Analisis konteks dan pelanggaran bidal percakapan dalam film Harold and Kumar Go to White Castle Robbi Nurdin Hidayat1, Junaidi2 1.
Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Dosen Pembimbing Email:
[email protected]
ABSTRAK Dalam melakukan interaksi, penutur memiliki tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, penutur terkadang mengucapkan tuturan yang tidak sesuai dengan prinsip kerja sama, sehingga penutur melakukan pelanggaran bidal percakapan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah pelanggaran bidal percakapan yang sengaja (Flouting the Maxims) dilakukan oleh kedua tokoh utama (Harold dan Kumar), sehingga menimbulkan variasi tujuan dari pelanggaran tersebut. Penelitian ini menganalisis percakapan dalam film Harold and Kumar Go to White Castle. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan alasan melakukan pelanggaran bidal dalam percakapan, mengungkapkan tujuan dan implikasi dari pelanggaran bidal, dan mengetahui hubungan antara konteks dan pelanggaran bidal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif karena sumber data analisis merupakan percakapan yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat. Teknik pengumpulan data melalui teknik pengamatan dan pencatatan. Data dalam penelitian ini berjumlah 31 penggalan percakapan. Metode penelitian ini menggunakan teori Grice (1975) yaitu prinsip kerja sama bidal percakapan dengan menjelaskan konteks dan pelanggaran bidal. Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan 47 pelanggaran bidal. Kemudian, variasi tujuan yang ditemukan dari pelanggaran bidal percakapan dikelompokkan ke dalam 5 kategori yaitu Ekspresif seperti menyenangkan hati, lelucon atau gurauan, menghibur, menenangkan, meminta maaf, menjaga perasaaan, dan mengutarakan sesuatu, Komisif seperti memendam kekesalan, menghindari bahaya, melindungi, menjaga reputasi, dan menyembunyikan, Representatif seperti meminta bantuan, menyatakan putus asa, menolak, meyakinkan, menghindari amarah, dan menunjukkan, Direktif seperti memberitahukan, menyatakan kejujuran, menyatakan keberanian, meminta penjelasan, menyelamatkan diri, menegaskan, memprediksi, dan meminta klarifikasi, dan Indirektif seperti mengabaikan dan mengalihkan pembicaraan. Korelasi yang muncul antara konteks dan pelanggaran bidal adalah sebab-akibat. Kata Kunci
: Prinsip Kerja Sama; Bidal Percakapan; Implikatur; Pelanggaran (Flouting the Maxims); Situasi.
ABSTRACT In a conversation, speakers have a certain purpose. To achieve the purpose, they sometimes intentionally flout the maxims by saying something unmatched with the topic of the conversation. This is called flouting the maxims in Co-operative Principle concept. The problem of this research is flouting the maxims deliberately to achieve the purpose of the conversation by analyzing the context and the flouts of the maxims. This research analyzes utterances on the movie Harold and Kumar Go to White Castle. This research aims to find out flout of the maxims on the movie, reveal the implication and the purpose of flouting the maxims, and know the correlation between context and flouting the maxims. This is a qualitative and descriptive research because the data and the result of the research are not presented in forms of numbers or statistic. Moreover, the source of data analysis is conversation explained in words or sentences form. Observing and note taking are the methods in collecting the data. The data in this research are 31 conversations and each of the conversation is supported by its context. Theory used in this research is Co-operative Principle, Implicature, and Conversational Maxims introduced by Grice (1975). By analyzing the situation and flouting the maxims, the writer found 47 violations. The writer also concludes there are variations of purposes found in this research which are classified into 5
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
categories. First is Expressive such as to please someone, joking, entertain, calm someone down, apologize, save face, and say something. Second is co missive such as to hide a fact, prevent, protect, and keep reputation. Third is Representative such as to ask for help, desperation, refuse, convince, and show something. Fourth is Directive such as to inform, be honest, express braveness, and clarifying. Fifth is Indirect such as to ignore and shift a talk. From these results, it concludes that speakers flout the maxims to achieve a purpose in a conversation. The correlation between context and flouts of the maxims is cause-effect relation. Keywords
: Flouting; Co-operative principle; Maxim of conversation; Implicature; Context.
Pendahuluan/Latar Belakang Percakapan merupakan suatu interaksi yang terjadi dalam suatu pertukaran informasi antara penutur dan mitra tutur. Untuk mengetahui bahwa suatu interaksi dapat dikatakan sebagai percakapan, penulis mengutip pendapat dari Cook1 (1989) yang mengungkapkan bahwa dalam percakapan memiliki beberapa pola yaitu: pertama, ketika percakapan tidak sematamata diharuskan dalam sebuah pekerjaan praktis atau berguna. Kedua, kekuasaan yang tidak sejajar secara parsial disingkirkan. Ketiga, partisipan berskala kecil, maksudnya percakapan hanya dapat terjadi jika semua partisipan dapat ikut terlibat dalam interaksi, seperti percakapan antara dua partisipan. Keempat, giliran bicara cukup singkat. Kelima, pembicaraan diutamakan bagi partisipan, bukan peserta di luar partisipan. Namun, beberapa definisi tersebut kurang tepat, misalnya pada pola ketiga, kelemahannya adalah kesulitan untuk membatasi jumlah partisipan yang ikut terlibat dalam sebuah percakapan karena percakapan mungkin saja terjadi antara dua partisipan atau lebih, tetapi tidak dalam skala ratusan bahkan ribuan partisipan. Kemudian pada pola keempat, kelemahannya adalah kesulitan untuk menentukan giliran bicara dalam percakapan, seolah-olah percakapan itu telah direncanakan seperti, dialog dalam film dan drama. Padahal percakapan merupakan hal yang alami, mungkin saja ada yang berperan dominan atau pun hanya sedikit bicara, dan lainnya. Hymes
(1974)
juga
melakukan
pengamatan
tentang
percakapan,
tetapi
pengamatannya lebih kepada unsur dalam percakapan bukan berdasarkan aspek yang harus diperhatikan untuk menyebut sebuah interaksi sebagai percakapan. Dalam teorinya the Ethnography of Communication, fokus dari penelitiannya adalah percakapan sebagai pendekatan menuju analisis wacana yang dipandang dari aspek Antropologi dan Linguistik. Teori ini terfokus pada perilaku komunikatif (sikap yang ditunjukkan dalam melakukan suatu 1
Guy Cook dalam bukunya DISCOURSE - Language Teaching: a scheme for teacher education berisikan penjelasan serta gagasannya mengenai teori dan metode analisis wacana, dan mendemonstrasikan penggunaan analisis tersebut ke bidang pengajaran dan pembelajaran.
