HARAPAN DALAM FILM WELCOME TO DONGMAKGOL: ANALISIS SEMIOTIK
Tania Triputri 0906529451 Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
E-mail :
[email protected]
1
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
HARAPAN DALAM FILM WELCOME TO DONGMAKGOL: ANALISIS SEMIOTIK
Abstrak Film adalah salah sarana komunikasi sosial untuk mengekspresikan suatu pesan atau menyampaikan suatu pemikiran. Oleh karena itu, tidak jarang pula film dijadikan sebagai alat kritik sosial atas situasi yang sedang terjadi. Salah satunya adalah dalam film Welcome to Dongmakgol, yang merupakan salah satu film Korea yang menjadi film blockbuster. Dalam film tersebut yang bertemakan perang, terdapat suatu makna yang tersirat. Di dalamnya terdapat harapan akan perdamaian di semenanjung Korea, sebagai respon dari pro dan kontra masyarakat terhadap Sunshine Policy. Melalui analisisi semiotik ditemukan simbol-simbol yaitu popcorn, pesta makan, rudal, dan kupu-kupu yang memperkuat makna harapan dalam film Welcome to Dongmakgol. Keywords : Dongmakgol; harapan; semiotik.
HOPE ON WELCOME TO DONGMAKGOL: SEMIOTIC STUDY
Abstract Film is one of a social communication tools to express a message or convey a thought. Hence, it is not rare to see a film used as a tool of social criticism over the current situation. For example, Welcome to Dongmakgol. which is one of many Korean films that became a blockbuster movie. In this war-themed film, there is an implied meaning. In this movie there is hope for peace on the Korean peninsula, as a response to Korean society’s pros and cons of Sunshine Policy. Through a semiotic study, writer found out that some symbols like popcorn, dining time, missiles, and butterflies strongly shows ‘hope’ in Welcome to Dongmakgol movie. Keywords : Dongmakgol; hope; semiotic.
2
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
1.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini dunia perfilman telah mampu merebut perhatian masyarakat di seluruh dunia. Terlebih lagi setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang turut andil dalam perkembangan dunia perfilman. Film dapat diartikan sebagai gambar bergerak yang dilengkapi warna, suara, dan sebuah cerita. Film juga bisa disebut gambar hidup. Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Oleh karena itu, film adalah salah satu media yang bukan hanya bertujuan untuk menghibur, tetapi juga berfungsi edukatif atau sebagai penyebar pandangan. Korea Selatan adalah negara dengan perkembangan media film yang cukup pesat. Banyak sekali film terkenal dengan berbagai cerita menarik yang dikupas oleh negeri Korea. Salah satu tema yang diangkat adalah perang Korea. Welcome to Dongmakgol adalah salah satu film yang mengangkat tema tersebut. Welcome to Dongmakgol dirilis di Inggris sebagai "Battleground 625". Film ini adalah film Korea Selatan yang dirilis pada tahun 2005. Dalam beberapa minggu setelah dirilisnya film tersebut pada tanggal 4 Agustus 2005, film Welcome to Dongmakgol menjadi salah satu film dengan hasil penjualan terbesar dalam sejarah Korea. Film ini mengejutkan banyak masyarakat Korea Selatan karena kombinasi dari tragedi dan humor yang dihubungkan dengan Perang Korea, yaitu sebuah topik yang dalam film Korea sampai pada waktu itu, biasanya dilihat dengan atmosfir berat.1 Film ini dibuat beberapa lama setelah Korea Selatan menjalankan kebijakan Sunshine Policy. Sunshine Policy adalah kebijakan diplomasi milik Presiden Korea Selatan Kim Dae-Jung terhadap Korea Utara. Kebijakan ini mengedepankan pendekatan secara damai dengan cara menjalin kerjasama di bidang ekonomi dan kemanusiaan serta memajukan rekonsiliasi untuk mengarah reunifikasi.
1
Jeffrey A. Tripp, “The Demilitarized Zone: The Dynamics of Anti-Americanism and New Korean Cinema in Welcome to Dongmakgol.” Journal of English and American Studies Vol. 7, Seoul, Ewha Institute Press, 2008.
