISI DESA TEMBELING KABUPATEN BINTAN Rio Rudiansyah Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Arief Pratomo Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Donny Apdillah Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju produksi kandungan Karbon (C) serasah daun Mangrove di Kampung Gisi Desa Tembeling Kabupaten Bintan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013. Metode yang digunakan adalah metode sampling yaitu peneliti melakukan pengambilan sample serasah daun mangrove secara langsung di lapangan. Hasil penelitian terhadap serasah daun mangrove telah diketahui bahwa rata-rata persentase laju produksi Karbon perhari di Kampung Gisi adalah 50,742% dari produksi serasah daun mangrove, dari produksi bersih serasah daun mangrove sebesar 4,574 gram/m 2/hr akan menghasilkan Karbon sebesar 2,321 gramC/m2/hr (847,143 gramC/m2/th). hasil ini menunjukan bahwa laju produksi serasah daun mangrove di Kampung Gisi tergolong Tinggi
Kata Kunci : Mangrove, Serasah, Karbon (C), Kampung Gisi
1
ANALYSIS THE RATE OF PRODUCTION OF CARBON (C) CONTENT MANGROVE LEAF LITTER AT KAMPUNG GISI DESA TEMBELING KABUPATEN BINTAN Rio Rudiansyah Marine Science Students, FIKP UMRAH,
[email protected]
Arief Pratomo Marine Science Program, FIKP UMRAH,
[email protected]
Donny Apdillah Marine Science Program, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT This study aims to analyze the rate of production of carbon content (C) Mangrove leaf litter at Kampung Gisi Desa Tembeling Kabupaten Bintan. The study was conducted in March-April 2013. The method used is a sampling method that researchers conduct sampling of mangrove leaf litter on the ground. The study of mangrove leaf litter has been known that the average percentage rate of carbon production a days at Kampung Gisi is 50,742% of mangrove leaf litter production, of net production of mangrove leaf litter by 4,574 grams/m2/day Carbon will produce at 2,321 gramsC/m2/day (847,143 gramsC/m2/year). This result indicates that the rate of production of mangrove leaf litter at Kampung Gisi classified as High
Keyword : Mangrove, Litter, Carbon (C), Kampung Gisi
2
I.
Nilai penting sumbangan serasah
PENDAHULUAN Fungsi mangrove sebagai habitat dari
mangrove adalah produktivitas perairan.
berbagai biota perairan laut tidak terlepas
Produktivitas mangrove dapat dilihat melalui
dari peran mangrove sebagai produsen
produksi Karbon serasahnya. Penelitian
bahan
untuk mengetahui laju produksi Karbon (C)
nutrien
yang
menjadi
sumber
makanan penting bagi biota yang berasosiasi
serasah
dengan ekosistem mangrove. Sumbangan
sehingga penelitian ini mencoba untuk
yang penting ekosistem mangrove dalam
menganalisa hal tersebut.
kaitannya dengan produktivitas ekosistem
mangrove
Penelitian
di
ini
Kampung
Gisi,
bertujuan
untuk
pesisir adalah masukan unsur hara melalui
menganalisi laju produksi Karbon (C)
biomassa serasah tersebut (guguran daun,
serasah daun mangrove pada ekosistem
bunga, ranting dan sejumlah bagian pohon
mangrove yang terdapat di Kampung Gisi,
lain yang jatuh kelantai hutan).
Desa Tembeling Kecamatan Teluk Bintan,
Selain itu serasah mangrove berupa
Kabupaten
Bintan
serta
memberikan
daun, ranting, bunga, buah dan biomassa
informasi besaran kontribusi Karbon dari
lainnya yang jatuh menjadi sumber nutrien
serasah daun mangrove di Kampung Gisi.
biota perairan dan unsur hara yang sangat penting menentukan produktivitas perikanan
II.
laut (Zamroni et al,. 2008). Unsur hara
1.
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Mangrove
tersebut dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan
Hutan mangrove sendiri jika ditinjau
mangrove itu sendiri dan sebagian menjadi
dari tata bahasa terdiri dari dua kata, yaitu
masukan unsur hara yang dimanfaatkan oleh
“hutan” dan “mangrove”. Menurut Undang-
ekosistem perairan di sekitarnya (Lotto et
Undang No. 41/1999 dan Undang-Undang
al,.1986 dalam Lestarina 2011).
No.
