3.236 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 34 Tahun ke-5 2016
ANALISIS KESULITAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SD N BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA EARLY READING DIFFICULTIES ANALYSIS OF FIRST GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN BANGUNREJO 2ND YOGYAKARTA Oleh: Rizkiana, PSD/PGSD
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Bangunrejo 2 Kricak Tegalrejo Yogyakarta. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian sebanyak 13 siswa yang diambil secara purposive sampling. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen pada penelitian ini menggunakan tes terstandar yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis non-statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kesulitan tertinggi siswa dalam membaca permulaan adalah kesulitan dalam membaca kata yang tidak mempunyai arti dengan skor 16%. Kesulitan membaca permulaan selanjutnya yaitu pada aspek kelancaran membaca nyaring dan pemahaman bacaan dengan skor 27%. Kesulitan lain yang dialami peserta didik adalah kesulitan dalam membaca kata yaitu sebesar 33%. Lalu kesulitan pada aspek mengenal huruf dengan skor 51%. Dan yang terakhir kesulitan dalam menyimak atau pemahaman mendengar yaitu sebesar 79%. Karakteristik kesulitan membaca permulaan siswa yaitu: kesulitan mengidentifikasi huruf dan merangkai susunan huruf, membalik huruf, mengubah kata, menghilangkan huruf dalam susunan kata, mengucapkan kata salah, mengeja terbata-bata, kurang memperhatikan tanda baca tidak memahami isi bacaan, dan sulit konsentrasi. Kata Kunci: kesulitan, membaca permulaan, siswa sekolah dasar Abstract This research aims at analyzing the difficulty of early grade reading of first grade elementary school students in Bangunrejo 2nd elementary school of Kricak Tegalrejo Yogyakarta. This research was quantitative descriptive research. The research samples were 13 students taken in purposive sampling. The methods used in collecting data was a test, observation and documentation. The instrument of this research using the standard test, which tested the validity and reliability. The data analysis technique used a nonstatistic analysis. The result shows that the highest aspect students in reading difficulty is the difficulty in reading words that have no meaning with a score of 16%. The early reading difficulty of the next on the fluency of reading aloud and reading comprehension with a score of 27%. Other difficulties experienced by learners is the difficulty in reading the word i.e. by 33%. Then the difficulty aspects in identification letter with a score of 51%. And the last difficulty in listening or understanding to hear i.e. amounting to 79%. The characteristics of students with early reading difficulty are: the difficulty of identifying letters and arranging the order of the letters, the letters flipping, turning words, remove the letters in the order of words, pronounce the Word incorrectly, spell a stammering, little regard for punctuation, do not understand the content of the readings, and difficulty in concentration. Keywords: dificulty, early reading, elementary school students Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
PENDAHULUAN
yang begitu pesat dapat diikuti dari media Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar
belajar
(Farida
Rahim,
2008:
1).
elektronik misalnya TV, radio, internet dan lainlain, dan juga dapat diikuti melalui media cetak misalnya koran, majalah, jurnal dan sebagainya,
Analisis Kesulitan Membaca ..... (Rizkiana) 3.237
dengan
cara
membaca.
Sehingga
kegiatan
Kemampuan
membaca
merupakan
membaca untuk dapat mengikuti perkembangan
kemampuan dasar pada jenjang pendidikan dasar
ilmu dan teknologi tersebut mutlak diperlukan,
dan sekolah dasar (SD) merupakan satuan
karena
akan
pendidikan yang memberikan kemampuan dasar
memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan
tersebut sebagaimana yang dinyatakan dalam Bab
pengalaman-pengalaman
yang
II pasal 6 ayat 6 PP No. 19 tahun 2005 tentang
diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan
Standar Nasional Pendidikan. Selain itu, sekolah
orang tersebut mampu mempertinggi daya
dasar
pikirannya, mempertajam pandangannya, dan
diharapkan dapat menangani kesulitan yang
memperluas wawasannya (Darmiyati Zuchdi dan
dialami anak untuk meningkatkan keterampilan
Budiasih, 1996/1997: 49). Dengan demikian,
berbahasa termasuk kemampuan membaca.
dengan
membaca
seseorang
baru.
Semua
sebagai
lembaga
pendidikan
formal
maka kegiatan membaca merupakan kegiatan
Pembelajaran di sekolah nampaknya
yang sangat diperlukan oleh siapa saja yang ingin
belum berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan
maju dan meningkatkan kualitas diri.
belajar yang dialami siswa. Untuk masalah-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masalah seperti kesulitan membaca pada siswa ini
kemampuan membaca siswa Indonesia masih
seringkali kurang mendapat perhatian dari guru.
sangat rendah dibandingkan dengan negara-
Hal ini ditegaskan oleh Sunaryo Kartadinata,
negara lain. Programme for International Student
(1998: 85) yang menyatakan bahwa sebagian
Assessment (PISA), adalah studi internasional
pendidik
tentang prestasi literasi membaca, matematika
berkecimpung
dan sains. Berdasarkan hasil studi tersebut
cenderung belum memahami benar siswa yang
menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi
mengalami kesulitan belajar. E. Mulyasa (2006:
literasi membaca, matematika dan sains siswa
22-23)
Indonesia berada di bawah rata-rata internasional.
berkembang secara optimal melalui perhatian
Untuk literasi membaca, Indonesia pada tahun
guru yang positif, begitupun sebaliknya. Lebih
2000 berada di peringkat ke-39 dari 41 negara,
lanjut lagi beliau mengemukakan bahwa salah
tahun 2003 berada di peringkat ke-39 dari 40
satu dari tujuh kesalahan yang sering dilakukan
negara dan tahun 2006 berada di peringkat ke-48
guru salah satunya yaitu menunggu siswa
dari 56 negara.
berperilaku negatif. Tidak sedikit guru yang
Riset
dalam
mengatakan
yang
setiap
proses
bahwa
harinya
pendidikan,
siswa
akan
mengabaikan perkembangan siswanya. Guru baru
International Reading Literacy Study (PIRLS)
memberikan perhatian kepada siswa ketika
adalah
mereka
internasional
Progress
guru
in
studi
berikutnya,
atau
tentang
literasi
ribut,
tidak
memperhatikan,
atau
membaca (melek huruf) untuk siswa Sekolah
membuat masalah. Guru akan turun tangan ketika
Dasar. Hasilnya memperlihatkan bahwa prestasi
siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Gejala-
literasi membaca peserta didik Indonesia berada
gejala awal siswa mengalami kesulitan tidak
di bawah rata-rata internasional. Indonesia berada
diperhatikan oleh guru, sehingga kesulitan itu
pada posisi ke 41 dari 45 negara peserta.
semakin
parah
dan
mengganggu
proses
3.238 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 34 Tahun ke-5 2016
belajarnya. Untuk itu guru perlu untuk senantiasa
membaca dengan baik akan mengalami kesulitan
memperhatikan perkembangan siswa-siswanya.
