ANALISIS PENGELOLAAN DANA DAN PERHITUNGAN KONTRIBUSI PADA PRODUK AXA MANDIRI RENCANA SEJAHTERA SYARIAH DI BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN
TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
Oleh : AHMAD PERMADI NIM 201 11 010
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) SALATIGA 2014
ANALISIS PENGELOLAAN DANA DAN PERHITUNGAN KONTRIBUSI PADA PRODUK AXA MANDIRI RENCANA SEJAHTERA SYARIAH DI BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN
TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
Oleh : AHMAD PERMADI NIM 201 11 010
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) SALATIGA 2014
i
ii
iii
MOTTO
HIDUP INI BUTUH PERJUANGAN SEBESAR APA USAHA YANG KITA LAKUKAN MAKA YANG KITA DAPAT JUGA SEBESAR USAHA YANG KITA LAKUKAN SENDIRI
JANGAN PERNAH MEREMEHKAN PERSOALAN YANG KECIL, DARI MASALAH YANG KECIL ITU BISA MENJATUHKAN KITA
YANG MENENTUKAN MASA DEPAN KITA ADALAH KITA SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN JADI LAKUKANLAH SETIAP PERBUATAN YANG MAKSIMAL JAGAN PERNAH MENENGOK HASIL USAHA KITA YANG GAGAL DI MASA LALU, TAPI LIHATLAH PERJUANGAN ORANG YANG SUDAH SUKSES
KELUARGA ADALAH FAKTOR UTAMA YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN KITA DI MASA DEPAN
BAPAK DAN IBU ITU PENYEMANGAT HIDUP
CINTAILAH APA YANG KITA SEDANG USAHAKAN DAN PERJUANGKAN, MAKA AKAN TERCIPTA KESUKSESAN
iv
PERSEMBAHAN
Penulisan Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk: Allah SWT, yang telah mengabulkan di setiap do’a yang penulis ucapkan. Bapak dan Ibu, yang senantiasa memberikan support untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini, terimakasih juga atas do’a-do’a yang selalu mendampingi disetiap langkah saya berjalan. Adiku, meskipun adek nyebelin tapi aku sayang adek. Keluarga besar, inilah perjuanganku. Konco-konco Kurowo, terimakasih atas semua canda tawanya selama tiga tahun ini, semoga pertemanan ini bisa langgeng untuk selamanya. Temen special, meskipun aku belum menemukanmu tapi ini adalah sebagian dari perjuanganku untukmu. Bapak Abdul Aziz, terimakasih atas ilmu yang sudah diberikan kepada penulis, semoga apa yang bapak berikan kepada saya nantinya bisa berguna dan bermanfaat. Bapak Mifdhol, terimakasih atas bimbingannya. IbuHikmah, terimakasih atas bimbingannya dalam mengarahkan penyelesaian tugas akhir yang peneliti buat.
v
Topi Jerami, terimakasih atas lagu-lagu perjuangan hidup yang kamu ciptakan.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, tak lupa syukur atas kehadirat Allah SWT, salawat dan salam pada Nabi Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya dan Sahabat-sahabatnya atas rahmat dan hidayahnya, petunjuk dan perlindungan yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga, dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS PENGELOLAAN DANA DAN PERHITUNGAN KONTRIBUSI PADA PRODUK AXA MANDIRI RENCANA SEJAHTERA SYARIAH DI BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN” untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya di Jurusan Syariah Program Studi Perbankan Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan terimakasih sedalam–dalamnya kepada: 1. Ibu Hikmah Endraswati, S.E.,M.Si selaku pembimbing dalam penulisan tugas akhir ini. 2. Bapak Abdul Aziz Np, S.Ag., M.M. selaku Kepala Program Studi DIII Perbankan Syariah sampai akhir Juli 2014 terimakasih atas ilmu yang diberikan selama tiga tahun.
vii
3. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, M.Si. selaku Kepala Program Studi DIII yang baru dan DPL magang yang telah memberikan pengarahan tentang magang. 4. Kepada Ketua STAIN yang baru Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, semoga bisa memberikan yang lebih bagi D III Perbankan Syariah selanjutnya. 5. Teruntuk Bapak dan Ibu tercinta, atas segala cinta, doa dan pengorbanannya. Tak ada kata yang mampu penulis ungkapkan namun satu harapan, semoga saya bisa memberikan kebahagiaan dunia akhirat. 6. Teman-teman satu kelas angkatan 2011 yang telah memberikan tawa, senang, sedih dan semangat bagi penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga karya kecil ini bisa menjadi kontribusi positif bagi perkembangan asuransi syariah dan memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Salatiga, 27 Agustus 2014 Penyusun,
Ahmad Permadi 20111010
viii
ABSTRAK Permadi, Ahmad. 2014. Analisis Pengelolaan Dana dan Perhitungan Kontribusi pada Produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran. Tugas Akhir Diploma tiga (DIII). Jurusan Syariah. Program Studi Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Hikmah Endraswati, S.E.,M.Si. Kata Kunci: Pengelolaan Dana dan Perhitungan Kontribusi Penelitian ini merupakan upaya untuk meneliti konsep asuransi syariah yang akan diterapkan pada produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah yang ada di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah mekanisme pengelolaan dana pada AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah?, dan (2) Bagaimanakah ilustrasi perhitungan kontribusi Pada AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah?. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Data penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan pihak yang terkait (financial advisor) PT AXA Mandiri Syariah yang berada di BSM KCP Ungaran dan KC Semarang. Adapun sumber data yang saya peroleh melalui data primer dan data sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa produk AXA Mandiri rencana sejahtera syariah ini dikelola oleh PT AXA Mandiri Financial Service yang dikelola lewat saham, sukuk, dan pasar uang. Mekanisme pengelolaan dana pada produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ini akan dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu pada asuransi dan investasi. Pada perhitungan kontribusinya produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah akan dibagi sesuai dengan porsi kesepakatan dan berdasarkan iuran tabarru’ dan hasil investasi yang ditentukan oleh aspek usia, aspek jenis kelamin, dan aspek medis.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………….i HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….ii SURAT PERNYATAAN………………………………………………………...iii MOTTO…………………………………………………………………………..iv HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….…….……v KATA PENGANTAR…………………………………………………………...vii ABSTRAK……………………………………………………………….…….....ix DAFTAR ISI……………………………………………………….……………..x DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xiii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………xiv BAB I
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH……………………………….1 B. RUMUSAN MASALAH………………………………….…..…..8 C. TUJUAN DAN KEGUNAAN………………………….……..….8 D. PEMBATASAN MASALAH………………………….…….…..10 E. METODE PENELITIAN………………………….……………..10 F. SISTEMATIKA PENULISAN…………………………….….....13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA………………………………………..…..15 B. KERANGKA TEORITIK 1. KONSEP ASURANSI SYARIAH…………………………..20
x
2. LANDASAN TEORI ASURANSI SYARIAH………….…..27 3. MEKANISME PENGELOLAAN DANA………………….32 a. Perusahaan sebagai Pemegang Amanah…………………33 b. Mekanisme Pengelolaan Dana Peserta……………….…..33 c. Sumber Pembayaran Klaim……………………………....39 d. Konsep Asuransi Syariah……………………………...…39 e. Bagi Hasil (Surplus Underwriting dan Investasi)……......42 4. PERHITUNGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA ……..45 5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO..46 BAB III
LAPORAN OBJEK A. GAMBARAN UMUM AXA MANDIRI FINANCIAL SERVICE 1. SEJARAH SINGKAT……………………………………….49 2. STUKTUR ORGANISASI………………………………….52 3. VISI DAN MISI AXA MANDIRI………………………….53 4. TUJUAN PERUSAHAAN…………………………………..53 5. STRATEGI PERUSAHAAN………………………………..53 6. IDENTITAS PERUSAHAAN……………………………….54 7. PRODUK ASURANSI SYARIAH…………………………56 8. MANFAAT MENGGUNAKAN PRODUK MRSS….…….59 9. KOMPOSISI KEPEMILIKAN SAHAM……………………65 B. DATA DESKRIPTIF…………………………………………….67
BAB IV
ANALISIS……………………………………………………….70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….83
xi
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………85 LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
1.1 Perkembangan Aset tahun 2011-2013…………………………………….…..2 1.2 Surplus/devisit Dana Tabarru’ AXA Mandiri Tahun 2012-2013…...…..……5 2.1 Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah……………….…..22 3.1 Pilihan Plan Perlindungan Kesehatan………..………………………………60 3.2 Kontribusi Tahunan……………………………………………………...…...61 3.3 Jenis penyakit kritis yang di asuransikan..…………………………………...62 3.4 Perlindungan Kecelakaan..…………………………………………..…..…...64 3.5 Hubungan Entitas Asosiasi Perusahaan………………………………….…..66 3.6 Perkembangan Aset pada tahun 2011-2013……………………………….....67 3.7 Surplus/devisit Dana Tabarru’ AXA Mandiri Tahun 2012-2013…………...68 4.1 Ilustrasi Pembagian Kontribusi………………………………………………71 4.2 Plan dan Kontribusi… ………………………………………….…………..79 4.3 Pembagian Kontribusi Tahunan……………………………………………...80
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Mekanisme Pengelolaan Dana pada Produk yang Mengandung Unsur
Tabungan…………………………………………………….……………...35 2.2 Mekanisme Pengelolaan Dana pada Produk Non Saving……………….….37 2.3 Sharing of Risk……………………………………………………………...41 2.4 Mekanisme Kerja Investasi…………………………………………………44 3.1 Struktur Organisasi AXA Mandiri…………………………………….…....52 3.2 Komposisi Kepemilikan Saham………………………………………….....65 4.1 Mekanisme Pengelolaan Dana pada Produk AXA MRSS……………..…..73 4.2 Pembagian Surplus Underwriting……………………………………….….74
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Industri Perbankan sekarang sudah banyak dijumpai unit-unit bisnis lainnya seperti gadai, kredit pemilikan rumah, micro banking, dan asuransi. Tetapi dalam Bank Syariah terutama Bank Syariah Mandiri mempunyai unit bisnis yaitu Gadai Syariah, Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR), Micro Banking, dan AXA Mandiri. Di dalam unit tersebut yang paling menarik adalah mengenai unit link asuransi syariah yaitu pada AXA Mandiri. AXA Mandiri mengeluarkan produk unit link syariah AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah. Unit link syariah adalah perlindungan asuransi syariah melalui usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset. Dalam penelitian produk unit link syariah ini dilakukan pada kantor Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran. AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah merupakan asuransi jiwa unit link berbasis syariah yang dipasarkan melalui channel bancassurance (bisnis yang menggabungkan produk-produk asuransi murni dengan produk investasi) dengan manfaat hasil investasi optimal sesuai dengan jenis dana investasi
pilihan,
santunan
meninggal
dunia
sebesar
100%
uang
pertanggungan nilai investasi. Jenis dana yang tersedia untuk produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ini adalah saham, sukuk dan pasar uang.
1
Mekanisme pengelolaan dana pada AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ini akan dikelola melalui PT AXA Mandiri Financial Service. PT AXA Mandiri Financial Services (AMFS) adalah anak perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang asuransi jiwa. PT AXA Mandiri Financial Services pada tahun 2011 sampai 2013 memperoleh hasil kinerja yang sangat baik. Hasil tersebut menumbuhkan aset pada perusahaan tahun 2013 sejumlah Rp. 16.831.252 juta. Berikut adalah tabel perkembanagan aset pada tahun 2011-2013. Tabel 1.1 Perkembangan Aset pada tahun 2011-2013 Aset Tahun Tahun 2013 2012 Kas dan setara kas 543.273 229.789 Investasi - Deposito wajib dan berjangka 1.751.212 1.524.045 - Efek-efek yang dimiliki 1.738.132 1.194.702 perseroan 613.739 777.276 - Efek-efek yang dimiliki oleh pihak ke-tiga 10.265.611 9.027.754 - Efek-efek yang dimiliki oleh dana pemegang polis unit link 647.531 662.741 - Efek-efek yang dimiliki oleh dana pemegang polis unit link syariah Piutang premi 52.067 260.172 Piutang reasuransi 14.179 7.669 Piutang bunga 30.259 17.043 Piutang dari pihak berelasi 500 726 Aset lain-lain 1.109.887 1.473.630 Aset tetap-bersih 42.271 39.724 Aset reasuransi 11.625 1.755 Biaya dibayar dimuka 3.171 7.752 Pajak ditangguhkan bersih 7.795 0 Jumlah asset 16.831.252 15.295.678 Sumber: Annual Report AXA Mandiri Financial Service tahun 2013
2
Tahun 2011 914.560 672.193 890.806 0 8.126.993 591.841
169.524 8.502 15.191 2 1.106.650 12.299 0 10.483 0 12.519.044
Kinerja tahun 2011 sampai tahun 2013 aset AXA Mandiri Financial Service mengalami peningkatan. Jumlah aset tahun 2011 sejumlah Rp. 12.519.044 juta, sedangkan pada tahun 2012 sebesar Rp. 15.295.678 juta, dan pada tahun 2013 memperoleh hasil Rp. 16.831.252 juta. Dari hasil kinerja tersebut dapat disimpulkan bahwa aset pada AXA Mandiri Financial Service dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Kemudian, perusahaan mengetahui bahwa pengelolaan dana dan kontribusi dari peserta asuransi itu sangat penting, jika semakin besar kontribusi peserta asuransi maka semakin besar pula pendapatan maupun penambahan aset setiap tahunnya yang diperoleh perusahaan ataupun peserta asuransi jika dilakukan dengan maksimal dalam pengelolaan dana (penempatan investasi yang tepat). Jika misalkan penempatan investasi yang tidak tepat pada perusahaan, maka perusahaan akan mengalami devisit (penurunan hasil investasi) karena disebabkan oleh penurunan kontribusi kumpulan dana tabarru’nya yang akan merugikan peserta asuransi. Maka dari itu pengelolaan dana itu sangat penting bagi perusahaan untuk bisa meningkatkan pendapatan atau aset. Persoalan yang kedua yaitu masalah hukum islam, jika dana yang dikelola itu tidak menggunakan hukum-hukum yang ada dalam hukum secara syar’i maka sia-sia jika perusahaannya tersebut mengalami surplus pendapatan atau surplus asset hanya akan mendapatkan hasil di dunia saja dan tidak akan mendapatkan manfaat di akhirat. Berkaitan dengan hal tersebut, Sula (2004) menyatakan bahwa melarang adanya gharar, maisir, dan riba yang terdapat di asuransi jiwa syariah.