3
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
Presiden Korea Selatan Roh Moo-Hyun melanjutkan kebijakan ini dengan membuat kebijakan perdamaian dan kesejahteraan berdasarkan Sunshine Policy. Inti dari kebijakan ini adalah untuk meletakan pondasi dasar bagi usaha reunifikasi damai kedua Korea dengan mempromosikan perdamaian di Semenanjung Korea serta menciptakan kesejahteraan bersama, baik bagi rakyat Korea Selatan maupun Korea Utara. Di samping itu, kebijakan ini diharapkan pula dapat menghentikan dan menyelesaikan tekanan senjata nuklir Korea Utara melalui diplomasi. Tidak kurang dari 20 film yang mengangkat topik Korea Utara oleh industri film Korea Selatan antara tahun 2000 dan 2007, yaitu pada saat periode diberlakukannya Sunshine Policy. Industri film Korea Selatan bergejolak selama periode Sunshine Policy dengan menggunakan Korea Utara sebagai bank karakter. 2 Welcome to Dongmakgol adalah salah satu film diantaranya. Pandangan Korea Selatan terhadap Korea Utara berubah di saat Sunshine Policy. Karakter Korea Utara yang diciptakan oleh industri film Korea Selatan selama periode ini tidak memenuhi citra stereotip dari Korea Utara sebelumnya. Welcome to Dongmakgol memberi pencitraan yang berbeda akan masyarakat Korea Utara Penulis tertarik dengan film yang mengangkat tema perang pada saat mengikuti kelas Pengkajian Puisi Korea. Saat itu penulis menonton berbagai film Korea mengenai perang. Semua film memiliki atmosfir yang berat, namun ada satu film yang sangat berbeda nuansa dengan film lainnya, yaitu film Welcome to Dongmakgol. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk menganalisa film Welcome to Dongmakgol dari segi semiotik.
2
Kyung Hyun Kim, “Mea Culpa: Reading the North Korean as an Ethnic Other in Recent South Korean Films”, Situations Vol. 2, Seoul, Yonsei University Press, 2008.
4
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
1.2 Tinjauan Teoritis 1.2.1 Film Sebagai Salah Satu Bentuk Karya Sastra Sastra menurut bahasa Sansekerta berasal dari kata “sas” yang berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk, sedangkan “tra” berarti alat atau sarana. Awalan “su-“ memiliki arti baik, indah. Jadi, sastra merupakan bagian dari kebudayaan, hasil budi manusia dari perpaduan cipta-rasa-karsa, yang diwujudkan dalam berbagai bentuk untuk tujuan mengajar, memerintah, menasehati, menghukum, mengkritik, mencela, mengecam atau membenarkan sesuatu, yang dilakukan dengan cara halus dan indah. 3 Dengan pengertian sastra tersebut di atas, film dapat dimasukkan sebagai salah satu kajian sastra. Choi Hyesil, dalam jurnalnya berkata bahwa 원래 이야기는 예로부터 존재해왔다. 그러나 근대 이후 인쇄매체 시대가 되면서 문학이 대표적인 이야기 장르로 자리잡게 되면서 서사가 이야기의 중요한 특성이 되었다. 그러나 디지털 시대가 되면서 많은 정보가 디지털 미디어를 통해 교환되기 시작하면서 새로운 이야기의 특성이 나타나기 시작했다.
(Awalnya cerita disampaikan
melalui lisan. Akan tetapi setelah munculnya era printing, karya sastra tulis menjadi genre utama pada masa itu, kemudian narasi menjadi salah satu ciri penting dalam penceritaan. Namun, setelah masuknya era digital, segala informasi mulai disampaikan melalui media digital sehingga muncul ciri baru dalam penceritaan.) 4 Dalam bukunya yang lain, Choi Hyesil menyebutkan bahwa 디지털 스토리텔링이란 컴퓨터 상에서 일어나는 모든 서사행위, 웹상의 상호작용적인 멀티미디어 서사 창조들이다. 여기에는 텍스트 뿐 아니라 이미지, 음악, 목소리, 비디오, 애니메이션 등을 포함한다고 한다.
