ANALISIS SEMIOTIK FILM CIN(T)A KARYA SAMMARIA SIMANJUNTAK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Nurlaelatul Fajriah NIM: 107051002056
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011 M.
rEr:an;::-:..iiji:qE'gG!lryr+ie'e*.,l:Fwffi.ffi
ANALI$S SAMTOTTK FrLM CrN(T)A KARYA SAMMARIA SIMANJUNTAK Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dalrrah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islarn (S.Sos.I)
Oleh: Nurlaelatul Friria4
NIM: 10?051002056
JURUSAI\I KOMT]MKASI DAN PENTYIARAN ISLAM F"AKUL'TAS ILMU DAKWAII DAI\I ILMU KOMUIYIKASI
UNWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIT HIDAYATULLAII JAKARTA
u32W2A11M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 juni 2011
Nurlaelatul Fajriah
ABSTRAK
Nurlaelatul Fajriah 107051002056 Analisis Semiotik Film Cin(T)a Karya Sammaria Simanjuntak Cin(T)a, sebuah film drama romantis yang mengisahkan tentang dua orang yang saling mencintai tetapi tidak bisa saling menyatukan cinta mereka, karena perbedaan yang sangat mendasar yaitu perbedaan agama. Film yang disutradarai oleh Sammaria Simanjuntak ini berhasil meraih penghargaan pada Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2009 sebagai skript asli terbaik karena dialog-dialog yang disuguhkan dalam film ini sangat unik dan menarik, tanpa ada maksud untuk menggurui para penonton. Banyak simbol yang ditampilkan dalam film ini salah satunya semut. Adegan-adegan yang disuguhkan dalam film ini menimbulkan banyak interpretasi dari para penonton. Oleh karena itu penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana cinta, agama dan perbedaan dalam film Cin(T)a ditinjau dari teori segi tiga makna (triangle meaning) Charles Sander Peirce ? Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol dalam film Cin(T)a? Bagaimana makna judul film Cin(T)a? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah film Cin(T)a, sedangkan unit analisisnya adalah potongan potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film Cin(T)a, juga dari teks yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data melalui observasi, wawancara (dalam hal ini penulis mewawancarai sutradara sekaligu penulis skript film Cin(T)a, Sammaria Simanjuntak), dan dokumentasi yang dianalisis menggunakan teori semiotiknya Charles Sanders Peirce. Dimana tanda dilihat dari ikon, indeks, dan simbol. Bisa dikatakan, melalui teori Charles Sansers Peirce dengan ikon, indeks, dan simbol, peneliti dapat lebih memahami makna atau simbol yang terkandung dalam dialog, pengambilan gambar dan gerak pemain film Cin(T)a. Sehingga, penyampaian informasi yang diharapkan Sammaria Simanjuntak sebagai sang sutradara tersampaikan dengan cermat. Berdasarkan, salah satu sumber analisis, yaitu analisis semiotik, yang membuka pesan tersirat mengenai cinta dan toleransi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah cinta terbagi dua yaitu cinta kepada Tuhan dan cinta kepada sesama makhluk.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan akal pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula nikmat sehat wal afiat yang selalu Ia berikan kepada penulis sehingga penulis masih bisa menghirup udara di pagi hari dan menikmati mimpi di malam hari. Shalawat dan salam juga tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah mendobrak zaman dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmiah seperti sekarang ini sehingga penulis bisa merasakan hidup di zaman yang penuh ilmu dan tekhnologi sehingga berhasil menyususn skripsi ini. Senang sekali, akhirnya Allah SWT telah mengizinkan saya untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis Semiotik Film Cin(T)a Karya Sammaria Simanjuntak”. Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan serta bimbingan semua pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Orang tua tercinta, abah dan emak (Ahum Firdaus dan Saryamah) yang telah memberikan doa, kelembutan kasih sayang, materi dan motivasi kepada penulis. Sampai kapan pun penulis tidak akan pernah bisa membalas semua yang telah diberikan. Mungkin dengan skripsi ini bisa sedikit mengantikan rasa letih karena telah mendidik penulis dari kecil sampai sekarang. 2. Dr. Arif Subhan, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Drs. Wahidin Saputra, MA, Drs. H. Mahmud Jalal, MA
ii
dan Drs. Study Rizal L.K, MA, selaku para pembantu dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Suhaimi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Drs. Jumroni, M.Si selaku ketua juruan KPI dan juga dosen metodologi penelitian yang telah banyak memberika ilmunya kepada penulis. 5. Umi Musyarrofah, MA selaku sekretaris jurusan KPI yang juga membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di jurusan komunikasi penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuannya kepada saya. 6. Mbak Sammaria Simanjuntak, selaku sutradara dan penulis skenario film Cin(T)a yang telah mengizinkan penulis untuk menjadikan film Cin(T)a sebagai objek penelitian, juga telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan. 7. Kakak-kakak penulis, Suhendrik S.E dan Muhammad Herwin S.Hi yang juga banyak membantu baik moril maupun materiil. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Juga adik-adikku, Syukron Fauzi dan Danurrizqi alMubarok yang juga memberikan semangatnya untuk penulis. Serta teteh ipar dan keponakanku tercinta. 8. Teman-teman KPI angkatan 2007 khususnya KPI D ( Eca, Ida, Yuli, Papau, Tiara, Eni,) dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terimakasih untuk persahabatan yang indah yang tidak akan penulis lupakan sampai kapanpun.
iii
9. Teman-teman KKN “bintang” ( Disfa, Rohy, Sisil, Lani, Ari, Hafas, Aldi, Krisna, Hasan, Halim, Dirgan, Rangga, Tohir). Terimakasih untuk satu bulan yang tak akan penulis dapatkan dimanapun. 10. Teman satu cozan yang juga memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini “Lia Angraeni”. Terimakasih untuk setiap kenangan yang kita lewati bersama semoga persahabatan ini akan terus tercipta sampai maut memisahkan kita. Juga sahabat penulis “Nurhayati (bhonie)” yang banyak memberikan dukungan kepada penulis dalam setiap keadaan baik susah maupun senang. Terimakasih untuk setiap saran dan motivasinya. 11. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terimakasih saya kepada kalian. Semoga Allah SWT selalu menyayangi kalian dan membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan untuk penulis. Penulis hanya bisa mendoakan agar semua yang telah diberikan menjadi anugerah yang tak kan ada ujungnya.
Jakarta, 09 juni 2011
Nurlaelatul Fajriah
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK...........................................................................................
i
KATA PENGANTAR.........................................................................
ii
DAFTAR ISI........................................................................................
v
DAFTAR TABEL................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................
72
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................
5
D. Metodologi Penelitian.........................................................
6
E. Tinjauan Kepustakan................................................................ 9 F. Sistematika Penulisan.........................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aneka Jenis Film.............................................................
13
1.
Pengertian Film.................................................. .......
13
2.
Klasifikasi Film......................................................
13
3.
Unsur-Unsur dan Struktur Dalam Film....................
15
a. Unsur-unsur Film................................................
15
b. Struktur-stuktur Sebuah Film..............................
16
4.
Jenis-Jenis Film........................................................
17
5.
Sinematographi........................................................
19
B. Semiotik Struktural dan Semiotik Pragmatis.....................
21
1.
Konsep Semiotika....................................................
21
2.
Semiotik Charles Sander Peirce...............................
24
C. Cinta dan Toleransi..........................................................
29 v
BAB III PROFIL FILM CIN(T)A A. Sekilas tentang Film Cin(T)a..........................................
32
B. Konsep Film Cin(T)a.......................................................
37
C. Visi dan Misi Film Cin(T)a.............................................
37
D. Synopsis Film Cin(T)a...................................................
37
E. Tim Produksi Film Cin(T)a (Pemain dan Crew)..............
38
F. Karakter Pemain.............................................................
39
G. Profil Sutradara Film......................................................
40
H. Profil Pemain Film Cin(T)a............................................
40
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan Data.....................................................................
42
B. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Film Cin(T)a.........
48
C. Makna Judul Film Cin(T)a..................................................
65
BAB V PENUTUP A. Simpulan..........................................................................
66
B. Saran................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
69
LAMPIRAN .......................................................................................
72
vi
DAFTAR TABEL 1.
Tabel Tim Produksi dan Crew ......................................................... 38
2.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene Satu........................... 48
3.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene dua............................ 49
4.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene tiga............................ 52
5.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene empat......................... 53
6.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene lima........................... 55
7.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene enam.......................... 56
8.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene tujuh........................... 57
9.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene delapan...................... 59
10.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene sembilan.....................60
11.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene sepuluh.......................61
12.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene sebelas....................... 62
13.
Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene duabelas..................... 63
vii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Perkembangan seni film di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang
sangat pesat dan saat ini perfilman di negeri Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia. Dunia perfilman saat ini telah mampu merebut perhatian masyarkat. Lebih-lebih setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia perfilman. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk media massa lainnya, film memiliki efek ekslusif bagi para penontonnya. Dari puluhan sampai ratusan penelitian itu semua berkaitan dengan efek media massa film bagi kehidupan manusia, sehingga begitu kuatnya media memengaruhi pikiran, sikap dan tindakan penonton.1 Film dapat diartikan sebagai gambar bergerak yang diperangkati oleh warna, suara, dan sebuah kisah. Atau film juga bisa disebut gambar hidup. Para sineas barat biasanya menyebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harfiah film (sinema) adalah chinemathographie yang berasal dari cinema+tho = phytos (cahaya) + graphie = graph (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan
1
Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif (Bandung: Pusdai Press, 2000), h. 96.
1
Dakwah Melalui Televisi,
2
cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.2 Sebagaimana diketahui, film merupakan salah satu media komunikasi massa.3 Oleh karena itu film adalah medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan pendidikan (edukatif) secara penuh (media yang komplit).4 Film memiliki nilai seni tersendiri karena film tercipta sebagai sebuah karya dari tenaga-tenaga kreatif yang profesional di bidangnya. Film sebagai benda seni sebaiknya dinilai dengan secara artistik bukan rasional. Film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Film non cerita merupakan kategori film yang mengambil kenyatan sebagai subjeknya. Jadi merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan.5 Film sama dengan media artistik lainnya memiliki sifat-sifat dasar dari media lainnya yang terjalin dalam susunannya yang beragam. Film memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu, mengembangkan dan mempersingkatnya, menggerak majukan dan memundurkan secara bebas dalam batasan-batasan wilayah yang cukup lapang. Meski antara media film dan lainnya terdapat kesamaan-kesamaan, film adalah sesuatu yang unik. 6 2
“pengertian film” di akses pada tanggal 17 Januari 2011 pukul 15:32 dari http://www.bahasafilmbarengblogspot.com. 3 Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar (Jakarta: BP SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1999), h. 11. 4 Onong Uchaja Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 2003), h. 207. 5 Marseli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT. GRAMEDIA Widiasarana Indonesia, 1996) h. 10. 6 Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar, h. 6.
