ANALISIS PENERAPAN SURPRISE AUDIT DALAM UPAYA PENDETEKSIAN FRAUD PADA BANK SYARIAH (Studi Pada Bank Syariah Mandiri)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh: ROBIYATUN SETIAWATI NIM :1112046100170
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi Nama
: Robiyatun Setiawati
Tempat/Tanggal Lahir
: Tangerang, 07 Oktober 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Jl. Masjid Jami Nurul Jannah, Rt.009 Rw.05, No. 15, Desa Cukanggalih, Curug, Tangerang, Banten. 15810.
Telepon
: 085691662177
Email
:
[email protected]
Pendidikan 1. SDN Cukanggalih 3, Tangerang
Tahun 1999-2005
2. MTs Ponpes Daar El-Qolam, Tangerang
Tahun 2005-2008
3. SMA Ponpes Daar El-Qolam, Tangerang
Tahun 2008-2011
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012-2016
Pengalaman Organisasi 1. Keputrian Ponpes Daar-Qolam Tahun 2009-2010. 2. ISMI (Ikatan Santri Madrasatul Mu’allimin al-Islamiyah) Daar ElQolam Tahun 2010-2011. 3. C.O.I.N.S (Central for Islamic Economics Studies) Tahun 2012.
ABSTRACT Robiyatun Setiawati. 1112046100170 Analysis of Surprise Audit Application in Fraud Detection Efforts On Islamic Bank (Studies in Bank Syariah Mandiri). The concentration of Sharia Banking Studies Program Muamalat (Islamic Economics), Faculty of Economy and Business, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, in 2016. Fraud which is one of the risks inherent in banking institutions are potentially harmful. Surveys conducted by the ACFE (Association of Certified Fraud Examiner) indicate that banks are the institutions most often there fraud in it. Therefore, Bank Indonesia issued Bank Indonesia Circular Letter No.13 / 28 / DPNP Regarding Anti Fraud Strategy for Commercial Banks in order to protect the banking institutions of the dangers of fraud. in the year 2012 and has been a fraud case at Bank Syariah Mandiri (BSM). The case was widely discussed because the funds are disbursed is big enough that 102 billion. The purpose of this study was to determine (1) the detection of fraud strategy at Bank Syariah Mandiri (2) analyze the implementation of fraud detection strategy through surprise audit methods, and (3) determine the implications of the application of a surprise audit of the level of fraud detection at Bank Syariah Mandiri. This study is a qualitative research. The data used are primary data obtained from interviews and Standard Operating System (SOP) documents of internal auditor of Bank Syariah Mandiri, and secondary data obtained through the study of the documentation on the GCG (Good Corporate Governance) report of Bank Syariah Mandiri and other literature. This research uses descriptive analysis method. The results showed that the Bank Syariah Mandiri implement a whistleblowing system (WBS), surprise audits and surveillance system as fraud detection strategy. Surprise audit focused on the business units that are susceptible to fraud as in the operational part. Surprise audits are divided into two types: (a) surprise audit undertaken on general audit activities, and (b) surprise audit conducted according to a report indications of fraud. Surprise audits can provide a deterrent effect for violation offenders so as to reduce the number of audit findings and improve the operational readiness of the company. Application of surprise audits should be coupled with a whistleblowing mechanism and surveillance system in order to improve the effectiveness of fraud controls.
Keyword
: Islamic Bank, Anti-Fraud Strategy, Audit, Surprise Audit
Supervisor : H. M. Dawud Arif Khan, SE, Ak., M.Si., CPA Bibliography : 2002 - 2015
i
ABSTRAK Robiyatun Setiawati. 1112046100170. Analisis Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri). Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Fraud yang merupakan salah satu resiko yang melekat pada lembaga perbankan sangat berpotensi merugikan. Survei yang dilakukan oleh ACFE (Association of Certified Fraud Examiner) menunjukkan bahwa perbankan adalah lembaga yang paling sering terdapat fraud di dalamnya. Untuk itu Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum guna melindungi lembaga perbankan dari bahaya fraud. pada tahun 2012 lalu telah terjadi sebuah kasus fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Kasus ini banyak dibicarakan karena dana yang dicairkan cukup besar yakni 102 miliar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (2) menganalisis penerapan strategi pendeteksian fraud melalui metode surprise audit, dan (3) mengetahui implikasi penerapan surprise audit terhadap tingkat pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara internal auditor dan dokumen SOP Bank Syariah Mandiri, dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi pada laporan pelaksanaan GCG (Good Corporate Governance ) Bank Syariah Mandiri dan literatur lainnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri menerapkan whistleblowing system (WBS), surprise audit dan surveillance system sebagai strategi pendeteksian fraud. Surprise audit difokuskan pada unit bisnis yang rentan terhadap fraud seperti pada bagian operasional. Surprise audit dibagi ke dalam dua jenis : (a) surprise audit yang dilaksanakan pada kegiatan general audit, dan (b) surprise audit yang dilaksanakan berdasarkan laporan adanya indikasi fraud. Surprise audit dapat memberikan efek jera bagi pelaku palanggaran sehingga dapat mengurangi angka temuan hasil audit dan meningkatkan kesiapan operasional perusahaan. Penerapan surprise audit harus dibarengi dengan mekanisme whistleblowing dan surveillance system agar dapat meningkatkan efektivitas pengendalian fraud.
Kata Kunci
: Bank Syariah, Fraud, Strategi Anti Fraud, Audit, Surprise Audit
Pembimbing : H. M. Dawud Arif Khan, SE, Ak., M.Si., CPA Daftar Pustaka : Tahun 2002 s.d 2015
ii
KATA PENGANTAR بسم اهلل الرّحمن الرّحيم
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia, rahmat, dan kasih sayang-Nya, penulis mendapatkan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri)” sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa shalawat serta salam yang selalu mengiringi rasa syukur, penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan paling sempurna dalam sikap dan tutur katanya. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah mudah dan tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Berkat dorongan dan motivasi dari merekalah yang akhirnya mengantarkan penulis kepada penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa iii
memberikan arahan dan semangat serta yang dengan sabar telah membantu proses pengajuan judul penelitian hingga tahap akhir penyelesaian skripsi. 4. Bapak Adhitya Ginanjar, M.Si, selaku Ketua Prodi Perbankan Syariah dan Ibu Fitri Damayanti M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu penulis dalam hal akademik terkait penyelesaian studi penulis. 5. Bapak H. M. Dawud Arif Khan, SE, Ak., M.Si., CPA
selaku Dosen
Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan masukan, arahan dan dorongan kepada penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Segenap Dosen dan Staf Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tambahan ilmu kepada penulis. 7. Segenap staf akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian studi. 8. Segenap staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak M. Zulfany Batam, Atdi Firmansyah, dan Faris Rahman selaku staf Internal Auditor Bank Syariah Mandiri yang telah meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan membantu penulis dalam proses pengumpulan data penelitian.
iv
10. Bapak Dolis dan Ibu Dina selaku staf internal auditor kantor Internal Audit Group Bank Syariah Mandiri yang telah membantu penulis dalam proses pemilihan responden penelitian. 11. Kedua orang tua terkasih, mendiang ayah yang selalu menyemangati penulis agar menyelesaikan studi bahkan hingga akhir hayatnya, Ibu dan kakak-kakak ku tercinta yang telah banyak memberikan semangat, inspirasi, saran, doa dan dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis. 12. Kawan-kawan Perbankan Syariah 2012 yang selama empat tahun ini berjuang bersama dalam mewujudkan cita-cita. Khususnya Siska, Heny, Achi, Anim, dan Anis. 13. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasih. Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan mendo’akan penulis dan penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Ekonomi Islam.
Jakarta, 28 Oktober 2016
Robiyatun Setiawati
v
DAFTAR ISI ABSTRACT ........................................................................................................... i ABSTRAK ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi DAFTAR TABEL................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6 C. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................... 7 1. Batasan Masalah ................................................................................... 7 2. Rumusan Masalah ................................................................................. 7 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................... 8 1. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8 2. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8 E. Review Studi Terdahulu .............................................................................. 9 F. Kerangka Konsep/Pemikiran..................................................................... 12 G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 14 vi
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 16 A. Fraud .......................................................................................................... 16 1. Pengertian Fraud ................................................................................. 16 2. Faktor Penyebab/ Pendorong Fraud ................................................... 17 3. Bentuk-bentuk Fraud .......................................................................... 19 3. Pendeteksian Fraud ............................................................................ 21 4. Fraud Pada Perbankan ....................................................................... 22 B. Audit .......................................................................................................... 24 1. Bukti Audit (Evidence) ....................................................................... 25 2. Prosedur Audit .................................................................................... 27 C. Surprise Audit ............................................................................................ 29 1. Tujuan Surprise Audit ......................................................................... 32 2. Manfaat Surprise Audit ....................................................................... 33 3. Pelaksanaan Surprise Audit ............................................................... 34 D. Bank dan Bank Syariah ............................................................................. 34 1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional .............................. 36 2. Divisi Anti Fraud Pada Bank Syariah ................................................ 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 39 A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 39 B. Populasi dan Sampel ................................................................................. 40
vii
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 40 D. Teknik Analisis Data ................................................................................. 41 E. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 43 F. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian .................................................... 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 44 A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri .................................................. 44 B. Strategi Pendeteksian Fraud Bank Syariah Mandiri ................................. 46 C. Penerapan Surprise Audit Pada Bank Syariah Mandiri ............................. 47 1. Pelaksanaan Audit............................................................................... 50 2. Hasil Audit .......................................................................................... 53 3. Pelaksana Surprise Audit .................................................................... 55 4. Frekuensi Pelaksanaan Surprise Audit................................................ 57 5. Kelebihan dan Kekurangan Program Surprise Audit.......................... 58 D. Pengaruh Penerapan Surprise Audit Pada Bank Syariah Mandiri ............. 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 65 A. Kesimpulan................................................................................................ 65 B. Saran .......................................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu....................................................................9 Tabel 2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional...........................36
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Grafik Internal Fraud Pada Bank Syariah di Indonesia....................3 Gambar 1.2. Grafik Jumlah Internal Fraud Pada Bank Syariah Mandiri .............4 Gambar 1.3. Perolehan Skor GCG Bank Syariah Mandiri Periode 2011-2014....5 Gambar 1.4. Kerangka Konsep Penelitian...........................................................13 Gambar 2.1. Unsur-unsur Pendorong Perilaku Fraud..........................................18 Gambar 2.2. Fraud Tree........................................................................................20 Gambar 2.3. Persentase Kasus Fraud Pada Setiap Industri Perekonomian Global..............................................................................................23 Gambar 2.4. kategori Bukti Audit........................................................................26 Gambar 3.1. Komponen Analisis Data Kualitatif.................................................43 Gambar 4.1. Pertumbuhan Aset Bank Syariah Mandiri periode 2011-2016........45 Gambar 4.2. Struktur Internal Control terhadap Kantor/Unit Cabang BSM........60
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
: Draft Hasil Wawancara
Lampiran II
: Contoh Alat Audit
Lampiran III
: Surat Keterangan Penelitian dari Bank Syariah Mandiri
Lampiran IV
: Struktur Organisasi Internal Audit Bank Syariah Mandiri
Lampiran V
: Surat Edaran Bank Indonesia No.13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum.
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah fraud belum dikenal secara luas di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih mengenal segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan jabatan atau kekuasaan untuk memperoleh keuntungan sebagai korupsi. Namun, sebenarnya korupsi hanyalah salah satu bentuk dari praktik fraud. Fraud memiliki cakupan yang lebih luas dari pada korupsi. Fraud adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain1. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) pada tahun 2014, ada beberapa poin penting terkait bahaya fraud2 yang berupa kerugian bagi perusahaan : 1. Kerugian organisasi yang disebabkan fraud adalah sebesar 5% dari penghasilan tahunan (annual revenue). 2. Rata-rata kerugian akibat fraud yang diderita oleh masing-masing perusahaan/organisasi berdasarkan jenis fraud adalah : a) Penyalahgunaan aset mencapai 85% dari total kasus, meyebabkan rata-rata kerugian sebesar $130.000. b) Korupsi mencapai 37% dari total kasus, menyebabkan rata-rata kerugian
sebesar
1
$200.000.
Diaz Priantara, Fraud Auditing & Investigation, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013, hal. 4. Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), Report to The Nations on Occupational and Abuse, Austin, 2014, hal. 8. 2
1
2
c) Fraud atas laporan keuangan hanya 9% dari total kasus, namun menyebabkan rata-rata kerugian paling besar yakni $1 juta. Berdasarkan hasil survei ACFE pada tahun 2014, perbankan dan lembaga keuangan lainnya adalah sektor yang paling banyak terdapat fraud. Perbankan Indonesia sendiri menganut dual banking system yang terdiri dari perbankan konvensional dan perbankan syariah. Untuk memperkuat pengendalian internal bank, Bank Indonesia selaku regulator perbankan Indonesia menerapkan strategi anti fraud bagi bank umum (konvensional dan syariah) melalui Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum. Surat Edaran ini mulai berlaku tertanggal 9 Desember 2012 dan untuk penyampaian laporan pelaksanaannya paling lambat 6 (enam) bulan setelah Surat Edaran diterbitkan. Sebagai lembaga keuangan perbankan, bank syariah juga menghadapi resiko adanya tindakan fraud. Terlebih dengan masih banyaknya sumber daya manusia (SDM) yang terlibat di dalam perbankan syariah namun tidak memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam bidang perbankan syariah. Sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan hukum positif dan syariat Islam, tindakan fraud yang ditemukan pada bank syariah dapat mempengaruhi nilai kredibilitas perbankan syariah dan nilai-nilai Islami di mata masyarakat umum.
3
Berikut adalah grafik jumlah internal fraud pada bank syariah di Indonesia3 : Gambar 1.1 Grafik Jumlah Internal Fraud Pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2014
Jumlah Internal Fraud Pada Bank Syariah di Indonesia 40
35 30 25
2010
20
2011
15
2012
10
2013
5
2014
0 Bank Bank Muamalat Victoria Indonesia Syariah
Bank BRI Bank BNI Syariah Syariah
Bank Syariah Mandiri
BCA Syariah
Sumber : Laporan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Setiap Bank Syariah terkait pada Periode 2010-2014.
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa Bank Syariah Mandiri adalah bank syariah dengan jumlah fraud tertinggi dengan nilai rata-rata 16 kasus per tahun. Bank Syariah Mandiri adalah bank syariah terbesar di Indonesia dengan total aset Rp70.369.708.944.091,-4 pada tahun 2015. Dengan nilai aset tersebut, BSM memiliki tingkat risiko kecurangan (fraud) yang lebih tinggi dibandingkan bank lainnya. Aset adalah salah satu konsentrasi yang paling rawan terhadap fraud5. Untuk itu, diperlukan manajemen pengendalian
3
Nama dan jumlah bank syariah yang tercantum didasarkan pada publikasi laporan tahunan Good Corporate Governance yang di dalamnya terdapat kelengkapan laporan jumlah fraud. 4 Laporan keuangan tahunan Bank Syariah Mandiri tahun 2015. 5 Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah, Jakarta : Salemba Empat, 2011, hal. 64.
