SKRIPSI ANALISIS SEMIOTIK MAKNA MIMPI DALAM FILM 12 MENIT Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh : Zahrotunnisa_1110051000146
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul ANALISIS SEMIOTIK MAKNA MIMPI DALAM FILM 12 MENIT telah diajukan dalam siding rnunaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ihnu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.lakarta, pada tanggal 28 Noperrber 2014. Skripsi ini telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.l) pada Jurusan Komurrikasi dan Penyiaran Islam. (KPI)
Jakafta, I I Desernber2014
Panitia Sidang Munaqasah,
Fita NIP:19761129
lrokhmah, M.Si
NIP: 19830610 200912 2 001
Minangsih, 105 2001
t2 2 002
NIP: 19770424 200710 2 002
Pembimbing
Dr. Armawati Arbi, M.Si
NIP: 19650207 199103 2002
LEMBAR PER}IYATAAN
Dengan
1.
2. 3.
ini sayamenyatakan bahwa:
Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata Strata Satu (Sl) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri OfNi Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karyu orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (;fg'syarif Hidayatullah Jakarta.
Nopember 2014
ABSTRAK Zahrotunnisa 1110051000146 Analisis Semiotika Makna Mimpi Dalam Film 12 Menit Mempunyai mimpi adalah sesuatu hal yang wajib dimiliki setiap makhluk hidup, setiap orang harus menggambarkan mimpinya masing-masing. Selain menggambarkan kita juga harus yakin kalau mimpi kita akan terlaksanakan, tidak pernah pantang menyerah dan terus berusaha dalam mewujudkan mimpi. Mimpi dikemas secara menarik dalam film “12 Menit”. Dalam film ini menceritakan ada lima mimpi yang ingin dicapai oleh maing-masing pemainnya, di sini juga di perlihatkan bagaimana kerja keras setiap pemain untuk mencapai mimpi yang mereka inginkan. Film 12 menit ini adalah film pertama tentang perjuangan sekelompok marching band untuk menjadi juara GPMB. Dengan alur cerita yang menarik dan membawa emosi seseorang yang menontonnya. Kemudian menimbulkan sebuah pertanyaan apa makna denotasi konotasi dan mitos makna mimpi dalam film “12 Menit”? apa pendapat penulis scenario tentang film “12 Menit”? Melihat konteks penelitian ini, kajian teori yang digunakan adalah teori semiotika Roland Barthes. Roland Barthes adalah salah satu pengikut Sausure, Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes lebih tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification). signifikansi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signinified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Metodelogi yang digunakan peneliti adalah metode analisis semiotika yang bersifat kualitatif model deskriptif. Data yang didapat dari tailer film “12 Menit” serta digabung dengan novel dengan judul yang sama, dan wawancara. Film 12 menit ini adalah film yang berisi edukasi, memberikan gambaran tentang seseorang untuk meraih mimpi mereka, digambarkan oleh sekelompok marching band Bontang Pupuk Kaltim, bagaimana mereka berjuang ribuan jam hanya untuk “12 Menit”. Membuat kita termotivasi untuk bisa berusaha mewujudkan mimpi-mimpi kita. Kata Kunci: Film 12 Menit”, Barthes, Mimpi, Marching Band.
i
KATA PENGANTAR
Puju syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat iman, nikmat islam, serta nikmat sehat wal’afiat sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Shalawat serta salam marilah kita senandungkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW, juga bagi keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Semiotik Makna Mimpi Dalam Film 12 Menit”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di lingkungan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis secara khusus ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Ayahanda H. Jawahir dan Ibunda Hj. Romlah yang tidak ada henti-hentinya untuk memanjatkan doa, mencurahkan kasih saying, memberikan pengorbanan yang tiada tara, yang terus memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama masa penyusunan, penelitian, dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Baik dari lingkungan keluarga, sahabat, teman, civitas akademik kampus. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, Wakil Dekan I Bidang Akademik Bapak Suparto, M. Ed, Ph. D, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak, Drs. Jumroni, M.si, serta Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Bapak H. Sunandar, MA.
ii
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Rachmat Baihaky, MA, yang selalu bersedia membantu penulisan memberikan informasi serta waktunya kepada penulis untuk berkonsultasi mengenai kegiatan kuliah. 3. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Fita Fathurakhmah M.Si. yang telah banyak membantu penulis dalam kelancaran kuliah dan penulisan skripsi ini. 4. Dosen pembimbing Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si, yang telah membimbing, mengarahkan dan menyemangati penulis dengan sabar untuk bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan. 6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku dan fasilitas untuk mendapatkan referensi dan memperkaya isi skripsi ini. 7. Penulis skenario Film 12 Menit untuk Selamanya, Oka Aurora yang telah bersedia menjadi narasumber. 8. Keluargaku Agus Salim, Afnan, Fauziah, Idham Khalid, atas segala doa dan dukungannya selama ini, semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan untuk kita semua. 9. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA), khususnya
Shogy
Abdurrahman Sastra Negara, Fajaria Menur Widowati, Muthia Fariza, Grecy Astari Puji Astuti, Tri Alvianto, yang sudah memberikan motivasi kepada penulis dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripni ini, telah memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran kepada penulis satu tahun belakangan ini, semoga senantiasa kita selalu dilindungi Allah SWT.
iii
10. Sahabatku Hilda Risdayani, Sanzia Alfarist, Ayu Rahardian, Naziah, Siti Sudusiah, Astuti, Firda Afriyani, M. Imron, M.Iman, Zaidahtulkhairani, A. Fadhilah Rosyadi, yang selalu memberikan semangat serta selalu membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Temen-temen seperjuangan KPI angkatan 2010, khususnya KPI E atas kebersamaan dan kekeluargaan yang telah kita lewati selama empat tahun terakhir. Semoga suatu saat kita bisa bertemu kembali dalam suasana yang bahagia dan dirahmati oleh Allah SWT. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan doanya selama ini.
Jakarta, 24 Nopember 2014
Zahrotunnisa
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………… KATA PENGANTAR…………………………………………………. DAFTAR ISI………………………………………………………….... DAFTAR TABEL……………………………………………………… DAFTAR GAMBAR……………………………………………………
i ii v vii viii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................... A. Latar Belakang Masalah............................................................. B. Batasan dan Perumusan Masalah…………..................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….. 1. Tujuan Penelitian…………………………………………. 2. Manfaat Penelitian……………………………………….. a. Manfaat Akademis…………………………………… b. Manfaat Praktis………………………………………. D. Metodologi Penelitian………………………………………… 1. Metode Penelitian………………………………………… 2. Subjek dan Objek Penelitian……………………………… a. Tahapan Penelitian……………………………………. b. Tahapan Pengolahan Data……………………………. c. Tahapan Analisis Data………………………………... E. Tinjauan Pustaka……………………………………………… F. Sistematika Penulisan…………………………………………
1 1 4 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 7 8 10
BAB II
LANDASAN TEORI………………………………………….
12
A. Mimpi Dalam Pandangan Islam……………………………… B. Pengertian Semiotik dan Teori Semiotik Roland Barthes…… 1. Pengertian Semiotik dan Sejarah………………………… 2. Teori Semiotik Roland Barthes………………………….. C. Sejarah Perkembangan Film Dunia dan Indonesia………….. 1. Definisi Film…………………………………………….. 2. Sejarah Perkembangan Film Dunia……………………… 3. Sejarah Perkembangan Film Indonesia.............................. 4. Jenis-jenis Film………………………………………….. D. Teknik Pengambilan Gambar………………………………… 1. Camera Angel………………………………………………….. 2. Frame Size……………………………………………….. 3. Moving Camera………………………………………………… 4. Komposisi ……………………………………………….. E. Terapi Berpikir Positif………………………………………. 1. Keinginan yang Mnggebu……………………………….. 2. Keputusan yang Kuat……………………………………. 3. Bertanggung Jawab Penuh………………………………. 4. Menentukan Tujuan……………………………………… 5. Dukungan dari Dalam…………………………………….
12 13 13 16 19 19 19 21 36 37 37 38 39 40 41 41 41 42 42 42
v
BAB III
BAB IV
GAMBARAN UMUM FILM 12 MENIT…………...............
37
A. Sinopsis Film 12 Menit……………………………………… B. Profil Penulis Skenario……………………………………… C. Profil Sutradara Film 12 Menit………………………………. D. Profil Pemain Film 12 Menit………………………………… E. Tim Produksi Film 12 Menit…………………………………
37 38 39 40 49
TEMUAN HASIL PENELITIAN……………………………
51
A. Temuan dan Hasil Penelitian………………………………… 51 B. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos yang Mempresentasikan Makna Mimpi Dalam Film 12 Menit Untuk Selamanya…………….. 53 C. Pendapat Penulis Skenario…………………………………… 95 BAB V
PENUTUP……………………………………………………... A. Kesimpulan…………………………………………………. B. Saran-saran…………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
96 96 97
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Sikap Optimisme Pelatih.Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot ………………..
53
Tabel 4.2 Rene Mencari Pemain. Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot ………………..
56
Tabel 4.3 Kesungguhan Earine dalam Bermusik. Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot…
59
Tabel 4.4 Awal Pertemuan Rene dengan Tara Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot……
64
Tabel 4.5 Tim Marching Band Mulai Berlatih Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot……
66
Tabel 4.6 Permasalahan Kembali Datang Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot………….
72
Tabel 4.7 Jakartaaaaa! Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot………………………………..
77
Tabel 4.8 Kita Harus Menang Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot………………………
81
Tabel 4.9 12 Menit Untuk Selamanya Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot……………..
89
vii
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 3.1 Oka Aurora (Penulis Skenario Film 12 Menit)……………………... 2. Gambar 3.2 Hanny R Saputra (Sutradara Film 12 Menit Untuk Selamanya)......... 3. Gambar 3.3 Titi Rajo Bintang sebagai Rene……………………………………... 4. Gambar 3.4Arum Sekarwangi sebagai Tara……………………………………… 5. Gambar 3.5 Hudri sebagai Lahang……………………………………………….. 6. Gambar 3.6 Amanda susanto sebagai Ealine……………………………………… 7. Gambar 3.7 Olga Lydia sebagai Ibu Ealine……………………………………….. 8. Gambar 3.8Nobuyuki Suzuki sebagai Jesuke Higoshi……………………………. 9. Gambar 3.9 Didi Petet sebagai Kakek Tara……………………………………….. 10. Gambar 3.10 Niniek L Karim sebagai Nenek Tara………………………………… 11. Gambar 3.11 Verdi Soliman sebagai Manajer……………………………………. 12. Gambar 3.12 Egi Fedly sebagai Ayah Lahang…………………………………… 13. Gambar 3.13 Tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim……………………….
viii
38 39 40 41 42 43 44 44 45 46 47 48 48
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Semiotika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang sebuah tanda dan bagaimana tanda itu bekerja. Menurut Ferdinan de Saussure di dalam bukunya “Course in General Linguistik. Bahasa adalahsuatu sistem tanda yang mengekspresikan ide-ide (gagasan-gagasan) dan karena itu dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf untuk orang bisu-tuli, simbol-simbol keagamaan, aturan-aturan sopan santun, dan sebagainya.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. yang kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar negatif.Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media digital.2 Beberapa pendapat para ahli tentang definisi Film. Murisan menjelaskan dalam bukunya Strategi Mengelola Radio Dan Televise. Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Kerjanya ibarat jarum hipodemik atau peluru yang banyak dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, dimana kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikan obat yang dapat langsung merasuk ke dalam jiwa penerima pesan.3 Sedangkan Adi Pranadjaya menjelaskan. Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibanding dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya
1
Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika: Tandatanda dalam kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010) cet. 1 h. 4 2 Artikel, diakses Jumat, 2 Mei 2014 pukul 17.52 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film 3 Morisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005), h. 12
1
2 langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.4 Mimpi adalah energi bagi kehidupan. Sejatinya mimpi bisa membawa manusia pada arah kehidupan yang lebih baik. Namun tidak banyak manusia yang percaya dengan mimpinya, dan tidak sedikit juga yang karena badai perjuangan akhirnya memilih untuk melupakan mimpi-mimpi besar tersebut. Secara sederhana 12 Menit kembali menegur kita bahwa mimpi harus dipercayai agar terwujud; Dreaming is Bealiving”. Tidak ada yang salah dengan mimpi, yang layak dipertanyakan adalah seberapa serius dan siap kita mengejar mimpi tersebut. “Terbayangkan berarti terjangkau” begitu ujar Hideyoshi, seorang tokoh besar Jepang dimasa lampau. Konsep ini pulalah kiranya yang diuji dalam Film 12 Menit. Menjadi juara dalam Grand Prix Marching Band (GPMB) adalah mimpi besar yang „coba‟ dibayangkan oleh segenap tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim. Rene seorang pelatih Marching Band berpengalaman hadir sebagai pembawa mimpi tersebut. Bagi Rene yang telah matang dalam dunia Marching Band dan telah beberapa kali membawa tim lain ke puncak kejayaan tentu mimpi tersebut tidaklah mustahil. Namun keyakinan Rene menjadi turut tergoncang saat berhadapan dengan kenyataantim yang dibinanya. Jangankan untuk menjangkau, untuk membayangkan saja personel tim sudah dihantam oleh berbagai rasa tidak enak dan konflik internal yang menghalangi keyakinan mereka. Tara, Lahang dan Elaine adalah tiga tokoh sentral lain dalam film ini. Tara, seorang pemain drum yang baik di masa lampau. Kini ia harus berjuang mengembalikan permainan terbaiknya dalam keterbatasan pendengaran. Hampir 80 persen pendengaran Tara hilang bersama kepergian Ayahnya dalam sebuah kecelakaan maut. Rasa bersalah dan kehilangan adalah luka masa lalu yang menghambat Tara untuk menatap masa depan. Lahang, pemuda dengan bekal pesan dari sang bunda
4
Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, (Jakarta: BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usman Ismail, 2000), h. 6
3 ingin menjadikan Tugu Monas sebagai loncatan bagi mimpi besar untuk mengunjungi berbagai tugu lain di dunia. Membentangkan sayap keberanian, terbang lebih tinggi seperti Elang.Dalam meretas mimpinya bersama Marching Band Lahang dihadapkan dengan sebuah dilema tentang keluarga. Kondisi Bapaknya yang kian parah, serta penyesalan karena tidak berada di sisi Ibunya saat sang bunda menghembuskan nafas terakhir membuat Lahang sulit beranjak dari sisi Bapaknya. Lahang meragu untuk mengejar mimpinya sementara sebuah janji telah terucap.Lahang telah berjanji kepada Bapaknya untuk terus „hidup‟ dalam kehidupannya.Elaine, gadis pintar keturunan Jepang yang sangat mencintai musik dan meyakini musik adalah segala-galanya dalam hidupnya. Josuke sang ayah, sangat menginginkan Elaine menjadi seorang ilmuwan, dan baginya musik adalah sesuatu yang sia-sia. Elaine mempunyai peran vital dalam tim. Ia adalah satu-satunya field commander yang diharapkan setelah field commander yang sebelumnya mengalami cedera berat. Josuke menentang keras keinginan Elaine untuk tetap bergabung dalam tim. Film ini adalah film pertama tentang marching band yang di tulis langsung oleh penulis skenario terbaik di pestival film Bandung pada tahun 2014 yaitu Oka Aurora. Dan disutradarai oleh Hanny R Saputra, yang sudah dua tahun berturut-turut mendapatkan piala citra sebagai sutradara terbaik, dan pernah mendapatkan penghargaan sebagai film terbaik pada pestival sinetron Indonesia pada tahun 1997. Film ini diangkat dari sebuah mimpi tim marching bandyang ada di sebuah kota di pelosok negri, yang ingin menjadi juara di acara Grand Prix Marching Band GPMB), sebuah perhelatan akbar bagi unit-unit Marching Band se-Indonesia, yang kebanyakan orang menganggapnya mustahil, mereka berlatih ribuan jam hanya demi 12 menit. Mereka bertekad kepada dunia bahwa mimpi harus kau percayai agar terwujud. Pesan yang diangkat dalam film ini adalah sesuai dengan ayat al-Qur‟an (QS Al- Ra‟d:11)
4 “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sebuah bangsa sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri” tentang bagaimana seseorang dapat percaya dan bekerja keras untuk membuktikan kepada semua orang bahwa mimpinya akan terwujud. Pada zaman sekarang, sebelum mereka mewujudkan mimpinya sudah pesimis terlebih dahulu, menganggap kalau dia tidak mungkin menjadi apa yang dia inginkan dan tidak sedikit juga yang karena badai perjuangan akhirnya memilih untuk melupakan mimpi-mimpi besar tersebut. Secara sederhana 12 Menit kembali menegur kita bahwa mimpi harus dipercayai agar terwujud.Tidak ada yang salah dengan mimpi, yang layak dipertanyakan adalah seberapa serius dan siap kita mengejar mimpi tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud menyusun skripsi dengan judul” Analisis Semiotik Makna Mimpi dalam Film 12 Menit”
B. Batasan dan Perumusa Masalah Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis ini membatasi pengambilan potongan adegan-adegan dan teks dalam film 12 Menit, hanya yang dianggap memiliki makna dari tanda atau simbol yang menggambarkan tentang mimpi. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos yang mempresentasikan makna mimpi dalam film 12 menit? 2. Makna apa yang terdapat dalam film 12 Menit menurut penulis skenario?
C. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah:
5 a. Untuk
mengetahui
apa
makna
denotasi,
konotasi
dan
mitos
yang
mempresentasikan makna mimpi dalam film 12. b. Untuk mengetahui makna apa yang terdapat dalam film 12 Menit menurut penulis skenario.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat menambah wawasan keilmuan. 1) Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi pengembang ilmu komunikasi, serta sebagai tambahan referensi bahan pustaka, khususnya semiotik dalam film yang menggunakan analisis model Roland Barthes.
2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi perfilman terutama untuk memberikan rujukan bagaimana membuat film yang sarat muatan makna dan memberi pencerahan. Sedangkan untuk praktisi komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran ideal tentang bagaimana membaca makna yang terkandung dalam suatu produk media massa, melalui pendekatan semiotik.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
6 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Bog dan dan Taylor mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.5 Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunakan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.6Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif kemudian menggunakan model Roland Barthes.
2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitiannya adalah penulis skenario serta potongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film “12 Menit” yang berkaitan dengan makna mimpi yang ingin disampaikan dalam film “12 Menit”. Sedangkan Objek penelitiannya adalah film “12 Menit”. a. Tahapan Penelitian Prosedur penelitian, dibagi menjadi dua, yaitu:
Data Primer adalah berupa data yang diperoleh dari rekaman video film “12 Menit”. yang kemudian dibagi per scence dan dipilih adegan-adegan sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk penelitian.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen, atau literatur-literatur data yang mendukung data primer, seperti buku-
5 6
Lexy J. Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2002) h. 3. Antonius Birowo, Metode Penelitian komunikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004) h.2.
7 buku yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, catatan kuliah, kamus istilah, internet dan sebagainya. b. Tahapan Pengolahan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara:
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis. dengan cara menonton dan mengamati adegan-adegan dan dialog dalam film “12 Menit”. Kemudian, memilih dan menganalisa sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dan ada hubungannya dengan bahan penelitian yang kemudian dijadikan bahan argumentasi. Seperti bukubuku, artikel koran, arsip, kamus istilah, internet dan sebagainya.
c. Tahapan Analisis Data Temuan dijelaskan berdasarkan kerangka konsep. Setelah data terklasifikasi dilakukan analisis data menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes. Bartes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan penandaan, yaitu tingkatan denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna eksplisit untuk memahami makna tanda-tanda dalam film “12 Menit” mengenai mimpi. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data yaitu analisis semiotika, sebagai sarana komunikasi massa penyampai pesan, dan cerminan realitas masyarakat, sebuah film dan berbagai unsur di dalamnya dapat dikaji salah satunya dengan analisis semiotika.
8 Semiotika didefinisikan oleh Ferdinand De Sausure di dalam Coure In General Linguistic sebagai “ ilmuyang mengkaji tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial”7
Jadi secara sederhana semiotika dapat dipahami sebagai ilmu tentang tandatanda. Semiotika juga dipelajari aturan yang membuat satu tanda tersebut dapat memiliki arti.
E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan di perpustakaan yang ada di Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta.Ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, diantaranya yaitu: Analisis Semiotika Wajah Islam dalam Film My Name Is Khan8.Persamaan yang terdap dengan skripsi ini adalah sama-sama menggunakan teori Roland Barthes, sedangkan perbedaannya terdapat pada objek penelitiannya.Dalam penelitian tersebut objek yang ada setiap adegan yang mengandung makna Islam dalam film “My Name Is Khan” sedangkan objek penelitian dalam skripsi ini adalah makna mimpi dalam film 12 Menit. Penciteraan mengenai islam disampaikan para tokoh dalam film tersebut terutama tokoh utama dalam bentuk perilaku, dialog, karakter dan kejadian dalam film tersebut. Analisis Semiotika Film A Mighty Heart.9Persamaan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sama-sama menggunakan teori Roland Barthes, sedangkan perbedaannya adalah dalam objek penelitiannya.Dalam penelitian tersebut objek yang ada setiap adegan 7
Yasraf Amir Piliang,Hipersemiotika, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003) h. 256 Farouk Kahlil Gibran Bagawi, “Analisis Semiotika Wajah Islam dalam Film My Name Is Khan” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2011). 9 Rizky Akmalsyah,Analisis Semiotika Film A Mighty Heart, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2010). 8
9 yang mengandung makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film “A Mighty Heart” dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Makna konotasi dari sebuah film diangkat berdasarkan kisah nyata yang berawal dari kehidupan Daniel dan Mariane Pearl‟s yang dramatis di Pakistan. Sedangkan makna konotasi dari film yang diproduksi Revolution Studio ini sutradara sengaja mengajak kinerja jurnalis yang rumit dan perasaan orang-orang yang ditinggal pergi (mati) oleh mereka. Dan mitos dari film ini memang diformulasikan dari kisah mendiang Daniel Pearl‟s, seorang jurnalis yang hilang dibunuh dan diculik di akhir bulan Januari 2002 sedangkan objek penelitian dalam skripsi ini adalah makna mimpi dalam film 12 Menit . Analisis Semiotika Terhadap Film In The Name Of Allah.10Persamaan yang terdapat
dalam
skripsi
ini
adalah
sama-sama
menggunakan
teori
Roland
Barthessedangkan perbedaannya adalah dalam objek penelitiannya.Dalam penelitian tersebut objek yang ada setiap adegan yang mengandung makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film “In The Name Of Allah” dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran tentang potret kehidupan orang-orang muslim, khususnya Pakistan, dan tiga benua di dunia. Makna konotasi yang terlihat dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh tiga orang tokoh terkait dengan identitas islam yang ada pada diri mereka dan pengimplementasiannya dalam kehidupan. Dan ada beberapa mitos yang terlihat dalam film ini, yaitu tentang wacana tentang jihad dalam agama Islam yang berarti peperangan dan jihad dianggap sebagai holy war atau perang suci.sedangkan objek penelitian dalam skripsi ini adalah makna mimpi dalam film 12 Menit .
10
Hani Taqiyya, Analisis Semiotika Terhadap Film In The Name Of Allah, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2011).
10 Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika tentang makna mimpi dalam film “12 Menit” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu penulis menggunakan analisis semiotika untuk film 12 Menit ini.
F. Sitematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka dari itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat sebagai berikut. BAB I Pendahuluan Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. BAB II Landasan Teori Landasan Teori yang meliputi, Mimpi Dalam Pandangan Islam, Pengertian Semiotik, Teori Semiotik menurut Roland Barthes, Definisi Film dan Sejarah Perkembangan Film di Indonesia dan Dunia, Jenis-jenis Film, Teknik Pengambilan Gambar dan Terapi Berpikir Positif. BAB III Gambaran Film “12 Menit” Dalam BAB III ini berisi gambaran Film “12 Menit ”Sinopsis Film “12 Menit”, Profil Sutradara Film dan Profil Pemain Film “12 Menit”
11 BAB IV Temuan Hasil Penelitian Dalam BAB IV ini menjabarkan temuan dan analisis semiotika Film “12 Menit Untuk Selamanya”, Narasi Adegan Yang Diteliti, Makna Konotasi, Denotasi dan Mitos, dan Pendapat penulis skenario. BAB V Penutup DalamBAB V berisi Kesimpulan, Saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Mimpi dalam Pandangan Islam Mimpi dapat di definisikan sebagai keinginan atau cita-cita, harapan, dan khayalan untuk suatu hal yang ingin terjadi di masa depan. Definisi lain dari mimpi adalah gambaran aktivitas atau kejadian yang terjadi pada saat seseorang tidur. Mimpi mempunyai kedudukan yang agung dalam Islam, bagaimana tidak padahal Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menjadikannya sebagai isyarat akan datangnya kabar gembira. Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:
“Kenabian tidak ada lagi selain berita-berita gembira.” Para sahabat bertanya, “Apa yang di maksud dengan kabar-kabar gembira?” Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam menjawab, “Mimpi yang baik”. (HR. Al-Bukhari no. 6990) Adapun ciri orang yang benar mimpinya adalah seorang mukmin yang jujur, bila memang mimpinya itu mimpi yang baik/bagus. Jika seseorang dikenal jujur ucapannya ketika terjaga, ia memiliki iman dan takwa, maka secara umum mimpinya benar. Karena itulah hadits ini pada sebagian riwayatnya datang dengan menyebutkan adanya syarat, yaitu mimpi yang baik/bagus dari seorang yang shalih. Dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu „Anhu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu „Alaihi Wa Sallam bersabda1: 1
Artikel, diakses Kamis 08, Januari 2015 pukul 12.59 WIB dari http://radio.sasfmsurabaya.net
12
13
“Orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya”. dalam riwayat Imam Muslim no. 4200 dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu Anhu secara marfu‟2: “Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang tidak benar. Dan orang yang paling benar mimpinya di antara kalian adalah yang paling benar ucapannya. Mimpi seorang muslim adalah sebagian dari 45 macam nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) Mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syetan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi, angan-angan, atau khayal seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain.”
Dari beberapa ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa mimpi sesuatu yang dikenal dalam islam, dan lebih dari itu Allah menisyaratkan adanya kabar gembira melalui mimpi yang baik. Dan mimpi di sini datangnya dari tiga aspek. Yang pertama: datang dari Allah sebagai petunjuk kabar gembira, yang kedua datang dari syetan dan yang terakhir datang karena berdasarkan ilusi atau angan-angan.
B. Pengertian Semiotik dan Semiotik Model Roland Barthes 1.Pengertian Semiotik dan Sejarah Secara etimologi istilah semiotik berasal daribahasa Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda adalah sesuatu yang terdiri pada sesuatu yang lain atau menambah dimensi yang berbeda pada sesuatu, dengan memakai apa pun yang dapat dipakai untuk
2
Artikel, diakses Kamis08, Januari 2015 pukul 12.59 WIB dari http://radio.sasfmsurabaya.net
14 mengertikan sesuatu hal yang lainnya. C.S Pierce menyebut tanda sebagai “suatu pegangan seseorang akibat keterkaitan sesorang dengan tanggapan atau kapasitasnya” (1958,2:228).3 Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelaji sederetan luas objek-objek, peristiwa, peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.4 Menurut kamus besar bahasa Indonesia semiotika adalah “ilmu atau teori tentang lambang dan tanda (dl bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb)”.5Pengertian paling sederhana mengenai semiotik dapat diartikan sebagai studi mengenai tanda dan bagaimana tanda itu bekerja.6 Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal dengan semiologi.Artinya adalah “katakata mengenai tanda-tanda”. Menurut Ferdinan de Saussure di dalam bukunya “Course in General Linguistik. Bahasa adalahsuatu sistem tanda yang mengekspresikan ide-ide (gagasan-gagasan) dan karena itu dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf untuk orang bisu-tuli, simbol-simbol keagmaan, aturan-aturan sopan santun, dan sebagainya.7 Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinan de Saussure melalui dikotomi system tanda: signified dan signifier atau signified dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan antara yang ditantai (signified) dan yang menandai (signifier) dengan sebuah idea tau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Tanda-tanda itu seperti selembaran kertas. Satu sisi adalah penanda sisi yang lain menjadi petanda dan kertas itu sendiri adalah tanda. (Ferdinan de Saussure). 3
Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), h. 1. 4 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Suatu Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95. 5 Artikel, diakses Jumat, 2 Mei 2014 pukul 17.52 WIB dari kbbi.web.id/semiotika 6 Andry Masri, Strategi visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 166. 7 Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010) cet. 1 h. 4
15 Untuk menyederhanakannya kemudiann Umberto Eco dalam bukunya A Theory of Semiotics menjelaskan dan mempertimbangkan bahwa: Semiotika berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai tanda-tanda.Suatu tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai pengganti yang signifikan untuk sesuatu lainnya.Segala sesuatu itu tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau mengaktualisasikan perihal dimana dan kapan suatu tanda memaknainya. Umberto Eco juga menyebutkan tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Manurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksi oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial.8 Semiotika seperti yang kita ketahui dapat dikatakan baru karena berkembang sejak awal abad 20. Memang sebelumnya pada abad 18 dan 19 banyak ahli teks (khususnya Jerman) mengurai berbagai masalah yang berkaitan dengan tanda, namun mereka tidak menggunakan pengertian semiotik.9 Semioitika oleh Ferdinan de Saussure di dalam Course in General Linguistik. Sebagai ilmu yang mengakaji tentang sebagian tanda dari kehidupan sosial.10 Sedangkan semiotika menurut Roland Barthes adalah ilmu mengenai bentuk (form).Studi ini mengkaji signifikasi yangterpisah dari sisinya (content). Semiotika tidak hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka. Tanda yang berhubungan secara keseluruhan.11
8
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6, h. 87. 9 Tommy Cristomy, Semiotik Budaya, (Depok: Universitas Indonesia, 2004), cet. 1, h. 81. 10 Ferdinan de Saussure dikutip oleh Yasraf Amir Piliang dalam buku Hiper Semiotik Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, (Yogyakarta: Jalasutra,2003)h. 256. 11 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6, h. 122.
16 2. Teori Semiotik Roland Barthes Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga menengah protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik, di sebelah baratdaya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang rajin mempraktikkan model linguistic dan semiologi sausurean.12 Rolan Barthes adalah pakar semiotic Prancis yang pada tahun 1950-an menarik perhatian dengan telaahnya tentang media dan budaya pop menggunakan semiotiksebagai alat teoritisnya. Barthes menjelaskan dalam tesisnya bahwa struktur makna yang terbangun di dalam produk dan genremedia diturunkan dari mitos-mitos kuno, dan sebagai peristiwa media ini mendapatkan jenis signifikansi yang secara tradisional hanya dipakai dalam ritual-ritual keagamaan. Representasi menurut Barthes menunjukan bahwa pembentukan makna tersebut mencakup sistem tanda menyeluruh yang mendaur ulang sebagai makna yang tertanam dalam-dalam di budaya Barat misalnya, dan menyelewengkannya ke tujuan-tujuan komersil.Hal ini kemudian disebut sebagai struktur.13 Roland Barthes adalah salah satu pengikut Sausure, Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda.Fokus Barthes lebih tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification).
12
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.115.
13
Denesi, Semiotik Media, h.28.
17 Frist Order
Reality
Second Order
sign
culture Konotation
Denotation
Signifier Signified Myth Gambar 1 Signifikansi Dua Tahap Barthes
Dalamgambar di atas, Barthes, seperti dikutip Fiske, menjelaskan signifikansi tahap pertama merupakan merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signinified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal.Barthes menyebutnya sebagai denotasi.Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua.Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth).14
Makna Denotasi: Makna denotasi adalah Kata yang tidak mengandung makana atau perasaan-perasaan tambahan yang bersifat langsug, dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda. Dengan demikian, jika kita memperhatikan suatu objek, misalnya boneka Barbie, maka
14
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 127-128.
18 makna denotasi yang terkandung adalah “ini boneka yang panjangnya 11 ½ dan mempunyai ukuran 5 ¼-3-4 ¼.Boneka ini kali pertama dibuat tahun 1959”.15
Makna Konotasi: Konotasi adalah makna yang mengandung makna arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu disamping makna yang sesungguhnya. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan yang terjadi ketika gambar bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilainilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai nilai subjektif atau paling tidak intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakan pilihan terhadap konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”. Dengan kata lain, konotasi adalah bagaimana cara kita menggambarkan suatu objek.16
Mitos Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.17dalam mitos, sekali lagi kita mendapati pola tiga dimensi yang disebut Barthes sebagai penanda, petanda dan tanda. Semiotik pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinan de Saussure yang mengatakan Konsep
ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan antara yang ditantai dan yang menandai kemudian dikembangkan oleh Roland Barthes ketika makna itu muncul maka akan muncullah mitos atau persepsi masyarakat selama ini tentang tanda tersebut.
15
Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), h. 65. 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 128. 17 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 128.