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
interaksi, seperti percakapan dengan melibatkan bermacam-macam topik yang menyertakan banyak pendapat dalam suatu percakapan) yang menjadi bagian kehidupan. Hymes2 (1972) berpikir bahwa dalam wacana percakapan dibutuhkan konteks yang di dalamnya terdapat delapan unsur, yaitu (1) setting yaitu melibatkan tempat, waktu, dan unsur fisik lainnya seperti situasi percakapan, cara, ekspresi, dan lainnya, (2) participants yaitu individu yang melakukan percakapan seperti, penutur, petutur, pembaca, pendengar, (3) ends yaitu tujuan atau hasil yang diharapkan dari melakukan percakapan, (4) act sequences yaitu bentuk atau isi pesan, (5) keys yaitu cara percakapan itu dilakukan; dengan cara serius atau bercanda, (6) instrumentalities yaitu sarana yang digunakan dalam percakapan seperti, tulisan atau lisan atau bahasa yang digunakan seperti, bahasa formal3 atau informal4 (7) norms yaitu perilaku partisipan dalam percakapan, dan (8) genre yaitu jenis teks yang digunakan seperti, dongeng, surat, iklan, brosur, dan lainnya. Konsep tentang konteks ini dapat digunakan dalam mengamati keterlibatan 8 unsur di atas dalam sebuah percakapan. Duncan (1973, 1974) memberikan sebuah konsep dalam memberikan sinyal pergantian percakapan. Ia menyatakan bahwa sinyal pergantian pembicara tidak tergantung pada kondisi dari pergantian pembicara itu, melainkan pendengar berhak mengambil alih pembicaraan. Ia memperkenalkan beberapa isyarat bagi pergantian pembicara. Ada enam isyarat dalam memberikan sinyal menurut Duncan yaitu: (1) intonation5 yaitu menggunakan tingkat intonasi pengucapan kata untuk memberikan sinyal pergantian giliran bicara, (2) paralanguage6 yaitu bicara dengan bunyi panjang seolah-olah bicara dengan perlahan serta menekankan pada suku kata tertentu untuk menyatakan sinyal giliran bicara, (3) body motion7 yaitu menggunakan bahasa tubuh seperti pergerakan tangan untuk memberikan sinyal berakhirnya suatu pembicaraan, (4) sociocentric8 sequences yaitu menggunakan beberapa prase seperti “but uh”, “you know”, “well” untuk menyatakan sinyal giliran bicara, (5) paralanguage yaitu penurunan dalam pengucapan intonasi nada tinggi atau nada rendah dikombinasikan dengan prase-prase sociocentric sequences dan (6) syntax yaitu penyelesaian 2
Hymes (1972) dikutip dalam Coulthard, 1985 memberikan penjelasan mengenai konsep Speech Community. Bahasa formal adalah bentuk bahasa menggunakan tatanan bahasa yang baku dalam suatu masyarakat, biasanya digunakan pada situasi tertentu seperti, pada saat menyampaikan presentasi di sebuah rapat, pidato, dan situasi formal lainnya. 4 Bahasa informal adalah bentuk bahasa menggunakan tatanan bahasa tidak baku atau biasa disebut bahasa masyarakat, biasanya digunakan pada situasi informal seperti ngobrol, berdiskusi teman, dan lainnya. 5 Intonation adalah naik dan turun nada ketika mengucapkan tuturan. 6 Paralanguage adalah unsur bunyi yang difungsikan ketika melakukan percakapan seperti, bunyi panjang atau bunyi pendek. 7 Body motion adalah menggerakkan anggota tubuh ketika melakukan percakapan. 8 Penggunaan prase 3
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
dengan menggunakan klausa gramatikal yang melibatkan kombinasi subjek - predikat – objek. Dari penjelasan beberapa konsep dalam percakapan, penulis mengamati ternyata percakapan dapat dianalisis dengan meneliti berbagai faktor seperti, dari struktur percakapan, giliran bicara, topik percakapan, dan percakapan dengan melibatkan konteks. Jadi, penulis berpikir percakapan merupakan kajian menarik dalam penelitian karena analisis percakapan tidak hanya difokuskan pada percakapannya saja, tetapi juga faktor yang mempengaruhi proses percakapan itu. Faktor ini dapat berupa faktor fisik seperti, latar percakapan, partisipan, dan faktor lainnya maupun faktor non-fisik seperti, konteks percakapan, isu sosial, politik, budaya, masyarakat, atau isu yang berkembang di sekitar masyarakat. Hal ini berkaitan juga dengan analisis wacana percakapan yang juga mengangkat faktor pendukung proses percakapan. Namun, perbedaan antara analisis percakapan dan analisis wacana percakapan adalah bahwa analisis wacana percakapan lebih mempertanyakan alasan mengapa isu tertentu dilibatkan dalam sebuah percakapan, dan pengaruh keterlibatan faktor tersebut dalam proses percakapan. Jadi, dapat dikatakan bahwa analisis wacana percakapan menganalisis hubungan fungsi percakapan itu dalam berbagai aspek seperti yang telah disebutkan di atas, (Renkema9, 2004, hlm. 01). Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini penulis ingin mengangkat topik konteks percakapan dan pelanggaran bidal dengan fokus utama penelitian adalah mengamati situasi percakapan dan variasi tujuan pelanggaran bidal (Flouting the maxims). Menurut Grice, 1975 (dalam P. Cole and J. Morgan (eds), Speech Acts (Syntax and Semantics: 3), percakapan terikat dengan prinsip bahasa (Co-operative Principle) yaitu penutur dan mitra tutur mengikuti prinsip tersebut untuk mencapai tingkat kerja sama “Co-operative”, sehingga dapat mewujudkan percakapan yang sukses dan mencapai tujuan dari percakapan, (Mijas, 2005, hlm. 169)10. Dengan menggunakan konsep milik Grice (1957), penulis ingin melihat beberapa jenis pelanggaran (Flouting) bidal yang dilakukan dengan sengaja oleh kedua karakter utama (Harold dan Kumar) dalam film Harold and Kumar Go to White Castle dan variasi tujuan dari pelanggaran bidal tersebut. Dalam beberapa percakapan di film tersebut, penulis mengamati bahwa Harold dan Kumar melakukan pelanggaran pada situasi tertentu, sehingga hal ini menarik untuk diteliti lebih mendalam. 9
Jan Renkema (2004) menulis bukunya Introduction to Discourse Studies berisikan penjelasan rinci tentang konsep utama dan isu penting dalam studi wacana, penjelasan mengenai berbagai pendekatan seperti ilmu komunikasi, pragmatik, rethoric, stylistic, analisis percakapan, dan studi rancangan secara dinamis, meluas, dan konteks wacana dalam komunikasi. 10 Hanna Mijas adalah seorang peneliti yang menghubungkan teori Co-operative Principle dengan penerjemahan.