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta
Turkeltaub, et. al. (2005: 103) mengatakan bahwa
kemampuan
dipelajari
pada
terpenting
masa
harus
informasi yang disajikan melalui berbagai buku
adalah
pelajaran, buku-buku bahan penunjang, dan
yang
kanak-kanak
kesulitan dalam menangkap dan memahami
membaca. Hal serupa dikemukakan oleh Burns,
sumber-sumber belajar tertulis lainnya.
dkk. (Farida Rahim, 2008: 1) yang mengatakan
Menurut teori perkembangan Kognitif
bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu
Piaget, siswa kelas I SD termasuk dalam tahap
yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar,
operasional konkret (concrete operational stage)
karena aktivitas belajar pada anak dimulai dari
yang berlangsung dari usia 7 sampai 11 tahun.
bagaimana
proses
Santrock (2011: 331) mengatakan bahwa pada
membaca buku akan sangat dipentingkan bagi
tahap ini sebagian besar anak memperlihatkan
anak untuk kehidupan mendatang. Jika terjadi
kemajuan yang dramatis dalam mempertahankan
permasalahan pada kemampuan membaca yang
dan mengendalikan atensi. Atensi atau perhatian
merupakan bagian dari kemahiran berbahasa,
merupakan salah satu fungsi kognitif yang terlibat
maka akan berdampak pada proses belajar yang
saat proses membaca. Selain itu, pada usia 7 tahun
lain. Fakta di lapangan mendukung bahwa anak
anak mengalami peningkatan memori jangka
yang
pendek (short term memory) meskipun tidak
individu
mengalami
membaca,
hambatan
dan
berbahasa
dan
kesulitan belajar mempunyai efek negatif dan
berlangsung
signifikan pada pendidikan anak.
praoperasional (usia 2-7 tahun). Dalam konteks
Cromley, Hogan, dan Dubas (2010: 687)
sebanyak
ketika
anak
usia
membaca, memori jangka pendek berguna dalam
membaca
mengingat rangkaian huruf dan bunyi huruf,
berkaitkan erat dengan semua prestasi akademik.
demikian juga dalam proses mengeja kata.
Semakin baik pemahaman membaca, maka
Dengan
semakin baik pemahaman pada semua disiplin
perkembangannya pada usia ini siswa dapat
ilmu yang memerlukan pemahaman membaca.
menguasai kemampuan membaca dengan baik.
menjelaskan
bahwa
pemahaman
Hubungan pemahaman membaca dengan prestasi
demikian,
maka
sesuai
dengan
Siswa SD perlu memiliki keterampilan
akademik pada semua disiplin ilmu pada siswa
membaca
berkisar antara r= 0,42 - r= 0,66. Hal ini
membaca di SD yang dilaksanakan pada jenjang
menunjukkan pentingnya kaitan antara aspek
kelas I dan II merupakan pembelajaran membaca
pemahaman membaca dengan berbagai disiplin
tahap awal atau disebut membaca permulaan.
ilmu pengetahuan.
Penguasaan keterampilan membaca permulaan
yang
memadahi.
Pembelajaran
Pengajaran membaca di SD terbagi
mempunyai nilai yang strategis bagi penguasaan
menjadi 2 tahapan yaitu membaca permulaan dan
mata pelajaran lain di SD. Oleh karena itu, semua
membaca lanjut. Membaca permulaan yang
siswa SD perlu diupayakan agar dapat membaca
diajarkan di kelas I dan II memiliki peranan yang
dan memiliki kelancaran dalam membaca.
sangat penting. Siswa yang tidak mampu
Analisis Kesulitan Membaca ..... (Rizkiana) 3.239
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan
mengenali huruf. Ada siswa yang belum
agar siswa lancar membaca, namun tidak jarang
mengenal beberapa
huruf dengan baik atau
ditemui ada beberapa atau sekelompok siswa
bahkan sebagian besar bentuk huruf.
yang mengalami kesulitan dalam membaca. Fakta
Siswa yang lain mengalami kesulitan
di lapangan menunjukkan bahwa pada prosesnya
dalam membedakan huruf yang bentuknya mirip
dalam menguasai kemampuan membaca, 70
seperti huruf “b” dengan “d”, huruf “p” dengan
persen siswa mengalami kesulitan. Kesulitan
“q”, huruf “m” dengan “w” dan sebagainya.
yang dialami oleh masing-masing siswa berbeda
Mereka juga sulit membedakan huruf yang
antara yang satu dengan yang lainnya.
bunyinya hampir sama yaitu antara huruf “f”
Dalam kondisi tersebut guru, orang tua,
dengan “v”.
atau orang dewasa yang dekat dengan anak perlu
Kesulitan lain yang siswa alami yaitu
mengupayakan bantuan dan pendampingan agar
dalam merangkai huruf menjadi kata-kata. Ada
anak
membaca
siswa yang bahkan kesulitan dalam merangkai 2
tersebut segera mendapatkan penanganan yang
huruf saja, misalnya huruf “b” dan “o” dirangkai
tepat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
menjadi “bo” dan huruf “l” dengan “a” menjadi
melakukan
membaca
“la”, seharusnya dibaca “bola”. Tetapi kata “bola”
permulaan. Melalui analisis kesulitan membaca
tersebut tidak terbaca “bola” oleh siswa. Terlebih
permulaan, maka akan diketahui pada aspek-
untuk kata yang susunan huruf-hurufnya lebih
aspek mana saja letak kesulitan membaca masing-
kompleks seperti huruf konsonan rangkap sangat
masing siswa. Analisis ini perlu dilakukan sedini
menyulitkan siswa, misalnya kata “nyamuk”,
mungkin di kelas-kelas awal, dengan demikian
“mengeong”, “khawatir” dan lain-lain.
yang
mengalami
analisis
kesulitan
kesulitan
maka tidak terlambat untuk melakukan perbaikan
Sebagian siswa ketika mengeja ada yang
dengan memberikan penanganan yang tepat
menghilangkan beberapa huruf. Misalnya tulisan
kepada siswa.
