KNM XVII
11-14 Juni 2014
ITS, Surabaya
ANALISIS KESTABILAN DAN KEBIJAKAN KEUNTUNGAN MAKSIMAL PADA MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR SYAMSUDDIN TOAHA1, JEFFRY KUSUMA2, KHAERUDDIN3, M AWARDI4 1,2,3,4
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstract Pada tulisan ini dibahas suatu model pertumbuhan populasi satu mangsa dan dua pemangsa. Model itu menyatakan laju pertumbuhan populasi mangsa, populasi pemangsa belum dewasa, dan populasi pemangsa sudah dewasa. Dinamika ketiga populasi tersebut dinyatakan dalam bentuk sistem persamaan differensial. Dengan menganggap bahwa populasi yang ditinjau bernilai ekonomi, maka ketiga populasi tersebut dieksploitasi dengan melibatkan fungsi biaya dan fungsi penerimaan. Kewujudan titik ekuilibrium model beserta kestabilannya dianalisis dengan menggunakan metode linearisasi dan uji kestabilan Routh-Hurwitz. Kajian pada model ini bertujuan untuk menjamin ketiga populasi tidak akan punah dalam jangka waktu yang panjang dan juga diperoleh keuntungan maksimal dari usaha eksploitasi. Beberapa kasus dianalisis disertai dengan simulasi numerik untuk mengetahui kestabilan titik ekuilibrium dan keuntungan maksimal. Hasil analisis menunjukkan bahwa kewujudan dan kestabilan titik ekuilibrium interior pada model ditentukan oleh nilai-nilai paramater model dan usaha pemanenan. Ketiga populasi dapat tetap lestari meskipun dieksploitasi dengan usaha pemanenan konstan dan sekaligus memberikan keuntungan maksimal. Kata-kata kunci: Model mangsa pemangsa, pemanenan, kestabilan, keuntungan
1.
Pendahuluan
Model pertumbuhan populasi mangsa-pemangsa merujuk kepada model Lotka-Volterra merupakan salah model yang sangat populer dalam matematika ekologi. Luckinbill [1] menunjukkan bahwa populasi mangsa-pemangsa dapat hidup bersama untuk jangka waktu yang panjang jika kontak antara keduanya dikurangi. Martin & Ruan [2] menyarankan bahwa sangat ideal untuk mengkaji faktor pemanenan pada model populasi mangsa-pemangsa. Kar & Chauduri [3] mengkaji model mangsa-pemangsa dan kewujudan ekuilibrium bioekonomik serta pemanenan optimal. Holmberg [4] meneliti pengaruh pemanenan dengan usaha konstan dan ditunjukkan bahwa tangkapan dengan kuota konstan dapat mengakibatkan osilasi dan kacau serta menaikkan resiko ekploitasi yang berlebihan. Sistem satu mangsa dan satu pemangsa yang ditinjau dalam Hogart et.al. [5] dinyatakan bahwa kedua populasi mangsa dan pemangsa yang dipanen dengan hasil tangkapan konstan diperoleh suatu titik ekuilibrium yang stabil dan hasil maksimal yang lestari. Model dinamika populasi mangsa-pemangsa memainkan peranan yang penting dalam bioekonomik, khususnya dalam manajemen sumberdaya yang terbarukan. Salah satu contoh
manajemen sumber daya terbarukan adalah populasi ikan. Tangkapan optimal berkelanjutan yang berdasarkan pada kriteria biaya bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat model dinamika populasi yang kompleks adalah ukuran populasi, laju pertumbuhan, kapasitas bawaan, kompetitor, biaya operasional pemanenan, harga tangkapan, dan sebagainya, Clark [6]. Sun et al. [7] mengembangkan model dengan tahapan struktur yang mempertimbangkan kebijakan pemanenan optimal. Kar & Chattopadhyay [9] mengkaji model dengan tahapan struktur dan menghubungkannya dengan kebijakan pemanenan optimal. Problem kombinasi pemanenan telah dikaji secara mendalam oleh Chauduri [9]. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis suatu model pertumbuhan populasi mangsa-pemangsa dengan struktur pada populasi pemangsa berdasarkan model Lotka-Volterra dengan melibatkan usaha pemanenan konstan. Analisis pada model ini difokuskan pada hubungan antara titik ekuilibrium interior model mangsa-pemangsa yang stabil dan keuntungan maksimal dari usaha ekploitasi.
