Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI
Fitriyatun Niam
[email protected]
Endang Dwi Retnani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the financial performance of food and beverages companies which are listed in Indonesia Stock Exchange by using profitability, solvability ratio analysis, and EVA concept. Three companies which have been selected as the research object are PT.Cahaya Kalbar Tbk, PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk, and PT.Sekar Laut Tbk during the years of 2008 – 2012. The method in this research uses qualitative research method since it does not test any hypothesis; the research is carried out by analyzing financial statements . Based on the result of research which has been carried out by using profitability and solvability ratio analysis show that the financial performance of these three companies are well. Nevertheless this calculation is not similar to the calculation result of EVA which shows that PT Cahaya Kalbar Tbk, and PT Prasidha Aneka Niaga Tbk, do not always have positive EVA value, while the EVA value of PT Sekar Laut Tbk tend to be negative. It can be concluded from the above discussion that by performing EVA and financial ratio analysis can be used as one of the foundations to make either the investment decision or financing both to potential investors and creditors. Keywords:
Financial Performance, Profitability Ratio, Solvability Ratio, and EVA Concept ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan analisis rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan konsep EVA. Pada penelitian ini diambil tiga obyek perusahaan antara lain PT.Cahaya Kalbar Tbk, PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk, dan PT.Sekar Laut Tbk selama periode tahun 2008-2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif karena tidak menguji hipotesis, tetapi dengan cara menganalisis laporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis rasio profitabilitas dan solvabilitas menunjukkan kinerja keuangan ketiga perusahaan yang baik. Namun perhitungan ini tidak sama dengan hasil perhitungan EVA yang menunjukkan bahwa PT.Cahaya Kalbar Tbk dan PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk memiliki nilai EVA yang selalu positif, sedangkan pada PT.Sekar Laut Tbk, EVA cenderung memiliki nilai yang negatif. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan analisis rasio keuangan dan EVA dapat dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan investasi maupun kredit bagi para calon investor dan calon kreditur. Kata kunci: Kinerja Keuangan, Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas, dan Konsep EVA
PENDAHULUAN Investasi merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana/sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Sebelum pengambilan keputusan investasi, investor perlu mengadakan penilaian terhadap perusahaan melalui laporan keuangan. Salah satu aspek yang dinilai oleh investor adalah kinerja keuangan. Kinerja yang baik akan dapat membantu manajemen dalam pencapaian
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
2
tujuan perusahaan. Semakin tinggi kinerja perusahaan, maka akan semakin baik pula nilai perusahaan di mata investor. Dalam menilai kinerja suatu perusahaan, tentunya diperlukan informasi yang relevan dan penentuan alat ukur kinerja perusahaan yang tepat. Laporan keuangan merupakan suatu dasar pengukuran kinerja perusahaan. Dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan akan diperoleh informasi yang benar dan lengkap atas kinerja perusahaan bagi para pemegang saham atau penyandang dana. Pemilik atau pemegang saham menggunakan laporan keuangan untuk melihat hasil yang ditanamkan kepada perusahaan yang bersangkutan dan untuk membuat perbandingan dengan perusahaan lain yang berkaitan dengan tingkat kesuburan perusahaan. Alat analisis yang sering digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Metode ini mengungkapkan secara matematik perbandingan antara satu pos dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan. Analisis rasio yang sering digunakan untuk menilai kinerja keuangan selama ini terdiri atas rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Namun, analisis rasio mempunyai kelemahan yaitu mengabaikan unsur biaya modal. Sehingga para ahli mengembangkan metode lain sebagai alternatif agar dapat menunjukkan seluruh komponen harapan keuntungan yang terukur dalam biaya modal. Alat pengukur kinerja yang dimaksud adalah EVA (Economic Value Added). EVA mampu menutupi kelemahan dari analisis rasio keuangan sehingga kedua alat pengukur kinerja tersebut dapat saling membantu dan melengkapi dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan. Konsep Economic Value Added merupakan suatu teknik baru dalam menilai kinerja perusahaan yang dipandang sangat cocok untuk menilai kinerja operasional ekonomis suatu perusahaan dan sekaligus menjawab keinginan para eksekutif dalam menyajikan ukuran secara adil dalam mempertimbangkan harapan-harapan penyandang dana yaitu kreditor dan pemegang saham. Cara perhitungan berdasarkan model EVA mulai muncul pada 1993, yang dipopulerkan pertama kali oleh sebuah perusahaan konsultan di AS yaitu Stern Steward Management Services (SSMS). Dengan konsep ini akan diketahui berapa sebenarnya biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan pemakaian modal usaha. Tujuan dari penilaian kinerja ini adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan atau kemakmuran para pemegang saham perusahaan. Penggunaan EVA dapat membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perusahaan yang dapat memberikan informasi mengenai tingkat pengembalian modal yang di investasikan di masa mendatang. Berdasarkan latar belakang yang telah di bahas di atas, maka yang menjadi rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana menilai kinerja keuangan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan rasio Profitabilitas, Solvabilitas ? (2) Bagaimana menilai kinerja keuangan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode EVA? (3) Perusahaan food and beverages mana yang paling baik sebagai tempat berinvestasi? Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan
masing-masing perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, jika diukur dengan Rasio Profitabilitas dan rasio Solvabilitas, (2) Untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika diukur dengan Economic Value Added (EVA), (3) Untuk mengetahui perusahaan food and beverages yang paling baik sebagai tempat berinvestasi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
3
TINJAUAN TEORETIS Laporan keuangan Menurut Hanafi (2003:69), Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, resiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak berkepentingan. Menurut Munawir (2002:5), laporan keuangan terdiri dari necara dan perhitungan laba-rugi seta laporan perubahan modal. Dimana neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama waktu tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Pengertian Laporan Keuangan menurut IAI (2012:1) merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut IAI (2012:3) tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan kinerja yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Kinerja Keuangan Perusahaan Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan tertentu yang menunjukkan apa yang ingin dilakukan dalam memenuhi kepentingan dari anggotanya. Sebagai wujud hasil yang dicapai perusahaan dalam periode waktu usaha mereka, selalu berhubungan erat dengan kinerja yang dilakukan perusahaan dalam operasionalisasinya. Selalu terjadi hubungan yang positif antara kinerja perusahaan dengan hasil atau prestasi yang dicapai, yaitu apabila kinerja perusahaan baik maka hasil yang diperoleh juga baik, begitu pula sebaliknya apabila kinerja perusahaan buruk maka hasil yang diperoleh juga buruk. Kinerja berasal dari kata performance, menurut Winarni dan Sugiarso (2005:111), kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Menurut Helfert (1993:52) Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Selain itu kinerja juga erat hubungannya dengan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manfaat Pengukuran Kinerja Perusahaan Ada beberapa manfaat pengukuran kinerja keuangan perusahaan, menurut mulyadi (2001:416) manfaat dari pengukuran kinerja tersebut adalah sebagai berikut: (1) Membantu
mengambil keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti : promosi, transfer, dan pemberitahuan, (2) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan, (3) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara optimum, (4) Menyediakan umpan balik bagi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
4
karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka, (5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Analisis Rasio Keuangan Rasio Keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan datang. Cara yang digunakan untuk mendukung prediksi tersebut adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis tersebut mengkombinasikan hubungan antara komponen keuangan yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya, hubungan tersebut dilihat dari rasio antara komponenkomponen keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks manajemen keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio ini berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja satu perusahaan pada tahun ini dengan tahun yang lainnya. Menurut Munawir (2002:37), análisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individua atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Artinya berdasarkan data-data yang terdapat dalam laporan keuangan baik dari neraca, laporan laba-rugi, maupun keduaduanya dapat dihitung bermacam-macam jenis rasio yang dapat disuguhkan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan menggunakan teknik lainnya menurut Harahap (2004:298) yaitu : (1) Rasio-rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan, (2) Merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit, (3) Mengetahui posisi keuangan di tengah industry, (4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score), (5) Menstandartisir size perusahaan atau menstandartkan kemajuan perusahaan, (6) Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series, (7) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
Kelemahan Analisis Rasio Keuangan Meskipun analisis rasio dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat tentang operasi dan keuangan perusahaan, tetapi mempunyai kelemahan menurut Warsono (200:25) yaitu : (1) Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri dengan perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dalam beberapa bidang usaha. (2) Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja dan hanya memberikan panduan umum, karena bukan merupakan hasil penelitian ilmiah dari seluruh perusahaan dalam industri maupun sampel yang cocok dari beberapa perusahaan dalam industry, (3) Rasio keuangan dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah, (4) Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat memberikan panduan atas posisi keuangan perusahaan rata-rata dalam industri, (5) Banyak perusahaan
mengalami situasi musiman dalam kegiatan operasinya sehingga pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
5
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Menurut Syafri (2008:304) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang meggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya, yang termasuk rasio ini antara lain : 1. Profit Margin Rasio ini mengukur laba operasi terhadap penjualan. Semakin tinggi Profit Margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Rumus yang digunakan : Laba operasi Profit Margin = x 100 % Penjualan 2. Return on Invesment (ROI) Return on Invesment merupakan perbandingan antara laba operasi dengan total aktiva. Return on Invesment adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:631) Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on Invesment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dan nilai aktiva (Syafri, 2008:63). Rumus yang digunakan : Laba Operasi Return On Invesment = x 100 % Total Aktiva 3. Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan perbandingan antara laba operasi dengan total ekuitas. Return on Equity merupakan suatu pengukuran dan penghasil (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan didalam perusahaan (Syafri, 2008:305) Return on Equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir, 2009:20). Rumus yang digunakan: Laba Operasi Return On Equity = x 100 % Modal Sendiri Rasio Solvabilitas Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable. Syafri (2008:303) menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