(Digital story-telling adalah segala narasi yang muncul dalam media komputer dan segala kreasi naratif berbentuk interaksi multimedia dalam web. Dalam hal ini yang dimaksud
3
Andries Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta, Pustaka Jawa, 1984, hal. 21
4
최혜실, 《새로운 세대와 콘텐츠》, 논문, 2007
5
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
bukan hanya teks, namun termasuk dalam bentuk gambar, musik, suara, video, dan animasi.) 5 Film dan novel sama-sama mempunyai aspek naratif yang terkandung di dalamnya. Sama halnya dengan novel, film pun mempunyai tokoh dan penokohan, alur, serta latar tempat dan waktu. Film juga mempunyai narator, konflik, dan juga tujuan yang ingin dicapai oleh tokoh dalam film. 6 Dengan kata lain, film termasuk suatu bentuk narasi dengan media digital. Menurut McClean, 2007, story telling is related to the narrative power of visual effect in film. Dalam film tidak hanya kata-kata verbal, namun animasi visual dan efek manipulatif yang dihasilkan, yang semua itu merupakan representasi dari ide atau pesan yang ingin disampaikan. Jadi, dengan melihat dari aspek fungsinya, meskipun tidak berupa kata-kata ataupun tulisan, film juga dapat dikategorikan salah satu bentuk karya sastra.
1.2.2 Semiotik Sebagai Sebuah Bidang Kajian Semiotik berasal dari bahasa yunani yaitu semeion, yang berarti tanda.7 Jadi secara etimologis Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Dalam kamus literatur bahasa Korea, 기호란 어떤 개념이나 명제 혹은 수식 따위를 쉽게 전하기 위해 만들어 쓰는 분호를 말한다. 8
(Tanda merupakan suatu simbol yang dipakai untuk
menyampaikan suatu konsep, proposisi, atau nomor, dan sebagainya dengan lebih mudah.)
5
최혜실, 《디지털스토리텔링》, 정보과학회지, 2003
6
Himawan Pratista, Memahami Film, Yogyakarta, Homerian Pustaka, 2008, hal. 43-44 Marcel Danesi, Encyclopedic Dictionary of Semiotics, Media, and Communications, University of Toronto Press, 2000, hal 205
7
8
《문학비평용어사전》한국문학평론가협회 편, 서울: 국학자료원, 2005, pg. 353
6
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
Terdapat beragam metode penelitian semiotik yang digunakan para peneliti. Salah satunya adalah metode dari Roland Barthes. Menurut Roland Barthes, semiotika sebagai discourse analysis yang paling dasar, cara dan kerjanya adalah mengamati tanda (ikon, indeks, simbol) dengan tujuan untuk menemukan makna-makna tanda dengan bantuan teori segitiga makna.9 Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan metode dari Roland Barthes sebagai alat yang paling tepat untuk menganalisa makna yang terkandung dalam obyek baik denotasi maupun konotasi, selanjutnya dengan menganalisis simbol-simbol lain dalam film peneliti mencoba konstruksi maknanya.