2. Model Populasi Satu Mangsa dan Dua Pemangsa Model yang ditinjau adalah model pertumbuhan populasi yang melibatkan tiga populasi, yaitu populasi mangsa, populasi pemangsa belum dewasa, dan populasi pemangsa sudah dewasa. Model dinamika populasi mangsa-pemangsa melibatkan dua populasi pemangsa dengan tahapan struktur telah ditinjau oleh Kar & Chattopadhyay [8] dengan beberapa asumsi yang berbeda. Model pertumbuhan populasi mangsa-pemangsa dinyatakan sebagai
dN1 N r1 N1 1 1 1 N1 N 3 dt K dN 2 r2 N 2 2 N 3 2 N 2 dt dN3 r3 N 3 2 N 2 m1 N1 N 3 . dt
(1)
Model (1) merupakan model dinamika pada populasi mangsa dan pemangsa dengan tahapan struktur karena melibatkan populasi pemangsa belum dewasa dan populasi pemangsa sudah dewasa. Variabel N1 N1 t menyatakan ukuran populasi mangsa pada saat t, N 2 N 2 t menyatakan ukuran populasi pemangsa belum dewasa pada saat t, dan N3 N3 t menyatakan ukuran populasi pemangsa dewasa pada saat t. Dengan asumsi bahwa ketiga populasi yang ditinjau merupakan populasi (stok) yang bermanfaat, maka ketiga populasi tersebut selanjutnya dieksploitasi dengan laju penangkapan proporsional dengan masing-masing ukuran populasi. Dengan pertimbangan tersebut, model (1) dikembangkan menjadi
dN1 N r1N1 1 1 1 N1N3 q1E1N1 dt K dN 2 r2 N 2 2 N3 2 N 2 q2 E2 N 2 (2) dt dN3 r3 N3 2 N 2 m1N1 N3 q3 E3 N3. dt q1 , q2 , dan q3 pada model (2) masing-masing menyatakan koefisien
Parameter ketertangkapan untuk populasi mangsa, populasi pemangsa belum dewasa, dan populasi pemangsa dewasa. Parameter E1 , E2 , dan E3 masing-masing menyatakan usaha (effort) penangkapan yang memenuhi 0 Ei Eimaks untuk i 1, 2, 3.
KNM XVII
11-14 Juni 2014
ITS, Surabaya
Dengan memisalkan r4 r1 K , q4 r1 q1E1 , q5 r2 2 q2 E2 , q6 r3 q3 E3 , dan
3 m1 , maka model (2) dinyatakan sebagai dN1 N1 q4 r4 N1 1 N1 dt dN 2 q5 N 2 2 N3 dt dN3 q3 N3 2 N 2 3 N1 N3 . dt
(3)
q
4 Titik ekuilibrium non negatif dari model (3) adalah T1 0, 0, 0 , T2 , 0, 0 , dan r4
T3 N1E , N2 E , N3E
dimana
N1E
p5 , 3q5
N2E
2 p6 , 3q521
N3 E
2 p6 , 3q521
p5 q5q6 22 , dan p6 q43q5 p5r4 . Titik ekuilibrium T3 merupakan titik interior jika p5 q5q6 22 0 dan p6 q43q5 p5r4 0 , yaitu keadaan dimana ketiga komponen titik tersebut bernilai positif.