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
Menurut Grice (1975)11, sebuah percakapan dapat dikatakan sukses ketika penutur dan mitra tutur mengikuti prinsip kerjasama, mampu memberikan respon yang tepat, dan berhubungan satu dengan lainnya. Namun, manusia terkadang melakukan pelanggaran bidal karena mereka ingin mencapai hasil dalam percakapan itu. Hal ini sangat penting untuk diteliti karena tidak semua penutur dan mitra tutur mengerti satu sama lain, sehingga dalam setiap percakapan muncul makna tersembunyi yang menyebabkan percakapan tersebut meaningless seperti yang dipahami oleh Natalia and Tupan (2008). Tanpa melihat makna tersembunyi dari setiap kalimat yang diucapkan, penutur atau petutur belum mampu mencapai percakapan yang sukses. Selain itu, percakapan tidak hanya sekedar mengikuti aturan supaya percakapan tersebut berjalan lancar dan maksimal, tetapi juga dalam percakapan dibutuhkan maksud tertentu. Maksud tertentu ini disebut dengan tujuan dari setiap pelanggaran bidal yang berbeda-beda dalam situasi dan percakapan tertentu. Misalnya, dalam beberapa kondisi, jawaban yang sesuai dapat singkat dan jelas, sementara hal ini juga dapat panjang dan menimbulkan ambiguitas. Pelanggaran ini disebabkan oleh keinginan untuk melanggar bidal dan keinginan untuk mencapai tujuan tertentu tadi. Namun, permasalahan ini bukan menjadi satu-satunya kajian dalam penelitian ini. Penelitian ini mencoba memfokuskan pada lebih dari sekedar analisis implikatur dan bidal saja, tetapi juga kepada faktor lain di luar dua hal tersebut yaitu konteks. Ada beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan teori Grice (1975) untuk menganalisis data. Tupan dan Natalia (2008) memberikan analisis yang lebih terperinci terhadap fungsi pelanggaran bidal. Mereka meneliti The Multiple Violations of Maxims in Desperate Housewives. Mereka menganalisis pelanggaran bidal dalam aspek kebohongan dengan menggunakan teori Christoffersen’s Lying12 (2005) yaitu sebuah konsep yang memaparkan tujuan dalam menyatakan suatu kebohongan. Mereka menemukan bahwa pelanggaran semua bidal dimaksudkan untuk menghilangkan kesempatan interlocutor13 untuk merespon, melanggar tiga bidal utuk melindungi kebenaran, pelanggaran dua bidal untuk memunculkan kebohongan lainnya di masa depan. Kekurangan dari penelitian mereka adalah mereka belum menunjukkan aspek-aspek lain yang mendukung sebuah kebohongan, 11
Used by permission of the author and publisher from H. Paul. Grice’s William James Lectures, delivered at Harvard University in 1967, and to be published by Harvard University Press. Copyright 1975 by H. Paul. Grice. 12 Christofferson memperkenalkan teori kebohongan. Ia berpendapat dalam realita, kebohongan dilakukan untuk mengungkapkan beberapa tujuan. 13 Interlocutor adalah sebutan lain untuk mitra tutur atau lawan bicara
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
misalnya kebohongan itu dapat didukung oleh faktor gender, perbedaan cara berbohong lakilaki dan perempuan dan faktor lainnya. Lain halnya Khosravizadeh dan Sadehvandi (2011) dengan menggunakan data yang berbeda meneliti tentang Violation and flouting of the maxim of quantity by the main characters (Barry and Tim) in Dinner for Schmucks movie. Penelitian tersebut dilakukan dengan menganalisis beberapa percakapan yang dituturkan oleh Barry dan Tim dalam film Dinner for Schmucks. Mereka menemukan bahwa dalam lima kondisi, Barry dan Tim melanggar bidal kuantitas; redundansi, banyak bicara, pemakaian kata-kata yang tidak perlu, dan lain-lain. Mereka menyimpulkan bahwa pelanggaran bidal dilakukan untuk tujuan tertentu. Menurut penulis, penelitian tersebut masih dianggap kurang karena aspek yang diteliti hanya sedikit yaitu hanya bidal kuantitas. Selain itu, dalam penelitian pun kurang dijelaskan alasan memilih film Dinner for Schmucks, bukan film yang lain. Penelitian ini juga belum menghubungkan teori Grice’s Conversational Maxims dengan aspek percakapan lainnya. Mereka hanya melakukan analisis makna dari pelanggaran bidal kuantitas. Penelitian yang mirip dengan Parvaneh dan Natalia, telah dilakukan oleh Michelle Eskirt, Juanita Whalen, dan Kang Lee (2010) yang meneliti kesadaran terhadap pelanggaran bidal dalam lingkup anak-anak yang berusia antara tiga sampai lima tahun. Hasilnya adalah secara umum, anak-anak lebih baik dalam bidal kuantitas, dan anak usia 3 tahun tidak pernah sadar akan pelanggaran bidal. Sebenarnya, penelitian mereka dapat diperluas sedikit dengan menambahkan alat analisis menggunakan teori bahasa tubuh atau tentang tatapan (gaze) sebagai alat komunikasi. Penelitian tersebut juga belum menghubungkan ke aspek lain dari percakapan secara fungsional, aspek realitas, sosial, budaya, dan masyarakat. Dalam penelitian ini, sumber data penelitian yaitu beberapa percakapan dalam film “Harold and Kumar Go to White Castle”. Film ini dipilih dengan alasan: pertama, film ini masih tergolong baru (2004). Kedua, film ini berisikan beberapa percakapan yang sengaja melanggar bidal percakapan untuk mencapai tujuan tertentu, berdasarkan Grice’s Conversational Maxims theory. Ketiga, variasi tujuan dan implikatur dari pelanggaran bidal dalam film ini menjadi ketertarikan terakhir bagi penulis untuk memilih film tersebut. Kemudian, penulis tidak hanya mengungkapkan bagaimana pelanggaran bidal dilakukan, tetapi penulis juga ingin mencoba menganalisis situasi yang terlibat dalam pelanggaran bidal tersebut. Penulis menemukan beberapa percakapan untuk beberapa bagian dalam film yang melibatkan kemunculan implikatur dan tujuan pelanggaran bidal dengan mengamati situasi percakapan. Dalam hal ini, penulis juga ingin melihat hubungan antara konteks dan pelanggaran bidal. Jadi, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan percakapan yang
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
melanggar bidal “Conversational Maxims”, mengungkapkan tujuan kedua karakter (Harold dan Kumar) melanggar bidal, mendapatkan implikasi yang berkaitan dengan fungsi pelanggaran bidal, dan mengungkapkan hubungan antara konteks dan pelanggaran bidal. tujuan tersebut dapat dicapai dengan mengamati secara rinci setiap percakapan Harold dan Kumar dalam film Harold and Kumar Go to White Castle. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu sumber data yang terdiri dari beberapa percakapan atau dialog dalam film Harold and Kumar Go to White Castle. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu berupa penjelasan rinci terhadap sumber data yang ditampilkan dalam bentuk kalimat, bukan angka atau statistik. Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba menganalisis percakapan dengan menggunakan konsep pelanggaran bidal (Flouting the maxims) milik Grice (1975). Penulis memilih konsep tersebut karena pengamatan penulis tidak hanya mengenai percakapannya saja, tetapi juga makna (Implicature) dan tujuan dari setiap dialog yang diucapkan oleh Harold dan Kumar. Data penelitian ini adalah beberapa percakapan yang melibatkan kedua karakter utama dalam film Harold and Kumar Go to White Castle yaitu Harold dan Kumar. Apabila ada percakapan yang tidak melibatkan kedua karakter utama ini, itu tidak termasuk data penelitian karena fokus dari penelitian ini adalah ingin melihat cara kedua karakter utama tersebut melakukan pelanggaran bidal dan situasi yang terlibat pada saat mereka melanggar bidal. Teknik pengambilan data menggunanakn teknik pengamatan yaitu mengamati secara rinci pelanggaran bidal yang dilakukan oleh Harold dan Kumar, dan teknik pencatatan yaitu setelah mendapatkan data yang tergolong pelanggaran bidal, data tersebut akan dicatat dan dikelompokkan sesuai dengan jenis pelanggaran bidalnya. Penulis melakukan analisis data dengan menggunakan beberapa konsep dalam teori “Conversational Maxims” yaitu konsep Implicature dan Conversational Maxims yang dibagi dalam empat kategori yaitu 1. Bidal kuantitas berhubungan dengan kuantitas dari informasi yang diberikan. a. Buat kontribusimu sesuai dengan apa yang dianjurkan. b. Jangan membuat kontribusimu terlihat lebih informatif daripada yang dianjurkan. 2. Bidal kualitas berhubungan dengan kualitas informasinya. a. Jangan katakan yang menurutmu salah. b. Jangan katakan yang kamu tidak ketahui atau informasi yang tidak memiliki bukti.
