ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN SIKAP (ATTITUDE)
Nunung Juwariah Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
[email protected] Heni Noryati Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan sikapnya terhadap matematika. Teknik pengambilan subjek menggunakan angket skala sikap dari 24 siswa kelas VIII di MTsn Rejosari yang kemudian dipilih 2 siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika, 2 siswa dengan sikap terhadap matematika netral dan 2 siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, menampilkan data, dan melakukan verifikasi. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan sikapnya terhadap matematika memiliki perbedaan antara lain. Siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika: mampu untuk memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, tapi kemampuan kurang baik dalam melakukan pemeriksaan kembali. Sedangkan, siswa yang mempunyai sikap netral terhadap matematika mampu untuk memahami masalah, mempunyai kemampuan kurang baik dalam merencanakan penyelesaian dan menyelesaikan masalah sesuai rencana, tapi tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan kembali. Siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap matematika: kemampuannya kurang begitu baik untuk memahami masalah, tidak mampu merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan tidak mampu melakukan pemeriksaan kembali. Kata kunci: kemampuan memecahkan masalah, sikap.
Abstract This research aims to know students’s ability in solving the mathemathics problem based on students’ attitude. The subject is 8th grade students at MTsn Rejosari. Attitude scale questionnaire is used as technique to collect the subject. From 24 of 8 th grade students at MTsn Rejosari, the researcher chooses 2 students who have a positive attitude towards mathemathics, 2 students with neutral attitude towards mathemathics and 2 students with positive attitude towards mathematics. The data were collected through test and interview. The data were analyzed through data reduction, data display, and data verification.
There were differences on students’ ability in solving the problem in mathematics based on students’ attitude. The diffrerences were: students, who have a positive attitude towards mathemathics, were able to understand the problem, dictate a solution, solve the problem of appropriate articles, but poor ability in performing again. Whereas, students who have neutral attitude in mathematics were able to understand the problem, have poor ability in planning solutions and solve the problem of appropriate articles, but not being able to perform again. Students who have a negative attitude towards matematics: have bad understanding to understand the problem, not able to dictate solutions, solve the problem of appropriate articles, and is not able to perform again. Key Words: students’ problem solving ability, students’ attitude
PENDAHULUAN Matematika merupakan mata pelajaran wajib yang harus dipelajari siswa di tingkat dasar, menengah maupun di perguruan tinggi. Peranan matematika di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia (BSNP, 2006). Namun, Saat ini perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia belumlah sesuai dengan apa yang diharapkan. Saat ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Mereka menganggap matematika suatu pelajaran yang menakutkan, membosankan, dan menjadi beban bagi siswa karena bersifat abstrak, penuh dengan angka dan rumus. Selain itu, masih adanya sistem belajar yang menyamaratakan kemampuan siswa. Saat siswa belum menguasai materi dasar, sudah ditambah dengan materi lain. Berdasarkan peringkat yang dikeluarkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA: 2009) diperoleh rata-rata nilai matematika siswa Indonesia berada pada peringkat 61
dari 65 negara dengan nilai rata-rata 371, masih jauh apabila dibandingkan dengan peringkat 1 yaitu Shanghai-China dengan nilai rata-ratanya 600 (http://www.straitstimes.com). Artinya, sampai saat ini prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih menjadi masalah bagi sebagian siswa. Madiun hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sikap siswa pada matematika, minat, motivasi dan kecemasan siswa dalam belajar. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada obyek tersebut (Berkowitz, 1972 dalam Saifuddin Aswar, 2007:5). Sebagaimana proses terbentuknya keyakinan, maka terbentuknya sikap seorang siswa terhadap matematika memerlukan waktu yang relatif lama. Keyakinan dan sikap terbentuk sedikit demi sedikit yang merupakan hasil interaksi siswa dengan mata pelajaran matematika. Sikap siswa terhadap matematika dapat berupa sikap positif yang dapat membantu siswa untuk menghargai mata pelajaran matematika dan membantu siswa mengembangkan rasa percaya diri terhadap kemampuan dirinya,
