ANALISIS KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN SMA BAKTI IDHATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE LIBQUAL+™ Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh: INAYATUL RAMADITA
NIM: 1110025000048
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M /1435 H
ABSTRAK
Inayatul Ramadita Analisis Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dengan Metode LibQual+™ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan harapan siswa terhadap kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata dari aspek akses terhadap informasi (access to information), sikap petugas dalam melayani (affect to service), kemudahan pencarian informasi secara individual (personal control), dan perpustakaan sebagai tempat (library as place). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, dan wawancara. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Bakti Idhata, dengan teknik accidental samplingdiambil sampel 25% dari kelas 1 dan 2. Teknik pengumpulan data menggunakan metode LibQual yang mengukur gap/kesenjangan antara persepsi dan harapan pengguna terhadap layanan perpustakaan. Berdasarkan hasil penelitian, kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata dari aspek sikap petugas dalam melayani pengguna (affect to service) dan kemudahan pencarian informasi secara individu (personal control) dinilai sudah cukup baik dalam harapan minimal dan harapan sesungguhnya atau pengguna telah puas dengan kedua layanan tersebut. Namun, dari kedua aspek masih terdapat penilaian negatif seperti tidak tersedianya komputer sebagai sarana temu kembali informasi dan kurangnya pemahaman serta wawasan yang cukup pada pustakawan mengenai perpustakaan. Sedangkan dari aspek akses terhadap informasi (access to information) dan perpustakaan sebagai tempat (library as place) dinilai sudah cukup memenuhi atau pengguna puas pada harapan minimal, walaupun pengguna belum puas dengan harapan sesungguhnya karena adanya beberapa faktor yaitu terbatasnya dana, tidak tersedianya fasilitas yang memadai bagi pengguna dan kurangnya apresiasi pihak yayasan sekolah terhadap perpustakaan. Kata kunci: Kualitas Layanan, Metode LibQual+™, Perpustakaan Sekolah
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam, penulis haturkan kepada baginda kita yaitu Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar sarjana Ilmu Perpustakaan sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan. 3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan. 4. Ibu Lilik Istiqoriyah, S.Ag, SS, M.Hum, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas saran-saran dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini diselesaikan dengan baik.
ii
5. Ibu Rodiah, Pak Yadi, Ibu Titin Agustin, Pak Zulkarnain, Pak Hari Apriyanto dan guru-guru SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan. Terimakasih atas bantuan, motivasi dan saran-saran yang telah diberikan kepada penulis untuk penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mengajar dan memberi penulis ilmu selama masa perkuliahan. 7. Untuk Almarhum Bapak dan Ibu serta kakak-kakakku dan adikku tersayang dan tercinta yaitu Kak Chandra, Kak Dini, Kak Kiki dan Dini. Terimakasih atas segala yang diberikan terutama motivasi, dukungan dan doa yang tak pernah putus untuk penulis. 8. Untuk saudara-saudara dan sepupuku, terimakasih atas doa dan dukungannya. 9. Untuk Eko Yulianto S.H., terimakasih telah mengisi hari-hari penulis dengan memberikan dukungan dan doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 10. Untuk para sahabatku Fitri Afrianti, Maulidia Putri, Guwida Nur Rahmawati, Ainul Arifatul Ulum, Satyawan Pari Kresno, Rizky Hariyo Wibowo, terimakasih atas dukungan dan doa kalian kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Sukses untuk kalian semua!! 11. Untuk teman-teman IPI B yang penulis sayangi, Husnul, Nenden, Nita, Ninu, Fandini, Aaf, Novi, Putri, Yeni, Ina, Lona, Faris, Anggun, Bayu, Onay, Rifki, Kahfi, sukses untuk kalian semua.
iii
12. Kawan-kawan seperjuangan angkatan IPI 2010. Semoga kita sukses ke depannya aamiinn! 13. Untuk teman-teman KKN KOMPAS 2013, terimakasih buat kalian semua yang sudah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 14. Untuk para responden khususnya siswa SMA Bakti Idhata yang telah membantu penulis untuk mengisi kuesioner dalam penelitian ini. Terimakasih atas bantuannya, semoga sukses untuk kalian semua. 15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat dituliskan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran serta masukan yang dapat membangun dan memperbaiki skripsi ini di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Alhamdulillahirabbil’alamin Wassalammu’alaikum Warahamtullahi Wabarakaatuh
Jakarta, 20 Agustus 2014
Inayatul Ramadita
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK………………………………………………………………. i KATA PENGANTAR…………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
v
DAFTAR TABEL………………………………………………………. viii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………
xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………. 8 D. Metode Penelitian…………………………………….. 9 E. Sistematika Penelitian………………………………… 16 F. Penelitian Terdahulu………………………………….. 17 BAB II
TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Sekolah………………………………… 20 1. Pengertian Perpustakaan Sekolah………………… 20 2. Tujuan Perpustakaan Sekolah…………………….. 22 3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Sekolah…………. 24 B. Layanan Perpustakaan Sekolah……………………….. 29
v
1. Sistem Layanan Perpustakaan…………………….. 31 2. Jenis-Jenis Layanan Perpustakaan………………… 34 C. Kualitas Layanan 1. Definisi Kualitas Layanan…………………………. 35 2. Karakteristik Kualitas Layanan……………………. 38 D. LIBQUAL+™…………………………………………. 45 BAB III
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SEKOLAH BAKTI IDHATA JAKARTA SELATAN A. Sejarah Singkat SMA Bakti Idhata……………………. 49 B. Visi dan Misi SMA Bakti Idhata………………………. 50 C. Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata……………………. 51 D. Susunan Organisasi dan SDM Perpustakaan………….. 52 E. Koleksi Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata…………... 54 F. Layanan Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata………….. 54 G. Sarana&Prasarana Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata... 56 H. Sumber Dana Perpustakaan SMA Bakti Idhata………... 57
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Prosedur Penelitian…………………………………….. 59 B. Responden……………………………………………... 59 C. Teknik Pengolahan Data………………………………. 60 D. Kisi-kisi kuesioner…………………………………….. 62 E. Analisis Identitas Responden 1. Jenis Kelamin Responden…………………………. 63
vi
2. Kelas Responden………………………………….. 64 3. Jurusan Responden………….……………………... 64 4. Intensitas Kunjungan Responden…………………. 65 F. Analisis Hasil Penelitian 1. Variabel Akses terhadap Informasi (Access to Information)……………………………. 66 2. Variabel Sikap Petugas dalam Melayani (Affect to Service)…………………………………. 75 3. Variabel Kemudahan Pengguna Mencari Informasi secara Individu (Personal Control)………………...
80
4. Variabel Perpustakaan sebagai Tempat (Library as Place)…………………………………. 85 5. Saran-saran dari Responden………………. ……... 93 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………. 95 B. Saran…………………………………………………… 97
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 99 LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Rekapitulasi Koleksi Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata per Juli 2012 ..................................................................................................... 54
Tabel 2
Jam Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata ................................... 55
Tabel 3
Perlengkapan Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata .............................. 57
Tabel 4
Kisi-kisi kuesioner penelitian.............................................................. 62
Tabel 5
Jenis Kelamin Responden .................................................................. 62
Tabel 6
Kelas Responden ................................................................................. 64
Tabel 7
Jurusan Responden .............................................................................. 64
Tabel 8
Intensitas Kunjungan Responden ........................................................ 65
Tabel 9
Kelengkapan Koleksi .......................................................................... 66
Tabel 10
Kelengkapan Koleksi Terbitan Berseri ............................................... 67
Tabel 11
Kelengkapan Koleksi Referensi…………….. .................................... 68
Tabel 12
Tersedianya Koleksi Fiksi ................................................................... 69
Tabel 13
Tersedianya Koleksi BSE (Buku Sekolah Elektronik) ....................... 70
Tabel 14
Relevansi Koleksi................................................................................ 71
Tabel 15
Kemutakhiran Koleksi ........................................................................ 71
Tabel 16
Keberagaman Koleksi ......................................................................... 72
Tabel 17
Pemenuhan Kebutuhan Informasi ....................................................... 73
Tabel 18
Jam Layanan Perpustakaan ................................................................. 74
Tabel 19
Rekapitulasi Variabel Akses terhadap Informasi (Access to Information) ........................................................................................ 75
viii
Tabel 20
Keramahan Pustakawan……………. ................................................. 76
Tabel 21
Penampilan Pustakawan ...................................................................... 77
Tabel 22
Empati Pustakawan dalam Membantu Pengguna ............................... 77
Tabel 23
Daya
Tanggap
Pustakawan
dalam
Melayani
Pengguna…………………………………………. ............................ 78 Tabel 24
Pengetahuan Pustakawan mengenai Perpustakaan ............................. 79
Tabel 25
Rekapitulasi
Variabel
Sikap
Petugas
dalam
Melayani
(Affect to Service) ................................................................................ 80 Tabel 26
Tersedianya Katalog Kartu/OPAC………. ......................................... 81
Tabel 27
Tersedianya Sarana Pemberitahuan mengenai Perpustakaan ............. 81
Tabel 28
Tersedianya Komputer untuk Mencari Informasi ............................... 82
Tabel 29
Petunjuk Penggunaan Koleksi…………..... ....................................... 83
Tabel 30
Klasifikasi/Susunan Koleksi ............................................................... 84
Tabel 31
Rekapitulasi Variabel Kemudahan Pengguna dalam Mencari Informasi secara Individu (Personal Control) .................................... 84
Tabel 32
Desain Perpustakaan……………………... ........................................ 86
Tabel 33
Ruang Perpustakaan……………………… ........................................ 87
Tabel 34
Ruang Perpustakaan Nyaman……………. ........................................ 87
Tabel 35
Memiliki berbagai Fasilitas Perpustakaan .......................................... 88
Tabel 36
Tersedianya Rak Penyimpanan………….. ......................................... 89
Tabel 37
Tersedianya berbagai Ruangan dalam Perpustakaan .......................... 90
Tabel 38
Rekapitulasi
Variabel
Perpustakaan
sebagai
Tempat
(Library as Place)…………………………………………. .............. 90
ix
Tabel 39
Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata menurut Pengguna .............................................................................................. 91
Tabel 40
Rekapitulasi Nilai Rata-rata secara Keseluruhan Item Pernyataan
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Karakteristik Kualitas Jasa Layanan Perpustakaan menurut LibQual diambil dari Cook, Collen and Heath, Fred (2000) ........... 38
Gambar 2
Susunan Organisasi Perpustakaan SMA Bakti Idhata ...................... 53
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat pengajuan proposal skripsi
Lampiran 2
Surat tugas menjadi pembimbing
Lampiran 3
Surat penggantian judul skripsi
Lampiran 4
Surat izin penelitian
Lampiran 5
Surat persetujuan izin penelitian
Lampiran 6
Tabel perhitungan
Lampiran 7
Rekapitulasi nilai rata-rata secara keseluruhan item pernyataan
Lampiran 8
Lembar kuesioner
Lampiran 9
Lembar konsultasi bimbingan skripsi
Lampiran 10 Surat Dosen Penguji Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada era informasi saat ini, teknologi dan informasi sudah sangat berkembang. Salah satu wadah berkumpulnya informasi yaitu perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan sumber ilmu pengetahuan dan informasi bagi lingkungan sekolah. Dengan disediakannya fasilitas perpustakaan, maka diharapkan siswa lebih leluasa dalam mencari kebutuhan informasi secara mandiri.1 Perpustakaan sekolah juga bagian integral dari suatu penyelenggaran pendidikan tingkat sekolah karena perpustakaan sekolah adalah salah satu komponen pendidikan.2 Perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan menyediakan bahan pustaka yang sesuai kurikulum sekolah, menyediakan fasilitas yang mampu mengembangkan minat siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca, kreasi dan imajinasi siswa. Perpustakaan sekolah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat di lingkungan sekolah, khususnya guru dan siswa.3 Perpustakaan sekolah harus mampu dikelola dengan baik dari segi pelayanan, 1
Tarifkhuddin, Pembelajaran Berbasis Perpustakaan Sekolah: Upaya Akselerasi Pemberdayaan Sekolah melalui Perpustakaan, (Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga, 2008), artikel diakses pada tanggal 25 Januari 2014 jam 09:15 WIB dari http://digilib.uin-suka.ac.id/PEMBELAJARAN/BERBASIS/PERPUSTAKAAN/SEKOLAH.pdf. 2 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 47-48. 3 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2007), cet. 2, h. 2.
1
2
koleksi maupun SDM. Dengan dikelola, maka kebutuhan informasi yang diharapkan siswa dapat terpenuhi dalam mengembangkan intelektual dan diri siswa. Perpustakaan tidak cukup hanya dikelola dengan baik tetapi harus dikomunikasikan informasi apa saja yang tersedia di dalam perpustakaan tersebut. Sebab perpustakaan sebenarnya tidak hanya sekadar mengelola koleksi buku secara fisik, melainkan mengelola informasi yang penting untuk belajar siswa.4 Selain itu, Perpustakaan Nasional juga menetapkan standar nasional bagi perpustakaan sekolah khususnya perpustakaan sekolah menengah atas (SMA)/madrasah aliyah yang menyebutkan:5 “Standar perpustakaan sekolah menengah atas/madrasah aliyah ini meliputi standar koleksi, sarana prasarana, layanan, tenaga, penyelenggaraan, pengelolaan, pengorganisasian bahan perpustakaan, anggaran, perawatan, kerjasama dan integrasi dengan kurikulum. Standar ini berlaku pada perpustakaan sekolah menengah atas/madrasah aliyah baik negeri maupun swasta.” Hal diatas jelas menunjukkan bahwa perpustakaan sekolah khususnya perpustakaan sekolah menengah atas (SMA)/madrasah aliyah harus memiliki sistem
manajemen
dan
pengelolaan
yang
baik
agar
menghasilkan
perpustakaan yang berkualitas terutama dalam memberikan pelayanan yang baik bagi pengguna perpustakaan sekolah. Sesuai dengan fungsi dan tujuan perpustakaan sekolah yaitu memberikan pelayanan dengan kualitas prima, maka perpustakaan sekolah harus dapat memenuhi kebutuhan informasi sesuai
4
Sulistia, Manajemen Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), cet.
2, h. 4. 5
Perpustakaan Nasional RI, “Standar Perpustakaan Nasional,” (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2011), diakses pada tanggal 20 Maret 2014 jam 13:00 WIB dari http://www.pnri.go.id/iFileDownload./Pedoman/standar/nasional/perpustakaan-sekolah.pdf.
3
harapan siswa. Sebagai pengguna perpustakaan yang menerima layanan, maka pengguna memiliki peran penting dalam menilai kinerja penyedia jasa perpustakaan yang diharapkan pengguna agar memiliki kualitas pelayanan yang sesuai harapan siswa. Kualitas pelayanan yang baik adalah layanan yang melebihi harapan pengguna. Artinya, pengelola perpustakaan harus merasakan apa yang diinginkan para pengguna terhadap kebutuhan informasi dan keinginan pengguna.
Menurut
Soeatminah
dalam
bukunya
Perpustakaan,
Kepustakawanan dan Pustakawan menyebutkan bahwa pelayanan yang baik dapat dilakukan dengan beberapa hal:6 1. Cepat, artinya untuk memperoleh pelayanan, pengguna tidak perlu menunggu terlalu lama. 2. Tepat waktu, artinya pengguna dapat memperoleh kebutuhannya tepat pada waktunya. 3. Benar, artinya pelayanan membantu perolehan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan perpustakaan harus melayani penggunanya dengan cepat, tepat waktu dan benar agar pengguna merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Oleh karenanya, kualitas pelayanan dijadikan sebagai tolak ukur dan barometer bagi perpustakaan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatan kualitas pelayanan yang baik bagi pengguna perpustakaan. Selain itu, zaman era globalisasi sudah mulai berkembang 6
Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h.17.
4
dengan hadirnya teknologi informasi yang semakin canggih dan membuat perpustakaan semakin kurang diminati oleh pengguna, terutama perpustakaan sekolah.
Kesadaran
pelajar
terhadap
perpustakaan
sekolah
belum
dimanfaatkan secara maksimal. Perpustakaan sekolah perlu memberikan layanan yang berkualitas agar dapat memenuhi kebutuhan informasi secara cepat dan tepat sesuai keinginan pengguna. Kualitas pelayanan perlu ditingkatkan untuk mengetahui tanggapan pengguna terhadap layanan yang diberikan jasa layanan perpustakaan. Tanggapan pengguna dirasa penting sebagai penilaian pengguna terhadap kelebihan dan kekurangan pelayanan perpustakaan. Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan perpustakaan adalah LibQual+™. Metode LibQual+™ dikembangkan pada tahun 1999 oleh pakar di bidang ilmu perpustakaan dan informasi yang tergabung dalam Association of Research Libraries (ARL) di Amerika Serikat dan bekerjasama dengan Texas A&M University. LibQual+™ merupakan adapatasi dari SERVQUAL yang dirancang untuk mengukur kualitas pada industri jasa. LibQual+™ adalah salah satu pengukuran tingkat layanan perpustakaan yang digunakan untuk mengumpulkan, memahami, dan bertindak atas pendapat pengguna perpustakaan mengenai kualitas layanan.7 Variabel yang digunakan dalam metode LibQual+™ untuk mengukur kualitas
7
MaShana Davis dan Kyrillidou, “LibQUAL+. Procedures Manual,” (Washington D.C: Association of Research Libraries, 2009), artikel ini diakses pada tanggal 07 April 2013 jam 10:31 WIB darihttp://www.libqual.org/documents/LibQual/publications/ProceduresManual.pdf
5
layanan adalah ketersediaan koleksi (Access to Information), sikap petugas dalam melayani (Affect of Service), kemudahan pencarian informasi secara individual (Personal Control), dan perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library asPlace). Metode ini dianggap paling mutakhir dan kini digunakan oleh hampir seluruh perpustakaan di Amerika Serikat, Eropa, Inggris, danAustralia.8 Penelitian ini dilakukan di Sekolah Bakti Idhata yang merupakan sekolah yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional dan pengurusnya adalah anggota dari organisasi Ikatan Dharma Wanita Persatuan Depdiknas. Keunggulan dari sekolah Bakti Idhata ini adalah sekolah yang dipersiapkan menjadi sekolah Laboratorium Sekolah/Labschool berbasis ICT. Selain itu, Sekolah Bakti Idhata memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, salah satunya perpustakaan SMA Bakti Idhata. Perpustakaan SMA Bakti Idhata merupakan salah satu sarana yang disediakan oleh sekolah untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat sekolah. Perpustakaan SMA Bakti Idhata dikelola oleh 2 orang pegawai dan memiliki 1 kepala perpustakaan. Kemudian, perpustakaan SMA Bakti Idhata memiliki berbagai macam layanan, seperti layanan ruang baca, sirkulasi, referensi, bimbingan membaca dan layanan KBM. Perpustakaan SMA Bakti Idhata memiliki berbagai fasilitas seperti rak koleksi, lemari katalog kartu, lemari majalah, lemari koran,
8
Collen cook and Bruce Thompson , “Scalling for LibQual+TM Instrument: A comparison of Desired, Perceived, and Minimum Expectation Responses versus Perceived Only, artikel diakses pada tanggal 06 April 2014 jam 12:45 WIB dari www.libqual.org/documents/admin/Scalingfor.pdf.