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
3. Bidal relevansi berhubungan dengan relevansi terhadap topik percakapan. Penutur melanggar bidal relevansi jika mereka memberikan respon yang tidak sesuai dengan isi atau topik percakapan. a. Saling berhubungan 4. Bidal cara adalah “How” bagaimana sesuatu yang dikatakan itu diucapkan. a. Hindari ketidak-jelasan ekspresi. b. Hindari ambiguitas atau ketaksaan c. Tepat (hindari pengucapan hal-hal yang tidak penting) d. Sistematis Flouting the maxims merupakan salah satu jenis pelanggaran bidal dalam percakapan yang secara terang-terangan dilakukan oleh penutur. Pelanggaran untuk kategori ini merupakan pelanggaran yang bersifat kesengajaan. Pengamatan terhadap pelanggaran (Flouting) dapat diamati dengan melihat tujuan dibalik kesengajaan melakukan pelanggaran bidal dalam sebuah percakapan. untuk melihat tujuan dari kesengajaan ini, penulis menggunakan teori “Conversational maxims” di atas dengan meneliti kesengajaan atau kesalahpahaman pada saat penutur menuturkan tuturan. Keempat kategori bidal percakapan di atas dikategorikan sebagai pelanggaran (Flouting) jika pelanggaran itu terlihat jelas, contohnya ada dua penutur terlibat dalam suatu percakapan: PN
: I want to ask you. Do you have a girl friend named Angela, beautiful and sexy?
MP
: I have a girl friend, called Angela.
PN menanyakan kepada MP mengenai seorang wanita yang bernama Angela. PN menanyakan Angela yang cantik dan seksi, dan MP menjawab Ia punya seorang pacar bernama Angela. Namun, MP tidak mengatakan atau mengungkapkan kalau Angela yang Ia punya memiliki wajah cantik dan seksi. Jadi, MP mengimplikasikan bahwa Angela milik nya tidak cantik dan seksi. MP dalam percakapan ini memberikan informasi yang kurang untuk menjawab tuturan PN. Jadi, dalam penelitian ini penulis akan mencoba memberikan analisis lebih mendalam mengenai pelanggaran bidal dan situasi pada saat pelanggaran itu dilakukan oleh Harold dan Kumar dengan menggunakan teori bidal percakapan, implikatur, dan konteks dalam sebuah percakapan.
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
Pembahasan Pada bab ini, penulis menganalisis data yang telah dikelompokkan berdasarkan pelanggaran bidal yang didukung oleh konteks. Data yang dianalisis dalam skripsi ini berjumlah 31 data. Namun, dalam jurnal ini penulis hanya menjelaskan beberapa data yang mewakili masalah dalam penelitian ini. Data tersebut dianalisis sesuai dengan dua pertanyaan besar yaitu mengapa pelanggaran bidal itu dilakukan, dan adakah korelasi konteks terhadap bidalnya. Pengambilan data dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: pertama, penulis menonton film Harold and Kumar Go to White Castle. Kedua, data diambil dengan menentukan percakapan yang melanggar setiap bidal. Ketiga, percakapan tersebut dikelompokkan ke setiap jenis pelanggaran bidalnya yaitu kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara. Tahap akhir, data dikelompokkan lagi sesuai dengan konteksnya, dan kemudian dianalisis menggunakan pendekatan Grice. Setelah data telah dikelompokkan, data dianalisis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, penulis menganalisis pelanggaran bidal dan jenis bidal yang dilanggar dalam setiap percakapan dalam film tersebut. Kedua, setelah mengetahui jenis pelanggaran bidalnya, penjelasan mengenai alasan atau implikasi pelanggaran bidal. Ketiga, penulis mengamati konteks dari percakapan. Kemudian langkah terakhir adalah mengamati tujuan dari pelanggaran bidal. Data 1 Kumar hangs up the phone, and sits back down. Dr. Woodruff is stunned. Dr. Woodruff
: (a) //Mr. Patel, I am more than familiar with diarrhea. Do you actually believe after the way you’ve just behaved that I would ever even consider recommending you for admission?//
Kumar
: (b) //no. I am gonna be honest with you. The only reason I’m applying is so my dad will keep paying for my apartment. I really don’t have a desire to go to med school.// (Bidal Relevansi) Situasi pada percakapan data 1 adalah ketika Kumar menyetujui permintaan
ayahnya untuk mengikuti wawancara di salah satu institusi kesehatan. Kumar sebenarnya telah mengatakan kepada ayahnya bahwa Ia tidak ingin melanjutkan sekolah pada jurusan kesehatan, tetapi ayahnnya mengatakan bahwa Ia tidak akan memberikan fasilitas baik itu uang, tempat tinggal, atau pun fasilitas lainnya kepada Kumar jika Ia tidak hadir pada wawancara dengan Dr. Woodruff. Di dalam ruangan Dr. Woodruff, Kumar mendengarkan Dr. Woodruff bercerita tentang masa perkuliahannya bersama ayah Kumar. Ia juga beberapa
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
kali menanyakan hal-hal berkaitan dengan penyakit sebagai ujian dasar bagi Kumar. Tibatiba, handphone Kumar berdering, dan Ia langsung mengangkat telpon tersebut tanpa menghiraukan Dr. Woodruff yang sedang berbicara di hadapannya. Karena Dr. Woodruff merasa marah dengan perilaku Kumar yang tidak sopan itu, Ia mengungkapkan “Mr. Patel, I am more than familiar with diarrhea. Do you actually believe after the way you’ve just behved that I would ever even consider recommending you for admission?”. Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Dr. Woodruff, Kumar dengan tegas menjawab ”no. I am gonna be honest with you. The only reason I’m applying is so my dad will keep paying for my apartment. I really don’t have a desire to go to med school.”. Sebenarnya, Kumar mengetahui bahwa tujuan Ia hadir dalam wawancara ini adalah atas dasar ancaman yang diberikan oleh ayahnya, sedangkan Dr. Woodruff berpikir Kumar memang ingin sekolah kesehatan. Tuturan ini mengimplikasikan bahwa Kumar menyatakan suatu kejujuran kepada Dr. Woodruff. Ini dapat dilihat dengan jelas dari kata “be honest” dalam tuturan Kumar. Tuturan ”no. I am gonna be honest with you. The only reason I’m applying is so my dad will keep paying for my apartment. I really don’t have a desire to go to med school.” dikategorikan sebagai pelanggaran bidal relevansi yaitu melanggar kategori “be relevant”. Kumar menyadari bahwa Ia dan Dr. Woodruff membicarakan masalah pengajuan penerimaan Kumar di sekolah kesehatannya. Namun, tuturan ini memiliki tujuan lain. Amarah yang timbul dari Dr. Woodruff akibat sikap buruk Kumar menyebabkan tuturan ini muncul. Tuturan ini tidak sesuai dengan topik pembicaraan percakapan yaitu sekolah. Jika Kumar tidak mengatakan tuturan ini, maka Dr. Woodruff tidak mengetahui alasan Kumar menghadiri wawancara tersebut. Ketidaksesuaian ini dapat terlihat dari awal pembicaraan mengenai masa perkuliahan, sekolah ilmu kesehatan, kemudian menyimpang ke topik pribadi Kumar. Tujuan dari pelanggaran bidal relevansi ini adalah untuk menyatakan kejujuran bahwa Kumar tidak memiliki niat untuk sekolah ilmu kesehatan. Implikasi yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Kumar ingin jujur kepada Dr. Woodruff bahwa Ia tidak ingin sekolah. 2. Kumar tidak tertarik untuk membicarakan hal yang berhubungan dengan sekolah. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Kumar melakukan pelanggaran bidal relevansi adalah untuk memberitahukan ancaman yang disampaikan oleh ayahnya sebelum hadir di wawancara bersama Dr. Woodruff, dan untuk menyatakan penolakan bersekolah di bidang ilmu kesehatan.
