Analisis Kesehatan Bank…( Lidya Martha)
Jurnal KBP Volume 3- No. 1, Juli 2015 ANALISIS KESEHATAN BANK SYARIAH MANDIRI KCP ULAK KARANG PADANG Lidya Martha, SE, MM Dosen Tetap pada STIE “KBP” (
[email protected])
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana laporan keuangan Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang pada tahun 2013 dengan menggunakan metode CAMEL. Dari hasil analisis data, diperoleh hasil bahwa Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ulak Karang Padang tahun 2013 dinilai dengan menggunakan metode CAMEL diperoleh hasil sehat dengan predikat 94.05% yang terdiri aspek Capital (CAR) sebesar 11%, aspek Aset (RORA) sebesar 24%, aspek Manajemen (NPM) sebesar 6.25%, aspek Earning (ROA) sebesar 20%, (BOPO) sebesar 32% dan aspek Likuiditas (LDR) sebesar 0.8%. Aspek BOPO mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kualitas kesehatan pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ulak Karang Padang. Ini dibuktikan karena aspek ini memiliki skor tertinggi dari pada aspek-aspek yang lainnya.
Pendahuluan Salah satu dampak dari krisis moneter yang melanda Indonesia di sekitar penghujung abad ke-20 ini adalah kolapsnya sejumlah bank karena dianggap tidak layak lagi untuk meneruskan bisnisnya. Bank-bank yang dimaksud terpaksa dilikuidasi oleh pemerintah dan otorisasi perbankan karena bank-bank itu sudah tidak bisa lagi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan Keputusan Menteri Keuangan sebanyak 16 bank telah dicabut izinnya pada tanggal 13 Maret 1999 dan sebanyak 38 bank lain dinyatakan tidak boleh lagi meneruskan kegiatannya atau dengan kata lain bank tersebut telah dilikuidasi. Sebagai negara dengan kuantitas penduduk muslim terbesar di dunia, institusi perbankan di Indonesia ditantang untuk dapat mengoperasikan
sistem perbankan yang berbasis kepada syariah Islam. Meskipun agak terlambat, setelah beberapa dekade diperdebatkan oleh kaum ulama dan pemerintah tentang persoalan halal dan haramnya bunga dalam perbankan. Tahun 1992 dikeluarkan UndangUndang Nomor 7 tahun 1992 yang kemudian diperbaiki Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, lalu UndangUndang Nomor 23 tahun 1999 tentang Perbankan yang menjadi dasar legalitas diadopsinya perbankan syariah dan sistem perbankan di Indonesia. Sampai saat ini, perkembangan perbankan syariah sangat pesat baik dari jumlah usaha, kantor, penghimpunan dan pembiayaan maupun ragam produknya. Adanya peningkatan kinerja bank syariah tentunya tidak terlepas dari semakin banyak penduduk yang mempercayakan uangnya untuk
93
Jurnal KBP, Vol. 3 No. 1, Juli 2015: 93-103
disimpan pada bank-bank ini. Di samping dengan semakin bertambahnya bank syariah maupun unit syariah. Hal ini dilakukan bukan hanya semata-mata adanya faktor tuntutan ajaran agama semata tetapi juga didasarkan pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana yang disimpan yang umumnya didasarkan pada tingkat kesehatan (kinerja) lembaga (bank) yang bersangkutan. Salah satu bank Syariah yang berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah setelah krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997-1998. Sebagaimana diketahui krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di pangung politik nasional, telah menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, kondisi perbankan nasional yang didominasi oleh bankbank konvensional mengalami krisis luar biasa. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Tingkat kesehatan suatu bank penting sekali bagi stakeholder terkait, yaitu pemilik, pengelola, masyarakat pengguna jasa termasuk Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan di Indonesia. Klasifikasi kinerja bank terdiri dari sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat. Pada kesempatan ini penulis mencoba menganalisis tingkat kesehatan bank
94
dengan parameter yang mengacu pada ketentuan Bank Indonesia dan sebagai studi kasus, penulis menggunakan laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang dengan menggunakan metode CAMEL (Capitals, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity). Bank dapat dikatakan likuid jika bank tersebut mampu membayar semua hutangnya terutama hutang-hutang jangka pendek. Sistem penilaian kesehatan bank dapat diukur dengan metode CAMEL. Liquiditas suatu perbankan memiliki peranan penting dalam pengelolaan perbankan. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Kesehatan Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang”.
