PERUBAHAN SOSIAL, EKONOMI DAN TATA RUANG PROYEK GAS ALAM CAIR DI KECAMATAN BATUI KABUPATEN BANGGAI
SOCIAL, EKONOMIC AND SPATIAL LIQUEFIED NATURAL GAS PROJECT IN BATUI BANGGAI
Etty Mediatris Nuha,1 Deddy Tikson ². Darmawan Salman² 1
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah ² Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, PPS Universitas Hasanuddin,Makassar
Alamat Korespondensi : Etty Mediatris Nuha Fakultas Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin Makasar Kantor : Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Banggai HP : 081524246967 Email :
[email protected]
1
Abstrak LNG (liquefied natural gas) adalah gas alam yang dicairkan dengan didinginkan hingga mencapai suhu -160 ° C pada tekanan 1 atm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sosial ekonomi dan tata ruang masyarakat dengan adanya PT. DSLNG. Data dilakukan dengan wawancara mendalam pada pemerintah, masyarakat, dan PT. DSLNG serta observasi langsung dilapangan dan dokumentasi. Mengunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan eksplanatif. Sehingga mampu mendeskripsikan dan menjelaskan secara rinci perubahan sosial, ekonomi dan tata ruang PT DSLNG di kecamatan batui. Yang dimulai sejak pembebasan lahan tahun 2008 sebagai acuan tahun sebelum proyek pembangunan kilang dibangun dan tahun 2010 sebagai acuan sesudah proyek. Kilang LNG dibangun di desa Uso kec. Batui kabupaten banggai yang merupakan cadangan gas keempat di Indonesia. Masayarakat Desa Uso, Honbola, Lamo dan kel Balantang sebelumnya adalah masyarakat yang memiliki tingkat kekerabatan tinggi namun pada proses pembebasan lahan bayak terjadi konflik sosial dikarenakan harga pembebasan lahan yang tidak sama. Kecemburuan akibat tenaga kerja terpakai dari masyarakat pendatang dan juga mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi tenaga kerja Ring-2. Penurunan kesehatan akibat mobilisasi alat-alat berat tingginya kandungan debu di udara serta rawan kecelakaan lalu lintas. Pembebasan lahan menjadi lahan industri mengakibatkan berkurangnya lahan produksi hasil pertanian dan perkebunan berdampak pada penurunan hasil produksi dan bergantinya mata pencaharian dari pertanian menjadi perdagangan dan home industri dan adanya rencana kawasan strategis kota untuk batui menjadi derah industri besar gas. Direncanakan akan berproduksi pada tahun 2014 selama 20-25 tahun. Dengan kapasitan 2 juta ton bertahun. Disimpulkan bahwa Terjadinya perubahan yang berdampak positif maupun negatif dari segi sosial, ekonomi dan tataruang. Kata Kunci: Perubahan sosial, ekonomi, tata ruang Abstract LNG (liquefied natural gas) is a liquefied natural gas is cooled until it reaches the temperature of -160 ° C at a pressure of 1 atm. This study aims to determine the socio-economic changes and spatial community with the PT. DSLNG. Data on in-depth interviews conducted with government, community, and PT. DSLNG and direct field observation and documentation. Using qualitative descriptive and explanative approach. To be able to describe and explain in detail the social, economic and spatial PT DSLNG in Batui. Which began land acquisition in 2008 as the reference year prior to the construction of the refinery was built and in 2010 as a reference after the project. The LNG plant was built in the village Uso excl. Batui Banggai which is the fourth gas reserves in Indonesia. Rural communities Uso Honbola, Lamo and kel Balantang before is people who have high levels of kinship but on the process of land acquisition stout social conflicts due to land acquisition prices are not the same. Jealousy is a result of the unused labor force entrants and also resulted in an increase in the population. Increasing higher education workforce in anticipation of Ring-2. Decline in health due to mobilization of heavy equipment, the high content of dust in the air and prone to traffic accidents. Exemption of land into industrial land resulting in reduced agricultural production land and plantations impact on the yield and the alternation of livelihoods from agriculture to trade and home industry and the strategic plan of the city to be derah Batui large industrial gas. Planned for production in 2014 for 20-25 years. With a capacitance of 2 million tonnes of many. It was concluded that the occurrence of changes in the positive and negative impacts in terms of social, economic and spatial. Keywords: Changes in social, economic, spatial
