PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita)
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai gelar sarjana S-I Ilmu Komunikasi
Disusun oleh : WAHYUNINGSIH L 100070117
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
NASKAH PUBLIKASI
PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita) Wahyuningsih Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita menceritakan mengenai realitas kaum perempuan yang mengalami ketidakberdayaan. Film ini menunjukkan bagaimana kaum perempuan dapat menghadapi kenyataan pahit yang dialami dalam kehidupannya. Masih kuat budaya patrarki menjadi penyebab adanya transformatif nasib. Namun kaum perempuan tersebut
berusaha
bangkit dengan caranya sendiri agar tidak menjadi lebih terpuruk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna yang disampaikan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita adalah realitas kaum perempuan yang digambarkan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita antara lain pemarjinalan dan pensubordinasian kaum perempuan, ketidakadilan dalam peran ganda kaum perempuan dalam sektor publik maupun domestik, perempuan sebagai objek kekerasan dalam rumah tangga, diskriminasi kaum perempuan, perempuan sebagai objek seks, perempuan tidak berdaya dalam praktik poligami, perempuan tidak penting dalam pengambilan keputusan rumah tangga, perempuan sebagai korban dalam pergaulan bebas dan feminitas pada kaum perempuan. Pada tahap analisis mitos penilitian ini mengidentifikasi mitos yang paling dominan digunakan dalam mengonstruksi realitas kaum perempuan pada film ini adalah mitos gender dan beberapa mitos yang cenderung mengarah pada aliran feminisme.
Kata kunci : Ketidakberdayaan, Perempuan, Semiotika
1
2
menempatkannya pada kedudukan yang
A. PENDAHULUAN Film merupakan salah satu media
lebih
rendah
dibandingkan
laki-laki,
komunikasi massa (mass communication)
memang perjuangan sepanjang hidupnya.
yaitu komunikasi melalui media massa
Seperti
modern. Film hadir sebagai kebudayaan
Berninghausen dan Kerstan, tentang sosok
massa
dengan
perempuan ideal pada sejumlah perempuan
perkembangan masyarakat perkotaan dan
di Klaten (Jawa Tengah), separoh dari
industri, sebagai bagian dari budaya massa
mereka mengatakan bahwa perempuan harus
yang popular. Sebagai media, film tidak
menjadi
bersifat netral, pasti ada pihak-pihak yang
perempuan yang lain mengatakan seorang
mendominasi atau terwakili kepentinganya
perempuan yang baik haruslah “seorang istri
dalam film tersebut. Film adalah seni yang
yang baik dan patuh.” Ideologi familialisme
sering dikemas untuk dijadikan komoditi
telah menyebabkan perempuan hanya ingin
dagang, karena film adalah potret dari
menjadi istri dan ibu yang baik. Sebagai istri
masyarakat dimana film itu dibuat.
yang baik, ia diharapkan mendampingi
yang
Film
muncul
“ibu
diungkapkan
yang
baik”.
oleh
Seperempat
gambar
yang
suami dan mendorong keberhasilan suami.
disebut
juga
Untuk itu seorang perempuan diharapkan
transformasi kehidupan masyarakat, karena
pandai bersikap dan bertingkah laku atau
dalam film kita dapat melihat gambaran atau
menjaga
cerminan yang sebenarnya. Sebagai gambar
suami(Abdullah, 1997:6).
bergerak.
merupakan
seiring
yang
Film
dapat
yang bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Perjuangan
perempuan
diri
agar
selalu
dikasihi
Lebih lanjut Grame Turner melihat makna film sebagai representasi dari realitas
melawan
masyarakat, bagi Turner, berbeda dengan
keterkaitan pada hubungan kekuasaan yang
film sekedar sebagai refleksi dari realitas.
3
Sebagai refleksi dan realitas, film sekedar
menceritakan tentang berbagai masalah yang
memindah realitas ke layar tanpa mengubah
menyelimuti
realitas
Indonesia,
itu.
Sementara
itu
sebagai
kehidupan dimana
perempuan
mereka
harus
representasi dari realitas, film membentuk
mempertahankan harga diri mereka bahkan
dan
dalam
menghadirkan
kembali
realitas
kondisi
terburuk
sekalipun,
berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi,
memantulkan pandangan bahwa keadaan
dan idiologi dari kebudayaannya. Berbeda
sosial ekonomi berpengaruh besar terhadap
dengan fotografi statis, rangkaian gambar
nasib
film
sistem
mengangkat tema-tema perempuan, mulai
penandaan. Menurut Van Zoest pada film
dari spesialis kandungan, disakiti secara
menggunakan tanda-tanda ikonis, yakni
seksual, dihamili, kanker rahim, di madu
tanda-tanda
menggambarkan
diam-diam, diselingkuhi.