4
fraud yang baik. Setidaknya dengan menjadikan standar penerapan Strategi Anti Fraud yang diberlakukan BI sebagai acuan. Gambar 1.2 Grafik Jumlah Internal Fraud Bank Syariah Mandiri Periode 2011-2015
Jumlah Internal Fraud BSM Periode 2011-2015 34 25 12 3
2
2010
2011
2012
8
2013
2014
2015
Sumber : Laporan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bank Syariah Mandiri Periode 2010-2015
Tahun 2012 adalah tahun pertama diberlakukannya Surat Edaran BI terkait penerapan strategi anti fraud. Meskipun baru di tahun pertama, namun BSM sudah bisa meningkatkan pendeteksian internal fraud. Angka fraud tertinggi terjadi pada tahun 2013, dimana terdapat 32 kasus internal fraud. Pada tahun 2014 BSM berhasil menurunkan jumlahnya menjadi 25 kasus. Sampai kemudian angka ini berhasil ditekan menjadi 8 kasus pada tahun 2015. Dalam upaya pengendalian fraud, Bank Syariah Mandiri berupaya meningkatkan kualitas pengendalian internal melalui pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG). BSM telah mengikuti program CGPI (Corporate Governance Perception Index) yang merupakan program riset dan pemeringkatan pelaksanaan GCG di Indonesia sejak tahun 2012 sampai tahun
5
2015. Berikut adalah skor pelaksanaan GCG Bank Syariah Mandiri pada program CGPI : Gambar 1.3 Perolehan Skor GCG BSM Periode 2011-2014
Sumber : Laporan Pelaksanaan GCG Bank Syariah Mandiri Tahun 2015
Selama empat periode (periode penilaian tahun 2011-2014), keikutsertaan BSM dalam program ini mendapatkan predikat perusahaan “The Most Trusted Company”. Namun, menjadi the most trusted company bukan berarti tidak berisiko mengalami fraud. Pada tahun 2012 telah terjadi sebuah kasus kredit fiktif di BSM Cabang Bogor yang melibatkan Kepala Cabang Utama BSM Bogor, Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor, dan seorang Account Officer. Total kredit yang cair adalah Rp102 Miliar dan telah dikembalikan sementara ke bank sebesar Rp59 Miliar. Pada kasus kredit fiktif di BSM ini, menurut Taufik Markus selaku Corporate Secretary BSM, pelanggaran tindak pidana perbankan pada BSM tersebut ditemukan melalui audit internal yang kemudian dilaporkan pada Mabes Polri untuk diproses secara hukum. Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pelaporan/pengaduan tidak selalu berfungsi jika yang melakukan fraud adalah pejabat “atas” di unit kerja. Sedikit dari staf atau pegawai lainnya yang mungkin mau melaporkan atasannya atas tindakan
6
fraudulence. Bahkan jika mereka mengetahui jika atasannya benar telah melakukan kecurangan. Peran fungsi pengawasan internal dalam hal ini adalah pengawasan audit intern sangat penting untuk dilakukan. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia perihal strategi anti fraud disebutkan bahwa pilar pendeteksian
terdiri
dari
whistleblowing
system
(sistem
pelaporan/pengaduan), surprise audit, dan surveillance system (sistem pengawasan melalui media dan tools elektronik). Temuan kasus fraud di BSM Cabang Bogor ditemukan melalui audit rutin yang dilakukan Divisi Audit Intern (DAI) BSM dengan metode surprise audit. Menarik dikaji apakah dengan adanya surprise audit ini dapat meningkatkan kualitas pendeteksian dini serta pencegahan fraud pada bank syariah. Di samping itu, belum adanya penelitian mengenai penerapan surprise audit ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi program surprise audit pada lembaga perbankan dengan judul “Analisis Penerapan Surprise Audit Dalam Upaya Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM)? 2. Bagaimana penerapan surprise audit pada BSM dalam upaya pendeteksian fraud?
7
3. Bagaimana implikasi penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada BSM? C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Penelitian ini tidak membahas penerapan strategi anti fraud secara menyeluruh. Sebagaimana disebutkan dalam latar belakang, strategi anti fraud meliputi 4 komponen yaitu : 1. Pencegahan, 2. Deteksi, 3. Investigasi, pelaporan dan sanksi, 4. Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut. Untuk
memudahkan
peneliti
dalam
melakukan
penelitian,
penelitian ini akan dibatasi sampai upaya pendeteksian fraud saja, yang kemudian difokuskan pada bagian surprise audit. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka berikut adalah rumusan masalah dalam penelitian ini : 1) Bagaimana penerapan strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM)? 2) Bagaimana implementasi surprise audit pada BSM dalam upaya pendeteksian fraud? 3) Bagaimana implikasi/pengaruh penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada BSM?
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM). 2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi surprise audit pada BSM dalam upaya pendeteksian fraud. 3. Untuk mengetahui implikasi penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada BSM. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pihak Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dan referensi bagi pihak akademisi dalam mengkaji strategi pendeteksian fraud Pada Bank Syariah, serta bagi penelitian lebih lanjut tentang Fraud Pada Bank Syariah. 2. Bagi Pihak Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak praktisi khususnya bagi pihak manajemen perseroan dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan kualitas pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah.
9
3. Bagi Masyarakat Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat
kepada
masyarakat sebagai sumber informasi dalam pengambilan keputusan penanaman investasi dan atau sebagai pertimbangan pemilihan lembaga keuangan terpercaya. E. Review Studi Terdahulu Ada beberapa penelitian terdahulu terkait dengan pembahasan fraud yang penulis gunakan sebagai rujukan atas peneitian ini. Berikut adalah ringkasan dari penelitian-penelitan tersebut : Tabel 1.1 Ringkasan Studi Terdahulu
No.
Nama dan Judul Penelitian
Substansi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan dan implikasi Whistle blowing System dan upaya pencegahan Employee Fraud di Bank BNI Syariah Cabang Sukabumi. Penelitian skripsi ini berupa penelitian lapangan (field research) dan dengan cara analisa kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi dokumentasi. 2 Pengaruh Kualitas Penelitian ini ditujukan mengetahui Pelaksanaan Good untuk bagaimana pengaruh Corporate Governance (GCG), kualitas GCG, Ukuran Bersambung ke halaman selanjutnya 1
Penerapan Whistle Blowing System Dalam Upaya Pencegahan Employee Fraud di Bank BNI Syariah (M. Fazlur Rahman Syarif, UIN Syarif Hidayatullah 2014). *Skripsi
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri Pusat. Penelitian ini menggunakan metode yang sama namun berbeda obyek dan subjek penelitiannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan
10
Tabel 1.1 (lanjutan) Ringkasan Studi Terdahulu
No.
Nama dan Judul Penelitian Ukuran (size) dan Kompleksitas Bank Terhadap Fraud Perbankan Syariah Periode 2011-2013 (Nidaul Hasanah, UIN Syarif Hidayatullah, 2015). *Skripsi
Substansi
(Size), dan Kompleksitas Bank Terhadap Fraud Perbankan Syariah. Sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diantara ketiga variabel independent pada penelitian ini, kompleksitas bank adalah variabel yang berpengaruh signifikan terhadap fraud. Sedangkan kedua variabel lainnya berpengaruh terhadap fraud namun tidak signifikan. Penelitian ini ditujukan 3 Pengaruh Peran untuk mengetahui Audit Internal signifikansi pengaruh audit Terhadap internal terhadap Pencegahan pencegahan kecurangan Kecurangan (Theresa Festi T. (fraud). Populasi pada Dkk., Universitas penelitian ini adalah Riau, 2014). satuan pengendalian *Jurnal internal (SPI) dan auditor internal pada perbankan (JOM FEKOM cabang pekanbaru dengan Vol.1 No. 2 jumlah 60 orang. Populasi Oktober 2014) ini kemudian dijadikan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data Bersambung ke halaman selanjutnya.
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri Pusat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitaif. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang merupakan penelitian kuantitatif. Lembaga tempat penelitiannya pun berbeda.
11
Tabel 1.1 (lanjutan) Ringkasan Studi Terdahulu
No.
Nama dan Judul Penelitian
Substansi
primer tersebut diperoleh dengan menggunakan pertanyaan tertulis (kuesioner). Prospek Efektivitas Tujuan dari penelitian ini Strategi Anti Fraud adalah untuk menganalisis prospek keberhasilan Surat Bank Indonesia Edaran Bank Indonesia (2011) Sebagai Bentuk Pencegahan No. 13/28/DPNP tentang penerapan Strategi Anti Kejahatan Fraud bagi Bank Umum Perbankan (Suatu menurut pendapat para ahli penelitian teknik di bidang perbankan di Delphi Pendapat Indonesia. Hasil penelitian Para Pakar Perbankan). (Edi menyimpulkan bahwa Fauzi, Universitas Strategi Anti Fraud Indonesia, 2012) tersebut prospektif. *Tesis
Persamaan dan Perbedaan Penelitian
Persamaannya adalah kedua penelitian sama-sama merupakan penelitian kualitatif, namun karena penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Edi (2012) ditujukan untuk mengetahui peramalan (forecasting) dari prospek keberhasilan Suatu kebijakan baru, maka teknik penelitiannya menggunakan teknik Delphi. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan menggunakan teknik analisis deskriptif. Selain itu panelitian ini juga hanya difokuskan pada salah satu komponen dari Strategi Anti Fraud yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 13/28/DPNP tentang penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum. Penelitian ini menjelaskan Penelitian ini Pengawasan, upaya bertujuan untuk 5 Strategi Anti fraud beberapa pencegahan fraud pada mengetahui Bersambung ke halaman selanjutnya. 4
12
Tabel 1.1 (lanjutan) Ringkasan Studi Terdahulu
No.
Nama dan Judul Penelitian dan Audit Kepatuhan Syariah Sebagai Upaya Fraud Preventive Pada Lembaga Keuangan Syariah. (Atik Emilia Sula dkk. Universitas Trunojoyo Madura, 2014). *Jurnal (JAFFA, Vol. 02 No. 2 Oktober 2014, Hal. 91-100)
Substansi lembaga keuangan syariah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi pustaka yang mengacu pada penelitian terdahulu dan menghasilkan analisis kritis dan solusi praktis atas penelitian.
Persamaan dan Perbedaan Penelitian bagaimana penerapan surprise audit dalam upaya pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri Pusat. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang difokuskan pada upaya pencegahan, penelitian ini membahas tahap lanjutan setelah pencegahan, yakni pendeteksian fraud.
F. Kerangka Konsep/Pemikiran Penelitian ini mengangkat tema tentang fraud. Kemudian penelitian difokuskan pada poin pendeteksian fraud. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum, ada tiga teknik pendeteksian fraud, yaitu melalui mekanisme Whistleblowing System, surprise audit, dan surveillance system. Dengan berkembangnya lembaga perbankan syariah di Indonesia saat ini, membuat penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana teknik pendeteksian fraud pada Bank Syariah. Berangkat dari kasus fraud yang terjadi di Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Bogor pada tahun 2012 silam, penulis memutuskan untuk melakukan studi penerapan strategi pendeteksian fraud pada BSM yang kemudian akan difokuskan pada teknik pendeteksian melalui metode surprise audit.
13
Gambar 1.4 Kerangka Konsep Penelitian
Bank Syariah
Resiko Kecurangan (Fraud)
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum di Indonesia.
Bank Syariah Mandiri
Divisi Anti Fraud : Auditor Internal Komite Audit Dewan Komisaris
Strategi Anti Fraud : 1. Pencegahan 2. Pendeteksian 3. Investigasi, Pelaporan dan Sanksi 4. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut.
Whistle Blowing System
Surprise Audit
IMPLEMENTASI
REKOMENDASI
Surveillance System
14
Dalam rangka memperkuat pengendalian intern bank, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No. 13/28/DPNP perihal Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum. Mengacu pada SE BI ini Bank Syariah Mandiri membentuk Divisi Anti fraud yang terdiri dari Divisi Audit Intern, Komite Audit dan Dewan Komisaris. Berdasarkan hasil penelitian, Bank Syariah menerapkan
mekanisme
whistleblowing
system,
surprise
audit
dan
surveillance system sebagai strategi pendeteksian fraud. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan metode surprise audit dapat dilihat pada bab pembahasan, yakni di bab iv penelitian ini. demikian gambaran dari kerangka konsep penelitian skripsi ini. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Berikut adalah gambaran sistematika penulisan pada skripsi ini : BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu terkait penelitian tentang fraud, sistematika penulisan, serta kerangka pemikiran.
15
BAB II. LANDASAN TEORI Bab ini berisi penjelasan tentang teori-teori terkait fraud seperti pengertian, faktor-faktor pendorong fraud, bentuk-bentuk fraud, kemudian teori terkait strategi pendeteksian fraud, Surprise Audit, bank, serta bank syariah. BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pemaparan jenis penelitian, ruang lingkup penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, objek dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV. HASIL DAN ANALISIS Bab ini memaparkan hasil dan analisis penelitian diantaranya penerapan surprise audit dan implikasinya tehadap peningkatan kualitas pendeteksian dini serta pencegahan fraud pada BSM. BAB V. PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian. Serta saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II LANDASAN TEORI A. Fraud Fraud adalah tindakan melawan hukum yang merugikan entitas atau organisasi dan menguntungkan pelakunya. Tindak kecurangan ini berupa pengambilan atau pencurian harta/aset perusahaan. Tindakan fraud sulit dideteksi karena pada umumnya pelaku fraud adalah para pekerja handal dan profesional di bidangnya. Berikut adalah pengertian fraud : 1. Pengertian Fraud Menurut Black’s Law Dictionary dalam Ema Kurniawati (2012)6, fraud didefinisikan sebagai : “Mencakup semua macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat licik atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu.” Sedangkan Menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) dalam Fraud Examiners Manual 20067:
6
Ema Kurniawati, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle, Semarang : Universitas Diponegoro, 2012, hal. 12. 7 Karyono, Forensic Fraud, Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2013, hal 3.
16
17
“Fraud is an intentional untruth or dishonest scheme used to take deliberate and unfair advantage of another person or group of person it included any mean, such cheats another.” “Fraud (kecurangan) berkenaan dengan adanya keuntungan yang diperoleh seseorang dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalamnya termasuk unsurunsur surprise/tak terduga, tipu daya, licik, dan tidak jujur yang merugikan orang lain.” Berdasarkan kedua definisi di atas, fraud dapat diartikan sebagai segala bentuk kecurangan yang dilakukan individu atau pun kelompok untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain melalui pemalsuan kondisi sebenarnya pada perusahaan. 2. Faktor Penyebab/ Pendorong Fraud Adanya peluang atau situasi yang mendorong seseorang melakukan tindak kecurangan dapat menyebabkan seseorang yang sebelumnya tidak berniat melakukan kecurangan menjadi ingin melakukannya. Berikut adalah beberapa teori terkait faktor pendorong terjadinya fraud : 1) Teori C= N + K8 Dengan : C = Criminal N = Niat K = Kesempatan
8
Karyono, Forensic Fraud, hal 8.