6
meja, AC dan komputer. Sistem pelayanan perpustakaan SMA Bakti Idhata masih manual dan belum menggunakan sistem automasi maupun digitalisasi. Selain itu, jumlah pengguna perpustakaan Bakti Idhata yang datang per-hari cukup banyak. Perpustakaan SMA Bakti Idhata juga melayani berbagai macam pengguna, salah satunya yaitu siswa SMA Bakti Idhata. Akan tetapi, berdasarkan observasi dan wawancara di lapangan, penulis mendapati perpustakaan SMA Bakti Idhata masih tergolong minim dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna terutama mengenai koleksi dan fasilitas perpustakaan. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas layanan yang diberikan perpustakaan SMA Bakti Idhata kepada pengguna, khususnya siswa SMA Bakti Idhata. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata menurut siswa SMA Bakti Idhata dengan metode LibQual+™ yang dilihat dari segi Access to information (akses terhadap informasi), Affect of service (sikap petugas dalam pelayanan), Personal control (pencarian informasi secara individu), dan Library as place (kondisi perpustakaan seperti sarana dan prasarana, fasilitas dan sebagainya). Penelitian ini penulis beri judul “Analisis Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dengan Menggunakan Metode LibQual+™.”
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk lebih terarah penelitian ini maka diberikan pembatasan masalah yaitu penelitian ini hanya membahas mengenai “Analisis Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dengan Menggunakan Metode LibQual+™ berdasarkan tingkat layanan yang diberikan (persepsi) dan harapan (minimum dan yang sesungguhnya) pemustaka inginkan, dilihat dari segi akses terhadap informasi (Access to Information), sikap petugas dalam melayani (Affect of Service), kemudahan pencarian informasi secara individual (Personal Control), dan perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place) ”. 2. Perumusan Masalah a. Bagaimana harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari akses terhadap informasi (Access to Information) ? b. Bagaimana harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari sikap petugas dalam melayani (Affect to Service) ? c. Bagaimana harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari kemudahan pencarian informasi secara individual (Personal Control) ? d. Bagaimana harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place) ?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, maka penelitian skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari akses terhadap informasi (Access to Information). b. Untuk mengetahui harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari sikap petugas dalam melayani (Affect to Service). c. Untuk mengetahui harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari kemudahan pencarian informasi secara individual (Personal Control). d. Untuk mengetahui harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place). 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut: a. Dapat memberikan masukan kepada pihak manajemen Perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan dalam meningkatkan kualitas layanan.
9
b. Memperoleh gambaran dan pengetahuan sejauh mana kualitas layanan yang telah diberikan kepada pengguna terutama siswa SMA Bakti Idhata. c. Menjadi masukan dan inspirasi guna menentukan arah pengembangan perpustakaan dan layanan perpustakaan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi para pemustakanya. d. Pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam hal peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan sekolah. e. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian. f. Sebagai pedoman bagi penelitian selanjutnya. D. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal apa adanya.9 Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu salah satu model menemukan kebenaran konsep, hubungan konsep-konsep melalui wilayah-wilayah yang luas dengan populasi tanpa atau menggunakan sampai dalam jumlah besar.10
9
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis, (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 60. 10 Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), cet.1, h.39.
10
2. Teknik Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi Pustaka, dalam studi pustaka penulis melakukannya dengan mempelajari literatur-literatur, buku, dokumentasi, dan artikel yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. b. Penelitian lapangan (Field research), penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian yaitu menggunakan: 1) Angket: diberikan kepada siswa SMA Bakti Idhata. 2) Observasi adalah penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.11 3. Populasi dan Sampel Populasi ialah seluruh objek penelitian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.12 Populasi dalam penelitian ini adalah para siswa SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan sebanyak 245 siswa. Adapun penarikan sampelnya didasarkan pendapat Arikunto yang mengatakan “jika populasi lebih dari 100 orang maka sampel dapat diambil 10%-30% atau sesuai dengan kemampuan peneliti.”13 Berkenaan dengan pendapat Arikunto tersebut, maka peneliti mengambil sampel
11
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis, (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 63. 12 Prasetya Irawan,Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis, h. 73. 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 120.
11
sebanyak 25% dari jumlah siswa SMA Bakti Idhata adalah 245 siswa, maka sampel yang diambil adalah 25% X 245= 61,25 dibulatkan menjadi 62 siswa. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara teknik
accidential
sampling,
yaitu
mengambil
sampel
dengan
pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu.14 4. Metode Pengukuran Kualitas Layanan Perpustakaan Untuk mengukur kualitas layanan yaitu menggunakan metode LibQual+™ yang dikembangkan oleh Association of Research Libraries (ARL). LibQual merupakan pengukuran kualitas layanan yang diadaptasi dari metode SERVQUAL. LibQual adalah metode yang digunakan untuk mengukur persepsi dan harapan (minimum dan sesungguhnya) yang siswa inginkan terhadap kualitas layanan perpustakaan. Berikut ini adalah empat dimensi dalam LibQual+™ yang dapat dijadikan indikator penelitian, sebagai berikut: a. Akses terhadap informasi (Access to information), menyangkut: kelengkapan koleksi (buku fiksi, non fiksi maupun penunjang, majalah, jurnal, suratkabar), kemutakhiran koleksi (currency), relevansi koleksi dengan kebutuhan pemustaka, kemudahan akses internet/dokumen elektronik. b. Sikap petugas dalam melayani (Affect of service), meliputi: suka membantu pemustaka yang kesulitan, selalu ramah dan sopan, dapat 14
Suharismi Arikunto, ProsedurPenelitian: Suatu Pendekatan Praktik, h. 175.
12
diandalkan
menangani
kesulitan
yang
dihadapi
pemustaka,
memberikan perhatian (care) kepada setiap pemustaka, mempunyai wawasan
yang cukup
untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan
pemustaka, selalu siap siaga merespons permintaan pemustaka, dapat meyakinkan pemustaka, mengerti kebutuhan pemustaka. c. Personal Control, yaitu suatu kondisi yang diciptakan perpustakaan agar pemustaka secara individu (personal) dapat melakukan sendiri apa yang diinginkannya ketika mencari informasi di perpustakaan (tanpa bantuan petugas perpustakaan). Hal ini meliputi: adanya katalog (kartu/online) yang mudah digunakan oleh pemustaka, adanya petunjuk-petunjuk yang jelas di perpustakaan, adanya peralatan modern yang memudahkan pemustaka untuk mengakses informasi, adanya tatanan/urutan/klasifikasi yang memudahkan pemustaka dalam menemukan buku-buku di rak, dan sebagainya. d. Perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as place), yaitu: tempat yang nyaman untuk belajar, tempat yang tenang untuk berkonsentrasi, tempat untuk merefleksikan diri dan merangsang tumbuhnya kreatifitas, tempat yang nyaman dan mengundang (inviting location) kepada siapa saja untuk masuk, dan tempat yang kondusif untuk berkontemplasi/merenung (contemplative environment). Semua variabel yang dijabarkan dalam indikator-indikator di atas akan dijabarkan dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun itemitem instrumen yang akan dituangkan dalam bentuk kuesioner. Dalam
13
masing-masing pernyataan inti di dalam kuesioner, responden diminta untuk melakukan penilaian mereka pada skala angka satu sampai sembilan (1,2,3 = rendah, 4,5,6 = sedang, 7,8,9 = tinggi) pada: a.
Layanan minimal (minimum) yang mereka ingin terima (harapan minimal).
b. Tingkat layanan sesungguhnya yang mereka harapkan (desired). c. Tingkat layanan aktual yang mereka anggap telah disediakan olehperpustakaan atau yang mereka rasakan (Perceived). Selisih (gap) antara layanan yang diterima (dirasakan) dengan harapan minimal disebut nilai kepuasan minimal atau zona toleransi (kecukupan). Apabila hasilnya positif, berarti layanan perpustakaan sudah memenuhi kebutuhan minimal pemustakanya, yang bisa diartikan bahwa pemustaka sudah berada pada tingkat kepuasan minimal. Sebaliknya, jika hasilnya negatif maka layanan perpustakaan dianggap tidak dapat memenuhi tingkat kepuasan minimal pemustakanya. Selisih (gap) antara layanan yang diterima dengan tingkat harapan diukur sebagai kesenjangan untuk menunjukkan tingkat maksimum kepuasan, jika hasilnya positif. Ketidakpuasan jika hasilnya negatif. Sangat normal jika selisih tingkat persepsi dengan tingkat harapan sesungguhnya hasilnya negatif, karena gap positif pada ukuran ini menunjukkan kesempurnaan untuk perpustakaan. Namun, kesenjangan antara tingkat persepsi dengan tingkat minimal biasanya harus positif untuk memastikan bahwa perpustakaan sudah memenuhi kebutuhan minimal pemustakanya.
14
5. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul semua maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penataan data mentah, penataan data mengacu kepada kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatur dan mengorganisasikan data mentah yang terkumpul di lapangan. Peneliti mengumpulkan data dari hasil studi lapangan, kuesioner, dan wawancara. Tahap penyuntingan (editing) dalam tahap ini melihat dengan cermat apakah ada kuesioner yang secara salah diisi oleh responden, ada halaman yang hilang dan poin-poin penting terlewatkan. b. Mencatat semua frekuensi jawaban yang telah diberikan responden. c. Mencari rata-rata (mean) dari setiap pernyataan berdasarkan layanan minimum yang dibutuhkan pemustaka, layanan yang diharapkan dan layanan yang diterima (rasakan). Dengan cara menjumlahkan jawaban yang diberikan pada setiap pernyataan lalu dibagi dengan jumlah responden. d. Menghitung selisih (Gap) antara rata-rata layanan yang diterima (dirasakan) dengan rata-rata layanan minimum yang dibutuhkan pemustaka, untuk menentukan nilai kecukupan (Gap Adequacy ). Rumusnya: GA = PERCEIVED – MINIMUM Keterangan : GA = Gap Adequacy Perceived = layanan yang diterima (dirasakan).
15
Minimum = layanan minimal yang dibutuhkan. Apabila skor GA ( Gap Adequacy ) menunjukkan nilai yang positif, hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan telah memenuhi harapan minimum pemustaka, yang dapat diartikan pula bahwa pemustaka puas pada kepuasan minimalnya. Sebaliknya apabila skor GA menunjukkan nilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan belum memenuhi harapan minimum pemustaka, yang dapat diartikan bahwa pemustaka tidak puas terhadap kepuasan minimalnya. e. Menghitung selisih (Gap) antara rata-rata layanan yang diterima (dirasakan) dengan rata-rata layanan yang diharapkan (diinginkan) pemustaka, untuk menentukan nilai kepuasan (Gap Superiority). Rumusnya: GS = PERCEIVED – DESIRED Keterangan: GS = Gap Superiority Perceived = layanan yang diterima (dirasakan). Desired = layanan yang diharapkan. Apabila skor GS (Gap Superiority) menunjukkan nilai yang positif hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan telah memenuhi harapan sesungguhnya yang diinginkan pemustaka, yang dapat diartikan pula bahwa pemustaka puas terhadap layanan yang diterimanya.15
15
Collen Cook [et.al], LibQual+® 2011 Survey Results. (Washington D.C: Association of Research Libraries, 2011), h. 10-11, artikel diakses 12 April 2014 jam 21:13 WIB dari https://www.lib.polyu.edu.hk/planning/survey/libqual 2011report.pdf.
16
E. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis membagi penulisan ke dalam lima bab, yang mana setiap bab membahas secara terperinci bagian-bagian yang dipaparkan. Kelima bab itu adalah: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, penelitian terdahulu dan sistematika penulisan BAB II TINJAUAN LITERATUR Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari kajian kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian mengenai analisis kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata menggunakan metode LibQual+™. BAB III GAMBARAN UMUM Pada bab ini penulis menguraikan tentang sejarah singkat Perpustakaan SMA Bakti Idhata, visi dan misi, struktur organisasi, sumber daya manusia, koleksi perpustakaan, fasilitas, jam layanan, sarana dan prasarana yang dimiliki Perpustakaan serta dana Perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta. BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran hasil penelitian yang dijelaskan secara objektif mengenai hasil dari penelitian yang dilaksanakan serta pembahasannya dan hasil analisis dari perumusan masalah.
17
BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap permasalahan yang diangkat bertujuan untuk kemajuan dan perkembangan Perpustakaan SMA Bakti Idhata.
F. Penelitian Terdahulu 1. Syaiful Amri (2010), Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul Penelitian: “Analisis Kualitas Pelayanan Perpustakaan MAN II Surakarta Tahun 2010.”Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan pemustaka terhadap kualitas pelayanan perpustakaan MAN II Surakarta. Jenis penelitian bersifat deskriptif. Populasi penelitiannya adalah pemustaka perpustakaan MAN II Surakarta berjumlah 709 dan pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dijumpai dimana saja. Pengumpulan data dilakukan
dengan
menggunakan
metode
wawancara,
observasi,
dokumentasi dan kuesioner yang menggunakan skala likert dengan kategori jawaban terdiri dari empat alternatif jawaban. Pengukuran tanggapan pemustaka berdasarkan lima dimensi kualitas layanan yaitu kehandalan
(realibility),
daya
tanggap
(responsiviness),
jaminan
(assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles). Metode pengolahan analisis data menggunakan alat bantu yaitu SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi 13.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tanggapan pemustaka terhadap kualitas pelayanan
18
perpustakaan MAN II Surakarta sudah baik dengan hasil total nilai ratarata 2,76 sehingga penafsiran /interpretasinya tergolong baik.16 2. Ivo Kurnia (2011), Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul penelitian: “Persepsi Pemustaka terhadap Kualitas Pelayanan Referensi di Perpustakaan MAN Yogyakarta I.”Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan pemustaka terhadap kualitas pelayanan referensi di perpustakaan MAN Yogyakarta 1. Penelitian ini termasuk penelitian survey dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah pemustaka perpustakaan MAN Yogyakarta 1 berjumlah 45. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan kuesioner yang menggunakan skala likert dengan kategori jawaban terdiri dari empat alternatif jawaban. Pengukuran tanggapan pemustaka berdasarkan lima dimensi kualitas layanan yaitu kehandalan (realibility), daya tanggap (responsiviness), jaminan (assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles). Metode pengolahan analisis data menggunakan alat bantu yaitu SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi 16.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tanggapan pemustaka terhadap kualitas pelayanan perpustakaan MAN II Surakarta dikategorikan baik dengan hasil total nilai rata-rata 2,95. Dengan rincian 2,97 untuk bukti fisik (tangibles), 2,97
16
untuk
kehandalan
(reliability),
2,95
untuk
daya
tanggap
Syaiful Amri, “Analisis Pelayanan Perpustakaan MAN II Surakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta, 2010), skripsi tidak untuk diterbitkan, diakses pada tanggal 26 Maret 2014 jam 07:10 WIB dari http://digilib.uinsuka.ac.id/BABI./V,/DAFTAR/PUSTAKA.pdf.
19
(responsiveness), 2,97 untuk jaminan (assurance), 3,02 untuk perhatian (empathy).17 3. Rossela (2010), Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul penelitian: “Hubungan antara Kualitas Layanan dengan Kepuasan Pemakai Perpustakaan STT-PLN Jakarta.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan pemakai perpustakaan STT-PLN Jakarta. Jumlah sampel sebanyak 95 orang dengan teknik accidental sampling. Alat ukur yang digunakan terdiri dari kuesioner kepuasan pemakai dimana pengukuran kepuasan pemakai ini dengan caradirectly reported satisfaction yakni menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pemakai. Sedangkan alat ukur kualitas layanan yang mengacu kepada dimensi-dimensi LibQual+TM yaitu Access to information, Affect of service, Personal Control, and Library as place. Analisis statistic yang digunakan adalah analisis korelasi Pearson Product Moment, karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara variable-variabel bebas dengan variable terikat. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas layanan dengan kepuasan pemakain perpustakaan dengan nilai korelasi sebesar 0,608. Arah ubungan menunjukkan arah positif, artinya semakin positif/baik kualitas layanan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan pemakai perpustakaan STT-PLN.
17
Ivo Kurnia, “Persepsi Pemustaka terhadap kualitas Pelayanan Referensi di Perpustakaan MAN Yogyakarta 1,”(Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta, 2011), skripsi tidak untuk diterbitkan, diakses pada tanggal 26 Maret 2014 jam 07:10 WIB darihttp://diglib.uinsuka.ac.id/BABI/V/DAFTAR/PUSTAKA. pdf.
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Sekolah 1. Pengertian Perpustakaan Sekolah Secara umum perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang terdapat di sekolah. Perpustakaan sekolah dinaungi oleh pihak lembaga pendidikan yaitu sekolah. Perpustakaan sekolah seyogyanya harus mampu berintegrasi kepada siswa dan guru sebagai pusat sumber belajar dan informasi serta melakukan kerjasama kepada pengelola perpustakaan dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas perpustakaan sekolah yang lebih baik. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah. Perpustakaan sekolah didirikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat yang ada di lingkungan sekolah yang bersangkutan, khususnya para guru dan murid. Perpustakaan sekolah berperan sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di tingkat sekolah. Oleh sebab itu, maka perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program penyelenggaraan pendidikan tingkat sekolah.18 Menurut Perpustakaan
C.
Larasati
Sekolah
Milburga
menjelaskan
dalam
bukunya
perpustakaan
Membina
sekolah
seperti
perpustakaan umum. Artinya, perpustakaan sekolah juga menyimpan berbagai macam koleksi bahan pustaka yang terdiri dari buku, slide, 18
Pawit M. Yusuf, dkk, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 3, Ed. 1, h. 2.
20
21
majalah, surat kabar dan lain-lain. Semua bahan pustaka tersebut diatur dalam ruangan tertentu dalam lingkup sekolah, disusun secara sistematis, agar para pemakai dapat menggunakan perpustakaan seefesien dan semaksimal mungkin.19 Selain itu, Undang Sardasana dalam bukunya Pembinaan Minat Baca menjelaskan bahwasannya Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen dalam pengajaran di suatu sekolah, yang merupakan sumber bagi kegiatan belajar mengajar baik bagi guru maupun bagi siswa. Kemudian, perpustakaan sekolah juga merupakan sarana pendidikan yang bertugas mengumpulkan secara selektif teaching materials yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar di setiap sekolah di mana pun ia berada.20 Sedangkan,
menurut
F.