6
panjangnya/kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Yang termasuk rasio solvabilitas antara lain : 1. Debt to Total Asset Ratio (Rasio hutang atas aktiva) Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti resiko finansial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil. Rumus yang digunakan: Total Hutang x 100 % Debt to Asset Ratio = Total Aktiva 2. Debt to Equity Ratio (Rasio hutang atas modal) Rasio hutang atas modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Strukur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12). Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan atara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal perserta dan lain-lain).(Riyanto, 2008:22). Rumus yang digunakan: Total Hutang Debt to Equity Ratio = x 100 % Total Modal Konsep Economic Value Added (EVA) Pengertian EVA EVA (Economic Value Added) atau di Indonesia dikenal dengan istilah Nitami (Nilai Tambah Ekonomis) adalah salah satu alat ukur untuk menilai kinerja keuangan. Menurut Young dan O’Byrne (2001:18) EVA merupakan alat komukasi yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk menghubungkan dengan pasar modal. Ide dasar dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada. EVA membantu para manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan. EVA tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibanding pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan. Economic Value Added (EVA) atau disebut juga dengan nilai tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil mempertimbangkan harapan – harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur modal yang ada (Widayanto, 1993:51) Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba. Laba operasional setelah pajak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
7
menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut (Steward, 1997:10). Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai Economic Value Added (EVA) akan naik terus-menerus, karena Economic Value Added (EVA) adalah tolok ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital). Ada beberapa cara untuk meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan menurut Widayanto (1993:32-33) yaitu : (1) Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal, (2) Mengurangi pemakaian modal, (3) Melakukan investasi pada proyek – proyek dengan tingkat pengembalian tinggi. EVA adalah sisa laba (residual income, excess earning) setelah penyedia modal memberikan kompensasi sesuai tingkat pengembalian (rate of return) yang dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba. Yang dimaksud dengan laba disini adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT) yaitu laba operasi bersih sesudah pajak. Sedangkan biaya kapital adalah biaya bunga pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital = WACC). EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai akibat tingkat pengembalian yang dituntut investor. Manfaat EVA Manfaat dari penerapan EVA menurut Utama (1997:12), antara lain : (1) Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), (2) Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham, (3) Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan, (4) EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan, (5) EVA sebagai motivator perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya, (6) EVA dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modal. Keunggulan dan Kelemahan EVA Economic Value Added (EVA) sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang relatif baru memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. menurut Mirza (1997:10) Keunggulan yang dimiliki metode Economic Value Added (EVA) antara lain: (1) Konsep Economic Value Added (EVA) merupakan alat ukur yang dapat berdiri sendiri tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam satu industri, dan tidak perlu pula membuat suatu analisis kecenderungan dengan tahun–tahun sebelumnya, (2) Konsep Economic Value Added (EVA) adalah pengukur kinerja perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan– harapan pada pemilik modal (kreditur dan pemegang saham) secara adil. Dimana derajat keadilannya dinyatakan dalam ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar, bukan nilai buku, (3) Konsep Economic Value Added (EVA) dapat dipakai sebagai tolok ukur dalam pemberian bonus bagi karyawan. Disamping itu Economic Value Added (EVA) juga merupakan tolok ukur yang tepat untuk memenuhi konsep kepuasan stakeholder yakni bentuk perhatian perusahaan kepada karyawan, pelanggan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
8
dan pemberi modal (kreditur dan investor), (4) Walaupun konsep Economic Value Added (EVA) berorientasi pada kinerja operasional akan tetapi sangat berpengaruh untuk dipertimbangkan dalam penentuan arah strategis perkembangan portofolio perusahaan. Disamping keunggulan – keunggulan yang dimiliki oleh Economic Value Added (EVA) terdapat pula beberapa kelemahan EVA menurut Mirza (1997:68) antara lain : (1) EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen, (2) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham-saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan, (3) Konsep ini tergantung pada transparansi perhitungan EVA secara akurat, dalam kenyataanya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya. Langkah-langkah menentukan EVA Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA sebagai berikut: 1. Menghitung biaya modal utang (Cost of Debt) Menurut Weston dan Brigham (1990:104) biaya modal utang dapat ditentukan sebagai berikut: a. Biaya Utang Sebelum Pajak (before tax cost of debt) Biaya utang sebelum pajak (Kd) diformulasikan sebagai berikut:
Kd
Beban Bunga Kewajiban Jangka Panjang
x100%
Keterangan: Kd = Biaya utang sebelum pajak b. Biaya Utang Setelah Pajak (after tax cost debt) Biaya utang setelah pajak (Ki) dapat dihitung sebagi berikut: K i K d (1 T) Keterangan: K i = Biaya utang setelah pajak Kd = Biaya utang sebelum pajak T = Tarif pajak Untuk mengetahui besarnya tarif pajak dapat dihitung dengan cara : Beban Pajak T =