18
Teori ini lebih sering dipakai oleh kepolisian, dimana ada niat dan kesempatan, maka akan menyebabkan seseorang melakukan tindak kejahatan (kriminal). 2) Fraud Triangle Theory9 Konsep teori ini bertumpu pada riset Donald Cressey (1953) yang merupakan salah satu pendiri Association of Certified Fraud Examiner (ACFE). Riset ini menyimpulkan bahwa fraud mempunyai tiga sifat umum yang kini lebih dikenal dengan segitiga fraud atau Fraud Triangle. Dalam teori segitiga, perilaku fraud didukung oleh tiga unsur, yaitu adanya tekanan, kesempatan, dan pembenaran. Tiga unsur itu digambarkan dalam segitiga sama sisi karena bobot/derajat ketiga unsur itu sama. Gambar 2.1 Unsur-unsur pendorong perilaku fraud berdasarkan teori segitiga fraud.
a) Tekanan (Pressure), ada berbagai macam tekanan yang dapat mendorong seorang pegawai melakukan tindak kecurangan,
9
Diaz Priantara, Fraud Auditing & Investigation, hal. 44.
19
diantaranya seperti tekanan keuangan, tekanan lingkungan kerja, kebiasaan buruk, dan lain sebagainya. b) Kesempatan
(Opportunity),
adanya
kesempatan
yang
memungkinkan terbukanya peluang terjadi fraud diantaranya diakibatkan oleh lemahnya pengendalian internal. c) Pembenaran (Rationalization), faktor pembenaran ini biasanya dilakukan pegawai yang merasa sudah bekerja keras dan berjasa pada perusahaan namun tidak mendapatkan imbalan yang sepadan dengan usahanya. Karenanya, ia melakukan kecurangan dengan alasan pembenaran atas apa yang dilakukannya. 3. Bentuk-bentuk Fraud Para ahli mengklasifikasikan fraud ke dalam beberapa bentuk, diantara bentuk-bentuk fraud yang paling sering digunakan sebagai acuan adalah bentuk-bentuk fraud menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE). Menurut (ACFE), bentuk-bentuk fraud terbagi ke dalam 3 kategori10, yaitu : a. Kecurangan Laporan Keuangan Kecurangan laporan keungan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam bentuk salah saji material laporan keuangan.
10
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), Report to The Nations on Occupational and Abuse, hal. 11.
20
b. Penyalahgunaan Aset Kecurangan ini berupa pengambilan aset perusahaan secara ilegal (tidak sah), atau biasa disebut dengan penggelapan aset perusahaan. Kecurangan ini terdiri dari kecurangan kas dan kecurangan persediaan dan aset lain. c. Korupsi Jenis kecurangan ini terdiri dari adanya pertentangan kepentingan, penyuapan, hadiah tidak sah, dan pemerasan ekonomi. Untuk lengkapnya, pengelompokan bentuk-bentuk fraud dapat dilihat pada gambar fraud tree berikut ini : Gambar 2.2 Occupational Fraud and Abuse Classification System (Fraud Tree)
Sumber : Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse 2014 - Association of Certified Fraud Examiner
21
Dalam perkembangannya, terdapat bentuk lain dari fraud yaitu segala bentuk fraud yang dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi atau yang biasa disebut dengan cybercrime. Jenis fraud ini merupakan jenis fraud yang paling canggih, selain ahli dalam bidang keuangan, para pelaku juga memiliki keterampilan khusus dalam bidang Ilmu Teknologi (IT) atau setidaknya memiliki seseorang yang ahli di bidang tersebut. Cybercrime akan menjadi jenis fraud yang paling ditakuti di masa depan, di mana teknologi informasi, komunikasi dan multimedia berkembang dengan pesat dan canggih. Entitas yang operasionalnya sudah sangat tergantung pada teknologi informasi, komunikasi, dan multimedia harus melindungi dirinya dengan information control dan security yang tepat. Cybercrime dapat terjadi mulai berupa serangan virus dan hacker sampai dengan concealment pada asset misappropriation dan conversion melalui kecanggihan teknologi11. 3. Pendeteksian Fraud Deteksi fraud adalah suatu tindakan untuk mengetahui bahwa fraud terjadi, siapa pelaku, siapa korbannya, dan apa penyebabnya. Kunci pada pendeteksian fraud adalah untuk dapat melihat adanya kesalahan dan ketidakberesan12.
11 12
Diaz Priantara, Fraud Auditing & Investigation, hal. 75. Karyono, Forensic Fraud, hal. 91.
22
Pendeteksian fraud dilakukan dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau gejala terjadinya fraud, seperti perubahan pola hidup atau perilaku seseorang, banyaknya keluhan dari customer atau pegawai lainnya, dan adanya pencatatan atau dokumentasi yang mencurigakan. Tanda-tanda ini biasa disebut dengan Red Flag (fraud Indicator). Meskipun dengan munculnya red flag tersebut tidak selalu mengindikasikan adanya fraud, namun setiap fraud selalu diikuti dengan adanya red flag, karenanya red flag merupakan peringatan dini terhadap fraud. Secara umum ada dua teknik pendeteksian fraud, yaitu pendeteksian fraud dengan critical point auditing yang dilakukan dengan analisis trend dan pengujian khusus, dan pendeteksian fraud dengan job sensitivity analisis (analisis kepekaan) yang dilakukan dengan mengidentifikasi posisi pekerjaan yang rawan kecurangan dan dengan mempertimbangkan karakter pribadi13. Pendeteksian fraud dengan teknik critical point auditing adalah teknik pendeteksian fraud melalui audit terhadap laporan keuangan (catatan akuntansi) yang mengarah pada indikasi adanya gejala fraud yang kemudian mengarah kepada penyelidikan lebih lanjut. 4. Fraud Pada Perbankan Soekardi Hoesodo menjelaskan fraud di bidang perbankan dapat diartikan sebagai14: “tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Bank, nasabah, atau pihak lain, 13
Karyono, Forensic Fraud, hal. 109. Edi Fauzi, Prospek Efektivitas Strategi Anti Fraud Bank Indonesia (2011) Sebagai Bentuk Pencegahan kejahatah Perbankan, Depok, Universitas Indonesia : 2012, hal. 11. 14
23
yang terjadi di lingkungan Bank dan/atau menggunakan sarana Bank sehingga mengakibatkan Bank, nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku Fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Berdasarkan hasil laporan survei berkala yang dilakukan ACFE pada tahun 2014, industri perbankan dan jasa keuangan lainnya menempati urutan pertama sebagai sektor yang paling sering terjadi fraud. Sebesar 17,8% dari total kasus yang ada dalam survei terjadi di sektor perbankan. Survei ini didasarkan pada kasus fraud yang diinvestigasi oleh pemeriksa fraud bersertifikasi (CFE) yang tersebar di seluruh dunia, termasuk salah satunya di Indonesia15. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini : Gambar 2.3 Persentase Kasus Fraud Pada Setiap Industri Perekonomian Global
Sumber : Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse 2014 - Association of Certified Fraud Examiner 15
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), Report to The Nations on Occupational and Abuse, hal. 27.
24
Industri perbankan memiliki berbagai regulasi terkait kebijakan operasional perbankan, namun dengan ketatnya regulasi pun risiko fraud masih tinggi jika tidak disertai dengan penguatan pengendalian internal. Seperti yang disampaikan oleh Joy Luhukay selaku pengamat perbankan strategic Indonesia, modus kejahatan perbankan bukan hanya soal kecurangan (fraud), tetapi lemahnya pengawasan internal control bank terhadap sumber daya manusia juga menjadi titik celah kejahatan perbankan. “Internal Control menjadi masalah utama perbankan. Bank Indonesia harus mengatur standard operating system (SOP)”, Kata Joy Luhukay (2/5/2011) 16. Guna memperkuat pengendalian internal bank, Bank Indonesia selaku regulator perbankan Indonesia menerapkan strategi anti fraud bagi bank umum melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum. Penerapan strategi ini akan memperkuat pengendalian internal bank melalui pengendalian fraud. B. Audit Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan17.
16
Diakses pada Selasa, 29 Maret 2016. Dikutip dari www.kompas.com Yusar Sagara dan Fitri Yani Jalil, Auditing, Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press, 2013, hal. 16. 17
25
Audit adalah proses pemeriksaan yang independen. Orang yang melakukan audit disebut dengan auditor yang terdiri dari auditor internal dan auditor eksternal. Auditor internal adalah auditor yang bertugas mengaudit kinerja internal perusahaan. Hasil audit akan digunakan sebagai acuan perbaikan sistem atau kebijakan perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan auditor eksternal adalah auditor yang berasal dari luar perusahaan seperti auditor dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dan auditor pemerintah. Auditor eksternal bertugas mengaudit laporan keuangan perusahaan untuk menentukan kewajaran dan kesesuaian laporan tersebut dengan standar akuntansi yang berlaku. Auditor eksternal juga memiliki andil dalam pendeteksian fraud. Auditor eksternal diharapkan dapat mendeteksi fraud yang sebelumnya tidak dapat terdeteksi oleh auditor internal berdasarkan ketidakwajaran yang ditemukan pada catatan akuntansi perusahaan. Namun, dalam upaya pendeteksian kecurangan (fraud), auditor internal memegang peranan utama karena auditor internal melakukan pemeriksaan langsung terhadap kondisi internal perusahaan. 1. Bukti Audit (Evidence) Arens, Elder dan Beasley (2003 : 242) mendefinisikan bukti audit sebagai “setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan”18.
18
Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley, Auditing dan Pelayanan Verifikasi Pendekatan Terpadu, hal. 242.
26
Secara garis besar, bukti audit dapat dibedakan ke dalam 3 kategori19. Seperti yang terlihat pada gambar 2.4 berikut ini : Gambar 2.4 kategori Bukti Audit
PHYSICAL EVIDENCE Bukti yang terlihat. Dijumpai saat dilakukan observasi/inspeksi langsung di lokasi audit. Misalnya, selisih stok barang rusak, barang hilang (yang semuanya tidak tersaji dalam laporan stok), dana operasional yang dipakai untuk kepentingan pribadi, karyawan yang sering mangkir, konflik dalam tim, dan sebagainya. DATA EVIDENCE Bukti tertulis yang dapat dikumpulkan secara on desk maupun on site. Bukti ini dapat berupa bon transaksi, catatan rutin, kertas kerja, notulen meeting, laporan periodik, atau data yang diprint/copy atau didownload (dari di-backend) sistem komputer.
WITNESS EVIDENCE Bukti keterangan dari saksi terkait, yang selanjutnya dituangkan dalam konfirmasi tertulis. saksi bisa berupa saksi pelaku (suspect) maupun saksi yang memberatkan/meringankan. kesaksian tertulis merupakan syarat mutlak dalam investigative audit.
Sumber : Valery G. Kumaat (2011)
Dalam proses litigasi (pengadilan), media audio-visual seperti rekaman CCTV, hasil foto/scanning dokumen, atau kesaksian dalam bentuk rekaman audio/video dapat digunakan sebagai bukti fisik. Sebuah temuan hasil audit setidaknya harus didukung oleh minimal 2 dari 3 kategori diatas (bukti fisik, data, kesaksian).
19
Valery G. Kumaat, Internal Audit, Jakarta : Erlangga, 2011, hal. 86.
27
Pada umumnya bukti awal (initial evidence) bisa berupa salah satu dari kategori diatas, yaitu bisa dari hasil penggalian oleh auditor sendiri (verifikasi fisik, analisis data, interview/intelligence) atau hasil informasi (pengaduan) yang diterima oleh auditor. Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar. Keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dibagi ke dalam empat jenis keputusan20, yaitu : -
Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan.
-
Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu.
-
Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi.
-
Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.
2. Prosedur Audit Prosedur audit adalah tindakan yang dilakukan atau metode yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit. Berikut adalah prosedur yang biasa dilakukan dalam kegiatan audit21 :
20
Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley, Auditing dan Pelayanan Verifikasi Pendekatan Terpadu, hal. 242 21 Sofyan Syafri Harahap, Auditing Kontemporer, Jakarta : Erlangga, 1994, hal. 150.
28
a) Pemeriksaan fisik, yaitu prosedur yang dilakukan dengan cara melihat, menghitung dan mengenal langsung jumlah pos/barang seperti menghitung kas, melihat bangunan, melihat pabrik, menghitung persediaan barang, dan lain-lain. b) Konfirmasi, merupakan bentuk pertanyaan yang disampaikan dalam bentuk tertulis oleh auditor kepada pihak lain di luar perusahaan yang berhak untuk memberikan informasi. Pihak yang ditanya harus dapat dipercaya dan tidak memihak. Prosedur konfirmasi ini biasanya dijadikan sebagai pengganti prosedur pemeriksaan fisik. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk memeriksa kewajaran piutang dan hutang, memeriksa jumlah persediaan yang ada di gudang pihak ketiga seperti barang konsinyasi, surat berharga yang ada di bank, dan lain-lain. c) Inspeksi, yaitu prosedur memeriksa, melihat dokumen. d) Vouching : proses pemeriksaan apakah catatan pembukuan dan jumlah yang terdapat dalam buku didukung atau tidak oleh dokumen yang sah. e) Tracing
(menelusuri)
: adalah
kebalikan dari
vouching.
Pemeriksaan dimulai dari bukti sampai kepada buku catatan. f) Recomputation : disebut juga recalculating, recounting, atau reperformance. Prosedur ini adalah dengan menghitung kembali daftar-daftar yang diserahkan klien. Contoh, apakah perhitungan biaya penyusutan sudah benar dan dicatat dengan benar.
29
g) Scanning : melihat buku atau tabel-tabel data cera sepintas unruk melihat kemungkinan adanya transaksi/hal-hal yang tidak biasa atau yang tidak konsisten. h) Inquiry (tanya jawab). i) Observasi. j) Prosedur pemeriksaan Analitis yaitu pembuatan analisis yang sistematis
dengan
jalan
membanding-bandingkan,
menghubungkan informasi yang satu dengan informasi yangsatu dengan informasi yang lain baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan. C. Surprise Audit Sebagai upaya mengoptimalkan pendeteksian fraud, Bank Indonesia menjadikan surprise audit sebagai salah satu upaya pendeteksian fraud pada lembaga perbankan. Surprise Audit terdiri dari kata Surprise dan Audit. Kata surprise berasal dari bahasa Inggris yang berarti sesuatu yang tidak diberitahu kepada orang lain22. Dalam bidang Audit, Surprise Audit adalah proses audit yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa memberikan pemberitahuan kepada obyek audit bahwa akan diadakan audit.