3
Pentingnya pengelolaan dana adalah bisa terhindar dari apa yang namanya gharar, maisir, dan riba. Pengelolaan dana pada produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah itu sangat kompeten dalam hal investasinya, peserta asuransi insya-Allah dapat mendapatkan manfaat di dunia maupun di akhirat juga. Dalam pengelolaan dananya produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ini membagi menjadi dua aspek yaitu kontribusi yang digunakan untuk asuransi dan kontribusi yang digunakan untuk investasi. Adapun kontribusi yang digunakan untuk investasi dapat memperoleh investasi yang optimal dengan penggunaan produk ini, yaitu dengan menentukan porsi investasinya. Kemudian dari manfaat asuransinya, pada kontribusi asuransi nantinya terbagi menjadi dua aspek yaitu sebagian digunakan untuk iuran tabarru’ dan juga diperuntukkan ke dalam investasi juga. Menurut Harun (2000:82), iuran tabarru’ adalah pemberian sukarela seseorang kepada orang lain, tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi dengan berkumpul menjadi satu kumpulan dana. Disinilah yang paling mendasar perbedaan dari asuransi syariah dengan konvensional, selain kita bisa memperoleh keuntungan dari hasil investasi, kita juga dapat memperoleh manfaat di akhirat juga dengan menyisihkan sebagian kontribusi kita untuk dikontribusikan ke dalam iuran tabarru’ untuk dana pertanggungan peserta. Adapun kinerja AXA Mandiri Financial Service dalam pengelolaan iuran tabarru’ yang memperoleh surpus. Surplus adalah keuntungan dari
4
hasil yang diinvestasikan perusahaan ke saham ataupun pasar uang. Surplus dari AXA Financial Servis pada tahun 2012 sampai 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 1.2 Surplus/devisit Dana Tabarru’ AXA Mandiri Tahun 2012-2013 (Rp Juta) Keterangan Pendapatan Kontribusi tabarru’ bruto Kontribusi reasuransi Penurunan kontribusi tabarru’ yang belum merupakan pendapatan Kontribusi tabarru’ bersih Pendapatan investasi Jumlah pendapatan Biaya Klaim dan manfaat Klaim dan Manfaat Klaim Reasuransi (Penurunan)/Kenaikan Dana Tabarru’ dan Estimasi Liabilitas Klaim Klaim dan manfaat-bersih Surplus/defisit dana tabarru’
2013
2012
Perubahan
14.643 (4.030) (167)
12.543 (3.717) (48)
16,7% 8,4% 247,9%
10.446 657 11.103
8.778 549 9.327
19,0% 19,7% 19,0%
6.954 (1.793) (1.412)
4.935 (1.434) 1.873
40,9% 25,0% -175,4%
3.749 7.354
5.374 3.953
-30,2% 86,0%
Sumber: Annual Report AXA Mandiri Financial Service 2013
Surplus dana tabarru’ tahun 2013 dibanding pada tahun 2012 bertumbuh sangat besar, dari Rp. 3.953.000.000,- di tahun 2012 mejadi Rp. 7.354.000.000,- pada tahun 2013 dengan peningkatan sebesar 86%. Dengan tingginya surplus dana tabarru’ ini berarti sistem pengelolaan dana pada PT. AXA Mandiri Financial Service itu sangat bagus. Dengan tingginya pertumbuhan dana tabarru’ pastinya peserta asuransi sangat senang atas
5
kinerja perusahaan tersebut dengan mengeluarkan produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ini semakin tinggi juga. Dari hasil ini kinerja perusahaan sangatlah bagus dalam hal investasinya. Apa lagi jika di dalam kontribusi yang dikhususkan untuk investasi bisa memperoleh hasil yang optimal. Kemudian menurut Fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah bahwa premi (kontribusi) adalah kewajiban peserta untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Kemudian masalah perhitungan premi (kontribusi), perusahaan bisa memperhitungkan besaran kontribusi yang dibayarkan oleh peserta asuransi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari kontribusinya yang juga akan diinvestasikan ke saham, pasar uang, dan pendapatan tetap. Perhitungan kontribusi ini sangat penting bagi perusahaan maupun bagi peserta asuransi, karena jika nantinya seluruh hasil dari kontribusi dari peserta diinvestasikan dan memperoleh surplus, maka selain peserta mendapatkan asuransi, peserta juga mendapatkan hasil dari investasinya. Dari penjelasan mengenai perhitungan kontribusi tadi masih berkaitan erat dengan pengelolaan dana, karena seluruh uang kontribusi peserta asuransi itu akan dikelola oleh perusahaan nantinya. Kemudian bagaimana perusahaan itu bisa memperoleh surplus dari pembayaran kontribusi oleh peserta asuransi dengan pengelolaan dana peserta yang baik (optimal) dan menjalankan hukum-hukum yang ada dalam ajaran islam yang kenyataannya perusahaan mendapatkan surplus yang sangat besar di tahun 2013.
6
Bank Syariah Mandiri yang membuka unit link dengan AXA Mandiri Financial Service dengan mengeluarkan produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah juga mempunyai maksud untuk bisa memperoleh pendapatan juga dan Bank Syariah Mandiri nantinya akan mendapatkan fee base income (keuntungan yang didapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank) tiap tahunnya oleh PT. AXA Mandiri Financial Service. Maka dari itu dirasa penting untuk diteliti mengenai pengelolaan dana dan perhitungan kontribusi pada PT. AXA Mandiri Financial Service tersebut. Pada penulisan ini penulis berniat untuk melakukan penelitian di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran yang merupakan tempat magang bagi penulis dan tempat penelitian ini di lakukan. Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka dalam penelitian Penulisan Karya Ilmiyah ini penulis memilih judul “ANALISIS PENGELOLAAN DANA DAN PERHITUNGAN KONTRIBUSI PADA PRODUK AXA MANDIRI RENCANA SEJAHTERA SYARIAH DI BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN” sebagai Tugas Akhir yang peneliti buat.
7
B. Rumusan Masalah Agar permasalahan tidak semakin luas, maka saya akan membahas tentang masalah pokoknya saja dalam penulisan ini diantaranya: 1. Bagaimanakah mekanisme pengelolaan dana pada AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ? 2. Bagaimanakah ilustrasi perhitungan kontribusi Pada AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ? C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan dari Penulisan Karya Ilmiah ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan dana pada AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah. b. Untuk mengetahui ilustrasi perhitungan kontribusi Pada AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah. 2. Kegunaan dari Penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis Untuk bisa lebih jauh mengetahui tentang Pengelolaan Dana dan Perhitungan Kontribusi pada Produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah yang ada dalam Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran dan untuk memenuhi Tugas Akhir yang diberikan oleh STAIN Salatiga agar dapat lulus dalam Perkuliahan. b. Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Untuk memperkenalkan STAIN Salatiga kepada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran.
8
c. Bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Sebagai bahan untuk bacaan atau sumber informasi bagi mahasiswa, khususnya program studi D-III Perbankan Syariah dan S-1 Perbankan Syariah, khususnya juga KSEI dan semoga ini biasa menjadi bahan referensi maupun bacaan yang menarik bagi mahasiswa STAIN Salatiga mengenai asuransi jiwa syariah. d. Bagi AXA Mandiri Financial Service Semoga ini bisa memberikan dampak yang positif bagi kemajuan produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah. e. Bagi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran Semoga ini bisa memperkenalkan bahwa bank syariah mandiri kantor cabang pembantu ungaran itu mempunyai nilai saing yang tinggi dalam bisnisnya yang mengeluarkan banyak produk bisnis termasuk pada AXA Mandiri. f. Bagi pembaca Ini bisa dijadikan wawasan untuk lebih mengetahui tentang Analisis Pengelolaan Dana dan Perhitungan Kontribusi pada Produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah yang ada dalam Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran.
9
D. Pembatasan Masalah Analisis dalam penelitian ini dibatasi dalam hal mekanisme pengelolaan dana dan ilustrasi perhitungan kontribusi pada produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran. E. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yang peneliti gunakan adalah penelitian lapangan yaitu penelitian yang mencari data ataupun dokumen secara langsung ke lapangan (tempat penelitian). Penelitian ini nantinya menggunakan penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan melakukan pengamatan pada objek penelitian dan kemudian di analisis yaitu terhadap AXA Mandiri rencana sejahtera syariah yang ada pada Bank Syariah Mandiri KCP Ungaran, guna mengetahui secara jelas mekanisme pengelolaan dana dan ilustrasi perhitungan kontribusi yang akan dilakukan. 2. Sumber Data Ada dua jenis sumber data yang digunakan oleh penulis yaitu: a.
Data Primer Yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama). Dalam penalitian ini yang termasuk dalam data
10
primer adalah yang peneliti peroleh dari wawancara langsung dengan financial advisor dari AXA Mandiri yang ada di Bank Syariah Mandiri KCP Ungaran dan KC Semarang. Narasumber tersebut bernama Enny Fajarwati dan Esa Ajeng Anindita sebagai financial advisor AXA Mandiri. b.
Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Data sekunder yang diperoleh penulis adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah pengelolaan dana dan perhitungan kontribusi pada buku pedoman dan annual report AXA Mandiri tahun 2013.
3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran yang terletak di Jalan Diponogoro No. 205 C – D Ungaran 50511, Telp. 024 – 6925868, Fax. 024 – 6925869 dan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Semarang yang terletak di Jalan Pandanaran No. 90 Semarang 50134, Telp. 024 – 356 8891, Fax. 024 – 356 8890. 4. Teknik Pengumpulan Data Ada tiga teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan observasi, wawancara, dan studi pustaka. a.
Observasi Observasi
adalah
peninjauan
secara
cermat.
Metode
pengumpulan data yang dengan cara melakukan pencatatan secara
11
cermat dan sistematis terhadap objek laporan. Pengumpulan data pada observasi peneliti langung ke kantor Bank Syariah Mandiri KCP Ungaran dan KC Semarang ataupun secara tidak langsung melalui email dan telephone. Data yang peneliti dapatkan dari hasil pengamatan langsung dari Financial Advisor dari AXA Mandiri pada Bank Syariah Mandiri KCP Ungaran dan KC Semarang. b.
Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan, tanya jawab antara dua orang atau lebih mengenai hal yang dipertanyakan oleh penulis. Dalam wawancara ini peneliti menanyakan pokok-pokok masalah kepada financial advisor sebagai respondennya. Pokok masalah yang akan ditanyakan meliputi: 1) Sistem pengelolaan dana yang ada dalam produk AXA Mandiri rencana sejahtera syariah plus. 2) Perhitungan kontribusi yang ada dalam produk AXA Mandiri rencana sejahtera syariah plus.
c.
Studi Pustaka Pengumpulan data ini diperoleh dari buku-buku referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan di teliti. Buku-buku referensi ini digunakan untuk mendapatkan dasar teoritis yang relevan.
12
F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan karya ilmiah ini yang sekiranya akan saya lakukan adalah: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini menyajikan empat pokok permasalahan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA Kajian Pustaka ini menyajikan dua pokok pembahasan yaitu telaah pustaka dan kerangka teoritik. Telaah pustaka berisi kajian ilmiah terhadap penulisan Karya Ilmiah ditinjau dari hasil karya orang lain sebelumnya. Kerangka pemikiran teoritik berisi penguraian berbagai teori, yang relevan dengan penelitian, mulai dari konsep asuransi syariah, perbedaan asuransi konvensional dan syariah, landasan teori, mekanisme pengelolaan dana pada asuransi syariah, perhitungan
premi
pada,
sampai
ke
faktor-faktor
yang
mempengaruhi risiko pada asuransi jiwa syariah. BAB III LAPORAN OBJEK Laporan Objek ini menyajikan gambaran umum dan data-data deskriptif. Gambaran umum ini mengenai AXA Mandiri Financial Service informasi umum objek penulisan Karya Ilmiah diantaranya sejarah singkat, struktur organisasi, visi dan misi, tujuan, strategi, identitas, dan produk-produk AXA Mandiri Financial Service.
13
Data-data deskriptif berisi data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Data sekunder yang diperoleh penulis adalah dokumendokumen yang berkaitan dengan masalah pengelolaan dana dan perhitungan kontribusi pada buku pedoman dan annual report AXA Mandiri tahun 2013. BAB IV ANALISIS Analisis ini menyajikan telaah kritis terhadap masalah yang dirumuskan berdasarkan landasan teori dan informasi objek penulisan yang terfokus pada data-data deskriptif. Adapun pembahasan
ini
akan
menganalisis
tentang
bagaimanakah
Pengelolaan Dana dan Perhitungan Kontribusi pada Produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari analisa yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai langkah akhir dalam melakukan penelitian.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka Penelitian mengenai Analisis Mekanisme Pengelolaan Dana dan Perhitungan Kontribusi pada Produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran sampai sekarang masih belum menemukan orang yang membahasnya. Untuk itu saya akan mencoba menelitinya/menganalisis di perusahaan tersebut. Penelitian sebelumnya yang menganalisis mengenai mekanisme pengelolaan dana dan perhitungan kontribusi. Skripsi yang dibuat oleh Ade Putri P, dalam penelitiannya “Implementasi Sistem Asuransi Jiwa Konvensional dan Syariah (Studi di AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Asuransi Perorangan Magelang dan AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Syariah Surakarta) tahun 2010 di Fakultas
Hukum
Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Metode yang
digunakan adalah merupakan penelitian empiris atau sosiologis yang bersifat deskriptif. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Jenis data penelitian yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan sumber data penelitian yang digunakan yaitu wawancara dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem asuransi konvensional adalah sistem Transfer of Risk, maka terjadi pula Transfer of Fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekwensinya kepemilikan dana berpindah, dari
15
nasabah kepada perusahaan asuransi. Pelaksanaan sistem asuransi syariah merupakan sharing of risk atau saling menanggung risiko. Kelebihan dalam asuransi konvensional adalah kejelasan dalam pemberian santunan atau jaminan sedangkan kelemahannya adalah tidak adanya pemisahan antara dana perusahaan dengan dana nasabah. Kelebihan asuransi syariah adalah menggunakan prinsip-prinsip syariah sehingga terhindar dari praktik muamalat
yang
menyimpang,
sedangkan
kekurangannya
adalah
keuntungannya yang kecil karena asuransi syariah tidak bertujuan komersil. Skripsi yang dibuat oleh Saipullah dalam penelitiannya “Analisis Cadangan Premi Asuransi Jiwa Syariah Untuk Mencapai Titik Impas (Break Event Point) Pada AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah di Jakarta” tahun 2010 di Program Studi Muamalah (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu terhitung pada periode 2005-2009 dan hasil yang didapat adalah bahwa AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah. Skripsi ini membahas tentang potret pengalokasian cadangan premi yang diterapkan pada perusahaan AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah, analisis pecapaian target titik impas yang diharapkan perusahaan AJB Bumiputera 1912 divisi Syariah, serta kesulitan yang dihadapi perusahaan untuk mencapai titik keseimbangan dan pemecahan masalah untuk memenuhi kewajiban/cadangan premi asuransi jiwa syariah. Skripsi yang dibuat M. Fida Fariz Ashidiqi dalam penelitiannya “Aplikasi Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Dana Takaful Pendidikan
16
(Studi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang)” tahun 2011 di Fakultas Syariah IAIN Walisongo. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif.