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
Data 2 INT. Elevator Harold and Maria are standing silently as the elevator goes up. Eventually, Harold gets the courage to speak. Harold : (a) //so, Maria, what’s been going on?// Maria
: (b) //oh, I actually had a very long week at work. How about you?//
Harold : (c) //work was good.// (Bidal Kualitas) I caught up on some sleep. Plus, the guy who works next to me decided to bathe for a change.// Maria
: (d) (smilling) //really?// Setelah Harold mengambil kunci kamarnya dan berdiri tepat di sebelah Maria, Ia
seolah-olah memiliki keberanian tersebut. Itu ditunjukkan dengan Harold berani menatap wajah Maria dan tersenyum lebih dulu. Perlu diketahui bahwa situasi pada data 3 merupakan mimpi Harold. Pada akhirnya, elevator turun dan terbuka, Harold mempersilakan Maria masuk terlebih dulu sebagai perilaku gentle seorang pria. Kemudian, Harold memulai percakapan dengan tuturan “so, Maria. What’s been going on?”. Dengan lugas Harold menanyakan kegiatan Maria. Tujuannya adalah menyatakan gurauan awal untuk memulai percakapannya. Kemudian, Maria menjawab dengan senyum “oh, I actually had a very long week at work. How about you?”. Tuturan ini merupakan respon baik dari Maria terhadap tuturan Harold, sehingga dapat dikatakan bahwa Harold sebenarnya tidak perlu merasa takut dengan Maria karena Ia terlihat ramah dan menarik. Tuturan Harold “work was good” sebenarnya dituturkan supaya terdengar lucu bagi Maria karena Harold mengatakan ada partner kerjanya yang meminta bantuannya dengan bertukar pekerjaan. Padahal pada data 1 terlihat bahwa partner kerjanya itu bukan ingin bertukar pekerjaan, tetapi ingin menyuruh Harold menyelesaikan pekerjaan tambahan. Dengan demikian, tuturan Harold dikategorikan sebagai pelanggaran bidal kualitas yaitu melanggar kategori “don’t say what you believe to be false”. Tujuan Harold menuturkan tuturan yang melanggar bidal kualitas ini adalah sederhana untuk terlihat sebagai gurauan atau lelucon supaya Maria tertarik untuk berbicara lebih lanjut dengannya atau untuk membuat Maria tersenyum. Tuturan “work was good” juga bertujuan untuk menyembunyikan hal-hal buruk yang telah terjadi di kantor. Harold tidak ingin terkesan buruk bagi Maria. Jika Ia menceritakan hal sebenarnya yang telah terjadi antara Ia, Billy dan J. D, ada kemungkinan Maria akan menganggap Harold seorang pria yang penakut. Harold mencoba untuk menghindari hal ini dengan tujuan supaya Harold memberikan kesan pertama
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
yang bagus. Harold merasa bahagia dapat berbicara dengan Maria mengenai pekerjaannya. Perasaan bahagia ini dapat diketahui jika dilihat dari konteks dan cara Harold menuturkan tuturan ini “work was good” yaitu pekerjaan berjalan lancar. Harold ingin mengungkapkan kebahagiaannya kepada Maria dengan tidak mengatakan keburukan Harold. Ia menuturkan tuturan ini dengan penuh senyum dan menggebu-gebu seolah-olah mengimplikasikan makna bahwa Ia senang. Jika Harold mengatakan hal sebenarnya seperti, “I got a little problem with one of my partners who wanted me to finish his work” yang terkesan buruk dan tidak sewajarnya diucapkan bersama Maria. Coba perhatikan juga setiap tuturan Harold pada percakapan ini tidak mengimplikasikan makna negatif. Setiap tuturan Harold mencoba untuk membuat Maria tertarik kepada Harold. Asumsinya adalah bahwa: pertama, Harold ingin mengungkapkan bahwa pekerjaannya berjalan lancar. Kedua, Harold tidak ingin Maria tahu bahwa ada partner kerjanya yang menyebalkan. Ketiga, Harold tidak ingin mengingat kejadian di tempat kerja karena ini adalah saat yang jarang terjadi. Keempat, Harold ingin mengungkapkan bahwa jika Ia mengatakan “work was not good” menimbulkan pandangan buruk di hadapan Maria. Harold takut Maria beranggapan Ia tidak dapat menyelesaikan tugas kantor atau terlihat buruk di mata wanita idamannya itu. Jadi, Harold berpikir lebih baik Ia menyembunyikan perilaku nya yang buruk dengan menunjukkan jati dirinya sebagai seorang pria di hadapan wanita. Data 3 EXT. Highway We see Harold’s infiniti swerve onto the Newark exit. INT. Harold’s Infiniti – 9: 00 pm Harold and Kumar drive through the dangerous streets of Newark. They are very quite, until Kumar breaks the silence. Kumar
: (a) //you know, that was the last of our weed.//
Harold : (b) //sorry. I get a little paranoid sometimes.// Kumar
: (c) //now we are in Newark, of all places. You know we’re gonna get shot.
Harold : (d) //maybe it’s not as bad as they say. Maybe it’s just a bunch of hype.// (Bidal Kualitas) Situasi pada bagian ini merupakan situasi berbeda. Setelah Harold dan Kumar menyelesaikan debat mereka tentang gardu tol dan tembakau, akhirnya mereka tanpa sadar mengambil jalur yang salah. Mereka berada di salah satu tempat yang paling mengerikan yaitu Newark Street tempat manusia membunuh manusia lainnya di dalam film tersebut.