Ditengah menjamurnya film bergenre
B. TINJAUAN TEORI
menciptakan
imaji
yang
dan
seorang
perempuan.
Film
ini
sesuatu(Sobur, 2004:128).
seks horor dan komedi, dan hausnya
Film Sebagai Komunikasi Massa
perfilman Indonesia terhadap film yang
Film adalah dokumen yang terdiri
bermutu, munculah film karya anak negeri
dari cerita dan gambar yang diiring kata-kata
yang mengedepankan isu-isu sosial yaitu
dan musik. Melalui perkembangannya, film
film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Film ini
telah memainkan banyak peran dengan
mengangkat
isu-isu
sensitif
persoalan
memberikan informasi, drama, musik yang
perempuan.
Setiap
cerita
mewakili
dikombinasikan
perempuan dengan kisahnya masing-masing. Film
ini
layak
diteliti
karena
beberapa keunikan yang dimiliki. Isinya
media
ataupun
komunikasi
tidak.
massa,
film
Sebagai dapat
digunakan dengan berbagai fungsi seperti
4
hiburan, pendidikan, untuk mempengaruhi
Film Perempuan
dan ajang sosialisasi. Film
Aquarini mengutarakan bahwa film
sebagai
media
feminis (film perempuan) menampilkan citra
komunikasi massa selalu merupakan potret
perempuan yang berangkat sebagai korban
dari masyarakat di mana film itu dibuat.
dari struktur masyarakat sendiri tetapi
Film selalu merekam realitas yang tumbuh
kemudian bangkit dan menjadi luar biasa
dan berkembang dalam masyarakat, dan
dalam artian memperoleh kekuasaan dan
kemudian memproyeksikannya ke atas layar
kendali tertentu atas hidupnya. Sehingga
(Irawanto dalam Sobur, 2006:127).
melalui
Dalam
ilmu
salah
satu
komunikasi
proses
identifikasi,
seorang
film
perempuan dapat menemukan artikulasi atas
merupakan bagian dari komunikasi massa.
artikulasinya yang direpresi di dalam dunia
Hal ini dapat dilihat dari khalayak yang
yang dialaminya melalui film(Aquarini,
dituju bersifat heterogen, tersebar serta
2006:337).
penyampaian pesannya menggunakan media
Perempuan
massa. Secara teoritis dan telah terbukti pula dalam
praktek
film
mengacu pada perorangan yang memiliki
merupakan alat komunikasi massa yang
seperangkat karakteristik biologis tertentu,
efektif
mencakup
untuk
kebenarannya,
Perempuan secara harfiah, kata yang
menyampaikan
pesan.
kemampuan
untuk
Khalayak lebih mudah menerima pesan
melahirkan(Gamble, 2010:295). Pengertian
melalui film dari pada melalui informasi
perempuan menurut Fakih (2004:14) adalah
atau
mempunyai
manusia yang memiliki alat reproduksi
kelebihan pada audio visual yang menarik
seperti rahim, saluran untuk melahirkan,
sehingga pesan yang ingin disampaikan
memproduksi telur, memiliki vagina, dan
mudah diterima khalayak.
mempunyai
berita,
karena
film
alat
menyusui.
Sedangkan
5
menurut konsep gender, perempuan adalah
komunikasi yang diperlukan sebagai sistem
manusia yang memiliki sifat lemah lembut,
tanda.
cantik, emosional, atau keibuan.
Objek Penelitian Obyek penelitian yang digunakan
Ketidakberdayaan Kata ketidakberdayaan merupakan
adalah film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, berupa
salah satu kata yang sebenarnya berasal dari
visual yaitu gambar-gambar yang tertuang
dua kata yang digabungkan, yaitu kata
dalam scene yang terdiri dari rangkaian
„tidak‟ dan „berdaya‟. Menurut kamus
gambar, dan verbal diantara bentuk simbol,
bahasa Indonesia, kata „berdaya‟ itu sendiri
bahasa merupakan simbol yang paling rumit,
memiliki arti berkekuatan; berkemampuan;
halus dan berkembang.
bertenaga; mempunyai akal (cara) untuk
Metode Analisis
mengatasi sesuatu. Kata „berdaya‟ tersebut
Metode
yang
digunakan
adalah
jika ditambahkan dengan kata „tidak‟ akan
semiotik atau semiologi. Melalui adegan-
memiliki arti yang negatif, yakni tidak
adegan dapat berupa apapun, seperti setting,
memiliki kekuatan, kemampuan, ataun akal
dialog, pergerakan para pemain, dan tanda-
(cara) untuk mengatasi sesuatu.
tanda verbal dan non verbal pemain dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita yang
C. METODE PENELITIAN
menggambarkan
Jenis Penelitian
perempuan.