Dimana
peneliti
mendeskripsikan tentang obyek yang diteliti dengan mencatat apa yang ada dalam obyek penelitian, dengan menggunakan sumber data di antaranya data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah narasumber/informan, adapun yang menjadi sumber pertama dalam penelitian ini adalah manajer serta pegawai dari bagian pengendali risiko di PT Asuransi Takaful
Keluarga
Cabang
Semarang.
Dalam
penelitian
ini
teknik
pengumpulan data yang dipergunakan, yaitu: pengamatan (observasi), wawancara,
dan
dokumentasi,
Sedangkan
metode
analisis
datanya
mengunakan analisis deskriptif. Dari hasil penelitian tersebut, dalam Penerapan Manajemen risiko di PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang melakukan dengan beberapa langkah yaitu, identifikasi risiko perusahaan dengan melakukan analisa terhadap risiko-risiko yang mungkin dapat menghambat kegiatan operasional perusahaan, ada juga dengan membuat program dalam rangka mengantisipasi risiko dengan tujuan untuk menghindari tingkat pengeluaran yang tidak efesien diperusahaan dan memonitor dan mengevaluasi terhadap program yang dijalankan hal ini dimaksudkan untuk menilai berhasil tidaknya pengendalian risiko yang dilakukan perusahaan, selain itu pengelolaan investasi sudah dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah diantaranya ke beberapa tempat demi meminimalisir tingkat risiko ketika terjadi klaim antar
17
peserta. Peran manajemen risiko pada PT. Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang sangat besar terutama dalam memperkecil risiko. Hal ini terbukti dengan makin kecilnya risiko pada setiap tahunnya. Hal ini membuktikan manajemen risiko pada PT. Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang berjalan dengan baik yang pada akhirnya akan menciptakan keselarasan serta keberhasilan dalam menjalankan laju perusahaan kedepannya. Skripsi yang dibuat Mila Sartika dalam penelitiannya “Konsep Pengelolaan Dana Premi Unit Link Syariah” tahun 2013 di Fakutas Ekonomi dan Bisnis pada Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang di kombinasikan dengan penelitian pustaka, dengan sifat penelitiannya adalah deskriptif eksploratif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridisnormatifsosiologis. Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan analisis taksonomi, karena teknik analisis taksonomi memberikan hasil analisis yang lebih terperinci dan lebih terfokus pada suatu domain atau sub-sub domain unit link syari’ah pada perusahaan asuransi. Sedangkan teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif. Melalui proses analisis data dapat disimpulkan bahwa Produk unit link syari’ah pada perusahaan asuransi mengaplikasikan akad tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah, sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 21 mengenai pedoman asuransi syari’ah, Fatwa No. 52 berkenaan dengan akad wakalah bil ujrah dan Fatwa No. 53 mengenai akad tabarru’. Sebagian besar perusahaan asuransi telah mengaplikasikan konsep syari’ah pada pengelolaan dana premi dalam unit
18
link
syari’ah,
karena
perusahaan
asuransi menempatkan
dana-dana
investasinya di Jakarta Islamic Index (JII) untuk menghindari riba, maisir dan gharar. Skripsi yang dibuat Andri Sriwahyuni dalam penelitiannya “Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Dana Dengan Sistem Mudharabah Pada Asuransi Syariah (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Cab. Makassar)“ tahun 2014 di Fakultas ekonomi dan Bisnis jurusan Akuntansi pada Universitas Hasanuddin Makasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian mekanisme pengelolaan dana pada Asuransi Takaful Keluarga berdasarkan dengan prinsip-prinsip syariah maupun dengan PSAK 105. Data penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan pihak yang terkait dengan PT. Asuransi Takaful Keluarga Cab. Makassar. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif komparatif. Hasil analisis dari penelitian ini adalah mekanisme pengelolaan dana dengan sistem mudharabah pada PT. Asuransi Takaful keluarga cab.Makassar dengan prinsip syariah yang ada dalam fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/2001 pada dasarnya telah sesuai namun hanya terdapat perbedaan pemakain istilah akad demikian pula dari segi pengelolaan dana berdasarkan PSAK 105 telah sesuai dengan yang diterapkan pada PT. Asuransi Takaful Keluarga yakni ketika terjadi keuntungan pemegang polis akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan rasio kesepakatan diawal sedangkan ketika terjadi kerugian akan ditanggung pemilik dana.
19
B. Kerangka Teoritik Untuk menjelaskan pengertian dari judul penulisan karya ilmiah ini, maka peneliti memberikan penjelasan beberapa istilah saja dalam penulisan karya ilmiah yang berjudul Analisis Pengelolaan Dana dan Perhitungan Kontribusi pada Produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Ungaran. Pembahasan ini berdasarkan landasan teori yang sudah ada yaitu: 1. Konsep Asuransi Syariah Konsep asuransi syariah sangat dibutuhkan pada masyarakat di Indonesia, karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah umat muslim. Menurut Anshori (2007:3) bahwa asuransi syariah mempertimbangkan adanya unsur perjudian (maisir), unsur ketidakjelasan (gharar), unsur bunga (riba), dan unsur bathil yang telah dilarang oleh ajaran islam. Sedangkan Sula (2004:293), mengungkapkan bahwa konsep asuransi adalah suatu konsep dimana terjadi saling memikul risiko diantara sesama peserta. Sehingga, antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang ditujukan untuk menanggung risiko. Al-Qur’an surah al-Maa’idah ayat 2 menyebutkan bahwa “tolongmenolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolonglah dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.
20
Menurut Sula (2004:294), konsep takafuli yang merupakan dasar dari asuransi syariah, ditegaskan di atas tiga prinsip dasar, yaitu: saling bertanggung jawab, saling bekerja sama dan membantu, dan saling melindungi. Dari ketiga prinsip itu diharapkan pada asuransi syariah yang berada di Indonesia sudah menerapkannya. Prinsip ini nantinya digunakan jika peserta asuransi ada yang terkena resiko, maka semua peserta asuransi dapat menolong dalam menghadapi peristiwa itu dengan sedikit pemberian iuran tabarru’ (derma) yang diberikan oleh setiap peserta asuransi. Asuransi syariah menganut sistim kepemilikan bersama. Dalam hal ini dana yang terkumpul dari setiap peserta asuransi dalam bentuk iuran atau kontribusi milik peserta (shahibul mal). Pihak perusahaan asuransi syariah hanya sebagai penyangga aman dalam pengelolaannya. Dana tersebut, kecuali tabarru’ (nonkomersil) dapat diambil kapan saja dan tanpa dibebani bunga (Sula, 2004). Perbedaan yang mendasar dari asuransi syariah dan konvensional salah satunya adalah terdapatnya gharar, maisir, dan riba pada pengelolaan dananya. Berikut adalah perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam asuransi konvensional dengan syariah. Pedoman umum mengenai asuransi syariah ini diatur dalam fatwa DSN-MUI No. 21 DSN/MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. Adapun perbedaannya akan dibahas pada tabel 2.1 (Ansori, 2007:17).
21
Tabel 2.1 Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah N o. 1
2
Prinsip
Asuransi Konvensional
Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi. Asal Dari masyarakat Babilonia usul 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Dan tahun 1669 M di Coffe House London sebagai cikal bakal asuransi konvensional.
3
Sumber Bersumber dari pikiran manusia hukum dan kebudayaan. Berdasarkan hukum positif, hukum amali, dan contoh sebelumnya
4
Maghri Tidak selaras dengan syariah b Islam karena adanya maisir, gharar, dan riba. DPS Tidak ada, sehingga dalam (Dewa prakteknya bertentangan n dengan kaidah-kaidah syara’. Penga was Syariah ) Akad Akad jual beli (akad mu’awadah, akad idz’aan, gharar, dan akad mulzim)
5
6
7
Jamina n/Risk
Transfer of risk, dimana terjadi transfer resiko dari tertanggung kepada penanggung.
8
Pengel olaan
Tidak ada pemisahan dana, yang berakibat terjadinya dana
22
Asuransi Syariah Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin, dan bekerjasama, dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’. Dari al-Aqilah, kebiasaal suku Arab jauh sebelum Islam datang. Kemudian disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum islam, bahkan telah tertuang dalam konsultasi pertama di dunia (Konstitusi Madinah) yang dibuat langsung Rasulullah. Bersumber dari wahyu Illahi. Sumber hukum dalam syariah Islam adalah al-Quran, Sunnah atau kebiasaan Rasul, Ijmak, Fatwa Sahabat, Qiyas, Istihsan, Urf, dan Mashalih Mursalah. Bersih dari adanya praktik maisir, gharar, dan riba. Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik muamalah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Akad tabarru’ dan akad tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah, dan sebagainya) Sharing of risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnnya (ta’awun). Pada produk-produk saving life terjadi pemisahan dua
hangus (untuk produk saving dana, yaitu dana life) tabarru’/derma dan dana peserta, sehingga tidak mengenal istilah dana hangus. Sedangkan untuk term insurance (life) dan general insurance semuanya bersifat tabarru’. Investa Bebas melakukan investasi Dapat melakukan investasi si dalam batas-batas ketentuan sesuai ketentuan perundangperundang-undangan, dan tidak undangan, sepanjang tidak terbatasi pada haram dan bertentangan dengan prinsiphalalnya obyek atau sistem prinsip syariah, bebas dari riba investasi yang digunakan. dan tempat-tempat investasi terlarang. Kepem Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul dari ilikan premi peserta keseluruhannya peserta dalam bentuk iuran dana menjadi milik perusahaan bebas atau kontribusi, merupakan menggunakan, serta milik peserta (shahibul mal), menginvestasikan kemanapun. perusahaan hanya sebagai pemegang amanah (muharib) dalam menglola dana tersebut. Unsur Unsur premi terdiri dari tabel Iuran atau kontribusi terdiri premi mortalitas (mortality tables), dari unsur tabarru’ dan bunga, dan biaya asuransi (cost tabungan (yang tidak insuransce) mengandung unsur riba). Tabarru’ juga dihitung dari tabel mortalitas, tetapi tanpa perhitungan bunga teknik. Loadin Loading pada asuransi Pada sebagian asuransi g konvensional cukup besar syariah, loading (komisi agen) terutama diperuntukkan untuk tidak dibebankan pada peserta, komisi agen, bisa menyerap tetapi dari dana pemegang premi tahun pertama dan kedua. saham. Namun, sebagian yang Karena itu, nilai tunai pada lainnya mengambil dari sekitar tahun pertama dan kedua 20-30% saja dari premi tahun biasanya belum ada (masih pertama. Dengan demikian, hangus). nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk. Sumber Sumber biaya klaim adalah dari Sumber pembayaran klaim pemba rekening perusahaan, sebagai diperoleh dari rekening yaran konsekuensi penanggungan tabarru’, yaitu peserta saling klaim terhadap tertanggung. Murni menanggung. Jika salah satu bisnis dan tidak ada nuansa peserta mendapat musibah spiritual. maka peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko. dana
9
10
11
12
13
23
14
Sistem akunta nsi
Menurut konsep asuransi accrual basis, yaitu proses akuntansi yang mengakui terjadinya peristiwa atau keadaan non kas. Dan, mengakui pendapatan, peningkatan asset, expenses, liabilities dalam jumlah tertentu yang baru akan diterima dalam waktu yang akan datang.
15
Keuntu ngan
Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan peusahaan.
16
Misi dan Misi
Secara garis besar misi utama dari asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan misi sosial.
Menurut konsep asuransi akuntansi cash basis, mengakui apa yang benarbenar telah ada, sedangkan accrual basic dianggap bertentangan dengan syariah karena mengakui adanya pendapatan, harta, beban atau utang yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sementara apakah itu benarbenar dapat teradi hanya Allah yang tahu. Profit yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan, tapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta. Misi yang diemban dalam asuransi syariah adalah misi akidah, misi ibadah (ta’awun), misi ekonomi, (iqtisadl), dan misi pemberdayaan umat (sosial).
Sumber: Anshori (2007:17)
Dari perbedaan asuransi konvensional dan asuransi syariah mulai dari perbedaan konsep sampai ke visi dan misi menandakan bahwa asuransi konvensional sangat dilarang oleh aturan-aturan islam. Majelis Ulama Indonesia, melalui Dewan Syariah Nasional, juga mengeluarkan fatwa khusus No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang: Pedoman Umum Asuransi Syariah sebagai berikut. Pertama: Ketentuan Umum A. Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, Thadamun) adalah usaha saling melingdungi dan saling menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
24
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. B. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada poin (1) adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba (bunga), zulmu (penganiyayaan), riswah (suap), barang haram, dan maksiat. C. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial. D. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. E. Premi adalah kewajiban peserta untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan sesuai dengan kesepakatan dalam akad. F. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberi perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Kedua: Akad dalam Asuransi A. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan atau akad tabarru’. B. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah, sedangkan akad tabarru’ adalah hibah. C. Dalam akad sekurang-kurangnya disebutkan: 1. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan; 2. Cara dan waktu pembayaran premi;
25
3. Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru’ serta syarat-syarat yang disepakati sesuai dengan jenis asuransi diakad. Ketiga: Kedudukan Setiap Pihak dalam Akad Tijarah dan Tabarru’ A. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta sebagai shohibul mal (pemegang polis). B. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan, perusahaan sebagai pengelola dana hibah. Keempat: Ketentuan dalam Akad Tijarah dan Tabarru’ A. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru’ bila pihak yang bertahan haknya dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya. B. Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi akad tijarah. Kelima: Jenis Asuransi dan Akadnya A. Dipandang dari segi jenis, asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa. B. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah. Keenam: Premi A. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru’. B. Untuk
menentukan
besarnya
premi,
perusahaan
asuransi
dapat
menggunakan rujukan table mortalita untuk asuransi jiwa dan table
26
morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukan unsur riba dalam perhitungannya. Menurut Sula (2004:45) mengungkapkan, bahwa berdasarkan hukum Islam untuk membuat polis takaful (asuransi syariah) harus ada subjek pokok yang beresiko, yang mana atas subjek pokok tersebut, dua pihak (pengelola dan peserta) harus menyetujui proporsal (ijab) dan persetujuan (qabul) untuk berbagi tanggung jawab dalam menyediakan jaminan materi yang memadai terhadap resiko yang nyata tapi tidak terduga atas subjek pokok. Dengan kata lain, ketentuan dalam polis takaful (asuransi syariah) adalah proporsal (ijab), penerimaan (qabul), penerbit cover note (dokumen sementara untuk polis yang disediakan pengelola bagi peserta) dan pembayaran takaful kontribusi (al-musahamah). 2. Landasan Teori Asuransi Syariah a. At-Takaful (Tolong Menolong) Berkaitan
dengan
hal tolong menolong,
Sula
(2004:33)
menyatakan sebagai berikut: Takaful dalam pengertian muamalah ialah saling memikul resiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ dana Ibadah, sumbangan, derma yang ditunjukan untuk menanggung resiko. Takaful dalam pengertian ini sesuai dengan Al-Quran “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
27
(mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(al-Maa’idah: 2) Dasar pijak Takaful dalam asuransi mewujudkan hubungan manusia
yang
islami
diantara
pesertanya
yang
sepakat
untuk
menanggung bersama diantara mereka, atas resiko yang diakibatkan musibah yang diderita oleh peserta sebagai akibat dari kebakaran, kecelakaan, kehilangan, sakit, dan sebagainya. Semangat asuransi takaful adalah menekankan kepada kepentingan bersama atas dasar rasa persaudaraan diantara peserta. Persaudaraan disini meliputi dua bentuk: persaudaraan berdasarkan kesamaan keyakinan (ukhuwah islamiyah) dan persaudaraan atas dasar persamaan derajat manusia (ukhuwah insaniyah) (Sula, 2004). b. Tabarru’ (Hibah/Dana Kebajikan) Menurut Sula (2004:11) tabarru’ berasal dari kata tabarra’ayatabarra’u – tabarru’an, artinya sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang member sumbangan disebut yatabarri’ (dermawan). Tabarru’ merupakan pemberian sukarela seseorang kepada orang lain, tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi. Dalam konteks akad dalam asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara sesama peserta takaful (asuransi syariah) apabila ada diantaranya yang mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil
28
dari rekening dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh semua peserta ketika akan menjadi peserta asuransi syariah, untuk kepentingan dana kebajikan atau dana tolong-menolong (Sula, 2004:12). Karena itu, dalam akad tabarru’, pihak yang memberi dengan ikhlas, untuk memberikan sesuatu tanpa ada keinginan untuk menerima apapun dari orang yang menerima, kecuali kebaikan dari Allah swt. Hal ini berbeda dengan akad mu’awadhah dalam asuransi (konvensional) dimana pihak yang memberikan sesuatu kepada orang lain berhak menerima penggantian dari pihak yang diberinya. Menurut Sula penggunaan
dana
(2004) menjelaskan
tabarru’.
