PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PEMIMPI SUTRADARA RIRI RIZA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SEMESTER 2 SMA Oleh: Oniek Lieuska Paramitha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) bentuk pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza; (2) relevansi prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA; dan (3) skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di SMA dengan menerapkan prinsip kesantunan berbahasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan metode simak bebas libat cakap dan catat. Analisis dilakukan dengan metode padan dan metode agih. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa (1) bentuk pematuhan prinsip kesantunan berbahasa lebih banyak daripada ben-tuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi yang ditemukan oleh penulis; (2) relevansi prinsip kesantunan berbahasa dalam per-cakapan film Sang Pemimpi dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA adalah percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak KD 9.2 dan berbicara KD 10.1; dan (3) skenario pembelajaran keterampilan menyimak KD 9.2 dan berbicara KD 10.1 pada siswa kelas X semester 2 di SMA menggunakan media film Sang Pemimpi dengan tiga langkah pembelajaran, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup serta mengombinasikan tiga metode pembelajaran, yakni ceramah, diskusi mempergunakan film, dan pemberian tugas. Kata Kunci: kesantunan berbahasa, skenario pembelajaran menyimak dan berbicara.
PENDAHULUAN Tawuran yang makin meningkat di kalangan pelajar bukan hal yang positif. Penyebab tawuran antarpelajar terkadang persoalan yang sepele, misalnya saling mengejek dan menggunakan kata kasar. Dampak yang diperoleh adalah korban tawuran ada yang meninggal dunia seperti yang pernah terjadi di Jakarta. Para pelajar yang seharusnya belajar, justru sering tawuran antara satu sekolah dan sekolah yang lain. Selain tawuran, ada juga aksi pelajar SMP mem-
1
bunuh teman lantaran dipicu saling mengejek melalui pesan singkat telepon seluler di Purbalingga. Mohamad Ardian, siswa SMP 2 Rembang, Purbalingga tewas akibat ditusuk temannya, Nn di halaman sekolah setempat pada hari Sabtu tanggal 22 September 2012 (Suara Merdeka, 2012: 13). Pemerhati pendidikan anak misalnya Seto Mulyadi, mengatakan bahwa pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan tidak tegas dalam menangani kasus kekerasan di kalangan pelajar sehingga kasus serupa terus terulang (Suara Merdeka, 2012: 9). Dengan kata lain, Seto Mulyadi berharap aksi tawuran dan pembunuhan antarpelajar dapat diminimalkan melalui pembiasaan sikap sopan santun pada siswa. Pembiasaan sikap sopan santun sebagai pembentuk karakter siswa diperlukan kerja sama antara orang tua dan pihak sekolah, khususnya proses pembelajaran. Penerapan kesantunan berbahasa dalam proses pembelajaran di kelas X semester 2 SMA dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. Penelitian ini disesuaikan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara berdasarkan kompetensi dasar 9.2 menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik. Pemilihan bahan pembelajaran yang diambil dari contoh tuturan tokoh dalam percakapan film Sang Pemimpi sekaligus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Dalam percakapan film Sang Pemimpi ini terdapat tuturan yang mematuhi dan melanggar prinsip sopan santun. Secara umum, prinsip sopan santun dapat dirumuskan gunakanlah sesedikit mungkin tuturan-tuturan yang mengungkapkan pendapat yang tidak sopan (Leech, 2011: 123). Kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi dianggap penting pada proses belajar mengajar sebagai salah satu variasi pembelajaran. Adanya variasi pembelajaran ini membantu guru untuk memaksimalkan fungsi otak siswa. Pengoptimalan fungsi otak kanan dan otak kiri ini dibutuhkan oleh siswa untuk
2
mengembangkan karakter yang santun sehingga siswa dapat memilih dan menerapkan tuturan yang santun saat berinteraksi dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) bentuk pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza; (2) relevansi prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA; dan (3) skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di SMA dengan menerapkan prinsip kesantunan berbahasa. Kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifa’i (2012) dan Fitriyanti (2011). METODE PENELITIAN Secara teoretis, dalam penelitian ini digunakan pendekatan pragmatik, sedangkan secara metodologis, digunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini penulis berusaha memperoleh data berupa kata-kata yang diamati dan dianalisis berdasarkan fakta data yang ada. Sebagaimana dikatakan oleh Moleong (2011: 11) bahwa data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2011: 4). Dalam penelitian ini, penulis berperan sebagai instrumen penelitian dan dibantu dengan kartu pencatat data. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada percakapan tokoh dalam film Sang Pemimpi yang mematuhi dan melanggar prinsip kesantunan berbahasa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan metode simak bebas libat cakap dan catat. Analisis dilakukan dengan metode padan dan metode agih. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal. Metode informal adalah penyajian hasil analisis dengan menggunakan kata-kata biasa. (Sudaryanto, 1993: 145).