3. Analisis Kestabilan Titik Ekuilibrium Interior Pada model (3) hanya titik ekuilibrium interior, yaitu titik T3 , yang akan dianalisis kestabilannya karena pada titik ekuilibrium ini keadaan ukuran populasi mangsa, populasi pemangsa belum dewasa, dan populasi pemangsa dewasa bernilai positif. Analisis kestabilan titik ekuilibrium dilakukan dengan metode pelinearan dan penentuan kestabilan dengan memperhatikan nilai eigen yang diperoleh dari matriks Jacobi yang dievaluasi pada titik T3 . Dari model (3) diperoleh matriks Jacobian
q4 2r2 N1 1N3 J 0 3 N3
0 q5
2
1N1
. q6 3 N1
Dengan mengevaluasi matriks Jacobian J pada titik T3 diperoleh
q4 2r2 N1E 1N3E J E 0 N 3 3E
0 q5
2
1N1E
. q6 3 N1E
Persamaan karakteristik untuk matriks Jacobian J pada titik ekuilibrium T3 diberikan oleh 3 2 f ( ) det I J E , yaitu f a2 a1 a0 , dimana a2 3 N1E 2r4 N1E 1N3E q6 q5 q4 ,
a1 q6 q5 q5 3 N1E 1N3 E q6 1N 3 E q5 q4 q5 2r4 N1E 3 q4 3 N1E q4 q6 q4 q6 2r4 N1E q6 2r4 N1E q5 2 2 , 2
a0 2r4 N1E 2 2 q4 q5q6 q4 q5 3 N1E 2r4 N1E q5 3 1N3 E 2 2 q4 2 2 1 N3 E q5q6 2r4 N1E q5q6 . Titik ekuilibrium T3 stabil asimptot secara lokal jika memenuhi tes kestabilan Routh-Hurwitz, yaitu a0 0 , a2 0 , a3 0 , dan a2a1 a0 0 , Jeffries, [10]. 2
4. Kebijakan Keuntungan Maksimal pada Titik Ekuilibrium Interior Titik ekuilibrium interior T3 yang stabil asimptotik dihubungkan dengan persoalan keuntungan maksimal. Fungsi biaya diasumsikan proporsional dengan usaha pemanenan yang dilakukan dan juga bergantung kepada biaya tetap, yaitu TC c1 c2 E dimana c1 dan c 2 adalah suatu konstanta positif. Fungsi penerimaan didefinisikan sebagai TR PY (E ) , dimana P menyatakan fungsi harga per unit tangkapan dan Y ( E , N ) qEN menyatakan hasil pemanenan. Fungsi harga per unit tangkapan diasumsikan sebagai fungsi turun jika jumlah tangkapan meningkat, Chakraborty, et. al [11]. Untuk itu fungsi harga diasumsikan berbentuk P p1 v1Y , dimana p1 dan v1 menyatakan suatu kostanta positif. Fungsi keuntungan dinyatakan sebagai TR TC . Titik ekuilibrium T3 bergantung pada usaha pemanenan yang dilakukan. Dengan demikian fungsi keuntungan bergantung kepada usaha pemanenan, yaitu ( E ) TR( E ) TC( E ) . Pada keadaan ini, nilai-nilai usaha pemanenan (E) akan ditentukan sehingga memberikan keuntungan maksimal dan titik ekuilibrium yang bersesuaian dengan usaha pemanenan tersebut juga stabil asimptotik. Kasus yang ditinjau adalah kasus dimana E1 E2 E3 , E3 E2 , dan E1 E2 E3 .
