ANALISIS KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KECAMATAN BATUI KABUPATEN BANGGAI AMIR BUHANG Dosen Universitas Tompotika Luwuk Banggai ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pada keluarga (rumah tanggah) baik secara simultan maupun secara parsial. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batui. Metode panarikan sampel dilakukan melalui Purposive Random Sampling, Random Sederhana dan Alokasi Proporsional terhadap 94 responden yang mewakili 4 (empat) desa di kecamatan Batui. Desain penelitian yang digunakan adalah non experiment dengan alat analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pendapatan, pendidikan, dan beban tanggungan mempunyai pengaruh nyata terhadap pola konsumsi, dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya. Dan secara parsial ditemukan bahwa variabel pendapatan yang paling dominan pengaruhnya terhadap proporsi konsumsi non makanan pada rumah tangga keluarga di kecamatan Batui. Selain itu secara umum apabila dilihat dari proporsi konsumsi menunjukkan bahwa rumah tangga keluarga dikecamatan Batui masih memprioritaskan kebutuhan pengeluaran untuk makanan dibandingkan kebutuhan non makanan.
Kata Kunci: Pola Konsumsi, Rumah Tangga dan Kebutuhan Non Makanan PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan yang mendasar dalam struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2004). Pembangunan ekonomi tersebut mencakup berbagai aspek-aspek pembentuk seperti ekonomi, sosial, politik dan lainnya dimana aspek-aspek tersebut saling bersinergi untuk mencapai keberhasilan pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu, diperlukan peran serta baik dari masyarakat maupun pemerintah dalam mencapai tujuan tersebut Menurut teori pembangunan yang dikemukakan oleh Romer, pembangunan negara tidak hanya membutuhkan investasi atau modal fisik saja namun perlu adanya technologycal progress agar masalah ketimpangan pendapatan, kemiskinan dan pengangguran dapat terselesaikan. Sejatinya tujuan pembangunan suatu negara adalah JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh rakyat (Todaro, 2004). Proses pembangunan ekonomi diukur melalui tingkat pertumbuhan gross national income yang diyakini akan membawa trickle down effect, sehingga tingkat perumbuhan ekonomi merupakan unsur yang paling diutamakan sedangkan masalah-masalah lain seperti; kemiskinan, diskriminasi, pengangguran, dan ketimpangan distribusi pendapatan seringkali dinomorduakan (Tambunan, 2001). Sebagaimana tujuan dari pembangunan nasional, pembangunan daerah juga bertujuan mensejahterakan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu (Tarigan, 2005) Dalam pembangunan daerah diperlukan pembangunan ekonomi yang berimbang antara sektor riil dan sektor 43
ISSN: 1907-0292 moneter, kondisi ini akan mendukung perekonomian yang stabil, mantap dan dinamis yang diperlukan dalam penentuan kebijakan pembangunan ekonomi pada setiap sector. Sebagai salah satu tolok ukur yang menjadi dasar penentuan kebijakan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banggai. Meningkatnya peranan sektor pertanian secara tidak langsung berdampak terhadap perubahan peranan sektor-sektor lainnya. Prospek perekonomian Kabupaten Banggai pada masa mendatang menunjukan semakin membaik seiring dengan peningkatan investasi baik oleh Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penamanan Modal Dalam Nageri (PMDN) dengan menggali berbagai potensi sumber daya alam yang ada. Berbagai kondisi yang ada seperti eksplorasi tambang minyak dan gas bumi yang secara langsung nantinya memberikan nilai tambah terhadap perekonomian daerah, demikian pula sektor-sektor lainnya seperti perkebunan, perikanan, kehutanan, perdagangan dan lainnya Dalam analisis ekonomi makro, konsumsi rumah tangga sering mendapat perhatian khusus. Menjadi perhatian yang lebih mendalam karena beberapa alasan. Pertama, konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan yang paling besar kepada pendapatan nasional. Di banyak negara, pengeluaran konsumsi meliputi 60 – 70 persen dari pendapatan nasional. Berarti pembelanjaan ini adalah lebih penting dari gabungan ketiga pembelajaan yang lain, yaitu investasi perusahaan, pembelajaan pemerintah dan eksport bersih. Kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Sementara itu dalam jangka panjang, pola konsumsi dan tabungan masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2004). Keluarga menurut UU No 52 Tahun 2009, adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri atau suami isteri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemungkinan dalam suatu rumahtangga terdapat satu atau beberapa keluarga.
