ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR JASA TERHADAP PEREKONOMIAN DKI JAKARTA (TABEL INPUT OUTPUT DARI SISI PERMINTAAN)
OLEH : RIO HARONI H 14103123
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
N O HARONI. Analisis Keterkaitan dan Dampak Investasi Sektor Jasa terhadap Perekonomian DKI Jakarta. (Tabel Input-Output dari Sisi Permintaan). (dibimbing oleh DEW1 ULFAH WARDANI) Struktur Perekonomian sebuah kota yang relatif maju ditandai dengan semakin besarnya peran sektor jasa dalam menopang perekonomian kota tersebut, sehingga diharapkan peran sektor tersebut akan terus mendominasi dalam memberikan kontribusi nilai tambah terhadap perekonomian. DKI Jakarta, sebagai kota terbesar di Indonesia direncanakan akan dijadikan "kota jasa", kebijakan ini dilakukan sejak dimulainya otonomi daerah pada tahun 2001. Selain itu ha1 ini sesuai dengan Visi dan Misi Kota Jakarta yang mengusung prinsip sebagai kota jasa (sewice city). Kontribusi sektor jasa terhadap perekonomian di DKI Jakarta dapat dilihat dari PDRB dan penyerapan tenaga kerja (70 %). Kontribusi tersebut menjadi penting bagi sektor jasa dalam perkembangan perekonomian DKI Jakarta. Peranan sektor jasa yang begitu besar akan memberikan pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya. Hal ini dapat dlihat melalui analisis keterkaitan, dampak penyebaran, dan dampak multiplier. Untuk mempertahankan sektor jasa dala~nperkembangan perekonomian DKI Jakarta, maka diperlukan invetasi. Ada beberapa ha1 yang menjadi tujuan penelitian ini, diantaranya : (1) Mengetahui keterkaitan sektor jasa dengan sektor-sektor lainnya di DKI Jakarta, (2) Mengetahui berapa besar dampak penyebaran sektor jasa di DKI Jakarta, (3) Mengetahui berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor jasa, ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output, pendapatan, dan gnaga kerja, (4) Mengetahui besarnya Dampak dana Investasi Sektor Jasa terhadap sektor-sektor lainnya dalam Perekonomian DKI Jakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dengan menggunakan tabel Input Output DKI Jakarta tahun 2000 dengan matriks berukuran 89x89 sektor yang selanjutnya di aggregasi menjadi matriks berukuran 19x19 sektor dan data tenaga kerja DKI Jakarta 2000, serta data investasi sektoral DKI Jakarta tahun 2003-2007. Penggunaan Tabel I 0 2000 karena Tabel I 0 tersebut merupakan Tabel I 0 terakhir. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, Pemda DKI Jakarta, Bappeda DKI Jakarta, BPS Kota Jakarta, BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) DKI Jakarta dan beberapa sumber lain yang terkait seperti internet dan surat kabar harian.. Hasil analisis berdasarkan kontribusi, maka sektor jasa memegang peranan penting dalam perekonomian DKI Jakarta. Pada struktur output dan struktur konsumsi, sektor jasa masuk dalam urutan peringkat ke-3 besar. Untuk struktur permintaan antara memegang peranan utama, sedangkan permintaan akhir pada urutan ke-2. Lalu untuk struktur investasi pada urutan ke-4. Untuk analisis keterkaitan ke depan dan kepekaan penyebaran sektor jasa menempati urutan kedua.
Penvujudan DKI Jakarta sebagai kota jasa terlihat dari kontribusi yang besar dalam perekonomian DKI Jakarta. Output sektor jasa mempunyai keterkaitan yang tinggi untuk digunakan dalam rangka mengembangkan sektorsektor lain di dalam perekonomian DKI Jakarta. Berdasarkan ntultipliev, sektor jasa mulai berada pada vrutan ke-10. Hal ini berarti pengembangan sektor jasa tidak memberikan dampak terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja, dibandingkan dengan sektor lain dalam perekonomian DKI Jakarta. Investasi sektor jasa selama Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) selama 2003-2007, sebesar Rp 140,5 trilyun memberikan dampak terhadap output sebesar Rp 245,3 trilyun, pendapatan sebesar 57,3 trilyun, penyerapan tenaga kerja 2,8 juta orang. Adapun saran yang dapat dihasilkan dalam penelitian ini yaito, kontribusi sektor jasa yang tinggi dalam perekonomian DKI Jakarta terdiri dari sektor jasa perdagangan, jasa perbankan, jasa hotel dan restoran, serta jasa lainnya (pemerintah,dll), untuk itu perlu pengembangan lebih lanjut untuk sektor tersebut. Sektor perdagangan perlu dikembangkan karena memiliki keterkaitan ke depan dan kepekaan penyebaran terbesar untuk selanjutnya mengembangkan sektor-sektor yang lain. Dampak nzzrltiplier yaug rendah dari sektor jasa harus diimbangi dengan pemberian dana investasi ke sektor jasa yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan sektor jasa agar dapat memberikan hasil terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja tinggi di DKI Jakarta.
ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR JASA TERHADAP PEREKONOMIAN DKI JAKARTA (TABEL INPUT OUTPUT DARI SISI PERMINTAAN)
OLEH : N O HARONI H 14103123
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleli gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Rio Haroni
Nomor Pokok
: HI4103123
Departemen
: llmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Keterkaitan dan Dampak Investasi
Sektor Jasa terhadap Perekonomian DKI Jakarta (Tabel Input Output dari Sisi Permintaan) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Illnu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, lnstitt~tPertanian
Menyetujui, Dosen Pembimbing
d M.Si. Ir. Dewi ~ 1 k Wardani. NIP. 131 878 941
Tanggal Kelulusan :
0 1 FEE 2C08
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI SKlUPSl ATAU KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TMGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Januari 2008
Rio Haroni HI4103123
RIWAYAT HIDUP
Penulis bemama Rio Haroni lahir pada tanggal 09 September 1984 di Jakarta, sebuah kota yang menjadi pusat ibukota. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Waluyo dan Sri Sulistyani. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN Cisalak I tahun 1996, kernudian melanjutkan ke SLTPN 1 Cimanggis dan lulus pada tahun 1999. kemudian penulis melanjutkan ke SMUN 99 Jakarta dan lulus pada tahun 2002. Setelah tahun kelulusan 2002, penulis pernah melanjutkan pendidikan ke Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dan mengambil jurusan teknik grafika selama satu tahun. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi untuk meraih gelar sarjana. Institut Pertanian Bogor (IPB) dipilih penulis karena pertimbangan IPB merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan jaraknya tidak jauh dari kediaman penulis. Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen
(FEM). Selama lnenjadi mahasiswa, penutis aktif di berbagai organisasi intra kampus seperti Hipotesa dan BEM-H serta berbagai kepanitiaan yang dilakukan dalam organisasi tersebut.
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat ,menyelesaikan skripsi ini. Judul dalam skripsi ini adaiah "Analisis Keterkaitan dan Dampak Investasi Sektor Jasa terlladap Perekonomian DKI Jakarta (Tabel Input-Output dari Sisi Permintaan)". Skripsi ini menganalisis tentang keterkaitan sektor jasa dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian DKI Jakarta, dalam ha1 ini menggunakan analisis Keterkaitan, Dampak penyebaran, dan Nilai Multiplier. Selanjutnya diiihat dampak investasi sektor jasa terhadap sektor-sektor lainnya dalam perekonomian DKI Jakarta, baik dari sisi Output, Pendapatan, maupun penyerapan Tenaga Kerja. Di samping ha1 tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ihnu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan skrisi ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesamya kepada: 1. Ayahanda Waluyo dan Ibunda Sri Sulistyani yang telah memberikan
motivasi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Dewi Ulfah Wardani, M S . , selaku pembimbing skripsi yang telah ~nencurahkanwaktunya dan telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
3. Ir. Parulian Hutagaol, M.S., Ph.D. dan Muhammad Findi, S.E., M.Si.
selaku dosen penguji utama dan komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu yang bennanfaat. 4. Elly Erosa yang selalu senantiasa menemani dalam pencarian data dan
perhitungan serta gambaran rnengenai seluk beluk skripsi serta memberikan perhatian dan semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepala BPS DKI Jakarta, Bpk Dody yang telah mernberikan pengarahan dan data seputar kondisi DKI Jakarta.
6. Bpk Haji Sugeng, Bpk Azim, Bpk Budi selaku bagian promosi di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah DKI Jakarta (BKPMD) yang telah memberikan keterangan mengenai data investasi sektoral di DKI Jakarta.
7. Bu Andri, Bpk Nazaruddin, Bpk Ian, selaku bagian fasilitas di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah DKI Jakarta (BKPMD) dalam urusan investasi sektoral di DKI Jakarta yang telah memberikan data mengenai investasi sektor jasa di DKI jakarta. 8. Bu Maya dan Bu Rita selaku bagian Pengolahan Data dan Informasi
BKPM Pusat yang telah memberikan infonnasi mengenai kondisi investasi di DKI Jakarta.
9. Saudara-Saudara penulis (Mas Indra, Mas Ius, Ina, Dini) yang telah rnemberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-Teman satu PS : Fajar, Wisnu, Oppie, yang telah rnemberikan
semangat dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
11. Telnan-Teman satu Kost'n (l3ulaner's): Rico, Belmond, Aldo, Andi, Iman,
Akim, Aldy, JW yang telah rnembantu dan memberi semangat pantang menyerah kepada penulis. 12. My Best Friend : Mimi, Rico, Heri, Aji, Weni, Nur, Amel, Aldy, Wida, atas supportnya. 13. Reni Jo, Mimi, Jun, Sri, dan Teman-Teman yang mengerjakan skripsi tentang I 0 sehingga penulis bisa sharing dan belajar banyak mengenai analisis Input Output. 14. Teman-teman seperjuangan, Angga, Ria, Ryan, Dio, Desy, Yogi, dan All IE'ers 40 yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan skripsi ini. 15. Departemen Ilmu Ekonomi, Mas Anto, Mbak Ati, Mas Rian, Pak Cecep,
Mas Anwar, Mas Dede, dan semuanya yang telah rnembantu penulis dalam ha1 administrasi. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pen~~lis maupun semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Bogor, Januari 2008
Rio Haroni HI4103123
DAFTAR IS1
Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................................iv DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii I
.
PENDARULUAN ......................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2. Pentlnusan Masalah ................................................................................. 4 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
5 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................... ;................................................... 6
.
I1 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 8
2.1. Kerangka Teoritis .................................................................................... 8 2.1.1. Model Input-Output ........................................................................ 8 2.1.2. Keunggulan dan Kelemahan Analisis Input Output .......................9 2.1.3. Struktur Dasar Tabel Input Output .......................................... 10 13 2.1.4. Fungsi Produksi dalain Tabel Input Output ..................................
17 2.1.5. Asumsi-Asumsi Pada Tabel Input Output .................................... 2.2. Analisis Input Output dari Sisi Penawaran dan Permintaan .................. 18 2.3. Analisis Input-Output ............................................................................ 19 2.3.1. Analisis Keterkaitan...................................................................... 19 2.3.2. Analisis Dampak Penyebaran ....................................................... 20 2.3.3. Analisis Angka Pengganda ........................................................... 20
.. 2.4.1. Output ........................................................................................... 22 2.4.2. Transaksi Antara ........................................................................... 22 2.4.3. Permintaan Akhir ........................................................................ 23 2.4.4. Input Primer .................................................................................. 24
2.4. Konsep dan Definlsl............................................................................... 22
2.4.5. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli ................................. 25 2.4.6. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen ...............................25 2.5. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 26 27 2.6. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 1II.METODE PENELITIAN ........................................................................... 29
29 3.1. Lokasi Penelitian .................................................................................... 3.2. Jenis dan Sumber Data ...........................................................................29 3.3. Metode Analisis ..................................................................................... 30 3.4. Koefisien Input ...................................................................................... 31 3.5. Analisis Keterkaitan............................................................................. 32 3.5.1. Keterkaitan ke Belakang (BackwardLinkage) ............................. 32 33 3.5.2. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage).................................... 3.6. Analisis Dampak Penyebaran ............................................................... 35 35 3.6.1. Indeks Koefisien Penyebaran........................................................ 3.6.2. lndeks Kepekaan Penyebaran ....................................................... 36 3.7. Analisis Pengganda (Multiplier) ............................................................36 3.7.1. Analisis Pengganda (Multiplier) Output Tipe I (Biasa)................ 37 3.7.2. Analisis Pengganda (Multiplier) Output Tipe 11 (Total) ............... 38 3.7.3. Analisis Pengganda (Multiplier) Pendapatan Tipe 1 (Biasa) ........38 3.7.4. Analisis Pengganda (Multiplier) Pendapatan Tipe 11 (Total) .......39 3.7.5. Analisis Pengganda (Multiplier) Tenaga Kerja Tipe I (Biasa) .....40 3.7.6. Analisis Pengganda (Multiplier) Tenaga Kerja Tipe I1 (Total) ....41 41 3.8. Koefisien Pendapatan ............................................................................ 3.9. Koefisien Tenaga Kerja
........................................................................