“menyanyikan” dibaca “menyanyi”. Siswa juga
Faktor-faktor
penyebab
kesulitan
masih terbata-terbata dalam mengeja ketika
membaca yang dialami oleh setiap anak dapat
membaca rangkaian kalimat. Ada siswa yang
disebabkan oleh faktor internal pada diri anak itu
bercanda
sendiri atau faktor ekternal di luar diri anak.
membaca. Selain itu ada juga siswa yang
Faktor internal pada diri anak meliputi faktor
membaca dengan menggunakan alat bantu seperti
fisik, intelektual dan psikologis. Adapun faktor
jari tangan.
eksternal di luar diri anak mencakup lingkungan keluarga dan sekolah (Farida Rahim, 2006: 16).
dan
Berdasarkan
berlari-lari
rendahnya
ketika
disuruh
kemampuan
membaca di atas, sebagai guru yang berperan
Jumlah siswa kelas I di SD Negeri
untuk menanamkan kemampuan membaca pada
Bangunrejo 2 sebanyak 18 siswa. Dari jumlah
diri siswa harus mengetahui pada bagian mana
total tersebut, 13 siswa mengalami kesulitan
letak kesulitan membaca yang dialami siswa
membaca permulaan. Salah satu bentuk kesulitan
terutama pada membaca permulaan, karena
membaca permulaan tersebut yaitu kesulitan
kesulitan yang dialami siswa bermacam-macam
3.240 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 34 Tahun ke-5 2016
dan satu siswa kemungkinan akan mengalami kesulitan yang berbeda dengan siswa yang lain.
Sampel Pengambilan sampel penelitian ini dengan
Akan lebih baik jika kesulitan membaca siswa
teknik purposive sampling sehingga
terdeteksi
sejak
dini.
sampel 13 siswa kelas I SD Negeri Bangunrejo 2.
tersebut,
maka
penelitian
Berdasarkan yang
kondisi berjudul
“Identifikasi Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD N Bangunrejo 2 Kricak Tegalrejo Yogyakarta”, penting dilakukan karena
membaca
merupakan
diambil
kemampuan
mendasar bagi siswa untuk dapat mengikuti
Metode Pengumpulan Data Dalam
ini,
menggunakan
metode pengumpulan data tes, observasi dan dokumentasi. Dalam tes ini siswa diminta untuk membaca sesuai tugas pada lembar tes. Observasi digunakan
proses pembelajaran di sekolah.
penelitian
untuk
mengetahui
karakteristik
kesulitan membaca dan dokumentasi digunakan untuk menguatkan hasil tes membaca.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif
dengan
pendekatan
kuantitatif. Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 54) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif merupakan
penelitian
mendeskripsikan
atau
dengan memberi
tujuan gambaran
terhadap objek yang diteliti sebagaimana adanya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena data yang dikumpulkan
berbentuk
angka–angka
yang
kemudian hasilnya dideskripsikan.
Teknik Analisis Data Sugiyono
(2012:
89)
mengemukakan
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dengan analisis data. Analisis data dalam penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan cara statistik dan non-statistik. Analisis non-statistik adalah mencari proporsi, persentase, dan rasio. Analisis data semacam ini disebut juga sebagai analisis statistik sederhana (Suharsimi Arikunto, 2010: 387). Analisis data pada penelitian ini adalah angka-angka berupa persentase, kemudian
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Oktober hingga Agustus 2016 di kelas I SD Negeri Bangunrejo 2 yang berada di wilayah kota Yogyakarta.
hasilnya dideskripsikan. Adapun
rumus
perhitungan
skor
kemampuan membaca yang digunakan adalah: Skor =
𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑥 100%
Kemudian dilakukan pemberian nilai yang dikategorikan dengan kurang, cukup, baik dan
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SD Negeri Bangunrejo 2 pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 18 siswa.
sangat baik. Skor ≥ 85%
: Baik Sekali
65% ≤ Skor ≤ 84%
: Baik
45% ≤ Skor ≤ 64%
: Cukup
Skor ≤ 44%
: Kurang
Analisis Kesulitan Membaca ..... (Rizkiana) 3.241
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
100% 80%
Deskripsi Hasil Penelitian Data Dari hasil tes yang dilakukan pada siswa
60%
kelas I SD Negeri Bangunrejo 2 dengan jumlah 18
40%
anak,
20%
menunjukkan
kemampuan
membaca
permulaan siswa sebagai berikut. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama AN VN AA AP MP AI YD MR KE NL MF AE LP JA NLM NB JI VD
Aspek 1 93 53 73 99 100 90 82 61 35 74 58 31 63 55 19 18 21 99
Aspek 2 38 58 96 92 96 100 34 36 21 56 88 8 8 26 10 0 10 98
AN VN AA YD MR KE MF AE LP JA NLM NB JI
Skor (%) Aspek 3 22 28 66 92 74 48 24 10 30 48 0 0 0 8 10 0 4 90
0% Aspek 4 24,20 61,30 71 93,50 96,80 69,40 32,30 16,10 38,70 69,40 11,30 3,20 61,30 16,10 8,10 0 11,30 87,10
Aspek 5 100 100 33,30 100 100 100 66,70 100 100 100 100 66,70 100 33,30 100 100 33,30 100
Berdasarkan pada tabel di atas, 13 dari 18
Aspek 1
Aspek 2
Aspek 4
Aspek 5
Aspek 3
Grafik di atas merupakan skor hasil dari tes membaca siswa. dari gambar tersebut terdapat gambaran pada aspek mana saja letak kesulitan membaca siswa. Berikut adalah penjelasaan dari bentuk-bentuk/ aspek-aspek kesulitan membaca dari masing-masing siswa tersebut. 1. Nama siswa
: AN
siswa memiliki skor yang rendah pada satu atau
Jenis kelamin
: Laki-laki
lebih aspek membaca. Siswa-siswa tersebut
Usia
: 9 tahun
mengalami kesulitan membaca pada aspek-aspek
Deskripsi kesulitan membaca
yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang
Kesulitan membaca yang dialami oleh AN
lain. Berikut adalah tabel dari siswa yang
yaitu dalam aspek membaca kata dengan skor
mengalami kesulitan membaca permulaan.
38%, membaca kata yang tidak mempunyai arti
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
AN VN AA YD MR KE MF AE LP JA NLM NB JI
Aspek 1 93 53 73 82 61 35 58 31 63 55 19 18 21
Aspek 2 38 58 96 34 36 21 88 8 8 26 10 0 10
Skor (%) Aspek 3 22 28 66 24 10 30 0 0 0 8 10 0 4
:
22%, dan kelancaran membaca nyaring serta Aspek 4 24,20 61,30 71 32,30 16,10 38,70 11,30 3,20 61,30 16,10 8,10 0 11,30
Aspek 5 100 100 33,30 66,70 100 100 100 66,70 100 33,30 100 100 33,30
pemahaman
bacaan
24,2%.