1.2.3 Pengertian Harapan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, harapan adalah 1) sesuatu yang (dapat) diharapkan. 2) keinginan supaya menjadi kenyataan. 3) orang yang diharapkan atau dipercaya. 10 Menurut Victor Vroom dalam teori pengharapan, harapan adalah kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut.11 Snyder memiliki definisi harapan menurutnya, yaitu "Hope is the sum of the mental willpower and waypower that you have for your goals." 12 Snyder membuat 3 konsep untuk mendeskripsikan “harapan” lebih lanjut, antara lain: 1. Goals: “Goals adalah objek, pengalaman, atau hasil yang kita bayangkan dan inginkan dalam pikiran kita." Snyder menjelaskan bahwa "tujuan yang melibatkan harapan jatuh di suatu tempat antara mustahil dan suatu hal yang pasti." 9
Roland Barthes, The Semiotics Challenge, New York, Hill and Wang, 1998 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, 2005, hal. 388 11 Stephens P. Robbins, Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, Edisi 12, Jakarta, Penerbit Salemba, 2008, hal. 253 12 Charles D. Snyder, The Psychology of Hope: You Can Get Here from There, New York, The Free Press, 1994, hal. 7 10
7
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
2. Willpower: “Willpower adalah kekuatan pendorong dalam berpikir penuh harapan" 13 Kemauan mengacu pada persepsi tujuan yang kita inginkan serta energi mental seseorang . Hal ini juga tergantung pada seberapa baik kita memahami tujuan kita. 3. Waypower: “Waypower mencerminkan rencana mental atau peta jalan yang memandu pikiran penuh harapan" Snyder mengatakan bahwa harapan adalah "kemauan mental dan usaha untuk tujuan." Penelitiannya telah membuktikan bahwa "orang-orang dengan kemauan bisa saja tidak memiliki usaha untuk tujuan mereka "14 Ketiga konsep dari Snyder ini menunjukkan bahwa willpower dan waypower bersifat berkesinambungan dan saling melengkapi untuk mencapai goal seseorang.
1.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis semiotik. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.15 Metode kualitatif merujuk pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, apa yang ditulis dan dikatakan oleh orang atau tingkah laku yang diamati. Dengan kata lain, metode kualitatif membuka jalan tentang bagaimana cara kita melihat realitas sosial.16 Objek penelitian dalam penelitian ini merupakan aspek sinematografis. Aspek sinematografis yang dimaksud diantaranya tanda-tanda verbal dan non verbal yang terdiri dari berbagai macam tanda yang tergabung dalam suatu sistem. Oleh karena itu metode analisis semiologi digunakan untuk mengetahui pesan dan makna yang terkandung dibaliknya.
13
Ibid., hal. 9 Ibid. hal. 13 15 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hal. 3 16 Andrik Purwasito, Salah Satu Prosedur Mamahami Realitas: Pengantar Metode Kualitatif, Dalam Dinamika, Edisi No 2 Th VII April 1997, hal. 32 14
8
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
2.
ANALISIS SEMIOTIK PADA FILM WELCOME TO DONGMAKGOL
Setiap film memiliki beberapa tanda yang ditekankan oleh penulisnya. Tanda-tanda itu dapat berupa objek yang sering muncul, adegan yang dilambatkan, adegan berdurasi panjang, adegan yang memiliki efek musik yang memberi suatu kesan, dan sebagainya. Penulis akan membahas beberapa objek atau adegan yang ditekankan dalam film Welcome to Dongmakgol, maknanya, dan situasi faktual yang ada dalam masyarakat Korea pada saat itu.
2.1
Seputar Film Welcome to Dongmakgol Film bergenre drama Welcome to Dongmakgol ini berlatar di pertengahan tahun 1950 ketika pecahnya perang saudara antara Korea Utara dengan Korea Selatan. Welcome to Dongmakgol mencoba mengangkat sebuah kisah fantasi dari sejarah tragedi perang Korea. Tentara dari kedua Utara dan Selatan, serta seorang pilot Amerika, menemukan diri mereka di sebuah desa terpencil. Sebagian besar penduduk desa tersebut sama sekali tidak memiliki pengetahuan akan dunia luar, termasuk perang. Desa ini bernama "Dongmakgol" yang memiliki arti 'hiduplah dengan naïf, lugu, dan bebas seperti anakanak’.17 Dongmakgol sendiri adalah sebuah desa kecil yang terpencil. Penduduknya hidup dalam kesederhanaan, tidak pernah terusik dan tidak pernah tahu dengan peperangan yang terjadi di negaranya sendiri. Para penduduk desa sangatlah naif dan hidup damai tanpa membedakan usia, jenis kelamin, atau kekayaan. Walaupun Welcome to Dongmakgol merupakan film yang menceritakan kegilaan perang, akan tetapi film ini bukanlah film tentang rasa sakit, penderitaan perang, maupun bagaimana trauma masyarakat akibat perang, seperti pada film Taegukgi (Brotherhood of War). Film ini bukan juga menceritakan kebrutalan perang seperti pada film Silmido. Welcome to Dongmakgol mengandung pesan persatuan semenanjung Korea dengan menunjukkan bagaimana Korea Utara dan Korea Selatan dapat bekerja sama untuk melawan musuh dari luar. Welcome to Dongmakgol adalah film tentang kenyataan sederhana bahwa perang adalah hal yang sangat bodoh untuk dilakukan. Hal ini membuat penulis merasa tertarik untuk meneliti
17
Jeffrey, loc. cit.