sedangkan sikap negatif tidak dapat membantu siswa untuk menghargai mata pelajaran matematika dan tidak dapat membantu siswa mengembangkan rasa percaya diri terhadap kemampuan dirinya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan sikapnya terhadap matematika? Sedangkan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan sikapnya terhadap matematika. Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebabmusabab, duduk perkaranya dan sebagainya); penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia KEMDIKNAS). Madiun “Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan bisa juga merupakan sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang”. Madiunada empat tahap pokok atau penting dalam memecahkan masalah yang sudah diterima luas, dan ini bersumber dari buku George Polya tahun 1945 berjudul How to Solve It. Keempat langkah tersebut adalah sebagai berikut. 1) Memahami soal/masalah selengkap mungkin. Untuk dapat melakukan tahap 1 dengan baik, maka perlu latihan untuk memahami masalah baik berupa soal cerita maupun soal non-cerita. 2) Memilih rencana penyelesaian dari beberapa alternatif yang mungkin. 3) Menerapkan rencana tadi – dengan tepat, cermat dan benar. 4) Memeriksa jawaban – apakah
sudah benar, lengkap, jelas dan argumentatif (beralasan). Adapun pemecahan masalah, secara sederhana, merupakan proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut Madiun). Matematika yang disajikan kepada siswasiswa yang berupa masalah akan memberikan motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. Para siswa akan merasa puas bila mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya. Karena itu alangkah baiknya bila aktivitas-aktivitas matematika seperti saat menanamkan konsep pada siswa melalui strategi pemecahan masalah. Analisis kesalahan menurut Arti Sriati (1994:4), kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika adalah sebagai berikut: a. Kesalahan konsep adalah memahami gagasan abstrak. b. Kesalahan Strategi adalah kesalahan yang terjadi jika siswa memilih jalan yang tidak tepat yang mengarah kejalan buntu. c. Kesalahan hitung adalah kesalahan menghitung operasi matematika. Madiun “untuk mengetahui sikap seseorang terhadap suatu obyek, maka perlu dilihat dari reaksi orang tersebut dalam tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif”. Demikian halnya dengan sikap siswa terhadap matematika dapat diketahui dari komponen kognitif, afektif dan konatif dari sikap siswa terhadap matematika. Komponen kognisi siswa terungkap melalui jawaban pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang matematika. Komponen afeksi siswa terungkap melalui jawaban pertanyaan tentang apa yang dirasakan (senang/tidak senang) terhadap matematika dan komponen konasi siswa terungkap melalui jawaban pertanyaan
bagaimana kesediaan/kesiapan untuk bertindak terhadap matematika. Berdasarkan pemaparan di atas sikap siswa terhadap matematika dapat dibagi menjadi tiga sikap, antara lain sebagai berikut: 1. Sikap positif terhadap matematika. Pada sikap ini, siswa cenderung mendukung atau menyukai pelajaran matematika dan mengganggap matematika pelajaran yang menyenangkan. Kriteria sikap ini diperoleh melalui komponen kognisi, yaitu apa yang dipikirkan atau dipersepsikan oleh siswa terhadap matematika adalah pelajaran yang tidak sukar dan bisa dipelajari. Pada komponen Afeksi yaitu, apa yang dirasakan siswa terhadap matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Terakhir pada komponen konasi, ini terlihat dari siswa mempersiapkan diri sebelum menerima pelajaran matematika, misalkan mempelajari materi yang akan diajarkan dan bersedia menerima pelajaran tersebut, berarti tidak bersikap acuh tak acuh saat pelajaran berlangsung. 2. Sikap negatif terhadap matematika Pada sikap ini, siswa cenderung tidak mendukung atau membenci pelajaran matematika dan mengganggap matematika pelajaran yang tidak menyenangkan. Kriteria sikap ini diperoleh melalui komponen kognisi, yaitu apa yang dipikirkan atau dipersepsikan oleh siswa terhadap matematika adalah pelajaran yang sukar dan sulit untuk dipelajari hanya berisi kumpulan rumus-rumus belaka. Pada komponen Afeksi yaitu, apa yang dirasakan siswa terhadap matematika adalah pelajaran yang kurang menyenangkan dan
