ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK DENGAN TES DIAGNOSTIK
Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Anton Setyono 4201412081
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
i
ii
iii
MOTTO Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah: 216) Bermimpilah seolah - olah anda hidup selamanya. Hiduplah seakan-akan inilah hari terakhir anda. (James Dean)
PERSEMBAHAN
Untuk Ayah, Ibu, Mbak, dan Mas yang selalu mendoakan dan mendukungku, serta memberiku semangat untuk terus belajar.
Untuk teman – teman Pendidikan Fisika angkatan 2012
Untuk almamater tercinta.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Dengan Tes Diagnostik” dapat selesai. Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang; 2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E. M.Si. Akt., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang; 3. Dr. Suharto Linuwih, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang; 4. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. ,
dosen
pembimbing
I
yang
telah
membimbing, memberikan arahan, saran, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi; 5. Dr. Ian Yulianti, S.Si. M. Eng., dosen pembimbing II yang telah membimbing, memberikan arahan, saran, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi; 6. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd, selaku dosen wali dan seluruh dosen Jurusan Fisika UNNES yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi; 7. Hartati,M.Pd., kepala SMP N 06 Petarukan yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis; 8. Ima Purwo S.,S.Pd., guru kelas VIII SMP N 06 Petarukan yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dalam penelitian; 9. Siswa kelas VIII SMP N 06 Petarukan Tahun Ajaran 2015/2016 yang telah memberikan saran, respon, sumber inspirasi serta partisipasinya menjadi subjek penelitian;
v
10. Teman - teman seperjuangan keluarga besar mahasiswa Jurusan Fisika 2012. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat dan pembaca pada umumnya.
vi
ABSTRAK Setyono, A. 2016. Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. Pembimbing Pendamping: Dr. Ian Yulianti, S.Si. M. Eng. Kata Kunci: grafik, tes diagnostik, kesulitan belajar, pemecahan masalah.
Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dekat dengan fenomena alam, dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk representasi. Salah satunya yaitu representasi dalam bentuk grafik. Namun demikian, terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap representasi grafik dalam konteks fisika masih kurang. Oleh karena itu, siswa memerlukan bantuan secara cepat dan tepat, agar kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan dapat berhasil dengan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Masalah kesulitan belajar siswa dapat ditemukan dengan memberikan tes diagnostik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik dan profil kesulitannya khususnya pada materi gerak lurus. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP N 06 Petarukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B. Metode pengambilan data dengan tes diagnostik dan dengan didukung oleh wawancara. Analisis dilakukan dengan menggunakan deskriptif persentase. Hasilnya menunjukan bahwa rata – rata kemampuan pemecahan masalah grafik masih rendah dengan persentase setiap kemampuannya dimulai kemampuan interpretasi grafik (48,30%), kemampuan interpolasi (34,36%), kemampuan ekstrapolasi (53,01%), dan kemampuan transformasi (48,61%). Profil kesulitan siswa didasarkan pada pencapaian KKM, pengetahuan prasyarat, profil materi, miskonsepsi, serta tahap – tahap pemecahan masalahnya. Berdasarkan penguasaan KKM, siswa masih mengalami kesulitan untuk semua indikator. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan pengetahuan prasyaratnya, siswa tidak mengalami kesulitan dalam menentukan luas bangun datar, tetapi pada operasi hitung dan persamaan linier termasuk dalam kategori kesulitan sedang. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi, siswa masih mengalami kesulitan untuk semua sub materi terutama percepatan. Profil kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi termasuk dalam kategori kesulitan tinggi (63,89%). Serta yang terakhir, profil kesulitan siswa berdasarkan tahap – tahap pemecahan masalah. Kesulitan siswa semakin naik dari mulai tahapan terendah yaitu tahap memahami masalah dan tahapan tertinggi yaitu tahap peninjauan kembali.
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN.....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..............................................................
iv
KATA PENGANTAR.................................................................................
v
ABSTRAK...................................................................................................
vi
DAFTAR ISI…...........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xi
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………
3
1.3 Pembatasan Masalah.....................................................................
4
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................
4
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................
4
1.6 Penegasan Istilah.............................................................................
5
1.6.1 Tes Dignostik..………………………………………………
5
1.6.2 Kemampuan Pemecahan Masalah…...……………………...
5
1.6.3 Grafik.……………………………………………………….
6
1.7 Sistematika Penulisan.....................................................................
6
2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................
8
2.1 Pemecahan Masalah….....................................................................
8
viii
2.1.1 Pengertian Pemecahan Masalah ..…………………………..
8
2.1.2 Faktor- faktor Penghambat Pemecahan Masalah…………...
9
2.2 Kesulitan Masalah............................................................................
11
2.3 Evaluasi…........................................................................................
13
2.3.1 Pengertian Evaluasi ..……………………………………….
13
2.3.2 Tes Diagnostik……..……………………………………….
15
2.4 Grafik……………………….. ……………………………………
18
2.4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik ..
19
2.6 Kerangka Berfikir............................................................................
20
3. METODE PENELITIAN.....................................................................
22
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
22
3.2 Subjek Penelitian ............................................................................
22
3.3 Desain Penelitian..........................................................................
22
3.3.1 Langkah Langkah Penelitian….…………………………....
23
3.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................
25
3.4.1 Metode Tes………………………………………………….
25
3.4.2 Metode Wawancara..……………………………………….
25
3.5 Analisis Tes Ujicoba........................................................................
26
3.5.1 Uji Validitas Butir Soal ….…………………………………
26
3.5.2 Uji Realibilitas Butir Soal …………………….……………
27
3.5.3 Uji Kesukaran Butir Soal …….……………….……………
28
3.5.4 Uji Daya Beda Butir Soal …………………….……………
29
3.6 Analisis Data....................................................................................
29
3.6.1 Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik…………………………………………...
29
3.6.2 Analisis Profil Kesulitan Siswa……………….……………
30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..…..
32
4.1 Hasil Penelitian………………………………………………..…...
32
4.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik…..…....
32
ix
4.1.2 Profil Kesulitan Siswa…..………………………………...... 4.1.2.1
Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM……………………………………………….
4.1.2.2
Analisis
Kesulitan
Siswa
Berdasarkan
Analisis
Kesulitan
Siswa
35
Berdasarkan
Miskonsepsi……………………………………… 4.1.2.5
34
Profil
Materi……………………………………………… 4.1.2.4
33
Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasan Pengetahuan Prasyarat….…….……………………
4.1.2.3
33
36
Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah……………….……………….
38
4.2 Pembahasan……………………………………………………......
39
4.2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik …..…..
39
4.2.1.1
Interpretasi Grafik…………………………..……….
39
4.2.1.2
Kemampuan Memprediksi...… …………………….
40
4.2.1.3
Kemampuan Transformasi…...…….……………….
41
4.2.2 Profil Kesulitan Siswa………………………….…………...
42
4.2.2.1
Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM……………………………………………….
4.2.2.2
Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasan Pengetahuan Prasyarat….………….…………...…
4.2.2.3
Profil
Kesulitan
Siswa
Berdasarkan
Profil
Kesulitan
Siswa
46
Berdasarkan
Miskonsepsi………………………………………... 4.2.2.5
44
Profil
Materi…………..………………………………… 4.2.2.4
42
47
Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah………………………………..
48
4.3 Keterbatasan Penelitian………………………………………….....
49
5. PENUTUP………………………………………………………….....
50
5.1 Simpulan…………………………………………………………...
50
x
5.2 Saran……………………………………………………………….
51
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
52
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………….
55
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1 Tabel Pelaksanaan Penelitian……..……………………………………
22
3.2 Kriteria Validitas Soal Ujicoba Instrumen ….………..……………….
26
3.3 Kriteria Reliabilitas Soal…..………………………………………......
27
3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal..……………………………….
28
3.5 Kriteria Tingkat Daya Beda Butir Soal….. …………………………...
29
3.6 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik ………...
30
3.7 Kriteria Kesulitan Siswa ………………….…………………………...
31
.
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Berfikir ……………………………………………….......
21
3.1
Desain Penelitian.................................................................................
24
4.1
Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik…..……………
32
4.2
Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM .................……..….
34
4.3
Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat…………………………………………………………….
35
Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi …….………………
36
4.5 Grafik Hubungan Jarak Terhadap Waktu ………………………..…
37
4.6
Hasil Pekerjaan Siswa Yang Berkaitan Dengan Miskonsepsi ..…….
37
4.7
Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan
4.4
Masalahnya…………………………………………………………..
38
4.8 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Menentukan Percepatan …………….
39
4.9 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Memperkirakan Posisi Benda……….
41
4.10 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Penguasaan Konsep………………………………………………………………..
43
4.11 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Pengetahuan Prasyarat……………………………………………………………...
45
4.12 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kesulitan Dalam Operasi Hitung……………………………………………………..................
xiii
45
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Daftar Kode Peserta Ujicoba …………………………………………..
55
2. Daftar Kode Peserta Penelitian …………………………………..……
56
3. Analisis Hasil Uji Coba………………………………………………..
57
4. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah berbentuk Grafik…..…….
60
5. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi……………….…
63
6. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian …………………...
65
7. Analisis
Kesulitan
Berdasarkan
Pengetahuan
Prasyarat
dan
Miskonsepsi…………………………………………………………….
69
8. Analisis Kesulitan Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah…..……
72
9. Kisi Kisi Tes Diagnostik Untuk Mengetahui Kesulitan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik…………..…………..
81
10. Soal dan Kunci Jawaban Tes Diagnostik Kesulitan Dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Grafik………................................
83
11. Cuplikan Wawancara…..………………………………………………
98
12. Dokumentasi Penelitian………………………………………………..
101
13. Surat Penetapan Dosbing………………………………………………
103
14. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian…………………….
104
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dekat dengan fenomena alam, dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk representasi. Salah satunya yaitu representasi dalam bentuk grafik. Pada era informasi ini, kemampuan memahami grafik bagi siswa sangat penting. Menurut Subali (2015), grafik sering dianggap sebagai perangkat matematika, karena berkomunikasi
melalui
representasi grafik membutuhkan kompetensi matematika seperti persepsi visual, berpikir logis, merencanakan data, memprediksi gerakan garis dan mendeduksi hubungan antara variabel. Salah satu alasan pentingnya pemahaman representasi grafik karena grafik mampu memberikan informasi kuantitatif yang mudah dipahami. Selain itu, data yang disajikan dengan grafik menjadi lebih mudah dipahami bila dibanding dengan data yang disajikan dalam bentuk kalimat uraian. Kemampuan menganalisis grafik dalam bentuk kalimat verbal maupun non verbal sangat diperlukan oleh siswa, khususnya pada bidang fisika. Kemampuan menganalisis data yang dimaksud mencakup kemampuan membuat grafik, mengungkapkan makna fisis pada grafik, melakukan prediksi dan interpretasi serta melakukan transformasi grafik (Nugroho & Darsono, 2007). Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), menunjukkan bahwa pembacaan grafik dan keterampilan menginterpretasi grafik pada siswa masih belum
1
2
memadai. Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), juga menunjukkan bahwa kemahiran dalam menganalisis grafik bergantung pada jenis grafik dan level atau tipe pertanyaan yang dikembangkan. Grafik memiliki banyak makna yang dapat mewakili suatu fenomena. Banyak siswa dapat menggambar grafik linier, dapat menentukan gradiennya, tetapi tidak dapat menjelaskan makna dari gradient tersebut. Padahal di fisika, gradien memiliki suatu makna tertentu. Planinic et al. (2011), melakukan penelitian yang membandingkan arti/makna gradien suatu grafik pada konteks fisika dan konteks matematika. Planinic et al. (2011), mendapatkan bahwa pemahaman makna gradien grafik pada konteks fisika masih sangat lemah daripada konteks matematika. Hasil penelitian Planinic et al. (2011), juga menunjukkan bahwa pertanyaan yang sama pada tentang konsep makna grafik pada konteks yang berbeda, yaitu fisika dan matematika didapatkan hasil yang berbeda pula. Hasil pertanyaan dari makna grafik dalam konteks fisika sebesar 42 % dan dalam konteks matematika sebesar 67 %. Data tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam grafik masih lebih rendah daripada dalam konteks matematika. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap grafik dalam konteks fisika masih kurang. Selain itu, hasil penelitian Nazam et al. (2012), menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membaca, menafsirkan dan memahami informasi yang tergambar dalam grafik. Oleh karena itu, siswa memerlukan bantuan secara cepat dan tepat, agar kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan
3
dapat berhasil dengan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dorongan guru untuk memecahkan masalah kesulitan siswa merupakan salah satu unsur dalam pengembangan profesi guru. Hal ini berlandaskan pada prinsip diagnosis dalam konteks pemecahan masalah. Masalah kesulitan belajar siswa dapat ditemukan dengan memberikan tes diagnostik. Menurut Depdiknas (2007: 1), tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. Tes diagnostik dapat berupa tes pilihan ganda dengan alasan yang sudah ditentukan, tes pilihan ganda dengan alasan terbuka dan tes esai tertulis. Tes diagnostik perlu dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau keseluruhan materi pelajaran. Dengan tes diagnostik, kesulitan-kesulitan belajar yang muncul dapat diidentifikasi sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memilih judul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Dengan Tes Diagnostik”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah:
4
(1) Bagaimanakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik? (2) Bagaimanakah profil kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik?
1.3 Pembatasan Masalah Beberapa batasan masalah yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah: (1)
Tes diagnostik dapat dikembangkan untuk setiap pokok bahasan mata pelajaran IPA di SMP, tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada materi gerak lurus kelas VIII semester 1 dengan soal hanya berbentuk grafik.
(2)
Penelitian dibatasi pada materi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dan profil kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika yang berbentuk grafik dengan menggunakan tes diagnostik pada siswa SMP kelas VIII.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : (1)
Bagi Guru : Sebagai bahan masukan bagi guru tentang profil kesulitan yang dihadapi
siswa dalam mengerjakan soal fisika yang berbentuk grafik, sehingga dapat
5
memberikan penanggulangan yang sesuai dengan jenis masalah yang dihadapi siswa. (2)
Bagi Sekolah : Meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah.
(3)
Bagi Peneliti : Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan khususnya yang
terkait dengan kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik.
1.6 Penegasan Istilah Untuk memperjelas penafsiran dan menghindari perbedaan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya penegasan istilah. 1.6.1 Tes Diagnostik Menurut Depdiknas (2007: 1), tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. 1.6.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut Gagne (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan intelektual lainnya. Gagne (1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah menguasai aturan
6
dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep terdefinisi dapat dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Pemecahan masalah pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika dalam bentuk grafik. 1.6.3 Grafik Menurut Warsito yang dikutip oleh Marjani (2013), Grafik adalah suatu grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi statistik yang saling berhubungan.
