ANALISIS KORAGAM UNTUK MENILAI PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP MEREK KOPI PUTIH
CITRA MUFIDAH LESTARI
DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Koragam untuk Menilai Preferensi Konsumen Terhadap Merek Kopi Putih adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015 Citra Mufidah Lestari NIM G14110064
ABSTRAK CITRA MUFIDAH LESTARI. Analisis Koragam untuk Menilai Preferensi Konsumen Terhadap Merek Kopi Putih. Dibimbing oleh KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO dan BAGUS SARTONO. Inovasi produk kopi putih yang saat ini menjadi tren mengakibatkan persaingan yang ketat antara produsen-produsen kopi. Suatu produsen kopi, yaitu PQR ingin mengeluarkan produk baru yaitu produk kopi putih. Produk baru tersebut akan dibandingkan dengan merek pesaing maupun kopi produksi PQR sebelumnya. Analisis yang digunakan untuk membandingkan tiga merek kopi putih tersebut adalah analsis koragam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor merek dan responden berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen dengan nilai p masing-masing sebesar 0.008 dan 0.000. Kopeubah yaitu aroma kopi, aroma susu, warna kopi, rasa susu, rasa manis, dan kekentalan keseluruhan berpengaruh nyata, sedangkan kekentalan susu dan usia responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat preferensi merek kopi putih oleh konsumen. Uji Tukey pada faktor merek menunjukkan Kopi X dan Kopi Z sama baiknya dan lebih disukai daripada Kopi Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kopi X sebagai produk baru dari produsen PQR sudah mampu bersaing di pasaran dengan produk pesaing Kopi Z, dan sudah lebih baik daripada kopi yang diproduksi sebelumnya yaitu Kopi Y. Kata kunci: Analisis koragam, kopeubah, kopi putih
ABSTRACT CITRA MUFIDAH LESTARI. Analysis of Covariance for Assessing Consumer Preferences on White Coffee Brands. Supervised by KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO dan BAGUS SARTONO. White coffee product innovation that is currently the trend resulted in stiff competition among coffee producers. A coffee producers, namely PQR want to release a new product that is the product of white coffee. The new product will be compared with competitive brands or coffee that PQR produced before. The analysis used to compare three brands of white coffee is the analysis of covariance. Results from this study indicate factors influence the respondents brand and consumer preference level with a p-value respectively 0.008 and 0.000. Covariate namely the aroma of coffee, milk aroma, color of coffee, milk flavor, sweetness, and overall viscosity is significant, while viscosity of the milk and the age of the respondents did not significantly affect the level of white coffee brand preference by consumers. Tukey test showed brand Coffee X and Coffee Z is just as good and preferable than Coffee Y. It can be concluded that the Coffee X as a new product from the manufacturer PQR has been able to compete on the market with competitor products Coffee Z, and it is better than coffee that produced before, that is Coffee Y. Keywords: Analysis of Covariance, covariate, white coffee
ANALISIS KORAGAM UNTUK MENILAI PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP MEREK KOPI PUTIH
CITRA MUFIDAH LESTARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika
DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaβNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih yaitu tingkat kesukaan konsumen terhadap produk kopi putih, dengan judul Analisis Koragam untuk Menilai Preferensi Konsumen terhadap Merek Kopi Putih. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro, MS dan Bapak Dr Bagus Sartono, MSi selaku pembimbing atas segala bimbingan, kesabaran, perhatian, dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama penulisan karya ilmiah, serta Bapak Bambang S.L Tobing dan Bapak Kelik Harjono dari Pixel Research atas bimbingan dan sarannya. Terima kasih juga kepada mama Siti Chasanah, ayah Hendro Prasetiyono, pakde Juliardi Aminudin, bude Endah Suwarni, Rosa, Firda, Ryan, dan seluruh keluarga penulis. Karya ilmiah ini juga penulis hadiahkan untuk almarhum papa tercinta, Machfud Effendi. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk Rumpi (Nay, Hesti, Adis, Ina, Veti, Metti, dan Farah), osy, dan kak indah atas dukungannya, doa, dan kasih sayangnya dalam pembuatan tulisan ini. Selain itu, terima kasih juga kepada Iqbal atas ilmu dan bantuannya selama kuliah dan penulisan skripsi, teman-teman sebimbingan, teman-teman statistika 48, dosen beserta staf tata usaha Departemen Statistika, dan seluruh pihak yang telah membantu terealisasinya karya ilmiah ini. Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2015 Citra Mufidah Lestari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Metode Pengumpulan Data
2
Teknik Survei
2
Metode Evaluasi Produk
3
Pemilihan Model Terbaik
3
Analisis Koragam
4
METODOLOGI
6
Data
6
Metode Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Karakteristik Responden
10
Pemilihan Model Terbaik
12
Mengatasi Pencilan Menggunakan Pendekatan Winsor
12
Pengujian Asumsi Analisis Koragam
12
Hasil Analisis Koragam
13
SIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR TABEL 1 Hasil analisis ragam pada perhitungan analisis koragam 2 Nilai dugaan kopeubah 3 Least square means dari faktor merek 4 Uji lanjut BNJ/Uji Tukey pada faktor merek
14 15 16 16
DAFTAR GAMBAR 1 Banyaknya responden berdasarkan jenis kelamin 2 Banyaknya responden berdasarkan jenis 3 Persentase banyaknya responden berdasarkan usia 4 Plot peluang normal dari sisaan 5 Plot antara sisaan dan nilai dugaan y
10 11 11 13 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil best subsets regression
19
PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari masyarakat dari segala kalangan. Umumnya masyarakat mengkonsumsi kopi dengan alasan untuk meningkatkan kesegaran dan mencegah kantuk agar tetap dapat bekerja dan berpikir dengan tubuh yang segar dan bugar. Tingginya tingkat konsumsi kopi di Indonesia membuat pasar produk kopi juga terus berkembang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, tingkat konsumsi kopi di Indonesia diperkirakan telah mencapai 1 kilogram/kapita/tahun (AEKI 2013). Seiring dengan meningkatnya konsumsi kopi di Indonesia, jenis produk kopi yang beredar pun terus bertambah. Inovasi terbaru dari kategori produk kopi adalah munculnya merek kopi putih dalam kemasan instan. Merek suatu produk tidak hanya berarti sebuah nama atau simbol, tetapi merek juga dapat meningkatkan preferensi konsumen, membentuk loyalitas pelanggan, dan dapat menjadi keunggulan bersaing bagi perusahaan (Aaker 1997). Merek merupakan kunci dalam hubungan perusahaan dengan konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong (2013), merek dapat merepresentasikan persepsi dan perasaan konsumen terhadap produk dan kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, merek juga menjadi salah satu aset untuk menguasai pangsa pasar. Produsen perlu melakukan evaluasi terhadap produk mereka sebelumnya atau produk pesaing melalui pengujian pasar dalam upaya pengembangan produk. Hal ini dilakukan agar produsen mengetahui atribut apa saja dari produk-produk tersebut yang dinilai baik dan dinilai rendah oleh konsumen. Atribut-atribut yang dinilai baik harus dipertahankan oleh produsen sedangkan atribut-atribut yang dinilai rendah harus diperbaiki lagi. Studi kasus pada penelitian ini yaitu produsen kopi PQR ingin mengeluarkan produk baru yaitu produk kopi putih. Produk baru tersebut akan dibandingkan dengan merek pesaing maupun kopi produksi PQR sebelumnya. Penelitian ini mengevaluasi tiga produk kopi putih untuk mengetahui atribut-atribut yang mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen. Atribut-atribut yang diukur meliputi aroma kopi, warna produk, aroma susu, kekentalan secara keseluruhan, kekentalan susu, rasa kopi, rasa susu, rasa pahit, dan rasa manis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis koragam dengan rancangan acak lengkap. Analisis koragam merupakan penggabungan antara analisis ragam dan regresi. Analisis koragam mengukur pengaruh suatu faktor dengan menyertakan pengaruh kopeubah (covariate). Kopeubah dari faktor tersebut digunakan untuk menduga peubah respon dalam model (Montgomery 2007). Analisis koragam dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan tingkat kepasan pada tiap atribut terhadap tingkat preferensi merek kopi putih oleh konsumen. Dalam hal ini, ratarata dari skor tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan tingkat kepasan pada tiap atribut menjadi peubah kopeubah karena keragamannya sulit dikontrol oleh peneliti, sedangkan merek dan responden akan menjadi peubah bebas (faktor).
2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan tingkat kepasan pada tiap atribut kopi putih terhadap tingkat preferensi merek kopi putih dan menentukan merek yang paling disukai oleh konsumen.
TINJAUAN PUSTAKA Metode Pengumpulan Data Central Location Testing (CLT) Central Location Testing (CLT) merupakan suatu teknik penelitian yang melibatkan responden, dimana responden diundang ke suatu tempat yang ditentukan untuk mengevaluasi produk-produk yang akan diujikan. CLT biasanya digunakan untuk penelitian mengenai Concept Test, Product Test, Sensory Research, Advertising atau Copy Test dan Packaging Test. Ketika produk yang akan diuji perlu disimpan pada kondisi tertentu (secara terkontrol) maka CLT akan menjadi pendekatan terbaik dalam mengevaluasi produk tersebut. Jenis pendekatan ini juga sangat berguna jika produk yang akan diuji terbatas. CLT berupa interview yang berlangsung secara tatap muka dan dapat mencapai tanggapan yang lebih tinggi dan hasil yang lebih baik jika dilakukan survei yang memakan waktu lama. Kelebihan metode CLT adalah dapat memperoleh partisipasi berupa gagasan yang lebih banyak dari responden dan untuk memastikan keamanan yang ketat serta menjaga kerahasiaan ide atau konsep yang tidak ditemui dalam teknik survei lainnya. (ESOMAR 1998)
Teknik Survei Face-to-face Interview Face-to-face interview adalah metode pengumpulan data dimana pewawancara berkomunikasi secara langsung dengan responden menggunakan instrumen (biasanya kuesioner) yang telah disiapkan. Metode ini memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang faktual, evaluasi konsumen, preferensi, dan informasi lainnya. Dengan demikian, metode face-to-face interview menjamin kualitas data yang diperoleh dan meningkatkan tingkat respon konsumen (Solomon et al. 2011).
3 Metode Evaluasi Produk Blind Taste Test Blind taste test adalah salah satu metode yang digunakan di bidang riset pemasaran untuk membandingkan dua merek atau lebih yang bersaing dan untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana sebuah merek dapat memperbaiki sebuah produk. Pada saat melakukan evaluasi, responden tidak mengetahui merek atau karakteristik dari produk yang diujikan. Jenis tes ini hanya dapat digunakan untuk produk makanan ataupun minuman (Tan 2011). Sequential Monadic Testing Sequential Monadic Testing adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi dua atau lebih produk secara bergantian. Setelah mencoba dan memberi skor pada masing-masing produk, responden diminta untuk membandingkan produk tersebut dan menentukan produk yang paling disukai. Keuntungan menggunakan metode sequential monadic testing yaitu dapat mengevaluasi beberapa produk sekaligus dengan jumlah responden yang sedikit sehingga dapat meminimumkan biaya (Isaacson & Lesnick 2012).
Pemilihan Model Terbaik Best Subset Regression Model regresi terbaik merupakan model yang diperoleh dari hasil pemilihan peubah-peubah bebas dari sekian banyak peubah bebas yang terdapat pada data. Model tersebut dapat menjelaskan peubah tak bebas atau peubah respon dengan baik berdasarkan peubah bebas yang terpilih. Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam pemilihan model regresi terbaik, salah satunya yaitu best subset regression (Hanum 2011). Best subset regression memulai pemilihan dengan model paling sederhana yaitu model dengan satu peubah. Selanjutnya dimasukkan peubah bebas lain satu per satu sampai diperoleh model yang memenuhi kriteria terbaik. Kriteria didasarkan kepada nilai R2 dan R2 adjusted yang tinggi, nilai Cp Mallows yang paling mendekati dengan banyaknya peubah yang digunakan, serta nilai simpangan baku yang kecil (Draper dan Smith 1992). Cp Mallows merupakan nilai dugaan yang diperoleh dari persamaan regresi berdasarkan sebagian peubah bebas yang pada umumnya bias. Penilaian kebaikan model digunakan means square error (MSE) dengan ragam dan biasnya. Rumus Cp Mallows dapat dihitung sebagai berikut: π½πΎππ πΆπ = β (π β 2π) π 2 dengan JKSp yaitu jumlah kuadrat sisa dari model, π 2 yaitu kuadrat tengah sisa, n yaitu banyaknya amatan, dan p yaitu banyaknya parameter dalam model, termasuk Ξ²0. Penyimpangan nilai Cp dari p atau titik di atas garis Cp = p digunakan sebagai
4 ukuran bias. Model terbaik yaitu yang memiliki nilai Cp yang paling mendekati banyaknya peubah bebas yang digunakan dalam model (Draper dan Smith 1992).