Berdasarkan
dokumentasi nilai ulangan harian dengan rata-rata 62,8 dan UAS (Ujian Akhir Semester) mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan nilai 46, dapat disimpulkan bahwa Ardian memiliki kesulitan belajar membaca. AN
memiliki
karakteristik
kesulitan
Data informasi tentang kesulitan membaca
membaca diantaranya yaitu ia tidak dapat
tersebut disusun dalam bentuk diagram sehingga
membedakan huruf ‘b’ dengan ‘d’, huruf ‘m’
skor masing-masing siswa dapat dibandingkan.
dengan ‘w’, dan huruf ‘f’ dengan ‘v’. Ia juga tidak dapat mengidentifikasi beberapa huruf konsonan
3.242 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 34 Tahun ke-5 2016
seperti huurf ‘s’. Kesalahan lain yang ia lakukan
menunjukkan bahwa AA memiliki kamapuan
saat membaca yaitu mengubah kata dengan yang
membaca yang baik dengan satu aspek kesulitan
mirip atau familiar, misal kata ‘tecap’ dibaca
membaca.
‘sekor’.
Ketika
juga
AA memiliki kesulitan membaca dalam
menghilangkan huruf, kata ‘seekor’ dibaca
membedakan antara huruf ‘f’ dengan ‘v’. Ia tidak
‘sekor’. AN masih terbata-bata dalam membaca
dapat merangkai kata dengan susunan huruf ‘ng’
dengan
seperti kata mengeong. Karakteristik yang lain ia
nada
membaca
datar
kata
tanpa
ia
jeda,
sehingga
pemahaman isi bacaan juga masih kurang.
mengubah kata dengan kata yang mirip, kata
2.
Nama siswa
: VN
‘merah’ ia baca ‘marah’. Mengubah kata yang
Jenis kelamin
: Perempuan
familiar juga sering ia lakukan yaitu mengubah
Usia
: 8 tahun
kata ‘tagi’ dibaca ‘tadi’. Ketika dibacakan teks, ia
Deskripsi kesulitan membaca
:
tidak fokus sehingga tidak memahami cerita yang
VN mengalami kesulitan membaca pada satu aspek,
yaitu
membaca
kata
yang
tidak
ia dengar. Nama siswa
: YD
mempunyai arti dengan skor 28%. Dari data
Jenis kelamin
: Laki-laki
dokumentasi nilai ulangan harian dengan rata-rata
Usia
: 10 tahun
79,7 dan nilai UAS mata pelajaran Bahasa
Deskripsi kesulitan membaca
Indonesia dengan nilai 54, dapat dikatakan bahwa
YD memiliki kesulitan membaca pada tiga
ia memiliki kemampuan membaca yang cukup
aspek, yaitu membaca kata dengan skor 34%,
baik meskipun memiliki kesulitan pada satu
membaca kata yang tidak mempunyai arti 24%,
aspek.
dan menyimak atau pemahaman mendengarkan
Karakteristik
kesulitan
membaca
4.
:
yang
32,3%. Berdasarkan data dokumentasi nilai
dialami VN yaitu tidak dapat membedakan huruf
ulangan harian dengan rata-rata 68,8 dan UAS
yang bunyinya mirip, yaitu huruf ‘f’ dengan ‘v’.
mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan nilai 58
Ia sering mengubah kata yang mirip, contoh kata
menunjukkan bahwa ia mengalami kesulitan
‘ayah’ dibaca ‘ayam. Selain itu, ia juga mengubah
membaca.
kata dengan yang familiar dengannya, misl kata ‘tasang’ ia baca ‘senang’. 3.
Karakteristik kesulitan membaca pada YD yaitu ia mengubah kata dengan yang mirip atau
Nama siswa
: AA
familiar dengannya, seperti kata ‘selalu’ dibaca
Jenis kelamin
: Laki-laki
‘selaku’ atau kata ‘lauka’ dibaca ‘luka’. Ia juga
Usia
: 7 tahun
menghilangkan huruf bagian belakang dari
Deskripsi kesulitan membaca
susunan kata, misal kata ‘kucingnya’ hanya
:
Satu aspek kesulitan membaca yang dialami
dibaca ‘kucing’. Ia dapat membaca dengan benar,
AA yaitu pada aspek menyimak atau pemahaman
hanya saja membutuhkan waktu yang lama
mendengarkan
karena ia mengejanya di dalam hati.
dengan
skor
33,3%.
Data
dokumentasi nilai ulangan harian dengan rata-rata 77
dan
UAS
mapel
Bahasa
Indonesia,
5.
Nama siswa
: MR
Jenis kelamin
: Laki-laki
Analisis Kesulitan Membaca ..... (Rizkiana) 3.243
Usia
Kesulitan membaca yang KE alami karena ia
: 8 tahun
Deskripsi kesulitan membaca
belum mengenal semua huruf. ia tidak dapat
:
Kesulitan membaca yang dialami oleh MR
menyebutkan huruf ‘w’, ia juga tidak dapat
terletak pada tiga aspek, yaitu membaca kata
membedakan huruf ‘f’ dengan ‘v’. Selain itu, ia
memperoleh skor 36%, membaca kata yang tidak
tidak dapat merangkai kata dengan susunan huruf
mempunyai arti 10%, dan menyimak atau
‘ng’ dan juga sering mengubah kata dengan yang
pemahaman mendengarkan 16,1%. Kesulitan
mirip atau familiar, misal kata ‘anak’ dibaca
membaca
‘akan’, ‘sangat’ dibaca ‘saat’ atau kata ‘asib’
tersebut
diperkuat
dengan
data
dokumentasi nilai ulangan harian dengan rata-rata
dibaca ‘asing’.
68,9 dan UAS mata pelajaran Bahasa Indonesia
7.
dengan nilai 39. MR tidak dapat membedakan huruf ‘b’
Nama siswa
: MF
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 9 tahun
dengan ‘d’, huruf ‘n’ dengan ‘m’, dan huruf ‘f’
Deskripsi kesulitan membaca
dengan ‘v’. Karakteristik kesulitan membaca
Kesulitan membaca yang dialami MF terletak
yang lain yaitu ia tidak dapat merangkai kata
pada dua aspek, yaitu membaca kata yang tidak
dengan susunan huruf ‘ng, ny’ seperti pada kata
mempunyai arti dengan skor 0% dan kelancaran
menyayangi dan mengajak. Ia juga sering
membaca
mengubah kata, contoh kata ‘merah’ dibaca
mendengarkan dengan skor 11,3%. Hal ini
‘marah’, ‘seekor’, dibaca
diperkuat dengan data dokumentasi nilai UAS
‘sekar’. MR masih
atau
pemahaman
mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan nilai 50.
mengeja dalam membaca. 6.
nyaring
:
MF
memiliki
karakteristik
kesulitan
Nama siswa
: KE
Jenis kelamin
: Perempuan
membaca yaitu tidak dapat mengidentifikasi
Usia
: 7 tahun
seluruh jenis huruf, tidak dapat membedakan
Deskripsi kesulitan membaca
:
huruf ‘b’ dengan ‘d’, dan banyak kesalahan dalam
Kemampuan membaca yang dimiliki KE
mengucapkan kata. Ia membutuhkan waktu lama
masih kurang. Ia mengalami kesulitan pada empat
untuk mengeja, sehingga kurang memahami isi
aspek membaca, yaitu membaca huruf dengan
teks bacaan.
skor 35%, membaca kata 21%, membaca kata
8.