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
ketidakberdayaan
Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data dalam
pendekatan
analisis
semiotik,
yaitu
penelitian ini adalah dengan melihat dan
pemaknaan
terhadap
lambang-lambang
mengamati secara seksama film 7 Hati 7
dalam teks media dan melihat bentuk-bentuk
Cinta 7 Wanita. Serta melakukan studi
6
pustaka,
melalui
buku-buku,
leteratur,
Bentuk kekerasan secara psikologis yang
internet, dan sumber-sumber lainnya.
dialami
Tehnik Analisis Data
penghinaan
Tehnik analisis data yang dilakukan
perempuan
mencakup
makian,
berkelanjutan
untuk
mengecilkan harga diri korban, bentakan dan
peneliti dalam mengelola kajian ini adalah
ancaman
dengan menggunakan pendekatan semiotik
memunculkan rasa takut(Ridwan, 2006:85)
dan menginterpretasikan data atau tanda
Ningsih : “ gendut, jelek, kamu buta”
yang berupa teks media, meliputi ekspresi,
yang
dimaksudkan
untuk
Fisik bagi perempuan merupakan
pengambilan gambar
satu hal yang cukup sensitif. Adanya
Validitas Data
standarisasi ideal bagi perempuan yang ada
Menurut
Pawito,
validitas
data
dimasyarakat
mengakibatkan
tertuntut
perempuan
dalam penelitian komunikasi kualitatif lebih
merasa
menunjukkan pada tingkat sejauh mana data
standarisasi tersebut. Bagi perempuan yang
yang diperoleh telah secara akurat mewakili
tidak memenuhi standar, biasanya akan lebih
realitas atau gejala yang diteliti (Pawito,
mudah
2008:97).
masalah fisiknya.
tersinggung
Tindakan
Korpus penelitian yang berupa scene dari
beberapa
menggambarkan
shot
mengikuti
bila
menyangkut
merendahkan
citra
perempuan baik melalui kata-kata maupun
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
terdiri
untuk
yang
ketidakberdayaan
perbuatan, menekan
ucapan emosi
menyakitkan perempuan.
yang
Tindakan
tersebut
mengakibatkan
perempuan dan dikelompokkan menjadi 4
hilangnya
rasa
kategori yang akan diteliti, yaitu :
2002:168). Dengan kata lain penghinaan
(1) kekerasan secara psikis
fisik merupakan perbuatan maupun ucapan
percaya
ketakutan, diri(Santoso,
7
Yang mengakibatkan hilangnya rasa percaya
tua tidaklah sewajarnya dan tidak manusiawi.
diri seseorang, hilangnya kemampuan untuk
Rambut bagi perempuan merupakan simbol
bertindak maupun berbuat sesuatu dan rasa
identitas
tidak berdaya yang dialami korban.
panjang menjadi lambang feminim.yang
(2) Kekerasan fisik
tidak dapat disangkal.
Kekerasan
fisik
yang
dialami
pemukulan,
penjambakan
paling
kuat,
rambut
(3) Kekerasan seksual
perempuan korban mencakup, antara lain, tamparan,
individu
Kekerasan yang bertujuan seksual termasuk
berbagai
perilaku
yang
tak
penginjak-injakan, penendangan, pencekikan,
diinginkan dan mempunyai makna seksual,
lemparan benda keras, penyiksaan dengan
atau
menggunakan benda tajam seperti pisau,
maupun
gunting, setrika serta pembakaran.(Ridwan,
hubungan seks yang sering disebut sebagai
2006:85)
perkosaan(Ridwan, 2006:86)
erig
disebut berbagai
„pelecehan bentuk
seksual‟, pemaksaan
Rara : “awalnya sih saya tolak, tapi waktu Acin raba saya, udah itu cium leher saya, terus
dia kebawah
sambil peluk saya” Dialog tersebut menunjukkan bahwa
Pengambilan gambar secara long shot agar adegannya benar-benar terlihat jelas bagaimana Randy menarik rambut Lili dan menyeretnya untuk masuk kedalam kamar. Kekerasan fisik yang dilakukan Randy terhadap istrinya yang tengah hamil
Rara takberdaya saat pacarnya menggoda dengan
rabaan.