22
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006, hal. 571.
30
Sasaran dari Surprise audit adalah setiap sektor yang rawan terjadi fraud. Setidaknya ada tiga obyek yang dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan surprise audit karena tingkat kerawanan risiko fraud itu sendiri23, Yaitu : 1) Transparansi Sistem Sistem kerja yang tidak transparan (terbuka) merupakan peluang emas bagi pelaku kecurangan. Keterbatasan akses dari luar unit akan membatasi
pengawasan
dan
pemberian
masukan terhadap
unit
bersangkutan membuat pelaku lebih leluasa dalam memanipulasi sistem. Karena itu biasanya pelaku kecurangan tidak lain adalah “orang dalam” atau setidaknya melibatkan orang yang memiliki otoritas atas akses sistem tersebut. Pelaku kecurangan sering menjadikan unit kerja yang “basah” sebagai sasarannya. Di antara unit kerja tersebut adalah : a) Pembelian barang atau jasa. b) Pengeluaran kas dan biaya rutin. c) Pengeluaran berbasis proyek/event. d) Penagihan kewajiban dari pelanggan, khususnya yang kurang lancar (bermasalah atau bed debt). e) Pengeluaran aset fisik (inventory atau aset fisik). 2) Konsentrasi Aset dan Biaya Berbeda dengan unit sebelumnya, pada unit Aset dan Biaya para pelaku sudah menargetkan terlebih dahulu sebelum beraksi. Satu-satunya alasan
23
Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah, hal. 63.
31
yang menjadikan
unit ini rentan terhadap kecurangan adalah karena
jumlah nilainya yang besar. Jumlah aset yang relatif banyak memberikan kemudahan dalam melakukan kecurangan tanpa segera diketahui. Misalnya barang inventory, aset tetap tertentu (kursi kerja, brankas, dsb), dan persediaan kantor tertentu (buku, telepon, kertas). Alokasi anggaran yang relatif besar membuka peluang untuk melakukan manipulasi (mark up) biaya. Misalnya anggaran terkait proyek. Nilai barang yang relatif tinggi, yang bila berhasil memiliki dan menjualnya “di bawah harga pasar” tetap dapat memberikan keuntungan yang besar. Misalnya peralatan komputer dan peralatan laboratorium. 3)
Integritas SDM dan Keseimbangan Organisasi
integritas SDM diuji saat dihadapkan pada kondisi terbukanya peluang dan adanya dorongan untuk melakukan kecurangan. Namun, faktor pendorong tidak hanya dapat berasal dari dalam diri pelaku saja melainkan dari berbagai faktor eksternal. Diantaranya adalah lingkungan organisasi kerja. Faktor dorongan dari diri SDM dan lingkungan organisasi kerap menjadi pemicu yang saling melengkapi ketika seseorang melakukan kecurangan. Perilaku fraud dapat terjadi pada siapa saja yang terlibat di dalam perusahaan, mulai dari pegawai biasa sampai dengan jajaran direksi manajemen perusahaan. Karena pendeteksian fraud tidak mudah dilakukan, maka program whistleblowing system saja tidak cukup. Terlebih pada jajaran atas manajemen perusahaan.
32
Menurut Anika Faisal selaku pengamat perbankan dari Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional24, program whistleblowing
adalah kunci
banyaknya pengungkapan tindakan kecurangan dalam sebuah bank. Namun sayangnya program ini tidak memiliki prospek, karena dalam kasus-kasus besar yang melibatkan pencurian keuangan negara yang dilakukan oleh para konglomerat termasuk pemilik bank melalui perbankan, sebagian besar tidak terdeteksi. Karyawan atau eksekutifnya pun tidak akan mau melaporkannya. Untuk menutupi kekurangan tersebut maka perusahaan menerapkan strategi pendeteksian fraud
melalui program surprise audit atau audit
dadakan. Berbeda dengan whistleblowing system, Anika Faisal menilai bahwa program surprise audit memiliki prospek yang baik. Dengan adanya audit dadakan, orang yang melakukan kecurangan, belum dan sedang melakukan proses penghilangan barang-barang bukti atau sedang melakukan penyesatanpenyesatan laporan keuangan bisa diketahui saat melalui investigasi audit dadakan25. 1. Tujuan Surprise Audit Menurut Sam Bowercraft dan david Hammarberg (2013) 26, tujuan dari diadakannya surprise audit adalah :
24
Edi Fauzi, Prospek Efektivitas Strategi Anti Fraud Bank Indonesia (2011) Sebagai Bentuk Pencegahan kejahatah Perbankan, hal. 76. 25 Edi Fauzi, Prospek Efektivitas Strategi Anti Fraud Bank Indonesia (2011) Sebagai Bentuk Pencegahan kejahatah Perbankan, hal. 78 26 Diakses pada Kamis, 19 Mei 2016. Dikutip dari http://www.macpas.com/fraudprevention-and-detection-webinar/.
33
a) untuk mengevaluasi tanpa memberikan pemberitahuan dari tinjauan/pemeriksaan sehingga persiapan tidak dapat dilakukan oleh auditee (sasaran audit) b) untuk mengkonfirmasi kesiapan operasional sebenarnya dari area proses. c) audit adalah strategi deteksi. d) kemungkinan audit merupakan strategi pencegahan. 2. Manfaat Surprise Audit Manfaat
dari
adanya
surprise
audit
diantaranya
adalah
meningkatkan kesiapan pegawai. Karena audit ini diadakan secara mendadak, maka setiap pegawai harus siap setiap saat untuk menghadapi kemungkinan adanya pelaksanaan audit secara tiba-tiba. Selain itu praktik fraud lebih sering tertangkap basah melalui strategi surprise audit ini.
34
3. Pelaksanaan Surprise Audit Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Try Bagus27, pelaksanaan surprise audit
pada Bank X telah dijadwalkan untuk
dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam satu tahun. Namun, pelaksanaan surprise audit ini dapat lebih dari satu kali dalam setahun apabila pihak manajemen Bank X
dalam hal ini direksi dan dewan komisaris,
menginstruksikan divisi audit internal untuk melakukan surprise audit tambahan tersebut. Adapun audit yang dilakukan adalah dengan meneliti kesesuaian pelaksanaan operasional dengan SOP bagi divisi atau unit kerja yang diaudit. D. Bank dan Bank Syariah Dr. B.N. Ajuha menyatakan bahwa Bank adalah suatu tempat untuk menyalurkan modal dari mereka yang tidak mampu menggunakan secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat28. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 Bab I Pasal 1.1, bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana
dari
masyarakat
dalam
bentuk
simpanan
dan
menyalurkannya kepada masyarakat guna meningkatkan taraf hidup rakyat banyak29.
27
Try Bagus Harminto, Tinjauan Yuridis Atas Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Fraud Dalam Perkreditan Oleh Bank X, Depok, Universitas Indonesia : 2012, hal. 92. 28 Diakses pada tanggal 26 Februari 2016 dari www.informasiana.com 29 Faisal Afif dkk., Strategi dan Operasional Bank, Jakarta : PT. Eresco, 1996, hal. 4
35
Dengan demikian, dapat disimpulkan peranan bank dalam masyarakat adalah sebagai : -
Penghimpun dana dari masyarakat
-
Penyalur dana dalam bentuk kredit
-
Memperlancar dalam transaksi perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat. Seiring perkembangan dunia perbankan, kini perbankan Indonesia
menganut dual banking system yakni perbankan konvensional dan perbankan syariah. Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah30. Bank syariah sebagai lembaga bisnis yang berjalan berdasarkan prinsip syariah tidak boleh diarahkan untuk menghasilkan laba yang maksimum. Sebagai sebuah lembaga bisnis, bank syariah harus diarahkan untuk mencapai kesejahteraan bersama di dunia dan di akhirat.
30
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hal. 32
36
1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Dalam beberapa hal, bank syariah memiliki beberapa persamaan dengan bank konvensional. Seperti pada sisi teknis penerimaan uang, persyaratan pengajuan kredit, dan sistem transfer. Namun, di sisi lain bank syariah juga memiliki perbedaan mendasar dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut adalah : Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional31
No.
Aspek
1
Falsafah
2
Operasional
3
Sosial
4
Organisasi
31
Bank Syariah Tidak berdasarkan bunga, spekulasi dan ketidakjelasan Dana masyarakat berupa titipan dan investasi baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih dahulu. Pada sisi penyaluran, dana tersebut disalurkan pada sektor yang halal dan menguntungkan. Aspek sosialnya dinyatakan dengan eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan. Bank syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Bank Konvensional Berdasarkan bunga Dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo. Pada sisi penyalurannya, aspek halal tidak tidak menjadi pertimbangan utama. Aspek sosialnya tidak tersirat secara tegas. Tidak terdapat dewan sejenis.
Amir Machmud, dan Rukmana, Bank Syariah :Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia, Jakarta : Erlangga, 2010, Hal. 11
37
2. Divisi Anti Fraud Pada Bank Syariah Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian internal, setiap bank diharuskan
membentuk
unit
khusus
pengendalian
fraud32.
Pertanggungjawaban unit ini dilakukan langsung kepada direktur utama. Sedangkan untuk fungsi pengawasan, unit ini berada langsung di bawah pengawasan dewan komisaris. Divisi anti fraud beroperasi secara independent. Hal ini ditujukan untuk menjaga obyektivitas dari penilaian audit terhadap kondisi perusahaan. Struktur dari unit anti fraud pada setiap bank berbeda-beda, sesuai dengan kebijakan perusahaan. Seperti misalnya divisi anti fraud pada Bank Syariah Mandiri yang terdiri dari auditor internal, komite audit, dan dewan komisaris selaku pengawas dan pembentuk kebijakan terkait penanganan fraud. Selain itu ada auditor eksternal yang juga berperan dalam upaya pendeteksian kecurangan (fraud). Dengan adanya
auditor eksternal
diharapkan dapat mendeteksi fraud yang sebelumnya tidak dapat terdeteksi oleh auditor internal. Tujuan dari pembentukan divisi ini adalah untuk meningkatkan
efektivitas
pengendalian
internal
perusahaan
melalui
pengendalian fraud.
32
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP Tanggal 9 Desember 2011 Perihal Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum.
38
Semakin baik pengendalian fraud suatu perusahaan, maka semakin baik pula kinerja perusahaan. Selain itu, adanya praktik fraud pada bank syariah akan menyebabkan berkurangnya kredibilitas bank syariah di mata publik. Terlebih dengan landasan dari bank syariah itu sendiri yang tidak lain adalah syariat Islam dan hukum positif. Tidak hanya bank syariah saja yang akan diragukan kredibilitasnya oleh publik, namun juga dapat berdampak pada LKS lainnya. Karena itu keberadaan divisi anti fraud sangat krusial bagi bank syariah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah instrumen kunci33. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang mendalam, sehingga hasil penelitian diharapkan dapat mencermikan keadaan yang sesungguhnya dari obyek penelitian. Jenis penelitian kualititatif lebih ditekankan untuk meneliti permasalahan dalam bidang sosial dan budaya. Dalam hal ini adalah kondisi bank syariah dalam upaya pendeteksian fraud melalui metode surprise audit. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah penerapan surprise audit pada Bank Syariah Mandiri (BSM), sedangkan subjek penelitiannya adalah divisi anti fraud pada BSM. Divisi anti fraud BSM terdiri dari divisi audit intern, komite audit, dan dewan komisaris. Untuk jenis datanya, penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara pihak manajemen anti fraud pada BSM. Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung dari data primer dalam mendeskripsikan hasil penelitian yang berupa buku, jurnal, laporan tahunan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), Peraturan Bank Indonesia, dan lain-lain. 33
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta, 2010, hal. 14
39
40
B. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya 34. Berdasarkan arti karakteristiknya, Populasi dalam penelitian ini adalah divisi anti fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM) yang terdiri dari Divisi Audit Intern, Komite Audit dan Dewan Komisaris. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah staf divisi audit intern BSM pada bagian audit investigasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu. Purposive sampling merupakan bagian dari nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Penelitian lapangan dilakukan melalui survei langsung ke Kantor Internal Audit Group (IAG) Bank Syariah Mandiri untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan
melalui interview (wawancara) dan studi dokumentasi.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, hal. 115.
41
Wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada responden35. Responden dalam penelitian ini adalah staf divisi audit intern Bank Syariah Mandiri (BSM) pada bagian investigasi. Auditor investigator bertugas melakukan audit khusus terkait dugaan adanya fraud. Divisi audit intern BSM berjumlah 62 orang yang di dalamnya terdapat 9 orang auditor investigator. Untuk sampel dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara terhadap tiga orang auditor investigator. Studi dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari catatan-catatan dan dokumen-dokumen perusahaan terkait data yang diperlukan, yakni tentang fraud. Studi pustaka (library research) dilakukan melalui pencarian literatur-literatur yang berupa dokumen-dokumen, hasil riset, artikel, dan sejenisnya guna mendukung pembuktian kebenaran masalah dalam penelitian. D. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha memaparkan hasil penelitian secara obyektif melalui penggambaran kondisi obyek penelitian berdasarkan data-data dan teori terkait. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut Miles and Huberman (1984), langkah-langkah analisis data kualitatif adalah sebagai berikut36 :
35
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2013, hal.83. 36 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Hal. 430.
42
1. Pengumpulan Data Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data. Ketika informasi yang didapat peneliti selama proses wawancara dirasa kurang memuaskan, maka peneliti dapat menggali informasi lebih dalam melalui pengembangan pertanyaan wawancara sesuai dengan tema penelitian. 2. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses perangkuman data yang didapat dari hasil pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan pemilihan data pokok dan memfokuskan pada data penting terkait obyek penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan pemisahan data yang tidak diperlukan dalam penelitian. 3. Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Menurut Miles and Huberman (1984), penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah melalui teks yang bersifat naratif. 4. Kesimpulan/Verifikasi Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan dapat memberikan temuan baru terkait obyek penelitian yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan merupakan bentuk verifikasi dari dugaan sementara yang diungkapkan pada tahap awal penelitian.
43
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Kualitatif Pengumpulan Data
Display Data
Reduksi Data
Kesimpulan/ Verifikasi
Sumber : Sugiyono (2010)
E. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kantor Internal Audit Group (IAG) Bank Syariah Mandiri di Jl. Surabaya No.58, Menteng, Jakarta Pusat, Indonesia. F. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian Penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2012 sebagai acuan penulisan laporan penelitian37.
37
Penulis adalah mahasiswa Passing Out dari Fakultas Syariah dan Hukum ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri Sesuai dengan namanya, Bank Syariah Mandiri atau yang biasa disebut BSM adalah anak perusahaan dari Bank Mandiri. BSM didirikan pada tanggal 26 Oktober 1999 dan mulai resmi beroperasi pada tanggal 1 November 1999. Gagasan pendirian BSM bermula dari melihat ketahanan Bank Muamalat Indonesia yang pada saat itu adalah satu-satunya bank syariah di Indonesia, terhadap krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998. Pendirian BSM juga dilakukan sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998 yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Bank Syariah Mandiri adalah bank syariah terbesar di Indonesia. Kini BSM telah memiliki 864 kantor yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan total 355.245 unit ATM38. Pada tahun 2015, nilai aset BSM mencapai
Rp70.369.708.944.091,-39.