1.7 Sitematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pendahuluan skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Pada bagian isi skripsi terdiri dari hal-hal berikut ini. Bab 1 Pendahuluan. Bab ini berisi tentang : latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi. Bab 2 Landasan Teori. Landasan teori berisi tentang: teori-teori yang mendasari penelitian (pemecahan masalahi, kesulitan belajar, tes diagnostik , grafik), kerangka berpikir.
7
Bab 3 Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang: objek penelitian (waktu dan tempat penelitian; populasi; sampel), variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan metode analisis data. Bab 4 Hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasannya. Bab 5 Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran dari penelitian. Pada bagian akhir skripsi terdapat daftar pustaka dan lampiran.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemecahan Masalah 2.1.1 Pengertian Pemecahan Masalah Menurut Anderson, sebagaimana dikutip oleh Schunk (2012:416), beberapa pakar teori menganggap pemecahan masalah menjadi proses kunci dalam pembelajaran, khususnya pada ranah – ranah seperti sains dan matematika. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang baru dikenal. Ciri dari soal atau tugas dalam bentuk memecahkan masalah adalah : ada tantangan dalam materi penugasan dan masalah tidak dapat diselesaikan menggunakan prosedur yang diketahui oleh penjawab atau pemecah masalah. Polya sebagaimana dikutip oleh Schunk (2012) mengajukan teori bahwa pemecahan meliputi beberapa indikator yaitu pemahaman masalah, pembuatan rencana pemecahan masalah, pelaksanaan rencana dan peninjauan ulang solusi yang diperoleh. Pada tahap awal pemecahan masalah individu memahami masalah yang berkaitan dengan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan apa persyaratannya. Tahapan selajutnya, individu harus memikirkan alat dan strategi yang cocok untuk penyelesaian masalah tersebut yang dilanjutkan dengan mengerjakan penyelesaian masalah seperti yang direncanakan sampai menemukan hasil, setiap langkah diperiksa kebenarannya. Tahap yang terakhir, individu memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah, memeriksa argumen tiap langkah,
8
9
jika memungkinkan menurunkan penyelesaian lain yang berbeda atau menerapkan hasil penyelesaian untuk menyelesaikan masalah lain. Dari uraian beberapa teori di atas, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa pemecahan masalah adalah suatu tahapan yang dilakukan seseorang untuk mengatasi masalahnya. Metode pemecahan masalah memberikan kesempatan pada siswa menyelesaikan masalahnya sendiri dan mendapatkan pengalaman secara langsung. 2.1.2 Faktor- Faktor Penghambat Pemecahan Masalah Kesalahan dan hambatan yang sering muncul dalam memecahkan masalah,
sebagai
berikut:
(1)
Ketidakcermatan
dalam
membaca;
(2)
Ketidakcermatan dalam berpikir; (3) Kelemahan dalam analisis masalah; serta (4) Kekuranggigihan. Beberapa Indikator yang menunjukkan adanya ketidakcermatan siswa dalam membaca yaitu: (1) membaca soal tanpa perhatian yang kuat pada makna / pengertiannya; (2) mengabaikan satu atau lebih kata yang kurang familiar; (3) mengabaikan satu atau lebih fakta atau ide; (4) tidak membaca kembali bagian yang sulit; (5) memulai menyelesaikan soal sebelum membaca lengkap soal tersebut. Ketidakcermatan dalam berpikir dikarenakan siswa: (1) mengabaikan akurasi dan mendahulukan kecepatan; (2) mengabaikan kecermatan penggunaan beberapa operasi; mengartikan kata atau melakukan operasi secara tidak konsisten; tidak memeriksa rumus atau prosedur saat merasa ada yang tidak benar;
10
(3) bekerja terlalu cepat; serta (4) mengambil kesimpulan di pertengahan jalan tanpa pemikiran yang matang. Untuk kelemahan dalam analisis masalah yang terjadi pada siswa ditandai dengan: (1) gagal membedah masalah kompleks menjadi bagian-bagian atau gagal menggunakan
bagian-bagian
masalah
untuk
memahami
masalah
secara
keseluruhan; (2) tidak menggunakan pengetahuan atau konsep utama untuk mencoba memahami ide-ide yang kurang jelas; (3) tidak menggunakan kamus atau sumber lainnya saat diperlukan untuk mamahami masalah; serta (4) tidak secara aktif mengkonstruksi ide atau gagasan di atas kertas (bila coret-coretan di atas kertas dapat membantu memahami masalahnya). Faktor penghambat yang terakhir dalam pemecahan masalah yaitu kekuranggigihan dan indikator – indikator yang menyertainya yaitu (1) tidak percaya diri atau menganggap enteng masalah; (2) memilih jawaban berdasarkan intuisi belaka (menggunakan perasaan dalam mencoba menebak jawaban); (3) menyelesaikan masalah hanya secara teknis belaka tanpa pemikiran; serta (4) berpikir nalar hanya pada bagian kecil masalah, menyerah, lalu melompat pada kesimpulan (Whimbey&Lochhead,1999). Selain hambatan-hambatan di atas yang mungkin muncul dalam dalam memecahakan masalah, juga terdapat faktor faktor penyebab kesulitan pemecahan masalah yang berawal dari kesulitan belajar yang dialami siswa.
11
2.2 Kesulitan Belajar Suatu keadaan ketika siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”. Berikut ini definisi kesulitan belajar menurut para ahli : Rumini et al., mengemukakan bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal (Irham dan Wiyani, 2013:254). Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Blassic & Jones, kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh siswa pada kenyataannya (Irham & Wiyani, 2013:253). Ada lima pendekatan yang digunakan untuk menentukan kesulitan belajar menurut Depdiknas (2002) yang dikutip oleh Rusilowati (2006), yaitu pendekatan berdasarkan
tujuan
pembelajaran,
profil
materi,
prasyarat
pengetahuan,
miskonsepsi dan pengetahuan terstruktur. Pendekatan tujuan pembelajaran digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pendekatan profil materi bertujuan untuk mengetahui materi yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa. Pendekatan prasyarat pengetahuan digunakan untuk mendeteksi kegagalan siswa dalam hal pengetahuan prasyarat untuk satu materi pokok tertentu. Sebelum siswa memahami materi pengetahuan baru, mereka harus memahami lebih dahulu materi prasyarat, baik berhubungan dengan materi secara vertikal maupun horisontal. Pendekatan miskonsepsi digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam hal kesalahan konsep yang dimiliki siswa (misconception). Pendekatan pengetahuan terstruktur
12
digunakan untuk mendiagnosis ketidakmampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang berstruktur. Kesulitan pengetahuan terstruktur dapat ditinjau dari kemampuan: bahasa (verbal), menggunakan skema, membuat strategi dan membuat algoritma berdasarkan ketetapan Depdiknas (2002: 33) yang dikutip oleh Rusilowati (2006). Kemampuan bahasa dapat diartikan sebagai kemampuan menerjemahkan soal. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk memberi makna pertanyaan yang diajukan dalam soal. Setiap siswa harus mampu memahami setiap pertanyaan dari kata kunci yang terdapat pada soal. Kemampuan menggunakan skema diartikan sebagai kemampuan memahami konsep atau prinsip yang dapat digunakan untuk menyelesaian soal. Siswa dituntut untuk menggunakan skema pengetahuan dalam mengidentifikasi permasalahan. Siswa harus mengetahui prinsip atau aturan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal. Kemampuan membuat strategi dapat diartikan sebagai kemampuan merencanakan pemecahan masalah. Siswa harus membuat cara atau langkah-langkah yang harus digunakan untuk menyelesaikan soal. Kemampuan membuat algoritma menekankan pada penyelesaian atau pengerjaan soal. Siswa harus menggunakan kemampuan matematik (berhitung) yang tepat untuk dapat membuat kesimpulan. Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut: (1) melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran; (2) memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan
13
belajar; (3) mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar; (4) memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakiki kesulitan belajar yang dialami siswa; serta (5) memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dari langkah – langkah tersebut peneliti memilih menggunakan tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan siswa.
2.3 Evaluasi 2.3.1 Pengertian Evaluasi Arikunto (2006) mengungkapkan bahwa kita tidak dapat mengadakan penilaian
sebelum
kita
mengadakan
pengukuran.
Mengukur
adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif, menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul & Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian,
14
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002). Astin (1993) mengajukan tiga butir yang harus dievaluasi agar hasilnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga butir tersebut adalah masukan, lingkungan sekolah dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi adalah prestasi belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja. Ranah afektif jarang diperhatikan lembaga pendidikan, walau semua menganggap hal ini penting, tetapi sulit untuk mengukurnya. Secara umum, tujuan evaluasi adalah: (a) Untuk menghimpun data dan informasi yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu; (b) untuk mengetahui tingkat efektifitas proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru dan peserta didik. Dengan kata lain, tujuan umum evaluasi adalah untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat pencapaian kemajuan peserta didik terhadap tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Evaluasi dalam dunia pendidikan dilakukan dengan tes. Dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Tes dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu untuk
15
mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, bakat, atau kemampuan lain yang dimiliki oleh seseorang. 2.3.2 Tes Diagnostik Depdiknas (2007: 4) menyatakan bahwa tes diagnostik berfungsi untuk mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa, serta merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Menurut Arikunto (2006: 34), tes diagnostik adalah salah satu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dari kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan yang tepat. Secara garis besar langkah-langkah pengembangan tes diagnostik menurut Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2007: mengidentifikasi
kompetensi
dasar
yang belum
tercapai
6)
yaitu
ketuntasannya,
menentukan kemungkinan sumber masalah, menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai, menyusun kisi – kisi soal, menulis soal, mengulas soal dan menyusun kriteria penilaian. Telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa tes diagnostik dilakukan untuk mendiagnosis kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh siswa. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi kesulitan belajar tersebut mengacu pada kesulitan untuk mencapai kompetensi dasar, karena itu sebelum menyusun tes diagnostik harus diidentifikasi terlebih dahulu kompetensi dasar-kompetensi dasar manakah yang tidak tercapai tersebut. Guru yang selalu mencermati kegiatan belajar mengajarnya tentu dapat melakukan kegiatan ini dengan mudah. Untuk mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat dari munculnya
16
sejumlah indikator, karena itu bila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak mampu dimunculkan. Mungkin saja masalah hanya terjadi pada indikator-indikator tertentu, maka cukup pada indikator-indikator itu saja disusun tes diagnostik yang sesuai. Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi, mulai ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya. Dalam pembelajaran sains, terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan masalah, yaitu: a) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; b) terjadinya miskonsepsi; dan c) rendahnya kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Di samping itu juga harus diperhatikan hakikat sains yang memiliki dimensi sikap, proses dan produk. Sumber masalah bisa terjadi pada masingmasing dimensi tersebut. Sebagaimana kegiat,an seorang dokter dalam mendiagnosis suatu penyakit, maka ketika seorang guru ingin menemukan “penyakit“ (baca: masalah) yang dialami siswanya, maka perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butirbutir tes diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai (uraian), maupun kinerja (performa) sesuai dengan sumber masalah yang diduga dan pada dimensi mana masalah tersebut terjadi. Sama seperti ketika mengembangkan jenis tes yang lain, maka sebelum menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya. Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: a) kompetensi dasar beserta indikator yang diduga bermasalah; b) materi pokok yang terkait; c) dugaan sumber masalah; d) bentuk dan jumlah soal; dan e) indikator soal.
17
Sesuai kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian ditulis butir-butir soal. Soal tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes yang lain. Jawaban atau respons yang diberikan oleh siswa harus memberikan informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialaminya (memiliki fungsi diagnosis). Pada soal uraian, logika berpikir siswa dapat diketahui guru dari jawaban yang ia tulis, tetapi pada soal pilihan. Karena itu siswa perlu menyertakan alasan atau penjelasan ketika memilih alternatif jawaban tertentu. Butir soal yang baik tentu memenuhi validitas isi, untuk itu soal yang telah ditulis harus divalidasi oleh seorang pakar di bidang tersebut. Bila soal yang telah ditulis oleh guru tidak memungkinkan untuk divalidasi oleh seorang pakar, soal tersebut dapat direvisi oleh guru-guru sejenis dalam MGMPS atau setidaknya oleh guru-guru mapel serumpun dalam satu sekolah. Jawaban atau respon yang diberikan oleh siswa terhadap soal tes diagnostik tentu bervariasi, karena itu untuk memberikan penilaian yang adil dan interpretasi diagnosis yang akurat harus disusun suatu kriteria penilaian, apalagi bila tes yang sama dilakukan oleh guru yang berbeda atau dilakukan oleh lebih dari satu orang guru. Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada rentang berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery (tuntas) yaitu sudah menguasai kompetensi dasar atau belum mastery yaitu belum menguasai kompetensi dasar tertentu, atau berupa rambu-rambu bahwa dengan jumlah type error
(jenis
kesalahan)
tertentu
siswa
yang
bersangkutan
dinyatakan
18
ber”penyakit” sehingga harus diberikan perlakuan yang sesuai (Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007: 6). Menurut Depdiknas (2007: 2), tes diagnostik memiliki karakteristik: (1) dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik, (2) dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa, (3) serta menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya.
2.4 Grafik Menurut Warsito yang dikutip oleh Marjani (2013), Grafik adalah suatu grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi statistic yang saling berhubungan. Selain itu, menurut Subali (2015), Grafik adalah jenis representasi yang berguna dalam merangkum data, mengolah dan menafsirkan informasi baru dari data yang kompleks. Pandangan yang lain datang dari Lilian & Dermot (1987), grafik merupakan alat bantu yang penting bagi fisika karena grafik merupakan alat bantu visual yang menyatakan hubungan dua variabel, alat bantu selama eksperimen, alat bantu interpretasi hasil eksperimen, serta alat bantu perhitungan lebih lanjut.