44
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga… Salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan keluarga adalah melalui struktur pengeluaran. Rumah tangga dengan pangsa pengeluaran pangan yang lebih tinggi tergolong rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan relaitf rendah dibandingkan dengan rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan yang rendah (Nopirin, 1997) Secara umum kebutuhan konsumsi/pengeluaran rumah tangga berupa kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangan, di mana kebutuhan keduanya berbeda. Pada kondisi pendapatan yang terbatas, lebih dahulu mementingkan kebutuhan konsumsi pangan. Hal ini sesuai dengan hukum Engel yang mengemukakan bahwa kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan terlebih dahulu (Nicholson, 1995). Seiring dengan pergeseran dan peningkatan pendapatan, proporsi pola pengeluaran untuk makan akan menurun dan pengeluaran untuk kebutuhan non pangan akan meningkat., dengan kondisi tersebut akan terukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan atau keduanya (Suparmoko, 2001). Kesejahteraan merupakan tujuan akhir dari proses pembangunan suatu daerah. Pola konsumsi dan besarnya konsumsi rumah tangga menjadi proksi tercapainya kesejahteraan di suatu rumah tangga. Dengan menggunakan asumsi bahwa konsumen bersikap rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperoleh selama hayatnya diantara kurun-kurun waktu tertentu yang dihadapinya serta menghendaki pola konsumsi yang kurang lebih merata dari waktu ke waktu. Tingkat pendidikan formal/non formal dapat merubah sikap dan perilaku seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi dan inovasi baru yang dapat merubah pola konsumsinya. Disamping itu makin tinggi tingkat pendidikan formal, maka kemungkinannya akan mempunyai tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi. (Sumarwan, 1993). Menurut Agustian (2004), pola konsumsi dan besar konsumsi suatu rumah JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga… tangga dapat disebabkan oleh pendidikan yang dimiliki seseorang. Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masa depan keluarga akan mengakibatkan konsumsi non makanan semakin meningkat. Ia menambahkan bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan akan membuat rumah tangga tersebut mengalokasikan pendapatannya untuk pendidikan dan menghemat pos pengeluaran lain. Selain faktor pendapatan dan pendidikan, jumlah tanggungan dalam suatu rumah tangga juga akan mempengaruhi besarnya pengeluaran untuk konsumsi baik makanan maupun non makanan. Hal ini dikarenakan kebutuhan manusia yang tidak ada batasnya harus dibatasi dengan pendapatan sebagai kendala yang akhirnya membentuk pola konsumsi yang berbeda Tingginya jumlah tanggungan dalam suatu rumah tangga diduga akan mempengaruhi besar konsumsi rumah tangga dan pola konsumsi di rumah tangga tersebut. Jumlah tanggungan dalam suatu rumah tangga akan mempengaruhi besar konsumsi yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga tersebut karena terkait dengan kebutuhannya yang semakin banyak atau kurang (Mapandin 2005). Kecamatan Batui merupakan salah satu wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Banggai. Perkembangan ekonomi sangat cepat karena ditopang oleh keberadaan industri minyak dan gas. Namun demikian, karakteristik penduduknya banyak bekerja disektor informal seperti petani dan nelayan. Hal tersebut merupakan salah satu pertimbangan mengambil objek penelitian diwilayah ini. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola konsumsi rumah tangga di Kecamatan Batui. LANDASAN TEORI Teori Konsumsi Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu berhubungan dengan konsumsi, apakah itu untuk memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, hiburan, atau kebutuhankebutuhan lainnya. Pengeluaran konsumsi melekat pada setiap orang mulai dari lahir sampai dengan akhir hidupnya, artinya JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
ISSN: 1907-0292 setiap orang sepanjang hidupnya melakukan pengelauaran untuk konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Berbagai jenis barang dan jasa diproduksi dan ditawarkan kepada masyarakat untuk digunakan oleh setiap orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Munculnya kegiatan produksi disebabkan karena adanya kegiatan konsumsi, sebaliknya kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi. Karena itu keputusan rumah tangga dalam berkonsumsi sangat mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Konsumsi dalam artian sehari-hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman. Padahal dalam konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi yang sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali (Nopirin, 1997). Konsep konsumsi merupakan sebuah konsep yang diambil bahasa inggris “consumption” yang berarti belanja yang dilakukan oleh rumah tangga dan pemerintah kepada barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelajaan tersebut (Sadono Sukirno, 2005 : 337) Konsumsi menurut Mankiw (2000) adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga yang terdiri dari barang tahan lama (durable goods) dan barang tidak tahan lama (non durable goods). Barang tahan lama adalah barang yang memiliki usia panjang seperti mobil, televisi, dan alat-alat elektronik, sedangkan barang tidak tahan lama adalah barang yang habis di pakai dalam waktu pendek seperti makanan dan pakaian, sedangkan barang. Selain hal tersebut, ada jenis barang lain yang di konsumsi yaitu jasa (service). Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), Konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya. Nicholson (1995), menjelaskan mengenai perilaku konsumen : 45
ISSN: 1907-0292 proporsi pengeluaran total yang ditujukan untuk makanan menurun sementara pendapatan meningkat. Dalam berbagai literatur yang ada, beberapa teori konsumsi yang menjelaskan determinasi dari pengeluaran konsumsi yang disertai dengan beberapa hipotesa. Beberapa teori konsumsi tersebut antara lain; Teori Konsumsi Keynes Teori konsumsi ini dikenal dengan absoulute income hipotesis, dimana Keynes menyatakan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) merupakan fungsi dari pendapatan disposible. Artinya tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walalupun tingkat pendapatan sama dengan nol (Sadono Sukirno, 2001). Dalam keadaan demikian, konsumsi tersebut dibiayai oleh tabungan masa lalu. Perbedaan tabungan dan kekayaan menyebabkan konsumsi otonomi ini berbeda antara seorang individu dan individu lainnya. Seorang yang kaya dan mempunyai tabungan yang banyak akan melakukan konsumsi otonomi yang tinggi, sebaliknya seorang yang miskin dan tabungannya terbatas akan mempunyai konsumsi otonomi yang terbatas juga. Teori Konsumsi Ando dan Modligiani Teori konsumsi ini adalah model siklus hidup (life cycle hypothesis). Model siklus hidup ini dikembangkan oleh Alberto Ando dan Franco Modigliani (Suparmoko, 2001). Menurut teori ini, faktor sosial ekonomi seseorang sangat berpengaruh pada konsumsi setiap orang. Seperti halnya dengan model Keynes, model siklus hidup ini mengakui bahwa faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap konsumsi adalah pendapatan disposible yang berkaitan erat dengan usia seseorang selama siklus hidupnya (Suparmoko, 2001). Teori ini membagi pola konsumsi menjadi 3 (tiga) periode berdasarkan umur seseorang;
a. Periode Belum Produktif Periode ini berlangsung dari sejak manusia lahir, bersekolah, hinggah pertamakali bekerja, biasanya berkisar antara usia nol hinggah dua puluh tahun. Pada periode ini umumnya manusia belum 46
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga… menghasilkan pendapatan untuk kebutuhan kosumsi, mereka harus dibantu anggota keluarga lain yang telah berpenghasilan. b. Periode Produktif Periode ini umumnya belangsung dari usia sekitar dua puluhan tahun hinggah usia enam puluh tahun. Pada periode ini, penghasilan meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya pada usia sekitar lima puluh tahun, dan setelah itu tingkat pendapatan disposible akan menurun sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi, c. Periode Tidak Produktif Periode ini berlangsung setelah usia manusia melebihi enampuluh tahun. Ketentuan yang datang tidak memungkinkan mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Pola konsumsi berkaitan dengan periode hidupnya, oleh karena itu manusia harus merencanakan alokasi pendapatannya. Ada saatnya mereka harus berhutang/mendapat tunjangan, ada saatnya mereka harus menabung sebanyakbanyaknya, dan akhirnya ada saatnya dia harus hidup dengan menggunakan uang tabungannya. Teori Konsumsi James Duesenberry Teorinya dikenal sebagai relatif income hypotesis yang menganalisa tentang perilaku rumah tangga dalam mengkonsumsi. Pada dasarnya perbedaan perilaku rumah tanggah dalam mengkonsumsi dapat dijelaskan dengan perbedaan dalam tingkat pendapatan relatif, yaitu pendapatan yang berkaitan dengan kebiasaan seseorang (Reksoprayitno, 2000) Pendapat Duensenberry pada dasarnya menekankan bahwa perbedaan perilaku rumah tanggah dalam mengkonsumsi dapat dijelaskan dengan perbedaan dalam tingkat pendapatan relatif, yaitu perbedaan yang berkaitan dengan kebiasaan seseorang (Nicholson, 1995) Pendapat ini di dasarkan pada pengamatan yang di lakukan terhadap keluarga negro dan keluarga kulit putih yang masing-masing mempunyai pendapatan yang sama yaitu sebesar U$ 15.000 Dolar. Dari pendapatan mereka tersebut, ternyata JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga… keluarga negro lebih banyak menabung dibandingkan dengan keluarga orang kulit putih. Hal ini didasarkan pada pengamatannya yang menemukan bahwa ternyata keluarga orang negro tinggal di daerah yang rendah sewanya dibandingkan dengan keluarga kulit putih (Nicholson, 1995). METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu dokumen data yang terdapat di Badan Pusat Statistik, atau Instansi terkait dan literatur serta data-data lain yang dapat menunjang terselesaikannya penelitian ini. Sedangkan data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara pada responden yang ada di Kecamatan Batui Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga sebagai variabel terikat (defendent variable), sedangkan variabel bebasnya (independent variable) adalah pendapatan, pendidikan, dan beban tanggungan