3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil analisis percakapan film Sang Pemimpi adalah (1) bentuk pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza; (2) relevansi prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA; dan (3) skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di SMA dengan menerapkan prinsip kesantunan berbahasa . Data berhasil didapat oleh penulis mengenai pematuhan prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza berjumlah 15 data percakapan. Bentuk pematuhan prinsip kesantunan berbahasa tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza yang ditemukan oleh penulis adalah bentuk pematuhan maksim kearifan, kedermawanan, pujian, kerendahan hati, kesepakatan, dan simpati dengan variasi bentuk yang bermacam-macam. Berikut ini disajikan tuturan yang mematuhi maksim pujian dalam film Sang Pemimpi beserta pembahasannya. Konteks : Percakapan terjadi pada sore hari antara Arai dan Ikal sedang duduk di warung Koh A Yung. Koh A Yung mengetahui hasil nilai rapor mereka. Tuturan : Koh A Yung : “Kalian juara lagi ya. Bagus lagi nilai rapornya. Singkong dan kopi aku kasih free-lah buat kalian.” Ikal : (melambaikan tangan) “Makasih, Koh A Yung.” Tuturan Koh A Yung mematuhi maksim pujian karena penutur memaksimalkan pujian pada pihak lain. Koh A Yung sebagai penutur dan Ikal sebagai pihak lain. Koh A Yung memuji nilai rapor Ikal dan Arai dengan mengatakan bahwa mereka meraih kembali juara di kelas dan hasil nilai rapor mereka juga bagus. Mendengar tuturan Koh A Yung, Ikal mengucapkan terima kasih sebagai penghormatan atas pujian dari Koh A Yung.
4
Data berhasil didapat oleh penulis mengenai pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza berjumlah 7 data percakapan. Bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza yang ditemukan oleh penulis adalah bentuk pelanggaran maksim kearifan, pujian, dan kesepakatan. Berikut ini disajikan tuturan yang melanggar maksim kesepakatan dalam film Sang Pemimpi beserta pembahasannya. Konteks : Ikal dan Arai mendatangi sebuah toko orang Tionghoa bermaksud untuk membeli sesuatu. Ketika Arai menuturkan secara langsung kepada pemilik toko untuk membeli terigu, gandum, dan gula, tiba-tiba Ikal memotong tuturan Arai. Terjadi percakapan Ikal dan Arai. Tuturan : Arai : (sambil menaruh uang koin di atas meja) “Nyah, aku nak beli terigu, gandum, gula….” Ikal : “Apa-apaan, kau?” Arai : “Ssssstt”. Ikal : “Hampir setahun kita menabung. Kau cuma pakai buat beli terigu? Gile, kau.” Arai : “Ini penting bahan-bahan ini. ” Ikal : “Apanya yang penting. Susah payah aku menabung bahkan tabungan aku lebih banyak daripada kau. Kalau kau nak main-main pakai saja duit kau sendiri.” Arai : “Wah, bodoh sekali anak ini.” (Arai dan Ikal saling menarik paksa karung gandum berisi uang koin). Percakapan di atas melanggar maksim kesepakatan karena Ikal menuturkan tuturan yang memaksimalkan ketidaksetujuan terhadap ajakan Arai. Ketidaksetujuan Ikal terhadap sikap Arai yang hendak membeli terigu, gula, dan gandum. Ikal tidak setuju karena uang yang dipakai adalah uang koin miliknya dan Arai. Alasan Ikal karena uang koin miliknya itu tabungan selama hampir setahun yang dikumpulkannya dengan susah payah. Arai memaksa Ikal untuk menyerahkan uang koin milik Ikal. Ikal tidak memberikan uang tersebut, tetapi berkelahi dengan Arai. Penyebab tuturan Ikal kurang santun ialah dorongan rasa emosi Ikal yang kesal terhadap Arai dan penggunaan kata kasar. Kata kasar yang
5
dituturkan Ikal, yakni ‘Gile, kau’. Akibat dari pelanggaran maksim kesepakatan pada percakapan tersebut adalah terjadi perkelahian antara Ikal dan Arai. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengamati penyebab perkelahian adalah penggunaan kata kasar. Relevansi prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA adalah percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak KD 9.2 dan berbicara 10.1. Penerapan prinsip kesantunan berbahasa dapat membantu pembentukan karakter siswa berkomunikasi lebih santun sehingga diharapkan siswa mampu memahami tuturan dan menafsirkan maksud dari tuturan tersebut serta dapat mempraktikkan penggunaan tuturan yang santun dalam berkomunikasi. Kurikulum pembelajaran yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) karena kurikulum pembelajaran tersebut menekankan siswa sebagai subjek pembelajaran, sumber belajar, dan