9
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
adegan-adegan dalam film Welcome to Dongmakgol dan citra mengenai Korea Utara dalam film tersebut. Mereka yang tidak pernah mengenal senjata-senjata canggih yang banyak disandang oleh para tentara di luar sana tiba-tiba terusik kedatangan orang-orang asing yang tersesat. Diawali dengan jatuhnya pesawat seorang Amerika dengan pilot bernama Smith di desa Dongmakgol. Penduduk setempat dengan polosnya berbondong-bondong datang melihat dan membatu Smith yang cedera akibat kecelakaan pesawat tersebut. Namun, karena kepolosan dan ketidaktahuannya, mereka heran dan hanya bisa bergumam karena tidak mengerti bahasa yang digunakan Smith, yaitu bahasa Inggris. Selanjutnya desa Dongmakgol dikejutkan lagi dengan kedatangan sepasang tentara Korea Selatan yang tersesat, yang disusul dengan tiga Orang tentara Korea Utara. Maka ketika tentara dari dua kubu berbeda ini bertemu dan bertatap muka, secara spontan mereka kemudian angkat senjata. Saling antisipasi dengan tindakan yang akan dilakukan oleh tentara lawan. Penduduk yang tidak tahu menahu dengan peperangan yang sedang terjadi hanya terheran-heran melihat kedua tingkah tentara tersebut. Hingga hari berikutnya, melewati malam-siang, hujan-panas, kedua kubu tentara tersebut tetap berada di posisi pertahanan mereka masing-masing sambil menodongkan senjata ke arah lawan, namun tidak ada tindakan perlawanan yang mereka lakukan. Sampai salah satu tentara Korut tidak sengaja menjatuhkan granat yg tadi dia hunuskan, namun granat tersebut tidak meledak. Ketika salah satu tentara Korsel kemudian memeriksa granat tersebut dan membuangnya sembarangan tanpa disangka granat itu meledak, menghancurkan lumbung makanan persedian musim dingin penduduk, sehingga jangung2 kering yang disimpan di lumbung bertebaran menjadi pop-corn. Karena merasa bersalah akhirnya tentara2 tadi berjanji membantu penduduk membangun lumbung kembali dan memenuhi lumbung dengan bahan makanan. Hingga akhirnya dua tentara dari kubu yang berbeda, penduduk setempat serta Smith menjadi akrab satu sama lainnya. Di sisi lain, dari pangkalan UN sendiri, karena merasa kehilangan salah satu anak buahnya (Smith), mereka membentuk tim pencari. Mereka berhasil menemukan desa Dongmakgol serta membuat kekacauan karena tidak menemukan Smith yang kebetulan 10
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
sedang mengantar nenek sesepuh untuk tidur. Tim pencari tersebut percaya bahwa Smith ditembak jatuh oleh pasukan Korea Utara dan berencana akan mengebom dan menyerang desa Dongmakgol. Mengetahui hal tersebut, akhirnya timbul keinginan tentara-tentara yang terdampar dan juga Smith untuk melindungi dan berjuang demi keselamatan desa Dongmakgol, karena kecintaan mereka dan ketidakrelaan mereka melihat penduduk setempat yang tidak tahu apa-apa menjadi tumbal dan korban penyerangan tentara AS. Para prajurit yang berbeda ideologi ini kemudian bersatu dan membangun strategi bersama. Dongmakgol, desa yang terpencil itu akhirnya selamat dan luput dari penyerangan UN-AS, meskipun tentara-tentara yang berjuang tersebut mengorbankan nyawa mereka.