42
.............................................. 42 IV.GAMBARAN UMUlM WILAYAH ........................................................... 43 4.1. Letak Geografis ...................................................................................... 45 4.1.1. Geografi .................................................................................... 45 45 4.1.2. Iklim .............................................................................................. 4.1.3. Batas Wilayah ............................................................................... 45 4.2. Gambaran Umum Ekonomi DKI Jakarta............................................... 46 3.10. Analisis Dampak Investasi Sektor Jasa
.
V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................48 5.1 Peranan Sektor Jasa terhadap Struktur Perekonomian DKI Jakarta .......48 49 5.1 .1. Struktur Output Sektoral ............................................................... 51 5.1.2. Struktur Permintaan .................................................................... 5.1.3. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah ...52 54 5.1.4. Struktur Investasi .......................................................................... 55 5.2. Analisis Keterkaitan............................................................................... 5.2.1. Keterkaitan Langsung ke Depan (Forward Linkage) ................... 55 5.2.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Bachvard Linkage) ............56 58 5.3. Analisis Dampak Penyebaran ................................................................ 5.3.1. Koefisien Penyebaran ................................................................... 59 5.3.2. Kepekaan Penyebaran ................................................................... 59 60 5.4. Analisis Multiplier ................................................................................. 5.4.1. Multiplier Output .......................................................................... 61 5.4.2. Multiplier Pendapatan................................................................... 64 5.4.3. Multiplier Tenaga Kerja ................................................................ 66 5.5. Investasi Sektor Jasa di DKI Jakarta...................................................... 69 5.6. Dampak Investasi Sektor Jasa terhadap Perekonomian DKI Jakarta ....71
.
V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 74 6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 74
.....................................................................................................75 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 76 6.2. Saran
LAMPIRAN ...................................................................................................... 77
,
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
............................. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di DKI Jakarta ................... Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di DKI Jakarta ............. Bentuk Umum Tabel Input-Output dengan Dua Sektor Produksi ........
1.1. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Jasa dan Non Jasa
3
1.2.
3
1.3. 2.1.
3 12
2.2. Nilai Multiplier Output, Pendapatan. dan Tenaga Kerja Tipe I dan Tipe I1..............................................................................................26 4.1. Nilai Persentase PDRB Propinsi-Propinsi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2002 .................................................................................... 46 4.2. Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2002-2005 (Juta Rupiah) ....................................... 47 5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2005 (Juta Rupiah) ........................
49
5.2. Struktur Output Sektoral Perekonomian DKI Jakarta Tahun 2000 (Juta Rupiah) ...................................................................................................50 5.3 Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian DKI Jakarta Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah) ............ 52 5.4. Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadap Sektor Perekonomian di DKI Jakarta Tahun 2000 Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah) ............................................................................... 53 5.5. Struktur Investasi Sektor Perekonomian DKI Jakarta Tahun 2000 ........
54
5.6. Nilai Keterkaitan Langsung ke Depan dan Keterkaitan Langsung ke Belakang ............................................................................................57 5.7. Nilai Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran ......................... 60
5.8. Nilai Multiplier Output. Pendapatan. dan Tenaga Kerja Tipe I & I1 ......
61
5.9. Nilai PMDN Sektor Jasa dalaln Perekonomian DKI Jakarta .................
69
...................
70
5.10. Nilai PMA Sektor Jasa dalam Perekonomian DKI Jakarta
5.1 1.Dampak Investasi Sektor Jasa Terhadap Output (Juta Rupiah). Pendapatan (Juta Rupiah). dan Tenaga Kerja (Orang) .........................
71
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1. PDRB Atas Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2002-2006 ........
1
2.1. Kerangka Pemikiran ................................................................................28 4.1. Peta DKI Jakarta ..................................................................................... 44 5.1. Diagram Multiplier Output .....................................................................64
5.2. Diagram Multiplier Pendapatan .......................................................
66
5.3. Diagram Multiplier Tenaga Kerja ....................................................... 68
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Tabel Klasifikasi 89 Sektor dan 19 Sektor ............................................. 80
2.
Tabel Input Output DKI Jakarta Tahun 2000 Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen .............................................................................
84
3.
Matriks Koefisen Teknis ......................................................................... 87
4.
Matriks Kebalikan Leontief Terbuka ......................................................89
5
.
Matriks Kebalikan Leontief Terhttup ..............................................
91
1.1. Latar Belakang Struktur Perekonomian sebuah kota yang relatif maju ditandai dengan semakin besarnya peran sektor jasa dalam menopang perekonomian kota tersebut, sehingga diharapkan peran sektor tersebut akan terns mendominasi dalam memberikan kontribusi nilai tambah terhadap perekonomian.
DKI Jakarta, sebagai kota terbesar di Indonesia direncanakan akan dijadikan "kota jasa", kebijakan ini dilakukan sejak dimuiainya otonomi daerah pada tahun 2001. Selain itu ha1 ini sesuai dengan Visi dan Misi Kota Jakarta yang mengusung prinsip sebagai kota jasa (service cify). Berdasarkan PDRB kota Jakarta, dapat dilihat orientasi sektor yang memegang perekonomian DKI Jakarta adalah sektor jasa khususnya sektor jasa keuangan dan sektor jasa perdagangan, hotel, dan restoran. (perhatikan Gambar 1).
-
Perlambangan dan Galian
-+-lndustri Pengolahan
+Bangunan dan Konsbuksi
+Jasa Pengangkutandan Komunikasi
-x-
Lishik. Gas, dan Air Minum
-4- JaPa Perdagangan, Hotel, dan Restoran
-a- Jasa Keuanoan, Penewaan dan Jasa Perusahaan
Gambar 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Warga Konstan Menurut Lapangan Usaha : 2000-2006 (Juta Rupiah)
Untuk mendukung fungsi Propinsi DKI Jakarta sebagai Kota Jasa (service city), pembangunan yang dilakukan harus dapat mendukung fungsi-fungsi
pelayanan kota baik untuk kepentingan lokal, nasional maupun internasional. Penjabaran sebagai Kota Jasa (service city) adalah menjadikan Propinsi DKI Jakarta sebagai: 1. Pusat Pelayanan Masyarakat
2. Pusat Perdagangan dan Distribusi
3. Pusat Keuangan
4. Pusat Pariwisata
5. Pusat Pelatihan dan Informasi Guna menyamakan persepsi tentang arah dan kebijakan umum pembangunan, perlu dirumuskan visi dan misi pembangunan Propinsi DKI Jakarta, sehingga terbangun komitmen yang kuat dari pemerintah, sektor swasta dan warga Jakarta untuk bersama membangun kotanya. Di sisi lain visi dan misi ini juga menjadi acuan dalam merumuskan program-program pembangunan. Tabel 1.1 menunjukkan nilai dan persentase dari penyerapan tenaga kerja sektor jasa dan non jasa. Jumlah penyerapan tenaga kerja di wilayah DKI Jakarta ternyata lebih banyak didominasi oleh sektor jasa jika dibandingkan dengan sektor non jasa dan jumlahnya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2002 - 2006. peningkatan yang signifikan ke tahun berikutnya mengindikasikan bahwa sektor jasa memegang peranan penting dalam perekonomian DKI Jakarta.
Tabel 1.1. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Jasa dan Sektor Non Jasa
sumber :Badan Pusat Statistik, 2007 Sektor jasa yang terdapat pada DKI Jakarta terdiri dari jasa perdagangan, hotel, dan restoran, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta jasa - jasa lainnya. Sedangkan sektor non jasa terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri, sektor listrik, gas, dan air minum, dan sektor bangunan dan konstruksi. Pada Tabel 1.2 memperlihatkan sektor jasa yang paling memegang peranan dalam penyerapan tenaga kerja yaitu jasa perdagangan. Nilai penyerapan tenaga kerja pada sektor ini selalu mengalami peningkatan rata-rata pertahun sebesar 37,13 persen. Selanjutnya sektor jasa-jasa lainnya merupakan sektor kedua terbesar dalam penyerapan tenaga kerja dala~nperekonomian DKI Jakarta. Tabel 1.2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di DKI Jakarta
7 8 9
dan ~estoran Jasa Angkutan dan Komunikasi Jasa Keuangan Asuransi Jasa-Jasa Lainnya Jumlah
283,471
316,058
310,616
318.239
308,821
183,008 774,183 3,290,806
205,966 768,360 3,379,202
216,363 805.999 3,497,359
234.502 792,485 3,485,819
285,060 916.263 3,812,590
sumber :Badan Pusat Statistik, 2007
Posisi sektor jasa yang penting dalam perekonomian DKI Jakarta tentu memberikan dampak terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. Pentingnya sektor jasa terlihat dari kontribusinya terhadap PDRB dan penyerapan Tenaga Kerja sehingga ha1 ini sesuai dengan visi misi DKI Jakarta dalam mewujudkan Kota Jasa dan untuk selanjutnya perlu diketahui keterkaitan sektor jasa terhadap sektor jasa itu sendiri maupun terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya di DKI Jakarta. Keterkaitan yang kuat, menunjukkan peran yang besar dari sektor jasa tersebut dan berkembangnya sektor jasa akan mendorong berkembangnya sektor-sektor perekonomian lainnya termasuk sektor jasa itu sendiri. Hal inilah yang selanjutnya mendasarkan peneliti untuk melakukan penelitian tentang "Keterkaitan dan Dampak Investasi Sektor Jasa Terhadap Sektor-Sektor Lain dalam Perekonomian DKI Jakarta. 1.2. Permasalahan DKI Jakarta memiliki visi dan misi sebagai kota jasa. Perwujudan sebagai kota jasa dilaksanakan setelah otonomi DKI Jakarta tahun 2001. Sektor jasa merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari share sektor jasa terhadap PDRB DKI Jakarta. Sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Pengembangan sektor jasa tentu tidak lepas dari pengembangan sektor-sektor lainnya dalam ha1 ini dapat dilihat dengan analisis keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang, serta analisis dampak penyebaran. Selanjutnya pembangunan sektor jasa akan memberikan dampak mztlplier.
Berdasarkan keadaan di atas maka dapat diambil suatu permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut diantaranya : 1. Bagaimanakah keterkaitan sektor jasa dengan sektor-sektor lainnya di DKI
Jakarta? . 2. Berapa besar dampak penyebaran sektor jasa di DKI Jakarta?
3. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor jasa, ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja?
4. Seberapa Besar dampak dana investasi sektor jasa terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian DKI Jakarta? 1.3. Tujuan
.
Ada beberapa ha1 yang menjadi tujuan penelitian ini, diantaranya :
1. Mengetahui keterkaitan sektor jasa dengan sektor-sektor lainnya di DKI Jakarta. 2. Mengetahui berapa besar dampak penyebaran sektor jasa di DKI Jakarta.
3. Mengetahui berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor jasa, ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja.
4. Mengetahui besarnya Dampak dana Investasi Sektor Jasa terhadap sektorsektor lainnya dalam Perekonomian DKI Jakarta. 1.4. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai media pembelajaran dalam menerapkan teori-teori ekonomi yang dipelajari selama kuliah.
2. Bahan referensi atau bahan acuan bagi penulis lain dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut. 3. Pemerintah @usat dan daerah), selaku pembuat kebi,jakan dan pengambil
keputusan dalam ~nerencanakanarah dan strategi pembangunan kota Jakarta. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini adalah ~nelihatketerkaitan dan melihat besarnya dampak investasi sektor jasa terhadap sektor-sektor lainnya dalam perekonomian DKI Jakarta, dengan menggunakan tabel Input Output DKI Jakarta tahun 2000 dengan matriks berukuran 89x89 sektor yang selanjutnya di aggregasi menjadi matriks berukuran 19x19 sektor. Data yang digunakan adalah data Tabel Transaksi Total Atas Harga Produsen DKI Jakarta tahun 2000. Sektor jasa dalam penelitian ini meliputi sektor jasa perdagangan, sektor jasa hotel dan restoran, sektor jasa pengangkutan dan komunikasi, sektor perbankan, real estate, kawasan industri, dan perkantoran, dan sektor jasa lainnya. Sedangkan sektor non jasa terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri makanan, sektor industri tekstil, sektor industri kayu, sektor industri kertas, sektor industri kimia dasar, sektor industri barang karet & barang plastik, sektor industri mineral non logam, sektor industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik, sektor industri alat angkutan & transportasi lainnya, sektor industri lainnya, sektor listrik, gas, dan air minum, dan sektor bangunan & konstruksi.
Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan dampak investasi sektor jasa. perhitungan berdasarkan total investasi (PMA dan PMDN) rata-rata per tahun, yakni tahun 2003-2007. Pengambilan tahun tersebut didasarkan saat mulai dilaksanakannya visi dan misi DKI Jakarta sebagai kota jasa yaitu selama Rencana Pembangunan Jangka Menengall Daerah DKI Jakarta (RPJMD).
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Model Input-Output
Tabel Input Output (1-0) pertama kali diperkenalkan oleh W. Leontief pada tahun 1930-an. Menurut BPS (2000), Tabel Input Output merupakan tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa antarsektor ekonomi dalam bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris menyajikan informasi penjualan dari sebuah sektor ke berbagai sektor lainnya. Sedangkan isian sepanjang kolom menyajikan informasi tentang jumlah pembelian input (input antara atau input primer ) dari sektor lainnya. Adapun tujuan dari penyusunan Tabel 1-0 adalah (Widodo, 2006):
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.
2. Berfungsi sebagai kerangka model dalam studi kuantitatif seperti analisis dampak dan keterkaitan antar sektor, prediksi perekonomian, dan ketenagakerjaan. 3. Mampu menggambarkan perubahan/perekonomian suatu daerah.
4. Menyediakan informasi lengkap dan menyeluruh tentang struktur penggunaan barang dan jasa pada masing-masing sektor serta poia distribusi yang dihasilkan. Menurut BPS (2000), terdapat beberapa kegunaan dalam analisis 1-0, diantaranya yaitu:
1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah,
impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi. 2. Mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap peltuinbuhan perekonomian. 3. Menganalisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh langsung
dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.
4. Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. 2.1.2. Keunggulan dan Kelemahan Analisis 1-0
Menurut Widodo (2006), terdapat beberapa keunggulan dan kelernahan di dalam analisis input output. Adapun keunggulan analisis input output yaitu:
1. Kemampuannya untuk melihat sektor demi sektor dalam perekonomian secara rinci sehingga membuat analisis 1-0 cocok bagi proses perencanaan. 2. Kemampuan menganalisis keterkaitan dan hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian. Sedangkan kelemahan analisis input output yaitu: 1 . Terkait dengan analisis kuantitatif input output memiliki keterbatasan
bahwa koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi. Dengan demikian teknologi yang
digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalarn proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. 2.1.3. Struktur Dasar Tabel Input Output
Di setiap perekonomian, output yang diproduksi oleh suatu sektor ekonomi yang didistribusikan kepada dua macam pemakai, yaitu sektor produksi serta konsumen akhir. Pemakai pertama merupakan tipe pengguna output yang menjadikan output dari sektor produksi lain menjadi input dalam proses produksinya, sedangkan pemakai kedua merupakan jenis pemakai output yang output sektor tersebut sebagai permintaan akhirnya. Dalam input antara dapat terjadi arus perpindahan barang antar sektor. Misalnya dari sektor i ke sektor j dapat dapat pula terjadi perpindahan dalam sektor itu sendiri (perpindahan intrasektor), perpindahan terjadi dari sektor i ke sektorjjika i=j. Misalnya nilai arus barang dari sektor i ke sektor j diberi notasi Zij, total output sektor i diberi notasi Xi dan total permintaan akhir sektor i diberi notasi Y ; . Dengan demikian dapat dituliskan :
X,= Zj, + Zi2+ ...+ Zin + yi
...................... ,......................................... (2.1)
Persamaan di atas menunjukkan distribusi dari output sektor i. Ouput sektor i (Xi) dapat didistribusikan ke sektor produksi lain (Zi,) maupun dialokasikan kepada pemakai akhir (Yi). Pemakai akhir terdiri dari rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak luar negeri. Permintaan akhir yang dilakukan oleh rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga, permintaan akhir yang
dilakukan oleh perusahaan adalah investasi, pennintaan akhir yang dilakukan oleh pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah, dan permintaan akhir dari luar negeri disebut ekspor. Persamaan tersebut diatas juga menunjukkan bahwa terdapat n sektor di dalam perekonomian, dengan demikian terdapat n persamaan untuk seluruh perekonomian.
Jika dinotasikan dalarn tabel matriks, untuk setiap kolom dapat dituliskan satu vektor kolom berisikan.
Koefisen ZII mencerminkan jumlah input yang diperlukan oleh sektor 1 yang berasal dari sektor 1 itu sendiri dan
221
adalah jumlah input sektor 1 yang
berasal dari sektor 2. vektor kolom di atas menunjukkan struktur input sektor 1. vektor tersebut menunjukkan besarnya input sektor 1 dari sektor-sektor lain dan juga berasal dari sektor I itu sendiri. Input seperti ini dinamakan input antara. Selain input antara, dalam proses produksi juga membutuhkan input primer, antara lain, tenaga kerja, modal, tanah dan lainnya. Dengan mengg~~nakan faktor produksi tersebut maka ada balas jasa yang akan diterima. Balas jasa yang
diterima oleh faktor produksi tersebut dinamakan nilai tambah dari proses produksi. Tabel 2.1. BentukUmum Tabel Transaksi Tabel Input Output dengan Dua Sektor Produksi Sektor Produks'
Permintaan Akhir
N
NI
N2
Nc
NI
NG
NE
N
Impor
M
MI
M2
Mc
MI
MG
ME
M
Total Input
X
XI
X2
C
I
G
E
X
Sumber: Miller dan Blair, 1985 Tabel 2.1 menunjukkan transaksi antar komponen suatu perekonomian pada suatu waktu. Diasumsikan bahwa dalam perekonomian hanya terdapat dua sektor produksi, yaitu sektor 1 dan 2, terdapat empat komponen permintaan akhir, yaitu kousumsi rumah tangga (C), investasi perusahaan (I),
pengeluaran
pemerintah (G) dan ekspor luar negeri (E), dua faktor produksi yaitu tenaga kerja dengan balas jasa upah (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N). Disamping itu sektor-sektor produksi maupun pengguna akhir juga dapat membeli barang dari luar negeri dalam bentuk impor (M), dalam tabel diatas terjadi suatu keseirnbangan dimana total input sama dengan total output.
Dari transaksi input output yang ada dapat dibentuk inatrik input antara dan matriks input primer. Mahiks input antara :
Mahiks input primer:
Bentuk matriks permintaan akhir dari masing-masing sektor perekonomian tersebut adalah:
2.1.4. Fuugsi Produksi dalam Model Input Output
Dalam model 1-0 terdapat asumsi dasar dimana aliran interindustri mengalir dari sektor industri i ke sektor industrij. Berikut ini merupakan analisis model 1-0, z, merupakan aliran barang dari sektor i ke sektor j, dan X, adalah total output sektor j, dari kedua rasio tersebut akan diperoleh suatu koefisien teknologi yang dinotasikan dengan ai,sebagai berikut:
Persamaan di atas menunjukkan bahwa seluruh sektor koefisien a, mencerminkan hubungan antara output sektor j dengan input-nya yang berasal dari sektor i dan hubungan keduanya bersifat tetap. Koefisien a,
ini
menunjukkan jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektorj. Jika terdapat n sektor dalam perekonomian, maka akan diperoleh sebanyak n x n koefisien . Seluruh koefisien ai,tersebut jika dinyatakan dalam matriks akan menjadi matriks teknologi.
Matriks A ini sering pula disebut dengan matriks teknologi. Disebut demikian karena kalau kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, setiap kolom kei matriks A ini menunjukkan komposisi input antara atau komposisi bahan baku
yang digunakan oleh setiap sektor i. Struktur input tersebut tidak lain menunjukkan teknologi yang digunakan oleh sektor i yang bersangkutan. Dengan menggunakan definisi dari koefisien teknologi maka kita akan mendapatkan model Leontif sebagai berikut:
Metode produksi untuk sektor i tersebut juga ditunjukkan oleh kolom ke-i di dalam matriks A. Matriks A hanya memuat komposisi atau struktur input antara, tanpa ada komposisi atau struktur penggunaan input primer. Untuk mendapatkan struktur input primer dari setiap sektor, harus dilihat elemen-elemen di dalam matriks input primernya. Dengan diketahuinya koefisien teknologi maka kita dapat menuliskan:
aij
Dengan menggeser seluruh elemen ke kiri, kecuali Yi, didapat bentuk:
Persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan cara menggabungkan X i sehingga menjadi:
Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dibuat dalam bentuk matriks seperti di bawah ini:
Sistem persamaan di atas dapat dituliskan dalam notasi matriks yang lebih sederhana sebagai berikut:
Jika terdapat perubahan dalam permintaan akhir, maka persamaan matriks dapat dituliskan:
Matriks (LA)-' biasa disebut dengan matriks kebalikan Leontief. Elemen matriks ini dinotasikan dengan aij, dan mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan pemintaan akhir terhadap output sektor-sektor di dalam perekonomian.
Di dalam matrik Tabel Input-Output terdapat empat kuadran, yaitu kuadran I, 11, 111, IV. Menurut Tarigan (2002), definisi empat kuadran tersebut adalah: a. Kuadran I (Intermediate Quadrant) Pada kuadran I, setiap sel yang terdapat di dalamnya merupakan transaksi antar barang dan jasa yang digunakan dala proses produksi. Hal ini mengindikasikan adanya saling ketergantungan antar sektor. Matrik yang terdapat pada kuadran satu ini bersifat endogen. Sedangkan di luar kaudran I ini bersifat eksogen. Endogen disini berarti tidak dapat berubah kecuali terjadi perubahan pada variabel eksogennya. b. Kuadran I1 (Final Demand Quadran) Pada kuadran ini terjadi penjualan barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian tertentu dengan tujuan untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir disini terdiri dari rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetaplinvestasi, serta ekspor. c. Kuadran 111 (Primary Input Quadrant) Menunjukkan input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektorsektor dalam kuadran antara. Komponen dalam kuadran ini terdiri dari pendapatan
rumah tangga (upahtgaji), pajak tidak langsung, surplus usaha, penyusutan, jumlah seluruh nilai tambah ini akan menghasilkan PDRB wilayah tersebut. d. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) Kuadran ini merupakan input primer pem~intaanakhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan kuadran permintaan akhir tanpa adanya sisteln produksi atau kuadran antara.
2.1.5. Asumsi-asumsi Pada Model Input-Output Pada model input output terdapat beberapa asumsi yang digunakan, yaitu: 1. Keseragaman (Homogenity) Masing-masing sektor memproduksi suatu input melalui satu cara dengan struktur input tertentu serta tidak ada substitusi diantara masing-masing input atau output tersebut.
2. Keseimbangan (Proportionality) Input antara bagi suatu sektor merupakan fungsi linear terhadap tingkat output yang bersangkutan. Yaitu jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor akan meningkat atau berkurang secara proporsional linier terhadap kenaikan atau penurunan output sektor yang bersangkutan.
3. Penambahan (Additivity) Dampak total dari pelaksanaan produksi berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah.
2.2. Analisis Input-Output dari Sisi Penawaran dan Sisi Permintaan
Terdapat perbedaan antara analisis Input-Output dari sisi penawaran dengan analisis input output dari sisi permintaan dalam ha1 faktor eksogennya. Analisis Input Output sisi permintaan menggunakan permintaan akhir sebagai faktor eksogennya. Sedangkan analisis Input Output sisi penawaran menggunakan faktor input primer sebagai faktor eksogennya. Sedangkan faktor endogen adalah sama yaitu sebagai output dalam analisis Input-Output sisi permintaan dan sisi penawaran. Dalam Penelitian ini penulis membatasi kajian analisis pada sisi pennintaan. adapun komponen yang terdapat dalam permintaan akhir terdiri dari konsumsi, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Konsumsi rumah tangga merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk pembelian barang dan jasa. Konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pertahanan baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Konsumsi pemerintah meliputi belanja pegawai, pembangunan infrastruktur, dan peralatan perang. Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembelian barang-barang modal barn baik dari dalam negeri maupun impor. Pembentukan modal tetap yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri (domestik). Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok pada awal tahun. Yang terakhir adalah ekspor yaitu transfer barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor tertentu ke sektor yang
lain. Ekspor terbagi menjadi dua yaitu ekspor dalaln negeri dan luar negeri (BPS, 2000) 2.3 Analisis Input-Output 2.3.1. Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan merupakan dasar rumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian dalam suatu perekonomian. Terdapat dua jenis keterkaitan yaitu keterkaitan ke depan (forward linkage) yang berarti peningkatan output suatu sektor tertentu akibat permintaan akhir yang selanjutnya output tersebut akan didistribusikan ke sektorsektor lainnya. Sedangkan keterkaitan ke belakang (backward lingkage) menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi. Keterkaitan langsung antar sektor perkonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien teknis langsung. Sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan Leontief. Matriks Kebalikan Leontief ( a ) disebut koefisien keterkaitan karena lnengandung informasi yang penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menggunakan tingkat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ke belakang dan ke depan dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam:
1. Keterkaitan Langsung ke Depan, akibat suatu sektor tertentu yang dikarenakan penggunaan sebagian output sektor tertentu tersebut secara langsung.