19
Grafik merupakan alat bantu visual yang menyatakan hubungan dua variabel, misalnya ketika memeriksa hubungan dua variabel pada tabel akan mengalami kesulitan, akan tetapi bila disajikan dalam grafik akan dapat terlihat dengan segera hubungan antar variabel. Dan grafik dalam eksperimen untuk menentukan titik ukur mana yang masih dibutuhkan dan apakah kesalahan yang aneh tidak dilakukan selama eksperimen. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, menurut Beichner (1994), menyatakan kemampuan membaca grafik amat penting untuk mengembangkan konsep-konsep fisika. Hampir semua konsep fisika menjadikan grafik dalam penjelasannya, atau sebaliknya menjelaskan dengan menggunakan grafik. Glazer (2011) mengemukakan bahwa kemampuan interpretasi grafik dipengaruhi oleh aspek karakteristik grafik, misalnya format, jenis, gambar, ekspektasi pengamat, kebiasaan membaca grafik, konten grafik dan pengetahuan awal tentang grafik tersebut. 2.4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Menurut Gok dan Silay (2010), kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan informasi yang ada untuk menentukan apa yang harus dikerjakan dalam suatu keadaan tertentu. Kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk
grafik adalah
kemampuan siswa menggunakan informasi yang ada pada sebuah grafik yang ada untuk menentukan apa yang harus dikerjakan dalam sebuah persoalan persoalan fisika. Dalam penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah yang diukur
20
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah fisika khususnya yang berbentuk grafik. Dalam tahapan tahapan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik didalamnya akan ada kemampuan memahami grafik harus dimiliki. Adapun keterampilan memahami grafik dalam penelitian Nugroho & Darsono (2007) yaitu keterampilan membuat grafik, keterampilan membaca grafik, ketrampilan melakukan prediksi menggunakan grafik dan ketrampilan mentransformasikan grafik (Nugroho & Darsono, 2007). Beichner (1994) menemukan beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam menginterpretasikan grafik kinematika, (1) siswa menganggap grafik sebagai gambar harafiah dari suatu keadaan, (2) siswa masih bingung dengan arti kemiringan suatu garis dalam suatu grafik dan (3) siswa masih kesulitan membedakan grafik hubungan jarak terhadap waktu dengan grafik hubungan kecepatan terhadap waktu.
2.5 Kerangka Berpikir Mengingat betapa pentingnya penggunaan grafik dalam pembelajaran fisika, maka diharapkan siswa dapat memahami grafik dengan baik. Pada penelitian
ini
peneliti
hendak
mengidentifikasi
kesulitan
siswa
dalam
memecahkan masalah fisika yang berbentuk grafik dengan tes diagnosttik sebagai alatnya. Tes diagnostik akan dilaksanakan setelah selesai disusun dan telah melalui validasi pakar. Dari hasil tes diagnostik tersebut maka akan dianalisis kemampuan siswa dalam memahami grafik dan kesulitan kesulitannya. Kerangka berpikir peneliti diilustrasikan pada Gambar 2.1
21
Pembelajaran fisika
Pentingnya grafik dalam fisika
Siswa dapat memahami dan menginterpretasi grafik dengan baik
Diperlukan analisis kesulitan pemecahan masalah berbentuk grafik
Penyusunan Tes Diagnostik
Uji Coba Tes Diagnostik
Revisi
Uji Pelaksanaan Lapangan Analisis Data Wawancara Analisis Data 1. 2.
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk grafik. Profil Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk grafik Gambar 2.1 Skema Kerangka berpikir
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 06 Petarukan yang berlokasi di DesaWidodaren, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap uji coba soal dan tahap pengambilan data. Pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1Pelaksanaan Penelitian Tahap Pelaksanaan Uji coba
Tempat
Tanggal
SMP N 6 Petarukan 2 Juni 2016 kelas 8C
Pengambilan data
Tes
SMP N 6 Petarukan 17 Juni 2016 kelas 8B
Wawancara
SMP N 6 Petarukan 23 Juni 2016 kelas 8B
3.2 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Petarukan berjumlah 36 siswa dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.3 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Sudjana dan Ibrahim yang dikutip Bakri (2012), penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
22
23
peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Langkah awal penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap beberapa sumber penelitian berupa beberapa jurnal penelitian dan bukubuku teks yang memiliki topik sama dengan penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menelusuri tentang kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik. 3.3.1 Langkah – Langkah Penelitian Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkaji dan mempelajari beberapa penelitian tentang kemampuan analisis grafik yang telah ada. Langkah ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai jurnal ataupun artikel dari internet, perpustakaan dan sumber lainnya. Setelah mempelajari jurnal dari penelitian yang telah ada, langkah selanjutnya adalah penyusunan instrumen penelitian yang dimulai dengan membuat desain tes diagnostik yang meliputi kisi – kisi tes diagnostik, penulisan soal tes diagnostik dan rubrik penilaian tes diagnostik. Dalam kisi - kisi soal terkandung indikator indikator soal yang akan ditulis. Selanjutnya tes diagnostik akan di uji cobakan. Uji coba tes diagnostik dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya instrumen dalam memperoleh data. Setelah instrumen diuji coba, dilakukan analisis hasil tentang validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran. Hasil analisis data hasil uji coba digunakan sebagai masukan untuk merevisi/ menyempurnakan perangkat agar dihasilkan perangkat yang layak untuk digunakan. Setelah instrument layak digunakan maka dilakukan pengambilan
24
data. Setelah data diperoleh, dilakukan analisis karakteristik butir tes yang meliputi validitas dan reliabilitas. Data yang diperoleh juga dianalisis berdasarkan teknik analisis deskriptif untuk mengetahui kesulitan siswa terhadap masalah fisika berbentuk grafik pada masing-masing indikator. Untuk lebih jelasnya, desain penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1. Referensi dari jurnal dan buku
Melakukan kajian pustaka tentang penelitian yang telah ada
Masukan dari dosen yang berpembimbing
Penyusunan instrument berupa tes diagnostik
Uji coba soal Tidak Soal layak pakai? Ya Pelaksanaan tes diagnostik
Menganalisis hasil tes
Wawancara
Menganalisis hasil wawancara Menarik Kesimpulan Gambar 3.1 Desain Penelitian
25
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Metode Tes Metode Tes yang digunakan pada penelitian ini merupakan tes diagnostik yang disusun untuk dapat mengetahui kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika yang berbentuk grafik. Berdasarkan indikator pencapaian KKM dan kemampuan memahami grafik dihasilkan kisi - kisi tes yang terdapat pada Lampiran 9 dan soal yang terdapat pada lampiran 10. Indikator tes berdasarkan pencapaian KKM yang dimaksud yaitu: (1) memahami grafik GLB dan GLBB; (2) menentukan posisi dan jarak tempuh berdasarkan grafik; (3) menentukan kecepatan berdasarkan grafik; (4) menentukan kelajuan berdasarkan grafik; serta (5) menentukan percepatan berdasarkan grafik. Sementara itu, kemampuan memahami grafik yang dimaksud adalah kemampuan interpretasi, kemampuan prediksi, baik interpolasi maupun ekstrapolasi dan kemampuan transformasi. Data yang diambil dengan metode tes berupa hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan tes diagnostik. 3.4.2 Metode Wawancara Wawancara yang dilakukan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan mendukung mengenai apa yang telah didapatkan dari tes tertulis. Wawancara yang dilakukan adalah mengenai jawaban yang dikerjakan oleh siswa. Untuk menghindari agar tidak ada data yang terlewatkan maka digunakan recorder untuk merekam semua informasi selama wawancara.
26
3.5 Analisis Perangkat Tes Ujicoba 3.5.1 Uji Validitas Butir Soal Menurut Arikunto (2009: 76), dalam konteks item soal, sebuah item soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap total skor. Validitas soal diukur dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson :
Keterangan: rxy : koefisien antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan X : skor item soal tertentu Y : skor total Setelah diperoleh harga rxy, kemudian harga rxy dibandingkan dengan r kritik product moment tabel dengan taraf α = 5%, jika rxy> rtabel, maka soal dikatakan valid, demikian sebaliknya. Validitas ini masih dikategorikan menjadi tiga kriteria, yaitu: rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Butir soal yang dipakai diambil dari soal yang memiliki validitas dengan kriteria cukup, tinggi dan sangat tinggi seperti yang disajikan dalam Tabel 3.2 (Arikunto, 2009: 75). Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal Ujicoba Instrumen Rentang Validitas 0,8 ≤ r ≤ 1,0 0,6 ≤ r ≤ 0,8 0,4 ≤ r ≤ 0,6 0,2 ≤ r ≤ 0,4 0 ≤ r ≤ 0,2
Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
27
Hasil perhitungan validitas ujicoba soal sidapatkan dan dibandingkan dengan rtabel korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika rxy > rtabel, butir soal valid. Jumlah soal yang diujikan sebanyak 18 butir soal. Berdasarkan hasil analisis validitas butir soal didapat semua soal dinyatakan valid. 3.5.2 Uji Reliabilitas Butir Soal Instrumen soal yang baik memiliki kualitas valid dan reliabel. Sebuah tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut memberikan data hasil yang ajeg (tetap) walaupun diberikan pada waktu yang berbeda kepada responden yang sama (Arikunto, 2009). Menurut Arikunto (2006), untuk menguji reliabilitas soal uraian sebagai berikut:
Keterangan: r11 : reliabilitas instrument n : banyaknya butir soal 2 ∑σi : jumlah varians skor tiap item σi2 : varians total Adapun pedoman untuk memberikan interprestasi reliabilitas menurut Sugiyono (2013) ditampilkan oleh Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kriteria Reliabititas Soal
28
Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel. Apabila r11 > rtabel maka dikatakan instrument tersebut reliabel. Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung soal= 0,78 dengan taraf signifikansi 5% didapatkan rtabel soal = 0,404, karena rhitung > rtabel maka soal tersebut dikatakan reliabel. 3.5.3 Uji Kesukaran Butir Soal Sebuah soal dikatakan baik jika mengandung tingkat kesulitan yang bervariasi dan proporsional. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Analisis tingkat kesukaran soal ini dilakukan menggunakan data hasil uji coba soal dengan membandingkan jumlah siswa yang menjawab benar dibandingkan jumlah keseluruhan siswa (Arikunto, 2009: 208), seperti yang ditunjukkan dalam persamaan berikut:
Keterangan: P : indeks kesukaran B : jumlah siswa menjawab benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Penafsiran mengenai indeks kesukaran disajikan dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba
29
3.5.4 Uji Daya Beda Butir Soal Daya beda (DB) soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang telah menguasai materi dan belum menguasai materi. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskrimasi. Rumus untuk mencari besarnya daya beda suatu soal adalah sebagai berikut:
Keterangan : DB : Daya Beda BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar N : Jumlah siswa yang mengerjakan tes Hasil perhitungan daya beda soal dibandingkan dengan kriteria daya beda soal seperti yang tersaji dalam Tabel 3.5 Tabel 3.5 Kriteria Daya Beda Soal Ujicoba Rentang Validitas 0 < DB ≤ 0,19 0,2 < DB ≤ 0,29 0,3 < DB ≤ 0,39 0,4 < DB ≤ 1,0
Kriteria Soal tidak dipakai Soal diperbaiki Soal diterima tapi perlu diperbaiki Soal diterima dengan baik
3.6 Analisis Data 3.6.1 Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Kemampuan siswa memahami grafik didapat dari hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal diagnostik. Analisis data disini menggunakan metode analisis
deskriptif untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah fisika dalam bentuk grafik. Adapun rumus untuk analisis deskripsi persentase menurut Ali yang dikutip oleh Irawati ( 2014) yaitu:
30
Menurut Walandauw sebagaimana dikutip oleh Bakri (2012) untuk kriteria kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik dapat dilihat pada Tabel 3.6 Tabel 3.6 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik Kategori
Persentase
Baik Sekali
78% - 100%
Baik
66% - 79%
Sedang
56% - 65%
Kurang
≤ 55%
3.6.2 Analisis Profil Kesulitan Siswa Analisis kesulitan siswa yaitu berdasarkan KKM, profil materi, prasyarat pengetahuan, miskonsepsi dan tahapan pemecahan masalah. Untuk analisis berdasarkan KKM dan profil materi menggunakan persentase skor siswa digunakan rumus:
Ketentuan kategori kesulitan berdasarkan pencapaian KKM : KKM ketuntasan : 65 %, siswa mengalami kesulitan jika : % skor ≤ 35%
: kategori kuat
% skor > 35%
: kategori lemah
Untuk analisis kesulitan berdasarkan pengetahuan prasyarat miskonsepsi dan tahapan pemecahan masalah menggunakan rumus yang sama tetapi bukan
31
menggunakan skor melainkan frekuensi. Ketentuan kategori kesulitan siswa terdapat pada Tabel 3.7 (Sudijono, 2011). Tabel 3.7 Kriteria Kesulitan Siswa Persentase (%) 80 – 100 66 – 79 40 – 65 0 – 39
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Untuk mendukung hasil analisis tentang profil kesulitan pemecahan masalah siswa di atas maka ditambah dengan hasil wawancara yang telah dilakukan untuk mendeskripsikan kesulitan siswa dalam pemecahan masalah fisika berbentuk grafik.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik Kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik yang diukur disini yaitu kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kemampuan interpretasi grafik, memprediksi grafik, baik interpolasi maupun ekstrapolasi dan transformasi suatu grafik (Nugroho & Darsono, 2007). Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik yang disusun untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah berbentuk grafik seperti pada lampiran 9. Hasil pengambilan data digambarkan pada Gambar 4.1. Analisis data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik 60 Persentase ( % )
50
53.01
48.3
40
48.61
34.36
30 20 10 0 Interpretasi
Prediksi Interpolasi Prediksi Ekstrapolasi
Transformasi
Jenis Kemampuan Grafik
Gambar 4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik
32
33
Gambar 4.1 menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah berbentuk
grafik
yang
paling
tinggi
adalah
kemampuan
siswa
dalam
mengekstrapolasi grafik, yaitu sebesar 53,01%. Persentase yang paling rendah adalah kemampuan siswa dalam menginterpolasi grafik, yaitu sebesar 34,36%.
4.1.2 Profil Kesulitan Siswa Selain kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik, pada penelitian ini juga dianalisis profil kesulitan siswa. Profil kesulitan yang dianalisis disini berdasarkan: (1) pencapaian KKM; (2) pengetahuan prasyarat; (3) profil materi; (4) miskonsepsi; serta (5) tahap – tahap pemecahan masalah. Analisis data dilakukan berdasarkan hasil siswa dalam mengerjakan tes diagnostik yang telah dilaksanakan dan didukung oleh hasil wawancara.
4.1.2.1 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM KKM merupakan kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang digunakan sebagai acuan untuk menyatakan ketuntasan peserta didik dalam mengikuti suatu pembelajaran. KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 6 Petarukan sebagai lokasi penelitian yaitu 65 %. Siswa tidak mengalami kesulitan jika persentasenya ≤ 35 %. Hasil penelitian profil kesulitan siswa berdasarkan pencapaian KKM digambarkan oleh Gambar 4.2.
