BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan dan frekuensi pencairan pembiayaan terhadap jumlah nasabah baru pada
PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Solok. Profil perusahaan akan diuraikan sebagai berikut : 1.1.1 Profil PT. Bank Syariah Mandiri KCP Solok Nama
: PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Solok
Alamat
: JL. M. Yamin No. 374 Kota Solok
Telepon
: (+62 – 755) 22594, 22794
Faksimili
: (+62 – 755) 22960
Homepage
: www.syariahmandiri.co.id
Tanggal berdiri
: 22 Juni 2009
Tanggal beroperasi
: 22 Juni 2009
Jenis Usaha
: Perbankan
Jml Nasabah Pemb. : 800 orang Jml Nasabah Dana : 1.200 orang Total DPK Total Pembiayaan
: Rp. 8,500,000,000,: Rp. 48,000,000,000,1
Jumlah ATM
: 1 ATM Syariah Mandiri
Jumlah pegawai
: 13 orang
(Sumber: www.syariahmandiri.co.id) 1.1.2 Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri PT. Bank Syariah Mandiri yang selanjutnya disebut BSM didirikan pada tahun 1999. Perusahaan publik ini mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT. Bank Mandiri (99,999999%) dan PT. Mandiri Sekuritas (0,000001%). Sampai dengan 31 Desember 2009 BSM memiliki 390 cabang di seluruh Indonesia, Untuk jaringan elektronik, BSM memiliki 220 ATM Syariah Mandiri ditambah 4.630 ATM LINK dan 20.096 ATM Bersama (termasuk ATM Mandiri dan ATM BSM), 13.633 ATM Prima, serta fasilitas phonebanking 24 jam BSM Call di 021-2300 509 atau 3983 9000,
serta
SMS
Banking
dan
BSM
Internet
Banking
www.syariahmandiri.co.id. Selama tahun 2009, secara keseluruhan tingkat kesehatan bank memperoleh peringkat 2. Peringkat 2 mencerminkan bank yang tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. (Sumber: www.syariahmandiri.co.id)
1.1.3 Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri PT Bank Syariah Mandiri (BSM) yang hadir sejak tahun 1999 sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Krisis ekonomi dan moneter yang disusul dengan krisis multi dimensi yang melanda saat itu telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap 2
seluruh sendi kehidupan bermasyarakat, tak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional luar biasa. Akhirnya pemerintah mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalasasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah
satunya
adalah dengan
melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada tanggal 31 Juli 1999. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta
membentuk
Tim
Pengembangan
Perbankan
Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respons atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998 yang member peluang bank umum melayani transaksi syariah (dual banking system). Maka lahirlah PT Bank Syariah Mandiri dengan mengkonversikan salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti, sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris Sutjipto, SH, No 23 tanggal 8 September 1999. Kelahiran PT Bank Syariah Mandiri (BSM) sebagai salah satu bank yang mengkombinasikan idealism usaha, spirit religius dan nasionalisme dalam setiap layanan operasinya menjadi alternatif jasa bagi perbankan nasional di Indonesia. Sebagai pelopor dalam memberikan layanan perbankan syariah modern di Indonesia, BSM senantiasa menerapkan prinsip syariah universal, di antaranya dengan menjalin kemitraan dengan semua kalangan, tanpa membedakan latar belakang suku, agama, bangsa dan ekonomi
3
dalam bingkai semangat Islam sebagai “rahmatan lil’alamiin”. (Sumber: www.syariahmandiri.co.id) Hal ini terlihat dari fokus penyaluran pembiayaan BSM selama ini yang tidak hanya disalurkan kepada sektor korporat besar tetapi justru sebagian besar untuk pengusaha mikro, kecil dan menengah. Dengan hal tersebut, BSM terus berupaya memiliki kontribusi dalam meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
Indonesia.
Melalui
kepedulian tersebut, BSM berupaya menjadi bank syariah yang terbaik. Dalam
menjalankan
peranannya
ditengah-tengah
sistem
perbankan nasional, Bank Syariah Mandiri berdasarkan kepada UU Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip Bagi Hasil yang kemudian dijabarkan dalam S.E. BI No.25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993. Karena dalam kenyataannya praktik sistem Bank Islam ini masih baru adalah wajar bila kurang dimengerti dan dipandang dengan penuh keingintahuan dan keraguan.