pengaruh teknologi yang memadai serta pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa sebagai subjek pembelajaran diharapkan mampu mencapai indikator keterampilan menyimak dan berbicara serta dapat membangun karakter siswa. Samani dan Hariyanto (2013: 111) menambahkan bahwa pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi juga pengalaman nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari di masyarakat. Skenario pembelajaran keterampilan menyimak KD 9.2 dan berbicara KD 10.1 pada siswa kelas X semester 2 di SMA menggunakan media film Sang Pemimpi dengan mengombinasikan tiga metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film (Film Talk-Back), dan metode pemberian tugas. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), skenario pembelajaran menyimak dan berbicara dilakukan dengan tiga langkah pembelajaran, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
6
Kegiatan pandahuluan meliputi: (1) guru membuka dengan salam dan berdoa; (2) guru mengecek kehadiran siswa dengan presensi kelas; (3) guru mengawali pertanyaan motivasi dan sekilas mengulas sedikit materi pada pembelajaran sebelumnya; (4) guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa; dan (5) guru menjelaskan aturan main dalam pembelajaran. Kegiatan inti meliputi: (1) guru menjelaskan materi pembelajaran; (2) guru membagi kelas menjadi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa, masingmasing kelompok diberi permasalahan, yakni beberapa percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (3) siswa menyimak tuturan percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (4) siswa mencatat pokok-pokok informasi percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (5) siswa berdiskusi dengan tujuan menganalisis isi informasi, merumuskan pokok persoalan, dan memberikan komentar berupa kritik dengan menerapkan kesantunan berbahasa terhadap percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (6) siswa menyampaikan secara lisan dengan menerapkan kesantunan berbahasa terhadap pekerjaan yang telah selesai kemudian mengumpulkan pekerjaan tersebut tiap kelompok untuk dikoreksi oleh guru; (7) guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan; dan (8) guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi. Kegiatan penutup meliputi: (1) guru merefleksi hasil pembelajaran; (2) guru memberikan tugas lanjutan yang harus dikerjakan siswa secara individu; dan (3) berdoa dan mengucap salam. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah disajikan sebelumnya, simpulan penelitian ini adalah (1) bentuk pematuhan prinsip kesantunan berbahasa lebih banyak daripada bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi yang ditemukan oleh penulis; (2) relevansi prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA adalah percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak KD 9.2 dan
7
berbicara KD 10.1; dan (3) skenario pembelajaran keterampilan menyimak KD 9.2 dan berbicara KD 10.1 pada siswa kelas X semester 2 di SMA menggunakan media film Sang Pemimpi dengan tiga langkah pembelajaran, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup serta mengombinasikan tiga metode pembelajaran, yakni ceramah, diskusi mempergunakan film, dan pemberian tugas. Berdasarkan simpulan di atas, saran penulis untuk guru adalah dengan membiasakan menerapkan prinsip kesantunan berbahasa dalam proses pembelajaran, diharapkan dapat menunjang guru sekaligus siswa membentuk karakter. Saran penulis untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo adalah mahasiswa dapat mengembangkan penelitian mengenai prinsip kesantunan berbahasa dengan lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Fitriyanti. “Ungkapan Kesantunan Imperatif antartokoh dalam Film Laskar Pelangi dan Model Pembelajarannya di SMP”. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. 2011. Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Pemecatan Siswa Tawuran Bukan Solusi. 2012. Suara Merdeka, kolom 5, Rubrik “Edukasia”, hal.9. Kamis 27 September 2012. Rifa’i, Muhammad. “Operasi Prinsip Sopan Santun Tuturan SMS dalam Rubrik Njur Piye Harian Suara Merdeka Edisi September 2011”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo Purworejo. 2012. Saling Ejek, Siswa SMP Bunuh Temannya. 2012. Suara Merdeka, kolom 1, hal.13. Minggu 23 September 2012. Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
8