Nama siswa
: AE
yang tidak mempunyai arti 30%, dan kelancaran
Jenis kelamin
: Laki-laki
membaca nyaring serta pemahaman bacaan
Usia
: 7 tahun
38,7%. Walaupun berdasarkan data dokumentasi
Deskripsi kesulitan membaca
nilai ulangan harian ia memiliki nilai yang cukup
AE memiliki kemampuan membaca yang
baik dengan rata-rata 72,1; namun pada UAS
masih kurang baik. Ia mengalami kesulitan pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia ia mendapat
empat aspek membaca, yaitu membaca huruf
nilai 54. Hal ini menunjukkan bahwa ia
dengan skor 31%, membaca kata 8%, membaca
mengalami kesulitan membaca.
kata yang tidak mempunyai arti 0%, dan
:
kelancaran membaca nyring atau pemahaman
3.244 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 34 Tahun ke-5 2016
bacaan 3,2%. Ia juga memiliki nilai ulangan
paham dan kurang fokus mendengarkan cerita
harian dengan rata-rata 56,6 dan UAS mata
yang dibacakan.
pelajaran Bahasa Indonesia dengan nilai 20.
10. Nama siswa
: JA
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ia
Jenis kelamin
: Perempuan
mengalami kesulitan membaca.
Usia
: 8 tahun
Karakteristik
kesulitan
membaca
yang
Deskripsi kesulitan membaca
dimiliki AE cukup kompleks. Ia belum hafal semua
huruf,
apek membaca, yaitu membaca kata dengan skor
mengidentifikasi huruf ; tidak dapat membedakan
26%, membaca kata yang tidak mempunyai arti
huruf ‘f’ dengan ‘v’, dan huruf ‘y’ dengan ‘w’;
8%,
belum lancar dalam merangkai susunan huruf;
pemahaman bacaan 16,1%, serta menyimak atau
banyak kesalahan dalam mengucapkan kata;
pemahaman mendengarkan 33,3%. Ia juga
belum lancar mengeja; menjawab soal secara
memiliki nilai ulangan harian dengan rata-rata
asal-asalan karena tidak paham isi bacaan. ia juga
65,8 dan UAS mata pelajaran Bahasa Indonesia
kurang
dengan nilai 52. Sehingga dapat disimpulkan
mendengarkan
tidak
JA memiliki kesulitan membaca pada empat
dapat
fokus
sehingga
:
naskah
yang
dibacakan. 9.
kelancaran
membaca
nyaring
dan
bahwa ia mengalami kesulitan membaca.
Nama siswa
: LP
Jenis kelamin
: Laki-laki
yang dimiliki JA yaitu, tidak dapat membedakan
Usia
: 8 tahun
huruf ‘f’ dengan ‘v’, mengubah kata dengan yang
Deskripsi kesulitan membaca
Diantara karakteristik kesulitan membaca
:
mirip, mengucapkan kata salah, mengejanya
Kesulitan membaca yang dimiliki LP terletak
belum lancar, belum sepenuhnya memahami isi
pada dua aspek membaca, yaitu aspek membaca
teks bacaan dan kurang fokus mendengarkan
kata dengan skor 8% dan membaca kata yang
cerita yang dibacakan, sehingga menjawab soal
tidak mempunyai arti dengan skor 0%. Ia
tentang isi bacaan dengan menebak.
memiliki kemampuan membaca yang masih
11. Nama siswa
: NLM
kurang dan mengalami kesulitan membaca. Hal
Jenis kelamin
: Perempuan
ini diperkuat nilai yang ia dapatkan pada ulangan
Usia
: 8 tahun
harian dengan nilai rata-rata 46 dan UAS mata
Deskripsi kesulitan membaca
pelajaran Bahasa Indonesia dengan nilai 18.
Kesulitan membaca yang dialami NLM
:
LP memiliki karakteristik kesulitan membaca
terletak pada empat aspek, yaitu mengenal huruf
diantaranya yaitu tidak dapat mengidentiffikasi
19%, membaca kata 10%, membaca kata yang
semua huruf; tidak dapat membedakan huruf ‘f’
tidak mempunyai arti 10% dan kelancaran
dengan ‘v’, dan huruf ‘w’ dengan ‘v’; belum bisa
membaca nyaring serta pemahaman bacaan 8,1%.
merangkai huruf, perlu bantuan guru; belum dapat
Data dokumentasi tidak dapat membuktikan
mengucapkan kata, ia mengeja setiap huruf tetapi
bahwa ia mengalami kesulitan membaca karena ia
tidak dapat merangkai menjadi kata. Selain itu, ia
dibantu/ didampingi ibunya ketika belajar di
menjawab dengan menebak (asal) karena tidak
dalam kelas. Akan tetapi berdasarkan observasi
Analisis Kesulitan Membaca ..... (Rizkiana) 3.245
peneliti ketika melakukan tes, ia merupakan anak
akan cerita yang ia dengar bagus. Hal itu terlihat
yang mengalami kesulitan membaca. karena pada
dari hasil jawabannya pada soal tentang cerita
saat tes, ia masih harus dibimbing dan dituntun
yang dibacakan tersebut.
dalam membaca.
13. Nama siswa
: JI
Jenis kelamin
: Laki-laki
membaca yang cukup kompleks. Ia tidak dapat
Usia
: 8 tahun
menyebutkan huruf ‘s’, ‘b’, belum dapat
Deskripsi kesulitan membaca
NLM
memiliki
karakteristik
kesulitan
:
terbata-bata
JI memiliki kesulitan di semua aspek
merangkai susunan huruf menjadi kata, terbata-
membaca. Aspek membaca huruf mendapat
bata dalam mengeja/ perlu bantuan guru,
skor 21%, membaca kata 10%, membaca
menjawab asal menebak karena tidak paham,
kata yang tidak mempunyai arti 4%,
tidak fokus pada cerita yang dibacakan dan sulit
kelancaran
konsentrasi.
pemahaman bacaan 11,3%, serta menyimak
mengidentifikasi
semua
huruf,
membaca
nyaring
dan
: NB
atau pemahaman mendengar 33,3%. Pada
Jenis kelamin
: Perempuan
UAS mata pelajaran Bahasa Indonesia ia
Usia
: 10 tahun
mendapat nilai 16. Hal tersebut membuktikan
12. Nama siswa
Deskripsi kesulitan membaca
bahwa ia mengalami kesulitan membaca.