34
Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM 70.00
61.46
60.00 Persentase Skor(%)
50.23
55.90
54.44 49.42
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Paham GLB & GLBB
Menentukan Jarak Tempuh & Posisi
Menentukan kecepatan
Menentukan Kelajuan
Menentukan Percepatan
Indikator Tes Diagnostik
Gambar 4.2 Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM Gambar 4.2 menunjukan bahwa kesulitan siswa dalam pemecahan masalah berbentuk grafik berdasarkan pencapaian KKM mempunyai persentase yang tidak berbeda jauh antara satu indikator dengan indikator lainnya. Kesulitan siswa berdasarkan pencapaian KKM memiliki persentase kesulitan paling tinggi adalah indikator menentukan percepatan, yaitu sebesar 61,46 %. Persentase kesulitan yang paling rendah adalah indikator menentukan kecepatan, yaitu sebesar 49,42%.
4.1.2.2 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat Pengetahuan prasyarat sangat penting dalam usaha pemecahan masalah, karena pengetahuan prasyarat merupakan bekal pengetahuan untuk dapat mempelajari suatu pengetahuan baru. Pada tes diagnostik ini, pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa yaitu pengetahuan tentang luas bangun datar,
35
operasi hitung dan persamaan linier sederhana yang dilihat pada Lampiran 7. Profil kesulitan siswa berdasarkan penguasaan pengetahuan prasyarat dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat 60 52.78
52.78
Operasi hitung
Persamaan linier
Persentase ( % )
50 40 30 20
16.67
10 0 Luas bangun datar
Pengetahuan Prasyarat
Gambar 4.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat Dari Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam operasi hitung dan persamaan linier pada pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki. Keduanya memiliki persentase kesulitan yang sama, yaitu sebesar 52,78%. Untuk pengetahuan prasyarat siswa dalam menguasai luas bangun datar, persentase kesulitan siswa sebesar 16,67%.
4.1.2.3 Analisis Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi Analisis kesulitan siswa terhadap profil materi bertujuan untuk mengetahui sub – sub materi yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa dimana data
36
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berikut ini profil kesulitan siswa terhadap profil materi yang diperlihatkan pada Gambar 4.4.
Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi 70 Presesntase ( % )
60
59.55
57.22
61.46 53.5
50 35.94
40 30 20 10 0 Jarak dan Perpindahan
Kecepatan dan Kelajuan
Percepatan
GLB
GLBB
Sub - Sub Materi
Gambar 4.4 Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi Dari Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa berdasarkan pendekatan profil materi, siswa mengalami kesulitan paling besar pada sub materi percepatan. Persentase kesulitan siswa pada sub materi percepatan sebesar 61,46 %. Persentase kesulitan terendah terletak pada sub materi gerak lurus beraturan atau GLB, yaitu sebesar 35,94 %. 4.1.2.4 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi Pada penelitian ini, analisis terhadap pendekatan miskonsepsi pada materi Kinematika Gerak Lurus terbatas pada sub materi kecepatan dan kelajuan. Persentase siswa yang mengalami kesulitan berdasarkan miskonsepsi sub materi
37
kecepatan dan kelajuan didapatkan dari jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi dibagi dengan jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil analisis data yang dapat dilihat pada Lampiran 7, persentase kesulitan berdasarkan miskonsepsi yaitu sebesar 63,89 %. Contoh hasil jawaban siswa yang menunjukan adanya miskonsepsi yang dialami siswa seperti soal yang menguji kemampuan siswa dalam menentukan kecepatan dan kelajuan dari detik ke 40 sampai ke 60 pada grafik yang sama yaitu pada Gambar 4.5 dan jawaban siswa disajikan pada
s (m)
Gambar 4.6.
180 160 140 120 100 80 80 60 40 20 0 0
160
160
0 20
40
60
80
t (s) Gambar 4.5 Grafik Hubungan Jarak Terhadap Waktu
Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Berkaitan Dengan Miskonsepsi
38
4.1.2.5 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah Pada penelitian ini tahapan pemecahan masalah yang dipakai yaitu tahapan pemecahan masalah menurut Polya. Tahapan pemecahan masalah polya dimulai dari pemahaman masalah. Setelah siswa dapat memahami masalahnya dilanjutkan dengan pembuatan rencana pemecahan masalah. Pembuatan rencana diteruskan dengan melaksanakan pemecahan masalah tersebut serta diakhiri dengan peninjauan kembali solusi yang telah diperoleh. Untuk perhitangan selengkapnya untuk setiap tahapan polya dilihat pada Lampiran 8. Berikut profil kesulitan siswa berdasarkan tahapan pemecahan masalahnya yang disajikan pada Gambar 4.7.
Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah 90 77.18
80 68.65
Presesntase ( % )
70 60 45.83
50 40 30
25
20 10 0 Tahap memahami masalah
Tahap membuat rencana
Tahap pelaksanaan rencana
Tahap Peninjauan Kembali
Langkah Pemecahan Masalah
Gambar 4.7 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalahnya
39
Dari Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa berdasarkan tahapan tahapan pemecahan masalah menurut Polya, siswa mengalami kesulitan paling besar pada tahap peninjauan kembali. Persentase kesulitan siswa pada tahap meninjau kembali sebesar 77,18 %. Sementara itu, persentase kesulitan terendah pada tahap memahami masalah adalah tahapan memahami masalah yaitu sebesar 25,00 %.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik 4.2.1.1 Interpretasi Grafik Hasil penelitian dari kemampuan ini yang disajikan pada Gambar 4.1 menunjukan bahwa kemampuan siswa pada kemampuan ini tergolong kurang sesuai kriteria yang ditunjukkan oleh Tabel 3.6. Kemampuan interpretasi grafik disini mencakup beberapa indikator, yaitu menghitung gradien dan mengetahui besaran apa yang ditunjukan gradien, serta dapat mengambil informasi dari grafik tersebut. Sebagian siswa dapat menghitung gradien yang ditunjukan grafik, tetapi tidak dapat mengetahui besaran apa yang dimaksud seperti jawaban siswa untuk soal yang menguji kemampuan siswa dalam menentukan percepatan berdasarkan grafik hubungan kecepatan terhadap waktu disajikan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Menentukan Percepatan
40
Berdasarkan jawaban di atas dapat dilihat bahwa siswa tidak mengetahui satuan yang tepat yang menunjukkan bahwa siswa tersebut hanya mengetahui perhitungan matematisnya tanpa mengetahui besaran apa yang dicari. Sejalan dengan itu, Planinic et al. (2011), melakukan penelitian yang membandingkan arti / makna gradien suatu grafik pada konteks fisika dan konteks matematika. Planinic et al. (2011), mengatakan bahwa pemahaman makna gradien grafik pada konteks fisika masih sangat lemah daripada konteks matematika. 4.2.1.2 Kemampuan Memprediksi Pada kemampuan ini indikator yang diukur yaitu memperkirakan berdasarkan grafik baik itu keadaan di dalam grafik / interpolasi maupun keadaan di luar grafik/ekstrapolasi. Kemampuan memprediksi dalam penelitian ini terbatas pada bentuk grafik linier. Sesuai dengan data yang disajikan pada Gambar 4.1, pada kemampuan memprediksi keadaan di dalam grafik / interpolasi dapat digolongkan kurang sesuai kriteria yang ditunjukkan oleh Tabel 3.6. Pada kemampuan memprediksi keadaan di luar grafik / ekstrapolasi didapatkan persentase yang lebih baik daripada kemampuan interpolasi siswa sesuai dengan data yang disajikan pada Gambar 4.1 yaitu dapat digolongkan dalam kategori kurang. Rata – rata kemampuan memprediksi grafik baik interpolasi maupun ekstrapolasi didapatkan persentasenya yaitu 43,63 %. Keterampilan memprediksi termasuk memiliki tingkat kesulitan menengah, sesuai hasil penelitian yang dilakukan Nugroho dan Darsono (2007). Pada soal yang mengukur kemampuan memprediksi, sebagian siswa cenderung berpikir secara kongkret dengan perkiraan seperti yang ditunjukkan pada jawaban salah satu
41
siswa yang disajikan pada Gambar 4.9 untuk jawaban dari soal yang membuat siswa memperkirakan posisi benda pada detik ke-7 berdasarkan grafik yang tersedia.
Gambar 4.9 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Memperkirakan Posisi Benda Berdasarkan wawancara dari siswa tersebut, dia hanya beranggapan setiap detik posisinya akan bertambah lima meter tanpa memikirkan konsep gerak lurus. 4.2.1.3 Kemampuan transformasi Kemampuan transformasi merupakan kemampuan yang tergolong memiliki kesulitan yang paling tinggi diantara yang lainnya sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Nugroho & Darsono (2007). Indikator dalam kemampuan tersebut yaitu memahami makna fisis dari sebuah grafik. Memahami makna dari sebuah grafik tidaklah sederhana, karena dibutuhkan pemahaman mendalam dan kemampuan kognitif yang cukup baik agar dapat menjelaskan makna dari grafik yang ditanyakan. Pada kemampuan transformasi ini, dari hasil pengerjaan siswa didapatkan persentase sebesar 48,61% sesuai yang ditunjukkan Gambar 4.1. Hasil kemampuan transformasi grafik yang dimiliki siswa tergolong dalam kategori kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Beichner
42
(1994) menunjukkan bahwa kemampuan dalam mengartikan grafik masih rendah. Salah satu kesalahan yang umum siswa masih kesulitan dalam membedakan arti grafik jarak terhadap waktu dengan kecepatan terhadap waktu. Pada kemampuan transformasi pada penelitian ini, siswa diminta menjelaskan dari sebuah grafik baik termasuk gerak lurus beraturan (GLB) maupun gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Siswa cenderung hanya bisa menjawab bahwa grafik itu termasuk gerak GLB atau GLBB tanpa menjelaskan bagaimana kecepatan dan percepatan yang terjadi dari gerak tersebut. 4.2.2 Profil Kesulitan Siswa 4.2.2.1 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan KKM Pada profil kesulitan siswa berdasarkan KKM memiliki rata – rata persentase untuk semua indikatornya yaitu 53,01%. Nilai ini lebih besar dari batas KKM untuk siswa SMP N 6 Petarukan yaitu harus lebih rendah dari 35%. Hal ini berarti secara umum siswa masih belum tuntas dan masih mengalami kesulitan. Berdasarkan Gambar 4.2 persentase siswa masih di bawah batas ketuntasan untuk indikator siswa dapat memahami grafik GLB dan GLBB. Siswa tidak kesulitan dalam membedakan grafik GLB dan GLBB, tetapi kesulitan dalam memahami bagaimana keadaan kecepatan dan percepatan pada grafik GLB dan GLBB. Hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa untuk soal yang menuntut siswa mampu mengidentifikasi grafik termasuk GLB ataupun GLBB dan bagaimana kecepatan dan percepatannya, siswa cenderung hanya mampu menyebutkan jenis grafik tanpa menjelaskan bagaimana kecepatan dan percepatannya.
43
Selain pada indikator dapat memahami grafik GLB dan GLBB, siswa juga mengalami kesulitan pada semua indikator yang ada. Hal ini mungkin dikarenakan penguasaan konsep dari siswa tentang gerak lurus. Berikut ini disajikan hasil pengerjaan siswa yang menunjukkan adanya kurangnya penguasaan konsep. Siswa diminta menentukan jarak tempuh selama 4 sekon dan memprediksikan jarak pada detik ke 20 dari sebuah grafik gerak lurus beraturan dengan kecepatan 20 m/s. Jawaban siswa disajikan pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Penguasaan Konsep Dapat dilihat dari hasil pengerjaan siswa, siswa dapat mengerjakan dengan tepat untuk soal yang menentukan jarak tempuh berdasarkan grafik tetapi dapat dilihat bahwa ada kesulitan yang terjadi pada soal selanjutnya untuk menentukan kecepatan benda berdasarkan grafik gerak lurus beraturan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, siswa menjawab bahwa s (jarak) dari soal yang diminta untuk dicari kecepatannya adalah 80 meter dan didapatkan dari s (jarak) pada soal sebelumnya yaitu menentukan jarak tempuh sampai detik ke 4. Dapat
44
disimpulkan bahwa siswa belum memahami konsep gerak lurus beraturan yang memiliki kecepatan yang selalu tetap. Sejalan dengan itu Pujianto et al. (2013), melakukan penelitian tentang konsepsi siswa pada konsep gerak lurus beraturan menemukan bahwa sebagian besar responden memiliki konsepsi yang salah. Konsepsi yang salah ini dikarenakan siswa yang menjadi responden menganggap jika suatu kendaraan bergerak dengan arah dan kecepatan tetap selama 10 menit merupakan gerak lurus berubah beraturan. 4.2.2.2 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat Beberapa siswa di dalam kelas biasanya akan kesulitan untuk memulai mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh dikarenakan mereka belum memiliki pengetahuan prasyarat. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Siswa yang tidak menguasai penjumlahan akan kesulitan mengikuti pembelajaran tentang perkalian. Pada tes diagnostik ini ada tiga pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa yaitu mengetahui rumus luas bangun datar, menguasai operasi hitung dan menguasai persamaan linier sederhana. Berdasarkan hasil analisis data yang ditunjukkan pada Gambar 4.3, sesuai kriteria yang kesulitan menurut Sudijono (2011) maka tingkat kesulitan siswa dalam hal penguasaan luas bangun datar tergolong rendah. Penguasaan terhadap luas bangun datar digunakan dalam menentukan jarak tempuh dari sebuah grafik hubungan kecepatan terhadap waktu. Kesulitan yang umumnya terjadi yaitu siswa salah dalam menggunakan rumus luas bangun datar seperti pada jawaban siswa untuk soal yang mencari jarak tempuh selama 4 detik pada
45
grafik gerak lurus beraturan hubungan kecepatan terhadap waktu dengan kecepatan 20 m/s. Jawaban siswa tersebut disajikan pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Pengetahuan Prasyarat Dari jawaban siswa tersebut terlihat siswa salah menggunakan rumus luas, karena jawaban yang tepat menggunakan luas persegi panjang dan jawaban siswa menggunakan luas segitiga. Persentase kesulitan pengetahuan prasyarat operasi hitung ditunjukkan oleh Gambar 4.3 dan termasuk dalam kategori kesulitan sedang. Secara umum, siswa masih mengalami kesulitan dalam operasi hitung. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara yang dilakukan seperti pada Lampiran 11 mengatakan bahwa mengalami kesulitan dalam perhitungan. Berikut contoh hasil pengerjaan siswa yang disajikan pada Gambar 4.12 dan hasil wawancara yang menunjukan bahwa terdapat kesulitan dalam operasi hitung. Pada soal siswa diminta menentukan kelajuan berdasarkan grafik hubungan jarak terhadap waktu.