19 C. Sejarah Perkembangan Film Dunia dan Indonesia 1) Definisi Film Film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lakon (cerita) gambar hidup.Film dalam bahasa inggris disebut motion picture (gambar hidup).Film sebagai perekam sejarah yang baik.Film juga bisa mempunyai fungsi dari segi edukatif dan instruktif, dari tingkat bawah sampai tingkat ilmiah.Dinilai berdasarkan hasil atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Karya film merupakan hasil kerjasama atau kolektif berbagai seniman atau seniwati serta karyawan-karyawan teknis, cabang-cabang seni seperti seni lukis, seni arca, seni sastra, dan seni musik. (Siagian, 2006, h. 6-8). Menurut Tjasmadi, (2008, h. 44) ada beberapa alasan yang amat mendasar tentang gunanya orang membuat film, yaitu: film sebagai medium ekspresi seni peran, film sebagai tontonan yang bersifat dengar-pandang (audio visual), dengan sendirinya berhubungan dengan hiburan, dan film sebagai piranti menyampaikan pesan apa saja yang bersifat dengar-pandang, sehingga film berkaitan erat dengan informasi. Dalam film, terdapat klasifikasi penonton, yaitu: Film Anak-Anak (children films), Film Semua Umur (all ages), Dengan Bimbingan Orangtua (parental guidance), Film Remaja (teenages), dan Film Dewasa (adults).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa film adalah sebuah media komunikasi yang mepunyai fungsi edukatif dan instruktif yang berisi seni, yang menggabungkan audiodenganvisualsehingga dianggap efektif untuk menyampaikan suatu pesan kepada halayak. 2) Sejarah Perkembangan Film Dunia Berawal dari sebuah mimpi, “Aku ingin membuat gambar yang bergerak”, yang tersimpan kira-kira 17.000 tahun yang lalu di gua Altamira, Spanyol.Ditemukan gambar
20 hewan berkaki banyak.Para ahli sejarah menyatakan, bisa saja ini adalah sebuah impian manusia zaman purbakala untuk membuat gambar bergerak. Sebab itu, seakan tersembullah ungkapan dari gambar itu, “ Aku ingin membuat gambar ini bergerak”18 Selain itu, sebelum terciptanya film pertama para ahli sejarah pada zaman dahulu kala mereka berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan obor, obor yang diputar-putar sebagai tanda mengiriman isyarat (pesan). Para ahli sejarah menjelaskan jika obor digerakan maka akan terlihat seperti satu garis, sebagaimana lampu senter digerakan di tempat yang gelap, maka sinar senter tersebut akan membentuk suatu garis. Ini yang di sebut ajaib dan tipuan mata, sesuatu yang berhubungan erat dengan pemutaran film.19 Berdasarkan hasil penemuan di atas munculah gagasan untuk membuat foto bergerak.Dipelopori oleh Edward Muybridge, mahasiswa Standford Universityyang membuat 16 framkuda sedang berlari.Dari ke-16 foto yang sedang berlari itu, Maybridge mencoba merangkai dan menggerakan secara berurutan, hasilnya, foto tersebut terlihat hidup dan berhasil menjadi foto bergerak pertama di dunia.Sekalipun pada zaman itu teknologi untuk merekan belum ada, Muybridge menggunakan camera foto biasa untuk menghasilkan gerakan lari kuda. Dengan kata lain diperlukan pengambilan gambar beberapa kali untuk memperoleh gerakan lari kuda yang sempurna saat di film kan. Sejarah mencatat peristiwa itu pada tahun 1878.Dari sinilah ide membuat film pertama muncul.Sepuluh tahun setelah penemuan gambar bergerak (1888), barulah muncul film pertama di dunia, ya paling tidak mendekati konsep filmfilm yang sudah ada saat ini. Film ini dikenal dengan namaRoundhay Garden Scene 18
Seiichi Konishi & Kaiji Nakamura, penemuan film, (Jakarta, Elex Media Koputindi, 2002),
cet-1 h. 5. 19
Ibid, h. 7.
21 yang di'sutradarai' oleh Louis Le Prince yang berasal dari Prancis. Film pertama di dunia ini hanya berdurasi sekitar 2 dekit, menggambarkan sejumlah anggota keluarga Le Prince sedang berjalan-jalan menikmati hari di taman. Setahun kemudian(1889), Amerika Serikat barulah memproduksi film pertamanya yang berjudul Monkeyshines No. 1. Film ini berisikanGambar orang yang 'blur' dengan latar hitam yang sedang melakukan gerakan-gerakan tangan dalam beberapa detik.20 Ide pembuatan film pertama muncul di dunia karena mimpi seseorang yang ingin membuat gambar yang bergerak, akhirnya mimpi itu bisa terlaksana pada 17000 tahun yang lalu, gambar bergerak pertama kali adalah gambar seekor kuda yang dipelopori oleh Edward Muybridge. Dia membuat 16 gambar kuda yang kemudian disatukan dan dia berhasil menciptakan gambar bergerak pertama di dunia.
3) Sejarah Perkembangan Film Indonesia21 Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1900-an masyarakat kita sudah mengenal adanya film atau yang lebih dikenal dengan “Gambar Hidoep”. Hal ini dibuktikan dengan adanya koranBintang Betawi No.278, 5 Desember 1900 yang memuat iklan bioskop. Seni pertunjukkan film pada masa itu diselenggarakan oleh orang Belanda.Jenis bioskop terbagi menjadi tiga golongan berdasarkan status penonton, yaitu bioskop untuk orang Eropa, bioskop orang menengah, dan golongan orang pinggiran. Pada tahun 1925 sebuah artikel di koran masa itu, De Locomotif, memberi usulan untuk membuat film. Pada tahun 1926 dua orang Belanda bernama L. Heuveldorp dan
20
Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 07.50 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews. Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 08.12 WIB dari http://montase.blogspot.com/2010/05/sekilassejarah-film-indonesia.html 21
22 G.Kruger mendirikan perusahaan film, Java Film Coy di Bandung dan pada tahun yang sama mereka memproduksi film pertamanya berjudul Loetoeng Kasarung (1926), yang diangkat dari legenda Sunda. Film ini tercatat sebagai film pertama yang diproduksi di Indonesia dan ini dianggap sebagai sejarah awal perfilman Indonesia.Film ini diputar perdana pada 31 Desember 1926.Film berikutnya yang diproduksi adalah Eulis Atjih (1927) berkisah tentang istri yang disia-siakan oleh suaminya yang suka foya-foya. Dalam perkembangan berikutnya banyak bermunculan studio film yang dinominasi oleh orang-orang Cina. Pada tahun 1928 Wong Brothers dari Cina (Nelson Wong, Joshua Wong, dan Othniel Wong) mendirikan perusahaan film bernama Halimun Film dan memproduksi film pertamanya Lily Van Java (1928). Film ini berkisah tentang seorang gadis Cina yang dipaksa untuk menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya, padahal ia telah memiliki kekasih. Film ini sendiri kurang disukai oleh penonton pada masa itu.Wong Brothers akhirnya mendirikan perusahaan film baru bernama Batavia Film.Selain Wong Brothers, ada pula Tan‟s Film, Nansing Film dan perusahaan milik Tan Boen Swan.Nansing Film dan perusahaan Tan Boen Swan memproduksi Resia Borobudur (1928) dan Setangan Berloemoer Darah (1928). Setelah L.Heuveldorp menarik diri, G.Kruger mendirikan perusahaan film sendiri bernama Kruger Filmbedriff, yang memproduksi, Karnadi Anemer Bangkong (1930) dan Atma De Visher (1931). Selain itu orang Belanda lainnya yaitu F.Carli yang mendirikan perusahaan film bernama Cosmos Film Corp atau Kinowerk Carli yang memproduksi De Stem des Bloed (Nyai Siti, 1930) yang berkisah mengenai orang Indo, lalu juga Karina’s Zelfopoffering (1932). Sedangkan Tan’s Film dan Batavia Film pada
23 tahun 1930 memproduksi Nyai Dasima (1930), Si Tjonat (1930), Sedangkan Halimun film memproduksi Lari Ke Arab (1930). Masuk era film bicara, tercatat dua film tercatat sebagai film bicara Indonesia pertama adalah Nyai Dasima (1931) yang di-remake oleh Tan‟s Film serta Zuster Theresia (1931) produksi Halimun Film. Masa ini juga muncul The Teng Chun yang mendirikan perusahaan The Teng Chun ”Cino Motion Pict” dan memproduksi Boenga Roos dari Tjikembang (1931) dan Sam Pek Eng Tai (1931). Sasarannya adalah orangorang Cina dan kisahnya pun masih berbau budaya Cina.Sementara Wong Brothers juga memproduksi Tjo Speelt Voor de Film (1931).Sedangkan Kruger dan Tans‟s berkolaborasi memproduksi Terpaksa Menikah (1932). Di penghujung tahun 1932 beredar rumor kuat akan didirikan perusahaan film asal Amerika. Semua produser menjadi takut karena tak akan bisa menyaingi dan akhirnya Carli, Kruger dan Tan‟s Film berhenti untuk memproduksi film. Studio yang masih bertahan adalah Cino Motion Picture. Beberapa tahun setelahnya muncul seorang wartawan Albert Balink yang mendirikan perusahaan Java Pasific Film dan bersama Wong Brothers memproduksi Pareh (1935).Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses komersil.Balink dan Wong akhirnya sama-sama bangkrut.Pada tahun 1937, Balink mendirikan studio film modern di daerah Polonia Batavia yang bernama ANIF (Algemeene Nederland Indie Film Syndicaat) dan memproduksi Terang Boelan/Het Eilan der Droomen (1937).Film ini berkisah tentang lika-liku dua orang kekasih di sebuah tempat bernama Sawoba. Sawoba adalah sebuah tempat khayalan yang merupakan singkatan dari SA(eroen), Wo(ng), BA(link) yang tak lain adalah nama-nama penulis naskah, penata kamera, editor, dan
24 sutradaranya sendiri. Walau meniru gaya film Hollywood The Jungle Princess (1936) yang diperankan Dorothy Lamoure namun film ini memasukkan unsur lokal seperti musik keroncong serta lelucon yang diadaptasi dari seni panggung. Film ini sukses secara komersil dan distribusinya bahkan sampai ke Singapura. Pemeran utama wanitanya, Rockiah setelah bermain di film ini menjadi bintang film paling terkenal pada masa itu . Kala ini Terang Boelan (1937) adalah film yang amat populer sehingga banyak perusahaan yang menggunakan resep cerita yang sama. Pada tahun 1939 banyak bermunculan studio-studio baru seperti, Oriental Film, Mayestic Film, Populer Film, Union Film, dan Standard Film. Film-film populer yang muncul antara lainAlang-alang (1939) dan Rentjong Atjeh (1940). Pada masa ini pula kaum pribumi mulai diberi kesempatan untuk menjadi sutradara yang perannya hanya sebagai pelatih akting dan dialog.Justru yang paling berkuasa pada masa itu adalah penata kamera yang didominasi orang Cina.Pada era ini pula muncul kritik dari kalangan intelek untuk membuat film yang lebih berkualitas yang dijawab melalui film, Djantoeng Hati (1941) dan Asmara Moerni (1941).Para pemain dari kedua film ini didominasi kaum terpelajar namun karena dirasa terlalu berat, para produsen film akhirnya kembali ke tren awal melalui film-film ringan seperti Serigala Item (1941), TengkorakHidup (1941). Pada akhir tahun 1941, Jepang menguasai Indonesia.Semua studio film ditutup dan dijadikan media propaganda perang oleh Jepang.Jepang mendirikan studio film yang bernama Nippon Eiga Sha.Studio ini banyak memproduksi film dokumenter untuk propaganda perang. Sementara film cerita
25 yang diproduksi antara lainBerdjoang (1943) yang disutradarai oleh seorang pribumi, Rd. Arifin namun didampingi oleh sutradara Jepang, Bunjin Kurata. Pasca kemerdekaan RI pada tahun 1945, studio film milik Jepang yang sudah menjadi kementerian RI direbut oleh Belanda dan berganti nama Multi Film. Film-film yang diproduksi antara lainDjauh Dimata (1948) dan Gadis Desa (1948) yang diarahkan oleh Andjar Asmara. Di era ini pula muncul nama Usmar Ismail yang kelak akan menjadi pelopor gerakan film nasional. Pada tahun ini pula, 1949, para produser Cina lama mulai berani mendirikan studio lagi.The Theng Chun dan Fred Young mendirikan Bintang Surabaja. Tan Koen Youw bersama Wong mendirikan Tan & Wong Bros. Salah satu film produksi Tan & Wong Bros yang populer adalah Air Mata Mengalir Di Tjitarum (1948). Pada tahun 1950 dibentuklah Perfini (Perusahaan Film Nasional).Perfini merupakan perusahaan film pertama milik pribumi.Beberapa bulan kemudian dibentuk pula Persani (Perseroan Artis Indonesia). Film pertama produksi Perfini adalah Long March Of Siliwangi atau Darah dan Doa (1950) yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Syuting pertama film film ini tanggal 30 Maret 1950, kelak ini dijadikan sebagai hari film nasional. Sementara produksi besar lainnya adalah ”Dosa Tak Berampun” (1951). Dalam dua tahun saja, Persani telah memiliki studio yang mewah dan megah.Studio ini merupakan studio film terbesar di Indonesia kala itu. Usmar Ismail dan Djamaludin Malik nantinya akan ditetapkan sebagai Bapak Perfilman Nasional (resmi pada tahun 1999). Antara tahun 1954-1955 Perfini mengalami krisis finansial.Film arahan sutradara Usmar Ismail, Krisis (1953) walau sukses komersil namun tetap saja tak mampu menutup hutang bank.Pada masa ini pula muncul kritik terhadap film-film produksi
26 studio milik orang Cina yang memproduksi film bermutu sangat rendah. Salah satunya adalah film Tans & Wong berjudul Topeng Besi (1953) yang diproduksi dengan biaya sangat murah. Namun di sisi lain, film-film dalam negeri juga bisa mulai bersaing dengan film-film impor dari Malaysia, Filipina, dan India. Pada Tahun 1954, Usmar dan Djamaludin mempelopori berdirinya PPFI (Persatuan Perusahaan Film Nasional), lalu juga menjadi anggota FPA (Federatuion Of Motion Picture Produsers in Asia). Persani dan Perfini bersama-sama memproduksi film Lewat Djam Malam (1954) disutradarai oleh Usmar Ismail. Film ini bercerita tentang mantan pejuang kemerdekaan yang menghadapi kekecewaan terhadap orang-orang seperjuangannya yang berubah menjadi seseorang yang tidak mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang telah mereka perjuangkan dengan susah payah. Konon film ini akan dikirim ke Festival Film Asia di Tokyo namun pemerintah Indonesia melarang karena masa itu kita tengah konflik dengan pemerintah Jepang. Pada tahun 1955 PPFI untuk pertama kalinya menyelenggarakan Festival Film Indonesia (FFI) tercatat merupakan festival film pertama yang diselenggarakan di tanah air.Terpilih film terbaik adalah Lewat Djam Malam (1954). Namun sayangnya Usmar Ismail tidak mendapat penghargaan apa pun dalam ajang ini. Film ini rencananya akan diputar di festival film Cannes pada 16-27 Mei 2012 setelah direstorasi penuh. Pada tahun 1955 film produksi Perfini Tamu Agung (1955) mendapat penghargaan khusus komedi terbaik pada ajang bergengsi Festival Film Asia.Sejarah juga mencatat awal bulan Maret tahun 1956 para pemain dan pekerja film membentuk PARFI (Persatuan Artis Film Nasional).Pada tahun 1957, PPFI memutuskan untuk menutup studio film mereka karena tak ada dukungan dari pemerintah kala itu.Djamaludin Malik ditangkap
27 tanpa alasan yang jelas.Studio Perfini disita bank karena tidak mampu membayar hutang.Setelah diadakan perundingan dengan pemerintah pada tanggal 26 April 1957 akhirnya studio dibuka kembali.Namun kondisinya tidak seperti dulu dan kondisi perfilman nasional menjadi lumpuh. Hasil negoisasi dengan pemerintah berupa janji pemerintah akan adanya kementerian khusus untuk membina para insan film baru dipenuhi pemerintah 7 tahun setelahnya. Pada masa bersamaan sekitar tahun 1957 kondisi politik di Indonesia didominasi golongan komunis PKI atau sering disebut golongan kiri.Golongan kiri juga ingin menguasai dunia perfilman kala itu.Mereka mendirikan Sarfubis (Sarikat Buruh Film dan Sandiwara) namun kelompok ini tidak efektif di pasaran.Kala itu juga terjadi pertikaian antara PARFI dan golongan kiri. Usmar Ismail dan Djamaludin Malik sangat antipati dengan komunis. Sementara golongan kiri mengganggap kematian film nasional disebabkan impor film Amerika ke Indonesia. Golongan kiri juga menuduh Usmar Ismail sebagai agen Amerika. Walaupun kondisi perfilman Nasional semakin krisis, beberapa film masih diproduksi. Usmar Ismail pada tahun 1956 mengarahkan Tiga Dara (1957) yang dirilis setahun setelahnya. Pada tahun 1960-an dunia perfilman di Indonesia pecah menjadi dua blok, yakni golongan Usmar dan rekan-rekannya dengan golongan kiri. Pada tahun 1962, Djamaludin Malik yang telah bebas dari penjara, menyelenggarakan FFI yang kedua serta mendirikan LESBUMI (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia) dengan Ketua Umum Usmar Ismail. Film-film populer yang muncul di masa pelik ini antara lainPedjoang (1960) dan Anak-anak Revolusi (1964) karya Usmar Ismail.