3
Di tengah perkembangan yang pesat saat ini, film yang disajikan di layar lebar telah menawarkan berbagai warna sedemikian rupa, tentunya disesuaikan dengan fenomena yang sedang terjadi pada masyarakat. Di antaranya keanekaragaman film yang disajikan di layar lebar yang bersifat pesan dakwah yang begitu membangun dan sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya di masyarakat. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Tentunya banyak sekali cerita menarik yang bisa dikupas di masing-masing individunya. Negara Indonesia memang plural, punya berbagai macam suku, bahasa dan agama. Seharusnya, perfilman Indonesia harus banyak mengangkat tema yang pluralisme seperti film Cin(T)a ini. Film Cin(T)a telah meraih penghargaan piala citra pada festival film indonesia ( FFI ) 2009 dengan kategori penulis scenario cerita asli terbaik. Selain itu film ini juga mendapat penghargaan di Jakarta international film festival sebagai “The Most Wanted Indonesian Movie”. Film ini juga menjadi film pembuka pekan festival film tionghoa Indonesia ( PFFTI ). Film ini penting untuk diteliti karena dari film ini mempunyai sisi dakwah Islam, yaitu menghargai perbedaan dalam beragama. Karena Allah tidak memaksakan untuk masuk islam. Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 256:
Artinya: “tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
4
Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Q.S. al-Baqarah: 256) Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada paksaan dalam agama.” Maksudnya, janganlah kamu memaksa seorang pun untuk masuk agama Islam, karena agama Islam itu sudah jelas dan terang. Dalil-dalil dan argumentasinya sudah nyata sehingga seseorang tidak perlu dipaksa supaya masuk agama Islam. Namun, orang yang ditunjukkan kepada Islam, dilapangkan hatinya, dan disinari mata hatinya oleh Allah, maka ia akan masuk kedalamnya secara terang benderang. Ada pun orang yang hatinya dibutakan Allah, pendengaran, dan penglihatannya dikunci mata oleh Allah, maka tidaklah berguna memaksanya untuk memasuki Islam. Dalam buku Ringkasan Ibnu Katsir Jilid 1 dijelaskan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah karena ada seorang wanita Anshar berjanji kepada dirinya bahwa apabila putranya hidup, maka ia akan menjadikannya yahudi. Tatkala Bani Nadhir diusir dan di antara mereka ada anak-anak kaum Anshar, maka kaum Anshar berkata, “ kami tidak akan membiarkan anak kami menjadi yahudi.” Maka Allah menurunkan ayat, “tidak ada paksaan dalam agama.” Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas. 7 Film ini menarik untuk diteliti karena film ini menyuguhkan konsep toleransi antarumat beragama. Film ini juga memuat testimoni-testimoni dari para pelaku perkawinan beda agama yang mereka bisa rukun tanpa harus mengganggu agama masing-masing pasangan. Banyak simbol-simbol yang mempunyai pesan tersirat dan tersurat dalam film ini yang bisa dikaji. Salah satunya adalah penghadiran “semut” sebagai 7
Muhammad Nassib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani, 1999) h. 427.
5
simbol kerukunan. Dan masih banyak lagi simbol-simbol lain yang menarik untuk diteliti. Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Semiotik Film Cin(T)a Karya Sammaria Simanjuntak.” B.
Pembatasan Dan Perumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, penulis sengaja mambatasi pengambilan
adegan-adegan dalam film Cin(T)a hanya yang dianggap memiliki makna simbol yang mewakili tentang cinta, agama dan perbedaan. Seutuhnya penelitian ini menggunakan analisis semiotik model Charles Sander Peirce. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana makna judul film Cin(T)a? 2) Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol dalam film Cin(T)a? 3) Bagaimana cinta, agama dan perbedaan dalam film Cin(T)a ditinjau dari teori segi tiga makna (triangle meaning) Charles Sander Peirce ? C.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui makna judul film Cin(T)a. b. Mengetahui makna ikon, indeks, dan simbol dalam film Cin(T)a. c. Mengetahui bagaimana cinta, agama, dan perbedaan dalam film Cin(T)a.
6
2. Manfaat Penelitian a.
Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu komunikasi, serta sebagai tambahan referensi bahan pustaka, khususnya penelitian tentang analisis dengan minat pada kajian film dan semiotika.
b.
Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi dalam membaca makna yang terkandung dalam sebuah film melalui semiotika. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kosa kata dan istilah yang digunakan dalam film. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang agama, cinta dan perbedaan.
D.
Metodologi Penelitian 1.
Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.8 Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.9 Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus
8 9
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2002), h. 3. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), h. 2.
7
pada penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.10 Penelitian ini menggunakan teori Charles Sanders Peirce yang membagi tanda atas ikon, indeks, dan symbol. Peneliti memilih visual dari film Cin(T)a kemudian diteliti dan dijelaskan secara rinci mulai dari ikon, indeks, sampai symbol. 2.
Objek Penelitian dan Unit Analisis Objek penelitian ini ialah film Cin(T)a. Sedangkan unit analisis
penelitiannya adalah potongan potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film Cin(T)a, juga dari teks yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. 3.
Sumber Data Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu: a) Data primer adalah data yang diperoleh dari rekaman video original berupa film Cin(T)a. kemudian dipilih visual atau gambar dari adegan-adegan film yang diperlukan untuk penelitian. b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literaturliteratur yang mendukung data primer, seperti kamus, internet, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, catatan kuliah dan sebagainya
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), h. 194.
8
4.
Teknik Penelitian Teknik penelitian terdiri dari: a) Observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung dan bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara menonton dan mengamati teliti dialog-dialog, serta adegan-adegan dalam film Cin(T)a. kemudian mencatat, memilih dan menganalisanya sesuai dengan model penelitian yang digunakan. b) Wawancara (interview), yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).11 Dalam hal ini peneliti melakukan komunikasi langsung juga wawancara via email dengan sutradara film Cin(T)a Sammaria Simanjuntak. c) Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan film Cin(T)a melalui internet dan bukubuku yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
5.
Waktu Penelitian ini dilakukan dari Februari sampai Mei 2011. Peneliti
sengaja menggunakan kaca mata analisis semiotik, sebab film merupakan objek yang penuh tanda dan simbol, sehingga penggunaan analisis semiotik menjadi lebih tepat digunakan dalam penelitian ini. 11
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Sautu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), cet. ke-1, h. 68.
9
6.
Teknik Analisis Data Setelah
data
primer
dan
sekunder
terkumpul,
kemudian
diklarifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah ditentukan. Setelah data terklarifikasi, dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotika Charles Sander Peirce. Peirce mengembangkan teori segi tiga makna (triangle meaning) yang terdiri atas tanda (sign) objek ( object), dan interpretan (interpretant) . Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.12 Charles Sanders Peirce membagi tanda atas
icon ( ikon), index
(indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, dan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya.13 E.
Tinjauan Kepustakaan Dalam penulisan skripsi kali ini penulis merujuk pada skripsi-skripsi yang
terlebih dulu membahas tentang semiotik. Di antaranya adalah Analisis Semiotik Film A Mighty Heart” oleh Rizky Akmalsyah tahun 2010, Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta. Akan tetapi ada perbedaan teori dengan yang penulis lakukan. Penelitian tersebut menggunaka teori Roland Barthes, sedangkan penelitian ini 12
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, h. 114-115. 13 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 41-42.
10
menggunakan teori semiotik Charles Sanders Peirce yang membagi objeknya kepada ikon, indeks, dan simbol. Sedangkan persamaannya adalah objek dari penilitannya yaitu tentang film. Kemudian penulis juga menjadikan skripsi tentang Analisis Semiotika Terhadap Realitas Simbolik Dalam Karya Foto Jurnalistik Ed Zoelverdi oleh Sri Rahmawati 2008, konsentrasi jurnalistik UIN Jakarta. Persamaan dari penelitian ini adalah pada teori yang digunakan yaitu semiotik Charles Sanders Peirce. Tetapi ada perbedaan yaitu pada objek penelitian. Penelitian Sri Rahmawati menggunakan
foto
sebagai
objek
penelitian
sedangkan
penelitian
ini
menggunakan film sebagai objeknya. Selain kedua skripsi diatas penulis juga menjadikan skripsi Analisis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan Nasional (BNN), Afaf Sholihin 2010, jurusan komunikasi penyiaran islam. Walapun penulis menjadikan skripsi tersebut sebagai tinjauan pustaka namun tetap berbeda dengan skripsi yang dibuat karena objek dalam penelitian tersebut adalah poster sedangkan peneliti menggunakan film sebagai objek kajian. Kemudian penulis juga menjadikan skripsi Analisis Semiotik Komik Strip Benny & Mice di Harian KOMPAS Edisi 1 Bulan Desember 2007, Nasuri 2008, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Perbedaannya terletak pada objek kajian. Kalau penelitian tersebut menggunakan komik sebagai objek kajian, penelitian yang penulis lakukan menggunakan objek film untuk diteliti. Skripsi Tentang Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta, M. Fikri Ghazali 2010, jurusan komunikasi penyiaran islam juga penulis jadikan sebagai tinjauan kepustakaan. Dalam penelitian tersebut objek yang diteliti adalah film dengan
11
menggunakan metode semiotik Roland Barthes. Persamaan dengan penelitian kali ini adalah pada objek penelitian sedangkan yang membedakan adalah metode penelitian karena penelitian kali ini menggunakan metode semiotik Charles Sanders Peirce.
F.
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab. Di mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Yang memuat latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan tinjauan kepustakaan serta sistematika penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Bab ini memuat tinjauan umum tentang film yang terdiri atas pengertian film, klasifikasi film, unsur-unsur dan struktur film, dan jenis-jenis film, tinjauan umum tentang semiotik; pengertian semiotik dan semiorik Charles Sanders Peirce.
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM CIN(T)A Bab ini menggambarkan tentang film Cin(T)a; sekilas tentang film Cin(T)a, visi dan misi film Cin(T)a, konsep film Cin(T)a, sinopsis film
Cin(T)a, tim produksi yang menyangkut pemain dan crew, karakter pemain, profil sutradara, dan profil para pemain film Cin(T)a. BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN
12
Pada bab ini akan dibahas tentang temuan data lapang dan juga analisis makna ikon, indeks, dan simbol yang terdapat dalam film Cin(T)a. Juga makna dari judul film Cin(T)a. BAB V
PENUTUP DAN KESIMPULAN Berisi penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan saran-saran. Kemudian bagian terakhir memuat daftar pustaka dan lampiranlampiran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Aneka Jenis Film 1.
Pengertian Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).1 Sedangkan secara etimologis, film adalah gambar hidup, cerita hidup, sedangkan menurut beberapa pendapat, film adalah susunan gambar yang ada dalam selliloid, kemudian diputar dengan mempergunakan teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi, dan bisa ditafsirkan dalam berbagai makna.2 Menurut Onong Uchyana Effendi film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Film dikenal dengan movie yang mengandung arti gambar hidup, dan bioskop.3 2.
Klasifikasi Film
Klasifikasi film atau genre (jenis/ragam)4 dalam film berawal dari klasifikasi drama yang lahir pada abad XVIII. Klasifikasi drama tersebut muncul berdasarkan atas jenis stereotip manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan. Ada beberapa jenis naskah drama yang dikenal saat itu, di antaranya, lelucon, banyolan, opera balada, komedi sentimental, komedi tinggi, 1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 316. 2 Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Documenter. FFTV-IKJ dengan YLP (Jakarta: Fatma Press,1977), h. 22. 3 John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), h. 387. 4 John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 265.
13
14
tragedi borjois dan tragedi neoklasik. Selanjutnya berbagai macam jenis drama itu diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu: tragedi (duka cita), komedi (drama ria), melodrama, dagelan (farce).5 Tapi, seiring berkembangnya zaman dan dunia perfilman, genre dalam film pun mengalami sedikit perubahan. Namun, tetap tidak menghilangkan keaslian dari awal pembentukannya. Sejauh ini diklasifikasikan menjadi 5 jenis,6 yaitu: a. Komedi,
film
yang
mendeskripsikan
kelucuan,
kekonyolan,
kebanyolan pemain (aktor/aktris). Sehingga alur cerita dalam film tidak kaku, hambar, hampa, ada bumbu kejenakaan yang dapat membuat penonton tidak bosan. b. Drama, film yang menggambarkan realita (kenyataan) di sekeliling hidup manusia. Dalam film drama, alur ceritanya terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih dan meneteskan air mata. c. Horror, film beraroma mistis, alam gaib, dan supranatural. Alur ceritanya bisa membuat jantung penonton berdegup kencang, menegangkan, dan berteriak histeris. d. Musical, film yang penuh dengan nuansa musik. Alur ceritanya sama seperti drama, hanya saja di beberapa bagian adegan dalam film para pemain (aktor/aktris) bernyanyi, berdansa, bahkan beberapa dialog menggunakan musik (seperti bernyanyi).