Jumlah
ini
terus
mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pada Juli 2016, jumlah asetnya meningkat menjadi Rp74.214.014.000.000,- 40.
38
Dikutip dari : https://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profilperusahaan/profilperusahaan-profilperusahaan/ 39 Laporan keuangan tahunan Bank Syariah Mandiri tahun 2015. 40 Laporan Keuangan Publikasi (bulanan) Neraca PT. Bank Syariah Mandiri per Juli 2016.
44
45
Berikut adalah grafik pertumbuhan aset BSM selama kurun waktu 5 tahun terakhir : Gambar 4.1 Pertumbuhan Aset Bank Syariah Mandiri (BSM) periode 2011-2016
Pertumbuhan Aset Bank Syariah Mandiri (BSM) 80,000,000,000,000 Aset
60,000,000,000,000
40,000,000,000,000 20,000,000,000,000
Jumlah Aset
0
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT. Bank Syariah Mandiri
Pada tahun 2015, BSM menerima penghargaan sebagai “The Best Islamic Bank in Indonesia” (versi Asiamoney Islamic Bank Award). BSM juga telah mengikuti program CGPI (Corporate Governance Perception Index) yang diselenggarakan oleh IICG (The Indonesian Institute Corporate Governance) yang merupakan program riset dan pemeringkatan pelaksanaan GCG di Indonesia sejak tahun 2012 sampai tahun 2015. Selama empat periode (periode penilaian tahun 2011-2014), keikutsertaan BSM dalam program ini mendapatkan predikat perusahaan “The Most Trusted Company”. Pencapaian predikat ini menunjukkan komitmen BSM dalam mengimplementasikan GCG secara berkelanjutan. Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai resiko yang harus dihadapi, terutama bagi perusahaan yang bergerak di sektor keuangan. Salah satu resiko tersebut adalah resiko fraud. Dengan adanya kasus fraud yang terjadi di Bank
46
Syariah Mandiri Cabang Bogor pada tahun 2012 menyebabkan berkurangnya integritas BSM di mata sebagian orang, khususnya calon nasabah yang masih awam mengenai berbagai resiko yang dihadapi lembaga perbankan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dalam dunia perbankan, resiko kerugian selalu ada di setiap lini bisnis. Resiko fraud adalah salah satunya. Fraud dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Untuk mengendalikan resiko ini, Bank Syariah Mandiri menerapkan strategi anti fraud agar tidak ada kasus bogor kasus bogor selanjutnya di masa yang akan datang. Salah satu poin penting dalam strategi anti fraud adalah tahap pendeteksian fraud, yakni tahap menemukan adanya fraud. Selanjutnya penulis akan memaparkan mengenai strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri. B. Strategi Pendeteksian Fraud Bank Syariah Mandiri Mengacu pada Surat Edaran BI No.13/28/DPNP Perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum, Bank Syariah Mandiri (BSM) menerapkan kebijakan dan mekanisme whistleblowing system, surprise audit dan surveillance system sebagai strategi pendeteksian fraud. Whistleblowing system ditujukan untuk meningkatkan efektifitas pengendalian fraud melalui pengungkapan laporan indikasi fraud. Seluruh pegawai/pejabat BSM wajib melaporkan setiap dugaan tindakan penyimpangan yang terjadi di lingkungan kerjanya. Untuk penyampaian laporan pelanggaran dapat dilakukan melalui berbagai sarana whistleblowing system berupa email pengaduan, website, SMS, sarana Chatting, Surat, telepon, dan sebagainya.
47
Laporan harus disertai dengan bukti-bukti yang mendukung atau bahkan menunjukkan bahwa pihak yang dilaporkan memang telah melakukan fraud. Laporan tidak boleh dilakukan hanya karena sekedar alasan like or dislike (masalah pribadi). Berdasarkan laporan tersebut kemudian auditor akan melakukan pemeriksaan dalam rangka pengecekan atas kebenaran laporan adanya fraud di unit bersangkutan. Surprise audit difokuskan pada area atau divisi yang rawan terhadap fraud, sedangkan surveillance system adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mendeteksi adanya ketidakwajaran dalam setiap transaksi, khususnya transaksi harian. Surveillance system adalah sebuah tools yang secara otomatis akan menunjukkan tanda-tanda jika telah terjadi anomali dalam transaksi. Walaupun anomali tersebut belum tentu menunjukkan adanya fraud, namun hal ini dapat menjadi red flag atau peringatan dini terhadap fraud, karena setiap fraud pasti diawali dengan adanya red flag. Sistem ini hanya ada di unit audit dan unit risk based. C. Penerapan Surprise Audit Pada Bank Syariah Mandiri Proses dan tahapan audit pada Bank Syariah Mandiri dilakukan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan manual instruksi kerja yang ada pada Standar Operating System (SOP) internal audit Bank Syariah Mandiri yang merujuk pada standar internasional ISO 9001:2008. Beberapa aktivitas pemeriksaan dalam pelaksanaan audit harus dilakukan dengan metode surprise audit. Berikut adalah karakteristik dari surprise audit :
48
Surprise audit merupakan pemeriksaan secara mendadak yang dilakukan oleh tim audit dengan tujuan : 1. Meyakini bahwa jumlah fisik uang/barang yang ada sesuai dengan pencatatan /administrasi secara sistem maupun manual. 2. Memastikan bahwa petugas cabang tidak melakukan praktek overservice kepada nasabah, seperti menerima penitipan bilyet, buku tabungan dan ATM nasabah. 3. Memastikan bahwa pengamanan terhadap sarana kerja telah memadai. 4. Meminimalisir peluang terjadinya rekayasa kondisi. 5. Mengidentifikasi dan mencegah terjadinya fraud secara dini. Pemeriksaan dengan metode surprise audit dilakukan terhadap seluruh unit kerja (termasuk konter layanan priority), terutama pada aktivitas : 1. Cash count terhadap uang dalam khasanah dan cash box teller. 2. Cash count terhadap uang dalam mesin ATM. 3. Cash count terhadap kas kecil. 4. Stock opname surat berharga (deposito, Cek/BG, buku tabungan dan bukti kepemilikan asset). 5. Stock opname kartu ATM dan PIN Mailer. 6. Stock opname jaminan. 7. Pengecekan pelayanan dan pengamanan lingkungan kerja dengan melakukan pemeriksaan terhadap meja kerja, laci dan cash box Teller, Customer Service (CS) maupun Personal Relationship Officer (PRO).
49
Pemeriksaan terhadap ketujuh unit kerja diatas adalah cara paling mudah untuk mendeteksi adanya fraud. Melalui pemeriksaan tersebut auditor dapat langsung menemukan ketidaksesuaian/penyimpangan. Termasuk pada bagian pembiayaan, jika memang ada yang mencurigakan pada data nasabah pengajuan/penerima pembiayaan, maka auditor akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pembiayaan tersebut tanpa diketahui oleh staf bagian pembiayaan dan juga nasabah bersangkutan. Seluruh pemeriksaan diatas dilakukan pada saat pelaksanaan general audit (audit rutin). Pemeriksaan pada audit rutin tidak hanya dilakukan pada bagian operasional/cabang saja. Kegiatan audit rutin dilakukan pada empat segmen yang terdiri dari Head Office Audit, Wholesale Audit, Retail and Cunsomer Audit, dan IT Audit. Selain diterapkan pada pelaksanaan general audit, metode surprise audit juga diterapkan pada audit khusus dan audit kasus. Audit khusus adalah audit dengan lingkup (coverage) terbatas/khusus yang dilakukan karena adanya ketentuan/regulasi yang mewajibkan, seperti adanya
indikasi
penyimpangan
prosedur,
munculnya
kendala
yang
mengganggu kinerja dan pengendalian operasional, atau pemeriksaan lebih lanjut
atas
suatu
hasil
audit
rutin
sebelumnya.
Audit
kasus
(Fraudulence/Investigative audit) adalah audit khusus (lingkup terbatas) yang dilakukan
terhadap
tindakan
penyelewengan/penyimpangan
yang
menimbulkan kerugian terealisasi dengan indikasi kecurangan (fraudulence) dan/atau hal-hal yang terkait dengan pelanggaran terhadap Code of Conduct, Peraturan Perusahaan, atau Prinsip Good Corporate Governance (GCG).
50
Kedua jenis audit tersebut adalah sebagai respon dari adanya indikasi hal-hal yang dapat mengganggu pengendalian operasional perusahaan dan berpotensi menimbulkan kerugian. Karena itu, perusahaan perlu melakukan audit pada bagian tertentu berdasarkan indikasi yang terdapat dalam laporan. Audit rutin dilakukan untuk me-review kecukupan internal control, sedangkan
audit
khusus/kasus
dilakukan
pada
saat
indikasi
penyimpangan/fraud sudah disertai dengan data-data atau dokumen yang kuat yang menjelaskan bahwa obyek laporan ada indikasi adanya fraud. 1. Pelaksanaan Audit Pelaksanaan kegiatan audit rutin mengacu pada program audit tahunan yang sebelumnya sudah disusun oleh tim audit berdasarkan data historis periode sebelumnya. Untuk pelaksanaan audit khusus atau kasus dilaksanakan sesuai dengan permintaan Dewan Komisaris dan atau Direktur utama atau adanya keadaan khusus terkait kebutuhan audit. Untuk memudahkan tim audit dalam melakukan audit, Divisi Audit Intern (DAI) BSM menggunakan IDEA (Interactive Data Analysis Software) sebagai alat audit. IDEA adalah sebuah software yang dapat digunakan untuk membuat rekonsiliasi, pendeteksian dan investigasi kecurangan, internal/operational audit, pemindahan file, mempersiapkan laporan manajemen dan analsisis-analisis lainnya, termasuk untuk menelusuri security log.
51
Pelaksanaan kegiatan audit dilakukan sesuai dengan prosedur pelaksanaan audit. Berikut adalah prosedur pelaksanaan audit pada kegiatan audit rutin : a. Pre-Audit Pre-audit adalah perencanaan/persiapan yang dilakukan auditor sebelum melaksanakan suatu penugasan audit dengan melakukan penelitian pendahuluan secara metodologis kemudian menyajikannya secara tertulis dan sistematis, agar auditor memperoleh deskripsi umum tentang tujuan audit, obyek dan lingkup audit, personil dan sasaran yang dibutuhkan. Sehingga proses audit dapat dilakukan dengan efektif dan efisien sesuai sasaran mutu yang telah ditetapkan. b. Pelaksanaan Audit Proses pemeriksaan/audit lapangan yang dilakukan oleh tim audit sesuai dengan perencanaan audit (pre-audit) yang telah disusun, untuk memperoleh/mengumpulkan bukti-bukti obyektif yang memadai, kompeten dan relevan sebagai dasar memberikan opini terhadap obyektivitas pengendalian intern auditee dan rekomendasi perbaikan operasional kepada manajemen bank. Auditor bertugas melakukan pemeriksaan audit mengacu pada program audit yang telah disusun. Hasil pemeriksaan dibuatkan laporan tertulis yang disebut dengan Catatan Audit (Audit
Notes),
baik
itu
kesesuaian
data
atau
pun
52
kelemahan/penyimpangan di unit kerja. Jika memang ditemukan adanya penyimpangan/kelemahan, maka laporan harus disertai bukti-bukti yang valid. Setiap temuan audit akan ditindaklanjuti saat itu juga. Jika ada catatan audit yang belum dapat diselesaikan, maka catatan tersebut akan dipantau penyelesaiannya sesuai waktu yang ditentukan. Ketua Tim menyusun laporan sementara (progress report), melakukan review terhadap catatan audit dan Kertas Kerja Audit (KKA), dan memastikan bahwa Laporan Hasil Audit (LHA) telah disusum secara akurat dan obyektif. Kepala Bagian bertugas melakuan review kesesuaian pelaksanaan audit dengan pre-audit, mendokumentasikan seluruh instruksi atau arahan dari supervisor kepada tim audit dan dari ketua tim kepada auditor secara tertulis dalam KKA, dan menyusun ringkasan hassil audit untuk disampaikan kepada direktur utama. c. Pelaporan Hasil Audit Pelaporan Hasil Audit merupakan proses penyusunan dan penyampaian hasil pemeriksaan /audit atas unit-unit kerja kepada para pihak yang berkepentingan terhadap hasil audit, sesuai standar pelaporan
dan
ketentuan
yang
ditetapkan
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB).
dalam
Standar
53
d. Pemantauan Hasil Audit Merupakan proses monitoring terhadap tindak lanjut auditee dan unit-unit kerja pembina sistem atas temuan hasil audit yang belum diselesaikan dan disposisi direksi atas hasil audit untuk memastikan bahwa permasalahan yang ada telah diselesaikan dan risiko telah diminimalisasi. Untuk pelaksanaan audit khusus/kasus, prosedurnya sama dengan prosedur pelaksanaan audit rutin. Hanya saja obyek, lingkup dan sasaran audit pada kegiatan audit khusus disesuaikan dengan keterangan pada laporan atau instruksi yang diterima oleh Kepala Divisi. 2. Hasil Audit Hasil pelaksanaan audit akan dituangkan dalam Laporan Hasil Audit (LHA). Berdasarkan kegiatannya, Laporan Hasil Audit dibagi ke dalam dua jenis. LHA atas kegiatan general audit dan LHA atas kegiatan audit khusus. Berikut adalah pemaparan lengkap dari keduanya : a. Laporan Hasil Audit kegiatan General Audit Pada LHA general audit memaparkan tentang kondisi auditee terkait kewajaran posisi keuangan, ketaatan pada peraturan, penilaian tentang daya guna dan kehematan dan penilaian tentang hasil guna atau manfaat yang direncanakan dari suatu kegiatan atau program. 1. Kewajaran penyusunan aporan keuangan, apakah telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan ketentuan yang ditetapkan.