2. Keterkaitan Langsung ke Belakang, akibat suatu sektor tertentu yang
dikarenakan penyediaan input dari sektor lain secara langsung. 3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan, akibat suatu sektor
tertentu yang dikarenakan penggunaan sebagian output sektor tertentu tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang, akibat suatu sektor tertentu yang dikarenakan penyediaan input dari sektor lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.3.2 Analisis Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran ini terbagi menjadi dua yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor hulunya. Koefisien penyebaran ini disebut juga indeks daya penyebaran ke belakang. Sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Kepekaan penyebaran ini disebut indeks daya penyebaran ke depan.
2.3.3. Analisis Angka Pengganda (Mt~ltiplier) Analisis multiplier dapat dibagi menjadi tiga, yaitu multiplier output tipe I dan tipe 11, multiplier pendapatan tipe I dan tipe I1 dan multiplier tenaga kerja tipe
I dan tipe I1 (Nazara, 2005). a. Multiplier Output Tipe I (Biasa)
Analisis multiplier output tipe I digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap output baik secara langsung dan tidak langsung dalam perekonomian suatu wilayah. b. Multiplier Output Tipe I1 (Total) Analisis multiplier output tipe I1 digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap output baik secara langsung dan tidak langsung dengan menambahkan efek induksi rumah tangga dalam perekonomian suatu wilayah. c. Multipler Pendapatan Tipe I (Biasa) Analisis multiplier pendapatan tipe I digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap peningkatan pendapatan seluruh sektor baik secara langsung dan tidak langsung dalam perekonomian suatu wilayah. d. Multipler Pendapatan Tipe 11 (Total) Analisis multiplier pendapatan tipe I1 digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap peningkatan pendapatan seluruh sektor baik secara langsung dan tidak langsung dengan menambahkan efek induksi rumah tangga dalam perekonomian suatu wilayah. e. Multiplier Tenaga Kerja Tipe I (Biasa) Analisis multiplier tenaga kerja tipe I digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap perubahan kesempatan kerja yang terjadi di seluruh sektor baik secara langsung dan tidak langsung dalam
f. Multiplier Tenaga Kerja Tipe I1 (Total)
Analisis multiplier tenaga kerja tipe I1 digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh permintaan akhir terhadap perubahan kesempatan kerja yang terjadi di seluruh sektor baik secara langsung dan tidak langsung dalam perekonomian suatu wilayah dengan menambahkan efek induksi rumah tangga dalam perekonomian suatu wilayah. 2.4. Konsep dan Definisi
Berdasarkan tabel 1-0 DKI Jakarta tahun 2000 terdapat beberapa konsep dan definisi dari analisis Input-Output yang dijadikan dasar penelitian. 2.4.1. Output
Pengertian output dalam tabel 1-0 merupakan output domestik, yaitu nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di dalam negeri atau domestik tanpa membedakan asal-usul pelaku produksinya. Pelaku merupakan perusahaan dan perorangan dalam negeri atau perusahaan atau perorangan asing. Jika unit usaha yang produksinya berupa barang, maka output merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Namun, jika usaha yang bergerak dibidang jasa, maka ouput merupakan nilai yang diterima dari jasa tersebut. 2.4.2. Transaksi Antara
Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Isian sepanjang baris dalam transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input
sektor-sektor lain untuk keperluan produksi, yang kita sebut sebagai permintaan antara. Pada isian sepanjang kolom menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor, yang disebut sebagai input antara. 2.4.3. Permintaan Akhir
Permintaan akhir merupakan permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Yang termasuk dalarn permintam akhir adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. a). Pengeluaran Rumah Tangga Merupakan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua barang tahan lama dan tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup konsumsi yang dilakukan di luar negeri maupun di dalanl negeri. b). Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pengeluaran pemerintah dapat berupa belanja pegawai, pembelian peralatan militer dan juga pengeluaran untuk pembangunan. c). Pembentukan Modal Tetap Meliputi pengadaan, pembuatan atau pelnbelian barang-barang modal baru baik ekspor maupun impor, termasuk barang modal bekas dari daerah lain.
Pembentukan modal tetap yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor -sektor ekonomi dalam negeri. d). Perubahan Stok Merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. e). Ekspor dan Impor Ekspor dan impor barang dan jasa dalam tabel 1-0 lneliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. 2.4.4. Input Primer
Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara output dengan input antara. a). Upah dan Gaji Mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. b). Surplus Usaha Merupakan balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah, dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Penghitungan surplus usaha adalah nilai tambah brut0 dikurangi dengan upah atau gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.
c). Penyusutan
Merupakan penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d). Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto merupakan selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung terdiri dari pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan pajak penjualan atas barang mewah dan lainnya. Konsep pajak tak langsung berkebalikan dari subsidi, oleh karena itu pengaruh pajak tak langsung akan negatif terhadap perekonomian. e). Subsidi Subsidi merupakan bantuan yang diberikan kepada produsen. Subsidi pada dasamya adalah tambahan pendapatan bagi produsen. Oleh karena itu subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negatif. 2.4.5. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga pembeli Tabel transaksi dimana unsur margin perdagangan
dan
biaya
pengangkutan masih tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membeli.
2.4.6. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen Tabel Transaksi dimana unsur margin dan perdagangan dan biaya pengangkutan dipisahkan dan diperlakukan sebagai input yang dibeli dari sektor perdagangan dan pengangkutan.
2.5. Penelitian Terdahuiu
Penelitian sebelumnya yang dimasukan dalarn penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2005). Penelitian tersebut menganalisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya Dalam Perekonomian Propinsi Daerah lstihewa Yogyakarta. Pendekatan analisis 1-0 yang digunakan yaitu dari sisi permintaan dengan menggunakan tabel 1-0 atas dasar harga produsen tahun
Tabel 2.2. Nilai Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Tipe I dan
Sumber : Penelitian Dwi Pangestu Ujiani, Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya Dalam Perekonomian Daerah Istitnewa Yogyakarta, 2005. Hasil
perhitungan
memberikan
gambaran
lnengenai
multiplier.
Berdasarkan Tabel 2.2, terlihat bahwa untuk Tipe I, nilai Muliiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja pada sektor Jasa Pariwisata berturut-turut berada pada urutan 4, 3, dan 7. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor jasa pariwisata sebesar satu-satuan maka akan ~neningkatkanoutput, pendapatan, dan tenaga kerja berturut-turut di seluruh sektor perekonomian pada dua sektor tersebut sebesar 1,798, 1,861, dan 1,897 orang..
Untuk tipe 11, nilai Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja pada sektor Jasa Pariwisata berturut-turut berada pada urutan 5,3, dan 8. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan aWlir pada sektor jasa pariwisata sebesar satusatuan maka akan meningkatkan output, pendapatan, dan tenaga kerja berturutturut di selun~hsektor perekonomian pada dua sektor tersebut sebesar 2,215, 2,411, dao 2,322 orang dengan efek induksi rumah tangga.
2.6. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai visi dan misi mewujudkan kota jasa. Sektor jasa dalam perekonomian DKI Jakarta memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Pemberian investasi yang tepat sasaran kepada sektor jasa akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap perekonomian DKI Jakarta. Perhitungan yang dilakukan menggunakan tabel Input-Output DKI Jakarta tahun 2000 dengan matriks 89x89 sektor yang selanjutnya di agregasi menjadi matriks berukuran 19x19 sektor. Adapun Software yang digunakan adalah Microsoft Excell 2003.
Perhitungan Input-Output akan memberikan gambaran peranan sektor jasa terhadap sektor lainnya. Sektor jasa dalam penelitian ini meliputi sektor jasa perdagangan, sektor jasa hotel dan restoran, sektor jasa pengangkutan dan komunikasi, sektorjasa perbankan, real estate, kawasan industri, dan perkantoran, dan sektor jasa lainnya.
.
I
Struktur Perekonomian DKI Jakarta
r-----l
Sektor Lainnya
Sektor Jasa
1 Analisis Keterkaitan
Analisis Dampak Penyebaran
I
I
Multiplier
Dampak Investasi Sektor Jasa
I
Keterkaitan dan Dampak Investasi Sektor Jasa Terhadap Perekonomian DKI Jakarta Keterangan: 1. Sektor Jasa Perdagangan dan Reparasi 2. Sektor Jasa Hotel dan Restoran 3. Sektor Jasa Pengangkutan dan Komunikasi 4. Sektor Jasa Perbankan, Real Estate, Kaw. Industri, dan Perkantoran 5. Sektor Jasa Lainnya
/-7
-+
Metode Analisis Gambar 2.1. Kerangka Pemikirsn
I
HI. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penulis mengambil kota Jakarta sebagai objek penelitian karena dalam perkembangan perekonomian DKI Jakata, sektor jasa telah memberikan kontribusi yang besar dalam PDRB dan penyerapan tenaga kerja, ha1 ini sesuai dengan visi dan misi serta fungsi kota Jakarta sebagai kota jasa. Untuk itu perlu dilihat keterkaitan sektor jasa dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian DKI Jakarta, dalam ha1 ini menggunakan analisis keterkaitan, dampak penyebaran, dan multiplier dari sektor jasa tersebut terhadap sektor-sektor lainnya. Selanjutnya diperlukan investasi pada sektor jasa untuk tetap mempertahankan peranan sektorjasa terhadap perekonomian DKI jakarta. 3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dengan menggunakan tabel Input-Output DKI Jakarta tahun 2000 dengan matriks berukuran 89x89 sektor yang selanjutnya di aggregasi menjadi matriks berukuran
19x19 sektor dan data tenaga kerja DKI Jakarta 2000. Penggunaan Tabel I 0 2000 karena Tabel I 0 tersebut merupakan Tabel I 0 terakhir. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, Pemda DKI Jakarta, Bappeda DKI Jakarta, BPS Kota Jakarta, BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah) DKI Jakarta dan beberapa sumber lain yang terkait seperti internet dan surat kabar harian.
3.3. Metode Analisis
Metode yang digunakan dala~npenelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif menekankan pada penggambaran wilayah yang menjadi studi penelitian, dalam ha1 ini adalah Kota Jakarta. Sedangkan metode kuantitatif menekankan pada perhitungan pada hal-ha1 yang berkaitan pada tujuan penelitian. Metode analisis yang digunakan untuk pencapaian tujuan tersebut adalah metode Input Output. Metode ini bertujuan melihat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian di suatu wilayah untuk suatu periode tertentu. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Tabel Input Output (10). Tabel I 0 merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang kegiatan transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antara satuan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu (BPS, 2000). Tabel I 0 itu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu Tabel I 0 berdasarkan Harga Pembeli dan Atas Dasar Harga Produsen serta Atas Dasar Harga Domestik. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli merupakan tabel transaksi dimana unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan masih tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membeli. Tabei Transaksi Atas Dasar Harga Produsen merupakan tabel transaksi dimana unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan dipisahkan dan diperlakukan sebagai input yang dibeli dari sektor perdagangan dan pengangkutan. Dalam penelitian ini menggunakan tabel InputOutput Atas Dasar Harga Produsen. Sedangkan yang membedakan Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Domestik merupakan tabel transaksi dimana unsur
ehpor yang tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membeli (BPS, 2000).
Dalam pengolahan data peneliti menggunakan program Microsoft Excel 2003. 3.4. Koefisien Input
Koefisien input atau di sebut juga koefisien teknologi diterjemahkan sebagai jumlah input yang digunakan untuk memproduksi satu unit output sektorj yang berasal dari sektor i. Koefisien Input ini dirumuskan dengan :
dimana: a,
= Koefisien
Input
Dari rumus koefisien teknis di'atas dapat dituliskan dalam matriks sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dibuat dalam bentuk matriks
"1 I"] I;- F]
seperti di bawah ini:
;::
. .
apt1
a,,,
X
.'.
a,,"
................(3.3)
=
X" X
A X + F = XAtau F= X-AX
+
,F"
X"
F
X
Sistem persamaan di atas dapat dituliskan dalam notasi matriks yang lebih sederhana sebagai berikut: (I-A) X
=F
................................................................ (3.4)
Jika terdapat pembahan dalam pennintaan akhir, maka persamaan matriks dapat dituliskan:
x=p-A)-' Y
................................................................ (3.5)
dimana :
I
=
Matriks identitas berukuran n x n yang memuat angka satu pada diagonalnya dan no1 pada yang lainnya.