Analisis Koragam Analisis koragam adalah salah satu teknik statistika yang berguna untuk meningkatkan ketepatan suatu percobaan. Ide dasar analisis koragam yaitu menambahkan kopeubah ke dalam model dengan tujuan mengurangi faktor acak yang tidak dapat dijelaskan. Kopeubah merupakan peubah tak terkendali yang memiliki hubungan dengan respon yang diamati. Metode ini dapat diterapkan jika kopeubah memiliki hubungan dengan respon tetapi tidak memiliki dampak terhadap faktor perlakuan (Dean & Voss 1999). Penggunaan peragam untuk mengendalikan galat merupakan cara meningkatkan ketepatan pendugaan dengan mengeluarkan beberapa pengaruh yang tidak dapat dikendalikan, yaitu melalui teknik regresi. Analisis koragam menjadi alternatif apabila dalam unit percobaan ditemukan terlalu banyak peubah yang tidak dapat dikendalikan tetapi memiliki pengaruh terhadap respon. Pemilihan kopeubah yang kurang tepat dapat mengakibatkan galat percobaan yang semakin besar. Besarnya galat percobaan dapat diperkecil sesuai dengan keeratan hubungan antara respon yang diamati dengan kopeubah yang dipilih (Mattjik & Sumertajaya 2013). Analisis koragam merupakan penggabungan dari analisis ragam dan analisis regresi. Analisis ragam digunakan untuk menguji perbandingan peubah respon ditinjau dari peubah bebas (faktor) sedangkan analisis regresi digunakan untuk menduga peubah respon melalui kopeubah. Model analisis koragam merupakan gambaran antara model linier rancangan yang digunakan dengan kopeubah. Asumsi analisis koragam menurut Dean dan Voss (1999) adalah sebagai berikut: 1. Peubah X dan Y memiliki hubungan linear 2. Peubah X tidak dipengaruhi oleh perlakuan atau bebas terhadap perlakuan 3. Hubungan antara Y dan X sama pada setiap perlakuan 4. Galat percobaan menyebar normal dengan nilai tengah = 0 dan ragam = Ο2 Model linier analisis koragam untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah: π¦ππ = π + ππ + π½ (π₯ππ β π₯Μ
. . ) + πππ (1) Keterangan: i = 1, 2, ...., a; a = banyaknya perlakuan j = 1, 2, ...., n; n = banyaknya ulangan yij = nilai pengamatan dari peubah respon pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Β΅ = rataan umum Οi = pengaruh aditif perlakuan ke-i Ξ² = koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan yij pada π₯ππ π₯ππ = pengukuran peubah kopeubah yang dihasilkan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j bersesuaian dengan yij π₯Μ
.. = nilai rata-rata peubah kopeubah
5 Ξ΅ij = komponen galat yang timbul pada ulangan ke-j dari perlakuan ke-i. Pendugaan Pengaruh Kopeubah dan Pengaruh Perlakuan Sebelum dilakukan pendugaan parameter dan analisis, perlu diketahui notasinotasi berikut: ο· Jumlah Kuadrat dan hasil kali total π π π₯..2 2 ππ₯π₯ = β β π₯ππ β ππ π=1 π=1 π π
2 ππ¦π¦ = β β π¦ππ β π
π
π=1 π=1
ππ₯π¦ = β β(π₯ππ )(π¦ππ ) β ο·
π=1 π=1
π¦..2 ππ (π₯.. )(π¦.. ) ππ
Jumlah kuadrat dan hasil kali perlakuan π π₯..2 1 ππ₯π₯ = β π₯π.2 β ππ π π=1 π
ππ¦π¦ = π
π=1
1 (π₯.. )(π¦.. ) β(π₯π. )(π¦π. ) β π ππ
ππ₯π¦ = ο·
1 π¦..2 β π¦π.2 β π ππ
π=1
Jumlah kuadrat dan hasil kali galat π
π
πΈπ₯π₯ = π β β(π₯ππ β π₯Μ
π. )2 = ππ₯π₯ β ππ₯π₯ π=1 π=1 π π
πΈπ¦π¦ = π β β(π¦ππ β π¦Μ
π. )2 = ππ¦π¦ β ππ¦π¦ π
π=1 π=1 π
πΈπ₯π¦ = π β β(π₯ππ β π₯Μ
π. )(π¦ππ β π¦Μ
π. ) = ππ₯π¦ β ππ₯π¦ π=1 π=1
Pendugaan Β΅, Οi, dan Ξ² dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, yaitu dengan meminimumkan jumlah kuadrat galat. Fungsi jumlah kuadrat galat adalah: π
π
πΏ = β β[π¦ππ β π β ππ β π½(π₯ππ β π₯Μ
.. )]2 π=1 π=1
Penduga bagi Β΅, Οi, dan Ξ² diperoleh dari turunan fungsi L terhadap Β΅, Οi, dan Ξ² dan dibuat sama dengan nol, sehingga diperoleh: πΜ = π¦Μ
.. Μ π₯Μ
π β π₯Μ
.. ) πΜ π = π¦Μ
π. β Μ
π¦.. β π½( πΈπ₯π¦ π½Μ = πΈπ₯π₯
6 Jumlah kuadrat galat pada model ini merupakan jumlah kuadrat galat terkoreksi, yaitu: (πΈπ₯π¦ )2 πππΈ = πΈπ¦π¦ β πΈπ₯π₯ dengan derajat bebas πππΈ = a(n-1)-1. Ragam galat percobaan diduga dengan: πππΈ πππΈ = π(π β 1) β 1 Pengujian Pengaruh Perlakuan Terkoreksi Apabila diasumsikan tidak ada pengaruh perlakuan, maka model linear pada persamaan (1) akan menjadi model tereduksi, yaitu: π¦ππ = π + π½ (π₯ππ β π₯Μ
. . ) + πππ Dari model tersebut, dapat diperoleh penduga kuadrat terkecil sebagai berikut: πΜ = π¦Μ
.. ππ₯π¦ π½Μ = ππ₯π₯ Jumlah kuadrat galat pada model tereduksi yaitu: (ππ₯π¦ )2 ππβ²πΈ = ππ¦π¦ β ππ₯π₯ Statistik Uji: (ππ β² πΈ β πππΈ )/(π β 1) πΉβππ‘ = πππΈ /[π(π β 1) β 1] Kriteria Pengujian: Tolak H0, jika Fhit > FΞ±; a-1; a(n-1)-1 Pengujian Pengaruh Kopeubah Hipotesis: π»0 : π½ = 0 Statistik Uji: πΉβππ‘ =
(πΈπ₯π¦ )2 /πΈπ₯π₯ πππΈ
Kriteria Pengujian: Tolak H0, jika Fhit > FΞ±; 1; a(n-1)-1
METODOLOGI Data Data yang digunakan merupakan data hasil penelitian dengan metode Central Location Testing (CLT) yang dilakukan oleh Pixel Research (PT Global Insight Indonesia) pada 18-19 Januari 2014. Produk yang diuji adalah tiga buah