54
2. Kewajaran pengendalian teknologi sistem operasi, apakah telah sesuai dengan aturan pengamanan yang telah ditetapkan. 3. Hasil upaya pencapaian target usaha yang ditetapkan dengan penonjolan aktivitas transaksi yang dominan, serta langkah-langkah yang dilakukan. 4. Pengendalian operasional, apakah telah tertib, efisien an efektif, dengan memberikan informasi penyebab penyimpangan ketaatan kerja yang dominan. 5. Tingkat efisiensi/efektivitas, apakah lebih baik/rendah dari rata-rata bank. Berdasarkan kesimpulan hasil audit maka kemudian akan dibuat rekomendasi yang dapat diterima serta memungkinkan untuk dilaksanakan oleh Cabang dan bersifat konstruktif untuk perbaikan kerja yang akan datang. b. Laporan Hasil Audit Kegiatan Audit Khusus Audit khusus dan/kasus didasarkan atas persetujuan Kepala Divisi Audit Intern (DAI). Laporan Hasil Audit Khusus dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dan didukung dengan bukti-bukti yang kuat. Laporan Hasil Audit Khusus dibuat oleh Tim Audit yang disupervisi oleh Kepala Bagian dengan persetujuan Kepala Divisi. Laporan Hasil Audit (LHA) akan digunakan sebagai data historis yang akan menjadi acuan dan akan digunakan untuk penyusunan program audit di
55
periode selanjutnya. LHA juga menjadi acuan perbaikan sistem pada internal control Bank Syariah Mandiri. Auditor akan mengkaji dan menindaklanjuti setiap temuan di lapangan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan kebijakan internal BSM. 3. Pelaksana Surprise Audit Pelaksana
surprise
audit
berbeda-beda
berdasarkan
ruang
lingkupnya. Pada kegiatan general audit, maka pelaksananya adalah staf general audit. Kemudian pada pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan adanya pelaporan indikasi fraud, maka pelaksananya adalah divisi audit khusus yang terdiri dari auditor investigator. Dalam struktur organisasi internal audit, auditor dibagi ke dalam tujuh kanwil. Ketujuh kanwil tersebut adalah : a) Consumer audit b) Retail audit c) Wholesale audit d) Special audit e) Head office f) IT audit g) Development and Counterpart Audit (DCA) Dari ketujuh kanwil di atas, consumer dan retail audit adalah yang bertugas melakukan pemeriksaan terhadap kantor cabang dalam setiap kegiatan general audit. Kelima kanwil lainnya melakukan audit di luar kantor cabang. Seperti pada Head Office Audit yang akan mengaudit
56
kantor pusat dan special audit yang akan melakukan pemeriksaan berdasarkan adanya laporan indikasi fraud, mereka dapat melakukan audit terhadap unit manapun baik cabang maupun pusat sesuai keterangan yang ada pada laporan. Gambar 4.2 Struktur Internal Control Audit terhadap Cabang
Third line •Special Audit (Investigator)
Second line •RBC (Regional Business Control)
First line •Kepala Cabang
Sumber : Data diolah
Berdasarkan gambar diatas, Surprise audit tidak hanya dilakukan oleh staf auditor saja, namun juga dilakukan oleh kepala cabang dan staf kantor regional BSM. Mereka adalah first and second line dalam unit kontrol pengawasan unit cabang. Kepala cabang dan staf kantor regional dapat melakukan pemeriksaan mendadak bila memang diperlukan.
57
pendeteksian fraud dalam hal ini adalah pada bagian operasional dilakukan secara berlapis. Fraud dapat terdeteksi oleh kepala cabang yang ada pada first line. Ketika fraud tidak terdeteksi oleh first line, maka akan terdeteksi pada second line yang tidak lain adalah staf kantor regional BSM. Jika pada second line tidak terdeteksi juga, maka fraud akan langsung terdeteksi oleh bagian internal auditor untuk kemudian langsung dilakukan pemeriksaan mendalam. Selama unit kontrol pada first dan second line berjalan dengan baik, maka tidak perlu dilakukan audit terhadap cabang tersebut. Keduanya adalah kepanjangan tangan dari auditor yang dapat lebih sering melakukan pengecekan terhadap kantor cabang. Dengan adanya unit kontrol yang baik maka ketika internal auditor melakukan audit pun tidak akan ditemukan adanya fraud. 4. Frekuensi Pelaksanaan Surprise Audit Pelaksanaan surprise audit yang dilakukan oleh RBC (Regional Business Control) dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun. Untuk general audit, dilakukan berdasarkan hasil perhitungan key risk indicator. Tidak dapat dikatakan setiap cabang dilakukan general audit satu kali dalam satu tahun, kembali kepada tingkat resiko yang melekat pada masing-masing unit cabang.
58
Untuk unit yang beresiko sangat tinggi, maka akan dilakukan audit tiga kali dalam satu tahun. Sedangkan untuk unit dengan tingkat yang resikonya rendah karena unit kontrolnya sudah berjalan dengan baik, maka audit akan diadakan maksimal tiga tahun sekali. Sebelum kegiatan audit rutin dilakukan, tim audit akan melakukan mapping berdasarkan hasil perhitungan key risk indicator. Mapping akan menunjukkan unit mana sajakah yang masuk ke dalam kategori beresiko rendah sampai dengan berisiko tinggi. Untuk pembagian kategorinya dibagi ke dalam kategori low, low to medium, medium, medium to high, dan high. Untuk kategori low sampai dengan medium akan masuk ke dalam rencana audit rutin dan akan dilakukan audit setidaknya satu kali dalam satu tahun. Sedangkan untuk kategori medium to high dan high, akan dilakukan audit dengan frekuensi dua sampai tiga tahun sekali. 5. Kelebihan dan Kekurangan Program Surprise Audit Kelebihan dari program surprise audit adalah program ini dapat langsung mendeteksi fraud pada saat proses audit sedang berlangsung, dapat menangkap basah pelaku fraud sebelum ia sempat menghilangkan bukti-bukti kecurangannya, dan sebagaimana tujuan awalnya surprise audit dapat meningkatkan kesiapan operasional dan meng-capture kondisi riil di lapangan. Untuk kelemahan dari program ini adalah lambatnya proses pengumpulan dokumen-dokumen atau data yang dibutuhkan tim audit pada hari H pelaksanaan audit.
59
Selain itu, ada beberapa data yang tidak ada atau tidak dapat diperoleh dari kantor pusat yang hanya dapat diakses dengan menggunakan user dari unit bersangkutan. Sehingga dapat menyulitkan auditor dalam proses pengumpulan data atau bukti yang dibutuhkan untuk melakukan audit. dalam hal ini kegiatan audit bisa berubah menjadi audit biasa (tidak menggunakan metode surprise audit). D. Pengaruh Penerapan Surprise Audit Pada Bank Syariah Mandiri Penerapan metode surprise audit dapat memberikan efek jera bagi pelaku pelanggaran. Baik pelanggaran yang tergolong tindakan fraud maupun pelanggaran biasa. Pelaksanaan audit yang tidak dapat diprediksi karena dilakukan secara tiba-tiba membuat pelaku semakin waspada dan jumlah pelanggaran pun akan semakin berkurang. Dengan demikian dengan adanya metode surprise audit ini dapat menekan angka temuan hasil audit (pelanggaran). Sesuai dengan tujuan dari diadakannya surprise audit, pelaksanaan metode ini akan meningkatkan kesiapan operasional perusahaan. Metode surprise audit menuntut setiap lini perusahaan agar selalu melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya. Dengan adanya pengawasan yang baik akan mengurangi risiko kecurangan dan menutup celah bagi para pelaku pelanggaran. Belum ada kajian khusus mengenai pengaruh langsung penerapan metode surprise audit terhadap jumlah fraud, karena itu belum bisa diketahui apakah penerapan metode ini dapat meningkatkan pendeteksian fraud secara
60
langsung atau tidak. Namun, agar dapat meningkatkan efektivitas pendeteksian fraud, penerapan surprise audit harus dibarengi dengan whistleblowing system dan surveillance system. Ketiga komponen strategi pendeteksian tersebut harus diterapkan bersamaan agar dapat menutup kesempatan bagi pelaku untuk melakukan kecurangan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Bank Syariah Mandiri (BSM) menerapkan kebijakan dan mekanisme whistleblowing system, surprise audit, dan surveillance system sebagai strategi pendeteksian fraud. 2. Penerapan surprise audit ditujukan untuk memastikan bahwa operasional perusahaan berjalan sebagaimana mestinya. Surprise audit dibagi ke dalam dua jenis : (a) surprise audit yang dilaksanakan pada kegiatan general audit, dan (b) surprise audit yang dilaksanakan berdasarkan laporan adanya indikasi fraud. Surprise audit tidak hanya dilakukan oleh auditor,
melainkan juga oleh Kepala Cabang dan RBC (Regional
Business Control) Bank Syariah Mandiri. Frekuensi pelaksanaan surprise audit ditentukan berdasarkan perhitungan risiko yang melekat pada setiap unit bisnis. Bagi unit bisnis yang memiliki resiko rendah akan dilakukan audit dua sampai tiga tahun sekali, sedangkan untuk unit bisnis yang beresiko tinggi akan dilakukan audit sekali sampai tiga kali dalam satu tahun. 3. Pengaruh penerapan metode surprise audit adalah dapat memberikan efek jera bagi pelaku pelanggaran, metode surprise audit dapat menekan angka temuan hasil audit (pelanggaran), dan sesuai dengan tujuan dari diadakannya
surprise
audit,
pelaksanaan
meningkatkan kesiapan operasional perusahaan.
65
surprise
audit
dapat
66
B. Saran 1. Bagi Bank Syariah Upaya dan strategi pengendalian fraud seperti pada strategi pendeteksian fraud yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dapat diterapkan pula oleh bank-bank syariah lainnya. Hal ini guna memperbaiki dan memperkuat pengendalian internal bank syariah agar kemudian dapat menjadi lembaga keuangan terpercaya di mata masyarakat Indonesia bahkan dunia. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian yang akan datang dalam membahas “peran strategi anti fraud dalam meningkatkan efektivitas
pengendalian
internal
Bank
Syariah
Mandiri”.
DAFTAR PUSTAKA (ACFE), A. o. (2014). Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse. ACFE. Afiff, F., Aripurnomo, Y., Setiawati, R., Dewi, L. S., & Mulyana, I. (1996). Strategi dan Operasional Bank. Jakarta: PT. Eresco. Antonio, M. S. (2011). Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2003). Auditing dan Pelayanan Verivikasi Pendekatan Terpadu . Jakarta: Erlangga. Bowercraft, S., & Hammarberg, D. (2013). Webinar Recap of “Fraud Prevention and Detection: Surprise Fraudsters Before They Surprise You”. Dipetik Mei Kamis, 2016, dari www.macpas.com: http://www.macpas .com/fraud-prevention-and-detection-webinar/ Djumena, E. (2011, Mei Selasa). Inilah 9 Kasus Kejahatan Perbankan. Dipetik Februari Kamis, 2016, dari www.kompas.com. Emilia S., A., Alim, M. N., & Prasetyono. (2014). Pengawassan, Strategi Anti Fraud dan Audit Kepatuhan Sebagai Upaya Fraud Prevention Pada Lembaga Keuangan Syariah. JAFFA Vol.02 No.2 , 91-100. Fauzi, E. (2012). Prospek Efektivitas Strategi Anti Fraud Bank Indonesia (2011) Sebagai Bentuk Pencegahan kejahatah Perbankan. Depok: Universitas Indonesia. Festi, T., Andreas, & Natariasari, R. (2014). Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan (Studi Empiris Pada Perbankan di Pekanbaru). JOM FEKOM Vol.1 No.2 . G. Kumaat, V. (2002). Internal Audit. Jakarta: Erlangga. Hadi, S. (2015). Metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Harahap, S. S. (1994). Auditng Kontemporer. Jakarta: Erlangga. Harminto, T. B. (2012). Tinjauan Yuridis Atas Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Fraud Dalam Perkreditan Oleh Bank X. Depok: Universitas Indonesia.
Hasanah, N. (2015). Pengaruh Kualitas Pelaksanaan Good Corporate Governance, Ukuran (Size) dan Kompleksitas Bank Terhadap Fraud Perbankan Syariah Periode 2011-2013. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Indonesia, B. (2011, Desember). Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum. Dipetik Februari Jum'at, 2016, dari www.bi.go.id: http://www.bi.go.id/id/peraturan/ perbankan/Documents/c8940a90d8e64649ab16fc1b0632def9se_132812. pdf Karyono. (2013). Forensic Fraud. Yogyakarta: C.V. Andi Offset. Kurniawati, E. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle. Yogyakarta: Universitas Diponegoro. M. Echols, J., & Shadily, H. (2006). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mandiri, B. S. (2011). Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance PT. Bank Syariah Mandiri. Jakarta. Mandiri, B. S. (2012). Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance PT. Bank Syariah Mandiri. Jakarta. Mandiri, B. S. (2013). Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance PT. Bank Syariah Mandiri. Jakarta. Mandiri, B. S. (2014). Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance PT. Bank Syariah Mandiri. Jakarta. Mandiri, B. S. (2015). Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance PT. Bank Syariah Mandiri. Jakarta. P. Purba, B. (2015). Fraud dan Korupsi : Pencegahan, Pendeteksian, dan Pemberantasannya. Jakarta: Lestari Kiranatama. Pengertian Bank, Sejarah dan Fungsi Bank Menurut Ahli. (t.thn.). Dipetik Februari Jum'at, 2016, dari www.informasiana.com: http://informasiana.com/pengertian-bank-sejarah-dan-fungsi-bankmenurut-ahli/ Priantara, D. (2013). Fraud Auditing & Investigation. Jakarta: Mitra Wacana Media.
PT. Bank Syariah Mandiri. (t.thn.). Dipetik Februari Sabtu, 2016, dari www.syariahmandiri.co.id: http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profilperusahaan/profilperusahaan-profilperusahaan/ Rahman S., M. F. (2014). Penerapan Whistle Blowing System Dalam Upaya Mencegah Employee Fraud di Bank BNI Syariah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Rio R., D. S. (2015). Persepsi Pegawai PT. Asabri (Persero) Jakarta Terhadap Fraud dan Whistleblowing Sebagai Upaya Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Sejak Dini. Jim FEB Universitas Brawijaya Vol. 3 No. 2 , 10. Sadi, M. (2015). Konsep Hukum Perbankan Syariah. Malang, Jawa TImur: Sastra Press. Sagara, Y., & Jalil, F. Y. (2013). Auditing. Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Tanjung, A. (2014, Maret kamis). Mabes Polri rampungkan kasus kredit fiktif BSM Bogor. Dipetik Februari Sabtu, 2016, dari www.merdeka.com: http://www.merdeka.com/peristiwa/mabes-polri-rampungkan-kasuskredit-fiktif-bsm-bogor.html Tjahjono, S., Tarigan, J., Untung, B., Efendi, J., & Hardjanti, Y. (2013). Business Crime and Ethics Konsep dan Studi Fraud di Indonesia dan Global. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Undang-Undang Negara Republik Indonesia No.10/1998 Pasal 1 Huruf 2 tentang Perbankan. Van Greuning, H., & Iqbal, Z. (2011). Analisis Risiko Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Draft Hasil Wawancara Internal Auditor bank Syariah Mandiri (BSM) Responden Pertama Profil Responden : Nama
: M. Zulfany Batam
Jabatan
: Investigator
Masa Kerja
: 8 Tahun
Strategi Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah Mandiri. Apa saja strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM)? Strategi pendeteksian fraud secara umum dibagi menjadi tiga, ada whistleblowing system, surprise audit, sama surveillance system. Whistleblowing ini sebuah sistem dimana si orang atau pihak pegawai bisa melaporkan setiap indikasi adanya fraud yang mereka temukan di lingkungan kerjanya. Dengan kata lain, whistleblowing adalah sistem pelaporan adanya indikasi fraud. Pelaporannya bisa dilakukan melalui web based yang kami sediakan, bisa juga melalui email atau bahkan surat kaleng (jika pengirim/pelapor tidak ingin diketahui identitasnya), dan pastinya pelaporan ini juga dibarengi dengan adanya bukti-bukti yang mendukung bahwa si orang yang dilaporkan ini telah melakukan fraud. bukan hanya sebatas karena like or dislike doang ya. kalau surprise audit itu setiap proses audit yang dilakukan secara mendadak. Untuk yang terakhir, surveillance system
itu sebuah sistem untuk
memonitoring kerjanya pegawai tanpa disadari sama mereka. Sistem ini berupa sebuah tools yang secara otomatis akan menunjukkan tanda-tanda adanya anomali kalau misalkan saat itu ada transaksi yang tidak biasanya. Jenis fraud apa saja yang paling sering terdeteksi? Biasanya yang paling banyak terdeteksi itu di bidang operasional, kayak misalkan adanya selisih kas atau selisih persediaan.