Namun
demikian, Bank Syariah Mandiri telah menawarkan hampir semua jenis produk dan pelayanan perbankan, baik berupa produk Pendanaan (Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah)
dan
Pembiayaan
(Pembiayaan
Mudharabah,
Bai’Bitsaman Ajil, Al Qadr Hasan). Dalam penerpan bagi hasil, antara kedua belah pihak, baik itu pihak bank atau pun pihak nasabah sama diuntungkan, ini dikarenakan dalam proses tersebut sebelum ditetapkan jumlah besaran bagi hasilnya, kedua belah pihak harus mencapai suatu kesepakan. (Sumber: www.syariahmandiri.co.id) 4
Berikut adalah gambaran secara singkat tonggak sejarah PT.Bank Syariah Mandiri: Tabel 1.1
(Sumber: www.syariahmandiri.co.id)
1.1.4 Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri a. Visi untuk menjadi yang paling dipercaya dan bank syariah yang disukai oleh mitra bisnis b. Misi 1.
untuk menghasilkan pertumbuhan yang berkesinambungan dan keuntungan.
2.
untuk menempatkan prioritas pada pendanaan konsumen dan mikro, pembiayaan kecil dan menengah.
3.
untuk
merekrut
dan
mengembangkan
professional dalam lingkungan kerja yang sehat. 5
karyawan
4.
Untuk mengembangkan nilai-nilai syariah. Untuk menjalankan usaha perbankan sesuai dengan praktek-praktek
perbankan
yang
sehat.
(Sumber:
www.syariahmandiri.co.id) 1.1.5 Strategi Bisnis Bank Syariah Mandiri BSM
menetapkan
sasaran
dan
strategi
dengan
mempertimbangkan kesesuaian dengan bisnis yang dijalankan yang tercermin dalam program kerja utama. Lima program kerja utama BSM KCP Solok: 1.
Penghimpunan dana konsumen
2.
Pengendalian
kualitas
aset
Aktifa
Produktif
Yang
Diklasifikasikan (APYD) dan rasio pembiayaan bermasalah atau Non Perfoming Financing (NPF) 3.
Pengembangan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
4.
Peningkatan efsiensi
5.
Penguatan
infrastruktur
yang
berbasis
kompetensi
manajemen sumber daya manusia, nilai, jaringan bank, perusahaan dan organisasi. 6.
Mengembangkan nilai-nilai syariah kepada konsumen
(Sumber: www.syariahmandiri.co.id)
Program kerja utama BSM tahun 2010: 1.
Peningkatan pangsa pasar (Market Share Asset), dana pihak ketiga dan pembiayaan
6
2.
Penghimpunan dana konsumen dan penyaluran pembiayaan pada segmen usaha mikro (termasuk gadai), kecil dan konsumen
3.
Pengendalian aset aktifa produktif yang diklasifikasikan (APYD) dan rasio pembiayaan bermasalah atau Non Perfoming Financing (NPF)
4.
Pengembangan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
5.
Penguatan infrastruktur jaringan sistem perbankan (core banking
system),
manajemen
risiko,
kepatuhan,
pengawalan). (Sumber: www.syariahmandiri.co.id)
1.1.6 Struktur Organisasi PT.Bank Syariah Mandiri memiliki struktur organisasi sebagai berikut: Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu (KCP) Solok Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat sebagai berikut: Kepala Cabang Pembantu UPS
Account Officer Pelaksana Marketing Support
Operation Officer Customer Serivice Respresentatif
Teller
Pelaksana Back Office Satpam Messenger Driver Office Boy
7
Keterangan: Status secara intern maupun ekstern adalah Kantor Cabang Pembantu dengan organisasi yang memiliki formasi awal pegawai sebagai berikut: a.
1 (satu) Pimpinan Cabang
b.
2 (dua) Customer Service
c.
2 (dua) Teller
d.
2 (dua) Marketing Officer / Assistant Marketing
e.