5
Hermawan J. Waluyo, Drama: Teori dan Pengajarannya, (Yogyakarta: PT.Hanindita, 2003), cet. ke-2, h. 38. 6 Ekky Imanjaya, Who Not: Remaja Doyan Nonton, (Bandung: PT Mizan Buaya Kreativa, 2004), cet-1, h. 104.
15
e. Laga (action), film yang dipenuhi aksi, perkelahian, tembakmenembak, kejar-kejaran, dan adegan-adegan berbahaya
yang
mendebarkan. Alur ceritanya sederhana, hanya saja dapat menjadi luar biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton tidak beranjak dari kursi. 3.
Unsur-unsur dan Struktur Film a.
Unsur-unsur Film
Title adalah judul.
Crident title, meliputi: produser, karyawan, artis (pemain) dll.
Tema film adalah sebuah inti cerita yang terdapat dalam sebuah film.
Intrik, yaitu usaha pemeranan oleh pemain dalam menceritakan adegan yang telah disiapkan dalam naskah untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh sutradara.
Klimaks, yaitu puncak dari inti cerita yang disampaikan. Klimaks
bisa
berbentuk
konflik
atau
benturan
antar
kepentingan para pemain.
Plot, adalah alur cerita. Alur cerita terbagi ke dalam dua bagian yang pertama adalah alur maju dan kedua adalah alur mundur. Alur maju adalah cerita yang disampaikan pada masa sekarang atau masa yang akan datang, sedangkan alur mundur adalah cerita yang mengisahkan tentang kejadian yang telah lampau.
Suspen atau keterangan, yaitu masalah yang masih terkatungkatung.
16
Million setting, yaitu latar kejadian dalam sebuah film. Latar ini bisa berbentuk waktu, tempat, perlengkapan, aksesoris, ataupun fashion yang disesuaikan.
Sinopsis, adalah gambaran cerita yang disampaikan dalam sebuah film, synopsis ini berbentuk naskah.
Trailer, yaitu bagian film yang menarik.
Character, yaitu karakteristik dari para pemain/pelaku dalam sebuah film.7
b.
Struktur-struktur Sebuah Film
Pembagian cerita
Pembagian adegan (squence)
Jenis pengambilan gambar (shoot)
Pemilihan adegan pembuka (opening)
Alur cerita dan continuity (berkelanjutan).
Intrique yang meliputi jealousy, pengkhianatan, rahasia bocor, tipu muslihat, dan lain-lain.
Anti klimaks, yaitu penyelesaian masalah. Anti klimaks ini terjadi setelah klimaks.
Ending atau penutup. Ending dalam film bisa bermacammacam, apakah happy ending (cerita diakhiri dengan kebahagiaan)
ataupun
sad
ending
(diakhiri
dengan
penderitaan).8
7
Aep Kusnawan, dkk., Komunikasi dan Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. 95. 8 Aep Kusnawan, dkk., Komunikasi Penyiaran Islam, h. 103.
17
4.
Jenis-jenis Film Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film
dokumenter, dan film kartun. a. Film Cerita Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik. Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur tadi.9 b. Film Berita Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (newsvalue).
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. ke-3, h. 212.
18
Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Yang terpenting dalam film berita adalah peristiwanya terekam secara utuh. Film berita sudah tua usianya, lebih tua daripada film cerita. Bahkanfilm cerita yang pertama-tama dipertunjukkan kepada publik kebanyakan berdasarkan film berita.10 c. Film Dokumenter Film dokumenter (documnetary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “ karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)”. Berbeda dengan film berita yang merupakan kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut. Raymond Spottiswoode dalam bukunya A Grammar of the Film menyatakan: “Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik; dan dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibandingkan dengan isinya. 11 d. Film Kartun Film kartun (cartoon film) dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Tujuan utama dari film mkartun adalah untuk menghibur. Walaupun
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. ke-3, h. 212. 11 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. ke-3, h. 215.
19
tujuan utamanya adalah untuk menghibur, tapi terdapat pula film-film kartun yang mengandung unsur-unsur pendidikan didalamnya. 12 Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambargambar yang mereka lukis. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu per satu pula. Film kartun tidak dilukis oleh satu orang tetapi oleh pelukis-pelukis dalam jumlah yang banyak. 13 5.
Sinematografi Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni
kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. 14 Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu 15: a. Extreme long shot Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak nampak. 12
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media) h. 138-140. 13 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. ke-3, h. 216. 14 M. Fikri Ghazali, Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta, skripsi S1 UIN syarif hidayatullah jakarta, 2010. 15 Himawan Prastista, Memahami Film, (yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008) h. 89.
20
Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas. b. Long shot Pada long shot tubuh fisik manusia telah telah tampkan jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering digunakan sebagai estabilishing shot, yakni shot pembuka sebelum diguanakan shot-shot yang berjarak lebih dekat. c. Medium long shot Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. d. Medium shot Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. e. Medium close-up Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan medium close-up. f. Close up Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gestur yang mendetil. Close-up
21
biasanya dugunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Closeup juga memperlihatkan detil sebuah benda atau objek. g. Extreme close up Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah objek. B.
Semiotik Struktural dan Semiotik Pragmatis 1)
Pengertian Semiotik
Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign) dalam kehidupan manusia. Bila berbicara semiotik, kita tidak dapat berbicara tentang satu semiotik, Tetapi semiotik yang diperkenalkan oleh sejumlah ilmuwan. Secara garis besar, pandangan mereka tentang tanda dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pandangan dikotomis dan pandangan trikotomis. Tanda dilihat sebagai model diadik dan triadik atau juga semiotik struktural (bertumpu pada strukturalisme de saussure) dan semiotik pragmatis.16 Semiotik berasal dari kata yunani yaitu semeion, yang berarti tanda.17 Semiotik berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti penafsir tanda atau tanda di mana sesuatu dikenal. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari
16
Benny H. Hoed, Semiotik Dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), h. 28. 17 Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual. (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 11.
22
kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostic inferensial. Secara terminologis semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. 18 Semiotika sebagai discourse analysis yang paling dasar, cara dan kerjanya adalah mengamati tanda (ikon, indeks, symbol) dengan tujuan untuk menemukan makna-makna tanda (dengan bantuan teori segitiga makna).19 Semiotik telah digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda, misalnya karya sastra, dan teks berita dalam media. Semiotik merupakan varian dari teori strukturalisme. Strukturalisme berasumsi bahwa teks adalah fungsi dari isi dan kode, sedangkan makna adalah produk dari sistem hubungan. 20 Semiotik melihat teks media sebagai sebuah struktur keseluruhan. Ia mencari makna yang laten atau konotatif. Semiotik jarang bersifat kuantitatif dan bahkan kerap menolak pendekatan kuantitatif. Semiotik menekankan pada signifikasi yang muncul dari “pertemuan” antara pembaca (reader) dengan tandatanda (signs) di dalam teks.21 Teori semiotik yang berkembang selama ini bersumber pada dua pandangan, yakni strukturalisme dan pragmatisme.
18
Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95. 19 Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 79. 20 Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 122-123. 21 Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 145-146.
23
a.
Semiotik struktural
Dasar-dasar semiotik struktural adalah sebagai berikut: 1. Tanda adalah sesuatu yang terstruktur dalam kognisi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, sedangkan penggunaan tanda didasari oleh adanya kaidah-kaidah yang mengatur (langue) praktik berbahasa
(parole)
dalam
kehidupan
bermasyarakat
atau
bagaimana parole mengubah langue. 2. Apabila manusia memandang suatu gejala budaya sebagai tanda, maka ia melihatnya sebagai sebuah struktur yang terdiri atas penanda ( yakni bentuknya secara abstrak) yang dikaitkan dengan petanda (yakni makna atau konsep). 3. Manusia, dalam kehiduannya, melihat tanda melalui dua proses, yakni sintagmatik ( juktaposisi tanda) dan asosiatif (hubungan antartanda dalam ingatan manusia yang membentuk sistem dan paradigma). 4. Teori tandanya bersifat dikotomis, yakni selain melihat tanda sebagai terdiri atas dua aspek yang berkaitan satu sama lain, juga melihat relasi antartanda sebagai relasi pembeda “makna” ( makna diperoleh dari pembedaan). 5. Analisisnya didasari oleh sebagian atau seluruh kaidah-kaidah analisis struktural, yakni imanensi, pertinensi (ketepatgunaan; ketepatan;
22
kegunaan,
kamus),22
komutasi
(pergantian),
Tim Prima Pena, kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h.371.
24
kompatibilitas, integrasi (penyatuan, penggabungan), sinkroni sebagai dasar analisis diakronis, dan fungsional.23 b.
Semiotik pragmatis Semiotik pragmatis bersumber pada peirce (1931-1958). Bagi
peirce, tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu”. Danesi dan perron menulis bahwa teori semiotik seperti itu sudah ada sejak Hippocrates (460377 SM) yang mendefinisikan “tanda” dari bidang kedokteran sebagai gejala fisik (physical symptom) yang mewakili (stand for) suatu penyakit.24 Menurut Danesi dan Perron, penelitian semiotik mencakupi tiga ranah yang berkaitan dengan apa yang diserap manusia dari lingkungannya (the world), yakni yang bersangkutan dengan “tubuh”-nya, “pikiran”-nya, dan “kebudayaan”-nya. Ketiga ranah itu sejajar dengan teori Peirce tentang proses representasi dari representamen. Representasi tanda menyangkut hubungan antara representamen dan objeknya.25 2)
Semiotik Charles Sanders Peirce
Peirce adalah ahli filsafat dan ahli logika. Peirce mengusulkan kata semiotik (yang sebenarnya telah digunakan oleh ahli filsafat Jerman Lambert pada abad XVIII) sebagai sinonim kata logika.26 Menurut Peirce, semua gejala (alam dan budaya) harus dilihat sebagai tanda. Pandangannya itu disebut “pansemiotik”. Model tanda yang dikemukakan Peirce adalah trikotomis atau triadik. Prinsip dasarnya ialah bahwa tanda bersifat 23
Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 8-9. Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 19. 25 Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 23. 26 Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 110. 24
25
representatif, yaitu tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain”, (something that represent something else). Teori Peirce mengatakan bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai tanda jka ia mewakili sesuatu yang lain. Tanda yang mewakilinya disebut representamen (referent). Jadi jika sebuah tanda mewakilinya, hak ini adalah fungsi utama tanda. Misalnya,
anggukan
kepala
mewakili
persetujuan,
gelengan
mewakili
ketidaksetujuan. Agar berfungsi, tanda harus ditangkap, dipahami, misalnya dengan bantuan kode. Proses perwakilan itu disebut semiosis, yaitu suatu proses dimana suatu tanda berfungsi sebagai tanda, yaitu mewakili sesuatu yang ditandainya. Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis hubungan, yaitu : 1. Ikon,
jika
ia
berupa
hubungan
kemiripan.