Bagaimana cara termudah untuk mendeteksi adanya fraud? Cara paling mudah mendeteksinya itu dengan melakukan cash count sama stock count pada saat melekukan audit, dan itu pasti jadi hal pertama yang kita (auditor) lakuin saat mau ngaudit suatu cabang.
Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian fraud Pada bank Syariah Mandiri. Apa itu surprise audit? surprise audit itu setiap kegiatan audit yang dilakukan tanpa memberitahukan sebelumnya ke cabang yang akan di audit. Sebenernya setiap kita ngelakuin audit ya itu surprise audit, karena cabang yang akan kita audit pasti ga tau kalo kita mau dateng. Apa saja tujuan dari diadakannya surprise audit? Buat memastikan kalo operasional cabang bersangkutan (yang diaudit) berjalan sebagaimana mestinya. Nggak ada kecurangan-kecurangan yang dilakukan di cabang tersebut. Siapa saja pelaksana atau pihak yang bisa melakukan surprise audit? Sebenernya surprise audit nggak Cuma dilakukan sama auditor aja, karena kan surprise audit ini juga berarti setiap pemeriksaan yang ditujukan buat memastikan operasional suatu unit, nah kalau pun misalkan suatu hari kepala cabang mau melakukan cash count pada kantor cabangnya itu, maka itu juga disebut surprise audit. Biasanya yang bisa melakukan pemeriksaan ini adalah kepala cabang, kepala area/regional, sama auditor.
Kapan dan dimana saja surprise audit ini dilakukan? Kalau untuk kapan dan dimananya tidak bisa dikatakan surprise audit ini diadakan setahun dua kali atau misalkan kita (auditor) meriksa setiap cabang satu-satu. Kita melakukan pemeriksaannya berdasarkan analisis resiko yang melekat pada cabang bersangkutan dengan menggunakan key risk indicator. Nanti dari situ kita liat cabang ini perlu diaudit berapa kali dalam setahun, apakah perlu dilakukan setahun sekali, ataukah lebih sering atau justru lebih jarang. Itu tergantung dari unit control yang ada di cabang itu sendiri. Kalo unit control-nya udah berjalan baik, maka nggak perlu dilakukan audit. Karena kalau pun dilakukan audit...kita nggak akan menemukan apaapa, makanya kalau memang unit control-nya udah bagus...lebih jarang kita datangi. Tapi kalau memang berdasarkan risk based, memang harus dilakukan setahun sekali, tapi kalau kita memang kembali lagi ke hasil dari perhitungan key risk indicator tadi. Maksimal tiga tahun sekali. Bagaimana proses surprise audit? Untuk teknis prosesnya itu kita ada di SOP nya Internal Audit, tapi memang nggak lengkap. Tapi memang untuk surprise audit ini difokuskan pada area-area yang penting dan resikonya tinggi gitu ya, teknisnya gimana? nggak ada yang tau, kita dateng, pagi hari pertama itu kita dateng lebih cepat ya, mudahnya gitu...kan kita mulai itu (jam mulai kantor) jam setengah 8, do’a pagi yah kalo di cabang tuh biasanya setengah delapan. Biasanya nih jam 7 kita udah nongol. Nggak ada orang, kita biasanya langsung. Yang in charge disini kepala cabangnya mana, operational manager-nya mana, marketing manager-nya mana, belum dateng segala macem, yang dilakukan oleh kita pertama kali...biasanya kan kita bertiga atau berempat yah kalo mau ngaudit di satu cabang, dua atau tiga orang dia masuk ke hasanah, hitung
bersama-sama dengan teller, melakukan cash count, nah kemudian yang satu atau duanya lagi...itu biasanya sisanya masuk ke stock opname T-Cash di back office, kemudian dia stock opname di surat-surat berharga, deposito..giro..blanko cek, kemudian kartu ATM, itu macem-macem. Dilakukan di hari yang sama, jadi dilakukan hari itu juga. Pagi itu juga, begitu itu selesai...kita langsung ini...sebenernya bisa jadi nih ya kita langsung menghitung dan pegawai yang terkait itu kita mintakan dispensasi sama kepala unitnya untuk tidak mengikuti do’a. Jadi bisa jadi setengah delapan kita udah langsung kerja, kita udah langsung periksa semua. Divisi apa saja yang paling rawan (sering terjadi) fraud? Kalau melalui metode surprise audit, di bagian operasional. Ada juga pembiayaan, tapi kalau pembiayaan lebih sering terdeteksi melalui whistleblowing sih. Apa kelebihan dan kelemahan dari program surprise audit ini? Untuk kelebihannya, kita bisa langsung tau kalo misalkan di cabang atau unit yang kita audit itu ada fraud pada saat itu juga. Kalo kekurangannya...biasanya kita akan memekan waktu lebih lama buat pengumpulan datanya. Karena pelaksanaannya dilakukan tanpa pemberitahuan, maka pegawai-pegawai yang bersangkutan butuh waktu lebih buat menyiapkan data-data yang kita perluin buat pemeriksaan itu.
Pengaruh/Implikasi Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah Mandiri. kalau efektif sih efektif , tapi belum tentu juga, ya banyak case...fraud itu kan bukan karena tadi surprise audit aja, ada whistleblowing, terus intenal control-nya kuat atau nggak, bukan karena program surprise audit aja. Tapi kalo disini “implikasi penerapan surprise audit’, not yet (belum tentu). Kalau disini implikasi penerapan surprise audit dapat meningkatkan pendeteksian fraud”, belum tentu. Tapi kalo
misalnya internal control, iya. Karena kalau misalkan ada surprise audit tapi surveillance-nya ngga jalan..maka ngga lengkap. Tapi kalau semuanya jalan..baru bisa menekan fraud. tiga-tiganya harus jalan : whistleblowing, surprise audit, dan surveillance system. dan harus berjalan ke empat pilar (pencegahan, pendeteksian, investigasi, dan pelaporan serta pengawasan), baru bisa menekan angka fraud. tapi kalau dikatakan bisa menjadi indikator awal adanya fraud, BISA. Intinya semuanya harus jalan semuanya, keempat pilar strategi anti fraud dan ketiga elemen pendeteksian fraud.
Draft Hasil Wawancara Internal Auditor bank Syariah Mandiri (BSM) Responden Kedua Profil Responden : Nama
: Atdi Firmansyah
Jabatan
: Investigator
Masa Kerja
: 4 Tahun
Strategi Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah Mandiri. Bagaimana strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri? Secara garis besar strategi pendeteksian fraud di BSM ada tiga. Yang pertama adalah surprise audit, kemudian ada mekanisme whistle blower, dan sistem monitoring yang disebut surveillance system. surprise audit adalah metode yang kita pakai pada kegiatan audit. sebenarnya setiap kegiatan audit adalah surprise audit. Whislteblower adalah sebuah sistem yang diberikan kepada setiap pegawai atau karyawan yang ingin melaporkan adanya indikasi perilaku fraud di tempat kerja mereka. Dan surveillance adalah sebuah sistem monitoring yang kita lakukan terhadap lingkungan kerja pegawai tanpa diketahui oleh pegawai yang bersangkutan bahwa kita sedang mengawasi mereka. Jenis fraud apa saja yang paling sering terdeteksi? biasanya operasional. Karena kalo kita bicara ke pembiayaan, itu jarang tadi kita menemukan yang tadi sifatnya surprise audit, tapi kalo dari operation itu pasti kita nemu. Soalnya contoh paling simple adalah posisi kas, ketika kita melakukan surprise audit, si audit ini sudah melakukan persiapan-persiapan “oh audit mau dateng” jadi sudah siap-siap. Kalo di pembiayaan, Misalnya, pada saat kita dateng..terus melihat ada satu transaksi yang kok ini banyak namanya yang sama nih. Misalnya ada slip setoran kok ini tulisannya sama semua ini. nah kan..ada beberapa nasabah tapi
tulisannya sama nih ini kita sampling ke nasabah tersebut. Dateng survei, surprise kan..meskipun itu tadinya bukan. Sehingga dari kita..akhirnya kita ambil dari sampling, kepilih pembiayaan tersebut..eh..ketauan, nah itu terkait yang tadi dibilang misalnya proses pembiayaan. Bisa jadi ketemunya begitu, atau misalnya yang paling banyak sih memang melalui whistleblowing. Bagaimana cara termudah untuk mendeteksi adanya fraud? Biasanya kita melalui pemeriksaan kas. Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian fraud Pada bank Syariah Mandiri.
Apa itu surprise audit? Audit yang dilakukan tanpa kita ngasih tau obyek audit kalo kita bakal ngadain audit. Apa saja tujuan dari diadakannya surprise audit? Supaya kita bisa memastikan keadaan di unit kerja terkai kalau operasional berjalan sebagaimana mestinya. Siapa saja pelaksana atau pihak yang bisa melakukan surprise audit? Kalau untuk pemeriksaan atau bisa dibilang inspeksi dadakan sebenernya ngga Cuma bisa dilakukan sama tim audit, karena kita ada first line sama second line yaitu Kepala Cabang sama Bagian Cabang Regional (RBC). Baru nanti di third line ada tim audit. Kapan dan dimana saja suprise audit ini dilakukan? Kita pake key risk indicator, jadi ngga harus meriksa ke cabang satu-satu tapi kita lihat cabang mana yang resikonya tinggi, baru nanti kita periksa. Biasanya minimal satu tahun sekali. Bagaimana proses surprise audit? Biasanya kita dateng tanpa ada yang tau kecuali tim audit, dateng..langsung melakukan cash count sama stock opname. Nanti kita lihat kesesuaiannya, kalo ada
yang tidak normal atau tidak sesuai dengan data yang ada, maka kita bakal periksa lebih lanjut. Apa kelebihan dan kelemahan dari metode surprise audit? Biasanya proses pengumpulan datanya lama. Kalo kelebihannya..bisa tau kndisi riil di lapangan.
Pengaruh/Implikasi Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah Mandiri. Pengaruhnya itu bisa ningkatin kesiapan operasional, karena kan kita dateng tibatiba..mau ngga mau mereka harus siap untuk diperiksa kapan pun. Kalau terhadap fraud mungkin karus dibarengi dengan whistleblower sama surveillance tadi ya, karena kan mereka satu kesatuan.
Draft Hasil Wawancara Internal Auditor bank Syariah Mandiri (BSM) Responden Ketiga Profil Responden : Nama
: Fariz Rahman
Jabatan
: Audit Team Leader
Masa Kerja
: 9,5 Tahun.
Strategi Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah Mandiri. Apa saja strategi pendeteksian fraud pada Bank Syariah Mandiri (BSM)? Untuk strategi pendeteksian fraud, yang pertama kita ada sebuah sistem pelaporan yang bisa dilakukan oleh setiap pegawai saat mereka menemukan adanya indikasi fraud. laporan itu bisa melalui web yang sudah kami sediakan, bisa via chat atau email juga. Laporan itu bisa dilakukan dengan berbagai sarana komunikasi. Terus kita juga biasanya mendeteksi fraud melalui kegiatan audit rutin. Jadi nanti temen-temen di tim audit rutin akan memberikan laporan hasil audit, jika memang ada laporan atas indikasi fraud, maka kita (auditor investigator) yang akan turun. Jenis fraud apa saja yang paling sering terdeteksi? Biasanya sih fraud-fraud operasional ya. misalnya si pegawainya ada indikasi dia memasukkan uang ATM tidak sesuai dengan nominalnya. Ini terkait surprise audit yang kegiatannya dilakukan dalam kegiatan audit rutin. Kalau untuk surprise audit yang kegiatannya di dalam audit investigasi (berdasarkan adanya laporan), biasanya kita lakukan secara surprise kalau yang melaporkannya itu anonim. Biasanya kalau anonim itu case-nya bawahan yang melaporkan atasannya atas adanya indikasi perilaku fraud. Bagaimana cara termudah untuk mendeteksi adanya fraud?