2
PENDAHULUAN Pelaksanaan pembangunan selalu berhadapan dengan kebutuhan akan sumberdaya baik alam maupun manusia, serta kebutuhan akan ruang/lahan. Kebutuhan akan sumberdaya dan ruang/lahan akan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas penduduk. Perubahan yang terjadi tersebut selain membawa dampak positif terhadap kemajuan wilayah juga akan membawa dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan, terjadinya kesenjangan wilayah maupun kesenjangan sosial-ekonomi. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengindikasikan perubahan terhadap aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa. Dampak perubahan yang signifikan meliputi perubahan mata pencaharian, jumlah penduduk, pemanfaatan lahan, interaksi sosial, dimana terjadi pergeseran orientasi dari sektor pertanian menjadi sektor industri, jasa dan perdagangan yang berkembang pesat yang terakumulasi dari proses modernisasi dalam perkembangannya. Hubungan antara SDA dan pembangunan di dunia yang dinamakan sedang berkembang sangat penting (Seda, 2006).Gas alam sangat potensial sebagai bahan bakar yang bersih dan bebas polusi, pengolahan lain gas alam adalah untuk industri petrokimia yang menciptakan nilai tambah ekonomi lebih besar (Mansoer, 2007) Kabupaten Banggai memiliki sumberdaya alam yang sangat besar dan salah satunya adalah sumberdaya mineral. Areal pengunaan lahan kegiatan secara administratif termasuk dalam tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui dengan lokasi kilang dan pelabuhan Donggi – Senoro LNG terletak di Desa Uso, Kecamatan Batui, sekitar 48 kilometer barat daya Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah (Andal, 2008). Industri minyak bumi dan gas adalah salah satu industry yang sarat dengan teknologi baik di level upstream (hulu) maupun downstream (hilir) dilain pihak pengolahan industry ini oleh
3
pemerintah membutuhkan kecermatan karna menguasai hajat hidup orang banyak (Noekent,2009)
Proyek
pengembangan
gas
matindok
merupakan
kegiatan
pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari lima lapangan gas bumi, yaitu: lapangan gas donggi, matindok, maleo raja, sukamaju, dan minahaki. Kemudian gas tersebut disalurkan melalui pipa menuju kilang PT. DSLNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui pelabuhan menggunakan kapal tanker LNG. Saat ini, struktur pemegang saham DSLNG adalah PT Pertamina Hulu Energi 29.0 %,
PT Medco LNG Indonesia 11.1 %, Sulawesi LNG
Development Ltd. 59.9 %. Sumber gas alam di Indonesia saat ini terdapat dibeberapa wilayah seperti Aceh kilang Arung/Natuna, Sumatra selatan/ladang grist, kalimatan timur/kilang badak Sulawesi tengah/donggi-senoro, papua /tangguh (Oscarino NS,2010). LNG (Liquefied Natural Gas adalah gas alam yang dicairkan dengan didinginkan hingga mencapai -160 ° C pada tekanan 1 atm sehinga dengan didinginkan volumenya berkurang sekitar 600 kali sehingga menjadi layak untuk diangkut, LNG akan mudah terbakar jika menguap dan memiliki kandungan gas di udara (Artaria, 2005). Ada empat kriteria yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi LNG receiving terminal yaitu technical(teknik), cost health and safety(keamanan) serta dampak lingkungan (Magdahina, 2008) Kondisi perekonomian masyarakat LNG dapat dilihat dari sebaran pendapatan berkapita pekerja yang dapat mempengaruhi PDRB (Rumanto, 1977). Tantangan yang dihadapi industry gas bumi Indonesia khususnya disektor hilir saat ini adalah rencana penyiapan rencana induk pembangunan jaringan trnasmisi dan distribusi gas nasional yang berdampak pada masyarakat baik sosial, ekonomi dan tataruang (Nugroho, 2004). Penelitian ini ingin melihat adanya perubahan dari segi sosial,ekonomi dan tataruang sebelum dan sesudah adanya proyek gas alam cair PT.Donggi-Senoro.