19/2004
yang
mengatur
tentang
Serasah yang gugur merupakan
Kehutanan, hutan adalah suatu satu kesatuan
sumber bahan organik penting dalam rantai
ekosistem berupa hamparan lahan berisi
makanan (food chain) di dalam lingkungan
sumber daya alam hayati yang didominasi
perairan. Hal ini menjadikan mangrove
pepohonan
memegang peranan penting dan tidak dapat
lingkungannya, yang satu dengan yang
digantikan oleh hutan maupun ekosistem
lainnya tidak dapat dipindahkan. Sedangkan
lain dalam produktivitas primer perairan
mangrove
pantai.
dengan
tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai
produksi serasahnya baik yang mengalami
dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi
dekomposisi maupun dikonsumsi langsung
oleh arus pasang surut air laut. Mangrove
merupakan salah satu sumber masukan
juga
nutrien dan unsur hara bagi perairan dan
(Purnobasuki, 2005 dalam Kordi K, 2012).
Keberadaan
mangrove
organisme sekitarnya.
3
dalam
adalah
tumbuh
persekutuan
vegetasi
pada
pantai
hutan
alam
yang
berlumpur
Karakteristik secara
umum
habitat
adalah
mangrove
sebagai
-
berikut
ada pada suatu wilayah tertentu dan
(Bengen, 2004 dalam Lestarina, 2011) : a.
Umumnya intertidal
tumbuh yang
pada jenis
dinyatakan dalam berat atau unit
daerah
energy per area permukaan (misal g/m2, Kcal/ha).
tanahnya
berlumpur, berlempung atau berpasir. b.
-
serasah dalam jangka waktu tertentu
berkala, baik setiap hari maupun yang
(missal g/m2/hari, Kcal/ha/hari).
purnama.
Frekuensi
menentukan
d.
2.
Litter-fall merupakan tingkat gugurnya
Daerahnya tergenang air laut secara
hanya tergenang pada saat pasang
c.
Litter-layer merupakan serasah yang
3.
penggenangan
komposisi
Kandungan Unsur Karbon (C) Karbon adalah bagian yang penting
vegetasi
dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran
mangrove.
yang penting dalam struktur, biokimia, dan
Menerima pasokan air tawar yang
nutrisi pada semua sel makhluk hidup.
cukup dari darat.
Produktivitas primer kotor maupun bersih
Terlindung dari gelombang besar dan
pada umumnya dinyatakan dalam jumlah
arus pasang surut yang kuat. Air
(gC/m2/hari). Produktivitas primer kotor
bersalinitas payau (2-22 0/00) hingga
hutan mangrove dapat mencapai 5.000
asin (mencapai 38 0/00).
gC/m2/tahun,
Produktivitas Serasah Mangrove
bersihnya mencapai 2.700 g C/m2/tahun
Produksi serasah daun untuk kawasan
(Lugo dan Snedaker, 1974 dalam Kordi K,
mangrove adalah berbeda. Perbedaan jumlah
sedangkan
produktivitas
2012).
serasah ini dapat disebabkan oleh adanya beberapa
faktor
mempengaruhi
lingkungan
produktivitas,
yang
III. METODE PENELITIAN
kesuburan
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni
tanah, kelembaban tanah, kerapatan, musim
2013 sampai dengan Agustus 2013 yang
dan tegakan. Selain faktor-faktor tersebut
berlokasi di Perairan Kampung Gisi Desa
ketipisan tajuk dan morfologi daun juga ikut
Tembeling,
mempengaruhi
serasah.
Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau
Semakin tipis penutupan tajuk semakin
(peta lokasi dapat dilihat pada Lampiran 1).
berkurang produksi serasah (Lugo dan
Lokasi penelitian ini secara
Snedaker, 1974 dalam Lestarina 2011).
daerah ini berada pada posisi 1 02’02,3”-
Menurut Brown (1984) dalam Lestarina
102’21,4” LU dan 104°27'59"-104°28'11,1"
(2011) membedakan antara serasah pada
BT.
suatu area (litter-layer) dan yang dihasilkan
Alat dan Bahan
besar
kecilnya
dalam jangka waktu tertentu (litter-fall)
Kecamatan
Teluk
Bintan,
geografis
Bahan penelitian yang digunakan
sebagai berikut :
adalah serasah mangrove yang gugur di
4
lokasi penelitian. Peralatan yang digunakan
penelitian
disajikan pada table 1.
sampling dilakukan secara acak seperti
Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan
terlihat pada gambar yang dimaksudkan agar
dalam Penelitian
memperoleh data yang bervariasi dalam
ALAT Rol Meter GPS Kantong Sampel Alumanium Foil Kertas Label
dilakukan.
Peletakan
plot
penelitian ini.