Karena sekarang ini kita sedang menggiatkan gerakan pelaporan indikasi fraud, maka cara termudahnya adalah melalui sistem pelaporan itu. Karena sekarang ini juga sudah jarang pelapor indikasi fraud yang menggunakan anonim. Dengan begitu berarti kan kesadaran pegawai sudah semakin tinggi terhadap perilaku indikasi fraud. Selain itu juga kan sistem pelaporan ini bisa dilakukan di setiap lini bisnis. Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian fraud Pada bank Syariah Mandiri. Apa itu surprise audit? Audit dadakan, jadi memang kegiatan audit yang dilakukan tanpa ngasih pemberitahuan ke si obyek audit kalau kita akan mengaudit unit tersebut. Apa saja tujuan dari diadakannya surprise audit? Tujuannya adalah untuk meng-capture kondisi riil di lapangan. Apakah berjalan sesuai dengan semestinya atau tidak. Siapa saja pelaksana atau pihak yang bisa melakukan surprise audit? Kalau untuk lingkup investigasi itu memang yang melakukan adalah auditor di bagian investigasi, tapi untuk surprise audit yang berkaitan dengan kegiatan audit rutin itu yang melakukan adalah teman-teman di tim audit rutin. Selain itu kita juga ada RBC (Regional Business Control), dia bertugas ngawasin cabang juga. RBC ini kan punya garis koordinasi dengan audit, dengan compliance, dengan Network. Jadi memang untuk pengawasan kontrol kita ada di tingkat Cabang, kemudian di atasnya ada RBC, baru setelah itu ada IAG (Internal Audit Group). Kapan dan dimana saja surprise audit ini dilakukan? Jadi pemeriksaan itu kan dilakukan berdasarkan key risk indicator, didasarkan pada risiko yang melekat pada obyek. Kayak misalkan kita mau meriksa kas, kas ATM misalnya. Resikonya apa sih terkait ATM? Misalnya resiko selisih kas, atau resiko
penggelapan kas, atau resiko pencurian kas, itu kan biasanya kita periksa berdasarkan risikonya. Kalau audit rutin itu kan punya ranking ya, ibaratnya udah punya rangking dan biasanya mereka udah mapping tuh, ada yang internal control-nya kuat, menengah ke kuat, ada yang lemah ke menengah, ada yang memang rendah. Nah biasanya yang jadi obyek audit tuh low sampe medium. Biasanya di review setahun sekali tuh sama temen-temen tim audit rutin. Jadi nanti based on hasil review itu nanti yang jadi obyek auditnya. Mapping itu dilakukan untuk rencana audit pada tahun yang akan datang. Nanti kapan parameter dia masuk ke low, ke medium, itu kita punya standarnya. Untuk unit yang termasuk ke dalam kategori low, bukan lagi low to medium, tapi memang low biasanya setahun sekali kita audit. Nah nanti untuk yang medium to high atau high itu dua tahun sekali atau tiga tahun sekali. Dengan asumsi peringkat dia ngga turun gitu ya. tapi kalau peringkat dia turun, berarti dia masuk ke kategori perlu diaudit setahun sekali. Kalo obyeknya, Di audit rutin ini sekarang ada empat Segmen, ada audit kantor pusat, namanya Head Office Audit...dia terfokus di area kantor pusat. Terus kemudian ada namanya Wholesale Audit, dia spesialisasinya untuk ngaudit nasabah-nasabah coorporate, commercial...dia nasabah besar-besar. Nah..kemudian yang ketiga ada namanya Retail Audit dan Cunsomer. Nah ini sebenernya dua bagian tapi kita tetep nyebutnya Retail. Terus yang ke empat, IT Audit. Jadi ke empat segmen ini yang melakukan audit rutin di BSM. Jadi memang kegiatan audit ini tidak hanya di kantor Cabang saja tapi juga di kantor pusat pun sama. Bagaimana proses surprise audit? audit dadakan..biasanya kan senjata utamanya data, pelaksanaan audit itu bersumber dari data. Sebelum data biasanya kita melakukan persiapan dulu disini (kantor IAG), namanya pre audit. pre audit itu nanti menentukan pertama tujuan auditnya apa, ruang lingkupnya apa, terus periode auditnya kapan, itu maksudnya kita mau ngaudit periode 1
januari 2017 sampai 1 Desember 2017. Jadi kita mau review internal control transactional unit di periode itu. Nah terus biasanya kita juga menentukan area, untuk penentuan KRI itu kita tentuin dari sini. Parameternya apa, biasanya kalo kita pake data historis. Misalkan di Cabang Bandung, tahun 2017 mau diaudit, nah kita lihat di data historisnya tahun 2016...risiko apa sih yang ada di Cabang Bandung. Berdasarkan laporan Hasil Auditnya. Oh temuannya ternyata kasnya selisih, terus kemudian kas tellernya selisih juga, terus ternyata dokumen nasabahnya nggak lengkap ni di CS. Jadi memang begitu, kita menentukan area audit based on historical data juga. Lalu setelah itu nentuin tim. Nah timnya misal..ketua timnya siapa, anggotanya siapa, pelaksananya siapa. Biasanya kita satu tim terdiri dari tiga orang. Ketua tim, senior auditor, sama auditor. Setelah nentuin tim baru kita ngumpulin data. Kalau investigasi biasanya dua, dua orang. Cuma tergantung case juga. Kalau case-nya lumayan berat...biasanya sih tiga orang. Tapi seringnya kita dua orang. Kalau misalnya untuk case yang gede ya..misalnya terlalu banyak pihak yang harus kita konfirmasi gitu di lapangan, biasanya tiga orang. Setelah tim udah jadi, penentuan area dll sudah jadi, nah nanti tim ini bagi-bagi mengumpulkan data, setelah itu melakukan sample. Ketika semua udah di dapet, data udah, sample udah didapet, berangkat. Nah ketika sampe di unit yang dituju, kita langsung melakukan kroscek ke setiap unit operasional terkait. Dan pastinya mereka ngga tau kalau kita mau datang. Divisi apa saja yang paling rawan (sering terjadi) fraud? Biasanya di Cabang, karena mereka kan yang yang ngurusin kas, ATM, dan operasional lainnya. kalau di pusat sih biasanya sih sama ya di beberapa bank itu yang paling rawan di kantor pusat itu sih bagian pengadaan ya. Misal, bank butuh pengadaan buku agenda/catatan, ada 3 supplier yang bagus, supaya dapet tender..apa yang bakal si supplier itu lakuin? (bagian pengadaaan bekerjasama/main cantik dengan salah satu
supplier dengan meninggikan biaya pengadaan agar keduanya sama-sama dapat untung. Si bagian pengadaan dapat bagian, si supplier dapat tender. Jadilah sama-sama untung). Bagian pengadaan itu pasti rawan. Apa kelebihan dan kelemahan dari program surprise audit ini? Kelebihannya kita bisa capture kondisi fakta di lapangan seperti bagaimana transaksi harian di lapangan. Kalo kekurangannya kadang-kadang kalo kita melakukan surprise audit ada beberapa data yang ngga di dapet dari sini (kantor IAG). Tapi data yang nggak signifikan sih. Begitu kita surprise audit kesana, kita mau cek obyeknya..tapi kita ga ada datanya..sehingga akhirnya jadi ngga match. Pengaruh/Implikasi Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian Fraud Pada Bank Syariah Mandiri. Pengaruhnya itu efek jera. Misalnya kita dateng, nggak ngomong-ngomong...terus kita dateng “eh buka dong nih mesin ATM nya”. Misalnya, dia ngambil..atau dia ngisinya nggak bener, dia nih ngitung asal-asalan nih, di input 500, tapi diitung sama dia asalasalan nih, bukannya dia sengaja mau ngambil miasalnya..pada saat kita dateng surprise gitu nah dia langsung engeh “oh iya ya pak, kurang ya pak, berarti besok saya ngitungnya lebih teliti lagi ya pak”. Jadi dia ada efek psikologis “oh iya besok-besok saya jangan gini lagi, besok-besok auditnya dateng nggak bisa ditebak”. Besok-besok dia jadi lebih hati-hati. Kalau untuk menekan angka fraud kita belum ada kajian..jadi belum tahu, tapi kalau untuk menekan temuan audit (pelanggaran biasa, tidak termasuk fraud), itu iya. Kalau untuk fraud sendiri kita belum buat..karena parameternya terlalu luas. Tapi memang kalau untuk mengurangi temuan pelanggaran secara umum, maka IYA. Biasanya kalau memang tidak berdampak pada fisik kas..maka memang akan mengacu pada rekomendasi saja, tapi jika memang ada pengaruhnya terhadap fisik kas...itu tidak hanya
ke perbaikan prosedur, contoh : tadi kan misalnya surprise audit dilakukan, pemeriksaan kasnya ada selisih tiga juta. Tiga juta ini harus diganti, kalau selisih tiga juta itu ditemukan karena petugasnya yang lalai..maka si petugasnya yang harus bayar. Tapi jika memang tidak berdampak pada laporan keuangan..atau bersangkutan dengan uang..maka memang hanya akan mengarah kepada rekomendasi dan perbaikan saja
LAMPIRAN CONTOH ALAT AUDIT
Program Audit Unit Kerja
:
Tahun
:
Objek
: Observasi awal kegiatan operasional
Tujuan
: 1. Memastikan kegiatan operasional kas dapat berjalan dengan normal, baik dan lancar serta terpenuhinya prinsip-prinsip internal control (dual control, dual custody dan segregation of duty). 2. Memastikan bahwa pengendalian intern pada prosedur pengelolaan Kas oleh Teller dan supervisor telah memadai dan sesuai ketentuan. 3. Memastikan bahwa saldo kas pada Catatan Teller dan Buku Besarnya telah sesuai fisiknya. 4. Memastikan control environment unit kerja telah berjalan baik Tgl/
No.
Program audit
Ya
Tdk
N/A
Auditor / KKA ref
Pengamanan Fisik Uang dan Surat Berharga
1.
a. MIntakan dokumen per tanggal 25 Juli 2014 antara lain: Berita acara cash count kas besar yang telah disetujui supervisor Blotter teller dan buku besar kas Print out saldo kas besar. b. Pastikan lemari kluis tersimpan di dalam ruang khasanah. c. Pastikan kondisi dari lemari kluis dan pintu ruangan khasanah dapat berfungsi dengan baik. d. Pastikan dual control dan dual costudy ruang khasanah dan brankas. Dan lakukan observasi untuk memastikan bahwa dual control tetap dijalankan pada saat
Catatan
Tgl/
No.
Program audit
Ya
Tdk
N/A
Auditor / KKA ref
jam operasional secara konsisten. e. Catat dan pastikan penanggungjawab kunci kombinasi dan kunci mekanis (anak kunci) melaksanakan fungsinya sesuai prosedur. Catatan: Ketentuan / SOP sbb: Brankas/lemar besi (KCP): Kunci Panjang: Operational Officer dan kombinasi: Kepala KCP Khasanah/Vault: Anak Kunci: Supervisor dan Kunci Kombinasi: Pimpinan Cabang f. Terkait dual control kunci khasanah dan kluis bandingkan dengan intruksi intern, apabila terapat ketidaksesuaian petugas pelaksana pastikan terlampir berita acara yang relevan. g. Periksa buku mutasi khasanah dan pastikan bahwa setiap aktivitas masuk. dan keluar ruangan khasanah telah dicatat dengan tertib. h. Lakukan observasi apakah posisi ruangan khasanah telah memadai dari sisi pengamanan dan memenuhi aspek internal control. i. Lakukan proses opname terhadap laci dan cash box teller, cash box back office, laci dan cash box costumer service. Pastikan tidak terdapat titipan berupa uang, dokumen nasabah dan surat berharga Prosedur Cash count 4.
a. Auditor wajib melakukan Cash count apabila tim terdiri dari 2 orang
Catatan
Tgl/
No.
Program audit
Ya
Tdk
N/A
Auditor / KKA ref
auditor. b. Cek apakah cabang memiliki berita acara cash count kas besar terakhir ((25 Juli 2014 atau 1 Agustus 2014) c. Jika cabang tidak memiliki berita acara cash count kas besar terakhir (tanggal 25 Juli 2014) lakukan cash count Catatan: 1) Cash count dilakukan oleh petugas dengan disaksikan oleh Auditor. 2) Cash count dilakukan secara besaran kemudian dihitung secara detail dengan menggunakan mesin hitung uang. 3) Dalam hal penghitungan detail (cash count) dilakukan di ruang teller, pastikan ruang khasanah dalam kondisi steril (tidak dapat diakses oleh yang tidak memiliki kewenangan/berkepentingan). 4) Buatkan berita acara cash count yang ditanda tangani oleh teller dan supervisor serta kepala unit kerja. d. Lihat apakah di neraca terdapat saldo selisih kas yang belum diselesaikan. Apabila ada, lakukan verifikasi apakah penyebab dari selisih kas itu. Tanyakan penyebab terjadinya selisih (untuk selisih >Rp10.000,-). e. Pada saat melakukan stock opname cash box teller pastikan tidak ditemukan adanya barang selain uang. f. Pada saat melakukan stock opname cash box CS pastikan tidak ditemukan adanya uang atau dokumen milik nasabah yang disimpan lebih dari 1 (satu) bulan.
Logistik
Catatan
Tgl/
No.
Program audit
Ya
Tdk
N/A
Auditor / KKA ref
a. Lakukan observasi kondisi fisik dan lingkungan Khasanah, Counter Teller dan Banking Hall apakah sesuai Standar. b. Inspeksi sarana pengamanan dan test alarm yang terpasang (pelaksanaan test tidak mengganggu operasional) c. Pastikan bahwa alarm telah terkoneksi ke handphone pejabat unit kerja d. Yakinkan apakah telah tersedia alat pemadam kebakaran. 6. e. Observasi apakah cabang telah melengkapi pengamanan dengan kamera CCTV dan alarm yang berfungsi dengan baik dan pastikan posisi CCTV sesuai dengan ketentuan. f. Pastikan Unit Kerja Sudah melakukan Back up CCTV. g. Pastikan pengamanan terhadap peralatan CCTV sudah memadai, antara lain server tersimpan di ruang restricted. a. Observasi ruangan ATM apakah ruangan dalam keadaan bersih dan terawat, tersedia AC dan CCTV. b. Lakukan pengecekan apakah pemegang kunci ATM sesuai dengan instruksi intern Unit Kerja. c. Periksa kesediaan struk transaksi 7. dengan cara melakukan transaksi d. Periksa ketersediaan uang antara lain dengan meminta print out saldo melalui menu supervisor dan meminta berita acara pengisian kas ATM sebelum tanggal 4 Agustus 2014 (terakhir) Layanan Priority (apabila terdapat layanan Konter Priority )
Catatan
Tgl/
No.
Program audit
Ya
Tdk
N/A
Auditor / KKA ref
8.
Pastikan bahwa tidak terdapat blanko kosong yang telah ditandatangani oleh nasabah, baik yang sudah dibukukan maupun belum.
9.
Pastikan bahwa pengelolaan kartu ATM Priority dan PIN Mailer telah dual control.
10.
Pastikan tidak terdapat penitipan bilyet deposito dan buku tabungan milik nasabah kepada petugas Priority, dengan alasan apapun
Personalia
11.
12
Mintakan form pengajuan cuti yang telah disetujui pejabat berwenang, dan cocokkan dengan kehadiran petugas pada tanggal 4 Agustus 2014 Catat jika ada petugas yang tidak masuk tanpa alasan yang jelas
Keterangan: 1.
2.
3.
Berikan tanda √ pada kotak, apabila: Ya, dilakukan pemeriksaan Tidak, Tidak dilakukan pemeriksaan N/A, tidak ada objek yang dapat dilakukan pemeriksaan Referensi ketentuan: SE No. SE No. SE No. Surat dari Dalam melaksanakan pemeriksaan Auditor/pemeriksa tidak hanya berdasarkan program audit.
Kesimpulan/Catatan :
Catatan
Struktur Organisasi Internal Audit Bank Syariah Mandiri DIREKTUR UTAMA
Kepala Divisi Audit Intern Quality Assurance
Kepala Bagian Monitoring dan Audit Development
Wakil Kepala Divisi Audit Intern
Kepala Bagian Special Audit
Audit Development & MR
Team Leader Special Audit
Quality Assurance AMI
Detection Analyst
Team Leader Monitoring Auditor
Investigation Auditor
Team Leader External Liaison Officer Kasie MIS dan Audit Support
Kesekretariatan MIS
Evaluation Analyst
Kepala Bagian Audit I
Team Leader General Auditor I
Kepala Bagian Audit II
Team Leader General Auditor II
Kepala Bagian IT Audit
Team Leader IT Auditor