Landasan Teori Perbankan menurut pasal 1 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang No 7 tahun 1992, perbankan (Bank) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir (2005:8) secara sederhana bank umum diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya �dalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan kegiatan bank adalah :
Analisis Kesehatan Bank…( Lidya Martha)
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. 2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya. Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, mengatakan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Adapun yang dimaksud Bank Syariah menurut Sri Susilo (2000:110) adalah Bank yang dalam aktifitasnya baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan menekankan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil Menurut Veithzal (2007:733), Bank Syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Menurut Heri Sudarsono (2003:18), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Menurut Handbook of Islamic Banking (Kabir:2007) , perbankan Syariah ialah menyediakan fasilitas keuangan dengan cara mengupayakan instrumen-instrumen keuangan
(Finansial Instrumen) yang sesuai dengan ketentuan dan norma syari'ah. Bank Islam berbeda dengan bank konvensional dilihat dari segi partisipasinya yang aktif dalam proses pengembangan sosial ekonomi negaranegara Islam yang dikemukakan dalam buku itu, perbankan Islam bukan ditujukan terutama untuk memaksimalkan keuntungannya sebagaimana halnya sistem perbankan yang berdasarkan bunga, melainkan untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang muslim. Tujuan bank syariah secara umum adalah untuk mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, finansial, komersial yang sesuai kaidah syariah. Sedangkan tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan syariah ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah Menurut Kasmir (2002), penilaian yang dilakukan Bank Indonesia meliputi beberapa aspek yaitu: 1. Permodalan (Capital) Menurut Martono (2007:88), yang dinilai dari aspek permodalan ini adalah permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequency Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan tersebut adalah perbandingan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Bobot untuk nilai CAR adalah 25% dengan formula yang digunakan untuk mengetahui kecukupan modal.
95
Jurnal KBP, Vol. 3 No. 1, Juli 2015: 93-103
2. Kualitas Assets (Aktiva) Aspek asset merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kualitas asset bank. Aspek ini diberi bobot 30%. 3. Aspek Manajemen Bank Indonesia telah menyusun 100 pertanyaan untuk penilaian kemampuan manajemen yang terdiri atas manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Setiap pertanyaan yang dijawab “ya” (positif) oleh pihak manajemen umum, bank tersebut memperoleh angka nilai kredit sebesar 0,25 Hasil penjumlahan setiap yang menjawab “ya”, akan menentukan angka kredit dalam komponen CAMEL. Selanjutnya angka kredit ini dikalikan dengan bobot CAMEL untuk manajemen 25 % menurut Martono ( 2007:91). 4. Aspek Earning (Rentabilitas) Pada aspek ini yang dilihat adalah kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai. Menurut Martono (2007:89), bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas terus meningkat. 5. Likuiditas ( Liquidity) Pada aspek likuiditas ini penilaian didasarkan pada kemampuan bank dalam membayar semua hutanghutangnya terutama hutang jangka pendek dan dapat memenuhi permohonan kredit yang diajukan oleh para nasabah. Ini merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Data yang dianalisis dalam rasio ini adalah perbandingan kewajiban bersih terhadap aktiva lancar, perbandingan
96
kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh bank seperti giro, tabungan, deposito, dan lain-lain. Setelah variabel CAMEL diperoleh, kemudian dilanjutkan pada pemberian bobot untuk masing-masing aspek sehingga dihasilkan nilai bobot. Pemberian nilai bobot ini bertujuan untuk memperoleh suatu nilai akhir yang akan mengatakan suatu bank itu sehat atau tidak sehat. Standar predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan Surat Keputusan DIR-BI Nomor 30/2/UPPB/1997 SE BI Nomor 30/23/UPPB/1998 adalah sebagai berikut ( Jumingan, 2008) : 1. Nilai kredit 81-100 untuk predikat bank sehat 2. Nilai kredit 66 - <81 untuk predikat bank cukup sehat. 3. Nilai kredit 51 - <66 untuk predikat bank kurang sehat 4. Nilai kredit 0 - <51 untuk predikat bank tidak sehat. Menurut Kasmir (2008:7) laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut. Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya.