membosankan, hanya disuruh untuk mengerjakan soal-soal yang membingungkan. Terakhir pada komponen konasi, siswa tidak mempersiapkan diri sebelum menerima pelajaran matematika dan bersikap tidak perduli serta acuh tak acuh saat pelajaran berlangsung. 3. Sikap terhadap matematika sedang (antara positif dan negatif) Pada sikap ini, siswa cenderung netral, tidak begitu menyukai matematika maupun tidak membencinya. Biasanya siswa yang memiliki sikap terhadap matematika sedang lebih menjawab tidak tahu, jika ditanya menyukai atau tidak pelajaran matematika. Kriteria sikap ini diperoleh, biasanya satu komponen kognisi dari sikap positif kemudian yang lain dari sikap negatif, atau kebalikannya. Misalkan, seorang siswa menyukai pelajaran matematika karena dianggap pelajaran yang tidak memerlukan banyak hafalan, tetapi siswa tersebut tidak mempersiapkan diri sebelum pelajaran dan tidak memperhatikan waktu pelajaran. Hal lain, ada siswa yang memiliki nilai matematika baik karena giat belajar dan memperhatikan saat pelajaran matematika berlangsung, akan tetapi siswa tersebut kurang manyukai matematika dan lebih suka pelajaran lain. Dapat dikatakan sikap tehadap matematika sedang cenderung berada diantara sikap positif dan negatif terhadap metamatika. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sikap. Seorang siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar, maka siswa tersebut akan memperoleh kesuksesan dalam belajar. Begitu pula sebaliknya, seorang siswa yang memiliki sikap
negatif dalam belajar, maka siswa tersebut sulit memperoleh kesuksesan dalam belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran, seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk mendorong siswa-siswanya agar memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran yang diampunya. Hal ini sesuai pendapat Rasyid,Mansyur (2009:16), yang mengatakan bahwa “syarat perlu untuk berhasil dalam belajar adalah (1) persepsi dan sikap positif siswa dalam belajar dan (2) kebiasaan berpikir siswa”. Lebih lanjut menurut Norjoharuddeen (dalam Fadjar Shadiq, 2008:2) “Ada tiga faktor afektif yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran matematika siswa, yaitu ; keyakinan (beliefs), sikap (attitude) dan emosi (emotion)”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sikap siswa terhadap matematika merupakan faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran maupun hasil belajar matematika. Hasil belajar maupun proses pembelajaran berjalan dengan baik, hal itu dapat diketahiu sebagaimana besar kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematik. Jadi, ada perbedaan kemampuan siswa dalam menyelasaikan masalah matematika berdasarkan sikapnya terhadap matematika. Semakin positif sikap siswa terhadap matematika maka semakin tinggi pula kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. METODE Penelitian ini berusaha mengungkap secara mendalam analisis kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan sikap siswa terhadap
matematika. Sikap terhadap matematika yang dimaksud adalah sikap positif terhadap matematika, sikap negatif terhadap matematika dan sikap terhadap matematika sedang (netral). Langkah pemecahan masalah mengacu pada langkah pemecahan masalah model Polya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat kualitatif-eksploratif, yaitu penjelasan aktual tentang bagaimana siswa memecahkan masalah matematika dengan mengacu pada langkah Polya berdasarkan sikapnya terhadap matematika. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian macam ini landasan teori mulai diperlukan tetapi bukan digunakan sebagai landasan untuk menetukan kriteria pengukuran terhadap gejala yang akan diamati dan akan diukur. Pengumpulan data menggunakan angket berupa skala sikap (attitude scale) dan pemberian tes. Data yang diperoleh akan didiskripsikan atau diuraikan kembali kemudian akan dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka analisis datanya adalah non statistik. Data yang muncul berupa kata kata dan bukan merupakan rangkaian angka. Menurut Miles dan Huberman (dalam Emzir, 2011:129) ada tiga macam dalam analisis data kualitatif, yaitu : 1. Reduksi data Reduksi data adalah pemilihan dan penyederhanaan data. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari penumpukan data atau informasi yang sama dari siswa. 2. Penyajian data Data yang disajikan berupa sikap siswa terhadap matematika dan jenis-jenis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal uji tes permasalahan matematika yang diperlukan untuk menganalisis kemampuan siswa. 