2.2
Deskripsi dan Makna Simbol dalam Film Welcome to Dongmakgol Kekuatan dari film Welcome to Dongmakgol terletak dari adegan-adegannya. Makna dari film ini disampaikan melalui berbagai simbol. Simbol-simbol tersebut tergambarkan melalui media visual, bukan dari dialognya. Simbol yang ditekankan dalam film ini adalah sebagai berikut: 2.2.1
Popcorn Film ini memutarbalikkan kesedihan dan menyajikan kesan kebahagiaan yang
harmonis melalui beberapa simbol seperti popcorn, kembang api, dan kupu-kupu. Dalam film ini, popcorn adalah motif penting yang menunjukkan bahwa senjata yang diciptakan untuk membunuh orang dalam perang dapat diinterpretasikan secara berbeda (Nah, 2011).
11
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
Gambar 1. Hujan Popcorn sumber: Welcome to Dongmakgol (38:27)
Di tengah jalannya perang, tentara Korea Selatan, Korea Utara, dan tentara sekutu bertemu di desa Dongmakgol. Timbul ketegangan tinggi di antara mereka. Salah satu adegan dalam film ini menunjukkan adegan tentara Korea Selatan mengancam tentara Korea Utara dengan granat, tetapi pada akhirnya granat tersebut terlempar ke gudang jagung. Pada adegan berikutnya gudang jagung tersebut meledak dan ribuan popcorn berjatuhan di udara yang ditekankan dengan slow motion. Hal yang membuat adegan ini begitu sukses adalah simbolisasi yang jelas dan perubahan mendadak nuansa tegang ke kedamaian. Setiap elemen fisik yang menjunjung adegan popcorn ini benar-benar mengesankan. Gudang jagung itu meledak seolah-olah dunia indah yang mengelilinginyalah yang menyebabkannya meledak. Bukannya menyebabkan rasa takut, ledakan itu menyebabkan suka cita. Terdapat kesan kesederhanaan bahwa desa ini selamat dari senjata penghancur buatan manusia. Seiring popcornnya berjatuhan, para prajurit melupakan pertikaian yang tadi mereka alami. Mereka tampak tergerak oleh jatuhnya popcorn tersebut sama seperti penduduk desa Dongmakgol. Tindakan kekerasan mereka, bahkan tindakan seekstrim ledakan granat, seakan tidak cukup untuk menghancurkan kepolosan Dongmakgol. Pyo, Lee, dan bawahan mereka tampaknya diam-diam menyadari hal ini, kemudian sikap mereka perlahan berubah dan menjadi lebih hangat sepanjang sisa film.
12
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
Kejadian popcorn tersebut seolah menghipnotis mereka: kebencian mereka hilang, dan mereka merenung memandang langit dengan perasaan kagum dan lega. Kelegaan itu begitu besar sehingga para prajurit yang tadinya keras kepala mengawasi satu sama lain sampai tidak bisa tidur tenang itu, akhirnya dapat terbuai untuk tidur nyenyak. Para prajurit itu seperti beruang-beruang mengamuk yang berubah jinak oleh keindahan yang sederhana, menampilkan pesan utama Welcome to Dongmakgol. Penduduk desa bersikap seperti biasanya, innocent dan lugu seperti biasa, meskipun timbul kerugian besar akan makanan persediaan makanan mereka. Mereka menangkap momen keindahan itu dan menghargainya. Guru dan legenda film, Joe Hisaishi menyusun musik untuk adegan popcorn yang berkilau seperti matahari. Musik tersebut menyampaikan emosi dan nuansa adegan itu. Adegan itu benar-benar menimbulkan sebuah efek merinding. Dalam adegan inilah penonton diajak mulai menyadari betapa indahnya suasana di Welcome to Dongmakgol. Penonton mulai menyukai karakter warna-warni dan desa yang prajurit masuki. Nah (2011) berpendapat bahwa hal ini memberikan pesan bahwa senjata peledak berbahaya dan mengerikan tersebut tidak digunakan untuk membunuh tetapi untuk mencapai keharmonisan antara orang-orang.