NO
ISSN: 1907-0292 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian menurut Arikunto (2005;108) adalah keseluruhan subjek penelitian, demikian pula halnya seperti yang disampaikan oleh Nazir (1998;325) yang menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas dan ciri-ciri yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Sugiono (2006;70) populasi adalah wilayah yang terdiri dari objek-objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Rumah Tangga yang ada di 4 (empat) desa/kelurahan yang terpilih yaitu Kelurahan Batui, Desa Bakung, Desa Kayoa, Desa Sisipan. Keempat Desa/Kelurahan tersebut mempunyai Rumah Tanggah sebanyak 1.530 Jiwa Pemilihan keempat desa/kelurahan tersebut berdasarkan pertimbangan karakteristik wilayah pegunungan dan wilayah pantai. Selain itu pertimbangan lain adalah letak dan jarak masing –masing desa/kelurahan terhadap ibukota kecamatan.
Tabel 1 Desa/Kelurahan yang menjadi Sampel dalam Penelitian ini Desa/Kelurahan Karakteristik Wilayah Jarak Ibukota
1
Kelurahan Batui
Pesisir Pantai
0
2
Desa Bakung
Pegunungan
6
3
Desa Kayoa
Pesisir Pantai
8
4
Desa Sisipan
PengunungAn
5
Sumber Data : Kecamatan Batui Dalam Angka,
Menurut Sugiono (2006;71), sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehinggah dapat diharapkan mewakili populasinya. Sedangkan Arikunto (2002;108) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini, penarikan sampel menggunakan rumus Slovin. JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
Jumlah populasi rumah tangga dalam penelitian ini adalah sebanyak 1.530 Jiwa. Berdasarkan rumus Slovin jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 94 Rumah Tangga. Oleh karena dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel proportional Random Sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel secara acak dengan jumlah yang proporsional untuk setiap sub populasi sesuai dengan ukuran populasinya. 47
ISSN: 1907-0292
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga…
Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan metode analisis deskriptif persentase. Analisis ini digunakan untuk menjelaskan pola konsumsi rumah tangga dan gambaran umum responden menggunakan tabulasi silang (cross tab). Analisis kuantitatif menggunakan analisis regresi berganda yang digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Analisis regresi berganda adalah analisis yang menjelaskan pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen), (Gujarati, 2010). Model yang digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi konsumsi berasal dari fungsi konsumsi yang dikemukakan oleh keynes yaitu sebagai berikut : C = f (y) Pada persamaan di atas, konsumsi (C) merupakan fungsi dari pendapatan (Y). Fungsi konsumsi di atas kemudian dijadikan dasar untuk mengestimasi model sebagai berikut: C
=
b0
+
b1Y
....................................................... ........................(1) C
= b0 + b1Y + b2P + b3T + e
.....................................................( 2) LnC = b0 + b1 LnY + b2 LnP + b3 LnT + e ..........................................(3) Keterangan: LnC = Y = diterima (rupiah)
48
Pola Konsumsi (ratio) Pendapatan yang
P T
= =
b0 E
= =
Pendidikan (tahun) Jumlah tanggungan
(jiwa) Konsumsi Otonom Error
Menurut Keynes, konsumsi rumah tangga akan dipengaruhi oleh pendapatan yang diterima. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan (1) yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pendapatan dengan jumlah konsumsi. Persamaan Keynes tersebut kemudian dikembangkan dengan menambah variabel pendidikan, dan jumlah tanggungan. Hubungan keempat variabel independen terhadap variabel dependen adalah positif. Hal ini ditunjukkan dalam persamaan (2). Sedangkan ersamaan (3) menunjukkan hal yang serupa dengan persamaan (2). Ketiga variabel tersebut yaitu variabel konsumsi, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Untuk menganalisi data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan, digunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda, sedangkan analisis kualitatif digunkan untuk menjelaskan pembuktian analisis kuantitatif. Pembuktian ini dimaksudkan untuk menguji variasi dari alat model regresi linear berganda yang digunakan dalam menerangkan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan menguji kemaknaan dari koefisien regresinya. Hasil perhitungan dengan menggunakan model regresi penuh (full model regression) diperoleh dengan nilai koefisien regresi faktor-faktor yang mempengaruhi proporsi konsumsi untuk kebutuhan bukan makanan keluarga.
JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga…
Variabel Konstanta Pendapatan (X1) Pendidikan (X2) Tanggungan (X3)
ISSN: 1907-0292
Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Beganda Coeffisien Sttd Error t-Statistik 0,573 0,027 5,730 1,186 0,001 7,153 -0,015 0,006 0,322 -0,093 0,007 3,527
R R Square F-Statistik F-Tabel (0,05 :5 : 92) N Df (94-3) t-Tabel (0,05 : 91) Signifikan Level
Prob 0,000 0,003 0,254 0,002
: 0,403 : 0,162 : 3,93 : 2,31 : 94 : 91 : 1,666 : 5%
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan data pada tabel tersebut diatas, maka ditemukan model dari perhitungan regresinya adalah sebagai berikut; LnY = 0,573 + 1,186LnX1 0,015LnX2 - 0,093LnX3 Nilai konstanta sebesar 0,573 berarti bahwa apabila tidak terdapat pengaruh dari variabel-variabel bebas (pendapatan, pendidikan, dan beban tanggungan) yang digunakan dalam penelitian ini, maka pola konsumsi non makanan adalah sebesar 0,573. Sedangkan berdasarkan probabilitas koefisien regresi terlihat signifikan, hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0,000 dimana nilainya dibawah dari batas toleransi 0,05. Berdasarkan hasil uji statistik terlihat bahwa variabel pendapatan berpengaruh positif terhadap pola konsumsi. Hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi pendapatan adalah sebesar 1,186. Ini berarti bahwa setiap penambahan pendapatan sebesar 1 (satu) persen dengan asumsi variabel lain tetap maka akan meningkatkan ratio konsumsi non makanan sebesar 1,186 persen. Selanjutnya variabel pendapatan signifikan dalam mempengaruhi perubahan pola konsumsi non makanan rumah tangga di Kecamatan Batui. Hal ini diketahui dengan melihat tingkat signifikansi yang mana dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
0.003. Nilai probabilitas tersebut berada dibawah batas toleransi yaitu 0,05. Dengan demikian dikatakan bahwa pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi bukan makanan pada rumah tanggah di Kecamatan Batui. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa nilai koefisien regresi pendidikan adalah sebesar -0.015. Hal ini berarti bahwa setiap tingkat pendidikan bertambah 1 (satu) tahun dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan mengurangi ratio konsumsi non makanan sebesar 0.015 persen Variabel pendidikan tidak signifikan dalam mempengaruhi perubahan pola konsumsi rumah tangga di Kecamatan Toili. Hal ini diketahui dengan melihat tingkat signifikansi yang mana dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,254. Nilai tersebut berada diatas batas toleransi yaitu 0,05. Dengan demikian dikatakan bahwa pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi bukan makanan pada rumah tanggah di Kecamatan Batui. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa nilai koefisien regresi jumlah tanggungan adalah sebesar -0.093. Hal ini berarti bahwa setiap ada penambahan jumlah tanggungan 1 (satu) orang dengan asumsi variabel lain tetap maka akan mengurangi ratio konsumsi non makanan sebesar 0.093 persen 49
ISSN: 1907-0292 Variabel jumlah tanggungan signifikan dalam mempengaruhi perubahan pola konsumsi rumah tangga di Kecamatan Batui. Hal ini diketahui dengan melihat tingkat signifikansi yang mana dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0.002. Ini menunjukkan bahwa nilai tersebut berada dibawah batas toleransi yaitu 0,05. Dengan demikian dikatakan bahwa jumlah tanggungan berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi bukan makanan pada rumah tanggah di Kecamatan Batui Analisis Korelasi dan Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi yang dapat lihat dari nilai R Square. Berdasarkan hasil perhitungan regresi antara pendapatan (X1), pendidikan (X2), dan jumlah tanggungan (X3) dengan pola konsumsi rumah tangga (Y), diperoleh nilai R2 = 0.162, ini menandakan bahwa variasi dari perubahan nilai pola konsumsi rumah tangga (Y) mampu dijelaskan secara serentak oleh pendapatan (X1), pendidikan (X2), dan jumlah tanggungan (X3) yaitu sebesar 16,2 persen. Hal ini mencerminkan bahwa ketiga variabel bebas tersebut mempengaruhi pola konsumsi sebesar 16,2 persen. Sedangkan sisanya sebesar 83,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Sementara nilai R = 0.40 berarti bahwa tingkat korelasi antara variable pendapatan (X1), pendidikan (X2), dan jumlah tanggungan (X3) terhadap variabel pola konsumsi rumah tangga (Y) adalah sedang dan arahnya positif. Model regresi yang baik adalah antara variabel bebas tidak terjadi korelasi. Deteksi Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F merupakan uji model secara keseluruhan atau dengan kata lain pengujian secara serentak atau bersama-sama, ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama, pengujian ini menggunakan distribusi F yaitu membandingkan antara Fstat dengan F-tabel. Oleh sebab itu Uji F ini lebih relevan dilakukan pada regresi berganda. Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau dengan kata lain model diterima. Dimana jika Fstat < Ftabel, maka Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh 50