3. Verifikasi (pengecekan) data dan penarikan kesimpulan Verifikasi data dan penarikan kesimpulan dilakukan selama kegiatan analisis berlangsung sehingga diperoleh suatu kesimpulan final. Penarikan kesimpulan dengan memperhatikan hasil pengerjaan lembar tes tulis dalam menyelesaikan masalah matematika dan hasil wawancara untuk menemukan perbedaan kemampuan siswa ditinjau dari sikap siswa terhadap matematika. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Sikap Siswa Terhadap Matematika Analisis dilakukan terhadap siswa kelas VIII MTsN Rejosari Madiun yang berjumlah 25 siswa. Hasil analisis yang dilakukan peneliti menggunakan angkat skala sikap diperoleh data yaitu, 8 siswa (32 %) memiliki sikap positif terhadap matematika, 13 siswa (52 %) memiliki sikap terhadap matematika netral dan 4 siswa (16 %) memiliki sikap negatif terhadap matematika. Hasil Analisis Kemampuan Siswa Berdasarkan Analisis Kesalahan yang dibuat Melalui Tes Tulis dan Wawancara. Berdasarkan analisis kesalahan yang dibuat dalam tes tertulis maupun wawancara dapat diketahui bagaimana kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika baik yang mempunyai sikap tinggi, sedang maupun rendah terhadap matematika, antara lain sebagai berikut. 1. Siswa yang mempunyai sikap tinggi terhadap matematika a. Dalam memahami masalah, tidak ada kesalahan dalam memahami masalah,
ini berarti siswa mampu untuk memahami masalah dengan baik. b. Dalam Merencanakan Penyelesaian, tidak ada kesalahan dalam merencanakan penyelesaian, ini berarti siswa mampu untuk merencanakan penyelesaian dengan baik. c. Dalam Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana, tidak ada kesalahan dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana, ini berarti siswa mampu untuk menyelesaikan masalah sesuai rencana dengan baik. d. Dalam Melakukan Pemeriksaan Kembali, tidak ada yang melakukan pemeriksaan kembali, tapi sebagian mampu untuk melakukan pemeriksaan kembali secara tidak tertulis ini berarti siswa mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam pemeriksaan kembali. 2. Siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika sedang a. Dalam memahami masalah, tidak ada kesalahan dalam memahami masalah, ini berarti siswa mampu untuk memahami masalah dengan baik. b. Dalam Merencanakan Penyelesaian, ada kesalahan dalam merencanakan penyelesaian, ini berarti siswa mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam merencanakan penyelesaian. c. Dalam Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana, ada kesalahan dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana, ini berarti siswa mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana. d. Dalam Melakukan Pemeriksaan Kembali, tidak ada yang melakukan pemeriksaan kembali, ini berarti
siswa tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan kembali. 3. Siswa yang mempunyai sikap rendah terhadap matematika a. Dalam memahami masalah, ada kesalahan dalam memahami masalah, ini berarti siswa mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam memahami masalah. b. Dalam Merencanakan Penyelesaian, tidak membuat rencana penyelesaian, ini berarti siswa tidak mampu untuk merencanakan penyelesaian. c. Dalam Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana, tidak membuat penyelesaian masalah sesuai rencana, ini berarti siswa tidak mampu untuk menyelesaikan masalah sesuai rencana. d. Dalam Melakukan Pemeriksaan Kembali, tidak ada yang melakukan pemeriksaan kembali, ini berarti siswa tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan kembali. PEMBAHASAN Analisis Kesalahan yang dibuat Siswa Dalam Memahami Masalah Siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika positif dan netral tidak mengalami kesalahan dalam memahami masalah, sedangkan siswa yang meliliki sikap negatif terhadap matematika terjadi kesalahan konsep, hal ini disebabkan karena siswa mampu menuliskan yang diketahui dan ditanya pada soal tapi tidak memahami maksud dan tidak dapat menentukan langkah selanjutnya. Analisis Kesalahan yang dibuat Siswa Dalam Merencanakan Penyelesaian Simpulan akhir yang dapat diambil yaitu, siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika tinggi tidak ada kesalahan dalam