7 merek kopi putih yaitu Kopi X, Kopi Y, dan Kopi Z. Kopi X merupakan produk baru yang diproduksi oleh PQR yang akan dibandingkan dengan produk PQR sebelumnya yaitu Kopi Y dan merek pesaing yaitu Kopi Z. Survei dilakukan di dua kota, yaitu Jakarta dan Cirebon. Metode penarikan contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah metode penarikan contoh tidak berpeluang yang dilakukan dengan tujuan tertentu, supaya mempermudah penelitian dalam mencari responden dengan karakteristik yang telah ditetapkan (Beins & McCarthy 2012). Selain itu, dengan menggunakan metode penarikan contoh ini biaya dan waktu yang dibutuhkan relatif lebih efisien dibandingkan dengan metode penarikan contoh lainnya. Responden pada penelitian ini diperoleh secara pre-recruited, dimana responden dicari sebelum product testing. Responden yang sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan kemudian diminta untuk mengikuti CLT pada lokasi dan waktu yang sudah ditentukan oleh pihak peneliti. Jumlah responden yang disurvei sebanyak 204 orang, yaitu 103 orang dari Jakarta dan 101 orang dari Cirebon. Teknik survei yang dilakukan adalah face-to-face interview sedangkan metode evaluasi dengan kombinasi antara Blind Taste Test dan Sequential Monadic Test. Karakteristik responden yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu pria dan wanita berusia 20 sampai 40 tahun dengan pendidikan terakhir minimal Sekolah Menengah Atas (SMA). Kriteria pekerjaan responden yaitu karyawan, ibu rumah tangga, dan mahasiswa. Status sosial ekonomi (SES) responden yang digunakan berdasarkan besarnya pendapatan responden yaitu SES A1 (lebih dari Rp 4.000.000,00), SES A2 (Rp 3.000.001,00 β Rp 4.000.000,00), SES B (Rp 2.000.001,00 β Rp 3.000.000,00), SES C1 (Rp 1.500.001,00 β Rp 2.000.000,00), dan SES C2 (Rp 1.000.001,00 β Rp 1.500.000,00). Responden yang terpilih merupakan pengonsumsi kopi putih merek tertentu paling sedikit lima kali dalam seminggu pada enam bulan terakhir dan tinggal di daerah Jakarta dan Cirebon. Peubah respon (Y) yang diukur adalah tingkat kesukaan konsumen secara keseluruhan (overall liking) terhadap merek kopi putih dengan skala 1-9 yaitu mulai dari sangat tidak suka sampai sangat suka sekali. Peubah bebas atau faktor yang digunakan adalah responden dan merek kopi putih, yaitu Kopi X, Kopi Y, dan Kopi Z. Kopeubah yang digunakan adalah usia responden (X10) dan rata-rata dari indikator tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan tingkat kepasan pada tiap atribut. Atribut yang diperkirakan berpengaruh terhadap respon yaitu: X1 : Aroma kopi X2 : Aroma susu X3 : Warna X4 : Rasa kopi X5 : Rasa susu X6 : Rasa manis X7 : Rasa pahit X8 : Kekentalan keseluruhan X9 : Kekentalan susu Atribut yang dicurigai berpengaruh terhadap respon tersebut kemudian akan diseleksi menggunakan best subset regression. Penyeleksian ini dilakukan untuk
8 menyederhanakan model dan meminimumkan kesalahan dalam pemilihan kopeubah. Kemudian usia responden dilambangkan dengan X10 ditambahkan sebagai peubah kopeubah karena peneliti ingin melihat adanya pengaruh usia terhadap tingkat preferensi merek kopi putih. Tingkat kesukaan pada setiap atribut diukur dengan skala likert 1-9 yaitu dari βsangat tidak sukaβ sampai βsangat suka sekaliβ, tingkat intensitas diukur dengan skala likert 1-9 yaitu dari βtidak ada/tidak terasaβ sampai βsangat kuat/sangat terasaβ, sedangkan tingkat kepasan diukur dengan skala likert 1-5 yaitu dari βsangat kurang kuatβ sampai βterlalu kuatβ. Skala 3 pada tingkat kepasan menunjukkan bahwa atribut tersebut sudah βpasβ. Pada penelitian ini, skala likert yang digunakan diasumsikan sebagai skala interval. Skala likert yaitu skala yang memiliki skala ganjil (5, 7, 9,..) dan memiliki pilihan netral atau biasa saja. Menurut Suliyanto (2011), Likert melakukan penelitian dengan mengubah kuesioner likert dalam bentuk skala thortoen dan guttman. Kuesioner ini kemudian diujikan kepada responden yang sama, hasilnya nilai korelasi antara skala likert dengan skala Thortone maupun Guttman korelasinya 0.92. Jadi skala likert dapat diasumsikan sebagai skala interval. Model linier analisis koragam pada penelitian ini adalah: π¦ππ = π + ππ + πΏπ + π½1 (π₯ππ1 β π₯Μ
..1 ) + β― + π½π (π₯πππ β π₯Μ
..π ) + πππ Keterangan: i = 1, 2, 3 (merek yang diukur) j = 1, 2, ..., 204 (responden) p = banyaknya kopeubah yij = nilai pengamatan tingkat kesukaan secara keseluruhan pada merek ke-i dan responden ke-j Β΅ = nilai rata-rata tingkat kesukaan responden terhadap merek kopi putih Οi = pengaruh aditif merek ke-i Ξ΄j = pengaruh aditif responden ke-j Ξ² = koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan yij pada xij π₯ππ = pengukuran atribut kopi putih yang dihasilkan dari merek ke-i dan responden ke-j bersesuaian dengan yij π₯Μ
... = nilai rata-rata atribut kopi putih yang diukur Ξ΅ij = komponen galat