1 (satu) Pelaksana Operasi
f.
1 (satu) Pelaksana Kliring & Pembantu Umum
g.
1 (satu) Office Boy
h.
1 (satu) Driver
i.
3 (tiga) Petugas Keamanan
Sehingga keseluruhan pegawai berjumlah 14 orang (1 Pimpinan, 8 Staff Bank, dan 5 Pegawai Non Banking) (Sumber: Bank Syariah Mandiri KCP Kota Solok)
1.2 Latar Belakang Aktivitas bagi hasil adalah sebuah usaha yang dibangun berdasarkan
kesepakatan antara pemodal dan pengusaha untuk
memberikan pembagian hasil berdasarkan persentase tertentu dari hasil utama. Kesepakatan ini dilakukan secara adil dan transparan (Yaumuddin, 2010:5) Pada dasarnya pola perhitungan bagi hasil dalam islam ada dua macam, yaitu bagi hasil untung (profit sharing) dan bagi pendapatan (revenue sharing). Perhitungan bagi hasil hanya dapat dilakukan setelah proyek selesai, atau setelah berakhirnya suatu periode 8
perhitungan pendapatan tertentu, misalnya setiap akhir bulan, akhir tahun, ataupun lainnya sesuai kesepakan. Pada awal perjanjian ditentukan adalah penetapan nisbah (ratio) bagi hasil. Nilai nominal hasil tergantung dari besarnya keuntungan proyek yang belum diketahui (Arifin, 2009:22) Bank Syariah juga memiliki potensi untuk mengembangkan bisnisnya. Dari penelitian di beberapa daerah di Jawa, peminat Bank Syariah lebih banyak berasal dari kalangan menengah ke bawah. Padahal, saat ini yang sudah menjadi nasabah bank syariah lebih banyak dari kalangan menengah ke atas. Bank syariah juga berpotensi untuk dikembangkan pada daerah dengan sektor UKM yang baik dengan produk pembiayaannya, tetapi belum tersentuh oleh bank konvensional.
Achjar Iljas mencontohkan daerah
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang cocok untuk pengembangan Bank Syariah. "Selain didukung karakteristik masyarakat Minangkabau yang berjiwa wirausaha, mayoritas masyarakat di Sumatera Barat beragama Islam", tambahnya. (Koran Tempo) Kota Solok juga disebut sebagai kota perlintasan yang menghubungkan dengan kota-kota yang lain, dimana secara letak kota, kota solok ini terletak dikawasan yang strategis, dimana akses masuk dan keluarnya dari arah jambi, Palembang, Bengkulu, Bandar lampung dan juga dari pulau jawa pasti akan melewati kota solok. Tidak heran mayoritas masyarakatnya berwirausaha karena Kota Solok selalu dijadikan oleh pengunjung sebagai tempat berbelanja oleh-oleh untuk dibawa oleh pengunjung.
9
Dari hal tersebut peran serta perbankan syariah sangatlah penting dalam kemajuan kewirausahaan di Kota Solok serta masyarakat tidak ragu lagi akan bunga bank dianggap riba dalam pandangan islam, karena umumnya mayoritas masyarakat Sumatera Barat dan khususnya masyarakat Kota Solok memeluk agama islam. Sistem bagi hasil pada bank syariah sangatlah menguntungkan bagi nasabah atau masyarakat, dimana sistem bunga pada bank konfensional dianggap berat bagi kalangan masyarakat karena tingakat suku bunga yang ditetapkan terkadang tidak sesuai dengan perhitungan masyarakat pada umumnya. Dengan adanya sistem bagi hasil, masing-masing pihak tidak ada yang dirugikan, karena berjalan sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak pada awal proses peminjaman. Disaat tingkat bagi hasil yang diterima oleh para deposan bank syariah kurang lebih setara atau lebih baik daripada tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional, maka bank syariah akan menjadi prioritas utama (Arifin, 1999:28). Dalam
menjalankan
peranannya
ditengah-tengah
sistem
perbankan nasional, Bank Syariah Mandiri berdasarkan kepada UU Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip Bagi Hasil yang kemudian dijabarkan dalam S.E. BI No.25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993. Karena dalam kenyataannya praktik sistem Bank Islam ini masih baru adalah wajar bila kurang dimengerti dan dipandang dengan penuh keingintahuan dan keraguan.