Rahayuningsih
dalam
bukunya
Pengelolaan Perpustakaan menjelaskan perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani para siswa, guru, dan karyawan dari suatu sekolah tertentu. Perpustakaan sekolah didirikan untuk mencapai tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum sekolah.21 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah adalah suatu tempat yang disediakan sekolah bagi
19
C. Larasati Milburga, dkk, Membina Perpustakaan Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h. 53. 20 Undang Sardana, dkk, Pembinaan Minat Baca, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), ed. 2, cet. 2, h. 28. 21 F. Rahayuningsih, Pengelolaan Perpustakaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 6.
22
masyarakat sekolah dan bagian integral dari program penyelenggara pendidikan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka sesuai dengan kurikulum. 2. Tujuan Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah pada umumnya bertujuan untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional. Perpustakaan sekolah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi penggunanya dengan mengembangkan kegiatan pendidikan di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perpustakaan sekolah harus menjadikan sebagai tempat pusat sumber daya informasi, memberikan jasa perpustakaan dengan membuka akses bagi pemakainya, menjadi pusat pendidikan informasi dan di atas segalagalanya menjadi titik kegiatan sekolah.22 Selain itu, tujuan didirikannya perpustakaan sekolah yaitu demi memenuhi kebutuhan informasi bagi warga yang ada di lingkungan sekolah.
Menurut
Yusuf
M.
Pawit
dalam
bukunya
Pedoman
Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, tujuan perpustakaan sekolah yaitu:23 a. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca proses penguasaan teknik membaca para siswa. b. Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan. c. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa. 22
Undang Sudarsana, Pembinaan Minat Baca, h. 34. Pawit M. Yusuf, dkk, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2007), ed. 1, cet. 3, h. 3. 23
23
d. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum. e. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat belajar bagi para siswa. f. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan kolesi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan. g. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca, khususnya buku-buku sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan lainnya. Kemudian, tujuan perpustakaan sekolah juga merupakan penunjang proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah bertujuan untuk mempertinggi daya serap dan kemampuan siswa dalam proses pendidikan serta membantu memperluas cakrawala pengetahuan guru/karyawan dalam lingkungan pendidikan.24 Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan perpustakaan sekolah bukan hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi saja melainkan perpustakaan yang dapat memenuhi kebutuhan informasi penggunanya dan dapat membuat penggunanya memiliki pengetahuan yang luas serta memiliki pribadi yang lebih kreatif dan mudah mengembangkan minat dari dalam diri pengguna.
24
C. Larasati Milburga, dkk, Membina Perpustakaan Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h. 53 dan 57.
24
3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Sekolah Pada dasarnya tugas perpustakaan sekolah harus mampu mendukung kegiatan sekolah dalam belajar dan mengajar bagi guru dan siswanya. Menurut Rizal Saiful Haq, dkk, menjelaskan, Tugas perpustakaan madrasah
harus
mendukung
keseluruhan
tugas
sekolah
dimana
perpustakaan itu berada, yaitu: menyukseskan kurikulum madrasah berbasis kompetensi, meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan madrasah yang lain serta mendukung tugas-tugas unit pendukung madrasah lainnya.25 Selain itu, perpustakaan sekolah berintikan tiga kegiatan, yaitu penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan segala macam informasi pendidikan kepada para siswa dan guru, maka secara gamblang perpustakaan sekolah bertugas sesuai dengan tugas inti tersebut, yaitu:26 a. Menghimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara, dan membina secara terus-menerus bahan koleksi atau sumber informasi (bahan pustaka) dalam bentuk apa saja, seperti misalnya buku, majalah, surat kabar, dan jenis koleksi lainnya. b. Mengolah sumber informasi tersebut dengan menggunakan sistem dancara tertentu, sejak bahan-bahan tersebut datang ke perpustakaan sampai kepada siap untuk disajikan dan dilayankan kepada para penggunanya yakni para siswa dan guru dilingkungan sekolah yang
25
Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.34. 26 Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 7.
25
bersangkutan.
Kegiatan
ini
antara
lain
meliputi
pekerjaan
penginventarisasian, pengklasifikasian atau penggolongan koleksi, pengkatalogan, pelabelan, pembuatan alat pinjam, dan lain-lain. c. Menyebarluaskan sumber informasi atau bahan-bahan pustaka kepada segenap
anggota
yang
membutuhkannya
sesuai
dengan
kepentingannya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah pelayanan referens dan informasi, pelayanan peminjaman koleksi, pelayanan promosi, pelayanan bimbingan kepada pembaca dan sebagainya, termasuk pelayanan kepada para siswa dan guru dalam rangka mencari informasi yang berkaitan dengan bidang minatnya. Dari tugas-tugas perpustakaan sekolah di atas, maka disimpulkan bahwa tugas perpustakaan sekolah adalah dapat memenuhi semua kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat di lingkungan sekolah yaitu siswa dan guru. Kebutuhan tersebut berupa memiliki berbagai macam informasi yang sesuai dengan kurikulum sekolah, mempunyai tenaga kependidikan yang professional dalam bidangnya masing-masing serta mendukung berbagai kegiatan yang menyangkut dengan sekolah. Di samping perpustakaan sekolah memiliki tugas, perpustakaan sekolah juga mempunyai fungsi. Fungsi perpustakaan sekolah harus dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat sekolah, sebab perpustakaan sekolah merupakan sarana yang disediakan bagi pengguna dalam mengembangkan
diri
dan
intelektual.
Dalam
buku
Manajemen
26
Perpustakaan Madrasah dijelaskan fungsi perpustakaan madrasah adalah:27 a. Preservasi, yaitu menyimpan dan menjaga kelestarian produk ilmu dan budaya di lingkungan madrasah serta mengumpulkan dan menyimpan bahan lain. b. Informasi, yaitu menjamin lingkungannya terinformasi dengan baik, terutama hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pembelajaran, pelajaran, ilmu, agama dan kehidupan sehari-hari. c. Pendidikan, yaitu ikut melaksanakan pendidikan baik untuk peserta didik di madrasah, maupun untuk pihak lain di dalam dan di sekitar madrasah. d. Dakwah, yaitu menampilkan perpustakaan madrasah sebagai suatu unit kerja yang berada di lingkungan madrasah yang mampu menarik lingkungannya, baik peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua murid dan masyarakat lingkungannya beramal sholeh dan menjauhkan diri dari perbuatan mungkar dan tercela. e. Penelitian, yaitu melaksanakan penelitian sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan madrasah, serta menyiapkan sarana penelitian, terutama penelitian kepustakaan dan literatur. f. Budaya, yaitu memfasilitasi kreasi budaya dengan kekuatan koleksi dan fasilitas yang dimilikinya.
27
Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.35-38.
27
g. Rekreasi, yaitu menyediakan bahan bacaan, bahan audio-visual yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna untuk memuaskan kebutuhan rekreasinya. Selain itu, menurut Pawit M. Yusuf, perpustakaan sekolah mempunyai empat fungsi umum yaitu edukatif, informatif, kreasi dan riset atau penelitian sederhana. Fungsi tersebut sebagai berikut:28 a. Fungsi edukatif. Fungsi pertama ini merupakan sarana pendidikan bagi siswa dalam mengembangkan diri dan intelektual siswa. Fasilitas dan sarana yang disediakan perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelolanya banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep pengetahuan, sehingga di kemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut. b. Fungsi informatif. Fungsi kedua ini adalah perpustakaan dapat menyediakan berbagai informasi yang sesuai kebutuhan informasi siswa maupun guru. Informasi yang diberikan dapat “memberi tahu” akan hal-hal yang penting bagi siswa dan guru. Dengan adanya informasi, maka siswa dan guru dapat memperluas cakrawala pengetahuan dan bisa menembus batas-batas ruang dan waktu. c. Fungsi rekreasi. Fungsi ketiga ini adalah berupa informasi yang disediakan perpustakaan sekolah sebagai wahana hiburan dalam meningkatkan imajinasi dan kreatif para pengguna yaitu siswa. 28
Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 4-6.
28
Koleksi yang disediakan bersifat ringan seperti, surat kabar, majalah umum, buku-buku fiksi, dan sebagainya. Fungsi rekreasi ini memang bukan utama untuk dibangunnya sebuah perpustakaan sekolah melainkan sebagai pelengkap saja guna memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat sekolah akan hiburan intelektual. d. Fungsi riset atau penelitian. Fungsi keempat ini adalah koleksi perpustakaan sekolah
bisa dijadikan bahan untuk
membantu
dilakukannya penelitian sederhana. Segala macam informasi tentang pendidikan setingkat sekolah yang bersangkutan sebaiknya disimpan di perpustakaan, jika ada orang atau peneliti yang ingin mengetahui tentang informasi tertentu tinggal membacanya di perpustakaan. Berdasarkan penjelasan beberapa fungsi perpustakaan sekolah di atas, maka fungsi perpustakaan sekolah adalah fungsi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat sekolah terutama siswa. Gunanya diadakan perpustakaan sekolah yaitu dapat mengembangkan intelektual siswa secara kreatif maupun membangun inspirasi siswa akan pengetahuan yang luas. Fungsi perpustakaan sekolah terdiri dari, fungsi edukatif, rekreasi, riset atau penelitian, informasi, preservasi maupun budaya.
29
B. Layanan Perpustakaan Sekolah Unsur paling utama dalam sebuah perpustakaan adalah layanan. Layanan perpustakaan sekolah adalah proses yang diberikan pengelola perpustakaan kepada pengguna dengan berbagai macam penyebarluasan informasi. Pada awalnya yang dimaksud dengan layanan perpustakaan adalah menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya. Hakikat layanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pengguna perpustakaan tentang hal-hal berikut: 1. Segala bentuk informasi yang dibutuhkan pengguna perpustakaan, baik untuk dimanfaatkan di tempat ataupun untuk dibawa pulang untuk digunakan di luar ruang perpustakaan; 2. Manfaat berbagai saranan penelusuran informasi yang tersedia di perpustakaan yang merujuk pada keberadaan sebuah informasi.29 Dalam buku Manajemen Perpustakaan Madrasah dijelaskan bahwa pelayanan pemakai perpustakaan adalah kegiatan pemberian pelayanan perpustakaan kepada pemakai perpustakaan dalam menggunakan bahan-bahan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan. Pelayanan pemakai perpustakaan bisa dikatakan dengan baik jika kegiatan pelayanan teknisnya dikerjakan dengan baik.30
29
Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 164-165. 30 Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 102.
30
Pada dasarnya layanan perpustakaan bertumpu pada landasan pemikiran yaitu untuk apa layanan diberikan, kepada siapa layanan diberikan, dalam situasi lingkungan bagaimana layanan perpustakaan tersebut diberikan serta strategi apakah yang digunakan dalam memberikan layanan tersebut. Menurut Darmono ada asas yang harus diperhatikan dalam perpustakaan yaitu:31 1. Selalu
berorientasi
kepada
kebutuhan
dan
kepentingan
pemakai
perpustakaan. 2. Layanan diberikan atas dasar keseragaman, keadilan, merata dan memandang
pemakai
perpustakaan
sebagai
satu
kesatuan
yang
menyeluruh dan tidak dipandang secara individual. 3. Layanan perpustakaan dilandasi dengan tata aturan yang jelas dengan tujuan untuk mengoptimalkan fungsi layanan. Peraturan perpustakaan perlu didukung oleh semua pihak agar layanan perpustakaan dapat berjalan dengan baik. 4. Layanan dilaksanakan dengan memperimbangkan faktor kecepatan, ketepatan dan kemudaan dengan didukung oleh administrasi yang baik. Layanan perpustakaan sekolah merupakan suatu keberhasilan dan tolak ukur bagi pengelola perpustakaan dalam memberikan pelayanan yang lebih berkualitas. Suatu layanan perpustakaan bisa dikatakan baik, jika perpustakaan telah memenuhi kebutuhan informasi para pengguna dengan memberikan pelayanan yang prima. Selain itu, petugas perpustakaan harus mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berdedikasi demi 31
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 166.
31
menciptakan pelayanan perpustakaan yang berkualitas. Apabila hal ini bisa dilaksanakan dengan baik, maka citra perpustakaan dapat dijaga dengan baik oleh pengguna perpustakaan. 1. Sistem Layanan Perpustakaan Sekolah Pada umumnya sistem layanan perpustakaan bersifat terbuka dan tertutup. Dua hal tersebut sangat berbeda dalam memberikan layanan kepada pengguna. Sistem terbuka adalah sistem yang dimana memberikan layanan secara langsung kepada pengguna, sedangkan sistem tertutup adalah sistem yang tidak memberikan pelayanan secara langsung. Hal ini didasarkan untuk memberikan kebebasan kepada pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Kedua sistem ini bertujuan untuk: a. Mengamankan koleksi perpustakaan serta menghindari atau menekan terjadinya kehilangan koleksi perpustakaan. b. Mengetahui siapa peminjam koleksi perpustakaan dan berapa yang sedang dipinjamnya. c. Mengetahui batas waktu pengembalian buku yang sedang dipinjam (keluar sementara dari koleksi perpustakaan.32 Kedua sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekuarangan masingmasing. Berikut penjelasan mengenai sistem terbuka dan sistem tertutup. a. Sistem Layanan Terbuka (Open Access System) Sistem layanan ini adalah sistem yang memberikan kesempatan kepada pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkannya 32
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 168.
32
secara mandiri. Dalam buku Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja dijelaskan bahwa layanan sistem terbuka adalah sistem layanan yang memungkinkan para pengguna secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dan jajaran koleksi perpustakaan.33 Selain itu, menurut Rizal Saiful Haq, dkk menjelaskan bahwa pada sistem ini pengguna perpustakaan diperbolehkan mencari dan menelusuri sendiri bahan pustaka yang dibutuhkan di ruang koleksi. Apabila buku yang dicari telah ditemukan, maka pengguna perpustakaan boleh meminjam koleksi tersebut dan dibawa ke meja sirkulasi untuk diproses peminjamannya.34 Sistem layanan terbuka memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem layanan terbuka:35 1. 2. 3. 4.
Pemakai bebas memilih koleksi pustaka yang diinginkannya. pemakai mempunyai peluang alternatif lain dalam memilih koleksi, khususnya ketika ia tidak menemukan apa yang dikehendakinya. Dalam sistem ini perpustakaan tidak membutuhkan banyak tenaga dalam mengambil koleksi untuk pengguna. Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpelihara koleksi yang dimiliki perpustakaan.
Kekurangan sistem terbuka antara lain: 1. Lebih memungkinkan terjadinya kesalahan letak koleksi. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan ketidak tahuan pemakai dalam tata pengaturan koleksi di rak atau juga dikarenakan kesengajaan yang dilakukan oleh para pemakai. 2. Ada kemungkinan terjadinya kehilangan koleksi. 3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi.
33
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h. 170. 34 Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 102. 35 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 171.
33
b. Sistem Layanan Tertutup (Close Access System) Sistem layanan ini adalah sistem yang dimana penggunanya tidak secara bebas untuk mencari koleksi secara mandiri melainkan koleksi diambil langsung oleh petugas perpustakaan. Menurut Pawit M. Yusuf dalam bukunya Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah menjelaskan pelayanan ini dibuat dalam rangka pembinaan dan pemberian motivasi kepada para siswa dan pengguna lainnya agar kesinambungan
pendayagunaan
koleksi
perpustakaan
tetap
terpelihara.36 Sistem layanan tertutup juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari sistem layanan tertutup:37 1. 2. 3. 4.
koleksi perpustakaan akan tetap terjaga susunannya. kemungkinan terjadinya kehilangan bahan pustaka relatif sangat kecil. Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas. Untuk koleksi yang sangat rentan terhadap kerusakan maka sistem ini sangat sesuai.
Kekurangan sistem layanan tertutup: 1. 2. 3. 4.
Untuk memilih buku lain tidak bisa bebas. Butuh banyak petugas pelayanan. Butuh banyak waktu untuk melayani peminjaman. Mempersulit pemakai yang kurang mengetahui cara menggunakan katalog.
Penjelasan diatas menunjukkan adanya perbedaan antara sistem terbuka dan sistem tertutup. Kedua sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam melayani. Dalam hal ini, perpustakaan bisa menggunakan sistem manapun yang terpenting adalah bagaimana perpustakaan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan baik 36
Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 82. 37 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja,(Jakarta: Grasindo, 2007), h. 169.
34
agar pengguna dapat terpenuhi keinginannya maupun kebutuhan informasi yang dikehendaki. 2. Jenis-Jenis Layanan Perpustakaan Sekolah Jenis layanan yang diberikan perpustakaan sekolah berbagai macam. Jenis layanan biasanya juga dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya. Berikut ada beberapa macam layanan yang diambil dari beberapa sumber: a. Pelayanan sirkulasi artinya perputaran koleksi: dipinjam ke luar, dikembalikan; dipinjam ke luar lagi, dikembalikan lagi dan seterusnya.38 b. Pelayanan referensi berhubungan denganpengguna perpustakaan yang kesulitan dalam mencari informasi atau koleksi dan memberikan petunjuk kepada pengguna mengenai informasi atau koleksi yang diperlukan dengan cepat dan tepat.39 c. Layanan ruang baca adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan. d. Layanan audio visual adalah layanan perpustakaan khusus yang berbahan AV (Audio Visual). e. Layanan jasa dokumentasi adalah jasa layanan berupa penyediaan dokumen yang diperlukan oleh pengunjung.
38
Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 70. 39 Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 111.
35
f. Layanan jasa informasi adalah layanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan berupa informasi-informasi tertentu. g. Layanan jasa silang layan adalah kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan dalam membantu pengguna mencari koleksi yang diperlukannya. Disini perpustakaan yang bersangkutan menghubungi perpustakaan lain untuk meminjam koleksi yang dibutuhkan pengguna. Dari uraian diatas, jenis layanan yang diberikan perpustakaan sekolah kepada penggunanya sangat bermanfaat dalam membantu mereka menemukan informasi. Hal-hal tersebut dalam dunia nyata masih belum terealisasi untuk dilaksanakan karena memiliki banyak kendala seperti keterbatasan dana, kurangnya SDM dan fasilitas seperti sarana dan prasarana yang belum cukup bagi perpustakaan sekolah.