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga… terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel dependen. Demikian sebaliknyan jika Fstat > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau dengan kata lain variabel independen berpengaruh secara signifikanterhadap variabel dependen secara bersama-sama dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5 %. Berdasarkan hasil anailisis seperti disajikan pada Tabel 3 tersebut, diperoleh F-stat = 3,93 > F-tabel = 2,31. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel dependent yakni: pendapatan (X1), pendidikan (X2), dan jumlah tanggungan (X3) secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan variabel independent yaitu pola konsumsi rumah tanggah (Y). Deteksi Signifikansi Individual (Uji t) Uji t merupakan pengujian terhadap koefisien dari veriabel bebas secara parsial. Uji ini dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi dari veriabel bebas secara individu dalam mempengaruhi variasi dari variabel terikat. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel dependen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel independent secara nyata. Dimana jika thitung > ttabel Ha diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel Ho diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%. Berdasarkan pada table tersebut diatas, ada dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pola konsumsi pola konsumsi rumah tangga (Y) yaitu pendapatan (X1) dan jumlah tanggungan (X3), sedangkan variabel pendidikan (X2) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini ditandai bahwa t-stat untuk koefisien regresi masing-masing variabel bebas (variabel X1 dan X3) tampak lebih besar dibandingkan dengan t-tabel pada level 5 persen dan degree of freedom sebesar 91. Untuk jelasnya dapat dilihat dibawah ini; a. Untuk variabel X1 t-stat = 7,153 > ttabel = 1.66159,
JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga…
ISSN: 1907-0292
b. Untuk variabel X2 t-stat = 0.322 < ttabel = 1.66159, c. Untuk variabel X3 t-stat = 3,527 > ttabel = 1.66159.
kajian sebelumnya misalnya hasil penelitian yang dilakukan oleh dan Akmal (2005) dan Sofyan (2008)
Pengaruh Antar Variabel Untuk melihat bagaimana pengaruh antar variabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Salah satu teori perilaku konsumsi yang dikembangkan oleh Milton Friedman yaitu Hipotesis Pendapatan Permanen (Herlambang dkk, 2001). menyatakan bahwa konsumsi tergantung dari pendapatan dimana orang memiliki pendapatannya berubah secara acak dari tahun ke tahun. Menurut Friedman, konsumen mungkin memiliki pendapatan berasal dari dua unsur yaitu pendapatan permanen (Yp) dan pendapatan transitori (Yt). Sehinggah dapat dilihat melalui model persamaaan sebagai berikut; Y = Yp + Yt, Dimana pendapatan permanen adalah bagian pendapatan yang diharapkan orang untuk terus bertahan di masa depan,
Variabel Pengamatan Pembahasan Ada beberapa variabel pengamatan Berdasarkan uraian yang telah yang dilakukan oleh Akmal (2005) yang dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa dapat diaplikasikan dalam penelitian ini. Hal pola konsumsi keluarga merupakan ini dapat dilihat pada kesamaan beberapa akumulasi dari pengeluaran total keluarga variabel yang diteliti yaitu pendidikan, menyangkut pengeluaran untuk kebutuhan pendapatan, ukuran keluarga, pekerjaan, makan dan bukan makanan. Namun dalam dan pola konsumsi pangan dan non pangan. kajian ini pola konsumsi keluarga hanya Namun perbedaan yang lebih mendalam menganalisis pola konsumsi berdasarkan terdapat pada pengukuran pengeluaran pengeluaran keluarga untuk kebutuhan non keluarga dimana dalam penelitiannya, makan. indikator pengeluaran keluarga diukur Apabila melihat proporsi konsumsi dengan pengeluaran pangan dan non secara total dari responden rumah tangga pangan. yang ada, menunjukkan bahwa keluarga di Sedangkan penelitian Sofyan (2008) Kecamatan Batui dominan memprioritaskan memiliki persamaan dengan menggunakan kebutuhan untuk pengeluaran makanan yaitu variabel pendidikan, pekerjaan, sekitar 60 persen, sedangkan kebutuhan non pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan makanan adalah sekitar 40 persen. pola konsumsi bukan makanan. Perbedaan Hasil penelitian mengenai faktoryang signifikan terdapat pada variabel faktor yang mempengaruhi proporsi pekerjaan, dimana Sofyan menambahkan konsumsi bukan makanan pada keluarga di kedalam variabel bebasnya. Kecamatan Batui memiliki karakteristik yang sama maupun berbeda dengan beberapa Tabel 3 Perbandingan Variabel Analisis Penelitian Akmal (2005) Sofyan (2008) Penelitian ini Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Ukuran Keluarga Jumlah Keluarag Jumlah Tanggungan Pekerjaan Pekerjaan _ Pola Konsumsi Pangan Proporsi Konsumsi Pola Konsumsi Bukan dan Non Pangan Bukan Makanan Makanan Sumber Data : Hasil Penelitian