F
= permintaan akhir
X
=output
(I -A)
= matriks Leontief
(I- A)-' = matriks kebalikan Leontief 3.5. Analisis Keterkaitan
Analisis ini melihat dampak output dari kenyataan bahwa pada dasarnya sektor-sektor dalaln perekonomian tersebut saling berpengaruh.
3.5.1. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) Peningkatan output sektor i, merupakan akibat peningkatan permintaan akhir sektor i sehingga meningkatkan penggunaan input produksi sektor i tersebut secara langsung. Peningkatan penggunaan input produksi tersebut dikarenakan peningkatan output dan dapat dirumuskan seperti di bawah ini:
dimana: B(d)j : keterkaitan ke belakang sektorj langsung aij
: unsur matriks koefisien teknis
Peningkatan output suatu sektor juga akan menimbulkan pengaruh tidak langsung di samping pengaruh langsung. Total pengaruh kenaikan satu unit moneter permintaan akhir terhadap seluruh sektor produksi ditunjukkan oleh matriks kebalikan Leontif (I-A)". Dampak langsung dan tidak langsung dari keterkaitan ke belakang ini disebut keterkaitan ke belakang total dan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
dimana: B(d + i)
: keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (total backward
lingkages) sektorj ij
: unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
Apabila diketahui nilai keterkaitan ke belakang langsung dan keterkaitan totalnya maka kita akan dapat memperoleh nilai keterkaitan ke belakang tidak langsung yang besamya merupakan selisih antara kedua nilai tersebut. 3.5.2. Keterkaitan ke Depan (Forwad Linkage)
Peningkatan output produksi sektor i akibat peningkatan permintaan akhir output sektor i. Peningkatan output tersebut akan didistribusikan ke sektor-sektor perekonomian lainnya.
Keterkaitan langsung ke depan suatu sektor dapat dirumuskan seperti di bawah ini:
Dimana: F(d)i :keterkaitan ke depan sektor i langsung aij
: unsur matriks koefisien teknis
Selanjutnya peningkatan tidak hanya berhenti di situ saja. Terdapat efek lanjutan dari peningkatan output yang langsung tadi yaitu efek tidak langsung dari keterkaitan ke depan. Efek langsung dan tidak langsung ke depan terjabarkan dalam matriks kebalikan output (I-A)-'. Dapat disimpulkan bahwa efek total keterkaitan langsung ke depan merupakan penjumlahan efek langung ke depan dengan efek tidak langsung ke depan. Rumus untuk keterkaitan total ke depan (keterkaitan Iangsung dan tidak langsung ke depan) yaitu:
dimana: F ( d + i ) , : keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan (total forward lingkages) sektorj : matriks kebalikan Leontief model terbuka
3.6. Analisis Dampak Penyebaran
Model 1-0 memulai dorongan dan pembangunan ekonomi dari sudut pandang permintaan akhir (Demand Side Economy), yaitu komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan ekspor. Analisis dampak penyebaran ini terbagi menjadi dua yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertu~nbuhan sektor hulunya. Koefisien penyebaran ini disebut juga indeks daya penyebaran ke belakang. Sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Kepekaan penyebaran ini disebut indeks daya penyebaran ke depan. 3.6.1. Indeks Koefisien Penyebaran Indeks koefisien penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan sektor industri hulunya. Indeks koefisien penyebaran sektorj dapat dirumuskan sebagai berikut :
dimana:
P4
: indeks koefisien penyebaran sektorj
a,
: unsur matriks kebalikan Leontif model terbuka Jika indeks koefisien lebih besar dari satu berarti sektor tersebut
mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi. Namun jika indeks koefisien kurang
dari satu berarti menunjukkan bahwa daya penyebaran sektor tersebut lebih rendah d q i rata-rata. 3.6.2. Indeks Kepekaan Penyebaran
Indeks kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan sektor industri hilirnya. Indeks koefisien penyebaran sektorj dapat dirumuskan sebagai berikut :
Sd, = m
2% .................................................................................... (3.1 1 ) c2%i j-1
j=1 j=1
dimana: Sd;.
: indeks koefisien penyebaran sektor i
aij
: unsur matriks kebalikan Leontif model terbuka
Jika indeks koefisien lebih besar dari satu berarti sektor tersebut mempunyai kaitan ke depan yang tinggi atau output yang dihasilkan oleh sektor tersebut merupakan komoditi antara (bahan baku bagi sektor perekonomian lainnya). Namun jika indeks koefisien kurang dari satu berarti menunjukkan bahwa daya penyebaran sektor tersebut lebih rendah dari rata-rata. 3.7. Analisis Pengganda (Multiplier)
Analisis pengganda dalam Input Output terbagi menjadi dua model yaitu model terbuka dan tertutup. Analisis pengganda model terbuka, faktor rumah tangga diperlakukan Sebagai faktor eksogen, angka pengganda yang dihasilkan disebut angka pengganda biasa (Simple multiplier). Sedangkan analisis pengganda
dengan model tertutup, rumah tangga diperlakukan sebagai faktor endogen. Angka pengganda yang dihasilkan disebut angka pengganda total (Total multiplier). Pengganda ini selain memperhitungkan dampak langsung dan tidak
langsung juga memperhitungkan dampak tambahan berupa indzrced effect, akibat masuknya rumah tangga sebagai suatu sektor dalam perekonomian. Nilai-nilai multiplier biasa dan mzrltiplier total ini dapat ditentukan dengan mendasarkan perhitungan dari matriks kebalikan Leontief. Nilai multiplier tipe I dan tipe I1 dari multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja didapatkan dengan membagi nilai multiplier biasa dan multiplier total dengan efek awai (koefisien pendapatan atau koefisien tenaga kerja. 3.7.1. Analisis Pengganda Output (Multiplier) tipe I (Biasa) Adanya peningkatan permintaan akhir (final demand) pada suatu sektor akan meningkatkan output itu sendiri dan sektor-sektor lain dalam perekonomian. Peningkatan output sektor-sektor lain ini tercipta akibat adanya efek langsung dan tidak langsung (hubungan teknis antar sektor) dari peningkatan permintaan akhir. Besarnya kelipatan perubahan output regional akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor dikenal dengan istilah angka pengganda output. Angka pengganda output (suatu sektor) adalah nilai total dari ouput yang dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi (atau akibat) adanya perubahan suatu unit uang permintaan akhir sektor tersebut. Besarnya angka pengganda output untuk sektor ke-n di dalam perekonomian dihitung dari penjumlahan kololn ke-n dari matriks Kebalikan Leontief
untuk
perekonomian
yang
bersangkutan.
Sehingga,
dengan
menggunakan notasi a ij bagi elemen matrik Kebalikan Leontief tersebut, angka pengganda output didefinisikan: n
0, = C a w
................................................................................................. (3.12)
i=l
dimana : 0,
:Multiplier Output Tipe I
a,i
: Matriks Kebalikan Leontief Terbuka
3.7.2. Analisis Pengganda (Multiplier) Output tipe I1 (Total)
Analisis pengganda tipe I1 digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh kenaikan satu satuan permintaan akhir didalam perekonomian suatu wilayah terhadap output sektor lain baik secara langsung maupun tidak langsung dengan penambahan efek induksi rumah tangga. Perhitungan ntultiplier tipe 11 ini dirumuskan sebagai berikut:
dimana:
0, -
a,
:Multiplier Output Tipe I1 : Matriks Kebalikan Leontief tertutup
3.7.3. Analisis Pengganda (Multiplier) Pendapatan Tipe I
Analisis mttltiplier pendapatan tipe I merupakan suatu analisis yang dipergunakan untuk mengetahui bagaimana besamya peningkatan pendapatan seluruh sektor sebagai akibat peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan.
Hal ini berarti apabila satuan permintaan akhir naik sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan total pendapatan rumah tangga seluruh sektor dalam perekonomian sebesar nilai tnultiplier pendapatan sektor tersebut.
dimana :
I;.
:Multiplier pendapatan tipe I sektor i :Multiplier pendapatan biasa sektor i
av
:Matriks kebalikan Leontif terbuka
a,,+lj
: Koefisien pendapatan sektor i
3.7.4. Analisis Pengganda (Multiplier) Pendapatan Tipe I1 Analisis multiplier pendapatan tipe I1 merupakan suatu analisis yang dipergunakan untuk mengetahui bagaimana besarnya peningkatan pendapatan seluruh sektor sebagai akibat peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan. Hal ini berarti apabila satuan permintaan akhir naik sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan total pendapatan rumah tangga seluruh sektor dalam perekonomian sebesar nilai multiplier pendapatan sektor tersebut. Analisis ini dimaksudkan untuk perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung dan juga menghitung pengaruh efek induksi rumah tangga (induce
effect).
Hj y I. --
a,+,,j
.................................................................................................... .(3.17)
dimana : -
Yj
Hj a,,
:Multiplier pendapatan tipe I1 sektor i ;Multiplier pendapatan total sektor i
: Matriks kebalikan Leontiftertutup : Koefisien pendapatan sektor i
3.7.5. Analisis Pengganda (Multiplier)Tenaga Kerja Tipe I
Analisis multiplier tenaga kerja tipe 1 merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengukur besamya perubahan kesempatan kerja yang terjadi pada selumh sektor dalam perekonomian yang dikarenakan penambahan pemintaan akhir sebesar satu satuan baik secara langsung dan tidak langsung.
dimana :
4
:Multiplier tenaga kerja tipe I sektor i
E,
: Multiplier tenaga kerja biasa sektor i
aij
: Matriks kebalikan Leontif terbuka
w,+,j : Koefisien tenaga kerja
3.7.6. Analisis Pengganda (Multiplier) Tenaga Kerja Tipe I1 Analisis multiplier tenaga kerja tipe I1 merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengukur besamya perubahan kesempatan kerja yang terjadi pada seluruh sektor dalam perekonomian yang dikarenakan penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan baik secara langsung dan tidak langsung dengan penambahan efek induksi rumah tangga.
dimana :
Wj
-
El
:Multiplier tenaga kerja tipe I1 sektor i :Multiplier tenaga kerja total sektor i
- a , as :Matriks kebalikan Leontif tertutup w,+lj
: Koefisien tenaga kerja
3.8. Koefisien Pendapatan (6) Koefisien pendapatan menunjukkan besamya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan diperlukan untuk ~nencaridampak perubahan permintaan akhir terhadap pembentukan pendapatan. Rumusnya adalah :
dilnana :
ai:koefisien pendapatan sektor i
a:jumlah upah dan gaji :jumlah input total sektor i
3.9. Koefisien Tenaga Kerja (P) Koefisien tenaga kerja menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja diperlukan untuk mencari dalnpak perubahan permintaan akhir terhadap pembentukan tenaga kerja. Rumusnya adalah :
dimana :
/Ii:koefisien tenaga kerja sektor i Li:jumlah tenaga kerja sektor i X, :jumlah input total sektor i 3.10. Analisis Dampak Investasi Sektor Jasa Dalam penelitian ini, sektor-sektor yang terdapat di wilayah DKI Jakarta lnerupakan hasil aggregasi 19 sektor dari 89 sektor perekonornian DKI Jakarta.. Untuk rumus perhitungan mengenai dampak dapat dilihat di bawah: a) Dampak terhadap pembentukan output,
A X = (I-A)-' AY b) Dampak terhadap pendapatan rumah tangga,
AI
= o,+,(I-A)-'
AY
c) Dampak terhadap penyerapan tenaga kerja,
A L= w,+' (I-A)-' AY
dimana : AX
= danpak terhadap pembentukan output
AI
= dampak terhadap pendapatan rumah tangga
AL
=
AY
= investasi sektoral
(I-A)-'
= matriks
a,+'
= koefisien
dampak terhadap penyerapan tenaga kerja
kebalikan Leontief terbuka pendapatan
w , + ~ = koefisien tenaga kerja
IV. GAMB
UMUM WILAYAH
Jakarta merupakan Ibukota Negara yang memiliki kesitimewaan, karena mempunyai dua fimgsi, yakni selain sebagai pusat ibukota juga sebagai pusat perekonomian. Luas wilayah jakarta sekitar 661,52 krn2
dan terdiri dari
Kotamadya Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara serta Kabupaten Kepulauan Seribu, secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.1.