28 Pada tahun 1961, Pedjoang mendapat penghargaan pemeran pria terbaik (Bambang Hermantpo) di ajang Festival Film International di Moskow.Film fenomenal lainnya adalah Pagar Kawat Berduri (1961) dan Tauhid (1964) karya Asrul Sani. Golongan kiri menuntut agar film Pagar Kawat Berduri (1961) ditarik dari peredaran, karena dianggap dapat membuat orang bersimpati pada Belanda. Lalu juga ada Piso Surit (1960) dan Violtta (1962) karya Bahctiar Siagian, serta Matjan Kemayoran (1965) karya Wim Umboh.Pada tahun 1964 untuk pertama kalinya diadakan Festival Film Asia Afrika (FFAA) di Jakarta.Golongan kiri yang menguasai seluruh
kepanitiaan
FFAA
mencetuskan
berdirinya
PAPFIAS
(Panitia
Aksi
Pemboikotan Film Imperialis Amerika).Tujuan PARFIAS adalah melarang beredarnya film-film produksi Amerika dan sekutunya di bioskop-bioskop Indonesia.Kondisi ini membuat bioskop-bioskop lokal dipenuhi film-film asing dari Rusia, Eropa Timur, dan RRC.PARFIAS sendiri juga tak mampu menggangkat perfilman Indonesia, sehingga kondisi bioskop kala itu sepi pengunjung. Setelah PKI ditumpas,kondisi industry film kita sedang mati suri maka untuk mengangkat perfilman nasional, sejak tahun 1967, kementerian penerangan mulai bersungguh-sungguh melaksanakan tugasnya. Hasilnya, film-film lokal bergairah kembali. Tahun 1967, Wim Umboh memproduksi film berwarna Indonesia pertama yang berjudul Sembilan (1967) yang diproduksi dengan biaya sangat tinggi. Tahun 1969 pemerintah juga memproduksi film-film percontohan yang diharapkan dapat mengangkat perfilman nasional, seperti Apa Jang kau Tjari Palupi?(1969) karya Asrul Sani, Djambang Mentjari Naga Hitam (1968) karya Lilik Sudjio, Mat Dower (1969)
29 karya Nya Abbas Acup, Nyi Ronggeng (1969) dan Kutukan Dewata (1969) karya Alam Surawidjaya. Hasilnya ternyata cukup positif, pada tahun 1969 produksi film hanya 9 judul, tahun 1970 meningkat menjadi 20 judul, dan tahun 1971 meningkat menjadi 52 judul. Awal tahun 70-an, tokoh-tokoh film nasional seperti Usmar Ismail dan Djamaludin Malik telah tiada.Djamaludin Malik meninggal pada Juni 1970 dan tak lama kemudian Usmar Ismail juga berpulang.Tahun 1970 muncul desakan kepada pemerintah dari industri perfilman agar sensor terhadap film Indonesia dilonggarkan seperti perlakuan pada film-film impor.Maka muncul film-film yang memasukkan unsur erotisme seperti Djambang Mentjari Naga Hitam (1968) dan Bernafas Dalam Lumpur (1970).Kedua film yang juga telah diproduksi berwarna ini ini merupakan pelopor dari film-film yang mengutamakan adegan berbau seksual dan penuh dengan adegan aksi yang kejam. Namun pada akhir tahun 1972, Badan Sensor Film kembali bersikap tegas terhadap film-film yang berbau seksual.Sutradara Teguh karya memulai debutnya melalui Wadjah Seorang Lelaki (1971).Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses komersil.Teguh adalah seorang sutradara teater yang kelak menjadi sutradara berpengaruh di era 1980-an. Sementara sineas kawakan lainnya, Wim Umboh memproduksi film Pengantin Remadja (1971) yang sukses secara komersil.Pada Tahun 1973 dipelopori oleh Sumardjono diselenggarakan kembali FFI yang sempat vakum beberapa tahun. Hingga tahun 1980-an pemenang FFI masih didominasi oleh sineassineas seperti Wim Umboh, SyumanDjaya, Teguh Karya, serta Asrul Sani. Namun pada era ini juga sudah muncul sutradara-sutradara muda seperti, Ismail Subardjo, Slamet
30 Raharjo, dan Franky Rorempandey.Film-film yang populer tahun 70-an diantaranya Ratapan Anak Tiri (1973), Bing Slamet Koboi Cengeng (1974), Karmila (1976) serta, Inem Pelayan Sexy (1977). Pada era 1980-an hingga awal 1990-an film-film yang paling populer masa ini adalah film-film komedi slapstick yang dibintangi oleh grup lawak legendaris, Warkop DKI, yakni Dono, Kasino, Indro seperti Mana Tahaaan..(1979), Setan Kredit (1981), Tahu diri Dong (1984), Maju Kena Mundur Kena (1983) dan Sabar Dulu dong (1989). Dengan gaya banyolan yang unik dan konyol, Warkop telah memproduksi lebih dari 30 film dan hampir seluruhnya sukses komersil. Pada masa ini juga populer genre horor yang dipelopori sang ratu horor, Suzanna, seperti, Sundel Bolong (1981), Malam Jumat Kliwon (1986), dan Malam Satu Suro (1988). Film aksi fantasi sejarah, Saur Sepuh: Satria Madangkara (1987), yang diadaptasi dari sandiwara radio populer juga sukses besar dengan empat sekuelnya. Aktor laga, Barry Prima juga sukses dengan film aksi sejenis melalui Jaka Sembung (1981) dengan tiga sekuelnya.Sementara film remaja Catatan Si Boy (1987) yang dibintangi Onky Alexanderd dan Meriam Bellina, juga sukses besar dengan empat sekuelnya. Sementara itu muncul pula film-film drama berkualitas dari sutradara-sutradara berpengaruh pada masa ini seperti, Doea Tanda Mata(1984) karya Teguh Karya, Matahari-Matahari(1985) karya Arifin C Noer, Tjoet Nyak Dien (1986) karya Eros Djarot, Kodrat (1986), karya Slamet Rahardjo Djarot, Kejarlah daku Kau Kutangkap (1985) karya Chaerul Umam, serta Nagabonar (????) karya Deddy Mizwar. Sementara PengkhianatanG-30-S PKI (1982) karya Arifin C. Noer yang merupakan film propaganda fenomenal, menjadi film terlaris era 80-an dan kelak selalu diputar di televisi nasional tiap tahunnya selama era Orde baru.
31 Dimulai awal dekade 1990-an hingga awal dekade 2000-an kondisi perfilman Indonesia mati suri dengan menurunnya jumlah produksi film nasional terutama sekali karena munculnya TV swasta di akhir era 80-an. Sejak Tahun 1993, FFI tidak lagi diselenggarakan karena minimnya produksi. Di tengah kondisi serba sulit ini sejak awal 90-an hingga tahun 1997, muncul film-film erotis berkualitas rendah yang mengeksploitasi seks semata dengan judul-judul yang bombastis, sebut saja macam Gadis Metropolis (1992), Ranjang yang Ternoda (1993), Gairah Malam (1993), Pergaulan Metropolis (1994), Gairah Terlarang (1995), Akibat Bebas Sex (1996), Permainan Erotik (1996), serta Gejolak Seksual (1997). Namun film-film drama berkualitas masih muncul seperti seperti Taksi(1990) Arifin C Noer, Sri (1997) sutradara Marselli Sumarno, Telegram(1997) karya Slamet Raharjo Djarot, serta Badut-Badut Kota(1993) karya Ucik Supra. Garin Nugroho juga memulai debutnya dengan filmfilmnya seperti Cinta Dalam Sepotong Roti (1990), Daun di Atas Bantal (1997), dan Puisi Tak Terkuburkan (1999). Dewan Film Nasional juga membiayai Bulan Tertusuk Ilalang (1994) karya Garin Nugroho dan Cemeng 2005(1995) karya sutradara N. Riantiarno untuk menggairahkan kembali perfilman nasional seperti yang telah dilakukan pada era 60-an silam. Sementara dari kalangan sineas independen, muncul sineas-sineas intelek muda yang kelak berpengaruh pada dekade mendatang seperti Riri Reza, Mira Lesmana, Rizal Mantovani, dan Nan Acnas dengan memproduksi Kuldesak (1997). Pasca reformasi dianggap sebagai momentum awal kebangkitan perfilman nasional.Momen ini ditandai melalui film musikal anak-anak Petualangan Serina (1999) karya Riri Reza serta diproduseri Mira Lesmana yang sukses besar di pasaran.Selang
32 beberapa tahun diproduksi dua film fenomenal yang sukses luar biasa yang selanjutnya memicu produksi film-film lokal. Pertama adalah film horor Jelangkung (2001) karya sutradara Jose Purnomo dan Rizal Mantovani dan kedua Ada Apa Dengan Cinta? (2001) karya Sutradara Rudi Soedjarwo yang diproduseri oleh Mira Lesmana dan Riri Reza.AADC sukses fenomenal hanya dalam tiga hari diputar di Jakarta film ini telah meraih 62.217 penonton. Dua film ini dianggap sebagai film pelopor yang nantinya banyak bermunculan puluhan film-film dengan tema dan genre yang sama. Film bertema remaja dan film horor bahkan hingga kini masih membanjir dan laris di pasaran.Mengikuti sukses AADC film-film roman dan melodrama remaja bermunculan dan tak jarang menggunakan bintang muda, penyanyi atau grup musik yang tengah naik daun. Film-film roman remaja yang populer antara lainEiffel I’m in Love (2003) karya Nasri Ceppy, Heart (2005), Inikah Rasanya Cinta? (2005), Love in Perth (2010), Purple Love (2011), Love is U (2012). Sineas Nayato Fio Fuala dikenal juga memproduksi film-film melodrama yang menyayat hati antara lain Cinta Pertama (2006), The Butterfly (2007), sertaMy Last Love (2012). Melalui Virgin (2004) film remaja mulai berani mengambil tema-tema yang dianggap tabu sebelumnya. Genre horor mendominasi pasar melalui film-film horor remaja yang umumnya mengambil cerita mitos atau legenda dari sebuah tempat atau lokasi angker yang menampilkan makhluk-makhluk gaib khas lokal, seperti kuntilanak, pocong, genderuwo, suster ngesot, tuyul, dan sebagainya.Pengaruh horor Jepang juga seringkali tampak dan tak jarang pula memasukkan unsur erotisme sebagai bumbu.Beberapa film horor populer diantaranya, Tusuk Jelangkung (2002), Kuntilanak (2006), Terowongan Casabanca (2007), Tali Pocong Perawan (2008), serta Suster Keramas (2009). Bahkan Suzanna,
33 sang ratu horor pun masih sempat bermain dalam Hantu Ambulance (2008). Selain filmfilm horor bermunculan film-film slasher ala barat seperti Rumah Dara (2010), Air Terjun Pengantin (2009), Pintu Terlarang (2009), hingga yang terbaru Modus Anomali (2012). Genre horor juga sering dipadukan dengan genre komedi, seperti Setan Budeg (2009), Poconggg Juga Pocong (2011), dan Nenek Gayung (2012). Selain film roman dan horor, film bergenre komedi juga juga sukses besar di pasaran.Film ini rata-rata juga ditujukan untuk penonton remaja dan beberapa diantaranya berkualitas baik.Dalam perkembangan film komedi yang berbumbu seks juga semakin banyak diproduksi. Film-film komedi yang populer dan sukses diantaranya Arisan! (2003) serta sekuelnya yang rilis tahun lalu, Get Married (2007) dengan dua sekuelnya, Get Married 2 (2009), dan Get Married 3 (2011), Sekuel Nagabonar, yaitu Naga Bonar jadi 2 (2007), Quickie Express (2007), XL :Extra Large (2008) serta Otomatis Romantis (2008). Film anak-anak diproduksi tidak sebanyak film roman dan horor namun film bertema ini seringkali sukses besar di pasaran.Film umumnya berkisah tentang perjuangan seorang anak atau sekelompok anak-anak untuk menggapai impian dan citacitanya. Film-film anak-anak yang populer antara lainDenias, Senandung di Atas Awan (????) karya John De Rantau. Laskar Pelangi (2008) dan Sang Pemimpi (2009) karya Riri Reza diangkat dari novel best seller karya Andrea Hirata.Laskar Pelangi (2008) menjadi film terlaris di Indonesia dengan penonton mencapai 4.606.785.Film anak-anak tidak jarang pula dipadukan dengan genre olah raga, seperti Garuda di Dadaku (2009), King (2009), dan Tendangan Dari Langit (2011).
34 Industri perfilman kita melakukan terobosan dengan memproduksi film animasi musikal melalui Meraih Mimpi (2009).Film-film bergenre drama juga banyak muncul yang biasanya berkisah tentang perjuangan hidup, perncarian eksistensi diri, nilai-nilai moral, dan dan masalah sosial.Beberapa diantaranya berkualitas sangat baik dan sukses di beberapa ajang festival film intersnasional. Film-filmnya drama populer diantaranya Cau Bau Kan (2001) dan Berbagi Suami (2006) yang keduanya karya sutradara Nia Dinata, lalu Pasir Berbisik (2000) dan The Photograph (2007) karya Nan Achnas, Eliana, Eliana (2002), 3 hari untuk Selamanya (????), dan Gie (2004) karya Riri Reza, Mengejar Matahari (2004) karya Rudi Soedjarwo, Surat Kecil Untuk Tuhan (2011), dan pemenang Citra tahun lalu Sang Penari (2011) karya Ifa Irfansyah. Film bertema religi Kiamat Sudah Dekat (2003) karya Deddy Mizwar memang sukses komersil namun adalah Ayat-ayat Cinta (2008) karya Hanung Bramantyo yang mengangkat genre religi menjadi populer hingga sekarang. Film religi kental sekali dengan nuansa agama (muslim) dan kisahnya berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari dan tak jarang pula dibumbui unsur roman. Film-film religi populer seperti Ketika Cinta Bertasbih (2009), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Dalam Mihrab Cinta (2010), Tanda Tanya (2011), hingga film religi anak-anak, Negeri 5 Menara (2012). Film religi juga mengangkat kisah tokoh agama seperti Sang Pencerah (2010) dan yang baru dirilis Soegija (2012). Sementara Cin(T)a (2009) serta 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010) mengangkat tema masalah beda agama. Genre aksi baru mulai populer akhir dekade 90-an dan seringkali berpadu dengan tema kriminal dan perang, seperti Serigala Terakhir (2009), Merah Putih (2009), Darah
35 Garuda (2010), Merantau (2009), serta yang baru saja rilis The Raid (2012). The Raid bahkan sukses dirilis luas di Amerika dan sempat masuk 11 besar box office mingguan disana.Selain sukses secara komersil film ini juga sukses secara kritik karena adegan aksinya yang dikoreografi secara menawan.Film ini merupakan sejarah bagi kita karena sukses komersil di mancanegara hingga menjadi perbincangan banyak media dan pengamat film di dunia.Sedangkan dari para pembuat film non mainstream (non komersil) muncul pula film-film alternatif.Beberapa diantaranya abstrak, kompleks, dan ceritanya sulit dipahami orang awam.Tema film yang diangkat biasanya merupakan kritik dan respon terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik di negara ini.Garin Nugroho adalah satu diantara sineas yang memilih di jalur ini, dan seringkali justru film-filmnya mendapat apresiasi di festival-festival luar negeri.Film-filmnya seperti Opera Jawa (2006), Under the Tree (2008), Generasi Biru (2008), serta Mata Tertutup (2012).Juga film-film semi abstrak seperti Novel Tanpa Huruf R (2003) dan Identitas (2009) karya Aria Kusumadewa.Setelah vakum selama duabelas tahun, Festival Film Indonesia akhirnya mulai diselenggarakan kembali pada tahun 2004.Peraih Citra tahun 2006, Ekskul (2006) membuat kontroversi dengan menggunakan ilustrasi musik film-film populer barat seperti Gladiator, Bourne Supremacy, Taegukgi, dan Munich.Sebagai bentuk protes, para peraih Piala Citra tahun tersebut seperti Riri Reza, Mira Lesmana, dan lainnya melakukan aksi pengembalian Piala Citra.Mereka pulalah yang membentuk festival film tandingan, yakni IMA (Indonesian Movie Award) yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 2007. Dari sedikit penjelasan diatas terlihat perkembangan perfilman Indonesia dari masa ke masa yang dinamis.Hingga saat ini sinema kita masih berjuang mencari
36 bentuknya menuju industri film yang lebih mapan.Secara rata-rata, kualitas kita masih dibawah industri film negara Asia lainnya seperti Jepang, Hong Kong, Korea, bahkan Thailand.Secara teknis kita tidak kalah namun dari aspek cerita kita masih sangat lemah. Para sineas kita masih harus lebih banyak belajar dan jeli mencari celah untuk bisa bersaing dengan film-film dari negara lain. Sukses The Raid bisa menjadi secercah harapan, bukan hal yang mustahil film kita bisa menembus pasar internasional.