C. Kualitas Layanan 1.
Definisi Kualitas Layanan Pada dasarnya kualitas layanan berfokus pada pengguna. Artinya, pihak yang bersangkutan harus memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna agar menghasilkan harapan yang diinginkan oleh pengguna. Faktor utama dalam kualitas layanan adalah jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service). Menurut Gronroos yang dikutip oleh Fandy, kualitas suatu jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan terdiri atas dua dimensi utama yaitu pertama, technical quality (Outcome dimension) dan kedua, functional quality (process-related dimension). Selain itu, kualitas layanan bisa
36
dikatakan baik/positif apabila persepsi pelanggan terhadap layanan yang diberikan dapat memenuhi harapan pengguna (expected quality).40 Menurut Zeithaml, dkk dalam Sri dan Andreas menjelaskan kualitas jasa adalah tingkat atau sejauh mana perbedaan antara apa yang diharapkan oleh konsumen dan apa yang dirasakan konsumen. Setiap pelanggan mempunyai harapan tersendiri mengenai pemilihan jasa yang akan digunakan untuk kebutuhan pelanggan.41 Menurut Philip Kotler dalam bukunya Marketing management: analysis, planning, implementation and control menyebutkan bahwa: “Service quality is harder to define and judge than product quality.” Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kualitas layanan lebih sulit untuk didefinisikan dan dinilai daripada kualitas produk. Hal ini dikarenakan kualitas layanan yang bersifat intangible dan proses memberikan layanan dan penggunaan layanan tersebut dilakukan secara bersamaan. Selain itu, penyedia jasa layanan harus mampu mengetahui harapan pelanggan agar dapat memberikan pelayanan yang efektif. Selanjutnya, Kotler menyebutkan bahwa: “If the perceived service falls below the expected service, customers lose interest in the provider. If the perceived service meets or exceeds their expectations, they are apt to use the provider again.” Artinya, jika pelayanan yang dirasakan rendah dari layanan yang diharapkan, pelanggan kehilangan minat dalam 40
261.
41
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Jatim: Bayumedia, 2007), cet. 3, h. 260-
Sri Vandayuli Riorini dan Andreas Wahyu Gunawan, “Harapan Masyarakat pada Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Kualitas Pelayanan yang dirasakan dan Pengaruh Merek pada Retail Banking di Indonesia, Media Riset Bisnis & Manajemen,” vol. 11, No. 1, (April 2011): h. 23.
37
menggunakan penyedia jasa. Jika pelayanan yang dirasakan memenuhi atau melebihi harapan mereka, mereka cenderung menggunakan penyedia jasa itu kembali. Jelas, penyedia jasa harus benar-benar mengidentifikasi apa yang diharapakan pengguna agar pengguna berminat untuk menggunakan jasa layanan yang diberikan. Lalu, pelanggan akan puas jika mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, ketika mereka menginginkannya, dimana mereka menginginkannya dan bagaimana mereka menginginkannya. Hal ini menunjukkan bahwa penyedia layanan harus melakukan yang terbaik dalam mengidentifikasi harapan pelanggan mereka dengan masing-masing layanan tertentu.42 Uraian diatas telah menjelaskan definisi kualitas dari beberapa penulis, kualitas layanan adalah sejauh mana persepsi dan harapan pengguna terhadap layanan yang diberikan oleh penyedia jasa. Menurut Kotler dalam Farida Jasfar, kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi konsumen.43 Dengan demikian, penilaian kualitas layanan dilihat dari sudut pandang konsumen bukan berasal dari persepsi penyedia jasa. Penggunalah yang merasakan apa yang diberikan oleh penyedia jasa dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
42
Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control, (New Jersey: Northwestern University, 1991), ed. 7, p. 463. 43 Farida Jasfar, Manajemen Jasa:Pendekatan Terpadu, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), cet. 2, h. 48.
38
2. Karakteristik Kualitas Layanan Dalam karakteristik kualitas layanan perpustakaan, Association Research of Library (ARL) membuat karakteristik kualitas layanan yang dinamakan LibQual. Karakter tersebut akan ditampilkan pada gambar di bawah ini:44
Faktor-faktor yang mempengaruhi layanan
KUALITAS LAYANAN
Keandalan
Empati Daya tanggap
Jaminan
Kemudahan pemakai
Kelengkapan koleksi
Perpustakaan sebagai tempat
Sistem layanan
Kenyamanan
Kemudahan pemanfaatan
Papan petunjuk
Tata letak
Pengaturan ruang
Gambar 1. Karakteristik Kualitas Jasa Layanan Perpustakaan menurut LibQual diambil dari Cook, Colleen and Heath, Fred (2000)
44
Dwi Surtiawan, “Kepuasan Pemakai dan Peningkatan Kualitas Berbasis Pemakai: Pendekatan Manajemen Pemasaran sebagai Paradigma Baru Perpustakaan,” vol. 14, (Juni 2007): h. 10, artikel diakses pada 19 April 2014 jam 21:11 dari http://pustakawan.pnri.go.id/ media_pustakawan/detail/5
39
Berikut adalah penjelasan mengenai karakteristik kualitas layanan perpustakaan yang terdapat pada gambar di atas dan penulis olah dari beberapa sumber: a. Faktor-faktor yang mempengaruhi layanan: 1) Empati Empati merupakan perhatian seorang petugas perpustakaan atau pustakawan dalam menangani pengguna untuk mencari kebutuhan yang diinginkan. Selain itu, empati juga termasuk sikap, tanggapan maupun respon pustakawan terhadap pengguna dan dapat merasakan apa yang dibutuhkan pengguna. 2) Daya tanggap (Responsiveness) Pustakawan yang profesional yaitu pustakawan yang mampu memberikan layanan cepat dan prima bagi pengguna. Pustakawan harus mampu membantu pengguna ketika mengalami kesulitan dalam mencari informasi yang dibutuhkan. 3) Jaminan (Assurance) Jaminan dalam perpustakaan meliputi pengetahuan yang dimiliki pustakawan, sopan santun, kemampuan pustakawan dalam memberikan
kepercayaan
perpustakaan.
Hal
ini
kepada
dilakukan
pengguna agar
pengguna
mengenai nyaman
memanfaatkan layanan perpustakaan yang disediakan. b. Keandalan (Realibility) Perpustakaan dan pustakawan harus mampu memberikan layanan yang terbaik bagi pengguna. Pustakawan mampu memberikan layanan
40
yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.45 c. Kemudahan Pemakaian 1) Sistem Layanan Secara teori, perpustakaan memiliki dua sistem layanan yaitu sistem terbuka dan tertutup. Kedua sistem tersebut mempunyai kelebihan
dan
kekurangan
masing-masing.
Pada
dasarnya
pengguna lebih menyukai dengan menggunakan sistem terbuka. Hal ini dikarenakan pengguna dapat mencari sumber informasi sesuai kebutuhan yang diinginkan. Kekurangan dari sistem terbuka yaitu ketika pengguna dapat menghilangkan koleksi tanpa sepengetahuan
petugas.
Pada
sistem
layanan
tertutup,
memungkinkan pengguna sulit untuk mencari informasi sesuai dengan keinginan dan kecurigaan pengguna kepada pustakawan untuk bersikap adil dalam melayani pemakai selalu ada. Akan tetapi, perpustakaan dapat menggunakan sistem manapun ketika pengelola
dapat
menyediakan
kebutuhan
informasi
yang
diharapkan oleh pengguna. 2) Kemudahan pemanfaatan Kemudahan menggunakan seluruh fasilitas perpustakaan dengan membuat aturan yang mudah dipahami, jelas dan tidak birokratis. Perpustakaan dapat menyediakan sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh pengguna dalam memanfaatkan
45
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Jatim: Bayumedia, 2007), cet. 3, h. 273.
41
perpustakaan. Salah satunya yaitu sarana penelusuran yang mendukung sistem temu kembali informasi dalam
membantu
pengguna menemukan informasi yang dibutuhkan.46 Perpustakaan bisa menyediakan katalog manual/ kartu maupun OPAC serta sarana pemberitahuan mengenai perpustakaan. 3) Tata letak Tata letak di sini lebih difokuskan kepada penempatan perabotan dan perlengkapan agar pemakai mudah menggunakan koleksi perpustakaan. Perabotan yang ergonomis sangat membantu kenyaman pemakai. d. Kelengkapan Koleksi Peran
pengembangan
koleksi
memajukan
perpustakaan.
Salah
sangat satunya
penting
untuk
menyediakan
kelengkapan koleksi. Tersedianya koleksi yang lengkap di perpustakaan dapat memberikan kesempatan yang besar kepada pengguna dalam memilih dan memperoleh informasi terkini.47 Selain itu, perpustakaan juga dapat mendorong masyarakat untuk berkunjung dan memanfaatkan layanan perpustakaan ketika koleksi yang dimiliki sesuai kebutuhan pengguna. Survey di empat perpustakaan universitas terkemuka di Australia menunjukkan dari
46
Devita Kusumawardani, “Jurnal Temu Kembali Informasi dengan Keyword (Studi Deskriptif tentang Sistem Temu Kembali Informasi dengan Controlled Vocabulary pada Field Judul, Subyek, dan Pengarang di Perpustakaan Universitas Airlangga,” diakses pada tanggal 18 Agustus 2014 jam 13:26 wib darihttp://journal.unair.ac.id/filerPDF/jurnal Devita K.pdf . 47 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), cet. 2, h. 113.
42
40 item harapan terhadap layanan perpustakaan, koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai menempati urutan ketiga.48 Menurut
standar
IFLA,
perpustakaan
sekolah
harus
menyediakan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan informasi siswa dan hendaknya menyediakan sepuluh buku per murid. Sekolah Dasar hendaknya memiliki paling sedikit 2.500 judul materi perpustakaan yang relevan dan mutakhir agar stok buku berimbang untuk semua umur, kemampuan dan latar belakang. Paling sedikit 60% koleksi perpustakaan terdiri dari buku nonfiksi yang berkaitan dengan kurikulum. Di samping itu, perpustakaan sekolah hendaknya memiliki koleksi untuk keperluan hiburan seperti novel populer, musik, dolanan, komputer, kaset video, disk laser video, majalah dan poster.49 e. Perpustakaan sebagai tempat 1) Kenyamanan Sebagian besar orang kalau ditanya mengenai perpustakaan, maka jawabannya biasanya tempat menyimpan buku. Perpustakaan diposisikan sebagai tempat buku atau gudang buku. Lebih ironis lagi gedung perpustakaan dipersepsikan kotor, tua, berdebu dan 48
Isabella Trahn [et al.], “Analysing The Quality Gap: Reflections on results from an Australasian University 21 libraries standars survey of service quality,”(Australia: Australian Library and Information Association, 2001), artikel diakses pada tanggal 15 Agustus 2014 jam 14:26 darihttp://elibraryusa.hosted.exlibrisgroup.com/primo_library/libweb/action/display.do/ 49 Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006), h. 13, diakses pada tanggal 19 Agustus 2014 jam 20:54 WIB dari http://www.ifla.org/files/assets/school-libraries-resourcecenters/publications/school-library-guidelines/school-library-guidelines-id.pdf
43
statis.
Fasilitas dan kegunaan perpustakaan yang lain menjadi
tidak berarti. Pendapat seperti di atas harus segera diluruskan. Tempat yang nyaman merupakan hal yang penting dalam perpustakaan. Sebuah gedung atau ruang yang didesain dengan menarik
dapat
membuat
pengguna
ingin
berkunjung
ke
perpustakaan. Gedung perpustakaan juga harus lebih dinamis dalam merespon aktifitas pegawai dalam melayani pemakai, maupun kebutuhan tambahan pemakai. Selain itu, perpustakaan dapat menyediakan ruang-ruang khusus demi kenyamanan pengguna dalam mengunjungi perpustakaan. Ruangan tersebut diantaranya:50 a) kawasan ruang belajar dan riset untuk penempatan meja informasi, laci katalog, katalog terpasang, meja belajar dan riset, koleksi referensi dan dasar. b) kawasan ruang baca informal untuk buku dan majalah yang mendorong literasi, pembelajaran sepanjang hayat, dan membaca untuk keceriaan. c) kawasan ruang instruksional dengan kursi yang disusun untuk kelompok kecil, kelompok besar dan instruksional formal seluruh kelas, “dinding pengajaran”, dengan kawasan teknologi pengajaran dan pameran yang sesuai. d) kawasan ruang proyek kelompok dan produksi untuk kerja
50
Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006), h.11, diakses pada tanggal 19 Agustus 2014 jam 20:54 WIB dari http://www.ifla.org/files/assets/school-libraries-resourcecenters/publications/school-library-guidelines/school-library-guidelines-id.pdf
44
fungsional dan pertemuan perorangan, kelompok maupun kelas, serta fasilitas untuk produksi media. e) kawasan ruang administrasi untuk meja sirkulasi, ruang kantor, kawasan untuk memproses materi media perpustakaan, penyimpanan peralatan pandang-dengar, dan kawasan materi serta alat tulis kantor. 2) Papan petunjuk Papan petunjuk mengenai lokasi perpustakaan penting untuk diberikan kepada pengguna. Petunjuk tersebut dapat memudahkan pemakai ketika ingin mengunjungi perpustakaan. Denah di dalam gedung juga perlu diperhatikan agar tidak membingungkan pengguna dalam berkunjung. 3) Pengaturan ruangan Ruangan yang tertata baik dan fungsional akan memudahkan pegawai maupun pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Pengaturan ruangan yang baik sangat mempengaruhi tingkat intensitas kunjungan pemakai. Penggunaan konsultan disain interior maupun eksterior dalam derajat tertentu jauh lebih efektif dan efisien.51 Penjelasan di atas menunjukkan bahwa karakteristik kualitas
51
Dwi Surtiawan, “Kepuasan Pemakai dan Peningkatan Kualitas Berbasis Pemakai: Pendekatan Manajemen Pemasaran sebagai Paradigma Baru Perpustakaan,” vol. 14, (Juni 2007): h. 11-12, artikel diakses pada 19 April 2014 jam 21:11 dari http://pustakawan.pnri.go.id/media_pustakawan/detail/5.
45
layanan
perpustakaan
dapat
dilihat
dari
aspek-aspek
yang
mempengaruhi layanan seperti faktor empati, daya tanggap serta jaminan, keandalan, kelengkapan koleksi, kemudahan pemakai dan perpustakaan sebagai tempat. Karakter-karakter tersebut dapat diterapkan pada perpustakaan dan pustakawan dalam memberikan pelayanan yang lebih prima dan berkualitas. D. LIBQUAL+™ LibQual adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan di perpustakaan. LibQual merupakan adaptasi dari metode SERVQUAL yang dirancang oleh para pakar bidang ilmu perpustakaan pada tahun 1999 yang tergabung dalam Association of Research Libraries (ARL) dan bekerjasama dengan Texas A&M University.52 LibQual+™ adalah salah satu pengukuran tingkat layanan perpustakaan yang digunakan untuk mengumpulkan, memahami, dan bertindak atas pendapat pengguna perpustakaan mengenai kualitas layanan. LibQual+™ memungkinkan penilaian sistematis dalam mengukur kualitas layanan perpustakaan. Tujuan dari LibQual+™ adalah: 1. Mendorong
sebuah
budaya
unggul
dalam
memberikan
layanan
perpustakaan. 2. Membantu pengguna perpustakaan agar lebih memahami persepsi dari 52
Bruce Thompson, Collen Cook dan Fred Heath, “Realibility and Structure of LibQual+™Scores: Measuring Perceived Library Service Quality,” (Washington D.C: Assosiation of Research Libraries, 2000), p. 5, artikel diakses pada tanggal 14 Agustus 2014 jam 09:00 WIB dari http://www.libqual.org/documents/admin/reliabilitystructure.pdf
46
kualitas layanan perpustakaan. 3. Mengumpulkan dan menafsirkan masukan pengguna perpustakaan secara sistematis dari waktu ke waktu. 4. Memberikan penilaian perpustakaan dengan informasi dari rekan lembaga lain sebagai pembanding. 5. Mengidentifikasi praktek-praktek terbaik dalam pelayanan perpustakaan. 6. Meningkatkan analitis staf perpustakaan dan kemampuan untuk bertindak terhadap data.53 Pada dasarnya penilaian kualitas layanan yaitu “Only customers judge quality; all other judgments are essentially irrelevant (hanya pengguna yang berhak menilai suatu kualitas layanan, seluruh penilaian lain sebenarnya tidaklah relevan).”54 Metode LibQual+™ digunakan untuk mengukur kualitas layanan perpustakaan berdasarkan persepsi dan harapan pemustaka (minimum dan yang diinginkan). Ada empat dimensi dalam metode LibQual+™ yang dijadikan sebagai variabel pengukuran kualitas layanan:55 1. Access to information: Dimensi ini menilai kecukupan koleksi yang dimiliki perpustakaan dan kemampuan pengguna dalam mengakses informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu. 2. Affect of service: Merupakan penilaian terhadap aspek/sisi manusia dari 53
MaShana Davis dan Kyrillidou, “LibQUAL+. Procedures Manual,” (Washington D.C: Association of Reaseach Libraries, 2009), diakses 7 April 2014 jam 20:21 WIB dari http://www.libqual.org/documents/LibQual/publications/ProceduresManual.pdf. 54 Bruce Thompson, Collen Cook dan Fred Heath, “Two Short Forms of The LibQual+Survey: assessing Users’ perceptions of Library Service Quality,” diakses pada tanggal 20 April 2014 jam 21:00 WIB dari http://www.jstor.org/stable/4309686 h. 454. 55 Fred Heath [et.al], “Emerging Tools for Evaluating Digital Library Services: Conceptual Adaptions of LibQual and CAPM,” Journal of Digital Information 4, no. 2, (Juni 2003), artikel diakses pada tanggal 18 Agustus 2014 jam 14:27 wib dari http://jodi.tamu.edu/Articles/v04/i02/Heath/#top.
47
organisasi perpustakaan. Dimensi ini meliputi sikap empati (empathy) yaitu perhatian seorang petugas perpustakaan atau pustakawan dalam menangani pengguna untuk mencari kebutuhan yang diinginkan, jaminan (assurance) yaitu pengetahuan, kemampuan, ramah, sopan, dan dapat memberikan rasa aman dan percaya kepada konsumen, kehandalan (realibility) adalah memberikan layanan secara cepat, kemampuan untuk dipercaya dan tepat waktu serta daya tanggap (responsiveness) yaitu kemampuan pustakawan dalam memberikan layanan jasa yang dibutuhkan pengguna. 3. Personal control: Dimensi ini terkait dengan mampu tidaknya pengguna untuk dapat mencari dan mengontrol berbagai informasi yang disediakan oleh pustakawan/petugas perpustakaan maupun lembaga informasi lainnya. Bagaimana pengguna dapat melakukan aktivitas secara mandiri di perpustakaan dalam memanfaatkan fasilitas atau layanan perpustakaan. 4. Library as place: Dimensi ini menyangkut penilaian perpustakaan oleh pengguna dalam pengertian fisik. Perpustakaan dinilai dari segi fungsional ruangnya untuk kegiatan belajar, tempat berkontemplasi dan refleksi diri atau meningkatkan intelektual pengguna. Metode LibQual+™ dapat juga digunakan untuk mengkaji suatu proses. Artinya, metode tersebut mengumpulkan data dari suatu proses. Metode ini merupakan metode yang paling efisien dalam mengukur kinerja serta berguna untuk mengetahui layanan mana yang harus diperbaiki maupun layanan yang perlu ditingkatkan. Metode LibQual+™berguna sebagai sarana penilaian atau pengukuran yang dilakukan pengguna terhadap kualitas layanan perpustakaan
48
yang diberikan kepada pengguna, apakah sesuai dengan yang diharapkan pengguna atau belum memenuhi kebutuhan pengguna. Keuntungan menggunakan metode LibQual+™ dalam perpustakaan:56 1. Untuk mengidentifikasi praktek-praktek dalam layanan perpustakaan, menganalisis defisit dan mengalokasikan sumber daya agar efektif. 2. Untuk menilai layanan perpustakaan agar sesuai dengan harapan pengguna. 3. Membandingkan kinerja perpustakaan dengan institusi lain. 4. Kesempatan untuk menarik komunitas dengan adanya keunggulan di layanan perpustakaan. 5. Memberikan kesempatan bagi pengguna perpustakaan untuk memberikan masukan dalam memperbaiki kualitas layanan
perpustakaan sehingga
dapat mengembangkan perpustakaan sesuai dengan harapan pengguna.57 Metode LibQual+™ memang di desain untuk mengukur kualitas layanan dalam perpustakaan. Metode ini dibuat untuk mengetahui apa yang dirasakan pengguna (persepsi) dan mengetahui harapan pengguna terhadap layanan yang diberikan perpustakaan. Dengan adanya metode LibQual+™, perpustakaan bisa lebih mengetahui apa yang diinginkan pengguna dan kesenjangan antara persepsi dan harapan pengguna terhadap kualitas layanan perpustakaan.