merencanakan penyelesaian, siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika sedang terjadi kesalahan dalam merencanakan penyelesaian, sedangkan untuk siswa yang memiliki sikap rendah terhadap matematika terjadi kesalahan total dalam merencanakan penyelesaian hal tersebut disebabkan siswa yang memiliki sikap rendah terhadap matematika tidak membuat rencana penyelesaian. Analisis Kesalahan yang dibuat Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana Siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika tidak ada kesalahan dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana, siswa yang mempunyai sikap netral terhadap matematika dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana, terjadi kesalahan sedangkan untuk siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika tidak ada kesalahan sama sekali dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana hal tersebut disebabkan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika tidak membuat rencana penyelesaian yang diketahui. Analisis Kesalahan yang dibuat Siswa Dalam Melakukan Pemeriksaan Kembali Siswa yang mempunyai sikap positif, netral dan negative terhadap matematika tidak melakukan pemeriksaan kembali, kecuali satu siswa yang memiliki sikap tinggi terhadap matematika dapat melakukan pemeriksaan kembali secara tidak tertulis. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah telah dilakukan pada siswa kelas VIII MTsN Rejosari Madiun dapat disimpulkan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: Kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan sikapnya terhadap matematika
memiliki perbedaan dan persamaan. Perbedaan Kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika berdasarkan sikapnya terhadap matematika, adalah sebagai berikut. Siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika: (1) dalam memahami masalah siswa mampu untuk memahami masalah dengan baik, (2) dalam merencanakan penyelesaian siswa mampu untuk merencanakan penyelesaian dengan baik, (3) dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana siswa mampu untuk menyelesaikan masalah sesuai rencana dengan baik, (4) dalam melakukan pemeriksaan kembali siswa mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam pemeriksaan kembali. Siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika netral : (1) dalam memahami masalah Siswa mampu untuk memahami masalah dengan baik, (2) dalam merencanakan penyelesaian siswa mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam merencanakan penyelesaian, (3) dalam menyelesaikan masalah sesuai Rencana Siswa mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana, (4) dalam melakukan pemeriksaan kembali siswa tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan kembali. Siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap matematika : (1) dalam memahami masalah siswa mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam memahami masalah, (2) dalam merencanakan penyelesaian siswa tidak mampu untuk merencanakan penyelesaian, (3) dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana siswa tidak mampu untuk menyelesaikan masalah sesuai rencana, (4) dalam melakukan pemeriksaan kembali siswa tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan kembali.
matematika adalah tidak terbiasa untuk melakukan pemeriksaan kembali secara tertulis.
Persamaan siswa yang mempunyai sikap positif, netral dan negatif terhadap
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Depdiknas 2006. Bagaimana Cara
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu disampaikan adalah bagi siswa perlunya memperbaiki sikapnya terhadap pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru, dan menumbuhkan semangat belajar pada dirinya agar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah. Bagi guru, guru diharapkan membantu membentuk sikap siswa terhadap matematika yang positif, mengembangkan atau menciptakan kreativitas siswa dan meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, agar bertambah dan mampu membantu keberhasilannya. Melakukan pendekatan kepada siswa sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan guru untuk mengarahkan tercapainya cita-cita siswa tersebut dengan memperhatikan sikap siswa terhadap pelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA Dendy Sugono. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departeman Pendidikan Nasional (http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/inde x.php diakses tanggal 27 Februari 2012). Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan & Jawaban. Jakarta: PT Grasindo.
Guru Memanfaatkan Faktor Sikap Dalam Pembelajaran Matematika.2008. (http://fadjarp3g.files.wordpress.com/200 8/12/08-afektif_limas_1.pdf, diunduh tanggal 5 Januari 2015). Rasyid, Mansyur. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima. Saifudin Azwar. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zaenal Arifin. 2009. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta. .