Namun
demikian, Bank Syariah Mandiri telah menawarkan hampir semua jenis produk dan pelayanan perbankan, baik berupa produk Pendanaan (Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito 10
Mudharabah)
dan
Pembiayaan
(Pembiayaan
Mudharabah,
Bai’Bitsaman Ajil,). (Muthaher, 2012:5) Masalahnya adalah hingga saat ini belum diperoleh data yang memberikan gambaran seberapa besar potensi masyarakat yang menjadi sasaran utama bagi pemasaran produk perbankan Islam tersebut, yang memang memilih Lembaga Keuangan Syariah karena menganggap bunga bank itu riba, mengingat banyaknya nasabah dari Lembaga Keuangan Syariah tesebut yang tidak berbank tunggal. Disamping masalah Bagi Hasil masih perlu dikaji lagi faktor lain yang menjadi daya tarik Lembaga Keuangan Syariah seperti Produk Pembiayaan. Menurut Rahmadi, (2010). Analisis Pengaruh Ekuivalen Nisbah Bagi Hasil Tabungan dan Pencairan Pembiayaan Terhadap Nasabah Baru Pada BMT Al-Karomah Martapura, diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi BMT AlKaromah Martapura untuk dapat meningkatkan jumlah nasabah baru, sesuai dengan tujuan tahunan yang telah ditetapkan yaitu upaya meningkatkan jumlah nasabah baru. Dengan mengukur tingakan respon dari mayarakat mengenai perbankan syariah. Menurut Ach.Bakhrul Muchtasib, (2007). Konsep Bagi Hasil Dalam Perbankan Syariah Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah
merupakan
ciri
khusus
yang
ditawarkan
kapada
masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagianhasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing 11
pihak tanpa adanya unsur paksaan. Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terdiri dari dua sistem, yaitu Profit Sharing dan Revenue Sharing yang mana kedua sistem ini menggunakan sistem bobot pada setiap dana investasi, dengan mengalikan prosentase bobot tersebut dengan saldo rata-rata. Semakin labil investasi tersebut semakin kecil bobot yang dikenakan, dan semakin stabil investasi maka semakin besar bobot yang dikenakan pada investasi tersebut, hal ini diterapkan sebagai bentuk dari pengamanan risiko pada setiap dana invesatasi. Bobot akan mempengaruhi besarnya bagi hasil yang akan didistribusikan sehingga akan berdampak pada bagi hasil yang akan diterima oleh pemilik dana. Menurut Dadang, (2011). Pengaruh Suku Bunga terhadap Rate Bagi Hasil Deposi Mudharabah Bank Syariah. Pembahasan mengenai pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap rate bagi hasil deposito mudharabah bank syariah dilakukan secara analisis kuantitatif, yaitu menggunakan regresi linier sederhana (simple regression), karena hanya menggunakan satu variabel terikat (variabel yang dipengaruhi yaitu rate bagi hasil deposito) dan satu varabel bebas (variabel yang mempengaruhi yaitu suku bunga SBI). Secara matematis, hubungan antar variabel tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Y1 = ß0 + ß1 X1 + ui ; i = 1, 2, …….., N. Menurut Adityawarman Karim, Bagi hasil Bank Syariah Lebih Menarik. Pada periode Januari sampai Maret 2004 lalu saja, bankbank syariah sempat kebanjiran dana karena bagi hasil dana pihak ketiganya mencapai 9% jauh diatas tingkat bunga bank konvensional 12
yang saat itu berada pada kisaran 6%. Salah satu sebabnya adalah mulai menurunnya bagi hasil bank syariah akibat pendapatan yang relatif sama harus dibagi hasilkan kepada lebih banyak dana pihak ketiga. Kekawatiran mengalirnya kembali dana dari perbankan syariah ke perbankan konvensional secara signifikan dan itu tidak terjadi. Menurut Choir, (2011). Bagi Hasil Bank Syariah. Bagi Hasil Bank Syariah. NERACA - Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Untuk produk pendanaan/simpanan bank syariah, penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Termasuk juga indikator historis (track record) dari aktivitas investasi bank syariah yang telah dilakukan, yang tercermin dari nilai rata-rata dari seluruh jenis pembiayaan bank syariah yang selama ini telah diberikan ke sektor riil. Dari beberapa jurnal diatas dapat kita nilai bahwa perbankan syariah semankin di Indonesia semakin marak dibicarakan, ini terlihat banyaknya minat dari peneliti sebelumnya untuk meneliti sistem pada bank syariah yang bertujuan untuk memberikan pemahan kepada masyarakat tentang perbankan syariah.