Kasus 1 ( E E1 E2 E3 ) Pada kasus 1, usaha pemanenan yang dikenakan pada setiap populasi adalah sama. Dengan demikian, titik T3 berada pada oktan pertama jika (i) p5 q5q6 22 0 dan (ii)
p6 q43q5 p5r4 0 . Syarat (i) dapat dinyatakan sebagai A1E 2 B1E C1 0 dengan A1 q2 q3 0 , B1 r3q2 2q3 r2q3 0 , dan C1 r2r3 r3 2 2 2 . Syarat (ii) dapat A2 3q1q2 K r1q2q3 0 , A2 E 2 B2 E C2 0 dengan B2 3q1K (r2 2 ) 3q2r1 r1 (r3q2 q3 (r2 2 )) , dan C2 r1( 2 2 r3 (r2 2 )) .
dinyatakan
sebagai
Dengan asumsi bahwa terdapat nilai E yang memenuhi syarat (i) dan (ii) serta memenuhi 0 E Emaks maka titik T3 berada pada oktan pertama. Fungsi keuntungan yang bersesuaian dengan titik T3 diberikan sebagai
( E ) p1 v1q1EN1E q1EN1E p2 v2 q2 EN 2 E q2 EN 2 E
p3 v3q3 EN3 E q3 EN3 E c11 c21 c31 c12 c22 c32 E ,
dimana p1, p2 , p3 , v1, v2 , dan v3 menyatakan suatu konstanta positif yang berhubungan dengan harga
stok.
Konstanta c11, c21, dan c31
menyatakan
biaya
tetap
dan
konstanta
c12 , c22 , dan c32 menyatakan biaya variabel . Pada fungsi keuntungan tersebut nilai N1E , N2 E , dan N 3 E bergantung pada E . Selanjutnya akan ditentukan nilai E yang memenuhi syarat (i) dan (ii) serta 0 E Emaks yang memaksimalkan (E ) dan titik T3 stabil asimptotik. Contoh 1. Diberikan parameter untuk model (3) dengan nilai r1 1,5 , r 2 0,2 , r 3 0,3 , K 10.000 , 2 0,3 , 1 0,001 , m 0,5 , 2 0,05 , q1 0,1 , q 2 0,2 , dan q3 0,3 . Demikian pula diberikan nilai p1 1 , p 2 5 , p 3 5 , v1 0,1 , v 2 0,1 , v 3 0,1 , c11 2 ,
c21 2 , c31 2 , c12 1 , c 22 1 , dan c 32 1 . Dengan nilai parameter tersebut diperoleh titik
KNM XVII
11-14 Juni 2014
T3 N1E , N2 E , N3E , N2E
ITS, Surabaya
N1E
dengan
600 4 9 E 4 E 2 , 5 4E
60 714 469E 76E 2 10 714 469E 76 E 2 , N . dan 3E 5 4E 25 40E 16E 2
Titik T3 merupakan titik interior jika nilai E memenuhi (i) 0,06E 2 0,135E 0,06 0 dan (ii) 0,19E 1,1725E 1,7850 0 . Dari syarat (i) diperoleh maks0, 0,6096 E Emaks dan dari syarat (ii) diperoleh maks0, 1,2636 E minEmaks , 7.4347 . Dengan mengambil 2
nilai Emaks 1 , maka diperoleh syarat 0 E 1 sehingga titik T3 merupakan titik interior. Fungsi
keuntungan
yang
bersesuaian
dengan
titik
T3
diberikan
oleh
( E ) ( p1q1N1E p2q2 N2 E p3q3 N3E ) E (c1 c2 c3 ) E . Dengan nilai parameter yang diberikan dan nilai pada titik ekuilibrium dan setelah disederhanakan diperoleh
(E)
0,3000
5 4 E
4
5,8445x10 E 5
8
5,7830x105 E 7 3,8023x106 E 6 4,5067 x107 E 5
1,1733x108 E 4 1,2491x108 E 3 4,1090x107 E 2 8,0863x106 E 12.500 . Plot kurva fungsi keuntungan (E ) diberikan pada Gambar 1. Dengan memperhatikan titik kritis fungsi keuntungan pada interval 0 E 1 diperoleh titik kritis E 0,06577 yang memaksimalkan fungsi keuntungan dengan ( E ) 118,78250 .