Metode Analisis Data Analisis pada penelitian ini dibantu dengan software Minitab 14. Langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Melakukan analisis deskriptif untuk melihat profil responden 1. 2. Melakukan persiapan data sebagai berikut: i. Transformasi nilai indikator - Transformasi skala pada tingkat kepasan 1-5 menjadi skala 1-9. Skala 3 pada tingkat kepasan yang berarti βpasβ merupakan skor penilaian tertinggi bagi produsen, sehingga skor 1 dan 5 pada skala 1-5 memiliki skor 1 pada skala 1-9, skor 2 dan 4 pada skala 1-5 memiliki skor 5 pada skala 1-9, dan skor 3 pada skala 1-5 memiliki skor tertinggi yaitu 9 pada skala 1-9. Setelah itu rata-
9 ratakan skor dari tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan tingkat kepasan dari masing-masing atribut - Mengurutkan rata-rata indikator tingkat kesukaan pada tiap atribut menurut indikator tingkat intensitasnya, kemudian mentransformasi indikator tingkat intensitas sesuai dengan urutan rata-rata tingkat kesukaannya. Tingkat intensitas dengan rata-rata kesukaan paling kecil ditransformasi menjadi skala 1 dan paling besar ditransformasi menjadi skala 9. ii. Merata-ratakan nilai indikator tingkat kesukaan, tingkat intensitas, dan kepasan hasil transformasi, kemudian rata-rata tersebut menjadi nilai kopeubah 3. Mencari model terbaik dengan menggunakan best subsets regressions. Pemilihan model terbaik dilakukan dengan memasukkan nilai Y dengan X (kopeubah). Kriteria pemilihan model terbaik dapat dilihat melalui nilai R2 dan R2 adjusted yang tinggi, nilai Cp Mallows yang paling mendekati dengan banyaknya peubah yang digunakan, serta nilai simpangan baku yang kecil (Draper dan Smith 1992) 4. Mengatasi data pencilan dengan menggunakan pendekatan Winsor i. Mengatasi pencilan pada kopeubah menggunakan pendekekatan Winsor rataan ii. Mengatasi pencilan pada peubah respon menggunakan pendekatan Winsor. Amatan terwinsorisasi menurut Huber dan Ronchetti (2009), yaitu: π¦π , |ππ | β€ ππ π ππ < βππ π π¦ β π = {π¦Μπ β ππ π , π¦Μπ + ππ π , ππ > ππ π β dengan π¦ π merupakan amatan y terwinsorisasi, ei merupakan sisaan dari dugaan parameter ke-i, c merupakan konstanta tuning yang digunakan yaitu 1.345 (Fox 2002), dan si merupakan dugaan galat baku dari sisaan yang diperoleh dari MKT. 5. Pengujian asumsi analisis koragam i. Uji kenormalan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov ii. Membuat plot antara sisaan dan nilai dugaan y untuk melihat kehomogenan ragam 6. Menguji pengaruh perlakuan dengan memperhatikan atribut kopi hasil dari best subsets regression dan peubah umur responden i. Menguji pengaruh merek Hipotesisnya adalah: H0 : Ο1 = Ο2 = Ο3 = 0 (tidak ada pengaruh jenis merek terhadap tingkat kesukaan responden) ii. Menguji pengaruh responden Hipotesisnya adalah: H0 : Ξ΄1 = Ξ΄2 = ... = Ξ΄204 = 0 (tidak ada pengaruh responden terhadap tingkat kesukaan responden) 7. Menguji pengaruh pada kopeubah Hipotesisnya adalah: H0 : Ξ²i = 0 (tidak ada pengaruh kopeubah terhadap tingkat kesukaan responden)
10 8. 9.
Pendugaan besarnya pengaruh dari kopeubah (koefisien regresi) Perbandingan nilai tengah perlakuan menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ/Uji Tukey). BNJ merupakan prosedur perbandingan antar perlakuan. Pada setiap perbandingan perlakuan ditentukan kesalahan sebesar Ξ±. Nilai kritis dari BNJ yaitu: π΅ππ½ = ππΌ;π;πππ ππΜ
dengan ππΜ
dirumuskan sebagai berikut: ππΜ
= βπΎππΊ/π dengan ππΌ;π;πππ merupakan nilai tabel Tukey pada taraf nyata Ξ±, jumlah perlakuan p, dan derajat bebas galat sebesar dbg (Mattjik & Sumertajaya 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Penggunaan metode analisis koragam dilakukan dengan merek dan responden sebagai faktornya. Responden yang terpilih untuk mengevaluasi produk kopi putih memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Berdasarkan karakteristik yang ada, peneliti memilih jenis kelamin dan kebiasaan minum kopi yang diduga berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen terhadap merek kopi putih.
Perempuan 50%
Laki-Laki 50%
Gambar 1 Banyaknya responden berdasarkan jenis kelamin Gambar 1 menunjukkan responden terpilih berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 102 responden perempuan dan 102 responden laki-laki. Komposisi jenis kelamin responden diproporsikan seimbang supaya tidak ada ketimpangan pada salah satu jenis kelamin dalam mengevaluasi ketiga merek kopi putih.
11 Laki - Laki 59
Perempuan
56 41 31
12 5 MINUM KOPI LEBIH DARI 1 KALI SEHARI
MINUM KOPI 1 KALI SEHARI
MINUM KOPI 5-6 KALI SEMINGGU
Gambar 2 Banyaknya responden berdasarkan jenis kelamin dan kebiasaan minum kopi Gambar 2 menunjukkan kebiasaan minum kopi 3 in 1 responden dalam enam bulan terakhir berdasarkan jenis kelaminnya yang dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok 1 merupakan responden dengan kebiasaan minum kopi lebih dari satu kali sehari yang terdiri dari 59 responden berjenis kelamin laki-laki dan 41 perempuan. Kelompok 2 merupakan responden dengan kebiasaan minum kopi satu kali sehari yang terdiri dari 31 responden berjenis kelamin laki-laki dan 56 perempuan. Kelompok 3 merupakan responden dengan kebiasaan minum kopi 5-6 kali seminggu yang terdiri dari 12 responden berjenis kelamin laki-laki dan 5 perempuan.