4
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan eksplanatif dimana
mendeskripsikan dan menjelaskan secara rinci tentang
fenomena perubahan sebelum proyek PT. DSLNG (tahun 2008-2009) dan sesudah proyek (tahun 2010-2011) dari segi sosial, ekonomi dan tata ruang Desa uso, desa honbola, desa lamo, dan kelurahan balantang, baik secara alami maupun buatan manusia yang merupakan desa yang terkena dampak langsung. Metode pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam terhadap informan pemerintah, masyarakat pihak perusahan PT.DSLNG selama tahun 20082011. dengan indikator data perubahan sosial yaitu, data jumlah penduduk, pendidikan,dan kesehatan data perubahan ekonomi yaitu data mata pencaharian angkatan kerja dan pendapatan berkapita, serta data perubahan tataruang yaitu infrastruktur, pengunaan lahan, peta penataan ruang wilayah, observasi dilapangan yaitu pada empat desa uso, honbola, lamo dan kelurahan balantang dan dokumentasi terhadap perubahan pada proyek. Adapun pelaksanaan penelitian ini adalah tiga bulan mulai dari bulan September - November 2012 dan dilakukan di PT.DSLNG di desa Uso kecamatan batui kabupaten banggai.
HASIL Kecamatan batui terletak di kabupaten banggai dengan Visi kabupaten Banggai adalah “Menjadikan kabupaten banggai sebagai sentra produktif yang berbasis kerakyatan tahun 2016” masyarakat di kecamatan batui sebelumnya adalah masyarakat yang hubungan sosial masih sangat erat karena proses kekerabatan yang dimiliki sangat dekat. Dengan masuknya PT. DSLNG di kecamatan batui memberi harapan bagi masyarakat untuk dapat melihat adanya perubahan yang dulunya desa/kelurahan masih bersifat tradisional berubah menjadi desa/kelurahan yang dari
5
masyarakat modern khususnya sejak disosialisasikan kepada masyarakat dengan adanya PT. DSLNG ini akan membawa manfaat bagi tingkat kesejahteraan, namun sosialisasi yang diberikan dengan hasil yang diharapkan harusnya terjadi kesamaan sehingga tidak timbul masalah. dikarenakan adanya perbedaan – perbedaan presepsi dari masyarakat yang timbul serta kurangnya sosialisasi lanjutan terhadap masyarakat dengan kemampuan pemahaman masyarakat juga membawa dampak negative terhadap proses sosial bahkan telah berdampak pada konflik- konflik sosial sampai saat ini. Sejak tahun 2008 masyarakat kecamatan batui dengan adanya rencana pembangunan LNG sudah mulai dilakukan pembebasan lahan, analisa lokasi,dan berbagai bentuk perencanaan awal dari para investor. Pembangunan fisik LNG sudah dimulai sejak tahun 2010 dan sepanjang awal tahun 2013 terjadi banyak perubahan pada pembangunan jaringan pipa dan kilang LNG (Liquified Natural Gas),
dan
rencana PT.DSLNG ini beroperasi pada tahun 2014 dapat memiliki konstribusi yang besar bagi perekonomian desa, sehingga kegiatan ini berdampak pada peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, jaringan ekonomi tetapi dapat juga membawa risiko negatif bagi masyarakat. Upaya yang menarik perhatian pembangunan proyek LNG (Liquified Natural Gas), yang dibangun justru telah merubah relasi sosial penduduk lokal, munculnya pendatang, mengusur tempat-tempat yang dianggap sakral, merusak lingkungan margasatwa bangkirian, mengancam hak atas tanah masyarakat lokal, membahayakan mata pencaharian meningkatkan pendidikan, berkurangnya