Gambar 1. Fungsi keuntungan Selanjutnya dengan mengambil nilai usaha pemanenan sebesar E E* 0,06577 diperoleh titik T3 525,4553, 1.612,6831, 1.414,6054. Persamaan karakteristik yang bersesuaian dengan titik ekuilibrium tersebut diberikan oleh
f ( ) 3 0,398972 0,39689 0,09780 dengan nilai eigen 0,06443 0,59827i dan 0,27011 . Hal ini bermakna bahwa dengan mengaplikasikan nilai usaha pemanenan sebesar E E* 0,06577 maka ketiga populasi mangsa dan pemangsa yang dieksploitasi dengan usaha pemanenan konstan tetap akan lestari untuk waktu yang panjang dan juga memberikan keuntungan maksimal.
Kasus 2. E3 E2 Pada kasus 2, usaha pemanenan yang dikenakan sama untuk populasi pemangsa belum dewasa dan populasi pemangsa dewasa. Dengan demikian, titik T3 N1E , N2 E , N3E berada pada
oktan pertama jika memenuhi (i) p5 q5q6 22 0 dan (ii) p6 q43q5 p5r4 0 . 2 A3 q2q3 0 , A3E2 B3E2 C3 0 dengan B3 r3q2 2q3 r2q3 0 , dan C3 r2r3 r3 2 2 2 . Syarat (ii) dinyatakan r sebagai 3 r2 2 q2 E2 r1 q1E1 1 r3 q3E2 r2 2 q2 E2 22 0. Dengan K asumsi bahwa terdapat pasangan E1 , E2 yang memenuhi syarat (i) dan (ii) serta memenuhi 0 E1 E1maks dan 0 E2 E2maks maka titik T3 berada pada oktan pertama.
Syarat (i) dapat dinyatakan sebagai
Fungsi keuntungan yang bersesuaian dengan titik T3 diberikan sebagai
( E1 , E2 ) p1 v1q1E1 N1E q1E1 N1E p2 v2 q2 E2 N 2 E q2 E2 N 2 E
p3 v3q3 E2 N 3 E q3 E2 N 3 E c11 c21 c31 c12 E c22 c32 E2 ,
dimana p1, p2 , p3 , v1, v2 , dan v3 menyatakan suatu konstanta positif yang berhubungan dengan harga stok. Konstanta c11, c21, dan c31 menyatakan biaya tetap dan konstanta c12 , c22 , dan c32 menyatakan biaya variabel. Pada fungsi keuntungan tersebut nilai N1E , N2 E , dan N 3 E bergantung pada E1 dan E2 . Selanjutnya akan ditentukan nilai E1 dan E2 yang memenuhi syarat (i) dan (ii)
serta 0 E1 E1maks dan 0 E2 E2 maks yang memaksimalkan nilai
( E1, E2 ) dan titik T3 stabil asimptotik. Contoh 2. Diberikan parameter untuk model (3) dengan nilai r1 1,5 , r 2 0,2 , r 3 0,3 ,
K 10.000 , 2 0,3 , 1 0,001 , m 0,5 , 2 0,05 , q1 0,1 , q 2 0,2 , dan q3 0,3 . Demikian pula diberikan nilai p1 1 , p 2 5 , p 3 5 , v1 0,1 , v 2 0,1 , v 3 0,1 , c11 2 ,
c 21 2 , c31 2 , c12 1 , c 22 1 , dan c 32 1 . Dengan nilai parameter tersebut diperoleh titik T3 N1E , N2 E , N3E , dengan
N1E N3 E Titik
600 4 9E2 4E22 , 5 4E2
N2 E
60 714 519E2 36E22 50E1 40E2 E1 , 25 40E 2 16E22
10 714 519E2 36E22 50E1 40E2 E1 . 5 4E 2 T3 merupakan titik interior jika nilai
E1
dan
1,785 1,2975E2 0,090E22
0,135E2 0,06 0 dan (ii) Dari syarat (i) diperoleh maks0, 0,6096 E2 E2maks 0,06E22
dan
E2
memenuhi
(i)
0,125E1 0,1E2 E1 0.