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
Mereka terdiam dan terpanah melihat kesunyian jalan itu, hingga tiba-tiba Harold dan Kumar menyaksikan sekelompok berandalan memukuli dua orang yang sedang berjalan kaki melewati Newark. Sambil melalui jalur itu, Kumar mengungkapkan “you know, that was the last of our weed” mengimplikasikan bahwa Kumar memang ingin menyalahkan Harold. Karena kesalahannya, mereka kehilangan tembakau, dan Kumar terus menyalahkan Harold atas perbuatan itu. Dengan rasa bersalah, Harold mengatakan “sorry. I get a little paranoid sometimes” yang merupakan sebuah kenyataan bahwa Harold bukan merasa takut kadangkadang, tetapi Harold selalu merasa takut ketika Ia mendapatkan masalah. Kemudian, Kumar kembali menyalahkan Harold yang menyebabkan mereka berada di Newark Street. Situasi yang menyebabkan mereka dapat tiba di Newark karena Harold dan Kumar berkelahi di dalam mobil, sehingga stir mobil secara tidak sengaja menyimpang dan mereka berakhir di Newark dengan mengatakan “now we’re in Newark of all places. You know we’re gonna get shot.” mengungkapkan bahwa Newark memang tempat yang mengerikan, dan mereka tidak seharusnya berada di sana. Harold mencoba berpikir positif dengan mengatakan “maybe it’s not as bad as they say. Maybe it’s just a bunch of hype.”. Tuturan initergolong pelanggaran bidal kualitas yaitu “don’t say that for which you lack adequate evidence”. Harold dan Kumar mengetahui betapa mengerikannya situasi jalan pada malam hari di wilayah Newark. Namun, Harold tidak ingin mempercayai hal itu, sehingga ia mengungkapkan kata-kata seperti “it’s not as bad as they say. It’s a bunch of hype” yang menunjukkan bahwa Harold tidak takut, dan Harold juga yakin wilayah Newark bukan tempat yang mengerikan. Harold mengatakan tuturan ini tanpa memiliki cukup bukti mengenai wilayah Newark tersebut. Mungkin Harold mencoba untuk berpikir positif dan berharap apa yang dipikirkannya itu sesuai dengan keadaan sebenarnya. Untuk alasan inilah, penulis dapat mengatakan bahwa Harold melanggar bidal kualitas karena tuturan itu hanya sekedar sepengetahuan Harold saja, tetapi Ia tidak menyertakan bukti tuturannya. Implikasinya adalah : 1. Harold mencoba tidak berpikir macam-macam 2. Harold belum pernah menyaksikan langsung peristiwa mengerikan yang terjadi di Newark. 3. Harold tidak merasa khawatir dalam kondisi tersebut. 4. Harold tidak ingin mempercayai sesuatu yang Ia anggap hanya isu masyarakat saja. Tujuan Harold melakukan pelanggaran ini adalah untuk menghilangkan kekhawatiran terkait isu yang belum tentu benar. Dengan begitu, Kumar dapat tenang dan berpikir kembali ke rencana awal yaitu White Castle.
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
Penulis dapat mengatakan bahwa tuturan Harold mencerminkan situasi takutnya. Hal ini dapat diamati dari beberapa petunjuk yang dapat mengarahkan penulis kepada situasi penutur yaitu Harold. Tuturan “sorry. I get a little paranoid sometimes”, situasi takut dapat terlihat dengan mengamati makna dari kata “paranoid” yaitu perasaan takut yang berlebihan dalam keadaan tertentu. Jadi, kata ini dapat memberikan penunjuk bagi penulis untuk mengetahui bahwa Harold berada dalam situasi takut. Data 4 INT. Dorm Hallway Kumar runs down the hall and finds Harold walking with Cindy and the Asian Students. He runs over them. Kumar : (a) //Roldy, dude, you gotta come quick. There’s these two filthy pussies just aching to get boned by us. I mean, there are these two very lovely young pussies who would like to have a chat with you and I.// (Bidal Cara) Situasi pada bagian ini adalah Kumar tiba-tiba mencari Harold dengan tergesa-gesa karena Ia mendapatkan berita bahagia yang menjadi impian mereka. Sesaat Kumar bertemu dengan Harold, dan tanpa Kumar sadari bahwa Harold bersama dengan Cindy Kim tepat di sebelahnya. Dengan suara tegas dan lugas, Kumar mengatakan “Roldy, dude, you gotta come quick. There’s these two filthy pussies just aching to get boned by us.” tanpa melihat Cindy Kim, Kumar mengucapkan tuturan yang tergolong tidak sopan jika diucapkan di depan seorang wanita. Kumar tidak memikirkan Cindy karena Kumar mengetahui Harold juga tidak akan menghiraukannya, dan Harold akan merasa senang mendengar berita ini. Fakta membuktikan bahwa Harold tidak menunjukkan bahwa Ia suka dengan berita Kumar. Kesalahan bukan terjadi pada informasi yang Kumar berikan, tetapi pada kehadiran Cindy Kim. Harold mengharapkan Kumar mengucapkan hal itu dengan perlahan atau tersembunyi jangan sampai terdengar oleh orang lain apalagi Cindy Kim. Ketika Kumar mengetahui keinginan Harold, Ia mengganti tuturannya dengan “I mean, there are these two very lovely young pussies who would like to have a chat with you and I.”, padahal makna dari tuturan ini juga tidak mengalami perubahan, hanya pilihan kata terlihat sedikit sopan menurut Kumar. Atas kesalahan yang dilakukan oleh Kumar, Harold mengubah pikirannya untuk menolak ajakan Cindy Kim. Tuturan “I mean, there are these two very lovely young pussies who would like to have a chat with you and I” dan tuturan “roldy dude, you gotta come quick. There’s these two filthy pussies just aching to get boned by us.”, memiliki makna yang sama yaitu ada dua orang wanita yang siap untuk bercinta dengan Kumar dan Harold. Kedua tuturan tersebut
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
tergolong sebagai pelanggaran bidal cara yaitu melanggar kategori “avoid ambiguity” karena menghadirkan ketidakjelasan makna. Ini dapat diamati melalui pemilihan katanya, seperti “young pussies” yang dapat memiliki beberapa ketidakjelasan makna yaitu: pertama, wanita muda yang cantik dan seksi. Kedua, wanita yang siap melayani hubungan seks. Ketiga, wanita yang berumur dibawah 13 tahun, dan lain-laindan “aching to get boned” yang berarti: pertama, ingin menyatukan bagian tubuh. Kedua, sesuatu yang berhubungan dengan tulang. Ketiga, ingin bercinta.Makna ini dapat berbeda dalam beberapa situasi. Bagi individu yang belum mengenal pilihan kata seperti itu, mereka tidak mampu mengerti makna dari kata itu. Inilah yang menyebabkan tuturan di atas melanggar bidal cara. Tujuan Kumar mengutarakan kedua tuturan itu adalah untuk meyakinkan Harold bahwa dua wanita cantik ingin bercinta dengan mereka itu memang benar, dan Kumar mengharapkan Harold mempercayai berita yang Ia sampaikan walaupun di hadapan Cindy Kim. Maka dari itu, Kumar sengaja mengutarakan berita gembira itu kepada Harold tanpa memperhatikan orang disekitarnya karena Kumar merasa informasi itu menjadi berita bagus bagi Harold, dan Kumar tidak ingin menikmatinya sendirian, sehingga Kumar berniat untuk mengajak sahabatnya Harold. Data 5 INT. Jail Cell – Continuous Harold and Tarik are now left all alone in their cell. Suddenly a loud banging sound is made from a Ventilation Shaft on the ceiling, above one of the officer’s desks. Harold : (a) //what the hell was that?// Kumar