Ikon bisa berupa, foto, peta geografis, penyebutan atau penempatan. 2. Indeks,
jika
berhubungan
dengan
kedekatan
eksistensi
Misalnya, asap hitam tebal membubung menandai kebakaran, wajah yang muram menandai hati yang sedih, dan sebagainya. 3. Simbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi.27 Proses pemaknaan tanda pada Peirce mengikuti hubungan prosesual antara tiga titik, yaitu representamen [R] objek [O] interpretan [I]. R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi [secara fisik atau mental] yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya [O]. Kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan 27
WIB.
www.id.wikipedia.org/wiki/kajian-semiotik diakses pada 19 april 2011 pukul 19:14
26
hubungan R dengan O. Oleh karena itu, bagi Peirce, tanda tidak hanya representatif, tetapi juga interpretatif. Peirce membedakan tiga jenis tanda, yakni indeks, ikon, dan lambang.28 Dalam buku Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya karya Benny H. Hoed yang dikutip dari W. Noth, membedakan tiga jenis tanda dalam kaitannya dengan objek (hal yang dirujuk), yaitu indeks, ikon dan lambang. Indeks adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya bersifat langsung, bahkan didasari hubungan kontiguitas atau sebab akibat. Ikon adalah tanda yang representamennya berupa tiruan identitas objek yang dirujuknya. Lambang adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya didasari konvensi. 29 Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.30
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan
28
Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 46-47. Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 246. 30 Kris Budiman, semiotik visual (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004), h. 26. 29
27
tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Peirce muncul dengan skemati triadik, yakni ground, objek, dan interpretan. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengandakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang terkandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan adanya hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia.31 Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam strukutur tunggal.32
31
Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat Universitas Indonesia, 2004), h. 83-84. 32 Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 97.
28
Inti dari pemikiran Peirce adalah bahwa jagat raya (the universe) ini terdiri atas tanda-tanda (signs). Ini merupakan pandangan pansemiotik tentang jagat raya kita. Semiotik bagi Peirce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influnce), atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant).33 Menurut Peirce, seperti dikutip Eco, “ something which stands to somebody for something in some respect or capacity” ( tanda adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas). Definisi Peirce tidak menuntut kualitas keadaan yang secara sengaja diadakan dan secara artifisial diupayakan. Lebih dari itu, triade Peirce bisa juga dipakai untuk yang tidak dihasilkan oleh manusia, tetapi dapat diterima oleh manusia; misalnya gejala meteorologis dan macam indeks yang lain.34 Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau objeknya bersifat kemiripan. Misalnya, potret pada peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Misalnya, asap menandakan bahwa adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah
33
Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 109. 34 Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 109-110.
29
antara penanda dengan petandanya. Hubungan ini berdasarkan perjanjian masyarakat.35 C.
Cinta dan Toleransi Cinta adalah kosakata komprehensif dan espresif yang memuat seluruh
rasa emosional. Tidak ada seorang pun diantara kita yang bisa hidup tanpa energi cinta didalam dirinya, dan alangkah indahnya jika segala sesuatu dikerjakan dengan cinta .36 Cinta adalah jiwa kehidupan dan tiang selamat bagi umat manusia. Apabila kekuatan tarik menarik dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari pertumbuhan antara satu sama lain, sehingga selamat dan berjatuhan, terbakar dan gugur, maka perasaan cinta dan kasih sayang itu menjadi penghubung antara sesama manusia.
37
Menurut hadits Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya,
ُمَنْ ٲَﺤَﺐََّ ﺷَﯿْﺄً ڪَﺜُرَ ﺫِﮐْرُﮦ kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya,
ُمَنْ ٲَﺤَﺐَََّ ﺸَﯿْﺄً ﻓَﻬُﻭَ ﻋَﺑْﺪُﮦ Artinya: “Barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia akan menjadi budaknya.”
35
Alex sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 41-42. meriwardana.blogspot.com diakses pada 26 mei 2011 jam 21:19 WIB. 37 http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A3633_0_3_0_M diakses pada 08 juni 2011 jam 20:32. 36
30
Kata sejati
ada
Nabi tiga
:
(1)
juga, lebih
suka
ciri berbicara
dari dengan
yang
cinta dicintai
dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai
dibanding dengan
yang lain, dan (3)
lebih suka
mengikuti
kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Allah SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Allah SWT daripada perintah yang lain.38 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Toleransi dalam beragama bukan berarti manusia harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu diterapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan, contohnya ibadah dan pekerjaan.39 38
http://forum.dudung.net/index.php?topic=9454.0 diakses pada 27 mei 2011 jam 07:00
WIB. 39
http://tafany.wordpress.com/2009/06/12/toleransi-antar-umat-beragama/ diakses pda 08 juni 2011 jam 20:19.
31
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.
BAB III PROFIL FILM CIN(T)A A.
Sekilas tentang Film Cin(T)a. Bandung, Agustus 2000. Cina (Sunny Soon) berhasil masuk sebagai
mahasiswa jurusan Arsitektur di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung. Kehidupan ekonomi keluarganya kurang dari cukup sehingga memaksanya untuk berusaha mencari pekerjaan sampingan sebagai pegawai refleksi di Healthy Spa dan mendaftarkan beasiswa untuk menambah uang sakunya. Sesuai dengan namanya, Cina berasal dari suku tionghoa yang tinggal di daerah Sumatera Utara. Dia bercita-cita untuk menjadi seorang Gubernur Tapanuli ketika kelak Tapanuli berdiri sendiri menjadi sebuah provinsi. Selama menjalani orientasi mahasiswa baru, Cina bertemu dengan seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai bintang film dan sekaligus seniornya di kampus. Dialah Annisa (Saira Jihan), mahasiswi tingkat akhir yang kuliahnya terhambat karena kariernya di dunia film. Sudah tiga kali tugas akhir Annisa ditolak, lantaran karyanya kurang sempurna dan jauh dari yang diharapkan akibat idealisme yang dipegangnya. Masalah tersebut didorong juga karena Annisa masih belum menerima pernikahan kedua Ibunya setelah sepeninggalan Ayah kandungnya. Di kampus, Annisa selalu diperguncing teman-temannya termasuk Cina, karena IP (Indeks Prestasi)nya hanya 2,1 dan tugas akhirnya yang bermasalah. Annisa dan Cina selalu bertemu di waktu dan tempat yang tak terduga. Cina pun tertarik dengan desain rancangan Tugas Akhir Annisa yang selalu ditolak oleh dosennya dan Cina pun bersedia membantu Annisa untuk
32
33
menyelesaikannya. Dari situ lah pertemuan mereka semakin sering dan hubungan mereka semakin dekat. Dalam Film ini, sutradara Sammaria Simanjuntak, mencoba menyorot kehidupan religi masing-masing karakter. Cina yang rajin pergi ke gereja dan Annisa, seorang artis yang tidak pernah meninggalkan sholat. Kehidupan mereka sehari-hari pun terus bergulir dengan diisi berbagai diskusi mengenai perbedaan agama mereka. Pergulatan pendapat yang dikemas dengan diskusi yang santai dengan tanpa memunculkan konflik. Dari masalah apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan oleh Islam maupun Kristen.1 Cina meyakini Hukum Newton 1 versinya : “Kecantikan berbanding terbalik dengan kepintaran”. Hukum Newton versi Cina, mendapat tamparan ketika dia bertemu Annisa. Tak istimewa secara akademik, bukan berarti Annisa tak cerdas, alam pikirnya bahkan melambung jauh di atas nilai-nilai akademiknya. Saling mempesona, jadilah Cina dan Annisa menabur benih cinta dan kasih sayang.2 Pada tahun itu, perayaan Idul Fitri dan Natal saling berdekatan. Sebagai dua orang sahabat yang saling toleransi, Cina membantu Annisa membuat ketupat pada saat Idul Fitri, dan begitu pun sebaliknya, Annisa membantu Cina menghias pohon Natal. Bersama dengan penulis naskah Sally Anom Sari, Sammaria merancang karakter, setting, dan dialog yang sederhana dan mengusik kesadaran masyarakat penuh warna di Indonesia. Dialog-dialog yang dipakai dalam film ini terbilang
1
http://entertainment.kompas.com/read/2009/08/15/e094012/cinta..antara.cina.annisa.dan. tuhan diakses pada 10 mei 2011 pukul 10:41 WIB. 2 http://www.stepmagz.com/2011/02/film-cinta-%E2%80%93-god-is-director/ diakses pada 11 mei 2011 pukul 10:44 WIB.
34
cukup berat dan masih bersentuhan dengan agama. Ini terlihat pada dialog antara Cina dan Annisa mengenai siapa pendamping mereka kelak. Annisa sudah dijodohkan Ibunya dengan seorang keturunan beragama Islam. Sedangkan Cina ingin istrinya kelak mencintai Tuhannya lebih dari dirinya. Rasa emosi kemudian muncul ketika Cina dan Annisa memperdebatkan masalah pengeboman gereja-gereja di Indonesia pada Hari Natal. Cina memutuskan untuk mengambil beasiswanya dan pergi ke Singapura. Cina merasa kehadirannya sebagai orang Kristen tidak akan diterima di Indonesia apalagi bila menjadi seorang pemimpin, karena dia menyadari bahwa mayoritas orang Indonesia adalah muslim. Perbedaan keyakinan yang mendasari plot film ini disuguhkan dengan dialog-dialog cerdas dan tidak menggurui. Walaupun tema yang diangkat tentang perbedaan Islam dan Kristen, namun film ini bersifat netral alias tidak memihak pada satu agama. Berbagai diskusi tentang perbedaan agama dituangkan dalam balutan romansa cinta dan tidak berujung pada konflik. Film ini tergolong romantis, namun porsi drama cukup berimbang. Bicara soal pemain, film ini tidak memasang aktor atau aktris terkenal. Cukup dua wajah oriental mendominasi sepanjang film ini. Jika pun ada figuran, muka mereka tidak ditampilkan dalam layar bahkan hanya voice over. Film ini memang fokus pada dua tokoh Cina dan Annisa. Akting keduanya lumayan, namun yang amat disayangkan adalah intonasi dari dialognya kurang menggigit menjadikan makna dialognya hanya sekedar lewat saja, ditambah juga suara film ini yang terdengar berisik.
35
Gaya tutur yang lambat dengan angle kamera tidak biasa menjadikan gambar film ini bagus. Soundtrack yang enak didengar juga mengiringi penggalan-penggalan adegannya. Cin(T)a memang menghadirkan sebuah tontonan yang tidak komersil. Namun film ini sarat akan makna, tentang perbedaan. Film ini banyak mengajarkan tentang bertoleransi antar umat beragama. Perbedaan itu pasti ada agar kita bisa saling melengkapi.
3
Meski film Cin(T)a digarap oleh komunitas indie, namun kehadirannya sempat mendapat apresiasi di sejumlah kalangan masyarakat Inggris. Film ini sempat diputar di National Film Theater-British, Film Institute London pada 29 Mei 2009 lalu, dan berkeliling ke beberapa kampus di Inggris. Di Indonesia, Cin(T)a juga sempat ditayangkan pada Jogja-Netpac Asian Film Festival 2009 dan menjadi film penutup Indonesia Film Festival 2009 di Melbourne, Australia. Film ini akan ditayangkan di Blitmegaplex mulai 19 Agustus 2009. 4 Cin(T)a menceritakan kisah sehari-hari yang tidak berani diceritakan film lain. Di film ini Sammaria mengemas dialog-dialog yang banyak mengupas perbedaan, di tengah pandangan masyarakat Indonesia saat yang menganggap masalah perbedaan sering dianggap tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Mengingat Indonesia adalah sebuah negara multikultur, tentunya wacana perbedaan harus dapat dikomunikasikan dengan jujur dan cerdas untuk
3
[[http://www.blitzmegaplex.com/en/movie_detail.php?id=MOV649 Cin(T)a], diakses pada 24 januari 2011 pukul 15:07 WIB. 4 http://entertainment.kompas.com/read/2009/08/15/e094012/cinta..antara.cina.annisa.dan. tuhan diakses pada 10 mei 2011 pukul 10:41 WIB.]