Pendapatan Terhadap Konsumsi Bukan Makanan Teori Engel’s menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin rendah persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan (Sumarwan, 1993). Berdasarkan teori ini, keluarga bisa dikatakan lebih sejahtera bila proporsi pengeluaran makanan lebih kecil dibanding dari proporsi bukan makanan seiring bertambahnya pendapatan keluarga.
JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
51
ISSN: 1907-0292 sedangkan pendapatan transitori adalah bagian dari pendapatan yang tidak bisa diharapkan untuk bertahan (pendapatan sampingan). Pendapatan merupakan bentuk aktualisasi dari nilai sebuah pekerjaan. Seseorang yang memiliki pendapatan yang besar akan cenderung dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup keluarga. Kemyataan yang ada menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga di Kecamatan Batui pada umumnya masih rendah karena proporsi konsumsi makanan masih lebih dominan dibandingkan proporsi konsumsi non makanan. Hal ini sesuai dengan teori Engel’s yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin rendah persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan. Oleh karena itu kesimpulan yang didapatkan bahwa besar kecilnya pendapatan rumah tangga memberi pengaruh terhadap proporsi pengeluaran konsumsi di Kecamatan Batui. Penelitian Akmal (2005), ditemukan bahwa variabel pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola konsumsi, demikian pula dalam penelitian Sofyan (2008), menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsi. Dengan demikian karena terdapat kesamaan antara masing-masing hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tingkat pendapatan mempunyai pengaruh yang dignifikan terhadap pola konsumsi Pendidikan Terhadap Proporsi Konsumsi Bukan Makanan Suwarman (1993) menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga (makanan dan bukan makanan). Pendidikan dapat merubah sikap dan perilaku seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dia menerima informasi dan inovasi baru yang dapat merubah pola konsumsinya. Pada kondisi masyarakat di Kecamatan Batui, ternyata tingkat pendidikan masyarakat tidak memberikan pengaruh terhadap proporsi konsumsi bukan makanan. Hal ini disebabkan oleh karena pada umumnya kehidupan masyarakatnya 52
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga… adalah petani yang tingkat pendidikannya paling dominan adalah tingkat pendidikan dasar. Dengan tingkat pendidikan yang demikian, maka perilaku dalam memenuhi kebutuhannya lebih mementingkan konsumsi makanan. Dalam penelitian Akmal (2005), ditemukan bahwa variabel pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap pola konsumsi. Demikian pula halnya dengan penelitian yang dilakukukan oleh Sofyan (2008), pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pola konsumsi. Dengan demikian terdapat perbedaan dengan penelitian ini, hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik, wilayah, dan indikator dalam pola konsumsi. Beban Tanggungan Terhadap Proporsi Konsumsi Bukan Makanan Jumlah anggota keluarga atau beban tanggungan juga mempengaruhi pola konsumsi. Hasil Survei Biaya Hidup pada tahun 1989 memperlihatkan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga, semakin besar proporsi pengeluaran keluarga, ini berarti semakin kecil jumlah anggota keluarga, semakin kecil pula bagian pendapatan untuk kebutuhan yang di keluarkan (Sumarwan, 1993). Kenyataan yang ditemukan pada masyarakat di Kecamatan Batui menunjukkan bahwa ternyata jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi rumah tangga. Hal tersebut tercermin dari hasil penelitian yang menunjukkan dimana setiap ada penambahan anggota keluarga akan mengurangi proporsi terhadap konsumsi bukan makanan. . Dalam penelitian Akmal (2005) memiliki perbedaan dalam penelitian ini, dimana ditemukan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara beban tanggungan terhadap pola konsumsi. Sedangkan dalam penelitian Sofyan (2008), memiliki kesamaan dengan penelitian ini, karena menunjukkan terdapat pengaruh jumlah tanggungan terhadap pengeluaran keluarga. Dengan demikian terdapat kesamaan maupun perbedaan antara masing-masing hasil temuan penelitian. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh jumlah anggota keluarga memiliki variasi dalam memberikan pengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat. JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga…
ISSN: 1907-0292 karena masih banyak ditemukan keluarga yang memiliki anak lebih dari 2 (dua) orang, hal ini sangat penting demi kelangsungan hidup rumah tangga dalam meningkatkan kesejahteraan.