56
David Green dan Marta Kyrillidou, “LibQual+, Procedurs Manual”, (Washington D.C: Association of Research Libraries, 2012), h. 11,diakses 7 April 2014 jam 20:21 WIB dari http://www.libqual.org/documents/LibQual/publications/ProceduresManual.pdf. 57 Collen Cook [et.al], “LibQual+® 2011 Survey Results”, (Washington D.C: Association of Research Libraries, 2011), h.7, artikel diakses 12 April 2014 jam 21:13 WIB dari https://www.lib.polyu.edu.hk/planning/survey/libqual2011report.pdf.
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SMA BAKTI IDHATA JAKARTA SELATAN
A. Sejarah Singkat SMA Bakti Idhata SMA Bakti Idhata berlokasi di Jl. Melati No. 25 Fatmawati Jakarta Selatan. Awal berdirinya SMA Bakti Idhata yaitu pada tahun 1987 yang berstatus sebagai Sekolah Menengah Terbuka. Sekolah Menengah Terbuka yaitu sekolah yang terdiri dari SMA yang memiliki jurusan IPA, IPS, IPB serta program studi kejuruan yang setaraf dengan SMK dan tokoh yang mempelopori pembangunan sekolah ini adalah Prof. Dr. Setiadi. Beliau adalah Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ia sangat aktif dan peduli terhadap masalah pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1981, Sekolah Menengah Terbuka berubah nama menjadi Sekolah Menengah Atas Klasikal. Hal ini disebabkan adanya pengelola terpadu yaitu Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pengurusnya adalah anggota dari organisasi Ikatan Dharma Wanita Persatuan Depdiknas, sehingga nama sekolah Menengah Atas Klasikal tersebut dinamakan menjadi Sekolah Bakti Idhata (yang mempunyai kepanjangan yaitu Bakti Ikatan Dharma Wanita Persatuan). Pada tahun 2003 SMA Bakti Idhata di ubah namanya menjadi SM Terpadu Bakti Idhata. Hal ini dikarenakan SMA Bakti Idhata memiliki program studi IPA, IPS, dan IPB dan juga membuka program studi kejuruan
49
50
setaraf dengan SMK untuk jurusan Peranti Lunak, Teknik Komputer Jaringan Multimedia. Dengan kata lain, Sekolah Bakti Idhata mengelola dua unit sekolah dalam satu manajemen. Seiring
dengan
berkembangnya
kebutuhan
masyarakat
dan
perkembangan ilmu pengetahuan, pada tahun 2007 Sekolah Menengah Terpadu Bakti Idhata berubah kembali menjadi SMA Bakti Idhata seperti namanya semula dan oleh Depdiknas program kejuruan yang dikelola oleh SMA Bakti Idhata harus berdiri sendiri dibawah naungan manajemen yang berbeda, maka berdirilah SMK Bakti Idhata dengan gedung terpisah.
B. Visi dan Misi SMA Bakti Idhata 1. Visi SMA Bakti Idhata “Menjadi Sekolah yang memberikan pendidikan bermutu tinggi, efisien, unggul, mandiri dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berkembang menjadi sekolah yang terbaik di Indonesia serta tidak melupakan fungsi sosial.” 2. Misi SMA Bakti Idhata a. Memberikan pendidikan terbaik secara tepat dan cermat dengan selalu memperhatikan tata nilai etika profesional yang tinggi secara menyeluruh bagi anak didik tanpa membedakan latar belakang keagamaan, kebangsaan, kesukuan, jenis kelamin dan kebudayaan sosial. b. Menyelenggarakan pendidikan yang berkesinambungan serta mengacu pada kurikulum yang berorientasi pada mutu sehingga mampu
51
melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi dengan tidak melupakan fungsi sosial. c. Melaksanakan pendidikan bermutu tinggi secara komprehensif kepada anak didik yang berorientasi kepada kepuasan dan kenyamanan anak didik.
C. Perpustakaan SMA Bakti Idhata Perpustakaan SMA Bakti Idhata didirikan sejak sekolah Bakti Idhata berdiri yaitu tahun 1987. Pada awalnya, perpustakaan SMA Bakti Idhata hanya sebuah gedung yang berisikan buku-buku sumbangan dari Depdiknas. Kemudian, pada tahun 2000 perpustakaan SMA Bakti Idhata diolah menjadi sebuah sarana yang layak bagi pengguna. Perpustakaan SMA Bakti Idhata dikelola oleh Ibu Ratih Indriani yang merupakan staf yayasan dan beliau ditugaskan untuk melakukan pembenahan perpustakaan selama dua bulan. Namun, Ibu Ratih Indriani tidak sepenuhnya mengelola perpustakaan karena beliau dibantu oleh dua petugas perpustakaan yaitu Ibu Rodiah dan Pak Yadi. Saat ini perpustakaan SMA Bakti Idhata telah dimanfaatkan oleh siswa, guru maupun karyawan. 1. Visi Perpustakaan SMA Bakti Idhata “Menyediakan sumber informasi dalam bidang umum dan bidang keagamaan sebagai pendukung kegiatan sekolah khususnya Sekolah Bakti Idhata.”
52
2. Misi Perpustakaan SMA Bakti Idhata “Menciptakan sumber pembelajaran, pengajaran yang lebih kondusif dan komprehensif.” 3. Tujuan Perpustakaan SMA Bakti Idhata “Secara umum tujuan didirikannya perpustakaan SMA Bakti Idhata adalah untuk mendukung kegiatan dalam bidang pengajaran dan pembelajaran.”
D. Susunan Organisasi dan SDM Perpustakaan Usaha pengkordinasian segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan penyelenggaraan perpustakaan sekolah biasanya dibawahi dalam suatu organisasi yang disebut struktur organisasi perpustakaan sekolah. Sebuah organisasi perpustakaan sekolah harus menunjukkan hubungan antara kepala dengan sub bidang yang lainnya agar memiliki kejelasan dalam tanggung jawab masing-masing. Perpustakaan SMA Bakti Idhata dinaungi oleh pihak yayasan sekolah. Kemudian, pihak yayasan berkordinasi kepada kepala sekolah dalam mengawasi kegiatan perpustakaan dan perpustakaan terutama kegiatan layanan teknis maupun layanan pemakai bertanggung jawab pada kepala TU. Untuk lebih jelas, di bawah ini akan menggambarkan struktur organisasi yang ada di Perpustakaan SMA Bakti Idhata sebagai berikut:
53
STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN SMA BAKTI IDHATA YAYASAN BAKTI IDHATA
KEPALA SEKOLAH
KA.TATAUSAHA LAYANAN TEKNIS
LAYANAN PEMAKAI
Gambar 2. : Susunan Organisasi Perpustakaan SMA Bakti Idhata (sumber: Perpustakaan SMA Bakti Idhata).
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai struktur organisasi dalam pengelolaan perpustakaan SMA Bakti Idhata: 1. Yayasan Bakti Idhata bertugas sebagai pembina sekolah, mengawasi serta mengkoordinasi pihak kepala sekolah, kepala TU serta perpustakaan. 2. Kepala sekolah bertugas sebagai pihak yang mengawasi dan berkoordinasi pada staff TU dan pengelola perpustakaan sekolah. 3. Kepala tata usaha bertanggung jawab membawahi staf pengelola perpustakaan seperti pengelola layanan teknis dan pengelola layanan pemakai mengenai kegiatan perpustakaan. 4. Pengelola layanan teknis bertanggung jawab mengelola semua kegiatan inventarisasi, klasifikasi, penyelesaian koleksi, dan pengaturan koleksi. Kegiatan ini dilakukan oleh Ibu Rodiah selaku petugas layanan teknis.
54
5. Pengelola layanan pemakai bertanggung jawab dari kaur pelayanan sirkulasi dan pembaca adalah: Mengelola semua kegiatan pelayanan perpustakaan untuk pengguna perpustakaan. Kegiatan ini dilakukan oleh Pak Yadi selaku petugas layanan pemakai.
E. Koleksi Perpustakaan SMA Bakti Idhata Koleksi yang ada di perpustakaan sekolah Bakti Idhata merupakan koleksi yang disediakan bagi siswa, guru ataupun karyawan. Koleksi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna dan kurikulum. Koleksi perpustakaan sekolah Bakti Idhata telah dipertimbangkan atas usulan, guru, murid dan petugas perpustakaan yang bersifat menunjang kegiatan belajar. Berikut adalah rincian koleksi perpustakaan Bakti Idhata, yaitu: Tabel 1 Rekapitulasi koleksi Perpustakaan SMA Bakti Idhata Per Juli 2014 No
Jenis Buku
1
Buku Bacaan
2
Jumlah Judul
Jumlah Exp
1573 Judul
3380 Exp
Buku Referensi
263 Judul
374 Exp
3
Buku Penunjang
31 Judul
2242 Exp
4
Buku Paket
79 Judul
15279 Exp
1946 Judul
21275 Exp
Jumlah Keseluruhan
(sumber: Perpustakaan SMA Bakti Idhata)
F. Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata Sistem pelayanan yang diberikan dan diberlakukan oleh perpustakaan SMA Bakti Idhata adalah sistem terbuka (Open Access) sehingga pemakai dapat langsung mencari koleksi yang diperlukan untuk dibaca atau dipinjam.
55
Dalam layanan, perpustakaan masih bersifat manual dan belum menerapkan sistem automasi maupun digital. Beberapa unit komputer hanya digunakan
oleh
petugas
perpustakaan
untuk
keperluan
administrasi
perpustakaan. Pelayanan diberikan setiap hari kerja yaitu lima hari dalam seminggu. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini: Tabel 2 Jam Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata Hari
Jam Layanan
Senin-kamis
Pkl. 06:30-15:00
Jum’at
Pkl. 06:30-12:00
(Sumber: Perpustakaan SMA Bakti Idhata).
Adapun jenis pelayanan perpustakaan SMA Bakti Idhata sediakan, yaitu: 1. Layanan Ruang Baca Pelayanan ini merupakan tugas pokok dalam perpustakaan demi meningkatkan kesempatan para pengguna untuk memanfaatkan koleksi secara maksimal dan menumbuh kembangkan daya berfikir siswa serta meningkatkan wawasan pengetahuan secara luas, terutama memberikan kebiasaan kepada siswa dalam membaca. Layanan ini diberikan dengan menyediakan ruang baca bagi pemakai yang ingin memanfaatkan koleksi di perpustakaan. 2. Layanan Sirkulasi Layanan ini diberikan kepada para siswa dan guru dalam peminjaman
maupun
pengembalian
koleksi
perpustakaan.
Untuk
memanfaatkan koleksi perpustakaan, maka pengguna terlebih dahulu harus
56
menjadi anggota perpustakaan. Peminjaman dilakukan dengan cara dicatat pada buku peminjaman. Jumlah koleksi yang dapat dipinjam adalah sebanyak tiga eksemplar selama satu minggu. 3. Layanan Referensi Penyediaan berbagai sumber referensi yang meliputi kamus, ensiklopedi, sumber biografi, bibliografi, sumber geografi, indeks, abstrak, direktori dan sumber-sumber referensi lainnya. 4. Bimbingan Membaca Bimbingan membaca merupakan bimbingan yang diberikan oleh pustakawan kepada pengguna. Pustakawan memberikan bimbingan dalam hal mencari informasi atau koleksi yang mereka butuhkan agar para pengguna atau anggota perpustakaan tidak selalu bergantung kepada pustakawan dalam mencari buku. 5. Layanan KBM Layanan ini diberikan oleh perpustakaan atas kerjasama antara guru dengan staf perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain di dalam kelas, kegiatan belajar mengajar siswa juga dapat dilakukan di perpustakaan.
G. Sarana dan Prasarana Perpustakaan SMA Bakti Idhata 1. Gedung/Ruang Luas gedung sekitar 200 M2 (20 X 10 M) berada di lantai dasar sekolah. Gedung perpustakaan hanya satu ruangan yang terdiri dari, ruang baca, ruang koleksi dan ruang pegawai.
57
2. Perlengkapan Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, perpustakaan sekolah dilengkapi dengan perlengkapan penunjang antara lain: Tabel 3 Perlengkapan Perpustakaan SMA Bakti Idhata Perlengkapan
Jumlah
Lemari Koleksi
32 Buah
Meja Kaca Sambung
10 Buah
Meja Kaca Tinggi
4 Buah
Meja Lesehan
2 Buah
Meja Informasi
1 Buah
Rak Kamus
1 Buah
Lemari Koran
2 Buah
Lemari Katalog
2 Buah
Lemari Majalah
2 Buah
Lemari Arsip
2 Buah
Tempat Penitipan Tas
2 Buah
AC
4 Buah
Komputer
2 Buah
(sumber: Perpustakaan SMA Bakti Idhata)
H. Sumber Dana Perpustakaan SMA Bakti Idhata Sumber dana perpustakaan berasal dari biaya pendidikan siswa yaitu SPP. Dari dana SPP, yayasan sekolah bakti idhata memberikan dana kurang lebih sekitar 10 juta rupiah. Dana tersebut diberikan untuk kegiatan perpustakaan terutama pengadaan koleksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ratih Indriani, untuk pengadaan koleksi pihak yayasan memiliki dua cara yaitu pertama, melibatkan penerbit dan kedua, permintaan dari
58
sekolah. Kalau dari penerbit, pengelola perpustakaan menseleksi koleksi mana saja yang sesuai dengan kebutuhan infomasi para pengguna. Sedangkan, permintaan dari sekolah merupakan usulan dari guru atau siswa yang membutuhkan informasi sesuai keinginan mereka.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan. A. Prosedur Penelitian Penulis melakukan penelitian di SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan yang berlokasi di Jalan Melati No. 25, Cilandak Barat. Penulis melakukan penelitian dengan cara observasi, wawancara dan menyebarkan kuesioner kepada responden. Wawancara dilakukan kepada pihak yang bersangkutan yaitu petugas perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan. Penyebaran kuesioner dilakukan pada Hari Kamis, tanggal 05 Juni 2014.
B. Responden Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara accidential sampling, teknik ini digunakan ketika peneliti bertemu anggota sampel secara kebetulan ada atau dijumpai.58 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 dan 2 yang berjumlah 245 siswa dan terdiri dari jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Siswa kelas 1 sebanyak 100 siswa dan siswa kelas 2 sebanyak 145 siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 25% dari jumlah siswa kelas 1 dan 2 SMA Bakti Idhata yaitu 245 siswa, maka sampel yang diambil adalah 25% X 245 siswa = 61,25 dibulatkan menjadi 62 responden. 58
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet.
2, h. 45.
59
60
C. Teknik Pengolahan Data Data-data yang diterima melalui kuesioner ini kemudian diolah menggunakan metode LibQual+™: 1. Penataan data mentah, penataan data mengacu kepada kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatur dan mengorganisasikan data mentah yang terkumpul di lapangan. Peneliti mengumpulkan data dari hasil studi lapangan, kuesioner, dan wawancara. Tahap penyuntingan (editing) dalam tahap ini melihat dengan cermat apakah ada kuesioner yang secara salah diisi oleh responden, ada halaman yang hilang dan poinpoin penting terlewatkan. 2. Mencatat semua frekuensi jawaban yang telah diberikan responden. 3. Mencari rata-rata (mean) dari setiap pernyataan berdasarkan layanan minimum yang dibutuhkan pemustaka, layanan yang diharapkan dan layanan yang diterima (rasakan). Dengan cara menjumlahkan jawaban yang diberikan pada setiap pernyataan lalu dibagi dengan jumlah responden. 4. Menghitung selisih (Gap) antara rata-rata layanan yang diterima (dirasakan) dengan rata-rata layanan minimum yang dibutuhkan pemustaka, untuk menentukan nilai kecukupan (Gap Adequacy). Rumusnya: GA = PERCEIVED – MINIMUM Keterangan : GA = Gap Adequacy Perceived = layanan yang diterima (dirasakan). Minimum = layanan minimal yang dibutuhkan.
61
Apabila skor GA ( Gap Adequacy ) menunjukkan nilai yang positif, hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan telah memenuhi harapan minimum pemustaka, yang dapat diartikan pula bahwa pemustaka puas pada kepuasan minimalnya. Sebaliknya apabila skor GA menunjukkan nilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan belum memenuhi harapan minimum pemustaka, yang dapat diartikan bahwa pemustaka tidak puas terhadap kepuasan minimalnya. 5. Menghitung selisih (Gap) antara rata-rata layanan yang diterima (dirasakan) dengan rata-rata layanan yang diharapkan (diinginkan) pemustaka, untuk menentukan nilai kepuasan (Gap Superiority). Rumusnya: GS = PERCEIVED – DESIRED
Keterangan: GS = Gap Superiority Perceived = layanan yang diterima(dirasakan). Desired = layanan yang diharapkan. Apabila skor GS (Gap Superiority) menunjukkan nilai yang positif hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan telah memenuhi harapan sesungguhnya yang diinginkan pemustaka, yang dapat diartikan pula bahwa pemustaka puas terhadap layanan yang diterimanya.59
59
Hong Kong Polytechnic University. LibQual+® 2011 Survey Results. Washington D.C: Association of Research Libraries, 2011, h. 10-11. Diakses 12 April 2014 jam 21:13 WIB dari https://www.lib.polyu.edu.hk/planning/survey/libqual2011report.pdf.