:
NB memiliki kesulitan membaca pada empat
Aspek kesulitan pada seluruh aspek
aspek, yaitu membaca huruf dengan skor 18%,
membaca yang JI alami, maka karakteristik
membaca kata 0%, membaca kata yang tidak
yang ia miliki juga sangat kompleks. Ia masih
mempunyai
arti 0%, kelancaran membaca
kacau dalam mengidentifikasi huruf; tidak
nyaring dan pemahaman bacaan 0%. Berdasarkan
dapat mengidentifikasi huruf ‘e’, ‘g’, ‘t’;
data
ia
terbata-bata dalam merangkai huruf menjadi
memiliki nilai ulangan harian dengan rata-rata
kata, mengucapkan kata salah, mengeja
41,3 dan UAS mata pelajaran Bahasa Indonesia
setiap huruf tetapi tidak terangkai menjadi
dengan nilai 16. Dengan demikian dapat
kata; menjawab soal asal menebak; dan tidak
dinyatakan bahwa ia
memperhatikan cerita yang dibacakan serta
dokumentasi
menunjukkan
mengalami
bahwa
kesulitan
membaca.
sulit konsentrasi.
Kesulitan membaca yang dialami NB cukup Setelah data kesulitan masing-masing
parah. Ia masih kacau dalam mengidentifikasi huruf dan tidak konsisten menyebutnya. Ia juga mengucapkan kata salah, apa yang dibaca tidak sesuai dengan yang tertulis, membaca dengan tidak melihat tulisan (asal), dan menjawab soal tentang isi bacaan juga asal menebak. Dia membaca sesuai imajinasinya sendiri, akan tetapi kemampuannya menyimak serta pemahaman
siswa
diperoleh,
selanjutnya
dibuat
persentase rata-rata seluruh skor pada setiap aspek. Hal ini untuk mengetahui skor yang diperoleh seluruh siswa pada setiap aspek membaca. Berikut hasil perhitungan tersebut:
3.246 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 34 Tahun ke-5 2016 No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
AN VN AA YD MR KE MF AE LP JA NLM NB JI Jumlah
Aspek 1 93 53 73 82 61 35 58 31 63 55 19 18 21 51
Aspek 2 38 58 96 34 36 21 88 8 8 26 10 0 10 33
Skor (%) Aspek 3 22 28 66 24 10 30 0 0 0 8 10 0 4 16
Pembahasan Aspek 4 24,20 61,30 71 32,30 16,10 38,70 11,30 3,20 61,30 16,10 8,10 0 11,30 27
Aspek 5 100 100 33,30 66,70 100 100 100 66,70 100 33,30 100 100 33,30 79
Berdasarkan
Sesuai
dengan
hakikat
membaca permulaan, maka kesulitan belajar yang muncul terkait erat dengan kemampuan yang dipersyaratkan dalam membaca permulaan, serta aspek-aspek yang merupakan ciri membaca permulaan (I. G. A. K. Wardani, 1995: 56). Dalam penelitian ini tes yang digunakan yaitu instrumen yang bernama EGRA (Early Grade
Data informasi tentang kesulitan membaca tersebut disusun dalam bentuk diagram. Hal ini berguna untuk mengetahui kesenjangan aspekaspek dalam kesulitan membaca permulaan.
Chart Title
Reading Assessment). EGRA bisa mendiagnosa kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak-anak di kelas awal dalam membaca. Tes EGRA meliputi beberapa aspek/ tugas. a. Mengenal huruf Aspek
80%
ini
menilai
kemampuan
mengidentifikasi huruf. Pada aspek ini, siswa
70% 60%
diminta
50%
menyebutkan
nama
huruf-huruf
sebanyak-banyaknya dalam waktu selama 60
40% 30%
detik. Ada 5 siswa yang mengalami kesulitan
20%
membaca pada aspek ini yaitu KE, AE, NLM,
10% 0%
NB, dan JI. Pada aspek ini rata-rata skor yang
Jumlah Aspek 1
Aspek 2
Aspek 3
Aspek 4
Aspek 5
diperoleh yaitu 51%. Karakteristik kesulitan membaca pada aspek
Pada gambar di ataas terlihat bahwa pada
mengenal huruf yaitu kesulitan mengidentifikasi
kelima aspek membaca, aspek terendah adalah
huruf dan merangkai susunan huruf, serta
aspek 3 yaitu aspek membaca kata yang tidak
membalik huruf. Mulyono Abdurrahman (1996:
mempunyai arti. Kemudian aspek terendah kedua
176-178) mengatakan bahwa pembalikan huruf
adalah aspek 4 yaitu aspek kelancaran membaca
terjadi karena anak bingung posisi kiri-kanan
nyaring dan pemahaman bacaan. Aspek membaca
atau atas-bawah. Pembalikan terjadi terutama
kata bermakna berada pada urutan kesulitan
pada huruf-huruf yang hampir sama seperti “d”
membaca ketiga dan aspek mengenal huruf pada
dengan “b”, “p” dengan “q” atau “g”, “m”
urutan keempat. Urutan terakhir dari aspek
dengan “n” atau “w”.
kesulitan membaca yaitu aspek menyimak atau pemahaman mendengarkan.
Kesulitan anak dalam mengenal huruf dapat dipengaruhi oleh memori jangka pendek yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Amitya Kumara, A. Jayanti Wulansari & L. Gayatri Yosef
(2014: 5) yang mengatakan bahwa
Analisis Kesulitan Membaca ..... (Rizkiana) 3.247
memori jangka pendek berguna dalam mengingat
mengubah atau mengganti kata, menghilangkan
rangkaian huruf dan bunyi huruf, demikian juga
huruf dalam susunan kata, dan mengucapkan kata
dalam
Mulyono
salah. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh
Abdurrahman (1996: 199) menjelaskan bahwa
Mulyono Abdurrahman (1996: 177-178) bahwa
memori dapat berkaitan dengan memori visual
penghilangan kata atau huruf sering dilakukan
untuk mengenal bentuk-bentuk huruf dan/ atau
oleh anak berkesulitan belajar membaca karena
memori auditif untuk mengenal bunyi-bunyi
adanya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi
huruf.
dapat
bahasa (fonik), dan bentuk kalimat. Hal ini
menyebabkan anak sulit membedakan huruf-
biasanya terjadi pada pertengahan atau akhir kata
huruf yang bentuknya hampir sama, dan akibat
atau kalimat. Penyebab lain adalah karena anak
dari kesulitan tersebut anak juga sulit untuk
menganggap huruf atau kata yang dihilangkan
membedakan nama-nama huruf.
tersebut tidak diperlukan.
proses
mengeja
Gangguan
kata.