Katanya,
manfaat dan
“Secara
umum
batasan tabarru’
mempunyai pengertian yang luas. Dana tabarru’ boleh digunakan untuk membantu siapa saja yang mendapat musibah. Tetapi dalam bisnis takaful, karena melalui akad khusus, maka manfaatnya hanya terbatas pada peserta takaful saja. Dengan kata lain, kumpulan dana tabarru’ hanya dapat digunakan untuk kepentingan para peserta takaful saja yang mendapat musibah. Sekiranya dana tabarru’ tersebut digunakan untuk kepentingan lain, ini berarti meanggar syarat akad”. c. Aqad (Akad) Menurut Sula (2004:174), akad merupakan salah satu persoalan pokok dalam operasional yang menjadikannya diharamkan oleh para ulama. Karena dengan akad yang ada di asuransi konvensional, dapat berdampak pada munculnya gharar, dan maisir.
29
Dalam teori hukum kontrak secara syariah (nazarriyati al-‘uqud), setiap terjadi transaksi, maka akan terjadi salah satu dari tiga hal berikut. Pertama, kontraknya sah; kedua, kontraknya fasad; ketiga, kontraknya batal. Untuk melihat kontrak itu jatuhnya dimana, maka perlu diperhatikan instrument mana dari akad yang dipakai dan bagaimana aplikasinya (Sula, 2004). d. Gharar (Ketidakpastian) Menurut Sula (2004:46) memberi pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan at-taghrir, yang artinya penampilan yang menimbulkan
kerusakan
(harta)
atau
suatu
yang
tampaknya
menyenangkan tetapi hakekatnya menimbulkan kebencian. Karena itu dikatakan: ad-dunya mata’ul ghuruur artinya dunia itu adalah kesenangan yang menipu. Gharar terjadi apabila, kedua belah pihak (misalnya: peserta asuransi, pemegang polis dan perusahaan) saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi, kapan musibah akan menimpa, apakah minggu depan, tahun depan, dan sebagainya. Ini adalah suatu kontrak yang dibuat berdasarkan pengandaian (ihtimal) semata (Sula, 2004:47). Inilah yang disebut gharar (ketidakjelasan) yang dilarang dalam Islam. Kehebatan sistem Islam dalam bisnis sangat menekankan hal ini, agar kedua belah pihak tidak dizalimi atau terzalimi. Sula (2004:47), menjelaskan tentang jual beli, Islam mensyaratkan beberapa syarat sahnya jual beli, yang tampaknya jual beli dan kontrak menjadi rusak.
30
1) Timbangan yang jelas (diketahui dengan jelas berat jenis yang ditimbang). 2) Barang dan harga yang jelas dan dimaklumi (tidak boleh harga yang majhul (tidak diketahui ketika beli). 3) Mempunyai tempo tangguh yang dimaklumi. 4) Ridha kedua belah pihak terhadap bisnis yang dijalankan. Maka dari itu islam mengharamkan dengan adanya jual beli yang pada kontraknya itu sudah rusak. e. Maisir (Judi/Untung-Untungan) Sula (2004:48) menjelaskan judi dalam terminologi agama diartikan sebagai “suatu transaksi yang dilakukan oleh dua pihak untuk kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu. Dalam industri asuransi, adanya maisir atau gambling disebabkan adanya gharar sistem dan mekanisme pembayaran klaim. Jadi judi terjadi illat-nya karena disana ada gharar. Menurut Sula (2004:50) mengatakan bahwa adanya unsur gharar menimbulkan al-qumaar. Sedangkan, al-qumaar sama dengan al-maisir, gambling dan perjudian. Artinya, ada salah satu pihak yang untung, tetapi ada pula pihak lain yang dirugikan.
31
f. Riba (Bunga) Antonio (1999:59) secara singkat menjelaskan pengertian masing-masing jenis riba yaitu: 1) Riba Qardh, yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh). 2) Riba Jahiliyah, yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. 3) Riba Fadhl, yaitu pertukaran antara barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi. 4) Riba Nasi’ah adalah penangguhan penyertaan atau jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara diserahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian. Menurut Sula (2004), riba merupakan salah satu dosa dari dosadosa besar yang telah diharamkan dengan keras dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya dalam segala bentuk, macam maupuan namanya. 3. Mekanisme Pengelolaan Dana pada Asuransi Syariah Menurut Sula (2004:176), mekanisme pengelolaan dana adalah dana yang dibayarkan peserta, kemudian terjadi akad mudharabah (bagi hasil) antara mudharib (pengelola) dan shohibul mal (peserta). Kumpulan dana tersebut kemudian diinvestasikan secara syariah ke bank syariah maupun ke
32
investasi syariah lainnya, lalu dikurangi biaya-biaya operasional (seperti klaim, reasuransi, komisi broker, dll). Selanjutnya surplus (profit) dilakukan bagi hasil antara mudharib dan shahibul mal sesuai dengan skim bagi hasil yang telah ditentukan sebelumnya (misalnya 60:40). Bagian yang 60% untuk mudharib (perusahaan) tadi setelah dikurangi biaya administrasi dan management expenses, sisanya menjadi profit bagi shareholders. Sedangkan bagian yang lain, yaitu 40% menjadi share of surplus for participant (surplus bagi hasil untuk partisipan) (Sula, 2004:249). Adapun pembahasannya secara lebih detail adalah sebagai berikut: a.
Perusahaan sebagai pemegang amanah Sistem operasional asuransi syariah (takaful) adalah saling bertanggung jawab, bantu-membantu, dan saling melindungi antara pesertanya. Perusahaan asuransi syariah diberi kepercayaan atau amanah oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian (Sula, 2004).
b. Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) terbagi menjadi dua sistem. Dalam mekanisme pengelolaan dana peserta premi akan dibagi menjadi dua produk sistim yaitu sistem produk saving dan non saving, akan dijelaskan sebagai berikut: (Sula, 2004:177)
33
1) Sistem pada Produk Saving (Ada Unsur Tabungan) Dalam setiap pembayaran premi, peserta harus teratur dalam pembayarannya. Besarnya premi yang dibayarkan tergantung keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan dan dipisah dalam dua rekening (Sula, 2004:177). a) Rekening Tabungan Peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila: (1) Perjanjian berakhir, (2) Peserta mengundurkan diri, (3) Peserta meninggal dunia. b) Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan membantu, yang dibayarkan bila: (1) Peserta meninggal dunia, (2) Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana). Sistem inilah sebagai implementasi dari akad Takafuli dan akad mudharabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharar dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana peserta ini diinvestasikan sesuai dengan syariat islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi reasuransi) dan akan dibagi menurut prinsip al-mudhrabah. Presentase pembagian mudharabah dibuat dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan
34
peserta, misalnya dengan 70 : 30, 60 : 40, dan seterusnya. Berikut ini adalah mekanisme pengelolaan dana pada produk saving yang akan dijelaskan pada gambar 2.1. (Sula, 2004:178). Perusahaan Biaya Operasional
30% (contoh)
Hubungan mudharabah investasi
Hasil investasi
70% (contoh)
Peserta Premi Takaful
Rekening Tabungan
Rekening tabarru’
Total Dana
Rekening Tabungan
Rekening Tabungan
Rekening khusus
Manfaat Takaful
Sumber: Sula, 2004
Gambar 2.1 Mekanisme Pengelolaan Dana pada Produk yang Mengandung Unsur Tabungan Keterangan: Pada mekanisme pengelolaan dana produk saving ini pertama peserta harus membayarkan premi (konribusi). Dari kontribusi peserta, akan dibagi oleh perusahaan dengan dua rekening, yaitu rekening tabungan dan rekening tabarru’. Kemudian kontribusi tersebut akan diinvestasikan (saham syariah). Dari hasil investasi akan dibagi dengan ketentuan 30% untuk biaya operasional dan 70% kembali ke rekening tabungan semua pada pembagian
35
ini menggunakan akad mudharabah (bagi hasil). Dari rekening tabarru’ nantinya peserta asuransi mendapatkan manfaat takaful yaitu uang pertanggungan peserta asuransi jika terjadi resiko pada saat masa asuransi. Menurut Sula (2004) biaya operasional adalah jumlah yang diukur dalam bentuk keuangan dari kas yang dikeluarkan atau kekayaan yang dipindahkan, saham yang dikeluarkan atau hutang yang dibentuk dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang diperoleh. Sedangkan investasi dan hasil investasi adalah suatu bentuk pengeluaran modal dari kontribusi peserta asuransi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, hasil investasi itu muncul setelah investasi sudah berhasil. Pada rekening khusus nantinya peserta asuransi mendapatkan uang pertanggungannya yang diambilkan dari rekening tersebut. 2) Sistem pada Produk Non Saving (Tanpa Unsur Tabungan) Menurut Sula (2004:179), setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekenig tabarru’ perusahaan. Yaitu, kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebijakan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu dan di bayarkan bila: a) Peserta meninggal dunia, b) Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana). Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi asuransi), akan dibagi antara peserta
36
dan perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan (takaful) dan peserta (Sula, 2004:179). Berarti dalam produk saving dan non saving itu sama dalam hal pengelolaan dananya, tetapi dalam produk non saving itu hanya terdapat satu rekening saja. Berikut ini adalah penjelasan mekanisme pengelolaan dana pada produk non saving yang akan dijelaskan pada gambar 2.2 (Sula, 2004:179). Perusahaan
Biaya Operasiona l
investasi Hubungan Al-mudharabah
Hasil investasi
Peserta Premi Takaful
Total Dana
Total Dana
Beban Asuran si
Surplus Operasional
Bagian Perusaha an 60%
40% Bagian Peserta
Sumber: Sula, 2004
Gambar 2.2 Mekanisme Pengelolaan Dana pada Produk Non Saving
37
Keterangan: Pada mekanisme pengelolaan dana produk non saving, pertama peserta membayarkan premi (konribusi). Dari kontribusi tersebut akan diinvestasikan (saham syariah). Dari hasil investasi tersebut akan dikenakan biaya beban asuransi oleh perusahaan yang akan dipotongkan dari hasil investasi tersebut. Kemudian dari hasil pemotongan untuk beban asuransi tersebut diperoleh surplus operasional. Dari hasil surplus operasional akan dibagikan dengan prinsip mudharabah (bagi hasil) dengan nisbah 60% untuk perusahaan (biaya operasional) dan 40% untuk peserta asuransi (permisalan). Perbedaan produk saving dan non saving adalah pada beban asuransi (klaim dan premi asuransi) dan pada dana pertanggungannya. Pada produk non saving beban asuransi, bahwa hasil investasi akan terkena biaya yaitu biaya pengelolaan dananya (bagi hasil) dan juga dibagi lagi antara perusahaan dengan peserta asuransi. Jika dalam produk saving itu hanya memberikan bagi hasil atas investasi terhadap biaya operasional dan mendapatkan manfaat asuransi. Adapun manfaat produk non saving ini adalah: 1.
Bila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan mendapatkan dana santunan meninggal dari perusahaan, sesuai dengan jumlah yang direncanakan peserta.
2.
Bila peserta hidup, sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan mendapatkan bagian keuntungan atas rekening tabarru’ yang ditentukan oleh perusahaan dengan skema mudharabah.
38
c. Sumber Pembayaran Klaim Sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru’ yang ada pada produk saving, yaitu rekening dana tolong-menolong dari seluruh peserta, yang sejak awal sudah di akadkan dengan ikhlas oleh peserta untuk keperluan saudara-saudaranya apabila ada yang ditakdirkan oleh Allah meninggal dunia atau mendapat musibah kerugian materi, kecelakaan, dan sebagainya (Sula, 2004:315). Allah berfirman, “Perumpamaan derma orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah serupa dengan benih yang membunuh tujuh butir, pada tiap-tiap butir ada seratus biji, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha luas karunianya lagi Maha Mengetahui”. (al-baqarah: 261). Dari firman Allah tersebut, bahwa kita dianjurkan untuk saling membantu, karena setiap kita membantu orang maka kita juga akan mendapatkan manfaat yang berlipat ganda. d. Konsep Asuransi Syariah Pada asuransi syariah menggunakan konsep risk sharing. Menurut Sula (2004:208), risk sharing, yaitu terjadinya proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya, yang ditandai dengan adanya kontribusi masing-masing peserta melalui dana tabarru’. Dengan demikian, dalam asuransi syariah terjadi pembagian resiko finansial di antara peserta.