Dengan mengambil nilai E1maks 1
dan E2 maks 1 , maka titik T3 merupakan titik interior jika E1, E2 D1 , dimana
D1 E1 , E2 : 0 E1 1, 0 E2 1, 1,785 1,2975E2 0,090E22 0,125E1 0,1E2 E1 0 .
Dengan nilai parameter yang diberikan dan nilai pada titik ekuilibrium dan setelah disederhanakan diperoleh
KNM XVII
( E1 , E2 )
11-14 Juni 2014
0,1000
37.500 1,215x10 E 8
5 4 E2
2
ITS, Surabaya
2 2
3,125x105 E1E2 2,402 x107 E1E22
2,938x105 E1 2,397 x107 E2 3,900 x108 E23 3,926 x108 E24 1,681x108 E25 1,876 x107 E26 4,914 x106 E27 1,866 x105 E28 6,305x107 E1E23 6,214 x107 E1E24 2,806 x107 E1E25 4,424 x107 E1E26 8,784 x106 E12 E2 2,238x107 E12 E22 1,440 x107 E12 2,928x107 E12 E23 2,071x107 E12 E24 7,603x106 E12 E25 1,152 x106 E12 E26 4,147 x105 E1E27 . Plot permukaan fungsi keuntungan ( E1, E2 ) diberikan pada Gambar 2. Dengan memperhatikan titik kritis fungsi keuntungan pada daerah D1 diperoleh titik kritis
E
1 ,
E2 0,09324, 0,06559
( E1 , E2 )
yang
memaksimalkan
fungsi
keuntungan
dengan
pemanenan
sebesar
188,99321 .
Gambar 2. Permukaan fungsi keuntungan Selanjutnya
dengan
mengambil
0,09324, 0,06559
pasangan
nilai
usaha
diperoleh titik T3 525,3367, 1.609,7818, 1.411,8751. Persamaan karakteristik yang bersesuaian dengan titik ekuilibrium tersebut diberikan oleh E1 ,
E2
f ( ) 3 0,398932 0,39608 0,09758 dengan nilai eigen 0,06442 0,59761i dan 0,27009 . Hal ini bermakna bahwa dengan mengaplikasikan nilai usaha pemanenan
sebesar E1 0,09324 dan E2 0,06559 maka ketiga populasi mangsa dan pemangsa yang dieksploitasi dengan usaha pemanenan konstan tetap akan lestari untuk waktu yang panjang dan juga memberikan keuntungan maksimal. Kasus 3 ( E1 E2 E3 ) Pada kasus 3, usaha pemanenan yang dikenakan untuk ketiga populasi tidak sama. Dengan demikian, titik T3 berada pada oktan pertama jika memenuhi (i) p5 q5q6 22 0 dan (ii)
p6 q43q5 p5r4 0 . Selanjutnya syarat (i) dan (ii) dapat dinyatakan sebagai r3 q3E3 r2 2 q2 E2 22 0 dan r 3 r2 2 q2 E2 r1 q1E1 1 r3 q3E3 r2 2 q2 E2 22 0. Dengan asumsi K bahwa terdapat pasangan E1, E2 , E3 yang memenuhi syarat (i) dan (ii) serta memenuhi
0 Ei Eimaks untuk i 1, 2, 3 , maka titik T3 berada pada oktan pertama. Fungsi keuntungan yang bersesuaian dengan titik T3 diberikan sebagai
( E1 , E2 , E3 ) p1 v1q1E1N1E q1E1N1E p2 v2 q2 E2 N 2 E q2 E2 N 2 E
p3 v3q3 E3 N 3 E q3 E3 N 3 E c11 c21 c31 c12 E c22 E2 c32 E3 ,
p1, p2 , p3 , v1, v2 , dan v3 menyatakan suatu konstanta positif yang berhubungan dengan harga stok. Konstanta c11 , c21 , dan c31 menyatakan biaya tetap dan konstanta c12 , c22 , dan c32 menyatakan biaya variabel. Pada fungsi keuntungan tersebut nilai N1E , N2 E , dan N 3 E bergantung pada E1 , E2 , dan E3 . Selanjutnya akan ditentukan nilai E1 , E2 , dan E3 yang memenuhi syarat (i) dan (ii) serta 0 Ei Eimaks untuk i 1, 2, 3 yang memaksimalkan nilai ( E1, E2 , E3 ) dan titik T3 stabil asimptotik. dimana