4) Jenis-jenis Film Jenis film terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah:
Film Horor Film jenis ini biasanya berhubungan dengan hal-hal yang supranatural, yang selalu berhubungan dengan kematian atau hal yang di luar nalar kita. Film ini memang dibuat begitu menyeramkan agar para penonton merasakan ketakutan.
Film Drama Film jenis ini lebih ringan dibandingkan dengan film horror, Karena film jenis ini hanya bercerita tentang suatu konflik dalam kehidupan, hanya saja terkadang dibuat berlebihan karena agar penonton ikut masuk ke dalam cerita yang ada di dalam film tersebut.
Film Komedi Film jenis ini berisi tentang kelucuan dari alur cerita dan para pemainnya, film ini dibuat sedemikian rupa agar para penonton dapat tertawa ketika menyaksikan film ini.
37
Film Musikal Film jenis ini penuh dengan nuansa musik, alur ceritanya hampir sama dengan drama hanya saja musikal dalam beberapa adegan para pemain bernyanyi, dan dalam berdialog mereka menggunakan musik.
Laga (action) Film jenis isi banyak berisi adegan yang membahayakan seperti berantem di atas gedung, loncat dari gedung satu ke gedung yang lain, dan lain sebagainya, film jenis ini tak jarang membuat para penontonnya di buat menegangkan. Film 12 menit ini termasuk ke dalam film drama, karena menceritakan perjuangan seorang anak muda untuk mencapai mimpinya.
5) Teknik Pengambilan Gambar Ada lima hal yang diperlukan dalam pengambilan gambar untuk jurnalistik televisi, yaitu22: 1. Camera Angel: (sudut pengambilan gambar) Camera Angeladalah posisi camera pada saat pngambilan gambar.Masing-masing angel sudut punya makna tertentu.Camera Angeldalam sudut pengambilan gambar ada lima bagian: a. Bird Eye View Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada di atas ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas dan benda-benda lain tampak kecil dan berserakan. 22
“Teknik Pengambilan Gambar” diakses pada tanggal. Rabu 3 Desember pukul 21.30 WIB dari http://www.thingktep.wordpress.com
38 b. High Angle Sudut pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat kecil.Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai “kerdil”. c. Low Angle Sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar.Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/ prominance, berwibawa, kuat, dominan. d. Eye Level Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek.Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang.Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis melainkan kesan wajar. e. Frog Eye Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolaholah mata penonton mewakili mata katak. 2. Framae Size (Ukuran Gambar)23 a. Extreme Close Up (ECU/XCU): pengambilan gambar yang terlihat sangat detail seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu. b. Big Close Up (BCU): pengambilan gambar dari sebatas kepala hingga dagu. c. Close Up (CU): gambar diambil dari jarak dekat, hanya sebagian dari objek yang terlihat seperti hanya mukanya saja atau sepasang kaki yang bersepatu baru
23
Amin Rois, “ Analisis Semiotik Film Negeri 5 Menara,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013, h. 40.
39 d. Medium Close Up: (MCU) hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan diambil dari dada keatas. e. Medium Shot (MS): pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas). f. Knee Shot (KS): pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut. g. Full Shot (FS): pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala sampai kaki. h. Long Shot (LS): pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek. i. Medium Long Shot (MLS): gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut. j. Extreme Long Shot (XLS): gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya. k. One Shot (1S): Pengambilan gambar satu objek. l. Two Shot (2S): pengambilan gambar dua orang. m. Three Shot (3S): pengambilan gambar tiga orang. n. Group Shot (GS): pengambilan gambar sekelompok orang. 3. Moving Camera (gerakan kamera) Moving Cameraadalah posisi kamera bergerak, sementara objek diam, dan sebaliknya:
Zoom In/ Zoom Out : kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan menggunakan tombol zooming yang ada di kamera.
40
Panning: gerakan kamera menoleh ke kiri dan ke kanan dari atas tripod. Tilting: gerakan kamera ke atas dan ke bawah. Tilt Up jika kamera mendongak dan tilt down jika kamera mengangguk.
Dolly : kedudukan kamera di tripod dan di atas landasan rodanya. Dolly In jika bergerak maju dan Dolly Out jika bergerak menjauh.
Follow : gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak. Crane shot : gerakan kamera yang dipasang di atas roda crane. Fading : pergantian gambar secara perlahan. Fade in jika gambar muncul dan fade out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling menggantikan secara bersamaan.
Framing : objek berada dalam framing Shot. Frame In jika memasuki bingkai dan frame out jika keluar bingkai.
Objek bergerak sejajar dengan kamera. Walk In : Objek bergerak mendekati kamera. Walk Away : Objek bergerak menjauhi kamera. 4. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak dilihat. Komposisi ada tiga yakni24: a. Headroom (H), yakni mengatur frame di atas kepala objek. b. Noseroom (N), jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya, baik ke kiri maupun ke kanan. c. Lookin gspace (L), yakni ruangan depan maupun belakang objek.
24
120-137.
Askurifai, Baskin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.
41 6) Terapi Berpikir Positif 1. Keinginan yang menggebu25 Ketika ada seseorang pemuda yang bertanya kepada ilmuwan, penulis, dan perintis Crystal Catherdar di New York, Dr. Robert Schuler, “Bagaimana aku bisa menjadi penulis ternama seperti anda?” Dr. Schuler menjawab, “Ketika kamu memiliki keinginan yang menggebu untuk mewujudkan impianmu. ”Pemuda itu kemudian bertanya lagi “Apa yang dimaksud dengan keinginan yang menggebu?” Dr. Schuler menjawab, “Ketika yang berpikir untuk menulis sebelum tidur. Ketika yang kau pikirkan di pagi hari adalah keinginan untuk menulis. Ketika kau berpikir untuk menulis dan mengatakannya kepada beberapa kesempatan yang memungkinkan. Ketika kegiatan menulis menjadi sesuatu yang menguasai pikiranmu dan mengalir dalam darahmu. Itulah keinginan yang menggebu.” 2. Keputusan yang Kuat26 Makna kata “keputusan” berarti kuat. Maka, keputusan yang diambil seseorang harus kuat, tidak ada keraguan dalam kondisi apapun dan menghadapi apapun, baik yang datang dari dalam diri atau dari luar diri. Orang yang mengaku sudah memutuskan
untuk
berhenti
merokok
tapi
masih
melakukannya,
berarti
keputusannya masil lemah. Tidak ada dorongan kuat. Tidak ada keinginan menggebu sebagai pendorongnya. Keputusan yang kuat adalah keputusan yang tegas, kuat, dan tidak ragu-ragu meski menghadapi berbagai tantangan. Karena, jika kita bijaksana menghadapi tantangan maka ia akan berubah menjadi keterampilan dan keahlian yang bisa kita dapatkan dalam perjalanan menuju puncak.
25
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 305. Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 308-310
26
42 3. Bertanggung Jawab Penuh27 Empat tahun setelah dilahirkan, anak kecil bernama Wilma Rudolf mengalami panas tinggi sehingga membuat dirinya lumpuh separuh. Para dokter pun memutuskan untuk memasang penopang besi di kakinya. Suatu hari sang ibu bertanya kepadanya, “Wilma apa cita-citamu?” tanpa berpikir panjang ia menjawab “Aku ingin menjadi wanita tercepat di dunia.” Sang ibu berkata “Dengan keyakinan dan usaha keras, engkau dapat meraih cita-citamu. ”Untuk dapat mewujudkan impian yang besar kita harus berani ambil keputusan, mempunyai keinginan yang menggebu, dan dapat bertanggung jawab penuh atas segalanya. Dengan prinsip yang dia pegang dan usaha serta kerja keras yang dia jalankan selama ini pada tahun 1960, Wilma Rudolf berhasil menjadi memenangkan kejuaraan lari seratus meter, dua ratus meter, tiga ratus meter. Dan ia berhasil menjadi wanita tercepat di dunia. 4. Menentukan Tujuan Tulislah apa yang kita inginkan dan susun sesuai skala prioritas. Setelah itu, tentukan rentang waktu yang kita yakini dapat mewujudkan keinginan kita. Jangan lupa tuliskan bagaimana cara anda menggapai impian itu. Kemudian tulis model perbaikan yang akan kita lakukan ketika kita sudah mencapainya. Kemudian setelah kita mencapainya apa yang akan kita lakukan selanjutnya. 5. Dukungan dari Dalam “Jika Anda tidak mengetahui kemampuan Anda, tidak menghargainya, dan tidak menerimanya sebagai kenyataan, bagaimana mungkin Anda mengharap penghargaan dari orang lain?” 28
27
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 311-2012. Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 323.
28
43 Dukungan dari dalam akan membantu kita fokus kepada kemampuan kita dan membantu memperbaiki segala sesuatu yang ingin kita perbaiki dalam diri kita.Berhenti berpikir negatif tentang kemampuan dan diri kita.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM 12 MENIT A. Sinopsis Film 12 Menit Elaine, remaja yang tumbuh dan besar di Jakarta, tiba-tiba harus pindah ke Bontang (Kaltim) karena harus mengikuti sang ayah yang seorang insinyur kimia asli Jepang yang ditugaskan untuk memimpin sebuah departemen di sebuah perusahaan besar di Bontang. Elaine terpaksa meninggalkan segala sesuatu yang selama ini begitu berarti baginya. Di lain pihak, Tara memiliki gangguan berat. Sebuah kecelakaan mengakibatkan dia kehilangan suaranya serta merenggut nyawa sang ayah. Setelah kejadian itu, Ibu Tara harus melanjutkan kuliah ke luar negeri.Tara harus diasuh oleh opa dan omanya.Demi menuruti kata sang ibu, Tara terus berjuang untuk melanjutkan hidupnya. Lahang, keturunan Dayak, punya keinginan yang sangat kuat.Ia tidak ingin hanya berkarya di kampungnya. Ayahnya sakit parah. Tak ada yang tahu apa penyakitnya. Mereka hidup hanya berdua.Dan Lahang terjebak dalam dilema. Memilih antara mencapai impiannya atau merawat sang Ayah. Tiga anak remaja itu dipertemukan dalam sebuah grup Marching Band. Sebuah kelompok besar yang memiliki misi yang sama besarnya. Rene, pelatih Marching Band profesional, dipilih untuk membawa Marching Band Bontang ke tingkat nasional. Dan bagi Rene ini adalah tantangan besar memimpin 120 anak dari kota kecil. Mereka datang dari berbagai latar belakang.Jadwal latihan mereka sangat padat, berat dan keras. Elaine, Tara, dan Lahang berusaha meraih mimpi mereka secara profesional walaupun
44
45 banyaknya masalah kehidupan mereka masing-masing.Dengan kegigihan danperjuangan, grup Marching Band ini berhasil memenangkan kompetisi tingkat nasional. Moral film ini : agar kita terus berjuang dalam menggapai apa yang kita inginkan, sesulit apapun kondisi kita saat ini. Karena dengan kerja keras, dan tekad yang kuat kita pasti bisa meraih apa yang kita inginkan. B. Penulis Skenario Film
Gambar 3.1 Oka Aurora Sumber: Google Image Wanita kelahiran Jakarta, 19 Juli 1974 yang biasa dipanggil Oka ini baru saja mendapatkan penghargaan sebagai penulis skenario terbaik pada malam puncak Pestival Film Bandung 2014, mengawali karier menulisnya dengan mencoba membuat beberapa skenario.tidak lama setelah di PHK dari sebuah perusahaan Telekomunikasi, Oka pun mendapatkan tawaran dari Titien Wattimena untuk membuat sebuah skenario. Oka membuat novel pertamanya 12 Menit yang diambil langsung dari skenario film 12 Menit. Sebelum film 12 Menit ini ditayangkan yang merupakan film ke empat yang ditulis Oka, novel dikeluarkan terlebih dahulu, di sampul novel tertulis tanggal diputarkannya film 12 menit.
46 C. Profil Sutradara Film1
Gambar 3.2 Hanni R Saputa Sumber: Google Image Film 12 Menit diangkat dari kisah nyata group marching band asal bontang desa kecil yang berada di Kalimantan Timur menuju acara GPMB (Grand Prix Marching Band) perhelatan akbar bagi unit-unit Marching Band se-Indonesia. Film yang menceritakan tentang orang-orang yang tidak takut untuk meraih mimpi ini disutradarai oleh Hanny R Saputra, yang memulai debut penyutradaraannya lewat film "Virgin" di tahun 2004 Hanny R Saputra Lahir lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 11 Mei 1965.Hanny adalah sutradara asal Indonesia.Ia memulai debut penyutradaraannya lewat film "Virgin" di tahun 2004. Lewat film tersebut jugalahia langsung dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia 2005. Berbagai prestasi telah diukirnya.Sinetron pertamanya, "Sepanjang Jalan Kenangan" pernah memenangkan
1
Artikel, diakses Senin, 24 Juni 2014 pukul 01.53 WIB dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/hanny-r.-saputra.html
47 penghargaan Film Terbaik pada Festival Sinetron Indonesia 1997.Sebelumnya Hanny lebih banyak bergerak di bidang film pendek (dokumenter) dan iklan. "Sepanjang Jalan Kenangan" juga meraih 7 piala lain, untuk drama lepas terbaik serta aktor pembantu, sinefotografi, tata artistik, penyunting, tata suara dan tata musik. Bersama Leo Sutanto ia membuat film "Lo Fen Koei" yang memenangkan penghargaan telesinema untuk Best Cinematography dan Best Editing dan dinominasikan sebagai Best Director di ajang Asian Television Technical & Creative Award 2001. Film lainnya adalah "Nyanyian Burung" yang memperoleh Golden Award di Cairo International Film Festival for Children (2000).Sampai tahun 2011 Hanny telah memproduksi sekitar 10 film layar lebar. D. Profil Pemain Film 12 Menit
Gambar 3.3 Titi Rajo Bintang (Rene) Sumber: Google Image 2 Titi Rajo Bintang, aktirs yang lahir di Jakarta, 10 Febuari 1981 berperan sebagai Rene seorang pelatih Marching Band berpengalaman yang tegas, perfectionis, memiliki rasa disiplin yang tinggi, semangat yang tinggi serta obsesi yang tinggi. Rene hadir sebagai
2
Artikel, diakses Senin, 20 Juni 2014 pukul 16.05 WIB dari Titi Rajo Bintang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas_files
48 katalisator mimpi tersebut. Bagi Rene yang telah matang dalam dunia Marching Band dan telah beberapa kali membawa tim lain ke puncak kejayaan tentu mimpi tersebut tidaklah mustahil. Namun keyakinan Rene menjadi turut tergoncang saat berhadapan dengan realita tim yang dibinanya. Jangankan untuk menjangkau, untuk membayangkan saja personel tim sudah dihantam oleh berbagai rasa kecut dan konflik internal yang merong-rong keyakinan mereka.
Gambar 3.4 Arum Sekarwangi (Tara) Sumber: Film 12 Menit Arum sekarwangi berperan sebagai Tara seorang anak yang sensitive, seorang pemain drum yang baik di masa lampau. Kini ia harus berjuang mengembalikan permainan terbaiknya dalam keterbatasan pendengaran. Hampir 80 persen pendengaran Tara hilang bersama kepergian Ayahnya dalam sebuah kecelakaan maut. Rasa bersalah dan kehilangan adalah luka masa lalu yang menghambat Tara untuk menatap masa depan. Setelah kejadian itu, Ibu Tara harus melanjutkan kuliah ke luar negeri.Tara harus diasuh oleh opa dan omanya.Demi menuruti kata sang ibu, Tara terus berjuang untuk melanjutkan hidupnya.
49
Gambar 3.5 Hudri (Lahang) Sumber: Film 12 Menit Hudri berperan sebagai Lahang, pemuda kampong dengan bekal pesan dari sang bunda ingin menjadikan Tugu Monas sebagai loncatan bagi mimpi besar untuk mengunjungi berbagai tugu lain di dunia. Membentangkan sayap keberanian, terbang lebih tinggi seperti Elang.Dalam meretas mimpinya bersama Marching Band Lahang dihadapkan dengan sebuah dilema tentang keluarga. Kondisi Bapaknya yang kian parah, serta penyesalan karena tidak berada di sisi Ibunya saat sang bunda menghembuskan nafas terakhir membuat Lahang sulit beranjak dari sisi Bapaknya. Lahang meragu untuk mengejar mimpinya sementara sebuah janji telah terucap.Lahang telah berjanji kepada Bapaknya untuk terus ‘hidup’ dalam kehidupannya.
50
Gambar 3.6 Amanda Susanto (Elaine) Sumber Gambar: Film 12 Menit Amanda Susanto berperan sebagai Elaine, gadis pintar keturunan Jepang yang tumbuh dan besar di Jakarta, tiba-tiba harus pindah ke Bontang (Kaltim) karena harus mengikuti sang ayah yang seorang insinyur kimia asli Jepang yang ditugaskan untuk memimpin sebuah departemen di sebuah perusahaan besar di Bontang. Elaine terpaksa meninggalkan segala sesuatu yang selama ini begitu berarti baginya.Elaine sangat mencintai musik dan meyakini musik adalah segala-galanya dalam hidupnya. Josuke sang ayah, sangat menginginkan Elaine menjadi seorang ilmuwan, dan baginya musik adalah sesuatu yang siasia. Elaine mempunyai peran vital dalam tim. Ia adalah satu-satunya field commander yang diharapkan setelah field commander yang sebelumnya mengalami cedera berat. Josuke menentang keras keinginan Elaine untuk tetap bergabung dalam tim.