39
Aspek Hukum Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003
Tentang
Perijinan
Usaha
dan
Kelembagaan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi menyebutkan bahwa asuransi atau reasuransi dengan “prinsip syariah adalah prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam penerimaan amanah dengan mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi atau kegiatan lain yang diselenggarakan sesuai syariah”. Fatwa No: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah, berbunyi, “asuransi syariah (ta’min, takaful, tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.” Berikut ini adalah konsep dari sharing of risk yang akan dijelaskan melalui sekema pada gambar 2.3. (Sula, 2004:283)
40
Peserta
Pemegang Amanah (perusahaan)
Reasuransi
Coinsurance
Dana Tabarru’ Peserta 2 Peserta 1
Sumber: Data Terolah
Gambar 2.3 Sharing of Risk Keterangan: perbadaan reasuransi dengan coinsurance: 1. Reasuransi adalah mengulang kembali untuk berasuransi sehabis menutup asuransi (cuti kontribusi) bertujuan untuk memperkecil beban risiko. 2. Coinsurance adalah asuransi bersama dengan yang lain. 3. Kedua-duanya merupakan cara dalam “Spreading of Risk” atau penyebaran risiko. The Takaful Fund: (Sula, 2004:283) 1. Dana takaful yang merupakan kontribusi seluruh peserta dihimpun dalam rekening kebajikan (tabarru’). 2. Dana tersebut dikelola dan diinvestasikan hanya melalui mekanisme dan instrumen syariah yang dibenarkan, segala hasil pengelolaan dana dibukukan kembali ke dalam rekening dana kebajikan.
41
3. Dana tersebut akan didistribusikan kembali kepada peserta dalam bentuk bagi hasil setelah dilakukan kalkulasi dengan berbagai cashout flow yang meliputi dana kompensasi peserta (klaim), biaya akuisisi dan operasional dan biaya reasuransi serta cadangan teknik. e. Bagi Hasil (Surplus Underwriting dan Investasi) Bagi hasil surplus underwriting adalah bagi hasil yang diperoleh dari surplus dana investasi, yang dibagi secara proporsional antara peserta (shohibul mal) dan pengelola (mudharib) dengan nisbah yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk produk-produk non saving dalam asuransi jiwa, surplus underwriting juga merupakan sumber biaya operasional. Surplus underwriting diperoleh dari kumpulan dana peserta yang diinvestasikan, lalu dikurangi biaya-biaya atau beban asuransi seperti reasuransi dan klaim. Kemudian surplus tersebut dibagi hasil antara peserta dan perusahaan. Bagi perusahaan inilah yang diambil sebagai biaya operasional sebelum menjadi profit perusahaan (Sula, 2004:180). Menurut Zainuddin (2008:40), aqaq-aqad investasi bagi hasil dapat diaplikasikan pada produk asuransi dan lembaga keuangan syariah, yaitu: 1) Mudharabah, adalah aqad kerja sama usaha antara pemilik modal (shahibul mal) dengan pelaksana proyek (mudharib), dengan keuntungan akan dibagi antara kedua pihak sesuai dengan perjanjian
42
atau kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak atau lebih. Disini pemilik modal adalah peserta asuransi. 2) Jasa (wakalah), adalah penyerahan atau pemberian mandat. Selain itu, dalam bahasa arab biasa juga disebut sebagai tafwidh. Tafwidh adalah menyerahkan sesuatu urusan kepada orang lain yang ada sehingga mengandung hal-hal yang diwakilkan. Oleh karena itu, wakalah adalah seseorang yang menyerahkan urusan dagangannya atau urusan bisnisnya kepada orang lain dan menggantikan peranannya yang berkaitan dengan urusan bisnis yang dia jalankan (Zainuddin, 2008:47). Menurut Fatwa No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Wakalah bil Ujrah pada asuransi syariah bahwa salah satu bentuk wakalah dimana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi dengan imbalan pemberian ujrah (fee). Menurut Sula (2004:180) bagi hasil investasi ini adalah bagi hasil yang diperoleh secara proporsional berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan, baik dari hasil investasi dana rekening tabungan peserta maupun dari dana rekening tabarru’. Setelah dana peserta dibayarkan, dan terkumpul dalam total dana peserta, kemudian diinvestasikan. Profit yang diperoleh dari investasi kemudian dilakukan bagi hasil antara peserta dan pengelola atau perusahaan asuransi. Menurut Sula (2004:218), mekanisme kerja investasi yang dilakukan oleh asuransi syariah adalah sebagai berikut:
43
investasi
Iuran peserta
Wakalah & ujrah
Rek. investassi
Rek. investassi
Rek. investassi
Rek. Tabarru’
Rek. Tabarru’
Rek. Tabarru’
investasi
mudharabah
peserta
Operasional perusahaaan
Modal perusahaan
Dibayarkan peserta
Modal perusahaan
pengelola
Pemegang saham
investasi
Sumber: Sula, 2004
Gambar 2.4 Mekanisme Kerja Investasi Bahwa setiap peserta asuransi yang membayarkan kontribusinya akan terbagi menjadi dua rekening, yaitu rekening investasi dan rekening tabarru’. Rekening investasi akan diinvestasikan dengan akad wakalah dan ujrah. Akad wakalah dan ujrah adalah akad perwakilan antara kedua belah pihak (bank dan nasabah) dimana nasabah memberikan kuasa kepada Bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa dengan memberikan imbalan (ujrah) atas jasa yang telah dilakukan oleh pihak bank dengan sistem mudharabah (bagi hasil). Kemudian hasil dari investasi tersebut dibagi menjadi dua pembagian yaitu memberikan ujrah
44
kepada perusahaan sebagai pengelola dan kepada rekening investasi peserta yang sesuai sistim mudharabah. Kemudian dari rekening tabarru’ juga akan diinvestasikan ditambah dari modal perusahaan (pemegang saham), hasil dari investasi akan dibagikan ke rekening tabarru’ peserta asuransi dan ke biaya operasional perusahaan (pengelola asuransi). 4. Perhitungan Premi pada Asuransi Jiwa Menurut Abbas (2000:42), mengungkapkan bahwa hal yang paling penting dalam asuransi jiwa adalah penentuan tarif (rate making), karena hal tersebut akan menentukan besarnya premi yang akan diterima. Tarif atau premi yang ditetapkan harus bisa menutupi klaim (risiko) serta biaya-biaya asuransi, dan sebagian dari jumlah penerimaan perusahaan (keuntungan). Unsur premi dalam asuransi syariah terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan (untuk asuransi jiwa). Unsur tabarru’ pada asuransi jiwa, perhitungannya diambil dari tabel mortalitas (harapan hidup), yang besarnya tergantung usia dan masa perjanjian. Semakin tinggi usia dan semakin panjang masa perjanjian, maka semakin besar pula nilai tabarru’-nya. Besarnya premi asuransi jiwa yang pada asuransi syariah disebut tabarru’ berada pada kisaran 0,75 sampai 12 persen (Sula, 2004:311). Beberapa pakar asuransi syariah seperti Sula (2004) menyebut premi ini dengan istilah kontribusi atau dalam bahasa fiqih disebut al-musahamah. Billah mengatakan, al-musahamah dalam perjanjian takaful (asuransi syariah)
45
adalah pertimbangan keuangan (al-iwad) dari bagian peserta yang merupakan kewajiban yang muncul dari perjanjian antara peserta dan pengelola. Menurut Sula (2004:210), pada asuransi syariah basik perhitungan tarif premi asuransi yang dipakai adalah: 1. Tabel mortalitas (mortality table). 2. Asumsi bagi hasil (mudharabah). 3. Biaya-biaya asuransi yang adil dan tidak menzalimi peserta. Ketiga faktor inilah yang dimainkan oleh aktuaris untuk menentukan tarif dalam asuransi jiwa. Kemudian dari penentuan premi tadi melihat dari sisi faktor yang mempengaruhinya yaitu pada aspek umur, jenis kelamin, dan aspek medik. 5. Faktor-Faktor yang Mampengaruhi Risiko Menurut Sula (2004:189), dalam melakukan proses seleksi dan klasifikasi, perusahaan memeriksa beberapa faktor untuk menjamin bahwa peserta diperlakukan secara adil, tidak terbebani biaya yang berlebihan, serta rate yang pantas. Ada tiga faktor utama yang menjadi perhatian seorang underwriter. a.
Umur (Age) Mortalitas masa depan yang diprediksi sangat berhubungan dengan umur. Semakin tua seseorang, dengan asumsi hal lain sama, semakin besar kemungkinan kematian. Oleh karena itu, umur menjadi faktor kunci dalam menentukan rate tabarru’.
46
b. Jenis Kelamin Jenis kelamin pemohon, misalnya umur wanita atau pria, jarang digunakan sebagai faktor seleksi. Tetapi, lebih sering digunakan sebagai faktor klasifikasi dalam penentuan rate, terutama yang berhubungan dengan program individu. Probabilitas kematian wanita biasanya lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Karena itu, biasanya pengelola asuransi syariah mengenakan biaya rate yang lebih rendah dan biaya tunjangan hidup lebih tinggi untuk wanita daripada pria. c.
Aspek Medik (Medical Aspects) Yang termasuk dalam kategori aspek medik misalnya, kondisi fisik, sejarah personal, sejarah keluarga, status finansial, dan pekerjaan. 1) Kondisi Fisik. Kondisi fisik pemohon adalah kepentingan dasar bagi underwriting. Satu dari kondisi fisik tubuh adalah berat badan. Tubuh meliputi tinggi, berat, dan perkembangan berat badan. Pengalaman menunjukan
bahwa
kelebihan
berat
badan
meningkatkan
kemungkinan kematian pada segala umur, sedangkan berat badan yang cukup tidak berpengaruh pada rate. Kegemukan dapat meningkatkan signifikansi penyakit fisik lainnya seperti kondisi jantung dan sebagainya. 2) Sejarah Personal. Perusahaan menanyakan segi-segi latar belakang peserta yang diajukan yang mungkin menjadi pendugaan atas perkiraan
47
mortalitasnya. Penyelidikan ini meliputi catatan kesehatan individu, kebiasaan, dan jumlah asuransi yang sedang berjalan. 3) Sejarah Keluarga. Jika sejarah menunjukan bahwa kebanyakan anggota keluarga hidup lama tanpa menderita sakit lever, kanker, diabetes, dan penyakit serius lainnya, mungkin dapat disimpulkan bahwa peserta yang diajukan akan menjadi kurang rentan terhadap penyakitpenyakit tersebut. 4) Status Finansial. Dasar finansial underwriting adalah menetapkan bahwa jumlah polis yang dikeluarkan akan menggantikan kerugian yang tidak semestinya, dan bukan untuk menyediakan profit bagi seseorang. 5) Pekerjaan. Resiko pekerjaan tidak sepenting sekarang dibandingkan waktu lampau. Walaupun dalam kasus tertentu, hal ini mungkin penting yang bisa meningkatkan resiko dalam sedikitnya tiga cara yang berbeda. Pertama, resiko lingkungan. Kedua, kondisi fisik lingkungan dan pekerjaan. Ketiga, resiko dari kecelakaan.
48
BAB III LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum AXA Mandiri Financial Service 1. Sejarah Singkat AXA Mandiri Financial Service Berdiri pada tahun 2003, PT AXA Mandiri Financial Services atau dikenal dengan AXA Mandiri merupakan perusahaan joint venture antara Bank Mandiri dan AXA Group. Sinergi tersebut merupakan kolaborasi dua perusahaan besar dengan kekuatan finansial serta keahlian di bidang perbankan dan asuransi. Komposisi kepemilikan saham AXA Mandiri saat ini adalah 51% dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan 49% dimiliki oleh AXA Group. Pada tahun 2013, AXA Mandiri fokus pada asuransi seperti proteksi, program unit link dan asuransi tambahan sebagai alternatif jaminan dan perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Produk-produk AXA Mandiri dipasarkan melalui Financial Advisor yang ditempatkan di cabang-cabang Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri di seluruh Indonesia (in-branch), telemarketing dan grup. Dalam memberikan pelayanan terbaiknya, AXA Mandiri didukung oleh lebih dari 2.045 Financial Advisor, 500 Tele Sales Officer, dan 400 karyawan yang berkomitmen menghadirkan produk dan layanan terbaik. AXA Mandiri di tahun 2013 berhasil membukukan pendapatan premi sebesar Rp 6,2 triliun atau
meningkat sebesar 10,1%
dibandingkan pencapaian tahun 2012. Dari sisi laba bersih, per 31
49
Desember 2013 tercatat sebesar Rp 1.024,2 miliar. Sementara itu, aset AXA Mandiri per 31 Desember 2013 tercatat sebesar Rp 16,8 triliun dengan rasio kecukupan modal (Risk Based Capital/RBC, yang merupakan indikator kesehatan perusahaan asuransi), sebesar 668%. AXA Mandiri menawarkan layanan perencanaan keuangan melalui berbagai produk asuransi yang
memberikan
nilai
tambah
kepada nasabah Bank Mandiri dan perusahaan-perusahaan anak Bank Mandiri. Untuk bisnis individu (retail), AXA Mandiri menawarkan produk kombinasi asuransi dan investasi (unit link) yang memiliki pilihan fitur yang fleksibel dengan tingkat keuntungan optimal untuk memenuhi beragam kebutuhan seperti tabungan hari tua, dana pendidikan atau tujuan keuangan lainnya di masa datang. Di samping produk unit link tersebut, AXA Mandiri juga menawarkan produk asuransi tradisional seperti Mandiri Jiwa Sejahtera, Mandiri Jaminan Kesehatan, Mandiri Secure Plan, Mandiri Kesehatan Global dan Mandiri Kesehatan Prima yang memberikan proteksi untuk pertanggungan jiwa dan kesehatan, selain serangkaian asuransi perlindungan tambahan (riders). Selain itu AXA Mandiri juga menyediakan perlindungan asuransi bagi nasabah pemegang kartu kredit, nasabah tabungan, nasabah consumer loan serta nasabah kredit mikro Bank Mandiri dan perusahaan-perusahaan anak Bank Mandiri. Pada tahun 2013, sebagai perwujudan komitmen untuk terus berinovasi dalam menyediakan produk sesuai kebutuhan nasabah, AXA
50
Mandiri
meluncurkan
memberikan
solusi
AXA
asuransi
Mandiri bagi
Corporate
perusahaan
Solutions dalam
yang
mengelola
kesejahteraan karyawan. AXA Mandiri Corporate Solutions menawarkan beragam produk corporate, diantaranya AXA Mandiri Corporate Health Plan yang memberikan solusi bagi perusahaan dalam memberikan perlindungan kesehatan bagi karyawannya dengan manfaat menyeluruh baik bagi perusahaan maupun karyawan yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan anggaran perusahaan, AXA Mandiri Corporate Savings yang menawarkan solusi bagi perusahaan dalam menyediakan pelayanan terbaik kepada karyawannya untuk kesejahteraan masa depan mereka dan AXA Mandiri Corporate Life Plan yang memberikan fleksibilitas manfaat sesuai kebutuhan perusahaan. Pada tahun 2013, AXA Mandiri juga telah mulai mengembangkan jaringan distribusinya melalui jaringan digital dengan memasarkan Asuransi Mandiri Secure Plan melalui e-commerce www.tokone.com dan peluncuran mobile sales force untuk menjangkau nasabah non walk-in Bank Mandiri.