25%
22%
20-24 Tahun
25-29 Tahun
28%
25%
30-34 Tahun
35-40 Tahun
Gambar 3 Persentase banyaknya responden berdasarkan usia Gambar 3 menunjukkan persentase banyaknya responden berdasarkan usia yang dibagi dalam empat kategori. Kategori pertama yaitu responden berusia 20-24 tahun sebesar 28 % atau 57 responden, kategori kedua yaitu responden berusia 2529 tahun sebesar 25 % atau 50 responden, kategori ketiga yaitu responden berusia 30-34 tahun sebesar 22 % atau 45 responden, dan kategori keempat yaitu responden berusia 35-40 tahun sebesar 25 % atau 52 responden. Banyaknya responden berdasarkan usia relatif sama dari setiap kategori, hal ini agar tidak terjadi ketimpangan dalam mengevaluasi ketiga merek kopi putih.
12 Pemilihan Model Terbaik Pemilihan model terbaik menggunakan best subsets regression pada penelitian ini dilakukan untuk memilih kopeubah yang dapat menjelaskan peubah respon. Hasil dari best subsets antara peubah respon dengan kopeubah X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, dan X9 dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada Lampiran 1 disajikan kriteria pemilihan model terbaik yaitu R2, R2 adjusted, Cp Mallows, dan S (simpangan baku). Model terbaik ditentukan dari model yang memiliki nilai R2 dan R2 adjusted tinggi, nilai Cp Mallows yang paling mendekati banyaknya peubah, dan nilai simpangan baku yang kecil, sehingga model yang terdiri dari X1, X2, X3, X4, X5, X6, X8, dan X9 merupakan model terbaik dengan nilai R2 66.7%, nilai R2 adjusted 66.2%, nilai Cp Mallows 8.8, dan simpangan baku sebesar 0.819. Selanjutnya peubah X pada model terbaik ini dianalisis menggunakan analisis koragam sebagai kopeubah bersama dengan usia responden (X10). Mengatasi Pencilan Menggunakan Pendekatan Winsor Mendeteksi pencilan pada penelitian ini yaitu dengan melakukan regresi antara Y dan kopeubah pada setiap merek. Hasil dari regresi tersebut menunjukkan adanya pencilan pada kopeubah dan pencilan pada peubah respon. Pencilan tersebut dilakukan penanganan yang berbeda, pencilan pada kopeubah diatasi dengan winsor rataan secara manual dan menggunakan software Minitab 14, sedangkan pencilan pada peubah respon diatasi dengan pendekatan Winsor menggunakan software R dan Minitab 14. Mengatasi pencilan pada kopeubah yaitu menggunakan pendekatan Winsor Rataan. Winsor Rataan merupakan penggantian nilai kopeubah pada amatan pencilan dengan rata-rata nilai kopeubah ketika nilai Y pada amatan tersebut. Penggantian nilai kopeubah ini dilakukan pada semua amatan pencilan, setelah itu dilakukan regresi kembali dengan hasil penggantian Winsor tersebut, dan lakukan langkah tersebut hingga tidak terdapat pencilan. Mengatasi pencilan di Y yaitu menggunakan pendekatan Winsor. Menurut hasil penelitian Pusparum (2015), metode Winsor ini memberikan hasil yang paling baik daripada metode Winsor dengan batasan lainnya untuk semua proporsi pencilan dan ukuran contoh. Amatan y dikatakan pencilan ketika nilai sisaannya berada di luar batas konstanta tuning dikali dugaan galat bakunya. Amatan y terwinsorisasi diperoleh dari iterasi yang diterapkan dengan menggunakan nilai sisaan dan galat baku yang baru agar diperoleh amatan y terwinsorisasi yang konvergen terhadap nilai dugaan parameter (b). Pengujian Asumsi Analisis Koragam Asumsi sisaan menyebar normal pada penelitian ini sudah terpenuhi. Pengujian dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan hipotesis nol yaitu sisaan menyebar normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Gambar 4, semakin sebaran dari sisaan mengikuti garis linear maka sebaran sisaan tersebut mengikuti sebaran teoritiknya, yaitu sebaran normal. Gambar 4 menunjukkan bahwa sebaran sisaan sudah mengikuti garis linear dan nilai p yang diperoleh lebih besar dari alpha 5% yaitu >0.15. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terima H0, yaitu sisaan menyebar normal.
13 99,99
Mean StDev N KS P-Value
99
6,736804E-15 0,4244 612 0,022 >0,150
95
Percent
80 50 20 5 1
0,01
-2
-1
0 RESIDUA L
1
2
Gambar 4 Plot peluang normal dari sisaan Asumsi kehomogenan ragam dilihat melalui plot dari sisaan dan nilai dugaan y. Gambar 5 menunjukkan kehomogenan ragam sudah dipenuhi, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya pola yang terbentuk secara sistematis antara sisaan dan nilai dugaan y. 1,5
1,0
Residual
0,5
0,0
-0,5
-1,0
1
2
3
4
5 6 Fitted Value
7
8
9
10
Gambar 5 Plot antara sisaan dan nilai dugaan y
Hasil Analisis Koragam Hasil analisis ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor merek dan responden berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen terhadap merek kopi putih dengan nilai p masing-masing sebesar 0.008 dan 0.000 pada taraf nyata 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa merek kopi putih yang diujikan dan responden mempengaruhi tingkat preferensi konsumen, walaupun telah memasukkan kopeubah aroma kopi, aroma susu, warna kopi, rasa kopi, rasa susu, rasa manis, kekentalan keseluruhan, kekentalan susu, dan usia responden ke dalam model.