36
mengurangi permasalahan karena perbedaan itu sendiri. Perbedaan bukan suatu kekurangan, justru kelebihan bila disikapi dengan tepat.5 Dalam film ini juga disuguhkan cuplikan interview pada beberapa pasangan beda keyakinan, baik sahabat, pasangan yang baru berpacaran, menikah beberapa bulan bahkan yang sudah berpuluh-puluh tahun dengan anak dan cucu mereka mengenai pandangan mereka mengenai cinta, keyakinan, dan Tuhan masing-masing yang mereka sebut dengan sebutan yang berbeda namun menyatukan mereka. Cina (Sunny Soon), adalah mahasiswa baru 18 tahun beretnis Batak Cina. Cina tumbuh menjadi seorang remaja yang lugu karena tidak pernah mengalami kegagalan, tapi ia yakin bisa mewujudkan impiannya dengan modal tekad yang kuat. Annisa (Saira Jihan), mahasiswi muslimah 24 tahun beretnis Jawa yang kuliahnya terhambat oleh kariernya di industri perfilman. Ketenaran dan kecantikan membuatnya kesepian, sehingga ia bersahabat dengan jari bermuka sedih. Hingga satu hari ketika ada jari lain datang sehingga Annisa tidak lagi kesepian. Tuhan adalah karakter yang paling tidak bisa ditebak. Setiap orang mencoba untuk mendeskripsikan-Nya. Setiap orang merasa mereka mengenalNya. Setiap kesenian mencoba untuk menggambarkan-Nya, tapi tidak ada yang benar-benar seperti-Nya. Tuhan mencintai Cina dan Annisa, tapi Cina dan Annisa tidak dapat saling mencintai karena mereka menyebut Tuhan dengan nama yang berbeda.6
5
http://www.youtube.com/watch?v=VvXVDo3OHUs* diakses pada 30 januari 2011 pukul 21:58 WIB. 6 http://www.blitzmegaplex.com/en/movie_detail.php?id=MOV649 Cin(T)a] diakses pada 24/01/2011 pukul 15:07 WIB.
37
B.
Konsep Film Cin(T)a. Film Cin(T)a menyuguhkan Konsep sinematografi : dunia milik berdua
yang lain off frame, persis ketika jatuh cinta.7 Terlihat dengan ditampilkannya dua pemeran utama di setiap scene, walaupun ada figuran hanya ditampilkan suaranya saja sedangkan wajah mereka selalu disembunyikan. Karena ketika jatuh cinta maka dunia serasa milik berdua. POV penonton menjadi POV the third character (T). Jadi persepsi penonton menonton dua orang ini sebenarnya menggambarkan persepsinya sendiri tentang (T).8 C.
Visi dan Misi Film Cin(T)a. Visi dan misi film ini adalah curhat9 yaitu curahan hati sang sutradara
terhadap (T). D.
Synopsis Film cin(T)a. Cina (Sunny Soon), seorang mahasiswa baru yang belum pernah
mengalami kegagalan dalam hidup, sehingga dia yakin bisa mewujudkan impiannya menjadi Gubernur Tapanuli hanya dengan modal iman. Annisa (Saira Jihan), mahasiswi tingkat akhir 24 tahun yang kuliahnya terhambat karena karirnya di dunia film. Popularitas dan kecantikan membuatnya kesepian, sehingga ia bersahabat dengan jarinya sendiri yang digambari bermuka sedih. Sampai suatu hari datang „jari‟ lain yang menemani.
7
Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei
8
Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei
9
Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei
2011. 2011. 2011.
38
Tuhan, karakter yang paling tidak bisa ditebak. Setiap orang merasa mengenal-Nya. Setiap karya seni mencoba untuk menggambarkan-Nya, tapi tidak ada yang benar-benar mampu menggambarkan-Nya. Tuhan mencintai Cina dan Annisa, tapi Cina dan Annisa tidak dapat saling mencintai karena mereka memanggil Tuhan dengan nama yang berbeda. 10 E.
Tim Produksi Film Cin(T)a (Pemain dan Crew). Sebuah film sebagus apapun dan sesukses apapun tidak luput dari tangan-
tangan dingin para crew dan pihak-pihak yang terlibat dalam penggarapan film. Begitu juga dengan film Cin(T)a yang juga sukses berkat orang-orang yang terlibat didalamnya. Dan inilah orang-orang yang menjadikan film Cin(T)a sukses meraih beberapa penghargaan.11
No. Jabatan 1. Producer
Nama M. Adi Panuntun, M. Budi Sasono, Sammaria Simanjuntak Rolan Samosir, Kathleen Lee Sammaria Simanjuntak Sally Anom Sari & Sammaria Simanjuntak Budi Sasono of Arie Prabowo
2. 3. 4.
Executive Producer Director Screenplay
5. 6.
Director of photography Assistant Director photography First Assistant Director Second Assistant Director Production Manager Casting Director Art Director Assistant Art Director Wardrobe Director Assistant Wardrobe Director Editor Sound Editor
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 10
Burhan Yogaswara Yunitanti Erika Suwarno Nora Samosir Rezki Ridha Firmansyah Yufie Safitri Sobari Wenti Anky Prasetya Andri Yargana
[url=http://www.youtube.com/watch?v=VvXVDo3OHUs]YouTube - TrailerCin(T)a[/url] diakses pada 30 januari 2011 pukul 22:10 WIB. 11 www.godisdirector.com/castNcrew_crewscin(T)a diakses pada 15 April jam 06:43.
39
17. 18. 18. 20. 21. 22. 23.
Composer Additional Composer Behind The Scene Photographer Glam Photoloft Graphic Designer Publicist Production Assistant
24. 25.
Promo Manager Cast
Muhammad Betadikara Gugun Strangers, Lanlan Strangers Risky Budi Ramdhani Wei Xu, Pepen, Elsa Erickson Siregar A. Andiarti Widya Ekarianie, Fauziah R. S., Dina Rismala, Galih Rahasiwi, Awal Wahyu Rahmadi, Asep Ramdhan, Reza Andika, Shendi Abdi Maulana, Mohammad Bagus Satria Dini Aprilia Sunny Soon – Cina Saira Jihan – Annisa
F.
Karakter Pemain. Dalam film Cin(T)a pemeran yang ditampilkan hanya dua orang. Yaitu,
Anissa (Saira Jihan) dan Cina (Sunny Soon). Dalam film ini karakter Anissa (Saira Jihan) adalah Muslim-Jawa cantik yang juga berprofesi sebagai seorang artis sekaligus mahasiswa jurusan arsitek tingkat akhir yang bisa dibilang kurang pintar karena sudah 3 kali ini ia selalu gagal dalam tugas akhirnya. Sedangkan Cina (Sunny Soon) adalah seorang pemuda Kristen keturunan Tionghoa-Batak yang dengan hanya bermodal otaknya yang encer memberanikan diri berangkat jauh-jauh dari tanah kelahirannya,Tapanuli untuk menimba ilmu sebagai mahasiswa aristek di kota Bandung. Karakter Cina yang meledak-ledak, bersemangat dan ambisius, seakan mendapat lawan tanding dengan sikap Annisa yang menampilkan kesan nerimo (baca : menerima sesuatu apa adanya).12
12
http://www.stepmagz.com/2011/02/film-cinta-%E2%80%93-god-is-director/ diakses pada 11 mei 2011 pukul 10:44 WIB.
40
Cina mewakili orang-orang yang kelihatan beriman tapi ketika digoyang dikit malah langsung goyah. Annisa mewakili orang-orang yang kelihatan tidak terlalu beragama tapi ternyata lebih sayang dan peduli dengan sesama manusia.13 G.
Profil Sutradara Film Cin(T)a. Sammaria terlahir di Bandung, Indonesia. Sebagai kepulauan yang
terbesar di dunia dengan lebih dari 17000 pulau, Indonesia adalah rumah yang dihuni oleh berbagai macam budaya dan species/binatang.
Samaria besar di
tempat yang beraneka ragam budaya, yang mengekspos kecantikan dirinya dari perbedaannya di dunia. Sammaria bersekolah di arsitek dan menikmati berbagai macam budaya di dunia. Setelah setahun menikmati hidup sebagai arsitek, ia menyadari bahwa membuat film adalah kepribadiannya. Ia memutuskan untuk memberi perubahan yang kuat dan mengejar mimpinya. Cin(T)a adalah film pertamanya setelah membuat 4 film pendek (3 Frame2003, Santa v Haji, 2005, Dami Bukan Dummy-2007, dan 12cm-2008).14 H.
Profil Pemain Film Cin(T)a. 1.
Saira Jihan
Dilahirkan dan tumbuh besar di kota kecil di utara pulau jawa. Saira bukanlah seorang petualang. Pertemuan pertamanya menjelajahi dunia adalah ketika pertukaran pemuda di tokyo, jepang. Perempuan pemalu ini tidak mempunyai ambisi untuk menjadi seorang aktris walaupun setelah bertahun-tahun menjadi seorang model. Prestasinya dalam dunia model menjadikan karakter yang
13
Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei
14
www.godisdirector.com diakses pada 15 April jam 07:39 WIB.
2011.
41
kuat untuk membandingkan kecintaan pada dirinya dan kepribadiannya. Cin(T)a adalah film pertamanya dan jalannya untuk merubah dirinya, dan terutama lingkungannya.15 Berawal dari pemilihan model Cosmo Girl of The Year, Saira Jihan Stephanie Rachman kemudian merambah dunia layar lebar tanah air. Dimulai dengan film Cin(T)a arahan Samaria Simanjuntak di tahun 2008, akting dara kelahiran Cirebon, 2 September 1986 ini kembali terlihat di film terbaru Kalyana Shira film berjudul Madame X. 2.
Sunny Soon
Sunny, tumbuh dan dibesarkan di keluarga
yang religius (budha) di
Borneo dan bersekolah selama 12 tahun di sekolah kristen. Ia suka tantangantantangan baru dan ia mendapat perhatian dari sutradara walaupun pengalaman beraktingnya dari nol. Usahanya bertahun-tahun untuk hidup mandiri di jakarta menjadikannya sebuah spirit yang kuat untuk memecahkan kesulitannya dari peran utama di produksi independent. Sunny soon adalah harapan baru di perfilman indonesia.16
15 16
www.godisdirector.com diakses pada 15 April jam 07:39 WIB. www.godisdirector.com diakses pada 15 April jam 07:39 WIB.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A.