kesehatan dan perubahan infrakstruktur. Lebih lanjut pengaruh yang besar dari kehadiran PT DSLNG selain berdampak positif dari segi ekonomi dan tataruang namun berdampak pula negative dari segi sosial. Kegiatan pembebasan lahan dan tanaman tumbuh pada masyarakat kecamatan batui karena kurangnya proses sosialisasi dan ketidak jelasan kepada masayarakat serta tingkat pemahaman masyarakat yang berbeda karena berbeda latar budaya dan pendidikan telah menimbulkan berbagai interpretasi dikalangan warga
6
masyarakat sehingga menimbulkan berbagai perbedaan pendapat di masyarakat kepada pemerintah dan PT.DSLNG. Pekerja lokal merasa diperlakukan tidak adil karena jumlah tenaga skill yang umumnya berasal dari luar dengan tingkat penghasilan yang lebih tinggi. Masyarakat beranggapan bahwa merekalah yang berhak menikmati semua ini dibandingkan pendatang, ditambah banyaknya penduduk lokal yang mengangur, kondisi ini juga telah memicu adanya ketidak harmonisan hubungan sosial bahkan sudah banyak terjadi konflik sosial di masyarakat. Hubungan sosial yang semula relative dekat dan erat telah berubah dengan sering munculnya saling kecurigaan yang pada akhirnya memunculkan konflik sosial. Karena itu perlu adanya komunikasi yang intensif yang bersifat kumulatif baik oleh pihak perusahan maupun pemerintah terhadap masyarakat. Tenaga kerja Ring-2. Sangat menuntut keahlian tinggi dengan jumlah yang sangat sedikit dan merupakan tantangan bagi pemerintah dan masyarakat untuk dapat menghasilkan jumlah tenaga kerja lokal yang masuk kategori
Ring-2
karena
mensyaratkan pelatihan ekstensif, sementara Konstruksi yang berlangsung singkat tidak memungkinkan bagi pekerja untuk mempelajari pekerjaan-pekerjaan yang menuntut keahlian tinggi. Ini termasuk bukan hanya untuk posisi enjinering dan manajemen, tapi juga pekerjaan manual yang menuntut keterampilan tinggi seperti pengelasan khusus. Untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja warga kabupaten banggai khususnya kecamatan batui, maka perlu adanya peningkatan tingkat pendidikan bagi anak-anak untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dimana tenaga dan skillnya di khususkan bagi Perusahan PT. DSLNG. Hal ini memberikan pengaruh adanya perubahan pada tingkat pendidikan usia sekolah dimana terdapat peningkatan pada pendidikan yang telah melanjutkan sekolah pada jurusan-jurusan yang dibutuhkan oleh perusahan berdampak pada tingkat pendidikan. Kegiatan demobilitas peralatan sehubungan dengan kegiatan selama proyek telah menimbulkan dampak berupa sikap dan presepsi negative masyarakat sebagai
7
akibat meningkatnya kadar debu di udara, kebisingan, adanya kerusakan jalan ganguan lalu lintas Kegiatan konstruksi selama proyek juga menyebabkan sampah atau limbah konstruksi sampah padat dan cair para pekerja tampak menumpuk dan berserahkan di lokasi proyek, dan adanya sanitasi yang masih dikategorikan sedang, sedangkan kondisi saluran pembuang air limbah turun menjadi sangat buruk akibatnya berkurangnya tingkat kesehatan pada masyarakat. Kecamatan Batui dan sebagian besar berasal dari suku Banggai, Balantak dan Saluan dan beberapa suku pendatang seperti bugis, jawa dan gorontalo. Pada umumnya masyarakat memiliki pola gaya hidup tradisional, dengan pendapatan rumah tangga yang sederhana. Sebagian besar masyarakat di daerah sekitar proyek dan perkebunan, selebihnya bekerja dalam kegiatan jasa dan perdagangan. Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Kondisi perekonomian masyarakat LNG dapat dilihat dari sebaran pendapatan berkapita pekerja yang dapat mempengaruhi PDRB. Berdasarkan perkembangan distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan terdapat tiga sektor ekonomi yang mempunyai peran terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banggai tahun 2011. Berdasarkan peranan masing-masing menunjukan sektor pertanian merupakan sektor dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banggai dengan peranan sebesar 51.59 persen, sedangkan sektor jasa-jasa berada diurutan kedua dengan peranan sebesar 10,56 persen, untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran berada diurutan ketiga dengan peranan sebesar 8,96 persen. Sektor lainnya yang cukup dominan seperti sektor bangunan 7.87 industri 6.97 persen; dan keuangan 5.07 persen sedangkan pertambangan 1.88 persen. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap kabupaten-kabupaten di indonesia, kabupaten banggai memiliki peringkat ke 42 dari 50 kabupaten terkaya di Indonesia tahun 2012. Sektor pertambangan terus meningkat menyumbang mulai dari tahun
8
2007 1,34 % ( Rp 17.312) tahun 2008 1,36 % (18.874), tahun 2009
1.27 % (Rp
23.112) Tahun 2010 1.41% ( Rp 28.603) dan tahun 2011 1.88 % ( Rp 43.167). Sebagian besar dari tenaga kerja yang terserap untuk tahapan konstruksi proyek LNG merupakan pekerja dengan tingkat ketrampilan menengah ke bawah. Hal ini tidak mengherankan karena jumlah tenaga kerja hingga april tahun 2012 data dari Dinas tenaga kerja dan transmigrasi pada tingkat Ring–1 dengan Unskilled 993, semi skilled 187, skilled 722, hingga jumlah total 1911. Dengan jumlah tenaga kerja yang tertinggi terdapat di kecamatan Batui yaitu 62 %, Tenaga kerja yang direkrut merupakan tenaga kerja kontraktor. Artinya tenaga kerja tersebut akan bekerja untuk mendapatkan upah dari kontraktor dan menerima perintah kerja dan bekerja di bawah pengawasan kontraktor. Pekerjaan yang diberikan merupakan pekerjaan yang bersifat jangka pendek. Pada tahap konstruksi proyek yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki ketrampilan yang rendah dan menengah. Posisi tenaga kerja dengan ketrampilan menengah oleh pemrakarsa proyek diberikan pelatihan agar penduduk di dekat proyek tersebut dapat memenuhi kualifikasi pekerjaan tersebut. Pembukaan lahan di daerah hilir terdapat di desa Uso dilakukan di lokasi kilang LNG dan areal pelabuhan dimana sekitar 300 Ha untuk pendirian kilang, dan pelabuhan 60 Ha. Total luas lahan perkebunan ± 48.193.15 Ha yang dimiliki ± 70 orang umumnya diusahakan tanaman kelapa sisanya adalah semak. Rona kelimpahan jenis vegetasi di areal adalah 230 pohon. Dengan adanya pembangunan kilang PT. DSLNG ini tumbuhan yang ada dalam tapak kegiatan sudah habis dibersihkan dan sudah dibangun proyek industri dan pelabuhan sehingga secara langsung mengurangi keaneka ragam flora. Walaupun perubahan kepemilikan lahan dikecamatan batui sangat kecil namun mengingat bahwa lahan merupakan sumber mata pencaharian penduduk yang utama maka perubahan yang ada sangat dirasakan oleh penduduk yang kehilangan lahannya.