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan pola konsumsi rumah tangga di Kecamatan Toili banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan hanya merupakan bagian terkecil dari faktor yang mempengaruhi pola konsumsi tersebut, karena masih faktor lain yang tidak dimasukkan dalam variabel penelitian ini. Ketiga variabel pengamatan (pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan) berbeda dalam mempengaruhi pola konsumsi di Kecamatan Toili, dimana variabel pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi, sedangkan variabel pendidikan berpengaruh tidak nyata. Hasil penelitian juga menemukan bahwa pola konsumsi rumah tangga di Kecamatan Toili pada umumnya di dominasi oleh konsumsi makanan. dimana hampir 60,26 persen proporsi konsumsinya adalah konsumsi makanan sedangkan sisanya sebesar 39,74 persen digunakan untuk konsumsi non makanan. Saran Pemerintah perlu terus mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dengan menggerakkan sektorsektor produktif, memperluas lapangan kerja dan menciptakan iklim berusaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Diperlukan mplementasi yang kongkrit dan nyata dalam menjalankan program pemerintah daerah Kabupaten Banggai yaitu membangun dari desa yang sampai saat ini belum berjalan maksimal. Hal ini sangat penting karena mayoritas penduduk Kabupaten Banggai bermukim di wilayah pedesaan. Langkah konkrit tersebut dilaksanakan dengan menciptakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) terutama desadesa di Kecamatan Toili yang masuk dalam wilayah operasional industri Migas. Dibutuhkan penyuluhan secara intensif program Keluarga Berencana, JAM No. 2 Vol. 9 September 2015
Akmal,
2005, Analisis Pola Konsumsi Keluarga di Kecamatan Tallo Kota Makassar, Tesis PPS Unhas, Makassar.
Arikunto, Suharsini, 2005, Manajemen Penelitian, Cetakan Ketujuh, Penerbit PT Rineke Cipta, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2012, Kabupaten Banggai Dalam Angka Badan Pusat Statistik, 2012, Kecamatan Toili Dalam Angka. Mankiw, N Geogre, 2003, Teori Ekonomi Makro (Terjemahan), Penerbit PT Gramedia Pustaka, Jakarta. Nazir,
Moh, 1998, Metode Penelitian, Cetakan Ketiga, Penerbit PT Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nicholson, Walter, 1995, Teori Ekonomi Mikro, Terjemahan Deliarnov, Penerbit PT Rajawali Press, Jakarta. Nopirin, 1997, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Sofyan, Polo’o, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola konsumsi Keluarga Di Kecamatan Marawola, Tesis, Program Studi MPWP Untad, Palu. Sugiyono,2006, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alpabeta, Bandung. Sukirno, Sadono. 1985, Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sukirno, Sadono 2004. Makro Ekonomi Teori dan Pengantar Edisi Ketiga, Penerbit PT Raja Grafindo Jakarta.
53
ISSN: 1907-0292 Sumarwan, 1993, Keluarga Masa Depan da Perubahan Pola Konsumsi, Warta Demografi, No 5, FEUI, Jakarta. Tulus,
54
Tambunan 2001, Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting, Penerbit Pertama, Ghalia Indonesia. Jakarta.
Amir B, Analisis Konsumsi Rumah Tangga… Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Penerbit PT.Bumi Aksara, Jakarta. Todaro, Michael P, 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Ghalia Indonesia.
JAM No. 2 Vol. 9 September 2015