51
2. Struktur Organisasi Presiden direktur Internal audit
Director of sales
Executive assisment
Director of operator
Director of marketing
Director of financial H of Human capital
EVP marketing Head of group 1
Head of sales group 2
Head of saria
Head of service Head of operation suport Head of distribution care
Head of sales deveopent
H of Customer marketing
HC_sales rekruitment
U H sales effectivess
Financial controler
H of Marketing suport
HC business partner
U H management
H of JV pervorment
H of Product development
HC suport
U H Regional trainer
Chief actuary
Cultur specialish
U H learning desaigh
Business analisis
HC service
U H ASM mentor
legal
H of Digital bussiness
Sales quality
B. D Business development micro
Sales analys
H of Bancassurance academi
procurement
B.D. corp banking
invesment
telemarketing H of Corp solution
Sumber: Annual Report AXA Mandiri Financial Service tahun 2013
Gambar 3.1 Struktur Organisasi AXA Mandiri Keterangan: a. Presiden direktur
: Jon Sandhan
b. Director of Sales
: Rudi Munardi
c. Director of Operation
: Kartono
d. Director of marketing
: Handayani
e. Director of Financial
: Iwan Pasila
52
3. Visi dan Misi AXA Mandiri a. Visi AXA Mandiri Perusahaan asuransi jiwa pilihan. b. Misi AXA Mandiri Meredefinisikan solusi perencanaan keuangan dengan menjadi available, reliable, dan attentive. 4. Tujuan Perusahaan AXA Mandiri merupakan perusahaan asuransi milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan National Mutual International Pty Ltd. (NMI) yang bertujuan untuk bergerak dalam bidang asuransi jiwa. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, AXA Mandiri melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha sebagai berikut: a. Memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. b. Menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, dan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuitas, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku termasuk usaha dengan prinsip Syariah. 5. Strategi Perusahaan Strategi AXA Mandiri sesuai dengan rencana strategi perusahaan asuransi jangka panjang adalah meningkatkan portfolio produk Health & Protection serta mengeksplorasi teknologi digital sebagai sarana pelayanan dan pemasaran produk. Selain itu, perusahaan juga memiliki
53
strategi khusus untuk masing-masing channel pemasaran. Untuk channel bancassurance,
AXA
Mandiri
terus
berupaya
mengoptimalkan
keberadaan sales force di cabang-cabang Bank Mandiri maupun Perusahaan Anak Bank Mandiri serta meningkatkan produktivitas sales force yang telah ada. Adapun strategi untuk channel telemarketing lebih difokuskan untuk menjamin ketersediaan database yang dapat dihubungi oleh tenaga penjual. 6. Identitas Perusahaan a. Nama Perusahaan
: PT AXA Mandiri Financial Services
b. Bidang Usaha
: Asuransi Jiwa
c. Status Perusahaan
: Keuangan Non Publik
d. Kepemilikan Saham
: 1) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 51% 2) National Mutual International Pty Ltd. (NMI) 49%
e. Tanggal Pendirian
: 10 Desember 2003
f. Dasar Hukum Pendirian : 1)
Akta Notaris No. 179 Tanggal 30 September 1991, dibuat di hadapan Muhaini Salim, S.H., Notaris di Jakarta yang telah memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia sesuai dengan Surat Keputusannya No. C2-6144.HT.01.01.TH.91 Tanggal 28 Oktober 1991.
54
2)
Berdasarkan Akta Notaris Aulia Taufani, S.H., Notaris pengganti dari Notaris Sutjipto, S.H. No. 23 Tanggal 5 November 2003, Perseroan mengganti nama dari PT Asuransi Jiwa Mandiri menjadi PT AXA Mandiri Financial Services. Perubahan ini telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusiamelalui Surat Keputusan No. C-28747 T.01.04.TH.2003 tanggal 10 Desember 2003.
g. Modal Dasar
: Rp 170.000.000.000,- atau 170.000.000
lembar saham. h. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh: Rp 101.392.200.000 atau 101.392.200 lembar saham. i. PT Bank Mandiri Rp 51.710.022.000 atau 51.710.022 lembar saham. j. National Mutual International Pty Ltd. Rp 49.682.178.000 atau 49.682.178 lembar saham. k. Jumlah Karyawan
: 439 karyawan.
l. Jaringan Kantor
: 1) Konvensional
: 1 Kantor Pusat dan
12 Kantor Wilayah 2) Syariah
: 5 Kantor Wilayah
Syariah m. Jumlah Polis 2013
: 2.216.648 polis.
n. Kantor Pusat
:AXA Tower Lt. 9 Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18, Kuningan City
55
Jakarta 12940, Indonesia Tel : 021 3005 8888 Fax : 021 3005 8500 o. Website
: www.axa-mandiri.co.id
p. Layanan Pengaduan
: AXA Tower Lt. GF Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18, Kuningan City Jakarta 12940, Indonesia Tel : 021 3005 8788 Fax : 021 3005 7800
q. Email
:
[email protected]
7. Produk Asuransi Syariah a. Mandiri Rencana Pendidikan Syariah 1) Sasaran: a) Orang tua yang ingin memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya. b) Usia masuk : 0 tahun – 15 tahun. 2) Kebutuhan/tujuan: a) Pendidikan masa depan putra-putri . 3) Manfaat: a) Perlindungan kesehatan/santunan harian maksimal hingga Rp. 950.000,- jika dirawat inap ICU maksimal Rp. 2.000.000.-.
56
b) Perlindungan dana pendidikan jika orang tua meninggal atau cacat total tetap (tabungan dilanjutkan asuransi s/d usia anak 21 tahun). c) Perlindungan jiwa untuk anak hingga usia 100 tahun. d) Hasil investasi yang optimal, Bagi hasil tiap tahun. e) Dana dapat ditarik kapan pun (mengikuti ketentuan: minimal penarikan Rp. 1 juta, saldo disisakan Rp.5 juta) b. Mandiri Rencana Sejahtera Syariah 1) Manfaat: a) Hasil investasi optimal sesuai dengan jenis dana investasi pilihan nasabah. b) Santunan
meninggal
dunia
sebesar
100%
uang
pertanggungan nilai investasi. 2) Keunggulan: a) Perlindungan asuransi jiwa hingga usia 100 tahun. b) Fleksibilitas dalam menambahkan perlindungan asuransi tambahan (rider) sesuai kebutuhan nasabah. c) Fleksibilitas
dalam
menambahkan
kontribusi
investasi
tambahan (top up). d) Fleksibilitas
dalam
menentukan
besarnya
uang
pertanggungan. e) Pilihan jenis dana investasi yang sesuai dengan profil risiko nasabah.
57
f) Bebas
melakukan
penarikan
dan
penambahan
serta
pemindahan kontribusi setiap saat. g) Fleksibilitas memilih cara pembayaran premi secara berkala: tahunan, 6 bulanan, 3 bulanan, atau bulanan. h) Jika memenuhi persyaratan, pemegang polis berhak untuk mendapat
pembagian
surplus
underwriting
yang
diperhitungkan dari dana tabarru peserta. 3) Mandiri Investasi Sejahtera Syariah
1) Manfaat: a) Hasil investasi optimal sesuai dengan jenis dana investasi pilihan nasabah. b) Santunan meninggal dunia selain karena kecelakaan sebesar 125% kontribusi dasar ditambah dengan nilai investasinya. c) Tambahan maslahat asuransi dasar sebesar 125% premi dasar apabila tertanggung meninggal dunia akibat kecelakan pada usia 18-60 tahun. 2) Keunggulan: a) Hanya satu kali penempatan dana investasi. b) Perlindungan asuransi jiwa hingga usia 100 tahun. c) Dana dapat ditarik kapan saja tanpa dikenai biaya tambahan. d) Hasil investasi bebas pajak setelah 3 tahun. e) Fleksibilitas dalam menambahkan premi investasi tambahan (top up).
58
f) Pilihan jenis dana investasi yang sesuai dengan profil risiko nasabah. g) Jika memenuhi persyaratan, pemegang polis berhak untuk mendapat
pembagian
surplus
underwriting
yang
diperhitungkan dari dana tabarru’ peserta. 8. Manfaat menggunakan produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah. a.
Manfaat utama
: perlindungan dasar (asuransi jiwa)
b.
Manfaat tambahan (rider): perlindungan tambahan 1) Perlindungan pembayaran kontribusi bagi pemegang polis Perlindungan
pembayaran
kontribusi
merupakan
asuransi tambahan yang melekat pada asuransi dasar Mandiri Rencana Sejahtera Syariah dimana anak menjadi peserta dan orang tua sebagai pemegang polis. Manfaat asuransi tambahan ini berupa pembayaran kontribusi dasar dan ekstra kontribusi (jika ada) dalam hal pemegang polis mengalami meninggal dunia atau cacat tetap total baik disebabkan karena sakit atau kecelakaan sedikitnya selama 6 (enam) bulan berturut-turut sebelum pemegang polis mencapai usia 60 tahun. Pembebasan pembayaran kontribusi akan berlaku sampai dengan usia anak mencapai 21 tahun (dua puluh satu tahun) atau pemegang polis berusia 60 tahun.
59
Ketentuan: a) Usia masuk 18 – 55 tahun. b) Lama perlindungan adalah sampai dengan pemegang polis berusia 60 tahun. 2) Perlindungan kesehatan Produk perlindungan kesehatan memberikan manfaat: a) Santunan harian maksimal hingga Rp. 950.000,-/ hari, jika peserta menjalani rawat inap di rumah sakit dan maksimal 120 hari. b) Santunan harian maksimal hingga Rp. 1.900.000,-/ hari, jika peserta menjalani rawat inap di ruang ICU di rumah sakit dan maksimal 60 hari. c) Santunan duka hingga Rp. 9.500.000,- jika peserta meninggal dunia. Tabel 3.1 Pilihan Plan Perlindungan Kesehatan Jenis Manfaat
Dana Tunai Harian (Maks. 120 hari) Dana Tunai Harian di ICU (Maks. 60 hari) Santunan Duka
Brons Plan Rupiah (000) 250
Silver Plan Gold Plan Rupiah (000) Rupiah (000)
Platinum Plan Rupiah (000)
500
750
950
500
1000
1500
2000
2.500
5.000
7.500
9.500
Sumber: Brosur asuransi tambahan AXA Mandiri rencana sejahtera syariah
60
Tabel 3.2 Kontribusi Tahunan (dalam rupiah 000) Usia Masuk (th) 0-3 4-9 10-17 18-29 30-34 35-39
Bronze Plan Pria Wanita
Silver Plan Pria Wanita
Gold Plan Pria Wanita
Platinum Plan Pria Wanita
260 122 122 122 123 184
317 179 179 181 257 358
520 243 243 244 245 368
634 357 357 362 515 717
780 365 365 366 368 552
951 536 536 542 772 1.075
988 462 462 463 466 699
1.205 679 679 687 978 1.362
40-44
271
415
541
830
812
1.246
1.028
1.578
45-49
283
424
566
848
850
1.272
1.076
1.611
50-54
459
499
918
999
1.378
1.498
1.745
1.897
55-59
738
643
1.477
1.287
2.215
1.930
2.806
2.445
Sumber: Brosur asuransi tambahan AXA Mandiri rencana sejahtera syariah
Ketentuan: 1.
Usia masuk 15 hari – 55 tahun.
2.
Masa perlindungan asuransi sampai dengan dengan usia 60 tahun.
3.
Usia 56 – 59 tahun hanya untuk perpanjangan.
4.
Masa pertanggungan 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang setiap tahunnya.
61
3) Perlindungan prima sejahtera Produk perlindungan prima sejahtera memberikan manfaat: Perlindungan tambahan bagi peserta apabila peserta terdiagnosa atau menderita salah satu dari 33 jenis penyakit kritis maka peserta akan memperoleh 100% UP asuransi tambahan dan asuransi dasar masih berjalan. Tabel 3.3 Jenis penyakit kritis yang diasuransikan No. Jenis Penyakit 1 Amiotropik Sklerosis Lateral (Amyotrophic Lateral Sklerosis) 2 Anaemia Aplastik (Aplastic Anaemia)
3
Atrofi Spinal Muskular Progresif (Pregressive Spinal Mascular Atrophy)
4
Bulbar Palsy Progresif (Progressive Bulbar Palsy) Disekting Aorta Anuerisma (Dissecting Aortic Aneurysm) Distrofi Otot (Muscular Dystropy) Gagal Ginjal Menahun dan Menetap (Kidney Failire) Hepatitis Arteri Pulmoner Primer (Fulminant Viral Hepatitis) Hipertensi Arteri Pulmoner Primer (Primary Pulmonary Arterial Hypertension) Kanker (Cancer) Kebutaan (Blindness) Kehilangan Anggota Gerak Tubuh (Loss of Limbs)
5 6 7
8 9
10 11 12
62
No. Jenis Penyakit 18 Pembedahan Aorta (Aorta Surgery) 19 Pembedahan Pembuluh Nadi Koroner (Coronary Artery Bypass Graft) 20 Pencakokak Organ Tubuh Utama (Major Organ Transplantation) 21 Penggantian Katup Jantung (Heart Valve Surgery) 22 Penyakit Alzheimer (Alzheimer Disease) 23 Penyakit Hati Menahun (Chronic Liver Disease) 24 Penyakit Motor Neuron (Motor Neuron Disease) 25 26
27 28 29
Penyakit Parkinson (Parkinson Disease) Penyakit Paru Stadium Akhir (End Stage Lung Disease) Poliomyelitis (Poliophalitis) Radang Otak (Encephalitis) Radang Selaput Otak (Bacterical Meningitis)
13
15 16
Kehilangan Kemampuan Berbicara (Loss of Speech) Kehilangan Pendengaran atau Tuli (Deafness) Kelumpuhan (Paralysis) Koma (Coma)
17
Luka Besar Mayor (Major Bums)
14
30 31 32 33
Serangan Jantung (Heart Attack) Sklerosis Multipel (Multiple Sclerosis) Stroke (Stroke) Tomor Otak Jinak (Benign Brain Tumour)
Sumber: Brosur asuransi tambahan AXA Mandiri rencana sejahtera syariah
Ketentuan: 1.