Laba sebelum pajak 2. Menghitung biaya modal saham (Cost of Equity) Menurut Warsono (2002:147). Biaya modal saham dapat ditentukan sebagai berikut: Ks = Rf + β ( Rm - Rf ) Keterangan: Ks = tingkat pengembalian saham yang diinginkan investor Rf = tingkat pengembalian atas suatu aktiva bebas risiko β = beta, pengukur risiko sistematis saham Rm = tingkat pengembalian pasar Adapun rumus perhitungan besarnya beta berdasarkan pendekatan regresi adalah:
β
n xy ( x)( y) n x 2 x
2
Keterangan: n = Banyaknya periode pengamatan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
9
x = Tingkat hasil pengembalian dari portofolio pasar ( R m ) y = Tingkat hasil pengembalian saham individual ( R i ) Untuk mengetahui tingkat hasil pengembalian dari portofolio pasar ( R m )
Rm t
IHSG t IHSG t 1 IHSG t 1
Keterangan: = Tingkat hasil pengembalian dari portofolio pasar periode t Rm t
IHSG t = Indeks harga saham gabungan periode t IHSG t 1 = Indeks harga saham gabungan sebelum periode t Untuk mengetahui tingkat pengembalian saham individual ( R i )
Ri
Pi t Pi t 1 Di t Pi t 1
Keterangan: Ri = Tingkat hasil pengembalian saham I pada periode t Pi t = Harga saham I pada periode t
Pi t 1 = Harga saham I sebelum periode t Di t = Deviden pada periode t (Widayanto, 1993: 53) 3. Menghitung struktur permodalan dari neraca. Struktur modal biasanya terdiri dari utang dan ekuitas, sehingga dicari: Komposisi utang = rasio utang terhadap jumlah modal Komposisi modal = rasio modal saham terhadap jumlah modal 4. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weight Average Cost of Capital) Menurut Young dan O’Bryne (2001: 149) rumus biaya modal rata-rata tertimbang dapat dihitung sebagai berikut: Utang Ekuitas WACC = (Bi Utang)(1 - T) Bi Ekuitas Pembiayaan Total Pembiayaan Total Adapun rumus lain yang digunakan untuk menghitung WACC menurut Weston and Brigham (1994:116) adalah : WACC = Wd . Kd (1 – T) + Ws . Ks Keterangan: Wd = Bobot dari hutang Kd = Tingkat biaya modal hutang sebelum pajak T = Tingkat pajak yang berlaku Ws = Bobot dari saham biasa Ks = Tingkat biaya modal saham biasa 5. Menghitung EVA Menurut Young dan O’Bryne (2001:32), EVA dihitung sebagai berikut: EVA = NOPAT – Biaya Modal Keterangan: EVA = Economic Value Added (Nilai Tambah Ekonomis) NOPAT = Net Operating After Taxes (Laba Operasi Setelah Pajak) Biaya Modal = WACC x Total Modal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
10
Tolok Ukur Penilaian Kinerja Keuangan dalam EVA Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan: (1) Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan bisa menambah nilai bisnis. Dalam hal ini, karyawan berhak mendapat bonus, kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham bisa mendapatkan pengembalian yang sama atau lebih dari yang ditanam, (2) Jika EVA = 0, maka secara ekonomis “impas” karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham, sehingga karyawan tidak mendapat bonus hanya gaji, (3) Jika EVA < 0, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan tidak sehat, karena perusahaan tidak bisa memberikan nilai tambah. Dalam hal ini karyawan tidak bisa mendapatkan bonus hanya saja kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham tidak mendapat pengembalian yang sepadan dengan yang ditanam. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat studi kasus, yaitu jenis penelitian yang berisikan paparan atau data yang relevan dari hasil penelitian pada obyek penelitian yang mencoba mengetahui dan memecahkan permasalahan yang dihadapi perusahaan. Sedangkan prosedur pemecahan masalah pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tujuannya adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari suatu kasus, individu, kelompok, institusi ataupun masyarakat (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:5). Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter yaitu jenis data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal. Sumber Data Dalam melakukan penelitian ini penulis memperoleh data dari sumber data sekunder yaitu neraca dan laporan laba rugi yang diterbitkan oleh perusahaan food and beverages yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian ini diperoleh dari internet dan pojok BEI Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya (STIESIA). Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam penelitian ini yaitu 3 perusahaan food and beverages yang memiliki skala perusahaan yang sama antara lain PT.Cahaya Kalbar Tbk, PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk, dan PT.Sekar Laut Tbk. Teknik Pengumpulan Data Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mmperoleh data, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) Studi pustaka yaitu Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data tentang perusahaan obyek penelitian yang dilakukan di Bursa Efek Indonesia bukan melalui riset langsung di perusahaan obyek penelitian. (2) Teknik dokumentasi yaitu Teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-catatan tentang perusahaan Food and Beverages, seperti neraca, laporan laba/rugi dan tentang saham.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
11
Satuan kajian Satuan kajian merupakan satuan terkecil obyek penelitian yang diinginkan penulis sebagai klasifikasi pengumpulan data. Penulis menentukan satuan kajian yaitu: (1) Laporan Keuangan, Laporan keuangan yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan food and beverages antara lain PT.Cahaya Kalbar Tbk, Prasidha Aneka Niaga Tbk, dan PT.Sekar Laut Tbk yang terdiri atas laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi. (2) Kinerja Keuangan, Kinerja keuangan yang diukur adalah kinerja PT.Cahaya Kalbar Tbk, PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk, dan PT.Sekar Laut Tbk dengan menggunakan Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas dan Economic Value Added (EVA) Teknik Analisa Data Setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan, maka tahap berikutnya yaitu menganalisis data. Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan memakai metode kualitatif. Langkah – langkah dalam teknik analisis data yang digunakan yaitu: (1) Mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan, laporan keuangan tahunan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012 dan informasi-informasi lain yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini. (2) Menganalisis data dengan menggunakan rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan konsep EVA untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. (3) Melakukan perbandingan kinerja keuangan antar perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain manakah yang paling baik diantara perusahaan sampel. (4) Membuat simpulan kinerja perusahaan mana yang paling baik. (5) Memberikan rekomendasi perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan paling baik sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan konsep EVA, dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan yang telah dicapai oleh PT. Cahaya Kalbar Tbk, PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk, dan PT.Sekar Laut Tbk dari satu periode ke periode lainnya. Kurun waktu yang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama 5 tahun mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. 1. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Rasio Profitabilitas terdiri atas : a. Profit Margin Rasio ini menggambarkan besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjulan yang dilakukan. Berikut adalah tabel hasil perhitungan profit margin : Tabel 1 Hasil Perhitungan Profit Margin Tahun Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Cahaya Kalbar Tbk 5.07% 7.82% 6.48% 11.75% 8.79% PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 8.76% 7.28% 5.58% 3.88% 5.12% PT. Sekar Laut Tbk 2.26% 0.62% 1.82% 2.63% 3.22% Rata-rata 5.37% 5.24% 4.63% 6.09% 5.71% Sumber : Data diolah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
12
Pada tahun 2008 dan 2009 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk mempunyai profit margin diatas perusahaan lain. Sedangkan pada tahun 2010 sampai 2012 PT. Cahaya Kalbar Tbk mampu menghasilkan profit margin diatas perusahaan lainnya dan menandakan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba operasi yang besar dari penjualannya dibandingkan dengan perusahaan lainnya. b. Return On Invesment Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Berikut adalah tabel hasil perhitungan: Tabel 2 Hasil Perhitungan Return On Invesment Tahun Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Cahaya Kalbar Tbk 16.45% 16.44% 5.46% 17.67% 9.61% PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 21.78% 12.20% 11.15% 11.47% 9.79% PT. Sekar Laut Tbk 3.53% 0.87% 2.87% 4.23% 5.19% Rata-rata 13.92% 9.84% 6.50% 11.12% 8.20% Sumber: Data diolah Tahun 2008-2012 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk mempunyai return on equity diatas perusahaan lainnya, hal ini menandakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menggunakan aktivanya lebih baik daripada perusahaan lainnya. c. Return On Equity Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mengelola dan menghasilkan keuntungan dari modal sendiri. Berikut adalah tabel hasil perhitungan: Tabel 3 Perhitungan Return On Equity Tahun Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Cahaya Kalbar Tbk 42.39% 31.00% 15.04% 35.93% 21.30% PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 67.22% 34.39% 23.97% 23.42% 16.32% PT. Sekar Laut Tbk 7.04% 1.50% 4.84% 7.37% 10.00% Rata-rata 38.89% 22.30% 14.62% 22.24% 15.88% Sumber : Data diolah Tahun 2008 sampai 2012 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk berhasil memperoleh laba paling tinggi dengan menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Hal ini menandakan bahwa perusahaan mampu mengelola modalnya dengan maksimal. 2. Rasio Solvabilitas Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas terdiri atas : a. Debt to Total Asset Ratio Rasio ini menunjukkan seberapa besar pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh hutang dibandingkan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut adalah tabel perbandingan debt to total asset ketiga perusahaan :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
13
Tabel 4 Hasil Perhitungan Debt to Total Asset Ratio Tahun Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Cahaya Kalbar Tbk 61.19% 46.97% 63.70% 50.80% 54.91% PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 53% 51% 53% 51% 40% PT. Sekar Laut Tbk 49.9% 42.2% 40.7% 42.6% 48.2% Rata-rata 54.69% 46.72% 52.46% 48.13% 47.70% Sumber : Data diolah Pada tahun 2008 sampai 2012 PT. Sekar Laut Tbk berhasil memperoleh debt to total asset dibawah perusahaan lainnya, hal ini menandakan bahwa perusahaan mampu menekan resiko finansial perusahaan menjadi semakin kecil. b. Debt to Equity Ratio Rasio ini digunakan untuk menunjukkan besarnya pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh kreditor dibandingkan dengan pembiayaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Berikut adalah tabel perbandingan debt to equity ketiga perusahaan: Tabel 5 Hasil perhitungan Debt to Equity Ratio Tahun Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 PT.Cahaya Kalbar Tbk 157.65% 88.59% 175.45% 103.27% 121.77% PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk 112% 104% 115% 104% 67% PT.Sekar Laut Tbk 99.6% 72.9% 68.6% 74.3% 92.9% Rata-rata 123.08% 88.50% 119.68% 93.85% 93.89% Sumber : Data diolah Pada tahun 2008-2012 PT. Sekar Laut Tbk mempunyai prosentase debt to equity ratio yang jauh dibawah perusahaan lain, hal ini berarti perusahaan berhasil mengelola struktur permodalan dengan baik. 3. Konsep EVA (Economic Value Added) EVA digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yang difokuskan pada penciptaan nilai ekonomi perusahaan. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan perhitungan EVA : a. Menghitung Biaya Modal Hutang (Cost of Debt) Biaya modal hutang dapat dihitung sebagai berikut: 1. Menghitung Biaya modal hutang sebelum pajak Biaya modal hutang sebelum pajak diperoleh dari beban bunga dibagi dengan kewajiban jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Kd
Beban Bunga Kewajiban Jangka Panjang
x100%
Berikut adalah hasil perhitungan biaya modal hutang sebelum pajak ketiga perusahaan :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
14
Perusahaan
Tabel 6 Hasil Perhitungan Biaya Hutang Sebelum Pajak 2008 2009 2010
PT. Cahaya Kalbar Tbk.