Analisis Kesehatan Bank…( Lidya Martha)
Laporan keuangan digunakan untuk menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam satu periode. Laporan keuangan biasanya dikenal beberapa macam seperti : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan lapora aliran kas. Dari keempat laporan tersebut hanya 2 macam yang umum digunakan untuk analisis, yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi. Menurut Martono (2007) tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu. 2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan moda suatu bank. 4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan data empiris dengan metode deskriptis pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data Laporan Keuangan yang kemudian ditabulasikan untuk menentukan kategori perusahaan perbankan tersebut dapat dikatakan sehat atau tidak sehat. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri. Tempat pelaksanaan penelitian
ini adalah di Jl. S. Parman No. 145A Ulak Karang Padang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data Statistik Perbankan Indonesia dan Laporan Keuangan dari Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang. Sumber data diperoleh dari website Bank Indonesia, yaitu www.bi.go.id. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis mengunakan beberapa teknik sebagai berikut : 1. Field Research Data yang diperoleh langsung dari Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang 2. Liberary Research Data yang langsung diperoleh melalui studi ke perpustakaan dengan mempelajari literatur, karyakarya ilmiah, buku-buku dan peraturan perundang-undangan serta dokumen yang terkait dengan penulisan yang diperoleh di lokasi penulis. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Teknik kualitatif Adalah membandingkan teoriteori yang ada dengan praktek, sehingga dapat diketahui seberapa jauh perbedaan atau penyimpangan yang telah terjadi. Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dan saran-saran untuk Bank Sya’riah Mandiri. 2. Teknik Kuantitatif Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode CAMEL(Kasmir: 2002) yang terdiri dari : 1) Capital (permodalan)
97
Jurnal KBP, Vol. 3 No. 1, Juli 2015: 93-103
Rasio yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), yaitu merupakan perbandingan jumlah a. Rasio CAR
modal dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Ratio (ATMR) yang diformulasikan dengan :
x 100%
b. Nilai Kredit Rasio
+1
c. Nilai Kredit Faktor CAR = Nilai Kredit Rasio CAR x Bobot Rasio CAR Menurut Kasmir (2008), kriteria penilaian Capital Adequacy Rasio (CAR) adalah : a. > 8% = Sehat b. 6,5%- < 7,9 % = Kurang Sehat c. < 6,5% = Tidak Sehat
98
2) Asset ( Kualitas Aktiva Produkif) Pada aspek ini penilaian didasarkan pada kemampuan bank dalam mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh
laba. Menurut Merkusiwati (2007:103), formula yang digunakan untuk mengukur aspek asset ini adalah sebagai berikut :
Keterangan : RORA = Return on Risked Assets Earning after Taxes = Laba bersih setelah pajak Risked Asset = Penjumlahan antara kredit yang diberikan ditambah dengan penempatan pada surat-surat berharga. RORA = 15,5% atau lebih, nilai kredit = 0 Setiap penurunan 0,15%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100
Bobot CAMEL untuk RORA adalah 30%. Menurut Kasmir (2008), kriteria penilaian Rasio Penyisihan penghapus aktiva produktif adalah : a. > 8,1% = Sehat b. 6,6 %- < 8,1,0% = Cukup Sehat c. 51,0%- <66,0% = Kurang Sehat d. <51,0% = Tidak Sehat
3) Management (Manajemen) Dalam penelitian ini penilaian faktor manajemen dilakukan
dengan menggunakan 100 pertanyaan yang dikelompokkan dalam 2 kelompok besar yaitu
Analisis Kesehatan Bank…( Lidya Martha)
kelompok manajemen umum dan manajemen resiko. Menurut Taswan (2006:375-376), pertanyaan kelompok manajemen umum selanjutnya dibagi kedalam sub kelompok pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem, kepemimpinan dan budaya kerja. Sementara itu, pernyataan untuk manajemen resiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan resiko likuiditas, resiko pasar, resiko kredit, resiko operasional, resiko hukum dan resiko pemilik pengurus. Selanjutnya penilaian untuk setiap pertanyaan yang menjawab “ya” diberi nilai kredit 0,25 yang digunakan untuk mengetahui nilai kotor rasio dan bobot yang diberikan untuk aspek
ini adalah 25 %, dimana penilaian rasio manajemen ini menggunakan rumus sbb: NR = Angka Rasio Diperoleh x Nilai Kredit
yang
Keterangan : NR = Penilaian Rasio Manajemen Angka Rasio Yang Diperoleh = Nilai Rasio Manajemen Nilai Kredit = 0,25 4) Earning ( Rentabilitas) Perhitungan rentabilitas menggunakan 2 rasio, yaitu: a. Rasio Laba Kotor terhadap Volume Usaha (Return on Asset/ ROA)
a) ROA b) NIK Rasio ROA c) NK Faktor ROA = NK Rasio ROA x Bobot Rasio ROA Menurut Kasmir (2008), Kriteria Penilaian Return on Asset (ROA) adalah: 1. > 1,22% = Sehat 2. 0,99-1,21% = Cukup Sehat 3. 0,77-0,98% = Kurang Sehat 4. 0,76% = Tidak Sehat b. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) a)
Rasio BOPO
b)
NK Rasio BOPO
x 100%
c) NK Faktor BOPO = NK BOPO x Bobot Rasio BOPO Menurut Kasmir (2008), Kriteria Penilaian Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah: 99
Jurnal KBP, Vol. 3 No. 1, Juli 2015: 93-103
1. 2. 3. 4.