Gambar 4.12 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kesulitan Dalam Operasi Hitung
46
Kesulitan siswa dalam operasi hitung sesuai dengan hasil penelitian dari Rusilowati (2006) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab kesulitan belajar siswa yaitu kesulitan dalam operasi hitung atau perhitungan matematisnya. Selain itu, penyebab lainnya yaitu pemahaman konsep dan mengkonversian satuan. Berdasarkan Gambar 4.3 juga, pengetahuan prasyarat siswa terhadap penguasaan persamaan linear sederhana termasuk dalam kategori sedang. Penguasaan persamaan linear sederhana digunakan untuk membantu memprediksi berdasarkan grafik baik interpolasi maupun ekstrapolasi. 4.2.2.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi Profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi ini digunakan untuk mengetahui persentase kesulitan siswa dalam menguasai suatu materi untuk setiap sub materinya. Sub materi dari materi dari penelitian ini yaitu jarak dan perpindahan; kecepatan dan kelajuan; percepatan; gerak lurus beraturan (GLB); serta gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Analisis kesulitan ini juga menggunakan KKM sebagai batas penguasaan siswa. Dari lima sub materi pada materi gerak lurus ini, siswa masih mengalami kesulitan, terutama pada sub materi percepatan yang memiliki persentase kesulitan lebih tinggi dari dari persentase sub materi yang lainnya sesuai yang tunjukkan pada Gambar 4.4. Kesulitan pada sub materi jarak dan perpindahan umumnya dikarenakan siswa merasa kesulitan dalam memprediksi jarak tempuh berdasarkan grafik yang ada. Siswa paling mengalami kesulitan dalam menguasai sub materi percepatan. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami konsep percepatan sesuai
47
dengan hasil penelitian Pujianto et al. (2013), yaitu siswa memiliki pemahaman bahwa percepatan adalah kecepatan dibagi waktu. Konsepsi ini didasarkan pada rumus percepatan, tetapi belum memahami benda yang dipercepat maka jarak yang ditempuh setiap detiknya mengalami peningkatan. Persentase kesulitannya yaitu 62,50 %. 4.2.2.4 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi Seperti yang dijelaskan pada bagian hasil penelitian, kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi disini terbatas pada miskonsepsi dalam materi kecepatan dan kelajuan saja. Persentase kesulitan siswa yaitu 68,89% dan berdasarkan kriteria Sudijono (2001) termasuk dalam kategori tinggi. Miskonsepsi yang umum terjadi yaitu siswa tidak bisa membedakan antara kecepatan dan kelajuan. Seperti jawaban siswa untuk Gambar 4.5 yang ditunjukan pada hasil penelitian profil kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi. Jawaban tersebut menunjukkan jawaban yang tepat untuk masalah tentang konsep kelajuan, tetapi tidak tepat dalam menjawab tentang konsep kecepatan. Kesulitan terlihat ketika siswa juga menjawab dengan cara dan hasil yang sama untuk menentukan kecepatan benda. Ketika dilakukan wawancara, siswa ditanyai tentang adakah perbedaan antara kelajuan dan kecepatan. Siswa tersebut menjawab dengan ragu – ragu bahwa tidak ada perbedaannya. Hal ini menunjukkan telah terjadi miskonsepsi yaitu siswa menganggap tidak ada perbedaan antara kelajuan dan juga kecepatan. Salah satu penyebab terjadinya miskonsepsi dikarenakan faktor bahasa dan kebiasaan yang sehari – hari dipakai oleh siswa. Misalnya warga Indonesia umumnya menyebutkan bahwa fungsi speedometer untuk mengukur kecepatan benda.
48
Padahal sebenarnya speedometer digunakan untuk mengukur kelajuan dari suatu benda. Sejalan dengan itu, Pujianto et al. (2013), mengatakan siswa masih sulit membedakan antara konsep kelajuan dan kecepatan. Miskonsepsi ini diawali ketika siswa tidak mampu menentukan jarak dan perpindahannya. 4.2.2.5 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah yang dipakai disini berdasarkan tahapan menurut Polya. Tahapannya dimulai dari pemahaman masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali. Berdasarkan hasil analisis kesulitan yang ditunjukkan pada Gambar 4.6, rata rata persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap memeriksa kembali termasuk dalam kategori sangat tinggi. Untuk persentase siswa yang masih memiliki kesulitan pada tahap melaksanakan rencana tergolong dalam kategori tinggi. Selanjutnya, untuk persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap membuat rencana termasuk dalam kategori sedang. Dan terakhir, untuk persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap memahami masalah termasuk kategori rendah menurut Sudijono (2011). Persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap tahap pemecahan masalah Polya berurutan dari rendah ke tinggi yaitu dimulai tahap memahami masalah, tahap membuat rencana, tahap melaksanakan rencana dan tahap memeriksa kembali. Urutan persentase ini sesuai dengan penelitan yang
49
dilakukan oleh Andriani et al. (2016), tentang analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal gerak lurus. Pada tahap memahami masalah, siswa tidak terlalu mendapat kesulitan. Siswa mengalami kesulitan dimulai dari tahap membuat rencana dikarenakan pada tahap membuat rencana siswa mengalami kebingungan dan tidak mengetahui rumus-rumus yang tepat yang harus digunakan dan siswa tidak dapat menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya. Pada tahap melaksanakan rencana siswa mengalami masalah, misalnya pada salah satu pengetahuan prasyaratnya yaitu pada operasi hitung. Pada tahap peninjauan kembali, siswa paling mengalami kesulitan yang dikarenakan siswa yang tidak meninjau kembali jawabannya dengan alasan kehabisan/kekurangan waktu dan merasakan kebingungan atau justru siswa merasa yakin dengan jawabannya.
4.3 Keterbatasan Masalah Penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik dan profil kesulitan siswa ini memiliki beberapa keterbatasan masalah dalam pelaksanaannya. Pada penelitian ini, cakupan pemecahan masalah berbentuk grafik hanya pada materi kinematika gerak lurus dan profil kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik pada materi gerak lurus dideskripsikan tanpa adanya tindakan (treatment) remidiasi sebagai tindak lanjut dari tes diagnostik yang dilakukan.
50
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik memilik persentase tergolong rendah untuk kemampuan interpretasi grafik sebesar 48,30%; kemampuan interpolasi sebesar 34,36%; kemampuan ekstrapolasi sebesar 53,01%; dan kemampuan transformasi sebesar 48,61%. 2. Profil kesulitan siswa pada penelitian ini berdasarkan pencapaian KKM, pengetahuan prasyarat, profil materi, miskonsepsinya, serta tahap – tahap pemecahan masalahnya. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan penguasaan KKM, siswa masih mengalami untuk semua indikator pada profil kesulitan ini yaitu (1) memahami grafik GLB dan GLBB sebesar 50,23 %; (2) menentukan posisi dan jarak tempuh berdasarkan grafik sebesar 54,44 %; (3) menentukan kecepatan berdasarkan grafik sebesar 49,42 %; (4) menentukan kelajuan berdasarkan grafik sebesar 55,90 %; serta (5) menentukan percepatan berdasarkan grafik sebesar 61,46 %. Pada profil kesulitan siswa berdasarkan pengetahuan prasyarat, persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan luas bangun datar 16,67 % termasuk kategori rendah. Persentase kesulitan siswa dalam operasi hitung
51
dan persamaan linier sama yaitu 52,78 % termasuk dalam kategori sedang. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi, persentase kesulitan siswa dalam tiap sub - sub materi yaitu sub materi jarak dan perpindahan sebesar 59,55 %; kecepatan dan kelajuan sebesar 57,22 %; percepatan sebesar 61,46 %; GLB sebesar 35,94 %; serta GLBB sebesar 53,50 %. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi, persentase kesulitan siswa yaitu 63,89 % dan termasuk dalam kategori tinggi. Serta yang terakhir, profil kesulitan siswa berdasarkan tahap – tahap pemecahan masalah. Persentase kesulitan siswa untuk tiap tahapan yaitu tahap memahami masalah sebesar 25,00 % termasuk kategori rendah, tahap membuat rencana sebesar 45,83 % termasuk kategori sedang, tahap melaksanakan rencana sebesar 68,63 % termasuk kategori tinggi, serta tahap peninjauan kembali sebesar 77,28 % termasuk kategori tinggi.
5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, disarankan agar sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk pemecahan masalah berbentuk grafik selain materi kinematika gerak lurus misalnya pada materi termodinamika atau bisa juga pada kinematika gerak melingkar. Selain itu, perlu adanya tindakan (treatment) remidiasi sebagai tindak lanjut dari tes diagnostik yang dilakukan dan perlu pembiasaan siswa dalam menghadapi permasalahan berbentuk grafik.
52
DAFTAR PUSTAKA Andriani, L.N.Y., Darsikin, & A. Hatibe. 2016. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 4(3): 36-41. Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Rupa Aksara. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Rupa Aksara. Astin, A. W. 1993. The Philosophy and Practice of Assessment and Evaluation in a Higher Education. New York: Maxwell Maxmillan. Bakri, M. 2012. Kemampuan Siswa Memahami Grafik Pada Konsep Biologi : Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas I Man Kupang. Thesis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Beichner, R.J. 1994. Testing Student Interpretation Of Kinetic Graph. American Journal of Physics, 62:750-762 . Bunawan ,W., A. Setiawan, Nahadi, & A. Rusli. 2015. Penilaian Pemahaman Representasi Grafik Materi Optika Geometri Menggunakan Tes Diagnostik. Cakrawala Pendidikan, 34(2):257-267. Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Djaali & Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT.Grasindo. Gagne, L.J. Briggs, & W.W. Wager. 1992. Principles of Instructional Design. New York: Holt Rinehart & Winston. Glazer, N. 2011. Challenges with Graph Interpretation : A Review of the Literature. Studies in Science Education, 47(2): 183-210. Gok, T., & Silay. 2010 The Effects of Problem Solving Strategies on Students’ Achievement, Attitude and Motivation. Latin-American Journal of Physics Education, 4(1) : 7-21.
53
Irawati, D.R. 2014. Analisis Penguasaan Konsep Fisika Pada Pokok Bahasan Besaran Dan Satuan Kelas X Sma Negeri 1 Sale Rembang. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES. Irham, M. & Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Kemdikbud. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Online Tersedia di http://kbbi.co.id [diakses 12-02-2016]. Marjani.
2013.
Makalah
Media
Pembelajaran
Grafik.
Tersedia
di
http://documents.tips/documents/makalah-media-grafis.html[diakses 20-032016]. McDermot, L.C., M.L. Rosenquist, & E.H. Vanzee . 1987. Student Difficulties In Connecting From Kinematic. American Journal of Physics, 55:503-513. Nazam S, Meltem S., & Ali B. 2012. Investigating students’ abilities related to graphing skill. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 46: 2942 – 2946. Nugroho, S.E., & Darsono. 2007. Model Pembelajaran Dengan Peningkatan Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Interpretasi Grafik Pada Mahasiswa Fisika. Laporan Penelitian. Semarang : FMIPA UNNES. Planinic, M., Z.M. Sipus, H. Katic, A. Susan, & L. Ivanjek. 2011. Comparison of Students Understanding of Line Graph Slope in Physics and Mathematics. International Journal of Science and Mathematics Education, 10:13931414. Pujianto, A., Nurjannah, & I.W.Darmadi. 2013. Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 1(1): 16-21. Purwanto, M.N. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya . Rusilowati, A. 2006. Profil Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan Kelistrikan Siswa SMA di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10(2): 100-106. Schunk, D.H. 2012. Learning Theories: An Educational Perspective. Translated by Eva & Rahmat. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
54
Subali, B., D. Rusdiana, H. Firman, & I. Kaniawati. 2015. Analisis Kemampuan Interpretasi Grafik Kinematika pada Mahasiswa Calon Guru Fisika. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015), Bandung, 8 dan 9 Juni.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono.
2013.
Metode
Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kualitatif,
Kuantitatif,dan RnD. Bandung : Alfabeta. Wardani. 1991. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Perbaikan Belajar. Jakarta: Ditjen Binbaga Islam dan Universitas Terbuka. Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.