9
Proyek PT. DSLNG secara langsung mengakibatkan perubahan fungsi penggunaan lahan sehingga secara tidak langsung mengakibatkan pergeseran mata pencaharian pada mulanya masyarakat lebih banyak bekerja pada bidang pertanian dan perkebunan tetapi dengan adanya pembangunan khususnya industri gas terjadi pergeseran mata pencaharian berubah menjadi perdagangan dan sektor jasa. Dengan adanya perubahan pada pengalihan fungsi lahan memiliki dampak pada hasil produksi yang dihasilkan oleh kecamatan batui khususnya hasil-hasil pertanian dan perkebunan yang dapat mempengaruhi produktivitas hasil yang sangat diharapkan untuk kecamatan batui sehingga
untuk hutan produksi semakin berkurang dan
diganti dengan industri besar yaitu pertambangan yang menghasilkan gas alam cair sehingga hasil pertanian dan perkebunan terjadi perubahan berkurangnya lahan mengakibatkan hasil produksi komoditi lahan pertanian dan perkebunan semakin berkurang.
PEMBAHASAN Dalam penelitian ini memperlihatkan adanya perubahan secara alami maupun secara buatan ditinjau dari segi sosial desa Uso pertumbuhan jumlah penduduk selalu bertambah setiap tahun mulai dari 995 jiwa tahun 2008 dan tahun 2011 dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata dari tahun 2008 – 2011 adalah 1.02. Desa Honbola jumlah penduduk tahun 2008 mulai dari 990 jiwa tahun 2011 turun menjadi 874 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata dari tahun 2008 – 2011 adalah -1.59. Pengurangan jumlah penduduk karena adanya migrasi keluar dimana tanah yang berada di desa Uso khususnya yang berada di tempat kilang
PT. DSLNG adalah
sebagian besar ± 90%) tanah milik warga masyarakat Honbola sedangkan tanah perkebunan lainnya yang berada di desa lamo sudah menjadi perkebunan sawit milik perusahan sawit sehingga masyarakat melakukan perpindahan di desa sekitarnya, atau membeli tanah di kota Luwuk dari hasil penjualan tanah pada pihak perusahan dan sebagian lagi tinggal dan menetap di desa honbola. Desa lamo pertumbuhan jumlah
10
penduduk. bertambah di tahun 2008 berjumlah 1590 naik tahun 201.1 berjumlah 1685. Dimana
laju pertumbuhan rata- rata dari tahun 2008 – 2011 adalah 1.91.
Perubahan pada masyarakat Kelurahan Balantang tahun 2008 penduduk berjumlah 1241 jiwa dan tahun 2011 berjumlah 1321 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan dari tahun 2008 – 2011 adalah 2,05. Bidang kesehatan sarana yang dimiliki yaitu satu buah pos yandu dan polindes.Dengan adanya PT. DSLNG mrngakibatkan munculnya mobilisasi dan demobilisasi peralatan akibatnya terjadi perubahan pada desa Uso, Honbola, Lamo dan kelurahan Balantang yaitu meningkatnya tingkat kecelakaan berlalu lintas, adanya kerusakan jalan dan polusi udara tingginya kandungan debu diudara. Sarana pendidikan sekolah negeri yang dimiliki oleh desa Uso, Honbola dan lamo adalah gedung tingkat SD berjumlah satu buah sedangkan kelurahan Balantang selain memiliki gedung tingkat SD juga memiliki fasilitas dua buah gedung SMP, dan SMA.