~oi-bf$bqzi Sumber : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta
Garnbar 4.1. Peta DKI Jakarta
4.1. Letak Geografis 4.1.1. Geografi
Kota Jakarta terletak pada koordinat 5'19'12"
sampai 6'23'54"
Lintang
Selatan dan 106O22'42" sampai 106°58'18" Bujur Timur. Luas DKI Jakarta 650 km2/65.000 ha. Ketinggian tanah 0-10 M di atas permukaan laut (dari titik 0 Tanjung Priok) dan 5-50 M di atas permukaan laut (dari Banjir Kana1 sampai batas selatan DKI Jakarta). 4.1.2. Iklim
Jakarta beriklim tropis, dengan suhu tahunan rata-rata 27' C dengan kelembaban 80-90%. Karena terletak di dekat garis khatulistiwa, arah angin dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim barat bertiup antara november dan april, sedangkan angin musim timur antara mei dan oktober. Suhu sehari-hari kota Jakarta dipengaruhi angin laut yang nyaman karena di sepanjang pantai. Curah hujan rata-rata 2.000 mm, curah hujan paling besar sekitar bulan Januari dan paling kecil pada bulan Sepember. 4.1.3. Batas Wilayah
Luas wilayah sekitar 661,52 km2, dan berupa lautan seluas 6.977,5 km2. Wilayah administrasi propinsi DKI terbagi rnenjadi 5 wilayah kotamadya dan satu Kabupaten Administratif, yaitu : Kotamadya Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara serta Kabupaten Kepulauan Seribu dengan luas masing-masing 147,53 km2, 187,75 km2, 48,20 km2, 126,15 km2, 141,88 km2 dan 11,87 km2. Batas wilayah Kota Jakarta berbatasan dengan:
Sebelah Selatan
:Kota Depok
Sebelah Timur
: Propinsi Jawa Barat
Sebelah Barat
:Propinsi Banten
Sebelah Utara
: Laut Jawa
4.2. Gambaran Umum Ekonomi DKI Jakarta
DKI Jakarta adalah kota yang mempunyai keisti~newaanyaitu sebagai ibukota negara Indonesia. DKI Jakarta mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Sebagai pusat perekonomian DKI Jakarta merupakan provinsi (kota) dengin nilai persentase PDRB tertinggi (Tabel 4.1). Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian DKI Jakarta memegang peranan terhadap perekonomian nasional. Tabel 4.1. Nilai Persentase PDRB Propinsi-Propinsi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2002 Propinsi 2000 / 2001 1 2002
1
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2000 Adapun sektor yang berperan penting dalam pembentukan PDRB DKI Jakarta adalah sektor jasa. Pada Tabel 4.2, terlihat bahwa sektor yang mempunyai peranan terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta selama tahun 2002-2005 adalah sektor jasa perbankan, real estate, kaw. Industri, dan perkantoran dengan kontribusi sebesar 3 1,53 persen, sektor jasa
1
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 21,03 persen serta sektor industri pengolahan sebesar 17,45 persen. Penempatan 2 sektor jasa tersebut sebesar 52,56 persen yang dominan lnengindikasikan
bahwa kota Jakarta mempunyai arahan untuk l n e n j a d i kota jasa.
Tabel 4.2. Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta Atas Dasar Harm
lndustri dan Perkantoran. Jasa-Jasa Lainnya
PDRB
(
1 1
80,606,200.341 29,522,482.141 250,331,156.551
83,803,540.271 31,069,561.751 263,624,241,891
Sumber :Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (2005)
87,294,377.241 90,874,270.08 32,515,484,291 34,160.466.53 278,524,822.221 295,270,318.88
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Peranan Sektor Jasa Terhadap Struktur Perekonomian DKI Jakarta
Struktur Perekonomian sebuah kota yang relatif maju ditandai dengan seinakin besarnya peran sektor jasa dalaln menopang perekonomian kota tersebut, sehingga diharapkan peran sektor tersebut akan terus mendominasi dalam memberikan kontribusi nilai tambah terhadap perekonomian.
DKI Jakarta, sebagai kota terbesar di Indonesia direncanakan akan dijadikan "kota jasa". Hal ini sesuai dengan Visi dan Misi Kota Jakarta yang lnengusung prinsip sebagai kota jasa (sewice city). Sektor jasa dalam penelitian ini meliputi sektor jasa perdagangan, sektor jasa hotel dan restoran, sektor jasa pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa perbankan, real estate, kawasan industri, dan perkantoran, dan sektorjasa lainnya. Sedangkan sektor non jasa terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri makanan, sektor industri tekstil, sektor industri kayu, sektor industri kertas, sektor industri kimia dasar, sektor industri barang karet & barang plastik, sektor industri mineral non logam, sektor industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik, sektor industri alat angkutan & transportasi lainnya, sektor industri lainnya, sektor listrik, gas, dan air minum, dan sektor bangunan & konstruksi. Sektor jasa dalam perekonomian DKI Jakarta telah tnemberikan kontribusi terhadap perekonomian Jakarta. Kontribusi yang diberikan yaitu kepada persentase rata-rata penyerapan tenaga kerja di Jakarta pada tahun 2002-2006,
yakni sebesar 75,56 persen. Sedangkan kontribusi sektor jasa terhadap Produk Domestik Regional Bmto (F'DRB) selama kurun waktu 2002-2006, yakni sebesar 71,43 persen (Tabel 4.2). Sedangkan untuk sektor non jasa share masing-masing terhadap penyerapan tenaga kerja dan PDRB, yakni sebesar 24,44 persen dan 28,57 persen. Hal inilah yang menjadikan dasar bahwa perjalanan DKI Jakarta menuju kota jasa (Tabel 4.2). Selanjutnya pada Tabel 5.1 memuat informasi tentang subsektor jasa apa saja yang memberikan nilai kontribusi terhadap DKI Jakarta. Tabel 5.1. Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta Sektor Jasa Atas
Dari tabel tersebut diperoleh bahwa subsektor jasa pos dan telekomunikasi sebesar 19,5 persen adalah sub sektor jasa yang lnempunyai pertumbuhan terbesar. Sedangkan subsektor jasa penunjang komunikasi menempati urutan kedua dengan nilai sebesar 12, persen. Untuk posisi ketiga adalah subsektor jasa angkutan jalan raya sebesar 8,s persen.
5.1.1. Struktur Output Sektoral Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan dala~n suatu sektor perekonomian. Tabei 5.2 memperlihatkan Nilai Output DKI Jakarta berdasarkan tabel Input-Output yaitu sebesar Rp 366,4 triliun, nilai output tersebut merupakan nilai produksi barang dan jasa sektor-sektor perekonomian DKI Jakarta tahun 2000. Tabel 5.2. Struktur Output sektoral Perekonomian DKI Jakarta tahun 2000
Sumber: Tabel Input-Ouput DKI Jakarta tahun 2000(diolah)
Pada Tabel 5.2 terlihat kontribusi output sektor jasa dalam perekonornian Jakarta memiliki nilai tertinggi yakni Rp 200,l trilyun (54,6 persen). Sedangkan sektor non jasa merniliki kontribusi output untuk perekonomian Jakarta sebesar Rp 166,2 trilyun (45,4 persen). Dari nilai tersebut sektor jasa lainnya merupakan yang tertinggi diantara sektor-sektor yang terdapat di Jakarta, yakni sebesar Rp 57,6 trilyun (15,7 persen). Sedangkan nilai terbesar kedua adalah sektor jasa perbankan, real estate, kawasan industri, dan perkantoran, yakni sebesar Rp 48,6 trilyun (13,3 persen). Selanjutnya pada urutan ketiga yaitu sektor jasa perdagangan dengan nilai Rp 443 trilyun (12,l persen). Untuk sektor non jasa, kontribusi output terbesar dalam perekonornian Jakarta yaitu sektor bangunan dan konstruksi sebesar Rp 39,l trilyun (10,7 persen) dan berada pada urutan empat.
5.1.2 Struktur Permintaan Berdasarkan Tabel Input Output DKI Jakarta tahun 2000 dengan matriks berukuran 89x89 sektor, total permintaan barang dan jasa sebesar 1.403 triliun. Jumlah tersebut terdiri atas permintaan antara sebesar Rp 172 trilyun dan permintaan akhir sebesar Rp 1.23 1 trilyun. Berdasarkan Tabel 5.3 dapat di lihat bahwa nilai permintaan antara sektor jasa perdagangan sebesar 12,22 persen dari total permintaan antara dan merupakan nilai persentase tertinggi diantara sektor yang lainnya. Nilai yang tinggi pada sektor jasa menunjukkan tingginya peranan output sektor tersebut yang dihasilkan untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya. Sedangkan untuk permintaan akhir sektor jasa hanya pada urutan kedua (11,95 persen) setelah industri logam dasar, barang logam, dan mesin (12,lO
persen). Untuk total permintaan seluruh sektor perekonotnian Jakarta (1 9 sektor), sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah sektor jasa lainnya, yakni dengan persentase sebesar 11,96 persen. Tabel 5.3, Struktur Permintaan Antara dan Permiutaan Akhir Sektor-Sektor
Estate, Ka~vasanInd. &
Sumber : Tabel Input-Output DKI Jakarta 2000, Klasifikasi 19 sektor (diolah)
5.1.3. Struktur Kousumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Mengacu pada tabel input output, nilai konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta adalah sebesar Rp 99,4 trilyun. Dari tabel tersebut dapat terlihat dengan
jelas bahwa konsumsi rumah tangga dido~ninasioleh sektor jasa. Konsumsi rumah tangga tertinggi diperoleh sektor jasa perbankan, real estate, kawasan industri, & perkantoran sebesar 21,13 persen. Sedangkan perolehan terbesar kedua dan ketiga dari konsumsi rumah tangga adalah sektor jasa lainnya sebesar 19,05 persen dan sektorjasa hotel & restoran sebesar 16,94 persen. Tahel 5.4. Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadao Sektor Perekonomian di DKI Jakarta Tahun 2000
Ind. & Perkantoran Jasa Lainnya Total
21,006,387 18,939,696 99,436,377
21.13 19.05 100.00
0 9,481,744 9,481,744
0 100 100
Sumber :Tabel Input-Ouptut DKI Jakarta Tahun 2000, Klasifikasi 19 sektor (diolah) Berdasarkan Tabel 5.4 pula, dapat dilihat konsumsi pemerintah adalah sebesar 9,4 trilyun atau 100 persen dari keseluruhan total konsumsi pe~nerintahitu
sendiri yang dialokasikan untuk sektor jasa lainnya. Sektor jasa lainnya ini terdiri dari jasa pemerintahan, jasa kemasyarakatan, dan jasa lainnya. (Lihat Lampiran). 5.1.4. Struktur Investasi Tabel 5.5. Struktur Investasi Sektor Perekonomian DKI Jakarta Tahun 2000
Sumber :Tabel Input-Output DKI Jakarta 2000, Klasifikasi 19 sektor (diolah) Nilai investasi pada tabel Input Output men~pakan penjumlahan dari pembentukan modal tetap dan perubahan stok. Pada Tabel 5.5 investasi perekonomian di DKI Jakarta pada tahun 2000 sebesar 71,2 trilyun yang terdiri dari pembentukan modal dan perubahan stok masing-masing sebesar 69,4 triliun
dan 1,s triliun. Untuk investasi tertinggi dalam perekonomian DKI jakarta diperoleh oleh sektor Bangunan dan Konstruksi yaitu 48,21 persen sedangkan untuk sektor jasa hanya pada urutan empat yaitu sektor jasa perdagangan, yaitu 10,lO persen. Untuk investasi di sektor jasa, urutan dari tertinggi ke terendah adalah sektor jasa perdagangan, sektor jasa pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa lainnya masing- masing sebesar 10,l persen, 0,82 persen, dan 0,12 persen.
5.2. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan terdiri dari keterkaitan ke depan forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage). Nilai keterkaitan langsung dapat diperoleh dari matriks koefisien teknis atau matriks Leontief, sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung diperoleh dari matriks kebalikan Leontief.
5.2.1. Keterkaitan ke Depan Berdasarkan Tabel 5.6, sektor yang memiliki nilai keterkaitan ke depan terbesar adalah sektor industri kimia, barang kimia, dan fa~masi,yaitu sebesar 1,23. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka secara langsung akan meningkatkan output sektor industri kimia, barang kimia, dan farmasi dan sektor-sektor lain yang menggunakan output sektor tersebut sebesar 1,23 satuan. Sedangkan sektor jasa perdagangan pada urutan kedua yaitu sebesar 1,20. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan
maka secara langsung akan meningkatkan output sektor jasa perdagangan dan sektor-sektor lain yang menggunakan output sektor tersebut sebesar 1,20 satuan. Sedangkan posisi ketiga yaitu jasa-jasa lainnya sebesar 0,86. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka secara langsung akan meningkatkan output sektor tersebut dan sektor-sektor lain yang menggunakan output sektor tersebut sebesar 0,86 satuan. Untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung d m tidak langsung ke depan terbesar adalah sektor industri kimia, barang kimia, dan farmasi, yaitu sebesar 3,90. Hal ini berarti setiap kenaikan permintam akhir sebesar satu satuan maka akan meningkatkan output sektor industri kimia, barang kimia, dan farmasi dan juga sektor-sektor lain yang menggunakan output sektor tersebut sebesar 3,90 satuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan urutan kedua yaitu sektor jasa perdagangan, yakni sebesar
3,33. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka akan meningkGkan output sektor perdagangan dan juga sektor-sektor lain yang menggunakan output sektor tersebut sebesar 3,33 satuan baik secara langsung maupun tidak langsung. 5.2.2. Keterkaitan ke Belakang
Pada Tabel 5.6 terlihat bahwa sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang terbesar adalah sektor industri makanan, minuman, dan rokok yaitu sebesar 0,71. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka akan meningkatkan output sektor industri makanan, minuman,
dan rokok dan sektor-sektor lain yang menyediakan input sektor tersebut sebesar 0,71 satuan secara langsung.