62
D. Kisi-Kisi Kuesioner Berdasarkan kajian tinjauan literatur yang telah dijelaskan, maka penulis membuat kisi-kisi kuesioner dengan 4 variabel yaitu Access to Information (Akses terhadap informasi), Affect to service (Sikap petugas terhadap pengguna), Personal Control (Kemampuan pengguna dalam mencari informasi secara individu), dan Library as Place (Perpustakaan sebagai tempat) kemudian dibagi menjadi 26 indikator variabel: Tabel 4 Kisi-kisi Kuesioner No 1
Variabel
Indikator Variabel
Item
AI (access to
Kelengkapan koleksi Buku
1
information)
Kelengkapan koleksi terbitan berseri
2
Kelengkapan koleksi referensi
3
Tersedianya koleksi fiksi
4
Tersedianya koleksi BSE (buku
5
sekolah elektronik)
2
Relevansi koleksi
6
Kemutakhiran koleksi
7
Keberagaman koleksi
8
Pemenuhan kebutuhan informasi
9
Jam layanan perpustakaan
10
AS (affect to
Keramahan pustakawan
11
service)
Penampilan pustakawan
12
Membantu pemustaka
13
Kecepatan dan ketepatan
14
pustakawan Wawasan pustakawan mengenai
15
perpustakaan 3
PC (personal
Tersedianya katalog kartu/OPAC
16
control)
Tersedianya sarana pemberitahuan
17
63
mengenai perpustakaan
4
Tersedianya komputer
18
Petunjuk penggunaan koleksi
19
Susunan/klasifikasi buku
20
LP (library as
Desain gedung
21
place)
Ruang perpustakaan
22
Tempat nyaman
23
Adanya berbagai fasilitas
24
Adanya rak/tempat penitipan
25
Memiliki berbagai ruang
26 Jumlah
26
E. Analisis Identitas Responden Analisis identitas responden terdiri dari jenis kelamin, kelas, jurusan dan intensitas kunjungan ke perpustakaan yang akan dijelaskan pada tabel di bawah ini: 1. Jenis Kelamin Responden Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan prosentase jenis kelamin yang mengisi kuesioner: Tabel 5 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin
Frekuensi
Prosentase %
Laki-Laki
22
35,4 %
Perempuan
40
64,6 %
Jumlah
62
100 %
Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang paling sering datang ke perpustakaan adalah hampir setengahnya perempuan dengan prosentase 64,6 % dan setengahnya laki-laki dengan prosentase 35,4 %.
64
2. Kelas Responden Pada tabel di bawah ini akan menjelaskan kelas responden yang mengisi kuesioner: Tabel 6 Kelas Responden Kelas
Frekuensi
Prosentase %
1
37
59,7 %
2
25
40,3 %
Jumlah
62
100 %
Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa kelas yang hampir setengahnya mengisi kuesioner yaitu kelas 1 dengan prosentase 59,7 % dan setengahnya kelas 2 dengan prosentase 40,3 %. 3. Jurusan Responden Pada tabel di bawah ini akan menjelaskan jurusan responden yang mengisi kuesioner: Tabel 7 Jurusan Responden Jurusan
Frekuensi
Prosentase %
IPA
29
46,7 %
IPS
32
51,7 %
Bahasa
1
1,6 %
Jumlah
62
100 %
Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal dari jurusan IPS sebesar 51,7 %, kemudian jurusan IPA sebagian kecil yaitu berjumlah 46,7 %, dan jurusan bahasa memiliki prosentase kecil dengan jumlah 1,6 %.
65
4. Intensitas Kunjungan Pada tabel di bawah ini akan menjelaskan intensitas kunjungan siswa dalam mengunjungi perpustakaan SMA Bakti Idhata: Tabel 8 Intensitas Kunjungan Intensitas
Frekuensi
Prosentase %
< 2 kali/minggu
45
72,5 %
2-3 kali/minggu
14
22,6 %
> 3 kali/minggu
3
4,9 %
Jumlah
62
100 %
Kunjungan
Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa intensitas kunjungan siswa dalam mengunjungi perpustakaan sekitar < 2 kali/minggu dengan prosentase paling banyak yaitu 72,5 %, kemudian 2-3 kali/minggu sebagian kecil dengan jumlah 22,6 %, dan > 3 kali/minggu memiliki prosentase kecil yaitu berjumlah 4,9 %.
F. Analisis Hasil Penelitian Analisis hasil penelitian ini membahas mengenai variabel-variabel yang dijadikan indikator dalam kuesioner penelitian. Variabel tersebut dibagi menjadi 4 aspek yaitu Access to Information (10 item pernyataan), Affect to service (5 item pernyataan), Personal Control (5 item pernyataan), dan Library as Place (6 item pernyataan). Dari hasil analisis ini, maka dapat diketahui selisih gap (kesenjangan) antara layanan yang diharapkan dengan kinerja yang diterima (dirasakan). Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci hasil penelitian dari penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh penulis:
66
1. Variabel Ketersediaan Koleksi (Access to Information) Variabel ketersediaan koleksi memiliki 10 item pernyataan yang dijadikan sebagai indikator variabel sebagai pengukuran kualitas layanan, diantaranya : a. Kelengkapan Koleksi Buku Tabel di bawah ini akan menjelaskan mengenai kelengkapan koleksi perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari harapan minimum, harapan yang diinginkan dan persepsi responden: Tabel 9 Kelengkapan Koleksi No
Pernyataan
Rata-rata
1 Kelengkapan koleksi buku untuk
membantu
Minimum
Desired
Perceived
5,05
5,80
5,38
GA
GS
0,33
-0,42
anda
dalam mengerjakan tugas.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pengguna perpustakaan berharap tinggi terhadap kelengkapan koleksi buku untuk membantu siswa dalam mengerjakan tugas dengan skor 5,80, tingkat layanan minimum yang diperkirakan dapat terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 5,05 (sedang) dan kinerja yang dirasakan memiliki skor 5,38 (sedang), sehingga terjadi Gap Adequacy (GA) yang positif dengan skor 0,33 dan Gap Superiorty (GS) skor negatif yaitu -0,42. Apabila GA positif, maka kinerja yang dirasakan sudah memenuhi harapan minimum pemustaka atau berada pada zona toleransi (cukup), sedangkan GS memiliki skor negatif, maka kualitas layanan yang diberikan oleh
67
perpustakaan kepada pengguna belum sesuai dengan apa yang diinginkan.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
petugas
perpustakaan SMA Bakti Idhata, Ibu Rodiah, koleksi perpustakaan banyak yang tidak sesuai dengan harapan siswa. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang menyebabkan koleksi tidak berkembang, salah satunya yaitu terhambatnya dana dari pihak yayasan sekolah. b. Kelengkapan Koleksi Terbitan Berseri Tabel di bawah ini akan menjelaskan kelengkapan koleksi terbitan berseri berdasarkan pendapat responden dilihat dari harapan minimum, harapan sesungguhnya dan persepi: Tabel 10 Kelengkapan Koleksi Terbitan Berseri No
Pernyataan
2 Kelengkapan
Rata-rata
koleksi
Minimum
Desired
Perceived
5,09
5,54
5,41
GA
GS
0,32
-0,13
terbitan berseri (majalah, surat kabar, dll) untuk membantu
anda
dalam
mengerjakan tugas.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengguna perpustakaan berharap tinggi terhadap kelengkapan koleksi terbitan berseri untuk membantu siswa dalam mengerjakan tugas dengan skor 5,54, tingkat layanan minimum yang diperkirakan dapat terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 5,09 (sedang) dan kinerja yang dirasakan memiliki
68
skor 5,41 (sedang), sehingga terjadi Gap Adequacy (GA) yang positif dengan skor 0,32 dan Gap Superiorty (GS) skor negatif yaitu -0,13. Apabila GA positif, maka kinerja yang dirasakan sudah memenuhi harapan minimum pemustaka atau berada pada zona toleransi (cukup), sedangkan GS memiliki skor negatif, maka perpustakaan belum mampu untuk memberikan kualitas layanan yang unggul bagi pengguna. c. Kelengkapan Koleksi Referensi Tabel dibawah ini akan menjelaskan mengenai kelengkapan koleksi referensi berdasarkan pendapat responden: Tabel 11 Kelengkapan Koleksi Referensi No
Pernyataan
Rata-rata
GA
GS
Minimum Desired Perceived 3 Kelengkapan
koleksi
referensi
(kamus,peta,
ensiklopedi,
dll)
untuk
anda
dalam
membantu
5,46
6,34
5,80
0,34 -0,54
mengerjakan tugas.
Dilihat pada tabel di atas responden berharap tinggi pada kelengkapan koleksi referensi yang disediakan perpustakaan untuk membantu siswa dalam mengerjakan tugas dengan skor 6,34, kemudian tingkat layanan minimum yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan memiliki skor 5,46 (sedang), sedangkan kinerja yang diterima oleh pengguna yaitu 5,80 (sedang). Jadi, Gap Adequacy
69
menunjukkan positif dengan skor 0,34 sehingga perpustakaan sudah cukup memenuhi harapan minimum pengguna dalam memberikan layanan, sedangkan Gap Superiority memiliki skor negatif yaitu -0,54, sehingga perpustakaan belum memberikan kualitas yang unggul atau di bawah standar harapan minimum pengguna. d. Tersedianya Koleksi Fiksi Tabel dibawah ini akan menjelaskan tersedianya koleksi fiksi berdasarkan pendapat responden: Tabel 12 Tersedianya Koleksi Fiksi No
Pernyataan
Rata-rata
GA
GS
0,37
-0,03
Minimum Desired Perceived 4
Tersedianya
koleksi
fiksi
5,44
5,84
5,81
(novel, komik, dll) untuk sarana rekreasi dan imajinasi anda
Berdasarkan tabel diatas, keinginan atau desired pengguna terhadap tersedianya koleksi fiksi cukup tinggi dengan skor 5,84, sedangkan tingkat layanan minimum yang dapat dipenuhi oleh perpustakaan yaitu 5,44 dan tingkat kinerja yang diterima dengan skor 5,81 (sedang). Sehingga, Gap Adequacy memiliki skor positif yaitu 0,37 yang menandakan perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimum pengguna, sedangkan Gap Superiority dengan skor negatif yaitu – 0,03 yang menunjukkan kualitas layanan yang diberikan belum unggul atau masih di bawah standar harapan pengguna.
70
e. Tersedianya Koleksi BSE (Buku Sekolah Elektronik) Tabel di bawah ini akan menjelaskan tersedianya koleksi BSE berdasarkan pendapat responden: Tabel 13 Tersedianya Koleksi BSE (Buku Sekolah Elektronik) No
Pernyataan
Rata-rata
GA
GS
Minimum Desired Perceived 5 Tersedianya (Buku
koleksi
Sekolah
BSE
4,89
5,83
5,75
0,86 -0,08
Elektronik)
untuk membantu anda dalam mengerjakan tugas.
Dilihat tabel diatas bahwa pengguna berharap tinggi terhadap kesediaan koleksi BSE untuk membantu pengguna dalam mengerjakan tugas dengan skor 5,83, kemudian tingkat layanan minimum yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 4,89 dan kinerja yang diterima pengguna dengan skor 5,75 (sedang). Jadi, Gap Adequacy memiliki skor positif yaitu 0,86 yang menandakan perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan Gap Superiority mendapatkan skor negatif yaitu – 0,08 yang menandakan perpustakaan belum memberikan kualitas layanan yang unggul bagi pengguna. f. Relevansi Koleksi Tabel dibawah ini akan menjelaskan kerelevansian koleksi dengan kebutuhan informasi pengguna:
71
Tabel 14 Relevansi Koleksi No
Pernyataan
6 Koleksi
yang
Rata-rata Minimum
Desired
Perceived
5,13
5,55
5,71
tersedia
GA
GS
0,58
0,16
sesuai dengan kebutuhan informasi anda (relevansi koleksi).
Pernyataan di atas menunjukkan, responden cukup berharap tinggi terhadap kesesuaian kebutuhan informasi yang diinginkan pengguna dengan skor 5,71, tingkat layanan yang diperkirakan dapat terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 5,13 dan tingkat kinerja yang diterima yaitu 5,55 (sedang). Jadi, Gap Adequacy dan Gap Superiority memiliki skor positif yaitu 0,58 dan 0,16 yang menunjukkan bahwa perpustakaan telah cukup memenuhi kebutuhan informasi siswa. Walaupun, beberapa siswa mengeluhkan kebutuhan informasi yang diinginkan belum sesuai harapan. g. Kemutakhiran Koleksi Tabel
di
bawah
ini
menjelaskan
pernyataan
mengenai
kemutakhiran koleksi: Tabel 15 Kemutakhiran Koleksi No
Pernyataan
7 Koleksi
yang
dimiliki
perpustakaan mutakhir.
Rata-rata Minimum
Desired
4,70
5,34
GA
GS
Perceived 0,35 - 0,29 5,05
72
Pada tabel di atas menunjukkan harapan yang diiinginkan pengguna cukup tinggi dengan skor 5,34, tingkat layanan minimum yang diperkirakan terpenuhi yaitu 4,70 dan kinerja yang diterima yaitu 5,05 (sedang) sehingga menghasilkan Gap Adequacy dengan skor positif yaitu 0,35 yang menandakan bahwa perpustakaan telah berada pada zona toleransi atau cukup memenuhi harapan minimal pengguna, sedangkan Gap Superiority mendapatkan skor negatif yaitu – 0,29 yang menandakan bahwa tingkat layanan yang dirasakan belum memenuhi harapan sesungguhnya/keinginan siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rodiah, selaku petugas perpustakaan, koleksi yang dimiliki tidak Up to date selama dua tahun karena adanya beberapa faktor seperti keterbatasan dana dan pihak yayasan sekolah kurang menanggapi akan keberadaan perpustakaan sekolah. h. Keberagaman Koleksi Tabel di bawah ini menjelaskan keberagaman koleksi menurut penilaian responden: Tabel 16 Keberagaman koleksi No
Pernyataan
Rata-rata
GA
GS
Minimum Desired Perceived 0,42 - 0,05 8
Koleksi
perpustakaan
memiliki
keberagaman
5,02
5,49
5,44
koleksi.
Pernyataan pada tabel di atas menunjukkan bahwa responden memiliki keinginan yang cukup dalam memiliki koleksi yang beragam
73
dengan skor yaitu 5,49, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi yaitu 5,02 (sedang) dan tingkat layanan yang dirasakan cukup sedang yaitu 5,44. Jadi, Gap Adequacy memiliki skor yang positif yaitu 0,42 yang menandakan telah cukup dalam memenuhi harapan minimal pengguna walaupun Gap Superiority mendapatkan skor negatif yaitu – 0,05 yang menandakan bahwa pengguna belum puas dengan kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan. i. Pemenuhan Kebutuhan Informasi Tabel di bawah ini adalah jawaban responden terhadap pemenuhan kebutuhan informasi mereka. Tabel 17 Pemenuhan Kebutuhan Informasi No
9
Pernyataan
Rata-rata
Informasi yang dimiliki perpustakaan memenuhi
Minimum
Desired
4,97
5,78
GA
GS
Perceived 0,50 - 0,31 5,47
dapat kebutuhan
informasi anda.
Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa responden memiliki keinginan yang tinggi terhadap informasi yang diberikan dalam pemenuhan kebutuhan informasi mereka dengan skor yaitu 5,78, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi yaitu 4,97 dan tingkat layanan yang dirasakan cukup sedang yaitu 5,47. Jadi, Gap Adequacy memiliki skor yang positif yaitu 0,5 yang menandakan telah cukup dalam memenuhi harapan minimal pengguna dan Gap
74
Superiority mendapatkan skor negatif yaitu – 0,31 yang menandakan bahwa pengguna belum puas dengan kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan. j. Jam Layanan Perpustakaan Tabel di bawah ini akan menjelaskan jam layanan yang perpustakaan sesuai dengan tanggapan responden. Tabel 18 Jam Layanan Perpustakaan No
Pernyataan
Rata-rata Minimum Desired
10 Jam
layanan
memenuhi
telah
4,94
5,26
GA Perceived
GS
0,58 0,26
5,52
kebutuhan
anda.
Tabel di atas menunjukkan bahwa jam layanan perpustakaan telah cukup memenuhi apa yang diinginkan pengguna dengan skor 5,26, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan cukup sedang yaitu 4,94 dan tingkat kinerja layanan yang diterima memiliki skor 5,52. Skor yang dimiliki Gap Adequacy dan Gap Superiority menunjukkan positif yaitu 0,58 dan 0,26. Apabila keduanya memiliki nilai positif, maka perpustakaan telah berada di zona toleransi atau cukup memenuhi harapan pengguna dan puas dengan jam layanan yang diberikan oleh perpustakaan.
75
Tabel 19 Rekapitulasi Variabel Ketersediaan Koleksi (Access to Information) No 1
Variabel Ketersediaan koleksi (Access To Information)
Minimum
Desired
Perceived
GA
GS
5,07
5,68
5,53
0,46
- 0,14
Tabel di atas merupakan keseluruhan rata-rata dari indikator variable yang menunjukkan bahwa pengguna berharap lebih pada perpustakaan terhadap koleksi dengan skor 5,68 dan tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 5,07 serta tingkat kinerja layanan yang diberikan dengan skor 5,53 (sedang). Jadi, Gap Adequacy memperoleh skor positif yaitu 0,46 yang menandakan perpustakaan cukup memenuhi harapan minimum pengguna atau berada pada zona toleransi, sedangkan Gap Superiority mendapatkan skor negatif yaitu –0,14 yang menunjukkan perpustakaan belum memberikan kualitas layanan yang unggul untuk variabel ketersediaan koleksi dan pengguna belum puas dengan pernyataan ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Yadi, selaku petugas perpustakaan, perpustakaan SMA Bakti Idhata belum mampu menyediakan koleksi sesuai kebutuhan informasi siswa selama 2 tahun terakhir karena terhambat dengan dana yang diberikan oleh yayasan sekolah. 2. Variabel Sikap Petugas dalam Melayani (Affect to Service) Di bawah ini akan menjelaskan indikator variabel mengenai sikap petugas dalam melayani yang terdiri dari 5 item pernyataan sebagai ukuran dalam kualitas layanan:
76
a. Keramahan Pustakawan Dalam melayani pengguna, pustakawan harus mampu bersikap ramah dan siap membantu pengguna ketika pustakawan dibutuhkan oleh pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasi. Berikut jawaban yang diberikan responden pada pernyataan ini: Tabel 20 Keramahan pustakawan No
Pernyataan
11 Petugas
perpustakaan
Rata-rata
GA
GS
Minimum Desired Perceived 5,04 5,54 6,05
1,01
0,51
ramah dalam melayani dan membantu anda.