KEGUNAAN Mengukur jarak antar titik sampling Mengetahui posisi titik sampling/stasiun Sebagai tempat sampel Pembungkus Sampel Label sampel penelitian Mencatat Dokumentasi penelitian Menimbang sampel
2.
Pengambilan
Dan
Penanganan
Sampel Serasah Daun Mangrove Metode umum yang digunakan untuk menangkap guguran daun serasah di hutan mangrove dalam waktu tertentu (liner-fall) adalah dengan litter-fall (jaring penangkap
Alat Tulis Kamera Digital Timbangan/Ner aca Analitik Oven Pengering sampel Furnace Pengabuan sampel Parameter Fisika Data Sekunder Sampel Serasah Jaring/LitterMenangkap serasah trap Tali Alat ikat
serasah) (Brown, 1984 dalam Lestarina, 2011). Litter-trap berupa jaring penampung berkerangka
paralon
berukuran
100x100x25cm, yang terbuat dari nylon dengan ukuran mata jaring (mesh size) sekitar 0,2 cm dan bagian bawahnya diberi pemberat. Pengambilan
sampel
dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan dengan selang Prosedur penelitian/pengumpulan data 1.
waktu 7 hari (hari ke 7, ke 14 dan ke 21).
Penentuan Titik Sampling
Hal ini dimaksudkan untuk ketepatan data
Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga
dan
keberagaman
data
yang
akan
titik stasiun pengamatan yang dibedakan
didapatkan.
berdasarkan interaksinya terhadap perairan
dikumpulkan dipisahkan setiap bagiannya
dan lingkungan sekitar. Ekosistem mangrove
antara daun dan serasah lainnya. Daun
di kampung gisi berinteraksi langsung
serasah tersebut ditimbang berat basahnya
denngan perairan Teluk Bintan dan sungai-
lalu dimasukan kedalam kantong sampel dan
sungai kecil yang melewati ekosistem
diberi label, untuk selanjutnya dibawa ke
mangrove tersebut. Masing-masing titik
laboratorium
stasiun terdapat tiga plot titik sampling
keringnya dengan mengeringkan sampel ke
untuk meletakkan jaring penampung serasah
dalam
(litter-trap).
beratnnya konstan (Mahmudi et al,. 2008).
Penentuan
titik
jumlah plot sampling
sampling
dan
3.
yang digunakan
oven
Laju
Serasah
untuk
pada
yang
ditimbang
suhu
Produksi
800C
Serasah
sudah
berat
hingga
Daun
Mangrove
berdasarkan analisa visual dan struktur
Pengukuran dilakukan pada serasah
vegetasi mangrove pada saat survey lokasi
yang tertampung pada litter-trap setiap 7
5
hari dengan 3 kali pengulangan. Berat basah serasah
diperoleh
sebelum
dioven.
setelah Berat
B. Kadar Abu
ditimbang
Sudarmadji (1996), menjelaskan
kering serasah
bahwa
prinsip
dari
pengabuan
diperoleh setelah dikeringkan dalam oven
langsung
pada suhu 80°C
berat
mengoksidasi semua zat organik pada
serasah
suhu tinggi, yaitu berkisar antara 500 –
dilakukan menggunakan persamaan Hamidy
600 oC. Adapun langkah analisis kadar
et al (2002).
abu adalah sebagai berikut:
konstan.
4.
sampai mencapai
Analisis
produksi
1.
Berat kering = (gbk/m²/hari )
(kering)
= gram berat kering
m²/hari 4.
dengan
Persiapkan alumaniun foil sebagai pembungkus
Ket: Gbk
yaitu
cara
sampel
dan
hitung
beratnya (X).
= meter kuadrat per hari
2.
Sampel serasah yang telah diketahui
Perhitungan Kandungan Karbon (C)
berat keringnya (Y) bungkus dengan
A. Kadar Air
alumanium foil yang telah disiapkan.
Penentuan kadar air didasarkan pada
3.
Sampel tersebut dimasukan dalam oven
perbedaan berat contoh sebelum dan sesudah
pembakar furnace dengan suhu 400 -
dikeringkan
600°C.
(Sudarmadji,
memperoleh kadar bahan adalah
dengan
Untuk
kering serasah
menimbang
4.