: (b) //Rold, is that you?//
Harold : (c) //Kumar?// Kumar
: (d) //are the cops still here?//
Harold : (e) //what the hell are you doing?// (Bidal Kuantitas dan Bidal Relevansi) Kumar
: (f) //Harold, how do I get out of here?//
Harold : (g)//how the hell should I know?// (Bidal Kuantitas dan Bidal Relevansi) Kumar
: (h) //sure you don’t want to get out of here?//
Harold : (i) //and become a fugitive? Are you nuts? The guys has all my information.// (Bidal Kuantitas dan Bidal Relevansi) Situasi pada bagian ini adalah akibat dari ide Kumar yang memberikan tumpangan kepada orang asing yaitu mereka kehilangan mobil mereka dan juga kehilangan kesempatan untuk sampai di White Castle. Harold memiliki niat untuk menghubungi polisi sekitar dan melaporkan kejadian pencurian ini. Ketika Harold ingin menyeberang jalan, tiba-tiba datang
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
seorang polisi (Mr. Palumbo). Ini merupakan suatu hal yang kebetulan. Harold langsung melaporkan bahwa mobilnya telah dicuri oleh seseorang. Namun, Mr. Palumbo mendekati Harold untuk memberikan sanksi karena menyeberangi jalan bukan pada zebra cross. Situasi ini menyebabkan Kumar tidak dapat berdiam diri dan langsung menghujat polisi itu dengan mengatakan ejekan-ejekan, sehingga menyebabkan Harold dipenjara. Situasi dipenjara menyebabkan Harold bertemu dengan salah satu nara pidana yaitu Tarik. Untuk menyelamatkan Harold, Kumar memberikan laporan palsu kepada polisi melalui telpon. Beberapa saat kemudian, kantor polisi itu menjadi kosong karena semua polisi menuju tempat kejadian perkara yang dilaporkan Kumar. Suara gemuru dari lubang ventilasi pun terdengar oleh Harold dan mengatakan “what the hell was that?”. Ternyata Kumar mengenali suara Harold dan mengatakan “Roldy, is that you?”. Tidak lama kemudian, Kumar menanyakan tujuannya datang untuk menyelamatkan Harold dari penjara. Namun, Harold masih berpikir berkas identitasnya telah diambil oleh polisi tersebut, jika Ia melarikan diri dan menjadi incaran polisi bukan merupakan hal yang baik bagi kehidupan Harold. Kumar tidak putus asa untuk merayu Harold dan pada akhirnya Harold dapat bebas dari penjara. Tuturan “what the hell are you doing?”, “how the hell should I know?”, dan “and become fugitive? Are you nuts? melanggar bidal kuantitas yaitu melanggar kategori “don’t make your contribution less informative than is required” dan bidal relevansi yaitu melanggar kategori “be relevant”. Harold bermaksud ingin menanyakan kepada Kumar alasan Ia menemui Harold dan ingin mengeluarkannya dari penjara. Tuturan “what the hell are you doing?” dan “how the hell should I know?” tergolong pelanggaran bidal kuantitas karena Harold tidak memberikan kontribusi maksimal dengan mengajukan pertanyaan balik terhadap tuturan Kumar. Contohnya, Kumar menanyakan “are the cops still here?”, Harold seharusnya menjawab terlebih dulu pertanyaan Kumar seperti “no. what the hell are you doing?” susunan seperti ini lebih memberikan kontribusi untuk pertanyaan Kumar. Kalau Harold hanya menuturkan “what the hell are you doing?” itu berarti Harold merasa bingung dengan kehadiran Kumar di dalam lubang ventilasi itu. Harold bermaksud untuk meminta klarifikasi terhadap perasaan bingungnya. Tuturan ini juga termasuk pelanggaran bidal relevansi karena topik pembicaraan antara Harold dan Kumar tidak sesuai. Penulis dapat mengamati dari tuturan Kumar yang menanyakan topik berkaitan dengan polisi, sedangkan Harold menanyakan topik tentang alasan Kumar menyelamatkannya. Harold melakukan pelanggaran ini bertujuan untuk meminta klarifikasi terhadap kehadiran Kumar di penjara itu. Tuturan Kumar “sure you don’t want to get out of here?”
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
menunjukkan rasa simpati Kumar terhadap Harold yang sedang dipenjara. Sebagai sahabatnya, Kumar berniat untuk menyelamatkan Harold, tetapi Harold merasa ragu-ragu untuk keluar dari penjara dengan alasan polisi telah mengetahui identitasnya. Lalu, Harold menanggapi ajakan Kumar dengan mengatakan “and become a fugitive? Are you nuts?” digolongkan sebagai pelanggaran bidal kuantitas karena tidak menyediakan informasi maksimal untuk tuturan Kumar. Harold seharusnya menjawab “yes” jika ingin pergi dari penjara atau “no” jika Ia tidak ingin dibebaskan dari penjara. Alasan Harold melakukan pelanggaran ini adalah untuk meminta pertanggung jawaban Kumar jika Harold keluar dari penjara, Ia tidak akan menjadi buronan polisi. Kemudian tuturan “and become a fugitive? Are you nuts?” secara makna percakapan tergolong relevan, tetapi tuturan ini termasuk pelanggaran bidal relevansi jika diamati dari susunan kalimatnya. Harold seharusnya menjawab seperti “of course I want to get out of here. But, ….” untuk menyatakan bahwa Harold masih ragu untuk keluar dari penjara. Ini dilakukannya karena Ia menolak untuk menjadi buronan jika Ia keluar dari penjara secara ilegal. Jadi, ada situasi kebingungan yang ditunjukkan oleh Harold. penulis dapat mengamatinya dari hubungan setiap tuturan Harold. Interpretasinya adalah Harold sebenarnya ingin keluar dari penjara dan mengizinkan Kumar untuk membantunya lepas dari penjara itu, tetapi di sisi lain Harold takut ketika Ia berhasil keluar dari penjara, polisi itu tetap mengincar nya karena polisi itu telah memiliki kartu identitas Harold dan otomatis ini mempermudah polisi untuk menangkap Harold kecuali ada cara untuk mengambil kembali identitas Harold ini. Kebingungan ini yang menyebabkan tuturan Harold bersifat mempertanyakan kembali tuturan Kumar. Dari hasil pembahasan seluruh data dalam skripsi, penulis mendapatkan beberapa hasil yaitu dari total pelanggaran bidal dihubungkan dengan konteks dan tujuan yang ditemukan dalam percakapan film Harold and Kumar Go To White Castle adalah berjumlah 47 pelanggaran. Untuk konteks, dapat disimpulkan bahwa Harold melakukan pelanggaran bidal dalam beberapa situasi yaitu: Bidal kuantitas