51
Gambar 3.7 Olga Lydia (Ibu Elaine) Sumber Gambar: Film 12 Menit Olga Lydia aktris yang lahir di Jakarta pada 4 Desember 1976 silam ini berperan sebagai ibu Elaine yang sangat mencintai keluarganya dan selalu mendukung kegiatan anaknya, karena dia selalu ingin melihat anaknya berkembang karena dia selalu yakin dalam hidup ini pengalaman sangatlah penting untuk mencoba hal yang baru dan untuk mencapai kebahagiaan yang tak akan diraih jika hanya mengandalkan kemampuan akademis saja.
Gambar 3.8 Nobuyuki Suzuki (Josuke Higoshi) Sumber Gambar: Film 12 Menit Nobuyuki Suzuki actor kelahiran Jepang ini berperan sebagai Josuke Higoshi (ayah Elaine) yang menganggap akademis adalah segalanya, di sisi lain sosok Josuke ini adalah
52 sangat mementingkan keluarga untuk meneruskan perusahaan yang sedang dijalaninya, akan tetapi tanpa dia sadari di dalam keluarganya memiliki tujuan yang berbeda.
Gambar 3.9 Didi Petet (Kakek Tara) Sumber Gambar: Google.com
Didi Widiatmoko (lahir di Surabaya, Indonesia, 12 Juli1956; umur 58 tahun) atau lebih dikenal sebagai Didi Petet adalah seorang pemeran Indonesia.Ia telah membintangi banyak film dan teater, memerankan berbagai tokoh mulai dari Emon dalam Catatan si Boy, Kabayan dalam Kabayan Saba Kota, sampai Suwito dalam Pasir Berbisik.
Ketika dunia sinetron merebak seiring dengan tumbuh maraknya stasiun televisi di tanah air, Didi pun terjun ke sana. Film iklan tak ketinggalan dirambahnya pula. Bahkan ia kemudian mendirikan sebuah production house. Di samping itu, ia aktif pula dalam sejumlah pementasan teater, seminar tentang seni peran dan tentu saja mengajar di IKJ.3Dalam film 12 Menit ini dia berperan sebagai kakek Tara.
3
Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.27 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Didi_Petet
53
Gambar 3.10 Niniek L Karim (Nenek Tara) Sumber Gambar: Google.com Niniek L. Karim (lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 14 Januari1949; umur 65 tahun) adalah pemeranIndonesia. Ia selain berprofesi sebagai pemeran juga menjadi dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Niniek L. Karim pernah meraih Piala Citra sebagai pemeran pembantu terbaik dalam film Ibunda. Lewat film yang sama, wanita berdarah Minang ini juga meraih gelar aktris terbaik pada Festival Film Asia Pasifik tahun 1990.4Dalam Dilm 12 Menit ini berperan sebagai nenek dari seorang gadis yang sensitive dan pesimis yang bernama Tara.
4
Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.30 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Niniek_L._Karim
54
Gambar 3.11 Verdi Solaiman (Manager) Sumber Gambar: wowkeren.com
Verdi adalah anak kedua dari aktor kawakan Henky Solaiman. Setelah 10 tahun kuliah dan bekerja di bidang Advertising Design di Amerika (Columbus, OH), ketika Ia pulang ke Indonesia Verdi jatuh cinta dengan akting tahun 2004 sewaktu secara tidak sengaja masuk ke sekolah akting Sakti Aktor Studio. Di Sakti Aktor Studio Ia digembleng oleh gurunya Eka D. Sitorus dimana Ia juga bertemu dengan Arifin Putra, Andhara Early, Ardina Rasti, Olga Lydia dan lain-lain.
Di sekolah seni peran Verdi banyak terlibat dalam pementasan teater karya-karya off-broadway dan mementaskan "Mass Appeal" karya Bill C. Davis sebagai ujian akhirnya; sebuah naskah dua jam berbahasa Inggris yg dipentaskan bersama Arifin Putra.Peralihan ke dunia film layar lebar dimulai dengan debut-nya di Jakarta Undercover (film).Selain sebagai aktor Verdi juga bekerja sebagai creative director untuk promo film layar lebar sejak tahun 2006. Di mulai dari film "Jomblo" produksi Sinemart Pictures lalu berturut-turut, Pocong
55 (film), Maaf Saya Menghamili Istri Anda, Karma, Heart-Break.com, Ketika Cinta Bertasbih dan lain-lain5. Dalam film 12 menit ini dia berperan sebagai manager yang menentang keras kemauan Rene sebagai pelatih, dia tidak yakin kelompok marchingband yang dibina Rene akan berhasil pada laga GPMB.
Gambar 3.12 Egy Fedly (Ayah Lahang) Sumber Gambar: Film 12 Menit Berperan sebagai ayah lahang yang bersal dari keluarga kurang mampu tapi selalu mendukung mimpi anaknya, yang menjadikan tugu monas sebagai batu loncatannya untuk melihat tugu-tugu yang lain di seluruh dunia.
Gambar 3.13 Tim Marching Band Bontang
5
Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.43 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Verdi_Solaiman
56 E. Tim Produksi Film Produser Eksekutif
Henri Darmawan Somad Sutedja
Produser
Cindy Sutedja Regina Septapi
Produser Pelaksana Sutradara
Lidia Nurrahmawati Hanny R Saputra
Penulis Skenario
Oka Aurora
Vidio Editor
PD laksana
Tim di Balik Layar
Mbek-X Yudustira Momo
Promosi
La Cuisine Event Management Wulan Resnisari Rainy Linardy Ratna Linardy Mr. Lucas Salet Mehamed Hilman Donnie Kurniawan Reza Fahdi
57 Nunik Murtiningsih Rendy Stevano Arie Novarizano
Merchandise
Nomoii Design Stella Lukman Pitasari Lukman Dea Leatemia
Keuangan
Tina Sugandi Viliawati Rusli Lucia Lea
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Temuan dan Hasil Penelitian Dari beberapa scene yang terdapatdalam film 12 menit, peneliti menemukan makna mimpi yang terkandung dalam film 12 Menit. Identifikasi tersebut terlihat sebagai berikut:
1. Mimpi dari seorang pelatih yang bernama Rene: membawa group marching band menjadi juara GPMB. 2. Mimpi seorang gadis remaja berusia 15 tahun, yang ingin selalu bermain musik. Dengan tekad yang kuat gadis belia ini terus mewujudkan mimpinya mesti tidak direstui oleh sang ayah. 3. Bermimpi untuk mengembalikan permainan terbaiknya, sebelum dia mengalami kecelakaan. 4. Bermimpi untuk melihat tugu monas secara langsung, dan menjadikan tugu monas sebagai batu loncatan bagi mimpi besarnya untuk mengunjungi berbagai tugu di Dunia. 5. Marching Band Pupuk Kaltim yang bermimpi untuk menjadi juara GPMB.
1. Keinginan yang Menggebu Keingin yang menggebu adalah dimana ketika kita mempunyai mimpi dan ingin benarbenar mewujudkan mimpi itu. Berbagai hal kita lakukan agar keinginan kita itu tercapai. 1) Sikap Optimisme Pelatih (Rene) Adegan pertama yang dipilih peneliti adalah adegan perdebatan antara manajer Marching Band Bontang Pupuk Kaltim dan Rene sebagai pelatih baru.
58
59 Tabel 4.1 Visual
Dialog/Suara
Type Of Shot
Gambar 1 Manager: anda masih yakin bisa menang? Rene: yakin! Manager: anak-anak yang baru latihan beberapa bulan, harus mengikuti lomba sebesar ini? Rene: hah??
Medium Shot, meperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominant dalam frame.
Gambar 2 Manager: jadi anda nggak yakin?
Medium Closeup, pada jarak ini Rene: saya gak bilang, saya gak memperlihatka yakin pak, saya bilang, saya n manusia dari kehilangan beberapa anggota dada ke atas. inti Manager: Jadi apa yang anda butuhkan sekarang? Gambar 3 Rene: saya memang orang baru di marching band ini. Tapi anda tahu sendiri saya bukan orang baru di marching band. Dan ini bukan kali pertama saya membawa sebuah tim jadi juara. Saya butuh anda percaya kepada saya. Kalau anda saya nggak percaya, bagaimana orang lain. Saya akan membuat marchingband ini jadi juara umum di GPMB tahun ini.
Medium Closeup, pada jarak ini memperlihatka n manusia dari dada ke atas
60 a. Makna Denotasi Manajer memanggil Rene ke sebuah ruangan penyimpanan alat untuk mempertanyakan kesiapan dari Rene sebagai pelatih untuk membawa tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim untuk menjadi juara GPMB. Di dalam ruangan terlihat Rene duduk dengan tegap menatap manajer.
b. Makna Konotasi Adegan ini berada di dalam ruangan. Keadaan di dalam ruangan digambarkan dengan sebuah ruangan yang kecil dan dipenuhi oleh alat-alat, yang mengesankan bahwa grup Marching Band Bontang ini bukan sebuah grup yang besar. Tabel ini diawali dengan shot yang frame size secara medium shot. Akan tetapi saat Rene duduk tegap menatap manajer ditampilkan secara mediun close up. Makna konotasi dari duduk tegap menatap lawan bicara adalah menunjukan sebuah keyakinan. Badan yang tegap menunjukan sebuah kesiapan, dan menatap mata lawan bicara menunjukan sikap percaya diri. Oleh karena itu ketika kita berbicara dengan seseorang kita harus menatap matanya untuk menunjukan bahwa apa yang kita bicarakan adalah benar. Sikap optimis yang ditunjukan Rene kepada manajer didukung oleh keinginan yang menggebu Rene untuk membawa tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim menjadi juara GPMB. Sikap optimis tidak akan ada di dalam diri kita tanpa adanya keinginan yang menggebu.
61 c. Makna Mitos Keinginan yang menggebu adalah mimpi yang benar-benar ingin kita wujudkan. Untuk mewujudkan mimpi kita tidak semudah membalikan telapak tangan, butuh perjuangan dan pengorbanan. Namun pada zaman sekarang ini tidak banyak orang yang percaya dengan mimpinya, dan tidak sedikit juga yang karena badai perjuangan akhirnya memilih untuk melupakan mimpi-mimpi besar tersebut. Dan bahkan ada mereka menyerah sebelum mencoba untuk mewujudkannya. Padahal ketika kita yakin dengan mimpi dan disertai keinginan yang menggebu dan terus berusaha untuk mewujudkannya maka mimpi kita akan menjadi kenyataan. Karena tidak ada yang mustahil di dunia ini selagi kita yakin dan mau berusaha.
2) Scene Awal Pertemuan Tara dengan Rene dan Tara Bergabung dalam Tim. Setelah Rene berbicara dengan ayah Earine, Rene pergi ke sebuah tempat untuk mencoba mencari solusi dari permasalahan yang ada. Dan ketika Rene sedang berjalan-jalan ia seperti mendengar suara. Kemudian Rene mencoba mencari sumber suara itu, setelah Rene menelusurinya, dia menemukan sumber suara yang membuatnya penasaran, dan ternyata itu adalah suara yang berasal dari seorang perempuan yang sedang latihan memukul alat. perempuan itu bernama Tara, Tara sedang mencoba mengembalikan permainan terbaiknya, setelah kecelakaan yang mengakibatkan gangguan pendengaran. disinilah awal mula pertemuan Tara dengan Rene. Akan tetapi pada saat Rene mendekati Tara, dia langsung bergegas pergi meninggalkan Rene. Kemudian Rene terus mengejar Tara dan mencoba membujuk tara dan Rene berhasil membujuk Tara untuk bergabung di dalam tim.
62 Tabel 4.2 Visual
Dialog/Suara
Type Of Shot
Gambar 1 Sura seng dan beberapa ember yang di pukul.
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
Sura seng dan beberapa ember yang di pukul.
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
Gambar 2
Gambar 3 Rene: Tunggu jangan pergi.
Gambar 4 Rene: Fokus Tara Tara: Ok Rene: rasakan getarannya, focus! Tara: ya,,ya,,ya,, ini juga udah focus ka
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
Extreme close Up. Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata penonton mewakili mata katak.
63 Gambar 5 Rene: kalau kamu tidak bisa pake kuping kamu, kamu pake mata kamu, kalau kamu tidak bisa pake mata kamu, kamu pake hati kamu
Mid Shoot: pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari pinggang keatas).
a. Makna Denotasi Tara sedang melakukan latihan di tengah-tengah danau. Tara latihan menggunakan alat seadanya, yang terdiri dari seng, galon dan ember bekas. Kemudian muncul Rene dari jauh menghampiri Tara. Dia kaget dengan kedatangan Rene, kemudian dia berusaha untuk pergi dari tempat itu dengan lari masuk ke dalam danau. Akan tetapi Rene tetap mengejar Tara. Dan kemudian Rene berhasil membujuk Tara bergabung ke dalam tim.
b. Makna Konotasi Frame size diawali dengan long shot. Gambar ini diambil dari jarak yang sangat jauh sehingga objek terlihat kecil dan latar belakang begitu jelas. Lokasi pertama adalah di sebuah danau. Tara sedang latihan dengan menggunakan alat seadanya. Latihan ini dilakukan Tara
untuk
mengembalikan
permainan
terbaik
sebelum
dia
kehilangan
pendengarannya akibat kecelakaan yang mengakibatkan ia menderita tunarungu dan
64 membuat sang ayah meninggal dunia. Sebelum mengalami kecelakaan Tara adalah pemain Drum terbaik. Tara dalam film ini, berperan sebagai seorang remaja yang menderita tunarungu. Tuna berarti cacat, sedangkan rungu berarti pendengaran. Pengertian tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yag diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks1. Tara kehilangan 80% pendengarannya, yang mengakibatkan ia tidak dapat bermain Marching Band dengan bagus lagi. Untuk mengembalikan permainan terbaik yang pernah dimilikinya, Tara terus melakukan latihan setiap hari tanpa rasa lelah, Tara latihan di sebuah danau dengan menggunakan alat seadanya. Karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu usaha yang maksimal pula itu yang ia yakini selama ini. Tara yang tadinya hanya latihan memakai seng, ember, galon dan sebagainya, berkat usaha dan kerja kerasnya membuat Rene tertarik untuk mengajak Tara bergabung dengan timnya.
c. Makna Mitos Kesungguhan Tara menjadi pembelajaran tersendiri. Dimana ada kemauan di sana ada jalan. yang artinya seseorang yang mau berusaha, pasti mendapatkan kemudahan di saat kesulitan menghadang.
1
“sekilas pengertian tunarungu” diakses pada tanggal. Senin 12 Januari pukul 13.27 WIB dari http://kahilla16.blogspot.com/2009/06/sekilas-pengertian-tunarungu.html
65 Walapun sekarang sudah zaman modern akan tetapi tidak sedikit orang yang menjadikan pribahasa ini sebagai penguat saat seseorang mulai lelah dan tidak yakin dengan mimpinya.
2. Keputusan yang Kuat Keputusan yang kuat adalah keputusan yang diambil seseorang harus kuat, tidak ada keraguan dalam kondisi apapun dan menghadapi apapun, baik yang datang dari dalam diri atau dari luar diri. 1) Kesungghan Earine dalam Bermusik Hasil dari audisi, Rene menemukan beberapa pemain untuk melengkapi timnya. Salah satunya adalah Earine murid baru asal Jakarta, permainan Earine ketika audisi memukau Rene. Gadis belia umur 15 tahun ini sangat mencintai musik, bagi Earine musik adalah segalanya. Akan tetapi ayah Earine Jasuke Higoshi tidak mendukung Earine dalam bermusik, karena baginya akademis adalah segalanya dan dengan Earine ikut marching banditu akan sia-sia karena menurut orang yang mempunyai keturunan Jepang ini memiliki pemikiran marching band tidak akan membuat Earine kaya.
66 Table 4.3 Visual Gambar 1
Dialog/Suara
Rene: Ini Penting Pak Buat Tim Kami, Tolong Izinkan Earin.
Gambar 2
Jasuke Higosi: Kamu Tidak Penting Untuk Saya, Berarti Kamu Tidak Penting Juga Buat Earin.
Jasuke Higosi: Silahkan Anda Keluar.
Gambar 4
Rene: Saya sadar bahwa saya sangat beruntung sekali, mempunyai ayah yang mengijinkan saya menjadi diri saya sendiri.