Contoh 3. Diberikan parameter untuk model (3) dengan nilai r1 1,5 , r 2 0,2 , r 3 0,3 ,
K 10.000 , 2 0,3 , 1 0,001 , m 0,5 , 2 0,05 , q1 0,1 , q 2 0,2 , dan q3 0,3 . Demikian pula diberikan nilai p1 1 , p 2 5 , p 3 5 , v1 0,1 , v 2 0,1 , v 3 0,1 , c11 2 ,
c21 2 , c31 2 , c12 1 , c 22 1 , dan c 32 1 . Dengan nilai parameter tersebut diperoleh titik T3 N1E , N2 E , N3E , dengan 6004 4 E2 5E3 4 E2 E3 N1E , 5 4 E2 60714 564E2 45E3 36E2 E3 50E1 40E2 E1 , dan 25 40E 216E22 10714 564E2 45E3 36E2 E3 50E1 40E2 E1 . 5 4E 2
N2E N3 E
Titik T3 merupakan titik interior jika nilai 0,06E2 E3 0,06E2 0,075E3 0,06 0
E2 , dan
E1 ,
E3
memenuhi
dan
0,125E1 1,410E2 0,1125E3 0,090E2 E3 0,01E2 E1 1,785 0.
(i) (ii)
Dengan
mengambil nilai E1maks 1, E2 maks 1 dan E3maks 1 , maka titik T3 merupakan titik interior jika E1, E2 , E3 D2 , dimana
D2 E1 , E2 , E3 : 0 E1 1, 0 E2 1, 0 E3 1, 0,06E2 E3 0,06 E2 0,075E3 0,06 0, 60 36 E2 30E3 24E2 E3 5 E1 4 E2 E1 0.
Dengan nilai parameter yang diberikan dan nilai pada titik ekuilibrium tersebut dan setelah disederhanakan diperoleh fungsi keuntungan ( E1, E2 , E3 ) seperti diberikan pada Lampiran 1. Dengan memperhatikan titik kritis fungsi keuntungan pada daerah D2 diperoleh titik kritis
E
1 ,
E2 , E3 0,09385, 0,07833, 0,05898
yang
memberikan
( E1 , E2 , E3 ) 121,26786 . Matriks Hessian untuk fungsi keuntungan pada titik kritis diberikan sebagai
97,79282 91,06443 547,19327 H 97,79282 17.991,83453 113,58178 , 113,58178 35.637,43429 91,06443 17.991,65823 , dan 546,40544 . Dengan dengan nilai eigen 35.638,39842 , memperhatikan Matriks Hessian pada titik kritis
E
1 ,
E2 , E3
dan nilai-nilai eigen,
KNM XVII
11-14 Juni 2014
ITS, Surabaya
disimpulkan bahwa ( E1 , E2 , E3 ) 121,26786 merupakan nilai maksimum lokal. Selanjutnya
E1 ,
E2 , E3
dengan
mengambil
pasangan
0,09385, 0,07833, 0,05898
nilai
usaha
pemanenan
diperoleh
sebesar titik
T3 522,46586, 1.594,75974, 1.412,24504 . Persamaan karakteristik yang bersesuaian dengan
titik
diberikan oleh f ( ) 0,40050 0,39417 0,09801 dengan nilai eigen 0,06387 0,59603i dan 0,27276 . Hal ini bermakna bahwa dengan mengaplikasikan nilai usaha pemanenan 3
ekuilibrium
tersebut
2
sebesar E1 0,09385 , E2 0,07833, dan E3 0,05898 maka ketiga populasi mangsa dan pemangsa yang dieksploitasi dengan usaha pemanenan konstan tetap akan lestari untuk waktu yang panjang dan juga memberikan keuntungan maksimal.