Sedangkan untuk sektor jasa yang berperan adalah sektor jasa hotel dan restoran yaitu 0,54 (umtan 10). Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka akan meningkatkan output sektor jasa hotel dan restoran dan sektor-sektor lain yang menyediakan input sektor tersebut sebesar 0,54 satuan secara langsung. Untuk sektor jasa yang mempunyai nilai keterkaitan langsung ke belakang terbesar kedua dan ketiga yaitu jasa lainnya sebesar 0,44 serta sektor jasa pengangkutan, dan komunikasi sebesar 0,42. Tabel 5.6. Nilai Keterkaitan Langsung ke Depan dan Keterkaitan Langsung
Sumber : Tabel Input-Output DKI Jakarta 2000, Klasfikasi 19 Sektor
Untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, sektor yang memiliki nilai terbesar adalah sektor logam dasar, barang logarn, dan mesin yaitu sebesar 2,45. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka akan meningkatkan output sektor logam dasar, barang logam, dan mesin d m sektor-sektor lain yang menyediakan input sektor tersebut sebesar 2,45 satuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk sektor jasa hanya menempati urutan 10 yaitu sektor jasa hotel dan restoran yaitu sebesar 2,OO. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka akan meningkatkan output sektor jasa hotel dan restoran dan sektor-sektor lain yang menyediakan input sektor tersebut sebesar 2,00 satuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk urutan sektor jasa, yang memegang peranan terbesar kedua yaitu jasa lainnya menempati urutan kedua terbesar dengan nilai 1,81. Pada urutan ketiga yaitu jasa pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,79. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka akan meningkatkan output sektor tersebut dan sektor-sektor lain yang menyediakan input sektor tersebut masing-masing sebesar 1,81 d m 1,79 baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.3. Analisis Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran ini terbagi menjadi dua yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor hulunya. Koefisien penyebaran ini disebut juga indeks daya penyebaran ke belakang.
Sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor hilimya. Kepekaan penyebaran ini disebut indeks daya penyebaran ke depan. 5.3.1. Koefisien Penyebaran
Pada Tabel 5.7, sektor yang mempunyai nilai koefisien penyebaran terbesar adalah sektor industri logam dasar, barang logam, dan mesin, yaitu sebesar 1,23. sedangkan untuk sektor jasa berada pada urutan sepuluh yaitu sektor jasa hotel dan restoran dengan nilai 1,Ol. Nilai lebih dari satu rnenunjukkan bahwa sektor tersebut melnpunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Untuk sektor jasa, nilai koefisien penyebaran terbesar kedua dan ketiga yaitu sektor jasa lainnya dan sektor jasa pengangkutan dan kornunikasi memiliki nilai koefisien penyebaran sebesar 0,91 dan 0,90. Sektor tersebut merupakan terbesar kedua dan ketiga dari sektor jasa. 5.3.2. Kepekaan Penyebaran
Pada Tabel 5.7, sektor yang mempunyai nilai kepekaan penyebaran terbesar yaitu sektor industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi dengan nilai 1,96.. Untuk sektor jasa berada pada urutan kedua, yakni sektor jasa perdagangan dengan nilai kepekaan penyebaran sebesar 1,67. Untuk sektor jasa, dapat pula dilihat bahwa sektor jasa yang memiliki nilai kepekaan penyebaran terbesar kedua dan ketiga adalah sektor jasa lainnya yaitu sebesar 1,40 dan sektor jasa perbankan, real estate, kawasan industri, dan
perkantoran sebesar 1,28. Nilai lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut lnempunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hilirnya.
1.28 0.77 Perkantoran 1.40 Jasa Lainnya 0.91 19.00 Total 19.00 Sumber : Tabel Input-Output DKI Jakarta 2000, Klasifikasi 19 Sektor (diolah). 5.4. Analisis Mitliipler
Analisis multipler dapat dibagi lnenjadi tiga, yaitu multipler output tipe I dan tipe 11, multipler pendapatan tipe I dan tipe I1 dan multipler tenaga kerja tipe I dan tipe I1 (Nazara, 2005). Multipler tipe I diperoleh dari pengolahan matriks kebalikan leontief. Sedangkan multipler tipe I1 diperoleh dari pengolahan matriks kebalikan leontief tertutup yang telah memasukkan efek induksi rumah tangga.
Perolehan nilai multipler tipe I1 selalu lebih besar dari multipler tipe I. Hal ini dikarenakan pada multipler tipe I1 telah memasukkan efek induksi rumah tangga. Untuk perolehan nilai multipler dapat dilihat pada tabel 5.8 di bawah. Pada tabel tersebut terlihat dengan jelas perolehan nilai multipler tipe I1 selalu lebih besar dari multipler tipe I. Tabel 5.8. Nilai Multipler Output, Pendapatan dan Tenaga - Kerja Tipe I dan
Sumber : Tabel Input-Output DKI Jakarta 2000, Klasifikasi 19 sektor (diolah) 5.4.1. Multipler Output
Pada analisis multipler output terdapat dua tipe. Tipe I yaitu digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh pennintaan akhir terhadap output baik secara langsung dan tidak langsung dalam perekonomian suatu wilayah.
Sedangkan yang kedua yaitu multipler tipe I1 yaitu digunakan untuk menganalisis bagaimana pengaruh permintaan akhir terbadap output baik secara langsung dan tidak langsung dengan inenambahkan efek induksi rumah tangga dalam perekonomian suatu wilayah. Pada tabel 5.8, terlihat bahwa untuk tipe I, multiplier output terbesar diperoleh oleh sektor industri logam dasar, barang logam, dan mesin sebesar 2,447. ha1 ini berarti jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor teresbut maka akan meningkatkan output seluruh sektor perekonomian sebesar 2,447 satuan. Untuk muliplier output terbesar kedua dan ketiga yaitu sektor industri lainnya (2,329) dan sektor listrik, gas, dan air (2,323). Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa sektor jasa yang memiliki nilai
multipler output tipe I terbesar adalah sektor jasa hotel dan restoran dengan nilai 2,001 dan berada pada urutan sepuluh. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir di sektor jasa hotel dan restoran sebesar satu-satuan inaka akan meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,001 satuan.. Untuk sektor jasa lainnya dan sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai mutiplier output tipe I sebesar 1,810 dan 1,791. Sektor tersebut merupakan terbesar kedua dan ketiga dari sektor jasa. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada sektor jasa lainnya dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar satu-satuan inaka akan meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian pada dua sektor tersebut sebesar 1,810 satuan dan 1,791 satuan.
Selannjutnya pada tabel 5.8, terlihat bahwa untuk tipe 11, rnziltiplier output terbesar diperoleh oleh sektor industri logam dasar, barang logam, dan mesin, yaitu sebesar 2,907. ha1 ini berarti jika terjadi kenaikan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor tersebut maka akan meningkatkan output seluruh sektor perekonomian sebesar 2,907 satuan. Untuk inuliplier output terbesar kedua dan ketiga yaitu sektor jasa lainnya (2,906) dan sektor listrik, industri alat angkutan dan transportasi (2,820). Untuk nilai multipler tipe 11, sektor jasa lainnya dengan nilai 2,906 berada pada urutan kedua terbesar. Untuk sektor jasa hotel dan restoran dan sektor jasa perbankan, real estate, kaw. Industri & perkantoran memiliki nilai mutiplier output tipe I1 sebesar 2,429 dan 2,388. Sektor tersebut merupakan terbesar kedua dan ketiga terbesar dari sektor jasa. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan konsumsi mmah tangga yang bekerja pada sektor hotel dan restoran dan sektor jasa perbankan, real estate, kaw. Industri & perkantoran sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,429 satuan dan 2,388 satuan. Multipler output tipe I & I1 tergambarkan pada Gambar 5.1. Pada gambar
diagram tersebut terlihat jelas bahwa rnultipler output tipe I1 lebih besar dibandingkan dengan tipe I, ha1 ini dikarena pada tipe I1 telah terjadi penambahan efek induksi rumah tangga.
1
I
Multiplier Output
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sektor-Sektor Perekonomian
1
I
Gambar 5.1. Diagram Multipler Output 5.4.2. Multipler Pendapatan Pada tabel 5.8, terlihat bahwa untuk tipe I, mzlltiplier pendapatan terbesar diperoleh oleh sektor pertambangan sebesar 3,886. ha1 ini berarti jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor teresbut maka akan meningkatkan output seluruh sektor perekonomian sebesar 3,886 satuan. Untuk mztliplier output terbesar kedua dan ketiga yaitu sektor industri makanan,
minuman, dan rokok (3,307) dan sektor industri logam dasar, barang logam, dan mesin (3,082). Pada Tabel 5.8, juga terlihat bahwa sektor jasa yang memiliki nilai multipler pendapatan tipe I terbesar adalah sektor jasa hotel dan restoran dengan
nilai 2,015 dan berada pada urutan (1 1). Hal ini berarti jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada sektor jasa hotel dan restoran sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,015 satuan.
Untuk sektor jasa pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa lainnya rnemiliki nilai mutiplier pendapatan tipe I sebesar 1,795 dan 1,580. Sektor tersebut merupakan terbesar kedua dan ketiga sektor jasa. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir sektor jasa pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa lainnya sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian pada dua sektor tersebut sebesar 1,795 dan 1,580 satuan. Selanjutnya pada tabel 5.8, terlihat bahwa untuk tipe 11, multiplier pendapatan terbesar diperoleh oleh sektor pertambangan sebesar 4,594. ha1 ini berarti jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor tersebut maka akan meningkatkan output seluruh sektor perekonomian sebesar 4,594 satuan. Untuk muliplier output terbesar kedua dan ketiga yaitu sektor industri makanan, minuman, dan rokok (3,702) dan sektor industri logam dasar, barang logam, dan mesin (3,600). Untuk nilai multipler pendapatan tipe 11, sektor jasa dengan nilai mzrltipler pendapatan tipe I1 terbesar adalah sektor jasa hotel dan restoran dengan nilai 2,337 dan berada pada urutan (12). Hal ini berarti jika terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor jasa hotel dan restoran sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,337 satuan. Untuk sektor jasa pengangkutan dan kornunikasi dan sektor jasa lainnya memiiiki nilai mutiplier pendapatan tipe I1 sebesar 2,122 dan 2,075. Sektor tersebut merupakan terbesar kedua dan ketiga sektor jasa. Hal ini berarti jika
terjadi peningkatan pada konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor jasa pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa lainnya sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,122 satuan dan 2,075 satuan. Seperti halnya multipler pendapatan tipe I & I1 tergambarkan pada Garnbar 5.2. Pada gambar diagram tersebut terlihat jelas bahwa multipler pendapatan tipe I1 lebih besar dibandingkan dengan tipe I, ha1 ini dikarena pada tipe I1 telah terjadi penanlbahan efek induksi rumah tangga.