Uang pertanggungan prima sejahtera adalah sejumlah antara 50% sampai dengan 100% dari uang pertanggungan polis dasar, dengan maksimum sebesar Rp. 1.875.000.000,atau US$ 250.000 dan minimum sebesar Rp. 20.000.000,atau US$ 3.000.
2.
Tersedia dalam mata uang rupiah.
3.
Usia masuk 18 – 60 tahun.
4.
Lama perlindungan adalah sama dengan asuransi dasar atau maksimal sampai dengan usia 65 tahun.
5.
Berlaku masa tunggu, dimana manfaat pertanggungan akan dibayarkan jika peserta didiagnosa menderita penyakit kritis setelah melewati masa tunggu 90 hari sejak tanggal mulai pertanggungan atau pemulihan disetujui oleh penanggung.
6.
Prima sejahtera, berlaku ketentuan masa bertahan (survival period), dimana manfaat pertanggungan akan dibayarkan
63
jika peserta hidup setelah 30 hari dari tanggal diagnose penyakit kritis). 4) Perlindungan pembayaran kontribusi Produk asuransi tambahan ini memberi manfaat berupa pembebasan pembayaran kontribusi dasar dalam hal terjadi ketidakmampuan fisik secara total dan berkesinambungan baik karena sakit atau kecelakaan selama lebih dari 6 bulan berturutturut terhadap peserta sebelum mencapai usia 60 tahun. Ketentuan: a) Usia masuk 18 – 55 tahun. b) Lama perlindungan adalah sampai dengan usia 60 tahun. 5) Perlindungan kecelakaan Produk asuransi tambahan perlindungan kecelakaan memberi manfaat berupa 100% uang pertanggungan tambahan jika peserta mengalami cacat tetap atau meninggal dunia karena kecelakaan. Tabel 3.4 Perlindungan Kecelakaan Jenis Resiko Meninggal Dunia Cacat tetap total dalam hal kehilangan fungsi atas: Kedua belah tangan Kedua belah kaki Penglihatan kedua mata Satu tangan dan satu kaki Satu tangan dan penglihatan satu mata Satu kaki dan penglihatan
Manfaat Pertanggungan 100% Uang Pertanggungan 100% Uang pertanggungan
64
satu mata Satu tangan mulai pergelangan Satukaki Penglihatan satu mata Ibu jari dan telunjuk pada salah satu tangan*
60% Uang pertanggungan 50% Uang pertanggungan 25% Uang pertanggungan
Sumber: Brosur asuransi tambahan AXA Mandiri rencana sejahtera syariah
*) ibu jari adalah kedua ruas pada ibu jari pada tangan yang sama, dan jari telunjuk adalah tiga ruas jari telunjuk pada tangan yang sama. Produk asuransi mandiri investasi sejahtera syariah telah mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah AXA Mandiri yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional Nasion – Majelis Ulama Indonesia. 9. Komposisi Kepemilikan Saham
Sumber: Power Point AXA Mandiri tahun 2013
Gambar 3.2 Komposisi Kepemilikan Saham
65
Hubungan Entitas Asosiasi Perusahaan AXA Mandiri merupakan perusahaan yang berada dibawah grup PT Bank Mandiri (Persero) dan National Mutual Internasional Pty Ltd. (NMI). Hubungan kerjasama antara entitas asosiasi anak perusahaan Pemegang Saham AXA Mandiri antara lain (Power Point AXA Mandiri Tahun 2008) adalah: Tabel 3.5 Hubungan Entitas Asosiasi Perusahaan No.
1
Bank Mandiri
Perbankan
Beroperasi
2
Bank Syariah Mandiri
Beroperasi
3
PT Bank Sinar Harapan Bali PT Mandiri Manajemen Investasi PT Mandiri Tunas Finance PT Mandiri AXA General Insurance AXA Asia Pacific Holding Ltd AXA PPP Healt Care Limited AXA Creditor
Perbankan Syariah Perbankan
Hubungan Bisnis dengan AXA Mandiri Induk Perusahaan, Rekanan Bisnis Rekanan Bisnis
Beroperasi
Rekanan Bisnis
Jasa Investasi
Beroperasi
Rekanan Bisnis
Pembiayaan
Beroperasi
Rekanan Bisnis
Jasa Asuransi
Beroperasi
Rekanan Bisnis
Jasa Asuransi
Beroperasi
Jasa Reasuransi Jasa Reasuransi Jasa
Beroperasi
Induk Perusahaan, Rekan Bisnis Rekanan Bisnis
Beroperasi
Rekanan Bisnis
Beroperasi
Rekanan Bisnis
Jasa Asuransi
Beroperasi
Rekanan Bisnis
Jasa Asuransi
Beroperasi
Rekanan Bisnis
Jasa Investasi
Beroperasi
Rekanan Bisnis
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Perusahaan
PT AXA Service Indonesia PT AXA Financial Indonesia PT AXA Life Indonesia PT AXA Asset Management Indonesia
Bidang Bisnis
Status
Sumber: Annual Report AXA Mandiri Financial Service tahun 2013
66
B. Data Deskriptif Data deskriptif ini diambil dari Annual Report AXA Mandiri Financial Service 2013, data tersebut adalah data perkembangan aset dari 2011 sampai 2013 dan data surplus/devisit dana tabarru’ pada tahun 2012 sampai 2013. Berikut adalah tabel mengenai perkembangan aset dan surplus/devisit dana tabarru’. Tabel 3.6 Perkembangan Aset pada tahun 2011-2013 Aset
Tahun 2013 543.273
Tahun 2012 229.789
Kas dan setara kas Investasi - Deposito wajib dan berjangka 1.751.212 1.524.045 - Efek-efek yang dimiliki 1.738.132 1.194.702 perseroan 613.739 777.276 - Efek-efek yang dimiliki oleh pihak ke-tiga 10.265.611 9.027.754 - Efek-efek yang dimiliki oleh dana pemegang polis unit link 647.531 662.741 - Efek-efek yang dimiliki oleh dana pemegang polis unit link syariah Piutang premi 52.067 260.172 Piutang reasuransi 14.179 7.669 Piutang bunga 30.259 17.043 Piutang dari pihak berelasi 500 726 Aset lain-lain 1.109.887 1.473.630 Aset tetap-bersih 42.271 39.724 Aset reasuransi 11.625 1.755 Biaya dibeyar dimuka 3.171 7.752 Pajak ditangguhkan bersih 7.795 0 Jumlah aset 16.831.252 15.295.678 Sumber: Annual Report AXA Mandiri Financial Service Tahun 2013
Tahun 2011 914.560 672.193 890.806 0 8.126.993 591.841
169.524 8.502 15.191 2 1.106.650 12.299 0 10.483 0 12.519.044
Kinerja tahun 2011 sampai tahun 2013 aset AXA Mandiri Financial Service mengalami peningkatan. Jumlah aset tahun 2011 sejumlah Rp. 12.519.044 juta, sedangkan pada tahun 2012 sebesar Rp. 15.295.678 juta, dan
67
pada tahun 2013 memperoleh hasil Rp. 16.831.252 juta. Dari hasil kinerja tersebut dapat disimpulkan bahwa aset pada AXA Mandiri Financial Service dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Kemudian PT AXA Mandiri Financial Service juga memperoleh surplus dana tabarru’ pada tahun2013. Berikut adalah perkembangan surplus dana tabarru’ yang akan dijelaskan pada tabel 3.7. Tabel 3.7 Surplus/devisit Dana Tabarru’ AXA Mandiri Tahun 2012-2013 (Rp Juta) Keterangan 2013 2012 Pendapatan Kontribusi tabarru’ bruto 14.643 12.543 Kontribusi reasuransi (4.030) (3.717) Penurunan kontribusi tabarru’ yang (167) (48) belum merupakan pendapatan Kontribusi tabarru’ bersih 10.446 8.778 Pendapatan investasi 657 549 Jumlah pendapatan 11.103 9.327 Biaya Klaim dan manfaat Klaim dan Manfaat 6.954 4.935 Klaim Reasuransi (1.793) (1.434) (Penurunan)/Kenaikan Dana (1.412) 1.873 Tabarru’ dan Estimasi Liabilitas Klaim Klaim dan manfaat-bersih 3.749 5.374 Surplus/defisit dana tabarru’ 7.354 3.953 Sumber: Annual Report AXA Mandiri Financial Service Tahun 2013
Perubahan 16,7% 8,4% 247,9% 19,0% 19,7% 19,0%
40,9% 25,0% -175,4%
-30,2% 86,0%
Surplus dana tabarru’ tahun 2013 dibanding pada tahun 2012 bertumbuh sangat besar, dari Rp. 3.953.000.000,- di tahun 2012 mejadi Rp. 7.354.000.000,- pada tahun 2013 dengan peningkatan sebesar 86%. Dengan
6 8
tingginya surplus dana tabarru’ ini berarti sistem pengelolaan dana pada PT. AXA Mandiri Financial Service itu sangat bagus.
69
BAB IV ANALISIS AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ini menggunakan akad wakalah bil ujrah yaitu akad perwakilan antara kedua belah pihak (bank dan nasabah) di mana nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa dengan memberikan biaya atas jasa yang telah dilakukan oleh pihak bank dengan sistem mudharabah (bagi hasil). Konsep asuransi jiwa syariah pada AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ini menggunakan risk sharing yaitu di mana setiap peserta asuransi memiliki dua peran, ditolong dan menolong. Peserta asuransi diwajibkan menghibahkan sejumlah uang yang dikelola oleh perusahaan asuransi yaitu setiap peserta memberikan iuran tabarru’ ke perusahaan asuransi dan akan di kumpulkan menjadi satu kumpulan dana hibah atau kumpulan dana tabarru’. Jika nantinya salah satu peserta asuransi terjadi resiko maka peserta berhak ditolong dengan menggunakan kumpulan dana tabarru’. Pada pengelolaan dananya, AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah memberikan kuasa kepada Mandiri Investasi yaitu pada PT. AXA Mandiri Financial Service (Perusahaan) sebagai wakil untuk mengelola dana, risiko dan melakukan transaksi atas nama nasabah. Pengelolaan dananya melalui saham syariah yang diatur oleh fund manager. Fund manager adalah orang menempatkan lokasi saham yang cocok untuk nasabah sesuai dengan kriteria nasabah. Adapun penempatan dana investasinya di Jakarta Islamic Indeks (JII) dan contoh perusahaannya seperti Astra International, Unilever, Prudential
70
Syariah, AIA Syariah, dan yang bergerak pada sistem syariah. Atas hal tersebut perusahaan berhak mendapatkan ujrah serta memotong sejumlah biaya yang telah disepakati (mudharabah). Kemudian nasabah mewakilkan kepada perusahaan untuk memotong sejumlah uang pada kontribusi yang dibayarkan dan memasukkannya ke dalam rekening dana tabarru’. Mekanisme pengelolaan dana kontribusi pada AXA Mandiri rencana sejahtera syariah dibagi menjadi dua bagian yaitu kontribusi untuk asuransi dan untuk investasi. Ketentuan dalam pembagiannya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Ilustrasi Pembagian Kontribusi Tahun 1 2 3 4 5 6
Asuransi (tabarru’) 80% 60% 30% 20% 10% 0
Investasi (Mandiri Investasi) 20% + top up berkala 40% + top up berkala 70% + top up berkala 80% + top up berkala 90% + top up berkala Jumlah keseluruhan kontribusi
Sumber: Data Terolah
“Top up berkala adalah fleksibilitas dalam menambahkan kontribusi tiap tahunnya”. Pembayaran kontribusi dibagi menjadi dua yaitu dana kontribusi yang dikhususkan untuk asuransi dan kontribusi yang dikhususkan untuk investasi. Pada kontribusi asuransi, prosentase tahun pertama adalah 80% dari jumlah yang dikontribusikan ke dalam dana asuransi (iuran tabarru’) dan sisanya dari asuransi tersebut yaitu sebesar 20% dimasukkan ke dalam investasi. Ini digunakan untuk mengoptimalkan investasi yang ada. Kemudian pada dana yang dikhususkan
71
untuk investasi akan diinvestasikan ke dalam saham, penempatan investasinya di Jakarta Islamic Indeks (JII). Pada tahun kedua, dana yang dikontribusikan ke dalam asuransi menjadi 60% dari dana kontribusinya, kemudian sisanya yaitu 40% akan dimasukkan ke dalam dana kontribusi investasi. Pada tahun ketiga, dana yang dikontribusikan ke dalam asuransi semakin sedikit yaitu 30% dari dana asuransi saja dan yang dimasukkan ke dalam investasi sebesar 70% dari dana asuransi tersebut. Pada tahun keempat, dana yang dikontribusikan ke asuransi sebesar 20% dan 80% akan dimasukkan ke dalam investasi. Pada tahun kelima, dana yang dikontribusikan ke dalam asuransi sebesar 10% dan dana yang akan diinvestasikan 90% dari kontribusi asuransi (tabarru’). Pada tahun keenam, peserta asuransi sudah tidak membayarkan kontribusinya ke dalam iuran tabarru’ dan total dana kontribusi akan dimasukkan ke dalam dana investasi semua. Itu semua agar dapat mengoptimalkan investasi yang ada. Berikut adalah mekanisme pengelolaan dana pada AXA Mandiri rencana sejahtera syariah yang akan di gambarkan pada gambar 4.1.
72
Maslahat asuransi Iuran tabarru’
Investasi
Asuransi Investasi
50% cadangan tabarru’
Kontribu si
Total investasi
Surplus/dev isit
Surplus/dev isit 20% AXA Mandiri Beban asuransi Hasil investasi
Investasi (top up berkala) Sumber: Data Terolah
Gambar 4.1 Mekanisme Pengelolaan Dana pada Produk AXA MRSS Keterangan: Peserta asuransi membayarkan kontribusi ke perusahaan sebesar yang sudah direncanakan peserta setelah kesepakatan awal dengan perusahaan. Kemudian perusahaan membaginya menjadi dua bagian, yaitu pada kontribusi untuk asuransi dan kontribusi untuk investasi (top up). Pertama, pada asuransi akan dibagi menjadi dua bagian lagi yaitu pada iuran tabarru’ dan ada yang diinvestasi. Pada iuran tabarru’ nantinya akan berkumpul antara iuran tabarru’ semua peserta asuransi yang digunakan untuk uang pertanggungan peserta asuransi (kumpulan dana tabarru’). Kemudian pada investasi, nantinya akan
73
30% peserta
digabung dan diinvestasikan bersama investasi (top up berkala) yang sesuai dengan ketentuan pada tabel 4.1 diatas. Jika nantinya peserta asuransi mengalami risiko maka dana maslahat akan diambilkan dari kumpulan dana tabarru’ peserta asuransi, dan jika natinya dalam satu tahun tidak ada klaim ataupun risiko atas peserta asuransi, maka total dana dari investasi dan iuran tabarru’ akan diinvestasikan semua. Jika terjadi surplus underwriting maka akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 50% masuk ke dalam cadangan tabarru’, 30% akan dikontribusikan ke dalam rekening peserta asuransi, dan 20% akan diberikan ke dalam AXA Mandiri sebagai pengelola (ujrah). Berikut adalah gambaran dari surplus underwriting (pendapatan hasil investasi yang diperoleh perusahaan).