55
Lampiran 1. Daftar Kode Siswa Ujicoba No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Simbol UC-1 UC-2 UC-3 UC-4 UC-5 UC-6 UC-7 UC-8 UC-9 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32 UC-33 UC-34 UC-35
36
UC-36
37
UC-37
56
Lampiran 2. Daftar Simbol Siswa Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Simbol S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36
Lampiran 3. Analisis Hasil Uji Coba
No
Nomor Soal
Kode 1a
1b
1c
2a
2b
3a
3b
3c
4a
4b
5a
5b
6a
6b
6c
7
8a
8b
∑Y
∑Y
2
1
UC-3
4
4
3
4
3
2
4
4
4
3
2
2
4
3
4
1
2
2
55
3025
2
UC-23
4
2
4
2
4
4
2
2
0
4
4
3
4
4
4
4
1
2
54
2916
3
UC-15
4
4
2
3
2
2
4
4
2
1
4
2
4
2
2
4
4
2
52
2704
4
UC-1
2
4
4
4
2
2
0
4
3
3
4
4
2
3
1
4
1
4
51
2601
5
UC-5
2
4
4
2
4
2
2
2
4
2
4
1
4
4
1
4
2
2
50
2500
6
UC-33
2
4
4
3
4
2
2
0
2
3
4
1
4
4
4
3
0
0
46
2116
7
UC-14
1
4
4
4
4
1
1
3
2
3
4
2
1
4
1
4
1
2
46
2116
8
UC-30
2
0
4
4
4
1
2
2
4
2
4
2
1
4
2
4
2
1
45
2025
9
UC-29
4
2
2
3
2
2
2
2
2
3
4
4
1
4
2
3
1
1
44
1936
10
UC-26
4
2
2
3
2
2
2
2
2
3
4
4
1
4
2
3
0
1
43
1849
11
UC-36
4
2
3
0
4
0
1
0
0
2
4
0
4
3
2
4
4
2
39
1521
12
UC-24
4
1
3
0
3
0
1
0
0
2
3
0
3
3
2
4
2
2
33
1089
13
UC-31
2
2
3
0
2
3
0
1
0
0
3
0
1
4
4
4
0
1
30
900
14
UC-16
3
1
3
3
3
0
0
2
1
2
3
0
2
4
0
1
2
1
31
961
15
UC-28
4
4
4
2
4
1
0
1
0
1
4
0
0
1
0
2
0
0
28
784
16
UC-32
0
1
2
1
2
1
2
2
3
2
2
0
3
2
2
0
1
0
26
676
No
Nomor Soal
Kode
∑Y
1a
1b
1c
2a
2b
3a
3b
3c
4a
4b
5a
5b
6a
6b
6c
7
8a
8b
∑Y
2
17
UC-22
0
2
2
1
2
0
2
1
0
1
3
0
3
3
1
2
1
0
24
576
18
UC-37
2
2
2
1
2
0
0
1
0
2
2
0
2
0
0
4
1
1
22
484
19
UC-34
0
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
0
3
2
2
0
0
0
22
484
20
UC-9
0
1
2
1
2
0
2
2
2
2
2
0
2
2
2
0
0
1
23
529
21
UC-35
0
1
2
1
0
2
2
1
1
2
2
0
2
2
2
0
1
1
22
484
22
UC-18
2
2
2
2
0
0
0
1
0
2
1
0
1
3
1
4
0
0
21
441
23
UC-11
0
2
3
2
3
1
0
1
1
1
1
0
0
2
0
1
1
1
20
400
24
UC-21 ΣX
0
0
2
1
2
0
1
1
3
2
2
0
2
2
2
0
0
0
20
400
50
52
68
48
62
29
34
40
37
50
72
25
54
69
43
60
27
27
847
33517
166
154
210
136
192
63
80
98
103
122
242
75
162
227
113
214
61
53
2.08
2.17
2.83
2.00
2.58
1.21
1.42
1.67
1.54
2.08
3.00
1.04
2.25
2.88
1.79
2.50
1.13
1.13
XY
2061
2063
2542
1941
2363
1219
1364
1611
1494
1903
2767
1206
2066
2623
1670
2381
1101
1142
rxy rtabel
0.62609 0.4044
0.58859 0.4044
0.567 0.404
0.65 0.4
0.5149 0.4044
0.614 0.404
0.483 0.404
0.591 0.404
0.461 0.404
0.544 0.404
0.736 0.404
0.768 0.404
0.418 0.404
0.5832 0.4044
0.422 0.404
0.547 0.404
0.445 0.404
0.66 0.4
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
2
Σ(X )
No. Soal
1a
1b
1c
2a
2b
3a
3b
3c
4a
4b
5a
5b
6a
6b
6c
7
8a
8b
1.72 2.97
0.72 0.52
1.67 2.78
1.33 1.76
1.16 1.36
1.33 1.76
1.31 1.70
1.91 3.67
0.74 0.55
1.08 1.17
2.04 4.16
1.69 2.85
1.19 1.42
1.50 2.24
2.67 7.11
1.28 1.63
0.94 0.89
∑σi2
2.58 6.64 45.2
σt 2
151.0
r11
0.74
σi σi
2
RealibitasTinggi
No
1a
1b
1c
2a
2b
3a
3b
3c
4a
4b
5a
5b
6a
6b
6c
7
8a
8b
P
0.52
0.54
0.71
0.50
0.65
0.30
0.35
0.42
0.39
0.52
0.75
0.26
0.56
0.72
0.45
0.63
0.28
0.28
Kriteri a
Sedang
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Mudah
Sukar
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar
Sukar
MA
3.08
2.75
3.25
2.67
3.17
1.67
1.92
2.08
2.08
2.58
3.75
2.08
2.75
3.50
2.25
3.50
1.67
1.75
MB
1.08
1.58
2.42
1.33
2.00
0.75
0.92
1.25
1.00
1.58
2.25
0.00
1.75
2.25
1.33
1.50
0.58
0.50
DP
0.50
0.21
0.29 Diteri ma dengan Perbaik an
0.25
0.21
0.27
0.25
0.25
0.50
0.27
0.31
Diperb aiki
Diperb aiki
Diperb aiki
Diperb aiki
Diteri ma
Diperb aiki
0.31 Diterim a dengan Perbaik an
0.23
Diperb aiki
0.38 Diteri ma dengan Perbaik an
0.52
Diterim a
0.33 Diteri ma dengan Perbaik an
0.23
Kriteri a
0.29 Diterim a dengan Perbaik an
Diterima
Diperba iki
Diterima dengan Perbaika n
Diperb aiki
Diperba iki
Lampiran 4.
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah berbentuk Grafik No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nomor Soal
Kode Siswa
S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15
Intepretasi 1b 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4
2a 4 0 3 4 2 3 4 4 2 4 0 2 4 4 2
3a 1 1 1 2 2 2 1 1 0 2 0 1 1 1 1
3b 0 0 1 0 2 2 1 1 0 1 1 0 1 1 2
4a 1 1 0 3 3 2 2 2 0 2 0 1 0 2 0
4b 1 1 0 3 2 3 3 2 2 4 2 1 4 2 4
5a 1 1 3 4 4 4 4 2 1 3 4 1 3 2 3
5b 0 0 0 4 1 1 2 2 0 4 0 0 4 2 4
6a 0 0 4 2 4 4 1 4 1 4 4 0 3 4 3
Prediksi Interpolasi Ekstrapolasi 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1 0 2 0 0 2 1 2 1 4 0 2 1 0 0 0 2 4 4 1 4 4 2 3 2 2 2 4 4 4 0 0 0 4 4 4 3 1 2 4 4 4 4 2 2 0 4 0 1 0 0 2 0 3 1 2 2 2 4 4 0 4 2 3 4 3 1 1 1 3 3 2 0 1 1 4 4 4 4 2 2 0 4 0 0 0 0 2 1 0
Transformasi 1a 6c 7 4 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 4 4 2 2 2 4 3 0 1 4 4 0 1 2 1 4 0 2 3 4 2 4 0 0 1 4 4 4 4 0 1 4 3 2
Nomor Soal No
Kode Siswa
Prediksi
Intepretasi
Interpolasi
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30
Ekstrapolasi
Transformasi
1b
2a
3a
3b
4a
4b
5a
5b
6a
3c
8a
8b
1c
2b
6b
1a
6c
7
2 2 4 4 4 1 4 2 4 4 0 4 4
4 4 2 4 4 1 4 2 4 4 3 2 4
1 0 1 1 0 2 0 1 2 0 2 0 4
2 2 2 2 2 2 0 0 0 1 1 0 0
3 0 0 1 4 1 0 1 3 0 0 4 4
2 1 4 2 4 2 2 1 0 2 0 0 4
2 3 3 2 4 2 1 1 3 0 3 1 4
0 0 4 0 4 0 0 0 0 2 0 0 4
3 3 3 3 4 2 1 0 0 0 0 0 4
2 1 0 1 2 1 1 1 0 4 4 0 2
3 1 1 1 4 1 4 1 0 2 2 0 4
1 0 1 1 4 1 4 1 2 0 0 2 4
2 0 2 0 4 2 4 3 0 2 2 0 4
2 2 1 0 4 0 0 3 1 2 1 2 4
2 3 0 2 2 2 3 2 0 2 0 0 2
0 0 4 4 4 0 4 1 2 1 4 4 4
2 1 3 2 0 2 1 0 0 2 0 2 4
0 2 2 0 1 0 4 1 0 2 0 2 2
4
4
2
0
3
3
4
4
2
4
1
0
4
2
3
2
1
4
4
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
4
0
2
4
0
1
Nomor Soal No
Kode Siswa
Intepretasi Transformasi
31 32 33 34 35 36
S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36
Presentase(%)
Interpolasi
Prediksi
Ekstrapolasi
1b
2a
3a
3b
4a
4b
5a
5b
6a
3c
8a
8b
1c
2b
6b
1a
6c
7
4 4 4 1 1 4
4 0 2 1 1 3
0 1 4 1 1 1
0 0 2 2 2 1
4 1 0 3 3 3
0 1 0 2 2 2
0 1 3 2 2 4
0 0 0 0 0 0
0 0 4 3 3 4
0 1 0 2 2 1
0 1 2 1 1 0 34.36
0 1 2 0 0 0
0 4 0 2 2 2
0 0 2 2 2 2 53.01
0 2 4 2 2 4
4 4 4 0 0 4
0 0 2 2 2 2
0 1 2 0 0 2
48.3
43.63
48.61
Lampiran 5. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi Nomor Soal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kode S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18
Jarak danPerpindahan 3a 1 1 1 2 2 2 1 1 0 2 0 1 1 1 1 1 0 1
8a 0 2 0 1 2 0 1 2 0 2 4 1 1 2 0 3 1 1
8b 2 1 0 4 2 0 2 2 0 2 2 1 1 2 0 1 0 1
Kecepatan dan Kelajuan 1a 4 4 4 2 4 2 0 4 2 0 4 0 4 4 4 0 0 4
3c 1 1 1 4 2 0 3 4 1 1 0 1 0 4 0 2 1 0
4a 1 1 0 3 3 2 2 2 0 2 0 1 0 2 0 3 0 0
4b 1 1 0 3 2 3 3 2 2 4 2 1 4 2 4 2 1 4
5a 1 1 3 4 4 4 4 2 1 3 4 1 3 2 3 2 3 3
Percepatan 5b 0 0 0 4 1 1 2 2 0 4 0 0 4 2 4 0 0 4
3b 0 0 1 0 2 2 1 1 0 1 1 0 1 1 2 2 2 2
6a 0 0 4 2 4 4 1 4 1 4 4 0 3 4 3 3 3 3
GLB 1c 0 4 0 4 4 4 4 0 2 2 3 3 4 0 2 2 0 2
2a 4 0 3 4 2 3 4 4 2 4 0 2 4 4 2 4 4 2
1b 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 2 2 4
GLBB 2b 0 0 2 2 4 4 4 4 0 4 4 3 4 4 1 2 2 1
6b 2 2 4 3 4 4 4 0 3 4 3 2 4 0 0 2 3 0
6c 2 2 2 1 2 4 1 0 1 2 2 0 4 0 3 2 1 3
Skor Siswa 7 2 2 2 4 2 3 4 1 4 3 4 1 4 1 2 0 2 2
34.72 36.11 43.06 70.83 69.44 63.89 62.50 54.17 29.17 66.67 54.17 27.78 69.44 54.17 48.61 45.83 34.72 51.39
Kategori
Lemah Lemah Lemah Kuat Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah Kuat Lemah Lemah Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
No
Kode
19 S-19 20 S-20 21 S-21 22 S-22 23 S-23 24 S-24 25 S-25 26 S-26 27 S-27 28 S-28 29 S-29 30 S-30 31 S-31 32 S-32 33 S-33 34 S-34 35 S-35 36 S-36 Presentase(%) 3
Jarak danPerpindahan 3a 8a 8b 1a 1 0 2 0 1 2 0 2 0 4 2 1 0 1 4 1 1 1 70.8
1 4 1 4 1 0 2 2 0 4 1 1 0 1 2 1 1 0 65.97
1 4 1 4 1 2 0 0 2 4 0 1 0 1 2 0 0 0 68.06 3
59.55
4 4 0 4 1 2 1 4 4 4 2 4 4 4 4 0 0 4 33.3
Nomor Soal Kecepatan dan Kelajuan Percepatan 3c 4a 4b 5a 5b 3b 6a 1c 1 2 1 1 1 0 4 4 0 2 4 1 0 1 0 2 2 1 63.19
1 2 2 0 4 4 4 4 1 2 2 0 0 2 1 0 1 1 1 0 3 0 3 0 0 2 0 2 0 0 3 0 4 0 1 0 4 4 4 4 3 3 4 4 1 1 1 0 4 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 0 3 2 2 0 3 2 2 0 3 2 4 0 59.72 52.0 40.2 70. 8 8 83 39
57.22
GLB 2a 1b
2b
2 3 2 4 2 2 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 4 0 2 0 0 0 0 0 0 2 4 2 3 2 3 1 4 76. 46.53 .14 25
0 4 4 0 4 4 4 4 2 1 1 0 4 4 4 0 3 2 2 3 0 4 4 1 2 4 4 2 2 3 0 1 0 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 0 4 0 0 4 4 0 4 0 4 0 0 2 4 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 3 4 2 45 31. 17. 50.0 36 0 83
61.46
35.94
GLBB 6b 6c 2 2 2 3 2 0 2 0 0 2 3 2 0 2 4 2 2 4 45.
2 0 2 1 0 0 2 0 2 4 1 0 0 0 2 2 2 2 62.50
Skor 7 0 1 0 4 1 0 2 0 2 2 4 1 0 1 2 0 0 2 54.8
6
54.40
41.67 76.39 30.56 51.39 29.17 29.17 41.67 30.56 31.94 86.11 65.28 30.56 22.22 30.56 51.39 36.11 36.11 54.17 53.01
Kategori Siswa Lemah Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Kuat Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Lampiran 6.
Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM
Nomor Soal No
Kod e
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
Indikator 5
1a
6c
7
1b
2b
3a
8a
8b
1c
2a
3c
5a
5b
6b
4a
4b
3b
6a
1
S-1
4
2
2
4
0
1
0
2
0
4
1
1
0
2
1
1
0
0
2
S-2
4
2
2
4
0
1
2
1
4
0
1
1
0
2
1
1
0
0
3
S-3
4
2
2
4
2
1
0
0
0
3
1
3
0
4
0
0
1
4
4
S-4
2
1
4
4
2
2
1
4
4
4
4
4
4
3
3
3
0
2
5
S-5
4
2
2
4
4
2
2
2
4
2
2
4
1
4
3
2
2
4
6
S-6
2
4
3
4
4
2
0
0
4
3
0
4
1
4
2
3
2
4
7
S-7
0
1
4
4
4
1
1
2
4
4
3
4
2
4
2
3
1
1
8
S-8
4
0
1
4
4
1
2
2
0
4
4
2
2
0
2
2
1
4
9
S-9
2
1
4
2
0
0
0
0
2
2
1
1
0
3
0
2
0
1
Skor
34.7 2 36.1 1 43.0 6 70.8 3 69.4 4 63.8 9 62.5 0 54.1 7 29.1 7
Katego ri Siswa Lemah Lemah Lemah Kuat Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah
No. Soal No
Kod e
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
Indikator 5
1a
6c
7
1b
2b
3a
8a
8b
1c
2a
3c
5a
5b
6b
4a
4b
3b
6a
10
S-10
0
2
3
4
4
2
2
2
2
4
1
3
4
4
2
4
1
4
11
S-11
4
2
4
2
4
0
4
2
3
0
0
4
0
3
0
2
1
4
12
S-12
0
0
1
2
3
1
1
1
3
2
1
1
0
2
1
1
0
0
13
S-13
4
4
4
4
4
1
1
1
4
4
0
3
4
4
0
4
1
3
14
S-14
4
0
1
4
4
1
2
2
0
4
4
2
2
0
2
2
1
4
15
S-15
4
3
2
4
1
1
0
0
2
2
0
3
4
0
0
4
2
3
16
S-16
0
2
0
2
2
1
3
1
2
4
2
2
0
2
3
2
2
3
17
S-17
0
1
2
2
2
0
1
0
0
4
1
3
0
3
0
1
2
3
18
S-18
4
3
2
4
1
1
1
1
2
2
0
3
4
0
0
4
2
3
19
S-19
4
2
0
4
0
1
1
1
0
4
1
2
0
2
1
2
2
3
20
S-20
4
0
1
4
4
0
4
4
4
4
2
4
4
2
4
4
2
4
Skor
66.6 7 54.1 7 27.7 8 69.4 4 54.1 7 48.6 1 45.8 3 34.7 2 51.3 9 41.6 7 76.3 9
Katego ri Siswa Kuat Lemah Lemah Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Kuat
No
Kod e
No. Soal 1a
Indikator 1 6c 7
1b
2b
Indikator 2 3a 8a
8b
1c
2a
Indikator 3 3c 5a
5b
6b
Indikator 4 4a 4b
Indikator 5 3b 6a
21
S-21
0
2
0
1
0
2
1
1
2
1
1
2
0
2
1
2
2
2
22
S-22
4
1
4
4
0
0
4
4
4
4
1
1
0
3
0
2
0
1
23
S-23
1
0
1
2
3
1
1
1
3
2
1
1
0
2
1
1
0
0
24
S-24
2
0
0
4
1
2
0
2
0
4
0
3
0
0
3
0
0
0
25
S-25
1
2
2
4
2
0
2
0
2
4
4
0
2
2
0
2
1
0
26
S-26
4
0
0
0
1
2
2
0
2
3
4
3
0
0
0
0
1
0
27
S-27
4
2
2
4
2
0
0
2
0
2
0
1
0
0
4
0
0
0
28
S-28
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
2
4
4
0
4
29
S-29
2
1
4
4
2
2
1
0
4
4
4
4
4
3
3
3
0
2
30
S-30
4
0
1
4
0
1
1
1
4
0
1
1
0
2
1
1
0
0
31
S-31
4
0
0
4
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
4
0
0
0
Skor 30.5 6 51.3 9 29.1 7 29.1 7 41.6 7 30.5 6 31.9 4 86.1 1 65.2 8 30.5 6 22.2 2
Katego ri Siswa Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Kuat Kuat Lemah Lemah
No
No. Soal
Kod e 1a
Indikator 1 6c 7
1b
2b
Indikator 2 3a 8a
8b
1c
2a
Indikator 3 3c 5a
5b
6b
Indikator 4 4a 4b
Indikator 5 3b 6a
32
S-32
4
0
1
4
0
1
1
1
4
0
1
1
0
2
1
1
0
0
33
S-33
4
2
2
4
2
4
2
2
0
2
0
3
0
4
0
0
2
4
34
S-34
0
2
0
1
2
1
1
0
2
1
2
2
0
2
3
2
2
3
35
S-35
0
2
0
1
2
1
1
0
2
1
2
2
0
2
3
2
2
3
36
S-36
4
2
2
4
2
1
0
0
2
3
1
4
0
4
3
2
1
4
17.3 6
50.0 0
68.0 6
45.1 4
31.2 5
70.8 3
45.8 3
Presentase (%)
33.3 3
62.5 54.8 0 6 50.23
70.8 65.9 3 7 54.44
63.1 40.2 9 8 49.42
59.7 52.0 2 8 55.90
76.3 46.5 9 3 61.46
Skor 30.5 6 51.3 9 36.1 1 36.1 1 54.1 7 46.9
Katego ri Siswa Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Lampiran 7. Analisis Kesulitan Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat dan Miskonsepsi Nomor Soal
Kode
S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16
Luas Bangun Datar 1b 3a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Persamaan Linear Sederhana 2b 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0
6b 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0
Operasi Hitung
1b 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
2a 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
2b 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0
3a 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
3b 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3c 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1
4a 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1
4b 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0
5a 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1
Miskonsepsi
5b 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0
6a 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1
6b 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0
8a 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1
8b 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
5b 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0
Kode
Nomor Soal
S-17
Luas Bangun Datar 1b 3a 1 0
S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34
1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1
Persamaan Linear Sederhana
Operasi Hitung
Miskonsepsi
2b 1
6b 1
1b 1
2a 1
2b 1
3a 0
3b 0
3c 0
4a 0
4b 0
5a 1
5b 0
6a 1
6b 1
8a 0
8b 0
5b 0
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0
0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0
1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0
1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1
1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1
Kode
Nomor Soal
S-35
Luas Bangun Datar 1b 3a 1 1
S-36
1
1
16.67
Keterangan:
Persamaan Linear Sederhana
Operasi Hitung
Miskonsepsi
2b 1
6b 1
1b 1
2a 0
2b 1
3a 1
3b 0
3c 1
4a 1
4b 0
5a 1
5b 0
6a 1
6b 1
8a 0
8b 0
5b 1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
52.78
1 = Tidak mengalami Kesulitan 0 = Mengalami Kesulitan
52.78
63.89
Lampiran 8. Analisis Kesulitan Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah No 1 2 3 4
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tahapan Memahami masalah Membuat rencana Melaksanakan rencana Peninjauan Kembali
Tahap Memahami Masalah
Kode S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11
Persentase ( % ) 25 45.83 68.65 77.18
1b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2a 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2b 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
3a 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
3b 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1
3c 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
4a 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0
4b 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
5a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5b 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0
6a 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6b 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
8a 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
8b 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Tahap Memahami Masalah
Kode S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32
1b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
2a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
2b 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
3a 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1
3b 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
3c 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1
4a 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
4b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1
5a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
5b 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0
6a 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
6b 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1
8a 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1
8b 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1
No
33 S-33 34 S-34 35 S-35 36 S-36 Presentase Kesulitan ( % )
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tahap Memahami Masalah
Kode 1b 1 1 1 1
2a 1 1 1 1
2b 1 1 1 1
3a 1 1 1 1
3b 1 1 1 1
4a 0 1 1 1
4b 0 1 1 1
5a 1 1 1 1
5b 0 0 0 0
6a 1 1 1 1
6b 1 1 1 1
8a 1 1 1 0
8b 1 0 0 0
5b 0 0 0 1 0 0 1 1 0
6a 0 0 1 1 1 1 0 1 0
6b 1 1 1 1 1 1 1 0 1
8a 0 1 0 0 1 0 0 1 0
8b 1 0 0 1 1 0 1 1 0
25
Tahap Membuat Rencana
Kode S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9
3c 0 1 1 1
1b 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2a 1 0 1 1 1 1 1 1 1
2b 0 0 1 1 1 1 1 1 0
3a 0 0 0 1 1 1 0 0 0
3b 0 0 0 0 1 1 0 0 0
3c 0 0 0 1 1 0 1 1 0
4a 0 0 0 1 1 1 1 1 0
4b 0 0 0 1 1 1 1 1 1
5a 0 0 1 1 1 1 1 1 0
No 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tahap Membuat Rencana
Kode S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30
1b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
2a 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2b 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0
3a 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0
3b 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3c 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0
4a 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0
4b 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0
5a 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0
5b 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
6a 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0
6b 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1
8a 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
8b 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0
No
31 S-31 32 S-32 33 S-33 34 S-34 35 S-35 36 S-36 Presentase Kesulitan ( % )
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tahap Membuat Rencana
Kode 1b 1 1 1 0 0 1
2a 1 0 1 0 0 1
2b 0 0 1 1 1 1
3a 0 0 1 0 0 0
3b 0 0 1 1 1 0
4a 1 0 0 1 1 1
4b 0 0 0 1 1 1
5a 0 0 1 1 1 1
5b 0 0 0 0 0 0
6a 0 0 1 1 1 1
6b 0 1 1 1 1 1
8a 0 0 1 0 0 0
8b 0 0 1 0 0 0
5b 0 0 0 1 0 0 0 0
6a 0 0 1 0 1 1 0 1
6b 0 0 1 1 1 1 1 0
8a 0 0 0 0 0 0 0 0
8b 0 0 0 1 0 0 0 0
45.83
Tahap Melaksanakan Rencana
Kode S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8
3c 0 0 0 1 1 0
1b 1 1 1 1 1 1 1 1
2a 1 0 1 1 0 1 1 1
2b 0 0 0 0 1 1 1 1
3a 0 0 0 0 0 0 0 0
3b 0 0 0 0 0 0 0 0
3c 0 0 0 1 0 0 1 1
4a 0 0 0 1 1 0 0 0
4b 0 0 0 1 0 1 1 0
5a 0 0 1 1 1 1 1 0
No 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Tahap Melaksanakan Rencana
Kode S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29
1b 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
2a 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1
2b 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
3a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
3b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3c 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1
4a 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1
4b 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
5a 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1
5b 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
6a 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
6b 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
8a 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
8b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
No 30 31 32 33 34 35 36
Tahap Melaksanakan Rencana
Kode S-30 S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36
1b 1 1 1 1 0 0 1
2a 0 1 0 0 0 0 1
2b 0 0 0 0 0 0 0
3a 0 0 0 1 0 0 0
3b 0 0 0 0 0 0 0
3c 0 0 0 0 0 0 0
4a 0 1 0 0 1 1 1
Persentase Kesulitan ( % )
No 1 2 3 4 5 6
5a 0 0 0 1 0 0 1
5b 0 0 0 0 0 0 0
6a 0 0 0 1 1 1 1
6b 0 0 0 1 0 0 1
8a 0 0 0 0 0 0 0
8b 0 0 0 0 0 0 0
5b 0 0 0 1 0 0
6a 0 0 1 0 1 1
6b 0 0 1 0 1 1
8a 0 0 0 0 0 0
8b 0 0 0 1 0 0
68.65
Tahap Peninjauan Kembali
Kode S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6
4b 0 0 0 0 0 0 0
1b 1 1 1 1 1 1
2a 1 0 0 1 0 0
2b 0 0 0 0 1 1
3a 0 0 0 0 0 0
3b 0 0 0 0 0 0
3c 0 0 0 1 0 0
4a 0 0 0 0 0 0
4b 0 0 0 0 0 0
5a 0 0 0 1 1 1
No 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Tahap Peninjauan Kembali
Kode S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27
1b 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1
2a 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
2b 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
3a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3c 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
4a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
4b 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
5a 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
5b 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
6a 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
6b 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
8b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
No
Tahap Peninjauan Kembali
Kode
28 S-28 29 S-29 30 S-30 31 S-31 32 S-32 33 S-33 34 S-34 35 S-35 36 S-36 Presentase Kesulitan ( % )
1b 1 1 1 1 1 1 0 0 1
2a 1 1 0 1 0 0 0 0 0
2b 1 0 0 0 0 0 0 0 0
3a 1 0 0 0 0 1 0 0 0
3b 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3c 0 1 0 0 0 0 0 0 0
4a 1 0 0 1 0 0 0 0 0
4b 1 0 0 0 0 0 0 0 0 77.18
5a 1 1 0 0 0 0 0 0 1
5b 1 1 0 0 0 0 0 0 0
6a 1 0 0 0 0 1 0 0 1
6b 0 0 0 0 0 1 0 0 1
8a 1 0 0 0 0 0 0 0 0
8b 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 9. KISI KISI TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGETAHUI KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK Materi
: Gerak
Kelas
: SMP
Bentuk Soal : Uraian No. Indikator Soal
Kemampuan Menganalisis Grafik(No soal) Membaca grafik
1.
Memprediksi
Mentransformasi
Memahami grafik GLB dan GLBB
1(a),6(c) Siswa dapat menjelaskan makna fisis suatu grafik. 7 Siswa dapat menarik kesimpulan dari grafik
2.
Menentukan
posisi
dan
jarak 1(b),3(a)
tempuh benda berdasarkan grafik.
Siswa 2
(b)
Siswa
dapat
dapat mengambil mengekstrapolasi grafik informasi grafik dibutuhkan.
dari 8(a)(b)
Siswa
dapat
yang menginterpolasi grafik
3.
Menentukan kecepatan sesaat dan 5(a)(b)
Siswa 1(c) 6(b) Siswa dapat
rata rata suatu benda berdasarkan dapat mengambil mengekstrapolasi grafik grafik GLB maupun GLBB
informasi grafik
dari yang
dibutuhkan. 4.
Menentukan kelajuan sesaat dan 4(a)(b)
Siswa
rata rata suatu benda berdasarkan dapat mengambil grafik GLB maupun GLBB
informasi grafik
dari yang
dibutuhkan. 5.
Menentukan
percepatan
benda 3(b) 6(a) Siswa
berdasarkan grafik GLB maupun dapat mengambil GLBB
informasi grafik dibutuhkan.
dari yang
83
Lampiran 10. Soal dan Kunci Jawaban Tes Diagnostik Kesulitan Dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Grafik Mata Pelajaran Sekolah
: Fisika :
Nama : Kelas : Kerjakan soal soal berikut ini! 1. Sebuah mobil bergerak sesuai dengan yang ditunjukkan oleh grafik di bawah kecepatan(v), m/s
ini.