Gedung mesjid berada di desa Uso, Lamo dan
Kelurahan Balantang, sedangkan gedung greja terdapat di desa Honbola, sejak tahun 2010 jumlah siswa terus meningkat yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi naik untuk dengan harapan dapat diterima di PT.DSLNG serta mengantisipasi tenaga kerja local Ring-2 tahun 2013. Masyarakat desa Uso, Honbola, lamo dan kelurahan Balantang didominasi suku saluan dan suku banggai dan suku balantak yang merupakan suku asal kabupaten banggai dan juga pendatang yang berasal dari suku bugis, jawa, Lombok dan gorontalo, dengan sumber penghasilan sebagian besar adalah petanian tanaman perkebunan ± 80% dengan hasil perkebunan campuran yaitu tanaman kelapa dan kopra serta padi dan mente dan sebagian lagi menekuni sebagai nelayan yang mengunakan perahu-perahu tradisional, namun untuk kelurahan balantang merupakan dataran rendah. Penggunaan lahan di daerah ini merupakan area pemukiman dan lahan pekarangan dan hanya sedikit lahan perkebunan yang dimiliki warga sehingga terjadi pergeseran mata pencaharian
dari perkebunan tanaman pangan menjadi
perdagangan dengan adanya PT. DSLNG masyarakat masuk dalam program
11
pembentukan kelompok peternakan sehingga dibentuk
dua kelompok penduduk
masuk dalam proses kelompok dengan hadirnya PT. DSLNG dengan bantuan bibit ungas untuk diternakan khususnya untuk desa Uso dan desa Honbola . Ditinjau dari segi ekonomi dengan melihat angkatan kerja pada saat pra konstruksi dan konstruksi sebagian masyarakat untuk keempat desa yang bekerja di PT.
DSLNG
sebagai
tenaga
kontraktor
dengan
kualifikasi
pekerjaan
Unskill,semiskill dan skilled dengan gaji untuk desa uso tenaga kerja berjumlah 158 orang dengan gaji yang dihasilkan Rp 170.845.000/bulan. desa honbola yang dihasilkan dari jumlah 53 tenaga kerja yaitu Rp 33.470.000/bulan. Desa lamo dari jumlah tenaga kerja yang diterima yaitu 363 orang dengan jumlah gaji yang dihasilkan adalah Rp 403.540.000/bulan. Kelurahan Balantang jumlah tenaga kerja yang diterima adalah 154 orang dengan penghasilan gaji yang diterima Rp 164.495.000/bulan. Sehingga total jumlah tenaga kerja yang dimiliki dari empat desa yaitu 728 orang dengan penghasilan perbulan yaitu Rp 772. 350.000 penghasilan ini di luar hasil lembur yang diterima pekerja. Kegiatan ini berdampak positif terhadap tingkat pendapatan masyarakat desa uso, honbola, lamo dan kelurahan balantang khususnya yang terlibat secara langsung yang dapat terekrut oleh proyek. Walaupun kenaikan pendapatan ini sebenarnya relative hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil penduduk saja dan tidak begitu signifikan terhadap upaya peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan masyarakat hanya sedikit bekerja di PT. DSLNG. Besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh tiap keluarga dalam Rumah tangga dapat di jadikan kesempatan bagi masyarakat sebagai modal untuk berusaha yang dulunya kesempatan usaha masih terkait dengan alam sehingga terjadi perubahan adanya kesempatan kerja mulai meningkat pada sector jasa dan perdagangan sehingga terjadi pertambahan jumlah kios, warung makan, bengkel, tukang jahit, aktivitas jasa ini mendukung konstruksi pengembangan gas sehingga meningkatkan penghasilan penduduk.
12
Ditinjau dari tata ruang dengan adanya alih fungsi lahan dari pertanian menjadi lahan industri, sehingga perlu penyesuaian lokasi sehingga dilakukan perubahan jalan dengan rencana trace jalan -Tangkian – Uso : Panjang -APL = 12.850 meter, HKP = 2800 meter ( luas ±13,52 Ha). Namum areal ini hanyalah lahan perkebunan yang pemiliknya adalah masyarakat yang bertempat tinggal di desa honbola yang sebagian besar di tanami tanaman perkebunan yang menghasilkan tanaman tahunan dan bulanan ± lahan perkebunan 48.193.15 Ha milik warga ± 70 orang. Tanaman yang berkembang di luas areal itu 90 % adalah masyarakat honbola sisanya adalah masyarakat uso. Untuk pengurangan lahan masyarakat oleh PT. DSLNG untuk lahan yang dekat dengan jalan ≤ 100 m dibayar Rp 12.500 sedangkan untuk yang jauh ≥ 100 M dibayar Rp 9500
ini berlaku untuk semua tempat
pembelian oleh perusahan namun karena adanya pembayaran yang tidak sama oleh masyarakat merasa adanya ketidak puasan terhadap hasil penjualan lahan mereka terhadap PT. DSLNG akibatnya terjadi kecemburuan sosial bahkan berdampak pada konflik-konflik sosial yang terjadi sampai saat ini. Infrastruktur jalan relative baik namun dengan dilalui kendaraan berat mengakibatkan perubahan jalan menjadi rusak sedang dan dapat dilalui oleh kendaraan umum, Demikian juga dengan komunikasi telah dapat diakses oleh oleh berbagai jaringan telepon selular dan juga memiliki pasar tradisional yang dimiliki oleh kecamatan batui dan bank BNI. Untuk kawasan Kecamatan batui akan di rencanakan sesuai revisi RTRW 2013-2032 yaitu pembangunan depo bahan bakar gas, SPBU, menjadi kawasan peruntukan tambang gas dan industri besar dan juga kecamatan batui akan dijadikan kawasan strategis kabupaten untuk pengembangan kawasan koridor Kintom-Batui (Bapeda, 2012).
KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menyimpulkan bahwa adanya perubahan sosial, ekonomi dan tata ruang yang berdampak positif dan negative.Dari segi sosial perubahan yang
13
terjadi pada masyarakat desa Uso,Honbola,Lamo dan Kelurahan Balantang dimana nilai kekerabatan tinggi berubah menjadi konflik sosial diakibatkan munculnya presepsi yang berbeda dimasyarakat karena adanya pembebasan lahan yang berbeda dan munculnya tenaga kerja pendatang yang meyebabkan jumlah penduduk bertambah dan kecemburuan pada tenaga kerja yang memiliki skill yang tinggi, terjadi peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk pekerjaan pada Ring-2 yang membutuhkan skill. Dari segi ekonomi pembebasan Lahan untuk pendirian kilang dan pelabuhan ±360 Ha semula merupakan lahan perkebunan dan semak akibatnya lahan perkebunan berkurang dan menimbulkan penurunan hasil produksi serta terjadi perubahan mata pencaharian tanaman perkebunan menjadi perdagangan, serta tingginya angkatan kerja telah meningkatkan pendapatan berkapita penduduk.dari segi tataruang adanya pengembangan kawasan strategis industri besar gas alam cair (LNG). Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi keuntungan dan dampak PT. DSLNG pada masyarakat dengan benar dan tepat sasaran. program community development mengunakan pendekatan partisipatoris khususnya masyarakat yang terkena dampak langsung.
DAFTAR PUSTAKA Artaria Buda, Kartariyasa, Ketut,. (2005). Risk Assesment Tangker LNG benoa bali. Institut teknologi Surabaya Andal. (2008). Proyek pengembangan gas alam Matindok Kabupaten Banggai Sulawesi tengah. bp migas. Magdalina, Maria,. (2008). Studi kepemilikan teknologi LNG receivy terminal untuk pulau bali. Institut teknologi Surabaya Mansoer, faried. (2007). Pengembangan lapangan dan industri gas alam. Bulletin ekonomi vol.5 no. 2 Nugroho, Hanan. (2004) Pengembangan Industri hilir gas bumi di indonesia ; tantangan dan gagasan. Jurnal perencanaan pembangunan No. IX. Noekent. (2009). Fasibilitas proyek donggi-senoro ditinjau dari aspek ekonomi dan politik. Jurnal dinamika manajemen volume 2 No. 1. Oscarino NS, Yohanes. (2010). Distribusi LNG dari kilang menuju floating stroge regasification. Insitut teknologi Surabaya.
14
Bapeda. (2012). RTRW revisi tahun 2013 -2032.Kabupaten Banggai. Rumanto, Bambang., (1997). Peranan Moda angkutan dan karakteristik perjalanan masyarakat LNG-Bontang. Institut teknologi Surabaya. Seda, Fransiska. ( 2006). Sumber daya alam dan pembangunan sebuah prespektif komperatif. Universitas Indonesia.
15
16