Ketidakberdayaan
perempuan yang ditampilkan dalam kasus ini adalah bahwa Rara menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh pacarnya. Kekerasan seksual yang dialami
8
Rara tidak hanya sebatas godaan tetapi
ketika harus memutuskan apakah akan
berujung pada pemerkosaan.
melanjukan kehamilan atau tidak.
(4) Bukan pengambil keputusan. Kedudukan perempuan tidak lepas
E. KESIMPULAN
dari ketergantungan pada laki-laki. Keadaan
Kaum perempuan menjadi objek
tersebut menyebabkan perempuan sangat
kekerasan dalam rumah tangga sebagai
sulit untuk dapat menjadi pribadi yang
akibat dari perbedaan kedudukan laki-laki
mandiri,
dan
sebab
menghubungkan
masyarakat perempuan
selalu dengan
perempuan
dalam
rumah
tangga
sebagaimana kultur sosial mengaturnya. Dari
ketergantungan(Tukiran, 2001:39).
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
Rara : “Gue hamil tauk!”
makna-makna ketidakberdayaan perempuan
Acin : “Kalu gitu, kalau gitu kita gugurin
yang bisa dibangun dari film 7hati 7cinta
aja”
7wanita adalah sebagai berikut:
Rara : “Enggak!, aku punya anak, kamu harus kawinin aku” Level
perempuan
mengalami
ketidakadilan dengan peran gandanya korpus
ini
dalam sektor publik dan sektor domestik,
bagaimana
Rara
yaitu beban pekerjaan yang diterima
meminta Acin untuk mengawininya dalam
dalam peran reproduksi perempuan
artian menikahinya. Namun ditolak oleh
seringkali dianggap peran statis dan
Acin yang belum siap untuk menjalin sebuah
permanen,
keluarga dimana statusnya masih sebagai
peningkatan jumlah perempuan yang
seorang pelajar. Dilema yang dialami kedua
bekerja di wilayah publik namun tidak
remaja
menghadapi
diiringi dengan bekurangnya beban
kehamilan tak dikehendaki terutama adalah
mereka di wilayah domestik, namun
menjelaskan
konotasi
1. Kaum
tentang
tersebut
dalam
walaupun
sudah
ada
9
tanggung jawabnya masih tetap berada di
pundak
perempuan
perempuan, mengalami
akibatnya
beban
yang
berlipat ganda.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Drs. Hamid Arifin, M.Si, selaku pembimbing
2. Ketidakberdayaan distereotipkan
F. PERSANTUNAN
perempuan
menjadi
objek
I,
Palupi,
MA,
yang
pembimbing II dan Nur Latifah Umi Satisi,
seks,
MA, selaku penguji yang telah memberikan
merupakan bentuk penindasan kepada
arahan
kaum perempuan akibat stereotip gender
kesabaran
yang memandang perempuan sebagai
publikasi dapat terselesaikan.
objek seksual untuk kenikmatan lakilaki. 3. Perempuan
tidak
bisa
mengambil
keputusan penting dalam rumah tangga, misalnya dalam hal menentukan jumlah anak, membangun rumah.
selaku
dan
bimbingan sehingga
dengan
penyusun
penuh naskah
10
G. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irawan. 1997. Sangkan Paran Gender, Yogyakarta:UGM Fakih, Mansour. 2004. Analisi Gender dan Transfomasi Sosial, Yogyakarta:Pustaka Pelajar Gamble, Sarah. 2010. Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta:Jalasutra Pawito. 2007. Metode Peneltian Kualitatif. Yogyakarta:LKIS Prabasmoro, Aquarini Priyatna.2006. Kajian Budaya Feminis, Tubuh, Sastra dan Budaya Pop. Yogyakarta:Jalasutra Ridwan, M.Ag. 2006.Kekerasan Berbasis Gender, Yogyakarta:Fajar Pustaka Santoso. 2002. Kriminologi, Jakarta:Raja Grafindo Persada Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tukiran, Manadjir Darwin. 2001. Menggugat Budaya Patriarkhi, Yogyakarta:Pusat Penelitian Kependudukan UGM