2.2.2
Pesta Makan
Gambar 2. Makan Bersama sumber: Welcome to Dongmakgol (1:03:20)
13
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
Setelah kejadian popcorn tersebut, hubungan antara orang Korea Utara dan Korea Selatan secara bertahap membaik, bahkan rasa hormat dan persahabatan mulai timbul, termasuk antara pemimpin mereka masing-masing yaitu Lee dan Pyo. Seluruh kecanggungan luntur habis setelah berpesta daging babi yang mereka tangkap bersama sebagai sebuah tim. Sikap sederhana para prajurit yang berbagi makanan menimbulkan kesatuan antara Korea Utara, Korea Selatan, dan Amerika. Adegan ini memiliki makna bahwa hal-hal kecil dapat membuat perbedaan besar, lebih jauh lagi, harapan akan perdamaian di Korea dimulai dari hal-hal kecil.
2.2.3
Rudal
Gambar 3. Hujan Rudal sumber: Welcome to Dongmakgol (2:04:40)
Dalam adegan saat banyak rudal dijatuhkan musuh, film Welcome to Dongmakgol memperlihatkannya dengan suasana festival kembang api, bukan suasana gelap dan suram yang biasa terlihat dalam film-film perang lainnya. Tokoh-tokoh dari latar belakang yang berbeda berdiri berdampingan di satu tempat dan menyambut akhir hidup mereka dengan ekspresi bahagia. Hal ini menunjukkan bahwa tragedi Perang Korea yang membuat orang-orang saling mengarahkan senjata satu sama lain dapat diselesaikan melalui kesatuan pikiran. (Nah, 2011)
14
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
2.2.4 Kupu-kupu
Gambar 4. Kumpulan Kupu-kupu Terbang di Atas Penduduk Desa sumber: Welcome to Dongmakgol (1:24:50)
Gambar 5. Kupu-Kupu Terbang Melewati Pesawat ... sumber: Welcome to Dongmakgol (2:22)
Gambar 5. Kupu-Kupu Terbang ke Atas dari Puing-Puing Perang sumber: Welcome to Dongmakgol (2:06:40)
15
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
Dari awal sampai akhir film, kupu-kupu muncul sebagai simbol penting. Kupukupu sendiri di Korea mempunyai makna simbolis yaitu cinta dan kebahagiaan. Cinta, Kebahagiaan. Selama musim semi, kupu-kupu adalah obyek iri di antara pria dan wanita muda. Kupu-kupu yang bebas dan riang untuk mencari pasangan mereka, tidak seperti perjodohan dalam masyarakat Konghucu. Untuk orang yang mereka melambangkan cinta dan kebahagiaan gratis. 18 Adegan pertama film ini memperlihatkan kokpit pesawat tempat Smith, seorang prajurit sekaligus pilot dari Amerika, berteriak karena pesawatnya jatuh. Tepat sebelum dia menyentuh tanah, waktu melambat. Smith melihat ke luar jendela dan melihat kupukupu kuning halus kecil terbang bersama pesawat, memukulkan sayapnya pada balingbaling pesawat. Kupu-kupu menyiratkan harapan dunia baru pada adegan jatuhnya pesawat tersebut. Kemudian kupu-kupu di sini juga terkesan mewakili Yeo-il, cara dia berjalan, mungil, pakaian warna-warninya, dan cintanya akan bunga. Di Korea, kupu-kupu mewakili cinta dan kebahagiaan. Hal ini penting, baik dari segi hubungan simbolis Yeo-il untuk film, desanya, dan pola pikir Korea secara keseluruhan selama perang, serta hubungan cintanya dengan Seo Taek-gi, salah satu dari tiga tentara Korea Utara yang tersandung ke desa Dongmakgol. Pada bagian tengah film, terdapat kupu-kupu naik ke langit dan mengalahkan musuh terjun payung sehingga menyelamatkan Dongmakgol. Dalam adegan terakhir, kupu-kupu terbang di sekitar jejak bekas perang yang tertutup oleh salju. Kupu-kupu tersebut menyiratkan masa depan pasca-perang yang tidak sepenuhnya kehilangan harapan.