Type Of Shot
Medium Shot, meperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominant dalam frame
Medium Shot: pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari pinggang keatas)
Suara marchingbell Extreme close Up. Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolaholah mata penonton mewakili mata katak
67 a. Makna Denotasi Rene mencoba berbicara dengan Jasuke Higosi (ayah Earine) agar Earine dapat diijinkan bermain Marching Band. Akan tetapi Jasuke Higosi tetap tidak mengijinkan Earine bermain Marching Band, karena baginya mengikuti Marching Band itu tidak penting. Di lain tempat Rene bertemu dengan ayah Earine di suatu ruangan, dan di tempat yang berbeda Earine sedang melakukan latihan marchingbell.
a. Makna Konotasi Scene sebelum ini adalah Scene Jasuke Higosi (ayah Earine) mendatangi tempat latihan dengan marah-marah dan menyuruh Earine pulang. Karena hal itu Rene sebagai pelatih mencoba untuk berbicara dengan ayah Earine, agar Earine diijinkan untuk bermain marching band. Medium Shot saat ayah Earine menoleh ke sebelah kiri dan menjulurkan tangannya keluar adalah bukti bahwa ayah Earine tidak peduli dengan apapun yang dikatakan
Rene
kepadanya.
Medium
shot
Rene
menatap
Jasuke
Higosi
mengisyaratkan bahwa Rene terus berusaha untuk meyakinkan Jasuke Higosi walaupun dia tidak mendengarkannya. Sedangkan Extreme Close Up Earine sedang melakukan latihan menunjukan kecintaan Earine terhadap marching band, walaupun Jasuke menentangnya. Earine adalah murid baru asal Jakarta yang berdarah Jepang. Mengikuti audisi marching band di tempat sekarang ia belajar, dan mengikuti jadwal latihan secara rutin tentu karena tekad dan alasan yang kuat. Keputusan kuat yang diambil Earine menunjukan tidak adanya keraguan di dalam kondisi apapun dan menghadapi
68 rintangan apapun, sekalipun ayahnya menentang keras dirinya untuk bermain marching band.
b. Makna Mitos Dalam mencapai sebuah kesuksesan tidak semudah membalikan telapak tangan. Yang artinya sesuatu yang memerlukan usaha untuk mencapai kesuksesan. Rintangan adalah salah satu yang harus kita hadapi untuk mencapai mimpi kita. Tidak ada jalan yang mulus menuju sebuah keberhasilan dan kebahagiaan. Seperti yang terdapat dalam pribahasa “Man Jadda Wajada” yang artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia. Keberhasilan akan menghampiri mereka yang sudah berusaha dan bekerja keras.
3. Bertanggung Jawab penuh Ketika kita mempunyai mimpi maka kita harus yakin, kerja keras dan berani untuk mewujudkan mimpi kita, kita harus bertanggung jawab atas mimpi dan masa depan kita.
1) Rene Mencari Pemain Setelah Rene ditanya oleh managernya tentang keyakinan dirinya untuk membawa timmarching band Bontang Pupuk Kaltim menjadi juara GPMB, Rene mengalami sebuah dilema akan sikap yang akan diambilnya untuk melatih anak-anak didiknya di Bontang. Karena tim marching band yang dilatihnya sekarang, masih kekurangan pemain karena ada yang keluar. Maka ia menemui anggota timnya untuk mengadakan audisi, mencari beberapa pemain untuk melengkapi timnya.
69 Table 4.4 Visual
Dialog/Suara
Type Of Shot
Gambar 1 -
Medium Shot, meperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominant dalam frame
Gambar 2 Suara terompet
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
a. Makna Denotasi Rene dan salah satu anggota timnya yang sedang memperhatikan salah satu peserta audisi di dalam sebuah ruangan. Audisi dilaksanakan di dalam ruangan penyimpanan alat-alat marching band, terlihat disana banyak alat-alat yang tersusun dengan rapih dan ada seseorang yang sedang berdiri memainkan terompet di depan mereka.
70 b. Makna Konotasi Table ini diawali dengan shot yang frame size secara medium shot. Melihatkan keseriusan Rene yang sedang melihat ke depan dengan tangan menopang dagu dan di sebelah Rene ada seorang laki-laki yang fokus melihat ke depan. Seseorang yang sedang bermain terompet ditampilkan secara long shot menunjukan bahwa di dalam ruangan itu ada dua orang yang sedang memperhatikan dia bermain. Makna konotasi dari tangan menopang dagu adalah sedang mempertimbangkan sesuatu. Mata yang melihat ke depan menunjukan sedang memperhatikan sesuatu, dan tangan yang terkepal dibawah dagu menandakan sedang berfikir. Mengadakan audisi adalah salah satu cara yang dilakukan seseorang untuk mencari pemain terbaik. Begitupun dengan Rene dan tim marching band nya, mereka mengadakan audisi untuk menemukan pemain yang dapat mengisi pormatur yang kosong yang di dalam timnya.
c. Makna Mitos Audisi adalah salah satu cara untuk menemukan talenta-talenta terbaik yang selama ini terpendam. Karena ketika kita tidak berusaha, maka kita tidak akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Di zaman modern ini sudah banyak sekali intansi-intansi yang mengadakan audisi untuk mencari talenta-talenta baru. Dan tidak sedikit orang-orang yang sudah berhasil dan sukses di bidangnya masing-masing karena awalnya mereka mengikuti audisi.
2) Tim Marching Band Mulai Berlatih Setelah Rene mencoba membujuk Tara untuk bergabung dengan timmarching band Bontang Pupuk kaltim, akhirnya Tara bersedia untuk
71 bergabung. Dan timmarching band Bontang Pupuk Kaltim mulai berlatih. Mereka berlatih tak kenal waktu, pagi, siang, sore, dan malam. Dalam sehari latihan mereka bisa menghabiskan waktu belasan jam. Table 4.5 Visual
Dialog/Suara
Type Of Shot
Gambar 1 Suara snare band dan symbal
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
Gambar 2
Suara bariton horn atau euphonium
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
Gambar 3
-
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
72 Gambar 4 Suara: marching band
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
a. Makna Denotasi Kelompok snare drum dan symbal sedang melakukan latihan di atas dermaga disebuah pantai di Bontang. Dan di pinggir pantai terdapat kelompok horlin sedang latihan dengan pemandangan sunset. Kemudian di tempat lain terdapat sekelompok yang memegang bendera sedang melakukan latihan juga. setelah mereka latihan pertim, mereka melanjutkan latihan mereka dengan latihan gabungan yang disaksikan oleh Rene dan beberapa anggota tim.
b. Makna Konotasi Frame size di dalam tabel ini semua menggunakan long shot. Gambar diambil dari jarak yang sangat jauh sehingga objek terlihat kecil dan latar belakang terlihat jelas. Memperlihatkan kesungguhan tim marching band Bontang Pupuk Kaltim dalam berlatih. Latihan adalah cara yang sering dilakukan setiap orang untuk mengasah kemampuan mereka. Namun setiap orang berbeda cara dan lama waktu yang mereka lakukan untuk latihan tersebut. Begitupun dengan marching band Bontang Pupuk Kaltim. Mereka memilih berlatih sepanjang hari dari pagi, siang, sore, sampai malam,
73 hal ini tampak pada gambar yang ada di tabel. Mereka berlatih ribuan jam untuk mengikuti kejuaran GPMB. Grand Prix Marching Band atau lebih dikenal dengan singkatan GPMB merupakan ajang kompetisi orkes/ marching band tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Yayasan GPMB di Indonesia. Seakan tidak kenal lelah, tim marching band Bontang Pupuk Kaltim untuk mencapai mimpi dan prestasi mereka.
c. Makna Mitos Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Yang artinya adalah bersakitsakit dahulu bersenang-senang kemudian. Sebuah keberhasilan dan kesuksesan tidak akan kita dapatkan begitu saja tanpa adanya usaha dan kerja keras yang kita lakukan. Karena sebuah mimpi dapat terwujud bukan karena keajaiban, melainkan karena keringat dan kerja keras. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam Alqur’an sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sampai ia merubah keadaan mereka sendiri.
4. Menentukan Tujuan Tulislah apa yang kita inginkan dan susun sesuai skala prioritas. Setelah itu, tentukan rentang waktu yang kita yakini dapat mewujudkan keinginan kita. Jangan lupa tuliskan bagaimana cara anda menggapai impian itu.
1) Jakartaaaa! Setelah mereka mengetahui penyebab menghilangnya Lahang, akhirnya Rene memutuskan untuk menjenguk ayah Lahang sekaligus memberitahu bahwasanya tim marching band Bontang Pupuk kaltim, besok akan berangkat ke Jakarta.
74 Awalnya Lahang memutuskan untuk tidak pergi ke Jakarta, akan tetapi sang ayah memintanya untuk pergi, dia tidak mau menjadi beban dalam hidup Lahang, sembari mengingatkan kembali tentang mimpi Lahang untuk melihat Monas sebagai bantu loncatan mimpi-mimpi berikutnya, yaitu melihat tugu-tugu diseluruh dunia. Anak-anak Bontang berteriak kencang dan panjang begitu mereka menjajakan tapak di Bandara Soekarno Hatta. “Jakartaaaaaaa!!” Dua bus besar menjemput mereka di pintu kedatangan.Terlihat antusias yang sangat tinggi, ketika mereka selesai menaikan barang-barang ke atas bus mereka langsung berangkat menuju tempat penginapan. Lahang, yang duduk di belakang, dia tampak sedang mencari-cari sesuatu, kemudian salah satu anggota tim yang bernama Rosmina mendekati lahang, dia memberitahu lahang, bahwasanya Monas masih jauh, dan dia berjanji akan memberitahu Lahang kalau sudah dekat. Table 4.6 Visual
Dialog/Suara
Gambar 1 -
Type Of Shot Mid Shoot: pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari pinggang keatas).
75 Gambar 2 One shot: Pengambilan gambar satu objek.
Gambar 3 Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada. Gambar 4 Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
a. Makna Denotasi Lahang yang menggunakan jaket berwarna biru, dan tas berwarna coklat, terlihat hendak bergegas pergi dan terlihat sang ayah mengikuti dirinya dari belakang, menggunakan baju berwarna coklat dan ikat kepala barwarna putih. Tidak lupa pula dia membawa foto Monas yang selama ini ingin sekali dia melihatnya secara langsung. Sesampainya di Jakarta Lahang berhasil mewujudkan mimpinya untuk melihat Monas secara langsung.
76 b. Makna Konotasi Monumen Nasional adalah salah satu mimpi besar Lahang. Hal ini tampak pada frame size yang menggunakan one shot pada gambar 2. Yaitu foto Monumen Nasional yang terlihat sudah lusuh. Hal ini menggambarkan bahwa Lahang sudah sejak lama bermimpi untuk melihat Monas secara langsung. Lahang sudah menentukan tujuannya untuk melihat Monas secara langsung agar dia bisa melihat tugu-tugu yang ada di Dunia. Oleh sebab itu Lahang selalu membawa foto Monas itu kemanapun dia pergi. Untuk meyakinkan dirinya bahwa suatu saat dia pasti bisa melihatnya.
c. Makna Mitos Menentukan tujuan adalah salah satu cara kita untuk mewujudkan mimpi. Dengan menulis apa yang kita inginkan dan disusun sesuai skala prioritas. Setelah itu tentukan rentan waktu yang kita yakini untuk mewujudkan keinginan kita. Dan tidak lupa pula untuk menulis bagaimana cara kita mencapai impian itu. Sesuai dengan yang Lahang lakukan selama ini terhadap mimpinya.
5. Dukungan dari Dalam Dukungan dari dalam akan membantu kita fokus kepada kemampuan kita dan membantu memperbaiki segala sesuatu yang ingin kita perbaiki dalam diri kita. Berhenti berpikir negatif tentang kemampuan dan diri kita.
77 1) 12 Menit Untuk Selamanya. Rene dan Lahang langsung bergegas masuk kedalam untuk ketemu tim yang lainnya, mereka bergumpul membuat satu lingkaran sebelum bertanding. Table 4.7 Visual
Dialog/Suara
Type Of Shot
Gambar 1 Rene: Siapaun kita, dan dimanapun kita sebelumnya, di sinilah kita sekarang. Di tempat yang sama. Dengan impian yang sama. Ribuan jam kita perjuangkan, demi dua belas menit ini. Demi orang-orang yang sekarang duduk di sebelah kita. Tataplah mereka. Dan, katakana kepada mereka, bahwa mereka bisa bergantung padamu. Sadarilah bahwa perjuanganmu tak akan berhasil tanpa kehadiran mereka. Berterimakasihlah, karena dengan hadirnya mereka, impianmu bisa terwujud. Dengan hadirnya mereka, dengan hadirnya kita semua di sini, kita sudah menang.
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
78 Gambar 2 Rene: Rayakan dua belas menit terbaik dalam hidup kalian, karena dua belas menit ini milik kalian milik kita semua di sini.
Mid Shoot:pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari pinggang keatas).
Gambar 3
-
Mid Shoot:pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari pinggang keatas).
Gambar 4
Suara marching band
Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.
Gambar 5
-
Mid Shoot:pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari pinggang keatas).
a. Makna Denotasi Rene, anggota tim, dan tim marching band Bontang Pupuk Kaltim, mereka berkumpul membuat satu lingkaran besar, mereka saling berangkulan satu sama lain.
79 Rene terus memotifasi tim marching band agar dapat merayakan dua belas menit terbaik dalam hidup kalian, milik kita semua yang ada di sini. Ealine memimpin anggota tim marching band Bontang Pupuk Kaltim, untuk berjalan menuju ke dalam Istora Senayan. dan akhirnya mereka menjadi juara GPMB.
b. Makna Konotasi Scene sebelum ini adalah scene Lahang mendapatkan kabar bahwa sang ayah telah meninggal dunia. Hal itu sempat membuatnya menyerah untuk tidak mengikuti lomba ini. Akan tetapi Rene berhasil membujuk Lahang dengan mengingatkan tujuan mereka datang ke Jakarta. Akhirnya Lahang tetap melanjutkan mengikuti ajang kompetisi ini. Kuncinya adalah saling memotivasi dan saling menguatkan satu sama lain. Tidak hanya memikirkan diri sendiri akan tetapi harus memikirkan anggota tim yang lain. Frame size diawali dengan long shot. Gambar diambil dari jarak yang jauh sehingga objek terlihat lebih kecil, dan latang belakang begitu jelas. Tim marching band BontangPupuk Kaltim mereka membuat sebuah lingkaran besar dan saling berangkulan satu sama lain. Makna konotasi dari membuat sebuah lingkaran adalah mereka merupakan satu kesatuan. Tangan yang saling berangkulan mengartikan sebuah kekuatan. Dengan membuat sebuah lingkaran dan saling berangkulan mengartikan penyatuan sebuah kekuatan, dari semua usaha dan kerja keras yang dilakukan selama ini, ini adalah saat penentuannya.
80 c. Makna Mitos Membuat lingkaran dengan tangan berangkulan adalah salah satu tradisi yang dilakukan sebelum pertandingan. Membuat sebuah lingkaran biasanya dilakukan para atlit dan pelatih sebelum mereka bertanding. Hal ini dilakukan dengan cara membuat sebuah lingkaran dan saling berangkulan. Untuk pelatih biasanya untuk member motivasi atau strategi dalam bermain. Sedangkan untuk pemain hal ini untuk menjaga kekompakan satu sama lain.
B. Pendapat Penulis Skenario Makna yang terdapat dalam film ini adalah makna mimpi, bahwasanya siapapun dapat bermimpi.Seperti hal nya mimpi-mimpi yang ada di film 12 menit ini. Menurut Oka: “Semua sineas akan bilang bahwa dalam filmnya, semua adegan adalah penting. Karena semua adegan itu menggambarkan upaya meraih sesuatu. Nggak ada adegan yang lebih nggak penting daripada yang lain2” Mimpi yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan timmarching band Bontang Pupuk Kaltim menjadi juara GPMB adalah karena sejak kecil Rene selalu tertarik pada drum. Tara Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah kehilangan 80% pendengarannya adalah karena dia yakin dia bisa, dan tidak ada yang mustahil di dunia ini selama kita mau berusaha. Kemudian yang mendasari Earine sehingga ia sangat mencintai music karena dia sekolah di sekolah musik. Mimpi Lahang, dia ingin sekali melihat Monas karena Lahang menjadikan Monas sebagai batu loncatan bagi mimpinya untuk melihat tugu-tugu yang ada di dunia ini.