5. Kesimpulan Dari model dinamika populasi mangsa-pemangsa dengan pemanenan usaha konstan pada masing-masing populasi diperoleh satu titik ekuilibrium interior jika berlaku q5q6 22 0 ,
q43q5 p5r4 0 dan 0 Ei Eimaks untuk i 1, 2, 3 dan titik ekuilibrium interior tersebut
stabil jika memenuhi syarat uji kestabilan Routh-Hurwitz. Dari hasil simulasi dalam kasus E1 E2 E3 , E3 E3 , dan E1 E2 E3 diperoleh nilai usaha-usaha pemanenan yang optimal yang memberikan titik ekuilibrium interior T3 N1E , N2 E , N3E stabil asimptotik dan memberikan keuntungan maksimal dari usaha ekploitasi populasi mangsa dan populasi pemangsa. Dari hasil analisis teoritis dan numerik, disimpulkan bahwa kewujudan dan kestabilan titik ekuilibrium interior T3 N1E , N2 E , N3E ditentukan oleh besaran nilai usaha-usaha pemanenan yang diberikan. Ketiga populasi dapat tetap lestari meskipun dieksploitasi dengan usaha pemanenan konstan dan juga memberikan keuntungan maksimal.
Daftar Pustaka [1] Luckinbill, L.S. Coexistence in laboratory populations of paramecium aurelia and its predator didinium nasutum. Journal of Ecology. 54(6):1320-1327, 1973. [2] Martin, A. and Ruan, S. Predator-prey models with time delay and prey havesting. J. Math. Biol. 43:247-267, 2001. [3] Kar, T.K. and Chauduri, K.S. On non-selective harvesting of a multispecies fishery. Int. J. Math. Educ. Sci. Technol. 33(4):543-556, 2002. [4] Holmberg, J. Socio-ecological principles and indicators for sustainability, PhD Thesis, Goteborg University, Sweden, 1995. [5] Hogarth, W.L., Norbury, J., Cunning, I. and Sommers, K. Stability of a predator-prey model with harvesting. Ecological Modelling. 62:83-106, 1992. [6] Clark, C.W. Mathematical Bioeconomics, The optimal management of renewable resources, 2nd Ed., John Wiley & Sons, New York-Toronto, 1990. [7] Sun, Z., Li, Y., Yang, H. and Lin, L. A stage-structure predator-prey model with functional response. Applied Mathematical Sciences. Vol.2 No.7, 333-339, 2008. [8] Kar, T.K. and Chattopadhyay, S. K. A dynamic reaction model of a prey-predator system with stage-structure for predator. Modern Applied Science, 4, No.5: 183-195, 2010. [9] Chaudhuri, K. S. Dynamic optimization of combined harvesting of two species fishery. Ecological Modelling, 41, 17-25, 1998. [10] Jeffries, C. Mathematical Modeling in Ecology, Boston, Birkhauser,1989.
[11] Chakraborty, K., Chakraborty, M., and Kar, T.K. Optimal control of harvest and bifurcation of a prey-predator model with stage struktur, Applied Mathematics and Computation, 217, 8778-8792, 2011.
KNM XVII
11-14 Juni 2014
Lampiran 1. Fungsi keuntungan untuk Kasus 3
ITS, Surabaya