25 20 15 10 5 0 0
1
2
3
4
5
waktu(t), s a. Jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada grafik tersebut? b. Tentukan jarak tempuh mobil setelah bergerak 4 sekon! c. Berdasarkan grafik tersebut, Berapa kecepatan mobil setelah bergerak selama 20 sekon? 2. Andi mengendarai sepeda untuk pergi ke sekolah dan gerak sepeda
posisi(x), m
menunjukkan gerak GLB sesuai yang ditunjukan grafik posisi benda terhadap 30 waktu. 25 20
15 10 5 0 0
2
4
waktu(t), s
6
84
a. Hitunglah kecepatan benda pada saat t = 3 sekon! b. Berdasarkan grafik tersebut, dimanakah posisi benda pada saat t = 7 sekon? 3. Seseorang mengadakan perjalanan menggunakan mobil dari kota A ke
kecepatan(v), km/jam
kota B, diperlihatkan oleh grafik di bawah ini: 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0
10
20
30
40
50
60
70
waktu(t), menit
a. Berapa jarak yang ditempuh kendaraan tersebut selama selang waktu dari menit ke- 30 sampai menit ke- 60 ? b. Tentukan percepatan mobil dari selang waktu dari menit ke- 0 sampai menit ke- 30 ! Untuk No. 4 dan No.5 Mobil bergerak dari kota A ke kota B sesuai dengan yang digambarkan grafik berikut.
jarak(s), m
200 150 100 50 0 0
10
20
30
40
waktu(t), s
50
60
70
85
4. Tentukanlah kelajuan rata-rata dari benda bergerak yang memiliki grafik seperti diatas : a. Selama 20 detik pertama . b. Selama detik ke 40 sampai detik ke 60. 5. Tentukanlah kecepatan rata-rata dari benda bergerak yang memiliki grafik seperti diatas : a. Selama detik ke 20 sampai detik ke 40. b. Selama detik ke 40 sampai detik ke 60. 6. Sebuah mobil bergerak dengan grafik perjalanan tampak di bawah ini. 9
kecepatan(v), m/s
8 7 6 5 4 3 2 1 0 0
1
2
3
4
5
waktu(t), s a. Tentukan percepatan mobil pada selang waktu 3 detik! b. Berapa kecepatan yang dialami mobil yang bergerak itu pada saat t= 8 sekon? c. Jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada grafik tersebut? 7. Kecepatan suatu mobil melakukan perjalanan digambarkan oleh grafik dibawah ini, berdasarkan grafik tersebut jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada mobil mulai dari kota A sampai kota D !
86
kecepatan(v), m/s
30
B
25
C
20 15
D
10 5
A
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
waktu(t), s 8. Jarak tempuh sebuah bus karya wisata ditunjukkan oleh grafik di bawah ini. 70
jarak(s), m
60 50 40 30 20 10 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16
waktu(t), s a. Berapa jarak tempuh mobil pada detik ke- 8? b.Berapa jarak tempuh mobil pada detik ke- 12?
87
KUNCI JAWABAN a. Gerak lurus pada grafik tersebut? kecepatan(v) , m/s
25 20 15 10 5 0 0
1
2
3
4
waktu(t), s
5
Jawab: Dapat dilihat pada grafik bahwa kecepatan mobil setiap detiknya tidak berubah atau konstan yaitu 20 m/s, maka gerak mobil tersebut merupakan gerak lurus beraturan (GLB). Sehingga gerak mobil tersebut memiliki percepatan sama dengan 0 m/s2. b. Jarak tempuh (s) setelah 4 sekon ? 25
kecepatan(v) , m/s
1.
20 15 10
Jarak tempuh selama 4 sekon
5 0 0
1
2
3
4
5
waktu(t), s Jawab: Kecepatan setiap detik konstan yaitu 20 m/s, sehingga jarak yang ditempuh mobil selama 4 sekon: s = v. t = (20 m/s).(4 s) = 80 m atau dengan menghitung luasannya yaitu s=pxl = 20 x 4 = 80 m/s
88
Jadi jarak yang ditempuh mobil selama 4 sekon yaitu 80 m.
kecepatan(v) , m/s
c. Kecepatan mobil pada t = 20? 25 20 15
v tidak berubah/konstan
10 5 0 0
1
2
3
4
waktu(t), s
5
Jawab: Dari grafik dapat dilihat bahwa tidak adanya perubahan kecepatannya setiap detiknya atau konstan yaitu pada kecepatan 20 m/s, sehingga gerak grafik termasuk gerak lurus beraturan. Jadi, kecepatan mobil pada t = 20 sekon yaitu tetap pada 20 m/s.
Posisi(x), m
2. a. Ditanya: kecepatan benda saat t = 3 s? 30 25
y2
20 15 10 5 0
y1 0x1
1
2
3
4
x2
5
6
waktu(t), s Jawab : Dari grafik dapat dicari gradient / kemiringan dari grafik tersebut yaitu
gradien =5
89
Gradient
grafik
tersebut
menggambarkan
dari
besaran
kecepatan dari benda tersebut. Grafik juga menggambarkan kecepatannya konstan yang dalam hal ini, kecepatan dari benda tersebut merupakan gradient grafik yaitu 5 m/s. Karena konstan maka kecepatan pada setiap detik sama termasuk pada t =3 yaitu 5 m/s. Atau dicari:
b. Posisi pada t = 7 sekon? Berdasarkan
grafik
benda
termasuk
gerak
GLB
maka
kecepatannya konstan yaitu 5 m/s. Maka, posisi pada saat t = 7 sekon yaitu s = v.t = 5.7 = 35 m Jadi, posisi pada saat t = 7 sekon adalah 35 m dan gerak benda merupakan gerak lurus beraturan(GLB).
kecepatan(v),km/jam
3. a. Jarak tempuh benda saat t = 30 menit sampai 60 menit ?
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Jarak tempuh dari t = 30 menit sampai t = 60 menit.
0
10
20
30
40
waktu(t), menit
50
60
70
90
Jawab : Jarak tempuh benda saat t = 30 menit sampai 60 menit t = 30 menit = 0,5 jam t = 60 menit = 1 jam Jarak tempuh benda pada grafik merupakan luasan dari grafik tersebut, maka dapat dilihat panjang luasan yaitu pada sumbu y dan lebarnya di sumbu x. Jadi jarak tempuh pada saat t = 30 menit sampai 60 menit : s=pxl = (40 - 0) km/jam x (1- 0,5) jam = 20 km Atau dapat dilihat jika pada saat t = 30 menit sampai 60 menit (kecepatan konstan sehingga, jarak tempuhnya s = v.t = 40 km/jam.0,5 jam = 20 km b. Percepatan benda saat t = 0 sampai 30 menit 45 40 35 30 25 20 15 10 5 y1 0
kecepatan(v), km/jam
y2
0
x1
10
20
x2
30
40
50
60
waktu (t) ,menit
Percepatan benda saat t = 0 sampai 30 menit adalah gradient dari grafik tersebut dari menit ke 0 sampai menit ke 30.
70
91
= 80 km/jam2 = 0,06 m/s2
4. a. Kelajuan rata rata mobil selama 20 detik pertama? 180 160
jarak(s), m
140 120 100 80 60 40 20 0 0
10
20
30
40
50
60
70
waktu(t), s Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa kelajuan pada detik ke nol sampai ke 20 sama dengan gradient pada grafik pada detik yang sama. Selama 20 detik pertama : Δs
=
s20 – s0
=
160 – 80
=
80 m
Δt =20 – 0 = 20 sekon
92
b. Kelajuan selama detik ke 40 sampai detik ke 60? 180 160
jarak (s), m
140 120 100 80 60 40 20 0 0
10
20
30
40
50
60
70
waktu(t), s Karena kelajuan merupakan jarak tempuh per waktu. Dan jarak tempuh tidak mungkin bernilai negative, maka: Δs = s40 – s60 = 160 – 0 = 160 m Δt =60 – 40 = 20 sekon
5. a. Kecepatan rata rata mobil selama detik ke 20 sampai detik ke 40? 180 160
jarak(s), m
140
s tetap = diam
120 100 80 60 40 20 0 0
10
20
30
40
waktu(t), s
50
60
70
93
Dapat dilihat pada detik ke 20 sampai 40 terlihat bahwa tidak ada perubahan jarak sehingga dapat dipastikan benda tidak bergerak atau diam. Kecepatannya adalah 0 m/s. Atau dengan perhitungan: Selama detik ke 20 sampai detik ke 40: Δs = s40 – s20 = 160 – 160 =0m Δt =20 – 0 = 20 sekon
b. Kecepatan selama detik ke 40 sampai detik ke 60 : 180 160 140
jarak(s), m
120 100 80 60 40 20 0 0
10
20
30
40
50
60
70
waktu(t), s Berbeda dengan kelajuan yang jarak tempuhnya tidak dapat bernilai negative, kecepatan dengan perpindahannya yang dapat negative. Sehingga perhitungannya: Δs = ( s60 – s40) = ( 0 – 160) = – 160 m
94
Δt = 60 – 40 = 20 sekon
6. a. Percepatan benda pada t = 3 s ? 9
kecepatan(v), m/s
8 7 6 5 4
Δy
3 2 1 0 0
1
2
3
4
5
waktu(t), s Δx
Percepatan pada t = 3 sekon merupakan gradient dari grafik tersebut dari detik ke 0 sampai detik 3. Perhitungannya: Δy = y2 – y1 =6–0 = 6 m/s Δx = y2 – y1 =3–0 = 2 sekon Jadi gradient grafik atau percepatan dalam hal ini :
2
95
b. Kecepatan pada detik ke 8? Waktu (s)
Percepatan (m/s2)
Kecepatan (m/s)
1 2 2 2 4 2 3 6 2 4 8 2 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa percepatan yang terjadi pada gerak tersebut konstan yaitu selalu 2 m/s2, sehingga ketika t = 8 sekon percepatannya juga 2 m/s2.
m/s c. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa mobil melakukan Gerak Lurus Berubah Beraturan dengan kecepatan yang terus bertambah karena mobil tersebut memiliki percepatan yang konstan yaitu 2 m/s2 . 7. Gerak yang terjadi dari kota A sampai D
kecepatan(v), m/s
30
B
25 20 15
Δy
10 5
A
0 0
1
2
3
Δx
4
5
6
7
8
9
10
11
waktu(t), s
Dari kota A ke kota B, mobil mengalami Gerak Lurus Berubah Beraturan, dari awal diam di kota A bertambah sampai pada kota B pada kecepatan 25 m/s berarti terjadi percepatan. Percepatan disini merupakan besaran yang dipresentasikan oleh
96
gradien dan dapat dihitung percepatannya 2
. Percepatannya konstan sampai detik ke 5 yaitu 5
.
30
B
25 20 15 10 5
A 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
waktu(t), s Dari kota B ke kota C, mobil mengalami Gerak Lurus Beraturan karena memiliki kecepatan konstan yaitu pada
25
m/s.
Karena
kecepatan
konstan
maka
percepatannya sama dengan nol. 30 kecepatan(v), m/s
kecepatan(v), m/s
2
y1
B
25 20
Δy = y2 -y1
15 10
y2
5
A
Δx
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
waktu(t), s Dari kota C ke kota D, mobil mengalami Gerak Lurus Berubah Beraturan, dari awal di kota C kecepatan 25 m/s berkurang sampai pada kota D pada kecepatan 10 m/s berarti terjadi perlambatan Yng dipresentasikan oleh radien pada grafik dari detik ke 7 sampai ke 10. Besarnya 2
perlambatan detik ke 7 sampai ke 10 yaitu -5
2
.
. Perlambatan dari
11
97
8. a. Jarak tempuh pada detik ke- 8? b. Jarak tempuh pada detik ke- 12? 70 60
jarak(s), m
50 40 30 20 10 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16
waktu(t), s
Waktu (s)
Jarak (m)
Kecepatan (m/s)
5 10 15
20 40 60
4 4 4
Dari grafik dapat dilihat bahwa grafik merupakan grafik gerak lurus beraturan yang memiliki kecepatan yang sama. Selain itu juga ditunjukan oleh tabel di atas bahwa kecepatan dari bus tersebut konstan yaitu 4 m/s yang juga merupakan gradient dari grafik tersebut. Jadi untuk jarak tempuh pada detik ke- 8:
m Dan untuk jarak tempuh pada detik ke- 12:
m
98
Lampiran 11. CUPLIKAN WAWANCARA W : Pewawancara Cuplikan wawancara dengan siswa S-20 dan S-28 ..................... W
: Coba jelaskan hasil pekerjaan kalian pada tes ini?
S-20 dan S-28 : (keduannya menjelaskan kembali satu persatu) W
: Untuk yang no.1c mencari kecepatan mobil setelah 20 sekon
jawabannya benar? S-28
: benar pak, 4 m/s.
W
: Kenapa?
S-28
: karena kecepatan sama dengan jarak dibagi waktu.
W
: Kalau Maulana sama (S-20).
S-20
: Sama. Kan jaraknya sama dengan 80 m.
W
: 80 m itu darimana dapatnya?
S-20 dan S-28 : ( Keduanya sama – sama menjawab dari jawaban soal sebelumnya yaitu 1b) W
: Saya mau tanya ini nol dibagi duapuluh hasilnya setengah (sambil
menunjukan hasil pekerjaan siswa) S-28
: Bingung pak
W
: Kalo setengah bagi setengah hasilnya berapa?
S-28
: hehehe berapa ya pak? Kayanya seperempat pak.
99
..................... Cuplikan wawancara dengan siswa S-8 dan S-10 ..................... W
: Coba jelaskan hasil pekerjaan kalian pada tes ini?
S-8 dan S-10 : (keduannya menjelaskan kembali satu persatu) W
: kalo no.2b mencari posisi benda pada sekon jawabannya apa?
S-8
: 35
W
: Kenapa?
S-8
: karena setiap detik ditambah 5. Jadikan itu 5,10,15,20,25,30, nah yang ke 7 kan 35.
W
: Kalau Dwi (S-10),gimana sama?
S-10
: Sama aja pak.
W
: Kalo satuannya?
S-10
: meter pak.
..................... Cuplikan wawancara dengan siswa S-13 dan S-27 ..................... W
: Kemarin kan udah ngerjain tes diagnostic, Coba jelaskan hasil
pekerjaan kalian pada tes ini? Bisa kan? S-13 dan S-27 : (keduannya menjawab tidak jauh beda iya sedikit sedikit)
100
W
: Dalam gerak lurus ada besaran apa aja?
S-13
: jarak, kecepatan, kelajuan,……..(sudah bingung)
W
: trus? Gantian jawab, dua lagi aja.
S-27
: percepatan sama kelajuan pak.
W
: Kalo percepatan sama kelajuan sama gak ya?
S-13 dan S-27 : Sama kayaknya pak. W
: Kenapa?
S-13 dan S-27 : kan satuannya sama juga pak. ..................... Untuk Pertanyaan, “Kesulitan apa sih yang dialami waktu mengerjakan soal tersebut?”,umumnya siswa menjawab bahwa merasa sulit jika kalo tidak ingat dengan rumusnya dan banyak perhitungannya. Selain itu, siswa juga mengatakan lebih susah penguasaan materinya daripada dengan grafik.
101
Lampiran 12 DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 5.1 Pelaksanaan Tes Ujicoba soal
Gambar 5.2 Pelaksanaan Tes Diagnostik
102
Gambar 5.3 Kegiatan wawancara dengan siswa
Gambar 5.4 Siswa menjelaskan hasil pekerjaannya saat wawancara
103
Lampiran 13
104
Lampiran 14.