persepsi
visual
Berdasarkan hasil penelitian Rvachew dan
Penggantian kata merupakan kesalahan yang
Grawburg (Lucky Ade Sessiani dan Amitya
banyak terjadi. Hal ini dapat terjadi karena anak
Kumara, 2014: 32) menunjukkan rendahnya
tidak memahami kata sehingga hanya menerka-
kemampuan persepsi terhadap bunyi bicara
nerka saja. Selain itu anak juga salah dalam
menjadi faktor utama yang mengakibatkan
mengucapkan kata. Keadaan semacam itu dapat
rendahnya kemampuan kesadaran fonologis
terjadi karena anak tidak mengenal huruf
(phonological awareness). Byrnes (Lucky Ade
sehingga menduga-duga saja, mungkin karena
Sessiani dan Amitya Kumara, 2014: 34)
membaca terlalu cepat, perasaan tertekan atau
mengemukakan
takut kepada guru, atau karena perbedaan dialek
bahwa
informasi
fonologi
berfungsi menopang (backup) sistem alfabet dan menyimpulkan artikulasi yang memudahkan
anak dengan bahasa Indonesia yang baku. Kesulitan dalam mengenal kata bermakna
proses memori jangka pendek dalam membaca.
dapat terjadi karena kurangnya kosakata, karena
b. Membaca kata bermakna
penguasaan kosakata akan memudahkan mereka
Pada
tahap
ini
mengukur
kemampuan
dalam proses kategorisasi kosakata sebagai
membaca kata-kata yang terpisah sesuai dengan
bagian dari kelompok kata (Santrock, 2004: 75).
tingkatan siswa. Tugas siswa yaitu membaca
Darmiyati Zuchdi (2008: 32-33) mengatakan
kata-kata yang terdapat dalam lembar tes
bahwa jika anak hanya memiliki sedikit kosakata
sebanyak-banyaknya tetapi tidak boleh dieja.
bermakna, kemungkinan pertama yang menjadi
Siswa diberi waktu selama 60 detik. Siswa yang
penyebabnya
mengalami kesulitan membaca pada aspek ini
Intelegensi yang rendah menyebabkan kesulitan
antara lain AN, YD, MR, KE, AE, LP, JA, NLM,
dalam memahami dan memperoleh makna kata.
NB, dan JI. Rata-rata skor yang diperoleh pada
Kurangnya penyimakan (simulasi) intelektual dan
aspek kedua ini yaitu 33%.
praktik
Diantara karakteristik siswa yang mengalami kesulitan
membaca
pada
aspek
ini
yaitu
adalah
dalam
merupakan
intelegensi
penggunaan
sebab
utama
intelektual.
bahasa
bagi
juga
kurangnya
kosakata. Suatu kata hanya akan bermakna bagi
3.248 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 34 Tahun ke-5 2016
anak, jika kata tersebut berhubungan dengan
ekspresi serta kemampuan
benda-benda
pertanyaan literal (ada di teks) dan pertanyaan
yang
telah
diketahui
atau
untuk memahami
inferensial (jawaban tidak secara langsung ada di
dialaminya. c. Membaca kata yang tidak mempunyai arti
teks). Siswa yang mengalami kesulitan membaca
Ini merupakan cara lain untuk mengukur
pada aspek ini yaitu AN, YD, MR, KE, MF, AE,
kesadaran fonemik dan pemahaman ortografi
JA, NLM, NB, dan JI. Rata-rata skor yang
siswa. Tahap ini mengukur kemampuan membaca
diperoleh pada aspek ini yaitu 27%.
yaitu prinsip-prinsip mengakses
abjad. Hal
Pada
aspek
ini,
karakteristik
kesulitan
membaca permulaan yaitu mengeja terbata-bata,
grafem-fonem. Kata-kata pada aspek ini tidak
kurang memperhatikan tanda baca, dan tidak
mempunyai arti. Siswa hanya diminta membaca
memahami isi bacaan. Mengeja terbata-bata
seperti yang tertulis selama waktu 60 detik. Siswa
terjadi
yang mengalami kesulitan membaca pada aspek
kemampuannya membaca. Hal ini sesuai dengan
ini yaitu AN, VN, YD, MR, KE, MF, AE, LP, JA,
pendapat Mulyono Abdurrahman (1996: 177-178)
NLM, NB, dan JI. Pada aspek ketiga ini
yang mengatakan keraguan dalam membaca
memperoleh rata-rata skor sebesar 16%.
sering disebabkan anak kurang mengenal huruf
Suiter,
&
dekoding
untuk
pasangan
Mann,
kemampuan
ini
anak
ragu-ragu
terhadap
(Mulyono
atau karena kekurangan pemahaman. Selain itu,
Abdurrahman, 1996: 199) mengatakan bahwa
jika anak belum paham arti tanda baca yang utama
membaca kata-kata terpisah (isolated words) tanpa
seperti titik dan koma, mereka akan mengalami
makna dapat memberikan pemahaman kepada
kesulitan dalam intonasi. Dalam kesulitan intonasi
anak tentang struktur bahasa. Pendekatan ini
anak dapat membaca atau menyuarakan semua
sesuai untuk bahasa Inggris sedangkan untuk
tulisan, tetapi mendapat kesulitan dalam lagu
bahasa Indonesia kurang diperlukan karena
membaca dan intonasi. Hal ini dapat berpengaruh
pendekatan linguistik dirasakan lebih tepat.
pada pemahaman bacaan, sebab perbedaan
Dengan demikian anak tidak terbiasa diajarkan
intonasi karena tanda baca bisa mengubah makna
untuk
kalimat.
mengucapkan
McClung
karena
kata-kata
yang
tidak
mempunyai arti/ makna. Selain karena pola
Selaras dengan pendapat Amitya Kumara, A.
pengajaran tersebut, anak juga sulit mengucapkan
Jayanti Wulansari & L. Gayatri Yosef (2014: 7-8)
kata yang tidak mempunyai arti/ makna tersebut
bahwa proses pemahaman isi teks bacaan menjadi
karena terlalu asing baginya.
sulit
d. Kelancaran membaca nyaring dan pemahaman
perhatiannya secara berlebihan pada proses
bacaan Aspek
ketika
pambaca
harus
memusatkan
decoding (mencakup identifikasi huruf dan kata). kunci,
Kesulitan dalam memahami makna kalimat ini,
mengukur kelancaran dalam membaca teks yang
menurut I.G.A.K. Wardani (1995: 65) erat
ceritanya berkaitan dan pemahaman. Kemampuan
kaitannya dengan keterbatasan pemahaman anak
tersebut yaitu kemampuan untuk membaca teks
pada struktur kalimat.
secara
ini
otomatis,
merupakan
akurat,
penilaian
dan
menggunakan
Analisis Kesulitan Membaca ..... (Rizkiana) 3.249
mempengaruhi aspek membaca
e. Menyimak (pemahaman mendengar)
yang lain.
kemampuan
misalnya kemampuan pada aspek 1 akan
mengikuti dan memahami cerita yang sederhana.
mempengaruhi aspek 2, kemampuan pada aspek
Kemampuan membaca yang diukur yaitu bahasa
satu dan dua menjadi indikator ketercapaian
lisan (kosakata dan sintaksis) dan pemahaman
kemampuan pada aspek 4 dan seterusnya.