18
Life in Korea, Symbolic Meaning: Animals, www.lifeinkorea.com, 2000.
16
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
3.
Kesimpulan Film Welcome to Dongmakgol mengandung simbol-simbol yang memiliki makna
denotatif maupun konotatif mengenai harapan akan reunifikasi. Film yang berdurasi kurang lebih 2 jam ini, sarat akan nilai bahwa sebenarnya ‘perang’ dan penggunaan ‘kekerasan’ itu tidak ada gunanya. ‘Perang’ adalah hal bodoh yang akan merugikan pihak yang terlibat di dalamnya, kalah ataupun menang. Tidak hanya itu, akibat perang juga merugikan orang-orang yang tidak berdosa lainnya. Film ini juga menggambarkan bahwa orang Korea Utara, Korea Selatan, Amerika, atau siapapun sesungguhnya adalah sama. Tidak ada yang salah dan yang benar. Hal yang salah hanyalah perang itu sendiri. Pesan ini tersampaikan melalui berbagai adegan atau simbol dalam film tersebut. Film ini menyampaikan pesan harapan akan perdamaian yang terpengaruh dari pro dan kontra masyarakat akan kebijakan Korea Selatan pada saat itu, yaitu Sunshine Policy.
Daftar Acuan
최혜실. 2003.《디지털스토리텔링》 정보과학회지. 최혜실. 2007. 논문《새로운 세대와 콘텐츠》 경희대 출판 한국문학평론가협회 편. 2003.《문학비평용어사전》. 서울: 국학자료원, pg. 353 Eco, Umberto. l979. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press. Fiske, John. 1990. Introduction to Communication Studies. London & NewYork: Routledge. Barthes, Roland. 1998. The Semiotics Challenge. New York: Hill and Wang. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. Kim, Kyung Hyun. 2008. “Mea Culpa: Reading the North Korean as an Ethnic Other in Recent South Korean Films”. Situations Vol. 2. Seoul: Yonsei University Press. 17
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
Moleong, Lexy J. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nah, Somi., Timothy Yoonsuk Lee, Jinhwan Yu. 2011. “Research on Hypermediated Images in Asian Films”. International Journal of Human and Social Sciences 6:2. Bioinfo Publications. Pranajaya, Adi. 1999. Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar. Jakarta: BP SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Purwasito, Andrik. 2003. Hipersemiotika “Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna”. Surakarta: Ndalem Poerwahadingratan Press. Robbins, Stephens P., Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi 12. Jakarta: Penerbit Salemba. Snyder , Charles D.. 1994. The Psychology of Hope: You Can Get Here from There. New York: The Free Press. Teeuw, Andries. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jawa. Danesi, Marcel. 2000. Encyclopedic Dictionary of Semiotics, Media, and Communications. Toronto: University of Toronto Press. Tripp, Jeffrey A. 2008. “The Demilitarized Zone: The Dynamics of Anti-Americanism and New Korean Cinema in Welcome to Dongmakgol.” Journal of English and American Studies Vol. 7. Seoul: Ewha Institute Press.
Artikel, Blog, Forum Online Hancinema. 2005. Director Park Kwang-hyeon, 'Welcome to my movies'. http://www.hancinema.net/director-park-kwang-hyeon--welcome-to-my-movies-4613.html?spoilerfree=1 (diakses 25 Oktober 2013) 18
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
Iglauer, Phillip Dorsey. Hancinema. 2005. Korean War Enemies Team Up in "Dongmakgol". http://www.hancinema.net/korean-war-enemies-team-up-in-dongmakgol-3614.html (diakses 25 Oktober 2013) Life in Korea. 2000. Symbolic Meaning: Animals. http://www.lifeinkorea.com/culture/patterns/patterns.cfm?Subject=Animals (diakses 17 Desember 2013)
19
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
20
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
21
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014
22
Harapan dalam ..., Tania Triputri, FIB UI, 2014