0.04526
0.12577
0.10690
2011 0.37844
2012 0.67280
PT. Prashida Aneka Niaga Tbk. 0.11165 0.21990 0.31087 0.33652 0.46813 PT. Sekar Laut Tbk. 0.04852 0.08708 0.08920 0.11344 0.09800 Sumber : Data diolah 2. Menghitung besarnya tarif pajak Besarnya tarif pajak diperoleh dari beban pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Berikut adalah hasil perhitungan tarif pajak perusahaan food and beverages : Tabel 7 Hasil Perhitungan Tarif Pajak Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Cahaya Kalbar Tbk. 0.30579 0.27683 0.26738 0.26063 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk. 0.39998 0.23268 0.34546 0.35721 PT. Sekar Laut Tbk. 0.42027 0.03158 0.21683 0.25448 Sumber : Data diolah 3. Menghitung biaya modal hutang setelah pajak Setelah menghitung biaya modal hutang sebelum pajak maka selanjutnya dengan besarnya tarif pajak. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut : K i K d (1 T) Berikut adalah hasil perhitungan biaya modal hutang setelah pajak :
Tabel 8 Hasil Perhitungan Biaya Hutang Setelah Pajak Perusahaan 2008 2009 2010 2011 PT. Cahaya Kalbar Tbk. 0.03142 0.09095 0.07832 0.27981 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk. 0.06699 0.08567 0.14393 0.21631 PT. Sekar Laut Tbk. 0.02813 0.08433 0.06986 0.08457 Sumber : Data diolah
0.30306 0.50445 0.31732
dikalikan
2012 0.46890 0.23198 0.06690
b. Menghitung biaya modal saham (Cost of Equity) Perhitungan biaya modal (cost of equity) dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya dengan CAPM yang melihat cost of equity sebagai penjumlahan dari tingkat bunga tanpa resiko dan selisih tingkat pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar dengan tingkat bunga tanpa resiko dikalikan dengan resiko yang sistematis perusahaan (nilai beta perusahaan). Sehingga jika disajikan dalam rumus menjadi : Ks = Rf + β ( Rm - Rf ) Keterangan: Ks = tingkat pengembalian saham yang diinginkan investor Rf = tingkat pengembalian atas suatu aktiva bebas risiko β = beta, pengukur risiko sistematis saham Rm = tingkat pengembalian pasar Berdasarkan rumus diatas, maka komponen-komponen yang diamati dalam perhitungan biaya modal saham adalah :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
15
1. Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko (Rf) Tingkat suku bunga bebas resiko diambil dari suku bunga rata-rata Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu satu bulan selama satu tahun.