Sumber: Power Point AXA Mandiri tahun 2013.
Gambar 4.2 Pembagian Surplus Underwriting
74
Kemudian apabila nantinya dana tabarru’ tidak cukup untuk membayar maslahat, sehubungan dengan suatu peristiwa yang dialami oleh peserta, pengelola akan menalangi kekurangan pembayaran maslahat tersebut berdasarkan prinsip qordh. Kedua, dari dana kontribusi investasi nantinya akan diakumulasikan dari hasil pembagian dari asuransinya sebesar yang telah ditentukan pada tabel 4.1 tiap tahunnya. Total dari akumulasi dari dana investasi (top up) dan investasi dari asuransi tersebut akan diinvestasikan kedalam saham syariah. Jika terjadi surplus maka akan dikenai beban asuransi. Beban asuransi tersebut adalah biaya kontribusi, biaya administrasi, biaya manajemen dan biaya pengelolaan risiko. Setelah dikurangi dengan beban asuransi maka akan didapat hasil investasinya. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1.
Biaya kontribusi adalah sejumlah presentase tertentu yang dikenakan pada saat pembayaran kontribusi. Biaya atas kontribusi akan dipotong pada saat kontribusi jatuh tempo uang akan menjadi ujrah bagi pihak pengelola.
2.
Biaya administrasi adalah sejumah uang yang dipotong setiap bulan dan akan menjadi ujrah bagi pihak pengelola.
3.
Biaya menajemen adalah biaya yang dibebankan oleh pengelola dalam rangka melakukan pengelolaan dana investasi,
termasuk didalamnya biaya
manajemen aset. Biaya ini dipotong dari dana investasi secara harian. Harga unit investasi yang diterbitkan sudah mencerminkan pemotongan biaya ini dan akan menjadi ujrah bagi pihak pengelola.
75
4.
Biaya pengelolaan risiko adalah biaya yang dikenakan sehubungan dengan pengelolaan risiko berdasarkan manfaat asuransi bagi para peserta yang dihitung dan diambil dari iuran tabarru’ dan akan menjadi ujrah bagi pihak pengelola. Perhitungan kontribusi pada produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera
Syariah ditentukan pada awal akad yang sebelumnya telah disetujui oleh peserta asuransi sebagai shahibul mal dan AXA Financial Service sebagai pengelola dana (mudharib). 1.
Persyaratan minimal dalam kontribusi AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah adalah sebagai berikut: a. Kontribusi Dasar 1) Minimal kontribusi tahunan Rp. 2.500.000,2) Minimal kontribusi semesteran Rp. 1.250.000,3) Minimal kontribusi triwulan Rp. 625.000,4) Minimal kontribusi bulanan Rp. 209.000,b. Minimal kontribusi top up berkala per tahun Rp. 1.000.000,-
2.
Biaya a. Biaya administrasi sebesar Rp. 35.000,- per bulan dari nilai investasi. b. Biaya manajemen dana investasi per tahun, yang dikurangi dari nilai aset bersih untuk menentukan harga unit (satuan nilai investasi): 1) Active money syariah rupiah
: 0.788%
2) Attractive money syariah rupiah
: 0.788%
76
“active money syariah rupiah dan attractive money syariah rupiah adalah produk unit link yang ditawarkan oleh PT AXA Financial Service malalui jenis investasi yang ada dalam saham syariah” 3.
Jenis investasi AXA Mandiri rencana sejahtera syariah a. Active money syariah rupiah 1) Diinvestasikan pada instrumen saham syariah, sukuk dan pasar uang syariah. 2) Bertujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi dari pendapatan tetap. 3) Memiliki tingkat risiko sedang. b. Attractive money syariah rupiah 1) Diinvestasikan pada instrumen saham syariah, sukuk dan pasar uang syariah. 2) Bertujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian investasi yang tinggi. 3) Memiliki risiko tinggi. c. Jenis risiko 1) Risiko likuiditas (risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai) 2) Risiko ekonomi dan perubahan politik (risiko yang disebabkan perubahan politik) 3) Risiko kinerja manajer investasi (kesalahan menaruh investasi)
77
Perhitungan Kontribusi pada AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ditentukan pada aspek umur, jenis kelamin, dan aspek medis. Berikut adalah penjelasan dari ketiga aspek tersabut. 1.
Aspek umur Pada aspek umur pengukurannya yaitu semakin tua seseorang maka uang kontribusinya semakin tinggi karena resikonya semakin tinggi juga yang ditinjau dari resiko kematian dan kesehatan. Ketentuan: a. Peserta: 0 – 55 tahun (peserta adalah orang yang menjadi tertanggung dalam polis asuransi jiwa). b. Pemegang polis: 18 – 55 tahun (orang yang membayar kontribusi). c. Kontribusi terendah tiga juta. Jika pada sistemnya menolak karena usianya sudah tua (resiko tinggi), maka akan dinaikkan sampai sistemnya menerimanya. Tetapi biasanya dinakkan satu level ke enam juta. “Aspek umur ini yang paling mempengaruhi pada penentuan kontribusi yang akan dibayarkan oleh peserta polis ataupun pemegang polis”
2.
Aspek jenis kelamin a. Laki-laki lebih rendah biaya kontribusinya karena ditinjau dari resiko kematiannya. Berdasarkan fakta kehidupan laki-laki lebih cepat meninggal dari pada perempuan. b. Perempuan lebih tinggi biaya kontribusinya karena resiko hidupnya lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
78
“Aspek ini dilihat dari kenyataan hidup seseorang di masyarakat pada umumnya” 3.
Aspek medis Bila calon peserta sudah menderita penyakit atau mempunyai riwayat penyakit, maka akan mempengaruhi jumlah kontribusi dasar dan ridernya. Rider yaitu manfaat tambahan seperti perlindungan pembayaran kontribusi bagi pemegang polis, perlindungan kesehatan, perlindungan prima sejahtera, perlindungan pembayaran kontribusi, dan perlindungan kecelakaan. Adapun perhitungan kontribusinya pada AXA Mandiri rencana sejahtera syariah adalah sebagai berikut:
Di asumsikan: Jenis kelamin: Perempuan Usia: 25 tahun Jangka waktu: 10 tahun Tabel 4.2 Plan dan Kontribusi Plan
Perlindungan sampai s/d usia (th) 100
Uang Pertanggungan (Rp) 50.000.000
Kontribusi Tahunan (Rp)
Asuransi Mandiri 2.520.000,Rencana Sejahtera Syariah Sumber: Proporsal Asuransi Mandiri Rencana Sejahtera Syariah tahun 2014
Pada Asuransi Mandiri Rencana Sejahtera Syariah, peserta asuransi memperoleh perlindungan jiwa atau kesehatan sampai usia 100 tahun dan akan mendapatkan uang pertanggungan sebesar Rp. 50.000.000,- dengan membayar kontribusi tiap tahunnya sebesar Rp. 2.520.000,-. Uang
79
pertanggungan minimal 5 (lima kali) kontribusi tahunan, maksimal lebih dari 10 (sepuluh) kali kontribusi tahunan, jika nantinya peserta asuransi meninggal dunia. Kontribusi Tahunan
: Rp. 2.520.000,-
Top up berkala Tahunan
: Rp. 1.200.000,-
Total Kontribusi Tahunan
: Rp. 3.720.000,-
Kontribusi top up berkala adalah kontribusi yang dikhususkan untuk kontribusi investasi, minimal kontribusinya sebesar Rp.1.000.000,- pertahun. Berikut ini adalah perhitunagan kontribusi yang dibayarkan oleh peserta asuransi dalam jangka waktu 10 (sepuluh tahun). Tabel 4.3 Pembagian Kontribusi Tahunan Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Asuransi (tabarru’) 2.016.000 1.512.000 756.000 504.000 252.000 0 0 0 0 0
Investasi (Mandiri Investasi) 504.000 + 1.200.000 (top up berkala) 1.008.000 + 1.200.000 (top up berkala) 1.764.000 + 1.200.000 (top up berkala) 2.016.000 + 1.200.000 (top up berkala) 2.268.000 + 1.200.000 (top up berkala) 3.720.000 3.720.000 3.720.000 3.720.000 3.720.000
Sumber: Data Terolah
Keterangan: 1.
Tahun pertama, peserta asuransi membayarkan iuran tabarru’ sebesar Rp. 2.520.000,- (dari kontribusi asuransi) X 80% = Rp. 2.016.000,- dan kontribusi investasi Rp. 2.520.000,- X 20% = Rp. 504.000,- ditambah Rp. 1.200.000,- (top up berkala) = Rp. 1.704.000,-.
80
2.
Tahun kedua, peserta asuransi membayarkan iuran tabarru’ sebesar Rp. 2.520.000,- (dari kontribusi asuransi) X 60% = Rp. 1.512.000,- dan kontribusi investasi Rp. 2.520.000,- X 40% = Rp. 1.008.000,- ditambah Rp. 1.200.000,- (top up berkala) = Rp. 2.208.000,-.
3.
Tahun ketiga, peserta asuransi membayarkan iuran tabarru’ sebesar Rp. 2.520.000,- (dari kontribusi asuransi) X 30% = Rp. 756.000,- dan kontribusi investasi Rp. 2.520.000,- X 70% = Rp. 1.764.000,- ditambah Rp. 1.200.000,- (top up berkala) = Rp. 2.964.000,-.
4.
Tahun keempat, peserta asuransi membayarkan iuran tabarru’ sebesar Rp. 2.520.000,- (dari kontribusi asuransi) X 20% = Rp. 504.000,- dan kontribusi investasi Rp. 2.520.000,- X 80% = Rp. 2.016.000,- ditambah Rp. 1.200.000,- (top up berkala) = Rp. 3.216.000,-.
5.
Tahun kelima, peserta asuransi membayarkan iuran tabarru’ sebesar Rp. 2.520.000,- (dari kontribusi asuransi) X 10% = Rp. 252.000,- dan kontribusi investasi Rp. 2.520.000,- X 90% = Rp. 2.268.000,- ditambah Rp. 1.200.000,- (top up berkala) = Rp. 3.468.000,-.
6.
Tahun keenam sampai kesepuluh, jumlah keseluruhan kontribusi sebesar Rp. 3.720.000,- akan dikontribusikan ke dalam investasi semua dan tidak mengkontribusikan ke iuran tabarru’. Prosentase pembagian kontribusi ini sesuai pada tabel 4.1 diatas. Atas
dasar pembagian asuransi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu iuran tabarru’ dan investasi, itu guna mengoptimalkan investasi yang ada. Penentuan kontribisi asuransi dan investasi sudah ada kesepakatan dari pihak
81
peserta dengan perusahaan. Pembagian kontribusi ini adalah minimal kontribusi yang dibayarkan oleh peserta asuransi yang dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin dan jangka waktu yang diambil.
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Mekanisme pengelolaan dana pada produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah ini akan dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu pada asuransi dan investasi. Pada asuransi nantinya akan dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu iuran tabarru’ dan investasi, ini digunakan untuk mengoptimalkan investasi yang ada. Pada iuran tabarru’ peserta asuransi nantinya akan berkumpul menjadi satu kumpulan dana tabarru’ yang digunakan untuk biaya klaim/reasuransi (dana pertanggungan peserta asuransi. Jika dalam jangka waktu satu tahun nantinya kumpulan dana tabarru’ itu tidak ada yang klaim ataupun reasuransi, maka kumpulan dana tersebut akan diinvestasikan oleh perusahaan. Hasil dari investasi tersebut (surplus underwriting) akan dibagikan sesuai kesepakatan pada awal akad yaitu 50% dari surplus underwriting tersebut akan dimasukkan lagi ke dalam kumpulan dana tabarru’, 30% didistribusikan ke perseta asuransi, dan 20% diberikan ke perusahaan sebagai pengelola dana. Pada perhitungan kontribusinya produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah akan dibagi sesuai dengan porsi kesepakatan dan berdasarkan iuran tabarru’ dan hasil investasi yang ditentukan oleh aspek usia, aspek jenis kelamin, dan aspek medis.
83
B. Saran Dalam
meningkatkan
pengelolaan
dananya
perusahaan
harus
melakukan perbaikan yaitu memperbesar top up berkala yang dibayarkan oleh peserta asuransi dinaikkan. Kemudian dalam penentuan prosentase pembagian surplus underwriting ini digunakan pembagian yang baru yaitu pada cadangan dana tabarru’, perusahaan dan peserta asuransi agar bisa menjadi daya tarik peserta asuransi untuk bisa memilih produk AXA Mandiri Rencana Sejahtera Syariah.
84
DAFTAR PUSTAKA
, Fatwa Dewan Syariah Nasional No:21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. , Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 52/DSN-MUI/III/2006 Tentang Wakalah bil Ujrah pada asuransi syariah. ,
Keputusan
Menteri
Keuangan Republik
Indonesia
Nomor
426/KMK.06/2003 Tentang Perijinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Ali, AM Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Hipotesis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta: Prenada Media. Anshori, H. Abdul Ghofur. 2007. Asuransi Syariah di Indonesia: Regulasi dan Operasionalisasinya di dalam Kerangka Hukum Positif di Indonesia. Yogyakarta: UII Press. Antonio, M Syafi’I, 1999. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan. Jakarta: Tazkia Institute. Amrin, Abdullah. 2011. Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah: Ditinjau dari Perbandingan dengan Asuransi Konvensional. Jakarta: PT Elek Media Komputindo. Faji, Em Zul. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher. Fariz, M Fida. 2011. Aplikasi Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Dana Takaful Pendidikan Studi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang.
85
Harun, Nasrun. 2000. Fiqh Muamalah. Jakarta: Media Pratama. M, Hikmat Mahi. 2011. Metode Penelitian alam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Jogjakarta: Graha Ilmu. P, Ade Putri. 2010. Implementasi Sistem Asuransi Jiwa Konvensional dan Syariah Studi di AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Asuransi Perorangan Magelang dan AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Syariah Surakarta. Saipullah. 2010. Analisis Cadangan Premi Asuransi Jiwa Syariah Untuk Mencapai Titik Impas (Break Event Point) Pada AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah di Jakarta. Salim, Abbas. 2000. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta: Grafindo Persada. Sartika, Mila. 2013. Konsep Pengelolaan Dana Premi Unit Link Syariah. Sriwahyuni, Andri. 2014. Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Dana Dengan Sistem Mudharabah Pada Asuransi Syariah Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Cab. Makassar. Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press. Susanto, Burhanudin. 2008. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: UII Press. Zainuddin, Ali. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
86