I
I
Multiplier Pendapatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sektor-Sektor Perekonomian
Gambar 5.2. Diagram Multipler Pendapatan 5.4.3. Multipler Tenaga Kerja Pada tabei 5.8, terlihat bahwa untuk tipe I, nzultiplier tenaga kerja terbesar diperoleh oleh sektor pertambangan sebesar 3,886. ha1 ini berarti jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor teresbut maka akan meningkatkan output seluruh sektor perekonomian sebesar 3,886 satuan. Untuk muliplier output terbesar kedua dan ketiga yaitu sektor industri makanan,
I
minuman, dan rokok (3,307) dan sektor industri logam dasar, barang logam, dan mesin (3,082). Pada Tabel 5.8, terlihat bahwa sektor jasa yang memiliki nilai multipler tenaga kerja tipe I terbesar adalah sektor jasa hotel dan restoran dengan nilai 2,015. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada sektor jasa hotel dan restoran sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,015 orang. Untuk sektor jasa pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa lainnya memiliki nilai mutiplier tenaga kerja tipe I sebesar 1,795 dan 1,580. Sektor tersebut merupakan terbesar kedua dan ketiga sektor jasa. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor jasa pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa lainnya sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian pada dua sektor tersebut sebesar 1,795 orang dan 1,580 orang. Selanjutnya pada tabel 5.8, terlihat bahwa untuk tipe 11, multiplier tenaga kerja terbesar diperoleh oleh sektor pertambangan sebesar 4,532. ha1 ini berarti jika terjadi kenaikan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor tersebut sebesar satu satuan ~nakaakan meningkatkan output seluruh sektor perekonomian sebesar 4,532 satuan. Untuk mzrliplier output terbesar kedua dan ketiga yaitu sektor industri logam dasar, barang logam, dan mesin (3,558) dan sektor industri makanan, minuman, dan rokok (3,413). Untuk nilai multipler tenaga kerja tipe 11, sektor jasa dengan nilai ~nultipler tenaga kerja tipe I1 terbesar adalah sektor jasa hotel dan restoran dengan nilai
2,286 dan berada pada urutan (10). Hal ini berarti jika terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor jasa hotel dan restoran sebesar satu-satuan rnaka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,286 satuan.. Untuk sektor jasa pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa lainnya lnemiliki nilai mutiplier tenaga kerja tipe I1 sebesar 2,097 dan 2,041. Sektor tersebut merupakan terbesar kedua dan ketiga. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada jasa pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa lainnya sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,097 orang dan 2,041 orang. Seperti halnya multipler output dan pendapatan, multipler Tenaga kerja tergambarkan pada Gambar 5.3. Pada gambar diagram tersebut terlihat jelas bahwa multipler pendapatan tipe I1 lebih besar dibandingkan dengan tipe I, ha1 ini dikarena pada tipe I1 telah terjadi penambahan efek induksi rumah tangga. -----Mulllpller Tenaga Kerja
1
2
3
4
5
8 7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sektor-Sektor Perekonomlan
Gambar 5.3. Diagram Multipler Tenaga Kerja
-.
5.5. Investasi Sektor Jasa di DKI Jakarta
Investasi sektor jasa yang terdapat di DKI Jakarta terdiri dari dua yaitu investasi dalam negeri (PMDN) dan investasi luar negeri (PMA). Dalam penelitian ini, kurun waktu data investasi yang digunakan adalah tahun 20032007. Penggunaan tahun tersebut karena selama tahun tersebut merupakan masa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi DKI Jakarta (RPJMD). Berdasarkan data investasi dalam kurun waktu tersebut, nilai investasi didominasi ole11 PMA (Tabel 5.10), yakni sekitar 12 kali lipat lebih dari jumlah PMDN (Tabel
Tabel 5.9. Nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Jasa dalam Perekonomian DKI Jakarta
I
I
Tahun
I
Jasa Pengangkutan, Gudang L Komunikasi
I
Sektor Jasa Real Estate, Kawasan n d L perkantoran
/
Jasa Lainnya
I
Total
I
1
Sumber : BKPM Daerah Provinsi DKI Jakarta, 2007 Keterangan : - Nilai dalam Juta Rupiah - Tahun 2007 Merupakan Nilai Estimasi PMDN yang diperoleh dari Pertumbuhan Rata-Rata Per Tahun Berdasarkan Tabel 5.9, nilai investasi sektor jasa (PMDN) 2003-2007 adalah sebesar 10,2 trilyun, dimana investasi sektor jasa terbesar adalah sektor jasa lainnya sebesar 7,l trilyun, laiu untuk kedua dan ketiga adalah sektor jasa sektor jasa perbankan, real estate, kaw.industri, & Perkantoran sebesar 2,8 trilyun dan sektot jasa pengangkutan dan komunikasi sebesar 269,2 milyar. Nilai
investasi sektor jasa lainnya merupakan penggabungan dari sektor jasa perdagangan dan reparasi dan sektor jasa hotel & restoran (BKPMD Provinsi DKI Jakarta, 2007). Sedangkan berdasarkan Tabel 5.10, nilai investasi sektor jasa (PMA) 2003-2007 adalah sebesar 130,2 trilyun, dimana sektor jasa lainnya sebesar 80,7 trilyun dan merupakan nilai PMA sektor jasa terbesar, lalu untuk urutan kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut.yang terdiri dari, sektor jasa perbankan, real estate, kaw.industri, & Perkantoran sebesar 32,7 trilyun, sektor jasa pengangkutan, gudang dan komunikasi sebesar 10,4 trilyun dan sektor jasa hotel & restoran sebesar 6,4 trilyun, dan Nilai investasi sektor jasa lainnya merupakan penggabungan dari sektor jasa perdagangan dan reparasi (BKPMD Provinsi DKI Jakarta, 2007). Tabel 5.10. Nilai Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Jasa dalam Perekonomian DKI Jakarta Sektor
Total (~ulaR@sh)1
6,433,193.02
1
10,455,914.18
1
32,689,055.19
1
80,690,721.93
1
130.268.881.32
Sumber : BKPM Daerah Provinsi DKI Jakarta, 2007 Keterangan : - Nilai dalam Juta Rupiah - Tahun 2006 dan 2007 Merupakan Nilai Estimasi PMA yang diperoleh dari Pertumbuhan Rata-Rata Per Tahun - Nilai Kurs berdasarkan rata-rata tahun 2003-2007 (Rp 9.300)
5.6. Dampak Investasi Sektor Jasa terhadap Perekonomian DKI Jakarta Dalam perhitungan dampak investasi sektor jasa, yakni jumlah investasi (PMA dan PMDN) selama kurun waktu RPJMD Provinsi DKI Jakarta 2003-2007 yang terdiri dari sektor jasa hotel & restoran sebesar 6,4 trilyun, jasa pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 10,7 trilyun, jasa perbankan, real estate, kawasan industri, dan perkantoran sebesar Rp35,5 trilyun serta jasa lainnya sebesar Rp 87,8 trilyun.
Keterangan :~ i l i d a l a mjuta Rupiah
Berdasarkan Tabel 5.11 akan terlihat dampak investasi terhadap perekonomian DKI Jakarta, dalam ha1 ini terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja. Pada sisi output, dampak investasi akan memberikan tambahan output di seluruh sektor perekonomian sebesar 245,3 trilyun. Dampak langsung adalah sebesar 188,7 trilyun. Sedangkan dampak tidak langsung adalah sebesar 56,6 trilyun. Pada dampak langsung sektor jasa yang paling berpengaruh terhadap dampak investasi adalah sektor jasa lainnya, yakni sebesar 105,s trilyun, dilanjutkan dengan sektor jasa perbankan, real estate, kawindustri, & perkantoran sebesar 53 trilyun, sektor jasa pengangkutan dan komunikasi sebesar 20,s trilyun, serta sektorjasa hotel & restoran sebesar 8,9 trilyun. Pada sisi pendapatan, darnpak investasi akan memberikan tambahan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar 57,3 trilyun. Dampak langsung dari dampak investasi tersebut adalah sebesar 48,l trilyun. Sedangkan dampak tidak langsung adalah sebesar 9,2 trilyun. Pada dampak langsung sektor jasa yang paling berpengaruh terhadap dampak investasi adalah sektor jasa lainnya, yakni sebesar 29,3 trilyun, dilanjutkan dengan sektor jasa perbankan, real estate, kawhdustri, & perkantoran sebesar 13,2 trilyun, sektor jasa pengangkutan dan komunikasi sebesar 3,9 trilyun, serta sektor jasa hotel & restoran sebesar 1,4 trilyun. Pada sisi tenaga kerja, dampak investasi akan memberikan tambahan tenaga kerja di selun~hsektor perekonomian sebesar 2.807.912 orang. Dampak langsung dari dampak investasi tersebut adalah sebesar 2.355.804 orang.
Sedangkan dampak tidak langsung adalah sebesar 452.108 orang. Pada dampak langsung sektor jasa yang paling berpengaruh terhadap dampak investasi adalah sektor jasa lainnya, yakni sebesar 1.438.055 orang, dilanjutkan dengan sektor jasa perbankan, real estate, kaw.industri, & perkantoran sebesar 650.437 orang, sektor jasa pengangkutan dan komunikasi sebesar 193.901 orang serta sektor jasa hotel & restoran sebesar 73.409 orang.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan kontribusi, maka sektor jasa memegang peranan penting dalam perekonomian DKI Jakarta. Pada struktur output dan struktur konsumsi, sektor jasa masuk dalam urutan peringkat ke-3 besar. Untuk struktur permintaan antara memegang peranan utama, sedangkan permintaan akhir pada urutan ke-2. Lalu untuk struktur investasi pada urutan ke-4. Untuk analisis keterkaitan ke depan dan kepekaan penyebaran sektor jasa menempati unltan ke-2. Penvujudan DKI Jakarta sebagai kota jasa terlihat dari kontribusi yang besar dalam perekonomian DKI Jakarta. Output sektor jasa lnempunyai keterkaitan yang tinggi untuk digunakan dalam rangka mengembangkan sektorsektor lain di dalam perekonomian DKI Jakarta. Berdasarkan multiplier, sektor jasa mulai berada pada urutan ke-10. Hal ini berarti pengembangan sektor jasa tidak memberikan dampak terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja, dibandingkan dengan sektor lain dalam perekonomian DKI Jakarta. Investasi sektor jasa selama Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) selama 2003-2007, sebesar Rp 140,5 trilyun memberikan dampak terhadap output sebesar Rp 245,3 trilyun, pendapatan sebesar 57,3 trilyun, penyerapan tenaga kerja 2,s juta orang.
6.2. Saran
Kontribusi sektorjasa yang tinggi dalam perekonomian DKI Jakarta terdiri dari sektor jasa perdagangan, jasa perbankan, jasa hotel dan restoran, serta jasa lainnya (pemerintah,dll). Sektor perdagangan perlu dikelnbangkan karena memiliki keterkaitan ke depan dan kepekaan penyebaran terbesar untuk selanjutnya mengembangkan sektor-sektor yang lain. Dampak multiplier yang rendah dari sektor jasa harus diimbangi dengan pemberian dana investasi ke sektor jasa yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan sektor jasa agar dapat memberikan hasil terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja tinggi di DKI Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) DKI Jakarta. 2007. Nilai Investasi Sektoral DKZ Jakarta. Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Jakarta, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2000. Tabel Input Output D m Jakarta 2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta. 2006. Statistik DKZ Jakurta. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Jhingan, M.L. 1999. Ekonomi Pembangunan dun Perencanaan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Miller, R.E. dan P.D. Blair. 1985. Input-Output Analysis: Foundation and Extension. Prentice Hall, New Jersey. Nazara, S. 2005. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Pangestu, U.D. 2005. Analisis Peranan Jasa Pariwisata dun Sektor Pendukungnya Dalam Perekonomian Propinsi Daerah Istiniewa Yogvakarta (Analisis Input-Output pendekatan Demand Side) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sahara dan Resosudarmo, B. 1993. "Peran Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Daerah Khusus Ibukota Jakarta : Analisis Input Output". Pusat Antar Universitas-Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Sukimo, S. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Tambunan, T. 2000. Perekonornian Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional Teori dun Aplikasi. Bumi Aksara, Jakarta. Widodo, T. 2006. Perencanaan Pembangunan :Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah), UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
@ Kode 1
1 1. Tabel
Aggregasi 19 sektor d: i 89 sektor SEKTOR Kode I SEKTOR Pertanian 1 Padi dar --131.,X; : ; ; A F l
;1
5 6 7
2
~p
Petambangandan Galian lndustri Makanan, Minuman, dan
3
8 9 10 11 12 13
Hasii erkebunan Tanaman hias dan hasil pertanian lainnya Ternak dan hasil-hasiinya kecuali susu segar Susu segar Unggas dan hasilnya serta hasil pemeliharaan hewan lainnya Kayu dan hasil hutan lainnya lkan laut lkan air tawar Barang tambang dan galian
I
1 Daging, sayur-sayuran,
buah-buahan dan susu olahan Kopra, minyak hewani dan 14 nabati Beras, biji-bijian giling dan 15 1 tepung I Roti, biskuit, mie, makaroni 16 1 dan makan sejenisnya
1
4
ndustri Tekstil
5
ndustri Kayu
6
23 24
1 Tekstil dan hasil rajutan
25 26
1 dan barang dari kulit 1 Kayu gergajian, bahan
27 ndustri Kertas
28
ndustri Kimia Dasar
30 31
7
1 Pakaian jadi I Kulit samakan serta alas kaki I bangunan kayu, kayu lapis dan se'enisn a Perabot rumah tangga dari ka u, bambu dan rotan Kertas, karton serta barangbaran dari kertas dan karton Barang-barang cetakan dan Kimia dasar dan'bahan-bahan
1 kimia
1 Obat-obatan dan jamu
Lamniran 7. Matriks Kebalikan Leontief Terhuka