Sesudah 5 jam, lalu setelah kira-kira 1
berat
jam sampel ditimbang kembali (Z).
basah serasah (A), setelah itu serasah
Adapun rumus penentuan kadar abu
tersebut dioven pada suhu 80°C kemudian ditimbang untuk mengetahui berat kering
menggunakan rumus sebagai (Z − X ) berikut: Kadar Abu = X 100% Y
serasah (B). Penetapan kadar air dapat
Setelah
diperoleh
cara
1996).
dengan menggunakan rumus
kadar
bahan
kering
serasah dan kadar abu didapatkan, maka
sebagai berikut: Kadar air =
nilai
kandungan karbon dapat diketahui dengan (A– B) X 100% A
rumus sebagai berikut : Kandungan karbon ( C ) = ( Kadar bahan kering – Kadar abu ) %
Ket: Kadar air
= Persentase Kadar Air (%)
A
= Berat Basah serasah (grm)
B
= Berat Kering serasah (grm) Dari hasil nilai persentase kadar air
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Laju Produksi Serasah Daun Mangrove Pengambilan sampel Komponen
serasah maka telah dapatditentukan nilai
serasah daun mangrove dari 3 stasiun
persentase kadar bahan kering serasah yaitu:
penelitian yang terdiri dari 3 buah plot
Kadar bahan kering serasah = (100 – Kadar air) %
sampling dilakukan selama 21 hari dengan jarak waktu pengambilan selama selang 7
6
hari dari waktu awal pemasangan litter Trap
Ket :
menghasilkan serasah sebagai berikut :
Gbb/m2/21hr
Tabel 2. Laju Produksi Serasah Daun
(gr)
Mangrove Stasi un
Berat Berat Berat Berat basah/21hr kering/21hr basah/hr kering/hr Gbb/m2/21h Gbk/m2/21 Gbb/m2/hr Gbk/m2/hr r
: Gram berat basah per 21 hari
Gbb/m2/hr
: Gram berat basah per hari (gr)
Bk
: Berat kering (gr)
% Ka
: Persentase kadar air (%)
% Bk
: Persentase berat kering (%)
I
145.818
88.782
6.944
4.228
% Abu
: Persentase kadar abu (%)
II
123.804
99.333
5.895
4.730
%Karbon
:Persentase kandungan karbon
III
127.412
100.041
6.067
4.764
(%).
6.302
4.574
Rata132.345 96.052 rata Sumber : Data Primer
Nilai
yang
penelitian,
maka
persentase
sumbangan kandungan Karbon serasah daun
2. Laju Produksi Karbon (C) Serasah Daun Mangrove Dari hasil laju produksi serasah daun mangrove
rata-rata
didapatkan
mangrove pada tiap stasiun penelitian di perairan Kampung Gisi adalah
sebesar
50,742 %perharinya (Gambar 5), hasil ini
selama
tidak
dilakukan perhitungan
berbeda
jauh
dengan
asumsi
Fergusson et al, dalam Supriharyono (2009),
kandungan karbon pada sampel komponen
yang menyatakan bahwa 45% sampai 50%
serasah yang telah dikumpulkan selama 21
bahan kering tanaman terdiri dari kandungan
hari yang di ambil setiap 7 hari tersebut,
Karbon.
maka didapatkan hasilnya sebagai berikut : Tabel 3. Produksi Kandungan Karbon
% Karbon/hr 63,197 55,412 50,742
(C) Serasah Daun Mangrove 33,617 Stasiun
Gbb /21hr
Gbb/m2 /hr
Bk
1
145.818
6.944
4.228
2
123.804
5.895
4.730
3
127.412
6.067
4.764
Gambar 10. Diagram Persentase Produksi
6.302
4.574
Karbon
Rata132.345 rata Sumber : Data Primer
I
II
III
Rata-rata
KESIMPULAN DAN SARAN % Ka
% Bk
% Abu
% Karbon/hr
39.113
60.887
27.271
33.617
19.763
80.237
17.040
63.197
21.477
78.523
23.111
55.412
26.784
73.216
22.474
50.742
Kesimpulan Parameter fisika kimia perairan dari 3 stasiun pengamatan dari masingmasing parameter yang diamati terlihat masih berada pada taraf yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove, serta tidak terlihat pola penyebaran karakteristik berdasarkan stasiun, pada hasil analisis komponen utama 7
yang
dilakukan.