Temuan Data. Klasifikasi film terdiri dari lima yaitu komedi, drama, horror , musikal, dan
laga. Film cin(T)a termasuk dalam klasifikasi drama. Drama adalah film yang menggambarkan realita (kenyataan) di sekeliling hidup manusia. Dalam film drama, alur ceritanya terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih dan meneteskan air mata. Karena film ini mengisahkan tentang realita yang ada di sekitar kehidupan manusia tentang cinta beda agama. Di Indonesia banyak kasus seperti ini, seperti dalam setiap footage yang diselipi di setiap adegan. Ada pasangan beda agama yang akan melangsungkan pernikahan, pasangan yang baru menikah beberapa bulan, pasangan yang sudah menikah dan dikaruniai satu orang anak, bahkan pasangan yang sudah menikah hingga puluhan tahun dengan anak dan cucunya, mereka bisa rukun seperti itu karena mereka memiliki rasa toleransi yang tinggi tidak mengusik agama masingmasing dan saling menghormati setiap perbedaan yang ada. Film ini berjudul Cin(T)a dengan mengusung tema tentang cinta dan perbedaan. Dalam film ini para pemain berhasil memerankan tokoh mereka dengan sangat baik. Walaupun keduanya bukan artis terkenal tetapi akting mereka bisa dibilang cukup sempurna. Terutama peran cina yang dimainkan oleh Sunny Soon. Ia sangat menjiwai perannya sebagai seorang Kristen keturunan Tionghoa yang sangat taat terhadap agama. Begitu pula peran Annisa yang diperankan oleh Saira Jihan. Dengan raut muka yang sendu ia mampu mendalami karakter Annisa yang memang seorang yang melankolis. 42
43
Walaupun di pertengahan film terdapat suatu cerita tentang pengeboman gereja-gereja pada hari natal, namun tidak menjadikan Cina (nama pemeran lakilaki) dan Annisa (nama pemeran perempuan) lantas bersitegang, karena mereka tahu bahwa kejadian pengeboman itu hanya rekayasa orang-orang yang menginginkan permusuhan antar-agama. Film ini menceritakan tentang kejadian di tahun 2000 yang banyak terjadi pertikaian antar umat beragama salah satunya adalah banyaknya pengeboman yang terjadi di gereja-gereja di Indonesia pada saat malam natal. Bisa dibilang alur ceritanya adalah alur mundur. Karena mengisahkan kejadian di tahun 2000 padahal film ini diproduksi pada tahun 2009. Film ini berlatar tahun 2000 tepatnya di kota Bandung. Tempat yang dipakai dalam pembuatan film ini adalah ITB Institut Tekhnologi Bandung tepatnya gedung arsitek. Selain itu healthy spa juga dipakai sebagai tempat magang Cina. Tempat lain yang juga dipakai adalah taman lalu lintas ade irma suryani Bandung, masjid al-Kautsar, tamansari Bandung, dan warung indung. Dengan fashion yang dikenakan Cina dan Annisa sangat cocok dengan latar tahun 2000. Sampai pada telepon genggam milik Annisa pun digunakan HP yang memang tren pada tahun 2000 yaitu Nokia 5280 . Hampir setiap adegan dalam film ini menarik, bahkan mungkin setiap adegan dalam film ini bisa dikatakan menarik. Bagian yang menarik dalam film ini ketika Cina dan Annisa tidur di atas rumput dan membicarakan tentang Tuhan sebagai sutradara yang mengerti posisi makhluknya. Selain itu adegan ketika Cina melihat Annisa yang sedang berwudhu.
44
Adegan yang juga sangat menarik adalah ketika Cina dan Annisa mendiskusikan tentang
pertikaian agama di Palestina dengan latar di taman
bermain menggunakan permainan. Disitu Annisa bertanya “kenapa Allah nyiptain kita beda-beda kalo Allah hanya pengen disembah dengan satu cara” kemudian Cina menjawab “ makanya Allah nyiptain cinta biar yang beda-beda bisa nyatu”. Pertanyaan Annisa tentang Tuhan menggambarkan rasa ingin tahu Annisa tentang adanya perbedaan, sedangkan jawaban Cina bukanlah sebagai jawaban yang harus dibenarkan. Itu hanyalah pendapat Cina saja sebagai seorang manusia biasa. Dalam film ini hanya ditampilkan dua tokoh saja yaitu Cina dan Annisa dengan mengusung konsep sinematografi cinta milik kita berdua, sang sutradara ingin menampilkan kesan bahwa ketika kita jatuh cinta, maka dunia serasa milik berdua. Makanya dalam film ini hanya dua tokoh saja yang ditampilkan. Walaupun ada figuran mereka hanya voice over saja dan tidak ditampilkan wajah mereka. Dalam film ini banyak sekali simbol-simbol yang ditampilkan. Salah satunya adalah semut. Semut adalah hewan yang sangat kecil, tetapi ketika mereka berjumpa dengan semut yang lain maka terlihat mereka saling bertegur sapa. Bisa diartikan betapa kecilnya manusia dihadapan tuhanNya, tetapi walaupun kecil hendaknya manusia tidak saling meremehkan bahkan harus seperti semut saling bertegur sapa ketika bertemu dengan manusia lainnya sekalipun ada perbedaan, baik beda suku, agama, dan keyakinan. Manusia harus saling menghargai satu sama lain karena Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling mengenal satu sama lain. Tak kenal maka tak sayang, begitulah kata
45
pepatah. Sesuai juga dengan ayat al-Quran surat al-Hujuraat ayat 13 yang berbunyi:
ًيآيُھَاالّنَاس إناخلقّنٰکم مِنْ ذَكَرٍ و ٵُنْثٰى و جَعَلّْنٰكم شُ ُعوْبا ۗ ْوَقَبآئِلَ لِتََعار ُفوْا ۗ ٳِّنَ ٲَكْرَمَكُم ْعِّنْدَاللّه ِأَتْقٰكُم Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang paling betakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S Al-Hujuraat: 13).1 Allah memberitahukan kepada umat manusia bahwa Dia telah menciptakan mereka dari satu jiwa dan telah menjadikan dari jiwa itu pasangannya. Itulah Adam dan Hawa. Dan Allah juga telah menciptakanb mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Maka kemuliaan manusia dipandang dari kaitan ketahanannya bertingkat-tingkat bila dilihat dari sudut keagamaan, seperti dalam hal ketaatan melarang manusia berbuat ghibah dan menghina satu sama lain, maka Dia mengingatkan bahwa mereka itu sama dalam segi kemanusiannya.” Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal” yaitu, agar tercapailah ta’aruf “saling kenal” di antara mereka masing-masing berpulang ke kabilahnya sendiri Abu Isa Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda,” pelajarilah silsilah kamu yang dengannya kamu akan menyambungkan tali kekeluargaan, karena menggabungkan tali kekeluargaan menimbulkan kecintaan di dalam 1
Departemen Agama Republik Indonedia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: C.V. Toha Putra, 1989), h. 847.
46
keluarga, kekayaan dalam harta, dan tongkat dalam menyusuri jejak, kemudian Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib. Tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.2 Kesimpulannya ialah bahwasanya manusia pada hakikatnya adalah dari asla keturunan yang satu. Meskipun telah jauh berpisah, namun di asal-usul adalah satu. Tidaklah ada perbedaan di antara yang satu dengan yang lainnya tidaklah ada perlunya
membangkit-bangkit
perbedaan,
melainkan
menginsafi
adanya
persamaan keturunan. Hal ini dikemukankan oleh Tuhan dalam ayatnya, untuk menghapus perasaan setengah manusia yang hendak mengatakan bahwa dirinya lebih dari yang lain, karena keturunannya, bahwa dia bangsa raja, ornag lain bangsa budak, bahwa dia bangsa keturunan Ali bin Abu Thalib dalam perkawinannya dan Siti fatimah al-batul, anak perempuan rasulullah, dan keturunan yang lain adalah rendah dari itu.3 Dalam film ini cinta menciptakan rasa toleransi terhadap setiap individu. Cina dan Annisa saling mencintai dan mereka selalu menghargai satu sama lain. Terlihat dari adegan ketika Annisa sedang menjalankan ibadah shalat, Cina dengan sabar menunggu sambil memperhatikan Annisa yang sedang shalat. Terlihat juga adegan ketika Annisa sedang berpuasa, Cina menemani annisa menunggu saat berbuka puasa. Juga saat hari idul fitri tiba, Cina membantu annisa membuat ketupat. Begitupun sebalikya ketika perayaan natal Annisa membantu Cina menghias pohon natal. 2
Muhammad Nassib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani, 2000) h. 431. 3 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 9, (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1994), h. 6834-6835
47
Film Cin(T)a berbeda dengan film-film yang telah ada, yang kebanyakan akhir ceritanya berujung pada kedua pasangan jadian. Tetapi dalam film ini akhir ceritanya adalah mereka lebih memilih untuk mempertahankan agama mereka masing-masing ketimbang menghianati Tuhan mereka hanya karena cinta. Film ini termasuk kategori film indie. film yang dibuat tanpa dibawah naungan badan usaha resmi (PT or CV) dan dana dari perseorangan atau sekelompok orang. Film indie tidak ditentukan dengan durasi, ada banyak jenis indie dengan jenis feature (durasi panjang).4 Identiknya sebuah film mengandung sebuah pesan yang ingin disampaikan. Tetapi dalam film Cin(T)a tidak ada pesan yang ingin disampaikan oleh sang sutradara. Menurut Wim Wenders, ada 2 jenis film. Film yang memberi pernyataan. Dan film yang memberi pertanyaan. Film cin(T)a ini yang memberi pertanyaan, “kenapa Tuhan nyiptain kita beda-beda kalau Tuhan Cuma ingin disembah dengan satu cara?” Film ini dibuat karena si filmaker ingin mencari jawaban, bukan karena punya jawaban.5
2011.
4
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4253456 diakses pada 08 juni 2011 jam 19:57.
5
Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei
48
B.
Makna ikon, indeks, dan simbol pada film Cin(T)a. 1. Scene satu: Visualisasi: Ikon, berupa gambar Annisa dan Cina yang duduk berdua di sebuah
ruangan
dengan
jendela yang terbuka. Pada dinding
kamar
sebuah
lukisan
terlihat yang
bertuliskan “beauty mind”. Pada gambar tersebut juga terlihat sebuah pohon natal dengan yaitu
berbagai lonceng,
hiasan gambar
santa claus dan sebuah ketupat. Pengambilan gambar: Full short merupakan teknik pengambilan gambar objek secara
seluruh
dengan
aktifitas
badan yang
dilakukan objek. Indeks
Pohon natal adalah tanda dari perayaan hari natal. Ketupat adalah tanda dari orang
49
Islam karena ketupat biasa digunakan sebagai jamuan hari raya idul fitri. Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada terkandung pesan simbolik dari pohon natal tersebut bahwa seorang muslim semestinya bertoleransi terhadap hari besar agama lain. Toleransi tidak mesti dengan menyelamati hari natal.
2. Scene dua: Visualisasi: Ikon, Pada gambar tersebut terlihat Annisa dan Cina yang sedang menonton berita tentang
pengeboman
gereja-gereja di sejumlah tempat
tepatnya
pada
malam natal. Terlihat raut kesedihan
di
wajah
Annisa dan kemarahan di wajah Cina. Dalam
gambar
juga
terlihat di atas televisi ada
50
sejumlah
semut
awalnya
yang
berkumpul
berubah menjadi berpisah. Gambar
tersebut
diperkuat narator
oleh dari
suara pembaca
berita. Pada
gambar
kedua
terlihat
Cina
memalingkan
wajahnya
dan
Annisa
menggenggam
tangan
Cina
untuk
menenangkannya. Pengambilan Medium
gambar:
close-up
Pada
jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke
atas.
Sosok
manusia
tubuh
mendominasi
frame dan latar belakang tidak
lagi
dominan.
Adegan
percakapan
normal
biasanya
51
menggunakan
medium
close-up. Indeks
Semut adalah hewan yang kecil tetapi walaupun kecil mereka sangat menghargai sesama.
Terlihat ketika mereka bertemu
dengan semut yang lain mereka selalu bertegur sapa. Diibaratkan semut-semut itu adalah umat Islam dan Kristen yang awalnya berkumpul, tetapi karena adanya pengeboman yang dilakukan yang diisukan dilakukan oleh orang islam maka hubungan mereka menjadi renggang seperti apa yang dilakukan semut-semut dalam gambar. Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada terkandung pesan simbolik dari adegan tersebut bahwa semut tersebut menandakan hubungan antar umat Islam dan Kristen terganggu
karena
adanya
pengeboman
gereja-gereja pada malam natal yang diisukan didalangi oleh umat Islam.
52
3. Scene tiga Visualisasi:
Ikon,
Pada
gambar tersebut terlihat Annisa dan Cina yang sedang
berdoa
sebelum
mereka makan. Terlihat juga kedua tangan mereka yang menggambarkan cara berdoa menurut agama dan kepercayaan
mereka
masing-masing.