Tabel 9 Perhitungan Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko (Rf) 2008 2009 2010 2011 0.08667 0.07146 0.06500 0.06583
Tahun Rf Sumber : Data diolah
2012 0.05771
2. Tingkat Pengembalian Pasar (Rm) Perhitungan pengembalian pasar didasarkan atas pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal. . Rumus pengembalian pasar ini adalah :
Rm t
IHSG t IHSG t 1 IHSG t 1
Keterangan: = Tingkat hasil pengembalian dari portofolio pasar periode t Rm t
IHSG t = Indeks harga saham gabungan periode t IHSG t 1 = Indeks harga saham gabungan sebelum periode t Berikut adalah hasil perhitungan tingkat pengembalian pasar : Tabel 10 Hasil Perhitungan Tingkat Pengembalian Pasar (Rm) Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah (0.61230) 0.67161 0.40099 0.04785 0.12043 Rata-rata (0.05102) 0.05597 0.03342 0.00399 0.01004 Sumber : Data diolah 3. Perhitungan Tingkat Pengembalian Saham Individu (Ri) Tingkat pengembalian saham individu dihitung dari data perkembangan harga saham individual dan jumlah deviden yang dibagikan pada periode tertentu. Tingkat pengembalian saham individu (Ri) dihitung dengan rumus berikut : Pi t Pi t 1 Di t Ri Pi t 1 Keterangan: Ri = Tingkat hasil pengembalian saham I pada periode t Pi t = Harga saham I pada periode t Pi t 1 = Harga saham I sebelum periode t Di t = Deviden pada periode t Berikut adalah hasil perhitungan tingkat pengembalian saham individu : Tabel 11 Hasil Perhitungan Tingkat Pengembalian Saham Individu (Ri) Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Cahaya Kalbar Tbk. 0.51861 0.91931 0.06268 (0.08948) 0.69182 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 1.96476 0.45765 (0.57276) 2.17123 (0.25904) PT. Sekar Laut Tbk 1.20511 1.06880 (0.05641) 0.01214 0.29786 Sumber : Data diolah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
16
4. Perhitungan Beta (β) Beta merupakan faktor resiko dari perusahaan yang menjadi suatu ukuran terhadap perubahan yang diharapkan pada suatu return saham jika terjadi perubahan pada return pasar. Rumus perhitungan beta melalui pendekatan regresi adalah :
β
n xy ( x)( y) n x 2 x
2
Keterangan: n = Banyaknya periode pengamatan x = Tingkat hasil pengembalian dari portofolio pasar ( R m ) y = Tingkat hasil pengembalian saham individual ( R i ) Berikut adalah tabel perbandingan hasil perhitungan beta (β) dari tiga perusahaan yang telah diteliti : Tabel 12 Hasil Perhitungan koefisien Beta Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 PT.Cahaya kalbar Tbk 1.54314 (0.16374) 0.33748 0.20842 0.33764 PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk 1.53772 (1.08779) 0.25502 0.71251 0.58245 PT.Sekar Laut Tbk (1.54658) (0.35299) (0.02182) (0.00183) (0.03196) Sumber : Data diolah
Setelah semua variabel dihitung dan diketahui, maka selanjutnya bisa dihitung biaya modal saham (Ks) ketiga perusahaan yang diteliti. Berikut adalah hasil perhitungan biaya modal saham: Perusahaan PT.Cahaya Kalbar Tbk
Tabel 13 Hasil Perhitungan Biaya Modal Saham 2008 2009 2010 (0.12581) 0.07400 0.05434
PT.Pasidha Aneka Niaga Tbk PT.Sekar Laut Tbk Sumber : Data diolah
2011 0.05294
2012 0.04161
(0.12368)
0.08831
0.05695
0.02177
0.02994
0.29823
0.07693
0.06569
0.06594
0.05923
c. Menghitung struktur permodalan dan biaya modal rata-rata tertimbang (Weight Average Cost of Capital) Struktur modal diperoleh melalui pembagian rata-rata baik modal hutang maupun modal saham atau modal sendiri dengan total jumlah modal. Sedangkan WACC diketahui dengan cara menghitung proporsi struktur modal dari perusahaan yaitu dengan cara mengalikan masing-masing modal, baik dalam bentuk hutang maupun saham dengan total modal individu. WACC dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : WACC = Wd . Kd (1 – T) + Ws . Ks Keterangan: Wd = Bobot dari hutang Kd = Tingkat biaya modal hutang sebelum pajak T = Tingkat pajak yang berlaku Ws = Bobot dari saham biasa
Ks = Tingkat biaya modal saham biasa
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
17
Hasil perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) perusahaan lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 14 Hasil Perhitungan WACC Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Cahaya Kalbar Tbk (0.03575) 0.08056 0.06241 0.07842 0.05829 PT. Prashida Aneka Niaga Tbk (0.02756) 0.08758 0.05954 0.04969 0.04642 PT.Sekar Laut Tbk
0.21964
0.07872
0.06658
0.06954
0.06073
Sumber : Data diolah d. Menghitung EVA Fungsi dari menghitung EVA adalah untuk mengetahui suatu perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah ekonomi atau tidak. Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba. EVA di formulasikan sebagai berikut : EVA = NOPAT – Biaya Modal Keterangan: EVA = Economic Value Added (Nilai Tambah Ekonomis) NOPAT = Net Operating After Taxes (Laba Operasi Setelah Pajak) NOPAT = Laba Operasi – beban pajak Biaya Modal = WACC x Total Modal Hasil perhitungan EVA dari ketiga perusahaan Food And Beverages adalah : Tabel 15 Hasil Perhitungan EVA Tahun
PT.Cahaya Kalbar Tbk
PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk
PT.Sekar Laut Tbk
2008 2009
95,058,496,989 49,768,768,745
48,244,701,110 18,518,259,098
(18,115,590,514) (7,616,846,085)
2010
17,258,787,403
21,203,007,848
(3,490,047,898)
2011 79,813,508,009 24,807,535,996 (1,523,017,511) 2012 46,336,322,599 22,221,838,561 1,386,732,233 Sumber : Data diolah Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk memiliki nilai EVA yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu bahwa perusahaan yang menghasilkan laba dalam laporan keuangannya belum tentu perusahaan tersebut mampu meciptakan nilai tambah ekonomi atau EVA yang positif yang artinya laba operasi perusahaan tersebut belum cukup untuk memenuhi biaya modal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Apabila ditinjau dari rasio profitabilitas dengan perhitungan Profit Margin, Return on Invesment (ROI), dan Return on Equity (ROI) ketiga perusahaan selama tahun 2008-2012 mengalami kenaikan dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