Kawasan
mangrove
Kampung Gisi memberikan produktivitas
Saran
rata-rata serasah daun mangrove yang tinggi sebesar
2
6,302 2
gram/m /th) keringnya
gram/m /hr
dengan 4,574
Penelitian lebih lanjut diharapkan
(2300,230
produksi
gram/m2/hr
adanya penelitian antar jenis mangrove dan
berat
laju dekomposisi serasah daun mangrove
(1669,51
sehingga
2
data
ini
gambaran
managrove
produktifitas serasah masing-masing jenis
mikroorganisme lainnya
baik
sendiri dan
secara
maupun
makroorganisme langsung
mangrove
ataupun
lebih
memberikan
gram/m /th) yang akan di manfaatkan oleh itu
yang
akan
serta
jelas
terhadap
hubungan
terhadap
lingkungan sekitarnya yang ada di Kampung
melalui proses dekomposisi serasah itu
Gisi.
sendiri. Tabel 8. Hasil Perhitungan Serasah dan Karbon gram/m2/hr
Produksi
DAFTAR PUSTAKA Anggoro, T.M, et all,. 2007. Metode
gram/m2/th
Penelitian. Jakarta. Universitas 4,575
Serasah
Terbuka.
1669,51
Apdhan. D., Mulyadi. A., dan Zulkifli. 2012. 2,321
Karbon (C)
847,143
Produksi
Kandungan
Karbon
Sumber: Data Primer Hasil penelitian terhadap serasah
Serta Laju Dekomposisi Serasah
daun mangrove telah diketahui bahwa rata-
Mesjid, Dumai, Riau. Universitas
rata persentase laju produksi Karbon perhari
Riau.
Xylocarpus sp di PerairanSungai
di Kampung Gisi adalah 50,742% dari
Arifin, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi
produksi serasah daun mangrove, dari
dan
produksi bersih sersah daun mangrove
Yogyakarta.
sebesar
4,574
menghasilkan
2
gram/m /hr
Karbon
sebesar
akan
Manfaatnya.
Kanisius.
Djunaedi, S.O. 2011. Sumberdaya Perairan
2,321
Potensi,
Masalah
gramC/m /hr (847,143 gramC/m /th). hasil
Pengelolaan.
Bandung.
ini menunjukan bahwa laju produksi serasah
Padjadjaran.
2
2
daun mangrove di Kampung Gisi tergolong
dan Widya
Fauzi Ahmad. 2008. Analisis Kadar Unsur
Tinggi (diatas rata-rata) pada perbandingan
Hara
penelitian lainnya, namun laju produksi
Nitrogen
Karbon (C) yang dihasilkan tidak berbeda
Perkebunan
jauh dengan asumsi Fergusson et al, dalam
Bengkalis Riau.
Karbon
Organik
didalam Kelapa
dan Tanah Sawit
Supriharyono (2009), yang menyatakan
Hafizh. 2013. Studi Zonasi Mangrove di
bahwa 45% sampai 50% bahan kering
Kampung Gisi Desa Tembeling
tanaman terdiri dari kandungan Karbon.
Kecamatan 8
Teluk
Bintan
Kabupaten
Hutabarat
Bintan
Provinsi
Supriharyono,
2009.
Konservasi
Kepulauan Riau. Tanjungpinang.
Ekosistem Sumberdaya Hayati di
Universitas Maritim Raja Ali
Wiliyah Pesisir dan Laut Tropis.
Haji.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
S
dan
Evans,
M.S.
1985.
Sutaryo, D. 2009. Perhitungan Biomassa,
Pengantar Oseanografi. Jakarta.
Sebuah Pengantar untuk Studi
Universitas Indonesia.
Karbon dan Perdagangan Karbon.
Kordi, H.G. 2012. Ekosistem Mangrove.
Wetlands International Indonesia
Jakarta. Rieneka Cipta.
Programme.
Lestarina, M.P. 2011. Produktivitas Serasah Mangrove dan Potensi Kontribusi Unsur Hara di Perairan Mangrove Pulau Punjung Banten. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Mahmudi,
MS.
M,
et
all,.
2008.
Laju
Dekomposisi Serasah Mangrove dan
Kontribusinya
Nutrient
di
Terhadap
Hutan
Mangrove
Reboisasi. Malang. Universitas Brawijaya. II (1); 19-25. Pranowo, W.S., S.A. Novi, R. Agustin, Terry, L.K., Subki, B.A., R.A. Tukul & Wirasantosa. S. 2010. Rencana Strategis Riset Karbon Laut di Indonesia II. Puslitbang SDLP. Balitbang KP. KKP-RI. Rominohtarto K dan Juwana Sri. 2009. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota
Laut.
Jakarta.
Djambatan. Sirahudin, M. dan Rachman, E. 2008. Biomassa Jatuhan Mangrove
Lantai Serasah
Hutan
dan
di
Kawasan
Blanakan,
Subang,
Jawa Barat. Vol. V, No. 4 : 329335.
9