1.3 Batasan Masalah Dalam skripsi ini penulis hanya akan menyoroti masalah yang berkaitan dengan jumlah nasabah baru sebagai akibat dari daya tarik Lembaga Keuangan Syariah yang diabstraksikan oleh produk yang
13
ditawarkan yaitu produk tabungan dan pembiayaan yang berdasarkan pola Bagi Hasil. Ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan merupakan tingkat Bagi Hasil yang diberikan kepada nasabah penabung yang diabstraksikan dalam persentase (%). Ekuivalen nisbah bagi hasil diberikan setiap bulan kepada nasabah penabung dan ekuivalen dengan tingkat suku bunga pada bank konvensional per bulan. Adapun tempat penulis mengambil data penelitian adalah pada Lembaga Keuangan Syariah BSM KCP Solok, sedangkan produk yang akan menjadi objek penelitian adalah Tabungan Wadiah, Pembiayaan
Mudharabah,
Pembiayaan
Murabahah
dan
Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil. Produk-produk tersebut merupakan produk andalan yang terdapat pada Lembaga Keuangan Syariah BSM KCP SOLOK yang secara langsung menjadi daya tarik orang untuk menjadi nasabah baru.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah dengan maksud akan memperjelas apa yang akan penulis kemukakan yaitu penulis mencoba untuk memberikan diskripsi kuantitatif tentang pengaruh ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan dan frekuensi pencairan pembiayaan terhadap jumlah nasabah baru pada Bank Syariah Mandiri KCP Solok. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan penulis kemukakan pada skripsi ini adalah : 1.
Bagaimana pengaruh ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan dan frekuensi pencairan pembiayaan terhadap jumlah 14
nasabah baru pada Bank Syariah Mandiri KCP Kota Solok dengan
menggunakan
uji
multikolonearitas,
Uji
Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, Uji F (Simultan), Uji t (Parsial) pada taraf uji 5%? 2.
Manakah yang paling dominan pengaruhnya
antara
ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan dan frekuensi pencairan pembiayaan terhadap jumlah nasabah baru pada Bank
Syariah
Mandiri
KCP
Kota
Solok
dengan
menggunakan uji multikolonearitas, uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, uji F (Simultan), uji t (Parsial) pada taraf uji 5%?
1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam skripsi ini adalah : 1.
Untuk mengetahui apakah ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan dan frekuensi pencairan pembiayaan berpengaruh terhadap jumlah nasabah baru pada Bank Syariah Mandiri KCP Solok.
2.
Untuk
mengetahui
manakah
yang
paling
dominan
pengaruhnya antara ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan atau frekuensi pencairan pembiayaan terhadap jumlah nasabah baru pada Bank Syariah Mandiri KCP Solok.
15
1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini secara langsung maupun tidak langsung diharapkan dapat berguna : 1. Bagi Penulis Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan, pengalaman dan penerapan dari teori yang ada terutama khususnya pada Ilmu Bank dan Lembaga Keuangan dan Ekonomi Syariah. 2. Bagi Perusahaan Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak Lembaga Keuangan Islam Bank Syariah Mandiri KCP Solok dalam menentukan kebijakan pengambilan keputusan untuk meningkatkan jumlah nasabah baru. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.
Lokasi penelitian yang dipilih adalah PT. Bank Syariah Mandiri KCP Solok.
2.
Objek penelitian adalah Pembiayaan Mudharabah.
16