< 93,52% 93,52-94,73% 94,73-95,92% > 95,92%
= Sehat = Cukup Sehat = Kurang Sehat = Tidak Sehat
5) Liquidity (Likuiditas) Perhitungan likuiditas menggunakan 2 rasio, yaitu: Rasio kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima (Loan to Deposit Rasio/ LDR) : a. LDR b. NK Rasio LDR
+1
c. NK Faktor LDR = NIL Rasio LDR x Bobot Rasio LDR Menurut Kasmir (2008), kriteria penilaian Loan to Deposito Rasio (LDR) adalah: a. < 94,755% = Sehat b. 94,755-98,75% = Cukup Sehat c. 98,75-102,25% = Kurang Sehat d. > 102,5 = Tidak Sehat
Hasil dan Pembahasan Tabel 1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL Tahun 2013 PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang Uraian Capital Asset Manajemen Earning Likuiditas
Rasio
Tingkat Kesehatan Bank
CAR RORA
7,9% 7,79%
ROA BOPO LDR
6% 47,5% 82,49%
Sumber: Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang 2013 (data diolah sendiri)
Aspek Capital (Modal) Pada aspek permodalan ini penilaian didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan (rasio) tersebut adalah perbandingan modal terhadap pembiayaan yang disalurkan dan 100
securities. Dari laporan keuangan, dapat dilihat bahwa laba tahun berjalan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 4.220.703.128.90,- dan pembiayaan yang diberikan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 54.196.591.640.75,-. Maka Capital Adequacy Ratio (CAR), PT. Bank Syariah
Analisis Kesehatan Bank…( Lidya Martha)
Mandiri KCP Ulak Karang Padang pada tahun 2013 adalah 7,9%. Hal ini berarti bahwa untuk setiap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) sejumlah Rp. 1,00,- maka bank membiayai dengan modal sebesar Rp. 0,079,-. Rasio permodalan ini lebih rendah dari ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) minimum adalah 8%. Dilihat dari penilaian unsur permodalan PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang pada tahun 2013 ini berarti bank dalam kondisi kurang sehat. Hal ini memperlihatkan bahwa bank kurang mampu memenuhi pembiayaanpembiayaan jangka panjang atau pembiayaannya jika bank tersebut dilikuidasi. Aspek Assets Pada aspek assets ini, penilaian didasarkan pada Return on Risked Assets (RORA) yaitu untuk mengetahui kemampuan bank dalam mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba. Dari laporan keuangan diketahui bahwa laba bersih setelah pajak pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 4.222.114.529,90 dan pembiayaan yang diberikan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 54.196.591.640,75. Sehingga Return On Risked Assets (RORA) PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang pada tahun 2013 berjumlah 7,79%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1,pembiayaan yang diberikan pada nasabah mampu menghasilkan Rp. 0,0779,- laba.
Aspek Management Aspek management (kualitas manajemen) diukur berdasarkan pertanyaan atau pernyataan yang diajukan mengenai Manajemen Umum dan Manajemen Risiko. Pertanyaan/pernyataan kelompok manajemen umum selanjutnya dibagi kedalam sub kelompok pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem dan kepemimpinan. Sementara itu, pertanyaan/pernyataan untuk manajemen
risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan risiko pemilik dan pengurus. Penilaian aspek manajemen melalui model perhitungan yang berbeda dengan aspek lainnya. Untuk setiap pertanyaan/pernyataan yang terjawab “ya” diberi nilai kredit 0,25. Pertanyaan mengenai aspek manajemen ini diajukan kepada pihak manajemen bank yang dalam hal ini penulis ajukan kepada pimpinan Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang. Semua pertanyaan dan pernyataan yang diajukan kepada pimpinan Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang dijawab dengan jawaban “ya”. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, maka
nilai rasio manajemen PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang tahun 2013 adalah 25. Ini berarti bank dinilai sehat. Aspek Earning Indikator yang dipakai dalam rasio ini ada 2 (dua) yaitu ROA dan BOPO. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan. BOPO digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Dari laporan keuangan PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang dapat dilihat bahwa Laba Tahun Berjalan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 4.220.703.128,90 dan Total Aktiva pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 70.152.876.051,93. Maka Return On Asset (ROA) PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang pada tahun 2013 adalah 6 %. Ini berarti setiap Rp. 1,- total aktiva mampu menghasilkan Rp. 0,06,- laba tahun berjalan. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, ROA sebesar 6% ini menunjukkan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang tersebut kurang sehat 101
Jurnal KBP, Vol. 3 No. 1, Juli 2015: 93-103
Indikator kedua yang digunakan untuk menghitung earning adalah BOPO. Dari laporan keuangan PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang tahun 2013 diketahui biaya operasional adalah sebesar Rp 3.775.982.858.62 dan Total pendapatan Operasional pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 7.946.697.241.77. Maka Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang tahun 2013 adalah dengan nilai 47,5 %. Rasio BOPO sebesar 47,5% ini berada dibawah ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu kecil dari 93,52%. Rasio ini mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank dalam mengelola kegiatan operasinya. Dilihat dari rasio BOPO berarti PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang dalam kondisi sehat.