14 Tabel 1 Hasil analisis ragam pada perhitungan analisis koragam Sumber Keragaman Merek Responden X1 X2 X3 X4 X5 X6 X8 X9 X10 Error Total
db 2 203 1 1 1 1 1 1 1 1 1 397 611
JK JK yang KT yang Sekuensial disesuaikan disesuaikan 14.57 2.69 1.35 393.43 86.79 0.43 350.02 17.16 17.16 58.64 4.66 4.66 10.73 2.31 2.31 10.68 2.66 2.66 4.15 2.07 2.07 6.61 5.56 5.56 2.45 2.76 2.76 0.53 0.52 0.52 0.39 0.39 0.39 110.03 110.03 0.28 962.22
F 4.87 1.54 61.91 16.83 8.35 9.60 7.47 20.05 9.95 1.89 1.40
Nilai P 0.008 0.000 0.000 0.000 0.004 0.002 0.007 0.000 0.002 0.170 0.238
Kopeubah yang digunakan yaitu X1 (aroma kopi), X2 (aroma susu), X3 (warna kopi), rasa kopi (X4), rasa susu (X5), rasa manis (X6), kekentalan keseluruhan (X8), kekentalan susu (X9), dan usia responden (X10). Hasil dari perhitungan analisis ragam menunjukkan bahwa aroma kopi, aroma susu, warna kopi, rasa kopi, rasa susu, rasa manis, dan kekentalan keseluruhan berpengaruh nyata terhadap tingkat preferensi merek kopi putih oleh konsumen, dengan nilai p masing-masing kopeubah yaitu aroma kopi, aroma susu, dan rasa manis sebesar 0.000, nilai p pada rasa kopi dan kekentalan keseluruhan sebesar 0.002, nilai p pada warna kopi sebesar 0.004, dan nilai p pada rasa susu sebesar 0.007. Adanya pengaruh dari kopeubah aroma kopi, aroma susu, warna kopi, rasa kopi, rasa susu, rasa manis, dan kekentalan keseluruhan terhadap peubah respon menunjukkan bahwa kopeubah tersebut memiliki hubungan linier terhadap peubah respon (tingkat preferensi konsumen). Sedangkan kopeubah kekentalan susu dan usia responden tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 5% dengan nilai p masing-masing yaitu 0.170 dan 0.238. Nilai R-Sq dan R-Sq(adj) pada model masing-masing sebesar 88.57 % dan 82.40 %. Hal ini menunjukkan bahwa model analisis koragam yang dihasilkan pada penelitian ini sudah cukup baik. Pada Tabel 2 menunjukkan dugaan besarnya pengaruh aroma kopi yang dihasilkan yaitu 0.232, pada aroma susu sebesar 0.149, pada warna kopi sebesar 0.096, pada rasa kopi sebesar 0.099, pada rasa susu sebesar 0.105, pada rasa manis sebesar 0.125, pada kekentalan keseluruhan sebesar 0.122, pada kekentalan susu sebesar -0.063, dan usia responden sebesar 0.029. Atribut kekentalan susu dan usia responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat preferensi konsumen, sehingga tidak perlu dilakukan interpretasi pada kedua atribut tersebut.
15 Tabel 2 Nilai dugaan kopeubah Kopeubah Konstanta X1 X2 X3 X4 X5 X6 X8 X9 X10
Koefisien -0.0779 0.2321 0.1493 0.0959 0.0998 0.1049 0.1253 0.1217 -0.0630 0.0297
Galat Baku 0.7394 0.0295 0.0364 0.0332 0.0322 0.0384 0.0279 0.0386 0.0458 0.0251
Nilai T
Nilai P
-0.11 7.87 4.10 2.89 3.10 2.73 4.48 3.15 -1.38 1.18
0.916 0.000 0.000 0.004 0.002 0.007 0.000 0.002 0.170 0.238
Interpretasi dari nilai dugaan yang diperoleh secara umum yaitu ketika tingkat kesukaan terhadap atribut meningkat satu satuan maka nilai rataan tingkat preferensi konsumen terhadap kopi putih berubah sebesar nilai dugaannya. Tingkat kesukaan terhadap atribut terdiri dari indikator tingkat intensitas dan tingkat kepasan yang dilinearkan terhadap tingkat kesukaan pada masing-masing atributnya, kemudian dirata-ratakan. Sehingga tingkat kesukaan konsumen terhadap atribut dikatakan baik ketika indikator tingkat kesukaannya bernilai tinggi pada skala 1-9, tingkat kepasan bernilai pas atau skor 3, dan tingkat intensitas dengan skala tertentu yang sudah disukai sebagian besar konsumen. Interpretasi atribut aroma kopi yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut aroma kopi meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.232. Interpretasi atribut aroma susu yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut aroma susu meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.149. Interpretasi atribut warna kopi yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut warna kopi meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.096. Interpretasi atribut rasa kopi yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut rasa kopi meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.099. Interpretasi atribut rasa susu yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut rasa susu meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.105. Interpretasi atribut rasa manis yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut rasa manis meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.125. Interpretasi atribut kekentalan keseluruhan yaitu jika tingkat kesukaan pada atribut kekentalan keseluruhan meningkat satu satuan maka rataan tingkat preferensi terhadap kopi putih akan meningkat sebesar 0.232. Sebagai contoh untuk interpretasi atribut rasa manis, hal ini bukan berarti semakin manis rasa kopi putih maka semakin disukai konsumen, tetapi semakin tinggi rasa kesukaan konsumen terhadap atribut rasa manis maka semakin tinggi pula tingkat preferensi konsumen terhadap kopi putih, begitu juga dengan interpretasi untuk atribut yang lainnya.
16 Tabel 3 Least square means dari faktor merek Merek X Y Z
Rata-Rata 6.863 6.766 6.932
Galat Baku 0.03752 0.03725 0.03764
Tabel 3 menunjukkan nilai least square means dari faktor merek. Least square means merupakan nilai rataan peubah respon dari masing-masing faktor yang sudah disesuaikan terhadap pengaruh kopeubah. Kopi Z memiliki nilai rataan tertinggi dibandingkan dengan merek lainnya yaitu sebesar 6.932. Hal ini menunjukkan bahwa Kopi Z (produk pesaing dari produsen PQR) adalah merek yang paling disukai oleh konsumen. Selanjutnya Kopi X diurutan kedua dengan nilai rataan 6.863 dan terakhir Kopi Y dengan nilai rataan 6.766. Tabel 4 Uji lanjut BNJ/Uji Tukey pada faktor merek Merek X vs Y X vs Z Y vs Z
Selisih Rata-Rata -0,0969 0,0684 0,1653
Selisih Galat Baku 0,053 0,054 0,053
Nilai P yang Keterangan disesuaikan -1,826 0,161 Tidak Signifikan 1,269 0,413 Tidak Signifikan 3,1 0,005 Signifikan Nilai T
Hasil dari uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ/Uji Tukey) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa Kopi X dibandingkan dengan Kopi Y dan Kopi X dibandingkan dengan Kopi Z tidak signifikan. Pada Kopi Y dibandingkan dengan Kopi Z hasilnya signifikan atau berbeda nyata dengan selisih dari nilai rataannya sebesar 0.1653. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kopi X dan Kopi Z sama baiknya dan lebih disukai daripada Kopi Y. Hasil ini berarti produk baru Kopi X sudah mampu bersaing dengan produk pesaing Kopi Z, dan sudah lebih baik dari produk produsen PQR sebelumnya yaitu Kopi Y.