Tabel di atas menyatakan bahwa responden berharap cukup sedang pada keramahan pustakawan ketika melayani pengguna dengan skor 5,54, tingkat layanan minimum yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 5,04 dan kinerja yang dirasakan oleh pemustaka cukup tinggi dengan skor 6,05. Sehingga terjadi Gap Adequacy dan Gap Superiority yang positif yaitu 1,01 dan 0,51. Apabila keduanya memiliki skor positif, maka perpustakaan berada pada zona toleransi atau cukup memenuhi harapan minimum pengguna dan pengguna puas dengan layanan ini. b. Penampilan Pustakawan Dalam memberikan layanan yang baik, pustakawan harus memiliki penampilan yang rapi dan sopan ketika melayani pengguna. Berikut jawaban responden terhadap penampilan pustakawan:
77
Tabel 21 Penampilan pustakawan No
Pernyataan
12 Penampilan
Rata-rata Minimum Desired Perceived petugas 5,39 5,55 5,88
GA 0,49
GS 0,33
rapi dan sopan
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden memiliki harapan sesungguhnya/keinginan yang cukup terhadap penampilan pustakawan dengan skor 5,55, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi yaitu 5,39 dan kinerja yang dirasakan mempunyai skor sedang yaitu 5,88. Sehingga Gap Adequacy dan Gap Superiority memiliki skor positif yaitu 0,49 dan 0,33 yang menandakan perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan puas dengan kualitas layanan yang diberikan perpustakaan. c. Empati Pustakawan dalam Membantu Pengguna Tabel di bawah ini akan menjelaskan jawaban responden terhadap empati pustakawan dalam membantu pengguna: Tabel 22 Empati pustakawan dalam membantu pengguna No
Pernyataan
Rata-rata GA Minimum Desired Perceived 0,95 13 Petugas membantu anda 5,07 5,52 6,02 ketika
kesulitan
GS 0,50
dalam
mencari informasi.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa responden cukup berharap terhadap pustakawan dalam membantu mereka ketika kesulitan mencari informasi dengan skor 5,52, tingkat layanan
78
minimum yang diperkirakan terpenuhi cukup sedang yaitu 5,07 dan tingkat kinerja yang dirasakan oleh responden cukup tinggi dengan skor 6,02. Jadi,Gap Adequacy dan Gap Superiority memiliki skor positif yaitu 0,95 dan 0,50. Apabila keduanya positif, maka perpustakaan telah berada di zona toleransi atau cukup memenuhi harapan minimal pengguna. Berdasarkan teori LibQual+™ bahwa sikap empati (Empathy) harus dimiliki pustakawan. Empati adalah sikap pustakawan dalam membantu pengguna mencari kebutuhan informasi yang dibutuhkan. d. Daya Tanggap Pustakawan dalam Melayani Pengguna Tabel dibawah ini akan menjelaskan jawaban responden mengenai daya tanggap pustakawan dalam melayani pengguna: Tabel 23 Daya Tanggap Pustakawan dalam Melayani Pengguna No
Pernyataan
14 Kecepatan dan ketepatan
Minimum 4,99
Rata-rata
GA
GS
Desired 5,41
Perceived 1,06 6,05
0,64
petugas dalam melayani kebutuhan anda.
Berdasarkan data di atas responden cukup berharap terhadap kecepatan dan ketepatan pustakawan dalam membantu mereka dengan skor 5,41, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 4,99 dan tingkat kinerja yang dirasakan cukup tinggi yaitu 6,05. Sehingga menghasilkan skor Gap Adequacy dan Gap Superiority yang positif yaitu 1,06 dan 0,64. Jadi, perpustakaan telah
79
berada di zona toleransi atau cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan puas terhadap layanan yang diberikan. Berdasarkan teori LibQual+™, sikap daya tanggap (Responsiveness) yaitu sikap pustakawan yang mampu memberikan layanan secara cepat dan tepat bagi pengguna. e. Pengetahuan pustakawan mengenai perpustakaan Tabel dibawah ini akan menjelaskan tanggapan responden terhadap pengetahuan pustakawan mengenai perpustakaan: Tabel 24 Pengetahuan Pustakawan mengenai Perpustakaan No
Pernyataan
15 Petugas
memiliki
pemahaman
Minimum 4,44
Rata-rata
GA
Desired 5,38
Perceived 0,81 5,25
GS - 0,13
dan
wawasan yang cukup mengenai perpustakaan.
Berdasarkan data diatas bahwa petugas berharap cukup tinggi terhadap pengetahuan pustakawan mengenai perpustakaan dengan skor 5,38, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 4,44 dan tingkat layanan yang dirasakan yaitu 5,25 (sedang). Jadi, Gap Adequacy mendapatkan skor positif yang menandakan perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna dengan skor 0,81 dan Gap Superiority memiliki skor negatif yaitu – 0,13 yang menunjukkan bahwa pengguna merasa belum puas dengan kinerja yang diterima dan belum sesuai harapan yang diinginkan pengguna.
80
Tabel 25 Rekapitulasi Variabel Sikap Petugas dalam Melayani (Affect to Service) No Variabel 2 Sikap petugas dalam
Minimum 4,97
Desired 5,48
Perceived 5,85
GA 0,87
GS 0,37
melayani (Affect to Service) Berdasarkan tabel di atas, variabel sikap petugas dalam melayani (Affect to Service), pengguna cukup berharap atau berkeinginan dengan skor 5,48, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi lebih kecil dari tingkat layanan yang dirasakan yaitu 4,97 dan tingkat layanan yang dirasakan cukup tinggi yaitu 5,85. Jadi,Gap Adequacy dan Gap Superiority memperoleh skor positif yaitu 0,87 dan 0,37. Apabila keduanya positif, maka perpustakaan telah berada di zona toleransi atau cukup memenuhi kebutuhan minimal pengguna dan puas dengan dimensi sikap petugas dalam melayani (affect to service). 3. Variabel Kemudahan Pengguna Mencari Informasi secara Individu (Personal Control) Di bawah ini akan menjelaskan indikator variabel yang terkait dengan kemudahan pengguna dalam mencari informasi secara individu dan memiliki 5 item pernyataan untuk dijadikan sebagai pengukuran kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata: a. Tersedianya Katalog Kartu/OPAC Tabel di bawah ini merupakan jawaban responden mengenai tersedianya katalog kartu/OPAC dalam membantu pengguna mencari informasi:
81
Tabel 26 Tersedianya Katalog Kartu/OPAC No
Pernyataan
16 Adanya
katalog
Minimum 4,09
Rata-rata
GA
GS
Desired 4,78
Perceived 0,89 4,98
0,20
kartu/OPAC untuk mencari informasi
yang
saya
butuhkan
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa keinginan pengguna adanya katalog kartu/OPAC dengan skor 4,78, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan cukup kecil sebesar 4,09 dan tingkat layanan yang dirasakan cukup tinggi sekitar 4,98. Jadi, Gap Adequacy dan Gap Superiority menandakan skor positif yaitu 0,89 dan 0,20. Hal ini berarti perpustakaan telah cukup memenuhi kebutuhan minimal pengguna dan puas dengan layanan ini. b. Tersedianya sarana pemberitahuan mengenai perpustakaan Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai tanggapan pengguna terhadap
tersedianya
sarana
pemberitahuan
mengenai
perpustakaan: Tabel 27 Tersedianya Sarana Pemberitahuan mengenai Perpustakaan No
Pernyataan
17 Adanya pemberitahuan perpustakaan.
Rata-rata Minimum sarana 4,30
mengenai
Desired 4,86
Perceived 5,04
GA
GS
0,74
0,18
82
Tabel di atas menyatakan bahwa responden cukup berharap terhadap tersedianya sarana mengenai perpustakaan dengan skor 4,86, tingkat
layanan
minimal
yang
diperkirakan
terpenuhi
oleh
perpustakaan yaitu 4,30 dan tingkat kinerja yang dirasakan yaitu 5,04 (sedang), sehingga menghasilkan Gap Adequacy dan Gap Superiority dengan skor positif yaitu 0,74 dan 0,18. Apabila keduanya positif, maka perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna. c. Tersedianya Komputer untuk Mencari Informasi Tabel dibawah ini akan menjelaskan tanggapan pengguna terhadap tersedianya komputer untuk mencari informasi yang dibutuhkan: Tabel 28 Tersedianya Komputer untuk Mencari Informasi No
Pernyataan
18 Adanya
komputer
Rata-rata untuk
Minimum 4,07
Desired 5,42
GA Perceived 4,42
GS
0,35 - 1,00
pencarian informasi.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pengguna memiliki harapan yang tinggi terhadap tersedianya sarana komputer untuk mencari informasi yang dibutuhkan dengan skor 5,42, tingkat layanan yang diperkirakan dapat terpenuhi oleh perpustakaan lebih kecil yaitu 4,07 dan tingkat kinerja yang dirasakan cukup kecil yaitu 4,42. Jadi menghasilkan nilai Gap Adequacy positif yaitu 0,35 yang menandakan perpustakaan telah berada di zona toleransi dan skor untuk Gap Superiority menghasilkan negatif yaitu –1,00 yang menandakan
83
pengguna tidak puas dengan apa yang diterima dan tidak sesuai harapan pengguna. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas perpustakaan SMA Bakti Idhata yaitu Ibu Rodiah, dalam layanannya perpustakaan masih menggunakan sistem manual dan belum menyediakan berupa fasilitas komputer sebagai sarana temu kembali informasi bagi pengguna. d. Petunjuk Penggunaan Koleksi Tabel di bawah ini mengenai tanggapan responden mengenai petunjuk penggunaan koleksi dalam perpustakaan: Tabel 29 Petunjuk Penggunaan Koleksi No
Pernyataan
Minimum 19 Adanya petunjuk-petunjuk 4,20
Rata-rata Desired 5,10
Perceived 5,41
GA
GS
1,21
0,31
dalam penggunaan koleksi.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa cukup berharap terhadap tersedianya petunjuk penggunaan koleksi bagi pengguna dengan skor 5,10, tingkat layanan yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan lebih kecil dari yang dirasakan yaitu 4,20 dan tingkat layanan yang dirasakan yaitu sebesar 5,41. Jadi, Gap Adequacy dan Gap Superiority menghasilkan skor positif yaitu 1,21 dan 0,31 yang menandakan perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan cukup puas dengan layanan yang diberikan perpustakaan.
84
e. Klasifikasi/Susunan Koleksi Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai klasifikasi/susunan koleksi untuk membantu pengguna menemukan informasi yang dibutuhkan: Tabel 30 Klasifikasi/Susunan Koleksi No
Pernyataan
Rata-rata
20 Susunan/klasifikasi koleksi membantu saya menemukan informasi yang dibutuhkan.
Minimum 4,68
Desired 5,05
Perceived 5,75
GA
GS
1,07
0,70
Data di atas menyatakan bahwa responden cukup berharap terhadap susunan/klasifikasi koleksi dalam membantu mereka mencari informasi dengan skor 5,05, tingkat layanan minimal
yang
diperkirakan terpenuhi lebih kecil dari layanan yang dirasakan 4,68 dan tingkat layanan yang dirasakan cukup tinggi dengan skor 5,75. Jadi menghasilkan Gap Adequacy dan Gap Superiority yang positif yaitu 1,07 dan 0,70. Apabila keduanya memiliki skor positif, maka pengguna cukup puas dengan layanan yang diberikan atau berada pada zona toleransi. Tabel 31 Rekapitulasi Variabel Kemudahan Pengguna Mencari Informasi secara Individu (Personal Control) No Variabel 3 Kemudahan pengguna mencari informasi secara individu (Personal Control)
Minimum 4,27
Desired 5,04
Perceived 5,12
GA 0,85
GS 0,08
85
Berdasarkan data di atas, keseluruhan indikator variabel mengenai kemudahan pengguna mencari informasi secara individu, harapan sesungguhnya/keinginan dari pribadi responden memiliki skor 5,04, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan mempunyai skor lebih kecil yaitu 4,27 dan tingkat kinerja yang dirasakan oleh pengguna mendapatkan skor 5,12 (sedang). Jadi, Gap Adequacy dan Gap Superiority menghasilkan skor positif yaitu 0,85 dan 0,08. Apabila GA dan GS positif, maka perpustakaan telah memenuhi harapan minimal pengguna dan cukup puas dengan layanan yang diberikan. 4. Variabel Perpustakaan sebagai Sebuah Tempat (Library as Place) Di bawah ini akan menjelaskan indikator variabel mengenai perpustakaan sebagai tempat (Library as Place) yang terdiri dari 6 item pernyataan untuk dijadikan sebagai pengukuran kualitas layanan perpustakaan: a. Desain Perpustakaan Data di bawah ini merupakan tanggapan responden mengenai desain perpustakaan sebagai sebuah tempat. Desain perpustakaan harus mampu dibuat dengan menarik agar pengguna perpustakaan mau mendatangi perpustakaan kapan saja.
86
Tabel 32 Desain Perpustakaan No
Pernyataan
21 Desain&arsitektur
Rata-rata Minimum 4,47
Desired 5,65
GA Perceived 5,15
GS
0,68 - 0,50
perpustakaan menarik untuk dikunjungi pengguna.
Tabel di atas menyatakan bahwa responden berharap tinggi terhadap desain&arsitektur yang menarik dengan skor 5,65, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan memiliki skor lebih kecil yaitu 4,47 dan tingkat kinerja yang dirasakan yaitu 5,15 (sedang). Jadi, Gap Adequacy menghasilkan skor positif yaitu 0,68 yang menyatakan perpustakaan telah berada di zona toleransi atau cukup memenuhi kebutuhan minimal pengguna, sedangkan Gap Superiority memiliki skor negatif yaitu – 0,50 yang menandakan bahwa perpustakaan belum memenuhi keinginan pengguna dan belum puas dengan pernyataan ini. b. Ruang Perpustakaan Tabel di bawah ini akan menjelaskan tanggapan responden mengenai ruang perpustakaan. Ruang perpustakaan sangat dibutuhkan untuk memberikan kenyamanan pada pengguna.
87
Tabel 33 Ruang Perpustakaan No
Pernyataan
22 Ruang
perpustakaan
bersih,
dan
rapi
Rata-rata luas,
Minimum 5,28
Desired 5,59
GA
GS
Perceived - 0,42 - 0,73 4,86
untuk
digunakan.
Data di atas menunjukkan bahwa responden berharap tinggi terhadap ruangan perpustakaan yang luas, bersih, dan rapi dengan skor 5,59, tingkat layanan yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 5,28 (sedang) dan tingkat kinerja yang dirasakan lebih kecil yaitu 4,86. Jadi menghasilkan Gap Adequacy dan Gap Superiority dengan skor negatif yaitu – 0,42 dan – 0,73. Apabila keduanya negatif, maka perpustakaan belum memenuhi harapan minimal dan harapan sesungguhnya yang diinginkan pengguna. Pengguna belum puas dengan layanan yang diberikan pada pernyataan ini. c. Ruang Perpustakaan Nyaman Tabel di bawah ini akan menjelaskan tanggapan responden terhadap ruang perpustakaan yang nyaman untuk digunakan sebagai kegiatan pengguna dalam belajar. Tabel 34 Ruang Perpustakaan Nyaman No
Pernyataan
Minimum 23 Ruang perpustakaan nyaman 5,50 untuk digunakan.
Rata-rata Desired 5,86
GA Perceived 5,92
GS
0,42 0,06
88
Tabel di atas menyatakan bahwa responden berharap terhadap ruang perpustakaan yang nyaman dengan skor 5,86, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan memiliki skor yaitu 5,50 dan tingkat kinerja yang dirasakan yaitu 5,92 (sedang). Jadi, Gap Adequacy dan Gap Superiority menghasilkan skor positif yaitu 0,42 dan 0,06 (sedang). Kedua Gap memiliki skor positif yang menandakan perpustakaan telah cukup memenuhi kebutuhan minimal dan harapan sesungguhnya yang diinginkan pengguna. d. Memiliki berbagai Fasilitas Perpustakaan Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai tanggapan responden terhadap tersedianya fasilitas yang diberikan oleh perpustakaan kepada pengguna. Tabel 35 Memiliki berbagai Fasilitas Perpustakaan No
Pernyataan
Rata-rata
24 Memiliki berbagai fasilitas
Minimum 5,07
Desired 5,99
GA Perceived 5,60
GS
0,53 - 0,39
seperti AC, komputer, rak, meja,
kursi,
dll
yang
memadai.
Berdasarkan data di atas responden berharap cukup tinggi terhadap tersedianya fasilitas perpustakaan yang lengkap bagi pengguna perpustakaan dengan skor 5,99, tingkat layanan yang diperkirakan terpenuhi adalah 5,07 (sedang) dan tingkat kinerja yang dirasakan yaitu 5,60. Jadi, Gap Adequacy memiliki skor positif yaitu
89
0,53 yang menandakan bahwa perpustakaan telah berada di zona toleransi atau cukup memenuhi kebutuhan minimal pengguna dan Gap Superiority menghasilkan skor negatif yaitu – 0,39 yang menyatakan bahwa
perpustakaan
belum
memenuhi
harapan
sesungguhnya/keinginan pengguna. e. Tersedianya Rak Penyimpanan Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai tanggapan responden terhadap tersedianya rak penyimpanan seperti tas atau sepatu. Tabel 36 Tersedianya Rak Penyimpanan No
Pernyataan
Rata-rata
25 Adanya rak/tempat penitipan
Minimum 5,30
Desired 6,12
GA Perceived 5,42
GS
0,12 - 0,70
tas atau sepatu.
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa responden berharap tinggi terhadap tersedianya rak atau tempat penyimpanan khususnya rak penitipan tas dengan skor 6,12, tingkat layanan yang diperkirakan oleh perpustakaan yaitu 5,30 dan tingkat kinerja yang dirasakan yaitu 5,42 (sedang). Jadi, Gap Adequacy menunjukkan skor positif yaitu 0,12 yang menandakan kinerja layanan perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan Gap Superiority menghasilkan skor negatif yaitu – 0,70 yang menandakan kinerja layanan
yang
dirasakan
sesungguhnya/keinginan pengguna.
belum
memenuhi
harapan
90
f. Tersedianya berbagai Ruangan dalam perpustakaan Tabel di bawah ini akan menjelaskan tanggapan responden terhadap tersedianya berbagai ruangan dalam perpustakaan untuk kegiatan belajar para siswa. Tabel 37 Tersedianya berbagai Ruangan dalam perpustakaan No
Pernyataan
26 Memiliki
berbagai
Rata-rata ruang
Minimum 5,00
Desired 5,33
GA
GS
Perceived - 0,25 - 0,58 4,75
seperti ruang baca, ruang layanan, ruang KBM dan lainnya.