18
penurunan. akan tetapi PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk memperoleh nilai paling baik jika dibandingkan dengan dua perusahaan lainnya. Hal ini menandakan bahwa PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk mempunyai kemampuan yang lebih dalam mendapatkan laba melalui semua sumber yang dimilikinya. (2) Apabila ditinjau dari rasio solvabilitas dengan perhitungan debt to equity ratio dan debt to total asset pada ketiga perusahaan selama tahun 2008-2012 menunjukkan bahwa PT.Sekar Laut Tbk mempunyai nilai terendah dibandingkan dengan kedua perusahaan lainnya. Hal ini menandakan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan modal dan aktivanya sendiri untuk menjalankan operasinya. (3) Apabila dilihat dari nilai EVA selama tahun 2008-2012 pada perusahaan food and beverages menunjukkan bahwa PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk mempunyai nilai EVA yang positif dan cenderung stabil nilainya jika dibandingkan dengan kedua perusahaan lainnya. Hal ini menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai tambah ekonomi pada para pemegang saham. (4) Dari ketiga perhitungan yang telah dilakukan pada perusahaan food and beverages selama tahun 2008-2012, dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan yang paling baik adalah pada PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk karena memiliki nilai rasio yang baik dan tingkat nilai EVA yang dihasilkan selalu positif dan cenderung stabil jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Sehinggga perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomi bagi perusahaan sesuai dengan harapan para pemegang saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk memiliki nilai yang lebih baik sebagai keputusan investasi dibandingkan dengan perusahaan food and beverages lainnya yang telah diteliti. Saran Adapun saran yang dapat diberikan penulis antara lain : (1) Dalam melakukan pengukuran kinerja perusahaan, manajemen sebaiknya menggunakan analisis rasio keuangan dan metode EVA. Karena kedua cara tersebut merupakan alternatif yang dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja keuangan. Penggunaan analisis rasio keuangan akan dapat memberikan gambaran mengenai perbandingan jumlah satu pos tertentu dengan jumlah pos yang lainnya dalam laporan keuangan, sehingga akan diperoleh perbandingan rasio yang menggambarkan baik buruknya posisi keuangan suatu perusahaan. Sedangkan untuk penggunaan EVA, metode ini lebih mempertimbangangkan pada harapan para penyandang dana dalam melakukan analisis kinerja keuangan. (2) Calon investor yang akan melakukan investasi khususnya pada pasar modal sebaiknya menganalisa laporan keuangan perusahaan yang akan dijadikan tempat berinvestasi terlebih dahulu melalui analisis rasio keuangan serta metode EVA sehingga investor dapat mengetahui berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari investasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Eugene, B and J. Houston. 2001. Fundamentals Of Financial Management. Eighth Edition. Diterjemahkan oleh Herman Wibowo. Manajemen Keuangan. Edisi kedelapan. Erlangga. Jakarta. Hanafi, M. 2004. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta. Helfert, E. 1993. Analisis Laporan Keuangan. Erlangga. Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2012. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 juni 2012. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Jakarta. Masyhuri, M dan Zainuddin. 2008. Metodologi penelitian:pendekatan praktis dan Aplikatif. PT. Refika Aditama. Bandung. Mirza, T. 1997. EVA Sebagai Alat Penilai, Usahawan No.4 TH XXVI (April).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
19
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. YKPN. Yogyakarta. Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Riyanto, B. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE, Yogyakarta. Rousana, M. 1997. Memanfaatkan EVA Untuk Menilai Perusahaan di Pasar Modal Indonesia. Majalah Usahawan No.4 TH XXVI (April): 18-20. Sawir, A. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Stewart, G. B, dan Stern, Joel M. 1997. EVA sebagai Alat Penilai. Majalah Usahawan. No.04 TH XXVI (April). Syafri, H. S. 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Syamsuddin, L. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Utama, S. 1997. Economic Value Added, Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan. Majalah Usahawan no 04 th XXVI, April 1997. Hal 10-13 Wahyono, H. 2002. Komperasi Kinerja Perusahaan Baik dan Asuransi Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta, Jurnal riset ekonomi dan manajemen (Mei). vol. 2 No. 2. Widayanto, G. 1993. Nitami / EVA, Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan. Majalah Usahawan No. 12 TH XXII: 50-51. Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi ketiga. Bayu Media Publishing. Malang. Winarni, F dan Sugiarso G. 2005. Manajemen Keuangan. Media Pressindo. Yogyakarta. Weston, J. F. dan E. F. Brigham. 1994. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Terjemahan Al Fonsus Sirait, Jilid 1, Edisi Kesembilan, Cetakan Pertama, Penerbit Erlangga, Jakarta. Young, S. D. and S. O’Byrne. 2001. EVA and Value-Based Management: A pratical Guide to Implementation, Diterjemahkan oleh Lusy Widjaja. Salemba Empat. Jakarta. ●●●