2
Wawancara pribadi dengan Oka Aurora. Jakarta 8 September 2014.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah mendeskripsikan dan menganalisis hasil temuan data yang telah ditemukan pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan. 1. Makana Denotasi Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran potret tentang perjuangan sekelompok tim marching band yang ada di pelosok Negeri, yang mempunyai mimpi yang sangat besar, untuk menjadi juara
GPMB, yaitu
perhelatan akbar untuk unit-unit marching band se-Indonesia. 2. Makna Konotasi Makna konotasi dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh kelompok marching band Bontang Pupuk Kaltim, untuk mencapai mimpi mereka masing-masing. Mimpi dari seorang pelatih yang bernama Rene: membawa group marching band menjadi juara GPMB.Mimpi seorang gadis remaja berusia 15 tahun, yang ingin selalu bermain musik. Dengan tekad yang kuat gadis belia ini terus mewujudkan mimpinya mesti tidak direstui oleh sang ayah.Bermimpi untuk melihat tugu monas secara langsung, dan menjadikan tugu monas sebagai batu loncatan bagi mimpi besarnya untuk mengunjungi berbagai tugu di Dunia. Marching Band Pupuk Kaltim yang bermimpi untuk menjadi juara GPMB. 3. Mitos Film ini menegaskan mitos bahwa untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan butuh pengorbanan dan kerja keras. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Seperti yang terdapat di sebuah pribahasa arab: Man jadda Wajada “barang siapa yang bersungguh-sungguh maka sampailah ia” 81
82 B. Saran Terkait dengan penelitian ini ada beberapa saran yang penulis dapat sampaikan. 1. Saat menonton sebuah film, kita harus cermat dalam memaknai setiap pesan yang disampaikan. Kita jangan sampai menjadi penonton pasif, yang hanya menikmati sebuah film tapi kita tidak dapat menilai dan mengambil pelajaran yang disampaikan disetiap film. 2. Bagi penulis, film ini sangat layak untuk ditonton. Karena film ini film pertama di Indonesia yang berkisah tentang perjuangan sebuah marching band menuju acara GPMB. Dan film ini juga terdapat beberapa unsur, diantaranya unsur hiburan, edukasi, dan juga informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Morisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005. Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar. Jakarta: BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usman Ismail, 2000. Lexy J. Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda, 2002. Antonius, Birowo, Metode Penelitian zkomunikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004. Yasraf, Amir, Piliang, Hipersemiotika, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003) . Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010). Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Suatu Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006). Andry Masri, Strategi visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010). Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010) cet.1. Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6. Tommy Cristomy, Semiotik Budaya, (Depok: Universitas Indonesia, 2004), cet. 1. Ferdinan de Saussure dikutip oleh Yasraf Amir Piliang dalam buku Hiper Semiotik Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, (Yogyakarta: Jalasutra,2003)h. 256. Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). Denesi, Semiotik Media, h.28. Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006).
Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010). Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006). Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 128. Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta, Homerian Pustaka, 2009).
Seiichi Konishi & Kaiji Nakamura, penemuan film, (Jakarta, Elex Media Koputindi, 2002), cet-1. Ibid, h.7 Sumber Lain: Artikel, diakses Rabu, 3 September 2014 pukul 01.02 WIB dari http://jlhengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html. Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 07.50 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews. Artikel, diakses Senin, 19 Juni 2014 pukul 01.30 WIB dari Mukjizatislam.blogspot.com Artikel, diakses Jumat, 2 Mei 2014 pukul 17.52 WIB dari kbbi.web.id/semiotika Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 08.12 WIB dari http://montase.blogspot.com/2010/05/sekilas-sejarah-film-indonesia.html Artikel, diakses Senin, 24 Juni 2014 pukul 01.53 WIB dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/hanny-r.-saputra.html Artikel, diakses Senin, 20 Juni 2014 pukul 16.05 WIB dari Titi Rajo Bintang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas_files Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.27 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Didi_Petet Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.30 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Niniek_L._Karim Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.43 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Verdi_Solaiman
Artikel, diakses Selasa, 2 September 2014 pukul 19.10 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Grand_Prix_Marching_Band Artikel, diakses Rabu, 3 September 2014 pukul 01.02 WIB dari http://jlhengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html http://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film
KEMBNTERIAN AGAMA UNIVBRSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Jl. lr. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 Indonesia
Telepon/Fax : (021 ) 7 432728 / 74703580 Ernail : dakrrah(0ltlk.rrrnjakana.ac.id
Website: rvww.fdkuiniakarta.ac. id
: tJn.0l/F'5/PP.00 .9lqfllnU4 : I ( satlr)bundel Hal : Bimbingan Sliripsi Nomor
.lakarta.
?-l-April l0 1 4
Y
Lanrp
Kepada Yth.
Dr. Arm:uvati Arbi, M.Si. Dosen Fakultas ilrnu Dakrvah dan Ilmu K-onrrurikasi LllN Sy'ari f Hida,vatullah Jakarta
A s,su I u
ntu' ttlaikt
m lltr. II'b.
ini karni sarnpaikau ourtiine dan naskah proposal skripsi 1'ang diajukau olclr rnahasiswa Fakultas llmu Dakrvah dan llnru Konrunikasi [JIN Syarif llidayatullah.lal<arta l3ersama
sebagai berikut, Nanra
Zalrrotunnisa
Nornor Pokok
I I 1005 l00rJ
.l u
rusan/Kousentrasi
Sernester
-t'elp.
.ludul Skripsi
Karni nttlhort
l.:16
Komunikasi dan Penviaran lslarn VIII(Delaparr) 0896046i8328 Analisis Scnriotik Ivlakna Ivlirnpi dalanr Ijilnr l2 lv,lcnir
kesecliaantr,va untr-tk nrcrn["rirnbing mahasiswa tcrscbut .lalan.r
pcnvLlsunilu dan peny,'elesaian skripsirtva sclanra 6 (cnarn) Lrulan dari tnnggal
0l Olitober'2014. [)uniikiln, ll
tr;.:
tr I tr
nt t t' rt
I
u
atas i
;re
rltertiarr dau l
ku ttt l,tr'r. l'l' lt.
arr. l)ckirn-
l.crrtbusarrr
:
l.
I)ckan 2. Kctua.lunrsuu Kornunikasi clan
I)en,r--
iaran I slanr ( Kl'} I )
terinrl
ka-silr.
0l April s.rl.
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax : (021) 7432728 I 74703580
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 Indonesia
Nomor Lampiran Hal
t
Jn. 0 I /F5/P ?
Website: rm.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : dakrvah@ldk uiniakarta.ac.id
.00.s n2Lt4l/zo t,a
.lakarJa,
)
Aprrl2t)la
lzin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth.
di
Tempat ,4ss al
e
mu' ul u i kum Wr. Wb.
Dekan F'akultas Dakwah clan llmu Komunikasi UIN Syarif HidayatLrllah Jakarta menerangkan bahwa: Namii
Nomor Pokok Ternpat/Tanggal Lahir Senrester J irrusanJKonsentrasi Alamat Telp.
Zahrotunnisa 1 1 10051000146 Jakarta. 02 Agustus 1991 VIII (Delapan) Komutikasi dan Pcnviaran Islam 089604638:i28
adalah benar rnaltasisu,a Fakultas Dakr,vah dan Ilmu Komunikasi tJlN Syarif Hiday.'atullah Jakarta yang akan rnelaksanakan penelitiar/mencari data dalarn rangka penulisan skripsi bcriudul Anulisis Semiotik h{impi dularu f'ilrn l2lv{enit.
Sehubungan dengan
itu, dimohon kiranya
Bapak/Ibu/Sdr.
dapat
menerima,/mengizinkan mahasisrva kami tersebut dalarn pelaksanaan kegiatan dimaksud. Dernikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terirna kasih. W
cr s
s
al amu' alai kuru l|tr. W b.
I)ekan-
ubhan, MA 'I'embusan
l.
2.
110 19e303 :
Wakil Dekan Bidang Akademik Ketua Jurusan/Prodi. Kon:unikasi dan Penyiaran Islam
(Cover Film 12 Menit Untuk Selamanya)
(Cover Novel 12 Menit)
Pertanyaan What 1. Apa tujuan dibuatnya film serta novel 12 menit untuk selamanya? 2. Hal apa yang mendasari dibuatnya film ini? 3. Apa manfaat yang akan diperoleh penonton apabila meonton film ini? 4. Apa kendala yang dialami selama pembuatan film? Scene mana yang paling sulit dan yang paling mudah? 5. Apa pesan yang ingin disampaikan kepada penonton? 6. Apakah film ini dapat memotivasi tim marching band yang lain? 7. Apakah film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bontang? 8. Apa yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan tim marching band Bontang Pupuk Kaltimmenjadi juara GPMB? 9. Apa yang mendasari Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah kehilangan 80% pendengarannya? 10. Apa yang mendasari Earine sehingga ia sangat mencintai music? 11. Menurut anda,seberapa besar keberhasilan pemain dalam memvisualkan bahasa verbal sehingga mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam film ini? 12. Apakah ada unsur mimpi/cita-cita dalam film ini? Tolong sebutkan. Scene mana yang memperlihatkan tentang mimpi? 13. Berapa persen presentasi antara fakta dan fiktif yang terdapatdalam film ini? 14. Scene mana yang menurut anda paling penting dalam film ini? 15. Jika film ini dirangkum dalam satu scene,maka scene mana yang akan anda ambil? When 1. Kapan film ini mulai diproduksi, berapa lama proses produksinya?
Who 1. Siapa pembuat skenario film ini? 2. Siapa penulis novel 12 menit?
3. Siapa Sutradara film ini? 4. Siapa target penonton film ini? 5. Siapa tokoh utama dalam film ini, dan mengapa menjadi tokoh utama? Where 1. Dimana saja lokasi film ini dibuat? 2. Lokasi mana yang paling utama dalam pembuatan film ini?, mengapa dipilih lokasi di tempat tersebut? 3. Dimana saja film ini diputar? Why 1. Kenapa Lahang ingin sekali melihat Monas? 2. Kenapa film ini harus diproduksi? 3. Kenapa film inii harus ditonton? 4. Kenapa film ini harus mengangkat kisah marching band Bontang, Kaltim?
How 1. Bagaimana Lahang dapat mengatasi dilema ketika ia dihadapi pada 2 pilihan, untuk terus memburu mimpinya atau merawat sang ayah? 2. Bagaimana cara Tara tetap bertahan di marching band ketika ia kehilangan 80% pendengarannya sedangkan marching band memerlukan pendengaran yang baik? 3. Bagaimana Eline dapat tetap bertahan ketika ia tidak mendapatkan izin dari ayahnya untuk mengikuti marching band? 4. Bagaimana cara Rene memimpin 120 anak dari kota kecil untuk memenangan kompetisi tingkat nasional? Apa yang membuatnya tetap bertahan memimpin grup marching band ini?
Hasil Wawancara Via Email What 1. Apa tujuan dibuatnya film serta novel 12 menit untuk selamanya? Oka: untuk mengangkat kehidupan Marching Band. 2. Hal apa yang mendasari dibuatnya film ini? Oka: ketertarikan pada nilai-nilai yang dimiliki sebuah kelompok Marching Band. 3. Apa manfaat yang akan diperoleh penonton apabila meonton film ini? Oka: Penonton dapat termotivasi oleh film ini, tidak mudah pantang menyerah 4. Apa kendala yang dialami selama pembuatan film? Scene mana yang paling sulit dan yang paling mudah? Oka: Semua adegan memiliki kesulitan masing-masing. Adegan di dalam rumah pun bisa sulit ketika tingkat aktingnya harus tinggi. Adegan paling sulit salah satunya adalah adegan Tara, Rene, dan Opa di sungai. Pertama, karena sungai itu berbuaya. Kedua, karena tim Art Production harus membangun jembatan khusus untuk keperluan itu. Tapi, bukan berarti adegan di rumah tidak bisa sulit. Salah satu adegan rumah yang cukup sulit adalah di kamar Elaine, saat Elaine bersedih karena dilarang ke Jakarta. Sutradara harus berkali-kali mengambil adegan Elaine meneteskan sebutir air mata. 5. Apa pesan yang ingin disampaikan kepada penonton? Oka: bahwa siapa pun bisa bermimpi. 6. Apakah film ini dapat memotivasi tim marching band yang lain? Oka: silakan cek TL @12menithemovie. Kamu bisa melihat tanggapan para penonton (yang rata-rata adalah anak-anak Marching Band). 7. Apakah film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bontang? Oka: Kalau nanyanya ke saya, ya saya pasti akan jawab “Iya”. Tapi, menurut kamu sebagai pembaca/penonton, gimana?
Ini pertanyaan
yang harus dinilai oleh
pembaca/penonton. Apakah memang lokalitas Bontang terasa sekali, ataukah Bontang hanya terasa sebagai tempelan? Karena kalau Bontang hanya terasa sebagai tempelan, berarti sebagai penulis/sineas saya telah gagal. 8. Apa yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan tim marching band Bontang Pupuk Kaltimmenjadi juara GPMB?
Oka: Karena sejak kecil Rene selalu tertarik pada drum. 9. Apa yang mendasari Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah kehilangan 80% pendengarannya? Oka: Karena dia yakin dia bisa, dan tidak ada yang mustahil di dunia ini selama kita mau berusaha. 10. Apa yang mendasari Earine sehingga ia sangat mencintai music? Oka: karena dia sekolah di sekolah musik. 11. Menurut anda,seberapa besar keberhasilan pemain dalam memvisualkan bahasa verbal sehingga mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam film ini? Oka: menurut kamu, aktingnya cukup meyakinkan nggak? Kamu kan sudah baca novelnya. Setelah melihat filmnya, apakah sesuai dengan yang kamu baca? Apakah akting Tara, Elaine, Lahang, dan Rene bisa dipercaya? Sekali lagi, kalau nanyanya ke saya sebagai sineas, saya pasti akan jawab “Iya”. 12. Apakah ada unsur mimpi/cita-cita dalam film ini? Tolong sebutkan. Scene mana yang memperlihatkan tentang mimpi? Oka: semua adegan memperlihatkan tentang upaya meraih mimpi. Nggak bisa dilihat per adegan. Semua kejadian adalah proses menuju ke satu tempat. 13. Berapa persen presentasi antara fakta dan fiktif yang terdapatdalam film ini? Oka: 50%. 14. Scene mana yang menurut anda paling penting dalam film ini? Oka: Semua sineas akan bilang bahwa dalam filmnya, semua adegan adalah penting. Karena semua adegan itu menggambarkan upaya meraih sesuatu. Nggak ada adegan yang lebih nggak penting daripada yang lain. 15. Jika film ini dirangkum dalam satu scene,maka scene mana yang akan anda ambil? Oka: adegan terakhir, saat mereka tampil di Istora. Karena itulah esensi semua perjuangan mereka. When 1. Kapan film ini mulai diproduksi, berapa lama proses produksinya? Oka: Awal 2013. Lama produksi 1 tahun.
Who 1. Siapa pembuat skenario film ini? Oka: saya sendiri. 2. Siapa penulis novel 12 menit? Oka: saya juga. 3. Siapa Sutradara film ini? Oka: Mas Hanny R Saputra 4. Siapa target penonton film ini? Oka: Seluruh anak-anak Indonesia yang mempunyai mimpi. 5. Siapa tokoh utama dalam film ini, dan mengapa menjadi tokoh utama? Oka: Rene harus jadi tokoh utama, karena pelatih adalah yang mewakili ruh pemimpin. Where 1. Dimana saja lokasi film ini dibuat? Oka: Di Bontang dan Jakarta. 2. Lokasi mana yang paling utama dalam pembuatan film ini?, mengapa dipilih lokasi di tempat tersebut? Oka: Bontang. Karena tim marching band berasal dari Bontang. 3. Dimana saja film ini diputar? Oka: Silakan cek TL @12menithemovie Why 1. Kenapa Lahang ingin sekali melihat Monas? Oka: Karena Lahang menjadikan Monas sebagai batu loncatan bagi mimpinya untuk melihat tugu-tugu yang ada di dunia ini. 2. Kenapa film ini harus diproduksi? Oka: Karena film ini patut untuk di jadikan tontotan dan tuntunan. 3. Kenapa film inii harus ditonton? Oka: Karena Film ini menceritakan tentang bagaimana seseorang meraih mimpi. 4. Kenapa film ini harus mengangkat kisah marching band Bontang, Kaltim?
Oka: Karena MBBPKT adalah Marching Band dengan prestasi terbaik di Indonesia. Kamu bisa cek wikipedia untuk melihat daftar prestasi mereka.
How 1. Bagaimana Lahang dapat mengatasi dilema ketika ia dihadapi pada 2 pilihan, untuk terus memburu mimpinya atau merawat sang ayah? Oka: sang ayah yang memberikan motivasi kepada Lahang untuk terus mengejar mimpinya. 2. Bagaimana cara Tara tetap bertahan di marching band ketika ia kehilangan 80% pendengarannya sedangkan marching band memerlukan pendengaran yang baik? Oka: terus latihan, dan latihan. 3. Bagaimana Eline dapat tetap bertahan ketika ia tidak mendapatkan izin dari ayahnya untuk mengikuti marching band? Oka: ia terus meyakinkan sang ayah dengan dibantu oleh ibunya. 4. Bagaimana cara Rene memimpin 120 anak dari kota kecil untuk memenangan kompetisi tingkat nasional? Apa yang membuatnya tetap bertahan memimpin grup marching band ini? Oka: kerja keras, dan disiplin. Latihan terus menerus tak kenal lelah. Karena dia tak akan menyerak sebelum mimpinya terwujud untuk menjadikan group ini menjadi juara GPMB.