Pada
aspek
ini
mengukur
serta kemampuan untuk memahami pertanyaan literal (ada di teks) dan pertanyaan inferensial
SIMPULAN DAN SARAN
(jawaban tidak secara langsung ada di teks). Ini
Simpulan
bukan kegiatan yang dihitung waktunya dan tidak
Setelah peneliti melakukan pembahasan
ada lembar bacaan siswa. Peneliti/ assessor
terhadap data-data yang diperoleh dari hasil
membacakan cerita kepada siswa. Siswa yang
penelitian, maka peneliti mengambil kesimpulan,
mengalami kesulitan membaca pada aspek ini
yaitu:
yaitu AA, JA, dan JI. Pada aspek ini rata-rata skor
1. Seluruh siswa kelas I SD N Bangunrejo 2
yang diperoleh yaitu 79%.
dengan jumlah 18 siswa, terdapat 5 siswa
Salah satu karakteristik kesulitan membaca
memiliki kemampuan membaca permulaan
pada aspek ini yaitu sulitnya anak dalam
yang cukup baik dan 13 siswa yang mengalami
konsentrasi ketika mendengarkan. Sesuai dengan
kesulitan membaca permulaan.
pendapat I.G.A.K. Wardani (1995: 60-61) yang
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek
mengatakan bahwa ada kalanya anak tidak dapat
kesulitan tertinggi siswa dalam membaca
menangkap pesan yang didengar karena ia tidak
permulaan adalah kesulitan dalam membaca
dapat memusatkan perhatiannya pada pembicara.
kata yang tidak mempunyai arti dengan skor
Ia juga menjelaskan penyebab lainnya bahwa
16%.
persepsi yang keliru terhadap kata atau kalimat
selanjutnya yaitu pada aspek kelancaran
yang
yang
membaca nyaring dan pemahaman bacaan
terganggu atau karena anak tidak mengenal kata
dengan skor 27%. Kesulitan lain yang dialami
atau kalimat yang didengar. Selain itu, anak tidak
peserta didik adalah kesulitan dalam membaca
dapat menangkap informasi atau pesan yang
kata yaitu sebesar 33%. Lalu kesulitan pada
didengar karena miskinnya perbendaharaan kata
aspek mengenal huruf dengan skor 51%. Dan
atau tidak mampu memahami struktur kalimat.
yang terakhir kesulitan dalam menyimak atau
Kemungkinan lain dapat disebabkan karena
pemahaman mendengar yaitu sebesar 79%.
informasi tersebut terlampau asing baginya atau
3. Karakteristik kesulitan membaca permulaan
latar belakang pengalaman yang dimiliki tentang
siswa kelas I SD N Bangunrejo 2 yaitu:
pesan atau informasi yang didengar sangat
kesulitan
terbatas.
merangkai susunan huruf, membalik huruf,
didengar
karena
pendengaran
Kesulitan
membaca
mengidentifikasi
permulaan
huruf
dan
mengubah kata, menghilangkan huruf dalam Dari pembahasan di atas nampak bahwa satu aspek membaca saling berkaitan dan
susunan kata, mengucapkan kata salah, mengeja terbata-bata, kurang memperhatikan
3.250 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 34 Tahun ke-5 2016
tanda baca tidak memahami isi bacaan, dan sulit konsentrasi. Saran Berdasarkan pada hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut. 1. Bagi siswa hendaknya memperbanyak latihan membaca
nyaring
kemampuan
untuk
membacanya,
meningkatkan dan
juga
hendaknya memiliki waktu khusus untuk membaca agar tumbuh kebiasan membaca. 2. Bagi guru diharapkan memberi kesempatan
Cromley, Jennifer G., Hogan, Lindsey E. Snyder, & Dubas, Ulana A. Luciw. 2010. Reading comprehension of scientific text: a domainspecific test of the direct and inferential mediation model of reading comperehension. Journal of Educational Psychology, Vol 102, No. 3, Hal. 687-700. American Psychological Association. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Proyek Pengembangan PGSD Dirjen Dikti Depdikbud. Darmiyati Zuchdi. 2008. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca Peningkatan Komprehensi. Yogyakarta: UNY Press.
lebih banyak pada siswa untuk membaca secara mandiri, serta dapat memberikan treatment (penanganan) yang tepat setelah mengetahui letak kesulitan membaca masingmasing siswa. 3. Bagi
kepala
sekolah
diharapkan
dapat
memberikan wadah bagi kegiatan membaca berupa program budaya baca dengan cara menyediakan satu waktu untuk membaca bersama-sama,
dan
mendukung proses memberikan
sekolah
juga
pembelajaran
fasilitas
yang
perlu
dibutuhkan
4. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat sebagai
bahan
acuan
Farida Rahim. 2006. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. ______. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. I.G.A.K. Wardani. 1995. Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
dengan
misalnya pengoptimalan fungsi perpustakaan.
digunakan
E. Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
untuk
dikembangkan dan dilanjutkan oleh peneliti lain dengan bahasan masalah yang lebih dalam dan lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Amitya Kumara, A. Jayanti Wulansari & L. Gayatri Yosef. 2014. Perkembangan Kemampuan Membaca (hlm. 1-26), dalam Amitya Kumara, dkk. Kesulitan Berbahasa pada Anak. Yogyakarta: PT Kanisius.
Lucky Ade Sessiani dan Amitya Kumara. 2014. Menangani Anak yang Mengalami Kesulitan dalam Mengenali dan Menyembunyikan Bunyi Huruf (hlm. 2750), dalam Amitya Kumara, dkk. Kesulitan Berbahasa pada Anak. Yogyakarta: PT Kanisius. Mulyono Abdurrahman. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Nana Syaodih Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Santrock, John W. 2011. Perkembangan Masa Hidup, Edisi ketigabelas. Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga.
Analisis Kesulitan Membaca ..... (Rizkiana) 3.251
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sunaryo Kartadinata, dkk. 1998/1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Turkeltaub, Peter E. et. al. 2005. The Neurobiological Basis of Reading: A Special Case of Skill Acquisition (hlm. 103129), dalam Catts, Hugh W. & Kamhi, Alan G. (Eds). 2005. The Connections Between Language and Reading Disabilities. London: Lawrence Erlbaum Associates.