Annisa
mengangkat
kedua
tangannya
dan
Cina
mengepalkan
kedua
tangannya sesuai dengan kebiasaan agama
berdoa
mereka
pada
masing-
masing. Terlihat di atas meja dua piring nasi, dua gelas
air
putih
dan
beberapa pelengkap makan lainnya. Pengambilan gambar: Full short merupakan teknik
53
pengambilan gambar objek secara
seluruh
dengan
aktifitas
badan yang
dilakukan objek. Indeks
Terlihat Annisa dan Cina yang sedang berdoa untuk makan malam sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada terkandung pesan simbolik dari adegan tersebut bahwa berdoalah dalam setiap hal sesuai dengan ajaran agama masingmasing, salah satunya berdoa sebelum makan
4. Scene empat Visualisasi:
Ikon.
Pada
gambar tersebut nampak jari Annisa yang digambar dengan raut muka sedih dan
jari
Cina
yang
bermuka gembira. Pengambilan Close
up
memperlihatkan
gambar: Umumnya wajah,
54
tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Teknik ini
mampu
memperlihatkan
ekspresi
wajah dengan jelas serta gestur
yang
Close-up
mendetil. biasanya
dugunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up
juga
memperlihatkan
detil
sebuah benda atau objek.
Indeks
Dua jari, yang satu bermuka sedih dan satunya bermuka riang. Saling melengkapi, saling menghibur ketika ada seseorang yang sedang bersedih.
Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada terkandung pesan simbolik dari gambar kedua tangan tersebut bahwa karakter Annisa melankolis sedangkan karakter Cina adalah seorang yang riang gembira dan selalu yakin dengan kemampuan dirinya.
55
5. Scene lima Visualisasi:
Ikon,
Pada
gambar tersebut terlihat Cina yang sedang bermain gitar menggunakan bertuliskan
kaos
yang
“God
is
a
Director. Pengambilan gambar: Close up Umumnya memperlihatkan wajah,
tangan,
kaki,
atau
sebuah objek kecil lainnya. Teknik
ini
mampu
memperlihatkan
ekspresi
wajah
dengan
jelas
serta
gestur yang mendetil. Closeup biasanya dugunakan untuk adegan dialog yang lebih intim.
Close-up
juga
memperlihatkan detil sebuah benda atau objek.
Indeks
Kaos Cina yang bertuliskan “God is a Director”. Yang berarti Tuhan adalah
56
sutradara.” Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada terkandung pesan simbolik dari kalimat “God is a Director” bahwa Tuhan adalah sutradara. Yang menyutradarai seluruh kegiatan alam ini, baik di bumi maupun di langit.
6. Scene enam Visualisasi:
Ikon,
Pada
gambar tersebut terlihat Cina dan Annisa yang sedang
berdiri
bersandar
dan
pada
sebuah
tembok yang bertuliskan “ berbuka
puasalah
pada
waktunya”. Pengambilan
gambar:
Medium shot Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah
mulai
tampak.
Terlihat ekspresi Annisa
57
dan Cina yang saling curicuri pandang. Indeks
Cina menemani Annisa yang sedang menunggu waktu berbuka puasa.
Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada terkandung pesan simbolik dari adegan tersebut perbedaan
bahwa satu
saling dan
menghormati
lainnya.
Karena
walaupun Cina beragama Kristen tetapi ia mau menemani Annisa yang seorang muslim untuk menunggu waktu berbuka puasa.
7. Scene tujuh Visualisasi: gambar Cina
Ikon,
tersebut
Pada terlihat
dan Annisa
yang
sedang bermain di taman sambil
mendiskusikan
tentang perang agama di dunia. Pengambilan Close
up
memperlihatkan
gambar: Umumnya wajah,
58
tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Pada gambar ini terlihat ekspresi wajah Annisa yang kesal dan
wajah
merasa telah tentang
Cina
bersalah
yang karena
membicarakan konflik
agama
dunia. Diperkuat dengan dialog “ kalo lo ga bisa nyelsesain konflik agama yang jauh di sana, the least you can do jangan buat konflik baru di sini deh” (Annisa) Indeks
Annisa kesal dengan Cina karena mencoba menyelesaikan konflik agama di dunia yang tak kunjung padam.
Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada terkandung pesan simbolik dari adegan tersebut bahwa kalau kita tidak bisa mengatasi sesuatu yang lebih besar maka yang bisa kita lakukan adalah menjaga hal yang kecil supaya tidak menjadi besar.
59
8. Scene delapan Visualisasi: gambar
Ikon,
tersebut
suasana
Pada terlihat
pemukiman.
Terlihat rumah-rumah yang bertumpuk
dan
terlihat
begitu semeraut. Pengambilan Extreme
gambar: long
shot
merupakan jarak kamera yang
paling
jauh
dari
objeknya.
Wujud
fisik
manusia
nyaris
tidak
nampak.
Teknik
umumnya menggambarkan
ini untuk sebuah
objek yang sangat jauh atau panorama yang luas.
Indeks
Letak rumah-rumah pada pemukiman tersebut sangat semeraut bisa disimpulkan overpopulated dan smoky.
Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada
60
terkandung pesan simbolik dari adegan tersebut bahwa desain Tuhan tidak akan semeraut seperti desain manusia.
9. Scene sembilan Visualisasi: gambar Cina
Ikon,
Pada
tersebut dan
terlihat
Annisa
yang
sedang memakan bakso di sebuah tempat dekat dengan perkampungan. Pandangan Annisa tertuju pada kamera yang ucapannya
mempertegas “Tuhan
lebih
sutradara, tau. Pengambilan
gambar:
Medium shot Pada jarak ini memperlihatkan
tubuh
manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Indeks
Sutradara
adalah
seseorang
yang
mengarahkan sebuah film. Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada
61
terkandung pesan simbolik dari adegan tersebut bahwa Tuhan lebih mengetahu dan
mengatur
kehidupan
manusia,
melebihi apapun di jagat raya ini.
10. Scene sepuluh Visualisasi: gambar ke
Ikon,
berupa
Cina yang melihat
arah
Annisa
mengacungkan
sambil jari
telunjuknya. Annisa melihat ke arah Cina dengan tatapan menyindir. Pengambilan
gambar:
Medium shot Pada jarak ini memperlihatkan
tubuh
manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Terlihat ekspresi Cina yang penuh semangat Annisa
dan
ekspresi
yang
sedikit
meragukan pernyataan Cina. Diperkuat
dengan
dialog
62
antara mereka: Cina: apa kau pindah
kristen
aja
nis?,
Annisa: yakin, lo masih mau sama gue? Tuhan gue aja berani gue hianatin apalagi lo ntar. Indeks
Pada
kalimat
menghianati
kalau Tuhan
kita yang
bisa telah
menciptakan kita, berarti kita juga lebih gampang menghianati sesama. Simbol
Dari ikon dan tanda verbal yang ada terkandung berpindah
pesan agama
menghianati Tuhan.
11. Scene sebelas Visualisasi: Ikon berupa gambar film, pada gambar terlihat bumi
sebuah
gambar
dikelilingi
oleh
bermacam-macam kararkter
manusia
dan
bertuliskan “ berbeda-beda tapi tetap satu. Pada pojok
simbolik
bahwa
samadengan
63
bawah
kanan
terdapat
gambar burung garuda. Pengambilan Close
gambar:
up
Umumnya
memperlihatkan
wajah,
tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Indeks
Gambar
beberapa
orang
yang
ada
mewakili semua manusia yang ada di bumi. Sedangkan burung garuda adalah lambang dari negara indonesia. Simbol
Pada ikon dan tanda verbal yang terlihat mengandung
pesan
simbolik
bahwa
walaupun kita semua berbeda tetapi kita tetap sama yaitu makhluk ciptaan Tuhan.
12. Scene duabelas Visualisasi: visualisasi
Ikon ini
pada
digunakan
ikon berupa ruangan dari sebuah rumah kayu yang sudah usang dengan interior ruangan yang terbuat dari kayu. meja yang terbuat dari
64
kayu,
cahaya
matahari
masuk ke dalam ruangan dari jendela. Terlihat pula lampu gantung yang sudah terselimuti
oleh
sawang.
Juga sebuah wayang yang tergelatak di tengah ruangan. seolah
menunnjukan
kehampaan dan kosong. Pengambilan gambar: Full short
merupakan
teknik
pengambilan gambar objek secara seluruh badan dengan aktifitas
yang
dilakukan
objek. Indeks
Suasana ruangan yang sudah berantakan serta ditumbuhi sawang menunjukkan bahwa
ruangan
tersebut
sudah
tak
yang
ada
berpenghuni Simbol
Dari
ikon
dan
tanda
menunjukkan bahwa rumah tersebut sudah ditinggal lama oleh penghuninya. Tersirat kehampaan dan kekosongan.
65
C.
Analisis Makna Judul Film Cin(T)a. Membaca judulnya memang menarik sekaligus lucu, karena huruf kapital
T berada dalam kurung. Pastinya membuat sebagian orang bahkan semua orang yang membacanya heran. Tetapi disinilah makna yang ingin disampaikan oleh sang sutradara, huruf kapital T dalam kurung mempunyai makna Tuhan. Dan judul ini dapat diartikan cinta antara Cina, Tuhan dan Annisa. Cin untuk Cina, A untuk Annisa, (T) untuk the third character. Ada yang manggil Tuhan, Theis, Theo, The One, The Almighty, dll.6 Judul dari film ini bisa diartikan cinta makhluk kepada sesama makhluk dan cinta makhluk terhadap Tuhannya. Betapa cinta terhadap sesama manusia tidak bisa mengalahkan cinta mahkluk terhadap Tuhannya. Di dunia ini ada dua cinta yaitu cinta kepada Tuhan dan cinta kepada sesama makhluk. Cinta kepada Tuhan haruslah di atas segalanya melebihi cinta kepada sesama makhluk. Disebut juga hablum min Allah dan hablum min annaas. Tuhan (T) adalah karakter yang tidak bisa digambarkan tetapi bisa dirasakan kehadiranNya dengan melihat semua ciptaanNya. Dalam Islam penikahan beda agama adalah dilarang tetapi toleransi antar sesama sangat dianjurkan.
6
Wawancara dengan sutradara film Cin(T)a pada 20 mei 2011.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan interpretasi yang telah dilakukan terhadap film
Cin(T)a, penulis dapat menyimpulkan bahwa: 1. Film Cin(T)a merupakan film indie yang bergenre drama serta menyuguhkan konsep toleransi antar umat beragama. Dalam film ini cinta mempunyai dua makna cinta terhadap Tuhan dan cinta terhadap sesama tetapi cinta terhadap Tuhan di atas segalanya. Makna dari judul film Cin(T)a adalah “cin” untuk Cina, (T) untuk Tuhan, dan huruf “a” untuk Annisa. Jadi cinta antara Cina, Tuhan dan Annisa. 2. Menurut Wim Wenders, ada 2 jenis film. Film yang memberi pernyataan dan film yang memberi pertanyaan. Film Cin(T)a ini yang memberi pertanyaan, “kenapa Tuhan nyiptain kita beda-beda kalau Tuhan Cuma ingin disembah dengan satu cara?” Film ini dibuat karena si filmaker ingin mencari jawaban, bukan karena punya jawaban. Dengan kata lain film ini tidak mengandung pesan tetapi mengandung pertanyaan. 3. Berbagai tanda yang digunakan film Cin(T)a mulai dari ikon, indeks, simbolisasi baik berupa tanda verbal maupun nonverbal merupakan seluruh rangkaian tanda yang memberikan sebuah pemaknaan bahwa toleransi bisa dilakukan oleh siapa pun, kepada apa pun. 4. Dalam film Cin(T)a tiga macam tanda yaitu Ikon, Indeks, dan Simbol.