SIMPULAN Analisis koragam pada tingkat preferensi konsumen terhadap merek kopi putih dapat disimpulkan bahwa faktor merek dan responden berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen dengan nilai p masing-masing sebesar 0.008 dan 0.000. Kopeubah yaitu aroma kopi, aroma susu, warna kopi, rasa kopi, rasa susu, rasa manis, dan kekentalan keseluruhan berpengaruh nyata terhadap tingkat preferensi merek kopi putih oleh konsumen. Semakin tinggi penilaian pada atribut tersebut maka semakin tinggi tingkat preferensi konsumen terhadap merek kopi putih. Hasil dari Uji Tukey pada faktor merek menunjukkan Kopi X dan Kopi Z sama baiknya dan lebih disukai daripada Kopi Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kopi X sebagai produk baru dari produsen PQR sudah mampu bersaing di pasaran dengan
17 produk pesaing Kopi Z, dan sudah lebih baik daripada kopi yang diproduksi sebelumnya yaitu Kopi Y.
DAFTAR PUSTAKA Aaker DA. 1997. Dimensions of Brand Personality. Journal of Marketing Research. 34(1):347-356. [AEKI] Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2013. Konsumsi Kopi Domestik [Internet]. [diacu 2015 Feb 20]. Tersedia pada: http://www.aekiaice.org/page/konsumsi-kopi-domestik/id. Beins BC, McCharty MA. 2012. Research Methods and Statistics. [United States of America] (US): Pearson. Dean AM, Voss D. 1999. Design and Analysis of Experiments. New York (US): Springer. Draper N, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Applied Regression Analysis. Ed ke-2. [ESOMAR] European Society for Opinion and Marketing Research. 1998. ESOMAR Handbook of Market and Opinion Research, 4th ed. Mc.Donald C, Vangelder P, editor. Amsterdam (NL): ESOMAR Central Secretariat. Fox J. 2002. An R and S-Plus Companion to Applied Regression. Thousand Oaks (CA): SAGE Publications, Inc. Hanum H. 2011. Perbandingan Metode Stepwise, Best Subset Regression, dan Fraksi dalam Pemilihan Model Regresi Berganda Terbaik. Jurnal Penelitian Sains [Internet]. [diunduh 2015 Ags 7]; 14(2): 1-6. Tersedia pada: https://jpsmipaunsri.files.wordpress.com/2011/06/v14-no2-a-1-herlina.pdf. Huber PJ, Ronchetti EM. 2009. Robust Statistics 2nd ed. New Jersey (US): John Wiley and Sons, Inc. Isaacson B, Lesnick D. 2012. 10 Best Practices to Improve Your Concept and Product Test [Internet]. [diunduh 2015 Mar 10]. Tersedia pada: www.mmrstrategy.com. Kotler P, Armstrong G. 2013. Principles of Marketing, 14th ed. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab jilid 1. Bogor (ID): IPB Press. Montgomery DC. 2007. Design and Analysis of Experiments, 5th ed. Singapore (SG): John Wiley & Sons, Inc. Pusparum M. 2015. Pendekatan Winsor Pada Analisis Regresi dengan Pencilan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Solomon MR, Marshall GW, Stuart EW. 2011. Marketing: Real People, Real Choices, 7th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Suliyanto. 2011. Perbedaan Pandangan Skala Likert Sebagai Skala Ordinal atau Skala Interval. Seminar Nasional Statistika Universitas Diponegoro 2011 [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Semarang (ID): [Nama penerbit tidak diketahui]. hlm 51-60; [diunduh 2015 Jul 1]. Tersedia pada: http://erlajar-denga.blogspot.com/2014/03/setelah-lama-turutmembantutesisteman.html.
18 Tan NL. 2011. Marketing Research-How to Perform a Blind Taste Test [Internet]. [diacu 2015 Mar 9]. Tersedia pada: http://www.niccotan.com/2011/02/market-research-how-to-do-blindtaste.html.
19
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil best subsets regression Banyaknya Peubah 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9
R2 52.8 51.5 61.7 61.0 64.4 63.9 65.5 65.5 66.0 66.0 66.4 66.2 66.5 66.4 66.7 66.6 66.7
R2 adj 52.7 51.4 61.6 60.9 64.2 63.8 65.3 65.3 65.7 65.7 66.0 65.9 66.1 66.1 66.2 66.1 66.2
Cp Mallows 245.8 269.2 86.1 99.4 39.2 47.8 21.4 22.1 14.3 15.0 10.1 12.3 9.5 10.7 8.8 10.6 10.0
S
X1
0.969 0.983 0.874 0.882 0.843 0.848 0.831 0.831 0.825 0.826 0.822 0.823 0.821 0.821 0.819 0.820 0.819
X
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8 X9
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X
X X X
X X
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 20 April 1993 dari pasangan Alm. Machfud Effendi dan Siti Chasanah. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Tahun 2005 Penulis telah berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Kendang Sari V Surabaya. Setelah itu pada tahun 2008 berhasil menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di MTsN 1 Yogyakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2011. Tahun 2011 Penulis diteima sebagai salah satu mahasiswa Departemen Statistika, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Jalur Tertulis. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo IPB periode 2012/2013. Selain itu, penulis juga aktif sebagai staf Departemen Minat dan Bakat Mahasiswa (MBM) BEM FMIPA IPB Kabinet Sahabat Sinergi periode 2012/2013 dan bendahara Departemen Budaya, Olahraga, dan Seni (BOS) BEM FMIPA IPB Kabinet Nitrogen periode 2013/2014. Penulis juga berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Pesta Sains Nasional 2012 sebagai anggota divisi konsumsi, SPIRIT 2013 sebagai ketua divisi acara, G-FORCE 49 sebagai anggota divisi Master of Dicipline, Statistika Ria 2013 sebagai anggota divisi Publikasi dan Promosi, Pesta Sains Nasional 2013 sebagai sekretaris divisi K4, SPIRIT 2014 sebagai bendahara umum, Welcome Ceremony of Statistic 2014 sebagai anggota divisi quality control, dan Kompetisi Statistika Junior 2014 sebagai anggota divisi humas dan sponsorship. Pada Bulan Juli sampai dengan Agustus 2014, Penulis melaksanakan praktik lapang di PT Global Insight Indonesia, Jakarta Selatan.