Aspek Liquidity Indikator yang digunakan adalah loan to deposit ratio (LDR). LDR diperoleh dengan membandingkan antara seluruh penempatan dan seluruh dana yang berhasil dihimpun ditambah dengan modal sendiri. Dari laporan keuangan dapat dilihat bahwa pembiayaan yang diberikan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 54.196.591.640,75 dan Total Dana yang diterima pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 65.700.572.093,22, yang tediri dari Giro sebesar Rp 6.446.493.380,44, Tabungan sebesar Rp 44.926.085.920,13 dan Simpanan Berjangka sebesar Rp 14.327.992.792,65. Maka Loan To Deposit Ratio (LDR) PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang pada tahun 2013 adalah 82,49 %. Rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dana yang dihimpun disalurkan kembali ke masyarakat sebesra Rp. 0,8249,-. Sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia bahwa LDR kecil atau sama dengan 94,75%. Rasio ini menunjukkan bahwa dilihat dari LDR, PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang dalam kondisi sehat. 102
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Capital (permodalan) yang dihitung dengan CAR adalah 7,9%. Rasio ini berada dibawah ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu minimal 8%. 2. Asset (aset) yang dihitung dengan RORA adalah 7,79%. Ini menunjukkan bahwa dari pembiayaan yang dibarikan kepada nasabah mampu menghasilkan laba setelah pajak sebesar 7,79%. 3. Management (manajemen) dihitung dengan memberikan pertanyaan dan pernyataan yang diisi oleh pimpinan PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang 4. Earning dihitung dengan dua rasio yaitu ROA dan BOPO. ROA yang dihasilkan adalah 6% dan BOPO 47,5%. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia maka dilihat dari ROA maka bank berada dalam kondisi kurang sehat sedangkan dilihat dari BOPO, bank berada dalam kondisi sehat. 5. Liquidity (likuiditas) dihitung dengan LDR yang memberikan hasil 82,49%. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia berarti bank berada dalam kondisi sehat. 6. Dilihat secara keseluruhan dengan menggunakan CAMEL, PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang pada tahun 2013 berada dalam kondisi sehat walaupun CAR dan ROA tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Bank Indonesia. 5.1 Saran Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data untuk mengetahui Tingkat Kesehatan pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ulak Karang Padang, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
Analisis Kesehatan Bank…( Lidya Martha)
1.
2.
PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang perlu meninjau kembali tentang kebijaksanaannya yang terkait dengan CAR karena CAR berada dibawah ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Jika terlalu banyak pembiayaan yang diberikan akan menyebabkan bank kesulitan dalam menyediakan dana jika sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya kembali. PT. Bank Syariah Mandiri KCP Ulak Karang Padang perlu melihat kembali tentang ROA karena ROA yang dihasilkan terlalu kecil. Perlu dilihat lagi tentang pembiayaan yang bermasalah karena hal tersebut tidak diteliti dalam penelitian ini. Daftar Pustaka
Kasmir. 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kasmir. 2008. Analisa Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Mulyono, Teguh Pudjo. 1994. Aplikasi Akuntansi Manajemen Dalam Praktek Perbankan. BPFE, Yogyakarta Mulyono, Teguh Pudjo. 1995. Analisis Laporan Keuangan Perbankan. BPFE, Yogyakarta Martono. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Ekonisia, Yogyakarta Prasetyo. 2006. Laporan Keuangan. Edisi 4 UPP AMP YKPN, Yogyakarta Sri Susilo, Y. dkk. 2000. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat, Jakarta SE Bank Indonesia Nomor 30/2/UPPN/tgl 30/4/1997 junto SE Nomor 30/UPBB/tgl 19/03/1998. http://www.syariahmandiri.co.id/berita/deta ils.php?cid=1&id=56
103