65
66
a. Ikon dalam film ini adalah visualisasi yang ada pada setiap scenenya, terutama setiap adegan yang terdapat sosk Cina, Annisa, dan Semut. b. Dialog-dialog yang dilakukan Cina dan Annisa, keberadaan Cina dan Annisa yang selalu terlihat di setiap scene menjadi indeks bahwa mereka memang saling jatuh cinta. Percakapanpercakapan
dan
diskusi-diskusi
yang
mereka
lakukan
memunculkan simbolisasi tertentu. c. Setiap akting Cina dan Annisa menjadi simbol dari kerukunan antar umat beragama serta toleransi yang seharusnya dilakukan oleh setiap makhluk yang ada di bumi ini. Semut menjadi simbol bahwa betapa kecilnya manusia dihadapan Tuhan. Selain itu semut juga mengajarkan untuk saling menghargai.
B.
Saran-saran 1) Untuk komunitas indie diharapkan mampu membuat film yang bisa menandingi film Cin(T)a yang mengusung tema tentang agama dan perbedaan karena begitu banyak tema-tema kehidupan yang sesuai dengan kehidupan nyata. 2) Untuk sutradara diharapkan dapat mempertahankan bahkan membuat film-film indie lainnya dan lebih bagus dari Cin(T)a. 3) Untuk para penikmat film, hendaknya dapat memilah film-film yang memang patut untuk ditonton. Karena sekarang ini terlalu banyak film-film yang bertemakan cinta tetapi berujung pada
66
67
pornografi. Cobalah untuk menonton film-film indie karya anak bangsa karena banyak dari film indie bahkan lebih bagus dari film komersial. Salah satunya film Cin(T)a ini. 4) Skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu penulis menghimbau kepada mahasiswa lain yang berminat untuk meneliti film dan semiotik hendaknya lebih memahami dua konsep tersebut sehingga dalam menganalisa data menghasilkan data yang akurat.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro,dan Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Ar-Rifa’i Muhammad Nassib, kemudahan dari Allah ringkasan tafsir ibnu katsir jilid 4, Jakarta: Gema Insani, 2000. Birowo, M Antonius, ed. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004. Budiman, Kris, semiotik visual Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004. Departemen Agama Republic Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: C.V. Toha Putra, 1989. Echols, John M & Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, 2000. Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Cipta Aditya Bakti, 2003. Faridl, Miftah. Dakwah Kontemporer Pola Alternative Dakwah Melalui Televisi. Bandung: Pusdai Press, 2000. Ghazali, M Fikri, Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta, skripsi S1 UIN syarif hidayatullah jakarta, 2010. Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 9, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1994. Hoed, Benny H, Semiotik Dan Dinamika Sosial Budaya, Jakarta: Komunitas Bambu, 2011. Imanjaya, Ekky. Who Not: Remaja Doyan Nonton. Bandung: PT Mizan Budaya Kreativa, 2004. Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Kusnawan, Aep dkk. Komunikasi Dan Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah Press, 2004. Moeloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2002. Prakoso, Gatot. Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Documenter. FFTV-IKJ dengan YLP. Jakarta: Fatma Press, 1977. Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar. Jakarta: BP SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1999. Prastista, Himawan, Memahami Film, yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008. Simanjuntak, Sammaria, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei 2011. Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. cet.ke-4. ----------------, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
69
70
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. cet. Ke-1. T, Christomy. dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat Universitas Indonesia, 2004.
Tinarbuko, Sumbo, semiotika komunikasi visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2008. Tim Prima Pena, kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap, Surabaya: Gitamedia Press, 2006. Waluyo, Hermawan J. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT.Hanindita, 2003. cet.ke-2
Daftar Pustaka Lain. www.godisdirector.com diakses pada 15 April jam 07:39 WIB “pengertian film” di akses pada tanggal 17 Januari 2011 pukul 15:32 dari http://www.bahasafilmbarengblogspot.com. http://www.blitzmegaplex.com/en/movie_detail.php?id=MOV649 diakses pada 24 januari 2011.
Cin(T)a],
http://entertainment.kompas.com/read/2009/08/15/e094012/cinta..antara.cina.anni sa.dan.tuhan diakses pada 10 mei 2011 pukul 10:41 WIB. http://www.stepmagz.com/2011/02/film-cinta-%E2%80%93-god-is-director/ diakses pada 11 mei 2011 pukul 10:44 WIB. http://www.blitzmegaplex.com/en/movie_detail.php?id=MOV649 diakses pada 24 januari 2011 pukul 15:07 WIB.
Cin(T)a],
http://entertainment.kompas.com/read/2009/08/15/e094012/cinta..antara.cina.anni sa.dan.tuhan diakses pada 10 mei 2011 pukul 10:41 WIB http://www.youtube.com/watch?v=VvXVDo3OHUs*
diakses pada 30 januari 2011 pukul 21:58 WIB. http://www.stepmagz.com/2011/02/film-cinta-%E2%80%93-god-is-director/ diakses pada 11 mei 2011 pukul 10:44 WIB. meriwardana.blogspot.com diakses pada 26 mei 2011 jam 21:19 WIB http://forum.dudung.net/index.php?topic=9454.0 diakses pada 27 mei 2011 jam 07:00 WIB
71
http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A3633_0_3_0_M diakses pada 08 juni 2011 jam 20:32 http://tafany.wordpress.com/2009/06/12/toleransi-antar-umat-beragama/ pda 08 juni 2011 jam 20:19
diakses
http://www.id.wikipedia.org/wiki/kajian-semiotik diakses pada 19 april 2011 pukul 19:14 WIB
LAMPRAN 1 WAWANCARA PRIBADI Narasumber : Sammaria Simanjuntak Jabatan
: sutradara film Cin(T)a
Tempat
: kantor PT. Kepompong Ndut jl. Bali no.7 Bandung
1. Dari mana ide atau gagasan untuk membuat film Cin(T)a? Pada dasarnya saya sangat ingin membuat film dan saat itu hal yang paling menggelisahkan saya adalah tentang cin(T)a. 2. Bagaimana proses pemilihan para pemain dalam film Cin(T)a? Proses paling lama dalam film ini. Sekitar 4 bulan. Bisa dibaca di http://resignclub.blogspot.com/2009/04/annisa-annisa-di-konteskecantikan-ibu.html 3. Bagaimana proses penggarapan skenario film Cin(T)a? Apakah mengalami hambatan? http://resignclub.blogspot.com/2009/04/menulis-film-cinta.html http://resignclub.blogspot.com/2009/04/menjala-kru.html Berapa lama proses penggarapannya? Mulai Desember 2007 sampai sekitar Mei 2008 4. Apa makna judul film Cin(T)a? Cin untuk Cina, A untuk Annisa, (T) untuk the third character. Ada yang manggil Tuhan, Theis, Theo, The One, The Almighty, dll.
72
73
5. Apa visi dan misi film ini? Curhat. 6. Bagaimana karakter kedua pemain dalam film ini? Cina mewakili orang2 yang kelihatan beriman tapi ketika digoyang dikit malah langsung goyah. Annisa mewakili orang-orang yang klihatan tidak terlalu beragama tapi ternyata lebih sayang dan peduli dengans esama manusia. 7. Pesan apa yang ingin disampaikan dalam film Cin(T)a? Gak ada. Menurut Wim Wenders, ada 2 jenis film. Film yang memberi pernyataan. Dan film yang memberi pertanyaa. Film cin(T)a ini yang memberi pertanyaan, “kenapa Tuhan nyiptain kita beda-beda kalau Tuhan Cuma ingin disembah dengan satu cara?” Film ini dibuat karena si filmakr ingin mencari jawaban, bukan karena punya jawaban. 8. Dalam film Cin(T)a anda bertindak sebagai sutradara dan penulis skenario, apa hambatan atau kendala yang dirasakan? Banyak. Dari segi teknis karena ini film pertama saya dan seluruh crew dan cast di film ini, jadi belum ada perngalaman sama sekali. Dari segi content, karena ini memang pergumulan pribadi kami. Setidaknya saya dan Sally Anom Sari. 9. Dalam pembuatan film ini format apa yang anda gunakan? HD. 10. Bagaimana dengan skenario film Cin(T)a? Maksudnya??? 11. Bagaimana konsep yang disuguhkan dalam film Cin(T)a?
74
Konsep sinematografi : dunia milik berdua yang lain off frame, persis ketika jatuh cinta. POV penonton menjadi POV the third character (T). Jadi persepsi penonton
menonton
dua
orang
ini
sebenarnya
menggambarkan
persepsinya sendiri tentang (T). 12. Bagaimana perfilman di indonesia menurut anda khususnya film-film indie? Semua film di Indonesia itu indie. 13. Dalam film ini sering sekali memunculkan sosok semut, apakah ada maksud dibalik itu semua? Menurut kamu kenapa? 14. Apa makna cinta, agama dan perbedaan menurut anda? Agama, cinta, dan perbedaan...semua diciptakan dengan satu benang merah, agar kita saling mencintai. 15. Di mana film ini digarap? Lokasi-lokasi yang dipakai dalam film ini? http://resignclub.blogspot.com/2009/04/our-own-film-city.html
Informan
(Sammaria Simanjuntak)
75
Lampiran II Tim produksi film Cin(T)a dan crew No. Jabatan
Nama
1.
M. Adi Panuntun, M. Budi Sasono,
Producer
Sammaria Simanjuntak 2.
Executive Producer
Rolan Samosir, Kathleen Lee
3.
Director
Sammaria Simanjuntak
4.
Screenplay
Sally Anom Sari & Sammaria Simanjuntak
5.
Director of photography
6.
Assistant
Director
Budi Sasono of Arie Prabowo
photography 7.
First Assistant Director
Burhan Yogaswara
8.
Second Assistant Director
Yunitanti
9.
Production Manager
Erika Suwarno
10.
Casting Director
Nora Samosir
11.
Art Director
Rezki Ridha
12.
Assistant Art Director
Firmansyah
13.
Wardrobe Director
Yufie Safitri Sobari
14.
Assistant Wardrobe Director
Wenti
15.
Editor
Anky Prasetya
16.
Sound Editor
Andri Yargana
17.
Composer
Muhammad Betadikara
76
18.
Additional Composer
Gugun Strangers, Lanlan Strangers
18.
Behind The Scene
Risky Budi Ramdhani
20.
Photographer Glam Photoloft
Wei Xu, Pepen, Elsa
21.
Graphic Designer
Erickson Siregar
22.
Publicist
A. Andiarti
23.
Production Assistant
Widya Ekarianie, Fauziah R. S., Dina Rismala, Galih Rahasiwi, Awal
Wahyu
Rahmadi,
Asep
Ramdhan, Reza Andika, Shendi Abdi Maulana, Mohammad Bagus Satria 24.
Promo Manager
Dini Aprilia
25.
Cast
Sunny Soon – Cina Saira Jihan – Annisa
77
Lampiran III
78
79
SURAT KETERANGAN Bandung, 20 mei 2011
Dengan hormat, Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa dibawah ini: Nama
: Nurlaelatul Fajriah
NIM
: 107051002056
TTL
: 17 Desember 1988
Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam
Nama Perguruan
:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Program
: S1
Adalah benar telah melakukan wawancara kepada sutradara film Cin(T)a, dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS SEMIOTIK FILM CIN(T)A KARYA SAMMARIA SIMANJUNTAK”. Demikianlah surat keterangan ini kami sampaikan yang sebenarnya, dan dapat digunakan dengan sebagaimana mestinya. Hormat kami
Sammaria Simanjuntak Sutradara film Cin(T)a