Bidal kualitas
Bidal relevansi
Bidal cara
Takut
Bingung
Kecewa
Marah
Tertekan
Khawatir
Bingung
Bingung
Bahagia
Panik
Panik
Takut
Takut
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
Bahagia
Tertekan Panik
Sedangkan, Kumar melakukan pelanggaran Bidal dalam beberapa situasi yaitu: Bidal kuantitas
Bidal kualitas
Bidal relevansi
Bidal cara
Jujur
Bahagia
Jujur
Bersemangat
Bahagia
Marah
Bahagia
Bahagia
Marah
Bersalah
Marah
Marah
Percaya diri
Panik
Bingung
Panik
Panik
Yakin
Yakin
Bingung
Bingung
Panik
Yakin
Kedua table di atas menunjukkan dalam keadaan atau situasi apakah Harold atau Kumar melakukan pelanggaran bidal. Tabel di atas menjelaskan bahwa untuk Harold: pertama, Ia melakukan pelanggaran bidal kuantitas pada saat situas takut, tertekan, bingung, panik, dan bahagia. Kedua, Harold melakukan pelanggaran bidal kualitas pada saat situasi bingung, khawatir, bahagia, takut, tertekan, dan panik. Ketiga, Harold melakukan pelanggaran bidal relevansi pada saat situasi kecewa, bingung, panik, dan takut. Keempat, Harold melakukan pelanggaran bidal cara pada saat situasi marah. Lain halnya dengan Kumar yaitu pertama, Ia melakukan pelanggaran bidal kuantitas pada saat situasi jujur, bahagia, marah, percaya diri, panik, bingung, dan yakin. Kedua, Kumar melakukan pelanggaran bidal kualitas pada saat situasi bahagia, kesal, bersalah, panik, dan yakin. Ketiga, Kumar melakukan pelanggaran bidal relevansi pada saat situasi jujur, bahagia, marah, bingung, panik, dan yakin. Keempat, Kumar melakukan pelanggaran bidal cara pada saat situasi bersemangat, bahagia, marah, panik, dan bingung. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data penelitian pada bab sebelumnya, penulis mendapatkan beberapa jawaban atas pertanyaan penelitian yang penulis ajukan untuk penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini setelah mengamati secara sistematis situasi percakapan, situasi
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
penutur, dan makna tuturan, penulis menemukan beberapa tujuan dari kesengajaan melakukan pelanggaran bidal percakapan yang dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu: pertama, kategori Ekspresif seperti menyenangkan hati, lelucon atau gurauan, menghibur, menenangkan, menjaga perasaaan, dan mengutarakan sesuatu. Kedua, kategori Komisif seperti memendam kekesalan, menghindari bahaya, melindungi, menjaga reputasi, dan menyembunyikan. Ketiga, kategori representatif seperti meminta bantuan, menyatakan putus asa, menolak, meyakinkan, menghindari amarah, dan menunjukkan. Keempat, kategori Direktif seperti memberitahukan, menyatakan kejujuran, menyatakan keberanian, meminta penjelasan, menyelamatkan diri, menegaskan, dan meminta klarifikasi. Kelima, kategori Indirektif seperti mengabaikan dan mengalihkan pembicaraan. Kesimpulan berikutnya didapat setelelah menghubungkan pelanggaran bidal percakapan dengan konteksnya. Berdasarkan 31 data percakapan yang dianalisis ditemukan bahwa korelasi yang tampak dari konteks dan bidal yaitu bidal tidak dapat lepas dari konteks, tanpa konteks, bidal tidak dapat dianalisis secara lebih mendalam. Dalam artian, bidal tidak memiliki daya tarik sebagai acuan dalam penelitian apabila tidak dihubungkan dengan satu aspek penting yaitu salah satunya konteks. Kemudian, korelasi antara konteks dan bidal adalah korelasi sebab-akibat. Ini dapat dikatakan sebab-akibat karena konteks menyebabkan penutur melakukan pelanggaran bidal percakapan, sehingga mengakibatkan pernyataan penutur menjadi tidak sesuai dan tidak memberikan kontribusi maksimal dalam beberapa percakapan di dalam film Harold dan Kumar Go To White Castle. Saran Walaupun telah banyak penelitian yang mengacu kepada percakapan dan bidalnya, masih banyak hal yang dapat dikaji dalam penelitian percakapan, untuk kali ini, penulis meneliti bidal dan konteks, dan penulis menemukan adanya korelasi nyata antara konteks dan bidal yaitu korelasi sebab-akibat. Namun, penuis mengharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih mendalam mengenai percakapan atau pun pelanggaran bidal. Daftar Referensi Cook, Guy. 1989. Discourse: Language Teaching. Oxford: Oxford University Press. Duncan, S. 1973. Towards a Grammar for Dyadic Conversation. Semiotica (9) Duncan, S. 1974. On the Structure of Speaker-Auditor Interaction during Speaking Turns. Language in Society 3 (2).
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014
Eskritt, Michele, Whalen, Juanita, Dan Lee, Kang. 2008. Preschoolers Can Recognize Violations of Gricean Maxims. 26 (3). NIH – National Institute of Health. Br. J. Dev. Psychol. <www.ncbi.nlm.nih.gov › Journal List › NIHPA Author Manuscripts> diunduh: 17 Oktober 2013. Grice, H. P. 1975. Logic and Conversation. In P. Cole and J. Morgan (eds), Speech Acts (Syntax and Semantics, Volume 3). New York: Academic Press. Hymes, D. 1974a. Toward ethnographies of communication. In Foundation in Sociolinguistics: an Ethnography Approach. Philadelphia: University of Pennsylvania Press. Hymes, D. 1972a. Models of the Interaction of Language and Social Life. IN Gumperz and Hymes 1972. Khosravizadeh, Parvaneh dan Sadehvandi, Nikan. 2011. Some Instances of Violation and Flouting of the Maxims of Quantity by the Main Characters (Barry and Tim) in Dinner For Schmucks. Singapore: IACSIT Press.
diunduh: 17 Oktober 2013. Mey, Jacob. L. 2001. Pragmatics: an Introduction. Australia: Blackwell Pubblishers Inc. Mijas, Hanna. 2005. The co-operative principle and its maxims as a translation tool. Respectus Philologicus (Respectus Philologicus), issue: 8 (13) / 2005, pages: 167175, On www.ceeol.com. Renkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Amsterdam / Philadelphia. University of Tilburg. John Benjamin Publishing Company. Tupan, H Anneke dan Natalia, Helen. 2008. Multiple Violation of Conversational Maxims in Lying Done By Some Characters in some Episodes of Desperate Housewives. Voulume 10. Surabaya: Petra Chrisitian University. diunduh: 17 Oktober 2013.
Analisis konteks dan..., Robbi Nurdin Hidayat, FIB UI, 2014