Berdasarkan data diatas bahwa responden berharap tinggi terhadap tersedianya berbagai ruangan untuk menunjang kegiatan belajar dengan skor 5,33, tingkat layanan yang diperkirakan terpenuhi yaitu 5,00 (sedang) dan tingkat kinerja yang dirasakan lebih kecil yaitu 4,75. Jadi menghasilkan Gap Adequacy dan Gap Superiority dengan skor negatif yaitu – 0,25 dan – 0,58. Apabila keduanya memiliki hasil yang negatif, maka perpustakaan belum memenuhi kebutuhan minimal dan harapan sesungguhnya bagi pengguna. Tabel 38 Rekapitulasi Variabel Perpustakaan sebagai Sebuah Tempat (Library as Place). No Variabel 4 Perpustakaan sebagai Sebuah Tempat (Library as Place)
Minimum 5,10
Desired 5,76
Perceived 5,28
GA 0,18
GS - 0,47
91
Berdasarkan
data
diatas,
keseluruhan
indikator
variabel
perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place) responden berharap cukup tinggi terhadap layanan yang diberikan pada pernyataan ini dengan skor 5,76, tingkat layanan yang diperkirakan terpenuhi 5,10 dan tingkat kinerja yang dirasakan yaitu 5,28, sehingga menghasilkan GA skor positif yaitu 0,18 yang menandakan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan GS menghasilkan skor negatif yaitu – 0,47 yang menyatakan bahwa perpustakaan belum memenuhi harapan seseungguhnya/keinginan pengguna. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas perpustakaan SMA Bakti Idhata, Ibu Rodiah, perpustakaan belum mampu memberikan ruangan yang layak bagi pengguna karena terhambat dengan tidak tersedianya ruang kosong yang lebih luas dan nyaman bagi pengguna. Berdasarkan empat variabel yang telah dideskripsikan di atas, maka kualitas layanan perpustakaan secara keseluruhan menurut pengguna perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan yaitu: Tabel 39 Kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata menurut Pengguna No Variabel Akses terhadap Informasi 1 2
3
(Access to Information) Sikap Petugas dalam Melayani (Affect to Service) Kemudahan Pengguna Mencari Informasi secara Individu (Personal Control)
Minimum
Desired
Perceived
GA
GS
5,07
5,68
5,53
0,46
- 0,14
4,97
5,48
5,85
0,87
0,37
4,27
5,04
5,12
0,85
0,08
92
4
Perpustakaan sebagai Sebuah Tempat (Library as Place) Jumlah Rata-rata
5,10
5,75
5,28
0,18
- 0,47
19,41 4,85
21,95 5,49
21,78 5,44
2,36 0,59
-0,16 -0,04
Tabel di atas merupakan penjelasan kualitas layanan secara keseluruhan dari empat aspek yang telah dijadikan sebagai variabel. Dilihat dari aspek, yang pertama sikap petugas dalam melayani (Affect to Service), aspek tersebut memiliki skor yang cukup tinggi dari segi Gap Adequacy dan Gap Superiority. Skor yang didapatkan Gap Adequacy atau tingkat kecukupan pengguna menerima layanan yang telah dipenuhi oleh perpustakaan yaitu 0,87 dan Gap Superiority atau kualitas layanan yang unggul mendapatkan skor 0,37. Artinya, aspek ini telah cukup memenuhi harapan minimal dan harapan yang diinginkan dan puas dengan layanan ini. Kedua, aspek kemudahan pengguna mencari informasi secara individu (Personal Control) memiliki GA yaitu 0,85 dan GS dengan skor 0,08 yang menandakan telah memenuhi kinerja layanan yang diharapkan pengguna dari sisi harapan minimal maupun harapan sesungguhnya dan puas dengan kinerja layanan perpustakaan. Kemudian, yang ketiga aspek akses terhadap informasi (Access to Information) yang memiliki skor GA yaitu 0,46 dan GS dengan skor -0,14. Hal ini menunjukkan harapan minimal atau Gap Adequacy yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan telah berada di zona toleransi atau cukup memenuhi kebutuhan yang diharapakan tetapi layanan
93
sesungguhnya
yang
diinginkan
atau
Gap
Superiority
belum
sepenuhnya dipenuhi oleh perpustakaan. Terakhir, yang keempat aspek perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place) mendapatkan skor GA yaitu 0,18 dan GS dengan skor -0,47. Dengan melihat GA yang memiliki skor positif dan GS mendapatkan skor negatif, sesungguhnya perpustakaan telah memenuhi kebutuhan minimal mereka tetapi belum memenuhi kebutuhan sesungguhnya yang diharapkan oleh pengguna. Jadi, rata-rata secara keseluruhan kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan SMA Bakti Idhata yaitu sudah cukup baik dalam memenuhi kebutuhan minimal/Gap Adequacy penggunanya dengan skor 0,59 dan perpustakaan telah berada di zona toleransi atau cukup memenuhi harapan minimal para pengguna dan puas dengan layanan yang diberikan perpustakaan. Namun, pada skor Gap Superiority
mendapatkan
skor
negatif
yaitu
-0,04.
Hal
ini
menunjukkan bahwa perpustakaan SMA Bakti Idhata belum puas dengan layanan yang diberikan dan kinerja yang dirasakan juga belum sesuai harapan sesungguhnya. 5. Saran responden terkait dengan kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata Saran-saran di bawah ini berasal dari responden perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan untuk melakukan upaya dan evaluasi dalam meningkatkan kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata. Berikut adalah jawaban atau saran responden yang telah dirangkum oleh penulis:
94
a. Perpustakaan diharapkan menambahkan koleksi yang lebih banyak sesuai kebutuhan informasi siswa b. Perpustakaan diharapkan dapat memberikan inovasi pada koleksi dan menyediakan koleksi yang
uptodate sesuai dengan perkembangan
informasi saat ini. c. Perpustakaan mampu memberikan layanan yang lebih baik lagi terutama pada fasilitas seperti gedung yang menarik, ruang yang lebih luas dan WI-FI untuk kegiatan browsing bagi siswa/I SMA Bakti Idhata.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian dan penjelasan penulis pada bab-bab sebelumnya maka penulis akan memuat beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai Analisis Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan sebagai berikut: 1.
Kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan pada aspek akses terhadap informasi (access to information), sudah berada pada zona toleransi atau cukup dalam memenuhi harapan minimal pengguna. Responden menyatakan bahwa koleksi yang disediakan sudah cukup memenuhi kebutuhan informasi mereka, walaupun harapan sesungguhnya yang diinginkan pengguna terkait koleksi yang disediakan belum terpenuhi. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang menyebabkan koleksi tidak berkembang, salah satunya adalah terbatasnya dana dari yayasan sekolah Bakti Idhata.
2. Kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan pada aspek sikap petugas dalam melayani (affect to service), dianggap sudah cukup baik oleh responden dari segi keramahan, pelayanan yang diberikan, kerapian maupun kecepatan dan ketepatan pustakawan dalam melayani. Responden menanggapi bahwa pustakawan telah memberikan kualitas layanan sesuai harapan minimal ataupun harapan sesungguhnya yang diinginkan pengguna, walaupun pada segi pemahaman dan wawasan pustakawan
95
96
mengenai perpustakaan belum sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh pengguna. 3. Kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan pada aspek kemudahan pengguna mencari informasi secara individu (personal control), responden menganggap perpustakaan telah memenuhi harapan minimal dan harapan yang diinginkan pengguna. Dilihat dari layanan yang diberikan perpustakaan berupa tersedianya katalog kartu, petunjuk penggunaan koleksi, susunan/klasifikasi koleksi sudah membantu pengguna mencari informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi, tersedianya sarana komputer sebagai sarana temu kembali informasi dalam perpustakaan belum memenuhi harapan yang diinginkan pengguna karena perpustakaan masih menggunakan sistem layanan manual. 4. Kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan pada aspek perpustakaan sebagai sebuah tempat (library as place), responden menganggap sudah cukup memenuhi kebutuhan minimal pengguna, walaupun harapan yang diinginkan belum memenuhi keinginan pengguna. Dilihat dari segi ruangan yang tidak luas, fasilitas yang belum memadai dan desain gedung yang kurang menarik bagi pengguna. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya gedung/ruang yang cukup untuk koleksi, staf maupun pengguna perpustakaan yang diberikan pihak sekolah. Dari beberapa kesimpulan di atas, maka kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan secara umum dinilai sudah cukup baik dalam memenuhi harapan minimal dan harapan sesungguhnya yang
97
diinginkan pengguna dan menandakan bahwa pengguna telah puas dengan layanan dari segi sikap petugas dalam melayani (affect to service) dan kemudahan pengguna dalam mencari informasi secara individu (personal control). Namun, dari kedua aspek tersebut masih terdapat penilaian negatif seperti tidak tersedianya komputer sebagai sarana temu kembali informasi dan kurangnya pemahaman serta wawasan yang cukup pada pustakawan mengenai perpustakaan. Pada dimensi akses terhadap informasi (access to information) dan perpustakaan sebagai tempat (library as place) dinilai kurang baik dalam memenuhi harapan yang diinginkan pengguna atau pengguna belum merasa puas dengan layanan tersebut karena adanya faktor-faktor yang menyebabkan layanan yang diberikan tidak sesuai kebutuhan para pengguna. Faktor-faktor tersebut adalah adanya keterbatasan dana, tidak disediakan fasilitas yang lebih memadai bagi pengguna seperti gedung dan kurangnya apresiasi dari pihak yayasan sekolah terhadap perpustakaan.
B. Saran-saran Dari beberapa kesimpulan di atas penulis ingin memberikan saran-saran kepada perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan dalam meningkatkan kualitas layanan bagi pengguna. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan diharapkan meningkatkan kualitas layanan bagi pengguna dengan melakukan pengembangan koleksi secara berkesinambungan. 2. Perpustakaan SMA Bakti Idhata dapat mengadakan berbagai kerjasama
98
dengan instansi-instansi terkait dengan mengembangkan sumber-sumber dana guna meningkatkan kualitas layanan termasuk dalam pengadaan koleksi . 3. SMA Bakti Idhata maupun pihak yayasan dapat mengapresiasi keberadaan perpustakaan
terutama
pengelola
perpustakaan
yaitu
dengan
mengikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan ketrampilanmengenai perpustakaan. 4. Perpustakaan SMA Bakti Idhata diharapkan dapat mengupayakan pengembangan layanan berbasis sistem automasi, khususnya dengan menyediakan sarana penelusuran informasi yang mudah, cepat dan tepat waktu. 5. Dalam meningkatkan kualitas layanan terutama penyediaan fasilitas, perpustakaan SMA Bakti Idhata dapat merujuk pada pedoman-pedoman standar perpustakaan sekolah antara lain Standar Nasional Perpustakaan (SNP) dan pedoman Standar Perpustakaan Sekolah IFLA. Pedoman tersebut dapat membantu perpustakaan memberikan fasilitas yang lebih layak seperti gedung atau ruang untuk koleksi, staff dan pengguna. 6. Perpustakaan SMA Bakti Idhata diharapkan dapat menghadirkan gedung perpustakaan yang lebih nyaman, luas serta menarik bagi pengguna.
DAFTAR PUSTAKA Agung Wicaksono. Kualitas Layanan Perpustakaan Pendidikan Nasional berdasarkan Harapan dan Persepsi Anggota. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2008. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia dan tidak untuk diterbitkan. Cook, Collen [et.al]. LibQual+® 2011 Survey Results. Washington D.C: Association of Research Libraries, 2011. Diakses 12 April 2014 jam 21:13 WIB dari https://www.lib.polyu.edu.hk/planning/survey/libqual2011report.pdf. Cook, Collen and Thompson, Bruce. “Scalling for LibQual+TM Instrument: A comparison of Desired, Perceived, and Minimum Expectation Responses versus Perceived Only.” Artikel diakses pada tanggal 06 April 2014 jam 12:45 WIB www.libqual.org/documents/admin/Scalingfor.pdf. C. Larasati Milburga, dkk. Membina Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Kanisius, 1986. Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2007. Davis, MaShana dan Kyrillidou.“LibQUAL+. Procedures Manual.” Washington D.C: Association of Research Libraries, 2009. Artikel ini diakses pada tanggal 07 April 2013 jam 10:31 WIB http://www.libqual.org/documents/ LibQual/publications/ProceduresManual.pdf Devita Kusumawardani, “Jurnal Temu Kembali Informasi dengan Keyword (Studi Deskriptif tentang Sistem Temu Kembali Informasi dengan Controlled Vocabulary pada Field Judul, Subyek, dan Pengarang di Perpustakaan Universitas Airlangga.” Diakses pada tanggal 18 Agustus 2014 jam 13:26 wib dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jurnal Devita K.pdf . Dwi Surtiawan. “ Kepuasan Pemakai dan Peningkatan Kualitas Berbasis Pemakai: Pendekatan Manajemen Pemasaran Sebagai Paradigma Baru Perpustakaan.” vol. 14, Juni 2007. Artikel diakses pada 19 April 2014 jam 21:11 http://pustakawan.pnri.go.id/media_pustakawan/detail/5. Fandy Tjiptono. Pemasaran Jasa.Cet. 3.Jatim: Bayumedia, 2007. Farida Jasfar. Manajemen Jasa: Pendekatan Terpadu. Cet. 2. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009. F. Rahayuningsih. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
99
100
Green, David dan Kyrillidou, Marta. LibQual+, Procedurs Manual. Washington D.C: Association of Research Libraries, 2012. Diakses 7 April 2014 jam 20:21 WIB dari http://www.libqual.org/documents/LibQual/publications/ ProceduresManual.pdf. Heath, Fred [et.al]. “Emerging Tools for Evaluating Digital Library Services: Conceptual Adaptions of LibQual and CAPM.” Journal of Digital Information 4, no. 2, (Juni 2003).Artikel diakses pada tanggal 18 Agustus 2014 jam 14:27 wib dari http://jodi.tamu.edu/Articles/v04/i02/Heath/#top. Hernon, Peter, dkk. Service Quality in Academic Libraries. USA: Ablex Corporation, 1995. Ipah Farihah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006. Ivo Kurnia. Persepsi Pemustaka terhadap Kualitas Pelayanan Referensi di Perpustakaan MAN Yogyakarta 1. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Kalijaga Yogyakarta dan tidak diterbitkan. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 jam 07:10 WIB http://diglib.uin-suka.ac.id/BABI/V/DAFTAR/PUSTAKA.pdf. Kotler, Philip. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control. Ed. 7. New Jersey: Northwestern University, 1991. Pawit M., Yusuf. Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Ed. 1, Cet. 3. Jakarta: kencana, 2007. Perpustakaan Nasional RI. Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2014 jam 20:54 WIB dari http://www.ifla.org/files/assets/school-librariesresource-centers/publications/school-library-guidelines/school-libraryguidelines-id.pdf _____________________. Standar Perpustakaan Nasional. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2011. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014 jam 13:00 WIB dari http://www.pnri.go.id/iFileDownload./Pedoman/standar/nasional/perpustak aan-sekolah.pdf. Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis. Jakarta: STIA-LAN, 1999.
101
Ramseook-Munhurrun, Prabha, D, Soolaksha. Lukea-Bhiwajee &Naido, Perunjodi. “Service Quality in the Public Service.” International Journal of Management and Marketing Research, 2010, Vol. 3(1), p. 39. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 jam 13:30 WIB dari www.researchgate.net/ Service_Quality_in_the_Public_Service%2Ffile%2F32bfe5125acc36bb9c. pdf. Rizal Saiful Haq, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006. Rossela. Hubungan antara Kualitas Layanan dengan Kepuasan Pemakai Perpustakaan STT-PLN Jakarta. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2010. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Kalijaga Yogyakarta dan tidak diterbitkan. Soeatminah. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. ________________. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Sulistia. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Cet. 2. Jakarta: Universitas Terbuka, 2002. Sutarno NS.Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Cet. 2. Jakarta: Sagung Seto, 2006. ___________. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006. Sri Vandayuli Riorini dan Andreas Wahyu Gunawan. Harapan Masyarakat pada Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Kualitas Pelayanan yang dirasakan dan Pengaruh Merek pada Retail Banking di Indonesia. Media Riset Bisnis & Manajemen Vol. 11, No. 1, April 2011. Syaiful Amri. Analisis Pelayanan Perpustakaan MAN II Surakarta. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, 2010. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Kalijaga Yogyakarta dan tidak diterbitkan. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 jam 07:10 WIB dari http://digilib.uinsuka.ac.id/BAB I/V/DAFTAR/PUSTAKA.pdf.
102
Tarifkhuddin. Pembelajaran Berbasis Perpustakaan Sekolah: Upaya Akselerasi Pemberdayaan Sekolah melalui Perpustakaan. Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga, 2008. Diakses pada tanggal 25 Januari 2014 jam 09:15 WIB http://digilib.uin-suka.ac.id/PEMBELAJARAN/BERBASIS/ PERPUSTAKAAN/SEKOLAH.pdf. Tim Penyusun UIN. Pedoman Akademik Program Strarta 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Thompson, Bruce, Cook, Collen danHeath, Fred. “Realibility and Structure of LibQual+™ Scores: Measuring Perceived Library Service Quality.” Washington D.C: Assosiation of Research Libraries, 2000. Artikel diakses pada tanggal 14 Agustus 2014 jam 09:00 WIB dari http://www.libqual.org/documents/admin/reliabilitystructure.pdf. Thompson, Bruce, Cook, Collen dan Heath, Fred. “Two Short Forms of The LibQual+Survey: assessing Users’ perceptions of Library Service Quality.” Diakses pada tanggal 20 April 2014 jam 21:00 WIB dari http://www.jstor.org/stable/4309686. Trahn, Isabella [et al.]. “Analysing The Quality Gap: Reflections on results from an Australasian University 21 libraries standars survey of service quality.”Australia: Australian Library and Information Association, 2001. Artikel diakses pada tanggal 15 Agustus 2014 jam 14:26 dari http://elibraryusa.hosted.exlibrisgroup.com/primo_library/libweb/action/di splay.do/ Undang Sardana, dkk. Pembinaan Minat Baca. Ed. 2, Cet.2. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007. Yayu Karmila. Evaluasi Tingkat Kepuasan Pemustaka terhadap Kualitas Layanan Perpustakaan dengan Menggunakan Metode LibQual (Studi Kasus Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2013. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tidak diterbitkan.
Lampiran-Lampiran
RIWAYAT HIDUP Peneliti dengan nama lengkap Inayatul Ramadita lahir di Jakarta pada tanggal 08 Maret 1993, putri ketiga dari Bapak H.Sadelih dengan Ibu Hj.Zakiah. Peneliti bertempat tinggal di Jl. Pretty Sister RT 001/004 No. 52 Kel. Gandaria Selatan Kec. Cilandak, Jakarta Selatan, 12420. Menyelesaikan pendidikan dasar di SDI Raudhatul Ulum Jakarta (tahun 2004). Kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di SMP Darul Ma’arif (tahun 2007) dan SMA Bakti Idhata Jakarta (tahun 2010). Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan pada program studi (S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi berjudul “Analisis Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dengan Menggunakan Metode LibQual”. Peneliti pernah menjalani Praktek Kerja Lapangan di Pusat Layanan Pustaka Universitas Terbuka selama satu bulan pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 tepatnya bulan Februari peneliti berpartisipasi untuk mengolah Perpustakaan BPJS Ketenagakerjaan (Jamsostek).